perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA
JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE
SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II
SLB C SHANTI YOGA KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
JURNAL PENELITIAN
Oleh:
Yuni Sulistyaningsih
NIM. X5107705
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA
JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE
SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II
SLB C SHANTI YOGA KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh:
Yuni Sulistyaningsih
NIM. X5107705
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapanTim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sudakiem, M.Pd Priyono, S.Pd. MSi
NIP. 19490717 197903 1 001 NIP.19710902 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ………………
Sekretaris :Drs. Maryadi, M.Ag ………………
Anggota : Drs. Sudakiem, M. Pd ………………
Anggota II : Priyono, S.Pd. MSi ………………
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof.Dr.M Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 19721 1 007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Yuni Sulistyaningsih,NIM. X5107705, MENINGKATKAN GERAK MOTORIK
HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE
SISWA KELAS II TUNA GRAHITA RINGAN SLB - C SHANTI YOGA
KLATEN. TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surakarta Sebelas Maret, Surakarta, Oktober
2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak motorik halus pada
jari – jari melalui ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB –
C Shanti Yoga Klaten.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek dalam
penelitian ini berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, tes dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif
komparatif dan deskriptif kuantitatif.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan perencanaan,tindakan ,pengamatan
dan refleksi yang dilihat dari kondisi awal siswa, tindakan siklus 1 dan siklus 2 ,
menemukan keuntungan, kelemahan serta peningkatan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolase dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus terutama pada jari – jari tangan siswa
kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten. Tahun pelajaran 2008/2009.
Kata Kunci : Kolase meningkatkan gerak motorik halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Yuni Sulistyaningsih, NIM. X5107705, IMPROVING THE PSYCOMOTOR
COMPETENCY OF HAND FIGERS USING COLLAGE SKILL IN THE II
MENTAL RETARDED GRADERS OF SLB – C SHANTI YOGA KLATEN.
SKOOL YEARS OF 2008/2009. Thesis, Surakarta : Teacher Trainingand
Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, October 2010.
The objectiveof research is to improve the fine psychomotor of hand
fingers in the III mild mental retarded graders of SLB – C Shanti Yoga Klaten.
This study belong to a classroom action research. The subject of research
consisted of 4 student. Tehnique of collecting data used was observation, test and
document. Tehnique of analizyng data used was descriptive comparative and
descriptive qualitative.
The implementation of research started from : Planing, acting, observing,
and reflecting viewed from the prior competency, cycles 1 and 2 action as well as
findingweaknes, benefid and improvement.
Considering the resultit can be concluded the college can improve the
psychomotor competency of hand fingers in the mild mental retarded graders of
SLB – C Shanti Yoga Klaten Shcool Year of 2008/2009.
Keywords : College improves the psychomotor competency.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“ …, hendaklah engkau bersikap tenang, maka sesungguhnya kebaikan itu dengan
cara tidak tergesa-gesa”
(Terjemahan Hadis Riwayat Bukhari)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
Ibu dan ayah tercinta,
Suamiku yang selalu mendorong keberhasilanku,
Putra putriku, tersayang
dan almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah – Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
– kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,
disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta
2. Bapak Drs. R.Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
UNS Surakarta
3. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan
Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta
4. Bapak Drs. Maryadi, M.Ag., selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Luar Biasa
5. Bapak Drs. Sudakiem, M.Pd, selaku Pembimbing I
6. Bapak Priyono, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing II
7. Bapak Soeripto B.A., Kepala SLB C Shanti Yoga Klaten
8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Walaupun disadari dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan,
namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan juga dunia pragmatika.
Klaten, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 5
A Kajian Teori................................................................................... 5
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita....................................... 5
a. Pengertian Anak Tuna Grahita ............................................. 5
b. Klasifikasi Anak Tuna grahita ............................................. 6
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita ......................................... 9
2. Gerak Motorik Halus................................................................. 10
a. Pengertian Gerak Motorik Halus .......................................... 10
b. Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus ......................... 11
3. Tinjauan tentang Ketrampilan Kolase ....................................... 12
a. Pengertian Ketrampilan Kolase ............................................ 12
b. Bahan yang digunakan ......................................................... 13
c. Langkah – langkah latihan Kolase ....................................... 13
d. Pelatihan Ketrampilan Kolase bagi
Siswa Tuna Grahita Ringan ................................................. 13
B Kerangka Berpikir ......................................................................... 14
C. Perumusan Hipotesis Tindakan ..................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 18
A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Subyek Penelitian .......................................................................... 18
C. Data dan Sumber Data .................................................................. 18
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 18
E. Teknik Pemeriksaan Validitas Data .............................................. 24
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 25
G. Indikator Kinerja / Keberhasilan ................................................... 25
H. Prosedur Penelitian........................................................................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. 31
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….. 31
1.Siklus I………………………………………………………… 35
a. Perencanaan………………………………………………… 35
b. Tindakan……………………………………………………. 35
c. Pengamatan…………………………………………………. 37
d. Refleksi………………………………………………........... 42
2. Siklus II………………………………………………………. 43
a. Perencanaan ……………………………………………….. 43
b. Tindakan …………………………………………………... 44
c. Pengamatan ………………………………………………… 45
d. Refleksi……………………………………………………... 47
B. Hasil Penelitian…………………………………………………... 48
C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………….. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 53
A. Simpulan………………………………………………………... 53
B. Saran……………………………………………………………. 54
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 55
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.a Kemampuan Awal Siswa…………………………………………… 80
Tabel 2b. Rekapitulasi Latihan Motorik Halus ……………………………. 80
Tabel.3.a. Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus I ………………………… 81
Tabe 3.b Rekapitulasi Peningkatan Skor Pra Siklus ke Siklus I …………… 82
Tabel 5 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ……………………………. 82
Tabel 6.a Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus II ………………………. 83
Tabel 6.b Rekapitulasi Peningkatan Motorik Halus…………………………….83
Tabel 7 Peningkatan Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Siklus I dan
Dan Siklus II …………………………………………………………84
Tabel 8 Rekapitulasi Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Komulatif
Per Siklus …………………………………………………………. . 43
Tabel 9 Rekapitulasi Posentase Peningkatan Kemampuan Motorik Halus … 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 1. Nilai Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Per Siklus ……………… 85
Grafik 2. Prosentase Peningkatan Motorik Halus Secara Klasikal……………... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Foto Kegiatan Pelaksanaan Penelitian pra Siklus ……………….. 86
Gambar 2. Foto Kegiatan Pelaksanaan Siklus I ……………………………... 86
Gambar 3. Foto Kegiatan Pelaksanaan Siklu II ……………………………… 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………… … 58
Lampiran 2 Silabus ………………………………………………………….. 59
Lampiran 3 Kisi – Kisi Instrumen………………………………………….. 60
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ………………….. 61
Lampiran 5 Instrumen Penilaian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ……….. 62
Lampiran 6 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ………………………….. 77
Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran ………. 78
Lampiran 8. Permohonan ijin Penelitian dari Kepala Sekolah SLB - C
Shanti Yoga Klaten …………………………………………….. 79
Lampiran 9. Surat Pernyataan dari Observer …………………………………
Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Reasearch Kepada Rektor UNS………. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Yuni Sulistyaningsih,NIM. X5107705, MENINGKATKAN GERAK MOTORIK
HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE
SISWA KELAS II TUNA GRAHITA RINGAN SLB - C SHANTI YOGA
KLATEN.TAHUN PELAJARA 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surakarta Sebelas Maret, Surakarta, Oktober
2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak motorik halus pada
jari – jari melalui ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB –
C Shanti Yoga Klaten.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek dalam
penelitian ini berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, tes dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif
komparatif dan deskriptif kuantitatif.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan perencanaan,tindakan ,pengamatan
dan refleksi yang dilihat dari kondisi awal siswa, tindakan siklus 1 dan siklus 2 ,
menemukan keuntungan, kelemahan serta peningkatan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolase dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus terutama pada jari – jari tangan siswa
kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten. TahunPelajaran 2008/2009.
Kata Kunci : Kolase meningkatkan gerak motorik halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas
yang memerlukan pemakaian otot–otot tangan. Sedangkan yang termasuk dalam
aktivitas ini antara lain memegang benda kecil seperti manik – manik, biji–bijian,
memegang pensil dengan benar. Menggunting, menempel, meremas kertas,
mengikat tali sepatu, mengkancingkan baju, menarik resliting.
Ketrampilan motorik halus sangat diperlukan oleh anak – anak dalam
persiapan mengerjakan tugas–tugas di sekolah, hampir sepanjang hari anak – anak
di sekolah menggunakan ketrampilan motorik halus untuk kegiatan akademiknya,
termasuk persiapan dalam menulis permulaan, mewarnai gambar, menggunting
gambar dan menempelkannya di kertas.
Dengan pesatnya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, dimana
komputer dan video games telah menguasai anak–anak, menyebabkan mereka
kurang menggunakan waktunya untuk permainan yang memakai motorik halus,
terutama bagi anak – anak yang normal. Keadaan semacam ini menyebabkan anak
kurang berkembang otot–otot halus pada jari tangannya. Keterlambatan
perkembangan otot–otot ini menyebabkan kesulitan pada anak pada saat
memasuki bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik halus sangat diperlukan
dalam persiapan menulis permulaan ketika anak memasuki sekolah serta dalam
aktivitas sehari–hari.
Berdasarkan kenyataan di lapangan terutama di kelas yang penulis asuh
yaitu di kelas II CI SLB C Shanti Yoga Klaten anak menunjukkan keterlambatan
dalam ketrampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan kakunya jari–jarinya,
tangannya gemetar ketika menulis dan koordinasi mata dan tangannya tidak
optimal. Hal ini dikarenakan gangguan keterlambatan tumbuh kembang dan
diagnosa medik yang dialami anak tuna grahita.
Menurut Sutjihati Sumantri ( 1996 : 83 ), menyebutkan bahwa anak tuna
grahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata–rata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Muljono Abdurrahman ( 1994 : 19 ), mendefinisikan anak tuna grahita
adalah kata lain dari mental retardation, yang arti harfiahnya dari perkataan tuna
adalah merugi sedangkan grahita artinya pikiran.
Karakteristik anak tuna grahita ringan diantaranya :Keterbatasan
intelegensi, keterbatasan sosial, keterbatasan fungsi – fungsi mental lainnya
seperti; memerlukan waktu yang lama untuk melaksanakan reaksi dengan situasi
yang baru dikenalnya, keterbatasan dalam penguasaan bahasa, kurang mampu
mempertimbangkan sesuatu. Semakin rendah intelektual seseorang maka
kemampuan motoriknya akan rendah pula ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ).
Bukti yang menguatkan dugaan tentang kuatnya hubungan antara
ketrampilan motorik dengan tingkat kemampuan mental anak tuna grahita
dikemukakan oleh Kral dan Stein dalam ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ) yang
merangkum penelitian dari Amerika Serikat sejak tahun 1951 – 1963 berkaitan
dengan motorik anak tuna grahita, menyimpulkan bahwa “ Secara umum
penampilan anak tuna grahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan
motorik jika dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA yang relative
sama. Perbedaan yang mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang
memerlukan pemahaman”.
Untuk memaksimalkan ketrampilan motorik halus pada anak tuna grahita
diperlukan latihan–latihan yang tepat seperti, kemampuan melengkungkan telapak
tangan membentuk cekungan (palmar arching), menggunakan jari telunjuk dan
jempol untuk memegang suatu benda, sembari menggunakan jari tengah dan jari
manis untuk kestabilan tangan (hand side separation), membuat bentuk lengkung
dengan jempol dan telunjuk (open web space).
