10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Audit
a. Pengertian Audit
Pengertian dari audit dikemukakan oleh beberapa ahli,
diantaranya yaitu:
Menurut Arens (2008: 4) auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antar informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Terkait Auditing dalam Haryono Yusuf (2001: 11) dikemukan bahwa Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari uraian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan
pengevaluasian terhadap informasi secara sistematis yang terkait
dengan asersi tentang tindakan ekonomi untuk dapat menentukan
dan melaporkan kesesuaian antar asersi dengan kriteria yang
ditetapkan dan mengkomunikasikan pada pihak yang memiliki
kepentingan.
11
b. Jenis Audit
Abdul Halim (2003: 5-7) membagi audit berdasarkan
tujuan audit dalam 3 golongan yaitu:
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan merupakan proses penghimpunan dan
evaluasi bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah telah
disajikan secara wajar dan sesuai dengan PABU.
2) Audit Kepatuhan (Complience Audit)
Audit kepatuhan adalah pengevaluasian yang dilakukan untuk
menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu
telah sesuai dengan aturan, regulasi dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan.
3) Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian
kegiatan operasional organisasi yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan organisasi. Tujuan audit operasional:
a) Menilai prestasi.
b) Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
c) Membuat rekomendasi untuk pengembangan, perbaikan
dan tindakan lebih lanjut.
12
Menurut Abdul Halim (2003: 7-10) dilihat dari sisi untuk
siapa audit dilaksanakan, auditing dapat dikelompokkan menjadi 3
golongan:
1) Auditing Eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang
memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk
pihak luar perusahaan yang diaudit. Pelaksana auditing
eksternal adalah pihak luar perusahaan yang independen. Pihak
luar perusahaan yang independen adalah akuntan publik yang
telah diakui oleh yang berwenang untuk melaksanakan tugas
tersebut. Auditing ini pada umumnya bertujuan untuk
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
Auditor tersebut pada umumnya dibayar oleh manajemen
perusahaan yang diperiksa.
2) Auditing Internal adalah suatu kontrol organisasi yang
mengukur dan mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi
yang dihasilkan, ditujukan untuk manajemen organisasi itu
sendiri. Pelaksana auditing internal adalah auditor internal dan
merupakan karyawan organisasi tersebut. Berfungsi membantu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan.
3) Auditing Sektor Publik adalah suatu kontrol atas organisasi
pemerintah yang memberikan jasanya pada masyarakat, seperti
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Audit dapat
mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, maupun
13
audit operasional. Pelaksana auditing sektor publik disebut
dengan auditor pemerintah dan dibayar oleh pemerintah.
2. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
Pada tahun 1998 IIA membentuk Kelompok Kerja yang
Merumuskan Pedoman (Guidance Task Force-GTF) yang bertugas
mempertimbangkan perubahan-perubahan yang dilakukan pada
standar dan pedoman lainnya. Salah satu hal penting GTF yaitu
melakukan pengembangan terhadap suatu definisi baru untuk audit
internal yang mampu menangkap esensi modern dari profesi
tersebut dengan jelas dan ringkas. Pada musim semi tahun 1999
GTF menyerahkan definisi berikut ini untuk ditanggapi oleh para
anggota The Institute of internal Auditors (IIA):
Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi. Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik profesional yang dikembangkan oleh Institute of internal Auditors. (Sawyer, 2005: 9)
14
Pada bulan Juli 1999 Dewan Direksi The Institute of
internal Auditors (IIA) mengadopsi definisi audit internal sebagai
berikut:
Audit Internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan secara sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.
Sedangkan dalam Sukrisno Agoes (2004: 221) definisi internal
audit sebagai berikut:
Audit Internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah seperti peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustiran, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. Dari uraian definisi-definisi di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa audit internal adalah aktivitas pemeriksaan dan
pemberian jasa konsultasi yang dikelola secara independen dan
efektif sehingga dapat membantu memberikan nilai tambah untuk
aktivitas operasional perusahaan dan membatu dalam pencapaian
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Menurut Sawyer (2005: 8) perbedaan Auditor Eksternal
dan Auditor Internal adalah sebagai berikut:
15
1) Auditor Internal: a) Merupakan karyawan perusahaan atau bisa saja merupakan
independen. b) Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus
dikelola oleh perusahaan. c) Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan
mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.
d) Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.
e) Independen terhadap aktivitas yang dilakukan proses audit, akan tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen.
f) Menelaah aktivitas secara terus menerus.
2) Auditor Eksternal: a) Merupakan orang yang independen di luar perusahaan. b) Melayani pihak ke tiga yang memerlukan informasi
keuangan yang dapat diandalkan. c) Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dan
kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.
d) Sesekali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian-perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara meterial.
e) Independen terhadap manajemen dan dewan direksi, baik dalam kenyataan maupun secara mental.
f) Menelaah catatan–catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik, biasanya sekali setahun.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Audit internal merupakan suatu aktivitas penilaian
independen yang dibentuk dalam suatu organisasi yang
melaksanakan kegiatannya bagi organisasi. Tujuan dari audit
internal adalah untuk membantu anggota organisasi dalam
pelaksanaan yang efektif dari tanggung jawab mereka dengan
memberikan analisis, penilaian, saran-saran, rekomendasi dan
16
komentar yang terkait dengan kegiatan perusahaan yang diperiksa.
Dilakukannya kegiatan audit internal juga bertujuan untuk
membantu organisasi menerapkan kontrol yang efektif dengan
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan
yang terus menerus. (Sawyer, 2005: 55)
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 222) dalam mencapai
tujuan, ruang lingkup yang harus dilakukan auditor internal
meliputi:
1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan
penerapan dari sistem pengendalian manajemen,
pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya
serta mengembangkan pengendalian yang efektif, efisien dan
ekonomis.
2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3) Menelaah dan memastikan seberapa jauh harta perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan
terjadinya segala bentuk penyelewengan seperti pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan
dalam organisasi/perusahaan dapat dipercaya.
17
5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan
tugas yang diberikan oleh pihak manajemen dalam suatu
organisasi/perusahaan.
6) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
c. Standar Profesional Audit Internal
Standar profesional audit internal yang diterbitkan oleh
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Pusdiklatwas
bpkp (Redwan Jaafar dan John Elim, 2008: 90-103) membagi
standar menjadi 2 kelompok, meliputi:
1) Standar Atribut
a) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab harus
dinyatakan secara formal, konsisten serta disetujui
pimpinan dan dewan pengawas organisasi.
b) Independen dan objektif harus dimiliki auditor internal
dalam melaksanakan tugasnya.
c) Keahlian dan kecermatan profesional harus dimiliki dalam
melaksanakan penugasan, seperti pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi dalam menjalankan
tanggung jawab..
d) Program quality assurance fungsi audit internal harus
dikembangkan dan dipelihara dengan terus memonitor
efektivitasnya.
18
2) Standar Kinerja
a) Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Dilakukan secara efektif dan efisien agar memberi nilai
tambah bagi organisasi, dengan melakukan perencanaan,
komunikasi dan persetujuan, pengelolaan sumberdaya,
penetapan kebijakan dan prosedur, koordinasi yang
memadai dan menyampaikan laporan berkala pada
pimpinan dan dewan pengawas.
b) Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian dan governance, dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
c) Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan
mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang
mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi
sumberdaya. Di sini auditor internal harus melakukan
pertimbangan perencanaan, menentukan sasaran
penugasan, menetapkan ruang lingkup penugasan,
menentukan sumberdaya yang dan menyusun program
kerja yang menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi,
19
menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan
informasi selama penugasan.
d) Pelaksanaan Penugasan
Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang
handal dan relevan, mendasarkan kesimpulan dan hasil
penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat,
mendokumentasikan informasi yang relevan, dan
supervisi penugasan dengan tepat untuk memastikan
tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas serta
meningkatnya kemampuan staf.
e) Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil
penugasan secara tepat waktu yang memenuhi: kriteria
komunikasi yang tepat; kualitas komunikasi yang akurat,
objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap dan tepat
waktu; pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap
standar yang dapat mempengaruhi penugasan tertentu dan
menyampaikan hasil penugasan pada pihak yang berhak.
f) Pemantauan Tindak Lanjut
Menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak
lanjut hasil penugasan serta menyusun prosedur tindak
lanjut untuk memantau dan memastikan pelaksanaan
tindak lanjut secara efektif oleh manajemen.
20
g) Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Mendiskusikan masalah terkait risiko risidual yang tidak
dapat diterima organisasi, jika tidak menghasilkan
keputusan penanggung jawab fungsi auditor internal dan
manajemen senior harus melapor pada pimpinan dan
dewan pengawas organisasi untuk mendapat resolusi.
d. Peran Auditor Internal dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan
Dewasa ini peran auditor internal dirasakan semakin
penting oleh organisasi perusahaan. Kebutuhan akan auditor
internal terutama timbul karena perusahaan-perusahaan yang
berkembang dengan hebatnya. Oleh karena itu, menjadi sangat
penting bagi suatu perusahaan untuk mempunyai tim spesialis yang
menelaah prosedur-prosedur dan operasi dari berbagai unit dan
melaporkan ketidaktaatan suatu tindakan, inefisiensi, dan tidak
adanya kendali jelas bahwa tugas itu tidak dapat dibebani pada
auditor eksternal yang tujuan utamanya adalah menilai apakah
laporan keuangan mencerminkan secara wajar hasil-hasil usaha
serta kondisi keuangan usaha suatu perusahaan. Karena itu audit
internal telah menjadi suatu pemberian jasa yang tidak hanya
memiliki keahlian akuntansi tetapi juga keahlian dalam perilaku
organisasi atau perusahaan dan bidang-bidang fungsional lainnya.
