KARAKTERISTIK AGROFORESTRI DI DESA DADAPANKECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh
DANI JENGNIA JAYA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
KARAKTERISTIK AGROFORESTRI DI DESA DADAPANKECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Dani Jengnia Jaya
Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik agroforestri, identifikasi pola
agroforestri dan mengetahui besaran pendapatan dengan menggunakan analisis
finansial. Penelitian dilaksanakan di Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo,
Kabupaten Tanggamus pada bulan Januari-Februari 2018. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data tentang
karakteristik dan pola agroforestri diperoleh dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Analisis finansial pola tanam agroforestri menggunakan
metode NPV, BCR dan IRR dengan umur kelayakan usaha 10 tahun dan tingkat
suku bunga 7%. Karakteristik agroforestri di Desa dadapan merupakan
agroforestri kompleks, terdapat 3 pola tanam agroforestri yang diterapkan petani,
Pola I kombinasi kopi, pepaya, dan pisang memiliki nilai NPV sebesar
Rp 42.860.648,98,- Pola II kombinasi kopi, pisang, mindi memiliki nilai NPV
Rp 39.286.345,62,- dan Pola III yang merupakan kombinasi kopi, lada, dan pisang
memiliki keuntungan yang paling tinggi dengan nilai NPV sebesar
Dani Jengnia JayaRp 61.418.868,85,- nilai BCR sebesar 3,23 dan IRR sebesar 60%.
Kata kunci : agroforestri, analisis finansial, karakteristik, pola tanam.
Dani Jengnia Jaya
ABSTRACT
AGROFORESTRY CHARACTERISTICS IN THE DADAPAN VILLAGEOF SUMBEREJO SUBDISTRICT ON TANGGAMUS DISTRICT
Oleh
Dani Jengnia Jaya
The study aimed to investigate the characteristics of agroforestry, the
identification of cropping pattern and to find out the amount of income by using
financial analysis. This study was conducted at Dadapan Village, Sumberejo
Subdistrict, Tanggamus Regency, on January-February 2018. The sample of this
research were selected by using purposive sampling technique. Financial analysis
of agroforestry cropping pattern was analyzed by using NPV, BCR and IRR
method with feasibility age of 10 years and an interest rate of 7%. Agroforestry
characteristics in Desa Dadapan are complex agroforestry, there are 3 cropping
patterns of agroforestry applied by farmers, Pattern I combination of coffee,
papaya, and banana has an NPV value of Rp 42,860,648.98,- Pattern II
combination of coffee, banana, mindi has NPV value Rp 39,286,345.62,- and Pola
III, which is a combination of coffee, pepper, and banana, has the highest profit
with an NPV value of Rp 61,418,868.85,- BCR value of 3.23 and an IRR of 60%.
Keyword : agroforestry, characteristics, financial analysis, pattern.
KARAKTERISTIK AGROFORESTRI DI DESA DADAPAN
KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
DANI JENGNIA JAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 mei 1996 di Margoyoso.
Penulis merupakan anak dari Bapak Darno dan Ibu Suwarni.
Pendidikan formal penulis diawali pada tahun 2002 yaitu di
Sekolah Dasar Negeri 1 Dadapan. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiah
Mambaul’Ulum Margoyoso dan kemudian pada tahun 2011 hingga 2014
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sumberejo. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, dalam keorganisasian penulis menjadi Anggota
Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah
Manajemen Hutan, dan Kehutanan Masyarakat. Penulis telah melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Setia Mataram, Kecamatan Seputih
Mataram, Lampung Tengah. Penulis juga telah melaksanakan Praktik Umum
(PU) di KPH Pekalongan Barat Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Kepada Ayah Ibu dan Kakak Ku Tersayang
SANWACANA
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Agroforestri di
Desa Dadapan kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Universitas Lampung. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga ke akhir zaman. Pada
kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu baik kelancaran dalam kegiatan maupun
dalam menyusun skripsi. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada beberapa
pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku pembimbing
pertama, pembimbing akademik, dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik
kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai
skripsi ini terselesaikan.
2. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas semua
bimbingan, motivasi, saran, dan nasihat kepada penulis selama penyelesaian
skripsi.
ii
3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku pembahas atau penguji skripsi
atas semua masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian skripsi.
4. Masyarakat Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus yang
telah bersedia menjadi responden untuk penulis mengumpulkan data di
lapangan.
5. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung atas bimbingan dan saranya.
6. Bapak Darno dan Ibu Suwarni selaku kedua orangtua penulis yang tak henti
memberi dukungan, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, semangat, motivasi
dan, doa yang tak pernah putus.
7. Saudara penulis Rudi Yanjaya yang tak henti mendo’akan dan mendukung
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Semoga amal kebaikan yang mereka berikan mendapat imbalan dari Allah SWT
aamiin. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kepada Allah saya mohon
ampun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu‘alaikum wr.wb.
