KAJIAN STOK RAJUNGAN (Portunus pelagicus, Linn) YANG DI DARATKAN DI
KELURAHAN KAMPUNG BUGIS
KECAMATAN TANJUNG PINANG KOTA KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Yustika Andriani (1),
, Andi Zulfikar S.Pi, MP (2),
, T. Said Raza’I S.Pi, MP (3)
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29125 Email: [email protected]
ABSTRAK
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis
penting dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Salah satu kawasan penduduk di yang memanfaatkan rajungan sebagai sumber mata
pencaharian adalah penduduk Kampung Bugis Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi stok rajungan di Kampung Bugis yang meliputi panjang berat,
kelompok ukuran, parameter pertumbuhan, hubungan panjang berat, mortalitas dan eksploitasi
serta untuk mengetahui laju mortalitas dan laju eksploitasi. Rajungan yang di ukur selama
penelitian adalah 650 ekor yang terdiri dari 3 kelompok umur dengan dipisahkan melalui metode
Bhattacharya menggunakan software FISAT II dengan data minimum dan maksimum dari lebar
karapas rajungan adalah 9 cm dan 15.08 cm, rata-rata rajungan keseluruhannya adalah 13.4 cm
dengan nilai tengah 13.6 cm dan indeks keseragaman 1.01 cm serta selisih dari ukuran maksimum
dan minimumnya adalah 6.08 cm. Dan ukuran kepiting rajungan yang paling banyak tertangkap
adalah 13.11 cm. Koefisien nilai K adalah 0,713 per tahun, L∞ adalah 15,9 cm dan t0 sebesar -
0,881 per tahun. Berdasarkan hubungan panjang berat didapat pola pertumbuhan rajungan adalah
allometrik negative. Nilai mortalitas total (Z) adalah 1.969 per tahun, sedangkan mortalitas alami
(M) adalah 1.567 per tahun. Maka di dapat tingkat eksploitasi (E) adalah 0,20.
Kata kunci: stok, rajungan, mortalitas, laju eksploitasi dan panjang berat.
CRAB (Portunus pelagicus, Linn) STOCK ASSESSMENT THAT LANDED IN
KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA
KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ABSTRACT
Crab fishery is an economically valuable commodity important and is one
of the export comodities that have increased in each year. One of area residence
who use crab as a source of livelihood is the Kampung Bugis Tanjungpinang
cities. This study was done to determine the size, grow parameter, length
relationship weight, mortality, and exploitation and to determine the mortality rate
and the rate of exploitation. Crab is measured during the study was 650 crabs,
which consisted of 3 age groups, separated by Bhattacharya method using
softwere FISAT II with a minimum and maximum of crab carapace width is 9 cm
and 15,8 cm, the average overall crab is 13,4 cm by 13.6 cm central value and
uniformity index 1,01 cm and the difference of the maximum and minumun size is
6,08. Size crab most caught is 13,11 cm. Coefficient value K is 0,713 per year, L∞
is 15,9 cm. t0 amounting to -0,88 per year. Based on the weight length patterns
cran is 1.969 per year, while natural mortality is 1.567 per year. Than obtain the
rate wxploitation is 0,20.
Key words: Stock, Crab, Mortality, The Rate Of Exploitation, Length-Weight Relationship
PENDAHULUAN
Kepulauan Riau merupakan salah
satu provinsi yang ada di Indonesia dan
terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota, 47
kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan
jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang
yang sudah bernama dan berpenduduk serta
yang belum bernama dan belum
berpenduduk. Luas wilayah sekitar 252.601
km2, dengan lautan 95% dan 5% merupakan
daratan. Dikarenakan Provinsi Kepulauan
Riau memiliki lautan yang lebih luas
dibanding daratannya, maka hal ini dapat
menimbulkan tingginya potensi kekayaan
sumberdaya laut di Provinsi Kepulauan
Riau. Kondisi seperti ini sangat mendukung
untuk mengembangkan usaha perikanan
(Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan
Riau, 2003). Salah satu komoditas perikanan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah
rajungan (Portunus pelagicus). Permintaan
dan penangkapan yang tinggi merupakan
permasalahan yang dapat mengakibatkan
semakin sedikitnya stok rajungan di alam
yang dapat mengancam keberlangsungan
hidup rajungan jika tidak dikelola dengan
baik. Maka, pada penelitian ini akan
dilakukan kajian terhadap stok populasi
rajungan khususnya yang terdapat di
Kampung Bugis Kota Tanjungpinang.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui stok rajungan yang di
daratkan di pengumpul rajungan Kelurahan
Kampung Bugis, mengetahui laju mortalitas
dan eksploitasi di Kelurahan Kampung
Bugis.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
Bulan Mei hingga Juni 2015 di Kelurahan
Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang
Kota Kota Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau. Tahapan yang di lakukan
dalam penelitian ini yaitu meliputi survey
awal dan pelaksanaan penelitian.