Pada standar Audit Seksi 322 yang terdapat dalam Standar
Audit No. 33 mengatur tentang peran auditor internal. Pernyataan
21
Standar Audit No. 33 yang berlaku mulai pada tanggal 1 Januari
2001 yang terdiri dari 28 paragraf. Paragraf yang berisi tentang
peran auditor internal adalah:
Paragraf 3:
Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain pada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, audit internal mempertahankan objektivitas yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya (IAI, 2001: 322).
Peran dan tanggung jawab Auditor Internal dalam Institute
of Internal Auditor dalam Standard for Professional Practise of
Internal Auditing 1978:
1) Menilai prosedur dan menilai hal-hal yang berhubungan,
meliputi:
a) Menilai pendapat efisiensi atau kelayakan prosedur
b) Mengembangkan dan memperbaiki prosedur
c) Menilai personalia
d) Ide-ide seperti pembuatan standar
2) Verifikasi dan analisa data, menyangkut:
a) Penelaahan data yang dihasilkan sistem akuntansi guna
membuktikan bahwa laporan-laporan yang dihasilkan
adalah valid.
b) Membuat analisis-analisis yang lebih lanjut untuk memberi
dasar atau membantu dalam penyimpulannya.
22
3) Verifikasi kelayakan, untuk menentukan telah dilakukannya:
a) Posedur akuntansi atau kebijakan lainnya yang telah
dilaksanakan.
b) Prosedur operasi atau kegiatan yang telah diikuti.
c) Peraturan Pemerintah sudah dilaksanakan.
d) Kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dengan kontrak
yang sedang berjalan dipatuhi.
4) Fungsi perlindungan (mengadakan perlindungan) untuk:
a) Menghindari dan menemukan penggelapan, ketidakjujuran
dan kecurangan.
b) Memeriksa semua kekayaan perusahaan.
c) Meneliti transaksi dengan pihak luar.
5) Melatih dan memberi bantuan kepada karyawan perusahaan
terutama bidang akuntansi.
6) Jasa-jasa lainnya termasuk penyelidikan khusus dan membantu
dengan pihak luar seperti kantor akuntan publik (yang
memeriksa laporan keuangan secara periodik ) atau konsultan
lainnya yang berkepentingan dengan data-data kegiatan
perusahaan.
Peran Auditor Internal menurut Tampubolon (2005: 1-2)
sebagai berikut:
23
Tabel 1. Peran Auditor Internal
Uraian Peran Auditor Internal
Paradigma Lama Paradigma Baru
Peran Pengawas Konsultan dan Katalisator
Pendekatan Detektif (mendeteksi terjadinya suatu masalah)
Prefentif (mencegah masalah)
Sikap Seperti layaknya seorang polisi
Sebagai mitra bagi perusahaan
Ketaatan/kepatuhan Semua policy/kebijakan Hanya policy yang relevan
Fokus Kelemahan/penyimpangan Penyelesaian yang konstruktif
Audit Financial/compliance audit
Financial, compliance, operational audit, quality assurance
Dampak yang diberikan
Jangka pendek Jangka menengah dan jangka panjang
Sumber: Tampubolon (2005:1-3)
1) Peran auditor internal sebagai pengawas
Pada awalnya audit internal dikenal sebagai suatu pendekatan berbasis pada sistem yang dalam perkembangan selanjutnya beralih ke internal audit berbasis proses. Pada saat itu auditor internal lebih banyak berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang ditetapkan akan dilaksanakan oleh pegawai. Orientasi auditor internal banyak dilakukan pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan–ketentuan yang ada (compliance). (Tampubolon, 2005: 1-2)
Fokus dari audit ini adalah ditemukannya
penyimpangan yang perlu dikoreksi, keterlambatan, kesalahan,
prosedur atau pengendalian internal dan segala hal yang
dampaknya hanya bersifat jangka pendek. Aktivitasnya yaitu
24
meliputi inspeksi, observasi, perhitungan, pengecekan yang
memiliki tujuan dalam memastikan kepatuhan dan ketaatan
pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang telah
ditetapkan. Peran auditor internal sebagai pengawas biasanya
menghasilkan saran atau rekomendasi yang memberikan
dampak jangka pendek, seperti perbaikan sistem dan prosedur
atau internal kontrol.
Seiring berkembangnya profesi auditor internal di era
globalisasi, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam hal
persepsi dan paradigma audit internal. Peran auditor internal
sebagai pengawas telah berlangsung lama sekitar tahun 1940-
an. Pada tahun 1970-an muncul peran auditor internal sebagai
konsultan dan disusul dengan peran auditor internal sebagai
katalisator pada tahun 1990-an.
Peran auditor internal sebagai pengawas yang bersifat
konvensional serta bertindak sebagai “mata telinga” pimpinan
suatu perusahaan masih banyak hingga saat ini dan hal ini
menimbulkan perdebatan mengenai rekomendasi yang
diberikan oleh auditor internal yang berperan sebagai
pengawas. Bahkan peran auditor internal sebagai pengawas ini
menimbulkan persepsi bahwa auditor internal merupakan
pihak pencari kesalahan yang diutus pimpinan perusahaan.
Peran sebagai pengawas yang dijalani auditor internal
25
membuat karyawan-karyawan perusahaan kurang menyukai
kehadirannya. Hal ini mungkin merupakan suatu konsekuensi
logis dari profesi auditor internal yang tidak lepas dari fungsi
audit yang harus dilaksanakan yaitu melakukan pemeriksaan,
di mana antara auditor dan pihak yang diperiksa berada dalam
posisi yang saling berhadapan (Arief Efendi, 2006: 2).
Pengawasan sendiri dapat terdiri dari kontrol yang bersifat
(Tampubolon, 2005: 31):
1) Preventive: kontrol peristiwa yang tidak diinginkan.
2) Detective: menemukan, mengungkapkan dan memperbaiki
peristiwa yang tidak diinginkan untuk tidak terjadi.
3) Directive: mendorong peristiwa yang dinginkan terjadi.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran auditor
internal sebagai pengawas sama halnya dengan tugas polisi.
Telah kita ketahui polisi memiliki tugas untuk mengamankan
dan menjaga ketertiban kehidupan masyarakat sehingga
peneliti dapat menarik kesimpulan peran auditor internal
sebagai pengawas dapat diartikan sama dengan polisi, yaitu
auditor internal memiliki tugas untuk menjaga keamanan,
kelancaran, kesesuaian aktivitas dengan peraturan yang
berlaku di perusahaan tertentu. Di mana dengan tindakannya
itu membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan jangka
pendek.
26
2) Peran auditor internal sebagai konsultan.
Dunia usaha yang semakin berkembang dan mulai menyadari bahwa dalam menjalani suatu usaha mengandung risiko, mulailah bermunculan mengenai kebutuhan untuk mengimplementasikan internal audit berbasis risiko (Risk Based Internal Auditing). Sesuai dengan definisi baru, kegiatan audit internal bertujuan untuk memberikan layanan pada organisasi. Karena kegiatan tersebut, maka auditor internal memiliki fungsi sebagai pemeriksa sekaligus juga berfungsi sebagai mitra manajemen. Pada dasarnya seluruh tingkatan manajemen dapat menjadi klien dari auditor internal. Oleh karena itu auditor internal wajib melayani klien dengan baik dan mendukung kepentingan klien dengan tetap mempertahankan loyalitas pada perusahaan. (Tampubolon, 2005: 1-2)
Peran konsultan yang dijalankan auditor internal
diharapkan dapat membantu satuan kerja operasional dalam
mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan
memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang memberi
nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Audit yang
dilakukan yaitu audit operasional dengan memberikan
keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya
organisasi yang ada secara efektif, efisien dan ekonomis
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Rekomendasi yang diberikan auditor internal biasanya bersifat
jangka menengah.
Menurut Tugiman (2000: 17) konsep kemitraan dalam
audit internal dapat memberikan berbagai jenis pelayanan pada
organisasi dari audit internal yaitu membantu mengevaluasi
aktivitas dalam bidang-bidang:
27
1) Pengendalian akuntansi internal
2) Pencegahan dan pendeteksian kecurangan
3) Pemeriksaan keuangan
4) Pemeriksaan ketaatan
5) Pemeriksaan operasional
6) Pemeriksaan manajemen
7) Pemeriksaan kontrak
8) Pemeriksaan sistem informasi
9) Pengembangan sistem informsi
10) Hubungan dengan entitas di luar perusahaan
Seiring berjalannya waktu, keberadaan auditor internal
telah diakui sebagai bagian dari suatu organisasi atau
perusahaan yang dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan kinerja perusahaan dan pencapaian tujuan
perusahaan. Di mana dalam perkembangannya, telah terjadi
perubahan pandangan tentang peran yang dijalankan oleh
auditor internal dari paradigma lama yang masih berorientasi
pada mencari kesalahan (pengawas) menuju paradigma baru
yang lebih mengutamakan peran auditor internal sebagai
konsultan. Peran sebagai konsultan mengharuskan dan
membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan
pengetahuan yang dimilikinya baik terkait dengan profesi
auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu
28
manajemen dalam mengantisipasi terjadinya masalah.
(Supriyanto Ilyas dan Maulana, 2007: 5)
Pada tahun 1999 The Institute Internal Auditor
melakukan redefinisi pada audit internal. Dijelaskan bahwa
audit internal merupakan suatu aktivitas independen dalam
dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi
yang bernilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan.
Dari redefinisi yang dilakukan The Institute Internal Auditor
terlihat audit internal membantu suatu organisasi atau
perusahaan dalam pencapaian tujuan dengan pendekatan yang
terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi
keefektifan manajemen risiko melalui pengendalian dan proses
tata kelola yang baik. Dari uraian di atas, peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa peran auditor internal sebagai
konsultan selain bertugas melakukan pengawasan, peran ini
juga bertugas sebagai mitra dalam mengelola risiko dan
memberikan masukan, rekomendasi, nasihat-nasihat yang
diharapkan dapat membantu dalam pemecahan masalah yang
sedang dihadapi karyawan, terutama masalah yang
berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
.
29
3) Peran auditor internal sebagai katalisator.
Auditor internal di masa mendatang dimungkinkan
berperan sebagai katalisator yang akan ikut andil dalam
menentukan tujuan perusahaan. Perubahan penuh ke arah Risk
Based Internal Auditing (RBIA) akan terjadi, yang di mana
auditor internal akan ikut berperan mulai dari penentuan tujuan
yang hendak dicapai sampai dengan mementukan tindakan-
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan tersebut. Bahkan diperkirakan proses
perubahan ini tidak pernah berhenti sejalan dengan dinamika
dari manajemen risiko. Peran yang dijalankan auditor internal
sebagai katalisator adalah mengarahkan agar pelaksanaan
quality management dapat sesuai dengan yang direncanakan.
Proses auditnya disebut dengn quality assurance.
Quality assurance bertujuan untuk memberikan
keyakinan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah
menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumen atau pelanggan. Di sini auditor internal
diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali
risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi.
Peran auditor internal sebagai katalisator bertindak sebagai
fasilitator dan agent of change. Dampak yang diberikan dari
peran katalis yang dijalankan auditor internal bersifat jangka
30
panjang karena fokus katalisator adalah nilai jangka panjang
dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi
yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau konsumen dan
pemegang saham. (Harry Andrian Simbolon, 2010: 1)
Penerapan risk management dan risk based audit
adalah salah satu contoh peran auditor internal sebagai
katalisator. Sebagai katalisator auditor internal terlibat aktif
dalam melakukan penilaian risiko yang terdapat dalam proses
bisnis perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif
dari pihak auditor internal dalam mengenali risiko-risiko yang
dihadapi atau mungkin dihadapi manajemen dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Peran katalisator yang dijalankan auditor
internal tidak saja terbatas pada tindakan perbaikan dan
memberikan nasihat tetapi juga mencakup dalam system design
and development dengan persetujuan pimpinan, review
terhadap kompetensi sumberdaya manusia dalam suatu fungsi
organisasi, keterlibatan dalam penyusunan corporate planning,
evaluasi kinerja, budgeting, strategy formulation dan usulan
perubahan strategi (Harry Andrian Simbolon, 2010: 1). Peneliti
menyimpulkan peran auditor internal sebagai katalisator
hampir sama dengan peran auditor internal sebagai konsultan
yang merupakan paradigma baru dari peran auditor internal.
Peran auditor internal sebagai katalisator ini mendampingi
31
klien dalam mengenali resiko yang dapat mengancam
pencapaian tujuan perusahaan dan akan ikut bertugas dan
bekerjasama dengan manajemen dalam penentuan tujuan dari
suatu perusahaan yang berdampak untuk jangka panjang.
3. Persepsi Karyawan
a. Pengertian Persepsi
Menurut Kreitner dan Kinicki (2003: 208) “Persepsi adalah
proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan
memahami lingkungan di sekitar kita”. Penafsiran tersebut
merupakan pandangan kita tentang lingkungan atau tempat di mana
kita berada. Menurut Matlin dan Solso dalam Suharnan (2005: 23)
“Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah
dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau
memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang
diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung”.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera.
Namun proses tersebut tidak berhenti di bagian itu saja, tetapi pada
umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai
pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakakn proses
persepsi. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat terlepas dari
32
proses penginderaan, dan penginderaan adalah proses yang
mendahului terjadinya suatu persepsi. Proses penginderaan terjadi
setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang
mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
Stimulus mengenai suatu individu kemudian
diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari
tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud
dengan persepsi. Menurut Davidoff dalam Suharnan (2005: 25).
Seseorang dapat membentuk persepsi-persepsi yang berbeda
mengenai tindakan yang sama karena ada tiga macam proses
penerimaan indera yaitu:
1) Perhatian selektif adalah kecenderungan seseorang untuk
menyaring sebagian besar informasi yang dihadapi.
2) Distorsi selektif adalah menguraikan kecenderungan orang
untuk menginterpretasi informasi dengan cara yang akan
mendukung apa yang telah mereka yakini.
3) Retensi selektif adalah kecenderungan mempertahankan
informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.
Dari uraian definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
persepsi karyawan merupakan suatu tanggapan dari pekerja atau
karyawan yang merupakan hasil penginderaan.
33
b. Proses Terbentuknya Persepsi
Menurut Walgito (2005: 102) terjadinya persepsi
merupakan sesuatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis yang merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh alat indera atau reseptor melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologis, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima alat indera atau reseptor.
4) Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Dikemukakan pula bahwa proses persepsi melalui tiga tahap,
yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun
stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam
proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan
informasi tentang stimulus yang ada.
2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala serta pengetahuan
individu.
34
Stimulus yang diterima seseorang akan diorganisasikan,
diinterpretasikan, sehingga seseorang menyadari tentang apa yang
diinderanya dan menjadi lebih berarti. Dengan persepsi,
seseorang menyadari keadaan lingkungan sekitarnya dan apa
yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Walaupun
stimulusnya sama tetapi pengalamannya tidak sama, kemampuan
berpikirnya tidak sama, kerangka acuannya tidak sama. Dengan
demikian kemungkinan hasil persepsi setiap individu akan
berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi
lebih bersifat individual.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Makmuri Muchlas (2008:119), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi diantaranya adalah:
1) Pelaku persepsi
Apabila seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk
mengemukakan hasil interpretasi tentang yang dilihatnya,
interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadinya. Beberapa karakteristik pribadi yang dapat
mempengaruhi persepsi diantaranya:
a) Sikap setiap orang terhadap orang yang sama bisa berbeda
tergantung pada tingkat kesukaan mereka pada orang
tersebut (objek persepsi).
35
b) Motif seseorang bisa muncul kalau ada kebutuhannya
yang belum terpenuhi. Hal ini akan memberikan stimulasi
atau mempengaruhi untuk berpersepsi kuat terhadap objek
tertentu yang sesuai dengan motifnya.
c) Interest yang berbeda satu sama lain.
d) Pengalaman masa lalu dapat dihubungkan dengan interest,
di mana pengalaman masa lalu terhadap suatu objek dapat
menurunkan interest pada objek tertentu.
2) Target persepsi
Karakteristik dalam target persepsi yang sedang diobservasi
mempengaruhi segala hal yang dipersepsikan.
3) Situasi
Elemen-elemen dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi
persepsi.
B. Penelitian yang Relevan
1. Emanuela Deasy Novieyanti (2006), yang berjudul “Persepsi Karyawan
Terhadap Peran Audit Internal pada Pelayanan Kesehatan St. Carolus
Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan
terhadap persepsi karyawan terhadap peran audit internal apakah
sebagai pengawas, konsultan, atau katalisator.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui
kuesioner dan merupakan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini
36
peneliti menggunakan 40 responden yang menunjukkan hasil
analisisnya bahwa menurut persepsi karyawan, peran audit internal
sebagai konsultan merupakan peran audit internal yang terpenting.
Untuk mengetahui nilai validitas persepsi karyawan Pelayanan
Kesehatan St. Carolus tentang peran audit internal digunakan metode
korelasi Product Moment dimana signifikansi dari r hitung < 0,05 maka
dapat dikatakan valid, sedangkan untuk mengetahui nilai reabilitas
peranan audit internal digunakan metode Spearman-Borown (split-half)
di mana untuk peranan audit internal item pernyataan genap sebesar
0,912 dan peran internal audit internal item pernyataan ganjil sebesar
0,900 dapat dinyatakan reliabel karena > 0,600. Hasil analisis data
menunjukan bahwa menurut persepsi karyawan, peran audit internal
sebagai konsultan merupakan peran audit internal yang terpenting.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan
peneliti terdahulu ini adalah jika peneliti melakukan penelitian persepsi
karyawan tentang peran audit dalam pencapaian tujuan perusahaan jasa
sedangkan peneliti terdahulu meneliti persepsi karyawan terhadap peran
audit internal pada pelayanan kesehatan. Perbedaan berikutnya terletak
pada jumlah responden, peneliti menggunakan 69 karyawan sebagai
responden sedangkan peneliti terdahulu menggunakan 40 karyawan
sebagai responden. Perbedaan lainnya terletak pada tahun diadakannya
penelitian serta lokasi penelitian yang berbeda. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada penggunakan
37
kuesioner dalam memperoleh data dan menggunakan Skala Likert untuk
memberikan skor penilaian kuesioner, sama-sama meneliti tentang
peran dari auditor internal di suatu perusahaan dan sama-sama
menggunakan teknik analisis deskriptif.
2. Dendy Ronald Rawung (2007), dengan penelitian berjudul “Persepsi
Karyawan Terhadap Peran Audit Internal di PT. General Electric
Indonesia”. Dikemukakan dalam penelitian ini bahwa peran audit
internal perusahaan sudah berjalan dengan baik untuk Audit Laporan
Keuangan (Financial Audit), Audit Kepatuhan (Compliance Audit),
serta Audit Operasional (Operational Audit).
Dari penelitian ini dapat diketahui karakteristik karyawan yang
paling banyak mengemukakan persepsi tentang audit internal adalah
karyawan yang berusia antara 30–40 tahun dan juga antara 40–50
tahun, laki–laki dengan usia kerja 5–8 tahun, sedangkan dari
perhitungan jumlah rata-rata dapat diketahui bahwa karyawan merasa
audit internal bekerja dengan baik dan bertanggung jawab dengan
kisaran angka rata-rata 4,15 dari skala 3,43–4,23 dan diketahui pula
bahwa audit internal lebih cenderung berperan dalam mengaudit
Laporan Keuangan terbukti dengan angka rata-rata sebesar 4,27
dibandingkan dengan audit yang dilakukan untuk memeriksa kepatuhan
yaitu sebesar 4,08 dan audit operasional perusahaan sebesar 4,09.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan
penelitian terdahulu adalah sama-sama mengangkat masalah tentang
38
audit internal, sama-sama menggunakan kuesioner untuk memperoleh
data untuk diteliti dan menggunakan Skala Likert untuk memberikan
skor penilaian kuesioner. Perbedaannya yaitu terletak pada variabel
yang digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan penilaian
peran auditor internal, apakah sebagai pengawas, konsultan, ataukah
katalisator sedangkan peneliti terdahulu sebagai instrumen penelitian
menggunakan Audit Laporan Keuangan (financial Audit), Audit
Kepatuhan (Compliance Audit), serta Audit Operasional (Operational
Audit); penggunaan teknik analisis data, peneliti menggunakan analisis
statistik deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian sedangkan
penelitian terdahulu menggunakan perhitungan Anova dalam menguji
hipotesis.
3. Listiatik (2007), yang penelitiannya berjudul “Persepsi Karyawan
Tentang Peran Internal Auditor” (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Panti
Rini). Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh melalui
kuesioner dan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan uji
reliabilitas untuk pengujian instrumen penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pernyataan dinyatakan valid, terbukti dari rhitung
untuk 24 pernyataan lebih besar dari rtabel = 0,361. Nilai reliabilitas
dengan metode Spearman-Brown (Split-half) pada peranan internal
auditor–pernyataan ganjil = 0.7050 dan peranan internal auditor-
pernyataan genap = 0,7407. Maka pernyataan dapat dinyatakan reliabel
39
karena lebih besar dari 0,600. Hasil analisis dalam penelitian ini
menyatakan bahwa persepsi karyawan tentang peran auditor internal
sebagai konsultan menempati peringkat I dengan total nilai sebesar
1.215 atau 34,7%. Persepsi karyawan tentang auditor internal sebagai
pengawas menempati peringkat II dengan total nilai sebesar 1.166 atau
33,3%. Persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai
katalisator menempati peringkat III dengan total nilai sebesar 1.121 atau
32% .
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
terletak pada tempat dan waktu penelitian yang dilakukan, penelitian
yang terdahulu melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini pada
tahun 2007 sedangkan penelitian sekarang dilakukan di Hotel Inna
Garuda Yogyakarta pada tahun 2012. Untuk persamaannya yaitu sama-
sama melakukan penelitian terkait dengan peran audit internal,
menggunakan kuesioner dalam memperoleh data primer dan
menggunakan Skala Likert untuk memberikan skor penilaian kuesioner.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. (Ismani, 2009: 13).
Kerangka berpikir ini disusun oleh peneliti berdasarkan deskripsi teori dan
hasil penelitian yang relevan yang menggunakan 3 tahap untuk
mendapatkan jawaban dari rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut:
40
1. Persepsi karyawan
Persepsi karyawan merupakan suatu tanggapan karyawan
terhadap sesuatu atau proses dan karyawan mengetahui beberapa hal
melalui panca indra yang dimiliki. Proses di mana seorang karyawan
memandang suatu objek dan berusaha untuk menafsirkan apa yang
dilihat dan dirasakannya. Persepsi karyawan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya seperti pelaku persepsi, target persepsi,
dan situasi. Persepsi karyawan dibutuhkan untuk mengetahui peran
yang dijalankan oleh auditor internal dalam perusahaan.
2. Persepsi karyawan tentang peran auditor internal
Setelah mendapatkan data persepsi karyawan, peneliti dapat
menentukan tingkat persepsi karyawan tentang peran auditor internal.
Apakah peran auditor internal sebagai pengawas, konsultan dan
katalisator baik, cukup baik, ataukah kurang baik menurut persepsi
karyawan. Kemudian memberikan peringkat pada masing-masing
peran auditor internal tersebut.
Peran auditor internal sebagai pengawas sama halnya seperti
tugas polisi. Di sini auditor internal bertugas untuk menjaga
keamanan, kelancaran, kesesuaian aktivitas terhadap peraturan yang
berlaku dan berdampak jangka pendek. Yang terkadang peran itu
menimbulkan persepsi karyawan bahwa audit internal perusahaan
adalah lawan mereka. Apabila skor persepsi karyawan tentang peran
auditor internal sebagai pengawas memiliki tingkat yang tertinggi
41
maka dapat dikatakan bahwa persepsi karyawan tentang peran yang
dijalankan oleh auditor internal masih menggunakan paradigma lama.
Peran auditor internal sebagai konsultan dan katalisator
merupakan peran auditor internal berdasarkan paradigma baru. Yang
di mana peran auditor internal sebagai konsultan adalah sebagai mitra
klien dalam mengelola risiko dan bertugas memberikan masukan,
nasihat, pemecahan masalah bagi karyawan yang sedang menghadapi
masalah, terutama masalah terkait operasional perusahaan sehingga
dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Sedangkan
peran auditor internal sebagai katalisator nantinya ikut bertugas dan
bekerjasama dengan manajemen dalam penentuan tujuan dari suatu
perusahaan dan menanamkan nilai yang mendasar sesuai konsep
quality management yang dijadikan pegangan oleh karyawan. Apabila
skor persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai
konsultan atau katalisator memiliki tingkat yang tertinggi maka dapat
dikatakan bahwa persepsi karyawan tentang auditor internal telah
menjalankan perannya berdasarkan paradigma baru.
3. Peran auditor internal dalam pencapaian tujuan perusahaan
Keberadaan auditor internal membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan. Peran auditor internal yang memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan membuat banyak manajemen perusahaan-
perusahaan besar membentuk tim audit internal di perusahaannya.
42
Peran auditor internal sebagai pengawas membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan dengan melakukan inspeksi, observasi,
perhitungan, pengecekan dalam memastikan kepatuhan dan ketaatan
pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang telah ditetapkan. Di
mana saran atau rekomendasi yang diberikan membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan jangka pendek.
Peran auditor internal sebagai konsultan membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan dengan melakukan audit operasional, yaitu
memberikan keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber
daya organisasi yang ada secara efektif, efisien dan ekonomis
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Rekomendasi
yang diberikan auditor internal biasanya membantu perusahaan dalam
mencapai tujuan jangka menengah, sedangkan peran auditor internal
sebagai katalisator akan membantu pencapaian tujuan perusahaan
dengan bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. Dengan
peran auditor internal sebagai katalisator dapat membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan jangka panjang.
D. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan alur sederhana yang
mendeskripsikan pola hubungan variabel penelitian atau prosedur kerja
peneliti untuk memecahkan penelitian. Alur sederhana ini dapat berupa
43
gambar atau bagan alir (Ismani, 2009: 13). Dalam penelitian ini alur
sederhana tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Paradigma Penelitian
E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai
pengawas dalam pencapaian tujuan perusahaan?
2. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai
konsultan dalam pencapaian tujuan perusahaan?
3. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai
katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan?
Persepsi Karyawan
Pengawas Konsultan Katalisator
Auditor Internal
Tujuan Perusahaan