Bandar Lampung, Agustus 2018Penulis
Dani Jengnia Jaya
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1A. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5A. Pengertian Agroforestri .................................................................... 5B. Sistem Agroforestri........................................................................... 6C. Pola Agroforestri .............................................................................. 7D. Biaya Produksi.................................................................................. 8
1. Biaya tetap (fixed costn FC) ......................................................... 82. Biaya variabel (variable cost-VC) ................................................ 9
E. Analisis Finansial.............................................................................. 101. Net present value (NPV)............................................................... 112. Benefit cost ratio (BCR) ............................................................... 123. Internal rate of returns (IRR) ....................................................... 12
F. Analisis Komunitas ........................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 16A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 16B. Alat dan Objek Penelitian................................................................. 17C. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 17D. Metode Pengambilan Sampel ........................................................... 17E. Metode Pengumpulan Data............................................................... 19
1. Metode observasi .......................................................................... 192. Analisis komunitas ....................................................................... 203. Metode wawancara ....................................................................... 204. Studi literatur ................................................................................ 20
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 201. Net present value (NPV)............................................................... 212. Benefit cost ratio (BCR) ............................................................... 223. Internal rate of returns (IRR) ....................................................... 23
iv
HalamanIV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 24
A Karakteristik Pengelolaan Agroforestri........................................... 24B. Pola Agroforestri ............................................................................ 25
1. Pola tanam I ................................................................................ 282. Pola tanam II............................................................................... 303. Pola tanam III ............................................................................. 32
C. Analisis Finansial ........................................................................... 34
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 39A. Simpulan ........................................................................................ 39B. Saran............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41
LAMPIRAN............................................................................................... 45Gambar 8-9.................................................................................................. 44Kuesioner wawancara ................................................................................. 45Tabel 7-12 ................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Jumlah responden masing-masing wilayah............................................ 19
2. Pola agroforestri ..................................................................................... 26
3. Jenis tanaman pola tanam I .................................................................... 29
4. Jenis tanaman pola tanam II ................................................................... 31
5. Jenis tanaman pola tanam III.................................................................. 33
6. Analisis finansial pola I, II, dan III ........................................................ 34
7. Pendapatan petani agroforestri ............................................................... 47
8. Pengeluaran petani agroforestri.............................................................. 47
9. Biaya produksi/ha/tahun ...................................................................... 47
10. Perhitungan analisis finansial pola tanam I ......................................... 48
11. Perhitungan analisis finansial pola tanam II ........................................ 49
12. Perhitungan analisis finansial pola tanam III ....................................... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka penelitian ............................................................................. 4
2. Peta lokasi penelitian ........................................................................... 16
3. Sistem agroforestri ............................................................................... 25
4. Pola tanam agroforestri ........................................................................ 27
5. Pola tanam I ......................................................................................... 35
6. Pola tanam II ........................................................................................ 36
7. Pola tanam III....................................................................................... 37
8. Wawancara dengan petani agroforestri................................................ 45
9. Wawancara dengan petani agroforestri................................................ 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan hutan yang baik tentunya berdampak terhadap kondisi ekonomi
masyarakat sekitar hutan. Salah satu bentuk pengelolaan hutan di Indonesia
adalah pola agroforestri. Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan
secara multitajuk yang terdiri dari campuran pepohonan, semak, dan tanaman
semusim dalam satu bidang lahan (Olivi et al., 2015). Sistem agroforestri tersebut
telah banyak diterapkan oleh petani diberbagai tempat di Indonesia. Salah satu
daerah yang menerapkan sistem agroforestri adalah Desa Dadapan Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Sistem agroforestri yang diterapkan di Desa
tersebut umumnya merupakan kombinasi tanaman berkayu (pohon) dengan
tanaman bukan kayu (pertanian dan perkebunan).
Petani menanami lahan agroforestri dengan jenis tanaman seperti mindi, mahoni,
gamal, cempaka, waru, petai, dan tanaman kehutanan lainnya dengan tanaman
kopi, kakao, pisang, dan lain-lain. Petani memilih jenis tanaman yang minimal
mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya. Petani menerapkan sistem
agroforestri tersebut sudah sejak lama, karena tanaman tersebut merupakan
budaya setempat yang sejak dahulu sudah dipraktekkan petani dengan cara
mengkombinasikan antara tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian.
2
Sistem agroforestri memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga
yaitu masyarakat mendapatkan hasil dari lahan hutan tanpa harus menunggu masa
tebang karena dapat memperoleh hasil dari tanaman pertanian baik perbulan atau
pertahun tergantung jenis tanaman pertaniannya (Kholifah et al., 2017). Selain itu
produktivitas tanaman kehutanan menjadi meningkat karena adanya pasokan
unsur hara dan pupuk dari pengolahan tanaman pertanian serta daur ulang sisa
tanaman. Hal ini jelas sangat menguntungkan petani karena dapat memperoleh
manfaat ganda dari tanaman pertanian dan kehutanan.
