8
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Hakikat Pembinaan Olahraga
2.1.1 Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan akhiran
-an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pembinaan berarti membina, memperbaharui atau proses, perbuatan, cara
membina, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum pembinaan
diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai
suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dibidang pendidikan, ekonomi,
sosial, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan
praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Pada umumnya pembinaan terjadi melalui proses melepaskan hal-hal yang
bersifat menghambat, dan mempelajari pengetahuan dengan kecakapan baru yang
dapat meningkatkan taraf hidup dan kerja yang lebih baik. Pembinaan tersebut
menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi,
pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang
maksimal. Dalam definisi tersebut secara implicit mengandung suatu interpretasi
bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu
pekerjaan dalam mencapai tujuan hasil yang maksimal. Seperti yang diungkapkan
9
oleh Widjaja (1998):
Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memeliharapertumbuhan tersebut yang diserta dengan usaha-usaha perbaikan,penyempurnaan, dan mengembangkannya.
Untuk menghindari kepentingan individu dengan kepentingan organisasi,
maka diperlukan pembianaan yang bermuatan suatu tugas yakni meningkatkan
disiplin dan motivasi yang disebut dengan mendirikan sehingga menjadi suatu
kebutuhan yang akhirnya memelihara atas apa yang didapat dengan melakukan
berbagai perbaikan ke hal yang jauh lebih baik. Merujuk pada definisi di atas, jika
diinterpretasikan lebih jauh, maka pembinaan didasarkan atas suatu consensus
yang baku dan memiliki sifat berlaku untuk semua. Pembinaan merupakan suatu
perangkat sistem yang harus dijalankan secara fungsional untuk menjamin
bertahannya sistem tersebut hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:327)
bahwa “pembinaan adalah pembangunan atau pembaharauan”. Poerwadarminta
memberikan pemahaman bahwa dalam aktivitas pembinaan terdapat kegiatan
pembangunan (pengembangan) dan penyempurnaan serta penemuan hal-hal baru.
Dengan kata lain, aktivitas pembinaan senantiasa bersifat dinamik progresif dan
bahkan inovatif.
Salah satu definisi, pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan
yang mencakup urutan–urutan pengertian, diawali dengan mendirikan,
menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha–usaha
perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya (Widjaja, 1988).
Dalam definisi tersebut secara implisit mengandung suatu interpretasi
10
bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Untuk
menghindari bias kepentingan individu dengan kepentingan organisasi, maka
diperlukan pembinaan yang bermuatan suatu tugas, yakni meningkatkan disiplin
dan motivasi. Masyarakat mengartikan peningkatan kepedulian untuk turut
berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pembinaan berfungsi untuk
meningkatkan rasa kebangsaan dan disiplin kerja yang tinggi untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Aktivitas pembinaan yang mengandung unsur-unsur mempertahankan,
menyempurnakan dan pembaharuan dengan sifat-sifat dinamik, progresif, dan
inovatif, dapat berjalan dengan baik bila dilaksanakan berdasarkan perencanaan
yang matang. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Merill (1981:217)
bahwa pembinaan merupakan suatu usaha vang dilaksanakan berdasarkan
perencanaan tertentu agar pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran
pembinaan (subyek) dapat meningkat.
Tujuan untuk meningkatkan ketiga domain tersebut di atas memberikan
pemahaman kepada kita bahwa pembinaan juga mengandung dimensi
pengembangan. Kedua kegiatan itu hampir tidak mempunvai perbedaan, karena
keduanya mengandung unsur mempertahankan dan menyempurnakan.
Untuk membedakan keduanya, sebagian para ahli berpendapat
“Pembinaan dimaksudkan atau diperuntukkan pada manusia, sedangkan
pengembangan diperuntukan pada organisasi”. Walaupun demikian, keduanya
11
tetap mengandung unsur mempertahankan dan menyempurnakan serta bersifat
dinamis, progresif dan inovatif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keduanya
mempunyai substansi yang sama, sehingga menjadi jelas bahwa aktivitas
pembinaan, juga mengandung dimensi pengembangan.
Thoha (1999:244) mengemukakan pula bahwa ada dua unsur yang
terdapat dalam pengertian itu, yakni pembinaan merupakan suatu tindakan,
proses, atau pernyataan dari suatu tujuan dan kedua pembinaan menunjukan
perbaikan atas sesuatu.
