Download - KARYA OKKY MADASARI
KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM
KARYA OKKY MADASARI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Sebastianus G. Duminggu
121224083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY
MADASARI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Sebastianus Geradus Duminggu
121224083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S. Pd.,SD, dan Ibu
Theresia Yanti Priska Da Poa, S. Pd.,SD, yang telah mencurahkan
seluruh semangat, tenaga, motivasi serta doa.
3. Kedua adik saya Agnes Fridolin, S. Kep., dan Theresia Fransiska.
4. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus
Kadja, yang telah mempercayai dan mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Saya adalah seorang anak Renaisans. Karenanya, saya percaya kebaikan dan
keadilan. Saya adalah manusia yang baik karena saya menginginkannya, bukan
karena agama, undang-undang, atau paksaan. Itu adalah pengertian yang humanis.
Saya ingin dianggap manusia baik karena keinginan saya, karena nurani saya, bukan
karena sesuatu dari luar”
(Pramoedya Ananta Toer)
“Kemanusiaan merupakan nurani dan logika, dimana keduanya harus
berdampingan dan melengkapi. Ketika Manusia hanya memilih salah satu
dari keduanya, ia tidak bisa hidup di Bumi Manusia”
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Konflik Sosial Dalam Novel Maryam
Karya Okky Madasari. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini memaparkan mengenai bentuk konflik sosial dan alur dalam
novel Maryam karya Okky Madasari. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah buku novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan sumber data sekunder
adalah data-data yang bersumber dari buku-buku acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data penelitian berupa konflik sosial
dan alur yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan tiga tahap, yaitu: tahap identifikasi, tahap klasifikasi, tahap
deskripsi.
Hasil penelitian ini peneliti menemukan bentuk alur dalam novel Maryam
karya Okky Madasari, yaitu alur campuran (maju-mundur). Cerita awalnya adalah
kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback) sebelum ia meninggalkan rumah dan
keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam
setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur
yang mucul dalam novel ini kemudian dideskripsikan dengan menggunakan pola
bagan tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut: tahap pengenalan(alur
mundur)-tahap pemunculan konflik(alur mundur)-tahap peningkatan konflik(alur
maju)-tahap klimaks(alur maju)-tahap pemecahan masalah(alur maju)-tahap
penyelesaian(alur maju). Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas kemudian
dijelaskan dan dibuktikan dengan kutipan dalam novel oleh peneliti.
Bentuk-bentuk konflik sosial yang terjadi dalam novel Maryam karya Okky
Madasari, peneliti menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori
konflik dari Soerjono Soekanto, kemudian diperkuat dengan tahapan alur yang
terdapat dalam novel, dimulai dari tahapan Pemunculan Konflik (masalah), tahapan
Peningkatan Konflik, tahapan Klimaks, Tahapan Pemecahan Masalah, hingga
tahapan Penyelesaian. Di dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat berbagai
rangkaian bentuk konflik yang terjadi. Rangkaian bentuk konflik yang terjadi dalam
tahapan alur dalam novel kemudian dikaji peneliti menggunakan teori konflik sosial
Soerjono Soekanto, untuk menetukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam
novel Maryam karya Okky Madasari. Dari teori konflik sosial oleh Soerjono
Soekanto. Peneliti menyimpulkan hanya ada 3 jenis konflik sosial yang muncul
dalam novel Maryam yaitu: (1) konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2)
konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena perubahan-perubahan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Social Conflict in Novel Maryam written
by Okky Madasari. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma
University.
This research described the forms of social conflict and plot in the novel
Maryam written by Okky Madasari. The source of primary data was the novel
Maryam by Okky Madasari, while the source of secondary data was data collected
from reference books related to main problems which were the object of research.
Research data were social conflict and plot appearing in the novel Maryam by Okky
Madasari. The type of this research was descriptive qualitative. Data was collected
using reading techniques and note-taking techniques. Data analysis techniques were
carried out using three stages, there were identification stage, classification stage,
description stage.
The results showed that the researcher found the form of plot in the novel
Maryam by Okky Madasari was a mixed plot. The original story was the story of
Maryam's life in the past (flashback) before she left her home and family. Then the
plot changed forward as the writer narrated Maryam's life after returning to her
family and living an unexpected life. The plot appeared in this novel was described
using mixed plot patterns as follows: the introduction stage (regression plot) - the
arising conflict stage (regression plot)-the increasing conflict stage (progressive
plot)-the climax stage (progressive plot)-he problem-solving stage (progressive
plot)-the completion stage (progressive plot). The plot patterns were explained and
proven by researchers based on quotes written in the novel.
The form of social conflict that appeared in the novel Maryam by Okky
Madasari was analyzed by the researcher using a theory of social conflict by
Soerjono Soekanto. After that, it was strengthened by the plot stages contained in
the novel, started from the Arising Conflict Stage (problem), the Increasing
Conflict Stage, the Climax Stage, the Problem-Solving Stage, and the Completion
Stage. Within these stages, there were various forms of conflict formed. The forms
of conflict that appeared in this novel were analyzed by the researcher using a
theory of social conflict by Soerjono Soekanto to determine the forms of social
conflict in the novel Maryam by Okky Madasari. Based on that theory, the
researcher concluded that there were only 3 types of social conflicts that appeared in
the novel Maryam, there were : (1) conflict due to individual differences, (2)
conflict due to cultural differences, (3) conflict due to social changes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya yang membuat mental penulis selalu terjaga untuk tetap
menyelesaikan skripsi ini. Puji dan syukur penulis haturkan pula kepada para ahli di
bidang sastra dan pendidikan khususnya bahasa Indonesia yang telah menulis
berbagai buku sehingga menambah pengetahuan penulis dan membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul Konflik Sosial Dalam Novel Mariam Karya
Okky Madasari Dan Implementasinya Dalam Pemebelajaran di SMA Kelas XII
dengan baik. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan
kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)
Yogyakarta.
Penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Allah Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., Selaku Ketua Program studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
pertama yang dengan penuh kesabaran, kasih dan sayang mendukung
penulis, membimbing, memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu
pengetahuan akademis selama penulis menempuh pendidikan di Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing ke dua , atas
integritas, kesabaran, beliau bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu pengetahuan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah
mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia serta kata-kata yang
menginspirasi penulis sehingga menjadi acuan penulis dalam bersikap dan
menyelesaikan skripsi ini.
6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah mebantu
memberikan berbagai layanan administrasi kepada penulis.
7. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S.Pd.,SD., dan Ibu Theresia
Yanti Priska Da Poa, S.Pd.,SD., yang telah mencurahkan seluruh semangat,
tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi.
8. Kedua adik saya tercinta, Agnes Fridolin, S.Kep., dan Theresia Fransiska
yang telah mebantu dalam penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
9. Kekasih hati tercinta Klaudia Intan Kusumaningtyas yang telah meberikan
semangat, tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi.
10. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus Kadja , yang
telah mempercayai dan mendukung.
11. Sahabat-sahabat karib di Program study PBSI yaitu, Muhamad Fauzy
Lestari, S.Pd., Hendrianus Ndori, S.Pd., Sebastianus Darwis Primasetia D,
S.Pd., yang sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi.
12. Keluarga besar program Studi PBSI angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016,
2017, 2018.
13. Keluarga besar Kos Putra VIP 51 yaitu, Pascal Anggi Yoda Kore, Arif
Saefudin S.Pd.,Gr., Vinsenso Mario Strambi Bada, S.T., Denni Hadiwijoyo.
14. Keluarga besar Flores CB Bikers yaitu, Vinsensius Donaldo Mathias Kuki,
Ade Gusti, S.Kom., Agustinus Mboy Ware, S.ARs., Carolus Bernado
Kartiko Putro, Yusak Ronaldy Leo.
15. Keluarga besar Ones Motor yaitu, Wawan Waluyo, Endri Eko Susanto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... iv
MOTO .............................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN....……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
1.5 Batasan Istilah ....................................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA....………………………………………………………..9
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................................9
2.2 Landasan Teori......................................................................................................12
2.2.1 Alur ............................................................................................................ 12
2.2.2 Konflik Sosial ............................................................................................ 15
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....…………………………………………26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................... 26
3.2 Objek Penelitian .................................................................................................. 27
3.3 Data dan Sumber Data ........................................................................................ 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 29
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....………………………….31
4.1 Hasil Penelitian dan pembahasan ........................................................................ 31
4.1.1 Alur ............................................................................................................ 31
4.1.2 Konflik Sosial ............................................................................................ 42
BAB V....………………………………………………………………………………..62
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 62
5.2 Saran .................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 65
BIODATA PENULIS .................................................................................................... 67
SINOPSIS NOVEL MARYAM ................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Menurut
Abrams (dalam Endraswara, 2013: 89), karya sastra sebagai cerminan
kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses yang hidup, yang
sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan dapat juga
memberikan sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih
hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman. Istilah
cermin dalam karya sastra diungkap oleh Vicomte de Donald, (dalam
Endraswara 2013: 88), sebagai suatu istilah yang merujuk pada berbagai
perubahan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, karya sastra dalam hal ini
merupakan cerminan kehidupan masyarakat yang dipantulkan secara nyata
oleh pengarang tentang keadaan masyarakat maupun berbagai perubahan
dalam masyarakat.
Karya sastra novel merupakan pengejawantahan kehidupan hasil
pengamatan sastrawan atas kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari
cara pandang pengarang terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya.
Fakta-fakta sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan,
kemudian digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut
pembaca dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum
(Pradopo, 2002: 26).
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dapat
merefleksikan kenyataan di sekitar kehidupan manusia dengan ruang lingkup
yang lebih luas. Nilai-nilai hidup yang direfelksikan dalam novel dapat
berupa nilai moral, nilai psikologi, nilai religius, dan masih banyak lagi nilai-
nilai lain yang tentunya bermanfaat bagi penikmat karya sastra. Berpijak dari
pendapat tersebut, maka kajian tentang karya sastra seakan mengalami
perluasan yang tidak hanya mencakup tentang unsur-unsur ekstrinsiknya
saja, melainkan pada unsur-unsur intrinsiknya yaitu dengan mengacu pada
konflik sosial yang terdapat dalam novel dengan melihat unsur intriksik yaitu
alur.
Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang
tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu
berdasarkan kaitan sebab-akibat, Kenny (dalam Nurgiantoro, 2007: 113).
Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala
sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita
yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang makhluk individu
memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengisahkan setiap peristiwa.
Perbedaan cara yang digunakan pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur
yang biasa digunakan dalam karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2007: 237)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mengemukakan ada tiga jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra
yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).
Di dalam karya sastra terdapat berbagai jenis konflik yang menjadi
sorotan publik. Konflik-konflik tersebut cenderung digemari para pembaca.
Untuk memahami konflik yang ada dalam karya sastra, pembaca harus
mampu mencerna dan memahami isi dalam karya sastra tersebut. Konflik
dalam sebuah karya sastra sangatlah penting. Konflik dalam sebuah karya
sastra memiliki efek yang menimbulkan pembaca tersebut menjadi lebih
tertarik dan ingin selalu membaca karya sastra tersebut. Begitupun
sebaliknya, apabila dalam sebuah karya sastra tidak memiliki konflik, akan
membuat pembaca bosan dan tidak berminat membaca karya sastra tersebut.
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dengan
adanya konflik. Sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda menimbulkan
banyaknya persaingan. Setiap manusia memiliki kepribadian dan impiannya
masing-masing. Sikap manusia yang selalu berusaha untuk mencapai
keinginannya membuat mereka rela melakukan segala hal agar dapat
mewujudkan keinginannya. Hal-hal tersebut sering menimbulkan beragam
konflik, baik itu konflik dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan
masyarakat yang memiliki hasrat yang sama untuk mencapai keinginannya
tersebut.
Konflik yang dialami manusia dapat dilihat di lingkungan sekitar,
Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
terjadinya konflik di masyarakat pun beragam. Adapun konflik sosial yang
terjadi di masyarakat adalah perbedaan individu, kebudayaan, kepentingan,
dan sosial (Soekanto, 2012: 91). Keberadaan konflik-konflik yang terjadi di
masyarakat tersebut, oleh sebagian penulis atau sastrawan dijadikan sumber
ide dalam pembuatan sebuah karya sastra. Daya imajinasi yang dimiliki oleh
sastrawan menjadikan konflik-konflik yang terjadi, dijadikan ide-ide untuk
membuat sebuah karya sastra agar terlihat lebih natural.
