i
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MODEL COOPERATIVE PROFESIONAL DEVELOPMENT DALAM
PENINGKATAN PROFESIOANALISME DAN KINERJA GURU DI SMA
NEGERI JUMAPOLO
TESIS
Di Ajukan Kepada
Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Magister Manajemen Pendiidkan Agama Islam
Oleh
S O B I R I N
NIM : 144031055
Program Studi : Manajamen pendidikan Islam
Kosentrasi : Supervisi pendidikan Agama Islam
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
TAHUN 2016
ii
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MODEL COOPERATIVE PROFESIONAL DEVELOPMENT DALAM
PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN KINERJA GURU DI SMA
NEGERI JUMAPOLO
Sobirin
ABSTRAK
Pelaksanaan supervisi pendidikan agama Islam dengan model
cooperative profesional development dapat meningkatkan profesionalisme dan
kinerja guru. Keterbatasan jumlah pengawas dan luasnya wilayah binaan
merupakan persoalan dalam supervisi pendidikan agama Islam. Penelitian ini
bertujuan mengetahui: 1). Pelaksanaan supervisi PAI dengan model CPD di
SMA Negeri Jumapolo 2). Peningkatan profesionalisme dan kinerja melalui
supervisi CPD yang dalam pelaksanaanya dapat dilaksanakan dengan dialog
profesional, peer teaching, peer supervision, MGMP.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif positivistik.
Penelitian dilakukan di SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar.
Dengan waktu penelitian selama 2 bulan. Subjek penelitian adalah Pengawas
Pendidikan Agama Islam dan Kepala Sekolah SMA Negeri Jumapolo. Informan
penelitian adalah guru-guru PAI di SMA Negeri Jumapolo, Guru Senior dan
ketua MGMP PAI tingkat SMA di Kabupaten Karanganyar. Data dikumpulkan
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Tekhnik keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data
menggunakan analisis model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) supervisi pendidikan agama
Islam yang dilakukan oleh sesama rekan guru dapat meningkatkan
profesionalisme dan kinerja guru PAI terlihat dari kemampuan guru dalam
penguasaan materi bahan ajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Peningkatan profesionalisme
guru melalui supervisi model CPD dapat dilakukan dengan dialog profesional,
peer supervision, peer teaching, curriculum development.
Kata kunci : Pelaksanaan supervisi PAI dengan model CPD, guru senior
Profesionalisme.
iii
IMPLEMENTATION OF SUPERVISION OF ISLAMIC EDUCATION
WITH COOPERATIVE MODEL OF PROFESSIONAL DEVELOPMENT
IN THE IMPROVEMENT OF PROFESSIONALISM AND
PERFORMANCE OF TEACHER AT SMA JUMAPOLO
Sobirin
ABSTRACT
Implementation of supervision of Islamic education with a cooperative
model of professional development can improve the professionalism and
performance of teachers. The limited number of supervisors and the extent of the
target area are the problems in the supervision of Islamic education. This study
aims at knowing: 1). Implementation of supervision by using a model of CPD that
can effectively improve the quality of supervision which affects the
professionalism and performance of teachers at SMA Jumapolo 2). Model of
supervision which is varied and innovative by using a model of CPD to facilitate
supervision and placing supervisor as a problem solver in the middle of the lack of
personnel supervisor.
This study used a qualitative approach positivistic. The study was
conducted at SMA Jumapolo Karanganyar for two months. Subjects of this study
were Islamic Schools Supervisors and the Head of State High School Jumapolo.
The informants were teachers PAI in SMA Jumapolo, Senior Teacher and head of
PAI MGMPs high school level in Karanganyar. Data were collected through
interviews, observation and documentation. Technique of data validity used
triangulation and triangulation methods. Data analysis used an interactive model.
The results show that: 1) supervision of Islamic studies conducted by
teachers is quite effective in improving the professionalism and performance of
teachers PAI. It can be seen on the ability of teachers in the mastery of teaching
materials, lesson planning, implementation of learning and assessment of learning
outcomes.2) Improvement of professionalism of teachers through CPD model of
supervision can be done by a professional dialogue, peer-supervision, peer-
teaching, curriculum development.
Keywords: Implementation of PAI supervision with model CPD, Senior teacher
Professionalism.
iv
ن الكفاءةالمهنية نموذج التنمية التعاونيةالمهنية في تحسيب اإلشراف التربيةاإلسالميةتنفيذ
فى المدرسة العالية الحكومية جومابولو وأداءالمعلم
صابرين
الملخص
نالكفاءة المهنية نموذج التنمية التعاونيةالمهنية يمكنتحسيب اإلشراف التربيةاإلسالميةتنفيذ
المنطقة المستهدفةهي مسألةاإلشراف مدى عددمحدودمنالمشرفين وأداء المعلم. و
تنفيذاإلشراف ( ۱) تهدف هذا البحث لمعرفة:علىاإلشراف التربيةاإلسالمية.
افمما يؤثر التعاونيةالمهنية التي يمكن أن تحسننوعيةاإلشرباستخدامنموذجنموذج التنمية
( ۲سة العالية الحكومية جومابولو. )أداء المعلمين فى المدرعلىالكفاءة المهنية و
الإلشراف نموذجاإلشرافمتنوعة ومبتكرةباستخدامنموذج التنمية التعاونيةالمهنية لتسهي
مشرفين. ال المشرفكماحل المشاكلفي المنتصفلعدم وجودوضع و
ية استخدم هذ البحث طريقة النوعي مع النهج الوضعي. مكان هذا البحث هو المدرسة العال
موضوع هذا البحث هو شهران. البحث حلول وقتالحكومية جومابولو, كراعانجيار.
هم نوكانالمخبريومدير المدرسة العالية الحكومية جومابولو. شرف التربيةاإلسالمية م
فيها, المعلمينالمدرسة العالية الحكومية جومابولو ، وكبير سالمية في معلم التربيةاإل
درصومدير المدرسة العالية الحكومية جومابولو. وجمع البحوث من البيانات بواسطة ال
ليث التحقق من صحة البيانات باستخدام طريقة التثالتوثيق.واما , و المقابلةومحادثة
تم تحليل البيانات نوعيت وصفيا. والتثليث من مصادر البيانات. وقد
علم اإلشراف علىالتربية اإلسالميةالتي أجراهاالمعلم علي الم( ۱وأظهرت نتائج البحث أن: )
ح التربية اإلسالمية يتضأداء المعلمي األخر فعالةجدا فيتحسينالكفاءة المهنية و
تقييم نتائج م والتعلفيذ التخطيط للدرس، وتنمنقدرةالمعلمين فيالتمكن منالمواد التعليمية، و
مهنية يمكن باستخدامنموذج التنمية التعاونيةالمعلمين تحسينالكفاءة المهنية لل( ۲التعلم. )
المعلم المعلم علي المعلم األخر, وتعليم المعلم علي، وإشراف أن يتمعن طريقالحوار المهني
تطوير المناهج الدراسية.،و األخر
ومدير ية,نموذج التنمية التعاونيةالمهنب التربيةاإلسالميةاإلشراف كلمات البحث: تنفيذ
المعلمين.المدرسة وكبير
v
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MODEL COORPERATIVE PROFESIONAL DEVELOPMENT (CPD)
DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN KINERJA GURU
DI SMA NEGERI JUMAPOLO
Disusun Oleh :
S O B I R I N
NIM. 144031055
Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan penguji tesis pascasarjana
Institut agama Islam Negeri Surakarta
Pada hari Kamis, Tanggal 02 bulan Juni tahun 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam (MPd.I)
Surakarta, Juni 2016
Sekretaris Sidang/Pembimbing II Ketua Sidang (Penguji I/Pembimbing I)
Dr. Islah Gusmian, S.Ag. M.Ag Dr. Fetty Irmawaty, S.Psi. M.Pd.
NIP. 19730522 2003 12 1001 NIP. 19750626 1990 03 2003
Penguji Utama
Dr. Imam Makruf, S.Ag. M.Pd
NIP.19710801 199903 1 003
Direktur Pascasarjana,
Prof.Drs. H. Rohmat, M.Pd. Ph.d
NIP. 19600910 199203 1 003
vi
LEMBAR PERNAYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar magister dari Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasilkarya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebgaian tesis ini bukan asli
karya sendiri atau adanya bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surakarta, Juni 2016
Yang menyatakan,
SOBIRIN
NIM.144031055
vii
MOTTO
تم لن فسكم تم أحسن إن أحسن
“ Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik
bagi diri kalian sendiri”
( QS. Al- Israa :7)
viii
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada :
1. Ayah dan ibu tersayang
2. Istriku tercinta serta kedua putriku
3. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri Surakarta
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ PELAKSANAAN SUPERVISI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MODEL COOPERATIVE
PROFESIOANAL DEVELOPMENT DALAM PENINGKATAN
PROFESIONALISME DAN KINERJA GURU DI SMA NEGERI JUMAPOLO”
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyelesaian studi dan
penulisan tesis ini tidak dari bantuan,arahan, dorongan, dan keterlibatan banyak
pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih sedalam-dalamnya kepada yang terhomat :
1. Dr. Mudhofir, M.Pd, selaku rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
2. Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd. Ph.D, Direktur Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat mengikuti kuliah Pascasarjana jurusan Manajeman Pendidikan
Islam
3. Dr. Fetty Irmawati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
membimbing, memberi semangat, dan arahan yang sangat betmanfaat bagi
terselesainnya tesis ini.
4. Dr. Islah Gusmian, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar
membimbing, memberi semangat, dan arahan yang sangat betmanfaat bagi
terselesainnya tesis ini.
x
5. Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen pendidikan Islam yang telah
memberikan bantuan dalam perkuliahan.
6. Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah mendidik dan
banyak memberikan inspirasi.
7. Drs. Djahidul Wa’di, M.Pd, selaku pengawas PAI tingkat M.Ts/SMA/SMK
di kabupaten karanganyar yang telah memberikan banyak informasi tentang
pelaksanaan supervisi pendidikan Agama Islam
8. Drs. Sardiyo,M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri Jumapolo yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin
9. Segenap guru PAI SMA Negeri Jumapolo, yang telah memberikan informasi
kepada penulis
10. Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Aimas, beserta dewan guru dan
seluruh siswa/siswi SMK Muhammadiyah Aimas, yang telah memberikan
dukungan kepada penulis untuk melanjutkan studi di IAIN Surakarta..
11. Ayah-ibu, bapak-ibu mertua, adik-adikku yang senantiasa memberikan doa
dan dukungannya sehingga perjuangan yang melelahkan ini dapat
terselesaikan.
12. Istriku tercinta Diah Anjarwati beserta kedua putri terscinta Jihan Abiati
Ghaisa dan Aqilla Andromeda Shidqiya Nismara, atas pengorbanan,
ketabahan dan kesabarannya dalam mendo’akan penulis agar berhasil dalam
menempuh pendidikan
xi
Penukis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis pribadi,
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Februari 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................10
C. Tujuan Penulisan .................................................................................11
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................11
BAB II. KAJIAN TEORI ................................................................................12
A. Teori Yang Relevan ............................................................................12
1. Pengertian supervisi pendidikan ...................................................12
2. Pengertian Pengawas pendidikan Islam ........................................15
3. Kompetensi Pengawas PAI ...........................................................18
4. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas PAI .......................................21
a. Tugas-tugas Supervisor ...........................................................21
b. Fungsi supervisi dalam pembelajaran .....................................24
5. Supervisi Model Cooperetive Profesional Development (CPD) ..27
a. Pengertian supervisi CPD .......................................................27
b. Ciri-ciri supervisi CPD ............................................................31
6. Profesionalisme Guru ....................................................................41
xiii
a. Pengertian profesionalisme guru .............................................41
b. Kompetensi guru profesional ..................................................45
c. Kriteria guru profesional .........................................................50
7. Kinerja Guru..................................................................................53
a. Pengertian kinerja guru............................................................53
b. Indikator kinerja guru ..............................................................60
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru......................62
B. Penelitian Yang Relevan .....................................................................68
BAB III. Metodologi Penelitian ......................................................................72
A. Pendekatan Penelitian .........................................................................72
B. Latar Setting Penelitian ..................................................................... \73
C. Subjek dan Informan Penelitian ......................................................... 73
1. Subjek penelitian ...........................................................................73
2. Informan penelitian .......................................................................73
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................76
1. Observasi ......................................................................................74
2. Wawancara ....................................................................................74
3. Dokumentasi .................................................................................75
E. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................76
F. Teknik Analisis Data ...........................................................................79
G. Sistematika Penulisan .........................................................................81
BAB IV. HASIL PENELITIAN .....................................................................83
A. Deskripsi Data .....................................................................................83
1. Profil SMA Negeri Jumapolo .......................................................84
a. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ...............................................84
1). Visi sekolah .......................................................................84
2). Misi sekolah .......................................................................84
3). Tujuan sekolah ...................................................................85
b. Data sekolah ............................................................................85
c. Kepala sekolah ........................................................................86
xiv
d. Jumlah guru SMA Negeri Jumapolo .......................................86
e. Data siswa SMA Negeri Jumapolo tahun 2015/2016 .............87
f. Sarana prasarana......................................................................87
g. Prestasi SMA Negeri Jumapolo ..............................................89
2. Pelaksanaan supervisi PAI di SMA Negeri Jumapolo ..................91
3. Pelaksanaan supervisi dengan model CPD di SMA Negeri .............
Jumapolo .....................................................................................101
4. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru melalui supervisi
Model CPD .................................................................................109
B. Penafsiran Data .................................................................................122
1. Pelaksanaan supervisi PAI di SMA Negeri Jumapolo ................123
2. Pelaksanaan supervisi dengan model CPD di SMA Negeri
Jumapolo .....................................................................................124
3. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru melalui .............124
Supervisi dengan model CPD ...........................................................
C. Pembahasan .......................................................................................127
1. Pelaksanaan supervisi PAI di SMA Negeri Jumapolo ...............127
2. Pelaksanaan supervisi dengan model CPD di SMA Negeri
Jumapolo ....................................................................................135
3. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru melalui
Supervisi dengan model CPD ....................................................139
BAB V. PENUTUP .......................................................................................154
A. Kesimpulan .......................................................................................154
B. Implikasi ............................................................................................155
C. Saran-saran ........................................................................................155
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................157
LAMPIRAN ........................................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Tim yang kreatif ..........................................................................37
Gambar 2.2. Kinerja pegawai..........................................................................64
Gambar 2.3. Efektivitas pembelajaran ............................................................66
Gambar 3.1 Triangulasi sumber ......................................................................78
Gambar 3.2. Triangulasi Metode ....................................................................79
Gambar 3.3. Teknik analisa data .....................................................................80
Gambar 4.1. Kinerja pengawas .....................................................................131
Gambar 4.2. Kinerja guru..............................................................................152
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah guru SMA Negeri Jumapolo ............................................162
Tabel 4.2. Jumlah siswa SMA Negeri Jumapolo tahun 2015/2016 ................87
Tabel 4.3. Kondisi Sarana dan prasarana ........................................................87
Tabel. 4.4 Prestasi siswa .................................................................................90
Tabel 4.5. Prestasi guru ...................................................................................91
Tabel 4.6. Rencana strategis sekolah program kepengawasan ......................93
Tabel 4.7. Rencana pengwasan akademik pengawas PAI ............................. 94
Tabel 4.8. Rencana pengawasan akademik .....................................................95
Tabel 4.9. Jadwal supervisi kunjungan kelas ..................................................97
Tabel 4.10. Instrumen pelaksanaan supervisi ...............................................102
Tabel 4.11. Instrumen penilaian RPP ............................................................104
Tabel 4.12. Program semester GASAL.........................................................160
Tabel 4.13. Program semester genap ............................................................164
Tabel 4.14 Analisis hasil ulangan harian ......................................................115
Tabel 4.15. Daftar wali kelas ........................................................................119
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran kisi-kisi panduan wawancara ..............................................................
Lampiran panduan dokumentasi .........................................................................
Lampiran panduan observasi/pengamatan ..........................................................
Lampiran panduan wawancara ............................................................................
Lampiran panduan catatan lapangan ...................................................................
Lampiran keabsahan data ....................................................................................
\Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelejaran ..................................................
Lampiran data jumlah guru SMA Negeri Jumapolo ...........................................
Lampiran data program tahunan .........................................................................
Lampiran program semester ................................................................................
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MODEL COOPERATIVE PROFESIONAL DEVELOPMENT DALAM
PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN KINERJA GURU DI SMA
NEGERI JUMAPOLO
Sobirin
ABSTRAK
Pelaksanaan supervisi pendidikan agama Islam dengan model cooperative
profesional development dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.
Keterbatasan jumlah pengawas dan luasnya wilayah binaan merupakan persoalan
dalam supervisi pendidikan agama Islam. Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1).
Pelaksanaan supervisi PAI dengan model CPD di SMA Negeri Jumapolo 2).
Peningkatan profesionalisme dan kinerja melalui supervisi CPD yang dalam
pelaksanaanya dapat dilaksanakan dengan dialog profesional, peer teaching, peer
supervision, MGMP.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif positivistik. Penelitian
dilakukan di SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Dengan waktu
penelitian selama 2 bulan. Subjek penelitian adalah Pengawas Pendidikan Agama
Islam dan Kepala Sekolah SMA Negeri Jumapolo. Informan penelitian adalah guru-
guru PAI di SMA Negeri Jumapolo, Guru Senior dan ketua MGMP PAI tingkat
SMA di Kabupaten Karanganyar. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi. Tekhnik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Analisis data menggunakan analisis model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) supervisi pendidikan agama Islam
yang dilakukan oleh sesama rekan guru dapat meningkatkan profesionalisme dan
kinerja guru PAI terlihat dari kemampuan guru dalam penguasaan materi bahan
ajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil
pembelajaran. 2) Peningkatan profesionalisme guru melalui supervisi model CPD
dapat dilakukan dengan dialog profesional, peer supervision, peer teaching,
curriculum development.
Kata kunci : Pelaksanaan supervisi PAI dengan model CPD, guru senior
Profesionalisme.
IMPLEMENTATION OF SUPERVISION OF ISLAMIC EDUCATION WITH
COOPERATIVE MODEL OF PROFESSIONAL DEVELOPMENT IN THE
IMPROVEMENT OF PROFESSIONALISM AND PERFORMANCE OF
TEACHER AT SMA JUMAPOLO
Sobirin
ABSTRACT
Implementation of supervision of Islamic education with a cooperative
model of professional development can improve the professionalism and performance
of teachers. The limited number of supervisors and the extent of the target area are
the problems in the supervision of Islamic education. This study aims at knowing: 1).
Implementation of supervision by using a model of CPD that can effectively improve
the quality of supervision which affects the professionalism and performance of
teachers at SMA Jumapolo 2). Model of supervision which is varied and innovative
by using a model of CPD to facilitate supervision and placing supervisor as a problem
solver in the middle of the lack of personnel supervisor.
This study used a qualitative approach positivistic. The study was conducted
at SMA Jumapolo Karanganyar for two months. Subjects of this study were Islamic
Schools Supervisors and the Head of State High School Jumapolo. The informants
were teachers PAI in SMA Jumapolo, Senior Teacher and head of PAI MGMPs high
school level in Karanganyar. Data were collected through interviews, observation and
documentation. Technique of data validity used triangulation and triangulation
methods. Data analysis used an interactive model.
The results show that: 1) supervision of Islamic studies conducted by
teachers is quite effective in improving the professionalism and performance of
teachers PAI. It can be seen on the ability of teachers in the mastery of teaching
materials, lesson planning, implementation of learning and assessment of learning
outcomes.2) Improvement of professionalism of teachers through CPD model of
supervision can be done by a professional dialogue, peer-supervision, peer-teaching,
curriculum development.
Keywords: Implementation of PAI supervision with model CPD, Senior teacher
Professionalism.
كفاءةالمهنية نموذج التنمية التعاونيةالمهنية في تحسين الب اإلشراف التربيةاإلسالميةتنفيذ
فى المدرسة العالية الحكومية جومابولو وأداءالمعلم
صابرين
الملخص
كفاءة المهنية نموذج التنمية التعاونيةالمهنية يمكنتحسينالب اإلشراف التربيةاإلسالميةتنفيذ
راف المنطقة المستهدفةهي مسألةاإلشراف علىاإلشمدى عددمحدودمنالمشرفين وأداء المعلم. و
تنفيذاإلشراف باستخدامنموذجنموذج التنمية( ۱) ف هذا البحث لمعرفة:تهدالتربيةاإلسالمية.
داء المعلمين أالتعاونيةالمهنية التي يمكن أن تحسننوعيةاإلشرافمما يؤثر علىالكفاءة المهنية و
نموذجاإلشرافمتنوعة ومبتكرةباستخدامنموذج ( ۲سة العالية الحكومية جومابولو. )فى المدر
فلعدم وجودالمشرفكماحل المشاكلفي المنتصوضع نية لتسهيالإلشراف والتنمية التعاونيةالمه
مشرفين. ال
استخدم هذ البحث طريقة النوعي مع النهج الوضعي. مكان هذا البحث هو المدرسة العالية
شرف موضوع هذا البحث هو مشهران. البحث حلول وقتالحكومية جومابولو, كراعانجيار.
معلم هم وكانالمخبرينمدرسة العالية الحكومية جومابولو. ومدير الالتربيةاإلسالمية
مدير والمعلمين فيها, المدرسة العالية الحكومية جومابولو ، وكبير التربيةاإلسالمية في
ة ومحادث رصدالمدرسة العالية الحكومية جومابولو. وجمع البحوث من البيانات بواسطة ال
ليث من البيانات باستخدام طريقة التثليث والتث التحقق من صحةالتوثيق.واما , و المقابلة
مصادر البيانات. وقد تم تحليل البيانات نوعيت وصفيا.
اإلشراف علىالتربية اإلسالميةالتي أجراهاالمعلم علي المعلم( ۱وأظهرت نتائج البحث أن: )
التربية اإلسالمية يتضحأداء المعلمي األخر فعالةجدا فيتحسينالكفاءة المهنية و
تقييم نتائج التعلم والتخطيط للدرس، وتنفيذ منقدرةالمعلمين فيالتمكن منالمواد التعليمية، و
ية يمكن أن باستخدامنموذج التنمية التعاونيةالمهنمعلمين تحسينالكفاءة المهنية لل( ۲التعلم. )
م األخرعلالمعلم علي المعلم األخر, وتعليم المعلم علي الم، وإشراف يتمعن طريقالحوار المهني
تطوير المناهج الدراسية.،و
ومدير المدرسة نموذج التنمية التعاونيةالمهنية,ب اإلشراف التربيةاإلسالميةكلمات البحث: تنفيذ
المعلمين.وكبير
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia di suatu negara,
adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan di negara tersebut. Sedangkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan komitmen yang tinggi dari
semua komponen yang menjadi penggerak sekolah tersebut. Tiap langkah dalam
mewujudkan mutu pendidikan yang baik di sekolah memerlukan disiplin,
tanggung jawab bersama, dan komitmen bersama.
Dalam pencapaian keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan
faktor yang paling sentral dan guru memiliki peran yang sangat strategis, baik
sebagai perencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun penilai
pembelajaran. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan
terus menerus agar dalam pembelajaran dapat efektif dan efesien.
Guru dituntut harus memiliki profesionalisme dan kinerja yang memadai.
Mampu untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi
pedagogik, personal, professional maupun sosial. Hal tersebut lantaran guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari
aspek guru itu sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
2
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam suatu manajemen pendidikan
yang profesional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Ssmtem Pendiidkan
Nasional pada pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas guru adalah merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menialai hasil pembelalajaran, dan
melakukan pembimbingan dan pelatihan. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat menyatakan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevalusi peserta didik pada
jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya
pada pasal 20 dijelaskan bahwa salah satu kewajiban guru adalah merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan
mengevaluasi pembelajaran, serta meningkatkan dan, mengembangkan kualifikasi
akademik. Selanjutnya Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
pada pasal 52 ayat 1 menegaskan bahwa tugas pokok guru adalahmerencanakan
pe,mbelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran
membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan kegiatan poko sesui dengan beban kerja.
Berbagai tugas yang diemban guru seperti yang diamanatkan oleh berbagai
peraturan tersebut diatas mengisyartakan betapa strategisnya tugas guru dalam
mengebangkan potensi yang dimilki oleh peserta didik. Guru tidak saja menjadi
rujukan bagi peserta didik, tetapi guru, merupakan “pencipta” dalam menciptakan
3
peran dan perilaku peserta didik pada saat menjadi bagian dari masyarakat yang
sesungguhnya.
Dengan demikian guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus
mampu mamikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan
lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan efektif . Disamping itu juga guru
dituntut agar mampu mengorganisasikan kelas, menggunakan metode belajar yang
bervariasi, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.
Peran guru yang strategis menuntut kerja profesional, dan mampu
mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam peserta didik. Begitu besar
tanggung jawab serta peran seorang guru dalam menopang majunya peradaban di
Indonesia. Menjadi guru profesional merupakan idaman semua guru di Indonesia,
berdasarkan data yang penulis peroleh khusus kualitas guru (2002-2003) data guru
yang layak mengajar, untuk SD hanya 21,07 % (negeri) dan 28,94% (swasta),
untuk SMP 54,12 % (negeri) dan 60,09 % (swasta), untu SMA 65,29 % (negeri)
dan 64,73 % (swasta), serta untuk SMK 55,49% (negeri) dan 58,26 % (swasta).
(dalam Laporan Penelitian Tjipto Subadi, 2009: 50-51).
4
Terdapat dua faktor dalam upaya peningkatan profesionalisme guru, Faktor
pertama yang merupakan faktor internal atau dari guru itu sendiri. Guru harus
mempunyai komitmen dan daya abstaraksi yang baik, sehingga guru mampu,
memecahkan segala permasalahan yang di hadapi dalam Kegiatan Belajar
Mengajar dan bagaiman cara meningkatkann profesionalismenya.
Faktor kedua yaitu faktor eksternal atau faktor dari luar, dalam hal ini
peningkatan profesionalisme guru dipengaruhi oleh kondisi diluar kendali guru
seperti kepala sekolah, dan pengawas sekolah atau pengawas PAI. Dalam
meningkatkan profesionalisme, guru mendapat bimbingan oleh supervisor yang
dalam istilah pendidikan disebut pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berat, serta mempunyai peran yang penting terhadap
perkembangan dan kemajuan sekolah. Keberadaannya sangat diharapkan oleh
guru dalam rangka membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya
peningkatan kualitas pembelajaran guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada
Kementerian Agama atau sekolah di bawah naungan dinas. Pengawasan dalam
rangka mengetahui serta memperbaiki berbagai kelemahan yang selama ini
dilakukan menuju pencapaian tujuan kegiatan yang telah direncanakan dan
ditetapkan.
Peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru
yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional. Dengan
5
demikian peningkatan kemampuan profesional guru merupakan bantuan atau
memberikan kesempatan kepada guru tersebut melalui program dan kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah. Sebagai seorang guru dituntut kreativitasnya dalam
meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Guru tidak harus berharap
banyak terhadap kontribusi pemerintah, lembaga-lembaga swasta dalam upaya
meningkatkan kualitas guru. Tetapi gurulah harus berperan aktif dalam
meningkatkan profesionalismenya. Artinya bahwa gurulah yang seharusnya
meminta bantuan kepada yang berwenang untuk meminta pembinaan atau gurulah
yang menentukan profesionalisme dirinya sendiri.
Peningkatan kemampuan profesional guru bukan sekedar diarahkan kepada
pembinaan aspek-aspek yang bersifat adminstratif kepegawaian, harusnya
Peningkatan kemampuan profesional guru lebih mengarah kepada peningkatan
keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang pendidik. Menurut Glickmen
(1991) guru profesional memilki dua ciri yaitu tingkat kemampuan abstraksi yang
tinggi dan komitmen yang tinggi. Oleh sebab itu pembinaan profesionalosme guru
harus diarahkan pada dua hal itu.
Peran pengawas sangat dibutuhkan, sebagai gurunya guru, dalam
peningkatan profesionalisme dan kinerja guru. hal ini memposisikan pengawas
haruslah cakap dalam jabatanya. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007 tentang standar Kompetensi Pengawas
dan Kualifikasi Akademik yang menjadi persyaratan utama pengawas profesional,
dengan munculnya regulasi ini ada harapan bahwa posisi pengawas sebagai
6
gurunya guru, serta mitra utama kepala sekolah dalam pengembangan sekolah
semakin efektif.
Permaslahan pengawasan saat ini sangat komplek, bukan saja minimnya
jumlah pengawas, tetapi rendahnya kualitas pengawasan menjadi faktor utama
rendahnya profesionalisme dan kinerja guru. Permasalahan pelaksanaan
pengawasan yang mengakibatkan rendahnya profesionalisme dan kinerja guru
diakibatkan sistem kepengawasan yang tidak efektif. Hal ini terungakap dalam
penelitian jurnal (Herny Juniasri:2014)) Yang menjelaskan bahwa: 1). Supervisi
masih menekankann pada aspek administrasi dan mengabaikan aspek
profesionalisme. 2). Tatap muka antara pengawas dan guru sangat sulit
dikarenakan beban kerja yang banyak dan banyaknya jumlah guru yang menjadi
tanggung jawab pengawas, serta wilayah yang luas. 3). Supervisor sudah lama
tidak mengajar sehingga dibutuhkan bekal tambahan untuk dapat mengikuti
perkembangan baru. 4). Pada umumnya supervisi yang dilakukan masih bersifat
satu jalur dari atas ke bawah atau satu arah hanya terfokus pada pengawas. 5).
Potensi guru sebagai pembimbing tidak dimanfaatkan
Kompetensi pengawas dalam menjalankan tugasnya harus benar-benar
terukur dan terencana, sehingga pembinaan yang dilakukan terhadap guru-guru
tidak sekedar admimstratif tapi lebih bersifat konstruktif dan edukatif. Pengawas
harus menguasai tiga jenis keterampilan dalam supervisi yaitu keterampilan teknis
(technical skill), keterampilan manajerial (managerial skill) dan keterampilan
7
manusiawi (human skill) Alfonso (1981) (dalam Masaong, 2013 : 74). Oleh karena
itu pengawas dalam melaksanakan tugasnya bukan hanya sekedar mengoreksi
serta mengawasi para guru saja, akan tetapi pengawas harus mampu menjadi
problem solver terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru.
Keterampilan teknis merupakan keterampilan untuk menggunakan metode-
metode dan teknik-teknik membimbing dan memfasilitasi guru dalam
mengembangkan komptensinya, keterampilan manajerial merupakan keterampilan
membuat keputusan pembinaan dalam hubunganya dengan-elemen-elemen
instruksional (Kepala sekolah/guru) bekerja. Keterampilan manusiawi merupakan
keterampilan untuk melakukan kerja sama dengan para guru dan aparat sekolah
lainnya secara efektif.
Pelaksanaan supervisi atau pengawasan, tidak terlepas dari model supervisi
yang digunakan oleh supervisor dalam mengukur atau untuk mengetahui
profesionalisme guru. Selama ini pengawas dalam menjalankan tugasnya masih
sering menggunakan model pengawas klasikal, model klasikal lebih memposisikan
pengawas terkesan mencari-cari kesalahan dari guru dalam pelaksanaan supervisi,
sehingga mind sett para guru ketika di datangi oleh pengawas, pengawas identik
algojo yang siap mengeksekusi terdakwa, perasaan bingung, bahkan enggan
melaksanakan tugasnya dikarenakan akan di supervise oleh pengawas.
Kemampuan setiap guru tentunya sangat berbeda, antara satu guru dengan
guru yang lain. Menurut Glickmen (dalam Sri Banun Muslim, 2010 :82),
kemampuan abstaraksi guru terbagi menjadi tiga kelompok yaitu, rendah (Low),
8
menengah (moderate) dan tinggi (high ). Dengan demikian pelaksanaan supervisi
juga harus di sesuaikan dengan kemampun guru, pengawas tidak boleh
menyamakan semua guru hanya dengan satu model supervisi saja, tentunya ini
akan berimbas kepada daya tangkap dan kemampuan guru sebagai objek supervisi
akan menjadi bosan, jenuh, ketakutan, terhadap pelaksanaan supervise yang
dilakukan oleh pengawas.
Berdasarkan pengamatan penulis selama ini, regulasi yang dikeluarkan
pemerintah dalam hal ini Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(PERMENDIKNAS) Nomor 12 tahun 2007, belum dilaksanakan secara maksimal
bahkan tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang ada di dareah-daerah,
permasalahan-permasalahan yang terjadi pengangkatan pengawas yang tidak
prosedural yang didasarkan hanya kedekatan interpersonal serta jabatan
penghargaan bagi guru-guru atau kepala sekolah yang tua dan lama mengabdi.
Sistem perekrutan yang tidak baik inilah yang mengakibatkan kompetensi
pengawas di bawah standar yang di harapkan pemerintah. Pengawas hanya sekedar
menggugurkan kewajiban dalam melaksanakan tugasnya, pengawas terkesan
mencari celah-celah kekuarangan dari guru. Di tambah lagi intensitas pengawasan
yang dilakukan oleh para pengawas sangat kurang. Bahkan ada sebagian guru di
daerah-daerah tertentu tidak pernah di kunjungi oleh pengawas atau supervisor
untuk melakukan supervisi atau pengawasan. Inilah salah satu penyebab rendahnya
profesionalisme serta kinerja guru.
9
Model supervisi yang menitik beratkan pada kerjasama dalam
pengembangan profesionalisme guru atau Coorperative Profesional Development
(CPD). Model supervisi ini merupakan model supervisi pengembangan
profesionalisme guru. Model ini dilakukan dengan cara membentuk kelompok atau
tim minimal dua atau tiga orang, mereka sepakat untuk saling membantu
memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Model ini dirasa sengat efektif
ketika guru dihadapkan oleh permasalahan pengawas yang jarang bahkan tidak
pernah datang melakukan supervisi. Supervisi model CPD dapat di koordinir oleh
Kepala sekolah atau pengawas PAI.
Supervisi model CPD, sudah dilaksanakan di SMA Negeri Jumapolo,
tentunya hal ini berdasarkan pada pengamatan atau hasil research yang dilakukan
oleh penulis, sejak bulan Januari samapi dengan Februari di SMA Negeri
Jumapolo, dari hasil research tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa; Pertama,
supervisi PAI dengan Model CPD sudah dilaksanakan dan bahkan telah terjadwal
di sekolah tersebut tetapi supervisi dilakukan oleh guru yang latar belakang
pendidikannya bukan GPAI. Kedua, Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI)
belum maksimal dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran, pengwas PAI dalam
kegiatan pengawasan terfokus pada kegiatan MGMP tetapi intensitas kehadirannya
tidak maksimal. Ketiga, para guru PAI aktif terlibat dalam forum MGMP, yang
merupakan wadah guru mata pelajaran untuk meningkatkan profesionalisme guru,
dalam forum MGMP tersebut secara tidak langsung terjadi proses supervisi antara
guru dengan guru, khususnya guru senior memberikan bimbingan kepada guru
10
junior dalam hal bagaimana pembuatan silabus, RPP, penetapan KKM dan lain-
lain secara baik. Keempat, guru PAI di SMA Negeri Jumapolo berjumlah empat
orang, dua diantaranya saat ini sedang menempuh pendidikan Magister di Jogja
dan Surakarta. Kelima, satu diantara guru PAI di SMA Negeri Jumapolo adalah
guru honorer dan berlatar belakang pendidikan adalah Bahasa Arab.
Berdasarkan pandangan ideal serta fakta dan realita dalam dunia
pendidikan inilah maka penulis berusaha mengangkat permasalahan yang
berkaitan dengan kepengawasan yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan dengan
munggunakan model CPD (coorperative professional development) sebagai upaya
peningkatan profesioanlisme dan kinerja guru di SMA Negeri Jumapolo
Kabupaten Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelakasanaan supervisi pendidikan dengan menggunakan
model CPD ?
2. Bagaimanakah peningkatan profesionalisme dan kinerja guru melalui
supervisi pendidikan dengan model CPD?
11
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini menghasilkan produk berupa (1) Pelaksanaan
supervisi dengan menggunakan model CPD yang menitik beratkan pada kerjasama
guru 2 orang atau lebih yang bersepakat untuk mengembangkan profesionalisme di
SMA Negeri Jumapolo (2) Model pengawasan CPD dalam pelaksanaannya dengan
menggunakan model klinis, peer supervision, peer- coaching dan MGMP.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan sosial tentang; (1) Peningkatan kualitas Pengawasan pada mata
pelajaran PAI di SMA Negeri Jumapolo (2) langkah-langkah kepengawasan dengan
menggunakan model CPD meningkatkan kualitas pengawasan yang berimplikasi
pada profesionalisme dan kinerja guru.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori yang Relevan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan sudah
terlaksana atau belum terlaksana (Sehartian, 1985:353) dalam pengertian ini
pengawasan bersifat dua yaitu untuk mengetahui apakah tujuan kegiatan sudah
terwujud dan proses kegiatan dapat terlaksana. Dan ini sesuai dengan James H
Dannely Jr. Et.al dalam “all activities which the manager under takes attenting to
assure the actual oprations conforms to planned operation” (Sehartian, 1985:354).
Berdasarkan pengertian di atas maka supervisi lebih identik dengan
pengawasan, pengawasan akan lebih berkecenderungan bersifat inspeksi dan
mencari-cari kesalahan dalam melaksanakan pengawasan. Kondisi mencari-cari
kesalahan dalam supervisi sangatlah tidak ideal dan mengakibatkan preseden
buruk terhadap pengawas. Pada dasarnya pengawasan berbeda dengan supervisi,
pengawasan lebih identik dengan inspeksi dan inspeksi terkesan mencari-cari
kesalahan sedangkan supervisi lebih bersifat demokratis. Hal ini sesperti apa yang
di jelaskan oleh Masaong Supervisi sering diartikan sebagai pengawasan, akan
tetapi pada hakekatnya supervisi berbeda dengan pengawasan, pengawasan ada
yang mengatakan lebih bersifat otoriter sedangkan supervisi lebih bersifat
demokratis (Masaong, 2013:1).
13
Di dalam institusi pendidikan, supervisi lebih ditekankan kepada kegiatan
akademik, secara etimologis supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
dua kata, yaitu super dan vision. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision
berarti melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang dilakukan oleh atasan
(pengawas/kepala sekolah) terhadap perwujudan kegiatan pembelajaran (Masaong,
2013 :3).
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas dalam
kaitannya proses perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan
mengedepankan asas demokratis serta menjadikan guru sebagi partner dalam
kegiatan tersebut itulah merupakan hakekat dari supervisi. Supervisi dapat
diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan sebagai upaya
memperbaiki kinerja yang dilakukan oleh bawahannya. Hal ini sejalan seperti apa
yang dijelaskan oleh Marks dkk mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan
supervisi lebih sering digunakan karena lebih bersifat demokratis, sistematis,
kreatif, berpusat pada pertumbuhan dan produktivitas (Sri Banun Muslim, 2009:
38)
Dari rumusan di atas dapat dipahami bahwa sasaran kegiatan supervisi
lebih bersifat umum, menyangkut semua aspek kegiatan dan penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran di sekolah dan bisa pula hanya berkisar pada Proses
Belajar Mengajar (PBM). Supervisi yang bersifat umum lebih mengarah kepada
kepala sekolah sebagai sasaran supervisi, sebab supervisi kepala sekolah lebih
mengarah kepada manajemen untuk perbaikan pengelolan sekolah. Sedangkan
14
supervisi PBM lebih menekankan kepada guru sebagai sasaran supervisi, karena
gurulah yang mengelola kegiatan belajar-mengajar.
Boardman dan Bent mengatakan (dalam Maunah, 2009:15) bahwa
supervisi pendidikan adalah usaha mendorong, mengkoordinasikan, dan
membimbing perkembangan guru baik secara perseorangan atau kelompok agar
mereka mendapakan pengertian yang lebih baik dan secara efektif melaksanakan
semua fungsi mengajar, sehingga lebih memungkinkan mendorong dan
membimbing perkembangan siswa.
Berdasarkan pengertian di atas supervisi tidak lagi dikonotasikan sebagai
pengawasan tapi lebih diidentikan dengan supervisi dan lebih bersifat demokratis.
Supervisi yang dilakukan bukan saja secara perseorangan atau individu, tapi juga
pelaksanaan supervisi dapat dilaksanakan dengan cara berkelompok atau supervisi
berkelompok. Dengan demikian supervisi merupakan proses membimbing,
mengarahkan, mengontrol guru, sehingga guru dapat mengoptimalkan segala
potensi yang ada dalam dirinya. Dengan potensi tersebut guru akan berusaha
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar secara optimal. Hal ini diharapkan akan
berpengaruh pada peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatnya mutu
siswa.
Sejalan dengan pembahasan itu, maka Departemen Pendidikan Nasional
(DEPDIKNAS) (1994) merumuskan supervisi pendidikan sebagai pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuannya untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
15
Dengan demikian supervisi pendidikan merupakan proses perbaikan dalam
PBM yang dilaksanakan antara supervisor dan guru baik secara individu ataupun
kelompok, yang saling berkesinambungan, sistematis, terarah dan berkualitas
sehingga tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam
Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah dalam
pasal 1 ayat (4) disebutkan:
”Pengawas Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya disebut Pengawas PAI
pada sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan
fungsional pengawas pendidikan agama.Pengawas Pendidikan Agama Islam
yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah”.(Peraturan Menteri
Agama (PMA) No. 2 tahun 2012 : 2)
Dari kutipan di atas bisa dipahami bahwa pengawas PAI merupakan seorang
guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik yang berada dalam naungan Pemerintah
daerah Kota atau Kabupaten, atau dalam naungan Kementrian Agama Republik
Indonesia (Kementrian Agama), yang bertugas memberikan pengawasan kepada
guru-guru agama Islam khusus yang ada di lembaga pendidikan yang bernaung di
bawah naungan Pemda atau Dinas Pendidikan. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa pengawas sekolah akan berbeda dengan pengawas madrasah.
Pengawas Madrasah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam
jabatan fungsional Pengawas satuan pendidikan yang tugas, tanggung jawab, dan
wewenangnya melakukan pengawasan akademik dan manajerial pada madrasah.
