Download - Makalah Manajemen Keuangan Perbankan
MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN
KONSEP PEMBIAYAAN ALMUDHARABAH DAN ALMUSYARAKAH DALAM PERBANKAN SYARIAH DENGAN SISTEM BAGI HASIL
Oleh
Ayank Narita Dyatama 20110430080
Harti Anugrah Milasari 20110430086
EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
ABSTRACT
Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong munculnya
berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Sepanjang
tiga dekade terakhir, pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan Syari’ah
mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia.
Perbankan syariah yang menerapkan konsep bagi hasil atau bebas bunga sangat dirindukan
oleh masyarakat. Peran perbankan syariah dalam masyarakat terlihat dari konsep
pembiayaannya yang semakin tahun semakin meningkat. Mudharabah dan musyarakah
merupakan produk asli perbankan syariah yang menerapkan sistem bagi hasil. Mudharabah
dan Musyarakah telah banyak membantu dan memberikan keuntunngan bagi masyarakat
luas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana konsep dan
strategi pembiayaan bank syariah dengan sistem bagi hasil dimana merupakan identitas
perbankan syariah.
PENDAHULUAN
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima
simpanan uang, meminjamkan uang dan melayani jasa pengiriman uang. Didalam sejarah
perekonomian kaum muslimin, fungsi bank telah dikenal sejak zaman Rasulullah. Di zaman
modern ini, peran bank bagi masyarakat individu, maupun masyarakat bisnis sangat penting
bagi suatu negara, karena bank sebagai lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh
dalam perekonomian suatu negara. (Ismail, 2010)
Mayoritas penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama Islam, yang tentunya
berkeinginan untuk menjalankan kegiatan ekonominya sesuai prinsip Islami yang bebas dari
riba. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragama Islam dalam hal transaksi
keuangan seperti menyimpan uang, menyalurkan uang dan mengirimkan uang secara syariah,
maka pemerintah merespons hal tersebut dengan mendirikan lembaga keuangan bank
maupun non-bank dengan prinsip syariah.
Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat dari orang
islam yang ingin terhindar dari transaksi bank yang dipandang mengandung unsur riba.
Adanya pelarangan riba dalam islam merupakan pegangan utama bagi bank syariah dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, sehingga kontrak utang piutang antara perbankan syariah
dengan nasabah harus berada dalam koridor bebas bunga.
Tujuan utama perbankan islam ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
umat serta membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi. Dalam
melaksanakan tujuannya, perbankan syariah mengeluarkan produk-produk yang dapat
menunjang volume pertumbuhan ekonomi. Bentuk produk dalam perbankan islam adalah
simpanan dan pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah harus
berdasarkan asas syariah dan menggunakan prinsip bagi hasil. Pada saat ini produk
pembiayaan perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah mudharabah dan
musyarakah. konsep mudharabah dan musyarakah telah diterapkan pada zaman Rasulullah
dan mempunyai landasan yang kuat dalam Alquran dan Assunah.
Meski demikian dalam kenyataannya masyarakat banyak yang menggunakan
pembiayaan perbankan dengan prinsip jual beli (murabahah). Hal itu disebabkan skema bagi
hasil yang digunakan oleh perbankan syariah di Indonesia adalah revenue sharing bukan
profit sharing. Penggunaan skema revenue sharing tersebut dilatarbelakangi oleh masih
tingginya permasalahan moral hazzard. Dengan skema bagi hasil berupa revenur sharing,
pihak perbankan syariah menghadapi tingkat resikko yang lebih rendah dibandingkan apabila
menggunakan skema profit sharing. Dan juga masyarakat masih belum memahami
sepenuhnya tentang konsep pembiayaan dengan sistem bagi hasil, dan kebanyakan
masyarakat tidak mau saling berbagi kerugian.
Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana konsep pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil yang sebenarnya sangat menguntungkan dan sesuai dengan hakikat perbankan
syariah.
PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
Pengertian pembiayaan pada intinya berarti I Beleive I Trust, “saya percaya” atau “saya
menaruh kepercayaan” . perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan yang berarti bank
menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh
bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil danharus
disertai dengan ikatan dan syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang direncanakan. (Veithzal & Arviyan, 2010)
Pembiyaan menurut UU RI No 21 Thn 2008 tentang bank syariah berdasarkan Pasal 1
butir 25 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi
bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
Secara umum tujuan pembiayaan dalam perbankan syariah yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan umat baik dalam kontek tingkat mikro ataupun makro dan sebagai sumber
pendapatan bagi bank islam itu sendiri .Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan adalah (Veithzal & Arviyan,
2010) :
Pembiayaan dapat meningkatkan Utility dari modal/uang
Pembiayaan dapat meningkatkan Utility dari Guna Suatu Barang
Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Pembiayaan menimbulakan kegairahan berusaha masyarakat
Pembiayaan sebagai alata stabilitas ekonomi
Pembiayaan sebaggai jembatan utnuk peningkatan pendapatan nasional
Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Menurut sifat penggunaanya pembiayaan dbagi menjadi dua : pertama pembiayaan
produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti
luas, kedua pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi. Sedangkan menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua, pertama pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan : peningkatan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi maupun kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. (Antonio, 2011).
PRINSIP BAGI HASIL
Fasilitas pembiayaan yang disediakan disini berupa uang tunai atau barang yang dinilai
denngan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, bank syariah dapat menyediakan sampai dengan
100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagiann saja berupa patungan
antar bank dengan pengusahaa. Jika dilihat drai sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil
yaitu loss sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal
dengan nisbah, yang dapat disepakati antara bank dengan nasabah yang mendapat fasilitas
pembiayaan pada saat akad pembiayaan (Veithzal & Arviyan, 2010)
Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi yakni yang termasuk kedalam
natural uncertainty cotracts. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sitem bagi hasil sudah
pasti merupakan sistem bagi hasil sudah pasti merupakan salah satu praktis islamic banking.
Mekanisme bagi hasil di islamic banking dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah atau
musyarakah. (Veithzal & Andria 2008)
Dengan skema bagi hasil pemilik dana menangggung sebagian resiko dari usaha, yang
tercermin dari pendapatan bagi hasil yang diterimanya yang sifatnya tidak tetap. Hal ini
tentunya sangat berbeda dibandingkan pembiayaan dengan skema bunga, dimana resiko
berada pada pihak enterpreneur. Meskipun pada skema bagi hasil pemilik dana menangggung
sebagian resiko, bukan berarti bahwa skema bagihasil tersebut tidak layak digunakan oleh
pemilik dana. Disamping resiko tersebut skema bagi hasil juga memberikan hasil yang lebih
baik pada saat kondisi usaha bagus, atau pada entrepreuner yang memiliki kinerja bagus.
Dengan demikian pemilik dana akan memperoleh tingkat hasil yang lebih tinggi. Hal
tersebutlah yang memotivasi pemilik dana untuk menggunakan skema bagi hasil. (Tarsidin
2010)
Besarnya pembiayaan yang dapat disalurkan bank syariah akan ditentukan oleh
besarnya biaya bagi hasil yang harus ditanggung oleh enterpreneur. Dengan demikian
optimalisasi skema bagi hasil yang digunakan bank syariah sangat penting bagi semakin
besarnya volume pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah
Menurut Antonio (2011) perhitungan bagi hasil pada bank syariah berpengaruh oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Faktor langsung meliputi :
a. Investment rate merupakan pesentase aktual dana yag diinvestasikan dari total dana.
Jika bank menentukan investment sebesar 80% hal ini berarti 20% total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai
sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode, yaitu salah satu metode minimum bulanan dan rata-
rata total saldo harian.
c. Nisbah (profit sharing rasio) salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian, nisbah antara satu bank dan lainnya
berbeda
2) Faktor tidak Langsung meliputi :
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
b. Kebijakan akunting
Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan islam dapat dilakukan dalam 4 akad
utama yaitu musyarakah, mudharabah, muzaraah dan musaqah (Antonio, 2011). Namun yang
banyak dipakai dalam perbankan adalah musyarakah dan mudharabah.
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank
syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah
pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan
aspek-aspek berikut ini : data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan atau
tingkat return aktual bisnis, tingkat return yang diharapkan, nisbah pembiayaan, distribusi
pembagian hasil. (Muhammad, 2005)
Penentuan besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak
berkontrak, tetapi dalam prakteknya di perbankan modern, tawar menawar nisbah antara
pemilik modal dengan bank syariah hanya terjadi bagi deposan/ investor dengan jumlah
besar, karena memiliki daya tawar yang relatif tinggi. Kondisi seperti ini seperti special
nisbah, sehingga untuk nasabah deposan kecil tawar menawar tidak terjadi. Bank syariah
akan mencantumkan nisbah yang ditawarkan, deposan boleh setuju atau tidak. Bila setuju
maka akan melanjutkan menabung, sebaliknya bila tidak setuju boleh mencari bank syariah
lainnya
Menurut Muhammad (2005), prinsip utama yang harus dikembangkan oleh bank
syariah dalam kaitanya dengan manajemen dana adalah bahwa bank syariah harus mampu
memberikan hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku
bunga yang berlaku di bank konvensional dan mampu menarik bavgi hasil dari debitur lebih
rendah dari pada bunga yang diberlakukan di bank konvensional.
MUDHARABAH
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau berjalan yaitu proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis mudharabah
adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lain lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
(Antonio, 2001). Dalam pelaksanaannya pemilik modal tidak turut ikut campur dalam
pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan. (Veithzal & Andria
2008)
Menurut penelitian dwi agung (2011) analisis prinsip bagi hasil dan profit sharingnya
pada produk almudharabahini sangat menguntungkan dan tidak membebankan kepada
pihakpeminjam dana, karena al-mudharabah pada hakekatnya akad kerja sama antara
duapihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadipengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak.Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibatdari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang bertanggung jawab. Jika prinsip al-mudharabah ini benar-benar dijalankan
oleh perbankan syariah dan diperuntukkan bagi masyarakat miskin atau pelaku usaha kecil
yang ingin mengembangkan usahanya, maka masyarakat atau pelaku usaha kecil akan merasa
terbantu dalam pembiayaan dan permodalan.
Skema pembiayaan mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu tonggak ekonomi syariah yang
mewakili prinsip islam untuk mewujudkan keadilan masyarakat melalui sistem bagi hasil.
Landasan hukum dari Al mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap manusia dianjurkan
untuk melaakukan usaha, seperti dalam Al-Quran :
........dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.... (Q.S
Almuzzamil : 20)
Dalam hadist Rasulullah :
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan
dana ke mitra usahanya secara mdharabah ia menyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, membeli ternak. Jika menyalahi
tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atau dana tesebut. Disampaikan syarat-
syarat tersebut kepada Rasuloullah dan Rasullulah pun membolehkannya. (H.R Thabrani)
Ada 2 jenis mudharabah, pertama mudharabah muthlaqah merupakan mudharabah yang
sifatnya mutlak dimana shahibul maal tidak menetapkan retriksi atau syarat-syarat tertentu
kepada mudharib. Kedua, mudharab muqayyadah, yaitu pemilik dana membatasi/ memberi
syarat kepada muudharib dalam pengelolan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan
mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja (Karim, 2005)
Pada sisi pembiayaan, almudharabah umumnya diterapkan untuk pembiayaan (1)
pembiayaan modal kerja (2) investasi khusus, yang disebut juga dengan mudharabah
muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah diterapkan oleh bank sebagai penyandang dana. (Antonio, 2001)
Kemungkinan resiko dalam al mudharabah antara lain : (1) penyalahgunaan dana yang
diperoleh nasabah untuk ke[erluan/tujuan lain yang menyimpang dari kesepekatan semula (2)
nasabah melakukan kesalahan yang disengaja (3) nasabah tidk jujur menyampaikan
perkembangan bisnis. Adapun keuntungan pembiayaan almudharabah antara lain : (1) bank
akan memperoleh peningkatan bagian hasil tatkala keuntungan usaha nasabah meningkat (2)
pengembalian pokok pinjaman diselaraskan dengan cash flow usaha nasabah sehingga tidak
menggangu bisnis usaha (3) bank lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha dan
nasabah yang benar-benar halal,aman, menguntungkan, karena hasil keuntungan itulah yang
akan dibagikan. (4) prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga yang diterapkan
dalam bank konvensional, dimana bank akan menagih nasabah untuk suatu jumlah bunga
tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun nasabah menderita rugi
akibat terjadi krisis ekonomi. (Veithzal & Arviyan, 2010)
Menurut Veithzal & Andria (2008), mudharabah harus memenuhi rukun-rukun yang
sesuai dengan syariat islam. Adapun rukun (unsur) mudharabah adalah (a) Ijab dan Qobul (b)
Adanya dua pihak (pihak penyedia dan pengusaha) (c) Adanya modal. Modal diisyaratkan
harus jelas dan jumlahnya yang diketahui kedua belah pihak dan harus berupa uang, bukan
barang (d) Adanya usaha (a’mal) (e) Adanya keuntungan disesuaikan dengan nisbah.
MUSYARAKAH
Karakteristik dari transaksi ini dilandaskan karena adanya keinginan dari para pihak
(dua atau lebih) melakukan kerjasama untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya dengan pembagian keuntungan di kemudian
hari sesuai kesepakatan. Kesertaan masing-masing pihak yang melakukan kerjasama dapat
berupa dana, keahlian, kepemilikian, peralatan, barang perdagangan, reputasi, kepercayaan,
serta barang yang dapat dinilai dengan uang. Bank syariah menyediakan fasilitas pembiayaan
dengan cara menyuntikkan dana modal berupa dana segar agar usaha nasabah dapat
berkembang ke arah yang lebih baik. (Veithzal & Arviyan, 2010)
Akad musyarakah merupakan akad kerjasama atau perkongsian gabungan modal dari
pemilik-pemilik modal atau pemegang-pemegang saham untuk membiayai suatu proyek
tertentu, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untukikut serta mewakilkan atau
menggugurkan haknya dalam management proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini
dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai
dengan kesepakatan bersama. Jika terjadi kerugian maka pertanggung jawaban kerugian
ditanggung oleh para pihak selaku pemilik modal sesuai dengan batas modal masing-masing.
Bagi bank Islam, musyarakah dapat digunakan untuk tujuan dagang murni yang lazim
bersifat jangka pendek, atau utnuk keikutsertaan dalam investasi proyek-proyek jangka
menengah hingga jangka panjang.
Landasan syariah dari al musyarakah adalah seperti tertera dalam Alquran dan hadis
yaitu :
Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.....
Menurut H.R Dawud No 2936 dalam kitab al-buyu, dan hakim yang artinya : “Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.”
Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan yaitu musyarakah yang tercipta
karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih, dan musyarakah akad adalah akad yang tercipta dengan cara kesepakatan
dimana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah. mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi
menjadi :
a. Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak emmberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian
yang dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka.
b. Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan dana yang jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, kerugian dan
keuntungan dibagi secara sama besar
c. Syirkah a’mal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi utnuk menerima pekrjaan
secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
d. Syirkah wujuh adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise
baik dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
mnejual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan
jaminan yang disediakan masing-masing
Dalam bidang perbankan penerapan musyarakah dapat berupa pembiayaan dalam
modal kerja dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi,
industri, perdagangan dan jasa, juga dapat dilokasikan sebagai pembiayaan investasi
(pembiayaan proyek)
Dalam pelaksanaannya, musyarakah harus melaksanakan sesuai prinsipnya yaitu (1)
Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak bertentangan dengan
syariah, (2) Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah dengan
ketentuan : (a) Dapat berupa uang tunai atau assets yang likuid (b) Dana yang terhimpun
bukan lagi milik perorangann, tetapi menjadi dana usaha. (Veithzal & Andria 2008)
Sedangkan menurut Veithzal & Arviyan (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan pembiayaan
musyarakah, agar semua bertanggung jawab dengan keputusannya masing-masing antara
lain:
1. Semua modal disatukan sebagai modal usaha dan dikelola bersama. Setiap pemilik
modal mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya) dalam menetapkan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pengelola proyek
2. Adanya transparasi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam
pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek
3. Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kemungkinan rugi dibagi sesuai
dengan porsi modal masing-masing
4. Setelah pekerjaan selesai modal dikembalikan pada masing-masing pihak berserta
sejumlah bagi hasil
5. Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan resiko yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
Dari sisi pembiayaan secara al musyarakah ini, diperoleh beberapa manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Bank akan memperoleh keuntungan berupa peningkatan dalam jumlah tertentu saat
keuntungan usaha nasabah meningkat
2. Pengembalian pokok pinjaman disesuaikan dengan cashflow usaha nasabah, sehingga
tidak memberatkan nasabah
3. Bank lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha yang benar-benar halal,
aman, dan menguntungkan, karena hanya keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi
yang akan dibagikan
4. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana
bank akan menagih penerima pembiayaan ntuk suatu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun nasabah menderita rugi akibat
krisis moneter yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya.
Menurut penelitian Neni (2013) dalam pembiayaan berdasarkan akad musyarakah,
bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama
menyediakan dana atau barang untuk membiayai kegiatan usaha tersebut. Nasabah bertindak
sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan
usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati. Pembagian hasil usaha dari
pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati. Nisbah bagi hasil yang
disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar
kesepakatan para pihak. Pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk
uang (harus jelas jumlahnya) atau barang serta bukan dalam bentung piutang atau tagihan.
KESIMPULAN
Praktek perbankan syariah telah dirindukan oleh berbagai kalangan masyarakat karena
perbankan syariah tidak mengenal konsep bunga tetapi menggunakan konsep nisbah atau
bagi hasil. Salah satu upaya perbankan syariah dalam melayani kebutuhan masyarakat adalah
dengan memberikan pembiayaan. Pembiayaan yang sesuai dengan hakikat bank syariah yaitu
bagi hasil adalah mudharabah dan musyarakah. Penyaluran pembiayaan mudharabah
disalurkan ke segala sektor perekonomian yang dapat memberikan keuntungan dan melarang
penyaluran untuk usaha yang tidak halal. Pembiayaan mudharabah telah terbukti dapat
membantu masyarakat terutama usaha mikro dala meningkatkan usahanya sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatakan pertumbuhan ekonomi.
Selain mudharabah, bank syariah juga menawarkan pembiyaan lain dengan sistem
kontrak kerjasama sehingga para pencari dana untuk sebuah proyek tidak susah lagi dalam
melanjutkan usahanya. Penghitungan kerugian dan keuntungan dalam akad musyarakah juga
menggunakan sistem bagi hasil. Investasi musyarakah oleh perbankan yang berkepanjangan
dalam sektor riil dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Dwi. 2011. Peranan Al-Mudharabah Sebagai Salah Satu Produk Perbankan Syariah
Dalamupaya Mengentaskan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan Vol 3.
Antonio, MS. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Peneribit Gema Insani Press.
Jakarta
Erni & Annisa, 2011. Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Al Mudharabah pada
Bank Syariah. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 15
Fahmi, Rayantiar. 2013. Peran Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Pengembangan Sektor
Riil (Studi Kasus pada Bank Jatim Syariah Cabang Surabaya). Jurnal Ilmiah Fakultas
Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya
Karim, AA. 2007. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi III. Penerbit Grafindo
Persada. Jakarta
Muhammad. 2005. Manajemen Perbankan Syariah. Edisi Revisi. Penerbit UII Press.
Yogyakarta
Suryani, Neni. 2013. Penerapan Akad Musyarakah dalam Pembiayaan Pada bank
Muammalat cabang Pontianak. Skripsi Universitas Tanjung Pura.
Tarsidin. 2010. Bagi Hasil Konsep dan Analisis. Penerbit FE UI. Jakarta
Veitzhal & Andria. 2008. Islamic Financial Management. Penerbit Grafindo Persada. Jakarta
Veitzhal & Arviyan. 2010. Islamic Banking. Peneribit Bumi Aksara. Jakarta