Alasan penulis memilih novel Maryam menjadi objek dalam
penelitian skripsi ini karena novel tersebut menampilkan refleksi tentang
konflik-konflik kehidupan individu dan masyarakat yang langsung terjadi di
masyarakat. Novel Maryam menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh
bernama Maryam, terlahir sebagai seorang Ahmadiyah, yang selama ini
dipandang sebagai aliran sesat oleh masyarakat. Menjalani hidup dengan
pandangan sebelah mata masyarakat tidaklah mudah. Hidup penuh kejadian
tidak menyenangkan hingga segala bentuk penghinaan, pernah Maryam
rasakan. Maryam menjalani hari-harinya dengan berat, meskipun akhirnya ia
berusaha tegar menghadapinya dan menerima dirinya sebagai seorang
Ahmadiyah.
Konflik sosial dapat ditemukan secara langsung pada tokoh
Maryam bersama tokoh lain dalam novel Maryam. Banyak pertentangan
tokoh satu dan yang lainnya sehingga menimbulkan konflik. Misalnya saja,
konflik yang terjadi antara tokoh utama Maryam dan tokoh Gamal. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
awalnya, hubungan yang terjadi antara tokoh, harmonis. Konflik terjadi
ketika tokoh Gamal mulai berubah pikiran saat selesai menyelesaikan
magang. Ia menyatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat. Hal tersebut membuat
tokoh Maryam dan keluarganya terpukul, sehingga hubungan awal yang
harmonis berubah menjadi konflik.
Konflik sosial adalah konflik antara orang-orang atau seorang
dengan masyarakat. Wujud konflik tersebut biasanya berkaitan dengan
masalah-masalah sosial yang kompleks. Tujuan peneneliti meneliti konflik
sosial agar mencari akar permasalahan yang terjadi didalam masyarakat
dengan tujuan mencari jalan keluar untuk menghasilkan solusi dari konflik
yang diteliti. Konflik timbul dari sikap individu terhadap individu lain, atau
individu terhadap lingkungan sosial yang mencakup berbagai masalah,
misalnya pertentangan ideologi, pemerkosaan hak dan lain-lain.
Melalui penelitian ini, penulis akan meneliti atau menganalisis
konflik yang terdapat pada novel Maryam.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur alur yang terdapat dalam Novel
“Maryam” karya Okky Madasari?
2. Bagaimanakah konflik sosial yang muncul dalam Novel
“Maryam” karya Okky Madasari?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian
ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan struktur alur yang terdapat dalam Novel
“Maryam” karya Okky Madasari?
2. Mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul dalam
Novel “Maryam” karya Okky Madasari.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berharap ada manfaat yang bisa
diambil bagi semua pihak, baik manfaat secara teoritis maupun secara
praktis. Adapun manfaat yang bisa diambil adalah sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah konflik sosial dalam karya sastra
khususnya novel.
b. Manfaat Praktis
Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman
peneliti terhadap penelitian dengan menerapkan analisis
konflik sosial dalam novel, dan bagi peneliti lain penelitian ini
diharapkan dapat membantu dan menjadi acuan dalam
meneliti konflik sosial dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Batasan istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari
teori-teori yang mendukung penelitian ini, peneliti memberikan batasan
istilah sebagai berikut.
1. Alur
Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita
yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun
peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat
(Nurgiantoro, 2007: 113).
2. Konflik sosial
Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema sosial
ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan kekerasan.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan, pada
bab ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab II merupakan landasan teori, pada bab ini peneliti
menguraikan mengenai penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori yang
berisi uraian tentang alur dan teori konflik sosial menurut Soerjono
Soekanto, kerangka berpikir. Bab III berisi metodologi penelitian, pada bab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ini peneliti akan menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab
IV berisi hasil penelitian, pada bab ini, terdiri dari pembahasan mengenai
jenis alur yang muncul dalam novel dan analisis konflik sosial yang muncul
dalam novel Maryam karya Okky Madasari berdasarkan teori konflik sosial
Soerjono Soekanto. Bab V merupakan bab terakhir atau penutup dari
penelitian ini, pada bab ini berisi simpulan dan saran yang bermanfaat bagi
pihak yang terkait dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian terdahulu yang relevan
Penelitian tentang konflik sosial dalam novel memang sudah
dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Meskipun demikian, kajian
pada penelitian mengenai konflik dalam novel sangat beragam sesuai
dengan permasalahan yang dianalisis dan sumber data yang digunakan.
Peneliti menemukan ada dua penelitian yaitu: Peneliti Ahmad Bahtiar
dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) dan Nurbaiti (2018). Penelitian
yang telah dilakukan oleh mereka terkait dengan konflik dalam novel.
Berikut ini adalah paparan singkat penelitian-penelitian tersebut.
Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman pada tahun (2018)
melakukan penelitian yang berjudul Konflik Agama dalam novel Maryam
karya Okky Madasari. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar
dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) bertujuan untuk mengetahui
berbagai hal tentang konflik agama dalam novel Maryam yang berkaitan
dengan pola-pola, proses, tahapan, dan resolusi dari konflik agama.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif serta teori
Sosiologi Sastra, disimpulkan bahwa dalam novel Maryam konflik
agama tidak hanya disebabkan persoalan agama tetapi sebagian
disebabkan faktor di luar agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pola konflik tersebut adalah konflik dalam satu agama karena
dianggap sesat. Akibatnya, konflik menyebabkan hancurnya rumah dan
tempat ibadah Ahmadi serta terusirnya mereka dari tetapi dari
kampungnya. Konflik itu semakin meningkatkan solidaritas para
Ahmadi, sedangkan resolusi konflik dalam novel tersebut menghasilkan
keputusan yang tidak memuaskan untuk semua golongan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan
Adenarsy Avereus Rahman (2018) yang berjudul Konflik Agama dalam
novel Maryam karya Okky Madasari dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik. Peneliti, Ahmad Bahtiar
dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) sama-sama menganalisis konflik
pada tokoh Maryam dalam Novel Maryam sebagai unsur utama
penelitian. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018)
dapat dilihat dari jenis konflik yang dikaji. Penulis menggunakan analisis
konflik sosial dari teori konflik sosial Soerjono Soekanto untuk
menemukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam,
sedangkan Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018),
menggunakan menggunakan analisis Konflik Agama dari teori sosiologi
satra dalam novel Maryam karya Okky Madasari
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan judul
konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif Rahman:
Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren. Penelitian ini bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar-tokoh yang
berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima. Hasil peneitian
ini menunjukan bahwa, adanya konflik sosial pada tokoh dalam novel
Gadis Bima karya Arif Rahman. Wujud konflik sosial dalam novel Gadis
Bima adalah bersitegang dan pertengkaran mulut. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa penyebab konflik sosial dikarenakan;
adannya perjodohan, kesalahpahaman, kekecewaan, dan kecurigaan antar
tokoh. Penyelesaian konflik sosial yang berupa bersitegang dan
pertengkaran adalah Ibu mengikuti saran dari Mbok Mi memilihkan
jodoh yang baik untuk La Hila. Adik mendukung keputusan La Hila
untuk melanjutkan sekolah, mengakui kesalahannya terhadapa La Hila.
La Hila menyesal telah mengecewakan Ibunya. La Hila menyerahkan
kembali keputusan kepada para nelayan setelah diadakannya
musyawarah bersama para nelayan. Daeng Beso menengahi perselihan
pendapat antara para nelayan dengan La Hila dan Ifan. La Hila memohon
ampun pada Ibunya.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan
judul konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif
Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik
sosial. Peneliti menganalisis konflik sosial yang muncul dalam novel
Maryam, sedangkan Nurbaiti (2018) mendeskripsikan konflik sosial
yang terjadi antar tokoh, berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
di Bima dengan menganalisis novel Gadis Bimakarya Arif Rahman.
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurbaiti (2018) dapat dilihat dari tujuan penelitian. Penelitian dilakukan
penulis bertujuan mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul
dalam novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan Nurbaiti (2018)
bertujuan mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar tokoh
berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima dalam novel
Gadis Bimakarya Arif Rahman.
Dari kedua Penelitian tersebut dapat memberikan relevansi bagi
penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan mengenai
masalah-masalah yang dikaji serta penggunaan pendekatan dalam
penelitian tersebut. Selain itu, penelitian tersebut juga digunakan untuk
melihat seberapa jauh perbedaan antara penelitian tersebut dengan
penelitian ini. Setelah mencari penelitian relevan, penulis dapat
mengetahui bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain
sehingga penelitian ini murni hasil kerja peneliti.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian
mengenai alur dan kajian konflik sosial menurut teori konflik sosial oleh
Soerjono Soekanto.
2.2.1 Alur
Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh,
dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
rangkaian cerita yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang
makhluk individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam
mengisahkan setiap peristiwa. Perbedaan cara yang digunakan
pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur biasa digunakan dalam
karya sastra (Nurgiyantoro, 2007:113).
Menurut Nurgiyantoro (2007: 237) mengemukakan ada tiga
jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra yaitu alur maju,
alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).
A. Alur Maju
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang diceritakan
mulai awal sampai akhir cerita. Jenis alur ini adalah jenis alur
yang lazim ditemui dalam sebuah cerita. Dalam alur ini,
cerita diawali dengan pengenalan awal, terdiri dari
pengenalan toko beserta wataknya, pengenalan latar tempat,
waktu, dan peristiwa, serta latar suasana yang hendak di
bangun dalam suatu cerita. Setelah semua itu diperkenalkan,
permasalahan pun tiba-tiba muncul dalam sebuah cerita.
Masalah atau konflik tersebut ditandai dengan pertikaian dua
tokoh di dalam cerita atau munculnya ketegangan di dalam
suatu cerita.
Masalah yang muncul itu pun berkembang dan semakin
rumit. Tahap merumitnya suatu permasalahan disebut dengan
tahap konflik meningkat atau klimaks. Setelah konflik kian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
merumit atau klimaks, si tokoh pun pelahan-lahan bangkit
dan menemukan solusi atas konflik yang dia hadapi.
Ditemukannya solusi atas konflik yang dialami sang tokoh
biasa disebut sebagai antiklimaks.
Setelah solusi ditemukan, masalah atau konflik pun
akhirnya terselesaikan, cerita pun telah sampai di tahapan
penyelesaian. Jika tahapan alur ini dibentuk ke dalam sebuah
pola, maka pola tahapan alur pada alur maju atau progersif
akan berbentuk seperti di bawah ini.
B. Alur Mundur
Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang dijelaskan
secara mundur. Alur mundur ini adalah kebalikan dari alur
maju. Di dalam alur ini, cerita justru diawali oleh tahapan
penyelesaian, kemudian terus mundur ke tahapan
antiklimaks, klimaks, kemunculan konflik, dan berakhir ke
tahap pengenalan. Cerita yang menggunakan alur ini
biasanya berisi cerita kilas balik seorang tokoh dalam
menjalani kehidupannya. Jika dibentuk ke dalam pola, maka
pola tahapan alur pada jenis alur ini adalah sebagai berikut
ini.
Tahapan Pengenalan Tahapan Kemunculan Konflik
Tahapan Konflik Memuncak Tahapan Konflik
Menurun Tahapan Penyelesaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Alur Campuran
Alur campuran adalah pengisahan suatu peristiwa yang
diacak atau tidak beraturan, tetapi bila dirangkai akan
menjadi suatu cerita yang padu. Alur campuran ini sangat
membutuhkan konsentrasi tinggi pembaca dalam memahami
cerita. Pada alur ini, ceritanya dimulai dari tahap klimaks.
tahap klimaks yang telah dipaparkan di awal cerita kemudian
dimundurkan ke tahap pengenalan masalah, hal itu bertujuan
agar pembaca atau penonton bisa tahu asal mula dari adanya
konflik di cerita tersebut. Agar lebih memahami lagi
permasalahan atau klimaks tersebut, alur cerita pada jenis
alur ini dimundurkan kembali ke tahap pengenalan. Setelah
itu, baru dinaikkan ke tahap antiklimaks dan berakhir di
tahap penyelesaian. Bila dibentuk pola, tahapan alur pada
alur campuran adalah sebagai berikut ini.
2.2.2 Konflik Sosial
Konflik merupakan sesuatu proses sosial individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Penyelesaian Konflik Menurun atau Antiklimaks
Konflik Memuncak atau klimaks Kemunculan
Konflik Pengenalan.
