Download - Pembahasan Kelenjar Saliva
Komponen kelenjar saliva
Kelenjar saliva terbentuk dari sebuah cord ephitelium yang tumbuh kedalam dasar jaringan ikat,
dan cord membentuk sebuah tube. Pada bagian akhir tube ini sebuah kelompok sel sekretori
terbentuk, dan kelompok ini, yang terlihat seperti rangkaian buah anggur, akan memiliki ujung
yang berbentuk lingkaran atau seperti tube (tube-like).
Acini
Bagian akhir dari sekretori dikenal dengan acini. Ada dua jenis sel acini, yaitu mucous acini dan
serous acini. Walaupun sel-sel ini berbentuk seperti anggur atau seperti tube pada ujungnya, in
cross section mereka dideskripsikan sebagai sel piramida. Garis( batas) luar atau dasar sel rests
on basement membrane diantara sel dan jaringan ikat. Didalam jaringan ikat ini terdapat saraf
dan pembuluh darah yang penting unutk baerbagai aspek aktivitas seluler. Akar (ujung)dari
permukaan seperti pusat dari tube atau struktur buah anggur. Dasar sel dikelilingi oleh jaringan
ikat dan bagian yang mengelilingi tiap-tiap acinus sekretori adalah sel myoepitelial. Sel ini
memiliki proyeksi sel yang panjang, menyerupai cumi-cumi. Sel ini juga memiliki kemampuan
untuk berkontraksi seperti otot. Karena itu, kata myo, berarti otot. Proyeksi ini mengelilingi
acinus dan ketika sel myoepitelial berkontraksi, dia memeras/menekan acinus dan membantu
proses sekresi saliva yang diakumulasikan dalam pusat acinus dan membantu memindahkannya
keluar dari duct system. Semua tipe acini (mucous, serous, dan seromucous) mngeluarkan
produknya melalui proses sekresi merokrin
Mucous acini
Sekresi mucus sedikit kental karena produksi dari banyak mucin. Walaupun produknya 99% air,
ia memiliki ion-ion inorganic, seperti sodium, potassium, dan kloride, dan jumlah yang sangat
sedikit dari amylase, enzim pemecah karbohidrat yang mulai menghancurkan starches menjadi
rantai gula panjang. Ia juga memiliki protein yang membantu dalam penghambatan karies dan
penyakit periodontal. Mucous acinus lebih tubular dan memiliki lumen yang besar daripada
serous acinus, dan membrane sel lebih mudah dilihat pada sisi yang bersebelahan. Inti dari
mucus sel biasanya sangat rata (flat) dan terletak berlawanan dengan ujung (akhir ) basal sel dan
sel berbentuk pyramidal. Ujung apical dari sel-sel ini tampak frothy dibawah mikroskop sinar.
Dengan mikroskop electron, dapat terlihat banyak mucus droplet yang berwarna sangat buruk
dan tampak kosong dan frothy.
Serous acini
Sekresi serous acini hampir sama dengan mucous acini, hanya tanpa mucin, sehingga sekresi
serous lebih encer,dan lebih banyak air. Serous acinus adalah sumber utama amylase. Granula
sekretorinya stain deeply , lumen sangat kecil dan sulit dilihat, membrane sel yang berdekatan
tidak mudah dilihat. Serous sell juga berbentuk pyramidal. Inti sel nya bulat dan menutup
dasar /pusat (base) sel.
Seromucous acini
Kelenjar yang memiliki komponen mucous dan serous acini. Mucous sel berbentuk seperti tube
struktur, dan pada ujung tube sekelompok serous sel membentuk half moon cluster. Ini disebut
serous demilunes. Sel serous demilunes mengeluarkan produknya antara dinding sel dari
underlying mucous sel dan sekretnya memasuki lumen kelenjar. Acini ini memproduksi secret
seperti mucous dan serous acini.
Mekanisme Sekresi Saliva
Pengaturan sekresi saliva oleh saraf.
Glandula salivarius memiliki simpatetik dan parasimpatetik sekremotor innervation.
