Download - Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia in QMS Binus Edisi 17 - April 2009
Pembaca yang terhormat,
Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan ke 4 di tahun
2009, tentunya berbagai aktivitas yang sudah kita ren-
canakan di tahun 2009 ada yang sudah terealisasi.
Pada Edisi April ini, secara khusus, redaksi memuat
bagian ke-I tulisan dari seorang praktisi di bidang
manajemen dan pengendalian mutu, pengembangan
produk dan pasar, Bapak Haeryip Sihombing.
Edisi ini juga memuat artikel yang berisi tips-tips bagi
Internal Auditor, pada rubrik serba-serbi diulas profil
Father of Statistical Quality Control, Dr. Walter A. She-
whart.
Selamat membaca, semoga memberikan inspirasi bagi
kita semua.
Redaksi
Sekapur Sirih
Quality Management Center UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Newsletter EDISI 17 / V / APRIL / 2009
Penanggung Jawab : David Sakti Satyawan
Pemimpin Redaksi : Rudi
Redaksi : Sabaria Debora, Dessy Afandy,
Pengkuh Ibnu S
Quality Management Center
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530
Phone : (6221) 53696917, Fax : (6221) 5300244
Sekapur Sirih 1
Headline
Training Auditor Internal
2
Quality Management Article
Simple Guidance for Internal Auditor
3
Quality Tools Article
Part I : Kepuasan Pelanggan = Mutu
adalah Quality Myopia
4-6
Serba Serbi
Profile : Dr. Walter A. Shewhart
(1891-1967)
7
Berita terkini
ISO Guidance for ICT
8
Total Quality Management
Glosarry
8
DAFTAR ISI
“Legislative candidate think about peo-
ple quantity, but people think about
legislative candidate quality”
Headline H A L A M A N 2
Training Auditor Internal
Sebagaimana tahun – tahun sebelumnya,
pada tanggal 18 - 20 Februari 2009 yang lalu, QMC
kembali mengadakan Training Auditor Internal.
Training yang bertempat di ruang 822 itu diikuti se-
banyak 19 peserta yang berasal dari jurusan serta
unit – unit yang ada di UBINUS. Training bertujuan
untuk merekrut auditor – auditor baru yang nanti-
nya akan membantu pelaksanaan Audit Mutu Internal
di UBINUS.
Training berlangsung selama tiga hari dengan tiga topik berbeda namun saling mendukung satu sama
lain. Pada hari pertama, topik yang dibahas adalah mengenai 8 prinsip ISO 9001:2008, yaitu Customer Focus,
Leadership, Involvement of People, Process Approach, System Approach to Management, Continual Improvement,
Factual Approach to Decision Making, dan Muatually Beneficial Supplier Relationship, serta penjelasan singkat
panduan ISO dalam pendidikan yaitu IWA 2:2007 . Kedua topik tersebut dibawakan oleh Management
Representative UBINUS yakni Bapak David Sakti Satyawan.
Pada hari kedua, para peserta mendapatkan materi Malcolm Baldrige dari Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Bapak Iman Herwidiana Kartowisastro. Para peserta mendapatkan penjelasan mengenai ketujuh
kriteria Malcolm Baldrige seperti leadership, strategic planning, student stakeholder and market focus,
measurement analysis and knowledge management, workforce focus, process management, dan result. Selain
ketujuh kriteria tersebut, para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk melihat video yang berisi sharing
dari para pemenang Malcolm Baldrige National Quality Award di Amerika Serikat.
Setelah mendapatkan berbagai materi seperti ISO 9001:2008, IWA 2:2007 dan Malcolm Baldrige,
maka di hari terakhir para peserta mendapatkan penjelasan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
audit dan auditor dari System Controller, Ibu Cuk Tho. Para peserta mendapatkan informasi mengenai
tujuan diadakannya audit, daftar istilah yang digunakan pada saat audit, mekanisme audit, kompetensi dari
seorang auditor, persiapan sebelum melaksanakan audit, pelaksanaan dan penutupan audit, serta bagaimana
cara membuat laporan temuan.
Seusai dibekali dengan berbagai materi, para peserta mendapatkan kesempatan untuk melakukan
simulasi audit. Ada yang berperan sebagai auditor dan auditee. Setelah simulasi, tibalah saatnya untuk
menguji pengetahuan semua calon auditor. Sesi terakhir ditutup dengan ujian tertulis di mana apabila calon
auditor lulus, maka mereka akan resmi menjadi auditor internal. (DA/DB)
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
H A L A M A N 3 Quality Management Article
Simple Guidance for Internal Auditor
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
Proses Audit Mutu Internal (AMI) di Universitas Bina
Nusantara (UBINUS) sudah berjalan selama 10 tahun dan
akan terus berlanjut. Proses AMI ini didukung oleh kary-
awan – karyawan UBINUS yang berperan sebagai auditor
internal. Syarat untuk menjadi seorang auditor internal
adalah sudah mengikuti Training Auditor Internal yang diada-
kan oleh QMC.
Sejak proses AMI pertama kali dilaksanakan sampai saat
ini, selalu muncul beragam masukan mengenai auditor inter-
nal baik yang positif ataupun negatif. Pada pelaksanaannya,
memang selalu ada pro dan kontra mengenai kinerja seorang
auditor. Setiap unit yang diaudit (auditee) memiliki pendapat
yang berbeda – beda mengenai auditor yang bertugas. Seo-
rang auditor baik di mata unit A, belum tentu baik di unit B.
Hal ini terus menerus terjadi sehingga muncul pertanyaan
menarik. Apa definisi auditor yang baik? Apakah semakin
banyak temuan, maka seorang auditor bisa dikategorikan
bagus? Apakah semakin teliti, juga bisa dikategorikan bagus?
Bagaimana cara menjadi seorang auditor yang baik?
Benarkah auditor yang baik itu sulit untuk ditemukan?
“Seorang auditor yang baik adalah auditor yang tidak
mencari – cari kesalahan dari auditee dan bisa memberikan
saran yang membangun”, demikian pendapat beberapa kary-
awan UBINUS ketika ditanyakan definisi auditor yang baik.
Ada juga yang mengatakan bahwa auditor yang baik adalah
auditor yang tidak membuat suasana tegang pada saat proses
audit berjalan.
Pendapat di atas benar adanya. Namun, hal tersebut di
atas belumlah cukup. Masih ada beberapa hal yang harus
diketahui untuk menjadi seorang auditor yang baik karena
pada intinya definisi dari auditor adalah seseorang yang
memiliki kompetensi untuk mengaudit. Hal – hal yang perlu
diketahui dan dijalankan oleh seorang auditor adalah sebagai
berikut:
1. Mengerti isi dan manfaat dari standard dan prinsip
manajemen mutu. Dengan menguasai dasar dari standard
dan prinsip manajemen mutu, auditor nantinya akan
terbantu pada saat menjalankan proses audit dan memahami
proses yang dijalankan suatu unit. Dan pada akhirnya,
auditor dapat memberikan saran yang membantu auditee
untuk melakukan continuous improvement.
2. Memahami istilah – istilah audit.
3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (good
communication skill). Kemampuan ini akan sangat bermanfaat
khususnya pada saat menginformasikan hasil temuan serta
saran untuk perbaikan kepada auditee. 4. Memegang teguh prinsip (ethical conduct, fair presenta-
tion, due professional care, independence, evidence based ap-
proach), etika dan aturan – aturan pada saat mengaudit.
Pada saat proses audit berjalan, auditor berada pada posisi
tertinggi. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk
bersikap ”semau gue”. Jangan sampai pada saat proses audit
berjalan, auditee merasa tegang, terintimidasi dan tidak
dihormati. Oleh karena itu, seorang auditor hendaknya
tahu bagaimana cara menempatkan diri pada saat
menjalankan tugasnya. 5. Memiliki persiapan yang matang sebelum mengaudit.
Antara lain dengan cara mencari tahu tentang profil unit
yang akan diaudit serta proses yang dijalankan.
6. Bersikap profesional pada saat proses audit.
Profesional di sini adalah dengan tidak melihat posisi
auditee sebagai teman maupun lawan. 7. Mampu membuat laporan temuan serta menentukan
kriteria dari temuan. Selain itu, auditor juga bisa
memberikan saran perbaikan pada saat menginformasikan
hasil temuan kepada auditee.
8. Teliti pada saat melakukan observasi, pemeriksaan fisik
dan prosedur yang berlaku serta data – data statistik yang
ada. Pemeriksaan dilakukan secara acak (random). Selain kedelapan hal di atas, pada umumnya seorang
auditor juga diharapkan dapat memotivasi diri sendiri,
memiliki komitmen yang kuat, bertanggungjawab, tenang,
tegas, tekun, memiliki pengetahuan yang luas dan bisa
bekerja dengan sesama auditor.
Berdasarkan ISO 19011, secara personal seorang
auditor harus beretika, berpikiran terbuka, memiliki
kemampuan diplomasi yang baik, perhatian, mudah
mengetahui sesuatu, pandai dalam berbagai hal, teguh pada
pendirian, tegas dan percaya diri.
Tidak ada temuan belum tentu menandakan tidak ada
ketidaksesuaian, karena kualitas seorang auditor tidak dapat
diukur dari banyak atau sedikitnya jumlah temuan
melainkan dari kinerjanya pada saat mengaudit.
Jadi bagi para auditor, apalagi yang anda tunggu?
”Improve yourself and be a good auditor!” (DB/DA)
Source:
- ISO 19011 :Guidelines for Quality and / or environmental
Management Systems Auditing - ISO 9000:200 series Auditor / Lead Auditor
- Auditing Tip of The Month: The “Must Knows” of Good Auditor
H A L A M A N 4
Part I :
Kepuasan Pelanggan = Mutu, adalah Quality Myopia
Quality Tools Article
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
PERSPEKTIF MUTU DALAM PERSAINGAN
Dalam era globalisasi dewasa ini, harapan- harapan dan tuntutan- tun-
tutan konsumen terhadap produk- produk dan layanan- layanan yang
bermutu lebih tinggi dengan biaya bersaing, pada kenyataannya adalah
mendorong semua industri untuk menghadapi tantangan- tantangan ter-
hadap penyediaan yang lebih cepat dan beragam seperti yang diharapkan
para konsumen. Ini karena persaingan global mendorong pasar menjadi
begitu dinamis dan benar-benar kritis, sehingga menjadikannya sebagai
pasar modern yang hanya memberikan sedikit celah peluang bagi calon-
calon atau pelaku-pelaku bisnis konvensional untuk bertahan dan mampu
unggul terhadap pesaing- pesaingnya.
Jika mutu dipandang dalam perspektif strategi, maka hal ini boleh jadi
adalah terkait dengan strategi perusahaan terhadap pengembangan
organisasi dan individu-individunya pada tugas- tugas produksi, pelayanan,
maupun pemasaran, serta pengembangan produk ataupun layanan sebagai
siasat- siasat bisnis untuk saling memperebutkan pasar melalui persaingan
yang begitu sengit untuk memuaskan para konsumen. Sekalipun,
seringkali kacamata pemahaman yang dipergunakan terhadap mutu,
apakah itu terhadap produk maupun layanan yang diberikan kepada
konsumen adalah kurang tepat dan sekenanya. Sama halnya seperti
kecacatan visual pada mata, di mana obyeknya tampak kabur dikarenakan
imejnya difokuskan di depan retina, sehingga menghasilkan
ketidakmampuan untuk melihat obyeknya secara jelas. (Di dalam hal ini,
saya katakan sebagai myopia mutu atau ‟quality myopia‟). Padahal,
keberadaan mutu adalah didasarkan kepada kepentingan, usaha, bisnis,
pengelolaan, dan keuntungan terhadap satu tujuan yang tidak pernah
berakhir. Seperti halnya dalam mantera ”Kepuasan Pelanggan”, yang
menjadi suatu paradigma dan jargon baru bagi pelaku- pelaku bisnis di
Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 90-an, setelah
sebelumnya ke-„candu‟-an dengan trend standar intenasional seperti ISO
9001, 14001, 2200, OSHA, dan sebagainya. Sementara di dalam
penggunaannya, mutu tidaklah ditempatkan menurut esesinya yang terus
bergerak dan dinamis, seperti dinamisnya arti kepuasan itu sendiri,
dengan ragam pelanggan yang semakin bermacam- macam..
Jika ditanya apa tepatnya arti mutu, coba anda tanyakan kepada praktisi-
praktisi TQM. Saya percaya anda kemudian akan yakin, bahwa kata itu
akan memicu satu debat yang tak berkesudahan, dan seringkali
bahkan boleh jadi sebagai debat yang dapat menyakitkan hat i.
Oleh : Haeryip Sihombing
Biodata Penulis : Haeryip Sihombing
UTeM, Malaysia
Haeryip Sihombing, adalah praktisi di
bidang manajemen dan pengendalian
mutu, pengembangan produk dan pasar.
Pengalaman bekerja di bidang mutu se-
bagai QA Enjiner hingga QA Koordina-
tor/Manajer adalah dimulai sejak tahun
1994 hingga 2001 di beberapa perusa-
haan multinasional, seperti AT&T, Si-
noca Electronic, Ironhill Microelec-
tronic, dan Chubb Lips.
Dari tahun 2001 hingga 2006, selain
bekerja sebagai Konsultan di bidang
pengembangan dan penerapan mutu di
PT. Suar Utama Produktifitas maupun
sebagai Business Development Manager di
PT. Dajenta Imbaru Gemilang (Global
Impact Pte,. Ltd.), juga aktif sebagai
tenaga pengajar paruh waktu di be-
berapa universitas swasta di Jakarta,
seperti: Ukrida, STIE Supra, dan Binus.
Semenjak tahun 2006 hingga kini, adalah
bekerja menjadi tenaga pengajar tamu
di Fakultas Kejuruteraan Pembuatan
(Manufacturing Engineering) Universiti
Teknikal Malaysia Melaka (UTeM).
Email:
H A L A M A N 5 Quality Tools Article
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
Anda mungkin bisa-bisa dikatakan: salah dan tidak tepat. Walaupun dari jawaban yang diberikan, anda akan
bersitegang dengan menghadirkan bukti-bukti yang mendukungnya. Sehingga dari keadaan itu, boleh menjadikan
mengapa diri anda sering gamang ketika menjadi seorang pembelajar terhadap mutu. Apalagi, jika anda hanya
mempelajarinya sekedar sebagai teori di ruang-ruang kursus, pelatihan, dan bangku-bangku kelas sebagai peserta
ajar atau mahasiswa. Padahal, beberapa ‟guru-guru‟ mutu sendiripun, mendefinisikannya berbeda- beda.
Anda dapat membaca teori-teori dan kutipan-kutipan mereka, mengingat dan menyebutkan satu persatu.
Sebutlah menurut W. Shewhart dengan statistical proses control-nya, Edward W. Deming bapak mutu dengan
PDCA-nya, Joseph Juran dengan trilogi mutunya, Armand V. Feigenbaum dengan TQM-nya, Philip Crosby dengan
zero defect-nya, Ishikawa dengan total quality control-nya, atau Taguchi dengan quality desain-nya.
Namun, apakah anda menemukan satu definisi yang sama dari antara mereka? Boleh jadi juga, mungkin anda
akan semakin kehilangan pemaknaannya, jika mutu semata-mata hanya diletakkan sebagai sebuah definisi ketika
secara konsep, teori, teknik dan aplikasinya, mutu tersebut berkembang dan diterjemahkan melalui QFD, QCC,
5S, JIT, FMEA, Hoshin Kanri, CRM, SCM, ERP, Six Sigma, Balanced Scorecard, Knowledge Management, Lean,
Lean Sigma, dan lain sebagainya.
Namun demikian, dari kenyataan tersebut, juga bukan berarti bahwa mutu adalah sesuatu yang tidak pasti,
abstrak, dan sumir. Di dalam hal ini, Garvin (1998) coba merumuskan pendefinisiaan mutu terhadap beberapa
ide dan pendapat dari beberapa penganjur, penulis, dan praktisi mutu menurut konteks, kriteria, dan
kategorinya dalam pemahaman, seperti: transcendent, berdasarkan produk (product-based), berdasarkan pengguna
(user-based), berdasarkan pembuatan atau manufaktur produk (manufacturing-based), dan berdasarkan nilai (value
-based).
MUTU TERHADAP KEPUASAN
Kita semua memiliki keinginan-keinginan, persyaratan-persyaratan, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, dan
hasrat-hasrat tuntutan. Kebutuhan-kebutuhan adalah esensi bagi kehidupan untuk menjaga standar-standar
tertentu, atau esensi untuk produk-produk dan layanan-layanan untuk memenuhi tujuan dan maksud yang
diminta dan diharapkan. Sementara persyaratan-persyaratan yang diminta dari hal yang lain, mungkin
mengarahkan kebutuhan-kebutuhan kita. Namun, seringkali kita benar-benar tidak menyadari sepenuhnya
terhadap apa yang kita butuhkan, sampai kita tiba kepada keadaan untuk membuatnya menjadi suatu permintaan
(Sihombing, 2007). Sebagai contoh, HP (Hand Phone). Dahulu, untuk memudahkan orang- orang berkomunikasi
maka telepon diciptakan. Namun demikian, ketika orang-orang menjadi aktif bergerak dan mobile, maka orang-
orang menginginkan alat komunikasi suara bergerak - tanpa kabel - untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika
kebutuhan tersebut tiba, seterusnya permintaan akan layanan dan fitur- fiturnya menjadi semakin beragam
sebagai persyaratan baru untuk dipenuhi penyedia.
Anda sekarang, tentunya tidak akan membeli HP yang tidak ada fasilitas untuk mengirimkan pesan teksnya
(SMS), bukan? Padahal, fasilitas tersebut baru tiba untuk menjadi suatu persyaratan bagi anda untuk dipenuhi
setelah produsen membuat fasilitas itu melalui desain handset HP yang diproduksinya. Andalah yang membuat
fitur tersebut menjadi persyaratan dasar bagi perangkat HP umumnya, disamping fitur- fitur lainnya yang menjadi
H A L A M A N 6 Quality Tools Article
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
persyaratan dasar bagi anda sebagai konsumen. Di sini, seiring dengan semakin terpenuhinya kebutuhan anda
sebagai konsumen, persyaratan- persyaratan konsumen menjadi semakin banyak dan beragam. Ini juga
mungkin berlaku dengan apa yang kita inginkan, sekalipun tidak praktis. Contohnya, kita membutuhkan satu
komputer yang berkemampuan pantas untuk memudahkan kita dalam keperluan penulisan dan perhitungan-
perhitungan pekerjaan administratif kantor.
Jika anda sebagai pelaku dan penerap mutu di dalam organisasi yang mengaplikasikan sistem manajemen
mutu (quality management system) yang semata-mata berpijak pada pendirian dari definisi ISO 9001, mungkin
secara sederhana anda akan menggarisbawahinya antara persyaratan dan kepuasan komitmen dan perbaikan-
peningkatan berkesinambungan sebagai hasil dari rangkaian siklus manajemen organisasi dari bagaimana
mutu merupakan satu siklus internal organisasi, di antara dua bagan yang terpisah terhadap persyaratan
pelanggan dan kepuasaan pelanggan (lihat Gambar 1).
Namun demikian, apakah itu
kemudian dikatakan bahwa anda dan
organisasi anda bermutu, jika antara
persyaratan-persyaratan konsumen
anda telah terpenuhi sehingga
konsumen anda merasa puas?
Anda mungkin akan menjawabnya,
”Ya.” Namun, pertanyaannya
kemudian adalah, betulkah jawabannya
semudah itu?
Besterfield (2004) mengatakan,
bahwa manakala bentuk mutu
dipergunakan, kita seringkali berpikir dalam pengertian terhadap produk atau layanan unggul yang memenuhi
atau melebihi keinginan dan harapan kita. Dalam hal ini, landasan teorinya adalah sebagai berikut:
Artinya, jika Q adalah sama atau lebih daripada 1, maka konsumen memiliki satu perasaan yang baik (good
feeling) terhadap produk-produk dan layanan-layanan. Hal ini disebabkan, bahwa organisasi menghasilkan
produk dan layanannya dengan kinerja individu/organisasi yang sama terhadap apa yang konsumen ingin dan
butuhkan melalui persyaratan-persyaratan mereka. Namun demikian, di sini teori tersebut tidak menyatakan
bagaimana besaran dan ukuran dari ‟good feeling‟ tadi ditetapkan dan diterjemahkan sebagai kepuasaan dalam
kerangka bisnis dan persaingan suatu organisasi untuk tetap unggul, sehingga suatu organisasi dan individu-
individu didalamnya dapat dikatakan bermutu.
Q = P/E Di mana,
Q = Mutu (Quality)
P = Kinerja (Performance)
E = Harapan dan keinginan- keinginan (Expectations)
H A L A M A N 7 Serba Serbi
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009
Walter Andrew Shewhart yang dikenal sebagai Bapak Statistical Quality
Control adalah seorang fisikawan, insinyur, ahli statistik. Lahir di Ilinois,
USA. Beliau adalah lulusan University of Illinois dan memperoleh gelar
doctor dalam bidang fisika pada University of California tahun 1917.
Pada tahun 1918 bergabung dengan Inspection Engineering Department
Western Electric-Hawthorne Works, dimana pada waktu itu, mutu pro-
duksi sangat terbatas dalam hal inspeksi produk akhir dan mengurangi
defects. Pada tahun 1924, Shewhart memperkenalkan control chart untuk
mengidentifikasi assignable-cause (special-cause variation) and chance-
cause (common-cause variation).
Shewhart berpendapat bahwa data dari proses fisik tidak pernah menghasilkan kurva distribusi
normal, sehingga beliau menyimpulkan, ketika suatu proses menunjukkan adanya variasi, ada be-
berapa proses yang menunjukkan variasi terkontrol (secara alami terjadi selama proses) dan
proses yang lainnya menunjukkan variasi tidak terkontrol (yang tidak muncul dalam proses
sepanjang waktu).
Shewhart kemudian mengembangkan pemikiriannya dengan bekerja pada Bell Telephone Labora-
tories dari tahun 1925-1956 dan menerbitkan serangkaian tulisannya dalam Bell System Technical
Journal. Pada tahun 1931 hasil pemikirannya tertuang dalam bukunya yang berjudul Economic
Control of Quality of Manufactured Product. Pada tahun 1939, buku keduanya yang berjudul Statistical Method from the Viewpoint of Quality
Control diterbitkan yang menekankan pada apa yang bisa ilmu statistik
pelajari dari quality control yang ada di industri. Pada tahun 1933, control
chart diadopsi oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)
dan digunakan untuk memperbaiki produksi selama Perang Dunia II pada
American War Standards Z1.1-1941, Z1.2-1941 and Z1.3-1942.
Salah satu konsepnya Plan-Do-Study-Act, kemudian dikembangkan oleh
Deming yang sekarang kita kenal dengan Plan-
Do-Check-Action.
Source :
http://en.wikipedia.org/wiki/Walter_A._Shewhart
http://walter-a-shewart.blogspot.com/
DR. WALTER A. SHEWHART (1891–1967)
father of statistical quality control Profile
Audit documentation (working papers) - records kept by the auditor of procedures applied, tests performed, information obtained, and pertinent conclusions reached in the engagement. The documenta-tion provides the principal support for the auditor's report.
Certification - the process of for-
mally acknowledging achievement
or compliance.
Best practice - refers to effective,
ideal or paradigmatic practice within
an organization that others would
benefit from adopting or adapting
Statistical control - a condition describing a process from which all special causes of variation have been removed and only common causes of variation remain. On a control chart, processes that are in statistical control show no sub-groups outside the control limits, no runs, and no nonrandom pat-terns. This condition is also re-ferred to as in control, stable, or
predictable.
Assessment - A systematic
evaluation process of collecting
and analyzing data to determine
the current, historical or pro-
jected compliance of an organiza-
tion to a standard.
Total Quality Management Glossary
ISO Guidance for ICT
Sebagai organisasi terdepan dalam pengembangan standar mutu dengan lebih dari
17800 portofolio di seluruh dunia, International Organization for Standardization
(ISO) kembali menerbitkan sebuah pedoman baru untuk membantu dalam mening-
katkan kegunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT: Information and Commu-
nication Technology) yakni standar kerja untuk web. Pedoman ini ditujukan untuk
anggota ISO yang berasal dari berbagai negara.
Penerbitan pedoman ini diilhami peralihan proses kerja di ISO dari “process
based on papers” menjadi sistem elektronik. Sistem ini meliputi operasional
website ISO, membantu dalam akses dan pertukaran informasi yang berkaitan
dengan ISO.
Pedoman ISO untuk ICT ini nantinya akan menyediakan informasi, prosedur, dan panduan untuk institusi
yang memerlukan.
Dalam pengantarnya, Alan Bryden, General Secretary ISO (tahun 2003 – 2008), mengatakan: Salah satu
peran utama dari Sekretariat ISO adalah membuat ketentuan pelayanan peralatan elektronik baru yang akan
membantu dalam memfasilitasi komunikasi antar semua pihak yang terkait dengan standarisasi internasional.
Sementara itu, Rob Steele, General Secretary ISO yang baru menjabat tanggal 1 Januari 2009 yang lalu,
mengemukakan pendapatnya. Publikasi dari standar – standar kerja pada web melambangkan kegiatan lebih
jauh pada sasaran strategis ISO yang lebih maju dan memperkuat standarisasi infrastruktur.
Standar – standar kerja web ini sudah diterbitkan dalam format A5, binder model ring, menggunakan bahasa
Inggris (ISBN 978-92-67-10493-5, dan setebal 98 halaman) dan Perancis (ISBN 978-92-67-20493-2, 104
halaman). Pedoman ini diberikan secara cuma – cuma. Para anggota cukup menghubungi departemen
pemasaran dan komunikasi atau men-download dari website ISO. (PIS)
Source : www.iso.org
Berita Terkini H A L A M A N 8
Improvement!!
Kirimkan
Saran dan Masukan
Anda di sini
F l
i
Bagi saudara/i yang ingin
memberikan artikel untuk
buletin ini dapat
mengirimkan artikel
melalui email :
QMC Newsletter Edisi 17/V/April/2009