Permasalahan yang dapat diajukan adalah titik berat dari makna
pembinaan itu sendiri yang dapat diartikan sebagai proses atau materi upaya
pembinaan. Dari penjelasan di atas, menggambarkan bahwa pembinaan
merupakan suatu proses untuk mempertahankan, menyempurnakan dan
mengembangkan berbagai tindakan. Sedangkan materi pembinaan hanyalah salah
situ bagian dari proses. Hal ini dapat dipahami sebab pembinaan juga merupakan
sebuah cara atau prosedur yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Proses dan
kegiatan itu sendiri bersifat dinamis, progresif dan inovatif. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses, tindakan dan kegiatan yang
dilaksanakan budasarkan percncanaan tertentu dengan maksud untuk
mempertahankan, meningkatkan, menyempurnakan dan mengembangkan
tindakan, proses serta hasil yang telah kita capai. Dengan demikian jelas
pembinaan yang dimaksudkan di sini juga mengandung dimensi pengembangan
sehingga dalam uraian selanjutnya akan digunakan istilah pembinaan, atau
keduanya dipakai secara bersamaan.
12
Pembinaan adalah sebuah konsep populer dalam sistem organisasi
birokrasi di Indonesia. Sering didengar istilah konsep aparatur negara, pembinaan
pegawai negeri sipil, pembinaan karier, pembinaan masyarakat terasing,
pembinaan remaja, pembinaan masyarakat desa, dan sebagainya. Konsep ini
dianggap penting sebab sangat menentukan kesinambungan tujuan pembangunan
nasional dan stabilitas nasional.
Pembinaan adalah suatu proses hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik,
dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan,
pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu Thoha
(1999:243). Pembinaan juga merupakan suatu proses atau pengembangan yang
mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan,
memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan,
menyempurnakan dan mengembangkannya.
Berhubungan dengan hal ini, menurut Poerwadarminta dalam
http://repository.upi.edu/operator/upload/ssdt06081588chapter2.pdf, menyatakan
bahwa “pembinaan adalah yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan
terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan subjek dengan
tindakan pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan”.
Dari beberapa definisi di atas, jelas bagi kita maksud dari pembinaan itu
sendiri dan pembinaan tersebut bermuara pada adanya perubahan ke arah yang
lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan
(Santoso, 2010:139).
13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu yang
dilakukan demi mencapai perubahan dengan usaha yang sangat keras demi hasil
yang lebih baik pula.
Di samping itu juga pembinaan ini harus dilakukan semaksimal mungkin,
karena hal ini memiliki pengaruh bagi kelompok belajar atau peserta yang di
didik. Seperti yang di katakan oleh Coakley & White (dalam Rusli 2002:38)
“Dalam studinya terhadap remaja di inggris, menemukan bahwa keterlibatan
dalam program olahraga masyarakat, dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
masa lalu, pada waktu pelajaran Penjas di sekolah. Pengalaman negatif dalam
pendidikan jasmani, biasanya terpaku pada masalah kebosanan dan keterbatasan
pilihan, dihinggapi perasaan bodoh atau tidak mampu, serta adanya penilaian
negatif, berupa ejekan dari teman sebaya.”
Dari beberapa penjelasan tentang pembinaan di atas, jelas bagi kita
maksud pembinaan itu sendiri dan pembinaan tersebut bermuara pada adanya
perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi dan pengawasan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik.
2.1.2 Pengertian Olahraga
Pengertian olahraga menurut Jayawardana (2010:1) merupakan
kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang bisa dikembangkan dan dilatih
untuk kepentingan kesehatan bagi dirinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa olahraga itu mungkin sama tuanya
dengan keberadaan manusia itu sendiri. Olahraga memiliki tujuan dan cara-cara
14
yang berguna untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam beradaptasi
dengan alam dan lingkungan tempat tinggalnya.
Secara umum banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari berolahraga.
Berolahraga secara teratur akan menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran
tubuh. Aliran darah menjadi lancar sehingga proses pengangkutan nutrisi ke
seluruh jaringan tubuh menjadi lancar pula. Begitu pula halnya dengan suplai
oksigen ke otak menjadi lebih cepat dan banyak sehingga membantu dalam
meningkatkan konsentrasi dan kejernihan berpikir.
