Download - Makalah Pleno Lbm 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul
makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan
enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh.
Proses pencernaan pada manusia terbagi atas 5 macam yaitu:
1. Injesti
Adalah proses menaruh atau memasukkan makanan di mulut.
Biasanya menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu seperti sendok,
garpu, sumpit, dan lain sebagainya.
2. Pencernaan Mekanik
Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan menjadi
kecil dan lembut. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah
proses pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar atau sesuai
dengan keinginan kita.
3. Pencernaan Kimiawi
Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul-molekul
zat makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana
sehingga mudah dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim, asam.
Proses ini dilakukan secara tidak sadar karena yang mengaturnya adalah
enzim.
4. Penyerapan
Penyerapan adalah gerakan nutrisi dari sistem pencernaan ke sistem
sirkulator dan ‘lymphatic capallaSistem pencernaan merupakan sistem yang
memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang berupa
nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
LBM III Page 1
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyebab susah BAB
2. Utuk mengetahui mengenai defekasi
LBM III Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
“SULIT BUANG AIR BESAR”
Seorang bayi perempuan berumur 8 bulan ibawa ibunya ke UGD Rumah
Sakit karena sakit perut dan sudah 5 (lima) hari tidak buang air besar. Hasil
anamnesis didapatkan keterangan bahwa sudah sejak 3 (tiga) bulan yang lalu
buang air besar tidak lancer, pernah 1 (satu) minggu tidak buang air besar dan
dalam sebulan terakhir 2 (dua) kali kesulitan buang air besar disertai sakit perut.
Sekarang ini keluhannya dirasakan paling berat, tetapi bayi tersebut masih bisa
buang angina. Dokter memeriksa lebih lanjut, kemudian mengatakan bahwa
pasien ini mengalami gangguan defekasi dan meminta perawat untuk melakukan
evakuasi feses.
B. TERMINOLOGI
1. Gangguan Defekasi
Merupakan keluhan kesulitan buang air besar, atau buang air besar yang dan
berlangsung terus menerus.
2. Evakuasi Feces
Merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rectum pasien untuk
menghancurkan,mengambil,dan mengeluarkannya dalam bentuk yang telah
hancur.
3. Anamnesis
Proses Tanya jawab antara doker dengan pasien yang bertujuan untuk
mendapatkan sekumpulan informasi subjektif dari pasien terkait dengan
keluhannya yang menyebabkan pasien tersebut datang ke dokter.
4. UGD (Unit Gawat Darurat)
Merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
LBM III Page 3
C. PERMASALAHAN
1. Embriologi system pencernaan
2. Anatomi system pencernaan
3. Fisiologi defekasi
4. Mekanisme sulit BAB
5. Gangguan- Gangguan Defekasi
6. Factor penyebab susah BAB
7. Factor penyebap sakit perut
8. Hubungan sakit perut dan susah BAB
D. PEMBAHASAN PERMASALAHAN
1. Embriologi system pencernaan
Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa
tabung sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung berupa suatu
pelebaran berbentuk kerucut, sedangkan bakal sekum ditandai oleh suatu
pelebaran yang asimetri. Duktus vitelinus masih berhubungan dengan saluran
kolon usus ini. Pada usia janin bulan kedua dan ketiga, terjadi suatu proses
yang dapat menerangkan timbulnya cacat bawaan pada bayi dikemudian hari.
Usus tumbuh dengan cepat dan berada dibawah tali pusat. Sewaktu usus
menarik kembali ke dalam rongga perut, duodenum dan sekum berputar
deengan arah berlawanan jarum jam. Duodenum memutar dorsal arteri dan
vena mesentrika superior, sedangkan sekum memutar di ventralnya sehingga
kemudian sekum terletak di fosa iliaka kanan.
Sebagai hasil dari pelipatan mudigah kearah sefalokaudal dan lateral,
sebagian dari rongga kantung kuning telur yang dilapisi endoderm bergabung
ke dalam mudigah membentuk usus primitif. Dua bagian lain dari rongga
berlapis tersebut, kantung kuning telur dan allantois, tetap berada di luar
mudigah (Gambar 1. A-D).