Kajian mengenai karakteristik pengelolaan agroforestri dan sistem pemilihan jenis
tanaman pada lahan dan pola agroforestri yang diterapkan oleh petani menjadi
dibutuhkan guna mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan agroforestri
tersebut dalam memberikan kontribusinya terhadap pendapatan petani. Dengan
semakin besar kontribusinya akan menjadi pendorong minat dan usaha
masyarakat untuk terus mengembangkan hutan rakyat melalui sistem pengelolaan
agroforestri.
Dengan adanya sistem agroforestri diyakini dapat menjadikan lahan terdegradasi
menjadi produktif dan dapat memulihkan kualitas lingkungan (Nurida et al.,
2018). Berkembangnya agroforestri di daerah ini menghasilkan keberagaman
hasil hutan yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani. Keberagaman
hasil hutan tersebut membentuk susunan komposisi tanaman yang berbeda-beda
pada suatu luasan lahan. Hal tersebut mempengaruhi tingkat pendapatan petani
agroforestri. Oleh karena itu pengetahuan tentang karakteristik agroforestri
3terhadap pendapatan petani menjadi penting untuk dilakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisik dari agroforestri dan
menganalisis pola tanam agroforestri serta pendapatan petani di Desa Dadapan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah.
1. Mengetahui karakteristik agroforestri di Desa Dadapan.
2. Mengetahui pola tanam agroforestri dan pendapatan di Desa Dadapan.
C. Kerangka Pemikiran
Praktek sistem agroforestri telah banyak dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu.
Hal ini sering dijumpai pada masyarakat desa yang telah menggunakan prinsip
menanam tanaman semusim dengan menggunakan cara yang tradisional.
Peningkatan produktivitas sistem agroforestri dilakukan dengan menerapkan
perbaikan cara-cara pengelolaan sehingga hasilnya bisa melebihi yang diperoleh
dari praktek sebelumnya. Petani di Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo
merupakan salah satu petani yang melakukan pengelolaan lahan dengan sistem
agroforestri. Metode yang digunakan untuk mengetahui karakteristik agroforestri
yaitu menggunakan pertanyaan yang diberikan kepada responden yang ada di
Desa Dadapan.
Data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif.
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui pendapatan yang paling
menguntungkan dari beberapa pola yang diterapkan oleh petani sehingga petani
4dapat mengetahui dan menerapkan pola mana yang memberikan keuntungan
paling tinggi. Hal ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi petani
agroforestri Desa Dadapan serta pemerintah selaku pembuat kebijakan dalam
pembinaan dan pengembangan agroforestri agar dapat memberikan manfaat
sosial, ekonomi dan ekologi yang optimal atau sustainable bagi petani. Alur
penelitian karakteristik agroforestri di Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka penelitian.
Petani Desa Dadapan
Karakteristik agroforestri Analisis komunitas
Analisis finansiala. NPVb. IRRc. B/C
Pola agroforestria. Pola Ib. Pola IIc. Pola III
Pendapatan yang palingmenguntungkan
pendapatan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Agroforestri
Agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang terdiri dari
campuran pepohonan, tanaman, dan hewan dalam suatu bidang lahan untuk
menciptakan sistem penggunaan lahan terpadu dan berkelanjutan (Paudel et al.,
2017). Sejalan dengan penelitian Olivi et al. (2015) agroforestri merupakan salah
satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang terdiri dari campuran
pepohonan, semak, dan tanaman semusim dalam satu bidang lahan.
Terdapat banyak penelitian dan kajian mengenai agroforestri disuatu daerah, Ayu
et al. (2015) mengkaji bahwa pengembangan lahan agroforestri dilakukan dengan
mengkombinasikan berbagai jenis tanaman kehutanan dengan tanaman
perkebunan. Agroforestri juga memiliki kemampuan untuk menjaga dan
mempertahankan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Kemampuan
tersebut antara lain, memelihara sifat fisik kesuburan tanah, mempertahankan
cadangan karbon, mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, dan
mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri tersebut dapat
diharapkan karena adanya komposisi spesies tanaman dan pepohonan yang ada
dalam suatu bidang lahan (Widianto et al., 2003).
6B. Sistem Agroforestri
Sistem agroforestri di Indonesia menurut De Foresta et al. (2000) digolongkan
menjadi dua yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks.
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan
ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan,
secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam
larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam
sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi,
kakao, nangka, melinjo, petai, jati, mahoni) atau bernilai ekonomi rendah (dadap,
lamtoro, kaliandra). Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman
pangan (padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubikayu), sayuran,
rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis pepohonan baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh
secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan
ekosistem yang menyerupai hutan. Sistem ini terdapat beraneka jenis pohon,
tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman, dan rerumputan
dalam jumlah yang banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks
adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem
hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder.
Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri memerlukan pemilihan jenis yang
sesuai serta perlakuan silvikultur yang tepat, pengaturan untuk menjaga cahaya,
7air, dan nutrisi yang optimum bagi masing-masing jenis penyusun merupakan
kunci keberhasilan dari sistem agroforestri (Hani dan Suryanto, 2014). Sistem
agroforestri telah menarik perhatian dan mendorong minat petani, karena
agroforestri diharapkan menjadi teknologi pertanian yang berkelanjutan. Sistem
ini sangat membantu masyarakat desa untuk mengoptimalkan pemanfaatan
lahannya melalui fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial budaya (Prasetyo, 2016).
harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya atau sebagai
subyek. Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah
teknik dan biofisik saja, tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang
selalu berubah dari waktu ke waktu dan sifatnya dinamis (Widianto et al., 2003).