Klimaks atau Puncak Konflik Klimaks atau Puncak
Konflik Pengenalan Antiklimaks atau Konflik
Menurun Penyelesaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Koflik sosial terjadi karena memiliki Sebab musabab atau akar-akar.
Penyebab konflik sosial tersebut kemudian dikaji membentuk
permasalahan untuk menemukan konflik didalam kehidupan sosial.
Konflik sosial merupakan suatu proses sosial antara dua
pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan
yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu
perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat
istiadat.
Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema
sosial ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Soekanto memandang
konflik terjadi pada perilaku pribadi-pribadi maupun kelompok-
kelompok manusia yang menyadari adanya perbedaan- perbedaan
yang dapat mengakibatkan perbedaan tersebut menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian atau kita juga sering menyebutnya
sebagai konflik. Perasaan memegang peranan yang penting dalam
mempertajam perbedaan- perbedaan sedemikian rupa, sehingga
masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan.
Perasaan tersebut biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang
menyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pihak lain, atau untuk menekan dan menghancurkan orang
perorangan atau kelompok manusia yang menjadi lawan (Soekanto,
2012: 94).
Walaupun konflik merupakan suatu proses yang disosiatif,
akan tetapi konflik sebagai salah satu bentuk proses sosial
mempunyai fungsinya bagi masyarakat. Dalam artian, mempunyai
akibat-akibat yang positif. Apakah suatu konflik membawa akibat-
akibat yang positif atau negatif, tergantung dari persoalan yang
dipertentangkan dan juga dari struktur sosial di mana konflik
menyangkut suatu tujuan, nilai-nilai atau kepentingan-kepentingan.
Salah satu faktor yang dapat membatasi akibat-akibat negatif dari
suatu konflik adalah sikap toleransi yang institutionalized. Dalam
kelompok-kelompok di mana warga- warganya dalam frekuensi
yang tinggi mengadakan interaksi sosial kemungkinan terjadinya
konflik dapat ditekan (Soekanto, 2012: 95).
Soekanto (2012: 91) mengemukakan bahwa akar penyebab
permasalahannya sehingga menimbulkan pribadi-pribadi ataupun
kelompok-kelompok menjadi pecah dan menimbulkan konflik akibat
adanya perbedaan-perbedaan yang terdiri dari: (1) konflik karena
perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan
kebudayaan, (3) konflik karena perbedaan kepentingan, dan (4)
konflik karena perubahan-perubahan sosial. Sebab musebab konflik
tersebut dikaji menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1. konflik karena perbedaan orang-perorangan
Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan
pendirian dan perasaan yang akan setiap orang biasanya
menjadi pemicu utama dalam konflik soisal. Sebab dalam
menjalin hubungan sosial yang baik, seseorang tidaklah
selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini mampu
menimbulkan konflik sosial (Soekanto, 2012: 94).
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia
lain, paling penting adalah rekasi, entah yang berwujud
pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi
tindakan-tindakan selanjutnya dalam memberikan rekasi
tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk
memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang-
orang lain (Soekanto, 2012: 110).
Suatu konflik mungkin terjadi karena persaingan untuk
mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, atau terjadi
pemaksaan unsur-unsur kebudayaan itu. Suatu contoh adalah
hubungan antara mayoritas dengan minoritas. Reaksi
individu minoritas cenderung dalam bentuk sikap tidak bisa
menerima, agresif, menghindar.
2. Konflik karena perbedaan kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
“buddhi” yang berarti budi dan akal. Dengan demikian,
kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal.” Dengan kata lain,
kebudayaan mencakup kesemuanya, kebudayaan terdiri dari
segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan
normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola
berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2012: 166-
167).
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan
bergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi
latar belakang pembentukan serta perkembangan
kepribadian tersebut. Tidak semua masyarakat memiliki
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang
dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama
dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya
orang Jawa dengan orang Papua yang memiliki budaya
berbeda, jelas akan membentuk pola pikir dan kepribadian
yang berbeda pula. Jika di dalam banyaknya perbedaan yang
ada dimasyarakat, tak ada suatu hal yang dapat
mempersatukan, maka berakibat timbulnya konflik sosial.
Konflik perbedaan kebudayaan adalah perbedaan
kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
Seorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyaknya
akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola
pendirian dari kelompoknya (Soekanto, 2012: 94).
Perubahan dari kepribadian orang-perorangan yang
berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok, tentu
selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah
pihak. Ada pribadi-pribadi tahan untuk menghadapi situasi
demikian, akan tetapi banyak pula merasa dirinya tertekan,
sehingga mengakibatkan suatu penyiksaan terhadap
mentalnya (Soekanto, 2012: 99). Pembagian perbedaan
kebudayaan tersebut akan dibagi menjadi: kebudayaan
khusus atas dasar faktor kedaerahan dan kebudayaan khusus
atas dasar agama, dan kebudayaan khusus kelas sosial.
3. Konflik karena perbedaan kepentingan
Bentrokan-bentrokan kepentingan individu-individu
maupun kelompok- kelompok manusia merupakan sumber
lain dari pertentangan. Kepentingan tersebut dapat
bermacam-macam perwujudannya, misalnya kepentingan
dalam bidang ekonomi, politik, dan lain sebagainya
(Soekanto, 2012: 94).
Perbedaan bentrokan kepentingan inilah disebabkan
karena adanya kekuasaan dan wewenang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menyebabkan perbedaan kepentingan dari kedua belah
pihak. Kekuasaan merupakan setiap kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain, sedangkan wewenang adalah
kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat (Soekanto, 2012: 260).
Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan
antara yang berkuasa dan dikuasai, atau dengan kata lain,
antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan
pengaruh dari pihak lain yang menerima pengaruh ini
dengan rela atau karena terpaksa (Soekanto, 2012: 259-260).
Adanya wewenang dapat menjadi efektif bila didukung
dengan kekuasaan yang nyata. Sering kali terjadi letaknya
wewenang yang diakui oleh masyarakat dan letaknya
kekuasaan nyata, tidak berada tetap di satu tempat atau
dalam satu tangan. Dalam masyarakat kecil dan susunannya
sederhana, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh
seseorang atau kelompok meliputi bermacam bidang,
sehingga terdapat gejala kuat, bahwa kekuasaan itu lambat
laun diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya
(Soekanto, 2012: 260).
Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap
masyarakat, merupakan gejala yang wajar, walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat itu
sendiri, oleh karena sifatnya mungkin abnormal menurut
pandangan masyarakat bersangkutan. Setiap masyarakat
memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu, terwujud
dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
kekuasaan dan wewenang, sekaligus mempertahankan
integritas masyarakat (Soekanto, 2012: 262).
4. Konflik karena perubahan-perubahan sosial
Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam
masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai
dalam masyarakat dan menyebabkan terjadinya golongan-
golongan yang berbeda dari pendiriannya mengenai
reorganisasi dari sistem nilai-nilai, sebagai akibat
perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu
disorganisasi dalam masyarakat (Soekanto, 2012: 95).
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perikelakuan, organisasi, susunan lembaga- lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain
sebagainya (Soekanto, 2012: 304).
Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah
ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini perubahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat, sehingga
seolah-olah membingungkan manusia yang menghadapinya,
sehingga dalam masyarakat-masyarakat di dunia ini sering
terjadi perubahan- perubahan atau suatu keadaan ketika
perubahan-perubahan tersebut berjalan secara konstan
(Soekanto 2012: 305).
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa penyebab konflik
karena perubahan sosial adalah konflik yang terjadi
berkaitan dengan hal-hal mengenai perbedaan prinsip dan
latar belakang kehidupan tiap kelompok. Penyebab konflik
tersebut dapat menimbulkan konflik yang besar dan tidak
jarang dapat melibatkan banyak individu atau masyarakat.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian mengenai ‘Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam
karya Okky Madasari’ didasari dengan kerangka berpikir. Kerangka
berpikir merupakan skema dari proses penelitian yang akan dilakukan.
Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti dalam
menguraikan jalannya penelitian.
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya
sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses
hidup, yang sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan
dapat juga memberikan sebuah refleksi realitas lebih besar, lebih lengkap,
lebih hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dalam karya sastra, ada jenis karya sastra oleh pengarangnya lebih
mengedepankan unsur relitas kehidupan sehari untuk menghasilkan karya
sastra tersebut. Karya sastra yang dimaksud adalah novel. Novel
merupakan pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas
kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari cara pandang pengarang
terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut
mewakili kenyataan bahwa, novel merupakan karya sastra paling sering
dihasilkan dari tiruan fakta kehidupan sosial sehari-hari. Fakta-fakta
sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan, kemudian
digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut pembaca
dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia
sekitarnya. Dari latar belakang masalah diatas, penulis kemudian
merangkai bentuk penelitian yaitu, menemukan jenis alur dan konflik
sosial dalam novel Maryam Karya Okky Madasari.
Penelitian ini akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori,
dan metode penelitian yang ada kaitannya dengan masalah penelitian
serta untuk membantu menjawab permasalahan utama dalam penelitian.
Teori alur digunakan sebagai bekal menganalisis dan menemukan jenis
alur yang muncul dalam novel Maryam, sedangkan untuk menemukan
bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam, penulis
menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Alur yang
ditemukan dalam novel kemudian menjadi dasar peneliti untuk
menemukan bentuk konflik sosial dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Adapun penjelasan mengenai penelitian ‘Konflik Sosial dalam Novel
Maryam karya Okky Madasari’ dijelaskan menggunakan bagan kerangka
berpikir sebagai berikut:
Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam karya
Okky Madasari
Teori
Alur teori konflik sosial oleh
Soerjono Soekanto
Metode penelitian: deskriptif
kualitatif
Teknik pengumpulan data: teknik
baca dan teknik catat
Teknik analisis data: tahap
identifikasi, tahap klasifikasi,
tahap deskripsi
Hasil penelitian
Jenis alur dan bentuk konflik
sosial yang muncul dalam novel
Maryam Karya Okky Madasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan data, mencatat data, baik primer maupun sekunder, dapat
dipergunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian
menganalisis dampak lingkungan dituju dan respon emosi dengan pemberian
impulsif yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan. Sugiyono
(2010: 2) mengemukakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Pengertian metode deskriptif dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 29)
bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang
menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan tidak terikat oleh jumlah angka
atau bilangan.
Menurut Sugiyono (2010: 14), Metode penelitian kualitatif adalah metode
berdasarkan pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada
objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh
kepada subjek penelitian dimana terdapat sebuah peristiwa ketika peneliti
menjadi instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut
diuraikan dalam bentuk kata-kata tertulis, data empiris yang telah diperoleh,
dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan paparan di atas sangat jelas bahwa jenis penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena
pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan alur dan hasil analisis bentuk
konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari.
3.2 Objek Penelitian
Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan
studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan
sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan
tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian
(Sugiyono, 2010: 41). Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu harus
menentukan objek penelitian, dimana objek penelitian ini merupakan alat yang
digunakan untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, objek penelitian ini adalah konflik sosial
yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3.3 Data dan Sumber Data
a. Data
Data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif
berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka (Aminuddin, 1990:
16). Berdasarkan pernyataan tersebut, data penelitian ini berupa kata,
kalimat, paragraf, wacana yang mengandung unsur konflik sosial
dalam novel “Maryam” karya Okky Madasary.
b. Sumber Data
1) Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber utama penelitian yang
diperoleh tanpa lewat perantara (Siswantoro, 2004: 140). Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Maryam”
Karya Okky Madasari yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta, 2012.
2) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua
(Siswantoro, 2004: 140). Sumber data sekunder dalam penelitian ini
yaitu data-data bersumber dari buku-buku acuan berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik
membaca dan teknik mencatat.
1. Teknik baca
Pada teknik ini, peneliti terlebih dahulu membaca novel “Maryam”
secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman
tentang karya sastra yang dibaca khususnya konflik sosial yang akan
dicari dalam novel tersebut sebelum menganalisisnya secara mendalam.
2. Teknik catat
Setelah membaca novel berjudul “Maryam” karya Okky Madasari,
peneliti akan mengidentifikasi, kemudian mencatat atau merangkum
hasil temuan tersebut untuk diklasifikasikan konflik sosialnya. Tujuan
dari teknik catat adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis konflik
sosial novel.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada kajian
analisis deskriptif. Analisis deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:
29) bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Untuk menggambarkan atau
menganalisis penelitian ini, dilakukan dengan cara mengidentifikasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mengklasifikasi, dan memaparkan masalah penelitian tersebut. Kemudian
peneliti mengaitkan deskripsi masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat,
sehingga penelitian ini benar-benar jelas. Terdapat tiga langkah teknik analisis
data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Identifikasi
Dalam tahap identifikasi, data-data yang telah terkumpul
diidentifikasi dengan mengkaji konflik sosial dan alur dalam novel
“Maryam”.
2. Tahap klasifikasi
Dalam tahap klasifikasi, data diklasifikasikan atau dikelompokan
berdasarkan temuan jenis alur dan tokoh yang mengalami konflik sosial
didalam novel “Maryam”.
3. Tahap deskripsi
Dalam tahap deskripsi, peneliti akan memaparkan data-data yang
telah dikaji dan disertai dengan bukti kutipan yang memperkuat hasil
analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian dan pembahasan
Hasil penelitian dikaji dari novel Marryam karya Okky Madasari terdiri dari
dua pokok permasalahan yang meliputi deskripsi alur yang muncul dalam Novel
Maryam karya Okky Madasari, deskripsi hasil analisis bentuk konflik sosial yang
muncul, dalam novel Maryam karya Okky. Hasil penelitian yang sudah dikaji
kemudian langsung dibahas peneliti dalam bentuk penjelasan rinci.
4.1.1. Alur
Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan
segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian
cerita yang padu dan menarik. Alur yang digunakan pada
novel Maryam adalah alur campuran (maju-mundur) Cerita awalnya adalah
kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback ) sebelum ia meninggalkan
rumah dan keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan
kehidupan Maryam setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani
hidup yang tidak terduga. Alur yang mucul dalam novel ini kemudian di
deskripsikan dan dijelaskan dengan menggunakan pola bagan tahapan alur
pada alur campuran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Bagan berupa pola alur dalam novel Maryam
Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas akan dijelaskan dan
dibuktikan dengan kutipan dalam novel sebagai berikut ini.
a. Tahap Pengenalan (alur mundur)
Pengenalan pada novel Maryam dimulai dari perjalanan kembalinya
Maryam ke kampung halamannya untuk menemui keluarganya setelah
lima tahun berpisah. Perceraian dengan Alam yang akhirnya
membuatnya kembali dan mengingat keluarga yang akan selalu
menerimanya. Ingatan-ingatan masa lalu muncul dalam benak Maryam,
Tahap Pemunculan
Konflik (Alur
Mundur)
Tahap Pemecahan
Masalah (Alur Maju)
Tahap Peningkatan
Konflik (Alur Maju)
Pengenalan
(Alur Mundur)
Tahap Klimaks
(Alur Maju)
Tahap Penyelesaian
(Alur Mundur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mulai dari saat ia bersekolah SMA dan akhirnya melanjutkan pendidikan
ke Universitas Airlangga, Surabaya. Ingatan masalalu ini membuktikan
adanya alur mudur dalam novel Maryam. Bukti kutipan dalam novel
terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.
(1) “Januari 2005, apa yang diharapkan orang yaang terbuang pada
sebuah kepulangan? Ucapan maaf, uangkapan kerinduan, atau
tangis kebehagiaan?” (Madasari 2012:13).
(2) “perkawinan yang umurnya belum genap lima tahun itu karam.
Maryam memilih keluar. Ia sendiri heran, bagaimana bisa
selama itu bertahan. Berusaha membangun kebahagiaan
ditengah kecurigaan dan kepalsuan” (Madasari 2012:15).
(3) “Lulus SMA pada tahun 1993, Maryam benrangkat ke Surabaya.
Mengikuti ijian masuk ke perguruan tinggi negeri” (Madasari
2012:21).
b. Tahap Pemunculan Konflik (alur mudur)
Setelah pengenalan cerita, maka pada tahap pemunculan konflik
digambarkan saat Maryam berkuliah dan tinggal jauh dari orangtuanya.
Ia tinggal di Surabaya bersama Pak Zul dan Bu Zul. Perkenalan dengan
pemuda Ahmadi bernama Gamal membuat Maryam gembira, tetapi hal
itu tidak berlangsung lama. Sikap Gamal mulai berubah dan berpaling
dari Ahmadi yang dianggap sesat. Gamal tentu juga berpaling dari
Maryam. Kesedihan dalam hati Maryam membuatnya sedikit menutup
diri. Hingga ia bertemu dengan Alam Syah yang akhirnya mampu
membuat hidupnya bangkit lagi dan ia berhasil melupakan Gamal.
Dari penjelasan diatas, membuktikan alur masih bersifat mundur, hal
tersebut dikarekan Maryam masih memikirkan masa lalunya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
berkuliah di Surabaya, bertemu kekasih nya Gamal, Gamal yang
meninggalkan Ahmadi dan dirinya (keadaan ini kemudian peneliti sebut
sebagai pertanda munculnya konflik), hingga ia bertemu Alam sebagai
pengobat luka sakit hatinya karena ditinggal Gamal. Pada tahap
pemunculan konflik inilah, membantu peneliti untuk menemukan bentuk
konflik sosial yang terjadi novel. Penetuan bentuk konflik sosial yang
muncul juga terdapat pada tahap peningkatan konflik dan tahap klimaks
hingga tahap peleraian. Bukti kutipan dalam novel terkait hal tersebut
adalah sebagai berikut ini.
(4) “Maryam tinggal bersama keluarga yang suda seperti saudara,
kenalan orangtua nya, sama-sama Ahmadi. Pak dan Bu Zuzuli,
yang kemudian biasa dipanggil Maryam dengan sebutan Pak dan
Bu zul” (Madasari 2012: 21).
(5) “Sering usai pengajian seperti ini, orangtua-orangtua itu
menggoda yang muda-muda, menjodohkan mereka satu sama
lain. Ada satu pemuda yang selalu mereka sebut-sebut akan
cocok dengan Maryam, namanya Gamal, empat tahun lebih tua
dari pada Maryam. Maryam tak menolak dijodoh-jodohkan
seperti itu. Diam-diam ia malah mengharapkan. Suda lama ia
ingin punya pacar” (Madasari 2012: 23-24).
(6) “Dari pertemuan seminggu sakali di pengajian, kini mereka
mulai mengatur pertemuan-pertemuandengan berbagai alsan.
Pernah beberapa kali Bu Zulmembuat berbagai alsan agar
Gamal dan Maryam keluar berdua. Kadang-kadang Gamal
menjemput Maryam ke kampus, mereka pulang bersama dan Bu
Zul menyambut mereka dengan gembira. Kabar hubungan Gamal
dan Maryam sudah menyebar ke seluruh anggota pengajian.
Orangtua itu semakin menggoda. Bapak dan ibu Gamal pun tak
kalah semangat. Sambil bercanda mereka mengatakan hanya
tinggal tunggu Gamal minta di lamarkan” (Madasari 2012: 24-
25).
(7) “Saat itu bulan-bulan terakhir tahun 1995, Gamal suda sampai
bagian terakhir skripsi nya. Mryam merasakan ada yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pada Gamal sekarang. Tepat nya sejak ia pulang dari Banten,
dalam melakukan penelitian.Gamal menjadi lebih pendiam sejak
pulang dari penelitian” (Madasari 2012: 25-26)
(8) “Dengan suara lebih tinggi ia menyalah bapak dan ibunya. Ia
menyebut segala yang mereka yakini sesat. Gamal tak lagi
kembali sampai saat ini.Gamal memang benar-benar tak pulang.
Bapak-ibunya telah putus asa mencari” (Madasari 2012: 28-29).
(9) “Maryam merindukan Gamal dengan ragu.tak tahu apakah ras
seperti ini masih boleh di pelihara sementara Gamal sendiri
entah dimana. Maryam tak pernah mendapat jawaban dari segala
kerisauan nya. Sebagaimana ia juga selalu gagal menyingkirkan
rasa rindunya pada Gamal” (Madasari 2012: 31).
(10) “bayangan Gamal masih tetap mengiringinya. Bahkan ketika
ia berhasil mendapat pekerjaan di sebuah bank besar di Jakarta.
Baru kemudian, ketika Alam datang,Maryam kembali merasakan
apa yang dahulu dirasakannya saat mulai dekat dengan Gamal.
Maryam jatuh cinta” (Madasari 2012: 32).
c. Tahap Peningkatan Konflik (alur maju)
Maryam akhirnya menikah dengan Alam melalui seorang wali nikah.
Pernikahan itu tidak direstui orang tua Maryam, karena akhirnya
Maryam memutuskan untuk keluar dari ajaran Ahmadi dan mengikuti
keyakinan Alam.
Pernikahan itu akhirnya tumbang. Maryam kembali menyusuri
kampung halamannya, mencari keberadaan keluarganya, hingga ia
mengetahui kejadian buruk yang menimpa keluarganya saat ia
meninggalkan mereka. Rasa bersalah menggelayuti hati Maryam. Ia lalu
mendatangi rumah keluarganya yang baru dengan penuh ketakutan.
Keadaan di atas, membuktikan bahwa, konflik sudah mulai muncul.
Tidak hanya satu konflik yang muncul pada tahap ini, tetapi sudah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kompleks dan banyak. Berawal dari pernikahan yang tidak direstui oleh
orangtua Maryam, hingga perbedaan pendapat antara tokoh Maryam,
Ibu Alam, dan Alam sehingga menimbulkan perceraian antara Maryam
dan Alam. Konflik mulai bermunculan lagi, hingga menjadi kompleks,
ketika Maryam pulang ke kampung halamannya. Ia menemukan rumah
milik Ayahnya yang sudah tidak ditempati, hal tersebut terjadi karena
pengusiran dilakukan oleh warga Gerupuk terhadap orang yang
menganut kepercayaan Ahmadi.
Pada tahap ini, alur mulai berjalan maju, hal ini dibuktikan dengan
perceraian Maryam dengan Alam, kemudian membawa Maryam pulang
ke kampung asalnya untuk bertemu orang tua dan memulai hidup yang
baru. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.
(11) “kata-kata Alam kemudian diulang Maryam di depan kedua
orangtua nya. Bahwa perbedaan itu tak perlu dijadikan
permasalahan. Orangtuanya tak mau mengerti. Maryam punya
dua pilihan: menjadikan Alamseorang Ahmadi atau
Meninggalkan Alam selamanya. Maryam menolak keduanya. Ia
memilih pergi. Masing-masing menyimpan amarah. Maryam
menikah dengan Alam tanpa memberitahu arangtuanya lagi.
Semuanya cukup jelas, pikirnya” (Madasari 2012: 40).
(12) “Pada akhir tahun 2000, seorang wali nikah dari
KantorUrusan Agama menikahkan mereka. Maryam sah menjadi
isri Alam. Ia jadikan Alam sebagai satu-satunya imam dan
panutan. Ditinggalkannya semua yang dulu ia yakini” (Madasari
2012: 40).
(13) “Maryam berontak, menagih segala ikrar yang mereka buat di
Bali waktu itu. Alam merasa diserang. Ia juga merasa Maryam
tidak mau mengerti. Hari-hari mereka sejak itu hanya dipenuhi
pertengkaran. Kalaupun tak bertengkar keduanya diam penuh
keteganga, menyampaikan kecewa dan kesal tanpa harus lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kata-kata. Yang ia ingat, selama berbulan-bulan terakhir sebelum
mereka akhirnya ke pengadilan, Maryam sibuk mencuri-curi
waktu di sela-sela jam kerja, membaca artikel-artikel di internet
tetang perceraian” (Madasari 2012: 127).
(14) “Hingga akhirnya hari ini ia benar-benar kembali pulang.
Gerupuk hanyalah kampung kecil di sudut Timur pesisir selatan
Lombok. Nyaris tak dikenal. Peta-peta wisata menggambarkan
hanya Kuta sebagai satu-satu nama tempat di sepanjang garis
pantai itu” (Madasari 2012: 41).