PETA LOKASI TEMPAT
Gambar 1. Lokasi Penelitian
A. Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Alat Bahan
Alat Kegunaan
Jangka Sorong (0,001) Mengukur objek penelitian
Timbangan Analitik Menimbang objek penelitian
Alat Tulis Mencatat data penelitian
Formulir Quisioner Data Primer
Rajungan Objek Penelitian
Camera Dokumentasi
Literatur yang mendukung Data Sekunder
METODE
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode survey di lakukan untuk
melihat langsung kondisi lapangan tempat di
lakukannya penelitian selama kurang lebih 1
bulan. Di dalam penelitian ini juga di
gunakan data primer dan data sekunder.
Metode yang di gunakan dalam pengambilan
sampling yang di lakukan terhadap nelayan
adalah menggunakan metode purposive
sampling atau pemilihan responden
berdasarkan kesediaan anggota populasi.
Pengambilan sampel kepiting rajungan
dilakukan sebanyak 12 kali turun lapangan
dengan interval waktu pengambilan sampel
yaitu 3 kali seminggu selama 1 bulan dengan
mengukur sampel 50 ekor perhari
pengukuran selama 12 kali turun, hingga
total target kepiting rajungan mencapai 600
ekor. Hal ini berpedoman pada Carlander
(1956) dalam Miller (1966) bahwa minimal
jumlah contoh yang di perlukan pada tingkat
kepercayaan 99%, 98%, 95% adalah
550,150, dan 300 dengan asumsi contoh
yang di ambil sudah mewakili populasi yang
sebenarnya.
ANALISIS DATA
Distribusi Frekuensi Panjang
Distribusi frekuensi panjang
didapatkan dengan menentukan selang kelas,
nilai tengah kelas dan distribusi frekuensi
panjang yang telah ditentukan dalam selang
kelas yang sama kemudian diplotkan dalam
sebuag grafik (Susilawati 2013).
Identifikasi Kelompok Ukuran
Dalam pengindetifikasi kelompok
ukuran Rajungan ini menggunakan metode
pemisahan kelompok umur secara grafis
yaitu metode Bhattacharya. Pada dasarnya
metode ini terdiri atas pemisahan sejumlah
distribusi normal yang masing-masingnya
mewakili suatu kohort rajungan dari
distribusi keseluruhan. Pertama tentukan
suatu kemiringan yang bersih dari suatu
distribusi normal pada sisi kiri dari distribusi
total, kemudian tentukan distribusi normal
dari kohort yang pertama dengan
menggunakan suatu transformasi ke dalam
suatu garis lurus (Ningsih 2014). Ulangi
proses ini untuk distribusi normal berikutnya
dari kiri, sampai tidak dapat lagi ditemukan
distribusi normal yang bersih (Sparre dan
Venema, 1999).
Parameter Pertumbuhan
Pendugaan parameter pertumbuhan
dilakukan dengan menggunakan rumus
pertumbuhan Von Bertalanffy (Sparre dan
Venema, 1999) yaitu:
Lt = L∞ ( 1 – e [– K ( t - t0 )])
Selanjutnya untuk menentukan to
digunakan persamaan empiris Pauly (1983)
dalam Sparre dan Venema (1999), yaitu :
log (-t0) = 0,3922 – 0,2752(log
L∞) – 1,038(log K)
L∞ adalah panjang maksimum
rajungan secara teoritis, K adalah Koefisien
laju pertumbuhan (per satuan waktu) dan t0
adalah umur teoritis rajungan pada saat
panjang total cangkang sama dengan nol.
