Download - osteogenesis imperfekta
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Osteogenesis Imperfecta (OI) juga dikenal sebagai penyakit tulang rapuh. OI merupakan
kelainan genetik (warisan) yang ditandai dengan tulang-tulang yang mudah patah tanpa sebab
tertentu. Data UMM menunjukkan, diperkirakan 20.000 hingga 50.000 orang di Amerika Serikat
mempunyai penyakit ini. Kelainan terjadi pada satu dari 20.000 anak yang lahir hingga satu dari
60.000 kelahiran hidup. OI dapat mempengaruhi pria dan wanita dari semua ras. Penyebab OI
diyakini karena cacat genetik yang menyebabkan tidak sempurnaan bentuk atau jumlah yang
tidak memadai, tulang kolagen - protein yang ditemukan dalam jaringan ikat.
OI diturunkan secara autosomal dominan.Pada kasus minoritas dapat ditemukan
penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua. Pada bentuk yang
ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa. Sedangkan pada
bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal.
Diagnosis OI ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan atau
manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari tipe ringan sampai berat, ditambah
dengan beberapa pemeriksaan penunjang.Manifestasi klinis yang bisa ditemukan antara lain
sering fraktur berulang, perawakan pendek, sklera berwarna biru, masalah gigi (dentinogenesis
imperfecta), dan gangguan pendengaran yang makin progresif setelah masa pubertas.
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis multidisiplin ilmu. Pada
beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun karena penyakit ini didasari oleh
kelainan genetik maka tidak didapatkan pengobatan yang efektif . MedikasiTujuan utama
pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian fraktur, mencegah deformitas tulang panjang
dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional.
1 |
TUJUAN PENULISAN
Penyajian laporan kasus ini ditujukan untuk melaporkan kasus osteogenesis imperfekta,
selain itu untuk mengetahui definisi, patogenesis, gejala, tanda, diagnosis, penanganan,
komplikasi serta prognosis dari osteogenesis imperfekta.
2 |
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 IDENTITAS PASIEN
Bayi Uswatun, umur 8 hari, berjenis kelamin perempuan, beralamat Gintung lor. Bayi
lahir di BRSUD Arjawinangun pada tanggal 1 Juni 2012. Pasien merupakan anak pertama dari
Tuan M, berumur 25 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta dengan pendidikan terakhir pada
Sekolah Menengah Atas dan ibu pasien bernama Nyonya U, berumur 22 tahun dengan
pendidikan terakhir pada Sekolah Menengah Atas dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
II.2 ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 10 Juni 2012
1. Keluhan utama : kedua kaki dan tangan tidak bergerak aktif
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi U, lahir di RSUD Arjawinangun pada tanggal 1 juni 2012, spontan ditolong bidan
dengan KPD 20 jam sebelum lahir dan letak sungsang bokong, menurut perawat yang menolong,
bayi tidak langsung menangis, dan ekstremitas atas dan bawah terlihat lemah, gerakan tidak aktif
dan teraba krepitasi. Bayi lahir dengan berat 2500 gram dan panjang 47 cm. Setelah lahir bayi
langsung dilakukan penyedotan dari sisa air ketuban melalui hidung dan mulut, kemudian bayi
dibersihkan dari sisa darah dan dilakukan pemotongan tali pusat. Bayi juga mendapatkan
suntikan vitamin K, dan salep mata chloramphenicol. Setelah itu bayi dibawa ke ruang
perinatologi untuk dilakukan perawatan dan observasi.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium, didapat, nilai leukoti bayi sebesar 22.700, hb
11.5,hct 38%, trombosit 272.000 dan kgds 45mg/dl.
3 |
Bayi dipuasakan selama 6 hari, selama itu, diberikan dextrose 10%, 180cc/hari. Pada hari
kelima bayi tampak ikterik, menangis kuat tetapi gerak tampak tidak aktif. Bayi juga
mendapatkan terapi sinar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Bayi belum pernah mengalami hal yang serupa.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
5. Riwayat Pribadi
Menurut keterangan bapak bayi, ibu bayi rutin memeriksakan kehamilan dibidan setiap
bulannya dan mendapatkan imunisasi toksoid tetanus sebanyak 2 kali. Pada saat persalinan, anak
dilahirkan normal pervginam pada usia kehamilan 38 minggu, ditolong oleh bidan, selama
persalinan dengan berat lahir 2500 gram dan panjang badan 47 cm dengan apgar 6/7/8.
6. Riwayat Makanan
Bayi dipuasakan dari usia 0-6 hari, kemudian bayi mendapatkan PASI pada usia 7 hari
hingga sekarang.
7. Perkembangan
Gerakan bayi tidak aktif
8. Imunisasi
Bayi belum mendapatkan imunisasi.
4 |
II.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum ( Tanggal 10 Juni 2012 )
Bayi tampak sakit sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tanda vital didapat frekuensi
nadi 140x/menit, frekuensi nafas 48x/menit dan suhu 36.8oC. berat badan bayi didapat 2500
gram dengan panjang badan 47 cm.
2. Pemeriksaan Khusus
Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit berwarna kecoklatan. Bentuk kepala
normocephal dengan rambut hitam, ubun-ubun terbuka dan datar. Bentuk mata normal, palpebra
superior dan inferior tidak edema, entropion pada palpebra inferior dextra dan sinistra,
kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, kornea
jernih, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya positif. Telinga bentuk normotia,
simetris kanan dan kiri, dan tidak tampak sekret keluar dari liang telinga. Bentuk hidung
simetris, tidak ada deviasi septum, tidak ada sekret dan darah yang keluar dari hidung. Bentuk
mulut tidak ada kelainan, tidak ada perioral sianosis, bagian dalam mulut tidak dapat diperiksa.
Pada leher tidak terdapat kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea di
tengah, tidak ada kaku kuduk.
Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan inspeksi bentuk dada normal, simetris dalam
keadaan stasis dan dinamis, Pada palpasi ditemukan fremitus taktil simetris kanan dan kiri, tidak
ditemukan adanya krepitasi, fraktur dan massa. Sedangkan pada auskultasi suara napas terdengar
vesikuler tanpa ronkhi maupun wheezing. Pada pemeriksaan jantung, didapatkan inspeksi tidak
tampak pulsasi iktus cordis. Pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Pada auskultasi terdengar
bunyi jantung I - II reguler, tidak ada murmur dan gallop.
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi perut simetris buncit. Pada palpasi
abdomen teraba supel, nyeri tekan tidak ada, tidak ditemukan adanya undulasi. Pada perkusi
terdengar timpani diseluruh lapang abdomen. Pada auskultasi terdengar bising usus dalam
frekuensi normal.
Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin pasien perempuan, tidak ada
tanda radang. Sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
5 |
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 1 Juni 2012 didapatkan kadar
Leukosit 22.700μl, Hemoglobin 11,5 gr/dl, Hematokrit 38,0 %, Trombosit 272.0003/μl, dan
glukosa sewaktu 45 gr/dl.
Pada pemeriksaan laboratorium 7 Juni 2012, didapat bilirubin total 11.50 mg/dl, bilirubin
direct 0.58 mg/dl, dan indirect 10,92mg/dl.
Pemeriksaan Radiologik
RÖngent Baby gram (050612)
a. Thorax anak
o corakan bronchovaskular normal
o tak tampak lymphadenopathy hilier
o sinis costophrenicus lancip
o diafragma licin
o cor : CTR < 0,56 aorta tak tampak kelainan
o tampak gambaran enlarge shaft humeri fracture humen pars tertia media, disertai bowing costae,
ante brachii bilateral
o tampak fracture, clavicula sinistra pars tertiamedia
kesan : pulmo dan configurasi cor normal
fragile bones dengan multiple fracture, mengarah gambaran osteogenesis imperfect
6 |
b. BNO:
o pre peritoneal fat line tegas
o psoas line tegas
o renal outline tampak samar
o tak tampak bayangan opaque di proyeksi traktus urinarius
o distribusi udara usus merata, tak tampak distensi usus, tak tampak coil spring, herring bone
maupun pneumoperitoneum
o tampak deformitas dan enlarge os femur bilateral dan bowing ossa cruris bilateral
kesan :
1. Tak tampak urolithiasis opaque di traktus urinarius. Adanya urolithiasi belum dapat
disingkirkan
2. Tak tampak gambaran ileus maupun pneumopantonium
3. Menyokong gambaran osteogenesis imperfekta
II. RESUME
By.U usia 10 hari, dirawat karna kelainan ekstremitas. keempat ekstermitas tidak dapat
bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os.
Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan
dextra.
Bayi lahir di RSUD Arjawinangun dengan indikasi KPD 20 jam dan letak sungsang
bokong. Bayi lahir spontan, tidak langsung menangis dengan apgar score 6/7/8. . Tanda vital
didapat frekuensi nadi 140x/menit, frekuensi nafas 48x/menit dan suhu 36.8oC. berat badan bayi
didapat 2500 gram dengan panjang badan 47 cm.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
7 |
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Pada tanggal 7 Juni dilakukan pemeriksaan bilirubin dikarenakan bayi tampak ikterik,
didapat bilirubin total 11.50 mg/dl, bilirubin direct 0.58 mg/dl, dan indirect 10,92 mg/dl.
III. DIAGNOSIS KERJA
BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong dan Osteogenesis Imperfekta
IV. DIAGNOSIS BANDING
Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)
Achondroplasia
Riketsia
V. RENCANA PENGELOLAAN
1. Rencana Pemeriksaan
Biopsi kulit untuk kultur fibroblast dermal dengan cara analisa kolagen (collagen biopsy test)
Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray
Absorptiometry (DEXA)
Audiometry
Darah rutin, bilirubin total, bilirubin indirect dan direct.
2. Rencana Pengobatan dan Diit
Bayi diberikan ASI eksklusif
Terapi sinar
8 |
Bayi dirujuk ke bagian orthopedi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung atau Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo Jakarta.
.
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
Ad sanationam : ad malam
VII. PEMANTAUAN
Tanggal 02 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 150x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 44x/menit, suhu 36.8oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
ikterik tidak didapat.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan kelainan ekstremitas bawah.
Pasien dipuasakan dan diberikan dextrose 10% 180cc/hari.
9 |
Tanggal 03 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 150x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 49x/menit, suhu 36.8oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
ikterik tidak didapat.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan kelainan ekstremitas bawah.
Pasien dipuasakan, diberikan dextrose 10% 180cc/hari dan cefotaxim 2x150mg.
Tanggal 4 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 154x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 44x/menit, suhu 37.0oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
ikterik tidak didapat.
10 |
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan kelainan ekstremitas bawah.
Pasien dipuasakan diberikan dextrose 10% 180cc/hari dan cefotaxim 2x150mg/hari.
Tanggal 5 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 150x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 44x/menit, suhu 36.8oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
ikterik tidak didapat.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
11 |
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan kelainan ekstremitas bawah.
Pasien dipuasakan diberikan dextrose 10% 180cc/hari dan cefotaxim 2x150mg/hari.
Tanggal 6 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 152x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 48x/menit, suhu 36.9oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
ikterik tidak didapat.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan osteogenesis imperfekta.
12 |
Pasien dipuasakan diberikan dextrose 10% 180cc/hari dan cefotaxim 2x150mg/hari.
Tanggal 7 juni 2012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 150x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 44x/menit, suhu 37.2oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat, kulit
tampak ikterik.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, terdapat
entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan osteogenesis imperfekta.
Pasien dipuasakan diberikan dextrose 10% 180cc/hari dan cefotaxim 2x150mg/hari.
Tanggal 8 juni 20012
13 |
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 152x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 48x/menit, suhu 37.0oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat, kulit
tampak ikterik.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, terdapat
entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan osteogenesis imperfekta.
Pasien diberikan PASI dan IVFD NS + KCl 180cc/hari serta terapi sinar.
Tanggal 9 juni 20012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 150x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 44x/menit, suhu 37.0oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat, kulit
tampak ikterik.
14 |
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, terdapat
entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan osteogenesis imperfekta.
Pasien diberikan PASI dan IVFD NS + KCl 180cc/hari serta terapi sinar
Tanggal 10 juni 20012
Bayi tampak lemas, menangis kuat, refleks hisap baik, gerak tidak aktif. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 152x/menit, isi cukup dan teratur,
frekuensi nafas 46x/menit, suhu 36.8oC. Kulit berwarna kecoklatan, sianosis tidak didapat,
kulit tampak ikterik.
Pemeriksaan fisik kepala normocephale. Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, terdapat
entropion pada palpebra inferio. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung BJI-BJII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pulmo vesikuler di
kedua hemithoraks, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing. Abdomen datar, supel, bising usus
15 |
positif normal. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Genitalia tidak ada kelainan. Kedua
ekstrimitas akral hangat, pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat tidak ada udema,
didapat keempat ekstermitas tidak dapat bergerak maksimal, teraba krepitasi pada os.humerus
sinistra dan dextra, os.ulnaris dan os. Radialis sinistra dan dextra, os. Femur sinistra dan dextra
dan os. Tibia dan os. fibula sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2012, didapat,
nilai leukosit bayi sebesar 22.700, Hb 11.5, Ht 38%, trombosit 272.000 dan Kgds 45mg/dl. Pada
pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012, baby gram thorax didapatkan
kesan pulmo dan konfigurasi cor normal, fragile bones dengan multiple fracture, mengarah
gambaran osteogenesis imperfect. Pada baby gram BNO didapatkan kesan tak tampak
urolithiasis opaque di traktus urinarius, adanya urolithiasi belum dapat disingkirkan, tak tampak
gambaran ileus maupun pneumopantonium, menyokong gambaran osteogenesis imperfekta.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah BCB SMK SPT dengan letak sungsang bokong
dan osteogenesis imperfekta.
Pasien diberikan PASI dan IVFD NS + KCl 180cc/hari serta terapi sinar.
Pasien pulang paksa.
16 |
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi Osteogenesis Imperfekta
Yang dimaksud dengan Osteogenesis Imperfecta adalah suatu kondisi genetik yang
memperngaruhi perkembangan kolagen, suatu protein dalam tulang, kulit dan jaringan. yang
umumnya ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi,
ataupun tuli.
III.2 Epidemiologi
OI diturunkan secara autosomal dominan. Pada kasus minoritas dapat ditemukan
penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua. Kejadian OI
diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin.
Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi.
Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa.
Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal.
III.3 Fisiologi
Kolagen
Kolagen adalah suatu protein yang menyusun tubuh manusia. Kata kolagen sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang artinya “bersifat lekat atau menghasikkan pelekat”. Kolagen
merupakan protein alami terbanyak dalam tubuh manusia, mencakup 30% dari seluruh protein
17 |
tubuh dan terdiri dari 29 tipe. Terdapat di tulang, tulang rawan, kulit, dan tendon. Kolagen
tersusun atas 3 zat utama dari asam amino yaitu glisin (33,5%), prolin (12,5%), dan
hidroksiprolin (10%).
Tipe tipe kolagen
Tipe-tipe kolagen dari protein kolagen saat ini ada 29 macam. Berikut tipe dan
lokasinya:
Tipe kolagen Lokasi
I Kulit, tendon, tulang fibrosit dentin
II Kartilagi, badan vitreous, ulang rawan hialin, tulang rawan elastis
III Kulit, otot, pembuluh darah, urterus, limfa, ginjal, usus
IV Membran baslis
V Jaringan pada janin, kulit, tulang, plasenta, kornea
VI Ginjal, hati, korneus, urterus
VII Epitel
VIII Lamina basal tipis dari epitel kornea
IX Tulang rawan, corpus pitellus
X Tulang rawan
XI Tulang rawam
XII Tendo embryo, kulit
XIV Kulit, tendo embryo
18 |
Macam macam jaringan ikat
Klasifikasi jaringan ikat berdasarkan bagian sel-sel terhadap serat dan pada susunan serat
jenis serat:
A. Jaringan ikat embrional:
1. Jaringan mukosa (jeli wharton)
Jaringan ini terdapat di sebelah dalam dari kulit janin dan ditali pusat yang mengelilingi
pembuluh-pembuluh tali pusat.
2. Jaringan mesenkim
Jaringan ini hanya di temukan di embrio yang terdiri atas matriks amorf seperti jeli yang hanya
sedikit mengandung serat-serat retkulin yang tersebar.
B. Jaringan ikat sejati
1. Jaringan ikat jarang (jaringan areolar)
Jaringan ini adalah jaringan yang mengisi cela-cela tepat yang berada di sebelah dalam kulit.
2. Jaringan ikat padat
Diklasifikasikan oleh arah berkas serat menjadi dua jenis yaitu:
a. Jaringan ikat padat tidak beraturan
Jaringan ini khas untuk dermis dan kapsula banyak organ
b. Jaringan ikat padat beraturan
Jaingan ini hanya terdapat di tendo dan ligamen dan jaringan ini berupa kolage atau elastis
3. Jaringan elastis
19 |
Jaringan ini terdapat di dermis, paru, tulang rawan elastis, ligamen elastis, dan pada arteri besar
dimana jaringan ini membentuk jaringan yang berlubang.
4. Jaringan retikular
Serat-serat retikular seluruhnya bercabang (kolagen tipe III) dan jaringan ini menyusupi sinusiod
hati, sel-sel otot polos, sel-sel lemak, dan membentuk stroma organ limfatik, sumsum tulang dan
kelenjar endokrin.
5. Jaringan lemak
Tempat utama untuk penyimpanan energi dalam bentuk trigliserida dan mempunyai banyak
percabangan neurovascular.
a. Jaringan lemak putih
Jaringan ini terdiri atas sel-sel lemak unilkular serta menyusun seluruh jaringan lemak orang
dewasa seleuruh tubuh.
b. Jaringan lemak coklat
Jaringan ini terdiri atas sel lemak multilokular yang banyak mengandung mitokondria yang besar
serta sering ditemukan pada bayi dan banyak berkurang pada orang dewasa.
C. Jaringan ikat khusus.
1. Tulang rawan dan tulang
2. Darah
Sel yang memproduksi protein kolagen
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia. Keberadaan kolagen
adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh. Kolagen adalah
struktur organik pembangun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya
tahan yang kuat terhadap tekanan.
20 |
Kolagen menjadi komponen pembangun utama pada dermis, salah satu lapisan terendah
pada kulit. Kolagen penting untuk menjaga kulit tetap kencang dan lentur. Kolagen kerap
disamakan dengan kasur, ketika masih baru, kasur masih kencang dan elastis. Lama-kelamaan,
kasur mulai kempes.
Kolagen bisa rusak karena sejumlah alasan. Pertama, dengan bertambahnya usia, kolagen
pada kulit mulai memecah dan kaku. Saat kulit kita masih sehat, helaian-helaian kolagen
meluncur dengan mudah satu sama lain sehingga kulit kembali normal setelah Anda
meregangkan wajah karena tersenyum atau mengerutkan dahi. Namun, ketika kolagen mulai
melebur, kulit kehilangan elastisitas dan tidak kembali normal.
Proses osifikasi
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau osifikasi. Osifikasi pertama kali terjadi
di diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir, sebagian
besar diafisis telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi
sekunder baru berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi dari dua arah,
dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah itulah (lempeng epifisis)
yang masih berupa kartilago. Kartilago ini akan terus berproliferasi yang dibarengi dengan
osifikasi. Saat seluruh lempeng epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan
tulang telah berhenti. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung
seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang berkembang akan
disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan membawa mineral seperti kalsium dan
menyimpannya pada jaringan tersebut. Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan
tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi
dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak
mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh
darah akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk
tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang
rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan
membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.
21 |
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut
juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah
nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke
daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang
rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk
lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel
mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu
sendiri. Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai
mensekresikan matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks
menjadi osteocyte ( Osifikasi intra membran ).
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks
serta kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga sel-
sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut periosteum.
(Osifikasi endokondral).
22 |
Macam macam persendian tulang
Macam-macam sendi sinovial:
a. Sendi putar: tonjolan mirippasak dari sebuah tulang yang berputar dalam lubang berbentuk
cincin dari tulang lain atau sebaliknya. Contohnya: sendi putar diantara dua ruas tulang belakang
leher atas (servikal) dan tengkorak.
b. Sendi engsel: permukaan cembungdari sebuah tulang masuk ke permukaan cekung tulang lain
untuk membentuk sendi ini, gerakannya bolak-balik di satu bidang. Contohnya siku, perputaran
antara radius dan ulna lengan bawah terhadap humerus menghasilkan perputaran tebatas.
c. Sendi luncur: dua permukaan tulang yang bertemu di sendi ini, bentuknya hampir rata dan
meluncur satu sama lain. Gerakannya dibatasi ligamen pembungkus yang kuat. Contohnya:
beberapa persendian antara tulang tarsal tumit dan karpal pergelangan tangan.
d. Sendi peluru: kepala berbentuk bola sebuah tulang masuk ke dalam rongga seperticangkir tulang
lain. Jangkauan geraknya paling luas diantara sendi lain. Contohnya bahu dan pinggang.
e. Sendi pelana: permukaan setiap tulang dalam persendian ini memiliki daerah cembung dan
cekung, seperti pelana kuda, sehingga tulang dapat meluncur bolak-balik, tapi perputaran
terbatas. Contohnya pada dasar ibu jari.
f. Sendi elipsoid: sebuah tulang berujung bulat telur bertumpu pada rongga elips, seperti pada
pertemuan tulang radius lengan bawah dengan tulang skafoid pergelangan atas. Sendi ini dapat
ditekuk dan digerakan dari satu sisi ke sisi lain, tapi perputarannya terbatas .
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembentukan tulang adalah:
Vitamin B6: menurunkan hemosisten. Vitamin B6 berfungsi untuk mencegah osteoporosis.
Vitamin C: mengukat kolagen. Vitamin C berfungsi untuk mengaktifkan enzim.
Vitamin K: untuk pembentukan tulang.
Kalsitonin: berfungsi untuk reasorbsi tulang dan pembentukan osteoklas.
23 |
Hubungan antara kromosom DNA dan Gen
Kromosom
Istilah kromosom mula-mula dikemukakan oleh Weldeyer (1888) yang berasal dari kata
latin “ kroma”= warna dan “soma” = badan. Disebut demikian karena badan ini mudah menyerap
zat warna bila preparat diberi warna. Sebenarnya kromosom merupakan rangka bagi inti sel. [3]
DNA (Deoxyribonucleic Acid)
Molekul DNA merupakan polimer panjang dari nukleotida yang dinamakan polinukleotid
dan berdasarkan hasil penelitian Franklin dan Wilkins pada DNA dengan menggunakan sinar-X,
James Watson dan Francis Crick (1953) mengemukakan suatu model struktur DNA yaitu double
helix (tangga tali terpilin).
Menurut Watson dan Crick, DNA memiliki struktur sebagai berikut :
1) Gula pentosa (deoksiribosa)
2) Fosfat
3) Basa nitrogen
a) Purin : guanin (G) dan adenin (A)
b) Pirimidin : timin (T) dan sitosin (S
Gen
Unit hereditas dalam organisme hidup. Biasanya berada pada hamparan DNA yang kode
untuk suatu jenis protein atau untuk sebuah rantai RNA yang memiliki fungsi dalam organisme.
Semua makhluk hidup tergantung pada gen, karena mereka menentukan semua protein dan RNA
rantai fungsional. Gen menyimpan informasi untuk membangun dan memelihara sel-sel suatu
organisme dan lulus sifat genetik kepada keturunannya, meskipun beberapa organel (mitokondria
misalnya) adalah mereplikasi diri dan tidak dikode oleh DNA organisme.
24 |
Setiap sel dari suatu organisme mengandung sejumlah kromosom dalam nukleusnya.
Setiap kromosom mempunyai pasangan homolog. Pasangan yang satu diturunkan dari induk
betina sedangkan yang lainnya dari induk jantan. Di sepanjang kromosom terdapat ribuan gen.
Gen ini merupakan Unit Dasar Keturunan, seksi spesifikasi dari DNA yang mengendalikan suau
karakteristik fisik maupun kimiawi. Setiap gen dapat mengandung 2 atau lebih bentuk yang
disebut (alleles). Tempat gen dalam kromosom yang homolog disebut lokus. Gen ini terdapat di
dalam DNA yang merupakan molekul yang menyimpan informasi genetik dan merupakan
makromolekul polinukleotida yang terdiri atas gula pentosa deoksiribosa, asam fosfat, dan basa
nitrogen yang tersusun rangkap membentuk DNA double helix atau heliks ganda dan berpilin ke
kanan.
Jadi, DNA adalah penyusun utama kromosom dan gen adalah suatu deretan basa pada
molekul DNA. Deretan ini merupakan suatu sandi yang mengarahkan urutan asam amino yang
akan disusun dalam protein.
Gen yang mempunyai hubungan dengan Osteogenesis Imperfecta
Locus
Lokus adalah letak gen pada kromosom atau bentuk gen alel yang berbeda yang
ditemukan pada posisi yang sama pada kromosom homolog.
Allel
Allel adalah satu dari 2 atau lebih bentuk alternatif suatu gen yang dapat menempati
lokus kromosom tersebut dan yang menentukan karakter alternatif pada keturunan. Pada manusia
dan organisme diploid lain, terdapat dua alel, identik atau berbeda, untuk setiap lokus spesifik
dari sebuah kromosom autosomal, satu pada setiap kromosom dari sepasang kromosom
homolog.
Genetik Map
Genetik map adalah penentuan posisi relatif dan penandaan tertentu relatif satu sama lain
yang didasarkan pada frekuensi tekombinasi bukan titik-titik fisik spesifik, satuan
pengukurannya adalah sentimorgan.
25 |
Gen map locus dari osteogenesis imperfecta tipe I
Gen map locus 17q21.31-q22, 7q22.1 artinya bahwa gen COL1A1 berada pada
kromosom no. 17 rantai panjang ( q ) pada posisi 21.33 dan gen COL1A2 berada pada
kromosom no 7 rantai panjang ( q ) pada posisi 22.1.
Penyakit osteogenesis diturunkan ke generasi berikutnya
Cara penurunan penyakit osteogenesis imperfecta dari suatu generasi kegenerasi berikutnya:
Adanya warisan dari orang tua
Mutasi dominan baru terjadi secara spontan
Mosaicism yang sempat menghilang
III.4 Patogenesis
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan
jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan
dermis. Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural,
molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2 rantai proα1(I) (disebut
COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai proα2(I) (disebut COL1A2, dikode pada
kromosom 7). Masing-masing rantai triple helixitu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino
Gly-X-Y yang berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau
hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino terkecil yang
mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai poros dari helix sehingga bila
terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur dan produksihelix. Prokolagen yang abnormal
akan membentuk cetakan yang tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan
tersusun tak beraturan. Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang. Hal
ini menyebabkan adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan
sehingga meningkatkan angka kepatahan (fraktur). Lebih dari 200 mutasi yang berbeda
mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe I ditemukan pada penderita OI. Jika mutasi
tersebut menurunkan produksi/ sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan
26 |
(osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen
tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV). Kelainan struktur itu
pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin
digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan single exon splicing.1 Gambar 1.
Struktur normal prokolagen tipe I. Masing-masing rantai kolagen sebagai triple helix prokolagen,
disekresikan ke ruang ekstraseluler. Domain amino-dancarboxyl-terminal dipecah di ruang
ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di tulang akan mengalami mineralisasi.
III.5 manifestasi Klinis
Osteogenesis imperfecta mempunyai ciri khas rapuhnya skletal dalam berbagai derajat.
Fraktur dan deformitas tulang terjadi walau dengan trauma ringan. Sistem klasifikasi yang
paling sering dipakai untuk membedakan tipe OI adalah yang dibuat oleh Sillence dkk.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada gejala klinis, genetik, dan kriteria radiografi. Gejala
klinisnya sangat bervariasi antar penderita walaupun dalam tipe yang sama. Tipe-tipe tersebut
antara lain :
1. Tipe I (Ringan)
Bentuk OI paling ringan dan paling sering ditemukan, bahkan sering ditemukan dalam
suatu pedigree keluarga yang besar.
- Diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh menurunnya produksi/
sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles).
- Kebanyakan penderita tipe I mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang pada
masa anak-anak tapi tidak sering, dan ketulian (30-60% pada usia 20-30 tahun). Fraktur terjadi
karena trauma ringan – sedang dan menurun setelah pubertas.
- Terdapat dua subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan
subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.
27 |
- Kelainan lainnya yang bisa ditemukan antara lain mudah memar, kelemahan sendi dan
otot, kifoskoliosis, dan perawakan pendek ringan dibanding anggota keluarga lainnya.
2. Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)1,2,4,7
- Penderita sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan
berat lahir dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian terutama disebabkan
karena distres pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan sistem saraf pusat.
- Terjadi karena mutasi baru yang diturunkan secara autosomal dominan (jarang
resesif) akibat penggantian posisi glisin pada triple helixprokolagen tipe I dengan asam amino
lain.
- Tulang rangka dan jaringan ikat lainnya sangat rapuh.
- Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang terlihat sebagai
crumpled appearance pada radiografi. Selain itu juga dapat terjadi pada tulang tengkorak dan
atau vertebra. Tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran
fontanela anterior dan posterior.
- Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik (beaded
appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam terjadinya distres pernafasan.
- Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil dan/ mikrognatia.
- Sklera berwarna biru gelap-keabuan.
3. Tipe III (Berat/Progresif)
- Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan
yang menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur, kelemahan otot,
nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak.
28 |
- Terjadi karena point mutation atauframe shift mutation pada prokolagen tipe I
yang diturunkan secara autosomal dominan atau resesif .
- Berat badan dan panjang lahir sering rendah.
- Fraktur sering terjadi dalam uterus.
- Setelah lahir, fraktur sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan
deformitas- Kebanyakan penderita mengalami perawakan pendek.
- Bentuk wajah relatif triangular dan makrosefali.
- Sklera bervariasi dari putih hingga biru.
- Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun)
- Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis,
dilihat dari gambaran radiologi.
4. Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe) 1,2,4
- Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada
rantai COL1A2, kadang pada COL1A1.
- Merupakan tipe OI yang paling heterogen karena memasukkan temuan-temuan
pada penderita yang tidak tergolong dalam 3 tipe sebelumnya.
- Fraktur dapat terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah bengkok yang
tampak sejak lahir.
- Sering terjadi fraktur berulang, kebanyakan penderita mempunyai tulang yang
bengkok walau tidak sering mengalami fraktur.
- Frekuensi fraktur berkurang setelah masa pubertas.
29 |
- Penderita tipe ini memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya
mereka dapat melakukan ambulasi sehari-hari.
- Penderita mengalami perawakan pendek moderate.
- Warna sklera biasanya putih.
- Dapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga beberapa penulis
membedakan tipe ini menjadi 2 subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis
imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.
Gambaran radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebraAdanya
penelitian mikroskopik terhadap tulang penderita OI membawa penemuan tipe-tipe baru OI. Para
peneliti menemukan beberapa penderita yang secara klinis termasuk tipe IV mempunyai pola
yang berbeda pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai OI tipe V dan tipe VI. Penyebab
mutasi pada kedua tipe ini belum dapat diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini
tidak mengalami mutasi pada gen prokolagen tipe I. Pada tahun 2006 ditemukan 2 tipe baru OI
yang diturunkan secara resesif. Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi
pembentukan kolagen tapi bukan mutasi kolagen secara primer.
III.6 Diagnosis
Diagnosis OI ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan atau
manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari tipe ringan sampai berat, ditambah
dengan beberapa pemeriksaan penunjang.8Manifestasi klinis yang bisa ditemukan antara lain
sering fraktur berulang, perawakan pendek, sklera berwarna biru, masalah gigi (dentinogenesis
imperfecta), dan gangguan pendengaran yang makin progresif setelah masa pubertas.
30 |
III.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium biokimia dan molekular
Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit, terutama
untuk mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. Analisa mutasi DNA prenatal
dilakukan pada kehamilan dengan resiko OI, melalui kultur villus korion. Pemeriksaan
kombinasi antara analisa DNA dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90% dari semua
tipe mutasi gen pengkode prokolagen tipe I.
2. Pencitraan
a. Radiografi tulang skeletal setelah lahir (bone survey)
Bentuk ringan (tipe I) tampak korteks tulang panjang yang menipis, tidak
tampak deformitas tulang panjang. Bisa menunjukkan gambaran Wormian
(Wormian bones) pada cranium.
Bentuk sangat berat (tipe II) tampak gambaran manik-manik (beaded
appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur multipel dengan
deformitas tulang panjang.
Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak metafisis kistik atau
gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada
awalnya kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang menyebabkan
deformitas tulang panjang, sering disertai fraktur vertebra.
b. Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray
Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada penderita.
c. Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan
panjang tulang anggota badan. Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai
dengan gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang
kalvaria atau kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok,
31 |
panjang tulang berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multipel. USG prenatal ini
terutama untuk mendeteksi OI tipe II.
III. 8 Diagnosis Banding
1. Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak. Usia fraktur
tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus dicurigai karena kasus penelantaran
anak. Selain itu pada penelantaran anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya
perdarahan retina, hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan trauma
limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah fraktur sudut metafiseal yang jarang
ditemukan pada OI. Densitas mineral tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan
pada OI rendah.
2. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)
Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11 tahun, yang
mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya. Gejala biasanya
nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur
metafiseal, meski dapat juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang
menyebabkan deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak dan wajah normal.
OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun deformitas vertebra dan gangguan fungsi
dapat menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan
suatu OI tipe ringan.
3. Achondroplasia
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen
FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis
didapat sejak lahir berupa perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai
terutama lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi yang
menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah terjadi.
32 |
4. Riketsia
Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D.
Walau jarang terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis
yang ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi
menonjol, knobby deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur
terutama tipe greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 25-hidroksi-
vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin fosfatase meningkat.Beberapa
penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis
dan biokimia sekunder riketsia nutrisional. Pada OI kalsium serum dan alkalin fosfatase normal.
Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita OI sering rendah menunjukkan defisiensi vitamin
D sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering dialami penderita OI.
III.9 Tata laksana
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis multidisiplin ilmu. Pada
beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun karena penyakit ini didasari oleh
kelainan genetik maka tidak didapatkan pengobatan yang efektif .
1. MedikasiTujuan utama pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian fraktur,
mencegah deformitas tulang panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat) memberikan
perbaikan bagi anak dengan OI. Bisfosfonat adalah analog sintetis dari pirofosfat,
penghambat alami resorpsi tulang osteoklastik sehingga meningkatkan mineralisasi tulang
dan memperkuat tulang.Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan juga
memperpendek usia hidup osteoklas. Salah satu penelitian oleh Glorieux dkk pada 30 anak
OI tipe III dan IV, berusia 3-16 tahun yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg
berat badan/hari selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5 tahun.
Penelitian ini melaporkan pemakaian pamidronat menyebabkan densitas mineral tulang
dan penebalan korteks metakarpal meningkat, penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi
dengan pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.
33 |
Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak OI masih terus diteliti.Laporan kasus
di Turki setelah pemakaian alendronat 5 mg tiap hari selama 36 bulan pada anak laki-laki
berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang dan menurunkan
insiden fraktur secara signifikan. Penelitian yang membandingkan pemakaian bisfosfonat
intravena dan oral oleh Dimeglio dkk menunjukkan bahwa keduanya sama-sama
meningkatkan densitas mineral tulang, menurunkan petanda biokimia dari pertumbuhan
(turnover) tulang, dan mempercepat pertumbuhan linear. Mereka juga menyimpulkan
bahwa pemakaian bisfosfonat intravena dan oral pada anak OI sama efektifnya terutama
pada tipe OI ringan. Selain itu pemakaian secara oral lebih diterima oleh anak-anak dan
praktis dibandingkan dengan pemakaian intravena. Penderita OI yang rentan terhadap
trauma dan memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya sering menyebabkan
defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu diperlukan suplementasi vitamin D
400-800 IU dan kalsium 500-1000 mg sebagai profilaktik walau tidak memperbaiki
penyakit OI sendiri. Terapi potensial lain yang sampai saat ini masih dalam taraf
penelitian adalah terapi sel dan gen. Ada dua alternatif pendekatan yang sedang diteliti,
pertama mengganti gen mutan dengan sel normal melalui transplantasi sumsum tulang, dan
kedua memasukkan ribozym ke dalam sel untuk memecah gen mutan.
2. Bedah ortopedi. Tatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan fraktur dan koreksi
deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau cast. Pada OI fraktur akan sembuh dengan
baik, sedangkan castdiperlukan untuk meminimalkan osteoporosis akibat imobilisasi
jangka lama. Koreksi pada deformitas tulang panjang memerlukan prosedur osteotomi dan
pemasangan intramedullary rod.
3. Rehabilitasi medic. Rehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga penderita
dapat mencapai tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain berupa penguatan otot
isotonik, stabilisasi sendi, dan latihan aerobik. Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV
dapat mobilisasi spontan. Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi roda namun
tetap tak mencegah terjadinya fraktur berulang. Kebanyakan penderita tipe IV dan
beberapa tipe III dapat mobilisasi/ berjalan dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot
sendi panggul, peningkatan stamina, pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling genetic. Penderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai kemungkinan
diturunkannya penyakit ini pada keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit
34 |
autosomal dominan, sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada
turunannya. Selain itu juga perlu didiskusikan mengenai kemungkinan adanya mutasi baru
seperti somatik asimtomatik dan germline mosaicsm.
III.10 Prognosis
Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi tingkat fungsional
dan lama hidup penderita. Prognosis penderita OI bervariasi tergantung klinis dan keparahan
yang dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas. Bayi dengan OI tipe II
biasanya meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan
gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja.
Penderita OI tipe III biasanya meninggal karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini,
remaja atau usia 40 tahun-an sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang
lebih panjang/ lama hidup penuh.
Penderita OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi roda. Dengan rehabilitasi
medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan transfer dan melakukan ambulasi sehari-
hari di rumah. Penderita OI tipe IV biasanya dapat memiliki ketrampilan ambulasi di
masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.
35 |
BAB IV
KESIMPULAN
Osteogenesis imperfekta atau brittle bone disease adalah suatu kelainan jaringan ikat dan
tulang yang bersifat herediter yang ditandai dengan pembentukan abnormal kolagen tipe 1
(terdapat di berbagai jaringan termasuk tulang, kulit, sendi, mata, telinga).
OI diturunkan secara autosomal dominan. Pada kasus minoritas dapat ditemukan
penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicismpada orangtua.1Kejadian OI
diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin.
Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi.
Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa.
Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal.
Penyakit ini merupakan kelainan yang diturunkan secara resesif dimana faktor-faktor
pasca natal seperti trauma mempunyai peranan yang dominan. Tipe kongenital merupakan tipe
berat dan fraktur terjadi semasa kandungan atau sebelum dilahirkan. Bersifat fatal karena disertai
perdarahan intrakranial. Kelainan dasarnya terletak pada gangguan maturitas kolagen berupa
ketidak mampuan osteoblas untuk berdiferensiasi desebabkan oleh kerusakan sel-sel osteoblas
akibatnya terjadi gangguan skeletal.
Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan sklera berwarna biru, kelainan pada gigi (gigi
transparan), Mudah terjadi fraktur. Pemeriksaan penunjang pada osteogenesis imperfekta
meliputi laboratorium biokimia dan molekular, pencitraan, densitas mineral tulang (bone
densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan
nilai rendah pada penderita, ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk
mendeteksi kelainan panjang tulang anggota badan.
Pada prinsipnya tidak ada pengobatan khusus, pengobatan hanya bertujuan untuk:
1. Merawat bayi secara seksama sehingga komplikasi fraktur yang lebih lanjut dapat
dicegah.
36 |
2. Mencegah deformitas yang tidak perlu terjadi melalui peenggunaan bidai yg tidak
baik
3. Mobilisasi untuk mencegah terjadinya osteoporosis
4. Koreksi deformitas jika perlu dilakukan osteotomi dan fikasasi interna
37 |