Otic ganglion adalah ganglion parasimpatetik yang berlokasi di bawah foramen ovale dan
medial nervus mandibula. Nervus lesser petrosal superficial, cabang dari Nervus
glossopharingeal, membawa serat preganglionik parasimpatetik dari inferior nucleus salivatory
pada batang otak ke sinaps di otic ganglion. Serat postganglionic mencapai glandula parotid
melalui auriculotempolar cabang dari Nervus mandibular.
Simpatetik innervation dari glandula parotid pada segmen thorac pertama dan kedua (T1 dan
T2) dan sinaps pada simpatetik cervical ganglion superior, dari dimana serat postganglionik
mencapai otic ganglion melalui plexus pada arteri meningeal bagian tengah. Serat simpatetik
melewati otic ganglion tanpa sinaps dan disertai serat parasimpatetik di glandula.
Ganglion submandibular adalah ganglion parasimpatetik kecil yang berada pada dasar mulut
dan berhubungan dengan Nervus lingual. Serat preganglionik dari superior nucleus salivatory
pada batang otak mencapai ganglion melalui cabang chorda tympani pada Nervus facial yang
bergabung dengan Nervus lingual. Serat postganglionik dari ganglion ini adalah sekretomotor
pada glandula submandibula dan sublingual.
Nervus simpatetik pada glandula submandibula dan sublingual awalnya mengikuti rute yang
sama untuk mensuplay glandula parotid. Serat postganglionik mencapai glandula submandibula
melalui plexus pada arteri facial dan lingual dan melalui ganglion tanpa sinaps untuk mensuplay
glandula submandibula dan sublingual.
Glandula salivarius minor pada palatum disuplay oleh serat parasimpatetik yang ada di
superior salivatory nucleus. Serat preganglionic menjalankan parasimpatetik ganglion
sphenopalatine, berlokasi pada fossa pterygopalatine dan terhubung ke nervus maxillary, melalui
cabang petrosal superficial yang lebih besar pada Nervus facial dan berakhir pada cabang lesser
petrosal superficial. Serat postganglionik dari ganglion sphenopalatine mencapai glandula pada
palatum melalui Nervus maxillary cabang palatum.
Serat simpatetik melalui glandula pada palatum dari segmen thorac pertama dan kedua (TI
dan T2). Sinaps serat preganglionik pada ganglion cervical superficial, dari dimana serat
postganglionik mencapai parasimpatetik ganglion sphenopalatine melalui plexus arteri maxillaty.
Serat tersebut melalui ganglion ini tanpa sinaps untuk mencapai palatum bersamaan dengan serat
parasimpatetik.
Nuclei inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya berhubungan
dengan nucleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya bersatu dengan nervus
glossopharingeal.
Sistem persarafan parasimpatetik adalah untuk sekresi dan vasodilatasi, ketika saraf
simpatetik bervasokonstriksi, walaupun stimulasi selanjutnya dipromosikan juga oles sekresi
pada beberapa kasus. Aktivitas sekresi dari sel-sel kelenjar diatasi oleh agen kolinergik (sistem
para simpatetik) dan andregenik (sistem simpatetik). nervus sekretomotor berakhir pada
persatuan dengan sel-sel bagian duktus kelenjar saliva yang memodifikasi komposisi saliva, sel-
sel myoepithelial, otot halus arteriol, dan sel-sel terminal sekretori.
Hal-hal berikut ini dapat terjadi dengan memperhatikan persarafan sekresi dari kelenjar
saliva:
1. Sel-sel sekretori disuplai oleh nervus parasimpatetik dan simpatetik.
2. Impuls yang dikonduksikan melalui sistem parasimpatetik lebih umum daripada impuls
sepanjang nervus simpatetik.
3. Efek dari stimulasi oleh nervus dari kedua sistem tidak berupa antagonis.
4. Impuls yang umum penting untuk mengatur metabolisme normal sel-sel sekretori.
5. Stimulasi parasimpatetik dan simpatetik menyebabkan kontraksi sel myoepithelial untuk
menghasilkan aliran saliva.