16
(Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2013 pasal 1 ayat
3). Pengawas madrasah sebagaimana dimaksud dalam PMA di atas merupakan
pegawai negeri sipil yang berstatus sebagai guru, di angkat oleh Kementrian
Agama yang ada di wilayah tugasnya, menjadi pengawas madrasah, dan bertugas
memberikan layanan bantuan atau kepengawasan kepada madrasah-madrasah atau
sekolah-sekolah di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia dan
bertanggung jawab kepada Kementrian Agama. Sementara itu, Binti Maunah
dalam Bukunya Supervisi Pendidikan Islam Praktek dan teori memberikan
pendapat yang berbeda kaitannnya dengan Pengertian Pengawas Pendidikan
Agama Islam. Binti Muanah menjelaskan Pengawas Pendidikan Agama Islam
(PPAI) merupakan pejabat fungsional di lingkungan Kementrian Agama yang
melakukan tugas di semua lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu sekolah umum
(TK, SD, SLTP, SMU/SMK dan SLB) dalam lingkungan Direktorat Jendral
Pendidikan Nasional, dan Madrasah (RA, BA, MI, MTs, MA, MD) termasuk
Madrasah Slafiyah atau Pesantren (Maunah, 2009:281).
Menurut penulis sendiri pengawas pendidikan Agama Islam berbeda
dengan pengawas madrasah. Asumsinya bahwa pengawas pendidikan agama Islam
merupakan pengawas yang diangkat oleh pemerintah daerah atau Kementrian
Agama, dan tanggung jawab yang berbeda. Pengawas PAI yang ditunjuk oleh
Dinas Pendidikan/ Pemerintah Daerah atau Pengawas PAI yang diangkat oleh
Kemenag. Pengawas PAI merupakan pegawai Kementrian Agama atau Pemerintah
Daerah, yang ditugaskan di sekolah-sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan
17
hanya mempunyai wewenang mensupervisi GPAI, serta supervisi hanya bersifat
pembinaan akademik atau supervisi akademik dan memberikan masukan atau
saran kepada Kepala sekolah, sedangkan Pengawas Madrasah adalah pengawas
yang di angkat oleh Kementrian Agama yang di berikan wewenang dan tanggung
jawab untuk mensupervisi atau memberikan layanan pengawasan kepada sekolah-
sekolah di bawah naungan Kementrian Agama, baik supervisi manajerial,
supervisi umum ataupun supervisi akademik.
Berdasarkan pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) adalah pejabat fungsional yang
diangkat berdasarkan Surat Keputusan (SK) baik dari Bupati/
Walikota/Kementrian Agama, yang bertugas melakukan pengawasan pada satuan
pendidikan atau sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Penjelasan tersebut
berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 tentang Pengawas
Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah dalam pasal 12
ayat (1) : Pengawas Madrasah dan pengawas PAI pada sekolah diangkat oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan (2) Bupati/Walikota dapat mengangkat
Pengawas PAI pada Sekolah setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
Sedangkan pengawas madrasah adalah PNS yang diangkat oleh
Kementrian Agama, yang diangkat menjadi pengawas dan melakukan pengawasan
di sekolah-sekolah di bawah naungan Kementrian Agama, pengawasan yang
18
dilakukan meliputi pengawasan umum (Kepala sekolah dan guru serta seluruh
komponen madrasah).
3. Kompetensi Pengawas PAI
Untuk dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik, seorang
supervisor harus memiliki kompetensi yang diperlukan untuk menunjang
pekerjaanya. Secara implisit kompetensi supervisor tersebut dapat dipahami dari
tugas dan perannya sebagai seorang supervisor. Alfonso et.all (dalam Muslim,
2008:68) mengatakan “Seorang supervisor harus memiliki technical competence is
the ability to perform in the task area being supervised dan managerial
competence is the ability to provide conditions and promote the behavior for the
achievement of the objectives of supervision”.
Secara garis besar pengawas harus menguasai kompetensi teknik dalam
pengawasan yang dapat berguna bagi supervisor dalam melaksanakan supervisi
pada lembaga pendidikan (sekolah), sedangkan kompetensi manajerial
kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan kemampuan objek supervisi dalam
hal ini adalah para guru, sehingga kualitas dari para guru menjadi lebih baik.
Supervisor yang tidak memiliki kompetensi yang cukup maka dapatlah dipastikan
supervisi yang dilakukan hanya bersifat mengugurkan kewajiban, bahkan supervisi
yang dilakukan hanya sekedar mencari kesalahan dari objek supervisi yaitu guru,
jika supervisi dengan model klasikal terus diterapkan oleh pengawas atau
supervisor maka dapat dipastikan guru tidak akan mau untuk disupervisi.
19
Sementara Wiles dan Bondi mengatakan (dalam Muslim, 2008:69)
kompetensi yang harus dimilki oleh supervisor adalah pengetahuan mengenai
komunikasi, motivasi kepemimpinan, perubahan (change), kesehatan mental,
belajar dan mengajar, perkembangan kelompok dan organisasi adalah merupakan
kompetensi atau kemampuan yang harus dimilki oleh supervisor.
Supervisor yang tidak memilki kompetensi-kompetensi yang di jelaskan
diatas, dipastikan supervisor tersebut tidak mempunyai kompetensi sebagai
seorang supervisor, karena pada hakekatnya supervisor atau pengawas adalah
“wadah” atau tempat berfikir untuk memecahkan masalah dalam dunia pendidikan,
sebagai “wadah” maka supervisor harus bisa bagaimana mengkomunikasikan
segala program peningkatan profesionalisme guru, sehingga guru akan faham dan
mengikuti apa yang disarankan, oleh pengawas atau supervisor.
Rohmat, (2012:27-34) memberikan penjelasan bahwa kompetensi
pengawas meliputi :
a. Kompetensi pribadi
b. Kompetensi manajerial
c. Kompetensi akademik
d. Kompetensi evaluasi pendidikan
e. Kompetnsi penelitian dan pengembangan
f. Kompetensi sosial
20
Kompetensi supervisor akan mempengaruhi guru sebagai objek supervisi,
sehingga guru mau melaksanakan apa yang diharapkan atau apa yang
direncanakan oleh supervisor, dengan kemampuan–kemampuan yang dimiliki oleh
supervisor maka proses supervisi akan berjalan dengan baik, peran supervisor
sebagi gurunya guru adalah keniscayaan.
Pengawas atau supervisor merupakan gurunyu guru, adalah bukan hanya
sekedar istilah atau ungakapan belaka, posisi pengawas haruslah mampu
memberikan kontribusi yang positif terhadap kemajuan dunia pendidikan. Oleh
karena itu kepribadian seorang pengawas harus mencerminkan pribadi yang unik,
asik, dan energik, sehingga ia mampu menjadi tauladan bagi para guru yang berada
dalam tanggung jawab kepengwasannya, apa lagi adalah pengawas PAI tentunya
harus menjadi tauladan dan contoh yang positif bagi para guru. Allah SWT
menegaskaskan secara tersirat dalam Qs. Al-Imran ayat 110 sebagai berikut
ة أخرجت للناس تمر ر أم تم خي هون كن منون بل ون بلمعروف وت ن ر وت للمن Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah.”
Ayat tersebut sangatlah jelas menjelaskan bahwa posisi seorang manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, kesempurnaan itulah hendaknya
dijadikan sebagai dasar untuk saling mengingatkan antara yang baik dan salah.
Seorang pengawas juga merupakan hamba Allah yang diberikan kelabihan dengan
berbagai kompetensi yang dimilikinya, dengan kompetensi itu diharapkan
21
pengawas mampu membawa perubahan ke arah yang positif bagi guru-guru yang
di bawah binaannya. Hakekat pengawas sebagai gurunya guru, tentunya
mempunyai kewajiban membina, mendidik, mengarahkan, serta mengayomi guru-
guru, agar menjadi guru yang profesional dan berkompeten.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas PAI
a. Tugas-Tugas Supervisor
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara &
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah
melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan
yang meliputi penyususnan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,
pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, Penilaian,
pembimbingan dan pelatihan professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan
program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepangawasan di daerah khusus.
Tugas pokok tersebut termasuk tugas pokok pengawas madrasah. Hal ini sesuai
dengan PERMENDIKNAS Nomor 13 tahun 2007 dimana Pengawas Madrasah
satu nomenlatur dengan Pengawas Sekolah. Tugas Pokok Pengawas tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Menyusun program pengawasan
2) Melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian
22
3) Menyusun laporan pelaksanaan program kepengawasan. (PERMENDIKNAS
No. 13 Tahun 2007)
Tugas pokok tersebut merupakan kewajiban mendasar bagi pengawas,
yang harus didesain secara matang dan kemudian diaplikasikan kepada objek
pengawasan secara intens, setelah itu pengawas memberikan laporan kemajuan
yang dicapai, tantangan serta hambatan yang dihadapi oleh pengawas dalam
melaksanakan tugasnya. Tugas yang dilakukan pengawas tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang
lainnya.
Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 tahun 2012 dijelaskan
tugas pengawas sebagai berikut :
1) Menyusun Program Pengawasan Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam
2) Setiap pengawas Pendidikan Agama Islam baik secara kelompok
maupun perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan.
Program pengawasan terdiri atas (1) Program Pengawasan Tahunan, (2)
Program Pengawasan Semester, dan (3) Rencana Kepengawasan
Akademik (RKA).
3) Program Pengawasan tahunan Pengawas Pendidikan Agama Islam
disusun oleh Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Pendidikan
Agama Islam di Kabupaten/Kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan
penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1
(satu) minggu.
4) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional
kegiatan yang dilakukan oleh setiap Pengawas Pendidikan Agama Islam
pada setiap sekolah dimana guru binaannya berada. Program tersebut
disusun sebagai penjabaran atas Program Pengawasan Tahunan di
tingkat Kabupaten/Kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh
setiap pengawas Pendidikan Agama Islam ini diperkirakan berlangsung
selama 1 (satu) minggu.
5) Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran dari
program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan
23
aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan, setelah kegiatan
supervisi. Penyusunan RKA ini diperkirakan berlangsung 1 (satu)
minggu.
6) Program Tahunan, Program Semester, dan Rencana Kepengawasan
Akademik (RKA) sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan,
indicator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario
kegiatan, sumber daya yang diperlukan, penilaian dan instrumen
kepengawasan. (PMA, No 2 Tahun 2012 Pasal 4)
Ben M. Harris mengatakan (dalam Sagala, 2012:245 ) tugas supervisor
diklasifikasi atas sepuluh bidang tugas sebagai berikut; (1) pengembangan
kurikulum, (2) pengorganisasian pengajaran, (3) pengadaan staf, (4) penyediaan
fasilitas, (5) penyediaan bahan-bahan, (6) penyusunan penataran pendidikan, (7)
pemberian orientasi anggota-anggota staf, (8) berkaitan dengan pelayanan murid
khusus, (9) pengembangan hubungan masyarakat, dan (10) penilaian pengajaran.
Mengacu pada pendapat Harris dapat diartikan tugas pengawas sangat luas
dan kompleks, namun dalam pelaksanaannya harus lebih terfokus pada
pengembangan kemampuan guru, sebab mereka merupakan ujung tombak
keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, umpan balik setelah
pelaksanaan supervisi mutlak diperlukan agar guru bisa mengetahui kelebihan dan
kelemahannya, sehingga mereka dengan segera dapat memperbaikinya
Tugas supervisor dalam supervisi pengajaran memberikan pelayanan
supervisi pengajaran, untuk menumbuhkan proses belajar yang mengajar yang baik
dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan
PBM, selain itu supervisor harus mampu mengkomunikasikan permasalahan-
permasalah pendidikan kepada masyarakat di sekitar (lingkungan dan orang tua /
24
wali murid), pengawas dalam hal ini menjembatani antara kepentingan sekolah
atau guru dan kepentingan orang tua, sehingga pendidikan tidak serta merta
dibebankan kepada sekolah dan guru, tapi peran masyarakat dan lingkungan juga
mempengaruhi itu semua.
Tugas supervisi pembelajaran menurut Jon Wiles dan Joseph Bondi
sebagaimana dikutip Nurtain (1989) adalah: (a) tugas administratif, (2) tugas yang
berkaitan dengan kurikulum, dan (3) tugas yang berkaitan dengan pembelajaran.
Supervisor adalah seorang pemimpin bagi para guru, atau dengan
meminjam istilah supervisor sebagai gurunya guru, sejatinya telah memahami
pengetahuan akademik tentang pengembangan profesionalisme guru. Supervisor
dalam melakukan supervisi hendaknya menghilangkan kesan sebagai pengambil
kebijakan atau pengambil keputusan bagi nasib guru, tetapi seharusnya supervisor
lebih bersikap melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi, partisipasi,
proaktif dan memberikan keteladanan bagi para guru sehingga guru akan merasa
nyaman dan senang ketika supervisor datang untuk melaksanakan tugasnya.
b. Fungsi Supervisi dalam Pembelajaran
Supervisi pembelajaran berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran
melalui pembinaan profesionalisme guru. Briggs menyebutkan fungsi supervisi
sebagai upaya mengkoordinir, menstimulir dan mengarahkan pertumbuhan guru-
guru. Supervisi pembelajaran memiliki fungsi penilaian (evaluation) yaitu penilaian
25
kinerja guru dengan jalan penelitian, yakni mengumpulkan informasi dan fakta-
fakta mengenai kinerja guru dengan cara melakukan penelitian (Sahertian,1986:25).
Melaksanakan pembelajaran merupakan tugas utama seorang guru, dalam
melaksanakan tugasnya guru tidak terlepas dari perangkat yang di buat oleh guru
tersebut, tentunya sasaran supervisi pembelajaran hendakanya di tujukan kepada
kesesuain antara rencana pembelajaran yang didesain oleh guru dengan kondisi
yang nyata pada saat PBM dilaksanakan, fungsi pengawas atau supervisor meneliti,
menelaah dan memberikan evaluasi terhadap PBM yang dilakukan oleh guru.
Kegiatan evaluasi dan penelitian ini merupakan usaha perbaikan
(improvement), sehingga berdasarkan data dan informasi yang mestinya sehingga
dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam pembelajaran (Sagala, 2010).
Dalam pandangan penulis fungsi supervisi pembelajaran mencakup: (1) penelitian,
(2) perbaikan, (3) pembinaan, (4) pengembangan, (5) koordinasi, (6) memotivasi,
dan (7) penilaian.
Dalam melakukan supervisi pembelajaran seorang pengawas membawa
instrumen-instrumen, instrument inilah yang dijadikan sebagai acuan oleh
pengawas atau supervisor untuk menilai dan mengevaluasi kinerja guru.
Swearingen (1961) mengemukakan delapan fungsi utama supervisi
pembelajaran, yaitu:
1. Mengkoordinir semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru/staf
26
4. Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6. Menganalisis situasi belajar mengajar
7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf
8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan staf dan kemampuan mengajar guru.
Apa yang dijelaskan oleh swearingen (1961) merupakan fungsi pengawas
sekolah secara keseluruhan, sementara fungsi Pengawas Pendidikan Agama Islam
tentunya berbeda, karena pengawas sekolah hanya memberikan masukan,
mengkoordinir guru mata pelajaran PAI, serta membimbing, mengevaluasi, dan
memotivasi guru PAI agar lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan
pembelajaran.
Secara lebih terperinci bahwa tugas supervisi pendidikan Islam adalah
sebagi berikut :
1. Mempermudah tujuan pendidikan Islam di sekolah
2. Memberikan bimbingan teknik edukatif dan adminstratif
3. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan yang ditetapkan
4. Sebagai sumber informasi yang objektif
5. Sebagai mediator antara GPAI dan kepala sekolah
6. Sebagai alat untuk memperbaiki proses belajar mengajar (Binti Maunah,
2009:288).
27
Sebagaimana penulis telah jelaskan bahwa, pengawas PAI berbeda dengan
pengawas sekolah atau pengawas madrasah, perbedaan ini ditekankan pada tugas
dan fungsi pengawas PAI. Pengawas PAI hanya bisa memberikan masukan dan
berkoordinasi serta menjembatani kebutuhan GPAI dengan kepala sekolah, serta
GPAI dengan Pemerintah daerah atau Dinas Pendidikan, dan bagaimana
mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pemebelajaran agama Islam di sekolah-
sekolah dengan baik.
5. Supervisi Model Coorperative Profesional Development (CPD)
a. Pengertian Supervisi Model CPD
Secara etimologis Cooperative Profesional Development (CPD) dapat
diartikan sebagai berikut, Cooperative bersinonim dengan Cooperation yang
mempunyai kesamaan arti yaitu kerja sama ( Echols dan Shadily: 2014: 184).
Profesional diartikan sebagai tenaga ahli, sebagaimana Jhon Echols dan Hasan
Shadily memberikan contoh He’s profesioanl writer ( ia adalah penulis
profesional) (a ( Echols dan Shadily: 2014: 563). Sedangkan development
diartikan sebagai, perkembangan, pembangunan, dan pertumbuhan, (a ( Echols
dan Shadily: 2014: 225).
Berdasarkan pengertian diatas, maka Coopertaive Profesional
development dapat diartikan sebagai kerjasama yang dilakukan lebih dari satu
orang untuk mengembangkan, menumbuhkan serta membangun kemampuan atau
keahlian di bidang tertentu. Dengan demikian supervisi dalam konteks ini adalah
kegiatan yang dilakukan secara bersama atau berkelompok yang dilakukan oleh
28
supervisor dan beberapa orang guru yang terlibat dalam supervisi yang saling
mengembangkan, menumbuhkan serta membangun kemampuan atau keahlian
secara profesional. Tentunya hal ini akan sejalan dengan pengertian supervisi
berkelompok sebagaimana dijelaskan oleh Lantip, menjelaskan bahwa supervisi
kelompok adalah program supervisi yang ditujukan pada dua orang guru atau
lebih, yang mempunyai permasalahan sama, serta mendapat bimbingan dan
arahan dari supervisor atau pengawas (Lantip :2011 : 107), .
Berdasarkan pendapat Lantip dan Sudiyono tersebut, model supervisi
yang dilakukan merupakan supervisi berkelompok, dimana guru dan supervisor
terlibat dalam satu proses kegiatan supervisi dengan kata lain, supervisor atau
pengawas terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
Tentunya, pendapat berbeda disampaikan oleh Oliva (1984). Oliva
menjelaskan supervisi sejawat merupakan suatu aktivitas, yang mana supervisor
melatih para guru untuk menaganalisis performa mereka sendiri dan performa
guru-guru lainnya.
Pendapat Oliva tersebut, berbeda dengan pendapat dari Lantip dan
Sudiyono, Oliva berpendapat bahwa guru mensupervisi guru, pada kegiatan guru
bertindak sebagai mentor atau supervisor bagi rekannya sendiri, dengan demikian
posisi supervisor sesunggunya hanya sebatas mengamati dan menilai
perkembangan dari guru-guru yang terlibat dala kegiatan tersebut.
Pada dasarnya, supervisi model CPD merupakan kerja sama yang
dibangun antara dua sampai dengan lima orang guru, yang bersepakat untuk
29
saling bekerja sama, untuk saling meningkatkan kemampuan atau keahliannya
dalam mengajar. Lovell dan wiles (1984) menjelaskan bahwa “ human relations
to recognition of oragazational mambers as vital human resources who can make
significant contributions as rational decisions makers and problem solvers”.
Hubungan kerjasa sama yang di bagun dalam kelompok CPD, dapat memberikan
hasil yang signifikan serta dapat memberikan solusi terhadap berbagai
permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar.
Glathorn menyebutkan bahwa pengertian Coorperative Profesiaonal
Development sebagai berikut : ”Cooperative Professional Development is a
process by which tims of teachers work together for their own professional
development”.(Allan Glathorn, 1987:31).
Supervisi dengan model CPD merupakan supervisi yang dilakukan secara
kelompok antara tiga sampai dengan lima orang guru yang sepakat bekerja sama
untuk saling meningkatkan profesioanalismenya. Dalam pelaksanaan supervisi ini
guru akan mensupervisi guru, tetapi pelaksanan yang dilaksanakan tersebut tidak
bersifat evaluative tetapi lebih cenderung bersifat membantu mengembangkan
profesionalisme guru. Kerjasama pengembangan profesional (CPD) didefinisikan
sebagai proses yang dilakukan secara moderat oleh dua atau lebih guru yang
bersepakat kerjasama untuk mengembangkan profesionalisme mereka, dengan
saling mengunjungi kelas, saling memberi umpan balik dan menggali masalah
masalah pembelajaran.(Masaong,2013:49)
30
Apabila di cermati supervisi model CPD hampir sama dengan supervisi
model sejawat atau sebaya. Supervisi dengan model sebaya atau sejawat adalah
kegiatan supervisi yang dilakukan oleh guru senior yang membimbing guru
junior, untuk meningkatkan kemampuan mengajar dari guru junior. Dikatakan
supervisi sejawat karena dilakukan oleh sesama guru atau guru sebaya (Made
Pidarta, 2009:154).
Apabila dilihat pengertian tersebut antara supervisi model CPD dan
Supervisi Sejawat atau sebaya sekilas sama, akan tetapi apabila dicermati kedua
model ini nampak berbeda, perbedaan tersebut adalah supervisi CPD dilakukan
berdasarkan kesepakatan bersama antara guru yang saling membantu
pengembangan profesionalisme guru, dan pelaksanaannya dapat dilaksanakanan
secara individu maupun kelompok. Sedangkan supervisi sejawat bisa dilakukan
secara pribadi ataupun kelompok dan tidak didasari kesepakatan bersama.
Sebelum Allan Glathorn mencetuskan teori CPD, yang menitik beratkan
pada kerjasama antara guru dua sampai lima orang yang bersapakat untuk saling
bekerjasama, meningkatkan keahlian dalam mengajar. Islam melalui Al-qur’an
telah memberikan konsep yang jelas tentang “ta’awun” atau kerja sama dalam
Islam. Al-qur’an dijelaskan bahwa :
ث و لى لل قوى ول ت عاونول لى للبر وللت للعدولن وت عاونول
31
Artinya : “ bertolong-menolonglah dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan
janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-
Maidah:2).
Dalam konteks ayat tersebut, kerjasama atau ta’awun merupakan
kewajiban bagi setiap umat manusia untuk saling membantu antara satu dengan
yang lainnya. Begitu pula dalam kegiatan supervisi yang dilakukan oleh beberapa
orang guru, yang tentunya mempunyai tujuan yang positive dalam rangka
meningkatkan kemampuan atau keahlian meraka dalam mengajar.
Supervisi dengan model CPD di golongkan dalam supervisi kelompok,
supervise ini muncul sebagai reaksi dari kelemahan supervisi individual
(Muslim,2008:102). Supervise kolegial dan CPD bisa dilaksanakan pada KKG
(kelompok Kerja Guru), KKKS ( kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS
(Kelompok kerja Penilik Sekolah) dan PKG (Pusat kerja Guru).
b. Ciri Supervisi Model CPD
Tekhnik supervisi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). Yang
bertindak sebagai supervisor adalah guru-guru senior. 2). Supervisi antar guru. 3).
Supervisi bersifat individu, guru yunior di supervisi oleh guru senior. 4). Tempat
supervisi tidak ditentukan. 5). Pelaksanaan supervisi tidak terikat dengan kegiatan
belajar mengajar. 6). Kegiatan supervisi tidak harus ketika guru sedang
mengajar.7). pertemuan balikan kalau dilakukan dalam proses pembelajaran. 8).
32
Guru diberi penguatan. 9). Tindak lanjut dilakkan berdasarkan guru keberhasilan
guru dalam memperbaiki kelemahan ( Pidarta :2009 : 155).
Apa yang dijelaskan oleh Pidarta tersebut lebih mengarah pada ciri-ciri
dari supervisi dengan model CPD, sedangkan Allan Glathorn menjelaskan atau
menerangkan tentang ciri-ciri atau karakteriastik pelaksanaan supervisi model
CPD sebagai berikut : berikut: (1) Professional Dialogue; (2) Curriculum
Development; (3) Peer Supervision; (4) Peer Coaching; dan (5) Action
Research” (Glathorn,1987:31-35).
Professional Dialogue yaitu kegiatan pengembangan profesi dimana
guru-guru yang tergabung dalam kelompok kecil (small group) secara berkala
melakukan diskusi terbimbing, dengan tujuan memfasilitasi para guru merefleksi
pembelajaran yang telah dilakukannya, membantu guru agar lebih bijaksana
dalam mengambil keputusan. Biasanya pelaksanaan teknik supervisi ini, dapat
dilakukan dalam forum MGMP untuk guru mata pelajaran tingkat SLTP dan
SLTA, serta KKG untuk tingkat sekolah dasar (SD).
Curriculum Development yaitu usaha yang dilakukan beberapa guru
untuk memodifikasi dan mengadaptasi kurikulum yang berlaku agar lebih mudah
diterapkan (aplicable) dan dilaksanakan (practicable). Para guru berdikusi seputar
upaya pengembangan kurikulum, misalnya: tentang penyusunan RPP, penerapan
metode pembelajaran kontemporer dan mutakhir, pengembangan bahan ajar, dan
pemilihan sistem penilaian yang paling sesuai.yang satu rumpun berkumpul dan
berdiskusi dan melakukan langkah-langkah inovatif dengan mengembangkan
33
kurikulum yang ada, biasanya kegiatan ini lebih sering dilakukan oleh guru-guru
yang serumpun seperti PAI yang tergabung dalam forum MGMP, kemudian
bersepakat untuk mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah masing-masing.
Peer Supervision adalah sebuah proses dimana para guru membentuk tim
kecil (small tim) memanfaatkan komponen-komponen esensial dari supervisi
klinis untuk kepentingan pertumbuhan profesionalismenya. Proses ini berbasis
data hasil observasi di kelas. Setiap anggota (participant) mengidentikasi perilaku
guru dan siswa di kelas dengan fokus pada hasil belajar siswa. Proses observasi
dan post-conference berlangsung secara siklik dan bersifat rahasia.
Peer Coaching pada dasarnya mirip dengan proses peer
supervision, adanya observasi sejawat dan post-conference, tetapi lebih
menekankan pengembangan staff, dimana guru belajar tentang dasar-dasar
teoritis suatu keterampilan mengajar tertentu, dan pengamatan terfokus pada
keterampilan yang sedang dipelajarinya dan mendapatkan umpan balik dari apa
yang telah dipraktikannya.
Action Research atau Penelitian Tindakan adalah suatu usaha kolaboratif
dari tim guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah penting dan mencari solusi
untuk memperbaiki praktik pembelajaran..
Apa yang di jelaskan oleh Pidarta dan Glathorn mempunyai perbedaan
dan persamaan sebagai berikut :
34
Perbedaannya, adapun perbedaannya adalah ciri-ciri yang dijelaskan oleh
Pidarta lebih berfokus pada tekhnis pelakasanaannya, sedangkan Glathorn lebih
menitik bertakan pada konten atau materi kegiatannya. Sedangkan persamaannya
adalah pelaksanaan supervisi tersebut dilkasanakan oleh guru. Dalam artian
bahwa guru bertindak sebagai supervisor atau semi supervisor, pelaksanaan tidak
harus dilaksaakan di dalam kelas saat kegiatan KBM, adanya penelitian yang
dilaukuan oleh masing-masing guru untuk mengukur sejauh mana kekurangan
dan kelebihan masing-masing guru yang tergabung dalam team CPD.
Pada dasarnya, CPD merupakan kegiatan supervisi yang menekankan
kerjasama antara guru dan guru yang bersepakat untuk membuat team kerja
(team work). Tentunya tim ini bersepakat untuk saling membantu,
mengembangkan profesionalisme guru yang tergabung dalam tim tersebut.
CPD didefinisikan sebagai proses yang dilakukan secara moderat oleh
dua atau tiga orang guru yang bersepakat untuk melakukan kerjasama dalam
upaya pengembangan profesionalisme guru. Dengan saling mengunjungi kelas,
saling memberikan umpan balik, dan menggali masalah-masalah kesupervisian,
diharapkan guru mampu meningkatkan profesionalismennya.
Dalam pelaksanaan supervisi model CPD, kerjasama antar guru yang
tergabung dalam tim ini, haruslah betul-betul solid, oleh karenanya, guru
diberikan kebebasan untuk memilih siapa rekan atau teman dalam pelaksanaan
supervisi ini. Pengawas PAI atau kepala sekolah, mengawasi pelaksanaan
supervisi model ini dengan baik serta konsisten. Pada kondisi ini fungsi
35
pengawas PAI dan kepala sekolah memerankan fungsi sebagai bagian dalam
manajemen yaitu, controlling,coordinating.
Sedangkan Glikmen mengatakan ( dalam Masaong, 2012:47-48) ,
memberika kriteria yang berbeda dari Pidarta dan Glathorn, Glikmen
menjelaskan karakteristik dari CPD adalah sebagai berikut :
1. Guru di berikan kewenangan untuk menentukan siapa yang menjadi patner
dalam pelaksanaan supervisi model CPD
2. Kepala sekolah dan supervisor bertindak sebagai penanggung jawab
3. Struktur supervisi model kerjasama tim harus jelas dan bersifat formal.
Hasil temuan yang dilakukan oleh guru-guru hendaknya disimpan dalam
daftar catatan secara baik. Catatan tersebut akan digunakann sebagai bahan
laporan tahunan kepala dan supervisor
4. Kepala sekolah atau supervisor memfasilitasi dengan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan yang dapat memungkinkan tim CPD berjalan
dengan efektif
5. Kepala sekolah atau supervisor tidak perlu menerima informasi mengenai
hasil-hasil kerjasama tim dalam pembelajaran, jika belum perlu di evaluasi.
Ini berarti bahwa dokumen pelaksanaan model CPD berada di tangan guru-
guru yang tergabung dalam tim CPD
6. Jika kepala sekolah atau supervisor akan mengevaluasi kinerja guru yang
tergabung dalam tim CPD, hendaknya mereka mencari informasi dari guru
lain
36
7. Setiap guru mencatat perkembangan profesi mereka, sebagai hasil dari
kegiatan CPD
8. Kepala sekolah atau supervisor hendaknya melakukan pertemuan dengan
tim CPD minimal satu tahun satu kali.
9. Kepala sekolah atau supervisor mengadakan pertemuan individual dan
bersifat informal untuk mengetahui perkembangan guru yang tergabung
dalam tim CPD
10. Idealnya tim CPD yang baru hendaknya dibentuk atau ditinjau kembali
setiap dua atau tiga tahun.
Mengacu pada pendapat Glikmen di atas, bahwa pada dasarnya kegiatan
supervisi dengan model CPD hendaknya dilaksanakan secara sistematis, efektif
efisien dan terstruktur. Dengan adanya kesepakatan yang muncul dari guru,
kepala sekolah atau pengawas PAI sebagai penanggung jawab kegiatan, serta
guru yang terlibat di dalam tim memilki catatan-catatan yang di gunakan
sebagai alat evaluasi dan identifikasi maslaah ini merupakan sebuah ciri atau
karekteristik dari kerjasama tim yang kreatif.
Tim yang kreatif, mempunyai ciri-ciri sebagaimana dijelaskan oleh
(Robbins dan Timothy : 2007 :412-413), sebagaimana tergambar dalam bagan
sebagai berikut :
37
Gambar.II. 1.
Tim yang kratif
Model tim kreatif sebagaimana di gagas oleh Robbins dan Timothy
secara garis besar dapat di simpulkan sebagai berikut : Pertama, hendaknya
dijadikan panduan bukan peraturan, dan tentunya bersifat fleksibel.Kedua,
Konteks
1. Sumber-sumber yang memadai
2. Kepemimpinan dan sturktur
3. Suasana kepercayaan
4. Evaluasi kinerja dan sistem-sistem
penghargaan
Komposisi
1. Kemampuan dari para anggota
2. Kepribadian
3. Alokasi peran-peran
4. Perbedaan
5. Ukuran tim
6. Fleksibelitas anggota
7. Pilihan-pilihan anggota EFEKTIVITA
S TIM
Rancangan pekerjaan
1. Otonomi
2. Keaneka ragaman ketrampilan
3. Identitas tugas
4. Arti tugas
Konteks
1. Sumbetr-sumber yang memadai
2. Kepemimpinan dan struktur
3. Suasana kepercayaan
4. Evaluasi kinerja dan sistem
penghargaan
38
model tersebut merupakan asumsi bahwa kerjasama tim lebih bagus
dibandingkan individu.
CPD hendaknya memformulasikan setiap aktivitas guru dan dapat
dilakukakn secara informal, membicarakan masalah-masalah pembelajaran
yang mereka hadapi, saling menukar gagasan,saling membantu dalam
mempersipkan pembelajaran, dan saling memberikan dukungan. Model ini
tidak boleh hanya sekedar melakukan obesrvasi kelas atau visiting kelas tanpa
ada tindak lanjut sesudahnya. Konkritnya model CPD membutuhkan
manajemen yang efektif dari kepala sekolah atau supervisor dan komitmen yang
tinggi dari anggotanya
CPD dipandang sebagai alat yang tidak bersifat Evaluatif (Glathorn,
1984:45), model ini dirancang dengan efektif untuk menghindari adanya
konotasi guru menilai guru, model ini merupakan sarana guru untuk saling
membantu antara satu dengan yang lainnya dalam upaya peningkatan kualitas
profesionaliosme guru.
Dalam pelaksanaannya model CPD dapat menggunakan supervise
model klinis, guru saling berkunjung ke kelas, kemudian saling bertukar
pendapat terhadap kendala atau permasalahan yang di hadapi dalam proses
PBM. Akan tetapi penggunaan model CPD harus betul-betul diformat sabaik
mungkin, pengawas dan kepala sekolah betul-betul mengkoordinir kegiatan
tersebut, serta memastikan bahwa guru yang terlibat dalam model ini dapat
bekerja sama dengan baik.
39
Glatthorn mengatakan bahwa program Supervisi Model Cooperative
Professional Development dapat berjalan sukses, apabila:
1. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat
kabupaten (dinas pendidikan) untuk mengkoordinasikan dan memonitor
pelaksanaan program.
2. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat
sekolah (kepala sekolah) untuk mengembangkan norma-norma
kolegialitas, menentukan tipe kooperasi dan kolaborasi yang akan
diterapkan, dan pemberian penghargaan (reward) atas usaha kooperasi
dan kolaborasi guru.
3. Adanya iklim keterbukaan dan kepercayaan (trust) antara kepala
sekolah dengan guru.
4. Program Cooperative Professional Development harus dipisahkan dari
proses evaluasi kinerja guru. Seluruh data Program Cooperative
Professional Development bersifat rahasia yang harus dijaga oleh
seluruh partisipan.
5. Program Cooperative Professional Development memiliki fokus yang
jelas dan menggunakan bahasa yang sama (a shared language) tentang
pembelajaran.
6. Dinas pendidikan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memprakarsai dan keberlangsungan program coorperative professional
Development.
40
7. Sekolah melakukan perubahan struktur yang dibutuhkan untuk
program mendukung Program Cooperative Professional
Development, seperti: perubahan jadwal mengajar, prosedur penugasan,
dan sebagainya ( Glatthorn. 1984:51)
Supervisi dengan model CPD, sebagai upaya peningkatan dan
pengembangan profesionalisme guru, tentunya harus dikoordinir dari tingkat dinas
pendidikan dalam hal ini adalah pengawas, bersama dengan kepala sekolah serta
guru yang tergabung dalam tim CPD, guru yang tergabung dalam tim CPD harus
pro aktif dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah sebagai pemegang kendali
kebijakan di sekolah, harus betul-betul memantau sejauh mana perkembangan tim
CPD dalam melaksanakan fungsinya. Kerjasama yang baik antara pengawas PAI,
kepala sekolah dan tim harus tetap harmonis, sehingga dengan kondisi yang
harmonis tersebut diharapkan pelaksanaan program pengawasan dengan model
CPD dapat terlaksana dengan baik.
Keharmonisan guru yang tergabung dalam tim CPD sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang dibebani dengan banyak tugas
tentunya akan menemui beberapa kendala dalam lapangan. Guru bukanlah sosok
“Superman” yang mampu menyelesaikan permasalahannya tanpa membutuhkan
bantuan dari orang lain. Dengan adaya supervisi model CPD profesionalisme guru
diharapkan semakin berkambang, ini dikarenakan guru akan senantiasa di bimbing
dan diarahkan oleh sesama rekan guru yang tergabung dalam tim CPD. Sementara
itu tim CPD bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan Pengawas, pada posisi
41
ini pengawas menjadi kolega bagi guru untuk menyelesaikan permasalahan dan
kendala-kendala yang dihadapi guru. Sehingga pengawas berfungsi ganda yaitu
sebagai “control” dan sebagai “help”.
Sinergi guru yang tergabung dalam tim CPD dengan pengawas yang
dibangun hendaknya merupakan kebutuhan bersama antara pengawas dan guru,
dengan demikian motivasi yang muncul dari dalam diri pengawas dan guru akan
memunculkan energi positif sehingga sinergi atau kerjasama yang baik akan mudah
dan mampu menciptakan kreasi-kreasi yang positif dalam meningkatkan kualitas
pendidikan serta profesionalisme guru.
6. Profesionalisme Guru
a. Pengertian profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia, “profession berarti pekerjaan” (Echolls dan Shadilli, 996:449).
professionalisme mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus (Arifin,1995:105).
Apabila profesionalisme didasarkan pada pengertian tersebut, maka akan
muncul multi tafsir tentang profesionalisme. Profesionalisme jika diartikan
dengan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus, maka Pekerja bangunan (tukang), Sopir angkot,
42
perampok dapat dikatagorikan sebagai pekerja profesional, karena profesi-
profesi tersebut membutuhkan latihan dan pendidikan walaupun tidak formal.
Webster mengatakan (dalam Kunandar, 2007:45) bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang, yang menutut syarat tertentu,
serta memiliki pengetahuan, ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Dengan demikian profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus yang tidak dapat dipegang oleh
semua orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan
secara khusus melalui lembaga akademis atau lembaga pendidikan baik swasta
ataupun negeri yang telah diakui akreditasinya.
Dengan pengertian di atas, maka akan sesuai dengan pengertian
profesional seperti yang dijelaskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Dalam UU dijelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
penghidupan yang memerlukan keahlian, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu kemahiran, serta memerlukan pendidikan
profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Oleh karena itu profesi merupakan lapangan yang khusus dan
mensyaratkan pendidikan yang khusus serta pengetahuan yang mendalam
seperti halnya bidang militer, hukum, keperawatan dan kependidikan.
Sedangkan pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
43
dilakukan oleh mereka yang mempunyai kemampuan serta keahlian dan
pengetahuan di bidangnya yang telah dipersipakan secara khusus untuk
pekerjaan tersebut bukan didasarkan karena tidak ada pekerjaan lain atau
pekerjaan sambilan atau pekerjaan sampingan. Dengan demikian profesi guru
adalah keahlian dan kewenagan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,
pelatihan yang ditekuni untuk mencukupi kebutuhan atau sebagai mata
pencaharian. Guru sebagai profesi mensyaratkan kompetensi (kewenangan dan
keahlian) dalam pendiidkan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan
pekerjaan tersebut secara baik, efektif, serta efisien berdasarkan ketrampilan
(skill) yang dimilkinya (Kunandar, 2007:46).
Pada dasarnya pengajaran merupakan bagian dari profesi yang memilki
ilmu baik teori, ketrampilan dalam mengkreasikan pembelajaran sebaik
mungkin, sehingga pembelajaran memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tentunya
hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh seorang tenaga profesional yang
memiliki kompetensi di bidang pendidikan.
Freidson (dalam Sagala, 2009:199) mengatakan bahwa profesionalisme
adalah sebagai suatu komitmen untuk ide-ide profesional dan karir. Dalam
kondisi ini profesionalisme memiliki aturan dan komitmen untuk memberi
definisi jabatan keilmuan teknik dan jabatan yang akan diberikan pada
pelayanan masyarakat agar secara khusus pandangan-pandangan jabatan
dikoreksi secara keilmuan dan etika pegukuhan terhadap profesioanlisme. Oleh
karena itu profesionalisme merupakan sebutan yang melekat pada profesi atau
44
pekerjaan seseorang, yang secara tekhnis, pekerjaan tersebut berkaitan dengan
pelayanan terhadap masyarakat atau klien.
Dalam kaitannya sebagai guru sebagai profesi karir, profesionalisme
guru selalu di ukur atau di nilai. Pada kondisi inilah guru dituntut untuk
senantiasa selalu meningkatkan profesionalismenya, sebagai wujud
pertanggung jawaban terhadap profesi dan karir.
Profesioanalisme tidak dapat dilakukan atas dasar perasaan, kemauan,
pendapat, atau semacamnya tetapi benar-bemar dilandasi oleh pengetahuan
secara akademik. Dengan demikian bahwa profesionalisme mempunyai nilai,
arah, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan
profesi seseorang (Kunandar, 2007:46).
Berdasarkan pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
profesionalisme merupakan pekerjaan yang dicapai berdasarkan standar
kualifikasi tertentu dan dapat diukur berdasarkan layanan yang diberikan
kepada publik atau pelanggan, serta didukung oleh kompetensi intelektualitas,
sikap, dan ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara
akademis dan dapat dibuktikan dengan ijazah yang berkekuatan hukum dan
diakui legalitasnya.
Oleh karena itu, pengertian guru profesional akan sesuai dengan apa
yang dijelaskan oleh Muslim bahwa guru profesional adalah orang yang
45
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
bisa melaksanakan tugas dan fungsinya sebagi guru dengan maksimal (Muslim,
2008: 173).
b. Kompetensi Guru Profesional
Guru yang profesional merupakan guru yang mempunyai kompetensi
sebagai prasyarat untuk melaksanakan pengajaran. Broke dan Stone (dalam
Mulyasa,2008:25) mengatakan bahwa kompetensi guru sebagai descriptive of
qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful
(kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru
yang penuh arti.
Kompetensi guru sebagai gambaran kualitatif bermakna bahwa guru
sebagai tenaga profesional dituntut memilki keahlian atau kemamapuan yang
meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan profesional, kemampuan sosial,
kemampuan pedagogik, yang melekat padanya baik yang bersifat pribadi, sosial
maupun akademis. Dengan kemampuan tersebut akan mampu
mengeksplorasikan dirinya dalam melaksanakan pengajaran.
Charles (dalam Mulyasa, 2008 :25) mengatakan competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition.
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).
Guru dalam melaksanakan tugas tidak untuk kepentingan sendiri atau
kepentingan pimpinan atau kepala sekolah, tetapi guru dalam melaksanakan
46
kewajibanya didasarkan kesadarannya dalam mengemban jabatan profesional
dalam upaya kepentingan bangsa dan negara, untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa bangsa dan negara berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
Perilaku rasional, merupakan pengejawantahan dari dorongan nurani
pendidik dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang profesioanal. Salah
satu indicator guru profesional adalah guru melaksanakan tugas didasarkan
kesadaran dan panggilan jiwa, bukan didasarkan pada besaran gaji, tingkat
kesejahteraan, ataupun karena diawasi oleh kepala sekolah.
Kesadaran dan panggilan jiwa sebagai seorang guru, akan terbentuk
karakter yang mampu mengembangkan pembelajaran yang praktis, efektif,
efisien dan menarik. Pada kondisi inilah kreativitas guru akan dituntut dan terus
dikembangkan oleh guru.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat
pegetahuan, keterampilan, dan perilku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Dari uraian diatas sangat jelas bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang menjadi tanggung jawab serta tugas
dan fungsi, dan hal tesebut dapat dikerjakan berdasarkan pendidikan
keprofesian yang di perolehnya.
Guru yang berkompeten harus memilki sikap dalam dirinya yaitu ; 1).
Kompetensi Pribadi; 2) Kompetensi Profesional; 3) Kompetensi
47
kemasyarakatan. (Sehartian,1992: 6). Guru sebagai profesi merupakan jabatan
yang tidak dapat diemban oleh semua orang. Sebab profesi merupakan jabatan
yang diperoleh melalui proses pelatihan serta pendidikan yang khusus sehingga
dipekerjakan secara khusus juga bukan berdasarkan profesi sambilan atau
sampingan.
Guru dapat dikatakan sebagai cendikiawan atau ilmuwan, tetapi
ilmuwan tidak dapat dikatakan sebagai guru, profesi guru selalu berhadapan
dengan klien atau masyarakat (peserta didik dan warga sekolah), dalam
pengabdiannya terhadap masyarakat maka guru dituntut untuk cakap dan
mampu dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya, sangat tidak relevan
apabila guru sebagai sosok yang harus bermasyarakat dengan lingkungan
sekitarnya malah justru terkekang dengan kemampuannya, sehingga ia tidak
dapat bersosialisasi dan mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
Sementara itu, Cogan (dalam Sagala, 2009:209) mengatakan guru harus
memiliki beberapa kompetensi sebagai berikut :
b. Kemampuan memecahkan permasalahan pendidikan dari perspektif
masyarakat global
c. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara kooperatif dan
bertanggung jawab sesuai peranan dan tugas dalam masyarakat
d. Bergikir secara kritis
e. Mempunyai komitmen yang kuat untuk meningkatkan profesionalisme.
48
Dalam mengajar guru haruslah selalu sadar bahwa setiap program
pembelajaran merupakan tahapan penting dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran dan akhirnya akan mencapai tujuan pendidikan. Sebagai guru
yang profesional harus mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang
ada dalam pembelajaran, ia juga harus mampu bekerjasama dengan setiap
komponen yang ada di lingkungan sekolah, bukan saja mampu bekerja sama
dengan rekan guru atau kepala sekolah tetapi dengan peserta didik serta
orangtua murid pun guru harus mampu bekerja sama, bahwa tanggung jawab
pendidikan bukan saja terletak pada guru tapi peran aktif dari orangtua murid
juga sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu guru harus mempunyai kemampuan
bagaimana bekerja sama dengan orangtua wali murid
Tantangan terbesar di masa yang akan datang bagi seorang guru adalah
bagaimana mengembangkan profesionalisme, guru dituntut agar lebih
profesional oleh karena itu guru haruslah memilki keinginan yang kuat untuk
terus mengembangkan profesionalismenya melalui workshop, simposium,
pelatihan-pelatihan, aktif dalam kegiatan MGMP dan lain sebagainya.
Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik berkewajiban :
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
2) Mempunyai komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
49
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik profesi, lembaga dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
diberikannya.(Kunandar, 2007:54)
Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan, harus menguasai
beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru, kemampuan
seorang guru sangat berpengaruh kepada kualitas pembelajaran yang dilakukan.
Kualitas pembelajaran yang baik tentunya akan mempengaruhi tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru yang profesional haruslah
memiliki kompetensi dasar, yaitu komptensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Rohmat, 2012:110-
114).
Dengan kompetensi-kompetensi tersebut, maka posisi guru akan sesuai
dengam semboyan Ing ngarsa sung tulada madya mangun karso tut wuri
handayani, ia mempunyai kemampuan sebagai seorang pemimpin di kelas
bukan sekedar transfer of knowledge tetapi ia harus bisa mengayomi,
membimbing serta mendidik dan menciptakan generasi yang berkualitas,
beriman, bertaqwa, dan mempunyai ilmu pengetahuan yang dapat digunakan
oleh peserta didik untuk berkompetisi di masyarakat.
c. Kritria Guru Profesiaonal
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang. Seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
50
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Hal ini belum dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional, harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oemar Hamalik (2005 : 109) dalam bukunya Proses Belajar Mengajar,
guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
1. Memiliki bakat sebagai guru.
2. Memiliki keahlian sebagai guru.
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik
Kriteria tersebut mengindikasikan bahwa profesi guru bukanlah
pekerjaan mudah, untuk menjadi guru yang profesioanal mempunyai memilki
kriteria-kriteria tersebut, sejalan dengan itu Kunandar mengemukakan bahwa
suatu pekerjaan professional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1)
menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu
sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang
memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
51
yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam
metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan
spiritual.
Untuk menjadi guru profesional tidaklah cukup dengan apa yang penulis
jelaskan diatas, bakat, kemampuan, ketekunan keuletan, merupakan hal yang
harus dimilki oleh seorang guru profesional tetapi apabila semua itu tidak
ditunjang dengan kualifikasi akademik yang ditempuh dalam jenjang Strata
Satu (S1) yang di dukung oleh ijazah dan akta mengajar, maka keberadaan guru
sebagai profesi khusus akan mulai luntur. Profesi guru merupakan profesi yang
didapatkan dari hasil pendidikan khusus dan intensif serta dapat di buktikan
dengan ijazah atau akta mengajar. Jika hal ini diabaikan akan membuka peluang
bagi para sarjana yang latar belakang pendidikannnya bukan berasal dari
sekolah keguruan akan beralih menjadi guru, tentunya motivasi utamanya
bukanlah panggilan jiwa, tapi karena tuntuan ekonomi serta tidak adanya
peluang pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmunya.
52
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
atau ciri sebagai berikut :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. Kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan. sesuai dengan bidang tugas;
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan;
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (UU No 14
Pasal 7 Tahun 2005 tentyang Guru dan Dosen)
Paradigma menjadi guru profesional, haruslah di setting dari awal,
setidaknya ada beberapa hal yang harus menjadi konsen pemerintah dalam
upaya peningkatan profesionalisme guru sebagai berikut ;
1) Sistem perekrutan mahasiswa jurusan keguruan di perguruan tinggi harus
benar-benar selektif.
2) Perekrutan menjadi guru (PNS) yang dilaksanakan dengan selektif dan
kompeten.
3) Pendampingan guru baru oleh supervisor atau guru senior dalam proses
belajar mengajar minimal selama 6 bulan.
53
4) Pembinaan secara berkala oleh pemerintah dalam upaya peningkatan
kualitas dan profesionalisme guru dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan, workshop secara merata dan intens di daerah-daerah.
5) Mengirim instruktur atau nara sumber ke daerah-daerah untuk
memberikan pelatihan kepada guru-guru di daerah-daerah terpencil.
6) Peningkatan kesejahteraan guru, jaminan kesehatan yang betul-betul
dijamin
7. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Tingkat keberhasilan guru dalam menyelesaikan pekerjaanya, sering
diukur dari level atau tingkat kinerjanya apakah telah sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Supardi mengatakan Kinerja merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan (Supardi, 2013:45).
Apabila kinerja diartikan sebagai kegiatan untuk menyeleaikan tugas dan
tanggung jawab, maka kinerja dapat diartikan, tidak ubahnya sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Alat yang dimaksud dalampengertian ini adalah bakat
atau kemampuan.
Sementara itu, kinerja dalam kamus bahasa Indonesia, kinerja
diartikan sebagai (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang di perlihatkan, (3).
Kemampuan kerja (Poerwadarminta, 1976:493). Dengan demikian Kinerja
54
bukan merupakan alat untuk melaksanakan kegiatan, seperti bakat atau
kemampuan, tetapi kinerja merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan
itu sendiri.
Kinerja merupakan bentuk nyata dari bakat dan kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas keseharian yang berkaitan dengan profesi atau
pekerjaan yang dilakukannya. Kinerja guru nampak dari tanggung jawabnya
dalam menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang
dimilkinya.
Guru dalam menjalankan aktivitasnya, tentunya akan senantiasa
bergantung pada ketrampilan atau kemampuan, usaha nyata, serta lingkungan
ayang ada disekitarnya. Dalam hal ini Fatuhraman dan Rohyanani mengatakan,
Kinerja merupakan gabungan dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu
ketrampilan, upaya atau usaha, dan sifat keadaan eksternal (Fatuhrahman dan
Rohyanani, 2015:148).
Ketrampilan merupakan bahan mentah yang dibawah setiap individu
dalam dunia kerja, setiap individu mempunyai ketrampilan yang berbeda-beda,
tentunya hal ini juga sama dengan pengetahuan dan kemampuan-kemampuan
yang bersifat teknis. Ketrampilan dan tingkat pengetahuan dapat memberikan
kreativitas atau dorongan kepada individu untuk menyelesaikan pekerjaanya,
sesuai dengan kadar ketrampilan dan pengetahuannya.
Kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja, produktivitas kerja
sangat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemampuan, ketrampilan dan
55
pengetahuan dan faktor eksternal yaitu lingkungan kerja, rekan kerja,
kebijakan, serta top leader.
Dalam dunia pendidikan, kinerja merupakan permasalahan yang urgen,
terlebih lagi apabila dikaitkan dengan peningkatan profesionalisme pendidik.
Kinerja guru selalu dipantau dan dinilai oleh pengawas dan kepala sekolah.
Sejauh mana guru memberikan kontribusi terhadap kemajaun pendidikan atau
kemajuan pada lembaga pendidikan yang tentunya berkaitan dengan
pengajaran yang dilakukannya.
Kinerja guru dapat diukur dalam kurun waktu tertentu, Surprihanto
mengatakan, kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam satu periode tertentu
yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalanya standar target,
sasaran, atau kriteria yang telah dientukan sebelumnya (Suprihanto, 1996:16).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru adalah hasil kerja atau prestasi yang diukur dalam kurun waktu
tertentu.
56
f. Teori-Teori Kinerja
Terdapat dua teori dasar kinerja yang terkenal, path goal theory dan
teori attribusi (Fathurahman dan Ruhyanani,2015:153). Berikut ini
penjelasananya :
a. Path Goal Theory
Teori path goal atau hoses path goal theory dikembangkan oleh
Robert J. House dan berakar pada teori harapan. Teori ini didasarkan
pada premis bahwa persepsi karyawan tentang harapan antara usaha
dan kinerja sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan. Para pemimpin
membantu bawaan untuk memenuhi kebutuhan akan pengahragaan
dengan memperjelas tujuan dan menghilangkan hambatan kinerja
(Fathurahman dan Ruhyanani,2015:153)
Pemimpin sebagai penanggung jawab organisasi, di harapkan
memberikan informasi dukungan dan sumber daya lainnya yang
dibutuhkan oleh pegawai atau karyawan untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Dengan katan lain kepuasan atas kebutuhan mereka
tergantung pada kinerja yang efektif, arahan, bimbingan, pelatihan dan
dukungan yang diperlukan dari pemimpin. Teori path-goal menganut
pandangan bahwa pemimpin adalah pelayan, kepemimpinan tidak
dipandang sebagai pemegang posisi kekuasaan, sebaliknya pemimpin
dianggap sebagi pelatih dan fasilitator terhadap bawaan mereka.
57
Dalam konteks kepengawasaan, pengawas atau supervisor
bertindak sebagai pemimpin, maka supervisor atau kepala sekolah
diposisiskan sebagai mitra kerja, penopang (tempat sandar),
pembimbing serta motivator. Tentunya ini bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru, sehingga guru akan
mencapai tingkat kinerja yang baik. Pada posisi ini, supervisor dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya bukan menginspeksi tetapi
membimbing, mengarahkan guru dengan supervisi yang demokratis.
Pelaksanaan supervisi yang bersifat demokratis, yang dilakukan oleh
pengawas, akan memberikan kesan yang baik. Guru akan merasa
nyaman dan aman ketika supervisor ataun kepala sekolah
melaksanakan tugasnya sebagi supervisi. Kondisi aman dan nyaman
inilah yang akan menjadikan guru termotivasi untuk meningkatkan
kinerja.
b. Teori Attribusi
Teori harapan kadang disebut teori ekspektansi, dikemukakan
oleh Victor Vroom (1964). Vroom lebih menekan hasil (outcome) dari
pada kebutuhan (need) (Fathurahman dan Ruhyanani, 2015:154).
Teori ini menyatakan bahwa harapan merupakan kinerja yang
akan diikuti dengan hasil yang pasti. Daya tarik pada hasil, akan
menjadikan setiap individu termotivasi untuk melakukan hal-hal
tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan
58
yang meraka lakukan mengarah pada tercapainya tujuan yang mereka
rencanakan. Sebaliknya, jika mereka ragu atau yakin bahwa kegiatan
dimaksud tidak mencapai tujuan yang direncanakan maka mereka tidak
akan melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam hal ini, guru sebagai tulang punggung dunia pendidikan,
dituntut untuk selalu memilki rasa percaya diri yang baik. Dengan hal
tersebut, guru akan mampu melakukan apa saja yang telah
direncanakan dan menjadi target pendidikan. Sebaliknya jika guru tidak
percaya diri dengan kemampuan yang dimiliknya, sebagus apapun
rencana yang telah di programkan, niscaya tidak akan berhasil.
Tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik, merupakan
harapan bagi guru. Tentunya, dalam mencapai harapan ada faktopr-
faktor yang mempengaruhi tercapianya harapan tersebut. Craig
C.Pinder (2003:26) Mengatakan dalam bukunya work motivation ada
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan atau ekspektasi
seseorang yaitu sebagai berikut:
1. Harga diri
2. Keberhasilan waktu melaksanakan tugas
3. Bantuan yang dicapai oleh supervisor dan pihak bawahan
4. Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
5. Bahan-bahan yang baik dan peralatan untuk bekerja.
59
Guru dalam melaksanakan tugasnya, dihadapkan pada harapan
yang besar agar mampu mencerdaskan serta merubah pola fikir dari
peserta didik. Ekspektasi yang begitu besar dari pelanggan di bidang
pendidikan, memberikan konsekwensi, bahwa guru harus bekerja
sepenuh hati untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Dalam
kondisi inilah, guru mempertaruhakan harga dirinya atau profesinya
dihadapan para pelanggan baik pelanggan internal (kepala
sekolah,rekan guru,karyawan sekolah) dan pelanggam eksternal (siswa
dan orangtua wali) untuk bekerja secara maksimal agar mencapai out
come atau hasil pendidikan yang baik.
Salah satu factor keberhasilan guru dalam mendidik adalah
mampu mengubah peserta didiknya dari tidak tahu menjadi tahu, dari
salah menjadi soleh. Keberhasilan guru juga, dapat diukur dari
terlaksananya pekerjaan yang diembaanya dengan baik dan mencapai
hasil maksimal, sesuai dengan harapan atau cita-cita.
Dengan demikian keberhasilan guru, bukan hanya dinilai dari
hasil ujian nasional tetapi, ada hal yang lebih substansi keberhasilan
dalam melaksankan tugas bagi guru adalah ketika siswa atau peserta
didik mampu menunjukan grafik perubahan yang signifikan, kerena
hakekat dari makna belajar adalah berubah.
Keberhasilan guru dalam menyelesaikan tugas, merupakan
tuntutan yang diharapkan oleh profesinya. Karena ekspektasi atau
60
harapan merupakan keyakinan kuat, yang akan membawa hasil optimal
bagi pelakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Keith Davis
(1985:66), dia mengatakan bahwa ekspectancy is the strength of belief
that an act will be followed by particular outcomes.
Keyakinan yang kuar dari guru, dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, akan memberikan energy positif bagi guru itu sendiri.
Setidaknya guru tidak akan terbebani dengan berbagai permasalahan
yang dihadapinya, hal ini dikarenakan guru dalam melaksanakan
tugasnya, mempunyai harapan yang kuat bahwa, apa yang akan dia
kerjakan tentunya akan berhasil.
b. Indikator Kinerja Guru
Kinerja guru merupakan hasil kerja atau prestasi yang diukur dalam
kurun waktu tertentu. atau organisasi, memiliki kriteria tertentu dalam menilai
kinerja dan tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja pegawai dapat
dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut:
1. Seberapa baik kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
2. Tingkat kejujuran dalam berbagai situasi.
3. Inisiatif dan prakarsa ide-ide baru dalam menjalankan tugas.
4. Sikap karyawan dalam pekerjaan dalam (suka atau tidak suka,
menerima atau menolak).
5. Kerja sama.
61
6. Pengetahuan dan keterampilan tentang pekerjaan.
7. Pelaksanaan tanggung jawab.
8. Pemanfaatan waktu secara efektif. ( Supardi, 2013: 48).
Pendapat diatas, merupakan factor indicator yang mempengaruhi
penilaian kinerja seseorang. Untuk mencapai kinerja guru yang maksimal,
guru setidaknya harus memilki beberapa standar indicator. Indicator standar
kinerja guru diantaranya adalah :
Standar 1 : knowledge, skills, an dispositions
Standar 2 : Assessment System and unit evaluation
Standar 3: field experience and Clinical Practice
Standar 4: Diversity
Standar 5: Faculty Qualification, performance, and development
Standar 6: Unit governance and resources (The National Council For
Acreditation of Teacher Education, 2002:10)
Indikator di atas menunjukan bahwa standar kinerja guru, merupakan
suatu bentuk kualitas atau patokan yang menunjukan adanya jumlah dan mutu
kerja yang harus dihasilkan guru. Kinerja guru dpat di ukur melalui;
pengetahuan, keterampilan, sistem penempatan dan unit variasai pengalaman,
kemampuan praktis, kualifikasi, hasil pekerjaan dan pengembangannya.
Berdasarkan hasil riset, Teacher quality is the most important
determinant of the school quality yang tergabung dalam National Center For
Education Statistic di Amerika serikat (NCES) dilaporkan bahwa standar
62
kualitas yang harus dipenuhi oleh guru adalah; 1) . The academic skill of
teacher; 2). Teacher assignment;3). Teacher experience :dan 4). Professional
development (Rivkin et al, 2005:5)
Kemampuan akademik senantiasa berkaitan dengan penguasaan
tingkat pendidikan dan penguasaan kompetensi pedagogik. kemampuan
assignment adalah berkaitan dengan kemampuan membina hubungan dan
kepribadian yang mantap. Pengalaman guru adalah seberapa besar pengalaman
yang telah dijalani oleh guru dapat meningkatkan kinerjanya. Pengembangan
profesional guru diharapkan guru dapat mengembangkan professional yang
dilandasi penguasaan dasar-dasar profesional guru dalam kegiatan
pembelajaran terhadap peserta didik didalam maupun diluar kelas.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi maupun individu,
menurut A.Dilla Timpe faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja atau prestasi
seseorang adalah lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian
kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan.
Pada kenyataannya, kondisi eksternal seseorang, mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam meningkatkan kinerja. Banyak para pegawai, yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik, tetapi justru kinerjanya
buruk, ketika pegawai tersebut dihadapkan pada lingkungan yang tidak
kondusif, penilaian kinerja yang tidak objektif dari top leader yang lemah
dalam memimpin.
63
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, sebagaimana dijelaskan
oleh A.Dille Timpe, merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
seseorang. Dengan demikian selain faktor internal beruapa pengetahuan,
ketrampilan, serta daya juang atau usaha. Faktor eksternal juga mempunyai
pengaruh signifikan dalam kinerja seseorang.
Sedangkan Kopelmen mengatakan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu; lingkungan, karakteristik
individu, karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan (Supardi, 2013:50).
Berdasar pada pendapat Kopelmen, faktor yang mempengaruhi kinerja
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal terdiri dari karakteristik individu, dan
faktor eksternal yang terdiri dari karakteristik organisasi ( dapat berupa rekan
kerja, pemimpin), karakteristik pekerjaan tingkat kesusahan dan mudahnya
pekerjaan).
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kinerja pegawai sangat
dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap .
karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan
karakteristik pekerjaan.
Selanjutnya Kopelmen memberikan ilustrasi berupa bagan tentang
karakteristik individu, karateristik organisasi dan karakteristik pekerjaan yang
ketiganya berpengaruh besar terhadap kinerja pegawai.
Gambar II.2.
64
Kinerja pegawai
Berdasarkan gambar tersebut, maka untuk meningkatkan kinerja guru
tidak hanya keaktifan serta kreativitas dari guru untuk mengembangkan dirinya
sendiri, tetapi unsur-unsur karakteristik oragniaasi sekolah yang di dalamnya
mencakup (reward atau imbalan).
Gaya kepemimpinan dari supervisor atau kepala sekolah, jabatan
dalam sekolah), karakteristik pekerjaan (umpan balik prestasi, rencana
pekerjaan serta jadwal pekerjaan) akan berpengaruh pada karakteristik guru
dalam melaksanakan tugasnya, dalam melaksanakan tugasnya guru sangat
dipengaruhi oleh kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, motivasi dari
pimpinan dan tentunya semua itu akan tereduksi dalam kinerja guru
Karakteristik Organisasi
1. Imbalan
2. Penetapan tujuan
3. Seleksi
4. Latihan dan pengembangan
5. Kepemimpinan
6. Struktur organisasi
Karakteristik Pekerjaan
1. Penilain pekerjaan
2. Umpan balik prestasi
3. Desain pekerjaan
4. Jadwal kerja
Karakteristik Individu
1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Kemampuan
4. Motivasi
5. Kepercayaan dan nilai-
nilai
6. sikap
KINERJA
65
Kinerja guru juga dapat ditunjukan dari seberapa besar kompetensi-
kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi. Kompetensi tersebut meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional (Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen)
Profesionalisme guru akan mememunculkan kinerja guru yang baik,
untuk menilai kinerja guru baik, maka dapat dilihat dari pembelajaran yang
digunakan oleh guru, semakin baik pembelajaran yang digunakan maka dapat
bisa dipastikan bahwa prestasi yang dicapai oleh peserta didik akan menjadi
baik. Tentunya pendapat ini sesuai dengan pendapat dari Glasmen (1986),
kinerja yang baik terlihat dari hasil yang baik diperoleh dari penilaian prestasi
siswa.
Secara lebih terperinci Murgatroyd dan Morgan, (dalam Supardi,
2013:55) mengatakan bahwa terdapat beberapa indikator kinerja guru yaitu “
akan tampak kepuasan peseta didik dan orangtua peserta didik, prestasi belajar
peserta didik, perilaku sosial dan kehadiran guru”,. Berdasarkan hal tersebut
maka memahami kinerja guru tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek
didik, dan tingkat prestasi belajar sebagai gambaran kinerja guru.
Kinerja guru baik dan tidaknya dapat dinilai dari efektivitas
pembelajaran, pembelajaran yang efektif, terarah, serta tersetruktur dengan
baik akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi akademik peserta didik,
66
berkaitan dengan hal tersebut Slavin (1994) menggambarkan efektivitas
pemebelajaran dalam bagan sebagai berikut
Gambar. II.3.
Efektivitas pembelajaran
Kegiatan mendidik merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja oleh orang dewasa dilakukan dengan perencanaan yang matang, dan
dilaksanakan dengan tahapan-tahapan dan diselenggarakan secara
berkesinambungan, disesuaikan dengan visi atau cita-cita sekolah atau lembaga
pendidikan. Berdasar gambar tersebut dapat di tafsirkan bahwa, input
pembelajaran yang efektif meliputi; kualaitas pembelajaran, kesesuaian tingkat
pembelajaran , insentif dan waktu.
KUALITAS
PEMBELAJARAN
KESESUAIN TKT
PEMBELAJARAN
INSENTIF
WAKTU
Perencanaan isi
pembelajaran
Berbagai alat bantu
pembelajaran
Penekanan pada materi
esensial
Penyampaian yang jelas
Berbagai bentuk alat
evaluasi
Berbagai metode
penilaian
Memenuhi tingkt
kompetensi peserta didik
Berbagai metode
pembelajaran
Ganjaran atau reward
Pelaporan kemajuan
Engaged time
Meningkatkan
efektifitas
pembelajaran
dapat
meningkatkan
prestasi
akademik
peserta
didik/siswa
67
68
B. Penelitian Yang Relevan
Indah Yudhiani, 2014. Jurnal Manajemen Lesson Study sebagai teknik
supervisi kolegial di SMPN 1 Pandaan, SMPN 2 Grati, dan SMPN 1
Gondangwetan. Jurnal Pendidikan Humanoria.
Implementasi Lessson Study Berbasis Sekolah (LSBS) meliputi
kegiatan sebagai berikut: Lesson Study (LS) dilaksanakan oleh semua guru dari
berbagai mata pelajaran dan kepala sekolah dengan prinsip kolegialitas,
kolaboratif, komitmen penuh, saling belajar (mutual learning), dan
berkelanjutan. Implementasi supervisi kolegial berbasis LS dilaksanakan
dengan tiga tahapan yaitu plan (merencanakan pembelajaran), do (guru model
melakukan dan teman sejawat mengamati peserta didik), dan see (diskusi hasil
pengamatan pembelajaran) dengan dukungan fasilitas belajar dari sekolah.
Implementasi Supervisi kolegial berbasis LS di ketiga situs penelitian
dilaksanakan dengan langkah: (1) membentuk kelompok guru yang sepakat
untuk saling memberi dan menerima, (2) merencanakan pembelajaran bersama,
(3) menentukan guru model dan observer, (4) melaksanakan dan mengobservasi
pembelajaran, dan (5) melaksanakan diskusi refleksi hasil
pengamatan.Pengembangan kegiatan LSBS melalui kegiatan workshop LS,
seminar LS dan PTK tentang LS.Dampak pelaksanaan LSBS adalah
peningkatan keprofesionalan guru dan kualitas pembelajaran.
69
Adapun perbedaan yang menadasar dari penelitian ini adalah,
penelitian ini dilakukan di tingkat SLTP di SMPN 1 Pandaan,SMPN 2 Grati,dan
SMPN 1 Gondangwetan. Pelaksanaan supervisi dilakukan kepada semua mata
pelajaran serta bersifat kolaboratif, artinya bahwa semua guru terlibat dalam
model kepengawasan kolegial dengan pendekatan Lesson Study.
Adapun kesamaan dari penelitian ini adalah Penelitian ini terfokus pada
supervisi kolegial atau supervisi sejawat, supervisi sejawat memliki kemiripan
dengam supervisi model CPD.
Suwanti. 2013. Pelaksanaan kepengawasan dalam meningkatkan
kinerja guru pendidikan agama Islam sekolah dasar di kecamatan Mojogedang
Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Tesis Program Study
Pendidikan Agama Islam. Kosentrasi Manajemen Pendidikan Islam program
Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ; a) pengawas dalam
melaksanakan kegiatan supervisi senantiasa memberikan pembinaan dan
motivasi-motivasi yang dilakukan dalam forum KKG PAI, sekaligus
mensupervisi guru PAI. Kegiatan pengawasan yang dilakukan meliputi ; a)
pemantauan supervisi;b) evaluasi; pelaporan dan tindak lanjut, tindak lanjut
dilakukan dalam bentuk reward, penguatan, teguran dan saran mengikuti
pelatihan.
Dalam pelaksanaan pengawasan ada beberapa hal yang belum
sepenuhnya dilkukan atau dilaksanakan 1) kunjungan dan obersvasi kelas
70
ditandai dengan masih adanya sekolah dan guru yang belum pernah diunjungi
oleh pengawas PAI; 2) pemberian motivasi dan reward yang belum maksimal
oleh pengawas ; 3) merencanakan dan menyusun langkah-langkah inovasi
dalam untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam melakasanakan
suirpervisi.
Adapun perbedaan dari penelitian ini adalah; 1) penelitian ini berfokus
pada kinerja guru dan tempat penelitian yang berbeda. Sementara penelitian
yang penulis ambil dalam penyusunan thesis ini berfokus pada pelaksanaan
supervisi dengan model coorperative profesional development (CPD) , sebagai
upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja guru, jadi hanya terfokus pada
profesionalisme dan kinerja guru PAI.
Ninik Sulistini, 2014. Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Study Kasus di SMP Penda
Tawanmangu. Tesis Program Study Pendidikan Agama Islam. Kosentrasi
Manajemen Pendidikan Islam program Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Negeri Surakarta.
Adapun kesimpulan dari tesis tersebut adalah ; 1) kepala sekolah
dalam melaksanakan kepemimpinannya menggunakan gaya kepemimpinan
demokratis–partisipatif, maksudnya adalah gaya kepemimpinan yang
menerapkan unsur-unsur demokrasi dalam memberikan instruksi dan koordinasi
kepada para anggotanya sekaligus melibatkan diri secara langsung dalam pada
prakteknya di lapangan.; 2) faktor yang mempengaruhi kepala sekolah dalam
71
peningkatan profesionalisme guru dapat dikelompokan ke dalam tiga bagian
yaitu faktor ketersediaan, faktor personalia (guru/karyawan) dan faktor
ketersediaan sarana dan prasarana.
Adapun perbedaan yang mendasar dari penelitian ini adalah, penelitian
ini dilakukan di tingkat SLTP khusunya SMP Penda Tawangmangu , penelitian
ini juga terfokus kepada profesionalisme guru.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
positivistik. Pendekatan positivistik pada umumnya lebih melihat proses dari pada
produk yang dihasilkan dari penelitian (Noeng Muhadjir,1992 : 49), oleh karena
itu pada penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistik lebih mengarah
kepada proses dan membatasi pada satu kasus atau permasalahan. Pada penelitian
ini, apa yang diamati merupakan bagian yang berbeda dari pengamat atau obsever,
dengan paradigma definisi sosial yang bergerak pada kajian bidang tertentu dalam
hal ini pada supervisi pendidikan agama Islam dengan menggunakan model CPD.
Dalam ruang lingkup penelitian ini, peneliti melakukan interpretasi, terhadap
gejala sosial dalam pemebelajaran sehingga peneliti mendapatkan pengetahuan
tentang; (1) Identifikasi permasalahan pelaksanaan pengawasan atau supervisi
dengan model CPD di SMA Negeri Jumapolo(2) langkah-langkah supervisi PAI,
dengan model CPD yang efektif sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan
kinerja guru di SMA Negeri Jumapolo (3) model supervisi dengan menggunakan
CPD, merupakan salah satu langkah inovatif dan variatif dalam peningkatan
profesioanalisme dan kinerja guru di SMA Negeri Jumapolo.
B. Latar Seting Penelitian
Tempat penelitian dalam pemelitian ini adalah SMA Negeri Jumapolo.
Kabupaten Karanganyar. Penulis tertarik melakukan penelitian di sekolah tersebut
73
dikarenakan, pengawas PAI tidak pernah datang untuk melakukan pengawasan di
sekolah tersebut sejak tahun 2012 sampai dengan 2015. Profesionaloisme guru
PAI di sekolah tersebut dianggap baik, karena dua dari tiga guru PAI pada
sekolah tersebut sedangb melanjutkan studi program magister. Oleh karena itu,
penulis merasa tertarik untuk mengetahui pelaksanaan supervisi model CPD
sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja guru. Waktu penelitian di
laksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 dalam
tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap peneyelesaian.
C. Subjek dan Informan Penelitian
1. Subjek Penelitian
Adapun subjek pada penelitian ini adalah: Kepala sekolah SMA
Negeri Jumapolo, untuk mendapatkan data dan informasi dan dokumentasi
yang berkaitan dengan peningkatan Profesionalisme dan kinerja guru.
2. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah ; Pengawas PAI, guru PAI SMA Negeri
Jumapolo. Melalui Pimpinan Struktural (kepala sekolah), Pengawas PAI dan
Guru PAI dan ketua MGMP akan diperoleh informasi kemudian akan
interpretasi tentang; Identifikasi permasalahan peningkatan profesioanalisme
dan kinerja, langkah-langkah dalam menggunakan model pengawasan CPD.
D. Metode Pengumpulan Data.
74
Data tentang Identifikasi permasalahan pelaksanaan pengawasan
pendidikan agama Islam (PAI) dengan menggunakan model CPD sebagai upaya
peningkatan profesionalisme dan kinerja guru di SMA Negeri Jumapolo
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
1. Observasi
Poerwandani ( dalam Gunawan, 2013:143). berpendapat bahwa
observasi merupakan metode yang paling dasar dan tua, karena dengan cara-
cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses pengamatan (observasi), istilah
obeservasi di turunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan
memperhatikan.
Obeservasi dilakukan untuk mengamati proses PBM oleh guru PAI,
pelaksanaan supervisi dengan model CPD baik yang dilaksanakan guru
senior yang ada di SMA Negeri Jumapolo dan saat kegiatan MGMP PAI
Kabupaten Karanganyar.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan erupakan proses tanya jawab dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik (Gunawan, 2013:160). Wawancara di lakukan
untuk mencari data dari informan sebanyak mungkin dan sejelas mungkin
kepada subjek penelitian. Terdapat dua pihak dalam wawancara dengan
kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama berfungsi
sebagai penanya, di sebut juga sebagai interviewer, sedang pihak kedua
75
berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer) ( Gunawan,
2013:161).
Dalam mencari data yang berkaitan dengan wawancara, peneliti
akan mewancarai Pengawas PAI, Kepala Sekolah dan Guru PAI, Guru
senior dan Ketua MGMP sebagai subjek dan informan penelitian.
3. Dokumentasi
Kata dokumen berasal bahasa latin yaitu docere, berarti mengajar,
pengertian tersebut berasal dari Gottschalk (Gunawan, 2013:175).
Para ahli memberikan defenisi dokumentasi pada dua pengertian
pertama; berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan
dari pada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan
petilasan-petilasan arekeologis. Pengertian kedua; diperuntukan bagi surat-
surat resmi negara, seperti surat perjanjian,undang-undang, hibah, konsesi,
dan lainnya. sedangkan dokumentasi dalam arti luas adalah berupa setiap
proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
bersifat tulisan, lisan gambaran, atau arkeologis.
Adapun yang di maksud dokumen dalam penelitian ini adalah,
berupa surat-surat resmi seperti Surat Keputusan (SK) tentang jadwal
kegiatan pelaksanaan program CPD, jadwal kegiatan MGMP, jadwal
Mengajar, Jumlah guru di SMA Negeri Jumapolo, dokumen Visi dan Misi
sekolah, instrumen pengawasan, daftar hadir dalam kegiatan MGMP,
76
analisis soal ulangan harian, RPP, PROTA,PROSEM, program
kepengawasan kepala sekolah dan lain-lain.
Selanjutanya metode-metode tersebut akan di tringulasikan agar
mendapatkan data yang saling berkaitan antara satu metode dengan metode
yang lain. Dengan triangulasi metode maka data akan lebih akurat dan
objektiv, berikut ini gambar atau bagan triangulasi metode
E. Pemeriksaan Keabsahan Data.
Data merupakan fakta atau bahan-bahan keterangan yang penting dalam
penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan (aktivitas), dan selebihnya, seperti dokumen (yang merupakan data
tambahan). Kesalahan data berarti dapat dipastikan menghasilkan kesalahan hasil
penelitian. Karena begitu pentingnya data dalam penelitian kualitatif, maka
keabsahan data dalam penelitian ini melalui teknik pemeriksaan keabsahan yang
disarankan oleh Lincoln dan Guba, yang meliputi: kredibilitas (credibility),
transferabilitas (transferability), dependabilitas (dependability), konfirmabilitas
(confirmability) (Gunawan, 2013:217).
Kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan
prinsip validitas dari kuantitatif, fungsinya adalah; pertama; Melaksanakan
penyelidikan sehingga taraf kepercayaan penemunya dapat di capai. Kedua;
menunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penelitian dengan jalan pembuktian
oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriteria keteralihan
(transferability) pada prinsipnya kriteria keteralihan berbeda dengan prinsip
77
homogenitas pada penelitian kuantitatif, pada penelitian kuantitatif hasil
penelitian dapat digeneralisasikan sementara pada penelitian kualitatif tidak
demikian. Kriteria kebergantungan (dependability) pada penelitian kuantitatif
apabila diadakan dua lebih penelitian hasilnya sama maka dapat dipastikan hasil
selanjutnya juga sama, tetapi berbeda halnya dengan penelitian kualitatif, untuk
mencari hal yang sama pada penelitian kualitatif sangat sulit karena yang diteliti
adalah manusia sebagai instrument penelitian, kondisi manusia sangat bergantung
kepada kondisi sebelum diteliti, tingkat kejenuhan, serta kelelahan sangat
berpengaruh terhadap penelitian. Kriteria kepastian (konfirmability), dalam
kriteria ini peneliti lebih menekankan objektivitas pada data bukan pada objek
penelitian, tentunya jika penelitian hasil penelitian didasarkan pada objek
penelitian maka akan menjadi subjektif, karena kebenaran yang didasarkan
berdasarkan kesepakatan bersama atau bersifat subjektif. (Gunawan,2013:217).
Pada penelitian ini peneliti mnggunakan keabsahan dengan derajat
kepercayaan (credibility), yaitu peneliti menggali infomasi dari berbagai informan
yang sudah ditetapkan, kemudian data dari informan tesebut dijadikan acuan
kebenaran, sehingga keabsahan data ditentukan oleh valid dan tidak data tesebut,
bukan didasarkan pada sumbernya dan metodenya.
Dalam penelitian ini hanya akan digunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode.
1. Triangulasi Sumber
78
Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk menguji keabsahan data
antara subjek penelitian dan informan penelitian. Bebagai data yang
dihasilkan dari pengawas PAI, guru senior, kepala sekolah, ketua MGMP
dan guru PAI dijadikan pembanding untuk mencari keabsahan data dan
derajat kepercayaan data. Triangulasi sumbe dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gamabar. II.3.
Gambar triangulasi sumber
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah menggunakan beragam metode untuk
mengkaji problem tunggal. Dengan metode terdapat dua strategi yakni,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tekhnik
pengumpulan data dan pengecakan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
wawancara yaitu beberapa pertanyaan yang diajukan kepada informan , juga
bdokumen-dokume yang berada pada informan kemudian hasulnya diuji
79
dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunkan teknik observasi saat
pelksanaan supervisi dengan model CPD dilakukan baik di SMA Negeri
Jumapolo ataupun pada kegiatan MGMP.
Gambar. III.3.
Triangulasi metode
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis data ini
menggunakan pendekatan proses alur; data dianalisis sejak tindakan supervisi atau
pengawasan, dikembangkan selama proses PBM sampai diperoleh PBM yang
berkualitas atau profesional. Teknis analisis data tersebut di atas mengacu
pendapat Miles dan Huberman (1984) , Pertama, meringkaskan data kontak
hubungan dengan orang, kejadian, dan sistuasi di lokasi penelitian. Pada langkah
pertama ini termasuk pula memilih dan meringkaskan dokumen yang relevan.
Kedua; pengkodean, pengkodean ini hendaknya memperhatikan hal–hal sebagi
berikut; a)menggunakan symbol atau singkatan seperti profesionalisme dengan
symbol atau ringkasan dengan prof; kinerja dengan kin, supervisi sup; b) kode
80
dibangun dalam suatui struktur tertentu contoh untuk subjek sampel diberi kode
a.1 (kepala sekolah), b.2 (pengawas),c. 3 (guru); c) kode dibangun dengan tingkat
rinci tertentu contoh; item yang menunjukan sikap diberi kode (S), Perilaku (L),
valensi (V) dan persepsi (P); d) keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem
yang integratif; ketiga pembuatan catatan subjektif; keempat membuat catatan
reflektif (Noeng Muhadjir, 1992:51-53).
Dari permulaan pengumpulan data, seseorang penganalisis (peneliti)
mulai mencari data tentang pelaksanaan supervisi dengan model CPD dan di
kaitkan dengan peningkatan profesionalitas dan kinerja guru sebagai implikasi dari
pelaksanaan supervisi dengan menggunakan model CPD. Dengan demikian,
aktivitas analisis merupakan proses interaksi antara ketiga langkah analisis data
tersebut, dan merupakan proses siklus sampai kegiatan penelitian selesai.
Proses analisis data dilakukan secara terus menerus di dalam proses
pengumpulkan data selama penelitian berlangsung. Berikut penjelasan tiga
komponen utama analisis data kualitatif sebagaimana yang terlihat pada
Gambar III.4
81
Teknik Analisis Data Miles dan Huberman
82
G. Sistematika Penulisan Tesis
Tesis ini disusun dalam benerapa bagian sebagai berikut :
Bab Pertama adalah Pendahuluan yang membahas tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian
Bab kedua adalah kajian teori yang membahas tentang teori yang
relevan didalamnya ada beberapa teori tentang pengertian supervisi, kompetensi
supervisi, pengertian supervisi pendidikan Islam, pengertian supervisi model
CPD, ciri-ciri supervisi model CPD, Pengertian tentang profesionalisme guru
dan kinerja guru, pada bagian selanjutnya penulis membahas tentang penelitian
yang relevan atau penelitian yang berkaitan dengan judul tesis yang akan diteliti
tentunya yang berkaitan dengan profesionalisme, kinerja dan supervisi model
CPD
Bab tiga menjelaskan tentang Metode Penelitian yang di dalamnya
membahas masalah jenis penelitian, latar seting penelitian, subjek dan informan,
metode pemgupulan data yang terdiri dari wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi, selanjutanya untuk menguji data yang diperoleh Dari dari hasil
penelitian. Peneliti menggunakan tekhnik keabsahan data selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan triangulasi data.
Bab keempat adalah pembahasan yang merupakan inti dari penelitian
ini, di dalamnya akan, membahas tentang deskripsi data yang memuat informasi
tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan tempat penelitian, hasil penelitian
yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi model CPD di SMA Negeri
83
Jumapolo, peningkatanm profesionalisme dam kinerja guru melalui supervisi
model CPD. Pada bab empat selanjutnya akan dibahas penafsiran data yang telah
diteliti oleh penulis akan ditafsirkan dengan menggunakan tekhnik triangulasi,
data dikelola secara objektif sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan
oleh peneliti.
Bab lima merupakan penutup yang didalamnya membahas tentang
kesimpulan akhir dari penelitian yang memuat tentang kesimpulan dari
penelitian kemudian implikasi yang merupakan dampak hasil penelitian serta
saran baik dari sekolah atau lembaga pendidikan.
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat ini, akan membahas tentang hasil penelitian yang
dilakukan oeh peneliti sejak bulan Januari hingga Februari 2016. Data yang
diperoleh oleh peneilti akan disajikan dalam bentuk deskripsi data, kemudian
peneliti menafsirkan data tersebut dalam penafsiran data, selanjutnya data akan
dianilisis oleh peneliti.
A. Deskripsi Data
1. Profil SMA Negeri Jumapolo
SMA Negeri Jumapolo berdiri pada tanggal 22 Nopember 1984. Saat
itu SMA Negeri Jumapolo merupakan satu-satunya SMA yang berada
dikawasan selatan Karanganyar. Secara geografis SMA Negeri Jumapolo
berada 15 Km dari pusat Kabupaten Karanganyar dan dapat dikatakan jauh dari
keramaian, tetapi terdapat kemudahan untuk menuju sekolah ini.
Kondisi keamanan sekitar SMA Negeri Jumapoo yang berlokasi di
pinggir jalan kecamatan Jumapolo dan bersebelahan dengan lapangan
kecamatan Jumapolo dan jarak antara SMP yang tidak berjauhan, dan kondisi
lingkungan bernuansa kecamatan sangat terasa, sehingga situasi sangat
kondusif.
Kondisi SMA Negeri Jumapolo yang nyaman membuat perkembangan
SMA Negeri Jumapolo sangat pesat. Hingga saat ini SMA Negeri Jumapolo
84
memiliki 30 rombongan belajar kelas regular dan 1 rombongan belajar kelas
unggulan ICT di setiap jenjangnya.
a. Visi,Misi, dan Tujuan Sekolah
1). Visi Sekolah
Visi SMA Negeri Jumapola adalah unggul dalam mutu, santun
dalam budi, terampil dalam karya Dengan Indikator sebagai berikut :
1) Unggul dalam penguasaan materi pelajaran
2) Unggul dalam lomba olagraga
3) Siap membentuk budi pekerti yang luhur
4) Siap menghantarkan peserta didik yang terampil dan mandiri
2). Misi Sekolah
Misi SMA Negeri Jumapollo adalah unggul dalam mutu
berdasarkan penguasaan IPTEK yang dilandasi imtaq yang mantap.
Dengan rumusan sebagai berikut :
a) Upaya meningkatkan sumber daya manusia terus dilakukan
untuk mengikuti perkembangan pendidikan.
b) Siswa sadar bahwa budaya tertib dan disiplin merupakan
sarana kesuksesan tiap-tiap personal.
c) Daya serap materi tiap-tiap mata pelajaran meningkat tiap
semester.
d) Jurusan IPA dan IPS dalam memperoleh NEM minimal
memperoleh peringkat IV tingkat kabupaten.
85
e) Dalam Lomba kegiatan akademik dan nonakademik minimal
memperoleh peringkat III.
f) Memberikan bekal keterampilan yang memadai bagi para
tamatan SMA agar dapat hidup mandiri.
3). Tujuan Sekolah
Setiap lembaga pendiidkan mempunyai tujuan yang akan
dicapai, begitu pula halnya dengan SMA Negeri Jumpolo. SMA
Negeri Jumapolo mempunyai tujuan yaitu Meningkatkan
kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam
sekitarnya. Dengan rumusan sebagai berikut :
a) meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan,
b) meningkatkan kualitas kelulusan,
c) menyiapkan peserta didik yang terampil, disiplin tinggi,
berbudi pekerti luhur yang dilandasi IMTAQ dan IPTEK yang
mantap,
d) menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi
b. Data Sekolah
1. Nama Sekolah : SMA N Jumapolo
2. Status : Negeri
3. N I S : 20312174
4. NSS : 301031303018
86
5. Alamat Sekolah : Jl.Jurug no 1 Jumapolo
Desa : Jumapolo
Kabupaten : Karanganyar
Propinsi : Jawa Tengah
Nomor Telpon : (0271) 7081121
6. Web : www.smajumapolo-kra.sch.id
Email : [email protected]
c. Kepala Sekolah
Identitas Diri
a. Nama Lengkap : Drs.Sardiyo, M.Pd
b. NIP : 19641002 199103 1 003
c. Pangkat Gol./Ruang : Pembina/IV.a
d. Tempat/Tgl.lahir : Gunung Kidul, 02 Oktober 1964
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Agama : Islam
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Alamat Rumah : Tegalasri RT 01 RW 07 Bejen Kec.
Karanganyar Kab. Karanganyar
d. Jumlah Guru SMA Negeri Jumapolo
Jumlah guru di SMA Negeri Jumapolo tahun 2015 berjumlah 61
guru, dengan 47 guru PNS, 10 guru tidak tetap (GTT), dan 4 oang guru
kunjung . ( Tabel jumlah guru terlampir Tabel IV.I)
87
e. Data Siswa SMA Negeri Jumapolo Tahun 2015/2016
Jumlah siswa SMA Negeri Jumapolo dari tahun ketahun mengalami
peningkatan. Berikut ini jumlah siswa dan siswi SMA Negeri Jumapolo tahun
2015/2016
Tabel.IV.2.
Jumlah Siswadan Siswi SMA Negeri Jumapolo Tahun 2015/2016
NO KELAS JENIS KELAMIN
JUMLAH L P
1 X 99 262 361
2 XI. IPA 40 134 174
3 XI.IPS 72 106 178
4 XII.IPA 40 121 161
5 XII.IPS 60 77 137
TOTAL 311 700 1011
f. Sarana Prasarana
1). Gedung yang dimiliki sekolah
Tabel.IV.3.
Kondisi sarana dan prasarana
No Jenis Keberadaan Luas ( m2) Fungsi
Ada Tidak
Ada
Ya Tidak
1 Ruang Kepala Sekolah 27.5
2 Ruang Kepala Sekolah 32
3 Ruang guru 120
4 Ruang Layanan
Bimbingan dan
Konseling
36
5 Ruang Tamu 18
6 Ruang UKS 15
7 Ruang Komite Sekolah 16
8 Ruang OSIS 25
88
9 Ruang media dan alat
bantu PBM
72
10 Ruang Penjaga Sekolah 36
11 Ruang/Pos Keamanan 4
12 Aula/Gedung serba guna 300
13 Gudang 7.5
14 Kantin Sekolah 21
15 Halaman Sekolah 1.400
2). WC dan Kamar Mandi
Peruntukan
Keberadaan
Luas
(m2) Jumlah
Kondisi
Ada Tidak Baik
Tida
k
Baik
Kepala Sekolah 3 1
Guru/karyawan laki-laki 3.5 1
Guru/karyawan
perempuan
4.2 1
Siswa laki-laki 3 13
Siswa Perempuan 3 13
3). Laboratorium dan Ruang Praktek
Jenis lab/Ruang
Praktek
Keberaradaan Luas
(m2)
Penggunaan
(Jam/Minggu
)
Kondisi Berfungsi
Ada Tidak
Ada Baik
Tidak
Baik Ya Tidak
Fisika 120 14
Kimia 120 14
Biologi 144 14
Bahasa 120 23
Keterampilan 45.5 24
Ruang ibadah 2703 10
4). Prasarana
Jenis Keberadaan Berfungsi
Ya Tidak Ya Tidak
Instalasi air
Jaringan Listrik
Jaringan Telepon
Internet
Akses Jalan
89
4). Jumlah Rombongan Belajar (ROMBEL)
Jumlah Rombongan Belajar : 30 Rombongan Belajar
Kelas X ICT : 1 Rombongan Belajar
Kelas X : 9 Rombongan Belajar
Kelas XI ICT : 1 Rombongan Belajar
Kelas XI IPA : 4 Rombongan Belajar
Kelas XI IPS : 5 Rombongan Belajar
Kelas XII IPA ICT : 1 Rombongan Belajar
Kelas XII IPA : 4 Rombongan Belajar
Kelas XII IPS : 5 Rombongan Belajar
g. Prestasi SMA Negeri Jumapolo
1. Prestasi Siswa
a). Prestasi Siswa dalam bidang akademik non kurikuler dalam empat
tahun terakhir
SMA negeri Jumapolo merupakan satu-satunya sekolah tingkat
SLTA di kecamatan Jumapolo, sehingga eksistensinya diminayi oleh lulusan
SLTP/M.Ts yang ada disekitarnya. Selain itu prestasi-prestasi yang diraih
juga cukup baik, berikut daftar prestasi siswa dan guru SMA Negeri
Jumapolo
90
Tabel.IV.4.
Prestasi Siswa
No Jenis Prestasi Tahun Juara Tingkat
Kabupaten Nasional Internasional
1 Deklamasi
Bahasa Jawa 2007 1
2 Debat Bahasa
Inggris 2007 3
3 Lomba
mengarang 2007 2
4 MTQ 2007 2
5 Fisika teknik 2007 1
6 Olimpiade
Ekonomi 2008 3
7 MTQ 2008 3
8 Baca Puisi 2008 2
9 Olimpiade
Komputer 2009 2
10 Olimpiade
Komputer 2009 2
11 TIK 2009 1
12 Lomba Mapel
Matematika 2009 1
13 Debat Bahasa
Inggris 2011 3
2). Prestasi siswa non akademik dalam empat tahun terakhir
No Jenis Prestasi Tahun Juara Tingkat
Kabupaten Nasional Internasional
1 Lari 800 m 2007 1
2 Lompat
Tinggi 2007 1
3 Lari 100 m 2007 2
4 Lari 200 m 2007 2
5 Lari 1500 m 2007 2
6 Lompat Jauh 2008 2
7 Lari 200 m 2008 3
8 Lompat jauh 2008 3
9 Lari 100 m 2009 1
10 Lari 200 m 2009 1
11 Lari 1500 m 2009 2
12 Lompat Jauh 2009 1
13 Lari 100 m 2009 1
91
14 Lari 200 m 2011 2
15 Lari 1500 m 2011 2
16 Lompat Jauh 2011 1
17 Lari 800 m 2011 1
18 Lompat
Tinggi 2011 2
19 Lari 100 m 2011 1
2. Prestasi guru
Tabel.IV.5.
Prestasi Guru
No Jenis Prestasi Tahun Juara Tingkat
Lokal Nasional Internasional
1
Lomba
Membaca
Huruf Jawa
2007 Harapan
3
2 Tenis
Lapangan 2007 1
3 Tenis meja 2007 1
4 Lomba
Karaoke 2006 1
5 Guru
berprestasi 2009 2
2. Pelaksanaan Supervisi PAI di SMA Negeri Jumapolo
Berkembangnya lembaga pendidikan tidak terlepas dari berbagai
komponen yang terlibat didalamnya. Komponen-komponen yang dimaksud
adalah komponen yang berkaitan dengan pendidikan baik sarana dan prasarana,
tenaga pendidikan, administrasi, biaya atau dana, maupun komponen
penunjang lainnya. Salah satu bagian atau komponen yang terpenting dalam
pendidikan adalah keberadaan pengawas dan eksistensinya dalam
pembedayaan sumber daya manusia di lembaga pendidikan tesebut.
92
Pelaksanaan supervisi yang baik, merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan sumber daya manusia dan potensi-potensi yang ada dalam
lembaga pendidikan. Pengawas pendidikan Islam (PPAI) merupakan salah satu
komponen yang mempunyai andil yang cukup besar dalam peningkatan
profesionalisme dan kinerja tenaga pendidik di lembaga pendidikan.
Pelaksanaan supervisi PAI, adalah rangkaian upaya peningkatan
profesionalisme guru, karena pada hakekatnya untuk meningkatkan
profesionalisme guru bukan saja bedasar dari dalam diri guru itu sendiri,
namun ada faktor eksternal, dalam hal ini adalah pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh pengawas PAI apakah sudah maksimal ataukah hanya sekedar
menggugurkan kewajiban. Oleh karena itu pelaksanaan supervisi PAI harus
betul-betul diarahkan pada peningkatan profesionalisme guru.
Pelaksanaan supervisi PAI di SMA Negeri Jompolo sejak tahun 2012
sampai dengan saat ini dilaksanakan oleh Pengawas PAI, kepala sekolah dan
guru senior, ini berdasarkan data pengawasan pengawasan PAI, Program
Kerja Sekolah dan Jadwal Kepangawasan di SMA Negeri Jumapolo sebagai
berikut:
93
Tabel .IV.6.
Rencana Startegis Sekolah
Program Kepangawasan
Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa
mendatang
Besarnya
tantangan
Nyata
No Pengawasan proses
pembelajaran:
Pengawasan proses
pembelajaran:
- Cakupan kegiatan
pemantauan pembelajaran:
80%
- Cakupan kegiatan
supervisi pembelajaran:
90%
- Cakupan kegiatan evaluasi
pembelajaran: 90%
- Dokumen pelaporan hasil
evaluasi pembelajaran:
80%
- Cakupan tindak lanjut hasil
evaluasi pembelajaran:
80%
- Cakupan kegiatan
pemantauan pembelajaran:
100%
- Cakupan kegiatan supervisi
pembelajaran: 100%
- Cakupan kegiatan evaluasi
pembelajaran: 100%
- Dokumen pelaporan hasil
evaluasi pembelajaran: 100%
- Cakupan tindak lanjut hasil
evaluasi pembelajaran: 100%
20%
10%
10%
20%
20%
( Dikutip Sesuai dengan RENSTRA Sekolah SMA Negeri Jumapolo Tahun
2010-2015)
94
Tabel .IV.7.
Rencana Pengawasan Akademik Tahun 2014/2015
SEM PROGRAM ALOKASI WAKTU JNS.
KEGIATAN
I 1. Pendataan siswa baru
2. Pengembangan silabus dan RPP
melalui MGMP
3. Supervisi akademik (monev)
4. Supervisi kegiatan romadhan
(pesantren kilat)
5. Monitoring pelaksanaan mid
semester
6. Bimbingan menyusun kisi-kisi
dan soal ujian semester
7. Monitoring pelaksanaan ulangan
semester
Juli s/d Agustus
Agustus s/d Oktober
September s/d oktobe
September
September s/d
Oktober
November
Desember
Kunjungan
sekolah
MGMP
Kunjungan
Kelas
Kunjungan
Sekolah
Kunjungan
Sekolah
MGMP
Kunjungan
Sekolah
II 1. Pembinaan silabus RPP
2. Pembinaan pengembangan
komponen silabus
3. Pembinaan penyususnan RPP
4. Monitoring pelaksanaan ujian
praktek mapel PAI
5. Pembinaan penyususnan kisi-kisi
dan soal UAS
6. Pembinaam penyusunan soal
ujian semester
7. Monitoring pelaksanaan UAS
8. Monitoring pelaksanaan ulangan
umum kenaikan kelas
Januari s/d April
Januari s/d April
Januari s/d April
April s/d Mei
Februari
April
April s/d Mei
Mei s/d Juni
MGMP
MONEV
MONEV
Kunjungan
sekolah
MGMP
MGMP
Kunjungan
Sekolah
Kunjungan
Sekolah
(Dikutip Bedasarkan Rencana Pengawasan Akademik PAI
SMP/Mts/SMA/MA/SMK Kab. Karanganyar Tahumn 2014/2015)
95
Tabel.IV.7.
Rencana Pengawasan Akademik
Satuan pendidikan : SMP/SMA/MA/SMK
Kabupaten : Karanganyar
Semester : gasal dan genap
Tahun pelajaran : 2014/2015
SEMESTER GANJIL (GASAL)
No Materi Jml
Kunjungan
Alokasi
Waktu
Juli Ags Sep Okt Nov Des
1 Pendataan siswa
baru dan guru
36 kali 2 bulan X X
2 Pengembangan
silabus dan RPP
36 kali 2 bulan X X
3 Supervisi
akademik
36 kali 3 bulan X X
4 Supevisi
kegiatan
Romadlon
18 kali 1 bulan X
5 Monitoring MID
semester
1 bulan X
6 Bimbingan
penyususnan
kisi-kisi dan
soal ujian
semester
18 kali 1 bulan X X
7 Monitoring
pelaksanaan
ujian semester
18 kali 1 bulan X
SEMESTER GENAP
1 Pembinaan
silabus dan RPP
3 kali 2 bulan X X
2 Pembinaan
komponen
pengembangan
silabus
36 kali 4 bulan X X X X
3 Pembinaan
penyusunan
RPP
36 kali 4 bulan X X X X
4 pembinaan
penyususnan
kisi-kisi dan
3 kali 2 bulan X X X
96
soal UAS
5 Pembinaan
penyususnan
kisi-kisi dan
soal UKK
3 kali 2 bulan X X
6 Monitoring
pelaksanaan
UAS
18 kali 2 bulan X X
7 Monitoring
pelaksanaan
Ujian kenaikan
kelas
18 kali 2 bulan X X
(Dikutip berdasarkan jadwal kegiatan pengawas PAI Kab. Karanganyar ).
97
Tabel.IV.8.
Jadwal supervisi kunjungan kelas
PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI JUMAPOLO Alamat : Jl. Jurug 01 Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar 57783 Telp (0271) 7081121
Jadwal Supervisi Kunjungan Kelas
Semester Genap
Tahun Ajaran 2015/2016
No
.
Hari/Tgl.
Nama Guru
Mata
Pelajaran
Kls
Jam
ke-
Pelaksan
aan
Supervis
i
Ket
1. 6 Januari
2015
Mustaqim,
S.Pd.M.Pd.
Fisika XII
IPA
3
5 dan
6
Kepala
Sekolah
2. 8 Januari
2015
Zaenal Suparwi,
S.Pd.
Sejarah XI
IPS 4
7 dan
8
Kepala
Sekolah
3. 11 Januari
2015
1. Aminatun, S.Pd.I
2. Sriyanto, S.Pd.
Pendidikan
Agama Islam
Bahasa Inggris
X 7
XII
1 dan
2
3 dan
4
Kepala
Sekolah
4. 20 Januari
2015
Kuwadi, S.Pd. Matematika XI
IPA
3
3 dan
4
Kepala
Sekolah
5. 22 Januari
2015
M. Ichwan Fauzi,
S.Pd.
TIK X 7 1 dan
2
Kepala
Sekolah
6. 23 Januari
2015
1. Pujonormolo,
S.Pd.
2. Drs. Hartono
Bahasa Inggris
P.Kn.
XI
IPS 3
XI
7 dan
8
1 dan
2
Kepala
Sekolah
7. 24 Januari
2015
Harsono, S.Pd. Matematika XII
IPS 4
4 dan
5
Kepala
Sekolah
8. 28 Januari
2015
1. Sri Rahayu, S.Pd.
2. H.
Dwirihatmono,
S.Pd.
Bahasa
Indonesia
Sejarah
X 8
X 5
7 dan
8
1
Kepala
Sekolah
9. 3 Februari
2015
Hartanta, S.Pd. Ekonomi XI
IPS 1
7 dan
8
Kepala
Sekolah
98
10. 4 Februari
2015
1. Dra. Endang
Agustini, M.Pd.
2. Budi Heri
Nurjaya, S.Kom
3. Suryani, S.Pd.
Matematika
TIK
P.Kn.
XI
IPA
1
XI
X 2
1
5 dan
6
2
Kepala
Sekolah
11. 5 Februari
2015
1. Sri Wahyuni,
S.Pd.
2. Dra. Sri Endah
Hadi
Bahasa Inggris
Fisika
X 4
XI
IPA
2
3 dan
4
1 dan
2
Kepala
Sekolah
12. 6 Februari
2015
1. Aris Tri
Margono, S.Pd.
2. Meita Dwi
Anggraini, S.Pd.
3. Sri Rohmawarti,
S.Pd.
Penjasorkes
P.Kn.
Sosiologi
XI
IPA
1
XII
IPS 3
XI
IPS3
1
2
5 dan
6
Kepala
Sekolah
13. 7 Februari
2015
Dwi Setyo
Nugroho, S.Pd.
Penjasorkes X 8 2 dan
3
Kepala
Sekolah
14. 8 Februari
2015
1. Puryanudi, S.Pd.
2. Anggraini Wahyu
Palupi, S.Pd.
Seni Budaya
Bahasa Jawa
XI
IPA
3
X 8
6 dan
7
3 dan
4
Kepala
Sekolah
15. 10 Februari
2015
1. Sri
Respatiningsih,
S.Pd.
2. Agus
Dwihandoyo,
S.Kom.
1. Drs. Sobirin,
M.Pd.
Bahasa
Indonesia
TIK
Bahasa
Indonesia
XI
IPS 1
XI
XI
2
3
5 dan
6
Kepala
Sekolah
99
16. 12 Februari
2015
1. Dra. Nunung
Purwaningsih
2. Gandung
Widaryatmo, S.S.
Ekonomi
Bahasa Jawa
X 8
XI
IPS 1
3 dan
4
7 dan
8
Kepala
Sekolah
17. 13 Februari
2015
1. Drs. Djumairi
2. Sentot Pramono,
S.Pd.
Pendidikan
Agama Islam
Biologi
XII
IPA
1
X
ICT
1 dan
2
Kepala
Sekolah
18. 13 Februari
2015
Drs. Paiman P.Kn. XI 5 dan
6
Kepala
Sekolah
19. 20 Februari
2015
1. Drs. Sugiman
2. Suwarto, S.Pd.
3. Dwi Handayani,
S.Pd.
4. Unindiati, S.Pd.
Matematika
Pendidikan
Seni Rupa
Kimia
Bahasa
Indonesia
XI
IPS 3
X
XI
X
1 dan
2
3
5
7
Kepala
Sekolah
(Dikutip berdasarkan Jadwal Supervisi Pembelajaran di SMA Negeri Jumapolo )
Data atau dokumen diatas juga diperkuat oleh hasil wawancara dari
berbagi informan. Pelaksanaan supervisi pembelajaran dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan guru senior di SMA Negeri Jumapolo:
“Pelaksanaan supervisi selama ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
guru senior, meskipun guru senior mempunyai jumlah pengawasan lebih
banyak dari pada KEPSEK. Pelaksanaan supervisi di SMA negeri jumapolo
lebih sering dilakukan antara guru dan guru. Dan pelaksanaannya kapan saja
dan dimana saja, bisa sambil jalan. Setelah pelaksanaan supervisi biasanya
dilakukan evaluasi terhadap guru, tapi evaluasi yang dilakukan tidak di
100
dalam kelas, bisa dilakukan di rungan tertentu, bisa juga sambil jalan, dan
evaluusi dilakukan setelah proses supervisi dilaksanakan. Terkadang ada
guru yang datang untuk membahas permasalahannya sebelum mengajar
baik itu yang berkaitan dengan RPP, Media dan Metode. Guru senior atau
rekan guru yang lain memberikan masukan ataun solusi dan saling
mengkoreksi antara satu dengan yang lain”( W. 1.b.02).
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Pegawas PAI tingkat
SMA dan SMK se- Kabupaten Karanganyar
“Supervisi yang biasa saya lakukan lebih cenderung supervisi klinis.
Para guru PAI, tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, Biasanya, mereka
datang ke kantor saya dan menceritakan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran kemudian saya memberikan solusi apa yang
harus dilakukan. Sudah sejak tahun 2012 saya sudah tidak lagi mengadakan
supervisi dengan mengunjungi sekolah-sekolah. Terkadang supervisi yang saya
lakukan hanya terfokus pada kegiatan MGMP. Karena dengan adanya kegiatan
MGMP mempermudah saya untuk melakukan supervisi. Forum MGMP juga
merupakan ajang kerjasama antara sesama guru dalam meningkatan kapasitas
serta kapabilitas sebagai guru Memang selama ini saya tidak pernah
berkunjung untuk melaksanakan supervisi di SMA N Jumapolo. Hal ini
dikarenakan beban kerja yang saya miliki terlampau banyak. Saya betanggung
jawab atas seluruh guru SMA/SMK, MTs seluruh Kabupaten karanganyar, di
tambah lagi usia saya yang semakin lanjut, sehingga, menjadi kendala utama
saya dalam melaksanakan kunjungan kesekolah-sekolah binaan saya. Selain itu
faktor ada faktor eksternal yaitu perintah dari atasan saya dulu, agar supervisi
yang saya lakukan lebih terfokus pada sekolah-sekolah dibawah naungan
KEMENAG”( W. 1.b.01).
Pernyataan serupa diberikan oleh guru PAI di SMA Negeri Jumapolo,
bahwa sudah semenjak dari beliau bertugas di sekolah tersebut “ belum
pernah” diawasi oleh pengawas PAI (W. 1.a.03)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pengawas
PAI, dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran masih belum maksimal,
supervisi PAI lebih difokuskan dengan model kelompok yaitu pada kegiatan
MGMP Sehingga pelaksanaan supervisi di SMA Negeri Jumapolo, dilakukan
oleh Kepala sekolah dan guru-guru senior.
101
Pengawas PAI dalam melaksanakan tugasnya, terkendala oleh beberapa
faktor sebagai berikut: 1). Beban kerja pengawas yang overlaps, 2). Kondisi
daerah binaan yang begitu luas, 3). Faktor usia yang dari pengawas, 4). Ego
sektorral antara instansi.
3. Pelaksanaan Supervisi PAI Dengan Model CPD Di SMA Negeri Jumapolo
Supervisi merupakan upaya pembinaan, bimbingan serta pemberian
bantuan seorang supervisor kepada guru untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan guru dalam mengelolola pembelajaran atau situasi
belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Dengan demikian supervisi
dilakukan secara berkesinambungan, dalam rangka membina guru, guna
meningkatkan profesionalismenya. Diharapkan dengan semakin meningkatnya
pofesionalisme dan kinerja guru maka, mutu pendidikan akan tercapai.
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menunaikan tugas
pendidikan, sangat begantung pada kerjasama seluruh tenaga pendidikan dan
kependidikan yang ada dilembaga tersebut. Apabila dalam lembaga tersebut
mampu bekerja sama dan saling bersinergi, maka hasil yang dinginkan akan
sesuai dengan apa yang direncanakan. Berikut dokumen pelaksanaan supervisi
pembelajaran di SMA Negeri Jumapolo
102
Tabel. IV.9.
Instrumen pelaksanaan supervisi
Pelaksanaan Supervisi Administrasi Guru
Nama Guru :.............
NIP :.............
Sekolah : SMA Negeri Jumapolo
Mata Pelajaran : PAI
Jumlah Jam : 3 Jam Pelajaran
Tugas Tambahan : Wali Kelas
NO
Komponen
Tdk Ada
Ada Ket
Lkp Tak
Lkp
1 Program tahunan
2 Program semester
3 Silabus
4 RPP
5 SK Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas
Tambahan
6 Agenda Mengajar
7 Buku/Daftar Nilai
8 a. Nilai Harian
b. Nilai Tugas Terstruktur
c. Nilai Tugas Mandiri Tidak Terstruktur
d. Dokumen Penilaian Akhlak Mulia
e. Dokumen Penilaian Kepribadian
9 Analsa Hasil Evaluasi Ulangan Harian
10 Program perbaikan/Remidi Pembelajaran
11 Program Perbaikan/Remidi Penilaian
IS-08
103
12 Program Pengayaan
13 Analisis Butir Soal
14 Dokumen Analisis Penetuan KKM
15 Buku pegangan Mengajar
16 Buku-buku pendamping
17 Program Lain (Sebagai Tugas Tambahan
a. Kepala Sekolah
b. Wakasek....
c. Kepala Perpustakaan
d. Kepala Laboratorium
e. Lainnya
Karanganyar,.............2016
Kepala Sekolah Guru Mata pelajaran Pengawas/Supervisor
........................ ............................... ................................
NIP................. NIP....................... NIP.........................
104
Tabel. IV. 10.
Instrumen Penilaian RPP
Nama Guru :......
Sekolah : SMA Negeri Jumapolo
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
HariTanggal : ...........
No Komponen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penalaahan Dan Skor
Catatan 1 2 3
A Identitas Mata Pelajaran Tdk
ada
Krg
Lngkp
Sdh
Lngkp
1 Terdapat : satuan
pedidikan, kelas, semester,
program/program
Keahlian, mata pelajaran,
atau tema pelajaran,
jumlah pertemuan
B Perumusan Indikator Tdk
sesuai
Sesuai
sebagian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan SKL,KI
dan KD
2 Kesesuain penggunaan
kata kerja operasional
dengan kompetensi yang
diukur
3 Kesesuain dengan aspek
pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan
C Perumusan Tujuan
Pembelajaran
Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Keicapasesuain dengan
proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai
2 Kesesuain dengan
kompetensi dasar
D Pemilihan Materi Ajar Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan tujuan
pembelajaran
IS-04.a
105
2 Kesesuain dengan
karakteristik peserta didik
3 Klesesuain dengan alokasi
waktu
E Pemilihan Sumber Belajar Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan KI dan
KD
2 Kesesuain dengan materi
pembelajaran dan
pendekatan scientific
3 Kesesuain dengan
karakteristik peserta didik
F Pemilihan Media Belajar Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan tujuan
pembelajaran
2 Kesesuain dengan materi
pembelajaran dan
pendekatan scientific
3 Kesesuain dengan
karakteristik peserta didik
G Model Pembelajaran Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan tujuan
pembelajaran
2 Kesesuain dengan
pendekatan scientific
H Skenario Pembelajaran Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Menampilkan kegiatan
pendahuluan, inti, dan
penutup dengan jelas
2 Kesesuain kegiatan dengan
pendekatan scientif
3 Kesesuain penyajian data
dengan sistematika materi
4 Kessuain alokasi waktu
dengan cakupan materi
I Penilaian Tdk
sesuai
Sesuai
sebagaian
Sesuai
seluruhnya
1 Kesesuain dengan teknik
dan bentuk penilaian
autentik
2 Kesesuain dengan
106
indikator pencapain
kompetensi
3 kesesuain kunci jawaban
dengan soal
4 Kesesuain dengan
pedoman penskoran
dengan soal
Jumlah
Nilai Perolehan :
Skor perolehan
X 100 % = .........%
75
Keterangan Ketercapaian :
86%-100 % = Baik Sekali 55 % - 69 % = Cukup
70 % - 85 % = Baik Di Bawah 55% = Kurang
Saran :
...............................................................................................................................
Karanganyar,.........2016
Kepala Sekolah Guru Mapel Pengawas/Supervisor
Pencapaian Kinerja :.................................................................................
107
Supervisi dengan model Cooperative Profsional Development
merupakan pengembangan supervisi yang menekankan pada pengembangan
profesionalime. Model supervisi ini menitik beratkan pada kerjasama dua
sampai dengan lima guru, yang bersepakat untuk saling meningkatkan
profesionalismenya. Supervisi dengan model CPD sudah dilaksanakan ini
berdasar pada hasil wawancaa dengan guru PAI di SMA Negeri Jumapolo.
“Selama ini yang melaksanakan adalah guru-guru senior yang sudah
mempunyai sertifikat sebagai acecor atau sebagai supervisor, satu orang
acesor mengawasi beberapa orang guru . adapun yang mensupervisi saya
adalah ibu “kus”, pelaksanaan supervisi dilakukan layaknya seperti PPAI,
acesor masuk kelas untuk melaksanakan supervisi, memeriksa kelengkapan
administasi pembelajaran”( W. 1.b.03).
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh guru senior, sekaligus
Waka Kurikulum.
“Pelaksanaan supervisi salama ini dilkasanakan oleh kepala sekolah dan
guru senior, meskipun guru senior mempunyai jumlah pengawasan lebih
banyak dari pada KEPSEK. Pelaksanaan supervisi di SMA Negeri
Jumapolo lebih sering dilakukan anatara guru dan guru”( W. 1.b.04).
Berdasarkan hasil wawancara tesebut, dapat diketahui bahwa supervisi
model CPD sudah dilaksanakan, dan telah terbangun kerjasama yang baik
anatara guru dengan guru yang lain. Supervisi dengan model CPD sangat
bergantung pada solid dan tidaknya kerjasama yang dibangun sesama guru dan
pelaksanaan supervisi ini, dilaksanakan oleh guru-guru senior yang telah
ditunjuk oleh kepala sekolah. Dalam model ini posisi Kepala sekolah tidak
terlibat langsung dalam kegiatan kepengawasan, tetapi kepala sekolah berposisi
sebagai manajer atau penanggung jawab kegiatan. Hal ini juga diperkuat
berdasar kan hasil wawancara dengan kepala sekolah.
108
“ Sebenarnya, pelaksanaan supervisi yang selama ini dilaksanakan di SMA
Negeri Jumpolo saya serahkan pada tim, dimana tim tesebut terdiri dipimpin
oleh guru senior. Jumlah guru senior yang sudah mempunyai sertifikat
sebagai acesor berjumlah empat orang. Keempat orang kemudian
bermusyawarah dengan guru untuk membentuk team, dan setiap team
dipimpin oleh guru senior yang sudah bersertifikat menjadi acecor.
Sedangkan posisi saya sebagai kepala sekolah hanya sebatas penanggung
jawab kegiatan dan pada setiap tahunnya guru-guru senior inilah akan
memberikan laporan tentang progres dari para guru-guru yang ada dibawa
binaanya.”(W. 1.b.02).
Supervisi dengan model CPD merupakan supervisi yang efektif, hal
ini dikarenakan supevisi model CPD tidak saja menitik beratkan pada
administrasi saja, tapi supervisi model ini menitik beratkan pada perbaikan
proses pembelajaran, serta mengembangkan profesionalitas guru. Dalam
aplikasinya model ini dapat menggunakan supervisi klinis. Hal tesebut
bedasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada guru senior
“Peneliti sebelumnya mendapat infomasi kapan dilaksanakannya supervisi
di SMA N Jumapolo. Pada hari yang telah ditentukan peneliti tiba di SMA
Negeri Jumapolo pada hari jum’at pukul 09.30. WIB. Setibanya di sekolah
peneliti langsung masuk ke ruang Waka Kurikulum. Selang beberapa waktu
guru PAI yang hendak mengajar pada saat itu datang berkonsultasi. Sambil
menunjukan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar,
Waka kurikulum yang merupakan guru senior tersebut memeriksa dan
menkonfirmasikan tentang RPP yang dibuat. Selanjutnya guru senior
bersama guru binaan bersama menuju ruang kelas. Sesampai di kelas guru
binaan masuk ke dalam kelas sedangkan guru senior tetap duduk diluar
sambil memperhatikan apa yang akan dilakukakan oleh guru binaan. Ketika
guru binaan melaksanalan KBM, guru senior memperhatikan serta
mengawasi kondisi kelas dari luar. Setelah KBM selesai guru senior
bersama dengan guru binaan bertemu. Guru senior memberikan ulasan atau
evaluasi terhadap KBM yang dilaksanakan. Setelah mengevaluasi
selanjutnya guru senior memberikan masukan bedasarkan hasil pengawasan
yang dilakukannya” (O. 1. b.).
Hasil obsevasi tersebut juga diperkuat hasil wawancara yang peniliti
lakukan terhadap guru PAI
“ Biasanya guru senior sebelum melaksanakan kunjungan kelas, akan
memanggil guru yang akan disupervisi, guru senior akan memeriksa
109
kesesuain SK dan KD dengan materi pembelajaran, kemudian menanyakan
bagaimana, metodenya, media yang digunakan serta bagaiman evaluasinya,
selanjutnya guru senior bersama saya menuju kelas untuk mensupervisi saya
didalam kelas. Biasanya guru senior tidak masuk ke dalam kelas tetapi guru
senior berada diluar kelas. Sambil melihat saya mengajar. Setelah selesai
mengajar saya bersama guru senior kembali ke ruangan untuk tindakan
balik atau evaluasi, guru senior akan menjelaskan dimana kelemahan-
kelamah serta kekurangan-kekurangan saya dalam mengajar” ( W.1. b.03).
4. Peningkatan Profesionalisme Dan Kinerja Guru melalui supervisi Model
CPD.
Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan, dalam
melaksanakan tugasnya guru tidak terlepas dari perangkat mengajar. Perangkat
pembelajaran yang dibuat guru merupakan hal yang pokok untuk mendesain
pembelajaran yang baik. Keberadaan supervisor atau pengawas sangatlah
dibutuhkan oleh guru, pengawas atau supervisor yang tugas utamanya adalah
memberikan layanan berupa bimbingan, pembinaan serta memberikan bantuan
guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru.
Guru PAI di SMA Negeri Jumapolo selama ini aktif dalam kegiatan
MGMP. MGMP atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan wadah
atau tempat berkumpulnya para guru untuk saling berinteraksi dan menyusun
berbagai perangkat pembelajaran.
“Ya. Kalau di Karanganyar pelaksanaan MGMP dilkasanakan dua bulan
sekali. Tapi ketika ada acara-acara yang mendesak maka dilaksanakan
sesuka hati, misalnya satu bulan ada sesuatu yang disampaikan berarti kita
juga pertemuan. . Jadi karanganyar itu diawal semester itu dikumpulkan
dalam forum MGMP. Jadi pembagian pembuatan RPP itu dibagi semuanya
setiap guru punya bagian masing. Misalnya saya mendapat bagian tentang
akhlak terpuji jadi untuk akhlak terpuji saya yang buat, muali dari awal
sampai dengan evaluasi saya yang buat, kemudian nanti dikumpulkan
disekertaris MGMP kemudian baru disatukan. Jadi tidak semata-mata Copy
paste karena semuanya bertanggung jawab untuk membuatnya”( W. 2.a.03)
110
Pernyataan tersebut, juga diungkapkan oleh Pengawas PAI tingkat
SMA dan SMK Kabupaten Kaanganyar.
Adapun upaya-upaya yang saya lakukan adalah: memberikan informasi
tentang berbagai kegiatan workshoop, menyarankan guru PAI agar terlibat
dalam kegiatan MGMP, memberikan saran agar mengikutu Study lanjut
baik program beasiswa dari KEMENAG ataupun biaya pribadi,
menyarankan agar guru PAI untuk aktif dalam mengikuti Workshop dan
kegiatan MGMP.( W. 02.a.01).
Pada kegiatan MGMP juga, telah tejadi interaksi antara sesama guru,
dimana guru-guru yang sudah memiliki pengalaman dalam mengajar dengan
menggunakan berbagai metode dan media, mengikuti workshoop, BIMTEK .
tentunya hal ini sesuai dengan apa yang diuangkapkan oleh guru PAI.
“Kalau di MGMP, ada beberapa teman yang sering mengikuti BIMTEK
diluar, jadi ketika mereka sudah selesai mereka biasanya membeikan materi
yang didapat disampaikan kepada rekan-rekan guru yang lain. Supervisi
sejawat belum pernah, tetapi kalau untuk mengajari tentang metode, media
atau misalnya si “A” membuat Power Point ketika ngajar, kemudian
ditularkan kepada yang lain” (W.2.b.03).
Ini juga diperkuat dengan pernyataan Ketua MGMP Tingkat SMA se
Kabupaten karanganyar sebagai berikut :
“Alhamdulillah, selama pelaksanaan MGMP sejak saya memimpin kegiatan
ini, para guru selalu saling membantu saling membimbing guru yang lain,
yang belum maksimal dalam perencanaan pembelajaran, pemanfaatan
metode dan media. Biasanya ketika guru-guru PAI yang baru mengikuti
BIMTEK, workshoop, dan guru-guru yang mempunyai pengalaman lebih
tentang IT, mereka akan saling berbagi ilmu dan saling membantu dan
melakukan sharing” (W.2.b. 05).
Peningkatatan profesionalisme guru juga, tidak saja dengan mengikuti
kegiatan MGMP yang diselenggarakan oleh masing-masing kelompok guru
yang tergabung dalam kegiatan MGMP, tetapi juga sekolah mengadakan
111
kegiatan-kegiatan lain dalam peningkatan profesionalisme guru. Ini
berdasarkan wawancara dengan Waka Kurikulum
“Biasanya, yang telah kami lakukan disini adalah dengan melaksanakan
kegiatan IHT (In House Training), mengundang nara sumber yang
berkompeten dibidang penyusunan pengembangan kurikulum, diskusi-
diskusi kecil antara guru senior dan guru yunior. Pelaksanaan kegiatan peer
teaching yang melibatkan guru baru khususnya guru honorer”( W. 02.d.04).
Salah satu indikator guru profesional adalah guru mampu
melaksanakan pembelajaran dikelas dengan baik, oleh karena itu, peningkatan
tekhnik pembelajaran yang baik juga senantiasa dilakukan dengan mengadakan
kegiatan peer teaching. Kegiatan peer teaching, dilaksanakan dalam forum
MGMP, hal ini seperti yang djelaskan oleh Guru PAI SMA Negeri Jumapolo
sebagai berikut
“Kalau kegiatan peer teaching, pernah dilaksanakan dikegiatan MGMP,
tepatnya pelaksanaannya dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karang Anyar
(W.02. d. 03).
Begitu pula halnya, dengan ketua MGMP PAI Kabupaten
karanganyar, memberikan keterangan bahwa :
“Pelaksanaan kegiatan MGMP yang dilaksanakan di Kabupaten
Karamganyar, tidak saja terfokus pada pengembangan kurikulm seperti
silabus, RPP, penentuan KKM, tetapi juga guru diberikan kesempatan untuk
belajar menilai temannya dalam latihan mengajar, kegiatan latihan mengajar
yang biasa kami laksanakan merupakan upaya meningktakan ketrampilan
guru dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar. Kami sangat optimis
bahwa dengan adanya latihan mengajar sesama guru PAI, maka akan guru
PAI akan lebih baik dalam melaksankan KBM” (W. 3. d.05)
Latihan mengajar atau peer teaching, merupakan upaya untuk
peningkatan profesioanalisme guru dalam melaksanakan kegiatan PBM, di
SMA Negeri Jumapolo kegiatan tersebut lebih diarahkan pada guru-guru
112
honorer atau guru yang baru. Hal tersebut seperti apa yang dijelaskan oleh
Kepala sekolah dan Waka Kurikulum sebagai berikut :
“Di sekolah kami pernah melaksanakan kegiatan peer teaching, dan
kegiatan peer teaching masih tetap dilakukan, tetapi kegiatan ini tidak
melibatkann semua guru. Karena rata-rata guru disini sudah senior dan
sudah faham bagaimana cara mengajar dengan baik. Oleh kaena itu
kegiatan peer teaching hanya difokuskan pada guru-guru baru dan guru
honorer saja” (W.02. c. 04).
Kerjasama yang baik selalu diawali dengan komunikasi dan
bagaimana membangun hubungan yang positive atau silatuhrahmi yang baik
antar sesama. Komunikasi yang baik antara sesama guru merupakan langkah
awal dalam penelitian. Tradisi saling berdiskusi dan berkomuniskasi antar
guru, dan wakasek sangatlah baik ini berdasarkan hasil wawancara kami
dengan guru senior dan guru PAI sebagai berikut.
“Jadi, kebiaasan di Jumapolo itu guru, saya dengan guru yang lain sama
dengan teman, ketika ada permasalahan dikelas “mislanya si ‘A” belum
faham tentang tata cara pembuatan RPP atau administrasi guru yang lain,
maka, guru yang lain akn membantu dan membimbing guru yang belum
faham tentang tata cara pembuatan RPP atau administasi guru”. (W.2.
c.03)
Pernyataan diatas dipertegas oleh penjelasan guru senior sebagai
berikut ;
YA, guru-guru di sini, sangatlah terbuka, artinya bahwa antara guru satu
dengan guru yang lain sangat membuka diri, tidak mebedakan antara guru
senior dan guur yunior, dan juga biasanya ada diskusi-diskusi kecil baik
antara guru satu rumpun pelajaran atau lintas rumpun, mereka berdiskusi
tentang kendala atau problem-problem yang mereka hadapi dalam KBM.
jadi setiap keputusan yang diambil yang berkaitan dengan pembelajaran
ataupun masalah-masalah siswa, semua sudah didiskusikan anatara guru,
biasanya ini dilakukan di ruang guru. inilah salah satu faktor yang
membuat saya betah mengajar disini, walaupun saya bukan asli dai
jumapolo tapi saya merasa situasi yang ada di sekolah saya ini, seperti
dalam keluarga.(W.02.c.04)
113
Komunikasi yang dibangun antara guru disini sangat bagus, obrolan atau
bincang-bimcang tidak terfokus pada masalah pribadi ( Gosip) tetapi
terkadang ada diskusi-diskusi yang sering dibangun biasanya mengenai
pertukaran informasi tentang TUPOKSI dari guru. biasanya apabila ada
guru yang belum faham tentang administrasi guru atau kegiatan
pembelajaran saja, tetapi terkadang guru-guru juga membahas kondisi
siswa yang “nakal/bandel” (W.02. c. 04).
Selanjutnya keteragan dari Guru PAI , menjelaskan bahwa diskusi
yang dilakukan juga sering dilakukan sesama guru PAI
“Ya sering. Biasanya, yang lebih sering saya lakukan dengan sesama
rekan guru, berkaitan dengan permasalahan pembelajaran khususnya
masalah anak-anak yang belum bisa baca tulis Al-qur’an, kemudian
masalah penerapan metode dan media pembelajaran “(W. 2.c.03)
Guru yang profesional, akan tercermin dari penampilan atau
performancenya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam
pelaksanaan KBM guru dituntut untuk mampu membuat perencanaan
pembelajaran serta administrasi belajar dengan baik. Guru PAI di SMA
Negeri jumapolo mampu membuat PROTA, PROSEM, RPP. Serta analisis
butir soal ulangan harian, sistem penilaian dengan baik, biasanya guru PAI
mengumpulkan Sillabus dan RPP kepada Waka kurikulum.
Kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran (Rencana
Program Pembelajaran RPP terlampir) juga dijelaskan oleh guru pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri Jumapolo sebagai berikut:
“Bisa. Jadi karanganyar itu diawal semester itu dikumpulkan dalam
forum MGMP misalnya setahun sekali. Jadi pembagaian pembuatan
RPP itu dibagi semuanya setiap guru punya bagian masing. Misalnya
saya mendapat bagian tentang akhlak terpuji jadi untuk akhlak terpuji
saya yang buat, mulai dari awal sampai dengan evaluasi saya yang buat,
kemudian nanti dikumpulkan disekertaris MGMP kemudian baru
disatukan. Jadi tidak semata-mata Copy paste karena semuanya
114
bertanggung jawab untuk membuatnya”( W. 2.b.03). (program semester
dan RPP terlampir)
Kegiatan Pembelajaran yang dilakukannyan akan lebih asyik dan
menarik, metode yang digunakan bervariatif . Begitu pula halnya guru PAI di
SMA Negeri Jumapolo dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah
menggunakan metode pembelajaran yang bervariativ, hal ini berdasakan hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap dua orang guru PAI di SMA Negeri
Jumapolo.
“Pada hari kamis, pukul 11.10 menit mulai diadakan observasi,
sebelumnya antara peneliti dan guru PAI menginformasikan bahwa
peneliti akan melakukan obesrvasi atau pengamatan tehadapproses
pembelajaran. Pada pukul 11.30 WIB, peneliti melaksanakan shalat
dhuhur berjama’ah bersama dewan guru dan seluruh siswa dan siswi
SMA Negeri Jumapolo. Setelah shalat dhuhur peneliti bersama dengan
guru PAI menuju ke kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Sesampai
dikelas peneliti tetap diluar ruangan kelas, sementara guru melaksanakan
tugasnya. Guru PAI mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian
mengecek kehadiran siswa sambil menannyakan apakah tadi siswa atau
siswi melkasanakan shalat dhuha dan shalat dhuhur tidak, setelah itu guru
PAI memerintahkan salah seorang siswa untuk maju kedepan memimpin
rekan-rekannya untuk membaca al-qur’an secara bersama-sama. Selama
kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit siswa dan siswi membaca Al-
qur’an. Setelah itu, guru PAI membentuk kelompok belajar menjadi
beberapa kelompok . Selanutnya guru PAI memerintahkan kelompok
yang bertugas untuk menyampaikan materi atau makalah untuk maju
mempresentasikan makalah didepan rekan-rekannya. Begitu pula hal
yang serupa dilakukan oleh guru PAI yang lainnya pada hari Jum’at
tanggal 15 Januari 2016. Guru PAI menngunkan metode belajar diskusi
serta membuat permainan teka-teki silang dalam pembelajarannya.
Selama pembelajaran dilaksankan siswa dan siswi terlihat asyik
memainkan fungsinya dalam belajar.” (O. 3. B. 03.)
Berdasarkan data tersebut, maka guru PAI dalam melaksanakan kegiatan
PBM menggunkan metode yang bervariatif dan tdak cenderung pada satu
metode saja, guru juga menggunkan metode bermain peran pada pokok
115
bahasan Akhlak, metode teka teki silang serta peta konsep. Hal ini juga
seperti yang nyatakan oleh guru PAI dalam wawancara sebagai berikut
“Bervariasi, meskipun tidak bisa menafikan atau lepas dari ceramah.
Jadi saya termasuk di sekolah menggunkan metode yang teka teki silang
,saya pernah menggunkan metode bermain peran ketika akhlak terpuji,
anak bener-bener bermain peran, kemudian saya pernah menyuruh anak
untuk membuat peta konsep yang kemudian dipresentasikan, diskusi itu
juga sering, meskipun ceramah dan saya tidak bisa meninggalkan
ceramah, ketika penegasan dan saya harus ceramah, kemudian yang
terakhir saya memberikan penegasan dan kesimpulan”( W. 3.b.03).
Guru bukan saja dituntut mampu membuara rencana pembelajaan dengan
baik, dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, guru juga diharapkan
mampu mendesain membuat penilain dengan baik dan kemudian dianalisis,
dengan demikian guru akan tahu sejauh mana tingkat keberasilan guru dalam
pembelajaran. Berikut ini tabel analisis hasil ulangan harian.
Tabel.IV.12.
Analisis Hasil Ulangan Harian
Mata Pelajaran : P.A. Islam Semester : 1 (satu)
SK/KD : Banyak Soal : 5
Kelas.Prog : X.2 /.... Banyak Peserta : 32
No
Nama Siswa
Skor Yang
Diperoleh Siswa
Untuk Tiap
Nomor
Jumlah
Skor
%
Ketercapain
Ketuntasan
Belajar
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
116
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah Skor
Jumlah Skor
Maksimal
Skor Tecapai (%)
Jumapolo, .............
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
117
HASIL ANALISIS
KETUNTASAN BELAJAR
A. PERORANGAN
Banyaknya siswa keseluruhan : Orang
Banyaknya siswa yang tuntas belajar : Orang
Prosentase bagi siswa yang telah tuntas belajar : %
B. KLASIKAL : Ya /Tidak
KESIMPULAN
A. Perlu perbaikan secara klasikal untuk nomor :...........................
B. Perlu perbaikan secara individual sejumlah :............................
1................
2...............
3...............
4.dst
KETERANGAN
A. Daya serap perorangan
seorang siswa tersebut telah tuntas belajar apabila telah mencapai nilai >
KKM yaitu..............
B. daya serap secara klasikal
Suatu kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut telah terdapat 85%
yang telah mencapai daya serap > KKM
Jumapolo,...........
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
118
PROGRAM PERBAIKAN DAN PENGAYAAN
Nomor Program Satuan pelajaran :........................................
Kelas/ Program :........................................
Standar Kompetensi :.........................................
.........................................
Kompetensi dasar :........................................
...........................................
...........................................
Telah mencapai batas tuntas :......... orang dan.........orang
Belum mencapau tuntas :.........orang dan .......... orang
Pada tanggal :...............................................
I. perlu diadakan : perbaikan secara individual
langkah-langkah perbaikan
a. .................................................................................................................
b. .................................................................................................................
c. ............................................................................................................dst
Langkah-langkah pengayaan
1. .................................................................................................................
2. ................................................................................................................
3. ............................................................................................................dst
Hasil Perbaikan : a. Telah mencapai batas tuntas :....orang
: b. Belum mencapai batas tuntas :....orang
Mengetahui Jumapolo,...........
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
119
Dalam aktivitas keseharian guru PAI, tidak hanya sekedar mengajar atau
mendidik saja, tetapi guru PAI mendapatkan tugas tambahan sebagai Wali
kelas, serta aktif dalam bebagai kegiatan kepanitiaan yang di diadakan di
sekolah .
Tabel.IV.13.
Daftar Wali kelas
SMA NEGERI JUMAPOLO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
NO NAMA NIP WALI
KELAS
1 Sentot pramono, S.Pd 19690317 200604 1 002 X.ICT
2 Suryani,S.Pd 19741014 200701 2 015 X.1
3 Sri Rohmawarti, S.Pd 19741111 200701 2 006 X .2
4 Sugiyarti, S.Pd 19710825 200604 2 016 X.3
5 Endang Prihatin, S.Pd 19810624 201406 2 001 X. IV
6 Anggraeni W. Palupi,S.Pd 19820824 201101 2 008 X.V
7 Drs. Paiman 19661112 200701 1026 X.VI
8 Nita Dwi Hapsari,S.Pd 19860911 201001 2 034 X. 7
9 Drs. Sugiman 19650807 199203 1 013 X.8
10 T.B. Widayat K, M.Pd 19670427 1199201 2 001 X.9
11 Dra. Sri Endah Hadi 19651029 198903 2010 XI.IPA.ICT
12 Meita Dwi Anggraeni, S.Pd 19780515 200701 1 011 XI. IPA 1
13 H. Dwiriohamono, S.Pd 19700408 200701 1 011 XI. IPA 2
120
14 Christianto Cahyono,S.Pd 19760728 200604 1 005 XI.IPA 3
15 Dwi Handayani.SW,S.Pd 19800917 200701 2 006 X.IPA 4
16 Suwarto,S.Pd 19650402 199003 1 010 X. IPS 1
17 Unindiati, S.Pd 19691207 200501 2 006 XI.IPS 2
18 Pujonirmala,S.Pd 19741110 200701 1 014 XI.IPS 3
19 Harsono,S.Pd 19640205 198811 1 001 X.IPS 4
20 Gandung Widaryatmo,S.S 19791129 200604 1 018 XI.IPS.5
21 Antiek Ekowati, S.Pd 19610908 1985 01 2 001 XII.IPA
22 Agus Priyanto, S.Pd 19700802 200701 1 020 XII.IPA
23 Mustaqim, M.Pd 19590823198803 1 007 XII. IPA2
24 Drs. Hartono 19630601 200604 1001 XII. IPA 3
25 Sri Purwwani, S.Pd 19750624200701 2 006 XII. IPA 4
26 Agus Dwihandoyo, S.Kom 19730914 201001 2 006 XII IPS 1
27 Sri Respatiningsih, S.Pd 19650304 198703 2 009 XII IPS 2
28 Aminatun, S.Pd.I 19861202 201001 2 032 XII IPS 3
29 Marjuki,S.Pd 19844050 2011 01 004 XII IPS 4
30 Pratiwi Patsetyawati, S.Pd 19621112 198503 2 004 XII.IPS.5
Hal ini juga, diperkuat oleh keterangan kepala sekolah SMA Negeri
Jumapolo, belaiu menyampaikan bahwa :
“Pembagian tugas guru yang ada di Jumapolo, didasarkan pada kinerja
dari guru. Guru yang mempunyai kinerja bagus apa lagi yang bestatus
PNS, akan diberikan jam tambahan sebagai wali kelas, Wakil kepala
sekolah, pembina osis, pembina ekschool dan lain-lain. Begitu pula
halnya dengan guru PAI, guru PAI yang kami milki bejumlah tiga orang,
121
salah satunya bestatus sebagai PNS dan dua lainnya adalah tenaga
honorer. Oleh karena guru PAI yang berstatus sebagai PNS kami berikan
jam tambahan sebagai wali kelas tiga IPS, karena beliau walaupun masih
muda tapi mempunyai kinerja yang cukup baik”(W.3.f.02).
Selain itu, guru PAI membuat pogram kerja yaitu memberikan les
tambahan berupa baca tulis Al-qur’an, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari
Senin, Rabu dan Kamis setelah pulang sekolah ( D. 3. f). Ini juga seperti
dijelaskan oleh guru PAI
“ Mengingat siswa dan siswi kami masih banyak yang belum bisa
membaca Al-qur’an maka kami para guru PAI yang ada di sekolah
ini,membuat program kerja yaitu memberikan les tambahan diluar jam
sekolah. Kegiatan ini murni inisiatif dari guru-guru PAI yang ada di SMA
Negeri Jumapolo. Alhamdulillah respon dari siswa cukup baik, meskipun
masih ada sebagian siswa yang belum terpanggil hatinya untuk mengikuti
kegiatan ini, selain itu kami guru PAI disini mengambil inisiatif setiap jam
pelajar PAI kami mewajibkan para siswa untuk membawa Al-qur’an dan
kita membaca secara bersama-sama kira-kira 10 -15 menit diawal
pembelajaran” (W. 3.f.03).
Bahkan sebelum guru PAI ini melanjutkan study magisternya, pernah
melaksannakan tugas mengajar 40 jam pelajaran dalam seminggu.
“ Jumlah jam mengajar saya sekarang berjumlah 24 jam per minggu, tetapi
sebelum saya melanjutkan study magister saya jumlah jam mengajar saya
mencapai 40 jam dalam seminggu” ( W.03. c. 03)
Pernyataan tersebut juga dikatakan oleh Waka kurikulum SMA Negeri
Jumapolo
“ Guru PAI di SMA Negeri jumapolo berjumlah tiga orang, satu pegawai
negeri sipil dan yang dua adalah tenaga honorer. Adapun jumlah jam
mengajar guru PAI rata-rata melabihi stndar minimal. Bahkan guru PAI
yang berstatus PNS jumlah jam mengajarnya pernah mencapai lebih dari
40 jam pelajaran dalam seminggu. Itu sebelum yang bersangkutan
mengkiuti program beasiswa dari KEMENAG” ( W.03. c. 04).
Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh, pengharagaan atau “reward” dari
pemimpin, pengharagaan atau reward yang dieberikan bisa dalam bentuk
122
pujian dan financial. Kepala sekolah SMA Negeri jumpolo senantiasa
memberikan dorongan, motivasi serta suport kepada para guru khususnya
dalam hal ini adalah guru PAI. Ini berdasarkan wawancara dengam kepala
sekolah.
“Biasanya, pihak sekolah memberikan suport kepada guru-guru
mempunyai yang memiliki kreativitas dalam meningkatkan kemampuan
atau komptensi siswa, sekolah akan memberikan biaya kegiatan,
walaupun jumlahnya tidak seberapa tapi itu merupakan bentuk apresiasi
kami kepada guru yang bekerja secara maksimal”. ( W. 3.f. 02).
Perihal tesebut juga dipertegas oleh keterangan guru PAI, bahwa sekolah
biasanya mengeluarkan anggaran bagi guru yang mempunyai kerja tambahan.
“Di Jumapolo, biasanya guru yang terlibat dalam kegiatan–kegiatan
sekolah, ataupun kegiatan ekschool biasaya mendapatkan uang pengganti
transportasi bagi guru-guru” (W.3.f.03).
2. Penafsiran Data
a. Pelaksanaan Supervisi PAI di SMA Negeri Jumapolo
Pelaksanaan supervisi PAI, merupakan rangkaian kegiatan yang
mengupayakan peningkatan profesionalisme guru, karena pada hakekatnya
untuk meningkatkan profesionalisme guru bukan saja berdasar dari dalam
diri guru itu sendiri, namun ada faktor eksternal, dalam hal ini adalah
pengawas PAI. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas PAI
diharapkan dapat meningkatakan profesionalisme guru PAI..
Pelaksanaan supervisi PAI di SMA Negeri Jompolo telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya, adapun yang melaksanakan supervisi
adalah kepala sekolah dan Guru senior. Kepala sekolah sebagai pemimpin
lembaga pendidikan, menjalankan fungsinya sebagai pengawas dengan
123
melaksanakan pengawasan akademik, dan tefokus pada supervisi
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya supervisi lebih banyak dilakukan oleh
guru senior. Sehingga supervisi dilakukan antara guru dengan guru.
Sementara itu, pengawas PAI yang mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan kepengawasan, dalam pelaksanaan kegiatan kepengawasan lebih
difokuskan pada kegiatann MGMP yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI
sekabupaten karanganyar.
b. Pelaksanaan Supervisi dengan Model CPD di SMA Negeri Jumapolo
Supervisi merupakan proses pembinaan, pendampingan serta
pemberian bantuan supervisor kepada guru dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar (KBM) ke arah yang lebih baik, dengan demikian supervisi
dilakukan secara kontinyu oleh pengawas PAI dalam rangka membina para
guru, guna meningkatkan profesionalismenya. Diharapkan dapat
meningkatkan pofesionalisme dan kinerja guru.
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menunaikan tugas
pendidikan, sangat begantung pada kerjasama seluruh tenaga pendidikan
dan kependidikan yang ada dilembaga tersebut. Apabila dalam lembaga
tersebut mampu bekerja sama dan saling bersinergi, maka hasil yang
dinginkan akan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Supervisi dengan model Cooperative professional Development
merupakan pengembangan supervisi yang menekankan pada
pengembangan profesionalaisme. Model supervisi ini menitik beratkan pada
124
kerjasama dua sampai dengan lima orang guru, yang bersepakat untuk
saling meningkatkan profesionalisme nya.
Pelaksanaan supervisi dengan model CPD di SMA Negeri Jumapolo,
dilaksanakan oleh sesama guru. Supervisi dengan model CPD merupakan
supervisi yang efektif, hal ini dikarenakan supervisi model CPD tidak saja
menitik beratkan pada administasi saja, tapi supervisi model ini menitik
bertakan pada perbaikan proses pembelajaran, serta mengembangkan
profesionalisme guru, dalam aplikasinya model supervisi ini dapat
menggunakan supervisi klinis.
Supervisi pendidikan agama islam dengan model CPD, dalam
pelaksanaannya dapat dilaksankan dalam forum MGMP, pada forum guru
PAI terlibat dalam diskusi yang intens sesama guru, dimana guru saling
belajar mengembangkan kemampuan dalam merencanakan pembelajaran,
mendasain pembelajaran, serta penggunaan metode pembelajaran yang
efektif., serta penggunaan media pembelajaran betbasis IT yaitu dengan
menggunakan aplikasi Power point.
c. Peningkatan Profesionalisme dan Kinerja Guru Melalui Supervisi
Dengan Model CPD
Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan, dalam
melaksanakan tugasnya guru tidak terlepas dari perangakat mengajar.
Perangkat pembelajaran merupakan hal yang pokok melaksanakan kegiatan
belajar mengajar yang baik, efektif, efisien dan berkualitas. Keberadaan
125
supervisor atau pengawas sangatlah dibutuhkan oleh guru. Pengawas atau
supervisor yang tugas utamanuya adalah memberikan layanan berupa
bimbingan, pembinaan, serta memberikan bantuan kepada guru untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru.
Guru PAI di SMA Negeri Jumapolo selama ini aktif dalam kegiatan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP merupakan wadah
atau tempat berkumpulnya para guru untuk saling berinteraksi dan
menyusun berbagai program kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan MGMP juga, tedapat interaksi antara sesama guru ,
guru-guru yang sudah senior atau yang pernah mengikuti berbagai kegiatan
forum ilmiah, berkewajiban mengajari atau melaksanakan kegiatan
pembinaan kepada sesama rekan guru dalam kegiatan MGMP. Pada
kegiatan MGMP juga dilaksanakan kegiatan peer supervsion, peer
teaching, serta dialog profesional. Pada kegiatan MGMP juga , guru
belajar bagaimana mengembangkan silabus, RPP, pemgembangan media
pembelajaran, metode pembelajran dan lain-lain.
Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru, selain di forum
MGMP, di SMA Negeri jumapolo juga dilaksanakan kegiatan superrvisi
yang dilakukan sesama guru, baik sesama guru PAI ataupun guru mata
pelajaran yang lain. Guru di SMA negeri jumapolo sering terlibat dalam
diskusi-diskusi dalam rangka memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Pihak sekolah juga mengadakan kegiatan IHT (In House Training)
dengan mengundang narasumber yang menguasai keilmuan di bidang
126
pengembangan silabus, RPP, KKM dan lain-lain. Pihak sekolah juga
melaksanakan kegiatan peer teaching, akan tetapi kegiatan terebut hanya
difokuskan bagi guru yang masih baru.
127
3. Pembahasan
a. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri
Jumapolo
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
pengawas, dalam upaya pembinaan, pembimbingan serta membantu guru,
untuk mencapai derajat profesionalitas yang diharapkan. Efektivitas
pelaksanaan supervisi, diyakini dapat meningkatkan profesionalisme guru.
Peningkatan profesionalisme guru tidak terlepas dari peran
pengawas. Posisi pengawas sebagai think thank, memiliki andil yang besar
dan menjadi pilar peningkatan mutu pendidikan (Rohmat : 2012 : 105).
Dalam kondisi tersebut tentunya kegiatan yang dilakukan oleh pengawas
bukan sekedar menggugurkan kewajiban tetapi keberadaan pengawas
sangatlah dibutuhkan dalam dunia pendidikan, ini disebabkan pengawas
dianggap dapat menyelasaikan berbagai permasalahan yang tejadi dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Pelaksanaan supervisi pendidikan Agama Islam, dalam
pelaksanaannnya tidak harus dilakukan oleh Pengawas PAI, kegiatan
pengawasan pendidikan agama Islam dapat juga dilakukan oleh Kepala
Sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan dan kemauan guru
dan tenaga kependidikan, membuka komunikasi antara sesama guru yang
ada dalam binaannya serta dapat mendelegasikan tugasnya.
128
Kepala sekolah merupakan pemimpin lembaga pendidikan, tugas
sebagai kepala sekolah bukan saja bagaimana mengembangkan dan
memajukan sekolah tetapi ada tugas yang melekat yaitu sebagai seorang
pengawas. Dalam melaksanakan pengawasan kepala sekolah menggunakan
supervisi manajerial dan akademik.
Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan
berbagai aspek pengelolaan sekolah yang berkaitan langsung dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas yang mencakup perencanaan,
koordinasi, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan sumber daya manusia
(Direktorat Tenaga Kependidikan : 2009 : 20). Sedangkan supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan yang membantu guru untuk
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
mencapai tujuan pembelajaran.
Kepala sekolah merupakan sosok yang terampil dalam seni
memimpin, menata diri dengan arus bawah yang terdapat dalam satu tim,
dan mampu membaca dampak dan tindakan yang tegabung dalam sebuah
tim. Birgitta Wistrand menjelaskan bahwa kepemimpinan tak lain adalah
mengalirkan energi ( Masaong dan Tilomi: 2011 : 38). Dengan demikian
bahwa kepala sekolah harus dapat memberikan energi positif kepada para
guru. Sehingga pelaksanaan supervisi yang dilaksankan tidak terpusat pada
kepala sekolah tetapi guru juga dapat mensupervisi guru.
Sebagai seroang pemimpin, kepala sekolah harus memiliki sifat
yang jujur, pecaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil resiko dan
129
keputusan, berjiwa besar, emosi yamg stabil dan menjadi teladan yang baik
bagi bawahannya. Pada sisi lain, sebagai pemimpin kepala sekolah harus
mampu :
1) Memperkuat tim sebagai kekeuatan pembangun
2) Mengabungkan aspek-aspek positif individualitas
3) Befokus pada detail pekerjaan
4) Menerima tanggung jawab
5) Membangun hubungan antar pribadi
6) Menaga keterbukaan
7) Memelihara sifat progresif
8) Bangga dan menghargai prestasi kinerja tim
9) Menantang perubahan dan
10) Tanpa bekompromi terhadap kualitas ((Danim dan Khairi : 2012 :
82).
Pelaksanaan supervisi PAI dapat dilakukan dengan dua tekhnik
supervisi yaitu supervisi individual dan supervisi kelompok. Pengawas PAI
dalam melaksanakan kegiatan supervisi lebih terfokus pada kegiatan
MGMP, pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas PAI lebih
mengarah pada supervisi kelompok, supevisi kelompok adalah satu cara
melaksanakan program supervisi yang ditujukan kepada dua orang atau
lebih (Lantip dan Prasodjo : 2011 : 107). Dalamn hal ini, guru-guru yang
mempunyai permasalahan sama, kebutuhan sama dan kelemahan-kelemahan
sama dikelompokan dalam satau kelompok, kemudian mereka diberikan
130
layanan supervisi sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh guru tersebut.
Pengawas PAI, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
pengawas lebih cendurung pada kegiatan MGMP yang dilaksankan oleh
guru-guru PAI se-Kabupaten Karangnyar. Langkah yang diambil oleh
pengawas PAI merupakan lagkah yang cerdas dalam melaksanakan
supervisi. Pengawas PAI sadar bahwa luasnya wilayah binaan, serta
banyaknya guru yang harus dibina, ditambah lagi faktor usia yang memang
sudah tidak muda lagi. Sehingga kepengawasan dilakukan dengan cara
berkelompok. Supervisi kelompok muncul dipicu oleh supervisi individual
yang dirasa kurang efektif ( Pidarta : 2009 :166).
Supervisi kelompok merupakan altenative tehadap permasalahan
supervisi yang ada di Kabupaten karanganyar, oleh karena itu supervisi
yang dilaksanakan oleh pengawas PAI hanya di forum MGMP. Akan tetapi
kehadiran pengawas PAI dalam kegiatan MGMP, dirasakan belum
maksimal dalam memberikan pembinaan, bimbingan terhadap guru PAI,
pengawas PAI hadir memberikan informasi tentang sertifikasi, kegiatan
workshoop, BIMTEK dan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas dalam forum
MGMP, merupakan wujud nyata dari kinerja pengawas. Kinerja pengawas,
dipengeruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kopelman
131
memberikan ilustrasi berupa bagan tentang faktor-faktor yang
memperngaurhi kinerja pengawas.
Berdasarkan pendapat Kopelmen tersebut, maka yang menghambat
kinerja pengawas PAI di SMA Negeri Jumapolo terbagi menjadi tiga
karekteristik yaitu karakteristik oganisasi dalam hal ini ada intervensi dari
pimpinan lembaga (KEMENAG) agar supervisi hanya difokuskan kepada
sekolah dan guru dibawah naungan KEMENAG. faktor karakteristik
pekerjaan dalam hal ini adalah luasnya daerah binaan atau luasnya wilayah
binaan, serta faktor usia yang sudah tidak memungkinkan untuk menempuh
jarak yang begitu luas. Faktor karakteristik individu lebih terfokus pada usia
pengawas yang sudah masuk pensiun, kemampuan pengawas yang sudah
mulai menurun seiring bertambahnya usia.
Karakteristik Organisasi
1. Imbalan
2. Penetapan tujuan
3. Seleksi
4. Latihan dan
pengembangan
5. Kepemimpinan
6. Struktur organisasi
Karakteristik Individu
1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Kemampuan
4. Motivasi
5. Kepercayaan dan nilai-
nilai
6. sikap
KINERJA
Karakteristik Pekerjaan
1. Penilain pekerjaan
2. Umpan balik prestasi
3. Desain pekerjaan
4. Jadwal kerja
132
Pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin, dan setiap
pemimpin akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang ia pimpin.
Pengawas adalah pemimpin bagi para guru, setiap aktivitas pengawas akan
dimintai pertanggung jawabannya, sejauh mana ia menunaikan tugasnya,
sebagaimana Rasulullah SAW besabda
صلى الل عليه وسلم أنه قال أل كلكم راع وكلكم مسئول عن ابن عمر عن النب عن رعيته فالمري الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل
هم وا هم ب يته وهو مسئول عن لمرأة راعية على ب يت ب علها وولده وهي مسئولة عن والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن
رعيته
“Dari Ibnu Umar RA, dari Nabi Muhammad SAW, beliau telah bersabda,
"Setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungan jawab terhadap apa yang di pimpinnya. Seorang raja
adalah pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungan
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi
anggota keluarganya dan ia akan dimintai pertanggunganjawab atas apa
yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suami
dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa
yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin bagi harta
tuannya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang
dipimpinnya. Ketahuilah bahwa setiap orang dari kalian adalah pemimpin
dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang
dipimpinnya." (Sunah Abu daud Kitab Pajak, Kepemmpinan dan Fai’)
Jabatan adalah amanah yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya,
amanah yang tidak dilaksankan akan dapat berdampak buruk bagi yng
memegang amanah atau yang dipimpinnya, oleh karena itu pengawas yang
amanah dalam melaksanakan kegiatan kepengawasan akan membawa
kebaikan bagi guru yang menjadi tanggung jawabnya tetapi sebaliknya jika
133
pengawas tidak cakap dalam mengemban amanah yanh diberikan dipastikan
akan berimbas kurang baik terhadap para guru yang menjadi binaanya
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
peningkatan profesionalisme guru, merupakan bagian dari pengertian
supervisi akademik. Supervisi akademik dalam pelaksanaannya lebih
mengarah kepada supervisi pembelajaran atau kegiatan supervisi yang
dilkukan ketika guru sedang melaksnakan KBM, sehingga supervisi yang
dilakukan tidak terfokus hanya pada adminitrasi saja.
Kepala sekolah dalam perannya bukan saja sebagai manager dalam
mengelola sekolah tapi, kepala sekolah juga befungsi sebagai pengawas atau
supervisor. Tentunya dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
kepala sekolah tidak harus mengambil bagian secara keseluruhan.kepala
sekolah dapat, menggunakan hak dan wewenangnya, mendelegasikan atau
membentuk tim kepengawasan yang bertujuan untuk mensupervisi sesama
guru. Dengan adanya pendelegasian atau tim yang dibentuk tentunya akan
mempermudah kinerja kepala sekolah dan mempermuda kepangawasan
yang dilakukan. Agar kegiatan supervisi dapat berjalan dengan efektif
Glatthorn mengatakan bahwa program Supervisi Model Cooperative
Professional Development dapat berjalan sukses, apabila:
1. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat
kabupaten (dinas pendidikan) untuk mengkoordinasikan dan
memonitor pelaksanaan program.
134
2. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat
sekolah (kepala sekolah) untuk mengembangkan norma-norma
kolegialitas, menentukan tipe kooperasi dan kolaborasi yang akan
diterapkan, dan pemberian penghargaan (reward) atas usaha
kooperasi dan kolaborasi guru.
3. Adanya iklim keterbukaan dan kepercayaan (trust) antara kepala
sekolah dengan guru.
4. Program Cooperative Professional Development harus dipisahkan
dari proses evaluasi kinerja guru. Seluruh data Program Cooperative
Professional Development bersifat rahasia yang harus dijaga oleh
seluruh partisipan.
5. Program Cooperative Professional Development memiliki fokus
yang jelas dan menggunakan bahasa yang sama (a shared language)
tentang pembelajaran.
6. Dinas pendidikan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memprakarsai dan keberlangsungan program coorperative
professional Development.
7. Sekolah melakukan perubahan struktur yang dibutuhkan untuk
program mendukung Program Cooperative Professional
Development, seperti: perubahan jadwal mengajar, prosedur
penugasan, dan sebagainya ( Glatthorn. 1984:51)
135
b. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama Islam dengan Model CPD di
SMA Negeri Jumapolo
Supervisi merupakan proses pembinaan, pendampingan serta
pemberian bantuan supervisor kepada guru dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar (KBM) ke arah yang lebih baik, dengan demikian supervisi
dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka membina para guru, guna
meningkatkan profesionalismenya. Diharapkan dengan semakin
meningkatnya pofesionalisme dan kinerja guru maka, mutu pendidikan akan
tercapai.
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menunaikan tugas
pendidikan, sangat begantung pada kerjasama seluruh tenaga pendidikan
dan kependidikan yang ada dilembaga tersebut. Apabila dalam lembaga
tersebut mampu bekerja sama dan saling bersinergi, maka hasil yang
dinginkan akan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Supervisi dengan model Cooperative Profsional Development
merupakan pengembangan supervisi yang menekankan pada pengembangan
profesionalime. Model supervisi ini menitik beratkan pada kerjasama dua
sampai dengan lima guru, yang bersepakat untuk salaing meningkatkan
profesionalismenya. Dalam pelaksanaannya supervisi model CPD biasa
menggunakan supervisi klinis ( Glathorn : 1984 : 47).
Pelaksanaan supervisi dengan model CPD, dapat menggunakan
supervisi klinis dalam pelaksanaannya. Sergiovani (1974) menjelaskan
bahwa Supevisi klinis merupakan suatu pertemuan tatap muka antara
supervisor dengan guru, membahas tentang hal mengajar didalam kelas
136
guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan profesi (Imran : 2012 :
59). Dengan demikian supervisi lebih menitik beratkan atau menekankan
pada proses dari pada hasil. Implementasi superisi klinis dapat dijabarkan
pada beberapa aspek yaitu 1). Hubungan dan interaksi tatap muka antara
supervisor dan guru. 2). Peningkatan hubungan profesional yang akrab
anatara supervisor dan guru. 3. Observasi yang cermat untuk memperoleh
data yang akurat.
Supevisi klinis merupakan siklus, antara satu bagian dengan
bagian yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Adapun tahapan-tahapan
siklus tersebut adalah dimulai dengan tahapan pertemuan awal. Pada
tahapan ini supervisor, mengawali dengan dialog yang akrab, sehingga
menghilangkan kesan bahwa supervisi adalah kegiatan yang sangat
menyeramkan dan menjustifikasi guru.
Tahapan kedua, guru bersama supervisor membicarakan rencaa
pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Saupervisor kemudian memeriksa
kesesuaian antara SK dan KD, Indikator pembelajaran, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode yang digunakan, tahapan-
tahapan dalam pembelajaaran serta evaluasi pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya superbvisor akan memberikan masukan
atau koreksi terhadap rencana pembelajaran yang dibuat. Rencana
pemeblajaran yanh dibuat akan disesuaikan dengan ketrampilan mengajar
guru.
137
Tahapan kedua dalam supervisi klinis adalah observasi kelas, pada
tahapan ini guru mengajar seperti biasanya, supervisor mengasai dengan
instrumen yang telah disepakati bersama. Supervisor dalam kegiatan ini
dapat berada langsung dalam ruangan berada diluar ruangan. Supervisor
mengobservasi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah
KBM selesai guru bersama dengan supervisor meninggalakan kelas dan
bepindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan kegaiatan supervisi.
Tahapan ketiga dalam supervisi klinis adalah pertemuan balikan,
pada episode ini jarak antara observasi dan pertemuan balikan tidak boleh
terlalu jauh. Sangat baik apabila pertemuan balikan ini dilaksanakan
sesegera mungkin setelah observasi kelas. Hal ini dikarenakan apa saja
yang dilakukan oleh guru masih segar dalam ingatan guru sendiri dan dalam
ingatan supervisornya.
Pada tahapan ini, supervisor harus bersikap akrab terhadap guru,
sehingga suasana supervisi pun berjalan terbuka sehingga menghilangkan
kesan supevisi adalah kegiatan yang terkesan hanya mencari celah-celah
kesalahan guru saja. Tahapan ini merupakan upaya evaluasi terhadap
ketrampilan mengajar guru, dengan adanya tahapan balikan atau evaluasi
ini, diharapkan ketrampilan mengajar guru semakin baik.
Supervisor merupakan gurunya guru, dalam melaksanakan
supervisi hendaknya besikap lemah lembut kepada guru, karena pada
hakekatnya sikap lemah lembut akan lebih disukai Allah daripada bersikap
semena-mena, Rasulullah SAW besabda:
138
مثلالوالدلولدهكمانماانال
Artinya : sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada
anaknya (H.R Abu Dawud dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin bab tata
kesopanan orang yang belajar (murid) dan orang-orang yang
mengajar (guru) (1990 :171)
Kegiatan supervisi merupakan upaya membantu guru untuk
mengembangkan dan meningkatkan potensi dalam dirinya. Jika kegiatan
supervisi dicederai dengan cara atau tekhnik yang kurang baik dan
cenderung mencari kesalahan dalam kegiaatn supervisi tersebut, secara tidak
langsung bahwa kegiatan supervisor atau pengawas telah mendzalami guru
yang merupakan amanah undang-undang yang harus ditingkatkan
kompetensi dan pofesionalismenya.
Tugas pengawas bukan hanya sekedar datang dan menilai
administrasi saja, tetapi lebih dari itu bahwa tugas pengawas adalah
membina, membimbing serta mengarahkan guru, sebagaimana pendapat
Binti Maunah dalam bukunya Supervisi endidikan Islam Teori dan Praktek
sebagai berikut :
1. Mempermudah tujuan pendidikan Islam di sekolah
2. Memberikan bimbingan teknik edukatif dan adminstratif
3. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan yang ditetapkan
4. Sebagai sumber informasi yang objektif
5. Sebagai mediator antara GPAI dan kepala sekolah
6. Sebagai alat untuk memperbaiki proses belajar mengajar (Binti
Maunah, 2009:288).
139
c. Peningkatan Profesioanalisme dan Kinerja Guru Melalui Supervisi
PAI dengan Model CPD.
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu unsur utama
pada proses pendidikan. Posisi guru dalam pelaksanaan pendidikan berada
dalam garda terdepan dalam menjamin proses pembelajaran yang
berkualitas. Keberadaan guru dan kesiapannya menajalankan tugas sebagai
pendidik sangat menentukan bagi terselenggranya proses pendidikan.
Proses dan tujuan pendidikan tidak akan pernah mencapai hasil
secara optimal tanpa adanya pendidik yang profesional. Pendidik yang baik,
dalam hal ini adalah guru yang memiliki profesionalisme yang memadai,
merupakan persyaratan mutlak bagi terselenggaranya proses pendidikan
yang baik. Untuk menjadi guru yang profesional diperlukan berbagai
kegiatan–kegiatan yang dapat merangsang potensi dalam dirinya muncul
sebagai pilar kekuatan utama dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik.
Profesionalisme guru perlu dipupuk, dibina, dan dikembangkan
dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif, salah satu upaya
peningkatan profesionalisme guru adalah dengan melaksanakan supervisi
model CPD. Supervisi model CPD merupakan supervisi yang menitik
beratkan pada upaya pengembangan profesionalisme guru melalui kerja
sama dua samapi lima orang, yang bersepakat untuk saling meningkatkan
profesionalismenya. Adapun peningkatan profesionalisme guru melalaui
140
supervisi model CPD dapat dilakukan dengan cara melalui :1). Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). 2). Peer Teaching. Dialog profesional.
a. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan
wadah kerjasama guru-guru yang tergabung dalam satu rumpun guru
mata pelajaran yang bersepakat untuk meningkatkkan kemampuan
profesional para guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
kegiatan belajar mengajar.
Dalam pelaksanaanya MGMP berorientasi pada peningkatan
kualitas pengetahuan, penguasaan materi, tekhnik mengajar,
penguasaan metode mengajar, pemanfaatan media pembelajaran,
interaksi guru dan murid dan lain-lain yang terfokus pada penciptaan
kegiatan belajar yang asyik, menarik, efektif dan efisien serta
berkualitas.
Dalam kegiatan MGMP, terjadi interaksi sesama guru, guru
yang sudah berpengalaman, guru yang sering mengikuti kegitan
workshop, BIMTEK, dan berbagai pelatihan-pelatihan peningkatan
profesionalisme guru berkewajiban memberikan bimbingan, pembinaan
serta pendampingan kepada guru baru (guru honor), guru yang belum
bisa mengeksplor kemampuan dirinya dalam KBM.
Proses saling membantu, membina, dan mendampingi guru,
yang dilakukan sesama guru dalam forum MGMP merupakan kegiatan
Peer Supervision. Goldsberry (1986) menjelaskan peer supervision is
141
process by which small teams of teachers use the essential components
of clinical supervisions to halp each other grows profesionally. (
Glathorn :1987 : 33).
Allah berfirman dalam Qur’an Surat As-shfat ayat 1-3 Allah
menjelaskan sebagai berikut :
ا (فالتاليات ذكرا2)فالزاجرات زجرا(1)والصافات صف
Artinya : ” Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-
benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan
sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan
demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,”. (Qur’an
dan tejemahan)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, setiap kegiatan dan aktivitas
dilakukan secara kelompok atau berjama’ah, kegiatan yang dilakukan
dengan sinergitas dan soliditas, saling membantu meningkatkan kualitas
diri dengan saling take and giving, maka akan dengan mudah mampu
meraih hasil yang yang positif.
Musayawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP ) PAI, merupakan
forum resmi para guru dalam tingkat satuan pendidikan yang
mempunyai tujuan yaitu meningkatkan profesionalisme guru melalui
kegiatan-kegiatan yang mampu mengembangkan profesionalisme guru.
Dengan bebagai kegiatan tersebut diatas, diharapkan
kemampuan profesional guru dapat ditingkatkan. Dengan kata lain,
kemampuan profesionalisme guru dapat ditingkatkan atau
142
dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam
kegiatan MGMP.
Kegiatan MGMP yang dilaksanakan guru satu rumpun yang
saling membantu untuk meningkatkan pofesionalisme guru, kegiatan
saling membantu dan tolong menolong dalam kebaikan merupakan
anjuran dalam agama. Allah berfirman dala Alqur’an surat Al-maidah
ayat 3 sebagai berikut
قوى ول ت عاونوا على ا ث والعدوان وات قوا الل وت عاونوا على البر والت ن ل الل شديد العقاب
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya “
Dalam pelaksanaannya kegiatan MGMP harus teroganisir
dengan baik, kegiatan yang tidak teorganisir dengan baik akan
berimplikasi pada kurang efektifnya kegiatan tesebut. Hal yesebut
seperti apa yang diungkapkan oleh Ali Bin Abi Thalib “ Kejahatan
yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak
terorganisir”.
b. Peer Coaching ( latihan mengajar)
Peer coaching merupakan aktivitas guru yang berupaya
memperlajari cara mendidik dengan baik, baik secara teori maupun
praktek, Baverly Shower (1984) dam Bruce Joyce (1987)
menjelaskan bahwa peer coaching adalah pada dasarnya mirip
dengan proses peer supervision, adanya observasi sejawat dan post-
143
conference, tetapi lebih menekankan pengembangan staff, guru
belajar tentang dasar-dasar teoritis suatu keterampilan mengajar
tertentu, dan pengamatan terfokus pada keterampilan yang sedang
dipelajarinya dan mendapatkan umpan balik dari apa yang telah
dipraktikannya ( Glathorn: 1987 : 33-34).
Hubungan simbiosis mutualisme tercermin dalam kegiatan
peer coaching, guru saling terlibat dalam suatu aktivitas
pengembangan profesionalisme, antara guru yang satu dengan yang
lainnya saling mengamati aktivitas pembelajaran yang kemudian
saling memberikan koreksi antara satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya aktivitas ini, maka guru akan lebih mudah
mengembangkan profesionalismenya.
Kondisi saling mengoreksi dan saling memberikan solusi
mengenai kendala-kendala dalam pembelajaran yang dilakukan
sesama guru, baik dalam forum MGMP atau pun dalam lingkup
sekolah akan memudahkan guru untuk saling belajar meningkatkan
atau mengembangkan kemampuan dalam mendidik peserta
didiknya.
c. Dialog profesional
Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, guru senantiasa
berkomunikasi dengan rekan sejawatnya. Komunikasi yang dibangun
sesama guru merupakan hubungan saling membutuhkan atau saling
ketergantungan. Sebagai makhluk sosial guru tidak bisa telepas dari
144
hubungan sosial, hubungan sosial ini diterjemahkan sebagai proses
komunikasi dalam mengembangkan profesionalitasnya.
Dialog profesional adalah kegiatan pengembangan profesi
dimana guru-guru yang tergabung dalam kelompok kecil (small group)
secara berkala melakukan diskusi terbimbing, dengan tujuan
memfasilitasi para guru merefleksi pembelajaran yang telah
dilakukannya, membantu guru agar lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan.
Kegiatan dialog yang diarahkan pada diskusi-diskusi
problematika pembelajaran, akan menstimulus guru untuk senantiasa
berfikir mencari solusi tehadap berbagai permasalahan yang tarjadi
dalam dunia pendidikan. Dengan adanya diskusi-diskusi sesama rekan
sejawat atau sesama guru atau guru mata pelajaran, mampu membuka
pola berfikir dan cara pandang guru, sehingga guru akan lebih bijaksana
dalam menyikapi problematika yang dihadapi dalam pembelajaran.
Diskusi atau musyawarah guna memecahkan berbagai
permasalahan sangatlah dianjurkan dalam ajaran islam, ajaran islam
sangat mengutamakan musayawaah dalam mengambil keputusan,
dengan musyawarah maka solusi yang didapatkan akan lebih bijak dan
akan lebih dekat pada derajat kebenaran dan kebaikan. Allah berfirman
dala QS Ali-Imran ayat 159
145
وا من فبما رحة من الل لنت لم ولو كنت فظا غل لن فو القل يهم واست غفر لم وشاورهم ف ا ل مر فإذا عزمت ف ت وك ل حولك فاعف عن
لي و المت وكر على الل ن الل يArtinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya”.
Dunia pendidikan merupakan dunia yang sarat akan dinamika,
guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam mencerdaskan anak
bangsa, diperhadapkan dengan berbagai persoalan yang sangat pelik.
Untuk menyelesaikan pemasalahan tesebut, guru tidak bisa berfikir
secara personal, tentunya guru selalu membutuhkan masukan dan saran
dari rekan-rekan sejawatnya.
Dalam menyelasaikan permasalahan tesebut, guru dianjurkan
untuk saling berdiskusi atau berdialog atau dengan kata lain
bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagi permasalahan. Dengan
bermusyawarah akan menghindari guru dai perilaku otoriter atau
semena-mena. Tetapi setiap tindakan dan perbuatan guru hendaknya
didasarkan pada kesepakatan yang telah disepakati dalam musyawarah.
Pengembangan profesionalisme guru merupakan komponen
vital dalam pendidikan guru dalam jabatan. Pengembangan
146
profesionalisme guru menekankan pada aspek perbaikan pembelajaran
yang dilakukan guru dalam pembelajaran dikelas.
Supervisi yang menitik beratkan pada pertumbuhan dan
pengembangan profesionalisme guru berdasar pada sejumlah prinsip
dan kepercayaan yang tebangun dalam kegiatan supervisi. Tujuan
supervisi dengan model pengembangan profesionalisme adalah
melibatkan guru dan supervisor (rekan guru) dalam kelompok kajian,
baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kelompok-kelompok
kajian ilmiah (MGMP) dimana antara guru. supervisor menupayakan
aktivitas kolaborasi diantara para guru dan kerjasama profesional
jangka panjang, semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka
peningkatan pengetahuan dan meningkatakan pemahaman tentang
kegiatan belajar mengajar.
Berkenaan dengan pengembangan profesional guru melalui
supervisi, ada sejumlah stertegi yang dapat diterapkan Wanzare dan Da
Costa (2000) menyebutkan ada empat strategi untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui supervisi pertama, menetapkan dan
mendapatkan dukungan administratif (dukungan dari kepala sekolah)
secara berurutan dan ketentuan bimbinganm atas proses pengembangan
profesional guru yang berkesinambungan dan sistemik didukung
dengan pendekatan kolaborative (dialog profesioanal sesama guru)
untuk menyelesaikan masalah. Kedua, guru terlibat dalam kegiatan
supervisi baik secara individual ataupun kelompok dalam tugas
147
supervisi yang konkret seperti mengajar, mengobservasi, eksperimen,
dan refleksi. Kegiatan ini menggambarkan peer supervision. Yang
memberikan pemahaman yang lebih baik tentag kegiatan supervisi,
bahwa supervisi bukanlah aktivitas judge (menghakimi atau menilai)
tetapi supervisi merupaka rangkaian kegiatan pengembangan
kemampuan guru dalam pembelajaran. Ketiga, memberikan pendekatan
supervisi yang luas. Dalam melaksanakan supervisi, supervisor
menggunkaan pendekatan-pendekatan yang efektif, yang disesuaikan
dengan karakteristik dari guru yang akan disupervisi, karena pada
hakekatnya setiap guru mempunyai karakteristik yang bberbeda
sehingaga perlakuakn dalam supervisi juga harus berbeda. Keempat,
supervisor dapat menetapkan budaya profesional, interaksi kolegial
diantara partisipan, sebagai satu tim, evaluasi dan pembelajaran untuk
menciptakan metode bagi praktek review oleh kolega (rekan sesama
guru), sehingga para guru dapat menyebarluaskan ide atau belajar
bersama (Peer Teaching) (Nur Aedi : 2014 :356-357).
. Jabatan Guru yang profesional tidak serta merta melekat begitu
saja pada insan guru. Tetapi derajat profesioanalisme dihasilkan dari
proses yang panjang. Profesionalisme guru dapat diukur melalui apa
yang dikerjakan atau apa yang ditampilkannya dalam melaksanakan
pekerjaan. Untuk meningkatkan kinerja guru tidak dapat terlepas dari
peningkatan profesionalisme guru. Guru yang profesioanal dibidangnya
tentunya akan menampilkan kinerja yang baik.
148
Dalam pencapaian keberhasilan pendidikan, pembelajaran
merupakan faktor yang paling sentral dan guru memiliki peran yang
sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, maupun penilai pembelajaran. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan
terus menerus agar dalam pembelajaran dapat efektif dan efesien.
Guru dituntut harus memiliki profesionalisme dan kinerja yang
memadai. Mampu untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki,
baik kompetensi pedagogik, personal, professional maupun sosial. Hal
tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan
melalui kinerjanya pada tataran institusional, sehingga upaya
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru itu
sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam suatu manajemen
pendidikan yang profesional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas
guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menialai hasil pembelalajaran, dan melakukan pembimbingan dan
pelatihan. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat menyatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
149
membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevalusi peserta
didik pada jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Selanjutnya pada pasal 20 dijelaskan bahwa salah satu
kewajiban guru adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi
pembelajaran, serta meningkatkan dan, mengembangkan kualifikasi
akademik. Selanjutnya Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru pada pasal 52 ayat 1 menegaskan bahwa tugas pokok guru
adalahmerencanakan pe,mbelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
poko sesui dengan beban kerja.
Berbagai tugas yang diemban guru seperti yang diamanatkan
oleh berbagai peraturan tersebut diatas mengisyartakan betapa
strategisnya tugas guru dalam mengebangkan potensi yang dimilki oleh
peserta didik. Guru tidak saja menjadi rujukan bagi peserta didik, tetapi
guru, merupakan “pencipta” dalam menciptakan peran dan perilaku
peserta didik pada saat menjadi bagian dari masyarakat yang
sesungguhnya.
Dengan demikian guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena
itu guru harus mampu mamikirkan dan membuat perencanaan dengan
seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan
150
memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru harus mampu berperan
sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator
yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar mengajar
yang kondusif dan efektif . Disamping itu juga guru dituntut agar
mampu mengorganisasikan kelas, menggunakan metode belajar yang
bervariasi, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola
proses belajar mengajar.
Tingkat keberhasilan guru dalam meneyesaikan pekerjaannya
disebit dengan istilah “ lavel of performnce” atau level kinerja. Kinerja
bukan merupakan karakteristik individu, seperti halnya bakat atau
kemampuan, akan tetapi kinerja merupakan perwujudan dati bakat atau
kemampuan itu sendiri. Kinerja merupakan perwujudan dari
kemampuan dalam bentuk nyata. Kinerka merupakan hasil kerja yang
dicapai guru di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Kineja
guru nampakdari tanggung jawabnya dalam menjalankan amanah,
pofesi yang diembanny, serta moral yanhg dimilkinya. Hal tersebut
akan tercermin dari kepatuhan,komitmen, dan loyalitasnya dalam
mengembangkan potensi peserta didik serta memajukan sekolah.
Oleh kerena itu, peningkatan kinerja guru sangat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekaternal. Faktor
interenal meliputi ketrampilan mengajar, kemampuan mengajar
motivasi mengajar dengan kata lain faktor internal dapat ditingkatkan
melalui kegiatan MGMP serta kegiatan pengemangan profesi lainnya.
151
Ketrampilan dan kemampuan mengajar serta motivasi merupakan
bagian yang integral atau yang tidak dapat dipisahkan dari
profesionalisme guru. Faktor eksternal guru sangat dipengaruhi oleh
sikap dan pergaulan sehari-hari, kepemimpinan kepala sekolah, serta
rewads dari pemimpin.
Timple menjelaskan bahwa, ada enam faktor eksternal yang
menentukan tingkat kinerja seseorang pegawai, faktor penentu itu
adalah lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian
kinerja, umpan balik, dan administrasi pengupahan ( Dale timpe : 2000:
ix).
Mengajar merupakan suatu usaha guru dalam mengelola
perhatian dan waktu siswa yang dimulai dari awal pembelajaran sampai
dengan akhir pembeajaran. Mengajar juga merakan usaha guru dalam
merekayasa lingkungan kelas sedemikian rupa sehingga terjadin
interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, serta siswa
dengan lingkungan temasuk didalamnya adalah guru dan media
pengajaran.
Tugas guru bukan semata melaksanakann pembelajaran
dengan asik, kreatif, efisien dan efektif, selain itu guru juga guru
dituntut untuk dapat membuat peencanan pembelajaran yang baik atau
guru harus dapat membuat administrasi pembelajaran dengan baik.
Dengan demikian profesionalisme dan kinerja guru bukan hanya
tercermin pada pelaksanaan pembelajaran di kelas atau pada saat
152
mengajar, tetapi profesionalisme dan kinerja guru juga dapat tercermin
dari kemampuan guru dalam merancanakan atau mendesain rencana
pembelajaran. Mengacu pada pendapat diatas bahwa tugas guru terbagi
menjadi dua bagian yaitu melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
membuat perencanaan pembelajaran yang baik pula.
Selain itu, kinerja guru juga dipengaruhi beberapa faktor
sebagai berikut :
Berdasarkan gambar tersebut, maka untuk meningkatkan kinerja
guru tidak hanya keaktifan serta kreativitas dari guru untuk
mengembangkan dirinya sendiri, tetapi unsur-unsur karakteristik oragniaasi
sekolah yang di dalamnya mencakup (reward atau imbalan).
Karakteristik Organisasi
1. Imbalan
2. Penetapan tujuan
3. Seleksi
4. Latihan dan
pengembangan
5. Kepemimpinan
6. Struktur organisasi
Karakteristik Individu
1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Kemampuan
4. Motivasi
5. Kepercayaan dan
nilai-nilai
6. sikap
KINERJA
Karakteristik Pekerjaan
1. Penilain pekerjaan
2. Umpan balik prestasi
3. Desain pekerjaan
4. Jadwal kerja
153
Gaya kepemimpinan dari supervisor atau kepala sekolah, jabatan
dalam sekolah), karakteristik pekerjaan (umpan balik prestasi, rencana
pekerjaan serta jadwal pekerjaan) akan berpengaruh pada karakteristik guru
dalam melaksanakan tugasnya, dalam melaksanakan tugasnya guru sangat
dipengaruhi oleh kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, motivasi dari
pimpinan dan tentunya semua itu akan tereduksi dalam kinerja guru
Kinerja guru juga dapat ditunjukan dari seberapa besar
kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi. Kompetensi tersebut
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional (Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen)
Profesionalisme guru akan mememunculkan kinerja guru yang
baik, untuk menilai kinerja guru baik, maka dapat dilihat dari pembelajaran
yang digunakan oleh guru, semakin baik pembelajaran yang digunakan
maka dapat bisa dipastikan bahwa prestasi yang dicapai oleh peserta didik
akan menjadi baik. Tentunya pendapat ini sesuai dengan pendapat dari
Glasmen (1986), kinerja yang baik terlihat dari hasil yang baik diperoleh
dari penilaian prestasi siswa.
154
154
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dikemukakakn berkenaan dengan pelaksanaan
supervisi pendidikan agama Islam dengan model Cooperative Profesional
Development dalam peningktan profesionalisme dan kinerja guru adalah sebagai
berikut :
1. Pelaksanan supervisi PAI dengan model CPD di SMA Negeri Jumapolo.
a. Pelaksanaan supervisi dilaksanakan oleh guru senior yang ditunjuk oleh
kepala sekolah menjadi koordinator tim guru yang tergabung dalam tim
CPD.
b. Kepala sekolah bertindak sebagai manager atau penanggung jawab
kegiatan supervisi dan akan memantau perkembangan tim minimal
dalam kurun waktu satu tahun.
c. Kepala sekolah memfasilitasi dengan mengalokasikan sumber daya
yang diperlukan yang dapat memungkinkan tim CPD berjalan dengan
efektif.
d. Pelaksanaanya supervisi pembelajaran dengan model CPD dapat
dilksanakan dengan mengadopsi supervisi klinis .
e. Dalam supervisi dengan model CPD, menitik beratkan pada
pengembangan pofesionalisme dan kinerja guru.
155
f. Pengawas PAI melaksanakan kegiatan supervisi pada saat kegiatan
MGMP.
2. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru melalui supervisi dengan
model CPD dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut
pengembangan kurikulum, peer supervision, peer taaching, dan dialog
profesional, kegiatan MGMP. Kegiatan supervisi yang dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan tesebut dapat meningkatkan profesioanlisme guru PAI di
SMA Jumapolo yang pada hakekatnya guru profesional mampu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi
hasil pembelajaran. Peningkatan kinerja guru dapat terlihat nyata setelah guru
terlibat dengan tim CPD ini dapat dibuktikan dengan guru mampu membuat
program semester, RPP, menganalisis hasil ulangan harian, guru terlibat
dalam berbagai kegiatan ekstra kulikuler.
B. Implikasi
1. Kerjasama yang sinergis antara pengawas sekolah, kepala sekolah, pengurus
MGMP, rekan sejawat, kondisi lingkungan sekolah yang mampu menciptakan
dialog-dialog profesional, sangat efektif dalam meningkatkan profesionalisme
dan kinerja guru.
2. Supervisi PAI dengan menggunakan model CPD yang efektif secara langsung
akan mempengaruhi dan mengembangkan profesional guru dalam mengelola
KBM menjadi lebih berkualitas.
156
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi pengawas PAI
a) Meningkatkan frekuensi atau itensitas kunjungan baik kuantitas maupun
kualitas kunjungan, untuk melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-
guru binaannya.
b) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan supervisi dengan menerapkan
prinsip-prinsip supervisi, pendekatan supevisi serta model supervisi CPD
dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah lain. Hal ini dikarenakan supervisi
model CPD dapat menjadi solusi terhadap keterbatasan jumlah pengawas
dan banyaknya sekolah binaan.
2. Bagi Sekolah
a. Hendaknya meningkatkan pembinaan pengembangan profesionalisme
guru, dengan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru PAI.
b. Meningkatkan sinergitas antara guru dengan guru, guru dengan kepala
sekolah, guru dengan siswa.
3. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam
a. Terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
157
b. Hendaknya guru aktif mengadakan penelitian-penelitian tentang
problematika pembelajaran yang kemudian dapat di diskusikan
bersama tim CPD dalam rang peningkatan profesionalisme guru.
160
PA
ND
UA
N W
AW
AN
CA
RA
PE
LA
KS
AN
AA
N S
UP
ER
VIS
I PE
ND
IDIK
AN
AG
AM
A IS
LA
M D
EN
GA
N M
OD
EL
CO
OP
ER
AT
IVE
PR
OF
ES
IOA
NA
L
DE
VE
LO
PM
EN
T S
EB
AG
AI U
PA
YA
PE
NIN
GK
AT
AN
PR
OF
ES
ION
AL
ISM
E D
AN
KIN
ER
JA G
UR
U
NO
F
OK
US
IN
DIK
AT
OR
P
ER
TA
NY
AA
N
INF
OR
MA
N
ME
TO
DE
1.
P
elaksan
aan
superv
isi P
AI
den
gan
m
odel
CP
D
a. R
encan
a k
egiatan
pen
gaw
asan
1. D
alam
kuru
n
wak
tu
satu
semester
berap
a
kali
bap
ak
men
gad
akan
superv
isi ke
sekolah
?
2. A
pak
ah
bap
ak
mem
buat
pro
gram
kep
engaw
asan?
3. K
apan
bap
ak
mem
buat
4. B
erdasark
an
apa
pro
gram
kep
engaw
asa
bap
ak b
uat
1. P
engaw
as P
AI
(01)
2. K
epala
Sek
olah
(02)
3. G
uru
PA
I (03)
4. G
uru
Sen
ior (0
4)
5. K
etua M
GM
P (0
5)
6. W
AW
AN
CA
RA
(W)
7. D
OK
UM
EN
TA
SI (D
)
b.
Pelak
sanaan
superv
isi P
AI
den
gan
model
CP
D
1. B
agaim
ana
pelak
sanaan
superv
isi yan
g
bap
ak
terapkan
di
sekolah
bap
ak/Ib
u?
Kep
ala sekolah
(02)
Guru
PA
I (03)
Guru
senio
r (04
)
1.
WA
WA
NC
AR
A
2.
OB
SE
RV
AS
I
3.
DO
KU
ME
NT
AS
I
161
2. S
iapa
yan
g terlib
at
dalam
keg
iatan
pen
gaw
asan
yan
g
bap
ak/ib
u lak
ukan
?
3. A
pak
ah
bap
ak/Ib
u
terlibat
langsu
ng
dalam
keg
iatan
superv
isi?
4. A
pak
ah
bap
ak/Ib
u
melak
sanak
an
kunju
ngan
kelas.
2. P
enin
gkatan
pro
fesionalis
me
Guru
melalu
i CP
D
a. Pen
gem
ban
gan
kurik
ulu
m
(peren
canaan
pem
belajaran
,
pelak
sanaan
,
pen
ilaian
1. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
pern
ah
men
yusu
n
bah
an ajar P
AI ?
2. B
agaim
ana lan
gk
ah
Bap
ak/Ib
u
men
yusu
n
bah
an
ajar?
Guru
PA
I
Guru
Sen
ior
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
DO
KU
ME
NT
AS
I
162
pem
belajaran
)
b.
Peer S
uperv
ision
3. A
pak
ah p
embuatan
RP
P d
ilaksan
kan
di
foru
m M
GM
P.?
4. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
dap
at m
embuat
adm
inistrasi g
uru
?
5. B
agaim
ana
pem
buatan
adm
inistrasi
tersebut?
1. A
pak
ah
Bap
ak/Ib
u
pern
ah
disu
perv
isi
oleh
rek
an
sesama
guru
?
2. B
agaim
ana
pelak
sanaan
nya?
3. K
egiatan
su
perv
isi
dilak
sanak
an
di
ruan
g
kelas
atau
pad
a saat
keg
iatan
MG
MP
?
4. A
pak
ah
and
a ak
tif
dalam
keg
iatan
MG
MP
5. K
egiatan
-keg
iatan
apa
saja yan
g
Guru
PA
I
Guru
Sen
ior
Ketu
a MG
MP
163
dilak
uklan
dalam
keg
iatan M
GM
P
c. D
ialog
pro
fesional
1. A
pak
ah
Bap
ak/Ib
u
sering
berk
om
unik
asi atau
berd
iskusi
tentan
g
perm
aslahan
-
pem
aslahan
d
alam
pem
belajaran
2. K
om
unik
asi an
tar
guru
, apak
ah h
anya
sebatas
obro
lan
biasa
atau
kajian
-
kajian
yan
g
berk
aitan
den
gan
adm
inistrasi
sekolah
, atau
pem
asalahan
dalam
KB
M?
3. D
alam pen
gam
atan
bap
ak/ib
u
apak
ah
guru
PA
I yan
g ad
a
di
SM
A
Jum
apolo
sering
berd
iskusi
masalah
-masalah
pem
belajaran
?
Guru
PA
I
Guru
Sen
ior
Waw
ancara
Dokum
entasi
164
d. P
eer Teach
ing
1. ap
akah
di
SM
A
Neg
eri Ju
map
olo
,
pern
ah
diad
akan
keg
iatan
peer
teachin
g?
2. B
agaim
ana
pelak
sanaan
nya?
3. P
ada
keg
iatan
MG
MP
P
AI,
apak
ah
pern
ah
dilak
sanak
an
latihan
men
gajar?
4. B
agaim
ana
pelak
sanaan
nya
Guru
PA
I (03)
Guru
Sen
ior (0
4)
Ketu
a MG
MP
PA
I
(05)
Waw
ancara
dokum
entasi
3
Pen
ingkatan
kin
erja guru
a. K
etrampilan
men
gajar
b.
Kem
ampuan
men
gajar
c. Motiv
asi
men
gajar
1. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
dalam
K
BM
,
men
ggun
akan
meto
de
belajar
yan
g
berv
ariasi
ataukah
terfo
kus
pad
a salah
satu
meto
de?
2. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
men
gajar
lebih
cenderu
ng
men
ggunk
an m
edia
Guru
PA
I
Kep
ala sekolah
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
DO
KU
ME
NT
AS
I
165
d. S
ikap
dan
perilak
u
sehari-
hari
e. Kep
emim
pin
an
dalam
men
gajar
f. K
epem
impin
an
kep
ala sekolah
pem
belajaran
yan
g
berv
ariasi?
3. M
enuru
t bap
ak
atau/ib
u,
dalam
men
gajar
lebih
men
ikm
ati
men
gajar
siswa
yan
g p
inter, cerd
as
ataukah
sebalik
nya?
4. A
pak
ah
motiv
asi
bap
ak/ib
u
dalam
men
gajar ?
5. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
pern
ah
men
dap
atkan
reward
s dari
pim
pin
an
bap
ak/ib
u?
6. B
agaim
ana
reaksi
bap
ak/ib
u k
etika d
i
kelas
ada
siswa
yan
g
tidur
atau
tidak
mem
perh
atikan
bap
ak/ib
u
ketik
a
men
gajar?
7. A
pak
ah
bap
ak/ib
u
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
DO
KU
IME
NT
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
DO
KU
ME
NT
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
DO
KU
ME
NT
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
DO
KU
ME
NT
AS
I
166
terlibat
dalam
kep
anitiaan
keg
iatan sek
olah
?
8. K
egiatan
-keg
iatan
seperti
apa,
yan
g
pern
ah
,melib
atkan
anda
dalam
mkep
antiaan
?
9. A
pak
ah
kep
ala
sekolah
pern
ah
men
unju
k
anda
sebag
ai ketu
a
pan
itia,pem
impin
dalam
keg
iatan
yan
g
dilk
asank
an
di sek
olah
?
10. A
pak
ah bap
ak/ib
u
pern
ah
men
dap
at
kep
ercayaan
untu
k
men
jadi
pem
impin
di
sekolah
bap
ak
dalam
keg
iatan
dan
m
om
ent-
mom
ent terten
tu?
11.
Apak
ah b
apak
/ibu
dap
at
WA
WA
NC
AR
A
DO
KU
ME
NT
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
DO
KU
ME
NT
AS
I
WA
WA
NC
AR
A
OB
SE
RV
AS
I
167
mem
berik
an
solu
si terh
adap
perm
asalahan
yan
g
terjadi
di
sekolah
?
168
180
PANDUAN DOKUMENTASI
NO KODE JENIS DOKUMEN HAL YANG DI ANALISIS
1 D01 Administrasi Pengawas/guru
senior
Jadwal kepengawasan
Program Kerja Pengawas
Instrumen pengawasan
2 DO2 Profile SMA Negeri Jumapolo Kondisi sekolah saat ini
Visi, misi, dan tujuan sekolah
Sarana prasarana
Jumlah guru
Prestasi siswa dan guru
3 DO3 Administrasi guru PAI PROTA/PROSEM
Silabus dan RPP
Analisis ulangan Harian
Penentuan KKM
Daftar nilai siswa
4 DO4 Kinerja Guru PAI SK kepala sekolah tentang
pengankatan menjadi wali
kelas, pengawas UAS
5 DO5 Dokumen penunjang Jadwal MGMP
Program kerja MGMP
Daftar hadir MGMP
Program kerja sekolah
187
CATATAN LAPANGAN I
( Kode : CL. P.01 )
Hari, tanggal : 11 Januari 2016
Jam : 07.32 - Selesai
Tempat : Ruangan Waka Kurikulum SMA N Jumapolo
Metode : Observasi dan Dokumentasi
Subjek/ Informan : guru senior/ waekasek
Kode Panduan : CL. W.04 D.02
Deskripsi Data
Awal penelitian dimulai dengan perjalanan menyampaikan surat ijin
penelitian yang telah saya dapatkan dari Pascasarjana IAIN Surakarta kepada
dinas terkait yang menurut sepengetahuan saya adalah Kepala Sekolah SMA
Negeri Jumapolo, Peneliti langsung menuju keruang waka kurikulum ditemani
oleh guru PAI, yang sebelum keberangaktan ke SMA Negeri jumapolo, peneliti
sudah bersepakat dengam guru PAI untuk di bantu dalam penelitian ini. ketika
telah sampai SMA Negeri Jumapolo peneliti memakirkan motor di tempat
parkiran motor guru ( di SMA Negeri Jumapolo terdapat dua temapat parkir
tempat parkir bagian bawah untuk para siswa sedangkan tempat parkir bagian
atas dekat ruang guru diperuntukan bagi guru dan tamu). Selanjutnya peneliti
bertemu dengan guru PAI SMA Negeri jumapolo, dan selanjutmya peneliti
diantar ke ruangan Waka kurikulum. Sesampai didepan ruangan waka kurikulum
peneliti mengetuk pintu dan mengucapkan salam, peneliti dipersilahkan masuk
oleh salah satu suara yang terdengar dari dalam ruangan tersebut. Setelah masuk
kedalam ruangan, peneliti memperhatikan kondisi ruangan, di dalam ruangan
tersebut ada empat guru yang rupanya mereka adalah guru-guru yang
mendapatkan jam tambahan sebagai wakil kepala sekolah. Selanjutnya peneliti
memberanikan diri untuk bertanya kepada salah seorang guru yang ada diruangan
tersebut “ apakah saya bisa bertemu dengan Waka kurikulum”, oh bisa dan saya
sendiri adalah waka kurikulum jawab seorang guru”, dengam santun guru
tersebut mempersilahkan saya untuk duduk di kursi tamu yang telah ada
diruangan terebut. Selanjutnya guru tersebut menanyakan kepada peneliti “ ada
keperluan apa ya dan anda siapa”, peneliti menjawab “ saya mahasiswa Pasca
Sarjana IAIN Surakarta yang akan mengadakan penelitian di sekolah ini yang
berkaitan dengam tesis saya berjudul Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama
Islam dengan Model CPD dalam meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru
di SMA Negeri Jumapolo. Lantas guru tersebut menanyakan “ ada surat ijin
penelitian dan proposalnya pak”, peneliti menjawab kalau surat ijin penelitian ”
ada bu, tapi kalau proposalnya saya tidak membawanya. Bagaimana kalau besok
saya kesini lagi sambil membawa propsal sekaligus wawancara dengan guru
PAI. Oh bisa jawab guru tersebut”, Kalau begitu kira-kira apa saja data atau
dokumen yang bapak butuhkan supaya besok saya siapkan sekaligus. Kemudian
peneliti mengambil panduan dokumentasi yang berisi tentang dokumen-dokumen
yang dibutuhkan, “baiklah insha Allah kami akan siapkan dokumen yang bapak
189
perlukan. Dan jangan lupa pak tolong proposalnya besok dibawah ya? “, kata
guru yang sekaligus waka kurikulum. Peneliti menjawab “siap bu”.
CATATAN LAPANGAN II
(Kode : CL. W.03, D.02)
Hari, tanggal : Selasa, 12 Januari 2016
Jam : 09.45 – 11.30 WIB
Tempat : Ruang Guru
Metode : Wawancara, Dokumentasi
Subjek/ Informan : Pengawas
Kode Panduan : CL. W. 03, D.02, D03,D04
Deskripsi data:
Bedasarkan kesepakatan kemarin peneliti kembali datang berkunjung ke
SMA Negeri Jumapolo, kali ini peneliti membawa poposal yang diminta oleh
WakaKurikulum. Jam menunjukan pukul 09. 35 menit peneliti sampai di halaman
parkir SMA Negeri Jumapolo. Selanjutnya peneliti langsung menuju ruangan
wakakurikulum untuk menyerahkan proposal yang dijanjikan oleh peneiliti.
Sesampai di ruangan waka kurikulum kemudian peneliti mengetuk pintu dan
mengucapkan salam “assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, walaikum
salam warahmatullahi wabarakatuh (jawab salah seorang guru yang ada didalam
ruangan tesebut). Selanjutnya peneliti langsung menuju meja kerja Waka
kurilulum yang sudah menunggu kehadiran peneiliti. Peneleiti berkata “maaf
ganggu bu ini proposal yang ibu butuhkan kemarin” oh ya maksih ya.
Selanjutnya ini data yang bapak butuhkan guru tersebut memberikan soft file
191
peneliti lantas menagmbil lap topnya, dan kemudian mengaktifkannya,
selanjutnya peneliti membuka isi flas disk yang diberi oleh guru tadi, dan
memriksa data atau dokumen yang diberikan. “Maaf bu apakah saya bisa minta
instrumen pelaksanaan supervisi yang sudah dilakankan oleh guru senior atau
kepala sekolah”, bisa pak (jawab guru tersebut) sebentar saya cari dulu, selang
beberapa waktu kemudian ini pak dokumen yang bapak butuhkan tapi difoto kopi
dulu ya nanti dikembalikan kepada saya (kata guru tadi) baik bu terima kasih
insha Allah setelah wawancara dengan guru PAI nanti saya kembalikan.
Selanjutnya peneliti berpamitan untuk bertemu dengan guru PAI, saya
mengucapkan terima kasih atas data dan dokumen yang ibu berikan serta
kesediaan ibu untuk meluangkan waktu bagi saya. Sama-sama pak semoga sukses
ya pak (guru tesebut menimpali sambil tersenyum)
Jam menunjukan pukul 9.50 menit peneiliti lantas menuju ruangan guru
untuk bertemu dengan guru PAI. Sedikit grogi penulis memberanikan diri untuk
mengucapkan salam pada guru-guru yang ada di dalam ruangan. Assalalmu
alaikum warahmatullahi wabarakatuh, walaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh, jawab lelaki paruh baya yang kebetulan duduknya dekat pintu
masuk guru, ada apa pak, ada yang bisa dibantu, saya mau bertemu dengan guru
PAI, (dari kejauhan guru PAI sudah melambaikan tangan menunjukan
keberadaan beliau). Oh ya silahkan pak kebutulan yang bersangkutan ada sedang
menunggu bapak kata laki parubaya tadi sambil mempersilahkan. Assalamu
alaikum gimana kabarnya bu (peneliti menyapa guru PAI sambil berusaha
menghilangka rasa grogi peneliti). Bagaimana bu apakah hari ini saya bisa
mewancarai ibu ( peneliti bertanya kepada guru PAI), sudah sejak dari tadi saya
menunggu bapak dan tentunya saya sudah siap diwawancarai, (jawab guru PAI).
Baikalah kalau begitu.
“Apakah ibu pernah disuupervisi oleh pengawas PAI”. Belum pernah
“Siapa Yang Melaksanakan kegiatan Supervisi PAI di sekolah Ibu”,
kepala sekolah dan guru senior.”
Bagaimana pelaksanaan supervisi di sekolah ibu. “Selama ini yang
melaksanakan adalah guru-guru senior yang sudah mempunyai sertifikat sebagai
acecor atau sebagai supervisor, satu orang acesor mengawasi beberapa orang
guru . adapun yang mensupervisisaya adalah ibu “kus”, pelaksanaan supervisi
dilakukan layaknya seperti PPAI, acesor masuk kelas untuk melaksanakan
supervisi, memriksa kelengkapan administasi pembelajaran”.
Apakah sebelum kegiatan PBM dimulai pengawas (guru senior )
memeriksa kelengkapan mengajar atau adminitrsi guru. “Untuk pengecekan
administrasi pembelajaran dilakukan satu kali dalam satu semester, biasanya
dilakukan diawal semester, biasanya semua guru diinstruksikan untuk
mengumpul kelengkapan mengajar kepada Waka Kurikulum, biasanya Waka
Kurikulum akan mengecek guru-guru yang belum mengumpul kelengkapan
mengajar, ketika guru yang belum mengumpul kelengkapan mengajar akan
dibrifing dan disebutkan nama-nama guru yang belum mengumpulkan
kelengkapan mengajar. Jadi guru-guru yang belum mengumpulkan akan merasa
malu dan kemudian yang mendukung sehingga rekan-rekan guru dapat
193
mengumpulkan kelengkapan mengajar, di awal bisa mengumpul administrasi
sekolah untuk satu tahun bisa juga per semester”
Apakah setelah pelakasanaan supervisi pembelajaran dikelas ada feed
back ( evaluasi )dari guru senior/acesor “Untuk pengecekan administrasi
pembelajaran dilakukan satu kali dalam satu semester, biasanya dilakukan
diawal semester, biasanya semua guru diinstruksikan untuk mengumpul
kelengkapan mengajar kepada Waka Kurikulum, biasanya Waka Kurikulum akan
mengecek guru-guru yang belum mengumpul kelengkapan mengajar, ketika guru
yang belum mengumpul kelengkapan mengajar akan dibrifing dan disebutkan
nama-nama guru yang belum mengumpulkan kelengkapan mengajar. Jadi guru-
guru yang belum mengumpulkan akan merasa malu dan kemudian yang
mendukung sehingga rekan-rekan guru dapat mengumpulkan kelengkapan
mengajar, di awal bisa mengumpul administrasi sekolah untuk satu tahun bisa
juga per semester.”
Ibu aktif dalam kegiatan MGMP ? “Ya. Kalau di Karanganyar
pelaksanaan MGMP dilkasanakan dua bulan sekali. Tapi ketika ada acara-
acara yang mendesak maka dilaksanakan sesuka hati, misalnya satu bulan ada
sesuatu yang disampaikan berarti kita juga pertemuan”
Apakah PPAI selalu hadir untuk memberikan supervisi ? “Pengawas
PPAI tidak selalu hadir tapi pernah hadir meskipun kehadirannya bisa dihitung
dengan jari” . Kehadiran PPAI dalam kegiatan MGMP apakah melaksanakan
kegiatan supervisi atau hanya sekedar memberikan informasi-informasi saja?
“Sebenanya, ketika beliau hadir hanya memberikan informasi tentang sertifikasi.
Ketika beliau jadi yang dibahas ya tentang sertifikasi. Meskipun sesekali
menyinggung tentang kelengkapan kita sebagai seorang guru, tapi paling
perssentase ,memberikan pelayanan admimstrasi guru hanya berkisar 30%
selebihnya adalah membantui rekan-rekan yang sertifikasi.”
Apakah ibu bisa membuat administrasi guru (RPP ? “Bisa. Jadi
karanganyar itu diawal semester itu dikumpulkan dalam forum MGMP misalnya
setahun sekali. Jadi pembagaian pembuatan RPP itu dibagi semuanya setiap
guru punya bagian masing. Misalnya saya mendapat bagian tentang akhlak
terpuji jadi untuk akhlak terpuji saya yang buat, mulai dari awal sampai dengan
evaluasi saya yang buat, kemudian nanti dikumpulkan disekertaris MGMP
kemudian baru disatukan. Jadi tidak semata-mata Copy paste karena semuanya
bertanggung jawab untuk membuatnya”
Bagaimana langkah-langkah pembuatan RPP ? “ Yang pertama melihat
SK dan KD. Kalau agama, karena PAI menggunkan K 13, meskipun MAPEL
yang lain belum K 13, masih KTSP, jadi kita melihat KI nya dulu, kemudian ke
KD setelah itu baru menetukan, materinya, metodenya, penilainnya sampai
dengan penilaiannya, ketika sampai metode, media yang digunakan apa, sumber
yang digunakan apa, baru sampai ke penilaian”
Siapa yang, mendapaingi atau menbantu anda dalam pembuatan
perangakat pembelajaran dalam kegiatan MGMP ? “Kalau di MGMP, ada
beberapa teman yang sering mengikuti BIMTEK diluar, jadi ketika mereka
sudah selesai mereka biasanya membeikan materi yang didapat disampaikan
kepada rekan-rekan guru yang lain. Supervisi sejawat belum pernah, tetapi kalau
195
untuk mengajari tentang metode, media atau misalnya si “A” membuat Power
Point ketika ngajar, kemudian ditularkan kepada yang lain.”
Bagaimanakah penggunakan metode pembelajaran dalam pembelajaran
PAI, yang ibu laksanakan ? “Bervariasi, meskipun tidak bisa menafikan atau
lepas dari ceramah. Jadi saya termasuk di sekolah menggunkan metode yang
teka teki silang , saya pernah menggunkan metode bermain peran ketika akhlak
terpuji, anak bener-bener bermain peran, kemudian saya pernah menyuruh anak
untuk membuat peta konsep yang kemudian dipresentasikan, diskusi itu juga
sering, meskipun ceramah dan saya tidak bisa meninggalkan ceramah, ketika
penegasan dan sya harus ceramah, kemudian yang terakhir saya memberikan
penegasan dan kesimpulan”
Apakah yang dijelaskan tadi ada dokumennya.? “Ya ada semua. Nanti
bisa diminta, peta konsep juga saya punya, diskusi juga ada atau keperpustakaan
juga ada”
Apakah ada diskusi antara sesama guru tentang mekanisme pembuatan
RPP atau administasi guru.? “Jadi, kebiaasan di Jumapolo itu guru, saya dengan
guru yang lain sama dengan teman, ketika ada permasalahan dikelas “mislanya
si ‘A” belum faham tentang tata cara pembuatan RPP atau administrasi guru
yang lain, maka, guru yang lain akn membantu dan membimbing guu yang
belum gfaham tentang tata cara pembuatan RPP atau administasi guru.”
Setelah peneliti merasa cukup dalam melakukan wawancara dengan
Guru PAI, peneliti mohon diri. Akan tetapi sebelumnya peneliti menanyakan data
kelengkapan mengajar atau perangkat pembelajaran serta administrasi guru
Kemudian peneliti juga meminta izin untuk hari berikutnya peneliti dapat
mengikuti KBM yang dilakukan leh guru PAI (Observasi).
197
CATATAN LAPANGAN III
(Kode : CL. W.01, D.01)
Hari, tanggal : Jum’at 22 Januari 2016
Jam : 09.00 - selesai
Tempat : Ruangan Pengawas PAI Kab. Karanganyar
Metode : Dokumentasi, Wawancara,
Subjek/ Informan : Pengawas PAI
Kode Panduan : CL. W. 01, D01
Deskripsi data:
Penelitian hari ketiga jum’at 22 Januari 2016 di mulai dengan melakukan
kunjungan ke kantor penhgawas PAI Kab. Laranganyar untuk menyerahkan
surat penelitian sekaligus wawancara. Peneliti sampai di kantor KENENAG kab.
Karanganyar pada pukul 09.30. sesampai dikantor kemenang peneliti
menanyakann letak kantor pengawas kepada salah seorang pegawai Kemenag, “
permisi pak maaf mau tanya kantor atau ruangan pengawas sebelah mana ya”
kantor pengawas di belakang kantor ini pak, sekalian ya pak parkir motornya
dibelakang, ini bukan tempat parkir” sedikit malu mendapat jawaban demikian
lalu penelti mengucapkan terima kasih dan selanjutnya menghidupkan motor
untuk menuju tempat yang telah ditunjukan tadi. Setalah sampai pada tempat
parkir yang ditunjukan peneliti memakirkan motornya kemudian menacri rungan
pengawas, saat itu dalam ruangan pengawas hanya terdapat seorang pegawai
wanita berusia kira-kira 40 tahunan. Assalamu alaikum sapa peneliti kepada
wanita itu, maaf ganggu bu mau tanya pengawas PAI untuk tingkat SMA/SMK
ada bu? Dengan wajah sedikit berkerut agak curiga melihat tampang saya yang
seperti bukan orang jawa beliau menjawab “ wah beliau ada dilapangan (lagi
kunjungan lapangam) boasanya beliau ada dikantor tu jpagi seklai jam 07.30
sudah ada dikantor atau sore jam 15.30 beliau suda di kantor. Peneliti agak
sedikit kecewa dan penasaran lalu kembali bertanya “ tapi beliau setiap hari
hadir ya bu? Ya beliau setiap hari hadir tapi tadi kalau mau ketemu beliau pagi
sekalian atau sore sekalian. Oh ya bu terima kasih atas infonya insha allah besok
pagi saya kesini lagi.
Penelitian ketiga Pada hari senin tanggal 25 Januari, peneliti kembali
lagi berburu informasi di kantor pengawas. Pada pukul 07.15 peneloiti sudah
sampai di kantor kemenag. Seamapai dikantor peneliti melihat ruangan kantor
masih sepi belum ada pegawai yang masuk. Sejenak peneliti melihat ke arah
masjid dekat kantor pengawas peneiliti melihat 2 orang paru baya yang satu kira-
kira berusia lebih dari 60 tahun dan yang satu di bawah 60 tahun. Kemudian
peneliti mendekati kedua orang tesebut dengan agak sdikit , membungkukan
badan dan bertanya mohon maaf pak mengganggu, apakah saya boleh tanya
apakah pengawas PAI tingkat SMA/SMK pak “DW” sudah datang ya ? dengam
suara yang pelan nyaris tidak terdengar oleh pendengaanku, beliau menjawab “
ya saya sendiri” oh maaf pak saya sobirin (peneliti memperknalkan diri) saya
mahasiswa dari Sorong Papua Barat ( menyebutkan asal daerah dengan harapan
informan mau berbaik hati untuk menerima dan mau diwawancarai), saya
sekarang sedang mengadakan penelitian tesis saya pak dengam judul Pelaksanaan
Supervisi Pendidikan Islam dengan Model CPD di SMA Negeri Jumapolo.
Dengan santai dan suara cukup pelan nyaris tak terdengar ada bawa surat
penelitiaannya, “bawa pak” peneliti mengambil dan menyodorkan surat
penelitian kepada informan selanjutnya informan membuka dan membaca secara
seksama, kemudian kembali bertanya “ apakah sampean membawa proposalnya”
peneliti kaget dan agak bingung karena pada saat itu peneliti tidak membawa
proposal untuk informan, “ ohh jadi harus ada prposal dulu ya pak ? baru bisa
saya melanjutkan penelitian saya, “ya” (jawab Mr. DW). Baiklah kalau begitu
sebentar sore jam 15.30 WIB saya kesini lagi membawa proposal yang bapak
minta sekaligus wawancara dengan bapak ya? (sedikit memohon dan memelas).
199
Akhirnya peneliti berpamitan dan kembali untuk melanjutkan aktiviatas
selanjutnya.
Jum’at tanggal 22 Januari 2016 pukul 15.10 peneliti tiba di kantor
pengawas, peneliti melaksanakan shalat ashar berjama’ah di masjid KEMENAG,
setelah itu sambil menunggu informan selesai menuniakan shalat peneliti santai
sejanak sambil menikmati sebatang rokok. Selang beberapa waktu informan
keluar dari masjid, kemudian peniliti menghampiri dan menyapanya “ assalamu
alaikum” walaikum salam jawab informan. Mari kita masuk ke ruangan saya.
Sambil mengikuti informan peneliti mengawasi kondisi kantor pengawas, dimana
setiap meja pengawas terdapat tumpukan berkas-berkas yang harus kerjakan oleh
pengawas. Begitu pula halnya dengan meja dari informan saya. Setelah
dipersilahlan duduk peneliti menggeluarkan proposal yang dinginkan oleh
pengawas atau imforman, kemudian pengawas tesebut membaca latar belakang
masalahnya. Selang berapa waktu. Informan bertanya jadi apa uyang bisa saya
bantu berkenaan dengan penelitian bapak (kata pengawas). Kalu dizinkan pada
kesempatan kali ini saya akan mewancarai bapak berkaitan dengan penelitian
saya. Bisa (kata pengawas), bisa dimulai wawancarai pak. Silahkan (saat
diwawancaai komdisi ruanga cukup ribut karena pengawas yang lain sedang
menerima tamu dari guru-guru binaan masing-masing
Apa kabar pak ? “alhamdilillah sehat-sehat.
Sebagai pengawas PAI berapa jumlah guru binaan bapak?
“Jumlah guru binaaan saya adalah guru PAI Tingkat SMA/SMK,
kemudian guru M.Ts dan MA se kabupaten Karang anyar.”
Apakah bapak mempunyai rencana program pengawasan” ?
“Ya saya selalu membuat program pengawasan, dibuat pada awal
semester dalam program semester ada rencana keja, jadwal kepengawasan”
Bagaimanakah pelaksanaan supervisi yang bapak lakukan?
“Supervisi yang bisa saya lakukan lebih cenderung supervisi klinis. Para
guru PAI, tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, Biasanya, mereka datang
ke kantor saya dan menceritakan permaslaahan-permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran kemudian saya memberikan solusi apa yang haus dilakukan.
Sudah sejak tahun 2012 saya sudah tidak lagi mengadakan supervisi dengan
mengunjungi sekolah-sekolah. Terkadang supervisi yang saya lakukan hanya
terfokus pada kegiatan MGMP. Karena dengan adanya kegiatan MGMP
mempermudah saya untuk melakukan supervisi. Forum MGMP juga merupakan
ajang kerjasama antara sesama guru dalam meningkatan kapasitas serta
capabilitas sebagai guru. Memang selama ini saya tidak pernah berkunjung untuk
melaksanakan supervisi di SMA N Jumapolo. Hal ini dikarenakan beban kerja
yang saya miliki terlampau banyak. Saya betanggung jawab atas seluruh guru
SMA/SMK, MTs seluruh Kabupaten karanganyar, di tambah lagi usia saya yang
semakin lanjut, sehingga ,enjadi kendala utama saya dalam melaksanakan
kuniungan kesekolah-sekolah binaan saya. Selain itu faktor ada faktor eksternal
yaitu perintah dari atasan saya, agar supevisi yang saya lakukan lebih terfokus
pada sekolah-sekolah dibawah naungan KEMENAG”
Apakah bapak mempunyai jadwal kepengawasan?
“Ya, saya mempunyai jadwal pengawasan, biasanya jadwal pengawasan
dibuat diawal semester bersama dengan rencana program pengawasan”
Apa peran Bapak dalam kegiatan MGMP PAI Di kabupaten Karang
anyar?
“Kegiatan MGMP PAI di karanganyar ini dilaksanakan sebulan sekali,
biasanya diawal bulan dilaksanakan, ya saya hanya memberikan informasi-
informasi yang betkaitan dengan sertifikasi dan memotivasi guru-guru PAI untuk
aktiv dalam kegiatan MGMP, workshoop, BIMTEK dan pelatihan-pelatihan”
Apakah bapak melaksanakan pendampingan pembuatan perangkat
pembelajaran pada kegiatan MGMP?
“Ya, walaupun tidak maksimal saya lakukan, tetapi saya selalu berupaya
mendampingi dan mengarahkan guru-guru PAI dalam pembuatan perangkat
pembelajaran”
Selain bapak, Siapa yang membantu atau membina guru-guru PAI dalam
pembuatan perangkat pembelajaran?
201
Kebiasaan di karanganyar, ketua MGMP akan mengkoordinir anak
buahnya dalam pembuaan perangkat pembelajaran, setiap guru diberikan
tanggung jawab untuk membuat perangkat pembelajaran tentang pokok bahasan
yang berbeda-beda, bagi guru yang belum faham akan dikelompokan dalam satu
kelompok yang terdiri dari beberapa orang guru diantaranya ada guur yanhg suda
sering mengikuti pelatihan, workshop ataupun bimtek yang kemudian diwajibkan
untuk memberikan pelatihan kepada rekan guru yang lain?.
Selanjutnya peneliti menghentikan wawancara, karena menurut
pandangann peneliti, pengawas sudah cukup memberikan informasi, akhirnya
peneliti meminta data atau dokumen yaitu, jadwal pengawasan, program kerja
pengawas, instrumen pengawasan. Dan alhamdulillah apa yang dibutuhkan oleh
peneliti bisa dipenuhi beliau. Akhirnya peneliti berpamitan kpada pengawas PAI
dan mengucapkan terima kasih atas kesempatam yang diberikan.
CATATAN LAPANGAN IV
(Kode : D.01.W.04 )
Hari, tanggal : Sabtu, 23 Januari 2016
Jam : 09.00 WIB - Selesai
Tempat : Ruang Waka Kurikulum
Metode : Dokumentasi, Wawancara
Subjek/ Informan : Guru Senior
Kode Panduan : CL. W. 04
Deskripsi data:
Sabtu tanggal 23 Januari 2016, pukul 08.45 WIB. Peneliti tiba di SMA
Negeri Jumapolo, untuk melanjutkan aktivitas penelitian. Sebelumnya pada
malam hari peneliti membuat janjian via seluler dengan guru senior bahwa pada
hari sabtu (pagi ini) peneliti akan mengadalan wawancara dengan guru senior.
Sesampainya di SMA N Jumapolo. Peneliti langsung menuju rungan guru senior.
Assalamu alaikum. walaikum, salam jawab sosok wanita berusia berkisar kurang
lebih 40 tahunan, beliau mempersilahkan saya untuk duduk, sambil beliau
merapikan mejanya yang berantakan. “maaf ganggu apakah saya boleh
mewancarai ibu sekarang” oh bisa tapi sebentar ya saya rapikan meja saya dulu
maaf berantakan”(kata guru senior). Ah gak apa-apa bu justru saya yang harusnya
203
minta maaf karena sudah mengganggu waktu kerja ibu. Mari kita mulai (pinta
guru senior).
Berapa kali ibu melaksanakan supervisi dalam setahun?
“Biasanya dua kali dalam setahun, dan dilaksanakan pada awal semester”
Apakah ibu mempunyai jadwal kepengawasan atau rencena pengawasan?
“Jadwal ada, tapi jadwal tesebut tidaklah paten hanya sebatas sebagai ancang-
ancang, terkadang dalam pelaksaannya tidak sesuai jadwal, karena situasi dan
kondisi. Jadi supervisi yang lakukan juga dikondisikan dengan jadwal guru yang
akan disupervisi. Sebenarnya dalam jadwal tertulis nama kepala ekolah sebagai
pelaksana supervisi tetapi dalam pelaksanaanya kita guru senior yang
melaksanakan kegiatan tersebut”
Bagaimana pelaksanaan supervisi yang bapak terapkan di sekolah Ibu?
“Pelaksanaan supervisi salama ini dilkasanakan oleh kepala sekolah dan
guru senior, meskipun guru senior mempunyai jumlah pengawasan lebih banyak
dari pada KEPSEK. Pelaksanaan supervisi di SMA negeri jumapolo lebih sering
dilakukan anatara guru dan guru. Dan pelaksanaannya kapan saja dan dimana
saja, bisa sambil jalan. Setelah pelaksanaan supervisi biasanya dilakukan evaluasi
terhadap guru, tapi evaluasi yang dilakukan tidak di dalam kelas, bisa dilakukan
di rungan tertentu, bisa juga sambil jalan, dan evalausi dilakukan setelah proses
supervisi dilaksanakan. Terkadang ada guru yang datang untuk membahas
permasalahannya sebelum mengajar baik itu yang berkaitan dengan RPP, Media
dan Metode. Guru senior atau rekan guru yang lain memberikan masukan atau
solusi dan saling mengkoreksi antara satu dengan yang lain”.
Bagamaina langkah-langkah ibu dalam mensupervisi guru?
“Yang saya lakukan, biasanya adalah saya akan menginformasikan
kepada guru yang akan di supervisi minimal 3 hari sebelum pelaksanaan, pada
hari pelaksanaan guru yang akan disupervisi datang ke ruangan saya sambil
membawa semua perangkat pembelajaran, saya akan memeriksa satu persatu,
kemudian saya akan mengikuti guru dalam KBM, saya akan memantau sejauh
mana kesusuaian antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya, berkaitan
dengan metode, media, alokasi waktu, dll. Setalah KBM selesai saya dan guru
akan mengevaluasi hasil KBM.”
ApakahIbu melaksanakan kunjungan kelas.?
“Ya, dalam supervisi tidak hanya memeriksa administrasi tapi saya
melaksanakan visiting kelas”
Apakah ibu memberikan pendampingan pada saat guru membuat
perangkat pembelajaran?
“Tidak selalu karena biasanya sesama guru disini saling membantu dalam
pembuatan perencanaan pembelajaran”
Bagaimana hubungan sosial/ komunikasi sesama guru di SMA Negeri
jumapolo?
“YA, guru-guru di sini, sangatlah terbuka, artinya bahwa antara guru satu
dengan guru yang lain sangat membuka diri, tidak mebedakan antara guru senior
dan guru yunior, dan juga biasanya ada diskusi-diskusi kecil baik anatar guru satu
rumpun pelajaran atau lintas rumpun, mereka berdiskusi tentang kendala atau
problem-problem yang mereka hadapi dalam KBM. jadi setiap keputusan yang
diambil yang berkaitan dengan pembelajaran ataupun masalah-masalah siswa,
semua sudah didiskusikan anatara guru, biasanya ini dilakukan di ruang guru.
inilah salah satu faktor yang membuat saya betah mengajar disini, walaupun saya
bukan asli dai jumapolo tapi saya merasa situasi yang ada di sekolah saya ini,
seperti dalam keluarga.”
205
Setelah beberapa pertanyaan diajukan, peneliti merasa sudah cukup
memenuhi bahan dalam melengkapi penelitian. Kemudian peneliti meminta izin
untuk mengakhiri sesi wawancara tapi sebelum diakhir peniliti meminta dokumen
yang berkaitan pelaksanaan supervisi seperti, instrumen supervisi, jadwal
pengawasan dan program kepangawasan, kalau nanti ada kegiatan kepengawasan
oleh ibu tolong saya diinfokan ya bu? (peneliti memohon)
CATATAN LAPANGAN IV
(Kode : D.05.W.05 )
Hari, tanggal : Sabtu, 23 Januari 2016
Jam : 13.00 WIB - Selesai
Tempat : Ruang Guru SMA Negeri Mojogedang
Metode : Dokumentasi, Wawancara
Subjek/ Informan : Ketua MGMP PAI SMA Kab. karanganyar
Kode Panduan : CL. W. 04
Deskripsi data
Siang itu masih ditanggal 23 Januari 2016, peneliti sudah melakukan
perjanjian dengan bapak Ketua MGMP PAI SMA se Kabupaten Karanganyar
lewat pesan singkat pada tanggal 21 Januari 2016 pada pukul 13.40 WIB. Beliau
memberikan balasan dengan menerangkan bahwa dapat ketemu dengan peneliti
pada siang hari ditempat kerja yaitu SMA Negeri Mojogedang.
Siang itu peneliti terburu-buru menuju sekolah tempat beliau
menjalankan tugasnya di SMA negeri Mojogedang. Pertemuan dengan GPAI
SMA N Mojogedang. Jam menunjukkan pukul 12. 45 WIB peneliti sudah sampai
di SMA Negeri Mojogedang.
Sesampainya disekolah SMA N Mojogedang, peneliti bertanya kepada
salah seorang pegawai, maaf pak guru PAI “ MR. J. “ ada ya pak ? pegawai
tesebut kembali bertanya bapak dari mana dan ada keperluan apa? Saya
207
mahasiswa pasca sarjana IAIN surakarta, asal saya dari Sorong Papua Barat
adapun keperluan saya adalah saya ingin bersilaturahmi dengan guru agama (Mr.
J) dan saya sudah janjian dengan beliau jam 13.00 WIB. Oh ya pak mari saya
antar ke ruangan guru, terima kasih pak. Seamapainya di ruangan guru saya
dipersilahkan duduk di salah satunkuri yang kosong semntara pegawai tadi
mencari guru PAI yang sedang mengajar.
Detik demi detik menit demi menit akhirnya beliaunya datang. Kurang
lebih 10 menit peneliti menunggu kedatangan dari ketua MGMP di ruangan guru.
Ketua MGMP termasuk orang yang memiliki perawakan yang tinggi besar dan
berkumis, sehingga menambah kewibaan dari seorang ketua MGMP PAI SMP se
Kabupaten Pekalongan. Namun senyuman beliau dapt menghilangkan kesan
sangar yang akan muncul ketika pertama kali bertemu dengan beliau. Usianya
yang 40an tahun tergolong masih muda dibandingkan dengan jabatan yang di
pegang beliau
Beliau membuka pertanyaan tentang keperluan peneliti untuk bertemu
dengan beliau. Kemudian peneliti menjelaskan bahwa kedatangannya untuk
melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tesis peneliti. Kebetulan
peneliti sedang menyelesaikan program Pascasarjana di IAIN Surakarta. Peneliti
menjelaskan bahwa penelitiannya menggunakan penelitian kualitatif yang
pengumpulan datanya dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hari ini
termasuk salah satu tujuan dari penelitian yaitu melakukan observasi, wawancara
dan memohon dokumen yang dapat digunakan dalam melengkapi tesis peneliti.
Supaya tidak menunggu waktu lama dan kasihan dengan peneliti yang perjalanan
pulangnya jauh, beliau (khabib jundan) menginginkan wawancara langsung
dilaksanakan. Sebelum dilaksanakan, peneliti menyiapkan pedoman wawancara
dan beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian.
Apa jabatan bapak dalam kegiatan MGMP dan sejak kapan?
Jabatan saya dalam forum MGMP adalah sebagai Ketua forum MGMP
PAI SMA se Kabupaten Karanganyar.
Berapa kali Kegiatan MGMP dilaksanakan dalam satu semester?
Forum kami ini termasuk yang rutin dan rajin dalam melaksanakan
kegiatan. Minimal MGMP PAI SMA kami laksanakan satu bulan sekali.
Penambahan forum selain dirutinitas tersebut karena biasanya adanya kegiatan
incidental, misalnya pengadaan Lomba keagamaan), workshop, Bimtek, , Rapat
terbatas pengurus dan lain sebagainya.
Menurut bapak, seberapa besar manfaat dari kegiatan tersebut bagi
GPAI SMA di Kabupaten Karanganyar, terutama dalam penimgkatan
profesionalisme guru?
Menurut saya sangat bagus sekali, karena melalui forum ini semua GPAI
mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan informasi terbaru dari segala
kebijakan yang terkait. Forum ini juga dapat digunakan sebagai ajang tukar-
menukar ilmu tentang media, metode dan model pembelajaran, termasuk
didalamnya guna peningkatan profesionalisme setiap GPAI SMA.
Berapa banyak peserta yang mengikuti MGMP?
209
Semua guru agama Islam Kabupaten Pekalongan berhak mengikuti dan
menjadi anggota dari forum ini, baik GPAI PNS ataupun Non PNS, baik SMA
Negeri maupun swasta di Kabupaten Karanganyar.
Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan MGMP?
Alhamdulillah, selama pelaksanaan MGMP sejak saya memimpin
kegiatan ini, para guru selalu saling membantu saling membimbing guru yang
lain, yang belum maksimal dalam perencanaan pembelajaran, pemanfaatan
metode dan media. Biasanya ketika guru-guru PAI yang baru mengikuti
BIMTEK, workshoop, dan guru-guru yang mempunyai pengalaman lebih tentang
IT, mereka akan saling berbagi ilmu dan saling membantu dan melakukan sharing
Kegiatan-kegiatann yang dilaksanakan apakah hanya sebatas pada
pengembangan kurikulum saja ataukah ada kegiatan lain yang lebih spesifik
lagi?
“ Ya. Pelaksanaan kegiatan MGMP yang dilaksanakan di Kabupaten
Karamganyar, tidak saja terfokus pada pengembangan kurikulm seperti silabus,
RPP, penentuan KKM, tetapi juga guru diberikan kesempatan untuk belajar
menilai temannya dalam latihan mengajar, kegiatan latihan mengajar yang biasa
kami laksanakan merupakan upaya meningktakan ketrampilan guru dalam
melaksankan kegiatan belajar mengajar. Kami sangat optimis bahwa dengan
adanya latihan mengajar sesama guru PAI, maka akan guru PAI akan lebih baik
dalam melaksankan KBM”
Setelah beberapa pertanyaan diajukan, peneliti merasa sudah cukup
memenuhi bahan dalam melengkapi penelitian. Kemudian peneliti meminta izin
untuk mengakhiri sesi wawancara dengan ketua MGMP PAI SMA se Kabupaten
Karanganyar. Pada penelitian kali ini peneliti mendapakan dokumen berupa bukti
kehadiran dari guru-guru PAI dalamkegiatan MGMP PAI se Kabupaten
Karanganyar.
211
CATATAN LAPANGAN V
(Kode : O. 4, O .3 . D0 3 )
Hari, tanggal : 30 Januari 2016
Jam : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Guru senior, kelas XII IPS
Metode : Observasi, Dokumentasi
Subjek/ Informan : GuruSenior dan Guru PAI
Kode Panduan : CL. O.4. O.3. D. 03, D. 01)
Deskripsi data
Peneliti tiba di SMA Negeri Jumapolo pada pukul 11.20 WIT, peneliti
besama guru model melaksanakan shalat dhuhur berjama’ah. Sebelumnya peneliti
dan guru model sudah sepakat bhwa akan dilakukan observasi kelas ketika guru
model mengajar. Adapun guru yang akan diobservasi adalah guru honorer.
Setelah shalat dhuhur selasai. Peneliti bersama guru model bersama-sama
kedalam ruang guru di SMA N Jumapolo. Kemudian guru model menunjukan
perangkat pembelajaran yang berkaitan tentang materi yang akan diajarkan pada
hari itu. Pada pukul 12. 05 peneliti bersama dengan guru model menuju ke ruang
kelas, guru model masuk ke dalam ruangan kelas dan peneliti hanya diluar kelas.
Guru model memperhatiakn kondisi ruangan sejenak kemudian guru model
mengucapkan salam kepada siswa, guru model memerintahkan siswa/i
mengeluakan Alqur’an yang sudah dibawah oleh siswa/i, guru model menunjuk
salah satu siswa/i untuk tampil kedepan memimpin teman-temannya membaca al-
qur’an. Guru model lantas berdiri dan berada dibelakang peserta didik sambil
memperhatikan dan menyimak apa yang dibaca oleh siswa/i. Kegiatan membaca
al-qur’an dilkukan selama 15 menit dengan membaca ayat-ayat pendek (juz 30).
Setelah tadarus qu”an selesai lalu guru model mulai mengabsen siswa dan
menanyakan apakah btadisudah shalat dhua dan dhuhur belum kepada sisw/i.
Guru model menjelaskan materi apayang bakan dibahas saat ini dan metode apa
yang digunakannya, setelah itu guru model menyampaikan SK/ KD serta tujuan
pembelajaran. Guru model kemudian membagi siswa/i dalam bebagai kelompok
yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian kelompok yang bertanggung jawab
untuk mempresentasikan makalahnya maju dan mempresntasikan kepada siswa/i
yang lain. Selanjutnya terjadi dialog atau saling bertanya antara satu siswa/i yang
ada dalam runagn sehingga kondisi kelas menjadi “gaduh” kaena interaksi dalam
diskusi antara siswa/i sangat baik. Guru model hanya memperhatikan dan
Peneliti sebelumnya mendapat infomasi kapan dilaksanakannya supervisi
di SMA N Jumapolo. Selanjutnya pada hari sabtu tanggal 30 Januari 2016 akan
diadakan supervisi pembelajaran. Sebelumnya pada tanggal 29 Januari 2016
pukul 16.00 WIB. Peneliti mndapatkan informasi dari guru senior, bahawa pada
hari sabtu tanggal 30 Januari akan dilaksanakn kegiatan supervisi pembelajaran.
Pada hari yang telah ditentukan peneliti tiba di SMA Negeri Jumapolo pada hari
Sabtu pukul 09.30. WIB. Setibanya di sekolah peneliti langsung masuk ke ruang
Waka Kurikulum. Selang beberapa waktu guru PAI yang hendak mengajar pada
saat itu datang berkonsultasi. Sambil menunjukan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan dalam mengajar, Waka kurikulum yang merupakan guru senior
213
tersebut memeriksa dan menkonfirmasikan tentang RPP yang dibuat. Selanjutnya
guru senior bersama guru binaan bersama menuju ruang kelas. Sesampai di kelas
guru binaan masuk ke dalam kelas sedangkan guru senior tetap duduk diluar
sambil memperhatikan apa yang akan dilakukakan oleh guru binaan. Ketika guru
binaan melaksanalan KBM, guru senior memperhatikan serta mengawasi kondisi
kelas dari luar. Setelah KBM selesai guru senior bersama dengan guru binaan
bertemu. Guru senior memberikan ulasan atau evaluasi terhadap KBM yang
dilaksanakan. Setelah mengevaluasi selanjutnya guru senior memberikan
masukan bedasarkan hasil pengawasan yang dilakukannya.
CATATAN LAPANGAN VI
(Kode : W.02 )
Hari, tanggal : Rabu, 27 Januari 2016
Jam : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Metode : Wawancara
Subjek/ Informan : Kepala Sekolah
Kode Panduan : ( CL.W.02)
Deskripsi data.
Untuk keseikian kalinya peneliti berusaha agar dapat melaksanakan kegiatan
wawancara dengan kepala sekolah, alhamdulillah akhirnya pada hari selasa
tanggal 26 Januari pukul 19.35 WIB, peneliti mendapat balasan SMS dari waka
kuikulum bahwa besok pada tanggal 28 januari 2016, peneliti boleh melakukan
kegiatan wawancara dengan kepala sekolah. Sebelumnya peneliti meminta izin
kepada wakakurikulum agar peneliti diagendakan untuk dapat bersilatuhrahmi
sekaligus wawancara denga kepala sekolah SMA Negeri Jumapolo.
Pada hari yang btelah ditentukan peneliti tiba di SMA negeri Jumapolo pukul
08.45 WIB. Sesampainya di sekolah peneliti langsung saja menuju ruangan
Wakakurikulum, sepertia biasanya peneliti mengucapkan salam lantas dibalas
oleh beberapa oang guru yang ada di dalam ruangan tesebut.
215
Selanjutnya peneliti dipersilahkan duduk oleh salah satu wakil kepala sekolah,
sementara Waka kurikulum masuk kedalam ruangan kepala sekolah, yang
ternyata ruangan kepala sekolah besebelahan dengan ruangan wakil kepala
sekolah hanya terpisah sekat kaca “ribben”. Selang beberapa waktu kemudian
waka kurikulum memberikan jawaban dan saya dipersilahkam masuk. Setelah itu
peneliti masuk kedalam ruangan kepala sekolah, kondisi runagan begitu nyaman,
sejuk dan teratur rapi, di depan meja kepala sekolah tedapat kursi tamu yang
dipersiapkan oleh sekolah sebagai fasilitas ruangan kepala sekolah. Selanjutnya
peneliti dipersilahkan duduk oleh kepala sekolah yang sangat ramah. “bagaimana
pak penelotian disini merasa nyaman” tanya kepala sekolah “sangat nyaman pak”
terima kasih atas segala bantuan bapak sehingga saya bisa melaksanakan
penelitian disini. “kita mulai saja ya pak karena nanti saya akan ada rapat
koordinasi di karanganyar” pinta kepala sekolah, oh ya baiklah pak, lebih cepat
lebih baik kata peneliti sambil becanda.
Sejak kapan bapak menjabat sebagai kepala sekolah?
Sejak tahun 2008
Apakah bapak pernah melakasanakan kegiatan supervisi pembelajaran?
Pernah tapi intensitesnya kurang saya menyerahkan atau membagi tugas
pengawasan kepada guru senior yang ada di SMA Negeri Jumapolo
Bagaimana pelaksanaan supervisi di SMA N Jumapolo?
Pelaksanaan supervisi selama ini dilaksanakan oleh saya sebagai kepala sekolah
dan guru senior, meskipun guru senior mempunyai jumlah pengawasan lebih
banyak dari pada KEPSEK. Pelaksanaan supervisi di SMA negeri jumapolo lebih
sering dilakukan antara guru dan guru. Dan pelaksanaannya kapan saja dan
dimana saja, bisa sambil jalan. Setelah pelaksanaan supervisi biasanya dilakukan
evaluasi terhadap guru, tapi evaluasi yang dilakukan tidak di dalam kelas, bisa
dilakukan di rungan tertentu, bisa juga sambil jalan, dan evaluusi dilakukan
setelah proses supervisi dilaksanakan. Terkadang ada guru yang datang untuk
membahas permasalahannya sebelum mengajar baik itu yang berkaitan dengan
RPP, Media dan Metode. Guru senior atau rekan guru yang lain memberikan
masukan atau solusi dan saling mengkoreksi antara satu dengan yang lain
Kapan pelaksanaan supervisi di SMA negeri jumapolo?
Pelaksanaannya sesuai jadwal kepengawasan yang dibuat, tetapi terkadang
dikondisikan dengan jadwal mengajar dari guru
Siapa yang terlibat dalam kegiatan pengawasan?
“ Sebenarnya, pelaksanaan supervisi yang selama ini dilaksanakan di SMA
Negeri Jumpolo saya serahkan pada tim, dimana tim tesebut terdiri dipimpin oleh
guru senior. Jumlah guru senior yang sudah mempunyai sertifikat sebagai acesor
berjumlah empat orang. Keempat orang kemudian bermusyawarah dengan guru
untuk membentuk team, dan setiap team dipimpin oleh guru senior yang sudah
bersertifikat menjadi acecor. Sedangkan posisi saya sebagai kepala sekolah hanya
sebatas penanggung jawab kegiatan dan pada setiap tahunnya guru-guru senior
inilah akan memberikan laporan tentang progres dari para guru-guru yang ada
dibawa binaanya.
Apakah guru PAI di SMA Negeri jumapolo aktif dalam kegiatan MGMP?
217
Ya. Mereka aktif dalam kegiatan MGMP, kalau gak salah biasanay mereka
mengadakan kegiatan MGMP sebulan sekali
218
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
PELKSANAAN SUPERVISI DI SMA NEGERI JUMAPOLO
Sumber Data : 01,02,03,04
Sumber Metode : Wawancaa dan Dokumentasi
Kode masalah Kode data Kode
tekhnik
Isi ringkasan data
PS. PAI W.1.B.03,
W.1.B.02
W.1B.01 .
dan
D. 01
W. D 1. “ belum pernah” diawasi oleh pengawas PAI
2. Pelaksanaan supervisi selama ini dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan guru senior,
meskipun guru senior mempunyai jumlah
pengawasan lebih banyak dari pada
KEPSEK. Pelaksanaan supervisi di SMA
negeri jumapolo lebih sering dilakukan antara
guru dan guru. Dan pelaksanaannya kapan
saja dan dimana saja, bisa sambil jalan.
Setelah pelaksanaan supervisi biasanya
dilakukan evaluasi terhadap guru, tapi
evaluasi yang dilakukan tidak di dalam kelas,
bisa dilakukan di rungan tertentu, bisa juga
sambil jalan, dan evaluusi dilakukan setelah
proses supervisi dilaksanakan. Terkadang ada
guru yang datang untuk membahas
permasalahannya sebelum mengajar baik itu
yang berkaitan dengan RPP, Media dan
Metode. Guru senior atau rekan guru yang
lain memberikan masukan ataun solusi dan
saling mengkoreksi antara satu dengan yang
lain
3. “Supervisi yang biasa saya lakukan lebih
cenderung supervisi klinis. Para guru PAI,
219
tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA,
Biasanya, mereka datang ke kantor saya dan
menceritakan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran kemudian
saya memberikan solusi apa yang harus
dilakukan. Sudah sejak tahun 2012 saya
sudah tidak lagi mengadakan supervisi
dengan mengunjungi sekolah-sekolah.
Terkadang supervisi yang saya lakukan hanya
terfokus pada kegiatan MGMP. Karena
dengan adanya kegiatan MGMP
mempermudah saya untuk melakukan
supervisi. Forum MGMP juga merupakan
ajang kerjasama antara sesama guru dalam
meningkatan kapasitas serta kapabilitas
sebagai guru Memang selama ini saya tidak
pernah berkunjung untuk melaksanakan
supervisi di SMA N Jumapolo. Hal ini
dikarenakan beban kerja yang saya miliki
terlampau banyak. Saya betanggung jawab
atas seluruh guru SMA/SMK, MTs seluruh
Kabupaten karanganyar, di tambah lagi usia
saya yang semakin lanjut, sehingga, menjadi
kendala utama saya dalam melaksanakan
kunjungan kesekolah-sekolah binaan saya.
Selain itu faktor ada faktor eksternal yaitu
perintah dari atasan saya dulu, agar supervisi
yang saya lakukan lebih terfokus pada
sekolah-sekolah dibawah naungan
KEMENAG
4. dokumen Jadwal kepengawasan (pengawas),
jadwal pengawasan kepala sekolah dan guru
220
senior, program kerja pengawas PAI, dan
RENSTRA kepengawasan di SMA Negeri
Jumapolo.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pengawas PAI, dalam
pelaksanaan supervisi pembelajaran masih belum maksimal, supervisi PAI lebih
difokuskan dengan model kelompok yaitu pada kegiatan MGMP Sehingga pelaksanaan
supervisi pembelajaran di SMA Negeri Jumapolo, dilakukan oleh Kepala sekolah dan
guru-guru senior.
221
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
PELKSANAAN SUPERVISI DI SMA NEGERI JUMAPOLO
Sumber Data :,02,03,04
Sumber Metode : Wawancaa, Dokumentasi dan Observasi
Kode
masalah
Kode data Kode
teknik
Isi ringkasan data
PS. CPD W. 1.B.03
W.1.B.04
W.01.B.02
O.1.B
W,D,O 1. Selama ini yang melaksanakan adalah guru-guru
senior yang sudah mempunyai sertifikat sebagai
acecor atau sebagai supervisor, satu orang acesor
mengawasi beberapa orang guru . adapun yang
mensupervisi saya adalah ibu “kus”, pelaksanaan
supervisi dilakukan layaknya seperti PPAI, acesor
masuk kelas untuk melaksanakan supervisi,
memeriksa kelengkapan administasi pembelajaran
2. Pelaksanaan supervisi salama ini dilkasanakan
oleh kepala sekolah dan guru senior, meskipun
guru senior mempunyai jumlah pengawasan lebih
banyak dari pada KEPSEK. Pelaksanaan
supervisi di SMA Negeri Jumapolo lebih sering
dilakukan anatara guru dan guru
3. Sebenarnya, pelaksanaan supervisi yang selama
ini dilaksanakan di SMA Negeri Jumpolo saya
serahkan pada tim, dimana tim tesebut terdiri
dipimpin oleh guru senior. Jumlah guru senior
yang sudah mempunyai sertifikat sebagai acesor
berjumlah empat orang. Keempat orang kemudian
bermusyawarah dengan guru untuk membentuk
team, dan setiap team dipimpin oleh guru senior
yang sudah bersertifikat menjadi acecor.
222
Sedangkan posisi saya sebagai kepala sekolah
hanya sebatas penanggung jawab kegiatan dan
pada setiap tahunnya guru-guru senior inilah akan
memberikan laporan tentang progres dari para
guru-guru yang ada dibawa binaanya.(W. 1.b.02).
4. Peneliti sebelumnya mendapat infomasi kapan
dilaksanakannya supervisi di SMA N Jumapolo.
Pada hari yang telah ditentukan peneliti tiba di
SMA Negeri Jumapolo pada hari jum’at pukul
09.30. WIB. Setibanya di sekolah peneliti
langsung masuk ke ruang Waka Kurikulum.
Selang beberapa waktu guru PAI yang hendak
mengajar pada saat itu datang berkonsultasi.
Sambil menunjukan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan dalam mengajar, Waka
kurikulum yang merupakan guru senior tersebut
memeriksa dan menkonfirmasikan tentang RPP
yang dibuat. Selanjutnya guru senior bersama
guru binaan bersama menuju ruang kelas.
Sesampai di kelas guru binaan masuk ke dalam
kelas sedangkan guru senior tetap duduk diluar
sambil memperhatikan apa yang akan
dilakukakan oleh guru binaan. Ketika guru binaan
melaksanalan KBM, guru senior memperhatikan
serta mengawasi kondisi kelas dari luar. Setelah
KBM selesai guru senior bersama dengan guru
binaan bertemu. Guru senior memberikan ulasan
atau evaluasi terhadap KBM yang dilaksanakan.
Setelah mengevaluasi selanjutnya guru senior
memberikan masukan bedasarkan hasil
pengawasan yang dilakukannya
5. Biasanya guru senior sebelum melaksanakan
223
kunjungan kelas, akan memanggil guru yang akan
disupervisi, guru senior akan memeriksa
kesesuain SK dan KD dengan materi
pembelajaran, kemudian menanyakan bagaimana,
metodenya, media yang digunakan serta
bagaiman evaluasinya, selanjutnya guru senior
bersama saya menuju kelas untuk mensupervisi
saya didalam kelas. Biasanya guru senior tidak
masuk ke dalam kelas tetapi guru senior berada
diluar kelas. Sambil melihat saya mengajar.
Setelah selesai mengajar saya bersama guru
senior kembali ke ruangan untuk tindakan balik
atau evaluasi, guru senior akan menjelaskan
dimana kelemahan-kelamah serta kekurangan-
kekurangan saya dalam mengajar.
6. Dukumen instrumen pengawasan yang terdiri dari
: admiistrasi guru dan penilaian RPP
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi dilakukan sesama
guru, ini menindikasikan bahwa supervisi model CPD yang telah dilkasanakan,
supervisimodel CPD merupakan supervisi yang dilakukan oleh guru, tetapi bersifat non
evaluatif. Adapundalam pelaksanaan supervisi bisa menggunakan supervisi klinis
sebagaimana yang tersirat dalam observasi dan wawancara terhadap guru PAI
224
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN KINERJAGURU MELALUI SUPERVISI
MODEL CPD
Sumber Data :,01,03,04,05
Sumber Metode : Wawancaa, Dokumentasi dan Observasi
Kode
masalah
Kode data Kode teknik DATA/ INFORMASI
P.PK.CPD W. 2.a.03
W.2.A.01
W.2B.05
W.02. c. 04
W.D.O 1. Ya. Kalau di Karanganyar pelaksanaan
MGMP dilkasanakan dua bulan sekali. Tapi
ketika ada acara-acara yang mendesak
maka dilaksanakan sesuka hati, misalnya
satu bulan ada sesuatu yang disampaikan
berarti kita juga pertemuan. . Jadi
karanganyar itu diawal semester itu
dikumpulkan dalam forum MGMP. Jadi
pembagian pembuatan RPP itu dibagi
semuanya setiap guru punya bagian masing.
Misalnya saya mendapat bagian tentang
akhlak terpuji jadi untuk akhlak terpuji saya
yang buat, muali dari awal sampai dengan
evaluasi saya yang buat, kemudian nanti
dikumpulkan disekertaris MGMP kemudian
baru disatukan. Jadi tidak semata-mata
Copy paste karena semuanya bertanggung
jawab untuk membuatnya
2. Adapun upaya-upaya yang saya lakukan
adalah: memberikan informasi tentang
berbagai kegiatan workshoop, menyarankan
guru PAI agar terlibat dalam kegiatan
MGMP, memberikan saran agar mengikutu
225
Study lanjut baik program beasiswa dari
KEMENAG ataupun biaya pribadi,
menyarankan agar guru PAI untuk aktif
dalam mengikuti Workshop dan kegiatan
MGMP
3. Kalau di MGMP, ada beberapa teman yang
sering mengikuti BIMTEK diluar, jadi
ketika mereka sudah selesai mereka
biasanya membeikan materi yang didapat
disampaikan kepada rekan-rekan guru yang
lain. Supervisi sejawat belum pernah, tetapi
kalau untuk mengajari tentang metode,
media atau misalnya si “A” membuat Power
Point ketika ngajar, kemudian ditularkan
kepada yang lain
4. Alhamdulillah, selama pelaksanaan MGMP
sejak saya memimpin kegiatan ini, para
guru selalu saling membantu saling
membimbing guru yang lain, yang belum
maksimal dalam perencanaan pembelajaran,
pemanfaatan metode dan media. Biasanya
ketika guru-guru PAI yang baru mengikuti
BIMTEK, workshoop, dan guru-guru yang
mempunyai pengalaman lebih tentang IT,
mereka akan saling berbagi ilmu dan saling
membantu dan melakukan sharing
5. Kalau kegiatan peer teaching, pernah
dilaksanakan dikegiatan MGMP, tepatnya
pelaksanaannya dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Karang Anyar
6. Pelaksanaan kegiatan MGMP yang
dilaksanakan di Kabupaten Karamganyar,
226
tidak saja terfokus pada pengembangan
kurikulm seperti silabus, RPP, penentuan
KKM, tetapi juga guru diberikan
kesempatan untuk belajar menilai temannya
dalam latihan mengajar, kegiatan latihan
mengajar yang biasa kami laksanakan
merupakan upaya meningktakan
ketrampilan guru dalam melaksankan
kegiatan belajar mengajar. Kami sangat
optimis bahwa dengan adanya latihan
mengajar sesama guru PAI, maka akan guru
PAI akan lebih baik dalam melaksankan
KBM
7. Di sekolah kami pernah melaksanakan
kegiatan peer teaching, dan kegiatan peer
teaching masih tetap dilakukan, tetapi
kegiatan ini tidak melibatkann semua guru.
Karena rata-rata guru disini sudah senior
dan sudah faham bagaimana cara mengajar
dengan baik. Oleh kaena itu kegiatan peer
teaching hanya difokuskan pada guru-guru
baru dan guru honorer saja
8. Jadi, kebiaasan di Jumapolo itu guru, saya
dengan guru yang lain sama dengan teman,
ketika ada permasalahan dikelas “mislanya
si ‘A” belum faham tentang tata cara
pembuatan RPP atau administrasi guru yang
lain, maka, guru yang lain akn membantu
dan membimbing guru yang belum faham
tentang tata cara pembuatan RPP atau
administasi guru
9. YA, guru-guru di sini, sangatlah terbuka,
227
artinya bahwa antara guru satu dengan guru
yang lain sangat membuka diri, tidak
mebedakan antara guru senior dan guur
yunior, dan juga biasanya ada diskusi-
diskusi kecil baik anatar guru satu rumpun
pelajaran atau lintas rumpun, mereka
berdiskusi tentang kenda;a atau problem-
problem yang mereka hadapi dalam KBM.
jadi setiap keputusan yang diambil yang
berkaitan dengan pembelajaran ataupun
masalah-masalah siswa, semua sudah
didiskusikan anatara guru, biasanya ini
dilakukan di ruang guru. inilah salah satu
faktor yang membuat saya betah mengajar
disini, walaupun saya bukan asli dai
jumapolo tapi saya merasa situasi yang ada
di sekolah saya ini, seperti dalam keluarga
10. Ya sering. Biasanya, yang lebih sering
saya lakukan dengan sesama rekan guru,
berkaitan dengan permasalahan
pembelajaran khususnya masalah anak-
anak yang belum bisa baca tulis Al-
qur’an, kemudian masalah penerapan
metode dan media pembelajaran
11. Data berupa dokumen adalah daftar hadir
kegiatan MGMP, foto kegiatan MGMP,
Foto Kegiatan Peer Teaching, program
kerja MGMP.
Peningkatan profesionalisme guru melalui supervisi model CPD dapat dilakukukan dalam
kegiatan MGMP ( peer supervision, peer teaching, curiculum development, serta dialog
profesional baik di MGMP ataupun sesama guru di SMA Negeri Jumapolo)
CA
TA
TA
N L
AP
AN
GA
N O
BS
ER
VA
SI
HA
RI/T
AN
GG
AL
: R
abu
, 20 Jan
uari 2
016
INF
OR
MA
N
: Guru
PA
I SM
A N
Jum
apolo
FO
KU
S
: P
RO
FE
SIO
NA
LIS
ME
GU
RU
JAM
: 12.1
0-1
3.3
0
TE
MP
AT
: Ruan
g K
elas SM
A N
Jum
apolo
KA
JIA
N/F
OK
US
KA
JIA
N
DE
SK
RIP
SI
MA
KN
A/IN
TE
RP
RE
TA
SI
Pen
ggunaan
Meto
de B
elajar,
Dan
Kesesu
aian A
ntara R
pp
KB
M
Pen
eliti tib
a di
SM
A
Neg
eri Ju
map
olo
pad
a
pukul 1
1.2
0 W
IT, p
eneliti b
esama g
uru
model
melak
sanak
an
shalat
dhuhur
berjam
a’ah.
Seb
elum
nya
pen
eliti dan
gu
ru
model
sudah
sepak
at bhw
a ak
an dilak
ukan
observ
asi kelas
ketik
a gu
ru m
odel m
engjar.
Setelah
shalat d
huhur selasai. P
eneliti b
esama
guru
model b
ersama-sam
a ked
alam ru
ang g
uru
di
SM
A N
Ju
map
olo
. K
emudian
guru
m
odel
men
unju
kan
peran
gkat
pem
belajaran
yan
g
berk
aitan ten
tang m
ateri yan
g
akan
diajark
an
Pelak
sanaan
p
embelajaran
m
yan
g
dilak
ukan
oleh
guru
model su
dah
berjalan
den
gan
baik
. G
uru
m
odel
ini
men
gin
dik
asikan
b
ahw
a guru
model
mem
pun
yai
kom
peten
si yan
g
baik
dalam
men
gelo
la pem
belajaran
.
Bed
asakan
h
asil observ
asi
tesebut
guru
m
odel
tesebut
terindik
asi seb
gai
gu
ru
Kod
e : O. 2
.a.0
3
pad
a hari
itu.
Pad
a pukul
12.
05
pen
eliti
bersam
a den
gan
guru
model m
enuju
ke ru
ang
kelas,
gu
ru
model
masu
k
ke
dalam
ru
angan
kelas
dan
pen
eliti han
ya
dilu
a k
elas. G
uru
model m
emperh
atiakn k
ondisi ru
angan
sejenak
kem
udian
guru
m
odel
men
gucap
kan
salam
kep
ada
siswa,
guru
m
odel
mem
erintah
kan
siswa/i
men
gelu
akan
A
lqur’an
yan
g
sudah
dib
awah
oleh
sisw
a/i, guru
m
odel
men
unju
k
salah
satu
siswa/i
untu
k
tampil
ked
epan
mem
impin
tem
an-tem
ann
ya
mem
baca
al-
qur’an
. G
uru
m
odel
lantas
berd
iri dan
berad
a
dib
elakan
g p
eserta did
ik sam
bil m
emperh
atikan
dan
m
enyim
ak ap
a yan
g dib
aca oleh
sisw
a/i.
Keg
iatan m
embaca
al-qur’an
dilk
ukan
selam
a
15
men
it den
gan
m
embaca
ayat-a
yat
pen
dek
(juz 3
0). S
etelah tad
arus q
u”an
selesai lalu g
uru
model m
ulai m
engab
sen sisw
a dan
men
anyak
an
apak
ah
btad
isudah
sh
alat dhua
dan
dhuhur
belu
m k
epad
a sisw/i. G
uru
model m
enjelask
an
materi
apayan
g
bak
an
dib
ahas
saat in
i dan
meto
de
apa
yan
g
dig
unak
ann
ya,
setelah
itu
guru
m
odel
men
yam
paik
an
SK
/ K
D
serta
tuju
an
pem
belajaran
. G
uru
m
odel
kem
udian
mem
bag
i siswa/i d
alam b
ebag
ai kelo
mpok y
ang
telah
disep
akati
sebelu
mn
ya.
Kem
udian
kelo
mpok
yan
g
bertan
ggun
g
jawab
untu
k
mem
presen
tasikan
m
akalah
nya
maju
d
an
pro
fesional.
Ten
tun
ya
hal
tyereb
ut,
did
asarkan
pad
a,
kem
ampuan
gu
ru
dalam
men
gelo
la kelas
den
gan
men
ggunk
an
meto
de
dan
pen
gu
asaan
kelas
yan
g
baik
mdalam
men
gajar
mem
presn
tasikan
kep
ada
siswa/i
yan
g
lain.
Selan
jutn
ya terjad
i dialo
g atau
saling b
ertanya
antara
satu
siswa/i
yan
g
ada
dalam
ru
nag
n
sehin
gga k
ondisi k
elas men
jadi “g
aduh
” kaen
a
interak
si dalam
disk
usi
an
tara sisw
a/i san
gat
baik
. G
uru
m
odel
han
ya
mem
perh
atikan
dan
men
catat p
ertanyaan
-pertan
yaan
dari
siswa
yan
g
aekiran
ya
siswa/i
tidak
bisa
men
jawab
nya.
Setelah
disk
usi
selesai guru
model m
emberik
an p
enguatan
atau m
eluru
skan
terhad
ap ap
a yan
g terjad
i dalam
disk
usi
tadi.
Selan
jutm
ya.
Di
akhir
pertem
uan
guru
m
odel
mem
beik
an
tugas
kep
ada
siswa/i
untu
k
mem
berik
an co
nto
h ten
tang ak
hlak
tepuji d
an
tercela yan
gterjad
i dalam
keh
idupan
sehai-h
ari.
Kem
udian
guru
m
enutu
p
pelajaran
den
gan
a
men
gu
capkan
ham
dala d
an salam
.
Ketera
ngan
: pad
a pen
elitian
ini,
pen
eliti tid
ak
berad
a did
alam
ruan
gan
kelas
tetapi
dlu
ar kelas.
Kondisi
ini
mem
udah
kan
pen
eliti untu
k
men
gam
ati kondisi
riil yan
g terjad
i seh
ingga
siswa
dan
guru
m
odel
tidak
m
easa
diaw
asi. Guru
model m
erupak
an g
uru
honorer y
ang su
dah
men
gajar selam
a kuran
g leb
ih satu
tahun.
CA
TA
TA
N L
AP
AN
GA
N O
BS
ER
VA
SI
HA
RI/T
AN
GG
AL
: R
abu, 2
2 Jan
uari 2
016
INF
OR
MA
N
: Guru
Sen
ior d
i SM
A N
Jum
apolo
.
FO
KU
S
: P
EL
AK
SA
NA
AN
SU
PE
RV
ISI
JAM
: 10.0
0-1
1.1
5 W
IB
TE
MP
AT
: Ruan
g G
uru
dan
Ruan
g K
elas SM
A N
Jum
apolo
KA
JIA
N/F
OK
US
KA
JIA
N
DE
SK
RIP
SI
MA
KN
A/IN
TE
RP
RE
TA
SI
Pelak
sanaan
sup
ervisi d
i SM
A
Neg
eri Jum
apolo
Pen
eliti seb
elum
nya
men
dap
at in
fom
asi kap
an
dilak
sanak
ann
ya su
perv
isi di S
MA
N Ju
map
olo
.
Pad
a hari y
ang telah
diten
tukan
pen
eliti tiba d
i
SM
A N
egeri Ju
map
olo
pad
a hari ju
m’at p
ukul
09.3
0.
WIB
. S
etiban
ya
di
sekolah
pen
eliti
langsu
ng
masu
k
ke
ruan
g
Wak
a K
urik
ulu
m.
Selan
g beb
erapa
wak
tu guru
P
AI
yan
g hen
dak
men
gajar
pad
a saat
itu
datan
g
berk
onsu
ltasi.
Sam
bil
men
unju
kan
peran
gkat
pem
belajaran
yan
g
akan
dig
unak
an
dalam
m
engajar,
Wak
a
kurik
ulu
m y
ang m
erupak
an g
uru
senio
r tersebut
mem
riksa
dan
m
enkonfirm
asikan
ten
tang
RP
P
Berd
asarkan
disk
ripsi
tesebut
mak
a, ap
a
yan
g d
ilakukan
oleh
guru
bin
aan d
an g
uru
senio
r adalah
siklu
s sup
ervisi, y
ang leb
ih
dik
enal
den
gan
su
perv
isi klin
is.
Bed
asarkan
h
al terseb
ut
sudah
men
unju
kan
bah
wa
superv
isi den
gan
model C
PD
telaah d
ilaksan
akan
. Glath
orn
men
jelaskan
bah
wa su
perv
isi model C
PD
dalam
pelak
sanaan
nya
dap
at
men
ggun
akan
superv
isi klin
is.
Kod
e : O. 1
. a. 0
1
yan
g
dib
uat.
Selan
jutn
ya
guru
sen
ior
bersam
a
guru
bin
aan
bersam
a m
enuju
ru
ang
kelas.
Sesam
pai d
i kelas g
uru
bin
aan m
asuk k
e dalam
kelas sed
angkan
guru
senio
r tetap d
uduk d
iluar
sambil
mem
perh
atikan
ap
a yan
g
akan
dilak
ukak
an
oleh
guru
bin
aan.
Ketik
a gu
ru
bin
aan
melak
sanalan
K
BM
, guru
sen
ior
mem
perh
atikan
serta
men
gaw
asi kondisi
kelas
dari
luar.
Setelah
K
BM
selesai
guru
sen
ior
bersam
a den
gan
gu
ru
bin
aan
bertem
u.
Guru
senio
r mem
berik
an u
lasan atau
evalu
asi terhad
ap
KB
M y
ang d
ilaksan
akan
. Setelah
men
gev
aluasi
selanju
tnya
guru
sen
ior
mem
berik
an
masu
kan
bed
asarkan
hasil
pen
gaw
asan
yan
g
dilak
ukan
nya.
Ibu
Kustiy
ani,M
.Pd.
meru
pak
an
guru
sen
ior
yan
g
ditu
nju
k
sebag
ai aceso
r/pen
gaw
asan
bag
i rek
an-rek
ann
ya.
Dalam
melak
sanak
an su
perv
isi, dilak
sanak
an secara in
form
al. Dim
ana p
engaw
as dalam
melak
sanak
an su
perv
isi tidak
telibat atau
men
ampak
an d
irinya d
idalam
ruan
h b
elajar, tetapi m
emilih
dilu
ar kelas. In
i dilak
ukan ag
ar KB
M b
etul-b
etul terlak
sana secara
alami b
ukan
did
asarkan
atas rekayasa.
Tabel . IV.1.
Jumlah Guru SMA Negeri Jumapolo
No Nama Guru Jab. Mengajar Tugas
Tambahan
1 2 4 6 7
1 Drs. Sardiyo,M.Pd Ka. Sek Ekonomi Kepala Sekolah
2 Antiek Ekowati,S.Pd Gr. SMA Biologi
3 Pratiwi Patsetyawati,S.Pd Gr. SMA Ekonomi
4 Kuwadi,S.Pd Gr. SMA Matematika
5 Drs. Dwi Susianto,M.Pd Gr. SMA Geografi Wks. Sarpras
6 Hardjono,S.Pd Gr. SMA Bhs. Indonesia Ka. PERPUS
7 Puryanudi,S.Pd Gr. SMA Sosiologi
8 Sri Respatiningsih, S.Pd Gr. SMA Bhs. Inggris
9 Dra. Partini Gr. SMA Sosiologi Wks. Ur.Humas
10 Sriyanto,S.Pd Gr. SMA Bhs. Inggris
11 Zainal Suparwi, S.Pd Gr. SMA Sejarah
12 Mustaqim, S.Pd.M.Pd. Gr. SMA Fisika
13 Harsono, S.Pd Gr. SMA Matematika
14 Dra. Sri Endah Hadi Gr. SMA Fisika
15 Sri Wahyuni, S.Pd Gr. SMA Bhs.Inggris
16 Suwato, S.Pd Gr. SMA Seni Budaya
17 TB. Hidayat K, S.Pd. M.Pd Gr. SMA Biologi
18 Drs. Sugiman Gr. SMA Matematika
19 Dra. Nunung Puwaningsih Gr. SMA Ekonomi
20 Kussetyaningsih,S.Pd.M.Pd Gr. SMA Bhs.Indonesia Wks.Kurikulum
21 Aris Tri margono, S.Pd Gr. SMA Penjas Orkes
22 Unindiati, S.Pd Gr. SMA Bhs. Indonesia
23 Drs. Suprihartoyo Gr. SMA Geografi
24 C. Tri Cahyono,S.Pd Gr. SMA Matematika
25 Sentot Pramono,S.Pd Gr. SMA Biologi
26 Sugiyarti,S.Pd Gr. SMA Kimia
27 Drs. Hartono Gr. SMA PKN
28 Hartanta, S.Pd Gr. SMA Ekonomi Wks. Kesiswaan
29 Sri Purwani,S.Pd Gr. SMA Bhs. Inggris
30 H. Dwihatmono,S.Pd Gr. SMA Sejarah
31 Agus Priyanto,S.Pd Gr. SMA Penjas Orkes
32 Meita Dwi Anggaeni, S.Pd Gr. SMA PKN
33 Dwi Handayani S.W,S.Pd Gr. SMA Kimia Ka.Laboratorium
34 Gandung Widaryatmo,SS Gr. SMA Bhs.jawa
35 Suryani,S.Pd Gr. SMA PKN
36 Drs.Paiman Gr. SMA Sejarah
37 Agus Dwihandoyo,S.Kom Gr. SMA TIK
38 Aminatun, S.Pd.I Gr. SMA PAI Wali Kelas XII
IPS
39 Anggraeni Wahyu.P, S.Pd Gr. SMA Bhs. Jawa
40 Marjuki, S.Pd Gr. SMA Seni Budaya
41 Pujonirmolo, S.Pd Gr. SMA Bhs.Inggris
42 Sri Rohmawarti, S.Pd Gr. SMA Sosiologi
43 Suryani, S.Pd Gr. SMA BP/BK
44 Drs. Suyatmo Gr. SMA Kimia
45 Heri Nugroho, S.Pd,M.Pd Gr. SMA Bhs. Indonesia
46 Nita Dwi Hapsari, S.Pd Gr. SMA Fisika
47 Endang Prihatin, S.Pd Gr. SMA Matematika
48 Budi Heri Nurjaya, S.Kom GTT TIK
49 Isnaini, S.Sos.I GTT BP/BK
50 Sri Rahayu, S.Pd GTT Bhs. Indonesia
51 Dwi Daryati, S.Pd GTT Bh. Inggris
52 Wahyu Setyowati, S.Pd GTT BP/BK
53 M. Ichwan Fauzi, S.Pd GTT TIK
54 Dwi Setyo Nugroho, S.Pd GTT Penjas Orkes
55 Sabari, S.Pd.I GTT PAI/Bhs.Arab
56 Arin Dartadi, S.Pd.I GTT PAI
57 Suwandi, S,Pd.I GTT PAI
58 Nyenik, S.Ag Gr. Kunjung PA.Katolik
59 Eni Sumartini, S.Pd.K Gr. Kunjung PA. Kristen
60 Pranowo Sumarso,S.Pd Gr. Kunjung Kimia
61 Ika Setyanti, S.Pd Gr. Kunjung Biologi
( dikutip berdasarkan SK Kepala Sekolah Pembagian Tugas Mengajar)
Ta
bel.IV
.11
.
Pro
gram
Sem
ester
PR
OG
RA
M S
EM
ES
TE
R G
AS
AL
KE
LA
S X
II TA
HU
N P
EL
AJ
AR
AN
20
15
/201
6
Nam
a Guru
: AM
INA
TU
N
Nam
a Seko
lah
: SM
A N
egeri Ju
map
olo
NIP
: 19
86
12
02
20
100
1 2
032
Mata P
elajaran
: Pen
did
ikan
Agam
a Islam
NO
K
OM
PE
TE
NS
I DA
SA
R
WA
KT
U
Juli
Ag
ustu
s S
epte
mb
er O
kto
ber
No
vem
ber
Dese
mb
er
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
Pen
yu
sunan P
rogra
m
2
Jam
L
L
L
2
2
3.1
Men
gan
alisis Q.S
. Ali Im
ran (3
): 19
0-1
91
,
dan
Q.S
. Ali Im
ran (3
): 15
9, serta h
adits ten
tang
berp
ikir k
ritis dan
bersik
ap d
emo
kratis.
I I
I
U
U
B
B
B
L
L
3
Jam
U
U
U
3
A
A
3
4.1
.1 M
emb
aca Q.S
. Ali Im
ran (3
): 19
0-1
91
dan
Q.S
. Ali Im
ran (3
): 15
9; sesu
ai den
gan
kaid
ah tajw
id d
an m
akhraju
l huru
f.
R
R
R
N
N
G
G
3
Jam
S
S
S
3
A
A
4
4.1
.2 M
end
emo
nstrasik
an h
afalan
Q.S
. Ali
Imran
(3): 1
90
-19
1 d
an Q
.S. A
li Imran
(3): 1
59
den
gan lan
car.
E
E
E
N
P
P
N
6
Jam
M
M
M
3
3
E
E
5
3.3
Mem
aham
i mak
na im
an k
epad
a hari
akhir.
6
Jam
E
E
E
3
3
T
M
M
A
6
4.3
Berp
erilaku y
ang m
encerm
inkan
kesad
aran b
eriman k
epad
a Hari A
khir
S
S
S
E
M
A
A
K
3
Jam
T
T
T
3
N
A
D
D
H
7
3.5
Mem
aham
i hik
mah
dan m
anfaa
t saling
men
asih
ati dan
berb
uat b
aik (ih
san) d
alam
keh
idup
an.
E
E
E
G
S
A
A
I
3
Jam
R
R
R
3
E
A
T
T
R
8
4.5
Men
yajik
an h
ikm
ah d
an m
anfaa
t saling
men
asih
ati dan
berb
uat b
aik (ih
san) d
alam
keh
idup
an
A
A
A
H
A
A
3
Jam
N
N
N
3
J
N
N
S
9
3.6
Mem
aham
i kete
ntu
an p
ernik
ahan d
alam
3
Jam
3
S
E
E
Islam
.
10
4.6
Mem
perag
akan
tata cara pern
ikahan
dala
m Isla
m.
6
Jam
D
3
3
E
D
M
11
3.7
Mem
aham
i hak d
an k
edud
ukan w
anita
dala
m k
eluarg
a berd
asark
an h
uk
um
Islam
A
M
A
E
3
Jam
N
E
3
S
12
4.7
Men
yajik
an h
ak d
an k
edu
dukan w
anita
dala
m k
eluarg
a berd
asarkan h
uk
um
Islam
.
S
T
3
Jam
P
T
3
E
13
3.9
Mem
aham
i strategi d
akw
ah d
an
perk
em
ban
gan Isla
m d
i Ind
on
esia
3
Jam
U
E
3
R
14
4.9
Men
desk
ripsik
an strate
gi d
akw
ah d
an
perk
em
ban
gan Isla
m d
i Ind
on
esia
A
R
3
Jam
S
3
15
Ulan
gan
Haria
n
4
Jam
A
2
2
JU
ML
AH
#
J
am
0
0
0
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
0
3
3
3
3
2
2
0
0
0
0
0
0
Men
getah
ui:
Karan
gan
yar, Ju
li 201
5
Kep
ala SM
A N
egeri Ju
map
olo
Guru
Pen
did
ikan A
gam
a Islam
Drs. S
ardiy
o, M
.Pd
Am
inatu
n, S
.Pd
.I
NIP
. 19
641
00
2 1
99
103 1
003
NIP
. 19
861
202
20
10
01
2 0
32
PR
OG
RA
M S
EM
ES
TE
R G
EN
AP
KE
LA
S X
II TA
HU
N P
EL
AJ
AR
AN
20
15
/201
6
Nam
a Guru
: AM
INA
TU
N
Nam
a Seko
lah
: SM
A N
egeri Ju
map
olo
NIP
: 19
86
12
02
20
100
1 2
032
Mata P
elajaran
: Pen
did
ikan
Agam
a Islam
NO
K
OM
PE
TE
NS
I DA
SA
R
WA
KT
U
Januari
Peb
ruari
Maret
Ap
ril M
ei Ju
ni
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
Pen
yu
sunan P
rogra
m
2
Jam
2
1
3.2
Men
gan
alisis Q.S
. Luq
man (3
1): 1
3-1
4
dan
Q.S
. Al-B
aqarah
(2): 8
3, serta h
adits ten
tang
saling m
enasih
ati dan
berb
uat b
aik (ih
san).
3
Jam
3
2
4.2
.1 M
emb
aca Q.S
. Luq
man (3
1): 1
3-1
4 d
an
Q.S
. Al-B
aqarah
(2): 8
3 sesu
ai den
gan k
aidah
tajwid
dan
makhraju
l huru
f.
U
U
U
A
A
A
6
Jam
3
3
S
S
N
3
4.2
.2 M
end
emo
nstrasik
an h
afalan
Q.S
.
Luq
man (3
1): 1
3-1
4 d
an Q
.S. A
l-Baq
arah (2
):
83
den
agn lan
car.
3
Jam
3
4
3.4
Mem
aham
i mak
na im
an k
epad
a Qad
ha
dan
Qad
ar 6
Jam
3
3
5
4.4
Berp
erilaku y
ang m
encerm
inkan
kesad
aran b
eriman k
epad
a Qad
ha d
an Q
adar
Alla
h S
WT
3
Jam
3
6
3.8
Mem
aham
i kete
ntu
an w
aris dala
m Isla
m.
6
Jam
3
3
7
4.8
Mem
prak
tikkan
pela
ksa
naan
pem
bag
ian
waris d
alam
Islam
3
Jam
3
8
3.1
0 M
engan
alisis fakto
r-fakto
r kem
ajuan
dan
kem
und
ura
n p
eradab
an Isla
m d
i dunia.
3
Jam
3
9
4.1
0 M
end
eskrip
sikan fa
kto
r-fakto
r kem
ajuan
dan
kem
und
ura
n p
eradab
an Isla
m d
i dun
ia. 3
Jam
3
14
Ulan
gan
Perb
aikan
(Rem
idi)
4
Jam
2
2
JU
ML
AH
#
J
am
0
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Men
getah
ui:
Karan
gan
yar, Ju
li 201
5
Kep
ala SM
A N
egeri Ju
map
olo
Guru
Pen
did
ikan A
gam
a Islam
Drs. S
ardiy
o, M
.Pd
Am
inatu
n. S
.Pd
.I
NIP
. 19
641
00
2 1
99
103 1
003
NIP
. 19
861
202
20
10
01
2 0
32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri Jumapolo
Semester / Seri : 2 / 1
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Topik : Sikap toleran, rukun dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
Materi Pokok : Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32 dan Hadits
Alokasi Waktu : 3 X (45 menit) Jam Pelajaran
Jumlah Pertemuan : 1 X Pertemuan
A. Kompetensi Inti :
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro- aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.2 menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32, serta hadits
tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
4.3 menjelaskan tentang menghindarkan diri dari tindak kekerasan
4.4 memberikan contoh menghindarkan diri dari tindak kekerasan dan
solusi
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2 Mampu menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32, serta
hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
4.3 Mampu menjelaskan tentang menghindarkan diri dari tindak kekerasan
4.4 Mampu memberikan contoh menghindarkan diri dari tindak kekerasan dan solusi
D. Materi Pembelajaran
Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32, serta hadits tentang toleransi dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan. (terlampir)
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasiw
aktu
Pendahuluan
Memberikan salam
Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
belajar
Menanyakan kehadiran siswa
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Tanya jawab materi sebelumnya
Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point.
20 menit
Inti Mengamati
- Melihat tayangan gambar tindak kekerasan
Menanya
- Mengajukan pertanyaan tentang tayangan gambar
(stimulus)
- Menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan MPA
- Membagi kelas menjadi 5 kelompok, masing-masing
kelompok mendapat tugas
Eksperimen/Eksplor
- Masing-masing kelompok mengerjakan tugas dengan
bekerja sama
- Masing-masing kelompok memasang/mempersiapkan hasil
kerjasamanya untuk dijual
Assosiasi dan Komunikasi
- Masing-masing kelompok menunjuk yang menjaga stand
(menjelaskan hasil kerjanya)
- Masing-masing anggota saling berbelanja informasi
pekerjaan kelompok lain.
- Menanyakan hal yang belum jelas dan belum lengkap
kepada penjaga
- Anggota yang berbelanja menjelaskan hasil belanjannya
kepada penjaga stand
- Menyajikan informasi tentang sebab dan akibat terjadinya
tindak kekerasan.
90 menit
Penutup
Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru
menyimpulkan materi
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan
25 menit
Kegiatan Deskripsi Alokasiw
aktu
pembelajaran
Guru memberi tugas siswa mencari berita dari media
elektronik maupun cetak tentang perilaku tindak kekerasan,
kemudian diberi komentar sesuai dengan pendangan Al-
Qur’an dab Hadits.
Menutup KBM dengan membaca Hamdalah.
F. Penilaian Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. PENILAIAN PENGETAHUAN
a. Jenis Penilaian : 1. Non tes
b. Teknik Penilaian : 1. Presentasi
2. Pengamatan
3. Hasil kerja kelompok
E. Instrumen : terlampir
2. ASPEK AFEKTIF
Isilah pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan sikapmu yang sebenarnya
dengan cara mencontreng ( √ ) pada kolom yang tersedia
Lampiran 2 : Format Penilaian Proses bealajar
FORMAT PENGAMATAN SIKAP
No Nama Siswa Disiplin
Tanggung
jawab Peduli
Kerja
keras
A b C a b c a b c a b C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
INTERNALISASI AKHLAK MULIA
No Pernyataan Setuju
tidak
setuju
tidak
tahu alasan
1 Umat Islam tidak boleh mengi- …… …… ….. ……
kuti ibadah agama lain
2 Kaum perusak agama adalah …… …… ….. ……
orang yang mencampur aduk-
kan ajaran Islam dengan ajaran
kemusyrikan
3 Umat Islam dengan penganut …… …… ….. ……
Agama lain boleh bertoleransi
selama tidak menyangkut aqi-
dah dan ubudiyah
4 Di dunia ini umat Islam terpecah …… …… ….. ……
belah fahamnya, namun masih
dapat disatukan dengan pe-
doman kesamaan aqidah
5 Umat Islam boleh bergaul de- ….. …. …. …..
ngan bangsa-bangsa barat
(Eropa dan Amerika)
6 Orang Islam yang murtad sam- ….. …. …. …..
pai mati kelak termasuk orang
yang zalim dan akan diazab di
neraka
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
PENGAMATAN
INDIKATOR KOMPETENSI INTI 1 DAN 2
1. Disiplin
a. Selalu hadir di kelas tepat waktu
b. Mengerjakan LKS sesuai petunjuk dan tepat waktu
c. Mentaati aturan main dalam kerja mandiri dan kelompok
2. Tanggung jawab
a. Berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh
b. Bertanya kepada teman/guru bila menjumpai masalah
c. Menyelesaikan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya
d. Partisipasi dalam kelompok
3. Peduli
a. Menjaga kebersihan kelas, membantu teman yang membutuhkan
b. Menunjukkan rasa empati dan simpati untuk ikut menyelesaikan masalah
c. Mampu memberikan ide/gagasan terhadap suatu masalah yang ada di sekitarnya
d. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya
4. Kerja keras
a. Mengerjakan LKS dengan sungguh-sungguh
b. Menunjukkan sikap pantang menyerah
c. Berusaha menemukan solusi permasalahan yang diberikan
PEDOMAN PENILAIAN:
a. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan karakter siswa pada kondisi awal
dengan pencapaian dalam waktu tertentu.
b. Hasil yang dicapai selanjutnya dicatat, dianalisis dan diadakan tindak lanjut.
.
G.Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
a. Alat / Bahan : Al Qur’an
Power point, Video, LCD, Laptop. Kertas plano, spidol.
b. Sumber Belajar : Buku PAI Kls XI Kemdikbud
Al-Quran dan Al-Hadits
Buku tajwid
Kitab tafsir Al-Qur’an
Buku lain yang menunjang
Multimedia interaktif dan Internet
Karanganyar, Oktober 2015
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Kepala SMA Negeri Jumapolo Pendidikan Agama Islam
Lampiran
MATERI
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab
dan sopan santun membaca Al Qur’an.
Q.S. Al Yunus : 40 - 41
Q.S. Al Kahfi : 29
1. Terjemahan ayat
Terjemahan Q.S. Yunus, 10 : 40 - 41 adalah :
Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur’an), dan
diantaranya ada (pula) ada orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. (40)
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu ( Muhammad), maka katakanlah, “ bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku pun tidak pertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (41)
2. Kandungan o Sikap atau pandangan manusia setelah Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rosul dan
membawa kitab suci Al Qur’an, ada golongan manusia yang mengimaninya dan ada
golongan yang tidak mengimaninya.
o Allah SWT Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang taqwa yang
senantiasa berbuat kebaikan (muhsinin) dan orang-orang kafir yang berbuat kerusakan
dimuka bumi (mufsidin) .
o Sebagai orang yang beriman wajib mengajak kepada manusia ke jalan yang benar
sesuai dengan petunjuk Al Qur’an. Jika mereka bersikukuh pada pendiriannya maka
kita tidak bisa memaksanya, bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Seseorang
tidak akan memikul dosa orang lain, tetapi masing-masing akan memikiul dosanya
sendiri-sendiri ( Q.S. Saba, 34 : 25)
3. Penjelasan Qur’an Surat Yunus merupakan surat yang ke 10 terdiri atas 109 ayat, termasuk surat-
surat Makiyyah kecuali ayat 40,94,95 yang diturunkan di Madinah. Dinamai “surat Yunus”
karena dalam surat ini ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya yang
teguh imannya.
Umat manusia setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT
yang terakhir terbagi menjadi dua golongan. Ada golongan yang membenarkan terhadap
kerasulan Nabi Muhammad serta mengimani kebeneran Al Quran, tapi juga ada golongan
yang mendustakan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan mengingkari Al
Qur’an. Allah memberikan penghargaan bagi yang mengimaninya diberikan hak masuk
surga. Tetapi sebaliknya bagi orang yang mengingkarinya diberikan haknya di neraka.
Bagi orang yang telah beriman ( umat Islam ) harus berpendirian teguh terhadap
kebenaran yang telah diyakininya bahwa nabi Muhammad adalah rosul yang diutus Allah
yang terakhir, tidak ada rosul sesudahnya. Dan yakin bahwa Alqur’an merupakan kitab suci
yang benar, umat Islam harus menjadikannya sebagi pedoman hidup sampai akhir zaman.
Dan umat Islam harus yakin bahwa apa-apa yang datangnya dari Al Qur;an dan sunah
Rosul adalah benar tidak ada keraguan sedikitpun kepada keduanya.
Ayat tersebut juga mengisyaratkan kepada umat Islam apabila ada orang yang berbeda
sikap dab pandangan dengan kita, dimana sikap dan pandangan orang tersebut menurut
kita salah, kita wajib mengajaknya agar kembali kepada kebenaran sebagaimana yang
tertulis dalam Al Qur’an. Namun apabila mereka bersikukuh terhadap pendiriannya maka
kita tidak boleh memaksanya. Setiap manusia akan bertanggung jawab apa yang
diperbuatnya besuk di akherat ketika kita menghadap Allah SWT
1. Bacaan dan Penjelasan Tajwid
Bacalah ayat berikut dengan tartil dan fasih. Kemudian salin kembali
dengan benar dan baik.
2. Terjemahan ayat
Terjemahan Q.S. Al; Kahfi, 18 : 29 adalah :
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datingnya dari Tuhanmu; dan
barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa
menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka
bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan
(minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah.
(Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (29)
3. Kandungan Ayat
o Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan yang salah datangnya dari selain
Allah SWT.
o Manusia itu bebas memilih untuk menentukan pilihan apakah ia mau beriman atau
ingkar kepada Allah SWT (kafir).
o Pilihan manusia akan mengandung konsekuensi kehidupan di akherat. Bagi orang yang
menganut agama yang benar (Islam) maka Allah SWT akan menyediakan balasan
surga. Sebaliknnya orang yang berbuat zalim dan kafir akan dimasukkan ke dalam api
neraka.
4. Penjelasan
Qur’an Surat Al Kahfi merupakan surat yang ke 18 terdiri atas 110 ayat, termasuk
golongan ayat Makiyyah. Dinamai “Al Kahfi” artinya “Gua” dan “ashhabul Kahfi”
artinya: “ penghuni-penghuni gua”. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam
surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam
gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita
dalam surat ini yang kesemuanya mengandung I’tibar dan pelajaran yang amat berguna
bagi kehidupan manusia. Pada sejarah manusia yang dilukiskan dalam ayat tersebut Allah
menunjukkan Kemaha Kuasaan Allah terhadap segala yang terjadi di alam ini.
Dalam ajaran Islam melarang penganutnya memaksa orang lain untuk masuk Islam
(lihat Q.S. Al Baqarah ayat….).Umat Islam diharuskan tegas kepada keyakinan
aqidahnya, namun didorong untuk bersikap dan berperilaku toleran terhadap umat agama
lain (non Islam), diharapkan dapat bekerjasama yang berkaitan dengan muamalah sehingga
tumbuh kedamaian dan kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan memilih agama merupakan hak Asasi Manusia yang tercantum dalam
piagam PBB tentang Hak-hak Asasi Manusia yang biasa disebut “The Universal
Decl;aration oh Human Rights” pasa 18 yang tercantum dalam Declarasi Kairo tentang
Hak-hak Asasi Manusia pasal 10. Di Indonesia tercantum pada Undang-undang Republik
Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab III pasal 22.
Berbahagialah umat manusia yang telah masuk Islam dan telah dapat mengamalkan
ajaran-ajarannya. Allah akan memberikan rahmat dan karunia-Nya baik di dunia mapun di
akherat.( simak Qur’an Surat Al Mukminun 1 – 11 )
Hadits yang berkaitan
Artinya: “Dari Anas ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah)
yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga
dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari Muslim)
Melalui hadis di atas, Rasulullah saw. mengajak kepada umat Islam untuk
saling menghargai, saling menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.
Tes
Tes kemampuan kognitif dengan bentuk tes soal – soal pilihan ganda dan uraian
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat!
1. Sikap toleransi adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi dalam interaksi
sosial masyarakat karena ....
a. toleransi terdapat pada undang-undang
b. toleransi menenteramkan kehidupan masyarakat
c. toleransi diajarkan di sekolah
d. toleransi bukan syarat utama dalam masyarakat
e. toleransi merupakan terpecahnya solidaritas
2.Pada kalimat di atas secara berurutan mengandung hukum bacaan:
a. ikhfā, idgām bigunnah, izhar dan iqlāb
b. izhar halqi, idgām bigunnah dan idgām mimmi
c. izhar halqi, idgām mimmi dan idgām bilagunnah
d. ikhfa’, idgām mimi dan idgām bilagunnah
e. izhar, idgām mimi dan idgām bigunnah
3. Bentuk toleransi dalam perbedaan pendapat dapat diwujudkan dengan cara ....
a. mengedepankan pembenaran sepihak
b. melakukan pengamanan atas jalannanya diskusi
c. membiarkan suasana tegang
d. mengedepankan kesepakatan untuk dialog
e. menyelesaikan masalah dengan cara anarkis
4. Q.S. Yūnus ayat: 41 mengajarkan pada kita, dalam menyikapi orang-orang
yang mendustkan al-Qur’ān, dengan cara mengatakan...
a. bagiku agamaku dan bagimu agamamu
b. bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu
c. kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
d. Tuhanku tidak sama dengan Tuhanmu
e. aku tidak bertanggung jawab atas pekerjaanmu
5. Di bawah ini adalah beberapa manfaat dari toleransi antarumat beragama
kecuali ....
a. menyadari bahwa hidup ini tidak bisa terlepas dari orang lain
b. bepikir positif terhadap keberadaan agama lain
c. memaksa penganut agama lain untuk masuk Islam
d. membangun tradisi dialog antaragama
e. saling menghormati dan menghargai pemeluk agama lain
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!
1. Mengapa kita harus berperilaku toleransi?
2. Jelaskan isi Q.S. al-Māidah/5: 32!
3. Kemukakan pendapatmu jika ada pemimpin yang membiarkan adanya intoleransi!
4. Sebutkan hadis yang menjelaskan pentingnya sikap toleransi!
5. Mengapa kita dianjurkan untuk berkompetisi dalam kebaikan?
158
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia (2006) Al-qur’an al-Karim dan
Terjemahan Bahasa Indonesia, Kudus: Menara Kudus.
Effendy, Muchtar. (1996). Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam. Jakarta: Bhratara
Fathurahman, Muhammad dan Ruhyanani, Hindama. (2015). Sukses Menjadi
Pengawas Sekolah Ideal. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Glathorn.A. A. (1984). Differentianted Supervision Alexandria. Va Association
For Supervisor And Curriculum Development
Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta:
Bumi Aksara
Ghazali, Imam. (1990) Ihya’ Ulumuddin. Semarang Asy syifa
Imron, Ali. (2011). Supervisi pembelajaran tingkat satuan pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara
Kunandar (2014) Guru Profesional (Implemntasi Kurikulum Tingkat satuan
Pendiidkan( KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru) Jakarta: Rajawali
Pers
Masaong, Abdul Kadim.(2013). Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan
Kapasitas Guru Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru.
Bandung: Alfabeta
Mudlofir, Ali. (2012). Pendidik Profesional. Strategi dan Aplikasinya. Dalam
Peningkatan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Maunah,Binti. (2009). Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik.Yogyakarta:
Sukses Offset
Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Rosda
Karya
Muhadjir, Noeng. (1992). Metodologi Penelitian Kualitatif (Telaah Positivistic,
Rasionalistik, Phenomenologik, Relisme Methphisik)Yogyakarta: Rake
Sarasin
159
Muslim, Sri Banun.(2010). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalosme Guru. Mataram : Alfabeta
Priansa, Donni Junni .(2014). Kinerja dan Profesioanlisme Guru. Bandung:
Alfabeta
Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono.(2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media
Purwanto, Ngalim. (1992). Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Rosda Karya.
P.Robbins Stephen dan A. Judge, Timothy (2007). (Perilaku Organisasi
Organization Behavior). Edisi 12. Jakarta. Salemba Empat
Rohmat. (2012). Pilar Peningkatan Mutu Pendidikan. Yogyakarta. Cipta Media
Aksara
Sagala, Syaiful. (2009) Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:
Alfabeta
Sehertian.Piet.A.(1994). Dimensi Admistrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Sehartian. Piet dan Sehartian. Ida Alaida. (1992). Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Program InService Educvation. Jakarta: Rineka Cipta
Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Sagala, Syaiful. (2013). Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Alfa Beta
Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran. Dalam Profesi Pendidikan.
Bandung: Alfa Beta.
Ghazali, Muhammad. (2010). Strategi Kepengawasan Dalam Meningkatkan
Ptofesionalitias Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN) di Kota Banjarmasin. Tesis IAIN Antasari
Banjarmasin
Sulistini, Ninik. (2014). Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya
Meningkatkan Profesionalisme Guru Study Kasus di SMP Penda
Tawanmangu. Tesis IAIN Surakarta.
160
Suwanti. (2013).Pelaksanaan Kepengawasan Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Di Kecamatan Mojogedang
Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Tesis IAIN
Surakarta
Kate Ferguson-Patrick.Professional development of early career teachers:
Apedagogical focus on cooperative learning. Journal University of
Newcastle in Educational Research, 21 februari 2011.
Yudhiani,Indah. (2014). “Manajemen Lesson Study sebagai teknik supervisi
kolegial di SMPN 1 Pandaan, SMPN 2 Grati, dan SMPN 1
Gondangwetan” Jurnal Pendidikan Humaniora (Vol. 2) No. 2, Hal 164-
175, Juni 2014
Sudrajat,Akhmad. (2013). Merintis Supervisi Akademik Model Coorperative
ProfesionalDevelopment
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/11/06/merintis-supervisi-
akademik-model-cooperative-development/. Diakses Pada Tanggal 9
Oktober 2015