KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang pesat dan terus-menerus menawarkan
perubahan, telah menuntut individu secara sadar atau tidak untuk
meningkatkan kualiatas hidupnya. Permasalahan demi permasalahan turut
mengiringi perubahan yang terjadi disetiap sisi kehidupan. Belawal dari
permasalahan pribadi, berkembang menjadi permasalahan keluarga,
pekerjaan, bahkan masalah kehidupan yang lebih luas. Untuk itulah, konseling
sangat dibutuhkan sebagai media perantara yang dapat membantu beragai
macam permasalahan kehidupan.
Berbicara tentang bimbingan dan koseling, maka yang dimaksud
dengan bimbingan dan konseling islami adalah kegiatan atau proses
bimbingan dan konseling yang diberikan kepda individu dalam kegiatan
belajar atau pendidikannya, yang selaras dengan tujuan pendidikan islami
yaitu menjadi insan kamil sebgai sarana mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Jadi, konseling pendidikan islam adalah suatu proses hubungan
membantu dimana seorang konselor bertujuan untuk membantu klien yang
mengalami permasalahan seputar pendidikan keagamaan, dan konseling ini
lebih kepada pemberian nasehat, masukan, pandangan yang dikaitkan dengan
keyakinan agama klien. Melalaui teknik-teknik konseling, konselor berupaya
menanamkan kesadaran pada diri klien untuk mengubah hidupnya lebih baik.
Untuk lebih jelasnya penulis mencoba menjelaskan beberapa hal
dalam makalah ini, diantaranya:
1. Pengertian konseling pendidikan islam
2. Permaslahan-permaslahan pendidikan dalam perspektif islam
3. Tujuan konseling pendidikan islamdalam makalah ini penulis
menjelaskan
4. Azas-azas konseling pendidikan islam
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Konseling Pendidikan Islam
konseling adalah (rogers dikutip dari lesmana,2005) mengartikan
konseling sebagai hubungan “membantu” dimana salah seorang konselor
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau fungsi mental seorang
klien agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi
dengan lebih baik.1 Disinilah konseling mengambil peranan agar individu
dapat memecahkan pemasalahannya sendiri.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan suatu bantuan yang diberikan dengan
menyediakaan kondisi, sarana dan ketrampilan yang membuat klien dapat
membantu dirinya sendri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri,
membuat keputusaan dan aktualisasi diri.
Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :2
a. Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan
makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan
biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula
terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana
dia hidup.
b. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar
kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.
1Namora lumongga lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktek, jakarta:kencana2011. H.2
2http://juniarari.blogspot.com/2011/11/ pendidikan-dalam-pandangan-islam .html.akses tanggal 25/10/2013.
c. Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau
kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.
Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau
perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.
d. Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang
terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa
dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Sedangkan pendidikan menurut islam yaitu Pendidikan Islam itu
sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori.
Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah
teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi
suatu ilmu bukanlah hanya teori.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai
aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang
secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok
orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun
mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah
peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan
hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini
harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang
bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Bimbingan dan konseling islami adalah kegiatan atau proses
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu dalam kegiatan
belajar atau pendidikannya senantiasa selaras dengan tujuan pendidikan
islam, yaitu menjadi insan kamil sebagai sarana mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat. Konseling pendidikan islam adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar mampu mengatasi segala
hambatan dalam kegiatan belajar atau pendidikanya, dengan menyadari
ekssistensinya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengikuti
ketentuan atau petunjuk Allah, agar menjadi insan kamil, sebagai sarana
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat3.
Jadi konseling pendidikan islam merupakan suatu proses bantuan
yang diberikan dalam memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
pendidikan islam, dan proses bantuan yang diberikan dengan
menggunakan pendekatan islamiah. Misalnya dengan pemberian nasehat,
masukan, pandangan yang dikaitkan dengan pandangan agama. Melalui
teknik-teknik konseling, konselor berupaya untuk menanamkan
kesaadaran pada diri klien untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Dengan mempelajri dan menerapkan teknik-teknik koseling kemudian
memadukannya dengan nilai-nilai agama, maka klien akan merasa bahwa
ia masih memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi yang dapat diterima
oleh tuhan dan masyarakat.
2. Persoalan-Persoalan Pendidikan dalam Perspektif Islam
Permasalahan atau persoalan-persoalan pendidikan dalam
perspektif islam adalah sebagai berikut:
a. Masalah Kualitas Pendidikan
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan
aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan
terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era
globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang
keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative
adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
3Tohari Musnawar, konseptualisasi bimbingan dan konseling islam, jakarta:UII press, 1992. H. 92
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber
daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada
pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya
dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan
nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi,
karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini
berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan
semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi
akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat
pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam
negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah).
b. Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan
proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan
taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru
tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan
variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai
usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan).
Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih
terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan
mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system
seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak,
untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan
rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
c. Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat
material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari
bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen
saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa
lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi
yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu
dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-
pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan
mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak
anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan
islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan
oleh pengaruh budaya-budaya barat.
Berdasarkan hal tersbut maka dapat diketahui bahwa sangat
disayangkan hingga kini lembaga-lembaga pendidikan Islam masih
sulit dijadikan model lembaga pendidikan yang paripurna dan berlaku
umum di Indonesia. Hal ini disebabkan lemahnya kinerja yang
ditunjukkan serta rendahnya motivasi untuk menjadikan lembaga
pendidikan Islam ini sebagai "kawah candradimuka" para intelektual
yang agamis dan para ulama yang intelektual. Kurangnya
kesungguhan penyelenggara pendidikan Islam dalam mengelola
lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan sekolah berbasis
keislaman disinyalir karena kesadaran umat Islam atas kewajiban
menuntut ilmu masih rendah.
Gejala rendahnya budaya membaca, belajar dan bekerja keras
menunjukkan bahwa pemahaman umat Islam tentang nilai-nilai Islam
belum merata dan menjadi hambatan untuk maju berprestasi.
Pengelola merupakan pencerminan dari kondisi umat islam yang tidak
terlepas dari hambatan kultural internal tersebut. Pengelola belum
mampu bangkit menjadi "agent of change", para pembaharu perilaku
dan budaya untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam bentuk
ketauhidan social seperti menegakkan disiplin sekolah secara ajeg dan
konsisten, menyebarkan budaya membaca dan bekerja keras serta
nilai-nilai social keislaman lainnya.
Kondisi internal umat Islam yang masih lemah untuk
menanam-suburkan nilai-nilai Islam itu oleh para penyelenggara dan
pengelola pendidikan Islam, pada akhirnya berpengaruh juga pada
persepsi masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam. Fenomena
kondisi cultural umat Islam yang menyelenggarakan pendidikan Islam
merupakan aspek internal yang saling kait mengkait dengan persepsi
umat Islam di luar lembaga tersebut. Sehingga kedua-duanya (kultural
internal dan eksternal) menjadi hambatan bagi kemajuan dan
pengembangan mutu penyelenggaraaan pendidikan Islam. Persepsi
masyarakat sudah terlanjur terpengaruh dengan paradigm bahwa
pendidikan Islam hanya berkutat pada masalah agama dan kurang
menaruh perhatian pada pengembangan aspek-aspek lainnya seperti
kecerdasan intelektual dan sosial.
Hambatan kultural baik yang berasal dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal) masih ditambah dengan sistem
pendidikan nasional yang terkesan juga terjebak diskursus dikotomi
antara ilmu-ilmu umum dan agama. Persepsi masyarakat sudah
terlanjur terbentuk sangat kuat tentang hal itu. Terlebih lagi
penguasaan agama sebagian umat Islam juga masih rentan
dipengaruhi budaya-budaya lokal setempat yang ternyata ssulit
dihilangkan, bahkan cenderung dapat menguburkan nilai-nilai Islam
sesungguhnya. Budaya-budaya lokal yang diadopsi tanpa landasan
filosofis yang kuat bisa menjadi boomerang kemajuan umat Islam.
d. Permasalahan Strategi Pembelajara
Era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan
para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma
pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma
pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran
sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal,
berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian
informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan. Dewasa
ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan
praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran
tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat
dengan rendahnya professionalisme guru.
e. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana yang diketahui bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif
(memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan
ketenangan yang semangkin beragam. Dampak negatif dari teknologi
moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada
prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang
tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya.
Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat
melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika
seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua
dampak yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya
pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mencari
terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer
penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah
nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif.
f. AdanyaKrisis moral
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media
massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas,
konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi,
kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan
negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar
nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq
lainnya.
g. AdanyaKrisis kepribadian.
Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di suatu
negara yang menyuguhkan kemudahan, kenikmatan dan kemewahan
akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran,
kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis . Untuk ini
sangat mutlak diperlukan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa
akan tidak menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakuan
korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan intelektual,
merusak alam untuk kepentingan pribadi, menyerang kelompok yang
tidak sepaham, percaya perdukunan, menjadi budak setan dan lain-
lain.
Faktor pendorong adanya tantangan di atas dikarenakan
longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu
pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh
kepala rumah tangga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan,
derasnya arus informasi budaya negatif global diantaranya,
hedonisme, sekulerisme, pornografi dan lain-lain, Selain adanya
hambatan akibat dampak negatif era global juga terdapat tantangan
pendidikan agama Islam untuk membekali generasi muda mempunyai
kesiapan dalam persaingan.
3. Tujuan Konseling Pendidikan Islam
Bimbingan dan konseling pada prinsipnya hanya merupakan
bantuan kepada individu, artinya pelaksanaan kegiatan mencegah dan
atau memecahkan masalah-masalah pendidikan yang mungkin atau
sedang dihadapi, merupakan kegiatan individu yang dibantu itu sendiri.
Oleh karena itu bimbingan dan konseling pendidikan islam pada dasarnya
sekedar membantu individu mengetahui masalah yang dihadapinya, atau
munkin dihadapinya, mengetahui kondisi atau keadaan (kekuatan atau
kelemahan) dirinya, dan membantu mencari alternatif tersebut. secara
rinci dengan demikian tujuan bimbingan dan konseling pendidikan islam
sebagai berikut:
1. Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang
berkaitan dengan kegiatan belajar/ pendidikannya, antara lain dengan
jalan:
a. Membantu individu memahami hakikat belajar/pendidikan menurut
islam
b. Membantu individu memahami tujuan dan kedudukan
belajar/pendidikan menurut islam
c. Membantu individu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar/pendidikan
d. Membantu individu menyiasati kegiatan belajar/pendidikan agar
berhasil
e. Membantu individu melakukan kegiatan belajar/pendidikan sesuai
dengan ketentuan syariat islam
2. Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan belajar/pendidikan, antara lain dengan jalan:
a. Membantu individu agar mampu memahami (menganalisis dan
mendiagnosis) problem yang dihadapinya
b. Membantu individu memahami kondisi dirinya dan lingkungannya
c. Membantu individu memahami dan menghayati cara-cara mengatasi
masalah belajar/pendidikan menurut atau yang sesuai dengan ajaran
islam
d. Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah
yang dihadapinya sesuai dengan ajaran islam
3. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan
belajar/pendidikannya agar tetap baik dan mengembangkannya agar
jauh lebih baik, yakni dengan cara:
a. Memelihara individu, memelihara situasi dan kondisi
belajar/pendidikannya yang semula pernahterkena problem dan
telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali
b. Mengembangkan situasi dan kondisi belajar/pendidikan menjadi
lebih baik.4
4. Asas-Asas Konseling Pendidikan Islam
Asas atau prinsip umum tersebut berlaku juga untuk bimbingan
dan konseling pendidikan islam. Namun demikian, sebagai landasan
operasional pelaksanaan bimbingan dan konseling pendidikan islami,
beberapa asasoperasional bimbingan dan konseling islami dapat
dirumuskan sebagai berikut:5
a. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling pendidikan islami berpijak pada
tujuan akhir kehidupan manusia, yaitu pencapaian kehidupan yang
bahagia di dunia dan akhirat. Jelasnya, klien senantiasa diingatkan
pada hakekat bahwa kegiatan belajar/pendidikannya itu dalam rangka
mencari kebahagian di dunia dan akhirat. Ini seperti tertera dalam surat
At-Tahrim ayat 6 yaitu:
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
4Tohari munawar. Konseptualisasi.., h. 92-935 Tohari munawar. Konseptualisasi.., h.94-98
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahka-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S. At-Tahrim : 6)
b. Asas kewajiban menuntut ilmu
Bimbingan dan konseling pendidikan islami pada ajaran Islam
bahwa belajar/menempuh pendidikan itu merupakan suatu kewajiban
bagi seorang yang muslim, seperti tersebut dalam hadis di bawah,
termasuk kegiatan membaca dan menulis seperti yang disyaratkan
dalam surat yang pertama-tama diwahyukan kepada nabi (Asl-‘Alaq)
dan juga Al-Qalam ayat 1. Jelaslah klien disadarkan akan perintah
Allah SWT, yang bersifat wajib, untuk menuntut ilmu. Dengan dasar
ini maka pada diri klien akan tertanamkan sikap bertanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan belajar/pendidikan dengan sebaik-
baiknya.
Artinya: “bacalah denga (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang
engajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S Al-‘Alaq, 96: 1-5)
Kemudian dalam hadis riwayat Ibnu Majah yng artinya:
“menuntut ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim”.
Artinya:”nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” (Q.S.
Al-Qalam: 1)
c. Asas pendidikan seumur hidup
Bimbingan dan konseling pendidikan islami berpijak pada asas
bahwa pendidikan menuntut ilmu itu merupakn kegiatan yang
berlangsung seumur hidup, seperti yang didsysratkan oleh hadis nabi
yang juga telah dikutip sebelumnya artinya bimbingan dan konseling
islami maupun kliennya harus selalu menyadari bahwa “Tiada waktu
untuk berhenti menuntut ilmu, sampai akhir ayat”, karena belajar atau
menuntut ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tanpa
memandang usia, sesuai dengan hadis sebagai berikut :
Ini berarti bahwa kegiatan bimbingan dan konseling
pendidikan islami akan berlangsung seumur hidup, dalam arti tidak
pandang usia kliennya, tua dan muda mendapatkan layanan
semestinya. Dengan kata lain, dimana ada kegiatan pendidikan/belajar,
disitu siap ada layanan bimbingan dan konseling pendidikan islami.
d. Asas manfaat pendidikan
Bimbingan dan konseling pendidikan islami memberikan
kesadaran kepada klien mengenai manfaat menuntut ilmu atau
menempuh pendidikan, sesuai dengan firman Allah dan hadis Nabi
sebagai berikut:
Artinya :”katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Q.S. Az-
Zumar,39 : 9)
Artinya :”Allah akan mennggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadilah, 58 : 11)
Kemudian hadis riwayat Ibn Asakir yang artinya :”barang
siapa ingin (kebahagiaan dan kesejahteraan di) dunia hendaklah ia
berilmu (tahu untuk apa dan bagaimana hidup di dunia), dan barang
siapa ingin (kebahagiaan hidup di) akhirat, hendaklah ia berilmu pula
(tahu bagaimana mencapainya), dan barang siapa menginginkan
keduanya hendaklah ia berilmu juga.”
e. Asas multi pengaruh terhadap pendidikan
Bimbingan dan konseling pendidikan islami memberikan
kesadaran/pemahaman pada individu mengenai banyak faktor yang
memepengaruhi kegiatan belajar/pendidikan seseorang, yaitu bakat,
lngkungan, dan juga kemauan (minat, motivasi individu), seperti yang
diisyaratkan oleh hadis nabi berikut:
Yang artinya: “setiap orang dilahirkan ibunya dalam keadaan
fitrah, setelah itu ayah-ibunyalah menjadikan Yahudi, Nasrani,
ataukah Majusi. Maka apabila kedua orang tuanya itu muslim, anak
itu pun cendrung akan menjadi muslim juga” (H.R.Muslim).
Artinya: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya”. (Q.S An-Najm, 53: 39)
Dengan dasar pijak ini maka pembimbing atau klien akan tidak
mudah mengambil kesimpulan mengenai sebab musabab terjadinya
sesuatu kasus pendidikan hanya dari satu sisi saja, atau dari satu faktor
saja, melainkan akan melihatnya dari wawasan yang lebih luas.
Dengan kata lain, untuk menentukan sebab kegagalan atau
ketidakberhasilan (problem) yang sedang dihadapi seseorang yang
sedang belajar, akan mengkajinya dari berbagai sudut.
f. Asas kesesuain dengan keadaan diri
Bimbingan dan konseling pendidikan islami mengingatkan,
menyadarkankepada klien bahwa usaha belajar/pendidikan akan
berhasil manakala yang bersangkutan berusaha sesuai dengan kadar
kemampuannya sendiri, baik bakat, maupun kemampuan-kemampuan
lainnya, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut:
Artinya :”tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing”. (Q.S. Al-Isra, 17 : 84)
Penyadaran akan asas ini penting, agar supaya orang yang be
ini penting, agar supaya orang yang belajar tidak membebani diri
dengan kegiatan atau cita-cita dan keinginan yang jauh yang
melampaui kemampuan dirinya. Problem pendidikan kerapkali muncul
dari faktor ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan
kegiatan/program belajar/ pendidikannya sesuai dengan kadar
kemampuan dirinya, misalnya memilih jurusan yang tidak sesuai
denga bakatmya.
g. Asas produktivitas
Bimbingan dan konseling pendidikan islami membantu
individu untuk berlaku efektif, efisien dan produktif. Jelasnya individu
senantiasa berusaha memembantu individu untuk berlaku efektif,
efisien dan produktif. Jelasnya individu senantiasa berusaha
memanfaatkan apa yang ada, apa yang tersedia, dengan sebaik-
baiknya, dan berusaha senantiasa mencapai hasil dengan daya upaya
yang paling hemat, tidak memboros-boros dan menyia-nyiakan waktu
dan daya, seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:
Yang artinya :”ada dua kenikmatan yang membuata banyak
manusia tetipu (terlena). Yaitu pertama sehat dan yang kedua waktu
luang”. (H.R Bukhari)
Kemudian hadis riwayat Baihaqi dari Ibnu Abbas yang artinya
“pergunakanlah lima keadaanmu sebelum datang lima keadaan:
hidupmu sebelum matimu, mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum
sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, dan sempatmu sebelum
sempitmu”.
Berpijak pada asas ini maka bimbingan dan konseling
pendidikan islami antara lain membantu menyadarkan individu untuk
berlaku efektif, efisien dan produktif dalam kehidupan kesehariannya
untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, termasuk belajar dan
membaca.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwasannya konseling pendidikan islam itu merupakan suatu proses
bantuan yang diberikan dalam memecahkan persoalan yang berkaitan
dengan pendidikan islam, dan proses bantuan yang diberikan dengan
menggunakan pendekatan islamiah. Misalnya dengan pemberian nasehat,
masukan, pandangan yang dikaitkan dengan pandangan agama. Melalui
teknik-teknik konseling, konselor berupaya untuk menanamkan
kesaadaran pada diri klien untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Dengan mempelajri dan menerapkan teknik-teknik koseling kemudian
memadukannya dengan nilai-nilai agama, maka klien akan merasa bahwa
ia masih memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi yang dapat diterima
oleh tuhan dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Namora lumongga lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek, jakarta:kencana2011.
http://juniarari.blogspot.com/2011/11/ pendidikan-dalam-pandangan- islam .html.akses tanggal 25/10/2013.
Tohari Musnawar,Konseptualisasi Bimbingan dan Konseling Islam, jakarta:UII press, 1992.