Download - KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]
KULIAH KULIAH
PARASITOLOGIPARASITOLOGI
Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Tjahaja Haerani
Pendidikan parasitologi kedokteran
meliputi:I. Helmintolgi kedokteran
II. Protozoologi kedokteran
III. Entomologi kedokteran
IV. Imunoparasitologi dan
Imunodiagnosis penyakit parasit
Dasar-dasar infeksi parasit
NematodaKelas cacing (filum Aschelminthes), cacing gelang, kebanyakan spesies bersifat parasit
Cestoda
Kelas Platyhelmintes, meliputi cacing pipihTrematoda
Sub kelas Cestoidea terdiri dari cacing pita sejati, yang mempunyai kepala (Skoleks) dan segmen (glotida)
Dikutip dari Kamus kedokteran Dorland
I. Helmintolgi kedokteran1. Nematoda td: a.Nematoda usus b.Nematoda Jaringan
2. Trematoda a. Trematoda usus b. Trematoda hati c. Trematoda paru d. Trematoda darah
3. Cestoda a. Pseudophyllidea b. Cyclophyllidea
NEMATODA
Nematoda usus Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura Ancylostoma duodenale Necator americanus Strongyloides stercoralis Oxyuris vermicularis Trichinella spiralis
NEMATODA USUS
Manusai merupakan hospes beberapa Nematoda usus.
Sebagina besar menyebabkan:“masalah kesehatan masyarakat”di Indonesia
Spesies Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut”Soil tranmitted Helmints” (STH)
Spesies Nematoda usus yang termasuk STH adalah:Ascaris lumbricoides Trichuris trichiuar Ancylostoma duodenale Necator americanus Strongyloides stercoralis
Yang tidak termasuk STH adalah
Oxyuris vermicularis
Trichinella spiralis
Ascaris lumbricoidesHospes : manusiaPenyakit : askariasisPenyebaran : kosmopolitMorfologiCacing betina: 22-35 cm, ekor runcingCacing jantan: 10-30 cm,ekor melingkar mempunyai spikulum
Telur Ascaris lumbricoides
Telur:Telur tidak dibuahi : 90 x 40 mikronTelur dibuahi : 60 x 45 mikronTelur decorticatedTelur matang(bentuk infektif)
Daur hidup Ascaris lumbricoides
Telur infektif tertelan→menetas di usus halus →larva,menembus dinding usus →pembuluh darah→ jantung → paru-paru→ ke dinding alveolus → rongga alveolus → bronchiolus → bronchus→trachea →faring (nimbulkn rangsangan)penderita batuk →larva tertelan ke esofagus → ke usus halus → cacing dewasa
Cacing betina bertelur 100-200.000 butir/hari/ekorTelur infektif tertelan spi cacing dewasa:± 2 bulan
Patologi dan gejala klinisLarva : Sindrom Loeffler larva di paru-paru
Batuk, demam Eosinofilia Foto thoraks: tampak infiltrat Menghilang dalam 3 minggu
Cacing dewasa:
Infeksi ringan: mual,anoreksia,diare/konstpasi
Infeksi berat malabsorbsimemperberat malnutrisi
Patologi dan gejala klinisEfek serius bila cacing menggumpal dalam usus
terjadi:
Obstruksi usus (ilerus).
Pada keadaan tertentu cacing dewasa dapat
mengembara ke:
- saluran empedu
- apendiks
- bronchusdan menimbulkan keadaan gawat darurat->sehingga kadang perlu tindakan operatif
Cara infeksiMenelan telur matang berisi larva(bentuk infektif)
Diagnosis- menemukan telur dalam tinja- cacing dewasa dari mulut,hidung,tinja
Prognosis: baik
Epidemiologi Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi
Terutama pada anakKurangnya pemakaian jamban Pencemaran tanah dengan tinjaDi negara tertentu terdapat kebiasaanmemakai tinja sebagai pupuk
Tanah liat,kelembaban tinggi,suhu 250C-300C untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif.
