KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM RPJMN 2015-2019
Rapat Koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Tema: RKP 2015 dan RPJMN2015-2019, Jakarta, 28 Januari 2014
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan/Wakil Kepala BAPPENAS
1
KERANGKA PAPARAN
I. ARAHAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM RPJPN 2005-2025
II. KONDISI SAAT INIIII. LANGKAH KE DEPANRPJMN
2015-2019
2
I. ARAHANMISI KE 7: RPJPN 2005-2025
3
SASARAN: TERUWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN YANG MANDIRI, MAJU,
KUAT DAN BERBASISKAN KEPENTINGAN NASIONAL DITANDAI OLEH:
TERBANGUNNYA JARINGAN SARANA DAN PRASARANA SEBAGAI PEREKAT SEMUA PULAU
DAN KEPULAUAN INDONESIA
MENINGKAT DAN MENGUATNYA SDM DI BIDANG KELAUTAN YANG DIDUKUNG
PENGEMBANGAN IPTEK
DITETAPKANNYA WILAYAH NEGARA KESATUAN NKRI, ASET DAN HAL-HAL YANG TERKAIT
DALAM KERANGKA PERTAHANAN NEGARA
TERBANGUNNYA EKONOMI KELAUTAN SECARA TERPADU DENGAN
MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN SUMBER KEKAYAAN LAUT SECARA BERKELANJUTAN
BERKURANGNYA DAMPAK BENCANA PESISIR DAN PENCEMARAN LAUT
1
2
3
4
5
4
ARAH KEBIJAKAN• MEMBANGKITKAN WAWASAN DAN BUDAYA
BAHARI1
• MENINGKATKAN DAN MENGUATKAN PERANAN SDM DI BIDANG KELAUTAN2
• MENETAPKAN WILAYAH KESATUAN NKRI, ASET DAN HAL-HAL TERKAIT DI DALAMNYA TERMASUK KEWAJIBAN YANG TELAH DIGARISKAN OLEH HUKUM LAUT UNCLOS
3
• MELAKUKAN UPAYA PENGAMANAN WILAYAH KEDAULATAN YURIDIKSI DADN ASET NKRI4
• MENGEMBANGKAN INDUSTRI KELAUTAN SECARA SINERGI, OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN
5
• MENGURANGI DAMPAK BENCANA PESISIR DAN PENCEMARAN LAUT
6
• MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MISKIN DI KAWASAN PESISIR
7
PILAR 1. KEBUDAYAAN KELAUTAN
PILAR 2. TATA KELOLA
PILAR 3. KEAMANAN LAUT/MARITIM
PILAR 4. EKONOMI KELAUTAN
PILAR 5. LINGKUNGAN LAUT
5
II. KONDISI DAN PERMASALAHAN SAAT INI
6
RUTE ANGKUTAN LAUT PT. PELNI DAN PERINTIS
• Masih kurang memadainya pengembangan sarana dan prasarana transportasi dari dan ke pulau-pulau kecil – KONEKTIVITAS
• Tahun 2015-2019 : Percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi dari/ke pulau-pulau kecil – RENCANA PENGEMBANGAN DAN ARMADA
7
2.1.SASARAN: TERBANGUNNYA JARINGAN SARANA DAN PRASARANA SEBAGAI PEREKAT SEMUA PULAU DAN KEPULAUAN INDONESIA
2.1. Sasaran vs kondisi saat ini
ISU PERMASALAHANEkonomi kelautan • Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan
secara optimal • Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk
wisata bahari belum jelas• Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut• Pengaturan kabel dan pipa dasar laut• Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll
Tata kelola laut • Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No 27/2007) belum selesai disusun
Batas laut dengan negara tetangga dan keamanan laut
• Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai dengan 9 negara tetangga
• Masih maraknya praktek Illegal fishing
Konektivitas antar pulau • Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama di wilayah timur
• Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas
Bencana dan pencemaran laut dan pesisir
• Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional• Kelembagaan dan mekanisme penanganan – penegakan hukumnya
SDM dan Iptek Kelautan • Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar
• Kelembagaan pendidikan dan pelatihan • Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna.• Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai
negara kepulauan. 8
1. EKONOMI KELAUTAN: Potensi wilayah laut yang luasnya sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia belum termanfaatkan secara optimal:a. Potensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal
dari jumlah tangkap yang diperbolehkan 5,2 juta ton/tahun, dan masih adanya kapal perikanan asing secara illegal masuk ke perairan Indonesia
b. Potensi sumberdaya pertambangan di laut besar namun belum memiliki cukup landasan regulasi dalam pemanfaatannya
c. Potensi biodiversity untuk pemanfaatan keekonomian (bioprospect dan wisata bahari) yang belum optimal
d. Potensi laut sebagai media transportasi belum juga dimanfaatkan secara optimal untuk konektifitas
e. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil masih miskin belum banyak tersentuh dalam pelayanan dasar dan kebutuhan dasar serta kesempatan ekonomi
9
POTENSI (MSY) DAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2010 PER WPP
MSY = 565,2
PPP = 6
MSY = 565,2 Prod = 541,5
PPS = 1PPN = 1PPP = 6
MSY = 1.059
Swasta = 2
MSY = 1.059 Prod = 572,2
PPN: 3PPP = 4
Swasta = 2
MSY = 836,6Prod = 810,6
PPS = 1PPN = 3PPP = 22
MSY = 929,7 Prod = 625,8
PPP = 1
MSY = 491,7
PPP = 7
MSY = 491,7 Prod = 431,4
PPS = 1PPN = 3PPP = 7
MSY = 278 Prod = 427,6
PPS = 1PPN = 2
MSY = 855,5 Prod = 537,9
MSY = 333,6
PPP = 3
MSY = 333,6 Prod = 214,3
PPS = 1PPP = 3
MSY = 595,6
PPP =1
MSY = 595,6Prod = 418,5
PPN = 1PPP =1
MSY = 299,1 Prod = 142,8
MSY = 276Prod = 316,8
PPS = 1PPP = 2
Keterangan: Satuan dalam Ribu Ton; MSY= 6,5 juta ton/tahunJumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB) adalah 80% dari MSY = Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Bungus, Nizam Zachman, Cilacap, Kendari, Bitung)
= Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon, Brondong, Kejawanan, Pelabuhan Ratu, Pekalongan, Pemangkat, Pengambengan, Prigi, Sibolga, Sungailiat, Tanjung Pandan, Ternate, Tual
= Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur dan Barelang (Batam, Kepri)
= over fishing (produksi > MSY), pengelolaan harus hati-hati, tidak ada ijin baru dan perlu pemulihan SDI
= produksi > JTB (namun belum melebihi MSY), mengoptimalkan penangkapan dan pemulihan SDI
= produksi < MSY, mengoptimalkan hasil tangkapan sampai batas JTB
10
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
Frontier Basin (22)Drilled Basin, No Discovery yet (15)1. South Java2. Biliton3. Melawi4. Asem-Asem5. Lariang6. South Makasar7. Spermonde8. Sawu9. Manui10.Buton11.Misool12.Palung Aru13.Waipoga14.Akimeugah15.Sahul
Producing Basin (16)1. North Sumatera2. Central Sumatera3. South Sumatera4. West Natuna5. Sunda6. NW. Java7. NE. Java Sea8. NE. Java9. Barito10. Kutai11. Tarakan12. Bone13. Banggai14. Seram15. Salawati16. Bintuni
Drilled and Proven Discovery, but not Production yet (7)1. Sibolga2. Bengkulu3. East Natuna4. Pati5. Sula6. Timor7. Biak
1. Ketungau2. Pembuang3. Lombok Bali4. Flores5. Tukang Besi6. Minahasa7. Gorontalo8. Sala Bangka9. South Sula10.West Buru11.Buru
12. South Obi13. North Obi14. North Halmahera15. East Halmahera16. South Halmahera17. South Seram18. West Weber19. Weber20. Tanimbar21. Waropen22. Jayapura
1
2
3
4
11
5
6
10
9
7
8
12
1316
15
14
1
2
3
45
6
7
8
10
9
15
14
12
1311
1
2
3
4
6
5 7
1
2
6
7
3
54
16
11
89
10
19
15
14
13
18
17
20
2122
12
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
Frontier Basin (22)Drilled Basin, No Discovery yet (15)1. South Java2. Biliton3. Melawi4. Asem-Asem5. Lariang6. South Makasar7. Spermonde8. Sawu9. Manui10.Buton11.Misool12.Palung Aru13.Waipoga14.Akimeugah15.Sahul
Producing Basin (16)1. North Sumatera2. Central Sumatera3. South Sumatera4. West Natuna5. Sunda6. NW. Java7. NE. Java Sea8. NE. Java9. Barito10. Kutai11. Tarakan12. Bone13. Banggai14. Seram15. Salawati16. Bintuni
Drilled and Proven Discovery, but not Production yet (7)1. Sibolga2. Bengkulu3. East Natuna4. Pati5. Sula6. Timor7. Biak
1. Ketungau2. Pembuang3. Lombok Bali4. Flores5. Tukang Besi6. Minahasa7. Gorontalo8. Sala Bangka9. South Sula10.West Buru11.Buru
12. South Obi13. North Obi14. North Halmahera15. East Halmahera16. South Halmahera17. South Seram18. West Weber19. Weber20. Tanimbar21. Waropen22. Jayapura
Frontier Basin (22)Drilled Basin, No Discovery yet (15)1. South Java2. Biliton3. Melawi4. Asem-Asem5. Lariang6. South Makasar7. Spermonde8. Sawu9. Manui10.Buton11.Misool12.Palung Aru13.Waipoga14.Akimeugah15.Sahul
Producing Basin (16)1. North Sumatera2. Central Sumatera3. South Sumatera4. West Natuna5. Sunda6. NW. Java7. NE. Java Sea8. NE. Java9. Barito10. Kutai11. Tarakan12. Bone13. Banggai14. Seram15. Salawati16. Bintuni
Drilled and Proven Discovery, but not Production yet (7)1. Sibolga2. Bengkulu3. East Natuna4. Pati5. Sula6. Timor7. Biak
1. Ketungau2. Pembuang3. Lombok Bali4. Flores5. Tukang Besi6. Minahasa7. Gorontalo8. Sala Bangka9. South Sula10.West Buru11.Buru
12. South Obi13. North Obi14. North Halmahera15. East Halmahera16. South Halmahera17. South Seram18. West Weber19. Weber20. Tanimbar21. Waropen22. Jayapura
1
2
3
4
11
5
6
10
9
7
8
12
1316
15
14
1
2
3
45
6
7
8
10
9
15
14
12
1311
1
2
3
4
6
5 7
1
2
6
7
3
54
16
11
89
10
19
15
14
13
18
17
20
2122
12
Sumber: Kemen ESDM (2009)
PETA SUMBER DAYA MINERAL
11
No Kawasan Konservasi JumlahKawasan
Luas(juta Ha)
A
Inisiasi Kemenhut (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Cagar Alam Laut)
32 4,69
B
Inisiasi KKP dan Pemda(Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah)
76 11,09
Jumlah Total 108 15,78
• Komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD) tahun 2006 luas kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020
• Tahun 2015-2019: peningkatan luas kawasan konservasi laut sebesar 4,2 juta ha
BIODIVERSITY LAUT dan PEMANFAATAN EKONOMI
12
Luasan terumbu Karang Indonesia : 85.000 km2
Lokasi JumlahTitik
SangatBaik (%) Baik (%) Cukup
(%)Kurang
(%)Barat 439 5,47 27,56 33,94 33,03Tengah 274 5,11 30,29 44,89 19,71Timur 272 5,88 17,28 34,19 42,65Indonesia 985 5,48 25,48 37,06 31,98
Sumber: Kemenparekraf (2009)
POTENSI WISATA BAHARI
Belum dikembangkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat sekitar dan pendapatan daerah. Perlu ditargetkan lokus andalan didukung sektor lain secara komprehensif.
13
PETA KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR
Keterangan : Sumber : BPS, KKP 2010
14
2. TATA KELOLA - EKSISTENSI:a. Penyelesaian batas wilayah laut dengan
9 negara tetangga b. Dari 17.504 pulau di Indonesia, baru
terdaftar ke PBB sebanyak 13.466 pulau di tahun 2012. Dan sisanya harus selesai tahun 2017.
0
5
10
15
20
25
Australia Filipina India Malaysia Palau Papua Nugini Singapura Timor Leste Vietnam
Pulau-Pulau Kecil Terluar yg berbatasan dengan negara tetangga
15
PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT)
16
No ProvinsiJumlah
Pulau kecil terluar
JumlahPulau kecil
terluar berpenghuni
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6
2 Sumatera Utara 3 1
3 Kepulauan Riau 20 3
4 Sumatera Barat 25 Bengkulu 2 16 Lampung 17 Banten 1
8 Jawa Barat 1
9 Jawa Tengah 1 110 Jawa Timur 311 Nusa Tenggara Barat 1
12 Nusa Tenggara Timur 6 1
13 Kalimantan Timur 4 2
14 Sulawesi Utara 11 7
15 Sulawesi Tengah 3 116 Maluku Utara 1
17 Maluku 17 9
18 Papua 9 5Total 92 31
Eksistensi RI di 92 pulau terluar (31 berpenduduk):a. Pengelolaan PPKT
Perpres No.78/2005 –pengelolaan pulau berpenghuni dan tidak berpenghuni
b. Perlu strategi yang jelas untuk mempertahankan eksistensi, pertahanan dan keamanan, serta isu kesejahteraan masyarakat.
3. PEMANFAATAN GEO-EKONOMI DAN GEO-POLITIK – 3 jalur ALKI dan pemanfaatannya
Pemanfaatan ALKI untuk perekonomian nasional maupun regional belum banyak dilakukan
17
III. LANGKAH KE DEPAN
18
PERMASALAHAN
ISU PERMASALAHANEkonomi kelautan • Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan
secara optimal • Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk
wisata bahari belum jelas• Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut• Pengaturan kabel dan pipa dasar laut• Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll
Tata kelola laut • Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No 27/2007) belum selesai disusun
Batas laut dengan negara tetangga dan keamanan laut
• Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai dengan 9 negara tetangga
• Masih maraknya praktek Illegal fishing
Konektivitas antar pulau • Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama di wilayah timur
• Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas
Bencana dan pencemaran laut dan pesisir
• Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional• Kelembagaan dan mekanisme penanganan – penegakan hukumnya
SDM dan Iptek Kelautan • Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar
• Kelembagaan pendidikan dan pelatihan • Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna.• Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai
negara kepulauan. 19
1. Maksud (konkrit) wawasan bahari, budaya bahari;
2. Langkah untuk pemahaman dan penyadaran: kepada siapa, jalur, bagaimana penyampaian; indikator berkembangnya pemahaman.
3. Siapa bertanggung jawab
•PENDIDIKAN DAN PENYADARAN MASY. TENTANG KELAUTAN DIWUJUDKAN DI SEMUA JALUR PENDIDIKAN
•MELESTARIKAN NILAI BUDAYA, WAWASAN BAHARI SERTA REVITALISASI HUKUM ADAT DAN KEARIFAN LOKAL
•MELINDUNGI DAN MEREVITALISASI PENINGGALAN BUDAYA BAWAH LAUT
1. MENINGKATKAN WAWASAN DAN BUDAYA BAHARI
•MENDORONG JASA DIKLAT YG BERKUALITAS DI BIDANG KELAUTAN DIIMBANGI DG KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA
•PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI SDM DI BIDANG KELAUTAN
•PENINGKATAN DAN PENGUATAN PERAN IPTEK, RISET DAN SISTEM INFORMASI KELAUTAN
2. MENINGKATKAN
DAN MENGUATKAN PERAN SDM DI
BIDANG KELAUTAN
1. SDM yang diperlukan (ingin dibentuk) profesi apa, standar kompetensinya, sistem sertifikasinya
2. Jasa diklat: kriteria, sistem skreditasinya
3. Pengembangan sistem informasi kelautan: apa isinya, bagaimana pengumpulan data dan informasi, penyajian dan penggunaan untuk kebijakan.
20
3. MENETAPKAN WILAYAH NKRI, ASET DAN HAL-HAL TERKAIT, TERMASUK KEWAJIBAN DIGARISKAN DALAM UNCLOS 1982 (RATIFIKASI 1986)
• MENYELESAIKAN HAK DAN KEWAJIBAN DALAM MENGELOLA SD LAUT SESUAI UNCLOS 1982
• MENYELESAIKAN PENATAAN BATAS MARITIM (PERAIRAN PEDALAMAN, LAUT TERITORIAL, ZONA TAMBAHAN, ZONA EKONOMI EKSLUSIF DAN LANDAS KONTINEN)
• MENYELESAIKAN BATAS LANDAS KONTINEN DI LUAR 200 MIL LAUT
• MENYAMPAIKAN LAPORAN DATA NAMA GEOGRAFIS SD KELAUTAN KE PBB
UNCLOS 1982
• PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM DAN TATA PEMERINTAHAN YANG MENDUKUNG TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
• PENGEMBANGAN SISTEM KOORDINASI, PERENCANAAN, MONITORING DAN EVALUASI
PENGEMBANGAN DAN
PENERAPAN TATA KELOLA
DAN KELEMBAGA-
AN
1.Pendaftaran 4.038 pulau sd tahun 2017
2.Batas laut dg 9 negara
3.Lainnya?
Aspek apa, bagaimana dan apakah perlu landasan hukum (dalam bentuk/tingkat apa)
21
4. UPAYA PENGAMANAN WILAYAH KEDAULATAN, YURISDIKSI DAN ASET NKRI
PENINGKATAN KINERJA PERTAHANAN DAN KEAMANAN SECARA TERPADU DI WILAYAH PERBATASAN
PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING, CONTROL DAN SURVEILLANCE SEBAGAI INSTRUMEN PENGAMANAN SUMBER DAYA, LINGKUNGAN DAN WILAYAH KELAUTAN
PENGOTIMALAN PELAKSANAAN PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DAN PULAU-PULAU KECIL TERDEPAN
PENINGKATAN KOORDINASI KEAMANAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN DI LAUT
1. Pengamanan apa dan seperti apa yang dibutuhkan
2. Instrumen mcs seperti apa: ukuran/indikaor untuk pengamanan sumber daya, lingkungan dan wilayah
3. Bagaimana cara pelaksanaan (SOP) dan siapa saja yang terlibat
4. Bagaimana pengamanan perbatasan (laut) dan pulau kecil terdepan
5. Kalau ada pelanggaran bagaimana cara penanganannya (evidence, mekanisme penindakan, proses hukumnya dsb).
22
5. EKONOMI KELAUTAN
PERHUBUNGAN LAUT
INDUSTRI MARITIM
PERIKANAN
WISATA BAHARI
ENERGI DAN SD MINERAL
BANGUNAN LAUT
JASA KELAUTAN
7. MENINGKATKAN KESJH. KEL. MISKIN DI KAWASAN PESISIR DENGAN PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF SKALA KECIL
Dari inventarisasi atas kondisi saat ini:1. Inventarisasi dan pemahaman secara utuh
kekuatan ekonomi/kondisi saat ini dan potensi kita belum ter-data dan tekonsolidasikan dengan baik.
2. Posisi yang perlu kita ambil untuk dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat.
3. Pengembangan di masing-masing komponen belum kita terjemahkan dengan baik dan rencanakan bagaimana sasaran dan langkah pelaksanaannya.
4. Pola pengembangan yang sesuai dengan:a. Desentralisasi – dengan Pemda dan masyarakatb. Identifikasi peran pemerintah, swasta dan
asing?5. Kapasitas yang perlu dibangun utk
pengelolaannya?6. Kelengkapan regulasi untuk memperkuat
pengelolaan secara lestari dan sesuai kondisi lokal.7. KEMISKINAN NELAYAN PROGRAM PKN –
KLASTER 4
23
6. MENGURANGI DAMPAK BENCANA PESISIR DAN PENCEMARAN LAUT
PENGEMBANGAN SISTEM MITIGASI BENCANA
PENGEMBANGAN EARLY WARNING SYSTEM
PENGEMBANGAN PERENCANAAN NASIONAL TANGGAP DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT
PENGEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN HAMA LAUT, INTRODUKSI SPESIES ASING, DAN ORGANISME LAUT YANG MENEMPEL PADA DINDING KAPAL
PENGENDALIAN DAMPAK SISA-SISA BANGUNAN DAN AKTIVITAS LAUT
1. Peta bencana laut Indonesia2. Penanganan bencana:
a. Mitigasib. EWSc. Tanggap daruratd. Paska bencana
3. Pengendalian pencemaran:a. Sistem monitoring kualitas
perairanb. Penanganan pencemaran
tumpahan minyak di laut (sampai dengan proses penegakan)
4. Pengendalian hama laut: cakupan, cara monitoring, penindakan
5. Pengendalian dampak sisa bangunan dan aktivitas laut: cakupan, cara monitoring, penindakan.
24
RPJMN 2015-2019
25
RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4PertumbuhanPDB
Minimal 7 % per tahun
PDB per kapita 2013: USD 4.000
2019:USD 8.000
2025:> USD 10.000
Kemiskinan 6-8 Persen
Pengangguran
2015 2020 2025 20302010
Threshold Middle Income TrapUSD 12.500
BONUS DEMOGRAPHIC2010 2030
MENYIAPKAN MEMASUKI SEBAGAI MIC
26
KERANGKA RPJMN 2015 - 2019Keluar dari MIT
Jangka Panjang :Tercapai tahun 2031 apabilaEkonomi tumbuh 6-7%/tahun
RPJMN 2015 – 2019Amanat RPJP :SDA, SDM, Iptek
Sangat penting untukmeletakkan fondasi keluar MITTidak boleh meleset.
Bonus Demografi, AEC, Post 2015, PI Polhukam Ekonomi Kesra Lingkungan
-TranfromasiStruktur-Resiliensi-Infrastruktur-Inovasi
-RB-Desentralisasi-Anti korupsi-Demokrasi
Daerah-Mutu SDM-Kemiskinan-Tenagakerja-BPJS
-PengelolaanSDA dan biodiv-Mitigasiadaptasi PI
-Pemerataan-SPM-Urbanisasi-Desentralisasi
KerangkaPendanaan :APBN dan Non
KerangkaRegulasi Kerangka
Kelembagaan
• Comprehensif reform• Not BAU•Prinsip berkelanjutan• Sinergy tidak silo•Decisive•Mekanisme delivery
Mekanisme Delivery
PEMBANGUNAN KELAUTAN
RPJMN 2015-2019 - KELAUTAN1. DALAM RPJMN 2010-2014:
a. Telah ada dalam bentuk Kebijakan lintas bidang Pembangunan Kelautan (dan matriks)
b. Namun, pelaksanaan masih parsial – sektoral2. KEWAJIBAN YANG MASIH TERSISA dan harus selesai
pada tahun 2019 a.l HARUS DIAGENDAKAN a. Pendaftaran 4.038 pulau sd 2017b. Tata batas laut dengan 9 negarac. Eksistensi dan kesejahteraan di 92 pulau terluar (31
dihuni) – seperti apa langkahnyad. Kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir –
Program Klaster 4 – PKN (800 PPI/TPI) – penting untuk menyumbang PENURUNAN KEMISKINAN
28
RPJMN 2015-20193. ISU STRATEGIS UNTUK DIJABARKAN DAN
DILAKSANAKAN:a. EKONOMI KELAUTAN (SUSTAINABLE MARINE AND
FISHERIES) – Sumber pendapatan baru untuk mendukung transformasi ekonomi sebagai Middle Income Countries (MIC)
b. TATA KELOLA – Tata ruang laut dan zonasic. KELEMBAGAAN:
i. KEAMANAN LAUT – pengawasan dan penegakan hukum kelembagaan untuk penegakan hukum secara terpadu, efektif dan cepat di laut.
ii. Lembaga untuk Pembangunan Kelautan: DEKIN apakah cukup kuat?
d. RENCANA AKSI – untuk pelaksanaan 5 tahun ke depan (2015-2019). 29
RPJMN 2015-20194. PENYIAPAN LANGKAH STRATEGIS KE DEPAN:
a. Diskusi dan penjabaran isu-isu strategis yang dimandatkan oleh RPJPN 2005-2025
b. Penyusunan ROADMAP (jangka panjang) MEWUJUDKAN NEGARA KEPULAUAN YANG MAJU DAN MANDIRI.
30