Hubungan Panjang Berat Kepiting
Hubungan panjang berat
digambarkan dalam dua bentuk yaitu
isometrik dan alometrik (Hile 1936 dalam
Effendi 1997). Untuk kedua pola ini berlaku
persamaan :
W = a Lb
Keterangan:
W= Berat total (gram)
L = Panjang cangkang dan
lebar kerapas, (mm)
a dan b = Konstanta
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas alami (M) diduga
dengan menggunakan rumus empiris Pauly
(1980) dalam Sparre dan Venema (1999)
sebagai berikut:
ln M = -0.0152 –
K + 0.463*ln T
Selanjutnya Pauly (1983) dalam
Sparre dan Venema (1999) menyarankan
bahwa untuk meperhitungkan kebiasaan
menggerombol dengan cara mengalikan
persamaan diatas dengan nilai 0,8 sehingga
untuk spesies yang hidupnya menggerombol
nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah,
yaitu:
M = 0.8*exp[-0.0152 -
0.6543* ln K + 0.463* ln T]
Keterangan:
M = mortalitas alami
L∞ = panjang asimtotik pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy
K = koefisien pertumbuhan pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy
T = rata-rata suhu permukaan air (°C)
Laju mortalitas penangkapan (F)
ditentukan dengan: F = Z-M. Laju
eksploitasi ditentukan dengan
membandingkan mortalitas penangkapan (F)
terhadap mortalitas total (Z) menurut Pauly
(1984) dalam Sparre dan Venema (1999).
Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju
eksploitasi optimum menurut Gulland
(1971) adalah: Foptimum=M dan
Eoptimum=0,5. Jika E>0,5 menunjukkan
tingkat eksploitasi tinggi (over fishing);
E<0,5 menunujukan tingkat eksplotasi
rendah (under fishing); E=0,5 menunjukkan
pemanfaatan optimal (Sparre dan Venema,
1999).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Frekuensi Panjang Rajungan
Dari penelitian yang dilaksanakan
didapati bahwa data minimum dan
maksimum dari lebar karapas rajungan
adalah 9 cm dan 15.08 cm. Rata-rata
rajungan keseluruhannya adalah 13.4 cm
dengan nilai tengah 13.6 cm dan indeks
keseragaman 1.01 cm serta selisih dari
ukuran maksimum dan minimumnya adalah
6.08 cm. ukuran kepiting rajungan yang
paling banyak tertangkap di Perairan
Kampung Bugis adalah 13.11 cm.
Berdasarkan lebar karapas, secara umum
hasil tangkapan rajungan di perairan
Kampung Bugis telah memasuki tingkat
perkembangan “menuju dewasa” dimana
ukuran rata rata kepiting rajungan berkisar
diantara 7 – 15 cm. Menurut Nontji (1986)
mengemukakan bahwa kepiting rajungan
dalam siklus hidupnya zoea sampai dewasa
mengalami pergantian kulit sekitar 20 kali
dan ukuran lebar karapaksnya dapat
mencapai 18 cm.
Identifikasi Kelompok Umur
Hasil penelitian tentang identifikasi kelompok umur dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Sebaran Kelompok Ukuran Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn)
LN
(mm)
JUMLAH
POPULASI SN
INDEKS
SEPARASI (I)
93.519 11
2.081
127.405 272 2.763 13.992
144.078 364 4.428 4.637
Total 647
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Hasil dari pemisahan kelompok ukuran
rajungan di Kelurahan Kampung Bugis,
Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
menunjukkan terdapat tiga kelompok umur
kepiting rajungan. Dapat di lihat bahwa nilai
indeks separasi untuk masing-masing kelas
> 2 yang artinya dapat dilakukan analisis
lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa
pemisahan kelompok ukuran rajungan dapat
diterima dalam metode Bhattacharya (Sparre
danVenema, 1999). Pada awal pengamatan
pengambilan sampel, jumlah sampel yang
akan di ambil adalah sebesar 600 ekor,
namum setelah turun kelapangan jumlah
sampel yang di ambil lebih besar yaitu 650
ekor dikarenakan banyaknya rajungan pada
saat turun lapangan. Namun setelah di
lakukan analisis ternyata jumlah total
rajungan tersebut hanya terbaca sebesar 647
ekor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
sulitnya dalam pemisahan kelompok ukuran
rajungan yang menumpuk dan di ambil
secara acak sehingga dari target yang di
tentukan 650 ekor tidak terbaca 3 ekor.
Sama halnya pada penelitian Muliana (2015)
pengambilan sampel 570 ekor kepiting
namun hanya terbaca 444 hal ini disebabkan
pengacakan dalam pengambilan sampel dan
ukuran yang seragam dan menumpuk yang
mengakibatkan sulitnya pemisahan
kelompok dari kepiting rajungan sehingga
125 ekor tidak dapat terhitung dalam
analisis.
Parameter Pertumbuhan (L∞, K dan t0) Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn)
Hasil penelitian tentang parameter pertumbuhan dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Parameter Pertumbuhan Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn) fDengan Model
Von Bertalanffy (K, L∞, t0)
A B k L infiniti
(mm) log (-t0) -t0 t0
81.38 0.49 0.713 159.57 -0.055 0.881 -0.881
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Nilai L∞ menunjukkan bahwa ukuran
rajungan lebar karapas maksimum secara
teoritis sepanjang hidup alaminya yaitu
sebesar 159.57 mm. Nilai K menunjukkan
kecepatan pertumbuhannya untuk mencapai
ukuran maksimal dan diperoleh dari nilai
dL/dt pada ukuran maksimal. Semakin besar
nilai K maka semakin capat pertumbuhan
rajungan untuk mencapai ukuran
maksimalnya. Berdasarkan persamaan
pertumbuhan kepiting rajungan yang
diperoleh dapat dianalisis hubungan yang
terbentuk antara lebar karapas dengan umur
rajungan dengan menggunakan beberapa
variasi nilai umur (bulan) dan panjang
teoritis (cm) dalam kurun waktu enam bulan
kedepan.
Adapun grafik pertumbuhan Von
Bertalanffy yang terbentuk adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn)
Sumber: Pengolahan Data Primer
Berdasarkan grafik pertumbuhan
diatas diketahui bahwa kepiting rajungan
mengalami pertumbuhan yang cepat pada
fase awal pertumbuhan. Dapat dilihat terjadi
peningkatan lebar karapas yang signifikan
pada 9 bulan awal pertumbuhan kepiting
rajungan namun cenderung mengalami
perlambatan untuk bulan-bulan berikutnya.
Hal ini dapat dipahami karena kepiting
rajungan telah memasuki pertumbuahan
maksimal pada umur 13 sampai dengan 59
bulan sehingga tidak terjadi penambahan
ukuran lebar karapas kepiting rajungan
tersebut. Kondisi lingkungan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan kepiting
rajungan selama siklus hidupnya adalah
Kapasitas konsumsi oksigen dan
ketersediaan makanan (Zaidin dalam
Muliana, 2015).
Hubungan Panjang Berat
Perhitungan untuk pendugaan
pertumbuhan terdiri atas dua model yakni,
model yang berhubungan dengan bobot dan
model yang berhubungan dengan panjang
(Effendie 2002). Pada penelitian ini analisis
pola pertumbuhan menggunakan data
panjang dan bobot. Persamaan yang
terbentuk dimanfaatkan untuk menduga
bobot kepiting rajungan pada panjang
tertentu dan menentukan pola pertumbuhan
kepiting rajungan tersebut. Oleh karena itu
bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari
panjang (Effendie 2002).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kepiting rajungan memiliki pola
pertumbuhan allometrik negative yang
ditandai dengan nilai koefisien regresi yang
terbentuk dari kurva hubungan panjang berat
< 3. Artinya pertambahan panjang lebih
dominan daripada pertambahan bobot
(Effendie 2002). Hal ini diperkuat setelah
dilakukan uji t terhadap nilai koefisien
regresi pada selang kepercayaan 95%
dimana nilai t hitung lebih besar dari t table.
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Gambar 3. Hubungan Panjang Berat Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn)
Sumber: Pengolahan Data Primer
Tabel 4. Hasil Perhitungan Panjang Berat
N a B R2 W=aL
b Pola Pertumbuhan
647 -1.232 2.414 0.866 0.29L2.414
Alometrik Negatif
Sumber: Pengolahan Data Primer
Dari kurva analisis Hubungan Panjang
Berat Kepting Rajungan diatas didapat
persamaan regresi y = 2.414x - 1.232
dimana nilai a = -1.232 nilai b = 2.414 dan
hubungan panjang karapas kepiting rajungan
dengan berat tubuh pada kepiting rajungan
membentuk persamaan W = 0.29L2.414
dengan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.866. Uji lanjut t pada taraf
kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa nilai
thitung > ttabel .
Mortalitas dan Laju
Eksploitasi
Penurunan terhadap stok disebabkan
oleh dua faktor yakni mortalitas alami dan
eksploitasi spesies berupa mortalitas
penangkapan. Pertumbuhan memiliki
keterkaitan terhadap laju kematian atau
mortalitas. Cepatnya pertumbuhan dan
pendeknya umur ikan mengindikasikan laju
kematian yang cukup tinggi. Mortalitas
alami disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya pemangsaan, penyakit, stress,
pemijahan, tingkat kelaparan dan umur,
namun faktor yang dominan adalah predasi
(King 1995). Nilai koefisien mortalitas
dihitung menggunakan program dalam
FiSAT II dengan pendekatan kurva hasil
tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data
lebar karapas. Hasil analisis dari kurva hasil
tangkapan yang dilinearkan disajikan dalam
Tabel 5.
Tabel 5. Laju Mortalitas Dan Laju Eksploitasi Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn)
Laju Nilai (per tahun)
Mortalitas Total 1.969
Mortalitas Alami 1.567
Mortalitas Penangkapan 0.40
Mortalitas Eksploitasi 0.20
Sumber: Pengolahan Data Primer
y = 2.4143x - 1.2324 R² = 0.866
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
Be
rat
(gra
m)
Panjang (cm)
Hubungan Panjang Berat Kepiting Rajungan
Gambar 4. Kurva Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus, Linn) Berbasis Lebar
Karapas Yang Di Linierkan
Sumber: Pengolahan Data Primer
Nilai mortalitas total (Z) rajungan di
perairan Kampung Bugis adalah 1.969 per
tahun, sedangkan nilai mortalitas alami dan
mortalitas tangkapan untuk masing-masing
sebesar 1.567 per tahun dan 0.40 per tahun.
Tingkat eksploitasi (E) rajungan di perairan
Kampung Bugis sebesar 0.20 atau 20%.
Besarnya tingkat eksploitasi akan
menunjukkan apakah upaya seimbang antara
penangkapan dengan rekrutmen, telah
melebihi (over fishing) atau masih kurang
(under exploited). Nilai E sebesar 0.5
menunjukkan fully exploited, nilai E>0.5
menunjukkan overexploited dan nilai E<0.5
menunjukkan under exploited (Spare dan
Venema 1999). Hasil penelitian menunjukan
nilai E sebesar 0.20, artinya upaya
penangkapan belum melebihi batas tingkat
eksploitasi maksimal yaitu 0.5 atau 50%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kajian
stok rajungan(Portunus pelagicus, Linn) di
Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan
Tanjungpinang Kota Kota Tanjung Pinang
Provinsi Kepulauan Riau dapat di simpulkan
bahwa:
1. Kondisi stok rajungan di Kampung
Bugis terkategori baik karna
menunjukan tangkapan rajungan
tidak melebihi atau di bawah oleh
ketentuan yang di di buat oleh
Kementrian Kelautan Dan
Perikanan Indonesia.
2. Nilai mortalitas total (Z) rajungan
di perairan Kampung Bugis adalah
1.969 per tahun, sedangkan nilai
mortalitas alami dan mortalitas
tangkapan untuk masing-masing
sebesar 1.567 per tahun
Saran
Perlu di lakukan penelitian lebih
lanjut tentang kajian stok rajungan untuk
tetap menjaga kesediaan stok yang ada di
alam, penelitian lebih lanjut di lakukan agar
dapat mengetahui pengelolaan seperti apa
yang cocok untuk berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, Yudhan Nur. 2006. Aplikasi
Bagan Kendali Proses Berdasarkan
Tingkat Residu Chloramphenicol
Pada Daging Rajungan Di PT.
