Transcript

BASIC LIFE SUPPORTKustian Pramudita*, Donni Indra Kusuma**

ABSTRACT :

Many countries have guidelines on how to provide basic life support (BLS) which are formulated by professional medical bodies in those countries. The guidelines outline algorithms for the management of a number of conditions, such as cardiac arrest, chocking and drowning.

BLS generally does not include the use of drugs or invasive skills. Most laypersons can master BLS skills after attending a short course. BLS is also immensely useful for many other professions, such as daycare providers, teachers and security personnel and social workers especially working in the hospitals and ambulance drivers.

Basic life support consists of a number of life-saving techniques focused on the medicine CABs (previously known as ABC, was recently changed by the American Heart Association) of pre-hospital emergency care:

Circulation: providing an adequate blood supply to tissue, especially critical organs, so as to deliver oxygen to all cells and remove metabolic waste, via the perfusion of blood throughtout the body. Airway: the protection and maintenance of a clear passageway for gases (principally oxygen and carbon dioxide) to pass between the lungs and the atmosphere.

Breathing: inflation and deflation of the lungs (respiration) via the airway

Keywords: basic life support, laypersons, American Heart Association* Coassistant FK Universitas Trisakti 23 Maret 2014 26 April 2014** Dokter Spesialis Anestesiologi di BLU RSUD Kota SemarangABSTRAK

Banyak negara memiliki panduan tentang cara untuk memberikan bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) yang dirumuskan oleh badan medis profesional di negara-negara. Pedoman garis algoritma untuk pengelolaan sejumlah kondisi, seperti serangan jantung, tersendak dan tenggelam.BLS umumnya tidak termasuk penggunaan obat atau keterampilan invasif. Kebanyakan awam dapat menguasai keterampilan BLS setelah mengikuti kursus singkat. BLS juga sangat berguna untuk profesi lain, seperti tempat penyedia penitipan anak, guru, petugas keamanan dan pekerja sosial terutama yang bekerja di rumah sakit dan sopir ambulans.

Dukungan hidup dasar terdiri dari sejumlah teknik yang menyelamatkan jiwa difokuskan pada CABs (sebelumnya dikenal sebagai ABC dan baru-baru ini diubah oleh American Heart Association pra-rumah sakit perawatan darurat):

Sirkulasi: menyediakan pasokan darah ke jaringan, untuk memberikan oksigen ke semua sel dan membuang sampah metabolik, melalui perfusi darah ke seluruh tubuh.

Jalan nafas: perlindungan dan pemeliharaan jalan yang jelas untuk gas (terutama oksigen dan karbon dioksida) untuk melewati antara paru-paru dan atmosfer.

Pernafasan: inflasi dan deflasi paru-paru (respirasi) melalui jalan napasKata kunci: Bantuan Hidup Dasar, awam, American Heart AssociationPENDAHULUANBantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) adalah pendekatan sistematik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP yaitu resusitasi jantung paru. RJP yang efektifadalah dengan menggunakan kompresi dan dilanjutkan dengan ventilasi.

BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesehatan. Ini bermaksud RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang awam. Keadaan di mana terdapat kegagalan pernafasan yang boleh menyebabkan systemic cardiopulmonaryarrest(SCA) adalah seperti kecelakaan, sepsis, kegagalan respiratori, sudden infant death syndrome dan banyak lagi

Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, kerana penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. Pasien yang ditemukan dalam keadaan tidak sadar diri atau mengalami penurunan pernafasan selalu diasumsi mempunyai gangguan SCA terlebih dahulu.

RJP yang digunakan dirujuk kepada pedoman dari American Heart Association yaitu 2010 AMERICAN HEART ASSOCIATION GUIDELINES FOR CARDIOPULMONARY RESUSCITATION AND EMERGENCY CARDIOVASCULARCARE. Ini merupakan adaptasi daripada buku ABC of resuscitation yang ditulis oleh Peter Safar pertama kali pada tahun 1957.

Terdapat beberapa pembaharuan pada pedoman pada tahun 2010 dan yang dahulu yaitu pada tahun 2005. Pada tahun 2010, terdapat pembaharuan yang besar di mana kompresi didahului sebelum ventilasi.

DEFINISI Resusitasi membawa maksud menghidupkan kembali dengan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas atau sirkulasi yang berhenti oleh mana-mana sebab dan boleh membantu memulihkan kembali fungsi kedua jantung dan paru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) termasuk mengenali jika terjadinya serangan jantung, aktivasi respon sistem gawat darurat, dan defibrilasi dengan menggunakan defibrillator. 1,2INDIKASI

Indikasi dalam pemberian bantuan hidup dasar:

1. Henti nafas

Henti nafas primer ( Respiratory arrest ) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap / uap / gas, obstruksi jalan nafas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis, tercekik ( suffocation ), trauma dan lain lainnya. Sumbatan jalan nafas dapat total atau partial. 1,3Tanda-tanda obstruksi partial:

1. Stridor (nafasnya berbunyi), terdengar seperti ngorok, bunyi kumur-kumur atau melengking.

2. Retraksi otot dada kedalam didaerah supraclavicular, suprasternal, sela iga dan epigastrium selama inspirasi

3. Nafas paradoksal (pada waktu inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukannya mengembang/ membesar).

4. Balon cadangan pada mesin anestesi kembang kempisnya melemah.

5. Nafas makin berat dan sulit (kerja otot-otot nafas meningkat).

6. Sianosis, merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas yang lebih berat. 1,3Tanda-tanda obstruksi total:

Serupa dengan obstruksi partial, akan tetapi gejalanya lebih hebat dan stridor justru menghilang

1. Retraksi lebih jelas.

2. gerak paradoksal lebih jelas.

3. Kerja otot nafas tambahan meningkat dan makin jelas.

4. Balon cadangan tidak kembang kempis lagi. 5. Sianosis lebih cepat timbul.

Pada saat awal terjadinya henti nafas oksigen (O) masih beredar dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih berdenyut sehingga darah masih disirkulasikan keseluruh tubuh termasuk organ vital lainya terutama otak. Bila pada keadaan ini diberikan bantuan nafas akan sangat bermanfaat dan dapat mencegah terjadinya henti jantung. 1,32. Henti JantungHenti jantung primer ( cardiac arrest ) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak termasuk henti jantung atau cardiac arrest. Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardia tanpa denyut ( 80 90 % ) terutama kalau terjadinya di luar rumah sakit, kemudian ventrikel asistol ( 10 % ) dan terakhir oleh disosiasi elektro mekanik ( 5 % ). Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba ( karotis, femoralis, radialis ), disertai kebiruan ( sianosis ) atau pucat sekali, pernafasan berhenti atau satu satu ( gasping, apneu ), dilatasi pupil tidak bereaksi dengan rangsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak sadar.

Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin ( Hb ), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernafasan. Resusitasi jantung paru diperlukan kalau O2 ke otak tidak cukup, sehingga otak tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Iskemia melebihi 3 4 menit pada suhu normal akan menyebabkan korteks serebri rusak menetap, walaupun setelah itu kita dapat membuat jantung berdenyut kembali. Kerusakan otak pasca resusitasi akibat kita terlambat memulainya. 2,3PEMBAHARUAN PADA BLS GUIDELINES 2010

Terdapat beberapa pembaharuan pada BLS 2010, berbanding dengan 2005. Beberapa perubahan yang telah dilakukan adalah seperti berikut:

1.Mengenali sudden cardiac arrest (SCA) dari mengenali respon dan pernafasan.

2. Look, Listen dan Feel tidak digunakan dalam algoritma BLS.

3. Hands-only chest compression CPR ditujukkan kepada siapa yang tidak terlatih

4. Urutan ABC diubah ke urutan CBA, chest compression sebelum breathing.

5. Health care providers memberi chest compression yang efektif sehingga terdapat sirkulasi spontan.

6. Lebih fokus kepada kualitas CPR.

7. Kurangkan penekanan untuk memeriksa nadi untuk health care providers.

8. Algoritma BLS yang lebih mudah diperkenalkan.

9. Rekomendasi untuk mempunyai pasukan yang serentak mengendalikan chest compression, airway management, rescue breathing, rhythm detection dan shock. 2BARULAMADASAR PEMIKIRAN

Chest compressions, Aiway, Breathing (C-A-B):

Ilmu terbaru menunjukan urutan sebagai berikut:

1. Cek respon pasien

2. Cek apakah bernafas atau tidak, atau nafas abnormal

3. Menghubungi bantuan

4. Cek pulsasi tidak lebih dari 10 detik

5. Beri 30 kompresi

6. Buka jalan nafas dan berikan 2 kali bantuan nafas

7. Lanjutkan kompresi

Airway, Breathing, Chest compression ( A-B-C):Sebelumnya, setelah ditentukan tidak ada respon, pemanggilan bantuan harus dilaksanakan, jalan nafas dibuka, cek pernafasan pasien, dan 2 kali pernafasan bantuan diberikan diikuti dengan pengecekan pulsasi dan kompresi.Ventilasi merupakan bagian terpenting dari resusitasi, fakta menunjukan kompresi merupakan hal utama dalam resusitasi pada orang dewasa.Dalam urutan ABC, kompresi sering tertunda untuk diberikan

Kompresi seharusnya dimulai dalam 10 detik pertamaKompresi diberikan setelah jalan nafas dan pernafasan pasien ditentukan, ventilasi diberikan dan pulsasi diperiksaWalaupun ventilasi termasuk bagian terpenting dalam resusitasi, fakta menunjukan kompresi tetap menjadi elemen utama dalam resusitasi dewasaKompresi sering terlambat diberikan saat penolong membuka jalan nafas dan memberikan bantuan nafas

Kompresi seharusnya diberikan dengan kecepatan rata-rata 100 x/menit. Dalam 30 kali kompresi harus dilakukan dalam waktu 18 detik atau kurang Kompresi seharusnya diberikan dengan kecepatan rata-rata 100 x/menit. 30 kali kompresi selesai dalam waktu 23 detik atau kurangKompresi sering kali terlalu lambat dan kompresi lebih dari 100 x/menit menghasilkan perfusi yang lebih baik

Kedalaman kompresi mengikuti: Dewasa: minimal 2 inci (5cm)

Anak: minimal 1/3 kedalaman dada atau setidaknya 2 inci (5cm)

Balita: minimal 1/3 kedalaman dada, atau setidaknya 1 inci (4cm)Kedalaman kompresi mengikuti:

Dewasa: 1 s/d 2 inci Anak: 1/3 sampai diameter dada

Balita: 1/3 sampai diameter dadaKompresi yang lebih dalam menghasilkan perfusi arteri koronaria dan arteri serebral lebih baik

Tabel 1: Perubahan Algoritma BLS ( Dikutip dari daftar pustaka no. 2)Alasan untuk perubahan sistem ABC menjadi CAB :-Henti jantung terjadi sebagian besar pada dewasa. Angka keberhasilan kelangsungan hidup tertinggi dari pasien segala umur yang dilaporkan adalah henti jantung dan ritme Ventricular Fibrilation (VF) atau pulseless Ventrivular Tachycardia (VT). Pada pasien tersebut elemen RJP yang paling penting adalah kompresi dada (chest compression) dan defibrilasi otomatis segera (early defibrillation).-Pada langkah A-B-C yang terdahulu kompresi dada seringkali tertunda karena proses pembukaan jalan nafas (airway) untuk memberikan ventilasi mulut ke mulut atau mengambil alat pemisah atau alat pernafasan lainnya. Dengan mengganti langkah menjadi C-A-B maka kompresi dada akan dilakukan lebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kali kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).-Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung mendapatkan RJP dari orang sekitarnya. Ada banyak kemungkinan penyebab hal ini namun salah satu yang menjadi alasan adalah dalam algoritma A-B-C, pembebasan jalan nafas dan ventilasi mulut ke mulut dalam Airway adalah prosedur yang kebanyakanditemukan paling sulitbagi orang awam. Memulai dengan kompresi dada diharapkan dapat menyederhanakan prosedur sehingga semakin banyak korban yang bisa mendapatkan RJP. Untuk orang yang enggan melakukan ventilasi mulut ke mulut setidaknya dapat melakukan kompresi dada.1,5,6PROSEDUR BASIC LIFE SUPPORT1. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak adanya nafas secara visual tanpa teknikLook Listen and Feel. 2. Melakukan panggilan darurat dan mengambil AED 3. Circulation: Meraba dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada. Untuk penolong non petugas kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik. Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum). Penentuan lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama diletakkan di atas sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah beradadi tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan dada.

Gambar1.Posisi tangan (dikutip dari daftar pustaka no. 1) Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur

Gambar2.Chest compression (dikutip dari daftar pustaka no. 1) Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik) Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit.Kedalaman kompresi untuk dewasaminimal2 inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm). 4. Airway:Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui head tiltchin lift. Caranyadenganmeletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka(Head Tilt)Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melaluijaw thrustyaitu dengan mengangkat dagu sehinggaderetan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan gigi Rahang Atas.

Gambar3.Head Tilt & Chin Lift (dikutip dari daftar pustaka no. 3)

Gambar4.Jaw Thrust (dikutip dari daftar pustaka no. 3)5. Breathing :

Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut :

Pastikan hidung korban terpencet rapat

Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)

Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin

Berikan satu ventilasi tiap satu detik

Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.

Gambar5.Pernafasan mulut ke mulut (dikutip dari daftar pustaka no. 1) Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.

Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.

Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi.

Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit.

Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali. 6. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. Bila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 10 detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan advance airway. 7. Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLS (Advanced CardiacLife Support) datang, atau korban mulai bergerak. 1,3KOMPLIKASI

Backward tilt of head (menengadahkan kepala)

Pada orang tua dengan aterostenosis, menengadahkan kepala maksimal, atau memalingkan kepala ke samping bisa menyebabkan gangguan sistem arteri vertebral-basilar, yang berakibat kerusakan batang otak. Pada kecelakaan lalu lintas, menengadahkan kepala maksimal memalingkan kepala ke samping akan memperberat kerusakan/trauma medulla spinalis dan menyebabkan kelumpuhan, sehingga pada keadaan penderita demikian, hanya moderate backward tilt seperti pada triple maneuver yang dianjurkan. External Cardiac Compression (pijat jantung luar)Osteo-chondral costae terenggang/terpisah. Fraktur kosta multiple, terutama pada orangtua. Fraktur sternum.

Flail Chest, pneumothoraks, kontusi paru, tamponade jantung. 7,8Inflation (hembusan/tiupan)

Lambung menggelembung.

Paru robek, terutama pada bayi atau anak jika dilakukan tiupan/hembusan terlalu kuat, terjadi tension pneumothoraks. 9KEPUTUSAN MENGAKHIRI UPAYA RESUSITASI Mengakhiri Resusitasi Jantung Paru adalah suatu keputusan medis, sebaiknya dilakukan oleh dokter, yang didasarkan atas penilaian status otak dan status kardiovaskuler penderita. Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut di bawah ini :

Cardiac death: juga disebut irreversible cardiac arrest.

Yaitu tidak timbulnya kembali aktivitas EKG setelah 30-60 menit.

Brain death: juga disebut cerebral death.Ditandai dengan ketidaksadaran yang dalam, pupil melebar terfiksir, tidak adanya pernafasan.

Pada waktu melakukan resusitasi paru jantung diketahui bahwa penderita dalam stadium terminal dari penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Penolong kelelahan dan tidak mampu lagi meneruskan resusitasi.

Bila terjadi sirkulasi dan respirasi spontan dari penderita, tetapi meskipun demikian penderita jangan ditinggalkan sendiri, harus diawasi secara ketat, karena kegagalan kardiopulmoner bisa terjadi lagi.

Tunggu sampai pertolongan yang lebih baik lagi datang menggantikan. 7,8EMERGENCY MEDICAL SERVICEUpayaPertolonganterhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu systemyang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di bawah ini : Pre Hospital Stage Hospital StageRehabilitation

First ResponderAmbulance Service 24 jamEmergency RoomOperating RoomIntensif Care UnitWard CareFisicalPsycologicalSocial

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.10Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden periode).Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenalistilahThe Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3 faktor utama di Pre Hospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu:SiapapenolongpertamanyaBerapa lama ditemukannya penderita,kecepatan meminta bantuan pertolonganPenolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan pelayanan ambulan gawat darurat 24 jam. Ironisnya penolong pertama di wilayah Indonesia sampai saat tulisan ini dibuat adalahorang awam yang tidak terlatih dan minim pengetahuan tentang kemampuan pertolongan bagi penderita gawat darurat. Kecepatan penderita ditemukan sulit kita prediksi tergantung banyak faktor seperti geografi, teknologi, jangkauan sarana tranport dan sebagainya. Akan tetapi kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita modifikasi.Padafaserumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Daruratsaat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.Uraiansingkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan pertolongan bagi penderita dengan kriteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak faktor sesuai fase dan tempat kejadian cederanya. Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily routine) yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu system yang dikenal dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana (SPGDB). Tak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan terwujudnya penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu.Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :1.Sistem komunikasiKejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang datang dengan segera akan meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan, hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi diteruskan. Problemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi (Ambulan), bagaimana kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung.2.PendidikanPenolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :Menguasai cara meminta bantuan pertolonganMenguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)Menguasai teknik mengontrol perdarahanMenguasai teknik memasang balut-bidaiMenguasai teknik evakuasi dan tranportasiGolongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai pelayan masyarakatseperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR atau guru harus memiliki kemampuan tambahan lain yaitu menguasai kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat dalam kondisi :

Penyakit anakPenyakit dalamPenyakit sarafPenyakit JiwaPenyakit Mata dan telingaDan lainya sesuai kebutuhan sistemPenyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-intansi harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.3.TranportasiAlat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa yang tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana.4.PendanaanSumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES, pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat miskin mempunyai ASKESKIN. Orang berada memiliki asuransi jiwa5.Quality ControlPenilaian, perbaikan dan peningkatan sistem harus dilakukan secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.10KESIMPULAN

Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) adalah pendekatan sistemik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga inisiasi RJP yaitu resusitasi jantung paru. BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesehatan. Ini bermaksud RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis, dan juga orang awam. BLS juga sangat untuk profesi seperti tempat penitipan anak, guru dan petugas keamanan juga pekerja sosial terutama yang bekerja di rumah sakit dan sopir ambulance. Resusitasi jantung paru adalah usaha yang dilakukan untuk apa-apa yang mengindikasikan henti nafas atau henti jantung. Kompresi dilakukan terlebih dahulu dalam kasus yang terdapat henti pernafasan atau henti jantung karena setiap detik yang tidak dilakukan kompresi merugikan sirkulasi darah dan mengurangkan survival rate korban. Prosedur RJP terbaru adalah mompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas buatan. Sistem RJP yang dilakukan sekarang adalah adaptasi dan pembaruan dari pedoman yang telah diperkenalkan oleh Peter Safar dan kemudiannya diadaptasi oleh American Heart Association.

DAFTAR PUSTAKA 1. Santoso P. Basic Life Support. September 2012. Available at http://nspamuji.blogspot.com/2012/09/bls-basic-life-support.html diunduh tanggal 14 April 20142. American Heart Association.2010. Part 4 Adult Basic Life Support in Circulation Journal

3. Subagjo A, Achyar, Ratnaningsih E, Sugiman T, Kosasih A, Agustinus R. Buku Panduan Hidup Jantung Dasar. PP Perki. Edisi 2011.

4. American Heart Association 2005. Part 4. Adult Basic Life Support in Circulation Journal

5. Field, John M. et al. Circulaion JOURNAL OF THE AMERICAN HEARTH ASSOCIATION: Executive Summary: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Dallas, TX : 2010. 6. Andrew H. Travers, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S676-S6847. Laksana, Ery. Resusitasi Kardiopulmoner. Belajar Ilmu Anestesi. Semarang; Bagian Anestesiologi FK Undip; 2003; 34:93-100.

8. The International Liaison Company On Resuscitation. Adult Basic Life Support. 2005 : 18-34.

9. The International Liaison Company On Resuscitation. Pediatric Basic Life Support. 2005 : 156-166.

10. Muhammad Ashar. Maret 2011.Planning cardiac emergency medical service with Mobile application in aceh rural.http://www.acehpublication.com/adic2011/ADIC2011-039.pdf.diakses Senin 14 april 2014 pukul 22.00 wib.PAGE 20


Top Related