PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA PLUS PGRI CIBINONG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Oleh
Surya Syafar KhoerNIM. 106011000191
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
i
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA PLUS PGRI CIBINONG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-
syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Oleh
Surya Syafar KhoerNIM. 106011000191
Di Bawah Bimbingan
Dr. Akhmad Shodiq, M.AgNIP. 19710709.199803.1.001
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
Skripsi berjudul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG” telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 18 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Jurusan Tanggal Tanda tangan
Bahrissalim, M.Ag ………. ………………NIP. 19680307.199803.1.002
Sekretaris Jurusan
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ………. ………………NIP. 19670328.200003.1.001
Penguji I
Dr. Khalimi, M.A ……….. ……………….NIP. 19650515.199403.1.006
Penguji II
A. Irfan Mufid, M.A ……….. ………………..NIP. 19740318.2003112.1.002
Mengetahui:Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A. NIP. 19571005.198703.1.003
ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Surya Syafar Khoer
Tempat/Tgl. Lahir : Bogor, 27 September 1988
NIM : 106011000191
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Plus PGRI Cibinong”
Dosen Pembimbing : Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 01 Maret 2011
Surya Syafar Khoer
NIM. 106011000191
iii
ABSTRAKSI
Nama : Surya Syafar Khoer
NIM : 106011000191
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Skripsi yang penulis buat berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong Bogor”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Untuk mengetahui program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian non-hipotesis yang langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sifat dari metode deskriptif, menurut Winarno Surahman adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Prosentase. Sedangkan teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara, dan angket. Teknik pengambilan sample ditetapkan secara purposive sampling(sampel bertujuan). Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 58 siswa atau 10% dari jumlah populasi 575 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat sebuah kesimpulan bahwasannya pelaksanaan pembelajaran serta program-program di SMA Plus PGRI Cibinong berjalan dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil penghitungan angket yang disebarkan pada responden serta hasil wawancara dengan guru.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan banyak nikmat pada
hamba-hamba-Nya diseluruh jagad. Tak lupa salawat serta salam tercurah pada
hamba yang paling dicintai-Nya, yaitu seorang reformis dunia Nabi Muhammad
saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya. Amin
Tak dapat dipungkiri bahwa proses penelitian dan penulisan skripsi ini
telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak yang ikut serta
berpartisipasi membangun teori dan mengumpulkan data, sehingga skripsi ini
dapat selesai sebagaimana mestinya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menghanturkan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M.A selaku pembimbing penulis yang rela
memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya.
4. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen PAI
yang banyak mewarnai pemikiran penulis.
5. Bapak Halilintar beserta Ummi tercinta yang senantiasa mendoakan
kami anak-anaknya. Serta adikku Syiva Mauliah yang selalu
memberikan semangat kepada penulis
6. Wiwin Wijayanti tercinta yang senantiasa mendampingi penulis dalam
penulisan skripsi, yang telah memberikan semangat dan merelakan
waktu, tenaga, fikiran, serta materi.
7. Ibu Solihat, S.Pd selaku tantehku yang selalu memberikan saran-saran
yang imajinatif dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kawan-kawan Ikatan Remaja Ahli Qahwah (IRAQ) yang selalu
memberikan inspirasi-inspirasi dalam penulisan skripsi. Tak akan
pernah ku lupakan kenangan-kenangan kita bersama dengan segelas
kopi.
v
9. Kawan-kawan WG Ujang, Aan, dan Jimi yang paling tabah
menghadapi tiap permasalahan. Ku yakin kita akan jadi manusia yang
berguna bagi Bangsa, Negara dan Agama.
10. Kawan-kawan PAI, khususnya kelas E angkatan tahun 2006, yang
selalu ada di dalam hatiku.
11. Saudaraku Parid Zaenuddin, Maulana Ajiz dan M. Fahri Apip yang
selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
12. Kawan-kawan tiem Hajir Marawis Nurul Falah yang dengan lapang
hati memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan
penelitian.
13. Dan pihak-pihak lainnya yang membantu penulis yang mohon maaf
tidak bisa disebutkan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
dan karena itu penulis tidak menutup kemungkinan bila terdapat kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya hanya pada Allah swt.
sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan
dan kecintaan-Nya. Amin
Jakarta, 17 Februari 2011
Surya Syafar Khoer
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………… ii
ABSTRAKSI…………………………………………………………….... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1
B. Identifikasi Masalah………………………………….. 3
C. Pembatasan Masalah…………………………………. 4
D. Rumusan Masalah……………………………………. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………..………… 4
BAB II KAJIAN TEORITIS………………………………………6
A. Pembelajaran…………………………………………...6
1. Pengertian Pembelajaran…………………………..6
2. Teori Belajar……………………………………… 8
3. Tujuan Pembelajaran………………………………10
4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap-
Sistem Pembelajaran……………………………... 10
B. Pendidikan Agama Islam……………………………… 12
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam……………... 12
2. Dasar Pendidikan Agama Islam…………………...13
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam………………….16
4. Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam………….. 19
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam………... 21
vii
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.……………… 21
1. Peserta Didik………………………………………22
2. Guru Agama Islam……………………………….. 23
3. Isi Pelajaran Pendidikan Agama Islam…………… 25
4. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 25
5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 30
6. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam….. 32
7. Evaluasi……………………………………………33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….36
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………. 36
B. Metode Penelitian…………………………………....... 36
C. Sumber Data………………………………………....... 36
D. Populasi dan Sampel…………………………………... 37
E. Teknik Pengumpulan Data………………………......... 38
F. Teknik Analisis Data…………………………………...41
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………. 43
A. Gambaran umum SMA Plus PGRI Cibinong Bogor…. 43
1. Sejarah Singkat berdirinya……………………….. 43
2. Letak geografis…………………………………… 44
3. Visi dan Misi………………………………………45
4. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai………………. 45
5. Sarana dan Prasarana……………………………... 52
6. Struktur Organisasi……………………………….. 54
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam-
di SMA Plus PGRI Cibinong………………………….. 55
1. Sistem Pendidikan Agama Islam…………………. 55
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam…………….. 56
3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 57
4. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam….. 58
viii
5. Program Kegiatan Keagamaan…………………….58
6. Sarana Pendidikan Agama Islam…………………. 64
7. Evaluasi Pendidikan Agama Islam……………….. 65
C. Analisis Data Hasil Penelitian………………………….66
D. Pembahasan Data Hasil penelitian……………………..81
BAB V PENUTUP………………………………………………… 83
A. Kesimpulan……………………………………………. 83
B. Saran……..……………………………………………. 84
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skala Prosentase……………………………………………… 42
Tabel 2 Keadaan Guru SMA Plus PGRI Cibinong…………………… 45
Tabel 3 Keadaan Siswa Kelas X SMA Plus PGRI Cibinong………… 49
Tabel 4 Keadaan Siswa Kelas XI SMA Plus PGRI Cibinong……….. 49
Tabel 5 Keadaan Siswa Kelas XII SMA Plus PGRI Cibinong………. 50
Tabel 6 Keadaan Tenaga Kependidikan SMA Plus PGRI
Cibinong……………………………………………………….. 51
Tabel 7 Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Plus PGRI
Cibinong……………………………………………………….. 52
Tabel 8 Keadaan Sarana Pendidikan Agama Islam SMA
Plus PGRI Cibinong…………………………………………… 64
Tabel 9 Tidak menyukai pelajaran Agama Islam……………………... 66
Tabel 10 Bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba………... 67
Tabel 11 Pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena
Malas…………………………………………………………… 68
Tabel 12 Memperhatikan guru saat menjelaskan materi Agama
Islam……………………………………………………………. 68
Tabel 13 Selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan……………. 69
Tabel 14 Guru Agama datang mengajar tepat waktu………………….. 70
Tabel 15 Guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan
sopan…………………………………………………………… 70
Tabel 16 Di awal pelajaran, guru Agama memberikan pertanyaan
tentang materi pada pertemuan sebelumnya…………………. 71
Tabel 17 Guru Agama menguasai materi yang disampaikan………….. 72
Tabel 18 Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh
guru sulit dimengerti dan difahami…………………………… 72
Tabel 19 Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama
tidak menarik atau kurang menyenangkan…………………… 73
x
Tabel 20 Guru Agama menggunakan alat atau media yang
menarik dalam pembelajaran………………………………….. 74
Tabel 21 Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik…………….. 75
Tabel 22 Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas……….. 75
Tabel 23 Guru Agama menjelaskan materi dengan metode
yang membosankan……………………………………………. 76
Tabel 24 Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk
berargumen atau berpendapat………………………………… 77
Tabel 25 Guru Agama memberikan pertanyaan atau evaluasi yang
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan……………. 78
Tabel 26 Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu
pelajaran Agama Islam………………………………………... 79
Tabel 27 Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai atau
objektif…………………………………………………………. 79
Tabel 28 Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin
di kelas…………………………………………………………. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dapat dimengerti bahwa semua negara di dunia pada saat ini dalam proses
memasuki era globalisasi begitu pula Indonesia. Hal ini setidaknya ditandai
oleh tiga indikator sekaligus dalam perikehidupan manusia di dunia yaitu
semakin transparan, mengglobal, dan kompetitif. Dalam era ini tidak mengenal
adanya batas geografi antar negara, yang tak mampu lagi membendung
distribusi informasi yang semakin beragam, baik jenis serta kualitasnya.
Sehingga pagar-pagar budaya bangsa akan semakin merapuh dalam menangkal
datangnya kultur-kultur bangsa lain. Oleh sebab itu diperlukan adanya daya
selektivitas pada diri bangsa Indonesia terhadap masuknya budaya dari luar.
Era yang melanda bangsa Indonesia ini merupakan salah satu hegemoni
dan pengaruh kekuasaan suatu negara atas bangsa lain yang bukan hanya pada
aspek ekonomi, intelektual, sosial, budaya dan sains teknologi. Hal ini akan
menumbuhkan nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia ataupun agama, sebagai contoh adalah merebaknya nilai
pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup. Sehingga budaya yang seperti ini, akan
mempengaruhi pada pola pikir, sikap dan perilaku atau gaya hidup yang akan
teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena tersebut di atas banyak melanda di kalangan remaja, baik yang
duduk di SLTP atau SMU bahkan banyak yang telah terkontaminasi melalui
2
internet, televisi dan media masa lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat lagi
oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang mengungkapkan bahwa di antara
ahli jiwa, ada yang berpendapat, bahwa remaja dan problemanya, tidak lain
dari hasil akibat kemajuan zaman.1 Hal ini dikarenakan remaja masih
mempunyai emosi yang meluap-luap dan tidak stabil. Pendapat ini dapat
diketahui dari pengertian masa remaja yaitu masa yang paling banyak
mengalami perubahan, dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan manusia,
yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial.2 Oleh karena itu kalangan
remaja sebagai penerus bangsa, negara dan agama haruslah memiliki suatu
pondasi yang kokoh agar dapat melawan dampak dari era globalisasi yang
bersifat negatif dengan timbulnya suatu kesadaran selektivitas yang tinggi
terhadap nilai-nilai yang masuk.
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh-
suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam
semesta.3 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam itu berupaya untuk
mengembangkan individu sepenuhnya. Selebihnya dengan Pendidikan Agama
Islam, remaja memiliki modal untuk dapat menentukan sikap yang positif,
pernyataan ini didukung oleh Mohammad Al-Abrosyi yang berbunyi :
pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari Pendidikan Islam, dan Islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa
pendidikan Islam.4 Oleh sebab itu di dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam sudah dapat dipastikan bahwa di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai
akhlak yang mulia. Selain itu tujuan dari diadakannya Pendidikan Agama
Islam adalah memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada anak didik dan
1 Zakiyah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978),
hlm. 362 Zakiyah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, hlm. 353 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 1534 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 1997, hlm. 49
3
membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah saw. sebagai
perintah penyempurnaan akhlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja,
dan juga dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akherat.5 Dengan
demikian peran Pendidikan Agama Islam dapat memberikan kontribusi
terhadap terbangunnya fondasi nilai-nilai yang kokoh terutama pada usia
remaja baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Dalam mewujudkan peran utama Pendidikan Agama Islam, maka
dibutuhkan strategi-strategi dalam penyampaian atau dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk terciptanya
sebuah pembelajaran yang baik. Menurut Taksonomi Bloom proses/hasil
belajar yang harus dicapai siswa itu dapat di bagi dalam tiga kategori, yaitu
jenis belajar kognitif, afektif dan psikomotor. 6
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran.
Seperti strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, serta
evaluasi pembelajaran khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam,
guna terciptanya sebuah pembelajaran yang baik. Sehingga dapat mencetak
siswa yang memiliki fondasi nilai-nilai keimanan yang kokoh serta berilmu
pengetahuan, baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Berangkat dari pemikiran dan latar belakang diatas dipandang perlu
dilakuan penelitian yang lebih luas dan dalam yang bersifat eksplanatif. Maka
penulis bermaksud untuk dapat mengetahui informasi yang akurat tentang
berbagai permasalahan berkenaan dengan PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi
masalahnya dapat penulis urutkan sebagai berikut:
5 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung : Trigenda Karya), 1993, hlm. 1646 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 95
4
1. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus PGRI Cibinong?
2. Bagaimana program kegiatan kependidikan Agama Islam di SMA Plus
PGRI Cibinong?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat membatasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan
oleh SMA Plus PGRI Cibinong
2. Program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan
oleh SMA Plus PGRI Cibinong
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus PGRI Cibinong
2. Apa saja program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang
dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Adapun tujuan penelitian atas penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Plus PGRI Cibinong
b. Untuk mengetahui program-program kegiatan Pendidikan Agama
Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong.