Terjadi ± 3 mg di tanah
TRICHURIS TRICHIURA(Trichocephalus dispar, cacing cambuk)
Hospes manusia
Penyakit : trikuriasis
Penyebaran: kosmopolit,tu didaerah panas,lembab
seperti Indonesia
MorfologiCacing dewasa: anterior lngsing=cambuk,posterior > gemuk
Cacing betina : ± 5 cm, posterior bulat, tumpul
Cacing jantan : ± 4 cm,posterior melingkar, terdapat spikulum
Telur : 50-54 x 32 u, menyerupai tempayan penonjolan pada kedua kutub
Bentuk infektif: Telur yang berisi larva
TRICHURIS TRICHIURA(Trichocephalus dispar, cacing cambuk)
Trichuris trichiuraDaur hidup
C.dewasa hidup di colon ascenden,tu sekumC.betina bertelur 3.000-10.000 butir/hari.
Telur dibuahi keluar bersama tinja ->matang 3-6 mgg di lingkungan sesuai.Telur tertelan,menetas di usus halus-> larva ->dewasa->ke usus bagian distal->ke colon,tu sekum.
Cacing betina bertelur->keluar bersama tinjaSiklus hidup parasit ini tidak melalui siklus paruTelur infektif tertelan spi cacing dewasa : 30-90 hari
Trichuris trichiuraPatologi dan gejala klinis
Penderita tu anakInfeksi ringan : biasanya tanpa gejalaInfeksi berat :gejala sbb:
- diare sering diselingi sindrom disentri - anemia- berat badan menurun- kadang-kadang terjadi prolapsus rektum
- sering disertai infeksi cacing lain
Parasit ini ditemukan pada pem.tinja secara rutin
Trichuris trichiuraCara infeksi
Menelan telur matang=bentuk infektif
DiagnosisMenemukan telur/cacing dewasa dalam tinja
PrognosisUmumnya prognosis baik
EpidemiologiPenting untuk penyebaran penyakit adalahKontaminasi tanah dengan tinja
Trichuris trichiura
Prolapsus rektum
Epidemiologi Trichuris trichiuraTelur : tumbuh di tanah liat,lembab dan teduh,suhu 300C Pemakain tinja sebagai pupuk kebun→sumber infeksiFrekwensi di Indonesia tinggi, 30-90 %Didaerah yg sangat endemik Infeksi dapat dicegah dengan:- pengobatan penderita trikuriasis- pembuatan jamban yang baik- pendidikan tentang sanitasi- penyuluhan mengenai kebersihan perorangan
terutama anak: -cuci tangan sebelum makan -cuci dengan baik sayuran yg dimakan mentah
Cacjng tambang (hookworm)Ada 2 spesies yg terdapat pd manusia
Ancylostoma duodenaleNecator americanus
Parasit ini diberi nama “cacingtambang” okawalnya cacing ini ditemukan pd pekerja pertambangan di Eropah
Ancylostoma duodenaleHospes : manusiaPenyakit : ankilostomiasisPenyebaran :
daerah khatulistiwa, daerah pertambangan
Ancylostoma duodenaleMorfologi
Cacing dewasa: badan sperti C,mempunyai 2 ps gigiCacing betina : ± 1 cm, posterior meruncingCacing jantan : ± 0,8 cm,mmpunyai bursa kopulatriks Telur : berukuran : ± 60x40 uLarva rhabditiform : ± 250 uLarva filariform : ± 600 u
Ancylostoma duodenale
Daur hidup
C.dewasa hidup di rongga usus halus,mulut melekat pada mukosa usus halus
C.betina mengeluarkan telur ±10.000 butir/hari/ekorTelur keluar bersama tinja.Di tanah yang sesuai telur menetas,dalam 1-11/2 hari →larva rhabditiform,3 hari kmdn → larva filariform (bentuk infektif), hidup di tanah 7-8 minggu.
Ancylostoma duodenaleDaur hidupLarva filariform→nimbus kulit → kapiler darah →
jantung kanan → paru-paru → bronkus → trakea → laryng → usus halus → menjadi cacing dewasa → bertelur → telur keluar bersama tinja
Di dalam tanah: telur → larva rhabditiform → larva filariform
Ancylostoma duodenale
Ancylostoma duodenalePatologi dan gejala klinisStadium larva
Bila banyak larva filariform sekaligusmenembus kulit, menyebabkan:perubhan pd kulit dsbt:”ground itch”perubahan pada paru umumnya ringan
Stadium dewasaGejala tergantung jumlah cacing dan keadaan gizi penderita(Fe dan protein )- Tiap cacing ngisap darah 0,08-0,34 cc/hari - Umumnya terjadi anemia hipokrom mikrositer - Terdapat eosinofilia
Ancylostoma duodenale
Cara infeksiLarva filariform=bentuk infektif nimbus kulit
DiagnosisMenemukan telur/cacing dalam tinja segarDlm tinja lama mungkin ditemukan larva
Untuk bedakan spesies larva A.duodenale dan N.americanus dilakukan biakan tinja dengan cara Harada-Mori
larva filariform→
Ancylostoma duodenale
Epidemiologi
Kebiasaan defikasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalampenyebaran infeksi.
Tanah yg baik untuk prtumbuhan larva:-Tanah gembur, berpasir,berhumus-Suhu 23-25 C
Untuk menghindari infeksi gunakanSandal atau sepatu
Necator americanusHospes : manusiaPenyakit : nekatoriasisPenyebaran : di daerah khatulistiwa tu pertambangan,perkebunan
Morfologi:Cacing dewasa : bentuk badan = S benda chitin di mulutCacing betina : ± 1 cmCacing jantan : ± 0,8 cm, mempunyai bursa kopulatriks
Telur : ± 60 x 40 uLarva rhabditiform : ±250 uLarva filariform : ± 600 u
Necator americanusDaur hidup:
Cacing betina ngeluarkan telur ± 9.000 btr/hrSelanjutnya = Ancylostoma duodenale
Necator americanusGejala klinis
Stadium larva = A.duodenaleStadium dewasa = A.duodenale kecuali kehilangan darah 0,005-0,1 cc/hr
Diagnosis = A.duodenale
Epidemiologi = A.duodenale, kecuali suhu optimum 23ºC – 25 ºC
Oxyuris vermicularis = Enterobius vermicularis(cacing kremi, pinworm, seat worm)
Hospes : manusiaPenyakit : oxyuriasis = enterobiasisPenyebaran : kosmopolit,>banyak di daerah dingin, pertambangan,perkebunanMorfologiCacing dewasa : ujung anterior terdapat pelebaran kutikulum seperti sayap disebut: alaeCacing betina : ± 8-13 mm x 0,4 mm,ekor panjang dan runcing, uterus penuh telur Cacing jantan : ± 2-5 mm, ekor melingkar,menyerupai tanda tanya (?),spikulum jarang ditemuknTelur : berbentuk lonjong asimetrik
Oxyuris vermicularis
Oxyuris vermicularisDaur hidupCacing dewasa: sekum, colon, usus halus dekat sekumCacing betina : mengandung 11.000-15.000 telur, bermigrasi ke perianal untuk bertelur Telur jarang dikeluarkan di usus, jarang di tinja Telur matang 6 jam setelah dikeluarkan Kopulasi cacing ini mungkin di sekum Cacing jantan mati setelah kopulasi Cacing betina mati setelah bertelur
Oxyuris vermicularis
Enterobius vermicularis
Cara infeksi: - tertelan telur matang - larva dari telur yang menetas di perianal bermigrasi kembali ke usus besar
Daur hidupTelur matang tertelan, menetas di duodenum→larva
rhabditiform berubah 2 kali sebelum menjadi dewasa di yeyenum dan bagian atas ileum
Waktu dibutuhkan mulai tertelan telur matang→cacing gravid bermigrasi ke perianal : 2 minggu – 2 bulan.
Infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri bila tidak ada reinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.
Oxyuris vermicularis
Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis: - pruritus ok iritasi cacing betina gravid migrasi ke anus,perineum dan vagina. - insomnia, anoreksia, berat badan menurun, gigi
menggeretak, masturbasi (sukar membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi).
Oxyuris vermicularis
Diagnosis
Dibuat dg menemukan telur dan cacing dewasa
Telur: diambil dg lat “anal swab”(ditempelkan disekitar anus pagi hari sbelum anak bab,cebok.
Anal swab:
Alat dari batang gelas at spatel lidah,ujungnya dilekatkan “Scotch adhesive tape”,ditempelkan sekitar anus,telur cacing akan menempel pada perekatnya.
Oxyuris vermicularis
EpidemiologiPenularan dapat terjadi pd suatu kelurga,
asrama, rumah piatu.Seluruh anggota keluarga, penghuni
asrama dll diberi pengobatn bila ada yg trinfeksi parasit ini.
Telur cacing dpt diisolasi dari debu di ruangan sekolah,dpt ditemukan di lantai,meja,toilet seat, kasur,pakaian dll.
Oxyuris vermicularis
Penularan dari tangan kemulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto infeksi), dapat menyebarkan ke orang lain ok memegang benda yang terkontaminasi
Debu merupakan sumber infeksi ok mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
Oxyuris vermicularis
Retrofeksi melalui anus: larva dari telur yang menetas disekitar anus
kembali masuk ke usus.
Anjing dan kucing sebagai sumber infeksi: oleh karena telur dapat menempel pada
bulunya
Strongyloides stercoralis Hospes : manusia Penyakit : strongyloidiasis Distrbusi geogrfik:di daerah tropik dn subtropik
Morfologi dan Lingkaran hidup
Hanya cacing betina hidup sbagai parasit di vilus duodenum dan yeyenum. Bentuk filiform, halus, tidak berwarna, panjang kira-kira 2mm
Strongyloides stercoralis
Berkembang biak diduga secara partenogenesisTelur bentuk parasitik dimukosa usus→netas→larva rhabditiform→masuk rongga usus
→keluarbersama tinja.
Parasit ini mempunyai 3 macam daur hidup: Siklus langsung Siklus tidak langsung Autoinfeksi
Strongyloides stercoralis
1. Siklus langsung
Larva rhabditiform 2-3 hari di tanah,→larva filariform(bentuk infektif).Bila nembus kulit, ke peredaran darahvena→ke jantung kanan spi ke paru
→trachea→laring→refleks batuk→ke usus halus bagian atas→dewasa
Cacing betina bertelur ditemukan 28 hari sesudah infeksi.
2. Siklus tidak langsung L.rhabditiform di tanah→cacing jantan dan
cacing betina bentuk bebas. Bentuk bebas ini lebih gemuk dp bentuk parasitik. Sesudah pembuahan cacing betina bertelur→l.rhabditiform,setelah beberapa hari→l.filariform(infektif) dapat ke hospes baru
Atau l.rhabditiform mengulangi fase hidup bebas
Siklus ini sering terjadi di negeri lebih dingin.
Strongyloides stercoralis
Strongyloides stercoralis
3. Auto infeksi
Larva rhabditiform kadang→l.filariform di usus atau di perianal.Bila l.filariform menembus mukosa usus/kulit perianal maka terjadi daur perkembangan di dalam hospes.
Adanya autoinfeksi menyebabkan strongiloidiasis menahun pada penderita yg hidup di daerah nonendemik.
Strongyloides stercoralisPatologi dan gejala klinis Larva filariform menyebabkan creeping eruption Cacing dewasa: kelainan mukosa usus muda Infeksi ringan: tanpa gejala Infeksi sedang: rasa tertusuk-tusuk di epigastrium
mual muntah, diare,konstipasi bergantian. Dapat terjadi autoinfeksi. Pada hiperinfeksi c.dewasa dpt ditemukan
diseluruh tractus digestivus dan larva dpt ditemukan diberbagai alat dalam (paru,hati, kandung empedu).
Strongyloides stercoralis Diagnosis
menemukan larva rhabditiform dlm - tinja segar- biakan- aspirasi duodenum
Cara infeksiLarva filariform nembus kulit-> siklus langsung dan tidak langsungLarva filariform menembus mukosa usus atau kulitperianal-> autoinfeksi
Strongyloides stercoralisPrognosisInfeksi berat strongiloides dapat menyebabkan kematian
EpidemiologiDaerah panas,kelembaban tinggi,sanitasi kurang menguntungkan terjadinya daur hidup tidak langsung.
Tanah baik untuk pertumbuhan larva: tanah gembur,berpasir dan berhumus.
Strongyloides stercoralis
Pencegahan strongiloidiasis- tergantung pembuangan tinja- lindungi kulit dari tanah yg terkontaminasi mis.memakai alas kaki
Penyuluhan mengenai: -cara penularan,-kepentingan menggunakan jamban, dll
Taenia saginataHospes : manusia Hospes perantara :sapi, kerbau Penyakit : taeniasis saginata Distribusi geografik :Eropah,Timur Tengah,Afrika,
Amerika,Asia,Indonesia
MorfologiCacing dewasa: Panjang 4-12 m
Tdr dari :kepala(skoleks)mempunyai 4 batil isap tanpa kait-kait, leher dan strobila merupakanrangkaian ruas-ruas proglotid.Bentuk proglotid >panjang dari lebar
TelurBerisi embrio heksakan disebut : onkosfersatu proglotid gravid berisi 100.000 telur
Taenia saginata
Taenia saginata
Daur hidupprogltid +telur-> keluar bersama tinja, defikasi
dirumput, telur melekat di rumput. bila ternak makan rumput yg terkontaminasi ->telur tertelan,dicerna embrio heksakan netas ->embrio nembus ddg usus ->ke saluran getah bening atau ke aliran darah -> ke jaringan ikat ,di sela-sela otot tumbuh ->cacing gelembung dsbt: sistiserkus bovis(larva T.saginata)
Taenia sagintaBagian yg sering dihinggapi:
- otot masseter- paha belekang- punggungdegenerasi setelah 1 thn ada yang hidup 3 tahun
Bla manusia makan daging sapi dimasak kurang matang, mengandung cacing gelembung,skoleks keluar dengan cara evaginasi melekat pada mukosa usus- halus: yeyenum, jadi dewasa 8-10 mgg. Di rongga usus biasanya tedpat satu ekor cacing
Taenia saginataPatologi dan gejala klinis
- nyeri ulu hati- mual muntah-perut terasa tdk enak-pusing-diareGejala berat bila proglotid ke apendiks atau ileusok obstruksi oleh strobila
Taenia saginata
Diagnosismenemukan telur,proglotid dalam tinja.
Epidemiologiditemukn dinegara yg penduduknya banyak makan daging sapi atau kerbau.
Pencegahandinginkan daging sampai 10°C di bawah 0°C masak daging sampai matang
Taenia soliumHospes definitif: manusiaHospes perantara : manusia,babi, monyet,onta ,anjing dllDistribusi geografik:Eropah,Am.latin,Cina,India,Indonesia MorfologiCacing : 2-4 m,td :skoleks,leher,strobila dan tdr dri 800-1000 ruas proglotid
Skoleks mempunyai 4 batil isap
Rostelum mempunyai 2 baris kait-kait
bentuk proglotid gravid panjang=lebar
Taenia soliumDaur hidup
Telur keluar melalui robekan proglotid, bila termkan hospes sesua ddg dicerna,,embrio heksakan keluar daritelur->nembus ddg ususke saluran g.bening atau darah kmdn nyangkut di saluran otot babi.
Cacing gelembung sistiserkus selulosa ditemukan di otot lidah,punggung dan pundak babi. Bila daging ini dimakan manusia, ddg kista dicerna,skoleks alami evaginasi->melekat pada dinding usus halus.Dalam 3 bulan-> jadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur
Taenia soliumPatologi dan gejala klinis
Gejala umumnya ringanGejala berarti bila disebabkn larva sistiserkosis,
menghinggapi mata.,jaringan otak. otot jantung.otot.hati,paru-paru,rongga perut
Pada jaringan otak jarang alami kalsifikasi,dapat
menyebabkan:- epilepsi- meningoencepaltisini ok tekanan intra kranial yg tinggi sprt nyeri kepala dan kadang-kadang kelainan jiwa
Taenia solium
DiagnosisDitegakkan dg menemukan telur, proglotid dalam
tinja. Untuk sistiserkosis dengan biopsi otot atau CTScan(CT=Computerized Tomographic)
Epidemiologi-tidak ditemukan pd penduduk pemeluk
agama Islam - cara menyantap daging sebaiknya matang
- pendidikan mengenai kesehatan harus dirintis- ditemukan di Irian Jaya,Bali dan
Sumatera utara
Schistosoma japonicumHospes : Manusia, anjing, kucing, rusa, tikus
sawah (Rattus), sapi, babi rusa, dll.
Penyakit : “Oriental schistosomiasis”, Skistosomiasis japonika, Penyakit katayama, Penyakit demam keong
Schistosoma japonicumDistribusi Geografik :RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Muanthai, Vietnam, Malaysia dan Indonesia Di Indonesia : Daerah danau Lindu dan Lembah Napu Sulawesi Tengah
Morfologi Cacing jantan : 1,5 cm Cacing betina : 1,9 cmHidup dalam vena mesenterika superior
Telur : Dalam dinding usus muda, hati, paru dan otak
Scistosoma japonicumMorfologi dan Lingkaran Hidup : Cacing jantan : Warna kelabu atau putih kehitam-hitaman 9,5 – 19,5 mm x 0,9 mm Badan : Gemuk bundar Kutikulum dengan benjolan Canalis gynaecophorusCacing betina : Badan halus dan panjang
16,0 – 26,0 mm x 0,3 mmUterus 50 – 300 butir telur
Cacing dewasa hidup di dalam pembuluh darah : Kapiler darah dan vena kecil
Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah
Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicum
Telur : Tidak mempunyai operkulum Mempunyai duri, Lokalisasi tergantung spesies
95 – 135 x 50 – 60 µDapat menembus keluar dari pembuluh darah
Ditemukan dalam tinja Menetas dalam air, keluar mirasidium
Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicumHospes Perantara : Hanya satu macam yaitu keong air Oncomelania hupensis linduensis
Tidak ada HP II
Pola perkembangan dalam keong : M S1 S2 SK
M (Mirasidium) SI,S2 (Sporokista I dan 2) SK (Serkaria)
Cara Infeksi : Serkaria menembus kulit
Schistosoma japonicum
Perjalanan larva dalam tubuh hospes
Kulit Kapiler darah Aliran darah
jantung kiri paru-paru jantung kanan
sistem peredarah darah besar vena potae
vena usus hati
Schistosoma japonicumPatologi dan Klinik :
Perubahan – perubahan oleh :
• Cacing dewasa • Serkaria • Telur
Schistosoma japonicum
Di bagi dalam 3 stadium :
1. Masa tunas biologik : Perubahan kulit, paru, peradangan hati
2. Stadium akut : Telur Pseudo-abses, Pseudo tuberkel
3. Stadium menahun : Penyembuhan jaringan Fibrosis, Sirosis
periportal Hipertensi portal
Schistosoma japonicum
Patologi dan Klinik :
Kelainan Stadium I : Gata-gatal, urtikaria “Giant urticuria” demam, hepatomegali,
eosinofilia tinggi Stadium II : Sindrom disentri Stadium III : Sirosis hati,
splenomegali, hipertensi portal, lemak
“Giant urticaria”
Sirosis hepatis
Schistosoma japonicum
Diagnosis :
Menemukan telur dalam tinja /
biopsi jaringan
Reaksi serologi :
Copt, IHT, CFT, FAT, dan ELISA
Schistosoma japonicum
Epidemiologi :
Masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara Endemi di Sulawesi Tengah Berhuungan dengan pertanian :
Irigasi fokus keong Kelompok umur yang terkena : 5 – 50 tahun Penanggulangan sukar