Download - Komoditi Jambu Mete

Transcript
Page 1: Komoditi Jambu Mete

KOMODITI JAMBU METE

(Anacardium occidentale L)

Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil

Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu,

kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal,

Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara

pemasok utama jambu mete dunia.

Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih,

merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau. Tanaman jambu mete

merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan

buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi

tinggi. Adapun manfaat yang dihasilkan oleh jambu mete ini dapat ditunjukkan dari

pohon industri jambu mete di bawah ini:

Gambar 5. Pohon Industri Jambu Mete

Page 2: Komoditi Jambu Mete

Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah

mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.

Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara,

cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta,

bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga

berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum

atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi

sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai

pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama

di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar.

Pengelolaan tanaman jambu mete ini sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai

kultur teknis yang dianjurkan. Pendapat mengatakan bahwa tanaman jambu mete dapat

tumbuh dan menghasilkan buah mete dimana saja, dan pernyataan tersebut perlu diubah,

karena tanaman ini menuntut persyaratan lingkungan tumbuh tertentu untuk dapat

menghasilkan sesuai dengan potensinya.

Tanaman jambu mete dapat tumbuh di dataran rendah dan di dataran tinggi, yaitu

pada ketinggian 1 – 1.200 m dpl. Hal ini mengisyaratkan bahwa jambu mete dapat

beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim yang beragam sifatnya. Tanaman ini akan

tumbuh kerdil dan merana jika ditanam ditanah lempung yang lengket dan dangkal.

1. Budi Daya Tanaman Jambu Mete

a) Iklim

1. Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu

mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak

akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.

2. Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25°C dan

maksimun antara 25-35°C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila

ditanam pada suhu harian rata-rata 27°C.

Page 3: Komoditi Jambu Mete

3. Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban

nisbi antara 70-80%.

4. Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete.

Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga

karena serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.

5. Daerah yang paling sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang

mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan

kering (<60 mm).

b) Kondisi Tanah

1. Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir,

tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.

2. Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi

masih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.

Tanaman jambu mete mempunyai beberapa sifat diantaranya :

a.     Umur tanaman jambu mete mencapai + 30 th, dengan ketinggian mencapai 10 –

12 m;

b.      Perakarannya sangat ekstensif dan peka terhadap genangan air (keadaan

anaerob), sehingga harus dibuat drainase.

c.      Pertumbuhan akar tunggangnya dominan dan dapat mencapai + 9 m, secara

bertahap akar tunggang akan berkurang, akar lateral ( + 4,5 m) yang akan lebih

menonjol;

d.      Tanaman jambu mete tidak menyukai naungan. Bunga-bunga terbentuk pada

permukaan tajuk dan hanya bunga-bunga yang mendapat intensitas sinar

matahari yang cukup, sehingga dapat berkembang menjadi buah yang baik;

e.      Ada 2 (dua) macam bunga, yaitu bunga jantan dan bunga sempurna

(hermaphrodit);

c) Teknik Pasca Panen

o Pengumpulan

Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete

tersebut antara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan

Page 4: Komoditi Jambu Mete

perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya varietas

tanaman jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia menyebabkan mutu mete

yang dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukuran gelondong, warna, rasa, maupun

rendamen kacang metenya.

o Pengolahan Gelondong Mete

Pengolahan gelondong mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:

1. Pemisahan gelondong dengan buah semu

2. Pencucian

3. Sortasi dan pebgelasan mutu

4. Pengeringan

o Pengolahan Kacang Mete

Urutan pengolahan kacang mete adalah:

1. Pelembaban gelondong mete

2. Penyangraian gelondong mete

3. Pengupasan kulit gelondong mete

4. Pelepasan kulit ari

5. Sortasi dan pengelasan mutu

6. Pengemasan

Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur

3-4 tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat

menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih

dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada

umur 25-30 tahun.

d) Teknologi Proses

Seperti hasil agroindustri lainnya, buah jambu mete dapat diolah menjadi beragam

produk olahan lainnya dengan perkembangan teknologi proses. Diversivikasi produk

dengan teknologi proses dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai jual produk-produk

jambu mete terutama untuk buah semu jambu mete.

Page 5: Komoditi Jambu Mete

1. Pembuatan selai ampas sari buah semu jambu mete

Buah semu jambu mete segar

Sortasi

Pencucian

Pengecilan ukuran

Air 1 Liter Penghancuran I(3-5 menit)

penyaringan

Ampas Sari Buah

Pengukusan(30 menit)

Air 1 Liter Penghancuran II(3-5 menit)

Penambahan gula Pemasakan dan pengadukanGula pasir 30%, 40% (30-60 menit)Garam 4%As. Sitrat 0,2%Jeruk nipis 1% Sterilisasi botol dan penutupanNa benzoat 0,1 %Gum arab 1%Panili 0,4% Pengisian ke dalam botol

Pasteurusasi suhu 1000C, 30 menit

Page 6: Komoditi Jambu Mete

Selai dalam botol

Gambar 5. Diagram alir pembuatan selai ampas sari buah jambu mete

Page 7: Komoditi Jambu Mete

JAMBU METE(Anacardium occidentale)

Oleh Hendra Baskara (P056061431.37)

Profil Jambu Mete

Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) berasal dari daerah utara

benua Amerika Selatan (Brasil) dan sekarang tanaman ini ditemukan di berbagai negara

tropis (Ohler, 1979 dan Muljohardjo, 1990). Penyebaran jambu mete ke negara-negara

tropis meliputi India, Indonesia, Afrika, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya

(Tyman, 1980).

Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda. Sebagai

contoh, di Sumatera Barat dikenal dengan nama jambu erang atau jambu monye, di

Lampung dijuluki gayu, di Jawa Barat disebut jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa

Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di

Sulawesi Utara disebut buah yaki (Saragih dan Haryadi, 2003).

Tanaman jambu mete berdasarkan klasifikasi botaninya termasuk dalam divisi

Spermatophyta, klas Angiospermae, subklas Dikotiledon, ordo Sapindales, famili

Anacardiaceae, genus Anacardium, dan spesies Anacardium occidentale. Kira-kira ada

60 genus dan 400 spesies tanaman jambu mete di daerah tropis (Muljohardjo, 1990).

Tanaman jambu mete tumbuh baik pada daerah-daerah antara 15°LU sampai

15°LS dengan kisaran suhu harian sekitar 15 - 35°C dengan curah hujan 1.000 sampai

2.000 mm per tahun (Ohler, 1979). Jambu mete memiliki sistem perakaran tunggang dan

memerlukan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan untuk pematangan buahnya. Minimal

dalam satu tahun terdapat 3-4 bulan kering dan terbaik yaitu minimal 4-6 bulan kering

dalam satu tahun. Bila bulan kering kurang dari 3-4 bulan, buah semu dan bijinya akan

rusak. Biji mete yang dihasilkan terdapat bintik-bintik yang kurang berisi, pada keadaan

tersebut baik kernelnya maupun kulit biji yang mengandung CNSL menjadi rusak dan

tidak berharga (Anonim, 1999).

Page 8: Komoditi Jambu Mete

Buah jambu mete terdiri atas dua bagian, yaitu buah semu (cashew apple) dan

buah sejati (cashew nut), buah semu merupakan tangkai bunga (pedunculus) yang

membesar, dan seolah-olah menjadi daging buah yang sebenarnya (Ohler, 1979).

Sedangkan buah sejati adalah buah mete gelondong yang berbentuk ginjal menempel

pada buah semu, berkulit keras dan mengandung minyak, serta di bagian paling dalam

terdapat biji mete berbelah dua atau cashew kernel, disebut juga sebagai kacang mete

(Aggarwal, 1972).

Kacang mete mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Secara

lengkap, komposisi kimia kacang mete dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Kacang Mete

KomponenPersentase (%)*

Air 5,0

Protein 20,0

Lemak 45,0

Karbohidrat 26,0

Serat kasar 1,5

Mineral 1,5

*(Sumber : Saragih dan Haryadi, 2003)

Komoditas jambu mete menjadi salah satu komoditas yang layak diperhitungkan

dan lebih dikembangkan di negara Indonesia. Adapun berbagai alasan-alasan kuat yang

mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :

Kacang mete merupakan produk pangan yang cukup disukai oleh masyarakat

Indonesia, karena rasanya gurih dan lezat, serta memiliki kandungan gizi yang baik.

Tanaman jambu mete termasuk jenis tanaman yang cukup mudah untuk dibudidayakan

dan tidak terlalu “rewel”, serta lahan di Indonesia banyak yang telah memenuhi

persyaratan untuk ditanami jambu mete.

Banyaknya fakta yang menyatakan bahwa jambu mete dapat tumbuh di berbagai

ketinggian mengisyaratkan bahwa jambu mete dapat beradaptasi pada kondisi tanah

dan iklim yang beragam sifatnya (Saragih dan Haryadi, 2003). Sedangkan menurut

Rosmeilisa dan Abdullah (1990), jambu mete adalah tanaman yang mempunyai

Page 9: Komoditi Jambu Mete

kesesuaian iklim dan tanah yang luas termasuk lahan-lahan terlantar, daerah-daerah

berbatu, dan berkapur. Tanaman ini dapat tumbuh baik di tanah berpasir dan lempung

berpasir.

Tanaman jambu mete cukup mudah untuk dibudidayakan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya jambu mete adalah dari aspek pembibitan, pengolahan media tanam, dan teknik penanaman. Penjabaran dari ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan

Budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara

vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan. Biji yang akan

ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji mete untuk

benih adalah :

a. Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.

b. Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.

c. Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.

d. Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.

e. Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus

lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.

f. Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.

g. Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.

2. Pengolahan Media Tanam

Persiapan

Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah

tanaman jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun

lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun

jambu mete dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam jambu

mete adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim

kemarau.

Pembukaan lahan

Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari

dan disiapkan sebaik-baiknya. Tanah dibajak / dicangkul sebelum musim hujan.

Page 10: Komoditi Jambu Mete

Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan

airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.

Pemupukan

Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat

tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua

kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar

lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu.

Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubang

sebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk

memperbaiki keadaan fisik tanah.

3. Teknik Penanaman

Penentuan Pola dan Jarak Tanam

Pada budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap

satu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jarak

tanam dapat dibuat dengan ukuran 6 x 6 m sehingga jumlah total tanaman yang

dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan pada

umur 6-10 tahun. Untuk efisiensi lahan, dapat diterapkan budidaya polikultur.

Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

sela. Sebagai contoh adalah tanaman palawija, rumput setaria, dan jambu mete.

Bibit jambu mete yang berasal dari pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x

5 m, bila jarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat

diterapkan di lahan datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur.

Pembuatan Lubang Tanam

Cara membuat lubang tanam:

a. Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat,

ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapat

lapisan cadas, harus ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna dan

terhindar dari genangan air.

b. Pada waktu penggalian lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arah

Utara dan Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.

Page 11: Komoditi Jambu Mete

c. Lubang tanam dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang,

tanah lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas

yang telah bercampur dengan pupuk kandang ± 1 pikul.

d. Di lubang tanam yang telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudah

ditemukan kembali.

Cara Penanaman

Penanaman dapat dilakukan 4 – 6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk

mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada

musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar

dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.

b. Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti

sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dan

sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang

diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusak

sebaiknya dipotong.

c. Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat

rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman

perlu diberi penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.

Page 12: Komoditi Jambu Mete

Pohon Industri Jambu Mete

Rendemen Jambu Mete

Bagian terpenting dari pohon jambu mete adalah bagian daging buah (cashew

apple) dan biji mete (cashew nut) yang berbentuk mete gelondongan. Komoditas jambu

mete yang dijadikan mete gelondongan memiliki rendemen yang tergantung dari kualitas

jambu mete tersebut. Kulitas gelondongan jambu mete yang amat baik memiliki

rendeman 90% (bobot / bobot) dimana jumlah 1 kg sama atau kurang dari 175 butir biji

mete. Sedangkan kualitas baik dari gelondongan mete memiliki rendemen sebesar 75%

dan jumlah per 1 kg antara 176 - 225 butir biji mete.

Selanjutnya, bagian biji mete tersebut terdiri dari kulit biji mete yang keras dan

kaku, serta isi mete berupa kacang yang biasa dikonsumsi manusia sebagai biji mete

kupas. Menurut Ketaren (1986), kulit biji mete (shell) dan kacang mete (kernel)

mengandung minyak. Biji mete terdiri dari 70% kulit biji dan 30% daging biji (kernel).

Kulit (shell) mengandung minyak sekitar 32-36% yang dikenal dengan cashew nut shell

liquid (CNSL), sedangkan biji jambu mete (kernel) mengandung minyak sekitar 47%.

Page 13: Komoditi Jambu Mete

Faktor Kritis Jambu Mete

Hal yang paling penting (faktor kritis) untuk pemilihan buah mete gelondongan adalah mutu dari jambu mete tersebut dan teknologi proses pengolahannya. Untuk menghasilkan gelondongan mete yang berkualitas yang baik, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Standar Mutu :

Mete gelondongan harus bebas dari hama / penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan konsumen maupun yang dapat merusak bahan olah mete gelondongan

selama dalam pengangkutan dan penyimpanan.

Bebas dari bau busuk, bau asam, bau kepang dan bau asing lainnya akibat

pengeringan yang kurang sempurna dan atau penyimpanan yang kurang baik.

Tidak tercemar CNSL dan tercemar bahan kimia lain seperti sisa-sisa pupuk,

insektisida atau fungisida.

Kadar air maks 8 % (bobot/bobot).

Jumlah gelondongan yang mempunyai kemasakan cukup (berat jenis sama atau

lebih besar dari satu) minimum 75 % (bobot / bobot).

2. Kelas Mutu :

Amat baik (M1) : Kadar gelondongan yang berat jenisnya sama atau lebih dari

minimum 90 % (bobot / bobot). Jumlah 1 kg sama atau kurang dari 175 butir mete.

Baik (M2) : Kadar gelondong yang berat jenisnya sama atau lebih besar dari satu,

minimum 75%. Jumlah per 1 kg antara 176-225 butir.

Sedangkan kacang mete yang telah dikupas dari kulit kerasnya memiliki berbagai

faktor kritis yang berbeda. Faktor kritis ini dijadikan sebagai indikator kerusakan mete

kupas saat dalam proses penyimpanan atau penggudangan. Berbagai standar batas kritis

kerusakan kacang mete untuk berbagai parameter mutu mete ditampilkan di dalam Tabel

2.

Tabel 2. Standar Batas Kritis Kerusakan Kacang Mete

Parameter Mutu Batas Kritis Kerusakan*

Page 14: Komoditi Jambu Mete

Kadar Air Maksimal 7%

Kadar Abu Maksimal 3,25%

Kadar Protein Maksimal 23,71%

Kadar Lemak Minimal 45,79%

Penampakan Visual Warna putih gelap atau kecoklatan dan tekstur rusak

*(Sumber : Rao and Khan, 1984)

Proses Pengolahan Mete

Keterangan:

Ketahanan buah semu : 24 jam dan setelah itu akan membusuk, sehingga tidak bisa

dimanfaatkan.

Gelondongan sebaiknya terbebas dari kotoran, benda-benda asing (pasir, tanah,

serpihan kulit / tangkal buah). Oleh karena itu pencucian sebaiknya dilakukan pada

air yang mengalir.

Penyortiran guna untuk memisahkan gelondongan mete yang baik dari yang rusak

(terserang hama / penyakit & gangguan mekanis/fisik). Setelah itu pengelasan guna

menggolongkan produk sesuai estandar.

Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air gelondongan mete. Batas

toleransi kadar air gelondongan : 8 %. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan enzim

& mikroba yang dapat merusak, agar dapat disimpan kurang lebih 8 bulan.

Page 15: Komoditi Jambu Mete

Gelondongan kering dimasukan ke dalam karung goni dengan berat maks 80 kg. Selanjutnya disimpan di gudang-gudang, namun penyimpanan karung tersebut tidak boleh langsung bersentuhan dengan lantai, harus berjarak kurang lebih 7 cm dari lantai.

Gambar Jambu Mete

Page 16: Komoditi Jambu Mete

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, J.S. 1972. Chemistry and Uses of Cashew Nut Shell Liquid. Paint

Manufacture, India.

Anonim. 1999. Jambu Mete Primadona Daerah Kering. PT. Duta Karya, Jakarta.

Ketaren, Semangat. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,

Jakarta.

Muljohardjo, M. 1990. Jambu Mete dan Teknologi Pengolahannya. Liberty, Yogyakarta.

Ohler, J.G. 1979. Cashew. Koninklijk Institut Voor de Tropen, Department of

Agricultural Research, Amsterdam.

Rao, E.V.V. Bhaskara and H. Hameed Khan. 1984. Cashew Research and Development.

Indian Society for Plantation Crops, India.

Rosmeilisa, P. dan A. Abdullah. 1990. Analisis Usaha Tani Jambu Mete. Littro vol. VI

no. 2. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Saragih, Yan Pieter dan Yadi Haryadi. 2003. Seri Agribisnis : Mete (Budi Daya Jambu

Mete dan Pengupasan Gelondong). Penebar Swadaya, Depok.

Tyman, J.H.P. 1980. Cultivation, Processing and Utilisation of the Cashew Chemistry

and Industry, 19 January.


Top Related