Bahkan Daniel Landers, seorang profesor pendidikan olahraga dari
Arizona State University, menemukan manfaat lain olahraga untuk otak manusia.
Menurut Daniel Landers, (dalam Jawardana, 2010:28-29) manfaat olahraga bagi
otak alah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan otak
Latihan Fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan
kesehatan mental. Karena olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen
dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya
bahwa hal-hal itu dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.
b. Membantu menunda proses penuaan
Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan kaki secara teratur
dapat membantu mengurangi penurunan mental pada wanita di atas 65 tahun.
Semakin sering dan lama mereka melakukannya, penurunan mental pun kian
lambat.
c. Mengurangi stres
15
Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa
membantu kita mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan
kemampuan jantung dan membuat kita lebih cepat mengatasi stres. Aktivitas
seperti jalan kaki, berenang, bersepeda dan lari merupakan cara terbaik
mengurangi stres.
d. Menaikkan daya tahan tubuh
Olahraga yang dilakukan secara rutin meskipun tidak terlalu lama atau
olahraga yang dilakukan dengan santai dapat meningkatkan zat-zat kimia
dalam otak seperti adrenalin, serotonim, dopamin dan endrofin. Zat-zat kimia
tersebut memiliki fungsi yang berkaitan dengan daya tahan tubuh.
e. Memperbaiki kepercayaan diri
Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas, kepercayaan
dirinya pun akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja
yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan teman-
temannya yang tidak melakukan olahraga.
Dalam bukunya Jawardana (2010:29-30) menyatakan bahwa berdasarkan
tujuannya, olahraga mempunyai empat tujuan dasar yaitu pencegahan,
pengobatan, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Secara lebih rinci dijelaskan
bahwa, tujuan dasar olahraga yaitu :
a. Pencegahan penyakit
Bagaimanapun juga mencegah lebih baik daripada mengobati. Itulah slogan
kesehatan yang sering kita kenal. Salah satu cara untuk mencegah agar tubuh
16
tidak mudah sakit yaitu dengan cara berolahraga dengan teratur serta
memakan makanan yang mengandung nutrisi yang seimbang
b. Pengobatan penyakit
Olahraga dapat membantu proses penyembuhan penyakit kardiovaskular,
kencing manis, rematik, asma, keropos tulang dan sebagainya. Peredaran
darah orang yang berolahraga lebih lancar sehingga racun yang menumpuk
dalam tubuh cepat dikeluarkan.
c. Pemulihan rasa sakit
Olahraga membantu dalam proses pemulihan dari sakit. Berolahraga secara
teratur dapat meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh tidak rentan
terhadap organisme patogen. Olahraga juga perlu dilakukan oleh penyandang
cacat agar organ tubuh yang cacat tersebut dapat cepat pulih atau normal
kembali. Bahkan, beberapa penderita cacat tubuh dapat menunjukkan prestasi
yang sangat baik di bidang olahraga tertentu.
d. Peningkatan kesehatan
Orang yang bebas dari penyakit belum tentu dinyatakan sehat. Sehat atau
tidaknya seseorang dapat dilihat dari kebugarannya. Latihan fisik yang teratur
dan terukur, disertai dengan makan makanan yang bergizi, akan sangat
membantu menjaga dan meningkatkan kebugaran seseorang. Kebugaran itu
ditandai oleh daya tahan jantung, otot, kelenturan tubuh, proporsi tubuh,
kecepatan gerak, kelincahan, denyut nadi dan lain sebagainya.
Olah raga merupakan suatu aktivitas yang dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Aktivitasnya yang bila dilakukan dengan benar dan tetapi,
17
akan menghasilkan hidup yang berkualitas. Olah raga juga dapat dibentuk dan
disusun sebagai kegiatan pembelajaran, oleh karena itu, Pendidikan Luar Sekolah
harus mampu memberikan suatu kontribusi yang dapat menjadikan kegiatan olah
raga yang bersifat edukatif. Sehingga Kelompok Belajar Olah Raga (KBO) harus
mampu ditinjau dari aspek keilmuan Pendidikan Luar Sekolah. Pelaksanaan
program Kelompok Belajar Olah Raga (KBO) sebagai suatu pendekatan kegiatan
pembelajaran pada Pendidikan Luar Sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran olah raga.
