MEMAHAMI KONSEP PENDIDIKAN SEBAGAI KAJIAN INTERDISIPLIN DAN INTRADISIPLIN
Disusun Oleh:
DADANG DJOKO KARYANTOP3A116008
PROGRAM DOKTORAL KEPENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI
2016
1 | P a g e
PAPER MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU:
1. Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd2. Prof. Dr. H. Rahmat Murbojono, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Makalah yang bejudul “Memahami Konsep Pendidikan Sebagai
Kajian Interdisiplin dan Intradisiplin)
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas diskusi mata kuliah
Sosiologi Pendidikan pada Program Doktoral S3 Kependidikan Universitas Jambi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
berupa bimbingan dan dorongan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dosen pengampu
mata kuliah Sosiologi Pendidikan serta rekan-rekan dan semua pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih untuk bantuannya.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat serta balasan semua
dengan kebaikan. Akhirnya Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Jambi, September 2016
Penulis
2 | P a g e
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... iKATA PENGANTAR..................................................................................... iiDAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 11.1 Latar Belakang ................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................. 21.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 21.4 Batasan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 32.1 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu...................................... 32.2 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin............... 8
2.2.1 Alasan Perlunya Melakukan Kajian Interdisiplin........................ 92.3 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Intradisiplin............... 11
BAB III PENUTUP......................................................................................... 133.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 14
3 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap
kali memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi
berbagai bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial,
seperti: indsutri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-
perkumpulan, dan pendidikan. Masalah sosiologi dalam masyarakat itu juga
dirasakan oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan
di sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah-
masalah sosial dalam masyarakat.
Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat
berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang
dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan penanganan yang
berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah yang
dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan
memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat
diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi
terkadang penggabungan berbagai disiplinpun memperlihatkan berbagai ciri yang
berbeda (Hidayat, 2014).
Apgar (2009) menyatakan bahwa masalah paling penting yang dihadapi
manusia adalah masalah kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan,
multiperspektif dan proses saling keterkaitan antara satu sama lain. Sebagai warga
dunia, sebagaimana yang dianjurkan oleh UNESCO, perlu berperan serta secara
aktif dalam mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang
ada saat ini. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi
masalah global yang bersifat multi sektoral. Ada empat isu utama tentang
masalah-masalah yang kerap dibahas dan memerlukan pendekatan multisektoral
yaitu: 1) Agresi manusia; 2) Distribusi sumberdaya secara harmonis; 3)
Perkembangan pandangan dunia yang bersifat antroposentrik; dan 4) Realisasi
potensi dan pemberdayaan manusia melalui pendidikan.
4 | P a g e
Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi
pendidikan sangat dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang
perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan baik sebagai mahluk
individu maupun sebagai mahluk sosial.
Makalah ini akan mengupas konsep yang membahas tentang pendidikan
sebagai ilmu dalam kajian interdisiplin dan intradisiplin. Memahami konsep
intradisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan
memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pendidikan sebagai ilmu?
2. Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian interdisiplin?
3. Bagaimanakah pendidikan sebagai kajian intradisiplin?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bahwa pendidikan sebagai ilmu dalam kajian
interdisiplin dan intradisiplin.
2. Untuk mengetahui bahwa kreativitas membutuhkan pengetahuan
interdisipliner dan intradisipliner.
3. Untuk mengetahui bahwa permasalahan intelektual, sosial dan praktikal
memerlukan pendekatan interdisipliner dan intradisipliner?
4. Untuk mengetahui bahwa riset interdisipliner dan intradisipliner berguna
akan mengingatkan kita akan idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan.
1.4 Batasan Penulisan
Masalah dalam kajian pendidikan adalah kompleks. Tidak bisa dipahami
dan dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin. Karena
kajian tersebut sangatlah luas maka dari itu makalah ini membatasi masalah
dengan membahas hanya dua kajian pendidikan sebagai ilmu yaitu pendidikan
sebagai interdisiplin dan pendidikan sebagai intradisiplin.