Pada lapisan kepala dan ekor mudigah, usus primitif membentuk
sebuah tabung berujung buntu, masing-masing usus depan dan usus
belakang. Pada bagian tengah yaitu, usus tengah, untuk sementara tetap
LBM III Page 4
berhubungan dengan kantung kuning telur melalui duktus vitellinus atau
tangkai kuning telur (Gambar 1.D).
Perkembangan usus primitif dan turunannya biasanya dibagi menjadi
4 bagian yakni; usus faringeal atau faring, yang membentang dari membrana
bukofaringeal hingga ke divertikulum trakeobronkialis (Gambar 1.D); usus
depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung faring tersebut serta
membentang ke kaudal hingga ke tunas hati; usus tengah, mulai dari sebelah
kaudal tunas hati dan berjalan sampai ke suatu titik tempat kedudukan, pada
orang dewasa, pertemuan dua pertiga kanan dan sepertiga kiri kolon
transversum, dan usus belakang, yang membentang dari sepertiga kiri kolon
transversum hingga ke membrana kloakalis (Gambar 1). Endoderm
membentuk lapisan epitel saluran pencernaan dan membentuk parenkim
berbagai kelenjar seperti hati dan pancreas. Unsur otot dan unsur peritoneum
pada dinding usus tersebut berasal dari mesoderm splangnik.
Gambar 1. Gambar skematik embrio pada perkembangan minggu ke-6, yang
memperlihatkan pasokan darah ke segmen-segmen usus dan pembentukan serta rotasi
saluran usus primer. Arteri mesenterika superior membentuk sumbu untuk rotasi ini dan
memperdarahi usus tengah. Arteri seliaka dan mesenterika inferior masing-masing
memperdarahi usus depan dan usus belakang.
a. Perkembangan Usus Tengah
LBM III Page 5
Pada mudigah berumur 5 minggu, usus tengah menggantung pada
dinding dorsal perut oleh suatu mesentrium pendek dan berhubungan
dengan kantung kuning telur melalui duktus vitellinus atau tangkai
kuning telur (Gambar 1 dan 2). Pada orang dewasa, usus tengah mulai
tepat di sebelah distal muara saluran empedu ke duodenum dan berakhir
di perbatasan antara dua pertiga proksimal dan sepertiga distal kolon
transversum. Seluruh usus tengah diperdarahi oleh arteri mesenterika
superior (Gambar 3).
Gambar 2. A. Gambar skematik gelung usus primer sebelum rotasi (pandangan
lateral). Arteri mesenterika superior membentuk sumbu gelung tersebut. Panah
menandakan perputaran yang berlawanan dengan arah jarum jam. B. Pandangan yang
sama seperti A, memperlihatkan gelung usus primer setelah perputaran 180°
berlawanan dengan arah jarum jam. Perhatikan bahwa kolon transversum berjalan di
depan duodenum.
LBM III Page 6
Gambar 3. Gambar skematik embrio pada perkembangan minggu ke-6 yang
memperlihatkan pasokan darah ke segmen-segmen usus halus dan pembentukan serta
rotasi saluran usus primer. Arteri mesentrika superior membentuk sumbu untuk rotasi
ini dan memperdarahi usus tengah. Arteri seliaka dan mesentrika inferior masing-
masing memperdarahi usus depan dan usus belakang.
Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan usus
yang cepat dan mesenteriumnya, sehingga terbentuk gelung usus primer
(Gambar 3 dan 4). Pada bagian puncaknya, saluran usus itu tetap
berhubungan langsung dengan kantung kuning telur melalui duktus
vitellinus yang sempit (Gambar 3). Bagian kranial saluran usus ini
berkembang menjadi bagian distal duodenum, jejunum dan bagian ileum.
Bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum, sekum, apendiks, kolon
asendens dan dua pertiga bagian proksimal kolon transversum.
LBM III Page 7
Gambar 4. A. Gambar skematik gelung usus primer sebelum rotasi (pandangan lateral.
Arteri mesentrika superior membentuk sumbu gelung tersebut. Panah menandakan
perputaran yang berlawanan dengan arah jarum jam. B. Pandangan yang sama seperti
A, memperlihatkan gelung usus primer setelah perputaran 180o berlawanan arah jarum
jam. Perhartika bahwa kolon transversum berjalan di depan duodenum.
b. Herniasi Fisiologi
Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pertambahan
panjang yang cepat, terutama di bagian kranial. Sebagai akibat
pertumbuhan yang cepat ini dan membesarnya hati yang terjadi serentak,
rongga perut untuk sementara menjadi terlampau kecil untuk
menampung semua usus, dan gelung-gelung ini masuk ke rongga selom
ekstraembrional di dalam tali pusat selama perkembangan minggu ke-6
(hernia umbilikalis fisiologis) (Gambar 5).
Gambar 5. Herniasi umbilikus gelung-gelung usus halus pada mudigah kurang lebih 8
minggu (panjang kepala-bokong 35 mm). Perputaran gelung usus dan sekum terbentuk
selama herniasi tersebut.
c. Rotasi Usus Tengah
Serentak dengan pertumbuhan panjangnya, gelung usus primer
berputar mengelilingi sebuah poros yang dibentuk oleh arteri mesenterika
superior (Gambar 4). Apabila dilihat dari depan, perputaran ini
berlawanan arah dengan jarum jam dan perputarannya kurang lebih
270° bila sudah selesai seluruhnya (Gambar 3 dan 5). Bahkan selama
rotasi, pemanjangan gelung usus halus terus berlangsung dan jejunum
LBM III Page 8
serta ileum membentuk sejumlah gelung yang memutar (Gambar 5).
Demikian pula usus besar juga sangat memanjang, tetapi tidak ikut
berputar. Rotasi terjadi selama herniasi (kira-kira 90°) maupun pada
waktu kembalinya gelung usus ke rongga perut (180° sisanya).
d. Retraksi Gelung Yang Mengalami Herniasi
Pada minggu ke-10 gelung usus yang mengalami herniasi mulai
kembali ke dalam rongga perut. Sekalipun faktor-faktor yang
bertanggungjawab atas pengembalian ini tidak diketahui dengan pasti,
diduga bahwa menghilangnya mesonefros, berkurangnya pertumbuhan
hati dan bertambah luasnya rongga perut memainkan peranan penting.
Bagian proksimal jejunum merupakan bagian pertama yang masuk
kebali ke rongga perut dan mengambil tempat di sisi kiri (Gambar 6.A).
Letak gelung yang masuk berikutnya makin ke sisi kanan. Tunas sekum,
yang tampak kira-kira pada minggu ke-6 sebagai pelebaran kecil
berbentuk kerucut dari bagian kaudal gelung usus primer adalah bagian
usus terakhir yang masuk kembali ke dalam rongga perut. Untuk
sementara, sekum masih terletak di kuadran kanan atas tepat di bawah
lobus kanan hati (Gambar 6.A). Dari sini usus ini bergerak turun menuju
ke dalam fossa iliaka kanan, sehingga kolon asendens dan fleksura
hepatica menjadi terletak di sebelah kanan rongga abdomen (Gambar
6.B). Selama proses ini, ujung distal tunas sekum membentuk sebuah
divertikulum yang sempit, yakni appendiks primitif (Gambar 7).
LBM III Page 9
Gambar 6. A. Pandangan anterior gelung-gelung usus setelah perputaran
270° berlawanan dengan arah jarum jam. Perhatikan gelung-gelung usus yang sedang
berputar dan kedudukan tunas sekum pada kuadran kanan atas perut. B. Pandangan
yang sama seperti A, dengan gelung usus dalam kedudukan akhirnya. Pergeseran
sekum dan apendiks ke arah kaudal membuat mereka terletak pada kuadran kanan
bawah perut.
Karena appendiks berkembang pada saat penurunan kolon, dapatlah
dimengerti bahwa kedudukan akhirnya kerapkali di belakang sekum atau
kolon. Kedudukan appendiks ini masing-masing disebut retrosekalis atau
retrokolika.
Gambar 7. Gambar yang memperlihatkan urutan tahap-tahap perkembangan sekum
dan appendiks. A. 7 minggu, B. 8 minggu, C. pada saat lahir.