Aktivitas kegiatan yang dilakukan untuk melatih motorik halusnya
diawali dengan latihan yang paling sederhana misalnya dengan meremas kertas,
merobek kertas dan membuat bola kertas dari remasan kertas tersebut. Aktivitas
lainnya yaitu dengan merobek kertas berwarna, lalu menempelkannya pada kertas
yang lain yang menjadi sebuah gambar berbentuk kolase.
Kolase merupakan salah satu jenis latihan motorik halus dengan cara
menyusun bahan–bahan dari kulit telur atau kertas yang diberi warna, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ditempel pada sebuah gambar. Dengan melihat kertas yang ditempelkannya
menjadi sebuah gambar yang menarik, sebagai hasil dari latihan motorik
halusnya, maka anak tuna grahita akan merasa senang dan bersemangat untuk
mengikuti latihan motorik halusnya, tanpa disadari anak telah melakukan latihan
motorik halus, seperti ketika menjimpit kertas, mengelem dan menempelkannya di
kertas.
Metode kolase tepat untuk latihan ketrampilan motorik halus, terutama
persiapan menulis permulaan bagi anak tuna grahita. Karena anak tuna grahita
memiliki keterbatasan dalam ketrampilan motorik halus, maka diperlukan latihan
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari–hari seperti melipat jari, menggenggam
menggariskan pensil di atas kertas agar tidak terputus–putus.
Kenyataan dilapangan ketrampilan kolase belum banyak digunakan untuk
latihan motorik halus bagi anak tuna grahita, maka penulis berusaha meneliti
masalah ketrampilan kolase sebagai latihan motorik yang bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari–hari yang berguna bagi persiapan anak tuna grahita dalam
melemaskan jari–jari tangannya sebagai awal dari menulis permulaan anak tuna
grahita ketika memasuki bangku sekolah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah yaitu:
Apakah ketrampilan kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada
jari–jari tangan siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan gerak motorik halus pada jari–jari tangan melalui
ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Mendapatkan pengetahuan pengetahuan tentang kolase
b. Mendapatkan ketrampilan dan pengalaman bermakna dalam membuat kolase
2.Bagi guru
a. Meningkatkan pengetahuan atau wawasan baru dalam memperbaiki proses
pembelajaran.
b. Mendapatkan kepekaan dalam menemukenali permasalahan pembelajaran
dan menentukan tindakan serta memecahkan masalah tersebut.
c. Meningkatkan profesionalitas sebagai guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita
a. Pengertian Anak Tuna Grahita
Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata–rata. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah–istilah mental retardation, mentally retarded,
mental deficiency, mental defective, dan lain lain. (Sutjihati Sumantri, 1996:83).
Kondisi kecerdasan anak tuna grahita yang dibawah rata ditandai
oleh kecerdasan intelegensi dan ketidakmampuan dalam interaksi sosial,
sukar mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh
karena itu anak tuna grahita membutuhkan layanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak tersebut. Pendidikan
khusus untuk anak tuna grahita dikenal dengan Sekolah Luar biasa bagian
C atau SLB – C.
Perkembangan motorik anak tuna grahita tidak secepat anak normal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak
terbelakang mental atau tuna grahita yang memiliki MA 3 tahun sampai
dengan 12 tahun dalam kategori kurang sekali, sedang anak normal pada
umur yang sama ada dalam kategori kurang, menurut M. Umardjani dalam
( Sutjihati Sumantri, 1996 : 87 ).
Menurut Kauffman dan Hallahan dalam( Sutjihati1996 : 84)
menyebutkan, bahwa “ Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi
intelektual di bawah rata–rata secara jelas dengan disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian prilaku dan terjadi pada masa
perkembangan”. Keterbelakangan mental yang hanya sedikit saja tidak
termasuk tuna grahita, seseorang dikatakan tuna grahita bukanlah dilihat
dari IQnya saja tetapi perlu dilihat sampai sejauh mana anak itu dapat
menyesuaikan perilaku / penyesuaian diri pada masa perkembangan
maksudnya jika ketunagrahitaan ini terjadi setelah usia dewasa maka ia
tidak tergolong tuna grahita ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 84 ).
Sedangkan menurut Muljono Abdurrahman (1994:19),
menyebutkan bahwa Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi mental
(mental retardation), yang arti harfiahnya dari perkataan tuna yang artinya
merugi sedangkan grahita artinya pikiran. Tuna grahita ditandai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kelemahan dalam berpikir dan bernalar, akibatnya anak memiliki
kemampuan dan belajar dan adaptasi sosial berada dibawah rata – rata.
Seorang anak dikatakan menyandang tuna grahita bila
perkembangan dan pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal, kalau
dibandingkan dengan anak normal yang sebaya membutuhkan pendidikan
khusus, bimbingan khusus, latihan khusus, supaya mentalnya dapat
berkembang dan tumbuh sampai optimal, Mumpuniarti ( 2000 : 25 ).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang
dimaksud dengan anak tuna grahita adalah anak yang mengalami
perkembangan mental dibawah normal, mengalami hambatan dan gangguan
dalam segala hal seperti keterbatasan motorik, sosial, intelegensi, penguasaan
bahasa dan sebagainya sehingga memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain.
b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita
Klasifikasi anak tunagrahita dapat didinjau dari beberapa sudut
pandang.berpijak dari konsep tersebut , ada beberapa klasifikasi anak tunagrahita
menurut sudut pandang beberapa ahli antara lain menurut :
Sutjihati Sumantri ( 1996:65 ), mengklasifikasikan anak tuna grahita
sebagai berikut
1). Tuna Grahita Ringan Menurut Binet dalam ( Sutjihati Sumantri 1996 : 86 ) tuna grahita ringan
disebut juga moron atau debil, memiliki IQ antara 68–52, sedangkan
menurut Skala Wesleschler ( WISC ) IQ antara 69–55. Perkembangan
motorik anak tuna grahita mengalami keterlambatan ,berdasarkan
penelitian dalam ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ) menyatakan bahwa “
Semakin rendah kamampuan intelek seseorang anak maka akan semakin
rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya”.
2). Tuna Grahita Sedang
Tuna grahita sedang disebut juga imbesil. Memiliki IQ 51 – 36
berdasarkan skala Binet, sedangkan menurut Skala Weischler ( WISCH )
memiliki IQ 54 – 40.Anak ini bisa mencapai perkembangan MA sampai
kurang lebih 7 tahun, dapat mengurus dirinya sendiri, melindungi dirinya
sendiri dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung
dari hujan, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3). Tuna Grahita Berat
Tuna grahita berat atau disebut idiot, dapat dibedakan lagi menjadi
kelompok yang berat dan sangat berat. menurut Binet, tuna grahita berat
(severe) memiliki IQ antara 32–20 dan menurut WISC, antara 39 – 25.
Tuna grahita sangat berat memiliki IQ di bawah 19 menurut Binet dan IQ
di bawah 24 menurut WISC. Kemampuan mental atau MA maksimal
yang dapat diukur kurang dari tiga tahun. Memerlukan bantuan perawatan
secara total dalam berpakaian, mandi, makan, dll. Bahkan memerlukan
perlindungan diri sepanjang hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka tuna grahita diklasifikasikan menjadi
tuna grahita ringan yang disebut moron atau debil dengan IQ 68 – 52 berdasar
skala Binet, tuna grahita berat dengan IQ 51 - 36 dan tuna grahita berat dengan
IQ 32 – 20 serta tuna grahita sangat berat dengan IQ di bawah 19 menurut
skala Binet.
Klasifikasi tuna grahita menurut Muljono Abdurrahman (1994 : 19),
berdasarkan klasifikasinya :
1).Klasifikasi Medis Biologis
Menurut klasifikasi medis, tuna grahita dipandang sebagai akibat dari
beberapa penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna. Faktor
penyebabnya menurut Grossman Etel ( 1973 ) dalam bukunya Muljono
Abdurrahman sebagai berikut :
a) akibat infeksi
b) akibat rudapaksa dan atau sebab fisik
c) akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan gigi ( nutrition )
d) akibat penyakit otak yang nyata ( kondisi post natal )
e) akibat penyakit . pengaruh prenatal yang tidak diketahui,
f) akibat kelainan kromosomal,
g) gangguan waktu kehamilan,
h) pengaruh – pengaruh lingkungan, dan
i) akibat kondisi lain yang tak tergolongkan.
2). Klasifikasi sosial Psikologis
Klasifikasi sosial psikologis menggunakan dua kriteria yaitu, psikometrik
dan perilaku adaptif. Ada empat taraf mental menurut skala intelegensi
Weschler, yaitu :
a) retardasi mental ringan ( mild mental retardation ), IQ 55 – 69
b) retadasi mental sedang ( moderate mental retardation ), IQ 40 – 54
c) retardasi mental berat ( severe mental retardation ), IQ 25 – 39, dan
d) retardasi mental sangat berat ( profoun mental retardation ), IQ 24 – ke
bawah.
Taraf retardasi berdasarkan perilaku adaptif terdiri dari :
(1) ringan
(2) sedang
(3) berat
(4) sangat berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran
Tabel berikut ini menjelaskan perbedaan esensial untuk keperluan
pembelajaran dari tiga taraf tuna grahita.
Etiologi
Prevalensi
Harapan
Sekolah
Harapan
kedewasaan
Mampu Didik Mampu Latih Mampu Rawat
Terutama kombinasi
kondisi genetik dan
kemiskinan sosial
ekonomi
Suatu variasi yang luas dari
kekurangan atau gangguan neurologik
glandular atau metabolic yang dapat
menyebabkan retardasi sedang dan
berat
Sekitar 10 dari 1000
orang
Akan memiliki
kesulitan dalam
program sekolah biasa,
memerlukan adaptasi
khusus untuk
pendidikan yang sesuai
Melalui latihan dapat
melakukan penyesuaian
produktif pada
pekerjaan yang tidak
memerlukan
ketrampilan taraf tinggi
( un – Skilled or
semisklilled level )
Sekitar 2 – 3 dari
1000 orang
Memerlukan
adaptasi sebagian
besar program
pendidikan,
terfokus pada
ketrampilan
memelihara diri
sendiri dan
ketrampilan sosial
Dapat melakukan
adaptasi social dan
ekonomi di tempat
kerja terlindung (
sheltered work
shop ) untuk
mengerjakan
pekerjaan rutin di
bawah
pengawasan
Sekitar 1 dari
1000 orang
Memerlukan
latihan dalam
ketrampilan
memelihara diri
sendiri ( makan
berpakaian dan
toileting )
Akan selalu
memerlukan
perawatan
(custodial care )
Berdasarkan uraian di atas tuna grahita dapat diklasifikasikan karena
medis psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi psikologis yang
tidak sempurna, klasifikasi sosial psikologis yang menngunakan kriteria
psikometrik dan perilaku adaptif dan klasifikasi untuk keperluan pembelajaran
yaitu mampu didik, mampu latih dan mampu rawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berdasarkan sudut pandang pendidikan yang dihubungkan dengan subyek
penelitian yang dimaksud dengan tuna grahita ringan adalah suatu kondisi
seseorang yang mempunyai IQ antara 50 – 70 mengalami lambat perkembangan
akademis dan motorik tetapi masih dapat mempelajari kemampuan dasar berupa
membaca, berhitung dan menulis sederhana serta membutuhkan penanganan
khusus yang sesuai dengan kondisi kebutuhannya. Mereka dapat dilatih dengan
tugas – tugas dalam kehidupan sehari – hari dan dapat didriil dalam bidang sosial
dan intelektual dalam batas – batas tertentu.
c. Karakteristik Anak Tuna grahita
Jika dibandingkan anak normal pada umumnya penyandang tunagrahita
mempunyai ciri yang berbeda –beda,perbedaan yang paling prinsip pada anak
tunagrahita dengan anak normal dapat dilihat dari segi intelektual dan sosialnya.
Beberapa ahli member batasan karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut:
Menurut Sutjihati Sumantri (1996:85), ada beberapa karakteristik anak tuna
grahita sebagai berikut :
1). Keterbatasan intelegensi
Kapasitas anak tuna grahita terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung,
menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya cenderung
tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
2). Keterbatasan sosial
Anak tuna grahita cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda usianya,
ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul
tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu
dibimbing dan diawasi. Mereka mudah terpengaruh, cenderung melakukan
sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
3). Keterbatasan fungsi – fungsi mental lainnya
Memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang
belum dikenalnya, keterbatasan pnguasaan bahasa, kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara baik dan buruk,
membedakan yang benar dan salah.
Berdasarkan uraian di atas karakteristik anak tuna grahita adalah adanya
keterbatasan intelegensi yang cenderung terbatas, sosialnya harus selalu
dibimbing dan diawasi serta fungsi – fungsi mental lainnya seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memerlukan waktu untuk mengenal lingkungannya, keterbatasan bahasa dan
sulit membedakan antara yang baik dan buruk atau yang benar dan salah.
2. Tinjauan Tentang Motorik Halus
a. Pengertian gerak Motorik halus
Motorik halus merupakan bagian dari sensomotorik yaitu golongan dari
rangsang sensoris (indra) dengan reaksi yang berupa gerakan–gerakan otot
(motorik) kemampuan sensomotorik terjadi adanya pengendalian kegiatan
jasmani melalui syaraf pusat, urat syaraf dan otot–otot yang terkoordinasi,
sedangkan motorik halus terfokus pada pengendalian gerakan halus jari–jari
tangan dan pergelangan tangan. Berpijak dari konsep tersebut Hurlock Elisabet
B(1990:150) menyatakan bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi
yang lebih baik melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam,
melempar dan menangkap bola.
Astati (1995:21), yang dimaksud dengan kemampuan motorik halus adalah
gerakan yang hanya menggunakan otot–otot tertentu saja dan dilakukan oleh
otot–otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
Dini P. Daeng Sari (1996:121) menyebutkan bahwa yang disebut motorik
halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot–otot kecil atau
halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan
pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
Kartini Kartono (1988:97) memberikan pengertian motorik halus adalah
ketangkasan atau ketrampilan tangan, jari–jari serta pergelangan tangan serta
penguasaan terhadap otot–otot dan urat wajah.
Menurut Rusli Lutan (1988:997) kemampuan motorik halus adalah
kemampuan untuk menggunakan otot kecil seperti jari tangan, lengan , yang
sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan, contohnya
seperti menulis dengan tangan.
Menurut Sri Rumini (1987:45), Kemampuan motorik halus adalah
kesanggupan untuk menggunakan otot tangan dengan baik terutama jari–jari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tangan antara lain dengan menggerakkan pergelangan tangan, menggerakkan
jari kaki, menggenggam, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan kemampuan motorik halus adalah ketangkasan atau
penguasaan ketrampilan tangan anak tuna grahita ringan yang dinyatakan
dalam bentuk skor tes kemampuan motorik seperti melipat jari.
Menggenggam, memegang, menjepit dan menempel pecahan kulit telur pada
sebuah gambar melalui ketrampilan kolase.
b. Faktor yang mempengaruhi motorik halus
Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda. Perbedaan – perbedaan itu dilihat dari sudut pandang yang berbeda
pula. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai perkembangan motorik
halus diantaranya adalah
Menurut Harlock Elisabet B ( 1990 : 154 ) faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik adalah sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan
kecerdasan sehingga anak yang IQ nya tinggi menunjukkan perkembangan
motoriknya lebih cepat dibandingkan dengan anak normal atau di bawah
normal. Adanya dorongan atau rangsangan untuk menggerakkan semua
kegiatan tubuhnya akan mempercepat perkembangan motorik anak.
Menurut Rusli Lutan ( 1988 : 322 ) faktor yang mempengaruhi motorik
halus adalah :
1. Faktor internal adalah karakteristik yang melekat pada individu seperti tipe
tubuh, motivasi atau atribut yang membedakan seseorang dengan orang lain.
2. Faktor eksternal adalah tempat diluar individu yang langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi penampilan seseorang, misalnya lingkungan
pengajaran dan lingkungan sosial budaya.
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini faktor yang
mempengaruhi kemampuan motorik halus adalah (1) Faktor internal yaitu
kondisi mental lemah dapat menjadi hambatan belajar perkembangan motorik
halus, (2) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan sosial negatif yang dapat
merugikan anak, sehingga kurang dorongan, rangsangan, kesempatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan pengajaran yang tidak sesuai dengan kondisi siswa yang terhambat
perkembangannya.
3. Tinjauan Tentang Ketrampilan Kolase
a. Pengertian Ketrampilan Kolase
Ketrampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam
menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur atau potongan kertas pada
bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat
kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase
cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.
Menurut M Saleh Kasim ( 1981 : 9 ) kolase adalah menggambar dengan
teknik tempelan. Gambar yang berbentuk bukanlah gambar jadi yang
ditempelkan akan tetapi kulit telur atau bahan lain yang ditempelkan.
Muharam E ( 1993 : 84 ) menyatakan bahwa kolase adalah tehnik melukis
dan mempergunakan warna – warna kepingan batu, kaca, marmer, keramik,
kayu, yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan
dengan menyusun kepingan warna yang diolesi lem kemudian ditempelkan pada
bidang gambar.
Budiono, MA ( 2005 : 15 ) mengartikan kolase sebagai artistit yang dibuat
dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar.
Sunaryo A ( 2002 : 8–9 ) menyatakan ketrampilan kolase merupakan
aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsure rupa yang berbeda
karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan
artistic atau makna tertentu.
Susanto M. (2002 : 63), bahwa kata kolase dalam bahasa ingris disebut
“collage“ dalam bahasa Perancis yang berarti merekat. Selanjutnya kolase
dipahami sebagai suatu tehnik seni menempel berbagai macam materi selain cat,
seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur dan lain sebagainya kemudian
dikombinasi dengan penggunaan cat ( minyak ) atau teknik lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas jika dihubungkan dengan penelitian ini
maka kolase adalah tehnik menempel kulit telur yang sudah diwarnai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ditempelkan di atas kertas karton yang sudah diberi gambar, tujuan dari teknik
ini adalah untuk melatih ketrampilan motorik halus anak tina grahita supaya bisa
menggerakkan jari – jari tangannya dengan benar.
b. Bahan yang digunakan dalam Latihan Ketrampilan Kolase
Bahan yang akan digunakan dalam latihan ketrampilan kolase adalah :
1. Kertas kaku ( manila atau karton )
2. Perekat ( lem )
3. Kulit telur yang akan ditempelkan ( kulit telur ini sebelumnya sudah diberi
pewarna dan dijemur agar menjadi keras dan tidak lekas pecah ).
c. Langkah– langkah Latihan Ketrampilan Kolase
Membuat ketrampilan kolase membutuhkan langkah yang terencana
sehingga menghasilkan suatu karya dan peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah – langkah latihan ketrampilan kolase menurut Budiono MA
( 2005 : 16 ) antara lain :
1). Merencanakan gambar yang akan dibuat
2). Menyediakan alat – alat / bahan
3). Menjelaskan dan mengenalkan nama alat – alat yang digunakan untuk
ketrampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
4). Membimbing anak untuk menempelkan pecahan kulit telur pada
gambar dengan cara menjimpit kulit telur, memberi perekat dengan lem
lalu menempelkannya dengan lem.
5). Menjelaskan posisi untuk menempelkan kulit telur yang benar sesuai
dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya, sehingga hasil
tempelannya tidak keluar garis.
6). Latihan hendaknya diulang – ulang agar motorik halus anak terlatih
karena ketrampilan kolase mencakup gerakan–gerakan kecil seperti
menjepit mengelem dan menempel benda yang kecil sehingga
koordinasi jari – jari tangan terlatih.
d. Pelatihan Ketrampilan Kolase Bagi Tuna Grahita Ringan
Pelaksanaan ketrampilan kolase bagi tunagrahita memerlukan perencanaan
yang matang, karena tunagrahita mempunyai permasalahan dalam motorik halus.
Pelatihan ketrampilan kolase bagi tuna grahita ringan menurut Muharam E
( 1992 : 101–102 ) antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1). Merencanakan gambar
Mengingat kemampuan motorik halus anak tuna grahita sangat lemah
maka kegiatan menggambar dilakukan oleh guru / peneliti. Gambar yang
dibentuk dapat berupa gambar bangun datar, binatang atau benda lain yang
sederhana. Gambar ini dilukis di atas kertas karton ( kertas tebal ).
2). Menyiapkan alat latihan ketrampilan kolase.
Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain :
a) Kertas karton yang sudah digambar
b) Perekat ( lem )
c) Pecahan kulit telur yang sudah diberi pewarna
3). Menjelaskan urutan latihan
Urutan dalam latihan ketrampilan kolase tersebut antara lain :
a) Menjimpiot pecahan kulit telur yang telah diberi warna
b) Memberi perekat pada pecahan kulit telur yang telah diberi pewarna
c) Menempelkan pecahan kulit telur yang telah diberi pewarna pada
gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti.
4). Melatih ketrampilan kolase
Ketrampilan kolase dengan urutan kerja diatas dilakukan dengan
bimbingan peneliti pada saat pelajaran ketrampilan. Kulit telur yang
dib\gunakan adalah kulit telur ayam petelur. Kulit telur ini sudah
merupakan pecahan atau kepingan yang sudah diberi bermacam – macam
warna yang menarik. Dengan demikian diswa akan tertarik melakukan
tugasnya, yang sekaligus akan melakukan latihan ketrampilan motorik
halus pada jari–jari tangannya dan menghasilkan suatu karya yang menarik
bagi anak. Latihan ini dilakukan secara berulang sehingga motorik halus
anak akan terlatih dengan baik.
Persyaratan ketrampilan kolase menurut Susanto M. ( 2002 : 65 ),
bahwa ketrampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit,
mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi
otot–otot jari tangan secara perlahan–lahan motorik halus anak akan
terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak bisa belajar untuk
melemaskan jari–jari tangan karena proses menempel benda–benda dalam
ukuran kecil.
B. Kerangka Berpikir
Tuna grahita ringan, atau yang sering disebut dengan the educable
mentally retarded child, debil, atau moron dengan IQ sekitar 50 / 55 – 70 / 75 ,
merupakan salah satu jenis anak tuna grahita , Kemampuan motorik halus anak
tersebut mengalami gangguan yang memerlukan bimbingan dan latihan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Ketrampilan motorik halus perlu diberikan pada anak tuna grahita, salah
satu latihan ketrampilan motorik halus bagi anak tuna grahita adalah dengan
ketrampilan kolase. Kolase merupakan salah satu latihan motorik halus dengan
menempel sesuatu benda pada sebuah gambar ( dalam hal ini yang dipakai dalam
penelitian ini adalah dengan kepingan atau pecahan kulit telur yang sudah diberi
warna). Warna – warni dari pecahan kulit telur akan menarik perhatian anak
sehingga anak akan senang melakukannya, dengan demikian tanpa disadari anak
telah sekaligus melatih ketrampilan motorik halusnya. Latihan ketrampilan kolase
memiliki kelebihan diantaranya : a) ketrampilan kolase mudah dan menarik
sehingga anak tidak bosan melakukannya b) mengajarkan pada anak untuk dapat
memanfaatkan barang – barang bekas disekitarnya menjadi sesuatu barang / karya
atau kerajinan yang indah c) bahan dasar yang digunakan mudah didapat d)
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat karena biaya yang murah e) latihan
ketrampilan kolase bisa sekaligus melatih ketrampilan motorik halusnya f)
pemberian warna pada kulit telur menjadikan anak berkreasi dan tidak mudah
bosan g) dengan menempel anak sekaligus latihan konsentrasinya.