2. Manfaat
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
5
a. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi SMA Plus PGRI Cibinong dalam menentukan arah
kebijakan yang lebih baik dalam melaksanakan program
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran Agama Islam di sekolah-
sekolah umum.
c. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis apabila
menghadapi situasi yang sama dimasa yang akan datang. Serta
dapat memberikan motivasi kepada penulis agar senantiasa
meningkatkan kualitas khususnya dalam hal Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) yang semakin berkembang saat ini.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran asal katanya adalah belajar, belajar adalah sebagai
perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap di
anggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan.1 Yang dimaksudkan
pembelajaran di sini adalah suatu kegiatan untuk merubah tingkah laku yang
diusahakan oleh 2 belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik,
sehingga terjadi komunikasi 2 arah.
James W. Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari
pengalaman.2 Belajar menurut Cronbach adalah merupakan perubahan
perilaku sebagai hasil pengalaman. Menurut Cronbach belajar adalah suatu
cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu,
mendengar, dan mengikuti arah tertentu.3
Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
1 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ictiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, t.t), hlm. 435
2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2006), hlm. 2373 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 5
7
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.4
Syaiful Bahri menjelaskan bahwa belajar pada hakekatnya adalah
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktivitas belajar, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar.5
Dengan dikemukakannya teori-teori belajar di atas, maka dapat diketahui
bahwa belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, rumah, lingkungan
masyarakat sekitar dan lainnya. Belajar merupakan hal yang kompleks, hal ini
dapat dilihat dari dua subjek yang berbeda, yaitu dari sisi peserta didik dan
dari sisi pendidik atau guru. Dari sisi peserta didik, belajar difahami sebagai
suatu proses. Peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi
bahan belajar yang dapat berupa alam, hewan dan bahan-bahan lainya yang
terhimpun dalam buku-buku pelajaran atau sumber belajar lainya. Dari sisi
pendidik atau guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar
tentang sesuatu hal yang diberikan kepada peserta didik, baik berupa ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang
sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, sikap
dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu
itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
4 Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
hlm. 25 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), hlm. 44
8
Menurut Abuddin Nata pembelajaran dapat di artikan sebagai usaha agar
dengan kemauannya sendiri seseorang dapat belajar dan menjadikannya
sebagai kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan.6
Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.7
Oemar Hamalik menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan unsur-
unsur manusiawi yaitu manusia yang terlibat dalam system pembelajaran
terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium.
Material meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slid dan film, audio dan
video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan
audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
Pasal I Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.8 Maka
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar
pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Dengan demikian orang yang telah belajar tidak sama keadaannya dengan
orang yang tidak atau belum belajar. Ciri utama orang yang belajar adalah
terjadinya perubahan dalam perilaku dan tingkah laku.
2. Teori Belajar
a. Konstruktivisme
6 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009),
hlm. 2057 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 578 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
SIDIKNAS, (Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), hlm. 36
9
Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi (bentukan) diri kita sendiri. Oleh karena itu Suparno (1997),
menyatakan pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara
aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.9 Dengan
demikian, pada teori ini pengetahuan didapatkan atau dibangun atas dasar
kesadaran diri dan dikembangkan atas dasar pemahaman.
b. Behaviorisme
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Behaviorisme memandang individu sebagai reaktif
yang mampu memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.10 Dengan demikian
menurut teori ini, perilaku dibangun atas dasar kebiasaan dan
keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
c. Kognitif Gestalt
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, bahwa tingkah laku
seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi, yaitu tindakan mengenal
atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi
belajar, seorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh
insight untuk pemecahan masalah.11 Belajar dalam psikologi Gestal
menekankan pada pemahaman atau insight. Menurut Gestalt belajar harus
dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian.12
Jadi para tokoh teori ini berpendapat bahwa tingkah laku seseorang
lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada
di dalam suatu situasi.
9 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Aktive Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Yogyakarta : UIN Malang Press, 2008), hlm. 2510 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Aktive Learning Dalam..., hlm. 3811 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 34-3512 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 170
10
3. Tujuan Pembelajaran
Belajar dapat di definisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sebagainya.
Dari pengertian di atas, maka tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku
b. Mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik
c. Mengubah sikap, dari negative menjadi positif
d. Mengubah keterampilan
e. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.13
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah kegiatan
manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup. Karena
melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang
menyangkut kepentingan hidup.
4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem
pembelajaraan, di antaranya yaitu :
a. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya
berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya tetapi juga
sebagai pengelola pembelajaran.14 Dengan demikian efektivitas proses
pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya keberhasilan suatu
13 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 49-5014 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana, 2010), hlm. 52
11
proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan
guru.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.15
Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang
tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.
Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.16
d. Faktor lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu :
1) Organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi
proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan
kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 5416 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 55
12
2) Iklim sosial-psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.17
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan perserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimanai ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.18
Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan
dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan,
menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat
mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
dianutnya itu sebagai pandangan hidunya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhirat kelak.19 Sedangkan Pendidikan Agama Islam
menurut Ramayulis adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci
Alquran dan hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta
penggunaan pengalaman.20
Sementara Menurut BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1, Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 mengenai pengertian Pendidikan agama Islam
didalam GBPP sekolah adalah : Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 5618 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 13019 Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 38 20 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia,2005), hlm. 21.
13
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam bimbingan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional21.
Dari definisi Pendidikan Islam di atas, maka Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-
dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari segi :
yuridis/hukum, religius, dan sosial psikologi.
a. Dasar Hukum (Yuridis)
Yang dimaksud dasar hukum (yuridis) dalam pelaksanaan pendidikan
agama adalah berasal dari peraturan undang-undang yang secara langsung
ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-
lembaga pendidikan di Indonesia.22
Adapun dasar dari segi Yuridis tersebut ada tiga macam, yakni dasar
ideal, dasar konstitusional dan dasar operasional.23 Adapun yang
dimaksud dengan dasar ideal yaitu Pancasila, di mana sila yang pertama
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti menjamin setiap warga Negara
untuk memeluk, beribadah serta menjalankan aktivitas yang berhubungan
dengan pengembangan agama, termasuk pelaksanaan pendidikan agama.
21 Depdikbud, GBPP Sekolah Umum, (Jakarta : Depdikbud, 1995), hlm. 122 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 13223 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 132
14
Dengan demikian Pancasila merupakan tiang penegak untuk
dilaksanakannya pendidikan agama, karena untuk mewujudkan dan
mengamalkan sila pertama tersebut perlu usaha-usaha melalui
pendidikan.
Sedangkan dasar konstitusional adalah UUD 1945 dalam bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu”. Dan yang dimaksud dengan operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah Indonesia seperti yang ditetapkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973.24
b. Dasar Agama ( Religius )
Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar
yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat al-
Qur’an dan hadits firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6 :25
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Sedangkan Rasulullah saw bersabda :
24 Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983),
hlm. 2225 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Syamil Cipta Media,
2002), hlm. 560.
15
عنه لسانه فابـواه يـهودانه اويـنصرانه عل الفطرة حتى يـعرب كل مولد يـولد
)رواه ابویعلى والطبرانى والبیھقى( .اويمجسانه
“Setiap bayi itu dilahirkan selaras dengan fitrah (sifat kejadian dan tabiatnya) sampai lesannya menyatakan sendiri. Maka kedua orang tuanya lah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani atau Majusi“. (HR Abu Ya’ala Thabarani dan Baihaqi)26
Dari ayat dan hadits tersebut di atas memberikan pengertian kepada
kita bahwa dalam ajaran Islam memang perintah untuk melaksanakan
pendidikan agama. Ini secara langsung dipahami dari perintah untuk
menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka. Demikian juga hadits
nabi yang menjelaskan anak jangan dibiarkan tanpa bimbingan dan
arahan. Memang pada dasarnya semua anak itu baik, tetapi kebaikan itu
akan menjadi sirna manakala lingkungannya justru mendidik atau
membawa ia menjadi tidak baik. Dengan kata lain pendidikan agama
anak harus diperhatikan.
c. Dasar Sosial Psikologis
Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan
adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat
yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasa tenang dan tenteram
hatinya jika mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada dzat yang
Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’du
ayat : 28 yang berbunyi :27
26 As-Sayyid Ahmad Hasimi, Mukhtar Hadits Nabawiyah, (Indonesia : Maktabatu Dar Ihya
al-Kitab al-‘Arabiyah, 1948), hlm. 130.27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 249.
16
“ Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram”(QS. Ar-Ra’du: 28)
Karena itu manusia akan terus berusaha mendekatkan diri pada
Tuhan hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada
Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan ajaran agama yang dianut, itulah
sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama
Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka ke arah yang benar sehingga
mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam.
Tanpa adanya pendidikan agama Islam dari suatu generasi ke generasi
berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar.28
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaan, berbangsa dan bernegara.29
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis Secara umum,
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.30 Sedangkan menurut Abdurrahman Saleh
Abdullah, pendidikan agama Islam dibangun atas tiga komponen sifat dasar
28 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan...., hlm. 25.29 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 13530 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama...., hlm. 22
17
manusia yakni tubuh, ruh, dan akal. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan kepada :
a. Tujuan pendidikan jasmani (Ahdaf al-Jismiyah)
Rasulullah saw. bersabda:
ر واحب ا ـــؤ المــ 31)رواه المسلم(.... ؤمن الضعيف لى االله من الم ــمن القوي خيـ
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah.” (HR Imam Muslim).
Oleh Imam Nawawi hadis di atas ditafsirkan sebagai kekutan iman
yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian
pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan
ke arah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi
tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat.32 Dalam hal ini, beliau
mengemukakan bahwa pendidikan Islam mengacu pada pembicaraan
fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar.
b. Tujuan pendidikan rohani (Ahdaf al-Ruhaniyyah)
Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka
pendidikan Islam menurut Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar
yang harus memberi petunjuk agar manusia memelihara kontaknya terus-
menerus dengan Allah.33
c. Tujuan pendidikan akal (Ahdaf al-‘Aqliyah)
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu yang dapat menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya.
31 Al-Amir ‘Abdul Aziz ibn Jalawi, Shahih Muslim Lil Imami Abi Husain Muslim, (Riyadh:
Jami’a Huquq Mahfudzah Li Daris Salam Li Nasyri wa Taudzi’i, 1998), hlm. 116132 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), hlm. 2033 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 20
18
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal,
seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa
yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan Islam mengacu kepada
tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia.34
Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut
teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan
hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas
dan pemahaman dikesampingkan.
d. Tujuan pendidikan sosial. (Ahdaf al-Ijtima’iyah)
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah
menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang
unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar
masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya.
Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam
dalam tujuan pendidikan Islam.35
Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut al-Syaibani menjabarkan
tujuan pendidikan Islam menjadi :
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berupa pengetahuan tingkah laku, jasmani dan rohani, dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia
dan akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan
kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
34 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 2135 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 21
19
c. Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
kegiatan masyaraat.36
Mengingat tujuan pendidikan yang begitu luas, maka tujuan tersebut
dibedakan dalam beberapa bidang menurut tugas dan fungsi manusia secara
filosofis adalah sebagai berikut :
a. Tujuan individual yang menyangkut individu melalui proses belajar
dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan
ahkirat.
b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
sebagai keseluruhan dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya
serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada
pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c. Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu seni
dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.37
4. Visi Misi Pendidikan Agama Islam
a. Visi
Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam
itu sendiri, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan
tunduk kepada Allah. Seperti dalam surat al-Ankabut ayat 16. Allah swt
berfirman :
36 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 4937 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 42
20
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS Al-Ankabut : 16).38
Serta membawa rahmat bagi seluruh alam, seperti dalam surat al-Anbiya
ayat 107. 39 Allah swt. berfirman :
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya : 107).40
Berkaitan dengan visi rahmatan lil alamin, Imam al-Maraghi
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat 107 surat al-Anbiya yang
artinya: “Tidaklah Aku utus engkau Muhammad melainkan agar menjadi
rahmat bagi seluruh alam” adalah bahwa tidak lah Aku utus Engkau
Muhammad dengan al-Qur’an ini serta berbagai perumpamaan dari ajaran
agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai bahagia
dunia dan akhirat melainkan agar menjadi rahmat dan petunjuk bagi
mereka dalam segala urusan kehidupan dunia dan akhiratnya.41
b. Misi
Misi dari pendidikan agama Islam adalah terwujudnya manusia yang
sehat jasmani, rohani, dan akal fikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan,
keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup, (skill life) yang
memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan
Allah.42 Termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan,
38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 39839 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005),
hlm. 1640 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 33141 Abuddin Nata, MA, Pendidikan dalam Perspektif…, hlm. 1742 Abuddin Nata, MA, Pendidikan dalam Perspektif…, hlm. 24
21
lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi pendidikan
Islam.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Telah dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum,
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Maka, untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup materi Pendidikan
Agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu al-Qur’an
hadits, keimanan, syari’at, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh.43
Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu
al-qur’an, keimanan, akhlak, fiqh, dan bimbingan ibadah, serta tarikh/ sejarah
yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya pengajaran,
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong
belajar, mau belajar dan terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk
kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun
mempelajari Islam sebagai pengetahuan.44
43Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
7944 Muhaimin. Paradigma Pendidikan…, hlm. 183
22
Adapun mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum yaitu untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayata, dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.45
Dengan demikian untuk mencapai tujuan di atas terdapat beberapa komponen
yang perlu diperhatikan dalam terciptanya proses pembelajaran yang memiliki
dampak terhadap tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut. Dalam kegiatan
belajar, terdapat komponen atau unsur yang dilibatkan, serta saling berinteraksi
yang berakhir kepada tujuan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Peserta Didik
Di antara komponen terpenting dalam pendidikan ialah peserta didik.
Dalam persfektif Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa
dan memiliki sejumlah potensi atau kemampuan dasar yang masih perlu
dikembangkan.46 Melalui paradigma tersebut, dijelaskan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang
lain (guru) untuk membantu megarahkannya, mengembangkan potensinya,
serta membimbingnya menuju dewasa.
Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas
dan kewajibannya. Menurut Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang
perlu dipenuhi peserta didik adalah :
a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum
menuntut ilmu.
b. Tujuan belajar hendaknya ditunjukan untuk menghiasi ruh dengan
berbagai sifat keutamaan.
45 Muhaimin. Paradigma Pendidikan…, hlm. 7846 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 47
23
c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di
berbagai tempat.
d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah
dalam belajar.47
2. Guru Agama
Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua
peranan tersebut bisa dilihat perbedaannya, namun tidak dapat dipisahkan.
Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak.
Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral.48 Dewasa secara psikologis
berarti anak dapat hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat
bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dewasa secara sosial berarti
anak dapat melakukan interaksi, menjalin hubungan sosial, dan berkerjasama
dengan orang lain dengan baik. Dewasa secara moral yaitu ia telah memiliki
pengetahuan akan baik buruknya sebuah perilaku, kemudian ia pegang teguh
dan mampu perperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelektual, afektif dan psikomotor, melalui penyampaian pengetahuan,
pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.49
Seorang guru harus memiliki kemampuan professional dalam bidang
proses belajar mengajar atau pembelajaran. Karena seorang guru harus
melaksanakan peranannya yaitu sebagai berikut :
a. Sebagai fasilitator
b. Sebagai pembimbing
c. Sebagai penyedia lingkungan
47 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…, hlm. 50-5148 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi…, hlm. 25249 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi…, hlm. 253
24
d. Sebagai komunikator
e. Sebagai model
f. Sebagai evaluator
g. Sebagai agen moral dan politik
h. Sebagai agen kognitif
i. Sebagai manajer.50
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya
atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu kemampuan profesional, sosial,
personal.51
a. Kemampuan profesional, yang mencakup:
1) Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan
diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.
2) Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
3) Penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran
siswa.
b. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
c. Kemampuan personal yang mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya
sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidik.
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dimiliki guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan
teladan bagi para siswa.
50 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 951 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 192-193
25
3. Isi Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum 1999
bertujuan agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan
ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa
kepada Allah swt dan berakhlak mulia.52 Isi pelajaran merupakan seluruh
materi yang akan disampaikan kepada peserta didik yang tersusun secara
sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tinjauan yang lebih
dalam, saat ini muatan/isi pelajaran harus mengalami perubahan, agar sesuai
dengan kebutuhan zaman.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka isi pelajaran pada dasarnya
mencakup lima unsur pokok, yaitu :
a. Al-Qur’an-Hadits
b. Keimanan
c. Syariah
d. Ibadah
e. Muamalah
f. Akhlak
g. Tarikh (sejarah Islam).
Semua unsur di atas merupakan suatu keseluruhan yang tidak bisa
dipisahkan, saling kait-mengait, dan saling tunjang-menunjang sehingga
mewujudkan suatu pengajaran Agama Islam yang bulat dan menyeluruh.
4. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plane method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R.
Dafid, 1976). Dengan demikian strategi pembelajaran adalah perencanaan
52 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam…, hlm. 78
26
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Menurut Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 53
Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
sebuah pembelajaran, yaitu:
a. Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach).54 Dalam strategi
ini guru memegang peranan yang sangat dominan.
b. Inkuiri (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu masalah yang
dipertanyakan.55 Terdapat beberapa hal ciri utama dalam strategi
pembelajaran inkuiri, yaitu:
1) Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan
siswa sebbagai subjek belajar.
53 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 12654 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 17955 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 196
27
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
3) Tujuan strategi ini mengembangkan berfikir secara sistematis,
logis, dan keritis atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.
c. Berbasis Masalah (SPBM)
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah.56 Terdapat tiga ciri utama dari SPBM ini,
yaitu :
1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
inplementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
2) Aktifitas pembelajaran diharapkan untuk menyelesaikan masalah
3) Pemecahan masalah dilakukan dengana menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.
d. Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan
berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai
bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.57 Terdapat beberapa
hal yang terkandung dalam pengertian di atas, yaitu :
1) Model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh
56 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., 21457 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., 226
28
SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah
materi pelajaran. Akan tetapi, bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui
kemampuan berbahasa secara verbal.
2) Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan
dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan-gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari.
3) Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
e. Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kooperatif atau kelompok dalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.58
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu :
1) Komponen tugas kooperatif, berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok
2) Struktur insentif kooperatif, merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai
tujuan kelompok.
f. Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
58 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 241
29
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya denga situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.59 Dari
konsep tersebut, ada tiga hal yang harus dipahami, yaitu :
1) CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung.
2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dilepajarinya, akan tetapi bagaimana
materi pembelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
g. Afektif
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai (value) yang dimiliki
seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Nilai adalah
suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.60
59 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 25560 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 274
30
5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang
digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan
yang disusun secara sistematis.61 Dengan demikian metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu suatu prosedur yang dipergunakan pendidik
dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.62
Terdapat sejumlah metode yang dikemukakan oleh para ahli yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam,
yaitu :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung di hadapan
peserta didik.63 Metode ceramah termasuk yang paling banyak digunakan,
karena biayanya cukup murah dan mudah dilakukan. Sedangkan
kelemahannya yaitu antara lain cenderung membuat peserta didik kurang
kreatif dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, dalam metode ini
diperlukan penguasaan materi yang matang dan dilengkapi dengan
penggunaan media pengajaran, serta mengkombinasikan dengan metode
lainya.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan, yang dikemukakan oleh guru yang harus dijawab oleh
siswa.64 Dalam praktiknya metode ini dimulai dengan mempersiapkan
pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan,
61 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 17662 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…, hlm. 6663 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 18164 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 182
31
mengajukan pertanyaan, menilai proses Tanya jawab yang berlangsung,
dan diakhiri dengan tindak lanjut.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran
melalui proses pemeriksaan dengan teliti suatu masalah tertentu dengan
jalan bertukar pikiran, bantah-membantah dan memeriksa dengan teliti
hubungan yang terdapat di dalamnya dengan jalan menguraikan,
membanding-bandingkan dan mengambil kesimpulan.65
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang
sebenarnya maupun tiruan.66
e. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan
belajar.67 Penugasan yang diberikan tersebut sebagai bentuk latihan agar
suatu saat peserta didik dapat melaksanakan tugas yang sesungguhnya di
lingkungan masyarakat.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun,
metode hanyalah cara atau langkah-langkah, sedangkan keberhasilannya
sangat bergantung pada guru yang menggunakannya.
65 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 44
66 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 18367 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 185-186
32
Dalam menentukan sebuah metode dalam pembelajaran, diperlukan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Tujuan dan bahan pelajaran
b. Peserta didik
c. Lingkungan
d. Alat dan sumber belajar
e. Kesiapan guru.68
6. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Media apabila difahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.69 Namun media dapat difahami secara
khusus yaitu sebagai alat grafis, poto grafis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali visual atau verbal.
Kaitannya dengan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai media
pembelajaran yang meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder,
kaset, video camera, video recorder, film, slide, poto, gambar, grafik, televisi
dan komputer.70
Dalam perkembangan media pembelajaran yang mengikuti
perkembangan teknologi, media dapat dikelompokan ke dalam empat
kelompok, yaitu :
a. Media hasil teknologi cetak
b. Media hasil teknologi audio visual
c. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer
68 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 199-20269 Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 370 Azhar Arsyad, Media pembelajaran, hlm. 4
33
d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.71
Dalam memilih bentuk media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu :
a. Kesesuaian dengan tujuan pengajaran
b. Ketepatan dalam memilih media pengajaran
c. Objektivitas
d. Program pengajaran
e. Sasaran program
f. Situasi dan kondisi
g. Kualitas teknik
h. Keefektifan dan efisiensi.72
7. Evaluasi
Evaluasi memiliki beberapa definisi yang berbeda, evaluasi merupakan
proses yang menentukan kondisi, dimana satu tujuan telah dapat dicapai.73
Dari definisi tersebut, menerangkan bahwa hubungan evaluasi dengan tujuan
merupakan suatu kegiatan sangat erat. Karena evaluasi merupakan proses
dalam pengambilan sebuah keputusan dalam proses belajar mengajar,
khususnya dalam menentukan metode dan media pembelajaran.
Definisi lain menerangkan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian
pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar.74 Pencapaian
perkembangan siswa perlu diukur, karena pada umumnya siswa memiliki
kemampuan yang bervariasi. Guru dapat mengetahui perkembangan siswa
dalam belajar dengan dua cara, yaitu :
71 Azhar Arsyad, Media pembelajaran, hlm. 2972 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 305-30773 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),
hlm. 174 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…., hlm. 2
34
a. Diukur dengan mengetahui tingkat ketercapaian standar yang
ditentukan
b. Melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan siswa secara tuntas.
Adapun prinsip-prinsip dalam sebuah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah
ditentukan
b. Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secata komprehensif
c. Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru
dan peserta didik
d. Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu
e. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang
berlaku.75
Dalam sebuah evaluasi, terdapat model-model evaluasi. Diantaranya
adalah model evaluasi sumatif dan formatif. Kedua model ini telah banyak
dipahami dan digunakan oleh para guru, karena model ini dianjurkan oleh
pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi
pembelajaran di kelas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi Sumatif
Dalam proses belajar mengajar, evaluasi dilakukan oleh para
evaluator untuk memperoleh informasi guna menentukan keputusan para
siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.76 Evaluasi ini dilakukan
oleh para guru setelah mengikuti pembelajaran pada waktu tertentu,
misalnya dilakukan pada akhir semester. Evaluasi sumatif ini secara
umum bertujuan untuk menentukna posisi siswa dalam kaitannya dengan
75 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 476 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 57
35
penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses
pembelajaran.
b. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat
`perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar.77
Adapun fungsinya yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun
strategi pengajaran yang telah diterapkan. Evaluasi ini dilaksanakan
secara kontinu dan bisa dilakukan di awal, tengah, ataupun akhir dari
sebuah pembelajaran.
77 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 58
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan umum, lebih tepatnya di
SMA Plus PGRI Cibinong Kabupaten Bogor. Adapun waktu pelaksanaan
penelitian tersebut yaitu dilakukan pada bulan November sampai dengan
Desember
B. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode penelitian non-hipotesis yang langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Sifat dari metode deskriptif, menurut Winarno
Surahman adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada.1
C. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh2. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Suharsimi
Arikunto mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian yaitu :
a. Person, ialah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
1 Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Torito, 1990), hlm. 1392 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), hlm. 114
37
b. Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain)
dan bergerak (aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyayian, gerak
tari , sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya).
Keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain, yang cocok untuk penggunaan
metode dokumentasi 3
Dalam penelitian ini penulis mengambil sumber person yakni :
a. Guru Pendidikan Agama Islam
b. Karyawan SMA Plus PGRI Cibinong
c. Siswa-siswa SMA Plus PGRI Cibinong
D. Populasi dan Sampel
Untuk menentukan sumber data dari kalangan siswa maupun guru bidang
studi lain, maka penulis menggunakan teknik purposive sampling atau sampel
bertujuan yaitu pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Tujuan dari penggunaan
teknik ini adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan
dan teori yang muncul. Secara terperinci penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas maupun di
luar kelas. Sehingga dipilih sumber data yang hanya terlibat secara langsung,
dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian.
Kemudian penentuan jumlah sampel untuk siswa dengan sampel bertujuan,
maka penulis mengambil kelas II baik dari kelas Bahasa, IPA dan IPS dari
siswa siswi SMA Plus PGRI Cibinong sejumlah yang diperlukan. Seperti yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto “teknik ini biasanya dilakukan karena
beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu...., hlm. 114-1154 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1981), hlm. 115
38
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh”.5 Namun syarat-
syarat dari sampel tersebut adalah :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
b. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
(key subject).
Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan. Studi pendahuluan tersebut dapat dilakukan dengan membaca
literatur, mendatangkan ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan
memperoleh informasi, serta mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi
penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.6
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok
permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data dimana satu sama lain saling terkait dan melengkapi, yaitu :
1. Penelitian kepustakaan (library reseach)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (field reseach)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke
objek penelitian yaitu SMA Plus PGRI Cibinong Bogor. Untuk
mendapatkan data di lapangan ini penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 1276 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 42
39
a. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi berarti pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang akan
diselidiki.7 Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Alat yang dapat
digunakan diantaranya dengan mengadakan kuesioner. Kuesioner
diberikan kepada respon untuk mengamati aspek-aspek yang ingin
diselidiki. Dalam hal ini penulis tidak melakukan tes.
Observasi yang penulis ambil adalah tersistematis. Sehingga
penulis membutuhkan adanya pedoman observasi. Pedoman observasi
penulis yakni sistem tanda (sign system). Maka dibutuhkan adanya
daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh siswa
seperti sholat berjama’ah, sholat jum’at, khotbah, dan pengajian rutin
yang pelaksanaannya telah dijadwalkan.
Dengan demikian metode observasi ini menjadi metode yang
penting dalam penelitian ini, sebab melalui metode observasi ini
penulis dapat mengungkapkan gejala-gejala yang ditampilkan oleh
sampel dalam penelitian secara optimal.
b. Metode Wawancara
Yang dimaksud metode wawancara adalah suatu metode
pengumpulan data melalui pengamatan dengan melakukan tanya
jawab yang dilakukan secara lisan8. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan dan memperoleh tanggapan, pendapat, ataupun
keterangan secara lisan dari responden. Dalam pelaksanaan
wawancara, penulis menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin,
7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hlm.
1368 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyaraka, hlm. 162
40
hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
terperinci, namun penyampaian responden secara bebas tidak terikat.
Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mencari informasi
mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus PGRI Cibinong
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.9 Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya
yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda
peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol.10 Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan : gambaran umum tentang keadaan sekolah SMA
Plus PGRI Cibinong yaitu berupa letak geografisnya, sejarah singkat
berdirinya, jumlah siswa, keadaan guru, tenaga administrasi, struktur
organisasi, peraturan sekolah, kurikulum pendidikan, materi
Pendidikan Agama Islam, dan sarana fasilitasnya. Sehingga metode
ini juga mendukung penulis guna memperoleh data yang lebih valid.
Untuk itu dibuat data dokumentasi.
d. Metode Angket
Pengertian metode angket adalah cara pengumpulan data
berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar
pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.11
Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 13510 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 13611 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1989), hlm. 27
41
dari pembelajaran program pendidikan agama Islam dengan
responden kelas XI sebanyak 58 siswa atau 10% dari jumlah populasi
575 siswa untuk mengisi beberapa item pertanyaan yang diajukan
penulis dalam bentuk multiple choise questios.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Untuk data kuantitatif penulis akan menggunakan analisis data
statistik, yaitu teknik pengumpulan data penyusun, penyajian dan
penganalisaan berdasarkan hasil angket. Dalam hal ini akan menggunakan
rumus prosentase :
P = 100N
F%
Keterangan:
P = adalah angka prosentase
F = adalah angka yang sedang dicari prosentasenya
N = adalah Number of Case (banyaknya individu)12.
Seandainya ada 60 siswa yang menjawab point A, maka 60x100%
dibagi banyaknya individu yang menjawab angket misal,100 siswa. Maka
hasil yang diperoleh sebanyak 60% siswa yang codong untuk menjawab A
dari pada pilihan lainnya.
12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm. 40-41
42
Tabel 1
Skala Prosentase
No. Prosentase Penafsiran
1 100% Seluruhnya
2 90%-99% Hampir seluruhnya
3 60%-89% Sebagian besar
4 51%-59% Lebih dari setengahnya
5 50% Setengahnya
6 40%-49% Hampir setengahnya
7 10%-39% Sebagian kecil
8 1%-9% Sedikit kecil
9 0% Tidak ada sama sekali
2. Analisis Data Kualitatif
Untuk data kualitatif penulis akan menggunakan analisis diskriptif
yaitu dengan cara berfikir deduktif dan induktif. Deduktif maksudnya
adalah metode berpikir yang berangkat dari fenomena-fenomena yang
bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Induktif
maksudnya adalah metode berfikir yang berawal dari fenomena-fenomena
yang bersifat khusus kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum13.
Dalam hal ini analisa data tidak menggunakan angka melainkan dalam
bentuk laporan atau uraian diskriptif tentang program pengembangan
pendidikan agama Islam baik pelaksanaannya maupun usaha-usaha yang
dilakukan guna penunjang program tersebut. Penggunaan analisa data
kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan kesimpulan
terhadap tanggapan yang telah dituliskan responden.
13 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, hlm. 36-42
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum SMA Plus PGRI Cibinong Bogor
1. Sejarah Singkat berdirinya
SMA PGRI Cibinong berdiri pada tahun 1978/1979, sampai tahun
1985/1986 masih menumpang di SMAN dan SD Cibinong. Setelah itu
SMA Plus PGRI Cibinong melakukan pencanangan program jangka
panjang 25 tahun, baru pada tahun 1983-1985 melakukan pengadaan tanah
dan melakukan pembangunan gedung pada tahun 1985-1991. Pada tahun
1993/1994 SMA Plus PGRI Cibinong mulai pembangunan jangka
panjang. Tahun 2002/2003 Tanggal 11 Desember 2003 Diresmikan
Sebagai SMA PLUS PGRI CIBINONG.
SMA Plus PGRI Cibinong telah mengalami pergantian Kepala
Sekolah yaitu pada tahun 1978-1979, Drs. E. Sanusi menjabat sebagai
Kepala Sekolah pertama di SMA Plus PGRI Cibinong. Pada tahun 1979-
1982, digantikan dengan Sri Yoseph, BA dan pada tahun 1983 sampai
sekarang, Drs. Basyarudin Thayib, M.Pd menjabat sebagai Kepala Sekolah
di SMA Plus PGRI Cibinong.
SMA Plus PGRI Cibinong termasuk dalam 32 Sekolah terbaik se-
Indonesia. Oleh karena itu, SMA Plus PGRI Cibinong merupakan sekolah
yang dijadikan percontohan (Model) bagi sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia. SMA Plus PGRI Cibinong telah terakreditasi dengan nilai A.
44
Berbagai prestasi telah didapatkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong,
yaitu antara lain:
a. Putaran I tahun 1989/1990 Juara II wilayah Bogor
b. Putaran II tahun 1993/1994 Juara III tingkat Propinsi Jawa Barat
c. Putaran III tahun 1987/1998 Juara II tingkat Propinsi Jawa Barat
d. Putaran IV tahun 2003/2004 Juara I tingkat Propinsi Jawa Barat
e. Tahun 2007 terpilih menjadi Perintisan Sekolah Kategori Mandiri
(SKM)
f. Tahun 2008 terpilih menjadi Learning Resource Center / Pusat
Sumber Belajar (PSB)
g. Tanggal 29 April 2010 penetapan 132 SMA Pelaksana Program
SMA Model SKM-PBKL-PSB tahun pelajan 2010/2011
Kurikulum SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan Pendekatan
Quantum Learning (UU. No. 20 TAHUN 2003 PASAL 40) dengan
menggunakan konsep pendukung yaitu:
a. Quantum learning
b. Quantum teaching
c. Accelerated learning
d. Emotional intelligence
e. Multiple intelligences
f. Spiritual intelligence
g. Learning revolution
2. Letak Geografis
SMA Plus PGRI Cibinong termasuk dalam klasifikasi georgafis
perkotaan, secara georafis terletak di Jl. Golf Kelurahan Ciriung
Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Kode Pos 16918, Tlp. 021-
8753773, Fax. 021 8753773, Website www.smapluspgri.sch.id.
Secara geografis letak SMA Plus PGRI Cibinong sangat strategis
karena jauh dari keramaian / kebisingan dan terletak di kota kecamatan
yang mudah transportasinya karena dilalui jalur transportasi umum.
45
3. Visi dan Misi SMA Plus PGRI Cibinong
a. Visi
Unggul Dalam Mutu Dan Prestasi, Berwawasan Global, Religius,
Entrepreneur, Sebagai Agen Perubahan dan Pendidikan Budaya
Bangsa
b. Misi
1) Pengelolaan sekolah secara professional
2) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran
3) Peningkatan dan pengembangan kompetensi professional
guru.
4) Pengembangan keterampilan belajar siswa (learning skill
5) Penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses
pembelajaran
6) Penanaman nilai-nilai iman dan taqwa bagi seluruh warga
sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan.
7) Penerapan metode pembelajaran modern sesuai dengan
konsep dan paradigma baru pendidikan.
8) Pemantapan pelaksanaan Catur Budaya sekolah yakni :
9) Budaya belajar, Budaya disiplin, Budaya bersih dan Budaya
persatuan dan persaudaraan.
10) Pemantapan jati diri sebagai lembaga pendidikan PGRI.
4. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai
a. Guru
Tabel 2
Keadaan Guru SMA Plus PGRI Cibinong
No.Nama Kepala Sekolah
dan Guru
PendidikanNIP/NUPTK
JabatanMengajar MP
1 Dr.H.Basyarudin Thayib, M.Pd S2 195012251977101001 Kepala
46
Sekolah/Ekon
2 Drs. Agus Rohiman M.Pd S2 196507131991031011 Matematika
3 Dra. Naomi M. Sihombing S1 196206301988032004 Bhs. Inggris
4 Dra. Wina Tresnawati S1 196110281986022002 Bhs. Indonesia
5 Dra. Indiati Sri Haryono S1 196412281991032005 Biologi
6 Dra. Eny Nurwati, M.Pd S2 196202181989032004 Biologi
7 R. Sri Wilujeng S.Pd,M.Pd S2 196807161992032006 Matematika
8 Sri Wasti BA S1 1046721622300003 B.Indonesia
9 Drs. Iyan Supiyan S1 3549732637200003 Olahraga
10 Jajat Abidin D3 - Fisika
11 Drs.Salom Gultom S1 8433742644200242 Kimia
12 Dede Hendra M, S.Pd S18243747648200003
Pendidikan Seni
13 Ir. Iskandar S1 8241740644200003 Matematika
14 Drs. Abas Saeful Hamami S1 9254745648300043 Pend. A. Islam
15 Dra. Ai Nurfaridah S1 7241745649300013 Agama Islam
16 Een Siti Nurjanah, S.Pd S17433748651300162
Ekonomi Akun.
17 Dra. Kania Dewi S1 - Bhs. Indonesia
18 Suryawati Ningsih D, A.Md D3 7953744647300042 B.Inggris
19 Nasukha Z A.Md D3 6559744646200013 Fisika
20 Iwan Gunawan S.Pd S1 7162747650200013 Olahraga
21 Freddy Siahaan S.Pd S1 8849748650200042 Ekonomi
22 Dra. Rini Komalasari S1 7953744647300042 Bahasa Jepang
23 Markus Pianggigil SMEA9662749651200032
AgamaKristen
24 H.Totoy Fadillah S.Pd S14339749652200023
Pendidikan Seni
25 Asih Mulyani S.Kom S1 7851754655300022 Komputer
26 Muzayanah S.Pd S1 952757658300062 Bhs. Inggris
27 Syarifah S.Pd.I S1 8144759659300003 Agama Islam
28 Drs. Suhartono S1 4339749652200023 Agama Islam
29 Bahman S.Pd S1 0260757658200013 Fisika
47
30 Endro Nurhadi, A.Md D3 5554730634200003 Seni Lukis
31 Ike Yuniawati S.Pd S1 0946759660200032 Bhs. Inggris
32 Tri Rahayu S.Pd S1 2049758659300073 Sejarah
33 Ahmad Mudif Fuad STM 3451738640200023 Otomotif
34 Fery Yantini S.Pd S1 8542758659300062 Sosiologi
35 Ahmad Muhammad.S.Kom S1 2543756658200033 Komputer
36 Gina Fariani S.Pd S1 4537753655300053 Antropologi
37 Juju Juriah S.Pd S1 3839757658300062 Kimia
38 Dra. Rini Diah Astuti S1 - Tata Boga
39 Iwan Sutiawan S.Pd S1 4061760661200023 Bahasa Inggris
40 Fia Fianti S.Pd S19348752654200023
Geografi/ Sejarah
41 Nur'ani S.Pd S1 7437759660300082 Ekonomi
42 Dedi Masri S.Pd S1 539750653200013 Sejarah
43 Dian Andesti, S.Pd S1 4541763663300003 Jurnalistik
44 Arie Sucipto, S.Ss S1 2858763664200012 Bahasa Jepang
45 Liddia Hendriati S.Pd S1 2433760661300192 Bhs. Indonesia
46 Roro Ratna S.Pd S1 1055764665300033 BK
47 Eneng Hindayah S.Sn S1 5138762663300053 Seni Tari
48 Rahayu Purnama, S,Pd S1 1055764665300033 Modeling
49 Selly Amaliya S.Pd S15138762663300053
Bahasa Indonesia
50 Ukemar SGO4055741643200033
Multimedia (TI)
51 Muhidin D2 6857752654200022 Progremer
52 Rohajon D2 - Elektro
53 Giyanty S.Pd S11549762664300000
Bahasa Indonesia
54 Dhiena Farida S.T S1 2434759659300012 BK
55 Ike Septianawati, S.Pd S1 0946759660200032 Bhs.Inggris
56 Desty Ekasaty U,S.Pd S1 - Matematika
57 Sumartiningsih, S.Pd S1 - Matematika
58 Iwan Cakrayana S.T S1 2854759660200022 T I K
48
59 Fredy Anggiat S.Pd S1 - PLH
60 Dra. Imas Suprihatin S1 - Bahasa Sunda
61 Elis Sukarsih,S.Sos S1 - Bahasa Sunda
62 Irna Susiani , S.Pd S1 - Biologi
63 Lulu Hulyati, S,Pd S1 - Biologi
64 Angesti Betty R.I S,Si S1 - Kimia
65 Afra Fitriyani D2 - Bahasa Inggris
66 Fian Firmansyah S.Si S1 - Fisika
67 Fachrudin S.Pd S1 - Geografi
68 Sri Haryati D2-
Bahasa Indonesia
69 Rino Cahyono, A.Md D3 - Bahasa Jepang
70 Imas masriah, S.Pd S1 - Matematika
71 Rully Muladi S,Pd S1 - Penjas
72 Roni Hermawan D2 - Modeling
73 Asmiyati Rum SE S1 - Ekonomi
74 Ema Rachmawati, S.Pd S1 - Kimia
75 Sri Mildawati S.Pd S1 - Matematika
76 Irma Windiarani, S.Pd S1 - Geografi
77 Lia Komalasari, S.Pd S1 - PKN
78 Dewinta Nurhayati, S.Pd S1 - Tata Busana
79 Eki Syukeri, S.Pd S1 - Bahasa Sunda
80 Siti Ubahiyah, SE S1 - BP
81 Rr. Atrina Irmaya Dewy, S.Pd S1 - Fisika
82 Fitria Fatma D2 - Fisika
83 Julia Putri Noor, Adm D3 - Sekretaris
84 Winda Yulinda, S. S S1 - Bahasa Inggris
85 Hosiawatie, SE, MM S1-
Bahasa Mandarin
b. Siswa
1) Siswa Kelas X
49
Tabel 3
Keadaan Siswa Kelas X SMA Plus PGRI Cibinong
No. Wali Kelas Kelas Lk. Pr JML
1 Giyanti, S.Pd X. U 1 20 16 36
2 Dra. Indiati Sri Haryono X. U 2 22 13 35
3 Syarifah, S.PdI X. U 3 19 16 35
4 Imas Masriah, S.Pd X. U 4 22 14 36
5 Ika Septianawati, S.Pd X. U 5 22 14 36
6 R. Sri Wilujeng, M.Pd X. U 6 19 17 36
Kelas X.Unggulan 124 90 214
7 Sri Mildawati, ST X.1 21 23 44
8 Freddy Siahaan, S.Pd X.2 24 22 46
9 Dra. Wina Tresnawati X.3 24 22 46
10 Fredy Anggiat, S.Pd X.4 22 23 45
11 Irma Windiarani, S.Pd X.5 23 22 45
12 Dra. Naomi M Sihombing X.6 24 22 46
13 Liddia Hendriati, S.Pd X.7 21 24 45
14 Juju Juriah, SP X.8 22 24 46
15 Tri Rahayu, S.Pd X.9 22 24 46
Kelas X.Reguler 203 206 409
Jumlah Siswa Kelas X --> 327 296 623
2) Siswa Kelas XI
Tabel 4
Keadaan Siswa Kelas XI SMA Plus PGRI Cibinong
No. Wali Kelas Kelas Lk. Pr JML
1 Arie Sucipto, S.S XI.Bhs 9 20 29
2 Ema Rahmawati, S.Pd XI.IPA.U.1 17 18 35
3 Muzayanah, S.Pd XI.IPA.U 2 18 16 34
4 Sri Hayati, S.Pd XI.IPA.1 21 27 48
50
5 Lia Komalasari, S.Pd XI.IPA.2 19 29 48
6 Irna Susyani, S.Pd. XI.IPA.3 21 27 48
7 Sumartiningsih, S.Pd XI.IPA.4 21 27 48
8 Rino Chayono, S.S XI.IPA.5 21 27 48
Jml. XI. PA 138 171 309
9 Jajat Abidin XI.IPS.1 25 22 47
10 Fachrudin, S.Pd XI.IPS.2 26 21 47
11 Selly Amaliya, S.Pd XI.IPS.3 26 21 47
12 Afra Fitriani XI.IPS.4 25 22 48
13 Desty Ekasari Utami, S.Pd XI.IPS.5 25 23 48
Jml. XI. IPS 127 109 237
Jumlah Siswa Kelas XI -----> 274 300 575
3) Siswa Kelas XII
Tabel 5
Keadaan Siswa Kelas XII SMA Plus PGRI Cibinong
No. Wali Kelas Kelas Lk. Pr JML
1 Drs. Salom Gultom XII.IPA.U 12 23 35
2 Dra. Ai Nurfaridah XII.IPA.1 17 28 45
3 Dra. Kania Dewi XII.IPA.2 16 29 45
4 Ike Yuniawati, S.Pd XII.IPA.3 16 28 44
5 Dra. Rini Komalasari XII.IPA.4 16 28 44
6 Lulu Hulyati, S.Pd XII.IPA.5 16 28 44
7 Fian Furmansyah, S.Pd XII.IPA.6 17 26 43
Jml. XII.IPA 110 190 300
8 Fia Fianti, S.Pd XII.IPS.1 21 18 39
9 Gina Fariani, SP XII.IPS.2 22 18 40
10 Fery Yantini, S.Pd XII.IPS.3 18 21 39
11 Nur'aeni, S.Pd XII.IPS.4 22 18 40
12 Dedi Masri, S.Pd XII.IPS.5 21 19 40
51
Jml. XII.IPS 104 94 198
Jumlah Siswa Kelas XII -----> 214 284 498
Jumlah Kelas X,XI dan XII 815 880 1.696
c. Pegawai
1) Tenaga Kependidikan
Tabel 6
Keadaan Tenaga Kependidikan SMA Plus PGRI Cibinong
No. Nama NIP/NUPTK Jabatan
1 Hasan Basri 8441750653200013 Kepala Tata Usaha
2 Hj.Poppy Mulwita 9259737638300023 Bendahara Sekolah
3 Tri Wahyuningsih 9437736638300033 Bendahara Koperasi
4 Drs. Rs. Wintolo 4951739640200022 Sie. Perpustakaan
5 Azhari Dahlan 5440737641200003 Sie. BP/BK
6 Andi Lala 3435758660200033 IT
7 Acep Muhtadin 1643755657200022 DKM Al-Mizan
8 Joni Setiawan 7040761662200013 Sie. Keuangan
9 Nanang Supriyono 4237754657200013 Sie. Perpustakaan
10 Sudarman 3244757660200013 Sie. Koperasi
11 M. Khapip 0935762663200022 Sie. Koperasi
12 Nunut Suprapto 2941755657200032 Sie. Koperasi
13 Muhamad Martin, S.Pd.I 5651762662200002 DKM Al-Mizan
14 Riana Lidya 2356766667200003 Sie. TI
15 Chamelia Asmarafuti Sie. Kesiswaan
16 Andri Aseri Sie. Perpustakaan
17 Agustian Sie. Keuangan/Adm.
18 Ari Mustina, S,Pd Sie. Laboran IPA
52
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana terdiri dari Tanah dan Gedung. Tanah
sepenuhnya milik Yayasan Penyelenggara yaitu YPLP-PGRI. Adapun
spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Tabel
Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Plus PGRI Cibinong
NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH LUAS M2 KET.
1 Luas Lahan 10.375 Sertifikat
a. Bangunan 6.144
b. Halaman/Taman 3.811
c. Lapangan Olahraga 420
2 Ruang Teori/Kelas 34 1.632 Baik
3 Jumlah Ruang Penunjang :
a. Laboraturium Kimia 1 72 Baik
b. Laboraturium Fisika 1 48 Baik
c. Laboraturium Komputer 2 144 Baik
d. Laboraturium Multimedia 1 36 Baik
e. Ruang Perpustakaan 1 168 Baik
f. Ruang UKS 1 65 Baik
g. Ruang Multimedia 1 32 Baik
h. Ruang BK 1 32 Baik
i. Ruang Kepala Sekolah 1 36 Baik
j. Ruang Guru 1 176 Baik
k. Ruanga TU 1 64 Baik
l. Ruang OSIS 1 32 Baik
m. Ruang Ibadah/Masjid 1 210 Baik
n. WC Guru Laki-Laki 8 52 Baik
o. WC Guru Perempuan 8 52 Baik
p. WC Siswa Laki-Laki 14 84 Baik
53
q. WC Siswa Perempuan 14 84 Baik
r. Koperasi/Toko 2 8 Baik
s. Gudang 3 28 Baik
4 Perlengkapan Administrasi
a. Komputer/Laptop TU 4 Baik
b. Printer TU 7 Baik
c. Scanner 2 Baik
d. Digital Camera 3 Baik
e. Server 2 Baik
f. Mesin Ketik 2 Baik
g. Mesik Fotocopy 2 Baik
h. Brankas 1 Baik
i. Lemari 5 Baik
j. Meja TU 6 Baik
k. Kursi TU 11 Baik
l. Meja Guru 18 Baik
m. Kursi Guru 52 Baik
5 Perlengkapan KBM
a. Komputer/Laptop 75 Baik
b. Printer 8 Baik
c. LCD 4 Baik
d. Lemari 3 Baik
e. TV Audio 4 Baik
f. Meja Siswa 565 Baik
g. Kursi Siswa 1.241 Baik
54
6. Struktur Organisasi
Diagram
Sruktur Kepengurusan SMA Plus PGRI Cibinong
Kepala SekolahDrs. Basyarudin Thayib, M.Pd.
WakasekSenior
Pengawas pengendali mutu
Pengawas pengendali mutu
Drs. Agus Rohiman, M.Pd
Sri Wasti S, BA Ir. Iskandar
WK. Urs. KesiswaanWk. Urs.
KurikulumWk. Urs. Sarana Wk. Urs. Humas
1. Iwan Gunawan, S.Pd 1.Nasukha1. Drs. Iyan Supiyan
1. Suryawati Ningsih D.
2. Drs. Salom Gultom2. Sri Wilujeng,
S.Pd, M.Pd2. Freddy Siahaan S.Pd
2. Liddia Hendriati S.Pd
Kep Seksi Rumah Tangga
Bendahara Kepala Tata Usaha
Tri Wahyuningsih Hj. Poppy Mulwita Hasan Basri
Wali KelasKoord. BP
GuruSie. Lab. IPA
Lab. Kom. & Bhs
Perpustakaan
Dra. Eni Nurwati, M.Pd
Dra. Indiati Sri H Bahman S.Pd.Heri Heryadi,
S.IP
SISWA
55
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus
PGRI Cibinong
1. Sistem Pendidikan Agama Islam
Sistem dalam sebuah pembelajaran dapat dikatakan sebagai
keseluruhan komponen yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan
untuk berkerjasama mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan.
Sistem Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong
memiliki beberapa komponen untuk mencapai tujuan yang di harapkan,
yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah berdasarkan kebutuhan. Masalah
merupakan kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi rill
dari kebutuhan yang diinginkan. Sebagai contoh, kondisi ideal
untuk memudahkan belajar, hal ini diperlukan alat atau media
yang cocok dan sesuai dengan karakteristik isi mata pelajaran
Agama Islam. Akan tetapi, kondisi riilnya guru tidak mampu
menggunakan media yang cocok dan sesuai dengan karakteristik
isi mata pelajaran Agama Islam.
b. Menentukan alternatif pemecahannya. Untuk memecahkan suatu
masalah perlu dilakukan identifikasi prasyarat, yaitu faktor-faktor
pendukung dan faktor-faktor yang dapat menghambat pemecahan
masalah. Misalnya, faktor ketersediaan dana, fasilitas, personal
dan waktu sehingga dapat dipilih alternatif pemecahan masalah
terbaik. Sebagai contoh, kasus guru tidak dapat menggunakan
media pembelajaran, jika ditinjau dari faktor pendukung perlu ada
anggaran peningkatan kualitas tenaga pengajar, bimbingan tenaga
ahli media, dan mengadakan pelatihan penggunaan media
pembelajaran.
c. Memilih strategi pemecahan berdasarkan alternatif pemecahan
terpilih yang dianggap relevan dan paling efektif untuk
menetapkan metode atau strategi pelaksanaannya. Misalnya,
alternatif terpilih yaitu mengadakan pelatihan maka harus
56
ditetapkan tujuan dan metode pelatihan, sasaran pelatihan, materi
pelatihan dan evaluasi pelatihannya.
d. Melaksanakan strategi yang terpilih. Misalnya, alternatif yang
terpilih mengadakan pelatihan, maka perlu ditetapkan
pelaksanaannya, berapa hari pelaksanaannya, berapa dana yang
diperlukan, orang-orang yang terlibat, dan sebagainya sehingga
dapat memperlancar efektifitas pemecahan masalahnya.
e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sejauh
mana efektifitas penggunaan metode terpilih dapat menyelesaikan
masalah. Karena evaluasi merupakan kegiatan yang berproses,
maka evaluasi perlu dilakukan secara terus-menerus mulai dari
persiapan, proses pelaksanaan, hingga hasil yang dicapai.
f. Mengadakan revisi pada setiap langkah bila diperlukan.
Pembelajaran merupakan proses yang membutuhkan waktu lama.
Karena itu, dalam setiap bagian kegiatan bila perlu dilakukan
revisi guna mencapai hasil yang optimal.
Komponen-komponen di atas merupakan sebuah sistem yang
dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong dalam menciptakan kualitas
pembelajaran di setiap bidang studi atau mata pelajaran, khususnya pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar terciptanya kualitas yang
baik.
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Definisi mengenai kurikulum sangat beragam, hal ini diakibatkan oleh
fungsi kurikulum itu sendiri yang sangat luas. Namun mayoritas
mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum memiliki
peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Kaitannya dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam, SMA Plus
PGRI Cibinong menggunakan atau berpedoman pada Kurikulum Tingkat
57
Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Plus
PGRI Cibinong dilandasi oleh undang-undang dan peraturan sebagai
berikut:
a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1
b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 17 Ayat 2 dan Pasal 29 Ayat 1
c. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
d. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
e. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23
3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Strategi pembelajaran pada intinya yaitu sebuah kegiatan yang
terencana serta sistematik yang ditunjukan untuk menggerakan peserta
didik agar mau melakukan kegiatan belajar dengan kemauan dan
kemampuannya sendiri.
Dalam hal ini, SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan pendekatan
Quantum Learning. Asas utama pembelajaran quantum adalah membawa
dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia
siswa. Subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator,
sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu
cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan
diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan
yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun
di lingkungan masyarakat.
Tujuan pokok pembelajaran quantum yaitu meningkatkan partisipasi
siswa melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat
58
belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan,
meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.
4. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran dapat dikatakan dengan kegiatan yang dilakukan
dalam pembelajaran. Kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam yaitu
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Di SMA Plus PGRI Cibinong kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Akan tetapi kegiatan
pembelajaran dilakukan di luar kelas yang diarahkan oleh guru Agama
Islam dan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk
oleh sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran di luar sekolah.
Mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus PGRI Cibinong, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya
diberikan alokasi waktu dua jam dalam satu minggu. Maka, pihak sekolah
merasa perlu menambah alokasi waktu yang sangat singkat tersebut
dengan membuat kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Guru Agama Islam dan bekerja sama
dengan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh
sekolah SMA Plus PGRI Cibinong.
Hal ini diharapkan agar penanaman nilai-nilai agama yang sangat
membutuhkan waktu yang banyak, dapat terbantu dengan adanya
kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas. Karena SMA Plus PGRI
Cibinong memiliki misi menanamkan nilai-nilai Iman dan Taqwa bagi
seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan.
5. Program Kegiatan Keagamaan
a. Program Rutin Harian
1) Shalat Berjamaah
Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama sholat
berjamaah
59
Sholat berjamaah di laksanakan setiap hari secara
bergantian
Pelaksana utama sholat berjamaah dzuhur terdiri dari
siswa/i kelas XI dan XII
Pelaksana utama sholat berjamaah ashar terdiri dari
siswa/I kelas X
Setiap pelaksanaan kegiatan sholat berjamaah ,di absen
pembimbing keagamaan dan di ketahui oleh wali kelas
masing – masing
2) BBQ ( Bimbingan Belajar Quran )
Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama BBQ
Pelaksanaan BBQ di bagi 2 ( dua ) kelompok Yaitu pagi
dan siang
Pelaksana BBQ pagi terdiri dari siswa/i kelas X, dan
pelaksana BBQ siang terdiri dari kelas XI dan XII
Peserta BBQ terdiri dari 4 level yakni : level A bagi yang
Al-Qur’an level B bagi IQRO 5 dan 6, level C 2 untuk
IQRO 3 dan 4, sedangkan level C 1 bagi yang IQRO 1 dan
2
Setiap level mendapatkan pengajaran dan pembimbing
yang berbeda
Setiap siswa mendapatkan kartu prestasi/alat kontrol
dalam setiap pertemuan, karena masing-masing level
memiliki target yang harus dicapai
Setiap pelaksanaan BBQ diabsen oleh pembimbing/staf
DKM Al-Mizan
60
b. Program Rutin Mingguan
1) Sholat Jum’at
Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama sholat
jum’at lima kelas secara bergantian
Petugas sholat jum’at dilaksanakan oleh pelaksana utama
tiap-tiap kelas dari mulai persiapan sampai dengan
pelaksanaan sholat jum’at dilaksanakan.
Setiap pelaksanaan sholat jum’at diabsen oleh
pembimbing/staf DKM Al-Mizan
2) Infaq Jum’at
Penarikan infaq dilaksanakan setiap pada hari jum’at yang
dikoordinir oleh ketua kelas masing-masing dan
diserahkan kepada bendahara sekolah melalui staf DKM
Al-Mizan
Setiap penerimaan infaq selalu dicatat melalui absen oleh
ketua kelas dab diketahui oleh Pembina DKM. AL-
MIZAN/ketua DKM AL-Mizan
3) Mentoring
Mentoring adalah pembelajaran dalam rangka pemantapan
serta pemahaman pendidikan agama islam
Mentoring dilaksanakan setiap pada hari sabtu sebelum
Student Day
Pembimbing mentoring terdiri dari para aktifis dakwah di
Kabupaten Bogor
Setiap siswa dibentuk kelompok masing-masing tujuh
orang siswa dengan efektifitas pembelajaran dan
memudahkan kontroling pembimbing kepada peserta
Setiap pelaksanaan diabsen oleh pembimbing
4) Kuliah Duha
Kuliah Duha adalah kajian umum tentang ilmu agama
61
Pelaksana Kuliah Duha teridiri dari lima kelas secara
bergiliran
Kuliah Duha dilaksanakan pada setiap hari minggu
Pembimbing Kuliah Duha terdiri dari guru-guru agama
islam SMA Plus PGRI Cibinong dan sewaktu-waktu
mengundang tokoh dari luar
Setiap pelaksanaan Kuliah Duha diabsen oleh pembimbing
5) Qiro’at Al-Qur’an
Qiro’at Al-Qur’an adalah seni baca Al-Qur’an yang hanya
diikuti oleh siswa yang sudah menguasai tajwid dan
memiliki potensi dan bakat dalam bidang tersebut
Qiro’at AL-Qur’an dilaksanakan pada setiap hari sabtu
Setiap pelaksanaan kegiatan diabsen oleh pembimbing
6) Hifdzil Al-Qur’an
Hifdzil Al-Qur’an adalah program hafalan khususnya pada
juz 30
Hifdzil Al-Qur’an diwajibkan bagi siswa yang sudah
berada di level BBQ A
Hifdzil Al-Qur’an menggunakan sistem setoran setiap
pertemuan minimal setor hafalan satu surat kepada
pembimbing
Waktu pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
Setiap pelaksanaan kegiatan diabsen oleh pembimibng
7) Seni Nasyid
Kegiatan dilaksanakan setiap hari jum’at siang
Nasyid hanya bagi siswa yang memiliki potensi dan bakat
Setiap pelaksaan kegiatan diabsen oleh pembimbing
62
c. Program Rutin Bulanan
1) Bhakti Sosial (Baksos)
Baksos dilaksanakan sebulan sekali pada minggu pertama
Sasaran kegiatan ditujukan kepada para anak Yatim/Piatu
dan Fakir Miskin khususnya masyarakat wilayah sekitar
2) Qiyamul lail
Pembinaan khusus bagi anak DKM. AL-MIZAN
Tautsiah dan Muhasabah
3) Bedah buku
Peserta terdiri dari Siswa kelas 1,2 dan 3 secara bergiliran
Judul buku disesuaikan dengan materi agama Islam
d. Program Rutin Tahunan
1) Muhasabah / dzikir bersama
Muhasabah dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Muharram
dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah.
Susunan kegiatan Muhasabah di ikuti oleh seluruh siswa
secara bersamaan,
Setiap pelaksanaan kegiatan di absen oleh panitia
pelaksana.
2) Santunan anak yatim / Peduli dhuafa
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram.Dalam
rangka memperingati ari Raya Anak Yatim.
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pengurus DKM. AL-
MIZAN dan dilaksanakan oleh seluruh siswa dan guru
SMA Plus PGRI Cibinong.
Susunan kegiatan dilakukan kepada anak yatim / piatu dan
dhuafa khususnya masyarakat wilayah sekitar.
Setiap pelaksanaan kegiatan di absent oleh panitia
pelaksana.
63
3) Maulid Nabi Muhammad SAW
Kegiatan di laksanakan pada setiap bulan Maulid dengan
berbagai macam perlombaan kreativitas islam.
Kegiatan perlombaan di ikuti dan perwakilan tiap-tiap
kelas dan disaksikan oleh seluruh siswa SMA Plus PGRI
Cibinong.
Setiap pelaksanaan kegiatan di absent oleh panitia
pelaksana.
4) Isro Mi’raj
Isri Mi’raj dilaksanakan pada setiap bulan Rajab dengan
kegiatan Tabligh Akbar.
Kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh siswa dan keluarga
besar SMA Plus PGRI Cibinong serta mengundang
sekolah SMP,SMA yang berada di kecamatan Cibinong.
5) Pesantren Kilat
Pesantren Kilat di laksanakan pada setiap bulan suci
Ramadhan. Selama tiga hari secara bergantian.
Pelaksanaan pesantren kilat dimulai dari pagi hingga
berbuka puasa bersama dan shalat maghrib berjama’ah.
Acara pesantren kilat diantaranya :
Shalat Duha
Tadarus Al-Quran
Kajian Islam
Game
Shalat berjama’ah
Penayangan CD Islami
Diskusi umum
Ceramah Umum
Kreasi Islami
Pengisi acara SANLAT terdiri dari guru-guru agama dan
tokoh-tokoh dari luar.
64
6) Idul Qurban
Idul Qurban dilakukan pada setiap hari Raya Idul Adha
dengan penyembelihan hewan Qurban dan didistribusikan
kepada masyarakat
6. Sarana Pendidikan Agama Islam
Sarana dalam sebuah pembelajaran, merupakan elemen yang memiliki
peranan yang cukup signifikan. Karena sarana dapat membantu dalam
berjalannya sebuah pembelajaran yang baik. Akan tetapi, bukan
merupakan sebuah jaminan jika sarana memadai maka kualitas
pembelajaran akan baik. Setidaknya dengan adanya sarana, maka dalam
proses Kegiatan Belajar Mengajar akan terbantu guna terciptanya suasana
pembelajaran yang baik.
Sarana pendidikan itu adalah semua komponen yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk
mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Adapun sarana pendidikan
di SMA Plus PGRI Cibinong khususnya pada Pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Keadaan Sarana Pendidikan Agama Islam SMA Plus PGRI Cibinong
No Jenis Sarana Banyaknya Keterangan
1 Masjid 1 buah Baik
2 Kantor DKM 1 buah Baik
3 Ruang Eksis 1 buah Baik
4 Ka’bah 1 buah Baik
5 Iqro besar 126 buah Baik
6 Iqro kecil 41 buah Baik
7 Buku Bacaan Keagamaan 37 buah Baik
8 Buku DEPAG 152 buah Baik
65
9 Al-Qur’an 158 buah Baik
10 Kitab Rawi 3 buah Baik
7. Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai daripada sesuatu. Dalam pendidikan, evaluasi dijadikan sebagai alat
penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menuju
kearah tujuan dan nilai-nilai yang diterapkan dalam kurikulum.
Evaluasi di SMA Plus PGRI Cibinong kaitannya dengan proses
pembelajaran merupakan sebuah alat dalam menentukan kebijakan-
kebijakan yang akan digunakan dalam hal proses pembelajaran khususnya
pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu, evaluasi dijadikan
sebagai alat ukur kemajuan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong
melakukan beberapa bentuk dalam mengevaluasi peserta didiknya, yaitu:
a. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yaitu tes yang digunakan guru Agama untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa dalam belajar. Dalam hal ini,
guru agama melakukan ulangan harian, yaitu ulangan dilakukan pada
setiap materi/pembahasan yang diajarkan oleh guru Agama. Dengan
demikian, guru Agama Islam dapat mengetahui siswa yang memiliki
kesulitan dalam belajar dan dapat dilakukan dengan perbaikan-
perbaikan yang tepat dalam pembelajaran.
b. Tes Formatif
Tes formatif yaitu tes yang dilakukan setiap selesai melakukan
program satuan pelajaran atau topik pembahasan. Tujuannya yaitu
untuk mengukur sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan
pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dengan melihat dari hasil
tes tersebut, maka akan diketahui kemampuan siswa dan keberhasilan
guru dalam mengajar di kelas.
66
c. Tes Sumatif
Tes yang dilaksanakan pada setiap selesai mengikuti pelajaran
selama satu semester atau akhir tahun pelajaran. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pengajaran
yang telah dilaksanakan selama satu semester. Maka melakukan tes
sumatif akan diketahui kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam
proses pembelajaran untuk kemudian diadakan perbaikan-perbaikan di
masa yang akan datang.
Namun tidak hanya evaluasi yang telah dijelaskan di atas yang
dilakukan guru Agama. Kaitannya dengan perilaku siswa di luar kelas,
guru Agama berkerjasama dengan staf DKM. AL-MIZAN dalam hal
memberikan penilaian diluar pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan
dengan program-program yang dilakukan oleh DKM. AL-MIZAN beserta
guru Agama, apakah siswa telah mengikuti program-program tersebut
dengan baik atau tidak. Karena program-program tersebut merupakan
tindak lanjut dari sebuah pembelajaran di kelas.
C. Analisis Data Hasil Penelitian
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dua jam
perminggu, yang mencakup pelajaran Fiqih, Al-qur’an Hadits, Akidah Akhlak,
dan Sejarah Islam.
Dengan menggunakan pedoman kurikulum KTSP untuk kelas X, XI, dan
XII, serta model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan
model Quantum Learning.
Maka untuk mengetahui pengamalan Pendidikan Agama Islam siswa kelas
XI di SMA Plus PGRI Cibinong khususnya dalam proses pembelajaran di
kelas, dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel berikut ini:
Tabel 9
Tidak menyukai pelajaran Agama Islam
Option Frekwensi Prosentase
67
Selalu - -
Sering 2 4 %
Kadang-Kadang 11 18,97 %
Tidak Pernah 45 77,59 %
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa sebagian besar siswa
menjawab tidak pernah (77,59%) tidak menyukai pelajaran Agama Islam,
sebagian kecil (18,97%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit kecil (4%)
menyatakan sering, serta tidak ada yang menyatakan selalu tidak menyukai
pelajaran Agama Islam. Kesimpulannya bahwa sebagian besar siswa memiliki
motivasi dalam mengikuti pelajaran Agama Islam, hal ini dapat dilihat bahwa
siswa menyukai pelajaran Agama Islam.
Tabel 10
Bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 22 37,93 %
Sering 24 41,38 %
Kadang-Kadang 12 20,69 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (41,38%)
siswa menjawab sering bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba,
dan sebagian kecil (37,93%) siswa menjawab selalu bersemangat jika waktu
pelajaran Agama Islam tiba, dan sebagian kecil (20,69%) siswa menjawab
kadang-kadang bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah bersemangat jika waktu pelajaran Agama
Islam tiba. Kesimpulannya bahwa siswa di SMA Plus PGRI cibinong memiliki
semangat yang baik dalam mengikuti pelajaran Agama Islam.
68
Tabel 11
Pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 1 1,72 %
Sering - -
Kadang-Kadang 12 20,69 %
Tidak Pernah 45 77,59 %
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (77,59%)
siswa menjawab tidak pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena
malas, sebagian kecil (20,69%) siswa menjawab kadang-kadang pernah tidak
masuk pelajaran Agama Islam karena malas, dan sedikit kecil (1,72%) siswa
menjawab selalu pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas, dan
tidak ada siswa yang menjawab sering pernah tidak masuk pelajaran Agama
Islam karena malas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa tidak pernah membolos pada pelajaran Agama Islam.
Tabel 12
Memperhatikan guru saat menjelaskan materi Agama Islam
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 34 58,62 %
Sering 21 36,21 %
Kadang-Kadang 3 5,17 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya
(58,62%) siswa menjawab selalu memperhatikan guru saat menjelaskan materi
pelajaran Agama Islam, sebagian kecil (36,21%) siswa menjawab sering
memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam, sedikit
kecil (5,17%) siswa yang menjawab kadang-kadang memperhatikan guru saat
menjelaskan materi pelajaran Agama Islam, dan tidak ada siswa yang
69
menjawab tidak pernah memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran
Agama Islam. Dengan demikian perhatian siswa kepada guru Agama Islam
pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam berjalan dengan baik.
Dari kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa guru Agama Islam di
SMA Plus PGRI Cibinong telah menggunakan metode pembelajaran yang
baik, karena sebagian besar siswa menjawab selalu memperhatikan guru saat
menjelaskan materi pelajaran Agama Islam.
Tabel 13
Selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 1 1,72 %
Sering 6 10,34 %
Kadang-Kadang 25 43,11 %
Tidak Pernah 26 44,83 %
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (44,83%)
siswa menjawab tidak pernah menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, hampir setengahnya (43,1%)
siswa menjawab kadang-kadang menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama
Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sebagian kecil
(10,34%) siswa menjwab sering menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama
Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan sedikit kecil
(1,72%) siswa yang menjawab selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran
Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa siswa mengerjakan tugas-tugas pelajaran
Agama Islam dengan baik, karena telah mengumpulkan tugas-tugas pelajaran
Agama Islam tepat pada waktunya.
Dari tabel 1 - 5 dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa terhadap
pelajaran Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong sangat baik. Hal ini
70
dilihat dari hasil pengamatan melaui angket yang diberikan kepada responden
(siswa). Dari tabel 1 - 5 menunjukan nilai yang positif terhadap motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong.
Tabel 14
Guru Agama datang mengajar tepat waktu
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 22 37,93 %
Sering 23 39,66 %
Kadang-Kadang 13 22,41 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian kecil (39,66%) siswa
menjawab guru sering datang untuk mengajar tepat waktu, sebagian kecil
(37,93%) siswa menjawab guru selalu datang untuk mengajar dengan tepat
waktu, dan sebagian kecil (22,41%) siswa menjawab kadang-kadang guru
datang mengajar tepat waktu, dan tidak ada siswa yang menjawab bahwa guru
datang tidak pernah tepat waktu. Dengan kata lain guru Agama Islam di SMA
Plus PGRI Cibinong sudah datang untuk mengajar tepat waktu.
Tabel 15
Guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan sopan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 53 91,38 %
Sering 5 8,62 %
Kadang-Kadang - -
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruhnya (91,38%)
siswa menjawab bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan, sedikit kecil
(8,62%) siswa menjawab guru sering menggunakan pakaian yang rapi dan
71
sopan, dan tidak ada siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah
guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan sopan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam selalu berpakaian yang rapid an
sopan ketika mengajar pelajaran Agama Islam.
Dari tabel 6 dan 7 menggambarkan bahwa guru Agama di SMA Plus PGRI
Cibinong memiliki kepribadian yang baik. Hal ini ditunjukan dari nilai positif
yang diberikan kepada guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong.
Tabel 16
Di awal pelajaran, guru Agama memberikan pertanyaan tentang
materi pada pertemuan sebelumnya
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 4 6,9 %
Sering 18 31,03 %
Kadang-Kadang 31 53,45 %
Tidak Pernah 5 8,62 %
Jumlah 58 100 %
Dari hasil tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya
(53,45%) siswa menjawab kadang-kadang di awal pelajaran guru Agama
memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, sebagian
kecil (31,03%) siswa menjawab selalu di awal pelajaran guru Agama
memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, sedikit
kecil (8,62%) siswa menjawab tidak pernah di awal pelajaran guru Agama
memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, dan
sedikit kecil (6,9%) siswa yang menjawab selalu di awal pelajaran guru Agama
memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam di SMA Plus PGRI
Cibinong telah cukup memberikan pertanyaan tentang materi pertemuan
sebelumnya di awal pelajaran.
72
Tabel 17
Guru Agama menguasai materi yang disampaikan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 43 74,14 %
Sering 15 25,86 %
Kadang-Kadang - -
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (74,14%)
siswa menjawab selalu guru Agama menguasai materi yang disampaikan,
sebagian kecil (25,86%) siswa menjawab sering guru Agama menguasai materi
yang disampaikan, dan tidak ada siswa yang menjawab kadang-kadang dan
tidak pernah guru Agama menguasai materi yang disampaikan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah menguasai materi
pelajaran dengan baik.
Tabel 18
Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru sulit
dimengerti dan difahami
Option Frekwensi Prosentase
Selalu - -
Sering 3 5,17 %
Kadang-Kadang 31 53,43 %
Tidak Pernah 24 41,38 %
Jumlah 58 100 %
Materi pelajaran merupakan pokok utama dalam sebuah proses
pembelajaran, hendaknya seorang guru menyampaikan materi dengan
menggunakan strategi serta menguasai materi yang akan disampaikan. Hal ini
dimaksudkan agar materi mudah difahami oleh siswa.
Pada tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya
(53,43%) siswa menjawab kadang-kadang materi pelajaran Agama Islam yang
73
diberikan oleh guru sulit dimengerti dan difahami, hampir setengahnya
(41,38%) siswa menjawab tidak pernah materi pelajaran Agama Islam yang
diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami, sedikit kecil
(5,17%) siswa menjawab dengan sering materi pelajaran Agama Islam yang
diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami, dan tidak ada
siswa yang menjawab dengan selalu materi pelajaran Agama Islam yang
diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam memberikan materi
pelajaran Agama Islam dapat difahami dan dimengerti dengan baik oleh siswa.
Materi pelajaran Agama Islam yang disampaikan cukup mudah dimengerti
dan difahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan oleh metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru Agama Islam di SMA Plus PGRI cibinong cukup baik,
serta guru menguasai materi Agama Islam dengan baik.
Tabel 19
Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama tidak menarik atau
kurang menyenangkan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu - -
Sering 2 3,45 %
Kadang-Kadang 20 34,48 %
Tidak Pernah 36 62,07 %
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (62,07%)
siswa menjawab tidak pernah guru Agama Islam menggunakan metode
pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, sebagian kecil
(34,48%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam menggunakan
metode pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, sedikit
kecil (3,45%) siswa menjawab sering guru Agama Islam menggunakan metode
pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, dan tidak ada
siswa yang menjawab selalu guru Agama Islam menggunakan metode
74
pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik. Maka dapat
disimpulkan bahwa guru Agama Islam menggunakan metode pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan dengan baik, sehingga pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong berjalan dengan baik
dan tidak membosankan.
Tabel 20
Guru Agama menggunakan alat atau media yang menarik dalam
pembelajaran
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 5 8,62 %
Sering 21 36,21 %
Kadang-Kadang 23 39,66 %
Tidak Pernah 9 15,52 %
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian kecil (39,66%) siswa
menjawab kadang-kadang guru Agama Islam menggunakan alat atau media
pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung,
sebagian kecil (36,21%) siswa menjawab sering guru agama menggunakan alat
atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran
berlangsung, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab tidak pernah guru
Agama menggunakan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat
proses pembelajaran berlangsung, dan sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab
selalu guru Agama Islam menggunakan alat atau media pembelajaran yang
menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam di SMA
Plus PGRI Cibinong masih perlu meningkatkan penggunaan alat atau media
pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Karena, alat atau media pembelajaran sangat penting dalam sebuah proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Alat atau media pembelajaran dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatian dan kemampuan
75
atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Tabel 21
Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 35 60,34 %
Sering 16 27,59 %
Kadang-Kadang 7 12,07 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (60,34%)
siswa menjawab selalu guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik
pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (27,59%) siswa
menjawab sering guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik pada
saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (12,07%) siswa
menjawab kadang-kadang guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan
baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak ada siswa yang
menjawab tidak pernah guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Maka dengan demikian, guru Agama Islam pada saat proses pembelajaran
berlangsung mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga keadaan siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung tertib dan berjalan dengan baik.
Tabel 22
Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 19 32,76 %
Sering 24 41,38 %
Kadang-Kadang 14 24,14 %
76
Tidak Pernah 1 1,72
Jumlah 58 100 %
Dalam proses pembelajaran, strategi belajar perlu dilakukan oleh seorang
guru agar terciptannya proses pembelajaran yang variatif dan efektif. Hal ini
dapat berupa membuat kelompok belajar.
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (41,38%)
siswa menjawab sering guru Agama Islam membuat kelompok belajar dalam
kelas, sebagian kecil (32,76%) siswa menjawab selalu guru Agama Islam
membuat kelompok belajar dalam kelas, sebagian kecil (24,14%) siswa
menjawab kadang-kadang guru Agama Islam membuat kelompok belajar
dalam kelas, dan sedikit kecil (1,72%) siswa yang menjawab tidak pernah guru
Agam Islam membuat kelompok belajar dalam kelas. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah membuat kelompok belajar dalam
kelas dengan cukup baik.
Tabel 23
Guru Agama menjelaskan materi dengan metode yang membosankan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu - -
Sering 1 1,72 %
Kadang-Kadang 17 29,31 %
Tidak Pernah 40 68,97 %
Jumlah 58 100 %
Dalam menyampaikan sebuah materi, seorang guru perlu menggunakan
metode yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan siswa
pada saat menerima materi, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh siswa.
Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (68,97%) siswa
menjawab tidak pernah guru Agama menjelaskan atau menyampaikan materi
dengan metode yang membosankan, sebagian kecil (29,31%) siswa menjawab
kadang-kadang guru Agama Islam menyampaikan materi dengan metode yang
77
membosankan, sedikit kecil (1,72%) siswa menjawab dengan jawaban sering
guru Agama Islam menyampaikan materi dengan metode yang membosankan,
dan tidak ada siswa yang menjawab selalu guru Agama Islam menyampaikan
materi dengan metode yang membosankan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah menyampaikan materi Agama
Islam dengan metode yang menyenangkan.
Tabel 24
Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk berargumen atau
berpendapat
Option Frekwensi Prosentase
Selalu - -
Sering 1 1,72 %
Kadang-Kadang 9 15,52 %
Tidak Pernah 48 82,76 %
Jumlah 58 100 %
Dalam pembelajaran, guru harus memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada siswa dalam hal berpendapat, karena saat ini siswa yang
dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, bukanlah benda mati seperti batu atau
benda lainnya yang dapat diperlakukan sesuai kehendak orang yang
memperlakukannya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa untuk bertukar
pikiran, melatih siswa untuk terampil dalam mengemukakan pendapat, dan
sebagainya.
Tabel diatas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (82,76%) siswa
menjawab tidak pernah guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpendapat, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab
kadang-kadang guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan siswa untuk
berpendapat, sedikit kecil (1,72%) siswa menjawab sering guru Agama Islam
tidak memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, dan tidak ada siswa
yang menjawab selalu guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan siswa
untuk berpendapat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama
78
Islam selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dalam
proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 25
Guru Agama memberikan pertanyaan atau evaluasi yang berkaitan
dengan materi yang telah disampaikan
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 27 46,55 %
Sering 26 44,83 %
Kadang-Kadang 5 8,62 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Dalam proses pembelajaran diperlukannya sebuah alat untuk mengukur
sejau mana pembelajaran berjalan dengan baik, sejauh mana strategi yang
digunakan berjalan efektif dan sebagainya, maka dibutuhkanya evaluasi.
Evaluasi merupakan elemen dari sebuah sistem pembelajaran yang berperan
sebagai fungsi control dan umpan balik terhadap keseluruhan proses
pembelajaran. Dengan demikian evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur
dan mengkontrol terhadap proses pembelajaran, tentunya evaluasi yang
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (46,55%)
siswa menjawab selalu guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan
dengan materi yang telah disampaikan, hampir setengahnya (44,83%) siswa
menjawab sering guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan
dengan materi yang telah disampaikan, sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab
kadang-kadang guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan
materi yang telah disampaikan, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak
pernah guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi
yang telah disampaikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru
Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah
disampaikan dengan baik serta objektif.
79
Tabel 26
Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran
Agama Islam
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 1 1,72 %
Sering 2 3,45 %
Kadang-Kadang 24 41,38 %
Tidak Pernah 31 53,45 %
Jumlah 58 100 %
Pemberian tugas merupakan sebuah tindak lanjut dari sebuah proses
pembelajaran, karena pembelajaran tidak hanya di sekolah. Penugasan
merupakan sebuah alat agar siswa senantiasa melakukan pembelajaran di luar
sekolah secara individual maupun kelompok.
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya
(53,45%) siswa menjawab dengan tidak pernah guru Agama Islam tidak
memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam, hampir
setengahnya (41,38%) siswa menjawab dengan kadang-kadang guru Agama
Islam tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam,
sedikit kecil (3,45%) siswa menjawab dengan sering guru Agama Islam tidak
memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam, dan sedikit kecil
(1,72%) siswa yang menjawab dengan selalu guru Agama Islam tidak
memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah memberikan tugas pada
akhir waktu pelajaran Agama Islam dengan baik.
Tabel 27
Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai atau objektif
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 43 74,14 %
Sering 9 15,52 %
80
Kadang-Kadang 6 10,34 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Memberikan penilaian yang sesuai atau objektif merupakan salah satu alat
untuk menumbuhkan umpan balik belajar yang baik. Nilai yang buruk tidak
dapat dipersalahkan kepada siswa sebagai penyebabnya, melainkan pula terjadi
karena disebabkan oleh guru. Demikian pula nilai yang baik bisa terjadi karena
peran dan kontribusi dari guru dan murid. Maka, penilaian yang objektif dapat
menumbuhkan motivasi tersendiri baik bagi murid maupun guru.
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (74,14%)
siswa menjawab dengan selalu guru Agama Islam memberikan penilaian yang
objektif kepada siswa, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab dengan sering
guru Agama Islam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa, sebagian
kecil (10,34%) siswa menjawab dengan kadang-kadang guru Agama Islam
memberikan penilaian yang objektif kepada siswa, dan tidak ada siswa yang
menjawab dengan tidak pernah guru Agama Islam memberikan penilaian yang
objektif kepada siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru
Agama Islam telah memberikan penilaian yang objektif kepada siswa dengan
baik.
Tabel 28
Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin di kelas
Option Frekwensi Prosentase
Selalu 42 72,41 %
Sering 13 22,41 %
Kadang-Kadang 3 5,17 %
Tidak Pernah - -
Jumlah 58 100 %
Guru mempunyai peranan yang sangat luas, baik disekolah, keluarga, dan
masyarakat. Guru dapat berperan sebagai penegak disiplin, yaitu guru
81
senantiasa menjaga agar seluruh siswanya menegakan disiplin baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, terutama di lingkungan sekolah.
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa (72,41%) siswa menjawab
dengan selalu guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas,
sebagian kecil (22,41%) siswa menjawab dengan sering guru Agama Islam
memperhatikan penegakan disiplin di kelas, sedikit kecil (5,17%) siswa
menjawab dengan kadang-kadang guru Agama Islam memperhatikan
penegakan disiplin di kelas, dan tidak ada siswa yang menjawab dengan tidak
pernah guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah memperhatikan
penegakan disiplin dengan baik.
D. Pembahasan Data Hasil penelitian
Dari data-data yang diperoleh melalui angket di atas, maka dapat diketahui
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI
Cibinong berjalan dengan baik. Kesimpulan ini di dapat dari hasil yang selalu
menunjukan angka yang positif pada setiap butir pertanyaan dalam angket
tersebut.
Pada tebel 9, 10, 11, 12, 13 yang berkaitan dengan motivasi siswa, bahwa
siswa sangat menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam. Terbukti dari hasil
jawaban siswa yang menyatakan 77,59% yang menjawab tidak pernah tidak
menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam, artinya siswa selalu menyukai
pelajaran PAI. Dalam hal semangat, siswa cukup bersemangat jika pelajaran
PAI tiba, serta selalu hadir setiap jam pelajaran PAI. hal ini dilihat dari tabel 10
dan 11. Dalam proses belajar, siswa telah memperhatikan guru dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 12, 58,62% siswa menjawab selalu
memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Serta berkaitan dengan evaluasi,
siswa selalu menyerahkan tugas PAI dengan baik, hal ini dapat di lihat pada
tabel 13.
Adapun mengenai kompetensi seorang guru, kepribadian seorang guru
Agama di SMA Plus PGRI Cibinong sangat baik. Hal ini dapat dlihat pada
82
tabel 14 dan 15, yang mana pada tabel tersebut dinyatakan seorang guru datang
tepat waktu dan menggunakan pakaian yang rapi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di SMA Plus PGRI Cibinong, telah
berjalan cukup baik mulai dari apersepsi, penguasaan materi, isi pelajaran,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi. Namun mendapatkan
kesimpulan yang kurang baik terhadap penggunaan media pembelajaran. Hal
ini berdasarkan pada tabel 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27.
Untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam kelas ketika
pembelajaran dilaksanakan, maka perlunya pengkondisian kelas dan penegakan
disiplin. Guru Agama di SMA Plus PGRI Cibinong telah melaksanakannya
yaitu telah mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini terlihat pada tabel 21,
dari hasil jawaban 60,34% yang menjawab selalu guru Agama mengkondisikan
kelas dengan baik. Serta guru Agama telah melakukan penegakan disiplin di
kelas, dapat dilihat pada tabel 28. Dengan demikian suasana kelas telah tercipta
dengan kondusif, serta proses pembelajaran pun berjalan dengan baik.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil penelitian di SMA Plus PGRI Cibinong yang
berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus
PGRI Cibinong telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil angket pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
selalu menunjukan nilai yang positif serta hasil wawancara dengan
sejumlah guru di SMA Plus PGRI Cibinong. Namun terdapat catatan
dalam hal penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran yang
masih dinilai kurang baik.
2. Program-program kegiatan keagamaan di SMA Plus PGRI Cibinong
terencana dan terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dari program-
program kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang
di antaranya shalat berjamaah, BBQ (Bimbingan Belajar Qur’an),
mentoring, kuliah duha, bakti sosial, qiyamul lail, peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw, peringatan Isra’ Mi’raj, dan sebagainya.
84
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
bahan pertimbangan. Adapun saran penulis yang ingin disampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Sekolah berusaha untuk menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mendorong guru-
guru khususnya guru agama dalam melakukan upaya-upaya perbaikan
mutu pengajaran terutama dalam penggunaan media pembelajaran.
2. Bagi pendidik, kompetensi keguruan perlu dikembangkan yang
menyangkut kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan
sosial. Hal ini dapat berupa mengikuti pelatihan-pelatihan guna
mengetahui perkembangan-perkembangan dalam pembelajaran.
3. Kepala Sekolah agar memberikan perhatian kepada guru-guru
khususnya guru agama agar meningkatkan pengetahuan cara mengajar
terkini yang lebih memanfaatkan unsur teknologi, hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pelatihan-pelatihan kependidikan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang SIDIKNAS, Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Arsyad, Azhar. Media pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Aziz, Al-Amir ‘Abdul ibn Jalawi, Shahih Muslim Lil Imami Abi Husain Muslim, Riyadh: Jami’a Huquq Mahfudzah Li Daris Salam Li Nasyri wa Taudzi’i, 1998
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2007
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000
----------. Problema Remaja di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 1978
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2004
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : PT Syamil Cipta Media, 2002
Depdikbud, GBPP Sekolah Umum, Jakarta : Depdikbud, 1995
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid 2, Yogyakarta : Andi Offset, 2000
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2003
Hasimi, As-Sayyid Ahmad. Mukhtar Hadits Nabawiyah, Indonesia : Maktabatu Dar Ihya al-Kitab al-‘Arabiyah, 1948
86
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1981
Machmudah, Umi dan Abdul Wahab Rosyidi. Aktive Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta : UIN Malang Press, 2008
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung : Trigenda Karya, 1993
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997
----------. Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005
----------. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2009
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2006
----------, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2005
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2009
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2010
Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta : Ictiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, t.t
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1989
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta : Bumi Aksara, 2009
87
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007
----------, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009
Surahman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Torito, 1990
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007
Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995
Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983
Kisi-Kisi
Instrument Penelitian
No. Dimensi Dimensi Variabel Indikator No. Item Jumlah
1. Pelaksanaan
Pembelajaran PAI
1. Peserta Didik a. Memiliki Motivasi
untuk belajar
1, 2 2
b. Memiliki kedisiplinan
dalam mengikuti
pembelajaran PAI
3, 4, 5 3
2. Profesionalisme
Pendidik
a. Kepribadian seorang
guru
6, 7, 20 3
b. Paedagogik seorang
guru
8, 9, 10,
16
4
3. Media
Pembelajaran
a. Pemanfaatan Media
pembelajaran
12 1
4. Strategi
Pembelajaran
a. Penggunaan metode
yang menarik
11, 14, 15 3
b. Pengkondisian kelas 13 1
5. Evaluasi
Pembelajaran
a. Mengadakan evaluasi
yang objektif
17, 18, 19 3
ANGKET PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA PLUS PGRI CIBINONG
PENGANTAR
Dalam rangka pengumpulan data bahan penyusunan skripsi, kami
mengharapkan bantuan siswa/siswi untuk menjawab pertanyaan kami. Dalam hal
ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, tetapi jawaban-jawaban yang
paling baik adalah apabila siswa/siswi memilih jawaban yang sesuai dengan apa
yang dirasakan oleh siswa/siswi SMA Plus PGRI Cibinong.
Petunjuk Pengisian Angket
Bacalah Basmalah sebelum mengisinya
Bacalah pertanyaan ini dengan teliti
Berikanlah tanda (√) pada pilihan yang sesuai dengan keadaan anda
dengan katagori:
Selalu : (S)
Sering : (SR)
Kadang-kadang : (K)
Tidak pernah : (TP)
Identitas anda
Nama :
Kelas :
NO. PERNYATAANJAWAB
S SR K TP
1 Saya tidak menyukai pelajaran Agama Islam
2 Saya bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam
tiba
3 Saya pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam
karena malas
4 Saya memperhatikan guru saat menjelaskan materi
Agama Islam
5 Saya selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama
Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
guru
6 Guru Agama saya datang mengajar tepat waktu
7 Guru Agama saya menggunakan pakaian yang rapi dan
sopan
8 Diawal pelajaran, guru Agama saya memberi anda
pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya
9 Guru Agama menguasai materi yang disampaikan
10 Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh
guru sulit dimengerti dan dipahami
11 Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama tidak
menarik / kurang menyenangkan
12 Guru Agama menggukan alat / media yang menarik
dalam pembelajaran
13 Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik
14 Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas
15 Guru Agama menjelaskan materi dengan metode yang
membosankan
16 Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk
berargumen / berpendapat
17 Guru Agama memberikan pertanyaan / evaluasi yang
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan
18 Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu
pembelajaran Agama Islam
19 Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai /
objektif
20 Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin
di kelas
BERITA WAWANCARA
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMA Plus PGRI Cibinong
Nama : Syarifah, S.Pd.I
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Tempat Wawancara : Ruang Guru SMA Plus PGRI Cibinong
Hari / Tanggal : Senin, 15 November 2010
Isi Wawancara :
Bahan Wawancara
1. Bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Agama
Islam?
2. Apa pedoman kurikulum yang dipakai pada mata pelajaran Agama Islam?
3. Apa saja metode (Strategi Pembelajaran) yang dipakai dalam proses
pembelajaran Agama Islam?
4. Apa saja alat peraga atau media pengajaran yang dipakai pada mata
pelajaran Agama Islam?
5. Berapa alokasi waktu yang diberikan untuk Pendidikan Agama Islam
dalam satu pekan?
6. Apakah sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Agama
Islam?
7. Apasaja program kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan Agama
Islam?
8. Bagaimana melakukan evaluasi pelajaran pendidikan Agama Islam?
Hasil Wawancara
1. Proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama di SMA Plus PGRI
Cibinong tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Akan tetapi kegiatan
pembelajaran dilakukan di luar kelas yang diarahkan oleh guru Agama
Islam dan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk
oleh sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran di luar sekolah.
2. SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan atau berpedoman pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Kurikulum KTSP digunakan pada setiap mata
pelajaran di SMA Plus PGRI Cibinong, termasuk pada Pendidikan Agama
Islam.
3. Dalam hal strategi pembelajaran, SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan
pendekatan Quantum Learning, termasuk pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Asas utama pembelajaran quantum adalah membawa dunia
siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa.
Subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru
harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat
digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan
dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang
diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Adapun penggunaan metode itu disesuaikan
dengan bahan pelajaran, metode yang digunakan dalam pembelajaran di
antaranya adalah; metode ceramah, problem solving, diskusi, debat, dan
lainnya.
4. Dalam penggunaan media pembelajaran, kami melihat terlebih dahulu
materi yang akan di sampaikan. Apabila materi yang akan disampaikan
lebih bersifat teori-teori, maka kami menggunakan media visual dalam
bentuk slide power point. Namun jika materi yang akan disampaikan lebih
menitik beratkan pada aspek keterampilan (Praktek), maka kami akan
menggunakan alat peraga, misalnya dalam menjelaskan masalah
pelaksanaan thawaf dalam ibadah haji, kami menggunakan media Ka’bah.
5. Mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Plus PGRI Cibinong, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya
diberikan alokasi waktu dua jam dalam satu minggu. Maka, pihak sekolah
merasa perlu menambah alokasi waktu yang sangat singkat tersebut
dengan membuat kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Guru Agama Islam dan bekerja sama
dengan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh
sekolah SMA Plus PGRI Cibinong. Hal ini diharapkan agar penanaman
nilai-nilai agama yang sangat membutuhkan waktu yang banyak, dapat
terbantu dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas.
Karena SMA Plus PGRI Cibinong memiliki misi menanamkan nilai-nilai
Iman dan Taqwa bagi seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam
segala aspek kegiatan.
6. Sarana yang mendukung pada proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yaitu antara lain; kelas, masjid, perpustakaan keagamaan dan lain-
lain. Adapun prasarana yang mendukung antara lain; buku-buku
keagamaan, ka’bah, LCD, al-Qur’an, Iqro dan lain-lain
7. Program kegiatan keagamaan di SMA Plus PGRI Cibinong telah tersusun
secara sistematis dan terencana, adapun kegiatan tersebut yaitu; program
rutin harian seperti shalat berjama’ah, Bimbingan Belajar Qur’an (BBQ).
Adapun program rutin mingguan yaitu seperti shalat Jum’at berjamaah,
infaq Jum’at, mentoring, kuliah Duha, Qiro’at Qur’an, Hifdzil Qur’an,
kesenian Nasyid dan lain-lain. Adapun kegiatan rutin bulanan yaitu seperti
Baksos, qiyamul lail dan bedah buku. Dan yang terakhir kegiatan rutin
tahunan yaitu seperti muhasabah/zikir bersama, santunan anak
yatim/peduli du’afa, mauled Nabi Muhammad saw, Isra Mi’raj, pesantren
kilat, dan idul Qurban.
8. Cara melakukan evaluasi yaitu dengan melakukan tes diagnostik, tes
formatif dan tes sumatif. Selain itu, guru agama bekerja sama dengan
DKM. AL-MIZAN dalam melihat perkembangan siswa khususnya pada
masalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan.