Download - Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
1/66
MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
KESEHATAN PEDESAAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Health Nursing
(CHN)
Oleh :
KELOMPOK 3
REGULER 2 2012
Betris Dian Kavalo 125070200111030
Lisa Theana 125070201111012
Sang Made Firsto Mogi W G 125070201111034
Sahrul Aini 125070201111008
Octavya Aji Permatasari 125070200111028
Amirullah 125070207111010
Riyan Aji Anggana 125070207111012
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
2/66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Rifhi Siddiq,desa merupakan suatu wilayah yang
mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk dengan
interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian dibidang
agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang
biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Mata pencaharian
mereka dari bercocok tanam atau pun melaut, yang jelas memanfaatkan
hasil alam. Masyarakat desa adalah sosok yang sederhana dan juga
masih memegang teguh kebiasaan adat yang diajarkan leluhur mereka
secara turun temurun dan Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku
didaerahnya. Sehingga terkadang mereka mudah curiga apalagi dengan
orang asing, mempunyai sifat kekeluargaan yang erat. Lugas atau
berbicara apa adanya dan jauh lebih bisa menghargai orang lain juga
memiliki kehidupan beragama atau religius yang kuat.
Mengenai lingkungan sebagai faktor penentu karakteristik desa-
kota, Smith dan Zopf membedakan 3 jenis lingkungan yaitu lingkungan
fisik/unorganik, lingkungan biologik/organik, lingkungan sosio kultural.
Lingkungan sosial-kultural dibagi lagi menjadi tiga kategori, yakni fisik,
biososial dan psikososial (dalam Rahadjo, 1999).Secara garis besarnya
dalam hal lingkungan fisik, masyarakat desa lebih langsung berhadapan
dan dipengaruhi oleh lingkungan fisik dibandingkan dengan masyarakat
kota. Tanah dan kekotoran yang untuk orang kota sinonim dengan bakteri,
untuk orang desa bergumul dengan kekotoran (lumpur) itu justru menjadi
kehidupan bagi mereka (Rahadjo, 1999). Dalam hal lingkungan sosio-
kultural, perbedaan antara kehidupan masyarakat desa dan kota juga
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
3/66
terlihat jelas pada ketiga katagori lingkungan sosiokultur dalam lingkungan
psikososial, kota lebih memperlihatkan bangunan-bangunan fisik yang
lebih banyak dan bervariasi.Berdasarkan lingkungan biososial, kota lebih
memperhatikan komposisi ras atau kebangsaan yang beragam dibanding
dengan masyarakat desa. Dalam lingkungan psikososial, lingkungan
perkotaan jauh lebih kompleks dibanding dengan perdesaan. Desa tidak
jarang memberikan asosiasi yang romantik. Bagi penduduk kota yang
tidak mengurangi hiruk pikuk, udara bercampur asap knalpot, siang yang
membakar serta hidup yang sangat individualistis, desa merupakan
firdaus yang menawarkan ketenangan, udara bersih, pohon yang rindang
dan kehidupan yang sangat kekeluargaan.Tetapi asosiasi yang romantik
itu akan perlahan lenyap apabila seseorang mendapat kesempatan untuk
tinggal beberapa waktu didesa. Akan segera nampak bahwa sebagian
besar penduduk desa di Indonesia dililit masalah yang sangat parah yakni
kemiskinan (Hagul, 1992).
Biro Pusat Statistik (BPS) mengungkap Maret 2012, 63 persen dari29.13 juta penduduk miskin di Indonesia tingal di pedesaan, hal ini secara
otomatis dipahami bahwa itu adalah petani dan buruh tani.Profesor
Sajogyo mengungkap bahwa kepemilikan lahan petani gurem di Indonesia
adalah rata-rata kurang dari 0.5 hektar, dan setiap tahun meningkat
sebesar 1.5% per tahun, dan jumlah buruh tani meningkat dengan laju 5%
per tahun. Penguasaan lahan oleh Pemerintah lebih banyak diberikan
kepada masyarakat kota dibanding kepada masyarakat pedesaan.
Setiap tahun puluhan ribu hektar lahan sawah berubah fungsi menjadi
pemukiman, kawasan industri/pabrik-pabrik, kota mandiri, dan bahkan
tempat bermain golf.
Selain kemiskinan masih terdapat beberapa masalah pada
masyarakat perdesaan. Masalah ini dapat disederhanakan menjadi 3
bagian yaitu pendapatan yang rendah, adanya kesenjangan yang dalam
antara yang kaya dan yang miskin, dimana yang miskin adalah mayoritas,
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
4/66
pastisipasi rakyat yang minim dalam usaha-usaha pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah. Keadaan yang demikian itu mempunyai sebab
yang kompleks, namun kalau disederhanakan, maka sebab-sebab pokok
adalah kurangnya pengembangan sumber daya alam, kurangnya
pengembangan sumber daya manusia, kurangnya lapangan kerja dan
adanya struktur masyarakat yang menghambat (Hagul, 1992). Data BPS
berdasarkan Sensus Pertanian 2003 mengungkap bahwa 80 persen dari
petani kita hanya menamatkan pendidikan paling tinggi setingkat sekolah
dasar (SD).
Masalah pokok dalam pedesaan tidak hanya mencakup pada 3
bagian sebagaimana yang telah disebut diatas masalah kesehatan juga
terjadi pada masyarakat pedesaan. Masalah kesehatan dipedesaan dapat
ditinjau dari dua segi, yakni hal kesehatan sendiri (substantial) dan hal
penyelenggaraannya (management. Masalah kesehatan (substantial)
dapat berupa berbagai jenis penyakit sedangkan masalah
penyelenggaraan kesehatan meliputi masalah peningkatan, perlindungan,penemuan masalah, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada
perseorangan maupun pada kesehatan masyarakat. Dari hasil penelitian
masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah penyakit-penyakit
infeksi (pernafasan, perut, kulit, dan lain-lain). Penyakit-penyakit infeksi,
yang satu sama lain berbeda sifat mempunyai hubungan erat dengan
lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh rendah. Daya
tahan tubuh yang rendah dapat terjadi karena ketidakseimbangan
pemenuhan gizi dan kebutuhannya, kemajuan ekonomi dapat mendorong
perbaikan gizi sehingga dapat memperkuat daya tahan. Kemajuan
ekonomi juga akan mendorong perbaikan lingkungan hidup yang
mengurangi kejangkitan penyakit. Rendahnya kejangkitan penyakit dan
tingginya daya tahan ini dapat meningkatkan taraf kesehatan pada
masyarakat (O.M.S dalam Hagul, 1999).
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
5/66
Masalah kesehatan yang menonjol di daerah pedesaan adalah
tingginya angka kejadian penyakit menular, kurangnya pengertian
masyarakat tentang syarat hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan
hygiene dan sanitasi yang kurang memuaskan (Hagul, 1992). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang kurang didaerah pedesaan menyebabkan
sebagian besar masyarakat masih sulit mendapatkan atau memperoleh
pengobatan, selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan
terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah kenyataan
yang sering terjadi dimana penderita atau keluarga penderita tidak dengan
segera mencari pertolongan pengobatan. Perilaku yang menunda untuk
memperoleh pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan
treatment Delay (Sarafino, 2006).Keadaan seperti ini merupakan keadaan
yang umum di jumpai di negara-negara yang sedang berkembang
khususnya di daerah pedesaan dimana tingkat pendidikan rendah dan
kemiskinan merupakan keadaan yang umum dijumpai. Lebih dari separuh
kematian anak terjadi karena penyakit-penyakit diare, saluran nafas dan
kurang gizi merupakan keadaan-keadaan yang saling memperkuat satu
dengan yang lain, kondisi seperti ini tidak hanya ditimbulkan oleh fasilitas
kesehatan yang kurang, tetapi juga karena penderita atau keluarga
penderita tidak segera mencari pertolongan pengobatan atau disebut
sebagai treatment delay (Hagul, 1992). Hal ini didukung penelitian Michael
A Koenig (2007), yang menyatakan bahwa dinegara yang sedang
berkembang seperti India (Bangladesh) hanya 1/3 wanita yang dengan
segera mencari pertolongan praksiti kesehatan dalam menangani
masalah kehamilannya dan level memperoleh perawatan kesehatan ibu
hamil lebih tinggi didaerah perkotaan daripada daerah pedesaan.
Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali
kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas
tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan
yang tidak memuaskan dan sebagainya. Faktor persepsi atau konsep
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
6/66
masyarakat itu tentang sakit sering kali terabaikan, pada kenyataannya
dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit
yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit
yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan
kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat sakit yang dialami
masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan karena adanya persepsi sakit yang
berbeda antara masyarakat dan praktisi kesehatan. Perbedaan persepsi
ini berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit)
(Notoatmodjo, 1993).
Kesehatan menurut WHO diartikan sebagai keadaan baik secara
menyeluruh termasuk kondisi fisik, mental dan sosialnya, tidak sekedar
ketiadaan suatu penyakit atau kecacatan. Dalam pengertian kesehatan
seperti inilah setiap kondisi lingkungan yang berpengaruh kepada
gangguan fisik, mental, dan sosial seseorang pada dasarnya adalah
pengaruh lingkungan terhadap kesehatan (Amsyari, 1996). Sedangkanmenurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan hal di atas penulis akan mengulas konsep mengenai
kesehatan pedasaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi kesehatan pedesaan
2. Mendeskripsikan karakteristik pedesaan
3. Mendeskripsikan Isu populasi pedesaan
4. Mendeskripsikan perawatan populasi pedesaan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
7/66
1.3 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan informasi bagi praktisi kesehatan bagaimana
konsep kesehatan pedesaan
Memberikan informasi bagi masyarakat supaya mengetahui
lebih jauh mengenai konsep kesehatan pedesaan
Memberikan masukan bagi penyelenggaraan kesehatan di
desa, agar tidak hanya fokus pada fasilitas kesehatan tetapi juga
memperhatikan konsep kesehatan masyarakat khususnya di daerah
pedesaan dalam melakukan intervensi kesehatan.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
bidang Psikologi khususnya psikologi klinis.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
8/66
BAB II
TEORI DAN KONSEP
2.1 Definisi kesehatan pedesaan
Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai suatu gejala
yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu
komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat
tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan
terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun
cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama.
(Rahadjo, 2006).
Desa dalam pengertian umum seperti yang didefiniskan dalam
Undang0undang nomer 32 tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat
umum yang memiliki batas-batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempa, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistempemerintahan Negara kesatuan republic Indonesia (Rahayu, 2009). Ciri
utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal
(menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata
lain suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap suatu wilayah
tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping terutama untuk
tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. (Rahadjo,
2006).
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,
yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu
sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak
hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari
seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau
kesehatan tersebut. (Notoatmodjo,2003). Kesehatan pedesaan adalah
suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
9/66
sehingga seseorang agar dapat melakukan aktivitas secara optimal
khususnya di daerah pedesaan (Notoatmojo,2003).
2.2 Karakteristik Pedesaan
2.2.1 Karakterisitik Pedesaan :
Penjelasan mengenai karakteristik desa yang ditempatkan
sebagai masyarakat yang masih bersahaja, selalu dikaitkan atau
dilawankan dengan pemahaman mengenai kota yang maju dan
kompleks. Hal ini menyebabkan karakteristik antara desa dan kota
cenderung bersifat kontras satu sama lain. Dalam merumuskan
karakteristik yang kontras tersebut sejumlah sosiolog masih
mengacu pada pola pemikiran yang bersiat teoritik seperti konsep
Ferdinand Tonnies (Gemeinschaft-Gesellschaft),Charles Cooley
(Primary-Secondary group) dan Emile Durkheim (Solidaritas
Mekanik-organik).
Menurut Roucek & Warren (1962) dan Horton & Hunt (1976)
, masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Peranan kelompok primer sangat besar
2. Faktor geografik menentukan sebagai dasar
pembentukan kelompok/asosiasi
3. Hubungan antar personal bersifat intim dan awet
4. Homogen dan mobilitas sosialnya rendah
5. Fungsi keluarga lebih ditekankan sebagai unit ekonomi
6. Jumlah anak dalam keluarga lebih banyak
7. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial
Sedangkan Pitirin A. Sorokin dan Carle C Zimmerman
(dalam Rahardjo, 1999) menambahan karakteristik yang belum
disebutkan oleh Roucek & Warren serta Horton & Hunt
sebelumnya, yaitu dari aspek stratafikasi sosial, interaksi sosial dan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
10/66
solidaritas sosialnya. Berikut karakterisitik tambahan dari Pitirin A.
Sorokin dan Carle C Zimmerman :
1. Aspek stratafikasi sosial : Sederhana, perbedaan jarak
sosial dekat, mengelompok pada lapisan menengah,
dasar pembeda cenderung kaku
2. Aspek interaksi sosial : kontak sosial cenderung sedikit
dan tida bervariasi
3. Aspek solidaritas sosial : muncul berdasarkan kesamaan
yang ada pada lingkungan sekitarnya
Konsep-konsep desa yang dikemukana diatas belumlah
cukup untuk memberikan gambaran desa-desa di Indonesia. Hal ini
disebabkan di Indonesia masih terdapat desa yang masih
mendekati desa era prakapitalistik (desa sebelum modernisasi). JH
Boeke dalam bukunya The Interest of the Voiceless Far east,
Introduction to Oriental Economics tahun 1948, menggambarkan
ciri pokok desa prakapitalistik adalah:
a. Penundukan kegiatan ekonomi dibawah kegiatan sosial,
artinya kegiatan sosial lebih penitng daripada kegiatan
ekonomi, bahkan kegiatan ekonomi dipandang sebagai
kejahatan.
b. Keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis
sehingga masyarakat desa hakekatnya bukan
merupakan unit ekonomi tetapi merupakan unit sosial
dengan keluarga merupakan unit terkecil dan terpenting.
Dengan kata lain keterpaduan masyarakat desa bukanlah
keterpaduan ekonomi tetapi keterpaduan sosial.
c. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada
ekonomi, oleh karena itu masyarakat desa merupakan
pengelompokan kecil-kecil yang menyebabkan
orangorang desa saling mengenal dan akrab satu sama
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
11/66
lain. Berdasarkan hubungan personal inilah maka tradisi
yang ada dapat dipertahankan.
d. Desa cenderung menatap ke belakang tidak kedepan,
yang dapat memperkuat kelestarian tradisi setempat.
e. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan,
menerima tradisi dan moral kelompok sebagai
pedomannya. Hal ini menyebabkan tingkat kolektivitas
yang sangat tinggi, individualisme otomatis tidak dapat
diterima.
2.2.2 Masyarakat Pedesaan
Karakteristik masyarakat desa di perdesaan dapat dilihat dari
sisi demografi, Ekonomi, Sosial-budaya dan Psikologi masyarakat
atau psiko-sosial. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat desa
memiliki karakteristik:
1. Hidup adalah persoalan kelangsungan hidup
a. karena ekonomi petani terutama produksi yang rendah
b. karena rural war sangatpenting dalam melihat dunia luar.
c. karena petani tidak memiliki kontrol dalam keputusan
sesuatu dalam kehidupan; keputusan dibuat dari pusat
kekuasaan, bisnis, industri, dan pengetahuan. Petani selalu
tidak mengetahui bagaimana atau mengapa mereka
membuat keputusan
d. karena itu, petani sangat hati-hati banyak langkah yang keliru dibuat
yang dapat menimbulkan kesukaran. Oleh karena itu, petani enggan
mengambil risiko.
2. Tanah/lahan adalah dasar utama dalam kehidupan
a. produktifitas lahan hampir minimal
b. pertanian banyak atau sedikit tradisional
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
12/66
c. tidak proporsional kepemilikan kekayaan dan pendapatan
d. input dalam penggunaan lahan tidak didapat dengan mudah
oleh patani, jika pernah, mereka tidak memiliki kontrol setiap
saat.
e. tapi pertanian mulai berubah; berubah dalam teknologi,
kepemilikan lahan, struktur, kemampuan dan skill
(kecakapan).
3. Keluarga dalam jumlah besar dan fokus utama kehidupan
sosial
a. keluarga inti menjadi tipical pola
b. tiap anggota keluarga memiliki peran
c. kawin usia muda menjadi keadaan yang biasa
d. keluarga-keluarga yang besar, akibatnya; kematian bayi
tinggi, pertumbuhan fisik anak-anak sangat lambat,
kesehatan ibu menurun dan skore anak-anak signifikan
rendah dalam tes IQ
4. Kehidupan desa adalah mengatur masyarakat sekitar
a. tetanga mengubah kehidupan keluarga disamping yang lain
memberikan dasar saling membantu, kunjungan sosial dan
aktifitas bermain anak-anak.
b. individu mengenal mereka sendiri dengan masyarakat
c. dalam masyarakat, kelompok informal menjadi ada untuk
berbagai tujuan, seperti menggosip, malas-malasan, minum-
minum, main kartu dan aktivitas informal lainnya.
d. kelompok formal juga ada, seperti majlis/dewan desa, dan
banyak organisasi lain yang diatur kelompok dari luar (
biasanya agen pemerintah)
e. kepemimpinan yang diberikan oleh masyarakat. Masyarakat
desa memiliki ranking individu dan pola kepemimpinan yang
memberi persetujuan tentang sistem ranking. Pemimpin
diharapkan menunjukkan peran yang tepat dalam sistem.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
13/66
5. Karakteristik antar hubungan dan psikologi
a. hubungan personal sangat penting. Oleh karena itu, ada
nilai tinggi yang halus dalam hubungan antar personal.
Banyak transaksi menjadi didasari oleh hubungan personal
yang tinggi.
b. Rasa saling tak percaya dan selalu dalam keadaan
kelambanan. Semangat Bayanihan menahan fenomena ini
sungguh ada dalam wilayah desa. Ini menemukan dalam
orang-orang kepercayaan bahwa emuanya baik, seperti
pada tanah, kekayan, kesehatan, kekuasaan dan
penyelamatan dan lainlain. Hal ini diberi kuantitas definit
dan dapat mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika ada
orang mengalami kenaikan dalam bagian ini, ada hubungan
penurunan pada yang lain. Konsekuensinya, penduduk
desa menentang perubahan, yang dapat digunakan untuk
mengurangi bagian roti atau enggan untuk mengalami
kenaikan bagiannya untuk ketakutan yang tak
mnyenangkan dari tetangganya.
c. Agama dan tahayul sikap penting dalam kehidupan desa.
Agama menjadikan manusia menyesuaikan diri apa yang
tidak diketahuinya dan tidak terkontrol kekuatan di alam
semesta. Ini mengatur dia dalam kekuatan dan membangun
tingkah laku yang dapat diterima sesama manusia. Ini
meliputi kepercayaan dan pemujaan dan pengorbanan unuk
memperoleh kepuasaan spiritual dan ini meliputi bagian
siapa yang berdiri diantara tempat ibadah. Tahayul
mendalam dalam budaya manusia desa. Ini mempengaruhi
kepercayaannya, sikap dan perbuatan dalam kehidupan di
dunia. Sebagai contoh, orang desa Filipina percaya
kontrasepsi dan aborsi sudah terdapat secara alami dan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
14/66
ditakdirkan. Oleh karena itu, pemakaian kontrasepsi akan
dapat dihukum oleh hukum alam dan spiritual.
6. Waktu sekarang sangat penting dan masyarakat desa biasanya
tidak berkemauan untuk kelambatan hadiah. Orang memiliki
perhatian terhadap masa yang akan datang dan sangat respek
terhadap masa lalu, tapi sangat tidak interes dengan kejadian
masa datang dalam perasaan agama atau mistik. Konsep
mengenai waktu teliti dan sedikit terstruktur dibandingkan
dengan daerah kota. Mungkin karena itu, upah, sangat sering
tidak terlambat. Untuk mereka merubah sikap dan tingkah laku
mereka, mereka harus melihat dengan segera keuntungan atau
upah. Segera setelah melihat upah, ini adalah yang terbaik. Ini
mungkin satu alasan mengapa rencana (dalam penggunaan
teknik) tidak segera diterima umum untuk mencapai sasaran
dalam masyarakat desa. Sebaga contoh, uji coba varitas
tanaman baru, metode perencanaan keluarga atau proyek
pembangunan masyarakat seperti bangunan air, upah yang
diberikan terlambat. Upah diberikan berangsur-angsur dan
menunggu waktu untuk terwujud. Masyarakat desa hampir tidak
berkemauan untuk menungu keuntunan sebab mereka ditekan
oleh masalah memebri makan keluarga mereka, uang untuk
pakaian, danmembayar untuk jasa kesehatan dan lain-lain.
7. Karakteristik pendidikan dan komunikasi
a. Sekolah formal terbatas
b. tingkat DO tingi. Banyak hal yang menjadi faktor, seperti:
kualitas yang rendah dari lembaga / fasilitas
kurikulum tidak relefan berhadapan dengan keinginan
mereka
jarak yang jauh sebelum mencapai sekolah
c. Akses informasi terbatas. Kelambanan informasi ini
menjadikan desa kurang mengetahui alternatif yang terbaik
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
15/66
dan membuat mereka terlambat mempraktekannya. Kondisi
mereka dilanjutkan apa yang yang mereka lihat seperti
legitimasi, kecocokan dan pantas. Kontibusi ini membuat
mereka tak tertarik dan segan untuk menerima atau respon
terhadap ide baru dan kebiasaan baru.
d. Sistem komunikasi desa selalu melalui pertemuan kelompok
informal yang tiak reguler tapi frekuensi tempat dalam desa.
Diskusi yang dilakukan tergantung dari waktu yang mereka
miliki. Selain itu orang-orang informal mentransfer informasi
melalui radio yang memiliki banyak saluran. Televisi cepat
mereka tangkap. Media cetak selalu memiliki keuntungan
daerah. Barang cetakan yang sangat terkenal adalah komik.
e. Media tradisional tetap populer. seperti media drama rakyat,
pertunjukan nyanyian, pertunjukan lawak tetap populer dan
dapat diterima. Olehkarena itu mereka baik menangkap
informasi.
2.2.3 Karakteristik Populasi Masyarakat Desa
1. Usia dan Gender
a. Perbedaan usia masyarakat
Padatnya kesibukan menyebabkan masyarakat
perkotaan kerap kali mengabaikan pentingnya kualitas
makanan yang dikonsumsi.Asal cepat dan kenyang menjadi
motto utama. Hasilnya, selain ketidakteraturan dalam pola
makan, juga terjadi kekurangan dalam asupan nutrisi yang
disebabkan dipilihnya fast food sebagai santapan utama.
Lengkapnya infrastruktur dan fasilitas kota memang
mempermudah segala aktivitas. Namun karena terlalu
mudahnya, kuantitas gerak tubuh menjadi berkurang, bahkan,
menjadi malas berolah raga. Hal ini juga disebabkan warna
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
16/66
pekerjaan perkotaan yang cenderung mengharuskan duduk
sepanjang hari di dalam ruangan.
Fazale R Rana, Hugh Ross, dan Richard Deem
misalnya. Dalam jurnalnya, Long Life Spans: Adam Lived 930
Years and Then He Died mereka menyatakan bahwa
perbedaan rentang usia manusia antargenerasi, selain
disebabkan oleh faktor genetikayang terdiri dari perubahan
panjang telomer dan ukuran genom yang lebih kecil juga
disebabkan oleh radikal bebas dan diet kalori. Radikal bebas
dan diet kalori berhubungan erat dengan lingkungan, gaya
hidup, dan pola makan.
b. Perbedaan Gender
Pada kehidupan pedesaan terjadi kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan. Perempuan berbagi berbagi
kerja dengan laki-laki. Mereka seringkali ke sawah bersama,
menanam bibit, mencari rumput untuk ternak dan pekerjaan lain
yang hampir sama dengan laki-laki. Para perempuan ini
memiliki peran yang setara. Mereka saling melakukan
pekerjaan yang terkesan maskulin, sesuatu yang justru jarang
ditemui di kota. Sebaliknya laki-laki pun tak jarang melakukan
perkerjaan yang feminin, seperti membuat makanan dan
minuman pada acara-acara yang besar, mencuci peralatan
sesudah digunakan, memasak daging dan air seperti rapat atau
hajatan.Sementara para perempuan menyiapkan nasi dan
sayuran.
2. Pekerjaan dan pendapatan
Masyakat desa umumnya bersifat homogen, seperti
dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan
sebgainya.Sebagian besar masyarakat desa umumnya
bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang.Penduduk
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
17/66
desa bertani baik sebagai pemilik sawah ataupun buruh tani
yang pengasilannya tergantung hasil panen yang di hasilkan.
Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak
besar.Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata
pencaharian di bidang agraria.Kekayaan di desa juga tidak
hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari
berapa jumlah ternak yang mereka punya.Ini adalah suatu
dampak dari kurangnya teknologi di desa.Masyarakat desa
kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di
celengan.Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula
celengan.Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja
perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang
mereka.Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan
mati.Kekayaan mereka tidak permanen.Mereka belum
mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan
ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang
sudah menabung di koperasi, namun belum semua
melakukannya.Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan.Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk
mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti
menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli
modal untuk mengembangkan usaha mereka.Mereka juga
kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi
yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap
sebagai barang mewah).
3. Pendidikan
Di desa, pada umumnya tingkat pendidikannya hanya
sampai SMA. Adapun mereka yang berasal dari desa yang
telah melanjutkan pendidikannya sampai ke universitas
(sarjana) , kebanyakan tidak kembali ke desanya, dan tidak
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
18/66
mengusahakan suatu perngembangan bagi desanya.Adanya
perbedaan anatara kualitas pendidikan di daerah kota dan di
daerah pedesaan.Kualitas pendidikan daerah pedesaan
membuat pemerintah sulit menetapkan standar.Rendahnya
tingkat mutu pendidikan di daerah pedesaaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Sebagai contohnya rendahnya mutu
pendidikan siswa pedesaan karena dilatarbelakangi rendahnya
minat dari orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.
Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya
minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke
Sekolah Menengah Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial
budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor kurangnya biaya
pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%.
Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar
59,1%. Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%.
Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur
masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat,
dan kebiasaan. Menurut Dalyono (2008), Anak-anak yang
dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan anak di desa.
Pada umumnya anak yang tinggal di kota lebih bersikap aktif
dan dinamis, bila dibandingkan dengan anak desa yang selalu
bersikap statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan
dan kemajuan anak yang tinggal di kota jauh lebih pesat
daripada anak yang tinggal di desa. Masyarakat yang
berpikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal tidak
begitu penting. Mereka merasa percuma saja sekolah karena
hanya akan menghabiskan banyak biaya. Terlebih lagi kondisi
masyarakat desa yang mayoritas bukan dari kalangan yang
berada
4. Ras dan etnik
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
19/66
Suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia
sangatlah beraneragam dan menurut Hildred Geertz di
Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-
masing memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang
berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia secara
umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam,
Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha.Selain itu terdapat
agama-agama lain seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di
Kalimantan, Sunda Kawitan (suku Baduy) serta aliran
kepercayaan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut
merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna
tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran
untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan
dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan
melalui integrasi. Namun masyakat desa umumnya bersifat
homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-
istiadat, ras dan etnik.
RURAL COMMUNITY HELATH NURSING
Rural Community Helath Nursing lebih sering wanita yang
dibesarkan atau tinggal di area pedesaan.Perawat pedesaan
adalah anggota aktif di komunitasnya dan merupakan profesional
yang dihormati (Bushy, 2000).Pada prakteknya, keperawatan
komunitas desa menggunakan primary, secondary dan tertiary
prevention.Primary prevention menyediakan fasilitas imunisasi
untuk anak-anak pada layanan posyandu atau vaksin influenza
pada pusat pelayanan masyarakat.Pada secondary prevention
perawat mengukur tekanan darah pada orang-orang dewasa atau
skrining skoliosis pada anak-anak masa sekolah. Peluang perawat
komunitas desa pada tertiary prevention dengan anak-anak yang
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
20/66
membutuhkan perawatan kesehatan khusus atau memberikan
home care pada penduduk desa yang baru menjalani rawat inap di
rumah sakit. Peran perawat pada keperawatan komunitas desa
antara lain :
1. Peran sebagai advocate, yaitu membantu klien dan keluarga
memperoleh perawatan yang terbaik.
2. Peran sebagai koordinator/case manager, yaitu sebagai
penghubung kebutuhan kesehatan dengan dan tenaga
kesehatan.
3. Peran sebagai health teacher, yaitu memberikan edukasi
kepada setiap individu, keluarga, maupun kelompok terhadap
promosi kesehatan atau topik yang berkaitan dengan
kesehatan lainnya.
4. Peran sebagai referral agent, yaitu memberi peluang koneksi
kepada penduduk desa dan pennyedia layanan kota.
5. Peran sebagai mentor, yaitu membantu perawat komunitas
yang baru, mahasiswa keperawatan, dan perawat baru lainnya
tentang komunitas desa.
6. Peran sebagai change agent/researcher, yaitu memberikan
pendapat baru terhadap pemecahan masalah perawatan
pasien dan masalah kesehatan komunitas berdasarkan
penelitian, literatur yang dapat dipercaha, dan pengkajian
komunitas.
7. Peran sebagai collaborator, yaitu bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain untuk memaksimalkan outcome pada klien
secara individu dan juga masyarakat secara luas.
8. Peran sebagai activist, yaitu mengambil resiko yang tepat
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
21/66
2.3 Isu populasi pedesaan
Saat ini total populasi dunia mendekati 7 trilyun, jauh melebihi
jumlah 2,2 trilyun pada pertengahan abad 20. Indonesia memiliki
jumlah penduduk yang besar, menjadikan negara ini negara
denganpenduduk terpadat ke-4 di dunia setelah China, India, Amerika
Serikat . Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai
angka 237.641.326. Jumlah penduduk yang besar ini
t idak la lu te rsebar ke berbaga i daerah d i indones ia
secara mera ta . T iap- t iap daerah d i Indones ia
mempunya i jumlah penduduk yang t idak se imbang.
Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat
menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi
195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun
1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun
secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi
1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun
1990-1996 menjadi 1,69 persen. Terdapat perbedaan yang sangat
mencolok tentang laju pertumbuhan penduduk bila dilihat menurut
propinsi pada periode tahun 1990-1996. Angka terendah sebesar 0,01
persen pada propinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 4,39 persen
pada propinsi Kalimantan Timur. Dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan Penduduk tingkat nasional terdapat 9 propinsi yang
tingkat pertumbuhannya dibawah 1,69 persen, yaitu propinsi SumateraUtara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Selatan.Younger J S dkk(2000).
Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita pernah kawin
merupakan salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur
tingkat kelahiran. Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia -
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
22/66
kawin usia 15-49 tahun 10 bayi pada tahun 1994 dan pada tahun 1996
sebesar 20 orang anak. George, R (2008) .
Permasalahan yang bisa penyebab terjadinya Peningkatan yang
signifikan penduduk dipedesaan tidak jauh dari kurangnya
pemahaman tentang keluarga berencana , sehingga dalam satu
keluarga memiliki anak yang melebihi 2, dengan jumlah anak tersebut
tidak sejalan dengan perekonomian dari keluarga tersebut sehingga
pemenuhan kebutuhan sehari hari dan juga kebutuhan untuk
pendidikan moral juga kurang karena orang tua kewalahan dengan
membimbing anak dengan jumlah yang banyak sehingga anak
memiliki persepsi dan tingkah laku yang kurang baik ketika sudah
terjun dala masyarakat. Dan dengan makin banyaknya bayi yang lahir
setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan
guru yang memadai. Dengan lingkungan yang kurang memadai seperti
dipedesaan mungkin untuk pemenuhan fasilitas pendidikan akan sulit
.Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk
bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.
Umumnya masyarakat pedesaan kurang begitu sadar akan
pentingnya pendidikan , Mereka lebih memilih mengajak anak-anak
mereka berkebun atau bertani, ketimbang menyekolahkan mereka.
Alhasil banyak dari masyarakat pedesaan yang buta tulis dan hitung.
Oleh karena itu taraf hidup masyarakat pedesaan relative Salah satu
kendala yang telah disadari oleh pemerintah dalam bidang pendidikan
di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan dalam mengakses
terutama pendidikan. Hal ini yang menyebabkan kesadaran
masyarakat di desa sangat kurang dan tidak antusias serta memahami
akan pentingnya pendidikan.
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya.
Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
23/66
penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan
sosial ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air
bersih, kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan
lingkungan. Misalnya tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh
kendaraan bermotor antara daerah pedesaan dengan daerah
perkotaan. Tentu tingkat pencemaran udara di kota lebih tinggi.
Tumbuhnya kawasan industri dan semakin padatnya pemukiman
penduduk di daerah perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai
permasalahan yang nyata.
Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan
bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang
diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara
bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi
pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya
penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang pangan. Di kota-
kota besar, lahan pertanian boleh dikatakan hampir tidak ada lagi.
Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan
pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sangat
tergantung dengan tersedianya pangan dari desa. Jadi kenaikan
jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan.
Thomas Robert Maltusseorang sosiolog Inggris, mengemukakan
teori yang berjudul Essay on The Principle ofPopulation. Maltus
menyimpulkan bahwa pertambahan penduduk mengikuti deret ukur,
sedangkan pertambahan produksi pangan mengikuti deret hitung. Jadi
semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula
kebutuhan pangan. Padahal pertumbuhan penduduk lebih cepat
daripada pertumbuhan produksi pangan. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kekurangan pangan. Oleh karena itu peningkatan produksi
pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan makanan akan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
24/66
menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit
penyakit seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri.
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan,
baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri,
tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangan
lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian
produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana
kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk
membangun areal industri, perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal
ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu merusak
lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring
dengan bertambahnya kepadatan penduduk. Abdullah, Oekan. S.
(2002)
Masalah lain yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang
besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan
bahan pokok menuntut orang untuk berkerja dan mencari nafkah.
Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi
masalah adalah penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri
terhadap pekerjaan dan cenderung mencari pekerjaan daripada
membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan masalah baru
yaitu pengangguran. Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka
rasio ketergantungan tinggi sehingga negara memiliki tanggungan
yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat
pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi.
Abdullah, Oekan. S. (2002)
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai
permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang
besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
25/66
kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia
tidaklah bertambah.
2.3.2 Isu Masalah Kesehatan
Penyakit yang sering ditemui meliputi :
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberkulosis dan bersifat menular (Christian,
2009; Storla, 2009). WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Lingkungan
mempengaruhi perkembang biakan bakteri ini tidak terkecuali di
pedesaan yang asri tapu tuberkulosi juga menyerang pedesaan.
Jumlah penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Mijen tahun
2010 dari triwulan pertama berjumlah 8 penderita, triwulan ke dua
berjumlah 11, triwulan ke tiga berjumlah 31 penderita dan triwulan
ke empat berjumlah 9 penderita. Sedangkan pada tahun 2011 pada
triwulan pertama terdapat 20 penderita. Kumulatif penderita dari
triwulan pertama sampai triwulan ke empat tahun 2010 dan triwulan
pertama tahun 2011 berjumlah 61 penderita sehingga
mengindikasikan penyakit ini perlu penanganan yang intensif .
Suharyo (2013)
Karakteristik wilayah pedesaan menjadi determinan tersendiri
pada kejadian penyakit TB.dalam penelitian Suharyo 2013
menunjukan sebagian besar penderita TB paru berpendidikan
menengah, dalam masa usia produktif, dan dalam kategori kurang
mampu dari sisi ekonomi. Tempat tinggal sebagian besar penderita
TB paru belum memenuhi kriteria rumah sehat baik dari sisi
kepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, dan kelembaban.
Dalam penelitian Suharyo 2013 rumah subyek penelitian belum
memenuhi syarat rumah sehat dan sangat berisiko terjadinya
kejadian TB Paru, karena berdasarkan hasil observasi atau
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
26/66
pengukuran diketahui keadaan rumah subyek penelitian sebagian
berada dalam kondisi berisiko, karena:
sebagian kepadatan hunian rumah subyek penelitian tidak
memenuhi syarat.
rerata suhu ruangannya adalah 32.11 0 C maka dikatakan
tidak memenuhi syarat rumah sehat, hal tersebut disebabkan
karena subyek penelitian jarang membuka jendela rumah
setiap hari, dan sebagian genteng tidak memakai genteng
kaca, sehingga sinar cahaya matahari tidak masuk ke dalam
rumah.
rerata pencahayaan adalah 21,7 lux, maka dikatakan tidak
memenuhi syarat rumah sehat, hal tersebut dipengaruhi
karena subyek penelitian tidak membuka jendela rumah
setiap hari, dan letak ventilasi tidak strategis sehingga sinar
matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah.
2. Hipertensi
Banyak yang berpikir kalau orang kota akan lebih mudah
terkena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Padahal menurut data
Riskesdas 2013, penderita hipertensi justru paling banyak dialami
oleh orang di pedesaan. Menurut Dr. Ekowati Rahajeng, SKM,
MKesi, meningkatnya jumlah penderita hipertensi di desa ini akibat
banyaknya makanan instan dan cepat saji yang tersebar di daerah,
Ekowati menerangkan, dari data 2013 didapat bahwa lebih dari 25
persen orang Indonesia menderita hipertensi tapi sayangnya 76
persen tak sadar kalau dirinya hipertensi.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
27/66
3. Jantung
Temuan ini menunjukan kalau 1 dari 4 warga yang tinggal di
wilayah pedalaman dan pedesaan menderita penyakit jantung.
Sementara jumlah penderita penyakit jantung di wilayah perkotaan
angkanya lebih kecil yakni 1 berbanding 5 orang. Data ini melihat
berbagai faktor dibalik penyakit jantung termasuk hipertensi,
kolesterol, obesitas, merokok dan kurang gerak fisik.
merokok ditemukan signifikan lebih tinggi pada remajapedesaan daripada di perkotaan, dengan prevalensi 58% dari
remaja pedesaan menunjukkan penggunaan tembakau,
dibandingkan dengan 43% dari remaja perkotaan. dari data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini orang tua remaja pedesaan tidak
berpendidikan, dan banyak merokok sendiri, membuat perilaku
lebih dapat diterima.. Remaja ini juga menghabiskan lebih banyak
waktu tanpa pengawasan orangtua, yang juga akan memungkinkan
mereka untuk merokok tanpa kecaman orangtua. Lundy , KS.,
Jane, Sharyn .(2001)
Derajat kesehatan di Indonesia, terutama di daerah pedesaan
belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data terakhir yang
ada di Departemen Kesehatan RI, yaitu :
1. Umur harapan hidup adalah 60 tahun untuk wanita, dan 50 tahun
untuk pria.
2. Angka kematian periode 1971-1980 adalah 12,48 per 1000
penduduk.
3. Angka kematian bayi adalah 10% dari jumlah kelahiran, sedangkan
untuk BALITA adalah 4% dari jumlah BALITA.
4. Penduduk yang sakit adalah ",4% dan 60% dari penyakit tersebut
adalah penyakit menular.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
28/66
Penyebab utama rendahnya kualitas kesehatan masyarakat tersebut
antara lain adalah :
1. Belum sempurnanya pelaksanaan upaya kesehatan.
2. Masih rendahnya aspek manajemen upaya kesehatan.
3. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
4. Masih belum sempurnanya peran serta masyarakat serta
kerjasama lintas sektoral.
5. Masih rendahnya kualitas sarana fisik lingkungan dan perumahan.
Masalah kesehatan dipedesaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni
hal kesehatan sendiri (substantial) dan hal penyelenggaraannya
(management). Masalah kesehatan (substantial) dapat berupa berbagai
jenis penyakit sedangkan masalah penyelenggaraan kesehatan meliputi
masalah peningkatan, perlindungan, penemuan masalah, pengobatan dan
pemulihan kesehatan pada perseorangan maupun pada kesehatan
masyarakat. Dari hasil penelitian masalah kesehatan yang paling sering
muncul adalah penyakit-penyakit infeksi (pernafasan, perut, kulit, dan lain-
lain). Penyakit - penyakit infeksi, yang satu sama lain berbeda sifat
mempunyai hubungan erat dengan lingkungan hidup yang kurang sehat
dan daya tahan tubuh rendah. Kurangnya pengertian masyarakat tentang
syarat hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan hygiene dan sanitasi
yang kurang memuaskan (Hagul, 1992). Daya tahan tubuh yang rendah
dapat terjadi karena ketidakseimbangan pemenuhan gizi dan
kebutuhannya, kemajuan ekonomi dapat mendorong perbaikan gizi
sehingga dapat memperkuat daya tahan. Kemajuan ekonomi juga akan
mendorong perbaikan lingkungan hidup yang mengurangi kejangkitan
penyakit. Rendahnya kejangkitan penyakit dan tingginya daya tahan ini
dapat meningkatkan taraf kesehatan pada masyarakat (O.M.S dalam
Hagul, 1999). Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang didaerah
pedesaan menyebabkan sebagian besar masyarakat masih sulit
mendapatkan atau memperoleh pengobatan. Selain itu hal penting yang
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
29/66
mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada
masyarakat desa adalah kenyataan yang sering terjadi dimana penderita
atau keluarga penderita tidak dengan segera mencari pertolongan
pengobatan. Perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari
praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment Delay(Sarafino, 2006).
Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika
individu mengalami simptom awal sampai individu memasuki pelayanan
kesehatan dari praktisi kesehatan (Sarafino, 2006). Keadaan seperti ini
merupakan keadaan yang umum di jumpai di negara-negara yang sedang
berkembang khususnya di daerah pedesaan dimana tingkat pendidikan
rendah dan kemiskinan merupakan keadaan yang umum dijumpai. Lebih
dari separuh kematian anak terjadi karena penyakit penyakit diare,
saluran nafas dan kurang gizi merupakan keadaan keadaan yang saling
memperkuat satu sama lain, kondisi ini tidak hanya ditimbulkan oleh
fasilitas kesehatan yang kurang, tetapi karena penderita atau keluarga
penderita tidak segera mencari pertolongan pengobatan atau disebut
sebagai treatment delay (Hagul, 1992). Hal ini didukung oleh penelitian
Michael A Koenig (2007), yang menyatakan bahwa dinegara yang sedang
berkembang seperti India (Bangladesh) hanya 1/3 wanita yang dengan
segera mencari pertolongan praktisi kesehatan ibu hamil lebih tinggi
didaerah perkotaan daripada daerah pedesaan.
Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali
kesalahan dan penyebabnya dikarenakan factor jarak antara fasilitas
tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan
yang tidak memuaskan dan sebagainya. Faktor persepsi atau konsep
masyarakat itu tentang sakit sering kali terabaikan, pada kenyataannya
dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit
yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit
yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan
kesehatan. (Notoatmodjo, 1993).
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
30/66
Menurut Notoadmojo(1993) individu yang mengalami simtom
penyakit namun tidak berbuat apa-apa terhadap penyakitnya, disebabkan
karena dia merasa tidak sakit (not perceived). Persepsi terhadap suatu
penyakit dibahas dalam health belief model. Health belief model
memberikan kerangka yang menjelaskan mengapa seorang individu
melakukan dan tidak melakukan perilaku sehat. Health belief model
melibatkan penilaian terhadap perceived threat pada symptom yang
dialami, yaitu semakin individu merasa terancam dengan simptom
penyakit yang ia alami maka semakin cepat individu mencari pertolongan
medis (Becker & Rosenstock dalam Sarafino,2006). Seberapa besar
ancaman yang dirasakan individu akan simptom penyakit yang dialaminya
tergantung pada tiga faktor. Pertama, cues to action yang merupakan
faktor pemicu agar individu segera mencari pelayanan kesehatan, hal ini
dapat berupa nasihat dari teman atau keluarga , informasi dari media
massa dan lain-lain (Sarafino, 2006). Kedua, perceived seriousnessyaitu
seberapa parah individu mempersepsikan konsekuensi organik dan sosial
jika individu tidak segera melakukan pengobatan medis, jika individu
mempersepsikan bahwa penyakit yang dialaminya memiliki konsekuensi
yang serius maka individu tersebut akan mencari pertolongan medis
(Sarafino, 2006Ketiga,perceived susceptibilityyaitu individu mengevaluasi
kemungkinan akan berkembangnya symptom penyakit, semakin individu
merasa penyakitnya beresiko maka akan mempersepsikannya sebagai
ancaman dan melakukan tindakan pengobatan ( sarafino, 2006).
Selain yang disebutkan diatas masalah kesehatan di pedesaan
dapat disebabkan oleh masalah yang lebih berhubungan dengan
kebersihan lingkungan, antara lain :
1. Masalah Perilaku Kesehatan
Di Indonesia diduga faktor perilaku menjadi faktor utama
masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
31/66
kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait
tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat
untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon
terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap
obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu
sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat
timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron)
atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas.
2. Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat
kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan
air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-
tempat umum dan pengolahan makanan.
3. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah
merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah
cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan
tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah
kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki
kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak
diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain
luas bangunan rumah minimal 2,5 m2per penghuni, fasilitas air bersih
yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah,
fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang dan
kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah
sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik,
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
32/66
mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan
pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.
4. Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi,
memasak dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi
syarat minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang
sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air
minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari
bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-
sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air,
air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut
memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan pengolahan
sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan
masalah kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus,
penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
5. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran),
rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah
merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak
digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan
sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap
kesehatan lingkungan.
Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang
memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air
dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan mengganggu estetika.
Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
33/66
jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena
beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.
2.4 Konsep Desa Siaga
Sebelum membahas desa siaga akan di jelaskan terlebih dahulu
mengenai Strategi Peningkatan Kesehatan Pedesaan :
Untuk mewujudkan Visi Departemen Kesehatan pada tahun
2009, dan sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam
periode 2005- 2009 akan dilaksanakan strategi sebagai berikut:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat.
a. Seluruh desa menjadi Desa Siaga
b. Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
c. Seluruh keluarga sadar gizi
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatanyang berkualitas.
a) Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang
bermutu
b) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko
tinggi terlindungi dari penyakit.
c) Di setiap desa tersedia sumberdaya manusia (SDM)
kesehatan yang kompeten
d) Di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat
kesehatan dasar
e) Setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan
dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
f) Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan
jaringannya memenuhi standar mutu
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
34/66
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan.
a) Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada
kepala desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi
kesehatan terdekat
b) Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit
tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat
c) Semua ketersediaan farmasi, makanan, dan perbekalan
kesehatan memenuhi syarat
d) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan
standar kesehatan
d. Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence
based di seluruh Indonesia
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
a) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas
penganggaran pemerintah pusat dan daerah.
b) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya
pencegahan dan promosi kesehatan.
c) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama
bagi rakyat miskin.
2.4.1 Konsep Desa Siaga
Sesuai dengan SK Menkes No.564 tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga, yang dimaksud Desa Siaga
adalah: Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat
daruratan kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud
disini dapat berarti kelurahan atau istilah-istilah lainbagi
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
35/66
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Depkes RI, 2008).
Desa Siaga digerakkan dengan melibatkan seluruh warga
desa yang dimotori oleh kader-kader terlatih untuk mendeteksi
berbagai masalah kesehatan dan ancaman bahaya potensial
yang mengancam warga desa. Desa Siaga bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan
tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya
melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
desa tentang pentingnya kesehatan, Meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yangdapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawat-daruratan dan
sebagainya), meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan
melaksanakan perilakuhidup bersih dan sehat, meningkatnya
kesehatan lingkungan di desa, dan meningkatnya kemampuan
dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirisendiri di
bidang kesehatan.
Menurut Depkes RI (2008), Desa Siaga merupakan desa
yang mempunyai/memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan,
dengan demikian Desa Siaga mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Memiliki pemimpin atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap
masalahkesehatan.
2. Memiliki organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap
masalah kesehatan.
3. Mempunyai berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM).
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
36/66
4. Mempunyai Poskesdes.
5. Memiliki sistem surveilans penyakit.
6. Mempunyai sistem pelayanan kegawat-daruratan (safe
community).
7. Mempunyai sistem pembiayaan kesehatan berbasis
masyarakat.
8. Warga desa menerapkan PHBS
Dalam upaya mengembangkan Desa Siaga, perlu
melibatkan berbagai unsure pimpinan masyarakat.Unsur
pimpinan masyarakat merupakan pendukung utama Program
Desa Siaga. Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran
pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Sasaran Primer yaitu semua individu dan keluarga di desa, yang
diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan
tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Sasaran Sekunder yaitu pihak-pihak yang mempunyai pengaruh
terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat
menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut,seperti tokoh masyarakat. Termasuk tokoh agama,
tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
3. Sasaran Tersier yaitu pihak-pihak yang diharapkan memberikan
dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana,
tenaga, sarana dan lain-lain,seperti Kepala Desa, Camat, para
pejabat terkait, LSM, swasta, para donatur danpemangku
kepentingan lainnya.
Dalam Kepmenkes RI No. 564/Menkes/SK/VIII/2006
tentang PedomanPelaksanaan Pengembangan Desa Siaga
dicantumkan indikator keberhasilan yang terdiri dari indikator
masukan, indikator proses, indikator keluaran dan indicator
dampak.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
37/66
1. Yang termasuk dalam Indikator Masukan adalah:
a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
b. Ada/tidaknya Poskesdes
c. Berfungsi/tidaknya UKBM dan sarana bangunan
sertapelengkapan atau peralatannya
d. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
e. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
2. Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif
upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.Indikator proses terdiri atas hal-hal
berikut:
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa
b. Berfungsi / tidaknya Poskesdes
c. Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada
d. Berfungsi / tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan
Penanggulangan Kegawatandan bencana
e. Berfungsi / tidaknya System Surveilance berbasis
masyarakat
f. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk Kadarzi dan
PHBS
3. Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa
besar hasil kegiatanyang dicapai di suatu Desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-
hal sebagai berikut:
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB dilaporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah
untuk Kadarzi danPHBS
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
38/66
4. Indikator Dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa
besar dampak darihasil kegiatan di Desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga. Indikator Dampak terdiri atas hal-
hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk
2.4.2 Pengembangan Desa Siaga
Tujuan utama Desa Siaga adalah untuk memeratakan
pelayanan kesehatandasar kepada masyarakat. Oleh karena
itu, pada tahap pertama pengembangan Desa Siaga prioritas
pengembangan diutamakan kepada desa-desa yang sama
sekali tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan.
Namun pada tahun 2007, prioritas pengembangan ditambah ke
desa-desa yang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan
tetapi sarana tersebut dalam keadaan rusak atau kurang
berfungsi (Depkes,2006)
Diamanatkan dalam SK Menkes no.564 tahun 2006,
Sebagaimana pembentukan Desa Siaga tidak harus mempunyai
gedung tersendiri namun dapat memanfaatkan berbagai potensi
yang ada di masyarakat seperti gedung Posyandu,Poskesdes
dan UKBM lainnya. Sebuah desa layak membentuk Desa Siaga
jika mempunyai beberapa syarat seperti: minimal mempunyai
satu tenaga kesehatan yang menetap (Bidan Desa), mempunyai
salah satu bentuk bangunan UKBM dan peralatannya serta
mempunyai alat komunikasi ke masyarakat dan puskesmas.
Pembentukan Desa Siaga dimulai dengan pergerakan
dan pemberdayaan masyarakat, dilanjutkan dengan survey
mawas diri, musyawarah masyarakat desa (MMD) dan rencana
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
39/66
kegiatan dan tindak lanjut. Pada tahap pergerakan masyarakat,
kegiatan yang dilakukan adalah melatih kader desa agar
mampu melaksanakan survey mawas diri. Kader desa perlu
diberikan pengetahuan tentang tata cara surveikesehatan yang
meliputi kesehatan lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat(PHBS), Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi dan lain-lain.
Hasil survei adalah gambaran desa dan permasalahannya, yang
akan dibicarakan pada tahap Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD).
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pimpinan, pengelola dan
tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.
Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai
dengan tatacara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi
oleh puskesmas.
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada
pengelolaan dan kader Desa Siaga terpilih perlu diberikan
orientasi atau pelatihan.Orientasi / pelatihan dilaksanakan
oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi /
pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan
mencakup kegiatan yang akan dikembangkan di Desa
Siaga, antara lain pengelolaan Desa Siaga, pengelolaan
Polkesdes, kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-
Jaga, gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan
penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan
lingkungan pemukiman (PAB-PLP),kegawat-daruratan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
40/66
sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa,
warung obat desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman
pangan dan pemanfaatan perkarangan melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), dan materi lain yang diperlukan.Pada
waktu menyelenggarakan orientasi/pelatihan ini sekaligus
juga disusun Rencana Kerja (Plan of Action) Desa Siaga
yang akan dibentuk, lengkap denganwaktu dan tempat
penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian tugas
serta saranadan prasarana yang diperlukan.
c. Pembangunan Polkesdes
Dalam hal ini rencana pembangunan Polkesdes
sudah harus dibahas dandicantumkan dalam Rencana Kerja.
Dengan demikian sudah diketahui bagaimanaPolkesdes
tersebut akan diadakan membangun baru dengan fasilitas
dari Pemerintah,membangun baru dengan bantuan dari
donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat,
mengembangkan bangunan Polindes yang ada, atau
memodifikasi bangunan lain yang ada.
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatanDesa Siaga secara rutin,
berpedoman pada panduan yang berlaku. Kegiatan
DesaSiaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang
dibantu tenaga kesehatan profesional (bidan plus, tenaga
gizi, dan sanatarian). Secara berkala kegiatan Desa Siaga
dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,yang hasilnya
dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
41/66
pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas
sektoral (Depkes RI, 2008).
2.4.3 Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya,
namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang
perlu ditempuh adalah persiapan internal dan persiapan
eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Internal
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-
kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah
mempersiapkan provider, atau petugas kesehatan yang berada
di puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas
administrasi. Persiapan para provider ini bisa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi,
yang disesuaikan dengan kondisi setempat.Keluaran atau
output dari langkah ini adalah diharapkan para provider
memahami tugas dan fungsinya, serta siap untuk melakukan
dan fungsinya, serta siapuntuk melakukan pendekatan kepada
stakeholders dan masyarakat.
2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para
petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka
tahu dan mau mendukung pengembangan Desa Siaga. Dalam
hal ini termasuk kegiatan advokasi kepada penentu
kebijakan,agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa
dana maupun kebijakan atau anjuran, serta restu, sehingga
Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar.Pendekatan kepada
tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
42/66
Siaga.Jadi dukungan diharapkan dapat berupa moral, finansial
atau material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.Jika didaerah
tersebut telah terbentukwadah-wadah kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan, Badan Pemberdayaan Desa,PKK, serta
organisasi kemasyarakatan lainnya hendaknya lembaga-
lembaga ini diikut-sertakan dalam setiap pertemuan.
o Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri
Survei mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri
(TMD) atau Community SelfSurvey (CSS) bertujuan agar
masyarakat dengan bimbingan petugas mampu melakukan
telaah mawas diri untuk desanya.Survei ini harus dilakukan
oleh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
Kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi
sadar akan permasalahan yang dihadapi di desa nya,serta
bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya. Untuk itu
sebelumnya perlu di lakukan pemilihan dan pembekalan
ketrampilan bagi warga masyarakat yangdinilai mampu
melakukan SMD.Keluaran atau output dari SMD ini berupa
identifikasi permasalahan kesehatan serta daftar potensi di
desa yang dapat didayagunakan dalam menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan tersebut.
o Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah atau
lokakarya desa ini adalah mencari alternatif penyelesaian
masalah hasil SMD dikaitkan dengan potensi yangdimiliki
desa.Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya
berasal dari para tokoh masyarakat yang mendukung
pembentukkan Desa Siaga.Peserta musyawarah ini adalah
wakil-wakil tokoh masyarakat termasuk perempuan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
43/66
dangenerasi muda. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan
pula kalangan dunia usaha yang bersedia mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untukitu
diperlukan upaya advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada SMD
disajikan utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data
potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendapat
tersebut di musyawarahkan untuk penentuan prioritas,
dukungan dan kontribusi apayang dapat disumbangkan
oleh masing-masing individu/institusi yang diwakilnya,serta
langkah-langkah solusi untuk pengembangan Desa Siaga
(Depkes RI, 2008).
2.4.4 Kegiatan Pokok Desa Siaga.
Desa Siaga mempunyai beberapa kegiatan pokok antara
lain adalah:
1. Menggerakkan PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk
mencegah dan menanggulagi masalah kesehatan,
mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan pelayanan
kesehatan serta mengembangkan UKBM. Yang dimaksud
dengan upaya mencegah : adalah mengupayakan agar yang
sehat tetap sehat dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan
perilaku hidup bersih dan sehat termasuk pola makan dengan
gizi seimbang, menjaga kebersihan pribadi , berolah raga,
menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.(promotif - preventif).
Yang dimaksud dengan menanggulangi : adalah
mengupayakan agar yang terlanjur sakit atau mengalami
gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari
orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, sertadi pulihkan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
44/66
kesehatannya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada(kuratifrehabilitatif). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak hanya
terbatas pada indikator yang biasa di gunakan untuk mengukur
kinerja program kesehatan (Depkes RI, 2007)
2. Pengamatan Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh masyarakat terhadap:
a. Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak
menular termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.
b. Kejadian lain di masyarakat. dan segera melaporkan kepada
petugas kesehatan setempat untuk di tindak lanjuti, Contoh
penyakit :
o Penyakit menular : TBC, Frambusia, HIV /AIDS, Kusta
o Penyakit Menular Potensial KLB antara lain : Diare,
Typhus, Diphteri,Hepatitis, Polio / AFP, Malaria, Campak,
DBD, Flu Burung, dan lain-lain.
c. Faktor risiko antara lain :
o Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
o Adanya kematian unggas
o Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
o Adanya migrasi penduduk (in / out)
d. Perilaku yang tidak sehat.
o Faktor risiko tinggi ibu hamil, bersalin , menyusui dan
bayi baru lahir
o Kejadian lain di masyarakat seperti keracunan makanan,
bencana, Kerusuhan
o Bentuk pengamatan masyarakat (anggota keluarga,
tetangga, kader) disesuaikan dengan tatacara setempat,
misalnya pengamatan terhadap tanda penyakit, batuk
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
45/66
yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu bercak putih
dikulit yang mati rasa
o Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi (4 terlalu,
kedaruratan pada kehamilan sebelumnya,dan lain-lain)
o Bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dan lain-
lain
o Balita yang tidak naik berat badannya
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat
komunikasi yang ada di desa (telepon, telepon seluler ataupun
Handy Talkie ) dan segera disampaikan kepadapetugas
kesehatan setempat atau Petugas Pembina Desa (Depkes RI,
2007).
3. Penyehatan Lingkungan
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi
lingkungan memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :
a. Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan
institusi yang ada didesa, antara lain : pasar, tempat ibadah,
perkantoran dan sekolah.
b. Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah
bersih, sampahtak berserakan, saluran pembuangan air
limbah terawat baik
c. Membuka jendela setiap hari.
d. Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak,
mandi dan cuci)dan sanitasi dasar.
e. Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat
untuk pemenuhan sanitasi dasar (ada jamban, mandi cuci di
tempat khusus)
4. Kesehatan Ibu dan Anak
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
46/66
Salah satu penetrasi pada aspek Kesehatan Ibu dan Anak
adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).P4K dengan stiker merupakan upaya
terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu. Melalui
P4Kdengan stiker yang ditempel di rumah ibu hamil, maka
setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara
tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,taksiran
persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,
pendamping persalinan, transport yang digunakan dan calon
donor darah.
Dengan data dalam stiker tertera nama suami, keluarga,
kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara
intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk
mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat
hamil,persalinan dan nifas, sehingga proses persalinan sampai
dengan nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman
dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi
yang dilahirkan selamat dan sehat. Manfaat P4K ini adalah
terjalinnya kemitraan antara tenaga kesehatan, dukundan
masyarakat yang tinggal di sekitar ibu hamil.Dengan demikian
maka komplikasi dapat tertangani secara dini, terpantaunya
kesakitan dan kematian ibu serta yang paling penting adalah
menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu.
Pelaksanaan di tingkat desa :
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa antara bidan
desa, kader, dukun, kepala desa, tokoh masyarakat untuk
mendata jumlah ibu hamil yang ada diwilayah desa serta
membahas dan menyepakati calon donor darah, transport
danpembiayaan (asuransi kesehatan masyarakat miskin,
tabungan ibu bersalin).
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
47/66
b. Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan
kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat
dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca salin.
c. Pemasangan stiker di rumah
d. Suami, keluarga, kader dan dukun memantau secara intensif
keadaan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai
standar.
e. Bidan melakukan pencatatan pada buku KIA sebagai
pegangan ibu hamil dan di kartu kohort ibu untuk disimpan di
polindes/puskesmas, memberikan pelayanan dan memantau
ibu hamil serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu
diwilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan
praktek swasta di desatersebut) ke puskesmas setiap bulan
termasuk laporan kematian ibu, bayi lahirhidup dan bayi lahir
mati.
f. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K, maka
dibentuk wadah forum komunikasi yang bersifat lintas
program dan lintas sektor di berbagai tingkatan dan
melibatkan masyarakat setempat (Depkes RI, 2007).
5. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) adalah keluarga yang
seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang,
mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap
anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-
langkahuntuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh
anggota keluarganya.
Untuk mencapai Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan
pemberdayaan di berbagai tingkat mulai dari keluarga,
masyarakat dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan
kepedulian terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui Gerakan
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
48/66
Nasional.Tahap awal strategi pemberdayaan kadarzi dimulai
dari melibatkan secara aktif keluarga dalam pemetaan kadarzi
untuk identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga.Dan
identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga.Hasil pemetaan
dibahas bersama masyarakat untuk merencanakan tindak
lanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan langsung
oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi
apabila ditemui masalah kesehatan dan masalah lain maka
perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain.
Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi
adalah:
a. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan pada
peningkatanpengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang,
misalnya melaluipengembangan konseling dan KIE sesuai
kebutuhan setempat
b. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil
keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat
administrasi, penyandang dana dan pengusaha dengan
tujuan meningkatkan kepedulian atau komitmen terhadap
masalah gizi ditingkat keluarga
c. Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai
perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat,
tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk
mendukung tercapainya tujuan Kadarzi
d. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan
petugas ditujukan untuk mempercepat perubahan perilaku
dalam mewujudkan kadarzi(Hardinsyah, 2006).
6. Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan dan kesiapsiagaan
bencana
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
49/66
Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat
dalam kesiapsiagaan menghadapi situasi kedaruratan
(bencana, situasi khusus, dan lain-lain).
Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi
darurat maka :
a. Mereka tahu harus berbuat apa
b. Mereka tahu tempat untuk mencari maupun memberi
informasi kemana.
c. Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada
lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan
timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan
tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk
menghindari /mengurangi jatuhnya korban.
d. Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal
dari sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat
desa (yang memperolehnya dari kecamatan),berita resmi di
TVRI , RRI atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten
/ Kota.Penyebaran informasi mengikuti tata cara setempat,
misalnya menggunakan titir/kentongan, pengeras suara dari
musholla atau dari mulut ke mulut (Depkes RI, 2007).
7. Pengelolaan Obat
Kegiatan di atas memerlukan dana yang besar sehingga
untuk pengadaan seluruh kebutuhan sarana dan prasana diatas
menjadi tanggung jawab pemerintahbekerjasama dengan
lembaga donor, LSM dan peminat masalah kesehatan.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu
negara diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni;
kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,
reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of
pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
50/66
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses
pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber
daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan
dapat diterima pengguna jasa (Kasni, 2009).
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
51/66
BAB III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial yang terbebas dari suatu penyakit pada individu sehingga
seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di
daerah pedesaan. Pedesaan sendiri memilik beberapa karakteristik
yang di rumuskan dan dikaitkan dengan karakteristik kota. Hal ini
menyebabkan karakteristik antara desa dan kota cenderung bersifat
kontras satu sama lain. Jumlah dari populasi di pedesaan saat ini
mencapai 7 trillyun. Beberapa alas an terjadinya banyaknya populasi
masyarakat di pedesaan salah satunya disebabkan oleh kurang
adanya pengetahuan terhadap program keluarga berencana. Sesuai
dengan SK Menkes No.564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Desa Siaga, yang dimaksud Desa Siaga adalah: Desa
yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara
mandiri.
-
7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan
52/66
Daftar Pustaka
Abdullah, Oekan. S. 2002. Tanggung Jawab Sosial Masyarakat Ilmiah
Dalam Menata Lingkungan Masa Depan, Upaya Meniti
Pembangunan Berkelanjutan, Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran.
Adisasmita, Rahardjo, 2006. Membangun Desa Partisipatif. Makassar:
Graha Ilmu.
Christian, W., Gomes, V.F. Rabna, P., Gustafson, P., Aaby, P., Lisse, I.M,Andersen, P.L., Glerup, H. & Sodemann, M. 2009. Vitamin D as
Supplementary Treatment for Tuberculosis. American Journal of
Respiratory and CriticalCare Medicine, 179(9): 843-850.
Depkes RI. 2009. Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009
J.Cohen,Bruce.1983.Sosiologi Pedesaan.Suatu Pengantar.Rajawali
Pers.Jakarta
Lundy , KS., Jane, Sharyn . 2001. community health nursing caring for
the publics health .jones and Bartlett publisher .
Murdiyanto, Eko. 2008. Sosiologi Perdesaan : Pengantar untuk
Memahami Masyarakat Desa.Edisi I.Wiyama Press UPN Veteran :
Yogyakarta
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo,. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jakarta : Rineka Cipta.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jaka