6. Kapiler darah menerima stimuli dari kedua sistem, tetapi stimuli parasimpatetik
menghasilkan vasodilatasi, ketika vasokonstriksi dihasilkan oleh stimulasi simpatetik
membentuk bagian siste kontrol vaskular dan tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas refleks
sekresi dari sistem simpatetik.
7. Stimulasi parasimpatetik bertanggungjawab untuk sekresi saliva dengan volume yang
besar olh sel sekretori. Stimulasi simpatetik mempunyai pengaruh yang lebih besar pada
komposisi saliva, dan menghasilkan konsentrasi substansi oranik yang lebih besar karena
meningkatnya eksositosis pada sell dengan seiringnya pengurangan pergerakan air.
8. Tidak ada hambatan langsung pada kelenjar saliva oleh nervus. Sindrom mulut yang
kering dimana adanya tekanan nervus untuk waktu yang lama diketahui terjadi oleh adanya
hambatan dari simpatetik, berdasarkan adanya hambatan langsung pada pengaruh pusat tertinggi
di batang otak nukleus salivatori.
Mekanisme Sekresi Saliva
Pengaturan sekresi saliva oleh saraf.
Glandula salivarius memiliki simpatetik dan parasimpatetik sekremotor innervation.
Otic ganglion adalah ganglion parasimpatetik yang berlokasi di bawah foramen ovale dan
medial nervus mandibula. Nervus lesser petrosal superficial, cabang dari Nervus
glossopharingeal, membawa serat preganglionik parasimpatetik dari inferior nucleus salivatory
pada batang otak ke sinaps di otic ganglion. Serat postganglionic mencapai glandula parotid
melalui auriculotempolar cabang dari Nervus mandibular.
Simpatetik innervation dari glandula parotid pada segmen thorac pertama dan kedua (T1 dan
T2) dan sinaps pada simpatetik cervical ganglion superior, dari dimana serat postganglionik
mencapai otic ganglion melalui plexus pada arteri meningeal bagian tengah. Serat simpatetik
melewati otic ganglion tanpa sinaps dan disertai serat parasimpatetik di glandula.
Ganglion submandibular adalah ganglion parasimpatetik kecil yang berada pada dasar mulut
dan berhubungan dengan Nervus lingual. Serat preganglionik dari superior nucleus salivatory
pada batang otak mencapai ganglion melalui cabang chorda tympani pada Nervus facial yang
bergabung dengan Nervus lingual. Serat postganglionik dari ganglion ini adalah sekretomotor
pada glandula submandibula dan sublingual.
Nervus simpatetik pada glandula submandibula dan sublingual awalnya mengikuti rute yang
sama untuk mensuplay glandula parotid. Serat postganglionik mencapai glandula submandibula
melalui plexus pada arteri facial dan lingual dan melalui ganglion tanpa sinaps untuk mensuplay
glandula submandibula dan sublingual.
Glandula salivarius minor pada palatum disuplay oleh serat parasimpatetik yang ada di
superior salivatory nucleus. Serat preganglionic menjalankan parasimpatetik ganglion
sphenopalatine, berlokasi pada fossa pterygopalatine dan terhubung ke nervus maxillary, melalui
cabang petrosal superficial yang lebih besar pada Nervus facial dan berakhir pada cabang lesser
petrosal superficial. Serat postganglionik dari ganglion sphenopalatine mencapai glandula pada
palatum melalui Nervus maxillary cabang palatum.
Serat simpatetik melalui glandula pada palatum dari segmen thorac pertama dan kedua (TI
dan T2). Sinaps serat preganglionik pada ganglion cervical superficial, dari dimana serat
postganglionik mencapai parasimpatetik ganglion sphenopalatine melalui plexus arteri maxillaty.
Serat tersebut melalui ganglion ini tanpa sinaps untuk mencapai palatum bersamaan dengan serat
parasimpatetik.
Nuclei inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya berhubungan
dengan nucleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya bersatu dengan nervus
glossopharingeal.
Sistem persarafan parasimpatetik adalah untuk sekresi dan vasodilatasi, ketika saraf
simpatetik bervasokonstriksi, walaupun stimulasi selanjutnya dipromosikan juga oles sekresi
pada beberapa kasus. Aktivitas sekresi dari sel-sel kelenjar diatasi oleh agen kolinergik (sistem
para simpatetik) dan andregenik (sistem simpatetik). nervus sekretomotor berakhir pada
persatuan dengan sel-sel bagian duktus kelenjar saliva yang memodifikasi komposisi saliva, sel-
sel myoepithelial, otot halus arteriol, dan sel-sel terminal sekretori.
Hal-hal berikut ini dapat terjadi dengan memperhatikan persarafan sekresi dari kelenjar
saliva:
1. Sel-sel sekretori disuplai oleh nervus parasimpatetik dan simpatetik.
2. Impuls yang dikonduksikan melalui sistem parasimpatetik lebih umum daripada impuls
sepanjang nervus simpatetik.
3. Efek dari stimulasi oleh nervus dari kedua sistem tidak berupa antagonis.
4. Impuls yang umum penting untuk mengatur metabolisme normal sel-sel sekretori.
5. Stimulasi parasimpatetik dan simpatetik menyebabkan kontraksi sel myoepithelial untuk
menghasilkan aliran saliva.
6. Kapiler darah menerima stimuli dari kedua sistem, tetapi stimuli parasimpatetik
menghasilkan vasodilatasi, ketika vasokonstriksi dihasilkan oleh stimulasi simpatetik
membentuk bagian siste kontrol vaskular dan tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas refleks
sekresi dari sistem simpatetik.
7. Stimulasi parasimpatetik bertanggungjawab untuk sekresi saliva dengan volume yang
besar olh sel sekretori. Stimulasi simpatetik mempunyai pengaruh yang lebih besar pada
komposisi saliva, dan menghasilkan konsentrasi substansi oranik yang lebih besar karena
meningkatnya eksositosis pada sell dengan seiringnya pengurangan pergerakan air.
8. Tidak ada hambatan langsung pada kelenjar saliva oleh nervus. Sindrom mulut yang
kering dimana adanya tekanan nervus untuk waktu yang lama diketahui terjadi oleh adanya
hambatan dari simpatetik, berdasarkan adanya hambatan langsung pada pengaruh pusat tertinggi
di batang otak nukleus salivatori.
Fungsi digestive
Dalam sistem pencernaan saliva berperan dalam:
a. Menghancurkan (katabolisme) zat tepung
α-Amylase (ptyalin)
zat tepung maltose
(dengan sedikit/tanpa glukosa)
b. Lubrikasi
- oleh glikoprotein
- memfasilitasi proses pengunyahan, pembentukan bolus makanan, penelanan,
dan berbicara
- menjaga mukosa membrane dari kekeringan dan mulai mengalami
parakeratinasi, ataupun keratinasi
c. Taste
Kandungan air di saliva makanan dapat dirasakan oleh reseptor gustatory dan
reaksi pencernaan dapat dimulai.
4.2 Fungsi antibacterial
Substansi-substansi yang terdapat pada bakteri yang memiliki sifat antibakteri antara
lain :
a. Secretory IgA (sIgA)
- lebih resisten terhadap proteolisis oleh bacterial enzim dibandingkan IgA
- Hampir 90% berasal dari saliva parotid
- mencegah kolonisasi/perlekatan bakteri
b. Peroksidase
- terdiri dari hidrogen peroksida, thiocynate, lactoperoxidase.
- terutama ada pada saliva kelenjar parotid
- menghambat produksi asam dan pertumbuhan mikroorganisme
c. Lysozyme
- menyerang (lisis) dinding sel bakteri gram positif
- bekerjasama dengan thiocynate dan lactoperoxidase
4.3 Aksi pembufferan
• Sifat pembuferan dan ph saliva sebagian besar tergantung pada kandungan bikarbonatnya
• HCO3- + H+ H2CO3-
(asam karbonik lemah)
Disosiasi secara cepat pada bentuk air dan karbon dioksida.
4.4 Aksi higienis
• Kelenjar saliva (mukus) sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan
jaringan rongga mulut
• Kelenjar saliva (seperti kelenjar keringat di kulit) juga membantu deskuamasi sel
epitel oral
• Membersihkan debris-debris makanan
4.5 Koagulasi Darah dan Perbaikan Jaringan
• Waktu pembekuan dikurangi oleh adanya saliva dari protein-protein yang sama
terhadap faktor pembekuan VII, IX dan faktor platelet
• Saliva, terutama dari kelenjar submandibula, mempercepat kecepatan kontraksi luka
4.6 Penghambat Karies Gigi
• Penghambatan karies oleh saliva melalui:
a. Aksi mekanis
membersihkan permukaan gigi
b. Aksi immunologi
dengan cara mensekresikan IgA
c. Aksi enzimatik
peroksidae dan sistem lisozim
d. Komposisi saliva
flouride, kalsium, dan ion fosfat, yang dapat meningkatkan remineralisasi lesi-
lesi karies
4.7 Keseimbangan Air
Berperan dalam dehidrasi
cairan tubuh<< à produksi saliva menurun à mulut menjadi kering à minum air à
keseimbangan air pulih kembali
5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
5.1 Faktor Variasi Diurnal
Variasi diurnal alamiah terjadi dalam proses tubuh manusia, misal: Konsentrasi Na dan CL
meningkat pada pagi hari, sedangkan K meningkat pada siang hari.
5.2 Faktor Durasi Stimulus
Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva ditandai dengan perubahan komponen
saliva.
5.3 Faktor Tipe Kelenjar
Setiap kelenjar berbeda tingkat penerimaan dan kepekaannya terhadap stimulus, sehingga
aliran dan jumlah saliva berbeda-beda.
5.4 Faktor Diet
Faktor diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva, yaitu berdasarkan aktivitas
fungsional kelenjar saliva yang dipengaruhi oleh faktor mekanis dan pengecapan. Mekanis,
misalnya rangsang pengunyahan makanan keras atau permen karet dapat meningkatkan
sekresi saliva. Pengecapan misanya rangsang rasa asam, rasa manis, rasa pahit, dan pedas
dapat meningkatkan sekresi saliva.
5.5 Faktor Konsentrasi Plasma
Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam amino, kalsium, glukosa, kalium,
urea, dan asam urik dalam saliva.
5.6 Faktor Hormon
Pengaruh hormon berasal dari aldosteron, hormon antidiuretik, hormon lokal dan hormon
lain seperti testosteron dan tiroksin. Komposisi saliva diubah oleh hormone antidiuretik
(ADH) yang memfasilitasi reabsorpsi air, sedangkan aldosteron meningkatkan jumlah
sodium yang direabsorpsi pada duktus.
5.7 Faktor Umum
Aliran saliva pada umumnya diatur oleh reflek tidak bersyarat, seperti rasa kecap, bau, stimulasi
mekanis, gerakan pengunyahan, iritasi kimia dan kehamilan.
Tingkat aliran saliva dipengaruhi oleh adanya gangguan atau penyakit sistemik dan obat-
obatan.
Reflek bersyarat: stimulus tidak berhubungan dengan saraf dalam rongga mulut, stimulus
diterima oleh organ/indera khusus: penglihatan, penciuman, pendengaran.
6 Kelainan Kelenjar Saliva yang Mempengaruhi Sekresi
6.1 Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari kelenjar ludah, biasanya karena adanya obstruksi batu
atau hiposekresi kelenjar. Sialadenitis paling umum terjadi di kelenjar parotid dan biasanya
terjadi pada pasien usia 50-an dan 60-an, berkesinambungan dalam sakit pasien dengan
xerostomia, dengan orang-orang di Sjögren's syndrome, dan orang-orang yang telah terapi
radiasi ke rongga mulut. Teenagers and young adults with anorexia are also prone to this
disorder. Remaja dan dewasa muda dengan anorexia juga rentan terhadap penyakit ini.
Gejalanya adalah bengkak, sakit, kemerahan, dan kesakitan. Diagnosis klinis dapat dengan
menggunakan CT, ultrasound, dan MRI untuk mengidentifikasi penyebab. Pengobatan
dengan antibiotik.
6.2 Mumps
Gondongan (Mumps) adalah suatu infeksi paramyxovirus menular yang menyebabkan
pembengkakan pada kelenjar parotis, submandibula dan kelenjar saliva lainnya disertai nyeri.
Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara
telinga dan rahang. Pembengkakan ini bisa meluas dari telinga bagian superior ke batas
inferior dari arkus zygomaticus dan dari inferior telinga ke batas inferior dari sudut
mandibula.
6.3 Xerostomia
Xerostomia terjadi akibat penurunan volume atau perubahan komposisi saliva (menjadi
pekat, penurunan PH dan kehilangan komponen organik–inorganik).
Penyebab xerostomia:
Radiasi daerah leher dan kepala
Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat kerusakan yang berbeda-
beda tergantung dari dosis danlamanya penyinaran.
Gangguan lokal pada kelenjar saliva
Efek samping obat – obatan
Kelainan syaraf
Dehidrasi, demam, diare, diabetes, gagal ginjal.
Berolahraga, stress
Usia.
Bernafas melalui mulut
Sjogren's syndrome
merupakan penyakit autoimun karena xerostomia dan xerophtalmia.
6.4 Sialothiasis
Sialothiasis adalah adanya pembentukan kalkulus pada saluran kelenjar saliva. Sialothiasis
sering juga disebut sebagai calcarous deposits. Calcarous deposit yang terbentuk lama-
kelamaan dapat menghilang dengan sendirinya, atau bahkan sebaliknya bisa semakin
menutup aliran saliva. Saat adanya stimulasi untuk pembentukan saliva, biasanya saat
mengunyah makanan, kelenjar saliva akan membengkak dan terasa sakit. sialolithiasis may
be associated with swelling, pain, and infection of the affected gland
Sebagian besar calculi (80% hingga 95%) terjadi di submandibular kelenjar karena memiliki
duktus eksretoris saliva yang paling panjang dan berliku-liku, sedangkan 5% hingga 20%
yang ditemukan pada kelenjar parotid. Sialothiasis jarang mempengaruhi kelenjar sublingual.
6.5 Syndroma Sjogren
Penyebabnya belum diketahui secara jelas tetapi biasanya terjadi karena gangguan auto imun
kelenjar eksokrin yang berhubungan dengan jaringan ikat atau dapat juga disebabkan oleh
virus.
Penderita biasanya mengeluh rasa terbakar di lidah, bibir dan pipi.
Terjadi perubahan-perubahan pada ludah yaitu atrofi sel sel asinar kelenjar ludah yang
berlanjut pada sekresi kelenjar ludah diikuti perubahan konsentrasi beberapa komponen
organik atau anorganik dan terjadi perubahan imunologis kelenjar ludah
Penyakit ini ditandai dengan :
Sekresi ludah dan sekresi kelenjar air mata yang menurun
Xerostomia yang disertai pembengkakan kelenjar parotis
Artritis
DAFTAR PUSTAKA
David B. Ferguson.1999. Oral Bioscence. Harcourt Publishers Limited.London
Guyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. W.B. Saunders Company, Harry
Sicher.1960. Oral anatomi ksrys 3rd ed . St Loius: CV Mosby.
Philadelphia, Pennsylvania.
Isselhard, brand. 2003. Anatomy of orofacial structure. America : Mosby Chapter 25
Permar, Dorothy. 1959. A manual of Oral Embriology and Microscopic Anatomy. St Louis: Lea
& Febiger.
Rensburg, BGJ.1995. Oral Biology. Chicago: Quistessence Publishing Co,Inc.
Tortora, Gerard J., Bryan D.2006. Principles of Anatomy and Physiology. John Wiley &
Sons,Inc.Unated States of America