Mina Global Mandiri Purwakarta.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor :
Bogor
Amtoni dkk, 2010. Pengaruh Perbedaan
Jenis Umpan Terhadap Hasil
Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Dengan Bubu Lipat Di
Perairan Bungko Kabupaten
Cirebon.
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
1.00
1.05
1.11
1.17
1.23
1.29
Anonim. 2007. Pengamatan Aspek Biologi
Rajungan dalam Menunjang
Teknik Perbenihannya. Warta
Penelitian Perikanan Indonesia,
Volume 10, No.1.
Asih Febrianti. 2013. kajian kondisi ikan
selar (selaroides leptolepis)
berdasarkan hubungan panjang
berat dan faktor kondisi di laut
natuna yang didaratkan di tempat
pendaratan ikan pelantar kud
tanjungpinang. Fakultas Ilmu
Kelautan Dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
Astuti, Widi. 2008. Pengelolaan Dan
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Layur Di Perairan Pelabuhan
Ratu Sukabumi Jawa Barat.
Ayodhyoa, A. U. 1979. Ilmu Teknik
Penangkapan Ikan. Fakultas
Perikanan. IPB.Bogor.
Balai Bimbingan Dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan, 2000
Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan
Riau, 2003
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta (ID): 163 hlm.
Effendy, S., Sudirman, S. Bahri, E.
Nurcahyono, H. Batubara, dan M.
Syaichudin. 2006. Petunjuk
Teknis Pembenihan Rajungan
(Portunus Pelagicus Linnaenus).
Diterbitkan Atas Kerjasama
Departemen Kealutan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal
Perikanan dengan Balai Budidaya
Air Payau, Takalar.
Fatmawati. 2009. Kelimpahan Relatif dan
Struktur Ukuran Rajungan Di
Daerah Mangrove Kecamatan
Tekolabbua Kabupaten
Pangkep.Skripsi jurusan
Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Gulland, J.A. 1971. The Fish Resources of
the Oceans.Fishings News
(Books) Ltd. Surrey, England.209
p.
Indriyani, Asri. 2006. Mengkaji Pengaruh
Penyimpanan Rajungan
(Portunus pelagicus Linn) Mentah
Dan Matang Di Mini Plant
Terhadap Mutu Daging Di Plant.
TESIS. Universitas
Diponegoro:Semarang
Iskandar, Dahri. 2013. Daya Tangkap Bubu
Lipat Yang Dioperasikan Oleh
Nelayan Tradisional Di Desa
Mayangan Kabupaten Subang.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Jafar, Lisda. 2011. Perikanan Rajungan Di
Desa Mattiro Bombang (Pulau
Salemo, Sabangko Dan Sagara)
Kabupaten Pangkep. Skripsi.
UNHAS : Makassar
Jayanti Ardyaning, Estrida. 2009.
Pemanfaatan Flavor Kepala
Udang Windu (Penaeus
monodon) Dalam Pembuatan
Kerupuk Berkalsium Dari
Cangkang Rajungan (Portunus
sp). SKRIPSI. IPB:Bogor
King M. 1995. Fishery biology, assessment,
and management. London:
Fishing News Books.
LIPI, 1973, Bahan Makanan dari Laut,
Lembaga Oseanologi Nasional,
Jakarta.
Miller, E. E. 1966. Haw Big a Sampel.
Dalam: Calhoun, A (Ed). Inland
Fishery Management. State Of
California: The Resource Agency,
Departement Fish And Fish
Game. 546 p.
Moosa, MK. 1980. Beberapa Catatan
Mengenai Rajungan dari Teluk
Jakarta dan Pulau-Pulau Seribu.
Sumberdaya Hayati Bahari,
Rangkuman Beberapa Hasil
Penelitian Pelita II. LON-LIPI,
Jakarta. Hal 57-79.
Muliana, Rina. 2015. Kajian Stok Kepiting
Rajungan (Portunus pelagicus)
Yang Di Daratkan Di Desa
Pengudang Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau.
SKRIPSI. UMRAH.
Nakamura K dan Supriyatna. 1990,
Organogenesis dirung
methamorphosis in the swimming
crab, portunus trituberculatus,
Nippon Suisan Gakkaishi, 56
(10): 1,561-1,564.
Nedelec, C. 1990. Defenition and
Clatification Of Fishing Gear
Catagories. FAO. Fisheries
Technical Paper No. 222 Rev. 1.
Rome. Pages 39-43
Ningsih. S. R. 2014. Kajian Stok Kepiting
Bakau (Scylla Sp) Di Ekosistem
Pesisir Kampung Gisi Desa
Tembeling Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau.
SKRIPSI. UMRAH.
Nomura, M dan Yamazaki, T. 1987. Teknik
Penangkapan Ikan. Bogor: Bagian
I. Alih Bahasa Oleh Wisnu
Gunarso.
Nontji A.1986. Laut Nusantara. Jakarta:
Penerbit Djambatan.
Nontji A. (1993), Laut Nusantara.
Djambatan, Jakarta. Poerbandono,
Djunasjah, E. (2005), Survei
Hidrograji, PT. Reftka Aditama,
Bandung.
Nuryati. 2014 Kelimpahan Dan Tingkat
Pemanfaatan Kepiting Rajungan(
Portunus Pelagicus) di Kampung
Gisi Desa Tembeling Kabupaten
Bintan. Fakultas Ilmu Kelautan
Dan Perikanan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Nybakken JW. 1986. Biologi Laut : Suatu
Pendekatan Ekologis. Eidman M,
Koebiono, DG Bengen,
Penterjemah. Jakarta : PT
Gramedia. Terjemahan dari :
Biology and Ecological
Approach.
Pasisingi, Nuralim. 2011. Model Produksi
Surplus Untuk Pengelolaan
Sumberdaya Rajungan (Portunus
pelagicus) Di Teluk banten
Kabupaten Serang Provinsi
Banten
Pauly D. 1988. Some definition of
overfishing relevant to coastal
zone management in Southeas
Asia. Tropical Area Management
3(1):14-15
Pertiwi, Wiwi. 2011. Komposisi Jenis Dan
Ukuran Ikan Yang Tertangkap
Dengan Sero Dan Pukat Pantai
Di Perairan Kota Palopo
Provinsi Sulawesi Selatan.
UNHAS:Makasaar
Prado, J. and Nedelec, C. 1990. Definition
and Clasification of Fishing Gears
Categories. FAO FISEHRIES
TECHNICAL PAPER 222 Rev.1,
FAO Fisheries Industries
Division, Rome. 92p.
Putra Andi Muhammad R.S, 2013. Tujuan
Yuridis Tentang Tindak Pidana
Penggunaan Bahan Kimia Dalam
Penangkapan Ikan (Studi Kasus ).
UNHAS : Makassar
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005.
Biologi Laut Ilmu Pengetahuan
tentang Biota Laut. Djambatan.
Jakarta.
Pamungkas. A. S. 2013. Kajian Stok
Rajungan Portunus pelagicus
dengan Analisis Frekuensi
Ukuran di Perairan Pesisir
Lampung Timur. Institut
Pertanian Bogor.
Soim. A. 1994. Pembesaran Kepiting.
Penerbit Swadaya. Jakarta. 62
hlm
Susilawati. 2013. Kajian Stok Ikan Tongkol
(Euthynnus Affinis) Berbasis
Panjang Berat Yang Didaratkan
Di Pasar Ikan Tarempa
Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas. SKRIPSI.
UMRAH.
Spare, P dan Venema,1999, Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Tropis
Buku: 1 Manual (Edisi
Terjemahan), Kerjasama
Organisasi Pangan, Perserikatan
Bangsa-Bangsa Dengan Pusat
Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta 438
Subani, W. dan Barus, H.R, 1988/1989. Alat
Pengkapan Ikan dan Udang Laut
di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik
Penangkapan Ikan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Walus, Septi. 2001. Studi Selektivitas Jaring
Insang Hanyut Terhadap Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Di prairan Pelabuhan Ratu.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.