OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
23 DESEMBER 2014
DEWAN ENERGI NASIONAL
DEWAN ENERGI NASIONAL
1
METODOLOGI
DEWAN ENERGI NASIONAL
2
ASUMSI DASAR
• Periode proyeksi 2013 – 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar.
• Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar 8% per tahun pada tahun
2020, dan 7,5% pada tahun 2030 serta menjadi 6,3% pada tahun 2050.
• Laju pertumbuhan penduduk di atas 1% sampai dengan tahun 2020, mengalami
perlambatan menjadi 0,8% pada tahun 2030 (BPS) dan menjadi 0,6% pada tahun
2050 (KEN).
• Laju urbanisasi mengikuti proyeksi yang dikeluarkan oleh BPS, dimana persentase
jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan sebesar 52% pada tahun 2013, dan
64% pada tahun 2030, kemudian naik menjadi 70% pada tahun 2050.
• Rasio elektrifikasi ditargetkan dapat mendekati 100% pada tahun 2020 (KEN).
• Cadangan energi hanya mencakup cadangan terbukti dan potensial.
DEWAN ENERGI NASIONAL
3
KONDISI ENERGI SAAT INI
DEWAN ENERGI NASIONAL
4
0
4000
8000
12000
16000
20000
1990 2010 2015 2020 2030 2035
ET Lainnya
Bioenergi
Hidro
Nuklir
Gas
Minyak
Batubara
KEBUTUHAN ENERGI PRIMER DUNIA J
uta
TO
E
Note : bioenergi termasuk penggunaan biomassa tradisional dan modern
Sumber: World Energy Outlook, IEA 2013
DEWAN ENERGI NASIONAL
5
• Kebutuhan energi primer dunia diperkirakan meningkat dari 13 miliar TOE pada tahun 2011 menjadi
17 miliar TOE pada tahun 2035 yang didominasi oleh China, India dan negara-negara ASEAN.
• Sebagian besar (82%) dari kebutuhan energi primer dunia dipenuhi oleh energi fosil yang sudah
berlangsung selama 25 tahun, dan diproyeksikan energi fosil masih tetap dominan (75%) dalam
bauran energi sampai dengan tahun 2035.
• EBT akan meningkat sebesar 80% pada tahun 2035 atau naik hampir dua setengah kali lipat dari
tahun 2011, namun upaya untuk meningkatkan peran EBT hanya mampu mengurangi peran energi
fosil sebesar 7%.
• Peranan minyak bumi masih tinggi walaupun secara persentase turun dari 31% (4,1 miliar TOE) pada
tahun 2011 menjadi 27% pada tahun 2035 (4,7 Miliar TOE).
• Cadangan minyak bumi dunia saat ini diperkirakan 1.700 miliar barel (sumber: IEA) dan sebanyak 800
miliar barel diperlukan untuk memenuhi proyeksi kebutuhan pada skenario kebijakan baru.
• Diperkirakan cadangan minyak bumi dunia akan meningkat sehubungan dengan adanya tambahan
cadangan dari light tight oil dan penemuan teknologi baru yang memungkinkan kegiatan eksplorasi
dapat dilakukan dengan lebih baik.
• Permintaan gas bumi naik dari 3,4 TCM menjadi 5 TCM selama periode tahun
2011 – 2035. Meskipun pertumbuhannya cukup tinggi, permintaan gas bumi masih di bawah batubara
dan minyak bumi. Sementara cadangan gas bumi dunia saat ini diperkirakan 810 TCM, dan sekitar 3/4
dari cadangan tersebut tersisa untuk digunakan setelah tahun 2035.
• Kebutuhan batubara dunia relatif konstan sebesar 26% dari total kebutuhan energi dunia.
• Sebanyak 1,3 juta penduduk dunia belum terlistriki, sedangkan 2,6 juta lainnya masih menggunakan
energi tradisional (kayu bakar) untuk memasak.
DEWAN ENERGI NASIONAL
6
Sumber: Southeast Asia Energy Outlook, IEA 2013
0
200
400
600
800
1000
1200
1990 2011 2015 2020 2025 2030 2035
Gas Bumi
Minyak Bumi
Batubara
Nuklir
Bioenergi
Hydro
EBT Lainnya
KEBUTUHAN ENERGI PRIMER ASEAN
PROYEKSI
DEWAN ENERGI NASIONAL
7
• Konsumsi minyak bumi naik dari 4,3 juta barel per hari (tahun 2011) menjadi
6,8 juta barel per hari (tahun 2035), namun peranannya dalam bauran energi turun
dari 38% (tahun 2011) menjadi 31% (tahun 2035) dikarenakan turunnya
penggunaan minyak bumi di pembangkit dan industri. Cadangan terbukti minyak
bumi sebesar 13 miliar barel, dan dengan skala produksi 1,6 miliar barel
diperkirakan hanya dapat memenuhi kebutuhan ASEAN selama 8 tahun.
• Konsumsi gas bumi naik sebesar 77% dari 141 BCM (tahun 2011) menjadi 250
BCM (tahun 2035). Cadangan gas bumi ASEAN sebesar 7,5 TCM, dan dengan
skala produksi 141 BCM diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan ASEAN hingga
53 tahun ke depan.
• Pada tahun 2011 produksi batubara ASEAN sebesar 420 juta ton. Pada tahun
2035, diproyeksikan konsumsi batubara mencapai 289 Juta TOE (28% dari bauran
energi primer ASEAN). Jika diasumsikan produksi relatif konstan sebesar 420 juta
ton (sebagian diekspor), dapat memenuhi kebutuhan ASEAN hingga 80 tahun ke
depan.
• Pada tahun 2035, pangsa EBT dalam bauran energi primer turun menjadi 20%,
sehingga peran energi fosil menjadi sebesar 80% (naik 5% dibandingkan tahun
2011).
DEWAN ENERGI NASIONAL
8
KONDISI ENERGI INDONESIA
DEWAN ENERGI NASIONAL
9
1.007,07
494,89
373,23
573,5
65,97
1.312,03
51,87
3.386,55
TERBUKTI (Proven) = 3.692,49
POTENTIAL (Potential) = 3.857,31
TOTAL = 7.549,81
TERBUKTI (Proven) = 101,54
POTENTIAL (Potential) = 48,85
TOTAL = 150,39
8.06
18,32
3,18 5,89
50,48
14,63
2,58 23,9
15,21
7,48
109,05
150,68
6,93
1,20
1.005,34
494,89
373,23
573,5
65,97
1.312,03
51,87
3.386,67
CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB) CADANGAN GAS BUMI (TSCF)
8.06
18,30
3,18 5,89
50,48
14,63
2,58 23,9
15,21
110,67
150,68
6,93
1,22
CADANGAN MINYAK DAN GAS BUMI INDONESIA
Sumber: Kementerian ESDM, 2013, diolah oleh DEN
DEWAN ENERGI NASIONAL
10
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, cadangan minyak bumi meningkat 1,9%
atau sekitar 143 juta barel akibat adanya penemuan cadangan baru, sehingga total
cadangan terbukti sebesar 3,7 miliar barel.
Pada tahun 2013, produksi minyak bumi sebesar 300 juta barel, jika diasumsikan
produksi relatif konstan, dapat memenuhi kebutuhan Indonesia hingga sekitar 12
tahun ke depan.
Sedangkan cadangan gas bumi nasional mengalami penurunan sekitar 0,2% atau
sebesar 0,31 TSCF pada tahun 2013 akibat laju produksi per tahun tidak dapat
diimbangi oleh penemuan cadangan baru, sehingga total cadangan terbukti sebesar
101 TSCF
Pada tahun 2013, produksi gas bumi sebesar 2,97 TSCF, jika diasumsikan produksi
relatif konstan, dapat memenuhi kebutuhan Indonesia hingga sekitar 34 tahun ke
depan.
Catatan:
− Cadangan terbukti, adalah minyak dan gas bumi yang diperkirakan dapat
diproduksi dari suatu reservoir yang ukurannya sudah ditentukan dan meyakinkan.
− Cadangan potensial, adalah minyak dan gas bumi yang diperkirakan terdapat
dalam suatu reservoar.
DEWAN ENERGI NASIONAL
11
Low Rank
Medium Rank
High Rank
Very High Rank
(> 5,100 kal/gr ADB)
(5,100 - 6,100 kal/gr ADB)
(6,100 - 7,100 kal/gr ADB)
(< 7,100 kal/gr ADB)
Sumber daya: 120,53 miliar Ton Cadangan : 31,36 miliar Ton
Sumber : Kementerian ESDM, kembali oleh DEN
SUMBER DAYA BATUBARA
DEWAN ENERGI NASIONAL
12
Cadangan batubara meningkat 13% atau sekitar 14 miliar ton akibat adanya
penemuan cadangan baru, sehingga total cadangan terbukti sebesar 31,36 miliar
ton.
Produksi batubara pada tahun 2013, sebesar 449 juta ton, dimana 73% dari total
produksi tersebut diekspor. Jika diasumsikan produksi relatif konstan, maka sisa
cadangan dapat memenuhi kebutuhan Indonesia selama 70 tahun ke depan.
DEWAN ENERGI NASIONAL
13
BAURAN ENERGI PRIMER
Kondisi 2013 Target KEN 2015
Batubara 29%
EBT 10%
Batubara 30%
EBT 8%
Minyak bumi 39%
Gas bumi 22%
Minyak bumi 44%
Gas bumi 18%
DEWAN ENERGI NASIONAL
14
• Pada tahun 2013, kontribusi minyak bumi dalam bauran energi nasional
sebesar 44%. Untuk memenuhi target 39% pada tahun 2015 sesuai target
KEN, diperlukan upaya untuk menurunkan kontribusi minyak bumi dalam
bauran energi nasional sebesar 5%.
• Peran gas bumi dalam bauran energi pada tahun 2013 sebesar 18%,
dibutuhkan upaya meningkatkan pangsa gas bumi sebesar 4% untuk
mencapai target KEN.
• Kontribusi batubara dalam bauran energi pada tahun 2013 sebesar 29%,
dan dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kontribusi batubara sebesar 1%
pada tahun 2013 untuk mencapai target KEN.
• Peran EBT dalam bauran energi pada tahun 2013 sebesar 8%, dibutuhkan
upaya meningkatkan pangsa EBT sebesar 10% untuk mencapai target
KEN.
DEWAN ENERGI NASIONAL
15
KONSUMSI ENERGI FINAL INDONESIA, 2013
TRANSPORTASI
Gas 0,1%
Listrik 47,5%
LPG 46,0%
Minyak Tanah 6,4%
RUMAH TANGGA
INDUSTRI
Sisanya dikonsumsi oleh sektor lainnya masing-masing sebesar 3 MTOE (3%).
BBM 97,8%
Biofuel 2,1%
Listrik 0,0%
Gas 0,1%
Sumber: Kementerian ESDM, 2013 diolah oleh DEN
Biomassa 8,61%
Batubara 34,74%
Gas 24,2%
Produk minyak 24,8%
Listrik 7,7%
Total konsumsi:
134 MTOE
KOMERSIAL
Biomass 0%
Gas bumi 4%
BBM 17%
LPG 3%
Listrik 76%
DEWAN ENERGI NASIONAL
16
Pada tahun 2013, total kebutuhan energi final sebesar 134 MTOE
Sektor industri merupakan pengguna energi terbesar dengan pangsa sebesar 47,4%
(64 MTOE) yang didominasi oleh batubara, dan diikuti oleh sektor transportasi
dengan pangsa 35% (47 MTOE) yang didominasi oleh BBM. Sedangkan sektor
rumah tangga mencapai 10,3% (14 MTOE) didominasi oleh listrik. Untuk sektor
komersial, penggunaan energi mencapai 4,1% (6 MTOE) didominasi oleh listrik, dan
sisanya dikonsumsi oleh sektor lainnya sebesar 3% (3 MTOE).
Catatan:
− energi final adalah energi yang langsung dikonsumsi oleh sektor pengguna (end
use sector).
− sektor lainnya terdiri dari pertanian, konstruksi dan pertambangan.
− produk minyak yang dikonsumsi pada sektor industri terdiri dari BBM dan produk
kilang lainnya (nafta, bitumen, dan pelumas).
− Gas yang dikonsumsi oleh sektor industri termasuk gas untuk feedstock.
DEWAN ENERGI NASIONAL
17
42%
33% 35%
30%
36%
31% 30% 32%
37%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
100
200
300
400
500
600
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Produksi Impor Ekspor Rasio Ketergantungan Impor
PRODUKSI, IMPOR DAN EKSPOR MINYAK BUMI
Catatan: Rasio Ketergantungan Impor = Impor / konsumsi domestik
Sumber: Kementerian ESDM, 2013, diolah oleh DEN
Juta
Bare
l
DEWAN ENERGI NASIONAL
18
• Produksi minyak bumi mengalami penurunan signifikan (8%) pada tahun 2008
menjadi sebesar 357 juta barel dibandingkan produksi pada tahun 2005 sebesar
386 juta barel, dan pada tahun 2013 produksi kembali turun (16%) dibanding tahun
2008 menjadi sebesar 300 juta barel. Penurunan produksi tersebut diakibatkan oleh
penurunan cadangan.
• Impor minyak bumi turun dari 164 juta barel pada tahun 2005 menjadi sebesar 116
juta barel pada tahun 2007 disebabkan turunnya permintaan input kilang. Pada
tahun 2009 naik menjadi sebesar 120 juta barel (diperkirakan adanya perubahan
persediaan), dan selanjutnya impor cenderung turun sampai 96 juta barel pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 impor meningkat menjadi 118 juta barel dikarenakan
adanya permintaan untuk input kilang (perubahan stok).
• Ekspor minyak bumi relatif tetap selama periode 2006-2011, mengalami penurunan
terendah pada tahun 2012 mencapai 115 juta barel diakibatkan penurunan
cadangan dan produksi, akibatnya impor.
• Peningkatan rasio ketergantungan impor sebesar 7% dari tahun 2012-2013
diakibatkan terjadinya penurunan produksi minyak bumi (314,7 juta barel menjadi
300,8 juta barel) dan meningkatnya impor (96 juta barel menjadi 107 juta barel).
DEWAN ENERGI NASIONAL
19
PRODUKSI DAN EKSPOR GAS BUMI
Sumber: Kementerian ESDM, diolah oleh DEN
49% 49% 50% 48%
43%
52% 50% 49%
45%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Produksi Ekspor LNG Ekspor Pipa Rasio Ekspor
Rib
u M
MSC
F
Catatan: Rasio Ekspor = Ekspor / Produksi
DEWAN ENERGI NASIONAL
20
• Produksi gas bumi mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi sebesar 2,8
TSCF atau sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010
produksi gas mengalami peningkatan sebesar 3,4 TSCF dikarenakan adanya
tambahan produksi non-associated gas.
• Ekspor gas bumi (LNG dan gas pipa) relatif tetap sekitar 1,4 TSCF selama periode
2005-2009 dan naik mencapai sebesar 1,76 TSCF pada tahun 2010 dikarenakan
adanya kontrak ekspor baru, dan kembali turun pada tahun 2011-2013 dikarenakan
berakhirnya beberapa kontrak ekspor.
• Naiknya rasio ekspor gas bumi sebesar 4% antara tahun 2012-2013 disebabkan
oleh kenaikan ekspor sebesar 2,2% dan penurunan produksi sebesar 6,5%.
DEWAN ENERGI NASIONAL
21
114 132 153
194 217
240 254 275
353 407
431
39 36 41 49 54 53 56 67 80 82 85
75% 71% 73% 74% 75%
78% 78% 76% 77% 75%
80%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
100
200
300
400
500
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Produksi Ekspor Domestik Rasio Ekspor
PRODUKSI DAN EKSPOR BATUBARA
Sumber: Kementerian ESDM, 2013, diolah oleh DEN
Ju
ta T
on
Catatan: Rasio Ekspor = Ekspor/ Produksi
DEWAN ENERGI NASIONAL
22
• Produksi batubara naik secara signifikan rata-rata sebesar 13% per tahun selama
periode 2003-2010, dan terus meningkat rata-rata sebesar 18% per tahun pada
tahun 2010-2013 diakibatkan naiknya ekspor.
• Ekspor batubara terus mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir, rata-rata
sebesar 14%.
• Rasio ekspor batubara konstan pada angka di atas 70% selama sepuluh tahun
terakhir ini, sedangkan untuk kebijakan DMO telah terpenuhi dari konsumsi
domestik
DEWAN ENERGI NASIONAL
23
PROYEKSI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI
DEWAN ENERGI NASIONAL
24
PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT JENIS ENERGI
81%
Catatan: perhitungan proyeksi ini tanpa memperhitungkan biomassa tradisional
Sumber: hasil proyeksi DEN
DEWAN ENERGI NASIONAL
25
PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT JENIS ENERGI
81%
Skenario BaU :
Dalam periode 2013-2025, total kebutuhan energi final naik rata-rata sebesar 6,1% per tahun
(136,44 Juta TOE pada tahun 2013 menjadi 276,60 Juta TOE pada 2025).
Pada periode 2025-2050, kebutuhan energi final mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,8%
per tahun (menjadi sebesar 893,49 Juta TOE pada tahun 2050).
Kontribusi energi fosil terhadap total kebutuhan pada tahun 2013 masih sangat dominan
(83%) dan tetap dominan selama tahun proyeksi (78%).
Kontribusi BBM menempati pangsa terbesar, yaitu dari 52% pada tahun 2013, dan 46% pada
tahun 2025 serta 41% pada tahun 2050.
Skenario KEN :
Total kebutuhan energi final tetap meningkat selama periode proyeksi tetapi dengan laju
pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan skenario BaU, yaitu sebesar 4,7% per tahun
(2013-2025) dan 3,8% per tahun (2025-2050).
Kontribusi energi fosil dalam bauran energi tetap dominan tetapi tidak sebesar pada skenario
BaU, yaitu 74% pada tahun 2025, dan 67% pada tahun 2050.
Kontribusi BBM masih tetap dominan, yaitu sebesar 44% pada tahun 2025 dan sebesar 36%
pada tahun 2050 (rata-rata sebesar 3,3% per tahun).
DEWAN ENERGI NASIONAL
26
PERTUMBUHAN KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT SEKTOR (BaU)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Juta
TO
E
Batubara Minyak Gas Listrik Biofuel EBT Lainnya
2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 20 50 2013 2025 2050Industri Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya Non Energil
DEWAN ENERGI NASIONAL
27
PERTUMBUHAN KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT SEKTOR (BaU)
Total kebutuhan energi final pada skenario BaU diproyeksikan meningkat menjadi 276,60 Juta
TOE pada 2025 dan naik menjadi sebesar 893,49 Juta TOE pada tahun 2050.
Pangsa kebutuhan energi sektor industri (termasuk pemakaian non energi) sebesar 50%
terhadap total kebutuhan energi pada tahun 2025, dan menjadi 53% pada tahun 2050, dan
masih didominasi oleh batubara (40% pada 2025 dan 45% pada 2050).
Pangsa kebutuhan energi sektor transportasi sebesar 31% tahun 2025 terhadap total
kebutuhan energi, turun menjadi 27% pada tahun 2050, yang didominasi oleh BBM yaitu
sebesar 98% sampai dengan tahun 2050.
Pangsa kebutuhan energi sektor rumah tangga sebesar 10% tahun 2025 terhadap total
kebutuhan energi, turun menjadi 6% pada tahun 2050, yang didominasi oleh listrik sebesar
57% dan LPG sebesar 42% pada tahun 2025, serta 60% listrik dan 39% LPG pada tahun
2050.
Pangsa kebutuhan energi sektor komersial sebesar 4% tahun 2025 terhadap total kebutuhan
energi, naik menjadi 11% pada tahun 2050, didominasi oleh listrik rata-rata sebesar 80%
sampai dengan tahun 2050.
Sektor lainnya (pertambangan, pertanian, dan konstruksi), hampir seluruhnya menggunakan
BBM dan menempati pangsa pemakaian sebesar 2%-3% terhadap total kebutuhan energi.
DEWAN ENERGI NASIONAL
28
PERTUMBUHAN KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT SEKTOR (KEN)
0
50
100
150
200
250
300
Juta
TO
E
Batubara Minyak Gas Listrik Biofuel EBT Lainnya
2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050 2013 2025 2050Industri Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya Non Energi
DEWAN ENERGI NASIONAL
29
PERTUMBUHAN KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT SEKTOR (KEN)
Pada skenario KEN, total kebutuhan energi final diproyeksikan tetap naik, namun tidak sebesar
proyeksi BaU, yaitu 235,98 Juta TOE pada 2025 dan menjadi sebesar 595,10 Juta TOE pada
tahun 2050.
Sektor industri tetap merupakan konsumen energi terbesar yaitu sebesar 51% dari total
kebutuhan energi final pada tahun 2025, dan menjadi 59% pada tahun 2050, dimana batubara
tetap dominan yaitu sekitar 40%.
Sektor transportasi merupakan konsumen kedua terbesar selama periode proyeksi (31% pada
tahun 2025 dan 24% pada tahun 2050), dimana BBM masih dominan (sekitar 80% selama tahun
proyeksi).
Sektor rumah tangga mengkonsumsi sekitar 8% dari total kebutuhan energi selama periode
proyeksi, didominasi oleh listrik (rata-rata sebesar 55% selama periode proyeksi) dan sisanya
dipenuhi oleh LPG.
Sektor komersial mengkonsumsi rata-rata sebesar 7% selama periode proyeksi, didominasi oleh
listrik rata-rata sebesar 80%.
Sektor lainnya didominasi oleh BBM namun mulai tahun 2025 sebagian tersubtitusi oleh
penggunaan BBN sebesar 26%.
DEWAN ENERGI NASIONAL
30
PROYEKSI PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Terr
awat
t-H
ou
r
EBT Lainnya PLT Biofuel
PLT Surya PLT Panas Bumi
PLT Air PLT Diesel
PLT Gas PLT Batubara
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
DEWAN ENERGI NASIONAL
31
Skenario BaU
Total produksi listrik diproyeksikan meningkat mencapai 536 TWh pada tahun
2025, dan mencapai 2.162 TWh ditahun 2050 (rata-rata sebesar 6,5% pertahun)
yang didominasi oleh pembangkit batubara (68%), dan EBT sebesar 10,4%.
Skenario KEN
Produksi listrik diproyeksikan tetap meningkat dengan laju yang lebih lambat
dibandingkan skenario BaU rata-rata sebesar 5,4% per tahun selama periode
proyeksi, dimana pembangkit listrik EBT (40%) menggantikan dominasi
pembangkit batubara setelah tahun 2035.
PROYEKSI PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK
DEWAN ENERGI NASIONAL
32
KAPASITAS PEMBANGKIT
S K E N A R I O B a U S K E N A R I O K E N
0
100
200
300
400
500
600
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Gig
awat
t
0
100
200
300
400
500
600
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Gig
awat
t
EBT
13,3%
EBT
14,2%
EBT
17,9%
EBT
18,6%
EBT
18,0%
EBT
44,9%
EBT
38,6%
EBT
37,1%
EBT
37,7%
EBT
33,4%
EBT
12,9%
EBT
12,9%
EBT
16,6%
EBT
42,8%
0
100
200
300
400
500
600
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Gig
awat
t
PLT Batubara PLT Gas PLT Diesel PLT Air PLT Panas Bumi PLT Surya PLT Biofuel EBT Lainnya
DEWAN ENERGI NASIONAL
33
KAPASITAS PEMBANGKIT
Pada skenario BaU, total kapasitas terpasang pembangkit naik menjadi sebesar 150 GW
pada tahun 2025, dan sebesar 555 GW pada tahun 2050 (meningkat rata-rata sebesar 6,7%
per tahun).
Pada skenario KEN, total kapasitas terpasang pembangkit tetap naik dengan laju
pertumbuhan lebih lambat yaitu rata-rata sebesar 6,1% per tahun selama tahun proyeksi.
Pada skenario BaU, kapasitas terpasang pembangkit dari EBT pada tahun 2013 sebesar 6,6
GW dari total kapasitas terpasang pembangkit, dan naik menjadi sebesar 28 GW pada tahun
2025 (18,7% dari total kapasitas pembangkit), serta menjadi sebesar 74 GW (13,3%) pada
tahun 2050
Sedangkan pada skenario KEN, setelah tahun 2035 pembangkit EBT dominan (rata-rata
sebesar 40% dari total kapasitas pembangkit)
DEWAN ENERGI NASIONAL
34
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Ju
ta T
OE
EBT Minyak Gas Batubara
PROYEKSI PENYEDIAAN ENERGI PRIMER
2013 2020 2025 2035 2045 2050
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN 2030
DEWAN ENERGI NASIONAL
35
PENYEDIAAN ENERGI PRIMER
- Penyediaan energi primer naik signifikan rata-rata sebesar 5,4% per tahun (skenario BaU) dan
sebesar 4,4% per tahun (skenario KEN).
- Kebutuhan batubara untuk pembangkit dan industri diproyeksikan terus meningkat rata-rata
sebesar 6,2% per tahun (skenario BaU) dan 4% per tahun (skenario KEN).
- Kebutuhan gas juga diprediksi terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar
5,4% per tahun (skenario BaU) dan 4,7% (skenario KEN).
- Pada skenario BaU, pemanfaatan EBT meningkat sebesar 6,1% per tahun, dan pada skenario
KEN sebesar 8,1% per tahun, dimana 18% pemanfaatan EBT berasal dari BBN
- Kebutuhan minyak tetap meningkat rata-rata sebesar 4,4% per tahun (skenario BaU), dan
sebesar 2,6% per tahun (skenario KEN).
DEWAN ENERGI NASIONAL
36
PERKEMBANGAN ENERGI DAERAH
DEWAN ENERGI NASIONAL
37
47%
49%
51%
34%
32%
29%
12%
10%
9%
4%
7%
9%
2%
2%
1%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
54%
57%
61%
33%
30%
26%
7%
6%
6%
3%
4%
5%
3%
3%
2%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
Industri & Non Energi Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya
PANGSA KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT WILAYAH
KORIDOR JAWA
KORIDOR SUMATERA
DEWAN ENERGI NASIONAL
38
50%
53%
55%
34%
32%
29%
9%
7%
7%
3%
4%
4%
4%
5%
5%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
58%
59%
59%
28%
25%
23%
6%
6%
7%
5%
6%
7%
3%
3%
4%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
Industri & Non Energi Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya
KORIDOR SULAWESI
KORIDOR KALIMANTAN
Lanjutan….
DEWAN ENERGI NASIONAL
39
Lanjutan….
KORIDOR MALUKU DAN PAPUA
KORIDOR BALI DAN NUSA TENGGARA
22%
22%
22%
57%
55%
54%
10%
10%
12%
7%
8%
9%
5%
4%
4%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
10%
10%
10%
63%
63%
62%
15%
14%
14%
7%
9%
11%
5%
4%
3%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2013
2025
2050
Industri & Non Energi Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya
DEWAN ENERGI NASIONAL
40
KEBUTUHAN ENERGI FINAL MENURUT WILAYAH
Outlook energi ini juga menghitung proyeksi kebutuhan energi final pada wilayah sesuai koridor MP3EI didasarkan pada
kontribusi PDRB masing-masing koridor terhadap PDB nasional, dan data konsumsi didasarkan pada data penjualan
energi dari utility (Pertamina, PGN, dan PLN)
− Koridor Sumatera, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 5% per tahun selama tahun
proyeksi, didominasi oleh sektor industri dengan rata-rata sebesar 55%, dan BBM mendominasi kebutuhan energi final
(di atas 43%).
− Koridor Jawa, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 5,3% per tahun selama tahun proyeksi,
didominasi oleh sektor industri dengan rata-rata sebesar 50%. Sektor komersial tumbuh rata-rata sebesar 8,2% per
tahun, dan BBM mendominasi kebutuhan energi final (di atas 40%).
− Koridor Kalimantan, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 5% per tahun selama tahun
proyeksi, didominasi oleh sektor industri dengan rata-rata sebesar 58%, dimana BBM masih dominan namun laju
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan jenis energi lainnya (4,3% per tahun).
− Koridor Sulawesi, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 5,3% per tahun selama tahun
proyeksi, didominasi oleh sektor industri dengan rata-rata sebesar 53%, dimana batubara tumbuh paling pesat (5,8%
per tahun)
− Koridor Bali dan Nusa Tenggara, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 5,2% per tahun
selama tahun proyeksi, didominasi oleh sektor transportasi dengan rata-rata sebesar 64%, dimana BBM dominan
dengan laju pertumbuhan sebesar 4,7% per tahun.
− Koridor Maluku dan Papua, total kebutuhan energi final diproyeksikan naik rata-rata sebesar 4,8% per tahun selama
tahun proyeksi, didominasi oleh sektor transportasi dengan rata-rata sebesar 55%, dimana BBM dominan.
DEWAN ENERGI NASIONAL
41
ANALISIS
DEWAN ENERGI NASIONAL
42
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Juta
TO
E
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN 2013 2050 2013 2050 2013 2050 2013 2050 2013 2050 2013 2050 Industri & Transportasi Rumah Tangga Komersial Lainnya Total Bahan Baku
POTENSI PENGHEMATAN ENERGI FINAL
- 30,0%
- 37,2%
- 29,2% - 42,0%
- 33,4%
- 34,3%
DEWAN ENERGI NASIONAL
43
• Potensi penghematan energi final dari skenario KEN mencapai 33% pada tahun 2050
dibandingkan skenario BAU.
• Penurunan kebutuhan energi final disebabkan oleh subtitusi bahan bakar, penurunan intensitas
dengan penggunaan peralatan hemat energi, adanya konservasi energi dan perpindahan moda
angkutan (transportasi).
• Potensi penghematan terbesar berasal dari sektor komersial, diikuti transportasi, lainnya, industri
dan rumah tangga.
• Penghematan energi pada sektor komersial berasal dari pemanfaatan teknologi tata cahaya, tata
udara dan transport (elevator) yang hemat energi.
• Penggunaan mobil hemat bahan bakar, hybrid dan listrik serta adanya perpindahan moda
angkutan dari mobil penumpang dan sepeda motor ke transportasi umum seperti bus dan kereta
listrik memberikan penghematan energi yang besar pada sektor transportasi.
• Penggantian peralatan boros energi dengan yang hemat energi sepeti boiler, tungku, kompresor,
pompa, motor listrik dan lainnya pada program revitalisasi industri menghasilkan penghematan
energi yang cukup signifikan.
• Penghematan energi pada sektor rumah tangga berasal dari penggunaan peralatan rumah
tangga yang hemat energi.
DEWAN ENERGI NASIONAL
44
PERUBAHAN PASOKAN ENERGI PRIMER
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Ju
ta T
OE
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN 2013 2050 2013 2050 2013 2050 2013 2050 2013 2050 Batubara G a s Minyak E B T Total
- 54,6%
- 21,4% - 50,5%
102,2%
- 30,2%
DEWAN ENERGI NASIONAL
45
• Penyediaan energi fosil mengalami penurunan hingga 50%, sebaliknya EBT meningkat dua
kali lipat. Secara keseluruhan penyediaan energi primer pada tahun 2050 turun 30%
• Penurunan pasokan energi akibat dari penghematan energi di seluruh sektor pengguna,
efisiensi pada pembangkit listrik dan kilang serta adanya subtitusi bahan bakar.
• Efisiensi pada pembangkit listrik mencakup penurunan susut jaringan, peningkatan
efisiensi boiler/pembakaran pembangkit yang dinyatakan dengan penurunan specific fuel
consumption (SFC) dan penggunaan peralatan yang hemat energi.
• Peningkatan faktor kesiapan (availability factor) pembangkit ikut menyumbang penurunan
pasokan energi primer pada skenario KEN.
• Desain kilang baru yang dibangun disesuaikan dengan jenis pasokan minyak input
sehingga memberikan hasil yang lebih tinggi dengan komposisi sesuai dengan permintaan
pasar
DEWAN ENERGI NASIONAL
46
POTENSI PENURUNAN EMISI CO2
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Ju
ta T
on
CO
2 E
qu
iva
len
t
- 30,1%
- 47,9%
- 36,6%
- 22,6%
- 15,4%
- 44,5%
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN 2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
DEWAN ENERGI NASIONAL
47
• Emisi CO2 pada tahun 2050 mencapai 3.550 juta ton (skenario BAU) dan turun menjadi 1.850
juta ton (skenario KEN) atau sekitar 48%.
• Penggunaan EBT pada pembangkit listrik memberikan kontribusi yang signifikan pada
penurunan emisi CO2.
• Berdasarkan dokumen RAN-GRK, target penurunan Emisi sektor yang terkait dengan energi
sebesar 87 juta ton CO2 pada tahun 2020 (target penurunan emisi 26%). Hasil proyeksi
Outlook Energi Indonesia memperlihatkan bahwa penurunan emisi tahun 2020 mencapai 125
juta ton CO2. Angka ini 43,6% lebih tinggi dibandingkan target dari RAN-GRK untuk sektor
terkait energi.
DEWAN ENERGI NASIONAL
48
IMPOR MINYAK BUMI DAN BBM
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Juta
TO
E
BBM & Produk Kilang Lainnya Minyak Bumi
BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN BaU KEN 2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
DEWAN ENERGI NASIONAL
49
• Pasokan BBM dimasa mendatang telah mempertimbangkan pembangunan 2 kilang
minyak dengan kapasitas 300 ribu barrel per hari sampai dengan tahun 2030.
• Adanya penambahan kapasitas kilang, dan turunnya produksi minyak nasional,
mengakibatkan impor minyak bumi terus meningkat rata-rata sebesar 4,6% per tahun.
• Tingginya kebutuhan BBM mengakibatkan tren impor BBM akan meningkat mencapai 290
juta TOE sampai dengan tahun 2050 (skenario BaU) dan sebesar 113 juta TOE (skenario
KEN).
• Impor BBM pada skenario KEN lebih rendah akibat pemanfaatan BBN dan BBG di sektor
transportasi.
• Jika kebutuhan BBM dipenuhi dari kilang dalam negeri maka diperlukan penambahan
kilang baru dengan kapasitas 5.7 juta barel / hari (skenario BaU) dan sebesar 2.3 juta
barel / hari (skenario KEN).
• Investasi yang dibutuhkan sebesar 28 – 45 milyar USD (skenario BaU) dan 11 – 18 milyar
USD (skenario KEN). Perhitungan didasarkan kepada asumsi total biaya investasi
sebesar USD 5000 – 8000 per barrel per hari (World Energy Investment Outlook, 2003)
DEWAN ENERGI NASIONAL
50
IMPOR LPG DAN GAS BUMI
3,50
20,90
13,51
0
5
10
15
20
25
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Juta
TO
E
BaU
KEN
IMPOR LPG 168,3
117,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Juta
TO
E
BaU
KEN
IMPOR GAS BUMI
DEWAN ENERGI NASIONAL
51
Pada tahun 2050:
• Impor LPG diperkirakan akan meningkat mencapai 20,9 juta TOE (skenario BaU) atau
13,5 juta TOE (skenario KEN).
• Impor gas bumi Indonesia sebesar 168 juta TOE pada skenario BaU atau 118 juta
TOE pada skenario KEN.
Sesuai skenario BaU, pada tahun 2021 Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara
“net importir” gas, sedangkan pada skenario KEN, Indonesia menjadi negara “net
importir” gas pada tahun 2024. Hal ini disebabkan tingginya permintaan gas bumi dari
sektor industri dan pembangkit serta keterbatasan kemampuan produksi gas bumi.
DEWAN ENERGI NASIONAL
52
KEBUTUHAN BIODIESEL
0
10
20
30
40
50
60
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
7,42
0,80
57,81
Juta
TO
E
BaU
KEN
DEWAN ENERGI NASIONAL
53
Pada tahun 2013, kandungan biodisel pada biosolar mencapai 7,5%. Dengan asumsi
campuran biodisel pada biosolar meningkat hingga 10% (skenario BaU) dan 30% (skenario
KEN) pada tahun 2050, maka:
• Kebutuhan biodiesel pada tahun 2050 akan mencapai 7,4 juta TOE (BaU) atau 58 juta TOE
(KEN). Tingginya kebutuhan biodiesel pada skenario KEN akibat dari seluruh penggunaan
minyak solar pada sektor pengguna digantikan dengan biosolar.
• Jika diasumsikan pada tahun 2050 kebutuhan biodiesel berasal dari CPO (70%), kemiri
sunan (28%), dan algae (2%), maka untuk skenario KEN diperlukan 19,5 juta ha lahan
(kelapa sawit 16,2 juta Ha dan kemiri sunan 3,3 juta Ha).
DEWAN ENERGI NASIONAL
54
KEBUTUHAN BIOETANOL
-
1,2
4,4
6,7
9,2
10,5 10,9
0
2
4
6
8
10
12
2013 2020 2025 2030 2035 2045 2050
Juta
TO
E
DEWAN ENERGI NASIONAL
55
• Pada skenario BaU, diasumsikan belum ada kebutuhan bioetanol, dikarenakan sampai
saat ini konsumsi biopremium masih nol.
• Pada skenario KEN, penggunaan bioetanol hanya terbatas pada sektor transportasi.
• Diasumsikan campuran bioetanol pada biopremium mencapai 20% pada tahun 2050. dan
diperkirakan kebutuhan bioetanol mencapai 11 juta TOE (skenario KEN).
DEWAN ENERGI NASIONAL
56
1. Sistem energi ke depan akan semakin kompleks, sehingga kebijakan di bidang energi harus disusun dalam suatu
perencanaan yang terintegrasi serta mampu melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi.
2. Sampai dengan 2050, bauran energi masih didominasi oleh energi fosil, sehingga perlu segera menetapkan
cadangan strategis, membangun cadangan penyangga energi, dan meningkatkan cadangan operasional untuk
menjamin ketersediaan energi.
3. Untuk memenuhi kebutuhan BBM sampai dengan tahun 2050, diperlukan tambahan kapasitas kilang 2,8 juta barel
per hari baik melalui pembangunan kilang minyak baru maupun upgrading kilang yang sudah ada.
4. Untuk mencapai target penghematan energi sebesar 17% sampai dengan tahun 2025, efisiensi energi perlu lebih
ditingkatkan untuk menjaga agar kebutuhan energi pada seluruh sektor pengguna tidak melebihi kemampuan
pasokan.
5. Untuk mengantisipasi impor gas, pengembangan infrastruktur gas harus dipercepat, termasuk pembangunan
infrastruktur untuk meningkatkan pemanfaatan BBG di sektor transportasi.
6. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, perlu dilakukan percepatan penyelesaian pembangkit listrik FTP-1 dan FTP-2
dan pembangunan transmisi yang telah direncanakan, serta membangun kemampuan industri energi nasional.
7. Pemerintah perlu menyusun formula dan mekanisme penetapan harga BBN, serta menetapkan lahan khusus untuk
pengembangan tanaman bahan baku BBN berbasis masyarakat yang tidak boleh dikuasai oleh perusahaan asing
(sebesar 19,5 juta hektar) untuk memaksimalkan pemanfaatan BBN.
8. Sampai dengan tahun 2050, kontribusi batubara dalam pembangkit listrik dan industri masih dominan, sehingga
diperlukan penerapan regulasi yang mengatur tentang emisi yang mempertimbangkan kondisi lokal.
9. Implementasi komitmen global di bidang lingkungan harus sejalan dengan kepentingan untuk menjaga jaminan
pasokan energi nasional.
10. Jaminan pasokan energi harus mempertimbangkan kondisi daerah dan dengan mengutamakan potensi energi
setempat.
SEPULUH REKOMENDASI
DEWAN ENERGI NASIONAL
57
TERIMA KASIH