90
Lampiran 1 : Pedoman wawancara
PEDOMAN WAWANCARA 1
1. Profil Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
2. Pelaksanaan Wawancara
Lokasi Wawancara :
Hari / tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Suasana Wawancara
A. Program Pelatihan
1. Apakah anda mengetahui program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan?
2. Program seperti apa yang anda ikuti?
B. Deskripsi Karakteristik Program
1. Siapa yang memberikan program tersebut?
2. Bagaimana metode program yang diberikan?
a. Siapa yang melatih?
b. Bagaimana cara mengajarnya?
c. Berapa partisipan dalam satu kelas pengajaran?
d. Bagaimana durasi pelatihan?
e. Bagaimana intensitas pelatihan?
3. Apa saja yang diajarkan dalam program yang diikuti?
4. Bagaimana cara pelatihan memberikan penilaian kepada pesertanya?
5. Apakah setelah program selesai dijalankan pelatih mengunjungi kembali untuk melihat
keadaan ?
6. Apakah ada layanan yang diberikan setelah program selesai dijalankan?
Seperti dari pihak pelatih memberikan waktu untuk tanya jawab tentang usaha yang anda
jalankan, memberikan penjaman dana, memberikan pelatihan teknik.
C. Analisa Entrepreneurial attitude
1. Pola Pikir
a. Bagaimana interaksi/hubungan Anda dengan sesama pengrajin kue di Kampung
Kue setelah mengikuti program ini?
b. Apakah Anda dapat menerima pandangan sesuatu dari cara pandang orang lain
dengan baik?
c. Apakah Anda bekerja dengan menggunakan emosi?
d. Bagaimana emosi yang Anda rasakan saat bekerja?
e. Apakah Anda sadar dengan akibat dari emosi tersebut?
2. Kemampuan
a. Apakah Anda mampu melakukan perencanaan dan menetapkan tujuan usaha
Anda?
b. Apakah Anda mampu mengambil keputusan dalam segala hal berhubungan
dengan usaha Anda?
c. Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan sekeliling Anda, seperti sesama
pengrajin?
d. Apakah Anda mampu melakukan pemasaran produk anda?
e. Apakah Anda mampu melakukan tawar menawar dalam menjalankan usaha
Anda?
91
f. Apakah Anda mampu megelolah keuangan Anda dengan baik, seperti
memisahkan uang yang dipakai untuk usaha anda dengan uang yang dibutuhkan
untuk keperluan sehari-hari?
g. Apakah Anda pernah melakukan inovasi (perubahan) produk anda? Seperti
awalnya Anda hanya memproduksi roti cokelat saja, lalu selanjutnya ada roti
cokelat keju.
3. Status
a. Apakah Anda memiliki keinginan untuk memulai / mengembangkan usaha
setelah mengikuti program tersebut ?
b. Apakah dalam memulai dan mengembangkan usaha, Anda membutuhkan
modal?
c. Apakah anda pernah memutuskan untuk mencari modal?
d. Bagaimana dengan pendapatan dan tabungan yang Anda miliki? Apakah Anda
menabung sebagian dari penghasilan? Atau seluruh penghasilan Anda kemudian
digunakan kembali untuk menjadi modal?
D. Analisa Entrepreneurial Intention
1. Apakah setelah mengikuti program EET mendorong Anda untuk memulai usaha atau
mengembangkan usaha?
2. Apakah setelah mengikuti program EET lingkungan sekitar Anda mendorong Anda untuk
berwirausaha atau mengembangkan usaha?
3. Apakah menurut anda menjadi kewirausahaan adalah sebuah keuntungan?
92
Lampiran 2 : Pedoman wawancara
PEDOMAN WAWANCARA 2
1. Profil Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
2. Pelaksanaan Wawancara
Lokasi Wawancara :
Hari / tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Suasana Wawancara
A. Deskripsi Karakteristik Program
1. Program pelatihan:
a. Selama 1 tahun ini, ada berapa program yang pernah ibu ikuti?
b. Program pelatihan apa saja yang pernah ibu ikuti?
c. Apakah ada pelatihan dari internal seperti dari Kampung Kue sendiri?
2. Program desain:
a. Dari program yang pernah ibu ikuti tersebut, apakah ibu tahu apa tujuan dari
masing-masing pelatihan yang diberikan itu Bu?
b. Siapa saja yang boleh ikut pelatihan, Bu?
i. Kalau semua orang lanjut pertanyaan berikut
ii. Kalau pilihan, tanya dasar-dasar atau kriteria apa saja yang hasur
dimiliki peserta. Misalnya sudah mempunyai usaha
c. Apakah ada kolaborasi antara yang memberi pelatihan dengan orang dari
Kampung Kue Bu? Kolaborasi pemilihan pelatihan : misalnya berunding sama
Bu Irul untuk memberi pelatihan juga.
d. Bagaimana cara untuk bisa mengikuti pelatihan itu?
i. Apa harus melalui pendaftaran langsung?
ii. Atau ibu mendaftar melalui orang lain (utusan Kampung Kue misalnya
ke Bu Irul)?
e. Pendanaan pelatihan :
i. Apa ibu tahu kira-kira seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh
pemberi pelatihan ,untuk masing-masing pelatihan?
ii. Untuk ikut pelatihan itu, apa ada biayanya atau tidak Bu?
iii. Kalau tidak ada tanyakan apa benar tidak ada atau ada biaya yang
dikeluarkan koperasi untuk ikut pelatihan itu?
iv. Kalau ada biaya, berapa biayanya ?
3. Metode pelatihan
a. Siapa yang memberi pelatihan? Apakah ibu tahu ada kriteria khususya tidak
untuk menjadi pelatih?
b. Bagaimana cara transfer pengetahuan?
c. ukuran kelasnya bagaimana Bu? Maksudnya berapa jumlah partisipan atau
peserta dalam satu kali pelatihan itu?
d. Intensitas pelatihan :
i. Berapa sering pelatihan d berikan? Misalnya Satu kali saja atau setiap
tahun ada, atau 1 tahun 2 kali? Atau lainnya
ii. Dalam pelatihan yang berkali-kali itu apa yang diajarkan itu sama?
Kalau beda apa saja?
e. Durasi pelatihan:
i. Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk satu kali pelatihan?
4. Konten dan Kurikulum
a. Konten:
93
i. Dalam pelatihan itu apa saja yang di ajarkan?
ii. Apakah diajarkan tentang pembukuan sederhana? Apakah diajarkan
cara memasarkan produk?
iii. Apakah diajarkan membuat perencanaan?
iv. APakah diajarkan manajemen?
v. Apakah diajarkan bagaimana bekerja dengan tim?
vi. bagaimana pengaplikasiannya?
b. Kurikulum :
i. Bagaimana cara mereka mengajar? Apa melalui presentasi saja? Atau
ada tanya jawab?
ii. Apa ada testnya? Misalnya tadi cara penetapan harga, apa di suruh juga
coba buat cara menentukan berapa harga produk yang harus dijual?
5. Wrap around services :
a. Mentoring dan coaching
b. Networking
c. Job conseling ; Akses terhadap pendanaan?
94
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 1
Nama : Choirul Mahpuduah
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan (pemilik Pawon Kue)
Lokasi Wawancara : Tempat produksi milik Ibu Choirul
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Senin, 19 Oktober 2015
Waktu Wawancara : 10.00 - 12.35 WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara : Selamat pagi Bu, maaf mengganggu,
Narasumber : oh iya, tidak mengganggu.
Pewawancara : Bisa saya mulai bu?
Narasumber : Silahkan.
Pewawancara : Asal usul terbentuknya Pawon Kue ini bagaimana Bu? Apa dari orang tua,
atau gimana?
Narasumber : Kalau saya kan organisirnya Kampung Kue, jadi ya apa nanti kawasan ini
menjadi kawasan Kampung Kue. Kita dituntut tidak hanya ngomong, tapi kita
juga harus bisa membuktikan kalau kita benar-benar terlibat didalamnya. Bisa
ngomong, bisa ngajarin orang buat kue, ya kita juga harus bisa prakteknya.
Artinya apa, ya memang target perorganisasian disini ya memang kita harus
berani dan bisa membuktikan. Loh saya loh ya isa bikin kue.
Pewawancara : Harus bisa ngasih contoh ya Bu?
Narasumber : Iya. Sehingga orang-orang yang semula ada 10, 15 sekarang menjadi 65 orang
yang buat kue disini. Kalau latar belakang itu. Tapi kemudian ya memang
sebelumnya kan juga pernah beli semacam lokasi di pinggir jalan gitu ya.
Punyanya orang tua, orangnya sudah tua maksudnya.
Pewawancara : Iya, iya Bu.
Narasumber : Orangnya sudah tua, tiba-tiba saya ditawari sama tukang parker, Mbak mau ta
jualan nasi pecel. Dia bilang gitu. Saya tanya kenapa. Terus dijawab, itu ada
mbah warungnya dijual. Dijual berapa saya tanya. 2 juta. Saya tawar gak bisa
dikurang. Ya 2 juta itu sudah semua, sama piring, gelas, sendok, meja, kursi
semua di jual. Terus saya dipertemukan sama mbah tua itu. Saya bilang, saya
loh ga bisa masak mbah. Terus dibilang nanti saya diajari. Terus beneran
akhirnya saya bayar 2 juta, terus diajari sama dia.
Pewawancara : Diajari bikin nasi pecel?
Narasumber : Iya, diajari bikin nasi pecel. Ini loh nasi pecel disini begini. Kalau buat kopi
gulanya segini. Pelangganku itu itu itu. Yang itu kalau makan, nasinya minta
banyak. Kalau itu makan piringnya gak mau dikembalikan. Itu kalau buat
kopi, kopinya minta banyak. Sampai kemudian, kalau kamu jual rokok,
rokoknya jangan ditaruh utuh disitu, taruh aja 2. Kalau nanti diambil dia
berarti kan masih satu, kalau diambil dua duanya, tapi bayarnya satu kan nanti
bisa tau, berarti kan kurang. Dia ambil dua tapi bayarnya satu. Terus itu hati-
hati sama orang itu, hutangnya banyak, sampai numpuk. Kayak gitu. Terus
akhirnya diajari. Kemudian saya jual nasi pecel dipinggir jalan. Kebetulan kan
suami habis di PHK dari pabriknya. Terus dikasih pesangon. Uangnya dipake
untuk beli lokasinya itu sama modal kerja. Terus gitu ternyata disitu itu
banyak dan sering terjadi gusuran-gusuran, penertiban. Waktu itu Bu Risma
masih di Dinas Perkotaan dan Pertamanan (DKP) itu kan. Eh, itu akhirnya
kan banyak eh Pak Bambang Dea besok mau datang, terus tutup, ngerapiin
lagi.Setiap ada tamu, tutup, ngerapiin. Itu kan capek. Setiap ngerapiin juga itu
kan bayar orang, tukang becak untuk bantu. Sampai pada saat itu, saya kan
ketuanya PKL yang disitu ya, koordinator PKL yang disitu. Sampai kemudian,
ada pengadaan penyeragaman alat peraga, misalnya tenda-tenda itu semua
95
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
seragam, tapi akhirnya gak tahan karena itu, terus digusur juga disitu, terus
bubar. Akhirnya saya masuk disini.
Pewawancara : Masuk di Kampung Kue ini bu?
Narasumber : Iya, tahun 2005 saya masuk sini. Gak jualan diluar akhirnya. Lah terus
kemudian, kan banyak orang juga, mulai di PKL itu sudah banyak orang yang
tanya, gak ada kuenya sekalian kah Bu? Masa Cuma nasi saja. Kalau dia pesen
nasi sekalian pesen kue. Akhirnya bener, oh iya ya bener, walaupun tidak
diluar, tapi kan tetap orang kontak. Langganan-langganan. Selain itu kan ya ga
bisa, kita berhenti kayak gitu. Ternyata lebih enak. Akhirnya saya putar otak,
disana saya mengorganisir anak-anak PKL yang semuanya rata-rata laki-laki.
Nah disitu saya membuktikan, saya bisa ngomong, saya juga bisa
melaksanakan. Begitu saya masuk disini, walaupun tidak dipinggir jalan, di
rumah sendiri, tapi kan lebih aman. Dan saya juga membuktikan ke orang-
orang saya loh ya juga jualan, begini loh caranya. Itulah latar belakangnya.
Pewawancara : Itu kapan Bu?
Narasumber : PKL itu tahun 2001, terus kalau di kampong kue ini tahun 2005.
Pewawancara : Oh, tahun 2005, Ibu sudah masuk Kampung Kue sini ya?
Narasumber : Tahun 90’an sebetulnya saya sudah tinggalnya di daerah sini.
Pewawancara : Oh jadi tahun 90’an tinggalnya disini, tapi kerjanya di luar.
Narasumber : Iya, terus baru, kuenya masuk tahun 2005 sampai sekarang.
Pewawancara : Jadi itu, ibu pas waktu muda nya ya Bu?
Narasumber : Iya, itu tahun 90’an. Pernah kerja di pabrik juga.
Pewawancara : Pabrik apa Bu?
Narasumber : Pabrik ini, Ria Star Indonesia. Itu memproduksi alat-alat rumah tangga dari
plastik. Ada keranjang, keranjang sampah, ada termos, rice bucket, terus ada
kratnya teh botol. Itu juga saya dulu disana aktif digerakannya juga. Misalnya
pada saat itu, harusnya anak-anak kan diberi upah yang pas, tapi karena ada
kekurangan upah, kemudian anak-anak bergerak. Terus kemudian kita minta
ada pemisahan ruang ganti antara laki-laki dan perempuan. Itu dulu laki-laki
dan perempuan kalau ganti pakaian ya bareng jadi satu gitu. Di sebelah-
sebelah mesin gitu. Kadang anak laki-laki yang jail itu ngintip, godain anak-
anak yang cantik. Terakhir itu kita tuntut minta ruang ganti yang terpisah
antara laki-laki dan perempuan. Terus gitu kan anak-anak perempuan gak
mendapatkan cuti haid. Terus kita menuntut diberikannya cuti haid. Kemudian
ketika cuti haid diberikan, tapi premi keaktifan itu hilang, padahal kan ga
boleh. Namanya premi keaktifan memang seaktif satu minggu sekali harus
dikasih upah, tapi mereka dengan alasan ini kamu kan gak masuk. Loh gak
masuk kan mengambil hak. Jadi gak boleh dong dipotong, dihilangkan gak
boleh. Nah itu kita tuntut. Terus kemudian, dia akalnya ya banyak sekali,
kalau mengambil cuti haid itu harus diperiksa. Di senter gitu, betul-betul haid
nggak. Akhirnya kita bergerak, tahun 1991 bergerak, tahun 1992 bergerak,
tahun 1993 bergerak. Itu kalau gak salah dulu saya sama teman-teman bisa
menggerakan 3000 buruh perempuan disutu. Saya di PHK itu tahun 1993.
Bulan Maret. Marsinah bulan Mei tahun 1993, yang dibunuh itu, kasusnya itu.
Pewawancara : Wah kita belum lahir Bu. Berarti ibu itu umur berapa Bu?
Narasumber : Saya kelahiran tahun 1969. Itu umur berapa itu?
Pewawancara : 21 tahun ya Bu? Berati tahun 1993, umur 21 sudah kerja.
Narasumber : Iya sudah kerja, sudah mimpin buruh 3000 orang, sudah jadi artis di koran,
sampai majalah Liberti, sampai tulisannya itu berikan saya cuti haidku, jangan
buka celana dalamku. Nah itu kan strategi kayak kampanye gitu kan. Strategi
yang bisa menarik perhatian orang-orang. Sampai kemudian masuk kantor
polisi satu hari satu malam. Ya begitu. Nah saya kira, bermodal gitu itu apa,
dimana pun tempat kita bisa bantu orang. Di tempat PKL kita bisa bantu
orang, di kampung bisa bantu orang. Karena di PKL dulu aja kalau isterinya
anak-anak yang jualan juga ikut itu ada yang melahirkan ya kita besuk, kasih
santunan. Kalau ada orang yang sakit kita besuk, kasih bantuan, karena
96
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
memang ada dana iuran. Nah kalau disini apalagi. Disini kan ada koperasinya.
Kalau di Kampung Kue tahun 2005 itu kan saya begitu ngasih pelatihan ke
orang-orang, eh ayo bikin kue, nanti selebihnya bisa diperiksa. Googling aja,
nanti ketik nama saya, nanti muncul banyak disana. Dulu awalnya bagaimana.
Terus ada juga dimuat di tabloid Nova. Ada film-film, pernah dimuat di
National Geographic juga. Itu saya bilang kalau kita awalnya melaksanakan
pemetaan kecil-kecilan. Beberapa ibu-ibu lah, sebagai ya kalau kita bergerak
kan harus ada faktor pembenar, harus ada orang lain yang sepakat dengan
kegiatan kita. Soal sepakatnya berapa persen kan proses. Saya bilang ke
orang-orang, gimana kalau seperti ini, Rungkut Lor ini kan potensinya banyak.
Kalau seperti ini saja kan ga bisa maju. Bagaimana caranya bisa maju.
Makanya waktu itu kita melakukan pemetaan. Ada 2 hal, potensinya apa saja
sih di Rungkut Lor itu apa. Eh, pilihan usahanya maksudku. Sebenarnya kalau
potensinya, saya melihatnya disini tuh banyak ibu-ibu yang nganggur, kalau
pagi sudah kumpul-kumpul, gosip. Terus yang kedua lokasinya dulu itu
kumuh sekali, kalau hujan pasti banjir. Terus kemudian, yang ketiga selain
lokasi kumuh, eh banyak sekali juga orang rentenair berkeliaran, ngasih uang
ke orang-orang. Kalau sudah dipinjami itu kan kadang-kadang terus dia ga
bisa bayar. Bagaimana bisa bayar kan ga ada kerja. Terus gitu utang ga bisa
dikembalikan. Terus lagi, sebetulnya banyak orang bikin kue, Cuma ya begitu-
begitu saja. Ya sampai tua bikin kue, tapi sampai tua tidak ada kemajuan.
Terus saya ngobrol sama orang-orang, ternyata sebetulnya potensinya ada 2
loh Bu Irul disini, terus saya tanya, apa gitu. Satu dulu itu riwayatnya nenek
moyang disini itu menjahit, ibu-ibu itu jahit pakaian dalamnya bapak-bapak,
celana kolor warna hitam, warna putih. Terus mungkin zaman penjajahan kali
ya, tahun 60’an gitu. Terus kemudian, untuk pakaian dalamnya ibu-ibu, itu
yang bra, yang belakangnya ada tali-talinya itu loh, yang bikin langsing, yang
kayak punyanya artis-artis. Itu kan zaman dulu. Terus yang kedua adalah yang
kue. Nah kemudian, yang kita ambil pertama itu yang menjahit. Tapi kan tidak
underwear, kan sudah tidak sesuai zaman. Akhirnya kita pilih bikin bando,
bikin tas, mukenah, tapi yang berhubungan dengan jahit.
Pewawancara : pokoknya yang berhubungan sama yang jahit-jahit ya Bu?
Narasumber : Iya. Sulam pita, hantaran pengantin, bros, kayak gitu-gitu kita bikin. Terus
kemudian ternyata, kurang maksimal. Karena ini kan mentalnya orang yang
bikin kerajinan dengan yang lain itu kan berbeda. Kalau bikin kerajinan kan
barang gak basi kan ya.
Pewawancara : iya.
Narasumber : Jadinya mikirnya enak, paling besok laku. TIdak laku ya besoknya lagi. Kayak
gitu-gitu. Terus akhirnya sampai kemudian waktu itu ketika pilihannya adalah
di menjahit, saya sampai tanya ke ibu-ibu, siapa yang punya mesin jahit,
terutama saya punya mesin jahit. Itu ada 9 orang. Terus ada yang bilang, saya
bisa jahit. Saya bilang ya otomatis bu, kalau punya mesin jahit ya bisa jahit.
Terus siapa yang bisa memasarkan, gitu kan. Hanya 3 orang yang punya
potensi untuk memasarkan, dari 9 orang itu. Terus siapa yang bisa desain,
hanya 2 orang yang bisa desain. Terus kemudian itu kita coba, kita produksi,
ternyata hasilnya tidak maksimal. Begitu tidak maksimal karena
mengandalkan kalau ada event, mengandalkan kalau tidak terjual sekarang ya
bisa besoknya, kayak gitu kan. Akhirnya kita lari ke pilihan yang kedua. Yang
bikin kue itu. Begitu bikin kue, terus keinginan itu saya sampaikan ke ibu-ibu,
terus kalau kita bikin kue siapa yang bisa, kan tidak semua bisa bikin kue.
Terus saya ajak, ya ayo kita belajar. Kita ajari bikin kue. Bikin kue, bikin
sabun cair pencuci piring, kayak gitu-gitu kita bikin. Terus akhirnya, ya pelan-
pelan mereka senang. Ya kalau sudah bisa bikin kue, saya ajak, ayo bikin tapi
jangan kerja buat saya, tapi punyalah usaha sendiri-sendiri. Kayak gitu, saya
prinsipnya begitu. Terus akhirnya, Bu saya sudah bisa bikin kue. Terus
kemudian, mereka tanya, modalnya bagaimana bu? Terus kemudian saya ajak
97
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
ibu-ibu 3 orang urunan Rp 50.000,-‘an. Gitu aja sudah dipinjam orang-orang.
Untuk apa, untuk beli wajan teflon dan lain-lain.
Pewawancara : Untuk modalnya ya Bu?
Narasumber : Iya untuk modal. Karena kan kalau saya kasih pelatihan itu, berangkatnya ya
dari mereka. Apa dulu yang disenangi orangnya, kesenangannya apa. Terus
dilatih. Terus ada yang bilang, saya tidak punya alat bu, ga punya mixer, ga
punya blender, ga punya oven, karena kalau kita bikin kue itu kan identik
dengan mixer, blender, oven. Terus saya tanya, punyamu apa, ya berangkatnya
dari mereka yang mudah, yang merek amiliki dirumahnya mereka sendiri-
sendiri. Akhirnya mereka bilang ya sudah saya pinjam uangnya untuk beli
Teflon. Karena Teflon itu kan rencananya dia mau bikin dadar gulung. Teflon
itu kan bisa buat macam-macam. Bisa 6 macam kue alatnya satu saja Rp
30.000,- tapi bisa dibuat macam-macam, dadar gulung, pisang keju, sosis solo,
risoles, bisa lumpia, lumpia basah. Coba bayangkan. Ya, kalau orang lagi bisa
itu kan bisa buat apa itu dari durian itu.
Pewawancara : Pancake ya bu?
Narasumber : Iya pancake, itu tergantung orangnya. Ya, karena itu makanya dia pinjam
uangnya, kepinginnya beli alat. Terus ya sudah. Tidak lama kemudian,
uangnya sudah dikembalikan. Gak lama gitu uangnya sudah dikembalikan.
Saya tanya kok sudah dikembalikan, ya bu, sudah kembali modal, kayak gitu.
Pewawancara : Lebih cepet daripada yang jahit itu ya Bu?
Narasumber : Iya lebih cepat. Karena mentalnya berbeda. Kalau orang usaha kue dia akan
bilang, jam 11 kue belum lsaya, dia sudah bingung mau dikemanakan kue ini
nanti. Bedanya disitu. Jadi akhirnya lebih cepat mendapat penghasilan orang-
orang. Gitu. Terus kemudian, setelah itu, baru orang-orang tanya Bu, sudah
bisa buat jajan, punya modal, terus dijual kemana ini. Ya sudah, kita tawarkan
ke orang-orang. Toh, kan sudah ada beberapa orang yang mulai kan, kita
contoh itu. Kita konsinyasi, titip di orang, kalau tidak lsaya ya kembali saja.
Karena ini kan untuk orang-orang pertama yang ikut membangun nama
Kampung Kue. Kalau tidak lsaya, balik tidak apa-apa. Kita kan masih
berjuang gitu kan. Terus kemudian, selain kita system konsinyasi, kita banyak
sejaring dengan media. Darimana dia, ya dari orang-orang yang meliput ketika
saya aktif dipabrik dulu, kalau ada demo-demo. Mereka tanya saya, kegiatan
saya sekarang apa. Saya bilang ini ngurusi jajan. Terus ditanya, mau saya
liput, kok jauh sekali dari buruh pabrik sekarang bikin kue, kayak gitu.
Termasuk tabloid Nova ini juga meliput. Terus akhirnya itu, saya
menggerakan teman-teman yang dulu aktif meliput ketika saya aktif di pabrik
itu.
Pewawancara : Jadi strateginya untuk promosi ya Bu?
Narasumber : Iya, itu kan potensi yang saya miliki. Nah, ketika potensi pribadi digabungkan
dengan potensi yang dimiliki masyarakat, itu loh mbak pasti jadi. Gitu.
Pewawancara : Berarti pekerjaan ibu yang sebelumnya juga mempengaruhi ya Bu?
Narasumber : Iya, gitu. Akhirnya promosi-promosinya kayak gitu, ya sudah, banyak diliput
oleh media cetak, media elektronik, televise, radio, talkshow di radio, terus
berita online. Selain itu saya kan juga aktif di kegiatan politik, untuk
perempuan-perempuan marginal, nah basisnya apa, wakt itu saya ambil 5
kecamatan itu di Rungkut, di Genteng, Suklilo, Jambangan, Wonokromo. Ada
5 basis yang saya ambil. Waktu itu kerjasama dengan teman-teman Jakarta
sama pemerintah Australia, lembaga dana maksudnya. Lumayan. Jadi di
pendidikan politik, artinya apa untuk mempublish sesuatu itu memang butuh
banyak orang, butuh banyak isu yang mendukung. Ketika saya ngomong
pendidikan politik, kalau ditanya untuk siapa, untuk Kampung Kue, kayak gitu
kan keren. Kalau ditanya lagi Kampung Kue apa, bisa dijawab Kampung Kue
yang ibu-ibunya buat kue, yang modalnya sehari ya Rp 100.000, Rp 300.000,-
modalnya, sampai yang jutaan. Kalau saya kayak gini, kalau lagi belanja,
modal ya bisa sampai Rp 1.000.000,-. Almodnya saja 1 kg harganya
98
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Rp 250.000,-, terus green tea aja 1 kg harganya Rp 750.000,-, belum telornya,
tepung-tepung, margarin, butter. Kalau margarin aja saya pake yang Rp
40.000,- satu kg. untuk butternya saya pake yang golden Rp 120.000,- satu kg.
Pewawancara : Berarti bahan-bahannya semua berkualitas ya Bu?
Narasumber : Iya, saya pake tepung terigu aja, biasanya orang-orang pake yang harganya
enam ribu sekian, saya pake yang premium yang hamper Rp 10.000 atu
kilonya. Memang produknya berkualitas. Kita pilih bahan yang berkualitas.
Terus akhirnya orang-orang, ayo promosi-promosi, terus banyak diliput
banyak media.
Pewawancara : Oh, iya. Karena ibu juga banyak koneksi-koneksi ya Bu?
Narasumber : iya, itulah mbak, networking itu penting sekali. Ya saya ngobrol kayak gini, ga
pernah saya punya perasaan, kok enaknya skripsi. Saya gak bosan-bosannya.
Sudah berapa kali orang yang skripsi datang kesini, ngambil casenya di
Kampung Kue. Prinsipku ya semakin banyak koneksi, jaringan, itu semakin
mendukung usaha kita, makin dikenal. Disana loh, Bu Irul bikin Almond
Crispy. Prinsip saya begitu. Bisa sharing dengan teman-teman gitu. Nah terus
kemudian yang semula, tadi saya bilang kalau pemasaran system konsinyasi,
dititipkan, terus akhirnya banyak dengan berita-berita, talkshow di radio, itu
banyak orang datang kesini, kulaan. Dia bilang ingin ikut konsinyasi, saya
bilang, tidak bisa. Ini khusus yang dulu menitipkan titip retur, kalau tidak
lsaya kembali. Ya bangkrutlah orang kalau seperti itu. Akhirnya orang-orang
yang baru itu beli putus. Ada uang saya kasih jajan. Itu pemasarannya.
Sekarang sudah berjumlah 45 orang yang kulaan kue dari Kampung Kue,
dijual di luar, di kantin, di pasar, di minimarket. Kayak gitu ada. Terus kalau
segmen pasar, lebih banyak orang-orang itu, kalau kita ngomong presentase
ya, lebih banyak bidikan pasar menengah ke bawah. Ya saya sebetulnya
menyesal, kenapa ya dulu saya tidak langsung membidik ynag menengah ke
atas, Kalau menengah ke atas kan orang-orangnya penghasilannya besar. Nah
kalau untuk bidikan pasar menengah ke atas, itu kita serahkan ke personal
masing-masing. Kalau kamu mau nembus Carefour silahkan, kamu mau
nembus minimarket silahkan, tapi mereka melakukan sendiri-sendiri. Ya
memang ada, kayak punya saya, ini kan produknya untuk menengah ke atas,
kue-kuenya juga begitu. Kalau orang-orang kan, kue-kuenya yang agak
murah-murah, ada gorengan-gorengan. Ada yang seribuan. Aku sudah mulai
nembus yang seribu lima ratusan. Almond Crispy saya saja harganya sudah
Rp 50.000,- dan juga aku sudah mulai menembus, ya namanya kue kering
tidak hanya di momentum lebaran tapi kue kering yang kita desain untuk
sepanjang waktu, setiap hari ada. Saya mengajari orang-orang begitu. Terus
kemudian, yang namanya tadi modal Rp 150.000,- itu dulu namanya dulu Unit
Usaha Simpan Pinjam untuk memenuhi kebutuhan permodalan teman-teman.
Kenapa, karena mereka kan tidak dipercayai oleh lembaga perbankan. Masa
sih Rp 300.000 mau pinjam di Bank. Gitu kan.
Pewawancara : Iya
Narasumber : Terus kalau saya butuh yang lebih besar, misalnya Rp 2.000.000,- sampai Rp
5.000.000,- itu tidak dipercaya, karena masyarakat disini sebagian besar
adalah masyarakat pendatang, yang KTPnya KTP desa. Kemudian kita
tingkatkan Unit Usaha Simpan Pinjam itu menjadi Koperasi. Koperasi Pekerja
Rumahan. Punya legalitas, punya akte notaris. Terus lagi, ibu-ibu yang semula
buat misalnya lempernya Bu Pri, beliau sekarang punya UD Kreasi Fitri, saya
punya UD Pawon Kue, Bu Harjadih punya UD MissCrip, jadi punya badan
usaha. Legalitasnya badan usaha ada sekarang. Terus kemudian, kalau dulu
orang-orang yang bikin kue aja kalau promosi ya promosi dari mulut ke mulut,
sekarang dia sudah punya kartu nama, kita kasih contoh banner, selebaran,
gitu. Dan bahkan ada yang sudah online, grup BBM, terus lagi kemajuannya
juga, orang yang tidak bisa bikin kue, terus menerus kita kasih pelatihan. Tapi
kalau tetap tidak bisa, kita tanya bisanya apa, terus kita latih. Terus kalau ada
99
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
pelatihan dimana kita ikutkan. Kita kan punya jaringan. Terus kemudian,
orang yang bahkan tidka punya keahlian seperti bikin kue dan handicraft, kita
tanya bisanya apa. Terus ada yang bilang bisanya jualan, bisanya ngomong,
dia pasang juga selebaran, menerima pesenan kue basah, kue kering, padahal
tidak bisa buat.
Pewawancara : Berarti nanti dialihkan ke ibu-ibu yang buat ya Bu?
Narasumber : Iya, kayak gitu-gitu. Perannya hanya menjualkan. Ya begitu, Kampung Kue
menghidupkan banyak orang. Memberi inspirasi ke orang-orang lain. Dan
bahkan juga, teman saya yang di Malang, minta diajarkan untuk mendirikan
seperti Kampung Kue. Dia mendirikan juga di Malang, masuk Kick Andy dia.
Saya saja belum.
Pewawancara : Berarti, waktu ibu kerja itu umur 21.
Narasumber : Iya, sekarang saya 46 tahun.
Pewawancara : Berarti dari SMA langsung kerja?
Narasumber : Lulus SMA, istirahat sebentar. Saya tahun 1989 itu selesai, terus kemudian
1990 ke sini, bulan Juni ke Pabrik. Kuliah tahun 1996.
Pewawancara : Kuliahnya setelah kerja ya Bu?
Narasumber : Iya, setelah kerja. Setelah kasus-kasus. Tahun 1994 saya sudah gugat ke
pengadilan itu. Di tingkat pengadilan Negeri menang, tingat banding menang,
Pengadilan Tinggi menang, tingkat Kasasi menang.
Pewawancara : Kalau pemasaran melalui konsinyasi itu, ibu yang kirim atau orang yang
ambil?
Narasumber : Orang-orang yang kirim. Orang-orang kan punya usaha sendiri-sendiri,
mereka kirim ke pasar. Kalau orang yang tidak system konsinyasi itu, kalau
pagi orang-orang datang disini, transaksi disini.
Pewawancara : Jadi, kalau tidak konsinyasi di jual di depan rumah pagi hari itu ya Bu?
Narasumber : Iya. Di depan rumah. Ada mejanya gitu.
Pewawancara : Kalau kue-kue ada yang pake sepeda Bu?
Narasumber : Ada, pake sepeda ontel, sepeda motor, pake mobil bahkan ada.
Pewawancara : Ini, setiap hari buka ya Bu?
Narasumber : Iya buka. Tiap hari buka.
Pewawancara : Tidak ada liburnya ya Bu?
Narasumber : Ada, orang-orang sebagian libur hari senin.
Pewawancara : Oh, Senin tutup. Kalau misalkan tempat ibadah itu gak ditinggal ya Bu?
Narasumber : Ya kalau ada Puasa gitu, libur. Makanya Kue Kering ini sebagai bentuk
proteksi terhadap keberlangsungan usaha ibu-ibu. Kareka kalau satu bulan
tidak produksi, misalnya produksi kue basah, kalau puasa siapa yang makan,
semua orang pada puasa. Makanya ibu-ibu buatnya kalau ada pesanan-
pesanan saja. Terus kemudian, kita ajari buat kue kering. Bagaimana supaya
usahanya tetap jalan. Lagipula kalau ada yang buat kue kering, ibu-ibu yang
tidak produksi sama sekali kan bisa bantu jualan, menjualkan produk kue
kering itu. Ya salah satu bentuk proteksinya. Terus kemudian, bentuk proteksi
lain yang dilakukan adalah soal keseragaman harga. Kalau disini sekarang
minimal Rp 1.000,- harganya. Tidak boleh jualan dibawah harga itu. Itu salah
satu bentuk proteksi lainnya. Permodalan kita sediakan, itu juga bagian dari
proteksi. Terus kemudian, promosi-promosi rutin. Kita sealu bikin program
gitu misalnya tahun 2015 minimal ada 2 media ada yang meliput, mempublish
Kampung Kue. Kalau tahun ini sudah ada lebih dari 2 media. Kemarin sudah
ada di Global FM, kita talkshow di situ, terus ada juga di iNews TV Jakarta,
terus kita diliput juga oleh BBS TV. Sudah 3 TV tahun ini ynag meliput.
Pewawancara : Nah, untuk kalau mau membangun kepercayaan dalam jangka panjang ke
orang lain, misalnya ke pelanggannya ibu, atau untuk partner-partnernya ibu,
itu gima Bu? Misalnya seperti memberikan fasilitas apa gitu Bu?
Narasumber : Kalau fasilitas itu tetap pelanggan terutama yang 45 kesini ya, pelanggannya
tengkulak. Tengkulak nanti dia punya pelanggan lagi. Atau aku tidak melalui
tengkulak tapi ke customer langsung, itu kan juga pelangganku. Kalau kepada
100
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
tengkulak, yang kita lakukan, kita juga terbua kalau mereka jadi anggota
koperasi kita. Ada juga yang menjadi anggota koperasi. Terus kemudian, yang
kita terapkan adalah saling percaya diantara mereka, jadi begini kalau
tengkulak itu tidak bawa uang, kita minta bawa dulu ya uangnya. Ya tetap itu
kita kasih. Itu terjadi biasanya ketika dia barusan saja mudik, mudik karena
anaknya sakit, mudik karena kepentingan apa, balik kesini tidak membawa
uang sama sekali, untuk kulaan tidak bisa, apalagi yang system putus, kayak
gitu, itu kita percaya kepada mereka. Masa sih hanya karena uang Rp 10.000,-
dia tidak kembali kesini, mengorbankan mata pencahariannya, kan pasti
tidaklah. Tapi ya memang ada juga yang pernah orang ambil sampai numpuk
berapa juta dari kumpulan banyak orang, ternyata dia sudah tidak lagi jualan.
Pewawancara : oh, terus bagaimana bu kalau begitu?
Narasumber : Ya sudah, paling saya ada berapa, Rp 50.000,- an lah, orang itu siapa, ada
berapa, saya kasih. Itu percaya seperti itu. Kalau kita bilang ke konsumen
secara umum, semua konsumen untuk membangun kepercayaan ya, didalam
promosi, publish yang dilakukan, itu kita selalu bilang bahwa produknya
kampung kue itu aman, berkualitas, dan itu kita jaga. Dan di Kampung Kue
menggunakan pewarna alami, ada sih beberapa seperti misalnya pandan
ditumbuk dan lain sebagainya. Ini kita coba komunikasikan ke konsumen.
