Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Integrated
Ecofarming (Studi kasus di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Oleh:
Siti Farikhah
3401413054
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Keberhasilan adalah milik mereka yang berusaha” (B. J. Habibie).
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(Q.S Al-Insyirah:5).
“This life is an educator and we are always in a state must learn” (Bruce Lee).
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
� Kedua Orangtua saya, Ibu Saini dan
Bapak Akhmad Fauzi yang tanpa henti
memberikan support, doa dan
semangat dalam hidup saya.
� Adikku Muhammad Lutfi yang selalu
menghibur disaat penat melanda.
� Muhammad Zainal Arifin yang selalu
menyemangati dan mengajarkan hidup
harus kerja keras & pantang menyerah.
� Mbak Cici, Itak, Vikit, Yossi, Uut, Ina
sosok sahabat yang selalu ada
dihidupku.
� Teman-teman SosAnt’13 yang telah
berjuang bersama-sama.
� Almamater UNNES tercinta.
vi
vi
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Integrated Ecofarming
(Studi kasus di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”. Selama
penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fatur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, yang
telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan
penelitian.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo S.Ant, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dan
Antropologi yang yang telah memberikan arahan dan kemudahan administrasi
dalam penyusunan skripsi.
4. Nurul Fatimah, S.Pd, M.Si., sebagai Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan ilmu, motivasi, pengarahan dan bimbingan selama proses
penyusunan skripsi.
vii
vii
5. Asma Luthfi, S.Th.I., M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan ilmu, motivasi, pengarahan dan bimbingan dalam proses
penyusunan skripsi.
6. Dr. Gunawan, M. Hum., sebagai dosen penguji yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen pengajar Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang
telah memberikan banyak ilmu selama penulis mengikuti proses perkuliahan.
8. Bu Juneri sebagai petugas Tata Usaha Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang
telah membantu segala urusan administrasi dalam pembuatan skripsi.
9. Bapak Lilik Argo Lukito sebagai Kepala Desa Asinan yang telah memberikan
ijin penelitian dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
10. Pak Fakhrudin, Ibu Henny, Pak Mamik, Pak Maryadi, Pak Wardi, Pak
Suwandi, Pak Bowo, Pak Samidi, Pak Rusdi, Pak Taryono dan Bu Tugiarti
sebagai informan yang telah memberikan banyak informasi selama proses
penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semarang, 5 Oktober 2017
Penyusun
viii
viii
SARI
Farikhah, Siti. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Integrated Ecofarming (Studi kasus di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang). Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Nurul Fatimah, S. Pd , M. Si.
Pembimbing II Asma Luthfi, S.Th.I., M.Hum. 111 Halaman.
Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Partisipasi, Integrated Ecofarming.
Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang mempunyai potensi
lahan pertanian yang cukup luas. Lahan sawah sebagian besar milik Pemerintah
Desa Asinan, sehingga para petani bekerja sebagai penggarap. Kemudian Bank
Indonesia wilayah Jawa Tengah menjadikan Desa Asinan sebagai Desa Binaan
dengan memberikan program pertanian yang diintegrasikan dengan peternakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pelaksanaan kegiatan
program integrated ecofarming di Desa Asinan, (2) hambatan pelaksanaan kegiatan
program integrated ecofarming, (3) partisipasi masyarakat Desa Asinan dalam
kegiatan program integrated ecofarming.
Penelitian ini menggunakan penelitian metode kualitatif dengan model
deskriptif. Lokasi penelitian berada di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang. Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Asinan
yang masih menerapkan dan yang pernah menerapkan program integrated ecofarming. Informan pendukung yaitu stakeholder yang terkait seperti Kepala
Desa Asinan, ketua GAPOKTAN, kepala PKBM Anugrah Bangsa, dan konsultan
dari Bank Indonesia Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data meliputi pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan
teori pilihan rasional dari James S. Coleman, konsep partisipasi dan teknik analisis
Longwe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan program integrated ecofarming di Desa Asinan dapat dikatakan bahwa program tersebut gagal karena
tidak berkelanjutan. (2) Hambatan dalam program integrated ecofarming antara
lain pola pemanfaatan dan penguasaan lahan menggunakan sistem maro dan sistem
sewa, pada musim kemarau kekurangan air sedangkan pada musim hujan sawah di
dekat Rawa Pening yang terendam air tidak dapat ditanami padi, kurangnya
pasokan pupuk organik, kebiasaan petani dan maindset petani yang tidak mudah
dirubah karena terbiasa menggunakan pupuk anorganik, sarana dan prasarana yang
kurang dimaksimalkan, pemasaran produk yang susah karena beras belum
tersertifikasi organik. (3) Partisipasi masyarakat dilihat dari partisipasi
pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, pengambilan manfaat,
partisipasi dalam evaluasi serta dalam analisis Longwe partisipasi masyarakat Desa
Asinan termasuk kedalam kriteria kesejahteraan.
Saran perlunya kesadaran kritis dari masyarakat, pemerintah Desa Asinan
melakukan kerjasama dengan berbagai dinas terkait seperti Dinas Pertanian
Kabupaten Semarang, Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Jawa Tengah dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Jawa Tengah.
ix
ix
ABSTRACT
Farikhah, Siti. 2017. Community empowerment through Integrated Ecofarming Program (Case study in Asinan Village, Bawen Sub-district, Semarang District). Final Project. Sociology and Anthropology Department. Social Science Faculty.
Semarang State University. 1st Supervisor Nurul Fatimah, S. Pd, M. Si. 2nd
Advisor Asma Luthfi, S.Th.I., M.Hum. 111 Pages.
Keywords: Community empowerment, Participation Integrated Ecofarming.
Asinan Village Bawen Sub-district of Semarang Regency has a large
agricultural potential. Most of rice fields belong to the Government of Asinan
Village, so farmers only need to work on them. Indonesia Bank of Central Java has
made Asinan Village as an Assisted Village by providing agricultural programs
integrated with livestock. The purpose of this research is to know (1) the
implementation of integrated ecofarming program in Asinan Village. (2) the
obstacles to the implementation of integrated ecofarming program activities. (3)
Asinan Village community participation integrated to ecofarming program. This research uses qualitative research method with descriptive model. The
research is located in Asinan Village, Bawen District, Semarang Regency. The
main informants in this study are the people of Asinan Village who are still
implementing and have ever implemented the integrated ecofarming program.
Supporting informants are related stakeholders such as Village Head of Asinan,
head of GAPOKTAN, head of PKBM Anugrah Bangsa, and consultant from Bank
Indonesia Central Java. Data collection techniques used observation, interview and
documentation. Data analysis includes data collection, data reduction, data
presentation and conclusion. This study uses the rational choice theory of James S.
Coleman and the concept of participation and analysis techniques of Longwe.
The results show that (1)Implementation program integrated ecofarming
Asinan village can be said that the program failed because it is not sustainable . (2)
Obstacles in integrated ecofarming program such as land use pattern and land
domination using maro system and rental system, in dry season less of water while
in rainy season, rice field near Rawa Pening, is drowned by the water and can not
be cultivated with rice, lack of organic fertilizer supply, farmers’ habit and mindset
that are not easily changed because of depending on using inorganic, facilities and
infrastructure which are not maximalized, marketing of products that are difficult
because rice has not been certified as organic. (3) Community participation is seen
from the participation of decision-making, participation in implementation,
beneficiation, participation in evaluation and in Longwe analysis of Asinan Village
community participation included into welfare criteria
The critical awareness of the need for advice from the community,Asinan
Village government cooperates with many kind of related offices such as
Agriculture Office of Semarang Regency, Central Java Health Service, Central Java
Industry and Trade Office and Cooperative and Small Medium Enterprises (UKM)
Central Java.
x
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii PERNYATAAN ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v PRAKATA ................................................................................................... vi SARI ............................................................................................................. viii ABSTRACT ................................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
E. Batasan Istilah ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR .......... 10
A. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ........................................... 10
B. Landasan Teoritik.................................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 30
A. Dasar Penelitian ..................................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 31
C. Fokus Penelitian ..................................................................................... 31
D. Sumber Data Penelitian.......................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
F. Validitas Data......................................................................................... 45
G. Teknik Analisis Data.............................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 52
A. Gambaran Umum ................................................................................... 52
1. Kondisi Geografi Desa Asinan ......................................................... 52
2. Kondisi Demografis Desa Asinan .................................................... 54
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Asinan ............................ 58
xi
xi
4. Karakteristik Pertanian Desa Asinan ............................................... 60
5. Profil Program Integrated Ecofarming Desa Asinan ....................... 65
B. Pelaksanaan Program Integrated Ecofarming di Desa Asinan ............... 69
1. Focus Group Discussion (FGD) ........................................................ 69
2. Sosialisasi Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Pertanian Padi
Organik .............................................................................................. 71
3. Pemberian Bantuan dari Bank Indonesia Wilayah Jawa Tengah...... 74
4. Implementasi Program Integrated Ecofarming ................................ 77
C. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Integrated Ecofarming di Desa
Asinan ..................................................................................................... 91
1. Pola Pemanfaatan dan Penguasaan Lahan ....................................... 92
2. Kondisi Musim ................................................................................. 93
3. Kurangnya Pasokan Pupuk Organik ................................................ 93
4. Kebiasaan Petani .............................................................................. 94
5. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pertanian .................................. 95
6. Pemasaran Produk ............................................................................ 98
D. Partisipasi Masyarakat Desa Asinan dalam Kegiatan Program Integrated Ecofarming .............................................................................................. 100
1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan .................... 100
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Integrated Ecofarming ....................................................................................... 101
3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Manfaat ....................... 102
4. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi ............................................. 103
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 106
A. Simpulan ................................................................................................ 106
B. Saran ..................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 109
LAMPIRAN ................................................................................................. 112
xii
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tahap Pelaksanaan Program Partisipasi ......................................... 24
Tabel 2. Daftar Informan Utama ................................................................... 33
Tabel 3. Daftar Informan Pendukung............................................................ 36
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Umur ................................................... 54
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Desa Asinan .................................................... 55
Tabel 6. Mata Pencaharian Desa Asinan....................................................... 57
xiii
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 26
Bagan 2. Komponen dalam Analisis Data ................................................... 49
Bagan 3. Piramida Teknik Analisis Longwe ............................................... 51
Bagan 4. Siklus Keterkaitan Pertanian dan Peternakan ................................ 65
Bagan 5. Bagan Stakeholder kemitraan integrated ecofarming.................... 67
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gapura Masuk ke Desa Asinan .................................................. 53
Gambar 2. Interaksi Sosial Masyarakat Desa Asinan .................................. 58
Gambar 3. Pupuk Kimia .............................................................................. 60
Gambar 4. Pupuk Organik ........................................................................... 61
Gambar 5 Saluran Irigasi ............................................................................. 62 Gambar 6. Sawah dekat Rawa Pening ......................................................... 63
Gambar 7. Tanah Milik Pemerintah Asinan ............................................... 66
Gambar 8. FGD Kepala Desa Asinan dan Perwakilan dari BI ................... 70
Gambar 9. Sosialisasi Pertanian Organik dan Pupuk Organik ..................... 72
Gambar 10. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik ....................................... 73
Gambar 11.Ricemill Mesin Untuk Menggiling Padi .................................... 75
Gambar 12.Gudang Untuk Menyimpan Padi................................................ 76
Gambar 13. Studi Banding ke Perusahaan Ricemill..................................... 76
Gambar 14. Pupuk Organik Untuk Memupuk Padi Organik ....................... 78
Gambar 15. Produk Beras Organik Lesung Pulen ....................................... 79
Gambar 16. Perubahan Produk dari Beras Organik ke Beras Sehat ............ 81
Gambar 17. Tanah Diluku ............................................................................ 83
Gambar 18. Tanah Digaru ........................................................................... 84
Gambar 19. Lahan Sawah digaris Sebelum Tanam ..................................... 84
Gambar 20. Persemaian Padi Umur 14 Hari ................................................ 86 Gambar 21. Penanaman Padi ....................................................................... 87
Gambar 22. Pemanenan Padi ....................................................................... 89
Gambar 23. Kandang Sapi Milik Kelompok Rukun Santosa ...................... 90
Gambar 24. Pupuk Microbacter Alfafa (MA-11) ........................................ 94
Gambar 25. Saung di Sekitar Sawah yang Roboh ....................................... 96
Gambar 26. Gudang Penyimpanan Padi Terlihat Jarang dibersihkan ......... 96
Gambar 27. Embung Untuk Filter Air yang Terlihat Keruh........................ 97
Gambar 28. Evaluasi Program Integrated Ecofarming di Saung .................. 103
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................ 113
Lampiran 2. Pedoman Observasi ................................................................. 114
Lampiran 3. Pedoman Wawancara .............................................................. 115
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 121
Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian ............................................................ 122
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 123
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat desa merupakan kesatuan masyarakat yang tinggal bersama
bersifat homogen, sistem kekeluargaannya sangat kuat, dan hidupnya
menggantungkan pada alam. Sebagian besar masyarakat desa hidup dari hasil
pertanian dan bermata pencaharian sebagai petani. Tingkat kesejahteraan
masyarakat desa tergolong masih rendah. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan
masih banyaknya potensi desa yang belum dikembangkan secara optimal,
sumber daya alam tidak dijaga kelestariannya dan rusaknya lingkungan sekitar,
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tingkat pendidikan, terbatasnya
infrastruktur yang mendukung pengembangan desa dan belum optimalnya
fungsi kelembagaan masyarakat yang ada di desa.
Kondisi di pedesaan masih banyak terdapat sawah-sawah yang
terhampar luas. Namun sawah-sawah tersebut dikerjakan oleh petani yang
sudah berusia tua, dan sedikit usia muda yang mengerjakan sawah dan bekerja
sebagai petani. Berkurangnya minat para pemuda dalam bidang pertanian,
dapat disebabkan adanya anggapan bahwa pekerjaan dibidang pertanian
bukanlah suatu pekerjaan yang bergengsi. Sehingga dalam pikiran para
pemuda muncul anggapan kalau tetap di bidang pertanian akan selalu
ketinggalan zaman (Fatimah, 2009).
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berdaya, dibutuhkan
adanya program pemberdayaan masyarakat yang nantinya didukung dengan
1
2
2
kesadaran kritis dan masyarakat yang partisipatif. Model pendekatan
masyarakat dapat dilakukan dengan pola pola top down digeser menjadi pola
bottom up yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku aktif dalam
pembangunan. Pendekatan ini dikenal dengan pembangunan manusia yang
dilaksanakan secara sinergis dari berbagai stakeholder yakni pemerintah,
swasta dan masyarakat. Gagasan ini sesungguhnya merupakan gagasan
pembangunan alternatif yang mencoba menjembatani antara kepentingan
pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dari pihak swasta juga
diharapkan memiliki kepedulian sosial lewat program-program yang mereka
tawarkan (Luthfi, 2013).
Pembinaan dan pengembangan desa juga dibutuhkan agar masyarakat
menjadi mandiri dan sejahtera yang nantinya akan membantu menyelesaikan
permasalahan yang ada di desa. Model pengembangan desa dapat disesuaikan
dengan potensi, masalah, dan kebutuhan pada desa tersebut. Model
pengembangan desa yang inovatif mensyaratkan pentingnya komunikasi dan
peran tidak hanya penyelenggara pemerintahan di tingkat desa (Kades dan
Badan Permusyawaratan Desa), tetapi juga elemen masyarakat lain khususnya
pemuda dan kelompok UKM yang mendominasi kegiatan perekonomian.
Peran stakeholder lain yang sama pentingnya adalah sinergitas antar Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab, dan peran perguruan
tinggi dalam bentuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Jati, 2013).
Model pembangunan desa inovatif merupakan proses yang
mengutamakan sinkronisasi antar sektor dan antar pelaku serta
3
3
mengedepankan inovasi dalam berbagai bidang sebagai tekniknya. Prasyarat
pembangunan desa inovatif adalah teridentifikasinya potensi sumberdaya dan
arah pembangunan serta menumbuhkan inovasi sebagai teknik pembangunan
dan peranan yang perlu dilakukan oleh masing-masing pihak terkait dalam
pembangunan desa seperti: a). Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten
harus konsisten dan terarah dalam merumuskan arah kebijakan, b). Pemerintah
desa melakukan identifikasi potensi dan menentukan arah kebijakan, c).
Masyarakat desa dan lembaga kemasyarakatan desa berpartisipasi dan
melakukan pengawasan, d). Akademisi memberikan masukan iptek dan
pendampingan, e). Pelaku usaha melakukan investasi dan kerjasama
(Suharyanto & Arif Sofianto, 2012).
Salah satu model pengembangan desa dapat melalui program pertanian
terpadu (integrated farming) yaitu sistem pengelolaan (usaha) yang
memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam
suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan, suatu sistem pengelolaan
tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan
suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan
luar (Preston, 2000).
Desa yang menerapkan program integrated farming salah satu
diantaranya Desa Soronalan tepatnya di Dusun Pending Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang. Pada daerah tersebut memiliki potensi pertanian dan
peternakan yang unggul dan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani
dan peternak. Program integrated farming yang diterapkan di Dusun Pending
4
4
dikembangkan oleh empat mahasiswa program program studi ilmu dan industri
peternakan UGM yang tergabung dalam tim PKM E-Live. Masyarakat Dusun
Punding diberikan sosialisasi pembuatan pupuk organik, pestisida organik, dan
kebun sayur. Untuk mempertahankan keberlanjutan program integrated
farming dibentuk kelompok tani dan ternak yang diberi nama“Pendekar”.
Selain Dusun Pending yang menerapkan integrated farming,
Kecamatan Mowewe juga memiliki program pembentukan kawasan
agrowisata dibidang pengelolaan pertanian berbasis integrated farming system.
Metode yang digunakan agar program tersebut berkelanjutan yaitu dengan
pembentukan kelompok tani dan kelompok ternak, rekonstruksi dan
optimalisasi karang taruna. Upaya pembangunan masyarakat yang pokok dan
menjadi perhatian dalam pemberdayaan masyarakat desa adalah pengelolaan
potensi sumber daya alam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan
menciptakan kawasan agrowisata yang berintegrasi dengan program pertanian
terpadu yang ramah lingkungan. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui
besarnya sumber daya alam yang dimiliki sehingga mereka mampu
mengelolanya dengan baik dan meningkatkan perekonomian masyarakat
(Zakariah, 2016).
Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang mempunyai
potensi alam berupa lahan pertanian yang luas dan dekat dengan Rawa Pening.
Sebagian besar lahan sawah adalah pemerintah Desa Asinan, sehingga para
petani bekerja sebagai penggarap. Mata pencaharian masyarakat Asinan rata-
rata adalah sebagai buruh tani dan petani penggarap. Di Desa Asinan petani
5
5
penggarap tidak memiliki kedaulatan pangan, karena mereka tidak menikmati
padi yang ditanam dan hasil panennya sendiri. Petani menjual langsung kepada
penebas dalam bentuk gabah basah yang masih ada disawah.
Dalam rangka mengembangkan pertanian di Desa Asinan dan ingin
mengembalikan kondisi lahan sawah yang tercemar oleh bahan-bahan kimia,
Bank Indonesia Jawa Tengah sebagai community development mempunyai
program integrated ecofarming untuk diterapkan di Desa Asinan. Tujuan dari
program integrated ecofarming yaitu menggabungkan pertanian dengan
peternakan dan untuk memperbaiki tanah pada lahan sawah yang terkena
residu kimia, perbaikan pada lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas hasil
panen yang sehat terbebas dari kimia. Kemudian dibentuklah sebuah kelompok
tani yang diberi nama “Konco Tani Organik”.
Program integrated ecofarming sebuah program pertanian baru yang
belum semua desa menerapkannya. Kemunculan program ini membuat
masyarakat Desa Asinan tidak begitu bersemangat menjalankannya
dikarenakan masyarakat yang belum terbiasa menggunakan pupuk organik dan
belum secara nyata melihat hasil panen dari pupuk organik. Melainkan
sebagian besar masyarakat Desa Asinan sudah terbiasa menggunakan pupuk
anorganik.
Setelah melalui pendekatan dengan para petani dan peternak kemudian
diberikan fasilitas untuk menunjang pertanian dari Bank Indonesia baik dari
segi pelatihan padi organik dan pelatihan pupuk organik serta bantuan alat-alat
pertanian, namun setelah selesai pemberian bantuan dan pendampingan dari
6
6
Bank Indonesia petani beralih menggunakan pupuk anorganik lagi karena
berbagai faktor. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengkaji mengenai “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Integrated
Ecofarming (Studi kasus di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan program integrated ecofarming di Desa
Asinan?
2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam melaksanakan kegiatan integrated
ecofarming di Desa Asinan?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat Desa Asinan dalam kegiatan program
integrated ecofarming?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program integrated ecofarming
di Desa Asinan.
2. Untuk mengetahui hambatan dalam melaksanakan kegiatan integrated
ecofarming di Desa Asinan.
3. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat Desa Asinan dalam kegiatan
program integrated ecofarming.
7
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang Sosiologi dan
Antropologi khususnya pada bidang sosiologi pedesaan kajian mengenai
partisipasi masyarakat dalam program kegiatan integrated ecofarming.
b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang sejenis atau
sebagai bahan pengembangan yang akan dilakukan penelitian
selanjutnya.
c. Dapat menjadi bahan referensi bagi mata pelajaran sosiologi SMA kelas
XII materi pokok kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, diharapkan dapat dijadikan sarana aktualisasi diri untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuan selama diperkuliahan.
b. Bagi Akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur
tambahan untuk akademisi dalam upaya mengembangkan masyarakat
dengan program kegiatan integrated ecofarming.
c. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi dan
gambaran dalam pelaksanaan program kegiatan integrated ecofarming.
E. Batasan Istilah
Batasan istilah bertujuan untuk membatasi istilah-istilah dalam judul
penelitian, agar tidak terjadi kekaburan dan kesalahpahaman dalam
mengartikan permasalahan yang diangkat, sehingga membantu pembaca dalam
memahami isi dari penelitian. Adapun batasan istilah adalah sebagai berikut:
8
8
1. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Ife (dalam Alfitri,2011:22) Pemberdayaan berasal dari
bahasa inggris empowerment, yang secara harfiah bisa diartikan sebagai
“pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan
kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung. Empowerment aims
to increase the power of dis-advantaged.
Pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
pemberdayaan masyarakat yang ditujukan masyarakat Asinan agar
berkembang dan mandiri melalui program kegiatan integrated
ecofarming.
2. Partisipasi Masyarakat
Menurut Khadiyanto (2007:67), partisipasi masyarakat yaitu
keikutsertaan/pelibatan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan
pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
serta mampu untuk meningkatkan kemauan untuk menanggapi, baik
secara langsung maupun tidak langsung sejak dari gagasan, perumusan,
kebijaksanaan hingga pelaksanaan program.
Menurut Pidarta (1990:53), partisipasi adalah pelibatan seseorang
atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan mental dan emosi
dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
menyokong kepada pencapaian tujuan pada kelompok tersebut dan ikut
bertanggung jawab.
9
9
Partisipasi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
partisipasi masyarakat Desa Asinan yang ikut berperan serta dan terlibat
didalam mengembangkan Desa Asinan sebagai desa binaan melalui
program kegiatan integrated ecofarming.
3. Integrated Ecofarming
Menurut Nurcholis dan Supangkat ( 2011), pertanian terpadu adalah
sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti
tanaman, hewan dan ikan dalam suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain
menyatakan, adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan
ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang
optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar (Preston,
2000).
Integrated ecofarming pada penelitian ini yaitu integrated
ecofarming yang berbasis pada bahan organik baik dari pupuk organik
yaitu pupuk kandang dan MA-11 yang dipacu oleh bakteri dari akar
tanaman alfaafa yang dapat diterapkan ke dalam semua sektor kegiatan
pertanian yang dikembangkan oleh PKBM Anugrah Bangsa. Menurut
Nugroho Widiasmadi (Ketua yayasan PKBM Anugrah Bangsa) kegiatan
integrated ecofarming akan menjadi murah dan cepat jika dilakukan
dengan cara terpadu/terintegrasi. Dalam kegiatan ini menggambarkan
suatu usaha yang terpadu dimulai dari seorang peternak yang
menghasilkan pupuk, pakan, energi dan usaha perbaikan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Pustaka (Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan)
Penulis memilih beberapa hasil penelitian sebagai tinjauan pustaka yang
dapat menjadi referensi penulis. Berikut ini penelitian terdahulu:
1) Kajian Pustaka Partisipasi Masyarakat
Hasil penelitian oleh Nurpeni (2015) dengan judul “Partisipasi
Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Ekowisata”.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sei Mempura, Kabupaten Siak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif kemudian mengkajinya secara kuantitatif dalam
bentuk persentase, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala
Keluarga yang ada di Kelurahan Mempura dengan menggunakan teknik
sample random sampling.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Sei
Mempura berupa partisipasi pemikiran, partisipasi tenaga, partisipasi harta
benda, dan partisipasi ketrampilan. Diketahui sebanyak 15 responden atau
41,67 % memberikan tanggapan kurang baik yang menunjukkan indikator
paling dominan adalah buah pikiran, sebanyak tanggapan 19 responden atau
52,77%. Selanjutnya 12 responden atau 33,33% menyatakan cukup baik
dengan indikator yang paling dominan yaitu tenaga sebanyak 14 responden
atau 38,89%. Sebanyak 9 responden atau 25,00% menyatakan baik dengan
10
11
indikator yang dominan yaitu tenaga sebanyak 12 responden atau 33,33%.
Partisipasi masyarakat pengembangan kawasan ekowisata di Sei Mempura
masih kurang baik, sehingga semua pihak terkait harus saling mendukung dan
memberikan pengertian agar program pengembangan ekowisata dapat berjalan
sesuai harapan.
Hasil penelitian oleh Rizal dan Rahayu (2015) dengan judul “Tingkat
partisipasi petani dalam kelompok tani padi sawah untuk mendukung Program
M-P3MI di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur”. Penelitian ini dilaksanakan
pada empat kelompok tani padi sawah di Kabupaten Paser, provinsi
Kalimantan Timur. Metode penelitian menggunakan kualitatif, untuk
mengetahui tingkat partisipasi petani diakukan kepada responden dengan
memberikan skor/nilai pada responden berkisar 1-3. Nilai tersebut dijumlahkan
kemudian dihitung rata-rata untuk menentukan tingkat partisipasi responden
dalam kelompok tani. Responden dengan nilai diatas rata-rata menunjukkan
tingkat partisipasi tinggi dan sebaliknya jika nilai dibawah rata-rata
menunjukkan tingkat partisipasi rendah. Jenis data penelitian ini terdiri dari
data primer dan sekunder serta pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan pencatatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam
kelompok tani padi sawah pada komponen kesadaran tergolong tinggi, karena
dari 40 orang petani sebanyak 85% menyatakan masuk sebagai anggota
kelompok tani padi sawah berdasarkan kesadaran sendiri, pada komponen
keterlibatan sebanyak 62,50%, dan pada komponen manfaat sebanyak 100%.
12
Sehingga dengan partisipasi petani dalam program Model Pengembangan
Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi Pertanian (M-P3MI) dapat meningkatkan
kemampuan petani dalam sistem usahatani, meningkatkan kesejahteraan petani
serta nilai tambah dan daya saing produksi usahataninya secara berkelanjutan
di Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil Penelitian oleh Sidu (2015) dengan judul “Analysis Development
of Society Participation in Fores Area of Papantiri Sub-Province of Muna”.
Penelitian ini mengenai analisis perkembangan partisipasi masyarakat
dikawasan hutan Papantri Kecamatan Muna. Penelitian menggunakan metode
analisis deskriptif dengan menggunakan teknik persepsi, wawancara,
dokumentasi dan Focus Group Discussion (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang
tinggal di hutan Papantiri tinggi, hal ini terbukti dengan tingkat peran dan
masyarakat yang melakukan kegiatan secara kolektif untuk kebaikan koreksi
dan penyelesaian pada lokasi pemukiman dan juga kegiatan sosial. Partisipasi
masyarakat Gunung Papantri dalam mengatur daerah dapat dikembangkan
sebagai partisipasi modal dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Model
pengelolaan hutan yang dirumuskan oleh masyarakat mewakili hasil dilakukan
perencanaan tanpa ikatan pemerintah. Manajemen dilakukan saat ini hanya
terbatas untuk menanam tanaman musim seperti jagung, sayuran dan umbi-
umbian dan beberapa diantaranya adalah penanaman tanaman perkebunan
seperti pisang, kakao, tanaman, buah-buahan dan kelapa, berbeda dengan
perencanaan yang dilakukan didalamnya mencakup pengemukaan beberapa
13
daerah menggunakan pola agro kehutanan tanaman kayu. Alasan masyarakat
dalam pengembangan tanaman musim di hutan kawasan Papantiri tidak ada
perjanjian legitimasi yang menangani masalah hutan Papantiri tidak ada status
daerah. Sehingga ketika pemerintah memberikan program yang terkait untuk
mengembalikan fungsi hutan seperti program reboisasi, masyarakat malu
untuk melakukan penanaman.
Persamaan dari beberapa penelitian yaitu ada yang meneliti tentang
partisipasi masyarakat. Sedangkan perbedaannya pada penelitian oleh Nurpeni
(2015) yaitu partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kawasan
ekowisata yang berupa partisipasi pemikiran, partisipasi tenaga, partisipasi
masyarakat harta benda, dan partisipasi ketrampilan. Penelitian yang dilakukan
oleh Rizal dan Rahayu (2015) yaitu mengenai partisipasi petani dalam
kelompok tani padi sawah untuk mendukung program Model Pengembangan
Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi Pertanian (M-P3MI). Penelitian oleh Sidu
(2015) tentang pengembangan partisipasi masyarakat yang tinggal di hutan
papantri dengan pengelolaan hutan berbasis masyarakat tanpa ikatan
pemerintah.
Dalam penelitan ini penulis memfokuskan pada pelaksanaan kegiatan
integrated ecofarming yang dilakukan di Desa Asinan, hambatan apa yang
masyarakat hadapi dan partisipasi masyarakat dalam program integrated
ecofarming.
14
2) Kajian Pustaka Pemberdayaan Masyarakat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam (2016) dengan judul “Studi
Tentang Pemberdayaan Masyarakat Petani Rumput Laut di Kelurahan Pantai
Amal Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan”. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah
terhadap masyarakat petani rumput laut serta melihat sejauh mana
pemberdayaan terhadap masyarakat petani rumput laut yang sudah dilakukan
Pemerintah. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyrakat petani
rumput laut yang dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan sudah diupayakan, melalui pelatihan, pendanaan, dan pemasaran.
Dinas Kelautan dan Perikanan sudah melakukan upaya di ketiga sisi tersebut.,
namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala dan hambatan.
Dimana pelatihan yang dilakukan tidak secara kontinu dan belum dapat
dirasakan oleh seluruh petani rumput laut, pendanaan sudah cukup baik. Di
segi pemasaran, kurangnya pengawasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
membuat rumput laut yang di pasarkan kurang berkualitas. Belum adanya
KUD dan perusahaan lokal membuat para petani bergantung pada pengumpul.
Hasil penelitian dilakukan oleh Andriyani,dkk (2017) dengan judul
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa
Wisata Penglipuran Bali)”. Penelitian ini bertujuan memahami
berlangsungnya proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa
15
wisata Panglipuran Bali serta implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya
wilayah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses pemberdayaan
masyarakat di Desa Wisata Penglipuran Bali berlangsung dalam tiga tahap
yaitu tahap penyadaran, pengkapasitasan dan pemberian daya. Bentuk-bentuk
pemberdayaan masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat dari mulai
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun kendala –kendala dalam
pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan usaha mempertahankan budaya
dan adat istiadat dari arus modernisasi, sikap masyarakat, terbatasnya sumber
daya manusia dan ketersediaan akomodasi wisata serta kurangnya kegiatan
promosi.
Persamaan dari kedua penelitian yaitu ada yang meneliti tentang
pemberdayaan masyarakat. Sedangkan perbedaannya pada penelitian oleh
Imam (2016) yaitu pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap
masyarakat petani rumput laut. Penelitian yang dilakukan olehAndriyani
(2017) yaitu mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa
wisata Panglipuran Bali serta implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya.
3) Kajian Pustaka Pertanian Organik/Integrated Ecofarming
Hasil penelitian oleh Rusiyah, dkk (2012) dengan judul “Studi
Pengembangan Pertanian Padi Sawah Organik Berdasarkan Kesesuaian
Lahan dan Potensi Pupuk Organik Dari Limbah Pertanian Di Kecamatan
Temon Kabupaten Kulon Progo”. Dalam penelitiannya bertujuan untuk
16
mengkaji tingkat kesesuaian lahan, potensi pupuk organik dari limbah
pertanian, karakteristik sosial ekonomi petani, dan strategi pengembangan
pertanian padi sawah organik. Metode penelitian ini menggunakan metode
survei. Teknik pengambilan sampel dengan purposive area sampling dan aspek
fisik lahan purposive sampling untuk sampel petani.
Hasil penelitianya menunjukkan bahwa potensi pupuk organik dari
limbah pertanian pada musim tanam 1 adalah 5.070,05 ton dan pada tanam
musim II adalah 3.595,04 ton, karakteristik sosial ekonomi internal petani
memiliki kekuatan lebih baik dibandingkan karakteristik sosial ekonomi
eksternal petani bagi pengembangan pertanian padi sawah organik di daerah
penelitian. Strategi pengembangan pertanian padi sawah organik di Kecamatan
Temon dapat dilakukan dengan pemberian apresiasi kepada petani yang telah
berhasil mengembangkan pertanian organik, pemerintah perlu membantu
petani dalam mendapatkan sertifikat pertanian organik. Kegiatan sosialisasi
kepada petani, konsumen pedagang, pemerintah daerah, penyuluh, dan institusi
terkait lainnya. Mengintegrasi pembangunan bidang pertanian dan peternakan.
Meningkatkan produksi pertanian organik. Mengusahakan padi varietas lokal.
Petani organik harus menjaga kepercayaan konsumen. Pengembangan melalui
pendidikan dan pelatihan.
Hasil penelitian sejenis dilakukan oleh Fadlina, dkk (2013) dengan
judul“Perencanaan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kajian tentang
Pembangunan Pertanian Organik di Kota Batu)”. Dalam penelitiannya
dijelaskan bahwa pengembangan pertanian organik merupakan perwujudan
17
nyata dari upaya pemerintah Kota Batu, Provinsi Jawa Timur untuk
menerapkan pembangunan pertanian berkelanjutan. Upaya pembangunan tidak
lepas dari perencanaan sebagai proses awal dari pelaksanaan pembangunan.
Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang
digunakan berupa data primer melalui wawancara dan observasi lapangan serta
di dukung denga data sekunder yang diperoleh melalui penelaahan dokumen-
dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan pengembangan
pertanian organik di Kota Batu dengan pendekatan politis,teknokratis,
partisipatif, serta top down dan bottom up planning yang penerapannya
disesuaikan dengan konteks perencanaan. Teknis perencanaan dan pelaksanaan
dilakukan melalui koordinasi antar bidang dan antar anggota panitia pelaksana
teknis. Belum adanya keterpaduan antar sektor yang terkait pada kawasan
pertanian organik di Kota Batu. Stakeholder yang terlibat meliputi unsur
pemerintah, perguruan tinggi, praktisi dan petani. Masih ada stakeholder yang
belum dilibatkan dalam perencanaan. Faktor pendukung diantaranya potensi
SDA, dukungan sosial kemasyarakatan, pendukung lainnya seperti media
massa. Fakktor penghambat meliputi kendala teknis di lapangan dan kendala
administrasi.
Hasil penelitian oleh Nazeerudin (2013) dengan judul “Participatory
model approach for organic agriculture in Karnataka India” Dalam
penelitiannya mendeskripsikan bahwa pertanian organik telah memainkan
peran penting dalam mengubah pola pengembangan pertanian dan terbukti cara
18
yang layak untuk mengurangi degradasi sumber daya alam dan untuk
meningkatkan produksi pertanian yang berkelanjutan. Ini adalah solusi yang
mungkin untuk memenuhi berbagai tujuan keberlanjutan dan pembangunan
berkelanjutan. Metode penelitian dengan purposive sampling dengan petani
diidentifikasi kemudian diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi
kelompok terfokus (FGD) dan pendekatan partisipatif. Petani ini dianggap
sebagai pelopor dan berkembang inovatif model di distrik. Oleh karena itu
diputuskan untuk mengambil analisis mendalam survei pertanian.
Hasil penelitiannya yaitu bahwa sebagian besar petani ini berada di atas
lima puluh tahun usia. Sebagian besar para petani yang dimiliki di bawah tanah
seluas 5 hektar. Proporsi yang tinggi petani organik orang tua dalam kelompok
usia 45-55 dan ini umumnya dianggap sebagai yang paling banyak akal dan
mayoritas dari mereka adalah petani kecil. Lebih lanjut ditemukan bahwa
tanaman yang dihasilkan melalui organik pertanian Kabupaten Tumkur
termasuk padi, kelapa, diikuti oleh jagung, kacang polong sapi, sayur-sayuran,
dan kacang tanah. Sebagian besar petani telah dirancang dan dikembangkan
teknik-teknik yang inovatif pengelolaan tanah, air dan hama. Strategi
pengendalian hama yang bervariasi mulai dari tumpangsari dengan tanaman
penolak untuk penyemprotan jus tanaman yang diekstrak dari tanaman obat
nyamuk.
Hasil penelitian oleh Budiasa dan Ambarawati (2014) dengan judul
“Community Based Agro-Tourism As An Innovative Integrated Farming
System Development Model Towards Sustainable Agriculture And Tourism In
19
Bali”. Penelitian mengenai agrowisata sebuah inovasi sistem pertanian
terintegrasi dengan model berkelanjutan pertanian dan pariwisata di Bali,
menggunakan metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk menganalisis
data deskriptif. Lokasi penelitian di perkebunan agrowisata salak pelaga di
Desa Pelaga, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Data primer dan
sekunder yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam dengan
11 informan kunci.
Hasil dari penelitiannya yaitu Agrowisata perkebunan salak pelaga
dikelola oleh kelompok petani Dukuh Lestari Desa Pelaga Kabupaten
Karangasem adalah contoh dari agrowisata yang berbasis pengembangan
masyarakat. Agrowisata memberikan banyak kontribusi untuk peningkatan
kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Kontribusi antara lain adalah dalam
bentuk penjualan produk-produk pertanian, berbagai souvenir buatan tangan
atau kerajinan tangan yang dijual kepada wisatawan. Agrowista merupakan
kegiatan pertanian inovatif yang berkaitan dengan pariwisata dan pertanian.
Kelompok usaha tani Dukuh Lestari dikembangkan pertama kali oleh LSM
Asta Dewata. Dalam wilayah 123 ha perkebunan salak dikelola oleh 39 petani
yang dirancang sebagai komunitas berbasis agrowisata oeh pemerintah
Kabupaten Karangasem. Peran pemerintah sebagai pemangku kepentingan
untuk membuat kebijakan dan situs rencana dan sebagai regulator. Pemerintah
Provinsi Bali melalui Dinas Pertanian tanaman pangan memberikan kontribusi
dalam mengembangkan sistem pertanian organik di Pelaga.
20
Hasil penelitian selanjutnya oleh Ijun (2015) dengan judul “Sustainable
Organic Farming For Environmental Health: A Social Development Model”.
Dalam penelitiannya memahami fitur dasar pertanian organik di Cianjur The
Paguyuban Pasundan, memahami bagaimana itu pemangku kepentingan
mampu menginternalisasi tantangan pertanian organik pengalaman dalam
masyarakat, menggambarkan dan mengerti bagaimana pemangku kepentingan
dapat menginternalisasi dan diterapkan nilai-nilai manfaat pertanian organik
untuk mendukung kesehatan lingkungan pada pengalaman mereka hidup
dalam masyarakat. Metode penelitian menggunakan kualitatif, mengunakan
teknik triangulasi.
Umumnya, temuan-temuan dari studi mengungkapkan berikut: 1)
PPOFC mulai melihat realitas sebagai dampak dari pertanian modern yang
menunjukkan masalah kesuburan karena tanah yang terkontaminasi oleh residu
bahan kimia pertanian seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Jadi ingin
mengembalikan kesuburan tanah melalui praktek pertanian ramah lingkungan,
2) tantangan pertanian organik pada pengalaman mereka hidup dalam
masyarakat: petani tidak mempertimbangkan kerugian yang mungkin dialami
oleh orang lain sebagai prinsip-prinsip untuk keuntungan telah menjadi sangat
menonjol. Sebagai akibatnya, pembangunan pertanian organik hanya terjebak
ke dalam kegiatan komersial yang akan kritik pendiri, salah satu faktor yang
menyebabkan keterlibatan pemerintah pertanian organik yang diatur adalah
karena bertengkar tentang apa yang disebut produk pertanian organik dan
karena banyak produk nonorganik dijual sebagai produk organik, organik
21
petani mengalami kesulitan dalam menemukan berbasis lokal bibit untuk
pertanian organik, sertifikasi organik pertanian telah berubah, tidak hanya
proses jaminan menjadi komoditas diperdagangkan, 3) manfaat pertanian
organik di dukungan untuk kesehatan lingkungan, pertanian organik
memberikan dampak positif pada kesehatan umum, karena itu tidak
menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, tanah) dengan residu pupuk
kimia dan pestisida kimia sintetis. Selain pertanian organik juga sehat
masyarakat melalui penyediaan produk-produk pertanian bebas dari pestisida
dan pupuk residu kimia.
Persamaan dari beberapa penelitian yaitu sama-sama meneliti mengenai
pertanian dengan bahan organik. Perbedaannya pada penelitian Rusiyah (2012)
mengkaji tingkat kesesuaian lahan, potensi pupuk organik dari limbah
pertanian, karakteristik sosial ekonomi petani, dan strategi pengembangan
pertanian padi sawah organik. Penelitian Fadlina (2013) yaitu perencanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan yang mengembangkan pertanian
organik melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan politis, teknokratis,
partisipatif, top down dan bottom up planning. Penelitian Nazeerudin (2013)
yaitu mengkaji tentang pendekatan model partisipatif untuk pertanian organik
di India. Penelitian oleh Budiasa dan Ambarawati (2014) yaitu masyarakat
yang mengembangkan agrowisata yang inovatif dengan model pengembangan
sistem pertanian terintegrasi dengan pariwisata secara berkelanjutan. Penelitian
Ijun (2015) mengenai model pertanian organik yang berkelanjutan untuk
kesehatan lingkungan. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada
22
pelaksanaan kegiatan integrated ecofarming, hambatan dalam menerapkannya
dan partispasi masyarakat dalam program integrated ecofarming.
B. Landasan/ Kerangka Teoritik
Landasan teori yang digunakan untuk mengalisis permasalahan dalam
penelitian ini yaitu teori pilihan rasional James S. Coleman dan konsep
partisipasi masyarakat.
1) Teori Pilihan Rasional James S.Coleman
Teori ini menjadi populer ketika Coleman mendirikan jurnal Rationality
dan Society pada tahun 1989 yang dimaksudkan untuk menyebarkan pemikiran
yang berasal dari perspektif pilihan rasional. Teori pilihan rasional merupakan
tindakan rasional dari individu atau aktor untuk melakukan suatu tindakan
berdasarkan tujuan tertentu dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan
(prefensi). Teori Pilihan Rasional James S.Coleman Teori pilihan rasional
memusatkan pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai
tujuan dan mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan
tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor juga
dipandang mempunyai pilihan nilai, atau keperluan.
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yaitu aktor dan sumber daya.
Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol
oleh aktor. Keberadaan sumber daya menjadi pengikat yang mengakibatkan
sifat saling membutuhkan diantara keduanya. Sumber daya ialah setiap potensi
yang ada atau bahkan yang dimiliki. Sumber daya tersebut dapat berupa
23
sumber daya alam, yaitu sumber daya yang telah disediakan atau potensi alam
yaitu sumber daya alam yang dan juga sumber daya lainnya.
Aktor ialah seseorang yang melakukan sebuah tindakan. Dalam hal ini
adalah individu yang mampu memanfaatkan sumber daya dengan baik yaitu
aktor. Aktor dianggap sebagai individu yang memiiki tujuan, aktor juga
memiliki suatu pilihan yang bernilai dasar yang digunakan aktor untuk
menentukan pilihan yaitu menggunakan pertimbangan secara mendalam
berdasarkan kesadarannya, selain itu aktor juga mempunyai kekuatan sebagai
upaya untuk menentukan pilihan dan tindakan yang menjadi keinginannya.
Teori pilihan rasional digunakan untuk menganalisa terkait masyarakat
Desa Asinan melaksanaan kegiatan integrated ecofarming serta dalam
hambatannya. Teori pilihan rasional ini menekankan pada dua hal yaitu aktor
dan sumber daya. Aktor disini ialah petani yang memiliki suatu tujuan tertentu
untuk terus menjalankan aktivitasnya sesuai dengan keinginan mereka.
2) Partisipasi Masyarakat
Partisipasi menurut Ife dan Tesoriero (2006:285) merupakan suatu bagian
penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak
orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin
ideal kepemilikan dan proses masyarakat serta proses inklusif yang akan
diwujudkan. Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan
masyarakat digunakan secara umum dan luas. Partisipasi adalah sebuah konsep
sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena diantara
banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM.
24
Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum (2011:61) membedakan
partisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan
keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam
pengambilan pemanfaatan. Keempat, partisipasi dalam evaluasi.
Tabel 1. Tahap Pelaksanaan Program Partisipasi
Tahap Deskripsi 1. Pengambilan
keputusan
Penentuan alternatif dengan masyarakat
untuk menuju sepakat dari berbagai gagasan
yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Pelaksanaan Penggerakkan sumber daya dan dana. Dalam
pelaksanaan merupakan penentu
keberhasilan program yang dilaksanan
3. Pengambilan
manfaat
Partisipasi berkaitan dari kualitas dan
kuantitas hasil pelaksanaan program yang
bisa dicapai.
4. Evaluasi Berkaitan dengan pelaksanaan program
secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan
mengetahui bagaimana pelaksanaan program
berjalan.
Sumber: Merujuk dari Buku Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan oleh Dwiningrum, 2011, hal 63.
Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum (2011:63) menyatakan bahwa
ilmuan dan politikus lebih memberikan perhatian pada jenis partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan partisipasi dalam evaluasi. Sementara para
administrator cenderung memberikan perhatian pada jenis partisipasi dalam
pengambilan manfaat. Hal tersebut memperhatikan adanya latar belakang
disiplin ilmu yang berbeda-beda akan menimbulkan konsep partisipasi yang
berbeda.
Konsep partisipasi ini digunakan untuk menganalisis mengenai
partisipasi masyarakat Desa Asinan dalam kegiatan program integrated
25
ecofarming. Dalam penelitian ini, partisipasi masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang yang
ikut berpartisipasi dalam program kegiatan integrated ecofarming.
C. Kerangka Berfikir
Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2015:91) Kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Jadi
kerangka berfikir adalah sebuah pemahaman yang paling mendasar dan
menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari
keseluruhan dari penelitian yang dilakukan. Skema kerangka berfikir pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
26
Bagan 1. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dimulai dari Desa Asinan
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang yang memiliki potensi alam yang
melimpah khususnya pada bidang pertanian. Terdapat sawah-sawah
terhampar luas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Asinan. Sebagian
besar masyarakat Desa Asinan adalah sebagai buruh tani dan petani
penggarap. Kemudian Bank Indonesia Jawa Tengah menjadikan Desa Asinan
sebagai salah satu klaster desa binaan dan diberikan dana hibah berupa alat-
Desa Asinan
Bank Indonesia
Jawa Tengah
Integrated Ecofarming
Pelaksanaan
kegiatan program
integrated ecofarming
Hambatan dalam
melaksanakan
kegiatan integrated ecofarming
Partisipasi
masyarakat Desa
Asinan dalam
kegiatan program
PKBM Anugrah
Bangsa, Dinas
Pertanian, tanaman
pangan dan holtikultura
Provinsi Jawa Tengah
dan PT BRI ungaran
sebagai mitra.
1. Teori Piihan
Rasional James
S.Coleman
2. Konsep Partisipasi
Masyarakat
27
alat pertanian seperti traktor, ricemill,blower,sprayer dan juga dibangunkan
saung untuk balai pertemuan di sekitar sawah
Dalam rangka pendampingan Desa Asinan sebagai desa binaan, Bank
Indonesia Jawa Tengah bekerja sama dengan PKBM Anugrah Bangsa yang
mempunyai ketrampilan fungsional yaitu integrated ecofarming, Dinas
Pertanian, tanaman pangan dan holtikultura Provinsi Jawa Tengah yang
berperan dalam rangka kebijakan pembangunan pertanian pada pembangunan
sistem dan usaha agribisnis, mengarahkan pada upaya peningkatan produksi
padi organik. PT BRI mendukung program ketahanan pangan dan Energi
(KPPE) pada sektor peternakan dan pertanian organik dan menyalurkan
kredit yang mendukung program sesuai standar kelayakan perbankan.
Program integrated ecofarming yang diterapkan oleh masyarakat Desa
Asinan adalah kegiatan pertanian yang digabungkan dengan peternakan.
Kedua kegiatan yaitu pertanian dan peternakan jika diterapkan dapat saling
menguntungkan seperti halnya dari segi pertanian membutuhkan kotoran
ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada penanaman padi dan
urine dari ternak yang bisa digunakan untuk menyemprot padi. Dari segi
peternakan juga membutuhkan jerami sebagai pakan ternak.
Pelaksanaan program integrated ecofarming dimulai pertama kali
dengan melaksanakan FGD terlebih dahulu bersama Kepala Desa Asinan
untuk menggali informasi terkait peluang hambatan mengenai pertanian di
Desa Asinan, dilakukan pelatihan dan sosialisasi. Kemudian mulai
melaksanakan pertanian padi organik yang terintegrasi dengan peternakan.
28
Pelaksanaan dalam integrated ecofarming dengan bahan organik hanya
berlangsung dari tahun 2014 sampai 2016. Mulai awal 2017 sudah kembali
lagi menggunakan campuran kimia.
Kendala/hambatan dalam program integrated ecofarming yaitu pola
pemanfaatan dan penguasaan lahan di Desa Asinan yaitu dengan sistem maro
antara petani penggarap dengan pemilik sawah asli dan sistem sewa, sehingga
waktu untuk pengerjaan sawahnya tidak terus menerus, waktu sewa rata-rata
kurang lebih selama satu tahun dan akan berpindah ke penggarap sawah
lainnya. Kondisi musim ketika kemarau susah mendapatkan air dan ketika
hujan sawah yang dekat Rawa Pening terendam air sehingga tidak dapat
dilakukan penanaman padi. Kurangnya pasokan pupuk organik, dan pupuk
MA-11 tidak dipasarkan secara umum akhirnya petani beralih ke pupuk kimia
yang lebih praktis dan terjangkau di pasaran. Kebiasaan petani yang
menggunakan bahan kimia susah untuk dirubah maindsetnya. Pemanfaatan
sarana dan prasarana dari Bank Indonesia yang kurang dimanfaatkan.
Pemasaran beras organik lesung pulen rawa pening juga agak sulit karena
terkendala belum bersertifikat.
Para petani mempunyai pilihan dalam pelaksanaan pertaniannya
sekarang mulai kembali ke pertanian konvensial(kimia) yang dianalisis
menggunakan teori pilihan rasional James S. Coleman. Peran serta
masyarakat sangat dibutuhkan dalam program kegiatan integrated
ecofarming ini. Karena dengan partisipasi masyarakat akan menentukan
berjalan atau tidaknya program tersebut. Pada awalnya masyarakat Desa
29
Asinan kurang begitu antusias dengan adanya pertanian dengan berbahan
organik karena petani di Desa Asinan yang sudah terbiasa memakai kimia,
dan mereka tidak terlalu yakin ketika belum lihat secara langsung hasilnya
dari pertanian yang menggunakan bahan organik. Dengan berbagai
pertimbangan dan pendekatan dengan para petani akhirnya sebagian dari
petani di Desa Asinan mencobanya. Untuk menganalisis partisipasi
masyarakat penulis menggunakan konsep partisipasi masyarakat dari mulai
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengambilan
manfaat dan evaluasi program integrated ecofarming.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Dalam pelaksanaan program integrated ecofarming di Desa Asinan dapat
dikatakan bahwa program tersebut gagal karena tidak berkelanjutan. Kegiatan
integrated ecofarming berjalan selama dua tahun dan para petani pada saat ini
kembali menggunakan pupuk anorganik. Program integrated ecofarming di Desa
Asinan pada tahap pemasaran belum dimaksimalkan dan belum adanya kesadaran
kritis dari masyarakat.
2. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan program integrated ecofarming
antara lain pola pemanfaatan dan pengusaan lahan para petani di Desa Asinan
menggunakan sistem maro dan sistem sewa. Pada musim kemarau kekurangan air
sedangkan pada musim hujan sawah di dekat Rawa Pening terendam air sehingga
tidak dapat ditanami padi. Kurangnya pasokan pupuk organik, kebiasaan petani
dan maindset petani yang tidak mudah dirubah karena terbiasa menggunakan
pupuk anorganik. Sarana dan prasarana yang kurang dimaksimalkan. Pemasaran
produk yang susah karena beras belum tersertifikasi organik. Terkait dengan teori
pilihan rasional James S. Coleman, petani mempunyai pilihan untuk
melaksanakan pertanian, karena dalam pelaksanaan integrated ecofarming
terdapat beberapa hambatan yang membuat petani pada saat ini memilih pilihan
untuk kembali dengan pertanian kimia kembali.
106
107
3. Partisipasi masyarakat dalam program integrated ecofarming dilihat dari
partisipasi pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, pengambilan
manfaat, partisipasi dalam evaluasi serta dalam analisis Longwe partisipasi
masyarakat Desa Asinan termasuk ke dalam kriteria kesejahteraan .
B. Saran
Saran yang dapat penulis ajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pemberdayaan pada program integrated ecofarming yang menggunakan model
top down perlu adanya sikap kesadaran kritis dari masyarakat dan juga dibutuhkan
sinergi antar stakeholder agar program tersebut dapat berkelanjutan.
2. Untuk Pemerintah Desa Asinan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Semarang untuk memberikan edukasi pertanian kepada generasi muda melalui
karang taruna yang ada di Desa Asinan secara intensif dan memberikan
pendampingan kelompok tani organik yang dilakukan secara konsisten dan
berkelanjutan agar kelompok tani tersebut bisa digerakkan lagi dan aktif kembali.
3. Pemerintah Desa Asinan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah
untuk membuat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) pada produk beras yang
ada di Asinan agar dapat dipasarkan pada masyarakat umum.
4. Pemerintah Desa Asinan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan ijin dan membantu
mendistribusikan produk beras dari Desa Asinan yang sudah mempunyai merk
lesung pulen rawa pening.
108
5. Pemerintah Desa Asinan bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah untuk melakukan pendampingan dan pelatihan dalam berkoperasi
dengan baik dan dapat mengembangkan usaha dari produk beras Desa Asinan.
109
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Andriyani, dkk. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa
Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali). Journal Ketahanan Nasional. Vol
23, No.1.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. 2016. Kecamatan Bawen dalam Angka 2016. Semarang: Badan Pusat Statistik.
Budiasa, I Wayan dan Ambarawati. 2014. Community Based Agro-Tourism As An
Innovative Integrated Farming System Development Model Towards
Sustainable Agriculture And Tourism In Bali. Journal International Society for Southcast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS). Vol.20, No.1, hal 29-
40.
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fadlina, dkk. 2013. Perencanaan Pembangunan Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan (Kajian Tentang Pengembangan Pertanian Organik Di Kota
Batu). Jurnal pembangunan dan alam lestari. Vol.4, No.1.
Fatimah, Nurul dan Eli Kismini. 2009. KOPSERINDO (Koperasi Serat Rami
Indonesia) Sebuah Industri Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Kasus
di Desa Pecekelan Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo). Jurnal Forum Ilmu Sosial. Vol 36, No 1.
Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. Konsep Dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2006. Community Development. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ijun. 2015. Sustainable Organic Farming For Environmental Health: A social
Development Model. International Journal Of Scientific and Technology Reach. Vol. 4, No.05.
Imam. 2016. Studi Tentang Pemberdayaan Masyarakat Petani Rumput Laut di
Kelurahan Pantai Amal Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol 4, No.1.
Jati, Dian Purnomo, dkk. 2013. Model Pengembangan Desa Inovatif Desa Kalisari
Kabupaten Banyumas. Journal&Proceeding Feb UNSOED. Vol.3, No.1.
110
Khadiyanto, Parfi. 2007.Partisipasi Mayarakat dalam Pembangunan Unit Sekolah Baru. Semarang: Universitas Diponegoro.
Luthfi, Asma. 2013. Problematika Pembentukan Kesadaran Kritis pada PNPM-
Mandiri Perkotaan (Studi Kasus di Kelurahan Sekaran, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang). Jurnal Forum Ilmu Sosial. Vol 40, No 1.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nazeerudin. 2013. Participatory Model Approach or Organic Agriculture in
Karnataka India. International Journal of Development And Sustainability. Vol.2, No.3.
Nurcholis, M dan Supangkat. 2011.'Pengembangan Integrated Farming System
Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian'. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Budidaya Pertanian, Bengkulu, 7 Juli.
Nurpeni. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan Ekowisata. Jurnal Politik. Vol. 11, No. 01.
Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage
Publications.
Peraturan Menteri Peraturan No.64/Permentan/OT-140/05/2013 tentang Sistem
Pertanian Organik.
Pidarta, Made. 1990.Perencanaan Pendidikan Partipatoris dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Jakarta Cipta.
Preston, T.R. 2000. Livestock Production from Local Resources in an Integrated
Farming System; a Sustainable Alternative for the Benefit of Small Scale
Farmers and the Environment. Workshop-seminar "Making better use of
local feed resources" SAREC-UAF, January.
Ritzer, George. 2007. Teori Sosiologi Modern (Edisi Keenam). Jakarta: Kencana.
Rizal, Muhammad dan Rahayu. 2015. Tingkat partisipasi petani dalam kelompok
tani padi sawah untuk mendukung program M-P3MI di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur. Seminar Nasional Masyarakat Biodiv Indonesia. Vol 1,
No 2, hal 352-357.
Rusiyah,dkk. 2012. Studi Pengembangan Pertanian Padi Sawah Organik
Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Potensi Pupuk Organik dari Limbah
Pertanian di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Geografi Indonesia. Vol.26, No.2.
Sidu, Dasmin. 2015. Analysis Development of Society Participation in Forest Area
of Papantiri Sub-Province of Muna. International Jurnal of Science and Research (IJSR). Vol. 5.
111
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, Arif Sofianto. Model Pembangunan Desa Terpadu Inovatif di Jawa
Tengah. Jurnal Bina Praja. Vol.4, No.4, hal 251-260.
Suwarno, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zakariah, Muhamad askari. 2016. Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Desa
Melalui Pengembangan Ekonomi dan Agrowisata Berbasis Integratred Farming System di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur. Jurnal Ilmiah Al Mawaddah. Vol 11,No.1,hal 31-43.
https://ugm.ac.id/id/berita/12229mahasiswa.ugm.mengembangkan.integrated.farm
ing.di.dusun.pending (diakses pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 17:44 WIB)