Gambar 8. Gambar berbagai kedudukan appendiks. Pada kira-kira 50% kasus,
appendiks didapatkan dalam kedudukan retrosekal atau retrokolika.
e. Mesentrium Usus
Mesentrium pada gelung usus primer, mesentrium proprius,
mengalami perubahan yang banyak sekali bersama dengan peristiwa
rotasi dan pemutaran gelung usus. Ketika bagian kaudal usus tersebut
bergerak ke sisi kanan rongga perut, mesentrium dorsal melilit di sekitar
LBM III Page 10
pangkal arteri mesenterika superior (Gambar 3). Kemudian ketika bagian
asendens dan desendens kolon sudah mendapatkan kedudukan yang
sebenarnya, mesenteriumnya didesak menempel ke peritoneum di
dinding abdomen posterior (Gambar 9). Setelah penyatuan lapisan-
lapisan ini, kolon asendens dan desendens tertambat permanen di posisi
retroperitonium. Appendiks, ujung bawah sekum, dan kolon sigmoideum
tetap mempertahankan mesenterium bebasnya (Gambar 9.B).
Gambar 9. Pandangan frontal gelung-gelung usus dengan (A) dan setelah
pengangkatan (B) omentus mayus. Daerah kelabu menunjukkan bagian-bagian dari
mesenterium dorsal yang menyatu dengan dinding abdomen posterior. Perhatikan garis
perlekatan mesenterium proprius.
Nasib mesokolon transversum berbeda lagi. Selaput ini menyatu
dengan dinding posterior omentum mayus (Gambar 8) tetapi tetap
mempertahankan mobilitasnya. Garis perlekatannya membentang dari
fleksura hepatika kolon asendens sampai ke fleksura lienalis kolon
desendens (Gambar 7.B).
LBM III Page 11
Gambar 8. A. Skema potongan sagital yang memperlihatkan hubungan antara oentum
mayus lambung, kolon transversum, dan usus halus pada 4 bulan. Pankreas dan
duodenum sudah beradda pada posisi retroperitoneal. B. Potongan yang serupa
dengan A, pada bayi baru lahir. Lembaran-lembaran omentum mayus telah saling
menyatu dan juga menyatu dengan mesokolon transversum. Mesokolon transversum
membungkus duodenum, yang menyatu dengan dinding badan posterior untuk
mengambil posisi retroperitoneal.
Mesenterium gelung usus jejunoileal mula-mula bersambungan
dengan mesenterium kolon asendens (Gambar 9). Ketika mesenterium
mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdomen posterior,
mesenterium gelung jejunoileal mendapatkan garis perlekatan yang baru
yang berjalan dari daerah dimana duodenum terletak intraperitoneum
sampai ke persambungan ileosekalis (Gambar 7.B).
Gambar 9. Gambar skema derivat-derivat mesentrium dorsal pada akhir bulan ketiga.
Mesogastrium dorsal menonjol pada sisi kiri lambung, tempat mesogastrium ini
membentuk bagian tepi bursa omentalis.
2. Anatomi dan fisiologi pencernaan
LBM III Page 12
a. Lambung
Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak
antara esofagus dan usus halus.Organ ini dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan pembedaan anatomik, histologis, dan fungsional.Fundus
adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus.Bagian
tengah atau utama lambung adalah korpus.Lapisan otot polos di fundus
dan korpus relatiftipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki
oror yang jauh lebih tebal. Perbedaan ketebalan otor ini memiliki peran
penting-dalam motilitas lambung di kedua regio tersebur, seperti segera
akan anda ketahui. Juga terdapat perbedaan kelenjar di mukosa regio-
regio ini, sepeni akan dijelaskan nanti. Bagian terminal lambung adalah
sffngter pilorus, yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian
atas usus halus, duodenum. Lambung melakukan tiga fungsi utama:
LBM III Page 13
1) Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan makanan yang masuk
sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan
yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal.
Diperlukan waktu beberapa jam untuk mencerna dan menyerap satu
porsi makanan yang dikonsumsi hanya dalam bilangan me nit. Karena
usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka
lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya secara
mencicil ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi
kapasitas usus halus.
Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang
memulai pencernaan protein.
Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan
dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan
campuran cairan kentai yang dikenal sebagai kimus. Isi lambung harus
diubah menjadi kimus sebelum dapat dialirkan ke duodenum.
Kini kita akan membahas bagaimana lambung melaksanakan fungsi-
fungsi di atas selagi kita meneliti empat proses pencernaan dasar-
motilitas, sekresi pencernaan, dan penyerapan-yang berkaitan dengan
lambung. Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang
kompleks dan berada di bawah banyak sinyal regulatorik. Empat
aspek motilitas lambung adalah (1) pengisian, (2) penyimpanan, (3)
pencampuran, dan (4) pengosongan.Kita mulai dengan pengisian
lambung.
b. Sekresi Pankreas Dan Empedu
Ketika disalurkan ke dalam usus halus, isi lambung akan bercampur
tidak saja dengan getah yang dikeluarkan oleh mukosa usus halus tetapi
juga dengan sekresi pankreas eksokrin dan hati yang disalurkan ke dalam
lumen duodenum. Kita akan membahas peran masing-masing organ
pencernaan tambahan ini sebelum kita meneliti kontribusi usus halus itu
sendiri.
LBM III Page 14
Pankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang
dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum.Kelenjar
campuran ini mengandung jaringan eksokrin dan endokrin.Bagian
eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik
mirip anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum.Bagian
endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin
terisolasi, pulaupulau Langerhans, yang tersebar di seluruh
pankreas.Hormon-hormon terpenting yang disekresikan oleh sel pulau-
pulau Langerhans adalah insulin dan glukagon.Pankreas eksokrin dan
endokrin berasal dari jaringan berbeda selama perkembar.rgan masa
mudigah dan hanya memiliki kesamaan lokasi.Meskipun sama-sama
terlibat dalam metabolisme molekul nutrien namun keduanva memiliki
fungsi berbeda di bawah kontrol mekanisme regulatorik yang berlair.ran.
Pankreas eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan dan cairan encer
alkalis. Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari
dua komponen: (1) enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel
asinus yang membentuk asinus dan (2) larutan cair basa yang secara
aktifdisekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus.
Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbor.rat
(NaHCO3).
Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disinpan di dalarn granula
zimogen setelah diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis
sesuai kebutuhan. Enzim-enzim pankreas ini penting karena hampir
mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan
lain. Sel-sel asinus mer-rgeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu
men, cerna ketiga kategori makanan: (1) enzim proteolitik unruk
pencernaan protein, (2) amilase pankreas untuk pencernaan karbohidrat,
dan (l) lipase pankreas untuk mencerna lemak.
c. Fungsi Hati
LBM III Page 15
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh organ ini
dapat dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh.Perannya dalam
sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi
yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut:
1) Memproses secara merabolis ketiga kategori utama nutrien
(karbohidrat, protein, dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran
cerna.
2) Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta
obat dan senyawa asing lain.
3) Membentuk protein plasma, rermasuk protein yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah dan yang untuk mengangkut hormon steroid dan
tiroid serta kolesterol dalam darah.
4) Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak viramin.
5) Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.
6) Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya
makrofag residennya.
7) Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk
penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah tua.
d. Usus Halus
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung.Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi lumen
mengalir melewati usus halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien lebih
lanjut, meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.Usus
halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang antara
lambung dan usus besar.Usus halus dibagi menjadi tiga
segmenduodenum, jejunum, dan ileum.
e. Usus besar
LBM III Page 16
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum.Sekum
membentuk kantung buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan
usus besar di katup ileosekum.Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum
adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit.Kolon,
yang membentuk sebagian besar ususbesar, tidak bergelung seperti usus
halus tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus - kolon asendens,
kolon transversum, dan kolon desendens.Bagian terakhir kolon desendens
membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid (sigmoid artinya
"berbentuk S"), kemudian lurus untuk membentuk rektum (rektum artinya
"lurus").
Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per
hari.Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan
di usus halus maka isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu
makanan yang tak tercerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang
tidak diserap, dan cairan.Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi
lumennya.Apa yang terringgal dan akan dikeluarkan disebut feses (tinja).
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi.
Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk
sebagian besar massa dan karenanya membantu mempertahankan
keteraturan buang air.
3. Fisiologi defekasi
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah
suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran berupa
tinja atau feses melalui anus yang telah disimpan sementara dalam rectum,
baik berbentuk padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan mahkluk hidup. Lubang anus terdiri atas otot sfingter yang
berupa otot polos di bagian dalam dan otot lurik dibagian bawah. Manusia
dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali
dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga
hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam
LBM III Page 17
satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup
yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Mekanisme buang air besar (Defekasi)
Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rectum,
segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus
dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus, penebalan otot
sirkular sepanjang beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah
dalam anus, dan (2) sfingter ani eksternus, yang terdiri dari otot lurik
volunteer yang mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah
distal.