5 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Ilmu
Secara garis besar, ruang lingkup ilmu pendidikan adalah “masalah
masalah pendidikan dalam batas dunia empiris”. Empiris berasal dari Yunani
empeiria—yang berarti pengalaman. Artinya ilmu pendidikan tidak membahas
masalah-masalah manusia di luar yang empiris atau meta-empiris.Masalah
masalah yang dikaji tersebut dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hal-hal yang bersifat fondasional. Ilmu yang dikaji dalam pembahasan ini
adalah menjawab pertanyaan:
Mengapa manusia bertingkah laku tertentu?
Untuk apa menciptakan sekolah?
Mengapa pendidikan diperlukan?
2. Hal-hal yang bersifat teknis metodologis. Ilmu yang dikaji dalam
pembahasan ini adalah menjawab pertanyaan “apa dan bagaimana”,
misalnya:
Apa yang diajarkan?
Bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar?
Apa yang diorganisasikan dalam proses belajar mengajar?
Bagaimana mengevaluasi hasil pengorganisasian itu?
Genealogi ilmu pendidikan adalah gambaran skematik yang menunjukkan
dasar, cabang-cabang dan ranting-ranting ilmu pendidikan.Genealogi ini dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Teori-teori umum pendidikan atau ilmu pendidikan umum
2. Teori-teori khusus pendidikan atau ilmu pendidikan khusus
Dilihat dari Genealogi, teori fondasional pendidikan termasuk dalam ilmu
pendidikan umum. Pada cabang dan ranting ilmu pendidikan yang bersifat khusus
lebih banyak menekankan kajian-kajian ilmu pendidikan yang bersifat teknis-
metodologis, antara lain:
1. Filsafat Pendidikan merupakan studi penerapan konsep-konsep dan
metode flosofis dalam membahas hakekat pendidikan sebagai praktek.
6 | P a g e
2. Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan ilmu pendidikan yang membahas:
a) ontologi ilmu pendidikan/segi struktur/isi ilmu pendidikan,
b) epistemologi ilmu pendidikan/hakikat obyek ilmu pendidikan,
c) metodologi ilmu pendidikan/hakikat metode penelitian dalam
pendidikan,
d) aksiologi ilmu pendidikan/hakikat kegunaan ilmu pendidikan
bagi praktek kependidikan dan pengembangan ilmu pendidikan
itu sendiri.
3. Filsafat Praktek Pendidikan adalah studi penerapan konsep dan metode
filosofis dalam membahas bagaimana pendidikan diselenggarakan.
4. Filsafat Proses Pendidikan adalah studi penerapan konsep dan metode
filosofis dalam mengungkap apakah sebenarnya pendidikan dan
tujuannya.
5. Filsafat Sosial Pendidikan adalah kajian penerapan konsep dan metode
filosofis dalam membahas hubungan pendidikan dengan penataan
masyarakat ideal.
6. Studi Pendidikan Luar Negeri adalah kajian interdisipliner tentang
pendidikan yang terjadi di luar negeri.
7. Manajemen Pendidikan adalah kajian tentang cara-cara yang sebaiknya
diterapkan untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan.
8. Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum merupakan kajian cara-
cara perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atas program-program
pendidikan atau kurikulum lembaga pendidikan.
9. Model-Model Belajar Mengajar merupakan telaah atas cara-cara
pemrosesan informasi , pengembangan pribadi, interaksi sosial dan
cara-cara pengubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
10. Evaluasi Pendidikan adalah studi tentang cara-cara, prosedur-prosedur
dan teknik-teknik melakukan pengukuran (measurement) dan
pengembangan (judgement) dalam pendidikan.
11. Ilmu Pendidikan Kependudukan merupakan studi ilmiah tentang faktor
demografis dalam pendidikan.
12. Ilmu Pendidikan Historis merupakan studi interdisipliner tentang
perkembangan pendidikan suatu negara atau kawasan yang bertujuan
7 | P a g e
menggambarkan keseluruhan aspek pendidikan dan tahapan
sejarahnya.
13. Ilmu Pendidikan Komparatif adalah studi interdisipliner tentang
perkembangan pendidikan pada aspek perbedaan dan persamaannya
antara satu negara dengan negara lainnya.
14. Ilmu Pendidikan Administratif adalah studi ilmiah tentang cara-cara
mengatur penyelenggaraan pendidikan yang diturunkan dari
kebijaksaanaan pendidikan.
Adapun kegunaan ilmu pendidikan bagi seorang pendidikan adalah
Seorang pendidik dapat mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan
kependidikannya, menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Maksudnya, ilmu
pendidikan menjelaskan berbagai gejala-gejala kependidikan. Dengan mengetahui
dan menguasai gejala ini maka seorang pendidik dapat menentukan serangkaian
tindakan kependidikan yang diperlukan (Chaeruman, 2010).
Contoh: seorang pendidik yang memiliki dan menguasai ilmu pendidikan
maka ia dapat mengetahui bahwa suasana kelas yang ribut akan menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Pengetahuan ini memungkinkan
baginya unttuk memprediksikan hal-hal yang mungkin akan terjadi bila proses
belajar mengajar tidak efektif. Berdasarkan itu pula ia akan menentukan cara apa
yang harus ditempuh untuk mengontrol gejala-gejala kependidikan tersebut.
Sebelum memasuki pembahasan interdisiplin dan intradisiplin maka
sangat perlu mengetahui tingkatan-tingakatan kajian ilmu karena masalah kajian
yang kompleks seperti yang telah dijelaskan di atas. Meeth (1978)
mengilustrasikan kajian ilmu seperti dikutip oleh Nordahl dan Serafin (2005)
mengilustrasikan perbedaan antara intradisiplinaritas, cross-disiplinaritas,
multidisiplinaritas, interdisiplinaritas dan transdisiplinaritas dalam hirarki seperti
berikut:
8 | P a g e
Gambar 1. Ilustrasi Tingkatan kajian Ilmu
Penjelasan dari ilustrasi di atas adalah:
INTRADISIPLIN yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin.
CROSS-DISIPLIN yaitu suatu studi dimana satu disiplin dipandang dari
beberapa sudut pandang disiplin lain.
MULTIDISIPLIN yaitu studi dimana antara satu disiplin dan disiplin lain
disejajarkan (juxtaposistion of disciplines), dimana masing-masing disiplin
menawarkan sudut pandangnya masing-masing tapi tidak ada upaya untuk
memadukannya secara integratif. Multidisiplinaritas adalah pendekatan
dimana dua atau lebih disiplin digunakan tapi tidak ada kerjasama antara
satu disiplin dengan disiplin yang lain. Sebagai contoh, dalam suatu
institusi katakanlah bidang/divisi teknologi informasi. Disitu terdapat ahli
teknologi informasi, ahli teknologi pendidikan, ahli ekonomi. Tapi, dalam
memahami dan memecahkan masalah kantornya, mereka menganalisis
masalah sendiri-sendiri berdasarkan perspektif keilmuannya masing-
masing, digabungkan jadi satu tanpa ada integrasi satu sama lain.
Nampaknya, hal ini merupakan contoh fakta nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga setiap permasalahan kompleks tidak dapat
dipecahkan secara komprehensif. Sedangkan pluradisiplinaritas adalah
9 | P a g e
suatu pendekatan dimana telah terjadi kerjasama antar disiplin tapi tanpa
koordinasi. Sebagai contoh, dalam memecahkan masalah pasca bencana
meletusnya gunung merapi, telah terjadi kerjasama lintas disiplin, ada ahli
kesehatan, ahli ekonomi, ahli psikologi, ahli pendidikan bersama-sama
melakukan upaya tapi tanpa koordinasi yang jelas mengacu pada satu
tujuan yang jelas. Interdisciplinaritas adalah pendekatan yang merupakan
satu level diatas pluradisiplinaritas, yaitu proses memahami dan
memecahkan permasalahan kompleks dari satu level konsep dibawah ke
level konsep yang lebih tinggi.
INTERDISIPLIN yaitu upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang
untuk memecahkan masalah tertentu. Bedanya dengan transdisiplin, upaya
integrasi berbagai sudut pandang tersebut, didalam transdisiplin terjadi
sejak awal ketika suatu masalah didefinisikan untuk dipecahkan. Dalam
studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama
menggunakan berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah
tersebut. Sementara interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu
mengembangkan permasalahan seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini
sangat tipis dan masih jadi perdebatan. Selain itu Interdisipliner
(interdisciplinary) juga merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui
program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan
integrasi konsep, metode, dan analisis.
TRANSDISIPLINARITAS adalah proses menjawab sesuatu permasalahan
kompleks tentang apa yang harus kita lakukan untuk apa yang ingin kita
lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai apa
yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini. Transdisipliner
(transdisciplinarity) juga merupakan upaya mengembangkan sebuah teori
atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar
berbagai disiplin. Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa
yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan
menggunakan berbagai disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik, dapat pula
kita rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa, “Dengan
memanfaatkan beberapa hal yang ada (beberapa disiplin ilmu), kita dapat
10 | P a g e
melakukan apa yang ingin kita lakukan sebagaimana seharusnya kita
melakukannya.”
2.2 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin
Damsar (2011) menyatakan bahwa pendidikan merupakan kajian utama
dalam ilmu pendidikan, tetapi sekarang pendidikan menjadi sebuah kajian
interdisiplin dalam arti tidak hanya dikaji oleh ilmu pendidikan tetapi di juga oleh
ilmu-ilmu sosial lain. Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai
disiplin, dan khususnya memakai pendekatan interdispliner (interdisciplinary
approach). Dia menyatakan disiplin sebagai struktur, isi, dan implikasi dari
sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge). Dalam perkembangan
pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks. Ada banyak disiplin yang
berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan
mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan
(subject matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik
biasanya membentuk organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah,
mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti
yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga
biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar
ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu
disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan. Sebuah disiplin lahir dan
tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:
1. Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
2. Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi pusat
perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus.
3. Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan, bisa berbentuk
disiplin baru atau interdisciplinary.
4. Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.
11 | P a g e
2.2.1 Alasan Perlunya Melakukan Kajian Interdisiplin
Kajian interdisiplin merupakan kajian lintas ilmu yang berbeda atau antar
ilmu yang berbeda. Maka dari itu perlu melakukan kajian interdisiplin dengan
alasan sebagai berikut:
1. Dengan menjembatani disiplin ilmu yang terfragmentasi, interdisipliner
bisa berperan dalam membela kebebasan akademik.
2. Kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner. Proses penemuan
kerapkali mencakup tindakan menggabungkan ide yang sebelumnya
tampak tidak berkaitan. Pemikiran yang kreatif kerap menghasilkan ide
yang tidak lazim tapi membuahkan permutasi yang produktif. Aspek yang
digabungkan bisa berasal dari satu disiplin, atau berasal dari permutasi ide
dari dua atau lebih disiplin.
3. Pendatang baru seringkali memberikan kontribusi yang penting pada
bidangnya yang baru Observasi pendatang baru dapat membuka mata atas
hal-hal yang baru. Misalnya di bidang antropologi, pendatang baru bisa
melihat aspek aspek budaya yang kasat mata bagi penduduk asli. Para
pendatang pun lebih cermat untuk tidak mengabaikan anomali.
4. Penganut disiplin ilmu tertentu seringkali melakukan kesalahan yang
hanya bisa terdeteksi oleh orang yang memahami dua atau lebih disiplin
ilmu Pengamatan lintas disiplin berguna karena jurang antar disiplin ilmu
terlalu luas. Sehingga tidak jarang ilmuwan mengambil kesimpulan yang
bertabrakan dengan kesimpulan di disiplin ilmu lain akibat generalisasi
atau tidak peka pada disiplin ilmu lain tersebut.
5. Banyak sekali topik-topik riset yang jatuh di persimpangan beragam
disiplin ilmu. Ruscio berargumen bahwa disiplin ilmu pada prakteknya
tidak memiliki batas yang jelas selayaknya harapan para teoretisi disiplin
ilmu tersebut.Serta peneliti disipliner tampak mampu mengisi celah
kosong yang produktif sehingga area abu-abu ilmu pengetahuan bisa diisi.
6. Banyak permasalahan intelektual, sosial dan praktikal memerlukan
pendekatan interdisipliner. Coba bayangkan sejarah pembangunan suatu
negara. Beberapa tahun dan ribuan buku akan membawa kita pada
kesimpulan, kebanyakan penulis gagal memahami secara keseluruhan
karena terpaku pada satu disiplin ilmu saja. Kita harus ingat permasalahan
12 | P a g e
yang muncul belum tentu datang dalam batasan satu disiplin ilmu saja.
Misalnya reduksi polusi, ini bukan sekedar persoalan teknologi yang lebih
baik saja, tetapi berkaitan dengan psikologi industri, efisiensi ekonomi,
budaya pola hidup masyarakat, kebijakan politik, dan sebagainya.
Seorang negarawan bisa melakukan kesalahan karena tidak memahami
aspek teknis, sosial atau alamiah dari suatu kebijakan: sangat
berbahaya memiliki dua atau lebih budaya yang tidak berkomunikasi,
ilmuwan bisa memberikan saran yang buruk dan pengambil keputusan
tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Sejarah membuktikan
bahayanya rekomendasi kebijakan yang terlalu sempit oleh mereka yang
memiliki pengetahuan yang luas atau sebaliknya. Dalam dunia spesialisasi,
seorang berpendidikan tinggi bisa tidak menyadari dimensi sosial dan
moral dari tindakannya. Kompartementalisasi, selain rendahnya
pendidikan adalah musuh besar yang hanya bisa ditaklukkan oleh
pendidikan yang menyeluruh.
7. Pengetahuan dan riset interdisipliner berguna akan mengingatkan kita akan
idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan. Tentu saja sekarang ini
mustakhil untuk menguasai semua disiplin ilmu sekaligus. Tapi bila kita
keliru mengartikan pengetahuan disiplin dengan kebajikan; jika kita lupa
seberapa banyak kita tidak tahu; jika kita lupa seberapa besar kita tidak
bisa tahu; jika kita tidak menginginkan, setidaknya sebagai prinsip,
idealitas kesatuan badan ilmu pengetahuan; kita akan kehilangan sesuatu
yang penting. Interdisiplineritas membantu kita mengingat hal ini, bahwa
komponen komponen pengetahuan manusia merupakan pecahan dari
keseluruhan bangunan pengetahuan.
8. Pelaksana praktek interdisipliner menikmati fleksibilitas yang lebih besar
dalam risetnya. Kebanyakan bidang ilmu mengalami kemajuan yang pesat,
diikuti dengan periode stagnasi. Pada saat saat ini dalam konteks pribadi,
ilmuwan yang berani pindah ke disiplin ilmu yang baru akan menikmati
fleksibilitas dan kebebasan baru dalam karir mereka, sebuah imbalan
personal untuk kesediaan melintasi batas disiplin ilmu.
9. Ketimbang terpaku pada satu disiplin ilmu yang sempit, penganut
interdisipliner sering merasakan sensasi intelektual yang mirip dengan
13 | P a g e
penjelajahan di lahan yang baru. Pada titik tertentu, imbal balik dari proses
input tertentu mengecil secara progresif. Butuh berjam jam untuk
belajarcatur, dan tahunan untuk menjadi ahli. Hal serupa terjadi dalam
dunia pembelajaran. Misalnya seorang ahli anatomi serangga dalam
rangka menjadi ahli bisa jadi tidak pernah membaca Tolstoy atau tidak
pernah mendengar Vivaldi akibat alokasi waktu yang ketat. Hidup ini
telalu singkat untuk menjadi ahli dalam banyak bidang sekaligus. Agar
menjadi ahli dalam bidangnya mereka berakhir hanya mengeksplorasi satu
minat saja. Interdisiplineritas, kontras dengannya, selamanya
memperlakukan diri mereka dengan intelektualitas yang setara dengan
menjelajahi daerah eksotik.
10. Pelaksana ilmu Interdisipliner bisa menjembatani jurang
komunikasi dalam akademi modern, karenanya membantu memobilisasi
sumberdaya intelektual yang besar dalam membangun rasionalitas yang lebih
besar.
Universitas modern hanya memiliki efektifitas yang sedang sebagai agen
perubahan sosial. Kenyataannya dunia akademik menikmati kesuksesan yang
minim dalam memobilisasi sumberdaya intelektualnya untuk memperbaiki
masyarakat. Alasannya cukup jelas: fragmentasi disiplin ilmu membuat
akademik pasif dihadapan dunia yang sewenang-wenang. Dalam komunitas
dengan bahasa yang berlainan diperlukan komunikasi yang efektif untuk
menggabungkan kekuatannya. Interdisiplineritas, dengan mengingatkan kita
pada ideal kesatuan badan pengetahuan, dengan menguasai dua atau lebih
bahasa akademik, bisa berkontribusi pada integrasi budaya akademik.
2.3 Memahami Konsep Pendidikan Sebagai Kajian Intradisiplin
Kajian Intradisiplin yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin yaitu
suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin
ilmu, tanpa menghubungkan denan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materi
berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi bersangkutan. Ilmu
pengetahuan adalah suatu proses sosial yang mengalami diseminasi secara global
maupun lokal melalui berbagai bentuk dan tempat, maka di masa yang akan
datang akan terjadi rekonfigurasi ilmu pengetahuan.
14 | P a g e
Dalam memecahkan masalah pendidikan jika hanya menggunakan
intradisiplin, kita akan berhadapan dengan berbagai kelemahan yang muncul
dimana kita hanya memahami disiplin ilmu itu saja tanpa memahami disiplin ilmu
lain yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi disiplin ilmu yang kita pahami.
Di dalam dunia akademik saat ini ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu yang
saling terpisah. Integrasi oleh karenanya merupakan kata kunci yang diperlukan
untuk saling meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan memanfaatkan
disiplin tunggal tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya-
upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat global dan menjadi
semakin rumit.
15 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah-masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang
bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang
kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu
disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplinpun
memperlihatkan berbagai ciri yang berbeda.
Semua permasalahan yang dihadapi manusia termasuk salah satunya ilmu
pendidikan tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan hanya menggunakan satu
sudut pandang atau lebih singkatnya dengan tidak hanya menggunakan satu
disiplin. Faktanya, semua permasalahan dan teknologi sebagai penerapan ilmu
untuk kebutuhan praktis manusia merupakan sinergi antar berbagai disiplin.
Pendekatan interdisiplin berbeda dengan pendekatan intradisiplin.
Interdisipline merupakan upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk
memecahkan masalah tertentu. Sedangkan intadisiplin merupakan pendekatan
yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa menghubungkan denan
struktur ilmu lain.
Hakikatnya pendidikan memang merupakan salah satu kajian utama dalam
ilmu pendidikan, namun sekarang pendidikan telah menjadi kajian interdisiplin.
Pendidikan tidak hanya dikaji oleh satu ilmu pendidikan (intradisiplin), tetapi
juga oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi,
psikologi dan politik (interdisiplin).
16 | P a g e
DAFTAR RUJUKAN
Chaeruman, U.A. (2010). Memahami konsep transdisiplinaritas dan pendidikan
transdisiplin. Makalah S3Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri
Jakarta. Tersedia http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent
/uploads/2010/12/Uwes_memahami_konsep transdisiplinaritas_dan
pendidikan transdisiplin.pdf.
Damsar. (2011). Pengantar sosiologi pendidikan. Jakarta: Prenadamedia.
Hidayat, R. (2014). Sosiologi pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: RajaGrafindo.
17 | P a g e