KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang
diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan
pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga, dan
instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan
bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.
Publikasi triwulan IV tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2015. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2015
dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama
internasional, serta industri dalam negeri. Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait
kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari
pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini
dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2016
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
Ringkasan Eksekutif
Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang mencakup 70,0 persen
pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi
perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh perlambatan dan rebalancing secara bertahap
aktivitas perekonomian Tiongkok, rendahnya harga komoditas energi, dan
pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat
sebesar 0,7 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan
aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan
mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi
ekspor.
Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi global yang kompleks dan tekanan pembangunan ekonomi
dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015
sebesar 6,8 persen (YoY), paling rendah sejak tahun 2009. Dengan demikian,
pada tahun 2015 ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY)
atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian.
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0
persen (YoY). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah 4,8
persen (YoY), dibawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2015) yang besarnya 5,7
persen. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan diperkuat dengan membaiknya stabilitas nilai
tukar Rupiah.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD5,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada
triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut
didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara
signifikan. Ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar
USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan
dengan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, impor Indonesia pada akhir triwulan
IV tahun 2015 adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9
persen (YoY). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 mencapai USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan
impor.
Pada triwulan IV tahun 2015, tingkat inflasi Indonesia menurun dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2015 (YoY). Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan
3,35 persen. Sementara itu rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar
4498,2. Dengan demikian, tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 adalah sebesar
3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV
tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun
2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami
pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Di sisi lain, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang
seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah
pusat mencapai Rp3.098,6 triliun. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri
mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam
APBN-P 2015.
Penjualan mobil dan motor baik pada triwulan IV tahun 2015 maupun
sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yang
disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan
ekonomi. Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 248.610 unit,
turun sebesar 9,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Penjualan
motor pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,7 juta unit, menurun sebesar 8,57
persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sepanjang tahun 2015,
penjualan mobil dan motor masing-masing sebanyak 1,0 juta unit dan 6,5 juta
unit, menurun masing-masing sebesar 16 persen (YoY) dan 18 persen (YoY)
dibandingkan tahun 2014.
Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 7.756 juta ton,
meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sementara
itu, sepanjang tahun 2015 penjualan semen mencapai 26.012 juta ton, menurun
1,3 persen dibandingkan tahun 2014.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan IV tahun 2015
meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman
rata-rata per bulan mencapai 839.207 orang, sedangkan total kunjungan selama
tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang.
V Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ X
POLICY BRIEF .............................................................................................................................................. 2
Isu Sektor Industri ............................................................................................................................ 2
Isu Sektor Moneter ........................................................................................................................... 5
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ................................................................................................... 10
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ................................................................................ 10
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa ............................................................................................ 14
Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 17
Perekonomian Jepang .................................................................................................................... 20
Perekonomian Singapura .............................................................................................................. 22
PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 ........................................................................................ 23
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ....................................................................................... 29
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .......................................................................................... 32
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................................. 32
Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................................................... 37
Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................................ 39
Neraca Pembayaran Indonesia .................................................................................................... 41
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ............................................................................................... 49
Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................... 49
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ...................................................................................... 49
Posisi Utang Pemerintah ................................................................................................................ 50
Surat Berharga Negara (SBN) ....................................................................................................... 51
Pinjaman ............................................................................................................................................. 54
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ............................................................................... 56
Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga
Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota.............. 56
Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi ................................................................. 57
Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 ......................................... 58
VI Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi ........................................................................................................................... 59
Layanan Izin Investasi 3 Jam ......................................................................................................... 59
Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global .............................................................. 60
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ..................................................................................................... 61
Perkembangan Ekspor .................................................................................................................... 61
Perkembangan Impor ..................................................................................................................... 65
Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 68
Perkembangan Harga Domestik .................................................................................................. 70
Perkembangan Harga Internasional ........................................................................................... 71
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 .................................................................. 72
PERKEMBANGAN INVESTASI ................................................................................................................ 75
Perkembangan Investasi ................................................................................................................ 75
Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................. 76
Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 76
Realisasi Per Lokasi .......................................................................................................................... 77
Realisasi per Negara ........................................................................................................................ 79
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ...................................................... 80
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................ 80
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA ............................ 80
Ekspor ASEAN Ke RRT ..................................................................................................................... 81
Impor ASEAN dari RRT .................................................................................................................... 82
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) .............. 83
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ....................................... 85
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN ................................................................................................... 85
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ......................................................................................... 88
Perkembangan Moneter Global .................................................................................................. 88
Perkembangan Moneter Domestik ............................................................................................ 90
INFLASI ......................................................................................................................................................... 92
Inflasi Global ...................................................................................................................................... 92
Inflasi Domestik ................................................................................................................................ 93
VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Nilai Tukar Mata Uang Dunia ....................................................................................................... 95
Indeks Harga Saham ........................................................................................................................ 96
Indeks Harga Komoditas Internasional ..................................................................................... 98
Harga Bahan Pokok Nasional ......................................................................................................100
Respon Kebijakan Moneter .........................................................................................................101
SEKTOR PERBANKAN ............................................................................................................................. 102
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ............................................................................................... 106
Pertumbuhan Industri Pengolahan ..........................................................................................106
Data Penjualan Komoditas Industri Utama............................................................................111
Tenaga Kerja Industri ....................................................................................................................115
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................116
Rencana Pembangunan Industri 2015-2019 .........................................................................117
PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ......................................................................................... 118
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA.......................................................................118
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL ....................................................................... 121
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA..............................................................122
Jumlah Wisatawan Mancanegara .............................................................................................122
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA ............................................................. 125
10 Destinasi Pariwisata Prioritas ...............................................................................................125
PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA ................................................................................................ 127
Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015 ............129
Indeks Kutipan Karya Ilmiah .......................................................................................................132
LAMPIRAN.........................................................................................................................................134
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................135
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................136
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ..........................................................................................137
Lampiran 3: Indeks Saham Global .............................................................................................138
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ...........................................................139
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional .............................................................................140
VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ...................................................................................... 12
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa .......................................................................... 14
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) ..................................................................... 19
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ..................................................................................... 22
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ......................................................................................... 23
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 26
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) .................................................................................. 30
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ...................................................................................................................................... 33
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ..................................................................................................................................... 36
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya .................................................................................................................................... 38
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016 ........................................................ 39
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ............ 45
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah) .......................................... 49
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah) ..................................................... 49
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015 .................................................................................................... 50
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 ..................................... 51
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ............................................... 52
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) .............................. 53
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ......................................................... 54
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) ......................................... 54
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 62
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 63
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 ..... 64
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 ........................... 64
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 66
Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015 ............. 67
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 67
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 ..................................................................... 68
Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 68
Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................ 69
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................ 69
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................. 69
Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand ............................................................................................ 70
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 .............................................................................. 70
IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ................................................................................. 71
Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015 ......................................................... 73
Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen) ........................................................ 75
Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015 .......................................................... 76
Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor 76
Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 77
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .. 78
Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ..... 78
Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 79
Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 ............................................ 79
Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 80
Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT ......................................................................................................................... 81
Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT ........................................................................................................................ 82
Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............................................................ 83
Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................... 85
Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN ...................................................................................................................... 86
Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD) ......................................................................................... 88
Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase) .............. 89
Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY) .............................................................................................. 92
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015 .................................................................................................. 93
Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ............................................................................... 94
Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015 ........................................................................... 94
Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan ..................................... 94
Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri ................................................................................................... 119
Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri ................................................................................ 120
Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015 ......................................................................................... 127
Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru .......................................................... 130
Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang ..................................................................... 131
Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara................................................................................ 132
Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD ......................................................................................................... 137
Tabel 65. Indeks Saham Global ........................................................................................................................ 138
Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 139
Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 140
X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg) .......................................................... 5
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara ............................................................ 6
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia .............................................................................................. 6
Gambar 4. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras .................................................................. 8
Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) .................................................................................... 8
Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ...................................................................30
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) ....32
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 .39
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016 ...............41
Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) .........................................................................................................................................................42
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD) .......................................................................................................................... 43
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ..............................................................................................................................................43
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015 .............................................................................61
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ...................................................................65
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015 ................72
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .................................84
Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi .....................84
Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) .................................................................................91
Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)................................................................96
Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia .............................................................................................97
Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ......................................................................................97
Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia ................................................................................98
Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .........................................................99
Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................99
Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok.................................................. 100
Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ................................................................. 102
Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ................................................... 103
Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya .................................................. 104
Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ....................................................... 106
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) . 107
Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas ......................................... 108
Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 ................................................... 109
Gambar 33. Ekspor Produk Industri ......................................................................................................... 110
XI Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015 ................................................................................................ 111
Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015 ........................................................................... 113
Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton) ......................................................... 114
Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ............................................................................... 115
Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ................................................... 116
Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019 ...................................................................... 118
Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen) .................................................. 120
Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015 .............................................................................. 121
Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan) ........................................ 121
Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015 ................................................... 122
Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015 ........................................................................... 123
Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015 ..... 124
Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................................................................................ 125
Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia ....................................................................................... 129
Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015 ..................................................... 135
Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015 ................................................. 136
2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
POLICY BRIEF
Isu Sektor Industri
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tahun 2016
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Penyediaan lapangan pekerjaan yang layak merupakan hal mutlak dari proses
pembangunan nasional—terlebih lagi dengan jumlah populasi Indonesia yang
mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Sektor industri nasional memegang peranan
penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal yang layak bagi tenaga
kerja Indonesia. Salah satu resiko yang dihadapi Indonesia pada tahun 2016 adalah
melemahnya penyerapan tenaga kerja industri akibat perlambatan pertumbuhan
ekonomi—baik perekonomian global ataupun domestik.
Pertumbuhan PDB industri pada tahun 2015 mencapai 5,04 persen, walaupun
pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar
4,79 persen, akan tetapi trend pertumbuhan PDB industri sebenarnya menurun
sejak tahun 2011, yang ketika itu mencapai 7,46 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2015, jumlah tenaga
kerja yang bekerja di sektor industri mencapai 15,25 juta orang—sekitar 13,25
persen dari keseluruhan jumlah pekerja yang mencapai 114,82 juta orang. Dari
jumlah tersebut, per tahun 2013, hanya 5 juta tenaga kerja sektor industri yang
bekerja di industri skala besar dan menengah, untuk sisanya bekerja di industri
skala mikro dan kecil.
Dari lima juta tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah, terdapat
hanya empat subsektor industri yang secara kumulatif menyerap 2,6 juta tenaga
kerja industri—atau mencapai 52 persen dari total tenaga kerja industri skala besar
dan menengah. Ke-empat subsektor tersebut adalah subsektor tekstil, makanan
minuman, tembakau dan kulit alas kaki. Perkembangan nilai output subsektor
tersebut secara signifikan memberi dampak kepada jumlah tenaga kerja di sektor
industri yang terserap.
Subsektor tekstil merupakan subsektor industri yang paling banyak mempekerjakan
tenaga kerja industri, dengan pabrik-pabrik yang banyak didirikan di Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Akan tetapi, percepatan pertumbuhan output subsektor tekstil
mengalami hambatan yang cukup berarti—khususnya di tengah perlambatan
perekonomian yang terjadi. Di tahun 2015, pertumbuhan nilai output subsektor
tekstil terkontraksi sebesar 4,79 persen.
Subsektor tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang berorientasi pada
pasar global, beberapa produk utama subsektor tekstil, seperti “Pakaian Jadi” dan
3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
“Pakaian Jadi Rajutan” merupakan produk yang termasuk dalam value chain
industri pakaian global. Untuk kedua jenis produk tersebut, 50 persen dari nilai
output yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor. Akan tetapi, ketika
perlambatan ekonomi dunia mulai terjadi di tahun 2013, persentase produk yang
diekspor turun signifikan menjadi kurang dari 30 persen—dampak langsung dari
penurunan daya beli mitra dagang Indonesia.
Statistik Industri Besar dan Menengah BPS tahun 2013 mencatat bahwa subsektor
tekstil pada tahun 2013 mempekerjakan 1 juta orang, atau mencakup sekitar 21
persen dari tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah. Pertumbuhan
output subsektor tekstil yang negatif pada tahun 2015 dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi nasional yang belum menguat di tahun 2016 membuat penyerapan
tenaga kerja subsektor tekstil pada tahun 2016 diperkirakan akan berkurang.
Subsektor makanan minuman mempekerjakan kurang lebih 950 ribu tenaga kerja
(19 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor industri skala besar dan
menengah). Data yang dimiliki tidak mencakup penyerapan tenaga kerja subsektor
industri makanan pada industri skala mikro dan kecil, akan tetapi berdasarkan hasil
studi literatur dan estimasi sementara, jumlah tenaga kerja subsektor industri
makanan di industri skala mikro dan kecil jumlahnya jauh melebihi yang bekerja di
skala besar dan menengah. Subsektor industri makanan pada tahun 2015
mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 7,54 persen—lebih tinggi
dari pertumbuhan sektor industri dan nasional. Bahkan, berdasarkan dekomposisi
pertumbuhan sektor industri tahun 2015, dari keseluruhan 5,04 persen
pertumbuhan sektor industri, 45 persen merupakan kontribusi dari subsektor
industri makanan. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa, setiap
penambahan satu persen pertumbuhan PDB nasional menghasilkan penambahan
tenaga kerja sektor makanan minuman skala besar dan menengah sebanyak 8.100
tenaga kerja.
Subsektor tembakau mempekerjakan kurang lebih 360 ribu tenaga kerja (sekitar
tujuh persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Subsektor
tembakau sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,43 persen di tahun 2015.
Industri pengolahan tembakau sendiri merupakan industri dengan konsumen
mayoritas adalah pasar domestik, sehingga mekanisme transmisi perlambatan
perekonomian global kepada industri tembakau tidak melalui perubahan daya beli
mitra dagang akan tetapi bersifat tidak langsung melalui penurunan daya beli
konsumen masyarakat Indonesia. Dengan struktur permintaan industri tembakau
yang cenderung tidak elastis maka pertumbuhan nilai output industri tembakau
dan juga beserta jumlah tenaga kerja yang terserap di tahun 2016 diperkirakan
tidak akan berubah signifikan.
4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Subsektor industri kulit alas kaki menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 260
ribu tenaga kerja (sekitar lima persen dari tenaga kerja industri skala besar dan
menengah). Pada tahun 2015, subsektor kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 3,98
persen. Sebanyak kurang dari 10,0 persen output yang dihasilkan dari subsektor
kulit alas kaki diekspor ke pasar luar negeri dan mayoritas dijual ke pasar domestik.
Serupa dengan industri berbasis pasar domestik lainnya, pertumbuhan subsektor
kulit alas kaki secara mayoritas akan ditentukan oleh perubahan daya beli
masyarakat Indonesia. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa secara rata-
rata, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan PDB nasional akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja subsektor kulit alas kaki skala besar dan menengah
sebanyak 4.500 tenaga kerja.
Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan pemetaan kondisi penyerapan tenaga kerja dan proyeksi
pertumbuhan output dari ke-empat subsektor tersebut, maka terdapat tiga pilihan
kebijakan yang dapat diambil pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri pada tahun 2016:
1. Subsektor industri makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja
industri yang besar dan memberikan kontribusi yang cukup berarti
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga leverage terbesar
dalam penyerapan tenaga kerja industri nasional adalah melalui
pertumbuhan subsektor tersebut. Pemerintah dapat memberikan insentif
yang berarti untuk subsektor makanan dan minuman—baik berupa insentif
pajak ataupun perencanaan program pembangunan infrastruktur yang
mendukung subsektor tersebut.
2. Memberikan insentif fiskal kepada subsektor industri tekstil untuk
mengantisipasi turunnya permintaan ekspor produk tekstil melalui
pemotongan pajak perusahaan dan penundaan pembayaran pajak. Selain
itu, juga melakukan percepatan realisasi investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan besar industri tekstil nasional—baik dalam hal
bantuan kemudahaan perizinan relokasi pabrik tekstil ataupun
pembangunan pabrik baru.
3. Memfokuskan pelaksanaan kebijakan yang bertujuan untuk menjaga daya
beli konsumen lokal untuk mendorong pertumbuhan subsektor yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik seperti subsektor
industri kulit alas kaki dan subsektor industri pengolahan tembakau.
5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Isu Sektor Moneter
Harga Beras Kembali Naik: Apakah Kesejahteraan Petani Membaik? Tari Lestari, S.Si.,SE.,MS
Direktorat Keuangan Negara dan Analisa Moneter
Kenaikan harga beras pada awal tahun bukan merupakan hal baru. Setiap
tahun biasanya fenomena ini selalu terjadi secara berulang, diduga karena
pasokan beras yang tidak memadai sementara permintaan tinggi. Akan tetapi,
kenaikan harga beras tersebut tidak lantas membuat petani kita lebih
sejahtera. Studi empiris menggunakan pendekatan ekonometrik dengan data
bulanan periode 2011-2015, menunjukan bahwa petani tidak memiliki
kekuatan untuk menentukan harga. Hal ini diperkuat dengan data yang
menunjukan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) justru menurun ketika harga beras
naik. Kebijakan pengendalian harga beras yang komprehensif dan terintegrasi
dari hulu ke hilir diperlukan untuk mengatasi permasalahan beras.
Keberpihakan kepada petani dengan peninjauan secara periodik Harga
Penetapan Pemerintah (HPP) mutlak dilakukan.
Awal 2016 Harga Beras Kembali Naik - Pada awal tahun 2016, Indonesia kembali diwarnai dengan masalah kenaikan
harga beras. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi pada bulan Januari
2016 dipicu salah satunya oleh kenaikan harga beras sebesar 0,51 persen.
- Hingga bulan januari 2016, harga beras kualitas medium di tingkat eceran secara
rata-rata mencapai Rp10.804,- dengan lonjakan harga sebesar 12,02 persen
dibandingkan bulan Januari tahun sebelumnya (Gambar 1).
Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg)
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Indonesia: Beras Termahal
- Jika dibandingkan dengan rata-rata harga beras dunia dan beberapa negara di
Asia selama beberapa tahun terakhir, harga beras di Indonesia selalu lebih
mahal (Gambar 2).
6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
- Hal ini berbanding terbalik dengan fakta bahwa Indonesia tercatat sebagai
negara ke-tiga penghasil beras terbesar setelah China dan India (FAO, 2015)
yang seharusnya menjamin ketersediaan pasokan beras.
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara
Sumber: FAO, data diolah
Permasalahan Beras - Dengan memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter pada tahun 2015, dapat
dipetakan beberapa permasalahan terkait kenaikan harga beras yang selama ini
dihadapi.
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia
Hasil Analisis Empiris 1: Petani tidak menentukan harga
- Pembentukan harga beras di pasar berangkat dari asumsi bahwa harga beras dipengaruhi oleh harga gabah (baik kering giling atau kering panen) yang ditawarkan oleh petani dan penggiling. Sebagai kontrol, model ini memasukan nilai tukar rupiah sebagai variabel independen.
Sumber : TPID, diolah
7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
P_ECERAN=∝+β1P_GKGGILING+β2P_GKGPETANI+β3P_GKPGILING+β4P_GKPPETA
NI+ β5KURS+ε1 (1)
P_ECERAN=1178.58-1.55*P_GKGGILING+2.67*P_GKGPETANI-
5.09*P_GKPGILING+4.78*P_GKPPETANI+0.34*KURS
t-stat (3.19) (-1.16) (2.15) (-0.69) (0.64)
(9.18)
p-value (0.0024) (0.2504) (0.0361) (0.4939) (0.5231)
(0.000)
R2 = 0.9525 Adj-R2 = 0.948 DW-Stat = 1.15
- Hasil simulasi model ini menunjukan bahwa pada level signifikansi 5 persen, harga beras di tingkat eceran dipengaruhi oleh harga gabah kering giling di tingkat penggilingan dan nilai tukar. Sementara, harga gabah (baik kering giling ataupun kering panen) di tingkat petani tidak signifikan mempengaruhi harga beras eceran. Hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga beras di pasar. Ketika harga beras naik, petani tidak merasakan keuntungan dari kenaikan tersebut.
Hasil Analisis Empiris 2 : Harga beras sensitif terhadap perubahan nilai tukar
𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑬𝑪𝑬𝑹𝑨𝑵) =∝ +𝜷𝟏𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑮𝑲𝑮𝑮𝑰𝑳𝑰𝑵𝑮) + 𝜷𝟔𝒍𝒐𝒈(𝑲𝑼𝑹𝑺) + 𝜺𝟏 ………. (2) log(P_ECERAN) = 1.37 + 0.45 * log(P_GKGGILING)+0.41*log(Kurs)
t-stat (4.63) (6.87) (9.97)
p-value (0.00) (0.00) (0.00)
R2 = 0.949 Adj-R2 = 0.947 DW-Stat = 0.958
- Model (2) memperlihatkan bagaimana harga beras di Indonesia sangat
ditentukan oleh volatilitas nilai tukar rupiah.
- Tingkat representatif model diperlihatkan oleh Koefisien Determinasi sebesar
0,9473 (0,95). Hal ini menunjukan bahwa harga gabah kering giling di tingkat
penggilingan dan nilai tukar dapat menjelaskan pembentukan harga beras eceran
sebesar 95,0 persen. Analisis ini sudah mengeliminasi permasalah data time
series, seperti: autokorelasi, stasioneritas, dan multikolinearitas.
Interpretasi
- Setiap kenaikan 1 persen harga gabah kering giling di tingkat penggiling
akan menaikkan harga beras eceran sebesar 0,45 persen.
- Setiap nilai tukar rupiah terdepresiasi 1 persen maka harga beras akan naik
sebesar 0,41 persen.
Hasil Analisis Empiris 3 : HPP belum dapat memberikan insentif yang layak bagi
petani
- Analisis regresi logaritmik univariat antara variabel HPP gabah di tingkat petani
dengan inflasi menunjukan bahwa pada level signifikansi 10 persen setiap
8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
kenaikan satu persen inflasi akan menaikkan HPP gabah di tingkat petani sebesar
0,12 persen.
log(P_HPPGABAHPETANI) = 7.859 + 0.12 * log(INFLASI_YoY)
t-stat (83.06) (2.23)
p-value (0.00) (0.0295)
R2 = 0.079 Adj-R2 = 0.063 DW-Stat = 0.099
- Nilai elastisitas ini cukup kecil. Hal ini menunjukan bahwa selama ini, kebijakan
penetapan HPP untuk gabah di tingkat petani belum efektif. Kenaikan inflasi
hampir tidak diimbangi dengan kebijakan untuk menaikan HPP ke tingkat yang
pantas yang dapat menjamin kesejahteraan petani.
- Berdasarkan data yang dirilis BPS, di saat harga beras naik, NTP bulan Januari tahun 2016 secara nasional justu turun sebesar 0,27 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini karena kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,63 persen, lebih tinggi dari Indeks Harga yang diterima petani (It) sebesar 0,35 persen. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan NTP secara signifikan selama empat tahun terakhir (Gambar 5).
Gambar
Gambar 5. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen
(YoY).
Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 1,9 persen (YoY).
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY),
melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen
(YoY).
Pada bulan Januari 2016, IMF dan Bank Dunia memproyeksi perekonomian dunia tahun 2015
tumbuh sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen pada tahun 2016
10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global
masih tetap lemah. Pertumbuhan ekonomi negara-
negara berkembang yang mencakup 70,0 persen
pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun
terakhir dan moderasi perbaikan ekonomi yang
terus berlanjut di negara-negara maju. Tiga faktor
yang mempengaruhi penurunan ekonomi global
adalah: (1) Perlambatan dan rebalancing secara
bertahap aktivitas perekonomian Tiongkok,
khususnya investasi dan manufaktur terhadap
konsumsi dan jasa; (2) rendahnya harga komoditas
energi dan lainnya; (3) pengetatan bertahap
kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang
menandai perbaikan perekonomian, meskipun
langkah bank sentral di beberapa negara maju
melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Harga komoditas khususnya minyak mentah
mengalami penurunan sejak bulan September 2015.
Perkiraan peningkatan produksi negara-negara
anggota OPEC menyebabkan kenaikan supply
minyak mentah terus terjadi, bahkan melampaui
jumlah permintaan. Penurunan harga minyak
berdampak negatif bagi investasi ekstraksi minyak
dan gas, serta mengurangi permintaan agregat
global. Harga komoditas lain seperti baja juga
mengalami penurunan.
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat
sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun
2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY).
Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan
aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok
yang berlimpah, penguatan mata uang USD, dan
perlambatan permintaan global yang berdampak
bagi ekspor. Meskipun didukung dari kontribusi
positif pada meningkatnya pengeluaran konsumsi
Perekonomian dunia pada tahun 2015 masih tetap lemah akibat penurunan pertumbuhan negara-negara berkembang dan moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju
Harga komoditas mengalami penurunan sejak bulan September 2015 akibat kenaikan produksi minyak mentah
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
pribadi, belanja pemerintah pusat, dan investasi
tetap residensial.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis
perlambatan konsumsi yang tumbuh 2,2 persen
(YoY) pada triwulan IV tahun 2015, setelah tumbuh
4,3 persen (YoY) pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Konsumsi barang hanya mengalami
kenaikan sebesar 2,4 persen (YoY), dan konsumsi
jasa hanya naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015. Ketidakpastian cuaca
khususnya musim dingin turut menyebabkan tingkat
penjualan yang melambat. Perlambatan ini
memberikan kontribusi yang cukup besar besar
perlambatan pertumbuhan ekonomi karena
pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen
dari seluruh perekonomian Amerika Serikat.
Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara
keseluruhan tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015, meningkat dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi menjadi
sebesar -1,4 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah
pusat tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY),
dibandingkan pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -5,7 persen.
Sama halnya dengan belanja pemerintah pusat,
belanja pemerintah untuk bidang pertahanan juga
tumbuh sebesar 3,6 persen, meningkat setelah
terkontraksi sebesar -10,3 persen (YoY). Di sisi lain,
belanja pemerintah nonpertahanan mengalami
tumbuh sebesar 1,4 persen pada triwulan IV tahun
2015, melambat setelah tumbuh 2,1 persen (YoY)
pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berbeda dengan pergerakan belanja-belanja lainnya,
belanja pemerintah daerah mengalami kontraksi
sebesar -0,6 persen (YoY), sedangkan triwulan IV
tahun 2014 tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY).
Perlambatan konsumsi Amerika Serikat yang tumbuh 2,2 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
Belanja Pemerintah Amerika Serikat tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)
2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,9 2,0 0,7
Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,6 3,0 2,2
Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5 5,0 2,4
Jasa 1,4 2,4 3,1 4,3 2,1 2,7 2,1 2,0
Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,0 -0,7 -2,5
Ekspor -6,7 9,8 1,8 5,4 -6,0 5,1 0,7 -2,5
Impor 2,8 9,6 -0,8 10,3 7,1 3,0 2,3 1,1
Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6 1,8 0,7
Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0 0,2 2,7
Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3 -1,4 3,6
Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,5 2,8 1,4
Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3 2,8 - 0,6
Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2016
Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -2,5
persen (YoY), menurun tajam dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1
persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh pelemahan
harga minyak mentah menyebabkan penurunan
investasi khususnya eksplorasi yang turun hingga
35,0 persen pada tahun 2015 atau penurunan paling
tajam sejak 1986. Kontraksi investasi berdampak
pada pengeluaran bisnis khususnya struktural
nonresidensial. Pada tahun 2015, The Fed
menaikkan federal fund rate (suku bunga acuan)
dari 0,0 persen sampai 0,25 persen menjadi 0,25
persen hingga 0,50 persen. Kenaikan FFR
merupakan pertama kalinya sejak tahun 2006.
Kebijakan The Fed dipengaruhi oleh pertimbangan
perkiraan perbaikan pasar tenaga kerja AS, tingkat
pengangguran turun hingga 5,0 persen, dan tingkat
inflasi diperkirakan akan mencapai target 2,0
persen dalam jangka menengah.
Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015
masih menunjukkan posisi defisit mencapai
USD43,4 miliar, meningkat dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar USD42,2 miliar. Defisit
perdagangan barang naik menjadi sebesar USD 62,5
miliar, sedangkan sektor jasa mengalami
Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -5,6 persen (YoY), menurun tajam dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY)
Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 43,4 miliar
13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
peningkatan surplus menjadi sebesar USD19,2
miliar. Ekspor barang dan jasa turun menjadi
sebesar USD181,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor
barang terutama disebabkan oleh penurunan
jumlah kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan
bermotor, bahan dan stok barang industri, serta
makanan dan minuman. Sementara itu, ekspor jasa
mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh jasa
keuangan dan jasa lainnya (jasa penelitian dan
pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa
hubungan dan teknis perdagangan). Sebaliknya,
impor barang dan jasa meningkat menjadi sebesar
USD224,9 miliar, dengan peningkatan pada impor
barang yang disebabkan oleh kenaikan pada jumlah
kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan
bermotor, serta bahan dan stok barang industri.
Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya
untuk wisata (untuk semua tujuan termasuk
pendidikan) dan jasa lainnya.
Jumlah pengangguran hingga bulan Desember
2015 tetap sebesar 7,9 juta orang. Kenaikan jumlah
lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai
sektor, diantaranya pada bisnis jasa dan
profesional, kesehatan, konstruksi, bisnis jasa
makanan dan minuman. Pada bulan Desember
2015, penyerapan tenaga kerja di sektor
nonpertanian sebesar 292.000 orang. Tingkat
partisipasi angkatan kerja AS bulan Desember 2015
sebesar 62,6 persen atau sedikit menurun
dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya
sebesar 62,7 persen. Pergerakan data tenaga kerja
AS yang cenderung mendatar disebabkan oleh
kontraksi pada sektor manufaktur, penurunan
tajam tingkat ekspor dan dampak kenaikan federal
fund rate.
Jumlah pengangguran hingga bulan Desember 2015 tetap sebesar 7,9 juta orang
14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa
Perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis
keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010
terus berlanjut, meskipun masih berjalan lambat.
Pada triwulan IV tahun 2015 terjadi perlambatan
ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa.
Perlambatan ini disebabkan oleh output sektor
industri yang terus menurun, dan ketidakpastian
ekonomi global dan pelemahan mata uang Euro
yang berkontribusi negatif bagi perekonomian.
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa
Pertumbuhan PDB (%)
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q4-14 Q4-15 Q3-15 Q4-15
Kawasan Eropa (U19) 0,9 1,5 0,3 0,3
Uni Eropa (U28) 0,9 1,8 0,4 0,3
Sumber: Eurostat
Pada triwulan IV tahun 2015, berdasarkan publikasi
Eurostat, Estonia menjadi negara di kawasan Eropa
yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi,
dengan pertumbuhan sebesar 1,2 persen (QtQ).
Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan
tumbuh 0,3 persen (QtQ), sedikit melambat
dibandingkan triwulan III tahun 2015. Yunani
menjadi negara yang diperkirakan mengalami
kontraksi ekonomi paling dalam dengan
pertumbuhan sebesar -0,6 persen (QtQ). Di sisi lain,
perekonomian Portugal dan Perancis mengalami
pertumbuhan masing-masing sebesar 0,2 persen
(QtQ). Sedangkan Italia dan Spanyol dalam tren
positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing
sebesar 0,1 persen (QtQ) dan 0,8 persen (QtQ).
Pada bulan Desember 2015, indeks harga sektor
industri dari keseluruhan industri di kawasan Eropa
dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan
masing-masing sebesar -3,0 persen (YoY), dan -3,2
persen (YoY). Sementara, produksi industri di
kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami
pelemahan dengan turun masing-masing sebesar -
1,0 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama
Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010 masih berjalan lambat
Estonia menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,2 persen (QtQ)
Produksi industri di kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh masing-masing sebesar 1,0 persen (YoY) dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya
15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
tahun sebelumnya. Produksi industri menurun
disebabkan oleh penurunan produksi energi
sebesar -7,3 persen (YoY) dan barang modal
sebesar -2,6 persen (YoY). Disisi lain, produksi
barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,4
persen (YoY), barang setengah jadi sebesar 0,4
persen (YoY), dan barang konsumsi tahan lama
sebesar 0,8 persen (YoY) mengalami kenaikan,
namun belum dapat mendorong laju produksi
industri. Sementara itu, produksi sektor industri
yang melemah di kawasan Uni Eropa disebabkan
oleh penurunan produksi energi sebesar -5,7 persen
(YoY) dan barang modal sebesar -1,4 persen (YoY),
meskipun produksi barang konsumsi tahan lama,
tidak tahan lama, barang setengah jadi masing-
masing meningkat sebesar 0,8 persen (YoY),
sebesar 1,4 persen, dan 0,4 persen (YoY).
Perekonomian Eropa secara umum mengalami
surplus neraca perdagangan pada bulan Desember
2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar
EUR24,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan
bulan Desember 2014 yang besarnya EUR23,6
miliar. Pada Desember 2015, negara-negara Uni
Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR20,5
miliar, meningkat dibandingkan bulan Desember
2014 yang surplus sebesar EUR11,4 miliar. Sejalan
dengan tren positif neraca perdagangan Eropa,
volume perdagangan ritel bulan Desember 2015 di
kawasan Eropa meningkat sebesar 2,4 persen (YoY)
dan 3,0 persen (YoY) di Uni Eropa. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor
nonmakanan sebesar 1,8 persen (YoY) dan sektor
makanan, minum, dan tembakau sebesar 0,8
persen (YoY). Namun demikian, bahan bakar
kendaraan bermotor turun tipis sebesar 0,8 persen
(YoY). Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan
Uni Eropa dipengaruhi oleh kenaikan sektor
nonmakanan sebesar 2,0 persen (YoY), dan sektor
makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,5
Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR24,3 miliar dan Uni Eropa mengalami surplus sebesar EUR20,5 miliar
16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
persen (YoY), serta bahan bakar kendaraan
bermotor sebesar 0,1 persen (YoY).
Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa
menunjukkan perbaikan. Rasio defisit anggaran
pemerintah terhadap PDB pada triwulan III tahun
2015 di kawasan Eropa menjadi sebesar 1,8 persen,
sedikit menurun dibandingkan triwulan II tahun
2015 yang besarnya 2,2 persen. Defisit anggaran
pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga
menurun dari triwulan II tahun 2015 sebesar 2,6
persen menjadi 2,3 persen pada triwulan III tahun
2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan
Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi
tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan III tahun
2015, tingkat utang di kawasan Euro mencapai 91,6
persen dari PDB, sedikit menurun jika dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 92,2 persen.
Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap
PDB di kawasan Eropa, Uni Eropa juga mengalami
sedikit penurunan tingkat utang sebesar 87,7
persen terhadap PDB dibandingkan triwulan II
tahun 2015 yang besarnya 87,8 persen. Pada
triwulan III tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal
menjadi negara dengan tingkat utang terhadap PDB
tertinggi yaitu masing-masing sebesar 171,0 persen;
134,6 persen; dan 130,5 persen. Sementara itu
negara dengan tingkat utang terhadap PDB
terendah adalah Estonia yang besarnya 9,8 persen,
Luxemburg yang besarnya 21,3 persen, dan Bulgaria
yang besarnya 26,9 persen.
Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan
Eropa diikuti oleh penurunan jumlah pengangguran.
Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan
Desember 2015 mencapai 10,4 persen (YoY),
menurun dibandingkan bulan Desember 2014 yang
besarnya 11,4 persen (YoY), merupakan yang
terendah sejak bulan September 2011. Sementara
itu, tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan
Desember 2015 sebesar 9,0 persen, menurun
Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan
Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Desember mencapai 10,4 persen (YoY)
17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya
9,9 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga
kerja di Uni Eropa sebanyak 21.944 juta orang,
dimana 16.750 juta orang berada di kawasan Eropa.
Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun
sebesar 2.026 juta orang, dan 1.501 juta orang di
kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan
Desember 2014. Tingkat pengangguran tertinggi
dialami Yunani (24,5 persen), dan Spanyol (20,8
persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling
rendah adalah Jerman dan Republik Ceko (4,5
persen), serta Malta dan Inggris (5,1 persen pada
Oktober 2015 untuk data Inggris).
Perekonomian Tiongkok
Pemerintah Tiongkok menerapkan pola
pembangunan dan strategi baru dengan tetap
menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,
perbaikan regulasi makroekonomi, reformasi yang
lebih mendalam, mendukung kewirausahaan skala
besar dan inovasi, serta meningkatkan supply barang
dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian
Tiongkok secara bertahap masih moderat.
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015,
ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY),
menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 merupakan paling rendah sejak tahun
2009. Pada keseluruhan tahun 2015, ekonomi
Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau
paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah
dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat
perekonomian. Tiongkok mengharapkan
pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan,
serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan
fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan
Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan tekanan pembangunan ekonomi dalam negeri
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY) disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya.
18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
tajam yang berdampak pada berkurangnya lapangan
kerja dan pendapatan.
Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic
Tiongkok, nilai tambah industri tersier pada triwulan
IV tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan
tumbuh 8,4 persen (YoY). Kondisi ini menandai
percepatan pengembangan dan inovasi di bidang
perindustrian. Nilai tambah industri primer dan
sekunder juga meningkat sebesar 3,9 persen (YoY)
dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan
produksi industri relatif stabil. Nilai tambah industri
pertambangan dan manufaktur masing-masing
meningkat sebesar 2,7 persen (YoY) dan 7,0 persen
(YoY). Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok
merilis penjualan retail barang konsumsi pada bulan
Desember 2015 tumbuh 11,1 persen (YoY), atau
menjadi USD436 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh
kebijakan pro-konsumsi yang dicanangkan oleh
Pemerintah.
Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring
dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para
pengembang yang cukup tinggi. Pada triwulan IV
tahun 2015, penjualan bangunan perumahan dan
bangunan komersial tumbuh masing-masing sebesar
16,6 persen (YoY) dan 14,4 persen (YoY). Selain itu ,
total investasi di sektor real estate pada tahun 2015
sebesar CNY9.597,9 miliar atau hanya tumbuh
sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu, luas bangunan
baru secara keseluruhan dan bangunan komersial
mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,0
persen (YoY) dan 14,6 persen (YoY).
People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki
peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter
longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang
melambat. Pada 30 November 2015, Dana Moneter
Internasional (IMF) secara resmi menetapkan
penggunaan mata uang Tiongkok, Renminbi sebagai
mata uang special drawing rights (SDR). Hal ini
Nilai tambah industri tersier, primer, dan sekunder Tiongkok mengalami pertumbuhan
Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para pengembang yang cukup tinggi
People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang melambat
19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
merupakan titik awal reformasi keuangan yang
mendalam dan liberalisasi keuangan. Pada 24
Oktober 2015, PBoC kembali memotong suku bunga
acuan pinjaman dan deposito sebesar 25 basis poin
masing-masing menjadi sebesar 4,35 persen dan 1,5
persen. Selain itu, Giro Wajib Minimum (GWM) juga
diturunkan 50 basis poin menjadi 17,5 persen berlaku
bagi semua bank. Namun demikian, GWM perbankan
khusus pertanian dan UMKM akan mendapat kembali
pengurangan sebesar 50 basis poin.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada
tahun 2015 akibat reformasi struktural yang
berdampak pada perlambatan kinerja neraca
perdagangan. Perdagangan Tiongkok pada bulan
Desember 2015 hanya mencapai surplus sebesar
USD60,09 miliar, sedikit menguat dibandingkan bulan
November 2015 yang besarnya USD54,1 miliar.
Kinerja ekspor bulan September 2015 mengalami
penurunan sebesar 1,4 persen (YoY). Hal ini
disebabkan gangguan pasar keuangan Tiongkok,
perbaikan ekonomi yang melambat, dan depresiasi
nilai tukar CNY terhadap mata uang lain. Sementara
itu, impor mengalami penurunan sebesar 7,6 persen
(YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat
pabrik yang menimbun minyak mentah, biji besi, dan
bahan lainnya terkena dampak penurunan harga
komoditas global.
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)
PMI Tiongkok
November-15 Desember-15
HSBC 50,5 49,4
NBS Tiongkok 49,6 49,7
Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2016
Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok
menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas
bisnis telah menurun selama empat bulan terakhir.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan
konsumen terhadap sektor manufaktur. Pelemahan
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akibat reformasi struktural berdampak yang pada kinerja neraca perdagangan yang melemah
Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas bisnis selama empat bulan terakhir
20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
permintaan konsumen dan kompetisi yang semakin
ketat antar bisnis baru berkontribusi pada
kelanjutan penurunan rata-rata tarif, dimana sektor
manufaktur menurunkan biaya input dan
berdampak bagi penurunan tingkat inflasi Tiongkok.
National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis
data PMITM sebesar 49,7 sedikit menguat
dibandingkan bulan November 2015. Hal ini
disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan
baru, dan indeks waktu pengiriman dari supplier
sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih
tinggi dari batas nilai indeks PMITM manufaktur
Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini
menggambarkan perekonomian Tiongkok
mengalami perlambatan sektor manufaktur, dimana
lapangan kerja baru di sektor jasa Tiongkok hanya
mengalami sedikit kenaikan dan penciptaan bisnis
baru juga menurun, seiring dengan perusahaan
manufaktur yang hanya tumbuh moderat dalam
enam bulan terakhir.
Perekonomian Jepang
Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian
Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan
terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY). Kondisi ini
merupakan penurunan pertumbuhan ketiga
berturut-turut dan penanda awal fase resesi
ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang disebabkan
oleh konsumsi swasta yang menurun dan apresiasi
mata uang Yen terhadap Dolar yang berdampak
negatif bagi ekspor dan pengeluaran modal. Seiring
dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang,
tingkat pengangguran mengalami kenaikan.
Pengangguran Jepang pada bulan Desember 2015
turun 3,3 persen (MtM) dibandingkan bulan
November 2015 yang besarnya 0,0 persen (MtM).
Namun demikian, jumlah pengangguran secara
tahunan menurun hingga sebesar 2,9 persen (YoY)
atau menjadi sebesar 2,04 juta orang dibandingkan
bulan Desember 2014.
Perekonomian Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY)
21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pada bulan September 2015, pemerintah Jepang
mencanangkan kebijakan Abenomics 2.0 setelah
kebijakan sebelumnya yang terfokus pada strategi
pertumbuhan, kebijakan fiskal, dan pelonggaran
moneter untuk mendorong perekonomian keluar
jerat deflasi dianggap kurang berhasil. Kebijakan
Abenomics 2.0 bertujuan untuk mendorong tingkat
potensi pertumbuhan antara lain: (1) Mendorong
pencapaian PDB nominal sebesar JPY600 miliar
pada tahun 2016; (2) bantuan keuangan bagi
keluarga untuk mendorong angka kelahiran hingga
1,8 persen per tahun; (3) tambahan fasilitas
perawat bagi lansia, agar mencapai target 0,0
persen jumlah pekerja meninggalkan pekerjaan
karena menjaga anggota keluarga.
Pada bulan Desember 2015, Jepang mengalami
penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca
perdagangan. Kebijakan pelonggaran moneter yang
cukup agresif yaitu pelemahan mata uang Yen
terhadap USD hingga 16,0 persen berhasil
mendorong perekonomian. Publikasi Departemen
Keuangan Jepang memperkirakan neraca
perdagangan mengalami surplus sebesar JPY140,3
juta pada bulan Desember 2015, meningkat cukup
signifikan dibandingkan pada bulan Desember 2014
yang mengalami defisit besarnya JPY665,6.
Secara umum, nilai ekspor Jepang pada bulan
Desember 2015 turun sebesar -8,0 persen (YoY)
dibandingkan bulan Desember 2014. Hal ini
menandai pelemahan ekspor tiga bulan berturut-
turut dan penurunan terbesar sejak bulan
September 2015. Namun, volume eskpor
mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen (YtD).
Pelemahan kinerja ekspor disebabkan pelemahan
permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen
berhasil mendorong barang ekspor lebih kompetitif.
Sementara itu, impor mengalami penurunan
sebesar -18,0 persen (YoY), dibandingkan bulan
Desember 2014. Kinerja impor yang melemah
Pemerintah Jepang mencanangkan Abenomics 2.0 untuk mendorong tingkat potensi pertumbuhan
Jepang mengalami penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca perdagangan
Ekspor dan Impor Jepang mengalami penurunan masing-masing sebesar -8,0 persen (YoY) dan -18,0 persen (YoY)
22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah
dan permintaan dalam negeri.
Perekonomian Singapura
Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV
tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang
Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan
penguatan sektor jasa yang mempengaruhi dua
pertiga perekonomian. Namun demikian,
permintaan eksternal yang melemah, persaingan
global, kenaikan biaya di sektor bisnis, dan
pertumbuhan tenaga kerja dalam negeri yang
mendatar mempengaruhi kinerja sektor
manufaktur Singapura. Perekonomian Singapura
sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat
keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar,
sehingga permasalahan eksternal akan berdampak
besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri
Singapura.
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q4-14 Q4-15 Q3-15 Q4-15
Pertumbuhan Ekonomi 2,1 2,0 1,7 5,7
Industri Barang
Manufaktur -1,3 -6,0 -3,5 -3,1
Konstruksi 0,7 2,2 -4,9 7,0
Industri Jasa 3,1 3,2 2,9 6,5
Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura
Meskipun mengalami penguatan ekonomi, kinerja
perdagangan luar negeri Singapura tetap mengalami
penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics
Singapore, kinerja ekspor terkontraksi sebesar -6,4
persen (YoY), menurun dibandingkan bulan
Desember 2014. Sementara, kinerja impor juga
terkontraksi sebesar -10,6 persen (YoY). Pelemahan
kinerja ekspor disebabkan oleh penurunan tajam
ekspor minyak domestik yang terkontraksi hingga -
24,9 persen (YoY). Sementara, ekspor domestik
nonminyak juga mengalami penurunan sebesar 7,2
persen (YoY). Namun, re-ekspor minyak menguat
sebesar 0,8 persen (YoY) belum dapat mendorong
Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan penguatan sektor jasa
Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura mengalami penurunan
23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan
Desember 2015.
Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada
triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penurunan
rekayasa transportasi, elektronika dan rekayasa
presisi. Di sisi lain, sektor konstruksi Singapura
tumbuh pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan
oleh perbaikan aktivitas konstruksi sektor swasta.
Selain itu, industri jasa juga mengalami
pertumbuhan yang didorong oleh kenaikan kinerja
di sektor perdagangan besar dan retail, serta sektor
keuangan dan asuransi.
PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF
WEO-IMF Realisasi Perkiraan
Kelompok Negara 2014 2015 2016
Dunia 3,4 3,1 3,6
Negara Maju 1,8 2,0 2,2
Amerika Serikat 2,4 2,6 2,8
Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6
Negara Berkembang 4,6 4,0 4,5
Tiongkok 7,3 6,8 6,3
ASEAN-5 4,6 4,6 4,9
Amerika Latin dan Karibia
1,3 -0,3 0,8
Sub Sahara Afrika 5,0 3,8 4,3
Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015
IMF menjelaskan resiko ketidakpastian aktivitas
ekonomi global masih menandai kelanjutan
pelemahan kondisi ekonomi negara-negara
berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara
maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan
PDB dunia yang masih terkoreksi pada tahun 2015
disebabkan oleh penurunan harga komoditas,
depresiasi mata uang negara-negara berkembang,
dan volatilitas pasar keuangan terus meningkat.
Namun demikian, aktivitas perekonomian global
mengalami sedikit penguatan pada tahun 2016.
Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang
dimulai tahun 2016 diperkirakan semakin menguat.
Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan IV tahun 2015, sedangkan sektor konstruksi dan industri jasa mengalami pertumbuhan.
Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara maju yang berjalan lambat
24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Bank Dunia juga menyatakan koreksi pada
pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh
perlambatan aktifitas perekonomian pada negara
berkembang maupun negara maju akibat
penurunan harga komoditas, perdagangan dunia,
dan aliran modal. Pada tahun 2016, perekonomian
dunia diperkirakan kembali menguat. Disisi lain,
beberapa proyeksi pertumbuhan negara-negara
berkembang mengalami kenaikan secara bertahap
diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika
Latin, dan Timur Tengah, meskipun perekonomian
Tiongkok diperkirakan masih melambat.
Perbaikan Amerika Serikat diperkirakan terus
berjalan. Hal ini didorong oleh kondisi pelonggaran
keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan
properti. Namun, penguatan mata uang Dolar yang
berpengaruh pada sektor manufaktur dan
rendahnya harga minyak mentah akan mengurangi
investasi di sektor peralatan dan struktur
pertambangan. Di sisi lain, perekonomian di
kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan
pertumbuhannya cenderung moderat. Hal ini
disebabkan oleh penguatan konsumsi swasta yang
didorong oleh pelemahan harga minyak mentah dan
longgarnya kebijakan moneter, meskipun
berdampak bagi pelemahan net ekspor.
Sementara, pertumbuhan ekonomi negara
berkembang masih akan cenderung melambat pada
tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
investasi yang melambat seiring dengan reformasi
struktural Tiongkok. India dan seluruh negara
berkembang Asia diperkirakan tumbuh cukup kuat,
walaupun beberapa negara terkena dampak
reformasi struktural Tiongkok dan pelemahan sektor
manufaktur secara global. Perlambatan ekonomi
ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term of trade
Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina,
dan Vietnam akibat penurunan harga minyak
mentah. Disisi lain, pelemahan ekonomi Asia Timur
Perbaikan Amerika Serikat didorong oleh kondisi pelonggaran keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan properti
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung melambat pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang melambat seiring dengan reformasi struktural Tiongkok
Koreksi pada pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh perlambatan aktifitas perekonomian pada negara berkembang maupun negara maju
25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
dan Pasifik disebabkan oleh perlambatan ekonomi
Tiongkok dan perbaikan ekonomi hampir di seluruh
kawasan. Pertumbuhan moderat diperkirakan terjadi
di Malaysia dan Indonesia, sejalan dengan
berkurangnya gejolak politik Malaysia dan reformasi
ekonomi yang mendorong pertumbuhan investasi
Indonesia. Selain itu, Thailand diperkirakan masih
dibayangi ketidakpastian kondisi politik yang
berimplikasi pada investasi swasta dan tingginya
utang rumah tangga yang menghambat konsumsi
swasta.
Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika
Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada
tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat
pada tahun 2016. Proyeksi penurunan harga
komoditas dan pergolakan domestik menekan kinerja
perekonomian beberapa negara di Amerika Latin.
Sementara itu, Brazil sebagai salah satu
perekonomian terbesar di kawasan Amerika Latin
diperkirakan kembali tumbuh dibawah prediksi.
Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta
permintaan dalam negeri terjadi akibat gangguan
politik, penurunan investasi secara cepat, dan
pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu,
perbaikan permintaan dari pasar Amerika Serikat
akan mendukung perekonomian, seiring dengan
implementasi reformasi struktural di Meksiko dan
perjanjian damai dengan pemberontak di Kolombia.
Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika
cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak
dari kelanjutan pelemahan harga komoditas dan
biaya kredit yang semakin tinggi di beberapa negara
ekonomi terbesar seperti Angola, Nigeria, Afrika
Selatan dan negara eksportir komoditas lainnya. Hal
ini terjadi akibat penurunan permintaan dari
Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar negara Sub
Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan
global. Perbaikan ekonomi di kawasan Sub Sahara
Kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat pada tahun 2016
Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak dari penurunan harga komoditas khususnya minyak mentah
26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Afrika pada tahun 2016 terjadi seiring dengan
penguatan belanja pemerintah dan investasi swasta.
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
2014 2015 2016
ADO Update ADO Update
Asia 6,2 6,3 5,8 6,3 6,0
Asia Timur 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0
Tiongkok 7,3 7,2 6,8 7,0 6,7
Jepang -0,1 1,1 1,5 1,4 1,6
Asia Selatan 6,8 7,2 6,9 7,6 7,3
Asia Tengah 5,1 3,5 3,3 4,5 4,2
ASEAN 4,4 4,9 4,4 5,3 4,9
Singapura 2,9 3,0 2,1 3,4 2,5
Sumber: Asian Development Outlook, 2015
ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. Prospek perlambatan negara-negara berkembang Asia menyebar ke seluruh kawasan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat. Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan pelemahan.
ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat
akibat permintaan eksternal yang melemah,
meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan
dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.
Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling
dirasakan oleh Mongolia dimana penurunan
penanaman modal asing, output pertanian, dan
kelanjutan kebijakan moneter ketat yang
diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor
Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan
ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2016, kinerja
perekonomian di negara-negara maju diasumsikan
Perekonomian negara-negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. menyebar ke seluruh kawasan
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok
27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
mengalami perbaikan yang akan berdampak positif
bagi negara-negara di kawasan Asia Timur kecuali
Tiongkok.
Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok
tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi
dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih
kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta
nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara, tingkat
ekspor diperkirakan menurun seiring dengan
perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang
yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca
perdagangan dan neraca pembayaran dalam kondisi
surplus seiring dengan penurunan impor akibat
fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi
lain, pelemahan sektor properti, perlambatan
pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural
diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi.
Namun, kebijakan fiskal dan moneter yang
komodatif, serta penguatan permintaan eksternal
dan dalam negeri akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016.
Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan
mengalami penguatan profit perusahaan swasta,
depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga
minyak mentah mendorong perkiraan pertumbuhan
positif ekonomi Jepang. Pada tahun 2016, fluktuasi
pasar keuangan, devaluasi mata uang Tiongkok, dan
depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat
menekan permintaan ekspor Jepang. Konsumsi
dalam negeri dan investasi diproyeksikan mengalami
perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan
eksternal diperkirakan tetap terjadi.
Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di
kawasan Asia Selatan pada tahun 2015 menurun
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang
cenderung moderat, perlambatan ekonomi di
negara-negara maju, perdagangan global, penundaan
mengenai reformasi struktural India yang berakhir
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi dan produksi industri kebijakan fiskal yang lebih kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD
Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan mengalami penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah
Estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung moderat, perlambatan ekonomi di negara-negara maju, perdagangan global, penundaan mengenai reformasi struktural India
28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
deadlock di parlemen. Disisi lain, perlambatan
aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat
memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan
kawasan Asia Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh
penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa
dan pemulihan ekonomi akibat gempa besar di
Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam
negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan
kembali melemah seiring dengan penurunan harga
komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.
Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara
eksportir energi seperti Azerbaijan, Kazakhstan,
Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat
penurunan harga minyak mentah dan gas. Di sisi lain,
pertumbuhan ekonomi negara-negara importir
energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta
Tajikistan juga melambat karena pelemahan
konsumsi domestik akibat remittances yang lebih
rendah. Pada tahun 2016, pelemahan ekonomi pada
sebagian besar negara-negara eksportir akibat
perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok
akan menahan laju pertumbuhan ekonomi di
Kawasan Asia Tengah.
Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015
mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan
enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun
yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Filipina, Singapura,
Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang
melemah di sebagian besar negara maju termasuk
Tiongkok. Selain itu, pelemahan permintaan global,
penurunan harga minyak global, dan komoditas
berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei
Darusalam dan Malaysia. Pada tahun 2016,
perekonomian ASEAN diperkirakan membaik
melalui peningkatan ekspor dan investasi
pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi
ekonomi global.
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia serta Tiongkok
Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan enam negara ASEAN dikoreksi turun dan sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok
29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015,
proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi
turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan
ekspor pada sebagian besar negara tujuan ekspor,
serta kontraksi pertumbuhan pada sektor
manufaktur yang menyebabkan penurunan output
rekayasa transportasi, dan industri biomedis.
Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh
perkiraan tumbuhnya sektor jasa khususnya
perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan
konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan
konsumsi swasta akan mendorong pengeluaran
konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri
masih melemah akibat penurunan inventori.
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA
Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga
minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat
kondisi oversupply. Tren harga minyak mentah
cenderung menurun pada triwulan IV tahun 2015
disebabkan oleh OPEC memutuskan kebijakan untuk
tidak melakukan pembatasan produksi, untuk
mempertahankan pangsa pasar. Berdasarkan
publikasi OPEC pada Desember 2015, tingkat
permintaan minyak dunia pada triwulan IV tahun
2015 direvisi turun 0,02 juta barel perhari
dibandingkan publikasi bulan November 2015,
menjadi 93,94 juta barel per hari. Berdasarkan
laporan EIA (Energy Information Administration),
terdapat peningkatan stok distillate sebesar 8,7 juta
barel dan stok gasoline sebesar 4,5 juta barel di
Amerika Serikat pada akhir bulan Desember 2015,
dibandingkan stok pada akhir bulan November
2015, menjadi berturut-turut sebesar 153,1 juta
barel dan 221,4 juta barel. Kondisi ini dapat
mendorong harga minyak mentah sedikit menguat,
mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen
minyak kedua terbesar di dunia.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor manufaktur
Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat kondisi oversupply
30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)
Harga Minyak Mentah Dunia
Rata-rata Triwulanan
Rata-rata Bulanan
2015 2015
Q1 Q2 Q3 Juli Agts Sept
Crude Oil (Rata-rata) 51.6 60.5 48.8 54.3 45.7 46.3
Crude Oil; Brent 53.9 62.1 50.0 55.9 47.0 47.2
Crude Oil; Dubai 52.2 61.4 49.9 56.3 47.2 46.2
Crude Oil; WTI 48.6 57.8 46.4 50.9 42.9 45.5
Indonesian Crude Price Oil
51.6 60.5 45.9 51.81 42.8 43.1
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga
minyak mentah utama di pasar internasional.
Penurunan harga minyak ICP disebabkan oleh
produksi minyak mentah OPEC mengalami
peningkatan produksi bulan November 2015 sebesar
0,23 juta barel per hari, dibandingkan bulan Oktober
2015 menjadi 31,7 juta barel per hari. Untuk kawasan
Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah
dipengaruhi oleh penurunan produktifitas kilang
Jepang di Yokkaichi sebesar 255.000 BOPD yang
disebabkan oleh kebakaran dan terdapat penurunan
utilisasi kilang negara Tiongkok sebesar 2,0 persen
menjadi 6,31 juta BOPD atau hanya sebesar 153,1
juta barel dan 221,4 juta barel.
Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional
31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), relatif
sama dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD5,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang
defisit sebesar USD4,6 miliar.
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tumbuh
sebesar 4,8 persen (YoY), dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun
2015. Rata-rata pertumbuhan tersebut di bawah target
pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan
belanja Negara perubahan (APBN-P) 2015 yang besarnya
5,8 persen. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan IV tahun 2015 merupakan pertumbuhan
tertinggi selama tahun 2015. Sebelumnya, pada triwulan
I sampai dengan triwulan III tahun 2015, perekonomian
Indonesia hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,7
persen (YoY). Salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 adalah mulai
efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, perekonomian
juga diperkuat dengan perkembangan nilai tukar Rupiah
yang mulai stabil meskipun beberapa negara partner
mengalami perlambatan pertumbuhan.
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang tahun
2015 adalah 4,8 persen
(YoY), dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar sebesar
5,0 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015.
33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 12,5 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar
7,9 persen (YoY). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY) dari yang sebelumnya
sebesar 6,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2014.
Penyediaan Akonomdasi tumbuh sebesar 5,8 persen
(YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 4,6 persen (YoY).
Sementara itu, pertumbuhan Transportasi dan
Pergudangan; Konstruksi; serta Industri Pengolahan
masing-masing tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY), 8,2
persen (YoY), serta 4,4 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015.
Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV
tahun 2015 tumbuh negatif sebesar 7,9 persen (YoY),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar -1,5 persen (YoY). Penurunan
pertumbuhan ini terjadi karena pertumbuhan negatif
pada Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 30,3
persen (YoY). Selain itu, Pertambangan Bijih Logam
hanya tumbuh sebesar 0,0 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015. Di sisi lain, Pertambangan Minyak, Gas dan
Panas dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya
tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5 persen (YoY)
dan 2,7 persen (YoY).
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,2 4,6 3,5 4,6 5,2 4,9 3,6 3,3 4,0 6,9 3,3 1,6
Pertambangan dan Penggalian 0,8 1,5 4,2 3,6 -1,0 1,1 1,2 1,5 -1,3 -5,2 -5,7 -7,9
Industri Pengolahan 4,6 5,2 3,5 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,1 4,5 4,4
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es
9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8 0,6 1,8
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
3,2 2,9 3,3 3,8 4,9 5,8 5,9 6,9 5,4 7,8 8,7 6,8
Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 8,2
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
3,1 4,9 5,0 6,2 6,1 5,0 5,2 4,5 4,1 1,7 1,4 2,8
Kinerja Pertambangan dan
Penggalian pada triwulan IV
tahun 2015 tumbuh negatif
sebesar 7,9 persen (YoY).
Jasa Keuangan dan
Asuransi; Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial;
Penyediaan Akomodasi;
Transportasi dan
Pergudangan; Konstruksi;
serta Industri Pengolahan
masing-masing tumbuh
lebih tinggi dari triwulan IV
tahun 2015.
34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Motor
Transportasi dan Pergudangan 6,9 8,0 6,3 6,7 7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,0 7,0 6,9 6,3 6,4 6,4 5,8 4,6 3,4 3,8 4,5 5,8
Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,3 10,1 9,7 10,7 9,7
Jasa Keuangan dan Asuransi 12,6 10,3 8,8 3,8 3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,5
Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0 4,8 4,3
Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1,8 -1,8 6,6 3,8 2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,7
Jasa Pendidikan 11,1 2,8 7,7 8,3 4,6 4,5 6,3 6,6 5,0 11,7 8,1 5,3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
7,0 5,4 8,4 10,7 7,6 8,7 9,6 6,0 7,1 7,5 6,3 7,4
Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,5 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kinerja Penyediaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,8
persen (YoY) melambat dibandingkan triwulan IV tahun
2014 yang dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY).
Perlambatan ini terjadi karena pertumbuhan negatif
pada Pengadaan Gas dan Produksi Es sebesar 4,2 persen
(YoY).
Sementara itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya
tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY), lebih lambat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Perlambatan ini
dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan
Mobil dan Sepeda Motor serta Perdagangan Mobil,
Sepeda Motor dan Reparasinya yang tumbuh melambat
menjadi sebesar 2,9 persen (YoY) dan 2,4 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2015.
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan dengan pertumbuhan sebesar
1,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 3,3
persen (YoY). Jasa Perusahaan juga tumbuh melambat,
Kinerja Penyediaan Listrik
dan Gas tumbuh sebesar 1,8
persen (YoY) melambat.
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tumbuh
sebesar 2,8 persen (YoY).
Perlambatan pertumbuhan
terjadi pada Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan;
Jasa Perusahaan dan Jasa
Pendidikan, yaitu menjadi
sebesar 1,6 persen (YoY);
8,1 persen (YoY); dan 6,6
persen (YoY).
35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
yaitu sebesar 8,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun
2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV
tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY). Jasa
Pendidikan juga tumbuh melambat, menjadi sebesar 5,3
persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV
tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY).
Kinerja Real Estate juga melambat, yaitu tumbuh sebesar
4,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 5,3 persen (YoY).
Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,7 persen
(YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2014
yang tumbuh sebesar 10,3 persen (YoY).
Jasa lainnya tumbuh melambat yaitu sebesar 8,2 persen
(YoY), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan IV
tahun 2014 yang besarnya 8,4 persen (YoY). Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY), juga melambat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang
besarnya 6,8 persen (YoY). Sementara itu, Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh
sebesar 6,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,9 persen
(YoY).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan IV tahun 2015 didorong oleh Pengeluaran
Konsumsi LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,
dan Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto yang masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen
(YoY), 7,3 persen (YoY) dan 6,9 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi Individu
yang tumbuh sebesar 10,1 persen (YoY), meningkat
cukup berarti dibandingkan dibanding triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY). Sementara
itu, komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto terbesar adalah Bangunan yang tumbuh
sebesar 8,2 persen (YoY)
Real Estate serta Informasi
dan Komunikasi tumbuh
melambat, masing-masing
sebesar 4,3 persen (YoY)
dan 9,7 persen (YoY).
Perlambatan pertumbuhan
juga terjadi pada Jasa
Lainnya; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang serta yang masing-
masing sebesar 8,2 persen
(YoY), 6,7 persen (YoY) dan
6,8 persen (YoY).
Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 ditopang oleh
Pengeluaran Konsumsi
LNPRT, Pengeluaran
Pemerintah dan PMTB.
36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
5,7 5,4 5,3 5,3 5,3 5,1 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,0 3,1 12,0 7,7 6,1 -1,8 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
7,5 5,3 5,6 2,0 5,2 4,1 4,5 4,6 4,6 3,9 4,8 6,9
Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,8 -4,6 -0,6 0,0 -0,6 -6,4
Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,2 -7,0 -5,9 -8,1
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,5 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada triwulan IV tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi
LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah
Tangga) tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT
pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar -0,5 persen
(YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT
didorong oleh berbagai kegiatan persiapan, pelaksanaan
dan pasca-PILKADA yang berlangsung pada bulan
Desember 2015.
Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY), meningkat cukup
signifikan dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014
yang tumbuh sebesar 0,9 persen (YoY). Peningkatan
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV
tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi
individu yang besarnya 10,1 persen (YoY) dan
peningkatan konsumsi kolektif sebesar 5,6 persen (YoY).
Komponen konsumsi individu pada triwulan IV tahun
2015 tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan IV tahun
2014, yang masing-masing adalah sebesar 2,0 persen
(YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2015
konsumsi kolektif tumbuh lebih besar dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 0,2 persen (YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan
IV tahun 2015 tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY),
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB
Pada triwulan IV tahun
2015, Pengeluaran
Konsumsi LNPRT tumbuh
sebesar 8,3 persen (YoY).
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah tumbuh sebesar
7,3 persen (YoY).
37 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya mencapai 4,6
persen (YoY). Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi
oleh pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen (YoY),
pertumbuhan Peralatan lainnya sebesar 7,8 persen (YoY)
dan pertumbuhan Kendaraan sebesar 7,3 persen (YoY).
Produk kekayaan intelektual serta Mesin dan
Perlengkapan masing-masing tumbuh sebesar 6,4 persen
(YoY) dan 3,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015.
Sementara itu, Cultivated Biological Resources (CBR)
terkontraksi menjadi sebesar -3,6 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015.
Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan
ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih
terkontraksi sebesar -6,4 persen (YoY), menurun
dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi
sebesar -4,6 persen (YoY). Ekspor barang nonmigas
tumbuh negatif sebesar -10,0 persen (YoY). Sementara
itu, ekspor barang migas mengalami peningkatan, yaitu
tumbuh sebesar 11,6 persen pada triwulan IV tahun
2015. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor jasa relatif tetap
dibandingkan triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar 0,1
persen (YoY). Pertumbuhan negatif ekspor barang dan
jasa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh perlambatan
ekonomi negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat
yang melemah dari 2,0 persen menjadi 0,7 persen dan
Tiongkok yang melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8
persen.
Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar -
8,1 persen (YoY) atau menurun signifikan dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,2 persen
(YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat
impor barang nonmigas dan jasa yang masing-masing
terkontraksi sebesar -8,1 persen (YoY) dan -7,7 persen
(YoY).
Indeks Tendensi Konsumen
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun
2015 menurun menjadi 102,8 yang menunjukkan kondisi
ekonomi konsumen menurun dibandingkan triwulan
Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) pada triwulan
IV tahun 2015 tumbuh
sebesar 6,9 persen (YoY),
meningkat dibandingkan
dengan pertumbuhan PMTB
pada triwulan IV tahun
2014.
Pada triwulan IV tahun
2015, ekspor barang dan
jasa masih menekan
pertumbuhan ekonomi
Indonesia dimana ekspor
terkontraksi sebesar 6,4
persen (YoY).
Impor barang dan jasa
pada triwulan III tahun 2015
terkontraksi menjadi
sebesar 8,1 persen (YoY).
38 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
sebelumnya. Penurunan kondisi ekonomi konsumen
disebabkan oleh penurunan pada semua komponen
indeks. Komponen pendapatan rumah tangga menurun
dengan nilai sebesar 103,1. Selain itu, komponen
pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
serta tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan juga
menurun dengan nilai sebesar 101,9. Tingkat optimisme
konsumen ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
III tahun 2015 yang mencapai 102,8.
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4 108,4 103,1
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6 108,1 101,9
Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)
112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6 111,6 103,0
Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0 102,8
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun
4,5 persen (YoY), seiring persepsi konsumen yang
menganggap triwulan IV tahun 2015 kurang baik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat
persepsi konsumen pada triwulan I tahun 2016
diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2015 dengan ITK yang diperkirakan
besarnya 105,4. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi
konsumen pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh
peningkatan semua komponen indeks. Komponen
pendapatan rumah tangga sebesar diperkirakan besarnya
108,1. Sementara itu, komponen rencana pembelian
barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan
diperkirakan besarnya 100,5.
Indeks tendensi konsumen
(ITK) pada triwulan IV tahun
2015 menurun.
Pertumbuhan ITK pada
triwulan IV tahun 2015
menurun, namun
diperkirakan meningkat
pada triwulan I tahun 2016.
39 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen
Setelah menurun signifikan pada bulan September 2015
yaitu sebesar 97,5, indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indonesia pada bulan Oktober mulai meningkat tipis
menjadi sebesar 99,3. Peningkatan nilai IKK terus
berlangsung hingga bulan Januari 2016, yaitu mencapai
sebesar 112,6. Peningkatan yang berlangsung dari awal
triwulan III tahun 2015 hingga triwulan IV tahun 2015
tersebut, terutama didorong oleh meningkatnya Indeks
Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK) yang masing-masing sebesar 11,2 dan 18,2.
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016
KETERANGAN 2015 2016
Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 112,8 111,3 109,9 112,6 97,5 99,3 103,7 107,5 112,6
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
102,6 100,3 98,8 101,2 87,8 87,5 92,6 94,0 99,9
Penghasilan saat ini 120,9 120,5 114,6 121,6 108,1 106,7 109,3 112,3 117,7
Ketersediaan lapangan kerja 89,5 86,1 84,9 85,0 68,6 66,8 76,8 78,5 88,0
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
98,5 94,3 97,0 97,1 86,7 88,9 91,7 91,2 93,8
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 122,9 122,4 120,9 124,0 107,2 111,2 114,8 121,0 125,4
Ekspektasi Penghasilan 139,5 138,7 137,7 143,4 128,8 131,0 133,1 139,6 143,0
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan 107,5 105,9 104,7 107,3 85,7 92,4 96,8 103,5 105,0
Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) Indonesia, pada bulan
Oktober mulai meningkat
tipis dan terus meningkat
hingga bulan Januari 2016.
40 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
KETERANGAN 2015 2016
Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan
Kerja
Ekspektasi Kegiatan Usaha 121,9 122,5 120,4 121,3 106,9 110,2 114,4 120,0 121,1
Sumber: Bank Indonesia
Setelah mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga
bulan September 2015, IKE kembali melemah tipis pada
bulan Oktober 2015 yaitu menjadi sebesar 87,5. Nilai IKE
kembali menguat pada bulan November 2015 menjadi
sebesar 92,6 dan terus menguat hingga bulan Januari
2016 menjadi sebesar 99,9. Pada bulan Januari 2016,
terjadi penguatan IKE dibandingkan dengan tiga bulan
sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden
terhadap penghasilan yang meningkat dari 106,7 pada
bulan Oktober 2015 menjadi sebesar 117,7 pada bulan
Januari 2016. Selain itu, penguatan IKE juga disebabkan
oleh persepsi responden terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang juga meningkat dari 66,8 pada bulan
Oktober 2015 menjadi sebesar 88,0 pada bulan Januari
2016. Indeks persepsi responden terhadap ketepatan
waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Januari
2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan bulan
Oktober 2015, yaitu menjadi sebesar 93,8.
Sejalan dengan IKK, IEK juga mengalami fluktuasi pada
bulan Mei hingga bulan September 2015, kemudian
terus meningkat sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan
Januari 2016. Nilai IEK pada bulan Januari 2016 sebesar
125,4, meningkat dibandingkan dengan IEK pada bulan
Oktober 2015 yang besarnya 111,2. Pada bulan Januari
2016, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat
dari 110,2 pada bulan Oktober 2015 menjadi 121,1. Di
sisi lain, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja
dan indeks ekspektasi penghasilan juga mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 12,6 dan 12,0 sejak
bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016.
IKE kembali menguat pada
bulan November 2015
menjadi sebesar 92,6 dan
terus menguat hingga bulan
Januari 2016 menjadi
sebesar 99,9.
Sejalan dengan IKK, IEK juga
mengalami fluktuasi pada
bulan Mei hingga bulan
September 2015, kemudian
terus meningkat sejak bulan
Oktober 2015 hingga bulan
Januari 2016.
41 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016
Sumber: Bank Indonesia
Trend peningkatan IKK terjadi pada bulan September
2015 hingga bulan Januari 2016 setelah beberapa bulan
sebelumnya mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada
bulan September 2015, pertumbuhan IKK sempat
mengalami pelemahan signifikan sebesar 18,6 persen
(YoY). Pada bulan Oktober 2015, IKK menguat tipis, yaitu
dengan mengalami pelemahan sebesar 17,7 persen
(YoY). Penguatan IKK terus berlanjut hingga bulan
Januari 2016, yaitu dengan pelemahan IKK yang
besarnya 6,3 persen.
Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar,
meningkat tajam dibandingkan dengan NPI pada
triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6
miliar. Surplus tersebut didorong oleh meningkatnya
surplus neraca transaksi modal dan finansial secara
signifikan menjadi sebesar USD9,5 miliar pada triwulan
IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar sebesar USD0,3 miliar.
Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan
meningkat menjadi sebesar USD5,1miliar ( 2,4 persen
PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun
2015 yang besarnya USD4,2 miliar (1,9 persen PDB).
Trend peningkatan IKK
terjadi pada bulan
Spetember 2015 hingga
bulan Januari 2016.
Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus sebesar
USD5,1 miliar.
42 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan tersebut
disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan
nonmigas akibat ekspor nonmigas yang tumbuh negatif
sebesar 4,2 persen (QtQ) karena masih lemahnya
permintaan global dan terus menurunnya harga
komoditas.
Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, impor nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen
(QtQ) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik.
Sementara itu, perbaikan kinerja neraca perdagangan
migas, neraca jasa, serta neraca pendapatan primer dan
sekunder tidak bisa mengimbangi penurunan surplus neraca
perdagangan nonmigas. Walaupun demikian, defisit
transaksi berjalan pada triwulan IV tahun 2015 relatif lebih
baik dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014 yang
besarnya USD6,0 miliar (2,7 persen PDB).
Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 mencapai sebesar USD105,9 miliar
atau setara dengan 7,4 bulan impor; atau meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya
USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.
Impor nonmigas tumbuh
sebesar 7,5 persen (QtQ)
seiring dengan
meningkatnya
permintaan domestik
Cadangan devisa
Indonesia pada triwulan
IV tahun 2015 sebesar
USD105,9 miliar
43 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial meningkat
secara signifikan pada triwulan IV tahun 2015 menjadi
sebesar USD9,5 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang besarnya
USD0,3 miliar. Surplus tersebut bersumber dari surplusnya
investasi portofolio seiring masuknya dana asing pada
obligasi pemerintah serta surplus investasi lainnya seiring
bertambahnya penarikan pinjaman luar negeri. Selain itu,
menurunnya ketidakpastian perekonomian global dan
meningkatnya keyakinan terhadap prospek perekonomian
Indonesia juga menjadi pendorong meningkatnya kinerja
neraca transaksi modal dan finansial.
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2013 2014 2015
Investasi langsung Investasi Portofolio Investasi lainnya
Sumber : Bank Indonesia
Surplus neraca transaksi
modal dan finansial pada
triwulan IV tahun 2015
meningkat signifikan,
yaitu mencapai USD9,5
miliar.
44 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pada triwulan IV tahun 2015, aliran investasi langsung
surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD1,8
miliar. Meningkatnya surplus tersebut terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya neto aliran masuk
investasi langsung sisi kewajiban yang sebesar USD3,6
miliar dari yang sebelumnya USD3,1 miliar. Selain itu juga
didukung oleh menurunnya arus keluar investasi
langsung sisi asset dari yang sebelumnya USD1,3 miliar
menjadi USD1,2 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015, investasi portofolio surplus
sebesar USD4,4 miliar, meningkat signifikan dari triwulan
III tahun 2015 yang defisit sebesar USD1,5 miliar.
Perkembangan tersebut didorong oleh aksi investor
asing yang melakukan neto beli atas surat utang
pemerintah berdenominasi Rupiah. Selain itu, terjadi
penurunan neto jual asing terhadap surat berharga
sektor swasta domestik, baik berupa saham maupun
obligasi. Dari sisi aset, meningatnya kinerja investasi
portofolio juga didukung oleh pelepasan kepemilikan
atas surat berharga asing oleh masyarakat.
Pada triwulan IV tahun 2015 investasi lainnya surplus
sebesar USD2,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan
dengan surplus triwulan sebelumnya yang besarnya
USD0,5 miliar. Meningkatnya kinerja tersebut didukung
oleh terjadinya surplus aset investasi lainnya yang
besarnya melebihi penurunan surplus kewajiban investasi
lainnya. Surplus sisi aset investasi lainnya bersumber dari
penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di
luar negeri serta pembayaran atas piutang dagang dan
pinjaman yang diberikan. Sementara itu, turunnya
surplus sisi kewajiban investasi lainnya disebabkan oleh
penurunan surplus investasi lainnya pada sektor publik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
surplus investasi lainnya pada sektor swasta.
Pada triwulan IV tahun 2015
investasi langsung surplus
sebesar USD2,3 miliar, lebih
tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang
besarnya USD1,8 miliar.
Pada triwulan IV tahun
2015, investasi portofolio
surplus sebesar USD4,4
miliar, meningkat signifikan
dari triwulan III tahun 2015
yang defisit sebesar USD1,5
miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015
investasi lainnya surplus
sebesar USD2,7 miliar,
meningkat signifikan
dibandingkan dengan
surplus triwulan
sebelumnya yang sebesar
USD0,5 miliar.
45 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,2 -4,3 -4,2 -5,1
A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1 4,1 2,0
- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7 36,1 34,7
- Impor -43,3 -0,5 -43,7 -43,4 -40,6 -4,5 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -31,9 -
32,8
1. Barang Dagangan Umum
0,1 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -0,7 1,2 2,2 2,7 3,8 4,0 2,0
- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4 35,7 34,4
- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -3,2 -
32,4
1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9 6,2 3,0
a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7 32,0 30,7
b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8 -25,9 -
27,7
2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1 -2,1 -1,0
a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6 3,7 3,7
b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8 -5,8 -4,7
2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1 -0,1
- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3
- Impor, fob. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -0,3 -0,4
B. Jasa – jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,8 -2,7 -2,2 -1,8
II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
III. Transaksi Finansial
0,0 8,7 4,5 8,6 6,4 14,5 14,5 9,6 5,1 2,2 0,3 9,5
1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,4 0,2 2,0 4,4 5,8 2,7 1,7 3,5 1,8 2,3
2. Investasi portofolio
0,4 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,6 -2,2 4,8
3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,1 6,7 -4,2 2,0 1,4 5,1 -5,2 -6,8 0,5 2,7
IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,3 1,5 4,9 7,5 3,6 0,9 -2,1 -3,9 4,4
V. Selisih Perhitungan Bersih
-0,6 -1,0 1,4 -0,1 0,6 -0,6 -1,0 -1,2 0,4 -0,9 -0,7 0,7
VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)
-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6 5,1
- Posisi Cadangan Devisa
104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7 105,
9
Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8 6,8 7,4
Transaksi Berjalan (%PDB)
-2,6 -4,2 -3,7 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -2,0 -2,0 -1,9 -2,4
Sumber : Bank Indonesia
46 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Box 1.
Dampak Penutupan Empat Perusahaan pada Sektor Industri di Indonesia
Pada awal tahun 2016, sektor industri di Indonesia bergejolak akibat beberapa
perusahaan menghentikan operasinya di Indonesia, yaitu dalam industri otomotif dan
industri elektronik. Dalam industri otomotif, PT Ford Motor Indonesia (FMI) resmi
menututup usahanya di Indonesia pada 25 Januari 2016. Seluruh operasi PT FMI akan
diberhentikan sebelum akhir tahun 2016 dan akan dikonsentrasikan pada sumber daya
yang ada di tempat lain. PT FMI berhenti beroperasi disebabkan oleh penjualan yang
relatif masih kecil dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), dalam lima
tahun terakhir sejak tahun 2011 penjualan dan pangsa pasar PT FMI terus menurun.
Pada tahun 2011, penjualan PT FMI mencapai 15.620 unit atau 1,8 persen dari total
penjualan mobil tahun 2011. Pada tahun 2012, penjualan menurun 23,7 persen atau
menjadi 11.958 unit dengan pangsa pasar sebesar 1,1 persen. Pada 2013, penjualan
kembali menurun 17,4 persen yaitu menjadi 9.907 unit dengan pangsa pasar di bawah
1,0 persen. Penjualan PT FMI pada tahun 2014 meningkat 21,2 persen, atau menjadi
sebesar 12.008 unit dengan pangsa pasar mendekati 1,0 persen. Pada tahun 2015
penjualan PT FMI menurun signifikan sebesar 58,5 persen, yaitu menjadi 4.986 unit
dengan pangsa pasar sebesar 0,5 persen.
Dampak penutupan PT FMI secara langsung tidak terlalu signifikan karena hanya
memperkerjakan 32 pekerja. Namun demikian, penutupan tersebut berpengaruh pada
distributor PT FMI yang tersebar di 20 wilayah, atau terdapat potensi pengangguran dari
distributor-distributor PT FMI di ke-20 wilayah tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua III Gakindo, Johnny Darmawan, berhentinya PT FMI di
Indonesia tidak mencerminkan potensi pasar otomotif Indonesia di waktu mendatang.
Rasio antara kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk di Indonesia masih relatif
rendah. Selain itu, daya beli masyarakat relatif meningkat sehingga menyebabkan
permintaan mobil baru akan relatif tetap tinggi. Sementara itu, menurut Kepala BKPM,
Franky Sibarani, berhentinya operasi PT FMI di Indonesia tidak berpengaruh signifikan
terhadap investasi di Indonesia. Hal senada juga disampaikan oleh Menteri
Perindustrian, Saleh Husein, bahwa PT FMI tidak berinvestasi dengan membangun
pabrik di Indonesia tetapi mengimpor dari pabrik di Thailand, sehingga walaupun
berhenti beroperasi relatif tidak mempengaruhi investasi nasional.
Pada industri elektronik, restrukturisasi perusahaan yang dilakukan oleh Grup Panasonic
Gobel pada tiga pabrik yang berlokasi di Cikarang dan Cileungsi, Jawa Barat serta di
Pasuruan, Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan.
47 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PT Toshiba yang berlokasi di Cikarang akan ditutup pada bulan April 2016. Sementara itu,
PT Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur telah ditutup pada awal
Januari 2016, sedangkan PT PLI yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan ditutup pada
bulan Februari 2016.
Kedua pabrik PT PLI di Cikarang dan Pasuruan tersebut kemudian digabung (merger) dan
dikonsentrasikan di Pasuruan, Jawa Timur dan Cileungsi, Jawa Barat. Penggabungan
tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan
memperkuat daya saing. PT PLI bermaksud mengganti proses produksi dan teknologi
lampu dengan yang lebih baik dan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Hal tersebut
dilatarbelangi oleh berubahnya preferensi pasar dari lampu hemat energi compact
fluorencent lamp (CFL) dan beralih ke lampu light emitting diode (LED).
Penutupan ketiga pabrik Grup Panasonic Gobel, menurut Presiden Konfederasi Serikat
Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, berpotensi menimbulkan pemutusan hubungan
kerja (PHK) pada sekitar 2500 pekerja. Jumlah tersebut terdiri dari sekitar 1.700 anggota
KSPI di PT PLI dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Penutupan pabrik berpotensi
menyebabkan PHK terhadap 600-700 pekerja di PT PLI Pasuruan untuk periode
Desember 2015 sampai dengan Januari 2016, serta 900-1000 pekerja di PT PLI Cikarang
untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.
Selain PT PLI dan PT Toshiba, PT Samoin dan PT Starlink yang merupakan perusahaan
elektronik dari Korea Selatan juga telah selesai beroperasi di Indonesia pada bulan
Januari 2016. Akibat dari penutupan usaha tersebut adalah terjadinya PHK pada 1.200
pekerja pada PT Samoin dan 500 pekerja pada PT Starlink.
Sementara itu, menurut Ketua Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky
Sibarani, penutupan tiga pabrik Grup Panasonic Gobel tidak bisa dijadikan sebagai
indikator melemahnya iklim industri elektronik di Indonesia. Dari puluhan pabrik PT PLI,
tidak semua pabrik menutup operasional usaha dan melakukan PHK. Selain itu, pada
Januari 2016 jumlah permohonan izin prinsip untuk perusahaan elektronik di Indonesia
meningkat 106 persen dibandingkan tahun 2016. Berdasarkan klarifikasi yang diterima
oleh BKPM, jumlah pekerja yang terkena PHK adalah sebanyak 425 pekerja pada PT PLI
dan 360 pekerja pada PT Toshiba.
Beberapa faktor yang dinilai sebagai penyebab melesunya industri elektronik di
Indonesia adalah kondisi pasar yang tidak kondusif akibat pengaruh dari melambatnya
pasar global. Perlambatan ekonomi tersebut menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Selain itu, menurut ketua KSPI, pengendalian upah yang diatur dalam PP
Nomor 78 tahun 2015 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terutama buruh
pabrik yang merupakan pasar utama dari industri elektronik.
48 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5
triliun.
Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.098,6 triliun.
Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.187,7 triliun pada akhir
tahun 2011 menjadi Rp 2.346,7 triliun pada tahun 2015.
Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target
yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.
49
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Pembiayaan Utang Pemerintah
Dalam periode 5 tahun terakhir (2011-2015), realisasi
pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata sebesar
38,2 persen. Pada tahun 2011 pembiayaan utang
pemerintah mencapai sebesar Rp102,7 triliun dan terus
meningkat menjadi Rp 374,5 triliun di tahun 2015. Di tahun
2015, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto)
sebesar Rp361,6 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar
Rp12,3 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp
0,6 triliun (Tabel 13).
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah)
Jenis Pembiayaan Utang Real 2011
Real 2012
Real 2013
Real 2014
Real 2015
Rata-Rata 2011-2015
I SBN (Neto) 119,9 159,7 224,6 265,0 361.6 31,8
II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) 12.3
a. Penarikan (Bruto) 33,7 31,4 51,4 50,7 81.9 24,8
i. Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 16,9 55.1 37,8
ii. Pinjaman Proyek 14,3 12,6 33,0 33,8 26.8 17,1
b. Penerusan Pinjaman (4,2) (3,8) (3,9) (1,2) (3.6) (3,9)
c. Pembayaran Cicilan Pokok (47,3) (51,1) (57,2) (64,2) (66.0) 8,7
III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0,6 0,8 0,5 2,2 0.6 (0,8)
Jumlah 102,7 137,0 219,3 253,7 374,5 38,2
Sumber : Kementerian Keuangan
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang
Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan
utang sampai dengan Triwulan III tahun 2015. Berdasarkan
komposisinya, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar
yakni 241,9 persen. Dari besaran tersebut, pinjaman luar
negeri (neto) dan dalam negeri (neto), masing-masing
menyumbangkan proporsi 263 persen dan 37,4 persen.
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah)
INSTRUMEN Real 2013
Real 2014
APBN-P 2015
Real 2015
Persentase thd APBN-P
TOTAL (neto) 219.3 253,7 276,7 373,1 135,4%
PINJAMAN (neto) -5.3 -11,3 -18,4 12,9 241,9%
Pinjaman Luar Negeri (neto) -5,8 -13,4 -20,1 12,3 263,0%
- Pinjaman Program 18,4 16,9 7,5 55,1 734,5%
- Pinjaman Proyek 36,9 35,0 41,1 26,8 65,2%
- Penerusan Pinjaman (SLA) -3,9 -1,2 -4,5 -3,6 78,9%
- Pembayaran Cicilan Pokok ULN -57,2 -64,2 -64,2 -66,0 102,8%
Dibandingkan SBN, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar terhadap APBN-P 2015
Dalam tahun 2015, utang pemerintah mencapai Rp374,5 triliun
50
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
INSTRUMEN Real 2013
Real 2014
APBN-P 2015
Real 2015
Persentase thd APBN-P
Pinjaman Dalam Negeri (neto) 0,5 2,2 1,7 0,6 37,4%
- Pinjaman Dalam Negeri 0,6 2,4 2,0 0,8 38,9%
- Pembayaran Cicilan Pokok
PDN 0,1 0,2 0,3 -0,1 -47,1%
SURAT BERHARGA NEGARA (neto) 224,7 265,0 295,1 361,6 122,5%
- SBN 327,7 428,1 452,2 514,0 113,7%
- Jatuh tempo dan Buyback SBN -103,1 -163,2 -157,1 -152,4 97,0%
Sumber : Kementerian Keuangan
Posisi Utang Pemerintah
Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2011-2015
dapat dilihat pada Tabel 15. Total utang pemerintah pusat
mencapai Rp3.098 triliun atau meningkat rata-rata sebesar
14,4 persen. Total utang pemerintah tersebut terdiri atas
dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman dan dalam
bentuk SBN. Outstanding pinjaman pemerintah mencapai
sebesar Rp751,9 triliun atau naik rata-rata sebesar 4,9
persen. Sementara itu, outstanding SBN mencapai
Rp2.346,7 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 18,6
persen.
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015
Outstanding (triliun rupiah) Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015
Total Utang Pemerintah Pusat 1.809,0 1.977,7 2.375,5 2.608,8 3.098,6 14,4 a Pinjaman 621,3 616,6 714,4 677,6 751,9 4,9 1, Pinjaman Luar Negeri 620,3 614,8 712,2 674,3 748,1 4,8 Bilateral*) 381,7 359,8 383,5 334,6 337,8 -3,0 Multilateral**) 213,0 230,2 288,3 292,3 360,0 14,0 Komersil***) 25,2 24,4 40,0 47,2 50,1 18,8 Suppliers***) 0,5 0,4 0,4 0,2 0,2 -23,6 Lain-Lain***) - - - - - 2, Pinjaman Dalam Negeri 1,0 1,8 2,3 3,2 3,9 39,8
b SBN 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2.346,7 18,6 Denominasi Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 610,6 32,9 Denominasi Rupiah 992,0 1.096,2 1.261,7 1.474,6 1.736,1 15,0
Catatan:
*Termasuk semi commercial
**Beberapa termasuk semi concessional
***Seluruhnya termasuk commercial
Sumber : Kementerian Keuangan
Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang
pemerintah selama 2011- 2015 dapat dilihat pada Tabel 16.
Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman dalam struktur
Dalam kurun waktu 2011- 2015, total utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 14,4 persen
Porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan
51
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
utang pemerintah terus mengalami penurunan dari 34,3
persen di tahun 2011 menjadi 24,3 persen tahun 2015.
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 2011 2012 2013 2014 2015
Total Utang Pemerintah Pusat (triliun rupiah) 1.809,0 1.975,4 2.375,5 2.608,8 3.098,6 a Pinjaman (triliun rupiah) 621,3 614,3 714,4 677,6 751.9 b SBN (triliun rupiah) 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2,346.7
Denominasi Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 610.6
Denominasi Rupiah 992,0 1.096,2 1.261,7 1.474,6 1,736.1
Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang 34,3 31,1 30,1 26,0 24,3
Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang 10,8 13,4 16,8 17,5 19,7
Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang 54,8 55,5 53,1 56,5 56,0
Sumber: Kementerian Keuangan
Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah
terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2011-
2015. Utang pemerintah dalam bentuk SBN sekitar 75
persen dari total utang pemerintah. Porsi outstanding SBN
domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata
berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding
SBN valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami
peningkatan dari 10,8 persen pada tahun 2011 menjadi 19,7
persen tahun 2015.
Surat Berharga Negara (SBN)
Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN
dalam kurun waktu 2011-2015. Penerbitan SBN mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp1.187,7 triliun
pada akhir tahun 2011 menjadi Rp2.346,7 triliun tahun
2015. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan
domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan
domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut,
penerbitan SBN domestik meningkat rata rata sebesar 18,9
persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak
pada meningkatnya outstanding SBN domestik.
Outstanding SBN domestik meningkat dari Rp723,6 triliun
pada tahun 2011 menjadi Rp1.446,9 triliun tahun 2015.
Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas
di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2011-2015,
penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35
Hingga akhir 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai sekitar 75 persen dari total utang pemerintah
Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan selama 2011-2015
Dalam kurun waktu 2011-2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35 persen
52
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp195,7
triliun pada tahun 2011 menjadi Rp610,6 triliun tahun
2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan 2015,
outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah
sebesar USD39,7 miliar, mata uang Yen Jepang sebesar
JPY255 miliar, dan dalam mata uang euro sebesar EUR2,25
miliar.
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah)
JENIS SBN 31-Des-11 31-Des-12 31-Des-13 31-Des-14 31-Des-15
I. SBN Rupiah Fixed Rate 517.142,0 610.393,0 751.273,0 945.963,0 1.148.916,0
Variable Rate 135.063,0 122.755,0 122.755,0 113.344,0 96.743,0
Zero Coupon 2.512,0 1.263,0 - -
SPN 29.900,0 22.820,0 34.050,0 39.950,0 42.950,0
SBSN 38.988,0 63.035,0 87.174,0 110.704,0 158.236,0
Total SBN Rupiah 723.605,0 820.266,0 995.252,0 1.209.961,0 1.446.845,0
II. SBN Valas SUN (dalam juta USD) 18.700,0 22.950,0 27.140,0 29.190,0 32.690,0
SBSN (dalam juta USD) 1.650,0 2.650,0 4.150,0 5.000,0 7.000,0
SUN (dalam juta JPY) 95.000,0 155.000,0 155.000,0 155.000,0 255.000,0
SUN (dalam juta EUR) - - - 1.000,0 2.250,0
Total SBN Valas 195.649,0 264.912,0 399.374,0 456.616,0 610.633,0
III. Yang tidak diperdagangkan SPNS - - - - 5.084,0
SUP 244.636,0 240.144,0 234.870,0 229.054,0 222.642,0
SPN - -
- 22.434,0
SBR - - - 2.391,0 2.391,0
SDHI 23.783,0 35.783,0 31.533,0 33.197,0 36.697,0
Total SBN Valas 268.419,0 275.927,0 266.403,0 264.642,0 289.248,0
GRAND TOTAL SBN 1.187.673,0 1.361.105,0 1.661.028,0 1.931.219,0 2.346.726,0
Asumsi Kurs (IDR/USD) 9.068,0 9.670,0 12.189,0 12.440,0 13.795,0
Asumsi Kurs (IDR/JPY) 117,0 112,0 116,0 104,0 114,52,0
Asumsi Kurs (IDR/EUR)
15.133,0 15.070,0
Komposisi SBN Rupiah (dalam %) 60,9 80,5 59,9 62,7 61,7
SBN Valas (dalam %) 16,5 19,5 24,0 23,6 26,0
Sumber: Kementerian Keuangan
Selanjutnya Tabel 18 menunjukkan target dan realisasi
penerbitan SBN 2015 (neto) terkait perannya sebagai
instrumen utama pembiayaan APBN.
SBN masih menjadi prioritas utama dalam pembiayaan APBN-P 2015
53
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)
Uraian Target APBN-
P
Target APBN-P (defisit
2,6%)
Nominal Realisasi sd 31
Desember 2015
% Realisasi (thd defisit
2,8%)
SBN Netto 277.049.800,0 361.607.128,0 361.607.128,0 100.0
SBN Jatuh Tempo 2015 153.612.324,0 152.418.613,0 152.418.613,0 100.0
Rencana Buyback 3.000.000,0 1.401.290,0 1.401.290,0 100.0
Kebutuhan Penerbitan 2015 (Bruto)* 430.662.124,0 514.025.741,0 514.025.741,0 100.0
SUN 395.511.563,0
SUN Domestik 308.942.874,0
- ON 202.110.000,0
- SPN 52.200.000,0
- Private Placement 27.194.119,0
- SUN RITEL 27.438.755,0
SUN Valas 86.568.689,0
SBSN 118.514.178,0
SBSN Domestik 92.092.178,0
SBSN Valas 26.422.000,0
Sumber : Kementerian Keuangan
Posisi kepemilikan SBN domestik 2011-2015 dapat dilihat
pada Tabel 19. Dari sisi kepemilikan, realisasi penerbitan
SBN domestik lebih banyak diserap oleh investor nonbank,
terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana, dan
investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN
domestik yang diserap oleh investor nonbank mencapai
Rp962,9 triliun atau 65,9 persen dari total SBN domestik.
Investor perbankan menyerap Rp350,1 triliun atau 23,9
persen dari total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar
10,2 persen dimiliki oleh Institusi Pemerintah.
Tabel 19 juga menunjukkan komposisi kepemilikan SBN
domestik. Kepemilikan investor asing pada SBN domestik
meningkat menjadi 38,2 persen. Di satu sisi, tingginya
kepemilikan asing mengindikasikan instrumen keuangan
Indonesia masih cukup menarik. Sementara di sisi lain,
tingkat kerentanan terhadap pembalikan modal (sudden
reversal) juga semakin meningkat.
Investor nonbank masih mendominasi kepemilikan SBN domestik
Dalam kurun waktu 2011-2015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat menjadi 38,2 persen
54
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah)
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Persentase
Kepemilikan
Bank 265,0 299,7 335,4 375,6 350,1 7,2 24,0
Institusi Pemerintah 7,8 3,1 44,4 41,6 148,9 108,8 10,2
Nonbank 450,8 517,5 615,4 792,8 962,9 20,9 65,9 Reksadana 47,2 43,2 42,5 45,8 61,6 6,9 4,2 Asuransi 93,1 83,4 129,6 150,6 171,6 16,5 11,7 Asing 222,9 270,5 323,8 461,4 558,5 25,8 38,2 Dana Pensiun 34,4 56,5 39,5 43,3 49,8 9,7 3,4 Sekuritas 0,1 0,3 0,9 0,8 0,3 16,7 0,0 Individu
32,5 30,4 42,5
2,9 Lain lain 53,1 64,6 46,7 60,5 78,5 10,3 5,4
Total 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1461,8 19,2 100,0
Sumber : Kementerian Keuangan
Pinjaman
Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman
luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan
pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan
pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi
pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2011-2015.
Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 168,5 persen dari
APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut
merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru
mencapai Rp26,8 triliun (65,2 persen dari APBN-P 2015) dan
pinjaman program sebesar Rp55,1 triliun (734,5 persen dari
APBN-P 2015). Beberapa faktor seperti lambatnya proses
pengadaan barang dan jasa, dan pemberian ijin
pemanfaatan lahan, menjadi penyebab rendahnya realisasi
pinjaman proyek.
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah)
JENIS PEMBIAYAAN UTANG Real 2011
Real 2012
Real 2013
Real 2014
APBN-P 2015
Real 2015
Proporsi thd APBN-P 2015
PINJAMAN 34,4 32,0 55,8 54,1 50,3 82,7 164,3 Pinjaman Luar Negeri 33,8 31,0 55,3 52,0 48,6 81,9 168,5
- Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 16,9 7,5 55,1 734,5
- Pinjaman Proyek 14,3 12,7 36,9 35,1 41,1 26,8 65,2
Pinjaman Dalam Negeri 0,6 0,8 0,5 2,2 1,7 0,8 45,7
Sumber : Kementerian Keuangan
Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 164,3 persen dari APBN-P 2015
Realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun
55
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD35.119,6 juta,
mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014.
Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD34.750,5 juta
atau menurun sebesar 19,9 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD369,1 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas surplus sebesar
USD1.394,5 juta.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK
DAN INTERNASIONAL
56
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Isu prioritas dalam paket
kebijakan ekonomi IX yang
terkait dengan
perdagangan adalah
stabilisasi harga daging
serta peningkatan sektor
logistik dari desa ke pasar
globa.l
Kebijakan yang akan
diambil terkait stabilisasi
harga daging adalah
menambah sumber
alternatif penyediaan
hewan dan produk hewan
dari negara maupun zona
tertentu (yang ditetapkan
OIE).
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga
Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota
Dalam paket kebijakan ekonomi IX, arah kebijakan
diprioritaskan pada 3 (tiga) isu, yaitu (1) percepatan
pembangunan infrastruktur tenaga listrik, (2) stabilisasi
harga daging, dan (3) peningkatan sektor logistik desa-kota.
Terkait isu pertama, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan Pemerintah
akan mengeluarkan Peraturan Presiden untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik
untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan
rasio elektrifikasi.
Terkait isu stabilisasi pasokan dan harga daging sapi, guna
mengatasi terbatasnya jumlah negara pemasok maka
Pemerintah Indonesia perlu memperluas akses dari negara
maupun zona tertentu yang memenuhi syarat kesehatan
hewan - yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Hewan
Internasional (OIE) - untuk menambah alternatif sumber
penyediaan hewan dan produk hewan. Untuk itu Menteri
Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu
negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak
dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan
tetap memperhatikan ketentuan OIE.
Dengan demikian, pemasukan ternak dan produk hewan
dalam kondisi tertentu tetap bisa dilakukan, seperti dalam
keadaan bencana, kurangnya ketersediaan daging, atau
ketika harga daging sedang naik yang bisa memicu inflasi
dan mempengaruhi stabilitas harga. Jenis ternak yang dapat
dimasukkan berupa sapi atau kerbau bakalan, sedangkan
produk hewan yang bisa didatangkan berupa daging tanpa
tulang dari ternak sapi dan/atau kerbau. Kebijakan ini
diharapkan mampu menstabilisasi pasokan daging dalam
negeri dengan harga yang terjangkau dan kesejahteraan
peternak tetap meningkat.
57
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Panjangnya rantai logistik
dan tingginya perbedaan
harga pangan antar wilayah
berpotensi menyebabkan
lonjakan harga pangan,
yang akan berujung pada
tekanan inflasi.
Terkait isu sektor logistik dari desa ke pasar global, perlu
dilakukan pembenahan untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desa-
kota. Lima jenis usaha yang dideregulasi, adalah :
a. Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos
komersial dengan cara menyelaraskan ketentuan
tentang besaran tarif guna mendorong efisiensi jasa
pelayanan pos.
b. Penyatuan pembayaran jasa-jasa kepelabuhanan secara
elektronik (single billing) oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang mengoperasikan pelabuhan.
c. Optimalisasi sinergi BUMN sebagai
agregator/konsolidator ekspor produk-produk UKM,
geographical inidications (seperti akar wangi, gambir,
dan sejenisnya), dan ekonomi kreatif (seperti film,
musik, dan sejenisnya).
d. Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara
elektronik, dengan cara pengembangan port system
menjadi inaportnet yang terintegrasi ke dalam INSW
guna memperlancar pergerakan barang dan dokumen di
pelabuhan.
e. Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi kegiatan
transportasi.
Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi
Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan tekanan inflasi akibat
gejolak harga bahan makanan. Rantai logistik yang panjang
dan perbedaan harga pangan yang tinggi antar wilayah
Indonesia, membuat potensi lonjakan harga pangan masih
terjadi.
Rantai logistik yang panjang pernah dikeluhkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS, saat ini distribusi
perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung
pipilan, dan daging ayam ras dari produsen ke konsumen
akhir melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan
usaha perdagangan.
Jalur distribusi perdagangan terpanjang adalah untuk
komoditas cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan
di Jawa Tengah. Sedangkan jalur distribusi perdagangan
Pembangunan efisiensi,
daya saing, dan
konektivitas ekonomi
desa-kota dilakukan
melalui deregulasi 5 (lima)
jenis usaha.
Rantai logistik yang panjang
antara lain pada komoditas
beras, cabai merah, bawang
merah, jagung pipilan, dan
daging ayam ras.
58
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Integrasi SRG mobile
dengan PLK diharapkan
akan meningkatkan volume
SRG dan PLK.
Komoditas yang paling
banyak disimpan di gudang
SRG adalah gabah.
Komoditas dengan transaksi
PLK terbesar (media 2015)
adalah jagung dan beras.
terpanjang untuk komoditas beras dan daging ayam ras ada
di DKI Jakarta.
Rantai perdagangan yang panjang membuat margin
perdagangan dan pengangkutan menjadi lebih besar.
Dengan margin yang besar, biaya yang harus dibayar oleh
konsumen terhadap suatu bahan pangan menjadi lebih
mahal. Selain memperbaiki logistik atau distribusi,
perbaikan produksi juga diperlukan. Sebab gangguan iklim
seperti El Nino dan La Nina mengancam ketersediaan bahan
makanan.
Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti) menyatakan volume Sistem Resi Gudang (SRG)
dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) akan meningkat pada
2016 seiring integrasi keduanya melalui perangkat dalam
jaringan (daring/online). Namun, karena masih dalam tahap
embiro, belum bisa diprediksi seberapa jauh
perkembangannya. Kepala Bappebti Sutriono Edi, pada
bulan Juni 2016 akan diluncurkan SRG mobile yang
terintegrasi dengan PLK di dua daerah percontohan (pilot
project), yaitu Tasikmalaya dan Ciamis.
Sepanjang 2015, total gudang yang telah mendapat
persetujuan sebagai gudang SRG adalah 117 buah, dengan
lokasi yang tersebar di 19 provinsi, dan 91 diantaranya telah
menerbitkan resi. Jumlah resi gudang yang telah diterbitkan
selama tahun 2009-2015 mencapai 2.173 resi, dengan total
volume komoditas sebanyak 81.440,08 ton. Komoditas yang
paling banyak disimpan di gudang SRG adalah gabah
(68.742,06 ton), beras (6.449,22 ton), dan jagung (5.101,07
ton).
Di samping itu, nilai transaksi PLK medio 2015 mencapai Rp
240,55 miliar, dengan total komoditas berjumlah 136 jenis.
Sepuluh transaksi komoditas terbesar adalah jagung (17,37
persen), beras (16,43 persen), jahe (6,90 persen), lada (6,55
persen), bawang merah (4,74 persen), jeruk (3,58 persen),
kakao (3,11 persen), kopi (2,89 persen), gambir hitam (2,66
persen), dan kacang mete (2,20 persen).
59
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Menurut hasil survei JBIC
tahun 2015, negara yang
menjanjikan untuk berbisnis
di luar negeri adalah India,
Indonesia, dan RRT.
BKPM menambahkan
jumlah izin yang dapat
terbit dengan layanan izin
investasi 3 jam menjadi
delapan perizinan dan surat
keterangan peta informasi
ketersediaan lahan.
Alasan Indonesia termasuk
ke dalam negara yang
menjanjikan untuk bisnis
adalah pertumbuhan pasar
lokal di masa datang,
sedangkan isu yang
dominan adalah upah
tenaga kerja yang
meningkat.
India mengungguli
Indonesia karena sumber
daya manusia yang
berkualitas dan tidak ada
masalah dengan kenaikan
upah buruh.
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi
JBIC melakukan survei mengenai operasi bisnis oleh
perusahaan manufaktur Jepang setiap tahun. Responden
dari survei ini adalah perusahaan manufaktur Jepang yang
memiliki afiliasi di luar negeri. Hasil survei tahun 2015
menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua
dalam aspek negara yang menjanjikan untuk bisnis di luar
negeri untuk jangka waktu menengah. Peringkat pertama
diduduki oleh India dan peringkat ketiga diduduki oleh RRT.
Alasan mengapa Indonesia termasuk ke dalam negara yang
menjanjikan untuk bisnis secara berurutan menurut jumlah
koresponden yang menjawab adalah: (a) potensi
pertumbuhan pasar lokal di masa datang, (b) ukuran pasar
lokal saat ini, (c) tenaga kerja yang murah, (d) basis pemasok
untuk perakit dan (e) konsentrasi industri yang sesuai. Di
lain pihak, isu yang diperhatikan untuk Indonesia secara
berurutan adalah: (i) upah tenaga kerja yang meningkat, (ii)
eksekusi hukum yang tidak jelas, (iii) infrastruktur yang tidak
memadai, (iv) ketatnya persaingan dengan perusahaan
lainnya dan (v) kesulitan dalam mempertahankan staf di
level manajer.
Tahun 2014 dan tahun 2015, India menduduki peringkat
satu sebagai negara yang menjanjikan prospek bisnis
pengusaha Jepang. Faktor utama India menjadi peringkat
satu adalah India memiliki sumber daya manusia yang lebih
berkualitas. Selain itu, di India tidak ada masalah mengenai
kenaikan upah buruh.
Layanan Izin Investasi 3 Jam
Di awal tahun 2016, BKPM meningkatkan pelayanan izin
investasi 3 jam dengan bertambahnya jumlah izin yang dapat
diterbitkan. Sebelumnya, jumlah izin yang dapat diterbitkan
hanya tiga yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), surat
pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan izin investasi. Kini
tambahan perizinan yang dapat diterbitkan berjumlah lima
yaitu Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Mempekerjakan
Tenaga Asing (IMTA), Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA), Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan
60
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Syarat layanan izin investasi 3
jam tidak berubah.
Per Desember 2015 Yuan
diakui oleh IMF sebagai
salah satu mata uang acuan
global.
Nomor Induk Kepabeanan (NIK) sehingga total perizinan
yang dapat diterbitkan berjumlah delapan ditambah dengan
surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan.
Walaupun jumlah izin yang dapat diterbitkan bertambah,
syarat dari layanan izin investasi 3 jam ini tetap sama yaitu
investasi bernilai minimal Rp100 miliar dan/atau dapat
menyerap tenaga kerja minimal 1.000 orang. Selain itu,
investor harus datang langsung ke BKPM atau diwakili oleh
salah satu investor dengan membawa surat kuasa. Layanan
3 jam ini mulai diluncurkan tanggal 26 Oktober 2015.
Terdapat tujuh investor yang telah memanfaatkan fasilitas
tersebut.
Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global
Dana Moneter Internasional (International Monetary
Fund/IMF) memasukkan mata uang Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) Yuan atau Renminbi ke dalam keranjang
mata uang acuan global pada awal Bulan Desember tahun
2015. Masuknya Yuan dalam special drawing right (SDR)
dinilai memang sudah seharusnya mengingat dominasi RRT
di perekonomian dunia semakin besar.
Masuknya Yuan kedalam SDR akan membawa banyak
keuntungan bagi Indonesia. Salah satu yang utama adalah
dalam kegiatan perdagangan, dimana Indonesia dan RRT
dapat menggunakan mata uang Yuan atau Rupiah dalam
setiap transaksi ekspor-impor. Hal tersebut akan
mengurangi ketergantungan pergerakan Rupiah terhadap
perekonomian AS. Secara umum, Pemerintah menyambut
baik perkembangan ini. Hal tersebut ditandai oleh
penandatanganan kesepakatan perpanjangan bilateral
currency swap arrangement (BCSA) yang disepakati pada 1
Oktober 2013 lalu.
Lebih lanjut, jika kita melihat dari sisi perdagangan, nilai
ekspor Indonesia ke RRT mencapai USD16 miliar, sementara
nilai ekspor RRT ke Indonesia mencapai USD30 miliar. Jika
sepertiga dari total nilai perdagangan Indonesia-RRT dapat
menggunakan Yuan, tentunya ketergantungan Indonesia
terhadap USD dapat dikurangi. Selain itu, penggunaan mata
uang Yuan juga akan mendorong RRT untuk melakukan
Migrasi dari USD ke Yuan
dalam kerjasama
perdagangan Indonesia-RRT
akan mengurangi
ketergantungan Indonesia
terhadap USD.
61
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Nilai total ekspor Indonesia
pada triwulan IV tahun 2015
sebesar USD 35.171,7 juta
dengan pertumbuhan
negatif sebesar 18,7 persen.
investasi ke Indonesia. Selama ini hubungan perdagangan
dengan RRT selalu defisit USD14 miliar per tahun. Defisit ini
kiranya dapat diimbangi oleh naiknya nilai investasi RRT di
Indonesia.
Namun, demikian perlu dilakukan antisipasi terhadap
dampak negatif dari penggunaan Yuan -apalagi Indonesia
masih defisit dalam berdagang dengan RRT- terutama
terkait masih terbatasnya jumlah Yuan jika dibandingkan
dengan USD. Dengan kondisi itu, jika permintaan Yuan
meningkat, biaya untuk menggunakan Yuan lebih mahal
dari USD.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015
sebesar USD35.172 juta, mengalami penurunan sebesar 18,7
persen jika dibandingkan dengan periode yang sama
triwulan IV tahun 2014. Secara keseluruhan sepanjang
Januari sampai dengan Desember 2015 nilai total ekspor
mencapai USD150.221,2 juta.
Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mencatatkan
penurunan sebesar 15,7 persen pada triwulan IV tahun 2015
dan secara keseluruhan sepanjang Januari sampai dengan
Desember mengalami penurunan sebesar 9,8 persen.
Sedangkan kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor
pada tahun 2015 ditopang oleh eskpor produk industri yang
62
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
mencatatkan nilai USD106.636,8 juta, meskipun demikian
pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi berdasarkan sektor
adalah ekspor produk pertanian dengan pertumbuhan 48,4
persen.
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q4 2014 Q4 2015 2015
Nilai Ekspor (USD Juta) 190.020,3 182.551,8 175.980,0 43.273,8 35.171,8 150.221,2
Migas 36.977,3 32.633,0 30.018,8 6.616,6 4.261,0 18.551,9
Minyak Mentah 12.293,4 10.204,7 9.528,2 2.338,8 1.403,5 6.457,0
Hasil Minyak 4.163,4 4.299,1 3.623,4 822,8 260,5 1.754,1
Gas 20.520,5 18.129,2 17.180,3 3.768,1 2.597,0 10.340,8
Nonmigas 153.043,0 149.918,8 145.961,2 36.657,3 30.910,8 131.643,8
Pertanian 5.569,2 5.713,0 5.770,6 1.548,5 1.375,7 5.629,3
Industri 116.125,1 113.029,9 117.330,0 29.480,4 25.433,0 106.636,8
Pertambangan 31.329,9 31.159,5 22.850,3 5.626,5 4.199,1 19.434,5
Pertumbuhan Ekspor* (%) -6,6 -3,9 -3,6 -11,0 -18,7 -14,6
Migas -10,9 -11,8 -8,0 -25,6 -35,6 -37,9
Minyak Mentah -11,1 -17,0 -6,6 0,0 -40,0 1,3
Hasil Minyak -12,8 3,3 -15,7 -31,4 -68,3 -27,1
Gas -10,3 -11,7 -5,2 -29,6 -31,1 -12,6
Nonmigas -5,5 -2,0 -2,6 -7,7 -15,7 -9,8
Pertanian 7,8 2,6 1,0 -0,6 -11,2 48,4
Industri -5,0 -2,7 3,8 -0,8 -13,7 37,2
Pertambangan -9,6 -0,5 -26,7 -33,3 -25,4 28,9
Proporsi Ekspor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Migas 19,5 17,9 17,1 15,3 12,1 12,4
Minyak Mentah 6,5 5,6 5,4 5,4 4,0 6,4
Hasil Minyak 2,2 2,4 2,1 1,9 0,7 1,8
Gas 10,8 9,9 9,8 8,7 7,4 10,0
Nonmigas 80,5 82,1 82,9 84,7 87,9 87,6
Pertanian 2,9 3,1 3,3 3,6 3,9 5,7
Industri 61,1 61,9 66,7 68,1 72,3 107,2
Pertambangan 16,5 17,1 13,0 13,0 11,9 19,6
Sumber Pertumbuhan (%) -6,6 -3,9 -3,6 -11,0 -18,7 -14,6
Migas -2,1 -2,1 -1,4 -3,9 -4,3 -4,7
Minyak Mentah -0,7 -1,0 -0,4 0,0 -1,6 0,1
Hasil Minyak -0,3 0,1 -0,3 -0,6 -0,5 -0,5
Gas -1,1 -1,2 -0,5 -2,6 -2,3 -1,3
Nonmigas -4,5 -1,7 -2,2 -6,5 -13,8 -8,6
Pertanian 0,2 0,1 0,0 0,0 -0,4 2,8
Industri -3,0 -1,7 2,5 -0,6 -9,9 39,8
Pertambangan -1,6 -0,1 -3,5 -4,3 -3,0 5,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)
63
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Komoditas Alas Kaki (HS-64)
dan Pakaian Jadi Bukan
Rajutan (HS-62) merupakan
dua komoditas dengan
pertumbuhan positif yaitu
6,0 persen dan 3,6 persen.
Total volume ekspor nonmigas
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 adalah sebesar
126.637,4 juta kg.
Pada triwulan IV tahun 2015 nilai ekspor nonmigas Indonesia
untuk komoditas adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati
(HS-15) merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar
dan mencatatkan nilai USD4.600,6 juta dan juga merupakan
komoditas ekspor nonmigas dengan proporsi terbesar yaitu
15,3 persen terhadap total ekspor.
Sementara itu komoditas ekspor nonmigas yang memiliki
kinerja positif pada triwulan IV tahun 2015 adalah Alas Kaski
(HS-64) dan Pakaian Jadi Buka Rajutan (HS-62) yang secara
berturut-turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,0
persen dan 3,7 persen.
Selanjutnya komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif
terbesar adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) yaitu 27,6
persen (YoY), yang diikuti oleh Perhiasan/Permata (HS-71)
yaitu sebesar -24,8 persen.
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 HS
Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 15 Lemak & minyak hewan/nabati 5.617,3 4.600,6 2,7 -18,1 13,2 15,3
27 Bahan bakar mineral 4.857,1 3.514,5 -21,2 -27,6 14,8 13,3
85 Mesin/peralatan listrik 2.435,6 2.106,1 -12,2 -13,5 6,7 6,6
40 Karet dan Barang dari Karet 1.500,7 1.330,5 -15,3 -11,3 4,3 4,1
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 1.466,7 1.235,4 -9,3 -15,8 3,9 4,0
64 Alas kaki 1.142,6 1.211,5 -29,5 6,0 3,9 3,1
87 Kendaraan dan Bagiannya 1.428,1 1.201,5 -8,4 -15,9 3,8 3,9
44 Kayu, Barang dari Kayu 1.026,3 979,0 -22,3 -4,6 3,2 2,8
62 Pakaian jadi bukan rajutan 942,0 976,4 -31,0 3,7 3,3 2,6
71 Perhiasan/Permata 1.164,5 875,7 2,8 -24,8 2,7 3,2
Total Lainnya 15.075,9 15.841,1 -9,9 5,1 40,3 41,1
Total Nonmigas 36.656,9 33.872,3 -11,7 -7,6 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 adalah sebesar 126.637,5 juta kg dan
mengalami penurunan sebesar -33,8 persen (YoY).
Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan
IV tahun 2015 adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati
(HS-15) dengan volume 90.407,1 juta kg dan menyumbang
proporsi 53,6 persen terhadap total volume ekspor
nonmigas. Selanjutnya komoditas dengan volume dan
proporsi tebesar kedua adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27)
dengan volume 8.486,4 juta kg dan menyumbang proporsi
64
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Perkembangan ekspor
nonmigas ke-5 (lima) negara
tujuan utama pada triwulan
IV tahun 2015 turun sebesar
13,82 persen (YoY).
3,7 persen terhadap total volume ekspor nonmigas
Indonesia.
Dilihat dari pertumbuhannya, Bahan Bakar Mineral (HS-27)
pada triwulan IV tahun 2015 mencatatkan peningkatan
pertumbuhan sebesar 20,3 persen (YoY). Sementara itu,
Berbagai Produk Kimia (HS-38) merupakan barang ekspor
nonmigas dengan penurunan volume ekspor paling besar
jika dibandingkan dengan sembilan komoditas lainnya
dengan penurunan sebesar 12 persen (YoY).
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015
HS Komoditi Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015
27 Bahan bakar mineral 7.052,8 8.486,4 1,8 20,3 3,6 3,7
15 Lemak & minyak hewan/nabati 102.545,2 90.407,1 -7,4 -11,8 57,9 53,6
25 Garam, Belerang, Kapur 129,6 134,2 -8,4 3,5 0,1 0,1
23 Ampas/Sisa Industri Makanan 736,0 798,5 -16,4 8,5 0,5 0,4
44 Kayu, Barang dari Kayu 142,5 135,9 -8,5 -4,7 0,1 0,1
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 60,8 65,6 8,0 7,8 0,0 0,0
48 Kertas/Karton 155,5 153,8 6,6 -1,1 0,1 0,1
38 Berbagai produk kimia 1.528,3 1.345,2 1,4 -12,0 0,8 0,8
47 Bubur kayu/Pulp 48,9 48,4 -1,6 -0,9 0,0 0,0
40 Karet dan Barang dari Karet 0,6 0,7 1,8 11,3 0,0 0,0
Total Lainnya 23.835,9 25.061,6 -66,3 5,1 36,9 12,5
Total Nonmigas 191.256,5 126.637,5 0,0 -33,8 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pada triwulan IV tahun 2015 Amerika Serikat merupakan
negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan
nilai sebesar USD3.692,9 juta. Sementara itu pada posisi
kedua negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok
dengan nilai sebesar USD3.342.2 juta.
Secara keseluruhan perkembangan ekspor nonmigas ke-5
(lima) negara tujuan utama pada triwulan IV tahun 2015
turun sebesar 13,8 persen (YoY). Singapura merupakan
negara tujuan utama ekspor nonmigas yang mencatatkan
penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,6
persen.
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015
Negara Nilai Ekspor Nonmigas
(Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Japan 3.851,6 3.189,6 -6,4 -17,2 10,5 9,9
China 3.877,7 3.342,2 -39,5 -13,8 10,6 10,4
Singapore 2.474,8 2.015,4 0,2 -18,6 6,8 6,3
India 3.190,4 2.739,9 -9,6 -14,1 8,7 8,5
65
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pada akhir triwulan IV
tahun 2015 total impor
Indonesia adalah sebesar
USD 34.740,8 juta.
Negara Nilai Ekspor Nonmigas
(Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 United States 3.987,7 3.692,9 5,1 -7,4 10,9 11,5
Total 5 Negara 17.382,2 14.980,1 -14,4 -13,8 47,4 46,5
Total Lainnya 19.274,6 17.230,2 -0,7 -10,6 52,6 53,5
Total Nonmigas
36.656,9 32.210,3 -7,7 -12,1 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Impor
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor Indonesia secara
total adalah sebesar USD 34.740,8 juta atau menurun
sebesar 20,7 persen (YoY). Penurunan nilai impor tersebut
disumbang oleh penurunan impor migas sebanyak 50,2
persen dan impor nonmigas sebesar 11,6 persen.
Berdasarkan golongan penggunaan barang Impor barang,
bahan baku merupakan komoditas yang mencatatkan nilai
impor terbesar pada triwulan IV tahun 2015 sebesar
USD25.551,4 juta. Diikuti oleh impor barang modal dan
barang konsumsi dengan nilai berturut-turut sebesar
USD6.343,5 juta dan USD2.845,9 juta.
Dilihat dari sumbangannnya impor bahan baku memberikan
sumbangan terbesar terhadap impor nonmigas Indonesia
sebesar 73,5 persen diikuti oleh barang modal dan barang
konsumsi sesebar 18,3 persen dan 8,2 persen. Impor bahan
baku juga mencatatkan penurunan pertumbuhan tertinggi
yaitu turun sebesar 23,5 persen diikuti penurunan
pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi
sebesar 11,8 persen dan 11,0 persen.
66
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pertumbuhan impor
nonmigas pada triwulan IV
tahun 2015 (YoY)
mengalami penurunan
sebesar -11,5 persen.
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q4 2014 Q4 2015 2015
Nilai Impor (USD Juta) 191.670,9 186.628,3 178.178,8 43.804,1 34.740,8 147.085,6
Barang Konsumsi 13.415,2 13.138,9 12.667,2 3.197,7 2.845,9 10.873,5
Bahan Baku 140.111,3 141.957,2 136.208,6 33.411,4 25.551,4 107.123,6
Barang Modal 38.144,4 31.532,2 29.303,0 7.195,0 6.343,5 24.742,5
Migas 42.565,3 45.266,0 43.459,9 10.440,1 5.195,6 48.317,5
Minyak Mentah 10.803,2 13.585,8 13.072,5 2.755,6 1.799,7 18.727,6
Hasil Minyak 28.680,5 28.568,1 27.363,2 7.012,3 2.860,8 25.413,1
Gas 3.081,6 3.112,9 3.025,0 672,2 535,1 4.176,8
Nonmigas 149.125,3 141.362,3 134.718,9 33.364,0 29.501,9 98.768,1
Pertumbuhan Impor* (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 -20,7 -17,5
Barang Konsumsi 0,2 -2,1 -3,6 -4,4 -11,0 -14,2
Bahan Baku 7,0 1,3 -4,0 -4,9 -23,5 -21,4
Barang Modal 15,2 -17,3 -7,1 -7,6 -11,8 -15,6
Migas 4,6 6,4 -4,0 -10,3 -50,2 11,2
Minyak Mentah -3,2 25,8 -3,8 18,5 -34,7 43,3
Hasil Minyak 1,9 -0,4 -4,2 -6,5 -59,2 -7,1
Gas 118,2 1,0 -2,8 -17,3 -20,4 38,1
Nonmigas 9,0 -5,2 -4,7 -3,7 -11,6 -26,7
Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Barang Konsumsi 7,0 7,0 7,1 7,3 8,2 7,4
Bahan Baku 73,1 76,1 76,4 76,3 73,5 72,8
Barang Modal 19,9 16,9 16,4 16,4 18,3 16,8
Migas 22,2 24,3 24,4 23,8 15,0 32,8
Minyak Mentah 5,6 7,3 7,3 6,3 5,2 12,7
Hasil Minyak 15,0 15,3 15,4 16,0 8,2 17,3
Gas 1,6 1,7 1,7 1,5 1,5 2,8
Nonmigas 77,8 75,7 75,6 76,2 84,9 67,2 Sumber Pertumbuhan (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 -20,7 -17,5
Barang Konsumsi 0,0 -0,1 -0,3 -0,3 -0,9 -1,0
Bahan Baku 5,1 1,0 -3,1 -3,8 -17,3 -15,6
Barang Modal 3,0 -2,9 -1,2 -1,3 -2,2 -2,6
Migas 1,0 1,5 -1,0 -2,4 -7,5 3,7
Minyak Mentah -0,2 1,9 -0,3 1,2 -1,8 5,5
Hasil Minyak 0,3 -0,1 -0,6 -1,0 -4,9 -1,2
Gas 1,9 0,0 0,0 -0,3 -0,3 1,1
Nonmigas 7,0 -3,9 -3,6 -2,8 -9,8 -17,9 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)
Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan IV tahun 2015
(YoY) mengalami penurunan sebesar -11,5 persen disebabkan
oleh adanya penurunan impor di berbagai komoditas
diantaranya penurunan impor Besi dan Baja (HS-72) sebesar -
24,5 persen dengan proporsi 5,6 persen dari nilai total impor
nonmigas; penurunan impor Bahan Kimia Organik (HS-29)
67
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Nilai impor dari 5 (lima)
negara utama asal impor
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 9,0
persen (YoY).
sebesar -20,8 persen dengan proporsi 4,6 persen; serta
penurunan impor Kendaraan Bermotor dan Bagiannya (HS-
87) sebesar 18,7 persen dengan proporsi impor 3,9 persen.
Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015
HS Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 84 Mesin dan Peralatan
Mekanik 6.279,8 5.625,1 -12,8 -10,4 18,8 19,1
85 Mesin dan Peralatan Listik 4.188,2 4.047,3 -0,2 -3,4 12,6 13,7
39 Plastik dan Barang dari Plastik
2.020,2 1.691,3 7,9 -16,3 6,1 5,7
72 Besi dan Baja 2.191,2 1.654,5 9,8 -24,5 6,6 5,6
29 Bahan Kimia Organik 1.711,7 1.355,9 -1,2 -20,8 5,1 4,6
87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya
1.403,3 1.141,4 -23,1 -18,7 4,2 3,9
10 Serealia 1.047,7 889,2 1,8 -15,1 3,1 3,0
73 Benda-benda dari Besi dan Baja
1.077,9 889,0 -1,2 -17,5 3,2 3,0
23 Sisa Industri Makanan 734,2 683,9 -15,6 -6,8 2,2 2,3
90 Perangkat Optik 581,5 581,5 -7,8 0,0 1,7 2,0
Total Lainnya 12.128,5 10.952,6 -0,6 -9,7 36,4 37,1
Total Nonmigas 33.364,1 29.511,6 -3,7 -11,5 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara utama
asal impor pada triwulan IV tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 9,1 persen (YoY). Negara utama asal
impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok dimana
pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor nonmigas dari
Tiongkok mencatatkan nilai sebesar USD7.712,9 juta, namun
demikian mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,2
persen.
Sementara itu nilai impor nonmigas Indonesia yang berasal
dari negara-negara di kawasan ASEAN pada triwulan IV tahun
2015 sebesar USD6.500,3 juta dan menyumbangkan proporsi
sebesar 22 persen total impor nonmigas Indonesia.
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015
Nilai Impor Nonmigas (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Negara 2015 Q4 2014 Q4 2015 2015 Q4 2014 Q4 2015 2015 Q4 2014 Q4 2015
Tiongkok 29.217,9 8.047,3 7.712,9 -4,1 25,5 -4,2 22,6 24,1 26,1
Jepang 13.232,0 3.950,0 3.029,3 -21,9 -4,0 -23,3 12,6 11,8 10,3
Singapura 8.971,6 2.465,9 2.329,1 -11,6 -0,1 -5,5 7,5 7,4 7,9
Thailand 8.022,4 2.275,6 1.919,8 -17,3 85,8 -15,6 7,2 6,8 6,5
Amerika 7.550,2 1.913,1 1.971,4 -6,8 -49,6 3,0 6,0 5,7 6,7
Total 5 Negara 66.994,1 18.651,8 16.962,5 -11,1 3,6 -9,1 55,9 55,9 57,4
Total Asean 26.042,2 7.272,4 6.500,3 -10,0 -1,0 -10,6 21,5 21,8 22,0
68
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Neraca perdagangan total
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD 1.663,7
juta.
Neraca perdagangan
Indonesia-Tiongkok
pada triwulan IV
tahun 2015
mengalami deficit.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Neraca Perdagangan
Pada triwulan IV tahun 2015 Neraca Perdagangan total
Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD369,1 juta yang
disumbangkan dari surplus pada neraca perdagangan
nonmigas yang mencatatkan surplus sebesar USD1.394,5
juta sementara pada neraca perdagangan migas
mencatatkan defisit sebesar USD1.025,3 juta. Secara
keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan IV
tahun 2015 mengalami penurunan pertumbuhan 327,8
persen (YoY).
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015
2014 2015 Q4 14 Q4 15
YoY
2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 176292,7 150221,2 43273,7 35119,6 -14,8 -18,8
Ekspor Migas 30331,9 18637,0 6616,6 4176,1 -38,6 -36,9
Ekspor Nonmigas 145960,8 131643,8 36656,3 30943,6 -9,8 -15,6
Impor Total (Juta USD) 178178,8 142739,6 43804,1 34750,5 -19,9 -14,6
Impor Migas 43459,9 24613,2 10440,1 5201,4 -43,4 -5,9
Impor Nonmigas 134718,9 118126,4 33364,0 29549,1 -12,3 -17,4
Neraca Perdagangan (Juta USD) -1886,1 7481,6 -530,4 369,1 -496,7 327,8
Migas -13128,0 -5976,2 -3823,5 -1025,3 -54,5 47,8
Nonmigas 11241,9 13517,4 3292,3 1394,5 20,2 2,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami defisit USD3.844,8 juta, hal itu
disebabkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor
nonmigas sebesar USD4.366,6 juta, yang lebih besar dari
surplus pada sektor migas sebesar USD 521,9 juta.
Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok
2014 2015 Q4 14 Q4 15
YoY
2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 17.605,9 15.045,3 4.365,8 3.887,0 -14,5 -11,0
Ekspor Migas 1.146,8 1.785,7 488,1 540,6 55,7 10,8
Ekspor Nonmigas 16.459,1 13.259,6 3.877,7 3.346,4 -19,4 -13,7
Impor Total (Juta USD) 30.624,3 29.404,0 8.120,0 7.731,8 -4,0 -4,8
Impor Migas 162,7 186,1 72,6 18,8 14,4 -74,1
Impor Nonmigas 30.461,6 29.217,9 8.047,3 7.713,0 -4,1 -4,2
Neraca Perdagangan (Juta USD) -13.018,4 -14.358,7 -3.754,2 -3.844,8 10,3 2,4
Migas 984,1 1.599,6 415,5 521,9 62,5 25,6
Nonmigas -14.002,5 -15.958,3 -4.169,6 -4.366,6 14,0 4,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Total Uni Eropa 11.223,3 3.016,6 2.702,6 -11,4 -29,6 -10,4 9,4 9,0 9,1
Total Lainnya 80.860,9 23.075,1 20.346,2 -13,2 -17,9 -11,8 69,1 69,2 68,9
Total Nonmigas 118.126,4 33.364,1 29.549,1 -12,3 -16,0 -11,4 100,0 100,0 100,0
69
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Neraca perdagangan
Indonesia-Jepang pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.
Neraca perdagangan
Indonesia-Amerika pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.
Perdagangan Indonesia-
India pada triwulan IV
tahun 2015juga
menunjukkan kinerja
yang baik.
Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.289 juta, hal
itu disebabkan oleh surplus pada sektor migas dan
nonmigas masing-masing sebesar USD 1.128,7 juta dan
USD160,3 juta.
Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang
2014 2015 Q4 14 Q4 15 YoY
2015 Q4 15
Ekspor Total (Juta USD) 23.117,5 18.014,2 5.823,8 4.325,1 -22,1 -25,7
Ekspor Migas 8.551,7 4.924,8 1.972,2 1.135,5 -42,4 -42,4
Ekspor Nonmigas 14.565,8 13.089,4 3.851,6 3.189,6 -10,1 -17,2
Impor Total (Juta USD) 17.007,6 13.262,8 3.963,6 3.036,2 -22,0 -23,4
Impor Migas 69,4 30,8 13,6 6,8 -55,6 -49,7
Impor Nonmigas 16.938,2 13.232,0 3.950,0 3.029,3 -21,9 -23,3
Neraca Perdagangan (Juta USD) 6.109,9 4.751,4 1.860,2 1.289,0 -22,2 -30,7
Migas 8.482,3 4.894,0 1.958,6 1.128,7 -42,3 -42,4
Nonmigas -2.372,4 -142,6 -98,4 160,3 -94,0 -262,9
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.931,7 juta. Hal
tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan
sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD210,4
juta dan USD1.721,4 juta.
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika
2014 2015 Q4 14 Q4 15
YoY
2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 16.530,1 16.239,2 4.217,2 3.908,6 -1,8 -7,3
Ekspor Migas 673,1 932,6 0,0 215,7 38,6 0,0
Ekspor Nonmigas 15.857,0 15.306,6 3.987,7 3.692,9 -3,5 -7,4
Impor Total (Juta USD) 8.170,1 7.592,6 1.926,5 1.976,8 -7,1 2,6
Impor Migas 67,7 42,4 13,4 5,4 -37,4 -60,1
Impor Nonmigas 8.102,4 7.550,2 1.913,1 1.971,5 -6,8 3,1
Neraca Perdagangan (Juta USD) 8.360,0 8.646,6 2.290,7 1.931,7 3,4 -15,7
Migas 605,4 890,2 -13,4 210,4 47,0 -1.667,8
Nonmigas 7.754,6 7.756,4 2.074,6 1.721,4 0,0 -17,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perdagangan Indonesia-India selama triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus yaitu sebesar USD 2.165,6 juta. Surplus ini
disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan sektor
migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD33,9 juta dan
USD2.131,7 juta.
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India
2014 2015 Q4 14 Q4 15
YoY
2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 12.249,0 11.713,0 3.196,3 2.780,2 -4,4 -13,0
Ekspor Migas 25,3 129,0 5,9 40,2 409,9 585,0
70
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Sejak bulan Januari 2015
hingga Desember 2015, lima
komoditas tertentu
mengalami fluktuasi harga
yang cukup besar.
Neraca Perdagangan
Indonesia-Thailand
mengalami defisit pada
triwulan IV tahun 2015.
Ekspor Nonmigas 12.223,7 11.584,0 3.190,4 2.739,8 -5,2 -14,1
Impor Total (Juta USD) 3.952,1 2.741,2 800,4 614,5 -30,6 -23,2
Impor Migas 388,2 75,7 61,6 6,3 -80,5 -89,7
Impor Nonmigas 3.563,9 2.665,5 738,7 608,2 -25,2 -17,7
Neraca Perdagangan (Juta USD) 8.296,9 8.971,8 2.395,9 2.165,6 8,1 -9,6
Migas -362,9 53,3 -55,8 33,9 -114,7 -160,7
Nonmigas 8.659,8 8.918,5 2.451,7 2.131,7 3,0 -13,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Thailand pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD715,7 juta. Hal
tersebut dicatatkan oleh defisit pada neraca perdagangan
nonmigas sebesar USD862,6 juta lebih besar dari surplus
neraca perdagangan migas sebesar USD146,9 juta.
Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand
2014 2015 Q4 14 Q4 15
YoY
2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 5.783,1 5.507,2 1.343,8 1.220,4 -4,8 -9,2
Ekspor Migas 780,2 906,8 169,1 163,1 16,2 -3,6
Ekspor Nonmigas 5.002,9 4.600,4 1.174,7 1.057,3 -8,0 -10,0
Impor Total (Juta USD) 9.781,1 8.087,1 2.291,2 1.936,0 -17,3 -15,5
Impor Migas 86,3 64,7 15,6 16,2 -25,0 4,2
Impor Nonmigas 9.694,8 8.022,4 2.275,7 1.919,8 -17,3 -15,6
Neraca Perdagangan (Juta USD) -3.998,0 -2.579,9 -947,4 -715,7 -35,5 -24,5
Migas 693,9 842,1 153,5 146,9 21,4 -4,4
Nonmigas -4.691,9 -3.422,0 -1.100,9 -862,6 -27,1 -21,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Harga Domestik
Sejak Bulan Januari hingga Desember 2015, lima komoditas
tertentu (beras medium, gula pasir, tepung terigu, minyak
goreng kemasan dan minyak goreng curah) mengalami
fluktuasi harga yang cukup besar. Komoditas dengan
pertumbuhan inflasi yang paling tinggi yaitu komoditas gula
pasir dengan nilai sebesar 5,14 persen pada bulan Mei 2015,
dan komoditas beras medium dengan pertumbuhan inflasi
yang paling rendah dengan nilai sebesar -3,95 persen pada
Bulan April 2015.
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015
Komoditas Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des*
HA
RG
A
Minyak Goreng Kemasan
Rp/ltr 15.106 15.108 15.214 15.183 15.201 15.216 15.190 15.164 15.173 15.100 15.088 15.040
Minyak Goreng Curah
Rp/ltr 11.331 11.267 11.302 11.220 11.186 11.249 11.212 11.006 10.719 10.708 10.565 10.414
Tepung terigu
Rp/kg 8.840 8.799 8.833 8.832 8.883 8.904 8.983 9.011 8.986 8.969 8.982 9.050
Beras Medium
Rp/kg 9.634 9.929 10.373 9.963 9.925 9.928 10.009 10.122 10.281 10.414 10.520 10.673
71
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pada akhir triwulan IV
tahun 2015 (Desember),
sebagian besar harga
komoditas internasional
terpilih mengalami
penurunan.
Komoditas Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des*
Gula Pasir Rp/kg 11.169 11.157 11.428 11.925 12.538 13.120 13.041 12.927 12.715 12.719 12.752 12.866
INFL
ASI
PER
IOD
IK
Minyak Goreng Kemasan
% 0,7 0 0,7 -0,2 0,1 0,1 -0,2 -0,2 0,1 -0,5 -0,1 -0,3
Minyak Goreng Curah
% 0,3 -0,6 0,3 -0,7 -0,3 0,6 -0,3 -1,8 -2,6 -0,1 -1,3 -1,4
Tepung terigu
% 0,1 -0,5 0,4 0 0,6 0,2 0,9 0,3 -0,3 -0,2 0,1 0,8
Beras Medium
% 3,2 3,1 4,5 -4 -0,4 0 0,8 1,1 1,6 1,3 1 1,5
Gula Pasir % -0,4 -0,1 2,4 4,4 5,1 4,6 -0,6 -0,9 -1,6 0 0,3 0,9
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
*data update terbaru
Perkembangan Harga Internasional
Berdasarkan data harga komoditas internasional yang
didapat dari Bank Dunia, pada akhir tahun 2015, sebagian
besar harga komoditas internasional yang merupakan
komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga,
diantaranya Coal yang mengalami penurunan harga 0,8
persen, Cocoa 0,5 persen, dan Copper 3,4 persen.
Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada
akhir tahun 2015 adalah komoditas Rubber yang harganya
naik sebesar 2,1 persen dan Palm Oil yang naik sebesar 1,8
persen.
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih
Komoditas Unit 2014 2015 Okt-15 Nov 15 Des-15 ENERGI Coal, Australia ($/mt) 841,6 690,1 52,3 52,6 52,1
Crude Oil, West Texas ($/bbl) 1117,4 584,5 46,2 42,7 37,2
PERTANIAN
Cocoa ($/kg) 36,8 37,6 3,2 3,4 3,4
Coffe, robusta ($/kg) 26,6 23,3 1,8 1,8 1,8
Palm Oil ($/mt) 9857,3 7472,0 583,0 558,0 568,0
Soybeans ($/mt) 5901,3 4685,0 376,0 368,0 372,0
Shrimp, Mexican ($/kg) 207,0 172,3 11,4 10,0 10,1
Woodpulp ($/mt) 10523,0 10500,0 875,0 875,0 875,0
Rubber*, Singapore/MYS
($/kg) 23,5 18,7 1,3 1,2 1,3
LOGAM & MINERAL
Copper ($/mt) 82360,8 66125,5 5216,1 4799,9 4638,8
Iron ore ($/dmtu) 1163,3 670,0 53,0 47,0 41,0
Nickel ($/mt) 202720,5 142351,6 10316,8 9244,3 8707,8
Tin ($/mt) 262786,5 192799,6 15794,6 14745,3 14691,7
Zinc ($/mt) 25931,7 23180,1 1724,3 1583,3 1527,8
INFLASI Unit 2014,0 2015,0 42278,0 Nov 15 42339,0
ENERGI
Coal, Australia (%) -17,1 -18,0 -4,4 0,5 -0,8
72
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Kondisi bisnis di Indonesia
pada triwulan IV tahun 2015
naik dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Komoditas Unit 2014 2015 Okt-15 Nov 15 Des-15 Crude Oil, West Texas (%) -4,9 -47,7 1,7 -7,6 -12,8
PERTANIAN
Cocoa (%) 25,6 2,4 -2,5 5,1 -0,5
Coffe, robusta (%) 6,8 -12,4 1,6 -1,3 -3,0
Palm Oil (%) -4,1 -24,2 8,4 -4,3 1,8
Soybeans (%) -8,7 -20,6 2,2 -2,1 1,1
Shrimp, Mexican (%) 24,7 -16,8 -21,6 -12,7 1,9
Woodpulp (%) 6,5 -0,2 0,0 0,0 0,0
Rubber*, Singapore/MYS
(%) -30,0 -20,3 -0,9 -6,0 2,1
LOGAM & MINERAL
Copper (%) -6,4 -19,7 0,0 -8,0 -3,4
Iron ore (%) -28,4 -42,4 -7,0 -11,3 -12,8
Nickel (%) 12,4 -29,8 3,8 -10,4 -5,8
Tin (%) -1,7 -26,6 2,2 -6,6 -0,4
Zinc (%) 13,1 -10,6 0,2 -8,2 -3,5
Sumber: World Bank, diolah
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2015
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai
ITB sebesar 105,22. Peningkatan antara lain pada lapangan
usaha industri pengolahan, pengadaan air, pengadaan listrik
dan gas, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa
perusahaan. Adapun sektor pertanian, peternakan dan
kehutanan dan perikanan merupakan lapangan usaha yang
indeksnya mengalami penurunan. Perkiraan ITB triwulan I
tahun 2016 adalah sebesar 104,28.
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: BPS, diolah
73
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding
triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan
Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015
Variabel pembentuk ITB Trw IV-2015
No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015
ITB Trw IV-2015
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas
Produksi/Usaha
Rata Rata Jam
Kerja
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
99,6 90,18 - 90,18 -
2 Pertambangan dan Penggalian 96,2 94,74 96,21 92,42 94,5
3 Industri Pengolahan 99,3 101,03 102,54 102,78 99,04
4 Pengadaan Listrik dan Gas 109,3 111,18 111,2 113,54 110,17
5 Pengadaaan Air 107,0 109,82 111,3 109,57 108,7
6 Kosntruksi 109,3 107,98 113,46 108,87 103,05
7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
110,5 105,03 106,78 104,59 103,79
8 Transportasi dan Pergudangan 112,0 109,08 111,24 106,98 108,18
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
109,0 109,19 111,86 109,78 106,71
10 Informasi dan Komunikasi 108,0 109,07 111,05 108,48 107,69
11 Jasa Keuangan 110,8 112,03 111,25 113,51 112,06
12 Real Estat 101,7 101,45 104,41 85,59 101,47
13 Jasa Perusahaan 109,5 111,23 113,25 108,64 110,65
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
111,0 117,84 117,39 119,78 117,39
15 Jasa Pendidikan 111,5 107,99 109,06 111,83 105,48
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110,0 108,1 108,86 109,29 106,97
17 Jasa Lainnya 109,0 110,02 113,06 108,97 107,92
Indeks Tendensi Bisnis 106,0 105,22 107,49 103,95 103,86
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
74
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN INVESTASI DAN
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Pada sisi penggunaan, pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,9 persen (YoY).
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015
sebesar Rp46,2 triliun, tumbuh sebesar 10,6 persen dibanding triwulan IV tahun 2014.
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan IV tahun 2015
mengalami defisit sebesar USD 11.063,8 juta.
75
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Struktur pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015
masih didominasi oleh
kelompok provinsi di pulau
Jawa dan Sumatera.
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto/PMTB pada
triwulan IV tahun 2015
tumbuh sebesar 4,6 persen
(YoY).
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Perekonomian Indonesia triwulan IV tahun 2015 dibanding
periode yang sama tahun 2014 tumbuh 5,04 persen,
sedangkan tahun 2015 dibanding tahun 2014 tumbuh
sebesar sebesar 4,8 persen. Secara spasial, struktur
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun
2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau
Jawa dan Sumatera, dengan kontribusi terhadap PDB
sebesar 58,3 persen, pulau Sumatera sebesar 22,2 persen,
Kalimantan 8,15 persen.
Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, pertumbuhan
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,9 persen (YoY) dibanding
periode yang sama tahun 2014, sementara pertumbuhan
triwulan IV tahun 2015 di banding triwulan III tahun 2015
(QtQ) mengalami kenaikan sebesar 5,0 persen.
Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen)
Q4-2014
(QtQ) Q4-2014
(YtY) Q4-2015
(QtQ) Q4-2015
(YtY) Pertumbuhan PDB -2,1 5,0 -1,8 5,0 Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan) 2,9 4,6 5,0 6,9 a. Bangunan 4,1 7,1 6,0 8,2 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 0,4 -9,2 2,6 3,8 c. Kendaraan -3,0 -7,4 -2,5 7,3 d. Peralatan Lainnya 6,3 9,7 4,3 7,8 e. Sumber Daya Hayati 15,3 7,6 13,1 -3,6 f. Produk Kekayaan Intelektual -25,6 12,2 -12,2 6,4
Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku)
34,4
33,2 a. Bangunan
26,1
25,0
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
3,2
3,2 c. Kendaraan
1,4
1,5
d. Peralatan Lainnya
0,5
0,5 e. Sumber Daya Hayati
2,2
2,0
f. Produk Kekayaan Intelektual 0,9 1,0
Sumber: BPS , diolah
Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 (YoY)
sebesar 6,9 persen secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen, Peralatan
Lainnya sebesar 7,8 persen dan Kendaraan sebesar 7,3
persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen
76
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Realisasi investasi untuk
Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing
(PMA) triwulan IV tahun
2015 mengalami
pertumbuhan positif.
PMTB pada triwulan IV tahun 2015 secara detil yaitu pada
Bangunan dengan sumbangan 25,0 persen.
Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015
TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY, %)
(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA
2010 60,6 16.214,8 60,4 49,9
2011 76,0 19.474,2 25,4 20,1
2012 92,2 24.564,7 21,3 26,1
2013 128,2 28.617,5 39,0 16,5
2014 156,1 28.529,7 21,8 -0,3
2015 Trw IV 46,2 7.938,7 10,6 17,0 Sumber : BKPM, diolah
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih
besar dari realisasi triwulan IV tahun 2014 atau tumbuh
sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta,
dan mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen
dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Realisasi Per Sektor
Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan IV tahun 2015
sebesar USD7.938,7 juta atau mengalami pertumbuhan
sebesar 17,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Kenaikan terjadi di seluruh sektor, dengan kenaikan
terbesar pada sektor tersier sebesar 25,9 persen. Untuk
PMDN pada periode yang sama terjadi pertumbuhan
sebesar 10,6 persen. Kenaikan ini didorong oleh
pertumbuhan sektor sekunder sebesar 51,1 persen. Adapun
dilihat secara sumbangannya, pada triwulan IV tahun 2015,
untuk PMA sektor sekunder memberikan sumbangan
terbesar dengan sumbangan 40,8 persen dan pemberi
sumbangan terbesar untuk PMDN juga dari sektor sekunder
sebesar 56,3 persen.
Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor
Tahun PMA Jumlah
(USD juta) PMDN Jumlah (Rp
Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12,3 25,5 22,8 60,6
2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16,3 39,0 20,6 76,0
2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20,4 49,9 21,9 92,2
2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25,7 51,2 51,3 128,2
2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16,5 59,0 80,6 34,6
Pertumbuhan YoY terbesar
pada PMA adalah sektor
tersier, sedangkan untuk
PMDN adalah sektor
sekunder.
77
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Sektor dengan persentase
realisasi terbesar untuk PMA
adalah sektor Listrik, Gas
dan Air dan untuk PMDN
adalah sektor Industri
Mineral Non Logam.
Pada triwulan IV tahun
2015, pertumbuhan YoY
realisasi PMDN terbesar
terjadi di Bali dan Nusa
Tenggara.
Tahun PMA Jumlah
(USD juta) PMDN Jumlah (Rp
Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2014 TRW IV 1.491,2 2.869,4 2.423,9 6.784,5 5,8 17,2 18,7 41,7
2015 TRW IV 1.644,4 3.241,5 3.052,8 7.938,7 2,8 26,0 17,4 46,2
Pertumbuhan (YoY, %)
10,3 13 25,9 17 -52,7 51,1 -6,9 10,6
Share 2015 trw IV (%)
20,7 40,8 38,5 100 6 56,3 37,8 100
Sumber : BKPM, diolah
Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan IV tahun
2015 lima sektor/bidang dengan realisasi PMA terbesar dan
persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan
adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 17,5
persen, Industri Logam, Mesin dan Elektronik 12,5 persen,
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 12,0 persen,
Pertambangan 11,7 persen dan Tanaman Pangan dan
Perkebunan 8,2 persen. Untuk PMDN, terbesar secara
berurutan adalah Industri Mineral Non Logam 18,6 persen,
Konstruksi 16,3 persen, Industri Makanan 13,9 persen,
Industri Kimia dan Farmasi 10,1 persen dan Listrik, Gas dan
Air 9,7 persen.
Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN
Sektor/Bidang Usaha USD Juta % Thd total Sektor/Bidang Usaha Rp Triliun % Thd total
1 Listrik, Gas dan Air 1.393,2 17,5 1 Ind. Mineral Non Logam
8,6 18,6
2 Ind. Logam, Mesin & Elektronik
993,2 12,5 2 Konstruksi 7,5 16,3
3 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran
952,3 12,0 3 Industri Makanan 6,4 13,9
4 Pertambangan 928,2 11,7 4 Ind. Kimia dan Farmasi 4,7 10,1
5 Tanaman Pangan & Perkebunan
651,0 8,2 5 Listrik, Gas dan Air 4,5 9,7
Gabungan lainnya 3.020,9 38,1
Gabungan lainnya 14,5 31,3
Jumlah / Total 7.938,7 100 Jumlah / Total 46,2 100 Sumber: BKPM, diolah
Realisasi Per Lokasi
Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan IV tahun 2015
dibanding triwulan IV tahun 2014, pertumbuhan realisasi
PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan
pertumbuhan sebesar 506,3 persen diikuti Papua sebesar
283,9 persen dan Sulawesi 95,1 persen. Dilihat dari
sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Sulawesi memberikan
sumbangan terbesar pada triwulan IV tahun 2015 yaitu 59,4
78
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Pada triwulan IV tahun
2015, pertumbuhan Y-o-Y
realisasi PMA terbesar
terjadi di Maluku.
Pulau Jawa merupakan
lokasi PMDN dan PMA yang
paling diminati.
persen, 15,6 persen dan 13,2 persen.
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun)
TAHUN Lokasi
TOTAL Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2010 4,2 35,1 2,1 14,6 4,3 0,0 0,2 60,6
2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0
2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2
2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2
2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1
2014 trw IV 8,4 25,7 0,2 4,1 3,1 0,0 0,1 41,7
2015 trw IV 7,2 27,4 1,4 3,8 6,1 0,0 0,3 46,2 Pertumbuhan (YoY,%)
-14,5 6,5 506,3 -8,1 95,1 -100 283,9 10,6
Share trw IV 2015 (%)
15,6 59,4 3 8,2 13,2 0 0,6 100
Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA pertumbuhan triwulan IV tahun 2015
dibandingkan triwulan IV tahun 2014 mengalami
pertumbuhan sebesar 17,0 persen dengan pertumbuhan
positif terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku. Lokasi lainnya yaitu Sumatera dan
Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara
sumbangan, pada triwulan IV tahun 2015 pulau Jawa,
Kalimantan dan Sumatera memberikan sumbangan terbesar
yaitu 50,3 persen, 24,5 persen dan 11,4 persen.
Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)
TAHUN LOKASI
TOTAL Sumatera Jawa
Bali & NT
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8
2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2
2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9
2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5
2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6
2014 trw IV 929,3 3.816,9 206,5 998,1 486,7 14,7 332,4 6.784,5
2015 trw IV 907,9 3.992,2 260,1 1.945,2 575,0 70,9 187,4 7.938,7 Pertumbuhan (YoY, %) -2,3 4,6 26,0 94,9 18,1 381,9 -43,6 17,0 Share Trw IV 2015 (%) 11,4 50,3 3,3 24,5 7,2 0,9 2,4 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan IV tahun
2015 untuk PMDN, tiga dari lima besar lokasi investasi yang
diminati terletak di Pulau Jawa, dengan kontribusi realisasi
PMDN terbesar yaitu Jawa Timur sebesar 36,5 persen.
79
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Singapura merupakan
Negara asal investasi PMA
terbesar pada triwulan IV
tahun 2015.
Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN
Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Triliun % Thd Total
DKI Jakarta 1.363,70 17,2 Jawa Timur 16,9 36,5
Banten 925,9 11,7 Jawa Tengah 5,1 11
Jawa Timur 910,7 11,5 Sulawesi Selatan 4,4 9,5
Kalimantan Tengah 659,8 8,3 Riau 2,8 6
Kalimantan Timur 613,3 7,7 Banten 2,7 5,9
Gabung lainnya 3.465,30 43,7 Gabung lainnya 14,3 31
Jumlah 7.938,70 100 Jumlah 46,2 100 Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar
berturut-turut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan sumbangan
realisasi PMA terbesar berasal dari DKI Jakarta sebesar 17,2
persen.
Realisasi per Negara
Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 Negara USD Juta % Terhadap Total
Singapura 2.349,80 29,6
Hong Kong 520,6 6,6
Belanda 399,5 5
Jepang 382 4,8
R. R. Tiongkok 222,3 2,8
Gabung Lainnya 4.064,50 51,2
Jumlah 7.938,70 100 Sumber : BKPM, diolah
Pada triwulan IV tahun 2015, empat dari lima besar negara
asal investasi PMA merupakan negara-negara di Asia, yaitu:
1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar USD2.349,8 juta
atau 29,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Hong
Kong dengan nilai USD520,6 juta (6,6 persen); 3) Jepang
dengan nilai realisasi investasi USD382 juta (4,8 persen); 4)
R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD222,3 juta
(2,8 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai
USD399,5 Juta atau 5,0 persen dari total realisasi investasi
PMA.
80
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia
Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada
tabel di bawah.
Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional No PERJANJIAN EKONOMI STATUS
1 ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA) Negotiations launched
(the 7th round of negotiations)
2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched
(the 3rd round of negotiations)
3 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement
Negotiations launched (consultation pre-negotiation)
4 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement
Negotiations launched (the 2nd round of negotiations)
5 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement
Negotiations launched (the 9th round of negotiations)
6 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
Negotiations launched (the 10th round of negotiations)
7 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement
Negotiations launched (the 7th round of negotiations)
8 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA)
Negotiations launched (the 1st round of negotiations)
9 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group (JSG)
10 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG
11 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing
12 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG
13 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference
Signed but not yet In Effect
14 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect
15 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement
Signed and In Effect
16 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect
17 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership
Signed and In Effect
18 ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect
19 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect
20 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect
21 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect
22 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries
Signed and In Effect
Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan RRT selama triwulan
IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD11.063,8 juta.
Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand mengalami
defisit perdagangan dengan RRT masing-masing sebesar
Neraca perdagangan
ASEAN-5 dengan RRT
selama triwulan IV tahun
2015 mengalami defisit
sebesar USD11.063,8 juta.
81
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
USD3.107,8 juta, USD2.924,6 juta, USD7.438,1 juta dan
USD854,1 juta. Sementara itu, hanya Malaysia yang
mengalami surplus perdagangan dengan RRT yaitu sebesar
USD3.260,7 juta.
Ekspor ASEAN Ke RRT
Secara keseluruhan, nilai ekspor ASEAN-5 ke RRT pada
triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,5
persen (QtQ) dari USD41.459,0 juta menjadi USD39,581,2
juta. Jika dibandingkan dengan kurtal yang sama tahun
sebelumnya, ekspor ASEAN ke RRT mengalami penurunan
sebesar USD3.951,2 juta (9 persen). Hanya Malaysia yang
mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV tahun 2015,
yaitu sebesar USD128,1 juta (0,9 persen). Secara nominal,
Thailand mengalami penurunan ekspor paling tinggi pada
triwulan IV, yaitu sebesar USD654,0 juta, diikuti oleh
Singapura (USD512,9 juta), Filipina (USD482,7 juta) dan
Indoneisa (USD356,3 juta). Total nilai ekspor ASEAN-5 ke
RRT pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar 9 persen
dari seluruh nilai ekspor yang masuk ke RRT.
Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT
Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)
Q4 2015 (YoY, %)
Q4 2015
ASEAN (5 negara) 43.532,4 41.459,0 39.581,2 -4,5 -9,1 9,0
Filipina 5.650,4 5.239,3 4.756,6 -9,2 -15,8 1,1
Machinery, Electrical Equipment 3.854,5 3.547,0 3.451,2 -2,7 -10,5 0,8
Electrical Machinery and Equipment
2.575,7 2.525,5 2.476,6 -1,9 -3,8 0,6
Nuclear Reactors, Machinery 1.278,8 1.021,5 974,6 -4,6 -23,8 0,2
Mineral Products 921,9 1.161,9 712,5 -38,7 -22,7 0,2
Indonesia 5.358,4 5.419,3 5.062,9 -6,6 -5,5 1,2
Mineral Products 2.059,3 1.964,8 1.706,2 -13,2 -17,1 0,4
Mineral Fuels, Mineral Oils & Products
1.705,9 1.781,5 1.631,3 -8,4 -4,4 0,4
Animal or Vegetable Fats and Oils 666,4 895,9 866,8 -3,2 30,1 0,2
Indonesia: Machiney, Electrical Equipment
397,3 424,0 429,1 1,2 8,0 0,1
Malaysia 14.451,3 13.557,5 13.685,6 0,9 -5,3 3,1
Machinery, Electrical Equipment 9.558,7 9.289,3 9.643,3 3,8 0,9 2,2
Electrical Machinery and Equipment
8.581,4 8.464,2 8.879,3 4,9 3,5 2,0
Mineral Products 1.826,8 1.569,4 1.671,3 6,5 -8,5 0,4
Mineral Fuels, Mineral Oils & Product
1.644,7 1.137,1 1.221,2 7,4 -25,7 0,3
Singapura 7.960,4 6.961,3 6.448,4 -7,4 -19,0 1,5
Nilai ekspor ASEAN-5 ke
Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
penurunan 4,5 persen (QtQ).
82
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)
Q4 2015 (YoY, %)
Q4 2015
Machinery, Electrical Equipment 3.530,9 3.333,4 3.071,0 -7,9 -13,0 0,7
Electrical Machinery and Equipment
2.391,0 2.313,8 2.169,0 -6,3 -9,3 0,5
Nuclear Reactors, Machinery 1.140,0 1.019,6 902,0 -11,5 -20,9 0,2
Plastics, Rubber and Articles Thereof
990,9 1.039,8 935,5 -10,0 -5,6 0,2
Thailand 10.111,8 10.281,7 9.627,7 -6,4 -4,8 2,2
Machinery, Electrical Equipment 3.801,5 4.028,4 4.309,0 7,0 13,3 1,0
Electrical Machinery and Equipment
2.030,4 2.307,5 2.401,1 4,1 18,3 0,5
Nuclear Reactors, Machinery 1.771,1 1.720,9 1.907,9 10,9 7,7 0,4
Plastics, Rubber and Articles Thereof
2.168,4 1.905,0 1.875,8 -1,5 -13,5 0,4
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok
Impor ASEAN dari RRT
Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT
Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)
Q4 2015 (YoY, %)
Q4 2015
ASEAN (5 negara) 54.503,6 50.665,7 50.645,1 -0,04 -7,1 8,3
Filipina 6.754,5 6.945,2 7.681,2 10,6 13,7 1,3
Machinery, Electrical Equipment 1.781,9 1.782,4 1.984,0 11,3 11,3 0,3
Textiles and Textile Articles 810,4 1.046,9 1.385,8 32,4 71,0 0,2
Electrical Machinery and Equipment
1.113,5 1.140,3 1.356,4 19,0 21,8 0,2
Miscellaneous Mfg Articles 424,4 607,2 585,5 -3,6 38,0 0,1
Indonesia 10.348,5 8.428,7 8.170,7 -3,1 -21,0 1,3
Machinery, Electrical Equipment 3.481,4 2.971,0 2.962,7 -0,3 -14,9 0,5
Nuclear Reactors, Machinery 1.836,4 1.600,3 1.619,0 1,2 -11,8 0,3
Electrical Machinery and Equipment
1.645,0 1.370,7 1.343,7 -2,0 -18,3 0,2
Base Metals and Articles 1.596,4 1.046,9 1.226,6 17,2 -23,2 0,2
Malaysia 12.718,9 10.899,7 10.424,9 -4,4 -18,0 1,7
Machinery, Electrical Equipment 3.745,0 3.709,1 3.282,9 -11,5 -12,3 0,5
Electrical Machinery and Equipment
2.429,8 2.470,2 2.141,5 -13,3 -11,9 0,3
Base Metals and Articles 2.118,4 1.312,7 1.164,0 -11,3 -45,1 0,2
Nuclear Reactors, Machinery 1.315,1 1.238,9 1.141,4 -7,9 -13,2 0,2
Singapura 14.500,4 14.441,3 13.886,5 -3,8 -4,2 2,3
Machinery, Electrical Equipment 5.862,8 6.416,0 6.092,7 -5,0 3,9 1,0
Electrical Machinery and Equipment
3.539,5 4.538,0 3.977,8 -12,3 12,4 0,6
Nuclear Reactors, Machinery 2.323,2 1.878,0 2.115,0 12,6 -9,0 0,3
Indonesia: Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport Eq
1.555,0 1.735,1 1.285,9 -25,9 -17,3 0,2
Thailand 10.181,4 9.950,8 10.481,8 5,3 3,0 1,7
83
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Impor ASEAN-5 dari
Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 turun sebesar
0,04 persen (QtQ).
Penggunaan SKA Preferensi
dan SKA Nonpreferensi
mencapai 85,8 persen
terhadap total ekspor
Indonesia pada tahun 2015.
Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)
Q4 2015 (YoY, %)
Q4 2015
Machinery, Electrical Equipment 3.738,4 4.076,1 4.404,1 8,0 17,8 0,7
Electrical Machinery and Equipment
2.047,6 2.411,3 2.778,8 15,2 35,7 0,5
Nuclear Reactors, Machinery 1.690,8 1.664,8 1.625,3 -2,4 -3,9 0,3
Base Metals and Articles 1.381,9 1.271,7 1.103,1 -13,3 -20,2 0,2
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok
Impor ASEAN-5 dari RRT pada triwulan IV tahun 2015 turun
sebesar 0,04 persen dari triwulan sebelumnya yang
mencapai USD50.665,7 juta menjadi USD50.645,1 juta. Jika
dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014, impor
dari RRT ke ASEAN turun sebesar 7,1 persen atau
USD3.858,5 juta. Filipina dan Thailand mengalami
pertumbuhan impor yang positif pada triwulan tahun IV
2015 (QtQ), yaitu masing-masing sebesar USD736,0 juta
(10,6 persen) dan USD531,1 juta (5,3 persen). Sedangkan
Indonesia, Malaysia dan Singapura mengalami penurunan
impor masing-masing sebesar USD258,0 juta (3,1 persen),
USD474,9 juta (4,4 persen) dan USD554,8 juta (3,8 persen).
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)
Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
Periode SKA Preferensi
(%) SKA Nonpreferensi
(%) SKA Preferensi + SKA Non
Preferensi (%)
2012 45,4 11,8 57,2
2013 50,7 12,4 63,1
2014 50,6 11,9 62,5
2015 72,3 13,5 85,8
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Sepanjang tahun 2015, penggunaan SKA Preferensi dan SKA
Nonpreferensi mencapai 85,8 persen terhadap total ekspor
Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi penggunaan
SKA dengan pemanfaatan sebesar 72,3 persen. Form E yang
merupakan SKA Preferensi atas perjanjian ACFTA paling
banyak dimanfaatkan sepanjang tahun 2015 dengan tingkat
pemanfaatan sebesar 23,6 persen, diikuti oleh Form A
(Generalized System of Preferences) sebesar 20,6 persen
(Gambar 16). Pada kurun waktu yang sama Form B
mendominasi pemanfaatan penggunaan SKA Nonpreferensi
dengan tingkat utilisasi sebesar 92,5 persen (Gambar 17).
84
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
85
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Ekspor Indonesia-ASEAN
menurun 19,2 persen (YoY)
dengan penurunan paling
tinggi ke Malaysia sebesar
30,3 persen.
Myanmar sebagai negara
importir yang mengalami
pertumbuhan positif
tertinggi.
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN
Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada
triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD7.840,3 juta
sedangkan nilai impor Indonesia dari ASEAN terhitung
sebesar USD9.124,2 juta. Sehingga, pada triwulan IV tahun
2015 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan
dengan ASEAN sebesar USD1.283,9 juta. Dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan
negara tujuan ekspor terbesar (37,3 persen) sekaligus
negara asal impor terbesar Indonesia (45,8 persen).
Pertumbuhan ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV
tahun 2015 (YoY) secara kumulatif menurun 19,2 persen
dengan penurunan ekspor paling tinggi yaitu ke Malaysia
sebesar 30,3 persen. Pertumbuhan ekspor yang positif
hanya ke negara Kamboja (13,2 persen), Vietnam (11,4
persen) dan Brunei Darussalam (0,4 persen).
Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015
Negara Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Okt-15 Nov-15 Des-15 Q4 2015 (YoY, %) (%)
Brunei Darussalam 14,1 4,9 5,4 24,5 0,4 0,3
Filipina 305,0 307,6 273,7 886,4 -7,1 11,3
Kamboja 36,7 34,1 41,7 112,5 13,2 1,4
Laos 0,9 0,3 0,5 1,7 -4,2 0,0
Malaysia 594,5 519,4 545,7 1.659,5 -30,3 21,2
Myanmar 48,0 71,6 50,5 170,0 -3,0 2,2
Singapura 1.045,9 928,3 947,4 2.921,7 -26,4 37,3
Thailand 448,8 431,3 340,3 1.220,4 -9,2 15,6
Vietnam 288,0 264,1 291,4 843,5 11,4 10,8
Total Ekspor 2.781,9 2.561,6 2.496,7 7.840,3 -19,2 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : proporsi terhadap total ekspor ke ASEAN
Demikian halnya dengan ekspor, pertumbuhan impor
Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) secara
kumulatif mengalami penurunan sebesar 26,7 persen.
Penurunan impor paling tinggi yaitu dari Laos sebesar 99,2
persen. Pertumbuhan impor yang positif dari negara Brunei
Darussalam (2013,8 persen), Kamboja (84,6 persen) dan
Myanmar (68,9 persen). Peningkatan impor yang sangat
besar dari Brunei disebabkan oleh tidak adanya impor migas
pada kuartal IV tahun 2014. Impor dari Brunei pada kurtal
Pada triwulan IV tahun 2015
Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan
dengan ASEAN sebesar
USD1.283,9 juta.
86
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
IV tahun 2014 hanya sebesar USD3,2 juta meningkat
menjadi USD68,2 juta pada kuartal IV tahun 2015.
Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN
Negara Nilai Impor(juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Okt-15 Nov-15 Des-15 Q4 2015 (YoY, %) (%)
Brunei Darussalam 36,9 2,7 28,6 68,2 2013,8 0,7
Filipina 52,3 58,1 61,6 172,0 -1,5 1,9
Kamboja 2,3 1,8 1,4 5,6 84,6 0,1
Laos 0,0 - 0,0 0,0 -99,2 0,0001
Malaysia 595,6 636,3 659,1 1.890,9 -32,7 20,7
Myanmar 7,7 14,3 15,9 37,9 68,9 0,4
Singapura 1.356,7 1.494,1 1.328,4 4.179,2 -32,9 45,8
Thailand 627,7 604,3 704,0 1.936,0 -15,5 21,2
Vietnam 200,3 331,9 302,1 834,4 -9,0 9,1
Total Impor 2.879,5 3.143,6 3.101,1 9.124,2 -26,7 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : proporsi terhadap total impor dari ASEAN (%)
87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing
sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar
Rp13.773 per USD. Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan terhadap
Rupiah sebesar 5,9 persen dibanding triwulan III tahun 2015.
Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4498,2.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan November 2015
adalah sebesar 21,3 persen, meningkat 0,7 persen dibanding triwulan sebelumnya
(QtQ).
Pada bulan November 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan
sebesar 0,1 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,6 persen.
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN
88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
88
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER
Perkembangan Moneter Global
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang moderat
pada tahun 2015 diiringi dengan tren penurunan
cadangan devisa berbagai negara kawasan, terutama
negara maju. Sebaliknya, negara-negara berkembang di
kawasan ASEAN dan India mengalami peningkatan (Tabel
51). Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada akhir
Desember merupakan yang tertinggi, hal ini terutama
disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, hasil
ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah.
Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD)
September Oktober November Desember %QtQ
BRIC
Brazil 361,4 361,2 357,0 356,5 -1,4
Rusia 371,3 369,6 364,7 368,4 -0,8
India 350,3 354,2 350,2 350,4 0,03
Tiongkok 3590,3 3604,0 3513,0 3406,1 -5,1
ASEAN-5
Indonesia 101,7 100,7 100,2 105,9 4,1
Malaysia 93,3 94,0 94,6 95,3 2,1
Singapura 251,6 249,8 247,1 247,7 -1,6
Thailand 155,5 158,3 155,7 156,5 0,6
Filipina 80,6 81,1 80,2 80,7 0,1
Fragile-5
Turki 119,7 118,6 116,5 n.a n.a
Afrika Selatan 46,1 46,1 45,1 n.a n.a
Negara Maju
Jepang 1.248,9 1244,2 1233,0 1233,2 -1,3
Kawasan Euro 721,7 721,2 691,1 701,4 -2,8
Inggris 158,0 163,5 154,4 155,9 -1,3
Amerika Serikat 121,0 119,6 117,0 118,5 -2,1
Sumber: International Monetary Fund, data
Pada Oktober 2015, People’s Bank of China (PboC)
melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan
tingkat suku bunganya terutama untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen di akhir
tahun 2015. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan
dapat merangsang peningkatan pinjaman. Akan tetapi di
sisi lain di tengah penguatan USD, peningkatan pinjaman
meningkatkan risiko berupa peningkatan utang yang
menggerus cadangan devisa Tiongkok pada akhir
Penurunan cadangan devisa sebagian besar terjadi pada negara-negara maju
Tiongkok mengalami penurunan cadangan devisa tertinggi seiring dengan keputusan pelonggaran kebijakan moneter pada Oktober 2015.
89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
89
Desember 2015 hingga 5,1 persen dibanding triwulan
sebelumnya (Tabel 51). Pelonggaran kebijakan ini dinilai
belum berhasil membuat Cina mempertahankan
pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen dimana
pada akhir 2015 Cina hanya tumbuh 6,8 persen.
Peningkatan suku bunga The Fed merupakan yang
pertama sejak tahun 2006. Keputusan The Fed dalam
meningkatkan suku bunganya didasarkan pada aktivitas
ekonomi yang telah berkembang secara moderat.
Indikator pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan
perbaikan beserta laju inflasi yang stabil di bawah dua
persen membuat The Fed semakin yakin untuk
meningkatkan suku bunga pada tingkat 0,5 persen. Pada
tingkat suku bunga ini diyakini bahwa Amerika Serikat
akan mencapai kondisi tenaga kerja yang maksimal
dengan inflasi pada tingkat 2 persen.
European Central Bank (ECB) melanjutkan pelonggaran
kebijakan moneter pada bulan Desember 2015 dengan
menurunkan suku bunga deposito. Selain itu, ECB juga
memperpanjang tanggal jatuh tempo pembelian aset
(dari September 2016 menjadi Maret 2017) dan
berkomitmen untuk menginvestasikan kembali sekuritas
yang telah jatuh tempo untuk memenuhi likuiditas pada
operasi pasar terbuka hingga awal 2018. Neraca ECB
ditargetkan mencapai EUR700 miliar pada tahun 2016
dimana sebelumnya EUR620 miliar pada akhir tahun
2015. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga
meningkatkan stimulus moneter pada akhir Januari 2016
dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 10
basis poin. Keputusan ini didasarkan pada masih
rendahnya harga minyak dan ketidakpastian ekonomi
global yang dapat menunda sasaran target inflasi Jepang
di tingkat dua persen.
Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase)
Negara September Oktober November Desember
Amerika Serikat 0,25 0,25 0,25 0,50
Cina 4,60 4,35 4,35 4,35
Sementara itu, negara kawasan Eropa dan Jepang masih melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Amerika Serikat (The Fed) telah memulai pengetatan kebijakan moneternya pada pertengahan Desember 2015.
90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
90
Negara September Oktober November Desember
Hongkong 0,50 0,50 0,50 0,75
Selandia Baru 2,75 2,75 2,75 2,50
Meksiko 3,00 3,00 3,00 3,25
Chili 3,00 3,25 3,25 3,5
Afrika Selatan 6,00 6,00 6,25 6,75
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan suku bunga terjadi pada beberapa bank
sentral emerging market untuk menekan laju inflasi
(Tabel 55). Tren penurunan harga komoditas dunia tidak
menjadi pertimbangan utama beberapa bank sentral
untuk melonggarkan kebijakan moneternya, seperti
Meksiko, Chili, dan Afrika Selatan karena tekanan
penguatan USD dirasakan sangat berdampak pada
peningkatan inflasi masing-masing negara tersebut.
Sebaliknya, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)
menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin
pada Desember 2015 untuk meningkatkan tingkat inflasi
dari lemahnya aktivitas perdagangan. Begitu juga dengan
Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunganya pada
Januari 2016 karena dinilai risiko depresiasi nilai tukar
telah berkurang sebagai dampak The Fed telah
meningkatkan suku bunganya.
Perkembangan Moneter Domestik
Beberapa indikator perekonomian Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 menunjukkan perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun
2015 meningkat menjadi 5,04 persen (YoY) dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,74 persen (YoY).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi diiringi oleh
penurunan inflasi menjadi 3,35 persen (YoY). Angka
inflasi ini merupakan yang terendah sejak Desember
2009. Sama halnya nilai tukar Rupiah yang mengalami
penguatan dengan rata-rata Rp13773 per USD selama
triwulan IV tahun 2015 dimana sebelumnya Rp13849 per
USD selama triwulan III tahun 2015.
Sejumlah bank sentral emerging market memilih untuk menaikkan suku bunganya pada triwulan IV tahun 2015.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 meningkat tipis diiringi dengan penurunan laju inflasi.
91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
91
Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar
modal Indonesia cukup kondusif dibanding negara lain,
hal ini tercermin pada IHSG yang menguat 8,7 persen
dibanding triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015,
IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September
2015 (triwulan III tahun 2015). Pelemahan indeks saham
ini terutama disebabkan oleh sentimen negatif dari
faktor eksternal seiring dengan pelemahan bursa
Amerika Serikat.
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV
tahun 2015 sebesar Rp 4546,7 triliun, tumbuh melambat
8,9 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan pada akhir
triwulan III tahun 2015 yang sebesar 9,2 persen (YoY)
(Gambar 18). Perlambatan tersebut bersumber dari
komponen uang kuasi (simpanan berjangka dan
tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta
simpanan giro valuta asing). Sebaliknya, uang beredar
dalam arti sempit (M1) tumbuh meningkat menjadi 12
persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat
berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan
pertumbuhan uang beredar terutama disebabkan oleh
melambatnya tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.
Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY)
10.40%
9.20%
8.90%
10.60%
9.30%
8.40%
10.20%
10.00%
12.00%
8.00%
9.00%
10.00%
11.00%
12.00%
13.00%
4350
4400
4450
4500
4550
4600
Oktober November Desember
Trili
un
Ru
pia
h
M2 (LHS) Pertumbuhan M2 Pertumbuhan Uang Kuasi Pertumbuhan M1
Sumber: Bank Indonesia
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV tahun 2015 tumbuh melambat sebesar 8,9 persen.
Rata-rata IHSG selama triwulan IV tahun 2015 menguat dibanding triwulan sebelumnya.
92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
92
INFLASI Inflasi Global
Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kawasan Euro,
Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Pada akhir
Desember 2015, Kawasan Euro, Amerika Serikat, Inggris,
dan Jepang masing-masing mencatatkan inflasi sebesar
0,4 persen, 0,7 persen, dan 0,2 persen (Tabel 53). Hal ini
menunjukkan bahwa negara-negara maju tengah
mengalami rebound dari perlambatan ekonomi akibat
krisis.
Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY)
September Oktober November Desember
Indonesia 6,83 6,25 4,89 3,35 BRIC
Brazil 9,49 9,93 10,48 10,67
Russia 15,7 15,6 15 12,9
India 5,14 6,32 6,72 6,32 Tiongkok 1,6 1,3 1,5 1,6
ASEAN Singapura -0,6 -0,8 -0,8 -0,6 Malaysia 2,6 2,5 2,6 2,7 Thailand -1,07 -0,77 -0,97 -0,85 Filipina 0,4 0,4 1,1 1,5 Vietnam 0 0 0,34 0,6
Negara Maju Kawasan
Euro -0,1 0,1 0,2 0,4 Amerika
Serikat 0 0,2 0,5 0,7 Inggris -0,1 -0,1 0,1 0,2 Jepang 0 0,3 0,3 0,2
Sumber: Bloomberg, data
Mayoritas emerging market juga mengalami peningkatan
inflasi seperti Brazil, India, Malaysia, Filipina, dan
Vietnam (Tabel 53) seiring dengan pelemahan masing-
masing nilai tukar terhadap USD. Di sisi lain, tren
penurunan harga komoditas dunia tidak terlalu
berpengaruh terhadap inflasi beberapa negara emerging
market ini. Sebaliknya, Indonesia tengah merasakan
dampak positif dari penurunan harga komoditas dunia,
terutama komoditas minyak dunia yang membuat
tingkat inflasi semakin menurun. Tekanan Rupiah
Peningkatan inflasi terjadi pada negara-negara maju selama triwulan IV tahun 2015.
Peningkatan inflasi juga terjadi pada sebagian besar negara emerging market.
93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
93
terhadap USD yang cukup kecil juga merupakan salah
satu pendukung inflasi Indonesia dapat teredam.
Inflasi Domestik
Indonesia mengalami penurunan tingkat inflasi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara
tahunan (YoY). Tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015
tercatat 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Akan tetapi
secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan.
Meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa
wilayah hingga akhir bulan Desember 2015, namun
secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih
terkendali. Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25
persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Pada periode yang
sama secara bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi
masing-masing sebesar -0,08 persen, 0,21 persen, dan
0,96 persen (Tabel 54). Inflasi tahunan pada akhir tahun
2015 merupakan yang terendah sejak Desember tahun
2009.
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015
Persentase (%)
Oktober November Desember
Year-on-Year 6,25 4,89 3,35
Month-to-month -0,08 0,21 0,96
Tahun kalender 2,16 2,37 3,35
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi
terendah pada Desember tahun 2015 dimiliki oleh
komponen inflasi harga diatur Pemerintah, sebesar 0,39
persen yang menurun cukup drastis dibandingkan periode
sebelumnya. Adapun inflasi harga bergejolak dan inflasi
inti mengalami pergerakan yang cukup stabil di akhir
tahun. Berbeda halnya secara tahunan, ketiga komponen
inflasi pada akhir Desember tahun 2015, secara bulanan
(MtM) mengalami peningkatan inflasi dibanding periode
sebelumnya (Tabel 55).
Inflasi bulan Desember 2015 merupakan inflasi tahunan terendah sejak enam tahun terakhir.
Penurunan inflasi tahunan terutama didorong oleh rendahnya tingkat inflasi pada komponen harga diatur pemerintah.
94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
94
Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen
Komponen YoY MtM
Oktober November Desember Oktober November Desember
Inti 5,02 4,77 3,95 0,23 0,09 0,23
Bergejolak 6,95 4,84 4,84 -1,22 0,07 3,53
Diatur pemerintah 9,83 5,61 0,39 0,03 0,05 0,86
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2015 terutama
disumbang oleh komponen inflasi harga bergejolak
dengan sumbangan deflasi sebesar 0,22 persen. Akan
tetapi, pola inflasi ini tidak dapat terlepas dari faktor
seasonal. Mendekati akhir tahun, pada November-
Desember sumbangan inflasi harga bergejolak semakin
meningkat masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,65
persen. Begitu juga dengan sumbangan inflasi harga
diatur pemerintah (Tabel 56). Sementara itu, inflasi inti
berhasil dijaga kestabilannya di akhir tahun.
Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015
Komponen Persentase (%)
Oktober November Desember
UMUM (headline) -0,08 0,21 0,96
Inti 0,13 0,09 0,13
Bergejolak -0,22 0,07 0,65
Diatur Pemerintah 0,01 0,05 0,18
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Rendahnya tingkat inflasi pada akhir tahun 2015 sebesar
3,35 persen terutama disumbang oleh deflasi yang
terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan. Komoditas yang dominan memberikan
sumbangan deflasi antara lain bensin dan solar.
Sebaliknya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau beserta kelompok bahan makanan
menyumbang inflasi tertinggi terutama pada komoditas
beras, rokok kretek filter, dan bawang merah (Tabel 57).
Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan
Kelompok Pengeluaran persentase (%)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
UMUM (headline) 6,96 3,79 4,3 8,38 8,36 3,35
Sesuai pola seasonal, share inflasi harga bergejolak dan diatur pemerintah terhadap inflasi bulanan cenderung meningkat mendekati akhir tahun 2015.
Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbangkan deflasi terhadap pembentukan inflasi tahun 2015.
95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
95
Kelompok Pengeluaran persentase (%)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Transpor, Komunikasi, dan Jasa
Keuangan 0,45 0,34 0,35 2,36 2,35 -0,34
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,23 0,35 0,28 0,26 0,36 0,32
Kesehatan 0,09 0,18 0,12 0,15 0,26 0,24
Sandang 0,45 0,52 0,35 0,04 0,20 0,23
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan
bakar 1,01 0,78 0,8 1,48 1,82 0,85
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau 1,23 0,78 1,09 1,34 1,31 1,07
Bahan Makanan 3,5 0,84 1,31 2,75 2,06 0,98
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM), selama
triwulan IV tahun 2015, terdapat beberapa daerah yang
secara berturut-turut berada di atas inflasi nasional,
yaitu Tangerang, Banjarmasin, Samarinda, dan Mamuju.
Inflasi tahunan tertinggi selama Oktober-November 2015
masing-masing terjadi pada Pontianak (9,79 persen),
Tabalong (8,27 persen), dan Tual (8,58 persen) (Lampiran
1). Sementara itu, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada
Manado dan Merauke. Adapun daerah dengan tingkat
inflasi terendah baik secara tahunan (YoY) maupun
bulanan (MtM) dialami oleh beberapa daerah di
kawasan Barat, antara lain Tanjung Pandan, Pangkal
Pinang, Cirebon, dan Meulaboh.
Nilai Tukar Mata Uang Dunia
Tren penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan
The Fed dan perbaikan data perekonomian Amerika
Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua
mata uang dunia, termasuk Rupiah, baik secara MtM, YtD,
maupun YoY. Tekanan tertinggi secara YtD maupun YoY
dialami oleh Real Brazil dimana penguatan USD terhadap
BRL pada kisaran 45-50 persen (Lampiran 2). Sebaliknya,
pada akhir Desember 2015, USD sempat melemah
terhadap mata uang negara Indonesia, India, Filipina,
kawasan Euro, dan Jepang di tengah respon peningkatan
suku bunga The Fed (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan
bahwa negara-negara tersebut memiliki kondisi ekonomi
Daerah dengan tingkat inflasi di atas tingkat inflasi nasional sebagian besar dialami oleh kabupaten/ kota di Kawasan Timur.
Selama triwulan IV tahun 2015, USD menguat terhadap mayoritas mata uang negara lain.
96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
96
domestik yang cukup kondusif dalam merespon
normalisasi kebijakan Amerika Serikat.
Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)
Sumber: Bank for International Settlements
Secara riil, nilai tukar Rupiah relatif lebih rendah
dibandingkan negara sekawasan lainnya, namun
menunjukkan peningkatan memasuki triwulan IV tahun
2015 (lihat Gambar 19). Pada bulan Desember 2015, nilai
REER Indonesia meningkat menjadi 89,78 dibanding
bulan sebelumnya. Real Effective Exchange Rate
Indonesia berada diatas REER Malaysia yang sebesar
86,4. Pada bulan Desember 2015, nilai REER negara
kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar
116,13, disusul REER Singapura dan Thailand masing-
masing 109,88 dan 100,31.
Pergerakan nilai tukar pada triwulan IV tahun 2015
menunjukkan kondisi positif. Dolar Amerika Serikat (USD)
melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan
triwulan sebelumnya. Rata-rata nilai tukar Rupiah
terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar
Rp13.773,00 per USD dimana pada triwulan III tahun
2015 mencapai Rp14.086 per USD (Lampiran 2).
Indeks Harga Saham
Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama
triwulan IV tahun 2015 mengalami tren pelemahan
saham, khususnya jika dibandingkan awal tahun (YtD)
dan secara tahunan (YoY). Pelemahan indeks saham
20
40
60
80
100
120
140Fe
b-9
5Ju
l-95
Dec
-95
May
-96
Oct
-96
Mar
-97
Au
g-9
7Ja
n-9
8Ju
n-9
8N
ov-
98A
pr-
99
Sep-
99
Feb
-00
Jul-
00D
ec-0
0M
ay-0
1O
ct-0
1M
ar-0
2A
ug-
02
Jan-
03
Jun
-03
No
v-03
Ap
r-0
4Se
p-0
4Fe
b-0
5Ju
l-05
Dec
-05
May
-06
Oct
-06
Mar
-07
Au
g-0
7Ja
n-0
8Ju
n-0
8N
ov-
08A
pr-
09
Sep-
09
Feb
-10
Jul-
10D
ec-1
0M
ay-1
1O
ct-1
1M
ar-1
2A
ug-
12
Jan-
13
Jun
-13
No
v-13
Ap
r-1
4Se
p-1
4Fe
b-1
5Ju
l-15
Dec
-15
Indonesia Thailand Malaysia Filipina Singapura
Nilai tukar riil Rupiah (REER) tergolong lemah dibandingkan mata uang negara sekawasan.
Selama triwulan IV tahun 2015, USD melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Mayoritas indeks saham dunia melemah selama triwulan IV tahun 2015.
97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
97
yang cukup tinggi dialami oleh IHSG, IBOV, STI, dan SETI
(Lampiran 3). Sementara itu, penguatan saham dialami
oleh SSEA dan N225.
Peningkatan suku bunga The Fed yang diumumkan
tertanggal 16 Desember tahun 2015 membuat
pergerakan saham dunia melemah. Indeks saham
Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500) sendiri di posisi akhir
bulan Desember ikut melemah sebesar 1,7 persen dan
1,8 persen. Pada tanggal 31 Desember 2015, Indeks DJIA
dan S&P 500 ditutup pada level 17.425 dan 2.043,9.
Pelemahan bursa Wall Street ini diikuti dengan
pelemahan indeks saham negara maju lainnya dimana
pelemahan tertinggi dialami oleh saham STOXX-50 yang
mencapai 6,8 persen (Lampiran 3). Akan tetapi, hal
berbeda terjadi pada Indonesia sebagai negara emerging
market yang berhasil mempertahankan penguatan
sahamnya (IHSG) sebesar 3,3 persen (MtM).
Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Sentimen negatif dari peningkatan suku bunga The Fed juga berdampak pada pelemahan saham negara maju lainnya.
98 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
98
Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Pada triwulan III tahun 2015, posisi IHSG pada level
4120,5 adalah yang terendah selama tahun 2015, namun
IHSG berhasil menguatkan kembali posisinya selama
triwulan IV tahun 2015 di tengah shock dari ekonomi
global. Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015
sebesar 4.498,2 menguat 8,7 persen dibandingkan
triwulan sebelumnya. Berbeda halnya dengan
pergerakan indeks saham negara-negara ASEAN
(Malaysia, Singapura, dan Thailand), negara maju, dan
negara emerging market lainnya yang cenderung
menurun, Indonesia memperlihatkan pergerakan yang
positif (Gambar 20, 21, dan 22). Penguatan ini terutama
ditopang oleh kondusifnya perekonomian domestik dan
cukup terkendali dengan dikeluarkannya paket kebijakan
Pemerintah.
Indeks Harga Komoditas Internasional
Pada posisi akhir bulan, baik secara MtM, YtD, maupun
YOY, mayoritas komoditas internasional mengalami tren
penurunan harga (Lampiran 4). Akan tetapi, pergerakan
indeks harga komoditas pangan masih lebih stabil
dibandingkan pergerakan indeks harga komoditas
mineral (Gambar 23 dan 24). Komoditas gula adalah satu-
satunya komoditas yang mengalami peningkatan indeks
harga selama Oktober-Desember 2015. Peningkatan
Posisi IHSG pada akhir triwulan IV tahun 2015 menguat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.
Selama triwulan IV tahun 2015, sebagian besar harga komoditas global masih melanjutkan tren penurunan.
99 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
99
tertinggi komoditas gula terjadi pada bulan Oktober
mencapai 19,3 persen (MtM).
Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global
Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global
20
40
60
80
100
120
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Oct
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
EMAS PERAK BRENT OIL TEMBAGA GAS ALAM
Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Pada akhir tahun 2015 komoditas mineral global yang
mengalami penurunan indeks harga tertinggi secara
bulanan (MtM) adalah minyak mentah Brent Oil
mencapai 16,4 persen. Sedangkan emas, gas alam,
tembaga, dan perak mengalami pergerakan indeks harga
yang lebih positif selama triwulan IV tahun 2015
(Lampiran 4). Tren penurunan harga minyak yang terjadi
Komoditas mineral global terutama Brent Oil mengalami penurunan harga yang tajam hingga di bawah USD40/barrel.
100 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
100
sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena melimpahnya
pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang
tidak didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari
negara OPEC. Sementara itu, anjloknya harga juga tidak
didukung oleh peningkatan permintaan global akan
komoditas ini.
Harga Bahan Pokok Nasional
Selama periode Oktober-Desember 2015 mayoritas
komoditas bahan pokok terpilih mengalami peningkatan
harga (Lampiran 5). Pergerakan peningkatan harga yang
cukup tajam terjadi pada komoditas cabai merah
(keriting dan biasa) beserta bawang merah yang
mencapai 16 persen, baik secara YtD maupun YoY selama
triwulan IV tahun 2015. Komoditas beras juga mengalami
tren peningkatan harga namun tipis pada kisaran 6-8
persen (Gambar 25). Peningkatan harga pada komoditas
pertanian merupakan dampak dari El Nino pada periode
sebelumnya. Sementara itu, hanya minyak goreng curah
yang mengalami penurunan harga berkala secara
bulanan (MtM).
Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok
Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah
(2009=100)
Menjelang akhir tahun 2015, harga bahan pokok domestik cenderung meningkat.
101 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
101
Respon Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hingga
akhir tahun 2015 memutuskan untuk mempertahankan
BI rate sebesar 7,5 persen dengan suku bunga Lending
Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit
Facility pada level 5,50 persen. Namun seiring dengan
meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dengan
kenaikan Fed Fund rate pada Desember 2015, Bank
Indonesia memutuskan untuk memangkas BI-rate
sebesar 25 basis poin pada tanggal 13-14 Januari tahun
2016 menjadi 7,25 persen. Keputusan ini didasarkan
pada ruang pelonggaran moneter yang semakin terbuka
dan diharapkan dapat memperkuat pelonggaran
kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib
Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank
Indonesia mengeluarkan paket kebijakan pada
September 2015, Bank Indonesia mengeluarkan lima
paket kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian
inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply
perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah;
(iii) Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv)
Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan
valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan
untuk pendalaman pasar keuangan.
Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon
kebijakan dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah,
yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan
infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan net-
ekspor, kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah
kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu
menerapkan kebijakan fiskal countercyclical.
Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya fundamental
perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk
menarik kembali kepercayaan investor dan membangun
persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow
dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk
manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang
sifatnya produktif. Current Account Deficit (CAD) yang
Paket kebijakan Bank
Indonesia yang dikeluarkan
pada September 2015
diterapkan secara konsisten
Hingga akhir tahun 2015 BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunganya.
Di bidang moneter, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.
102 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
102
sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali
menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan
CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi
didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal
utama perbaikan CAD. Sementara impor dapat
diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama
yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii)
Manajemen ekspektasi penting. Meningkatkan kualitas
komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan
mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa
dilakukan dengan menyampaikan capaian yang sudah
dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait
dengan proyek-proyek besar.
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank
Indonesia akan terus diintensifkan untuk menjaga
stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter
tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi
dan stabilitas sistem keuangan melalui penguatan
bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,
dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap
secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi
menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.
SEKTOR PERBANKAN Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia
74.00
76.00
78.00
80.00
82.00
84.00
86.00
88.00
90.00
92.00
94.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Q1
:20
12
Q2
:20
12
Q3
:20
12
Q4
:20
12
Q1
:20
13
Q2
:20
13
Q3
:20
13
Q4
:20
13
Q1
:20
14
Q2
:20
14
Q3
:20
14
Q4
:20
14
Q1
:20
15
Q2
:20
15
Q3
:20
15
Q4
:20
15
CAR
, N
PL (
pe
rse
n)
LDR CAR NPL
LDR
(per
sen
)
Sumner: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus diintensifkan.
103 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
103
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh
ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan
yang cukup kuat. Rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) kembali mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan
November 2015 adalah sebesar 21,3 persen, meningkat
0,7 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya. Untuk
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)
mengalami penurunan sebesar 0,1 persen (QtQ)
dibanding triwulan sebelumnya menjadi 2,6 persen di
bulan November 2015. Loan to Deposit Ratio (LDR)
kembali mengalami kenaikan sebesar 1,9 persen (QtQ)
pada bulan November 2015 dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya menjadi 90,5 persen.
Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q1
:20
12
Q2
:20
12
Q3
:20
12
Q4
:20
12
Q1
:20
13
Q2
:20
13
Q3
:20
13
Q4
:20
13
Q1
:20
14
Q2
:20
14
Q3
:20
14
Q4
:20
14
Q1
:20
15
Q2
:20
15
Q3
:20
15
Q4
:20
15
DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)
DP
K, K
red
it (
tril
iun
Rp
)
Pe
rtu
mb
uh
an(%
)
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan
tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan
pertumbuhan. DPK pada triwulan IV tahun 2015 tercatat
sebesar Rp4.335 triliun atau tumbuh sebesar 8,0 persen
dibanding tahun lalu (YoY). Pada triwulan IV tahun 2015,
kredit tercatat sebesar Rp4.083 triliun. Jumlah tersebut
mengalami pertumbuhan sebesar 10,1 persen dibanding
tahun sebelumnya (YoY). Rasio kredit terhadap dana
pihak ketiga (LDR) pada triwulan IV tahun 2015 juga
tercatat lebih dari 90,0 persen. Pertumbuhan DPK yang
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat
Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan.
104 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
104
melambat serta rasio LDR yang mencapai lebih dari 90,0
persen akan berimplikasi pada terbatasnya ruang
pertumbuhan kredit yang diberikan perbankan kepada
masyarakat. Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Q1
:20
12
Q2
:20
12
Q3
:20
12
Q4
:20
12
Q1
:20
13
Q2
: 2
01
3
Q3
:20
13
Q4
:20
13
Q1
:20
14
Q2
:20
14
Q3
:20
14
Q4
:20
14
Q1
:20
15
Q2
:20
15
Q3
:20
15
Q4
:20
15
KI (1.6) KMK (1.8) KK (1.10) Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK
KK
, KI,
KM
K (
trili
un
Rp
)
Pe
rtu
mb
uh
an(p
erse
n)
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Kredit Investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi
dibanding Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi pada
triwulan IV tahun 2015. Kredit Investasi tumbuh sebesar
14,6 persen (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya
menjadi Rp1.025 triliun. Kredit Modal Kerja tumbuh
sebesar 8,4 persen (YoY) dibanding tahun sebelumnya
menjadi Rp1.914 triliun. Sedangkan, Kredit Konsumsi
tumbuh sebesar 9,1 persen (YoY) dibanding tahun
sebelumnya menjadi Rp1.143 triliun.
Kredit Investasi mengalami
pertumbuhan paling tinggi
dibanding Kredit Modal
Kerja dan Kredit Konsumsi
105 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
105
Pada triwulan IV tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai
540 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 436,5 triliun. Sektor industri
pengolahan pada triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai 5,04 persen (YoY).
Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan keempat tahun ini
sekitar 839.207 orang dengan jumlah total kunjungan wisman 2015 mencapai 9.729.350 orang.
Pilar Inovasi di Indonesia berada di peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur.
Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi.
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal
ilmiah internasional.
106 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
106
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB
nasional dan industri manufaktur non migas tahun 2009-
2015. Pada tahun 2015, nilai tambah sektor industri
manufaktur non migas pada triwulan IV mencapai Rp540
triliun (Harga Belaku). Secara kumulatif, industri
manufaktur non migas ini mencapai Rp2.097,7 triliun dan
bertumbuh sebesar 5,04 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut menurun jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada tahun 2014. Namun demikian,
kontribusi nilai tambah sektor industri manufaktur non
migas ini menyumbang 18,2 persen dari total
pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2015,
meningkat dari tahun 2014 yang mencapai angka 17,9
persen.
Pada tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp540 triliun dan tumbuh sebesar 5,04 persen (YoY).
107 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
107
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan subsektor
industri manufaktur non migas pada tahun 2015.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri
barang logam, kemudian diikuti dengan industri makanan
dan minuman, dan industri mesin dan perlengkapan yang
masing-masing mampu bertumbuh masing-masing
sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen (YoY).
Tingginya permintaan ekspor dan peningkatan investasi
pada subsektor industri barang logam menyebabkan
subsektor ini mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi.
Namun demikian, tidak semua subsektor mengalami
pertumbuhan yang positif. Melanjutkan tren pada
triwulan III, industri kertas, industri kayu, serta industri
tekstil dan pakaian jadi masih mengalami pertumbuhan
negatif masing-masing sebesar (0,11 persen), (1,84
persen), dan (4,79 persen). Industri tekstil dan pakaian
jadi menjadi satu-satunya subsektor yang selalu
mengalami pertumbuhan negatif sepanjang empat
triwulan di tahun 2015 ini. Belum membaiknya kondisi
ekonomi dari pangsa pasar produk tekstil Indonesia,
seperti Amerika Serikat dan Jepang, serta membanjirnya
produk tekstil impor yang memiliki harga lebih murah
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri barang logam; industri makanan dan minuman (mamin); industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen.
108 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
108
dibandingkan dengan produk lokal menjadi beberapa
penyebab dari mundurnya industri tekstil ini.
Ketidakmampuan hasil industri tekstil dalam negeri
untuk bersaing dengan produk tekstil impor haruslah
menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan agar
segera menghasilkan kebijakan yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut, seperti pemberian insentif
untuk industri hulu, proteksi untuk industri hilir, dan
peninjauan kembali atas penetapan upah minimum
provinsi (UMP).
Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Grafik di atas menunjukkan komposisi pertumbuhan
industri manufaktur non migas pada tahun 2015.
Subsektor industri makanan dan minuman menjadi
subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi
sebesar 46 persen. Menurut Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi),
subsektor industri makanan dan minuman Indonesia
merupakan industri yang paling siap untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Besarnya kontribusi
subsektor ini juga menunjukkan kebenaran pernyataan
tersebut. Selain itu, sudah banyak pengusaha industri
makanan dan minuman yang sudah mengembangkan
usahanya ke negara ASEAN lainnya, seperti Filipina,
Pada tahun 2015, subsektor makanan dan minuman masih menjadi subsektor yang dominan dalam industri pengolahan nonmigas.
109 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
109
Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Namun demikian,
pemerintah dan pengusaha di subsektor ini harus tetap
menjalin kerjasama demi menjaga iklim investasi untuk
menjaga daya saing subsektor industri makanan dan
minuman Indonesia di tingkat ASEAN.
Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Nan
gro
e A
ceh
Dar
uss
alam
Sum
ater
a U
tara
Sum
ater
a B
arat
Ria
u
Kep
ri
Jam
bi
Sum
ater
a Se
lata
n
Ban
gka
Bel
itu
ng
Ben
gkul
u
Ban
ten
DKI
Jak
arta
Bal
i
NTB
NTT
Kal
iman
tan
Bar
at
Kal
iman
tan
Se
lata
n
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kal
iman
tan
Tim
ur
Gor
ont
alo
Sula
wes
i Uta
ra
Sula
wes
i Te
ngga
ra
Sula
wes
i Te
ngah
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Bar
at
Mal
uku
Mal
uku
Uta
ra
Pap
ua
Pap
ua
Bar
at
Lam
pun
g
Jaw
a Ba
rat
Kal
iman
tan
Uta
ra
2016 2015 2014
Sumber: Kementerian Tenaga Kerja 2016, diolah
Pada akhir tahun 2015, pemerintahan Kabinet Indonesia
Kerja mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV,
yang berfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain
formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya bagi
pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal
kerja untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Sejak akhir tahun 2015, penentuan Upah Minimum Provinsi ditentukan lewat formula yang pasti.
110 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
110
Penentuan UMP yang berlangsung tripartit antara buruh,
pengusaha, dan pemerintah yang berlarut-larut dirubah
dengan menggunakan formula. Kebijakan ini merupakan
bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring
pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum
dengan sistem formula. Pemerintah berusaha
memastikan agar buruh tidak terjatuh ke dalam upah
murah. Dengan kebijakan ini upah buruh akan naik
setiap tahun dengan besaran yang terukur sekaligus
mengurangi ketidakpastian kepada pengusaha dalam
berusaha.
Formula penentuan UMP yang baru adalah UMP tahun
berjalan ditambah penyesuaian sebesar kenaikan harga
secara umum (inflasi) dan laju pertumbuhan ekonomi.
Memasuki tahun 2016, seluruh 31 provinsi telah
menetapkan UMP tahun 2016 dengan formula tersebut,
sebanyak 30 provinsi telah menetapkan dengan rerata
tidak tertimbang (simple average) sebesar 11,6 persen.
Tingkat UMP tertinggi di Indonesia adalah di DKI Jakarta
yang mencapai Rp3.100.000,00, meningkat 14,8 persen
dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 33. Ekspor Produk Industri
25.434
[VALUE]-20,00
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2014 2015
Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)
Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
UMP tertinggi di Indonesia adalah DKI Jakarta yang mencapai Rp3.100.000 per bulan.
111 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
111
Grafik di atas menunjukkan nilai dan pertumbuhan
ekspor Indonesia dari triwulan pertama pada tahun 2014
hingga triwulan keempat tahun 2015. Nilai ekspor
produk industri pada triwulan IV 2015 mencapai
USD25,4 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah 13,72
persen dari Triwulan IV pada tahun 2014 (YoY). Salah
satu hal yang menyebabkan penurunan ekspor Indonesia
ini adalah menurunnya permintaan dari pasar utama
produk ekspor Indonesia, seperti Jepang, Eropa, dan
Tiongkok. Penurunan ekspor industri yang sudah
berlangsung selama lima kuartal berturut-turut haruslah
menjadi hal yang mendapatkan perhatian serius bagi
para pemangku kebijakan untuk segera mengeluarkan
kebijakan khusus yang mampu untuk meningkatkan nilai
ekspor Indonesia di tengah kondisi perekonomian global
yang belum pulih sepenuhnya. Selain itu, pemerintah
juga dapat menyiapkan alternatif kebijakan lainnya
untuk mendukung penyerapan produk industri, yakni
dengan cara memperkuat pasar domestik untuk
mengkonsumsi hasil industri Indonesia.
Data Penjualan Komoditas Industri Utama
Penjualan mobil di Indonesia dianggap sebagai indikator yang mampu menggambarkan
daya beli masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan penjualan motor mampu
mencerminkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam menggambarkan
tingkat pembangunan di Indonesia, penjualan semen dianggap sebagai indikator yang
sesuai. Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015
Sumber: GAIKINDO 2015, diolah
Nilai ekspor produk industri Indonesia tahun 2015 mencapai USD25,4 miliar.
112 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
112
Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan mobil setiap
triwulannya sekaligus pertumbuhannya secara tahunan
dari tahun 2013 hingga 2015. Penjualan mobil selama
Triwulan IV mencapai angka 248.610 unit atau turun
sebesar 9,7 persen dibandingkan dengan penjualan pada
Triwulan IV tahun 2014. Meskipun tren penurunan masih
berlanjut, namun besarnya penurunan pada Triwulan IV
ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan
penjualan pada Triwulan III yang mencapai 17 persen.
Hal ini menunjukkan jika telah terjadi peningkatan
penjualan mobil di Indonesia pada Triwulan IV tahun
2015 ini.
Secara kumulatif, penjualan mobil di Indonesia pada
tahun 2015 (Januari-Desember) mencapai angka
1.013.293 unit atau turun sebesar 16,0 persen jika
dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014
lalu. Penurunan penjualan yang memang sudah
diprediksi sejak awal ini dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi Indonesia yang memang mengalami
perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi ini menyebabkan penurunan
pendapatan masyarakat yang menyebabkan masyarakat
menunda pembelian mobil mereka. Selain itu,
perlambatan ekonomi Indonesia juga menyebabkan
bank menjadi lebih selektif dalam memberikan leasing
kepada konsumen untuk menghindari kredit macet.
Depresiasi rupiah yang terjadi juga semakin memberikan
efek negatif terhadap penjualan mobil akibat kenaikan
harga beberapa tipe mobil untuk mengimbangi kenaikan
harga komponen mobil yang harus di impor. Penurunan
daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi faktor
utama turunnya penjualan mobil.
Penjualan mobil di Triwulan IV tahun 2015 ini mencapai 248.610 unit atau turun sebesar 9,7 persen dibandingkan Triwulan IV tahun 2015.
Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 1.013.293 unit atau turun sebesar 16 persen jika dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014.
113 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
113
Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015
Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah
Grafik di atas menggambarkan siklus penjualan motor
setiap triwulannya dan juga pertumbuhannya dari tahun
2013 hingga 2015. Angka penjualan motor pada Triwulan
IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami
penurunan sebesar 8,57 persen dibandingkan dengan
penjualan motor pada triwulan yang sama di tahun 2014.
Sama seperti penjualan mobil, besarnya pertumbuhan
penjualan motor para Triwulan IV ini juga semakin positif
dibandingkan dengan Triwulan III tahun 2015 yang
mengalami penurunan sebesar 11 persen (YoY).
Secara kumulatif, penjualan motor di Indonesia pada
tahun 2015 hanya mencapai 6,48 juta unit atau
mengalami penurunan sebesar 18 persen jika
dibandingkan dengan penjualan tahun 2014 yang mampu
mencapai 7,8 juta unit. Pelemahan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menjadi dasar dari
penyebab penurunan penjualan motor ini. Akibat dari
lemahnya perekonomian Indonesia, masyarakat menjadi
ragu-ragu untuk melakukan pembelian motor. Keragu-
raguan tersebut disebabkan oleh ketidakpastian nasib
karyawan terhadap PHK yang mungkin akan terjadi akibat
menurunnya kinerja sektor manufaktur di Indonesia.
Selain itu, kenaikan harga bahan pokok yang terjadi di
Penjualan motor pada Triwulan IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami penurunan sebesar 8,57 persen (YoY)
Penjualan motor 2015 tercatat mencapai 6,48 juta unit. Turun 1,32 juta dari tahun 2014
114 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
114
luar Pulau Jawa juga semakin menambah tekanan
terhadap penjualan motor tahun 2015 ini.
Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah
Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan semen di
Indonesia setiap bulannya dari tahun 2013 hingga 2015.
Penjualan semen pada Triwulan IV tahun 2015
merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014. Pada
Triwulan IV tahun 2015 ini, penjualan semen mencapai
7.756 juta ton atau meningkat sebesar 7,1 persen
dibandingkan Triwulan IV tahun 2014 lalu. Hal ini
disebabkan banyaknya realisasi pembangunan proyek
infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah yang sudah
dimulai sejak akhir Triwulan III lalu.
Secara kumulatif, penjualan semen di Indonesia pada
tahun 2015 mencapai 26.012 juta ton. Jumlah tersebut
mengalami penurunan sebesar 1,3 persen dibandingkan
dengan penjualan pada tahun 2014. Penurunan tersebut
dapat dikatakan kenyataan yang cukup baik, mengingat
penurunan sektor lain, seperti mobil dan motor, yang
cukup besar. Penurunan penjualan semen tersebut
berasal dari penurunan penjualan semen pada triwulan I
hingga Triwulan III di tahun 2015. Penurunan pada
triwulan pertama dan kedua tahun 2015 tersebut
Penjualan semen di Indonesia pada triwulan IV 2015 merupakan yang tertinggi diantara triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014
Penjualan semen tahun 2015 menurun 1,3% dari tahun 2014
115 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
115
disebabkan masih sedikitnya realisasi proyek
pemerintah, curah hujan yang tinggi di awal tahun yang
menyebabkan penundaan proyek, serta perlambatan
ekonomi global. Memasuki Triwulan IV 2015, penjualan
semen Indonesia meningkat dengan pesat. Hal ini
disebabkan peningkatan realisasi proyek pemerintah
yang dimulai sejak memasuki Triwulan IV ini mampu
meningkatkan penjualan semen pada triwulan IV tahun
2015 ini.
Tenaga Kerja Industri
Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)
Sumber: BPS 2015, diolah
Jumlah tenaga kerja industri bulan Agustus 2015 adalah
sejumlah 15,25 juta tenaga kerja, relatif tidak berubah jika
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun
sebelumnya. Di tengah lesunya perekonomian dunia yang
ditunjukkan dengan turunnya jumlah penanaman modal
asing dan melemahnya perekonomian negara-negara
partner dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat,
Tiongkok, dan Singapura, penambahan jumlah tenaga
kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit.
Perkembangan yang menjanjikan adalah mulai tahun
2015, pemerintah Kabinet Indonesia Kerja telah
mengeluarkan sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I sd
terakhir Jilid IX berupaya untuk mendorong pertumbuhan
Tenaga kerja sektor industri tahun 2015 relatif tidak berubah dari tahun 2014
116 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
116
ekonomi melalui sejumlah kebijakan deregulasi,
debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha, serta
kebijakan lain untuk mendorong industri nasional, seperti
kebijakan kemudahan pembiayaan ekspor, penetapan
harga gas untuk bahan baku industri, perizinan
perdagangan, hingga mencakup penentuan harga upah
minimum.
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri
Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah
Grafik di atas menggambarkan jumlah pinjaman modal
kerja dan investasi dalam mata uang rupiah dan valuta
asing lainnya dari perbankan untuk sektor industri dan
juga menggambarkan suku bunga kredit untuk modal
kerja dan investasi pada sektor industri. Nilai
outstanding loan untuk modal kerja pada triwulan IV
naik menjadi Rp528 triliun atau tumbuh sebesar 1,4
persen dibanding kuartal tiga. Nilai outstanding loan
untuk modal kerja sepanjang tahun 2015 tumbuh
sebesar 11,5 persen dari tahun 2014. Sedangkan nilai
outstanding loan untuk modal investasi pada triwulan IV
menjadi Rp219 triliun atau tumbuh sebesar 3,4 persen
dari kuartal sebelumnya. Nilai outstanding loan untuk
Penurunan suku bunga diharapkan mampu menjadi stimulus bagi sektor perindustrian dalam menjalankan operasional perusahaan dan meningkatkan investasi di tengah lemahnya perekonomian.
117 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
117
modal investasi sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar
21,6 persen dari tahun sebelumnya. Tren penurunan
bunga kredit untuk modal kerja dan investasi juga masih
berlanjut di Triwulan IV 2015 ini. Bunga kredit modal
kerja dan investasi adalah sebesar 12,82 persen dan
12,77 persen. Penurunan suku bunga tersebut
diharapkan mampu untuk memicu sektor industri untuk
melakukan kegiatan operasional dan menambah
investasi di tengah kondisi perekonomian yang masih
melemah.
Rencana Pembangunan Industri 2015-2019
Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan agar lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dengan sasaran proporsi industri manufaktur mencapai 21,6 persen pada tahun 2019. Untuk mencapai sasaran tersebut, jumlah industri berskala menengah dan besar ditargetkan untuk meningkat sebesar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke depan.
Secara singkat, arah kebijakan pembangunan industri dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau
Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM;
2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha; dan
3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja).
Dalam RPJMN 2015-2019, disebutkan untuk pemerataan
pembangunan pemerintah akan mengembangkan
pusat-pusat pertumbuhan, seperti Kawasan Industri
dan Kawasan Ekonomi Khusus, terutama di luar Pulau
Jawa. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan
dibangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa
yang menjadi unggulan. Pembangunan kawasan ini
diutamakan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan
menciptakan banyak kesempatan kerja.
Dalam RPJMN, proporsi sektor industri ditargetkan mencapai 21,6 persen dari PDB pada 2019.
Upaya pemerataan pembangunan industri dilakukan dengan pembangunan 14 kawasan industri di luar Pulau jawa.
118 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
118
Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019
Sumber: RPJMN 2015-2019, diolah
PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA
Faktor yang mempengaruhi jumlah perjalanan wisatawan
dunia, seperti faktor ekonomi, kekerasan, serangan
teroris, dan memanasnya situasi pencari suaka selama
tahun 2015 membuat pasar pariwisata dunia mengalami
tekanan. Industri pariwisata berpotensi kehilangan calon
wisatawan - yang membatalkan niat perjalanannya -
karena situasi global yang tidak kondusif. Namun,
sepanjang tahun 2015 statistik diluar dugaan
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data
World Travel Monitor, sepanjang delapan bulan pertama
2015 menunjukkan peningkatan jumlah perjalanan luar
negeri dunia tumbuh 4,5 persen.
Kondisi ekonomi global yang mencerminkan dayabeli
masyarakat dunia selama tahun 2015 sedikit menurun
tumbuh hanya 2,4 persen, tetapi ekonomi global diprediksi
akan meningkat kembali pada 2016. Menurut World Bank,
pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan tumbuh sebesar
Situasi global yang tidak kondusif tidak mempengaruhi perjalanan wisatawan dunia tahun 2015.
Dayabeli masyarakat dunia tahun 2016 diperkirakan tumbuh.
119 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
119
2,9 persen. Hal ini tentu menjadi pendorong pariwisata
dunia dari sisi permintaan.
Menurut World Tourism Organization (UNWTO) jumlah
wisatawan asing selama delapan bulan pertama 2015
meningkat 4 persen menjadi 810 juta wisatawan outbound
di seluruh dunia. Sementara World Travel Monitor (IPK
International) menyebutkan selama tahun 2015 ada total
1.024 juta perjalanan luar negeri yang menyumbang 1.200
kedatangan wisatawan di dunia (dengan rerata perjalanan
luar negeri wisatawan mengunjungi 1,2 negara per
perjalanan).
Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri
2012 2013 2014
2015 (8 bulan)
Perjalanan ke Luar Negeri (trip) +4% +4% +5% +4.5%
Perjalanan ke Luar Negeri (malam) +2% +4% +3% +3%
Pengeluaran Perjalanan ke Luar Negeri (malam)
+9% +1% +2% +4%
Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International Jumlah perjalanan luar negeri yang tercatat di tahun 2015,
didorong oleh wisatawan mancanegara asal Asia Pasifik
(tumbuh 5 persen), Amerika Utara (+5 persen), Amerika
Latin (+ 4 persen), Eropa (+4,5 persen). Jumlah perjalanan
luar negeri yang mengalami peningkatan paling besar
adalah Timur Tengah (tumbuh 9 persen), sedangkan Afrika
mengalami penurunan sebesar 6 persen. Amerika Utara
dan Eropa di luar perkiraan mampu tumbuh dengan
tingkat yang meyakinkan, ditengah rendahnya
pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik dan
serangan terorisme yang memanas.
Sedangkan untuk tahun 2016, di tengah optimisme
membaiknya ekonomi dunia dengan masih
mempertimbangkan berlarutnya masalah terorisme dunia
dan pencarian suaka di Eropa, kecenderungan wisatawan
mancanegara akan mencari destinasi wisata yang relatif
lebih aman. Pertumbuhan jumlah perjalanan ke Asia dan
Amerika Utara diprediksi masih akan tumbuh tinggi
dengan masing-masing tumbuh sebesar 6 dan 5 persen.
Sementara Eropa, faktor rendahnya prediksi pertumbuhan
ekonomi regional membuat prediksi tumbuh sekitar 3
persen ditahun 2016.
Tahun 2015 terdapat 1.200 kedatangan wisatawan di dunia.
Pertumbuhan perjalanan luar negeri paling besar tahun 2015 dilakukan oleh wisatawan asal Timur Tengah.
Perjalanan wisatawan ke Asia dan Amerika Utara diprediksi tumbuh tinggi tahun 2016.
120 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
120
Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen)
Sumber: World Travel Monitor Projection, IPK International
Beberapa kota-metropolitan tujuan utama wisatawan
dunia adalah Paris dengan jumlah 18,8 juta wisatawan,
New York (18,5 juta), London (16,1 juta), Bangkok (14,6
juta), Barcelona (12,4 juta), dan Singapura (10,6 juta).
Negara penyumbang perjalanan ke luar negeri (outbound)
utama di dunia berturut-turut adalah Jerman, Amerika
Serikat, dan Inggris; sementara dari sisi penyumbang
pengeluaran perjalanan ke luar negeri adalah Amerika
Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Jerman.
Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri
Peringkat Total Perjalanan Ke Luar Negeri (trip) Total Pengeluaran Perjalanan Ke
Luar Negeri (pengeluaran)
1 Jerman Amerika Serikat
2 Amerika Serikat Republik Rakyat Tiongkok
3 Inggris Jerman
4 Republik Rakyat Tiongkok Inggris
5 Perancis Jepang
6 Kanada Kanada
Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International
Jerman merupakan negara penyumbang perjalanan ke luar negeri terbanyak tahun 2015.
121 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
121
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL
Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015
Sumber: UNWTO 2015, diolah
Walaupun pertumbuhan ekonomi di kawasan ini relatif
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
namun sepanjang tahun 2015, Asia Pasifik merupakan
salah satu kawasan yang memiliki angka pertumbuhan
yang tertinggi dibandingkan kawasan lain di dunia dengan
pertumbuhan sebesar 5 persen. Di Asia tenggara,
sepanjang 2015 Indonesia menyerap total 9.729.350 juta
wisatawan mancanegara, terbesar keempat dibawah
Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selama tahun 2015,
Indonesia tumbuh hanya 2,9 persen. Total wisatawan
mancanegara yang masuk ke kawasan Asia Tenggara
mencapai lebih dari 100 juta wisman, nilai ini meningkat
dari hanya 96,7 juta wisman pada tahun 2014.
Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan)
Sumber: CEIC 2015, diolah Keterangan: *) Annualized number; Data tersedia hingga November 2015 **) Annualized number; Data tersedia hingga Oktober 2015
Terjadi peningkatan total kunjungan wisman ke kawasan Asia Tenggara tahun 2015
122 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
122
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA Jumlah Wisatawan Mancanegara
Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Pada triwulan IV tahun 2015, menunjukkan bahwa
jumlah kunjungan wisman sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah wisman di periode yang
sama tahun sebelumnya. Jumlah wisman dari bulan
September hingga November 2015 secara gradual
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan
jumlah kunjungan wisman tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: (1) buka-tutup bandara
Ngurah Rai, Selaparang, dan Blimbingsari akibat
frekuensi letusan Gunung Rinjani yang cukup tinggi, (2)
kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau dan
Pontianak yang ditetapkan menjadi bencana nasional, (3)
teror Paris yang menyebabkan turunnya kunjungan
wisman yang asal Eropa, dan (4) abrasi pesisir pantai
selatan yang berada di daerah Bantul.
Meskipun sempat terjadi penurunan, rata-rata
kunjungan wisman per bulan selama Triwulan IV tahun
2015 berjumlah 839.333 orang dan jumlah total
kunjungan wisman tahun 2015 mencapai 9.729.350
orang, angka ini meningkat 2,9 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada bulan Desember terjadi
peningkatan yang sangat signifikan, salah satunya,
karena faktor libur panjang (high season). Hingga akhir
913,828
650,000
700,000
750,000
800,000
850,000
900,000
950,000
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Jumlah Wisman Tahun 2015 Jumlah Wisman Tahun 2014
Terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman yang cukup signifikan dari bulan September 2015 hingga bulan November 2015.
Peningkatan yang sangat signifikan terjadi di bulan Desember 2015 meskipun sempat menurun di tiga bulan sebelumnya.
123 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
123
tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang
mengunjungi Indonesia cenderung mengalami
peningkatan.
Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Sampai Triwulan IV tahun 2015, wisman yang paling
banyak mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk
utama adalah wisatawan berkebangsaan Singapura
sebanyak 1.519.430 orang. Selain wisatawan
berkebangsaan Singapura, terdapat tujuh kebangsaan
lainnya yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu
Malaysia, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan,
India, dan Inggris dengan jumlah wisatawan berturut-
turut sebanyak 1.200.202, 1.121.066, 1.035.325,
492.077, 338.671, 271.252, dan 269.798 orang. Hingga
akhir tahun 2015, terdapat 174 negara yang menerima
bebas visa sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Terlepas kondisi
memburuknya hubungan diplomasi pasca hukuman
mati terhadap bandar narkoba, upaya perbaikan yang
dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki
hubungan diplomasi dengan beberapa negara di dunia
berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke
Indonesia.
Wisman dari Singapura masih menempati posisi pertama dalam hal kunjungan ke Indonesia hingga akhir tahun 2015.
124 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
124
Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Wisman masuk Indonesia melalui 19 pintu masuk utama,
antara lain: Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam
(Kepulauan Riau), Tanjung Uban (Kepulauan Riau), dan
Juanda (Jawa Timur), dengan jumlah kedatangan
terbanyak adalah melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah
wisman yang masuk melalui Ngurah Rai, Soekarno-Hatta,
Batam, dan Juanda-Jatim tidak mengalami pertumbuhan
yang signifikan pada bulan November 2015 dibandingkan
Oktober 2015 khususnya di Ngurah Rai karena faktor
Gunung Rinjani. Namun pada bulan Desember 2015,
kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai
kembali meningkat sangat signifikan. Wisatawan terus
membanjiri objek-objek wisata yang ada di Gumi Keris
Badung dan meningkatnya kunjungan wisatawan ke
Badung dikarenakan banyaknya destinasi wisata di Pulau
Dewata yang menarik untuk dikunjungi. Dinas Provinsi
Bali terus membangun dan mengembangkan obyek-
obyek wisata baru maupun eksisting. Adapun tiga
destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah
Pantai Pandawa, Kutuh, dan Kuta Selatan. Objek wisata
yang dikelola pihak swasta adalah Garuda Wisnu Kencana
(GWK) dan waterboom. Selain itu juga ada objek wisata
Uluwatu, Taman Ayun, Sangeh, Pantai Kuta dan sejumlah
objek wisata lainnya di Badung yang tak pernah sepi dari
wisatawan.
Kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai meningkat pesat di akhir tahun 2015.
125 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
125
Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA
10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Pemerintah menargetkan kedatangan wisman ke
Indonesia tahun 2019 sebanyak 20 juta wisatawan.
Untuk dapat mencapai target tersebut, Pemerintah
melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015
menetapkan kebijakan perkuatan dengan target
jumlah wiswan sebanyak 11,2 juta wisatawan yaitu
melalui (i) pengembangan kawasan ekowisata maritim
dengan pembangunan 4 titik labuh yacht, (ii)
pengembangan ekowisata sungai di Kalimantan
dengan 2 dermaga, dan (iii) pengembangan 10 lokasi
kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor
pariwisata. Selama tahun 2015, Kementerian
Pariwisata memiliki fokus yang sangat besar terhadap
pemasaran (promosi) ke beberapa negara untuk dapat
mendatangkan wisman sebanyak mungkin. Promosi
pariwisata difokuskan pada tiga hal, yakni branding,
advertising, dan selling. Branding 'Wonderful Indonesia'.
Promosi tersebut dilakukan ke tiga pasar utama, yakni
Asean, Asia Pasifik (non-Asean), serta Eropa, Timur
Tengah, dan Afrika (EMEA). Upaya yang dilakukan
Pemerintah tersebut dapat dibilang berhasil karena
peningkatan kedatangan wisman ke Indonesia yang
signifikan tahun 2015.
Promosi pariwisata besar-besaran dilakukan tahun 2015 dengan target jumlah wisman sebanyak 11,2 juta.
126 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
126
Selain pengembangan destinasi dan pemasaran
pariwisata, salah satu sasaran kepariwisataan 2015
adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan
tinggi pariwisata yang ditandai dengan jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar
kerja bidang pariwisata sebesar 1.490 orang. Hingga saat
ini, terdapat empat perguruan tinggi kepariwisataan
yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata
yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Sekolah Tinggi
Pariwisata Denpasar, Akademi Pariwisata Makassar
(berubah status menjadi Politeknik Negeri Makassar
pada tanggal 28 September 2015), dan Akademi
Pariwisata Medan. Pada tahun 2015, jumlah lulusan
keempat perguruan tinggi mencapai lebih dari 1.500
orang dan langsung terserap di pasar kerja bidang
pariwisata. Melihat tingginya kebutuhan industri
pariwisata akan lulusan sumber daya manusia (SDM)
bidang pariwisata, Pemerintah terus berupaya
meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan tinggi
kepariwisataan nasional.
Pada triwulan IV 2015, Menko Maritim mengadakan
Rapat Koordinasi dengan Menteri Pariwisata, Menteri
Perhubungan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan
Menteri PU&PERA. Dalam rapat tersebut diputuskan
bahwa pembangunan sektor pariwisata – khususnya
pengembangan destinasi – difokuskan pada sepuluh
destinasi prioritas yang akan dibangun dan
dikembangkan bersama antar instansi pemerintah.
Sepuluh destinasi prioritas akan akan dikembangkan
adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut
Kebutuhan akan SDM bidang pariwisata sangat tinggi.
Tahun 2015 ditetapkan sepuluh destinasi prioritas yang akan dibangun hingga tahun 2019.
127 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
127
Gambar 41. 10 Destinasi Wisata Prioritas 2015-2019
PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA
Perkembangan iptek negara-negara di dunia secara
umum dapat dilihat dalam Global Competitiveness Index
(GCI) yang dikeluarkan setiap tahun oleh World Economic
Forum, yang direpresentasikan oleh dua pilar yakni
‘Technology Readiness’ dan ‘Innovation’. Berikut ini
pencapaian Indonesia untuk kedua pilar tersebut
menurut GCI report tahun 2012-2015.
Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015
Global Competitiveness Index
Score
Ranks
2012 2013 2014 2015
2012 2013 2014 2015
9th pillar: Technological Readiness
3,6 3,7 3,6 3,5
85 75 77 85
Availability of latest technologies
4,9 5,1 5,2 4,8
72 60 53 66 Firm-level technology absorption
4,9 5,1 5,1 5,1
56 46 42 41
FDI and technology transfer
4,8 5 4,9 4,6
61 39 40 54 Individuals using internet (%)
18 15,4 15,8 17,1
100 113 112 113
Broadband internet subscriptions/100 pop
1,1 1,2 1,3 1,2
99 105 101 106
International Internet bandwith, kbps per user
7,2 17,2 10,1 6,2
94 74 100 111
Mobile broadband subscriptions/100 pop
22,2 31,9 31,6 34,7
43 53 65 76
12th Pillar: Innovation
3,6 3,8 3,9 3,9
39 33 31 30
Capacity for Innovation
3,9 4,4 4,8 4,7
30 24 22 30 Quality of Scientific Research Institutions
3,9 4,1 4,3 4,3
56 46 41 41
Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2012-2015 untuk pilar ‘Ínnovation’ dan ‘Technology Readiness’ sebagai representasi perkembangan iptek mengalami kenaikan peringkat
128 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
128
Global Competitiveness Index
Score
Ranks
2012 2013 2014 2015
2012 2013 2014 2015
Company Spending on R&D
3,9 4,1 4,0 4,2
25 23 24 24 University-Industry Collaboration in R&D
4,2 4,5 4,5 4,5
40 30 30 30
Gov't Procurement of Advanced Tech Products
4,0 4,1 4,2 4,2
29 25 13 13
Availability of Scientist and Engineers
4,3 4,5 4,6 4,6
51 40 31 34 PCT patents, applications/million pop
0,1 0,1 0,1 0,1
101 103 106 102
Source: GCI, World Economic Forum, 2012-2015
Hingga tahun 2015, berdasarkan data di atas sektor iptek
mengalami perkembangan yang cukup berarti—
terutama pada sisi peningkatan kemampuan inovasi.
Pilar Inovasi di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang cukup baik dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut
ditunjukkan dalam peningkatan nilai index Inovasi secara
kontinyu dari tahun 2012 ke tahun 2015 dan juga
ditunjukkan oleh membaiknya peringkat Indonesia—dari
peringkat 39 tahun 2012 menjadi peringkat 30 tahun
2015 untuk 144 negara yang diukur. Jika ditelaah lebih
lanjut lagi, lima dari tujuh sub-elemen inovasi yang
diteliti juga sedikit mengalami peningkatan yakni sub-
elemen kualitas lembaga penelitian, jumlah pengeluaran
penelitian, kolaborasi antar institusi, pengadaan dan
jumlah peneliti.
Pengadaan untuk barang berteknologi tinggi di
pemerintah menjadi sub-elemen yang memiliki peringkat
yang paling baik—peringkat ke 13 untuk tahun 2015 dari
sebelumnya peringkat 29 pada tahun 2012. Hal ini dapat
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia
dalam mengidentifikasi pengungkit berkembangnya
sektor iptek di Indonesia. Adapun demikian, dua sub-
elemen lain yang kurang mengalami perkembangan yang
baik adalah kapasitas inovasi dan persentase paten.
Persentase paten khususnya harus menjadi perhatian
bagi pemerintah Indonesia karena sub-elemen ini
merupakan sub-elemen dengan peringkat yang paling
rendah dari sisi inovasi—peringkat ke 102 dari 144
negara.
Pilar ke-9 yaitu “Kesiapan Teknologi” tidak mengalamai
perkembangan yang cukup berarti, tidak hanya di tahun
2015 saja tetapi selama lima tahun terakhir. Hal ini
Berdasakan GCI report, perkembangan sector iptek Indonesia berkembang dengan signifikan
Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Inovasi’ kurang baik
Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Kesiapan Teknologi’ cenderung menurun dalam lima tahun terakhir
129 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
129
membuktikan bahwa perkembangan iptek di Indonesia
salah satunya terkendala dengan kesiapan teknologi di
Indonesia, yang mayoritas banyak bergantung kepada
perkembangan infrastruktur secara keseluruhan di
Indonesia. Dari tujuh sub-elemen pilar kesiapan
teknologi, hanya satu yang menunjukkan perkembangan
yang baik, yaitu sub-elemen penyerapan teknologi di
level perusahaan. Sub-elemen ketersediaan bandwith
juga menjadi salah satu sub-elemen yang
perkembangannya cenderung menurun dan
mengkhawatirkan. Di tengah berkembangnya sektor
teknologi informasi yang sangat pesat dan kemungkinan
besar akan terus berlanjut di masa depan, hal ini menjadi
faktor yang diselesaikan oleh pemerintah Indonesia guna
mendorong tumbuhnya inovasi dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015
Dalam bidang sumber daya alam, Pemerintah telah
melakukan kegiatan pengembangan kebun raya daerah
sebagai pusat konservasi ex-situ, eksplorasi biota (flora,
fauna, dan mikroba), dan pengelolaan koleksi spesimen
ilmiah untuk mengungkapkan potensi kemanfaatan
sumber daya alam Indonesia. Peta persebaran kebun
raya di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia
Sumber: LIPI
Pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat konservasi ex-situ.
130 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
130
Pengembangan kebun raya tersebut memiliki tujuan
untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan di
bidang biologi yang difokuskan untuk melakukan
kegiatan eksplorasi dalam upaya menemukan jenis
baru flora, fauna dan mikroba. Dengan dilakukan
penggalian potensi keanekaragaman hayati sampai
tingkat molekuler, sehingga dapat mempercepat
program konservasi dan pemanfaatannya secara
berkelanjutan. Hasil litbang bidang biologi spesies dan
catatan baru yang menjadi salah satu output kegiatan di
kebun raya dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru
Sumber: LIPI, 2015
Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun
Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi. Kebun
raya yang dikelola oleh LIPI berjumlah 5 kebun raya dan
kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah berjumlah
22 kebun raya. Untuk Kebun Raya Daerah, 16 kebun raya
sedang dalam tahap pembangunan dan 6 kebun raya
baru dalam tahap perencanaan (masterplan sudah
diselesaikan, namun belum memasuki tahap
pembangunan). Pada tahun 2015, penyusunan
masterplan KR Gorontalo dan KR Wakatobi telah
dilakukan. Dua dari 22 Kebun Raya Daerah telah dibuka
untuk publik yaitu KR Massenrempulu Enrekang (Juni
2013) dan KR Balikpapan (Agustus 2014). Direncanakan
dalam 5 tahun ke depan (2015-2019), setidaknya 1 Kebun
Raya Daerah dapat dibuka untuk publik dan 2 Kebun
Raya Daerah yang baru dapat diinisiasi per tahun.
Pada RPJMN tahun 2015-2019, Kementerian Pekerjaan
Umum menetapkan 12 Kebun Raya di Indonesia yang
termasuk dalam kawasan perkotaan, yaitu: 5 kebun raya
yang dikelola LIPI dan 7 kebun raya yang dikelola
Pemerintah Daerah (Atmawidjaja et al., 2014), sedangkan
15 kebun raya yang lain termasuk dalam kawasan non
Jenis 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah spesies/jenis baru 34 63 51 32 61
Jumlah catatan baru 34 55 38 18 31
Pengembangan kebun raya untuk peningkatan litbang di bidang biologi agar dapat mempercepat program konservasi
Persebaran Kebun Raya di Indonesia sudah mencapai 20 provinsi.
Telah ditetapkan 12 kebun raya di Indonesia yang termasuk dalam kawasan perkotaan dalam RPJMN 2015-2019...
131 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
131
perkotaan. Roadmap pembangunan 15 kebun raya non
perkotaan tahun 2015-2019 yang mencakup tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan disusun
sebagai dasar pemrograman pembangunannya dalam 5
(lima) tahun ke depan.
Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan berkaitan dengan lokasi dan nilai strategis
kawasan. Berkaitan dengan lokasi, lahan yang
dimanfaatkan untuk kebun raya harus sesuai dengan
rencana pola ruang dengan fungsi utama apakah sebagai
kawasan lindung atau kawasan budidaya dengan
peruntukan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RTRW
provinsi/kabupaten/kota. Sementara berdasarkan nilai
strategis kawasan, tingkat kepentingan dan prioritas
pembangunan kebun raya oleh pemerintah daerah dapat
ditunjukkan apakah kebun raya ditetapkan sebagai
kawasan strategis atau tidak. Berikut ini beberapa contoh
kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah antara lain
yang memiliki perkembangan cukup baik Antara lain di
Katingan (Kalimantan Tengah), Kuningan (Jawa Barat),
Enrekang (Sulawesi Selatan), dan Samosir (Sumatera
Utara):
Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang
NAMA KEBUN RAYA KATINGAN KUNINGAN MASSENREMPULU SAMOSIR
Lokasi Kabupaten Katingan Kuningan Enrekang Samosir
provinsi Kalimantan Tengah
Jawa Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara
Pengelola Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Status RTRW
Kabupaten Surat Persetujuan Substansi Menteri PU No. HK.01 03-Dr/21
Perda No. 26 Tahun 2011
Perda No. 14 Tahun 2011
-
Provinsi Surat Persetujuan Menteri PU surat No. HK .01.03-Mn/13
Perda No. 22 Tahun 2010
Perda No.9 Tahun 2009
Surat Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103-Dr/516
Nilai Strategis Kebun Raya dalam RTRW
Kabupaten KSK Lingkungan Hidup
KSK Lingkungan Hidup
- Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103- Dr/516
Provinsi - - KSP Lingkungan KSK Lingkungan
Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan RTRW.
132 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
132
NAMA KEBUN RAYA KATINGAN KUNINGAN MASSENREMPULU SAMOSIR
Hidup Hidup
Arahan Fungsi dan Peruntukan dalam RTRW
Kabupaten Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan budidaya lain
Kawasan Lindung: Kawasan perlindungan alam plasma nutfah ex-situ Kawasan Budidaya: kawasan pariwisata alam
Kawasan Lindung: Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan pariwisata alam
-
Provinsi - - Kawasan Budidaya: Kawasan pariwisata TWA
Kawasan Lindung: Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Sumber: Roadmap Kebun Raya 2015-2019, LIPI
Indeks Kutipan Karya Ilmiah
Untuk melakukan analisis terhadap kualitas dan
kuantitas karya ilmiah dari penelitian yang dilakukan
oleh peneliti Indonesia, salah satu indikator yang dapat
digunakan adalah Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index).
Perbandingan H-index dari beberapa negara termasuk
Indonesia dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara
Country Rank Documents Citable
Documents Citations
Self-Citations
Citations Per
Document
H-Index
Amerika serikat
1 8.626.193 7.876.234 177.434.935 83.777.658 23 1.648
China 2 3.617.355 3.569.652 19.110.353 10.462.121 7 495
India 9 998.544 944.632 6.989.150 2.409.025 10 383
Korea Selatan 12 739.229 719.338 7.063.429 1.528.443 12 424
Brazil 15 598.234 573.988 5.036.027 1.699.530 12 379
Singapore 32 192.942 182.169 2.561.645 331.822 16 349
Malaysia 36 153.378 148.844 670.387 183.198 9 165
Thailand 43 109.832 104.982 976.328 162.255 13 213
Indonesia 57 32.355 30.770 230.610 26.258 13 140
Vietnam 66 24.473 23.559 204.089 29.994 14 133
Sumber: SCImago Journal and Country Rank
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57
dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal ilmiah
internasional. Sampai pada tahun 2015 Indonesia telah
mengeluarkan publikasi jurnal ilmiah sejumlah 32.355
dokumen. Namun peringkat Indonesia masih di bawah
Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index) digunakan sebagai indicator kualitas dan kuantitas karya ilmiah
Peringkat Indonesia untuk publikasi karya ilmiah dan citation index dibandingkan beberapa negara tetangga masih tergolong rendah
133 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
133
beberapa negara tetangga seperti Singapura (peringkat
32); Malaysia (36); dan Thailand (43); serta hanya sedikit
di atas Vietnam (66), termasuk untuk nilai H-index.
Secara umum bisa diuraikan beberapa akar
permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks
kutipan karya ilmiah di Indonesia. Pertama,
penghargaan atas publikasi karya ilmiah yang belum
sepenuhnya menjadi aset yang dipikirkan. Minimnya
penghargaan terhadap peneliti yang mampu
menghasilkan publikasi internasional menjadi salah satu
penyebab. Padahal untuk mengirimkan sebuah artikel
ke dalam jurnal internasional butuh melewati seleksi
yang sangat ketat. Semakin tinggi reputasi suatu jurnal,
yang salah satunya diukur melalui impact factor, semakin
ketat proses seleksi yang dilakukan. Kedua,
keterbatasan sumber daya dan dana. Untuk
menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tentu saja
harus didukung oleh penelitian dan sumber referensi
yang bermutu. Mahalnya biaya berlangganan jurnal
internasional dan kurangnya dana penunjang penelitian
juga menjadi salah satu penyebab ketertinggalan
peneliti Indonesia terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Akar permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks kutipan karya ilmiah di Indonesia adalah kekurangan penghargaan dan keterbatasan dana
134 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
134
LAMPIRAN
1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL
135 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
135
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015
-1,00%
1,00%
3,00%
5,00%
7,00%
9,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
Bukittinggi
Tembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
Purwokerto
KudusSurakarta
SemarangTegal
YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep
KediriMalangProbolinggoMadiun
SurabayaSerang
TangerangCilegon
Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Gorontalo
MamujuAmbon
TualTernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Oktober November Desember
Sorong
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
136 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
136
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015
-2,00%
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
Bukittinggi
Tembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
Purwokerto
Kudus
SurakartaSemarang
TegalYogyakarta
JemberBanyuwangiSumenepKediri
MalangProbolinggoMadiunSurabaya
SerangTangerang
Cilegon
Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Gorontalo
Mamuju
AmbonTual
TernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Oktober November Desember
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 137
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang
Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD
Negara Oktober 2015 November 2015 Desember 2015
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
Indonesia 13684 -6,6 10,5 13,2 13847 1,2 11,8 13,4 13788 -0,4 11,3 11,3 13773 -5,9
Turki 2,92 -3,7 25,0 31,1 2,9138 0,0 25,0 31,2 2,9172 0,1 25,1 24,9 2,915 -3,6
Afrika Selatan 13,82 -0,2 19,7 25,2 14,448 4,5 25,1 30,6 15,4685 7,1 33,9 33,7 14,580 11,6
BRIC
Brazil 3,86 -2,3 45,1 55,6 3,8674 0,3 45,5 50,8 3,9608 2,4 49,0 49,0 3,895 0,3
Rusia 63,95 -2,2 10,6 48,7 66,4192 3,9 14,9 34,3 72,5209 9,2 25,5 19,4 67,632 11,0
India 65,27 -0,5 3,0 6,4 66,6675 2,1 5,2 7,5 66,1537 -0,8 4,4 4,9 66,029 0,9
Tiongkok 6,32 -0,6 1,8 3,3 6,3984 1,3 3,1 4,1 6,4937 1,5 4,6 4,6 6,403 2,2
ASEAN-6
Singapura 1,40 -1,5 5,9 9,0 1,4109 0,7 6,6 8,2 1,4185 0,5 7,2 7,0 1,410 -0,3
Malaysia 4,30 -2,1 23,0 30,8 4,26 -1,0 21,8 25,9 4,2943 0,8 22,8 22,8 4,285 -2,3
Thailand 35,62 -2,1 8,1 9,3 35,811 0,5 8,7 9,0 36,03 0,6 9,3 9,5 35,821 -0,9
Filipina 46,85 0,3 4,8 4,4 47,211 0,8 5,6 5,1 46,905 -0,6 4,9 4,9 46,989 0,4
Myanmar 1279 -0,6 24,1 27,4 1301,5 1,8 26,2 26,2 1310 0,7 27,1 26,9 1297 1,8
Negara Maju
Kawasan Euro 0,91 1,6 10,0 13,8 0,9466 4,2 14,6 17,8 0,921 -2,7 11,5 11,4 0,925 2,9
Inggris 0,65 -2,0 1,0 3,7 0,6642 2,5 3,5 4,0 0,6786 2,2 5,8 5,7 0,664 2,7
Jepang 120,62 0,6 0,7 7,4 123,11 2,1 2,8 3,8 120,22 -2,3 0,4 0,4 121,317 0,3
Korea Selatan 1140,54 -3,8 4,3 6,7 1157,9 1,5 5,8 4,5 1175,06 1,5 7,4 7,7 1158 -0,9
Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 138
Lampiran 3: Indeks Saham Global
Tabel 65. Indeks Saham Global
Negara Oktober 2015 November 2015 Desember 2015
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Indonesia (IHSG) 4455,2 5,5 -14,8 -12,5 4446,5 -0,2 -14,9 -13,7 4593,0 3,3 -12,1 -12,1 4498,2 8,7
BRIC
Brazil (IBOV) 45631,0 1,8 -9,4 -14,9 45627,0 0,0 -9,4 -16,9 43348,0 -5,0 -13,9 -13,9 44868,7 -3,3
Russia (RTSI) 845,5 7,1 6,9 -22,5 847,1 0,2 7,1 -13,1 757,0 -10,6 -4,3 -4,3 816,6 -4,1
India (BSE) 26656,8 1,9 -3,1 -4,3 26145,7 -1,9 -5,0 -8,9 26117,5 -0,1 -5,1 -5,0 26306,7 -0,1
Tiongkok (SSEA) 3382,6 10,8 4,6 39,8 3445,4 1,9 6,5 28,4 3539,2 2,7 9,4 9,4 3455,7 15,9
ASEAN-4
Singapura (STI) 2998,4 7,4 -10,9 -8,4 2855,9 -4,7 -15,1 -14,8 2882,7 0,9 -14,3 -14,3 2912,3 3,3
Malaysia (KLCI) 1665,7 2,8 -5,4 -10,2 1672,2 0,4 -5,1 -8,2 1692,5 1,2 -3,9 -3,9 1676,8 4,4
Thailand (SETI) 1394,9 3,4 -6,9 -11,9 1359,7 -2,5 -9,2 -14,7 1288,0 -5,3 -14,0 -14,0 1347,6 -4,5
Negara Maju
Amerika Serikat (DJIA)
17663,5 8,5 -0,9 1,6 17719,9 0,3 -0,6 -0,6 17425,0 -1,7 -2,2 -2,2 17602,8 7,0
Amerika Serikat (S&P 500)
2079,4 8,3 1,0 3,0 2080,4 0,1 1,0 0,6 2043,9 -1,8 -0,7 -0,7 2067,9 6,5
Kawasan Euro (STOXX-50)
3418,2 10,2 8,6 9,8 3506,5 2,6 11,4 7,9 3267,5 -6,8 3,8 3,8 3397,4 5,4
Jepang (N225) 19083,1 9,7 9,4 16,3 19747,5 3,5 13,2 13,1 19033,7 -3,6 9,1 9,1 19288,1 9,5
Hong Kong (Hang Seng)
22640,0 8,6 -4,1 -5,7 21996,4 -2,8 -6,8 -8,3 21914,4 -0,4 -7,2 -7,2 22183,6 5,1
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 139
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional
Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional
Komoditas
Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Rata-rata
Triwulan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Beras 80,7 -12,0 1,0 -3,3 82,7 2,5 3,6 -3,5 80,3 -2,9 0,7 0,7 81,2 -12,4
Gula 59,2 19,3 0,0 -9,5 60,9 2,8 2,8 -4,2 62,2 2,1 5,0 5,0 60,8 25,2
Gandum 79,5 1,8 -11,5 -2,0 70,0 -11,9 -22,0 -20,3 71,5 2,2 -20,3 -20,3 73,7 -8,3
Kacang Kedelai 72,5 -0,9 -13,3 -15,6 72,3 -0,3 -13,6 -13,3 71,5 -1,1 -14,5 -14,5 72,1 -2,3
Jagung 64,6 -1,4 -3,7 -1,8 62,9 -2,6 -6,2 -4,2 60,6 -3,6 -9,6 -9,6 62,7 -7,5 Minyak Mentah (Brent Oil)
44,2 2,5 -13,6 -42,3 39,8 -10,0 -22,2 -36,4 33,2 -16,4 -35,0 -35,0 39,1 -22,9
Gas Alam 50,2 -8,0 -19,9 -40,2 48,3 -3,7 -22,8 -44,5 50,5 4,6 -19,3 -19,3 49,7 -7,4
Emas 69,5 2,3 -3,6 -2,6 64,9 -6,7 -10,0 -9,4 64,6 -0,5 -10,5 -10,5 66,3 -4,9
Tembaga 66,8 -1,0 -18,0 -23,7 59,1 -11,6 -27,5 -28,0 61,6 4,2 -24,4 -24,4 62,5 -8,8
Perak 52,9 -21,7 -0,2 96,3 47,8 -9,5 -9,7 -9,4 61,6 28,6 16,2 16,2 54,1 -8,8
3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 140
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional
Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional
Komoditas
Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Rata-rata
Triwulan PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM
(%) YTD (%)
YOY (%)
Minyak Goreng Curah 10.630 -1,4 -5,9 -6,0 10.450 -1,7 -7,5 -7,6 10.380 -0,7 -8,1 -8,3 10.487
Daging Sapi 107.680 -0,7 6,4 7,8 109.490 1,7 8,2 9,4 110.520 0,9 9,2 9,0 109.230
Daging Ayam Broiler 29.020 -1,2 -2,2 9,0 31.120 7,2 4,9 15,5 33.930 9,0 14,4 16,2 31.357
Telur Ayam Ras 59.805 -4,7 -3,0 -0,8 60.066 0,4 -2,6 0,2 62.759 4,5 1,8 3,3 60.877
Tepung Terigu 21.810 -2,1 -0,7 10,6 22.860 4,8 4,1 14,4 25.950 13,5 18,1 22,0 23.540
Kedelai Impor 40.976 -1,5 -2,5 -0,8 41.161 0,5 -2,0 -19,3 41.585 1,0 -1,0 0,8 41.241
Kedelai lokal 8.960 -0,1 1,3 1,6 8.990 0,3 1,6 1,8 9.060 0,8 2,4 2,7 9.003
Beras Medium 11.070 0,4 -2,4 -0,6 10.990 -0,7 -3,1 -2,6 10.970 -0,2 -3,2 -3,2 11.010
Gula Pasir 10.860 0,2 -1,5 0,9 11.000 1,3 -0,2 0,7 11.170 1,5 1,3 1,6 11.010
Cabe Merah Keriting 10.410 0,6 9,6 16,2 10.600 1,8 11,6 15,4 10.730 1,2 13,0 14,2 10.580
Cabe Merah Biasa 12.780 0,9 14,5 15,1 12.780 0,0 14,5 13,9 12.960 1,4 16,1 15,8 12.840
Bawang Merah 10.291 0,5 0,8 2,5 10.242 -0,5 0,3 0,0 10.240 0,0 0,3 0,7 10.258
Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut