Download - Kesling Kebersihan Diri Lansia
LAPORAN UKM
KESEHATAN LINGKUNGAN
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN DIRI LANSIA
Oleh:
dr. Titis Ummi Nur Jannati
Pendamping
dr. Dwi Retno S
UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
PENYULUHAN PEMELIHARAAN KEBERSIHAN DIRI LANSIA
Disusun oleh
dr. Titis Ummi Nur Jannati
Telah disahkan pada
Tanggal 2015
Mengetahui
BAB I
PENDAHULUAN
Pendamping
dr. Dwi Retno SNIP. 197403132006042017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana
individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah
terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat
biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Upaya
pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga,
gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya
pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan pentingnya kebersihan
diri tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Hardywinoto (2005) mengatakan yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia
adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas perawatan diri adalah: faktor yang ditentukan oleh keadaan
masa lalu, situasi lingkungan, lingkungan dimana kita tinggal serta faktor-faktor
pribadi. Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar mereka
tidak terlalu tergantung kepada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri
(mandiri), menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga
dan lingkungannya. Sejalan dengan kemunduran fisiknya lansia membutuhkan
pertolongan dari keluarga untuk memenuhi kebersihan diri.
Pemeliharaan kebersihan diri lansia dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya citra tubuh, praktik sosial, keadaan sosioekonomi, ilmu pengetahuan dan
budaya individu, kebiasaan dan kondisi fisik seseorang. Semakin tinggi keadaan
sosioekonomi, praktik sosial dan ilmu pengetahuan seseorang maka semakin baik
pemeliharaan kebersihan diri lansia tersebut. Lansia dengan kondisi kesehatan
tertentu, misal menderita penyakit yang berdampak pada aktifitas kesehariannya,
perlu mendapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha pemeliharaan kebersihan
dirinya.
Kebersihan diri berkaitan erat dengan kualitas kesehatan lansia. Kurangnya
pemeliharaan kebersihan diri lansia meningkatkan angka kesakitan lansia terutama
karena penyakit infeksi, misalnya ISPA, penyakit kulit, dan diare. Hal ini yang
menjadi dasar diadakannya penyuluhan pemeliharaan kebersihan diri lansia di
Ambarawa.
Desa Kupang terpilih sebagai saran penyuluhan karena persentase kunjungan
posyandu lansia yang rendah yaitu 27,9 % pada bulan April 2015. Angka ini dibawah
rerata angka kunjungan lansia di Kecamatan Ambarawa yaitu 30,7 %. Dengan adanya
penyuluhan pemeliharan kebersihan diri terhadap lansia ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran para lansia, khususnya di Kelurahan Kupang dalam hal
personal hygiene agar dapat meningkatkan kualitas hidup para lansia.
BAB II
BENTUK KEGIATAN
A. Permasalahan di Masyarakat
Setelah dilakukan observasi di desa Kupang didapatkan permasalahan
sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kebersihan diri
lansia.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam mewujudkan pemeliharaan
kebersihan diri lansia pada keluarganya.
3. Kurangnya hygiene, sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat pada
masyarakat
4. Rendahnya tingkat sosio ekonomi para lansia di Desa Kupang.
5. Rendahnya angka kunjungan posyandu lansia.
B. Perencanan Pemilihan Intervensi
Setelah diketahui latar belakang dan masalah yang dihadapi, maka akan
diuraikan tentang masalah dan alternatif pemecahan masalah serta rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan.
No Masalah Alternatif Pemecahan
Masalah
Rencana Kegiatan
1. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
pentingnya
pemeliharaan
Melakukan promosi
kesehatan tentang
kebersihan diri lansia di
setiap desa secara rutin
Penyuluhan
tentang
kebersihan diri
lansia
kebersihan diri lansia dengan mengandeng tokoh
masyarakat yang berperan
atau disegani di desa
tersebut.
Bekerjasama dengan sektor
lain
Bekerjasama
dengan lintas
sektoral lain
dalam
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
menjaga
kebersihan dan
kesehatan
lingkungan.
2. Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam
mewujudkan
pemeliharaan
kebersihan diri lansia
pada keluarganya.
Penyuluhan mengenai
kebersihan diri lansia
dengan dibagian leafet.
Membuat jadwal
pelaksanaan pembinaan dan
bekerjasama dengan sektor
lainnya
Melakukan
penyulumahan
tentang
kebersihan diri
lansia kepada
kader posyandu
dan masyarakat
3. Kurangnya hygiene,
sanitasi dan perilaku
hidup bersih dan sehat
pada masyarakat
Memberikan penyuluhan
tentang PHBS (perilaku
hidup bersih dan sehat) dan
sanitasi dasar
Memberikan
penyuluhan
tentang PHBS
(perilaku hidup
bersih dan
sehat) dan
sanitasi dasar
untuk mencegah
terjadinya
penularan
penyakit
4 Rendahnya tingkat
kunjungan posyandu
lansia Desa Kupang
Mempromosikan kegiatan
posyandu lansia dan
mengajak kader posyandu
untuk lebih aktif membina
masyarakat.
Diadakannya
lomba posyandu
Lansia untuk
mempromosika
n kegiatan
Posyandu
Lansia pada
masyarakat.
BAB III
PELAKSANAAN / PROSES INTERVENSI
1. Sasaran
Sasaran pada penyuluhan ini adalah 50 orang peserta Posyandu Lansia
Kupang Sewan.
2. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : 23 April 2015
Waktu : Pukul 09.00-selesai
Tempat : Balai Desa Kupang
Pelaksanaan Kegiatan : Penyuluhan Kebersihan Diri Lansia
3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
a. Pembukaan
Acara dibuka dengan bacaan doa dan Mars Posyandu Lansia.
b. Penyuluhan kebersihan diri lansia
Penyuluhan kebersihan diri lansia dilakukan dengan metode face to face.
Kelebihan metode ini adalah perhatian audience dapat terfokus pada
penyuluhan sehingga lebih meningkatkan pemahanan audience pada isi
penyuluhan.
c. Sesi diskusi
Setelah penyuluhan diadakan diskusi, rangkumannya sebagai berikut,
“ Bagaimana cara membersihkan gigi palsu ?”,
Jawab : Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat
yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10
menit, setelah itu bilas sampai bersih.
“Mengapa lansia harus menjaga kebersihan diri?” ,
Jawab : Untuk mencegah penularan penyakit infeksi dan menigkatkan
kesehatan lansia.
“ Apa keuntungan mengikuti Posyandu Lansia?”
Jawab : Banyak keuntungan yang diperoleh dari Posyandu Lansia,
diantaranya menambah pengetahuan tentang kesehatan dan kebersihan diri
lansia, meningkatkan gizi lansia dengan adanya makanan tambahan, dan
memperlambat timbulnya kepikunan dengan adanya interaksi kognitif di
posyandu Lansia.
d. Pembagian leaflet
Pembagian leaflet ditujukan untuk keluarga lansia agar dapat menambah
wawasan dan peran serta keluarga dalam pemeliharaan kebersihan diri
lansia.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
1. Banyaknya pertanyaan yang dapat diajukan lansia saat dilakukan sesi tanya
2. Setelah diberikan penyuluhan tentang kebersihan diri lansia diharapkan
dapat meningkatkan kebersihan pada diri dan lingkungan
3. Telah disediakannya bahan promosi kesehatan terutama kebersihan diri
lansia.
B. EVALUASI
Evaluasi dilihat dari timbulnya antusias masyarakat dalam sesi diskusi.
Meningkatnya angka kunjungan lansia di Posyandu Lansia dan meningkatnya
frekuensi kegiatan Posyandu Lansia juga menunjukkan antusiasme yang tinggi
dari masyarakat. Menurunnya angka kesakitan lansia terutama akibat penyakit
infeksi merupakan tanda meningkatnya pemeliharaan kebersihan diri lansia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan kunjungan ke Desa Kupang diketahui masih
kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan
untuk mencegah berbagai penyakit menular pada lansia, salah satunya dengan
menggunakan pemeliharaan kebersihan diri lansia. Hal ini disebabkan karena
kurangnya angka kunjungan Posyandu lansia. Kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap pemeliharaan kebersihan diri lansia juga meningkatkan
angka kejadian penyakit infeksi menular.
B. SARAN
1. Membina kerjasama dan koordinasi dengan sektoral lain untuk dapat lebih
meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Melakukan penyuluhan mengenai kebersihan diri lansia yang berkelanjutan
sehingga pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan diri lansia
bertambah
3. Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan lingkungan untuk
mengurangi angka kejadian penyakit infeksi pada lansia
4. Membina tenaga terlatih untuk memberikan edukasi tentang kebersihan diri
lansia.
5. Meningkatkan frekuensi kegiatan Posyandu Lansia
Dokumentasi kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Pemeliharan Kebersihan Diri
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri
yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal
(Notoatmojo, 2003). Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah
suatu tindakan perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut
usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal
Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan
posisi tidur (Potter, 2005).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeliharan Kebersihan Diri
a) Citra Tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b) Praktik Sosial
Pada lansia yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.
c) Status Sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
g) Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya (Gallo, 1998).
3. Perawatan Lansia
Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:
1. Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga kebutuhan sehari – hari dapat terenuhi.
2. Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti
sakit atau lumpuh.
Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini
disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja.
Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil terutama di
lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kebersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu
para lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi
palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan
sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit,
setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut
tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di bawah air mengalir untuk
mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan
dalam mencuci rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank
cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut orang lansia juga kehilngan
lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak
kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting
kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada
orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar
pakainan harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian
lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para lansia tidak peduli lagi
terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan pakaian
dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil
terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat
terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
Penglihatan menjadi ganda
Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
Sakit pada mata
Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
Mata yang kemerahan
Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah
kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan memasang
humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba harus dihindarkan.
Bagi mereka yang pasif
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu
tetap diperhatikan, yaitu:
1. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar otot badan tetap aktif
dan menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
3. Letak tidur diatur antara lain:
Letak guling dibawah lutut
Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada
tumit dan bokong
Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri
Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi
sandaran atau papah (Indriana, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, Joseph J. 1998. Pengkajian status Mental. Dalam: Buku Saku. Gerontologi (ed.
M. Ester) edisi 2. Jakarta: EGC.
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari Berbagai Aspek. PT.
Cetakan kedua. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.
Indriana, Yeniar ,2008. Gerontologi Memahami Kehidupan Usia Lanjut. In:
Gerontologi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Potter, 2005, “Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Prose, dan Praktik”.
EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Promosi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke
Cipta.