C. Pola Agroforestri
Pola agroforestri adalah klasifikasi agroforestri berdasarkan kombinasi komponen
pohon, tanaman, padang rumput/makanan ternak, dan komponen lain yang
ditemukan dalam agroforestri (Tjatjo et al., 2015). Pola tanam agroforestri dapat
dianggap sukses apabila usaha tersebut dapat meningkatkan produktivitas
berkelanjutan serta dapat diadopsi oleh petani secara mudah sehingga dapat
dikembangkan dalam skala yang lebih luas (Diniyati et al., 2013). Dengan
adanya pola agroforestri diharapkan mampu mengembangkan berbagai macam
tanaman pertanian yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan, peternakan,
dan perikanan (Suparwata, 2018).
Pengaturan jarak tanam dalam pola agroforestri juga penting bagi pertumbuhan
tanaman dan kualitas kayu yang dihasilkan. Jarak tanam yang rapat dapat
mengakibatkan terjadi kompetisi lebih cepat dengan tumbuhan lainnya dalam
8mendapatkan unsur hara tanah dan cahaya. Ukuran jarak tanam dapat
mempengaruhi jumlah batang, diameter batang, dan kelurusan batang. Jarak
tanam yang lebih besar dapat menyebabkan intensitas cahaya lebih besar diantara
tanaman. Pencahayaan yang baik dapat mempengaruhi laju proses fotosintesis
dan menghambat berkembangnya serangan hama dan penyakit, sedangkan jarak
tanam yang lebih rapat dapat menghasilkan jumlah tanaman yang lebih banyak
(Wahyudi et al., 2014).
D. Biaya Produksi
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Biaya
dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka
panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya
dianggap/diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya produksi dalam usahatani
adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh seseorang dalam proses produksi
untuk mengubahnya menjadi suatu produk (Heriyanto, 2004).
1. Biaya tetap (fixed costn FC)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,
walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan dalam batas tertentu.
Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas
produksi yang dihasilkan. Contoh dari biaya tetap seperti gaji yang dibayar
tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta
biaya tetap lainnya.
92. Biaya variabel (variable cost-VC)
Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah
menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala
produksi yang dilakukan. Biaya variabel dalam usahatani seperti biaya bibit,
biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar
berdasarkan penghitungan volume produksi (Rahardja dan Manurung, 2006).
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual
(Rahim et al., 2012).
Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah
penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi.
Penerimaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih dan
penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih merupakan selisih antara
penerimaan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Sedangkan penerimaan
kotor adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual maupun tidak dijual (Soekartawi et al.,1986).
Pendapatan atau penghasilan dari suatu kegiatan ekonomi adalah pendapatan yang
merupakan balas jasa dari faktor produksi yang diterima oleh rumah tangga
seperti uang, gaji, dan honor. Pendapatan pribadi dapat diartikan semua jenis
pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu
kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara. Dari istilah
pendapatan pribadi ini dapat disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah
termasuk juga pembayaran pindahan (Sukirno dan Sadono, 2015).
10Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota rumah tangga
yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perorangan
anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat berubah dari waktu kewaktu
sesuai dengan kemampuan mereka. Berubahnya pendapatan seseorang akan
berubah pula besarnya pengeluaran untuk konsumsi suatu barang. Pendapatan
juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi konsumsi seseorang
atau masyarakat terhadap suatu barang (Sukirno dan Sadono, 2015).
Sistem produksi agroforestri memiliki suatu kekhasan yaitu menghasilkan lebih
dari satu macam produk, produk-produk yang dihasilkan dapat bersifat terukur
(tangible) dan tak terukur (intangible), pada lahan yang sama ditanam paling
sedikit satu jenis tanaman semusim dan satu jenis tanaman tahunan/pohon,
terdapat kesenjangan waktu antara waktu penanaman dan pemanenan produk
tanaman tahunan/pohon yang cukup lama (Suharjito et al., 2003).
E. Analisis Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang
diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian
investasi terjadi, dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan
manfaat (Lahjie, 2004). Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada
ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya
adalah:
111. Net present value (NPV)
Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan
yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai
waktu dari uang atau time value of money. Karena jangka waktu kegiatan suatu
usaha agroforestri cukup panjang, maka tidak seluruh biaya bisa dikeluarkan
pada saat yang sama, demikian pula hasil yang diperoleh dari suatu usaha
agroforestri dapat berbeda waktunya. Untuk mengetahui nilai uang di masa yang
akan datang dihitung pada saat ini, maka baik biaya maupun pendapatan
agroforestri dimasa yang akan datang harus dikalikan dengan faktor diskonto yang
besarnya tergantung kepada tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasaran,
dengan model formulasi sebagai berikut:
NPV = Σ Bt – Ct / (1+i)1
Keterangan:
NPV = Nilai bersih sekarang
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)
Ct = Cost/ Biaya total
I = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku)
T = Periode waktu
Dengan kriteria apabila NPV > 0 berarti usaha tersebut menguntungkan,
sebaliknya jika NPV < 0 berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan (Suharjito
et al., 2003).