Refleks Defekasi
Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari
refles-refleks ini adalah Refleks Intrinsik yang diperantarai oleh sistem
saraf enteric setempat di dalam dinding rectum. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut: Bila feses memasuki rectum, distensi dinding rectum
menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus
mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic di dalam kolon
desenden, sigmoid, dan rectum, mendorong feses kea rah anus. Sewaktu
gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani eksternus juga dalam
keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunteer pada waktu yang
bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan
sendirinya secara normal bersifat relative lemah. Agar menjadi efektif
dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh
refleks defekasi jenis lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis yang
melibatkan segmen sacral medulla spinalis. Bila ujung-ujung sraf dalam
rectum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla
LBM III Page 18
spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon desenden,
sigmoid, rectum dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis
dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltik dan juga merelaksasikan sfingter ani internus,
dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik intrinsic dari
suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang
kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari
fleksura splenikus kolon sampai ke anus.
Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medulla spinalis
menimbulkan efek-efek lain, seperti mengambil nafas dalam, penutupan
glottis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong isi
feses dari kolon turun ke bwah dan pada saat yang bersamaan
menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik ke
luar cincin anus untuk mengeluarkan feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi
secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil napas dalam untuk
menggerakkan diafragma turun ke bawah dan kemudian
mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam
abdomen, jadi mendorong isi feses ke dalam rectum untuk menimbulkan
refleks-refleks yang baru. Refleks-refleks yang ditimbulkan dengan cara
ini hampir tidak seefektif seperti refleks yang timbul secara alamiah,
karena alasan inilah orang yang terlalu sering mengambat refleks
alamiahnya cenderung mengalami konstipasi. Selama buang air besar,
otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis
menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika
paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan.
Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung
meninggi.
Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar.
Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada
LBM III Page 19
otot sphinkter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang kurang
(menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).
4. Konstipasi (Susah Buang Air Besar)
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari
sampai 3 hari sekali. dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang
dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau
dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan.
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum,
kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat
yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini
dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat
kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam
24 jam secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal
kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat
gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang
berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada
di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami
gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau
rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi.
Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat
karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus
oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit,
bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas,
pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca
kolesistektomi).
Untuk mengetahu bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat
kembali bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke
dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan buangan
LBM III Page 20
sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini
ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat
karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering
pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak air. Hal ini
terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas,
menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam
kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas
primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah
besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun
pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila
peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau
pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di
kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan
kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan
memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan
tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan
pada otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang
belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan dasar panggul. Kelainan
pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun
penyebabnya. Tinja yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit
dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi dan
terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon
mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik.
Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang
keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak
disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare.
LBM III Page 21
5. Gangguan-gangguan defekasi
a. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya
mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan
konstipasi. Mengedan selama defekasi menimbulkan masalah pada
pasien yang baru menjalani bedah abdomen, ginekologi atau bedah
rektum. Upaya untuk mengeluarkan feses dapat menyebabkan jahitan
terpisah sehingga luka terbuka kembali.
Penyebab umum konstipasi ,diantaranya :
1) Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan
untuk defekasi.
2) Pasien yang mengkonsumsi diet rendah serat dalam bentuk lemak
hewani dan karbohidrat murni. Serta asupan cairan yang rendah juga
memperlambat peristaltic.
3) Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga teratur.
4) Pemakaian laksatif yang berat menyebabkan hilangnya refleks
defekasi normal.
Selain itu kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna,
memerlukan waktu untuk diisikembali oleh masa feses.
5) Obat penenang, opiat, antikolinergik, zatbesi , diuretic, antacid dalam
kalsium atau aluminium, dan obat-obatan antiparkinson dapat
menyebabkan konstipasi.
6) Lansia mengalami perlambatan peristaltik, kehilangan elastisitas otot
abdomen, dan penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering
mengonsumsi makanan rendah serat.
b. Impaksi
Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras ,mengendap didalam
rektum , yang tidak dapat dikeluarkan feses selama beberapa hari,
walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
LBM III Page 22
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses danpeningkatan pengeluaran
feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk.
Diare dapat terjadi akibat penyakit yang bisa sembuh sendiri, akibat
infeksi, atau manifestasi penyakit serius, seperti kolitiful seratif,
keganasan usus, atau melabsorpsi. Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruh proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi didalam saluran
gastrointestinal. Diare dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak
cairan dikolon. Kehilangan cairan dikolon yang berlebihan dapat
menyebabkan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit sertaa sam-basa
yang serius.
d. Inkontensia
Inkontensia feses adalah ketidak mampuan mengontrol keluarnya
feses dan gas dari anus. Kondisi fisik yang merusak fungsi dan control
sfinter anus dapat menyebabkan inkontensia. Kondisi yang membuat
sering nya defekasi, fesesencer, volume nya banyak, dan feses
mengandung air juga mempredisi posisi individu untuk mengalami
inkontensia.
e. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh ,terasa
nyeri dan keram. Dalam kondisi normal ,gas dan usus melalui mulut
(bersendawa) atau melalui anus (pengeluaran flatus). Namun , jika ada
penurunan motilitas usus akibat penggunaan opiate, agenanestesi umum,
bedah abdomen, atau imobilisasi , flatulen dapat cukup berat sehingga
menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri yang terasa
sangat menusuk.
f. Hemoroid
Hemoroid adalah vena vena yang berdilatasi ,membengkak dibagian
rektum , ada 2 jenis hemoroid, yakni hemoroid internal dan hemoroid
ekternal . hemoroid eksternal terlihat jelas sebagai penonjolan kulit ,
apabila lapisan vena mengeras , akan terjadi perubuhan warna menjadi
LBM III Page 23
keunguan . hemoroid internal memiliki membrane mukosa dilapisan
luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedan selama defekasi,
selama masa kehamilan ,pada gagal jantung kongestif dan penyakit hati
kronik dapat menyebabkan hemoroid.
6. Factor penyebab susah BAB
a. Stres (Faktor psikologis)
Faktor psikologis dapat mempengaruhi kinerja sistem darah secara
keseluruhan. Contohnya pada orang yang sedang dilanda stres, saraf-
saraf pencernaannya dapat terganggu, menyebabkan gerak peristaltik
usus tidak bekerja dengan normal. Hal ini akan mengakibatkan susah
buang air besar. Sembelit akibat stres tidak perlu ditangani dengan
bantuan obat, cukup dengan menghindari stress.
b. Salah Makan
Ada beberapa makanan yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat
memicu susah buang air besar. Makanan-makanan kalengan atau
olahan, daging merah, dan juga gorengan seringkali menyebabkan
susah buang air besar. Selain itu, minuman yang mengandung kafein
seperti teh dan kopi juga bisa menjadi pemicu sembelit.
c. Suka menahan BAB
Suka menahan buang air besar juga sering dilakukan oleh sebagian
orang. Padahal hal ini bisa meredupkan hasrat naluriah atau sinyal
untuk buang air besar. Beberapa alasan mengapa sebagian orang suka
menahan buang air besar biasanya dikarenakan terlalu sibuk atau tidak
menemukan toilet ketika di area publik.
d. Kurang minum air dan konsumsi serat
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa penyebab susah buang
air besar umumnya adalah kurang minum air dan jarang mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat. Sinyal untuk buang air besar
biasanya ditandai rasa mulas saat perut terasa penuh. Perasaan penuh di
perut ini bisa diperoleh dari makanan berserat seperti buah dan sayuran.
LBM III Page 24
7. Penyebab Sakit Perut
Sakit perut adalah kondisi umum yang mempengaruhi orang dari semua
kelompok umur.Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit dan rasa menusuk
pada perut.Karena sakit perut merupakan gejala dari berbagai gangguan dan
penyakit, diagnosis mendalam menjadi diperlukan.Sementara beberapa
penyebab mungkin tidak serius, timbulnya rasa sakit parah harus segera
ditanggapi dan memerlukan perhatian medis segera.
Penyebab Umum Sakit Perut, Berikut akan diulas beberapa penyebab yang
memicu sakit perut.
a. Infeksi Parasit Usus
Usus yang terinfeksi parasit atau cacing dapat memicu sakit perut yang biasanya diiringi dengan hilangnya nafsu makan serta muntah. Infeksi cacing umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi dan tidak higienis, serta kuman yang ditransfer dari tangan ke perut.
b. Alergi Makanan
Alergi pada makanan bisa menimbulkan sakit perut.Salah satu penyebab
alergi yang sering dijumpai adalah intoleransi laktosa.Intoleransi laktosa
terutama disebabkan sistem pencernaan yang tidak bisa mencerna laktosa
dari susu.
c. Flu Perut
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Flu perut disebut
pula sebagai gastroenteritis.Selain sakit perut, gejala lain yang muncul
termasuk diare, muntah, dan demam.
d. Infeksi
Sakit perut bisa timbul akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau
virus.Penyakit yang disebabkan infeksi termasuk flu perut, usus buntu,
infeksi cacingkremi, infeksi diare, infeksi salmonella, infeksi rotavirus,
infeksi saluran kemih, keracunan makanan, penyakit menular seksual,
dan pneumonia.
e. Gangguan Pencernaan
LBM III Page 25
Gangguan pencernaan seperti sakit maag, ulcerative colitis, penyakit
Crohn, hernia, wasir, dan tumor, dapat menyebabkan sakit perut ringan
sampai parah.
f. Gangguan Ginekologi
Kondisi ginekologi seperti dismenore, sindrom pramenstruasi, kista
ovarium, kanker ovarium, tumor fibroid, dan kehamilan ektopik akan
menyebabkan sakit perut.
g. Kanker
Kanker usus, kanker hati, kanker kandung kemih, kanker perut, dan
kanker pankreas diketahui memicu sakit perut yang parah.
h. Penyebab Emosional
Gangguan emosi, depresi, kecemasan, stres dan berbagai faktor
psikologis lainnya dapat menyebabkan sakit perut ringan.
i. Obesitas dan Makanan
Obesitas bisa memicu sakit perut akibat timbunan lemak disekitar perut
yang menyebabkan banyak tekanan pada dinding perut.
Demikian pula, asupan makanan yang tidak memadai atau kurangnya
asupan makanan juga menyebabkan sakit perut.
j. Keracunan
Keracunan makanan dan zat lain akan menimbulkan sakit perut ringan
hingga parah. Keracunan harus segera ditangani karena berpotensi
membahayakan keselamatan jiwa.
8. Hubungan Sakit Perut dan Susah Buang Air Besar
Sakit perut dapat timbul akibat adanya penyakit lain yang
menyebabkan nyeri pada perut, konstipasi juga dapat menyebabkan nyeri
perut karena frekuensi buang air besar yang tidak teratur.
makanan melalui proses yang cukup panjang dari mulut kemudian
melewati esofagus lalu masuk ke lambung sampai akhirnya dilakukan
penyerapan zat-zat di usus. Di dalam usus halus makanan yang merupakan
sisa-sisa masuk ke dalam usus besar, di dalam usus besar terdapat bagian
LBM III Page 26
yang dinamakan (Ampula) yang menjadi tempat penampunan tinja
sementara. Saat ampula telah penuh, otot pada dinding usus besar
memberikan rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar dari tubuh yang
dipengaruhi oleh saraf yang berada pada dinding usus besar. Selanjutnya,
tubuh akan memproses sinyal berupa rasa mulas yang dialami oleh perut
kita, yang tandanya berarti sisa makanan hasil pencernaan dalam tubuh harus
segera di keluarkan melalui rectum.
LBM III Page 27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami susah BAB dan sakit perut dikarenakan karena efek dari susah BAB itu sendiri karena keterlambatan atau susah BAB, karena kekurangan cairan dan didukung oleh frekuensi gerakan peristaltic yang kurang efektif sehingga mengakibatkan kimus semakin lama berada di kolon dan otomatis air yang ada pada kimus tersebut juga terus diserap, sehingga menyebabkan kimus sangat kering dan keras sehingga susah untuk dibuang.
LBM III Page 28
DAFTAR PUSTAKA
Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. fisiologi-sistem-
pencernaan.Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C & Hall, john E. (2012). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta: EGC.
Slon, ethel.(2004). Anaatomi Dan Fisiologi Bagi Pemula. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC
Sherwood,Lauralee.2012.Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem.Jakarta:EGC
LBM III Page 29