Terus selain itu, untuk membangun kepercayaan ke mereka, kita mengajarkan
ke ibu-ibu ya kalau kirim tepat waktu, kalau contoh kuenya seperti ini ya
dibuatkan sama seperti itu. Itu selalu kita tanamkan ke mereka. Teorinya
seperti itu, kemudian dalam prakteknya seperti apa, ini kan juga masing-
masing orang kita ajarkan. Kemudian kalau konsumennya tengkulak misalnya.
Pewawancara : Iya.
Narasumber : Tengkulak juga kadang-kadang komplen ke orang-orang, kemarin saya
dikirimin berapa ya, dijawab 15 Pak. Terus dijelek-jelekan, sebenarnya kamu
bisa menghitung tidak, terus ibu-ibu tanya kenapa kok jumlahnya hanya 12.
Ya kadang ada orang-orang yang meras dibohongi oleh pembuat kue. Ya
walaupun kita juga kadang tidak sengaja, misalnya seperti itu. Tapi kadang ya
sudah sama-sama, kadang menurut kita sudah benar. Jadi kita mengalah,
saling menanamkan kepercayaan. Ya kita ganti, kita juga menjaga kualitas
produknya, kita berusaha, terus kemudian ketepatan waktu pengiriman, terus
kemudian, kalau ada pesanan banyak berusaha tepat waktu. Terus kepercayaan
yang saya bangun kepada konsumen, telpon, alamatnya jelas, saya harus
periksa kembali alamatnya jelas, ada di peta, ya sudah kita kirim, walaupun
tidak ada DPnya. Kalau dia nawarin DP, kadang kita ambil, kadang ya sudah
bu, nanti saja sekalian. Apalagi kalau DPnya hanya Rp 50.000,- saja, kita
sudahlah nanti saja sekalian. Bayar di tempat saja. Bu, kalau di kirim nanti
bayar berapa ongkirnya. Nanti kasih tips aja. Soalnya kan kalau bisnis kue ini,
kita bisa bilang 50 persen bisa kita dapatkan. Sekarang tidak bisa, karena kan
harga bahan semua naik. Kalau ada orang yang mau nawari tips gitu kita
ambil, kenapa tidak.
Pewawancara : Begitu ya Bu. Tapi kalau misalnya harga bahan naik, harga kuenya tetap?
Narasumber : Ya tetap bisa bersaing lah.
Pewawancara : Harganya ikut naik atau tetap Bu?
Narasumber : Kapan hari tidak naik. Karena dulu 800 rupiah, naik menjadi 1000 rupiah,
sudah naik. Jadi kalau lihat kue-kue mana yang laku gitu kan dia pasti
walaupun harganya Rp 1.000,- dia bisa jual Rp 1.500,-, tergantung segmen
pasarnya ynag mana yang dituju. Artinya pintar-pintarnya orang untuk
membidik pasar. Dimana pasarnya, ambil keutungan sendiri.
Pewawancara : Ibu untuk memasarkan juga mengikutsertakan saudara atau kerabat-kerabat
juga tidak Bu?
Narasumber : Ya kalau memasarkan, mereka ikut memasarkan gitu tidak, hanya kalau saya
lagi di Facebook, saudara-saudara saya tag, teman-temanku di tandai saja.
Secara otomatis kan di baca sama teman-temannya.
101
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Pewawancara : Untuk usahanya ada motonya tidak Bu?
Narasumber : Ada sih. Tagline ku itu, mengabadikan dengan beragam menu sajian.
Pewawancara : Mengadakan dengan beragam menu sajian ya Bu. Nah suka dukanya berbisnis
kue apa Bu?
Narasumber : Sukanya ya, ini makanan mbak, kalau tidak laku ya dimakan sendiri. Tidak
ada namanya kamus kelaparan. Tiap hari hitung uang, selagi orang lain
sebulan sekali, selagi orang yang jualan handicraft nunggu pameran. Kampung
Kue itu setiap hari. Kampung Kue itu minimal satu hari keluar kue 20.000.
Omsetnya Rp 20.000.000,- sampai Rp 25.000.000,- itu orang-orang semua.
Pewawancara : Secara keseluruhan ya Bu?
Narasumber : Iya. Itu kan sudah baik.
Pewawancara : Per hari Bu?
Narasumber : Iya, kan sudah besar.
Pewawancara : Nah kalau dukanya Bu?
Narasumber : Dukanya apa ya, ini kan karakter masyarakat perkotaan ya, secara geografis
juga, kalau disini dulu itu tanahnya itu tanah rawa, kemudian diuruk,
kemudian dijadikan pemukiman. Dukanya ya dimanapun berada kalau
namanya secara geografis, kalau masyarakat perkotaan pasti mengalami yang
namanya banjir. Dukanya ketika banjir, ketika musim penghujan. Pasti air
kadang masuk ke dalam rumah, kadang ya diluar-luar. Sedangkan orang-orang
sendiri kalau air menggenang di luar itu sudah gimana ya, mau bekerja tidak
bisa. Apalagi kalau sore sudah hujan, padahal malam kita hidup, mau bikin
kue itu kan sudah terganggu. Terus dukanya lagi itu kalau bahan-bahan lagi
naik misalnya, itu kita duka sekali. Misalnya kalau sampai telur, ayam, yang
naik, itu sudah kerasa, kayak kerja bakti, tidak dapat apa-apa. Terus lagi,
dukanya juga kadang kita kan, ya namanya orang rejeki, rejeki kadang-kadang
menghampiri, kadang-kadang menjauhi dari kita, ya tidak tau, tiba-tiba
ditanya bagaimana ramai atau tidak, terus ada yang bilang sepi sekali. Ya tiba-
tiba tidak banyak orang yang tidak makan kue, mungkin karena tidak punya
uang atau apa, makanya tidak beli kue. Gitu.
Pewawancara : Nah kalau kemampuan berinovasi, maksudnya bagaimana membuat kue ibu
berbeda dengan kuenya orang lain?
Naraasumber : Jadi kan masing-masing orang punya ciri khasnya sendiri-sendiri. Kita ajarkan
ke mereka. Oke, macamnya kue itu ada sampai 70 item lebih macamkue lah
disini. Satu orang bisa bikin 2-3 macam kue, atau tergantung pesanan. Karena
ynag dikerjakan orang-orang itu berbagai macam kue, tapi biasanya yang
dijual ke tengkulak-tengkulak paling ya dia ambil 2 ambil 1 rata-rata. Secara
otomatis, karena banyak keahlian, lemper itu kan bukan hanya satu orang yang
buat, ada berbagai macam lemper yang dilakukan ibuibu. Tapi caranya
gimana, secara otomatis, kalau sudah ada produk di Pak ini, janganlah kamu
ambil lemper juga di situ.
Pewawancara : Nanti tambah bersaing ya bu? Jadi tidak enak.
Narasumber : Kalau ngomong bersaing, bersainglah yang sportif, yang positif. Dia punya
lemper, tapi lempernya dia bukan lemper yang daunnya hijau, tapi lempernya
dia abon yang dikukus lagi, itu beda kan. Kayak gitu-gitu yang kita ajarkan.
Pewawancara : Jadi punya ciri-ciri sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya, terus hambatannya lagi, masuknya kue-kue dari luar seolah-olah itu kue
dari Kampung Kue. Kue dari Pasar Kembang, dari kampung mana, tapi itu
tetap kita sikapi dengan sikap positif. Artinya apa, saya coba mengajak ibu-ibu
untuk berpikir, oke, jangan hanya mengeuh banyak kue masuk ke Kampung
Kue. Coba di periksa, kue apa ynag masuk ke Kampung Kue. Dia bilang oh
jenang jagung Bu Irul. Nah pertanyaan saya, ada tidak jenang jagung di
Kampung Kue, oh tidak ada. Ya sudah kalau tidak ada dimaklumi saja, ini kan
tambah orang tengkulak tambah senang. Sekali masuk Kampung Kue, satu
102
rombong besar, 1000 kue masuk didalam rombong. Nah, kalau kamu tidak
mau ada kue dari luar masuk ke dalam Kampung Kue, ya buatlah yang
103
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
namanya jenang jagung, benar sekarang ada yang buat jenang jagung. Artinya
apa, ya kita lihatlah diri kita seperti apa, baru kemudian bisa kritik. Kalau
tidak nanti kita bisa bertengkar, apalagi yang bawa kue itu anak-anak
Kampung Kue sendiri. Gitu.
Pewawancara : Nah kalau dari konsumennya sendiri, pernah atau tidak ada komplain?
Misalkan, oh ini kuenya kurang manis, atau apa gitu.
Narasumber : Oh, ya sering. Kurang manis. Tapi kadang-kadang kita juga harus
membedakan, ini komplain secara umum atau tidak. Kalau kita mengikuti
semuanya kan repot. Kita kan tidak hanya melayani satu orang. Ya kita
general saja. Komplain-komplain itu selalu ada. Artinya tetap kita sikapi
dengan positif. Ada juga pernah komplain sampai basi, ya ditanggapi saja.
Prinsipnya orang-orang, kalau tidak semua komplain ya tidak kita hiraukan.
Bisa saja dia beli sekarang diamakan besok. Karena apa, kuenya ibu-ibu ini
kalau sudah jam 11 sudah dianggap kritis, meskipun masih bisa dimakan sore
atau malam. Itu dijual seolah-olah tidak ada harganya.
Pewawancara : Untuk rencana ke depannya Bu?
Narasumber : Rencana ke depan ya jelas. Ini kan nanti MEA, Masyarakat Ekonomi Asean,
paling tidak nanti banyak kue-kue yang masuk ke Kampung Kue, tidak
terbendung. Ya nanti kita bagaimana meningkatkan kualitas produknya.
Karena konsumennya itu nanti tidak hanya orang Jawa saja, pasti ada orang
Thailand, orang Malaysia, dan sebagainya. Ya bagaimana nanti kita juga bisa
memenuhi kebutuhan kue yang seperti itu. Siapa tahu, sushi nanti diproduksi
oleh orang-orang Kampung Kue. Terus kemudian, karena ini nanti
masyarakatnya masyarakat global, kita tetap harus mempersiapkan itu.
Misalnya disini ada klubnya bahasa inggris, punyanya ibu-ibu, ya ngomongin
soal kue, bahasa inggrisnya kue, harganya, kalau tawar-menawar seperti apa,
proses produksinya seperti apa, itu minimal kita ajarkan ke ibu-ibu. Ya apa ya,
biar lebih maju lagi. Selalu kita berpikir, setiap ada liputan itu ada progres
yang ditampilkan. Kalau dulu misalnya 2010 begitu diliput oleh National
Geographic, saya bilang, jumlah orangnya 30 atau berapa, terus sekarang kan
sudah 65 orang. Terus sekarang juga kita lagi gencar-gencarnya mengajak ibu-
ibu untuk menemukan produk unggulannya mereka. Misalnya seperti saya
produk unggulan Pawon Kue adalah Almond Crispy, yang menurut Bu Risma
sendiri itu sebagai produk unggulannya UMKM di kota Surabaya. Terus lagi
ya, selain mengajak ibu-ibu untuk menentukan produk unggulan ya target
marketnya akan dinaikkan, segmen pasarnya karena ini nanti masyarakat
global, secara otomatis ya menengah ke atas. Terus lagi ya, kita sudah belajar
tentang bagaimana untuk pangsa pasar ekspor, itu sudah mulai kita pelajari
lah, memungkinkan tidak. Selain itu situasi global ini juga kita sikapi dengan
harapan yang besar. Kalau mereka bisa masuk kesini, tentunya sebaliknya,
kita juga harus dengan mudah bisa ke sana.
Pewawancara : Nah, pernah tidak bu, ada masalah, tapi masalah itu justru dijadikan peluang
Bu? Seperti misalnya, ibu jual roti sampai ke Sidoarjo gitu, tapi nanti sampai
Sidoarjo itu barangnya sudah tidak fresh. Kayak gitu nanti buka cabang di
Sidoarjo. Itu kan masalah sebenarnya Bu, tapi dijadikan sebagai peluang untuk
berkembang malah.
Narasumber : Ya kayak tadi itu, yang jenang jagung tidak ada. Itu kita jadikan peluang.
Akhirnya apa, nambah satu anggota yang memproduksi jenang jagung.
Nambah satu varian kue jenang jagung. Jadi tidak hanya asal omong, tidak
omdo, tapi ya kita harus memanfaatkan juga. Seperti juga ketika saya
mendirikan Kampung Kue, peluangnya apa, peluangnya banyak orang tidak
punya kerja. Ya gila ya, banyak orang tidak kerja kok peluang. Ya bpeluang,
karena ketika kita ajak bikin kue, nah peluangnya diterima dengan baik. Terus
lagi, banyak rentenir datang kesini, itu kan peluang menurut saya. Karena
banyak rentenir, kita bikin sendiri, orang-orang banyak pinjam modal kita
sendiri, yang bunganya juga nanti balik ke mereka juga. Dari, oleh, dan untuk
104
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
mereka sendiri semuanya. Terus lagi, kalau gini, itu kan masalahnya juga,
kadang kita tidak mencukupi target produksi kan, mau tidak mau, orang-orang
juga mengambil tenaga kerja misalnya. Terus lagi, orang-orang yang tidak
punya keahlian bikin kue, tidak punya keahlian bikin handicraft, hanya
momong di rumah, itu kita ajak juga dia bungkusi, kerjanya dia malam-malam
jam 2 pagi sampai jam 5 pagi, misalnya seperti itu. Kan lumayan juga, itu juga
peluang yang nyata. Terus lagi, peluangnya yang pasti itu gini, di Kampung
Kue itu sudah menjadi bukan rahasia lagi, di Kampung Kue itu sudah umum,
apapun yang dijual di Kampung Kue itu pasti laku. Bukan rahasia lagi itu. Dan
bahkan kalau kita cari tempat tinggal disini sulit. Karena disini wilayah yang
potensial. Secara geografis, mau ke bandara dekat, ke Wonokromo, Bratang,
dekat. Sakit pilih rumah sakit ada. Klinik-klinik bersalin dekat. Dekat kemana-
mana. Dan wilayah yang tidak terlalu mahal. Kalau didekat kota, dekat
kemana-mana ya pasti mahal, rumah mahal, makanan mahal. Disini tidak,
dekat kemana-ana, tapi masih bisa terjangkau. Senangnya begitu.
Pewawancara : nah, Ibu punya pegawai ya bu. Itu system gajinya gimana Bu?
Narasumber : Seminggu sekali, kadang kalau tidak sempat besoknya. Kadang tidak punya
uang untuk belanja, ya pinjam di mereka juga. Belum bayari tapi malah
dipinjami.
Pewawancara : Itu ada seperti bonus, atau apa bu?
Narasumber : Kalau bonus tidak ada disini. Bonusnya kahir-akhir. Kalau mau makan, ya
masak sendiri, yang penting disitu ada telur, ada mie, kecap, lombok, ada
beras. Ya kita bilang ke teman-teman ya apa adanya. Kerja ya kerja, selesai ya
pulang tidak nunggu jam seperti orang pabrikan. Ya, saya juga toleransi atas
kebutuhan mereka.
Pewawancara : Toleransi ya bu?
Narasumber : iya, ya sama enaknya lah sama mereka.
Pewawancara : itu shift-shiftan atau gimana Bu?
Narasumber : Iya ada yang shift-shiftan. Ada yang khusus pagi 2 orang, sore ada 1 orang,
malam 2 orang.
Pewawancara : Nah itu ada bagian-bagiannya tidak Bu? Misalnya ibu yang ini bagian ini, ibu
itu bagian yang lain?
Narasumber : Iya, kalau pagi itu buat almond, kalua sore bikin sosis solo, kalau malam
ngelanjutin sosis solo, ngepaki. Kayak gitu. Antar ke took-toko.
Pewawancara : Itu yang shift malam ynag antar-antar itu?
Narasumber : iya. Malam sampai pagi. Kayak gitu.
Pewawancara : Itu karyawannya dilatih dulu ya bu untuk membuat. Itu dilatih sendiri atau
diikutkan kursus?
Narasumber : Dilatih sendiri, sambil lihat. Tidak bisa ya belajar, ya kadnag-kadang diocehi
sedikit. Kok gini, kok bolong. Yang pernting kita ngomong baik-baik, dia pasi
bisa nerima baik-baik. Kalau saya prinsipnya seperti itu. Terus satu lagi ini
kan UKM, masih kecil, kadang orang-orang berpikir, apa saya kuat untuk
bayar orang-orang. Tapi selalu kita tanamkan ke orang-orang, ke anggota,
kalau orang yang bekerja pada kita, secara prinsip itu membawa rejeki
masing-masing. Sehingga jangan khawatir, kalau Gusti Allah tidak memberi
kita rejeki.
Pewawancara : Iya-iya. Nah untuk cara mengawasi karyawannya?
Narasumber : Kalau kita gampang, sudah setiap hari ketemu, terus ruangannya kecil.
Umpamanya melirik saja tidak usah repot-repot, kita melirik gitu sudah tahu
salahnya apa.
Pewawancara : Oh, begitu ya bu. Kalau ibu menilai usaha, maksudnya usaha ini menghasilkan
atau tidak, terus produk mana yang paling unggul, paling menghasilkan, itu
berapa lama sekali Bu?
Narasumber : ya tidak ada patokan waktu gitu. Misalnya kemarin seperti menaikan harga itu,
saya kan harus mendekati tengkulak-tengkulak, kira-kira kalau dinaikkan
bagaimana, katanya sulit. Terus saya tanya yang sulit produknya siapa, terus
105
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
diberitahu. Nah kemudian saya dekati ibu-ibu yang disebutkan, saya bilang
bagaimana kalauproduk ini dilepas saja, buat prosuk ynag lain. Buat apa
produksi tapi tidak bisa meningkatkan gara-gra harganya murah dan rasanya
tidak enak. Lebih baik buat kue, tapi yang tetap dapat hati. Mungkin
pilihannya ynag bahannya tidak mahal. Seperti almond crispy ini banyak
sebenarnya yang minta diajarkan, tapi kemudian mereka tanya bahannya apa,
setelah mereka tahu harganya berapa seperti itu mereka mundur. Jadi kalau
ada patokan sih tidak, tapi itu tetap kita jadikan alat juga untuk
mengembangkan produknya ibu-ibu?
Pewawancara : Nah ibu punya cita-cita apa Bu? Dari produknya ibu sendiri, dari Pawon Kue.
Narasumber : Kalau Kampung Kue ya harapanku ya kalau bisa jangan adalah orang di
Kampung Kue ini menganggur. Itu yang pertama. Yang kedua, Kampung Kue
makin maju, sehingga kualitas hidupnya anggota juga meningkat, makin
sejahtera, kayak gitu kan. Punya rumah sendiri-sendiri, tidak lagi kos, tidak
lagi kontrak. Bisa menyekolahkan anaknya. Kalau kita ngomong
kesejahteraan itu kan ukurannya tidak hanya ekonomi saja kan, mereka juga
punya waktu untuk belajar, kapasitas dirinya ditingkatkan, seperti itu. Kalau
saya sendiri, Pawon Kue ya tetap, bagaimana Pawon Kue juga maju, sehingga
makin banyak melibatkan orang-orang yang butuh kerja, bisa mengangkat
nama Surabaya juga melalui kue-kue yang kita pasarkan. Misalnya, ini loh
UKM punya produk unggulan, ada almond crispy yang dibikin oleh UKM.
Terus selain itu juga apa ya, sebenarnya banyak orang yang terkait dengan
keberadaannya Kampung Kue. Satu, ya orang-orang bisa buat kue sebagai
mata pencaharian. Orang-orang yang tidak punya pekerjaan bisa menjual kue
keliling. Orang-orang yang butuh kue, bisa dengan gampang mendapatkan kue
di sentra-sentra kue. Terus lagi, anak-anak misalnya, yang SD, TK, kalau ada
kegiatan diluar kelas, ya bisa belajar bikin kue disini. Terus lagi, mahasiswa,
yang bikin tugas kuliah juga bisa kesini, ya Petra, Ubaya. Petra itu sudah
sering kali kesini. S2nya Petra juga kesini. Terus lagi, S2nya inggris juga
kesini. KKN ingin belajar disini. Banyak sector yang bisa di bantu. Camatnya
juga mau ikut lomba bisa membanggakan Kampung Kue. Lurah juga
menjadikan Kampung Kue sebagai indikator. Seperti itu.
Pewawancara : Banyak ya Bu?
Narasumber : Iya, media-media yang mau cari berita, ya sini saja. Kita juga senang di liput.
Pewawancara : Mereka senang, di sini jga senang ya Bu. Saling menguntungkan.
Narasumber : Begitulah mbak. Banyak senangnya. Di Kampung Kue banyak senangnya.
Pewawancara : Kalau usaha untuk mencapai cita-citanya apa Bu?
Narasumber : Ya pastilah mbak. Kita harus konsisten terhadap program yang sduah kita
rumuskan. Kan Kampung Kue ini ada paguyubannya mbak.Paguyubannya ya
namanya Kampung Kue. Tapi kita ya ada organisasinya juga, namanya Serikat
Perempuan Pekerja Rumahan, ketuanya saya.
Pewawancara : Jadi organisasinya ini mencakup semua pekerja rumahan ya Bu/
Narasumber : Iya, di Kecamatan-kecamatan yang, kita kan punya fasilitator lapangan, ada di
Jambangan, Genteng, Wonokromo, Sukolilo, Rungkut, Wonocolo. Ada 6
fasilitator. Paling tidak mereka punya anggota di masing-masing kecamatan.
Pewawancara : Oh, jadi organisasi yang mencakup banyak paguyuban ya Bu?
Narasumber : Iya. Kita harapkan nanti begitu. Tapi sebagian besar masih proses. Yang sudah
berhasil ya anggab saja Rungkut ini. Fasilitatornya saya sendiri. Contoh
keberhasilannya kan ini. Mungkin nanti di tempat-tempay lain akan terbentuk
kampung-kampung yang lain. Degan desain pengorganisasian yang berbeda.
Pewawancara : Kalau usaha ibu ini, terpengaruh tidak dengan yang sedang ramai dibicarakan?
Misalnya seperti dolar naik, atau dengan bensin naik.
Narasumber : Kalau dengan bendin naik kemarin tidak. Bensin naik tidak, biasa saja. Tapi
ya tetap ada kenaikan harga. Kalau dolar naik, pokoknya kalau kita
terpengaruh terhadap ekonomi secara global, itu pasti terpengaruh. Misalnya
kalau hanya di Indonesia saja tidak. Tapi ketika ini berpengaruh terhadap
106
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
ekonomi global, pasti berpengaruh. Misalnya dengan dolar, pasti
mempengaruhi produk. Karena almodnya itu impor. Tapi bagi ibu-ibu yang
lain tidak, tetap saja, biasa.
Pewawancara : Tergantung produknya ya Bu?
Narasumber : Iya. Saya saja yang mengalami.
Pewawancara : Untuk mengatasi kegagalan kan pasti ada seperti antisipasi kegagalan ynag
ada, itu bagaimana caranya?
Narasumber : Kalau mengantisipasi kegagalan, satu intinya anak-anak harus kompak, setiap
ada persolan harus diselesaikan bersama-sama. Jadi mereka terbuka dengan
kita dan kita memberi solusi. Terus, kalau kegagalannya itu di buat kue, tidak
pernah bagus itu, berarti ya kita juga kasih pelatihan. Kasih resep. Atau kalau
sudah mentok bagaimanan kalau prosukdi yang lain saja begitu. Kalau
misalnya kegagalan samapi kuenya tidak laku, ditempat kita ada orang yang
khusus kerjanya ngobral kue di pasar. Ya bukan kue yang busuk atau tidak,
yak arena orang yang jual kue sudah mau tutup.
Pewawancara : Sekarang masuk faktor institusional, apa ada peranan dari
Narasumber : Awalnya tidak ada sama sekali, baru setelah terkenal, mereka baru masuk, ya
tahun 2013’an baru masuk. Kita pelatihan-pelatihan diikutkan. Sampai
sekarangpun, kalau bantuan modal, bantuan alat, tidak pernah ada. Kita punya
sendiri, sudah murni punya Kampung Kue sendiri.
Pewawancara : Kalau menurut ibu kememudahan-kemudahan apa yang diberi pemerintah
untuk memulai bisnis?
Narasumber : Kemudahan-kemudahan ya perijinan, perijinan harus dipermudah. Tapi kalau
modal tidak semuanya butuh modal besar. Kalau disini modal Rp 100.000,-
kalau mau betul-betul usaha pasti bisa. Bikin gorengan, bikin apa bisa.
Memang pemerintah tidak apa sama kita, atau karena kita dianggap sudah
mandiri.
Pewawancara : kalau untuk pengajuan peminjaman itu ada ijinnya sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya, ada. Terus kemudian, dalam perkembangannya menjelang lebaran, kita
kehabisan dana, terus kemudian ada Bank Jatim datang. Selama ini kalau kita
ga punya abumen kan ditolak pasti, kalua tidak kita ajukan. Nah itu yang
kesini kan Bank Jatim sendiri, ya mengajukan permohonan agar memberi
bantuan ke orang-orang ya Bank Jatim. Jadi kita yang ga punya abumen, Bu
Irul, ini gambarnya Bu Irul, boleh saya diantarkan ke orang-orang, Bu Irul
seminggu lagi ke Bank Jatim ya, terus dikasih pinjaman 40 juta. Itu ya atas
nama Kampung Kue, kelompok, dan namaku sebagai Ketua, Bu Pri sebagai
bendahara, dan Bu Pit sebagai sekertaris waktu itu. Baru kemudian, tahun-
tahun berikutnya, pemerintah mulai kasih pengurusan legalitas usaha, ijin
usaha itu, difasilitasi oleh mereka gratis. Udah itu aja. Mau lomba diikutkan.
Pewawancara : Kalau untuk perlindungan usaha ada tidak Bu untuk wirausahawan?
Narasumber : ya ga ada, ya itu-itu saja. Oh diikutkan pameran-pameran. Terus dia memberi
legalitas perijinan tentang koperasi. Terus halal gratis, PIRT gratis, kayak gitu.
Pewawancara : Untuk ketenagakerjaan?
Narasumber : Ketenagakerjaan? Soal upah seperti itu?
Pewawancara : Iya bu
Narasumber : Ya, apa ya, ya tidak apa-apa. Artinya harusnya kita juga mematuhi aturan itu.
Yan anti pasti lah kedepannya, kalau kita sudah besar nanti ya pasti harus. Dan
bahkan mengikutkan karyawannya kedalam asuransi, ya kayak gitu-gitu ya
harus. Ya kalau aku sih prisnsipnya hukum dibuat untuk mengatur setiap
orang agar kehidupan ini lebih adil.
Pewawancara : Apa harapan ibu untuk pemerintah dalam mendukung usaha ibu?
Narasumber : Pemerintah ya lebih mengoptimalkan perhatiannya kepada UMKM. Kalau
usaha-usaha yang besar kan sudah bisa jalan sendiri. Kalau ini kan soal
produksinya harus masih didampingi. Mungkin, promosi kalau lokal bisa kita
lakukan sendiri, bisa saya lakukan sendiri. Tapi promosi-promosi yang
sifatnya instansi pemerintah susah. Selain itu harapanku ya, pemerintah kalau
107
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
beli jajan ya jajannya UMKM, jangan jajannya Sam, Lorita, kayak gitu. Coba
kalau satu Surabaya, semua pakai jajannya Kampung Kue, wah kan jadi kaya
orang-orang. Sayangnya mereka masing-masing instansi punya kebijakan
sendiri-sendiri.
Pewawancara : Katanya, saya cari di Google, Bu Risma bikin taman bacaan masyarakat disini
ya?
Narasumber : Taman Baca Masyarakat, saya yang bikin itu. Tahun 2009.
Pewawancara : Oh, seperti perpustakaan gitu ya Bu?
Narasumber : Iya. Tahun 2009 itu saya mendirikan. Kerjasama dengan HM Sampoerna.
Pewawancara : Oh
Narasumber : Teman saya itu punya lembaga namanya yayasan pengembangan perpustakan
Indonesia, waktu saya ketemu sama dia, kenalan, saya tanya ke dia kegiatan
YPPI apa. Terus dia bilang, saya kerjasama dengan Sampoerna bikin
perpustakaan keliling. Terus saya spontan bilang ke dia, bisa tidak
perpustakaan kelilingnya itu dilewatkan tempat saya. Ya coba nanti di
agendakan katanya. Ternyata beneran. Jadi YPPI itu adalah sebuah LSM yang
bekerja melaksanakan program CSRnya Sampoerna.
Pewawancara : Oh
Narasumber : Sampoerna kan punya CSR, namanya program pustaka Sampoerna. Lewat
perpustakaan-perpustakaan, buku-buku. Terus waktu itu programnya adalah
mobil perpustakaan keliling. Nah melalui dia, akhirnya Sampoerna bilang, di
Rungkur Lor berhak mendapat mobil perpustakaan keliling. Nah, bukan tidak
ada maksud saya ngomong disini ada perpustakaan keliling. Ini kan saya
punya cita-cita mendirikan Kampung Kue. Ya saya sendiri secara kapasitas,
terbatas juga. Ya tidak mungkin lah saya kasih pelatihan terus menerus ke
orang-orang. Bagaimana nanti dengan usaha saya. AKhirnya melalui
perpustakaan keliling itu, saya dibantu, ditanya sama teman-teman, seanadinya
buku mau ditambah, mau nambah buku apa. Ya saya bilang, buku tentang
masak, resep-resep Kue, yang sejalur. Akhirnya buku-bukunya tentang itu.
Pewawancara : Jadi, ibu-ibu disini juga bisa baca ya.
Narasumber : Iya, bisa diaplikasikan. Datangnya disini.
Pewawancara : Setiap hari apa Bu?
Narasumber : Setiap hari Selasa. Kemudian Sampoerna itu menilai hubungan antara saya
selaku koordinator dengan Sampoerna itu enak. Hubungannya baik. Jadi
misalnya antusiame masyarakat itu terhadap bacaan juga tinggi, dari hasil
kunjungannya. Akhirnya saya ditawari kalau ditingkatkan jadi TBM berani
tidak, saya bilang berani. Terus saya mengajukan ke Sampoerna. Konsepnya
bagaimana, tempatnya dimana, terus nanti siapa yang jaga, kayak gitu.
Akhirnya disepakati Sampoerna. Ada Taman Belajar Masyarakat. Itu kantor
RT itu di branding jadi TBM. Dibantu 600 buku sama 2 rak buku. Tempatnya
sangat kecil sekali, tapi sangat potensial. Karena bisa dipakai untuk berbagai
macam kegiatan. Terus tahun 2009 akhir, 2010, Samporna bilang sudah
mandiri, bukunya dikasih. Akhirnya kita di terima sama badan asri
kepustakaan Surabaya. Itu punyanya Bu Risma. Lah terus, karena sudah
dilepas Sampoerna, kan waktu itu saya juga jaga, jam kerjanya 3 kali dalam
satu minggu. Giliran, gantian. Akhirnya dibantu sama badan arsi kepustakaan
Surabaya, di bantu 1 orang tenaga kerja untuk jaga buku itu. Nah itulah
dianggap kita punya TBM disini. Kalau dari segi promosi ya tidak apa-apa.
Akhirnya Bu Risma juga bantu internet masuk kampung, nah ini lagi-lagi kita
bilang kebutuhan strategis. Kalau ada internet gratis, wifi gratis, ibu-ibu bisa
browsing resep-resep.
Pewawancara : Di youtube juga ada.
Narasumber : Iya
Pewawancara : Kalau keluarga ibu sendiri berpengaruh tidak Bu dengan usahanya Ibu?
Narasumber : Berpengaruh, karena adik saya semua bikin kue, saya bikin kue.
Pewawancara : Juga mendukung berarti ya Bu?
108
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau pandangan keluarga ibu tentang kewirausahaan, jadi seperti kalau
mama saya bilang kamu jangan berwirausaha dulu, kamu harus jadi karyawan
dulu.
Narasumber : Oh, tidak. Ibu saya, adik saya yang kerja, itu sebelum kesini dia sering bikin
putu ayu di desa, yang atasnya kelapa bawahnya warna hijau putih. Jadi Ibu
saya dan adik saya itu pintar buat kue itu. Akhirnya waktu pertama kali datang
kesini, dia buat putu ayu itu. Laris sekali itu. Artinya apa ya, seluruh keluarga
mendukung. Ibu saya, kakak saya. Kakak saya buka bengkel.
Pewawancara : Loh, ibunya ibu juga jualan kue?
Narasumber : Tidak. Ibu saya petani. Tapi ya pernah juga bikin nasi bungkus. Ada orang
tukang sayur, minta buatkan nasi terus dibungkusi. Terus cerita ke orang-
orang di toko, enak. Itu loh yang buat orangnya kaya, punya sawah besar, luas.
Ya itu keluarga mendukung karena latar belakang didikan.
Pewawancara : Nah, nilai-nilai keluarga ada yang diterapkan dalam usahanya ibu?
Narasumber : Pasti ada, Ibu saya itu demokratis. Biarpun saya dulu menikah umur 31, tidak
pernah disuruh cepat nikah, mau kerja apa terserah. Biarpun kemana saja, dia
cuma bilang hati-hati.
Pewawancara : Ya di dukung kemana saja ya bu.
Narasumber : Iya. Kemana saja. Ya nanti kalau disana bagaimana, siapa yang kasih makan
tanya ibu saya. Ya pokoknya hati-hati gitu katanya. Adikku sekarang belum
menikah sampai sekarang. Karena apa, prinsipnya saya tidak minta orang tua.
Orang tua ikut ngatur itu kan ketika kita masih seperti kamu, sekolah aja
masih di bayari. Pasti mempengaruhi. Artinya apa, ibu saya demokratis, saya
membangun Kampung Kue juga membawahi banyak suara. Kadang juga sulit
dibedakan antara demokratis dan tidak punya pendirian. Bedanya tipis. Tapi
saya sendiri kalau punya keinginan kuat. Pingin begini ya begini, tidak peduli
orang lain. Kalau punya pendirian yang kuat.
Pewawancara : Memang harus punya pendirian yang kuat ya Bu.
Narasumber : Tapi ya kadang bingung sendiri, kadang dipikir sampai tidak bisa tidur.
Pewawancara : Berarti ibu cenderung berani mengambil resiko tinggi ya Bu?
Narasumber : Oh, iya mbak. Saya habis uang berapa saja mbak bangun usaha ini. Tidak
terima saya. Saya pernah sewa di alfamart itu. Teman-teman saya belum ada
yang berani buka coubter, saya sudah berani buka counter. Tidak dapat
uangnya, tapi saya sudah mengerti begini toh. Buka di carefour juga pernah.
Sudah menghabiskan berapa uang saya. Ada pameran-pameran saya ikut.
Jajannya lakunya tidak seberapa, makannya rutin, di pameran kan ngemil
terus, taksinya ya ampun. Taksinya 2 hari pulang-pergi, dapatnya seberapa.
Coba-coba usaha yang lain.
Pewawancara : Padahal belum tentu tau dunianya seperti apa.
Narasumber : Kalau nuruti saya dulu, uang juta-jutaan itu tidak sampai 1-2 hari. Dibuat coba
ini, coba itu.
Pewawancara : Tapi ibu, kalau dibandingkan sama yang kerja di pabrik, kan enak sekarang
Bu. Bisa lebih bebas ya bu. Terus buat keputusan juga bisa ibu yang ngatur.
Narasumber : Kalau aku itu, ya hidup harus selalu punya progress lah. Jangan sekarang sama
seperti kemarin, monoton ya, bosan.
Pewawancara : Kalau punya saya sekian Bu.
Narasumber : Oh, iya. Diketik dulu. Nanti kalau ada yang kurang telpon. Saya itu lebih
senang begini. Daripada harus kirim email, lebih senang ditelponi. Karena bisa
disambi sama yang lainnya.
Pewawancara : Oh iya bu, nah kalau punya saya itu mengenai pelatihan-pelatihan Bu. Seperti
yang tadi Ibu bilang.
Narasumber : Oh, iya.
Pewawancara : Nah, apakah ibu tau program pelatihan kewirausahan itu apa Bu?
109
Narasumber : Ya, program pelatihan itu ya melatih kita untuk bisa punya usaha, untuk kita
tidak hanya bisa ngomong tapi kita juga bisa membuktikan apa yang kita
110
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
bilang. Ada banyak macam pelatihan, misalnya pelatihan buat kue, pelatihan
ya culinary school, ya gitu-gitu.
Pewawancara : Apakah ibu pernah ikut program-program pendidikan dan pelatihan tidak Bu?
Narasumber : Gak pernah, tapi ya pernah itu ya bukan program khusus. Bukan pelatihan
khusus, pelatihan biasa saja. Bukan seperti ikut culinary school itu tidak.
Pewawancara : Maksudnya kayak ada pelatihan yang saya dengar dari bogasari itu bu?