122. Benefit cost ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
selama jangka waktu pengusahaan (dengan memperhitungkan nilai waktu
dari uang atau time value of money) dengan model formulasi sebagai berikut:
BCR = ( PV ) Bt / (PV) Ct
Bt – Ct < 0
Bt – Ct > 0
Keterangan:
BCR = Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)
Ct = Cost/ Biaya total
I = Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku)
T = Periode waktu
3. Internal rate of returns (IRR)
Internal Rate of Returns (IRR) menunjukkan tingkat suku bunga maksimum yang
dapat dibayar oleh suatu proyek atau dengan kata lain merupakan kemampuan
memperoleh pendapatan dari uang yang diinvestasikan. Dalam perhitungan, IRR
adalah tingkat suku bunga apabila BCR yang terdiskonto sama dengan nol. Usaha
agroforestri akan dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku di pasar pada saat itu dengan rumus sebagai berikut:
IRR = i1 – [NPV1 ( i2-i1 ) / NPV2 – NPV1 ]
Keterangan:
IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek
13NPV1 = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku tertentu
NPV2 = Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh NPV Positif
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negatif
F. Analisis Komunitas
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau
komposisi jenis dan bentuk atau struktur tegakan. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi kongkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati
suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas
adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu
wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).
Keberadaan pohon dalam agroforestri mempunyai dua peranan utama. Pertama,
pohon dapat mempertahankan produksi tanaman pangan dan memberikan
pengaruh positif pada lingkungan fisik, terutama dengan memperlambat
kehilangan hara dan energi, menahan daya perusak air dan angin. Kedua, hasil
dari pohon berperan penting dalam ekonomi rumah tangga petani. Pohon dapat
menghasilkan produk yang digunakan langsung seperti pangan, bahan bakar,
bahan bangunan, dan input untuk pertanian seperti pakan ternak, mulsa, serta,
produk atau kegiatan yang mampu menyediakan lapangan kerja atau penghasilan
kepada anggota rumah tangga (Widianto et al., 2003).
14Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari
setiap spesies organisme. Analisis kualitatif komunitas tumbuhan dapat dibagi
kedalam beberapa parameter yaitu:
a. Stratifikasi merupakan distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua
spesies tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal
tidak menempati ruang yang sama.
b. Kelimpahan merupakan parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi
relatif spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya
berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut
penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu,
sangat jarang, kadang-kadang atau jarang, sering atau tidak banyak, banyak
atau berlimpah-limpah, dan sangat banyak atau sangat berlimpah
c. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan
spesies organisme pada ruang secara horizontal. Penyebaran tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga, antara lain random, seragam dan berkelompok
d. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tetumbuhan menurut bentuk
pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakter lainnya. Bentuk pertumbuhan
yang umum dan mudah disebut misalnya pohon, semak, perdu, herba dan liana
(Indriyanto, 2006).
Parameter kuantitatif juga diperlukan untuk kepentingan deskripsi suatu
komunitas tumbuhan, parameter yang digunakan antara lain: kerapatan, kerapatan
15relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dan dominansi relatif. Analisis
kuantitatif komunitas tumbuhan dapat dibagi ke dalam beberapa parameter yaitu
sebagai berikut:
a. Kerapatan (Densitas) adalah jumlah individu per unit luas atau per unit
volume, atau densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai arti
sama dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan.
Kerapatan =jumlah individu suatu jenis
luas seluruh petak contoh
Kerapatan Relatif (KR) =kerapatan suatu jenis
kerapatan seluruh jenis frekuensiX100%
b. Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies
organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas
tumbuhan. Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat
diketemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Frekuensi spesies dan frekuensi relatif dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Frekuensi =jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis
jumlah seluruh petak contoh
Frekuensi Relatif (FR) =frekuensi suatu jenis
frekuensi seluruh jenisX 100%
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember
2017 sampai Januari 2018. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
17B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, laptop, panduan
wawancara/kuesioner, alat hitung, dan kamera. Objek penelitian yang dikaji
adalah petani agroforestri di Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Data
responden yang dibutuhkan adalah karakteristik responden mulai dari tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan, usia kepemilikan lahan dan luas lahan serta data
pendapatan petani dari hasil pengelolaan agroforestri pada kondisi lahan, hasil
penerimaan, dan biaya produksi pada penerapan agroforestri. Data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti kantor kecamatan, kelurahan,
badan pusat statistik, dinas kehutanan, lembaga swadaya masyarakat, dan
kepustakaan lainnya. Data sekunder berupa data yang berhubungan dengan
keadaan lingkungan, baik fisik, sosial masyarakat serta data-data lain yang
mendukung.
D. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian dilakukan pada responden/masyarakat
pengelola agroforestri dengan menggunakan purposive sampling. Responden
dipilih sesuai dengan tujuan peneliti. Jumlah masyarakat di Desa Dadapan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus sebanyak 1303 KK (Badan Pusat
18Statistik Penduduk Desa Dadapan, 2017). Batas eror yang digunakan pada
penelitian ini adalah 10% karena batas eror 10% dianggap sudah mewakili dengan
keadaan penduduk Desa Dadapan yang homogen. Berdasarkan formula Slovin
(Arikunto, 2011), maka didapatkan jumlah responden pada penelitian yaitu:
= N( ) + 1Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas error 10 %
1 = bilangan konstan
responden
n =1303
1303(10%)2+1
n =1303
1303 (0,01)+1
n =1303
13,03+1
n =1303
14,03
n = 93 responden
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proportionate
stratified simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota
populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dikarenakan
kelurahan Dadapan terdiri dari 7 lingkungan yang jumlah sub populasinya tidak
sama, sehingga untuk mendapatkan sampel digunakan rumus sebagai berikut
(Noor, 2016):
19
i=Ni
N×n
Keterangan:
n = banyaknya sampel
ni = banyaknya sampel ke-i
N = banyaknya populasi rumah tangga
Ni = banyaknya populasi ke-i
Tabel 1. Jumlah responden masing-masing wilayah
No Wilayah Jumlah KK Jumlah Sampel1 Dusun I 193 142 Dusun II 266 193 Dusun III 184 134 Dusun IV 114 85 Dusun V 210 156 Dusun VI 201 147 Dusun VII 135 10
Total 1303 93
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Metode observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan
mendatangi Desa Dadapan dan mencatat semua hasil pengamatan di lapangan.
Metode ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menggambarkan kondisi
lapangan di Desa Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
202. Analisis komuitas
Kerapatan Relatif =Jumlah individu suatu spesies
Jumlah individu semua spesies pohonX 100%
Kerapatan equifalen =Jumlah individu suatu spesies
Luas lahan responden pola I
Kerapatan equifalen =Jumlah individu suatu spesies
Luas lahan responden pola II
Kerapatan equifalen =Jumlah individu suatu spesies
Luas lahan responden pola III
3. Metode wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cara bertanya secara
langsung kepada masyarakat dengan menggunakan pedoman kuesioner yang telah
dibuat. Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara peneliti datang secara
langsung dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait data yang diperlukan
selama penelitian.
4. Studi literatur
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Data sekunder yang
dibutuhkan meliputi gambaran umum lokasi penelitian, peta wiayah, serta data
lain yang menunjang penelitian.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data tentang karakteristik agroforestri (jenis tanaman dan pola tanam) yang
diperoleh dari responden di Desa Dadapan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan
21kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses menjawab pertanyaan
penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif.
Data primer yang telah diperoleh dari wawancara dengan responden selanjutnya
diolah menggunakan analisis finansial. Untuk mengetahui kelayakan usaha dari
hasil komposisi tanaman dilakukan analisis finansial dengan beberapa asumsi
sebagai dasar dalam perhitungan. Asumsi yang dilakukan di lapangan adalah
sebagai berikut:
a. Suku bunga yang berlaku pada tahun 2018 saat penelitian berlangsung
dengan menggunakan suku bunga Bank Indonesia sebesar 7%
b. Umur kelayakan usaha adalah 10 tahun disesuaikan dengan umur ekonomis
kakao sebagai tanaman utama petani (Obiri et al., 2007)
Kriteria analisis finansial menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR), Net
Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Metode tersebut dipilih
karena dapat mempertimbangkan resiko arus kas ke masa depan melalui besaran
biaya yang dikeluarkan dan modal yang dimiliki dalam pelaksanaan suatu
investasi atau usaha. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Suharjito et
al., 2003):
1. Net present value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah
didiskontokan. Usaha layak apabila NPV>0, sebaliknya jika NPV < 0
berarti usaha tersebut tidak layak.
NPV = PVpenerimaan – PVpengeluaran
22
NPV = Ʃ t=n Bt-Ctt=1 (1+i)t
keterangan :
NPV = nilai bersih sekarang (Rp per ha)
Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp/ha) Ct = biaya yang
dikeluarkan pada tahun (Rp/ha)
T = periode waktu (tahun)
I = suku bunga (%)
2. Benefit cost ratio (BCR)
Kriteria komposisi tanaman dikatakan layak apabila nilai Net B/C>1 dan
sebaliknya jika B/C<1 maka tidak layak.
BCR = ∑ Bt-Ct
(I+i)1t=nt=1∑ Bt-Ct
(I+i)1t=nt=1
Keterangan :
BCR = perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp per ha)
Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp per ha)
I = suku bunga (%)
t = periode waktu (tahun)
233. Internal rate of return (IRR)
Kriteria komposisi tanaman dikatakan menguntungkan apabila nilai IRR
lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
IRR = i1+NPV1
NPV1-NPV2(i2-i1)
Keterangan:
IRR = suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek (%)
i1 = tingkat suku bunga pada NPV yang bernilai +(%) i2
= tingkat suku bungan pada NPV yang bernilai–(%)
NPV1 = NPV yang bernilai+(Rp per ha)
NPV2 = NPV yang bernilai–(Rp per ha)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu
1. Karakteristik agroforestri yang diterapkan oleh petani di Desa Dadapan
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus termasuk agroforestri kompleks.
2. Terdapat 3 (tiga) pola tanam agroforestri yang diterapkan. Semua pola tanam
tersebut layak secara finansial. Pola tanam I dengan tanaman utama kopi,
kakao, pisang diperoleh nilai NPV Rp. 42.860.648,98, nilai BCR 2,67, IRR
23%, dan BEP Rp. 25.593.352, pola tanam II dengan jenis tanaman utama
kopi, pisang, mindi diperoleh nilai NPV Rp. 39.286.345,62, nilai BCR 3,14,
IRR 17%, dan BEP Rp. 19.772.105, pola tanam III dengan tanaman utama
kopi, lada, pisang memiliki kelayakan yang lebih tinggi dibanding pola lainnya
dengan nilai NPV sebesar Rp. 61.418.868,85 nilai BCR sebesar 3,23, IRR
sebesar 60% dan BEP Rp. 41.070.808.
B. Saran
Perlu adanya pendampingan kepada masyarakat tentang pemilihan jenis tanaman
bernilai ekonomi yang ditanam di lahan agroforestri sehingga pemilihan jenis
tanaman tidak hanya berdasarkan harga pasar tertinggi tetapi juga memperhatikan
fungsi kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku.Rineka Cipta. Jakarta. 370 p.
Arsela, P. 2018. Pengaruh berbagai varietas dan berbagai pupuk organik cairterhadap pertumbuhan bibit tanaman pepaya. J. Agrifor. 17(1): 153–159.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Buku. IPB Press. Bogor. 396 p.
Ayu, H.Y., Qurniati, R., dan Hilmanto, R. 2015. Analisis finansial dan komposisitanaman dalam rangka persiapan pengajuan izin hkm (studi kasus desamargosari kecamatan pagelaran utara kabupaten pringsewu). J. SylvaLestari. 3(1): 31–40.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kecamatan Sumberejo dalam Angka. Buku.BPS Kota Kabupaten Tanggamus. Lampung. 39 p.
Budidarsono, S., dan Wijaya, K. 2004. Praktek konservasi dalam budidaya kopirobusta dan keuntungan petani. J. Agrivita. 26(1): 107–117.
De Foresta, H., Kusworo, A., Michon, G., dan Djatmiko, W.A. 2000. KetikaKebun Berupa Hutan Agroforestri Khas Indonesia Sebuah SumbanganMasyarakat. Buku. International Centre for Research in Agroforestri.Bogor. 249 p.
Diniyati, D., Achmad, B., dan Santoso, H.B. 2013. Analisis finansial agroforestrisengon di kabupaten ciamis (studi kasus di desa ciamis kecamatan panjalu).J. Penelitian Agroforestri. 1(1): 13–30.
Evizal, R., Sugiatno., Prasmatiwi, F.E., dan Nurmayasari, I. 2016. Shade treespecies diversity and coffee productivity in sumberjaya, west lampung,indonesia. J. Biodiversitas. 17(1): 234–240.
Fitri, R., Tarigan,S.D., Sitorus, S.R.P., dan Rachman, L.M. 2017. Formulation ofagroforestri type for decent income for the farmers in ciliwung huluwatershed of west java province. International J. of Sciences Basic andApplied Research. 36(4): 264–274.
41Hani, A., dan Suryanto, P. 2014. Dinamika agroforestri tegalan di perbukitan
menoreh, kulon progo, daerah istimewa yogyakarta. J. PenelitianKehutanan Wallacea. 3(2): 119–128.
Harahap, M.R. 2018. Aktivitas daya hambat limbah daging buah kopi robustaaceh terhadap bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli. J.Kesehatan. 9(1): 93–98.
Heriyanto, N.M. 2004. Suksesi hutan bekas tambang dikelompok hutan sungailekawai sungai jengonoi, kabupaten sintang kalimantan barat. J. PenelitianHutan dan Konservasi Alam. 1(2): 5–11.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.
Kholifah, U.N., Wulandari, C., Santoso, T., dan Kaskoyo, H. 2017. Kontribusiagroforestri terhadap pendapatan petani di kelurahan sumber agungkecamatan kemiling kota bandar lampung. J. Sylva Lestari. 5(3): 39–47.
Lahjie, A.M. 2004. Teknik Agroforestry. Buku. Universitas Mulawarman.Samarinda. 329 p.
Nadeak, N. Qurniati, R., dan Hidayat, W. 2013. Analisis finansial pola tanamagroforestri di desa pesawaran indah kecamatan padang cermin kabupatenpesawaran provinsi lampung. J. Sylva Lestari. 1(1): 65–74.
Noor, J. 2016. Metodelogi Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya IlmiahEdisi VI. Buku. Kencana Media. Jakarta. 304 p.
Nurida, N.L., Mulyani, A., Widiastuti, F., dan Agus, F. 2018. Potensi dan modelagroforestri untuk rehabilitasi lahan terdegradasi di kabupaten berau, paser,dan kutai timur, provinsi kalimantan timur. J. Tanah dan Iklim. 42(1): 13–26.
Obiri, B.D., Bright, G.A., McDonald, M.A., Anglaaere, L.C.N., dan Cobbina, J.2007. Financial analysis of shaded cocoa in ghana. J. Agroforestry System.7(1): 139–149.
Olivi, R., Qurniati, R., dan Firdasari. 2015. Kontribusi agroforestri terhadappendapatan petani di desa sukoharjo 1 kecamatan sukoharjo kabupatenpringsewu. J. Sylva Lestari. 3(2): 1–12.
Paudel, D., Tiwari, K.R., Bajracharya, R.M., Raut, N., dan Sitaula, B.K. 2017.Agroforestry system an opportunity for carbon sequestration and climatechange adaptation in the mid-hills of nepal. Octa J. of EnvironmentalResearch. 5(1): 22–31.
Prasetyo, B.D. 2016. Agroforestry kaliwu in sumba. J. Penelitian Sosial danEkonomi. 13(3): 189–199.
42Rahardja., dan Manurung. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Buku. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta. 388 p.
Rahim, A.B.D., Supardi, S., dan Hastuti, D.R.D. 2012. Model Analisis EkonomikaPertanian. Buku. Universitas Negeri Makassar. Makassar. 189 p.
Rahmawati, M., dan Hayati, E. 2013. Pengelompokan berdasarkan karaktermorfologi vegetatif pada plasma nutfah pisang asal kabupaten aceh besar. J.Agrista. 17(3): 111–118.
Rajati, T. 2011. Lada perdu sebagai alternatif dalam pemanfaatan lahan kehutanandan peningkatan kualitas lingkungan. J. Gea. 11(1): 77–85.
Ririhena, R.E., Alikodra, H.S., Kusmana, C., dan Retraubun, A.S.W. 2015.Contribution of dusun agroforestry to household income on ambon island,indonesia. International J. of Sciences Basic and Applied Research. 23(1):256–267.
Rivaie, A.A. 2014. Integrasi lada (lada dan sapi) (model usaha tani alternatiframah lingkungan pasca tambang timah di kepulauan bangka belitung). J.Agros. 16(1): 109–123.
Rukmana, H.R. 2014. Untung Selangit dari Agribisnis Kopi. Buku. LilyPublisher. Yogyakarta. 344 p.
Sari, E.I., Sutiarso, E., dan Hadi, S. 2018. Analisis keuntungan dan efisiensipenggunaan biaya usahatani kopi rakyat robusta di kecamatan sumberwringin kabupaten bondowoso. J. Agribest. 2(1): 61–69.
Septiawan, W., Indriyanto., dan Duryat. 2017. Jenis tanaman, kerapatan, danstratifikasi tajuk pada hutan kemasyarakatan kelompok tani rukun makmur 1di register 30. J. Sylva Lestari. 5(2): 88–101.
Soekartawi., Soeharjo, A., Dillon, J.L., dan Hardaker, J.B. 1986. Ilmu Usahatanidan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Buku. UI-Press. Jakarta253 p.
Suharjito, D., Sundawati, L., Suyanto., dan Utami, S.R. 2003. Aspek SosialEkonomi dan Budaya Agroforestri. Buku. World Agroforestry Centre(ICRAF). Bogor. 31 p.
Sukirno., dan Sadono. 2015. Makro Ekonomi. Buku. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 470 p.
Suparwata, D.O. 2018. Pandangan masyarakat pinggiran hutan terhadap programpengembangan agroforestri. J. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.15(1): 47–62.
43Tjatjo, N,T., Basir, M., dan Umar, H. 2015. Karakterstik pola agroforestri
masyarakat di sekitar hutan desa nemo kecamatan kulawi kabupaten sigi. J.Sains dan Teknologi Tadaluko. 4(3): 55–64.
Wahyudi, I., Sinaga, D.K.D., Muhran., dan Jasni, L.B. 2014. Pengaruh jaraktanam terhadap pertumbuhan pohon dan beberapa sifat fisik-mekanis kayujati cepat tumbuh. JIPI. 19(3): 204–210.
Widianto, Hairiah, K., Suharjito, D., dan Sardjono, M.A. 2003. Fungsi dan PeranAgroforestri. Buku. World Agroforestry Centre. Bogor. 37 p.
Winarni, S., Yuwono, S,B., dan Herwanti, S. 2016. Strukur pendapatan, tingkatkesejahteraan dan faktor produksi agroforestri kopi pada kesatuanpengelolaan hutan lindung batutegi. J. Sylva Lestari. 4(1): 1–10.