BAB I KONSEP PENGENALAN
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
A. Latar Belakang
Dalam disiplin ilmu geografi terdapat bahan kajian yang berupa fenomena geosfer.
Fenomena geosfer tersebut salah satunya adalah atmosfer. Atmosfer merupakan lapisan
udara yang menyelimuti bumi. Klimatologi sebagaimana halnya dengan meteorologi, yaitu
ilmu tentang atmosfer. Meteorologi lebih menitikberatkan pada proses atmosfer,
sedangkan klimatologi terutama berkaitan dengan hasil proses tersebut. Di dalam atmosfer
ini terdapat kajian tentang cuaca dan iklim yang menjadi bahan kajiannya.
Meteorologi adalah salah satu cabang Geografi Fisik yang mempelajari kejadian -
kejadian atau fenomena-fenomena fisik di atmosfer. Meteorologi berasal dari bahasa
Yunani : "Meteoros" yang berarti ruang atas yakni atmosfer, “logos” yang berarti ilmu.
Adapun kejadian-kejadian fisik yang dipelajari terbatas dalam waku yang singkat (day-to-
day) atau yang sering disebut cuaca.
Secara etimologis, klimatologi berasal dari bahasa Yunani “Klima” yang berarti
kemiringan (slope) yang di arahkan ke lintang suatu tempat dan “Logos” yang berarti
ilmu. Secara keseluruhan, klimatologi adalah ilmu yang membahas tentang iklim secara
keseluruhan dan kaitannya dengan manusia. Iklim merupakan keadaan cuaca rata- rata
selama periode waktu yang panjang dengan periode standar rata- rata 30 tahun. Iklim
dipengaruhi pada posisi lintang, ketinggian, topografi, tutupan lahan, kondisi laut terdekat
serta unsur- unsur cuaca seperti radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, angin,
kelembaban udara, awan, dan hujan yang terjadi di wilayah tersebut. Iklim lebih bersifat
stabil dan cakupannya luas berbeda dengan cuaca yang lebih mudah berubah dan
cakupannya sempit. Maka dari itu, dibutuhkan kegiatan praktikum Meteorologi dan
Klimatologi untuk membuktikan semua hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Ilmu Meteorologi dan Klimatologi memang berbeda dengan disiplin ilmu- ilmu
Geografi lainnya karena didalam ilmu ini mempunyai “semboyan” yaitu learning by
doing. Semboyan tersebut memiliki makna yaitu teori harus sejalan dengan apa yang
dipraktikkan.
Meteorologi dan Klimatologi bertujuan untuk membantu manusia dalam
pemecahan masalah dalam kehidupannya. Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh sebab itu,
1 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
pengetahuan tentang iklim sangat dibutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan
menjadi bahan pertimbangan dalam rancang bangun bangunan atau konstruksi bangunan
fisik lainnya, bahan dan desain pakaian, jenis dan porsi pangan yang dikonsumsi, dan
ragam aktivitas sosial budaya yang dilakukan penduduk.
B. Dasar Teori
Atmosfer berasal dari kata atmos berarti uap dan sphaira yang berarti bola bumi.
Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Atmosfer adalah lapisan gas
yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai
jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan
tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer memiliki
pengaruh kuat akan segala aktivitas manusia terutama dalam hal cuaca dan iklim.
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif
sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Ilmu yang mempelajari tentang cuaca disebut
meteorologi. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa
hanya beberapa jam saja. Misalnya pagi hari, siang hari, atau sore hari, dan keadaannya
dapat berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Cuaca sangat berpengaruh
pada aktivitas manusia terutama dalam kegiatan sehari-hari manusia. Di Indonesia
keadaan cuaca selalu diinformasikan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan
cuaca hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Departemen
Perhubungan. Untuk negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap
jam dan sangat akurat (tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi. Matahari adalah kendali iklim
yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus
laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah,
massa udara, pegunungan, serta arus laut dan badai.
Berdasarkan letak lintang, iklim dapat dibedakan menjadi:
1. Iklim tropika, terletak antara 23 0 LU - 23 0 LS dengan ciri- ciri curah hujan dan
suhu udara biasanya tinggi.
2 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
2. Iklim sub tropika, terletak antara 23 0 - 350 baik lintang utara maupun lintang
selatan, cirinya tekanan udara selalu tinggi dan kering. Oleh karena itu, pada
wilayah ini banyak dijumpai gurun pasir dan savana.
3. Iklim sedang, terletak antara 350 - 66 0 baik lintang utara maupun lintang selatan.
Cirinya daerah ini memiliki empat musim yaitu: musim dingin, semi, panas, dan
gugur.
4. Iklim dingin atau kutub, terletak antara 66 0 - 900 baik di belahan selatan
maupun belahan bumi utara, cirinya suhu udara selalu dingin.
Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia berdasarkan bulan
basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun. Schmidt-
Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan bulan basah.
Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu:
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan.
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada
curah hujan.
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka
bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih
seimbang.
Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap
tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan dengan menghitung nilai Q
yaitu perbandingan antara rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Hasilnya
terdiri dari 8 tipe iklim yaitu tipe iklim A (sangat basah), B (basah), C (agak basah), D
(sedang), E (agak kering), F (kering), G (sangat kering), H (luar biasa kering).
Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan kering
(BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama.
Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah hujan selama
minimal 10 tahun. Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan. Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.
Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu:
3 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan. BB
(Bulan Basah) CH > 100 mm ; sehingga CH > E
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada
curah hujan. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; sehingga CH < E
Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka
bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih
seimbang. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.
Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat kelas iklim
menurut Mohr yaitu sebagai berikut:
Dasar yang digunakan dalam sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah adanya bulan
basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering yang berturut-turut pula. Kedua bulan
ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi sawah dan palawija terhadap air. Dalam
konsep ini, curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk
membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah
curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5
bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Meskipun
lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan,
periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali
tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali
masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan maka tidak dapat membudidayakan
padi tanpa irigasi tambahan. Dalam metode Oldeman bulan basah didefinisikan sebagai
bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm.
4 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Dari tinjauan di atas Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:
A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan
C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan
D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan
E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan
Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan kering didefinisikan
sebagai bulan yang mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm, karena untuk
pertumbuhan tanaman palawija diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap
bulan. Jika terdapat kurang dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena
tanah cukup lembab. Jika peiode bulan kering antara 2 dan 4, maka petani harus hati-hati
dalam membudidayakan tanaman. Periode 4 sampai 6 bulan kering berurutan dipandang
sangat lama jika irigasi tambahan tidak tersedia. Dengan demikian pendaerahan
agroklimat dengan meninjau stratifikasi kedua adalah sebagai berikut:
Zona A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B1: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
B2: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
C1: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
C2: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
C3: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
D1: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
D2: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
D3: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
D4: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering
E1: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
5 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
E2: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
E3: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
E4: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering.
Hasil perhitungan bulan basah dan bulan kering juga dapat dianalisis dengan
menggunakan segitiga iklim Oldeman berikut ini:
Piramida Kelas Iklim Menurut Oldeman
Cuaca dan iklim di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang mempengaruhi unsur iklim sehingga dapat membedakan iklim di suatu tempat
dengan iklim di tempat lain biasa disebut kendali iklim. Beberapa kendali iklim
diantaranya radiasi matahari, darat dan air, sel tekanan tinggi dan rendah, massa udara,
pegunungan, arus laut, dan badai siklonik yang bekerja pada unsur iklim (suhu, endapan,
kelembaban, tekanan udara, dan angin) menghasilkan jenis cuaca dan iklim.
Beberapa unsur cuaca dan iklim adalah sebagai berikut :
a. Suhu Udara atau Temperatur
Suhu merupakan unsur iklim yang sulit didefinisikan. Bahkan ahli meteorologi
mempertanyakan apa yang di maksud dengan suhu udara, karena cuaca ini berubah
sesuai dengan tempat. Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki oleh suatu
benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Suhu tidak berhubungan langsung
dengan rasa yang dietrima oleh indera manusia. Suatu benda terasa panas jika dalam
proses sentuhan tersebut energi atau panas akan mengalir dari benda tersebut ke
bagian tubuh yang berkontak langsung dengan benda tersebut. Sebaliknya, jika panas
6 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
atau energi mengalir dari tubuh manusia ke suatu benda yang disentuh, maka benda
tersebut akan terasa dingin.
Untuk memberikan definisi yang tepat tentang suhu, maka perlu dilihat
terpisah dengan hasil penginderaan manusia yang perlu dilihat terpisah dengan hasil
penginderaan manusia yang bersifat subyektif. Suhu merupakan ukuran relatif dari
kondisi termal yang dimiliki oleh suatu benda. Secara fisis suhu dapat didefinisikan
sebagai tingkat gerakan molekul suatu benda, makin cepat gerakan molekul, makin
tinggi suhunya. Definisi lain menyebutkan temperatur udara merupakan unsur cuaca
yang penting yang menunjukkan derajat panas atau dingin pada suatu udara
berdasarkan skala tertentu yang diukur dengan menggunakan termometer.
Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut Termometer.
Untuk menyatakan suhu udara dapat dipakai beberapa skala, diantaranya Celcius,
Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Temperatur udara berubah terhadap ruang dan
waktu. Secara keruangan temperatur berubah terhadap letak lintang dan ketinggian
tempat. Pengaruh dari letak lintang adalah penerimaan radiasi matahari yang tidak
sama besarnya antara daerah equator dengan daerah kutub. Hal ini dipengaruhi oleh
variabel-variabel insolasi (incoming solar radiation).
Sedangkan pengaruh dari ketinggian tempat adalah semakin tinggi kedudukan
tempat dari permukaan bumi, temperatur akan semakin rendah. Hal ini karena
semakin menjauhi permukaan bumi sebagai sumber panas hasil serapan radiasi
matahari. Pada lapisan troposfer keadaan temperatur akan menurun terhadap
ketinggian, artinya semakin ke arah atas temperaturnya akan semakin rendah (lapse
rate) secara global. Rata-rata penurunan terhadap ketinggian berkisar 6,50 C. Menurut
hasil pencatatan CEP Brooks diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada ketinggian 2 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 50 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,50 C.
2. Pada ketinggian 4-6 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 60 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,60C.
3. Pada ketinggian 6-8 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 70 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,70C.
*(Pencatatan diatas dilakukan diatas permukaan air laut)
Perlu kita ketahui juga bahwa selain letak lintang dan ketinggian tempat, panas
yang diterima permukaan bumi tidak sama besarnya karena perbedaan ALBEDO
7 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
setiap permukaan. ALBEDO adalah nilai dari perbandingan energi yang dipantulkan
dengan energi yang datang. Setiap permukaan memiliki ALBEDO yang berbeda oleh
karena itu penyerapan energi oleh permukaan juga berbeda. Hal ini juga turut
mempengaruhi temperatur udara.
Selain bervariasi terhadap ruang, temperatur udara juga bervariasi terhadap
waktu. Dalam 24 jam terjadi fluktuasi yang dipengaruhi oleh poses pertukaran energi
yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari sebagian dari radiasi matahari akan
diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang-layang di
atmosfer. Serapan energi radiasi matahari ini yang akan meyebabkan suhu udara
meningkat. Pada umumnya temperatur maksimum terjadi setelah tegah hari, biasanya
sekitar jam 14.00 dan temperatur minimum terjadi pukul 06.00 atau sekitar matahari
terbit.
Dari temperatur udara yang berfluktuasi selama 24 jam tersebut dapat dbuat
temperatur rata-rata harian (24 jam). Rata-rata dapat diperoleh dari hasil pengamatan
temperatur tiap jam selama 1 hari (siang dan malam). Secara kasar, rerata temperatur
harian juga dapat dihitung dengan jumlah temperatur maksimum dan temperatur
minimum dibagi dua. Menurut Bayong Tjasyono di Indonesia temperatur harian rata-
rata dihitung dengan rumus:
T7, T13, T18 adalah pengamatan temperatur pada pukul 7.00, 13.00, dan 18.00.
b. Kelembaban Udara (kelengasan udara)
Sebagaimana telah disinggung di bagian pendahuluan, kelembaban udara atau
sering disebut juga kelengasan udara merupakan kemampuan udara mengandung air
yang sangat dipengaruhi oleh temperatur udara tersebut. Kelembaban udara
ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban udara
dapat dihitung dengan menggunakan hygrometer dan aspiration psycrometer model
Asmann.
Berbicara mengenai kelembaban udara tidak akan terlepas dari siklus hidrologi
khususnya penguapan dan hujan. Uap air merupakan gas yang paling dinamis di
atmosfer, dimana kandungan uap air dapat berubah dengan cepat pada setiap periode
24 jam. Gas-gas atmosfer yang lain konsentrasinya relatif stabil. Walaupun gas-gas
lain seperti karbondioksida dan gas polutan lainnya juga menunjukkan peningkatan8 | P a n d u a n P r a k t i k u m
M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
konsentrasi tetapi tidak berfluktuasi secara drastis. Dinamika kansungan uap air di
atmosfer terutama disebabkan karena air dapat berubah dari cair ke gas atau
sebaliknya dengan cepat. Kandungan uap air di udara akan meningkat jika banyak air
yang berubah dari bentuk cair ke bentuk gas. Dalam hal ini terjadi peristiwa evaporasi
dan transpirasi.
Sebagai imbangan dari proses penguapan, uap air di udara juga sebagian akan
mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair. Proses ini disebut
kondensasi. Proses kondensasi akan menghasilkan panas. Sebagai akibat dari
kondensasi maka kandungan uap air di udara akan berkurang.
Teori water hoding capacity menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur
suatu udara maka kemampuan mengandung uap air semakin besar, sebaliknya
semakin rendah temperatur suatu udara kemampuan mengandung uap air semakin
kecil. Contoh: satu meter kubik udara pada temperatur 300 C mampu menganung uap
air dalam bentuk uap air sebesar 8 gram. Artinya air tetap dalam bentuk uap air dan
tidak dapat dilihat dengan mata (hydrometeor tidak terlihat). Selanjutnya temperatur
udara (1 m3) tadi diturunkan dari 300 C menjadi 200 C, maka yang terjadi adalah
kemampuan udara mengandung uap air hanya 4 gram uap air, sisanya 4 gram uap air
lain tidak dapat disimpan lagi melainkan dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air
(dropled) sehingga terbentuklah kabut, awan, dan sejenisnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai situasi dimana pada
hamparan sawah yang luas pada siang hari terjadi penguapan dari permukaan sawah
yang basah, sehingga kemampuan udara mengandung uap air meningkat seiring
dengan naiknya temperatur permukaan. Kemudian pada dini hari temperatur
permukaan turun sampai temperatur minimum, maka kemampuan udara mengandung
uap air akan semakin kecil. Oleh karenanya sebagian uap air yang terkandung akan
dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air. Maka terbentuklah embun, kabut tipis (mist).
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi kelembaban relatif, spesifik dan
kelembaban absolut.
1) Kelembaban udara relatif
Perbandingan antara jumlah uap air yang di kandung udara dan jumlah
air maksimum (jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang
sama disebut dengan kelembaban udara relatif. Kelembaban udara relatif
9 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
dinyatakan dalam persen (%). Data klimatologi kelembaban udara yang paling
umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity).
RH = (e/es) x 100%
RH : kelembaban udara relatif
e : kandungan uap air yang ada
es : udara dalam kondisi jenuh
Sebagai contoh : Di dalam udara 1 m3 pada suhu 250 C mengandung 6
gr uap air, sedangkan tingkat kejenuhannya 8 gr uap air, maka kelembaban
udara relatif adalah : 6/8 x 100% = 75%.
2) Kelembaban spesifik
Kelembaban spesifik (spesific humidity) merupakan perbandingan
massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara
tertentu. Atau dapat dinyatakan sebagai massa uap air dalam gram yang
terdapat dalam 1 kg udara kering.
3) Kelembaban udara mutlak
Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai
kelembaban absolut (absolute humidity). Kelembaban absolut dihitung.
Jumlah uap air per satuan volume udara yang dinyatakan dalam gr/m3.
c. Tekanan udara
Tekanan udara (tekanan atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas.
Batasan lain mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah
gaya per satuan luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut (Soetjitno,
1973 : 23).
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah jika semakin
tinggi dari permukaan laut. Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya
permukaan dengan luas tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah
atmosfer (atm), milimeter kolom air raksa (mmHg) atau milibar (mbar). Alat untuk
mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang dengan
bertambahnya ketinggian tempat (elevasi atau altitude). Tekanan udara umumnya
10 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
menurun sebesar 11 mbar untuk setiap bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100
meter.
Tekanan udara berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain dan
pada lokasi tertentu dapat berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Perbedaan
atau perubahan tekanan udara ini terutama disebabkan oleh pergeseran garis edar
matahari, keberadaan bentang laut, dan ketinggian tempat (altitude).
Di dekat permukaan bumi udara menimbulkan tekanan sebesar 105 newton
tiap m2 atau sama dengan 1 bar. Karena perubahan tekanan udara sehari-harinya kecil
maka satuan yang digunakan harus sesuai sehingga setiap kejadian yang berhubungan
dengan tekanan udara dapat dilaporkan. Satuan yang digunakan adalah milibar (mb)
1 bar = 1000 mb
1 bar = 100.000 newton/m2
1 mb = 100 newton/m2
Tekanan udara akan berkurang terhadap ketinggian, oleh karena itu tekanan
terbesar ada pada permukaan bumi. Dengan kata lain tekanan udara adalah berat udara
pada satuan luas tertentu pada suatu permukaan bumi. Adapun volume udara dihitung
dari permukaan bumi sampai atmosfer paling atas. Massa udara semakin tipis
sehingga semakin ke atas tekanannya semakin rendah. Oleh karena itu dengan
semakin bertambahnya ketinggian tekanan udaranya akan semakin rendah. Secara
teoritik setiap naik 10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya turun 1 mb. Dengan
asumsi rata-rata tekanan udara pada 0 mdpal adalah 1010 mb, maka tekanan udara
pada suatu tempat dapat dihitung dengan rumus:
Tekanan udara suatu tempat = 1010 mb – penurunan tekanan udara
Penurunan tekanan udara = ketinggian tempat x 1 mb
10
11 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
d. Endapan (presipitasi, curah hujan)
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang
jatuh ke permukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost) dapat
berperan dalam alih kebasahan (moisture) dari atmosfer ke permukaan bumi, unsur
tersebut tidak ditinjau sebagai endapan. Bentuk endapan adalah hujan, gerimis,
salju, dan batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai.
Ada dua teori untuk menjelaskan proses terjadinya hujan, yakni teori kristal es (ice
crystal theory) dan teori tumbukan (coalescence theory). Di Indonesia yang di
maksud endapan adalah curah hujan. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim
yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Alat pengukur jumlah curah hujan
biasa disebut fluviometer. Jumlah curah hujan dinyatakan dalam satuan mm
(milimeter).
e. Angin
Laju angin (wind velocity) adalah jumlah vektor yang mempunyai
kebesaran dan arah. Kebesaran vektor angin disebut kecepatan angin. Arah angin
adalah arah dari mana angin berhembus. Laju angin permukaan biasanya mudah
mengalami gangguan yang cepat. Perkembangan dari gangguan yang terjadi
disebut gustiness. Perlu diketahui bahwa gerakan-gerakan udara dipengaruhi oleh
faktor kekasaran permukaan tanah, tipe permukaan, sumber-sumber panas, adanya
gangguan lain, dan sebagainya pengaruh dari berbagai macam faktor inilah yang
menentukan kondisi kecepatan dan arah pergerakan angin.
Angin merupakan gerakan alami pada udara. Hukum Buys Ballot
mengatakan bahwa angin bergerak dari daerah yang berbelok udara maksimum ke
daerah yang bertekanan minimum. Arus angin jarang sekali berlangsung dalam
keadaan rata dan halus, tetapi terganggu oleh adanya turbulansi dan eddy dalam
berbagai bentuk dan ukuran, yang berkembang di dalam udara dan saling
mengganggu arah geraknya. Angin juga merupakan unsur cuaca yang berkaitan
erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengukuran arah dan kecepatannya
sangat penting untuk dilakukan.
12 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Kecepatan angin dapat dihitung dengan
menggunakan Anemometer yang satuannya
dinyatakan dalam knots. Satu knot sama dengan satu
mil laut per jam atau sama dengan 0,51 meter per detik
(mil laut biasa disebut nautical mile atau disingkat n.m).
kecepatan angin permukaan jarang sekali dijumpai Anemometerdalam keadaan tetap dan biasanya berubah-ubah. Variasi yang tidak teratur baik
periode ataupun amplitudonya ditimbulkan karena gustiness. Oleh karena itu dalam
menentukan kecepatan angin permukaan untuk keperluan berita, diambil harga
rata-ratanya (diamati dalam periode 10 menit kemudian dibuat rata-rata, angka
yang diperoleh dibulatkan dalam knots yang terdekat misalnya 14,7 knots menjadi
15 knots).
Pengukuran kecepatan angin dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya yang paling mudah adalah dengan mengamati langsung efek angin
pada permukaan bumi tanpa perantara alat-alat. Cara ini dikembangkan oleh Sir
Francis Beaufort pada tahun 1905 dan biasa disebut angin Beaufort. Cara ini
khusus untuk digunakan di atas laut. Berikut tabel perkembangan skala Beaufort:
TABEL PERKEMBANGAN SKALA BEAUFORT :
Bil Uraian Persamaan Kecepatan Angin pada Ketinggian Spesifikasi untuk Menaksir
BeauStandar 10 m di Atas Tanah yang Datar Kecepatan Angin di Atas
Knots M / Dtk Km / Jam Mil/ DaratFort
Jam
0 Teduh (calm) < 1 0 – 0.2 < 1 < 1 Calm, angin naikvertikal.
1 Light air 1 – 3 0.3 - 1.5 1 - 5 1 - 3Arah angin dapat dilihat
dari condongnya asap,tetapi ditententukan olehwind wave
2 Light Breeze 4 – 6 1.6 - 3.3 6 - 11 4 - 7Angin terasa pada muka,daun bergoyang,biasanya vane mulaidapat digerakkan oleh
3 Gentle Breeze 7 – 10 3.4 - 5.4 12 -19 8 - 12 angin
Daun dan ranting-Ranting kecil bergeraktetap, angin dapat
4 Moderate Breeze 11 – 16 5.5 - 7.9 20 - 28 13 - 18 mengibarkan bendera
13 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Debu dan kertas-kertasbeterbangan cabang-
5 Fresh Breeze 17 – 21 8.0 - 10.7 29 - 38 19 - 24 cabang kecil bergerak
Pohon-pohon kecilberdaun berayun, tjdpuncak gelombang-gelombang kecil pada
6 Strong Breeze 22 – 27 10.8 -13.8 34 - 49 25 - 31 permukaan air.
Cabang-cabang besarbergerak, terdengardesiran kawat-kawatTelpon atau lainnya,
7 Near Gale 28 – 33 13.9 -1 7.1 50 – 61 32 - 38 sukar memakai payung
Seluruh pohon bergerak,terasa susah berjalan
8 Gale 34 – 40 17.2 - 20.7 62 - 74 39 - 46 melawan arah angin.
Cabang-cabang patanhLepas dari pohon,
9 Strong Gale 41 – 47 20.8 - 24.4 75 - 88 47 - 57 biasanya menghalangigerak maju.
Kerusakan-kerusakanRingan pada atap
10 Strom (Badai) 48 – 55 24.5 - 28.4 89 - 102 55 - 63 bangunan (atapbeterbangan)
Pohon-pohon terbang,11 Violent Strom 56 – 63 8.5 - 32.6 103 - 117 64 - 72 Terjadi kerusakan
bangunan.
12 Hurricane > 64 > 32.7 > 118 > 73 Kerusakan – kerusakanmeluas.
Terjadi kerusakan-kerusakan hebat
14 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
BAB II PRAKTIKUM
PENGUKURAN KETINGGIAN TEMPAT
DAN TEKANAN UDARA
A. Pendahuluan
Udara mempunyai sifat yang meluas dan juga dapat ditekan. Oleh karena itu
tekanan udara yang terbesar adalah pada permukaan tanah. Dan semakin keatas
tekanannya semakin berkurang atau tekanan udara berkurang terhadap ketinggian.
Tekanan udara (tekanan atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas. Batasan
lain mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya persatuan
luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut (Soetjitno, 1973 : 23).
Pada praktikum meterorologi dan klimatologi acara pertama dilakukan dengan
kegiatan pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat. Tekanan udara (tekanan
atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas. Batasan lain mengatakan bahwa tekanan
atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya per satuan luas yang diusahakan oleh
udara pada ketinggian tersebut. Tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang
lain berbeda yang dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perbedaan tekanan udara dan akan dilakukan pengukuran pada praktikum ini adalah
ketinggian tempat.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui ketinggian tempat dan tekanan
udara pada tempat tersebut. Untuk mengukur ketinggian tempat dan tekanan udara
digunakan alat Altimeter model Thommen. Hasil pengukuran yang telah diperoleh akan
dibandingkan dengan perhitungan tekanan udara secara teoritis berdasarkan ketinggian
tempat yang telah diketahui. Secara teoritik, karena pada lapisan troposfer terbawah
udara homogen/seragam maka tiap naik 10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya
turun 1 mb. Jadi, semakin tinggi suatu tempat tekanan udaranya akan semakin rendah.
Untuk lebih membuktikan pengaruh perbedaan ketinggian tempat terhadap
tekanan udara, maka perlu dilakukan pengukuran pada beberapa lokasi dengan
ketinggian yang tempat berbeda. Hasil yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya
dibandingkan dengan perhitungan secara teoritik dan dianalisis untuk menunjukkan
hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udara pada tempat tersebut.
15 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
A. Dasar Teori
Tekanan udara (tekanan atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas. Batasan
lain mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya per satuan
luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut.
Udara mempunyai sifat yang meluas dan juga dapat ditekan. Oleh karena itu
tekanan udara yang terbesar adalah pada permukaan tanah, dan semakin ke atas
tekanannya semakin berkurang atau tekanan udara berkurang terhadap ketinggian.
Di dekat permukaan bumi udara menimbulkan tekanan sebesar 105 newton tiap m2
atau sama dengan 1 bar. Karena perubahan tekanan udara sehari-harinya kecil maka
satuan yang digunakan harus sesuai sehingga setiap kejadian yang berhubungan dengan
tekanan udara dapat dilaporkan. Satuan yang digunakan adalah milibar (mb) :
1 bar = 1000 mb
1 bar = 100.000 newton/m2
1 mb = 100 newton/m2
Tekanan udara akan berkurang terhadap ketinggian, oleh karena itu tekanan
terbesar ada pada permukaan bumi. Dengan kata lain tekanan udara adalah berat udara
pada satuan luas tertentu pada suatu permukaan bumi. Adapun volume udara dihitung
dari permukaan bumi sampai atmosfer paling atas. Massa udara semakin tipis sehingga
semakin ke atas tekanannya semakin rendah. Oleh karena itu dengan semakin
bertambahnya ketinggian tekanan udaranya akan semakin rendah. Secara teoritik setiap
naik 10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya turun 1 mb. Dengan asumsi rata-rata
tekanan udara pada 0 mdpal adalah 1010 mb, maka tekanan udara pada suatu tempat
dapat dihitung dengan rumus:
Tekanan udara suatu tempat = 1010 mb – penurunan tekanan udara
Penurunan tekanan udara =ketinggian tempatx 1 mb
10
B. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Altimeter model Thommen, yang
dapat mengukur ketinggian tempat dan tekanan udara. Komponen alat dan petunjuk cara
16 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
pengoperasian alat adalah sebagai berikut: pada bagian depan (bagian kaca) dapat dilihat
beberapa parameter/ukuran diantaranya:
1. Pada bagian atas terdapat lingkaran (lubang) yang berfungsi sebagai penunjuk
ketinggian tempat dengan satuan kilometer (1.000 meter). Perhatikan angka yang
muncul di dalam lubang, jika angka yang muncul nol maka ketinggian tempat di
bawah 1.000 meter, jika angka yang muncul 1 maka ketinggian diatas 1.000 meter,
jika angka yang muncul 2 maka ketinggian diatas 2.000 meter, dan seterusnya.
2. Parameter pada bak (lingkaran) terluar menunjukkan angka 0 – 900 meter. Perhatikan
angka yang ditunjuk oleh jarum. Angka yang ditunjuk oleh jarum kemudian
ditambahkan pada angka yang muncul pada lubang. Sebagai contoh: ketinggian
tempat di Dieng 2200 mdpal, maka pada lubang akan muncul angka 2 dan jarum akan
menunjuk angka 200. Sehingga 2 km + 200 m = 2.200 m.
Perhatikan, pada bak (lingkaran) terluar ini angka yang tertulis adalah pada rentang
100, yaitu 0, 100, 200, 300, dan seterusnya. Pada setiap rentang tersebut terbagi dalam
10 bagian. Dengan demikian satuan terkecil adalah 10 meter.
3. Parameter pada bak (lingkaran) bagian dalam yang berwarna merah menujukkan
tekanan udara.
C. Langkah Pengamatan
1. Siapkan alat Altimeter model Thommen
2. Baca angka yang muncul pada lubang bagian atas untuk mengetahui ketinggian
tempat dalam kilometer (ribuan meter)
3. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran luar
4. Catat ketinggian tempat yang telah diketahui
5. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran bagian dalam (warna
merah)
6. Catat tekanan udara yang telah diketahui
Contoh:
Ketinggian tempat di pos pengamatan vulkanologi Babadan adalah 1298 mdpal (±
1300 mdpal), maka pada lubang akan muncul angka 1 dan jarum menunjuk angka 300
m pada lingkaran luar, perhatikan garis bagian (strip) antara angka 200 m hingga 300
m.
17 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Selanjutnya perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran dalam yang
berwarna merah, ternyata diketahui 876 mb. Dengan demikian tekanan udara pada
tempat tersebut 876 mb.
7. Bandingkan angka tekanan udara yang telah diperoleh dari pencatatan pada altimeter
dengan tekanan udara secara teoritik. Secara teoritik karena pada lapisan troposfer
terbawah udara homogen/seragam maka tiap naik 10 m ke ketinggian maka tekanan
udaranya turun 1 mb.
Contoh:
Dengan asumsi rata-rata tekanan udara pada 0 mdpal adalah 1010 mb, maka tekanan
udara di pos pengamatan vulkanologi babadan dapat dihitung sebagai berikut:
= ± 130 mb
= 1010 – 130 mb
= 880 mb
Tekanan udara yang terukur oleh alat altimeter Thommen adalah 876 mb, sedangkan
dari hasil perhitungan secara teoritik diperoleh angka 880 mb, ternyata hasilnya relatif
sama.
D. Tabel Pengamatan
No. Nama Tempat dan Ketinggian Tekanan Udara Tekanan Udara
Waktu Pengukuran Tempat (perhitungan (di Altimeter)
rumus)
1 07.45 115 m 998.5 mb 999.5 mb
2 0750 122 m 997.8 mb 999 mb
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
18 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
BAB III PRAKTIKUMPENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF MASSA UDARA
A. Pendahuluan
Kelembaban udara sering juga disebut kelengasan udara, yang bermakna
kemampuan udara dalam mengandung uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh
jumlah uap air yang terkandung di dalam udara, sehingga sangat dipengaruhi oleh
kondisi temperatur udara. Menurut teori Water Holding Capacity, semakin tinggi
temperatur suatu udara maka kemampuan mengandung uap air semakin besar, semakin
rendah temperatur suatu udara kemampuan mengandung uap air semakin kecil.
Kelembaban udara sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Jika kita
berada di daerah kering, maka kita akan cepat merasakan haus karena cairan pada tubuh
kita akan menguap dengan cepat sehingga kita mengalami dehidrasi kelembaban udara
yang kecil menyebabkan penguapan pada tubuh tumbuh-tumbuhan berjalan lebih cepat
sehingga pada musim kemarau beberapa jenis tanaman akan meranggas. Demikian pula
pada lengas tanah, penguapan akan berjalan lebih cepat sehingga akar-akar vegetasi akan
sulit mendapatkan air, yang berujung pada layunya tanaman bahkan mati. Kelembaban
yang tinggi dan mengalami penurunan temperatur atau bercampur dengan massa udara
dingin akan menyebabkan terbentuknya kabut tebal yang berbahaya bagi lalu-lintas.
Dalam bidang pertanian besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu musim
erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dari penyakit
tumbuhan. Di daerah tropis yang kelembabannya tinggi seringkali dijumpai masalah bagi
tanaman terutama sayuran yang menjadi cepat busuk. Jenis penyakit tumbuhan juga
terjadi apabila kelembaban relatif 85% selama 3 hari berturut-turut. Karena begitu
pentingnya data kelembaban udara maka banyak usaha-usaha untuk melakukan
pengukuran kelembaban udara. Data yang diperoleh merupakan acuan untuk
pengambilan kebijakan di berbagai bidang.
Kelembaban udara sebenarnya dapat dibedakan menjadi kelembaban absolut,
kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Dalam praktikum ini akan dilakukan
pengukuran kelembaban relatif. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum
dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity) atau sering disingkat RH.
19 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
B. Dasar Teori
Kelengasan udara atau sering disebut
kelembaban udara merupakan kemampuan
mengandung air yang sangat dipengaruhi oleh
temperatur udara tersebut. Tingkat kelembaban
ditentukan oleh jumlah uap air yang
terkandung di dalam udara. Untuk mengukur
kelembaban udara, dapat dihitung dengan
menggunakan hygrometer dan aspiration
psycrometer model Asmann.
udara
udara
Hygrometer dan Aspiration Psycrometer Model Asmann.
Kelembaban udara tidak akan terlepas dari siklus hidrologi khususnya penguapan
dan hujan. Uap air merupakan gas yang paling dinamis di atmosfer, karena kandungan uap
air dapat berubah dengan cepat pada setiap periode 24 jam. Gas-gas atmosfer yang lain
konsentrasinya relatif stabil. Walaupun gas-gas lain seperti karbondioksida dan gas polutan
lainnya juga menunjukkan peningkatan konsentrasi tetapi tidak berfluktuasi secara drastis.
Dinamika kansungan uap air di atmosfer terutama disebabkan karena air dapat berubah
dari cair ke gas atau sebaliknya dengan cepat. Kandungan uap air di udara akan meningkat
jika banyak air yang berubah dari bentuk cair ke bentuk gas. Dalam hal ini terjadi
peristiwa evaporasi dan transpirasi.
Sebagai imbangan dari proses penguapan, uap air di udara juga sebagian akan
mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair. Proses ini disebut
kondensasi. Proses kondensasi akan menghasilkan panas. Sebagai akibat dari kondensasi
maka kandungan uap air di udara akan berkurang.
Teori water hoding capacity menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur suatu
udara maka kemampuan mengandung uap air semakin besar, sebaliknya semakin rendah
temperatur suatu udara kemampuan mengandung uap air semakin kecil. Contoh: satu
meter kubik udara pada temperatur 300 C mampu menganung uap air dalam bentuk uap air
sebesar 8 gram. Artinya air tetap dalam bentuk uap air dan tidak dapat dilihat dengan mata
(hydrometeor tidak terlihat). Selanjutnya temperatur udara (1 m3) tadi diturunkan dari 300
C menjadi 200 C, maka yang terjadi adalah kemampuan udara mengandung uap air hanya
4 gram uap air, sisanya 4 gram uap air
20 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
lain tidak dapat disimpan lagi melainkan dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air
(dropled) sehingga terbentuklah kabut, awan, dan sejenisnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai situasi dimana pada
hamparan sawah yang luas pada siang hari terjadi penguapan dari permukaan sawah
yang basah, sehingga kemampuan udara mengandung uap air meningkat seiring
dengan naiknya temperatur permukaan. Kemudian pada dini hari temperatur
permukaan turun sampai temperatur minimum, maka kemampuan udara mengandung
uap air akan semakin kecil. Oleh karenanya sebagian uap air yang terkandung akan
dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air. Maka terbentuklah embun, kabut tipis (mist).
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi kelembaban relatif, spesifik dan
kelembaban absolut.
1) Kelembaban udara relatif
Perbandingan antara jumlah uap air yang di kandung udara dan jumlah air
maksimum (jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang
sama disebut dengan kelembaban udara relatif. Kelembaban udara relatif
dinyatakan dalam persen (%). Data klimatologi kelembaban udara yang paling
umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity).
RH = (e/es) x 100%
RH : kelembaban udara relatif
e : kandungan uap air yang ada
es : udara dalam kondisi jenuh
Sebagai contoh : Di dalam udara 1 m3 pada suhu 250 C mengandung 6
gr uap air, sedangkan tingkat kejenuhannya 8 gr uap air, maka kelembaban
udara relatif adalah : 6/8 x 100% = 75%.
2) Kelembaban spesifik
Kelembaban spesifik (spesific humidity) merupakan perbandingan massa
uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu. Atau
dapat dinyatakan sebagai massa uap air dalam gram yang terdapat dalam 1 kg
udara kering.
3) Kelembaban udara mutlak
21 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban
absolut (absolute humidity). Kelembaban absolut dihitung. Jumlah uap air per
satuan volume udara yang dinyatakan dalam gr/m3
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspiration Psychrometer model
Asmann, Sling Psychrometer, dan Hygrometer.
Aspiration Psychrometer model Asmann terdiri dari 6 komponen pokok yaitu:
1. Kipas penghisap udara melalui lubang 5
2. Thermometer bola basah yang ujungnya dibalut dengan kain katun
3. Thermometer bola kering
4. Bahan stainless steel sebagai pelindung
5. Lubang tempat masuk udara sekitar saat kipas beputar
6. Pemutar kipas yang diputar 3 x ½ putaran
Agar alat berfungsi dengan baik perlu diperhatikan beberapa hal mendasar
diantaranya sebagai berikut:
1. Hindari hembusan nafas dan radiasi matahari langsung mengenai thermometer.
Hal ini karena thermometer sangat peka, sehingga dapat menyebabkan nilai ᶞT
menjadi tidak sesuai fakta. Padahal nilai ᶞT ini merupakan penentu nilai
kelembaban relatif pada saat dimasukkan ke tabel
2. Lubang 5 jangan sampai tertutup, biarkan udara sekitar bebas masuk terhisap
kipas
3. Pastikan bahwa kain pembalut thermometer bola basah telah benar-benar jenuh
dengan aquades
Sling Psychrometer pada dasarnya sama seperti Asmann yang terdiri dari
thermometer bola bassah dan thermometer bola kering. Hanya saja Sling
Psychrometer digerakkan secara manual dengan tangan.
Hygrometer merekam dua macam data yaitu data kelembaban relatif (dalam
persen) dan data temperatur (dalam derajat celcius). Alat ini terdiri dari: alat
perekam temperatur dalam 0C (100 C – 400 C) dan bahan higroskopis terdiri dari
rambut yang peka terhadap kandungan air di udara. Susut kembangnya rambut
mencerminkan kandungan air di udara.
22 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
D. Langkah Pengamatan
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan terkait dengan penggunaan alat
yang beragam. Diantaranya sebagai berikut :
1. Menggunakan Aspiration Psychrometer model Asmann:
a. Pastikan bahwa kedua thermometer dalam kondisi normal, suhu sama
b. Basahi thermometer bola basah sampai jenuh oleh aquades
c. Putar kipas penghisap udara 3 – 4 x ½ putaran
d. Perhatikan kedua thermometer (bola basah dan bola kering) maka akan
terlihat air raksa pada thermometer bola basah akan turun sementara
thermometer bola kering hanya sedikit mengalami penurunan. Ikuti terus
dengan seksama maka suatu saat penurunan air raksa pada teperatur bola
basah akan berhenti. Bila ada gejala air raksa akan naik kembali cepat baca
dan catat. Kadang-kadang suhu tetap berhenti sejenak kemudian turun
kembali, maka ikuti terus sampai penurunannya berhenti kemudian baca dan
catat
e. Lihat dan catat temperatur pada thermometer bola kering dan thermometer
bola basah berapa derajat celcius
f. Hitung selisih temperatur yang tercatat pada kedua thermometer tersebut
(thermometer bola kering dikurangi thermometer bola basah)
Contoh:
Temperatur thermometer bola kering 280C
Temperatur thermometer bola basah 250 C Maka
perhitungannya ᶞT = 280 C – 250 C = 30 C
g. Kemudian masukkan pada tabel untuk mengetahui berapa persen kelembaban
relatif massa udara
2. Menggunakan Sling Psychrometer:
Basahi thermometer bola basah sampai jenuh dengan aquades kemudian putar
alat tersebut dengan kecepatan kurang lebih 2 meter/detik selama 5 menit. Kemudian
baca temperatur pada thermometer bola basah dan bola kering, hitung selisih
temperatur kedua thermometer, dan dimasukkan dalam tabel seperti pada saat
menggunakan Asman.
Berdasarkan pengalaman di lapangan pada saat digunakan kedua alat ini selalu
menghasilkan data yang sama. Apabila ada perbedaan maka selisihnya sangat kecil.
23 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Berdasarkan kesepakatan maka perbedaan kedua alat pencatat kelembaban relatif
tidak boleh lebih dari 4%. Perbedaan kurang dari 4% masih dapat diterima.
3. Menggunakan Hygrometer:
a. Lindungi alat dari radiasi matahari langsung
b. Diamkan sesaat kurang lebih 10 menit sebelum dibaca datanya
c. Jangan terkena getaran atau digerakkan saat dibaca
d. Ventilasi di belakang alat jangan sampai tertutup.
Alat ini bekerjanya sangat demonstratif artinya apabila ada udara relatif basah
yang lewat dan mendekati alat maka jarum penunjuk kelembaban akan bergerak ke
arah angka 100%. Sebaliknya, apabila udara yang lewat relatif kering maka jarum
akan bergerak ke arah angka yang mengecil. Berdasarkan pengalaman di lapangan
diketahui gejala sebagai berikut:
a. Bila ada kabut yang melewati hygrometer maka jarum akan bergerak dan
mencapai angka 100%
b. Gerakan jarum petunjuk kelembaban dan petunjuk temperatur bergerak
berlawanan, artinya apabila jarum petunjuk menunjuk ke arah yang mengecil
maka jarum petunjuk kelembaban justru bergerak ke angka yang membesar. Hal
ini disebabkan sifat udara dalam kemampuan mengandung uap air yaitu:
semakin tinggi temperatur maka kemampuan mengandung uap air akan semakin besar
sehingga kelembaban relatifnya kecil dan sebaliknya semakin rendah temperatur suatu
udara maka kemampuan mengandung uap air semakin kecil sehinga nilai kelembaban
relatifnya semakin besar.
E. Pengukuran Kelembaban Relatif Massa Udara
Dalam pengamatan pada praktikum kali ini pada pukul 06.06 di dapatkan data
sebagai berikut.
a. Data temperatur dari thermometer
Temperatur thermometer pada bola kering dari 26
27.5
Temperatur thermometer pada bola basah dari 27
27.5
b. Data yang di peroleh dari Hygrometer
Temperaturnya adalah 20
Kelembaban udara yang tertera pada hygrometer adalah 98
24 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
BAB IV PRAKTIKUMPENGUKURAN TEMPERATUR UDARA
A. Pendahuluan
Praktikum meterorologi dan klimatologi pada kali ini dilakukan dengan kegiatan
pengukuran temperatur udara. Temperatur udara merupakan salah satu unsur cuaca yang
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tata cara kehidupan manusia,
budaya, hingga pengembangan teknologi antara lain dipengaruhi oleh temperatur udara.
Selain itu temperatur udara juga berkaitan dengan unsur cuaca lainnya seperti
kelembaban udara, tekanan udara, angin, dan sebagainya. Temperatur udara memiliki
kedudukan yang penting karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan
hubungannya dengan unsur cuaca lainnya, oleh karena itu pengukuran temperatur udara
juga penting untuk dilakukan.
Pengukuran temperatur udara dilakukan dengan termometer. Satuan yang
digunakan di Indonesia umumnya adalah derajat Celcius (centigrade), sedangkan di
negara lain sering digunakan satuan dalam derajat Fahrenheit, Reaumur, atau Kelvin.
Karena temperatur udara berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya yang
dipengaruhi oleh letak lintang dan ketinggian tempat, maka idealnya pengukuran
temperatur udara dilakukan di beberapa tempat agar dapat menujukkan variasi
keruangannya. Selain itu temperatur udara juga berfluktuasi dalam periode 24 jam
sehingga perlu dilakukan pengukuran beberapa kali dalam 24 jam untuk mendapatkan
rerata harian.
B. Dasar Teori
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur
suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Suhu merupakan unsur iklim yang
sulit didefinisikan, bahkan ahli meteorologipun mempertanyakan apa yang dimaksud
suhu udara, karena unsur cuaca ini berubah sesuai dengan tempat. Suhu di gurun jelas
berbeda dengan suhu di kutub, suhu di taman berbeda dengan suhu di kamar, dan
sebagainya. Suhu juga dapat diartikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak
dari sebuah benda yang mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah. Biasanya
pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Skala
yang sering dipakai dalam pengukuran suhu adalah skala Fahrenheit yang dipakai di
Negara Inggris, serta skala Celcius yang dipakai oleh sebagian besar Negara di dunia.
Dalam beberapa penerapan, skala Kelvin atau skala mutlak sering dipakai. Skala ini
25 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
didasarkan pada nol mutlak, yaitu titik saat gas secara teoritis akan berhenti melakukan
tekanan. Nilai setiap derajat pada skala mutlak sama dengan derajat Celcius ditambah
273 karena nol mutlak adalah -273oC.
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu
udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya suhu udara suatu daerah adalah lama penyinaran matahari, sudut datang sinar
matahari, relief permukaan bumi, banyak sedikitnya awan, perbedaan letak lintang.
Secara keruangan temperatur berubah terhadap letak lintang dan ketinggian tempat..
Rata-rata penurunan terhadap ketinggian berkisar 6,50 C. Menurut hasil pencatatan CEP
Brooks diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada ketinggian 2 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 50 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,50 C.
2. Pada ketinggian 4-6 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 60 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,60C.
3. Pada ketinggian 6-8 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m
penurunan suhunya 70 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,70C.
*(Pencatatan diatas dilakukan diatas permukaan air laut)
Dari data diatas, kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter,
suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient
temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C. Untuk
mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Tx = To – 0,6 x h/100
Keterangan :
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang
dicari To = temperatur suatu tempat yang sudah
diketahui h = tinggi tempat
Perlu kita ketahui juga bahwa selain letak lintang dan ketinggian tempat, panas yang
diterima permukaan bumi tidak sama besarnya karena perbedaan ALBEDO setiap
26 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
permukaan. ALBEDO adalah nilai dari perbandingan energi yang dipantulkan dengan energi
yang datang. Setiap permukaan memiliki ALBEDO yang berbeda oleh karena itu penyerapan
energi oleh permukaan juga berbeda. Hal ini juga turut mempengaruhi temperatur udara.
Selain bervariasi terhadap ruang, temperatur udara juga bervariasi terhadap waktu. Dalam 24
jam terjadi fluktuasi yang dipengaruhi oleh poses pertukaran energi yang berlangsung di
atmosfer. Pada siang hari sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer
dan partikel-partikel padat yang melayang-layang di atmosfer. Serapan energi radiasi
matahari ini yang akan meyebabkan suhu udara meningkat.
Pada umumnya temperatur maksimum terjadi setelah tegah hari, biasanya sekitar jam
14.00 dan temperatur minimum terjadi pukul 06.00 atau sekitar matahari terbit. Dari
temperatur udara yang berfluktuasi selama 24 jam tersebut dapat dbuat temperatur rata-rata
harian (24 jam). Rata-rata dapat diperoleh dari hasil pengamatan temperatur tiap jam selama
1 hari (siang dan malam), Suhu bulanan rata-rata ialah jumlah dari suhu harian rata-rata
dalam 1 bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut. Begitu juga dengan suhu
tahunan rata-rata yang dihitung dari jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi dengan 12.
Secara kasar, rerata temperatur harian juga dapat dihitung dengan jumlah temperatur
maksimum dan temperatur minimum dibagi dua. Menurut Bayong Tjasyono di Indonesia
temperatur harian rata-rata (pengamatan selama 24 jam) dihitung dengan rumus:
2 7+T13+ 18
− =
4
Keterangan :
T7, T13, T18 = Pengamatan temperatur pada pukul 7.00, 13.00, dan 18.00.
Distribusi suhu udara dapat dinyatakan dengan isoterm, yaitu garis yang
menghubungkan tempat yang mempunyai suhu sama. Dalam peta isotermal, efek ketinggian
pada umumnya telah dihilangkan dengan menurunkan semua suhu ke suhu paras laut (sea
level). Dari data pada BMKG, ragam suhu sepanjang tahun di Indonesia sangat kecil. Beda
antara nilai rata-rata dari bulan terpanas dan bulan terdingin disebut jangka rataan suhu
tahunan (mean annual temperature range).
27 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
C. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer batang dengan cairan
merkuri berwarna merah. Kelebihan dari termometer ini adalah mudah diamati, namun
kurang peka terhadap perubahan suhu. Sedangkan termometer dengan cairan merkuri
berwarna perak lebh peka terhadap perubahan suhu tetapi sulit diamati terlebih ketika
malam hari.
D. Langkah Pengamatan
1. Siapkan termometer batang
2. Hindarkan dari penyinaran matahari langsung
3. Diamkan beberapa saat sebelum dibaca datanya
4. Catat data pada termometer (dalam derajat celcius) pada pukul 07.00, 13.00, dan
18.00
5. Hitung rata-rata temperatur udara harian dengan rumus diatas
E. Tabel Pengamatan
No. Waktu Temperatur
Pengukuran (dalam ºC)
1. 07.15 25.3º C
2. 07.30 26º C
3. ....... .........º C
F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
28 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
BAB V PRAKTIKUMPENGUKURAN KECEPATAN DAN ARAH ANGIN
A. Pendahuluan
Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke empat dilakukan dengan
kegiatan pengukuran kecepatan dan arah angin. Angin merupakan gerakan alami
pada udara. Arus angin jarang sekali berlangsung dalam keadaan rata dan halus,
tetapi terganggu oleh adanya turbulansi dan eddy dalam berbagai bentuk dan
ukuran, yang berkembang di dalam udara dan saling mengganggu arah geraknya.
Angin juga merupakan unsur cuaca yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-
hari sehingga pengukuran arah dan kecepatannya sangat penting untuk dilakukan.
Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran di tempat yang terbuka dan
terhalang oleh bangunan untuk membuktikan pengaruh dari berbagai penghalang di
permukaan bumi terhadap kecepatan dan arah angin.
.
B. Dasar Teori
Angin adalah udara yang bergerak secara horizontal dari suatu wilayah yang
beretekanan tinggi menuju wilayah yang bertekenanan rendah (Tim Pengajar
Klimatologi UB, 2010: 58). Sehingga, laju atau kecepatan angin (wind velocity)
adalah jumlah vektor angin yang mempunyai kebesaran dan arah tertentu.
Kebesaran vektor angin disebut kecepatan angin. Arah angin adalah arah dari mana
angin berhembus.
Laju angin permukaan biasanya mudah mengalami gangguan yang cepat.
Perkembangan dari gangguan yang terjadi disebut gustiness. Perlu diketahui bahwa
gerakan-gerakan udara dipengaruhi oleh faktor kekasaran permukaan tanah, tipe
permukaan, sumber-sumber panas, adanya gangguan lain, dan sebagainya pengaruh
dari berbagai macam faktor inilah yang menentukan kondisi kecepatan dan arah
pergerakan angin.
Kecepatan angindapat dihitung dengan
menggunakan Anemometer yang satuannya
dinyatakan dalam knots. Satu knot sama dengan satu mil
laut per jam atau sama dengan 0,51 meter per detik Anemometer (mil laut
biasa disebut nautical mile atau disingkat n.m). kecepatan angin permukaan jarang
sekali dijumpai dalam keadaan tetap dan biasanya berubah-ubah. Variasi yang tidak
29 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
teratur baik periode ataupun amplitudonya ditimbulkan karena gustiness. Oleh
karena itu dalam menentukan kecepatan angin permukaan untuk keperluan berita,
diambil harga rata-ratanya (diamati dalam periode 10 menit kemudian dibuat rata-
rata, angka yang diperoleh dibulatkan dalam knots yang terdekat misalnya 14,7
knots menjadi 15 knots).
Pengukuran kecepatan angin dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya yang paling mudah adalah dengan mengamati langsung efek angin
pada permukaan bumi tanpa perantara alat-alat. Berikut tabel perkembangan skala
Beaufort:
Bil Uraian Persamaan Kecepatan Angin pada Ketinggian Spesifikasi untuk Menaksir
BeauStandar 10 m di Atas Tanah yang Datar Kecepatan Angin di Atas
Knots M / Dtk Km / Jam Mil/ Daratfort
Jam
0 Teduh (calm) < 1 0 – 0.2 < 1 < 1 Calm, angin naikvertikal.
1 Light air 1 – 3 0.3 - 1.5 1 - 5 1 - 3Arah angin dapat dilihatdari condongnya asap,tetapi ditententukan olehwind wave
2 Light Breeze 4 – 6 1.6 - 3.3 6 - 11 4 - 7Angin terasa pada muka,daun bergoyang,biasanya vane mulaidapat digerakkan oleh
3 Gentle Breeze 7 – 10 3.4 - 5.4 12 -19 8 - 12 angin
Daun dan ranting-Ranting kecil bergeraktetap, angin dapat
4 Moderate Breeze 11 – 16 5.5 - 7.9 20 - 28 13 - 18 mengibarkan bendera
Debu dan kertas-kertasbeterbangan cabang-
5 Fresh Breeze 17 – 21 8.0 - 10.7 29 - 38 19 - 24 cabang kecil bergerak
Pohon-pohon kecilberdaun berayun, tjdpuncak gelombang-gelombang kecil pada
6 Strong Breeze 22 – 27 10.8 -13.8 34 - 49 25 - 31 permukaan air.
Cabang-cabang besar bergerak, terdengar desiran kawat-kawat telpon atau lainnya,
30 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
7 Near Gale 28 – 33 13.9 -1 7.1 50 – 61 32 - 38 sukar memakai payung
Seluruh pohon bergerak,Terasa susah berjalan
8 Gale 34 – 40 17.2 - 20.7 62 - 74 39 - 46 melawan arah angin.
Cabang-cabang patanhLepas dari pohon,
9 Strong Gale 41 – 47 20.8 - 24.4 75 - 88 47 - 57 biasanya menghalangigerak maju.
Kerusakan-kerusakanRingan pada atap
10 Strom (Badai) 48 – 55 24.5 - 28.4 89 - 102 55 - 63 bangunan (atapbeterbangan)
Pohon-pohon terbang,11 Violent Strom 56 – 63 8.5 - 32.6 103 - 117 64 - 72 Terjadi kerusakan
bangunan.
12 Hurricane > 64 > 32.7 > 118 > 73 Kerusakan – kerusakanmeluas.
Terjadi kerusakan-kerusakan hebat
Arah angin adalah arah dimana angin berhembus. Arah dinyatakan dalam derajat
yang diukur searah dengan arah jarum jam mulai dari titik utara bumi.. Untuk keperluan
berita cuaca arah yang diamati adalah arah rata-rata arah angin selama 10 menit sejak
sebelum waktu pengamatan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi arah angin
yaitu gradient barometrik, rotasi bumi dan rintangan/penghalang.
Apabila berbicara mengenai variasi kecepatan angin dalam meteorology terdapat
2 istilah yang dikenal dengan istilah gust dan squall. Gust adalah kenaikan yang cepat
dari kekuatan angin relatif terhadap harga rata-ratanya dalam suatu periode lama
tertentu. Peristiwa kenaikan ini kemudian diikuti oleh reda angin dan peristiwanya
berlangsung pendek. Squall adalah angin kuat yang terjadi secara mendadak dan
berakhir dengan mendadak pula setelah beberapa menit, atau dapat pula
diidentifikasikan sebagai suatu kenaikan kecepatan angin yang mendadak dari
kecepatan semula (minimum 16 knots) menjadi 22 knots atau lebih dan berlangsung
sekurang-kurangnya satu menit.
Menurut diktat kuliah Meteorologi dan Klimatologi (Udia Haris Hadori, 2012:
39) mengatakan bahwa terdapat 2 macam variasi arah angin permukaan yaitu veering
(angin rubah kanan) dan backing (angin rubah kiri). Veering menyatakan perubahan31 | P a n d u a n P r a k t i k u m
M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
arah angin yang berlangsung bergerak (berputar) searah dengan arah jarum jam.
Misalnya pada gambar observer harus selalu menghadap kearah mana angin datang AB,
kemudian arah angin berubah datang dari arah CD, maka observer O harus berputar ke
kanan dari A ke C, agar selalu menghadap kearah datangnya angin. Arah A ke C adalah
searah dengan jarum jam. Dan kejadian perubahan arah angin yang demikian disebut
veering sedangkan backing menyatakan perubahan arah angin yang berlangsung
berputar berlawanan arah dengan arah jarum jam. Peristiwanya merupakan kebalikan
dari pada veering tersebut diatas.
C. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah hand cup anemometer kompas
bidik, dan stopwatch. Hand cup anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan
angin, kompas untuk mengukur arah angin, stopwatch untuk mengetahui lamanya angin
berhembus.
D. Langkah Pengamatan
Pengamatan akan dilakukan dua kali yaitu pada tempat yang berpenghalang dan
tempat yang relatif terbuka. Masing-masing dilakukan selama 10 menit. Pada kedua
pengamatan tersebut, langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan: hand cup anemometer, kompas bidik,
stopwatch
2. Lakukan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan hand cup anemometer.
(a) pegang alat dengan tangan, (b) jauhkan dari tubuh kita agar arah dan kecepatan
angin tidak terganggu, (c) baca angka yang ditunjuk oleh garis penunjuk, angka bagian
atas (m/detik) menunjukkan kecepatan angin, sedangkan angka bagian bawah
menunjukkan skala beaufort. Skala beaufort dibuat untuk mengetahui kecepatan angin
dalam rentangan kecepatannya
3. Lakukan pengukuran arah angin dengan menggunakan kompas
4. Perhatikan dan catat variasi-variasi kecepatan dan arah angin yang terjadi
5. Tentukan rata-rata kecepatan dan arah angin yang telah diukur selama 10 menit.
32 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
E. Tabel Pengamatan Pengukuran Kecepatan Dan Arah Angin
No. PengukuranArah Angin
Kecepatan AnginSkala Lama
Beaufort AnginAzimuth Bearing
1 Berpenghalang 320 1 1 5
2Tidak berpenghalang 190 1 1 4
3Tidak berpenghalang 190 1 1 2
4Tidak berpenghalang 190 1 1 2
Dari data pengamatan tersebut, akan dicari rata-rata kecepatan dan arah angin
tempat tersebut. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(i) Rumus mencari rata-rata kecepatan angin
Rata-rata kecepatan angin = kecepatan angin
Lamanya angin bertiup
(ii) Rumus mencari rata-rata arah angin = jumlah arah angin
banyaknya arah angin yang bertiup
Dengan demikian, maka dapat dibuat perhitungan berdasar rumus di atas adalah
sebagai berikut
a. Pengukuran di tempat yang berpenghalang
(i) Rata-rata kecepatan angin = 0.2
(ii) Kecenderungan arah angin = ………
b. Pengukuran di tempat terbuka
(i) Rata-rata kecepatan angin = ........
(ii) Kecenderungan arah angin =…….
34 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
DAFTAR PUSTAKA
Hadori, Udia Haris. 2012. Diktat Kuliah Meteorologi dan Klimatologi.
http://besmart.uny.ac.id/course/view/1018 diakses pada tanggal 15 Desember 2012
pukul 16.16.
Lakitan, Benyamin. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sugiharyanto, M. Si. 2012. Atmosfer dan Dampaknya bagi Kehidupan di Muka Bumi.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Tim Pengajar Klimatologi. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Malang: Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Tjasyono HK, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung
47 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
LAMPIRAN
TABEL KELEMBAPAN UDARA
T BK – TBB (oC)T BB (oC) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
0 100 90 80 71 63 56 49 43 37 32 28 23 20 16 131 100 90 81 72 65 58 51 45 40 35 30 26 22 19 162 100 90 82 74 66 59 53 47 42 37 33 29 25 22 193 100 91 82 75 67 61 55 49 44 39 35 31 27 24 214 100 91 83 75 69 62 56 51 46 41 37 33 30 26 245 100 91 84 76 70 64 58 53 48 43 39 35 32 29 266 100 92 84 77 71 65 59 54 49 45 41 37 34 31 287 100 92 85 78 72 66 61 56 51 47 43 39 36 33 308 100 92 85 79 73 67 62 57 52 48 44 41 37 34 329 100 93 86 79 74 68 63 58 54 50 46 42 39 36 3310 100 93 86 80 75 69 64 59 55 51 47 44 41 38 3511 100 93 87 81 75 70 65 60 56 52 49 45 42 39 3612 100 93 87 81 76 71 66 61 57 54 50 47 43 41 3813 100 94 88 82 76 71 67 63 58 55 51 48 45 42 3914 100 94 88 82 77 72 68 63 59 56 52 49 46 43 4015 100 94 88 83 78 73 68 64 60 57 53 50 47 44 4216 100 94 88 83 78 74 69 65 61 58 54 51 48 45 4317 100 94 89 83 79 74 70 66 62 59 55 52 49 46 4418 100 94 89 84 79 75 70 67 63 59 55 53 50 47 4519 100 94 89 84 80 75 71 67 63 60 56 54 51 48 4620 100 95 89 85 80 76 72 68 64 61 57 55 52 49 4721 100 95 90 85 80 76 73 68 65 62 58 55 53 50 4722 100 95 90 85 81 77 73 69 66 62 58 56 53 51 4823 100 95 90 86 81 77 73 70 66 63 59 57 54 51 4924 100 95 90 86 82 78 74 70 67 63 60 58 55 52 5025 100 95 90 86 82 78 74 71 67 64 61 58 56 53 5026 100 95 91 86 82 78 75 71 68 65 62 59 56 54 5127 100 95 91 87 83 79 75 72 68 65 62 59 57 54 5228 100 95 91 87 83 79 75 72 69 66 63 60 57 55 5229 100 95 91 87 83 79 76 72 69 66 63 60 58 55 5330 100 96 91 87 83 80 76 73 70 67 64 61 58 56 5331 100 96 91 87 83 80 76 73 70 67 64 61 59 56 5432 100 96 91 88 84 80 77 73 70 67 65 62 59 57 5433 100 96 92 88 84 80 77 74 71 68 65 62 60 57 5534 100 96 92 88 84 81 77 74 71 68 65 63 60 58 5535 100 96 92 88 84 81 78 74 71 68 66 63 61 58 56
48 | P a n d u a n P r a k t i k u m M e t e o r o l o g i d a n K l i m a t o l o g i 2 0 1 3
Kesimpulan
Berdasarkan data laporan praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa atmosfer memiliki pengaruh yang kuat akan segala aktivitas manusia dalam hal cuaca dan iklim.Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jarak waktu yang singkat. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu. Cuaca bisa hanya beberapa jam saja.Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama(minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.Kelembaban udara merupakan kemampuan mengandung air yang sangat dipengaruhi oleh temperatur udara. Tingkat kelembaban ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam air.Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi kelembaban relatif,spesifik dan kelembaban absolut.
Kelembaban relatif: Perbandingan antara jumlah uap air yang di kandung udara dan jumlah air maksimum(jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang sama disebut dengan kelembaban udara relatif.
Kelembaban spesifik(spesifik humidity): Merupakan perbandingan masa uap air dengan masa udara lembab dalam suatu volume udara tertentu.
Kelembaban udara mutlak: Total masa uap air persatuan volume udara adalah sebagai kelembaban absolut.
Pengukuran ketinggian tempat dan tekanan udara. Tekanan udara merupakan berat atmosfer persatuan luas. Batas lain mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya per satuan luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut.
Terperatur udara di dalam temperatur udara terdapat suhu udara merupakan unsur iklim yang sulit didefinisikan ,bahwa ahli meteorologipun mengatakan apa yang dimaksut suhu udara,karena unsur cuaca ini berupa sesuai dengan tempat.
Disetiap tempat kelembaban,temperatur dan ketinggiannya selalu berbeda karena disetiap tempat itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.