(15) “Pak Khairudin dan keluarganya pergi dan tak pernah
kembali lagi ke Gerupuk. Semua diawali sekitar seminggu
sebelumnya. Saat ribut-ribut besar terjadi di sebuah desa,
sepuluh kilometer dari arah Gerupuk ke arah timur Utara. Tanpa
ada yang bisa menejelaskan asal mulanya, tiba-tiba semua orang
di desa itu menjadi beringas, mengangkat cangkul dan parang,
membawa batu-batu besar menuju rumah orang-orang yang
mereka anggap berbeda dari kebanyakan orang. Maryam
menangis. Cerita Jamil tergambar jelas dalam pikirannya”
(Madasari 2012: 51-52).
d. Tahap Klimaks (alur maju)
Pernikahan Maryam dan Umar akhirnya terlaksana. Pernikahan untuk
membahagiakan orang tua mereka lalu berubah menjadi pernikahan
yang penuh cinta. Hingga Maryam mengandung buah cintanya dengan
Umar. Saat mereka menggelar pengajian empat bulanan kehamilan
Maryam, rumah mereka diserbu oleh warga yang melempar batu dari
kejauhan. Kerusuhan akhirnya pecah dan semua pengikut Ahmadi yang
datang akhirnya mengungsi. Dengan terpaksa mereka harus tinggal di
Gedung Transito. Usaha untuk meminta perhatian dari Gubernur dan
Dinas Sosial sia-sia. Mereka tidak melakukan apapun, hanya
mengirimkan pasokan makanan setiap bulannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Fatimah lalu menikah dengan seorang lelaki yang bukan Ahmadi
dengan Umar sebagai walinya. Beberapa saat kemudian, Maryam dan
seluruh pengikut Ahmadi menerima kabar meninggalnya Pak
Khairuddin dalam sebuah kecelakaan. Pemakamannya ditolak oleh
warga, hingga mereka harus memakamkan di tempat lain.
Pada penejelasan ini, membuktikan bahwa, konflik yang pada tahap
sebelumnya mulai muncul, kini memuncak menjadi klimaks. Hal
tersebut dibuktikan dengan pengusiran lanjutan warga Lombok terhadap
penganut Ahmadi. Klimaks juga terjadi karena ada bentuk konflik yang
benar-benar terjadi yaitu, penyerangan warga saat Maryam dan keluarga
penganut Ahmadi sedang mengadakan Syukuran lima bulan kehamilan.
Konflik tersebut memakan korban, tidak hanya nyawa, tetapi juga
rumah-rumah penganut Ahmadi dibakar, mereka dilarang untuk kembali
ke rumahnya, pemerintah Lombok tidak bisa berbuat banyak hal,
mereka hanya menyediakan gedung transito untuk penginapan pada
penganut Ahmadi.
Konflik muncul lagi dalam keadaan yang genting. Pak khairuddin
harus sakit hati untuk kedua kalinya karena, mendengar berita bahwa
anak keduanya Fatima, mengingikan untuk menikah dengan pemuda
yang bukan penganut Ahmadi. konflik, tidak hanya sampai disitu saja,
konflik mulai mengarah lagi pada klimaks, hal ini dibuktikan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kematian Ayahanda Maryam. Masyarakat Gerupuk lagi-lagi menolak,
almahrum Ayahanda Maryam untuk di kebumikan di pekuburan umum
milik warga Gerupuk, dikarekan Almahrum menganut aliran sesat.
Mereka berpendapat kalausaja membawa dampak buruk bagi Gerupuk.
Alur pada tahap ini adalah alur maju, hal tersebut dikarenakan
permasalah yang diceritakan penulis terus maju ke tahap selanjutnya, hal
tersebut di buktikan dengan kehidupan Maryam yang suda mulai
membaik, menikah dengan Umar, hingga muncul konflik yang besar.
Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.
(16) “sebagaimana biasanya saat mereka meenggelar pengajian
rutin. Setelah beberapa surta dibaca bersama, biasanya sang
ustaz akan langsung memberi ceramah. Tapi tidak hari ini. Acara
disambung dengan ijab Kabul antara Umar dan Maryam. Sang
ustaz menjadi sang penghulu. Zulkhair, ketua organisasi, menjadi
saksi dari pihak Maryam. Umar memberikan alat salat dan Al
Quran sebagai mas kawin. Saat suara ‘sah’ di ucapkan berkali-
kali, air mata Maryam mengalir” (Madasari 2012: 163).
(17) “Juli 2005 Maryam hamil satu bulan. Kabar mengejutkan
sekaligus menggembirakan. Ibu Umar dan orangtua Maryam tak
berhenti-hentinya mengucap syukur dengan mata yang berbinar.
Umar tak mengucapkan apa-apa, tapi gerka tubuhnya
menunjukan ia sedang bahagia” (Madasari 2012: 213).
(18) “Jam empat sore semua orang sudah duduk di tempat yang
disediakan. Perempuan didalam rumah, laki-laki diteras dan
halaman yang sudah dialasi tikar. Bapak Maryam membuka
acara. Pembukaan singkat yang intinyaadalah pengharapn agar
bayi yang dikandung Maryam sehat, lancar dalam proses
kelahiran, dan nantinya tumbuh jadi anak yang saleh dan
berbakti pada orangtua (Madasari 2012: 221).
(19) “saat menunggu ustaz mulai memimpin pengajian, suara dari
masjid terdengar jelas. Orang itu sedang bicara soal kelompok
aliran sesat. Nama Ahmadiyah berkali-kali disebut. Semua yang
ada dirumah Pak Khairuddin mulai tak tenang. Uztad mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kendali. Menenangkan orang-orang. Tapi ketegangan itu tak
lama. Suara dari masjid itu semakin merisaukan. Usir orang
Ahmadiyah dari Gegerung! Kalau masyarakat di sini tidak
mampu mengusir, saya akan mendatangkan masyarakat dari
tempat lain untuk mengusir mereka, darah Ahmadiyah itu halal
(Madasari 2012: 224).
(20) “sesaat kemudian terdengar suara berisik dari arah jalan.
Barisan orang-orang muncul. Memasuki jalan kecil. Usir! Usir!
Teriak merka. Terdengar bunyi “brak” dan “klontang”. Mereka
melempar sesuatu ke rumah yang mereka lewati. Dua puluh menit
saling melawan, sampai kemudian pasukan polisi datang.
Komandan pasukan berbicara, semuanya tolong masuk ke mobil
yang kami sediakan. Mengungsi sementara, agar tak terjadi hal-
hal yang diinginkan (Madasari 2012: 225-226).
(21) “Lewat magrib saat truk menurunkan mereka di suatu tempat.
Bangunan milik pemerintah dengan halaman luas. Bangunan itu
berupa ruangan besar tanpa sekat. Maryam mengirim pesan pada
Umar. Mengabarkan di mana mereka berada sekarang. Gedung
transito, penampungan untuk imigrasi (Madasari 229: 230).
(22) “Saya ini harus bagimana lagi, kata Gubernur. Sudah berkali-
kali saya jelaskan, semua ini demi kebaikan bersama. Mau
kembali kesana sekarang atau ada kerusuhan? Tanyanya sambil
menatap muka Maryam? (Madasari 2012: 248).
(23) “Saya mau menikah, kata Fatimah ketika semua keluarganya
berkumpul. Semua terlihat terkejut. Tapi taka da yang bersuara.
Sama orang luar bukan orang Ahmadi, lanjut Fatimah”
(Madasari 2012: 254).
(24) “Saya anaknya, katanya pada polisi itu. Pak Khairuddin ada
di rumah sakit, tadi kecelakaan di dekat pasar, kata polisi itu.
Kecelakaan bagaimana? Motornya menabarak truk. Pak
Khairuddin sudah tak bernyawa. Ia meninggal seketika, ketika
motornya yang melaju kencang menabrak truk yang tiba-tiba
berbelok kencang. Bapak mau dimakamkan di mana?tanya Umar.
Maryam tergagap. Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.
Kata ibu di Gerupuk, dekat makam Kakek, jawab Maryam”
(Madasari 2012: 259-261).
(25) Tempat pemakaman yang ada di Gerupuk adalah pemakaman
umum. Berada di ujung kampung, berbatasan dengan laut.
Pemakaman itu sepi. Tak ada satu orang pun saat iring-iringan
mobil itu datang.tnapa menunggu lama, mereka mulai menggali
tanah. Saat itulah, tiba-tiba beberapa laki-lakidatang. Rohmat,
teman masa kecilnya yang waktu ia bertandang ke rumah Nur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menjabat sebagai RT. Rohmat sekarang mengucapkan
salam,menyapa orang-orang yang mengerumuni makam. Siapa
yang meninggal? Tanyanya. Pak Khairuddin. Orang asli
kampung ini, jawab Zulkhair. Tapi pak Khairuddinbukan orang
kampung ini lagi, kata Rohmat. Warga tidak mengizinkan pak
Khairudin disini” (Madasari 2012: 263).
e. Tahap Pemecahan Masalah (alur maju)
Suasana pengungsian semakin penuh sesak. Maryam akhirnya
membawa ibunya ke rumah dengan alasan kondisi Gedung Transito
yang semakin sempit. Meskipun mereka masih tinggal di Gedung
Transito, mereka tidak pernah lupa mengadakan pengajian dan salat
bersama. Pengikut Ahmadi lain yang memiliki penghasilan mulai hidup
mandiri, karena bantuan dari Dinas Sosial semakin berkurang. Semakin
lama, wartawan semakin sering mengunjungi Gedung Transito, untuk
menanyakan hal yang sama, yaitu kejadian pengusiran dan kondisi di
pengungsian.
Tahap ini, permasalahan sudah mulai mereda, para penganut Ahmadi
suda mulai terbiasa dan menjalani kehidupan seperti normalnya. Alur
pada tahap ini masih menggunakan alur maju, hal tersebut dibuktikan
dengan cerita yang terus maju, kehidupan di gedung transito yang sudah
masuk tahun 2008. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah
sebagai berikut ini.
(26) “Januari 2008 gedung transito kian hari tersa kian sesak.
Barang-barang bertambah: baju dan perkakas. Kamar sekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dengan kain itu kini terlihat penuh barang. Sejak kematian
suaminya, ibu Maryam tak lagi tinggal di pengungsian. Maryam
memaksanya pindah” (Madasari 2012: 267).
(27) ”Wartawan-wartawan masih terus berdatangan. Juga orang-
orang dari berbagai lembaga” (Madasari 2012: 268).
4.1.2. Konflik Sosial
Konflik merupakan sesuatu proses sosial individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Konflik sosial adalah suatu proses
sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan yang sulit
ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan kepandaian, ciri
fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat. Koflik sosial terjadi karena
memiliki Sebab musabab atau akar-akar. Penyebab konflik sosial tersebut
kemudian dikaji membentuk permasalahan untuk menemukan konflik didalam
kehidupan sosial.
Dalam mengkaji dan menetukan bentuk-bentuk konflik sosial yang
terjadi dalam novel Maryam karya Okky Madasari, peneliti menggunakan teori
konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori konflik dari Soerjono Soekanto,
kemudian diperkuat dengan tahapan alur yang terdapat novel, dimulai dari
tahapan Pemunculan Konflik (masalah), tahapan Peningkatan Konflik, tahapan
Klimaks, Tahapan Pemecahan Masalah, hingga tahapan Penyelesaian. Di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tahapan-tahapan tersebut terdapat berbagai rangkaian bentuk konflik yang
terjadi. Rangkaian bentuk konflik yang terjadi dalam tahapan alur dalam novel
kemudian dikaji peneliti menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto,
untuk menetukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam
karya Okky Madasari.
Dari teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto, Peneliti menyimpulkan
hanya ada tiga jenis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam yaitu: (1)
konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan
kebudayaan, (3) konflik karena perubahan-perubahan sosial. Berikut penjelasan
dan analisis konflik sosial menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto
beserta bukti kutipan dalam novel, peneliti paparkan:
1. Konflik karena perbedaan orang-perorangan
Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan pendirian dan
perasaan yang akan setiap orang biasanya menjadi pemicu utama dalam
konflik soisal. Untuk dapat menjalin hubungan sosial yang baik,
seseorang tidaklah selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini
mampu menimbulkan konflik sosial (Soekanto, 2012: 94).
Konflik sosial pada perbedaan antara orang perorangan terjadi
antara Maryam dengan Ibu Alam, perbedaan antara Maryam dengan
Alam, perbedaan antara Maryam dengan Gubernur, dan perbedaan
antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a) Perbedaan antara Maryam dengan Ibu Alam
Perbedaan antara Maryam dengan Ibu Alam disebabkan
karena Maryam merupakan anak yang dilahirkan oleh keluarga
Ahmadiyah yang dipandang sebagai keluarga ‘sesat’. Selain itu,
Maryam berani menikahi anaknya yang bernama Alam. Maka
perkelahian antara menantu dan mertua pun tak dapat terelakkan
lagi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
1) Rumah itu jauh dari kata nyaman. Ibu Alam masih
menyimpan dendam. Ia menganggap Maryam sudah
kelewatan. Menantu yang kurang ajar. Demikian pula
Maryam. Semua penerimaan dan kesabarannya telah usang.
Ia telah menggunakan topeng: berpura-pura baik, berpura-
pura menjadi penurut. Bagi Maryam, semua yang
dilakukannya selama ini sudah lebih dari cukup. Telah ia
ikuti semua kata-kata ibu Alam, hanya agar ia bisa diterima
sepenuhnya sebagai bagian keluarga ini. Sekarang, saat
berpapasan, keduanya hanya diam. Ibu Alam malah sengaja
memalingkan muka. Tak pernah lagi ada pertanyaan tentang
anak. Perubahan yang diam-diam disyukuri Maryam
(Madasari, 2012: 125).
2) Di tengah acara, ibu Alam tiba-tiba berseru, “Pak
Ustaz, tolong anak saya ini didoakan agar segera punya
keturunan. Tolong dimintakan ampun kalau memang dulu
pernah sesat.” Emosi Maryam memuncak. Ia merasa kalimat
ibu Alam sengaja ditujukan untuknya. Semua yang terjadi ini
karena ia penuh dosa, pernah hidup dalam kesesatan. Hal
itu dikatakan di depan banyak orang. Seperti sengaja
membuat Maryam malu dan jadi bahan gunjingan
(Madasari, 2012: 123).
Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas perkelahian
antara Maryam dan Ibu Alam. Ibu Alam, sejak awal tak menyukai
kehadiran Maryam di keluarganya, ia menilai Maryam memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kesesatan dan hidup penuh dosa. Disebabkan karena Maryam
setelah menikah dengan anaknya, Alam, Maryam masih saja
belum mengandung, baginya hal itu terjadi karena ia lahir dalam
kesesatan dan penuh dosa.
b) Perbedaan antara Maryam dengan Alam
Perbedaan antara Maryam dan Alam disebabkan karena
adanya perkelahian antara keduanya. Hal ini disebabkan karena
ibu Alam yang menjadi perusak dalam rumah tangga Maryam dan
Alam. Keduanya pun mengakhiri rumah tangganya pada
perceraian. Meskipun Maryam tak menginginkan perceraian itu
terjadi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
1) Maryam semakin tersedu. Ia kecewa dengan kata-kata
yang baru didengarnya. Ia ingin suaminya membelanya,
memahami apa yang menjadi ganjalannya. Maryam ingin
sekali marah. Mengungkapkan semua yang ada di hatinya
dengan suara tinggi agar suaminya benar-benar bisa
mengerti. Tapi Maryam benar-benar lelah. Ia hanya bisa
berujar pelan, bahkan mirip bisikan (Madasari, 2012: 124).
2) Sambil ia sedikit menyisipkan harapan, agar Alam
mempertahankannya. Juga agar Alam bisa memahaminya
setelah mendengar bagaimana selama ini merasa begitu
tertekan. Maryam diam-diam berdoa agar Alam mau
menukar perceraian dengan keputusan besar untuk kembali
mempertahankan pernikahan ini sesuai dengan yang
diharapkan Maryam. Tapi ternyata Alam hanya diam.
Bahkan tak berkata apa-apa. Di ujung percakapan, ia
hanya berkata pelan, “Kalau memang itu yang kamu mau,
ya bagaimana lagi.” (Madasari, 2012: 128).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas bahwa
perbedaan antara Maryam dengan Alam menyebabkan keduanya
berpisah. Tak ada pembelaan dari sang suami kepadanya. Alam
jauh lebih mempercayai ibunya dibandingkan Maryam, istrinya,
yang selalu mendapatkan tuduhan serta hinaan dari ibu mertuanya,
sehingga membuat Maryam tak kuat lagi mempertahankan rumah
tangganya dan ia memilih keluar dari rumah Alam dan
menceraikan Alam.
c) Perbedaan antara Maryam dengan Gubernur
Perbedaan antara Maryam dengan Gubernur disebabkan
karena kedatangan Maryam, Umar, dan Zulkhair yang bertemu
dengan Gubernur. Gubernur datang membawa kabar yang tak
menyenangkan hati rakyatnya. Hal ini digambarkan dalam kutipan
berikut:
1) “Maaf, Pak Gub, jadi bagaimana nasib kami yang di
Transito ini? Kapan bisa kembali ke rumah kami?” tanya
Maryam. Ia memotong cerita Gubernur. Gubernur
mengernyitkan dahi. Raut mukanya mendadak berubah.
Antara sedang berpikir dan merasa tak suka. Diam
beberapa saat. Semua bawahannya menunduk. Seolah
sedang pura-pura tak mendengar apa yang ditanyakan
Maryam. Baru saat Gubernur mengeluarkan suara, mereka
sama-sama mengangkat muka, memandang ke arah
Gubernur, berusaha menunjukkan benar-benar sedang
mendengarkan.
“Saya ini harus bagaimana lagi,” kata Gubernur. “Sudah
berkali-kali saya jelaskan, semua ini demi kebaikan
bersama. Mau kembali ke sana sekarang lalu ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kerusuhan?” tanyanya sambil menatap muka Maryam.
“Tapi itu rumah kami, Pak. Bukankah kita punya hukum?
Siapa yang mengganggu dan siapa yang diganggu?”
Maryam balik bertanya (Madasari, 2012: 248-249).
Berdasarkan kutipan (1), terlihat jelas bahwa perbedaan
antara Maryam dengan Gubernur menyebabkan perbedaan
pandangan antara keduanya. Maryam menginginkan bantuan pada
Gubernur, namun tindakan Gubernur ini benar-benar tidak
terbantu sama sekali. Yang ada, Gubernur sama sekali tak peduli
pada orang-orang Ahmadiyah yang diusir dari kampung
halamannya sendiri, justru Gubernur ini menceritakan kebahagiaan
sang Gubernur.
d) Perbedaan antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki
Perbedaan antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki
disebabkan karena Tuan Guru Ahmad Rizki sebagai penghasut
warga Gerupuk dengan memerintahkan orang-orang ikut
melakukan penyerangan bersamanya terhadap Maryam dengan
menyatakan bahwa Gegerung tak pantas menjadi tempat bagi
orang-orang Ahmadiyah untuk melakukan kegiatan. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
1) Maryam menenggelamkan pikirannya dalam huruf-
huruf koran yang ia pegang. Di bawah gambar rumah
Gegerung yang dirusak, ada foto kecil seorang laki-laki.
Berpeci putih dan berjenggot tak terlalu tebal. Di bawahnya
tertulis nama: Tuan Guru Ahmad Rizki. Di dalam berita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tertulis Tuan Guru Ahmad Rizki yang memerintahkan
penyerangan itu. Sebagaimana yang telah Maryam dengar
sendiri lewat suara keras dari masjid. Seperti orang yang
ditontonnya di televisi beberapa waktu lalu, Tuan Guru
Ahmad Rizki juga menyebut fatwa sesat sebagai alasan ia
memerintahkan penyerangan. “Gegerung tak boleh
dijadikan markas Ahmadiyah,” kata Tuan Guru Ahmad
Rizki yang tertulis di koran. Maryam menggerutu pelan. Tak
ada juga yang berniat menjadikan Gegerung sebagai
markas, katanya. Ia lanjutkan membaca. Di bagian
selanjutnya disebut Gegerung adalah permukiman dengan
penghuni Ahmadiyah terbesar di Lombok. Semua yang ada
di kompleks perumahan itu Ahmadiyah. Begitu koran
menulis. “Ya jelas saja semua Ahmadiyah. Ini kan rumah
yang dibeli bersama setelah dulu sama-sama diusir!” kata
Maryam dengan suara keras yang mengejutkan semua yang
ada di dalam mobil tapi tak ada yang menanggapi.
Semuanya diam dan kembali sibuk dengan pikiran masing-
masing (Madasari, 2012: 233-234).
Berdasarkan kutipan (1) terlihat jelas bahwa perbedaan
antara Maryam dengan Tuan Guru Ahmad Rizki menyebabkan
terjadinya konflik. Maryam dituduh-tuduh sebagai “sesat.” Dengan
demikian, Tuan Guru Ahmad Rizki berusaha menghasuti orang-
orang supaya mereka membantunya melakukan penyerangan
kepada Maryam sambil mengatakan wilayah Gegerung bukanlah
tempat untuk menjadi markas bagi kelompok Ahmadiyah. Hal itu
membuat Maryam marah akan pemberitaan yang ia baca di mana
ia mengutarakan “fatwa sesat sebagai alasan ia memerintahkan
penyerangan.” “Gegerung tak pantas untuk dijadikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
markas Ahmadiyah,” kata Tuan Guru Ahmad Rizki yang tertulis di
koran.
2. Konflik karena perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan bergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian tersebut. Konflik perbedaan kebudayaan
adalah perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula
dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan
serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang secara sadar maupun
tidak sadar, sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola
pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya (Soekanto, 2012:
94).
Pembagian perbedaan kebudayaan tersebut akan dibagi menjadi:
kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan dan kebudayaan khusus
atas dasar agama. Hal ini akan terlihat jelas di bawah ini.
a) Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto, dalam
bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, bahwa
kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan dijumpai
kepribadian yang berbeda dari individu-individu yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
anggota suatu masyarakat tertentu, oleh karena masing-masing
tinggal di daerah-daerah yang berlainan dengan kebudayaan-
kebudayaan khusus yang berbeda pula (Soekanto, 2012: 184).
Maryam adalah anak yang dilahirkan dari keluarga
Ahmadiyah. Ia berwajah cantik dan menjadi salah satu idaman
laki-laki di kampungnya. Dilihat dari faktor kedaerahannya,
Maryam taat sekali dalam beribadah. Kedua orangtuanya selalu
mengajak Maryam ke pengajian apabila di tempat itu mengadakan
pengajian. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
1) Maryam memiliki kecantikan khas perempuan dari
daerah timur. Kulit sawo matang yang bersih dan segar.
Mata bulat dan tajam, alis tebal, dan bibir agak tebal yang
selalu kemerahan. Rambutnya yang lurus dan hitam sejak
kecil selalu dibiarkan panjang melebihi punggung dan lebih
sering dibiarkan tergerai. Di luar segala kelebihan fisiknya,
Maryam gadis yang cerdas dan ramah. Apalagi yang kurang
ketika semuanya telah dibungkus dalam kesamaan iman?
(Madasari, 2012: 24).
Berdasarkan kutipan (1), terlihat jelas bahwa Maryam
merupakan gadis dari daerah timur yang memiliki kecantikan khas
timur dari tempat tinggalnya. Selain dikenal gadis yang cantik, ia
juga dikenal sebagai orang cerdas sekaligus ramah.
Dilihat dari latar belakang sosialnya, Maryam hidup dengan
penghasilan orangtua yang mencukupi hidupnya. Ayahnya bekerja
sebagai tengkulak ikan. Dari hasil menjadi tengkulak ikan itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Maryam dapat berkuliah di universitas yang ia inginkan. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
2) “Bapak Maryam menjadi tengkulak ikan. Membeli
hasil tangkapan nelayan-nelayan, lalu menjualnya ke pasar
kecamatan dan rumah-rumah makan. Dengan hasil dari ikan
itulah bapak Maryam bisa membangun rumah yang layak,
punya satu pikap, dan menyekolahkan dua anaknya. Kuliah
Maryam di Surabaya dibiayai orangtuanya sendiri. Dia
hanya menumpang tinggal di rumah Pak Zul, demi
keamanan, juga karena tradisi persaudaraan sesama
mereka” (Madasari, 2012: 21-22).
3) “ Tak ada keistimewaan lain yang ditawarkan
Gerupuk selain ombak tinggi itu. Ia tak punya pantai indah
berpasir putih, sebagaimana pantai-pantai lain yang
berjajar di pesisir ini. Gerupuk adalah deretan perahu-
perahu nelayan, bau amis ikan, dan nelayan-nelayan berkulit
legam. Setiap orang hidup dari tangkapan ikan, udang, atau
teripang. Bapak Maryam satu dari sedikit orang yang
beruntung. Ia hidup dari ikan itu tanpa perlu lagi melaut
sendiri. Ia hanya perlu menunggu setoran orang-orang,
membelinya sesuai kesepakatan, lalu menjualnya di Pasar
Sengkol, dua puluh kilometer ke arah barat dari Gerupuk”
(Madasari, 2012: 41-42).
Berdasarkan kutipan (2) dan (3), terlihat jelas bahwa secara
sosial, Maryam berasal dari keluarga yang berpenghasilan cukup.
Bapak Maryam bekerja sebagai tengkulak ikan dari hasil
tangkapan ikan daripada nelayan-nelayan. Maryam pun dapat
berkuliah di Surabaya berkat hasil kerja keras ayahnya tersebut.
Maryam selalu dituntun oleh orangtuanya untuk menikah
dengan laki-laki yang berasal dari Ahmadiyah yang sama
dengannya. Di sisi lain, Maryam merasa heran akan aturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
diberikan oleh orangtuanya mengenai pernikahan yang harus
dilaksanakan pada orang-orang yang benar-benar memiliki
kepercayaan yang sama. Meskipun begitu, Maryam telah memiliki
kekasih yang sangat ia cintai, tetapi bukan dari keluarga
Ahmadiyah. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
4) “ Maryam menjadi gusar. Ia merasa kepulangan dan
segala upayanya untuk meredam segala kemarahan sia-sia.
Tapi Maryam masih mencoba bertahan. Ia merasa masih
punya harapan. Bapak dan ibunya mungkin masih
menyimpan pengertian. Maka pelan-pelan Maryam
menyampaikan apa yang dipikirkannya. Tentang pernikahan
yang tak mengungkit-ungkit keyakinan. Tentang hidup
bersama dalam bahagia dengan membiarkan satu sama lain
memelihara apa yang sejak kecil telah mereka percayai.
Maryam juga menambahkan cerita-cerita tentang keluarga
Ahmadi di Kampung Gondrong. Maryam ingin menunjukkan
ia tak akan melupakan akarnya, ia akan sering-sering
datang ke sana, ia akan makin rajin datang ke pengajian
Ahmadi setelah menikah dengan Alam. Sampai pada cerita
ini Maryam berkaca-kaca. Ia menyembunyikan kenyataan
bahwa Alam dan keluarganya telah memintanya
menanggalkan semua yang jadi keyakinannya, menjauhi
orang-orang yang jadi keyakinannya, menjauhi orang-orang
yang sekelompok dengannya, setelah nanti menjadi istri
Alam” (Madasari, 2012: 34-35).
Berdasarkan kutipan (4), terlihat jelas bahwa Maryam
berusaha meyakinkan kedua orangtuanya untuk selalu ingat bahwa
ia akan selalu ingat bahwa ia adalah Ahmadiyah. Di sisi lain, ia tak
bisa menepati janjinya terhadap kedua orangtuanya. Meskipun ia
tahu, orangtuanya selalu mengingatkannya untuk menikah dengan
sesama Ahmadiyah. Maryam justru diminta oleh Alam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
keluarga Alam untuk meninggalkan keyakinannya, dan mengikuti
keyakinan Alam beserta keluarga Alam nantinya.
Sikap dan tindakan Maryam sangat berbeda saat berada di
rumah Alam. Maryam digambarkan sebagai sosok wanita yang
sabar dan pasrah dalam keadaan yang ia jalani kepada keluarga
Alam. Meskipun segala kekecewaan pun bisa ia terima. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
5) “Aku capek. Aku bosan disalahkan terus. Kenapa
semua hal gara-gara aku? Kenapa semuanya karena dulu
aku Ahmadi?” jawab Maryam penuh emosi, meski tidak
dengan nada tinggi. Setiap kata diucapkan dengan penuh
tekanan, untuk menggantikan suara tinggi yang sengaja
dikekang.
“Siapa yang menyalahkan kamu?” Tidak ada yang
mengatakan seperti itu.” Ah... sudahlah. Nggak usah pura-
pura bodoh. Selama ini aku sudah banyak mengalah. Tapi
jangan terus-terusan aku dijadikan sumber masalah. Kalau
memang aku belum hamil mau diapakan lagi?” Tapi
memang tidak ada yang menyalahkan kamu...” Kamu nggak
dengar, tadi Ibu kamu bilang apa di depan banyak
orang?”Cuma minta didoakan. Nggak ada yang salah,
kan?” Dia bilang ‘sesat’! Apa lagi maksudnya kalau bukan
Aku?” Maryam, kamu terlalu sensitif. Tersinggung terhadap
sesuatu yang jelas-jelas bukan ditujukan ke kamu...”
(Madasari, 2012: 123).
Berdasarkan kutipan (5), terlihat jelas bahwa Maryam selalu
disalahkan terus-menerus oleh Alam. Alam yang tak peka terhadap
penderitaan Maryam, menganggap bahwa tak ada hinaan ibunya
kepada Maryam. Maryam justru dinilai terlalu sensitif
menganggap perkataan ibunya. Padahal Maryam tahu selain ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
masih keturunan Ahmadiyah, ia juga masih belum bisa dikaruniai
seorang anak.
Kehidupan rumah tangga antara Maryam dan Alam pun tak
berjalan semulus yang ia inginkan. Ia mengakhiri hubungannya
bersama Alam, dan memilih pergi dari rumah Alam. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
6) “Perkawinan yang umurnya belum genap lima
tahun itu karam. Maryam memilih keluar. Ia sendiri heran,
bagaimana ia bisa selama itu bertahan. Berusaha
membangun kebahagiaan di tengah-tengah kecurigaan dan
kepalsuan. Ia selalu berpikir, yang penting Alam, suaminya
itu, tulus mencintainya tanpa prasangka. Tapi siapa yang
menyangka nyali laki-laki yang dicintainya hanya sebatas
bualan?” (Madasari, 2012: 15).
b) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (2012:
185), agama juga mempunyai pengaruh besar untuk membentuk
kepribadian seorang individu. Adanya metode dalam agama pun
melahirkan kepribadian yang berbeda pula.
Maryam merupakan anak dari keluarga Ahmadiyah. Ia
menjadi Ahmadiyah tidak terjadi begitu saja. Dimulai dari kakek
Maryam yang memilih perjalanan yang berbeda. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
1) Keluarga Maryam menjadi Ahmadi tidak tiba-tiba.
Pak Khairuddin sudah Ahmadi sejak lahir. Kakek dan nenek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Maryam-lah yang menjadi pemula, lebih dari tujuh puluh
tahun lalu. Kakek Maryam bertemu dengan seorang dai saat
pergi ke Praya. Tanpa sengaja, hanya pertemuan biasa.
Awalnya ia juga tak tahu laki-laki itu dai. Sekali bertemu,
mereka langsung akrab tanpa bisa dijelaskan kenapa dan
bagaimana. Kakek Maryam diajak ke pengajian kecil di
Praya, pengajian orang-orang Ahmadi yang saat itu
pengikutnya hanya enam orang. Salah satu di antara mereka
ayah Pak Zul. Memang, persahabatan kedua keluarga itu
bukan diawali dari Pak Zul dan Pak Khairuddin, tapi dari
orangtua mereka. Generasi pertama yang masuk Ahmadi di
Praya (Madasari, 2012: 53).
2) Rasa ingin tahu lebih banyak tentang agamanya
membuat kakek Maryam tak ragu-ragu saat diajak ikut
pengajian. Baginya, apa pun yang bermuara pada
keberadaan Tuhannya adalah jalan kebaikan. Ia banyak
mendengarkan ceramah-ceramah dari orang-orang baru.
Bukan hanya dai yang pertama kali ditemuinya, tapi juga
dai-dai lain yang bergiliran didatangkan dari Jawa dan
Sumatra. Kakek Maryam sekaligus merasa punya teman-
teman bicara yang setara, yang sama-sama tahu tentang
agama, yang membicarakannya bersama untuk kebenaran
dan kebaikan manusia. Hal yang tak bisa didapatkannya di
Gerupuk. Yang orang-orangnya hanya menurut tanpa
pernah bertanya. Yang hanya mengikuti tanpa memahami
(Madasari, 2012: 53-54).
Berdasarkan kutipan (1) dan (2), terlihat jelas bahwa kakek
Maryam memilih jalan yang berbeda dengan memasuki
Ahmadiyah. Tidak hanya kakek Maryam, ayah Pak Zul, sahabat
Pak Khairuddin, ikut menjadi Ahmadiyah bersama kakek Maryam.
Kakek Maryam merasa dengan kedatangan para dai dari Jawa dan
Sumatra. Kakek Maryam merasa memiliki banyak teman. Dari
situlah Pak Khairuddin, bapak Maryam, menjadi Ahmadiyah yang
awal mulanya berasal dari Kakek Maryam tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada novel ini, digambarkan Maryam sebagai orang yang
dapat marah di depan orang-orang di Gerupuk itu. Ia juga
menganggap Nur, temannya, tak lebih dari seorang penghianat.
Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
3) Rohmat memandang ke arah Nur dan ibunya.
Tanpa kata-kata. Seolah yakin Nur akan paham maksudnya.
Maryam ikut menatap Nur. Ada keyakinan Nur akan
membelanya di depan orang-orang. Mengulang semua yang
tadi ia katakan saat bertemu Maryam di Kuta. Pandangan
Nur bertemu dengan pandangan Maryam. Lalu Nur melirik
ibunya. Perempuan itu memainkan bibirnya tanpa ada yang
bisa menebak apa artinya. Nur menunduk sebentar. Lalu
beranjak mendekati Maryam.
“Tolong pulang saja... jangan sampai ada apa-apa di
rumah ini,” katanya pelan.
Maryam membelalak tak percaya. Ia marah pada Nur yang
ternyata sama saja dengan orang-orang. umar bergerak
cepat. Menyentuh pundak Maryam dan memberinya isyarat
untuk meninggalkan tempat ini. Muka Maryam merah
padam. Matanya berkaca-kaca. Sambil mengikuti langkah
Umar ia berteriak-teriak.
“Kalian semua bukan manusia!”
“Yang sesat itu kalian, bukan kami!”
“Rumah itu milik kami. Kalian semua perampok!”
(Madasari, 2012: 210-211).
Berdasarkan kutipan (3), terlihat jelas bahwa kemarahan
Maryam pada mereka dinilai buruk oleh Maryam. Maryam yang
diusir tak dapat terima dengan pengusiran itu. Ia pun menilai
bahwa orang-orang itu adalah orang yang sesat dan bukan
Maryam, meskipun ia adalah bagian dari Ahmadiyah. Ia tak
percaya akan tindakan Nur, ia merasa yakin akan ada pembelaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dari Nur, tapi Nur ikut-ikutan mengusir Maryam dan juga Umar,
suaminya.
Maryam tahu betul bahwa keyakinan yang ia miliki akan
menimbulkan masalah. Namun ia begitu bangga terhadap
orangtuanya, mereka masih mempertahankan iman walaupun
terusir dari rumah. Maryam tak malu dan menyesali atas iman
yang dilahirkan untuknya. Meskipun ada sedikit penyesalan
menikahi Alam, Maryam yang lebih memilih meninggalkan
keyakinannya dan tak mempedulikan kedua orangtuanya. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut:
4) Maryam memang malu. Malu karena tak tahu apa-
apa yang terjadi pada keluarganya. Malu karena tidak
melakukan apa-apa, ketika keluarganya terusir karena
mempertahankan iman. Maryam juga menyesal. Menyesal
atas semua yang dilakukannya demi bersama Alam.
Menyesali segala keputusannya untuk menikah dengan Alam,
tanpa memedulikan apa yang dikatakan orangtuanya. Tapi
entah kenapa, Maryam sama sekali tak malu dan menyesal
telah jauh meninggalkan keimanannya. Ia juga tak tahu
kenapa tak ada ruang lagi dalam hatinya untuk kembali
meyakini apa yang sejak kecil diperkenalkan, yang beberapa
tahun lalu telah ia tinggalkan. Ia pulang sama sekali bukan
untuk iman. Ia pulang hanya untuk keluarganya. Ia terharu,
ia bangga, ia menitikkan air mata atas kegigihan dan
kekokohan keluarganya mempertahankan iman. Ia marah, ia
dendam, ia tak bisa memaafkan orang-orang yang
merongrong keluarganya karena dianggap tak benar. Tapi
tidak, Maryam sama sekali tak pulang untuk iman
(Madasari, 2012: 77-78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan kutipan (4), terlihat jelas bahwa Maryam memang
malu dan menyesali atas semua yang ia lakukan sebelumnya.
Maryam begitu bangga akan kegigihan orangtuanya dengan berani
mempertahankan imannya. Walaupun ia marah dan dendam pada
orang-orang yang berani mengusir keluarganya dari kampung
halamannya sendiri, namun ia tahu ia tak bisa mempertahankan
imannya.
3. Konflik karena perubahan sosial
Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat,
untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat dan
menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda dari
pendiriannya mengenai reorganisasi dari sistem nilai-nilai yang sebagai
akibat perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu disorganisasi
dalam masyarakat (Soekanto, 2012: 95).
Perubahan soasioal yang muncul dalam novel Maryam dibuktikan
ketika Maryam sangat terpukul dengan keeadan kehidupan sosialnya
saat itu, kehidupan tidak adil yang ia rasakan dari perlakuan masyarakat
dan kelompok orang di sekelilingnya. Hal ini digambarkan dalam
kutipan berikut:
1) “Kita semua marah,” kata Umar. “Kita semua tak terima.
Tapi apa gunanya sekarang? Yang penting bagaimana kita
kedepannya bisa hidup lebih baik. Lebih aman.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
“Aku masih tak bisa menerima orangtua dan adikku pernah hidup
di pengungsian. Sementara rumah yang dibangun susah payah tak
boleh digunakan...” Suara Maryam mulai memelan. Isakannya
juga melemah. Maryam terlihat sudah lebih tenang. Tangan kiri
Umar menggenggam erat tangan istrinya sementara tangan kanan
terus mengendalikan setir (Madasari, 2012: 170-171).
2) “Namanya juga cobaan. Bagian dari ujian iman, Maryam.
Juga bukti bahwa kita memang benar...” kalimat Umar terdengar
menggantung. Ia ingin menenangkan Maryam dengan cara
terbaik. Meredam kemarahan dan menumbuhkan keikhlasan.
Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Sepanjang
umurnya, inilah pertama kalinya Umar bicara tentang iman
dengan begitu bijak. Umar seorang Ahmadi. Beribadah bersama-
sama orang Ahmadi. Mengaji bersama orang-orang Ahmadi. Ia
hafal di luar kepala tentang sejarah keyakinannya. Tapi tak satu
alasan pun baginya untuk menjadi bagian dari Ahmadiyah selain
karena memang sejak lahir ia telah dijadikan seorang Ahmadi
oleh kedua orangtuanya. Karenanya ketika tiba-tiba saja kata-
kata tentang iman keluar dari mulutnya, ia sendiri menjadi ragu
atas apa yang dikatakannya. Apalagi yang baru ia katakan
sebenarnya hanya pengulangan atas apa yang dikatakan orang-
orang Ahmadi lainnya atas kepedihan yang telah mereka alami
(Madasari, 2012: 171).
Berdasarkan kutipan (1) dan (2), Maryam merasa, ia memang
dilahirkan dari bagian Ahmadiyah oleh kedua orangtuanya, tetapi dari
segi kehidupan sosial ia merasa sama seperti masyarakat pada
umumnya, memiki hak dan kewajiban yang sama. Pada kenyataan nya,
kehidupan sosial Maryam mendapar diskriminasi hebat, dan bahkan
dianggap sebagai pembelot. Di sisi lain, Maryam juga berusaha
menyembunyikan kesedihannya dari Umar. Ia sama sekali tak bisa
menerima pengusiran itu. Maryam merasa, hak nya sebagai bangsa
Indonesia sudah dihancurkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kegigihan Maryam membulatkan tekadnya untuk menghentikan
ketidakadilan sosial yang ia alami selama ini dibuktikan dengan usaha
meminta keadilan atas tindakan pengusiran yang dilakukan oleh
kelompok penentang kepadanya. Dengan berusaha menulis sebuah surat
agar dapat diterima dan dapat membantunya keluar dari kejahatan
kelompok penentang. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:
3) Ini surat ketiga yang saya kirimkan ke Bapak. Semoga surat
saya kali ini bisa mendapat tanggapan.
Hampir enam tahun keluarga dan saudara-saudara kami terpaksa
tinggal di pengungsian, di Gedung Transito, Lombok. Selama itu
kami berbagi ruangan dengan membuat kamar-kamar bersekat
kain. Lebih dari dua ratus orang hidup bersama di situ (Madasari,
2012: 273).
4) Bapak yang terhormat, kami tidak meminta lebih. Hanya
minta dibantu agar bisa pulang ke rumah dan hidup aman. Kami
tidak minta bantuan uang atau macam-macam. Kami hanya ingin
hidup normal. Agar anak-anak kami juga bisa tumbuh normal,
seperti anak-anak lainnya. Agar kelak kami juga bisa mati dengan
tenang, di rumah kami sendiri.
Sekali lagi, Bapak, itu rumah kami. Kami beli dengan uang kami
sendiri, kami punya surat-surat resmi. Kami tak pernah melakukan
kejahatan, tak pernah mengganggu siapa-siapa. Adakah alasan
yang bisa diterima akal, sehingga kami, lebih dari dua ratus
orang, harus hidup di pengungsian seperti ini? Kami mohon
keadilan. Sampai kapan lagi kami harus menunggu? (Madasari,
2012: 274-275).
Berdasarkan kutipan (3) dan (4), terlihat jelas bahwa Maryam tak
tahan lagi dengan hidup sosialnya. Mereka diharuskan mengungsi di
tempat yang benar-benar tak luas, mereka diusir dari rumah nya sendiri,
meskipun rumah yang mereka beli adalah warisan dan hasil kerja keras.
Maryam sungguh tak bisa menerima perbuatan ini. Maryam sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
membutuhkan bantuan dari atasan supaya bisa membantunya keluar dari
ketidakadilan, kejahatan, dan penderitaan ini. Maryam tahu
perbuatannya ini sudah tak bisa ditolerir lagi karena ia juga sudah tak
bisa bersabar lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai pokok permasalahan
“Konflik sosial dan alur dalam novel Maryam karya Okky Madasari” yang dibagi
menjadi dua rumusan masalah yaitu (1) Bagaimanakah alur dalam Novel “Maryam”
karya Okky Madasari? (2) Bagaimanakah konflik sosial dalam Novel “Maryam”
karya Okky Madasari? Penjelasan dalam bagian kesimpulan sekaligus menjawab dua
rumusan masalah tersebut yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, peneliti menemukan bentuk alur dalam novel Maryam karya Okky
Madasari, yaitu alur campuran (maju-mundur). Cerita awalnya adalah kisah hidup
Maryam di masa lalu (flashback) sebelum ia meninggalkan rumah dan keluarganya.
Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam setelah
kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur yang
mucul dalam novel ini kemudian di deskripsikan dengan menggunakan pola bagan
tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut: tahap pengenalan(alur mundur)-
tahap pemunculan konflik(alur mundur)-tahap peningkatan konflik(alur maju)-tahap
klimaks(alur maju)-tahap pemecahan masalah(alur maju)-tahap penyelesaian(alur
maju). Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas kemudian dijelaskan dan
dibuktikan dengan kutipan dalam novel oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kedua, dalam mengkaji dan menetukan bentuk-bentuk konflik sosial yang terjadi
dalam novel Maryam karya Okky Madasari, peneliti menggunakan teori konflik
sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori konflik dari Soerjono Soekanto, kemudian
diperkuat dengan tahapan alur yang terdapat dalam novel, dimulai dari tahapan
Pemunculan Konflik (masalah), tahapan Peningkatan Konflik, tahapan Klimaks,
Tahapan Pemecahan Masalah, hingga tahapan Penyelesaian. Di dalam tahapan-
tahapan tersebut terdapat berbagai rangkaian bentuk konflik yang terjadi. Rangkaian
bentuk konflik yang terjadi dalam tahapan alur dalam novel kemudian dikaji peneliti
menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto, untuk menetukan bentuk
konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Dari teori
konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Peneliti menyimpulkan hanya ada 3 jenis
konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam yaitu: (1) konflik karena perbedaan
orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena
perubahan-perubahan sosial.
5.2 Saran
Saran ini ditujukan kepada para pengajar bahasa Indonesia dan peneliti
selanjutnya yang akan menggunakan konflik sosial sebagai tinjauan pustaka dan
novel Maryam karya Okky Madasari
bagi peneliti berikutnya, diharapkan objek novel Maryam bukan hanya diteliti
dari segi unsur instrinsik novel, tetapi dapat juga di teliti dari unsur ekstrinsik. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
segi teori konflik sosial sebagai tinjauan pustaka, peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan karya sastra dengan bentuk lain sebagai objek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Pengantar Apresiasi karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Bahtiar, Ahmad dan Adenarsy, Avereus Rahman. 2018. Konflik Agama
dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra
(Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: CAPS
Madasari, Okky. 2012. Maryam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nurbaiti. 2018. Konflik Sosial yang Terjadi Dalam Novel Gadis Bimakarya
Arif Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Pradopo, Rahamat Djoko. 2002. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Media.
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi. Surakarta:
Muhammadyah University Press.
Soekanto, Soerjono, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Wellek, Rene dan Austin, Warren. 2014. Teori Kesustraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BIODATA PENULIS
Sebastianus Geradus Duminggu sering disapa Bastian
adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bastian
merupakan anak pasangan dari Bapak Godelfridus Powo
dan Ibu Theresia Yanti Priska Da Poa. Penulis tugas akhir
skripsi yang berjudul “Konflik sosial dan alur dalam
novel Maryam karya Okky Madasari” ini lahir di Lela pada tanggal 20 Maret
1994.
Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Katolik 001 Lela 1 pada
tahun 1999- 2006, tahun 2006-2009 menjadi siswa di SMPK Frateran
Maumere, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAK Frateran Maumere
dan lulus pada tahun 2012.
Setelah tamat SMA pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 penulis tercatat
sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan
menulis skripsi sebagai tugas akhir pada tahun 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SINOPSIS
MARYAM OLEH OKKY MADASARI
Dalam novel ketiganya ini Okky mengangkat kisah Maryam, seorang
perempuan penganut Ahmadiyah asal Lombok dengan kisah cintanya
termasuk diskriminasi dan penderitaan yang dialami keluarganya karena
terusir dari kampung halamannya sendiri karena berbeda keyakinan
Di novel ini dikisahkan bagaimana sebenarnya pengikut Ahmadiyah yang
diwakili oleh keluarga Maryam sebenarnya telah sejak lama berbaur dengan
masyarakat, hidup berdampingan dengan kaum muslim lainnya tiba-tiba saja
menjadi kaum yang terusir sehingga mereka harus meninggalkan rumah yang
telah mereka miliki selama puluhan tahun.
Sejak kecil sebenarnya Maryam mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang
berbeda antara kepercayaan yang dianut keluarganya dengan kaum muslim
umumnya. Ia menyadari bahwa kaumnya memiliki masjid sendiri dan
pengajian sendiri yang secara rutin dilakukan oleh kaum Ahmadiyah.
Ketika beranjak dewasa Maryam semakin menyadari keeksklusifan
kaumnya setelah ia menerima wejangan bahwa kelak ia harus menikah
dengan sesama kaum Ahmadi. Awalnya hal itu bukan masalah bagi Maryam
karena ia memang sedang menjalin hubungan dengan Gamal, yang juga
penganut Ahmadi, sayangnya kisah cintanya kandas setelah kekasihnya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
berpindah keyakinan dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang diyakini
oleh keluarga mereka adalah sesat.
Putus dari Gamal tak membuat Maryam terpuruk, ia melanjutkan
hidupnya, lulus sekolah ia bekerja di Jakarta dan memiliki karir yang cukup
baik. Ia memiliki kekasih yang baru, Alam, yang bukan seorang Ahmadi.
Hubungan ini tentu saja tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Namun
Maryam tidak peduli, ia memilih jalan hidupnya sendiri. Maryam
meninggalkan keluarganya. Keluarga Alam sendiri tidak keberatan kalau
anaknya menikah dengan Maryam dengan syarat Maryam bersedia
menginggalkan keyakinannya.
Maryam akhirnya memilih meninggalkan keyakinannya agar dapat
menikah dengan Alam, sayangnya pernikahan ini tidak berjalan mulus.
Maryam yang tidak kunjung memiliki anak sering dikait-kaitkan oleh
mertuanya yang meganggap itu adalah hukuman akibat kepercayaan yang
pernah dianutnya. Maryam akhirnya tidak tahan dan memilih bercerai dan
kembali kepada orang tuanya di Lombok.
Sayangnya setiba di kampung halamannya, ia tidak menemukan dimana
keluarganya berada karena keluarganya telah diusir oleh penduduk setempat
karena keyakinan yang dianutnya. Dimana keluaganya berada? Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
disertai rasa bersalahnya karena selama ini ia telah meninggalkan keluarganya
Maryam bertekad untuk mencari dimana keluarganya berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI