i
PEMAKNAAN
ORANG MUDA KATOLIK (OMK) YANG AKTIF
PADA KEGIATAN GEREJA
(Sebuah Studi Fenomenologi di Paroki Pugeran, Kevikepan DIY, Keuskupan Agung Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
YANUAR PRIHASTOMO
02 9114 006
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Semakin kita mencari tahu,
semakin sadar bahwa kita tidak
tahu apa-apa
(Socrates)
“ Tak ada orang yang terlahir jenius. Berusaha
mengasah kemampuan & berjuang dengan segenap
hati, itulah yang dinamakan dengan jenius sejati... ”
(Harlem Beat)
Diam dan mendengarkan, atau berbicara dan mencari tahu?
Sebenar-benarnya pada akhir nanti engkau akan tahu, dan
memilih.
Akan menjadi bijak, atau hebat…
Atau mungkin kedua-duanya…
(Ieyasu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta dan kasih, kupersembahkan karya ini kepada:
Allah Bapa, Penyelenggara Alam Semesta
Yesus Kristus, Guru kehidupanku
Bapak dan Ibu; kepercayaan Tuhan untukku
Kakak dan adikku
Sahabat serta teman-teman; “kekasih hati” dalam kesetiaan dan
kebersamaan
Hal apapun; yang telah saling “memperkaya”
Pemikir-pemikir hebat sepanjang masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PEMAKNAAN ORANG MUDA KATOLIK (OMK) YANG AKTIF
KETIKA BERPERAN PADA KEGIATAN GEREJA
(Sebuah Studi Fenomenologi di Paroki Pugeran, Kevikepan DIY, Keuskupan Agung Semarang)
Yanuar Prihastomo
ABSTRAK
Desain penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui proses pemaknaan orang
muda katolik (OMK) yang aktif ketika berperan pada kegiatan Gereja. Peneliti tertarik terhadap fenomena ini karena adanya suatu dinamika kehidupan yang menarik. OMK dengan kesibukannya menjalani tugas perkembangan, dihadapkan pada pilihan kegiatan-kegiatan Gereja. Keadaan seperti ini ternyata tidak menyurutkan minat OMK untuk selalu meluangkan waktunya mengisi kegiatan Gereja. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya pemaknaan kegiatan Gereja bagi mereka. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 orang muda katolik yang hidup dan berkegiatan di paroki Pugeran, Yogyakarta. Subjek diperoleh dengan berdasar pada pedoman penelitian kualitatif, yaitu sampel harus berfokus pada intensitas. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara yang mendalam. Analisa penelitian ini menggunakan modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994). Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity, yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan kegiatan Gereja bagi OMK adalah sebagai proses pembentukan/pencapaian identitas diri. Proses pembentukan/pencapaian identitas adalah ketika individu mampu mengintegrasikan potensi-potensi, ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial, menjaga pertahanan terhadap ancaman, serta mampu memutuskan peran-peran yang cocok bagi dirinya (Erikson, 1974). Jadi proses pembentukan/pencapaian identitas diri OMK terjadi karena adanya kebutuhan, kesadaran, dan keinginan yang terkombinasi dengan sosio-historis yang unik dan khas dari keluarga Kristiani dan Gereja. Kata kunci: Identitas diri, orang muda katolik, Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
UNDERSTANDING THE CATHOLIC YOUTH (OMK) WHO ACTIVELY INVOLVED
IN CHURCH ACTIVITIES
(A Phenomenological Study in Pugeran Parish, Yogyakarta Special Province, Semarang Diocese)
Yanuar Prihastomo
ABSTRACT
This phenomenological research aimed to figure out the understanding process of
Catholic Youth (OMK) who actively involved in Church activities. The researcher feels anxious to see this phenomenon due to the interesting life dynamism these young people had. OMK, in which has many activities to do as an actualization of their responsibility in living their life process, had to deal with Church activities. In fact, this condition did not decrease their interests in spending their time to take part in Church activities. Based on such phenomenon, the researcher is eager to find out what is the meaning of Church activities for them. There are three Catholic youth who live and actively involved in Pugeran Parish, Yogyakarta taken as the subject of this research. These three subjects were taken based on qualitative research orientation, in which the subjects should focus on intensity. Data collection was gained through deep interviews. The writer uses modified Moustakas’ (1994) Stevick-Colaizzi-Keen method in research analysis. The data verification was taken through inter-subjective validity process. In this process, the researcher’s and the subjects’ understanding were re-examined through reciprocity interaction which also called back-and-forth. The result of this research shows that the meaning of Church activities for OMK is as a part of self identity figuration/achievement process. What is meant by self identity figuration/achievement process here is when an individual is able to integrate potentials, have identifying skills together with those who are having the same agreement, and able to adapt with social environment, to maintain the protection from threat, and able to decide suitable roles for themselves (Erikson, 1974). In conclusion, self identity figuration/achievement process of OMK occurred from the needs, awareness and desires combined with unique and special characteristics of socio-historical backgrounds in Christian family and church. Keywords: phenomenology, self-identity, catholic youth, church
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah Bapa di Surga atas rahmat
dan kekuatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selesainya penulisan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.
2. Yesus Kristus dengan ajaran-ajaran kehidupanNya
Allah Bapa yang telah memberikan kesempatan ‘coretan tak berarti’ ini
berada di kanvas agungNya.
3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Faultas Psikologi atas
kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.
4. Ibu Titik Kristiani, M. Psi., dan Ibu Tanti Arini, M. Psi. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah bekerja keras membimbing selama
masa studi dengan penuh kesabaran, serta mencurahkan perhatian dengan
sepenuh hati.
5. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan saran, bimbingan, dan dorongan dengan penuh
kesabaran. Maaf, Pak Didik. Saya pernah seperti domba yang sempat
(meng)hilang….
6. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya
dapat selama kuliah di fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Muji, Mas Doni, dan
para cleaning service. Terima kasih atas bantuannya selama ini. Bagi kami, Anda adalah
pahlawan mahasiswa.
8. Semua teman-teman Psikologi, antara angkatan ’98 sampai ’08 yang tidak bisa kami
sebut satu-persatu. Terima kasih atas dinamikanya selama ini.
9. Bapak Muhabdan, Ibu Anna Suparti, mbak Asih dan mas Edi, Danna, Lik Uri, Lik Mah
dan Nur serta semua saudaraku, terima kasih atas segala perhatian, kesabaran, dukungan,
dan doa yang telah diberikan.
10. The Tumindak Ngiwo (Kopeto, Windra, Neri, Achong Yo’i, Wawan, Aris, Ganyong,
Barjo, Suko, Dika, Doni, Laura, Almh. Cynthya Dewi Putri, Alm. Michael Cahyo
Pamungkas, Danang, Pak Guru Purwoko, Alit, Sigot, Eyang, Imam, Mbak Ayu’, Cik
Seni; nuwun yo, cik..hehe, Yoga, Ciput, Dik Sari, Klowor, Ricky, Itong, Berta, Min-
min, Sisir, Ine’ dan semua ‘anggota-anggotanya’). Tujuh tahun telah menjadi keluarga
besar kedua. Yo dadi masku, mbakku, adikku…. Pokoke saudaraku.
11. Teman-teman Psi ’02 seperjuangan. Kang Adi, Dimas, Ching He, Dodi, Aan, Bona,
Lisna, Ning, Dani, Echa, Ndaru, Tisa, Tita, Ian, Pongki, Si Be, Panji, Niko, Ndus,
Memei, Hera, Festa, Trisa, Mita, Nanut, Diah…..Akeh tenan, je…
12. Ngadicool Brother (Bayu, Toni, Robert, dan Mas Nunung). Ayo! Dolan-dolan, tembak-
tembakan, futsal, nguliner, mojok…. njut dolan-dolan meneh! *Jo lali ngurus
lingkungan, dab….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
13. Saint Cool. (Dab Lilik, mbak Ninik, mbak Novi, bang Gupi, Mas Oko,
Marji, Seno, Ajeng, Praci, Iot and The Gank…Mari kita berkarya dan
membangun…Dengan week end dan pesta!!
14. Rumah Taman (Sani; Matur nuwun atas semua selama 8 tahun ini. Mas
Paku, Cucuk, Pecek, Agung ‘mie’, Doni; Mreneo. Motong aku…)
15. Rm. Warsito. Matur nuwun atas doanya. Ayo, katanya suka nguliner?! : )
16. Teman-teman Gereja Pugeran. Fajar; Nuwun. ‘Api’ tengah malamnya
manjur!, Ajeng & Ireda; yang sabar & tetap semangat yo, nduk : ) Nuwun
atas bantuan tambahan data MPP dan PIA nya.
17. Rekan-rekan PIA & MPP. Matur nuwun sedoyo kemawon…
18. Rekan-rekan kevikepan DIY. Denta, Ivan, Choice, Mita, Yayan, Eta,
Ayo’, Opit, Nono’, Rony, Babi, Erick, Dian, Dita…
19. Semua teman yang pernah menjadi satu kepanitiaan dimanapun.
20. Zpegata ‘95 3B. 26, 15, 5, 40, 14, 23….Top! Wis tuo ngene, tetep (niat)
bersatu! : )
21. Eks Rekan-rekan divisi Psikososial PRY. Mbak Thia, Mas Muji, Pak
Frans, Mbak Lia Ndut, Mbak Alfa, Sius, Pati, Mbak Ike, Mbak Edina,
Ayu, Bimo, Mas Kristo, Vembri, Siril….Mari kita belajar klinis…: )
22. Kepuh Crew (Jatmiko, Ika, Patrick, Uci’, Sasa, Asti, Nopra, Vita dan
Ayu’)
23. Tokoh Kepuh (Pak dan Bu Warsidi, Mas Cahyo, Mas Alex, Bu Guru Nita,
Ryan, Febri, Mbak Yuli, Cecep, Pak Polisi….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI .................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Manfaat Teoritis ................................................................. 7
2. Manfaat Praktis .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9
A. Peran Kepemudaan Orang Muda Katolik (OMK) .......................... 9
1. Peran dan Peranan ................................................................ 9
2. Aktif dan Keaktifan .............................................................. 12
3. Identitas ................................................................................ 13
4. Orang Muda Katolik…….……………………...….…........26
5. Pemuda dan Kepemudaan……….…………….……….…...27
B. Peran Kepemudaan Gereja dan di Kehidupan Sehari-hari .............. 27
C. Kerangka Penelitian ........................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 30
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 30
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 33
C. Subjek Penelitian .............................................................................. 33
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35
E. Analisa Data ..................................................................................... 36
F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data ............................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 38
A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 39
B. Situasi dan Kondisi Kehidupan Gereja Pugeran .............................. 39
1. Dinamika Kegiatan Gereja ..................................................... 39
2. Data Aktivitas Kegiatan OMK ............................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
C. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 42
D. Tema-tema .................................................................................. 45
1. Tema-tema dasar pengalaman berkegiatan untuk Gereja ...... 45
2. Sintesa data pengalaman ........................................................ 61
E. Status Identitas ............................................................................ 63
F. Pembahasan ................................................................................. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................. 81
B. Kelemahan Penelitian .................................................................. 82
C. Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konsep dan Tema Pengalaman.................................................................58
Tabel 2. Sintesa Data Pengalaman..........................................................................61
Tabel 3. Model Status Identitas .............................................................................. .63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Skema dinamika pengalaman berkegiatan OMK untuk Gereja……...…66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Verbatim Subjek 1 .............................................................................. 88
Lampiran 2. Horizonalization Subjek 1 ................................................................. 101
Lampiran 3. Tekstural Subjek 1 ............................................................................. 113
Lampiran 4. Struktural Subjek 1 ............................................................................ 123
Lampiran 5. Struktur Umum Subjek 1 .................................................................... 124
Lampiran 6. Data Statistik MPP ............................................................................. 125
Lampiran 7. Data Statistik PIA ............................................................................... 125
Lampiran 8. Data Statistik Koor..............................................................................127
Lampiran 9. Data Statistik Lektor......................................................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia kepemudaan Gereja, tidak dapat dipungkiri bahwa peran
orang muda katolik sangat penting bagi terlaksananya visi-misi Gereja dalam
menjalankan tugasnya di masyarakat. Orang muda katolik secara umum, memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan karya-karya/agenda Gereja yang
telah diberikan kepadanya. Seperti yang telah disepakati, kaum muda dituntut
secara aktif untuk menghidupi kegiatan-kegiatan kepemudaan maupun umat
secara umum (Isnugroho, wawancara, 13 September 2009). Tugas orang muda
tercantum dalam buku pedoman yang telah disusun oleh Komisi Kepemudaan
Konferensi Waligereja Indonesia. Isinya secara garis besar adalah bahwa mereka
diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berharga nanti baik kepada
masyarakat maupun kepada umat katolik/Gereja (Komisi Kepemudaan KWI,
1991). Dengan adanya pedoman ini, orang muda katolik berada pada posisi yang
cukup penting dan berpengaruh pada kebijakan-kebijakan Gereja dalam mengisi
agendanya.
Sebenarnya jika dilihat dari fasilitas dan alokasi dana, Gereja memang
sudah cukup peduli dalam memberikan perhatiannya. Bantuan pendidikan untuk
pelajar yang cukup aktif di kepemudaan sudah dianggarkan dari awal. Gereja
dengan mudah memberikan aliran dana yang sesuai dengan kebutuhan jika
memang itu mengikuti prosedur dan mekanisme yang benar (Nur, wawancara, 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Juli 1010). Gereja telah memberikan penghargaan, kesempatan, tanggung jawab
dan kepercayaan pada kaum muda dengan dibentuknya organisasi sebagai wadah
yang dinamakan Mudika (muda-mudi katolik). Dalam hal ini mereka diposisikan
sebagai subjek dan pelaku utama proses bina diri dan saling bina (Komisi
Kerasulan Awam KWI, 1994).
Kesulitan yang terjadi adalah terbenturnya antara loyalitas dan totalitas
orang muda di kegiatan kepemudaan Gereja, dengan tugas perkembangan/pribadi
mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, disini loyalitas
dan totalitas teruji. OMK harus mengelola waktu sebaik mungkin, bahkan sampai
mengorbankan kebutuhan pribadi, seperti: sekolah, kuliah, pekerjaan, pembagian
tugas-tugas sebagai anak di rumah, dan lain-lain. Tugas perkembangan kaum
muda dalam tahap dewasa dini, seperti; kuliah, mulai bekerja, mulai membina
keluarga, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga
negara, dan mencari kelompok sosial cepat atau lambat akan dialami dan
dilakukan oleh sebagian besar kaum muda. Sedangkan tugas perkembangan pada
masa-masa sebelumnya (remaja) juga harus dilalui dengan baik, seperti;
studi/sekolah, mencapai peran sosial dan perilaku sosial yang diharapkan, serta
memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-
mengembangkan ideologi (Havighurst dalam Hurlock, 1996).
Pada kenyataannya tugas perkembangan para orang muda katolik pada
umumnya tidak berjalan dengan lancar dan cenderung terbengkalai (Toni,
wawancara, 23 Januari 2010). Mereka berusaha menyisihkan waktu belajar dan
pekerjaan mereka untuk bisa meluangkan waktu membantu kegiatan-kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
umat lingkungan, wilayah, maupun paroki. Maka tidak heran jika muncul keluhan
dan terjadi benturan kepentingan antara orang tua dengan para pengurus di
lingkungan maupun di struktur kepengurusan Gereja.
Walaupun hak-hak orang muda sudah terfasilitasi, tetap saja itu bukan
merupakan suatu hal yang mampu menjawab problematika-problematika yang
terkait dengan permasalahan OMK yang dimana tugas-tugas pribadi begitu sangat
padat dan menguras cukup banyak waktu serta tenaga. Alih-alih ingin
mengembangkan diri dan memaksimalkan fasilitas yang ada, mereka malah
melupakan tugas utama mereka untuk belajar dan bekerja (Lilik, wawancara, 31
Januari 2010). Keadaan ini bisa kita temui di banyak lingkungan, dimana
perselisihan-perselisihan kecil muncul di tengah keluarga OMK.
Usaha orang muda untuk bisa berperan secara total di kegiatan
kepemudaan Gereja kadang tidak sebanding dengan pengorbanannya merelakan
tugas akademiknya yang tertunda dan terbengkalai. Biarpun begitu, mereka tetap
memberikan waktunya pada kegiatan kepemudaan Gereja walaupun terhambat
dalam memenuhi tugas pribadi (Yudha, wawancara pribadi, 3 Sepetember 2009).
Pada kenyataannya ada hal yang mendorong para orang muda ini untuk tetap
mencurahkan perhatiannya. Dalam 10 tahun terakhir, masih terlihat banyaknya
keterlibatan dengan berbagai macam peran pada para orang muda katolik di
paroki-paroki. Praktis, dari event-event yang diselenggarakan dari tingkat
lingkungan, wilayah, paroki sampai tingkat mudika rayon, hampir bisa dikatakan
selalu ada kaum muda yang melibatkan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Peran diharapkan oleh kaum muda. Mereka mengharapkan melakukan
sesuatu atau berperilaku yang kemudian memiliki posisi spesifik dalam suatu
kelompok. Di sisi lain adanya harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang
perilaku-perilaku yang pantas yang seyogianya ditunjukkan oleh seseorang yang
mempunyai peran tertentu (Biddle & Thomas dalam Suhardono, 1994). Orang
lain pada umumnya dalam konteks ini adalah masyarakat secara umum,
masyarakat Gereja/para keluarga Kristiani dan Gereja itu sendiri. Biasanya kaum
muda ini masuk dalam kepanitiaan-kepanitiaan yang telah dibentuk, baik itu dari
struktur kepengurusan lingkungan, wilayah, maupun paroki.
Orang muda katolik adalah sebuah kelompok dalam tahap perkembangan
dimana mereka melakukan aktivitas secara aktif untuk mencari, menjajaki,
mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menginterpretasi dengan
seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh
pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif peran. Hal ini merupakan
berlangsungnya eksplorasi dalam pembentukan identitas dirinya (Marcia dalam
Santrock, 2003).
Keadaan seperti yang telah diulas diatas merupakan contoh kecil dari
dinamika orang muda yang menjalani perannya sebagai anggota umat Gereja.
Salah satu ciri (penggerak) orang muda Gereja adalah mereka harus memiliki
perhatian dan kepedulian sebagaimana diharapkan dalam tugas kerasulan awam
yang diberikan kepadanya (Komisi Kepemudaan KWI, 1994). Mengenai peran
dan tugas orang muda Gereja ini, Komisi Kepemudaan KWI telah memberikan
definisi peran orang muda sebagai pedoman, pemahaman, keselarasan, dan nilai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa peran kepemudaan tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pembinaan dan perbuatan secara aktif dan terorganisasi dalam
menjalankan tugas sebagai kaum muda Gereja (Komisi Kepemudaan KWI, 2008).
Tugas dan peran ini tidak hanya sebuah bentuk rasa dan kepekaan akan kesadaran
di dalam pengetahuan keagamaan saja, bahkan diharapkan ada tuntutan yang lebih
dari pada itu, yaitu kemampuan di dalam organisasi kemasyarakatan secara umum
(eksternal). Hal ini dikarenakan orang muda Gereja adalah kaum minoritas yang
hidup di tengah-tengah masyarakat majemuk.
Kemajemukan masyarakat ini tidak hanya dalam konteks agama saja,
tetapi juga budaya, ras, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. Paroki Pugeran
Yogyakarta merupakan sebuah daerah di tengah kota dimana disitu terjadi
pertemuan antar budaya dan bermacam-macamnya latar belakang kesukuan dari
hampir seluruh pelosok Indonesia. Interaksi dalam kegiatan antar OMK yang
tinggal di daerah paroki Pugeran Yogyakarta dengan masyarakat umum
menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Adanya usaha untuk saling berbaur
antar satu OMK dengan OMK yang lain merupakan suatu ciri tersendiri bagi para
OMK yang tinggal di paroki Pugeran Yogyakarta. Beragamnya latar belakang ini
pada akhirnya akan memunculkan berbagai minat, kepentingan, dan konsentrasi
OMK dalam menjalani kehidupan dan kegiatan sehari-harinya.
Berdasarkan data dan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti mencoba
mengetahui apa makna kegiatan kepemudaan sebagai sebuah hasil refleksi atas
pengalaman-pengalaman mereka sebagai penggerak/aktivis. Dalam penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
peneliti menggunakan metode fenomenologi untuk mengetahui pemaknaan
kegiatan kepemudaan bagi mereka yang hidup dan berdinamika di masyarakat.
Melalui penelitian fenomenologi, fenomena peran kepemudaan sebagai central
phenomenon (Creswell, 1998). Fenomenologi yang dikedepankan oleh Hussler
(dalam Hadiwijoyo, 1998) menyatakan bahwa pengalaman merupakan alat untuk
mencari kebenaran terhadap dunia sekitar manusia, karena di dalam kehidupannya
manusia selalu berhubungan dengan dunia di luarnya. Oleh karena itu di dalam
fenomenologi, proses pemaknaan terhadap fenomena menjadi subyek utama
penelitian, yang dalam penelitian ini adalah bagaimana orang muda katolik
memaknai peran, fungsi, dan tugasnya sebagai salah satu bagian Gereja di saat
mereka dihadapkan pada permasalahan kehidupan. Hal ini dapat muncul karena
adanya suatu proses refleksi atas pengalaman-pengalaman kegiatan yang pernah
dirasakan oleh orang muda katolik sehingga memunculkan suatu sikap tersendiri
sebagai salah satu wujud dari pemaknaan mereka.
Penelitian ini memakai subyek dengan batasan tertentu yang telah
ditetapkan sejak awal. Subyek yang diwawancara adalah para OMK yang aktif.
Subyek dipilih minimal saat ini sedang masuk dalam struktur keanggotaan
pengurus, baik itu tingkat lingkungan, wilayah, maupun paroki, dan atau selalu
membantu serta mengambil peran di kepanitiaan pada acara-acara rutin yang
diselenggarakan gereja, misal; Natal dan Paskah.
Dengan melihat adanya suatu rasa takjub di mana masih adanya orang
muda yang peduli dan berperan demi eksistensi orang muda Gereja meskipun
dengan benturan kepentingan, serta kesemrawutan kehidupan sosial, peneliti ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
melihat proses pemaknaan mereka sehingga masih tetap berkegiatan. Melalui
penelitian inilah mereka dapat merefleksikan secara menyeluruh mengenai proses
pemaknaan mereka akan pengalamannya sehingga memunculkan suatu gairah
tertentu yang menyebabkan mereka tetap menghidupi komunitas kepemudaan.
Sehingga peneliti dapat mengetahui pemaknaan orang muda untuk tetap eksis
sebagai penggerak kaum muda Gereja.
B. Rumusan Masalah
Apa dan bagaimana orang muda katolik (OMK) yang aktif memaknakan
kegiatan kepemudaan Gereja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pemaknaan
OMK yang aktif atas pengalaman-pengalaman berkegiatan mereka pada Gereja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai penyajian fakta-fakta dan pengetahuan tentang deskripsi
pengalaman berkegiatan orang muda katolik pada kegiatan Gereja.
b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang sosial dan
pendidikan (agama) tentang proses pemaknaan kegiatan Gereja oleh
orang muda katolik terkait dengan proses tugas perkembangan.
2. Manfaat Praktis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi semua
orang muda untuk dapat memahami kegiatan kepemudaan, dan adanya
kesadaran akan kehidupan serta penghargaan yang lebih pada orang
muda yang lain, sehingga memunculkan rasa solidaritas antar orang
muda.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bagi masyarakat
agar semakin memahami eksistensi orang muda (Gereja) di dalam
masyarakat, baik dalam bidang sosial maupun pendidikan (agama).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti berusaha menjelaskan hal-hal yang dapat menjadi
pemahaman teoritis akan suatu aktivitas pengalaman terkait dengan kegiatan-
kegiatan kepemudaan Gereja oleh OMK dan konsep-konsep atau komponen apa
yang harus ada agar suatu pengalaman dapat disebut sebagai pemaknaan akan
pengalaman; pola dan struktur yang ada di dalam kegiatan kepemudaan;
penjelasan mengenai definisi dan batasan keaktifan, Orang Muda Katolik beserta
aspek kepemudaan menurut kesepakatan yang telah diakui, setelah itu masuk ke
peran kepemudaan Gereja dan peran dalam kehidupan sehari-hari baik aktual
maupun ideal; serta di akhir bab ini adalah pertanyaan dari penelitian ini.
A. Peran Kepemudaan Orang Muda Katolik
1. Peran dan peranan
Menurut Baron & Byrne (2005), peran adalah suatu set perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh individu yang memiliki posisi spesifik dalam suatu
kelompok, dan merupakan deferensiasi fungsi di dalam kelompok. Orang-
orang yang berbeda melakukan tugas-tugas yang berbeda dan diharapkan
dapat mencapai hal-hal berbeda demi kelompok. Peran dapat membantu
memperjelas tanggung jawab dan kewajiban anggota-anggotanya, jadi dalam
hal ini peran sangat berguna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut Biddle & Thomas (dalam Suhardono, 1994), peran adalah
serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari
pemegang kedudukan tertentu. Teori peran oleh Biddle & Thomas dibagi
dalam 4 golongan, yaitu:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam dalam interaksi sosial
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku
Menurut Biddle & Thomas (dalam Suhardono, 1994), ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Harapan tentang peran. Maksudnya adalah bahwa harapan-harapan
orang lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas yang
seyogianya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.
b. Wujud perilaku dalam peran. Maksudnya adalah bahwa peran
diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Wujud ini nyata, bukan sekedar
harapan. Perilaku nyata ini bervariasi, berbeda-beda dari satu orang ke
orang lain. Peran dilihat wujudnya dari tujuan dasarnya atau hasil
akhirnya, terlepas dari cara pencapaian tujuan atau hasil tersebut. Sarbin
(dalam Suhardono, 1994) menyatakan perwujudan peran (role
enactment) dapat dibagi-bagi dalam & golongan menurut intensitasnya.
Intensitas ini diukur berdasarkan keterlibatan diri aktor dalam peran
yang dibawakannya. Tingkat intensitas tertentu adalah keadaan dimana
diri aktor saat tidak terlibat. Perilaku peran dibawakan secara otomatis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan mekanistis. Tingkat tertinggi akan terjadi jika aktor melibatkan
seluruh pribadinya dalam perilaku peran yang sedang dikerjakan.
Menurut Soekanto (1983), peranan merupakan aspek dinamis dari
kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya.
Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal berukut ini:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial.
Menurut pendapat Ahmadi & Supriyono (1991), peranan adalah suatu
kompleks pengharapan manusia, caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Sedangkan
peranan sosial merupakan pengharapan-pengharapan kemasyarakatan tentang
tingkah laku dan sikap yang dihubungkan dengan status tertentu tanpa
menghiraukan kekhususan orang yang mendukung status itu. Selain peranan
sosial, dijelaskan juga peranan individual, yaitu pengharapan-pengaharapan
tingkah laku di dalam status tertentu yang berhubungan erat dengan sifat-sifat
khusus dari individu-individu itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Aktif dan Keaktifan
Dalam American Psychology Assosiation Dictionary of Psychology
(2007), aktif didefinisikan sebagai:
a. Sekarang ini masih dalam kondisi berfungsi/berjalan, atau memerankan
beberapa aksi, secara terus menerus atau sementara waktu.
b. Menggunakan sebuah efek atau pengaruh dalam suatu proses atau
hal/benda.
Dari keterangan di atas, aktif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
dimana subjek dalam keadaan berfungsi semestinya dalam menjalankan suatu
peran secara terus menerus atau sementara waktu. Selain itu pada diri subjek
masih terdapatnya pengaruh dalam sebuah proses yang ada (kegiatan).
Sedangkan menurut Kartono & Gulo (1987), keaktifan adalah istilah
umum yang dikaitkan dengan kondisi yang selalu bergerak, eksplorasi, dan
berbagai respon lainnya terhadap rangsangan sekitar.
Menurut Tim Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia
(1998), seseorang dikatakan aktif ketika ia melibatkan diri secara positif dalam
kehidupan keluarga, Gereja, dan masyarakatnya. Hal ini terkait dengan aspek
pengembangan kaum muda, yaitu: pengembangan kepribadian, katolisitas,
kemanusiaan dan kemasyarakatan, kepemimpinan dan organisasi, serta
intelektualitas dan profesionalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Identitas
a. Pengertian Identitas Diri
Berbicara mengenai identitas, konsep identitas dalam ilmu psikologi
umumnya menunjukkan pada suatu kesadaran akan kesatuan dan
kesinambungan pribadi, pada keyakinan yang pada dasarnya tetap tinggal
sama seluruh jalan perkembangan hidup kendati pun segala macam
perubahan (Erikson, 1989).
Menurut Moore (dalam Gunarsa, 2000), identitas adalah proses
identifikasi. Identifikasi adalah proses menjadi (becoming) seorang
subyek, dan ia melibatkan identifikasi diri seseorang dengan seseorang
atau sesuatu yang lain sedemikian rupa sehingga subyektivitas (ke-diri-an)
dikonstitusikan melalui serangkaian identifikasi tersebut.
Identitas diri menurut Marcia (1980) adalah suatu organisasi yang
dinamis, dari dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan, keyakinan-
keyakinan yang terstruktur dengan sendirinya dalam diri individu.
Sedangkan Gunarsa (2000) berpendapat bahwa identitas diri adalah inti
pribadi yang tetap ada, suatu cara tertentu yang sudah terbentuk
sebelumnya yang menentukan peran sosial yang harus dilakukan.
Identitas dapat didefinisikan secara ringkas dan kira-kira sebagai
suatu kesatuan yang unik yang memelihara kesinambungan arti masa
lampaunya sendiri bagi orang lain dan bagi diri sendiri; yang
mengintegrasikan segala gambaran diri yang dihadiahkan atau dipaksakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
padanya oleh orang lain bersama perasaan-perasaannya sendiri tentang
siapakah dia dan apakah yang dapat dibuatnya (Erikson, 1989).
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai definisi identitas diri,
maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri merupakan pemahaman yang
berkesinambungan tentang siapa dirinya, kemana arah tujuan, serta
menyadari peran-peran sosial yang akan dilakukan dalam masyarakat.
Identitas didefinisikan oleh Erikson sebagai “kesamaan dirinya
dalam waktu, serta pengamatan yang berhubungan dengannya, yaitu
bahwa orang lain pun mengakui kesamaan dan kontinuitas itu” (Erikson,
1989).
Erikson mengetengahkan sekurang-kurangnya empat aspek pokok
kepribadian yang termuat dalam identitas itu, yakni:
a. Satu kesadaran akan identitas pribadi
“Identitas pribadi” seseorang berpangkal pada pengalaman langsung
bahwa dia selama sekian banyak tahun yang lewat tetap tinggal sama. Rasa
identitas pribadi ini juga berkaitan dengan “identitas ego”, dan identitas
pribadi bisa disebut sebagai identitas ego apabila identitas itu menyangkut
kualitas “eksistensial” dari subyek, yang berarti bahwa subyek itu mandiri
dengan suatu gaya pribadi yang khas. Maka identitas ego yang dimaksud
adalah mempertahankan “suatu gaya individualitasnya sendiri”. Namun
kesamaan batiniah dengan diri sendiri serta gaya hidup pribadi yang unik
harus diterima dan diteguhkan oleh orang lain dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Suatu usaha tak sadar untuk mencapai suatu kesinambungan watak
pribadi
Suatu proses pembentukan identitas dimana daya upaya tak sadar
untuk mencapai suatu kontinuitas watak pribadi yang memainkan peranan
penting. Merupakan suatu proses perkembangan yang pada dasarnya
pelan-pelan terjadi secara tak sadar dalam inti diri individu. Jadi identitas
adalah satu proses restrukturasi segala identifikasi dan gambaran diri
terdahulu, dimana seluruh identitas fragmenter yang terdahulu (pun yang
negatif) diolah dalam perspektif suatu masa depan yang diantisipasi.
c. Tindakan-tindakan tersembunyi dari sintesis ego
Manusia menemukan identitasnya apabila dia dapat menggabungkan
semua identitasnya, semua identifikasi anaknya terdahulu di dalam suatu
susunan baru. Jadi identitas adalah suatu prestasi sintesis pribadi, dimana
ego harus mengintegrasikan segala macam identifikasi terdahulu menjadi
suatu baru tersendiri yang menggabungkan segala unsure dalam satu
kesatuan.
d. Suatu solidaritas batin dengan cita-cita serta identitas kelompoknya
(Erikson, 1989)
Pembentukan identitas adalah suatu proses yang terjadi dalam inti
dari pribadi,dan juga di tengah-tengah masyarakat, sehingga mengandung
dimensi sosial dan budaya. Jadi identitas adalah suatu rasa tetap tinggal
sama diri sendiri, yang berkaitan dengan partisipasi tetap pada ciri-ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
khas watak kelompok tertentu, pada cita-cita kelompok tertentu, atau pada
identitas yang sama dari kelompok tertentu.
Pakar psikologi Marcia (dalam Santrock, 1995) menganalisa teori
perkembangan identitas Erikson. Fokus dalam penelitiannya adalah
seberapa banyak subjek mengeksplorasi pilihan identitas (krisis) dan
seberapa luasnya mereka membuat komitmen.
Krisis (crisis) didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan
identitas selama remaja memilih di antara pilihan-pilihan bermakna. Kata
krisis yang dipakai oleh Marcia sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai
eksplorasi terhadap peran (Santrock, 2003). Eksplorasi adalah suatu
aktivitas yang secara aktif dilakukan individu untuk mencari, menjajaki,
mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menginterpretasi
dengan seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif peran.
Berlangsungnya eksplorasi dalam pembentukan identitas diri,
khususnya yang berkaitan dengan pilihan studi lanjutan, ditandai dengan
faktor-faktor berikut:
i. Knowledgeability, yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan yang
dimiliki individu yang ditunjukkan oleh keluasan dan kedalaman
informasi yang berhasil dihimpun tentang berbagai alternatif pilihan
studi lanjutan.
ii. Activity directed toward gathering information, yaitu aktivitas yang
terarah untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
aktivitas yang dipandang untuk mencari dan mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan.
iii. Considering alternative potential identity element, yaitu sejauh mana
individu mampu mempertimbangkan berbagai informasi yang telah
dimiliki tentang berbagai kemungkinan dan peluang dari setiap
alternatif yang ada.
iv. Desire to make an early decision, yaitu keinginan untuk membuat
keputusan secara dini yang ditunjukkan oleh sejauh mana individu
memiliki keinginan untuk memecahkan keragu-raguan atau
ketidakjelasan secepat mungkin secara realistis dan meyakini apa
yang dipandang tepat bagi dirinya.
Komitmen (commitment) didefinisikan sebagai bagian dari
perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan tanggung jawab
pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan. Komitmen ditunjukkan
oleh sejauh mana keteguhan pendirian remaja terhadap pilihan-pilihan
peran yang dipilihnya yang ditandai oleh faktor-faktor berikut:
i. Knowledgeability, yaitu merujuk pada sejumlah informasi yang
dimiliki dan dipahami tentang keputusan pilihan-pilihan yang telah
ditetapkan. Remaja yang memiliki komitmen mampu menunjukkan
pengetahuan yang mendalam, terperinci dan akurat tentang hal0hal
yang telah diputuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ii. Activity direct toward implementing the chosen identify element,
yaitu aktivitas yang terarah pada implementasi elemen identitas yang
telah ditetapkan.
iii. Emotional tone, yaitu nada emosi yang merujuk kepada berbagai
perasaan yang dirasakan individu baik dalam penetapan keputusan
maupun dalam mengimplementasikan keputusan tersebut. Nada
emosi terungkap dalam bentuk keyakinan diri, stbilitas dan
optimisme masa depan.
iv. Identification with significant other, yaitu identifikasi dengan orang-
orang yang dianggap penting yang ditunjukkan sejauh mana remaja
mampu membedakan aspek positif dan negatif dari figur yang
dianggap ideal olehnya.
v. Projecting one’s personal future, yaitu kemampuan memproyeksikan
kemampuan dirinya ke masa depan dengan ditandai oleh kemampuan
mempertautkan rencananya dengan aspek lain dalam kehidupan
masa depan yang mereka cita-citakan.
vi. Resistence to being swayed, yaitu sejauh mana individu memiliki
ketahanan terhadap godaan-godaan yang bermaksud untuk
mengalihkan keputusanyang telah mereka tetapkan. Mereka tetap
teguh pada keputusannya, tetapi mereka bukan anti perubahan.
Mereka mampu menghargai berbagai kemungkinan perubahan,
mereka mengkaitkannya dengan kemampuan pribadi dan peluang
yang ada (Marcia, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Pengertian Status Identitas
Pandangan-pandangan kontemporer tentang pembentukan identitas
pada prinsipnya merupakan elaborasi dari teori psikososial Erikson.
Marcia juga percaya bahwa pembentukan identitas merupakan tugas utama
yang harus diselesaikan selama masa remaja. Dalam hal ini Marcia
menulis: The formation of an ego identity is a major event in the
development of personality. Occuring during late adolescence, the
consolidation of identity marks the end of childhood and the beginning of
adulthood” (Marcia dalam Desmita, 2005).
Proses pencapaian status identitas yang diawali dengan masa
eksplorasi dimulai pada masa remaja. Diharapkan pada masa
perkembangan selanjutnya individu telah memiliki suatu komitmen yang
menandakan dimilikinya suatu identitas tertentu. Archer (dalam Santrock,
2003), mengungkapkan, banyak peneliti status identitas yakin bahwa pola
umum individu yang mengembangkan identitas-identitas yang positif
mengikuti siklus “MAMA” moratorium-achiever-moratorium-achiever.
Siklus ini dapat diciptakan sepanjang hidup (Francis, Fraser, dan Marcia,
dalam Santrock, 2003). Perubahan-perubahan pribadi, keluarga dan
masyarakat tidak dapat dihindari, dan ketika perubahan-perubahan itu
terjadi, fleksibilitas dan ketrampilan individu sangat berperan penting
dalam memfasilitasi perubahan-perubahan tersebut. Alan Waterman
(dalam Santrock, 2003) mengungkapkan, beberapa peneliti meyakini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
perubahan-perubahan identitas yang paling penting terjadi di masa muda
daripada di masa remaja awal.
Marcia (dalam Santrock, 2003), mengembangkan metode interview
untuk mengukur ego identity. Seperti yang telah dipaparkan diatas, Marcia
menggunakan dua kriteria, yaitu krisis dan komitmen. Dalam penelitian
itu, Marcia melakukan proses wawancara tentang status identitas yang
meliputi pertanyaan-pertanyaan dalam tiga area (namun dapat dimodifikasi
sesuai dengan usia interviewee), yaitu pekerjaan, ideologi, dan nilai
hubungan antar pribadi.
Marcia mendefinisikan 4 model status identitas, yaitu (1) Identity
Foreclosure, (2) Identity Diffusion, (3) Identity Moratorium, (4) Identity
Achievement. Keempat hal ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Identity Foreclosure (Pencabutan Identitas)
Status dari orang-orang yang telah membuat suatu komitmen
tanpa pemikiran atau pertimbangan yang matang disebut foreclosure.
Komitmen ini dibuat tanpa melalui tahap krisis (exploration). Mereka
telah memilih suatu pekerjaan, agama, atau pandangan ideologi. Tetapi
pemilihan ini dibuat terlalu awal (tanpa pertimbangan dan keputusan
sendiri). Pilihan-pilihan tersebut lebih ditentukan oleh orang tua
daripada oleh mereka sendiri. Misalnya, memutuskan untuk menjadi
seorang dokter bedah karena ayah dan kakeknya adalah seorang dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bedah. Mereka membuat suatu keputusan tanpa mengetahui apa
akibatnya di masa yang akan datang.
Berdasarkan wawancara selama penelitian yang dilakukan oleh
Marcia, orang-orang yang tergolong foreclosure memiliki hubungan
yang lebih dekat dengan orang tuanya. Kedekatan dengan orang tua
atau keluarganya ini termasuk dalam hal membuat suatu keputusan
yang penting bagi hidupnya. Masa kanak-kanaknya sampai remaja
dilalui dengan lancar dan sedikit konflik. Hal inilah yang
menyebabkan krisis identitas tidak muncul.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Identity
Foreclosure memiliki indikator sebagai berikut:
a) Sudah memiliki komitmen pada area tertentu
berdasarkan keputusan yang ada tanpa pemikiran yang
matang.
b) Belum pernah mengalami tahap krisis dalam
menentukan pilihan dalam area tertentu.
c) Orang tua otoriter, sehingga individu tidak mampu
membuat pilihan pada area tertentu.
d) Individu tidak mampu mengeksplorasi potensi atau
kemampuan yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Identity Diffusion (Penyebaran Identitas)
Seorang dengan Identity Diffusion tidak memiliki tahap krisis
dan tidak pula membuat suatu komitmen. Hal ini mungkin terjadi
karena mereka belum memasuki tahap krisis ataupun karena mereka
seakan-akan menjauh dari pencarian identitas. Ada 2 bentuk Identity
Deffusion yaitu (1) apatis, hal ini menyebabkan mereka merasa tidak
memiliki tempat dan mengalami isolasi sosial, (2) cenderung
kompulsif (Berzonsky, Nelmeyer, dan Donovan dalam Ginanjar &
Bernadetta, 2001).
Dari wawancara penelitian Marcia, diketahui bahwa orang yang
memiliki status identitas ini memiliki jarak dengan orang tua mereka.
Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam perkembangan
psikososial yang pertama yaitu Basic Trust. Ciri-ciri orang yang
memiliki Identity Diffusion adalah sulit berfikir di bawah tekanan dan
mengikuti harapan-harapan lingkungan (dengan kata lain mudah
terpengaruh).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, Identity Diffusion
mempunyai indikator sebagai berikut:
a) Belum mampu membuat komitmen.
b) Mudah putus asa.
c) Cenderung kompulsif.
d) Memiliki jarak dengan orang tuanya (baik fisik maupun
psikis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
e) Mengalami isolasi sosial.
f) Tidak memiliki minat terhadap pekerjaan dan ideologi
tertentu.
g) Sulit berfikir di bawah tekanan.
h) Individu mudah terpengaruh lingkungan berhubungan
dengan harga dirinya.
3. Identity Moratorium (Penundaan Identitas)
Seseorang yang mempunyai identitas moratorium adalah seorang
yang sekarang ini tengah mengalami krisis. Mereka belum membuat
komitmen tetapi mereka sekarang sedang berjuang secara aktif untuk
mencapainya. Ciri-ciri orang dengan status identitas moratorium
adalah mereka memiliki kemampuan untuk berfikir secara jernih
dalam kondisi stres dan tahan terhadap pengaruh lingkungan yang
dapat mengubah harga dirinya.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Identity
Moratorium memiliki indikator sebagai berikut:
a) Belum memiliki komitmen pada area tertentu tapi
berjuang secara aktif untuk mencapainya.
b) Berada dalam masa krisis menentukan komitmen atau
pilihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c) Individu berusaha membentuk komitmen dengan cara
kompromi menyatukan pendapat lingkungan (orang tua,
teman, dan lain-lain) dengan potensi yang dimilikinya.
4. Identity Achievement (Pencapaian Identitas)
Identity Achievement adalah status dari seseorang yang telah
menyelesaikan periode eksplorasi (krisis) dan telah membuat
komitmen dalam berbagai area tertentu. Ciri-ciri orang yang memiliki
status identitas ini adalah mantap, mampu memberikan alasan untuk
pilihan mereka dalam berbagai area, mampu menggambarkan
bagaimana komitmen tersebut dapat dipilih, mampu menghadapi stres,
tahan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga
dirinya, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri, peka
terhadap harapan lingkungan. Atau dengan kata lain, mereka membuat
komitmen tentang pilihan ini berdasarkan self constructed, yaitu
identitas yang ditemukan ini bukanlah identitas yang terakhir, tetapi
mereka akan berusaha memodifikasinya terus-menerus sesuai dengan
pengalaman mereka.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Identity
Achievement memiliki indikator sebagai berikut:
a) Mampu membuat pilihan dengan mantap dan mampu
memberikan alasan untuk pilihan tersebut di berbagai
area.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b) Mempunyai komitmen.
c) Mampu memberikan alasan untuk pilihannya.
d) Mampu menghadapi stres.
e) Mampu bertahan terhadap pengaruh lingkungan yang
dapat mengubah harga dirinya.
Dengan demikian pengertian Status Identitas dalam penelitian ini
adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu membuat pilihan dalam
berbagai area kehidupan (kesehatan, pekerjaan, seksual, pendidikan,
hubungan interpersonal), mempunyai komitmen dengan baik terhadap area
kehidupan tersebut, mampu menghadapi stres saat mengalami
permasalahan dalam hidup, selalu dapat berproses ke arah yang lebih
positif, serta mampu bertahan dari pengaruh negatif lingkungan.
c. Identitas dalam tahap perkembangan teori Psikososial Erikson
Dalam penelitian ini memakai subjek dengan rentang umur 13-35
tahun, dimana rentang ini masuk dalam dua tahap perkembangan, yaitu
masa remaja dan dewasa awal. Maka dari itu dibawah ini dijelaskan
dinamika dari dua tahap perkembangan tersebut.
Dalam tahap perkembangan teori Psikososial Erikson (dalam Hall &
Lindzey, 1993), dari delapan tahap jadwal keseluruhan, remaja masuk
dalam tahap V, yaitu Identitas versus Kekacauan Identitas. Erikson
menekankan secara khusus pada masa remaja karena pada masa ini
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
terjadi pada tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa. Pada tahap
Identitas versus Kekacauan Identitas ini individu memiliki kapasitas untuk
memilih mengintegrasikan bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan
dalam melakukan identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan
dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial, serta menjaga
pertahanan-pertahanannya terhadap berbagai ancaman dan kecemasan,
karena ia telah mampu memutuskan kebutuhan-kebutuhan, peranan-
peranan manakah yang paling cocok dan efektif. Jika individu tidak
mampu berproses dengan baik pada masa ini, maka yang terjadi adalah
kekacauan identitas. Keadaan ini dapat menyebabkan individu merasa
terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang.
Menurut Erikson (dalam Hall & Lindzey, 1993), pada masa dewasa
awal individu masuk dalam tahap VI yaitu Keintiman versus Isolasi. Masa
ini adalah masa dimana individu siap dan ingin menyatukan identitasnya
dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim-akrab, dan
persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi komitmen-komitmen ini meskipun mereka harus
berkorban.
4. Orang Muda Katolik
Orang muda katolik menurut Komisi Kepemudaan Konferensi
Waligereja Indonesia (1998), adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan
35 tahun dan belum menikah, dengan tetap memperhatikan situasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kebiasaan masing-masing daerah. Dalam Rapat Pengurus Pleno Komisi
Kepemudaan KWI bulan Agustus 1991, rentang umur tersebut dikategorikan
lebih rinci, yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok usia remaja (13 – 15 tahun)
2. Kelompok usia taruna (15 – 19 tahun)
3. Kelompok usia madya (19 – 24 tahun)
4. Kelompok usia karya (25 – 35 tahun)
5. Pemuda dan Kepemudaan
Jika orang muda katolik oleh Komisi Kepemudaan KWI ditentukan
umur 13 sampai 35 tahun, maka rentang umur tersebut masuk dalam tahap
perkembangan remaja dan dewasa awal. Menurut Harlock (1996), tahap
remaja berkisar antara umur 13-18 tahun. Sedangkan untuk dewasa awal
berkisar antara 18-40 tahun. Menurut Kenniston (dalam Hurlock, 1996),
tahap dewasa awal berbeda dengan remaja. Hal ini dikarenakan adanya
perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri menjadi terlibat secara
sosial. Sedangkan perjuangan remaja lebih untuk mendefinisikan dirinya.
B. Peran Kepemudaan Gereja dan di Kehidupan Sehari-hari
Peran kepemudaan Gereja oleh OMK secara teknis merujuk pada setiap
aktivitas yang melibatkan OMK di setiap kegiatan yang diagendakan dan atau
kegiatan yang berdasar visi misi Gereja. Kondisi kehidupan OMK Gereja dan di
kehidupan sehari-hari memang terlihat wajar-wajar saja seperti halnya kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
orang muda pada umumnya. Aktivitas kehidupan pribadi maupun sosial berjalan
tampak normal. Tetapi jika dicermati lebih lanjut, agenda para OMK, terutama
para aktivis Gereja, sebenarnya amatlah padat. Hal ini dapat dilihat dari mobilitas
mereka yang cukup tinggi. Keadaan tersebut tambah dipersulit dengan aktivitas
pribadi, situasi dan kondisi keluarga yang begitu kompleks akan dinamika hidup
yang ada. Berbagai macam tugas perkembangan dan kepentingan keluarga yang
bertemu menjadi satu, merupakan tantangan tersendiri bagi para OMK untuk
dapat menjalankan serta membagi antara urusan pribadi dengan kegiatan mereka
untuk Gereja. Kondisi seperti ini ternyata tidak menyurutkan minat para OMK
untuk terlibat dan berperan secara aktif untuk Gereja. Para OMK tetap berusaha
mengambil peran dalam agenda Gereja meskipun tugas pribadi/perkembangan
serta situasi kehidupan mereka sangat sulit.
OMK di dalam menjalani kegiatan kepemudaan Gereja dan di kehidupan
sehari-hari memiliki sebuah pemaknaan tersendiri terhadap peranan mereka, dan
pemaknaan ini muncul dari pengalaman mereka. Pengalaman-pengalaman khas
dan unik yang mereka alami dalam menjalani kegiatan kepemudaan sebagai
OMK memiliki arti tersendiri bagi mereka, dan dari sinilah mereka memaknai
kegiatan kepemudaan sebagai sebuah esensi dari pengalaman mereka.
Pemaknaan mereka terhadap kegiatan kepemudaan ini yang membuat mereka
bertahan terhadap situasi dan kondisi yang mereka alami didalam menjalankan
tugasnya di kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
C. Kerangka Penelitian
Untuk mengetahui proses pemaknaan OMK yang aktif pada kegiatan
Gereja, grand tour question dalam penelitian ini adalah apa dan bagaimana proses
pemaknaan kegiatan oleh OMK yang berdinamika pada Gereja dan di kehidupan
sehari-hari. Sedangkan sub question penelitian ini adalah:
a) Apa saja tema-tema pengalaman OMK dalam proses kegiatan yang
mereka lakukan selama ini untuk Gereja?
b) Bagaimana model status identitas OMK sebagai hasil proses pengalaman
mereka dalam berkegiatan?
c) Apa yang ingin dilakukan OMK setelah semua proses berkegiatan
dialaminya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologi, yaitu metode
penelitian yang dilakukan dalam natural setting, dimana individu tidak
terpisahkan dari konteks lingkungannya. Metode ini dilakukan dilakukan dengan
berfikir tanpa suatu prasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau
gambaran tertentu dalam mengetahui esensi dari sebuah fenomena (Creswell,
1998). Hal ini memungkinkan data yang didapat lebih otentik dan tidak
terpengaruh oleh pola-pola penggambaran pengalaman orang muda katolik yang
telah ada sebelumnya. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan
memahami suatu central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu
fenomena, atau suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan dengan
variabel-variabel yang menyertainya. Ada beberapa proses inti dalam penelitian
fenomenologi (Moustakas, 1994), yaitu:
1. Epoche
Epoche yang dalam bahasa Yunani berarti menjauh atau menahan
diri, dalam penelitian ini berarti peneliti menyingkirkan prasangka, bias dan
bentuk-bentuk opini tertentu tentang sesuatu di dalam penelitian. Dalam
menerima kehidupan (percieving live) memerlukan cara untuk melihat,
memperhatikan, menjadi peka, tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa
yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan atau dirasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Phenomenological reduction
Peneliti menggambarkan dalam bahasa yang terpola (textural
language) mengenai apa yang telah dilihat seseorang baik internal maupun
eksternal. Seperti pengalaman individu, serta hubungan phenomenon
(fenomena yang diteliti) dengan diri sendiri, serta kualitas dari pengalaman
menjadi fokus utama. Dalam tahap ini ada beberapa langkah yaitu
bracketing, dalam hal ini fokus dari penelitian ditempatkan dalam bracket &
hal-hal lain dikesampingkan sehingga hanya pokok penelitian saja yang
diambil; horizontaling, setiap pernyataan pada awalnya memiliki kedudukan
yang sama. Namun pada akhirnya pertanyaan yang tidak relevan akan
dibuang & dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural
& unsur pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami
penyimpangan).
3. Imaginative variation
Tugas dari proses ini adalah untuk mencari makna-makna yang
memungkinkan melalui imajinasi, pengelompokan dan pembalikan, serta
pendekatan phenomenon dari posisi, peran-peran, atau fungsi yang berbeda.
Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural pengalaman, fakor-
faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang telah dialami. Dengan
kata lain bagaimana pengalaman dari phenomenon menjadi yang seperti
sekarang ini. Langkah-langkahnya meliputi:
a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna yang
tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna tekstural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar penyebab
munculnya phenomenon.
c. Mempertimbangkan struktur secara keseluruhan yang dapat
menyebabkan terjadinya pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat
pada perasaan & pikiran yang berkaitan dengan phenomenon, seperti;
struktur waktu, ruang, perhatian yang hanya tertuju pada hal utama,
materiality, causality, hubungan dengan diri sendiri maupun juga dengan
orang lain.
d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan gambaran
secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan
memasilitasi pengembangan deskripsi phenomenon yang struktural.
4. Synthesis of meanings and esences
Adanya integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan struktural
menjadi suatu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari phenomenon
secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang umum dan universal, dan
tidak akan menjadi sesuatu itu sendiri (Husserl dalam Moustakas, 1994).
Esensi ini tidak akan pernah kering dan merupakan suatu bentuk sintesa
tekstural & struktural yang mendasar yang mewakili esensi waktu dan
tempat tertentu dari sudut pandang peneliti mengikuti studi imajinatif &
reflektif dari phenomenon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
B. Fokus Penelitian
Gejala yang akan diteliti yaitu tema-tema pengalaman kegiatan
kepemudaan Gereja oleh OMK yang berdinamika dan berperan di masyarakat.
Tema-tema pengalaman kegiatan Gereja adalah sebuah esensi dari pengalaman-
pengalaman baik yang diperbuat, dirasakan dan dipikirkan disaat mereka
menjalani perannya sebagai OMK di masyarakat dihadapkan pada tuntutan tugas
pribadi/perkembangan dan terbenturnya berbagai macam kepentingan di
lingkungan masyarakat tersebut. Esensi tersebut merupakan sebuah pemahaman
dari hasil eksplorasi pengalaman-pengalaman OMK terhadap peran dan kegiatan
kepemudaan dihadapkan pada tugas pribadi dan lingkungan masyarakat tempat
mereka beraktivitas.
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah para orang muda katolik (OMK) yang hidup dan
berdinamika di paroki Pugeran dan sekitarnya. Subjek yang dipilih dan digunakan
berjumlah 3 orang. Pengamatan terhadap calon subjek telah dilakukan jauh
sebelum proses pengambilan data dimulai. Pemilihan subjek mendasarkan pada
pertimbangan bahwa dinamika pengalaman dan kehidupannya cukup
merepresentasikan sebagian besar OMK secara umum. Proses pengambilan data
dimulai dengan mengambil satu orang. Jika dirasa sudah cukup, peneliti meminta
referensi dan atau rekomendasi dari subjek pertama untuk pemilihan subjek
selanjutnya, dan seterusnya dengan tetap memegang hasil pengamatan peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998), pengambilan sampel pada
penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Salah satunya adalah bahwa pengambilan sampel diharapkan berfokus pada
intensitas. Logikanya adalah untuk memperoleh data yang kaya mengenai suatu
fenomena tertentu. Sampel yang dipakai adalah kasus-kasus yang diperkirakan
mewakili (penghayatan terhadap) fenomena secara intens.
Peneliti membuat beberapa kriteria dalam penelitian ini berdasarkan logika
dan ketentuan seperti diatas. Kriteria tersebut yaitu:
1. Mempunyai pengalaman berkegiatan minimal selama 7 tahun.
2. Terlibat dalam kegiatan komunitas minimal 2 kali seminggu.
3. Selalu menjadi anggota panitia dalam setiap event yang
diselenggarakan Gereja minimal 2 kali setahun.
4. Ikut membantu perayaan Ekaristi minimal 1 kali dalam satu bulan.
5. Adanya ketertarikan yang besar ketika berdiskusi tentang tema Gereja
dan OMK.
6. Saat ini menjadi salah satu pengurus baik tingkat lingkungan, wilayah,
maupun paroki.
7. Melakukan interaksi secara intensif dengan dewan gereja minimal 1
kali dalam satu bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
A. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara
dan dokumen sebagai data pelengkap yang nantinya akan dijabarkan di bab
selanjutnya.
1. Wawancara
Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara yang mendalam
(depth interview). Hal ini bertujuan agar keterangan yang diperoleh lebih
lengkap dan mendalam. Proses pengumpulan data menurut Creswell (1998)
mengikuti pola “zig-zag”. Peneliti ke lapangan mencari informasi,
kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali ke lapangan lagi untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak, menganalisa data dan
seterusnya. Proses pengambilan data yang diperoleh berupa rekaman
wawancara yang diubah dalam bentuk verbatim.
2. Dokumen
Dokumen adalah data yang diproduksi subjek. Data ini menampilkan
keterangan tertulis, gambar, maupun foto yang dapat dijadikan bukti adanya
kegiatan-kegiatan atau berlangsungnya momen-momen tertentu. Dokumen
yang dimaksud dalam penelitian ini digunakan sebagai data pelengkap untuk
memberikan gambaran tentang aktivitas subjek penelitian serta setting
penelitian. Dokumen dalam penelitian ini menampilkan data statistik kegiatan
subjek penelitian yang disertakan di lampiran dan ulasan dalam bentuk
deskripsi yang dipaparkan di bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
B. Analisis Data
Menurut metode analisa dan interpretasi data yang paling sering digunakan
adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994):
1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap
phenomenon.
2. Mencari pernyataan mengenai bagaimana individu mengalami
phenomenon tersebut, membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut
(horizonalization) dan perlakuan tiap pernyataan dengan seimbang
(memiliki nilai yang sama), dan mengembangkan daftar dari pernyataan
yang tidak berulang (nonrepetitive) atau tidak tumpang tindih
(nonoverlaping).
3. Pernyataan kemudian dikelompokkan ke dalam unit makna-makna
(meaning units), buat daftar dari unit-unit ini dan menuliskan deskripsi
dari tekstur (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi,
disertai contoh-contoh verbatim.
4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan
menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari
semua makna yang memungkinkan dan perspektif yang divergen,
memperkaya kerangka pemahaman dari fenomena, dan membuat deskripsi
dari bagaimana phenomenon dialami.
5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esesnsi
dari pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap
partisipan, peneliti membuat composite textural-structural description dari
makna-makna dan esensi-esensi pengalaman, mengintegrasikan semua
deskripsi tekstural-struktural individual menjadi deskripsi yang universal
dari pengalaman yang mewakili kelompok (responden) secara
keseluruhan.
G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data
Setelah tahap-tahap analisa data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu
dengan membagikan salinan deskripsi kepada subjek agar subjek dapat
memberikan masukan atau tambahan masukan atau pembetulan. Kemudian dari
situ peneliti dapat merevisi lagi pernyataan sintesanya. Setelah verifikasi selesai,
maka peneliti merevisi kembali pernyataan sintesanya. Proses ini disebut
intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti
dengan pemahaman subjek melalui interaksi sosial timbal balik (back-and-forth)
(Creswell, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISA DATA,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan pelaksanaan penelitian, temuan
penelitian beserta analisa data, berikut interpretasi dan pembahasannya.
Peneliti memulai dari pemaparan tentang deskripsi faktual Gereja, deskripsi
subyek penelitian, analisa data secara tematik, sintesa data, kemudian diakhiri
dengan pembahasan.
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode fenomenologis. Metode ini
menuntut data paparan pengalaman yang didapatkan benar-benar apa adanya,
jujur, dan mencapai kedalaman. Maka dari itu peneliti berusaha untuk sebaik
mungkin berbaur dengan subjek penelitian agar tidak ada batas lagi diantara
peneliti dengan subjek penelitian. Hubungan kedua pihak ini dibuat sedekat
mungkin sampai peneliti berusaha masuk menjadi bagian (kepengurusan) di
beberapa komunitas. Harapannya adalah adanya rasa saling percaya,
keterbukaan, dan temuan fakta sebanyak mungkin dari semua proses yang
dilakukan. Pelaksanaan penelitiannya sendiri berlangsung di sepanjang tahun
2009 sampai Mei 2010.
Proses wawancara menyesuaikan dengan waktu luang subjek
penelitian. Asumsinya adalah bahwa proses eksplorasi benar-benar all out dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sealami mungkin. Untuk subjek pertama dilakukan sampai 3 kali. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk dan isi wawancara yang tepat serta
efektif sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sering juga wawancara informal
(tanpa rekaman) dilakukan secara klasikal (informan-informan diluar ketiga
subjek penelitian yang sudah ditetapkan) untuk mendapatkan data-data
penunjang.
B. SITUASI DAN KONDISI KEHIDUPAN GEREJA PUGERAN
1. Dinamika Kegiatan Gereja
Gereja dewasa ini menuntut umatnya untuk lebih berperan tidak hanya
terbatas pada agenda liturgis semata, tetapi bagaimana keterlibatan mereka
dalam tugas perutusan yang telah diembankan sedari mereka menjadi anggota
Gereja sejak awal. Berangkat dari semangat ini, umat Katolik secara umum
berangsur-angsur mencoba untuk menata kembali dalam membangun Gereja
dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Sebagai salah satu anggota
keluarga Kristiani, Orang Muda Katolik (OMK) berusaha untuk tampil dalam
satu barisan diantara kelompok-kelompok lainnya.
Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran merupakan salah satu paroki di
kevikepan DIY yang memiliki aktivitas komunitas cukup padat dan beragam.
OMK Pugeran dalam beberapa waktu terakhir ini sering mendapatkan
kepercayaan dan kesempatan dari dewan paroki untuk memegang event
ataupun menggagas kegiatan-kegiatan baik itu liturgis maupun non-liturgis.
Event Natal beserta rangkaiannya yang meriah sampai Misa/workshop Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Berkebutuhan Khusus yang penuh perhatian telah disajikan di tengah
masyarakat dengan baik.
Iringan dan keterpaduan dari komunitas-komunitas yang ada, seperti;
Mudika Paroki Pugeran, Pendamping Iman Anak & Remaja, kelompok koor,
lektor serta dukungan dari dewan Gereja Paroki Pugeran sungguhlah menjadi
hal yang sangat menarik bagi peneliti untuk melihat lebih jauh dalam konteks
pemaknaan OMK. Hal ini menjadi menarik karena OMK yang dalam hal ini
merupakan seorang pemuda, dimana mereka telah mempunyai tugas utama
dalam perkembangan pribadinya dihadapkan pada sebuah pilihan baru, yaitu
peran kepemudaan Gereja. Konteks pemaknaan disini adalah hasil dari segala
temuan terkait dengan struktur dasar pengalaman OMK dalam menjalani
kegiatan-kegiatan Gereja.
2. Data Aktivitas Kegiatan OMK
Seperti yang sudah sekilas diulas diatas, ada beberapa pos-pos yang
merupakan wadah bagi OMK untuk terlibat aktif berkegiatan, seperti;
Komunitas Mudika Paroki, Komunitas Pendamping Iman Anak & Remaja
Paroki, Komunitas Koor Paroki, dan Komunitas Lektor Paroki.
Dibawah ini akan dipaparkan data aktivitas kegiatan OMK yang dibagi
dalam tiga jenis kategori berdasarkan jenis atau sasaran kegiatan. Kategori ini
meliputi; aktivitas spiritual dan ritual Gereja, aktivitas pendampingan dan
pengembangan kompetensi kaum muda, serta aktivitas sosial kemasyarakatan.
Paparan data yang ditampilkan tidak hanya kegiatan rutin, tetapi juga kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang bersifat accidential. Baik yang sudah dilangsungkan maupun yang baru
direncanakan.
a. Spiritual dan ritual Gereja
Aktivitas kegiatan OMK terkait dengan spiritual dan ritual Gereja
meliputi; keterlibatan dalam perayaan Natal, perayaan Paskah, misa BKS,
Natal anak, dan Paskah anak. OMK juga secara teratur mengikuti serta
membantu sosialisasi Aksi Puasa Pembangunan, Bulan Kitab Suci, dan
Advent. Di luar lingkup gereja paroki, OMK juga menyempatkan untuk
mengurus dan mengikuti misa PIA Keuskupan Agung Semarang, parade
kitab suci, Road rosary, ziarah bersama, serta wisata liturgi.
b. Pendampingan dan pengembangan kompetensi
Terkait dengan usaha peningkatan kompetensi dan pemberdayaan
kaum muda, OMK melakukan banyak sekali kegiatan dalam berbagai
bentuk acara. Salah satu usaha adalah dalam bentuk pendampingan,
seperti; acara temu mudika, sarasehan remaja & kaum muda, rekoleksi
bersama, kunjungan Mudika, rapat rutin, rapat kerja, dan Week end
regenerasi pengurus. Sedangkan untuk peningkatan kompetensi, acara-
acara yang pernah dilakukan, seperti; porseni kaum muda, pelatihan,
latihan koor, pelatihan pendamping PIA-PIR, tugas koor penutupan
Novena Gunung Sempu, membantu mengisi koor pernikahan, latihan
lektor, tugas koor keuskupan, tugas koor untuk ulang tahun Gereja Hati
Kudus Yesus, dan mengisi pembacaan misa pernikahan. Ada juga usaha
meningkatkan kompetensi dengan membantu acara komunitas lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
seperti; fasilitator pasar pengetahuan, mendampingi sekolah minggu
paroki, Live In Pendampingan iman remaja (PIR) & anak, membantu acara
lomba koor antar wilayah PIR-PIA, menjadi fasilitator pembekalan calon
krisma, fasilitator rekoleksi PIA-PIR wilayah Gereja barat, mendampingi
sanggar seni Renata, dan meramaikan acara lomba baca kitab suci.
c. Sosial kemasyarakatan
Dalam bidang sosial kemasyarakatan, kegiatan yang dilakukan
OMK terdiri dari berbagai bidang, seperti; mengadakan donor darah,
sunatan massal, kunjungan ke panti asuhan, kunjungan kasih, dan
menggagas Misa serta sarasehan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Untuk usaha saling mengakrabkan dengan komunitas lain dan masyarakat,
dibuat acara seperti; ziarah kaum muda, porseni kaum muda, pit-pitan
sehat, temu mudika, Pugeran Fest, syukuran, pameran UKM, pameran
BKSN, lomba masak kreasi tempe, doa lintas agama, penanaman pohon
bersama komunitas-komunitas yang ada, temu pendamping PIA, pesta
nama, pengiriman juara koor kekevikepan, dan pengiriman juara koor ke
Keuskupan Agung Semarang.
C. DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN
Dari hasil wawancara dengan 3 orang subjek, diperoleh beberapa tema
(theme) yang menjadi struktur dasar pengalaman subjek. Sebelum masuk ke
dalam proses analisa, di bawah ini dipaparkan deskripsi subjek secara singkat
dengan sedikit narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
1. Budiman (nama samaran)
Budiman adalah seorang OMK yang berumur 27 tahun. Ia bekerja
sebagai tenaga bantu pemerintah kota Yogyakarta yang tinggal di kelurahan
Kadipaten. Budiman dan sahabat-sahabatnya yang juga merupakan seorang
aktivis OMK selalu menjalani hari-hari bersama, baik itu berangkat bekerja
maupun ketika berkegiatan untuk Gereja. Kegiatan utama sehari-hari
diantaranya, yaitu; bekerja, organisasi kemasyarakatan, dan kegiatan Gereja.
Budiman hidup dengan ibunya yang seorang pedagang makanan dan keluarga
besar almarhum ayahnya.
Budiman telah terlibat dalam kegiatan OMK sejak ia masih duduk di
bangku SMA. Peran sertanya dari lingkungan sampai pada tingkat kevikepan
DIY. Keprihatinan terhadap masalah Mudika adalah salah satu alasan
Budiman untuk selalu menghidupkannya dengan kegiatan-kegiatan. Selain itu
ia juga merasa Gereja adalah tempat mengembangkan talenta-talentanya. Saat
ini Budiman mendapat tugas dari lingkungan untuk menjadi seorang sekretaris
dalam struktur kepengurusan. Sebagai seorang OMK ia tidak membatasi diri
pada kegiatan eksklusif muda-mudi saja, tetapi juga hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan dan agenda lingkungan.
2. Kartini (nama samaran)
Kartini adalah seorang OMK yang berumur 22 tahun. Ia tinggal
dengan orang tuanya yang bekerja di bidang perdagangan, di daerah
Tamantirto, Kasihan, Bantul. Wilayah tempat tinggal Kartini terletak cukup
jauh di arah barat daya Paroki Pugeran. Kartini masih tercatat sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mahasiswa fakultas sastra sebuah PTS di Jogjakarta. Kegiatan sehari-harinya
adalah kuliah, mengurusi Pendampingan Iman Anak paroki, dan memberikan
les-les privat bahasa Inggris pada anak sekolah. Kartini berada di rumah hanya
saat malam hari ketika semua tugas dan kegiatannya di luar telah selesai.
Sejak SMA Kartini telah tergabung dalam kepengurusan PIA. Sudah
lebih dari 3 periode kepengurusan telah ia bantu sampai ia sekarang masuk
tahun keempat studi S1nya. Ketertarikannya pada PIA berawal dari minat dan
kesukaan pada dunia anak-anak. Keterlibatan Kartini di lingkup yang lebih
besar (paroki) sudah ia cita-citakan sejak awal masuk dalam keanggotaan
Mudika lingkungan. Baginya, Gereja merupakan salah satu milik orang muda,
maka dari itu ia berusaha sebaik-baiknya memberikan kontribusi melalui
potensi yang dimiliki. Pada waktu-waktu tertentu ia juga menyempatkan untuk
membantu PIA lingkungan atau meramaikan kegiatan-kegiatan Mudika
wilayah.
3. Widodo (nama samaran)
Widodo adalah seorang OMK yang berumur 26 tahun. Ia merupakan
pekerja seni freelance yang tinggal daerah Gedong Kiwo. Widodo bersama
ketiga adiknya hidup dengan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai PNS.
Jam kerja Widodo cukup tinggi, hanya 2-3 hari ia menyempatkan tidur di
rumah. Sebagian waktunya ia habiskan untuk survey & assessment terkait
dengan promosi usahanya. Saat ini Widodo sedang menekuni bidang
advertising & training bersama rekan-rekan seprofesi dengan mengibarkan
nama Holicare Foundation. Waktu luang yang ada ia gunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menyambangi komunitas-komunitas Gereja ataupun OMK secara personal.
Widodo juga selalu menyempatkan membantu event Gereja terutama yang
berbau kesenian.
Peran serta dan kontribusi Widodo sangat besar bagi Gereja secara
umum maupun Paroki Pugeran secara khusus. Usahanya untuk membantu
komunitas-komunitas kaum muda dalam meregenerasi kepengurusan banyak
menuai hasil yang positif. Ide-ide yang disumbangkan begitu sangat
bermanfaat. Kemampuannya dalam berorganisasi telah diakui banyak orang
dan dimanfaatkan dengan baik. Potensi Widodo di bidang seni telah ia
terapkan pada acara-acara non-liturgis Gereja maupun di kegiatan sosial
kemasyarakatan secara umum. Bagi Widodo, berkegiatan untuk Gereja
adalah salah satu bentuk atau cara ia dalam memuji Tuhan.
D. TEMA-TEMA
1. Tema-tema dasar pengalaman berkegiatan untuk Gereja
Uraian di bawah ini adalah bentuk kategorisasi sebagai tema
dasar hasil pengalaman-pengalaman OMK ketika berkegiatan untuk
Gereja. Tema ini merupakan hasil olah data subjek dan dibuat secara
struktural. Kemudian hal tersebut menjadi bentuk sistematika analisa
fenomenologis dalam penelitian ini dengan menyertakan kutipan asli
pernyataan para subjek sebagai hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
a. Kebutuhan Akan Perkembangan Diri
Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diagendakan
Gereja adalah ajang untuk mencoba tantangan peran, tugas,
tanggung jawab dalam suatu posisi tertentu. Kesempatan ini
menjadi sarana untuk belajar mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki setiap OMK agar menjadi individu yang
lebih baik. Berikut ini adalah keinginan subjek yang diungkapkan
dalam pernyataannya.
i) Kebutuhan aktualisasi dan perkembangan diri
Adanya kesadaran dan keinginan berperan aktif ketika
berkegiatan untuk Gereja. Harapan subjek adalah mengembangkan
talenta, mengaktualisasikan diri secara penuh serta dapat berkreasi
dalam setiap kesempatan-kesempatan yang ada. Berikut ini adalah
beberapa pernyataan dari subjek tentang kebutuhannya akan
aktualisasi dan perkembangan diri.
“...menginginkan adanya sebuah keseimbangan bahwa saya harus menggunakan diri saya kekuatan yang saya punyai untuk digunakan supaya bisa berguna…“(Tn, 7-23) “…aku merasa bahwa aku mungkin ini duniaku untuk bisa mengembangkan diri…” (Ir, 14) “…dapat berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri…dapat katakanlah mengaktualisasi diri, memberdayakan diri…” (Tn, 122-126) “…ya paling tidak punya semangat, jiwa-jiwa kreatiflah… ya bisa berekspresi, mampu menggagas…” (Fj, 112-117) “Ingin berkarya bahwa aku ini ya mampu lah! Bisa menggagas yang namanya liturgis, dalam arti aku ini ya belum pernah, ingin menunjukkan diriku sendiri bahwa aku bisa…” (Fj, 163-172)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
“…mendapatkan porsi yang cukup untuk berkreasi di lingkungan.” (Tn, 518-523)
Subyek mempunyai harapan untuk bisa meningkatkan diri,
belajar hal baru, mendapatkan ilmu baru, serta belajar menjadi
seorang Pendamping Iman Anak (PIA) yang baik dalam
memahami anak-anak dan perkembangannya.
“…mungkin akan lebih aku tingkatkan lagi bagaimana sebuah pengalaman bagaimana aku meningkatkan lagi…” (Ir, 59-61) “Disitu aku bisa banyak belajar hal-hal baru tentang ya yang berhubungan dengan anak-anak…” (Ir, 98-99)
ii) Kebutuhan sosialisasi diri
Subjek memiliki keinginan mencari teman, kesadaran untuk
bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling
mengenal karakter. Harapannya yaitu sebuah kekompakan agar
terwujud dinamika yang lebih hidup di komunitas. Alasan diatas
diungkapkan subjek lewat pernyataan-pernyataan berikut ini.
“Pada awalnya alasan saya sangat sederhana, ingin mendapatkan teman yang banyak. Jadi pada saat awal-awal saya mulai berkegiatan di mudika itu ingin mendapatkan teman…” (Tn, 1-4) “…Ketika aku masuk ke kepengurusan Mudika, aku merasa bahwa aku mungkin ini duniaku untuk bisa mengembangkan diri bisa share sama temen-temen. Yang pasti karena seiman juga…” (Ir, 14-15) “…kita bekerja sama dalam beberapa kegiatan ya memang ada itu kesadaran diri sendiri…” (Tn, 41-47) “…kemudian kalau perasaan saya seneng banget karena dapat mengenal karakter dari banyak sekali kaum muda yang terlibat…” (Tn, 122-126) “…mempunyai tujuan yang lebih penting lagi yaitu adanya kekompakan dan kerja sama dari kaum muda, PIA, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan mudika lingkungan di paroki Pugeran ini.” (Tn, 238-241) Adanya keinginan dari para subjek untuk dapat berbagi dan
mencoba merangkul serta melibatkan teman-teman agar dapat
saling mengisi serta membantu antara satu dengan yang lainnya di
dalam kegiatan Gereja.
“Aku bisa saling share tentang kondisi sekolah minggu di gereja masing-masing, tapi khususnya kita lebih pada perkembangan anak bagaimana kita sebagai pendamping PIA memahami anak-anak.” (Ir, 101-105) ‘…aku ikut, ngikuti dari awal, ini komitmennya memang untuk menyiapkan temen-temen kaum muda. Jadinya ya perasaannya memang ini cuma baru jadi awalan. Ini awalan untuk itu, membenahi dan merangkul temen-temen yang lain, dari lingkungan-lingkungan atau wilayah di paroki Pugeran ini ya dilibatkan semua. Ada keterlibatan di setiap wilayah itu ada, semua ada, terwakili semua.” (Fj, 98-99) “…membantu untuk mengatasi atau menutupi kekurangan-kekurangan yang selama ini belum ada yang mengisi…” (Tn, 187-192)
b. Kebutuhan Akan Peran & Tempat
Dalam agenda Gereja, OMK mencoba mencari posisi-
posisi dimana ia bisa lebih berperan. Berusaha tampil di depan dan
memperlihatkan dirinya dihadapan Gereja dalam penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan adalah kesempatan yang dinantikan subjek agar
mendapatkan tempat di tengah umat dan masyarakat secara umum.
Berikut beberapa tema atas pernyataan subjek.
i) Harapan akan peran dan tempat
Subyek mempunyai harapan akan sebuah media,
komunitas, dan ruang ekspresi untuk mengkoordinasi teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
agar dapat beraktivitas, berperan, dan menambah pengalaman.
Subjek mempunyai anggapan bahwa Gereja milik orang muda dan
sebagai tempat untuk mengaktualisasi diri serta berkarya.
“…yang menjadi pikiran kami bersama bahwa Natal ini hanya sebuah media dan ada karena ada tujuan yang lebih besar lagi daripada hanya sekedar melaksanakan Natal, namun yang pertama mendapatkan kepercayaan kembali dari dewan paroki kemudian yang kedua dapat mengkonsolidasi temen-temen di wilayah yang ada di Pugeran ini untuk bergabung di perayaan Natal ini…” (Tn, 112-119) “…nampaknya akan lebih menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dalam berkegiatan ini. Makanya saya merekomendasikan teman-teman kaum muda segala lingkungan untuk diberikan porsi yang cukup bagi mereka untuk berkreasi di lingkungan.” (Tn, 518-523) “Ya harapannya mereka baik ya kan kurang gimana ya, tapi ini organisasi kan banyak di gereja. Mereka tidak memperbolehkan, langsung dicut, gitu ya gak bisa. Karena mungkin juga merasa gereja bakal miliknya siapa sih kalau bakal miliknya orang muda. Share sama ibuku gitu…” (Ir, 296-297) Saat berkegiatan, subjek berusaha berperan, menjalankan,
& menyelesaikan tugas yang ada dengan baik. Subjek mencoba
membenahi teman-teman & menanggapi kesempatan yang telah
ditawarkan.
“…ya mengatur acara dan membuat bagaimana sebuah sesuatu event itu bisa berhasil dalam semua acaranya…” (Ir, 37-38) “Aku mencoba mengajak anak-anak untuk suka padaku dan memang anak-anak suka padaku. Ya memang coba aja…” (Ir, 129-131) “Ya sebelum aku….ketika aku masih di Pugeran, masih bisalah, waktu-waktu ini. Semoga bisa mengatur waktu-waktuku dan aku masih ingin berkarya…” (Fj, 278-279)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ii) Membangun peran
Agar lebih maksimal dan lebih baik dalam berperan, subjek
melakukan bermacam-macam usaha-usaha memperbaiki peran.
Subyek mengadakan acara refreshing untuk menghilangkan
kebosanan, refleksi atas kegagalan yang dilakukan, tetap berkepala
dingin & berpikir positif serta berusaha memahami orang lain.
“…sebelum hari-Hnya itu temen-temen sempat ngedrop karena ya banyak temen-temen panitia yang mulai menarik diri untuk aktif dalam kegiatan bekerjanya dan namun hal itu bisa kami atasi dengan mengadakan sebuah agenda bersama yaitu refreshing… akhirnya kebosanan temen-temen bisa teratasi dan mulai saat itu dapat kembali baik lagi menjalankan tugas masing-masing…” (Tn, 146-153) “Saya kira saya mencoba refleksi saja. Kalau saya kalau dibilang ya seneng, iya. Meskipun kurang berhasil namun poin ada beberapa poin yang dapat tercapai sehingga yang menghapus atau minimal menutup agregat kegagalan itu…” (Tn, 161-166) “…ya dengan adanya masalah itu kita ya tetep dengan kepala dingin artinya ketika mereka memang tidak bisa hadir ya sudah, karena ini memang bukan sesuatu yang harus, gitu. Kalau memang tidak bisa ya sudah kemudian ya tetap kita positif aja untuk temen-temen yang mempunyai motif lain…” (Tn, 282-287)
Subjek merasa harus tahu diri, mencoba mengatur waktu,
dan tidak memaksakan diri. Selain itu, subjek juga mencoba untuk
saling menjalankan peran yang lain dengan tetap konsisten dengan
tujuan awal & selektif terhadap posisi yang dipegang.
“Hari ini aku harus bisa menyelesaikan kayak kemarin, proker. Terus besok masih bisa untuk mikir yang lain, besok lagi masih bisa untuk kegiatan lain. Jadi aku selalu mencoba mengatur waktu-waktuku sendiri…” (Ir, 306-307) “Sebenarnya ketika aku dihadapkan dengan tidak ada aku menjalaninya dengan balance aja selagi aku bisa kerjakan kalau tidak bisa ya aku kerja ya sudah…” (Ir, 376-377)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
“Siasatnya kalau aku selama ini aku tidak mau kalau diajak di suatu kepanitiaan acara Gereja, aku tidak menjadi peran pokok. Tidak mau menjadi koordinator, hal-hal yang penting, tokoh-tokoh, atau subyek-subyek penting. Aku hanya membantu saja. Posisiku gitu aja.” (Fj, 359-364)
iii) Tidak diterima dan tidak mendapatkan tempat
Ada saat dimana subjek tidak mendapatkan tempat untuk
beraktivitas. Subjek mengalami kejadian dimana ia tidak mampu
menyatukan diri dan menjadi bagian Mudika ketika bergabung di
awal-awal keterlibatannya.
“…tapi ternyata dalam berdinamika dengan temen-temen di Mudika ternyata aku tidak mampu untuk lebih jauh lagi, maksudnya lebih menyatukan diri dalam Mudika itu…maksudnya bahwa aku bagian dari Mudika…” (Ir, 16-18) “Ketika aku di Mudika di wilayahku dulu aku pernah tergabung, aku kurang bisa merasa homy. Aku merasa bahwa kok temen-temennya kok kaya’ gini sih, seperti ini, kok seperti itu. Banyak pertanyaan-pertanyaan besar di dalam diriku. Mungkin bukan ini tempatku untuk berorganisasi, untuk berkegiatan di Gereja.” (Ir, 207-210) Penerimaan orang lain terhadap diri sangat penting bagi
subjek. Walaupun sudah sering terlibat pada banyak kegiatan,
terkadang subjek merasa dirinya tidak diterima oleh para OMK
ataupun anggota Mudika.
“Aku yakin temen-temen ini banyak yang nggak menerimaku karena aku keliling di beberapa lingkungan atau beberapa temen mudika paroki, mereka menganggap bahwa aku ini sok heroic.” (Fj, 212-216) “Gep-gepan terus itu aku merasa seperti tidak diterima…Saya seperti dicuekin, tidak diperhatikan…kaya’nya sudah mengalami banyak kekecewaan dan merasa bahwa ini mungkin aku tidak diterima di sini.” (Ir, 222-227)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
iv) Kegagalan peran
Terkadang terjadi kegagalan-kegagalan dalam setiap peran
yang dijalankan oleh subjek. Ia pernah merasa belum berhasil
berperan dan dianggap asal jalan pada suatu kesempatan. Perannya
yang tidak maksimal membuat acara tidak berjalan dengan baik.
“Ada kegagalan ketika suatu sesi dalam sebuah perayaan Natal itu terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik…waktu itu ketika saya dan temen-teman harus bertugas…namun ternyata ada beberapa teman yang belum datang dan bila harus segera main sehingga dengan keterbatasan personil dan keterbatasan kemampuan sehingga dalam memainkannya ini kacau balau…” (Tn, 316-326) “…aku ketika bercerita tidak bisa. Mungkin kurang ya mungkin karena mood juga kurang untuk bisa mengajak anak-anak jadi kesannya ya aku hanya sekedar membacakan sebuah cerita itu.…biasanya dari bercerita dari buku, biasanya tidak dari buku dan sangat sangat garing, terus mereka akhirnya bermain sendiri. Aku kurang bisa membawakan cerita dengan baik atau tidak bisa mengajar dengan baik.” (Ir, 160-168) “…mereka menganggap bahwa aku ini sok heroik. Wong orang baru kok tiba-tiba buat acara asal. Asal nerabas-nerabas dan mereka ada yang beberapa ini, aku cuma mendengar rerasan aja, bahwa…”Kok kaya’ gini?” (Fj, 215-220)
c. Kebutuhan Akan Pengakuan
OMK adalah salah satu anggota dari umat Gereja. Banyak
sekali kegiatan dan aktivitas liturgis maupun non-liturgis yang ada.
Tentu saja dinamika yang terjadi sangat beragam. Bermacam-
macamnya acara yang diselenggarakan, OMK berusaha menunjukkan
kemampuannya. Mendapatkan pengakuan dari umat dan masyarakat
secara umum adalah keinginan dari banyak pihak, termasuk OMK
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
i) Pengakuan akan eksistensi dan tempat
Dalam menjalani kegiatan Gereja, subjek ingin mendapat
porsi yang cukup & dapat menjadi ujung tombak serta mendapat
kepercayaan oleh dewan. Subjek berharap terciptanya sebuah
dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas. Ada saat
dimana subjek merasa diakui ketika ia diberi sebuah peran,
diandalkan, serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah.
Akan hal ini, subjek akhirnya merasa sudah punya tempat.
“Yang paling penting saat perayaan Natal 2009, karena kebetulan saya dengan panitia dengan temen-temen MPP dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal, dan bagi saya ini adalah sebuah pengalaman yang paling penting bagi saya karena bisa bergabung dengan banyak sekali teman dan mendapatkan kepercayaan dari dewan yang sampai sekian lama itu ada sedikit pengaruh pikiran yang negatif terhadap kaum muda.” (Tn, 102-108) “…temen-temen ini selama ini sangat nyaman. Karena mereka…kenapa aku bisa mengatakan bahwa mereka nyaman dengan atau sangat enak sama aku, ketika setelah acara itu atau ketika saya mempunyai yang lain, temen-temen saya kontak atau saya sambati, saya minta yang lain, tolong ini, mereka mau. Jadi ini menurutku menjadi sebuah indikator bahwa. Oooo, temen-temen ternyata juga istilahnya sayang atau apapun sebutannya, yang tentang aku.” (Fj, 193-202) “…kita menetralkan itu ya sekarang tetap saya temui temen-temen, saya jelaskan tujuannya kaya’ gini, tujuannya ini. Saya beri pemahaman pada temen-temen. Tetap istilahnya aku datang secara personal, atau ke kelompok mereka, tujuannya kaya’ gini, sehingga biar temen-temen kan sama aku ini bisa beriringan enak. Tidak ada saling kecurigaan, makanya ya kaya’ gitu itu…” (Fj, 227-234) “…ada beberapa pengurus yang ketua lingkungan kalau di lingkungan dari ketua lingkungan pada saat itu istilahe bener-bener njagakkelah ya mengandalkan saya dalam beberapa hal. Kemudian di wilayah Kraton juga mengandalkan saya dalam beberapa hal sampai-sampai saya pindah dari lingkungan lainpun dengan wilayah yang berbeda juga saya didatangi ke rumah saya yang baru untuk tetap melaksanakan kerjasama di wilayah yang sama.” (Tn, 350-354)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
“Sudah bisa terbaca bahwa Fajar ini ya di situ itu… ya kaya’ gitu itu. Iya, aku apa adanya. Kalau misalnya aku sering guyon, celelekan, aku terlalu banyak celelekan, terlalu banyak bicara, itu sudah bisa. Temen-temenpun yang lain sudah sangat bisa membaca diriku aku apa adanya, aku yakin…” (Fj, 184-190)
ii) Kebanggaan dan penghargaan atas diri
Dalam diri subjek muncul rasa bangga saat suatu acara
yang diselenggarakan dapat berjalan lancar. Selain itu adanya
penghargaan terhadap diri atas sebuah keberhasilan suatu peran
yang telah dijalankan.
“Jelas. Kalau bangga itu pasti karena bagi saya bahwa ketika saya bisa memberdayakan diri saya.untuk kepentingan bersama ini merupakan suatu kebanggaan bagi diri saya, karena ketika apa yang menjadi konsep diri saya sebisa mungkin memberdayakan diri saya untuk kepentingan orang lain dapat terlaksana di dalam kepanitiaan Natal ini.” (Tn, 171-177) “Aku enjoy aja. Seneng dan metode itu aku gunakan ketika aku ngajar. Dulu sempet aku ngajar di TK Kanisius. Aku dulu juga ngajar bahasa Inggris dan aku juga menggunakan kostum itu untuk bercerita. Anak-anak sangat tertarik ketika aku menjadi tokoh ini, tokoh itu untuk bercerita untuk mengajar…” (Ir, 143-149) “Ya. Aku bisa mengatakan iya. nuwun sewu agak narsis sedikit. Ya memang berpengaruh karena ya temen-temen ini ya karena yang paling tua. Seumuran ini hanya beberapa orang, paling tua ini hanya generasiku. Ketika di panitia disebelum Natal ini, itu aku sangat berpengaruh. Karena temen-temen apa-apa minta sarannya ke saya. Mereka menganggap aku ini tahu segala di temen-temen mudika…” (Fj, 236-243)
Subjek merasa dihargai dan diperhatikan oleh teman-
temannya. Ia juga merasa berkesan karena diterima, diakui
kemampuannya & pernah ditunjuk sebagai seorang koordinator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada akhirnya subyek mendapatkan mendapatkan peran yang
cocok.
“Pasti, dan cukup itu tadi menjadikan suatu dorongan bagi saya untuk...karena temen-temen sudah membantu dan menyempatkan dirinya ya otomatis sayapun juga harus menyemangati diri saya untuk lebih menyempurnakan kegiatan.” (Tn, 208-212) “…ketika aku ke PIA kok aku merasa bahwa mendapatkan kondisi yang menyenangkan juga. Ya aku merasa ini rumahku. Aku bisa banyak berkegiatan disini.” (Ir, 213-216) “Sebetulnya aku ditunjuk. Dalam arti itu ada sebuah kesepakatan, di situ ada kesepakatan…terus kita berbagi peran….Setelah temen-temen yang lain memposisikan sendiri-sendiri, terus saya juga ya itu merasa sangat…kemungkinan di bagian itu paling aku bisa lah, aku cocok. Ya di bagian itu….” (Fj, 29-36)
d. Kesadaran akan kondisi diri (internal) dan situasi lingkungan
(eksternal)
i) Potensi dan minat (diri)
Subjek mempunyai banyak peran, pengalaman & aktivitas
di komunitas. Ia sering dipercaya memegang posisi-posisi tertentu
dalam kepengurusan maupun kepanitiaan. Subjek menyadari
bahwa hal ini merupakan suatu pengalaman yang dapat
mengembangkan potensi dan minatnya. Berikut ini beberapa
penyataan subjek terkait dengan potensi dan minatnya.
“…dengan adanya aktivitas saya di beberapa komunitas justru bagi saya komunitas-komunitas itu yang sangat mendukung perkembangan dari pribadi saya seperti ketika saya bekerja, di situ banyak hal yang bisa saya terapkan ketika saya berkomunitas di mudika seperti berkomunikasi dengan orang, bagaimana kita berperilaku di perusahaan-perusahan di perusahaan saya bekerja lebih-lebih saat beberapa tes wawancara ketika saya melamar di beberapa perusahaan.” (Tn, 363-372)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Potensi dan minat yang dimiliki sejak awal, seperti;
perasaan bangga, sifat berani, kepercaya diri, lucu, menyukai anak-
anak & merasa diri orang yang menarik adalah modal yang
diharapkan subjek nantinya dapat untuk mengembangkan dirinya.
Tidak terkecuali, minat dan kemampuan dibidang seni juga dapat
dikembangkan lewat kegiatan non-liturgis Gereja.
“Pendamping PIA itu kan tidak kalau bisa harus malu-maluin di depan anak-anak. Jadi kita harus bisa berani, ya pedelah dengan anak-anak.” (Ir, 115-116) “…aku suka anak-anak dan aku bisa. Maksudnya aku bisa sedikit banyak terlibat dalam kegiatan PIA dan mereka sangat sangat terbuka…” (Ir, 192-193) “…ya aku membantu temen-temen lain yang menggarap acara atau cuma membantu temen-temen lain….Dari tahun 2008 sampai tahun ini lebih ke kesenian. Aku lebih ke bidang kesenian.” (Fj, 291-296)
ii) Kepekaan terhadap masalah (lingkungan)
Belajar dari masalah dan memikirkan bagaimana
pemecahannya. Hal ini disadari oleh subjek sebagai suatu
kepekaan terhadap kondisi Gereja. Subjek tahu ada masalah
kemudian melakukan pendekatan pada pihak yang terkait dan
mengajak untuk terlibat dalam penyelesaian.
“Yang pasti pendekatan ke temen-temen yang lebih muda dari saya dengan mengajak mereka untuk pertama-tama bukan untuk kegiatan liturgi, namun mencoba untuk mengetahui dunia mereka itu dunia yang seperti apa, kemudian kita bisa masuk ke dalam dunianya. Kita bisa dengan lebih mudah untuk mengajak mereka, menggiring mereka ke kehidupan gereja.” (Tn, 483-490) “…karena dulunya kan memang ada tanggapan miring, opini-opini miring. Makanya ini ya semoga dengan kegiatan ini bisa tereleminir, semua ya bisa. Sebenarnya temen-temen kaum muda ini ya paling tidak punya semangat, jiwa-jiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kreatiflah. Salah satunya ini ya keprihatinan. Yang kedua itulah bahwa temen-temen muda ini ya bisa berekspresi, mampu menggagas yang dinamakan liturgis, tentang gereja, ya bisalah. Menghidupi Gereja ini ya bisa gitu itu.” (Fj, 112-117) Kepekaan muncul dari sebuah keprihatin karena subjek
merasa tidak punya ruang berekspresi. Kesadaran akan hal itulah
yang membuat OMK ingin mendapatkan haknya dalam berkreasi
dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
“…merasa ada keprihatinan terhadap kaum muda ini tidak pernah diberi ruang atau tempat ekspresi di tataran liturgis. Makannya temen-temen ini memberanikan diri… Ya kebetulan saja aku ikut, ngikuti dari awal, ini komitmennya memang untuk menyiapkan temen-temen kaum muda…” (Fj, 87-96)
e. Keinginan aktivitas beriman dan melayani
Sebagai salah satu anggota Gereja yang mempunyai tugas dan
kewajiban, OMK merasa mempunyai tanggung jawab untuk
menjalankan misi pelayanan Gereja di tengah umat secara khusus
maupun masyarakat secara umum. Berikut, beberapa pernyataan
subyek yang menjelaskan hal di atas.
i) Aktivitas melayani Gereja
Berkegiatan & menjalani aktivitas dengan teman-teman
OMK adalah sebuah cita-cita subjek untuk melayani Gereja. Hal
ini dilakukannya demi untuk menghidupi, membangun dan
berkarya untuk Gereja.
“…lebih pada kesadaran diri bahwa kita sebagai manusia diciptakan terutama saya diciptakan secara fisik itu sempurna….Tuhan juga menginginkan adanya sebuah keseimbangan bahwa saya harus menggunakan diri saya kekuatan yang saya punyai untuk digunakan supaya bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
berguna untuk orang lain, banyak kegunaan pada diri saya sehingga dengan adanya saya, orang lain dapat terbantu minimal membantu secara pelayanan khususnya di gereja kalau untuk kaum muda ini.” (Tn, 7-23) “Kalau komitmen awal kan membangun Gereja…” (Fj, 163) “Menghidupi Gereja ini ya bisa gitu itu..” (Fj, 121) “Ya sebelum aku….ketika aku masih di Pugeran, masih bisalah, waktu-waktu ini. Semoga bisa mengatur waktu-waktuku dan aku masih ingin berkarya….” (Fj, 278-279)
ii) Aktivitas beriman
Selain hal-hal yang berkaitan dengan materi, subjek merasa
ada sesuatu yang mereka rasa itu perlu untuk didapatkan.
Kebutuhan akan iman dirasakan subyek, dan itu ia peroleh dari
kegiatan-kegiatan yang diikuti.
“Ya ini. Ini caraku untuk memuji Gusti. Dengan berkegiatan untuk Gereja, berkarya untuk Gereja, ini adalah caraku memuji Tuhan. Tidak harus melulu dengan doa dan mengikuti misa di gereja…” (Fj, 369-372) Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih singkatnya dapat
dilihat dalam tabel konsep. Tabel 1 di halaman selanjutnya berisi
kategorisasi dari konsep-konsep yang ada disertai dengan tema.
Tabel. 1
Konsep dan tema pengalaman
Konsep pengalaman Tema/cara pengalaman Kebutuhan akan perkembangan diri - kebutuhan aktualisasi dan
perkembangan diri - kebutuhan akan sosialisasi diri
- Adanya kesadaranan dan keinginan
berperan aktif untuk mengembangkan talenta, belajar hal baru, memahami menjadi seorang pendamping serta dapat berkreasi.
- Keinginan mencari teman, kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
untuk bekerjasama, merangkul, melibatkan & saling mengenal karakter demi sebuah kekompakan agar terwujud dinamika yang lebih hidup di komunitas
Kebutuhan akan peran dan tempat - harapan akan peran & tempat - membangun peran - tidak diterima & tidak mendapatkan
tempat - kegagalan peran
- Harapan akan sebuah media, ruang
berekspresi & komunitas untuk mengaktualisasi diri, berperan, berkarya, mengkonsolidasi teman-teman agar dapat beraktivitas, menjalankan tugas & menambah pengalaman
- Merasa harus tahu diri, refleksi atas
kegagalan, mencoba mengatur waktu, tidak memaksakan diri, memahami orang lain, tetap berkepala dingin, refreshing & berpikir positif. Selain itu bersikap selektif serta konsisten terhadap peran yang dipilih.
- Dianggap cari muka, tidak diterima
idenya, tidak mampu menyatukan diri dan menjadi bagian Mudika.
- Peranan tidak maksimal, tidak
mampu mengajar dengan baik & acara tidak berjalan baik serta dianggap asal jalan.
Kebutuhan akan pengakuan - pengakuan akan eksistensi & tempat
- Mendapat porsi yang cukup &
menjadi ujung tombak serta mendapat kepercayaan oleh dewan untuk sebuah dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas
- Ingin mengubah tanggapan miring serta membuktikan bahwa kaum muda bisa beriring bersama membersihkan nama baik
- Teman-teman dirasa nyaman sayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
- kebanggaan & penghargaan atas diri
terhadap dirinya - Bisa mengaktualisasi diri, merasa
sudah mempunyai tempat, diberi peran, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah
- Merasa bangga, dihargai, diperhatikan oleh teman, disukai anak-anak, diakui kemampuannya, mendapatkan peran yang cocok, ditunjuk sebagai koordinator & berkesan atas sebuah keberhasilan suatu peran.
- Bisa mengaktualisasi diri, merasa
sudah mempunyai tempat, diberi peran, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah
Kesadaran akan diri dan lingkungan - potensi dan minat - kepekaan terhadap suatu masalah
- Punya banyak peran, perasaan
bangga, berani, percaya diri, menarik, suka anak-anak, pengalaman di bidang seni & aktivitas di komunitas yang dianggap mendukung perkembangan diri.
- Tahu ada masalah kemudian
melakukan pendekatan dan mengajak untuk terlibat
- Prihatin karena tidak punya ruang berekspresi & mencoba mengubah tanggapan miring terhadap kaum muda
Keinginan akan aktivitas beriman dan melayani - aktivitas melayani Gereja
- Berkegiatan & mengkoordinasi
teman OMK adalah sebuah cita-cita untuk melayani Gereja.
- Menghidupi, membangun &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
- aktivitas beriman
berkarya untuk Gereja - Melakukan kegiatan untuk memuji
Tuhan
2. Sintesa data pengalaman
Berdasarkan kategorisasi konsep pengalaman dan
tema/cara pengalaman, langkah selanjutnya yaitu menentukan
sintesa dari pengalaman tersebut. Sintesa inilah yang menunjukkan
bentuk struktur dasar pengalaman OMK yang berkegiatan untuk
Gereja menjadi sebuah proses pemaknaan. Untuk lebih jelasnya
lihat Tabel. 2 di halaman berikutnya.
Tabel. 2 Sintesa Data Pengalaman
Konsep yang menjadi struktur dasar
Tema/cara pengalaman Struktur dasar yang menjadi pemaknaan pengalaman OMK
Kebutuhan 1. Kebutuhan akan
perkembangan diri
2. Kebutuhan akan
peran & tempat
- Mengembangkan bakat - Mencari teman - Mengenal karakter - Punya banyak peran - Butuh media, dan
ruang berekspresi - Merasa harus tahu diri - Refleksi atas
kegagalan - Mengatur waktu - Tak memaksakan diri - Memahami orang lain - Tetap berkepala dingin
Tiga konsep dasar (kebutuhan, kesadaran, keinginan) subjek ini merupakan struktur dasar dari pengalaman berkegiatan. Struktur dasar ini di akhir analisa diintepretasi sebagai sebuah alur pembentukan atau yang membentuk identitas diri subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3. Kebutuhan akan pengakuan
Kesadaran 4. Kesadaran akan
diri 5. Kesadaran akan
lingkungan Keinginan 6. keinginan
aktivitas beriman
7. Keinginan aktivitas melayani
- Ingin porsi cukup - Menjadi ujung tombak - Mendapat kepercayaan - Ingin mengubah
tanggapan miring - Teman-teman dirasa
nyaman dan sayang - Merasa bangga,
dihargai, diperhatikan dan diakui kemampuannya
- Bisa mengaktualisasi diri, merasa sudah mempunyai tempat, diberi peran & diandalkan
- Bangga, berani, percaya
diri, menarik & suka anak-anak.
- Peka pada masalah - Prihatin akan keadaan - Melakukan kegiatan
untuk memuji Tuhan - Berkegiatan dan
mengkoordinasi teman OMK adalah sebuah cita-cita untuk melayani Gereja.
- Menghidupi, membangun dan berkarya untuk Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
E. STATUS IDENTITAS
Dari tema-tema pengalaman, dapat dilihat model status
identitas OMK. Model ini disesuaikan dengan indikator-indikator
menurut kategorisasi yang disusun oleh Marcia (dalam Santrock,
2003). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel. 3
Model status identitas
Model status identitas Tema/cara pengalaman Identity Achievement
Indikator: cukup mantap, mampu memberikan alasan untuk pilihan mereka dan mampu menggambarkan bagaimana komitmen tersebut dipilih
Indikator: mampu /tahan terhadap pengaruh lingkungan terkait dengan harga dirinya, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri,
- Adanya kesadaranan dan keinginan berperan
aktif untuk mengembangkan talenta, belajar hal baru, memahami menjadi seorang pendamping serta dapat berkreasi.
- Merasa harus tahu diri, refleksi atas kegagalan, mencoba mengatur waktu, tidak memaksakan diri, memahami orang lain, tetap berkepala dingin, refreshing & berpikir positif. Selain itu bersikap selektif serta konsisten terhadap peran yang dipilih.
- Bisa mengaktualisasi diri, merasa sudah mempunyai tempat, diberi peran, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah
- Punya banyak peran, perasaan bangga, berani, percaya diri, menarik, suka anak-anak, pengalaman di bidang seni & aktivitas di komunitas yang dianggap mendukung perkembangan diri.
- Merasa bangga, dihargai, diperhatikan oleh
teman, disukai anak-anak, diakui kemampuannya, mendapatkan peran yang cocok, ditunjuk sebagai koordinator & berkesan atas sebuah keberhasilan suatu peran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
serta peka terhadap harapan atau masalah lingkungan.
- Berkegiatan & mengkoordinasi teman OMK adalah sebuah cita-cita untuk melayani Gereja.
- Teman-teman dirasa nyaman sayang terhadap dirinya
- Menghidupi, membangun & berkarya untuk Gereja
- Merasa bangga, dihargai, diperhatikan oleh teman, disukai anak-anak, diakui kemampuannya, mendapatkan peran yang cocok, ditunjuk sebagai koordinator & berkesan atas sebuah keberhasilan suatu peran.
Identity Moratorium Indikator:
Sedang berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi dan menyatukan pendapat lingkungan
- Prihatin karena tidak punya ruang
berekspresi & mencoba mengubah tanggapan miring terhadap kaum muda.
- Keinginan mencari teman, kesadaran untuk bekerjasama, merangkul, melibatkan & saling mengenal karakter demi sebuah kekompakan agar terwujud dinamika yang lebih hidup di komunitas.
- Harapan akan sebuah media, ruang berekspresi & komunitas untuk mengaktualisasi diri, berperan, berkarya, mengkonsolidasi teman-teman agar dapat beraktivitas, menjalankan tugas & menambah pengalaman
- Mendapat porsi yang cukup & menjadi ujung tombak serta mendapat kepercayaan oleh dewan untuk sebuah dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas
- Ingin mengubah tanggapan miring serta membuktikan bahwa kaum muda bisa beriring bersama membersihkan nama baik
- Merasa bangga, dihargai, diperhatikan oleh teman, disukai anak-anak, diakui kemampuannya, mendapatkan peran yang cocok, ditunjuk sebagai koordinator & berkesan atas sebuah keberhasilan suatu peran.
- Tahu ada masalah kemudian melakukan pendekatan dan mengajak untuk terlibat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Identity Diffusion; Apatis Indikator: Isolasi sosial dan memiliki jarak dengan orang tuanya (baik fisik maupun psikis). Mereka mengalami dimana lingkungan tidak ingin menerimanya.
- Dianggap cari muka, dirinya tidak diterima,
tidak diterima idenya, tidak mampu menyatukan diri dan menjadi bagian Mudika.
- Terjadi benturan/beda pendapat dengan orang tua
F. PEMBAHASAN
Dalam keseluruhan hasil analisa data penelitian didapatkan
beberapa tema inti yang dapat diulas lebih lanjut. Dari konsep pengalaman
subjek bisa dilihat sebuah struktur dasar yang terbentuk dari tema/cara
pengalaman subjek saat berkegiatan. Pada akhir analisa, struktur dasar
diintepretasi sebagai alur pembentukan identitas diri. Struktur dasar ini
menjadi sebuah (hasil) pemaknaan dalam rangka usaha pencapaian
identitas diri. Sebelum mengulas proses pembentukan identitas diri dan
jenis model status identitas, perlu dipahami alur pengalaman berkegiatan
terlebih dahulu. Lebih jelasnya lihat skema di halaman selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Skema. 1
Skema dinamika pengalaman berkegiatan OMK pada Gereja
Kebutuhan
- Perkembangan - Peran & tempat - pengakuan
Kesadaran
- Potensi diri - Kepekaan
akan lingkunagn
Keinginan
- Melayani - beriman
Aktivitas kegiatan OMK
Visi misi & agenda Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Agar pembahasan proses pembentukan identitas diri lebih dalam,
konsep-konsep dimunculkan ke dalam tiga sub pembahasan dan dijelaskan
lebih terperinci lagi melalui sub-sub yang lebih kecil. Pertama adalah
kebutuhan; perkembangan diri, peran dan tempat, serta pengakuan. Kedua
adalah kesadaran; diri, terkait dengan minat dan potensi, serta lingkungan,
terkait dengan kepekaan terhadap masalah. Ketiga adalah keinginan;
aktivitas beriman dan aktivitas melayani Gereja. Keempat adalah model
status, jenis atau tahap identitas diri subjek penelitian.
1. Kebutuhan
Aktivitas sehari-hari orang muda pada umumnya cukuplah
padat. Sekolah, kuliah, bekerja, membantu orang tua, tugas rumah,
organisasi kemsyarakatan, sosialisasi diri di masyarakat, dan lain-lain.
Begitu juga Orang Muda Katolik (OMK). Selain aktivitas-aktivitas
tersebut, sebagai salah satu anggota kritiani, mereka juga mempunyai
aktivitas-aktivitas sosial kemasyarakatan. Aktivitas tersebut
merupakan bagian dari kegiatan yang ditawarkan Gereja dengan
agenda-agendanya melalui lingkup lingkungan, wilayah, maupun
paroki.
Keterlibatan OMK dalam setiap kegiatan yang ada merupakan
suatu bentuk usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan sebagai
seorang pribadi yang terus berkembang dan menjadi diri yang lebih
baik di tengah masyarakat. Kegiatan Gereja beserta wadah-wadah
yang dibentuk, seperti; Pendampingan Iman Anak (PIA), Mudika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
lektor, dan kelompok koor, dan lain-lain adalah sarana dimana
kebutuhan tersebut dapat terakomodasi.
a. Kebutuhan akan perkembangan diri
OMK melakukan aktivitas dengan selalu mencoba
mengikuti kegiatan-kegiatan baru yang menarik baginya. Mereka
berusaha mengaktualisasikan dirinya secara penuh dalam setiap
event yang diselenggarakan. Menurut mereka hal-hal seperti;
kemampuan berkomunikasi dalam sebuah koordinasi rapat
kepengurusan atau saat membaca kitab suci saat misa, latihan koor
rutin, mengreasikan konsep acara, menggeluti bidang liturgis,
terlibat dalam dunia anak-anak di sanggar seni, dapat menambah
kemampuan dan mengembangkan diri mereka.
Aktivitas di dalam komunitas Gereja selalu melibatkan
banyak OMK. Pada awal terjun di kegiatan Gereja, OMK berharap
dirinya dapat mengenal banyak orang dan dapat saling bekerjasama
satu sama lain. Membina hubungan lebih erat antar OMK agar
tercipta kekompakan adalah sebuah kebutuhan OMK untuk
berafiliasi dan bersosialisasi diri dengan orang lain.
Situasi yang dialami para OMK dalam usaha
mengembangkan diri ini merupakan suatu proses pembentukan
identitas. Ego, sebagai daya penggerak batin memiliki kapasitas
untuk memilih dan mengintegrasikan bakat-bakat, kemampuan-
kemampuan dan ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan dalam
melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial serta menjaga
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang paling cocok dan
efektif (Erikson, 1968).
Masuknya OMK ke lingkungan Gereja, bersosialisasi
dengan OMK yang lain dan saling berafirmasi satu sama lain
adalah salah satu proses perkembangan identitas, dimana hal
tersebut berpangkal pada kebutuhan inheren manusia untuk merasa
bahwa dirinya tergolong pada jenis orang-orang tertentu (Erikson,
1964). OMK mengetahui bahwa dirinya termasuk anggota
masyarakat Gereja di mana ia dapat berpartisipasi dalam ritual-
ritual keagamaan, ideologi-ideologi, kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur sosial Gereja.
Erikson (1964) mengatakan bahwa pada tahap dewasa dini
individu siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang-
orang lain. Di sini ritualisasi yang terjadi adalah afiliatif, yakni
berbagi bersama dalam persahabatan dan membentuk kelompok-
kelompok.
b. Kebutuhan akan peran dan tempat
Kegiatan yang ada tidak hanya merujuk pada agenda
Gereja. Gereja juga menawarkan dan memberikan kesempatan
pada komunitas-komunitas OMK untuk menggagas, mengonsep,
dan mengurusi secara teknis dalam penyelenggaraannya. Selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bentuk acara, jenis acara, dan tema acara sesuai dengan apa yang
sudah terangkum dalam visi misi Gereja, maka kegiatan tersebut
dibebaskan sepenuhnya. Di sini dewan paroki menjadi fungsi
kontrol terhadap kinerja komunitas.
Selama ini OMK banyak sekali mengambil peran secara
aktif. Posisi di kepengurusan komunitas OMK dan kepanitiaan-
kepanitiaan adalah ajang belajar peran. Menjadi ketua komunitas,
pendamping PIA, pengurus koor, adalah kebutuhan OMK untuk
mendapatkan peran dan tempatnya di tengah masyarakat Gereja.
Harapan OMK untuk mendapatkan peran dan tempatnya
terlihat ketika mereka selalu menanggapi tawaran dewan paroki
untuk mengurusi acara-acara. Selain itu OMK juga mempunyai
keinginan untuk mendapatkan ruang berekspresi, baik itu dalam
bentuk acara kegiatan maupun dalam bentuk infrastruktur. Harapan
mereka adalah mempunyai tempat untuk bisa berperan
sepenuhnya.
Dinamika OMK dalam usahanya mendapatkan peran dan
tempat ini memberikan kontribusi pada pembentukan identitas
dirinya. Menurut Erikson (1989), pembentukan identitas tidak bisa
terlepas dari proses dimensi sosial budaya.
Menurut Santrock (2003), hal di atas disebut sebagai
bentuk eksplorasi terhadap peran. OMK melakukan aktivitas secara
aktif untuk mencari, menjajaki, mempelajari, mengidentifikasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengevaluasi, dan menginterpretasi dengan seluruh kemampuan,
akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh
pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif peran.
Saat proses kegiatan berlangsung, kadangkala OMK
menemui cukup banyak hambatan dalam menjalankan perannya.
Beragamnya ide dan orientasi kegiatan yang berbeda membuat
beberapa OMK tidak diterima. Masalah kurangnya penerimaan
terkait dengan ide dan konsep kegiatan yang ditawarkan membuat
OMK merasa tidak dapat menyatukan diri serta tidak mendapatkan
tempat dalam kelompok-kelompok komunitas.
Selain tidak mendapatkan penerimaan dari rekan-rekan
OMK yang lain, kadangkala OMK yang bersangkutan juga pernah
merasa mengalami kegagalan-kegagalan ketika berperan di suatu
kegiatan. OMK menganggap perannya gagal adalah saat dimana
peran yang dijalankan tidak berjalan semestinya, yang berakibat
buruk pada kualitas kegiatan dan keberhasilan acaranya.
Pengalaman OMK atas kegagalan peran di atas merupakan
ketidakmampuan mereka melakukan eksplorasi potensi atau
kemampuan yang dimiliki untuk berperan. Kondisi ini menurut
Marcia (dalam Santrock, 2003) masuk dalam status Identity
Foreclosure. Dalam membuat suatu komitmen, individu kurang
menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tidak mendapatkan tempat di antara rekan-rekannya dan
masyarakat Gereja oleh OMK dikatakan Marcia (dalam Santrock,
2003) masuk dalam model status Identity Diffusion; Apatis. Di sini
dijelaskan bahwa individu merasa tidak memiliki tempat dan
mengalami isolasi.
c. Kebutuhan akan pengakuan
Dinamika kehidupan masyarakat Gereja bersama umat
dengan berbagai macam rentang umur begitu sangat menarik dan
kompleks. Perbedaan tahap perkembangan dan peran masing-
masing anggota Gereja memunculkan pengalaman dan cara
perilaku yang unik antara satu dengan yang lain.
Beranekaragamnya tugas, hak, dan kewajiban antara orang tua
dengan orang muda membuat bentuk kontribusi sulit dilihat jika
hanya dari satu sisi.
Kondisi di atas membuat OMK berusaha agar dirinya dapat
dipandang sebagai seorang pribadi yang mampu memberikan
kontribusi bagi umat, Gereja, maupun masyarakat umum. OMK
merasa dirinya membutuhkan pengakuan dari apa yang telah
diperbuat selama ini. Peran & peranan sungguhlah hal ingin
dibuktikan untuk kedepannya, tidak hanya pengakuan akan
eksisitensinya tetapi juga pengharapan atas penghargaan dari
semua kalangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Setiap keberhasilan acara memunculkan kebanggaan dalam
diri OMK. Kebanggaan tidak hanya muncul dari dalam diri mereka
ketika acara berhasil, tetapi juga ditambah dari apresiasi yang baik
dari semua pihak. Penghargaan dari orang lain inilah yang
membuat para OMK lebih terpacu dan bersemangat ketika
melaksanakan aktivitas-aktivitas ke depan.
Pada kenyataannya subyek tidak hanya membutuhkan
aktualisasi diri dan mendapatkan tempat di masyarakat Gereja.
Pengakuan atas peran dan usaha-usahanya dalam setiap kegiatan
yang berlangsung juga mereka inginkan. Jika aktualisasi diri sudah
diakui, maka menurut OMK hal itu membuat mereka mendapat
lebih banyak kesempatan untuk berkegiatan. Bukti yang tampak
adalah ketika mereka sangat diandalkan oleh dewan Gereja dan
sering mendapat tawaran mengurusi penyelenggaraan-
penyelenggaraan kegiatan.
Hal di atas memperlihatkan bahwa OMK berusaha dan
mencapai identitas diri secara lebih baik. Kondisi ini menurut
Marcia (dalam Santrock, 2003) masuk dalam model status Identity
Moratorium. OMK memiliki kemampuan berfikir secara jernih
dengan mempertimbangkan situasi lingkungan tanpa
mempengaruhi harga dirinya ke arah negatif. Individu model status
ini masih berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menyatukan pendapat lingkungan (orang tua, rekan OMK,
lingkungan masyarakat Gereja, dan lain-lain).
2. Kesadaran
Sebagai seorang manusia yang mempunyai kebutuhan-
kebutuhan, OMK juga dengan sangat jelas memperlihatkan
perilakunya dalam setiap tingkah lakunya ketika berproses di tengah
masyarakat. Kebutuhan tersebut teraktualisasi ketika mereka
berinteraksi di lingkungan dimana mereka hidup. Lingkungan yang
dimaksud disini adalah keluarga dan Gereja.
Dengan adanya kebutuhan munculah usaha-usaha untuk
mencapainya. Bersamaan dengan hal tersebut tercipta suatu kesadaran
untuk semakin lebih baik dalam pencapaian dan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Kesadaran ini berawal dari proses internal individu dalam
melihat diri dan hasil respon individu terhadap fenomena lingkungan
(eksternal).
a. Kesadaran akan diri (potensi dan minat)
Kesadaran terhadap diri yang muncul dari OMK ini terkait
dengan potensi dan minatnya. OMK ini mempunyai potensi-
potensi dasar, seperti; percaya diri, berani, menarik, serta minat
seperti; dunia seni, dunia anak-anak, dan pengolahan barang bekas.
OMK sadar bahwa mereka mempunyai potensi yang dapat mereka
kembangkan dan terapkan dalam kehidupan Gereja maupun di
kehidupan sehari-hari. Potensi yang dimiliki mereka arahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
minat-minat yang diinginkan. Keterpaduan antara potensi dan
minat ini menjadikan OMK lebih berupaya menerapkannya ketika
berinteraksi dengan Gereja.
Kesadaran yang telah muncul dari dalam diri OMK dalam
perjalanannya terus berkembang seiring pengalamannya
berkegiatan. Semakin lama kesadaran tersebut membuat OMK
mengarahkan potensi dirinya ke hal-hal yang berkaitan dengan
minat dan akhirnya tertuju ke bidang-bidang khusus dimana minat
ini cukup erat dengan latar belakang sosio-historisnya.
Kesadaran akan potensi dan minat OMK telah ditegaskan
oleh Erikson (1989) dengan empat aspek pokok kepribadian.
Kesadaran OMK ini adalah satu kesadaran akan identitas pribadi.
Identitas pribadi ini menyangkut kualitas “eksistensial” dari
individu, yang berarti bahwa individu itu mandiri dengan suatu
gaya pribadi yang khas. Dengan kata lain, individu telah sadar dan
tahu akan kualitas diri terkait dengan potensinya.
b. Kesadaran akan lingkungan (peka terhadap masalah)
Saat berdinamika dengan masyarakat Gereja, sedikit
banyak fenomena-fenomena sosial teramati oleh OMK. Lambat
laun kepekaan terhadap suatu gejala sosial muncul, baik itu
kesenjangan, konflik, permasalahan kelompok maupun pribadi.
Hal tersebut disadari OMK sebagai akibat perbedaan kepentingan
tujuan, dan persepsi masing-masing pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kesadaran bahwa terdapat adanya masalah antar masing-
masing OMK ataupun dengan dewan Gereja merupakan hasil dari
sebuah kepekaan terhadap situasi di lingkungan di mana mereka
berkegiatan. OMK merasa ditanggapi oleh dewan secara negatif
dan tidak diberikannya ruang yang luas untuk berkegiatan. Dari
OMK sendiri semakin sedikit yang terlibat. Kesadaran akan adanya
masalah ini pada akhirnya menjadi sebuah keprihatinan yang mana
itu nantinya akan berhubungan sangat erat dengan kebutuhan-
kebutuhan mereka.
Individu yang telah mempunyai kesadaran akan situasi
lingkungan berarti ia telah mencapai atau berada dalam model
status Identity Achievement (Marcia dalam Santrock, 2003).
Individu dalam model status ini telah mampu memahami,
beradaptasi, peka terhadap masalah dan tahu harapan lingkungan.
3. Keinginan/cita-cita
Sebagai orang muda yang berada dalam tahap perkembangan
dewasa dini, OMK telah memiliki kesadaran akan kebutuhan-
kebutuhannya. Kebutuhan yang sedang dan akan terus dicapai ini
menimbulkan kesadaran-kesadaran untuk lebih mengembangkan diri
dan mencapai keberhasilan di banyak bidang. Hal ini telah
menyesuaikan dengan potensi dan minat yang dimiliki dipadu dengan
hasil interaksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
OMK lahir, hidup, dan tumbuh ditengah keluarga Kristiani dan
masyarakat Gereja. Secara sosio-historis, proses internalisasi cara
berfikir, pengajaran, dan arah hidup sedikit banyak mempengaruhi
pembentukan pribadinya. Keluarga dan Gereja cukup memberikan
andil disini. Ketika mereka menjalani aktivitasnya, OMK mendapat
banyak pemahaman tertentu tentang aktivitas keimanan dan Gereja
secara umum.
a. Keinginan akan aktivitas beriman
Aktivitas liturgis Gereja terdiri dari bermacam-macam
bentuk, misal; Misa perayaan Ekaristi, doa, dan persembahan.
Begitu juga aktivitas non-liturgis juga terdiri dari berbagai bentuk,
seperti; pengembangan komunitas, pemberdayaan masyarakat
Gereja dan lain-lain.
Walaupun bukan kegiatan liturgis, menurut beberapa OMK
kegiatan yang diselenggarakan selama masih sesuai dengan visi
misi Gereja, hal tersebut sudah merupakan bentuk peningkatan
keimanan kepada Tuhan. Berkegiatan menurut mereka adalah salah
satu cara memuji Tuhan. Banyak OMK yang tidak intens
melakukan ritual doa atau mengikuti perayaan Ekarisiti, tetapi
kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan yang ada sangat besar.
b. Keinginan akan aktivitas melayani
Banyak dari OMK menghabiskan waktu dan hari-harinya di
gereja. Baik itu mengurus acara, rapat kegiatan, maupun hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sekedar diskusi dan berbincang-bincang. Tema pembahasan
biasanya seputar rencana kegiatan, keprihatinan, sikap kritis, dan
permasalahan-permasalahan yang dialami. Tetapi yang jelas
mereka sedang berusaha untuk bisa berbuat lebih untuk Gereja.
Pelayanan yang ditawarkan Gereja sebagai bentuk ajaran
dari Tuhan telah ditanggapi secara baik oleh OMK selama ini.
OMK berusaha berkegiatan dengan dasar keinginan untuk
menghidupi, membangun, dan berkarya untuk Gereja. Mengajak,
mengumpulkan, dan mengkoordinasi teman-teman lain untuk
terlibat dalam kegiatan adalah salah satu cita-cita OMK melayani
Gereja.
Keinginan OMK untuk melakukan aktivitas beriman dan
melayani Gereja terkait erat dengan latar belakang sosio-
historisnya. Sosio-historis yang dimaksud disini adalah tempat,
kehidupan sosial, dan kultur budaya dimana OMK lahir,
dibesarkan dan menghabiskan sebagian waktu hidupnya.
Konsep Erikson (dalam Hall & Lindzey, 1993) dalam
proses pembentukan identitas diri individu sangat erat dan
dipengaruhi situasi dan kondisi sosio-historis dimana individu
tersebut berada. Dalam setiap perjalanannya, pola didikan orang
tua, penilaian dari lingkungan, cita-cita kelompok, dukungan
masyarakat sekitar, ajaran-ajaran beserta ideologisnya sangat
mempengaruhi harapan atau keinginan individu ke depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4. Model status, jenis atau tahap identitas diri
Paparan dari beberapa tema pengalaman OMK sesuai dengan
indikator-indikator model status identitas menurut Marcia (dalam
Santrock, 2003). Tema pengalaman OMK tersebar dalam tiga model
status identitas. Paparan tema di tabel. 7 menunjukkan bahwa OMK
mengalami dinamika yang cukup sulit ketika menjalani aktivitasnya
dalam berbagai area kehidupan. Beberapa tema menunjukkan bahwa
OMK masuk dalam model status Identity Diffusion; Apatis. Indikator
yang sesuai dengan apa yang dialami OMK ini adalah isolasi sosial
dan memiliki jarak dengan orang tuanya (baik fisik maupun psikis).
Mereka mengalami dimana lingkungan tidak ingin menerimanya. Hal
inilah yang membuat OMK merasa tidak mempunyai tempat dan tidak
tidak diterima rekan-rekan OMK yang lain. Terkait hubungan dengan
orang tua, OMK mengalami masalah pada tahap perkembangan
psikososial yang pertama, yaitu; basic trust.
Dinamika pengalaman yang lain memperlihatkan bahwa OMK
telah menunjukkan ciri-ciri individu pada model/tahap status Identity
Moratorium. Tema-tema ini menunjukkan bahwa OMK sedang
berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi dan
menyatukan pendapat lingkungan (orang tua, rekan OMK, Gereja, dan
lain-lain) dengan potensi yang dimilikinya.
Tema paling banyak ditunjukkan adalah hal yang
mengindikaskan bahwa OMK telah menyelesaikan periode eksplorasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Hal tersebut sangat sesuai dengan indikator model status Identity
Achievement, yaitu bahwa mereka cukup mantap, mampu memberikan
alasan untuk pilihan mereka dan mampu menggambarkan bagaimana
komitmen tersebut dipilih. Selain itu indikasi yang lain menunjukkan
bahwa OMK juga telah mampu /tahan terhadap pengaruh lingkungan
terkait dengan harga dirinya, telah menginternalisasi proses
pengaturan diri sendiri, serta peka terhadap harapan atau masalah
lingkungan.
Seiring berjalannya waktu, pengalaman kegiatan OMK
semakin membentuk identitas dirinya. Indikasi-indikasi yang tampak
menunjukkan bahwa sangat beragamnya dinamika yang dialami OMK
selama ini. Model status identitas pada OMK akan selalu bergerak dan
bukanlah identitas yang terakhir. Besar kemungkinan terjadinya
perubahan seiring OMK memodifikasi perilaku dan pola pikirnya
untuk mencapai identitas diri yang diinginkan.
Melihat pengalaman berkegiatan para OMK, secara umum
mereka berada pada situasi serba kompleks akibat proses membentuk
identitas diri dan menjalani tugas perkembangan yang terjadi dalam
dunia kaum muda secara umum, lebih khusus lagi sebagai OMK di
tengah sosio-historis keluarga Kristiani dan Gereja. Situasi ini
menghadapkan OMK pada dinamika kehidupan yang menantang
sekaligus penentu perkembangan pribadi kedepan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengalaman kegiatan Gereja dimaknakan sebagai proses
pembentukan identitas diri ternyata menjadi tema yang kuat dalam
aktivitas orang muda katolik (OMK). Pengalaman kegiatan Gereja
yang dialami OMK berlangsung dengan berbagai macam bentuk
dinamika yang muncul bersamaan. Pengalaman kegiatan terjadi secara
personal maupun kolektif, dengan wujud yang beragam. Sementara
pengalaman pembentukan identitas diri OMK yang terjadi bersifat
sebagai resultan atas segala kebutuhan, kesadaran, dan keinginan
internal diri sebagai seorang individu yang terkombinasi dengan
pengaruh lingkungan (sosio-historis keluarga Kristiani dan Gereja).
Indikasi-indikasi yang tersebar dalam berbagai macam bentuk
model identitas dipahami sebagai pengalaman naik turunnya kemajuan
kehidupan OMK untuk mencapai identitas diri yang lebih baik.
Pengalaman OMK dimana mereka pernah tidak diterima dan tidak
mendapatkan tempat adalah sesuatu yang lumrah terjadi. Hal ini
mengingat bahwa identitas yang telah dicapai/ditemukan bukanlah
identitas yang terakhir. Mereka akan berusaha memodifikasinya terus-
menerus sesuai dengan pengalaman mereka dimana disitu besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kemungkinan proses kompromi dengan lingkungan atau situasi sosial
yang baru akan selalu ditemui kedepannya.
Melalui studi fenomenologi telah didapatkan sebuah eksplorasi
reflektif tentang pemaknaan akan pengalaman berkegiatan para OMK
di tengah kesibukan menjalani tugas perkembangan. Refleksi
pengalaman OMK yang dipaparkan dalam penelitian ini mungkin
membawa pemahaman yang berbeda dengan pemahaman tentang
OMK pada umumnya bahkan orang muda secara luas seperti yang
telah sering diulas oleh banyak media, literatur, dan deskripsi tentang
OMK.
B. Kelemahan Penelitian
Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penelitian
ini yang berjudul “Pemaknaan orang muda katolik (OMK) yang aktif
pada kegiatan Gereja” yaitu:
1. Pada akhir penelitian (yang menggunakan metode pengambilan
sampel yang berfokus pada intensitas) memperlihatkan kelemahan
dimana salah satu subyek kurang memberikan penghayatan
terhadap fenomena yang diteliti.
2. Sampel akan lebih representatif jika pengambilan sampel (subyek
penelitian) sesuai dengan jumlah dan prosedur yang distandardkan.
Metode yang disarankan adalah dengan menggunakan theoretical
sampling, yaitu mencari individu yang dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kontribusi dalam penelitian hingga individu ke-n, dimana informasi
yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan secara jelas sudah
tidak diketemukan lagi (saturated) (Creswell, 1998).
3. Tema-tema hasil penelitian akan terstrukur/terkonsep lebih tepat
sasaran jika peneliti menguasai teori & metode yang dipakai.
Kedua hal tersebut harus layak dan adanya keterpaduan.
4. Kecermatan dalam keseluruhan proses penelitian terkait dengan
pengambilan data akan lebih baik apabila waktu penelitian cukup
panjang dan lebih fleksibel.
C. Saran
1. Saran Bagi OMK
Loyalitas dan totalitas terhadap setiap kegiatan Gereja oleh OMK
memang baik untuk dipertahankan. Apa yang telah dalami OMK
selama ini cukup membantu mereka dalam mengembangkan diri,
menumbuhkan kesadaran akan potensi dan kepekaan pada
lingkungan serta dapat mengakomodasi keinginan-keinginan
mereka. Tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa OMK juga harus
memahami situasi dan kondisi kehidupannya terkait dengan
tugas-tugas pribadinya yang begitu beragam dan sangat padat.
OMK diharapkan mampu membagi waktu agar proses eksplorasi
dirinya dapat berjalan lancar dan pada akhirnya dapat mencapai
identitas diri yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Saran Bagi Orang Tua dan Dewan Paroki
Sebagai orang tua OMK dan dewan sebagai wakil Gereja
diharapkan memberikan ruang yang cukup dan kesempatan bagi
OMK untuk dapat lebih mengembangkan diri. Pemahaman dari
pihak orang tua dan dewan paroki akan tugas perkembangan
terkait dengan masa usaha mencapai identitas diri, kewajiban dan
hak kaum muda juga diharapkan agar OMK terbantu dalam
menemukan diri, potensi, dan minatnya.
3. Saran Bagi Peneliti
Terkait dengan penelitian kualitatif khususnya fenomenologi,
peneliti diharapkan lebih peka dan kritis terhadap gejala-gejala
sosial disekitar mereka (terutama fenomena sosial yang akan
diamati). Tema-tema yang muncul dari pengalaman subjek
penelitian ini sangatlah banyak dan dapat dilihat dari banyak
sekali aspek. Ketajaman dan kedalaman saat memahami
fenomena harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Penelitian ini menuntut peneliti memiliki kelimpahan teoritis,
sehingga konsep-konsep/tema-tema yang didapat tidak terbuang
percuma yang seolah-olah tanpa memiliki arti penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Baron, Robert A., & Byrne, Donn. 1997. Social Psychology. Massachusetts: Allyn
& Bacon
Cremers, A. (Terj). 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: Gramedia
Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among
Five Traditions. Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Dusek, J. B. 1991. Adolescent Development and Behavior. Prentice-Hall:
Englewood Cliffs, N. J.
Erikson, E. H. 1950. Childhood and Society. New York: WW. Norton and
Company Inc.
Erikson, E. H. 1974. Identity, Youth and Crisis (2nd
ed). New York: WW. Norton
and Company Inc.
Erikson, E. H. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: PT Gramedia
Ginanjar, A. Soekandar & S. Bernadetta, Y. 2001. Perkembangan Status Identitas
Pada Penderita HIV/AIDS. Jurnal Psikologi Sosial, No: IX/TH VII hal
28-44. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gunarsa, Y. S. D. & Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Hadiwijoyo, H. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius
Hall, C. S. & Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Holistik (Organisme-
Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, Kartini & Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco.
Komisi Kepemudaan KWI. 1991. Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta:
Komisi Kepemudaan KWI
Komisi Kepemudaan KWI. 1994. Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta:
Komisi Kepemudaan KWI
Komisi Kepemudaan KWI. 2008. Pendidikan Politik Orang Muda Katolik: Bahan
dan Modul Untuk Fasilitator. Jakarta: Komisi Kepemudaan KWI
Komisi Kerasulan Awam KWI. 1994. Bahan Pengembangan Kerasulan Awam.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marcia, J. E. 1993. Ego Identity, A Handbook for Psychosocial Research. New
York: Springer-Verlag.
Marcia, J.E. 1980. Ego Identity Development. Dalam Santrock, J.W. 1995. Life-
Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jilid 2.
Jakarta. Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed. Rev). Bandung:
Remaja Rosdakarya
Moustakas, Clark E. 1994. Phenomenological Research Methods, SAGE
Publications Inc. Thousand Oaks, California.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi Universitas Indonesia.
Prasetyaningrum, Siti R. H. 1996. Ketakutan Akan Sukses Ditinjau Dari Status
Identitas Diri. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM.
Santrock, J. W. 1995. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi
kelima. Jilid 2. Jakarta: LPSP3 UI
Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Schultz, Duane., Schultz, Sydney Ellen. 2003. Theories of Personality. Ed 6th
.
USA: Brooks/Cole Publishing Company.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat: Suatu Tinjauan Sosiologis.
Bandung: Alumni
Suhardono, Edy. 1994. Teori Peran: Konsep, Derivasi, & Implikasinya. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.
VandenBos, Gary R., dkk. 2007. APA Dictionary of Psychology. APA:
Washington DC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Verbatim Subjek 1 Nama : Budiman (nama samaran) Umur : 27 tahun Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan Pekerjaan : tenaga bantu pemkot Jogja Tanggal wawancara I : 23 Januari 2010, jam 19.00 WIB Tanggal wawancara II : 7 Februari 2010, jam 20.00 WIB Tanggal wawancara III : 25 Februari 2010, jam 20.00 WIB Lokasi wawancara : Rumah peneliti Subyek pertama, saudara Tn. Apakah latar belakang pendidikan dan aktivitas sehari-hari anda? Latar belakang pendidikan saya adalah STM mesin. Mesin produksi. kemudian aktivitas sehari-hari saya saat ini saya bekerja kemudian biasanya setelah saya bekerja meluangkan untuk pacaran. Setelah pacaran biasanya berkomunitas di gereja, lingkungan tempat tinggal saya. Dan beberapa komunitas yang lain. Mulai kapan dan berapa lama anda berkegiatan di komunitas-komunitas yang anda masuki dalam agenda gereja? Saya mulai aktif dalam berkegiatan di gereja khususnya tahun pada tahun 1998 itu pada saat saya berusia..ee..18 tahun menginjak STM waktu itu.. Kira2 kelas berapa itu? Kira-kira kelas 1 STM, kebetulan ketika saya mulai aktif dalam mudika kebetulan saat itu sedang ada pergantian pengurus kemudian saya itu pula ditunjuk dipilih oleh teman-teman sebagai wakil mudika pada periode itu. Dimana dan pada kegiatan apa pertama kali anda berkegiatan? Pertama kali berkegiatan tentunya..eee..PIA, waktu kecil, kemudian sempat vakum beberapa tahun kemudian aktif kembali di didalam kegiatan remaja di wilayah kraton setelah itu vakum beberapa tahun kembali dan saya aktif lagi sejak tahun 1998 waktu saya kelas 1 terlibat dalam kegiatan mudika lingkungan. Kalau ingat, itu acara apa mas? Itu acara pendalaman kitab suci, waktu itu tempatnya di rumahnya saudara. Temen-temen semua berkumpul disana saat itu saya diampiri oleh mas Prastowo. Apa alasan anda untuk mau terlibat? Pada awalnya alasan saya sangat sederhana, ingin mendapatkan teman yang banyak. Jadi pada saat awal-awal saya mulai berkegiatan di mudika..ee..itu ingin mendapatkan teman, namun setelah dalam perkembangannya saya kira ada satu hal yang lebih penting dibanding untuk mendapatkan teman namun lebih pada kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
diri bahwa kita sebagai manusia diciptakan terutama saya diciptakan secara fisik itu sempurna. Saya pernah membaca kitab suci itu tentang talenta. Tuhan memberikan sekian talenta kepada beberapa orang dan ada orang yg punya 10 talenta dan bisa mengembangkan menjadi 50 talenta, bahkan ada juga yang punya 10 talenta tetapi dia tetap hanya 10 talenta. Maksud saya ketika Tuhan memberikan fisik saya yang sempurna itu tentunya Tuhan juga menginginkan adanya sebuah keseimbangan bahwa saya harus menggunakan diri saya, kekuatan yang saya punyai untuk digunakan supaya bisa berguna untuk orang lain..ee.. banyak banyak kegunaan pada diri saya sehingga dengan adanya saya, orang lain dapat terbantu dapat ya minimal..eee..apa ya..membantu secara..secara..ini, apa..pelayanan khususnya di gereja kalau untuk kaum muda ini.. Kemudian ini mas. Menurut anda bagaimana tugas perkembangan OMK di kota pada umumnya? Ee tugas perkembangan orang muda katolik di kota ini eee wajar-wajar saja tidak menunjukkan sebuah lonjakan yang cukup luar biasa, saya kira bahkan ada beberapa komunitas basis itu..ee..tidak ada kegiatan namun hal ini sebenarnya..ee..bisa dimaklumi karena disisi lain OMK juga dituntut untuk pertama untuk terlibat dalam kegiatan di luar gereja seperti di lingkungan disekitarnya, yang kedua yang tidak kalah penting adalah bahwa OMK juga dituntut untuk belajar bagi mereka yang baru kuliah atau sekolah dan atau mereka yang sedang memasuki ruang lingkup dunia usaha..eee..namun memang ada beberapa OMK yang dia bisa memanfaatkan waktu sedemikian rupa sehingga..ee..dia tidak lupa pada tugas perkembangan dirinya sebagai seorang muda katolik dalam..ee.. lingkungan atau rayon kota Jogja ini dengan yaitu membagi tugas, kapan saya harus belajar dan bekerja, kapan saya harus pacaran, kapan saya harus berkomunitas namun yaitu tadi tugas perkembangan orang muda katolik di kota.. Untuk rekan-rekan anda yang aktif disekitar anda itu gimana, misalnya kuliahnya seperti apa atau mungkin apakah seperti apa menurut anda lancar2 saja atau terganggu. Atau bagaimana? Ee..untuk aktifitas OMK yang belajar yaitu sangat mempengaruhi perkembangan proses belajarnya karena..ee..banyak sekali tuntutan ketika kita sudah terlibat dalam sebuah komunitas gereja, jadi tidak hanya model accindential saja ketika ada kegiatan baru kita keluar namun lebih pada sebuah program-program kerja dari sebuah komunitas sehingga kita dituntut untuk selalu terlibat di dalam komunitas itu. Sehingga waktu untuk belajar, waktu untuk mendalami ilmu yang kita pelajari di pendidikan formal nampaknya agak sedikit..ee..terbengkalai sehingga banyak teman-teman aktivis kaum muda yang mereka justru lulus..ee..pada semester-semester yang rata-rata mahasiswa abadi. Ada beberapa teman saya yang..ee..dia tidak lulus, padahal teman seangkatannya itu sudah bekerja, bahkan diterima sebagai pegawai negri dan teman saya ini bahkan baru memulai untuk skripsi dan juga ada bebrapa teman yang dia rela untuk tidak masuk dalam dunia kerja karena ada kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
yang jauh lebih penting menurut dia disamping dengan bekerja yaitu membuat suatu dinamika dalam bermudika baik dalam komunitas basis maupun komunitas rayon dan kevikepan.. Bagaimana perasaan anda terhadap situasi ini sebagai aktivis OMK di kota? Ee..sangat prihatin namun kita juga tidak bisa untuk terlalu memaksa..ee..OMK pada umumnya untuk jauh terlibat dalam kegiatan berkomunitas di di gereja..ee..yang mengakibatkan kehidupan OMK di kota ini, karena apa, ya itu ketika disatu sisi ada sekelompok kaum muda yang rela mengorbankan..ee..tugas belajar tugas bekerja untuk kepentingan kaum muda katolik, disisi lain ada sekelompok kaum muda yang dia tidak begitu perduli dengan kehidupan menggereja lebih-lebih bagi kaum mudanya karena dia banyak sekali aktifitas mereka harus apa ya, berpetualang di dunia kaum muda gitu mereka banyak yang mulai berfikir untuk belajar menentukan masa depan mereka..eee.. saya tidak tahu apakah mereka sudah mapan, sudah lulus kemudian bekerja apakah mereka mau untuk kemudian mau menyisihkan waktunya lebih banyak untuk menghidupi kaum muda katolik namun banyak juga temen-temen yang seperti itu mereka sudah bekerja ada waktu sisa untuk berkomunitas bisa menyempatkan diri meskipun hanya seminggu 2-3 kali mereka menyempatkan diri untuk terjun dalam komunitas-komunitas yang ia ikuti. Apa yang anda lakukan terhadap situasi yang anda hadapi di perkotaan? Yang pasti pendekatan ke temen-temen yang lebih muda dari saya dengan dengan mengajak mereka untuk pertama-tama bukan untuk kegiatan liturgi, namun mencoba untuk mengetahui..eee.. dunia mereka itu dunia yang seperti apa, kemudian kita bisa masuk ke dalam dunianya, kita bisa dengan lebih mudah untuk mengajak mereka, menggiring mereka ke kehidupan gereja, begitu juga dengan dengan tidak dengan mengajak mereka di kegiatan gereja namun keluar dari kegiatan gereja.. Itu sudah anda lakukan mas? Sudah beberapa kali. Di lingkungan saya, saya mencoba untuk terlibat dalam pada pada suatu sebuah kelompok-kelompok kecil di mudika saya. Ada beberapa teman yang mereka suka bermain musik, saya mencoba untuk masuk ke dalamnya meskipun umur saya dengan umur temen-temen yang suka musik itu jauh lebih sangat-sangat jauh. Kemudian kemampuan saya dan kemampuan mereka juga terpaut sangat jauh sehingga ketika saya mencoba untuk berusaha saya mencoba untuk ngemong istilahe kalau bahasa jawa itu ngemong atas keinginan mereka. Maka pada suatu saat saya pernah..eee..opo yo istilahe, dipermalukan dihadapan banyak orang ketika kami pentas perdana dan ternyata karena kemampuan mereka yang masih minim ya sehingga akhirnya sangat-sangat tidak baik. Kemudian ada sekelompok pemuda yang suka olah raga saya mencoba untuk terlibat dalam mengajak mereka dalam kegiatan olahraga itu dan saya sendiri juga suka olah raga dan disitu mulai kita melakukan pendekatan secara personal kedalam kelompok-kelompok itu..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Terkait dengan situasi yang anda lakukan tadi apakah sempat ada rencana lagi atau rencana baru? Ketika saya sudah bisa mendapatkan..ee..simpati atau perhatian dari mereka saya ingin mengajak teman-teman untuk menggiring teman-teman untuk terlibat dalam kegiatan gereja, seperti nampaknya program dari suatu kepengurusan lingkungan yang saya lihat ini nampaknya akan lebih menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dalam berkegiatan ini. Makanya saya merekomendasikan teman-teman kaum muda segala lingkungan untuk diberikan porsi yang cukup bagi mereka untuk berkreasi di lingkungan. Ada tambahan-tambahan lain terkait dengan pertanyaa-pertanyaan saya? Saya kira cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Verbatim Subjek 1 bagian II Subyek pertama, bagian II. Bagaimana tugas perkembangan diri anda, mas? Ee untuk tugas perkembangan ketika saya eee bekerja eee setelah saya lulus dari STM dan kemudian saya bekerja dan eee saya pikir tugas perkembangan saya tidak begitu terganggu dengan adanya aktivitas saya di beberapa komunitas justru bagi saya ee komunitas-komunitas itu yang sangat mendukung perkembangan dari pribadi saya seperti ketika saya bekerja di situ banyak hal yang bisa saya terapkan ketika saya berkomunitas di mudika seperti berkomunikasi dengan orang, bagaimana eee kita berperilaku di perusahaan-perusahan di perusahaan saya bekerja lebih-lebih saat eee beberapa tes wawancara ketika saya melamar di beberapa perusahaan memang eee banyak pengalaman-pengalaman yang tidak saya dapatkan di pendidikan formal seperti seperti STM saya dapatkan di mudika dan itu menjadi kunci untuk ya bagaimana saya menghadapi eee tes atau pertanyaan-petanyaan pewawancara saat melamar pekerjaan jadi menurut saya sangat mendukung dan untuk saat ini ketika saya sudah bekerja ee karena saya sudah bekerja target saya adalah kemudian berumah tangga dan saya pikir juga tidak akan ada masalah karena sebenarnya tinggal eee bagaimana cara kita mengatur waktu dan tenaga supaya tidak kelelahan dan supaya eee semuanya bisa tercukupi dengan pembagian waktu itu. Oke. Sekarang gini mas, mas ‘kan seorang aktivis gereja, kegiatan-kegiatan apa atau agenda gereja misalnya atau lingkungan atau wilayah yang rutin anda ikuti itu apa aja? Atau apapunlah.. Bisa diceritakan? Eee Yang pasti kalau beberapa tahun yang lalu saya ee mulai dari lingkup yang kecil dulu ya mungkin ee di mudika lingkungan aktif dari tahun ee 98 kemudian di mudika wilayah Kraton juga aktif sekitar tahun 2004, kemudian di mudika paroki saya juga meskipun saya bukan pengurus mudika paroki namun katakanlah saya seperti ini apa entah itu merasa terpanggil ketika temen-temen dari mudika paroki mengadakan kegiatan saya hanya mencoba untuk membantu dalam hal kepanitiaan namun untuk sebagai pengurus mudika paroki saya belum, kemudian beberapa tahun yang lalu saya juga aktif di mudika kevikepan dan rayon kota namun untuk 2 tahun terakhir ini saya absen kemudian eee saya kira untuk yang komunitas kristiani itu hanya hanya membantu beberapa beberapa kegiatan yang dilakukan oleh temen-temen paroki baik itu PIA, remaja atau ataupun mudika.. Itu aja… Oke. Itu sering-seringnya diajak atau menawarkan diri atau dipilih dalam suatu acara kepanitiaan atau apa? Eeee yang pasti ada beberapa memang itu adalah sebuah kesadaran diri saya sebagai kaum muda katolik namun karena ya terkadang juga informasi ini ee informasi adanya kegiatan saya dapatkan dari teman sehingga teman saya mengajak saya untuk terlibat dan ya akhirnya kita bekerja sama dalam beberapa kegiatan kegiatan ya memang ada itu kesadaran diri sendiri ada yang sifatnya ajakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Jadi dari sekian banyak kegiatan tersebut apa yang paling sering dilakukan dalam kegiatan gereja? Misalnya, mungkin lebih mengurusi anak-anak atau program-program lingkungan atau mungkin peran anda sebagai seorang mudika, dimana yang paling banyak? Untuk saat ini yang paling banyak berperan adalah di lingkungan ee karena kebetulan saya diminta oleh ketua lingkungan saya untuk mendampingi sebagai sekretaris sehingga ya aktivitas rutin saya sebagai sekretaris rapat membuat undangan kemudian terkadang menyebarkan sendiri selain itu juga ee mendampingi kaum muda di lingkungan saya karena memang saat ini nampaknya agak ee menurun kegiatannya entah karena apa.. Jadi kami bersama dengan teman-teman yang lain berusaha untuk mencoba mendampingi lagi, dan rutinitas yang lain kalau di wilayah ee yaitu membantu untuk mengurusi perayaan Natal dan Paskah di wilayah. Kalau di paroki ya sifatnya eee accidential jadi tidak bukan bukan sesuatu yang rutin.. Ok. Ketika mengurusi kaum muda tersebut akhir-akhir ini yang paling hangat kegiatan apa Mas? Yang paling hangat adalah akhir-akhir ini mencoba untuk mengkonsolidasi temen-temen mudika di paroki pugeran karena nampaknya banyak permasalahan di muda-mudi paroki pugeran khususnya kepengurusan MPP dengan kepengurusan mudika-mudika wilayah di paroki Pugeran jadi nampaknya ada eee sedikit masalah jadi saya bersama dengan teman-teman mencoba untuk menjadi eee mediator diantara beberapa komunitas yang bermasalah tadi semoga harapannya sih kalau bisa menjadi satu kesatuan yaitu muda-mudi paroki Pugeran.. Itu sampai saat ini yang anda lakukan apa dengan rencana tersebut? Yang pasti eee beberapa hari ini kami memetakan permasalahan kemudian setelah permasalahan itu kita dapat dapat terpetakan kemudian siapa sih ee orang atau mudika yang bisa kita pegang ataupun kita ajak untuk rembugan secara personal bukan secara institusi untuk mencoba mengajak anak buahnya di wilayah itu mengajak untuk ee istilahnya bergabung bersama dengan muda-mudi paroki Pugeran dengan ee apa istilahnya mengesampingkan permasalahan-permasalahan yang lalu jadi yaitu kita mencoba untuk mendekati istilahe kalau nama trendnya itu pentolan-pentolan mudika di di wilayah ataupun lingkungan itu sehingga kalau pentolannya itu sudah dapat kita pegang itu artinya kita kita ajak koordinasi akan dengan sangat mudah kita masuk ke dalam lingkungan atau ke wilayah itu.. Itu sudah dilakukan ya itu rencananya? Eee baru karena sebenarnya permasalahannya itu ada banyak diantaranya dengan mudika wilayah Sempu, kemudian mudika wilayah Bangunharjo, ternyata juga dengan mudika wilayah Kraton itu sudah kami lakukan dengan eee berkonsolidasi dengan pentolan mudika wilayah Sempu baru sekali karena permasalahan ini nampaknya baru sadar setelah ee kita selesai menggarap Natalan di paroki Pugeran tahun ini, 2009 ini..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Itu bisa diceritakan mas kegiatan seperti apa natalan kemarin itu.. Eee Kegiatannya dari karena sifatnya ini rangkaian jadi bukan hanya satu kegiatan, dimulai dari pesta pesta intan 75 tahun gereja antara mudika paroki, PIA paroki, remaja paroki eee bergabung menjadi satu dalam mengurusi kepanitiaan pesta intan itu kemudian kita teruskan lagi ke eee rangkaian Perayaan Natal 2009 dan konsep perayaan Natal 2009 ini adalah Natalku Hijau. Kenapa Natalku Hijau karena kita tinggal bukan di negara dengan cuaca dengan apa ee empat empat musim ya mas ya tapi dua musim yaitu penghujan dan kemarau, tidak ada musim salju sehingga yang ada hanya panas, kering, hijau, dan penghujan. Jadi kita ambil Natalku Hijau, yang pertama adalah doa lintas agama untuk keselamatan bumi, kemudian misa dengan konsep Natalku Hijau kita menggunakan barang-barang daur ulang untuk dekorasinya, konsepnya, kemudian eee pasar pengetahuan dimana kita mensimulasi banyak hal tentang ee bumi kemudian yang belum selesai yaitu adalah penanaman pohon jati di wilayah Gunung Sempu. Itu.. Secara keseluruhan menurut Mas apakah bisa dikatakan berhasil atau gimana atau lancar-lancar saja? Relatif sih mas, karena tolak ukur berhasilpun sebenarnya bermacam-macam kalau untuk rangkaian kegiatannya itu cukup berhasil pastinya dari keempat kegiatan itu dapat terselenggara dengan cukup baik namun sebenarnya selain kegiatan itu berhasil kami juga mempunyai tujuan yang lebih penting lagi yaitu adanya ee kekompakan dan kerja sama dari kaum muda dari PIA dari remaja dan dari eee mudika lingkungan di paroki Pugeran ini jadi tujuan kami sebenarnya bukan Natal itu terselenggara dengan baik namun adalah yang lebih penting yaitu eee mudika pugeran mempunyai apa istilahnya ee kehidupan yang lebih baik karena selama ini memang tugas penting dari mudika paroki Pugeran hanyalah mengurusi parkir dan saya pikir itu bukan bukan sesuatu yang penting ada hal yang lebih penting lagi lha ini sebenarnya tujuan utama dari Natalku Hijau adalah supaya temen-temen mudika di paroki Pugeran dapat lebih hidup lebih dinamika di pugeran dapat lebih apa menarik lagi. Itu.. Dari sekian banyak kegiatan yang anda kerjakan lakukan itu selama ini ada hambatan nggak? Banyak sih yang pasti pertama dari SDMnya ya karena kita tahu bahwa sifat orang berbeda-beda ada mudika dengan sifat yang bisa membagi waktu antara belajar atau bekerja dengan bermudika ada yang dia ternyata eee tidak bisa sepenuh hati untuk bermudika sehingga ketika kita mengajak untuk berproses ya yang datang hanya beberapa orang dan ini sangat menjadikan kendala bagi kami untuk koordinasi soalnya jadi masalah konsistensi dari temen-temen mudika memang nampaknya agak rendah untuk ini kemudian yang kedua ternyata untuk perayaan Natal ini dukungan dari orang tua nampaknya kurang, dukungan orang tua bukan dari segi dana kalau dari segi dana okelah ini cukup saya kira dukungan dari orang tua namun dari segi partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang kami selenggarakan dan koordinasi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
lingkungan terutama untuk kaum mudanya ini sangat kurang. Kami juga heran kenapa dari beberapa undangan ini ternyata memang banyak yang tidak disampaikan kepada kaum mudanya sehingga ketika kita tanya ya mereka menjawab tidak tahu kemudian yang ketiga ee yang ketiga ini permasalahan ternyata ada juga kaum muda yang mereka datang dan terlibat bukan untuk ikut serta dalam membantu kepanitiaan namun untuk ee ada juga yang ya mencari uang motifnya ada juga yang mencari pacar ada juga dan macem-macemlah ini apa progresnya dan beraneka ragam ee kegiatannya.. Ok. Atas hambatan-hambatan tersebut gimana perasaan, mas? Eee saya kira karena ini kita karena mudika bukan suatu organisasi namun sebagai sebuah komunitas atau paguyuban ya dengan adanya masalah itu kita ya tetep ee dengan dengan apa dengan kepala dingin artinya ketika mereka memang tidak bisa hadir ya sudah, karena ini karena memang bukan bukan sesuatu yang harus, gitu. Kalau memang tidak bisa ya sudah kemudian ya tetap kita positif aja untuk temen-temen yang mempunyai motif lain dalam berkegiatan ya kita mencoba untuk ee mengantisipasi kemudian kalau untuk orang tua ini memang kita mencoba untuk ini mas, apa sekarang kita sudah membuat sms center nah sms center ini membantu untuk mengkoordinasi temen-temen mudika di lingkungan kalau surat undangan itu tidak sampai kepada mudika karena tidak disampaikan oleh ketua lingkungan sekarang kita punya sms center yang karena kalau kita mengadakan sebuah kegiatan kita langsung menghubungi sms center dan temen-temen mudika di lingkungan akan mendapatkan sms yang sama yaitu isinya undangan kegiatan itu sehingga ini lebih mengefektifkan waktu sebenarnya..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Verbatim Subjek 1 bagian III Subyek pertama, bagian III. Pengalaman paling penting selama berkegiatan kapan mas? Yang paling penting saat perayaan Natal 2010, karena kebetulan saya dengan panitia dengan temen-temen MPP dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal, dan bagi saya ini adalah sebuah ee pengalaman yang paling penting bagi saya karena bisa bergabung dengan banyak sekali teman dan mendapat kepercayaan dari dewan yang sampai sekian lama itu ee ada sedikit pengaruh pikiran yang negatif terhadap kaum muda.. Selama ikut kepanitiaan tersebut, apa yang dipikirkan? Maksudnya, bagaimana berjalannya kegiatan, berhasil atau gagal? Atau saat posisi ketua II. gimana perasaannya? Dari awal pikiran saya seneng banget, karena ya itu tadi ee kami dari kaum muda dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal dan pikiran, kemudian yang menjadi pikiran kami bersama bahwa Natal ini ee hanya sebagai sebuah media dan ada karena ada tujuan yang lebih besar lagi daripada hanya sekedar melaksanakan Natal, namun yang pertama mendapatkan kepercayaan kembali dari dewan paroki kemudian yang kedua dapat mengkonsolidasi temen-temen di wilayah yang ada di Pugeran ini untuk bergabung di perayaan Natal ini, dan harapannya ke depan dengan perayaan Natal ini kita dapat lebih aktif lagi dan dapat berperan lebih ee baik lagi dalam perkembangan diri, kemudian kalau perasaan saya seneng banget karena dapat mengenal karakter dari banyak sekali kaum muda yang terlibat di dalam kepanitiaan kemudian yang ee dapat meng katakanlah mengaktualisasi diri, memberdayakan diri untuk ee Gereja khususnya dalam hal ini adalah untuk Natal dan perkembangan kaum muda di paroki pugeran.. Berarti anda cukup bisa berhasil mengaktualisasikan diri? Cukup berhasil dalam beberapa kegiatan namun terkadang juga saya merasa bahwa saya belum bisa memaksimalkan diri saya ketika misalkan, suatu saat ketika saya sedang ee melaksanakan suatu kegiatan ternyata ya rasa malas capek itu kemudian muncul sehingga akhirnya kegiatan itu bagi saya apa diri saya kurang maksimal… Oleh karena keberhasilan ataupun kejadianya, gimana penerimaan rekan-rekan anda di kepanitiaan terhadap pekerjaan anda? Ya memang ee ada banyak sekali kelemahan dalam kerja saya khususnya karena kami membagi ketua 1 dan 2. Eee karena saya bekerja juga, jadi di tempat pekerjaan saya sekarang ini dan banyak sekali aktivitas yang harus saya jalani sehingga terkadang ada beberapa koordinasi yang kurang sehingga temen-temen cukup, sempat 1 bulan sebelum hari-Hnya itu temen-temen sempat ngedrop karena ya ee banyak temen-temen panitia yang mulai ee apa ee menarik diri untuk aktif dalam kegiatan bekerjanya dan namun hal itu bisa kami atasi dengan mengadakan sebuah agenda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
bersama yaitu refreshing. Ee waktu itu di PPSJ dan akhirnya kebosanan temen-temen bisa teratasi dan mulai saat itu dapat kembali baik lagi menjalankan tugas masing-masing kepanitiaan sehingga meskipun kurang koordinasi temen-temen sudah tahu tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing. Bagaimana penerimaan mereka dengan posisi anda sebagai ketua II? Apakah sudah bisa dikatakan cukup berhasil menurut anda, atau mereka? Kurang. Karena ya… Saya tidak tahu perasaan mereka, namun dilihat dari kegiatan-kegiatan yang kami alami kelihatannya kegagalan-kegagalan itu disebabkan karena kurang koordinasi dari dari atas, jadi ya memang kemudian bisa ee dikatakan bahwa pelaksanaan ini kurang..kurang berhasil dalam beberapa kegiatan namun tidak secara menyeluruh… Mungkin atas kegagalan-kegagalan tersebut, gimana perasaannya? Saya kira saya mencoba refleksi saja sih. Kalau saya kalau dibilang ya seneng, iya… Meskipun kurang berhasil namun ee poin ada beberapa poin yang dapat tercapai sehingga yang menghapus atau minimal menutup agregat kegagalan itu.. Ya sedih, ya senenglah.. Dari pengalaman kepanitiaan Natal dan mungkin bisa dikatakan anda mampu menjalani proses dalam beberapa kegiatan jadi terkait dengan posisi ketua. Banyak posisi atau peran? Di ketua 2 iya, di banyak peran juga iya. Memang karena keterbatasan SDM sehingga saya harus terpaksa membantu di beberapa kepanitiaan sehingga yaitu tadi, di ketua 2 iya, di beberapa kepanitiaan… Jadi anda memilih banyak peran di kepanitiaan Natal. Ada perasaan bangga tidak? Jelas. Eee.. Kalau bangga itu pasti karena bagi saya bahwa ketika saya bisa memberdayakan diri saya untuk..untuk kepentingan bersama ini merupakan suatu kebanggaan bagi diri saya, karena ketika apa yang menjadi konsep diri saya ee sebisa mungkin memberdayakan diri saya untuk ee kepentingan orang lain dapat ee terlaksana di dalam kepanitiaan Natal ini… Masalah menjadi diri sendiri, mungkin selain kepanitiaan Natal ada kepanitiaan-kepanitiaan tertentu yang lain atau organisasi-organisasi tertentu yang lain yang sekiranya itu anda bisa memperlihatkan diri anda sendiri, anda bisa menjadi diri anda sendiri tanpa berpura-pura? Di komunitas-komunitas saya pasang surut karena pembagian waktu dan penjadwalan yang kurang sempurna jadi…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Selama ini anda berkegiatan di gereja entah itu di lingkungan, wilayah, ataupun paroki. Apakah sudah mendapatkan tempat? Sudah. Terutama di lingkungan dan di wilayah Kraton dan lingkungan Kadipaten dan beberapa tempat… Apakah anda sudah melihat adanya pengakuan dari mereka di lingkungan, wilayah, maupun di kepengurusan paroki? Pengakuan dalam hal? Bahwa anda sudah mempunyai peran yang baik disitu… Eee iya iya ada beberapa pengurus yang ketua lingkungan kalau di lingkungan dari ketua lingkungan pada saat itu meng.. eee istilahe bener-bener njagakkelah ya mengandalkan saya dalam beberapa hal. Kemudian di wilayah Kraton juga mengandalkan saya dalam beberapa hal sampai-sampai ee saya pindah dari lingkungan lainpun dengan wilayah yang berbeda juga saya didatangi ke rumah saya yang baru untuk tetap melaksanakan kerjasama di wilayah yang sama. Itu tadi masalah apakah anda mendapat pengakuan ketika anda berperan. Seiring dengan anda mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, bagaimana keinginan-keinginan pribadi, apakah cita-cita anda sendiri berjalan dengan baik, atau seperti apa? Ee memang agak ada beberapa rencana dari saya yang tertunda, diantaranya ada keinginan saya untuk membuat sebuah usaha. Tertunda karena memang ee waktu banyak yang tersita untuk mengurusi diri itu, namun ya semoga ee cita-cita atau harapan saya tidak bisa hanya tertunda, jadi tidak gagal tapi hanya tertunda saja. Mungkin waktunya kapan… Itu misalnya seperti apa saja? Ya itu tadi, seperti ketika saya ingin membuat sebuah usaha ee apa..pembuatan pengolahan barang bekas, jadi dari sejak dulu saya ingin sekali.. Tapi sempat berjalan beberapa..beberapa tahap, namun ternyata waktu untuk..untuk menyelesaikan tahap-tahap itu banyak yang tersita untuk..untuk kegiatan di gereja, namun bagi saya ini bukan masalah karena ee kegiatan-kegiatan ini bagi saya juga ee salah satu dari cita-cita saya sehingga okelah kalau memang belum berhasil, oke saya menjalankan cita-cita saya yang.. harapan saya yang lain… Mungkin selain rencana anda itu, harapan-harapan yang lain ada nggak? Mungkin misalnya; keinginan-keinginan untuk menikah menjadi tertunda, atau yang lain? Itu kalau menikah.. enggak juga.. nggak menggangu karena memang saya mempunyai target ee tahun sekian saya menikah dan saya pikir kalau di kegiatan lain belum ada hambatan dalam harapan dan cita-cita saya ketika saya berkegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kalau anda tadi bilang tidak gagal, tapi tertunda. Apakah itu mempengaruhi anda dalam berkegiatan di gereja? Eee.. Iya karena ee begini. Jadi saya mempunyai jadwal kalau katakanlah seperti kapan harus menikah kemudian kapan saya harus mewujudkan cita-cita saya itu, jadi cukup berdampak kepada kegiatan-kegiatan di gereja karena otomatis kalau saya mengurusi ee perjalanan usaha saya itu otomatis saya harus meninggalkan atau mengurangi kegiatan-kegiatan saya di gereja, bukan..bukan kemudian tidak berkegiatan, namun mengurangi beberapa katakanlah pos-pos di kegiatan itu, sehingga saya lebih punya waktu untuk ya meneruskan sesuatu yang tertunda tadi… Kita kembali ke masalah kepanitiaan Natal kemarin. Seperti anda ungkapkan tadi, begitu banyak pikiran dan perasaan senang sedih. Perasaan apa saja yang masih anda ingat? Hal apa saja? Seneng ketika kegiatan itu berhasil terlaksana dengan lancar kemudian peserta atau umat yang hadir banyak sekali, kemudian ee ketika temen-temen yang datang untuk rapat atau mempersiapkan suatu kegiatan itu banyak dan antusias dalam melaksanakan persiapan itu sehingga cukup membuat sebuah, apa istilahe ki, dorongan bagi diri saya untuk terus terus berjalan terus.. Mungkin bisa mencontohkan pas lagi kegiatan apa, atau katakanlah momen apa anda merasa sangat senang sekali? Emm..pas saat pasar, kegiatan pasar pengetahuan. Senangnya karena sampai 2 hari sebelum hari H ini ternyata koordinasinya sangat kurang, namun ee 1 hari, bahkan beberapa jam sebelum ee pelaksanaannya ternyata banyak sekali temen-temen yang membantu sehingga ee proses dinamika dalam pasar pengetahuan itu dapat berjalan dengan sangat meriah meskipun persiapannya cukup sederhana, namun karena ternyata keterlibatan dari temen-temen panitia yang lain itu cukup ee banyak dan membantu ee untuk mengatasi atau menutupi kekurangan-kekurangan yang selama ini belum ada yang mengisi, yang jelas ketika sesuatu yang tidak diharapkan, ada Tuhan itu dapat terlaksana dengan lancar.. Biasanya ketika anda merasa sangat senang dalam kerjasama itu menjadi berhasil kemudian seperti apa tanggapan anda atau apa yang anda lakukan atau sikap sepeti apa ketika merasa senang? Biasanya saya mengapresiasi teman-teman dengan menjabat tangannya ee mengucapkan terima kasih bahwa ee temen-temen telah membantu secara personal ee saya datangi satu persatu menjabat tangannya. Ya harapannya dengan memberikan ee penghargaan meskipun hanya sebatas ucapan terima kasih harapannya orang itu dapat ee mengerti bahwa ternyata dirinya itu berguna bagi orang banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ketika anda merasa senang bahwa itu berhasil, apakah itu mempengaruhi produktivitas bekerja anda waktu itu? Pasti, dan cukup ee itu tadi menjadikan suatu dorongan bagi saya untuk ..karena temen-temen sudah membantu dan menyempatkan dirinya ya otomatis ee sayapun juga harus menyemangati diri saya untuk lebih apa, menyempurnakan kegiatan… Di pasar pengetahuan anda merasa senang. Di momen apa anda merasa sedih atau berkebalikan dengan tadi? Adakah momen seperti itu? Ketika saya tidak bisa membagi waktu. Ketika bahkan saya harus mengurusi untuk persiapan Natal kemudian ternyata di kantor ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, di komunitas yang lain di, misalkan di RT juga ada kegiatan yang juga penting bagi saya kemudian di kepanitiaan Natal itu juga ada kegiatan lain yang saya harus datang sehingga saya sangat sedih kenapa kok ya apa, pelaksanaannya ternyata bebarengan dan sekompleks itu, bahkan sempat..sempat muncul dalam diri saya itu bila andaikata saya menjadi amoeba itu sampai bisa memecah, membelah diri ee menjadi beberapa bagian dan ini juga sempat menjadi, andaikata menjadi amoeba ini sempat terucap dari temen-temen yang lain kebetulan mengalami hal yang sama dengan diri saya.. Itu masalah pembagian waktu. Kalau kaitannya dengan kegagalan misalnya? Ada kegagalan ketika ee suatu sesi dalam sebuah perayaan Natal itu terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik Bukan hanya sedih tapi juga malu karena ee waktu itu ketika saya dan temen-teman harus bertugas untuk mengisi acara sebelum misa dimulai, namun ternyata ada beberapa teman yang belum datang dan bila harus segera main sehingga dengan keterbatasan personil dan keterbatasan kemampuan sehingga dalam memainkannya ini kacau balau sehingga muncul perasaan sedih, malu, terus campur aduk pokoknya… Mungkin momen apa lagi? Momen ketika rapat persiapan. Yang pasti ketika rapat hari pertama banyak temen-temen, misal 30 orang, kita koordinasi dengan cukup baik. Rapat berikutnya yang hadir Cuma 10 orang, sehingga orang-orang yang memegang peranan dalam kegiatan itu tidak ada, namun ee sedih campur apa ya, istilahe sedih sementara, karena ee momen saya juga kita, juga harus memahami kesibukan orang lain, dan itu tidak bisa dipaksakan karena ya sama seperti saya, saya juga merasa bahwa kalau memang tidak bisa ya sudah, harus dimaklumi… Apakah itu mempengaruhi penghargaan diri terhadap anda? Memang sempat muncul perasaan seperti itu ee ya saya kira ini sesuatu yang harus dimaklumi karena karakter dan pikiran orang bermacam-macam. Entah, bagi saya tidak peduli apakah dia mau menghargai saya atau tidak, yang penting dia sadar akan tanggung jawab yang ia pegang dalam kepanitiaan itu…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Horizonalisation subjek 1 No Jawaban subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Pada awalnya alasan saya sangat sederhana, ingin mendapatkan teman yang banyak. Jadi pada saat awal-awal saya mulai berkegiatan di mudika itu ingin mendapatkan teman, namun setelah dalam perkembangannya saya kira ada satu hal yang lebih penting dibanding untuk mendapatkan teman, namun lebih pada kesadaran diri bahwa kita sebagai manusia diciptakan terutama saya diciptakan secara fisik itu sempurna. Saya pernah membaca kitab suci itu tentang talenta. Tuhan memberikan sekian talenta kepada beberapa orang dan ada orang yg punya 10 talenta dan bisa mengembangkan menjadi 50 talenta, bahkan ada juga yang punya 10 talenta tetapi dia tetap hanya 10 talenta. Maksud saya ketika Tuhan memberikan fisik saya yang sempurna itu tentunya Tuhan juga menginginkan adanya sebuah keseimbangan bahwa saya harus menggunakan diri saya kekuatan yang saya punyai untuk digunakan supaya bisa berguna untuk orang lain, banyak kegunaan pada diri saya sehingga dengan adanya saya, orang lain dapat terbantu minimal membantu secara pelayanan khususnya di gereja kalau untuk kaum muda ini. Yang pasti kalau beberapa tahun yang lalu saya mulai dari lingkup yang kecil dulu ya mungkin di mudika lingkungan aktif dari tahun 98 kemudian di mudika wilayah Kraton juga aktif sekitar tahun 2004, kemudian di mudika paroki saya juga meskipun saya bukan pengurus mudika paroki namun katakanlah saya seperti ini apa entah itu merasa terpanggil ketika temen-temen dari mudika paroki mengadakan kegiatan saya hanya mencoba untuk membantu dalam hal kepanitiaan namun untuk sebagai pengurus mudika paroki saya belum, kemudian beberapa tahun yang lalu saya juga aktif di mudika kevikepan dan rayon kota namun untuk 2 tahun terakhir ini saya absen kemudian saya kira untuk yang komunitas kristiani itu hanya membantu beberapa kegiatan yang dilakukan oleh temen-temen paroki baik itu PIA, remaja ataupun mudika. Yang pasti ada beberapa memang itu adalah sebuah kesadaran diri saya sebagai kaum muda katolik namun karena ya terkadang juga informasi ini informasi adanya kegiatan saya dapatkan dari teman
Kegiatan Gereja - Pada awalnya ingin
mencari teman yang banyak.
- Kesadaran untuk memaksimalkan & mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan serta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, khususnya pelayanan Gereja dalam hal ini kaum muda.
- merasa terpanggil
untuk membantu teman OMK
- sebuah kesadaran diri
dan keinginan untuk mau bekerjasama dengan teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
sehingga teman saya mengajak saya untuk terlibat dan akhirnya kita bekerja sama dalam beberapa kegiatan ya memang ada itu kesadaran diri sendiri ada yang sifatnya ajakan. Untuk saat ini yang paling banyak berperan adalah di lingkungan karena kebetulan saya diminta oleh ketua lingkungan saya untuk mendampingi sebagai sekretaris sehingga aktivitas rutin saya sebagai sekretaris rapat membuat undangan kemudian terkadang menyebarkan sendiri selain itu juga mendampingi kaum muda di lingkungan saya karena memang saat ini nampaknya agak menurun kegiatannya entah karena apa. Jadi kami bersama dengan teman-teman yang lain berusaha untuk mencoba mendampingi lagi, dan rutinitas yang lain kalau di wilayah yaitu membantu untuk mengurusi perayaan Natal dan Paskah di wilayah. Kalau di paroki ya sifatnya accidential jadi tidak bukan sesuatu yang rutin. Yang paling hangat adalah akhir-akhir ini mencoba untuk mengkonsolidasi temen-temen mudika di paroki Pugeran karena nampaknya banyak permasalahan di muda-mudi paroki pugeran khususnya kepengurusan MPP dengan kepengurusan mudika-mudika wilayah di paroki Pugeran jadi nampaknya ada sedikit masalah jadi saya bersama dengan teman-teman mencoba untuk menjadi mediator diantara beberapa komunitas yang bermasalah tadi semoga harapannya sih kalau bisa menjadi satu kesatuan yaitu muda-mudi paroki Pugeran. Yang pasti beberapa hari ini kami memetakan permasalahan kemudian setelah permasalahan itu kita dapat terpetakan kemudian siapa sih orang atau mudika yang bisa kita pegang ataupun kita ajak untuk rembugan secara personal bukan secara institusi untuk mencoba mengajak anak buahnya di wilayah itu mengajak untuk istilahnya bergabung bersama dengan muda-mudi paroki Pugeran dengan mengesampingkan permasalahan-permasalahan yang lalu jadi kita mencoba untuk mendekati, istilahe kalau nama trendnya itu pentolan-pentolan mudika di wilayah ataupun lingkungan itu sehingga kalau pentolannya itu sudah dapat kita pegang itu artinya kita ajak koordinasi akan dengan sangat mudah kita masuk ke dalam lingkungan atau ke wilayah itu.
- melakukan
pendampingan karena sebuah keprihatinan dimana kegiatan OMK menurun
- mengkonsolidasi dan
menjadi mediator bagi komunitas-komunitas yang bermasalah
- melakukan pendekatan
secara personal terhadap orang yang punya pengaruh di tingkat basis untuk nantinya lebih mudah masuk & koordinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Baru karena sebenarnya permasalahannya itu ada banyak diantaranya dengan mudika wilayah Sempu, kemudian mudika wilayah Bangunharjo, ternyata juga dengan mudika wilayah Kraton itu sudah kami lakukan dengan berkonsolidasi dengan pentolan mudika wilayah Sempu baru sekali karena permasalahan ini nampaknya baru sadar setelah kita selesai menggarap Natalan di paroki Pugeran tahun ini, 2009 ini. Yang paling penting saat perayaan Natal 2009, karena kebetulan saya dengan panitia dengan temen-temen MPP dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal, dan bagi saya ini adalah sebuah pengalaman yang paling penting bagi saya karena bisa bergabung dengan banyak sekali teman dan mendapatkan kepercayaan dari dewan yang sampai sekian lama itu ada sedikit pengaruh pikiran yang negatif terhadap kaum muda. Dari awal pikiran saya seneng banget, karena ya itu tadi kami dari kaum muda dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal dan pikiran, kemudian yang menjadi pikiran kami bersama bahwa Natal ini hanya sebuah media dan ada karena ada tujuan yang lebih besar lagi daripada hanya sekedar melaksanakan Natal, namun yang pertama mendapatkan kepercayaan kembali dari dewan paroki kemudian yang kedua dapat mengkonsolidasi temen-temen di wilayah yang ada di Pugeran ini untuk bergabung di perayaan Natal ini, dan harapannya ke depan dengan perayaan Natal ini kita dapat lebih aktif lagi dan dapat berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri, kemudian kalau perasaan saya seneng banget karena dapat mengenal karakter dari banyak sekali kaum muda yang terlibat di dalam kepanitiaan kemudian yang dapat katakanlah mengaktualisasi diri, memberdayakan diri untuk Gereja khususnya dalam hal ini adalah untuk Natal dan perkembangan kaum muda di paroki pugeran. Cukup berhasil dalam beberapa kegiatan namun terkadang juga saya merasa bahwa saya belum bisa memaksimalkan diri saya ketika misalkan, suatu saat ketika saya sedang melaksanakan suatu kegiatan ternyata ya rasa malas capek itu kemudian muncul sehingga akhirnya kegiatan ini bagi saya apa diri saya kurang maksimal. Ya memang ada banyak sekali kelemahan dalam
- mengetahui bahwa ada masalah antar wilayah pasca Natal 2009
- Natal 2009 sebagai
momen dan pengalaman penting karena bisa bergabung dengan teman-teman serta dipercaya oleh dewan paroki, yang dimana sebelumnya mendapat kesan negatif.
- Acara Natal sebagai sebuah media untuk tujuan yang lebih besar yaitu mengkonsolidasi teman-teman agar lebih aktif dan lebih berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri
- Merasa senang karena
dapat mengenal karakter dan potensi kaum muda yang terlibat yang nantinya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri.
- Merasa belum
memaksimalkan diri karena rasa capek dan malas.
- Adanya kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182
kerja saya khususnya karena kami membagi ketua 1 dan 2. Karena saya bekerja juga, jadi di tempat pekerjaan saya sekarang ini dan banyak sekali aktivitas yang harus saya jalani sehingga terkadang ada beberapa koordinasi yang kurang sehingga temen-temen cukup, sempat 1 bulan sebelum hari-Hnya itu temen-temen sempat ngedrop karena ya banyak temen-temen panitia yang mulai menarik diri untuk aktif dalam kegiatan bekerjanya dan namun hal itu bisa kami atasi dengan mengadakan sebuah agenda bersama yaitu refreshing. Waktu itu di PPSJ dan akhirnya kebosanan temen-temen bisa teratasi dan mulai saat itu dapat kembali baik lagi menjalankan tugas masing-masing kepanitiaan sehingga meskipun kurang koordinasi temen-temen sudah tahu tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kurang. Karena ya… Saya tidak tahu perasaan mereka, namun dilihat dari kegiatan-kegiatan yang kami alami kelihatannya kegagalan-kegagalan itu disebabkan karena kurang koordinasi dari dari atas, jadi ya memang kemudian bisa dikatakan bahwa pelaksanaan ini kurang berhasil dalam beberapa kegiatan namun tidak secara menyeluruh. Saya kira saya mencoba refleksi saja. Kalau saya kalau dibilang ya seneng, iya. Meskipun kurang berhasil namun poin ada beberapa poin yang dapat tercapai sehingga yang menghapus atau minimal menutup agregat kegagalan itu.. Ya sedih, ya senenglah. Di ketua 2 iya, di banyak peran juga iya. Memang karena keterbatasan SDM sehingga saya harus terpaksa membantu di beberapa kepanitiaan sehingga yaitu tadi, di ketua 2 iya, di beberapa kepanitiaan… Jelas. Kalau bangga itu pasti karena bagi saya bahwa ketika saya bisa memberdayakan diri saya.untuk kepentingan bersama ini merupakan suatu kebanggaan bagi diri saya, karena ketika apa yang menjadi konsep diri saya sebisa mungkin memberdayakan diri saya untuk kepentingan orang lain dapat terlaksana di dalam kepanitiaan Natal ini. Seneng ketika kegiatan itu berhasil terlaksana dengan lancar kemudian peserta atau umat yang hadir banyak sekali, kemudian ketika temen-temen yang datang untuk rapat atau mempersiapkan suatu kegiatan itu banyak dan antusias dalam melaksanakan persiapan
dimana banyaknya pekerjaan sehingga kurang koordinasi.
- Diadakannya
refreshing untuk menghilangkan kebosanan yang akhirnya teman-teman dapat bertugas lebih baik.
- Kegagalan yang
disebabkan karena kurang koordinasi
- Merasa senang, sedih
dan refleksi atas kegagalan
- Mempunyai banyak
peran karena keterbatasan SDM.
- Merasa bangga karena
mampu memberdayakan diri untuk kepentingan orang lain di kepanitiaan Natal.
- Menjadi senang serta
sebagai sebuah dorongan ketika antusias peserta panitia dan atau umat banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228
itu sehingga cukup membuat sebuah, istilahe ki, dorongan bagi diri saya untuk terus terus berjalan terus.. Pas saat pasar, kegiatan pasar pengetahuan. Senangnya karena sampai 2 hari sebelum hari H ini ternyata koordinasinya sangat kurang, namun 1 hari, bahkan beberapa jam sebelum pelaksanaannya ternyata banyak sekali temen-temen yang membantu sehingga proses dinamika dalam pasar pengetahuan itu dapat berjalan dengan sangat meriah meskipun persiapannya cukup sederhana, namun karena ternyata keterlibatan dari temen-temen panitia yang lain itu cukup banyak dan membantu untuk mengatasi atau menutupi kekurangan-kekurangan yang selama ini belum ada yang mengisi, yang jelas ketika sesuatu yang tidak diharapkan, ada Tuhan itu dapat terlaksana dengan lancar. Biasanya saya mengapresiasi teman-teman dengan menjabat tangannya mengucapkan terima kasih bahwa temen-temen telah membantu secara personal saya datangi satu persatu menjabat tangannya. Ya harapannya dengan memberikan penghargaan meskipun hanya sebatas ucapan terima kasih harapannya orang itu dapat mengerti bahwa ternyata dirinya itu berguna bagi orang banyak. Pasti, dan cukup itu tadi menjadikan suatu dorongan bagi saya untuk ..karena temen-temen sudah membantu dan menyempatkan dirinya ya otomatis sayapun juga harus menyemangati diri saya untuk lebih menyempurnakan kegiatan. Kegiatannya dari karena sifatnya ini rangkaian jadi bukan hanya satu kegiatan, dimulai dari pesta pesta intan 75 tahun gereja antara mudika paroki, PIA paroki, remaja paroki bergabung menjadi satu dalam mengurusi kepanitiaan pesta intan itu kemudian kita teruskan lagi ke rangkaian Perayaan Natal 2009 dan konsep perayaan Natal 2009 ini adalah Natalku Hijau. Kenapa Natalku Hijau karena kita tinggal bukan di negara dengan cuaca dengan empat musim tapi dua musim yaitu penghujan dan kemarau, tidak ada musim salju sehingga yang ada hanya panas, kering, hijau, dan penghujan. Jadi kita ambil Natalku Hijau, yang pertama adalah doa lintas agama untuk keselamatan bumi, kemudian misa dengan konsep Natalku Hijau kita menggunakan barang-barang daur ulang untuk dekorasinya, konsepnya, kemudian pasar
- Merasa senang karena
banyak teman yang membantu dan terlibat saling mengatasi kekurangan sehingga acara berjalan lancar.
- Berusaha
mengapresiasi teman-teman sebagai sebuah bentuk penghargaan dan pengertian bahwa mereka juga dapat berguna bagi orang banyak
- Bantuan orang lain dianggap sebagai sebuah motivasi dan penyemangat
- Tema “Natalku
Hijau”; dengan menggunakan barang bekas “Doa lintas agama untuk keselamatan bumi”, kegiatan “Pasar pengetahuan”, dan penanaman pohon adalah bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274
pengetahuan dimana kita mensimulasi banyak hal tentang bumi kemudian yang belum selesai yaitu adalah penanaman pohon jati di wilayah Gunung Sempu. Relatif sih mas, karena tolak ukur berhasilpun sebenarnya bermacam-macam kalau untuk rangkaian kegiatannya itu cukup berhasil pastinya dari keempat kegiatan itu dapat terselenggara dengan cukup baik namun sebenarnya selain kegiatan itu berhasil kami juga mempunyai tujuan yang lebih penting lagi yaitu adanya kekompakan dan kerja sama dari kaum muda, PIA, remaja dan mudika lingkungan di paroki Pugeran ini. Jadi tujuan kami sebenarnya bukan Natal itu terselenggara dengan baik namun adalah yang lebih penting yaitu mudika pugeran mempunyai kehidupan yang lebih baik karena selama ini memang tugas penting dari mudika paroki Pugeran hanyalah mengurusi parkir dan saya pikir itu bukan sesuatu yang penting ada hal yang lebih penting lagi lha ini sebenarnya tujuan utama dari Natalku Hijau adalah supaya temen-temen mudika di paroki Pugeran dapat lebih hidup lebih dinamika di pugeran dapat lebih menarik lagi. Banyak sih yang pasti pertama dari SDMnya ya karena kita tahu bahwa sifat orang berbeda-beda ada mudika dengan sifat yang bisa membagi waktu antara belajar atau bekerja dengan bermudika ada yang dia ternyata tidak bisa sepenuh hati untuk bermudika sehingga ketika kita mengajak untuk berproses ya yang datang hanya beberapa orang dan ini sangat menjadikan kendala bagi kami untuk koordinasi soalnya jadi masalah konsistensi dari temen-temen mudika memang nampaknya agak rendah untuk ini kemudian yang kedua ternyata untuk perayaan Natal ini dukungan dari orang tua nampaknya kurang, dukungan orang tua bukan dari segi dana kalau dari segi dana okelah ini cukup saya kira dukungan dari orang tua namun dari segi partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang kami selenggarakan dan koordinasi di lingkungan terutama untuk kaum mudanya ini sangat kurang. Kami juga heran kenapa dari beberapa undangan ini ternyata memang banyak yang tidak disampaikan kepada kaum mudanya sehingga ketika kita tanya mereka menjawab tidak tahu kemudian yang ketiga ini permasalahan ternyata ada juga kaum muda yang mereka datang dan terlibat bukan untuk
- Tujuannya lebih pada
ke kekompakan, kerjasama, dinamika yang lebih hidup dan menarik dari kaum muda di setiap komunitas.
- Konsistensi rendah,
perbedaan karakter, dan kurangnya totalitas adalah kendala dalam koordinasi
- Dukungan partisipasi
orang tua untuk kaum muda dirasa kurang.
- Adanya tendensi lain
di luar kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320
ikut serta dalam membantu kepanitiaan namun untuk ada juga yang ya mencari uang motifnya ada juga yang mencari pacar ada juga dan macem-macemlah ini progresnya dan beraneka ragam kegiatannya. Saya kira karena ini kita karena mudika bukan suatu organisasi namun sebagai sebuah komunitas atau paguyuban ya dengan adanya masalah itu kita ya tetep dengan kepala dingin artinya ketika mereka memang tidak bisa hadir ya sudah, karena ini memang bukan sesuatu yang harus, gitu. Kalau memang tidak bisa ya sudah kemudian ya tetap kita positif aja untuk temen-temen yang mempunyai motif lain dalam berkegiatan ya kita mencoba untuk mengantisipasi kemudian kalau untuk orang tua ini memang kita mencoba untuk ini mas, sekarang kita sudah membuat sms center. Sms center ini membantu untuk mengkoordinasi temen-temen mudika di lingkungan kalau surat undangan itu tidak sampai kepada mudika karena tidak disampaikan oleh ketua lingkungan sekarang kita punya sms center yang karena kalau kita mengadakan sebuah kegiatan kita langsung menghubungi sms center dan temen-temen mudika di lingkungan akan mendapatkan sms yang sama yaitu isinya undangan kegiatan itu sehingga ini lebih mengefektifkan waktu sebenarnya. Ketika saya tidak bisa membagi waktu. Ketika bahkan saya harus mengurusi untuk persiapan Natal kemudian ternyata di kantor ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, di komunitas yang lain di, misalkan di RT juga ada kegiatan yang juga penting bagi saya kemudian di kepanitiaan Natal itu juga ada kegiatan lain yang saya harus datang sehingga saya sangat sedih kenapa kok ya apa, pelaksanaannya ternyata bebarengan dan sekompleks itu, bahkan sempat..sempat muncul dalam diri saya itu bila andaikata saya menjadi amoeba itu sampai bisa memecah, membelah diri menjadi beberapa bagian dan ini juga sempat menjadi, andaikata menjadi amoeba ini sempat terucap dari temen-temen yang lain kebetulan mengalami hal yang sama dengan diri saya. Ada kegagalan ketika suatu sesi dalam sebuah perayaan Natal itu terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik Bukan hanya sedih tapi juga malu karena waktu itu ketika saya dan temen-teman harus bertugas untuk mengisi acara sebelum misa dimulai,
utama - Tetap berkepala dingin
& berfikir positif terhadap masalah ketidakhadiran serta teman yang mempunyai motif lain
- Membuat sms center
agar lebih mudah mengkoordinasi teman-teman.
- Sedih ketika tidak
mampu membagi waktu dan ini dialami beberapa teman.
- Merasa sedih dan malu
ketika suatu sesi acara terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366
namun ternyata ada beberapa teman yang belum datang dan bila harus segera main sehingga dengan keterbatasan personil dan keterbatasan kemampuan sehingga dalam memainkannya ini kacau balau sehingga muncul perasaan sedih, malu, terus campur aduk pokoknya. Momen ketika rapat persiapan. Yang pasti ketika rapat hari pertama banyak temen-temen, misal 30 orang, kita koordinasi dengan cukup baik. Rapat berikutnya yang hadir Cuma 10 orang, sehingga orang-orang yang memegang peranan dalam kegiatan itu tidak ada, namun sedih campur apa ya, istilahe sedih sementara, karena momen saya, juga kita, juga harus memahami kesibukan orang lain, dan itu tidak bisa dipaksakan karena ya sama seperti saya, saya juga merasa bahwa kalau memang tidak bisa ya sudah, harus dimaklumi. Memang sempat muncul perasaan seperti itu ya saya kira ini sesuatu yang harus dimaklumi karena karakter dan pikiran orang bermacam-macam. Entah, bagi saya tidak peduli apakah dia mau menghargai saya atau tidak, yang penting dia sadar akan tanggung jawab yang ia pegang dalam kepanitiaan itu. Di komunitas-komunitas saya pasang surut karena pembagian waktu dan penjadwalan yang kurang sempurna jadi.. Sudah. Terutama di lingkungan dan di wilayah Kraton dan lingkungan Kadipaten dan beberapa tempat… Pengakuan dalam hal? Iya ada beberapa pengurus yang ketua lingkungan kalau di lingkungan dari ketua lingkungan pada saat itu istilahe bener-bener njagakkelah ya mengandalkan saya dalam beberapa hal. Kemudian di wilayah Kraton juga mengandalkan saya dalam beberapa hal sampai-sampai saya pindah dari lingkungan lainpun dengan wilayah yang berbeda juga saya didatangi ke rumah saya yang baru untuk tetap melaksanakan kerjasama di wilayah yang sama. Untuk tugas perkembangan ketika saya bekerja setelah saya lulus dari STM dan kemudian saya bekerja dan saya pikir tugas perkembangan saya tidak begitu terganggu dengan adanya aktivitas saya di beberapa komunitas justru bagi saya komunitas-komunitas itu yang sangat mendukung perkembangan dari pribadi saya seperti ketika saya bekerja, di situ
- Merasa sedih ketika
yang datang rapat hanya sedikit. Hal ini coba untuk dimaklumi.
- Memaklumi masalah
penghargaan orang lain karena pikiran dan karakter orang bermacam-macam.
- Peran mengalami
pasang surut karena masalah menejemen waktu yang kurang baik.
- Mendapatkan
pengakuan, diandalkan dan masih diajak kerja sama oleh lingkungan serta wilayah.
Kegiatan Gereja VS Tugas Perkembangan - Aktivitas di
komunitas dirasa tidak mengganggu, tetapi justru dianggap mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412
banyak hal yang bisa saya terapkan ketika saya berkomunitas di mudika seperti berkomunikasi dengan orang, bagaimana kita berperilaku di perusahaan-perusahan di perusahaan saya bekerja lebih-lebih saat beberapa tes wawancara ketika saya melamar di beberapa perusahaan. Memang banyak pengalaman-pengalaman yang tidak saya dapatkan di pendidikan formal seperti STM saya dapatkan di mudika, dan itu menjadi kunci untuk bagaimana saya menghadapi tes atau pertanyaan-petanyaan pewawancara saat melamar pekerjaan, jadi menurut saya sangat mendukung dan untuk saat ini ketika saya sudah bekerja karena saya sudah bekerja target saya adalah kemudian berumah tangga dan saya pikir juga tidak akan ada masalah karena sebenarnya tinggal bagaimana cara kita mengatur waktu dan tenaga supaya tidak kelelahan dan supaya semuanya bisa tercukupi dengan pembagian waktu itu. Memang agak ada beberapa rencana dari saya yang tertunda, diantaranya ada keinginan saya untuk membuat sebuah usaha. Tertunda karena memang waktu banyak yang tersita untuk mengurusi diri itu, namun ya semoga cita-cita atau harapan saya tidak bisa hanya tertunda, jadi tidak gagal tapi hanya tertunda saja. Mungkin waktunya kapan… Ya itu tadi, seperti ketika saya ingin membuat sebuah usaha.pembuatan pengolahan barang bekas, jadi dari sejak dulu saya ingin sekali.. Tapi sempat berjalan beberapa tahap, namun ternyata waktu untuk menyelesaikan tahap-tahap itu banyak yang tersita untuk kegiatan di gereja, namun bagi saya ini bukan masalah karena kegiatan-kegiatan ini bagi saya juga salah satu dari cita-cita saya sehingga okelah kalau memang belum berhasil, oke saya menjalankan cita-cita saya yang.. harapan saya yang lain… Itu kalau menikah.. enggak juga.. nggak mengganggu karena memang saya mempunyai target tahun sekian saya menikah dan saya pikir kalau di kegiatan lain belum ada hambatan dalam harapan dan cita-cita saya ketika saya berkegiatan. Iya karena begini. Jadi saya mempunyai jadwal kalau katakanlah seperti kapan harus menikah kemudian kapan saya harus mewujudkan cita-cita saya itu, jadi cukup berdampak kepada kegiatan-kegiatan di gereja karena otomatis kalau saya mengurusi perjalanan usaha saya itu otomatis saya harus meninggalkan atau
perkembangan pribadi, yaitu seperti berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku di perusahaan tempat bekerja.
- Banyak pengalaman di Mudika yang tidak didapatkan di pendidikan formal.
- Target berumah
tangga dirasa tidak mengganggu tinggal bagaimana mengatur waktu dan tenaga.
- Tertundanya rencana tidak dianggap suatu kegagalan, tetapi hanya masalah waktu.
- Rencana pengolahan
barang bekas tertunda karena kegiatan Gereja, tetapi dianggap bukan suatu masalah karena memang merupakan salah satu cita-cita.
- Tidak ada gangguan untuk target menikah.
- Mempunyai jadwal
kapan harus menikah dan kapan harus mewujudkan cita-cita. Hal ini berdampak pada pengurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 537 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458
mengurangi kegiatan-kegiatan saya di gereja, bukan kemudian tidak berkegiatan, namun mengurangi beberapa katakanlah pos-pos di kegiatan itu, sehingga saya lebih punya waktu untuk meneruskan sesuatu yang tertunda tadi. Tugas perkembangan orang muda katolik di kota ini wajar-wajar saja tidak menunjukkan sebuah lonjakan yang cukup luar biasa. Saya kira bahkan ada beberapa komunitas basis itu tidak ada kegiatan, namun hal ini sebenarnya bisa dimaklumi karena disisi lain OMK juga dituntut untuk pertama, terlibat dalam kegiatan di luar gereja seperti di lingkungan disekitarnya, yang kedua, yang tidak kalah penting adalah bahwa OMK juga dituntut untuk belajar bagi mereka yang baru kuliah atau sekolah dan atau mereka yang sedang memasuki ruang lingkup dunia usaha. Namun memang ada beberapa OMK yang dia bisa memanfaatkan waktu sedemikian rupa sehingga dia tidak lupa pada tugas perkembangan dirinya sebagai seorang muda katolik dalam lingkungan atau rayon kota Jogja ini dengan yaitu membagi tugas, kapan saya harus belajar dan bekerja, kapan saya harus pacaran, kapan saya harus berkomunitas. Namun yaitu tadi, tugas perkembangan orang muda katolik di kota. Untuk aktifitas OMK yang belajar yaitu sangat mempengaruhi perkembangan proses belajarnya karena banyak sekali tuntutan ketika kita sudah terlibat dalam sebuah komunitas gereja jadi tidak hanya model accindential saja ketika ada kegiatan baru kita keluar, namun lebih pada sebuah program-program kerja dari sebuah komunitas, sehingga kita dituntut untuk selalu terlibat di dalam komunitas itu. Sehingga waktu untuk belajar, waktu untuk mendalami ilmu yang kita pelajari di pendidikan formal nampaknya agak sedikit terbengkalai sehingga banyak teman-teman aktivis kaum muda yang mereka justru lulus pada semester-semester yang rata-rata mahasiswa abadi. Ada beberapa teman saya yang dia tidak lulus padahal teman seangkatannya itu sudah bekerja bahkan diterima sebagai pegawai negri dan teman saya ini bahkan baru memulai untuk skripsi, dan juga ada beberapa teman yang dia rela untuk tidak masuk dalam dunia kerja karena ada kepentingan yang jauh lebih penting. Menurut dia disamping dengan bekerja yaitu membuat suatu
kegiatan-kegiatan Gereja.
- Memaklumi adanya
penurunan kegiatan Gereja yang disebabkan karena OMK dituntut untuk kegiatan di masyarakat, belajar dan bekerja.
- Adanya OMK yang
mampu mengatur waktu sedemikian rupa sehingga mereka dapat membagi tugas kapan belajar, bekerja, pacaran, dan berkomunitas.
- Kegiatan Gereja yang
padat baik itu accidental maupun program-program kerja komunitas cukup menuntut OMK untuk selalu terlibat, sehingga tugas pendidikan formal terbengkalai.
- Adanya OMK yang
tidak memasuki dunia kerja karena ada hal yang dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504
dinamika dalam bermudika baik dalam komunitas basis maupun komunitas rayon dan kevikepan. Sangat prihatin, namun kita juga tidak bisa untuk terlalu memaksa OMK pada umumnya untuk jauh terlibat dalam kegiatan berkomunitas di di gereja yang mengakibatkan kehidupan OMK di kota ini karena ya itu, ketika disatu sisi ada sekelompok kaum muda yang rela mengorbankan tugas belajar, tugas bekerja untuk kepentingan kaum muda katolik, disisi lain ada sekelompok kaum muda yang dia tidak begitu perduli dengan kehidupan menggereja lebih-lebih bagi kaum mudanya karena dia banyak sekali aktifitas, mereka harus berpetualang di dunia kaum muda gitu. Mereka banyak yang mulai berfikir untuk belajar menentukan masa depan mereka. Saya tidak tahu apakah mereka sudah mapan sudah lulus kemudian bekerja, apakah mereka mau untuk kemudian menyisihkan waktunya lebih banyak untuk menghidupi kaum muda katolik, namun banyak juga temen-temen yang seperti itu mereka sudah bekerja ada waktu sisa untuk berkomunitas bias menyempatkan diri meskipun hanya seminggu 2-3 kali mereka menyempatkan diri untuk terjun dalam komunitas-komunitas yang ia ikuti. Yang pasti pendekatan ke temen-temen yang lebih muda dari saya dengan mengajak mereka untuk pertama-tama bukan untuk kegiatan liturgi, namun mencoba untuk mengetahui dunia mereka itu dunia yang seperti apa, kemudian kita bisa masuk ke dalam dunianya. Kita bisa dengan lebih mudah untuk mengajak mereka, menggiring mereka ke kehidupan gereja. Begitu juga tidak dengan mengajak mereka di kegiatan gereja namun ke luar dari kegiatan gereja. Sudah beberapa kali. Di lingkungan saya, saya mencoba untuk terlibat dalam pada suatu sebuah kelompok-kelompok kecil di mudika saya. Ada beberapa teman yang mereka suka bermain musik saya mencoba untuk masuk ke dalamnya meskipun umur saya dengan umur temen-temen yang suka musik itu jauh lebih sangat-sangat jauh. Kemudian kemampuan saya dan kemampuan mereka juga terpaut sangat jauh sehingga ketika saya mencoba untuk berusaha saya mencoba untuk ngemong istilahe, atas keinginan mereka. Maka pada suatu saat saya pernah dipermalukan dihadapan banyak orang ketika kami pentas perdana dan ternyata karena
penting untuk dilakukan, yaitu mengurusi komunitas tingkay rayon dan kevikepan.
- Cukup prihatin dengan kondisi tugas perkembangan para OMK, tetapi juga tidak bisa untuk terlalu memaksa untuk terlibat jauh di komunitas. Hal ini dikarenakan banyak kepentingan dan prioritas. Seperti; berfikir untuk masa depan dan berpetualang di dunia kaum muda.
- Adanya OMK yang tetap mau menyempatkan waktu untuk komunitas walaupun sudah bekerja
Kegiatan Gereja - Dilakukan pendekatan
terhadap teman-teman dengan mencoba mengetahui dunianya tanpa langsung ke urusan liturgi. Setelah masuk bisa lebih mudah menggiring ke kehidupan Gereja.
- Sudah dilakukan
usaha dengan masuk di kelompok musik, walaupun keadaannya kemampuan bermusik, umur cukup cukup jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523
kemampuan mereka yang masih minim ya sehingga akhirnya sangat-sangat tidak baik. Kemudian ada sekelompok pemuda yang suka olah raga saya mencoba untuk terlibat dalam mengajak mereka dalam kegiatan olahraga itu dan saya sendiri juga suka olah raga dan disitu mulai kita melakukan pendekatan secara personal kedalam kelompok-kelompok itu. Ketika saya sudah bisa mendapatkan simpati atau perhatian dari mereka saya ingin mengajak teman-teman untuk menggiring teman-teman untuk terlibat dalam kegiatan gereja, program dari suatu kepengurusan lingkungan yang saya lihat ini nampaknya akan lebih menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dalam berkegiatan ini. Makanya saya merekomendasikan teman-teman kaum muda segala lingkungan untuk diberikan porsi yang cukup bagi mereka untuk berkreasi di lingkungan.
- Pendekatan personal
juga dilakukan di dunia olahraga karena juga memang suka olahraga.
- Ketika sudah
mendapatkan simpati kemudian mulai menggiring untuk terlibat dalam kegiatan Gereja.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tekstural subjek I Tema Lokasi Tekstural
- Kesadaran untuk memaksimalkan &
mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan serta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, khususnya pelayanan Gereja dalam hal ini kaum muda.
- Acara Natal sebagai sebuah media untuk tujuan yang lebih besar yaitu mengkonsolidasi teman-teman agar lebih aktif dan lebih berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri
- Merasa senang karena dapat mengenal karakter dan potensi kaum muda yang terlibat yang nantinya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(7-23) (117-122) (122-126) (518-523)
Kesadaranan untuk memaksimalkan & mengembangkan talenta Menjadi lebih aktif dan berperan untuk perkembangan diri Dapat mengenal karakter serta potensi kaum muda yang nantinya dapat mengaktualisasi dan mengembangkan diri Menjadi ujung tombak dan dapat berkreasi
- Pada awalnya ingin mencari teman
yang banyak. - merasa terpanggil untuk membantu
teman OMK - sebuah kesadaran diri dan keinginan
untuk mau bekerjasama dengan teman-teman
- Merasa senang karena dapat mengenal karakter dan potensi kaum muda yang terlibat yang nantinya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri.
- Merasa senang karena banyak teman yang membantu dan terlibat saling mengatasi kekurangan sehingga acara berjalan lancar.
- Berusaha mengapresiasi teman-teman sebagai sebuah bentuk penghargaan dan pengertian bahwa mereka juga dapat berguna bagi orang banyak
- Tujuannya lebih pada ke
(1-2) (30-32) (41-47) (122-126) (187-192) (200-207) (238-244)
Mencari teman yang banyak Terpanggil untuk membantu Keinginan untuk kerjasama Dapat mengenal karakter kaum muda yang terlibat Banyak teman membantu dan terlibat saling mengatasi Mengapresiasi teman karena mereka berguna bagi orang banyak Bertujuan untuk kekompakan &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kekompakan, kerjasama, dinamika yang lebih hidup dan menarik dari kaum muda di setiap komunitas.
- Membuat sms center agar lebih mudah mengkoordinasi teman-teman.
(290-291)
kerjasama dari kaum muda Dapat berhubungan & mengkoordinasi teman-teman
- Acara Natal sebagai sebuah media
untuk tujuan yang lebih besar yaitu mengkonsolidasi teman-teman agar lebih aktif dan lebih berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri
- Aktivitas di komunitas dirasa tidak mengganggu, tetapi justru dianggap mendukung perkembangan pribadi, yaitu seperti berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku di perusahaan tempat bekerja.
- Banyak pengalaman di Mudika yang tidak didapatkan di pendidikan formal.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(117-122) (362-372) (372-375) (518-523)
Sebagai media untuk mengkonsolidasi dan berperan Komunitas sebagai pendukung perkembangan diri Mendapatkan pengalaman di Mudika Mendapatkan tempat dari lingkungan untuk berkreasi
- Natal 2009 sebagai momen dan
pengalaman penting karena bisa bergabung dengan teman-teman serta dipercaya oleh dewan paroki, yang dimana sebelumnya mendapat kesan negatif.
- Tujuannya lebih pada ke kekompakan, kerjasama, dinamika yang lebih hidup dan menarik dari kaum muda di setiap komunitas.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(102-108) (238-244) (518-523)
Dipercaya oleh dewan paroki Dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas Sebagai ujung tombak dan mendapatkan porsi
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM. - Aktivitas di komunitas dirasa tidak
(167-170) (362-372)
Punya banyak peran Aktivitas di komunitas mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengganggu, tetapi justru dianggap mendukung perkembangan pribadi, yaitu seperti berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku di perusahaan tempat bekerja.
- Banyak pengalaman di Mudika yang tidak didapatkan di pendidikan formal.
(372-375)
perkembangan diri Akan punya pengalaman
- Kesadaran untuk memaksimalkan &
mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan serta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, khususnya pelayanan Gereja dalam hal ini kaum muda.
- melakukan pendekatan secara personal terhadap orang yang punya pengaruh di tingkat basis untuk nantinya lebih mudah masuk & koordinasi
- Rencana pengolahan barang bekas tertunda karena kegiatan Gereja, tetapi dianggap bukan suatu masalah karena memang merupakan salah satu cita-cita.
(7-23) (78-90) (397-401)
Melayani Gereja Mengkoordinasi teman OMK Kegiatan Gereja adalah sebuah cita-cita
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM. - Bantuan orang lain dianggap sebagai
sebuah motivasi dan penyemangat - Merasa bangga karena mampu
memberdayakan diri untuk kepentingan orang lain
- Menjadi senang serta sebagai sebuah dorongan ketika antusias peserta panitia dan atau umat banyak.
(167-170) (208-211) (171-177) (178-175)
Punya banyak peran Mendapatkan bantuan Merasa bangga dapat berdaya Senang karena mendapatkan dorongan dari antusiasme orang lain
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM. - Mendapatkan pengakuan, diandalkan
dan masih diajak kerja sama oleh lingkungan serta wilayah.
(167-170) (350-354)
Diberi peran Mendapatkan pengakuan, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
- Melakukan pendampingan karena
sebuah keprihatinan dimana kegiatan OMK menurun
- mengkonsolidasi dan menjadi mediator bagi komunitas-komunitas yang bermasalah
- mengetahui bahwa ada masalah antar wilayah pasca Natal 2009
- Dilakukan pendekatan terhadap teman-teman. Sudah dilakukan usaha dengan masuk di kelompok musik & pendekatan personal juga dilakukan di dunia olahraga karena juga memang suka olahraga. Ketika sudah mendapatkan simpati kemudian mulai menggiring untuk terlibat dalam kegiatan Gereja
(55-57) (65-67) (96-98) (483-490)
Melakukan pendampingan karena prihatin Mengkonsolidasi & menjadi mediator Tahu ada masalah antar wilayah Melakukan pendekatan & mengajak untuk terlibat
- Diadakannya refreshing untuk
menghilangkan kebosanan yang akhirnya teman-teman dapat bertugas lebih baik.
- Merasa senang, sedih dan refleksi atas kegagalan
- Tetap berkepala dingin & berfikir positif terhadap masalah ketidakhadiran serta teman yang mempunyai motif lain
- Memaklumi masalah penghargaan orang lain karena pikiran dan karakter orang bermacam-macam.
(146-153) (161-166) (282-287) (339-340)
Refreshing untuk menghilangkan kebosanan Refleksi atas kegagalan Tetap berkepala dingin dan berpikir positif Memakumi penilaian orang lain
- Kegagalan yang disebabkan karena
kurang koordinasi - Merasa sedih dan malu ketika suatu
sesi acara terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik.
- Peran mengalami pasang surut karena masalah menejemen waktu yang
(156-157) (317-325) (344-346)
Kurang koordinasi Sesi terlewatkan dan tidak berjalan dengan lancar Peran yang pasang surut karena menejemen waktu yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kurang baik.
baik
- Merasa belum memaksimalkan diri
karena rasa capek dan malas. - Sedih ketika tidak mampu membagi
waktu dan ini dialami beberapa teman.
- Peran mengalami pasang surut karena masalah menejemen waktu yang kurang baik.
- Mempunyai jadwal kapan harus menikah dan kapan harus mewujudkan cita-cita. Hal ini berdampak pada pengurangan kegiatan-kegiatan Gereja.
(130-133) (300-307) (344-346) (407-415)
Hambatan berkegiatan (internal): - Capek dan malas - Tidak mampu bagi waktu - Jadwal yang terlalu padat
- Adanya kelemahan dimana
banyaknya pekerjaan sehingga kurang koordinasi.
- Konsistensi rendah, perbedaan karakter, dan kurangnya totalitas adalah kendala dalam koordinasi
- Adanya tendensi lain di luar kepentingan utama
- Merasa sedih ketika yang datang rapat hanya sedikit. Hal ini coba untuk dimaklumi.
- Memaklumi adanya penurunan kegiatan Gereja yang disebabkan karena OMK dituntut untuk kegiatan di masyarakat, belajar dan bekerja.
- Dukungan partisipasi orang tua untuk
kaum muda dirasa kurang.
(138-141) (252-259) (273-278) (327-337) (422-429) (263)
Hambatan berkegiatan (eksternal): - Banyak kerjaan sehingga
kurang koordinasi - Konsistensi rendah, beda
karakter dan totalitas kurang - Tendensi lain - Tidak banyak yang hadir - OMK dituntut untuk kegiatan
yang lain
- Dukungan orang tua kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Struktural subyek I Tema Lokasi Struktural
- Kesadaran untuk memaksimalkan &
mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan serta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, khususnya pelayanan Gereja dalam hal ini kaum muda.
- Acara Natal sebagai sebuah media untuk tujuan yang lebih besar yaitu mengkonsolidasi teman-teman agar lebih aktif dan lebih berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri
- Merasa senang karena dapat mengenal karakter dan potensi kaum muda yang terlibat yang nantinya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(7-23) (117-122) (122-126) (518-523)
Adanya kesadaranan dan keinginan berperan aktif untuk mengembangkan talenta, mengaktualisasikan diri serta dapat berkreasi.
Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan diri
- Pada awalnya ingin mencari teman
yang banyak. - merasa terpanggil untuk membantu
teman OMK - sebuah kesadaran diri dan keinginan
untuk mau bekerjasama dengan teman-teman
- Merasa senang karena dapat mengenal karakter dan potensi kaum muda yang terlibat yang nantinya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri.
- Merasa senang karena banyak teman yang membantu dan terlibat saling mengatasi kekurangan sehingga acara berjalan lancar.
- Berusaha mengapresiasi teman-teman sebagai sebuah bentuk penghargaan dan pengertian bahwa mereka juga dapat berguna bagi orang banyak
- Tujuannya lebih pada ke
(1-2) (30-32) (41-47) (122-126) (187-192) (200-207) (238-244)
Keinginan mencari teman, kesadaran untuk bekerjasama, dan saling mengenal karakter demi sebuah kekompakan agar terwujud dinamika yang lebih hidup di komunitas
Kebutuhan akan sosialisasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
kekompakan, kerjasama, dinamika yang lebih hidup dan menarik dari kaum muda di setiap komunitas.
- Membuat sms center agar lebih mudah mengkoordinasi teman-teman.
(290-291)
- Acara Natal sebagai sebuah media
untuk tujuan yang lebih besar yaitu mengkonsolidasi teman-teman agar lebih aktif dan lebih berperan lebih baik lagi dalam perkembangan diri
- Aktivitas di komunitas dirasa tidak mengganggu, tetapi justru dianggap mendukung perkembangan pribadi, yaitu seperti berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku di perusahaan tempat bekerja.
- Banyak pengalaman di Mudika yang tidak didapatkan di pendidikan formal.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(117-122) (362-372) (372-375) (518-523)
Harapan akan sebuah media dan komunitas untuk mengkonsolidasi teman-teman agar dapat beraktivitas, berperan, dan menambah pengalaman
Kebutuhan dan harapan akan peran dan tempat
- Natal 2009 sebagai momen dan
pengalaman penting karena bisa bergabung dengan teman-teman serta dipercaya oleh dewan paroki, yang dimana sebelumnya mendapat kesan negatif.
- Tujuannya lebih pada ke kekompakan, kerjasama, dinamika yang lebih hidup dan menarik dari kaum muda di setiap komunitas.
- Ingin menempatkan kaum muda sebagai ujung tombak dan berharap mendapatkan porsi yang cukup dari lingkungan untuk berkreasi.
(102-108) (238-244) (518-523)
Mendapat porsi yang cukup & menjadi ujung tombak serta mendapat kepercayaan oleh dewan untuk sebuah dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas
Kebutuhan akan pengakuan untuk sebuah eksistensi
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM.
(167-170)
Punya banyak peran, pengalaman & aktivitas di komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
- Aktivitas di komunitas dirasa tidak mengganggu, tetapi justru dianggap mendukung perkembangan pribadi, yaitu seperti berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku di perusahaan tempat bekerja.
- Banyak pengalaman di Mudika yang tidak didapatkan di pendidikan formal.
(362-372) (372-375)
mendukung perkembangan diri
Potensi dan minat (internal)
- Kesadaran untuk memaksimalkan &
mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan serta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, khususnya pelayanan Gereja dalam hal ini kaum muda.
- melakukan pendekatan secara personal terhadap orang yang punya pengaruh di tingkat basis untuk nantinya lebih mudah masuk & koordinasi
- Rencana pengolahan barang bekas tertunda karena kegiatan Gereja, tetapi dianggap bukan suatu masalah karena memang merupakan salah satu cita-cita.
(7-23) (78-90) (397-401)
Berkegiatan & mengkoordinasi teman OMK adalah sebuah cita-cita untuk melayani Gereja
Melayani Gereja
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM. - Bantuan orang lain dianggap sebagai
sebuah motivasi dan penyemangat - Merasa bangga karena mampu
memberdayakan diri untuk kepentingan orang lain
- Menjadi senang serta sebagai sebuah dorongan ketika antusias peserta panitia dan atau umat banyak.
(167-170) (208-211) (171-177) (178-175)
Rasa bangga & penghargaan terhadap diri atas sebuah keberhasilan suatu peran adalah sebuah motivasi eksternal ↓ Kebanggaan dan penghargaan atas diri
- Mempunyai banyak peran karena
keterbatasan SDM. - Mendapatkan pengakuan, diandalkan
dan masih diajak kerja sama oleh lingkungan serta wilayah.
(167-170) (350-354)
Diberi peran, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah ↓ Pengakuan atas diri akan aktulisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
dan tempat
- Melakukan pendampingan karena
sebuah keprihatinan dimana kegiatan OMK menurun
- mengkonsolidasi dan menjadi mediator bagi komunitas-komunitas yang bermasalah
- mengetahui bahwa ada masalah antar wilayah pasca Natal 2009
- Dilakukan pendekatan terhadap teman-teman. Sudah dilakukan usaha dengan masuk di kelompok musik & pendekatan personal juga dilakukan di dunia olahraga karena juga memang suka olahraga. Ketika sudah mendapatkan simpati kemudian mulai menggiring untuk terlibat dalam kegiatan Gereja
(55-57) (65-67) (96-98) (483-490)
Tahu ada masalah kemudian melakukan pendekatan dan mengajak untuk terlibat
Kepekaan terhadap suatu masalah dan keinginan untuk menyelesaikannya
- Diadakannya refreshing untuk
menghilangkan kebosanan yang akhirnya teman-teman dapat bertugas lebih baik.
- Merasa senang, sedih dan refleksi atas kegagalan
- Tetap berkepala dingin & berfikir positif terhadap masalah ketidakhadiran serta teman yang mempunyai motif lain
- Memaklumi masalah penghargaan orang lain karena pikiran dan karakter orang bermacam-macam.
(146-153) (161-166) (282-287) (339-340)
Refreshing untuk menghilangkan kebosanan, refleksi atas kegagalan, tetap berkepala dingin & berpikir positif serta berusaha memahami orang lain
Usaha mendapatkan peran/membangun peran
- Kegagalan yang disebabkan karena
kurang koordinasi - Merasa sedih dan malu ketika suatu
sesi acara terlewatkan dan tidak berjalan dengan baik.
- Peran mengalami pasang surut karena masalah menejemen waktu yang
(156-157) (317-325) (344-346)
Peranan tidak maksimal & acara tidak berjalan baik ↓ Kegagalan peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
kurang baik. - Merasa belum memaksimalkan diri
karena rasa capek dan malas. - Sedih ketika tidak mampu membagi
waktu dan ini dialami beberapa teman.
- Peran mengalami pasang surut karena masalah menejemen waktu yang kurang baik.
- Mempunyai jadwal kapan harus menikah dan kapan harus mewujudkan cita-cita. Hal ini berdampak pada pengurangan kegiatan-kegiatan Gereja.
(130-133) (300-307) (344-346) (407-415)
Hambatan berkegiatan (internal): Capek, malas, tidak mampu bagi waktu & jadwal yang terlalu padat
Sikap, skala prioritas & menejemen waktu yang kurang baik
- Adanya kelemahan dimana
banyaknya pekerjaan sehingga kurang koordinasi.
- Konsistensi rendah, perbedaan karakter, dan kurangnya totalitas adalah kendala dalam koordinasi
- Adanya tendensi lain di luar kepentingan utama
- Merasa sedih ketika yang datang rapat hanya sedikit. Hal ini coba untuk dimaklumi.
- Memaklumi adanya penurunan kegiatan Gereja yang disebabkan karena OMK dituntut untuk kegiatan di masyarakat, belajar dan bekerja.
- Dukungan partisipasi orang tua untuk kaum muda dirasa kurang.
(138-141) (252-259) (273-278) (327-337) (422-429) (263)
Hambatan berkegiatan (eksternal): Banyak pekerjaan, konsistensi rendah, beda karakter, totalitas kurang, adanya tendensi lain dan dukungan orang tua yang kurang
Masalah sosialitas dan hubungan dengan orang tua yang tidak baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Struktural subyek I Struktural
Subyek mempunyai kesadaran dan keinginan berperan aktif, mengembangkan talenta serta dapat berkreasi. Hal tersebut merupakan kebutuhan subyek akan aktualisasi dan pengembangan diri. Subyek beralasan bahwa ia mempunyai keinginan mencari teman, kesadaran untuk bekerjasama, dan ingin saling mengenal karakter demi sebuah kekompakan agar terwujud dinamika yang lebih hidup di komunitas. Ini menunjukkan kebutuhan subyek akan sosialisasi diri. Subyek berharap ada sebuah media dan komunitas untuk mengkonsolidasi teman-teman agar dapat beraktivitas, berperan, dan menambah pengalaman. Hal ini memperlihatkan adanya kebutuhan dan harapan subyek akan peran dan tempat. Subyek ingin mendapat porsi yang cukup & berharap menjadi ujung tombak serta mendapat kepercayaan oleh dewan untuk sebuah dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas. Ini merupakan kebutuhan subyek akan pengakuan untuk sebuah eksistensi. Pada kenyataannya subyek mempunyai banyak peran, pengalaman & aktivitas di komunitas yang mendukung perkembangan diri. Hal ini adalah potensi dan minat subyek yang dapat menjadi sebuah motivasi internalnya. Berkegiatan & mengkoordinasi teman OMK adalah sebuah cita-cita subyek untuk melayani Gereja. Hal ini adalah wujud pelayanan subyek pada Gereja. Subyek merasa bangga & berharga karena sebuah keberhasilan suatu peran. Hal ini menjadi sebuah motivasi eksternal dan bukti adanya kebanggaan dan penghargaan atas diri pada subyek. Subyek diberi peran oleh orang lain, diandalkan serta diajak kerjasama oleh lingkungan & wilayah. Subyek bisa dikatakan bahwa ia telah mendapat pengakuan atas diri akan aktulisasi dan tempat. Subyek mengetahui ada masalah kemudian melakukan pendekatan dan mengajak untuk terlibat. Hal ini merupakan bukti bahwa subyek memiliki kepekaan terhadap suatu masalah dan keinginan untuk menyelesaikannya. Pernah dilakukannya refreshing untuk menghilangkan kebosanan dan mencoba untuk refleksi atas kegagalan. Subyek berusaha tetap berkepala dingin & berpikir positif serta berusaha memahami orang lain. Ini adalah bentuk kompensasi subyek terhadap peran, walaupun pernah terjadi juga peranan yang tidak maksimal, peran gagal & suatu kegiatan acara tidak berjalan dengan baik. Subyek mengalami hambatan berkegiatan karena faktor internal, seperti; capek, malas, tidak mampu bagi waktu & jadwal yang terlalu padat. Ini menunjukkan bahwa subyek memiliki sikap, skala prioritas & menejemen waktu yang kurang baik. Subyek juga mengalami hambatan berkegiatan karena faktor eksternal, yaitu; Banyaknya pekerjaan, konsistensi rendah dari diri dan rekan-rekan lain, beda karakter, totalitas kurang, adanya tendensi lain dan dukungan orang tua yang kurang. Hal ini merupakan masalah sosialitas dan hubungan dengan orang tua yang tidak baik dari subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Struktur Umum Dalam berkegiatan subyek memperlihatkan adanya kebutuhan akan
aktualisasi dan pengembangan diri. Ia juga mempunyai keinginan untuk bersosialisasi diri. Beberapa perilaku menunjukkan adanya kebutuhan & harapan subyek akan peran serta tempat. Subyek juga mempunyai kebutuhan akan pengakuan untuk sebuah eksistensi pada Gereja. Ia juga telah mendapat pengakuan atas diri akan pengakuan dan tempat.
Subyek memiliki potensi & minat yang dapat menjadi sebuah motivasi internalnya. Hal lain adalah keinginan subyek melayani Gereja. Ini menjadi sebuah motivasi eksternal dan bukti adanya kebanggaan serta penghargaan atas diri pada subyek. Subyek juga memiliki kepekaan terhadap suatu masalah dan keinginan untuk menyelesaikannya.
Saat berkegiatan subyek juga melakukan suatu bentuk kompensasi terhadap peran. Pernah terjadi juga peranan yang tidak maksimal, peran gagal & suatu kegiatan acara tidak berjalan dengan baik. Subyek mengalami hambatan berkegiatan karena faktor internal. Di sini menunjukkan bahwa subyek memiliki sikap, skala prioritas & menejemen waktu yang kurang baik. Sedangkan hambatan berkegiatan karena faktor eksternal yang terjadi merupakan masalah sosialitas dan hubungan dengan orang tua yang tidak baik dari subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI