PENGARUH ISRA'IUyyAT TERHADAP TAFSIR ATASAYAT TENTANG PENCIPTAAN ADAM
oCe/i:
N"r"l Hendra(1983514904)
JURUSAN TAFSIR HADISFAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
DIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1426 H / 2005 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang beIjudul PENGARUH ISRA'ILIYYAT TERHADAP TAFSIR
ATAS AYAT TENTANG PENCIPTAAN ADAM telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pacta
tanggaI 4 Juli 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar saIjana program strata satu (SI) padajurusan Tafsir Hadits.
Jakarta, II Juli 2005
Sidang Munaqasyah :
Ketua merangkap anggota,
Drs. Hamid Nasuhi, MANIP. 150241817
Dra. . afi MANIP. 150227408
Sekretaris merangkap anggota,
~~;" . Drs. Bustamm
NIP. 150289320
Anggota:
./
PENGARUH ISRA.'ILIYVA.T TERHADAP TAFSIR ATAS AVATTENTANG PENCIPTAAN ADAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Smjana
Oleh:
NURUL HENDRANIM:1983514904
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I,
~ q (\
....yi
r. Hj. NUT Rofiah Drs. Zai
Jurusau Tafsir HadisFakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif HidayatullahJakarta
1426 H 12005 M
Pembimbing II,
, = a
'--' = b
..::.> = t
..::., =ts
(. = J
C =)}
t =kh
~ = d
~ = dz
J = r
J =z
if = S
J =sy
if' =sh
,f =dl
..b = th
\..J<> = zh
l -,l =gh
PEDOMAN TRANSLITERASI
....., = f
...., = q
:.l = k
J =
i = ill
J = n
J = w
• = h
~ =
1$ = y
Untuk Madd dan Diftong
a =a panjang
I =i panjang
u = u panjang
,1$' = ay
I$J = iy
KATAPENGANTAR
Puja dan puji hanyalah milik Allah, hanya Dialah "al-Ilah al-Ma 'bUd (Dzat
yang hak untuk diibadahi), dan hanya Dia pula satu-satunya Dzat yang patut ditakuti,
sebab Dialah Rabb semesta alam, ai-Malik (penguasa) dan al-Mudabbir (pengatur).
Shalawat dan salam sejahtera semoga Allah SWT limpahkan kepada
qudwah/uswah kita Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan
seluruh hamba Allal1 yang gigih memperjuangkan risalah Islam.
Kemudian melalui tulisan ini penulis menyampaikan bahwa di tengah-tengah
IUsaknya ummat manusia yang telah jauh meninggalkan nilai-nilai al-Qur'an dan
Hadis, maka dengan hadirnya karya ini dapat memperjelas tentang sebuah hakikat
proses penciptaan manusia yang penuh dengan misteri dan yang tidak akan pernah
kering untuk dikaji dan ditelaah.
Salah satunya adalah dengan memahami bagian dari al-Qur'an itu sendiri
yaitu tentang kisah-kisah yang tereantum didalamnya. Adapun karya ilmiah penlliis
ini lebih tertuju pada kisah Adam dan pasangannya yang mengandllng begitu banyak
hikmah pelajaran yang dapat diambil melalui kisah tersebut.
Begitu beragamnya pemahaman tentang hal ini sehingga dapat memperkaya
terutama wawasan kita dalam memahami kisah Adam. Harapan yang penulis lakukan
ini mungkin dapat melengkapi terhadap pemahaman kisah tersebut.
III
Dalam benak penulis pernah muneul sebuah pernyataan "Bahwa karena
Adam lah yang menyebabkan manusia turun ke bumi" yang seharusnya keturunan
(Bani Adam) menetap di surga dengan berbagai kenikmatan didalamnya. Seakan
akan pemyataan tersebut menyalahkan Adam dan pasangannya. Pernyataan ini
mungkin juga pemah muneul di benak anda.
Firman Allah SWT dalam al-Qur'an dengan tegas dan singkat ketika
menjawab pernyataan malaikat mampu membungkam keraguan tersebut ketika awal
penciptaan seorang khalifah akan diciptakan. Innf a'lamu ma la ta' lamiin
(Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) QS. al-Baqarah/2:30.
Dari ayat tersebut jelas Allah SWT mempertaruhkan salah satu nama-Nya yaitu sifat
Maha Mengetahui dari makhluk-makhluk-Nya termasuk manusia di dalamnya.
Di tengah-tengah pemahaman yang kering terhadap penjelasan yang
memenuhi standar ilmiah penulis meneoba melakukan penelitian pengaruh
Isra'Iliyyat serta melalui kajian keagamaan dan sedapat mungkin meneantumkan
data-data tentang peneiptaan asal muasal manusia yang dipahami sebagian manusia
terutama ummat Islam bahwa Adamlah manusia pertama tersebut.
Melalui kisah inilah kita harus sadar betul bagaimana Adam dan pasangannya
telah terbuai oleh bisikan ibJis yang menyebabkan keduanya mendapat teguran dari
Allah SWT. Sisi sifat manusiawi tergambar melalui kisah ini sehingga manusia tidak
mungkin akan terjerambab pada kesalahan untuk yang kedua kalinya.
IV
Pada akhimya penulis menyampaikan ueapan terima kasih yang seluas
luasnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas skripsi inL
Berikut ini adalah orang-orang yang telah berjasa membantu baik seeara
langsung maupun seeara tidak langsung:
I. Bapak Dr. Amsal Baehtiar, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
2. Bapak Drs. Zahruddin AR,MMsi, selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan
Bapak Drs. Bustamin, MBA., Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis serta semua
pihak-pihak Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah membantu
kelanearan administrasi dan birokrasi.
3. Bapak Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., yang pada awalnya beliaulah
yang seharusnya memberikan bimbingan terhadap skripsi inL Namun
karena kesibukan beliau akhirnya skripsi ini mendapat bimbingan Ibu Dr.
Nur Rofiah, MA., Selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Zainal Arifin Z,
MA., Selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu
memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti demi
tersusunnya skripsi ini.
4. Kepada para dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
penulis berada di karnpus tereinta terutama kepada; Drs. H. M. Nadjid
Muehtar, MA; Drs. H. Lamingi Lam Tamdid, MA; Prof.Dr. Hj.
Musyrifah Sunanto; Prof.Dr.H.Hamdani Anwar; Dr. H. Kautsar Azhari
Noer, serta semua para dosen yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
v
persatu semoga Allah swt membalas pengabdian dan dedikasinya selama
ini. Amin
5. Staff pegawai Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah, Staff
Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat dan staff Perpustakaan Umum Iman
Jama JI. Raya Pasar Jum'at Jak-Sel.
6. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Ojunaidi dan Ibunda tercinta
Asmi dan keluarga besar penulis. Kakak, Adik yang tiada henti-hentinya
memberikan do'a untuk memberikan semangat hidup dalam mencapai
kesuksesan.
7. Keluarga Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiclayatullah
Jakarta terutama ternan-ternan aktivis TH 0'98 yaitu: Oicli Junaidi,
Munandar, Arif Rahman, Jaenal Apian, Alunad Fauzi, Zulman Haris,
Fuad Munajat, M. Isnaini dan semua ternan-ternan satu college TH'O
yang sekarang telah meninggalkan jauh penulis terima kasih buat kalian
semua semoga kita dipertemukan kembali di lain kesempatan.
Jakarta, Juni 2005
Penulis
DAFTARISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ;............................... 1
I<:ATA PENGANTAR . ii
DAFTAR lSI vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. L'atar BeJakang masaJah ..
B. Tujuan PeneJitian JJ
C. Pembatasan dan perumusan masaJah 1J
D. Metode PeneJitian 12
E. Sistematika PenuJisan 14
BAB n. PERAN ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR ATAS
KISAH-KISAHAL-QUR'AN ~............................... 16
A. Definisi IsraiJiyyat J6
B. Sejarah IsraiJiyyat daJam Penafsiran aJ-Qur'an 21
C. Definisi Kisah 26
D. Maksud dan Tujuan Kisah dalam aJ-Qur'an 31
BAB m. PENCIPTAAN ADAM MENURUT TAURAT,
INJIL, DAN AL-QUR'AN 39
vi
vii
A. Kisah Penciptaan Adam Menurut Taurat 39
B. Kisah Penciptaan Adam Menurut Injil 43
C. Kisah Penciptaan Adam Menurut AI-Qur'an 48
BAB IV. PENGARUH ISRAILIYYAT TERHADAP TAFSIR
ATAS AYAT TENTANG PENCIPTAAN ADAM 52
A. !;Iadis-hadis Seputar Penciptaan Adam 52
B. Tafsir Atas Ayat tentang Penciptaan Adam 57
C. Pengaruh Israiliyyat Terhadap Tafsir atas
Ayat tentang Penciptaan Adam 77
BAB V.. PENUTUP 85
A. Kesimpulan .. 85
B. Saran-saran 87
DAFTAR PUSTAKA 89
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an banyak mengungkapkan cerita-cerita, terutama kisah-kisah para Nabi
dalam aI-Qur'an sebagai bagian penting dari aspek agama. Dengan kata lain kisah
yang terdapat dalam al-Qur'an bukan hanya berupa aspek seni yang tersendiri dalam
topik dan alur ceritanya, sepelti kisah seni yang bebas, namun kisah dalam al-Qur'an
terikat dalam tujuan agama di mana ia menunjukkan dasar dakwah atau menyeru
kepada ttuuan agama ini. Sesuai dengan keterikatan ini, maka kisah-kisah tersebut
tidak terfokus pada nilai seni. Karena mustahi! bagi seorang penulis untuk
memfokuskan seninya terhadap suatu propaganda dan pada saat yang sarna ia
menghasilkan seni. 1
Menurut Ahmad Bahjat, ketentuan tersebut tidak berlaku dalam kisah-kisah al-
Qur'an. Seluruh manusia akan dibuat tercengang olelmya. Betapa tidak, pada saat
berhadapan dengan suatu kisah yang langsung mengajak untuk mengikuti sesuatu,
maka pada saat yang sarna ia merupakan karya seni yang mengagumkan. Barangkali
inilah isyarat pertama tentang keunggulan al-Qur'an dan bahwa ia memang benar
benar berasal dari Allah swt.2
I Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah, (Jakarta: Lentera, 2002), cet. ke-I, h. 252 Ibid
I
2
Berdasarkan kondisi spesifiknya, Khatibul Umam mengatakan bahwa al-Qur'an
tidak dapat dikatakan sebagai sebuah karya sastra karena ia bukan ciptaan Nabi
Muhammad oleh karena itu aJ-Qur'an tidak bisa diukur dengan ukuran-ukuran kritik
sastra dan penelitian ilmiah yang biasa diterapkan untuk karya sastra manusia.3
Namun demikian, menUlut Muhammad Abduh al-Qur'an dalam
memperbincangkan kisah-kisalmya jarang bersifat historis dalam arti
mengungkapkannya dalam kapasitasnya sebagai fakta historis. Hampir selamanya ia
bertujuan hendak memberikan suatu pengertian moral atau filosofis yang sifatnya
universa1.4 Oleh karena itu kisah-kisah aI-QuI" an tidak disusun berdasarkan
kronologi peristiwa yang sebenarnya, melainkan disesuaikan dengan tujuan kisah dan
keadaan jiwa Nabi Muhammad di saat beliau menerima wahyu. 5
Kisah Adam dan pasangannya dalam kitab suci al-Qur'an misalnya, cenderung
dipersepsikan oleh sebagian besar muslim sebagai pengungkap sej arah tentang asal
usul manusia di bumi. AI-Qur'an sesungguhnya tidak memiliki preseden menjadi
buku sejarah sepelii apa yang dipahami oleh kaum agamawan terhadap kitab suci
sebelumnya. Apalagi menempatkan aI-QuI"an sebagai bukti atau fakta sejarah yang
ikut campur tangan terhadap ketetapan Tuhan.
J Khatibul Umam, Aspek-aspek Sastra da/am a/-QuI' 'a/1, (Jakarta: Departemen Agama RI,1999), h. 9
4 Muhammad Iqbal, Pembangllna/1 Kembali A/am Pikiran Is/am, (terj.) Usman Ralibi,(Jakarta: Bulan Bintang, tth.) h. 127
5 Muhammad Rasyid Rida, Taftir A/-ManaI' (Kairo: Muhammad Ali Syabih wa Auladuh, tth.)Jilid I, h. 327
3
Kisah Adam dan pasangannya sangat berkaitan sekali dengan pemahaman
muslim tentang eksistensi manusia di bumi. Dalam perspektif al-Qur'an dan visi
spiritual Islam, konsep ini telah lama mengalami kemacetan dan membeIenggu
sehingga untuk mendobrak tabir tersebut kita perlu daya terobos psikologis yang kuat
atau phyehologieal strieking force meminjam istiIah Nurcholis Madjid, supaya dapat
keluar dar! kemeIut mitos masa Ialu yang teIah diterima dengan sangat solid.
Perspektif hermeneutika aI-Qur'iin memperIihatkan perbedaan yang cukup jauh
antara realitas sejarah dan mitos-mitos masa lalu tentang Adam dan pasangannya
dengan penjelasan versi al-Qur'an.
ApabiIa dihubungkan ternyata kontemplasi filosofis al-Qur'an sangat dalam
ketika mengungkap sesuatu di balik penciptaan manusia di bumi yang penuh dengan
tantangan dan pertentangan. Konteks inilah sesungguhnya yang menjadi fokus al..
Qur'an, yakni mengajak kaum muslim untuk merenungi hakikat penciptaan dirinya
sebagai suatu anugerah yang sangat agung dan mulia.
Dalam kisah Adam dan pasangannya muncul pertanyaan, apakah Adam dan
pasangmmya sebagai nenek moyang atau manusia pertama? Benarkah kisah Adam
dan pasangannya itu hanya sebatas cerita rakyat yang tidak dibukukan dan diwariskan
secm'a turun tel11urun hingga saat ini? Dan l11asih banyak pertanyaan-pertanyaan yang
lain. Argul11entasi kritis malaikat misalnya, memang patut untuk dicermati tentang
pengutusan manusia sebagai Khalifah jil ardli. Hal ini bukanlal1 bentuk
pel11bangkangannya terhadap Tuhan melainkan kekuatiran terhadap l11anusia yang
mempunyai nafsu dan suka menul11pahkan darah. Kekuatiran malaikat ini terbukti
4
dengan kondisi masyarakat sekarang yang dililit dengan era modernisasi serta
fenomena kapitalisme yang mengubah irama batin manusia menjadi serakah
mengeksploitasi alam secara bebas tanpa memikirkan generasi selanjutnya.
Pemberian akal sekaligus nafsu terhadap manusia telah diimbangi dengan
pemberian agama sebagai penyeimbang oleh Tuhan. Akibat akal berupa ilmu
pengetahuan' dan teknologi yang dipadu dengan nafsu menjadikan manusia memiliki
derajat yang sarna rendah dengan binatang yang hanya memakai instink alamiah
untuk memenuhi kebutuhan biologis semata, yakni makan dan berketurunan. Namun
penggunaan potensi akal yang dibentengi oleh inspirasi wahyu (agama) menjadikan
manusia lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Tetapi tidak
semua manusia menyadarinya, bahkan menyia-nyiakan kemampuan ini sampai akhir
hayatnya. Pilihan itu diserahkan kepada manusia itu sendiri dan satu hal yang harus
diingat bahwa semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
AI-Makin berpendapat bahwa paradigma kisah Adam dan pasangalUlya
umumnya tergambar dalam perspektif kepercayaan masyarakat masa lalu dan masih
banyak dikemukakan dalam cerita masyarakat umumnya, yalmi pemahaman tentang
kisah Adam dan pasangannya hanya dalam pengertian pada sasaran siapa manusia
pellama, bahkan masih ada sampai sekarang ini. Kisah tersebut terangkum dalam
suatu kompilasi belUpafolklore (dongeng) yang telUs diwariskan dalam masyarakat,
tentang legenda asal-usul manusia. Legenda historis tersebut minim penjelasan
sehingga banyak diperkaya oleh praduga yang dilingkupi oleh mitos-mitos. Corak
semacam ini telah diterima secara umum di masa lalu dan sempat berlangsung dalam
5
masyarakat begitu lama. Karena legenda ini berkembang demikian lama dalam
masyarakat, maka kisah ini akhimya menjadi sebuah cerita yang abadi dan akhirnya
legenda ini amat menggugah perasaan seluruh masyarakat.6 Siapa manusia pertama,
folklore dan legenda asal usul manusia adalah kata kunci dalam kisah ini. "Manusia
pertama" adalah isu sentral yang berusaha dibeberkan dengan menggunakan istilah
Irwandar demitologisasi. Apakah benar kisah Adam dan pasangannya selalu merujuk
pada "legenda asal-usul manusia"? Mungkinkah kisah itu hanyafolklore belaka? Jadi
perlu ada cara bam menceritakan kisah tersebut.
AI-Qur'iin berisi banyak kisah. Ada yang berhubungan dengan kisah para Nabi
dan lainnya seperti kisah Ashhiibul Kahfi, Dzulkamaen dan kisah seorang laki-Iaki
yang melewati suatu kampung yang telah hancur kemudian berkata: "Bagaimana
Allah akan menghidupkan kampung setelah hancur begini?"
Bila meneliti kitab-kitab Taurat dan Injil, tampak terlihat bahwa kedua kitab
suci itu juga memuat banyak kisah yang sama seperti terdapat dalam al-Qur'iin,
terutama kisah-kisah yang berkaitan dengan para Nabi, walaupun terdapat perbedaan-
perbedaan besar atau kecil. 7
Orang-orang dahulu tidak memasukkan sedikit pun ke dalam legenda-Iegenda
mereka di seluruh pelosok dunia bahwa asal manusia adalah sesuatu yang selain
manusia pertama (Adam). Kenyataannya, sebelum Adam bumi telah dipenuhi dengan
berbagai jenis makhluk hidup berupa hewan-hewan, burung-burung, reptiJ, amphibi,
6 Irwandar, Demilologisasi Adam dan Hawa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Press, 2003), eet. f., h. I I7 Muhammad Husein adz-Dzahabi, Penyimpangan-penyimpangan dalam Penaftiran ai
Qur·iin. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), ed. f., eet.4., h. 21
6
dan binatang-binatang air. Namun, sebelum Adam bola bumi tidak menyaksikan
l11akhluk berakal yang mel11bangun dan menjadi tugas (mukallqf) dari Allah swt untuk
mel11akmurkan bUl11i dan penghuninya selain satu l11akhluk yang bernama jin. Tetapi
tidak diketahui secara meyakinkan berapa tahun mereka memakmurkan bumi
sebelum Adam. Selain yang disebutkan di dalam riwayat-riwayat lemah yang
dinisbatkan kepada Abdullah bin Amr bin al-'Ash. Dia berkata, "Jin diciptakan pada
masa dua ribu tahun sebelum Adam.8
Proses penciptaan Adam sebagai khalifah sesuai firman Allah swt yang tertera
dalam QS. al-Baqarahl2:30:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Akuhendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akanmembuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasabertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. AIBaqarah/2: 30)
Muhammad Isa Dawud mempunyai penjelasan terhadap ayat di atas sebagai
berikut:
Pada masa dua ribu tahun sebelum penciptaannya, mereka membuat kerusakandi muka bumi dan menumpahkan darah. Maka Allah mengirim bala tentara dari
, Muhammad Isa Dawud, Para Penghuni Bumi Sebelum Kila, (Bandung: Pustaka Hidayah,2003), cet. X., h. 85-86.
7
golongan malaikat. Para tentara itu memukul dan melempar mereka ke dalampulau-pulau di lautan. Maka ketika Allah berfirman: "Sesunggufmya fitu fietufatmenciptafign tfiafijafi eli muta 6umi". :Merefig 6erfigta, ":Mengapa ''Engtau fietufatmenjaelifign (tfiafijafi) eli 6umi itu orang yang mem6uat fi.§rusafign paaanya aanmenumpalitan aarafi... "Dan seterusnya." Selanjutnya dia mengatakan, "Allah swtberfirman, "Sesunggufinyafitu mengetafiui apa yang tid'atfigmu fi.§tafiui". 9
Muhammad Abduh dalam Taftir Juz 'Amma-nya telah memulai bahwa sebuah
kisah mengandung berbagai hikmah, demikian pula ar-Razi ketika melihat apa yang
dikatakan oleh penduduk Makkah termasuk di dalamnya kauill musyrik ketika
memahami bahwa kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur'an hanyalah mitos
belaka.'o Pemyataan Muhammad Abduh sebenarnya lebih mempertegas pandangan
ar-Razi yang mengatakan: "Adanya batang tubuh kisah dan persoalan lain di luar
kisah yang ada kaitannya dengan kisah. Batang tubuh kisah bukanlah maksud
dikisahkannya sebuah kisah akan tetapi maksud sebenarnya adalah pelbagai
bimbingan dan petunjuk keagamaan serta moral." Hal tersebutlah yang menjadi
pijakan pemikiran kedua penafsir klasik (meminjam istilah Muhammad. A.
Khalafullah) tersebut bagaimana sebuah kisah harus dipahami sebagai ibrah, moral
lesson, bukan sebuah data historis yang harus dicocokkan dengan penelitian yang
terus berkembang. AI-MaraghI tidak ketinggalan pula selalu menekankan ibrah
dalam setiap penjabaran sebuah kisah. Aisyah Abdurrahman Bint Shati' penafsir
9 Ibid.10 Muhammad A, Khalafullah, AI-QuI' 'an Bukan Kitab Sejarah; Seni. Sasll'a dan Moralilas
dalam Kisah-kisah al-Qur'an, (terj.) Zuhairi Misrawi & Anis Maftukhin (Jakarta: Paramadina, 2002),h, 137-145
II Ibid, h, 138
8
wanita pun mendukung bagaimana memberi komentar sebuah kitab suci harus
dengan ukuran kitab suci tersebut. 12
Di dalam kitab PeIjanjian Lama, kisah yang merupakan sebuah drama kosmis
itu terdapat da!am Kitab Kejadian (Yunani: Genesis, Arab: Takwin), yaitu bagian
pertama dari kitab suci Yahudi dan Kristen, Rukun iman mewajibkan setiap orang
muslim untuk percaya dengan kitab suci selain al-Qur'an meliputi pula TaUI'at, Zabur,
dan Injii. Ketiga kitab suci selain al-Qur'an ini oleh agama kristen dirangkum
menjadi satu dalam dua bagian yaitu Peljanjian Lama dan Peljanjian Baru, Tetapi
Nabi saw memperingatkan agar dalam berhubungan dengan kaum Ahli Kitab (dalam
hal ini Yahudi atau Kristen) berkenaan dengan masalah agama, kaum muslim diminta
untuk tidak langsung membenarkan atau mendustakannya sebab menurut Nabi saw
boleh jadi kita membenarkannya tapi temyata keliru, dan boleh jadi kita
mendustakannya namun temyata benar. 13
AI-Qur'an dalam mengemukakan kisah-kisah para Nabi, misalnya menampilkan
pola yang berbeda dengan pola TaUI'at dan Injil. AI-Qur'an hanya mengambil bagian-
bagian kisah yang membawa pesan dan tidak mengungkapkan permasalahannya
seCaI'a terinci. Al-Qur'an tidak menyebutkan saat dan nama negeri tempat teljadinya
peristiwa tertentu dan juga biasanya tidak menyebutkan nama-nama tokoh yang
berperan dalam peristiwa tersebut.
J2 Irwandar, op,cil" h,I3"Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban; Membangun Makna dan Relevansi Daklrin
Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 2000) ceUI., h,145- I46
9
Manusia ditinjau dad ajaran Islam merupakan ciptaan Allah swt, yang paling
sempuma dibandingkan dengan makhluk lain. Di antara sekian banyak makhluk,
manusialah yang terpilih sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, maka ia diciptakan
dalam bentuk sebaik-bailmya, QS.at-TInl95:4, QS.al-A'raf!7:11 dan QS. Mursalat/77:
23. Karena manusia adalah ciptaan, maka ia harus selalu berhubungan dengan sang
pencipta.
Penciptaan manusia pada dasamya terdiri dari dua tahapan. Pertama, penciptaan
awal manusia yang diyakini bermula dad diciptakannya Adam di muka bum!. Kedua,
penciptaan sesudah penciptaan awal tersebut yaitu reproduksi manusia.
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan kekuasaan-Nya. Di
kabarkmmya penciptaan manusia dari tanah kepada para malaikat merupakan
kehormatan pertama yang diberikan Allah kepada manusia. Pemberitahuan ini adalah
kelebihan dan karunia besar dari Allah untuk manusia. Apalagi setelah itu Allah
memerintahkan kepada malaikat bahwa mereka harus bersujud kepada Adam.
Mungkin semua orang akan terdorong dalam imajinasi ketika mulai bicara
tentang kisah Adam dan pasangannya. Orang pada umumnya, bila disebutkan nama
Adam dan pasangannya cenderung membayangkalmya sebagaimana terdapat dalam
kisah dan legenda kehidupan manusia masa lalu, yakni kehidupan yang hanya ada
sepasang manusia yang hidup dalam suasana kesederhanaan, kesunyian dan
kehampaan. Imajinasi semacam ini inheren dengan kondisi lingkungan kehidupan di
masa lalu di bumi yang jauh dari suasana hiruk pikuk dan dari berbagai bentuk
aktivitas kehidupan manusia. Dapat dibayangkan pada masa lalu, zaman di mana
10
Adam dan pasangannya hidup, dunia seolah-olah vakum karena belum ada
masyarakat dan obyek-obyek dptaan manusia sebagai hasil dari kebudayaannya.
Gambm'an semacam ini akan melekat dalam memori pikiran kita ketika memahami
kisah Adam dan pasangannya, Pada umumnya mereka dipahami oleh semua
masyarakat manapun sebagaimana cerita dan legenda masa lalu yang masih
berkembang sampai sekarang ini, Realitas pemahaman masyarakat semacam ini,
umumnya dilandasi oleh perspektif sederhana tentang makna kontemplasi yang
tertuang dalam kitab-kitab sud tentang kisah Adam dan pasangannya. 14
Di tengah perdebatan pendapat tentang apakah Adam merupakan manusia
pertama atau bllkan dan tidak adanya suatu ayat dalam al-Qur' an yang tegas
mengatakan bahwa Adam merupakan manllsia pertama atau bukan, seharusnya
langkah yang hm'us dilakukan adalah merujuk kepada sumber kedua yaitu hadis Nabi
yang salah satllnya secara tegas mengatakan:"An-nas kulluhum min Adam wa Adam
min furab (semua manusia berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah) , Dalam
hal ini tentunya dapat dipahami bahwa jika semlla manusia berasal dari Adam dalam
artian merupakan ketllrunan Adam, maka tidak ada manusia yang hidup sebelumnya
seperti dikatakan sebagian pemikir dan Adam adalah manusia pertama. Adapun
mengenai masalah evolusi itu merupakan hak otoritas Allah semata.
Berkaitan dengan uraian di atas, penulis ingin mengllak lebih jauh tentang
"Pellgaruh Isra'lliyyat Terhatlap Tafsir atas Ayat telltallg Pellciptaan Adam".
,., !rwandar, Op.cil., h. 27
II
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
I. Mengungkap sekaligus membandingkan kisah Adam dan Pasangannya
(Hawa) menurut kitab Taurat, !nji! dan al-Qur'an.
2. Mereinterpretasikan dan mengaktualkan kembali kisah tersebut kepada
masyarakat tanpa dipengaruhi !sra'Iliyyat
3. Mendusuri sejauh mana pengaruh !sra'Iliyyat terhadap tafsir tentang kisah
Adam dan Pasangannya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini hanya pada ayat QS. AI-Baqarah/2: 30-39
mengingat kisah ini juga terdapat pada surat lain yang terkesan diulang-ulang,
walaupun sebenarnya tidak dan penulis meneliti pengaruh !sra'Iliyyat terhadap kisah
tersebut serta sejauh mana kitab Taurat dan !nji! menyusup melalui penafsiran kisah
Adam. Dari latar belakang permasalahan di atas, maka pembahasan yang akan
ditelaah dalam penelitian ini adalah :
I. Apakah penafsiran kisah Adam dan pasangannya telah dipengaruhi
!sra'Iliyyat ?
2. Bagaimana kitab-kitab suci seperti Taurat, !njil dan al-Qur'an
menjelaskannya?
3. Bagaimanakah al-Qur'an dan Hadis memaparkan kisah tersebut?
4. Bagaimana para mufassir menafsirkannya?
12
D. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan
beberapa data-data yang berkaitan dengan permasalahan kemudian membahas dengan
jelas menur~t para ahli seeara deskriptif-analitis. Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research) dengan obyek utama pene1itian ini adalah
mushaf ai-QuI' 'an/5• Adapun langkah-Iangkah yang ditempuh dalam penelitian ini
adalah peneliti membuat deskripsi seeara sistematis, [aktual, dan akurat mengenai
[akta dari data-data yang ada.
Kemudian melaJui data-data yang telah dideskripsikan penulis menganalisa
menurut isinya. Maim dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis isi (content
analysis) yang telah dikemukakan oleh para pakar berkaitan dengan permasalahan
serta menganalisa makna yang terkandung dalam data yang dihimpun melalui
penelitian kepustakaan. Dengan demikian jelaslah bahwa jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan.
Kemudian langkah penulis yang harus ditempuh adalah menjadikan Alkitab
sebagai bahan perbandingan. Anda barangkali memiliki Alkitab terjemahan Indonesia
terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Sekarang biasanya Alkitab dieetak sebagai satu
buku saja, yang meliputi dua jilid. Jilid I berjudul: Kitab Suei Peljanjian Lama; Jilid
15Mushafal-Qur'an yang digunakan adalah at-Qur'an dan Teljemahnya Kitab suei al-Qur'anDepartemen Agama Republik Indonesia, (Semarang: CV. TOHA PUTRA SEMARANG, 1989)
13
II beljudul: Kitab Suci Perjanjian Baru. Kitab suci disebut peljanjian karena berisikan
perjanjian Allah dengan manusia. Dalam Alkitab diceritakan dan dipikirkan hal ihwal
peljanjian itu, yaitu Allah dan manusia, setia dan atau tidak setia pada perjanjian itu,
bagaimana peljanjian itu terlaksana atau tidak terlaksana. 16
Ketika membuka Perjanjian Baru anda terlebih dahulu berjumpa dengan empat
karangan cukup panjang yang disebut llijil. Karangan-karangan yang berjumlah
empat itu sebagian besar berupa cerita-cerita. Cerita-cerita itu langsung mengenai
Yesus ketika hidup di dunia, karya-Nya, wejangan-wejangan dan nasib-Nya. Semua
Injil itu berhenti dengan berita atau cerita tentang Yesus yang menampakkan diri
setelah wafat disalib dan bangkit dari dunia orang matL I? Sebagai paradigma untuk
memahan1i kitab suci tersebut penulis melihat karya Maurice Bucaille La Bible, Le
Coranet La Science. /8
Penelitian ini didasarkan pada referensi primer, yaitu buku-buku yang
berhubungan dengan pembahasan tersebut serta beberapa kitab tafsir yang menjadi
rujukan penulis yang berkaitan dengan permasalahan. Adapun kitab-kitab tafsir yang
dijadikan rujukan adalah Taftfr Ibn Katsfr, 19 Taftfr al-Maraghf,20 Taftfr al-
16 C. Groenen, Pengantar ke dalam Pe/janjian Lama, ( Yogyakarta: Kanisius, 1992), h.IO17 C. Groenen, Pengantar ke dalam Peljanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), h.1218 Maurice Bucaille, Bibel, Qur'an dan Sains Modern, (lerj.) H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), Cet. 12.19 Abu al-Fida' Isma'lI Ibn Kats1r al-QurasyT al-DamsyiqT, Taftir Ibn Katsir, Beirut: Dar al
Kutub al'llmiyah, 2000. Kitab tafsir ini dijadikan rujukan untuk mencari hadis-hadis yang berkenaandengan lopik yang sedang dibicarakan. Ia lermasuk mufassir yang cukup selektif dalam mengutiphadis. Ia jal'ang mengutip hadis yang kualilasnya lemah, kalupun ia mengulipnya maka ia akanmemberikan komentar tenlang kualitas hadis tel'sebut. Ia juga tel'masuk mufassir yang cukup ketatdalam memasukkan cerita-cerita Israiliyyat dalam kitab tafsirnya.
20 Ahmad Musthafli al-MaraghT, Taftir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, 1973. Kitab inidigunakan untuk mengetahui munasabah atau keterkaitan suatu ayat dengan ayat sesudah ataupun
14
Qurlhubl,21 Taft!r alh-Thabiiri,22 Taftir Jalalayn,23 Taft!r Nurul Qur'i'in,24 Taft!r Fi
Zhilalil Qur'i'in25 dan Taft!r al-Mishbi'ih26 dan kitab tafsir lainnya, serta beberapa
referensi sekunder yang berkaitan dengan permasalahan.
Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk kepada buku Pedoman
Penulisan Skripsi; Tesis dan Diserlasi UIN SyarifHidayalullah Jakarta tahun 2002.
E. Sistematika Penulisan
Agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap dan menyeluruh, skripsi ini di
tulis dengan menggunakan sistematika pembahasan sbb:
sebelumnya. Di samping itu kitab ini juga menjelaskan secara terperinci makna mufradat atau kosakata, dan dilanjutkan dengan uraian yang menyeluruh.
21 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh ai-Ansari al-Khazraji alAndalusi adalah seorang alim yang mumpuni dari kalangan ulama Maliki. la mempunyai banyakkarangan dan yang paling terkenal adalah kitabnya dalam bidang tafsir, al-Jami' Ii ahkamil Qur'an. Didalam tafsimya ini Qurthubi' tidak membatasi diri pada pada ayat-ayat hukum semata, tetapi jugamenafsirkan Qur'an secara menyeluruh.
22 Muhammad bin Jarir bin Yajid bin Khalid bin Kasir Abu Ja'far at-Tabariat-Tabari, berasaldari Amol, lahir dan wafat di Baghdad. Dilahirkan pada 224 H dan wafat pada 310 H. la adalahseorang ulama yang sulit dicari bandingnya, banyak meriwayalkan had is, luas pengelahuannya dalambidang penukilan dan pentarjihan (penyeleksian untuk memilih yang kuat) riwayat-riwayat, sertamempunyai pengetahuan luas dalam bidang sejarah para tokoh dan berila umat terdahulu. Salah satukaryanya adalah Jami 'ul bayanfi Taftiril Qur 'an.
2J Ahmad ash-Shawi al-Maliki, Hasyiah al-'Allamah ash-Shawi 'ala Taftir al-Jalalayn,(Indonesia: Dar al-'Ulum, t.th.)
24 Allamah Kamal Faqih Imani lahir pada tahun 1934 di kota Isfahan, memperdalami ilmuilmu agama di hawzah ilmiyah Isfahan di bawah bimbingan Ayatullah Mujahidi Tabrizi, AyatullahSulthani, Ayatullah Abduljawad Isfahani, Imam Khomeini, Ayatullah Borujerdi, dan AllamahThabathaba'i.
25 Syahid sayid Qutub tokoh Ikhwanul Muslimin yang didirikan asy-Syahid Hasan al-Banamerupakan tokoh yang menemui ajalnya sebagai syahid salah satu karyanya adalah Taftir Fi ZilalilQllr'an.
26 Muhammad Quraish Shihab seorang ulama dan cendekiawan muslim Indonesia yangdikenal ahli dalam bidang tafsir al-Qur'an lahir di Rappang, Sulawesi Selatan dikenal sebagai mufassirdi Indonesia Karya-karyanya dalam bidang tafsir antara lain: Taftir al-Amanah (1992), Taftir alQur'an ai-Karim (1997), Hidangan Jlahi Ayat-ayat Tahlil (1997) dan Taftir al-Misbah (2000) dll.
15
Bab I bempa pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan penelitian,
pembatasan dan pemmusan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II membahas tentang peran Isra'Iliyyat dalam tafsir atas kisah-kisah al
Qur'iin, bab ini meliputi empat sub bab yaitu: Definisi Isra'Iliyyat, sejarah munculnya
Isra'Iliyyat dalam penafsiran al-Qur'iin, pengertian kisah, maksud dan tujuan kisah
dalam al-Qur'an.
Bab III berisi tentang penciptaan Adam menurut Taurat, Inji! dan al-Qur'an.
Bab IV berisi sejauh mana pengamh Isra'Iliyyat terhadap tafsir atas ayat tentang
penciptaan Adam, ditinjau melalui hadis-hadis Nabi saw., serta penafsiran tentang
ayat Penciptaan Adam.
Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan serta saran-saran diakhiri
dengan daftar kepustakaan.
nAnn
PERAN ISRA'ILIYYAT DALAM TAFSIR
ATAS KISAH-KISAH AL-QUR'AN
A. Definisi Isra'i1iyyllt
Isra'rliyyat berasal dari bahasa Ibrani Isra berarti hamba dan El berarti Tuhan.
ladi Israel secara harifiyah berarti hamba Tuhan. Kata Isra 'fliyyat adalah bentuk
jamak dari kata Isra 'fliyyah yang berarti kisah yang diceritakan dari sumber-sumber
Israili. Isra'lliyyat dinisbahkan kepada kedua putra nabi Ibrahim yaitu Ismail dan
Ishiiq yang mempunyai dua belas keturunan. Riwayat Isra'JIliyat ialah cerita-cerita
yang bersumber dari agama-agama samawi sebelum Islam seperti agama Yahudi dan
Nasrani. I
Cerita-cerita ini muncul di dalam kitab-kitab tafsir dan dalam kitab-kitab syarh-
!ladis. Boleh jadi cerita-cerita tersebut dimasukkan oleh para mantan pengikut kedua
agama itu yang sudah masuk Islam atau mungkin pula melalui upaya penyusupan
secara sistematis oleh kalangan penganut agama tersebut dengan maksud untuk
mengacaukan ajaran Islam.2
'Nasaruddin Urnar, Al"gumen Keselaraan Jender Pel"speklij ai-QUI" 'an,(Jakarta: Pararnadina,2001) cet. If., h. 286-7
2 Ibid
,I:
17
Sejumlah ulama besar membolehkan keberadaan kisah Isra'fliyyat itu dengan
alasan untuk lebih menjelaskan pemyataan-pernyataan singkat al-Qur'an. Beberapa
kitab tafsir mu'tabar mengintrodusir kisah-kisah Isra'T!iyyat, seperti tafsir ath-
Thabari, tafsir al-QurthubI, tafsir al-Aliisi dan sebagainya. Kisah-kisah Isra'fliyyat
banyak ditemukan dalam penjelasan beberapa kisah dalam al-Qur'an, seperti
komentar di sekitar Ya'jiij dan Ma'jiij (QS. al-Anbiya/21: 96), Dzu al-Qarnain (QS.
al-Kahfi/18: 83), Ashab al-Kahfi (QS. al-Kahfi/18: 9), Kisah beberapa Nabi dan
Fir'aun termasuk di antaranya kisah peneiptaan alam raya dan manusia. 3 Penggunaan
kisah-kisah Isra'Iliyyat di dalan1 memahami ayat-ayat al-Qur'an tidak selamanya
dipandang negatif.4
Agama Yahudi dan Nasrani yang kemudian mewariskan kitab Taurat dan kitab
Injil berasal dari anak eueu Nabi Ibrahim. Keberadaan kedua agama dan kedua kitab
suci tersebut diakui oleh al-Qur'an. Oleh karena itu memjuk kepada kisah-kisah yang
terdapat di dalam kedua kitab tersebut dipandang wajar oleh kalangan mufassir.
Hanya saja 'masalahnya ialah sejauh mana keaslian kisah-kisah yang dijadikan
rujukan tersebut. Kalau yang dijadikan rujukan adalah kisah-kisah yang terdapat di
dalam kitab Talmud, maka alcan muneul persoalan karena kitab Talmud banyak berisi
eerila-eerila rakyat Babilonia. 5
3 Ibid, h. 289, Ibid5 Ibid
18
Ada sebuah hadis yang menjelaskan mengenai asal-usul garis keturunan BanI
IsraIl. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud aI-Thayalisi dari Abdullah bin
Abbas sebagai berikut:
Artinya: Sekelompok Yahudi datang menemui Nabi, mereka kemudian ditanya,"Tahukah kaHan bahwa Isran itu Ya'kub?". "Ya," jawab mereka. Nabi juntasbersabda lagi, "Ya Tuhan, saksikanlah pengakuan mereka."
Dari hadis tersebut kita dapat mengetahui bahwa yang dimaksud dengan IsraII
adalah Nabi Ya'kub a.s. Sementara Husein adz-Dzahiibi dalam kitabnya at-Taj'sfr Wa
al-Mtifassirun mengatakan:
;;.;l£.I 01S' L.)~~~I 0§'~ \...b./'Lb. JJ.; 01S' 0)) u(.l"nj"")l1 .bJ
.~ L. J.;,? .Jpi) .!.UI~ if C::"} r L. J.;} iSl ~l ..y~ )i if ~~I
';~~I ~l£.Il if ~I ,,!)l; L.) '~\flpa-JI 0}J1) (,S~~I 0}J1
7 - -'1 _.11...,.,~)
"Kata Isrii'niyyiit mesldpun secara dzohir menunjukan nuansa Yahudi dalampenafsiran, tetapi pada hakikatnya tidak hanya budaya Yahudi yang tampakdarinya, yang kami maksudkan di sini bahwa kata tersebut lebih Iuas dan Iebihumum atau mencakup nuansa-nuansa Yahudi dan Nasrani dalam penafsiran,dan keterangan yang ada dalam tafsir terhadap budaya Yahudi dan Nasrani"
6 Rosihan Anwar, Melacak Unsur-unslir !srailiyya/ dalam Taftir a/h-Thabari dan TaftirlbnuKa/sir, (Bandung: CY. Pustaka Selia, 1999) cet.l., h.22
7 Muhammad Husein adz-Dzahabi, a/-Tafttr Wa al-Mufassirun, (Mesir: Dar al-Maktab, 1976)cet. II., h. 165
19
Definisi lain Isrii'iliyyiit yang dikemukakan adz-Dzahiibi adalah semua cerita
lama yang masuk ke dalam tafsir dan hadis yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani
atau selain keduanya (Yahudi dan Nasrani) bahkan sebagian ulama tafsir dan hadis
telah memp~r1uas makna Isrii'niyyiit dengan cerita yang dimasukkan oleh musuh-
musuh Islam, baik yang datang dari Yahudi ataupun sumbel' lainnya. Hal demikian
itu lalu dimasukkan ke dalam tafsir dan hadis walaupun cerita itu bukan cerita lama
dan memang dibuat oleh musuh-musuh Islam yang sengaja akan merusak akidah
kaum muslimin.8
Sabda Rasul berkenaan sikapnya terhadap Bani Israil :
iJ.,;J; 1..4...::..~ yJs- .y) C? ':1) J-Jlr ! <s ,y IY:J.,...) .~T .}) Js- IA.).JI.y o..u...;,..,
Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakanlah dari BaniIsran karena yang demikian tidak dilarang. Tetapi barangsiapa berdusta atasnamaku dengan sengaja, bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka(H.R. Bukhari)
Hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Amr. Pada
perang Yarmuk, Abdullah bin AmI' telah mendapatkan harta rampasan dua ekor unta
milik AhIi Kitab yang penuh dengan kitab mereka. Karena itulah dia meriwayatkan
beberapa berita dari kitab tersebut dengan alasan adanya izin dari Nabi. Hanya saja
berita-berita Isrii'rliyyiit boleh dijadikan sebagai sumbel' sekunder bukan lantas
8 Muhammad Husein adz-Dzahabi, Israiliyyat dalam Taftir dan Hadis. (Bogor: PT. PustakaLintera Antar Nusa, 1993) h.9
20
diyakini.9 Adapun Imam Malik berpendapat bahwa maksud hadis tersebut adalah
bolehnya menceritakan dari mereka berupa hal yang bailc Adapun yang telah di
ketahui kebohongannya maka tidak boleh. J0
Penelitjan adz-Dzahabi menunjukkan bahwa transformasi Isra'Iliyyat ke dalam
tafsir sudah dimulai semenjak zaman sahabat. Tercatat beberapa sahabat terlibat
dalam proses itu, seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Mas'ud, dan Vmar bin Ash.
PerIu diberi catatan pula bahwa keterlibatan mereka dalam proses itu masih berada
dalam batas kewajaran dan tidak berIebih-Iebihan. Mereka tidak bertanya kepada Ahli
Kitab tentang segala sesuatu. Hal yang mereka tanyakan hanyalah sebatas penjelasan
kisah-kisah al-Qur'an dan itu pun tidak disertai sikap memberi penilaian benar atau
salah. BaW(an, sering pula mereka menolak materi riwayat Isrii'lliyyat itu. JI
Sikap kehati-hatian para sahabat dalam menerima Israiliyyat ternyata tidak
diikuti oleh generasi sesudahnya. Terdapat indikasi yang menunjukan bahwa mereka
menafsirkan al-Qur'an dengan Isra'iliyyat tanpa terlebih dahulu meneliti
kualitasnya. J2
Para ulama berbeda pendapat dalam boleh tidaknya mengambil kisah-kisah
Isra'Iliyyat. Di antara mereka ada yang melarang secara mutlak untuk
meriwayatkannya dalam hal ini mereka mengacu kepada ayat-ayat yang eksplisit dan
hadis-hadis yang shahih dan di antara mereka pun ada yang memperboleWmn
9 Muhammad Abdurrahim Muhammad, Taftir Nabawi (Jakarta: Pustaka Azzam, 200 I) h.1 0I10 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur'an Pelajaran Dari Orang-orang Dahl/lu (Jakarta:
Penerbit Gema Insani Press, 1999) h. 64" Rosihan Anwar, op.cit., h. 2912 Ibid, h. 31
21
periwayatan kisah-kisah Isra'Tliyyat secara mutlak, bahkan di antara mereka pun ada
juga yang membuat persyaratan untuk meriwayatkan dan tidak mengambil riwayat
Isra'Iliyyat kecuali beberapa macam tertentu saja dan dalam bidang-bidang yang
terbatas. 13
Muhammad Abduh termasuk ulama yang paling gencar mengkritik kebiasaan
ulama tafsir generasi pertama yang banyak menggunakan Isra'Iliyyat sebagai
penafsiran al-Qur'1ln. Bahkan salah satu motivasi penulisan tafsirnya adalah untuk
menghindari kebiasaan tafsir ilu. Abduh menolak validitas ulama tafsir generasi
peliama yang menghubllllgkan al-Qur'an dengan Isra'Iliyyat. Menurutnya cara itu
telah mendistorsi pemahaman terhadap Islam. Sikap keras serupa diperlihatkan pula
oleh muridnya, Rasyid Ridha yang mengatakan bahwa riwayat Isra'Iliyyat yang
secara ekstrim diriwayatkan oleh para ulama sebenarnya telah keluar dari konteks aI-
Qur'1ln. 14 Demikian pula Musthafa aI-MaraghI juga muridnya Muhammad Abduh
memandang bahwa kitab-kitab tafsir telah dikotori oleh Isra'Iliyyat yang tidak jelas
kualitasnya.
B. Sejarah Isrli'IIiyyat dalam Penafsiran al-Qur'lin
Pada masa tabi'in banyak kisah Isra'Iliyyat yang diselundupkan ke dalam tafsir.
Penyebab-penyebabnya adalah perlama, semakin banyaknya orang-orang Ahli Kitab
yang masuk Islam dan kedua, adanya keinginan dari umat Muslim pada waktu itu
untuk mengetahui kisah-kisah selengkapnya mengenai umat Yahudi, Nasrani, dan
13 Shalah al-Khalidy, op.cit., h.5!14 Rosihan Anwar, Op,cil., h.43
22
sebagainya yang dalam a1-Qur'an hanya disebut seeara garis besar saja. Oleh
karenanya pada masa tersebut muneul sekelompok mufassir yang ingin mengisi
kekosongan dalam tafsir ini dengan memasukkan kisah-kisah yang bersumber pada
orang-orang Yahudi dan Nasrani itu. Akibatnya tafsir itu jadi penuh dengan kisah-
kisah yang bersimpang siur dan bahkan kadang-kadang mendekati takhayul atau
khurafat. 15 Di antm'a mufassir-mufassir itu adalah Muqatil ibn Sulaiman (w.150 H)
yang dikatakan oleh Ibnu Hatim bal1wa dia mempelajari ilmu-ilmu al-Qur'an dari
orang Yahudi dan Nasrani dan kemudian berusaha menyesuaikannya dengan kitab
kitab mereka. 16
Sesudah masa Tabi'in ada mufassir yang sangat tertarik dengan kisah-kisah
Isra'Iliyyat dan meriwayatkannya seeara berlebih-Iebihan. Dia menganggap tidak
perlu membuang eerita-eerita dan kisah-kisah yang tidak masuk akal sekalipun dan
kisah-kisah yang sebenarnya tidak dibenarkan untuk menafsirkan al-Qur'an.
Abdus Shabur Syahin menganggap Isra'Iliyyat merupakan kepala ular Yahudi
yang menyusup dalmn kebudayaan Islmn lama. Isra'fliyyat tidak memperhitungkan
mitos-mitos sebagai khayalan yang diwariskan kepada pemikiran Islam dan akal umat
muslim sehingga para tokoh mufassir mempereayainya dan melalui penafsiran-
penafsiran itu tinggallah Isra'T!iyyat dalam wilayah nalar orang-orang Islam.
Isra'fliyyat dalam realitasnya telah dipereayai oleh banyak orang, yaitu mereka yang
tidak menggunakan akalnya untuk menganalisa teks-teks al-Qur'an dan yang tidak
15 Muhammad Husein adz-Dzahabi, Penyimpangan-penyimpangan da/am Penafsil'an a/QUI' 'an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) ed. I., cet. 4., h. 25
t6 Ibid.
23
merasakan langsung pada saat Isra'Iliyyat telah menjadi nyata pada angka-angka
rentangan masa yang sangat jauh di antara data-data takhayul dan penghargaan-
penghargaan ilmu pengetahuan untuk masa prasejarah dan dimensi-dimensi
kehidupan manusia. Isra'Iliyyat ternyata telah membelenggu pemahaman orang
muslim.17
Masih menurut Abdus Shabur Syahin, nalar umat Islam sekarang ini benar-
benar telah diuji sejak dini oleh dua mainstream (pendapat) yang keduanya memiliki
wujud dalam medan peperangan dan racun yang mencemaskan. Pertama, mainstream
tahayul (khurafat) yang membangun hikayat-hikayat dan Isra'Iliyyat. Kedua,
mainstream tekstualis yang berpegang teguh pada hadis sekalipun hadis itu
merupakan tahayul. Mainstream inilah yang menjangkau senjata ijtihad dengan
propaganda memberontak kaidah-kaidah salaf. Sementara salaf itu terbebas dari
semua bentuk mitos dan tahayul. Kedua mainstream tersebut telah menyebabkan
tertutupnya pintu ijtihad di kalangan umat Islam. 18
Sementara H.A.R. Gibb dan ahli lainnya telah memperhatikan kejijikan kaum
modemis terhadap penggunaan tafsir tradisionalisme Isrii'Iliyyat (legenda-legenda
Yahudi) ketika secaJ'a terinci menguraikan kisah-kisah al-Qur'iin. 19
Kecenderungan yang berlebih-lebihan terhadap kisah-kisah Isrii'Iliyyiit dan
kegemaran meriwayatkan kisah-kisah yang pada umumnya merupakan khurafat ini
17 Abdus Shabur Syahin, Penciplaan Nabi Adam Milos alau Realilas, (Yogyakarta : elsAQPress, 2004) cet.l., h.14
18 Ibid., h.1719 J.M,S. Baljon, ai-QuI' 'an dalam Inlel'pl'elasi Modern, (Jakarta: Gaya Media Pralama, 1990)cet. I., h.17
24
berjalan terus sehingga kita menyaksikan beberapa buku tafsir dari masa ke masa
yang penuh dengan kisah-kisah semacam ini dan di antaranya ada yang mengingkari
kesudan para Nabi. Kenyataan ini hampir-hampir membuat orang malas untuk
meneliti buku-buku tafsir itu dan pada saat yang sama orang jadi ragu-ragu terhadap
kredibilitas kisah yang terdapat di dalamnya walaupun kadang-kadang temyata
betuI.20 Orang Yahudi mempunyai pengetahuan keagamaan yang bersumber dari
Taurat dan orang Nasrani mempunyai pengetahuan keagamaan yang bersumber dari
InjiI. Cukup banyak orang Yahudi dan Nasrani bemaung di bawah panji-panji Islam
sejak Islam lahir, sedang mereka tetap memelihara baik pengetahuan keagamaannya
itu.
Sementara itu al-Qur'an banyak mencakup hal-hal yang terdapat dalam Taurat
dan Injil, khususnya yang berhubungan dengan kisah para Nabi dan berita umat
terdahulu. Namun dalam al-Qur'an kisah-kisah itu hanya dikemukakan seCaI'a singkat
dengan menitikberatkan pada aspek-aspek nasihat dan pelajaran tanpa
mengungkapkannya secara rind dan mendetail seperti jalannya peristiwa, nama-nama
negeri dan nama-nama pribadi, sedangkan Taurat dan Iqjilmengemukakannya secara
panjang lebar dengan meqjelaskan rincian dan bagian-bagiannya. 21
Menurut sejarah di oase-oase sekitar Madinah-Tayma, Fadak, Khaibar, Wadi al-
Qura dan di kota itu sendiri serta Yaman, terdapat sejumlah pemukiman Yahudi.
Keberadaan orang-orang Yahudi di Arabia mungkin bisa ditelusuri mulai abad
20 Muhammad Husein Adz-Zahabi, op.cit., h. 25-2621 Manna Khalil al-Qattan, Studi IImu-ilmu ai-QuI' 'an; (tel'j.) Mudzakir AS (Bogar; Pustaka
Litera Antar Nusa, 1996) eet. III., h. 491
25
pertama masehi. Penaklukan Yerusalem oleh kaisar Titus (sekitar 70 M) serta
penumpasan pemberontakan Bar Kochba (sekitar 135 M) barangkali telah membuat
sejumlah orang Yahudi di kota tersebut terpaksa meninggalkan negerinya untuk
mengembara, dan kemudian menetap di Arabia. Alfred Guillaume menyebutkan
enam kota Arab yaitu Hijr, Via, Tayma, Khaibar, Thaif dan Madinah yang menjadi
tempat pemukiman Yahudi. Kota Makkah tidak dimasuki karena merupakan pusat
penyembahan berhala meskipun demikian orang-orang Quraisy mengenal dengan
baik agama Yahudi karena kota itu berada dijalur perniagaan Yaman dan Syria. 22
Berbeda dengan teori di Atas C.C.Torrey mengemukakan dugaan tentang
eksistensi suatu "koloni besar" kaum Yahudi di kota Makkah. Tetapi pandangan ini
tidak dilandasi dengan bukti-bukti yang kuat. Mungkin saja ada satu-dua orang
Yahudi di Makkah. Namun di dalam al-Qur'iin maupun literatur-literatur kesejarahan
yang ditulis kaum muslimin tidak ditemukan sedikit keterangan pun mengenai
keberadan masyarakat Yahudi dalamjumlah besar di kota itU.23
Berbeda dengan kaum Yahudi, orang-orang Kristen di Arabia memiliki posisi
yang tidak begitu baik ditinjau dari sisi difusi dan kohesinya. Pengikut-pengikut Isa
al-Masih ini tidak terkonsentrasi di oase-oase. Meskipun demikian, agama Kristen
memiliki sejumlah pengikut dar! kalangan orang Badui yang tinggal di dekat
perbatasan Syria dan Yaman. Pemeluk Kristennya mengikuti sekte Monofisil.
Sementara orang-orang Kristen Hira menganut paham Neslorian. Oi Makkah sendiri
22 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur'an, (Yogyakarta: Forum Kajian Budayadan Agama, 200 I) h.20
23 Ibid.
26
ada sejumlah individu terpencil seperti Waraqah ibn Naufal, sepupu istri pertama
Muhammad, Khadijah, yang menjadi pengikut kristus.24
Ketika Ahli Kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagamaan
mereka berupa cerita dan kisah-kisah keagamaan. Dan di saat membaca kisah-kisah
dalam al-Qur'an terkadang mereka paparkan rincian kisah itu yang terdapat dalam
kitab-kitab mereka. Para sahabat menaruh atensi terhadap kisah-kisah yang mereka
bawakan, sesuai pesan Rasulullah: "Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahli
Kitab dan jangan pula menduslakannya, tetapi katakanlah: "Kami beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami." (I-I.R. Bukhari).
C. Definisi Kisah
Suatu ,peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik
perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan
pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor
paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati. Nasihat
dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian
akal, bahkan semua isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu
dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realitas
kehidupan, maim akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa
senang mendengarkannya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin
24 Ibid., h.20-21
27
tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang
terkandung di dalamnya. Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas
di antara seni-seni bahasa dan kesusastraan. Kisah yang benar telah membuktikan
kondisi ini dalam uslub Arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk
yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah al-Qur'iin.
Kisal1 berasal dari kata al-qasshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Di
katakan " o)f ,- ad", artinya ,"saya mengikuti atau mencari jejaknya". Kata al-
qasshas adalah bentuk masdar. Firman Allah: " L,a...aj \..")';1 J>- \~)\,; " QS.al-
kahfi/l8:64. Maksudnya, kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari
mana keduanya itu datang. Juga firman-Nya melalui lisan ibu Musa:" 4;;>. 'J ...:Jl.i
.,;a.;". "Dan berkatalah ibu Musa kepada saudaranya yang perempuan: Ikutilah dia"
QS.al-Qashashi28: II. Berarti, ikutilah jejaknya sampai kan1U melihat siapa yang
mengambilnya. 25
Qasshas dapat pula diartikan berita yang berurutan sebagaimana firman Allah
swt: " :;J-I~\ yh \..L. 0)". "Sesungguhnya ini adalah berita yang benar". QS.al
Imriin/3:62 dan firman-Nya: " yL,J'J1 J)'J .;y r 6 a d J 0[5' ..lRJ". "Sesungguhnya
pada berita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal".
QS.Yiisuf/12:lll. Sedang al-qisshah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.26
25 Manna 'Khalil al-Qattan, op.cil., h. 435-43626 Ibid
28
Sebagai produk wahyu, kisah-kisah al-Qur'an tentu saja berbeda/dengan cerita
atau dongeng umumnya, karena karekteristik yang terdapat dalam masing-masing
kisah. Fenomena kisah-kisah dalam al-Qur'an yang diyakini kebenarannya sangat
erat kaitannya dengan sejarah.
As-Suyuti mengatakan, kisah dalam al-Qur'an sarna sekali tidak dimaksudkan
untuk mengingkari sejarah lantaran sejarah dianggap salah dan membahayakan al-
Qur'an. Kisah-kisah dalam al-Qur'an merupakan petikan dari sejarah sebagai
pelajaran bagi umat manusia dan bagaimana mestinya mereka menarik manfaat dari
peristiwa-peristiwa sejarah.27 Di dalam al-Qur'an kisah seringkali digunakan sebagi
media untuk menyampaikan ajaran, bahkan ada beberapa surat seCaI'a dominan
menyajikannya, seperti surat Yilsuj, al-Kahfi, Maryam, al-Anbiyii, dan al-Qashash.
Qashash al-Qur'iin dengan demikian adalah pemberitaan al-Qur'an tentang hal ihwal
umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi. AI-Qur'an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada
masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak
setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan
mempesona.
Khalafullah beranggapan bahwa tidak adanya perhatian para ahli bahasa dan
kritikus sastra Arab terhadap kisah-kisah sastra menyebabkan tidak adanya kajian
27 As-suyuti, AI-ilqan Ii 'ulum al-Qur'fjn, (Kairo: Dar al-Kutub al-llmiyah, 1995) cet. 3., jilidII, h. 77
29
serius tentang kisah sastra dalam wacana sastra Arab.28 Namun demikian, kurangnya
perhatian para ahli bahasa terhadap kisah-kisah al-Qur'an bukan berarti tidak ada
yang menyentuhnya sama sekali. Ada juga beberapa penafsir yang sempat mengupas
masalah ini. Bila kita telusuri, kita akan menemukan perbedaan sikap dan pandangan
para penafsir dalam persoalan ini. Para ahli bahasa biasanya hanya memberikan
definisi-clefinisi singkat dan kurang detail tentang kisah. Bahkan, kadangkala mereka
hanya mcndefinisikan secara tekstual atau etimologis saja. Selain itu, mcreka juga·
sering melupakan batas-batas seni serta definisi-definisi ilmiah manakala
menerangkan arti kosa kata yang berkaitan dengan ilmu dan sastra.
AI-Azhari atau para pakar bahasa al-Azhar misalnya mendefinisikan al-qashsh
(kisah) sebatas kata bcnda dari kata kerja qashasha (mengisahkan). Jadi suatu kisah
adalah cerita dari suatu kejadian yang sudah diketahui sebelumnya. Sementara itu
menurut al-Layts, al-qashsh (kisah) berarti mengikuti jejak.29
Dalam kitab-kitab tafsir pendefinisian kisah agak maju selangkah. Para mufassir
tidak berhenti pada pendekatan etimologis saja. Mereka menggunakan pendekatan
dua arah. Pertama, pendekatan etimologis dan kedua, pendekatan religius, yaitu
mengaitkannya dengan maksud dan tujuan kisah-kisah al-Qur'an itu sendiri. Salah
satu penafsir yang menggunakan kedua pendekatan ini dan sastra sekaligus adalah al-
Razi.30
28 Muhammad A. Khalafullah., op.cit., h. 9929 Ibid., h. 10030 Ibid.
30
Di antara definisi-definisi yang diberikan untuk kisah terdapat definisi yang
diberikan oleh as-Sibii'i al-Bajumi sbb:
J.-.raJ~ ..\>.1) yl5' .y- ).raJ 0 ~~i "LO';Y .r"lJ-1 ~I J ~~ ~IJ.
.y t~ 1J.-.raJ L",~ } tWo//1 )i <3Y\>-~I )i y~~1 } b}.:J1 J)~ a.ii.>
.,.i) 4j~ ~jJl 4>,)1) )~I 1.L>..y- ~\.;jl .~) :fL;LI .)~.y- yl5J1
L.r:d) "-'<:l <3fi 'Yci J.-~I I.L>. J~ j..:; ..::....,:4 j;J) ? L.~ d>-1"1 .c....:5' W I -<".-;.. .
. - y.-' <.T Y
Artinya: Yang dimaksud dengan kisah dewasa ini ialah seliap lulisan yangbersifat kesusastraan dan indah serla keluar dari seorang penulis denganmaksud unluk menggambarkan sualu keadaan lerlentu (mengenai sejarah alaukesusaslraan alau akhlak, alau susunan masyarakat dsb.) dengan suatu cara dimana penulis melepaskan diri dari perasaan dan pikiran yang limbul dariperasaan lersebut dan dari arah yang dituju oleh pendapalnya itu yang sesuaidengan perasaan pikirannya, sehingga pribadinya tercermin dalampenggambaran itu yang dapat mengadakannya dari orang lain yangmempunyai tulisan yang sama.
Definisi lain yang diberikan Muhammad Khalafullah menyatakan kisah sbb:
} .J ~r) :I Jk. if ~) ":-'~I}- (S""LQ.)I J.;Z~ 0~ ~jJl y'> ~~~I j...-JI
\"w ~~ ~ ifL..i d>- ~I J .Jy- v)~ sJl ..:-.I..\>.~I .}J) ~r) .J Jk.,J
J ely.)i~ t J'-"! e;i1)1 J) ~i).f"-i J.b-)~ ..?"l;.f"-i ;'i)~
",~WI cPu.J-1 if 0;>:; 0i .y- :c,;<;)l::J1 ~~ Cfi ~jJl ~I Jl J.-~I
32 .U;JL,.J-I if\';;"";'~I if W) ;;j."lUI)
31 A.Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah al-Qur'an, (Jakmla: Pustaka al-Husna,1984),cetke-l,h 13-14
32 Ibid., h.14-15
31
Artinya: Kisah ialah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil khayalpembuat kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelakuyang sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada,tetapi peristiwa-peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidakbenar-benar terjadi, ataupun peristiwa-peristiwa itu terjadi atas diri pelaku,tetapi dalam kisah tersebut disusun atas dasar seni yang indah, di manasebagian peristiwa didahulukan dan sebagian lagi dikemudiankan,Sebagiannya disebutkan dan sebagian lain di buang, atau terhadap peristiwayang benar-benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadiatau dilebih-lebihkan penggambarannya sehingga pelaku-pelaku sejarah keluardari kebenaran yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali.
D. Maksud dan Tujuan Kisah dalam al-Qur'iin
Pengamh kisah di negeri Arab pada waktu turunnya ai-QuI" an sangat besar
sekali. Dari sini tidak heran kalau para penentang Islam berusaha mengimbangi
da'wah Nabi Muhammad saw dan menandingi pengaruh a1-Qur'an dengan jalan
memakai kisah-kisah. Hal ini seperti diperbuat An-Nadir bin al-Harits ketika ia
memperdengarkan kisah-kisahnya kepada kawan-kawannya sebagaimana halnya
Nabi Muhammad saw duduk bersama kaumnya untuk memperdengarkan isi al-
QUI"an. Sejarah menjelaskan kepada kita bagaimana senangnya orang-orang Quraisy
mendengar eerita-eerita An-Nadir bin al-Harits dari Persi (Iran) dan eerita-eerita
Rustum dan Isfandiyar sehingga di antara orang-orang Quraisy banyak yang
meninggalkan Rasulullah saw.33
Sejak masa Nabi Muhammad saw dan beberapa waktu sebelum kerasulannya,
telah muneul pandangan agama Yahudi yang diyakini sebagai sebuah kriteria untuk
membuktikan kebenaran kenabian seseorang yaitu dengan mengujinya apakah ia
]J Ibid., h.20-21
32
mengetahui hal-hal yang bersifat gaib atau tidak, ia juga hatUs mengetahui berita-
berita para Nabi dan Rasul terdahulu dan menjelaskan suatu misteri sejarah yang
masih belum terungkap, serta seorang Nabi harus yakin bahwa wahyu yang
diturunkan kepadanya berasal dari langit.34
Pada suatu saat orang-orang Quraisy mengutus Nadir bin al-Harits dan seorang
kawannya bernama Uqbah bin Ubay ke Madinab untuk menemui para rahib Yahudi.
Dua tugas yang diemban mereka berdua adalah pertama, menanyakan kepada para
rahib tentang Nabi Muhammad saw dan jatidirinya. Kedua, menyampaikan kepada
para rahib Yahudi tentang perkataan Nabi Muhammad saw yang berbunyi bahwa
mereka itu (para rahib) adalal1 Ahl al-Kitab peltama dan mereka mengetahui apa yang
tidak diketahui bangsa Quraisy berkaitan dengan berita-berita para Nabi terdahulu.
Ketika sampai di Madinah, kcduanya langsung menanyakan kepada para rahib
tentang jatidiri Nabi Muhammad saw. Para rahib tersebut menjawab demikian:
"Tanyakanlah kepada Muhammad tiga hal berikut. Pertama, sekelompok pemuda
yang pergi ke sebuab gua pada zaman dulu dan apa keistimewaan mereka. Kedua,
tentang kisah seOl'ang pengembara yang berhasil menjumpai ujung barat dan timur
bumi. Ketiga, tanyakan kepadanya tentang apakah mh itu. Jika ia bisa menjawab
berarti ia adalah benar-benar seorang Nabi, bila tidak bermti ia orang yang mengada-
ada (mutaqawwif)".35
" M. Khalafullah., op,cil. h.2535 Ibid.. h.25-26
33
Jumlah ayat-ayat al-Qur'an yang dipakai untuk kisah menurut A. Hanafi lebih
kurang 1.600 (seribu enam ratus) ayat dari keseluruhan ayat al-Qur'an yang,berjumlah lebih kurang 6.342 (enam ribu tiga ratus empat puluh dua) ayat. Jumlah
1.600 (seribu enam ratus) ayat itu hanya mengenai kisah-kisah sejarah sekitar Nabi-
nabi (Rasul-rasul) terdahulu dan tidak mengikut sertakan ayat-ayat yang berisi kisah-
kisah perumpamaan (tamtsilzyah). Tentunya jumlah itu akan menjadi lebih besar
apabila kisah-kisah lain dimasukkan. BaWcan, jika dibandingkan dengan ayat-ayat
hukum yang berjumlah lebih kurang 330 (tiga ratus tiga puluh) ayat, maka nampaklah
kepada kita betapa besar perhatian al-Qur'an kepada kisah-kisah itu. J6
Khalafullah memandang kisah-kisah al-Qur'an mengandung banyak tuntunan
keagamaan yang pada hakekatnya adalah substansi diturunkannya agama Islam
kepada manusia. Tuntunan-tuntunan tersebut banyak dimensi dan ragamnya.
Tuntunan tersebut berupa prinsip-prinsip akidah, moral, perilaku dan tuntunan
ibadah. Semua tuntunan tadi tidak sekedar diperlihatkan, tapi al-Qur'an juga
membimbing dan menunjukkan hal-hal yang bertentangan dan melanggar prinsip-
prinsip ajaran Islam. Akan tetapi, hal-hal tadi tidak bisa Iantas disebut sebagai bagian
dari tujuan kisah-kisah al-Qur'an.J7 Khalafullah malah cenderung mengatakan bahwa
tuntunan-tuntunan tadi adalah nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan dari sebuah
kisah al-Qur'an. Karena menurutnya tujuan di sini adalah maksud diturunkannya
36 A. Hanafi., op.cit., h. 2237 M. Khalafullah., op.cit., h. 159
34
kisah-kisah al-Qur' an dan sesuatu yang menjadi patokan klmsus dalam menentukan
bentuk dan cara deskripsi kisah.38
Kisah-kisah dalam al-Qur'an mempunyai banyak faedah. Berikut ini beberapa
faedah terpenting di antaranya:
I. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah swt dan menjelaskan pokok-
pokok syari'at yang dibawa oleh para Nabi:
:'(\/.~~\ O)y) 0)"\':-yli \.ji~) J) ~.Ji.y) <.Sf~) Jy ) if~ if u..) \.0)
(Y 0
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kamiwahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlaholehmu sekalian akan Aku" (QS. al-Anbiyii/21 :25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad saw atas agama
Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan
para pendukungnya serta hanclIrnya kebatilan dan para pembelanya.
I.S.?~) ~y) ;j;l\ oJ..", <J .:l.l>.-) .:l~I} "-i ,- ;:; \.0 J--)\ .~i if ..:J.,J>-~ ;15')
(\y. :\\/~y'>O)y)~rJ.l
"Dan semua kisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu, adalah kisahkisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datangkepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yangberiman" (QS.Hild/ll:120)
3. Membenarkan para Nabi terdahlllu, menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
J8 Ibid
35
4. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad saw dalam dakwahnya dengan apa
yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan
generasi.
5. Menyibak kebohongan Ahli Kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan
isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan c1iganti. Misalnya firman Allah:
Ji ol))!1 Jy; 0i J.,.i <y .........,;; ~ j,s1.r"J i? L. j,sl.r") c:s-,J ~ 0\5' i WdI Js(~i :i/01~ Jl O)r) L#~L,o, rs- 0) v,);u ol))!~ l.fu
"Semua makanan adalah halal bag! Bani Isrtifl melainkan makanan yangdiharamkan oleh Israil (fa 'kub) untuk dirinya sendiri sebelum Tauratditurunkan. Katakanlah: (Jika kamu mengatakan ada makanan yangdiharamkan sebelum Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jikakamu orang-orang yang benar. " CQS. al-ImrfuJ/3:93)
6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang c1apat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalan1
jiwa. Firman Allal1 swt :
36
"Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yangberakal. AI-Qur 'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapimembenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. "(QS. Yusufl12: 111)39
Penulis juga menemukan bahwa tugas sosial adalah sebuah istilah yang
dikedepankan Khalafullah dalam pemahamannya temtama dalam hal maksud dan
tujuan sebuah kisah al-Qur'an. Tugas sosial di sinilah yang hams diemban oleh kisah
dalam satu kOl11unitas sosial dan dipersembahkan bagi kehidupan dan penghidupan.
Tugas sosial di sini dapat pula dikategorikan sebagai tujuan umum kisah yang berlaku
dalam komunitas sosial Arab yang sangat plural karakter dan nuansanya sehingga ada
yang keras kepala dan ada yang taat serta tunduk dan patuh pada ajaran. Maksud
utama atau tugas sosial dari setiap kisah sastra pada al-Qur'iin adalah penyentuhan
jiwa. Penghidupan hal inilah tujuan semua kisah yang terdapat dalam al-Qur'an.
Berikut ini tujuan dan maksud dikisahkannya beberapa kisah dalam al-Qur'iin
menurut pandangan M. Khalafullah :
I. Bahwa tujuan terpenting dari kisah dan bahkan menduduki sebagai tujuan
utama menurut al-Qur'iin adalah meringankan beban jiwa atau tekanan jiwa para
Nabi dan orang-orang beriman.40
2. Meringankan tekanan batin, sebuah kisah atau sekumpulan kisah ditujukan
pula untuk menguatkan keimanan dan keyakinan jiwa terhadap akidah Islam dan
39 Manna Khalil al-Qattan., op.cit., h.. 43740 M. Khalafullah, op. cit., h. 162
37
mengobarkan semangat berkorban baik jiwa maupun raga di jalan Allah swt. Hal ini
berarti bahwa kisahjuga dimaksudkan untuk membentuk sebuahjiwa yang militan.41
3. Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketentraman atau menghilangkan
ketakutan dan kegelisahan.42
4. Membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw dan wahyu yang diturunkan
Allah kepadanya.43
Penulis berkesimpulan bahwa tujuan kisah, menurut Khalafullah adalah maksud
yang karenanya diturunkan kisah-kisah al-Qur'an dan dirangkai dalam suatu deskripsi
tertentu dan dengan metode tertentu pula. Sebagai catatan tujuan utama kisah-kisah
itu diceritakan adalah agar pendengamya menangkap esensi cerita itu yang penuh
dengan nasihat, hikmah pelajaran bahkan ancaman dan kabar gembira.
Khalafullah menganggap bahwa tujuan al-Qur'an mengisahkan suatu peristiwa
adalah bukan untuk dipahami sebagai realitas sejarah. Apabila pemahaman historis
tetap digunakan, justru akan menimbulkan satu bahaya yang menyebabkan manusia
ingkar terhadap kebenaran aI-Qur'an sebagaimana mereka (Yahudi) mengingkari
Taurat.
Dalam tafsir al-Manar Abduh berkata:
"Sejarah tidak menjadi tujuan al-Qur 'an karena persoalan-persoalan sejarahbukan merupakan pokok perhatian agama. Agama melihat sejarah hanyasebagai kaca perbandingan saja. Maka dari itu dalam kisah tersebut tidak
" Ibid., h.16542 Ibid., h.17142 Ibid., h.174
38
disebutkan waktu dan tempat kejadian. Demikianlah, sejarah bukanlah satuagama yang harus diyakini. ,,44
Oleh sebab itu, menurut penulis al-Qur'an tidak mempersembahkan suatu
rentetan kejadian sejarah. Yang dituliskan bukanlah sejarah suatu masyarakat
beragama tertentu, bukan pula penggambaran keberhasilan suatu kelompok rasial dan
kem1\iuannya menuju solidaritas atau status negara bagian yang lebih besar. Al-
Qur'an menjelaskan segala sesuatu secara lebih mendalam dan mencoba menganalisis
dasar-dasar ideologis dan psikologis serta sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan moral
yang timbul daripadanya yang membawa kekuatan dan kemakmuran bagi suatu
bangsa, atau malah menjerumuskannya pada kemunduran dan kemudian
mengakhirinya dalam kehancuran. Memang benar bahwa al-Qur'an mengacu pada
beberapa fakta sejarah politik dan keagamaan, tapi yang menjadi perhatian utamanya
bukanlah fakta-fakta itu sendiri melainkan akhlak atau moral yang ditunjukkannya.
44 Ibid, h. 39
BAB III
PENCIPTAAN ADAM MENURUT TAURAT
INJIL DAN AL-QUR'A.N
A. l(isah Pellciptaall Adam Mellllrut Taurat
Dalam Perjanjian Lama kisah yang merupakan sebuah drama kosmis Adam
terdapat dalam Kitab Kejadian (Yunani Genesis; Arab Takwin) yaitu bagian pertama
dari kitab suci Yahudi dan Kristen. Rukun iman mewajibkan setiap orang Muslim
untuk percaya dengan kitab-kitab suci yang selain al-Qur'ful meliputi pula Taurat,
Zabur, dan Injil. Ketiga kitab suci selain al-Qur'an ini oleh agama Kristen dipadukan
menjadi satu dalam dua bagian yaitu Perjanjian Lama dan Perjarijian Baru.
Kaum Kristen dan Yahudi menyebut kitab suci mereka dengan Bible (Latin
Biblia; Yunani Biblos) artinya buku kecil.' Namun ada perbedaan antara kedua agama
itu dalam menyikapi fakta khususnya bagian yang oleh pihak Kristen disebut sebagai
The Old Testament atau Perjanjian Lama. Istilah The Old Testament ditolak oleh
Yahudi karena istilah itu mengandung malma bahwa peljanjian (covenant atau
testament) Tuhan dengan Yahudi adalah Perjanjian Lama (Old Testament) yang
sudah dihapus dan digantikan dengan Perjanjian Baru (New Testament) dengan
I Adi,'n Husaini, "Studi Awal atas Keragaman Teks Bible", al-Insan JlIrnal Kajian Islam,VaLl, No.1 (Depok: Januari, 2005) h. 118
39
40
kedatangan Jesus yang dipandang kaum Kristen sebagai Juru Selamat. Kaum Yahudi
menolak klailn Jesus sebagai juru selamat manusia.2
Dalam Perjanjian Lama manusia peliama diciptakan (bara', Kej I: 27) oleh
Allah menurut ganlbar Allah (tse/em). Allah membentuk manusia itu (seperti tukang
periuk belanga membentuk, yatsar, Kej 2: 7) dari debu tanah ('adama), dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (nisymat khayyim). Hasilnya ialah
bahwa manusia itu menjadi makhluk hidup (nefesy khayya).3
Nama Adam ('adam) di samping sebagai nama diri juga mengandung arti
'manusia', suatu pengeliian yang muncul dalam Perjanjian Lama kr 500 kali, justru
bila kata benda ini muncul dengan kata sandang positif (ha' adam) baiklah
diteljemahkan sebagai nama benda biasa ketimbang sebuah nama. Kata 'adm juga
dikenal dalam bahasa Ugarit dengan arti "manusia". Cerita penciptaan Kej I dan 2
menggunakan kata sandang 'adam pada segala peristiwa kecuali dalam tiga hal: 1:26
di mana jelas 'manusia" pada ulUumnyalah yang dimaksud; 2:5, di mana "seorang"
(atau bukan orang") jelas pengeliian yang paling alamiah; dan 2:20, penggunaan
istilah sebagai nama orang yang peliama kali diizinkan oleh naskah. Alkitab bahasa
Indonesia tidak memakai nama orang "Adam" sebelum 4:25. Walaupun telah
diusahakan untuk menentukan etimologi dari nama itu, namun belum terdapat
kesepakatal1 dan fakta bahwa bahasa asH manusia bukanlah bahasa Ibrani membuat
teori-teori it\J bersifat akademis. Kendati demikian jelas bahwa penggunaan kata
1 Ibid3 Ensik/opedi a/-Kitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992) h. 8
41
"adama, 'tanah', sengaja ditempatkan sejajar dengan nama 'adam da1am Kej 2:7,
suatu kesimpulan yang diperkuat oleh Kej 3:19.4
Penjelasan kitab Perjanjian Lama menuturkan keadaan Adam pada mulanya.
Adam dibedakan dari binatang-binatang. Tapi perbedaan ini bukan karena nama
tambahan nefesy dan ruakh yang terkait dengannya sebab kedua istilah ini kadang-
kadang juga digunakan untuk binatang-binatang melainkan karena ia diciptakan
menurut gambar Allah diberi kuasa atas segala binatang dan mungkin juga karena
Allah sendiri menghembuskan nafas hidup (nesyama) ke dalam hidungnya. Allah
membuat taman untuk Adam di Eden (Kej 2: 8-14) dan menempatkannya di taman
itu untuk 'mengusahakan' taman itu dan memeliharanya.
Kata 'mengusahakan' ('avad) ialah yang biasa dipakai untuk bekerja (mis Kel
20:9) jadi Adam bukan untuk menganggur. Besar kemungkinan makanannya adalah
buah-buahan'dari berbagai pohon (Kej 2:9, 16) buah-buahan dan biji-bijian dari jenis
semak-semak (siakh) dan gandum dari jenis rumput-rumputan (' esev, Kej 2:5). Lalu
Allah membawa segala binatang dan burung kepada Adam agar ia memberi nama
kepada mereka dan agaknya ia berusaha mengenali sifat-sifat dan kemampuan-
kemampuan semua binatang itu (Kej 2: 19,20).5
Maka dari itu penulis mencantumkan kisah tersebut menurut kitab Perjanjian
Lama sekedar untuk pengetahuan dan bahan perbandingan bagaimana Kitab Kejadian
menuturkan kisah tentang Adam tanpa langsung membenarkan atau mendustakan.
4 Ibid.5 Ibid
2: 15) Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam lamqn E46nuntuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 16) Lalu Tuhan Allah memberiperintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makanbuahnya dengan bebas, 17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yangjahat itu, janganlah kau makan buahnya sebab pada hari engkau memakannyapastilah engkau mati. " 18) Tuhan Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia ituseorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengandia. " 19) Lalu Tuhan Allah membentuk dari !anah segala binatang hutan dan segalabUrllng di udara. DibawaNya!ah semuanya kepada manusia itu untuk melihatbagaimana ia menamainya dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepadatiap-tiap makhluk yang hidup demikianlah nanti nama makhluk itu. 20) Manusia itumemberi nama kepada segala ternak kepada burung-burung di udara dan kepadasegala binatang hutan tetapi baginya sendiri ia tidak merljumpai penolong yangsepadan dengan dia. 21) Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak ketikaia tidur Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya lalu menutup tempatitu dengan daging. 22) Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itudibangunNyalah seorang perempuan lalu dibawaNya kepada manusia itu. 23) Laluberkatalah manusia itu "fnilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-Iaki. " 24) Sebab itu seoranglaki-Iaki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinyasehingga keduanya menjadi satu daging. 25) Mereka keduanya telanjang manusiadan isterinyq itu tetapi mereka tidak merasa malu.3: 1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yangdijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allahbeljirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" 2)Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman iniboleh kami makan, 3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,Allah beljirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati. " 4)Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5)tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbukadan kamu akan menjadi seperti Allah tahu tentang yang baik dan yang jahat. " 6)Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedapkelihatannya lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu iamengambil dari buahnya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersamasama dengan dan suaminyapun memakannya. 7) Maka terbukalah mata merekaberdua dan mereka tahu bahwa mereka telanjang lalu mereka menyemat daun pohonara dan membuat cawat. 8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allahyang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari s~juk bersembunyilah manusiadan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di anlara pohon-pohonan dalam taman. 9)Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan beljirman kepadanya: "Di manakahengkau?" 10) fa menjawab: "Ketika aku mendengar bahwa ada dalam taman ini akumenjadi takut karena aku telanjang sebab itu aku bersembunyi." 11) FirmanNya:"Siapakah yang memberitahukan kepadamu bahwa engkau telanjang? Apakah
43
engkau makan daTi buah pohon yang Kularang engkau makan itu?" 12) Manusia itumenjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku dialah yang memberi daribuah pohon itu kepadaku maka kumakan." 13) Kemudian berflrmanlah Tuhan Allahkepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu:"Ular itu yang memperdayakan aku maka kumakan. " 14) Lalu berflrmanlah TuhanAllah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian terkutuklah engkau diantara segaia ternak dan di antara segala binatang hutan dengan perutmulah engkauakan menjalar dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu. 15) Aku akanmengadakan permusuhan antar engkau dan perempuan ini antar keturunanmu danketurunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akanmeremukkan tumitnya." 16) FirmanNya kepada perempuan itu: "Susah payahmuwaktu mengandung akan Kubuat sangat banyak dengan kesakitan engkau akanmelahirkan anakmu namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akanberkuasa atasmu." 17) Lalu flrmanNya kepada manusia itu: "Karena engkaumendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon yang telahKuperintahkan kepadamu jangan makan dari padanya maka terkutuklah tanahkarena engkau dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanahseumur hidupmu. 18) Semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimudan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu 19) dengan berpeluhengkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi karena darisitulah engkau diambil sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.20) Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya sebab dialah yang menjadiibu semua yang hidup. 6
Demikianlah penulis mencantumkan kisah penciptaan Adam menurut kitab
Perjanjian Lama sebagai perbandingan bagaimana sebenarnya kitab tersebut
menjelaskan proses perjalanan kehidupan mereka di surga.
B. Kisah Penciptaan Adam Menurut Injil
Nurcholish Madjid di dalam karyanya telah memberikan pondasi yang sangat
kuat berkaitan tentang jatuhnya Adam dari surga bahwa agama Kristen meyakini
kisah tersebut sebagai tiang pancang teologinya berbeda dengan Yahudi dan Islam,
6 Alkilab, Lembaga Alkitab Indonesia, (Jakarta: 1981) h. 10 - II
44
mereka menyebut tentang jatuhnya Adam dari surga sebagai doktrin kejatuhan
(Doctrine 0/Fall).7
Menurut Perjanjian Baru nama Adam muncul 9 kali, 8 kali mengacu kepada
manusia pertama (Luk 3: 38; Rm 5: 14 (2); I Kor 15: 22, 45; I Tim 2: 13, 14; Yud
14) dan satu kali mengacu kepada kristus (I Kor 15: 45). Namun dalam beberapa
kejadian ada acuan kepada Adam manusia pertama kendati tidak disebut (Mat 19: 4-
8; Mrk 10: 6-8; Rm 5: 12, 15, 16, 17 (2),19).8
Adam digambarkan sebagai manusia pertama (I Kor 15: 45, 47). Asalnya yang
unik tanpa bapak atau ibu diperkenalkan guna menarik perhatian kepada fakta bahwa
apabi la semua orang lain pada genealogi manusia dikatakan adalah anak atau
keturunan dari nenek moyang dalan1 setiap garis ihwal terkait maka Adam dikatakan
adalah anak Allah (Luk 3: 38). Adam tidak datang melalui keturunan manusia.
Adam memulai dan mengembangkan hubungan unik bagi keturunan manusia.
Hal itu dapat dipadankan dengan hubungan Kristus sebagai Adam akhir dengan
orang-orang yang sudah ditebus. Pada kedua hubungan yang unik inilah didasarkan
sejarah perjalanan keturunan umat manusia (I Kor 15: 45-49; Rm 5: 12-19). Tidak
ada orang satu pun sebelum Adam karena dialah orang pertama. Tidak ada Adam satu
pun antara Adam dan Kristus karena Kristus adalah manusia kedua. Tidak ada Adam
satu pun sesudah Kristus karena Ia adalah Adam akhir. Karena itu Adam adalah
gambaran dari Dia yang akan datang yalmi K.ristus.
7 Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban; Membangun Makna dan Relevansi DoklrinIslam dalam Sejarah, (Jakm1a: Paramadina, 2000) h. 145
8 Ensiklopedi al-Kilab Masa Kini, op.cil., h. 9
45
AI-Kitab memberikan dua periwayatan yang berbeda tentang penciptaan manusia
dalam Kitab Kejadian, pertama dalam 1:26-31 dan kedua, yang dianggap lebih tua
dalam 2:7-5:5. Adam juga disebutkan dalam Kitab Perjanj ian Baru oleh St. Paulus (I
Korintus 15:22, 45-47; Roma: 5) untuk menjelaskan sifat dan lingkup penebusan
Kristus atas umat manusia.9
Menurut umat Kristen Allah mempersiapkan bumi yang indah ini beserta segala
tanaman dan binatangnya sebagai tempat tinggal manusia yakni Adam dan Hawa
yang telah dipilih untuk menjadi orang pertama untuk tinggal di atas bumi (lihat
Musa 1:34). Bagian mereka di dalam rencana Bapa adalah untuk mendatangkan
kefanaan ke dalam dunia, Mereka akan menjadi orang tua pertama. 1O
Adam dan Hawa merupakan anak-anak Bapa yang paling mulia. Di dunia roh
Adam disebut Mikhael pemimpin malaikat (lihat A&P 27: II; Yudas:9) dia telah
dipilih oleh Bapa Surgawi untuk memimpin yang benar dalam pertempuran melawan
setan (lihat Wahyu 12: 7-9) Adam dan Hawa telah ditetapkan sebelumnya untuk
menjadi orang tua umat manusia Tuhan menjanjikan Adam berkat-berkat besar: "Aku
telah menguduskan engkau sebagai kepala sejumlah besar bangsa akan berasal
darimu dan engkau akan menjadi raja atas mereka selamanya."ll
Allah memerintahkan mereka untuk berallak dan belajar mengatur bumi. Kata
Dia (Tuhan Bapa) : "Beranakcuculah dan isilah bumi in! dan kuasailah dan
9 Muhammad Abdul Halim. Memahami ai-QuI' 'an Pendekatan Gaya dan Tema (terj.) RofikSuhud, (Bandung: Marja, 2002) cet.!., h. 167
10 Azas-Azas Injil, (Indonesia: Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir,1978) h. 29
" Ibid.
46
berkuasalah atas segala hal yang bergerak di atas bum!" (Kej 2:28) Allah
memfirmankan kepada mereka bahwa mereka bebas memakan dari setiap pohon di
dalam taman kecuali satu yaitu pohon pengetahuan mengenai baik dan yang jahat.
Mengenai pohon itu Allah berkata, "Pada waktu engkau memakan dar! padanya
engkau past! akan mat!" (Kej 3:3).12
Setan yang tidak tahu pikiran Allah berusaha untuk merusak rencana Allah
datang kepada Hawa di taman Eden dia menggoda Hawa untuk memakan buah dari
pohon pengetahuan mengenai yang baik dan yang jahat dia meyakinkan Hawa bahwa .
dia tidak akan mati tetapi bahwa dia akan seperti Allah mengetahui yang benar dan
yangjahat (lihat Musa 4: II). Hawa menyerah atas godaan itu dan memakan buahnya
sewaktu Adam mengetahui apa yang telah teljadi dia memilih untuk memakannya
juga. Perubahan yang terjadi atas Adam dan Hawa yang disebabkan mereka
memakan buah disebut Kejatuhan Adan1 (Doctrine ofFall).,,13
Oleh Adam dosa dan maul masuk ke dalam dunia. Ungkapan yang menjelaskan
mengenai 'pelanggaran Adam' dalam Rm 5: 14, membuat jelas bahwa satu orang
yang disebut dalam Rm 5: 12 adalah Adam dan yang disebut dosa disitu adalah
dosanya yang pertama. Dalam Adam semua orang berdosa dan mati. Karena
ketidaktaatan Adam seorang maka semua orang menjadi orang berdosa (Rm 5: 19),
12 Ibid.IJ Ibid., h. 30
47
melalui penghakiman atas pelanggaran yang satu itu hukuman tertimpa atas segenap
umatmanusia(Rm 5: 15, 17; 1 Kor 15: 22).14
Persekutuan dan terhisabnya Adam dalam dosa dan hukumannya serta
kematiannya adalah pola persekutuan dengan Kristus dan melalui mana orang-orang
percaya terhisab beroleh keadilan, pembenaran dan hidup (Rm 5: 15-19; 1 Kor 15:
22, 45, 49). Dalam hukum yang dibuat Allah solidaritas keterhisaban dengan Adam
meletakkan dasar bagi kasih karunia yang berlimpah-limpah berkuasa oleh kebenaran
untuk hidup yang kekal (Rm 5: 21).
Demikianlah Perjanjian Bal'll telah menguatkan kesejatian nilai historis dari
pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam bab-bab permulaan kejadian yang
berkenaan dengan Adam. Dalam I Kor 15: 45, 47 disajikan hunjukan Kej 2: 7, dalam
Yud 14 kepada Kej 5: 3-18 Cbnd 1 Taw 1: 1-3), dalam I Tim 2: 13 kepada kej 2: 20
23, dalam 1 Tim 2: 14 kepada K.ej: 1-6,13, dalanl Mat 19: 4; Mrk 10: 6 kepada Kej 1:
27, dalam Mat 19: 5,6; Mrk 10:7,8 (bnd Ef5: 31) kepadaKej 2: 24, dan dalam Rm
5: 12-19; I Kor 15: 22 kepada Kej 2: 17; 3:19. Hunjukan yang sifatnya mengurai dan
meresapi ini kadang-kadang berterus terang dan kadang-kadang secara halus
menunjukkan betapa Perjanjian Baru membenarkan kesejatian nilai historis dari
Adam dan kejadian -kejadian mengenai dirinya juga membenarkan keaslian catatan
resmi yang disajikan oleh bab-bab permulaan kitab Kejadian.
14 Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini. op.cit., h. 9
48
C. Kisah Penciptaan Adam Mennrut al-Qur'an
AJ-Qur'an di sisi lain tidak memberikan pemyataan kronologis pada surat
pertal11a, nal11un mel11anfaatkan euplikan peristiwa.yang dial11bil dari kisah Adam dan
pasangannya yang tersebar pada pelbagai ayatnya dan dipergunakan untuk tujuan-
tujuan moral dalam beberapa konteks tertentu. Peneiptaan pasangan Adam tidak
dikaitkan dengan periwayatan tentang peneiptaan Adam, tetapi dikemukakan pada
bagian terpisah dari al-Qur'an dan digunakan untuk maksud-maksud yang berbeda.
Periwayatan ini berbeda-beda panjangnya sebagiannya l11encapai satu halaman penuh,
sedangkan yang lain hanya terdiri dari beberapa baris saja. Cuplikan peristiwa
pertama muneul pada QS. AI-Baqarah/2: 30-39, kedua pada QS. al-Maidah/5: 27-31,
ketiga pada QS. al-A'rafl7:II-27, lalu Qs. al-HijrIl5: 27-48, QS. al-Isra'/17: 61-64,
QS. al-Kahfi/18:50, QS.Thahal20: 116-126, QS. Shad/38: 71-85. Masih ada beberapa
ayat lain yang menyebutkan cuplikan-cuplikan peristiwa yang bersifat individual: QS.
Ibrahlmll4: 22-23; QS. Yasln/36: 60-64. Ada beberapa penyebutan mengenai Adam
dan pasangannya sebagai nenek l110yang seluruh umat l11anusia QS. an-Nisal4: 1 dan
QS. al-Hujurat/49: 13; dan juga tentang penciptaan mereka sebagai pasangan suami
isteri pertama QS. al-A'raf/7: 189. 15
Menurut penulis jelas sekali ada bagian-bagian dari kisah itu yang bersesuaian
dengan kisah dalam kitab suci al-Qur'an dan ada pula yang berbeda. Garis besar
kisah itu memiliki persamaan, namun beberapa rineian sarna sekali berbeda atau tidak,
terdapat dalam al-Qur'an. Misalnya menurut al-Qur'an yang tergoda oleh setan itu
15 Muhammad Abdul Halim, op. cit., h. 170
49
adalah sekaligus Adam dan pasangannya bersama-sama dan setan yang menggodanya
tidak dilukiskan sebagai seekor ular. Karena Adam dan pasangannya melakukan
pelanggaran secara bersama, maka beban akibat buruknya pun dipikul bersama tanpa
salah satu menanggung lebih daripada yang lain. Maka dalam al-Qur'iin tidak ada
semacam kutukan kepada kaum perempuan akibat tergoda itu seperti kutukan bahwa
perempuan akan mengandung dan melahirkan dengan sengsara dan akan ditundukkan
oleh kaum lelaki atau suami mereka. Juga dengan sendirinya tidak ada kutukan
kepada binatang ular.
Dalam al-Qur'iin drama kosmis (meminjam istilah Cak Nur) menyangkut kisah
Adam itu dituturkan dengan pembukaan bahwa Allah memberitahu para malaikat
tentang telah ditunjuknya seorang khalifah yaitu Adam. Para malaikat
mempertanyakan mengapa manusia yang ditunjuk sebagai khalifah padahal ia bakal
membuat kerusaan di bumi dan banyak menumpahkan darah sementara mereka
sendiri (para malaikat) selalu bertasbih memuji Allah dan mengkuduskan-Nya. Allah
menjawab bahwa Dia mengetahui hal-hal yang para malaikat itu tidak tahu.
Allah yang maha suci berfirman bahwa peniupan dari ruh-Nya pada Adam yang
menjadikannya memiliki keistimewaan dan kemuliaan hingga mengungguli malaikat
ini sudah tentu merupakan sesuatu yang bukan semata-mata kehidupan yang
diberikan kepada binatang. Inilah yang membawa kita untuk menetapkan manusia
sebagai suatu jenis makhluk yang memiliki perkembangan tersendiri dan memiliki
kekhususan tersendiri dalam peraturan alam semesta yang tidak terdapat pada
makhluk hidup lainnya.
50
Semua cerita al-Qur'an tentang penciptaan manusia dimulai dengan orang tua
pertama: "Wahai anak-anak Adam! Jangan biarkan setan menggoda dirimu
sebagaimana ia telah menyebabkan keluamya ibu bapakmu dari surga (lihat QS.al-
A'rafl7: 27.
Menurut Maududi, seluruh proses penciptaan manusia melalui tiga tahap:
1. PelIDulaan penciptaan
2. Pembentukan/penyempurnaan
3. Pemberian kehidupan. 16
Amina Wadud menyatakan bahwa QS.an-Nisii/4: I merupakan unsur dasar menurut
versi aI-Qur' an tentang kisah asal muasal manusia kisah itu umumnya dipahami
sebagai penciptaan Adam dan pasangannya. 17 Demikian pula Abu Syuqqah
menyatakan hal yang sarna bahwa laki-Iaki dan wanita dari asal yang satu. IS
Dalam al-Qur'an nama pribadi Hawa tidak disebutkan. Hanya disebutkan Adanl
mempunyai seorang pasangan. Juga tidak disebutkan bagaimana Hawa itu diciptakan.
Menurut Hamka kepercayaan umum bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk lelaki
bukan berasal dari al-Qur'an melainkan dari beberapa hadis. 19
Harun Nasution memahami konsep manusia dalam Islam dapat diambil dari ayat
al-Qur'an dan hadis. Seperti dalam QS. al-Mu'miniin/23: 12-16 sementara hadis yang
menjelaskan hal tersebut yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa ruh
16 Amina Wadud, Qur 'an Menurut Perempuan, (Jakarta; Serambi, 200 I) h. 5217 Ibid., h. 54" Abu Syuqqah, Jati Diri Wanila Menurut al-Qur 'an dan Hadis (terj.) Mujiyo (Bandung; AI
Bayan, 1996) cet. IV., h. 88-8919 Nurcholoish Madjid, op.cil., h. 151
51
dihembuskan Allah swt ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 had
nuthJah, 40 hin'i darah beku dan 40 hari mudghah.20 Hal tersebutlah yang menurut
pandangan Fazlur Rahman yang membedakan manusia berbeda dari ciptaan-ciptaan
1 . 21amnya.
Sayyid Quthb menjelaskan sesungguhnya Allah menghendaki setelah penciptaan
Adam secara langsung untuk me!1iadikan jalan tertentu bagi pengulangan penciptaan
manusia. Yailu dengan mempertemukan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina,
sel telur perempuan dan sperma laki-laki. Dengan demikian terjadilah pembuahan dan
berkembanglah keturunan. Sel telur itu hidup dan bukan benda mati. Demikian pula
dengan spermatozoa (sel mani) ia hidup dan terus bergerak.22
Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah dipahami bahwa kisah tentang
penciptaan manusia sebagaimana disebutkan al-Qur'iin penuh dengan rahasia
tersembunyi dan makna fenomenal di mana para mufassir telah mengungkapkannya
dad berbagai sudut pandang.
20 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995) h. 3721 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur'an (Bandung: Penerbit Pustaka, 1996) h.2622 Sayyid Quthb, Taftir Fi Zhilalil Qur'an; di bmvah Naungan al-Qur'an (Jakarta: GIP, 2001)
Jilid. III., h.1 03
BABIV
PENGARUH ISRA.'ILIYYAT TERHADAP TAFSIR
ATAS AYAT TENTANG PENCIPTAAN ADAM
A. Hadis-Hadis tcntang Pcnciptaan Adam
Apabila kita melihat sisi lain, seperti umur Adam misalnya, sebagian pendapat
ada yang mengatakan bahwa umur Adam di masa lalu mencapai sembilan generasi.
Tepatnya satu generasi sebelum keberadaan Nuh. 1
Sementara Siroh Ibnu Hisyam menyebutkan silsilah keturunan Nabi Muhammad
saw yang sampai kepada Nabi Adam.2 Buku tersebut menegaskan bahwa Nabi
Muhammad saw merupakan generasi ke-50 pasca Adam.. Tegasnya, perjalanan waktu
dari Adam kepada nabi Muhammad dan zaman yang kita lalui sekarang tidak lebih
dari tujuh ribu tahun.
Sebagai penyeimbang penulis mengutip pendapat Syaikh Muhammad Muhyiddin
Abdul Hamid tentang pendapat Ibnu Hisyam dalam pernyataannya tentang nasab
Rasulullah saw bahwa telah diriwayatkan dari 'Urwah bin Zubair ia berkata: "Kita
tidak dapat memastikanfase antara Adnan dan Ismail ...3
I Abdul Shabur Syahin, Adam Bukan Manusia Perlama? MilOS alau Realila, (terj.) Yess;H.M. Bayaruddin, (Jakarta: Republika, 2004), h. 23
, IbidJ Ibid. h.24
52
53
Telah diriwayatkan dari TJmar RA, ia berkata: "Kita hanya dapat membaca
nasab manusia sampai Adnan. Adapun setelah itu, kita tidak dapat mengetahuinya".
Hal tersebut telah mendapatkan pembenaran dari Rasulullah saw ketika mengutip
Hadis tentang penasaban, Rasulullah berkata: " Orang-orang yang menasab-
nasabkan adalah orang-orang yang berbohong". fa mengucapkan kalimat tersebut
kurang lebih dua atau tiga kali.4
Imam Malik dan beberapa ulama lain sangat tidak menyukai orang-orang yang
menasb-nasabkan dirinya pada Adam. Karena semuanya merupakan persangkaan
yang tidak mungkin dapat dipercaya. 5
Berikut penulis cantumkan hadis-hadis yang menjelaskan permasalahan tersebut:
diriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata:
. ,.L.JJ\~) uP}ll <J 1)J......>t 0\;J,.\ Ir, ~\ i LY cJ.l~ ~ 0i cY l..,,> 0ts' JJ)
(~iJ-I 01)))
"Dan sesungguhnya Adalah di bumi Allah menjadikan (manusia) kira-kira dua ributahun, jin beberapa anak jin, lalu mereka mengadakan kerusakan di bumi danmenumpahkan darah. (HR. Hakim)
Disambungkan riwayat, Ibnu Abbas berkata:
4 Ibid5 Ibid.
54
"Tatkala Allah berkata (kepada malaikat): "Sesungguhnya aku hendak jadikan dibum! in! seorang khalifah (pengganti) maka mereka bertanya: "Apakah Engkau maujadikan padanya (makhluk) yang berbuat bencana padanya dan yang akanmenumpahkan darah. " ftu maksudnya ialahjin. (HR. Hakim)
Dengan demikian penulis menyatakan dengan adanya pemahaman tentang Adam
sebagai manusia pertama yang ada di bumi tidak dapat dipertahankan kebenarannya,
apalagi dengan adanya pemahaman ulama terdahulu yang telah sepakat secara
aklamasi bahwa Adam adalah makhluk pertama yang tercipta.
Adapun hadis yang berkaitan dengan permasalahan tersebut adalah pemyataan
Ibn Katsir ketika memberikan komentar keadaan golongan Jabbarin (gagah perkasa)
yaitu keadaan tubuh mereka yang tinggi sekali.6 Ibn Katsir memberikan komentar
terhadap kisah tentang adanya golongan Jabbarin yang bertubuh besar. Kemudian ia
melarang semua riwayat yang berhubungan dengan sifat-sifat mereka (Jabbarin)
dengan uraian yang sangat baik dan alasan logika yang tepat ketika hal tersebut
bertentangan dengan sabda Rasulullah saw yang berkata:
Jli 1\>9 0;'" .J») i~i ~I Jb:. ;Jli i .if' ~I d' = ~I c?) 0y.!.J" <Ji d'
i)U1 Jw ~-:,~ ;;.).)~ .:.t;""; L. ~li :;SJ)I11 if ...:.ltJ} J.>-~ ...,......~I
i~i 0).7"" J.>- ;cJ,.1 J>--4 if~ ~I .......)) oyl) ~I ""~)) dJ.y i)UI I)W~
v.«(,?}":,.,!I~)0\11 J:- A Jil-I Jj! ~
6 Komentar tersebut muneul dengan adanya riwayat yang menjelaskan keadaan golonganJabbarin berkaitan dengan penafsiran QS. al-Ma'idah/5: 22: "Mereka berkata: "Hai Musa,sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kalitidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya past;kami akan memasukinya." Lihat pula keterangan yang dinukil oleh Ibn Jarir dengan sanadnya kepadaMusa ketika golongan Jabbarin memasuki kota. Lihat Muhammad Husein Adz-Dzahabi, Israiliyyatdalam Tarir dan Hadis; (terj.) Didin Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka litera antarnusa, 1989) h. 136-137
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam bab: Hadis-hadis tentang para nabi,pasal: Penciptaan Adam dan keturunannya dan pada permulaan Bab Istizan, pasal: Baus salam
Cd
55
"Dari Abu Hurairah ra. Dari nabi saw beliau bersabda: "Allah menciptakan Adamtingginya 60 hasta, kemudian Dia berfirman: "Pergilah dan berilah salam kepadamalaikat-malaikat itu dan dengarkanlah apa yang mereka hormatkan kepadamu.Itulah penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu ". Adam mengucapkan:"Assalamu 'alaikum ", Mereka (para malaikat) menjawab: "Assalamu' alaika warahmatullah ", (semoga keselamatan tetap atasmu dan demikin juga rahmat Allah).Mereka menambah "wa rahmatullah ", setiap orang yang masuk surga adalah atasrupa Adam dan kejadian itu senantiasa berkurang (dalam kebagusan dan tingginya)hingga sekarang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan penciptaan Adam penulis mencantumkan hadis yang didengar
dari A'raj dari Abu Hurairah yang berbunyi:
.ru1J.-, c,s+l\ J" 0.fl.T" <J\ J" [...?~ I J" ~L;)i <Ji J" ,)y...., G <Ji ,)'b- .ru1..l,.V G'b
.uJr" cJ>- \~I Jb:- .rul 0~ ",,")1~ r-S'..\:>-i y ~ I~! :~J >t).>.
Artinya: Bercerita kepada kami Abdullah, bercerita kepada saya Abi SufYan dari AbiZinad dari A 'raj, dari Abi Hurairah dari Nabi Saw: "Jika salah seorang diantarakamu memukul, maka jauhilah mengenai mukanya, karena Sesungguhnya Allahmenciptakan Adam dalam rupa-Nya. "
Menurut Abu Rayyah, hadis tersebut persis sarna seperti kitab Yahudi
(Perjanjian Lama) yang bunyi teksnya, "Maka Tuhan menciptakan manusia dalam
I'!Ipa-Nya sendiri, dalam rupa Tuhan maka Dia menciptakannya. ,,8
MenUiut Abu Syuhbah tidak masalah jika Abu Hurairah meriwayatkan hadis
yang teksnya mirip dengan yang terdapat dalam Taurat. Karena semuanya berasal
dari Allah swt. Adapun al-Qur'iin dan hadis shahih merupakan petunjuk dan penguat
(memulai salam); Imam Muslim meriwayatkan pula dalam bab: Surga, sifat nikmatnya sertapenghuninya. Dhamir pada kalimat ben/uk kembali kepada Adam. Maknanya: Allah memulaimenciptakan Adam sebagaimana keadaannya, tidak merubah penciptaan-Nya, sebagaimanaberubahnya keturunannya dari satu kondisi pada kondisi yang lain.
8 Mahmud Abu Rayyah, Adhwa 'ala as-Sunnah al-Muhammadiyah, (Mesir: Dar al-Ma'aril')cet.lV., h. 208
56
atas kitab-kitab sebelumnya. Maka apa yang ada dalam al-Qur'an membenarkan apa
yang ada dalam Tam'at dan Injil sebelum ada perubaban dan penggantian (tahrif dan
tabdiT).9
Hadis tersebut sebenamya menjelaskan bahwa Nabi melarang memukul wajab
karena Allah telab menciptakan Adam dalam rupanya. Yang banyak menjadi
perdebatan ialab mengenai kata 'ala shiiratihi (dalam rupanya). Akhiran -hi dalam
shiiratihi oleh sebagian ulama ditafsirkan dengan Allah. Jadi Allah menciptakan
Adam dalam rupa-Nya (Allah), sehingga dipahami bahwa di sana teljadi persamaan
antara Adam dan Allah. Adam adalah makhluk yang bentuknya seperti Allah dari
segi lahiriabnya, dia mempunyai anggota badan dan dimensi yang sama dengan-Nya
baik dari segi ketinggian dan kebesaran tubuhnya. Hal ini yang membuat Abu
Rayyah menolak hadis tersebut dan menganggapnya sebagai khurafat yang sengaja
dimasukkan oleh musuh-musuh Islam kepada para ahli hadis lalu mereka
menerimanya dan tidak menelitinya.
Hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi melarang memukul wajah karena Allah
menciptakan Adam dalam rupanya. Yang banyak menjadi perdebatan ialah mengenai
kata 'ala shiiratihi (dalam rupanya). Akhiran -hi dalam shiiratihi oleh sebagian
ulama ditafsirkan dellgan Allab. Jadi Allab menciptakan Adam dalam rupa-Nya
(Allah), sehillgga dipahami bahwa di sana terjadi persamaan antara Adam dan Allab.
Adam adalah makhluk yang bentuknya seperti Allah dari segi lahiriahnya, dia
9 Muhammad Ibn Muhammad Abu Syuhbah, Difii 'anis Sunnah, (Beirut: Dar al-Kitab, 1991)eet. I., h. 129-130
57
mempunyai anggota badan dan dimensi yang sarna dengan-Nya baik dari segi
ketinggian dan kebesaran tubuhnya.
B. Tafsir atas Ayat tentang Penciptaan Adam
Nama dan kisah Adam banyak disebut dalam al-Qur'iin. Nama Adam, misalnya
disebut sebanyak 25 kali dan kisahnya dipaparkan antara lain dalam QS.al-
Baqarah/2:30-39; QS.al-A'rafl7: 11-25; QS.al-Hijr/15:26-38; QS.al-lsra'/17:61-65;
QS.Thiihil/20:115-127; dan QS. Shiid/38:71-82. Secm'a umum disebutkan bahwa
Admu merupakan salah satu makhluk Allah. Awalnya ia bersama pasangannya
menjalani kehidupan di jannah (surga) dan kemudian diturunkan Allah ke bumi.
Bersama pasangan dan keturunallUya, Adam menjadi penghuni dan pengelola bumi
pijakannya. 10
AdalU memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkml dengan ciptaan Allah
lainnya seperti malaikat dan jin. Allah menciptakan malaikat dari cal1aya sedangkan
jin berasal dari api. Allah pun memerintahkan para malaikat dan jin untuk sujud di
hadapan Adam sebagai penghoffi1atan kepadanya. Para malaikat mengikuti perintal1
tersebut sedangkan jin yang disebut dengan iblis membangkangnya dan dalam
janjinya kepada Tuhan, iblis akan menggoda manusia sepanjang zaman. I I Iblis pun
lalu diusir dari surga namun sebelum pergi ia memohon kepada Allah untuk
10 Abdul Shabur Syahin, Adam Bukan Manusia Perlama? (Milos alau Realila); (Jakarta:Penerbit Republika, 2004) h.i
II Ibid., h. i-ii
58
dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat agar dapat menyesatkan manusia kecuali
orang-orang yang mukhlas (lihat QS. al-Hijr/I5:36-42; dan QS.Shiid/36:80-84).12
Islam juga mengakui adanya kejatuhan (Arab: hubuth) Adam dari surga
namun tidak menjadikannya pangkal atau pun bagian dari sistem keimanannya yang
pokok. Ini tidak berarti bahwa kisah itu tidaklah penting. Kenyataannya bahwa kisah
itu dituturkan dalam al-Qur'an dengan sendirinya menunjukkan makna penting yang
terkandung di dalamnya dengan harapan bahwa kaum beriman dapat menarik
pelajaran dari kisah itu sesuai dengan maksud dan tujuan semua kisah suci. l}
Dalam al-Qur'an Tuhan memberitahukan penciptaan Adam kepada para
malaikat sesuai dengan firman-Nya QS.al-Baqarah/2:30;
Allah berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu beljirman kepada para malaikat: 'SesungguhnyaAku hendak merljadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. alBaqarah/2:30).
Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata ja 'ala (ja'ilun) dalam penciptaan
Adam dan tidak menggunakan kata khalaqa (khaliqun), yang bisa berarti: Allah
hendak menjadilGm (mengevolusikan) seorang manusia di atas bumi, sebagai khalifah
(pengganti) generasi sebelumnya. 14
12 Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia; Telaah Krilis Terhadap Konsepsi AI-Qur 'an(Yogyakarta: INHIS & Pustaka Pelajar, 1996) cet.I., h.4
13 Ibid14 Urnar Syihab. AI-Qur 'an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990) h. 87-88
59
Bagi kalangan umat Islam Adam dipercaya sebagai tokoh historis dan bahkan
menganggapnya sebagai manusia, nabi, dan rasul pertama yang diturunkan Allah ke
bumi seperti disebutkan dalam teks-teks ayat al-Qur'an. Bagi umat Islam kisah Adam
nyata benar keberadaannya dan tak dapat dibantah. Karena itu kisah Adam menjadi
bagian dari sejarah umat manusia di bumi ini.
Teks al-Qur'an hanya menceritakan bahwa Adam adalah manusia pertama
yang darinya dan pasangalmnya lahir manusia-manusia sesudahnya. la juga
mengisyaratkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam fase-fase kejadian
(lihat QS. Nuh/7l: 14, QS.al-Mu'miniinl23: 12-14). Selain menilik adanya tingkatan
masa di mana sebelumnya manusia adalah sesuatu yang tak bermakna.
Dalam salah satu karyanya Muhammad Iqbal menjadikan kisah Adam
sebagai bagian dari kajian sentral filsafatnya tentang manusia. Pemikir Pakistan ini
mengemukakan interpretasi yang menarik dan berbeda dengan pandangan pandangan
mayoritas umat Islam tentang kisah Adam. Menurut Iqbal, kisah Adam dalam teks
teks ayat al-Qur'an bukanlah kisah nyata dalam sejarah umat manusia. Kisah Adam
tidak bisa dikategorikan sebagai suatu peristiwa sejarah, namun ia hanyalah bagian
dari sebuah legenda atau sebuah dongeng. Menurut Iqbal perkataan Adam dalam
beberapa ayat al-Qur'iin bukan dimaksudkan sebagai atau menunjuk pada sebuah
nama seseorang atau individu manusia yang kongkret. l;
Pemaparan cerita dalam al-Qur'an telah melahirkan berbagai pemahaman
pada orang-orang yang membacanya, terutama ketika cerita itu menyisakan ruang
" Abdul Shabur Syahin, op.cit., h.iii
60
ruang yang perlu diisi imajinasi. Sejak lama muncul pencerita yang berusaha
menghubungkan antara cerita yang terdapat dalam al-Qur'an dengan daya tangkap
manusia yang selalu ingin tahu lebih banyak dari apa yang tersurat. Itu dilakukan
dengan berbagai cara semisal mengembangkan khayalan dan mengambil dari sumber-
sumber di luar al-Qur'an sendj.ri. Jadilah cerita tentang Adam yang disangkakan
berasal dari kitab ini mengandung bagian-bagian yang tidak masuk aka!. Ketika
ditelusuri dalam al-Qur'an sendiri ternyata tidak terdapat dasar pijaknya di situ.
Lalu muncul orang-orang yang berusaha untuk membuat masuk akal cerita
tentang Adam itu. Benarkah pernah ada seorang Nabi yang bernama Adam? Apakah
ia orang pertama yang menjadi bapak seluruh manusia dalam jagat ini? Apakah ia
hanya dipakai secara mitologis untuk menggambarkan keberadaan manusia? Sampai
sekarang masih banyak orang yang percaya dan meyakini bahwa Adam adalah
manusia historis yang pertama kali muncul di bumi.
Para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud khalifah dalam QS. al-Baqarah/2:
30 adalah Adam yang menjadi pengganti para malaikat penghuni bumi setelah
Ienyapnya jin. 16 Isma'il Haqy menyatakan bahwa sebelum Adam diciptakan telah
ada makhluk yang mendiami bumi ini yang disebut dengan Banut-Jann. Makhluk-
makhluk tersebut senantiasa menimbulkan kerusakan dan saling menumpahkan darah
di antara mereka, sehingga mereka habis dan punah di atas bumi. Ibnu Jarir ath-
Thabari mengistilahkan makhluk tersebut dengan at-jinn. Sementara Muhammad
16 AI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi ai-Hanbali, Menelanjangi Selan(terj.), (Jakarta: Darul Hag, 2001) hAO
61
Abduh menamakannya dengan al-jinn dan al-bann, dan al-bann tersebut mendiami
bumi ini sebelum al-jinn. Dengan kata lain bahwa al-jinn merupakan generasi kedua
dan manusia merupakan generasi ketiga yang mendiami bumi ini,17 Ayat tersebut
turun pada pertengahan periode Madinah yang di dalamnya diproklamasikan
kekhalifahan Adam di muka bumi. 18
Pengeliian khalifah dalam ayat di atas menurut ar-Razi ada dua, pertama Adam
adalah pengganti jin menemputi dunia, setelah jin ditiadakan sebagai penghuni bumi
terdahulu, dan kedua Adam adalah penguasa bumi sebagai pengganti Allah dalam
menegakkan hukum-hukumnya di atas bumi,19
Ayat tersebut bersama ayat-ayat penciptaan Adam lain menjelaskan bahwa
sebelum Adam telah ada beberapa jenis makhluk bukan manusia di antaranya adalah
malaikat yang tidak dapat kita ketahui sosoknya dan tidak bisa diteliti dengan ilmu
pengetahuan. Dia termasuk masalah metafisika yang berada di luar jangkauan ilmu
pengetahuan.20
Dari penjelasan al-Qur'iin jelas bahwa surga tidak pernah dimaksudkan
sebagai tempat tinggal spesies manusia. Bagian dari rencana awal Allah menciptakan
manusia adalah supaya manusia berperan sebagai khalifah (wakiJ) di muka bumi,21
17 Umar Syihab., Loc.Cit18 Aisyah Abdurrahman (Bintusy-Syathi'), Manusia Sensilivitas Hermeneutika A/-Qur 'an
(Yogyakarta: LKPSM, 1997) eet.l., h.3019 Umar Syihab., Loc. cit'0 Bintusy-Syathi'., Loc. Cit..21 Amina Wadud. Qur'an Menurut Perempuan; Me/uruskan Bias Gender da/am Tradisi
Taftir (Jakarta: Serambi, 2001) eel. I., h.63
Manusia adalah seorang khalifah yang mempunyai misi suci di muka burniSungguhpun simbol khalifah yang digunakan al-Qur'an itu sangat eksplisit, namun
penafsirannya adalah manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, bukan pengertian bahwa
Allah akan membuat kerajaan-Nya di muka bumi seperti konsep the kingdom a/God
dalam istilah Taurat. Konsep tersebut di kalangan masyarakat Yahudi dan Kristiani
sering dipahami Muslim dalam memberi interpretasi kata khalifah.22
Khalifah menurut T.M. Hasbi ash-Shiddieqy mengandung tiga pengertian: (I)
Pengganti bagi kaum yang sudah ada, (2) Kaum yang terus menerus berganti, dan
(3) Petugas yang mentanjidzkan (melaksanakan) perintah Allah. 23
Ibnu Jarir berkata bahwa khalifah beralii orang yang menggantikan Tuhan
dalam memutuskan hukum di antara makhluk-Ku (Allah) dan itu tugas Adam dan
orang yang menjadi pengganti setelalmya dalam rangka taat kepada Allah dan
memimpin secara adil di antara makhluk. Apabila yang ditimbulkan itu kerusakan
maka bukanlah bersumber dari khalifah Allah.24
Adam adalah khalifah Allah di bumi. Ia diberi kepercayaan untuk mengelola
bUl11i dan karenanya mesti mengetahui seluk beluk bUl11i atau paling tidak ia
mempunyai potensi untuk mengetahuinya. Malaikat semula l11enyangkal perlunya
seorang khalifah di bUl11i karena sudah ada l11ereka sendiri yang selalu beliasbih
dengan memuji Allah dan menguduskan-Nya sedangkan khalifah itu mempunyai
potensi untuk membuat kerusakan di bumi dan l11enul11pahkan darah. Potensi inilah
"Jrwandar, Demitologisasi Adam dan Hawa. (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003) cel.l., h.16723 Machasin.. op.cit., h.1O24 AI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali., op. cit., hAI-42
63
yang diperhatikan malaikat, atau bahkan yang mereka ketahui. Allah lalu mengatakan
bahwa ada sesuatu yang tak diketahui oleh para malaikat mengenai khalifah itu.
Oalam bentuk tunggal, kata ini dipakai dua kali dalam QS.al-Baqarah/2:30 dan
QS. Shad/38:26.25 Bentuk jamak kata ini ada dua yang dipergunakan al-Qur'iin.
Pertama, khald'ifdipergunakan empat kali QS.al-An'am/6:165; QS.Yunus/IO:14 dan
73; QS. Fatir/35:39. Kedua, khulafa " dipergunakan tiga kali dalam al-Qur'iin QS. al
A'raf!7:69 dan 74; QS. an-Nan11/27: 62.26
Para ahli ilhad (ateis) dan Ibnu ai-Arabi berkata bahwa yang dimaksud·
khalifah adalah wakil Allah.27 Mengenai ayat tersebut apakah teliuju hanya kepada
para malaikat atau iblis karena iblis sebelumnya adalah makhluk yang taat beribadah
kepada Allah tetapi kemudian iblis terjangkit penyakit ujub dan sombong lalu Allah
mengetahui kesombongarmya sehingga Allah berfirman kepada iblis dan tentaranya
berkaitan dengan ayat tersebut,28
Oalam ayat ini para malaikat menyampaikan sebuah pelianyaan untuk
memahami realitas dan bukan sebagai tanda protes, seperti yang diungkapkan oleh
QS. AI-Baqarah/2:30
.;..lJ <fJA;) .:J.J.....>;~ J) .L...ul~) 4)~ J 4) J<li I)ij
(r. :,/o.;.,!loJy)
25 Machasin., op.cil.• h. 10"Ibid. h.IO-1227 AI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Mutlih al-Maqdisi al-Hanbali., op.cil., hA228 Ibid.
64
Mereka berkata, "Apakah Engkau akan menempatkan di dalamnya orangyang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kamisenantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" (QS.alBaqarah/2:30).
Sebagian mufasir lainnya percaya bahwa ramalan para malaikat akibat dari
suatu fakta bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka bumi, melainkan
sebelumnya juga telah ada beberapa manusia lainnya yang tinggal di bumi yang
melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Perbuatan yang buruk ini
menyebabkan kecurigaan para malaikat menyangkut Adam dan keturunannya.29
Beberapa mufasir menta'wilkan perkataan malaikat dalam firman Allah swt:
-:..U ~.) .!.I~ ~ cJ..) .L...ul ~.) 4J~ if 4J J<.?i I}u
(i. :, / o/)I O).r")
Mereka berkata, "Apakah Engkau akan menempatkan di dalamnya orangyang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kamisenantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" (QS.alBaqarah/2:30).
AI-Qur'an memang menerangkan bahwa Adam durhaka kepada Tuhan-Nya namun
di sini tak diterangkan bahwa Adam melakukan perbuatan dosa karena sebelum
terjadi peristiwa itu, al-Qur'an menerangkan seterang-terangnya QS. TMhaJ20: 115.
"Sesungguhnya sebelum itu kami telah memberi peringatan kepada Adam, tetapiia lupa dan kami dapati dia tak sengaja (berbuat demikian) " (QS. TMhaJ20:115)
29 Allamah Kamal Faqih Imani, Taji!ir HI/rllt Qllr'an: Sebllah Taft'ir Sederhana MemgllCaha)'a at-Qllr'an, (Jakarta: AI-Huda, 2003) ceLl., h.159
65
Jadi di pihak Adam tak ada niat untuk durhaka terhadap perintah Allah swt.
hanya karena kelupaan sajalah yang menyebabkan terjadinya pendurhakaan itu.30
Peristiwa sernpa itu diuraikan pula dalam QS.al-Baqarah/2:38; tetapi di sini
tak digunakan kata 'asha (mendurhaka) melainkan digunakan kata azalia artinya
membuat ia tergelincir. Jadi menurnt al-Qur'an suci, tak ada nabi yang melakukan
perbuatan dosa, oleh karena itu ajaran tentang sucinya para nabi dari dosa tak dapat
diganggu gugat lagi.31
Patut pula di ketahui bahwa pada ayat tersebut para malaikat menekankan
pada tiga aspek mengenai karakteristik (keislimewaan) mereka: lasbih
(pengagungan), hamd (tahmid/plljian) dan laqdis (penYllcian). Jelas, makna pertama
dan kedua adalah memuji-Nya, mengetahui-Nya, dan keagungan-Nya benar-benar
suci dan sempurna bebas dari kekotoran atau dari apa saja yang hina. Namun apakah
gerangan makna hakiki dari laqdis (penyucian)? Sebagian mufasir menganggapnya
sebagai penyucian Allah swt dari segala macam kekurangan yang juga secaJ'a faktual
mernpakan penekanan atas makna lasbih (pengagungan).32
Sekelompok lainnya menyakini bahwa makna kata laqdis berasal dari kata
quds yang bermakna membersihkan bllmi dari para perusak dan orang jahat atau
membersihkan diri sendiri dari segala sesuatu yang bumk, jahat, dan amoral dalam,
rangka menjernihkan jiwa dan raga karena Allah. Mereka berpendapat, kata laka
'0 Maulana Muhammad Ali, Islamologi; DilJullslam, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,1996)cet.V" h.281
JJ Ibid. h.282)2 Allamah Kamal Faqih Imani, op.cit,. h.160
66
(bagimu) dalam kata nuqaddisu laka kami memuji kesucian Engkau [untuk-Mu]
dalam makna sebagai saksi. Para malaikat tidak mengatakan kami memuji-Mu, tetapi
yang mereka maksud "kami menyucikan diri kami sendiri dan membantu orang
orang yang taat kepada-Mu.,,33
Dalam QS. al-Baqarah/2:30-39 penciptaan Adam disinggung serta beberapa
surat lainnya. Ayat ini mengandung beberapa hal yang menurut penulis sangat
fundamental.
I. Allah memberitahu para malaikat mengenai kekhalifahan manusia di bumi
dan pertanyaan mereka kepada Allah.
2. Para malaikat diperintahkan bersujud di hadapan manusia pertama, Adam.
Situasi ini disinggung dalam banyak ayat dalam al-Qur'an aI-Karim
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang berbeda.
3. llustrasi situasi Adam dan kehidupan di surga serta peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan dia dikeluarkan dari surga, kemudian taubatnya Adam dan
keharusan dia dan pasangannya tinggal di dunia diperlihatkan.
Sementara itu ada tiga kata yang digunakan al-Qur'an untuk menunjuk kepada
manusia.
1. Menggunakan kata yang terdiri dari alif, /Jun, dan sin semacam insan, ins,
nas, atau unas.
2. Menggunakan kala basyar.
33 Ibid, h.160-161
67
3. Menggunakan kata bani Adam, dan zuriyal Adam.34
Selain ketiga kata tersebut, air dan tanah merupakan bahan pokok yang
banyak disebut dalam penciptaan manusia. Dalam QS.25/al-Furqiin:54 disebutkan
kata rnd (air), dalam QS. as-Sajdah/32:8 dan QS. al-MursaliitI77:20, kata ini diberi
keterangan dengan kata sifat rnahin (yang hina), dan dengan ddjiq (yang memancar)
dalam QS.at-Tiiriq/86:6 kata lain yang masih menunjukkan pengertian air. Walaupun
dalam bentuk khusus juga banyak disebut kata nutfah (tetesan air) sebagai asal
penciptaan manusia. Kata ini disebut tidak kurang dari 12 kali. Dengan lebih jelas
tetesan ini disebut berasal dari semburan (maniyy) yang disemburkan (yurnnd). Nutfah•
itu sebelumnya berasal dari tanah (turdb), namun bukan tanah sembarang tanah,
melainkan intisari tanah (suldlah min tin). Kata turdb disebut pula sebagai bahan
penciptaan Adam. Kata tin yang berarti tanah lumpur kadang disebut tanpa tambahan
kata sifat apa pun. Di tempat lain kata itu diberi kata sifat ldzib (liat) bahkan
dikatakan pula bahwa tanah itu adalah tembikar yang berasal dari lumpur hitam dan
dibentuk dengan cetalcan.35
Aisyah Bintu Syati' juga mengedepankan tiga istilah penting konsep al-Qur'an
mengenai manusia yang secara sepintas lafaz-lafaz itu sinonim sifatnya, seperti kata
al-ba.syar, an-nds, dan aI-ins. Basyar menurutnya adalah anak turunan Adam,
34 M.Quraish Shihab, op.cit., h.278J5 Machasin, Menyelami Kebebasan manusia; Telaah Kritis Terhadap Konsepsi ai-QuI' 'an
(Yogyakarta: Puslaka pelajar, 1996) ceLl., h.I-2
68
makhluk fisik yang suka makan dan beljalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang
membuat pengertian basyar mencakup anak turunan Adanl secara keseluruhan.36
Abdul Shabur Syahin beranggapan bahwa kalimat basyar menunjuk pada masa
lalu. Tepatnya, Allah telah menciptakan basyar sebelum memberitahukan hal tersebut
kepada malaikat. Pada waktu itu, Allah ingin memberitahukan hal tersebut kepada
para malaikat agar mereka menyiapkan diri untuk selalu mengikuti seluruh infonnasi
tentang makhluk tersebut sepanjang masa-masa penyempurnaan dan peniupan ruh
Allah sehingga pada akhirnya nanti mereka bersedia untuk bersujud kepada Adam
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. 37
Untuk pengertian bahwa manusia adalah aspek fisik anak Adam al-Qur'an tidak
mempergunakan kata an-nas, al-insu dan al-insan. Masing-masing kata tersebut
memiliki tekanan terhadap pesan makna tertentu yang berbeda dengan pesan makna
yang dilahirkan oleh kata lainnya.
Kata an-nas dalam al-Qur'an disebut sebanyak kurang lebih 240 kali dengan
tegas yang menunjukkan nama jenis bagi keturunan Adam atau menunjuk
keseluruhan makhluk hidup secara mutlak lihat QS. al-Hujuriit/49: 13. Sedangkan kata
ai-ins dan al-insan dapat disimpulkan sebagai bentuk kata yang musylarak (memiliki
sisi kesamaan makna) berasal dari akar kata a-n-s. Pesan makna yang dikandungnya
adalah kebalikannya kata liar yaitu jinak. Oalam penjelasan al-Qur'iin terungkap
36 Aisyah Binlu Syali', Manusia dalam Perspektif al-Qur·an. (Jakarta: Pustaka Firdaus.2003) cetll., h.I-2
37 Abdul Shabur Syahin, op.cit., h.69
rn
69
kedua kata tersebut juga memiliki perbedaan makna di samping makna mlisytarak
(sisi kesamaaan) yang di milikinya.38
Kata aI-ins selalu disebut bersamaan dengan kata jin sebagai lawannya.
Penyebutan kata aI-ins dalam format redaksional sepelii itu terdapat pada 18 ayat,
yaitu aI-An'am ayat 112, 127 yang diulang dua kali, dan 130, al-A'raf ayat 38, 179,
al-Isrii' 88, an-Naml:17, Fushshilat ayat 25 dan 29, al-Ahqiif:18, adz-Dziiriyiit 56, al-
Jin 5 dan 6. Semuanya ayat Makiyyah (ayat yang diturunkan sebelum peristiwa
hijrah). Kemudian surat ar-Rahmiin 33, 39, 56 dan 74, semuanya ayat Madaniyah
(ayat yang diturunkan setelah peristiwa hijrah).39
Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam al-Qur'an dengan kata aI-ins
dalam arti tidak liar atau tidak biadab merupakan kesimpulan yang jelas bahwa
manusia itu merupakan kebalikan dari jin yang menurut dalil aslinya bersifat
metafisik. Metafisik itu identik dengan liar atau bebas karena tak mengenal ruang dan
k 40wa tu.
Sedangkan kata al-insan berdasarkan penelitian Bintu Syati' terhadap ayat-ayat
yang istimewa itu tidaklah menekankan tentang keutamaan manusia sebagaimana
dijelaskan dalam surat ar-Rahmiin: 14 dan al-Hijr: 26, bukan pula tentang manusia
secara fisik dengan terminologi al-basyar karena ia suka memakan makanan dan
berjalan di pasar. Nilai kemanusiaan pada manusia yang disebut al-Qur'an dengan
tenna al-insan itu terletak pada tingginya derajat manusia yang membuatnya layak
"Aisyah Bintu syati', op.cil., h.539 Ibid.40 Ibid.
U\
70
menjadi khalifah di bumi dan mampu memikul akibat-akibat taklif (tugas
keagamaan) serla memikul amanat. 41
Adam yang diberi kemampuan efektif dari karunia ilahi memiliki potensi
respontif yang sangat luar biasa atas fakta-fakta dunia makhluk, dan ini seperti yang
dinyatakan al-Qur'an,"Dan Dia mengajarkan kepada Adam semua nama, ... "
Para ahli tafsir, dari sudut pandang berbagai gaya penafsiran mereka, telah
melontarkan pendapat-pendapat yang berbeda menyangkut kata "mengajarkan nama-
nama", tetapi tentu maksudnya bukan mengajar beberapa kata yang tidak penting atau
"nama-nama yang tidak bermakna", karena hal ini tidak dipandang sebagai kemuliaan
Adam. Maksudnya adalah mengajarkan sifat alami dari nama-nama ini begitu pula
konsep-konsep dan hal-hal yang dimaksud.
Allah mengajar Adam nama-nama seluruhnya yakni memberinya potensi
pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-
benda atau mengajarnya fungsi benda-benda.
Menurut Quraish Shihab ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi
Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda,
misalnya fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya.42
Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Imam ash-Shadiq as ditanya mengenai makna
ayat ini, beliau menjawab,"Maksud (dari kata nama-nama) adalah: daratan, gummg
gemlmung, lembah, palung sungai (dan secara keseluruhan segala hal)." Kemudian
41 Ibid, h.742 M. Quraish Shihab, Taftir at-Misbdh; Pesan, Kesan dan Keserasian at-Qur 'an, (Jakarta:
Lentera Bali, 2000) h.143
71
Imam ash-Shadiq melihat tikar yang ada di bawahnya dan berkata, "Tikar ini pun
termasuk benda-benda yang Dia ajarkan kepada Adam. ,,43
Sementara sebagaian para ulama ahli tafsir mengatakan yang dimaksud dengan
ayat di atas adalah diciptakan dalam hatinya mampu mengetahui nama-nama dan
diberikan i1ham untuk mengenall1ya dan Allah mel1gajarkan kepadanya seluruh nama
benda hingga takdir dan ihnu pengetahuan. Imam al-Waqidi berkata bahwa ulama
ahli ta'wil berkata, "Sesungguhnya Allah mengajari seiuruh macam bahasa kepada
nabi Adam, sehingga anak-anaknya berbicara dengan seiuruh macam bahasa itu dan
akhirnya masing-masing umat memiliki bahasa sendiri-sendiri.44
Pendapat tersebut juga disampaikan oleh Ar-Raghib dalam bukunya ai-Mufradat
berpendapat, ai-asma' ialah huruf, perbuatan dan nama-nama benda. Pendapat ini
identik dengan pendapat yang mel1gatakan bahwa ai-asma' adalah bahasa.45
AI-Qur'iil1 juga menjelaskan bahwa kedudukan (maqam) Adam adalah sangat
tinggi ia adalah wakil Allah di muka bumi, pengajar para malaikat dan ia pun
memiliki ketakwaan dan pengetahuan yang tinggi sehingga Allah memerintahkan
para malaikat untuk sujud kepadanya (lihat QS. AI-Baqarah/2:34-36).
Sebagian para mufassir menafsirkan makna sujud di sini berarti menghormati
dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri karena sujud
memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
43 AJIamah Kamal Faqih Imani, op.cil, h. 16244 AI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Op.cil, h. 4945 Aisyah Bintu Syati', Op.cil., h.26
.."
72
Sebagai penghormatan kepada sang khalifah yang dianugerahi ilmu dan
mendapat tugas mengelola bumi, maka Allah secaI'a langsung dan dengan
menggunakan kata Kami yang menunjukkan keagungan-Nya bukan lagi dalam
bentuk persona ketiga sebagaimana dalam ayat 30 Allah secara langsung
memerintahkan : "Dan renungkan pula ketika kami beljirman kepada para malaikat,
"Sujudlah kepada Adam ".
Quraish Shihab meneljemahkan penggalan ayat illd iblfs aM dengan terjemah
"tetapi ibUs enggan ", bukan seperti terjemahan tim Departemen Agama dalam al
QUI' 'an dan teljemahnya "kecuaU ibUs". Bila kata illd diterjemahkan dengan
"kecuaU" maim iblis termasuk kelompok malaikat,46
Ada perbedaan yang yang sangat mencolok menurut penulis antara al-Qur'an dan
Perjanjian Lama dad kitab Genesis atau kitab kejadian. Tetapi jika diteliti lebih jauh
sangat berbeda dalam menceritakan kisah tersebut.
Pertama, dalam al-Qur'an sarna sekali tidak disebutkan ular sebagai penjehnaan
dari iblis. Kedua, setan tidak membisikkan nasehat yang menyesatkan kepada hawa
saja, melainkan kepada Adam dan istrinya bahkan tanpa menyebut nama Hawa atau
Eva sepelii yang kita dengar dari cerita-cerita Peljanjian Lama.
Akhirnya penulis berkesimpulan bahwa sujudnya para malaikat kepada Adam
mengandung beberapa arti. Pertama, penghormatan kepada rnanusia seperti
terungkap dalam perintah Allah kepada malaikat untuk bersujud kepadanya, jelas
merupakan kelebihan Adam karena hanya dia yang mampu menggali pengetahuan
46 Quraish Shihab., op.cil., h. 150
..,'1
73
yang malaikat tidak mampu mengetahuinya. Kedua, Kepemimpinan di bumi
merupakan amanat kemallusiaan yang harus dipertanggullgjawabkan oleh manusia,
juga merupakan cobaan tidak pernah dialami malaikat karena mereka hanya
diperintah tunduk secara mutlak.
Ayat berikutnya menjelaskan bahwa karena bisikan setanlah yang menyebabkan
Adam dan pasangannya turun ke bumi setelah Adam melanggar larangan dari Allah
agar jangan mendekati pohon (lihat QS. AI-baqarah/2: 35). Tidak jelas apa maksud
pohon dalam ayat ini tapi ada yang menafsirkan makna hadzihis ;yajaroh yang
dilarang oleh Allah untuk mendekatinya apalagi memakannya tidak dapat dipastikan
sebab al-Qur'an dan hadis tidak menerangkannya. Ada yang menamakan hadzihis
syazaroh adalah pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam QS. Thaha/20: 120.
<ft'1..0L) .:J.;Llo~ ~ ~~i J-" \~i ~ JL; 0lk.,..:J1..."J) e.t'r';'
('\' :\./.kO)r')
"Kemudian setan membisikan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "HaiAdam, maukah saya tujukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yangtidak akan binasa".
BerdaEmkan ayat tersebut pohon itu dinamakan syajarotulkhuldi karena
menurut bisikan setan orang yang l11el11akannya akan kekal dan tidak akan mati.47
Akhirnya Adam dan pasangannya dengan tipu daya setan mel11akan buah pohon
yang dilarang itu, yang l11engakibatkan keduanya keluar dari surga dan Allah
memerintahkan mereka turun ke dunia.
47 Mujamma' ai-Malik Fahd Li Thiba'al al-Mushaf, (al-Qur'an dan lerjemahnya) h. 490
74
Lalu diperuntukkan bagi siapakah perintah turun dari surga? Az-Zamakhsyari
beranggapan bahwa perintah turun dari surga ini diperuntukkan bagi Adam dan
istrinya secara ldmsus (lihat QS. Al-Baqarah/2: 38). Menurut pendapatnya dalil yang
menguatkan hal ini adalah firman Allah QS. ThiihaJ20: 123.48 Ibnu Qayyim
berpendapat turunnya Adam dari surga bisa kembali kepada Adam dan istrinya atau
kepada Adam dan iblis, istri tidak disebutkan karena ia mengikuti suami.49
Pada akhir kisah tentang penciptaan Adam penulis menutup dengan ayat yang
berkenaan dengan penyesalan Adam serta makna kalimat dari Tuhan-Nya (lihat QS.
AI-Baqarah/2: 37-39).
Ayat tersebut merupakan suatu pernyataan bagaimana Adam dan pasangannya
telah melakukan kesalahan yang menyebabkan Allah murka kepadanya tapi karena
penyesalan dan taubat yang dilakukan Adam yang menyebabkan terampuninya dosa
mereka. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata yang digunakan ayat di atas
mengisyaratkan bahwa pemerimaan ampunan tersebut sangat menggembirakan Adam
dan istrinya.
Quraish Shihab menginterpretasikan makna kalimat tersebut adalah Allah
mengilhaminya penyesalan dari dalam lubuk hatinya yang tulus, dan atau
mengilhaminya kalimat-kalimat do'a yang terucapkan. 50
48 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Tafsir Ibnu Qayyim; Tafsir Ayat-ayat Pitihan (Jakarta: DarnlFalah, 2000) h. 149-150
49 Ibid., h. 151'0 Quraish Shihab., op.cit., h. 158-159
75
Sementara sebagian ulama menunjuk QS. AI-A'raf/7: 23 sebagai makna kalimat
yang diilhamkan Allah kepada mereka berdua bahwa kalimat tersebut adalah:
"Mereka berdua berkata: " Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kamisendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepadakami, niseaya kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. AI-A'raf/7: 23)
Muhammad bin Ka'ab al-Quradhi mengatakan, maksud kalimat adalah bacaan
yang berbunyi:
$ oJ' ~ $ '"
)yW\ ...:..,jl ~l J ftLi~ e::-.....lb) I_,r cJ....>. y) ~~)~ ...:..,j\ ')/1 .J) ')/
r-"")i
"Tiada Tuhan selain Engkau Maha Suei Engkau dan segala puji bagi-Mu. YaTuhanku, aku telah melakukan kesalahan dan aku telah menganiaya diriku,maka ampunilah aku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi MahaPenyayang ". 5/
Beberapa kalimat yang sarna dengan kalimat-kalimat di atas juga ada dalam
bagian al-Qur'an. Misalnya, Nabi Yunus a.s memohon ampunan Allah dia berkata:
"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkall. Maha suei Engkall, sesllngguhnya akutermasllk orang yang zalim (Iihat QS. AI-Anbiya/21: 87).
Kemudian berkenaan dengan Nabi Musa a.s dikatakan di dalam al-Qur'an:
" AI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali., op.ciI.• h.79
76
"Dia memohon, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku teiah menzaiimi diriku sendirimaka ampuniiah akul", Maka Aiiah mengampuninya".Sesungguhnya AiiahDiaiah Yang Maha Pengampun iagi Maha Penyayang. (lihat QS. AIQhashash/28: 16)
Sementara dalam tafsir ad-Durr ai-Man/sur kalimat yang diajarkan kepada
Adam adalah nama-nama lima manusia suci, yakni Nabi Muhammad saw., sepupu
dan menantunya hadrat Ali, putrinya Fatimah, dan dua cucu nya Hasan dan Husein.
Adam bertawasuI dengan kata-kata ini memohon ampunan-Nya. Kemudian Allah
menerimanya dan mengampuninya. 52
Tiga tafsiran tersebut menurut penulis tidak bertentangan satu sama lain karena
keseluruhan kata-kata atau kalimat tersebut mungkin telah diajarkan kepada Adam
sehingga melalui kalimat tersebut realitas kedalaman dan sifat batin mereka, ia bisa
memperoleh perubahan spiritual yang benar-benar sempurna dalan jiwanya dan
hatinya secara total sehingga Allah akan mencurahinya dengan kemuliaan dan
petunjuknya.
Demikianlah sekilas penafsiran atas ayat tentang penciptaan Adam yang penulis
ungkapkan secara tidak panjang lebar namun mudah-mudahan ada hikmah di balik
kisah tersebut.
52 Allamah Kamal Faqih Imani., Loc. Cit.
7?
77
C. Pengal'uh Isrli'lliyyiit Terhadap Tafsir atas Ayat tentang Penciptaan Adam
Ats-Tsa'iabi Cw. 427 H) di dalam kitabnya mengatakan serta menceritakan proses
penciptaan Adam secara terperinci, sebagaimana kita ketahui bahwa ats-Tsa'labi
merupakan salah satu mufassir yang kita kenaI palingbesar perhatiannya terhadap
kisah-kisah Isra'Iliyylit terutama dalam bukunya al-Kasyfu wa al-Bayanu 'an Taftir
al-Qur 'an. 53 Berikut ini penuturannya:
"Ketika Allah menciptakan Adam Dia mewahyukan kepadabumi, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan makhluk dari permukaanmu diantara mereka akan ada yang menaati-Ku dan ada pula yang mendurhakai- .Ku. " Barangsiapa menaati-Ku maka Aku masukkan dia ke dalam surga danbarang siapa mendurhakai-Ku maka akan Aku masukkan dia ke dalam neraka.Kemudian Allah mengutus malaikat Jibril ke bumi untuk mengambil segenggamtanah darinya. Setelah Jibril mendatangi bumi maka bumi bersumpah kepadaJibril dan berkata, "Aku berlindung kepada keagungan Allah yang telahmengutusmu agar engkau lidak mengambil sesuatu dariku yang akan menjadibagian neraka. " Karena ucapan lersebul Jibril tidakjadi mengambil apa pundari bumi dan dia kembali kepada Tuhannya seraya berkata, "Wahai Tuhankubumi telah berlindung kepada-Mu dariku. Aku merasa segan mengambilsesuatu darinya. Atas kejadian tersebut Allah memerintahkan kepada malaikatMikail unluk datang ke bumi dengan tugas yang sama dan juga tanpamendapatkan hasil.Selanjutnya Allah mengutus lzrail sambil menggertak bumiyang menyebabkan bumi berguncang keras yang menyebabkan bumimengucapkan hal yang sama seperli kepada Jibril dan Mikail. Tetapiperlindungan bumi untuk berlindung kepada Allah dijawab denganberkala, "Perintah Allah lebih baik daripada sumpahmu." Lalu Izrailmengambil segenggam lanah dari empat penjuru, dari permukaannya, yangberwarna kuning, yang berwarna putih, yang berwarna merah, dari tanahdatarnya, dari tanah pegunungan, dari daerah tingginya dan dari daerahrendahnya. Kemudian tanah tersebul dibawa ke hadapan Allah swt. 54
53 Muhammad Husein adz-Dzahabi, Penyimpangan-penyimpangan daiam Penaftiran alQur'an, (Jakatta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) h. 26
" Syaikh Muhammad bin Ahmad bin [yas, Kisah Peneiplaan dan Tokoh-Tokoh SepanjangZaman (terj.) Abdul Halim, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002) eet. l., h. 73
77
78
Menurut Adz-Dzahabi tafsir yang terdapat dalam tafsir Tsa'labi penuh dengan
cerita bid'ah dan batil serta menyesatkan. Ia mengemukakan cerita-cerita dusta yang
dibuat-buat. Di dalamnya terdapat riwayat yang tidak bisa dibenarkan oleh akal dan
tidak bisa diterima oleh syara'. 55
Hal yang paling menonjol dalam tafsir Tsa'labi adalah tentang kisah Isra'niyyat
semua itu tercermin dalam karangan-karangan yang ditulisnya yang berisikan kisah-
kisah para Nabi yang kitabnya diberi nama at- 'Ara 'is sebagai bukti yang paling
kongkrit akan kecintaan Tsa'labi terhadap cerita-cerita khurafat dan terhadap riwayat-
riwayat yang aneh dan ganjil.56
Dengan demikin jelas bagi kita bahwa Tsa'labi adalah seorang yang dangkal
pengetahuannya tentang hadis dan tentang cacat-cacatnya demikian pula tentang
dirayahnya. Jika tidak demikian tidal( mungkin ia menisbahkan kepada Rasulullah
sebagian cerita Isra'niyyat yang diriwayatkannya dengan berbagai bentuk. Para
ulama telah menjelaskan akan kepalsuarmya (maudhu ') dan jika cerita tersebut
dihadapkan pada kaidah-kaidah penyelidikan riwayat maka pasti akan jelas kepalsuan
dan kerusakannya.
Bila kita meneliti kitab-kitab Taurat dan lnjil kita akan mendapati bahwa kedua
kitab suci itu juga memuat banyak kisah yang sama seperti terdapat dalam al-Qur'an
terutama kisah-kisah yang berkaitan dengan para Nabi walaupun terdapat perbedaan-
55 Muhammad Husein adz-Dzahabi, Israiliat dalam Taftir dan Hadis (terj.) DidinI-1afidhuddin, (Bogor; Litera Antamusa, 1993) eet. II., h. 157-8
"Ibid., h. 158
79
perbedaan besar atau keci!. AI-Qur'an dalam mengungkapkan kisah-kisah para Nabi
misalnya menampilkan pola yang berbeda dengan pola Taurat dan Inji!. AI-Qur'an
hanya mengambil bagian-bagian kisah yang membawa pesan dan tidak
mengungkapkan permasalabannya secara terinci. AI-Qur'an tidak menyebutkan saat
dan nama negeri tempat terjadinya peristiwa tertentu dan juga biasanya tidak
menyebutkan nama-nama tokoh yang berperan dalam peristiwa tersebut. AI-Qur' an
tidak memberikan perincian jalannya cerita, melainkan hanya memilih beberapa
fragmen yang berkaitan dengan substansi tema dan yang berisi pelajaran.
Menurut Yusuf al-Qaradhawi yang membuat para ahli tafsir terperosok adalah
menerima secara bulat Isra'Iliyyat yang memenuhi kitab-kitab tafsir yang menyelinap
ke dalam turats tafsir sehingga merusak wajahnya dan mengeruhkan kemurniannya
karena ia mengandung khurafat dan kebatilan yang berkembang di tengah bangsa
Yahudi dan Nasrani.57
Saat bangsa Yahudi mengalami kekalahan militer di hadapan dakwah Islam di
Madinah, Khaibar dan wilayah lainnya mereka seakan-akan berusaha memerangi
Islam dengan senjata yang lain yang dapat menebus kekalahan mereka yaitu senjata
budaya. Mereka menyusupkan berita-berita Isra'Iliyyat yang mungkar dalam
kelalaian manusia sehingga dalam waktu sekejap berita-berita itu telah memenuhi
kitab-kitab kaum muslimin.58
57 Yusufal-Qaradhawi, Berinteraksi Dengan al-Qur'an, (Jakarta: GIP, 1999) h.49458 Ibid., 11.495
80
Karena biasanya ada keinginan untuk mengetahui kelengkapan jalannya cerita itu
maka di antara kaum muslimin pada masa sahabat dahulu ada yang meminta
beberapa orang Ahli Kitab yang telah masuk Islam seperti Abdullah bin Salam dan
Ka'ab al-Ahbar untuk memberikan keterangan mengenai hal tersebut sekedar untuk
memperjelas kisah yang disebut dalam al-Qur'an secara gads besar dan sepanjang
tidak menyimpang dari batas kebolehan yang telah ditentukan oleh Rasulullah saw.
Sebagai contoh adalah kisah Adam dan Iblis yang sama-sama diceritakan dalam
TaUl'at dan al-Qur'an surat al-Baqarah/2: 30-39; dan QS. al-A'raf/7: 11-25. Dengan
melihat ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah ini baik dalam kedua surat tersebut
ataupun dalam surat-surat lainnya kita melihat bahwa al-Qur'an tidak menyebutkan di
mana letak surga yang dimaksud, nama pohon yang tidak boleh dimakan oleh Adam
dan pasangannya dan juga tidak menjelaskan bahwa setan menjelma menjadi seekor
ular yang kemudian masuk ke dalam surga untuk membujuk Adam agar mau
memakan buah pohon terlarang itu. Di samping itu al-Qur'an juga tidak menyebutkan
di mana Adam dan pasangannya tumn dan bertempat tinggal setelah diusir dari dalam
surga.
Adanya kontroversi menafsirkan kisah keluarnya Adam dan pasangannya dari
surga berangkat dari adanya perbedaan deskripsi tentang keluarnya Adam dari surga
yang disebutkan al-Qur'an dan Taurat. Al-Qur'an menyebutkan bahwa keluarnya
80
81
Adam dari surga adalah karena Iblis. Sementara Taurat mengatakan bahwa yang
mengeluarkanya adalah seekor ular. 59
Dalam menjelaskan kisah Adanl dan iblis, ath-Thabari mengemukakan riwayat
Isra'Iliyyat dari Wahhab bin Munabbih bahwa Allah menempatkan nabi Adam dan
keturunannya di surga dan melarangnya untuk mendekati syajarah (pohon) yang
buahnya dimakan oleh para malaikat demi keabadian. Ketika menggoda kedua orang
itu iblis masuk ke surga melalui tubuh ular yang pada saat itu bentuknya berbeda
dengan sekarang.60
Di dalam surga iblis mengambi! buah-buahan dari pohon tersebut dan
membawanya ke hadapan Hawa sambi! merayu, "Lihatlah buah inil" Alangkah
harum baunya dan enak rasanya. Hawa kemudian mengambil dan memakannya. Hal
serupajuga,dilakukan oleh nabi Adam akibatnya aurat mereka terbuka. Pada saat itu
nabi Adam bersembunyi ke pepohonan yang ada di surga. Tetjadilah dialog antara
Allah dengannya.
"Wahai Adam! Dimanakah kamu?" Saya di sini". "Keluarlahl". "Aku malu yaAllah. "Engkau terlaknat, Adam. Wahai Hawa! Engkau telah membujukAdam.(Sebagai hukumannya), engkau akan merasa kepayahan ketika mengandung.Perasaan itu akan lebih diderita sehingga hampir-hampir seperti akanmendekati kematian ketika akan melahirkan. Wahai ular! Engkau telahmembawa iblis lee dalam surga. (Sebagai hukumannya) kakimu akan ditiadakandan engkau akan menjadi musuh bani Adam selamanya. Pada akhir riwayat itudituturkan pula pertanyaan Umar bin Khatthab terhadap Wahhab binMunabbih tentang bagaimana malaikat boleh memakan buah pohon yangdilarang un/uk nabi Adam itU. 61
"M. Khalafullah, Op.ci1., h.1460 Rosihan Anwar, Me/aeak Unsur-unsur /srai/iyyat da/am Tafsir ath-Thabari dan Tafs;r
Ibnu Katsir, (Bandung: CY. PUSTAKA SETlA, 1999) h. 10061 Ibid.
82
Berikut penulis mencantumkan keterangan yang unik berkaitan dengan
penjelasan di atas berkaitan adanya konspirasi antara Iblis dan Vlar serta Thawus
(burung merak) yang diriwayatkan an-Naisaburi:
"Setelah beberapa lama datanglah seekor burung berbulu indah bernamaThawus. Burung itu merupakan raja burung yang ada di surga, setelahmelihatnya Iblis mendekatinya seraya berkata, "Wahai burung yang diberkahidari mana engkau datang? Burung ilu menjawab, "Dari kebunnya Adam. "Iblis berkata, "Aku mempunyai nasihat untukmu dan aku ingin engkaumembawaku masuk ke sana bersamamu. Burung berkata, "Mengapa tidakmasuk saja sendiri? lblis menjawab, "Aku ingin masuk secw'a sembunyisembunyi." Burung berkata tidak ada cara untuk ilu tetapi aku bisamembawamu kepada yang bisa memasukkanmu secara sembunyi-sembunyi."Maka berangkatlah Thawus (burung merak) kepada seekor ular yang di surgauntuk membantu Iblis agar dapat menggoda Adam di surga. " 62
Khalafullah menilai adanya sesuatu yang paradoks yang akhirnya
membingungkan berkenaan dengan kisah keluarnya Adam dari surga yang terdapat
dalam tafsir al-Razi. AI-Razi menerangkan sebagai berikut,
Banyak orang yang berbeda pendapat tentang bagaimana iblis bisamenganggu Nabi Adam yang berada di surga padahal waktu iblis sudahdikeluarkan beberapa pendapat itu di antaranya: pertama, kisah yangdiriwayatkan oleh Wahab ibn Munabbih al-Yamani dan Suda dari ibn Abbasyang berbunyi, ketika iblis hendak masuk ke surga ia dihadang oleh malaikatperljaga surga. Kemudian datanglah seekor ular besar berkaki empat yangakan masuk surgajuga. Kesempatan itu digunakan oleh Iblis dengan masuk kedalam mulutnya dan ditelan oleh ular itu dalam perutnya. Setelah sampai didalam surga Iblis keluar dari dalam mulut ular itu dan mulai menggoda Adam.Kedua,bahwa Iblis masuk surga dengan menyamar seperti hewan. Pendapat inilebih parah dari yang pertama. Ketiga,sebagian ulama ushul mengatakanbahwa ketika itu Adam dan pasangannya sedang berada di dekat pintu surgamaka mendekatlah Iblis dan mengganggunya. Keempat, adalah pendapatHasan yaitu Iblis kala ilu berada di bumi dan mengirimkan bisikan kepadaAdam. Pendapat ini ditolak oleh sebagian penaftir karena tidak masuk akal.
62 Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Kisah Penciplaan dan Tokoh-Iokoh SepanjangZaman (terj.) Abdul Halim, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002) eet. I., h.82
83
Masalahnya bisikan adalah ucapan llrih dan ucapan llrih seperti ini tidakmungkin dikirimkan ke langit.63
Menurut Muhammad Abduh dalam tafsir aI-ManaI' ada dua persoalan
kontroversial yang sering diperdebatkan manusia. Pertama, masalah penciptaan
Hawa dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam. Kedua, persoalan sakralitas Adam.
Untuk masalah pertama tidak satu ayat pun yang menyinggung hal tersebut karena
menurutnya kita tidak bisa menjadikan wa khalaqa minha zawjaha (dan kami
ciptakan dari tulang rusuk Adam seorang pasangan dalam hal ini adalah Hawa) untuk
menyesuaikannya dengan apa yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Cerita yang
berkaitan dengan hal ini tidak ditemukan dalam al-Qur'iin seperti yang diceritakan
secar'a historis oleh kitab Taurar. 64
AI-Qur'iin hanya menyebutkan kisah penciptaan Adam dan proses penciptaan
alam yang akan sempurna dengan kehadiran Adam di dalamnya, maIm dari itu Allah
menganugerahkan ilmu kepada Adam supaya dia mengetahui dan menegakkan
hukum-hukum dan sunatullah di bumi. Dalam cerita itu juga disebutkan bahwa
sebagai seorang khalifah di bumi Adanl tidak akan lepas dari godaan setan.
Sementara itu waktu dan tempat kejadian tidak disebutkan. Hal tersebut dikarenakan
sejarah tidak menjadi tujuan al-Qur'iin dan sejarah bukan merupakan persoalan pokok
perhatian agama. Agama melihat sejarah hanya sebagai kaca perbandingan saja
sehingga waktu dan tempat kejadian tidak disebutkan seperti yang diceritakan dalam
63 M. Khalafullah., op.cit., h. 3264 Ibid, h. 40
84
Perjanjian Lama. Keterangan yang terdapat dalam Perjanjian Lama tersebut akhirnya
menjadi sebab munculnya kritik atas proses kejadian alam dan sejarah penciptaan
Adam yang diyakini umat Nasrani. Akhirnya berdasarkan logika sejarah yang
disebutkan dalam Taurat kedua unsur tadi tidak masuk akal sehingga para Ahli Kitab
banyak menggunakan ta'wil untuk membenarkan kisah tersebut.65
Berdasarkan keterangan tersebut Khalafullah berkesimpulan bahwa makna
sejarah bukanlah satu keyakinan yang halUs diikuti dan bila nalar Islam telah sampai
kepada pemikiran di atas berarti telah lepas dari belenggu tafsir pendekatan historis
sehingga terbebaskan dari pengalUh Isra'lliyyat yang menyesatkan.66
Dad uraian tersebut jelaslah bahwa telah terjadi penyimpangan dalam penafsiran
al-Qur'an yang menurut penulis memperkeruh akan kesucian kitab suci tersebut yang
pada akhirnya merusak akidah kaum muslim yang seharusnya dapat mengambil
hiknlah sesuai misi kisah tersebut.
65 Ibid.66 Ibid.
BABV
PENUTUP
A. Kesirnpulan
Pada akhir sebuah analisa penulis berkesimpulan bahwa memahami sebuah
kisah yang terdapat dalam al-Qur'iin halUslah dikaji lebih teliti serta dituntut sikap
la'ilis sehingga tidak terjebak kepada suatu pemaharnan yang justlU menghilangkan
hilanah di balik kisah tersebut.
Kisah Adam dan pasangannya ternyata telah disusupi oleh pengalUh
Israiliyyat yang begitu kenta!. Sehingga menghilangkan hikmah yang tersirat dalam
kisah tersebut. Hilangnya nilai-nilai kesucian al-Qur'iin terbukti dengan adanya upaya
para mufassir yang seharusnya memberikan pencerahan, justru merusak sendi-sendi
akidah umat Islam
Menguak misteri temang manusia terutama melalui kisah Adam dan
pasangannya dengan berbagai ujian hendaklah menjadi pedoman kehidupan manusia
yang sehmusnya menjunjung tinggi tugas kekhalifahannya untuk memakmurkan
kehidupan dunia serta mempertanggungjawabkan pada saat hari perhitungan yang
ditentukan oleh Allah swt.
Dan pada akhirnya dengan melalui berbagai penelitian penulis
menyimpulkan:
I. Dari beberapa data yang penulis lakukan jelaslah bahwa kisah Adam dan
pasangannya telah dipengaruhi oleh Isra'Iliyyat. Hal tersebut terbukti dengan apa
0<
86
yang penulis telaah dalam skripsi ini bahwa kisah Adam dan pasangannya
ternyata telah tereemari oleh penafsiran yang menurut penulis para mufassir telah
teljebak hanya menjelaskan seeara historis saja sehingga menghilangkan hikmah
dari kisah tersebut.
2. Tampak jelas bahwa ketiga kitab suei ini apabila dilihat dari Taurat, Injil dati al-
Qur'an memiliki versi yang berbeda dalam meneeritakan kisah tersebut.
Walaupun terdapat persamaan dan perbedaan yang menurut penulis sangat
mendasar.
3. Adapun al-Qur'iin dan Hadis di dalam mengisahkan kisah tersebut pada dasarnya
apabila dilihat dari kandungan al-Qur'an tersirat berbagai hikmah yang
seharusnya menjadi pedoman bagi setiap manusia. Sementara Hadis-hadis yang
berkaitan dengan peneiptaan Adam perlu diselidiki lebih lanjut akan
keotentikannya.
4. Corak para penafsir sebenarnya dalam l11el11ahami kisah ini sangat beragam dari
yang mulai meneeritakannya seeara terperinei sampai yang menguraikan seeara
panjang lebar dengan l11enarik hikmah yang tersirat di dalamnya.
Akhirnya penulis menutup dengan do'a yang eli ueapkan oleh Aelam ketika
mengharap ampunan dari-Nya:
"fa tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidakmengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kamitermasuk orang-orang yang merugi. QS. al-A'raf:23
87
B. Saran-saran
Pokok permasalahan yang dapat dipetik dari kajian tentang kisah adalah
perlunya pemahaman yang utuh tentang kisah tersebut tanpa dipengaruhi dengan
isrii'Iliyyiit sehingga mengurangi maksud dan tujuan dari kisah yang hendak dicapai.
Apalagi masih banyaknya kisah-kisah dalam al-Qur'iin yang patut untuk
ditelusuri secara mendalam agar dapat menjadi pedoman kehidupan kaum muslimin
di dunia ini. Selia perlu digarisbawahi bahwa perlunya sebuah metode terutanla
ketika seorang ahli tafsir dihadapkan kepada persoalan yang berkaitan dengan kisah'
kisah yang terdapat dalam al-Qur'iin bukanlah sebuah kisah yang dipahami sebagai
kisah khayalan tetapi merupakan bagian l11u'jizat al-Qur'iin yang seharusnya
mel11pertebal keil11anan.
Penulis sadar betul bahwa apa yang penulis lakukan dalam karya ilmiah ini
l11asih jauh dari sempurna. Namun sikap kritis dan adanya masukan untuk
sempurnanya skripsi ini sangat penulis harapkan demi sempumanya pemahaman
yang mendekati nilai-nilai kebenaran.
Kisah tentang manusia yang dideskripsikan melalui kisah Adam dan
pasangannya dalal11 al-Qur'iin adalah drama kehidupan tentang sifat eksistensial
manusia. Manusia adalah makhluk yang penuh tantangan dan pertentangan dalam
hidupnya baik yang datang atau dipengaruhi dari luar maupun dari dalam dirinya
sendiri.
Ketergelinciran manusia akibat godaan setan yang digambarkan al-Qur'iin
sebagai epilog kehidupan l11anusia dalam kisah Adam dan pasangannya merupakan
88
petaka yang memilukan hati, tidak s1lja dilihat dari sisi duniawi, tapi juga dalam
pandangan sang Khalik yang selalu optimis akan harapan-harapan yang lebih baik.
Peljalanan kehidupan yang telah dilalui oleh Adam dan pasangannya ibarat
berjalan di atas jembatan kematian. Kalau tidak waspada manusia akan terjungkal
pada kesalahan yang sama.
Manusia dengan ruh dari TuhanNya yang ditiupkan kepadanya memiliki cara
berada yang unik di antara makhluk-makhluk lain di bumi. Jadi penunjukkan manusia
sebagai pengemban amanah haruslah dijaga dengan keikhlasan dan selalu mengharap
akan pertolongan dari-Nya sehingga manusia dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya di akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Aisyah (Bintusy-Syathi'), Mcmusia Sensitivitas HermeneutikaaI-QuI' 'an, Jakarta: LKPSM, 1997.
-------, Manusia dalam PerspektifaI-QuI' 'an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.
Ali, Maulana Muhammad, Islamologi; Dinul Islam, Jakarta: Darul KutubilIslamiyah, 1996. .
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah aI-QuI' 'an, Yogyakarta: ForumKajian Budaya dan Agama, 2001.
Anesuddin, Mir, Fatwa al-Qur'an Tentang Alam Semesta, Jakalia; Serambi,2000.
Anwar, Rosihan, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Taftir Ath-Thabaridan Taftir Ibnu Katsir, Bandung; CV. Pustaka Setia, 1999.
Asas-asas Injil, Gereja Yesus Kristus dari Orang Suci Zaman Akhir, Indonesia,1918"
Baglls, Coren, Kamus Filsafat, Jakarta; PT. Gramedia, 1996,
Bahjat, Ahmad, Sejarah Nabi-nabi Allah, Jakarta: Lentera, 2002.
Baiquni, Ahmad, AI-QuI' 'an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta; PT.Dana Bhakti Primayasa, 1996.
Baljon, J.M.S, AI-QuI' 'an dalam Interpretasi Modern, Jakarta; Gaya MediaPrarama, 1990.
Bucaile, Maurice, Bibel, QUI' 'an dan Sains Modern, (teIj.) H.M. Rasdjidi,Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Dawud, Muhammad Isa, Para Penghuni Bumi Sebelum Kita, Bandung:Pllstaka Hidayah, 2003.
AI-Dzahabi, Muhammad Husein, At-Taftir Wa al-Mufassirun, Mesir; DaralMaktab al-Hadits, 1976
-------, Israiliyyat dalam Taftir dan Hadis, Bogor: PT. Pustaka Lintera AntarNusa, 1993.
-------, Penyimpangan-penyimpangan dalam Penaftiran aI-QuI' 'an, Jakarta;PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini, Yayasan Bina Kasih, Jakarta: 1992.
90
Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius,1984.
-------, Pengantar Ke dalam Peljanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: PT. PustakaLintera Antar Nusa, 1996. .
Halim, Muhammad Abdul, Memahami al-Qur 'an Pendekatan Gaya dan Tema,Bandung: Marja', 2002.
Hanafi, A, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah al-Qur 'an, Jakarta:Pustaka AI-Husna, 1984.
AI-Hanbali, aI-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih a1-Maqdisi,Menelanjangi Setan, Jakarta: Darul Haq, 2001.
Huseini, Adian, "Studi Awal Atas Keragaman Teks Bible ", aI-Insan JumalKajian Islam, Vol. 1., No. 1., Januari, 2005.
,
Ibn KaJslr, Abu al-Fida' Isma'Il, Tafsfr Ibn Katsfr, Beirut: Dar al-Kutub al'Ilmiyah, 2000.
Imani, Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur'an; Sebuah Tafsir SederhanaMenuju Cahaya AL-Qur'an, Jakarta: al-Huda, 2003.
Iqbal, Muhammad, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, (terj) UsmanRalibi, Jakarta: Bulan Bintang, tth.
Irwandar, Demitologisasi Adam dan Hawa, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003.
Iyas, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin, Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokohSepanjang Zaman, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.
Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik terhadapal-Qur 'an, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.
AI-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Tafsir Ibnu Qayyim; Tafsir Ayat-ayat Pilihan,Jakarta: Darul Falah, 2000.
Khalafullah, Muhammad A., Al-Qur 'an Bukan Kitab Sejarah; Seni, Sastra danMoralitas dalam Kisah-kisah al-Qur 'an, Jakarta:PARAMADINA, 2002.
AI-Khalidy, Shalah, Kisah-kisah al-Qur 'an Pelajaran dari Orang-orangDahulu, Jakarta: GIP, 1999.
ALKitab, Lembaga ALKitab Indonesia, Jakarta: 1981.
Leakey, Richard, Asal-usul Manusia, Jakarta: KPG, 2003.
91
Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia; Telaah Kritis Terhadap Konsepsial-QlIr 'an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban; Membangun Makna danRelevansi Doktrin dalam Sejarah, Jakarta: PARAMADINA, 2000.
AI- MaraghI, Ahmad Musthafii, Tafslr al Mariighl, Beirut: Dar al-Fikr, 1973.
Marconi, Ahmad, Bagaimana Alam Semesta di Ciptakan; Pendekatan alQur 'an dan Sains Modern, Jakarta: Pustaka Jaya, 2003.
Muhammad, Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, Jakarta: PustakaAzzam, 2001.
AI-Mushaf, Mujamma'al-Malik Fahd Li Thiba'at, Al-Qur 'an danTerjemahnya, Jakarta: 1990.
Nasution, Harun, Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran, Bandung: MIZAN,1995.
Nasution, Muhammad Yasir, Manusia Menurut al-Ghazali, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Omar, Sharifah Maznah Syed, Mitos dan Kelas Penguasa Melayu, Singapore:Time Academic Press, 1993.
AI-Qaradhawi, Yusuf, Berinteraksi Dengan Al-qur 'an, Jakarta: GIP., 1999.
AI-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu al-Qur 'an, Bogor: Pustaka LinteraAntar Nusa, 1996.
Al-Qur'an dan Terjemahnya, DEPAG., RI., Semarang: CV. PUTRASEMARANG,1989.
AI-QurthubI, Abu 'Abd Allah Muhammad Ibn Ahmad al-AnsharI, Al-Jami' LiA!:lkam al-Qur 'an, Beirut: Dar al-Kutub aI'Ilmiyyah, 1988.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an; di Bawah Naungan al-Qur'an,Jakarta: GIP, :2001.
Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi al-Qur 'an; Tafsir 80sial BerdasarkanKonsep-konsep Kunci, Jakarta: PARAMADINA, 1996.
Rahman, Fazlur, Tema Pokok al-Qur 'an, Bandung: Pustaka, 1996.
Rayyah, Mahmud Abu, Adhwa 'ala as-sunnah al-Mu!:lammadiyah, Mesir: Daral- Ma'arif, tth.
92
As-Sayyid, Kamal, Kisah-kisah Terbaik al-Qur 'an, Jakarta: Pustaka Zahra,2004.
Sherif, Faruq, al-Qur 'an Menurut al-Qur 'an, Jakarta: Serambi, 2001.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur 'an, Bandung: MIZAN, 2001.
-------, Tafsir al-Misbah; Pesan, kesan dan keserasian al-Qur 'an, Jakarta:Lentera Hati. 2000.
Shihab, Vmar, Al-Qur 'an dan Rekayasa Sosial, Jakarta: Pustaka Kartini, 1990.
Sholihin, Muhammad, Tasawuf Aktual; Menuju 1nsan Kamil, Semarang:Pustaka Nuun, 2004,
As-Suyuti, AI-1tqan Fl Ulum al-Qur 'an, Kairo: Dar al-Kutub al-lImiyyah,1995
Syahin, Abdus Shabur, Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas,Yogyakarta: EI-saQ Press, 2004.
-------, Adam Bukan Manusia Pertama? (Mitos atau Realita), Jakarta:REPVBLIKA, 2004.
Syuqqah, Abu, Jati Diri Wanita Menurut al-Qur 'an dan J-Jadis, Bandung: alBayan, 1996.
Vmam, Khatibul, Aspek-aspek Sastra dalam al-Qur 'an, Jakarta: Dep. AgamaRl, 1999.
Vmar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektifal-Qur 'an, Jakarta:PARAMADINA, 2001.
Wadud, Amina, Qur'an Menurut Perempuan; Meluruskan Bias Gender dalamTradisi Tafsir, Jakarta: Serambi, 2001.
Yahya, Harun, Keruntuhan Teori Evolusi Membongkar Manipulasi Ilmiah diBelakang Teori Evolusi Darwin dan Motif-motif Jdeologisnya, Bandung:Dzikra,2001.
Zaidan, Abdul Karim, Kisah-kisah al-Qur 'an Pelajaran untuk Da 'wah danKehidupan Berjama 'ah, Jakarta: Robbani Press, 2001.
Zaini, Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al-Qur 'an, Surabaya: PT. BinalImu, 1984.