Pembangunan Pulau Reklamasi dan Perubahan Sosial pada Masyarakat Perikanan di Teluk Jakarta
disampaikan pada kegiatan Learning Session Hasil Penelitian BRSDKP
Jakarta, 14 Juni 2017,
Armen Zulham Zahri Nasution
Maulana Firdaus Hikmah
Sapto A. Pranowo Bayu Vita Indah Yanti
Nurlaili
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Studi Pustaka dan Diskusi Tentang Reklamasi di Teluk Jakarta
Bio fisik, dan Lingkungan Ekonomi & Bisnis Sosial, Hukum & Tenaga Kerja
(TK)
Anita (2014), Banjir Jakarta Suwitno (2016), Nilai Ruang Pusat
Bisnis Ikan
UPT PPMA (2015), Kebutuhan
Tenaga Kerja Perikanan Muara
Angke.
Zaenuddin (2013), Banjir Jakarta Ikawati (2017), hilangnya
pendapatan
Angelia et al., (2006),: Arus
Migrasi TK di Kawasan Teluk
Jakarta
Gunawan (2010), Banjir Jakarta Zulham et al.,(2014), hilangnya
potensi ekon masrkt perikanan
Luthfi (2017), hak warga tanah
timbul Teluk Jakarta
Wasilah (2017), kerusakan
ekosistem Teluk Jakarta
Zulham et al., (2014) transformasi
ekonomi rumahtangga perikanan
Tim Advokasi Tl. Jakarta (2017)
advokasi hukum warga
Hartati et al., (2014) perikanan &
lingkungan Teluk Jakarta
Zulham (2015) Reklamasi Teluk
Jakarta bermanfaatkah untuk
Nelayan
XX
Kusuma et al., (2014) Polutan
& Sedimen Teluk Jakarta
Suryawati et al., (2016),
perekonomian nelayan, valuasi
ekonomi
XX Kusmana (2014), Mangrove di
Pesisir Teluk Jakarta
Zulham (2016). Rente Ekonomi
Reklamasi Teluk Jakarta
Pranowo et al., (2014) Sirkulasi
arus Teluk Jakarta
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Studi Pustaka dan Diskusi Reklamasi di Teluk Jakarta (Lanjutan)
Biofisik, dan Lingkungan Ekonomi & Bisnis Sosial, Hukum & Tenaga Kerja
(TK)
Pranowo et al., (2014)
Karakteristik ekoregion laut Teluk
Jakarta
XX XX
Arifin dan Mustikasari (2014),
Pasut, arus & Gelombang Teluk
Jakarta
XX XX
Windupranata dan Ikhsani, 2014),
Analisis faktor fisik daratan untuk
pembangunan GSW untuk
mengendalikan banjir.
XX XX
Muin (2014) pola arus dan
gelombang perairan Teluk Jakarta XX XX
Hadi (2014), pola arus dan
gelombang perairan Teluk Jakarta XX XX
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Simpulan Studi Pustaka dan Diskusi
Biofisik, dan Lingkungan Ekonomi & Bisnis Sosial, Hukum & Tenaga Kerja
(TK)
Permasalahan banjir di Jakarta
saat itu diatasi dengan relokasi
armada perikanan dari berbagai
muara sungai di Jakarta ke Muara
Angke, melakukan penghijauan
kembali.
Implementasi tata ruang pada
pusat bisnis perikanan harus
diwujudkan, agar potensi ekonomi
dapat dikembangkan
Kebutuhan TK pada kegiatan
perikanan sangat tinggi terutama
pada pusat perikanan di Teluk
Jakarta
Kerusakan ekosistem pada Pesisir
dan perairan Teluk Jakarta telah
berlangsung lama. Kerusakan
tersebut disebabkan oleh limbah
domestik dan industri (termasuk
logam berat), sedimentasi,
konversi lahan untuk perumahan
dan komersial. Kerusakan tersebut
ditunjukkan oleh abrasi pantai,
rusaknya spawning ground dan
fishing ground
Tindakan yang dilakukan
pemerintah dalam membangun
Jakarta melalui pengusuran
mengancm hilangnya sumber
pendapatan masyarakat nelayan
Permintaan TK tersebut
mendorong terjadinya migrasi TK
dari pusat perikanan di Pantura
Jawa Barat , Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan serta Banten dan
Lampung ke sentra perikanan di
Teluk Jakarta. Sehingga terjadilah
migrasi TK permanen dan migrasi
TK sirkulasi
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Simpulan Studi Pustaka dan Diskusi (Lanjutan)
Biofisik, dan Lingkungan Ekonomi & Bisnis Sosial, Hukum & Tenaga Kerja
(TK)
Ekoregion laut, pola pasang surut,
arus serta gelombang laut di Teluk
Jakarta serta kondisik fisik daratan
di Jakarta harus dipertimbangkan.
Saat ini banjir di Jakarta pengaruh
land subsidence > dari pengaruh
kenaikan permukaan laut. Dengan
Simulasi pembangunan pulau
reklamasi akan mengubah pola
arus dan gelombang laut di Teluk
Jakarta
Terganggunya bisnis masyarakat
perikanan di Teluk Jakarta karena
pengaruh kegiatan pembangunan
pulau reklamasi. Rusaknya
jaringan sosial yang telah
berkembang untuk menjaga bisnis
masyarakat perikanaan.
Masyarakat perikanan migrasi
permanen di Teluk Jakarta
sebagian menimbulkan masalah
karena mengokupasi tanah timbul
dan bantaran Muara Sungai dan
membangun rumah dan
berinvestasi.
Besaran rente ekonomi karena
pembangunan pulau reklamasi,
yang dieksploitasi pengusaha dan
perlu aturan agar rente tersebut
dapat diperoleh pemerintah dan
digunakan untuk kesejahteraan
nelayan
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
❶ Perubahan sosial apa yang terjadi sehingga aktivitas
bisnis perikanan di Teluk Jakarta tidak berkurang ?. Padahal
beberapa pulau reklamasi di Teluk Jakarta telah ada.
❷ Perubahan sosial apa yang terjadi sehinga rumah
tangga perikanan di Teluk Jakarta tetap bertahan, padahal
beberapa pulau reklamasi telah ada di Teluk Jakarta ?
Pengantar dan Pertanyaan Penelitian
Metoda Penelitian
Perubahan sosial merupakan upaya untuk mengubah
kebiasaan, pandangan dengan inovasi (pendekatan baru), gagasan
gagasan baru dan kebijakan terhadap individu atau kelompok sosial
tertentu.
Sasaran perubahan sosial adalah individu, kelompok masyarakat
tertentu, atau masyarakat secara keseluruhan.
Keterbatasan Penelitian ????
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
1
2 3
4
5
1 Kamal Muara (FGD & Wawancara)
2
3
4
5
Muara Angke (FGD & Wawancara)
Kali Baru (FGD)
Cilincing (FGD & Wawancara)
Marunda (FGD & Wawancara)
METODA PENELITIAN
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Jenis Usaha Jumlah (Unit)a) Perkiraan TK (orang) b)
Kapal 10 – 30 GT 3.603 54.045
Kapal > 30 GT 884 26.520
Pengolah Tradisional 201 2.412
UPI 37 1.110
Cold Storage 26 520
Pujaseri 24 192
Grosir Ikan 275 1.100
Pasar Eceran 148 592
Transit/Pengemasan 30 150
Perkiraan Kebutuhan TK 86.641
Pasar Tenaga Kerja di Muara Angke 2016
Sumber: a). Laporan Tahunan 2016 UPT Pengelola Pelabuhan Perikanan Muara Angke b). Hasil estimasi berdasarkan rata-rata jumlah pekerja pada setiap unit
HASIL PENELITIAN
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Bulan
Volume Perdagangan Ikan (Ton)
TPI M. Angke Pasar ikan M. Angke Total Perdagangan
Ikan
Januari 4.002 866 4.868
Febrari 3.299 1.252 4.551
Maret 3.498 1.632 5.130
April 4.270 985 5.255
Mei 5.053 12 5.065
Juni 5.365 543 5.908
Juli 1.542 1.483 3.025
Agustus 2.453 2.568 5.021
September 4.863 549 5.412
Oktober 6.478 1.197 7.675
Nopember 4.319 592 4.910
Desember 5.112 333 5.445
Perdagangan Ikan di Muara Angke 2016
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan UPT Pelabuhan Perikanan Muara Angke, 2016
5
0
2
5
3
T
o
n
3
4
5
0
7
T
o
n
Ciri Demografi Masyarakat Perikanan
Ciri Demografi
K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Etnis
dominan Bugis
Cirebon, Tegal,
Indramayu Bugis
Bugis,
Indramayu,
Brebes, Pemalang
Betawi
Status
Kependudu
kan
KTP DKI
Jakarta
(P)ermanen: Non
Prosedur KTP DKI
(P). KTP DKI
KTP DKI (S)irkulasi: KTP
daerah asal
(S). KTP daerah
asal
Pekerjaan
Utama
nelayan,
Pembudidaya,
pedagang
(P): nelayan ,
Pengolah,
Pedagang ikan Nelayan,
pedagang
ikan
(P). Nelayan,
Pengolah,
Pembudidaya Nelayan,
Pembudidaya (S): ABK kapal
PPI M. Angke
(S): nelayan
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Ciri Demografi Masyarakat Perikanan (Lanjutan)
Ciri Demografi
K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Status
Tempat
Tinggal
Rumah
permanen/semi
permanen pada
tanah girik atau
tanah milik
(P). Rumah semi
permanen atau
gubuk pada
tanah timbul &
bantaran sungai
Rumah
permanen &
Semi
permanen
pada lahan
milik PT.
Pelindo
(P). Rumah
permanen / Semi
permanen pada
tanah girik,
garapan KBN
dan bantaran
kanal
Rumah
permanen pada
lahan milik
atau garapan
(S). Rumah
kontrakan
(S). Pada kapal
ikan di PPI dan
rumah kos
Umur
Kepala
Keluarga
30 Tahun – 65
tahun
(P). 30 tahun –
60 tahun 30 tahun –
65 tahun
(P). 25 tahun –
60 tahun 30 tahun – 65
tahun (S). 20 tahun –
45 tahun (S). 20 tahun –
40 tahun
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Ciri Demografi Masyarakat Perikanan (Lanjutan)
Ciri Demografi
K. Muara M. Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Pendidikan
Kepala
Keluarga
17% tidak
lulus SD, 17%
tidak lulus
SMP, 33%
lulus SMP,
17% tidak
lulus SMP dan
17% lulus
SMA
(P). 13,3% tidak
lulus SD, 33,3
lukus SD, 23,3%
tidak lulus SMP,
13,3 lulus SMP,
16,7 tidak lulus
SMA.
38% SD,
54% SMP
dan 8%
SMA
(P). 16,7% lulus
SD, 66,7% tidak
lulus SD; 16,7%
PT
33,3% tidak
sekolah; 50%
tidak lulus SD,
16,7 % lulus
SD
(S). Umumnya lulus SMP
(S). SMP
Karakteristi
k rumah
tangga
Rata-rata 5
orng / KK
(P). Rata-rata 5
orng /KK + 2
kerabat dari desa Rata-rata 5
orang /KK
(P). Rata-rata 4
org /KK
Rata-rata 5 org
/KK (S). Rata-rata 4
org /KK (S). Di M. Angke
tidak ada anggota
keluarga
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan fenomena sosial tentang keragaan
kelembagaan sosial yang sengaja dibentuk oleh masyarakat untuk
menciptakan suatu keteraturan sosial di wilayah itu dengan mengatur
hubungan antar masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.
Kelembagaan
Sosial
Kamal
Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Relasi dengan
lingkungan
sekitar
AdaTomas
perkuat
relasi
(P). Tomas
tidak berperan,
sehingga relasi
longgar
Terdapat
Tomas
yang
memperk
uat relasi
(P). Tomas
& Koperasi
perkuat
relasi Tomas
memperkuat
relasi (S). Ada
pengurus kapal
memperkuat
relasi
(S). Pemilik
kapal
memperkua
t relasi
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Sosial (lanjutan)
Kelembagaan
Sosial Kamal Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Difrensiasi
peran dalam
masyarakat
Pembagian
peran jelas,
relatif tidak
berubah
(P) Peran sering
berubah Pembagai
an peran
jelas dan
tidak
berubah
(P). Peran
jelas relatif
tidak berubah Peran jelas
dan relatif
belum
berubah
(S). Peran jelas
dan tidak
berubah
(S). Peran
jelas dan
tidak berubah
Komunikasi
Mudah
dilakukan
melalui tomas
(P). Sulit
dilakukan
Mudah
dilakukan
melalui
Tomas
(P). Mudah
dilakukan
melalui
tomas Mudah
dilakukan
melalui
tomas
(S). Mudah
dilakukan
melalui
pengurus (S) Mudah
dilakukan
melalui
pemilik kapal
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Sosial (lanjutan)
Kelembagaan
Sosial
Kamal
Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Tujuan
Untuk
mendapat
pendapatan
dan
kebutuhan
hidup
(P) bervariasi,
termasuk
pengakuan status
dari Pemda DKI
Jakarta
Mendapat
kan
pendapata
n dan
kebutuhan
hidup
(P). Mendapat
pekerjaan, dan
pendapatan Mencari
kebutuhan
hidup (S). Mendapat
pekerjaan dan
pendapatan (S). Mencari
pekerjaan dan
pendapatan
Ketaatan
terhadap
aturan
Taat
terhadap
aturan
(P). Tidak taat
aturan &
berkonflik Taat
terhadap
aturan
(P). Taat
terhadap aturan Taat
terhadap
aturan
(S). Taat
terhadap aturan (S). Taat aturan
mengikuti
pengurus
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Sosial (lanjutan)
Kelembagaan
Sosial
Kamal
Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Sosialisasi &
akses
terhadap
program
pemerintah
Mudah
dilakukan
dan dapat
diakses
(P). Sulit dilakukan
dan tidak dapat
diakses Mudah
dilakukan
dan dapat
diakses
(P). Mudah
dilakuan dan
dapat diakses Mudah
dilakukan
dan dapat
diakses
(S). Mudah
dilakukan dan
tidak dapat
diakses
(S). Mudah
dilakukan dan
tidak dapat diakses
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
% R
esp
on
den
Jenis Aset
2013 Feb - Maret 2017
Persentase Penguasaan Aset Responden M. Angke (Feb – Maret 2017)
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
% r
esp
on
den
Jenis aset produktif
Kamal Muara Muara Angke Kalibaru Cilincing Marunda
Persentase Penguasaan Aset (Feb – Maret 2017)
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
% d
ari
To
tal
On
gk
os
Jenis Ongkos
2013 Feb-Maret 2017
Rp. 4,6 Juta
Rp. 5,0 Juta
Rp. 2,8 Juta
Rp. 3,5 Juta
Rp. 3,9 Juta
Rp. 4,3 Juta
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
-
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
M. Angke K. Muara Cilincing Marunda
Bia
ya
(R
p.0
00
)
Penangkapan Ikan Pengolah Pedagang
Rata-Rata Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke, K. Muara, Cilincing & Marunda (Feb – Maret 2017)
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
% B
iay
a T
ota
l
Jenis biaya menurut usaha
M. Angke K. Muara Cilincing Marunda
Struktur Ongkos Usaha Responden per Bulan di M. Angke, K. Muara, Cilincing & Marunda (Feb – Maret 2017)
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
0
10
20
30
40
50
60
% s
um
ber
Pen
da
pa
tan
Usaha Istri Anggota keluarga lain Sumber lain
Struktur Pendapatan Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke
2013 Feb – Maret 2017
Rp. 9.808.693
Rp. 9.283.433
Rp. 10.377.619 Rp. 8.355.081
Rp.9.900.000
Rp. 7.242.858
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur Pendapatan Rumah Tangga per Bulan (Feb – Maret 2017)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
M. Angke K. Muara Cilincing Marunda
% S
um
ber
Pen
dap
ata
n
Usaha Istri Anggota keluarga lain Sumber lain
Rp. 8.499.313 Rp. 8.400.000
Rp. 7.365.000 Rp. 4.791.667
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
-
10
20
30
40
50
60
% P
engel
ua
ran
Ru
ma
h T
an
gg
a
Modal usaha
Konsumsi dalam RT
Konsumsi di Luar RT
Air Minum
Sewa Rumah
Pendidikan Anak
Transportasi
Kesehatan
Rekreasi
Tabungan
Arisan
Bayar Hutang
Rp
. 9
.11
3.7
66
Rp
. 7
.30
9.8
95
Struktur Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke
2013 Feb- Maret 2017
Rp
. 8
.65
2.6
57
Rp
. 8
.04
6.7
22
Rp
. 7
.02
2.6
51
Rp
. 6
.71
2. 6
19
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
M. Angke K. Muara Cilincing Marunda
% d
ari
Tota
l P
engel
uara
n
Modal usaha
Konsumsi dalam RT
Konsumsi di Luar RT
Rokok
Air Minum
Sewa Rumah/listrik & Perawatan
Pendidikan Anak
Transportasi
Kesehatan
Rekreasi
Tabungan
Arisan
Bayar Hutang
Struktur Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan menurut Jenis Usaha di M. Angke, K. Muara, Cilincing, Marunda
Rp. 8.499.313
Rp. 8.400.000 Rp. 7.365.000
Rp. 4.791.667
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Kesimpulan:
Intervensi pemerintah dalam pembangunan di Teluk Jakarta medorong perubahan
sosial pada masyarakat perikanan. Perubahan sosial tersebut terjadi pada kebijakan:
1. Kebijakan pengendalian banjir di Jakarta dengan merelokasi nelayan
pada berbagai muara sungai di Teluk Jakarta ke Muara Angke dan meresmikan
Muara Angke sebagai Pusat Perikanan dan pemukiman nelayan tradisional,
pada Tahun 1977. Tetapi karena infrastruktur pemukimam nelayan tidak
mencukupi, maka kebijakan ini mendorong munculnya nelayan andon di
Muara Angke dan beberapa nelayan kembali lagi ke tempat asal di Teluk
Jakarta.
2. Muara Angke ditetapkan sebagai PPI Daerah dan Pusat Pembinanan
Kegiatan Perikanan DKI Jakarta dengan PerGub DKI Jakarta No: 598
tahun 1990. Infrastruktur dibangun, sehingga M. Angke menjadi pusat
perdagangan ikan armada perikanan tradisional terbesar di Jakarta.
Kebijakan ini mendorong defisit tenaga kerja di Muara Angke.
Deisit ini menjadi “pull factor” nelayan di daerah surplus TK.
Infrastruktur dan kesempatan kerja menjadi “push factor”
nelayan di daerah surplus TK, sehingga mendorong migrasi TK
nelayan ke Jakarta.
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Akibatnya di Pesisir Teluk Jakarta terdapat nelayan migrasi
permanen (M. Angke, K. Muara, Kalibaru, Cilincing & beberapa di
Marunda) & nelayan migrasi sirkulasi (M. Angke dan Cilincing).
Nelayan migrasi permanen di Muara Angke merupakan penduduk
non prosedural, mengokupasi tanah timbul dan bantara kali untuk
tempat tinggal dan usaha. Nelayan ini, kontra dengan berbagai
program pemerintah, sehingga mereka mudah dimanfaatkan
kelompok lain untuk kepentingan mereka.
Nelayan migrasi permanen K. Muara, Kalibaru, Cilincing dan
Marunda (KTP DKI Jakarta) membangun tempat tinggal dan usaha
pada lahan dengan status tanah girik dan tanah garapan (milik
pemerintah, swasta dan yayasan).
3. Kebijakan pembangunan Industri, infrastruktur dan properti di pesisir
Jakarta kebijakan ini menyebabkan konversi lahan, dan limbah. Konversi lahan
menyebabkan hilangnya lokasi mencari rajungan dan ikan dipesisir (M. Angke,
K. Muara, Kalibaru, Cilincing dan Marunda). Limbah menyebabkan kerugian
pada tambak dan nelayan rajungan di Marunda. Kebijakan ini mendorong rumah
tangga meningkatkan peran gender dan diversivikasi sumber pendapatan di
Marunda.
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
4. Kebijakan pembangunan pulau reklamasi. Pada proses awal material
reklamasi mengganggu ekosistem perairan (karena tidak menggunakan
teknologi). Akibatnya pendapatan dari usaha perikanan rakyat berkurang. Pada
daerah yang ekosistemnya telah stabil (seperti Cilincing) peluang mendapatkan
ikan akan pulih kembali. Pada berbagai lokasi rumah tangga perikanan rakyat
melakukan diversifikasi sumber pendapatan agar usaha perikanan tetap bertahan
(K. Muara, M. Angke, Marunda, Kalibaru, termasuk juga Cilincing).
Implikasi Kebijakan:
A. Sosialisasi & Kerja Sama
1. - Sosialisasi kependudukan kepada nelayan migrasi permanen Muara Angke
agar mereka bisa diakses dan mengakses program pembangunan.
- Sosialisasi pulau reklamasi kepada nelayan dan pembudidaya pada 5 lokasi
di Teluk Jakarta tentang kondisi & peluang pada tahap pembangunan, tahap
pemanfaatan, dan tahap pengembangan oleh stakeholder terkait.
2. Kerja sama pembangunan ekonomi pesisir antara Pemda DKI Jakarta dengan
Pemda asal nelayan migrasi (CTI) untuk mengendalikan arus migrasi ke pusat-
pusat perikanan Jakarta.
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Implikasi Kebijakan (lanjutan)
B. Aturan dan Monitoring
1. Melakukan monitoring tentang kondisi IPAL pada industri yang berada di sekitar K.
Muara, M. Angke, Kalibaru, Cilincing dan Maruda.
2. Menyusun aturan dan jadwal pembuangan limbah oleh industri sehingga diketahui
periode pembuangan limbah diketahui nelayan dan pembudidaya.
3. Memperketat aturan penggunaan teknologi dalam proses pembuatan pulau
reklamasi.
Terima Kasih
A
B
C D
E F G H
I J L
M N
O P
Q
K
Kamal Muara Muara Angke Sunda Kelapa Kalibaru Cilincing Marunda