Pengamatan di lapangan menunjukkan anak tuna grahita mengalami
kesulitan dalam koordinasi motorik halusnya, sehingga hal ini akan mengganggu
atau menghambat perkembangannya terutama pada saat anak belajar menulis.
Diperlukan benda nyata untuk membantu melatih motorik halus anak
tunagrahita,maka yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah memilih
ketrampilan kolase yang menggunakan media gambar yang ditempeli dengan
pecahan – pecahan kulit telur yang diberi warna. Ketrampilan semacam ini biasa
disebut dengan kolase.
Latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase merupakan salah satu
jenis latihan motorik halus dengan cara menyusun bahan – bahan kulit telur yang
ditempelkan pada bidang gambar menjadi sebuah kerajinan yang menarik.
Adanya gambar dalam latihan menjadikan anak tertarik untuk melakukan latihan
motorik halus, anak tidak mudah bosan, asyik dengan kegiatan menempel, dengan
demikian otomatis terlatihlah motorik halusnya. Latihan ketrampilan kolase ini
mampunyai kelebihan diantaranya : a). ketrampilan model kolase mudah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menarik perhatian anak dan tidak membosankan b) mengajarkan anak untuk dapat
memanfaatkan barang – barang bekas menjadi sebuah karya kerajinan yang
menarik c). bahan dasar yang digunakan merupakan bahan bekas atau sisa yang
mudah didapat d). terjangkau semua oleh lapisan masyarakat karena biaya yang
murah e). latihan kolase memerlukan gerakan tangan maka anak akan terlatih
gerakan motorik halusnya f). pemberian warna pada bahan yang digunakan akan
menarik perhatian anak untuk berkreasi dan tidak lekas bosan g). dengan
menempel dapat meningkatkan konsentrasinya.
Strategi pembelajaran bagi anak tuna grahita memerlukan suatu metode
khusus yang menarik, konkrit, mudah dan sederhana.Hal ini bisa dilakukan guru
dengan menciptakan suatu situasi yang tidak membosankan anak dengan kondisi
belajar sambil bermain yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anak
tuna grahita, salah satu srategi yang digunakan untuk melatih ketrampilan motorik
halus anak tuna grahita agar mampu menggerakkan jari – jari tangannya adalah
dengan memberikan latihan ketrampilan kolase.
Tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
pada siswa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes yang diukur
dengan instrument tes yang sudah ditentukan. Siswa melakukan kegiatan –
kegiatan berdasarkan instrument dan peneliti mengamati sambil mencatat hasil
yang diperoleh siswa.
Kegiatan yang dilakukan siswa dalam latihan ini dimulai dengan kegiatan
pelemasan jari – jari tangannya seperti; memegang, menggenggam, menjimpit,
mewarnai, mengelem dan menempel pecahah kulit telur pada bidang gambar yang
sudah disediakan sehingga menjadi sebuah gambar yang menarik. Peneliti
mencatat, mengambil tindakan dan merefleksi hasil kegiatan yang dilakukan
siswa yaitu mengerjakan ketrampilan kolase, dan pada akhirnya mengambil
kesimpulan atas apa yang telah dicapai siswa.
Berdasarkan perencanaan, pengamatan, pencatatan, tindakan, refleksi dan
kesimpulan yang diambil peneliti, diperoleh hasil bahwa kolase terbukti bisa
meningkatkan kemampuan motorik halus siswa kelas II SLB C Shanti Yoga
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pembelajaran untuk latihan ketrampilan motorik halus pada siswa tuna
grahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten dapat digambarkan sebagai
berikut:
Berdasarkan skema yang digambarkan dia atas dapat disimpulkan bahwa
anak tunagrahita ringan yang mengalami hambatan motorik halus terutama pada
jari – jari tangannya, jika dilatih dengan ketrampilan kolase menggunakan media
gambar yang ditempeli pecahan – pecahan kulit telur yang diberi warna akan
mengalami peningkatan.
Kondisi Awal
Gerak motorik
halus pada jari –
jari tangan siswa
tunagrahita ringan
kelas II SLB – C
rendah
Guru
memberikan
ketrampilan
kolase
Tindakan
Gerak motorik
halus pada jari –
jari tangan siswa
tunagrahita kelas
II SLB-C Shanti
Yoga Meningkat
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
C. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ketrampilan kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada jari –
jari tangan anak tuna grahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Tuna grahita/ SLB–C
Shanti Yoga Klaten, khususnya di kelas II C tuna grahita ringan yang merupakan
tempat dimana subyek penelitian mengikuti proses belajar mengajar, terletak di
jalan Merapi IA Klaten dengan pertimbangan (1) penelitian bisa dilakukan setiap
saat atau setiap hari pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, (2) Karena
dilakukan pada saat proses belajar mengajar, maka tidak memerlukan waktu
khusus sehingga bisa menghemat biaya dan waktu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan
bulan Juli tahun 2009. Jadwal kegiatan penelitian terlampir.
B. Subyek Penelitian
Pengertian subyek penelitan adalah orang, benda atau hal yang melekat
pada variable penelitian dan yang ingin dikaji untuk diteliti oleh peneliti
(Suharsimi Arikunto 2006:130), dalam subyek penelitian ini adalah siswa tuna
grahita ringan yang mengalami gangguan motorik halus di kelas II SLB C Shanti
Yoga yang berjumlah 4 siswa, 2 laki – laki dan 2 perempuan.
Berdasarkan pengertian subyek di atas maka dalam penelitian ini yang
menjadi subyek adalah anak tuna grahita ringan kelas II SDLB yang mengalami
gangguan motorik, tidak mengalami ketunaan ganda dan aktif berangkat sekolah.
C. Data Dan Sumber Data
Sumber data adalah benda, hal atau tempat peneliti dapat mengamati,
membaca, atau bertanya tentang data ( Suharsimi Arikunto, 1989 : 109 ).
Yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah orang – orang yang ada
hubungannya dengan subyek penelitian secara langsung, sehingga diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi subyek penelitian Orang
–orang ini disebut informan, adapun arti dari informan menurut ( Lexy Moleong,
1989 : 90 ) adalah orang – orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah :
1. Informan sebagai sumber data utama diantaranya :
a. Guru kelas yang sekaligus bertindak sebagai peneliti
b. Siswa tuna grahita ringan kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten
c. Orang tua
2. Informan sebagai data pendukung
a. Kepala sekolah
b. Teman – teman subyek penelitian di sekolah
c. Teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas dengan
pengamatan atau observasi, tes , dokumen dan materi check list yang secara
singkat sebagai berikut :
1.Observasi atau Pengamatan
a. Pengertian
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indera ( Suharsimi Arikunto,1993:12
Menurut Mastur A.W.(1989:35) observasi adalah” Aktivitas yang
dilakukan secara sistematis, dan dengan disengaja, dengan menggunakan alat
indera (terutama mata)terhadap kejadian-kejadianyang langsung ditangkap pada
waktu kejadian itu terjadi”.
Menurut Sutrisno Hadi (2000:136) “ Observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang
diselidiki”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan evaluasi dengan jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis, logis dan rasional
mengenai fenomena – fenomena yang teliti.
b. Macam – macam observasi
Observasi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya.
Menurut Winarno Surakhmad (1989:63) macam – macam observasi
dibedakan menjadi dua yaitu
“Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dimana
penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala –
gejala subyek yang diselidiki, sedangkan teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap gejala – gejala subyek
yang diselidiki dengan penggunaan sebuah alat”.
Menurut Sutrisno Hadi (2000:138) macam – macam observasi antara lain :
(1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti.
(2) Observasi non partisipan, yaitu observasi yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti.
Menurut pendapat di atas dapat disimpukan bahwa jmacam – macam
observasi adalah sebagai berikut:
(1) Observasi partisipan
(2) Observasi non partisipan
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan
teknik observasi partisipan, dimana peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam
kegiatan yang dilaksanakan oleh subyek penelitian. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi yang lengkap, mendalam dan terinci.
Untuk itu agar penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti lebih dulu
menentukan dan mengetahui dan menentukan apa – apa yang harus diobservasi
dan jenis fenomena apa yang perlu dicatat, sehingga apa yang diamati oleh
peneliti hanya terfokus pada tujuan penelitian dan tidak meluas.
Adapun data yang ingin diperoleh dari observasi ini adalah Pelaksanaan /
pembelajaran guru dalam melatih ketrampilan motorik halus
Pelaksanaan penilaian pengamatan menggunakan skor sebagai berikut:
Skor 1: belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria
Skor 2: dapat, dengan bantuan tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria
Skor 3: dapat tanpa bantuan, hasilnya tidak sesuai kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Skor 4: dapat, dengan bantuan hasilnya sesuai kriteria
Skor 5: dapat, tanpa batuan hasinya sesuai criteria
Keterangan Kriteria Skor Penilaian :
Skor 41 – 50 ( Baik Sekali / BS )
Skor 31 – 40 ( Baik / B )
Skor 21 – 30 ( Cukup / C )
Skor 11 – 20 ( Kurang )
Skor 1 – 10 ( Kurang Sekali / KS )
2. Tes
1.Tes
a. Pengertian
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berbentuk tes.
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil peningkatan
yang diperoleh dalam pemberian tindakan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129) “tes adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengukurkemampuan siswa, salah satunya adalah tes
tertulis, dalam hal ini tes yang digunakan adalah untuk mengetahui
kemampuan awal motorik halus anak. Sedangkan menurut Anas Sudijono
(2005:66) “ Tes adalah Alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tes adalah suatu teknik atau cara
dalam rangka pengukuran atau penilaian yang didalamnya terdapat sejumlah
pertanyaan / latihan diberikan kepada testee untuk mengetahui atau mengukur
ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok dengan cara yang sudah ditentukan.
Tes dapat digolongkan berdasarkan sudut pandang tertentu.
Menurut Anas Sudijono (2005:73-74), bahwa penggolongan tes berdasarkan
aspek psikis yang ingin diungkap adalah sebagai berikut:
1) Tes intelegensi yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh
testee.
3) Tes sikap yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun obyek –
obyek tertentu.
4) Tes kepribadian yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
cirri – cirri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah,
seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,hobi atau kesenangan dan
lain – lain.
5) Tes hasil belajar yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat
pencapaian atau prestasi belajar.
Menurut Anas Sudijono (2005:74),Bahwa penggolongan tes dilihat dari
segi banyaknya orang yang mengikuti tes adalah sebagai berikut :
1).Tes individual yaitu tes dimana tester berhadapan dengan satu orang teste
saja.
2) Tes kelompok yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu
orang teste.
Menurut Anas Sudijono (2005:75), bahwa penggolongan tes dilihat dari
segi cara mengajukan pertanyaan dan cara member jawaban adalah sebagai
berikut:
1) Tes tertulis yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir – butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan teste memberikan
jawabannya juga secara tertulis.
2) Tes lisan yaitu tes yang dipergunakan untuk mengukur taraf kompetensi
yang bersifat ketrampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan
terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai teste
setelah melaksanakan tugas tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas makadapat disimpulkan bahwa tes untuk
mengukur kemampuan teste ada tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Peneliti menggunakan tes performance atau tes perbuatan tujuannya untuk
mengetahui kemampuan motorik halus subyek dengan kegiatan ketrampilan
kolase.Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kemampuan siswa dalam menggunakan jari – jari tangannya dalam melakukan
latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase. Tes dilaksanakan sebelum dan
sesudah tindakan . Pelaksanaan tes dilakukan pada saat penelitian dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam pembelajaran yang dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai
observer.
Adapun cara mengetesnya adalah anak disuruh melakukan kegiatan latihan
motorik halus dengan ketrampilan kolase sedangkan langkahnya sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan dalam instrumen tes.
Instrumen tes yang digunakan peneliti adalah instrumen yang berbentuk
lembar tes untuk mengungkap kemampuan motorik halus dengan menggunakan
jari – jari tangan siswa pada saat pembelajaran
Instrumen Penilaian
No Variabel Aspek Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 Motorik
halus
Melipat jari
Menggenggam
Memegang dan
menempel
1. Siswa dapat melipat jari tangan
satu persatu
2. Siswa dapat menyentuh ujung
ibujari ke ujung telunjuk
3. Siswa dapat menyentah ujung
ibujari ke ujung jari tengah
4. Siswa dapat menyentuh ujung
ibujari ke ujung jari manis
5. Siswa dapat menyentuh ujung
ibujari ke ujung kelingking
6. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari
tangan hingga ujungnya
menyentuh pangkal jari
7. Siswa dapat menggenggam jari –
jari tangan
8. Siswa dapat membuka satu persatu
jari tangan yang sedang
menggenggam
9. Siswa dapat memegang pecahan
kulit telur yang kecil dengan
ibujari
10. Siswa dapat memegang pecahan
kulit telur yang kecil dengan
ibujari dan jari tengah lalu
menempelkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Dokumen
Dokumen diperlukan untuk mendukung dan melengkapi data dalam
mengadakan suatu penelitian supaya informasi yang diperlukan lebih mendekati
kebenaran.
Pegertian dokumenter menurut Hadari Nawawi (1985:52) adalah “ Cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Terutama berupa arsip – arsip
dan termasuk juga buku – buku tentang pendapat, teori, dalil / hukum – hukum
dan lain – lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”.
Menurut Guba dan Lincoln ( Lexy Moleong, 1998 : 161 – 163 ), dokumen
adalah setiap bahan tertulis maupun film yang dapat berupa dokumen pribadi
maupun dokumen resmi. Dokumen pribadi yaitu karangan atau catatan seorang
secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Sedangkan
dokumen resmi yaitu dokumen yang beri bahan – bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dokumen
adalah cara pengumpulan data peninggalan pribadi maupun resmi secara tertulis
melalui arsip – arsip , dalil, hokum dan lain – lain yang berhubungan dengan
penelitian.
Dalam penelitian ini data dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
subyek yang telah tercatat sebelumnya.
Adapun data atau dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
identitas anak , kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru,
dan instrument tes.
Hasil dari karya siswa dalam latihan / tes, dalam hal ini diukur dengan tes
ketrampilan kolase, catatan tentang kemampuan awal yang diambil dari hasil
observasi tentang motorik halus dengan menggunakan instrument pengamatan.
E. Validitas Data
Keberhasilan suatu pengukuran ditunjang dengan adanya alat ukur yang
sesuai. Kevalidan dapat diperoleh dari alat ukur jika alat ukur tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto ( 2006 : 168 ) menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
“ sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin
diukur “.
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan validitas isi
yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di sekolah yaitu KTSP yang sesuai
dengan karakteristik anak.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengolah data
serta menganalisa data yang telah terkumpul untuk membuktikan hipotesa yang
diajukan.
Menurut Patton ( 1980 ) yang dikutip oleh Moleong ( 1998 : 103 ) , teknik
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam
suatu pola, kategori adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan data.
Teknis analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengolah data
yang telah terkumpul untuk membuktikan hipotesa yang diajukan. Teknik analisa
data yang penulis gunakan adalah analisis diskriptif komparatif yaitu
membandingkan perolehan hasil peningkatan sebelum dan sesudah tindakan,
G. Indikator Kinerja
Indikator yang dijadikan tolok ukur dalam penelitian ini antara lain adalah:
Apabila siswa mempunyai kemampuan motorik halus dengan kategori cukup,
dengan cara melakukan kegiatan ketrampilan kolase.
H. Prosedur Penelitian / Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat
dan disusun dalam beberapa siklus yaitu :
Siklus I
Perencanaan
1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan di kelas seperti
berbagai jenis media pembelajaran dan
berbagai peralatan yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Menyiapkan contoh atau suruhan
melakukan tindakan secara jelas
3. Mempersiapkan cara – cara melakukan
observasi terhadap hasil yang dicapai dan
mempersiapkan segala alat yang diperlukan
4. Menyusun scenario mengenai segala hal
yang yang akan dilakukan oleh guru.
Tindakan
1. Kegiatan Awal
a. Berdoa
b. Absebsi
c. Apersepsi tentang latihan motorik halus
dengan ketrampilan kolase
2. Kegiatan Inti
a. Guru melatih siswa untuk melipat jari
dengan tangan satu dimulai dengan
ibujari ke ujung telunjuk
b. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
jari tengah
c. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
jari manis
d. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
kelingking
e. Siswa menekuk 3 ruas jari tangan hingga
ujungnya menyentuh pangkal jari
f. Siswa menggenggam jari – jari tangan
g. Siswa membuka satu persatu jari tangan
yang sedang menggenggam
h. Siswa menggenggampecahan kulit telur
yang kecil dengan ibujari dan telunjuk
lalu menempelkannya
i. Siswa dapat memegang pecahan kulit
telur yang kecil dengan ibujari dan jari
tengah lalu menempelkannya.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru mencatat hasil pengamatan
kegiatan latihan motorik halus yang
dilakukan siswa
b. Guru menilai hasil latihan siswa
c. Siswa merapikan alat dan bahan
d. Guru dan siswa mengakhiri kegiatan
dengan berdoa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Pengamatan
1. Guru mengamati pelaksanaan tindakan
dalam malakukan latihan motorik halus
sesuai dengan indikator kinerja dan
penilaian atau skor yang telah ditentukan
dalam pedoman penilaian
2. Mengambil langkah dan menentukan
keberhasilan dan penentuan pencapaian
tujuan tindakan
3. Mengevaluasi bukti – bukti dari
peningkatan kemampuan motorik halus
yang dilakukan siswa
4. Menilai hasil dari latihan motorik halus
yang berupa karya kerajinan kolase.
Refleksi 1. Menganalisis data yang sudah diperoleh dari
2. kegiatan siswa
3. mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
dampak dari tindakan yang dilakukan pada
siklus sebelumnya.
4. Tindakan dikatan berhasil apabila materi
yang diberikan berhasil memperoleh skor
atau nilai sebanyak 60%
5. Jika belum berhasil tindakan diulang
dengansiklus II dan seterusnya
Siklus II
Perencanaan
1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan di kelas seperti
berbagai jenis media pembelajaran dan
berbagai peralatan yang diperlukan
2. Menyiapkan contoh atau suruhan
melakukan tindakan secara jelas
3. Mempersiapkan cara – cara melakukan
observasi terhadap hasil yang dicapai dan
mempersiapkan segala alat yang diperlukan
4. Menyusun scenario mengenai segala hal
yang yang akan dilakukan oleh
Tindakan
1. Kegiatan Awal
a. Berdoa
b. Absebsi
c. Apersepsi tentang latihan motorik halus
dengan ketrampilan kolase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Kegiatan Inti
a. Guru melatih siswa untuk melipat jari
dengan tangan satu dimulai dengan
ibujari ke ujung telunjuk
b. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
jari tengah
c. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
jari manis
d. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung
kelingking
e. Siswa menekuk 3 ruas jari tangan hingga
ujungnya menyentuh pangkal jari
f. Siswa menggenggam jari – jari tangan
g. Siswa membuka satu persatu jari tangan
yang sedang menggenggam
h. Siswa menggenggampecahan kulit telur
yang kecil dengan ibujari dan telunjuk
lalu menempelkannya
i. Siswa dapat memegang pecahan kulit
telur yang kecil dengan ibujari dan jari
tengah lalu menempelkannya.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru mencatat hasil pengamatan
kegiatan latihan motorik halus yang
dilakukan siswa pada siklus I
b. Guru menilai hasil latihan siswa
c. Siswa merapikan alat dan bahan
d. Guru dan siswa berdoa.
Pengamatan
1. Guru mengamati pelaksanaan tindakan
dalam malakukan latihan motorik halus
sesuai dengan indikator kinerja dan
penilaian atau skor yang telah ditentukan
dalam pedoman penilaian
2. Mengambil langkah dan menentukan
keberhasilan dan penentuan pencapaian
tujuan tindakan
3. Mengevaluasi bukti – bukti dari
peningkatan kemampuan motorik halus
yang dilakukan siswa
4. Menilai hasil dari latihan motorik halus
yang berupa karya kerajinan kolase.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Refleksi
1. Menganalisis data yang sudah diperoleh
dari kegiatan siswa pada siklus II
2. Mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
dampak dari tindakan yang dilakukan pada
siklus sebelumnya.
3. Tindakan dikatan berhasil apabila materi
yang diberikan berhasil memperoleh skor
atau nilai sebanyak 60%
4. Jika belum berhasil tindakan diulang
dengan siklus II dan seterusnya
Pembuatan
Laporan
tindakan
Laporan dibuat setelah penelitian dianggap
berhasil sesuai dengan rencana dan indikator
penelitian serta kriteria keberhasilan
Tabel tersebut diatas bila digambarkan dengan visualisasi bagan penelitian
yang disusun oleh Suharsimi Arikunto ( 2007:16) adalah sebagai berikut :
Refleksi
Refleksi
Perencanaan
ni
SIKLUS I
Pengamatan
perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Keterangan gambar :
1. Menyusun rancangan tindakan ( planning )
2. Pelaksanaan tindakan ( acting )
3. Pengamatan ( observing )
4. Refleksi ( reflecting )
Setiap siklus terdiri dari penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, yang diiringi observasi, refleksi . Berdasarkan reflesi siklus I maka
diidentifikasi kembali kemudian rencana tindakan dilakukan pada siklus II.
Setelah tersusun dilaksanakan siklus II disertai observasi dan refleksi yang
kemudian diperoleh hasil peningkatan dari latihan motorik halus siswa tuna
grahita dalam menggunakan jari – jari tangannya melalui ketrampilan kolase.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas II SLB C Shanti Yoga yang beralamat di
Jalan Merapi I A Klaten. Di kelas ini siswanya berjumlah 4 orang anak yang
terdiri dari dua orang laki – laki dan dua orang perempuan. SLB C Shanti Yoga
berada di bawah naungan yayasan Shanti Yoga yang mendidik anak – anak
dengan keterbelakangan mental atau tunagrahita, jenjang pendidikan
dikelompokkan menjadi dua yaitu tuna grahita sedang dan tuna grahita ringan
yang dibagi dalam jenjang pendidikan dimulai dari kelas persiapan ( TKLB ),
kelas tingkat dasar ( SDLB ), kelas tingkat lanjutan ( SMPLB ) , kelas SMALB
dan kelas Latihan Bina Ketrampilan ( LBK ). Diasuh oleh 25 orang guru PNS dan
2 orang guru tenaga honorer serta 2 0rang tenaga terapi dan 1 orang penjaga
sekolah.
Kelas II sebagai tempat subyek penelitian terdapat 4 orang siswa yang
mengalami keterbelakangan mental, dalam kesehariannya memerlukan bimbingan
dalam aktivitasnya terutama pemanfaatan jari – jari tangannya, peneliti
memberikan latihan motorik halus dengan cara kegiatan melipat jari,
menggenggam, memegang dan menempel yang dilakukan dengan ketrampilan
kolase. Latihan tersebut dilakukan dengan maksud meningkatkan gerak motorik
halus subyek yang akan bermanfaat untuk kegiatan atau aktivitas sehari –
harinya.
Ketrampilan kolase mempunyai keuntungan – keuntungan antara lain,
meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih koordinasi antara mata dan
tangan, melatih konsentrasi dan kesabaran siswa, disamping itu ketrampilan
kolase adalah kegiatan yang menyenangkan bagi siswa selain bisa meningkatkan
kemampuan motorik halus siswa juga memperoleh hasil karya yang menarik.
Kolase juga bisa memanfaatkan barang yang tidak terpakai ( kulit telur) menjadi
suatu karya kerajinan yang menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kelemahan dalam latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase
bersifat teknis antara lain siswa tidak bisa memotong – motong pecahan kulit telur
sama besar, dalam member warna terkadang siswa melakukan semaunya sehingga
hasilnya kurang memuaskan, siswa tidak konsentrasi sehingga bosan mengerjakan
tugas ketrampilan kolase.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diatasi dengan menerapkan
strategi pembelajaran yang menarik bagi siswa, memberikan hadiah bila siswa
menyelesaikan kegiatannya dan memajang hasil karya kolase di kelasnya
sehingga siswa termotivasi untuk melakukan latihan motorik halus dengan kolase.
Latihan motorik halus yang dimulai dengan latihan menggenggam,
memegang, menjimpit, mengelem dan menempel benda ( kulit telur) pada bidang
gambar menjadi sebuah karya kerajinan kolase yang menarik terbukti
meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari – jari tangan siswa kelas III
SLB – C Shanti Yoga Klaten.
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan motorik halus subyek
dilakukan pre tes, yang akan diketahui kondisi awal kemampuan motorik halus
subyek. Tes kemampuan awal motorik halus anak diambil berdasarkan instrument
tes yang disediakan. Instrumen tes disusun berdasarkan tingkat kemampuan anak
dalam melakukan kegiatan yang telah ditentuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berikut ditampilkan tabel kemampuan awal subyek yang didapat dari hasil
kondisi awal.
Tabel 2.a. Skor Kondisi Awal Kemampuan Motorik Halus
No
Nama
Siswa
Indikator Jml
skor
Klasifi
kasi
pening
katan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
ENW
DIY
DP
SY
5
5
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
3
2
3
4
3
2
2
3
2
1
2
4
3
3
3
3
3
2
2
3
2
1
2
2
2
1
1
35
30
20
25
BS
C
K
KS
Jumlah 17 13 12 12 11 8 13 10 8 6 110
Rata-rata 4,25 3,25 3,0 3,0 2,75 2,0 3,25 2,5 2,0 1,5 27,5
Keterangan :
Tabel di atas adalah perolehan nilai yang dilakukan sebelum dilaksanakan
tindakan, instrumen pengukuran penilaiannya diambil dari indikator kinerja /
indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Dari hasil kondisi awal ada satu siswa yang nilainya termasuk dalam
klasifikasi motorik halusnya kurang sekali dengan skor 25 SY , satu siswa yang
masuk dalam klasifikasi motorik halus cukup dengan nilai 6 yaitu DIY dan nilai
satu siswa dengan klasifikasi motorik halus baik dengan nilai 7 yaitu ENW untuk
itu peneliti mengambil langkah untuk memberikan tindakan supaya siswa yang
kurang dalam latihan motorik halus bisa meningkatkan motorik halusnya dengan
memberikan kegiatan latihan menempel, menggenggam dan mengelem yang
berupa latihan ketrampilan kolase.
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui kegiatan dalam tindakan siklus I
dengan maksud untuk mengetahui peningkatan motorik halus siswa dengan
pemanfaatan jari – jari tangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 2.b Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siswa pada
Kondisi Awal atau Sebelum Tindakan
Klasifikasi
Peningkatan
Interval Skor Banyaknya
Siswa
Prosentase
Baik Sekali (BS)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (K)
Kurang Sekali (KS)
41 -50
31 – 40
21 – 30
11 – 20
1 - 10
-
1
1
1
1
-
25%
25%
25%
25%
Jumlah 4 100%
Tabel di atas menggambarkan perolehan nilai berdasarkan klasifikasisi dan
prosentase dari perolehan nilai secara klasikal dengan interval nilai yang telah
ditentukan. Terdapat 25% dari jumlah siswa yang termasuk dalam klasifikasi
motorik halus baik, 25% siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup dan 25%
siswa dengan klasifikasi motorik halus yang kurang. Serta 25% siswa dengan
klasifikasi kurang sekali dalam latihan motorik halus.
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Untuk meningkatkan gerak motorik halus siswa kelas II yang digunakan
oleh peneliti pada siklus I ini dilaksanakan dengan menggunakan materi pelajaran
Seni Budaya dan Ketrampilan ( SBK ), media yang digunakan adalah kertas, lem ,
pewarna dan kulit telor, menggunakan metode demonstrasi serta bentuk tagihan
atau tesnya adalah tes perbuatan ( performance ) dengan cara pengamatan
kegiatan siswa menggunakan instrument tes dengan skor nilai, prosentase
perolehan dan klasifikasi peningkatan gerak motorik halus yang diukur
berdasarkan perolehan skor dari instrument tersebut.
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Juli 2009,
walaupun masih dalam suasana tahun pelajaran baru pada prinsipnya penelitian
ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar atau proses penelitian, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penelitian ini bersifat meneruskan penelitian yang telah dilakukan pada tahun
pelajaran yang lalu sehingga penelitian langsung dilaksanakan karena subyek dan
masalah penelitian tidak berubah.
Strategi pembelajaran yang dilakukan dalam siklus I dengan strategi
terkendali, dalam arti pada kegiatan pembelajaran atau latihan gerak motorik halus
yang dilakukan peneliti mendominasi kegiatan dari mulai merancang
pembelajaran, metode sampai dengan kegiatan yang harus dilaksanakan siswa,
peneliti masih sering mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan
menggenggam, mengelem dan menempel dalam bentuk ketrampilan kolase
dengan maksud siswa tertarik melakukannya dan tidak keluar masuk kelas
semaunya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I meliputi perencanaan ,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Berikut ini masing – masing kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I :
a). Perencanaan
Persiapan yang dilakukan peneliti pada perencanaan tindakan ini adalah :
1). Memilih dan menentukan materi pelajaran , dalam hal ini latihan
motorik halus dikaitkan dengan pelajaran Seni budaya dan ketrampilan
2). Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ).
3). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), yang disusun
dengan waktu 2 X 30 menit dan dilaksanakan dalam 1 X tatap muka.
4). Menyiapkan media pembelajaran berupa manik – manik dan benang.
5). Menyiapkan contoh karya kerajinan kolase.
6). Menyusun evaluasi yang berupa :
a). Lembar kegiatan pengamatan kegiatan menempel dalam bentuk
ketrampilan kolase.
b). Lembar perolehan nilai dan prosentase gerak motorik halus siswa
berdasarkan skor yang telah ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b). Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli sesuai dengan rencana
yang telah dibuat dengan mengacu pada skenario pembelajaran dengan
melaksanakan RPP yang telah dibuat.
Langkah – langkah yang ditempuh dalam melaksanakan latihan gerak motorik
halus dilakukan dengan materi pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan ( SBK)
a). Pelaksanaan Tatap Muka
Kegiatan tatap muka dilaksanakan di kelas menggunakan pedoman Rencana
Pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang sudah disusun, menggunakan metode
demonstrasi dan penugasan serta tes unjuk kerja dengan menampilkan hasil
karya ketrampilan kolase. Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut.
(1). Kegiatan awal
(a). Berdoa
(b). Absensi
(c). Apersepsi tentang latihan gerak motorik halus melalui
ketrampilan kolase.
(d). Menyepakati penentuan pengukuran dan penilaian
(2). Kegiatan Inti
(a). Guru menunjukkan karya kerajinan dari bahan kulit telur.
lem dan kertas yang ditempel berupa karya kerajinan kolase
(b). Guru mendemonstrasikan cara membuat kolase dengan menempel dan
mengelem
(c). Siswa melakukan kegiatan megelem dan menempel dengan petunjuk
guru
(d). Siswa menyelesaikan kegiatan
(e). Guru merapikan alat dan bahan yang digunakan setelah selesai kegiatan
3). Kegiatan Akhir
(a). Guru mencatat dan merekap hasil pengamatan
(b). Guru menilai dan hasil tempelan siswa yang berupa kolase
(c). Siswa merapikan alat dan bahan
(d). Guru dan siswa mengakhiri kegiatan dengan berdoa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c). Pengamatan (Observasi)
Pengamatan / observasi dilakukan guru pada saat berlangsungnya
penelitian bersamaan dengan kegiatan proses belajar mengajar, dilakukan oleh
guru dan teman sejawat yang bertindak sebagai observer .
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan – permasalahan
yang timbul dalam pembelajaran baik masalah yang berasal dari siswa, guru,
media ataupun pendukung pembelajaran yang lainnya.
Disamping untuk mengetahui permasalahan – permasalahan tersebut,
observasi juga digunakan untuk mencari solusi terhadap masalah yang timbul
sehingga masalah tersebut dapat diatasi atau diselesaikan.
Adapun observasi yang digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan
pembelajaran disini adalah :
1). Pengamatan tentang kegiatan ketrampilan motorik halus pada saat
pelaksanaan penelitian dengan menggunakan instrument penilaian
2). Pengamatan perilaku dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
3). Media yang digunakan dalam pembelajaran
4). Kegiatan guru dalam pembelajaran
5). Kajian dokumen yang meliputi data pribadi siswa, kurikulum ( Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar ) serta foto – foto pelaksanaan kegiatan.
Tabel 2.b .Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus I
No
Nama
Siswa
Indikator Jml
Skor
Klasi
fikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
ENW
DIY
DP
SY
5
5
4
5
5
5
4
5
5
4
3
4
4
4
3
3
5
3
2
3
4
3
2
2
4
4
3
3
3
3
2
2
3
2
1
2
2
2
1
1
40
35
25
30
BS
B
C
C
Jumlah 19 19 16 14 13 11 14 10 8 6 130
Rata-rata 4,75 4,75 4,0 3,5 3,25 2,75 3,5 2,5 2,0 1,5 32,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor yang di capai siswa secara
individu maupun rata – rata kelas pada siklus I, dari tabel tersebut diperoleh
gambaran bahwa terjadi peningkatan skor pada masing – masing siswa jika
dibandingkan dengan kondisi awal sehingga prosentase perolehan nilainyapun
meningkat.
Secara lengkap dapat digambarkan peningkatannya adalah, dari empat
orang siswa secara individu menunjukkan peningkatan yaitu ENW dari
perbandingan skor pada pra siklus atau sebelum tindakan 35, pada siklus I
memperoleh skor 40 ini berarti ada peningkatan nilai sebanyak 5 skor, DIY dari
perbandingan nilai pra siklus 30 dan siklus I skor 35 yang berarti ada peningkatan
skor sebanyak 5 , DP pra siklus dengan 20 dan siklus I dengan skor 25 yang
berarti ada peningkatan skor 5, sedangkan SY peningkatan skor 30 pra siklus
menjadi 30 pada siklus I ini berarti ada peningkatan skor sebanyak 5.
Deskripsi peningkatan tersebut jika digambarkan dalam tabel perolehan
nilai secara klasikal dan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.b. Rekapitulasi Perolehan Skor Siklus I berdasarkan Klasifikasi
Peningkatan Motorik Halus Siswa
Klasifkasi
Peningkatan
Interval Skor Banyaknya
Siswa
Prosentase
Baik Sekali (BS)
Baik ( B )
Cukup ( C )
Kurang ( K )
Kurang Sekali ( KS )
41 – 50
31 – 40
21 – 30
11 – 20
1 – 10
1
1
1
1
-
25%
25%
25%
25%
-
Jumlah 4 100%
Tabel 3.b menggambarkan perolehan skor berdasarkan klasifikasi
kemampuan motorik halus siswa dan prosentase peningkatan yang terjadi pada
siklus I jika dibandingkan dengan sebelum tindakan atau pra siklus. Secara
klasikal terdapat 25% siswa atau 1 orang siswa dengan klasifikasi gerak motorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yang baik sekali,25% siswa atau 1 orang siswa dengan klasifikasi gerak motorik
halus yang baik, 1 siswa atau 25% siswa dengan klasifikasi motorik halus yang
cukup dan 1 orang siswa dengan kemampuan motorik halus kurang.
Tabel 4. Rekapitulasi Peningkatan Skor Pra Siklus ke Siklus I
pada Kegiatan Latihan Motorik Halus
No Nama Siswa Pra Siklus
Skor
Siklus I
Skor
Prosentase
Peningkatan
1
2
3
4
ENW
DIY
DP
SY
35
30
20
25
40
35
25
30
14.3%
14.3%
14.3%
14.3%
Jumlah 110 130 57.2%
Rata-rata 27.5 32.5 14.3%
Tabel 4 menggambarkan perbandingan perolehan nilai yang dilakukan
sebelum tindakan dengan perolehan nilai yang dilakukan pada saat siklus I.
Tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai dan
prosentase baik secara individu maupun secara klasikal. Secara individu dapat
dipaparkan peningkatan sebelum tindakan atau pra siklus ke siklus I yang
diperoleh ENW adalah dari skor 35 menjadi 40 yang berarti ada peningkatan 5,
DIY peningkatannya dari sebelum tindakan dengan skor 30 menjadi 35 yang
berarti ada peningkatan skor 5, DP sebelum tindakan memperoleh skor 20 di
siklus I menjadi skor 25 yang berarti ada peningkatan sebesar skor 5, dan SY
sebelum tindakan mendapat skor 25 pada siklus I memperoleh skor 30 yang
berarti ada peningkatan sebesar skor 5. Karena masih ada siswa yang nilainya
masih kecil walaupun ada peningkatan nilai, peneliti berusaha memperbaikai
pembelajaran dan meningkatkan gerak motorik halus yang ditunjukkan dengan
prestasi atau nilai yang meningkat, maka peneliti mengulang kegiatan latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
gerak motorik halus pada siklus dua dengan tujuan bisa meningkatkan gerak
motorik halus siswa melalui jari – jari tangannya.
Tabel 5. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
No Nama Siswa Konsentrasi Keaktifan Prestasi
T S R T S R T S R
1.
2.
3.
4
ENW
DIY
DP
SY
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Keterangan:
T : Tinggi (Dapat melakukan tanpa bantuan sesuai dengan indikator)
S : Sedang (Dapat melakukan dengan bantuan sesuai dengan indikator)
R : Rendah (Dapat melakukan dengan bantuan, tetapi sesuai dengan indikator
Dari tabel aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat bahwa
siswa yang konsentrasi tinggi ada 2 orang siswa atau 50%, 1 orang siswa atau
25% siswa konsentrasinya sedang, dan I orang siswa atau 25% siswa yang ada
dalam konsentrasi rendah.
Keaktivan siswa dapat dilihat bahwa 1 orang siswa yang termasuk tinggi
keaktivannya, 1 orang siswa termasuk sedang keaktivannya, 2 orang siswa
termasuk rendah keaktivannya. Bila diprosentasekan menjadi 25% keaktivannya
tinggi, 25% keaktivannya sedang dan 50% keaktivannya rendah. Hal ini
dikarenakan siswa atau subyek berperilaku hiperaktif.
Jika dilihat dari prestasi yang dihasilkan dari ketrampilan kolase dapat
diperoleh hasil 2 orang siswa atau 50% dari jumlah siswa yang prestasinya bagus
atau jika diinterpretasikan dengan klasifikasinya maka 2 orang siswa tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mempunyai gerak motorik yang bagus, 1 orang siswa atau 25% siswa
prestasinkurang dengan gerak motorik cukup dan 1 orang siswa atau 25% dari
jumlah siswa dengan kurang atau rendah prestasinya.
4). Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan siklus I pada kegiatan latihan
gerak motorik halus melalui jari – jari tangan melalui ketrampilan kolase dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a). Berdasarkan klasifikasi perolehan nilai dan prosentasenya secara
klasikal, diperoleh hasil 25% atau 1 siswa yang berada pada klasifikasi
motorik halus yang baik sekali, 25% atau 1 siswa dengan motorik
halus yang baik, 50% atau 2 orang siswa dengan motorik halus yang
cukup.
b). Jika dibandingkan dengan perolehan nilai , prosentase maupun
klasifikasi perolehan yang dilakukan pada pre tes maka hasil tes yang
dilakukan pada siklus I ( pos tes ) telah mengalami peningkatan skor
secara klasikal sebanyak 5 skor dan rata – rata skor 5 .
c). Berdasarkan perolehan tingkat klasifikasi dan hasil peningkatan skor
peningkatan motorik halus yang belum optimal sesuai yang diharapkan
maka peneliti mengambil langkah dengan mengadakan latihan motorik
halus pada siklus II.
d). Pengamatan tentang keaktivan siswa dalam kelas menunjukkan bahwa
sebagian siswa ada yang tinggi , sedang bahkan ada yang rendah
keaktivannya dalam pembalajaran atau penelitian.Karena keaktivan
siswa dalam pembelajaran kurang, maka konsentrasi dan prestasinya
menjadi kurang sehingga peneliti dituntut untuk memotivasi atau
membangkitkan semangat siswa dan membuat suasana belajar menjadi
menarik.
e). Tindakan pada siklus I dirasa kurang memuaskan, walaupun secara
individu maupun klasikal ada peningkatan, tetapi peneliti merasa perlu
mengulangi tindakan pada siklus II untuk mengetahui keajegan atau
peningkatan latihan motorik halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1.Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Sesuai dengan analisa dan refleksi dalam pembelajaran siklus satu yang
menerapkan strategi pembelajaran terkendali yang masih banyak campur tangan
guru atau peneliti dalam melakukan kegiatan latihan motorik halus, maka siswa
merasa kurang termotivasi karena jika dia tidak menyelesaikan kegiatannya guru
atau peneliti akan membantu menyelesaikannya. Untuk itu peneliti merubah
strategi pembelajaran yang demokratis melibatkan keaktivan siswa dan suasana
belajar yang lebih santai tetapi terarah, memotivasi siswa untuk mau melakukan
kegiatan latihan motorik halus. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada
tanggal 21 juli 2009.
Berikut ini masing – masing kegiatan yang dilaksanakan per siklus :
a). Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan untuk melakukan tindakan siklus II ini dengan
cara :
a). Memilih dan menentukan materi pelajaran , dalam hal ini latihan
konsentrasi dikaitkan dengan pelajaran Seni budaya dan ketrampilan
b). Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ).
c). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), yang disusun
dengan waktu 2X 30 menit dan dilaksanakan dalam 1X tatap muka.
d). Menyiapkan media pembelajaran berupa kulit telur, kertas bergambar
dan lem .
e). Menyiapkan contoh karya kerajinan tangan dengan teknik menempel
sebagai contoh dan untuk memotivasi siswa supaya senagn mengikuti
kegiatan motorik halus dengan kolase.
f). Menyusun evaluasi yang berupa :
(1). Lembar kegiatan pengamatan kegiatan latihan motorik halus
dengan ketrampilan kolase.
(2). Lembar perolehan skor dan prosentase peningkatan latihan motorik
halus dengan kolase.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b). Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II ini juga merupakan
perbaikan dari siklus I, dilaksanakan secara santai sehingga siswa tidak merasa
diamati dan dinilai kegiatannya. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a). Pelaksanaan Tatap Muka
Kegiatan tatap muka dilaksanakan agak santai dengan
membebaskan siswa untuk duduk ditempat yang disukainya, sehingga
siswa tidak merasa tertekan dan diamati.
(1). Kegiatan awal
(a). Berdoa
(b). Absensi
(c). Apersepsi tentang cara membuat ketrampilan kolase menempel dan
mengelem
(2). Kegiatan Inti
(a). Guru menunjukkan karya kerajinan dengan cara mengelem dan
menempel
(b). Guru mendemonstrasikan tentang cara membuat kerajinan kolase
dengan mengelem dan menempel
(c). Siswa melakukan kegiatan mengelem dan menempel dengan
petunjuk guru
(d). Siswa menyelesaikan kegiatan menempel dan mengelem untuk
membuat ketrampilan kolase
(e). Guru dan siswa merapikan alat dan bahan yang digunakan untuk
latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase
3). Kegiatan Akhir
(a). Guru mencatat hasil pengamatan
(b). Guru menilai dan hasil ketrampilan siswa
(c). Siswa merapikan alat dan bahan
(d). Berdoa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c). Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan untuk memperbaiki cara atau metode pembelajaran
yang dilakukan dengan suasana yang santai dan menyenangkan.
Adapun observasi yang digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan
pembelajaran disini adalah :
(a). Pengamatan tentang kegiatan latihan ketrampilan motorik halus
dengan ketrampilan kolase menggunakan instrument yang ditentukan
(b). Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan latihan motorik halus
(c). Media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran
(d). Pengamatan aktivitas guru pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Tabel 6a. Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus II
No
Nama
Siswa
Indikator Jml
Skor
Klasi
fikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
ENW
DIY
DP
SY
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
3
5
4
4
3
4
4
4
4
49
46
45
40
BS
B
BS
B
Jumlah 19 19 16 14 13 11 14 10 8 6 180
Rata-rata 4,75 4,75 4,0 3,5 3,25 2,75 3,5 2,5 2,0 1,5 45
Tabel 6.a adalah gambaran dari hasil perolehan nilai dan prosentasenya
berdasarkan indikator yang telah ditentukan secara individu maupun secara
klasikal. Pada tabel tersebut menunjukkan peningkatan secara individu maupun
secara klasikal. Secara individu dapat dilihat adanya peningkatan masing – masing
siswa atau subyek yaitu ENW dari siklus I memperoleh skor 40 meningkat di
siklus II dengan skor menjadi 49 yang berarti ada peningkatan skor sebanyak 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dan dengan klasifikasi motorik halus yang baik sekali, DIY mengalami
peningkatan dari skor di siklus I 35 menjadi skor 46 pada siklus II yang berarti
ada peningkatan skor sebanyak 4 dengan klasifikasi motorik halus baik sekali, DP
dari siklus I memperoleh skor 25 meningkat di siklus II menjadi skor 45 yang
berarti ada peningkatan skor sebanyak 20 dengan dengan peningkatan motorik
halus yang baik sekali, dan SY pada siklus I memperoleh skor30 dan pada siklus
II meningkat menjadi skor 40 peningkatan motorik halus dengan klasifikasi baik.
Perolehan nilai pada siklus II bila dilihat secara klasikal berdasarkan
jumlah siswa, klasifikasi dan prosentasenya dapat dilihat dengan tabel 5 sebagai
berikut :
Tabel 6b. Rekapitulasi Peningkatan Motorik Halus
Klasifikasi Peningkatan Banyaknya Siswa Prosentase
Baik Sekali ( BS )
Baik ( B )
Cukup ( C )
Kurang ( K )
Kurang Sekali ( KS )
3
1
-
-
-
75%
25%
-
-
-
Jumlah 4 100%
Tabel 6.b merupakan gambaran perolehan nilai siswa sesuai
klasifikasinya dan menunjukkan prosentase perolehan nilai serta klasifikasinya.
Ada 3 orang siswa atau 75% dari jumlah siswa yang memperoleh skor 49,46 dan
45 masuk dalam klasifikasi peningkatan motorik halus yang baik sekali ,1 orang
siswa atau 25% dari jumlah siswa memperoleh skor 40 masuk dalam klasifikasi
peningkatan motorik halus yang baik , dengan demikian jika dilihat dari
peningkatan tersebut dapat dikatakan latihan motorik halus untuk siswa kelas II C
cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 7. Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Motorik Halus
Siklus I - Siklus II
d). Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siklus II dapat
diambil kesimpulan sementara dalam penelitian ini, bahwa secara keseluruhan
penelitian pada siklus II sudah berhasil ini dibuktikan adanya peningkatan
skor dan klasifikasi peningkatan motorik halus yang baik sehingga penelitian
dianggap selesai dan tidak dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan pengamatan dan tindakan yang dilakukan pada siklus II
dapat diperoleh kesimpulan sementara bahwa pembelajaran yang dilakukan
secara demokratis yang dilakukan oleh guru atau peneliti dapat membuat
siswa termotivasi untuk melakukan latihan motorik halus dengan ketrampilan
kolase, ini dibuktikan adanya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan latihan
motorik halus, siswa atau subyek melakukan dengan senang karena peneliti
tidak terlalu campur tangan dan membebaskan siswa atau subyek untuk
melakukan sendiri kegiatan latihannya dengan mengambil tempat duduk yang
disenangi.
Pada siklus II ini terjadi peningkatan skor dan prosentase peningkatan
baik secara individu maupun secara klasikal. Dari hasil latihan motorik halus
dengan ketrampilan kolase yang dilakukan dalam tahapan pra siklus, siklus I
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Prosentase
Peningkatan
1
2
3
4
AY
RH
LP
IP
40
35
25
30
49
46
45
40
22.5%
31.5%
80%
33.3%
Jumlah 130 180 167.3%
Rata-rata 32.5 45 42%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dan siklus II diperoleh hasil peningkatan yang nyata, sehingga peneliti tidak
lagi meneruskan tindakan dan menganggap penelitian ini sudah bisa dikatakan
berhasil.
B. Hasil Penelitian
Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil kegiatan siswa dalam
latihan gerak motorik halus melalui jari – jari tangannya dan menganalisa hasil
kegiatan serta merefleksikannya maka diperoleh hasil perbandingan perolehan
skor dalam kegiatan tersebut yang dilakukan secara bertahap yaitu pra siklus, dan
saat dilaksanakan tindakan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II
maka diperoleh hasil pengamatan dan penilaian yang hasilnya meningkat.
Dibawah ini disajikan data hasil peningkatan skor pada latihan gerak
motorik halus siklus I dan siklus II secara klasikal maupun secara individual
dengan tabel 7 yaitu tabel prosentase peningkatan skor gerak motorik halus siklus
I dan siklus II dan tabel 7 rata - rata peningkatan skor gerak motorik halus pra
siklus, siklus I dan siklus II (rekapitulasi perolehan peningkatan skor secara
komulatif )
Tabel 8. Rekapitulasi Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus
dengan Ketrampilan Kolase
No Nama Siswa Kondisi Awal
Sebelum
Tindakan
Siklus I
Siklus II
1
2
3
4
ENW
DIY
DP
SY
35
30
20
25
40
35
25
30
49
46
45
40
Jumlah 110 130 180
Rata-rata 27.5% 32.5% 45%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan peningkatan nilai rata - rata secara komulatif pada penelitian
ini yang digambarkan pada tabel di atas, maka dapat digambarkan dengan grafik
sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
Skor Rata-rata Per Siklus
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Skor Rata-rata Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
Per Siklus
Secara keseluruhan atau komulatif peningkatan konsentrasi berdasarkan
skor nilainya dapat digambarkan dengan tabel rekapitulasi sebagai berikut.
Tabel 9. Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
Rata-rata Kelas Pra Siklus/
Kondisi Awal
Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
Skor 110 130 180
Rata rata Skor 27.5 % 32.5 % 45 %
Peningkatan Klasikal
per Siklus
18.1% 38.5 %
Peningkatan Klasikal
Komulatif
63.6 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel rekapitulasi tersebut jika digambarkan dengan grafik maka akan
terlihat sebagai berikut:
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Prosentase Klasikal
Pra Siklus-
Siklus I
Siklus I-Siklus II
Komulatif
Grafik 2. Prosentase Peningkatan Motorik Halus Secara Klasikal
Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II, peneliti
merefleksi tindakan dengan mengambil kesimpulan sementara sebelum penelitian
berakhir sebagai berikut :
Perolehan pra siklus atau kondisi awal sebelum tindakan skor 110 dengan
rata – rata skor adalah 27.5% meningkat di siklus I sebesar skor rata – rata
32.5% yang berarti ada peningkatan skor rata – rata sebesar 5% , dari siklus I
perolehan skor 130 dengan rata – rata skor 32.5% pada siklus II yang berarti ada
peningkatan rata – rata skor sebesar 2.5% , dan peningkatan secara komulatif dari
pra siklus ke siklus II menjadi skor 180 dengan rata – rata skor 45% dengan
peningkatan sebesar 12.5%. Dengan demikian ada peningkatan klasikal per siklus
dari pra siklus ke siklus I sebesar 18.1% dan siklus I ke siklus II sebesar 38.5%.
Sedangkan peningkatan secara komulatif dari pra siklus ke siklus II meningkat
sebesar 63.6%.
Berdasarkan deskripsi perolehan hasil nilai secara komulatif, maka peneliti
merasa bahwa penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah
terjadi peningkatan skor secara individu maupun secara komulatif. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa latihan motorik halus dengan ketrampilankolase
terbukti dapat meningkatkan motorik halus siswa melalui ketrampilan kolase.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II maka
diperoleh jawaban dari apa yang menjadi masalah dalam penelitaian ini.
Sebagaimana diketahui masalah anak tuna grahita salah satunya adalah motorik
halusnya yang kurang optimal. Untuk membantu meningkatkan gerak motorik
halus pada jari – jari tangan siswa dilakukan dengan ketrampilan kolase yang
menekankan pada kegiatan menggenggam tangan, menjimpit, mewarnai,
memotong – motong kulit telur mengelem dan menempel.
Kebaikan atau manfaat yang bisa diambil setelah melakukan
tindakan penelitian melatih anak untuk meningkatkan motorik gerak motorik
halus pada jari – jari anak tunagrahita kelas II SLB –C Shanti Yoga ini antara
lain;kolase mudah dilaksanakan dan tidak membosankan, mengajarkan siswa
untuk memanfaatkan barang bekas yang ada disekitarnya menjadi karya kerajinan
yang menarik, bahan yang diperlukan mudah didapat, pemberian warna pada
kolase menarik perhatian siswa, dengan menempel siswa akan meningkatkan
konsentrasinya.
Kesulitan yang dialami peneliti dalam melaksanakan tindakan ini antara
lain; tidak semua siswa bisa melaksanakan kegiatan latihannya, tidak semua siswa
bisa memotong kulit telur dengan sama besar, tidak semua siswa bisa mengelem
dengan benar dan terkadang siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan
tugasnya sehingga hasil pekerjaannya diselesaikan dalam waktu yang relatif
lama.
Untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam penelitian ini, diambil
tindakan atau cara yang lebih menarik salah satu caranya adalah dengan
memberikan gambar yang menarik, warna yang disukai siswa,memberikan hadiah
kecil pada saat siswa berhasil melakukan pekerjaannya atau menyelesaikan
karyanya dan membuat anak bisa berkonsentrasi dengan memberikan tempat
duduk masing – masing satu siswa satu bangku dan satu meja terpisah dengan
temannya sehingga tidak siswa tidak terus mengawasi pekerjaan kawannya serta
memajang hasil karya kerajinan kolase siswa di dinding kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Secara teknis, penelitian diadakan dengan tahapan – tahapan per siklus.
Pada siklus satu peneliti menerapkan pembelajaran dengan strategi terkendali
dimana guru masih mendominasi kegiatan latihan dan campur tangan dalam
kegiatan serta menyelesaikan kegiatan siswa jika siswa tidak menyelesaikannya.
Strategi tersebut tidak sepenuhnya berhasil memotivasi siswa dalam latihan
kolae, masih ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya sendiri dan masih
keluar masuk kelas semaunya karena menganggap pekerjaannya ada yang
membantu. Peneliti menganggap strategi ini tidak efektif walaupun ada
peningkatan dalam perolehan nilai maupun skornya. Untuk itu peneliti merasa
perlu melakukan tindakan dengan mengadakan latihan kolase dengan membuat
gambar yang menarik, warna yang menarik dan memberikan hadiah jika siswa
berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik pada siklus II.
Setelah menganalisa data yang diperoleh dalam kegiatan latihan dan
merefleksikannya maka peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II dengan
mencari sumber masalah dan mencari pemecahan serta solusi untuk menangani
masalah tersebut.
Pada siklus II ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran secara
demokratis yang membebaskan siswa untuk melakukan kegiatannya dengan
memilih tempat duduk yang disenangi dalam kelas tersebut dan memotivasi,
membuat gambar yang menarik, memilih warna yang menarik dan member hadiah
agar siswa mau melakukan kegiatan latihan motorik halus dan menyelesaikan
tugasnya sendiri tanpa bantuan guru atau peneliti. Kegiatan pada siklus II ternyata
membawa hasil, siswa telah melaksanakan kegiatan latihannya sendiri tanpa
bantuan guru dan latihannya berhasil diselesaikan dengan baik. Ini berarti ada
motivasi siswa dalam pembelajaran yang menjadikan siswa bisa melakukan
latihannya dan memperoleh skor yang meningkat dibanding kegiatan sebelumnya.
Secara keseluruhan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian yang dilaksanakan sebelum tindakan, siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan
perbandingan perolehannya maka penelitian telah berhasil meningkatkan gerak
motorik halus melalui jari – jari tangan yang dilakukan dengan ketrampilan kolase
pada siswa kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas II SLB – C
Shanti yoga yang mengalami kesulitan dalam gerak motorik halus , terutama pada
jari – jari tangannya, dapat diambil kesimpulan bahwa kolase dapat meningkatkan
gerak motorik halus pada jari – jari tangan siswa tunagrahita ringan kelas II SLB –
C Shanti Yoga Klaten tahun Pelajaran 2008 / 2009.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan yaitu “Ketrampilan kolase dapat
meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari tangan anak tunagrahita ringan
kelas II SLB –C Shanti Yoga Klaten” terbukti kebenarannya.
B. Saran
Bagi guru yang mengajar siswa tunagrahita ringan tingkat dasar,
ketrampilan kolase dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran
untuk melatih dan meningkatkan gerak motorik halus pada jari- jari tangan anak
tunagrahita ringan.
Agar siswa memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan kolase, guru
dapat memotivasi, memberi penguatan dan apresiasi terhadap keberhasilan siswa.
Siswa kelas II SLB - C yang telah melakukan latihan gerak motorik halus
pada jari – jari tangannya supaya lebih mengoptimalkan latihannya dengan cara
lebih memperbanyak latihan secara rutin dan siswa tunagrahita ringan yang belum
melakukan latihan kolase sebagai cara untuk meningkatkan ketrampilan motorik
halus bisa melakukan latihan kolase.
Bagi kepala sekolah mendukung kegiatan peningkatan motorik halus siswa
tunagrahita dengan memberikan fasilitas penunjang berupa sarana dan prasarana
yang diperlukan.