Download - Laporan Tutorial Perio Non Bedah
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
1/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit
sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya
adalah merencanakan perawatan yang akan dilakukan terhadap kasus
tersebut. Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua prosedur
yang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan
periodonsium. Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana
perawatan yang bersifat final. Perkembangan yang terjadi selama
perawatan berjalan yang belum terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan
harus dimodifikasinya rencana perawatan yang telah disusun.
Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan
penyakit periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan
penyangga yang mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan
periodontal sangat bergantung pada kesempurnaan dalam menghilangkan
keradangan gingiva, perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket,
menghentikan proses infeksi, menghentikan pembentukan pus,
menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi
kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang
mengalami kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi
hilangnya gigi-geligi.
Plak yang berakumulasi di dalam mulut akan mengalami
mineralisasi membentuk karang gigi. Karang gigi tidak secara langsung
menjadi penyebab penyakit jaringan periodontal gigi, tetapi menjadi media
untuk bakteri yang menimbulkan peradangan, yang memicu terjadinya
penyakit periodontal. Apabila tidak segera diatasi, akan terjadi kerusakan
jaringan penyangga gigi yang lebih dalam yaitu kerusakan tulang alveolar
yang menyangga gigi. Gigi menjadi goyang dan berisiko pencabutan gigi.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
2/35
2
Dalam perawatan periodontal, dikenal perawatan non bedah dan
perawatan bedah. Perawatan non bedah periodontal yang disebut juga
perawatan terapi fase I atau terapi inisial adalah merupakan tahap pertama
dari serangkaian perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran
semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva serta
pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol
plak. Perawatan ini merupakan fase perawatan etiotropik (etiotropic
treatment phase), karena sasarannya adalah penyingkiran faktor etiologi
penyakit periodontal.
Kondisi periodontal dari gigi yang dapat dipertahankan adalah
lebih penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan tersebut. Dalam
merencanakan perawatan periodontal, titik tolaknya adalah gigi mana yang
dapat dipertahankan dengan tingkat keraguan yang minimal dan rentang
keamanan yang maksimal. Gigi yang berdasarkan penilaian prognosisnya
lebih menjurus ke prognosis tidak ada harapan sebenarnya tidak
bermanfaat untuk dipertahankan, meskipun gigi tersebut bebas dari karies.Gigi dengan kondisi yang demikian akan menjadi sumber gangguan bagi
pasien dan mengancam kesehatan periodonsium.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
3/35
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari keseluruhan perawatan periodontal adalah menciptakan gigi
yang berfungsi baik di dalam jaringan periodontal yang sehat. Rencana perawatan
periodontal merupakan menejemen perencanaan dari sebuah kasus dan
pembentukan jaringan periodontal yang sehat. Prosedur perencanaan harus dibuat
dengan urutan yang sistematis dan merupakan perencanaan yang berkelanjutan.
(Shantipriya Reddy, 2008).
Perawatan periodontal meliputi beberapa fase yang saling berhubungan
yaitu fase preliminari, fase 1, evaluasi respon fase I, fase II, fase III, evaluasi
respon fase III dan fase IV. Fase preliminari terdiri dari perawatan
kegawatdaruratan periodontal dan pencabutan gigi untuk gigi yang tidak dapat
dipertahankan. Terapi fase I (fase etiotropik) merupakan perawatan periodontaluntuk menghilangkan faktor etiologi primer maupun sekunder. Evaluasi respon
fase I terdiri dari pengecekan kembali kedalaman saku dan inflamasi gingiva,plak, kalkulus dan karies. Terapi fase II (fase bedah) terdiri dari bedah
periodontal dan perawatan saluran akar. Terapi fase III (fase restoratif) terdiri dari
restorasi final dan gigi tiruan cekat serta lepasan. Evalusi respon terhadap fase
3 terdiri dari pemeriksaan periodontal. Terapi fase IV (fase pemeliharaan /
terapi periodontal suportif) terdiri dari kunjungan berkala, pengontrolan plak dan
kalkulus. (J.D.Manson, 1993).
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
4/35
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1SkenarioSeorang mahasiswi, Tesi berusia 20 tahun, mengunjungi dokter gigi
dengan keluhan adanya bau mulut. Tesi juga mengeluhkan gusinya sering
berdarah terutama jika makan atau menggosok gigi. Hasil anamnesa , tidak ada
kelainan sistemik yang diderita. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan
gambaran klinis sebagai berikut : keradangan pada gingiva di seluruh permukaan
lingual rahang bawah dan posterior rahang atas, warna kemerahan, kontur
membulat, konsistensi lunak. Probing depth pada gigi 36, 3,5mm dan terdapat
tumpatan amalgam kelas II DO yang tepinya overkontur. Hasil pemeriksaan
rontgenologis periapikal, gigi 36,37 terdapat pelebaran space periodontal dan
resorbsi puncak tulang alveolar. Diagnosa dokter adalah Gingivitis kronispada
RA/RB dan Mild periodontitis pada 36,37 dan direncanakan perawatan Dental
Health Education (DHE), skalling dan rootplanning serta koreksi tumpatan gigi 36sebagai perawatan periodontal fase I, dokter juga menjadwalkan untuk kontrol
periodik.
3.2 Tutorial Pertama
Step 1 (Identifikasi kata kunci)
1. Mild periodontitisSalah satu klasifikasi keganasan kelainan periodontal yang
ringan dan hilangnya perlekatan 1-2 mm.
2. ScalingScalling adalah usaha membersihkan deposit agar inflamasi
tidak menetap.
3.
Rootplaning
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
5/35
5
Usaha membersihkan sementum yang nekrosis dan
kalkulus serta menghaluskan permukaan gigi.
4. Terapi periodontal fase IMerupakan perawatan non bedah yang dilakukan untuk
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi.
Yang biasa dilakukan pada fase ini adalah DHE, scaling dan root
planing, perawatan karies serta memperbaiki restorasi yang
overhanging.
5. Gingivitis kronisInflamasi gingiva yang menetap dan berkepanjangan yang
disebabkan oleh bakteri plak dan faktor sistemik. Biasanya
berdurasi lama, pasien tidak merasa nyeri dan terjadi
pembengkakan ringan pada gingiva.
6.
Kontrol periodik
Kontrol yang dilakukan setelah perawatan, biasanya 3 atau
6 atau 9 bulan sekali untuk mengetahui keberhasilan perawatan dan
kemungkinan terjadinya kelainan lain. Tenggang waktu tergantung
dari penyakit yang diderita dan kerentanannya. Setelah fase I
dilakukan kontrol periodik agar dapat dilakukan fase pemeliharaan.
7. DHE (Dental Health Education)Merupakan pemberian pengetahuan untuk menjaga
kebersihan rongga mulut. Kegiatan ini dapat berupa instruksi
menggosok gigi dan penggunaan dental floss. Penggunaan dental
floss dikontraindikasikan pada permukaan kalkulus yang kasar.
Step 2 (Identifikasi permasalahan)
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
6/35
6
1. Apa hubungan restorasi yang overkontur dengan kelainanperiodontal pada skenario?
2. Apa tujuan dan tahapan dilakukannya perawatan periodontal faseI?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi dari perawatan scaling danrootplaning?
4. Apa saja tahapan dan instrumen yang digunakan dari perawatanscaling?
5. Apa tujuan dilakukannya kontrol periodik?Step 3 (Brainstorming)
1. Restorasi overkontur yang terjadi pada gigi 36 : Dapat menghalangi penyikatan gigi yang efektif sehingga
terjadi akumulasi plak yang akan berlanjut menjadi gingivitisyang tidak dirasakan sakit oleh pasien, sehingga pasien datang
ke dokter gigi dalam keadaan menderita penyakit yang lebih
parah.
Terjadi pelebaran space periodontal dikarenakan TFO (TraumaFrom Occlusion)
2. Tujuan dilakukannya perawatan periodontal fase I : Sebagai prosedur penyiapan gigi untuk melaksanakan control
plak
Meredakan inflamasi gingiva Mengurangi kedalaman poket periodontal akibat dari
pembesaran dan inflamasi gingiva
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
7/35
7
Mencapai menejemen persiapan bedah periodontalTahapan perawatan periodontal fase I :
Instruksi kontrol plak terbatas, yakni dioleskan discoloringagent pada seluruh permukaan gigi lalu pasien diinstruksikan
untuk menyikat gigi dan operator mengevaluasi
Penyingkiran kalkulus supragingiva Perbaikan restorasi jika terdapat restorasi yang overkontur
pada tepi proksimal, maka dilakukan perbaikan dengan
menggunakan bur pulas. Namun jika terjadi titik kontak yang
berat, maka direstorasi ulang dengan memperhatikan
pemasangan matriks dan wedge pada tepi oklusal dan titik
kontak proksimal.
Penumpatan lesi karies Instruksi kontrol plak yang komprehensif Perawatan kalkulus subgingiva Re-evaluasi jaringan untuk menentukan perlu atau tidaknya
dilakukan perawatan bedah
Occlusal adjusment Kontrol periodik bisa dilakukan 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan
sekali tergantung kebutuhan untuk mengevaluasi kedalaman
poket dan ada atau tidaknya kalkulus dan plak yang menimbun.
Fungsi dari kontrol periodik yaitu untuk mengetahui
keberhasilan perawatan dan juga untuk mendeteksi kelainan
baru yang mungkin terjadi.
3. Indikasi dan kontraindikasi dari perawatan scaling dan root planing
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
8/35
8
Indikasi perawatan scaling dan rootplaning :
Kalkulus di subgingiva dan supragingiva Adanya stain dan plak Jaringan sementum yang nekrosis Adanya poket periodontal
Kontraindikasi dari perawatan scaling dan rootplaning :
Pasien dengan penyakit sistemik Pasien usia muda Pada jaringan yang mengalami remineralisasi
4. Tahapan dan instrumen yang digunakan pada perawatan scalingdan root planing
Dalam melakukan perawatan scaling dan root planing, seorang
operator harus memliki kemampuan :
Penglihatan yang baik untuk mendeteksi ada atau tidaknyakalkulus pada supragingiva maupun pada subgingiva
Tactile exploration untuk mendeteksi ada atau tidaknyakalkulus pada subgingiva dan untuk mengecek kedalaman
poket.
4.1Kalkulus supragingivaPada daerah supragingiva, kalkulus yang ditemukan tidak
terlalu keras. Instrumen yang digunakan biasanya sickle, kuret,
hoe dan ultrasonic. Jika menggunakan sickle, maka sickle
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
9/35
9
dipegang dengan modified pen grasp, finger rest bisa secara
intra oral palm up/down maupun ekstra oral palm up/down.
Blade diadaptasikan sejajar dengan permukaan gigi, lalu
blade dikaitkan pada marginal apikal kalkulus supragingiva
dengan angulasi < 900digerakkan ke koronal sampai kalkulus
hilang. Karena ujung sickle yang tajam, maka dalam
penggunaannya harus sangat hati-hati dan selalu diakhiri
dengan menggunakan kuret untuk mengilangkan sisa-sisa
kalkulusnya.
4.2Kalkulus subgingivaPada daerah subgingiva, kalkulus yang ditemukan lebih
keras daripada kalkulus supragingiva, sehingga pengambilan
kalkulusnya lebih sulit dan pandangan lebih sempit. Dalam hal
ini, seorang operator harus mengutamakan tactile exploration.
Instrumen yang digunakan biasanya kuret, hoe, file dan sickleyang tipis. Jika menggunakan kuret, maka kuret dipegang
dengan modified pen grasp. Cutting edge dan shank paralel
dengan permukaan gigi. Blade diinsersi ke dasar poket dengan
tekanan ringan dan dengan angulasi 45-900. Lalu dilakukan
tekanan lateral dan dengan gerakan terkontrol serta berulang.
4.3PemulasanPemulasan dilakukan setelah scaling dan root planing selesai
dengan menggunakan :
Rubber cups dan bahan abrasive digunakan untukmenghilangkan lapisan sementum yang tipis pada servikal
gigi.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
10/35
10
Bristle brushes digunakan untuk membersihkanmahkota. Hindari penggunaan pada sementum karena dapat
menyebabkan luka.
Air poder polishing digunakan untuk menghilangkanstain dan deposit yang halus.
5. Perawatan scaling dan root palning merupakan perawatan yangmembutuhkan waktu lama dan melelahkan bagi pasien maupun
operator (5-8 jam) sehingga tidak dapat dilakukan hanya dalam
satu kali kunjungan. Fungsi dari kontrol periodik, yakni untuk
mencegah relaps karena sulit untuk membersihkan secara
sempurna semua deposit dan kalkulus yang akan tetap tinggal
setelah dilakukannya scaling. Selain itu, kontrol periodik juga
berfungsi untuk mengetahui keberhasilan perawatan yang telah
dilakukan oleh dokter gigi dan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
kelainan baru yang mungkin terjadi.
Step 4 (Mapping)
Diagnosa
Rencana Perawatan
Perawatan periodontal fase I Definisi
Tujuan
Macam
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
11/35
11
Step 5 (Learning Objectives)
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam fase perawatanperiodontal
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi, tujuan dan macam-macam perawatan periodontal fase I
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran dantahapan DHE
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran,indikasi dan kontraindikasi, serta prosedur scaling dan root planing
5. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran dantujuan kontrol periodik
Step 6 (Mandiri)
3.3 Tutorial Kedua
Scaling dan
Rootplaning
Koreksi
tumpatan
DHE
Indikasi dan
kontraindikasi
Instrumen Teknik dan
tahapan
Kontrol Periodik
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
12/35
12
Step 7
1. Macam-macam fase perawatan periodontalPerawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang
berdiri sendiri. Agar perawatan periodontal berhasil baik, terapi
periodontal haruslah mencakup prosedur-prosedur kedokteran gigi
lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua prosedur perawatan,
baik prosedur yang termasuk bidang Periodonsia maupun prosedur
yang bukan bidang Periodonsia disusun dalam sekuens (urutan) di
bawah ini.
Fase preliminari/pendahuluan
Perawatan kasus darurat (emerjensi)o Dental atau periapikalo Periodontalo Lain-lain
Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan
pemasangan gigi tiruan sementara (bila diperlukan karena alasan
tertentu)
Terapi fase I (fase etiotropik)
Kontrol plak Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan) Penskeleran dan penyerutan akar Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen,
tergantung apakah prognosis giginya sudah final dan lokasi karies)
Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik)
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
13/35
13
Terapi oklusal (penyelarasan oklusal) Penggerakan gigi secara ortodontik Pensplinan provisionalEvaluasi respon terhadap fase I
Pengecekan kembali :o Kedalaman saku dan inflamasi gingivao Plak, kalkulus dan karies
Terapi fase II (fase bedah)
Bedah periodontal Perawatan saluran akarTerapi fase III (fase restoratif)
Restorasi final Gigi tiruan cekat dan lepasanEvaluasi respon terhadap prosedur restoratif
Pemeriksaan periodontal
Terapi fase IV (fase pemeliharaan / terapi periodontal suportif)
Kunjungan berkala Plak dan kalkulus Kondisi gingiva (saku dan inflamasi) Oklusi, mobilitas gigi Perubahan patologis lainnya
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
14/35
14
(E-book USU, Rencana Perawatan Periodontal)
Emergency Phase
Etiotropic Phase
Maintenance Phase
Surgical Phase Restorative Phase
Gambar 1. Fase Perawatan Periodontal (Shantipriya Reddy, 2008)
2. Definisi, Tujuan dan Macam-macam perawatan periodontal fase I2.1Definisi
Perawatan inisial (initial treatment), atau yang dinamakan
juga sebagai perawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik
(hygienic phase) adalah merupakan tahap pertama dari serangkaian
perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran semua
iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva serta
pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan
kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase perawatan etiotropik
(etiotropic treatment phase), karena sasarannya adalah
penyingkiran faktor etiologi penyakit periodontal (Carranza, 1996).
2.2TujuanTujuan dari perawatan inisial adalah :
1. Meredakan atau menyingkirkan inflamasi gingiva2. Mengurangi kedalaman saku yang disebabkan oleh pembesaran
yang oedematous dari gingiva yang terinflamasi
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
15/35
15
3. Mendapatkan kondisi gingiva yang memungkinkan untukdilakukan prosedur bedah periodontal, misalnya konsistensi
yang kaku dan perdarahan yang minimal.
(E-book USU, Perawatan Inisial)
2.3Macam-macam Perawatan Periodontal Fase I :1. Instruksi Kontrol Plak Terbatas
Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai cara pembersihan
permukaan gigi yang licin dan rata. Pada sesi pertama kepada
pasien baru dapat diajarkan cara pembersihan dengan sikat gigi
saja. Benang gigi (dental floss) hanya dapat digunakan pada
permukaan proksimal gigi yang licin dan rata saja, karena tepi
yang tajam dan permukaan yang kasar dari kalkulus akan
menyebabkan koyak rusaknya benang gigi. (Carranza, 1996)
2. Penyingkiran Kalkulus SupragingivaPenskeleran supragingival dapat dilakukan dengan skeler
ultrasonik, skeler manual, atau kuret. Penskeleran dilakukan
dengan gerak menarik (pull motion), kecuali pada daerah
interproksimal gigi anterior yang rapat dimana dapat digunakan
skeler pahat yang tipis dengan gerak mendorong (push motion).
Pada gerak menarik, mata pisau alat ditempatkan menyentuh
tepi apikal atau lateral dari kalkulus dan dengan sapuan yang
kuat ke arah koronal sebagian atau keseluruhan kalkulus
dilepaskan dari perlekatannya.
Gerak menarik dimulai di lengan bawah dan disalurkan dari
pergelangan tangan ke tangan dengan sedikit menekukkan jari
tnagn. Rotasi dari pergelangan tangan harus sinkron dengan
gerakan lengan bawah. Gerak penskeleran bukanlah dimulai di
pergelangan tangan atau jari tangan dan tidak dilakukan tanpa
keterlibatan lengan bawah.
Pada gerakan mendorong, jari tangan mengaktifkan alat.
Mata pisau alat menyentuh tepi lateral kalkulus dan dengan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
16/35
16
gerak mendorong dari jari tangan kalkulus dilepaskan dari
perlekatannya.
Apabila permukaan gigi telah tersingkap, maka setelah
penskeleran supragingiva permukaan sementum atau dentin
yang tersingkap harus diserut dengan kuret. Hal lain yang tidak
boleh dilupakan setelah selesainya penskeleran supragingiva
adalah pemolesan permukaan mahkota gigi. Pemolesan
dilakukan dengan pasta abrasif yang dioleskan pada brus atau
rubber cup yang diputar dengan mesin bur (Pattinson, dkk,
1992).
3. Perbaikan restorasi yang cacatPada umumnya, meskipun tidak selamanya, keberadaan
restorasi yang mengemper/overhanging, kasar, overcontoured,
lokasinya subgingival meskipun halus akan diikuti oleh
penumpukan plak yang banyak, inflamasi gingiva, kehilangan
tulang dan kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus,
restorasi yang demikian menghalangi prosedur kontrol plak,
sehingga harus dikoreksi atau diganti dengan yang baru.
Koreksi restorasi yang cacat adalah sama pentingnya dengan
penyingkiran kalkukus, dan oleh karena itu penyingkirannya
harus dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan
penyingkiran kalkulus (Carranza, 1996).
Sebelum melakukan perbaikan, cacat pada restorasi harus
lebih dulu dideteksi. Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat
adalah dengan mengeser-geserkan ujung eksplorer yang halus
naik-turun sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi
restorasi yang mengemper, terdengar bunyi klik apabila
eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi, dan ada terasa
hambatan apabila eksplorer digeser dari gigi ke arah restorasi.
Untuk mengungkapkan dimensi dalam arah mesial-distal dan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
17/35
17
oklusal-apikal dari bagian restorasi yang mengemper bisa
dibuatkan foto ronsen bitewing.
Restorasi pada permukaan akar gigi molar dan premolar
perlu mendapat perhatian khusus. Sering kali restorasi pada
daerah tersebut tidak mengikuti bentuk lekukan interradikuler
yang konkaf pada permukaan akar tersebut, akan tetapi dibuat
overcontoured yang menyebabkan terhalangnya pembersihan
pada daerah tetangganya (Carranza, 1996).
Penyingkiran restorasi yang mengemper sedapat mungkin
dilakukan dengan menggantinya dengan restorasi yang baru.
Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan
inisial bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengemper harus
disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang mengemper
dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau
finishing bur. Bila menggunakan bur, arah penggerindaan
adalah dari bagian restorasi yang mengemper ke arah gigi
(Carranza, 1996).
4. Penumpatan Lesi KariesKaries yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu
kesehatan periodonsium meskipun tanpa ada kalkulus atau
restorasi yang cacat di sekitarnya. Hal ini disebabkan karies
yang letaknya demikian merupakan wadah yang luas dan
tersembunyi bagi bakteri plak. Oleh sebab itu penumpatan
karies yang berada dekat ke gingiva merupakan bagian integral
dari perawatan inisial (Carranza, 1996).
Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap
(permanen). Namun pada keadaan tertentu penumpatan
sementara pun sudah memadai. Bila tumpatan yang dibuat
berupa tumpatan sementara, harus diingat bahwa fungsi
tumpatan sementara tersebut hanyalah untuk menyingkirkan
daerah penumpukan bakteri plak yang mengancam kesehatan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
18/35
18
gingiva dan bukan untuk memperbaiki kontur dan fungsi gigi
tersebut. Oleh sebab itu penumpatan sementara terhadap karies
yang berada dekat ke gingiva hanya dilakukan pada kasus-
kasus tertentu. Apabila dilakukan penumpatan sementara,
preparasi kavitas dan penumpatan tetap harus dilakukan
sesegera mungkin setelah selesainya perawatan inisial
(Carranza, 1996).
5. Instruksi Kontrol Plak KomprehensifDengan telah disingkirkannya kalkulus supragingiva,
diperbaikinya restorasi yang cacat dan ditumpatnya lesi karies,
maka permukaan gigi telah dipersiapkan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pasien melakukan kontrol plak secara
tuntas. Pada tahap ini, pasien dapat diberikan instruksi kontrol
plak secara komprehensif dengan mengajarkan cara-cara
pembersihan gigi selain penyikatan gigi. Pasien sudah harus
mampu menyingkirkan plak dari seluruh permukaan mahkota
klinis gigi geligi yang ada, kecuali dari permukaan akar gigi
dengan poket yang dalam. Permukaan akar gigi baru dapat
diharapkan terbersihkan oleh pasien secara tuntas apabila telah
terjadi pengurangan kedalaman saku menjadi sulkus normal
sejalan dengan penyembuhan yang terjadi (Carranza, 1996).
6. Perawatan Terhadap Akar Gigi SubgingivaSetelah pasien dapat melakukan kontrol plak supragingiva
dan gingivitis marginalis mereda, mulailah dilakukan
perawatan terhadap akar gigi subgingiva berupa penyingkiran
kalkulus subgingiva, penyingkiran sementum yang nekrosis
dan penyerutan akar, yang merupakan tahap akhir dalam
mencapai permukaan gigi yang rata dan licin. Kalkulus
subgingiva lebih keras dan lebih melekat dibandingkan dengan
kalkulus supragingiva disingkirkan dengan alat kuret.
Penyingkirannya membutuhkan kekuatan yang lebih besar dan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
19/35
19
kontrol alat yang lebih baik. Pada waktu penskeleran
subgingiva dicederainya gingiva pada daerah yang
diinstrumentasi sering tidak terelakkan. Oleh sebab itu,
inflamasi gingiva harus lebih dulu diredakan agar dicapai
kondisi gingiva yang lebih kenyal dan tidak mudah terkoyak
pada waktu instrumentasi (Carranza, 1996).
Perluasan kalkulus subgingival harus diperkirakan sebelum
melakukan penskeleran. Ini dilakukan dengan eksplorer atau
kuret yang halus yang diselipkan melintasi permukaan kalkulus
ke arah apikal sampai dicapai tepi apikal kalkulus. Jarak antara
tepi apikal kalkulus dengan dasar saku biasanya berkisar 0,2 -
1,0 mm. Sebaiknya operator mencoba untuk melihat langsung
massa kalkulus dengan jalan menyemprotkan udara yang
hangat ke dalam saku, atau mengukkan gingival yang menjadi
dinding saku dengan prob. Namun jika sakunya terlalu dalam,
sukar untuk melihat kalkulus secara langsung (Carranza, 1996).
Setelah penskeleran subgingiva dilakukan, kehalusan
permukaan akar harus diperiksa berulang-ulang dengan
eksplorer atau kuret halus. Ada daerah tertentu pada permukaan
akar yang perlu diperhatikan seperti alur vertikal yang dangkal
pada sisi proksimal gigi posterior atau batas sementum enamel.
Adanya penumpukan kalkulus pada daerah tersebut sering
tidak terdeteksi (Carranza, 1996).
7. Reevaluasi JaringanJaringan periodonsium diperiksa kembali untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan perawatan lanjutan. Saku
diprobing kembali untuk menentukan apakah bedah periodontal
masih diindikasikan. Evaluasi basil perawatan inisial dilakukan
antara 1 - 3 bulan setelah diselesaikannya perawatan inisial,
tergantung keparahan lesinya. Pakar yang lebih ahli
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
20/35
20
menganjurkan evaluasi dilakukan setelah 9 bulan selesainya
perawatan inisial (Carranza, 1996).
3. Definisi, Dasar Pemikiran dan Tahapan DHE3.1Definisi
Semua proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan
kesehatan gigi dan mulut agar mereka dapat menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya (Chaterine Stillman Lowe, 2007).
Seperti halnya pendidikan kesehatan, konsep pendidikan kesehatan
gigi pun merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep
sehat. Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut maka pendidikan
gigi adalah suatu proses belajar yang ditunjukkan kepada individu
dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi
yang setinggi-tingginya (Herijulianti, 2002 ).
3.2Dasar PemikiranPendidikan kesehatan gigi bertujuan untuk :
1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi2. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut
3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjagakebersihan gigi dan mulut
4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan kesekolah
5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT,RW,Kelurahan dalam memberikan penyuluhan langsung
kepadamasyarakat, bila diperlukan dapat saja dilakukan tanpa
melalui puskesmas
(Eliza Herijulianti,2002)
3.1Tahapan DHEDalam melakukan DHE, dilakukan beberapa tahap, yakni :
http://www.mitraahmad.net/buku_pengarang-eliza_herijulianti-7216-grid.htmlhttp://www.mitraahmad.net/buku_pengarang-eliza_herijulianti-7216-grid.htmlhttp://www.mitraahmad.net/buku_pengarang-eliza_herijulianti-7216-grid.htmlhttp://www.mitraahmad.net/buku_pengarang-eliza_herijulianti-7216-grid.html -
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
21/35
21
1. Memberikan penjelasan tentang penyakit dan faktor penyebabserta gejala klinisnya
2. Melakukan penjelasan tentang apa yang dilakukan dokter gigiuntuk mengatasi masalahnya
3. Instruksi kontrol pak terbatas dan komprehensif. Kontrol plakdapat dilakukan dengan menyikat gigi, penggunaan dental floss
serta penggunaan chemical inhibitor (mouth wash). Dalam
melakukan instruksi, operator dapat memeragakan model dan
mengajarkan teknik sikat gigi yang benar serta menjelaskan
bahwa plak dapat menyebabkan penyakit periodontal.
(E-book USU, 2008)
Pendidikan kesehatan gigi pada prinsipnya tidak dapat
diberikan pada anak dalam satu kali kunjungan saja sehingga
diperlukan tahapan yang diulang secara periodik yang nantinya
akan dievaluasi atas keberhasilan pendidikan kesehatan gigi yang
selama ini telah diberikan. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pasien diminta agar membawa sikat giginya dan kemudiandisuruh menggosok gigi dengan cara yang biasa dilakukan di
rumah
2. Disclosing agent dioleskan dan kepada pasien ditunjukkandaerahdaerah
yang masih kotor
3. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan dengan bahasa yangdimengerti pasien dan disesuaikan dengan usia serta
penerimaan pasien yaitu dengan menjelaskan cara menyikat
gigi yang baik pada sebuah model gigi dan sikat gigi yang
sesuai
4. Setelah pasien mengerti, pasien diminta untuk melakukan halyang telah diajarkan sebelumnya. Bila perlu dioleskan kembali
disclosing agent
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
22/35
22
5. Instruksi diberikan kepada orang tua untuk bekerja samadengan melatih
pasien (anak) untuk menggosok gigi dengan baik dan benar
6. Kontrol dilakukan pada kunjungan berikutnya untukmengevaluasi kemajuan anak dalam menggosok gigi,
diharapkan anak dapat memperbaiki teknik menggosok giginya
secara bertahap. Kemudian dilakukan penilaian kebersihan gigi
dan teknik menggosok gigi seperti sebelumnya.
7. Kontrol secara periodik dilakukan setiap enam bulan untukmengetahui
kerusakan gigi secara dini.
(Repository USU, 2009)
Menurut ADA, kontrol plak juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia. Beberapa macam bahan yang dapat
digunakan untuk melakukan kontrol plak secara kimiawi, yakni :
1. KlorheksidinKlorheksidin dapat mengurangi risiko terjadinya gingivitis.
Pemakaian dilakukan dengan pencampuran dengan air dengan
perbandingan 1:1 atau (0,06%), digunakan sekali sehari. Bahan
ini juga dapat digunakan untuk irigasi subgingiva. Efek
samping pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang
lama berupa stain ektrinsik.
2. Obat kumur yang mengandung minyak esensialObat kumur ini mengandung minyak esensial, thymol,
eucalyptol, mentol, metil-salisilat dan dapat mengurangi plak
dan gingivitis sampai 30%.
3. Stannous fluorideStannous fluoride digunakan dalam kedokteran gigi karena
dapat mencegah terjadinya karies gigi. Stannous fluoride
berbentuk gel dan memiliki efek antigingivitis pada jaringan
sekitar gigi yang telah dipasang protesa dan pesawat ortodonti.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
23/35
23
(Repository USU, 2009)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memberi edukasi
pada pasien :
1. Jangan menganganggap bahwa pasien sudah mempunyai cukuppengetahuan tentang halhal tersebut; asumsikan bahwa pasien
hanya sedikit mengetahui tentang masalahmasalah mulut dan
bahwa informasi yang dipunyainya adalah gosip dan mitos
ataupun pesuodosientitik.
2. Bagikan informasi dalam bahasa sehari hari yang sederhanadan hindari menggunakan istilah istilah kedokteran yang
menyulitkan pemahaman pasien.
3. Jangan memberikan informasi terlalu banyak sekaligus danulangi apapun yang sudah pernah anda berikan (J.D.Manson,
1993).
Selain dengan instruksi langsung kepada pasien, pemberian
motivasi sangat mempengaruhi perilaku pasien, dengan cara :
1. Memberi penjelasan agar pasien dapat mengontrol plak dankesehatan rongga mulutnya
2. Memberi penjelasan pada pasien agar meninggalkan kebiasaanburuk yang dapat menyebabkan terakumulasinya plak seperti
mengunyah pada satu sisi
3. Memberi penjelasan tentang bahaya merokok bagi kesehatanrongga mulut khususnya jaringan periodontal
(Repository USU, 2009)
Proses perubahan tingkah laku menekankan pada
pendidikan dengan mengguna pendekatan persuasif dan sugestif.
Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses penyuluhan
kesehatan gigi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai
hasil yang memuaskan.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
24/35
24
Pendekatan Sugestif1. Pemberian penjelasan tidak secara logis, cenderung
memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi
dengan cara membujuk orang lain secara langsung / tidak
langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang
meyakinkan.
2. Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasilpada masyarakat yang pendidikan dan ekonominya kurang
baik.
3. pendekatan sugestif mempunyai kekurangan mudahmelupakan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan. Agar
dapat berhasil dengan baik, perlu dibantu dengan alat
peraga edukatif yang merangsang emosi manusia.
Pendekatan PersuasifMenurut Gondhoyoewono (1991) : dasar pendekatan
persuasif adalah menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab
akibat, menunjukkan konsekuensi suatu masalah, menjelaskan
mengapa harus melakukan perubahan perilaku yang berkaitan
dengan topik masalah dengan peninjauan dari berbagai segi
pandang.
Keunggulan pendekatan persuasif adalah perubahanperilaku menetap, lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang
berkaitan dengan logika dan perasaan, merasa puas karena ikut
berpartisipasi dalam pemecahan masalah.
(Repository USU, 2009)
4. Definisi, Dasar Pemikiran, Indikasi dan Kontraindikasi dan ProsedurScaling dan Rootplaning
4.1Definisi
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
25/35
25
Scaling adalah proses dimana plak dan kalkulus
dihilangkan dari permukaan supragingiva dan subgingiva
(Carranza, 9thedition).
Root planing adalah proses dimana sisa kalkulus tertanam
dan bagian dari sementum dihilangkan dari akar sehingga
menghasilkan kehalusan, kekerasan dan permukaan yang bersih
(Carranza, 9thedition).
4.2Dasar PemikiranPembersihan dengan instrumentasi telah terbukti
mengurangi jumlah mikroorganisme subgingiva dan menghasilkan
perubahan komposisi plak subgingiva dari tingginya jumlah
anaerob gram negatif, menjadi bakteri fakultatif gram positif. Juga
setelah scaling dan root planing secara menyeluruh, terdapat
pengurangan Spirochet, Actinobacillus, Porphyromonas gingivalis,
Prevotella intermedia yang signifikan disertai dengan pengurangan
keradangan secara klinis. Perubahan bakteri-bakteri baik ini harus
didukung dengan scaling dan root planing periodik selama
perawatan suportif periodontal (Carranza, 9thedition).
4.3Indikasi dan Kontraindikasi Scaling dan Rootplaning Indikasi scaling dan root planing :
1. Poket periodontal 3mm2. Poket periodontal 4mm dengan anestesi lokal3. Terjadi keradangan (gingivitis dan periodontitis)
Inflamasi yang terjadi di gingiva memiliki etiologi utama
yakni bakteri plak. Dengan prosedur scaling dan
rootplaning dapat mengurangi bahkan mengeliminasi
keradangan tersebut. Selain itu Scalling dan rootplaning
dapat mengurangi terjadinya edema dan haemorage.
4. Preventive periodontic berhubungan dengan controlbakteri yang merupakan etiologi utama dari penyakit
periodontal, sehingga dengan adanya scaling dan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
26/35
26
rootplaning ini mampu menghilangkan etiologi dari
penyakit periodontal sebelum terjadinya enyakit
periodontal tersebut serta mampu mencegah perjalanan
penyakit ke arah yang lebih parah jika telah terjadi
keradangan (Gerald J. Tussing, 1982).
Kontraindikasi scaling dan rootplaning :1. Poket dangkal < 3mm2. Pasien dengan compromised medic3. Instrumen ultrasonik yang merupakan kontraindikasi saat
fase geligi pergantian (Gerald J. Tussing, 1982).
4.4Prosedur scaling dan rootplaning4.4.1 Keterampilan Mendeteksi
Sebelum melakukan penskeleran dan penyerutan akar,
operator harus lebih dulu mendeteksi kalkulus yang hendak
disingkirkan. Untuk itu dituntut adanya keterampilan mendeteksi.
Cara mendeteksi tersebut adalah dengan pemeriksaan visual dan
eksplorasi taktil.
Kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva yang
berada dekat ke tepi gingiva tidak sukar dideteksi secara visual,
asal saja pencahayaan baik dan lapangan kerja bersih. Tumpukan
kalkulus supragingiva yang sedikit, sukar terlihat bila basah oleh
ludah. Untuk mendeteksinya, permukaan gigi disemprot dengan
semprotan udara sampai kalkulus menjadi kering dengan warna
keputih-putihan seperti kapur sehingga mudah terlihat. Untuk
mendeteksi kalkulus subgingiva yang berada tidak jauh dari tepi
gingiva, semprotan udara diarahkan ke subgingiva sehingga
gingiva bebas sedikit terkuak dan kalkulus subgingiva terlihat (E-
book USU, 2008).
Deteksi kalkulus subgingiva yang jauh dari tepi gingiva dan
ketidakrataan pada permukaan akar gigi adalah lebih sukar. Untuk
itu dibutuhkan kemahiran menggunakan eksplorer atau prob
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
27/35
27
disertai kepekaan taktil untuk merasakan vibrasi yang berasal dari
ujung alat yang menyentuh kalkulus atau permukaan sementum
akar. Kepekaan taktil dapat dicapai dengan pemegangan alat
dengan cara modified pen grasp(E-book USU, 2008).
4.4.2 Teknik Penskeleran SupragingivaPenskeleran supragingiva lebih mudah untuk dilakukan
dibandingkan dengan penskeleran subgingiva, karena :
1. Kalkulus supragingiva lebih longgar perlekatannya kepermukaan gigi dan kurang termineralisasi
dibandingkan dengan kalkulus subgingiva
2. Instrumentasi berlangsung koronal dari tepi gingiva,sehingga sapuan penskeleran tidak terhalang oleh
jaringan lunak, adaptasi dan angulasi lebih mudah
dilakukan, dan visibilitas adalah secara langsung.
Alat yang digunakan untuk penskeleran supragingiva bisa
sickle, kuret atau skeler ultrasonik/sonik. Penskeleran dengan
sickle dan kuret dikategorikan sebagai skeler manual. Sickle/kuret
dipegang dengan modified pen grasp. Finger rest dilakukan pada
gigi tetangga. Blade ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus,
lalu diadaptasikan dengan baik ke permukaan gigi dengan
membentuk angulasi 45-900. Dengan tekanan lateral yang kuat
dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek,
bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal atau oblik.
Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai sedang, sampai
secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi terbebas dari
kalkulus.
4.4.3 Teknik Penskeleran Subgingiva dan Penyerutan AkarPenskeleran subgingiva dan penyerutan akar adalah jauh
lebih rumit dan sukar dibandingkan dengan penskeleran
supragingiva, karena :
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
28/35
28
1. Kalkulus subgingiva lebih keras dibandingkan kalkulussupragingiva dan sering tertancap ke permukaan akar
yang tidak rata sehingga melekat lebih erat dan sukar
disingkirkan. Visibilitas sering terhalang akibat adanya
perdarahan gingiva sewaktu instrumentasi, dan oleh
jaringan lunak yang menjadi dinding saku.
2. Arah dan panjang sapuan menjadi terbatas oleh dindingsaku.
Alat yang paling tepat untuk prosedur penskeleran
subgingiva dan penyerutan akar hanyalah kuret, baik kuret
universal maupun kuret gracey. Pilihan terhadap kuret didasarkan
pada disainnya yang menguntungkan untuk instrumentasi pada
daerah subgingiva : mata pisau melengkung, ujung mata pisau
tumpul dan punggung mata pisau yang melengkung. Disain yang
demikian memungkinkan alat diadaptasikan pada berbagai variasi
kontur akar gigi tanpa mencederai jaringan lunak.
Prosedur penskeleran subgingiva dan penyerutan akar gigi
dilakukan sebagai berikut :
1. Alat dipegang dengan modified pen grasp.2. Finger rest yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga
atau tempat bertumpu lainnya.
3. Pilih sisi pemotong mana yang sesuai. Pada kuretgracey hanya satu sisi pemotong yang dapat digunakan,
sedangkan pada kuret universal kedua sisi pemotong
dapat digunakan disesuaikan dengan sisi yang hendak
diinstrumentasi.
4. Sisi pemotong yang tepat diadaptasikan ke permukaangigi dengan bagian bawah tangkai alat sejajar
permukaan gigi, dan dengan angulasi 0odiselipkan hati-
hati sampai ke epitel penyatu dengan sapuan
eksploratori.
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
29/35
29
5. Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku, dibentukangulasi kerja sebesar 45-90o.
6. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukanpenskeleran yang pendek secara terkontrol. Apabila
penyingkiran kalkulus dilakukan dengan satu kali
sapuan, tekanan lateral tidak terkonsentrasi pada satu
daerah kecil melainkan tersebar. Akibatnya kalkulus
tidak tersingkirkan melainkan hanya terkikis.
Penyingkiran kalkulus yang besar sekaligus dengan satu
kali sapuan bisa menyebabkan tidak terkontrolnya alat
sehingga dapat mencederai jaringan.
(Pattison, 1996)
4.4.4 Evaluasi setelah scaling dan rootplaning1. 12 minggu setelah skaling dan rootplaning
a. Edema mulai menghilangb. Penyusutan pada gingival marginc. Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan
masi terjadi sedikit perdarahan ataupun tidak sama
sekali dari dasar poket saat melakukan probing
d. Kalkulus tidak tampak secara visuale. Oral higiene sangat bagusf. Secara histologi, proses epitelisasi telah sempurna
(Genco,Robert.J, dkk,1990).
2. 23 minggu setelah scaling dan rootplaninga. Warna dan konsistensi gingival tampak normal
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
30/35
30
b. Tidak terjadi perdarah dari dasar poket saatdilakukan probing
c. Kegoyangan gigi mulai berkurangd. Flora subgingival bebas dari bakteri pathogen dan
organisme yang ada memiliki komposisi yang sama
dengan jaringan sehat pada umumnya
Seacara histology, jaringan ikat telah mengalami
kematangan selama 21- 28 hari dan akhirnya kontur
gingiva dapat tampak normal setelah 3 - bulan
(Genco,Robert.J, dkk,1990).
5. Definisi, Dasar Pemikiran, dan Tujuan Kontrol Periodik5.1Definisi
Kontrol periodik adalah bentuk program pencegahan jangka
panjang dengan interval waktu kunjungan awal 3 bulan setelahscaling dan root planing (Carranza, 9thedition)
5.2Dasar Pemikiran1. Sebagai pemeliharaan penyingkiran plak yang inadekuat2. Mencegah terjadinya invasi bakteri3. Proporsi jaringan untuk kembali ke keadaan normal setelah 3-6
bulan
4. Karena pemeliharaan yang berkesinambungan merupakankeharusan untuk keberhasilan perawatan periodoontal
5. Perlu ditanamkan untuk memelihara kebersihan rongga mulutagar mencegah terjadinya etiologi sekunder yang dapat
menyebabkan kekambuhan dengan begitu diharapkan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat meningkat (J. D. Manson,
1993).
5.3Tujuan
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
31/35
31
Tujuan dilakukannya kontrol periodik adalah untuk mencegah
adanya kekambuhan dari penyakit periodontal yang dapat berupa
peningkatan probing depth, bone loss, tooth loss dan attachment loss
(Carranza, 9thedition).
5.4Interval Kontrol Berbagai Kebutuhan PasienKlasifikasi
MerlinKarakteristik Interval Kontrol
Tahun pertama
a. Pasien tahun pertama terapi dan tidakada masalah dalam penyembuhan.
b. Pasien tahun pertama terapi yangmemiliki kasus sulit seperti keterlibatan
furkasi, buruknya oral hygiene, pasien
yang tingkat kooperatifnya
dipertanyakan.
3 bulan
12 bulan
Kelas A
Hasil perawatan yang bagus setelah
ditinjau selama satu tahun atau lebih,
dengan keadaan pasien yang
menunjukkan kalkulus yang minimal,
tidak terdapat poket dan tidak ada gigi
yang tidak didukung oleh tulang alveolar
kurang dari 50 %
6 bulan1 tahun
Kelas B
Secara umum pasien menunjukkan hasil
yang baik dalam satu tahun pertama
namun pasien menunjukkan beberapa
factor:
1. Oral hygiene yang tidak konsisten dancenderung ke buruk.
2. Bentukan kalkulus.3. Penyakit sistemik yang dapat menjadi
factor predisposisi penyakit periodontal.
34 bulan.
(tergantung
benyaknya factor
negatif yang
ditemukan)
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
32/35
32
4. Ditemukannya poket.5. Masalah oklusal.6. Sedang menjalani terapi ortodonsik.7. Kekambuhan karies.8. Beberapa gigi yang didukung kurang
dari 50 % tulang alveolar.
9. Merokok10.Positive test genetik
Kelas C
Secara umum pasien menunjukkan hasil
yang buruk dalam satu tahun pertama dan
atau pasien menunjukkan beberapa factor
negatif:
Oral hygiene yang tidak konsisten dan
cenderung ke buruk.
Bentukan kalkulus.
Penyakit sistemik yang dapat menjadi factor
predisposisi penyakit periodontal.
Ditemukannya poket.
Masalah oklusal.
Sedang menjalani terapi ortodonsik.
Recurrent karies.
Beberapa gigi yang didukung kurang dari 50
% tulang alveolar.
13 bulan
(tergantung
keadaan pasien)
(Carranza,2002)
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
33/35
33
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Perawatan periodontal meliputi beberapa fase, yakni :1. Fase I atau fase terapi inisial2. Fase II atau fase bedah3. Fase III atau fase restoratif4. Fase IV atau fase pemeliharaan
2. Perawatan inisial (initial treatment), atau yang dinamakan juga sebagaiperawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik (hygienic phase)
adalah merupakan tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal,
yang diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat
menyebabkan inflamasi gingiva serta pemberian instruksi dan memotivasi
pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase
perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase), karena sasarannya
adalah penyingkiran faktor etiologi penyakit periodontal. Macam-macam
perawatan periodontal, yakni:
1. Instruksi kontrol plak terbatas2. Penyingkiran kalkulus supragingiva3. Perbaikan restorasi yang cacat4. Penumpatan lesi karies5. Instruksi kontrol plak komprehensif6. Perawatan terhadap akar gigi subgingiva7. Reevaluasi jaringan
3. DHE adalah semua proses pembelajaran yang bertujuan untukmeningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut agar mereka dapat menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya.
4. Scaling adalah proses dimana plak dan kalkulus dihilangkan daripermukaan supragingiva dan subgingiva. Sedangkan rootplaning adalah
proses dimana sisa kalkulus tertanam dan bagian dari sementum
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
34/35
-
7/22/2019 Laporan Tutorial Perio Non Bedah
35/35
DAFTAR PUSTAKA
Carranza FA Jr. 1996. Treatment of uncomplicated chronic gingivitis, in:
Carranza FA Jr & Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 9thedition
Philadelphia, WB Saunders Co.
Genco,Robert J.1990.Contemporary Periodontics.Giny Doulgas : Judit
Bange
Hamzah, Saidinah. 2008.E-book USU Periodonsia. USU Opencourseware
Repository.usu.ac.id
Herijulianti, Eliza. 2008.Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC
Manson, J.D. 1993.Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates
Pattison AM and Pattison GL. 1992.Periodontal Instrumentation, second
edition, Prentice-Hall International Inc, New Jersey
Reddy, Shantipriya. 2008. Essentials Of Clinical Periodontology and
Periodontics 2ndEdition