Transcript
Page 1: Osteoporosis lansia by ika yes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OSTEOPOROSIS

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Keperawatan Medikal Bedah III

yang dibina oleh Ibu Tavip Dwi Wahyuni S.Kep, Ns

Oleh: KELOMPOK 2/ 2A

1. Indra Dwi A (1301100001)

2. Daniar Ade S (1301100006)

3. Amanda Rusyda (1301100011)

4. Devilia R (1301100014)

5. Anggyta Puspitasari (1301100018)

6. Renita Amelia Sari (1301100019)

7. Irzam Beni K (1301100026)

8. Saidatul Arifah (1301100030)

9. Lailatun Nisak (1301100037)

10.Fina Aula R (1301100038)

11.M. Sahrul M (1301100039)

12.Riris Eka Utari (1301100043)

13.Ika Yesika Sari (1301100049)

14.Farchia Yunitasari (1301100050)

15.Olivia Maulina (1301100055)

Page 2: Osteoporosis lansia by ika yes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

DIII KEPERAWATAN MALANG

JUNI 2015

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Osteoporosis” dapat selesai tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini disusun dengan kerja sama dan

bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada pembimbing, yaitu Ibu Tavip

Dwi Wahyuni S.Kep, Ns. Terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak/Ibu

Dosen, dan teman-teman yang turut memberikan dukungan maupun bantuan atas

tersusunya makalah ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk

penyusunan makalah selanjutnya.

Malang, Juni 2015

Page 3: Osteoporosis lansia by ika yes

Penulis

BAB 1

PENDALAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu

mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau

pengeroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40

tahun, terutama pada kaum perempuan. Insiden osteoporosis lebih tinggi pada

wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita

pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena problem fraktur

tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi

tanpa disertai trauma yang jelas.

Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki

risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit

osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak

mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia

lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-

2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5

juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit

osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di

Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk

Page 4: Osteoporosis lansia by ika yes

wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun

untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang

di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050.  Mereka. Satu dari tiga

perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau

keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit

osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia

jauh lebih besar dan merupakan negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2

setelah Cina.

1.2 Tujuan

   Tujuan Umum  :

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran

mahasiswa dalam memahami Osteoporosi dan Asuhan Keperawatan dari

Osteoporosis.

Tujuan Khusus :

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis

b.  Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis

c.  Mahasiswa mampu memahami patofisiologi osteoporosis

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi osteoporosis

e.  Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis

f.  Mahasiswa mampu memahami komplikasi osteoporosis

g.  Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan osteoporosis

h.  Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis

Page 5: Osteoporosis lansia by ika yes

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di

Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa

massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan

penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat

meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati,

2006).

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.

Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorbsi

tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan

massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah

patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan

pengaruh pada tulang normal. (Keperawatan Medikal Bedah, 2335)

Osteoporosis adalah penurunan massa tulang yang disebabkan karena

meningkatnya resorbsi tulang melebihi pembentukan tulang. Dua penyebab

ketidakseimbangan ini yang paling penting adalah fungsi gonad yang menurun

dan proses penuaan normal. (Patofisiologi volume 2, 1359)

2.2 Klasifikasi Osteoporosis

Page 6: Osteoporosis lansia by ika yes

Menurut pembagiannya, osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Osteoporosis primer, Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak

diketahui penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi

osteoporosis primer menjadi 2 tipe, yaitu :

Osteoporosis tipe I yang disebut juga osteoporosis pasca

menopause. Osteoporosis tipe ini disebabkan oleh defisiensi

estrogen akibat menopause. 

Osteoporosis tipe II disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan

oleh gangguan absorpsi kalsium di usus sehingga menyebabkan

hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya

osteoporosis.  

2) Osteoporosis sekunder, osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang

diketahui nyebabnya, yaitu terjadi karena adanya penyakit lain yang

mendasari, defisiensi atau konsumsi obat yang dapat menyebabkan

osteoporosis.

Penyebab genetik (kongenital) seperti : Kistik fibrosis,  Ehlers –

Danlos syndrome, penyakit penyimpanan glikogen, penyakit

Gaucher, Hemokromatosis.

Keadaan hipogonad, seperti : Insensitifitas androgen, Anoreksia

nervosa/ bulimia nervosa, Hiperprolaktinemia, dll

Gangguan endokrin, seperti : Akromegali, Insufisiensi adrenal ,

Sindroma Cushing , Diabetes Melitus,

Hiperparatiroidism,Hipertiroidisme, Hipogonadism, Kehamilan,

Prolaktinoma, dll.

Gangguan yang diinduksi obat,  seperti : Glukokortikoid, Heparin,

Antikonvulsan.

2.3 Etiologi 

1. Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh

hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35

Page 7: Osteoporosis lansia by ika yes

tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45

tahun.

2. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia

75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami

kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium

menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki

risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia

rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan

menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik

memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita Osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.

Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti

kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga

pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

a. Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya

mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid,

penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

b. Minuman berkafein dan beralkohol.

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang

keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr.

Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di

Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan

keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih

banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses

pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang

menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

c. Malas Olahraga

Page 8: Osteoporosis lansia by ika yes

Mereka yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses

osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan

massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka

otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

d. Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok

sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya

mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga

membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang

sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses

pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa

mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke

seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan

tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara

langsung tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang

memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus

terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai

terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

e. Kurang Kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang

akanmengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

(Nancy E. Lane, Osteoporosis, 2001)

6. Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit

asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering

dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab,

kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan anti

kejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum

mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

Tulang adalah jaringan dinamis yang diatur oleh faktor endokrin, nutrisi,

dan aktivitas fisik. Biasanya penanganan gangguan tulang terutama osteoporosis

hanya fokus pada masalah hormon dan kalsium, jarang dikaitkan dengan olahraga.

Page 9: Osteoporosis lansia by ika yes

Padahal, Wolff sejak 1892 menyarankan bahwa olahraga sangatlah penting.

Osteoporosis (kekeroposan tulang) adalah proses degenerasi pada tulang.

Mereka yang sudah terkena perlu berolahraga atau beraktivitas fisik sebagai bagian

dari pengobatan. Olahraga teratur dan cukup takarannya tidak hanya membentuk

otot, melainkan juga memelihara dan meningkatkan kekuatan tulang. Dengan

demikian, latihan olahraga dapat mengurangi risiko jatuh yang dapat memicu

fraktur (patah tulang). (Mulyaningsih, 2008).

2.4 Patofisiologi 

Ostoporosis Primer

Pada pasien yang mengalami penyait osteoporosis, secara garis besar

disebabkan karena meningkatnya sel osteoclas pada tulang yang biasanya pada

usia lanjut terjadi penurunan kadar hormon. sehingga proses reabsorbsi tulang

akan lebih besar dari pada proses pembentukan tulang itu sendiri, dalam proses ini

lama - kelamaan akan mengakibatkan adanya penipisan masa tulang dan mudah

terjadi  fraktur yang di sebabkan trauma ringan. Mekanisme terjadinya fraktur

pada osteoporosis biasanya didahului adanya trauma yang sangat minimal kadang-

kadang tanpa trauma pada  mereka yang mempunyai desnsitas tulang yang

rendah. Densitas tulang yang rendah disebabkan oleh karena meningkatnya massa 

tulang yang hilang dan proses pembentukan (“peak bone mass” ) yang tidak

adekuat.  Proses hilangnya massa tulang maupun peak bone mass sangat

dipengaruhi oleh faktor herediter. Sebaliknya hilangnya massa tulang  yang

berlebihan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, umur, menopause, faktor

lokal dan faktor sporadis. Dalam keadaan normal  maka terjadi proses

pembentukan dan penghancuran tulang yang senantiasa  seimbang sehingga

tulang itu akan menjadi keras dan kuat. Proses pembentukan tulang dilaksanakan

oleh sel-sel osteoblast dan penghancuran tulang dilakukan oleh sel-sel osteoklast.

Berbagai hormon  berperan dalam proses pembentukan dan penghancuran tulang

tersebut.  Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid (tiroksin) dalam keadaan normal

Page 10: Osteoporosis lansia by ika yes

, hormon tumbuh (Growth hormon), hormon testosteron dari testis dan hormon

estrogen dari ovarium  meningkatkan aktifitas osteoblast.

       Sebaliknya hormon paratiroid (HPT), glukokortikoid yang dihasilkan kelenjar

adrenal dan hormon tiroksin yang meningkat akan meningkatkan aktifitas

osteoklast. Bila aktifitas osteoklast lebih besar dari osteoblast maka resorpsi

tulang meningkat dan ekskresi kalsium di urine meningkat. Pada keadaan ekskresi

kalsium meningkat maka hormon paratiroid meningkat (hiperparatiroidisme

sekunder) menyebabkan resorpsi tulang meningkat dan osteoprosis dapat terjadi.

Kebutuhan kalsium diperoleh  dari makanan yang dimakan sehari-hari

diserap diusus dengan bantuan HP, kalsitonin dan 1,25 (OH)2 D. Bila ada

defisiensi HPT, kalsitonin dan 1,25 (OH)2 D maka absorpsi kalsium menurun ,

proses pembentukan tulang oleh osteoblast menurun menyebabkan osteoporosis

dapat terjadi. Dapat disimpulkan bahwa osteoporosis terjadi akibat aktifitas

osteoklast yang meningkat atau aktifitas osteoblast menurun. Dalam proses

remodelling ini ada 3 hormon yang bekerja antara lain  hormon paratiroid,

kalsitonin dan vitamin  D . Ketiga hormon ini bekerja pada tempat kalsium

memasuki tubuh yaitu di usus, ginjal (ekskresi kalsium ) dan pada tulang untuk

penyimpanan kalsium.

Fraktur akibat osteoporosis biasanya dijumpai pada vertebra berupa fraktu-

kompresi, panggul, dan radius bagian distal. Pada osteoporosis sekunder

patogenesis terjadinya kehilangan massa tulang sudah jelas misalnya akibat

tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, sindroma cushing,pengobatan dengan

kortikosteroid jangka panjang, alkoholisme, mieloma multipel, diabetes melitus,

hiperprolaktinemia dan lain-lain.

2.5 Manifestasi 

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1.    Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2.    Nyeri timbul mendadak.

3.    Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4.    Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

Page 11: Osteoporosis lansia by ika yes

5.    Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan

aktivitas.

6.    Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan

korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada

tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame

vertebra.

b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk

menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis

apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan

dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)

bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD

berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

1.    Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi

photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA

digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak

yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus

2.  Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya

berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi

yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup

tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan

tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah

leher femur dan vetrebrata.

Page 12: Osteoporosis lansia by ika yes

3.    Quantitative Computer Tomography (QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas

tulang secara volimetrik.

c. Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan

menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu

pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta

kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur

trabekula.

e. Biopsi tulang dan Histomorfometri

f. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan

metabolisme tulang.

g. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang

menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus

vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks

dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering

ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang

menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan

menyebabkan deformitas bikonkaf.

h. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang

mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral

vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra

atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada

hampir semua klien yang mengalami fraktur.

i. Pemeriksaan Laboratorium

1.    Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang

nyata.

Page 13: Osteoporosis lansia by ika yes

2.    Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct

(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

3.    Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4.    Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat

kadarnya

2.7 Komplikasi 

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh

dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Berbagai fraktur

yang terjadi akibat komplikasi dari osteoporosis antara lain ; fraktur vertebra,

fraktur pinggul, fraktur femur, fraktur pergelangan tangan, dan berbagai macam

fraktur lainnya.

2.8 Penatalaksanaan

a. Pengobatan

Pengobatan osteoporosis difokuskan kepada memperlambat atau

menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan

mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. tujuan dari pengobatan ini adalah

mencegah terjadinya fraktur (patah tulang)

Secara teoritis osteoporosis dapat diobati dengan cara menghambat kerja

osteoklas dan atau meningkatkan kerja osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat

yang beredar pada umumnya bersifat anti resorpsi. Yang termasuk obat

antiresorpsi misalnya: esterogen, kalsitonin, bifosfonat. Sedangkan Kalsium

dan Vitamin D tidak mempunyai efek antiresorpsi maupun stimulator tulang,

tetapi diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi osteoid setelah proses

pembentukan tulang oleh sel osteoblas.

Estrogen

Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi, mempengaruhi aktivitas sel

osteoblas maupun sel osteoklas, telah dibicarakan diatas. Pemberian terapi

estrogen dalam pencegahan dan pengobatan osteoporosis dikenal sebagai

Terapi Sulih Hormon (TSH). Estrogen sangat baik diabsorbsi melalui kulit,

Page 14: Osteoporosis lansia by ika yes

mukosa vagina, dan saluran cerna. Efek samping estrogen meliputi nyeri

payudara (mastalgia), retensi cairan, peningkatan berat badan,

tromboembolisme, dan pada pemakaian jangka panjang dapat meningkatkan

risiko kanker payudara. Kontraindikasi absolut penggunaan estrogen adalah:

kanker payudara, kanker endometrium, hiperplasi endometrium, perdarahan

uterus disfungsional, hipertensi, penyakit tromboembolik, karsinoma

ovarium, dan penyakit hait yang berat Beberapa preparat estrogen yang

dapat dipakai dengan dosis untuk anti resorpsi, adalah estrogen terkonyugasi

0,625 mg/hari, 17-estradiol oral 1 Ð 2mg/ hari, 17-estradiol perkutan 1,5

mg/hari, dan 17-estradiol subkutan 25 Ð 50 mg setiap 6 bulan. Kombinasi

estrogen dengan progesteron akan menurunkan risiko kanker endometrium

dan harus diberikan pada setiap wanita yang mendapatkan TSH, kecuali

yang telah menjalani histerektomi.

Saat ini pemakaian fitoestrogen (isoflavon) sebagai suplemen mulai

digalakkan pemakaiannya sebagai TSH. Beberapa penelitian menyatakan

memberikan hasil yang baik untuk keluhan defisiensi estrogen, atau

mencegah osteoporosis. Fitoestrogen terdapat banyak dalam kacang kedelai,

daun semanggi.

Ada golongan preparat yang mempunyai efek seperti estrogen yaitu

golongan Raloksifen yang disebut juga Selective Estrogen Receptor

Modulators (SERM). Golongan ini bekerja pada reseptor estrogen-b

sehingga tidak menyebabkan perdarahan dan kejadian keganasan payudara.

Mekanisme kerja Raloksifen terhadap tulang diduga melibatkan TGF yang

dihasilkan oleh osteoblas yang berfungsi menghambat diferensiasi sel

osteoklas.

Bifosfonat

Bifosfonat merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan

osteoporosis. Bifosfonat merupakan analog pirofosfat yang terdiri dari 2

asam fosfonat yang diikat satu sama lain oleh atom karbon. Bifosfonat dapat

mengurangi resorpsi tulang oleh sel osteoklas dengan cara berikatan dengan

Page 15: Osteoporosis lansia by ika yes

permukaan tulang dan menghambat kerja osteoklas dengan cara mengurangi

produksi proton dan enzim lisosomal di bawah osteoklas. Pemberian

bifosfonat secara oral akan diabsorpsi di usus halus dan absorpsinya sangat

buruk (kurang dari 55 dari dosis yang diminum). Absorpsi juga akan

terhambat bila diberikan bersama-sama dengan kalsium, kation divalen

lainnya, dan berbagai minuman lain kecuali air. Idealnya diminum pada

pagi hari dalam keadaan perut kosong. Setelah itu penderita tidak

diperkenankan makan apapun minimal selama 30 menit, dan selama itu

penderita harus dalam posisi tegak, tidak boleh berbaring. Sekitar 20 Ð 50%

bifosfonat yang diabsorpsi, akan melekat pada permukaan tulang setelah 12

Ð 24 jam. Setelah berikatan dengan tulang dan beraksi terhadap osteoklas,

bifosfonat akan tetap berada di dalam tulang selama berbulan-bulan bahkan

bertahuntahun, tetapi tidak aktif lagi. Bifosfonat yang tidak melekat pada

tulang, tidak akan mengalami metabolism di dalam tubuh dan akan

diekresikan dalam bentuk utuh melalui ginjal, sehingga harus hati-hati

pemberiannya pada penderita gagal ginjal.

Generasi Bifosfonat adalah sebagai berikut:

1)   Generasi I : Etidronat, Klodronat

2)   Generasi II: Tiludronat, Pamidronat, Alendronat

3)   Generasi III: Risedronat, Ibandronat, Zoledronat

Hormon lain : hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium

dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang.

1)    Kalsitonin

2)    Teriparatide

Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan

kepadatan tulang.

1)      Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan

suplemen).

2)      Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk

meningkatkan kepadatan tulang.

Page 16: Osteoporosis lansia by ika yes

b. Latihan pembebanan (olahraga)

Olahraga merupakan bagian yang sangat penting pada pencegahan

maupun pengobatan osteoporosis. Program olahraga bagi penderita

osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga untuk pencegahan osteoporosis.

Gerakan-gerakan tertentu yang dapat meningkatkan risiko patah tulang harus

dihindari. Jenis olahraga yang baik adalah dengan pembebanan dan ditambah

latihan kekuatan otot yang disesuaikan dengan usia dan keadaan individu

masing-masing. Dosis olahraga harus tepat karena terlalu ringan kurang

bermanfaat, sedangkan terlalu berat pada wanita dapat menimbulkan gangguan

pola haid yang justru akan menurunkan densitas tulang. Jadi olahraga sebagai

bagian dari pola hidup sehat dapat menghambat kehilangan mineral tulang,

membantu mempertahankan postur tubuh dan meningkatkan kebugaran secara

umum untuk mengurangi risiko jatuh. Monoklonal antibodi RANK-Ligand.

Seperti diketahui terjadinya osteoporosis akibat dari jumlah dan aktivitas

sel osteoklas menyerap tulang. Dalam hal ini secara biomolekuler RANK-L

sangat berperan. RANK-L akan bereaksi dengan reseptor RANK pada

osteoklas dan membentuk RANK- RANKL kompleks, yang lebih lanjut akan

mengakibatkan meningkatnya deferensiasi dan aktivitas osteoklas. Untuk

mencegah terjadinya reaksi tersebut digunakanlah monoklonal antibodi

(MAbs) dari RANK-L yang dikenal dengan: denosumab. Besarnya dosis yang

digunakan adalah 60 mg dalam 3 atau 6 bulan.

2.9 Pencegahan

a. Mengurangi asupan protein hewani: Protein hewani meningkatkan

kehilangan kalsium. Studi lintas budaya telah menemukan hubungan yang

kuat antara asupan protein hewani dan risiko patah tulang pinggul.

Tingginya asupan daging (lima atau lebih porsi per minggu) secara

signifikan meningkatkan risiko retak tulang lengan bawah pada

perempuan, dibandingkan dengan makan daging kurang dari sekali per

minggu. Wanita lansia yang mengkonsumsi sejumlah besar daging

kehilangan tulang lebih cepat dan risiko lebih besar terkena retak tulang

pinggul.Risiko masalah tulang tampaknya berkurang ketika protein hewani

Page 17: Osteoporosis lansia by ika yes

diganti dengan protein dari sumber nabati, terutama kedelai. Dalam studi

klinis dengan wanita menopause, makanan kedelai telah ditemukan

mencegah keropos tulang. Penelitian telah menunjukkan hubungan positif

antara protein kedelai dan kepadatan mineral tulang pada wanita

menopause. Hal ini mungkin karena konsentrasi senyawa yang relatif

tinggi yang disebut isoflavon dalam protein nabati.

b. Peningkatan konsumsi buah dan sayuran. Penelitian telah menunjukkan

bahwa diet kaya buah-buahan dan sayur-sayuran berkaitan dengan

kepadatan mineral tulang lebih tinggi pada pria dan wanita. Asosiasi ini

mungkin karena kalium, magnesium, dan vitamin K dalam buah-buahan

dan sayuran.

c. Mengurangi asupan natrium. Beberapa studi telah menemukan bahwa

asupan tinggi natrium menyebabkan hilangnya kalsium dari tubuh.

Namun, efek dari pembatasan natrium terhadap integritas tulang jangka

panjang dan risiko patah tulang masih belum jelas dan memerlukan

penelitian lebih lanjut.

d. Pola makan rendah lemak. Studi telah menemukan bahwa asupan lemak

yang lebih tinggi dikaitkan dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan

risiko patah tulang lebih besar. Mekanisme yang mungkin meliputi

kecenderungan asupan lemak yang berlebihan mengurangi penyerapan

kalsium dan mempengaruhi produksi hormon. Secara khusus, asam lemak

omega-6 dapat menyebabkan hilangnya tulang dengan mengorbankan

pembentukan tulang baru.

e. Moderasi dalam penggunaan kafein. Penelitian telah menemukan bahwa

perempuan yang mengkonsumsi paling banyak kafein telah mempercepat

kehilangan tulang belakang dan hampir tiga kali lipat risiko terkena patah

tulang pinggul. Resiko kehilangan tulang tampak tertinggi pada wanita

yang mengkonsumsi lebih dari 18 ons kopi per hari, atau 300 mg kafein

dari sumber lain.

f. Membatasi suplemen vitamin A. Penelitian telah menunjukkan bahwa

asupan vitamin A yang terlalu tinggi, baik dengan makanan atau

suplemen, dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan

Page 18: Osteoporosis lansia by ika yes

peningkatan risiko fraktur pinggul. Asupan sehat dan cukup vitamin A

dapat dipastikan dengan beta-karoten dari sumber tanaman, sayuran

terutama oranye dan kuning.

g. Kombinasi suplemen vitamin D dan kalsium. Pada klien dengan obat-yang

menyebabkan osteoporosis, kombinasi dari kedua nutrisi tampaknya

bermanfaat signifikan dalam mengurangi kehilangan tulang lebih lanjut.

Suplemen vitamin D (500 sampai 800 IU/hari) dan kalsium (1200-1300

mg/hari) juga telah ditemukan meningkatkan kepadatan tulang dan

penurunan kehilangan tulang dan risiko patah tulang pada wanita dewasa

yang lebih tua. Klien wanita dengan diagnosa osteoporosis harus

mendapatkan asupan kalsium total dari pola makan dan suplemen sekitar

1500 mg/hari dalam dosis terbagi tiga atau lebih, ditambah sedikitnya 400

sampai 800 IU vitamin D setiap hari. Namun, klien yang tidak berisiko

tinggi untuk osteoporosis mungkin tidak memerlukan suplemen kalsium.

Hal ini terutama berlaku untuk pria, yang mungkin memiliki peningkatan

risiko terkena kanker prostat jika mereka mengkonsumsi terlalu banyak

kalsium atau susu.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny “A”

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

PADA PASIEN OSTEOPOROSIS

I.     Pengkajian

A. IDENTITAS

Page 19: Osteoporosis lansia by ika yes

1. Identitas Klien

Nama : A

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Suku / bangsa : Sumbawa / Indonesia

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Status perkawinan : Sudah kawin

Alamat : Kelurahan Pekat

No. RM : -

Tgl masuk RS : 26 April 2012

Tgl pengkajian : 26 April 2012

2.   Identitas Penanggung Jawab

Nama : N

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana

Suku / bangsa : Sumbawa / Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri

Status perkawinan : Sudah kawin

Alamat : Kelurahan Pekat

Hub. dengan klien : Saudara kandung

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada punggung dan susah

bergerak.

2. Riwayat perjalanan penyakit : osteoporosis yang diderita pasien

disebabkan oleh usia yang telah memasuki 63 tahun. Sehingga

menyebabkan kekurangan estrogen yang membantu mengatur

pengangkutan kalsium dalam tulang. Keluhan utama pasien adalah nyeri

pada punggung. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter dan

hanya minum obat mengurangi rasa nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Page 20: Osteoporosis lansia by ika yes

a. Penyakit kronis yang pernah dialami : Klien mengatakan tidak pernah

mengalami penyakit kronis, seperti jantung, diabetes mellitus, dan

hipertensi.

b. Operasi yang pernah dialami : Klien mengatakan belum pernah

mengalami operasi.

c. Alergi : Klien mengatakan tidak mengalami alergi.

C. Pengkajian Pola Fungsi

a. Bernafas secara normal

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan pemasukan

dan pengeluaran napas tanpa sesak.

Setelah sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan pemasukan dan

pengeluaran napas tanpa sesak . (RR : 18 x/menit)

b. Makan dan minum yang mencukupi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat menghabiskan 1 porsi

makanan yang disediakan dan minum 8 gelas sehari, kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

Setelah sakit : Pasien mengatakan hanya dapat menghabiskan ¼

porsi makanan dan minum kurang dari 8 gelas sehari, kebutuhan

nutrisi tidak terpenuhi.

c. Eliminasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan BAB dan

BAK tanpa bantuan, eleminasi secara normal.

Setelah sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan BAB dan BAK

dengan bantuan keluarga atau perawat, eleminasi tidak normal.

d. Gerak dan Ketahanan tubuh

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan berbagai

aktivitas dan bergerak dengan bebas untuk mempertahankan

kondisi tubuh dalam keadaan sehat, gerak dan ketahanan tubuh

dalam keadaan normal.

Page 21: Osteoporosis lansia by ika yes

Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan berbagai

aktivitas dan bergerak dengan bebas, gerak dan ketahanan tubuh

tidak normal

e. Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak

dan istirahat yang cukup, tidur dan istirahat normal.

Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan

nyenyak dan istirahat yang tidak cukup, terkadang mengalami

insomnia, gangguan istirahat tidur karena nyeri pada punggung

f. Memilih Pakaian yang Tepat

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat memilih pakaian sesuai

dengan keinginan, memilih pakaian yang sesuai

Setelah sakit : Pasien mengatakan susah memilih pakaian yang

tepat, di anjurkan memakai pakaian yang memudahkan tenaga

medis dalam melakukan pemeriksaan misalnya pakaian yang

berkancing depan.

g. Suhu Tubuh

Sebelum sakit : pasien mengatakan suhu tubuh dalam batas normal,

suhu 370C.

Setelah sakit : pasien mengatakan suhu tubuh meningkat dalam

batas normal 36,50C

h. Kebersihan Tubuh dan Kerapihan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan perawatan

diri dari ujung rambut sampai ujung kaki tanpa bantuan, dapat

melakukan kebersihan dan kerapihan secaara normal.

Setelah sakit : Pasien mengatakan melakukan perawatan diri dari

ujung rambut sampai ujung kaki dengan bantuan keluarga atau

perawat (susah merawat diri)

i. Menjaga Lingkungan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat mempertahankan

keamanan dan kesehatan lingkungan, menjaga lingkungan secara

normal.

Page 22: Osteoporosis lansia by ika yes

Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak dapat mempertahankan

keamanan dan kesehatan lingkungan, susah menjaga lingkungan

sekitar.

j. Komunikasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi baik

berbicara, mendengar maupun mengerti pembicaraan orang lain,

komunikasi dalam keadaan normal

Setelah sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi baik

berbicara, mendengar maupun mengerti pembicaraan orang lain,

komunikasi dalam keadaan normal

k. Beribadah Sesuai dengan Satu Kepercayaan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah,

melakukan ibadah secara normal, misalnya pada agama islam yaitu

melakukan sholat dengan cara berdiri

Setelah sakit : Pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah,

melaksanakan ibadah secara tidak normal, misalnya pada agama

islam yaitu melakukan sholat dengan cara duduk atau berbaring

l. Prestasi pekerjaan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan memiliki prestasi kerja yang

memuaskan dengan kondisi kesehatan yang baik serta dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam 1 atau 2 hari, prestasi pekerjaan

terus meningkat.

Setelah sakit : Pasien mengatakan prestasi kerja mengalami

penurunan, karena kondisi kesehatan yang tidak baik serta tidak

dapat menyelesaikan segala pekerjaan yang ada, prestasi pekerjaan

menurun.

m. Rekreasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan liburan atau

rekreasi ke tempat yang diinginkan, rekreasi normal.

Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan liburan

atau rekreasi ke tempat yang diinginkan karena kondisi yang tidak

memungkinkan, rekreasi tidak normal.

Page 23: Osteoporosis lansia by ika yes

n. Pengetahuan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai

penyakitnya, tidak ada pengetahuan mengenai osteoporosis

Setelah sakit : Pasien mengatakan mengetahui mengenai

penyakitnya setelah mendapat informasi dari tenaga medis,

mengerti tentang osteoporosis

D. Pemeriksaan fisik

1. Sistem pernafasan : PCH (-), RR : 18x/mnt normal reguler, mengi (-),

ronchi (+)

2. Sistem Kardiovaskuler

a) Takhikardia, denyut nadi : 90 x/mnt

b) Tensi meningkat, TD : 140/90 mmHg

c) Dehidrasi (kurangnya kebutuhan akan cairan dan elektrolit)

3. Psikososial

Ansietas : takut mati, takut menderita, panik, gelisah, takut karena tidak

bisa beraktiitas dengan normal.

4. Kemampuan Bergerak

a. Ekstremitas atas dan bawah.

Akral dingin. Bentuk tangan simetris dekstra dan sinestra, jumlah jari

lengkap. Ada pembatasan gerak tangan kanan karena terpasang infus

dekstra 5 % 20 tetes/menit.Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala

odema, tidak terdapat adanya pembatasan gerak ekstremitas bawah.

5. Sistem saraf

Orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan tidak ada

gangguan. GCS : 14, kesadaran compos mentis

6. Sistem pencernaan

Ascites (-), Bising usus : 12 x/mnt, massa (-), nyeri tekan pada apendik (-),

timpani, konstipasi (-), mulut dan membran mukosa kering

7. Sistem komunikasi

a) Keterbatasan mobilitas fisik.

Page 24: Osteoporosis lansia by ika yes

b) Adanya ketergantungan pada orang lain.

E. Rencana Pulang

a. Pasien masih tinggal dengan orang tua.

b. Pasien pulang dengan kendaraan pribadi, yaitu mobil.

c. Untuk megantisipasi masalah kambuh penyakit, pasien secara rutin

berkonsultasi dengan tenaga medis yang terkait dengan penyakit tersebut.

d. Pemberian obat-obatan pada pasien, dapat di sesuaikan dengan resep dosis

yang telah di berikan dokter.

e. Untuk mengantisipasi masalah keuangan, pasien dapat meminta bantuan

orang tua maupun saudara yang ada.

f. Untuk mengantisipasi masalah perawatan di rumah yaitu dengan terapi.

g. Bantuan yang diperlukan dari keluarga / orang tua yang paling utama

adalah dukungan moril untuk mempercepat kesembuhan pasien. Akan

tetapi bantuan ini juga tidak terlepas dari bantuan materi.

F. Pemeriksaan penunjang

a) Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat

b) Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi Ca menurun.

c) Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat

kadarnya.

G. Terapi

Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah

menopause, disertai dengan peningkatan masukan cairan

Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari (catatan : bila vitamin D

digunakan dalam hubungannya dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma

harus dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan kemudian

frekuensinya menurun)

Page 25: Osteoporosis lansia by ika yes

Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca

menopausal, disertai pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan,

pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi dengan Pap smear

untur memonitor efek samping

Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100 IU

setiap hari. Seringkali 100 IU/hari, tiga kali seminggu pada awalnya;

kemudian setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum, dosis

dapat menurun sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari

Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari

pemberian kalsium

Page 26: Osteoporosis lansia by ika yes

ANALISA DATA

No Symptom Etiologi Problem

1 DS : Pasien mengatakan nyeri

pada punggung saat bergerak,

nyeri seperti ditusuk pada tulang,

skala 7-8, nyeri hilang timbul

DO :

- Pasien tampak

menahan nyeri

- Pasien memegangi dan

menggosok area yang

nyeri

- Pasien merintih

kesakitan, grimace (-)

- Skala nyeri : 7-8

- TD : 140/90 mmHg

- RR : 18 x/menit

- Nadi : 90x/menit

- S : 36,50C

proses reabsorbsi tulang lebih

besar dari pada proses

pembentukan tulang

Kepadatan tulang

berkurang/penipisan tulang

Terjadi fraktur dan deformitas

tulang

Nyeri akut

Nyeri akut

2 DS : Pasien mengatakan susah

bergerak

Pasien mengatakan stamina

menurun

DO :

- Pasien tampak lemah

- Kemampuan bergerak

pasien menurun

- Postur tulang belakang

kifosis

- Pasien menggunakan

penyanggah tulang

belakang

Kepadatan tulang

berkurang/penipisan tulang

Terjadi fraktur dan deformitas

tulang belakang (kifosis)

Nyeri akut

Hambatan mobilitas fisik

Hambatan

mobilitas fisik

Page 27: Osteoporosis lansia by ika yes

3 DS : -

DO :

- Pasien menggunakan

penyanggah tulang

belakang

- Klien lamah,

kemampuan gerak

menurun

Kepadatan tulang

berkurang/penipisan tulang

Terjadi fraktur dan deformitas

tulang belakang (kifosis)

Penurunan kekuatan otot dan

aktivitas otot

Risiko jatuh

Risiko jatuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra

spasme otot, deformitas tulang ditandai dengan klien mengeluh nyeri

punggung

- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder klien mengatakan badan terasa

lemah, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

- Risiko jatuh berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

Page 28: Osteoporosis lansia by ika yes

3. INTERVENSI

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot, deformitas tulang ditandai dengan klien mengeluh nyeri punggung

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan indicator :

- Mengenali faktor penyebab- Mengenali onset (lamanya

sakit)- Menggunakan metode

pencegahan- Menggunakan metode

nonanalgetik untuk mengurangi nyeri

- Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan

- ekspresi nyeri pada wajah- posisi tubuh protektif (-)- kurangnya istirahat (-)- ketegangan otot (-)- perubahan pada frekuensi

pernafasan (-)- perubahan nadi (-)- perubahan tekanan darah (-)

- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

- observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien- kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri- evaluasi pengalaman nyeri masa lampau- bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan- kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan- kurangi faktor presipitasi- ajarkan tentang teknik relaksasi progresif - ajarkan senam osteoporosis- anjurkan untuk tidak membawa beban terlalu berat- berikan analgetik untuk mengurangi nyeri- tingkatkan istirahat

Page 29: Osteoporosis lansia by ika yes

- perubahan ukuran pupil (-)- keringat berlebih (-)- kehilangan selera makan (-)

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tingkat mobilitas pasien meningkat dengan indikator:

- keseimbangan tubuh- posisi tubuh - gerakan otot - gerakan sendi- kemampuan

berpindah- ambulasi: berjalan

- Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.- Rencanakan tentang pemberian program latihan :

1) Bantu klien jika diperlukan latihan2) Ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari hari yang

dapat dikerjakan3) Ajarkan pentingnya latihan

- Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari secara mandiri.

- Peningkatan latihan fisik secara adekuat :1) Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti

berjalan2) Instruksikan klien untuk latihan selama kurang lebih 30

menit dan selingi dengan istirahat dengan berbaring selama 15 menit

3) Hindari latihan fleksi, membungkuk tiba– tiba, dan penangkatan beban berat

- bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

- beri alat bantu bila pasien memerlukan- ajarkan cara merubah posisi dan bantuan jika diperlukan

Page 30: Osteoporosis lansia by ika yes

3. Risiko jatuh berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

risiko tidak terjadi

- Klien mampu

mempertahankan

keseimbangan

- Klien mengetahui

cara pencegahan

jatuh

- Perilaku pencegahan

jatuh oleh klien dan

pemberi asuhan

- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman :1) Tempatkan klien pada tempat tidur rendah2) Amati lantai yang membahayakan klien3) Berikan penerangan yang cukup4) Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan

mudah untuk diobservasi5) Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat

pengaman di ruangan.- Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan :

Kaji kebutuhan untuk berjalan Konsultasi dengan ahli therapist Anjurkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar ruangan

- Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara hati-hati.

- Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik tanggga, dan mengangkat beban berat.

- Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis : Rujuk klien pada ahli gizi Ajarkan diet yang mengandung banyak kalsium

Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti

menggunakan rokok atau kopi

- Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang

Page 31: Osteoporosis lansia by ika yes

- Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan

Page 32: Osteoporosis lansia by ika yes

4. IMPLEMENTASI

No. Hari/tanggal Dx Implementasi TTD

1 Kamis/ 26

April 2012

1,2,3 1. Mengevaluasi keluhan nyeri

/ketidaknyamanan, perhatikan

lokasi dan karakteristik

termasuk intensitas (skala 1-10).

2. Perhatikan petunjuk nyeri

nonverbal (perubahan pada

tanda vital dan emosi/prilaku).

3. Mengajarkan klien tentang

alternative lain untuk mengatasi

dan mengurangi rasa nyerinya.

4. Mendorong menggunakan

teknik manajemen stress contoh

relaksasi progresif, latihan

nafasa dalam, imajinasi

visualisasi, sentuhan teraupetik.

5. Mengajarkan senam

osteoporosis

6. Menganjurkan stirahat yang

cukup dan mengurangi

kebisingan

7. Mengkaji tingkat kemampuan

klien yang masih ada.

8. Merencanakan tentang

pemberian program latihan,

ajarkan klien tentang aktivitas

hidup sehari-hari yang dapat

dikerjakan.

9. Membantu klien untuk menggunakan walker saat berjalan dan cegah terhadap cedera

Page 33: Osteoporosis lansia by ika yes

10. Memanipulasi lingkungan yang

aman bagi pasien (memberikan

bed rail, penerangan, hindari

lantai basah, bel di samping

tempat tidur, walker)

11. Berkolaborasi dengan ahli

fisioterapi dalam mengajarkan

teknik ambulasi

12. Memberikan analgetik sesuai

advise dokter

5. Evaluasi

Hari/tanggal Dx Catatan Perkembangan Paraf

Kamis, 26 April

2012

I S : Pasien mengatakan nyeri

berkurang

O :

- Pasien tampak tidak

merintih

- TD : 130/80 mmHg

- S: 36,5oC

- Nadi : 70x/ menit

- RR : 20x/ menit

- Skala nyeri : 6-7 (0-10)

- Menggosok area nyeri (+)

A : MTS

P : Lanjutkan intervensi.

Page 34: Osteoporosis lansia by ika yes

II S : Pasien mengatakan badan tetap

lemah

O :

- Pasien tampak tidak

mampu dalam ADL

- Klien berbaring lemah di

tempat tidur

- Pasien belum mampu

menggunakan walker

- Klien dapat berpindah

dari tidur menjadi

berbaring

A : MTS

P : Lanjutkan intervensi

III S : -

O :

- Terpasang bedrail, lampu

penerangan cukup, lantai

tidak licin, bel di samping

tempat tidur

- Tidak dilaporkan

kejadian jatuh

- Klien mengetahui

tindakan pencegahan

cidera

A : MTS

P : Lanjutkan intervensi

Page 35: Osteoporosis lansia by ika yes

DAFTAR PUSTAKA

Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang

Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang

Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis

Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan

Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-12

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua,

Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :

Publishing

Iwan Sain, S. Kep, ASKEP Pada Klien Dengan Gangguan Metabolime Tulang :

OSTEOPOROSIS.pdf

Anonim. OSTEOPOROSIS(Askep Osteoporosis.pdf).

http://www.4shared.com/office/rBkkM-fK/Askep_Osteoporosis.html, diakses

pada 10 September 2013 13.20 WITA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Lane, Nancy E. 2001. Lebih Lengkap Tentang: Osteoporosis. Jakarta: Fajar

Interpratama Offset.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta:

EGC.


Top Related