KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA
IMAM NAWAWI AL-BANTANI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan(S.Pd.)
Oleh:
Nur Chasanah
NIM : 111-14-222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
HALAMAN JUDUL
iii
KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA
IMAM NAWAWI AL-BANTANI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nur Chasanah
NIM : 111-14-222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018HALAMAN BERLOG
iv
v
vi
vii
MOTTO
ير اناش أفعهى نهاشخ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lain”(HR. Thabrani
dan Daruquthni)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan ibuku, Bapak Jupri dan Ibu Samirah. Motivator terbesar penulis
yang tak pernah berhenti memberikan doa dan dorongan agar segera
menyelesaikan skripsi ini. Kakakku sekeluarga, Mbak Dwi Astuti, Mas
Amin, dek Syifa dan Pakdhe Qoiman yang selalu memberikan semangat dan
doa
2. Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As‟ad Haris N.F., Abah K.
Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah Ny. Chusnul
Halimah, serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan PP. Al-Manar
yang senantiasa memberi tempat, wejangan, nasehatkepada penulis dalam
ngangsukaweruh (mencariilmu).
3. Pondok Pesantren Al-Manar, tempat penulis menemukan ilmu pengetahuan,
nilai-nilai kehidupan dan saudara.
4. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
proses skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku Endah Rofika, Rif‟a Muafia, Harnia Eka Prasanti, Qurnia
Nur Aieda, Isna Nur Rofiah yang selalu membantu dan menemani penulis
dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini.
6. Almamater penulis IAIN Salatiga.
ix
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 IAIN Salatiga terkhusus PAI F,
teman-teman PPL SMA 1 Bringin (Mir‟a, Mbak Fitri, Muna, Anik, Ayuk,
Mbak Tatik, Arif, Rofik, Najib, Rino), KKN posko 127 (Sania, Ririn, Hani,
Mbak Okta, Mbak Rif‟atul, Sodiqin, Rokhim, Barra)
8. Mereka telah mendo‟akan & memberi semangat yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.
9. Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu
senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga
mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang Pencipta.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Konsep
Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al- Bantani inidengan
baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di
yaumul akhir. aamiin.
Penulisan skripsi initidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Juz‟an.M. Hum.selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama
kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
7. Ayah, ibu dan kakak-kakakku
xi
8. Sahabat-sahabatkuyang selalu memberikan motivasi kepadaku,
menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Dusun Deras, Desa DerasPosko 127.
10. Teman-teman PPL SMA NEGERI 1 BRINGIN.
11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.
12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab
pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu
referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga,25 Juli 2018
Nur Chasanah
NIM: 111-14-222
xii
ABSTRAK
Chasanah, Nur. 2018.Konsep Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam
Nawawi Al-Bantani.Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Kosep. Sabar. Nashaihul „Ibad. Imam Nawawi Al-Bantani.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Imam Nawawi al-Bantani
merupakan seorang ulama salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar
yang terkenal. Beliau merasa bahwa sangat pentingnya sebuah pribadi yang
memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan akidah dan akhlak serta pendidikan
yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa
konsep sabar yang terkandung di dalam kitab Nashaihul „Ibadkarya Imam
Nawawi al-Bantani. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
1). Bagaimana konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad ? 2).
Bagaimana relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad dengan konteks
kehidupan penuntut ilmu sekarang ?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan dengan jenis
penelitian perpustakaan (liberary research), sedangkan sumber data primer dari
penelitian ini adalah kitab Nashaihul „Ibad, sumber sekunder adalah buku-buku
lain yang relevan dengan penelitian dan sumber tersiernya diambil dari kitab-
kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti: internet yang mendukung objek
penelitian.
Adapun teknik analisis data menggunakan metode content analysis,
metode induktif dan metode kontekstual. Bahwa temuan penelitian ini
menunjukkan konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam Nawawi al-
Bantani ini sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini. Ciri pemikiran
beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh dengan
al-Qur‟an dan Hadits serta atsar para ulama‟. Beliau menuliskan bahwa sabar
adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul daripada musibah yang
menimpanya, kepada selain Allah serta ridha kepadaNya.
Konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad adalah konsep
sabar terhadap kesusahan, orang sabar merupakan orang yang paling bahagia,
sabar merupakan tanda iman dan sabar atas penganiyaan orang lain. Para penuntut
ilmu sekarang juga dapat mengambil dan menerapkan konsep sabar dari kitab ini
yaitu sabar terhadap Allah SWT, sabar terhadap dirinya sendiri dan sabar terhadap
lingkungan sekitar.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ......................................................................... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ........................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ................. iiError! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......... iError! Bookmark not
defined.
HALAMANPENGESAHAN KELULUSAN ................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................ vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
BAB IPENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
xiv
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 5
F. Penegasan Istilah .................................................................................. 6
G. Metode Penelitian .................................................................................. 8
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB IIBIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI .............................. 12
A. Sistematika Penulisan Kitab Nashaihul „Ibad ...................................... 12
B. Riwayat Hidup Imam Nawawi ............................................................. 14
C.Pendidikan ............................................................................................. 16
D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram ................................. 18
E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani ............................................... 20
F. Nasionalisme ......................................................................................... 21
G. Gelar ..................................................................................................... 22
H. Karya-karya .......................................................................................... 23
I. Nasab-nasab Imam Nawawi................................................................... 30
J. Silsilah Guru Imam Nawawi ................................................................. 30
BAB IIIKONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD......... 33
A. Konsep Sabar ............................................................................................. 33
1. Pengertian Konsep Sabar ........................................................................ 34
2. Menumbuhkan Sifat Sabar ............................................................................ 38
B. Keutamaan dan Manfaat Sabar. ......................................................................... 42
xv
BAB IVANALISIS RELEVANSI KONSEP SABAR DALAM KITAB
NASHAIHUL 'IBAD KARYA IMAM NAWAWIAL-BANTANI ..... 45
A. Analisis Konsep Sabar Dalam Kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi
Al-bantani .................................................................................................. 45
B. Relenvansi Konsep Sabar dalam Kitab Nashaihul „Ibad dalam Konteks
kehidupan Penuntut Ilmu Sekarang ........................................................... 53
BAB VPENUTUP .......................................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran .......................................................................................................... 64
C. Penutup. ............................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Pengajuan Pembimbing
3. Lembar Konsultasi Skripsi
4. Laporan SKK
17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan agama yang komplit
dan total. Komplit karena ia mengatur segala aspek kehidupan manusia,
baik yang berhubungan langsung dengan Tuhan atau dengan mahluk
lainnya. Total karena segala ketentuan tersebut bersifat menyeluruh dan
terperinci. Wilayah yang menjadi garapan pendidikan Islam mencangkup
banyak hal, misalnya akhlak, tasawuf dan fiqih. Semua urusan ini diatur
dan ditata rapi oleh Islam dengan tujuan untuk menciptakan pola interaksi
yang selaras dan harmonis.
Salah satu pendidikan agama Islam adalah tentang anjuran dalam
bersabar. Perlu diketahui, bahwa Allah menetapkan kesabaran sebagai
kedermawan yang tidak akan hilang, pedang yang tidak akan tumpul,
pasukan yang tidak akan kalah dan benteng yang tidak akan roboh atau
runtuh. Allah telah menjamin dalam Al-Quran, dia akan memberikan
pahala kepada siapa saja yang berlaku sabar. Allah juga telah mengajarkan
bahwa pokok ajaran agama Islam berporos pada kesabaran dan keyakinan
(Salamulloh, 2005: 23).
Ibnu Atha‟illah mengatakan bahwa sabar adalah tabah menghadapi
cobaan dengan penuh kesopanan, sedangkan Al-Qusyairi menyebutkan
bahwa sabar adalah lebur(fana‟) dalam cobaan tanpa menampakkan
keluhan sedikitpun. Sikap sabar dilandasi oleh suatu anggapan bahwa
2
segala sesuatu yang terjadi merupakan iradah Tuhan (Jumantoro dan
Amin, 2005: 197).
Allah telah berfirman dan hanya dengan firmanNya orang-orang
yang diberi petunjuk mendapatkan petunjuk dengan benar:
Artinya:“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”(Q.S. As
Sajdah: 24).(Departemen Agama, 2005:333)
Sabar juga merupakan kemampuan untuk menahan diri terhadap
segala sesuatu yang dibenci, bahkan terhadap segala sesuatu yang
disenangi sekalipun. Sabar adalah kemampuan diri untuk menahan diri
dari mendapatkan atau menghilangkan sesuatu sebelum waktunya. Sabar
adalah kemampuan diri untuk menerima sesuatu yang telah ditetapkan-
Nya, tanpa menafikan usaha dan upaya. Dalam kesabaran ada ketabahan,
kepasrahan, ketenangan dan ketawakalan diri kepada Allah (Sutha, 2009:
1).
Pentingnya konsep sabar diterapkan oleh manusia dalam
menyikapi cobaan, ujian, musibah dan berbagai masalah lainnya.
Kemapuan sabar tidak hanya pada kemampuan bersifat pribadi semata,
melainkan juga kemampuan dibidang sosial, seperti kemampuan dalam
berempati, atau mengenali perasaan orang lain, bekerjasama dalam
mengelola konflik dengan solusi secara lebih tepat. Kemampuan ini sangat
penting diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam
dinamika kehidupan kontemporer.
3
Dari sekian konsep sabar, dalam kitab Nashaihul „Ibad ini menarik
untuk dikaji. Alasannya karena penjelasannya lebih ringkas sehingga
pembaca lebih mudah memahami inti. Hal ini bukan berarti pakar lainnya
kurang menarik dan jelas, namun konsep sabar dalam kitab Nashaihul
„Ibad bisa dijadikan salah satu alternatif.
Di dalam kitab Nashaihul „Ibad ini berisi tentang nasehat-nasehat
yang berupa hadis. Salah satu hadis tersebut berisi tentang tiga nasehat
meliputi seseorang berilmu harus memiliki sopan-santun, orang yang
beragama harus bersikap sabar dan orang yang mempunyai derajat harus
memiliki sifat wara‟. Di dalam keterangan kitab Nashaihul „Ibad ini hanya
disebutkan empat macam sabar tetapi tidak dijelaskan secara global
bagaimana macam-macam dari jenis sabar tersebut.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad, orang yang tidak sabar berarti ia
tidak menghayati sebuah ilmu. Sabar memiliki empat macam yaitu sabar
dalam menghadapi musibah, menghadapi kesulitan, melaksanaan taat dan
menjauhi maksiat.Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kesabaran berasal dari orang yang berilmu. Orang
yang berilmu dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, dan pahit pasti
akan menerima dan menghadapi dengan penuh tanggung jawab.
Konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad berkaitan dengan adab
menuntut ilmu karena dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran. Dalam
terjemah kitab Ta‟limul Muta‟alim terdapat keterangan bahwa seorang
yang mencari ilmu harus tekun dan bersabar menghadapi seorang guru,
buku pelajarannya hingga ia tidak meninggalkannya sama sekali. Dapat
4
disimpulkan bahwa memang seorang pelajar harus mempunyai sifat sabar
dalam menghadapi hal-hal selama pelajar tersebut menuntut ilmu.
Dari berbagai latar belakang yang telah penulis paparkan di atas,
maka penulis mengambil kesimpulan tentang judul skripsi yang akan
penulis teliti, yaitu dengan judul “Konsep Sabar Dalam Kitab
Nashaikhul ‘Ibad Karya Imam Nawawi Al-Bantani ” dengan harapan
semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat terutama bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul
„Ibad ?
2. Bagaimanakah relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad
dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
1. Mengetahui bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab
Nashaihul „Ibad
2. Mengetahui relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad
dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian:
a. Manfaat teoritis, menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam
bidang Pendidikan Agama Islam untuk menjadi landasan pemikiran
5
dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam yang bersifat
mendasar.
b. Manfaat Praktis, bagi penulis dan pembaca, dapat memperluas
khazanah dalam segi pendidikan, adalah “Konsep Sabar dalam Kitab
Nasaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al Bantany”.
E. Kajian Pustaka
Sepanjang pengetahuan peneliti, dalam penelitian diperpustakaan
IAIN Salatiga belum ditemukan skripsi yang judulnya sama menyangkut
sabar. Namun demikian sejauh yang peniliti ketahui telah banyak
penelitian yang membahas konsep sabar, tetapi belum ada yang
menyentuh dan menganalisis pemikiran Imam Nawawi Al-Bantany dala
kitab Nashaihul „Ibad.
Skripsi yang disusun Amin Husni jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Walisongo dengan judul “Relevansi Konsep Imam Al-Gazali
Tentang Sabar Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Dengan Tujuan Pendidikan
Islam”, skripsi ini menitikberatkan pembahasan konsep Imam Al-Ghazali
tentang sabar ditinjau dari tujuan pendidikan Islam.
Skripsi yang disusun Heri Stiono jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Konsep Sabar dan
Aktualisasinya Dalam Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga
(Kajian Buku Sabar dan Syukur Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah)”, skripsi
ini menitikberatkan pembahasan aktualisasi konsep sabar ditengah
keluarga dalam pendidikan agama Islam menurut Ibnu Qayyim menelaah
karyanya yang berjudul ; Iddah Al Shabirin wa Dzakirah al Syakirin.
6
Skripsi yang disusun Siti Ernawati Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo dengan judul “Konsep Sabar Menurut M.Quraish Shihab dan
Hubungannya dengan Kesehatan Mental”, skripsi ini menitikberatkan
pembahasan pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dan relevansi
pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dengan kesehatan mental.
Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.
Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkapkan konsep
sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad.
F. Penjelasan Istilah.
1. Konsep Sabar
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian
(Soedjadi, 2000:14).
Kata sabar berasal dari bahasa Arab sabr, artinya
„menahan‟ atau mengekang. Bersabar artinya menahan diri dari
segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan
mendapat ridha dari Allah SWT. Menahan diri artinya
mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu yang cenderung
negatif(Ilham, 2000:8).
7
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep sabar adalah ide abstrak yang digunakan untuk
mengklasifikasikan diri seseorang agar tetap konsekuen dengan
bersikap baik dalam menghadapi cobaan.
2. Kitab Nashaihul „Ibad
Adalah sebuah karya Muhammad Nawawi bin Umar
Al-Bantany Al-Jawi yang disajikan untuk seorang hamba
sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan
islami yang dapat membawa kearah kebaikan dan menjadikan
seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut.
Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi,
sehingga bila dipahami dengan ikhlas dala kehidupan sehari-
hari dapat mengantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian
jiwa dan kesantunan budi pekerti serta dapat mengingatkan kita
akan pentingnya memahami makna hidup haqiqi dan
mempersiapkan diri menghadap sang Maha Kuasa dengan
membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang baik
(Kauma, 2005:5).
3. Imam Nawawi
Adalah Abu AbdulMu‟ti Muhammad Nawawi bin „Umar
bin „Arabi bin „Ali A-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau
dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat, pada tahun
1230H bertepatan dengan 181M didalam keluarga yang mulia
dan terkenal dengan dakwah islamiyahnya. Seja kecil beliau
8
hidup dan menimba ilmu di Makkatul Mukaromah dan
berbagai daerah seperti Madinah, Syria dan Mesir. Kemudian
menetap kembali di Makkah. Beliau dikenal dengan “Sayyid
Ulama Hijaz”, syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa,
zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin. Beliau
wafat pada tahun 1314 H bertepat dengan tahun 1897 M di
Makkatul Mukaromah (Al-Qof, 2008: 183).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Library Research,jenis penelitian ini
data-datanya diambil dari perpustakaan artinya penelitian Literature
yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisa data dari
bahan-bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan masalah-
masalah yang diangkat (Warsito,1993:10).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research
(penelitian kepustakaan). Maka penulis menggunakan teknik yang
diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan
buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari
tiga sumber:
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkatan
dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Nashoihul
„Ibad.
9
b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu
terjemahan kitab Nashoihul „Ibad.
c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya
penulis ambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media
elektronik seperti internet yang mendukung objek
penelitian.
3. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi
ini adalah:
a. Metode Content Analysis. Analisis isi merupakan suatu
metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi
secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan
yang tampak (Kriyantono, 2010: 232). Sedangkan menurut
Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku
komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih
(Kriyantono, 2010:233).
b. Metode Induktif merupakan cara berfikir dengan
berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik
menjadi pemecahan yang bersifat umum (Hadi, 1981:42).
c. Metode Kontekstual
10
Dalam kamus besar bahasa Indonesia konteks berarti apa
yang ada di depan dan di belakang (KKBI, 2005:521).
Metode kontekstual adalah metode yang digunkan untuk
mencari, mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih
konkret (terkait dengan kehidupan nyata).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika
penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan
agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
Bab Pertama. Berisi pendahuluan, menguraikan tentang :
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami
skripsi.
Bab Kedua. Tinjuan tentang naskah dan biografi penulis
yang menguraikan tentang: gambaran umum kitab Nashoihul
„Ibad, latar belakang penulisan kitab Naskhoihul „Ibad, urgensi
kitab Nasoihul‟Ibad. Biografi dan pemikiran Imam Nawawy Al-
Bantany yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,
dan perjalanan karirnya.Selain itu dalam bab ini juga membahas
perkembangan intelektual, karya-karyanya, silsilah nasab dan
silsilah gurunya.
11
Bab Ketiga. Berisi tentang deskripsi pemikiran Imam
Nawawi Al-Bantany dalam kitab Nashoihul „Ibad, dimana disitu
diuraikan gambaran sabar secara umum, dilanjutkan konsep sabar
Imam Nawawi Al-Bantany dalam kitab Naskhoikul „Ibad.
Bab Keempat. Berisi tentang Analisis dan relevansi
Konsep Sabar menurut Imam Nawawi Al-Bantany Dalam Kitab
Nashoihul „Ibaddengan kehidupan penutut ilmu sekarang.
Bab Lima. Penutup yang meliputi tentang kesimpulan dan
saran.
12
BAB II
BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI
A. Sistematika Penulisan Kitab Nashailul ‘Ibad
Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Nashaihul
„Ibadadalah tematik, yang penulisannya dari satu bab ke bab yang lain
berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung di
dalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan
seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada
214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar
(perkataan sahabat dan tabi‟in). Adapun rincian bab yang terdapat dalam
kitab ini yaitu:
1. Bab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari
penulis.
2. Bab II, dalam bab ini terdapat 30 nasehat yang masing masing terdiri
dari 2 poin. Empat diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya
berupa atsar. Adapun urutannya adalah:
a. Dua hal yang sangat utama
b. Dua perintah Nabi agar bergaul dengan ulama‟
c. Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal
d. Dua kemuliaan
e. Dua kesedihan
f. Dua pencarian
g. Dua sikap orang mulia dan bijaksana
13
h. Dua modal yang berbeda hasilnya
i. Dua dasar kemaksiatan
j. Dua jenis tangisan
k. Larangan meremehkan dosa kecil
l. Dua jenis dosa
m. Dua aktivitas utama
n. Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri
o. Dua kerusakan
p. Dua nasehat tentang nafsu dan sabar
q. Dua pengendalian akal
r. Dua keuntungan menjauhi keharaman
s. Dua wahyu Allah kepada Nabinya
t. Dua kesempurnaan akal
u. Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh
v. Dua ciri orang yang taat kepada Allah
w. Dua aktivitas inti
x. Dua sumber dosa dan fitnah
y. Dua pengakuan kelemahan diri
z. Dua perbuatan tercela
3. Bab III, dalam bab ini terdapat 55 nasehat yang masing masing terdiri
dari 3 poin. Tujuh diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
14
4. Bab IV, dalam bab ini terdapat 37 nasehat yang masing masing terdiri
dari 4 poin. Delapan diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
5. Bab V, dalam bab ini terdapat 27 nasehat yang masing masing terdiri
dari 5 poin. Enam diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
6. Bab VI, dalam bab ini terdapat 17 nasehat yang masing masing terdiri
dari 6 poin. Dua diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya berupa
atsar.
7. Bab VII, dalam bab ini terdapat 10 nasehat yang masing masing terdiri
dari 7 poin. Lima diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
8. Bab VIII, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri
dari 8 poin. Satu diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
9. Bab IX, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri
dari 9 poin. Satu diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
10. Bab X, dalam bab ini terdapat 28 nasehat yang masing masing terdiri
dari 10 poin. Sebelas diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
B. Riwayat hidup Imam Nawawi
Beliau adalah seorang yang memiliki nama Abu Abdul Mu‟ti
Muhammad bin „Umar bin „Arabi bin „Ali at-Tanari al-Bantani al-Jawi.
15
Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230
H/1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.
Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi.
Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinnya para Nabi dan
Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan
nama pada bagian dua diambil dari nama Syaikhul Islam Waliyullah
Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi (Al-Qof, 2008: 183-
184).
Ayah beliau bernama K.H „Umar bin „Arabi, seorang pejabat
penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, Imam
Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin
(Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya
bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. Melalui jalur imam Ja‟far
ash-Shadiq, Imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,
Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau
bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu,
1996:271).
Ketika masa beliau berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafalan
Al-Qur‟an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulma di sana.
Proses pembelajaran ini dikalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan
sebutan Al-Qira‟ah. Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama
Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut
dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa An-Nawawi kecil
16
untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan
menagis sembari membaca Al-Qur‟an. Syeikh ini kemudian
mengantarkannya kepada ayahnya dan menasehati sang ayah agar
mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Snag ayah setuju
dengan nasehat ini (Amirul Ulum, 2016:57).
Syekh Imam Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di
Syeib „Ali, sebuah kawasan di pinggiran kota Mekah, pada 25 Syawal
1314 H. Ia dimakamkan di Ma‟la, Arab Saudi dekat makam istri
Rasulullah SAW. Yang pertama, Ummul Mukmini, Khadijah binti
Khuwalid RA. Beberapa tahun setelah ia wafat, makamnya dibongkar oleh
pemerintah Kerajaan Saudi untuk dipindahkan tulang belulangnya, dan
liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lainnya seperti kebiasaan di Ma‟la.
Saat itulah, para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syeikh
Imam Nawawi al-Bantani dan kain kafannya masih utuh, walaupun
jasadnya sudah bertahun-tahun dikubur. Oleh karena itu, jika kita
berangkat ibadah haji dan umrah ke Mekah, kita masih bisa berziarah ke
makamnya di Pemakaman Umum Ma‟la (Iskandar, 2011: 67).
C. Pendidikan
Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan
ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).
Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap
pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun. Pertanyaan-
pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi
yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah
17
mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula
mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada
kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta
(http://id.Wikipedia.org).
Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya
berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji,
ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah
meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci
ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa
dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet
pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur,
2008:190). Beliau berguru kepada para ulama‟ terkenal di Makkah,
seperti: syeikh Khatib al-Sambasi, Abdul Ghani Bima, Yusuf
Sumbulaweni, „Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan,
Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan
tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama‟
terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau
terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama‟ lain yang berpengaruh besar
mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi
dan Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama‟ besar Madinah
(http://id.Wikipedia.org).
Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau
mengembara jauh dari tempat tinggalnya di Makkah, menuju ke daerah
18
Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju
universitas Al-Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama‟. Beliau disana
berkeinginan berjumpa dengan pembesar para ulama‟ (Al-Qof, 2008:183).
Merasa masih haus akan dunia keilmuwannya Imam Nawawi
mengembara lagi ke Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk belajar
kepada Ulama-ulama‟ seperti Syam. Setelah menyerap banyak materi
Ulama‟ beliau kembali ke Hijaz untuk belajar dengan ulama‟-ulama‟ di
sana (Amirul Ulum, 2015:45).
Syekh Imam Nawawi al-Bantani berangkat ke Hijaz pada 1828 M.
Setelah 2 tahun memimpin pesantren ayahnya sejak 1828M. Setelah
kepergiannya tugas mengasuh pesantren ditumpahkan kepada adiknya,
terutama Tamim dan Syaid yang seperguruan dengannya ketika belajar
kepada K.H Sahal, Kyai Yusuf dan pengasuh Pesantren Cikempek (Amirul
Ulum, 2016:66).
D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram
Kedatangan Syekh Imam Nawawi al-Bantani ke Hijaz tidak serta
mertanya langsung bisa mengajar di Masjidil Haram. Akan tetapi, ntuk
menuju itu semua harus melalui sebuah seleksi yang ketat dan
mendapatkan legalitas dari penguasa Hijaz yang di waktu itu dijabat oleh
Syarief Aunur Rofiq. Sebelum mengajar di Masjidil Haram, Syeikh Imam
Nawawi al-Bantani sudah aktif mengajar, terlebih di kediaman Syeikh
Syi‟if Ali atau perkampungan al-Jawi. Waktu melakukan penelitian Snock
Hurgronje atas Ulama-ulama Nusantara yang ada di Hijaz, ia sempat
bertemu dengan Syeikh Imam Nawawi al-Banatani. Untuk misinya itu,
19
Snock berpura-pura masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul
Ghaffar (Amirul Ulum, 2015:46).
Snock keheranan menyaksikan bagaimana cara penguasaan materi
dan penampaian tidak kalah hebat dengan para Syeikh yang mengajar di
Masjidil Haram. Snock bertanya kepada Syeikh Imam Nawawi “ mengapa
anda tidak mengajar di Masjidil Haram, tapi malah diperkampungan Jawa
?” “pakaianku yang jelek dan kepribadianku tidak cocok dan tidak pantas,
tidak layak bila disejajrkan dengan keilmuwan seorang Syeikh yang
berbangsa Arab”,” bukankah di Masjidil Haram banyak orang yang tidak
sepandai anda, akan tetapi mereka tetap dipersilahkan mengajr di Masjidil
Haram”, “tentunya mereka adalah orang-orang alim pilihan”, jawab Imam
Nawawi (Amirul Ulum, 2015:47).
Dalam mengajar Syekh Imam Nawawi al-Bantani dikenal dengan
sebutan Imam al-Manthuq wa al-Mafhum. Yaitu orang yang paling
menguasai dalam hal pemahaman ilmu dan cara penyampaiannya.
Sehingga para Ulama Mesir menyebutnya dengan Syyidu al-Ulama al-
Hijaz (penghulu para Ulama di Negri Hijaz). Ketika keilmuawan Imam
Nawawi terkenal di dataran Hijaz, akhirnya diambil menjadi bagian dari
Syekh yang ikut serta dalam mengajar di Masjidil Haram dan menjadi
Imam di dalamnya. Dengan tampilnya Syekh Imam Nawawi al-Bantani
sebagai pengajar di Masjidil Haram (Amirul Ulum, 2015:48).
Lantaran ketajaman otak Syekh Imam Nawawi al-Bantani, ia
tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu
Syeikh Ahmad Khatib Sambas udzur sebagai Imam Masjidil Haram, Imam
20
Nawawi ditujuk sebgai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan
sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).
E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani
Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan
kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan
mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh
ulama Hijaz (jazirah Arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab
Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam keilmuwannya
sehingga Imam Nawawi al-Bantani mempunyai beberapa murid yang
belajar kepada beliau, diantaranya murid-murid Imam Nawawi baik yang
menjadi pengajar di Masjidil Haram maupun yang kembali ke daerahnya
adalah:
1. Syaikh Zainudi bin Badawi al-Sumbawa. (1230 H/1814 M-
1312 H/1897 M)
2. Syaikh Mahfudz al-Turmusi. (1285 H/1868 M-1336 H/1920
M)
3. Syeikh Asy‟ari al-Baweani
4. Syeikh Abdul Karim al-Bantani (1840 M- 1875 M)
5. Syeikh Jum‟an bin Makmun al-Tengerangi
6. Syeikh Kyai Hasyim Asy‟ari (1287 H/1871 M- 1366H/1915
M)
7. Syeikh Kyai Ahmad Dahlan (1868 M -1923 M)
8. Syeikh Abdul Hamid al-Qudsi (1277H/1860 M-1334H/1915
M)
21
9. Kyai Wasith al-Bantani
10. Kyai Arsyad Thawil al-Bantani (1263 H/1847 M- 1328
H/1910)
11. Kyai Saleh Darat Semarang (1820 M-1903 M)
12. Syaikhona Khalil Bangkalan (1235 H/1820 M-1343 H/1925
M)
13. Kyai Umar bin Harun Rembang (1270 H/1855M-1328
H/1910 M)
Adapun untuk murid Imam Nawawi al-Bantani yang berasal dari
luar Nusantara yang menjadi pengajar di Masjidil Haram, diantaranya
adalah:
a. Sayyid Ali bin Ali al-Habsyi (1270 H-1333 H)
b. Syeikh Abdul Satar al-Dahlawi
c. Syeikh Abdul Satar bin Abdul Wahab dll. (Amirul Ulum,
2015:49-50).
F. Nasionalisme
Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah
merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan
hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan
para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan
para tokoh mereka dengan jalan dakwah, dan berperan aktif dalam
membangun serta membina masyarakat Islam (Al-Qof, 2008:184).
Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma
puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang
22
dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi al-Bantani al-
Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama
tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).
Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada
1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap
hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai
dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari
Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.
Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy‟ari dari Jombang, dan K.H.
Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar
dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).
G. Gelar-gelar
Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah.
Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman
otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil
Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam
Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu,
ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).
Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan
kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan
mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh
ulama‟ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab
Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama
dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang
23
syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut
hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau
dan memberi ampunan (Al-Qof, 2008:104).
H. Karya-karya
Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur
dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi
untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi
mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya
tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah,
syari‟ah, tafsir dan lainnya. Paling tidak, Yusuf alias Sarkis mencatat 34
karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur,
2008:192).
Sedangkan ulama mesir Syeikh „Umar „Abdul Jabbar dalam
kitabnya “al-Durus min Madhi al-Ta‟lim wa Hadrilih bi al-Masjidil al-
Haram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di
Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam
menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai
disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar
terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).
Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Dalam bidang Tafsir, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai
sebuah karya yaitu: Tafsir Al-Munir. Tafsir setebal dua jilid ini
selesai ditulis pada tanggal 5 Rabiul Awwal 1305 H/1886 M.
24
Usai selesai menulis Imam Nawawi al-Bantani
menyodorkannya kepada ulama‟ Mesir. Ulama Mesir merasa
kagum dengan prestasi yang dimiliki Imam Nawawi al-
Bantani.
Kitab tersebut bahkan telah ditetapkan sebagai buku wajib
di dunia pesantren. Popularitasnya hanya diungguli oleh Tafsir
Jalalain karya Jalaludin as-Suyuthi dan Jalaludi al-Mahalli.
Lantaran karyanya yang bergaung luas dengan bahasa yang
mudah dicerna tanpa mengurangi kepadatan isi, nama Nawawi
termasuk dalam barisan ulama besar abad ke-14 H/ 19 M.
Karena keilmuannya ia dikaruniai gelar: al-Imam al-Muhaqqiq
wa al-Fahmah al-Mudaqqiq dan Sayyid Ulama al-Hijaz
(Ghofur, 2008:192).
2. Dalam bidang Fiqih, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai
sebuah karya diantaranya:
a. Fatkhul Mujid, yang ditulis pada 1276 H, kitab ini
merupakan ulasan ringkas atas kitab Khatib al-Syarbani fi
al-Manasik.
b. Khasifatu al-Saja‟, yang ditulis pada 1292 H, kitab yang
berisi uraian pemikiran tauhid Syaikh Nawawi ini
merupakan ulasan atas kitab Syafinah al-Najah karya
Syaikh Salim ibn Samir al-Hadharami.
c. Mirqath al-Su‟ud al-Tasdiq, kitab yang ditulis pada 1292
H, ini berisi ulasan Syaikh Nawawi terhadap pemikiran
25
Syaikh Abdullah ibn Hasyim Ba‟alawi dalam kitab Sullam
Taufiq.
d. Nihuyatu al-Zain, yang berisi ulasan atas pemikiran Syaikh
Zain al-DinAbdul Aziz al-Malibari dalam kitab Qurrah al-
Ain bi Muhimmat al-Din. Kitab tersebut ditulis pada 1297
H.
e. Al-Tausyik, yang ditulis pada 1314 H, ini berisi ulasan atas
kitab Fath al-Qarib al-Mujib karya Ibn Qasim al-Ghazi.
f. Al-Aqdu al-Tsamin, yang berisi ulasan atas kitab
Mandzumat al-Sittin Mas‟alatan al-Musamma bil al-Fath
al-Mubin karya Syaikh Mustofa ibn Usman al-Jawi al-
Quruti.
g. Uqudu al Lujain fi Bayan Huquq al Zaujain yang ditulis
pada 1297 H, ini membahas hak dan kewajiban suami isri.
h. Sullam al-Munanjat, kitab ini ditulis pada 1292 H dan
berisi ulasan atas kitab Syafinah al-Shalat karya Sayyid
Abdullah ibn Uma al-Hadhrami.
i. Al-Tsimar al-Yani‟ah yang berisi ulasan atas kitab al-
Riyadh al-Badi‟ah karya Syaikh Muhammad ibn Sulaiman
Hasb Allah (Samsul Munir, 2008:12).
3. Dalam hadist dan Musthalahu al-Hadist Imam Nawawi al-
Bantani mempunyai sebuah karya diantaranya:
a. Syarah Shahih Muslim
b. Riyadhuh al-Shalihin
26
c. Sharah Shahih Bukhari al-Adzkar
d. Arba‟in Nawawi
e. Irsyad fi al-Ulum al-Hadist
f. Al-Tarqib wa al-Taisir
4. Dalam bidang bahasa dan kesastraan, Imam Nawawi al-
Bantani mempunyai sebuah karya diantaranya:
1. Fath al-Ghafir al-Khattiyah, yang berisi ulasan atas kitab
Nuzum al-Jurumiyah al-Musamma bi al-kaukab al-jauziyah
karya Imam Abdul Salam ibn Mujahid al-Nabrawi. Kitab
tersebut ditulis pada 1298 H.
2. Al-Jurumiyyah
3. Lubab al-Bayan yang membahas ilmu balaghah dan
merupakan ulasan atas kitab Risalat al-Isti‟arat karya
Husain alNawawi al-Maliki.
4. Al-Fushus al-Yaqutiyyah, ala Raudhat al-Mahiyah fi al
Abwab al-Tashrifiyyah yang membahas marfologi atas ilmu
Sharf. Kitab ini merupakan ulasan atas kitab al-Raudhah al-
Bahiyyah fi Abwab alTashrifiyyah.
5. Al-Kawakibi al-Jahiliyyah
6. Al-Nabrawasi
7. Al-Raudha al-Mahiyayah fi Abwabi
5. Dalam Akhlak dan Teologi, Imam Nawawi al-Bantani
mempunyai sebuah karya diantaranya:
27
a. Bahjatu al-Wasail, yang merupakan ulasan atas Risalah al-
Jami‟ah baina Ushul al-Din wal Fiqh wat Tashawuf. Kitab
ini ditulis pada 1922 H.
b. Fath al-Majid, Kitab yang ditulis pada 1298 H ini
merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-tauhid.
c. Tijan ad-Durori, kitab yang ditulis pada 1298 H. Ini
merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-Tauhid.
d. Al-Najah al-Jadidah, yang ditulis pada 1303 H.
e. Dzari‟ah al-Yaqin ala Ummu al-Barahin, yang ditulis pada
1317H , kitab ini memberi ulasan pada Umm al-Barahain
karya al-Sanusi.
f. Al-Maraqi al-Ubudiyah, yang berisi ulasan atas kitab
Bidayah al-Hidayah karya Hujjah al-Islam, Abu Hamid al-
Ghazali.
g. Qami‟ al-Tughyan, kitab ini berisi ulasan atas kitab
Mandzumat al-Syu‟b al-Imam karya Syaikh Zain al-Din ibn
Ali ibn Ahmad al- Syafi‟i al-Kausyani al-Malibari.
h. Salalim al-Fudhala‟
i. Nashaihul „Ibad, kitab ini ulasan atas pemikiran Syaikh
Syihab al-Din Ahmad ibn Ahmad al-Asqalani dalam
karyanya al-Munabbihat ala al-Istidad li Yaum al-Ma‟ad.
(Samsul Munir, 2008: 14-16)
6. Dalam Tarikh, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai sebuah
karya dantara:
28
a. Tarqhib al-Mustaqim
b. Al-Ibriz al-Dani
c. Fath al-Shamad
Selain kitab-kitab di atas, Imam Nawawi al-Bantani juga mempunyai
banyak karya dalam berbagai kajian ilmu. Akan tetapi kitab yang
terdeteksi sangat sedikit jumlahnya (Amirul Ulum, 2015:51-52).
Karya-karya di atas itulah merupakan sebagian dari karya Imam
Nawawi yang penulis sebutkan hanya sebagian saja, masih banyak karya-
karya beliau yang belum bisa disebutkan di sini dikarenakan terbatasnya
sumber yang penulis dapatkan. Dan memang dari sumber yang penulis
dapatkan, banyak dari karya-karya beliau yang belum diterbitkan oleh
penerbit-penerbit.
I. Nasab Imam Nawawi
Telah disebutkan di atas, bahwa nasab Imam Nawawi bersambung
sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab beliau
adalah sebagai berikut:
1. Sayyiduna Muhammad Saw
2. Sayyiduda „Ali bin Abi Tholib Karomawallahu wajh wa
Sayyidatuna Hababah Fatimah Azzahro al-Batul Ra.
3. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
4. Sayyiduna Imam „Ali Zainal „Abidin Assajad Ra.
5. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
6. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.
7. Sayyiduna Imam „Ali „Uroidhi Ra.
29
8. Sayyiduna Imam Muhammad Naqib Ra.
9. Sayyiduna Imam Isa Syakir Arrumi Ra.
10. Sayyiduna Imam Ahmad al-Muhajir Ra.
11. Sayyiduna Imam Ubaidullah Ra.
12. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
13. Sayyiduna Imam Muhammad Ra.
14. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
15. Sayyiduna Imam „Ali Kholi Qosam Ra.
16. Sayyiduna Imam Muhannad Shohib Marbath Ra.
17. Sayyiduna Imam „Ali Hadroh Maut (yaman) Ra.
18. Sayyiduna Imam Abdul Malik Ra.
19. Sayyiduna Imam Abdullah Khon Ra.
20. Sayyiduna Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.
21. Sayyiduna Imam Jamaluddin al-Akbar Ra.
22. Sayyiduna Imam „Ali Nurril „Alim Siyam Ra.
23. Sayyiduna Imam Abdullah Umdataddin Ra.
24. Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.
25. Maulana Hasanuddin Banten Ra.
26. Maulana Yusuf Banten Ra.
27. Maulana Muhammad Nashriddin Banten Ra.
28. Maulana Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.
29. Maulana Abul Ma‟ali Ahmad Kanari Banten Ra.
30. Maulana Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.
31. Maulana Mangsuruddin Cikaduen Banten Ra.
30
32. Maulana Nawawi Ra.
33. Maulana „Ali Ra.
34. Maulana „Umar Attanar al-Bantani Ra.
35. Syaikhul Kabir wa „Alim Hijaz Abdul Mu‟thi Muhammad
Nawawi Ra.
Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda
Nabi Muhammad melalui jalur sayyiduna Husain ra
(http//id.wikipedia.org).
J. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi
Guru Imam Nawawi yang paling berpengaruh terhadap beliau yang
mampu mengubah alam pikirnya adalah syeikh Khatib as-Sambasi yang
pada waktu uzur Imam Nawawi mengantikan beliau menjadi imam
masjidil haram sehingga menjadikan beliau masyhur dan terkenal sebagai
syekh Nawawi al-Jawi. Adapun silsilah guru-guru beliau melalui syeikh
Khatib as-Sambasi adalah sebagai berikut:
1. Allah SWT.
2. Malaikat Jibril
3. Nabi Muhammad SAW.
4. Sayyiduna „Ali bin Abi Thalib Karromawallahu Wajh.
5. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
6. Sayyiduna Imam Ali Zainal Abidin Ra.
7. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
8. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.
9. Sayyiduna Imam Musal Khazim Ra.
31
10. Sayyiduna Imam Ali Ridho Ra.
11. Sayyiduna Syeikh Abu Mahfuzh Ma‟ruf al-Kharkhi Ra.
12. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Sirriddin Assaqathi Ra.
13. Sayyiduna Syeikh Abul Qasimil Junaidi al-Baghdadi Ra.
14. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur Asy-Syibli Ra.
15. Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz at-Tamimi Ra.
16. Sayyiduna Syeikh Abu Fadl Abdil Wahid bin Abdil Aziz at-
Tamimi Ra.
17. Sayyiduna Syeikh Abul Faraj Ath-Thartusi Ra.
18. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Ali bin Yusuf al-Qirusyi al-
Hankari Ra.
19. Sayyiduna Abu Said Mubarrok bin Ali al-Makhzumi RA.
20. Sayyiduna Imam Ghoutsul A‟zhom Abu Muhammad Abdil
Qadir Jailani Ra.
21. Sayyiduna Imam Abdul Aziz bin Abdil Qadir jailani Ra.
22. Sayyiduna Syeikh Muhammad Hattak Ra.
23. Sayyiduna Syeikh Samsuddin Ra.
24. Sayyiduna Syeikh Syarofuddin Ra.
25. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Zainiddin Ra.
26. Sayyiduna Syeikh Waliyuddin Ra.
27. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Hisyamiddin Ra.
28. Sayyiduna Syeikh Yahya Ra.
29. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Ra.
30. Sayyiduna Syeikh Abdur Rohim Ra.
32
31. Sayyiduna Syeikh Utsman Ra.
32. Sayyiduna Syeikh Abdul Fattah Ra.
33. Sayyiduna Syeikh Muhammad Murad Ra.
34. Sayyiduna Syeikh Syamsuddin Ra.
35. Sayyiduna Syeikh Ahmad Khatib Syambasi bin Abdil Ghaffar
Ra.
36. Syeikhul kabir wa Alimul Hijaz Abu Abdil Mu‟thi Muhammad
Nawawi Ra.
Demikian silsilah guru-guru beliau melalui jalur syeikh khatib as-
Sambasi yang wusul pada Allah SWT. yang mana telah kita ketahui di
atas, bahwasannya syeikh khatib merupakan guru beliau yang memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi diri pribadi Imam Nawawi, sehingga diri
beliau lebih terbentuk dan termotivasi dengannya. Dengan demikian,
Semoga dapat memberikan kefahaman dan pengetahuan kepada para
pembaca.
33
BAB III
KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD
KARYA IMAM NAWAWI
A. Konsep Sabar
1. Pengertian Konsep Sabar
Konsep adalah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan
dari peristiwa konkret. Pengertian disini ruang lingkup tentang suatu
nilai terhadap pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:558).
Konsep juga berasal dari kata latin Concipere yang berarti
mencangkup, mengambil, menangkap. Dari kata concipere muncul
kata benda concipere muncul kata benda conceptus yang berarti
tangkapan. Konsep ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahan
dengan istilah pengertian yakni makna yang terkandung oleh sesuatu
(Bakri, 1986:2).
Kata sabar berasal dari bahasa Arab shabr, artinya „menahan‟
atau „mengekang‟. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu
yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharap ridha Allah
Swt .Menahan diri artinya mengendalikan diri dari dorongan hawa
nafsu yang cenderung negatif (Effendy, 2012:6). Secara terminologi
sabar adalah menahan dari jiwa yang lemah, lisan dari mengeluh, dan
organ tubuh dan berbuat sesuatu yang tidak layak untuk dilakukan (al-
Jauziyah, 1999: 20).
34
Adapun menurut pengertian bahasa, sabar berarti melarang dan
menahan. Dalam hal ini berarti menahan hati agar tidak gusar,
menahan keluhan dan segala macam nafsu serta amarah. sabar
termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan diri seseorang dari
melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab itu, sabar menjadi
kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan kelurusan (Soebachman,
2014:67).
Sabar dalam Islam artinya sikap tahan menderita, hati-hati
dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi dan mengemban perintah-
perintah Allah Swt serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, seperti
yang sering ditunjukkan oleh para sufi (Dagun, 1997:987).
Sabar termasuk salah satu budi pekerti yang dapat dibentuk
oleh seseorang. Ia menahan nafsu dari putus asa, sedih, dan
sentimentil. Ia menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari
merintih kesakitan dan anggota badan dari melakukansesuatu yang
tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati atas hukum takdir dan
hukum-hukum syariat (al-Jauziyah, 1998:30).
Orang-orang yang sabar selalu yakin dan optimis bahwa
penderitaan yang berkepanjangan, yang seakan tidak berkesudahan,
pasti akan ada akhirnya. Setelah itu, ia yakin akan munculnya
kemuliaan dan kejayaan. Bersikap sabar yang baik adalah tidak terlihat
apakah ia sedang mendapatkan musibah atau tidak. Akan tetapi bila
menampakkan keluhannya hanya kepada Allah.
35
Sabar merupakan sebuah perkara yang penting sehingga Allah
Swt sampai berkali-kali menyebutkan dalam firmanNya. Diantaranya:
Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah
kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu
dayakan.”(Q.S an-Nahl: 127). (Departemen Agama, 2005:
224)
Manusia akan senantiasa diuji oleh Allah Swt. Bentuk ujiannya
bermacam-macam. Ada yang berat, ada yang ringan. Akan tetapi di
samping memberikan ujian tersebut, Allah Swt juga menganjurkan
manusia supaya menyikapi semua ujian tersebut dengan bersabar.
Sabar adalah suatu bagian utama yang dibutuhkan seseorang
muslim dalam masalah dunia dan agama. Ia harus mendasarkan amal
dan cita-citanya kepada sabar itu. Sebagai hamba Allah Swt, kita tidak
terlepas dari musibah yang menimpa kita, baik musibah yang
berhubungan dengan pribadi kita sendiri maupun musibah yang
menimpa sekelompok masyarakat maupun bangsa (al-Ghazali,
1990:258).
Berbagai pengertian di atas menunjukkan bahwa sabar merupakan
upaya pengendalian diri ketika mengalami kesulitan dengan cara tidak
36
mengeluh, tidak gelisah, tidak merasa susah dan berlaku tenang. Orang
yang mampu menghadapi kesulitan tersebut tergolong sabar sehingga
membuatnya dapat mencapai keridhaan Allah Swt . Secara umum
terlihat bahwa sabar merupakan upaya seorang hamba untuk
mengendalikan diri dalam menghadapi kesulitan hidup.
Salah satu karya Imam Nawawi yang sudah dikenal dalam dunia
pesantren adalah kitab Nashaihul „Ibad. Karya beliau yang satu ini
mengajak kita terutama para pemuda untuk menjadi hamba yang
santun dan bijak dalam mencari ilmu. Dengan harapan agar dalam
mencari ilmu tidak hanya memperoleh pemahaman saja, namun juga
keberkahan dari ilmu yang dicari tersebut.
Karakteristik pemikiran konsep sabar Imam Nawawi al-Bantani
dalam kitab Nashaihul „Ibad dapat digolongkan dalam corak praktis
yang tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad bahwa pengertian sabar menurut
Imam Nawawi adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul
daripada musibah yang menimpanya, kepada selain Allah serta ridha
kepadaNya (Solihin, 2006: 75).
Sabar meliputi seluruh kehidupan orang beriman sehingga sabar
adalah sikap pertama yang perlu kita bina apabila kita ingin mencoba
menggali kebahagian yang tersimpan dala diri kita. Kita harus sabar
apabila ada tujuan dalam hidup kita yang belum tercapai, kita juga
harus bersabar dalam usaha kita untuk mengendalikan pikiran kita,dsb.
37
Semua yang kita kerjakan dan usahakan membutuhkan waktu untuk
diproses, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran (Chalil, 2006:99).
Sabar yang ada pada kitab Nashaihul‟ Ibad dapat penulis paparkan
sebagai berikut:
1. Sabar menghadapi kesusahan
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 2
maqalah ke 27 pada sebuah syair Bahar Kamil mengungkapkan
pada point ke empat dikatakan :
اصثر عه اهىانها ال يىت إال تاالءجم
Artinya: “Bersabarlah menghadapi kesusahan, tiada mati tanpa ajal
yang menentukan“ ( Ahmad, 852: 7).
2. Orang sabar sebenarnya adalah orang yang paling bahagia
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dalam bab 3 maqalah ke 17
dikatakan :
ا ف انيذ اعة ت نه قهة عانى و ق قيم : اضعذ اناش ي
Artinya : “Dikatakan, bahwa manusia yang paling bahagia
ialah orang yang memiliki hati yang mengetahui
(bahwa Allah selalu bersamanya), memiliki jiwa
yang sabar, dan rela atas apa yang dimiliki”
(Ahmad, 852: 11).
3. Sabar merupakan tanda Iman
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 4
maqalah ke 16 dikatakan :
ارتعة : انتقىي و انحياء وانشكر ا شعا ءر اإلي اء ا تعض انحك ع
انصثر و
38
Artinya : “Sebagian ahli hikmah mengatakan, bahwa tanda-
tanda iman (Kepada Allah ) itu ada 4: Taqwa, Malu,
Syukur, Sabar” (Ahmad, 852:24).
4. Sabar atas penganiayaan orang lain
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 5
maqalah ke 24 dikatakan :
ص خصال : انتقة تانهه و انتثري اء أه قال : انسهذ خ تعض انحك ع
ا ف انيذ ال انظهى وانقاعة ت م واحت انع انخهق واالءخالص ف ع
Artinya : “Sebagian ulama ahli hikmah mengatakan, bahwa
zuhud itu mengandung 5 hal yaitu Penuh
keyakinan kepada Allah, Berbuat baik kepada
sesama mahluk, Ikhlas dalam beramal, Sabar atas
penganiyaan orang lain, Qana‟ah” (Ahmad, 852:
40)
2. Menumbuhkan Sifat Sabar
Untuk menumbuhkan sifat sabar, maka seseorang harus
membekali diri dengan ilmu dan amal (perbuataan). Umpamanya
seseorang tidak dapat menahan nafsu syahwatnya, maka hendaknya
memiliki ilmu bagaimana cara mematahkan nafsu syahwatnya (Al
Ghazali, 2003: 316).
a. Dengan senantiasa berdoa;
Kita tidak akan mampu untuk bersabar kecuali
dengan pertolonganNya, Allah berfirman :
39
Artinya:”Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit
dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan “(Q.S
Al-A‟raf: 126). (Departemen Agama, 2005:131)
b. Dengan mengingat kasih sayang Allah Swt kepada
manusia;
Sabar terasa mudah saat kita memikirkan
keberanian seorang hamba terhadap Rabb-nya,
sementara kemurahan Rabb-nya tetap bersamanya.
c. Dengan mengingat kondisi musuh Allah Swt;
d. Dengan mengingat pahala bersabar;
Ketika mengingat bahwa sabar itu akan menghapus
karat-karat dosa, kita pasti akan lebih bersemngat untuk
mendapatkan rahmat-Nya. Kita tentunya juga akan lebih
banyak ridho terhadap qadar Allah Swt.
e. Dengan memimpikan kesuksesan;
Tak akan pernah ada kesuksesan tanpa adanya
kesabaran. Kesuksesan itu butuh perjuangan. Prosesnya
bisa jadi dan membosankan. Bila kita tidak punya
kesabaran untuk melalui proses panjang itu tidak akan
mungkin ada keberhasilan dan perubahan.
40
f. Dengan mengingat pahala sabar;
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit kelaparan, ketakutan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".Mereka Itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. Al-
Baqarah 155-157). (Departemen Agama,
2005:18)
Ayat di atas memberikan kesimpulan bahwa Allah SWT
menyediakan tiga pahala bagi orang-orang yang bersabar yaitu
kesejahteraan di dunia dan akhirat, rahmat dan kasih sayang Allah
SWT, dan petunjuk dalam menghadapi berbagai kesulitan yang
dihadapinya. Adakalanya kita merasa demikian berat untuk
bersabar, terutama di jalan Allah. Di saat-saat seperti inilah kiranya
kita perlu mengingat bahwa Allah SWT menganjurkan para
hambaNya agar memiliki sikap sabar.
Itulah cara-cara untuk menggapai sabar. Semuanya dapat
diupayakan sejauh kita mau berusaha keras. Pandai bersabar bukan
merupakan bakat. Melainkan melalui sebuah proses yang kadang
41
panjang dan berliku berarti pula dapat diupayakan (Soebachman,
2014:82).
Langkah yang baik ketika kita ditimpa musibah adalah
mengembalikan segala sesuatu kepada Allah. Musibah tidak hanya
terjadi karena faktor alam, seperti sakit atau bencana alam, tetapi
juga dapat diakibatkan oleh tindakan seseorang. Tindakan yang
mengakibatkan dirinya tersakiti hati dan fisiknya. Ada pula
bencana yang terjadi karena faktor-faktor dosa yang telah
dilakukan, sehingga musibah tersebut hendaknya dijadikan bahan
peringatan bagi seseorang, dan dapat melakukan langkah
intropeksi.
Orang biasanya hanya sibuk memikirkan bagaimana
musibah dapat terjadi lewat hitung-hitungan, tetapi lupa bersabar
dan berdzikir, sehingga apapun musibah yang terjadi tidak
membawa pengaruh apapun terutama pelajaran yang mesti diambil.
Padahal dalam Islam suatu musibah tidak hanya terjadi secara
begitu saja, melainkan juga di dalamnya tersimpan kehendak Allah
Swt yang ditunjukkan kepada diri seseorang.
B. Keutaman dan Manfaat Sabar
Sabar merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi
42
kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam
memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimis dalam
meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna (Elfanany,
2013:24).
Kiranya sudah jelas bahwa sabar memiliki banyak manfaat
(Soebachman, 2014:77). Diantaranya:
a. Sebagai penolong/penyelamat;
Kesabaran bisa menjadi penolong yang akan
menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia
maupun bahaya akhirat (Soebachman, 2014:77). Salah satu
firman Allah mengenai perintah untuk menjadikan sabar
sebagai penolong utama utama bagi setiap masalah ataupun
ujian yang tengah kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari
adalah:
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu'.”(Q.S Al-
Baqarah:45)(Departemen Agama, 2005: 7)
b. Sebagai pembawa keberuntungan;
Setiap manusia normal pasti menginginkan keberuntungan
dalam hal apapun. Bila ingin menjadi orang yang beruntung,
maka bersabarlah. Niscaya Allah SWT akan memberikan
43
keberuntungan itu, sejauh kita bersabar dalam menjalani
prosesnya.
Sebagaimana tersurat dalam firman Allah SWT,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu
dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.”(Q.S Ali
Imran: 200) (Departemen Agama, 2005: 61)
c. Mendatangkan Keuntungan yang besar;
Allah SWT telah menyatakan keuntungannya yang besar
akan diraih oleh hamba-hambaNya yang sabar. dalam hal ini
dimaksudkan adalah sabar menjalankan perintahnNya dan
ajaran Rasulullah SAW meskipun keadaannya dalam keadaan
kesulitan.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-
orang yang mempunyai Keuntungan yang
besar.”(Q.S Fushshilat: 35) (Departemen Agama,
2005:383)
d. Sabar adalah obat
Sabar itu laksana obat. Pahit diminum, tetapi berkhasiat
untuk menyembuhkan penyakit. Di saat kita terkena musibah
44
apapun bentuknya, wajar bila kita merasa sedih, terluka,
marah, bahkan menangis pilu. Namun, alangkah jauh lebih
baiknya jika di detik yang sama kita juga menyadari bahwa
semua itu merupakan bentuk sikap tidak sabar. Padahal sepilu
apa pun tangisan kita, musibah tetap saja tak terhapuskan dari
kehidupan kita. Jadi, tidak ada untungnya sama sekali jika kita
tidak mau bersabar.
BAB IV
ANALISIS RELEVANSI KONSEP SABAR
45
DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-
BANTANI
A. Analisis Konsep Sabar dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad Karya Imam
Nawawi
Seorang yang berakal ialah yang sabar menempuh segala macam
kesulitan, berhati tabah menghadapi segala macam rintangan serta berani
mengorbankan jiwa untuk menyingkirkan apa saja yang menghalangi
usahanya dengan sungguh keberanian (AbdaiRahomy, 2000:5). Karena
sabar adalah sendi dasar yang harus dimiliki selama masih hidup di dunia.
Dan termasuk juga akhlak yang mulia (Munawir, 2007: 203).
Kesabaran adalah sisi yang penting dalam memeperbaiki dan
menghadapi kesulitan-kesulitan, baik yang bersifat mental maupun akal.
Sabar merupakan sifat utama dalam kehidupan akhlak (an-Najar, 2001:
48).
Nurcholish Madjid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cak
nur, menekankan pengertian sabar pada kesanggupan untuk memikul
penderitaan, karena berharap kepada Allah untuk meraih kemenangan di
masa depan. Dan kesabaran itu sebenarnya ditentukan oleh dorongan hati,
hatilah yang kemudian harus dilatih dengan hal-hal yang positif agar selalu
terdorong kepada perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk
(Tebba, 2005: 29).
Menurut pendapat penulis bahwa manusia dalam menjalani
kehidupannya tidak akan selalu melalui jalan yang hanya datar saja. Tapi,
46
adakalanya mendaki dan menurun, kadang-kadang jalan itu terjal dan
bertaburan duri. Adakalanya manusia mendapatkan nikmat dan adakalanya
manusia ditimpa kesusahan atau musibah. Ada saat tertawa dan ada
waktunya menangis; ada masa bahagia dan ada masa menderita;
adakalanya menang adakalanya kalah; dan lain-lain sebagainya.
Tidak terpenuhinya keinginan-keinginan dalam hidup ini tidak
hanya semata-mata karena kesalahan-kesalahan prosesnya saja, tetapi
selaku umat Islam harus memiliki keyakinan bahwa dibalik itu semua
terdapat ketentuan lain yang berasal dari Allah Swt. inilah yang sering
dipahami dengan ujian, cobaan atau musibah dari Allah Swt.
Maka tidak reda-redanya Allah swt, memberi peringatan kepada
hambaNya untuk tabah dan berpegang teguh dalam menghadapi segala
cobaan, sebagaimana Allah memberi peringatan kepada Rasul dan Nabi
dan pembawa da‟wah pada umumnya, bahwa mereka akan berjumpa dan
mengalami bermacam-macam cobaan (Natsir, 2000:259).
Sabar adalah kedudukan yang utama dalam agama dan merupakan
derajat utama pula bagi orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah
Swt. Sebab sabar merupakan penggerak agama. Jika sabar itu konsisten
dan dapat mengalahkan hawa nafsu, maka seseorang akan mendapatkan
kemenangan di jalan Allah Swt (al-Qalami, 2003: 316).
Hawa nafsu menginginkan segala macam kenikmatan hidup,
kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan
itu diperlukan kesabaran. Jangan sampai semua kesenangan hidup dunia
47
itu membuat seseorang lupa diri, apalagi melupakan Allah Swt. Seperti
firman dalam al-Quran:
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S
Al-Munafiqun :9) (Departemen Agama, 2005:443)
Sabar adalah kunci kita ketika berperang dengan hawa nafsu. Sabar
ibarat dari tetapnya penggerak agama dalam menghadapi penggerak nafsu
syahwat. Kalau sabar itu tetap sehingga mengalahkan hawa nafsu dan
terus menerus menentangnya, maka ia telah menolong dirinya sendiri dari
kesenangan dunia sesaat yang akhirnya hanya akan meninggalkan
penyesalan.
Tetapnya penggerak agama adalah keadaan yang dihasilkan oleh
ma‟rifat dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya untuk sebab-
sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ma‟rifatnya yang dinamakan
“iman” yaitu keyakinan bahwa hawa nafsu syhawat adalah musuh yang
memotong jalan menuju Allah Swt, niscaya penggerak agama kuat dan
apabila tetapnya penggerak agama kuat, niscaya perbuatan-perbuatan itu
sempurna dengan bertentangan terhadap apa yang dituntut oleh nafsu
syahwat (al-Ghazali, 2003:326).
Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diinginkan oleh
nafsu syahwat adalah perbuataan yang dihasilkan oleh keadaan yang
48
dinamakan sabar yaitu tetapnya penggerak agama yang tengah
menghadapi hawa nafsu.
Berdasarkan hal itu, menurut penulis bahwa dalam tiap keadaan
dan situasi haruslah dihadapi dengan jiwa yang telah digariskan oleh Al-
Quran. Sudah dijelaskan bahwa tatkala mendapat nikmat dan bahagia,
manusia haruslah bersyukur. Ketika mendapat kesusahan atau ditimpa
musibah (bencana) haruslah bersikap sabar. Kesusahan dan musibah itu
bermacam-macam. Adakalanya berbentuk tekanan jiwa, kemiskinan,
kehilangan keluarga atau benda dan lain-lain. Semua kesusahan itu adalah
cobaan.
Berangkat dari keterangan tersebut, konsep sabar dalam kitab
Nashaihul „Ibad karya Imam Nawawi menjadi bagian yang penting untuk
kehidupan manusia terutama ketika ditimpa kesulitan. Imam Nawawi
dalam kitabnya Nashaihul „Ibad menjelaskan tentang jenis kesabaran yang
dibutuhkan di dalam melaksanakan amal saleh. Beliau menuliskan bahwa
orang yang tidak sabar berarti dia tidak menghayati agamanya. Adapun
analisis yang dapat ditarik dari pembahasannya adalah:
1. Sabar menghadapi kesusahan dan menghadapi kemaksiatan
Orang yang bersabar dalam hal ini hendaknya memperlihatkan
beberapa hal berikut:
a) Hendaklah dia memperhatikan nafsunya. Nafsu yang ada dalam
diri manusia selalu bergejolak dan tidak memperhatikan akibat
yang timbul nantinya, sementara maksiat itu jelas. Maka, hanya
49
ada dua kemumgkinan: hawa nafsu yang mengalahkan dirinya
ataukah iman yang mengalahkan hawa nafsu.
Dengan demikian, orang yang sabar menahan diri dari kemaksiatan
akan mengarahkan perhatiannya kepada dirinya dan faktor-faktor
yang bertarung di dalamnya. Jika keimanan berhasil menang atas
nafsu, maka hendaklah ia mengalihkan pandangannya pada yang
lain, yaitu hebatnya ancaman atas pelaku kemaksiatan.
b) Hendaklah memperhatikan ancaman yang tegas atas dilakukannya
kemaksiataan dengan menjaga keteguhan iman dan menjaga diri
dari hal-hal yang diharamkan.
c) Hendaklah memiliki rasa malu terhadap Allah Swt. Sehingga, kita
meminta pertolongan Allah Swt agar terhindar dari kemaksiatan
baik dengan melihat ancaman atau takut kepada-Nya. Faktor yang
mendorongnya adalah kekuatan kepercayaan terhadap kebaikan
dan membenarkan kandungannya. Sedangkan, rasa malu didorong
oleh kekuataan pengetahuan dan memahami makna asma‟ dan sifat
Allah Swt. Jika pendorongnya adalah kecintaan terhadap Allah
Swt, maka akan jauh lebih baik. Dia meninggalkan maksiat karena
cinta kepada Allah dan mencintai apa yang Dia cintai (al-Ghamidi,
2011:238).
Kemaksiatan bagi iman bagai noda-noda yang menempal
pada cermin. Jika noda-noda kemaksiatan itu begitu banyak dan
bertumpuk, maka cermin itu akan menjadi gelap, sehingga
50
bayangan kita tidak lagi tampak di sana. Dalam kondisi ini, kita
harus menghapusnya seperti firman Allah Swt:
Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.Dan
bersabarlah, karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-
nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S
Huud: 114-115)(Departemen Agama, 2005: 187)
Hal ini terwujud dengan berusaha selalu taat, ikhlas semata-mata
karena Allah Swt, dan melaksanakan apa yang dituntunkan al-Quran
dan sunnah Nabi.
Kedudukan sabar dalam ketaatan lebih tinggi dibanding dengan
sabar dalam meninggalkan maksiat. Karena meninggalkan maksiat
adalah penyempurnaan ketaatan. Larangan dimaksudkan untuk
perintah. Oleh karena itu perintah itu lebih kuat dibanding dengan
larangan. Ibnu Taimiyah mengatakan, sabar dalam ketaatan kepada
Allah itu lebih sempurna dan lebih mulia dibanding dengan kesabaran
dalam menjauhi hal-hal yang haram. Sebab, kemaslahatan karena
menjalankan ketaatan lebih disukai syari‟ dari kemaslahatan karena
meninggalkan maksiat. Dan kerusakan akibat tidak adanya ketaatan
lebih dibenci dari kerusakan akibat kemaksiatan (al-Jauziyah, :164).
51
Menjaga diri dari kemaksiatan itu sesuatu yang jelas dan nyata,
sementara menjaga diri dalam ketaatan itu bersifat rahasia. Padahal,
melanggengkan sesuatu yang tersembunyi dan rahasia itu jauh lebih
sulit (Khoiri, 2011:236).
2. Sabar tanda Iman
Sabar itu sebagian dari iman (al-Qalami, 2003:314). Oleh karena
itu, sabar adalah separuh iman, sebab tidak satupun maqam iman kecuali
disertai kesabaran (Hawa, 2004:370). Bahkan Allah Swt akan memberikan
derajat yang tinggi dan kebaikan, dan menjadikannya sebagai buah dari
kesabaran. FirmanNya:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.”(Q.S Al-Baqarah: 153). (Departemen Agama, 2005:
18)
Iman mencangkup seluruh aspek kehidupan, sementara dalam
hidup, kita senantiasa diberi kenikmatan. Kondisi ini meniscayakan kita
untuk bersyukur dan sabar. Dari sini, iman terbagi menjadi dua bagian,
yaitu sabar dan syukur. Sabar atas nikmat yang mengharuskan orang untuk
mensyukurinya (al-Ghamidi, 2011:243).
3. Sabar atas penganiyaan
Imam Nawawi menjelaskan kesabaran disini adalah ketabahan
dalam menghadapi bencana dan kedzaliman sesama manusia, juga
52
kesabaran dalam menjauhi maksiat dan dalam menjalankan perintah
agama (Nawawi, 1983: 40).
1. Ketabahan dalam menghadapi bencana dan kedzaliman
Jenis kesabaran ini bisa dilakukan dengan cara berikut:
a) Memandang ringan terhadap bencana dan kedzaliman
Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama,
mengingat besarnya nikmat Allah Swt dan menempatkan
bencana dan kedzaliman itu di tengah hamparan nikmat, maka
cobaan itu tampak bencana dan kedzaliman tersebut tampak
ibarat setitik air di tengan lautan. Kedua, mengingat nikmat
Allah Swt yang sudah diberikan di masa lampau, sehingga ia
akan menyadari kekuasaan Allah Swt dan merasa ringan untuk
menghadapi cobaan, bencana dan kedzaliman betapapun
besarnya.
b) Menunggu jalan keluar yang diberikan Allah Swt
Menunggu jalan keluar yang diberikan Allah Swt akan
meringankan beban saat menanggung kesusahan dan bersabar
terhadap bencana dan kedzaliman, sekalipun itu sangat besar,
khususnya ketika pengharapan itu sangat kuat.
4. Orang yang sabar adalah orang yang paling bahagia
Berat-ringan bencana dan kedzaliman yang dirasakan bergantung pada
tingkat kesadarannya terhadap imbalan atas kesabarannya dan terhadap
akan hadirnya kenikmatan setelah bencana dan kedzaliman berlalu. Sebab,
53
nikmat tidak bisa dipahami dengan nikmat. Orang yang terus menerus
beristirahat tidak akan bisa merasakan nikmatnya istirahat dan justru akan
menanggung penderitaan. Oleh karena itu, harapan untuk mendapatkan
akhir yang baik akan membantu kita dalam bersabar, baik itu sebagai
pilihan maupun kepastian .
B. Relevansi Konsep Sabar dalam kitab Nashaihul ‘Ibad dalam Konteks
Kehidupan Penuntut Ilmu Sekarang
Dari keterangan di atas begitu banyak pernyataan-pernyataan
konsep sabar yang dapat kita aplikasikan di kehidupan kita dari kitab
Nashaihul‟Ibad dan dapat diterapkan kepada para penuntut Ilmu sekarang,
untuk menata kehidupan mereka yang saat ini sedang dalam kemerosotan
moral.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka.
Individu manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun, tetapi
ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk
menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan
fitrah itulah ia belajar dari lingkungan dan masyarakat orang dewasa yang
mendirikan institusi pendidikan (Aly, 2008: 1).
54
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan
menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten
berdasarkan berbagai pandangan teorotikal dan pratikal sepanjang waktu
sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah
makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang
sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun
batiniyah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin
dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan
kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan, karena
proses kependidikan adalah suatu kegiataan secara bertahap berdasarkan
perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut
(Ihsan, 1995:2-3).
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara
lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah
hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan
dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan
etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap
orang dengan aturan dan proses.
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab, bentuk
masdar dari kata „alima-ya‟lamu-„ilman‟, dengan wazan (timbangan)
fa‟illa-yaf alu-fi‟lan, yang berarti pengetahuan (Salminawati, 2011:78).
Secara terminologi, ilmu adalah pengetahuan tertentu tentang suatu
55
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Ilmu juga dapat dipahami sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang
soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan sebagainya. Contohnya adalah ilmu
akhirat yang berarti pengetahuan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan di akhirat atau yang berhubungan dengan
kehidupan setelah manusia mati, ilmu akhlak yang berarti pengetahuan
tentang tabiat manusia. Selain itu masih banyak berbagai macam ilmu
yang lainnya (KBBI, 2007:423).
Istilah ilmu atau science merupakan suatau perkataan yang
bermakna jamak yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menunjuk pada
segenap pengetahuan ilmiah.
2. Pengertian ilmu yang menunjuk pada salah satu bidang
pengetahuan ilmiah tertentu, seperti ilmu Biologi, Antropologi,
Psikologi, Sejarah dan sebagainya. Sebenarnya ilmu dalam
pengertian yang kedua inilah yang lebih tepat digunakan
khususnya di lingkungan akademis (Salminawati, 2011:79).
Adapun tentang keutamaan ilmu, menurut Nasir ad-Din at-
Tusi, tidak seorang pun yang meragukan akan keutamaan ilmu.
Karena ilmu merupakan suatu sifat pemberian Allah Swt yang
diberikan khusus kepada umat manusia. Sedangkan sifat-sifat
selain ilmu, sama-sama dimiliki oleh manusia maupun hewan,
56
seperti sifat pemberani, kuat, kasih sayang dan sebagainya. Dengan
ilmu pengetahuan, Allah Swt menampakkan kelebihan derajat Nabi
Adam a.s terhadap para malaikat dan Allah Swt memerintahkan
para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s (at-Tusi,
:273). Hal ini disebutkan dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 31
dan 34 yang berbunyi:
Artinya: “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!"(Q.S al-Baqarah:31) (Departemen
Agama, 2005:6)
Artinya:“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S Al-
Baqarah: 34) (Departemen Agama, 2005:6)
Istilah paling cocok untuk murid adalah penuntut ilmu, bukan
pelajar, anak didik, atau peserta didik. Istilah penuntut ilmu itu
mengembalikan kenangan kita pada tradisi guru sentris. Sebutan penuntut
ilmu bersifat umum, sama umumnya dengan sebutan murid, peserta didik
57
dan anak didik. Di dalam Islam istilah itu diperkenalkan oleh kalangan
sufi. Istilah penuntut Ilmu dalam tasawuf mengandung pengertian orang
yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju jalan
Allah Swt. yang paling menonjol ialah kepatuhan penuntut ilmu pada
gurunya. Patuh disini adalah dalam arti tidak membantah sama sekali.
Hubungan guru dan penuntut ilmu adalah hubungan searah. Pengajaran
berlangsung dari subjek ke objek. Dalam ilmu pendidikan hal seperti ini
disebut pengajaran berpusat pada guru (Ahmad, 2006: 164-165).
Menuntut ilmu adalah perkara yang sangat mulia, tetapi juga
sangat sulit (az-Zarnuji, :274). Salah satu syarat utama seorang penuntut
ilmu dalam belajar adalah sabar. seperti telah dituliskan dalam sebuah
syair di dalam kitab „alala:
ىعها تثيا يج ثيك ع اال التال انعهى اال تطتة # ضأ
ركاء وحرص واصطثار وتهغة # وارشاد اضتار وطىل زيا
Artinya: “Ingatlah kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan ilmu
melainkan dengan enam syarat yang akan aku ceritakan
keseluruhannya secara jelas dan gamblang. Yaitu cerdas,
semangat, bersabar, bekal yang cukup, petunjuk (arahan) guru,
dan waktu yang lama” (Iskandar, 2012:7).
Sabar disini mengandung arti tidak mudah menyerah, dan tabah
akan setiap cobaan. Kebanyakan orang yang sedang mencari ilmu dilanda
cobaan seperti terkena penyakit, lingkungan yang tidak mendukung
semangat belajar hingga susahnya mempelajari ilmu yang memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lama.
58
Ketika kita menuntut ilmu kita memang harus memiliki sifat sabar
untuk menghadapi pelajaran dan juga mengahadapi guru yang sedang
mengajarnya. Kita tidak boleh banyak mengeluh pada pelajaran, suasana,
bahkan guru yang tidak sesuai dengan apa yang tidak kita inginkan.
Menuntut ilmu itu harus bertahap dan melalui proses yang tidak praktis.
Ketika seorang penuntut ilmu tidak memiliki konsep sabar dalam dirinya
maka penuntut ilmu tersebut akan banya mengeluh dan mudah berputus
asa.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Israa‟ ayat 106 dan Al- Furqon
ayat 32:
Artinya: “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S Al-Isra‟:
106) (Departemen Agama, 2005: 234)
Artinya: “berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?";
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”
(Q.S Al-Furqon: 32)(Departemen Agama, 2005:289)
59
Diantara konsep sabar yang dapat diambil dan diterapkan terhadap
dunia pendidikan dari kitab Nashaihul „Ibadkarya Imam Nawawi al-
Bantani yang berhubungan dengan tiga pembagian besar yaitu: Konsep
Sabar terhadap Allah Swt, Konsep Sabar terhadap diri sendiri dan Konsep
Sabar terhadap lingkungan sekitar , antara lain dapat penulis uraikan
sebagai berikut:
1. Konsep Sabar terhadap Allah Swt
Maksud dari sabar terhadap Allah Swt adalah sabar terhadap apa saja
yang sudah menjadi keputusan Allah Swt. Para pelajar harus selalu
dapat bersikap sabar karena dengan sabar atas semua keputusan dari
Allah merupakan buah dari rasa cinta kepadaNya. Dengan itu pula
seseorang akan selalu memiliki sikap perasangka baik kepada Allah
Swt.
Dalam kitab Nashaihul „Ibaddikatakan:
ا كى قانىاصثر عه انثالء و شكر فقال صه انهه عهيه وضهى ويا عال ية اي
ؤ ان ت حقا ورب انكعةعه انرخاء وترض تهقضاء فقال عهيه انطالو: ا .يى
Artinya: “Nabi bertanya: “apakah tanda keimanan kalian? Para sahabat
menjawab kami bersabar dalam menghadapi musibah, kami
bersyukur atas nikmat di waktu kelapangan, dan rela enerima
semua ketetapan Allah, lalu Nabi bersabda: kalau begitu kalian
benar-benar orang mukmin yang sebenarnya. Demi Tuhan
pemilik kakbah” (An-nawawi, tt:13).
Sabar dengan keputusan Allah adalah menyakini bahwa seluruh
perbuataan Allah terjadi pada pihak yang paling tepat, paling adil, paling
baik dan paling sempurna.
60
Selalu sabar dengan apa yang sudah menjadi keputusan Allah Swt
ini, relevan sekali dengan para penuntut ilmu sekarang, pendidikan ini
harus diberikan kepada penuntut ilmu saat ini. Karena kebanyakan mereka
saat ini belum seperti itu. Mereka masih memiliki prasangka buruk
terhadap Tuhannya ataupun orang lain apabila ada suatu kejelekan
menimpanya. Dengan konsep sabar ini mereka akan tertunutut menjadi
manusia yang bijaksana dalam segala hal yang menimpa padanya, karena
mereka sadar semuanya itu adalah memang sudah keputusan dari Allah
Swt, dan itulah yang memang terbaik untuknya.
2. Konsep Sabar terhadap diri sendiri
Seorang penuntut ilmu memerlukan kesabaran dalam menempuh
pendidikan yang memeras otak, tenaga dan waktu.haruslah memahami
bahwa untuk memperoleh sesuatu haruslah disertai dengan ikhtiyar,
kerja keras serta tawakal. Dan itu semua adalah komponen dari sabar.
Pembinaan sabar harus dimulai ketika seseorang dari proses
pencarian ilmu karena dalam proses pendidikan awal penanaman dan
akan bertahan lama.
Di dalam kitab Nashaihul „Ibaddikatakan:
ورع نه ال زنف نه وي الصثر نهال دي ال ادب نه ال عهى نه وي نهي Artinya: “orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak
berilmu, orang yang tidak sabar berarti ia tidak menghayati
agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara‟, berarti
tidak memiliki derajat” (H.R. Bukhori dan Muslim) (An-Nawawi, tt:11).
61
Allah Swt berfirmanNya:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.”(Q.S Al-Baqarah: 153) (Departemen Agama,
2005: 18)
Konsep untuk selalu bersabar atas segala sesuatu ini, sangat
relevan dengan keadaan para generasi muda sekarang, dikarenakan
sekarang banyak dijumpai seorang pemuda dalam bertindak tidak
sabaran dan mengedepankan emosionalnya dalam memutuskan sesuatu.
Kebanyakan dari mereka kurang sabar atas segala apa yang ada
padanya, baik dalam melakukan sesuatu atau keinginan terhadap
sesuatu dalam ranah kehidupannya. Seperti disaat mereka meminta
kebutuhan yang bisa menunjang lancarnya sekolah mereka seperti
meminta dibelikan sepeda motor atau handphone, akan tetapi itu bukan
kebutuhan primer dari penunjang sekolahnya. Misalnya yang bisa kita
lihat di sekitar lingkungan masyarakat kita, mereka para pelajar
meminta sepeda motor atau handphonekepada orang tuanya untuk
digunakan sebagai transport dan alat komunikasi penunjang dari
sekolah mereka, tetapi orang tua belum bisa membelikan barang-barang
yang diinginkan oleh anak itu. Tetapi mereka malah marah dan
mengancam orang tua mereka tidak akan berangkat ke sekolah dan
beralasan tidak akan bisa mengikuti zaman ketika tidak mengikuti
barang-barang tersebut. Oleh karena itu hal demikian perlunya konsep
sabar atas segala sesuatu, sangat dibutuhkan untuk merubah sikap
62
mereka yang sering tidak sabar atas apa yang mereka inginkan untuk
segera terpenuhi.
3. Konsep sabar terhadap lingkungan sekitar
Seorang penuntut ilmu ketika belajar di sekolah atau dimanapun
mereka menuntut ilmu akan ada banyak orang disekitarnya entah itu
guru, atau penuntut ilmu lainnya yang sedang belajar seperti mereka.
Ketika mereka hidup bersama dalam sebuah lingkungan maka akan
banyak sifat yang dimiliki perorangan kita harus pandai-pandai memilih
teman mana yang dapat dicontoh dan diikuti akhlaknya dan mana yang
harus dapat kita jadikan pembelajaran agar kita tidak memiliki sifat-
sifat buruk. Harus saling membantu satu sama lain ketika ada salah satu
yang merasa kesusahan dengan jiwa yang ikhlas dan sabar.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahsan penelitian yang dilakukan oleh
penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad bahwa pengertian sabar menurut Imam
Nawawi adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul daripada
musibah yang menimpanya, kepada selain Allah serta ridha kepadaNya.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad Imam Nawawi memaparkan betapa
pentingnya konsep sabar pada segala sendi kehidupan. Seorang muslim
harus memiliki konsep sabar sebagai pembeda dari makhluk lain. Sabar
adalah suatu bagian utama yang dibutuhkan seseorang muslim dalam
masalah dunia dan agama. Ia harus mendasarkan amal dan cita-citanya
kepada sabar itu. Sebagai hamba Allah Swt, kita tidak terlepas dari
musibah yang menimpa kita, baik musibah yang berhubungan dengan
pribadikita sendiri maupun musibah yang menimpa sekelompok
masyarakat maupun bangsa.
Konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad adalah
Konsep sabar terhadap kesusahan, orang sabar adalah orang yang paling
64
bahagia, sabar merupakan tanda iman dan sabar atas penganiyaan orang
lain.
2. Bagaimanakah relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad
dengan konteks kehidupan pelajar sekarang.
Konsep sabar yang ada dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam
Nawawi al-Bantani dengan konteks penuntut ilmu sekarang sangatlah
relevan dan sesuai. Beliau menuliskan bahwa orang yang tidak sabar
berarti dia tidak menghayati agamanya. Imam Nawawi menjelaskan
kesabaran disini adalah ketabahan dalam menghadapi bencana dan
kedzaliman sesama manusia, juga kesabaran dalam menjauhi maksiat
dan dalam menjalankan perintah agama. Konsep sabar yang dapat
diambil dan diterapkan pada pelajar sekarang dari kitab Nashaihul
„Ibad ini yaitu: Konsep Sabar Terhadap Allah SWT, terhadap diri
sendiri dan terhadap lingkungan sekitar.
B. Saran
Dengan memperhatikan konsep Imam Nawawi dari kitab
Nashaihul „Ibad tentang sabar, saran yang dapat penulis kemukakan antara
lain : bahwa perlu adanya peningkatan pemahaman terhadap masyarakat
tentang sabar yang hakikatnya dapat membangun manusia seutuhnya.
Agar adanya kesamaan dalam pandangan, maka menjadi tugas ulama dan
para penuntut ilmu sebagai ujung tombak syi‟ar Islam dalam
65
mensosialisasikan manfaat sabar sebagai sebuah kebutuhan bagi manusia
untuk mengenal dirinya dan pada puncaknya untuk mengenal Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghazali, Imam. 2003.Ihya‟ Ulumuddin. Surabaya: Gita Media Press.
Al Ghazali, Muhammad.Tt Al „ilm, Terjemah oleh Baqir, Muhammad 1996.
Bandung:Karunia
Al-Hadad Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad. Tt. Risalatul Mua‟awanah.
Terjemah oleh Ihsan dan Suchaimi, ainul Ghoerry. Jalan Menempuh Ridho Allah.
Tt. Surabaya: Al-Hidayah.
Alhakim, Wasiat. 2013.Mendidik Buah hati dengan Hikmah ( Washaya lukman
libnihl). Solo: Tiga Serangkai.
Al- Ghalayini, Mustofa. 2000. „Idhatun Nasy‟in. Terjemah dari Abdal Rathomy.
Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Chalil, Komaruddin. 2006.Beranda Bahagia menghimpun kata dan cinta.
Bandung: MQ Publis
Effendy, Yudi. 2012.Sabar dan Syukur. Jakarta: Qultum Media.
Elfanany, Burhan. 2013.Rahasia Dahsyat dibalik keajaiban sabar, syukur dan
shalat. Yogyakarta: Pinang Merah Publistic.
Ghamidi, Abdullah. 2011.Cara mengajar (anak/ murid) al hikmah. Jogjakarta:
Sabil.
Isna Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global
Jamal, Syaikh M Hasan al-.2005.Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar. cet 1
Jauziyyah, Ibn Qayyim al-. 1998.Melumpuhkan Senjata Setan. terj. Ainul Haris
Umar Arifin Thayib. Jakarta: Darul Falah
Munawir, az-Zahidy. 2007. Menggkapai Esensi Makrifatullah. Surabaya: Mutiara
Ilmu
Nata Abuddin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Nawawi, Muhammad. Tt. Nashaihul „Ibad. Semarang: Karya Putra.
…………….………..Nashaihul „Ibad. Terjemah Oleh Asqolani. 2003.
Jakarta: Pustaka Amani
Pustaka Utama. Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syukur, Abdul. 2009.Dahsyatnya Sabar, syukur dan ikhlas. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Soebachman, Adiba. 2014.6 Sprit mahadasyat ikhlas+ sabar+ syukur+ do‟a zikir.
Yogyakarta: Syuro Media Utama.
66
Sudirman, Tebba. 2005.Hidup Bahagia cara sufi. Jakarta: Gugus Lintas Wacana.
Siroj, Zaenuri dan Adib Al Arif. 2009. Hebatnya Akhlak di Atas Ilmu dan Tahta.
Surabaya: Bintang Books.
Samsul Munir Amin. 2008. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa.
Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Sugiyono. 2012. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Sumitro, M. 2005. Akidah Akhlak. Jakarta: PT. Listafariska Putra.
Syamsu, Muhammad.1996. Ulama‟ Pembawa Islam di Indonesia dan
Sekitarnya.Jakarta: Lentera.
Syakir, Muhammad. 1997. Washaya. Semarang: Toha Putra.
Ulum Amirul. 2015. Ulama-ulama Nusantara yang Berpengaruh di Negeri Hijaz.
Yogyakarta: Pustaka Ulama
Taqiyuddin, 2009, Tanbihal ghafilin, Surabaya: Pustaka Basma.
(http//id.wikipedia.org). Diakses pada pada hari, Sabtu, 25 Agustus 2018. Pukul.
20.12.
67
68
69
70
71
72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
73
Nama : Nur Chasanah
NIM : 111-14-222
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : S-1 Pendidikan Agama Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 30 Oktober 1996
Alamat : Dusun Kayuwangi Rt 03/Rw 02, Desa Gedong,
Kec. Banyubiru, Kab Semarang
Nama orangtua
Ayah : Jupri
Ibu : Samirah
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : PGRI 03 Gedong Lulus Tahun 2002
SDN Gedong 02 Lulus Tahun 2008
MTS AL Manar Lulus Tahun 2011
MA AL Manar Lulus Tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Banyubiru, 1 September 2018
Penulis,
Nur Chasanah
NIM 111-14-222