LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA ANION DAN KATION (TINJAUAN PUSTAKA ONLY)
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk tujuan analisis kulitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap bebrapa reagensia. Dengan memakai reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikt:
Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium I (raksa), dan perak.
Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah (III) (IV).
Golongan III, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida, dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), alumunium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reaggensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium,dan barium.
Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Merupakan golongan kation yang terakhir yang meliputi ion-ion magnesium, natium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen (Vogel, 1985).
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Anion sederhana seperti O2-, F-, atau CN-. Anion oksodiskret seperti NO-
3, atau SO4-. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi. Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa
banyak seperti oksalat, misalnya[CO(C2O4)2]3-.
Beberapa diantaranya seperti ion oksida O2- atau sebagian besar anion silikat hanya berada dalam keadaan padat. Anion lainnya seperti ion klorida, Cl- , dapat berada dalam larutan. Beberapa unsur yang membentuk anion terutama halogen, O, dan S dapat terikat pada unsur lain secara kovalen seperti pada PCl3 , atau NO2.
Banyak anion kompleks seperti dithiokarbonat, R2CS-, atau asetil asetonat, CH3COCHCOCH-3,
yang terutama ada dalam bentuk senyawaan koordinasi (Wilkinson, 1976).
DAFTAR PUSTAKA
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Wilkinson. 1976. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
Laporan Praktiku Kation dan Anion
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-komponen suatu
senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penentapan berapa
banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel.
Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini
didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi, sifat
penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya diguakan dalam identifikasi kation dan anion
dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang
akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion
tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara identifikasi kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?
2. Bagaimana cara identifikasi anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?
C. Tujuan Percobaan
1. Identifikasi adanya kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
2. Identifikasi adanya anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan yaitu dapat mengetahui unsur-unsur yang termasuk golongan kation
dan anion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Analisi Kation
Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation dikalsifikasi dalam lima golongan berdasarkan
sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat.
Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan
membentuk endapan atau tidak.[1]
Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini
adalah sebagai berikut:
1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini
adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.
2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II),
tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III) (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-golongan IIb.
Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida, sulfida
dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.
3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrongen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan ammonium
sulfida dengan suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II),
besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III. Kation-kation ini
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.
5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium,
kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
B. Klasifikasi Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron.
Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-).
Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound)
karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu
elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron
adalah Mg2+, Fe3+, S2-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini
mengandung hanya satu atom.[2]
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana
karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada
umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan sulfat: SO42-, SO3
2-, PO43-, Cr2O4
2-, BO33- -, Cr2O4
2-, AsO43-,AsO3
3-. Anion-anion ini mengendap
dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2. Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-
Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2
-.
Semua garam dari golongan ini larut. NO3-, NO2
-, CH3OO- .[3]
Menurut G. Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu:
1. Kelas A
a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer: Karbonat, hidrogen karbonat
(bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.
b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.
2. Kelas B
a. Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat,
silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoate, dan suksinat.
b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan
C. Golongan Kation Pertama: Timbal(II), Merkurium(I), Dan Perak(I)
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal klorida
sedikit larut dalam air dank arena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambhkan
asam klorida encer kepada suatu cuplikan, ion timbal yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golngan kedua.[4]
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat praktis tidak
larut, sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium(I) sulfat terletak diantara
kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangka pengendapan timbal halida tidak
sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Asetat-asetat labih mudah larut,
meskipun perak asetat bias mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan
diendapksan dengan reagen yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagen berlebihan, ia tidak
bertindak dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.
[5]
D. TimbaL (Pb)
Menurut Heryando Palar (2004), h. 75, logam timbal atau Pb mempunyai sifat yang khusus seperti
berikut:
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan
tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering
digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan
merkuri.
5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
E. Merkurium (Hg)
Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempinyai rapatan
13, 534 g ml-1 apad 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi mudah
bereaksi dengan asan nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M), dengan merkurium
yang berlebihan menghasilkan ion merkurium(I):
6Hg + 8HNO3 → 3Hg22+ + 2NO↑ + 6NO3
- + 4H2O
dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):
3Hg + 8HNO3 → 3Hg2+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
asam sulfat pekat panas jga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I), jika merkurium
terdapat berlebihan
2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO4
2- + SO2↑ + 2H2O
sedangkan bila asam berlebihan, ion merkurium(II) yang akan terbentuk
Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O
kedua ion merkurium(I) dan merkurium(II) bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia yang
dipakai dalam analisis kualitatif.[6]
F. Perak (Ag)
Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 g ml-1) dan ia
melebur pada 960,5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer
(2M). Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat (8M) (a) atau dalam asam pekat panas (b), ia melarut:
6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O (a)
2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O (b)
perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-senyawa perak (II) tidak
stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi yang dikataliskan oleh
perak.[7]
G. Besi (Fe)
Larutan ammonia, endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak larut
dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
hasilkali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil (3,8x10-38), sehingga terjadi pengendapan sempurna,
bahkan dengan adanya garam-garam ammonium (perbedaan dari besi(III), nikel, kobalt, mangan, zink
dan magnesium). Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam organik tertentu. Besi(III)
hidroksida diubah padapemanasan yang kuat menjadi besi(III) oksida.[8]
H. Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih-kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-
1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang murni melarut lambat
sekali dalam asam dan dalam alkali, adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau
tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini,
mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutannya zink-zink komersial. Yang terakhir ini dengan mudah
larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan hidrogen:
Zn + 2H+ → Zn3+ + H2↑
Pelarut akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas yang dilepaskan:
4Zn + 10H+ + NO3- → 4Zn2+ + NH4
+ + 3H2O
Dengan penambahan pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N2O).[9]\
I. Klorida (Cl-)
Kebanyaka klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, perak klorida, timbale klorida (yang ini
larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih). Asam sulfat pekat, klorida
ini terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian adalah sempurna pada pemanasan, yang disertai
dengan pelepasan hidrogen kloorida,
Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4- .[10]
J. Asetat (CH3COO-)
Asam sulfat encer, asam asetat yang mudah dikenali dari baunya yang seperti cuka, dilepaskan
pada pemanasan.
CH3COO- + H+ → CH3COOH↑
Asam sulfat pekat, asam asetat yang dilepaskan pada pemanasan, bersama-sama belerang dioksidasi,
yang terakhir ini cenderung menutupi bau menusuk dari uap asam asetat pekat itu. Karena itu, uji
dengan asam sulfat encer dimana uap asam asetat diencerkan dengan uap air, hendaknya lebih dipilih
sebagai uji terhadap asetat.[11]
K. Iodida (I-)
Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak, merkurium(I),
merkurium(II), tembaga(I) dan timbale iodide adalah garam-garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-
reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium iodide, KI 0,1M. Asam sulfat pekat dengan iodide
padat, iod akan dibebaskan, pada pemanasan, uap lembayung dilepasakan, yang mengubah kertas kanji
menjadi biru. Sedikit hidrogen iodide terbentuk, ini dapat dilihat dengan meniup melintasi mulut
bejana, pada mana dihasilkan asap putih, tetapi kebanyakan darinya mereduksi asam sulfat itu menjadi
belerang dioksida, hidrogen sulfida dan belerang yang perbandingan relatif mereaka bergantung pada
konsentrasi reagensia-reagensia.
2I- + 2H2SO4 → I2↑ + SO42- + 2H2O.[12]
L. Metode pengendapan
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya, missal,
Ag dindapkan sebagai AgCl, dikringkan pada 130oC kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn
diendapkan sebagai Zn(NH4)PO46H2O, selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7. Aspek yang
penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya endapannya mempinyai
kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Sifat fisik endapan sedemikian rupa,
sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor,
ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia
tertentu.[13]
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Jumat, 15 April 2011
Waktu : PukuL 08.00-11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Samata Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pemanas listrik, gelas kimia 300 mL, gelas kimia
250 mL, tabung reaksi, labu semprot, rak tabung, piprt skala, pipet tetes, gegep, pinset, batang
pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air (H2O), amonium karbonat ((NH4)CO3)
padatan, asam asetat (CH3COOH) 2M, asam asetat (OAc), asam klorida (HCl) 2M, asam sulfat (H2SO4)
2M, alkohol (R-OH) 96%, aquadest, barium klorida (BaCl2) 5%, besi (III) klorida (FeCl3) 4%, kalium
heksasiano ferrat (K4Fe(CN)6) 2M, kalium iodida (KI) 20 %, kalium kromat (K2CrO4) 1M, kertas saring,
kertas lakmus, natrium hidroksida (NaOH) 0,05M, perak nitrat (AgNO3) 0,1N, timbal II nitrat (Pb(NO3)2)
4%, tissue dan zink sulfat (ZnSO4) 10%,
C. Prosedur Kerja
1. Uji Kation
a. Ag+
2 tetes AgN03 0,1 N ditambah 2 tetes HCl 2M, terbentuk endapan putih AgCl, ditambah dengan H20.
Dilarutkan endapan dengan (NH4)2CO3 2M.
b. Pb2+
1). 2 tetes Pb(NO3)2 ditambah K2CrO4 1M, terbentuk endapan kuning
PbCrO4 yang larut dalam NaOH 2M.
2). 2 tetes Pb(NO3)2 ditambah 2 tetes H2SO4 2M dan 2 tetes alkohol
96%, terbentuk endapan putih PbSO4.
c. Fe3+
2 tetes FeCl3 4% ditambah 2 tetes larutan K2Fe(CN)6 terbentuk warna biru.
d. Cr3+
2 tetes K2CrO4 1M ditambah 2 tetes AgN03 0,1N, terbentuk endapan merah.
e. Zn2+
2 tetes ZnSO4 10% ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6. Terdapat endapan putih yang menandakan adanya Zn.
f. Ba2+
2 tetes BaCl2 5% ditambah 2 tetes CH3COOH 2M ditambah 2 tetes K2CrO4 terbentuk endapan kuning.
g. NH4+
(NH4)2CO3 2M padat ditambah 0,5 mL NaOH 6M dipanaskan dalam tabung reaksi, dicium bau yang
keluar, diletakkan sepotong kertas lakmus merah dan biru yang basah di atas mulut tabung reaksi.
Diamati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.
2. Uji Anion
a. Cl-
2 tetes HCl 2M ditambah 2 tetes AgNO3 dan 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan putih. Ditambahkan
lagi 2,5 mL (NH4)2CO3 2M endapat larut kembali, ditambah HNO3 6M hingga bersifat asam (dilakukan
dilemari asam), terbentuk endapan putih.
b. I-
2 tetes KI 20% ditambah 2 tetes AgNO3, ditambah 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan kuning muda,
selanjutnya ditambah 2 tetes (NH4)2CO3 2M, endapan tidak larut.
c. OAc-
Setetes CH3COOH 2M ditambah setetes H2SO4, kemudian dipanaskan terdapat bau khas asam cuka.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Kation
No Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
1 Ag+
AgNO3 + HCl
+ H2O
+ (NH4)2CO3
endapan putih
endapan putih
larut
2 Pb2+
a. Pb(NO3)2 + K2CrO4
b. Pb(NO3)2 + H2SO4 + alkohol
endapan kuning
endapan putih
3 Fe3+
FeCl3 + K4Fe(CN)6 endapan biru
4 Cr3+
K2CrO4 + AgNO3 endapan mrah
5 Zn2+
ZnSO4 + K4Fe(CN)6 endapan putih
6 Ba2+
BaCl2 + CH3COOH + K2CrO4 endapan kuning
7 NH4+
(NH4)2CO3 + NaOH
lakmus biru
lakmus merah
bau ammonia
warna biru
warna biru
2. Uji Anion
No Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
1 Cl-
HCl + AgNO3 + HNO3
+ (NH4)2CO3
+ HNO3
endapan putih
larut
endapan putih
2 I-
a. KI + AgNO3
+ HNO3
+ (NH4)2CO3
b. KI + FeCl3
endapan kuning
endapan kuning
endapan tidak larut
larutan kuning
3 OAc-
CH3COOH + H2SO4 Bau khas cuka
B. Reaksi
1. Uji Kation
a. Ag+ (perak)
1. Ag(NO3) + HCl → AgCl ↓ + HNO3
2. AgCl ↓ + (NH4)2CO3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl- + H2CO3
b. Pb2+ (timbal)
1. Pb(NO3)2 + K2CrO4 → PbCrO4 ↓ + 2KNO3
2. PbCrO4 ↓ + 2NaOH → [Pb(OH)4]2- + Na2CrO4
3. Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 ↓ + 2HNO3
c. Fe3+
4FeCl3 + 3K4Fe(CN)6 → Fe4[Fe(CN)6]3 ↓ + 12KCl
d. Cr3+
K2CrO4 + 2Ag(NO3) → Ag2CrO4 ↓ + 2KNO3
e. Zn2+
ZnSO4 + K4Fe(CN)6 → K2Zn3[Fe(CN)6]2 ↓ + SO42-
f. Ba2+
1. BaCl2 + 2CH3COOH → Ba(CH3COO)2 + 2HCl
2. BaCl2 + K2CrO4 → BaCrO4 ↓ + 2KCl
g. NH4+
(NH4)2CO3 + 2NaOH → NH3↑ + Na2CO3 + H2O
∆
2. Uji Anion
a. Cl-
1. HCl + Ag(NO3) → AgCl ↓ + HNO3
2. AgCl ↓ + (NH4)2CO3 → [Ag(NH3)2]+ + H2CO3 + Cl-
3. [Ag(NH3)2]+ + Cl- + HNO3 → AgCl ↓ + 2NH4+ + 2NO3
-
b. I-
1. KI + AgNO3 → AgI ↓ + KNO3
2. AgI ↓ + (NH4)2CO3 /
3. 6KI + 2FeCl3 → 3I2 + 6KCl + 2Fe3+
4.
c. CH3COOH
CH3COO- + H2SO4 → CH3COOH + HSO4-
C. Pembahasan
1. Uji Kation
Identifikasi kation Ag+ menggunakan larutan AgNO3, Pertama-tama AgNO3 0,1N dipipet 2 tetes
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl 2M, menghasilkan endapan putih dari senyawa
AgCl. Penambahan HCl berfungsi untuk mempercepat adanya endapan karena Ag (perak) tidak dapat
larut dengan HCl. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes H2O untuk menetralkan larutan, kemudian
ditambahkan lagi dengan (NH4)2CO3 untuk melarutkan endapan.
Identifikasi kation Pb2+ menggunakan larutan Pb(NO3)2, pertama-tama Pb(NO3)2 dipipet 2 tetes
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning dari senyawa
PbCrO4. Penambahan K2CrO4 untuk mempercepat terjadinya endapan karena Pb2+ tidak dapat larut
dengan kalium kromat. Selanjutnya ditambahkan NaOH 2M dan larutan larut, penambahan NaOH
untuk melarutkan endapan. Identifikasi kation Pb2+ juga dilakukan dengan penambahkan H2SO4 2M dan
alkohol 96% menghasilkan endapan putih dari senyawa PbSO4. Penambahan H2SO4 untuk mempercepat
terjadinya endapan.
Identifikasi katoin Fe3+ menggunakan larutan FeCl3 4%, pertama-tama FeCl3 4% dipipet 2 tetes
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes K4Fe(CN)6 2M, menghasilkan endapan warna biru
dari senyawa Fe4[Fe(CN)6]3 . Ini membuktikan bahwa dalam larutan terdapat Fe3+.
Identifikasi adanya kation pada Cr3+ menggunakan larutan K2CrO4 1M, pertama-tama K2CrO4 1M
dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes AgNO3 0,1N, menghasilkan endapan warna merah dari
senyawa Ag2CrO4. Ini membuktikan bahwa dalam larutan mengandung Cr3+.
Identifikasi kation Zn2+ menggunakan larutan ZnSO4 10%, pertama-tama ZnSO410% dipipet 2
tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes K4Fe(CN)6 2M, menghasilkan endapan putih dari senyawa
K2Zn3[Fe(CN)6]2, ini menandakan adanya Zn dalam larutan.
Identufikasi kation Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 5%, pertama-tama BaCl2 5% dipipet 2 tetes,
kemudian ditambahkan 2 tetes CH3COOH 2M dan 2 tetes K2CrO4 1M, menghasilkan endapan warna
kuning dari senyawa BaCrO4.
Identifikasi kation NH4+ menggunakan larutan (NH4)2CO3 2M, pertama-tama (NH4)2CO3 2M
dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan 0,5 mL NaOH 6M, selanjutnya dipanaskan menghasilkan bau
khas gas amoniak menunjukkan adanya NH3 dalam sampel. Gas amoniak yang merubah kertas lakmus
merah menjadi biru.