KEADAAN UMUM LOKASI PROYEK
To : Directorate Coastal Management
Directorate General of Marine Spatial Management Ministry of Marine Affairs and Fisheries
Submitted by:
PT. Osana International Indonesia
Puri Imperium Office Plaza, Ground Fl., Unit G-6
Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6, Jakarta 12980
Telephone: +62-21-831-2535 I Facsimile: +62-21-831-1531
Januari 2017
KEADAAN UMUM
Proyek DSLA telah memilih Kabupaten Berau sebagai target lokasi proyek secara
administrasi. Berau sebagai salah satu kabupaten yang mengandalkan kegiatan
pembangunan pada sektor kehutanan, wisata, pertambangan, dan perikanan terletak
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara dan beribukota Tanjung Redeup.
Kabupaten yang kaya akan potensi wisata alam ini juga memiliki beberapa pulau terluar
dan saat ini sedang giat-giatkan dikembangkan untuk sektor perikanan dan wisata.
Jumlah penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun
2014, penduduk Kabupaten Berau meningkat menjadi 210.135 jiwa dari 201.565 di tahun
2013. Sama seperti tahun sebelumnya, kepadatan penduduk di Kabupaten Berau
terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung
dan Kecamatan Teluk Bayur. Wilayah yang jumlah penduduknya paling banyak adalah
Kecamatan Tanjung Redeb dikarenakan kecamatan Tanjung Redeb merupakan ibukota
kabupaten Berau. Sedangkan Kecamatan Sambaliung dan Teluk Bayur merupakan wilayah
yang jumlah penduduknya paling banyak setelah Kecamatan Tanjung Redeb dikarenakan
berbatasan langsung dengan kecamatan Tanjung Redeb. Proyek akan fokus pada 2
kecamatan yang terdapat di Kabupaten Berau, yaitu Kecamatan Pulau Derawan dan
Kecamatan Maratua.
A. Kecamatan Pulau Derawan 1. Peta Lokasi Proyek
Kecamatan Derawan menjadi salah satu sasaran lokasi proyek DSLA. Kecamatan
yang berbasis Pulau Derawan dan Tanjung Batu, secara administrasi mencakup 5 desa.
Namun, hanya 4 desa yang menjadi fokus kegiatan proyek, yaitu Desa Pulau Derawan,
Desa Semating Semanting, Desa Tanjung Batu, dan Desa Pegat (Gambar 1). Dan desa
yang tidak termasuk dalam cakupan proyek adalah Desa Kasai.
Gambar 1 Peta Lokasi Proyek di Kecamatan Pulau Derawan
2. Kependudukan
Kecamatan Pulau Derawan merupakan kecamatan yang terletak di sebelah utara
wilayah Kabupaten Berau yang memiliki luas 3.858,96 km2. Kecamatan Pulau Derawan
memiliki lima kampung, sebuatan untuk desa, yakni Kampung Pulau Derawan, Kampung
Tanjung Batu, Kampung Pegat, Kampung Kasai dan Kampung Teluk Semanting.
Kampung Tanjung Batu merupakan ibu kota Kecamatan Pulau Derawan. Jarak ibu kota
kecamatan ke kabupaten adalah sekitar 80,5 km dan bisa ditempuh dengan perjalanan darat
ataupun air.
Jika dilihat dari batas-batas wilayahnya, sebelah utara Kecamatan Pulau Derawan
berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Maratua, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan sebelah Barat
Berbatasan dengan Kecamatan Gunung Tabur. Kecamatan Pulau Derawan sebagian besar
lahannya digunakan dibidang pertanian yakni sebesar 3.341,45 km2 (86,59%), sisanya
(13,41%) adalah lahan bukan pertanian seperti jalan, pemukiman, perairan, dan lain-lain.
Tabel 1 Luas Lahan Dirinci Per Desa ( Km2 )
No. Nama Desa Daratan Perairan Jumlah
1. Pegat 73,4 473,74 547,18
2. Teluk Semanting 9,52 90,40 99,96
3. Tanjung Batu 576,72 2.405,87 2,982,596
4. Pulau Derawan 13,74 174,56 187,86
5. Kasai 18,22 22,75 547,18
Jumlah 692,04 3.166,92 3.858,96
Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Jumlah Penduduk di Kecamatan Pulau Derawan pada tahun 2014 adalah 9.947
jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 5.347 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
4.600 jiwa dengan laju pertumbuhan pada tahun 2014 sebesar 2,44. Sedangkan
perbandingan rasio jenis kelaminnya (sex ratio) adalah 116,24 yang artinya diantara 100
jiwa penduduk perempuan terdapat sekitar 116 – 117 jiwa penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk yang terpadat berada di kampung Tanjung Batu yaitu 4.727 jiwa
atau 47,52% dari jumlah penduduk di Kecamatan Pulau Derawan dan penduduk yang
paling sedikit penduduknya berada di Kampung Teluk Semanting yaitu 227 jiwa atau
2,28% dari jumlah penduduk keseluruhan.
Tabel 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pulau Derawan Tahun 2014
Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Derawan adalah sebesar
2,58 jiwa per km2, akan tetapi jika ditinjau berdasarkan sebaran wilayah kampung, ternyata
disparitasnya cukup lebar. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Kampung
Kasai sebesar 61,68 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi kedua adalah Kampung
Pulau Derawan sebesar 8,69 jiwa per km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terjadi
Kampung Pegat sebesar 1,52 jiwa per km2.
Tingkat kepadatan penduduk jika dilihat dari jumlah rumah tangga adalah sekitar
3,99 jiwa, artinya di Kecamatan Pulau Derawan rata-rata setiap rumah tangga diisi anggota
rumah tangga sekitar 3–4 jiwa, dari data jumlah penduduk yang ada rata-rata di 5 kampung
di Kecamatan Pulau Derawan setiap rumah tangganya berisi 3-4 jiwa dalam setiap rumah
tangganya.
3. Potensi SDA dan Ekonomi
Kecamatan Pulau Derawan juga mempunyai potensi di subsektor perkebunan
Kelapa dan Kelapa Sawit. Pada tahun 2014 luas tanam Kelapa di Kecamatan Pulau
Derawan 142,3 ha dengan produksi sekitar 96,8 ton dengan produktivitas mencapai 6,8
kwintal/hektar. Di sektor perkebunan Kelapa Sawit pada tahun 2014 luas tanam mencapai
1.021,09 ha dengan produksi 630 ton dengan produktivitas mencapai 6,17 kwintal/hektar.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, jumlah tenaga kerja
yang di serap untuk sektor perkebunan Kelapa adalah sebanyak 639 orang. Sedangkan di
sektor perkebunan Kelapa Sawit, jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014
sebanyak 3.250 orang.
Kampung Jumlah Penduduk
Jumlah Rasio Laki-laki Perempuan
Pegat 465 365 830 127,40
Teluk Semanting 113 114 227 99,12
Tanjung Batu 2.637 2.090 4727 126,17
Pulau Derawan 823 813 1636 101,23
Kasai 1.309 1.218 2527 107,47
Total 5347 4600 9947 116,24
Tabel 3 Statistik Perkebunan Kecamatan Pulau Derawan Tahun 2014
Uraian Produktivitas
Kelapa
- Luas Tanam (ha) 142,3
- Produksi (ton) 96,80
- Produktivitas (kw/ha) 6,80
Kelapa Sawit
- Luas Tanam (ha) 1.021,09
- Produksi (ton) 630,00
- Produktivitas (kw/ha) 6,17
Sumber : Kecamatan Pulau Derawan dalam Angka (2015)
Untuk sektor pertanian subsektor peternakan di Kecamatan Pulau Derawan tidak
terlalu mempunyai populasi ternak yang bisa dijadikan keunggulan. Data tahun 2014 dari
Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Kabupaten Berau untuk jenis ternak di Kecamatan
Pulau Derawan hanya ada Sapi dan Domba/Kambing. Jumlah Sapi ada yang ada tahun
2014 adalah 10 ekor dan domba/kambing berjumlah 273 ekor. Sedangkan untuk jenis
unggas yang ada di Kecamatan Pulau Derawan pada tahun 2014 yaitu Itik berjumlah 973
ekor, ayam buras 8.234 ekor sedangkan untuk ayam pedaging dan ayam petelur tidak ada.
Karena tidak ada Ayam Pedaging dan Petelur di Kecamatan Pulau Derawan, maka untuk
memenuhi permintaan akan ayam pedaging dan petelur didatangkan dari luar kecamatan.
Masyarakat di Kecamatan Pulau Derawan pada umumnya berusaha di subsektor
perikanan dan ada juga di subsektor perkebunan. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Berau Tahun 2014 jumlah Kapal Penangkap Ikan laut di Kecamatan Pulau
Derawan menurut jenisnya yaitu perahu motor tempel sebanyak 173 buah dan kapal motor
477 buah. Di Kecamatan Pulau Derawan, tidak ada lagi yang menggunakan perahu tanpa
motor, dikarenakan lokasi untuk penangkapan ikan dengan hasil maksimal diperlukan
jarak yang jauh ke tengah laut, sehingga nelayan-nelayan yang ada di Kecamatan Pulau
Derawan beralih ke Motor Tempel ataupun Kapal Motor.
Menurut jenisnya, alat penangkapan di laut dibagi menjadi 6 jenis, yakni pukat
kantong, jaring insang, jaring angkat, pancing, pukat cincin, dan perangkap. Di Kecamatan
Pulau Derawan, jumlah alat penangkap ikan sebanyak 1.223 alat. Yang terdiri dari 18
pukat kantong, 343 jaring insang, 377 jaring angkat, 172 pancing, 261 pukat cincin dan 52
perangkap.
4. Kegiatan Ekonomi
Kehadiran industri kertas membangkitkan denyut nadi kegiatan ekonomi
Kabupaten Berau. Dilihat dari kontribusinya pada kegiatan ekonomi kabupaten, mulai
tahun 1997 subsektor industri kertas "menyalib" subsektor industri kayu yang sebelumnya
menjadi penyumbang terbesar pada Sektor Industri Pengolahan.
Penebangan kayu di hutan-hutan wilayah Kabupaten Berau sempat marak pada
tahun 70-an. Beberapa jenis kayu hasil tebangan seperti kayu meranti, dan kayu kapur
dimanfaatkan menjadi meja, kursi, dan lemari. Sebagian keuangan daerah berasal dari
produk mebel ini. Lambat laun mebel buatan Berau memperolah saingan dari produk
buatan Banjarmasin yang harganya lebih murah dan desainnya lebih bagus, meskipun
kualitasnya tidak lebih baik. Pasar Berau pun mulai jenuh. Sayangnya para pengusaha
mebel kesulitan untuk memasarkannya ke daerah lain karena biaya produksi terutama
untuk upah pekerja Berau tinggi. Akibat dari tingginya biaya hidup di daerah ini, akhirnya
kegiatan di industri kayu pun mengalami penurunan.
Sebagai perbandingan, pada kegiatan ekonomi tahun 2000, dari Rp 238 milyar
perolehan Sektor Industri, sebanyak 97 persen berasal dari subsektor industri kertas,
sementara subsektor industri kayu hanya memberikan 1,2 persen saja. Kontributor utama
perekonomian daerah berasal dari pertambangan batu bara. Dari sembilan sektor lapangan
usaha dalam kegiatan ekonomi tahun lalu yang menghasilkan Rp 2,3 trilyun, sektor
pertambangan memberikan sumbangan 35,3 persen atau Rp 818,3 milyar. Di sektor ini,
hasil eksploitasi batu bara memberikan 99,6 persen.
Satu-satunya perusahaan yang memanfaatkan batu bara di kabupaten ini adalah PT
Berau Coal. Berkantor pusat di ibu kota kabupaten, dengan tenaga kerja 424 orang, Berau
Coal memproduksi 4,8 juta metrik ton batu bara. Dari 4,7 juta metrik ton batu bara yang
dijual, 70 persennya dipasarkan ke luar negeri dengan nilai penjualan 54,6 juta dollar AS.
Sisanya untuk konsumsi dalam negeri yang menghasilkan nilai penjualan 22,8 juta dollar
AS. Dari pemanfaatan batu bara ini, kas daerah menerima pemasukan dalam bentuk Land
Rent (hak penguasaan kawasan pertambangan) sebesar Rp 11,5 milyar.
Potensi lain bagi kabupaten yang batas timur wilayahnya Laut Sulawesi, adalah
perikanan laut. Budidaya lautnya diperkirakan mempunyai potensi sebesar 2.500 hektar
dengan potensi penangkapan sebesar 35.000 ton per tahun. Salah satu kecamatan yang
merupakan daerah penghasil ikan terbesar adalah Pulau Derawan. Bersama dengan Pulau
Sangalaki, Bilang-Bilangan, Mataha, Balikukuk, dan Sambit yang berada di kepulauan
Derawan selain dijadikan obyek wisata bahari, dengan pemandangan dasar lautnya ini,
tempat ini dipilih penyu hijau (Chelonia mydas) untuk bertelur. Produksi telur penyu yang
dihasilkan dari Kepulauan Derawan ini 94,9 ton dengan nilai Rp 2,1 milyar. `Sebagai
daerah satu-satunya di Pulau Kalimantan yang dipilih hewan air yang lamban bergerak ini
untuk bertelur, serta keuntungan yang diperoleh dari telurnya, tidak heran bila penyu
dijadikan lambang daerah.
5. Sosial Budaya
Bahasa Berau atau Dialek Melayu Berau adalah suatu bahasa Austronesia yang
dituturkan suku Berau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bahasa Berau merupakan
salah satu dialek Melayu Lokal sehingga dapat pula disebut Bahasa Melayu Berau.
Komunikasi atau transportasi antar daerah satu dan daerah lainnya agak sulit. Jalan darat
sangat terbatas, sungai merupakan sarana transportasi yang sangat efektif dan telah di
manfaatkan dari dulu hingga sekarang. Tarian Dalling, salah satu kesenian tradisional
masyarakat pesisir pantai Berau, perlu mendapat sentuhan pembinaan semua pihak. Tarian
khas masyarakat suku Berau ini diharapkan bisa dikemas dan dikembangkan lebih apik
dan variatif agar memiliki daya pikat dan terkenal sampai ke tingkat nasional dan
internasional.
Berau ini ada tiga suku terbesar yang memiliki corak budaya dan kesenian masing-
masing atau disebut Babada (Bajau – Berau – Dayak). Suku Bajau dikenal dengan tarian
Dallingnya, Berau dengan Jepennya, dan Dayak dengan tarian khas Dayaknya,”. Tarian
Dalling merupakan kesenian turun temurun yang dilakoni masyarakat suku
Bajau. Biasanya tarian digelar saat upacara adat seperti misalnya pesta perkawinan dan
khitanan. Tapi, karena letak Tanjung Batu berada sekitar 110 km dari utara, Tanjung
Redeb menjadi transit para turis yang ingin berwisata ke Pulau Derawan, maka tarian
Dalling pun perlu mendapat pembinaan. Perlu dikemas lebih apik agar lebih variatif dan
menarik.
6. Kelembagaan
Kelembagaan yang terdapat di Kecamatan Derawan terbagi kepada 3 kategori.
Kategori pertama adalah tingkat local, kategori kedua tingkat regional, dan ketegori ketiga
adalah tingkat nasional.
a. Tingkat Lokal
Pada tingkat lokal kelembagaan yang sangat berpengaruh di Kecamatan Derawan
sangat berhungan dengan kegiatan konservasi. Menurut Groves (2003) untuk
menyelamatkan spesies yang menuju kepunahan digunakan pendekatan konservasi
keanekaragaman hayati. Spesies yang dimaksud menjadi target (species target),
sedangkan komunitas biotis dimana spesies itu berada dijadikan target konservasi
(conservation target). Jika pemikiran Groves diterapkan pada kasus Kepulauan
Derawan, maka dengan melindungi penyu hijau (species target) diperlukan kawasan
konservasi cukup luas dengan keanekaragaman hayati dan beberapa tipe ekosistem di
dalamnya. Penyu berperan sebagai spesies payung (the umbrella species) bagi upaya
konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem di Kepulauan Derawan.
Untuk menyelamatkan spesies penyu hijau dari kepunahan diperlukan pembentukan
Kawasan Konservasi Laut Daerah pada habitat penyu hijau. Wilayah Kepulauan
Derawan yang luas dengan keanekaragaman hayati dan beberapa tipe ekosistem di
dalamnya. dapat dibentuk Kawasan Konservasi Laut.
Kelembagaan lokal yang dibentuk sangat erat hubungannya dengan kegiatan
pemulihan populasi penyu di alam dan mengurangi ancaman kepunahannya. Untuk
tujuan pertama labih diarahkan untuk antisipasi ancaman manusia seperti pemanenan
telur dan penangkapan induk penyu terjadi pada daerah perairan dangkal dan pantai
peneluran. Daerah ini merupakan habitat penting karena penyu hijau sedang berada
pada fase reproduksi. Pada musim kawin, induk penyu berada di perairan laut dangkal
yang kaya akan nutrisi yakni pada ekosistem lamun dan terumbu karang, selanjutnya
induk penyu akan membuat sarang dan akhirnya menghasilkan anakan penyu.
Perlindungan habitat dengan membentuk Kawasan Konservasi Laut akan
mengamankan berlangsungnya fase reproduksi karena induk penyu dapat
menghasilkan individu baru sebagai stok penyu di alam.
Selanjutnya, tujuan kedua adanya KKLD lebih kearah mengelola jenis penyu sebagai
salah satu sumberdaya yang bersifat common pool property. Sebagaimana diketehaui
bahwa penyu memiliki kebiasaan bermigrasi jauh, sehingga tidak ada pihak yang
membatasi orang memanfaatkan sumberdaya tersebut. Eksploitasi penyu hijau secara
berlebihan pada situasi open access menyebabkan terjadi the tragedy of the commons
yang berujung pada kepunahan. Pengalokasian habitat penyu hijau sebagai KKL telah
menimbulkan kepemilikan populasi penyu hijau. Pembentukan KKL telah mengubah
situasi open access menjadi sumberdaya yang ada kepemilikannya secara sah. Secara
teoritis telah dapat dilakukan pembatasan aksesibilitas nelayan/ masyarakat lokal agar
tidak mengeksploitasi penyu dan telur yang ada di dalam KKL.
b. Tingkat Regional
Kepulauan Derawan merupakan bagian dari wilayah pengembangan program The Sulu
Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) karena memiliki keanekaragaman hayati tertinggi
di dunia dan sebagai habitat penting penyu laut. Demikian halnya dengan
pengembangan jaringan perlindungan penyu Tri-National dimana wilayah Kepulauan
Derawan berada di sebelah Selatan hingga The Turtle Islands ASEAN Heritage site
yang berada di Pilipina dan Sabah hingga Palawan. Pada tingkat regional Kepulauan
Derawan menempati perioritas tinggi dalam upaya konservasi penyu.
c. Tingkat Propinsi
Menurut Tata Ruang Propinsi Kalimantan Timur, wilayah Kepulauan Derawan
dikelompokkan sebagai: Kawasan Suaka Alam dengan Suaka Margasatwa di P.
Semama dan P. Derawan dengan luas 2 hektar; Kawasan Suaka Laut yang berada di
gugusan karang P. Panjang, P. Derawan, P. Semama, P. Kakaban, Karang Besar, P.
Balikukup.
Kebijakan pembangunan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur mengarah pada
perluasan kawasan lindung ± 30% dari luas wilayah propinsi. Dalam perencanaan
Propinsi Kalimantan Timur di wilayah Kepulauan Derawan ada peningkatan fungsi
kawasan Suaka Margasatwa P. Semama dan P. Derawan ditambahkan fungsi sebagai
daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Demikian halnya
dengan kawasan suaka laut ada penambahan wilayah yang berada di gugusan karang
Malulungan dan P. Maratua.
d. Tingkat Kabupaten
Wilayah Kepulauan Derawan dan perairan laut telah ditetapkan sebagai Kawasan
Perlindungan Laut (KPL) melalui Peraturan Bupati (Perbup) No. 31 tahun 2005 oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau. Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Berau diketahui sebaran tiga ekosistem di Kepulauan Derawan.
Keberadaan ekosistem lamun dan terumbu karang menunjukkan habitat feeding penyu
hijau. Adapun habitat breeding diketahui dari laporan Mahardika (2004) tentang
proporsi jumlah penyu dan laporan Adnyana (2005) tentang proporsi jumlah telur
penyu yang terdapat di Kepulauan Derawan.
Batas Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan yang berada di P. Rabu-Rabu, P.
Panjang, P. Maratua, P. Balembangan, P. Sambit, P. Bilang- Bilang, P. Mataha, dan P.
Manimbora. Dengan asumsi bahwa keberadaan ekosistem terumbu karang pada
perairan dangkal < 50 meter dan ekosistem lamun pada kedalaman < 10 meter, maka
batas kawasan sejauh ± 100 meter dari garis pantai dari setiap pulau ke arah laut.
Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan berada di perairan laut dalam
kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau. Rancangan KKL Kepulauan Derawan
seluas 660.211 hektar diusulkan sebagai re-design dari tumpang tindih empat
Kawasan Konservasi Laut yang telah ada sebelumnya, yaitu : Suaka Margasatwa
Pulau Sangalaki dan Taman Wisata Alam Pulau Semama yang ditetapkan melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts- II/Um/8/1982; Kawasan Konservasi
Laut Daerah Pulau Kakaban yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Berau
No. 70 tahun 2004; dan Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Berau yang ditetapkan
melalui Peraturan Bupati (Perbup) No. 31 tahun 2005 seluas 1,2 juta.
7. Isu dan Masalah
Pulau Derawan di Kalimantan Timur semakin naik daun sebagai tempat tujuan
wisata karena keindahan pemandangan alam pesisir dan bawah lautnya yang disebut-sebut
seperti di surga. Tidak heran jika pulau ini juga merupakan tujuan favorit bagi para
penyelam. Pulau Derawan memang bukanlah tempat wisata murah yang dapat kita
kunjungi begitu saja, bahkan oleh penduduk yang tinggal di Pulau Kalimantan. Hanya
berkunjung ke lokasi wisata ini masih tergolong mewah dan mahal.
Di sekitar Pulau Derawan terdapat beberapa pulau antara lain Pulau Kakaban,
Pulau Maratua, Pulau Sangalaki Pulau Panjang dan Pulau Semama. Kepulauan Derawan
ini diberi nama obyek wisata bahari Kawasan Taman Laut Derawan. Kepulauan Derawan
merupakan bagian dari Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi yang melintasi Indonesia, Malaysia
dan Filipina. Ekoregion ini terletak di pusat kawasan segitiga karang dunia dengan
keanekaragaman hayati karang tertinggi di dunia. Segitiga Terumbu Karang ini disebut
juga “The Coral Triangle” karena menjadi episenter kehidupan laut yang memiliki
keragaman jenis biota laut. Terumbu karang di kawasan ini merupakan 53% terumbu
karang dunia. Bahkan berdasarkan penelitian yang dikembangkan, kepulauan derawan
merupakan salah satu multi countries feeding ground terpenting di dunia.
Dengan luas 44,60 ha, menjadikan kepulauan ini berkembang berbagai kegiatan
wisata bahari. Di kepualauan ini terdapat Derawan Dive Resort, Resort yang berstandar
internasional dengan fasilitas yang memadai. Resort ini menyediakan fasilitas cottage
untuk menginap, fasilitas penyelaman, snorkeling, banana boat, kano, perahu layar,
restoran, café dsb. Fasilitas lengkap inilah yang menambah kepuasan saat berlibur ke Pulau
Derawan.
Selain itu ada juga hotel – hotel dan penginapan serta homestay dirumah penduduk
yang biaya sewanya lebih murah. Fasilitas pendukung lainnya seperti rumah makan dan
toko cinderamata juga cukup lengkap di pulau ini. Menikmati panorama laut dan pantai
disertai dengan keramahan penduduk setempat (suku Bajau) merupakan daya tarik utama
dari Pulau Derawan.
Pariwisata juga dianggap sebagai salah satu industri gaya baru, yang dapat
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan,
taraf hidup, serta mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Kabupaten Berau merupakan salah-satu kabupaten di kalimantan Timur yang memiliki
potensi pariwisata yang besar untuk dikembangkan mengingat jumlah wasatawan baik
lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung terus meningkat setiap tahunnya.
Perekonomian masyarakat di kepulauan Derawan sebelum adanya investasi asing dan
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat sebagian besar adalah nelayan, yaitu
dengan mencari telur penyu, budidaya tambak, buruh kayu, dan pembuat perahu. Akan
tetapi kemudian beberapa mata pencaharian dari masyarakat ini dianggap merusak
ekosistem yang ada sehingga kemudian dilarang seperti penangkapan ikan menggunakan
potassium dan pengambilan telur-telur penyu. Dengan berkembangnya kegiatan wisata
bahari, telah terjadi diversifikasi mata pencaharian seperti menjadi tourist guide, supir
speed boat, dive guide, menjual cinderamata, maupun menyewakan rumah-rumah mereka.
Perubahan ini juga didorang oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat lokal akan pentingnya
menjaga ekosistem secara keberlanjutan untuk menjaga kesinambungan matapencaharian
penduduknya.
Dari adanya investasi, maka tentunya terdapat dampak sosial maupun ekonomi bagi
masyarakat setempat. Dimana dari adanya penyediaan sarana akomodasi berupa resort dan
cottage bagi wisatawan yang semakin baik dari tahun ke tahun, maka muncul peluang
lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, pembangunan resort dan cottage juga
menggunakan bahan dan pekerja lokal dimana hal ini turut membantu kehidupan warga.
Infrastruktur pendukung seperti jalan, bandara dan dermaga juga dibangun, hal ini
merupakan usaha bersama baik pemerintah Berau maupun investor asing yang selalu
berbenah dalam memberikan pelayanan pariwisata dan sarana penunjang pariwisata.
Dampak lain yaitu semakin dikenalnya kepulauan Derawan sebagai salahsatu tujuan wisata
internasional.
Dalam usaha pengembangan wisata di kepulauan Derawan dapat dikatakan tidak
mudah, Hal ini dikarenakan masih banyak hal yang perlu mendapat perhatian dan
perbaikan tidak hanya dari para pengusaha tetapi juga pemerintah. Hambatan atau kendala
pengembangan pariwisata di kepulauan Derawan sendiri antara pulau yang satu dan yang
lainnya tidak selalu sama atau berbeda, hal ini dikarenankan adanya perbedaan baik
karakteristik masing-masing pulau, jarak tempuh, masalah sampah, kelistrikan dan lain-
lain.
Kendala atau hambatan pengembangan wisata dan usaha bisnis wisata di
Kepulauan Derawan sendiri saat ini lebih kepada masalah kebersihan atau sampah dan air
bersih. Di kepulauan Derawan belum ada tempat pengolahan sampah, sehingga untuk itu di
buat lubang besar di tengah pulau untuk menampung sampah yang ada, cara lain yaitu
dengan ditimbun dan dibakar. Sampah di pulau Derawan sendiri sudah terbilang tidak
terkontrol mengingat sampah organik maupun anorganik banyak ditemukan di pinggir
pantai, tentu saja hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi para wisatawan asing
maupun lokal yang datang untuk berwisata. Walaupun sudah dikembangkan fasilitas
disalinisasi di Pulau Maratua, alat ini belum mampu bekerja secara optimal untuk suplai air
keseluruhan Kepulauan Derawan.
B. Kecamatan Maratua 1. Peta Lokasi Proyek
Di samping Kecamatan Derawan, program juga akan fokus di Kecamatan Maratua.
Kecamatan ini juga mencakup Pulau Kakapan, P. Sangalaki, dan P. Samama. Terdapat 4
desa dalam lingkup Kecamatan Maratua, yaitu Desa Payung Payung, Bohesilian, Teluk
Alulu, dan Teluk Harapan (Gambar 2).
Gambar 2 Peta lokasi Proyek di Kecamatan Maratua
2. Kependudukan
Penduduk Kecamatan Maratua pada tahun 2014 berjumlah 3.402 jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 661 rumah tangga. Penduduk Kecamatan Maratua
meningkat dari tahun 2013 kemarin dengan laju pertumbuhan sebesar 6,65 persen dan
kepatan penduduknya sebesar 0,83 jiwa/Km2.
Kecamatan Maratua dengan luas wilayah 4.119,54 Km2 terletak di antara 117,210
sampai dengan 117,28o BT dan 2,13 sampai dengan 2,15o LU. Kecamatan Maratua terbagi
menjadi 4 desa yaitu Maratua Payung-Payung, Maratua Bohesilian, Maratua Teluk Alulu
dan Maratua Teluk Harapan yang juga merupakan ibu kota kecamatan. Kecamatan
Maratua juga merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia karena berbatasan langsung
dengan Laut Philipina. Desa dengan luas terbesar adalah Maratua Bohesilian dikarenakan
wilayah Pulau Kakaban masuk di dalam adminstrasi desa Maratua Bohesilian. Karena
kecamatan Maratua merupakan daerah kepulauan, maka sebagian besar wilayahnya
merupakan perairan yang potensial akan perikanan dan wisata dasar lautnya, sehingga
kecamatan Maratua merupakan salah satu tujuan pariwisata yang ada di Kabupaten Berau
baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.
Tabel 4 Luas Wilayah dirinci perdesa di Kecamatan Maratua
No. Nama Desa Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)
1. Maratua Payung Payung 54,43 1,32
2. Maratua Bohesilian 3.808,41 92,45
3. Maratua Teluk Alulu 53,38 1,29
4. Maratua Teluk Harapan 203,37 4,94
Jumlah 4.119,54 100
Sumber: Kecamatan Maratua dalam Angka (2015)
Ditinjau dari jenis kelamin, penduduk Kecamatan Maratua masih didominasi oleh
laki- laki dengan jumlah 1.760 jiwa atau sebesar 51,73 persen dari jumlah total penduduk
Kecamatan maratua dan sisanya adalah penduduk perempuan dengan jumlah sebesar 1.642
jiwa. Penduduk kecamatan Maratua dari tahun ke tahun meningkat. Dari tahun 2010
berjumlah 3.076 jiwa terus meningkat hingga di tahun 2014 menjadi 3.402 jiwa. Dari tahun
2013 ke tahun 2014, penduduk kecamatan maratua meningkat dengan laju pertumbuhan
sebesar 6,65 persen. Desa yang terpadat penduduknya adalah desa Maratua Teluk Harapan
dengan jumlah penduduknya sebesar 1.071 jiwa dikarenakan desa Maratua Teluk Harapan
merupakn ibukota kecamatan Maratua. Lalu diikuti dengan desa Maratua Bohesilian
dengan jumlah penduduk sebesar 1.033 jiwa dimana di desa Bohesilian merupakan desa
yang memiliki jumlah RT terbanyak di kecamatan Maratua. Lalu diikuti dengan desa
Maratua Teluk alulu yang jumlah penduduknya sebesar 698 jiwa dan desa Maratua
Payung-Payung yang jumlah penduduknya sebesar 600 jiwa.
Tabel 5 Penduduk menurut Desa dan Jenis Kelamin di Kecamatan Maratua, 2014
Desa Laki - laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
Payung-payung 328 282 600 116,31
Bohesilian 551 482 1.083 114,32
Teluk Alulu 343 355 698 96,62
Teluk Harapan 548 523 1.071 104,78
Sumber : Kecamatan Maratua dalam Angka (2015)
Sex ratio/ rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Maratua pada tahun ini sebesar
107,19. Yang berarti dari 100 penduduk perempuan di kecamatan Maratua, terdapat 107
penduduk laki-laki. Ditinjau dari jenis kelamin, penduduk Kecamatan Maratua masih
didominasi oleh laki- laki dengan jumlah 1.760 jiwa atau sebesar 51,73 persen dari jumlah
total penduduk Kecamatan maratua dan sisanya adalah penduduk perempuan dengan
jumlah sebesar 1.642 jiwa.
3. Potensi SDA dan Ekonomi
Kecamatan Maratua merupakan kawasan kepulauan, sehingaga di sektor pertanian
yang potensial adalah sub sektor perikanan. Oleh sebab itu, sebagian besar penduduk
Kecamatan Maratua merupakan nelayan. Untuk tahun 2014, tercatat jumlah perahu tanpa
motor di Kecamatan Maratua sebanyak 5 buah, perahu motor tempel sebanyak 69 buah dan
kapal motor sebanyak 184. Dari grafik terlihat tidak ada penambahan jumlah yang
signifikan pada jumlah kapal atau perahu nelayan yang ada di Kecamatan Maratua.
Kecamatan Maratua juga merupakan kawasan pesisir, sehinga perkebunan kelapa
juga merupakan komoditas potensial. Untuk tahun 2014, luas tanam perkebunan kelapa
sebesar 300 Ha, masih sama dengan tahun 2013. Begitu juga dengan hasil produksinya,
pada tahun 2014 masih sama dengan tahun 2013, yaitu sebsar 404,4 ton.
Kawasan pesisir, laut, dan pulau Kabupaten Berau dikenal dengan kawasan wisata
bahari yang indah dan eksotik yang sangat terkenal di dunia. Dari 31 pulau-pulau kecil
yang ada dikawasan tersebut, ada beberapa pulau masuk kedalam administrasi Kecamatan
Maratua, diantaranya Pulau Maratua, Pulau Sangalaki, Pulau Semama, Pulau Kakaban, dan
beberapa pulau kecil lainnya. Dari beberapa pulau tersebut hanya 2 pulau yang
berpenghuni yaitu Pulau Maratua dan Pulau Sangalaki (wisatawan dan sifatnya temporari).
Pulau Maratua terbentuk akibat proses geologi sehingga terdapat batuan kapur
didataran tinggi. Pembentukan Cekungan Tarakan (the Tarakan Basin) diduga didahului
dengan pembentukan laut Sulawesi dengan pemisahan Sulawesi dari Kalimantan pada
pertengahan akhir jaman Eosen. Menuju kearah timur laut dari sub-cekungan muara
dihubungkan dengan zona patahan, yang menyebabkan pengangkatan dasar karang Muara
Tua dan membentuk Pulau Maratua (Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau,
2009).
Pulau Maratua tidak jauh beda dengan Pulau Kakaban merupakan sistem lahan
Dataran Karst berbukit kecil, yaitu sistem lahan yang mempunyai bahan induk dari batu
kapur yang mempunyai jenis tanah dengan top soil yang sangat dangkal (<10 cm). jenis
tanah yang terdapat di Maratua adalah Litosol Eutrik atau Eutric Troporthents. Tanah ini
mempunyai kejenuhan basa lebih dari 50% dan reaksi atau PH > 6.5.
Batuan dan struktur geologi Pulau Maratua memiliki dua satuan marfologi, yaitu
dataran pantai dan perbukitan rendah sampai tinggi. Dataran pantai memiliki topografi
datar sampai bergelombang. Daerah dataran yang bertopografi datar sebagian besar
merupakan daerah pemukiman, sedang daerah yang bergelombang serta perbukitan adalah
daerah hutan campuran. Batuan penyusun daerah perbukitan adalah batu gamping terumbu
yang mengalami pengangkatan. Dataran pantai tersusun oleh endapan pasir pantai yang
merupakan endapan alluvial. Di Pulau Maratua terdapat dua tipe pantai, yaitu pantai
berpasir dan pantai terjal (cliff). Pantai berpasir terbentuk karena pengendapan pasir di
pantai oleh gelombang, sedangkan tipe pantai terjal terbentuk oleh terumbu karang yang
terangkat. Di pulau Maratua terdapat hutan Mangrove seluas 369 hektar sampai saat ini
masih dalam kondisi baik. Vegetasi pantai dengan kondisi sedang, hutan Kapur dengan
luas 2.065,72 hekar juga dengan kondisi yang masih baik, selain itu kebun seluas 166,55
hektar.
Padang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam didalam laut. Lamun hidup diperairan dangkal
pada substrat pasir, lumpur, puing lamun atau campuran ketiganya pada pulau utama dan
rataan terumbu pulau karang. Secara ekologis memiliki fungsi penting bagi wilayah
pesisir, yaitu : 1) sumber utama produktivitas primer; 2) sumber makanan bagi organisme,
misalnya penyu; 3) menstabilkan dasar yang lunak; 4) tempat berlindung organism dari
predator; 5) tempat pembesaran beberapa spesies ikan; 6) peredam arus; 7) tudung
pelindung sinar panas matahari bagi penghuninya. Sebaran Padang Lamun di Pulau
Maratua dapat ditemukan di Teluk Pea, Payung Payung, Bohe Bukut, dan Tanjung Bawa.
Penutupan padang lamun di Pulau Maratua berkisar antara 5 sampai 80 %. Spesies yang
ditemukan adalah Halodule univervis, H. pinifolia, Cyamodocea rotundata, Syrimgodium
isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, halophila ovate dan Halophila
ovalis.
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan terumbu untuk nutrien dalam sistem dan berperan sebagai
kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Keberadaan terumbu karang dengan
berbagai fungsinya sangat penting untuk dipertahankan. Fungsi tersebut diantaranya
mampu melindungi pulau-pulau kecil dari terpaan ombak, tempat beristirahat dan makan
bagi penyu, serta tempat berlindungnya ikan-ikan.
Beberapa atol ada yang telah terbentuk menjadi pulau dan ada yang terbentuk
menjadi danau air asin. Atol yang ada di kawasan laut Berau hanya ada di bagian utara
yaitu Pulau Kakaban, Pulau Maratua, dan gusung Muaras. Luas atol Kakaban 19 km2, luas
atol Maratua 690 km2, luas atol Muaras 288 km2. Luasan tutupan terumbu karang di Pulau
Maratua rata-rata karang keras 26,43 % dan tutupan karang hidup 37,09 % (Survei Manta
Tow 2005). Jumlah spesies karang keras di Pulau Maratua 507 sepsises, menunjukkan
keanekaragaman hayati di kawasan laut berau nomor 2 setelah kepulauan Raja Ampat di
Papua.
Pulau Maratua merupakan pulau paling luas yang ada di wilayah Utara Berau.
Pulau ini sangat jauh di laut, oleh karena itu menjadi salah satu pulau terluar di Indonesia
yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Filipina. Saat ini sudah dibangun bandar
udara dengan panjang 1.400 meter yang masih mungkin dapat diperpanjang sampai 1.700
meter. Fungsi bandara Maratua tersebut yang utama sebagai tempat singgahnya pesawat
tempur milik TNI-AU untuk mengawasi perbatasan dengan negara tetangga dan dapat
difungsikan juga sebagai bandara komersial untuk kunjungan wisatawan bahari. Pada
akhir tahun 2015 atau paling lambat awal tahun 2016 bandara Maratua sudah dapat
difungsikan.
Laut dalam di sekitar Pulau Maratua dijadikan oleh Cetacean sebagai koridor
migrasi. Cetacean yang terdiri dari kelompok paus (whale) dan lumba-lumba (dolphin)
juga ada yang tinggal tinggal dan menetap di sekitar perairan P. Maratua. Spesies yang
mempunyai kemampuan migrasi sangat jauh adalah Sperm Whale dewasa yang hidup
dilintang tinggi dan bermigrasi ke Indonesia lewat Selat Makassar untuk beranak ditempat
yang hangat. Perairan Pulau Maratua merupakan tempat migrasi (breeding migration)
keluarga paus Sperm. Cetacean (paus dan lumba-lumba) sebagian besar individu
ditemukan antara 1-2 mil dari pulau dengan kedalaman 200 meter. Perairan sebelah timur
Maratua dan timur Kakaban (Maratua ‘Canyon’) cukup luas dan dalam, namun demikian
hanya satu mil sepanjang kanal Maratua ditemukan sperm, melon-headed dan pilot whale
dan spinner dolphin. Hal ini dimungkinkan karena Perairan Maratua mempunyai habitat
untuk makanan Paus (Sperm Whale).
Disamping itu ditemukan juga Manta Ray di Pulau sangalaki di antara pulau
Kakaban dan Pulau Maratua. Dengan ditemukannya asosiasi antara cetacien, yang tidak
kurang dari 856 individu sekitar Pulau Maratua, Pulau Kakaban, serta pulau lainnya di luar
administrasi Kecamatan Maratua, seperti Pulau Balikukup dan Pulau Kaniungan.
Sehingga menjadikan wilayah ini potensial dijadikan tujuan wisata bahari di Kabupatem
Berau, khususnya observasi paus (whale watching tourism) dan lumba-lumba (dolphin
watching tourism).
Selain terkenal dengan surga bawah lautnya dan cetacean-nya, Maratua juga
terkenal dengan keberadaan danau yang sangat unik yang terdapat di pulau yang terletak di
barat daya Pulau Maratua. Danau tersebut bernama danau Kakaban. Dalam danau tersebut
terdapat biota yang berupa ubur-ubur, uniknya, berbeda dengan ubur-ubur laut yang biasa,
ubur-ubur ini tidak menyengat dan sangat jinak untuk didekati para wisatawan yang
berenang disana. Ubur-ubur jenis ini hanya ada di Maratua dan tidak ada di tempat lain.
Selain terdapat di Danau Kakaban, ubur-ubur jenis ini juga terdapat di Danau Haji Buang
yang terletak diantara Kampung Bohe Bukut dan Kampung Payung-Payung.
Danau Kakaban dapat menjadi salah satu ikon Pulau Maratua untuk bersaing
dengan destinasi pariwisata lain yang menawarkan keindahan alam bawah laut. Danau
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu senjata andalan untuk mempromosikan
Maratua di lingkup lokal maupun Internasional karena keunikannya dan tidak ada lokasi
lain yang memlikinya. Dalam danau tersebut wisatawan dapat merasakan sensasi berenang
dan menyelam bersama ubur-ubur tanpa harus takut tersengat. Tetapi harus ada
pengelolaan khusus agar kelangsungan ekosistem di danau tersebut tidak terganggu.
4. Kegiatan Ekonomi
Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi paling prospektif bagi masyarakat untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Matapencaharian sebagai nelayan dianggap oleh masyarakat
tidak mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Sehingga, berbagai kegiatan penunjang
wisata bahari menjadi tumpuan masyarakat saat ini. Namu problem sosial-ekonomi
seperti rendahnya tingkat kesejahteraan yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas SDM
harus menjadi perhatian menurut Wijaya (2015).
Sementara itu, peluang usaha pada sektor pertanian juga seolah dihadapkan pada
jalan buntu. Usaha perkebunan kelapa yang telah dirintis dan dikembangkan sejak generasi
awal (sebelum masa kemerdekaan) cenderung terbengkalai. Pengembangan pertanian
lainnya sangatlah sulit, karena lahan memiliki banyak faktor pembatas untuk bisa
dimanfaatkan (sebagian besar lahan berbatu karang). Penerapan rekayasa teknologi pun
belum ditunjang kapasitas SDM yang memadai. Meski ada juga masyarakat yang bertani
dan membuka lahan untuk kebun dan ladang, namun sifatnya subsisten. Dari uraian diatas
dapat dipahami, bahwa kondisi SDM masyarakat Pulau Maratua yang terbatas merupakan
salah satu akar permasalahan yang menyebabkan terhambatnya masyarakat dalam
mengembangkan kemandirian dan peningkatan kesejahteraannya. Selama ini pun
masyarakat Pulau Maratua secara bersama-sama belum memiliki visi dan agenda pulau
yang tegas, komprehensif, sinergis, dan berkekuatan hukum, sebagai acuan dan tujuan
bersama untuk meningkatkan kesejahteraannya dan eksistensinya.
Jasa akomodasi berkembang di hampir semua desa. Jasa akomodasi yang ada di
Maratua bukan berupa hotel melainkan resort dan penginapan. Untuk resort tercatat di
2014 ada 3 dimana 2 terletak di Desa Teluk Harapan, sedangkan 1 berada di Desa Teluk
Alulu. Untuk pengnapan tercatat pada tahun 2014 ada 3 yang semua berada di Teluk
Harapan. Sedangkan yang lain berupa homestay ada hampir di semua kampung. Namun
pada tahun 2014 tercatat homestay yang masih menerima tamu ada 2 yang berada di Desa
Bohesilian.
Untuk transportasi penghubung antar desa sebagian besar menggunakan
transportasi darat, baik sepeda motor atau mobil. Hanya 1 desa yang harus menggunakan
sarana transportasi laut, Di Kecamatan Maratua juga sedang dibangun bandara sehingga
semakin mempermudah akses bagi orang luar untuk masuk ke Kecamatan Maratua.
5. Sosial Budaya
Dengan jumlah penduduk 3.511 jiwa pada 31 Agustus 2015, Pulau Maratua
didiami oleh masyarakat tradisional dan sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Secara
umum tingkat pendidikan rendah, keterbatasan pola pikir dan kreativitas, keterbatasan
keahlian, hingga kesadaran dan kearifan yang rendah dalam mengelola lingkungan dan
sumberdaya alam. Kondisi tersebut berdampak pada sikap dan perilaku masyarakat yang
cenderung pragmatis dan keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Karakateristik ini merupakan karakter umum nelayan di Indonesia. Suku yang mendiami
pulau ini adalah mayoritas suku Bajau, dan beragama Islam. Suku lainnya ialah Bugis,
Banjar, Berau, dan Bali (Wijaya, 2015).
Kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung langsung pada hasil laut, baik
dari kegiatan penangkapan maupun budidaya. Kompetensi masyarakat terbentuk melalui
mekanisme pewarisan keahlian bidang perikanan dari generasi ke generasi. Menurut
Wijaya (2015), terbatasnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan informasi,
menjadikan lemahnya kemampuan dan kepekaan dalam mendayagunakan potensi
pengembangan pulau untuk memperbaiki taraf hidupnya, seperti di bidang pariwisata.
Maratua yang sarat akan tradisi leluhur juga dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata
budaya. Sehingga jika potensi alam dan budaya tersebut dikembangkan dapat menjadi satu
kesatuan paket wisata. Keramahan masyarakat dan kebudayaan di Pulau Maratua yang
sebagian besar dihuni masyarakat dari suku Bajau juga dapat menjadi daya tarik wisata
budaya di daerah tersebut.
Peluang mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru bagi masyarakat
sebenarnya sangat terbuka, khususnya sektor pariwisata, yang mencakup puluhan bidang
usaha di ranah hulu hingga hilir. Usaha ini didukung dengan semakin meningkatnya minat
dan kunjungan wisata serta jasa lingkungan alam untuk wisata bahari yang berlimpah.
6. Kelembagaan
Sama halnya dengan Kecamatan Derawan, kelembagaan yang ada dapat
dikategorikan pada tingkat lokal, regional, dan nasional. Pola dan struktur kelembagaan,
umumnya sama dengan kelembagaan yang berkembang di Kecamatan Derawan, hanya
perlu mejadi perhatian adalah kelembagaan yang mengelola P. Maratua sebagai pulau
terluar dan berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia dan Philipina. Interaksi antara
kelembagaan di tingkat kecamatan dan desa perlu mendapat perhatian khusus dalam
pengembangan ekonomi lokal masyarakat yang berdomisili di P. Maratua.
7. Isu Pengembangan
Pulau Maratua merupakan pulau berbatasan langsung dengan wilayah perairan
Filipina. Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa
lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan
pembangunan pulau ini. Namun pemanfaatan potensi pulau ini masih belum optimal
akibat perhatian dan kebijakan Pemerintah selama ini lebih berorientasi ke darat.
Maratua yang selama ini lebih dikenal tergabung dalam gugusan kepulauan
Derawan di Kabupaten Berau adalah sebagai bagian dari Daerah Tujuan Pariwisata atau
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Derawan - Kayan Mentarang dan sekitarnya.
Destinasi Pariwisata Nasional adala kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan yang berskala nasional. Dengan demikian sudah seharusnya Maratua juga
mendapat prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan pariwisata.
Pengembangan ekowisata dapat menjadi salah satu solusi dalam hal tersebut, yaitu
dengan mengoptimalkan potensi alam yang dimiliki tanpa merusaknya karena berprinsip
pada kelestarian lingkungan, kemantapan struktur sosial dan kelestarian ekonomi Sumber
daya alam dan keanekaragaman hayati. Melalui sektor pariwisata, Maratua dapat berperan
penting untuk pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau. Posisinya yang sangat strategis
sebagai pulau terluar Indonesia, Maratua juga rawan untuk diambil alih oleh negara lain
jika pemanfaatan serta pengembangan pulau tersebut tidak dimaksimalkan oleh
pemerintah. Maka dari itu, Maratua dapat digolongkan sebagai Kawasan Strategis (KSPN)
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau
lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Skema kemitraan pariwisata dapat dikembangkan (Wijaya, 2015). Skema ini
ditawarkan oleh pihak resort yang ada (sebagaimana informasi yang didapat dari Kepala
Kampung Teluk Harapan dan Camat Maratua), namun belum membuahkan hasil. Diantara
factor penyebabnya adalah ketidaksiapan masyarakat juga diduga karena belum adanya
titik temu mekanisme komunikasi dan mediasi efektif antara pihak resort dengan
masyarakat. Akibatnya, antrian wisatawan dengan terbatasnya daya tampung resort
acapkali terjadi. Meski cukup banyak masyarakat yang mulai mendayagunakan huniannya
sebagai homestay, namun kondisi dan pelayanannya cenderung belum memenuhi standar
kelayakan dan kenyamanan wisatawan ceruk pasar (high class).
Selain itu, dengan semakin besarnya minat investor dibidang pariwisata di Pulau
Maratua akhir-akhir ini, oleh masyarakat justru disikapi dengan menjual lahan yang
diklaim sebagai miliknya kepada para investor. Tidak hanya penduduk Maratua yang
menjual lahannya. Beberapa penduduk dari luar Maratua yang pernah tinggal di Maratua
kini berlomba-lomba mengklaim lahan dan menjualnya pada investor asing. Bahkan
menurut salah satu tokoh masyarakat, 25% lahan strategis untuk pengembangan pariwisata
kini sudah berpindah tangan ke investor asal Cina.
Letak geografis Pulau Maratua yaitu berada di sebelah timur Pulau Kalimantan dan
berbatasan langsung dengan perairan Filipina. Tidak jarang ketika gelombang besar
banyak nelayan dari Maratua terdampar di Filipina ataupun sebaliknya nelayan dari
Filipina terdampar sampai pulau Maratua. Posisi Maratua yang berada di pulau terluar
Indonesia menjadikan Maratua mudah diakses oleh wisatawan dari luar negeri dengan
menawarkan pariwisata minat khusus yang semakin diminati oleh wisatawan. Dengan
segala potensi wisata yang melimpah serta didukung kebijakan pengelolaan yang baik
Maratua akan menjadi destinasi pariwisata unggulan di masa yang akan datang.
Maratua merupakan satu pulau yang berbentuk kecamatan dan terdiri dari empat
desa yang lebih dikenal dengan sebutan kampung. Dengan keadaan seperti itu Maratua
cocok didesain menjadi kampung wisata dimana setiap setiap kampungnya terintegerasi
satu dengan yang lain dan mempunyai peran yang berbeda menurut potensinya masing-
masing. Infrastruktur yang tersedia di kecamatan tersebut belum memadai seperti
contohnya belum tersedianya listrik dan air bersih di daerah tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari warga banyak yang mengandalkan tampungan air hujan. Karena
struktur tanah yang terbentuk dari batuan karst menyebabkan sumber air tanah di wilayah
tersebut terbatas.
Masyarakat belum mampu mengelola potensi wisata yang ada dan belum bisa
menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Pulau Maratua mempunyai sumber daya alam
serta kebudayaan yang sangat berpotensi dikembangkan menjadi destinasi pariwisata.
Sumber daya alam tersebut terdiri dari keindahan alam bawah laut dengan segala
keanekargaman hayati yang terkandung didalamnya, goa, danau, dan pantai serta
pemandangan alam lain yang sangat indah.