2.1.3 Program Pembinaan Olahraga
Program merupakan salah satu komponen yang dapat menjalankan sebuah
sistem. Demikian halnya dengan sistem pembinaan olahraga, sudah seharusnya
memiliki sebuah program yang mampu menunjang keberlangsungan sistem
tersebut.
Dari penjelasan tentang pengertian program dan pengertian olahraga maka
dapat disimpulkan bahwa program dalam pembinaan olahraga yang terpenting
adalah melakukan latihan secara rutin, teratur dan tentu saja harus terbimbing.
Selain latihan rutin, bentuk latihan yang kerap dijalani para anggota tim
Kelompok Belajar Olahraga adalah dengan mengadakan sparing (bertandang dan
bertanding di desa/kelurahan lain yang memiliki komunitas olahraga). Meski
belum memiliki catatan gemilang, keikutsertaan sebuah Kelompok Belajar
Olahraga dalam turnamen dalam dan antar kabupaten, mengisyaratkan bahwa
warga belajar dianggap telah siap untuk berinteraksi tanpa perlu rendah diri.
18
Dalam dunia olahraga terdapat beberapa cabang olahraga yang dapat
dijadikan sebagai pembinaan. Sehingga dalam penentuan cabang olahraga yang
dapat dibina melalui kelompok belajar olahraga, dapat dilakukan melalui
penelusuran minat serta bakat dan antusias masyarakat terhadap sebuah cabang
olahraga. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan dalam sebuah Kelompok
Belajar Olahraga dapat terlaksana secara optimal karena adanya dukungan dari
masyarakat itu sendiri.
Program keolahragaan yang dapat dilakukan melalui kelompok belajar
olahraga antara lain meliputi : cabang olahraga Bola Voli, cabang olahraga sepak
bola, cabang olahraga bulu tangkis, cabang olahraga takraw, dan cabang olahraga
tenis meja. Pada intinya semua cabang olahraga yang lebih banyak dapat
dilakukan dengan mudah dan menarik minat masyarakat secara lebih luas.
a. Bola Voli
Permainan ini diciptakan oleh William C. Morgan, seorang guru Young
Man Christian’s Association (YMCA), Massachusset, Amerika pada tahun 1895.
Pada tahun 1948, barulah dibentuk organisasi Bola Voli dunia yaitu International
Volley Ball Federation (IVBF). Bangsa Indonesia mengenal olahraga ini pada
waktu penjajahan. Induk bola voli Indonesia adalah Persatuan Bola Voli Seluruh
Indonesia (PBVSI) yang dibentuk tahun 1955. Pada dasarnya, olahraga bola voli
dimainkan oleh dua regu saling berhadapan dengan masing-masing regu
berjumlah enam orang dan cadangan sebanyak 6 orang juga. Setiap regu hanya
diperbolehkan memainkan bola di daerah pertahanannya sebanyak-banyaknya tiga
pukulan oleh orang yang berbeda. Lapangan permainan bola voli berbentuk empat
19
persegi panjang dengan ukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter, (dalam
Ancelo, 2007:19-20).
Menurut Dieter (2008:35) permainan bola voli merupakan jenis permainan
bola besar yang berbentuk bulat yang terbuat dari bahan lunak atau kulit dengan
bahan karet di bagian dalamnya. Berdiameter 65m-67m, ukuran berat bola voli
250gram-280gram. Selain itu permainan bola voli juga menggunakan sebuah
jaring yang disebut dengan net, berbentuk empat persegi panjang yang dibuat dari
anyaman benang.
b. Sepak Bola
Menurut Charlim, dkk (2010:1) konon sepak bola berasal dari Inggris.
Dalam sejarah sepak bola modern, abad ke-19, pemerintah Inggris mengakui
bahwa sepak bola merupakan alat penyehat rakyat. FIFA adalah badan tertinggi
olahraga sepak bola. FIFA mengeluarkan segala peraturan bermain sepak bola
yang meliputi peraturan pemain, pelatih dan wasit. Sedangkan menurut Ancelo
(2007:15-17) permainan sepak bola di Indonesia, dipopulerkan pada zaman
penjajahan Belanda. Olahraga ini dimainkan di lapangan rumput oleh dua regu
atau dua kesebelasan yang saling berhadapan. Tujuan permainan sepak bola
adalah memasukkan ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan
daerah sendiri dari serangan lawan. Teknik dasar memainkan bola adalah dengan
menggunakan kaki dan seluruh anggota tubuh, kecuali tangan.
Lapangan sepak bola berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
panjang 100-110m dan lebar 64-75m, jumlah pemain setiap regu adalah 11 orang,
termasuk 1 orang penjaga gawang. Oleh karena itu sepak bola sering disebut
20
sebagai kesebelasan. Pertandingan sepak bola dipimpin oleh satu orang wasit dan
dibantu dua orang penjaga garis. Sedangkan lamanya permainan sepak bola
adalah 90 menit yang dibagi menjadi dua babak. Masing-masing 45 menit.
c. Bulu Tangkis
Menurut Ancelo (2007:15-17) permainan bulu tangkis pertama kali
dimainkan di Inggris, tepatnya di kota Badminton pada tahun 1883. Asosiasi bulu
tangkis dibentuk pada tahun 1890. Bangsa Indonesia kemudian mengenal
permainan bulutangkis sebelum tahun lima puluhan. Pada tahun 1951,
dibentuklah Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Pada dasarnya, bulu tangkis adalah cabang olahraga yang dimainkan dengan raket
dan bola yang dipukul melampaui jaring yang direntangkan di tengah lapangan.
Lapangan bulu tangkis sendiri berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
panjang 13.40m dan lebar 6.40m. Bolanya terbuat dari 14-16 helau bulu ayam
atau bahan sejenis dengan ukuran panjang bulu 60-70mm dengan diameter
gabus25-28mm.
2.2 Hakikat Kelompok Belajar Olahraga (KBO)
Kelompok Belajar Olahraga atau yang sering disingkat dengan KBO
merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah. Di mana
bentuk pendidikan ini lebih difokuskan pada pembinaan olahraga bagi masyarakat
di sekitarnya.
Tujuan pendirian sebuah Kelompok Belajar Olahraga (KBO) tidak terlepas
dari adanya keinginan untuk melaksanakan program-program pendidikan
masyarakat, pembinaan generasi muda, dan pembinaan olahraga dengan tugas
21
melaksanakan program-program pendidikan olahraga pada suatu desa/kelurahan
tertentu.
Program keolahragaan yang dapat dilakukan melalui kelompok belajar
olahraga antara lain meliputi latihan bagi pembina dan pelatih, KBO Bola Voli,
KBO Sepak Bola, KBO Bulu Tangkis, KBO Takraw, dan KBO Tenis Meja. Pada
intinya semua cabang olahraga yang lebih banyak dapat dilakukan dengan mudah
dan menarik minat masyarakat secara lebih luas.
Selain itu salah satu hal yang penting adalah melalui Kelompok Belajar
Olahraga (KBO), warga belajar dapat menyalurkan hobi mereka dalam
berolahraga, serta memperoleh pembinaan yang sesuai sehingga mampu dalam
meningkatkan prestasi masyarakat tersebut.
2.3 Kelompok Belajar Olahraga (KBO) sebagai salah satu Program PLS
2.3.1 Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Adikusumo (1986:57) dalam bukunya Pendidikan Kemasyarakatan
mengemukakan pengertian pendidikan luar sekolah sebagai berikut pendidikan
luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur
dan terarah di luar sekolah, dimana seseorang memperoleh informasi-informasi
pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat kerterampilan, sikap-sikap
peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat
dan negaranya. Sudjana, mengemukakan pengertian pendidikan luar sekolah
sebagai berikut: "Pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan belajar
membelajarkan, diselenggara-kan luar jalur pendidikan sekolah dengan tujuan
22
untuk membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa, dan negara..
Pendidikan luar sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan yang
diterapkan dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Bentuk pendidikan ini
merupakan suatu bentuk pendidikan yang lebih difokuskan kepada pemberdayaan
serta pembinaan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang ada di desa maupun
kelurahan.
Sedangkan menurut Zahran (2004:12) Pendidikan luar sekolah merupakan
segala bentuk kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan mulai dari keluarga
sampai masyarakat di luar sekolah formal, pendidikan luar sekolah mengandung
konsep pendidikan sepanjang hayat.
Dari kutipan tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya Pendidikan Luar
Sekolah ada sejak manusia dilahirkan, dimana memberikan kesempatan di antara
manusia untuk saling memberikan informasi, pengetahuan, keterampilan guna
peningkatan taraf hidupnya.
Pendidikan luar sekolah dapat dikatakan merupakan sistem baru dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang bentuk dan pelaksanaannya berbeda dengan
sistem pendidikan sekolah yang sudah ada. Dalam pendidikan luar sekolah
terdapat hal-hal yang sama pentingnya bila dibandingkan dengan pendidikan di
sekolah, seperti bentuk pendidikan, tujuan, sasaran, pelaksanaan dan sebagainya.
Dalam bukunya Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah Prof. Drs
Soelaiman Joesoef mengungkapkan batasan tentang definisi Pendidikan Luar
23
Sekolah yang dikemukakan oleh Phillips H. Combs, yaitu setiap kegiatan
pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik
sendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang
dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
Dari batasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Pendidikan
Luar Sekolah merupakan suatu sistem pendidikan yang diselenggarakan secara
terorganisir di luar sistem formal yang telah ada, yang diselenggarakan untuk
mencapai tujuan tertentu dan dimaksudkan bagi sasaran tertentu.
2.3.2 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Terdapat banyak pendapat yang mengungkapkan tentang apa
sesungguhnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau yang lebih sering dikenal
dengan sebutan PKBM, salah satunya adalah dalam Langgulu (2004:11) yang
menyatakan bahwa dalam Buku Modul Pendirian dan Pengelolaan PKBM
dijelaskan yang dimaksud dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
adalah merupakan pusat pelaksanaan pembelajaran terhadap masyarakat yang
berlokasi di desa atau kelurahan. Pernyataan ini mengandung arti bahwa PKBM
adalah merupakan tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat terutama yang dilaksanakan oleh DIKMAS maupun yang
dilaksanakan oleh instansi-instansi sosial lainnya serta yang dilaksanakan oleh
organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.
Selain itu Langgulu (2004:11) menyatakan pula bahwa pengertian Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat menurut Depdikbud adalah tempat pembelajaran
24
masyarakat terhadap berbagai macam pengetahuan dan keterampilan dengan
memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di sekitar lingkungan desa
atau kelurahan agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan taraf hidup.
Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan tindak lanjut
dari gagasan Community Learning Center telah dikenal di Indonesia sejak tahun
enam puluhan. Secara kelembagaan, perintisannya di Indonesia dengan nama
PKBM baru dimulai pada tahun 1998 sejalan dengan upaya untuk memperluas
kesempatan masyarakat memperoleh layanan pendidikan (Sudjana, 2003).
Definisi lain menyebutkan PKBM adalah tempat pembelajaran dalam
bentuk berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana,
dan segala potensi yang ada di sekitar lingkungan kehidupan masyarakat, agar
masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan dan memperbaiki taraf hidupnya (BPKB Jatim, 2000).
Di samping itu, PKBM adalah wujud dari pendidikan yang berbasis
masyarakat yaitu pendidikan yang pada dasarnya dirancang oleh masyarakat
untuk membelajarkan masyarakat sehingga mereka berdaya, dalam arti memiliki
kekuatan untuk membangun dirinya sendiri yang sudah barang tentu melalui
interaksi dengan lingkungannya (Fasli & Dedi, 2001).
PKBM merupakan tempat berbagai kegiatan pembelajaran yang
dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan minat dan kebutuhannya dengan
pendekatan pendidikan berbasis masyarakat. PKBM merupakan sebuah lembaga
pendidikan bentukan masyarakat, yang dikelola dan dikembangkan oleh
25
masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk memberikan kebutuhan pelayanan
pendidikan di masyarakat. PKBM sebagai sumber informasi berisi berbagai jenis
program pembelajaran yang berguna terutama dalam peningkatan kemampuan
dalam bidang keterampilan fungsional yang berorientasi pada pemberdayaan
potensi masyarakat setempat melalui pendekatan pendidikan berbasis masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat bertujuan untuk memberdayakan
potensi dan fasilitas pendidikan yang ada di Desa atau kelurahan sebagai upaya
membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pengentasan
kemiskinan (miskin pendidikan dan miskin ekonomi). Adapun prinsip dalam
pengembangan PKBM ini adalah dalam rangka mewujudkan demokrasi di bidang
pendidikan. Hasil yang diharapkan dengan berdirinya PKBM adalah untuk dapat
menunjang bahkan mempercepat terbentuknya manusia yang terampil dan
mandiri dengan ditandai makin banyaknya warga masyarakat yang berperan aktif.
Pusat kegiatan belajar masyarakat dilaksanakan dengan cara
menggerakkan seluruh potensi yang tersedia di sekitar desa atau kelurahan baik
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana
yang ada di masyarakat.
Keberadaan PKBM memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai
koordinasi program-program pembelajaran di masyarakat. Tersedianya
pengelola/penyelenggara, tenaga pengajar/tutor yang berkualitas, merupakan daya
pikat tersendiri bagi masyarakat untuk datang ke PKBM. Tujuan PKBM adalah
26
memberdayakan masyarakat untuk kemandirian, melalui program-program yang
dilaksanakan di PKBM, agar dapat membentuk manusia yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dalam hal pengembangan organisasi PKBM langkah penting untuk
mengelola perubahan yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan lima
tahapan pengelolaan perubahan. Model ini menekankan tanggung jawab
manajemen untuk melakukan hal-hal penting yang meningkatkan kemungkinan
efektivitas individu, kelompok dan organisasi.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Olahraga pada
Kelompok Belajar Olahraga
Dalam sebuah sistem selalu saja terdapat beberapa faktor yang mampu
menunjang jalannya sistem tersebut sehingga mampu mencapai suatu tujuan yang
diharapkan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor pendorong maupun faktor
penarik serta faktor yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
Demikian halnya dengan pembinaan olahraga pada sebuah Kelompok Belajar
Olahraga (KBO), tentu saja memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi
keberlangsungan pembinaan olahraga di dalamnya. Faktor-faktor tersebut antara
lain berupa 1). faktor pelatih, 2). faktor sarana dan prasarana, 3). faktor
dana/pendanaan serta faktor yang tak kalah pentingnya adalah 4). faktor
partisipasi masyarakat itu sendiri.
Dalam sebuah pembinaan olahraga, peran pelatih atau pembina tentu
memiliki posisi yang sangat penting. Pelatih atau pembina bertugas sebagai
fasilitator dan mediator dalam pembentukan dan peningkatan kemampuan
27
olahraga peserta latihan. Selain itu, pelatih juga berperan dalam membentuk
mental dan karakter para peserta. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pelatih
atau pembimbing memiliki peran yang cukup strategis dalam sebuah program
pembinaan olahraga seperti dalam Kelompok Belajar Olahraga (KBO).
Selain faktor pelatih, terdapat juga beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi pembinaan olahraga pada sebuah Kegiatan Belajar Olahraga. Hal
tersebut adalah sarana dan prasarana penunjang dalam pembinaan olahraga itu
sendiri.
Pembangunan olahraga di Indonesia sendiri, tidak dapat dipungkiri bahwa
negara kita masih mengalami tantangan dan permasalahan terutama dalam bidang
alat, sarana dan prasarana olahraga. Alat, sarana dan prasarana merupakan faktor
yang tidak dapat ditinggalkan saja dalam pembinaan olahraga. Pelatih yang handal
atau atlet yang hebat tidak akan mencapai puncak prestasi maksimal, jika alat
sarana dan prasarana kurang memadai dan tidak diperhatikan bahkan masih
tradisional atau ketinggalan jaman.
Untuk meningkatkan keberadaan serta kualitas sarana dan prasarana, dan
tentu saja bagi kesejahteraan pelatih atau pembina, tentu saja faktor yang memiliki
peran dalam hal tersebut adalah faktor pendanaan. Dana yang cukup tentu saja
akan mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap pembinaan olahraga
dalam sebuah Kelompok Belajar Olahraga.
Pembinaan olahraga dalam sebuah kelompok olahraga pada sebuah
lingkup masyarakat, haruslah memiliki prinsip demokratis. Prinsip demokratis
yaitu pembinaan olahraga dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
28
masyarakat. Sehingganya faktor pendukung yang dapat mempengaruhi pembinaan
olahraga dalam sebuah Kelompok Belajar Olahraga selain dari faktor pelatih,
sarana dan prasarana serta faktor pendanaan, adalah adanya partisipasi dari
masyarakatnya sendiri. Tanpa partisipasi tersebut tentu saja keberadaan
pembinaan olahraga akan terasa sia-sia.