Download - Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 70 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan YME dan ternyata merupakan
light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu
dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan
sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila
itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri
dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan
ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia
1
yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu
benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya
keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian filsafat Pancasila?
2. Apakah manfaat dan landasan filsafat Pancasila?
3. Apakah bukti bahwa Pancasila dijadikan sebagai dasar negara Indonesia?
4. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek filsafat
3. Untuk mengetahui landasan filosofis Pancasila
4. Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia
2
BAB II
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT HIDUP BANGSA
2.1 Pengertian dan Pembandingan Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa
filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila
senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga
Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
1. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di
Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.
Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,
sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
2. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955
sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu
menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari
budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat
(Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal
dari Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno
tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
3. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf
yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly
Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
3
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang
bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan,
Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara
umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling
baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis, filsafast Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa
filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk
memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga
dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut
dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat
hidup, way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat
mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-
macam dan bertingkat-tingkat sebagai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
4
2.2 Manfaat Filsafat Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia
1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata
hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang
persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana
memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka
suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang
jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul
dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan
hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam
dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada
akhirnya pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan
tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup
ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam
rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki
yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik
Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu
dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi
pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap
eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara,
dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam
5
kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
2. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar
itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,
Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung
unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa
dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan
oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan
dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Dasar negara kita berakar
pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan
dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu
hingga sekarang.
3. Filsafat Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan
kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-
6
ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan
oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan
dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,
Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia
tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya
sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan
jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka
Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta
tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
4. Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita
temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan
negara Indonesia seperti di bawah ini :
1) Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
2) Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV
yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945
(terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta).
3) Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
4) Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal
27 Desember 1945, alinea IV.
7
5) Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI)
tanggal 17 Agustus 1950.
6) Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI
tanggal 5 Juli 1959.
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam
dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak
berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :
1) Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni
1945 Oleh Ir. Soekarno
2) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang
Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
3) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD
1945
4) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi
RIS 1949
5) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD
Sementara RI (UUDS-RI 1950)
2.3 Landasan Filsafat Pancasila
1. Landasan Ontologis
Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima
sila memiliki satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri.
Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada
hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis
sebagai dasar ontologis Pancasila.
Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa
hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :
Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu,
rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
8
Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil
adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi)
segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk
kehidupan sesudah mati, dan Tuhan.
Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:
1) Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi
ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;
2) Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas,
dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan
prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat
asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
3) Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat
manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik
personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi
mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan sesama
manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi
manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan
kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
4) Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian
manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah
perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem
kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara.
Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup
dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis,
berkebajikan;
5) Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,
kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka
9
dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat
kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
2. Landasan Epistimologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses
dan syarat terjadinya pengetahuan, batas ilmu pengetahuan.
Menurut Titus (1984 : 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
· Tentang sumber pengetahuan manusia
· Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
· Tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa
Indonesia sendiri. Sedangkan susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan
yaitu Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan
hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan
azas-azas:
Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan
martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan
ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur:
pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat
manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/ keagamaan.
10
Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara:
1) Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam,
semesta, sosio-budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;
2) Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang,
kepustakaan, dokumentasi;
3) Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.
Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis:
1) Pengetahuan indrawi;
2) Pengetahuan ilmiah;
3) Pengetahuan filosofis;
4) Pengetahuan religius.
Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu
adalah perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan
budaya umat manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia.
Perwujudannya adalah pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat
luhur dan kebajikan para cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati,
bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian mandiri dan matang serta meningkatkan
harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap dalam pergaulan), psikis
(sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas kepribadian, termasuk
kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.
Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan
manusia untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan,
memiliki wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan
ruang (negara, alam semesta), bahkan secara suprarasional menghayati Tuhan
yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan
menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan
derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti
mengakui ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia
suprarasional dan supranatural. Tahu secara ‘melampaui tapal batas’ ilmiah dan
filosofis itu justru menghadirkan keyakinan religius yang dianut seutuh
11
kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-rasional adalah
kesadaran rohaniah tertinggi yang membahagiakan.
3. Kajian Aksiologi
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau
yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti
bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praktis.
1) Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2) Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan
mekanisme lembaga-lembaga negara.
3) Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan
nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua
aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai
Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai
secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi
dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:
Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan
segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum
moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani,
12
obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan
hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin
multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.
2.4 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-
undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
1) Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam
sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945
2) Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni
1945 di depan sidang BPUPKI
3) Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni
1945
4) Pengertian Pancasila yang sah dan benar secara Konstitusional adalah
pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat
dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No.
12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan,
penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar
adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan suatu konsep yang dijadikan
sebagai pegangan untuk mencapai suatu tujuan bangsa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu ketetapan bagi seluruh warga
negara Indonesia, seperti yang telah kita tahu bahwa warga Indonesia memiliki
keanekaragamaan yang kompleks, baik dalam bidang budaya, ras, warna kulit, dll.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan bangsa kita, Indonesia harus bersatu
membentuk kekuatan sehingga dapat rukun, damai, kuat, dan dinamis. Nah untuk
mempersatukan Indonesia, maka dijadikanlah pancasila sebagai suatu pegangan
yang mengatur pola pikir warga negara agar bisa mencapai tujuan bangsa. Tujuan
13
Bangsa kita adalah tujuan yang telah tertera dalam Pembukaan UUD 1945, yang
diantaranya melindungi segenap warga negara indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi
dan keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya banyak hal yang harus dilakukan,
salah satunya adalah menjadikan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, Pancasila
menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara antara lain:
1) Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan
Fungsi Pancasila sebagai sarana agar bangsa Indonesia tetap bersatu
dan tidak terpecah belah sangatlah penting. Seperti yang telah saya katakan
diatas bahwa Indonesia memiliki Keanekaragam suku yang sangat banyak
sehingga apabila terpecah belah akan sangat beresiko dan memberikan
banyak dampak negatif. Pancasila Menjadi Ideologi persatuan dengan
membangun suatu konsep atau ide yang menjadi watak warga negaranya,
sehingga memiliki kepribadian dan rasa percaya diri yang tinggi. Pancasila
sebagai Ideologi Persatuan dapat di analogikan seperti “pancasila
membangun karakter bangsa (character Building oleh pancasila).
2) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila Sebagai Ideologi terbuka artinya pancasila dapat
dikembangkan nilai-nilainya agar menjadi suatu ideologi yang lebih baik
seiring terjadinya kemajuan dalam kehidupan. “Terbuka” yang dimaksud
disini bukanlah mengubah pancasila, namun mengarahkan penerapan nilai –
nilai pancasila menjadi lebih mapan dan sesuai dengan perkembangan
zaman.
3) Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan
Pancasila sebagai Ideologi pembangunan artinya pancasila memiliki
kemampuan untuk menjadi ideologi agar bangsa Indonesia dapat
berkembang seutuhnya. Pembangunan yang dimaksud disini bukan hanya
14
dari sebagi perkembangan ekonomi, perkembangan teknologi, dan
perkembangan fisik lainnya, melainkan juga terhadap perkembangan
sumber daya manusianya. Setiap Warga Negara Indonesia harus terus
berkembang agar terjadi perubahan indonesia ke arah yang lebih baik.
Selain 3 Fungsi Utama diatas, berdasarkan fungsi Ideologi, Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa juga berfungsi untuk :
1) Sebagai Pedoman Memajukan Bangsa
2) Menjadi arahan dalam mencapai cita – cita bangsa
3) Menjadi Pegangan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Manfaat filsafat Pancasila dalam berbangsa dan bernegara bermacam-
macam antara lain: Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila sebagai
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam
beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia .
3.2 Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan
tinggal di negara Indonesia. Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia
harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga,
memahami dan mengamalkan Pancasila dalam segala kehidupan. Tanpa ini maka
Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta
tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Sehingga kekacauan yang
sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sandi Jundira. 2014. Pancasila Sebagai Falsah Negara, (online),
(http://sandijundira.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pancasila-
sebagai.html, Diakses 30 Oktober 2015)
Diny Zulfiqor. 2012. Pancasila Sebagai Dasar Negara, (online),
(http://dinyzulfiqor.blogspot.co.id/2013/05/contoh-makalah-pancasila-
sebagai-dasar.html, Diakses 30 Oktober 2015)
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Abdul Hadi. 2015. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, (online),
(http://softilmu.blogspot.co.id/2015/02/Pengertian-Fungsi-Pancasila-
Sebagai-Ideologi-Bangsa-Negara-Nasional.html, Diakses 21 November
2015)
17