Narasumber : Itu setelah kita, ya dulu sering kasih pelatihan. Ya ilmu saya sengerti saya.
Terus aku justru memberi pelatihan ke orang-orang. Terus kemudian, ada
TBM itu, TBM Nusantara namanya. Kita justru ngasih pelatihan-pelatihan ke
orang-orang komunitasnya Sampoerna. Sampoerna itu kan punya TBM
dimana-mana juga, di Pandaan, Sukorejo, Suroboyo. Nah aku justru disuruh
keliling untuk kasih pelatihan-pelatihan. Aku juga pernah kasih pelatihan ke
Madura, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo. Terus terakhir ke Mojokerto,
ke mbak-mbak lokalisasi doli itu yang ditutup itu, aku ngasih pelatihan disana.
Cooking class di UIN Sunan Ampel juga pernah.
Pewawancara : Jadi ibu sendiri yang memberi pelatihan, bukan mengikuti pelatihan ya Bu?
Narasumber : Iya, banyak ikutnya juga, tapi ikut sebagai pelatih. Terus kemudian, kerja
sama dengan Bogasari. Bogasari itu masuk kesini tahun 2009 kalau tidak salah
juga. Tahun 2009 tiba-tiba sales areanya datang. Bu, Bu Irul ini saya dari
Bogasari, Bu ini saya kasih kaos 60, clemek 60. Loh kok hanya 60 saya tanya.
Jawabnya, kan anggota ibu 60 orang. Loh kok tahu saya tanya. Terus dijawab,
saya kan tadi baca Jawa Pos sebelum kesini. Gitu. Akhirnya lah itu kenal
Bogasari. Terus Bogasari menawarkan kalau mau ngajari orang-orang
Kampung Kue buat kue. Dimana saya tanya. Terus dijawab di Bogasari
baking centre saja. Akhirnya saya jadwalkan satu tahun 2 kali kalau pelatihan
kesana. Terus gitu, yang dilatih siapa, kan anggota saya, lah kan saya juga
anggota Kampung Kue, ya jadi saya juga ikut. Susah kan bedainnya. Kadang
butuh pelatihan, tapi ya kadang ngasih pelatihan. Gitu.
Pewawancara : Kalau yang kasih pelatihan itu Bogasari berarti ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Itu kalau dari Bogasari yang ngelatih siapa Bu?
Narasumber : Kalau dari Bogasari yang latih orang Bogasari, chefnya dari Bogasari. Kadang
pelatihan packaging, kayak gitu-gitu.
Pewawancara : Jadi bukan hanya melatih resep saja ya Bu.
Narasumber : Iya. Saya juga pernah dikirim oleh teman saya. Teman saya itu punya
lembaga, namanya Safi Amirah. Safi Amirah itu mengurusi tentang isu
perempuan. Terus dia kerja sama dengan yang namanya Bapemas, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana kota Surabaya. Saya
ditawari mau tidak ikut pelatihan, ya saya jawab mau. Terus saya tanya
pelatihan apa, pelatihan buat kue katanya. Dia juga bilang kan Mbak Irul lagi
mengorganisir orang-orang buat kue, nanti hasilnya bisa dipraktekan. Terus
saya terima. Tapi mbak jangan ngomel soalnya pelatihannya untuk perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga. Ya saya terima, tidak apa-apa meski
disebut korban KDRT. Yang penting saya bisa ikut pelatihan. Dan saya kalau
ikut pelatihan-pelatihan seperti itu, saya selalu tanya bisa tidak saya bawa
teman 5 orang.
Pewawancara : Jadi bawa teman-teman dari Kampung Kue ya Bu?
Narasumber : Iya, saya yang diundang tapi saya sekalian mengajak orang. Sebagian
mengijinkan juga. Kan seperti itu biasanya hanya tergantung konsumsi yang
diberikan oleh mereka.
Pewawancara : Oh, iya-iya. Itu semua pelatihannya gratis atau bagaimana Bu?
Narasumber : Sebagian besar gratis yang kita ikuti. Ya semua gratis. Kalau tidak gratis, ya
tidak lah.
Pewawancara : Oh iya Bu. Terus kalau cara mereka mengajar itu seperti apa Bu?
Narasumber : Cara mereka mengajar kalau Bogasari enak. Jadi terlibat langsung di dalam
proses itu.
111
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Pewawancara : Langsung ke prakteknya ya Bu?
Narasumber : Karena Bogasari itu cenderung kalau kasih pelatihan untuk Kampung Kue ya
hanya Kampung Kue yang ikut.
Pewawancara : Untuk satu komunitas ya Bu?
Narasumber : Tapi kalau pabrik coklat itu, saya diundang 5-10 orang. Nanti pesertanya tidak
hanya dari sini, campur-campur pesertanya. Ada peserta bayar, ada yang
gratis. Kalau kita diundang pasti gratis. Sehingga pengajarannya akhirnya
chefnya yang demo produk.
Pewawancara : Jadi pesertanya tidak ikut?
Narasumber : Kita awasi, nanti produknya jadinya seperti apa, jadi dikelilingi. Kalau
Bogasari tidak, dibagi kelompok-kelompok. Nanti pratek satu kelompok,
bahannya ambil sendiri, terus kalau sudah jadi, kuenya nanti dibawa pulang
sendiri, terus nanti dibagi anggota kelompok.
Pewawancara : Oh iya bu.
Narasumber : Nah, itu betul-betul belajar dengan pengalamannya. Mereka langsung
mengalami.
Pewawancara : Kalau sekali pelatihan itu pesertanya banyak ya Bu?
Narasumber : Bogasari biasanya 40. Kalau saya yang kasih pelatihan biasanya 10 orang,
tidak selalu sih.
Pewawancara : Kalau yang di Safi Aminah berapa banyak pesertanya Bu?
Narasumber : Banyak ya kalau yang itu, karena tidak hanya dari Kampung Kue. Ada peserta
yang bayar juga.
Pewawancara : Oh jadi banyak ya Bu. Durasi pelatihannya berapa lama Bu?
Narasumber : Durasi, biasanya pagi sampai sore. Pagi jam 8 sampai jam 4 atau 5 sore. Kalau
saya biasanya ngajar 3 jam. Chef made juga 3 jam.
Pewawancara : Jadi paling lama Bogasari ya Bu? Soalnya ikut prakteknya juga ya.
Narasumber : Iya, 3 macam kue biasanya.
Pewawancara : Oh, 3 macam kue ya Bu. Lalu pelatihannya setiap bulan, atau bagaimana bu?
Narasumber : Satu tahun dua kali pelatihan.
Pewawancara : Kalau Bogasari mengajarinya resep-resep tertentu atau bagaimana Bu?
Narasumber : Biasanya kami yang minta. Kan saya menyusun program tahunan. Ini sudah
diminta ini buat tahun depan.
Pewawancara : Oh, buat 2016 ya Bu. Loh Bu, Bogasari punya jadwalnya sendiri kan Bu?
Narasumber : Ya, tapi kita diminta jadwalnya. Jadi begini, Bogasari kan punya CSR,
CSRnya kan memberikan pelatihan-pelatihan kue, siapa yang latih, bukan
Bogasarinya, tapi BMCnya Bogasari.
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Ke BMCnya kan harusnya bayar, berhubung saya melalui Bogasari CSRnya,
terus yang latih kan BMC. Tidak mau tahu bayar atau gratis, tidak mau tahu.
Pokoknya dapat pelatihan. Urusannya dengan Bogasari.
Pewawancara : Oh iya Bu. Terus, seperti yang tadi ibu bilang dibagi kedalam kelompok-
kelompok kan Bu?
Narasumber : Iya
Pewawancara : Nah, kan buat produk-produk itu, itu dinilai sama mereka Bu?
Narasumber : hmm, bukan dia yang menilai, kadang kita yang disuruh nilai.
Pewawancara : Menilai sendiri Bu?
Narasumber : Iya, mereka tanya bagaimana Bu, kadang dijawab tidak enak sama sekali,
bagaimana ini resepnya tadi. Seperti itu kadang-kadang. Kapan hari diajar
buat Pia Legong, tapi tidak jadi hasilnya.
Pewawancara : Jadi dari Bogasari tidak menilai sendiri ya Bu, minta peserta nilai sendiri
hasilnya ya Bu?
Narasumber : Iya, minta kita menilai sendiri. Seperti itu.
Pewawancara : Setelah pelatihannya selesai, Bogasari itu pernah mengunjungi lagi atau tidak
untuk melihat apakah yang diajarkan dijalankan atau tidak?
112
Narasumber : Oh iya, biasanya itu evaluasi. Ada form evaluasi yang dikirimkan ke kita.
Terus kemuadian ada sales yang datang. Kan sales-nya mampir kesini.
113
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Kadang mereka tanya gimana apa yang kemarin bisa dipraktekan tidak. Kayak
gitu.
Pewawancara : Jadi sales-nya datang ya Bu.
Narasumber : Iya, tanya-tanya, ada yang sudah dipraktekan, kesulitannya apa, beli
tepungnya dimana. Sampai ditawari tepungnya, nanti suruh pesan dan
langsung dikirim mereka.
Pewawancara : Jadi seperti itu cara mereka mengevaluasi ya Bu?
Narasumber : Iya. Tapi kita kan konsumsi tepungnya hanya sedikit jadi kalau dikirim
kadang sering kita tolak.
Pewawancara : Oh, jadi tepungnya dari Bogasari ya Bu?
Narasumber : Oh tidak. Tepungnya Bogasari tapi yang dipasarkan di toko-toko.
Pewawancara : Oh. Apakah Bogasari juga memberikan pinjaman dana Bu?
Narasumber : Oh, tidak pernah. Kita kan ada koperasi sendiri. Sampoerna, Bogasari, tidak
pernah memberikan pinjaman.
Pewawancara : Oh tidak pernah ya Bu. Jadi dananya dari koperasi sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : selanjutnya saya mau bertanya mengenai sikap Bu. Kalau hubungan antara
sesama pembuat kue Bu?
Narasumber : Baik lah, saling mengingatkan. Tapi namanya ya ada sangsi sosial, kalau dia
itu loh kuenya tidak enak, seperti itu sih ada. Ya saya saja ada yang satu orang
yang tidak pernah saya pesan kuenya, karena tidak pernah ada yang pesan.
Pewawancara : hubungannya baik ya bu jadinya. Apakah pelatihan itu mempengaruhi sikap
ibu, misalnya bu, dalam berinteraksi dengan orang, ibu cenderung mengatur
sikap ibu atau bagaimana Bu?
Narasumber : ya, kalau kita disini ya biasa saja, ya kita seperti ini orangnya ya begini, setiap
hari kita sudah ketemu disini.
Pewawancara : Kalau misalnya bertemu dengan orang baru bagaimana Bu?
Narasumber : ya sebaiknya kita bersikap sopan ya.
Pewawancara : Jadi ibu lebih berusaha mengatur sikap ya Bu?
Narasumber : iya.
Pewawancara : Kalau beda pandangan Bu, apakah ibu bisa menerima bagaimana cara
pandang orang lain dengan baik?
Narasumber : Ya, kadang ya bisa menerima, ada yang tidak. Ya namanya juga manusia,
kadang ya susah diatur. Kemarin kan naik harga Rp 1000,- saja, masih ada
yang tidak mau, tetap jual Rp 800,-. Padahal kita sudah kasih tahu, misalnya
ya kerja lama tapi tidak sehat. Ya itu kita sampaikan ke dia. Ya intinya, kritik
itu kritik sosial, yang ampuh. Contoh salah menghitung, ditegur seperti biasa
itu korupsi, langsung dia punya keinginan berubah.
Pewawancara : Kalau ibu sendiri, bisa menerima dengan baik Bu?
Narasumber : Ya saya sih menerima dengan baik. Kalau ada saran ya kita terima. Siapa yang
tidak mau diberi saran kan. Tapi tidak semua masukan dan saran itu kita
terima begitu saja. Ya kita pikirkan, kita cerna lagi.
Pewawancara : Bu Irul sendiri dalam kerja biasa melibatkan emosi tidak Bu?
Narasumber : Loh ya kadang iya, emosi. Emosinya bagaimana. Ya namanya bikin kue ya,
Almond Crispy ini butuh perlakuan khusus. Apinya dibesarkan hasilnya jelek,
kekecilan tidak jadi. Klaau kita cetak, misalnya kelamaan tidak dicetak-cetak
ya tidak jadi ini. Ya kadang ngomel, kenapa sih tidak jadi-jadi, tidak matang-
matang. Apalagi kalau sudah keburu mau diambil orangnya. Kadang pesan
100 tidak sampai 3 hari. Saya sendiri kadang, ya namanya uang sudah didepan
mata, ya berusaha. Saya kemarin sudah santai, sekarang harus ngebut. Seperti
itu kan juga susah.
Pewawancara : Wah, iya Bu. Tapi ibu sadar kan akibatnya kalau melibatkan emosi?
Narasumber : Ya, iya mbak. Kalau kerja buru-buru bisa tidak jadi almond crispynya. Kalau
buat harus sabar, telaten. Kalau tidak besarnya beda, tebalnya beda, rasanya
juga bisa beda.
Pewawancara : Jadi mempengaruhi produk ya bu?
114
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Narasumber : iya.
Pewawancara : Kalau buat Almond Crispy sendiri sekali produksi berapa banyak Bu?
Narasumber : Sekali produksi 3 resep, antara 20-27 toples.
Pewawancara : Itu per satu rasa atau semua?
Narasumber : Kalau hari ini saya pakai rasa cheese saja, besok yang lain.
Pewawancara : Ini 300 satu rasa Bu?
Narasumber : Oh ini, pesanan Donat, yang buat orang lain. Misalnya begini, dari angota
harganya Rp 1.500,-, Kotaknya ini harganya Rp 250,-, saya jual ke luar harga
Rp 2.000,-
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Itu biaya antarnya, sama bungkusin ininya. Ya artinya ini praktek-praktek adil
yang dipraktekan ke orang-orang.
Pewawancara : Buat produksi packagingnya sendiri ada kerja samanya? Atau pindah-pindah.
Narasumber : Pindah-pindah saya.
Pewawancara : Oh, Nah ibu dalam menjalankan usaha ini menetapkan tujuan ya Bu?
Narasumber : Iya, pasti ada. Diversifikasi produk, target market, berapa karyawan, berapa
omset, itu ada lah. Masalah tercapai atau tidak itu pasti ada juga.
Pewawancara : Kalau untuk mengambil keputusan, apakah ibu mampu mengambil keputusan?
Dan kalau ibu mengambil keputusan, apakah ibu mengambil keputusan sendiri
atau melibatkan orang lain Bu?
Narasumber : Dalam mengambil keputusan, saya selalu melibatkan orang lain. Ya
karyawan, mau terima karyawan baru juga diskusi dengan yang lama.
Pewawancara : Cocok atau tidaknya ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau tawar-menawar, apakah ibu bisa melakukan tawar-menawar?
Narasumber : Tawar-menawar kemana?
Pewawancara : Kalau misalnya ibu membeli barang, atau seperti tengkulang yang mengambil
barang itu Bu?
Narasumber : Oh, tidak. Ikut harga pasaran yang ada. Biasanya kalau orang pesan, kita
selalu tanya pesan berapa dan minta harga berapa.
Pewawancara : Pernah melakukan penawaran lain dari ibu sendiri?
Narasumber : Kalau itu tidak, biasanya tanya minta harga berapa, nanti dibuatkan sesuai
harganya. Paling tawar-menawarnya seperti, jangan ditaruh di plastik,
masukkan kotak.
Pewawancara : Jadi, berhubungan dengan produknya ya Bu, bukan dengan harganya.
Narasumber : Iya begitu-begitu lah.
Pewawancara : Tadi kalau pemasarannya yang lewat rekan-rekan ibu ya Bu.
Narasumber : Iya, ya banyak orang-orang yang baca dari Koran. Sampai ada orang Gresik
kulaan kesini bawa Nissan itu.
Pewawancara : Jadi kalau kulaan pagi ya Bu?
Narasumber : Iya, jam 3’an sudah datang, ngambil. Di bawa ke Gresik.
Pewawancara : Oh iya Bu. Nah untuk masalah keuangan Bu, apakah ibu bisa memisahkan
uang hasil penjualan dengan kebutuhan sehari-hari.
Narasumber : Ga bisa biasanya. Orang biasanya uangnya campur. Rumah tangga dan usaha.
Tapi sebagian besar ada yang bisa. Soalnya uang usaha itu ya uang rumah
tangga. Kecuali orang yang suaminya ada kerjaan ditempat lain. Kalau saya,
semua yang masuk adalah uang usaha. Uang usaha untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga semua, tidah hanya usaha saja. Kadang kita hitung,
ternyata penghasilan banyak, tapi tidak ada uangnya.
Pewawancara : Oh, iya. Sudah dipakai untuk usaha lagi, untuk kebutuhan sehari-hari ya?
Narasumber : Iya, untuk sudah dipakai untuk usaha lagi, untuk kebutuhan sehari-hari, untuk
makan, buat sekolah, beli baju anak-anak. Untuk ngobati kalau sakit.
Pewawancara : Kalau inovasi sendiri ibu bisa melakukan inovasi produk ibu ya? Pernah
melakukan inovasi?
Narasumber : Kalau inovasi kita lakukan. Orang-orang juga melakukan inovasi. Misalnya
adik saya itu, biasanya buat roti kukus itu, lazimnya pakai dandang. Adik saya
115
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
tidak mau pakai dandang. Dia pesan kukusan. Kukusan itu bentuknya seperti
lemari baju. Jadi dibuka, nanti rak-raknya seperti itu.
Pewawancara : pakai listrik Bu?
Narasumber : Tidak, pakai LPG. Itu kan inovasi. Terus kemudian, lebih cepat, lebih irit.
Pewawancara : Kalau produk ibu sendiri ini, Almond Crispy, sudah pernah ada inovasi tidak
Bu? Sudah langsung bermacam-macam rasa atau bagaimana Bu?
Narasumber : Awalnya dulu original sama cheese dulu. Lalu ada coklat, red velvet. Terakhir
green tea itu.
Pewawancara : Resep-resepnya dari mana Bu?
Narasumber : Resep-resepnya dari Googling, lalu dimodifikasi sendiri. Ini tidak ada resep
saya di internet.
Pewawancara : Resep ala Ibu Irul sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya, betul.
Pewawancara : Oh iya Bu, dari ibu-ibu yang sering ibu latih itu, apakah mereka akhirnya
punya keinginan untuk buka usaha tidak Bu?
Narasumber : Oh, mereka sudah buat kue semua. Rata-rata semua sudah punya usaha.
Pewawancara : Terus, kalau yang sudah punya usaha apakah mereka berkeinginan untuk
mengembangkan usaha Bu?
Narasumber : Iya, dikembangkan. Ya itu sebagai diversifikasi produk.
Pewawancara : Kalau ibu sendiri apakah ibu punya keinginan untuk mengembangkan usaha
ibu ini setelah mengikuti program-program pelatihan?
Narasumber : Oh, iya pasti. Pasti saya kembangkan. Saya tidak mau berhenti disini saja.
Harus lebih maju, jangan mau kalah sama yang muda-muda.
Pewawancara : Kalau yang mengembangkan usaha itu, semuanya butuh modal ya Bu?
Modalnya itu kembali ke Koperasi ya Bu?
Narasumber : Iya kembali ke Koperasi. Dan juga mereka biasanya punya lah sisa-sisa
usahanya.
Pewawancara : Kalau mencari modal apakah ada sumber lain selain dari Koperasi?
Narasumber : Ada juga dari Bank. Pinjam keluarga juga ada. Pinjam teman juga.
Pewawancara : Kalau yang dari penghasilan itu bu, ada tidak bu penghasilan yang bisa di
tabung?
Narasumber : Oh, ada. Banyak sekali.
Pewawancara : Jadi dari penghasilan itu ada yang ditabung.
Narasumber : Iya, ada yang ditabung. Tabungnya ada yang harian, tabung di Koperasi.
Disini juga lagi musimnya nabung di pasar.
Pewawancara : Nabung di pasar itu seperti apa Bu?
Narasumber : Nabung dipasar itu jadi tiap hari nabung, kalau ikut 1 Rp 5.000,- , kalau ikut 4
Rp 20.000,-
Pewawancara : Itu nabungnya dalam bentuk apa Bu?
Narasumber : Uang.
Pewawancara : Semacam koperasi?
Narasumber : Bukan, ya milik orang. Tapi orang-orang suka nabung dan juga minjam di
situ. Nanti tiap lebaran diambil. Saya itu biasanya sehari Rp 20.000,-. Setahun
nanti biasanya dapat Rp 4.600.000,-.
Pewawancara : Itu setiap hari Rp 20.000,- ya Bu?
Narasumber : Iya. Jadi tidak terasa. Kalau di Koperasi, kalau ada uang bayar, kalau tidak ya
tidak. Di Koperasi, 1 bulan 1 kali, Rp 20.000,-. Terus ikut arisan. Arisan saya
paling satu bulan ikut Rp 200.000,-. Terus juga selain di arisan itu, juga Bank.
Kalau Bank itu misalkan ikut asuransi pendidikan. Tapi saya tidak ikut
asuransi pendidikan, saya ikut di Danamon, tidak tau itu asuransi apa di
Danamon. Diam-diam, tanggungannya banyak juga ya.
Pewawancara : Banyak juga ya Bu.
Narasumber : Lah iya. Makanya kadang pikir kok tidak punya uang ya.
Pewawancara : Padahal sudah kemana-mana ya Bu.
Narasumber : iya. Orang-orang, kalau nabung sendiri, taruh di bantal, habis diambil. Ada
bakso lewat, dipanggil. Ya gitu-gitu
116
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara 1 (sambungan)
Pewawancara : oh begitu ya bu. Jadi ibu setelah mengikuti program prlatihan itu, mendorong
ibu mengembangkan usaha ya Bu?
Narasumber : Ya, itu sudah menjadi niat dan tekad saya sebelum mengikuti pelatihan.
Bahkan saya juga sering yang memberi pelatihan. Saya mau produk ini
dikenal dimana-mana. Saya mau orang-orang tau produk saya, ini loh almond
crispy produk unggulan yang dihasilkan oleh UMKM. UMKM juga bisa buat
produk seperti ini. Ini lh oleh-oleh khas dari Surabaya. Apalagi sebentar lagi
MEA, saya mau buat produk-produk baru yang bisa dikenalkan ke orang-
orang asing. Jadi ya namanya niat kalau ditekuni pasti bisa lah dijalankan.
Pewawancara : Jadi meski tanpa pelatihan ibu ingin mengembangkan usaha ibu ya?
Narasumber : iya.
Pewawancara : Bagaimana dengan lingkungan sekitar ibu, misalnya keluarga, apakah setelah
melihat ibu mengikuti pelatihan, mendorong ibu untuk mengembangkan usaha
juga bu?
Narasumber : Ya, suami saya sangat-sangat mendukung saya untuk bisa terus berkembang.
Membantu saya juga.
Pewawancara : Baik Bu, pertanyaan terakhir Bu. Apakah menurut ibu, kewirausahaan atau
berwirausaha itu adalah sebuah keuntungan?
Narasumber : Keuntungan. Kita bisa bebas, bisa mandiri, bisa mensejahterahkan orang lain
kalau kita sejahtera.
Pewawancara : Banyak ya keuntungan dari berwirausaha ya Bu
Narasumber : Iya, bisa mandiri, mau tidur mau kerja, mau sekolah, mau kuliah, mau ikut
pelatihan bisa. Dan kita dituntut untuk disiplin kalau usaha kita mau maju.
Bagaimana tidak disiplin, kalau ada teman-teman begini ya bantu-bantu.
Kalau hari Sabtu buka lebih awal disini, ada orang datang beli almond crispy,
ada yang pesan kue. Ya seperti itu.
Pewawancara : Jadi orang datang sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya, seorang wirausahawan.
Pewawancara : Jadi niat ibu untuk berwirausaha itu besar sekali ya Bu, sampai yang seperti
ibu katakan tadi ya Bu, berani ambil resiko.
Narasumber : Iya, saya untuk mempromosikan produk-produknya ibu-iu Kampung Kue,
berapa kali ikut pameran expo, dan berapa kali kalau saya ambil kuenya
orang, saya bayari.
Pewawancara : Jadi ibu bayar dulu ya Bu?
Narasumber : Iya, belum tentu laku, tapi kadang pernah saya setelah ikut pameran bilang
sama yang ngajak ikut pameran, kalau kue saya tidak habis, harus dibeli dan
dihabiskan sama dia. Akhirnya dia mengerahkan orang kantor untuk beli.
Pewawancara : Berarti Ibu Irul ini sangat mengisnspirasi ya Bu. Ya begitu saja Bu, sudah
banyak terjawab semua Bu. Terima kasih banyak Bu.
Narasumber : iya sama-sama.
117
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara 2
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 2
Nama : Tuti
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan
Lokasi Wawancara : Rumah Narasumber
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Senin, 19 Oktober 2015
Waktu Wawancara : 16.15 – 17.00 WIB
Suasana Wawancara : Ramai
Pewawancara : Selamat sore Bu.
Narasumber : Iya selamat sore.
Pewawancara : Ini saya mau wawancara ibu bisa ya?
Narasumber : Oh, iya. Dari mana?
Pewawancara : Saya dari Universitas Kristen Petra Bu.
Narasumber : Oh iya.
Pewawancara : Ini wawancara buat tugas akhir Bu.
Narasumber : Oh iya, tidak apa-apa.
Pewawancara : Sudah berapa lama Bu tinggal disini?
Narasumber : Sudah lama sekali.
Pewawancara : Sudah lama sekali ya Bu. Kalau boleh tahu, usianya berapa ya Bu?
Narasumber : Kelahiran tahun 1961.
Pewawancara : Sebelumnya maaf Bu, Ibu tahu program pelatihan kewirausahaan Bu?
Narasumber : Ya, tidak begitu tahu mbak. Tapi, kadang ikut pelatihan di Bogasari.ya dilatih
buat kue.
Pewawancara : Oh di Bogasari ya Bu. Jadi pelatihan kewirausahaan adalah ilmu yang
dibarengi dengan praktek, sehingga bisa berwirausaha.
Narasumber : Oh Iya-iya.
Pewawancara : Jadi ibu pernah ikut pelatihan di Bogasari ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Yang memberikan pelatihan itu siapa Bu?
Narasumber : Ya Bogasari sendiri.
Pewawancara : Dari pelatihan yang pernah ibu ikut, apa saja yang diajarkan Bu?
Narasumber : Ya, diajarkan buat kue.
Pewawancara : Itu dari Bogasari yang mengajar siapa ya Bu?
Narasumber : Ya Chefnya sendiri.
Pewawancara : Oh, chefnya sendiri ya Bu. Jadi langsung dipraktekkan ya Bu?
Narasumber : Iya, langsung dipraktekan disitu, dikasih bahan dari sana. Dikasih makan,
produk yang jadi juga dikasih kita, gratis, gak dipungut biaya. Di antar jemput
juga.
Pewawancara : lengkap ya bu fasilitasnya. Selain diajarkan untuk membuat produk seperti
bermacam-macam kue itu Bu, apa ada pemberian materi atau pengajaran
tentang kewirausahaan Bu? Seperti manajemennya diajarkan tidak Bu?
Narasumber : Ya disana kan di kasih bahan, sudah ada catatannya, nanti diawasi sambil
dilatih, hasilnya seperti ni, ini bahannya sekian sekian, kalau dijual harganya
sekian.
Pewawancara : Oh, jadi diajarkan manajemen keuangannya juga ya Bu? Khususnya buat
harga ya Bu?
Narasumber : Iya betul, diajarkan cara menentukan harganya.
Pewawancara : Sekali pelatihan berapa orang yang ikut Bu?
Narasumber : tergantung dari permintaan sana. Kadang 30 orang, 40 orang.
Pewawancara : 30 sampai 40 orang ya Bu. Yang dilatih apa dari Kampung Kue saja atau ada
dari peserta lain Bu?
Narasumber : Ya dari Kampung Kue saja. Disana nanti dibagi jadi 4-5 orang satu kelompok.
118
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara 2 (sambungan)
Pewawancara : Jadi di bagi perkelompok ya Bu. Itu pelatihannya berapa lama ya Bu?
Narasumber : Dari pagi jam 8 sampai sore sekitar jam 3 atau 4 sore, tergantung buat apa.
Pewawancara : pelatihannya ada setiap bulan atau berapa kali sebulan atau bagaimana Bu?
Narasumber : kadang 6 bulan sekali, kadang 4 bulan sekali.
Pewawancara : jadi setahun 2-3 kali ya Bu?
Narasumber : Iya, betul.
Pewawancara : Kalau sudah selesai pelatihan, kan tadi dibagi kelompok, dibagi bahan, trus
buat. Terus cara mereka melakukan penilaian gmana Bu?
Narasumber : penilaian seperti apa maksudnya?
Pewawancara : Maksudnya penilaian terhadap produknya Bu. Apakah setelah produknya jadi,
chefnya juga nyicipin ya Bu? Atau hanya didampingi saja tadi Bu?
Narasumber : Ya nggak nyicipin chefnya. Kan ada catatannya, juga didampingi waktu buat,
nanti dikasih tau langsung waktu buat kalau misalnya ada yang kurang.
Hasilnya langsung dibawa pulang buat kita.
Pewawancara : Jadi penilaiannya bagaimana Bu?
Narasumber : Ya disuruh nyicipi sendiri.
Pewawancara : Oh, gitu ya Bu. Kalau dari bogasari sendiri bu, setelah pelatihan apakah pernah
orang dari pihak bogasari datang mengunjungi untuk melihat keadaan?
Contohnya lihat apakah resep kue yang diajarkan dipakai buat dijual gitu Bu?
Narasumber : Pernah waktu puasa. Ya nggak setiap saat. Mereka juga sibuk, kita juga sibuk.
Kalau diawasi waktu buat kue juga nggak bisa, kita kan produksinya malam.
Pewawancara : Iya Bu.Betul-betul. Kampung Kue ini hidupnya malam sampai pagi ya Bu.
Narasumber : Iya, malam jam 12 bangun buat kue, nanti jam 2 sudah mulai packing, jam 3
sudah ada yang datang untuk ambil pesanan. Terus ibu-ibu disini juga sudah
mulai jualan.
Pewawancara : Wah, pagi sekali ya Bu?
Narasumber : Iya, pagi. Soalnya jualnya kue basah. Kalau sudah jam 11’an diobral kuenya.
Pewawancara : Oh, begitu ya Bu. Takut basi ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Setelah pelatihan apakah ada pelayanan yang diberikan Bogasari sendiri nggak
Bu? Seperti layanan tanya-jawab atau mungkin memberikan pinjaman dana
begitu Bu?
Narasumber : Oh iya, ada. Kalau masalah dana, kurang tahu saya, tapi disini ada simpan
pinjam dan koperasi. Jadi kalau butuh dana pasti kesana, nanti dipinjamkan.
Pewawancara : Begitu ya Bu, ada layanan simpan pinjam dan juga koperasi ya Bu. Itu punya
Kampung Kue sendiri ya Bu.
Narasumber : Iya betul.
Pewawancara : Kalau tanya jawab setelah pelatihan apakah ada Bu?
Narasumber : ya ada.
Pewawancara : Kalau hubungan ibu dengan ibu-ibu disini bagaimana bu? Hubungan dengan
yang sama-sama buat kue Bu baik sebelum ibu mengikuti pelatihan dan
sesudah mengikuti pelatihan.
Narasumber : ya baik-baik saja, ya ga ada apa-apa. Rukun-rukun saja. Ya saling membantu
juga. Kan kue yang di jual gak sama. Beda-beda semua. Saya kan Cuma buat
tahu isi, ote-ote, sama mie. Terus ada pesenan yang lain nanti saya tinggal
over. Dari sana Rp 1000,-, nanti saya jual ke orangnya Rp 1.250,- gitu.
Pewawancara : Oh, gitu ya Bu?
Narasumber : Iya, heeh. Ada yang bikin klepon, ada yang bikin pukis, ada yang bikin serabi,
ada yang bikin terang bulan, kan sendiri-sendiri.
Pewawancara : Jadi semua orang disini produknya beda-beda gak ada yang sama ya Bu?
Narasumber : Ada yang sama, Cuma kan punya pelanggannya sendiri-sendiri. Klaau apgi
disini rame jam 4 pagi sudah rame disini.
Pewawancara : Oh begitu ya Bu? Jadi ga pernah ada konflik seperti rebutan pelanggan atau apa
gitu ya bu?
Narasumber : ya ga pernah kalau rebutan pelanggan. Kan ada langganannya sendiri-sendiri.
Kuenya kan juga rata-rata beda-beda. Saya kan jual tahu isi, ote-ote dan mie.
119
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara 2 (sambungan)
Kalau ada pesanan lain ya saya oper ke ibu-ibu yang lain yang jual produk
yang diminta.
Pewawancara : Oh jadi ada pelanggan tetapnya ya Bu. Dan kalau ada pesanan yang tidak bisa
diterima diover ke penjual lain ya bu?
Narasumber : iya. Jadi kan bisa saling bantu satu sama lain. Temennya banyak.
Pewawancara : Wah, enak ya Bu kalau temannya banyak, jadi kalau ada apa-apa bisa saling
membantu ya Bu. Pernah nggak Bu terjadi perbedaan pandangan antara ibu
dengan ibu-ibu lainnya? Kalau misalnya beda gitu Bu, apakah Ibu bisa
menerima cara pandang ibu yang lain itu Bu?
Narasumber : Ya, kalau itu bisa. Ibu Irul juga sering kasih masukkan. Ya diterima dengan
baik.
Pewawancara : Oh gitu ya Bu. Kalau lagi kerja Bu, apa ibunya sering melibatkan emosi.
Misalnya Bu, ibu perasaannya lagi kacau, mengganggu pekerjaan ibu juga
nggak Bu?
Narasumber : Ya, nggak itu. Aman-aman aja. Selama ngerjain ya seneng-seneng aja, kerjanya
juga ramai-ramai. Kalau malam disini semua ramai buat kue.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Seneng-seneng aja ya Bu.
Narasumber : Iya, kan hasilnya juga bagus. Nanti kalau misalnya saya ga buat, pasti ada yang
datang dan bangunin.
Pewawancara : Wah, jadi saling mengingat satu sama lain ya Bu?
Narasumber : Iya betul, saling mengingatkan. Saling membantu.
Pewawancara : Nah ibunya ini, dalam melakukan usaha ibu ini apakah ibu mampu melakukan
perencaraan, sepertinya kedepannya usaha ibu seperti apa, terus tujuan usaha
ibu bagaimana?
Narasumber : Ya, tujuannya dulu ya bisa bantu suami, bisa bayar sekolah, bisa ngasih
tambahan buat keluarga. Sekarang sudah nggak, sudah lulus semua, sudah
kerja.
Pewawancara : Oh, sudah kerja semua ya Bu? Terus kedepannya mau seperti apa Bu?
Narasumber : Ya maunya anak-anak bisa lanjutkan usaha ini dan dikembangkan, jangan
Cuma jual ote-ote, tahu isi, dan mie. Mungkin ada yang lain, yang baru, dan
beda sama ibu disini.
Pewawancara : Wah rencananya baik sekali ya Bu. Berarti sekarang giliran anak-anak untuk
meneruskan ya Bu?
Narasumber : Iya, kan sudah tua juga, biarkan anak saya yang meneruskan. Ini anak saya juga
sudah mulai jualan kue, tapi tidak ikut Kampung Kue. Tinggalnya di daerah
Juanda sana. Nanti tiap pagi dia kesini nitip untuk saya jualkan. Ada brownis,
ada kue-kue basa juga.
Pewawancara : Oh, jadi anaknya sudah mulai meneruskan ya Bu?
Narasumber : Iya betul.
Pewawancara : kalau masalah mengambil keputusan Bu, apakah ibu bisa mengambil keputusan
dalam segala hal berhubungan dengan usaha Ibu? Misalnya ada pesenan
banyak bu, apakah ibu bisa mengambil keputusannya Bu?
Narasumber : Ya pasti bisa. Pasti pesanannya saya terima, masa dipesen tidak mau, kecuali
kalau saya tidak bisa buat itu, saya kasihkan ibu-ibu yang lain.
Pewawancara : Oh begitu ya Bu, jadi mengambil keputusannya sendiri ya Bu?
Narasumber : Iya, sendiri, kan suami saya nggak ikut-ikut buat. Kalau ada pesanan yang saya
tidak bisa buat ya saya minta rekan saya, jadi keputusannya sama rekan saya.
Kalau sana ga bisa tapi saya tidak bisa kan repot juga.
Pewawancara : Baik Bu. Kalau selama ini pemasaran produknya bagaimana Bu? Maksudnya
gimana cara ibu nawarin produk-produk ibu ini?
Narasumber : Kalau disini kan sering sekali Bu Irul masukkin TV itu.
Pewawancara : Jadi masarinnya ya lewat TV-TV itu ya Bu?
Narasumber : Iya itu. Dikirai orang kalau kesini itu sore barangnya masih ada, padahal sore
itu sudah ga ada. Pagi itu jam 6 kan sudah habis. Sudah kukut semua.
Pewawancara : Oh iya Bu. Selain dari TV ada lagi nggak Bu?
120
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara 2 (sambungan)
Narasumber : Ya apa ya. Kalau orang beli ditanya beli dimana, Oh di sana. Ya gitu aja. Ga
ada cara lain
Pewawancara : Oh, jadi dari mulut ke mulut ya Bu. Dari orang-orang ynag pernah beli ya Bu?
Narasumber : Iya betul
Pewawancara : Kalau melakukan tawar-menawar, apakah ibu bisa?
Narasumber : Maksudnya gimana?
Pewawancara : Misalnya Bu, harga tepung segini, ibu bisa nawar nggak bu, saya beli banyak
bisa dikurang nggak atau gimana Bu?
Narasumber : Ya kalau itu bisa saja, tapi harganya sudah tetap. Jadi pasti ditolak. Kalau
sudah langganan juga pasti gak mau. Kan kita kerja semua cari untung mbak.
Pewawancara : Oh iya bener Bu. Semua orang pasti ingin untung ya Bu. Apalagi kalau
untungnya besar ya Bu.
Narasumber : Iya betul. Pasti senang kalau untung. Dulu disini semua kue dijual minimal Rp
800,- tapi terus disamakan semua sama Bu Irul minimal Rp 1.000,- Ya tapi
ada yang jual lebih juga, kan tergantung pasarnya juga. Kalau dijual ke pabrik
kan kalau kemahalan gak laku.
Pewawancara : Oh iya Bu. Kalau masalah keuangan, maaf sebelumnya Bu. Itu kalau dari hasil
penjualan ini sama uang yang dipakai sehari-hari itu dipisahkan atau tidak Bu?
Narasumber : Nggak mbak. Itu ga bisa. Pokoknya uang jualan itu untuk jualan, untuk makan,
ya sudah jadi satu.
Pewawancara : Tapi masih bisa mencukupi ya Bu?
Narasumber : Oh iya, masih lebih, masih bisa nabung.
Pewawancara : Bisa nabung juga ya Bu?
Narasumber : Iya. Misalnya saya bikin 400 kan saya dapat Rp 400.000,- itu sudah ada
untungnya. bahannya untuk buat tidak sebanyak itu. Untungnya ada yang
ditabung, ya ada yang dibuat modal lagi, ada yang dibuat kebutuhan sehari-
hari juga. Misalnya saya dikasih sama suami saya segini, kan gak saya ambil
juga bisa di tabung. Jadi uang ini yang hancur, uang sendiri yang habis.
Pewawancara : Oh gitu ya Bu. Ibu kan jualan tahu isi, ote-ote, sama mie ya Bu? Selama ibu
jualan ini, pernah melakukan inovasi nggak Bu? Seperti tahu isinya, isinya
dirubah, bukan hanya mie tapi sayur-sayuran juga.
Narasumber : Oh, kalau itu belum pernah, soalnya takut cepat basi. Sebenarnya enak. Jadi
isinya Cuma mie sama wortel. Sebenarnya pingin kasih yang tahu isi, isinya
wortel yang pedas. Itu kan enak. Tapi belum pernah coba, soalnya wortelnya
mahal. Itu enak, pedes.
Pewawancara : Oh kalau mienya pernah Bu?
Narasumber : Oh dulu saya jual mie Cuma polos, tapi sekarang saya jual yang pedas juga,
malah orang senang yang pedas.
Pewawancara : Oh, gitu ya bu? Jadi lebih banyak peminat yang pedas ya Bu.
Narasumber : Iya, lebih enak.
Pewawancara : Kalau masalah modal untuk usaha ini dari mana Bu?
Narasumber : Modal saya sendiri
Pewawancara : Modal dari ibu sendiri ya Bu. Pernah gak sampe cari modal begitu Bu?
Narasumber : gak pernah sih, dulunya dari modal dari suami saya.
Pewawancara : Jadi modalnya dari suami Ibu sendiri ya.
Narasumber : Iya, betul. Kalau uangnya habis ya ada yang ditunda, misalnya beli kayak
beras, kayak gitu jan bisa ditunda kalau uangnya ga cukup.
Pewawancara : Wah, bisa ditunda juga ya Bu? Padahal itu kebutuhan pokok kan Bu?
Narasumber : Ya bukan di tunda juga sih, saya kan juga buka kios kecil gini. Ya ambilnya
dari sini, nanti kalau sudah ada uang baru dibayar.
Pewawancara : Oh, begitu ya Bu. Jadi hutang dulu ya bu sama kios sendiri. Kulaan barang
untuk buat ote-ote, tahu isi sama mie ini dimana Bu?
Narasumber : Kulaannya di pasar, beli di pasar, nanti diantar. Jadi gak bawa sendiri.
Pewawancara : Jadi diantar dari sana ya Bu?
121
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara 2 (sambungan)
Narasumber : Iya diantar, sudah langganan lama juga sih. Naikkin becak ya Rp 5000,- sampai
Rp 7.000,-. Kalau diantar kan setiap hari. Kita tinggal pesan, nanti siang
diantar sendiri.
Pewawancara : Jadi diantar siang ya Bu? Produksinya malam ya bu.
Narasumber : Iya, kalau sore gini metikin Lombok, nanti malam baru dibuat.
Pewawancara : Oh gitu ya Bu. Persiapan buat malam ya Bu, jadi malam tinggal masak.
Narasumber : Iya, betul.
Pewawancara : Setelah mengikuti program pelatihan seperti yang di Bogasari, sebelumnya itu
ibu sudah buka usaha ini atau ibu baru buka usaha setelah ikut pelatihan Bu?
Narasumber : Saya kan jualan sudah lama sekali.
Pewawancara : Oh, jadi jualan dulu ya Bu
Narasumber : Iya, jualan dulu. Dulu saya waktu puasa bikin kue kering, Cuma sudah setahun
ini gak buat kue kering, sudah capek, sekarang anak saya yang meneruskan.
Pewawancara : Oh, gitu ya Bu. Apakah setelah mengikuti pelatihan ibu ingin mengembangkan
usaha Bu?
Narasumber : Ya ada, tapi waktunya gak ada, tenaganya ya ga ada. Ganti anak saya yang
meneruskan.
Pewawancara : Oh, jadi nanti anaknya ya Bu yang mengembangkan usaha Ibu?
Narasumber : Iya, sekarang anak saya sudah mulai buat kue-kue juga, kalau pagi dititipkan
kesini, diantar ke sini.
Pewawancara : Oh iya Bu, seperti yang tadi Ibu bilang ya Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau orang disekitar sini mendukung Ibu untuk berkembang nggak Bu?
Narasumber : Ya mendukung, tapi saya sudah tidak bisa.
Pewawancara : Ibunya yang gak bisa ya Bu?
Narasumber : Iya, kalau banyak-banyak juga capek. Waktunya juga gak nutut.
Pewawancara : Baik Bu. Pertanyaan terakhir ini Bu. Menurut Ibu, apakah berwirausaha adalah
sebuah keuntungan Bu?
Narasumber : Ya, keuntungan. Untung sekali.
Pewawancara : Kenapa Bu?
Narasumber : Ya bisa jualan, selalu pegang uang, tiap hari selalu megang uang. Terus bisa
saling bantu tetangga kalau ada yang sakit, ada yang ngelahirin. Jadi kita ga
susah-susah, gak sampe minjam orang, bisa bantu suami juga, bisa sekolahin
anak. Jadi bisa tertutupi semua.
Pewawancara : Oh, gitu ya Bu. Baik Bu, terima kasih ya Bu. Terima kasih atas waktunya Bu,
terima kasih atas informasinya.
Narasumber : Oh iya sama-sama mbak.
122
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara 3
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 3
Nama : Kasiami
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan
Lokasi Wawancara : Rumah Ibu Kasiami
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Rabu, 21 Oktober 2015
Waktu Wawancara : 10.10 – 11.00 WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara : Selamat pagi Bu, maaf mengganggu.
Narasumber : Iya selamat pagi. Oh tidak mengganggu.
Pewawancara : Ini anaknya ya Bu?
Narasumber : Oh bukan, ini cucu saya. Cucu saya ada 5 yang pertama sudah SMA.
Pewawancara : Oh yang pertama sudah SMA ya Bu. Cepat ya Bu?
Narasumber : Iya, ya itu awalnya dia mau nitip ke SMP dulu
Pewawancara : Jadi karena itu baru mulai buat produk ibu ya?
Narasumber : Iya, terpautnya cuma satu bulan atau dua bulan sama produksi tortila itu
Pewawancara : Oh iya ya bu. Namanya bu Ami, nama lengkapnya mungkin
Narasumber : Bu Kasiami, terkenalnya di Kampung Kue ini Bu Harjadi, tapi kan legalitas
saya. Paggilannya Bu Ami.
Pewawancara : Kalau sekarang berapa usia Ibu?
Narasumber : 62 tahun
Pewawancara : Berarti kelahiran tahun 1953 ya Bu?
Narasumber : Iya
Pewawancara : Maaf bu, produk Ibu tadi namanya apa ya Bu?
Narasumber : keripik kulit kebab dengan merek Misscrip.
Pewawancara : Asal mula namanya bagaimana Bu? Kenapa sampai namanya Misscrip?
Narasumber : Saya sih awalnya ga pingin namanya ini. Cuma waktu itu cucu saya bilang,
masa ga ada namanya, masa bilangnya keripik kulit kebab, kok gak enak.
Terus aku bilang sama cucu saya, ya coba namanya apa yang cocok. Terus
dikasih nama misscrip.
Pewawancara : Oh, begitu ya. Baik Bu, kita mulai ya. Jadi saya mau mewawancarai seputar
pelatihan kewirausahaan. Ibu sekarang kan seorang pengusaha, apakah ibu
tahu tentang pelatihan kewirausahaan?
Narasumber : Iya pelatihan itu memberikan kita ilmu supaya kita bisa berwirausaha, bisa
berkembang, dan bisa berhubungan dengan banyak orang.
Pewawancara : Iya, benar Bu, pelatihan kewirausahaan adalah ilmu yang dibarengi dengan
praktek, jadi seperti yang ibu katakan memberikan ilmu kepada kita untuk
kemudian dipraktekan sehingga bisa berwirausaha. Sebelumnya apakah ibu
pernah ikut program-program pelatihan Bu?
Narasumber : Pelatihan itu bertahap, ya pernah sih dulu ikut di Bogasari mengenai
packaging. Terus yang masalah label ini kan juga hasil dari pelatihan. Cuma
sebelum ada pelatihan itu memang saya sudah ada, tapi belum sempurna, ada
salahnya. Setelah ada pelatihan di sempurnakan, gitu. Dulu ikut pelatihan di
Disperindag ini tentang label.
Pewawancara : Jadi di Bogasari itu juga diajari cara packaging ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Selain packaging apa diajarkan yang lain juga Bu?
Narasumber : Ada ya buat kue, cara menjual, terus cara apa ya istilahnya itu, cara mencari
keuntungan.
Pewawancara : Mencari keuntungan, maksudnya menetapkan harga gitu ya Bu?
Narasumber : Iya, jadi waktu itu saya itu murah produknya. Murah banget. Karena tenaga
saya gak saya hargai. Cuman saya belanja, ya istilahnya, biaya produksi
123
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara 3 (sambungan)
sekian, terus penjualan sekian, laba sekian. Ya sudah. Jadi tenaga saya ga saya
hargai, padahal seharusnya dihargai. Tapi untungnya dari pihak sakinah,
tempat saya titipkan produk saya, begitu saya rubah harga dari yang saya
masukan ke sakinah dan panen raya itu harga Rp 6.000,- . Dari saya waktu itu
Rp 4000,-. Saya langsung bilang sama Pak Fadil. Pak Fadil saya mau ganti
harga, katanya bole-boleh Bu. Berapa buk? Terus saya bilang dari saya Rp
5000,-. Terus kaget, masa dari Rp 4000,- jadi Rp 5000,-. Saya sudah bilang
dari tadi saya mau merubah harga bukan menaikkan harga. Karena setelah dari
pelatihan saya dapat ilmu begini-begini. Ya terserah kalau konsumennya bisa
terima ya tidak apa-apa. Tapi ya konsumen terima-terima aja.
Pewawancara : Oh, iya iya Bu. Yang memberi pelatihan itu darimana Bu? Dari Bogasari tadi
ya Bu? Apa ada yang lain Bu?
Narasumber : Ya itu tadi dari Bogasari, dari Disperindag. Jadi, kalau Disperindag itu
memfasilitasi kita, istilahnya apa ya, mempertemukan kita dengan pengusaha.
Jadi dari UKM bertemu dengan pengusaha, termasuk dari sakinah, dari apa ya,
Bonet, dari mana lagi yang produknya unik. Terus yang dari Bonet itu,
permintaannya masa berlakunya harus lebih dari 3 bulan. Katanya 4 bulan,
setelah saya mencoba untuk 3 bulan setengah, itu rasanya udah beda tapi ga
rusak, ga jamur, ga melempem, cuma rasanya yang beda, kriuknya berkurang,
gurihnya berkurang. Akhirnya saya ga berani ya 3 bulan saja.
Pewawancara : 3 bulan saja ya Bu. Kalau dari pelatihannya sendiri itu, yang latih itu siapa
Bu?
Narasumber : Maksudnya pelatihan yang mana itu?
Pewawancara : Yang dari Disperindag itu bu.
Narasumber : Oh, itu ya disperindag bekerja sama dengan Bogasari. Terus kalau pelatihan-
pelathan yang lain ya dari narasumber2, istilahnya kayak cara pemasaran.
Kayak pelatihan untuk memberikan bahan campuran untuk makanan yang
istilahnya apa, yang tidak boleh dan yang boleh, itu disperindag bekerja sama
dengan narasumber-narasumber tersebut.
Pewawancara : Oh, jadi Disperindag bekerja sama dengan Bogasari ya bu. Dari Bogasari
yang ngajar siapa Bu?
Narasumber : Kalau di Bogasari ya chefnya yang ajar.
Pewawancara : Oh, chefnya sendiri yang mengajar langsung ya. Kalau dalam pelatihannya
sendiri itu Bu, pesertanya banyak yang ikut ya Bu?
Narasumber : Ya banyak, kira-kira 40 sampai 50 orang. yang Disperindag adakan bukan kita
aja, kan banyak binaan-binaan. Ada yang atas nama binaan ada yang langsung
dari Kampung Kue, seperti bu irul dihubungi dari mana minta orang sekian.
Kadang-kadang kalau dari Disperindag, kayak kemarin itu pelatihan mengenai
HAKI di UKM Mer, itu dari apa ya dari UKM sendiri yang mengadakan.
Kalau dari Bogasari ya 25-40 orang, nanti dibagi satu kelompok jadi 5 orang.
Pewawancara : Jadi yang di Bogasari itu dibagi kelompok ya Bu?
Narasaumber : Iya, nanti masuk kelas-kelas, terus di jelaskan.
Pewawancara : Setelah itu di praktekin ya Bu?
Narasumber : Iya,kita disuruh buat kue yang diajarkan di kelas. Ada catatannya juga nanti.
Pewawancara : oh, baik Bu. Kalau penilaiannya gimana Bu?
Narasumber : penilan seperti apa maksudnya?
Pewawancara : Ya, misalanya chefnya nyoba rasanya, atau bagaimana gitu Bu?
Narasumber : oh tidak, kita disuruh coba, rasanya bagaimana, terus produknya di bawa
pulang juga.
Pewawancara : Oh iya Bu. Itu waktu pelatihannya berapa lama bu? Kayak dari pagi sampai
malam, atau gimana bu?
Narasumber : Ga tentu. Kadang-kadang mulai jam 10 sampai jam satu. Kemarin itu sampe
jam 2
Pewawancara : Oh jadi kira-kira 3-4 jam ya, Bu?
Narasumber : Iya, kalau terlalu lama nanti takutnya ga ada yang ikut.
Pewawancara : Oh iya Bu, ada kerjaan lain juga ya?
124
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara 3 (sambungan)
Narasumber : Iya, Masalahnya orang-orang disini kan produksi.
Pewawancara : Iya ya Bu. Itu sering dilakukan pelatihan Bu?
Narasumber : Iya sering. Besok itu ada pelatihan di Coklat
Pewawancara : Oh, di Dapur Coklat itu ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau di Bogasari juga 3-4 jam Bu?
Narasumber : oh, kalau di Bogasari itu ya 8-9 jam. Dari jam 8 pagi sampai kira-kira 4-5
sore.
Pewawancara : lama juga ya Bu?
Narasumber : Iya, soalnya masuk ke kelas-kelas dulu. Jadi diajar di kelas dulu, bahannya
apa saja, lalu harga jualnya berapa. Kemudian baru kita praktek.
Pewawancara : baik Bu. Lalu buk, setelah pelatihan. Orang yang memberi pelatihan pernah
mengunjungi ibu setelah pelatihan
Narasumber : Oh pernah. Melatih langsung disini, dari dapur coklat pernah, dari bogasari
pernah. Lewat bu Irul itu.
Pewawancara : Oh lewat bu Irul ya. Itu apa saja yang dilakukan saat kunjungan, Bu?
Narasumber : Ya, dilihat gitu, terus ditanya-tanya kesulitannya apa.
Pewawancara : Seperti itu ya Bu. Pelatihan yang diberikan Bogasari itu berapa kali Bu?
Misalnya 1 tahun 1 kali, atau bagaimana Bu?
Narasumber : 1 tahun kadang 2 kali, pernah juga sampai 3 kali.
Pewawancara : jadi 2-3 kali ya bu dalam 1 tahun. Selanjutnya, bagaimana hubungan ibu
dengan ibu-ibu disekitar kampong kue yang juga produksi bu?
Narasumber : Contohnya?
Pewawancara : Contohnya kalau misalnya butuh bantuan, itu saling bantu atau pernah ada
konflik seperti itu.
Narasumber : Kalau butuh bantuan, kalau saya sih belum. Tapi kalau orang-orang lain pasti.
Karena kan kalau ordernya banyak ga ngatasi otomatis ya di bagi
Pewawancara : Oh, iya Bu. Jadi hubungannya baik-baik saja ya bu?
Narasumber : Iya, baik-baik saja, akur-akur saja. Saling membantu juga.
Pewawancara : Kalau hubungan dengan pelanggan bagaimana Bu?
Narasumber : Ya, biasa saja.
Pewawancara : Jadi ibu bisa menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan ya Bu?
Narasumber : Iya, betul. Lingkungan kan juga penting buat kita. Teman itu penting.
Pewawancara : Kalau misalnya ibu bertemu dengan orang baru, misalnya pengusaha juga,
bagaimana dengan sikap ibu? APakah ibu mengatur sikap?
Narasumber : tentu kita jaga sikap, kenapa, karena kalau kita mau berkembang apalagi kita
dikasih kesempatan untuk bertemu pengusaha yang terkenal, pasti ingin
bersikap lebih baik, sehingga siapa tahu kita diajak untuk kerja sama. Penting
itu. Masa kita mau ketemu orang penting lah istilahnya, sikap kita tidak dijaga,
urakan gitu mbak
Pewawancara : Jadi ibu mengatur sikap ya bu?
Narasmber : iya.
Pewawancara : Kemudian Bu, apakah pernah terjadi konflik antara ibu dengan sesama ibu-ibu
disini karena perbedaan pendapat Bu?
Narasumber : Oh itu tidak pernah. Disini kita saling mendengar, kalau ada masukkan-
masukkan ya diterima saja. Itu juga bisa membantu usaha kita kan mbak. Jadi
tidak pernah kita konflik karena itu.
Pewawancara : Oh iya-iya Bu. Kalau kerjain produk ibu ini, emosi ibu gimana? Santai-santai,
senang atau kok banyak banget pesanan, cape butuh istirahat atau gimana bu??
Narasumber : Oh engga, santai banget. Saya kerja ini santai-santai saja. Cuma kepikiran,
kalau ada alat untuk pencampur bumbu alangkah bisa lebih cepat. Sebetulnya
ada sih, Cuma itu istilahnya 5 kg ke atas. Padahal yang saya cari itu kan 3kg
keatas. Soalnya kalau saya produksinya tidak sampai 5kg, padahal
kapasitasnya 5kg, nanti ancur semua.
Pewawancara : Oh iya ya bu. Nanti ancur semmua ya bu.
125
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara 3 (sambungan)
Narasumber : Iya, belum ada itu, tapi saya yakin suatu saat pasti bisa lah 5 kg terus. Pernah
sih ada yang pesan2 rasa masing-masing 7 kg. jadi 200 bungkus kecil. Cuma
kan jarang
Pewawancara : Oh iya bu. Nanti pasti bisa lah bu. Jadi ibu bekerja dengan emosi positif ya
Bu?
Narasumber : Iya betul. Kalau tidak seperti itu ya lebih baik tidak kerja, karena semuanya
pasti tidak beres.
Pewawancara : Nah, berhubungan dengan iusaha ibu ini, ada nggak buk tujuan untuk usaha
ibu ini? Apa ibu menetapkan tujuan dalam usaha ibu?
Narasumber : Ya pasti ada. Yang jelas itu nanti saya kan akan estafet sampai ke cucu-cucu
saya. Karena saya tau, cucu saya punya jiwa berwirausaha. Solanya pernah
ditanya watu smp saya Tanya cita2nya jadi apa? Yang pertama dia tulis pingi
jadi dosen ikut kakeknya, yang kedua jadi pengusaha. Dengan begitu jadi saya
antusias, kedepannya itu sudah kepikiran seperti apa.
Pewawancara : Sudah kepikiran ya bu tujuannya. Kalau mengambil keputusan itu, apakah ibu
mampu mengambil keputusan?
Narasumber : Ya kalau keputusan, kita berunding sama bapak dan cucu.
Pewawancara : Oh gitu ya bu. Kalau pemasaran produk bu? Bagaimana ibu memasarkan
produk ibu ini?
Narasumber : Awalnya di sekolah cucu saya. Terus diteman2 anak saya. Anak saya 2 di
pemkot ya. Teman-temannya kalau mau ke jogja solo, oleh2nya minta yang
belum ada..
Pewawancara : Oh jadi belum ada ya bu? Masih baru ya bu?
Narasumber : Sebenarnya gak juga, sebenarnya sudah ada di warung kecil-kecil, Cuma
belum ada namanua, belum beraturan.
Pewawancara : Jadi ibu melihat peluang ya bu. Mengambil kesempatan.
Narasumber : Iya, jadi segmen saya harus menengah ke atas.
Pewawancara : Kalau misalnya tawar menawar, apakah ibu bisa dan pernah melakukan tawar
menawar
Narasumber : Kalau sama konsumen secara langsung tidak, tapi kalau ke tempat penitipan
iya.
Pewawancara : Oh begitu ya bu, kalau bahan bakunya bu? Ibu pernah tawar menawar harga?
Narasumber : Kalau itu harganya sudah ditetapkan. Itu kayak percah kain. Kita tata
Pewawancara : Sebelumnya maaf ya bu, untuk masalah keuangan itu, untuk hasil penjualan
produk dengan kebutuhan sehari-hari itu apa terpisah atau gimana bu?
Narasumber : Terpisah. Karena saya rasa sudah cukup.
Pewawancara : Oh iya. Soalnya sudah diajarkan ya bu.
Narasumber : Iya, disamping itu , dari pensiunan sudah cukup.
Pewawancara : Oh, jadi ini tambahan ya bu?
Narasumber : Iya tambahan, tapi sangat menyenangkan. Responnya anak cucu, saudara
sangat mendukung.
Pewawancara : Kalau masalah inovasi, awalnya ibunya ini buat satu rasa saja atau bagaimana
bu?
Narasumber : Iya awalnya saya ini ga beraturan. Jadi saya angkat pucuk sama pucuk saya
gunting. Terus kemasan sangat sederhana karena dijual di SMP. Tapi mungkin
itu sudah apa ya. Sudah kelihatan kalau saya nantinya akan ke segmen
menengah ke atas. Karena apa? Waktu saya titipkan dulu itu harga 1500
karena anak-anak sekolah. Nah temennya cucu saya bilang ke cucu saya, kok
Cuma 1500. Mending 2000. Nah saya berpikir dari sana. Kok malah tambah
mahal. Disamping itu fasilitas dari disperindag, PIRT. Tapi cucu saya sudah
kelas 3. Jadi saya stop, saya taut terganggu nanti. Tapi saya merasa terbeban,
beban moral. Karena saya sudah difasilitasi dikasih PIRT, tapi kok tidak saya
manfaatkan. Jadi saya coba titip di warung2. Nah sentra UKM juga
memfasilitas kita tempat untuk penjualan.
126
Pewawancara : Oh, jadi begitu ya bu. Jadi awlanya ibu packagingnya biasa ya bu, terus
sekarang sudah berubah ya. Dan rasanya Cuma 1 ya bu
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara 3 (sambungan)
Narasumber : Iya betul, sekarang pakai klep packagingnya. Dulu Cuma rasa balado, terus
saya rasa kok krang, jadi saya tambah rasa lain.
Pewawancara : Oh, begitu ya bu. Jadi setelah ikut pelatihan ibu melakukan inovasi rasa ya bu.
Narasumber : Oh tidak, saya melakukan itu sebelum pelatihan, Cuma setelah pelatihan itu
membantu saya melakukan inovasi di packaging, label.
Pewawancara : Oh jadi ibu melakukan perubahan packaging setelah pelatihan ya bu. Begitu
juga label ya bu.
Narasumber : Iya, dulu labelnya sederhana sekali. Terus mengenai harga, juga dari pelatihan
sangat membantu.
Pewawancara : Jadi ibu dapat banyak hal ya bu dari pelatihan
Narasumber : Iya sangat2 membantu
Pewawancara : Oh iya buk, kedepannya ibu pasti mau mengembangkan usaha ini ya bu.
Narasumber : Oh pasti. Pasti harus dikembangkan apa lagi ke cucu-cucu
Pewawancara : Oh iya bu, kalu modalnya bagaimana bu?
Narasumber : Kalau modal dari saya sendiri. Modalnya kecil banget.
Pewawancara : Hmm iya bu. Kalau dari penghasilan. Ya melihat ibu pasti sering menabung
ya bu?
Narasumber : Ya. cuman, waktu itu masih saya belikan freezer untuk menyimpan bahan,
dulu saya tidak berani menyetok bahan ya. Karena takutnya itu cuma bertahan
5 hari kalau belm di goring. Tapi kalau di freser bisa tahan 1 bulan untuk
bahan yang belum dogoreng.
Pewawancara : Oh jadi gitu ya bu. Jadi lebih lama.
Narasumber : Iya betul lebih lama.
Pewawancara : Hmm. Jadi sebelum ikut pelatihan, ibu sudah punya usaha ya bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Setelah pelatih baru ibu mengembangkan.
Narasumber : Setelah pelatihan, menjadi seperti ini.
Pewawancara : Menjadi lebih baik gitu ya bu, kalau lingkungan ibu mendukung ya
Narasumber : Iya, sangat-sangat mendukung. Ya bapak, anak-anak- dan cucu-cucu.
Pewawancara : Nah pertanyan terakhir buk. Menurut ibu, berwirausaha itu merupaakan
sebuah keuntungan ya bu?
Narasumber : Iya benar untung
Pewawancara : Untung ya bu. Itu kenapa?
Narasumber : Ya yang pertama apa ya, kita memotivasi diri sendiri supaya kreatif, juga
memotivasi yang muda khususnya keluarga saya cucu saya untuk masa depan.
Yang kedua juga untuk mencari rutinitas yang sehat yang menguntungkan,
yang terakhir kepuasan
Pewawancara : Kepuasan ya bu, jadi di usia yang seperti ini masih bisa berkarya, masih bisa
berproduktif ya bu.
Narasumber : Iya benar, apalagi yel-yelnya lansia yang ga ta u mungkin dari bu risma ya,
“Surabaya jaya, lansia sehat semangat bergna dan berkualitas.”
Pewawancara : Wah benar-benar bu. Saya sangat setuju sama ye2nya. Melakukan sesuatu
yang berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain jga penting ya bu.
Narasumber : Iya betul.
Pewawancara : Baik buk terima kasih ya waktunya. Maaf mengganggu waktunya.
Narasumber : Iya sama-sama. Saya juga senang bisa berbgi, semoga info dari saya
membantu ya.
Pewawancara : Sangat-sangat membantu bu. Terima kasih banyak bu
Narasumber : Sama-sama
127
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 4
Nama : Sumiatun
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan (pemilik produk cheese stick)
Lokasi Wawancara : Rumah Ibu Sumiatun
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Rabu, 21 Oktober 2015
Waktu Wawancara : 11.10 - 11.55WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara : Selamat Pagi Bu.
Narasumber : Iya selamat pagi.
Pewawancara : Saya Anita Bu, saya mahasiswa Universitas Kristen Petra Bu.
Narasumber : Oh, iya.
Pewawancara : Tujuan saya kesini ingin mewawancarai Ibu terkait pelatihan kewirausahaan.
Kebetulan saya mendapatkan rekomendasi dari Ibu Irul bahwa Ibu bisa
diwawancarai dan bisa menjawab terkait topik saya Bu.
Narasumber : Oh iya, tidak apa-apa. Saya senang bisa membantu.
Pewawancara : Maaf sebelumnya bu, nama lengkap Ibu siapa ya?
Narasumber : Saya Ibu Sumiatun. Orang-orang sini manggil Bu Pri. Kalau untuk legalitas di
Disperindag ya tahunya Sumiatun.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Kalau usianya sekarang berapa ya Bu?
Narasumber : 50 tahun lebih 3 bulan
Pewawancara : Oh, lebih 3 bulan ya Bu. Berarti kelahiran tahun 1965
Narasumber : Iya betul tahun 1965
Pewawancara : Maaf sebelumnya Bu, apakah ibu tahu program pelatihan kewirausahaan itu
apa Bu?
Narasumber : Pelatihan ya memberi ilmu ke kita agar bisa berkreasi ya.
Pewawancara : Iya bu, supaya kita bisa berwirausaha, jadi tidak cuma ilmu tetapi juga ada
prakteknya.
Narasumber : Iya benar, jadi tidak cuma ilmu saja ya, tapi prakteknya juga.
Pewawancara : Iya Bu. Sebelumnya ibu pernah ikut program pelatihan kewirausahaan Bu?
Narasumber : Oh ya sering
Pewawancara : Sering ya Bu. Program pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Narasumber : Ya bikin kue itu.
Pewawancara : Hmm. Cuma bikin kue bu? Itu pelatihan yang mengadakan siapa Bu?
Narasumber : Ya, Bogasari itu. Terus ini juga saya ikut pelatihan di Malang, buat sabun cair.
Sama seperti Sunlight ini.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Itu buatnya dari apa Bu?
Narasumber : Ini dari Texafon, bahan kimia. Tapi ini ramah lingkungan. Terus ini setelah air
bekas cucian piring, dll, airnya itu bisa disiramkan ketanaman, tanamannya
tidak mati, tambah subur. Ini waktu pelatihan ini ynag diambil 1 kota
perwakilan 1 orang. Dan dari Surabaya saya.
Pewawancara : Wah, jadi ibu menjadi orang terpilih ya BU.
Narasumber : Iya, saya. Tapi saya ngajak teman saya. Bu Lastri. Tapi ibunya itu g ngasih
pelatihan ke orang-orang. Kalau saya ngasih pelatihan ke orang2, sampai ke
Jember, sampai kemana-mana. Kalau Bu lastri di buat sendiri untuk dipake
sendiri.
Pewawancara : Oh, iya-iya Bu. Kenapa ga dibuat brand sendiri bu?
Narasumber : Apa? Sabun ini? Sudah ini namanya solight.
Pewawancara : Oh, sudah dijual juga bu?
Narasumber : Sudah di jual. Ini sudah dipesan orang darimana-mana ini.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Packagingnya botol plastik ya bu?
128
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4 (sambungan)
Narasumber : Iya, kadang ada yang pesen langsung jirigen 5 liter itu. Dari tempat2 cuci
motor biasanya.
Pewawancara : Oh bisa juga ya bu pesan langsung banyak gitu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Oh, iya bu. Saya mau Tanya mengenai pelatihan yang pernah ibu ikuti bu.
Kalau dari pelatihannya itu siapa yang ngajarin bu?
Narasumber : Kalau dari Bogasari itu ya chefnya yang ajar.
Pewawancara : Chefnya sendiri ya bu.
Narasumber : Iya Chef.
Pewawancara : Kalau di Bogasari itu diajarin apa aja Bu?
Narasumber : Ya diajari buat roti, manajemennya juga.
Pewawancara : Manajemen juga ya bu. Yang melatih manajemenya itu siapa Bu?
Narasumber : Ya chefnya juga.
Pewawancara : Oh jadi chefnya itu mengajarkan semuanya?
Narasumber : Iya, jadi sebelum kita praktek, kita ke kelas dulu masuk ke kelas, mengenalkan
bahan-bahannya. Disamping itu setelah bahan-bahannya, terus kita belajar
manajemennya, kayak penetapan harganya, dan lain-lain.
Pewawancara : Oh, iya bu. Jadi lengkap ya Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau cara mengajarkannya berarti masuk ke kelas-kelas ya Bu?
Narasumber : Iya betul, terus nanti praktek di dapurnya Bogasari sendiri.
Pewawancara : Dalam sekali pelatihan itu yang ikut berapa orang Bu?
Narasumber : Kita kalau pelatihan kesana itu biasanya 20-30 orang. Pernah sih sampai 40
orang sekali.
Pewawancara : Oh, 20 sampai 40 orang ya bu. Kalau pelatihan lain selain dari Bogasari apakah
ada Bu?
Narasumber : Ya bogasari itu juga dari pemerintah, tapi kita juga menjalin mitraan dengan
Bogasari. Kalau yang dari pemerintah langsung itu ya dari Disperindag, sering
pelatihannya. Pemerintah melalui Bogasari. Kita juga di bina dari
Disperindag, Disperindag juga kasih pelatihan di Bogasari juga. Terus
bogasari memfasilitasi Kampung Kue itu ga dengan uang, maksudanya ga
dengan ikannya, beliau kasih itu kasih ke kita pelajaran pelajatan istilahnya
ngasih kailnya bukan ikannya. kan hasilnya lebih banyak kailnya, gitu. Kalau
ikannya sekali makan habis. Kalo kail kan ga abis2.
Pewawancara : Oh iya-iya bu, bener sekali, kalau kailnya jadi kita tau pokoknya ya Bu, bukan
cuma hasilnya ya. Kalau boleh tahu pelatihannya berapa lama Bu?
Narasumber : Sehari penuh dari pagi-sampai sore, kira-kira 8 sampai 9 jam’an. kadang 2
macam kue. Pernah sih samapai 2 hari, ya yang dua hari itu dari Disperindag.
Ini besok rencana pelatihan di Kenjeran ya dari Chefmade coklat. Untuk bikin
almond crispi sama coklat peralih.
Pewawancara : Oh, diajari disana? Itu juga dari Bogasari?
Narasumber : Bukan, dari Disperindag. Kalau Bogasari ya khusus kue-kue. Yang diproduksi
dari tepung.
Pewawancara : Kalau pelatihan sendiri berapa kali dilakukan? Seperti sebulan sekali, seminggu
sekali atau bagaimana Bu?
Narasumber : Kalau yang menjalin mitra dengan bogasari itu 4 bulan sekali, Kalau untuk
Disperindag hampir setiap bulan ada pelatihan. Pernah 1 bulan 2 sampai 3
kali. Semakin aktif, maksudnya binaannya sering datang waktu diundang, itu
semakin sering diundang. Kayak memperhatikan. Betul2 ingin maju gitu,
mendukung sekali. Kayak besok ini, kan kemarin sosialisasi mengenai HAKI
di UKM Mer, saya bersama Bu Ami, dan 5 orang lainnya. Terus saya bilang
gini, kan pesannan saya untuk rumah sakit itu banyak, saya mau ijin ga ikut
pelatihan, karena saya ga pernah ga ikut pelatihan. Tapi dari pihak sana bilang
ya terserah, tapi bulan depan tidak kami undang lagi. Jadi saya pikir ya sudah
saya datang saja daripada tidak diundang lagi.
Pewawancara : Wah, Jadi diwajibkan ya Bu, mau tidak mau harus ikut pelatihan ya Bu.
129
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4 (sambungan)
Narasumber : Iya, makanya meskipun repot seperti apapun saya pasti ikut. Tapi bingung ini,
soalnya jumat besok mau diambil.
Pewawancara : Wah, bingung juga ya Bu, dipesen berapa Bu?
Narasumber : 15 kg,
Pewawancara : Banyak ya Bu, belum mulai produksi sama sekali ya bu?
Narasumber : Iya, belum sama sekali, selalu ada kegiatan pelatihan. Kapan mulai prouksinya.
Tapi kalau tidak ikut, bulan depan tidak diikutkan. Kane man, kita sendiri
kalau bayar pelatihan itu mahal, 1 macam kue 450.000. Sedangkan kalau
pelatihan kita biasanya 3 sampai 4 macam kue. Kita sudah datang dapat ilmu
gratis, dapat makan, dapat transport juga.
Pewawancara : Oh, untuk pelatihannya juga disiapkan transport ya Bu?
Narasumber : Ndak, ya dapat uang jalan gtu. Kalau kita minta pelatihan sendiri, sudah bayar
biaya pelatihan sendiri, transport sendiri., kan eman, apa2 sendiri, ini sudah
dapat fasilitas. Makanya bingung ini.
Pewawancara : Oh iya ya Bu. Biayanya lebih mahal ya bu jadinya.
Narasumber : Iya,
Pewawancara : Oh ya kalau di Bogasari diajari buat kue, manajemen, dll ya bu.
Narasumber : Iya, yang dari disperindag juga.
Pewawancara : Oh, yang dari Disperindag juga diajari buat kue ya Bu.
Narasumber : Iya, dipraktekan juga. Ya sama chef2 juga.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Kalau dari praktek dan pengajarannya itu, cara mereka menilai itu
bagaimana Bu? Maksudnya harusnya seperti ini atau bagaimana?
Narasumber : Ya, didampingi. Misalnya 15 orang dijadikan 3 kelompok. Tiap kelompok ada
chefnya sendiri.
Pewawancara : Oh, jadi kalau ada kesalahan langsung diperbaiki ya bu, langsung di bilangi ya
bu?
Narasumber : Iya, betul.
Pewawancara : Kalau setelah selesai pelatihan itu mereka pernah ngunjungi ke sini tidak bu?
Narasumber : ya ada,. Kalau kita seumpama praktek di sini bisa kita telpon.
Pewawancara : Oh, jadi setelah program kita butuh, mereka masih bisa di hubugi. Kalau
masalah dana bu? Mereka pernah ngasih bantuan dana tidak bu?
Narasumber : Dana? Tidak pernah. Belum pernah ada sama sekali.
Pewawancara : Oh, jadi dana belum pernah ya Bu?
Narasumber : Iya belum pernah.
Pewawancara : Kalau hubungan, interaksi ibu dengan orang-orang sekitar bagaimana Bu
setelah mengikuti pelatihan?
Narasumber : Sebelum ikut pelatihan ya baik-baik saja, Setelah juga baik-baik saja, saling
memberi motivasi.
Pewawancara : Motivasi ya bu. Bantu-bantu juga ya bu?
Narasumber : Iya, kalau ngerumpi juga disini, maksudnya ngerumpi ya ngomong-ngomong
masalah resep kue, saya kan langganan majalah Koki, jadi orang-orang sering
kesini, liat-liat resep.
Pewawancara : Oh iya bu. Kalau misalnya ibu bertemu dengan orang baru, misalanya
ditemukan dengan pengusaha terkenal Bu, bagaimana dengan sikap ibu?
Apakah ibu cenderung mengatur sikap?
Narasumber : Oh,kalau itu saya biasa saja, hanya saya akan lebih memperhatikan bagaimana
cara berbicara yang baik dan tidak kasar, sehingga dapat memberi kesan yang
baik buat orang yang bertemu dengan kita.
Pewawancara : Begitu ya Bu. Hmm, kalau masalah cara pandang bu, misalnya Ibu
berpandangan seperti ini, orang lain yang lain, apakah ibu dapat menerima
pandangan orang lain dengan baik, contohnya masukan-masukan begitu bu?
Narasumber : Ya bisa, kita itu saling sharing. Kalau ada masukkan ya disaring, dicerna juga.
Mana yang baik.
Pewawancara : Dicerna juga ya bu, diterima tapi tetap dicerna juga ya Bu. Nah kalau dalam
produksi bu, apakah ibu melibatkan emosi dalam bekerja. Masudnya apakah
ibu sering mengeluh atau senang-senang saja melakukan produksi.
130
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4 (sambungan)
Narasumber : Ya senang-senang saja.saya kalau kerja semua membantu. Jadi disamping
pekerjaan cepat selesai karena kerjanya sama-sama dan senang-senang saja.
Kan hobi saya juga ini.
Pewawancara : Oh jadi memanfaatkan hobi menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan
ya bu.
Narasumber : Iya betul.
Pewawancara : Jadi ibu melibatkan emosi positif dalam bekerja ya Bu? Kalau emosinya
negatif bagaimana Bu? Misalnya ibu mengeluh-mengeluh saat kerja itu bu.
Narasumber : Ya nanti produksinya tidak selesai-selesai, hasilnya juga tidak enak rasanya.
Pewawancara : Oh iya Bu. Jadi mempengaruhi ke produk ibu juga ya Bu?
Narasumber : iya.
Pewawancara : Apakah ibu bisa menetapkan tujuan dan perencanaan kedepannya bu?
Maksudnya kedepannya mau seperti apa?
Narasumber : Iya bisa. Ya inginnya pemasarannya lebih luas, rasa lebih banyak.
Pewawancara : Oh iya bu, kalau dalam mengambil keputusan bagaimana Bu?
Narasumber : Kalau keputusan saya berunding dengan keluarga, Bapak dan anak-anak saya.
Sebab saya kerja juga dibantu mereka.
Pewawancara : Oh jadi dalam mengambil keputusan dirundingkan ya bu, tapi keputusan tetap
ditangan ibu ya?
Narasumber : Iya, tapi tetap dirundingkan.
Pewawancara : Iya-iya bu. Nah, kalau masalah pemasaran produk bu, selama ini bagaimana
cara ibu memasarkan produk?
Narasumber : Selama ini pemasaran melalui Disperindag. Untuk melalui televisi juga ada, di
televise arek dan SBO TV, itu sering meliput kesini. Terus MNC TV itu juga
pernah pas acara Jendela hari sabtu apa minggu itu. 3 hari liputan kesini.
Pewawancara : Oh, melalui televisi juga ya bu. Sering meliput kesini jga?
Narasumber : Kalau MNC tv sekali aja. Kalai dari arek tv, 3 kali sudahan. Tiap valentine ini
sering diliput produk coklat saya.
Pewawancara : Kalau masalah tawar menawar bu, apakah ibu bisa melakukan tawar menawar
bu?
Narasumber : Wah sejauh ini belum pernah, soalnya harganya sudah pasti.
Pewawancara : Kalau dari pembeli bu, pernah ada tawar menawar tidak bu?
Narasumber : Belum pernah,
Pewawancara : Maaf bu sebelumnya, kalau masalah keuangan, dari penghasilan penjualna
produk ibu dengan kebutuhan sehari-hari itu di gabung atau terpisah Bu?
Narasumber : Kadang di gabung, kadang di pisah. Kalau keuangan sudah menipis ya ambil
uang ini.
Pewawancara : Oh iya Bu, tapi bisa ditabung juga kan ya bu
Narasumber : Iya ada yang ditabung juga.
Pewawancara : Kalau inovasi sendiri apakah setelah pelatihan ibu melakukan inovasi?
Narasumber : Ya, kalau rasa belum dijalankan, tapi sudah direncanakan. Saya maunya stick
keju ini, dari adonan awal rasanya sudah tercampur, jadi bukan hanya
dibumbui saja.
Pewawancara : Wah iya bu, betul. Itu sepertinya masih jarang ditemui ya bu. Menarik sekali
bu.
Narasumber : Iya, iya, iya. Saya juga mau coba yang rasa green tea. Sepertinya menarik.
Soalnya dari tadi Bu Risma waktu pengarahan ngomongnya green tea, green
tea.
Pewawancara : Wah, iya Bu. Betul, belum ada bu stick rasa green tea. Menarik Bu, bisa jadi
inovasi yang menguntungkan sekali bu. Seperti almond crispi milik Bu Irul ya
Bu, ada rasa green tea nya.
Narasumber : Iya, betul. Bu irul itu orang yang hebat. Dulu orang pabrikan, ga pernah kerja
kayak gini. Terus waktu musim PHK dia nyoba resep, nyoba, nyoba, nyoba.
Akhirnya terjun kesini, memotivasi kita bersama. Saya kalau ga ada Bu Irul,
ga mungkin kayak gini sekarang, dia yang memotivasi saya terus. Awalnya ya
Cuma hobi aja, buat, saya bagikan ke tetangga, ke saudara, gitu. Terus bu irul
131
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4 (sambungan)
ngajak pelatihan, juga mengajak ngelatih orang2. Saya kalau ada pelatihan
selalu diajak Bu Irul bersama Bu Pipit. Itu kemana2, samapai jember pandaan.
Pewawancara : Hmmm, Memotivasi juga ya Bu, jadi bisa punya usaha sendiri, berkembang.
Narasumber : Iya. heem. Dulu kan saya dimotivasi, nah sekarang waktunya saya memotivasi
orang.
Pewawancara : Iya bener Bu.
Narasumber : Ini jadwalnya nanti Desember, saya ngasih pelatihan di Pacitan.
Pewawancara : Oh di pacitan ya bu, jauh juga ya bu
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Hmm. Ngomong-ngomong, usaha cheese stick ini terbentuk sebelum atau
sesudah ikut pelatihan ya Bu?
Narasumber : Oh usaha ini (cheese stick ) terbentuk setelah saya ikut pelatihan-pelatihan
bersama Bu Irul, juga dari motivasi dan dorongan dari Bu Irul juga tepatnya.
Sebelumnya saya hanya jualan es jus, kue basah, jajan anak2 kecil. Kalau
bikin kue Cuma dibagi-bagikan.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Jadi setelah pelatihan ya Bu.
Narasumber : Iya betul. Itu aja bu irul sampai ngoyo, ayo bu, ayo, ayo.
Pewawancara : Di dorong terus ya bu?
Narasumber : Iya, saya mikir masa ada orang yang mau pesen ke aku gitu. Masa sih orang
mau beli produk2 ku. Tapi bu irul ga ada henti-hentinya dorong saya.
Pewawancara : Oh iya bu. Berarti Bu Irul sangat berperan ya Bu.?
Narasumber : Iya, sangat-sangat membantu.
Pewawancara : Lalu kalau berkaitan dengan modal usaha bu? Itu dari Ibu sendiri atau
bagaimana bu? Pasti untuk memulai suatu usaha butuh modal ya Bu?
Narasumber : Iya, betul. Kita ya kalau kita selama ini ga punya modal itu kita pinjem di
koperasi.
Pewawancara : Oh pinjem di koperasi ya bu.
Narasumber : Iya, seperti gini ya, ada pendatang di Kampung Kue, orangnya itu nganggur,
yang kerja hanya suaminya. Itu kita Tanya, bu apa g mau buka usaha bu?
Kalau orangnya bilang saya ga bisa apa-apa. Kita yang bantu, kita yang latih
kita ajari, sampai bisa. Lalu ada juga yang bilang bu aku ga pumya alat, kalau
kita punya kita pinjamin, kalau tidak punya suruh pinjam koperasi.
Pewawancara : Oh gitu jadi semua dari koperasi ya bu Ibu sendiri juga dari koperasi ya bu?
Narasumber : Iya, dari koperasi juga.
Pewawancara : Oh ya bu, kalau masalah pendapatan tadi sudah ya bu, maksudnya ibu juga
menabung dari penghasilan ya bu?
Narasumber : Iya, ada yang ditabung juga.
Pewawancara : Penghasilan selain yang ditabung itu apa semuanya dipakai untuk modal lagi
bu?
Narasumber : Ya tidak semua, ada yang dibuat senang-senang.
Pewawancara : Oh jalan-jalan ya bu?
Narasumber : Iya, harus itu. Sekali-sekali. Biar g penat.
Pewawancara : Oh iya benar bu. Sekali-sekali refreshing ya bu. Berarti dari program-program
pelatihan mendorong ibu untuk memulai usaha ya Bu?
Narasumber : Iya, sangat mendorong, juga jasa bu irul juga.
Pewawancara : Juga nanti berencana mengembangkan usaha ya Bu?
Narasumber : Iya pasti, berencana untuk mengembangkan, turun ke anak sampai cucu kalau
bisa.
Pewawancara : Amin-amin Bu.
Narasumber : Amin.
Pewawancara : Pertanyaan terakhir Bu. Menurut Ibu apakah berwirausaha itu menurut ibu
adalah sebuah keuntungan?
Narasumber : Iya sangat.
Pewawancara : Untungnya kenapa bu?
Narasumber : Ya apa ya, bisa enjoy lah. Memenuhi hobi saya juga kan,ga terikat dengan
orang, kerja dirumah bisa ngawasi anak-anak, jaga cucu juga, kayaknya uang
132
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara 4 (sambungan)
itu selalu masuk terus, meskipun sedikit tapi rasanya senang. Kalau ikut orang
sebulan Cuma terima uang sekali.
Pewawancara : Wah, iya benar bu, hobi yang menghasilkan uang itu sangat menyenangkan ya
bu, apalagi kalau keluarga juga mendukung ya bu. Anak dan suami juga
mendukung.
Narasumber : Iya betul. Kalau keluarga tidak mendukung itu susah. Terus juga untuk usaha
itu harus kerja keras, niat, telaten. Awalnya saya usaha ini juga susah payah.
Pewawancara : Oh iya Bu, niat dan telaten ya Bu. Semuanya memang butuh proses ya Bu?
Narasumber : Iya, semua harus kerja keras.
Pewawancara : Wah, iya bu terima kasih, saya dapat banyak ilmu dari ibu. Kalau mau usaha
harus niat, telaten, dan kerja kelas ya.
Narasumber : Betul mbak.
Pewawancara : Baik bu, terima kasih atas waktunya, atas informasinya ya bu. Sangat-sangat
membantu.
Narasumber : Sama-sama mbak, saya juga senang membanrtu.
133
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 1
Nama : Choirul Mahpuduah
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan (pemilik Pawon Kue)
Lokasi Wawancara : Tempat produksi milik Ibu Choirul
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Sabtu, 7 November 2015
Waktu Wawancara : 09.20 - 10. WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara : Pagi ibu, maaf mengganggu Bu.
Narasumber : Oh iya, ini lagi banyak pesanan.
Pewawancara : Ibunya masih repot Bu?
Narasumber : Oh, sudah tidak.
Pewawancara : Ini bisa dimulai Bu?
Narasumber : Boleh. Ya, sampai dimana mbak?
Pewawancara : Kami kemari mau tanya, apakah Kampung Kue memiliki visi misi?
Narasumber : Visi misinya ada harusnya ya. Sebentar saya lihatkan. Visi misinya sama
seperti …..
Pewawancara : Kalau pengurusnya disini hanya 3 orang ya Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Ketua, bendahara sama sekertaris ya Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Sekertarisnya siapa ya Bu?
Narasumber : Sekertarisnya namanya Mbak Dian Okta.
Pewawancara : Kalau bendaharanya Bu Pri ya bu?
Narasumber : Bu Pri, oh iya, yang Kampung Kue ya.
Pewawancara : Iya Bu.
Narasumber : Ok. Bendaharanya Bu Pri, sekertarisnya Fitrodul Cusnia.
Pewawancara : Fitrodul Cusnia ya Bu. Kalau bendaharanya Bu Pri ya Bu.
Narasumber : Iya, namanya Sumiatun, panggilannya Bu Pri.
Pewawancara : Oh iya Bu.
Narasumber : Terus, apa lagi?
Pewawancara : Eh, ini ibu almond cripsynya ada 8 rasa ya Bu? Nah, dari 8 rasa itu yang paling
laris yang mana? Terus untuk produksinya yang paling laris lebih banyak atau
sama semua? Apa siap stok yang siap dijual begitu bu?
Narasumber : Kalau stoknya saya siapkan sama. Hari ini bikin cheese, besok ori, besoknya
lagi coklat, jadi bergilir.
Pewawancara : Oh, tapi untuk kuantitas sama?
Narasumber : Kalau untuk kuantitas lebih banyak porsinya yang cheese.
Pewawancara : Berarti cheese yang paling laris ya Bu?
Narasumber : Iya, soalnya produk awal kita itu cheese, terkenal itu ynag cheese.
Pewawancara : Kalau perbandingannya Bu, antara cheese dengan yang lainnya.
Narasumber : Perbandingannya 2 cheese, 1 yang lain.
Pewawancara : Oh 2 banding 1 ya Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Ibu untuk mengatur bahan bakunya bagaimana Bu? Maksudnya misalkan yang
dibeli dulu dipakai dulu, atau terserah ambil yang mana.
Narasumber : Ya sesuai kebutuhan belinya. Kalau belanja kita jarang simpan stok. Karena
almond crispy itu tidak butuh tepung dan gula yang banyak. Butuhnya almond
yang banyak dan keju yang banyak.
Pewawancara : Jadi almondnya tidak simpan stok?
Narasumber : Almondnya kita tidak stok. Kita bikinnya pas-pas saja.
Pewawancara : Selalu dapat ya Bu?
134
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
Narasumber : Iya selalu.
Pewawancara : Berarti ibu belanjanya setiap hari?
Narasumber : Belanja setiap hari. Enak mbak, itu juga sekalian memastikan kalau bahan yang
kita pakai itu sudah tersimpan ditoko. Ya nunut simpan lah.
Pewawancara : Kalau kualitasnya di kontrol juga ya Bu?
Narasumber : Kualitas pastilah kita kontrol. Tetapi kadang-kdang itu dapat almond yang
sedikit hancur gitu. Karena kalau almondnya hancur, justru kita rugi, butuh
almond yang lebih banyak. Kalau almond yang utuh itu, dikasih 2 potong saja
itu sudah kelihatan besar-besar.
Pewawancara : Oh, iya bu.
Narasumber : Ini laptopnya masih tidak merespon. Jadi pernah juga kita simpan disini, terus
kemudian jamuran.
Pewawancara : Oh, makanya tidak simpan stok ya Bu?
Narasumber : Iya, secara prinsip kita tidak simpan stok. Pernah kalau belanja terigu itu
karena untuk kue lain juga, untuk sosis solo kita beli sampai 1 karung. Tapi
sekarang masih sibuk dengan almond crispynya, ya kita beli sesuai kebutuhan.
Misalnya kalau terigu kita beli yang premium. Kalau satu plastik ini, habis 1
hari.
Pewawancara : Untuk almond crispy?
Narasumber : Iya, itu sehari saja sudah kalang kabut. Kadang sampai jam 7 malam belum
selesai.
Pewawancara : Oh, ini satu plastik terigu jadi berapa box?
Narasumber : Ini bisa jadi 3 resep.
Pewawancara : 1 resep bisa jadi berapa toples Bu?
Narasumber : 1 resep bisa jadi 8-9 toples. Ini butuh almond 1 kg yang Rp 250.000,-
Pewawancara : Satu hari berarti menghabiskan Rp 250.000,- untuk almond ya Bu?
Narasumber : Iya, Rp 250.000,- untuk almond, Rp 10.000,- tepung.
Pewawancara : Belum kalau green tea ya Bu?
Narasumber : Iya, tapi kalau green tea untuk pemakaiannya sedikit. Green tea kan harganya
Rp 750.000,- / kg, kita pakainya sedikit, 1 ons saja.
Pewawancara : Berarti ibunya kalau bahannya kurang itu langsung beli lagi ya Bu?
Narasumber : Iya. Seperti ini tadi, saya sudah menghafalkan tokonya buka jam berapa. Kalau
tidak buka, ada tulisan tutup yang buka toko yang mana dikasih tahu.
Pewawancara : Berarti punya langganan sendiri ya Bu?
Narasumber : Tidak punya langganan toko, cuma dia kan punya cabang dimana-mana.
Pewawancara : Ibu untuk memotivasi diri sendiri, kan ibu ini sangat bertanggung jawab sama
usahanya ibu, untuk memotivasi diri sendirinya itu bagaimana Bu? Kok bisa
tetap berkomitmen itu bagaimana Bu?
Narasumber : Kalau motivasi, punya komitmen, karena saya kan tidak kerja sendiri, ada
orang juga yang bantu. Kalau kita main-main kan orang yang kerja dengan
kita, kita permainkan. Misalnya contoh, hari Sabtu itu kan waktunya teman-
teman dapat gaji, karena jumatnya saya malas atau banyak kegiatan, ya
terpaksa tidak ke Bank. Akhirnya, satu ya tidak bayaran. Salah satu motivasi
ya karena ada orang lain dibelakang saya. Yang kedua, paling tidak ini kan
juga sering, saya kan sering bergaul juga dengan sesama teman yang punya
usaha, gitu ya. Paling tidak, dia saja bisa kenapa saya tidak, dia saja yang
muda, yang sukses kenapa saya tidak bisa. Akhirnya itu juga memotivasi.
Terus lagi, selain itu kan saya punya keluarga. Paling tidak nanti anak saya
dihidupi seperti apa begitu kan. Kalau yang muda-muda mungkin taglinenya
kalau lagi malas kerja, ingat biaya resepsi, rumah dan mobil. Makanya jangan
malas kerja. Itu taglinenya harus begitu kan.
Pewawancara : Wah.. iya Bu.
Narasumber : Nah semacam itu juga, kalau saya kana da anak, ada suami. Yak an. Jadi
bagaimana kita juga bekerja sama didalam keluarga. Ya itu yang memotivasi.
Terus lagi, kalau saya sebenarnya kerja apa saja bisa, bukan hanya di bidang
135
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
ini saja. Kalau saya sih misalnya kuenya sepi, ada kegiatan yang lain juga,
bisa kerja yang lain. Ikut penelitian, kayak gitu-gitu.
Pewawancara : memberi pelatihan juga ya Bu?
Narasumber : Pelatihan juga. Tapi minimal itu yang memotivasi. Lingkungan memotivasi,
pergaulan memotivasi. Terus apalagi mbak?
Pewawancara : Ibu bagaiman caranya membuat produk ibu berbeda dengan yang lain?
Narasumber : Kalau membuat produknya itu berbeda dengan yang lain itu, satu, kita harus
mengenali sebenarnya produk-produk di luar itu seperti apa sih, paling tidak
saya juga harus mengenali produk saya, itu yang pertama. Kemudian, saya
juga mengenali produk diluar seperti apa. Setelah saya mengenal produk yang
diluar seperti apa, kemudian dibandingkan dengan produk kita seperti apa.
Nah untuk membandingkan dengan produk kita, ini mulai kita menggunakan
faktor-faktor eksternal. Misalnya ketika saya mulai produksi dulu ya, anak-
anak Petra ketika kesini, saya selalu memberikan food tester ke mereka,
sampai ke dosennya. Ketika ada kegiatan outdoor learning ya, kuliahnya
dipindah ke sini, nah itu saya mencoba memanfaatkan faktor eksternal. Terus
lagi, untuk pentingnya juga untuk mengembangkan ptoduk, ketika kita
menemukan kelemahan kita dimana, terus menerima masukkan-masukkan
dari teman-teman seperti apa. Lah terus saya mencoba. Bahkan awal-awal
almond crispy itu ada, dari segi cetakan, bahan baku, semua, sudah berkali-
kali saya pernah coba. Contohnya, di Youtube itu bilang kalau almond crispy
itu resepnya begini-begini. Nah saya coba, strategi untuk cetaknya saya coba.
Begitu juga dari segi bahan bakunya. Jadi berbeda total dengan yang ada.
Pewawancara : Beda sama yang lain ya Bu?
Narasumber : Iya beda.
Pewawancara : Takarannya juga beda ya Bu?
Narasumber : Iya, takarannya juga beda. Semua di rombak.
Pewawancara : Jadi punya resep sendiri ya Bu?
Narasumber : Punya resep sendiri.
Pewawancara : itu yang jadi ciri-ciri khas ya Bu?
Narasumber : Di rombak semuanya. Itu punya ciri khas sendiri, tapi tetap saya tidak pelit
resep. Ketika ada teman-teman minta pelatihan, seperti di Mojokerto, di UIN
Sunan Ampel juga. Artinya apa, saya tidak pelit resep, tetapi, saya kemudian
termotivasi untuk lebih meningkatkan produk saya lagi. Karena produk yang
ini sudah diajarkan, sudah ada yang contoh. Kalau ada yang contoh, kita bisa
jawab ini loh sudah beda dari yang ada.
Pewawancara : Jadi ibu tidak takut tersaingi ya Bu?
Narasumber : Oh tidak. Karena dulu Kampung Kue, kita bangun juga dengan prinsip itu.
Tidak ada takut tersaingi, ayo belajar bikin kue, nanti kerja dengan saya. Tapi
karena saya tidak ada ketakutan disaingi, jadi saya mengajak latihan bikin kue,
terus nanti punyalah usaha sendiri-sendiri. Gitu.
Pewawancara : Dulu ibu tahun 1996 itu kuliah ya Bu?
Narasumber : Iya kuliah.
Pewawancara : Kalau boleh tahu, ibu kuliah jurusan apa Bu?
Narasumber : Fakultas hukum.
Pewawancara : Oh, fakultas hukum ya Bu. Jauh ya bu sama usahanya sekarang. Apa dulu ibu
pernah dapat pendidikan kewirausahaan?
Narasumber : Kalau pendidikan kewirausahaan harusnya pernah ya, mungkin saya lupa dari
mana. Sering pelatihan apa, bikin kue, terus diajar ngitung-ngitungnya. Itu kan
bagian terkecil dari kewirausahaan. Pengelolaannya seperti apa, beli bahannya
dimana, dijual berapa. Itu kan juga bagian dari kewirausahaannya. Dan saya
sendiri juga mulai memberi materi-materi seperti itu kepada temna-teman
yang lain.
Pewawancara : Tadi ibu kan kuliah di fakultas hukum ya Bu, motivasi ibu kenapa tiba-tiba
kerja dibidang ini Bu?
136
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
Narasumber : Saya dulu kan kerja di pabrik ya, kemudian sampai ada tuntutan itu.
Mengajukan tuntutan upah dan lain sebagainya. Terus kemudian tahun 1993
dipecat, tidak bekerja lagi di pabrik. Terus tahun 1994 mengajukan gugatan ke
pengadilan terhadap kasus PHK yang melawan hukum. Terus kemudian tahun
1996 kuliah. Nah disela-sela belum kuliah dan belum mengajukan gugatan itu
juga memberi penyuluhan keteman-teman, pendampingan, membuatkan
mereka gugatan ke pengadilan juga.
Pewawancara : Itu sebelum kuliah ya Bu?
Narasumber : iya. Saya kan belajarnya dari orang-orang juga, dan teman-teman saya
belajarnya ke saya. Akhirnya tahun 1996 itu teman-teman suruh saya kuliah
saja, supay ananti punya legalitas. Terus akhirnya saya termotivasi kuliah,
walaupun sebenarnya untuk apa sih kuliah. Tahun 2000 saya skripsi selesai,
lulus. Baru tahun 2003 saya wisuda. Terus paling tidak selama kerja di pabrik,
selama kuliah, motivasinya ya tetap, bagaimana karena wilayah kerjanya
bersentuhan dengan teman-teman pabrik ya apa yang bisa saya lakukan yaitu
memberikan penyuluhan-penyuluhan hukum, mendampingi mereka kemana-
mana, mendirikan perpustakaan untuk buruh-buruh pabrik. Nah hal yang
sama, saya duplikasikan ketika saya sudah tidak diterima di pabrik lagi, tapi
kemudian saya menikah, suami saya di PHK, kemudian uang pesangonnya
dibelikan tempat di pedagang kaki lima, terus kemudian disitu diaplikasikan
mengorganisir di pedagang kaki lima. Kemudian masuk di Kampung Kue.
Terus akhirnya diaplikasikan lagi di Kampung Kue,mengorganisir ibu-ibu
yang ada di Kampung. Desainnya seperti apa, oh ternya munculnya Kampung
Kue. Ada potensi yang bisa dikembangkan, Ya artinya sebenarnya bukan kita
fakultasnya ada di hukum, bukan di masaknya, tetapi bagaimana ada
keinginan untuk memberi manfaat yang lebih teradap masyarakat sekita kita.
Intinya itu. Bisa saja nanti selepas dari sini, saya pulang ke desa, menjadi
petani. Bisa saja saya memampukan masyarakat di desa yang sebagian besar
adalah petani. Tapi desainnya saja yang beda, mungkin petani organic, siapa
tahu. Beralihnya kemudian ke tanaman-tanaman, sayuran organik, padi
organik. Tetapi poin terpentingnya adalah bagaimana mengorganisir petani
untuk menjadi lebih kuat, posisi tawarnya juga menjadi kuat, kesejahteraannya
juga lebih baik. Kan begitu. Intinya disitu.
Pewawancara : Jadi lebih kepada bagaimana keinginan untuk memberi manfaat yang lebih
terhadap masyarakat sekitar ya Bu. Kalau Pawon Kue sendiri, yang almond
crispy ini idenya dari mana Bu?
Narasumber : Nah, kalau ide pawon kue itu begini, artinya itu kan strategi. Kita bisa
ngomong dengan enak, ketika kita aktif melakukan itu. Coba diperiksa ketika
kita bicara live in. Live in itu artinya bagaimana kita tinggal bersama mereka,
melakukan kegiatan-kegiatan mereka, sehingga kita dengan mudah mengenali
siapa dia, potensinya ada dimana, kelemahan dia ada dimana, apa yang bisa
kita kembangkan. Itu yang pertama. Selain itu juga ya karena yang mungkin
bisa saya lakukan disitu. Kalau sehari-hari ya saya juga untung, teman-teman
lain juga punya keuntungan. Sebagi sumber penghasilan juga. Artinya saya
mengajarkan ke orang-orang, ya kalau semua sudah ada lemper, jangan bikin
lemper lah. Kalau semua orang bikin cobalah saya punya produk
unggulannya.
Pewawancara : Jadi ibu memilih almond crispy ya Bu?
Narasumber : Iya. Jadi bisa menunjukan bahwa ini berbeda dari yang mereka buat.
Pewawancara : Loh untuk Kampung Kuenya sendiri berdiri tahun berapa Bu?
Narasumber : Tahun 2005. Tahun 2010 baru kita deklarasikan adanya Kampung Kue.
Pewawancara : Dari Bu Risma itu ya Bu?
Narasumber : Bukan, bukan.
Pewawancara : Jadi ibu mengajukan sendiri?
Narasumber : Sendiri tahun 2005. Tidak ada pendaaan dari tahun 2005 sampai sekarang.
137
Pewawancara : Bu Risma baru tahu sejak tahun berapa Bu?
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
Narasumber : Tahun 2011’an baru tahu kalau ada Kampung Kue. Tahun 2014 dapat
penghargaan yang second choice of home industry untuk produk almond
crispy.
Pewawancara : Ibu pernah merasa takut gagal tidak Bu?
Narasumber : Takut gagal, semua orang pasti takut gagal. Takut menghadapi kegagalan. Tapi
kalau kita bilang kegagalan itu kita maknai sebagai bagian dari proses, nanti
kita tidak akan takut. Karena apa, proses itu harus kita hargai, karena dari situ
kita akan belajar. Mungkin saya tipikalnya bukan pada takut gagal, tapi saya
orang yang selalu mencoba. Almond crispy saja kalau saya menyerah sudah
tidak jadi almond crispy, mungkin tidak akan ada almond crispy. Saya
bereksperimen sudah berapa kali, berapa uang yang saya buang di usaha
pawon kue. Saya mencoba buka misalnya di carefour, di alfamart. Berapa
uang yang saya buang untuk ambil kontrak. Tetapi ya mencoba, eksperimen,
dan dengan ecpat mengambil keputusan. Sampai-sampai ya kalau orang bilang
coba lah 3-4 bulan, saya bilang tidak lah kalau satu bulan saja sudah tidak
menghasilkan apa-apa, saya cepat mengambil langkah seribu. Kayak gitu.
Karena orang yang takut kegagalan, tidak akan pernah merasakan kesuksesan. Tapi orang yang
gagal, nanti suatu saat dia akan merasakan, oh sukses itu seperti ini. Karena
orang yang takut gagal tidak akan berani mencoba.
Pewawancara : Kalau dulunya pawon kue ini pernah jatuh Bu?
Narasumber : Iya, kalau jatuh sih, sehari-hari jatuh bangun kita rasakan. Kita merasakan. Tapi
bagaimana kita menggunakan promosi sebagai alat untuk mengkomunikasikan
produk kita dengan mayarakat, dengan konsumen, ya dari facebook.
Pewawancara : Sosial media ya Bu?
Narasumber : Iya sosial media, dari grup BBM, atau apa. Yang nyantol berapa. Yang penting
saya kasih iklan di Bukalapak.com, seperti itu kan. Saya iklan di OLX. Masalh
kemudian tidak ada orang yang telfon, tidak ada orang yang order, minimal
ada nama Pawon Kue pernah dilihat 340 orang misalnya.
Pewawancara : Pernah dilihat?
Narasumber : Iya pernah dilihat.
Pewawancara : Itu saja sudah cupuk ya Bu?
Narasumber : Iya, artinya dipikiran orang-orang, tidak tau yang mana, pernah melihat iklan di
OLX, di Bukalapak. Begitu.
Pewawancara : Oh, itu tadi ya bu. Tadi ibu kan katakanlah rugi karena sewa stand, itu kan buat
jatuh almond crispynya kan Bu? Nah, apa yang membuat itu sekarang bisa
bangkit lagi?
Narasumber : Ya kalau saya begini, itu harus kita imbangi, kita kembalikan dengan promosi.
Saya kalau buat kartu nama, tidak pernah 100 saja. Dulu hanya 100, sekarang
sampai 500, selain harganya murah. Itu juga memberi kesempatan untuk
mempromosikan produk kita. Bahkan pernah saya ada pesanan sampai 600
kotak, masing-masing kotak itu saya stempel Pawon Kue, it uterus saya sertai
dengan kartu nama. Satu-satu itu saya masukkan kartu nama. Terus kemudian
uang darimana, ya kalau ada uang kita pakai, tidak pernah misalnya saya hari
ini punya keuntungan sekian itu betul-betul saya simpan, tidak bisa.
Pewawancara : Jadi uangnya diputar terus ya Bu?
Narasumber : Iya, belum waktunya menurut saya, saya menikmati hasil kerja keras saya itu.
Belum waktunya nongkrong dimana, tidur dihotel, belum waktunya.
Pewawancara : Jadi dibuat modal lagi ya Bu?
Narasumber : Iya, selalu saya, selalu. Untuk beli cetakan, packaging, gitu-gitu. Beli spanduk
dan lian-lain.
Pewawancara : Muter terus ya Bu uangnya?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Tapi ada yang ditabung juga kan Bu?
138
Narasumber : Iya ada. Pasti ada. Apalagi ini nanti untuk mensiasati ketika harga barang naik,
kayak gitu kan. Ya artinya, kita malu lah, masa sih bayar tagihan apa tidak
bisa, bayar hutang tidak bisa kan.
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
Pewawancara : Oh iya-iya. Lalu, untuk visi-misi Kampung Kue tadi Bu?
Narasumber : Ini masih belum bisa dibuka. Seingat saya saja ya.
Pewawancara : Iya Bu.
Narasumber : Visinya itu adanya masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sejahtera itu
ukurannya secara ekonomi, semua orang punya usaha. Berkeadilan artinya
mereka dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan. Kamu mau bikin kue
apa, ya kita putuskan, dimana tempatnya, mau jual dimana, seperti itu. Itu
bagian dari pengambilan keputusan. Misalnya juga, bagaimana mereka kita
dorong dilibatkan dalam pengambilan keputusan, terlibat dalam pemilihan RT,
itu bagian dari pengambilan keputusan. Terus, bisa mengakses program-
programnya pemerintah misalnya. Dulu misalnya begini, disini kan sebagian
besar pendatang, sehingga mereka tidak bisa dilibatkan dalam setiap kegiatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya pelatihan-pelatihan, karena
KTP mereka bukan KTP Surabaya. Tetapi dengan adanya Kampung Kue,
kemudian, Bank itu bisa masuk kesini, kemudian ibu-ibu itu bisa dikasih
kesempatan untuk mengakses pendanaan dari Bank. Karena apa, tibatiba Bank
Jatim datang, minta diantar ke ibu-ibu yang bikin kue. Kemudian setelah di
survey oleh Bank, satu minggu kemudian saya dipanggil untuk tanda tangan
kontrak 40 juta. Nah, seperti itu. Mereka tidak tanya, Bu mereka KTP
Surabaya atau mana. Yang dipandang oleh mereka adalah ini Kampung Kue,
ini ada Bu Irul pengurusnya, bendaharanya siapa, sekertarisnya siapa jelas.
Artinya, kita memberi bahwa kebijakan juga bisa diakses oleh mereka, itu
bagian dari pengambilan keputusan.
Pewawancara : Kalau misinya Bu?
Narasumber : kalau misinya itu menerapkan kepemimpinan yang kolektif, kepemimpinan
yang adil, demokratis. Terus kemudian, membuat kelompok-kelompok. Ini
kan cerita Kampung Kue ini tidak hanya disini, dimana-mana.
Pewawancara : Jadi Kampung Kue ini menjadi panutan buat yang lain ya Bu?
Narasumber : Iya. Jadi begini, tahun 2005 kita mendirikan namanya serikat perempuan
pekerja rumahan. Contoh konkrit pengorganisasian yang kita lakukan adalah
terbentuknya Kampung Kue, untuk kelompok perempuan pekerja rumahan
yang mandiri. Disisi lain, ada kelompok pekerja rumahan putting out system
yang mengambil pekerjaan dari pabrik-pabrik, yang jahit, bikin wig rambut,
kemudian disetorkan kembali ke pabrik. Karena mereka itu memang teman-
teman yang kadang-kadang hari ini putting out system, kadang-kadang sebagai
pekerja mandiri, besok kalau ada kesempatan kerja di pabrik lagi, masuk
dipabrik lagi. Seperti begitu. Terus lagi, yang kedua itu, misi itu kan
bagaimana straegi yang dilakukan untuk mewujudkan visi tadi.
Pewawancara : Iya.
Narasumber : selain itu, yang kedua ya, misinya adalah memfasilitasi terbentuknya
kelompok-kelompok pekerja rumahaan di komunitas-komunitas. Sebetulnya
Kampung Kue ini kelompok pekerja rumahan. Jadi kelompok-kelompok di
dalam komunitas-komunitas. Misalnya kemarin kita rumuskan, tetapi belum
terwujud, itu adalah kampung gado-gado di Kebun Sari. Karena memang
kalau kita bilang kelompok serikat pekerja rumahan itu kan tidak hanya di
Kampung Kue. Kampung Kue itu hanya contoh suksesnya pekerja-pekerja
yang dilakukan di SP Pri.
Pewawancara : Jadi tadi misinya ada 2 ya Bu. Pertama, menerapkan kepemimpinan yang
kolektif, adil, dan demokratis, lalu yang kedua itu memfasilitasi terbentuknya
kelompok-kelompok pekerja rumahan di komunitas.
Narasumber : Terus yang ketiga adalah melipatgandakan strategi akumulasi modal sosial.
Jadi jangan dimaknai bahwa modal itu hanya kapital, hanya uang. Ya, bahwa
kemudian ada gotong-royong, kemudian ada sifat keterbukaan didalam
139
masyarakat, itu juga modal sosial yang harus kita kembangkan. Misalnya
contohnya begini, Kampung Kue, ketika kita bilang modalnya itu hanya
kapital, tidak akanterwujud yang namanya Kampung Kue. Tapi karena
140
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara 5 (sambungan)
modalnya itu nekat, kerja sama sesama orang di Kampung Kue, makanya
terwujud yang namanya Kampung Kue. Nah itu modal sosial mbak. Itu yang
sekarang sudah luntur dimana-mana. Dan strategi itu, pelipatgandaan
akumulasi modal sosial, itu kita jadikan misi. Karena dulu ketika saya
misalnya urunan Rp 50.000,- dengan 3 ibu disini, begitu tertib yang didulukan
yang pinjam duluan, yang pinjam di koperasi dulu. Akhirnya kan terwujud,
karena yang butuh dulu, bukan yang kuat, banter-banteran ngomong. Ya, tapi
kebiasaan-kebiasaan itu, gotong royong, toleransi, itu yang kita kedepankan.
Pewawancara : Jadi tidak fokus ke uangnya saja ya Bu?
Narasumber : Iya, modal sosial itu. Sekarang begini, saya pernah diberi kesempatan belajar
ke India. Tahu tidak, bagaimana filosofi gandi itu sangat mempengaruhi
kehidupan orang-orang d India. Kamu bikin bajumu ini, paling tidak pakailah
produk bajumu itu. Nah kalau kita kan tidak. Orang bikin tas, tapi yang
dipakai itu tas dari Elizabeth, yak an. Itu, bangga dengan produk-produk yang
ini. Tapi bagaimana nanti coba kamu akan merasakan. Ketika kamu punya
komunitas, kalau bisa pake produk saya dong, itu yang perlu kita
kembangkan.
Pewawancara : Baik bu, jadi visinya tadi adanya masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan
dengan penjelasn ibu tadi. Dan misinya ada 3 ya Bu, yaitu yang pertama
menerapkan kepemimpinan yang kolektif, adil, demokratis, yang kedua itu
memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok pekerja rumahan di
komunitas, dan yang terakhir itu adalah melipatgandakan strategi akumulasi
modal sosial.
Narasumber : iya benar.
Pewawancara : Baik Bu, terima kasih atas waktu dan informasinya ya Bu.
Narasumber : Oh, sudah.
Pewawancara : Iya Bu, terimakasih Bu.
Narasumber : Iya, sama-sama. Setelah ini bertemu dengan ibu yang lain ya?
Pewawancara : Itu nanti saya hari Senin Bu, soalnya masih ada kegiatan.
Narasumber : Oh iya, ada pengajian di Ibu Ami ya.
Pewawancara : Iya bu. Baik Bu, terima kasih ya Bu. Sudah mendapatkan banyak informasi.
Narasumber : sama-sama.
141
Lampiran 8 : Transkrip Wawancara 6
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 3
Nama : Kasiami
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan
Lokasi Wawancara : Rumah Ibu Kasiami
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Senin, 23 November 2015
Waktu Wawancara : 07.30 – 08.30 WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara: ibu sudah ikut berapa pelatihan selama tahun ini, mulai dari bulan Januari?
Narasumber : sekitar 5 pelatihan
Pewawancara : pelatihan apa yang ibu ikuti?
Narasumber : yang terdekat ini sepeerti pelatihan brownies, pelatihan dari Chefmade
Pewawancara : itu yang mengadakan dari pemerintah atau?
Narasumber : dari disperindag bekerjasama dengan Chefmade, pelatihan yang baru ini pie
brownies jadi perpaduan pie dan brownies, termasuk almond crispy. Kalau dari
bogasari itu puding art, keripik dari umbi-umbian, roti boy... itu yang saya ingat
Pewawancara : pelatihan selain dari bogasari/Chefmade apa ada lagi, mungkin dari sentra-sentra
UKM gitu?
Narasumber : kalau pelatihan seperti pemasaran banyak
Pewawancara : siapa saja yang memberi pelatihan
Narasumber : ya dari disperindag, tapi narasumbernya banyak. Ada dari Dosen Ciputra
mengenai segi pemasaran, seperti cara kita menerima konsumen seperti mnyapa
dan postur tubuh, cara untuk hak merk. Itu nanti yang mengurus dari pihak
disperindag tapi kita dapat pelatihan.
Pewawancara : kalau dari kampung kue, seperti Ibu Irul apa memberi pelatihan?
Narasumber : pernah, baru-baru ini membuat wingko dari jengkkol
Pewawancara : yang dilatih dari Ibu Irul itu apa ada pelatihan pemasaran, keuangan
Narasumber : kalau dari Ibu Irul itu memperkenalkan produk kita kepada konsumen, jadi Ibu
Irul mengundang orang (konsumen) utk masuk ke kampung kue agar tahu
produk2 kami. Mungkin kedepannya lebih banyak
Pewawancara : dari masing2 program itu apakah ibu tahu apa tujuannya? Apakah ada selain
mengajar membuat produk apa ada hal lain yang diajarkan oleh bogasari?
Narasumber : ada, diajarkan packaging, cara membuat logo/merk
Pewawancara : kalau Chefmade apa tujuan?nya
Narasumber : melatih ibu2 untuk membuat produk baru supaya bukan cuma itu-itu saja yang
kami buat, selama ini sasaran hanya ekonomi menengah kebawah nanti kedepan
sasarannya menengah ke atas. Tapi ini masih proses
Pewawancara : kalau dari bogasari mengajarkan membuat berbagai macam kue ya Bu?.
Narasumber : Iya. Tapi selama ini kami masih mengejar yang laku dulu karena ibu2 masih
takut untuk beralih ke yang lain
Pewawancara : bogasari mengajarkan packaging, penetapan harga. Bogasari memberi
pengetahuan yang lebih
Narasumber : Disperindag bekerja sama dengan bogasari, Chefmade juga
Pewawancara : jadi mereka memberi pengetahuan dan praktek2nya diluar seperti apa begitu ya
bu
Narasumber : iya, disperindag itu bekerjama dengan bogasari dan Chefmade, mereka
(disperindag) mendatangkan narasumber
Pewawancara : untuk peserta, siapa saja bu? Semua orang atau khusus?
Narasumber : untuk sementara ini dibatasi. Kalau dulu dari bogasari boleh siapa saja, sebanyak-
banyaknya. Kalau dari disperindag dibatasi karena UKMnya bukan dari kita, tapi
binaan dari disperindag itu untuk sementara ini 10 orang dibina bergantian, ini
142
Lampiran 8 : Transkrip Wawancara 6 (sambungan)
juga gabungan dari UKM penjaringan, UKM Tandes, lupa saya sepertinya 4. Jadi
dibatasi kadang satu UKM itu 5 orang atau berapa...
Pewawancara :jadi 5-10 orang itu setiap ada pelatihan pasti dipanggil ya bu?
Narasumber : ya dan tidak mesti bisa, karena kadang pas hari pelatihan ada pesanan, jadi tidak
enak menolak konsumen
Pewawancara : kalau yang dibina disperindag apa ada kriteria khususnya gak bu? Contohnya
sudah punya usaha atau semua orang
Narasumber : binaan atau pendampingan dari diseperindag itu kan UKM, jadi semua sudah
punya usaha. Dan dari sini mayoritas sudah punya usaha.
Pewawancara : dari 10 orang itu apakah ada orang lain boleh ikut
Narasumber : tidak boleh karena itu sudah terdaftar di diseperindag
Pewawancara : kalau yg dari bogasari itu semua orang boleh ikut?
Narasumber : dulu boleh, sekarang sepertinya tidak boleh. Saya tidak bisa menjawab karena
untuk tahun ini saya tidak ikut karena ada keperluan ke Pasuruan. Kalau dulu
bebas kadang dijemput pakai bus
Pewawancara : itu tidak dipilih dari bu Irul? Bu Irul memilih siapa yang mau ikut begitu?
Narasumber : tidak , siapa saja yang mau ikut boleh
Pewawancara : kalau dari bogasari pernahkah meminta bu irul untuk mengajar disitu? Atau hanya
dari pihak bogasari saja yg mengajar?
Narasumber : kayaknya tidak pernah, tapi kalau dari kampung kue sendiri bu Irul selaku ketua
kampung kue sering memberikan pelatihan keluar, yang jelas penutupan
lokalisasi itu kan dialihkan ke usaha lain kan, bu Irul melatih disana, mungkin
permintaan pemkot karena bu Irul kan berhubungan dengan pemkot
Pewawancara : untuk ikut pelatihan itu apa harus melalui pendaftaran?
Narasumber : tidak, tapi kalau dari disperindag harus mendaftar. Jadi bisa ikut, kalau mendadak
tidak bisa maka harus mencari pengganti, dan penggantinya juga harus anggota
binaan itu sendiri. Jadi disperindag yang menghubungi kita untuk pelatihan.
Pewawancara : kalau misalnya, besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemberi pelatihan utk
masing-masing pelatihan? Kalau dari disperindag dananya apa dari pemerintah
atau mengambil dari koperasi atau peserta
Narasumber : tidak tahu, yang jelas pelatihannya kita gratis
Pewawancara : bogasari yang memberi pelatihan adalah chef-nya langsung, apa ada kriteria
seperti chef-nya harus berpengalaman atau berpendidikan tinggi
Narasumber : gak tahu, yang jelas sudah berpengalaman
Pewawancara : cara mengajarnya itu ibu bilang kalau pelatihan masuk ke kelas-kelas terus
diajarkan tentang penetapan harga dll.
Narasumber : di ruangan pertemuan, semua langsung disitu
Pewawancara : jadi tatap muka langsung
Narasumber : iya tatap muka langsung, nanti ada sesi tanya jawab, jika ada pertanyaan lain
setelah praktek bisa
Pewawancara : kalau dari disperindag yang melatih itu narasumber2nya ya bu? Narasumbernya
itu seperti orang-orang terkenal atau sudah berhasil
Narasumber : iya
Pewawancara : jumlah peserta pelatihan berapa banyak
Narasumber : kira2 maksimal 50, dari beberapa UKM tidak dari kita saja. Jarang kalau dari kita
saja,
Pewawancara : berarti macam2 orang ya
Narasumber : iya termasuk UKM penjaringan tandes, dll
Pewawancara : dari semua pelatihan yang ibu ikut itu 50?
Narasumber : iya, kurang lebih segitu kan kita hanya datang dan duduk tidak ikut menghitung...
Pewawancara : yang diajar dari bogasari apa sama, misal kuenya dan materinya sama? Kue dan
harga jual apa selalu ada dalam pelatihan?
Narasumber : kadang-kadang ada (kurang yakin)
Pewawancara : pelatihan dari disperindag itu sekali pelatihan berapa lama ?
Narasumber : kira-kira 5-7 jam, kalau di chef made lebih cepat karena ruanganya terbatas, jadi
seperti lihat TV, kalau dari bogasari kita langsung terjun langsung, di meja satu
143
Lampiran 8 : Transkrip Wawancara 6 (sambungan)
kelompok satu tempat dan ada chef yang mendampingi dan kita praktek sendiri,
kalau di Chefmade tidak kita ditanya siapa yang mau mencoba
mencetak/mengaduk karena tempatnya terbatas
Pewawancara : kalau dari narasumber2 dan berapa jam?
Narasumber : biasanya teori2, kira-kira 4 jam’an
Pewawancara : jadi itu hanya seputar materi-materi saja
Narasumber : iya, tapi sangat bagus tapi kalau tanpa itu kita tidak tahu apa-apa
Pewawancara : kalau pelatihannya berapa kali dilakukan Bu?
Narasumber : kalau bogasari 1 tahun 2-3 kali ya. Kalau yang dari Disperindag itu setiap bulan
ada.
Pewawancara : biasanya apa yang dibahas di pertemuan disperindag?
Narasumber : banyak, diantaranya pengajuan hak merk, label halal, kalau sudah jadi binaan
jangan teledor kalau ada janji dengan disperindag.
Pewawancara : yang diajarkan, misal penetapan harga apa ibu juga mencoba membuat penetapan
harga
Narasumber : penetapan harga bukan dilakukan waktu di pelatihan, kita praktekan di Chefmade
kita praktekkan di kelompok baru di kalkulasi. Tapi ada juga yang langsung di
pelatihan, menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga lalu mengambil
keuntungan berapa dan bisa tahu harga jual. Jadi ilmu yang sangat bermanfaat
Pewawancara : kalau cara pemasaran diajari juga?
Narasumber : kalau pemasaran langsung dari disperindag diberi tahu tempat-tempat yang bisa
dititipi untuk jualan, tapi lama-lama ada pihak lain yang menghubungi langsung,
karena mereka mendapat informasi dari UKM
Pewawancara : jadi dari pelatihan itu menghasilkan lebih banyak pelanggan untuk ibu. Apakah
juga diajarkan manajemen?
Narasumber : seperti pembukuan, omzet penjualan, terus menghitung laba
Pewawancara : apa ada tesnya, atau hanya sekedar pelatihan biasa
Narasumber : langsung, enak tidak seperti sekolah yg resmi soalnya santai
Pewawancara : kalau layanan setelah pelatihan, ada tidak dari disperindag apa ada monitor atau
evaluasi dari disperindag
Narasumber : tidak ada kalau di produk saya, tapi saya rasa ada hal seperti itu
Pewawancara : apa ada pendanaan dari pihak disperindag
Narasumber : kalau di produk saya belum, tapi kalau di UKM lain saya dengar sudah pernah
ada yang didanai
Pewawancara : sebelum pelatihan apa ibu berani mengambil resiko? Misalnya ibu belum tahu
pasarnya seperti apa tapi ibu berani menjalankan usaha ini?
Narasumber : awalnya ya seperti itu?
Pewawancara : dalam menjalankan usaha ibu ini apa ibu percaya diri?
Narasumber : sangat percaya diri
Pewawancara : apa ibu yakin atas tindakan yang ibu ambil/lakukan utk usaha
Narasumber : yakin dan insya Allah
Pewawancara : ibu bisa tidak untuk mempengaruhi orang lain untuk maju dalam usaha
Narasumber : bisa, saya mengajak ibu-ibu supaya seperti saya karena peluang itu sudah ada
Pewawancara : pesanan yang ibu dapat apa banyak
Narasumber : dibilang banyak juga tidak, tapi saya tidak sempat santai (produksi terus), ini juga
kepingin menawarkan kemana, tapi takut kewalahan order juga takut tidak
mampu
Pewawancara : apa ibu tidak mengambil pegawai utk membantu produksi
Narasumber : tidak semudah itu, kalau ambil pegawai tetap iya kalau ordernya selalu ada, kalau
tidak tetap juga susah karena sebagian besar disini sudah ada usaha dan tidak ada
pengalaman untuk membayar berapa karena produk saya bukan produk mahal.
Tapi alhamdulilah saya sudah dapat partner kerja. Jadi merk memakai merk saya
Pewawancara : sharing profit?
Narasumber : saya ambil dengan harga lebih rendah, karena saya pemilik dan ini melalui proses
panjang, karena kita mengeluarkan biaya transport, pulsa dan marketing juga.
Partner saya kirim dalam bentuk bungkusan, dan saya belinya per kilo.
144
Lampiran 8 : Transkrip Wawancara 6 (sambungan)
Pewawancara : jadi sebatas dia membantu produksi, dia tidak menjual sendiri tapi lewat ibu.
Narasumber : tapi kalau dia mau menjual lagi, harganya harga saya
Pewawancara : terus keuntungannya masuk ke dia atau ke ibu?
Narasumber : masuk ke dia, istilahnya harga ambil
Pewawancara : jadi dari produksi dijual ke ibu, kalau mau jual sendiri ambil di ibu
Narasumber : iya, tapi saya pernah konsultasi ke forum UKM saya disarankan untuk siap jika
dia lepas dari saya dan produksi sendiri
Pewawancara : jadi ibu memberi jalan buat dia
Narasumber : iya, seperti itu
Pewawancara : kalau misalnya dalam berinteraksi apa ibu mengatur sikap dan dalam berinteraksi
apa ibu melibatkan perasaan? Contoh jika ada pembeli
Narasumber : saya kira itu suatu keharusan jika dengan tamu kita harus bersikap baik, semua
orang saya terima dengan baik karena setiap orang kan punya karakter sendiri.
Selama ini alhamdulilah tidak ada masalah
Pewawancara : apa ibu bisa mengelola keuangan dengan baik atau tidak?
Narasumber : alhamduliah bisa
Pewawancara : status kewirausahaan, setelah menjalankan usaha ini bagiamana dengan
kehidupan ibu, apa ada peningkatan atau sama saja?
Narasumber : suami adalah pensiunan pemkot, alhamdulilah sudah cukup. Pertama saya guyubi
kampung kue ini, jadi semua pada gerak untuk produksi apa salahnya saya juga
produksi, untuk memotivasi orang yang belum produksi dan orang seusia saya
dan untuk ada kegiatan yang rutinitas sangat senang. Terutama dari pihak suami
jika tidak mendukung pasti tidak seperti ini. Bahkan anak, cucu dan menantu juga
sangat mendukung
Pewawancara : modal usaha dari ibu sendiri atau pinjam koperasi?
Narasumber : modalnya kecil banget jadi dana sendiri
Pewawancara : kedepannya untuk pengembangan usaha, apa akan ada rencana dana pinjaman
atau masih bisa sendiri?
Narasumber : masih bisa sendri, bahkan anak-anak menawarkan bantuan dana
Pewawancara : kalau pendapatan dan tabungan apakah meningkat?
Narasumber : jelas meningkat
Pewawancara : kalau networking/jaringan ibu pasti lebih luas ya
Narasumber : pengetahuan, ilmu dan pergaulan jelas bertambah
Pewawancara : jadi lebih banyak orang yang dihubungi untuk produknya ibu ini ya?
Narasumber : iya
Pewawancara : baik Bu, itu saja sih Bu
Narasumber : Oh iya mbak.
Pewawancara : Terima kasih Bu
Narasumber : sama-sama, nanti kalau butuh lagi langsung saja kesini mbak, seperti mbak
Jessica. Kalau lagi tidak sibuk ya bisa wawanacara.
Pewawancara : Baik Bu, nanti kalau mau wawancara lagi, ibu saya hubungi dulu ya Bu. Terima
kasih banyak Bu.
Narasumber : Sama-sama mbak.
145
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 4
Nama : Sumiatun
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan (pemilik produk cheese stick)
Lokasi Wawancara : Rumah Ibu Sumiatun
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Senin, 23 November 2015
Waktu Wawancara : 08.30 - 09.30 WIB
Suasana Wawancara : Sepi
Pewawancara : Selamat pagi Bu.
Narasumber : Oh, iya mbak. Mari silahkan masuk.
Pewawancara : Maaf Bu, mengganggu. Lagi sibuk Bu?
Narasumber : Oh tidak. Ini, ada undangan dari Petra, besok Rabu, diminta untuk jadi
pembicara.
Pewawancara : Yang diundang ibu saja?
Narasumber : Ndak, sama Bu Ami.
Pewawancara : Sama Bu Ami?
Narasumber : Itu undangannya masih disitu belum tak kasih.
Pewawancara : Oh, Iya. Ini ya, Bu?
Narasumber : Nanti kan kesini rapat itu lho. Apa? Ndadak dari disperindag tadi malem
ngebel itu ngajak, ngajak rapat jam 10 ya. Maaf, ya.
Pewawancara : Iya, nggakpapa, Bu. Kebetulan Bu Ami juga kemarin janjinya jam 8 terus ibu
jam 9 / 10’an, jadi mungkin jam 8 jam 9 sudah selesai, jadi ngakpapa, Bu.
Sebenernya tidak mengganggu sama sekali. Ini kemarin, Bu. Setelah
konsultasi sama dosennya masih ada beberapa hal yang kurang. Jadi.
Narasumber : Mbak Jessica setelah itu dua kali lagi kesini.
Pewawancara : Dua kali lagi kesini, Bu?
Narasumber : Iya. Hehehe.
Pewawancara : Itu banyak yang perlu direvisi, Bu. Ini yang mau saya tanya itu yang
pelatihan-pelatihan itu, Bu. Selama satu tahun ini, dari Januari sampai
sekarang itu, kira-kira berapa banyak pelatihan yang ibu ikuti? Bukan
pelatihan buat kuet aja sih, Bu. Sama kayak yang diajarkan pemasaran, atau
yang lain-lain dari bermacam-macam narasumber.
Narasumber : Pelatihan untuk apa itu, sosialisasi tentang halal, terus sosialisasi tentang
merek, terus pelatihan bikin almond crispy, terus pelatihan bikin pie. Pie
coklat green tea, ya brownis dan pie coklat green tea, terus apa ya. Sering
tapi lupa.
Pewawancara : Pelatihan-pelatihan, ya.
Narasumber : Sering banget.
Pewawancara : Sering ya, Bu?
Narasumber : Tapi lupa. Nggak pernah kok selama satu bulan terus nganggur nggak ada
pelatihan, nggak pernah kok ya.
Pewawancara : Pasti setiap bulan ada?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Cuman lupa ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Itu ada dokumentasi, Bu, dari pelatihan-pelatihan itu? Kayak misal
materinya.
Narasumber : Materinya ada, tapi tak tumpuk, tak tumpuk gitu ya mbak ya..
Pewawancara : O...
Narasumber : Perlu ya itu?
Pewawancara : Iya, mungkin boleh saya pinjam untuk saya copy atau
Narasumber : Iya, tapi tak tumpuk tumpuk tumpuk itu, tempatnya itu lho, mbak, iya.
146
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Iya, nggak papa sih, Bu.
Narasumber : Atau kapan-kapan, ya, tak carikan aja, ya.
Pewawancara : Kapan-kapan kalau misalkan ibunya ketemu saja nanti saya itu, Bu. Terus
ini, pelatihan itu ada dari pihak internal dan eksternal, ngak, Bu? Misalkan
dari Internal dari kampung kuenya sendiri ada pelatihan-pelatihan, nggak,
Bu?
Narasumber : Kalau dari kampung kuenya sih nggak ada, ya dari disperindag itu. Dari
Disperindag dan dari Bogasari.
Pewawancara : Disperindag dan Bogasari itu beda, ya, Bu?
Narasumber : Beda. Bogasari kan yang menjalin mitra dengan sini, terus Disperindag itu
pendampingan untuk kita. Gitu, lho.
Pewawancara : O... Kalau Dosperindag itu pembinaannya, pembimbing
Narasumber : Iya, Pembinaan yang memfasilitasi kayak legalitas. Itu, lho
Pewawancara : Jadi dengan melalui Disperindag ini, mempermudah untuk yang lain-lainnya,
Bu?
Narasumber : Lha iya. Seumpama ndak ada Disperindag, mungkin saya nggak, belum ada
legalitas itu ngurus sendiri ribet, gak ngerti apa-apa, ya.
Pewawancara : Legalitasnya ada ya, Bu?
Narasumber : Iya, ada
Pewawancara : Kalau untuk PIRT itu, Bu?
Narasumber : Iya semua itu dari Disperindag.
Pewawancara : Disperindag semua?
Narasumber : Ya, untuk SIUP, halal dan PIRT semua dari Disperindag itu, yang anu, yang
nguruskan itu.
Pewawancara : Itu ada pelatihannya, Bu? Untuk dapat PIRT.
Narasumber : Iya, ada penyuluhan dulu.
Pewawancara : Ada penyuluhan dulu?
Narasumber : Iya penyuluhan dulu, baru nanti. Terus nanti, apa. Setelah penyuluhan.
Pewawancara : Tinjau lokasi?
Narasumber : He’e. Tinjau lokasi, audit, terus baru satu bulan lagi
Pewawancara : langsung jadi?
Narasumber : Kalau memang PRnya itu semua terpenuhi, kita nggak punya PR, ya satu
bulan lagi jadi. Untuk PIRT
Pewawancara : Itu yang Ibu sendiri dalam satu bulan itu sudah dapet ya, Bu?
Narasumber : Iya, Sudah.
Pewawancara : Berarti sudah terpenuhi semua?
Narasumber : Iya Soalnya kan nggak ada PR-PR, kalau ada yang PR ditunda-tunda, ada
sampe satu tahun, akhirnya pada kadaluarsa nggak boleh, jadi dia ikut yang
baru lagi.
Pewawancara : Oh... Seperti itu, Bu?
Narasumber : Banyak yang gitu temen-temen itu, yang lolos cuman saya sama Bu ami.
Pewawancara : Bu Ami? Soalnya ditekuni ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : hmmm. Kalau dari program-program pelatihan. Dari pelatihan – pelatihan
yang Ibu ikut, itu. Apa ibu tau tujuannya? Maksudnya tiap-tiap program itu
tujuannya apa, misalnya dari BogaSari itu tujuannya apa.
Narasumber : Ya untuk, gimana, ya. Untuk menambah ilmu kita, terus untuk kalau dari
BogaSari sendiri mungkin yang pertama mungkin untuk, untuk, untuk
nambah ilmu ke kita, ya. Kedua mungkin untuk menambah, menambah
pembelian itu, apa ya.
Pewawancara : Tepung dan lain-lain
Narasumber : Tepung, lha iya.
Pewawancara : Terus ada lagi, Bu, kira-kira?
Narasumber : Saya kira itu aja, lah.
Pewawancara : Itu, ya. Kalau dari Boga, eh... dari Disperindag sendiri, Bu?
Narasumber : Iya.
147
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Itu tujuannya kira-kira apa ya, Bu?
Narasumber : Ya untuk memajukan itu, UKM itu.
Pewawancara : Memajukan UKM.
Narasumber : Sekarang kan istilahnya, menaik kelaskan UKM
Pewawancara : Owh, iya. Jadi bisa lebih berkembang lagi, Bu?
Narasumber : Iya, Betul.
Pewawancara : Terus... Nah untuk pesertanya, Bu?
Narasumber : Iya?
Pewawancara : Kemarin sudah pernah saya singgung sih, Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Itu yang boleh ikut itu semua orang atau?
Narasumber : Kalau yang untuk dari Disperindag ya, mbak, ya. Yang diundang itu hanya
kelompok, yang ikut kelompok. Kelompok kita itu sepuluh.
Pewawancara : Oh...
Narasumber : Iya. Sebetulnya yang apa itu, peran kue itu disini buanyak, hampir 60, tapi
semua ndak aktif. Diajak gitu sulit, alasannya waktunya tidur, alasannya juga
capek. Tapi. Jadi yang ikut kelompok ke kita itu sepuluh orang aja.
Pewawancara : Sepuluh orang. Jadi yang nanti ikut disini sepuluh orang?
Narasumber : Iya. Jadi yang aktif ya itu. Kalau ndak untuk sekali, hari ini diundang, mereka
ndak datang, untuk bulan berikutnya ada undangan, ndak diikut sertakan.
Pewawancara : Oh, jadi
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Cuman untuk yang
Narasumber : Aktif saja
Pewawancara : Selalu datang?
Narasumber : Selalu. Jadi saya sama Bu Ami, nggak pernah sampai nggak ikut gitu. Jadi
saya selalu nomor satukan. Soalnya kita kayak gini yang memfasilitasi juga
Disperindag.
Pewawancara : Iya, iya
Narasumber : Kita agak pandai, lah. Itu agak ngerti juga dari Disperindag.
Pewawancara : Iya, iya, iya. Jadi kalau yang sepuluh orang dari kelompok binaan itu ada
kriteria khususnya atau enggak, Bu?
Narasumber : Yang. Ya yang nomor satu itu produksi kue kering, terus yang nomer dua itu
kue basah, kalau kue basah itu ndak pakai PIRT, Cuma SIUP dan halal saja.
Itu. Trus yang nomor tiga itu harus aktif.
Pewawancara : Aktif?
Narasumber : Ya, harus selalu dateng, selalu aktif. Itu aja.
Pewawancara : Tiga itu ya? Syaratnya. Kriterianya.
Narasumber : Iya, iya. Terus kalau untuk seumpama, ya, tiga kali berturut-turut diundang
ndak ikut, sudah di cut.
Pewawancara : Jadi ndak di bina lagi?
Narasumber : Ndak, ndak. Sudah keluar.
Pewawancara : Oh...
Narasumber : Ini aja baru bulan kemarin aja sudah pilihan lagi. Untuk periode 16 sampai
20, itu yang sudah, kemarin sudah ndak aktif beberapa kali sudah
dikeluarkan.
Pewawancara : Oh. Jadi periodenya 5 tahun sekali ya, Bu?
Narasumber : iya. Betul.
Pewawancara : Dalam 5 tahun itu, bisa saja dikeluarkan dari binaan atau ?
Narasumber : Iya. Bisa.
Pewawancara : Bisa dikeluarkan ya?
Narasumber : Kalau nggak aktif ya dikeluarkan.
Pewawancara : Oh...
Narasumber : Kan percuma kita nggak aktif, kan? Kan nggak jadi, nanti pendampingnya
kan dituntut dari kepalanya, gimana tanggung jawabnya.
Pewawancara : Oh gitu, ya. Kalau yang dari BogaSari itu semua orang boleh ikut?
148
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Narasumber : Dari BogaSari semua, kadang difasilitasi 40 orang, kadang difasilitasi 20
orang, gitu.
Pewawancara : Oh. 20 sampai 40 orang ya, Bu?
Narasumber : Iya. Kalau bisa kan malah sebanyak-banyaknya. Orang-orang tambah pandai
semua. Malah yang mengkonsumsi tepung tambah banyak.
Pewawancara : itu 20 sampai 40 orang dipilih atau yang mau saja yang ikut?
Narasumber : Sebetulnya itu pilihan, tapi ternyata yang dipilih itu nggak bisa, ya akhirnya
siapa yang mau, gitu. Saya sama Bu Irul itu yang biasanya cari orang. yang
pilih ini-ini, yang aktif, sampai bisanya kadang aku itu nggak bisa, Bu, aku
itu ini-ini. Ya sudah ndak bisa, carikan orang lain. Gitu.
Pewawancara : Jadi yang ibu pilih yang seperti apa, Bu?
Narasumber : Ya kayak jualannya agak banyak, gitu. Terus, orangnya nggak sibuk-sibuk
amat, nggak punya anak kecil gitu lho maksudnya.
Pewawancara : Oh iya, iya.
Narasumber : Terus orangnya dikampung aktif, tapi ya gimana, kadang nggak mau
orangnya.
Pewawancara : Kalau misalnya kolaborasi pelatihan yang dari Disperindag itu, Bu. Pernah
ndak minta dari pihak kampung kue ini untuk ikut melatih orang-orang?
Narasumber : Kalau ikut melatih orang-orang sih.
Pewawancara : Atau mengajak orang-orang gitu?
Narasumber : Untuk dilatih maksudnya?
Pewawancara : Iya, untuk dilatih.
Narasumber : ndak, tuh.
Pewawancara : Ndak ya, Bu. Kalau dari Bogasari?
Narasumber : Kalau dari Bogasari untuk melatih orang-orang. Ndak... Justru kalau diminta
untuk melatih orang-orang itu kita itu dari YPPI. Kita juga kan pengurus, apa
itu. Perpustakaan, ya. Itu dari YPPI itu minta disuruh kasih pelatih di
pandaan, di STO sana, di perpustakaan sana, di Pasuruan, sampai bahkan kita
ke jember juga.
Pewawancara : Oh jadi memberi pelatihan juga?
Narasumber : Iya
Pewawancara : Itu yang dilatih apa aja, Bu?
Narasumber : Kayak sabun cari, kayak Sunlight, ya. Terus kue kering. Terus kayak tahu
Crispy, itu masih booming-boomingnya tahu Crispy itu sampai kesana ke
Pasuruan.
Pewawancara : Kalau manajemennya dilatih juga atau?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Dilatih juga ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Itu manajemen apa aja, Bu?
Narasumber : Ya kayak pemasaran juga, terus apa itu, ya kayak SOP, ya sih pelatihan SOP
di Disperindag barusan ini tanggal 15 sampai tanggal 17 kemarin. Ya SOP
selama 3 hari.
Pewawancara : Selama tiga hari ya , Bu?
Narasumber : Standar Operasional Prosedur.
Pewawancara : Kalau untuk pelatihan itu harus melalui pendaftaran atau langsung, Bu?
Narasumber : Ya kita diundang.
Pewawancara : Diundang?
Narasumber : Ada undangannya sendiri. Iya.
Pewawancara : Diundang? Jadi bukan ibu yang mendaftar ya, Bu?
Narasumber : Ndak, kita diundang. Kita diundang sendiri dari Disperindag. Biasanya kita
itu diundang hanya tiga orang, saya sama Bu Ami itu selalu. Saya sama Bu
Ami terus kadang tiga orang kadang empat orang, pernah sampai 10 orang
semuanya.
Pewawancara : Semua orang, nggak semua orang ya?
Narasumber : Nggak.
149
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Jadi 3 sampai 4 orang, ya?
Narasumber : Iya, itu aja.
Pewawancara : Terus... kira-kira, Bu, dana yang dikeluarkan penyelenggara pelatihan itu
berapa, Bu? Mungkin ibu tau kira-kiranya. Kalau dari pemerintah itu semua
dari ?
Narasumber : Disperindag
Pewawancara : Disperindag itu ya, Bu?
Narasumber : Bahkan kita dapat transport, mbak.
Pewawancara : Oh.
Narasumber : gitu.
Pewawancara : Kalau untuk ikut pelatihan itu ada biayanya, Bu?
Narasumber : kita bayar gitu?
Pewawancara : Iya, iya
Narasumber : Ndak.
Pewawancara : Ndak ya, Bu?
Narasumber : Malah kita pulang dapat transport.
Pewawancara : Gratis
Narasumber : Gratis, iya, dapat transport. Ndak pernah kita bayar, ndak pernah. Kalau dari
BogaSari, kalau undangan ke Bogasari itu, kita itu, kalau pelatihannya itu
kita terjun langsung masuk kelas dulu, ya.
Pewawancara : Iya.
Narasumber : Kita masuk kelas dulu, baca materinya, diterangkan dulu sama Chefnya, baru
kita terjun, bikin-bikin sendiri, dijadikan empat kelompok, itu ada
pendamping chefnya masing-masing. Terus itu hasilnya dibawa pulang
sendiri.
Pewawancara : Jadi bahan-bahannya semua dari BogaSari, ya?
Narasumber : Dari BogaSari semua.
Pewawancara : Oh, iya, iya, Bu. Kalau yang melatih itu dari BogaSari itu kan Chefnya, Bu.
Narasumber : Ya, Betul.
Pewawancara : Itu kira-kira menurut ibu ada kriterianya, nggak, Bu? Maksudnya Chefnya
yang mengajari itu, harus yang berpengalaman atau yang harus
berpendidikan tinggi?
Narasumber : Sana yang menentukan.
Pewawancara : Oh, sana yang menentukan, ya?
Narasumber : Iya. BogaSari, iya.
Pewawancara : Kalau dari Disperindag, Bu, yang melatih siapa, Bu?
Narasumber : Kalau Disperindang itu, kadang ada narasumber sendiri.
Pewawancara : Narasumber ya, Bu?
Narasumber : Iya... Kan ganti-ganti, mbak. Kadang itu Chef dari hotel mana gitu ya.
Kadang itu ya, kalau kita di Chefmade kan dari pabrik coklat itu ya itu-itu aja
Chefnya.
Pewawancara : Oh, iya.
Narasumber : Kalau di BogaSari, ganti-ganti.
Pewawancara : BogaSari ganti-ganti Chefnya? Terus, selain itu, Bu, selain Chefmade yang
kayak pelatihan SOP, pelatihan halal, merek itu yang ngelatih siapa, Bu?
Narasumber : Ndak mesti, mbak. Itu narasumber ya dari kepala dinas
Pewawancara : macam-macam narasumber, ya, Bu?
Narasumber : Iya. Macam-macam dari narasumber. Dari forum UKM, dari kepala dinas
apa gitu lho, mbak.
Pewawancara : Oh, gitu. Terus, itu ada kriterianya, ndak, Bu? Maksudnya yang
narasumbernya itu, kayaknya sebagai narasumber dia harus sudah
berpengalaman dulu atau kayak gimana gitu, Bu?
Narasumber : nggak tau.
Pewawancara : Nggak tau, Ya.
Narasumber : Pokoke ya sudah disitu. Kadang dari dosen UPN.
Pewawancara : Ada dosen juga ya. Bu?
150
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Narasumber : Iya. Dosen UPN itu sering itu, ngasih solusi kayak mesin-mesin, kayak mesin
giling apa apa apa.
Pewawancara : Iya, iya, iya. Kalau cara transfer pengetahuan, misalnya seperti tatap muka
langsung atau bagaimana, Bu?
Narasumber : kayak gimana, maksudnya?
Pewawancara : Cara mereka mengajar, melatih itu tatap muka langsung atau seperti apa?
Narasumber : Lha iya.
Pewawancara : tatap muka langsung, ya, Bu? Terus ada tanya jawab atau apa gitu?
Narasumber : Iya, Betul.
Pewawancara : Mereka presentasi ya, Bu?
Narasumber : Iya
Pewawancara : Terus itu juga ya, Bu? Yang terlibat langsung dalam praktek itu ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Terus. Pesertanya itu berapa banyak yang ikut, Bu, biasanya? Kalau dari
BogaSari tadi kan 20 sampai 40, kalau dari Disperindag?
Narasumber : Iya dari Disperindag. Paling banyak kalau dari kelompok kita itu 4 orang.
Pewawancara : Kalau keseluruhan, Bu?
Narasumber : Kalau keseluruhan dari undangan yang ikut 25 dari kampung kue
panjaringang, kampung kue tandes, terus dari mana gitu, sampai 25 gitu
biasanya.
Pewawancara : Oh. Terus. Terus untuk intensitas pelatihannya, Bu? Berapa sering dikasih
pelatihan, Bu? Kalau misal dari Bogasari.
Narasumber : Kalau dari BogaSari kalau nggak salah itu 3 bulan sekali.
Pewawancara : 3 bulan sekali?
Narasumber : Iya kalau Bogasari.
Pewawancara : Berarti setahun 4 kali, ya, Bu?
Narasumber : Iya. Tapi kalau Disperindag hampir tiap bula. nggak ada, Satu bulan
nganggur itu nggak ada.
Pewawancara : Berarti, tiap bulan ada.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau BogaSari tiga bulanan?
Narasumber : Iya, Betul. Tiga bulan sekali, ya.
Pewawancara : Dalam pelatihan itu yang diajarkan sama atau beda, bu?
Narasumber : Beda.
Pewawancara : Pasti beda ya, Bu?
Narasumber : Ya, beda. Kadang. Kadang ketua kampung kuenya sini itu, Bu Irul itu,
request minta dilatih apa.
Pewawancara : Oh gitu, Oh.
Narasumber : Minta dikasih pelatihan apa, gitu. Meskipun dari, dari apa itu, dari
Disperindag juga gitu. Kita yang minta
Pewawancara : minta?
Narasumber : Bu, nanti kalau ada pelatihan lagi, pelatihan gini gini gini.
Pewawancara : Untuk pelatihan itu sendiri, Bu Irul juga ikut ya, Bu?
Narasumber : Ya ikut, pasti ikut.
Pewawancara : Itu pelatihannya berapa lama, bu? Waktunya. Waktu yang dihabiskan untuk
pelatihan?
Narasumber : Waktunya biasanya mulainya dari jam 8 kadang sampai jam 2, kadang
sampai jam 4
Pewawancara : Itu yang dari Disperindag?
Narasumber : Iya, Sama.
Pewawancara : sama? Kampung kue, eh, dari Bogasari juga gitu. Sama ya, Bu? Yang
diajarkan dalam pelatihan di BogaSari itu apa saja, Bu? Pelatihan di
BogaSari?
Narasumber : Ya, macam-macam kue. Macam-macam kue. Juga packagingnya, juga
manajemennya, terus cara menghitung laba juga. Makanya itu kan dulu bisa
bantunya, ya.
151
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Dulu saya jualnya itu sepuluh. Bu apa betul Bu penghitunganya gini gini
ternyata gas ndak saya masukan, tenaganya ndak saya masukan, terus bahkan
garam satu sendok itu harus masuk. Itu kalau sedikit, Bu, satu sendok. Kalau
bikin skala banyak kan itu sudah beberapa sendok itu kan apa nggak beli
garam, akhirnya diitungkan. Ya gitu terus, Itu harga jualmu 12 lho.
Pewawancara : Manajemennya itu seperti apa, Bu? Yang diajarkan
Narasumber : Ya untuk cara pembeliannya, cara apa itu. Cara. Apa ya. Mulai dari belanja,
ya, terus operasionalnya, terus gimana, ya. Untuk tenaganya, terus untuk
yang packagingnya, Ya itu.
Pewawancara : itu diajari tentang manage itunya ya, Bu. Apa ada yang lain lagi bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Apa ya Bu?
Narasumber : Pernah itu diajarkan tentang manajemen sikap. Ya , gima cara ngatur sikap
yang baik lah kalau mau ketemu orang. Cara duduknya, cara berdiri, banyak
lah.
Pewawancara : Oh, iya, iya bu. Kalau Misalkan. Diajarkan nggak bu, tentang pembukuan-
pembukuan sederhana? Misalkan hari ini pengeluarannya segini,
pemasukannya segini, itu diajari juga ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Cara memasarkan produk apa diajarkan juga, Bu?
Narasumber : Iya, Pemasaran produk juga di anu, diajarkan.
Pewawancara : Cara mbuat perencanaan, Oh sudah. Sudah semua, sih. Kalau yang dari
Disperindag, Bu? Itu yang diajarkan biasanya apa saja, Bu?
Narasumber : Sama
Pewawancara : Sama, ya bu? Macam-macam kue juga? Manajemen, cara penghitungan juga
dan lainya itu ya, Bu?
Narasumber : Iya, betul.
Pewawancara : Sama semua ya, Bu? Yang cara mereka mengajar bagaimana Bu?
Narasumber : Iya sama, ya melalui presentasi seperti itu.
Pewawancara : Hanya presentasi?
Narasumber : He’em
Pewawancara : ada tanya jawabnya ya, Bu?
Narasumber : Iya. Pasti itu
Pewawancara : pasti. Ada testnya, ndak? Misalnya ibu terlibat langsung dalam, misalnya
contoh membuat penetapan harga tadi, Bu, itu kan diajari ini harus gini, ini
harus gini. Apakah ibu terlibat juga? Maksude ibu coba sekarang kamu buat
kamu kayak gimana atau cumak seperti itu saja?
Narasumber : Nggak
Pewawancara : Nggak, ya, Bu? Jadi mereka cuman ngajari gitu tok?
Narasumber : Iya, iya.
Pewawancara : Harusnya seperti ini, nanti dipraktekan seperti ini.
Narasumber : Harusnya gini, dirumah gini.
Pewawancara : Jadi nggak ada misalnya minta ibu untuk buat?
Narasumber : Ndak
Pewawancara : Nggak ada ya, Bu? Kalau setelah pelatihan itu, ada itu ndak, Bu, apa ya...
maksudnya mentoring, kayak, ibu didatangi lagi, terus di... di... apa, ya.
Tinjau, tindakan lebih lanjut. Maksude di check lagi, apa yang diajarkan itu.
Narasumber : Belum untuk yang dari BogaSari, tapi untuk dari Disperindag kita kemarins
udah praktek 2 kali, mempraktekan kemarin yang telah diajarkan itu,
Pewawancara : Oh jadi diulang lagi.
Narasumber : Jadi Disperindag itu maunya apa betul-betul ini bisa, pelatihannya itu bener-
bener masuk atau ndak, jadi kemarin itu kita praktek disini, yang terakhir kita
praktek itu almond crispy sama pie green tea sama pie brownies, ya. Itu
kemarin dipraktekan disini dua hari. Terus dibawa ke kantor
Pewawancara : Dicoba?
152
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Narasumber : Iya, dicoba ke kantor kalau kita itu betul-betul bahwa pingin pinter gitu, lho.
Pewawancara : Iya, iya.
Narasumber : Betul-betul bahwa ikut pelatihan itu ya betul-betul, bukan Cuma asal-asalan
aja.
Pewawancara : Bukan cuman solidaritas untuk dateng aja ya, Bu?
Narasumber : Bahkan ini rencananya mau bikin lagi soalnya bahannya masih ada
Pewawancara : Oh, iya iya, Bu.
Narasumber : Temen-temen mau praktek lagi. Ini hasilnya ini.
Pewawancara : Oh, lebih besar ya, Bu, Almond Crispynya.
Narasumber : Iya cetakannya besar kita. Lah kan cetakannya bikin sendiri
Pewawancara : Oh buat sendiri. Tergantung kita buatnya ukurannya mau seberapa ya.
Narasumber : Iya itu kan selera, ya. Terus ini ya sekalian dihitungkan sama Disperindag
kemarin ternyata ini harga jualnya 35 ribu.
Pewawancara : Jadi ibu produk selanjutnya Almond Crispy juga?
Narasumber : Belum
Pewawancara : Belum ya, Bu?
Narasumber : ini aja mungkin. Ini aja. Soalnya ini kan Bu Irul sudah.
Pewawancara : Iya jadi biar nggak sama ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau misalnya networking maksudnya jaringan setelah pelatihan
jaringannya lebih luas atau gimana, Bu?
Narasumber : Insya’Allah ya gitu, ya.
Pewawancara : Lebih luas, ya, Bu?
Narasumber : Ya Gitu
Pewawancara : Kalau. Job Consuling kayak apa ya, konsultasi tentang usahanya ibu ini ada,
bu? Disediakan atau nggak sama Disperindag?
Narasumber : Disediakan di forum UKM
Pewawancara : Oh, Disediakan di Forum UKM. Itu Berapa kali, maksudnya dalam satu
bulan ada sekali atau?
Narasumber : Ndak, terserah kita
Pewawancara : Jida dia selalu siap sedia gitu, ya?
Narasumber : Iya. Betul.
Pewawancara : Terserah kita, ya, Bu, jadinya? Kita mau kapan, gitu ya, bu? Terus yang ini.
Kalau yang dari pola pikir, ya, Bu? Apakah ibu berani mengambil resiko?
Narasumber : maksude?
Pewawancara : Kaya misalnya. Apa, ya, Bu. Ibu belum tahu pangsa pasarnya ini. Hmm. Apa
namanya. Cheese Stick ini. Tapi ibu berani berusaha, masuk, terjun kedalam
itu, Bu. Itu berarti ibu berani mengambil resiko kan, Ibu. Apakah ibu seperti
itu atau Ibu sudah tahu dulu pangsa pasarnya?
Narasumber : Tapi, saya selalu optimis, mbak.
Pewawancara : Selalu optimis, ya? Berarti Ibu berani mengambil resiko?
Narasumber : He’e
Pewawancara : Terus. Dalam menjalankan usahanya ibu ini. Ibu percaya diri atau nggak,
Bu?
Narasumber : Selalu
Pewawancara : Selalu percaya diri, ya, Bu??
Narasumber : Iya. Selain usaha kan juga berdoa kan.
Pewawancara : Iya, Bu. Terus. Dalam melakukan tindakan. Dalam melakukan tindakan itu,
Ibu yakin ndak, Bu? Atau ragu-ragu dalam bertindak?
Narasumber : Yakin
Pewawancara : Yakin, ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Terus. Apakah Ibu bisa mempengaruhi orang lain untuk ikut punya usaha?
Narasumber : Ya, Bisa.
Pewawancara : Bisa, ya, Bu?
Narasumber : Iya.
153
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Mendorong orang lain, ya, Bu?
Narasumber : Iya, Betul. Bahkan ini tadi ada, ada yang dari mahasiswa mana itu, ya. Itu,
Dia kan pingin usaha juga. Ayo, mbak, kebetulan kelompokku ini kurang
satu, ayo masuk dikelompokku saja, nanti dapat legalitas ndak usah susah-
susah ngurus sendir, tak bilang gitu. Kan pingin usaha. Gitu. Tapi bapak
ibunya sudah bikin kue basah. Gitu. Tapi mbaknya itu pingin produksi kue
kering, gitu.
Pewawancara : Usaha sendiri ya, BU?
Narasumber : Ayo kamu masuk kelompok.
Pewawancara : Kalau misalkan minuman-minuman gitu, bisa, Bu?
Narasumber : Bisa.
Pewawancara : Kalau saya mau, bisa, ya, Bu? Terus.
Narasumber : Bahkan temen saya itu ada udah ada UKM dari mana itu, ya. Pak Toppo,
yang produksi kalau mbak’e ke sentra UKM MERR atau di toko-toko mana
di restaurant mana pasti nemu itu. Rahmat, Rahmat itu.
Pewawancara : Minuman apa ya, Bu? Pernah tahu itu.
Narasumber : Minuman kayak sari dele.
Pewawancara : Iya pernah tahu itu.
Narasumber : Terus apa itu.
Pewawancara : Yang botolan segini itu ya, Bu, sari delenya?
Narasumber : Iya, he’e. Sari dele itu terus dari kunyit putih.
Pewawancara : Iya, iya.
Narasumber : Terus temulawak.
Pewawancara : Sinom kayak gitu? Ada ya, Bu?
Narasumber : Iya. Dulunya dia itu cerita gini, ya. Bu. Bu Pri, tau ndak awalnya saya jualan
kayak gini pas kemarin saya rapat di Disperindag, itu anak saya sakit liver
kueras sekali, sudah divonis sama dokter, ini sudah, kan, sudah kuning semua
ini, ya. Divonis dokter harus masuk disini, dirawat disini tiga bulan. Itu sudah
puarah. Akhirnya ada orang dari Belanda, nenek-nenek, gitu. Tuaa. Ngapain
kamu repot-repot, itu bikinkan jamu itu temulawak, sama kunyit putih, sama
gula batu itu tiap hari. Akhirnya dituruti. Diparutkan tiap hari, katanya gitu.
Selama dua minggu itu akhirnya membaik, dokternya itu heran katanya,
dokternya heran. Tapi dia mau ngaku itu takut, dikasih apa dikasih apa nggak
nggak ngaku.
Pewawancara : Nggak ngaku? Terus.
Narasumber : Akhirnya kok dua minggu akhirnya keluar, nggak opname. Terus dirumah
terus ditekuni itu aja, dikasih itu aja, dikasih itu. Kok sembuh. Gitu, Lho.
Akhirnya di check kan lagi, sudah sembuh total. Terus akhirnya dia jualan
gitu. Aku Mosok bikin untuk anakku tok, untuk orang lain kan lebih baik.
Pewawancara : Untuk orang lain juga? Iya.
Narasumber : terus akhirnya dia jual, itu satu bungkus plastik gitu lima ratus, lima ratus.
Kan itu istrinya di sampoerna, kerja di sampoerna. Terus bapaknya itu sopir,
Pak Toppo itu sopir. Terus akhirnya dia laris laris, Bawa 100 bungkus habis.
Akhirnya produksi itu, produksi tambah botolan itu.
Pewawancara : Kecil-kecil berarti ya, Bu?
Narasumber : Dulu. Dulu itu diplastiki 500.
Pewawancara : Oh. Diplastiki.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Terus sekarang sampai produksi, ya itu sampai gelas
Pewawancara : Sampai botol-botol
Narasumber : Kayak botol aqua itu, ya. Sekarang sudah dimana-mana. Dia ikut apa gitu.
Program apa, ya. Bukan pahlawan ekonomi. Siapa gitu juara satu.
Pewawancara : Kalau ibu sendiri ikut pahlawan ekonomi juga?
Narasumber : Belum. Belum
Pewawancara : Belum, ya, Bu? Oh.
154
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Narasumber : Soalnya kelompok kampung kue sini, kalau ada undangan pahlawan
ekonomi, ndak ada pemberi tahuan, yang dateng hanya Bu Irul aja. Tapi
mengatas namakan kampung kue.
Pewawancara : Oh. Jadi hanya Bu Irul aja?
Narasumber : Iya. Sebetulnya kalau mengatas namakan kampung kue itu, mbak. Jadi semua
produk sini harus diajukan.
Pewawancara : He’em
Narasumber : Kemarin makanya Bu Risma kan gini. Kenapa ini nggak diikutkan apa itu
namanya
Pewawancara : Pahlawan ekonomi?
Narasumber : Pahlawan ekonomi.
Pewawancara : Mungkin belum di kasih tahu
Narasumber : Ndak. Ndak pernah sama sekali
Pewawancara : Ya, ya, ya. Jadi seperti itu, ya. Berarti dulu itu jamunya itu kayak, eh. Jamu.
Yang temulawak dan itu, itu kayak jamu-jamu yang dulu gendong keliling
diplastiki itu, ya, Bu?
Narasumber : Iya, Iya. Enak lho, mbak itu. Aku kalau di sentra UKM, pas kirim gitu mesti
aku cari itu, pak rahmat itu.
Pewawancara : Kalau saya senengnya yang sinom, Bu.
Narasumber : Iya. Sinom ada, kunyit putih ada, temulawak itu ada, bahkan dia itu kalau
punya penyakit liver apa apa minum jamuku ndak sembuh, datang ke rumah
setiap hari, tak bikino jamu, Gitu.
Pewawancara : Iya, iya.
Narasumber : Kan pernah masuk JTV itu, ya. Itu, Pak Toppo itu.
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Sekarang di kutai itu jadi super banyak
Pewawancara : Dari pengalaman ya?
Narasumber : Iya. Kan sekarang itu ada outlet baru itu, ya. Apa. Kukus. Lapis kukus
Surabaya, itu, lho, mbak. Jalan Kutai 53, itu taunya ini juga dari sentra UKM
MERR, Jadi dia itu outletnya itu, anu, diisi dengan UKM-UKM, produknya
UKM-UKM. Saya diundang. Saya disuruh masukan 30.
Pewawancara : Setiap?
Narasumber : Belum. Ini masih kemarin. Ngisi 30, tho. Terus kemarin dilihat sama Bu
Ami, tho. Katanya tinggal 14. Alhamdulilah.
Pewawancara : Berarti Bu Ami lebih dulu masukan ke situ, ya, Bu?
Narasumber : Ndak, Sama. Sama-sama. Aku yang ngirim, Bu Ami pas pulang. Punyanya
Bu Ami, juga tak bawakan.
Pewawancara : Oh, iya, iya.
Narasumber : Yang di telfon kan saya, terus kenapa kok punya kakak saya nggak di, nggak
di suruh anu, kirim juga. Tak bilang gitu. Kalau Bu Ami, diundang aku juga
diikut sertakan.
Pewawancara : Oh, iya.
Narasumber : Kalau aku diundang. Punya Bu Ami mesti tak ikut sertakan gitu, lho.
Pewawancara : Jadi bareng?
Narasumber : Iya. Betul.
Pewawancara : Kalau. Hmm. Ini selanjutnya. Kalau misalnya, dalam berinteraksi, apa ibu
cenderung mengatur sikap, gitu, Bu?
Narasumber : maksudnya?
Pewawancara : Maksudnya. Kaya, kalau misalkan saya mau ketemu orang, saya harus seperti
ini, seperti ini, seperti ini, gitu, Bu. Atau ya saya seperti ini?
Narasumber : Saya seperti ini, apa adanya gini.
Pewawancara : Apa adanya, ya, Bu?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Berarti tidak mengatur sikap sama sekali, ya, Bu?
Narasumber : Ndak. Nggak. Nggak. Terus sebaiknya gimana, mbak?
155
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Ya, nggak sih, Bu. Maksudnya kayak. Ya seperti ini aja sih, Bu, lebih baik.
Jadi orang tahu kita itu seperti apa, Bu. Nggak kita yang dibuat-buat gitu,
kan, Bu.
Narasumber : Ndak. Saya, ndak. Ya seperti ini adanya.
Pewawancara : Iya. Terus kalau berinteraksi, apakah ibu melibatkan perasaan? Misalnya,
saya, Bu. Saya nggak suka sama dia, haduh males ketemu dia. Kayak gitu,
Bu.
Narasumber : Ndak, ndak pernah.
Pewawancara : Jadi semua orang
Narasumber : Iya. Saya tanpa orang-orang ya ndak seperti ini, mbak.
Pewawancara : Iya, sih.
Narasumber : Ndak bisa hidup sendiri, kan.
Pewawancara : Oh, iya, iya, iya. Kalau dalam mengambil keputusan, Ibu bisa, ya,
mengambil keputusan?
Narasumber : Kita runding dulu sama keluarga.
Pewawancara : Oh runding dulu, Bu?
Narasumber : Iya. Mana yang baik, kita pakai. Mana yang tidak cocok, ya kita tinggalkan,
gitu.
Pewawancara : Iya, iya.
Narasumber : Tapi Insya’allah, semua keluarga itu mendukung.
Pewawancara : Mendukun, Bu, ya?
Narasumber : Iya, gitu.
Pewawancara : Kalau, hubungan, Bu. Maksudnya. Ini sudah saya bahas sih kemarin, ini
sudah, ok. Kalau pemasaran. Apa ibu bisa melakukan pemasaran, Bu?
Maksudnya produknya ibu ini bisa dipasarkan?
Narasumber : Saya kalau memasarkan itu, kita menawarkan itu di, dimana ya. Kita pernah
diketemukan ada, ada acara sendiri itu, diundang ke gedung wanita, acaranya
pertemuan dengan pengusaha.
Pewawancara : Oh dengan pengusaha?
Narasumber : Iya. UKM dengan pengusaha. Akhirnya kan tanya-tanya gitu, ya. Di Papaya
sama di Bonet, ya. Mintanya ini expirednya 6 bulan. Ndak papa, Bu. Kalau
saya ndak berani. Saya ndak berani. Nanti kalau ndak enak, kan malah orang
ndak mau.
Pewawancara : Ndak mau, ndak laku, ya?
Narasumber : Kapok, kan? Mau beli lagi ndak mau. Terus akhirnya ndak jadi. Terus
akhirnya kalau di Sadinah itu kayak’e, kayak cocok gitu, ya. Ini expirednya
sampai kapan, Bu? 3 bulan. Gitu, ok. Tapi ya kita harus menindak lanjuti
kesana, mbak.
Pewawancara : Iya.
Narasumber : Ya kita yang ke kantor sana. Menindak lanjuti. Akhirnya kita tiap anu ya
kirim sana. Ok, di ACC itu.
Pewawancara : Iya, iya, iya, Bu. Hmmm. Kalau misalkan setelah menjalankan usaha,
bagaimana dengan kehidupan ibu? Apa usaha ini mempengaruhi kehidupan
ibu? Misalnya terjadi peningkatan atau seperti apa?
Narasumber : Alhamdulilah, gitu.
Pewawancara : Iya, ya, Bu?
Narasumber : He’em.
Pewawancara : Peningkatannya seperti apa, Bu?
Narasumber : Ya gimana, ya. Lebih sejahtera gitu, lho, mbak.
Pewawancara : Dari segi ekonomi, Bu?
Narasumber : Iya, he’e
Pewawancara : Kalau dalam memulai usaha dan menjalankan usaha itu modalnya dari mana,
Bu?
Narasumber : Ya kan uang pribadi.
Pewawancara : Uang pribadi, ya?
Narasumber : Iya. Uang pribadi.
156
Lampiran 9 : Transkrip Wawancara 7 (sambungan)
Pewawancara : Belum sampai yang minjem ke koperasi atau seperti apa?
Narasumber : Belum.
Pewawancara : Belum, ya, Bu? Berarti semua modalnya ibu sendiri?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Dari awal-sampai sekarang?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau pendapatan sama tabungan itu apa meningkat, Bu?
Narasumber : Iya, alhamdulilah.
Pewawancara : Meningkat. Ehm.. Terus.. itu sih sudah. Terus yang ini. Apakah untuk ikut
pelatihan itu, Ibu melihat aspek ekonomi? Misalnya sebelum ikut pelatihan
ini, Ibu lihat peluang untuk usaha jadi Ibu mendalami, terus ibu ikut pelatih.
Narasumber : Mendalami gimana maksudnya?
Pewawancara : Maksudnya. Eh. Ibu mau masuk usaha itu, terus ibu ikut pelatihan.Itu karena
ibu lihat orang-orang yang sudah berhasil.
Narasumber : Sukses gitu, ya?
Pewawancara : Iya.
Narasumber : Iya, saya kepingin seperti orang-orang itu.
Pewawancara : Oh.
Narasumber : Tapi mulai dulu sih saya seneng ikut pelatihan juga.
Pewawancara : Oh. Jadi dari dulu Ibu sudah ikut pelatihannn, gitu, ya?
Narasumber : He’e. Seneng gitu memangnya.
Pewawancara : Supaya menambah ilmu, ya?
Narasumber : Iya. Betul.
Pewawancara : Kalau misalnya, faktor budaya apa yang mempengaruhi ibu untuk buka usaha
ini?
Narasumber : maksudnya gimana, ya? Faktor budaya?
Pewawancara : Budaya itu kayak misalnya, dari keluarga ibu sering buat kue.
Narasumber : Ndak ada. Keluarga saya itu petani.
Pewawancara : Petani semua?
Narasumber : Penjahit.
Pewawancara : Oh. Petani, penjahit?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Jadi ibu sendiri yang kesini?
Narasumber : Soalnya orang tua saya itu petani.
Pewawancara : Oh, ya, iya iya.
Narasumber : Ya saya sendiri yang senang bikin kue.
Pewawancara : Ibu sendiri ya, Bu?
Narasumber : Iya. Semuanya itu penjahit ada yang petani.
Pewawancara : Oh. Ya itu saja sih, Bu. Seperti itu. Nanti kalau misalkan masih kurang-
kurang .
Narasumber : Soalnya saya ndak pinter sih, mbak. Ndak bisa jawab, ya maklum.
Pewawancara : ndak, kok, bu. Ya kita yang mensiasati semuanya, Bu. Oh iya, Bu. Kalau
pendidikannya ibu sendiri itu?
Narasumber : SLTA
Pewawancara : SLTA?
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Ini yang lupa kemarin, Bu.
Narasumber : Oh iya, tidak apa-apa.
Pewawancara : Ya untuk sementara ini saja sih Bu yang saya mau tanyakan. Nanti kalau ada
kurang saya hubungi lagi ya Bu?
Narasumber : Oh, iya mbak Anita. Nanti kalau kurang-kurang datang saja kesini langsung.
Pewawancara : Baik Bu, terima kasih atas waktunya ya Bu.
Narasumber : Sama-sama.
157
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8
TRANSKRIP WAWANCARA
NARASUMBER 1
Nama : Choirul Mahpuduah
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausahawan (pemilik Pawon Kue)
Lokasi Wawancara : Tempat produksi milik Ibu Choirul
(Rungkut Lor Gang 2 RT 04/ RW 05)
Hari / tanggal Wawancara : Senin, 23 November 2015
Waktu Wawancara : 09.30 - 10.30 WIB
Suasana Wawancara : Ramai
Pewawancara : Permisi
Narasumber : Oh iya, silahkan masuk mbak.
Pewawancara : maaf Bu, mengganggu, kelihatannya lagi sibuk ya Bu?
Narasumber : Ya, ini lagi produksi juga. Gimana mbak skripsinya?
Pewawancara : Ini bu, sekarang lagi revisi bu. Saya membutuhkan lebih banyak onformasi
lagi Bu.
Narasumber : Oh iya mbak, silahkan. Saya sambil kerja ya.
Pewawancara : Baik Bu. Bisa saya mulai ya?
Narasumber : Iya, monggo.
Pewawancara : ini bu, untuk Kampung Kue sendiri ini apa ada akte pendiriannya Bu?
Narasumber : Akte pendiriannya ga ada ya. Kampung Kue ya. Kita sebut saja Kampung
Kue. Eh, paguyubannya yang punya akte pendiriannya itu adalah Koperasi
Pekerja Rumahan. Ada akte notarisnya.
Pewawancara : Disitu ada visi misinya?
Narasumber : Ada, ada.
Pewawancara : Boleh saya minta Bu?
Narasumber : Visi Misinya ini kemarin ga bisa saya buka toh.
Pewawancara : Iya Bu.
Narasumber : Terus kemudian visi misinya adalah, visinya terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dan berkeadilan.
Pewawancara : Oh, sama seperti yang kemarin ya Bu?
Narasumber : Iya, he’e.
Pewawancara : Mungkin saya bisa diemailkan Bu?
Narasumber : Oh boleh, nanti ta BBM aja ya.
Pewawancara : Oh, filenya Bu
Narasumber : Filenya masih ga bisa dibuka. Kemarin aku sudah ngomong ya. Sudah?
Belum?
Pewawancara : Oh iya Bu, sudah Bu.
Narasumber : Iya tidak bisa dibuka.
Pewawancara : Berarti belum ada legalitasnya ya Bu untuk Kampung Kue ini?
Narasumber : Iya belum. Belum ada. Ini lagi disusun-susun lagi.
Pewawancara : oh, iya bu.
Narasumber : terus, gimana mbak?
Pewawancara : Oh iya Bu. Seperti yang dulu ibu pernah bilang di wawancara sebelumnya,
ibu ini sering ikut pelatihan ya?
Narasumber : Sering pelatihan ya… iya.
Pewawancara : Dalam satu tahun ini, sudah berapa pelatihan yang ibu pernah ikut?
Narasumber : Setahun ini? Setiap minggu sekali ada pelatihan dari Pahlawan Ekonomi,
terus kapan itu dari Bogasari, kapan itu dari PT Pelindao, kapan itu dari
Dinas Koperasi. Ya banyak mbak.
Pewawancara : Jadi lebih dari 5 ya Bu?
Narasumber : Buanyak mbak pelatihan-pelatihan.
Pewawancara : Yang ibu sering ikut Bu?
158
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Narasumber : Yang pahlawan Ekonomi itu setiap minggu, Bogasari 1 tahun 2 kali.
Pelindo sekali dari Dinas Koperasi. Sering mbak pertemuan, workshop,
pelatiahan.
Pewawancara : Oh iya Bu. Ibu sendiri juga sering kasih pelatihan ya Bu?
Narasumber : Iya, ke orang-orang.
Pewawancara : Kalau sepengetahuannya ibu, tujuan dari masing-masing pelatihan itu apa
Bu?
Narasumber : Kalau di Pahlawan Ekonomi itu ya untuk satu sharing pengalaman, kedua
membangun jarigan, jaringan pasar. Terus ketiga ya intinya untuk apa ya,
intinya semua adalah bagaimana usaha bisa berkembang, menigkatkan
kualitas produk, untuk mengembangkan pasar, terus membangun merk itu
loh mbak.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Kalau yang dari Bogasari tujuannya apa Bu?
Narasumber : Bogasari itu ya bagaimana teman-teman untuk meningkatkan kualitas
produk dan diversifikasi produk.
Pewawancara : Meningkatkan kualitas dan diversifikasi produk ya BU?
Narasumber : Iya, yang sudah memproduksi kue itu biar tambah bagus, yang belum
punya usaha itu bisa punya produk lain.
Pewawancara : Oh iya, iya. Kalau yang dari Pelindo Bu?
Narasumber : Pelindo itu lebih ke membangun jaringan.
Pewawancara : untuk membangun jaringan ya Bu.
Narasumber : iya
Pewawancara : Nah untuk yang peserta, partisipannya itu semua orang boleh ikut atau
hanya orang tertentu?
Narasumber : Hanya orang Kampung Kue yang pertama, kedua orang sekitar Kampung
Kue, dan anggota jaringan. Eh anggota ini, pokok anggota lah mbak. Aku
pernah cerita nggak, yang paling atas ada SP Pri , yang bawah ada
Kampung Kue, yang ketiga adalah orang-orang disekitar Kampung Kue.
Jadi yang pertama adalah anggota kampung Kue, yang kedua adalah
anggota SP Pri di wilayah-wilayah lain, yang ketiga adalah orang-orang
lain yang bukan anggota.
Pewawancara : Oh. Iya Bu. Kalau yang di Pahlawan Ekonomi itu pesertanya siapa saja
Bu?
Narasumber : Pahlawan Ekonomi, eh, tergantung saya ngajak siapa, eh itu se-Surabaya
mbak.
Pewawancara : Se-Surabaya ya Bu?
Narasumber : Iya, UMKM se-Surabaya. Tapi kalau saya bisa ngajak siapapun. Pokok
menurut saya dia punya potensi saya ajak.
Pewawancara : Oh iya Bu.
Narasumber : Kemarin saya juga ketemu orang mana sih, dia kan belum diajak sama
orang-orang yang di kelurahan apa itu. Saya bilang datang aja, ngomong
aja Bu Irul yang ajak.
Pewawancara : Oh, gitu ya Bu. Kalau yang di Bogasari Bu, pesertanya siapa saja Bu?
Narasumber : Pesertanya orang Kampung Kue, SP Pri, sama orang sekitar.
Pewawancara : Kalau Pelindo Bu?
Narasumber : Pelindo hanya saya dari Kampung Kue. Karena yang milih kan Dinas
Koperasi.
Pewawancara : Oh, dipilih berarti ya Bu?
Narasumber : Iya, dipilih.
Pewawancara : Itu syarat yang dipilih itu apa Bu? Ada kriteria khususnya nggak Bu?
Narasumber : Eee... kriterianya itu yang produk unggulan. Kemana-mana Petra ini kan
aku juga di undang tanggal 25 besok. Nanti tanggal 25 kamu kesana, nanti
bisa ketemu saya, Bu Pri, Bu Ami, di Auditorium.
Pewawancara : Tanggal 25 ya Bu?
Narasumber : Iya, nanti kita ketemu disitu.
Pewawancara : Saya usahakan Bu.
159
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Narasumber : Kan bisa nambah informasi lagi. Itu ad abosnya Bukalapak disitu. Nanti
kalau bisa, ada kesempatan, nanti kamu bisa tanya dia pandangan dia
tentang produk saya.
Pewawancara : Oh iya Bu
Narasumber : Pandangan dia tentang produk saya, karena saya kan sudah ngiklan di
Bukalapak. Itu yang pertama, yang kedua dia tau persis prosesnya seperti
apa ketika produkku itu difasilitasi oleh Pemkot Surabaya, melalui
Pahlawan Ekonomi. Dia tau persis. Nanti dia bisa kamu tanya-tanya.
Pewawancara : Oh iya Bu.
Narasumber : Dia tau persis.
Pewawancara : Baik Bu. Jadi kembali ke tadi Bu, kriteria pemilihannya itu yang dianggap
punya produk unggulan ya Bu
Narasumber : Iya punya produk yang dianggap potensial, gitu aja mbak. Sehingga Dinas
Koperasi itu, kemana-mana aku di undang. Yang kemarin Pasar Rakyat
juga Dinas Koperasi yang ngundang. Nah ini di petra juga Dinas Koperasi
aku yang ngundang.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Nah kalau kolaborasi Bu, pernah nggak ada dari pihak yang
memberi pelatihan minta ibu untuk menjadi pelatih juga, untuk memberi
pelatihan.
Narasumber : Kalau Bogasari belum pernah, karena Bogasari sudah sering kasih
pelatihan.
Pewawancara : Kalau yang lain Bu?
Narasumber : Kalau dulu dalam perjalanannya pernah. Sampoerna, saya diminta untuk
memfasilitasi pelatihan di komunitas dampingannya Sampoerna yang
lainnya. Sampoerna kan punya CSR toh, program CSRnya di pabrik
Pasuruan, Pandaan, Sukorejo itu pernah di sana. Terus di Surabaya yang di
Pesapen dekatnya House of Sampoerna, itu aku juga pernah kasih
pelatihan disana.
Pewawancara : Oh, jadi dengan Sampoerna ya Bu. Itu yang ibu ajari apa saja Bu?
Narasumber : Materinya?
Pewawancara : Iya materinya Bu.
Narasumber : Materinya ya bikin kue, kue kering. Terus kemudian bikin antaran
pengantin, terus bikin apa itu mbak… eee daur ulang sampah kering itu.
Terus kemudian bikin glass painting.
Pewawancara : Banyak ya Bu. Untuk manajemennya diajarkan juga Bu?
Narasumber : Kalau kue pasti saya ajarkan manajemennya. Ngitung biaya produksinya,
terus harga jualnya berapa. Bogasari juga diajarkan. Aku juga selalu ikut-
ikutan ngasih kalau lagi pelatihan.
Pewawancara : Oh, jadi ibu juga mengajarkan apa yang diajarkan ke Ibu ya?
Narasumber : Iya. Paling ya simple, harganya berapa, bahannya berapa, ini..ini..ini.
Dijual berapa. Ya kayak gitu. Untuk meyakinkan kalau peluang usaha dari
produk yang kita bikin itu ada.
Pewawancara : Oh iya Bu. Kalau untuk ikut pelatihan itu harus melalui pendaftaran atau
siapa saja boleh ikut?
Narasumber : Pelatihan yang di Bogasari?
Pewawancara : Iya Bu.
Narasumber : Ya aku pasti ditelpon, Bu Irul berapa orang. Kayak gitu.
Pewawancara : iya.
Narasumber : Jadi terserah ibu berapa orang.
Pewawancara : Iya, he’e. Aku milih orang. Biasanya kita pilih yang memang kriterianya
yang mau mengembangkan usahanya. Kalau nanti dia dilatih tapi nanti
tidak berkembang percuma. Baru nanti kalau ada tempat lagi, kita
ambilkan orang lain.
160
Narasumber : Oh gitu ya Bu. Kalau pendanaan Bu, kira-kira ibu tau berapa biaya yang
dikeluarkan untuk satu kali pelatihan Bu?
Pewawancara : Kalau Bogasari itu kita mengeluarkan hanya untuk ini, untuk apa itu, untuk
transport saja.
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Narasumber : Oh jadi untuk transport saja ya Bu. Selain itu semuanya ditanggung oleh
Bogasari ya Bu?
Pewawancara : Iya, dikasih Bogasari. Biaya makan dikasih Bogasari, bahan di kasih
Bogasari. Terus kalau ditempat aku kasih pelatihan itu, semua ditanggung
oleh Sampoerna. Terus aku juga dikasih honor biasanya oleh Sampoerna.
Tapi honornya itu, kan kita punya perpustakaan ya, misalnya aku yang
datang 2 orang ya, nanti honornya dibagi 3, untuk saya, teman saya, dan
satunya untuk perpustakaan saya kasih bagian. Untuk apa, ya untuk
pengadaan buku-buku, untuk sampul, kayak gitu. Sapu.
Narasumber : Jadi bianya hanya transport ya Bu, tidak ada biaya laiinya ya Bu.
Semuanya ditanggung Bogasari.
Pewawancara : Iya. Gak ada biaya-biaya. Karena kita dianggap komunitas.
Narasumber : Oh. Kalau yang memberi pelatihan itu siapa Bu?
Pewawancara : Chefnya Bogasari.
Narasumber : Kalau yang dari Pelindo itu siapa Bu?
Pewawancara : Pelindo itu dulu dari Dinas Koperasi. Gak tau siapa narasumber yang
dipilih.
Narasumber : Kalau yang Pahlawan Ekonomi Bu?
Pewawancara : Pahlawan Ekonomi dari Surabaya Hotel School, sama UMKM yang
sukses.
Narasumber : Kalau yang dari Surabaya Hotel School itu siapanya Bu?
Pewawancara : Chefnya. Chefnya Surabaya Hotel School.
Narasumber : Oh. Itu apa aja yang diajarkan Bu? Yang di pahlawan Ekonomi.
Pewawancara : Wah macam-macam mbak. Kue-kue, makanan, packaging, pemasaran,
manajemen, marketing. Terus ngundang dari toko online, tokopedia,
bukalapak. Macam-macam mbak. Dari perbankan, pegadaian.
Narasumber : Jadi selalu ada yang beda ya bu?
Pewawancara : Iya, selalu ada yang baru. Kemarin itu bikin soto Surabaya dan ee… apa
itu.. lumpia krispi. Sama kerajinan, bikin tas, bikin sepatu. Terserah. Jadi
kelasnya di bagi 2, kelas makanan dan kelas handicraft. Kelas makanan
biasanya dibagi menjadi 2 lagi karena peminatnya terlalu banyak. Makanan
itu banyak mbak peminatnya. UMKM makanan itu banyak sekali di
Surabaya.
Narasumber : Oh, jadi di bagi 2 ya Bu. Itu materinya sama atau berbeda Bu?
Pewawancara : materinya beda.
Narasumber : Nah kalau chefnya yang ngajar itu, apa ada kriteria khusus Bu?
Pewawancara : Ya pasti, itu kan tergantung SHSnya. Terus chefnya juga ganti-ganti,
tergantung SHSnya. Kalau resepnya pasti dibagikan,, itung-itungan juga
diajari.
Narasumber : Oh jadi beda-beda ya Bu, diajari juga manajemennya ya Bu.
Pewawancara : Iya.
Narasumber : Terus, cara mereka mengajar itu bagaimana Bu?
Pewawancara : langsung praktek langsung, terus ada presentasi.
Narasumber : Oh, jadi presentasi dan praktek langsung ya Bu?
Pewawancara : Iya, itu semua pelatihan seperti itu Bu?
Narasumber : Iya, sama. Terus hasil praktek juga di bawa pulang masing-masing.
Pewawancara : Kalau Pelindo itu diajari apa Bu?
Narasumber : Pelindo kemarin itu diajari apa ya.. e.. pelatihan soal bagaimana
membangun produk menghadapi masyarakat Ekonomi Asean. Kayak gitu-
gitu.
Pewawancara : Maksudnya?
Narasumber : Jadi bagaimana produk kita makin diperkuat
Pewawancara : Oh, memperkuat produk gitu ya Bu?
161
Narasumber : He’em. Ini kan global, kayak gitu-gitu lah nanti.
Pewawancara : Cara mengantisipasinya gitu ya Bu
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Itu pesertanya berapa banyak Bu?
Narasumber : Kalau di Pahlawan Ekonomi 200’an. Kalau dari Bogasari pesertanya 40
orang dari Kampung Kue. Kalau yang dari Pelindo itu 100’an.
Pewawancara : Jadi sekali pelatihan di Bogasari itu hanya dari Kampung Kue?
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Narasumber : Nggak juga. Di Bogasari kana da banyak ruangan. Ruangan ini Kampung
kue, ruangan ini kampung lainnya.
Pewawancara : Oh, seperti itu ya Bu. Intensitas pelatihannya berapa kali Bu masing-
masing pelatihannya?
Narasumber : Kalau yang Pahlawan Ekonomi itu setiap minggu, kalau Bogasari itu 1
tahun 2-3 kali. Kalau yang dari Pelindo itu hanya satu kali.
Pewawancara : Oh. Kalau durasinya Bu? Maksudnya waktu untuk satu kali pelatihan dari
masing-masing pelatihan Bu.
Narasumber : Kalau di Bogasari itu jam 8 pagi sampai jam 4 sore, 3 resep.
Pewawancara : Kalau yang di Pelindo Bu?
Narasumber : Pelindo itu dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore.
Pewawancara : Kalau Pahlawan Ekonomi?
Narasumber : Jam 10 pagi sampai jam 3 sore.
Pewawancara : Kalau yang diajarkan di Bogasari itu apa juga di ajarkan pemasaran,
perencanaan, manajemen, sama akutansi seperti pembukuan sederhana gitu
Bu?
Narasumber : Kalau itu, dulu pernah, pelatihan tentang packaging, terus apa ya itu.
Packaging sama merk. Bagaimana membuat merk.
Pewawancara : Kalau yang untuk membuat merk itu, waktu pelatihan ibu juga diminta
untuk buat contoh nggak Bu?
Narasumber : Justru kemudian dulu difasilitasi satu-satu
Pewawancara : Oh, jadi difasilitasi satu-satu untuk buat merk ya Bu?
Narasumber : iya.
Pewawancara : Jadi konsultasi sama mereka ya Bu?
Narasumber : Iya, he’e. karena dilanjutkan dirumah.
Pewawancara : Oh, dilanjutkan dirumah ya Bu. Kalau yang di Pahlawan Ekonomi itu
bagaimana Bu?
Narasumber : Di Pahlawan Ekonomi bagaimana?
Pewawancara : Diajarkan juga nggak Bu kayak manajemen, pemasaran, perencanaan,
akutansi seperti pembukuan sederhana gitu?
Narasumber : Oh iya, pemasarannya, makanya ngundang bukalapak supaya bisa
memasarkan secara online, permodalannya makanya ngundang Bank, bisa
mengakses dana dari Bank. Dari Pegadaian. Sampai ada trading untuk
investasi.
Pewawancara : Kalau pengaplikasiaannya bagaimana Bu?
Narasumber : Ya, mereka dengan mudah mengakses perbankan. Di praktekin lah mbak.
Buktinya banyak orang sukses di Pahlawan Ekonomi.
Pewawancara : Emmm. iya,iya Bu. Kalau yang di Bogasari dulu ibu bilang diajari juga
penetapan harga kan Bu. Apa ibu juga diminta untuk mencoba membuat
perkiraan harga untuk produk lain?
Narasumber : Nggak, ya hanya itung-itungan produk yang dipraktekan, yang dilatihkan.
Pewawancara : Jadi langsung tau aja ya Bu, tidak diminta untuk mempraktekan ya Bu.
Narasumber : Iya.
Pewawancara : Kalau yang di Pahlawan Ekonomi dan di Pelindo juga seperti itu atau
berbeda Bu?
Narasumber : Ya sama seperti itu.
Pewawancara : Pelindo juga diajarkan?
Narasumber : Pelindo kemarin nggak. Kalau Pahlawan Ekonomi pasti mbak.
Pewawancara : Pasti ya Bu. Kalau setelah pelatihan itu apa ada kunjungan lagi?
162
Narasumber : Ada. Kadang. Tapi ya tertentu saja. Tidak semua UKM dikunjungi.
Pewawancara : Dari Bogasari?
Narasumber : Bogasari selalu, telpon minta masukkannya, gimana chefnya, gimana ada
yang sudah mempraktekan atau belum. Terus kemudian, Bogasari bagian
pemasarannya, marketingnya itu selalu datang kerumah-rumah.
Menanyakan kemajuannya, harga bahan bakunya bagaimana, dapat tepung
harga berapa. Kayak gitu-gitu.
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Pewawancara : Oh gitu ya Bu. Apa mereka ngasih layanan seperti konsultasi terkait usaha
yang ibu jalankan nggak?
Narasumber : Ya, ada.
Pewawancara : Ada ya Bu. Oh iya Bu, ini saya mau tanya yang pelatihan yang ibu kasih
itu, pesertanya berapa orang Bu?
Narasumber : Pesertanya biasa 15 orang. Kalau yang di Sampoerna itu bisa sampai 30
orang.
Pewawancara : Kalau yang ibu sendiri itu 15 orang ya Bu?
Narasumber : Iya 15 sampai 20 orang lah, tergantung orang-orang. Kalau yang
Sampoerna itu biasanya masyarakat sekitar sama ini buruh pabrik. Buruh
pabrik yang menjelang pensiun.
Pewawancara : Kalau yang ibu latih itu, pesertanya siapa saja Bu?
Narasumber : Warga sini, warga Rungkut Lor gang II. Pokoknya warga. Karena siapa
tahu dengan ikut pelatihan mereka terdorong untuk punya usaha sendiri.
Pewawancara : Oh. Kalau yang masalah PIRT Bu, itu untuk dapat PIRT ada tahapan-
tahapannya Bu?
Narasumber : Ada
Pewawancara : Ada pelatihannya juga Bu?
Narasumber : Ada, dari Dinas Kesehatan. Tapi kita mengajukannya lewat Dinas Humas,
yang mengoordinir Dinas Koperasi, yang kasih pelatihan Dinas Kesehatan.
Terus dia setelah ngasih pelatihan, kemudian ada ujiannya. Setelah lulus
baru mereka Dinas Kesehatannya tinjau lokasi. Kemudian satu minggu
kemudian kalau dianggap layak dapat nomor PIRT.
Pewawancara : Kalau untuk mengajukan PIRT syarat-syaratnya seperti apa Bu?
Narasumber : Ya pasti KTP, KSK, teruk kemudian nama usahanya, terus bahan-bahan
yang dipakai apa saja, kayak gitu-gitu.
Pewawancara : Itu di periksa juga ya Bu?
Narasumber : Iya di cek, tempat sampahnya ada nggak, sanitasinya ada nggak, seperti
apa. Kayak gitu-gitu.
Pewawancara : Kalau misalnya ibu sebagai peserta pelatihan kewirausahaan, itu apa ibu
melibatkan aspek ekonomi?
Narasumber : Iya pasti.
Pewawancara : Comtohnya seperti apa Bu?
Narasumber : Kalau aspek ekonomi kan selalu pilihannya karena sini Kampung Kue jadi
piliahnnya 1 kue. Kalaupun itu bukan kue, itu adalah pilihannya tentang
kegiatan yang bisa dikembangkan menjadi sumber penghasilan.
Pewawancara : Kalau faktor budaya Bu?
Narasumber : faktor kebudayaan yYang kita kembangkan tetap kebersamaan. Sehingga
kalau orang-orang bilang wes ini aja tak produksi, ya sudah kita biarkan.
Pewawancara : Kalau aspek politik?
Narasumber : Aspek politik, ya mereka kita beri kebebasan untuk ini mbak, misalnya
gini, kadang saya menawarkan kira-kira pelatihannya apa, dia punya
usulan. Artinya apa, ya dia punya kesempatan untuk menympaikan usulan,
itu kan aspek politis.
Pewawancara : Kalau untuk ketemu sama orang Bu, apakah ibu cenderung mengatur sikap
atau tidak Bu?
Narasumber : Ya pasti. Kita mau bertemu dengan siapa.
Pewawancara : Setelah menjalankan usaha, bagaimana dengan kehidupan ibu?
Narasumber : Maksudnya?
163
Pewawancara : Setelah menjalankan usaha ini apakah ada peningkatan Bu?
Narasumber : Ya pasti ada peningkatan ya mbak. kita mau kemana-mana bisa, mau ikut
pelatihan yang bayar pun bisa.
Pewawancara : Jadi peningkatan dari aspek ekonomi ya Bu?
Narasumber : Ya ekonomi, dari kapasitas, hubungan sosial masyarakat itu tidak hanya
disini. Siapapun pasti saya kenal.
Lampiran 10 : Transkrip Wawancara 8 (sambungan)
Pewawancara : Jadi meningkatkan networking juga ya Bu?
Narasumber : Iya, kalau orang sebut Petra, pasti ada yang saya kenal, di Ubaya, dimana-
mana, semua universitas saya kenal di Surabaya.
Pewawancara : Oh iya Bu, tadi kelupaan, untuk pelatihan di Bogasari itu kan diajarkan
tentang bahan-bahannya, apa diajarkan tentang kriteria bahan yang baik
untuk diproduksi?
Narasumber : Iya ada. Cuma kan dia dari Bogasari, jadi bahan-bahan yang diajar ya
yang dari Bogasari sendiri.
Pewawancara : Oh, jadi sekalian memperkenalkan produk juga ya Bu. Kalau yang melatih
itu apa ada kriteria khususnya nggak Bu?
Narasumber : Kalau itu nggak tau, tapi mereka pasti ada kriteria khususnya lah mbak.
Pasti ada itu.
Pewawancara : Pasti ada ya Bu.
Narasumber : Iya. Bogasari Baking Center.
Pewawancara : Oh, iya Bu. Ya ini saja sih bu yang sementara mau saya tanyakan.
Narasumber : iya he’eh. Nanti kalau kurang segera ketemu saya.
Pewawancara : Oh iya Bu. Terima kasih ya Bu.
Narasumber : Iya sama-sama mbak.
164
Lampiran 11 : Surat Keterangan Pengumpulan data
165
Lampiran 11 : Surat Keterangan Pengumpulan data (sambungan)
166
Lampiran 11 : Surat Keterangan Pengumpulan data (sambungan)
167
Lampiran 11 : Surat Keterangan Pengumpulan data (sambungan)
168
Lampiran 12 : Hasil Triangulasi Program Pelatihan
Tabel 12.1. Hasil Triangulasi Pengertian Program Pelatihan
Program Pelatihan Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4 Validitas
1. Pengertian Program
Pelatihan
Kewirausahaan
Program pelatihan itu ya
melatih kita untuk bisa
punya usaha, untuk kita
tidak hanya bisa ngomong
tapi kita juga bisa
membuktikan apa yang
kita bilang. Ada banyak
macam pelatihan,
misalnya pelatihan buat
kue, pelatihan ya culinary
school, ya gitu-gitu.
Ya, tidak begitu tahu
mbak. Tapi, kadang
ikut pelatihan di
Bogasari.ya dilatih
buat kue.
Iya pelatihan itu
memberikan kita ilmu
supaya kita bisa
berwirausaha, bisa
berkembang, dan bisa
berhubungan dengan
banyak orang.
Pelatihan ya
memberi ilmu ke
kita agar bisa
berkreasi ya, jadi
tidak cuma ilmu saja
ya, tapi prakteknya
juga.
Valid
2. Partisipasi dalam
program pelatihan
Pernah, tapi bukan
program khusus.
Pelatihan buat kue di
Bogasari dan di Safi
Aminah
Pernah, pelatihan buat
kue di Bogasari.
Pernah, pelatihan di
Bogasari tentang buat
kue dan packaging,
pelatihan tentang
label di Disperindag,
pelatihan tentang
masa berlaku
(expired) produk di
Bonet.
Pernah. Pelatihan
buat kue dan
manajemen di
Bogasari, pelatihan
buat sabun cair di
Malang, pelatihan
dari pemerintah
yaitu dari
Disperindag.
Valid
169
Lampiran 12 : Hasil Triangulasi Program Pelatihan (sambungan)
Tabel 12.2. Hasil Triangulasi Karakteristik Program Pelatihan
Karakteristik Program Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4 Validita
s
1. Pelaksana program Pelatihan
(rekanan)
- Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan
Keluarga Berencana
(Bapemas dan KB)
- Dinas Koperasi
- PT Bogasari
Bogasari -PT Bogasari
- Dinas Perdagangan
dan Perindustrian
(Disperindag) kota
Surabaya
-PT Bogasari
- Dinas Perdagangan
dan Perindustrian
(Disperindag) kota
Surabaya
Valid
2. Metode
Program
Pelatihan
a. Pelatih - Bapemas pelatihnya
adalah pembicara dengan
karakteristik tertentu, dan
chef dari Surabaya Hotel
School dengan
karaketristik tertentu
- Dinas Koperasi melalui
PT Pelindo dengan
pelatihnya adalah
pembicara dengan
karakteristik yang sudah
ditentukan
- PT Bogasari pelatihnya
adalah Chef dengan
karakteristik yang sudah
ditentukan
Chef -PT Bogasari
pelatihnya adalah
Chef dengan
karakteristik yang
sudah ditentukan
-Disperindag melalui
pembicara-pembicara
dengan karakteristik
yang telah ditetapkan
-PT Bogasari
pelatihnya adalah Chef
dengan karakteristik
yang sudah ditentukan
-Disperindag melalui
pembicara-pembicara
dengan karakteristik
yang telah ditetapkan
Valid
170
b. Cara
transfer
pengetahuan
- Cara mengajar pada
program pelatihan yang
diselenggarakan oleh
Bapemas, yaitu
Perempuan Pahlawan
Ekonomi adalah
presentasi langsung
- Cara mengajar di
Bogasari adalah melalui
presentasi dan praktek
langsung
Cara mengajar
adalah dibagi
dalam
kelompok-
kelompok.kem
udian
dipraktekan.
-Cara mengajar di
Bogasari adalah
peserta dibagi
kedalam kelompok-
kelompok, lalu
masuk kelas untuk
dijelaskan materinya,
dan kemudian di
praktekan.
-Cara mengajar di
Disperindag melalui
presentasi langsung
dari pembicara
-Cara mengajar adalah
peserta masuk ke
kelas-kelas terlebih
dahulu untuk diajarkan
bahan-bahan dan
menajemen seperti
penetapan harga.
Kemudian
dipraktekan.
-Cara mengajar di
Disperindag melalui
presentasi langsung
dari pembicara
Valid
c. Jumlah
partisipan
-Jumlah partisipan
pelatihan di program
Perempuan Pahlawan
Ekonomi adalah kurang
lrbih 200 orang
-Jumlah partisipan
pelatihan dari PT Pelindo
adalah kurang lebih 100
orang
-Jumlah partisipan
pelatihan di Bogasari
adalah 40 orang.
Jumlah
partisipan 30-
40 orang
-Jumlah partisipan
pelatihan di Bogasari
25-40 orang.
-Partisipan dalam
pelatihan yang
diberikan oleh
Disperindag adalah
anggota Binaan. Dari
Kampung Kue ada 10
anggota binaan, tetapi
untuk ikut pelatihan
biasanya diminta 3-4
anggota binaan saja.
-Jumlah partisipan
dalam pelatihan di
Bogasari 20-40 orang
- Jumlah partisipan
dalam pelatihan yang
diberikan oleh
Disperindag adalah 25
anggota Binaan
Valid
d. Durasi
pelatihan
- Durasi pelatihan yang
diberikan oleh Bapemas
Durasi
pelatihan
-Durasi pelatihan dari
Bogasari adalah
-Durasi pelatihan dari
Bogasari adalah
Valid
171
dan KB adalah selama
kurang lebih 5 jam (dari
pukul 10.00-15.00)
- Durasi pelatihan dari
pelatihan yang diberikan
oleh PT Pelindo adalah
kurang lebih 5 jam (dari
pukul 10.00-15.00)
- Durasi pelatihan di
Bogasari adalah kurang
lebih 8 jam. (dari pukul
08.00-16.00 )
adalah 7 - 8
jam (dari pukul
08.00-15.00/
16.00)
kurang lebih 7 - 8
jam (dari pukul
08.00-15.00/ 16.00)
-Durasi pelatihan
yang diberikan oleh
Disperindag adalah
kurang lebih 5-7 jam
kurang lebih 6-8 jam
(dari pukul 08.00-
14.00/16.00)
-Durasi pelatihan yang
diberikan oleh
Disperindag adalah
kurang lebih 6-8 jam
e. Intensitas
pelatihan
- Perempuan Pahlawan
Ekonomi : setiap minggu
- PT Pelindo : 1 kali saja
- Bogasari : 1 tahun 2
kali
1 tahun 2-3
kali
-Bogasari :1 tahun 2-
3 kali
-Disperindag : 1
bulan 1 kali.
-Bogasari :4 bulan 1
kali (1 tahun 3 kali)
-Disperindag : 1 bulan
1 kali
Valid
e. Konten dan
Kurikulum
a. Konten -Peremuan Pahlawan
Ekonomi :
- PT Pelindo :
- Bogasari:
-Buat kue
-manajemen
keuangan yaitu
penetapan
harga
- Bogasari :-Buat kue,
manajemen
keuangan, packaging,
label, masa berlaku
produk, HAKI
- Disperindag :
pengajuan hak merk,
label halal,
pemasaran
- Bogasari : Buat roti,
manajemen seperti
penetapan harga,
HAKI
- Disperindag :
pemasaran, pelatihan
SOP, manajemen
sikap. Packaging,
manajemen
operasional,
Valid
172
manajemen sikap
4. Wrap around services Setelah pelatihan selesai
ada form evaluasi yang
dikirimkan, sales area
datang mengunjungi
untuk menanyakan
apakah resep yang
diajarkan dipraktekan,
dan menanyakan apa
kesulitan ynag dihadapi.
Setelah
pelatihan ada
layanan tanya
jawab. Selain
itu, pihak dari
Bogasari juga
mengunjungi,
tapi tidak saat
produksi.
Setelah pelatihan ada
kunjungan dari pihak
pelatih untuk melihat
dan menanyakan
seperti apa kesulitan
yang dihadapi.
Setelah pelatihan ada
kunjungan dari pihak
pelatih, serta apabila
mengingnkan untuk
praktek di tempat
pihak pelatih bisa
dihubungi.
Valid
Narasumber 1 : Choirul Mahpuduah
Narasumber 2 : Tuti
Narasumber 3 : Kasiami
Narasumber 4 : Sumiatun
173
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan
Tabel 13.1 Hasil Triangulasi Sikap Kewirausahaan
Sikap Kewirausahaan Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4 Validitas
1. Pola Pikir
kewirausaha-
an
Interaksi/hubungan
(self monitoring)
Interaksi/hubungan
antara satu sama lain
baik, saling
mengingatkan. Ketika
bertemu dengan
sesama orang tidak
terlalu memperhatikan
sikap, sedangkan jika
bertemu dengan orang
yang baru dikenal
cenderung mengatur
sikap.
Dapat menjalin
hubungan yang
baik dengan
sesama, saling
membantu.
Dapat menjalin
hubungan baik
dengan lingkungan
sekitar. Ketika
bertemu dengan
orang baru,
cenderung
mengatur sikap.
Dapat menjalin
hubungan yang
baik dengan
lingkungan baik
sebelum maupun
setelah mengikuti
pelatihan. Serta
saling memberi
motivasi. Ketika
bertemu dengan
orang baru, lebih
memperhatikan
cara berbicara
yang baik dan
tidak kasar,
sehingga dapat
memberi kesan
yang baik buat
orang yang
bertemu dengan
kita.
Valid
174
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
Perbedaan
pandangan
(perspective
taking)
Jika terjadi perbedaan
pandangan, bisa
diterima dengan baik.
Ada saran diterima,
namun di
pertimbangkan.
Apabila ada
perbedaan
pandangan bisa
diterima dengan
baik.
Apabila terjadi
perbedaan
pendapat, tidak
pernah terjadi
konflik, karena
setiap masukkan
yang didapat
diterima dengan
baik.
Apabila terjadi
perbedaan
pendapat, bisa
menerima dengan
baik. Jika ada
masukkan
disaring dan
kemudian diolah
kembali.
Valid
Bekerja dengan
emosi
Kadang dalam bekerja
melibatkan emosi
yang negatif.
Dalam berkerja ya
senang-senang saja,
jadi bekerja dengan
emosi yang positif.
Dalam berkerja
santai-santai saja,
senang, jadi
bekerja dengan
emosi yang positif
Dalam mbekerja
senang-senang
saja, artinya
melibatkan emosi
yang positif..
Valid
Kesadaran akibat
emosi negatif dalam bekerja
Sadar bahwa
melibatkan emosi yang negatif dalam
bekerja mempengaruhi
produk
Sadar bahwa meli-
batkan emosi yang negatif dalam kerja
mempengaruhi
prooduk
Sadar bahwa
melibatkan emosi negatif dalam
bekerja
mempengaruhi
kinerja
Sadar bahwa
melibatkan emosi negatif dalam
bekerja
mempengaruhi
kinerja dan
produk.
Valid
175
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
2. Kemapuan
Kewirausah-
an
kemampuan
melakukan
perencanaan
Mampu menetapkan
tujuan yaitu
diversifikasi produk,
target market, jumlah
karyawan, dan besar
omset.
Mampu menetap-
kan tujuan
kedepannya. Awal
mulai memiliki
usaha adalah untuk
membantu suami
membayar biaya
sekolah dan tam-
bahan penghasilan
untuk keluarga.
Kedepannyaanak-
anak meneruskan
usaha dan mengem-
bangkannya.
Mampu
menetapkan tujuan
dan rencana, yaitu
mengembangkan
usaha sampai
turun temurun.
Mampu
menetapkan
tujuan dan
perencanaan yaitu
melakukan
pemasaran
produk yang lebih
luas dan memiliki
varian rasa yang
lebih banyak.
Valid
kemampuan
mengambil
keputusan
Mampu mengambil
keputusan namun
melibatkan orang lain
juga seperti karyawan.
Mampu mengambil
keputusan sendiri.
Mampu
mengambil
keputusan dan
melibatkan
keluarga dalam
mengambil
keputusan
Mampu
mengambil
keputusan dengan
berunding
bersama keluarga.
Valid
176
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
kemampuan
bersosialisasi
Mampu bersosialisasi
dengan baik, dilihat
dari pengalaman
beliau.
Mampu
bersosialisasi
dengan baik,
terbukti dari
hubungan dengan
lingkungan sekitar
yang rukun-rukun
saja.
Mampu
bersosialisasi
dengan baik,
terbukti dari
hubungan dengan
lingkungan sekitar
yang baik-baik
saja, saling
membantu.
Mampu
bersosialisasi
denga baik,
terbukti dari
hubungan dengan
sesama dan
kemampuan
untuk
memberikan
motivasi.
Valid
kemampuan
melakukan
pemasaran produk
Pemasaran produk
melalui networking
yaitu teman-teman
wartawan narasumber
saat narasumber dulu
aktif dalam kegerakan.
Pemasaran melalui
mulut ke mulut dan
juga melalui
networking
bersama
narasumber 1.
Melakukan
pemasaran dari
mulut ke mulut
awalnya.
Kemudian melalui
networking
bersama
narasumber 1.
Melakukan
pemasaran
melalui
Disperindag, serta
melalui
networking
bersama
narasumber 1.
Valid
kemampuan
negosiasi/ tawar
menawar
Tidak melakukan
tawar-menawar harga,
karena mengikuti
harga pasaran dan
harga yang ditetapkan.
Bisa melakukan
negosiasi, tetapi
harga sudah tetap,
jadi ketika
melakukan tawar
menawar pasti
ditolak.
Bisa melakukan
tawar menawar,
seperti ke tempat
penitipan.
Belum pernah
melakukan tawar
menawar, karena
harga sudah pasti.
Valid
Kemampuan Dapat mengolah Mampu mengelolah Mampu Dapat mengelolah Valid
177
mengelolah
keuangan
dengan baik, namun
tidak dapat
memisahkan uang
untuk kebutuhan
sehari-hari dengan
uang usaha, karena
uang usaha digunakan
untuk memenuhi
kebutuhan rumah
tangga semua, tidah
hanya usaha saja.
dengan baik,
meskipun uang
hasil penjualan
dengan uang untuk
kebutuhan sehari-
hari tidak dapat
dipisahkan. Karena
masih bisa
menabung dari
hasil penjualannya.
mengelolah
keuangan dengan
baik. Memisahkan
hasil penjualan
dengan kebutuhan
sehari-hari.
keuangan dengan
baik, terkadang
pendapatan dari
hasil penjualan
dipakai juga
untuk kebutuhan
sehari-hari.
Namun masih ada
pengjasilan yang
bisa ditabung.
kemampuan
melakukan inovasi
Mampu melakukan
inovasi, terbukti dari
inovasi yang terjadi
pada produk Almond
Crispy yang awalnya
hanya memiliki 1 rasa
yaitu cheese menjadi
berbagai macam rasa
diantaranya coklat, red
velvet dan green tea.
Mampu melakukan
inovasi terbukti dari
inovasi produk mie,
yang dulunya hanya
mie polos, sekarang
menjadi dua macam
mie, mie pedas dan
mie polos.
Mampu
melakukan
inovasi, terbukti
dari perubahan
cara kerja, inovasi
packaging. Dan
inovasi rasa.
Memiliki
keinginan untuk
melakukan
inovasi rassa pada
produk, tetapi
belum dijalankan.
Valid
178
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
3. Status
Kewirausah-
an
keinginan untuk
memulai /
mengembangkan
usaha
Memiliki keinginan
untuk
mengembangkan
usaha, terbukti dari
tekad beliau yang
mengatakan “pasti
saya kembangkan.
Saya tidak mau
berhenti disini saja.
Harus lebih maju,
jangan mau kalah
sama yang muda-
muda”
Punya keinginan
namun terbatas
dengan waktu dan
tenaga.
Punya keinginan
untuk
mengembangkan
usaha, sehingga bisa
diturunkan sampai
ke cucu dan generasi
narasumber
seterusnya.
Punya keinginan untuk
mengembangkan
usaha. Terbukti dari
ucapan narasumber
“berencana
mengembangkan,
turun ke anak sampai
cucu kalau bisa”
Valid
Permodalan Dari Koperasi,
mencari ke Bank
juga.
Modal usaha milik
narasumber sendiri
Modal usaha milik
sendiri.
Keinginan untuk
mencari modal, dan
didapat dari Koperasi.
Valid
Keuangan Dapat diolah
dengan baik.
Memiliki tabungan
juga.
Dapat diolah dengan
baik terbukti dari
kemampuan
narasumber untuk
mengalokasikan
uang yang didapat
dari hasil usaha dan
memutar kembali
pendapatan untuk
membeli bahan.
Dapat diolah dengan
baik, Terbuktki dari
kemampuan
narasumber untuk
memisahkan
penghasilan dari
penjualan dengan
kebutuhan sehari-
hari , serta memiliki
tabungan.
Dapat mengelolah
keuangan dengan baik,
terbukti dari masih ada
penghasilan yang bisa
ditabung. Namun
terkadang hasil
pendapatan dengan
kebutuhan sehari-hari
dicampur dan kadang
dipisah.
Valid
179
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
Tabel 13.2. Hasil Triangulasi Intensi Kewirausahaan
Intensi Kewirausahaan Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4 Validitas
1. keinginan untuk
memulai usaha
dimasa depan
Sebelum mengikuti
pelatihan
kewirausahaan,
narasumber sudah
memiliki usaha. Namun
setelah mengikuti
pelatihan narasumber
memiliki keinginan
untuk mengembangkan
usaha.
Narasumber sudah
lama sekali berjualan.
Bahkan sebelum
pelatihan sudah punya
usaha. Karena sudah
lelah dan waktu tidak
mencukupi lagi,
setelah ikut pelatihan
juga, ingin keluarga
yang meneruskan dan
mengembangkan
usaha.
Narasumber sudah
memiliki usaha
sebelum ikut
pelatihan. Setelah
mengikuti pelatihan
narasumber
berkeinginan untuk
mengembangkan
usaha.
Program pelatihan
kewirausahaan
mendorong
narasumber untuk
mempunyai usaha
sendiri dan
mendorong untuk
mengembangkan
usaha.
Valid
2. keinginan untuk
mencari peluang
untuk bisnis
Setelah mengikuti
pelatihan
kewirausahaan,
narasumber memiliki
keinginan untuk mencari
peluang bisnis lain yang
bisa dijalankan ditempat
lain, yaitu di kampung
halamannya.
Narasumber tidak
memiliki keinginan
untuk mencari peluang
bisnis yang baru
dikarenakan usia dan
waktu yang dianggab
narasumber sudah
tidak mencukupi lagi
untuk memulai usaha
baru.
Narasumber tidak
memiliki keinginan
untuk mencari
peluang baru, karena
narasumber untuk
sementara hanya
ingin
mengembangkan
bisnisnya.
Narasumber tidak
memiliki keinginan
untuk mencari
peluang baru, karena
narasumber untuk
sementara hanya
ingin
mengembangkan
bisnisnya.
Validitas
rendah
180
Lampiran 13: Hasil Triangulasi Sikap dan Intensi Kewirausahaan (sambungan)
3. keinginan untuk
menyimpan uang
untuk memulai
bisnis,
Narasumber menyimpan
uang hasil penjualannya
untuk mengembangkan
usahanya dengan cara
menambah produk dan
sebagian masih
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Ada
keinginan untuk
menyimpan uang untuk
memulai
Narasumber
menyimpan uang hasil
penjualannya untuk
mengembangkan
usahanya dengan cara
menambah produk dan
sebagian masih
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Narasumber
menyimpan uang
hasil penjualannya
untuk
mengembangkan
usahanya dengan cara
menambah produk
dan sebagian masih
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Narasumber
menyimpan uang
hasil penjualannya
untuk
mengembangkan
usahanya dengan
cara menambah
produk dan sebagian
masih digunakan
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-
hari.
Validitas
rendah
4. perencanaan
untuk
meluncurkan
usaha mereka.
Narasumber belum
memiliki rencana untuk
menjalankan usaha baru,
karena masih fokus pada
usaha lamanya dan
mengembangkan usaha
lamanya.
Narasumber belum
memiliki rencana
untuk menjalankan
usaha baru, karena
masih fokus pada
usaha lamanya dan
mengembangkan
usaha lamanya.
Narasumber belum
memiliki rencana
untuk menjalankan
usaha baru, karena
masih fokus pada
usaha lamanya dan
mengembangkan
usaha lamanya.
Narasumber belum
memiliki rencana
untuk menjalankan
usaha baru, karena
masih fokus pada
usaha lamanya dan
mengembangkan
usaha lamanya.
Validitas
rendah
Narasumber 1 : Choirul Mahpuduah
Narasumber 2 : Tuti
Narasumber 3 : Kasiami
Narasumber 4 : Sumiatun
181
Lampiran 14 : Dokumentasi Penelitian
Gambar 14.1 a) Lokasi Kampung Kue
Jalan Rungkut Lor Gg.II RT.04/RW.05
Kalirungkut-Rungkut, Surabaya
Gambar 14.1 b) Lokasi Kampung Kue
Jalan Rungkut Lor Gg.II RT.04/RW.05
Kalirungkut-Rungkut, Surabaya
Gambar 14.2 Ibu Choirul Mahpuduah
(Ketua Kampung Kue) bersama penulis
Gambar 14.3 Ibu Kasiami (Pemilik
MissCrip) bersama penulis
182
Gambar 14.4 Ibu Sumiatun (Pemilik Kreasi
Fitri) bersama penulis
Gambar 14.5 Ibu Tuti, Ibu Tin, bersama
penulis
Gambar 14.6 Ibu Sumiatun saat produksi
chesse stick
Gambar 14.7 Ibu Choirul Mahpuduah
(Ketua Kampung Kue) saat membaca
transkrip wawancara
Gambar 14.8 Ibu Sumiatun saat
menandatangani surat pengumpulan data