PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI
LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH POKLILI
DI GRIYA LEMBAH DEPOK – JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Dwi Aryurini
NIM 11140540000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
i
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI
LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH POKLILI
DI GRIYA LEMBAH DEPOK - JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Dwi Aryurini
NIM 11140540000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
v
ABSTRAK
Dwi Aryurini. Pemberdayaan Masyarakat Peduli
Lingkungan Melalui Bank Sampah PokLiLi di Griya
Lembah Depok – Jawa Barat, 2018
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan
oleh Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah Depok.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hambatan
atau faktor pendukung ketika Bank Sampah PokLiLi melakukan
pemberdayaan masyarakat. Serta penelitian dilakukan untuk
mengetahui dampak positif dari pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi.
Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat yaitu
serangkaian kegiatan melibatkan masyarakat untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Dalam penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif
kualitatif, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan
masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi meliputi tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap
perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pemformu-
lasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program atau kegiatan,
tahap evaluasi dan tahap terminasi. Hambatan atau faktor pen-
dukung Bank Sampah PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan
berasal dari internal maupun eksternal. Dampak positif dan
negatif dari pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Bank
Sampah PokLiLi dilihat dari segi lingkungan, ekonomi, sosial
atau aspek skill dan pengetahuan/keilmuan.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos). Shalawat beriring salam semoga
tercurah baginda Rasulullah SAW, yang telah memperjuangkan
agama Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan
tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pem-
bawa syariat bagi seluruh manusia dalam setiap ruang dan waktu
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap
menerima masukan dan kritikan yang membangun demi
perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta introspeksi diri
di masa depan.
Penulisan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu sebagai rasa syukur perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-
karta.
2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D. Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vii
3. Ibu Dr. Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-
karta.
4. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si. Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-
karta.
5. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. dan Bapak Hudri, M.Ag. Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Drs. Yusra Kilun M.Pd. Dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya
untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
yang telah mendidik, memberikan wawasan dan bimbingan
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua Bank Sampah
PokLiLi yang telah meluangkan waktu dan memberikan
informasi yang dibutuhkan penulis untuk melakukan
penelitian.
9. Pengurus Bank Sampah PokLiLi beserta masyarakat di
perumahan Griya Lembah Depok atas informasi, bantuan,
dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan
baik.
viii
10. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan
yang sangat berarti bagi penulis baik itu dari segi moril
maupun materiil.
11. Kedua kakak ku Devi Kusmarrifah S.Pd. dan Harrie Santoso
Yusuf yang telah memberikan bantuan berupa saran dan
arahan selama proses pembuatan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan PMI angkatan 2014. Semoga
ilmu yang didapat bermanfaat dan kita semua menjadi orang
yang sukses di dunia maupun di akhirat.
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu dalam memberikan kontribusi selama penyusunan
skripsi ini. Tidak lupa perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan segala buku-buku rujukannya
sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa terselesaikan.
Depok, 30 Januari 2019
Penulis
Dwi Aryurini
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Karya ....................................................................... iii
Lembar Persetujuan ................................................................................... iv
Lembar Pengesahan .................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................ viii
Daftar Isi.................................................................................................... xi
Daftar Tabel ............................................................................................ xiii
Daftar Gambar ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 12
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 13
1. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 15
2. Analisis Data ............................................................................ 16
3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................... 17
4. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 19
E. Kajian Pustaka ............................................................................... 21
x
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 27
A. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 27
B. Lingkungan .................................................................................... 32
C. Dampak ......................................................................................... 36
BAB III PROFIL LEMBAGA ............................................................... 39
A. Profil Bank Sampah PokLiLi ........................................................ 39
B. Sejarah Bank Sampah PokLiLi ..................................................... 39
C. Latar Belakang Berdirinya Bank Sampah PokLiLi ....................... 42
D. Tujuan Bank Sampah PokLiLi ...................................................... 43
E. Manfaat Bank Sampah PokLiLi .................................................... 44
F. Struktur Kepengurusan Bank Sampah PokLiLi ............................ 45
G. Mekanisme Kerja Bank Sampah PokLiLi ..................................... 47
H. Pembiayaan Operasional Bank Sampah PokLiLi ......................... 49
I. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Sampah PokLiLi ......................... 50
BAB IV TEMUAN PENELITIAN ........................................................ 54
A. Pelaksanaan Bank Sampah ............................................................ 55
B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah ......................... 89
C. Dampak Positif Bank Sampah ....................................................... 97
BAB V ANALISA .................................................................................. 102
A. Proses Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 105
B. Hambatan atau Faktor Pendukung .............................................. 117
C. Dampak Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 122
xi
BAB VI PENUTUP ............................................................................... 126
A. Kesimpulan .................................................................................. 126
B. Saran ............................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 128
LAMPIRAN ........................................................................................... 133
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Timbulan Sampah di Indonesia................................................... 3
Tabel 1.2 Timbulan Sampah di Kota Depok ............................................... 7
Tabel 1.3 Karakteristik Sampah di TPA Cipayung Depok ......................... 8
Tabel 1.4 Tabel Informan .......................................................................... 15
Tabel 1.5 Waktu Penelitian ....................................................................... 20
Tabel 4.1 Anggota Keseluruhan Bank Sampah ........................................ 65
Tabel 4.2 Anggota Mengumpulkan........................................................... 66
Tabel 4.3 Anggota Mengumpulkan dan Menghitung ............................... 68
Tabel 4.5 Anggota mengumpulkan, Menghitung, Daur Ualang ............... 69
Tabel 4.5 Jadwal Penimbangan dan Hasil................................................. 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Bank Sampah .......................................................... 46
Gambar 5.1 Proses Penimbangan dan Penjualan .................................... 115
Gambar 5.2 Proses Pemilahan Sampah ................................................... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lonjakan jumlah penduduk dan semakin banyaknya
penggunaan kantong plastik menjadi pemicu meledaknya
jumlah sampah plastik. Kondisi itu juga diperparah dengan
budaya membuang sampah di sungai atau selokan. Sebagian
besar jumlah sampah konsumsi warga perkotaan yang tidak
mudah terurai, terutama plastik. Hal itu dapat dilihat dalam
kegiatan perekonomian di Indonesia yang menggunakan
plastik sebagai komponen utama. Di sisi lain, lahan untuk
menampung sisa konsumsi terbatas.
Saat ini sudah terlalu banyak daerah yang dijadikan
sebagai TPA atau tempat pembuangan sampah yang
sebenarnya ditujukan untuk memusatkan lokasi pembuangan
sampah, namun pada kenyataannya, pengelolaan sampah
pada tempat-tempat pembuangan sampah tersebut tidak
dilakukan secara maksimal. Adapun gejalanya antara lain
kurangnya kesadaran masyarakat membedakan jenis-jenis
sampah dalam pembuangannya. Ketidakmampuan masyara-
kat dalam membedakan pembuangan sampah menurut jenis
dan macamnya dapat membuat proses penguraian sampah
menjadi terhambat.
Sebenarnya sampah tidak lah salah tetapi yang salah
adalah perbuatan dari manusianya itu sendiri dalam
membuang sampah. Sampah pastinya diakibatkan oleh
2
manusia itu sendiri, perlu diketahui bahwa banyak penyebab
yang diakibatkan dari manusia dalam membuang sampah
ataupun limbah secara sembarangan, yakni di dalam pikiran
sebagian masyarakat pada umumnya menganggap bahwa
membuang sampah sembarangan ini bukanlah hal yang salah
dan wajar untuk dilakukan. Norma dari lingkungan sekitar
seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat
pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor
besar didalam munculnya suatu perilaku. Contohnya,
pengaruh lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya
perilaku membuang sampah sembarangan.
Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa
mudah untuk dilakukan. Jadi, orang tidak akan membuang
sampah sembarangan jika tersedianya banyak tempat
sampah. Tempat yang kotor dan memang sudah banyak
sampahnya. Tempat yang asal mulanya terdapat banyak
sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang
sampah sembarangan diperbolehkan ditempat tersebut. Jadi,
warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di
tempat tersebut.
Selain itu terdapat berbagai hal yang dapat menjadikan
sampah sulit untuk dikelola dengan baik, yakni:
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari
kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami
masalah persampahan.
3
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak
disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang
persampahan.
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi
di segala bidang termasuk bidang persampahan.
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak
benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah,
sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa
penyakit seperti lalat dan tikus.
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan
kembali barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat
dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak,
Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya,
sehingga cepat menjadi sampah.
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat
Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta
formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah
juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan
penggunaan tanah.
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa
daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah.
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk,
karena cuaca yang semakin panas.
10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang
sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.
4
Sebuah kajian dari Universitas Georgia yang telah
dirilis pada tahun 2016 menemukan bahwa lautan di
Indonesia ialah perairan kedua di dunia yang menyimpan
sampah anorganik terbanyak. Lautan yang ada di Indonesia
adalah wilayah laut urutan kedua yang menyimpan sampah
anorganik terbanyak di dunia. Bahkan Indonesia adalah
negara terbesar kedua yang menyumbang sampah anorganik
ke laut setelah negara Tiongkok. Hasil riset menyatakan
bahwa warga Indonesia menyumbang 700 lembar kantong
plastik per orang per tahun terutama di Kota-kota besar yang
menjadi penyebab timbulan sampah anorganik di Indonesia
terus meningkat. Sungai Ciliwung adalah satu sungai tua di
Jakarta yang dipenuhi oleh sampah. Diperkirakan sampah
seluas tujuh lapangan sepak bola dibuang ke sungai Ciliwung
setiap harinya.1
Jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia
yang telah mencapai 175.000 s.d 176.000 ton/hari atau setara
64 juta ton/tahun. Tantangan terbesar pengelolaan sampah
adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah
lingkungan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di
beberapa kota tahun 2012, pola pengelolaan sampah di
Indonesia sebagai berikut: diangkut dan ditimbun di TPA
(69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%),
dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%). Saat ini lebih
1Buletin Cipta Karya, “HPSN 2017 Kelola Sampah dari Sumbernya”,
artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http://ciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/
2017/pdf/1491889968-Buletin%20CK Feb2017.pdf
5
dari 90% Kabupaten/Kota di Indonesia masih menggunakan
sistem open dumping atau bahkan dibakar. Pada saat ini,
upaya pemilahan dan pengolahan sampah masih sangat
minim sebelum akhirnya sampah ditimbun di TPA.2
Tabel 1.1
Timbulan Sampah di Beberapa Kota Metropolitan di Indonesia3
No Kabupaten/
Kota
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Sampah
Ditimbun
TPA
(ton/hari)
Jumlah
Sampah
Tidak
Terkelola
(ton/hari)
Timbulan
Sampah
(Ton/Hari)
1 Bekasi 2.447.930 565.00 85.67 1224.00
2 Jakarta Timur 2.946.106 6500.00 186.00 1.85
3 Makassar 1.469.601 1000.00 425.00 1425.00
4 Jakarta Pusat 1.139.285 1599.63 0.00 2191.51
5 Tangerang 2.093.706 928.07 105.91 1222.72
6 Semarang 1.658.552 850.00 100.00 1270.13
7 Jakarta Utara 1.706.276 1048.96 1.20 1160.11
8 Palembang 1.800.531 750.00 181.28 1080.32
9 Surabaya 3.074.490 1477.00 0.00 2790.89
10 Bandung 2.490.622 1120.00 264.09 1494.57
11 Depok 2.179.813 600.00 528.00 1320.00
12 Jakarta Selatan 2.208.172 1356.98 79.52 1577.73
13 Jakarta Barat 2.530.568 1173.51 0.28 1300.00
Sumber: Data KLH
Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di
Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25 lt/org/hari dan
berdasarkan perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa
produksi sampah per hari per orang 2,65 liter (skala kota)
2Kementerian Lingkungan Hidup, “Rangkaian HLH 2015-Dialog Pe-
nanganan Sampah Plastik.” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari
http://www.menlh.go.id/rangkaian-hlh-2015-penanganan-sampah-plastik/ 3Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem Penge-
lolaan Sampah Nasional,” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http://sipsn.
menlhk.go.id
6
dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari)4 maka pada
tahun 2018 dapat dihitung timbulan sampah total dengan
jumlah penduduk kota Depok adalah 2.179.813 jiwa
diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah 1.320
ton/hari.
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah
rumah tangga, pasar, Komersial/jalan dan Industri/rumah
sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah 1.320
ton/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih
dikelola secara tradisional atau disebut juga Kota Depok
menerapkan sistem operasi Sanitary Landfill dengan cara
pengisian secara maksimal pada trench (parit) yang masih
bisa disesuaikan serta menutupnya dengan cover soil
(menutupi tanah) setinggi 20 cm dengan penutup akhir
setebal 60 cm.
Luas daerah pelayanan sampah di Kota Depok
119,83Km2 sedangkan persentase cakupan daerah pelayanan
sampah sebesar 59,83%. Jadi jumlah sampah yang tertangani
atau dapat ditimbun TPA kurang lebih hanya sekitar
setengahnya saja yaitu 600 ton/hari sedangkan jumlah
sampah yang tidak dapat tertampung di TPA atau tidak
4Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008 (Paket
4),artikel diakses pada 26 2017 dari http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/opac/themes/bappenas4/templateDetail.jsp?id=112733&lokasi=lokal
7
terkelola dengan baik oleh pemerintah Kota Depok sebesar
528 ton/hari.5
Agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa
menjaga lingkungan. Hal tersebut tertuang dalam firman
Allah SWT dalam Q.S Al-A’raaf ayat 56 yang artinya
sebagai berikut :
ا صلحوادعوه ول تفسدوا ف الرض بعد ا
قريب من ة الل ن رحخوفا وطمعا ا
نني ﴿ ﴾٦٥المحس
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.”6
Dari penjelasan ayat tersebut, kita dapat mengambil
pelajaran bahwa sudah seharusnya umat manusia menjaga
kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Sebagaimana
kodrat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini yang
5Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem Infor-
masi Pengelolaan Sampah Nasional,” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari
http://sipsn.menlhk.go.id 6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-A’raf ayat
56, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), h. 158.
8
bertanggung jawab serta berkewajiban memelihara dan
menjaga semua ciptaan Allah SWT. Masalah sampah
sebagian besar menjadi penyebab utama kerusakan
lingkungan di masyarakat yang hampir terabaikan bahkan
sudah menjadi masalah sosial dan umum kita temukan di
kehidupan sehari-hari. Undang-undang No. 18 Tahun 2008
tentang pengelolaan sampah menerangkan bahwa
pengelolaan sampah di Indonesia belum menggunakan
metode dan teknik yang sesuai dengan standar berwawasan
lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif.
Tabel 1.2
Timbulan Sampah di Kota Depok7
Kecamatan M3/hari
Beji 237
Bojong Sari 280
Cilodong 200
Cimanggis 240
Cinere 156
Cipayung 199
Limo 160
Pancoran Mas 239
Sawangan 278
Sukmajaya 238
Tapos 277
Jumlah 2504
Sumber: SSK Kota Depok
7Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kota Depok) Tahun 2015
9
Tabel 1.3
Karakteristik komposisi jenis sampah TPA Cipayung Depok8
No. Komposisi Jenis
Sampah
Persentase
(%)
Periode Penguraian
(Pelapukan) *)
1 Bahan organik 72,97 2 – 7 minggu
2 Kertas 7,07 3 – 6 bulan
3 Kaca/Beling/Gelas 1,25 1 juta tahun
4 Plastik 3,57 > 100 tahun
5 Logam 1,37 > 100 tahun
6 Kayu 3,65 1 – 13 tahun
7 Kain 2,40 6 bulan – 1 tahun
8 Karet 1,24 25 – 43 tahun
9 Lain-Lain 6,38 –
Jumlah 100,00
Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java
ASER, 2001
Kota Depok merupakan daerah yang berbatasan
dengan kota-kota yang pertumbuhan pembangunannya pesat
atau disebut juga dengan kota metropolitan yaitu Kota
Bogor, Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Hal tersebut
merupakan penyebab dari pertumbuhan penduduk yang pesat
diimbangi dengan pola konsumsi masyarakat di Kota Depok
telah berdampak pada bertambahnya volume sampah yang
semakin hari semakin meningkat jumlahnya dan beragam
jenisnya. Kondisi seperti ini diperparah pula dengan pola
pikir dan kebiasaan hidup masyarakat yang hanya membuang
sampah tanpa menerapkan kegiatan 3R yang sudah
dicanangkan oleh pemerintah.
Untuk dapat mengelola sampah secara maksimal dan
efisien maka pengelolaannya haruslah berbasis masyarakat
yaitu masyarakat berperan serta aktif mengelola sampah.
8“Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008 (Pa-
ket 4),” artikel diakses pada 26 Juni 2018 dari
http://perpustakaan.bappenas.go.id
10
Salah satu upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat
adalah dengan mendirikan bank sampah khususnya di daerah
perkotaan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Bank
sampah merupakan cara dan solusi pengendalian sampah
dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-
sama mengelola sampah secara mandiri dan produktif
sehingga tercipta lingkungan bersih, sehat dan asri sekaligus
mendapat manfaat ekonomi langsung dari sampah.
Pengembangan Bank Sampah merupakan kegiatan
bersifat sosial engineering yang mengajarkan masyarakat
untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran
masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus
terus dilakukan dengan inovasi terus menerus dan pada
gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA.
Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum
awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai
memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena
sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi
budaya baru Indonesia.9
Jumlah Bank Sampah di Kota Depok terus bertambah.
Saat ini, tercatat lebih dari 400 bank sampah yang berdiri di
11 Kecamatan se-Kota Depok. Menurut data yang
dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH), dari
9Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,“Inovasi Pengem-
bangan Bank Sampah Sistem On-Line,” artikel diakses pada 29 Juni 2018 dari
http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-bank-sampah-sistem-online-.html
11
gerakan memilah sampah bisa mengurangi volume sampah
di TPA Cipayung sampai 15 persen. Idealnya, harus ada satu
bank sampah dalam satu RT, di mana jumlah RT se Kota
Depok ada sekitar 4500-5000. Baiknya, jumlah bank sampah
sejumlah itu pula. Akan tetapi, saat ini baru ada sekitar 400
bank sampah yang artinya baru sekitar 10 persennya saja.
Namun, dari 10 persen itu ternyata sudah dapat mengurangi
volume sampah secara keseluruhan.10
Bank sampah PokLiLi terletak di RT 3 RW 24
Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.
Tanggal 16 Maret 2008 merupakan awal momentum dari
gagasan terciptanya bank sampah oleh Ibu Djuniawan
Wanitarti. Bermula dari mengelola sampah di rumahnya
sendiri lalu memilah-milah sampah organik dan non-organik.
Kemudian, Ibu Djuni belajar mengolah sampah organik
menjadi kompos dengan teknik kompos takakura. Dari
situlah ia mulai mengajak orang lain untuk melakukan hal
serupa dengan menggunakan dana kas RT untuk membeli
keranjang takakura. Dari kebiasaan ini, warga mulai
mengolah sampahnya sendiri bahkan Ibu Djuni
menyempatkan keliling dan menanyakan seberapa banyak
sampah yang sudah diolah warga. Bagi warga yang memiliki
tabungan sampah paling banyak, Ibu Djuni menyediakan
hadiah pada akhir bulan. Setelah itu, pada tanggal 1 Maret
10Pertamba-
han Jumlah Bank Sampah di Kota Depok, artikel diakses pada 1 Januari 2018
dari https://www.depok.go.id/26/02/2015/01-berita
12
2010 berdirilah Bank Sampah PokLiLi yang diprakarsai oleh
Ibu Djuniawan Wanitarti dan sejumlah tetangganya.
Melalui Bank Sampah PokLiLi, pengolahan sampah
tidak hanya pada sampah organik, tetapi juga berkembang
pada sampah non-organik berupa plastik, kaleng, kain, botol,
dan sejenisnya. Dengan kursus singkat, warga memperoleh
keterampilan mengolah sampah menjadi barang kerajinan
bernilai ekonomi. Bank Sampah PokLiLi (Kelompok Peduli
Lingkungan) berdiri sejak tahun 2008, Bank Sampah ini
telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga
dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya
dan menambah wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana
mengelola sampah yang baik dan benar serta melestarikan
lingkungan tempat tinggal.11
Berdasarkan realitas di atas, penulis akan mengkaji
tentang perspektif pemberdayaan masyarakat melalui Bank
Sampah. Penelitian ini akan dituangkan dalam sebuah skripsi
yang berjudul: “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEDULI LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH
POKLILI DI GRIYA LEMBAH DEPOK”.
11Mengelola Sampah ala Bank Sampah Poklili, artikel diakses pada 1
Januari 2018 dari https://klasika.kompas.id/mengelola-bank-sampah-poklili/
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat peduli
lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi?
2. Apa saja hambatan atau faktor pendukung Bank Sampah
PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan?
3. Bagaimana dampak positif dari pemberdayaan yang
dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat
peduli lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi.
b. Untuk mengetahui hambatan atau faktor pendukung
ketika Bank Sampah PokLiLi melakukan
pemberdayaan.
c. Untuk mengetahui dampak positif dari pemberdayaan
yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi.
2. Kegunaan Penelitian :
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan bagi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam. Memberikan
tambahan pemahaman tentang pemberdayaan
terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat
14
melalui Bank Sampah. Sehingga ilmu pengetahuan
tentang pemberdayaan menjadi luas cakupannya.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif
bagi semua pihak baik masyarakat maupun
pemerintah, dalam mengatasi masalah sampah.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang
perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris,
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara
yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-
cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang
digunakan dalam peneltian itu menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis.12
Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasanya
dimanfaatkan untuk mencari data adalah wawancara,
pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian kualitatif
12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Ban-
dung: CV Alfabeta, 2014), h. 34.
15
dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara
terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,
perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami
objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khususnya yang alamiah memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif ini memudahkan dalam mendeskripsikan beberapa
fakta-fakta, dan hasil yang terdapat di lapangan penelitian.
Jika dilihat dari jenisnya, maka kita dapat
membedakan sumber data yang diperoleh dari penelitian
deskriptif kualitatif sebagai data primer dan data sekunder
adalah sebagai berikut :
a. Data Primer: data ini berupa teks hasil wawancara dan
diperoleh melalui wawancara dengan informan yang
sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat
direkam atau dicatat oleh peneliti.
b. Data Sekunder: data sekunder berupa data-data yang
sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan
cara membaca, melihat atau mendengarkan.13
13Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), h. 209-210.
16
1. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi observasi, wawancara, dan
dokumentasi :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengadakan
penelitian secara teliti, serta pencatatan secara
sistematis.14
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu.15 Jenis wawancara yang
dipilih adalah terstruktur dan tak terstruktur. Adapun
rencana orang-orang yang akan dijadikan informan
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4
Tabel Informan
No Informan Jumlah
1 Ketua Bank Sampah “PokLiLi” 1
2 Pengurus Bank Sampah “PokLiLi” 4
3 Masyarakat 13
Jumlah 18
Sumber: Data olahan sendiri
14Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 143. 15Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 174.
17
c. Studi dokumen
Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada objek
penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa
berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.
Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer,
jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung
mengalami suatu peristiwa; dan dokumen sekunder,
jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang
selanjutnya ditulis oleh orang ini.
2. Analisis Data
Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan
pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam
proyek penelitian.16 Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis
16Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: PT PRASETIA WIDIA
PRATAMA, 2000), h. 87
18
yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga
selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata
hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang
menjadi teori.17
3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan
keandalan (realibilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan
disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri.18
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Menurut Denzin yang terdapat dalam buku Metode
Penelitian Kualitatif: edisi revisi oleh Lexy J. Moleong,
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori.
17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Ban-
dung: CV Alfabeta, 2014), h. 244-245. 18Ibid, h. 321.
19
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan
jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat
biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,
orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton
dikutip oleh Lexy J. Moleong terdapat dua strategi, yaitu:
(1) mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)
mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Teknik triangulasi dengan
penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Triangulasi dengan teori
menurut Lincoln dan Guba dikutip oleh Lexy J. Moleong
berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa
20
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di
pihak lain, Patton dikutip oleh Lexy J. Moleong
berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan
dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival
explanation).19
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain
bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-rechek
temuannya dengan jalan membandingkannya dengan
berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka
peneliti dapat melakukannya dengan jalan :
- Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,
Peneliti membuat pedoman wawancara terlebih dahulu.
Kemudian terjun ke lapangan untuk melakukan wa-
wancara kepada para narasumber terkait. Setelah itu
peneliti membandingkan semua hasil wawancara yang
didapatkan untuk mendaparkan data yang paling akurat
dari hasil kegiatan wawancara.
- Mengeceknya dengan berbagai sumber data,
Peneliti menelaah kembali berbagai sumber data yang
berkaitan dengan penelitian ini, seperti data dokumen
pribadi Bank Sampah PokLiLi, penelitian karya ilimiah
terdahulu, jurnal, artikel dan sumber data lainnya yang
19Ibid, h. 330-332.
21
berkaitan dengan penelitian. Bertujuan agar data
penelitian yang dihasilkan valid.
- Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapat dilakukan.20
Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan beberapa fakta-fakta,
dan hasil yang terdapat di lapangan penelitian.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhitung mulai Juli 2018
sampai dengan November 2018. Lokasi penelitian terletak
di Griya Lembah Depok, JL Tole Iskandar, Blok B1 No.
5, RT. 03/ RW. 24, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan
Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16417.
Sebelum peneliti membuat ke dalam sebuah skripsi,
maka proses penelitian ini dilakukan secara bertahap
mulai dari penyusunan proposal kemudian melakukan
seminar proposal dan pendalaman pustaka. Setelah itu,
peneliti mengajukan surat pengantar bimbingan skripsi
yang selanjutnya mengurai proposal menjadi pembahasan
bab I, menyusun acuan teori, turun ke lapangan atau
mengumpulkan data, analisa data dan membuat laporan
penelitian serta kesimpulan dan saran.
Berikut ini kegiatan disertai jadwal waktu penelitian
pada saat melakukan proses penelitian skripsi :
20Ibid, h. 330-332.
22
Tabel 1.5
Waktu Penelitian
Sumber: Data olahan sendiri
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
1 Penyusunan
proposal
2 Seminar
proposal
3 Pendalaman
pustaka
4
Mengajukan
surat
pengantar
bimbingan
skripsi
5
Mengurai
proposal
menjadi
pembahasan
bab1
6 Menyusun
acuan teori
7
Turun ke
lapangan
atau
mengumpulk
an data
8
Analisa data
dan
membuat
laporan
penelitian
9
Membuat
kesimpulan
dan saran
23
E. Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan
penelusuran beberapa karya penelitian yang berkaitan dengan
penelitian yang akan penulis kaji, salah satu diantaranya
penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat: Studi
Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit
Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan”,
penelitian ini dilakukan oleh Bunga Nur Mawaddah Nasution
(2013), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakulatas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini membahas pemberdayaan masyarakat
melalui partisipasi oleh warga perumahan Bukit Pamulang
Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan dalam pengelolaan
sampah anorganik menjadi barang bernilai ekonomis yang
dilakukan bank sampah melati bersih BPI serta dampak dari
adanya kegiatan pemberdayaan tersebut.21
Kedua, penelitian yang berjudul “Dampak Bank
Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di
Kelurahan Pondok Petir RW: 09) Bojongsari Kota Depok”,
karya tulis ini ditulis oleh Jean Anggraini (2013), jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakulatas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini membahas upaya pemberdayaan masyarakat
21Bunga Nur Mawaddah Nasution, “Pemberdayaan Masyarakat: Studi
Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09
dan 13 Tangerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komu-
nikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013).
24
melalui pengelolaan bank sampah serta dampak program
bank sampah Cempaka II terhadap kesejahteraan masyarakat
pada pelatihan bungkus kopi dan pengelolaan bank sampah
di lingkungan Desa Pondok Petir RT: 02 Bojongsari Kota
Depok.22
Ketiga, penelitian yang berjudul “Faktor yang
Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam
Pemberdayaan Lingkungan Melalui Kegiatan Daur Ulang
Sampah Anorganik (Studi Kasus: Di Villa Inti Persada RT
06, Pamulang Timur, Tangerang Selatan)”, karya tulis ini
ditulis oleh Umu Salamah (2014), jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat berbasis
lingkungan melalui partisipasi ibu rumah tangga dalam
kegiatan daur ulang sampah anorganik pada dimensi ruang
lingkup rumah tangga, pekerjaan domestik, kegiatan sosial.
Terutama bagaimana faktor yang mempengaruhi partisipasi
ibu rumah tangga dalam kegiatan daur ulang sampah
anorganik di daerah Villa Inti Persada RT 06, Pamulang
Timur, Tangerang Selatan.23
22Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat dan Lingkungan Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Ke-
lurahan Pondok Petir RW 09 Bojongsari Kota Depok,” (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013). 23Umu Salamah, “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah
Tangga dalam Pemberdayaan Lingkungan Melalui Kegiatan Daur Ulang Sam-
pah Anorganik Studi Kasus: di Villa Inti Persada RT 06, Pamulang Timur,
Tangerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Uni-
versitas Islam Negeri Jakarta, 2014).
25
Keempat, penelitian yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Bank Sampah Sinar Lestari RW 09
Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta”,
karya tulis ini ditulis oleh Mahbuban MS (2016), jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini
membahas proses pemberdayaan masyarakat melalui Bank
Sampah Sinar Lestari yaitu Tahap Penyadaran, Tahap
Pembekalan Keterampilan, dan Tahap Partisipasi
sedangkan dampak positif adanya bank sampah terdiri dari
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.24
Kelima, penelitian yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengelolaan Bank Sampah Kartini di
Dusun Randugunting RW 02 Desa Tamanmartani
Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman”, karya tulis ini
ditulis oleh Garindra (2016), jurusan Pendidikan Luar
Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta. Penelitian ini membahas pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui Bank Sampah yang
meliputi tiga tahap, yaitu tahap penyadaran, tahap
transformasi kemampuan, dan tahap peningkatan
kemampuan intelektual dan kecakapan-keterampilan dan
juga dampak pemberdayaan masyarakat melalui bank
sampah dilihat dari segi pendidikan, kesehatan maupun
24Mahbuban MS, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Studi pada Bank Sampah Sinar Lestari RW 09 Kelurahan Sorosutan, Kecama-
tan Umbulharjo, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2016).
26
ekonomi serta faktor pendukung dan faktor penghambat
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengelolaan
bank sampah Kartini di Dusun Randugunting Desa
Tamanmartini Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman.25
Persamaan dan perbedaan yang telah dilakukan oleh
sejumlah peneliti dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sama-sama meneliti tentang pemberdayaan
masyarakat melalui bank sampah dimana sasaran dan
pelaksana dari kegiatan program bank sampah tersebut
adalah masyarakat sekitar tempat penelitian, baik itu yang
melibatkan ketua/tokoh masyarakat setempat, ketua/
pengurus bank sampah maupun nasabah/masyarakat sekitar.
Selain itu, semua penelitian skripsi yang dipakai penulis
sebagai acuan sama-sama menggunakan metode deskriptif
kualitatif dalam proses pengumpulan data penelitian.
Persamaan lainnya yaitu teori pemberdayaan merupakan
dasar dari teori yang dipakai untuk semua penelitian tersebut.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
penulis kaji sekarang dapat dilihat dari judul penelitian
terdahulu berbeda dengan penelitian yang dimilki oleh
penulis sekarang. Baik itu dari segi isi maupun tujuan
penelitian tersebut, seperti penelitian yang dilakukan Bunga
Nur Mawaddah Nasution dan Umu Salamah yang sama-sama
berjudul tentang partisipasi yang dilakukan oleh warga dan
25Garindra, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Bank
Sampah Kartini di Dusun Randugunting RW 02 Desa Tamanmartani Kecama-
tan Kalasan Kabupaten Sleman,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Uni-
versitas Negeri Yogyakarta, 2016).
27
ibu rumah tangga serta penelitian Jean Anggraini tentang
dampak bank sampah yang berfokus pada
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan
penelitian yang penulis kaji sekarang tentang pemberdayaan
yang dilakukan oleh masyarakat peduli lingkungan yang
tertuju pada ketua, pengurus serta nasabah atau masyarakat
yang terlibat dalam pelaksanaan bank sampah PokLiLi.
Kemudian perbedaan dari sasaran atau subyek maupun
obyek penelitian seperti penelitian skripsi yang dilakukan
oleh Mahbuban MS dan Garindra membahas proses
pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah melalui tiga
tahap yaitu tahap penyadaran, tahap transformasi
kemampuan, dan tahap peningkatan kemampuan intelektual
serta dampaknya yang dilihat dari segi pendidikan, ekonomi
dan kesehatan.
Sedangkan pada penelitian skripsi yang akan penulis
bahas menggunakan teori pemberdayaan masyarakat secara
luas namun spesifik tentang proses pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan melalui bank
sampah PokLiLi yang tidak hanya bertumpu pada tiga tahap
tersebut serta dampak yang penulis ambil bukanlah dari segi
pendidikan melainkan lingkungan dan masyarakat yang
terlibat langsung dalam ruang lingkup penelitian yang
penulis ambil.
Jika dilihat dari penjelasan penelitian skripsi terdahulu
dengan persamaan dan perbedaan penelitian yang penulis
lakukan sekarang menunjukkan bahwa penelitian tentang
28
Pemberdayaan Masyarakat Peduli Lingkungan melalui Bank
Sampah PokLiLi masih layak untuk diteliti. Karena sejauh
penelusuran peneliti belum ditemukan hasil penelitian yang
membahas penelitian ini karena terdapat perbedaan dari segi
judul, subyek maupun obyek, dan tempat penelitian.
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka.26
Konsep pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu
konsep utama dalam ilmu kesejahteraan sosial pada era
1990-an hingga saat ini, sering kali dikaitkan dengan
intervensi komunitas. Konsep pemberdayaan masyarakat ini
mendapat penekanan yang lebih khusus, terutama pada
model intervensi pengembangan masyarakat. Sebagai suatu
konsep, pemberdayaan masyarakat mempunyai berbagai
definisi.
Salah satunya bahwa pemberdayaan (empowerment),
pada intinya, ditujukan guna membantu klien memperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial
dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
26Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat (Ban-
dung: PT Refika Aditama, 2005), h. 57.
30
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui
transfer daya dari lingkungannya.27
Menurut Ife yang terdapat dalam buku Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat oleh Edi Suharto,
pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni
kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan
bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti
sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :
1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan
hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan
mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan
kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan
menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi
secara bebas dan tanpa tekanan.
4. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau,
menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata
masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial,
pendidikan, kesehatan.
5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-
sumber formal, informal dan kemasyarakatan.
27Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan
Masyarakat: Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), h. 205-206.
31
6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan
mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran
barang serta jasa.
7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses
kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses
dan tujuan. Sebagai proses,pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan.28
Pandangan bahwa pembangunan sosial dapat dengan
baik dilakukan oleh rakyat sendiri, dengan membentuk
kerjasama secara harmonis pada masyarakat lokal itu sendiri
membentuk dasar apa yang disebut dengan pendekatan
kemasyarakatan pembangunan sosial. Dengan cara ini,
mereka mampu memiliki kontrol pada sumber dan urusan
lokal. Baik juga untuk mereka agar menjaga sumber
eksternal untuk melaksanakan pembangunan sosial pada
tingkat lokal. Pendekatan kemasyarakatan ini sangat
dipengaruhi oleh paham ‘populis’. Pendukung strategi
pembangunan sosial yang berbasis masyarakat mengadopsi
strategi pembangunan sosial yang berusaha untuk
menciptakan kesejahteraan rakyat dalam konteks kehidupan
masyarakat.
28Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat (Ban-
dung: PT Refika Aditama, 2005), h. 59-60.
32
Komunitarisme atau kemasyarakatan tidak
membutuhkan kepemilikan umum tetapi lebih mendesak
rakyat untuk berkolaborasi dengan yang lain untuk
mengangkat kepentingan mereka di dalam lingkungan
masyarakat. Para penganut komunitarisme atau
kemasyarakatan ini menentang ide bahwa pemerintah yang
seharusnya bertanggungjawab akan pembangunan, tetapi
mereka lebih percaya bahwa program pembangunan yang
paling efektif dan bertahan lama adalah yang diciptakan oleh
masyarakat itu sendiri.29
Tahapan atau langkah pemberdayaan masyarakat
sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan (Engagement)
Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-
kurangnya ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu
(a) Penyiapan Petugas; dan (b) Penyiapan Lapangan.
Penyiapan petugas, dalam hal ini tenaga
pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh
community worker, dan penyiapan lapangan merupakan
prasyarat suksesnya suatu program pemberdayaan
masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan
secara non-direktif.
29James Midgley, Pembangunan Sosial: Perspektif Pembangunan da-
lam Kesejahteraan Sosial, terj. Dorita Setiawan, Sirojuddin Abbas (Jakarta:
Ditperta, 2005), h. 166-167.
33
2) Tahap Pengkajian (Assessment)
Proses assessment yang dilakukan di sini dapat
dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh
masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini,
petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien.
3) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing)
Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah (change
agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga
untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya.
4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing
kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan
mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada
kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak
penyandang dana.
5) Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
(Implementasi)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam program pemberdayaan
masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di
34
lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan
warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.
6) Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat
yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada
tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.
7) Tahap Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi
dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak
jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat
dianggap ‘mandiri’ tetapi lebih karena proyek sudah
harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu
yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran
sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat
dan mau meneruskan.30
B. Lingkungan
Beberapa pakar lingkungan tidak membedakan secara
tegas antara pengertian “lingkungan” dengan “lingkungan
hidup”, baik dalam pengertian sehari-hari maupun dalam
forum ilmiah. Namun yang secara umum digunakan adalah,
30Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 182-195.
35
bahwa istilah “lingkungan” (environment) lebih luas
daripada istilah “lingkungan hidup” (life environment).
Istilah “Lingkungan Hidup” dan “Lingkungan” dipakai
dalam pengertian yang sama. Sedangkan dalam Undang-
Undang Lingkungan Hidup yang baru (Undang-Undang No.
23 Tahun 1997) selalu menyebutkan “lingkungan hidup”.
Pengertian lingkungan hidup dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tersebut, secara lengkap berbunyi sebagai
berikut :
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”
Ada suatu hal yang perlu ditekankan dalam pengertian
“lingkungan hidup” atau “lingkungan” tersebut di atas, yaitu
bahwa antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang terdapat
dalam suatu lingkungan, merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan di
antaranya saling berpengaruh dan mempengaruhi, terutama
dalam hal kualitas lingkungan itu sendiri.31
Dengan demikian jika dipahami secara sadar bahwa
penanganan lingkungan hidup harus dilaksanakan dalam dua
mata kehidupan yakni kehidupan material yang berakibat
pada pemenuhan hajat jasmaniyah dan kehidupan spiritual
31H.R. Daeng Naja, Bank Hijau: Kebijakan Kredit yang Berwawasan
Lingkungan (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007), h. 49-51.
36
yang berakhir kepada pemenuhan hajat rohaniyah. Untuk
merealisasikan dua tuntutan ganda penanganan lingkungan
tersebut, manusia muslim seharusnya mempunyai sikap yang
positif terhadap lingkungannya. Sikap seorang muslim yang
positif itu harus berwujud.
1. Sikap Apresiatif
Sikap apresiatif yang dimaksud disini merupakan sikap
menghargai keberadaan lingkugan hidup.
2. Sikap Kreatif
Sikap kreatif ini dimaksud sebagai langkah menjadikan
lingkungan hidup ini selalu berada dalam keutuhan.
3. Sikap Proaktif
Sikap proaktif pada dasarnya sikap pembangunan
lingkungan hidup selaras, searah sejalan dengan eksistensi
lingkungan hidup itu.
4. Sikap Produktif
Sikap produktif bagi seorang muslim harus berangkat dari
prinsip kepentingan umat (maslahah/kemaslahatan umat).32
Untuk merealisir terwujudnya tata lingkungan serasi
sesuai dengan sunatullah ada empat komponen sistem
lingkungan Islami yang harus ditempuh oleh manusia :
a. Mengenal Allah sebagai pencipta (makrifatullah)
b. Mengenal diri sendiri sebagai makhluk (makrifatul
nafs)
c. Mengenal orang lain sebagai kelompok sosial
(makrifatul nas)
32Ibid, h. 80-84.
37
d. Mengenal alam sebagai sarana hidup (makrifatul
kaun).33
Adapun indikator dampak menurut Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 56 tahun 1994 tentang pedoman mengenai
ukuran dampak penting, terdapat beberapa kriteria sebagai
berikut :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Lamanya dampak berlangsung;
4. Intensitas dampak;
5. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan
terkena dampak;
6. Sifat kumulatif dampak tersebut;
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Idealnya untuk menentukan dampak penting ini,
menurut Armour seperti dikutip oleh Sudharto P. Hadi
bahwa diperlukan tiga masukan yakni penemuan riset,
penilaian para ahli dan input dari masyarakat. Berikut standar
pengukuran studi dampak sosial, ekonomi dan lingkungan
yaitu :
a. Studi dampak sosial
Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada
manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas
pembangunan. Perubahan itu menurut Armour meliputi
aspek-aspek :
33Ibid, h. 15
38
1) Cara hidup (way of life) termasuk didalamnya
bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup,
bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang
lain.
2) Budaya termasuk didalamnya sistem nilai, norma dan
kepercayaan.
3) Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial,
stabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana
yang diakui sebagai public facilities oleh masyarakat
yang bersangkutan.34
b. Studi dampak ekonomi
Pembangunan pada gilirannya juga akan
berdampak pada ekonomi masyarakat, seperti :35
1) Tersedianya kesempatan kerja dan berusaha dengan
memanfaatkan sumber daya alam
2) Adanya pendapatan bagi masyarakat selama adanya
aktivitas pembangunan
c. Pada aspek lingkungan sendiri melalui peninjauan dampak
pada kondisi alam maupun hubungan timbal balik
masyarakat dengan lingkungan selama adanya
pembangunan masyarakat di lingkungannya.36
C. Dampak
Pengertian dampak adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh
34Ibid, h. 31-32. 35Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 253. 36Ibid, h. 250-251.
39
adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang/ benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada
hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa
yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.37
Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai
pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil
oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri,
baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan
pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah
selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi
atas sebuah keputusan yang akan diambil. Dari penjabaran di
atas maka kita dapat membagi dampak ke dalam dua
pengertian yaitu :
1. Dampak Positif
Dampak adalah keinginan untuk membujuk,
meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada
orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau
mendukung keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti
atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama
memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah suasana
jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada
kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada
kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.
37Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada
10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak
40
Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang
dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila
sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan
fokus mental seseorang pada yang negatif. Bagi orang
yang berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah
berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya.
Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak positif adalah
keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi
atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar
mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang
baik.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif.38 Dampak adalah keinginan
untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar
mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.
Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah disimpulkan
bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak positifnya.
Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak negatif
adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat
tertentu.
38Ibid.
41
BAB III
PROFIL LEMBAGA
Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai gambaran
umum Bank Sampah PokLiLi (Kelompok Peduli Lingkungan).
Data bersumber dari narasumber atau orang-orang yang terkait
dalam penelitian dan studi dokumen-dokumen yang dihasilkan
dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi.
A. Profil Bank Sampah PokLiLi
Tanggal 16 Maret 2008 merupakan awal momentum
gagasan terciptanya bank sampah oleh Ibu Djuniawan
Wanitarti. Bermula dari mengelola sampah di rumahnya
sendiri kemudian ia mengajak para tetangganya untuk
mendaur ulang sampah organik dan non-organik. Setelah itu,
pada tanggal 1 Maret 2010 terbentuklah Bank Sampah
PokLiLi yang diprakarsai oleh Ibu Djuniawan Wanitarti
sekaligus sebagai ketua Bank Sampah PokLiLi. Basecamp
untuk tempat pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi
terletak di Griya Lembah Depok, JL Tole Iskandar, Blok B1
No. 5, RT. 03/ RW. 24, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan
Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16417. Jenis
pelaksanaan kegiatan lembaga yaitu seputar Bank Sampah,
sosialisasi serta pelatihan daur ulang sampah.
42
B. Sejarah Bank Sampah PokLiLi
Kegiatan pengelolaan sampah di lingkungan, bermula
dari adanya kegiatan di RT 003 RW 024 Griya Lembah
Depok dalam rangka untuk mengurangi volume sampah di
lingkungan RT pada awal tahun 2008. Kegiatan dimaksud
berupa pengolahan sampah rumah tangga (sampah
organik) menjadi kompos dengan menggunakan alat/teknik
Komposter Takakura. Program pengolahan sampah dengan
Komposter Takakura disosialisasikan dan diterapkan kepada
seluruh ibu-ibu warga RT pada tanggal 15 Maret 2008 yang
saat itu sebagai ketua PKK RT adalah Ibu Yuni Maryono
(Djuniawan Wanitarti), bersama-sama dengan mantan
pengurus RT yang terlibat saat pencanangan kegiatan
tersebut.
Disamping keberhasilan dalam penerapan komposisasi,
seluruh ibu-ibu warga juga dihimbau untuk melakukan
pengelolaan sampah secara baik dan modern yaitu dengan
memilah dan mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat.
Pada bulan Agustus 2008 pengurus RT mengeluarkan
kebijakan yaitu meminta kepada warga RT untuk tidak
membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan
rumah masing-masing. Dengan harapan jika tidak ada
sampah di depan setiap rumah, maka lingkungan akan
tampak rapi dan sehat. Mengingat tempat sampah identik
dengan kotoran, bau dan selalu berantakan akibat diacak-
acak oleh pemulung, tikus, kucing & anjing.
43
Sebagai penggantinya pengurus RT telah menyiapkan
tempat penampungan sementara (TPS) RT yang cukup untuk
volume sampah seluruh warga RT, apalagi volume sampah
sudah terkurangi karena telah dipilah dan diolah menjadi
kompos. Selanjutnya tempat-tempat sampah yang masih
tersedia beralih fungsi menjadi pot bunga atau pot tanaman
sehingga lingkungan tampak lebih hijau dan asri. Sejalan
dengan kegiatan di atas, ibu-ibu PKK RT 003 RW. 024 Griya
Lembah Depok mengadakan kegiatan mengolah sampah
kering (anorganik) menjadi produk kerajinan yang
bermanfaat dan bernilai jual. Disamping pembuatan
kerajinan juga mengolah buah-buahan yang tidak layak
dikonsumsi diolah menjadi kompos cair yang beraroma
buah-buahan segar.
Sudah disadari sejak awal kegiatan, bahwa di
lingkungan RT tidak ada warga yang memiliki kompetensi di
bidang pengelolaan sampah. Untuk menutupi hal tersebut
dan didorong oleh semangat yang tinggi, maka pengurus
berusaha mencari ilmu dari berbagai sumber informasi antara
lain melalui internet, media cetak, media elektronik,
mengunjungi pameran-pameran yang bertema lingkungan,
berkunjung langsung (benchmark) ke lingkungan yang telah
berhasil melaksanakan pengelolaan sampah dengan baik.
Seiring dengan berakhirnya masa kepengurusan RT,
untuk lebih mempopulerkan kegiatan dan nama kelompok,
maka kelompok yang sudah berjalan 2 (dua) tahun, pada
tanggal 01 Maret 2010 tersebut menamakan kelompok
44
ini PokLiLi (Kelompok Peduli Lingkungan). Karena
kegiatan PokLiLi ini dinilai banyak warga bermanfaat maka
PokLiLi sering diundang/dikunjungi untuk presentasi dan
mengadakan pelatihan kerajinan daur ulang mulai dari
tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Organisasi
Masyarakat, BUMN, Yayasan, Sekolah, UMKM maupun
perorangan. Agar kegiatan kelompok peduli lingkungan lebih
berkembang dan untuk menunjang proses pengelolaan
sampah secara baik dan bermanfaat, maka secara resmi
didirikan kegiatan yang selama ini telah dipelajari bersama
yaitu Bank Sampah yang kemudian diberi nama Bank
Sampah PokLiLi. Dalam kegiatannya Bank Sampah PokLiLi
tidak hanya untuk warga di Griya Lembah Depok, tetapi
terbuka untuk siapapun boleh masuk dan menjadi
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.39
C. Latar Belakang Berdirinya Bank Sampah PokLiLi
Bermula dari kesadaran para warga yang bertempat
tinggal di wilayah perumahan Griya Lembah Depok
khususnya para ibu-ibu PKK yang diketuai oleh Ibu
Djuniawan Wanitarti selaku Ketua RT 03 sewaktu itu
melihat dan merasakan lingkungan sekitar dengan kondisi
yang semrawut di mana sampah dibiarkan saja di depan
rumah kemudian berserakan begitu saja diaduk-aduk oleh
pemulung. Kalau dia lupa menutup pintunya, anjing atau
kucing ikut mengais mencari makanan. Pada malam hari
binatang pengerat tikus datang ikut mengais dan mengacak-
39Ibid.
45
acak sampah. Hal ini melahirkan kesadaran masyarakat
untuk membentuk Kelompok Peduli Lingkungan atau
disingkat PokLiLi.
PokLiLi adalah suatu organisasi atau kelompok yang
menjalankan kegiatannya semata-mata hanya karena
kecintaannya terhadap lingkungan hidup khususnya terhadap
kondisi sampah lingkungan yang semakin semrawut karena
tidak diolah secara baik. Adapun latar belakang
terbentuknya PokLiLi antara lain, sebagai berikut :
1. Prihatin dengan keberadaan Tempat Penampungan
Sampah (TPS) perumahan Griya Lembah Depok yang
terletak di gerbang perumahan dengan kondisi yang
kotor, semrawut, bau dan tidak sedap dipandang mata
serta mengancam kesehatan lingkungan sekitar.
2. Prihatin terhadap lingkungan RT yang tampak tidak
teratur karena di setiap rumah terdapat tempat sampah
yang setiap hari selalu diacak-acak oleh Kucing, Anjing,
Tikus dan Pemulung.
3. Ingin ikut membantu menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat dengan mengolah sampah warga secara
baik modern dan ramah lingkungan.
4. Sadar bahwa sampah yang dikelola secara konvensional
tidak akan memberikan manfaat dan hanya menjadi
beban dan merusak lingkungan.40
40Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Senin
30 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.
46
D. Tujuan Bank Sampah PokLiLi
Berikut ini tujuan utama diadakannya Bank Sampah
PokLiLi:
1. Menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan nyaman.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
3. Mengubah paradigma ‘kumpul-angkut-buang’ menjadi
kumpul-olah-manfaat’
4. Menciptakan paradigma 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di
masyarakat dalam mengelola sampah.
5. Mengedukasi dan melakukan pendampingan bagi
masyarakat dalam memilah-milah sampah sebagai
sumber mata pencaharian.
6. Menciptakan masyarakat madani dan mandiri.
7. Menciptakan individu yang berkualitas melalui
keterampilan daur ulang sampah yang tepat guna dan
berdaya ekonomis.41
E. Manfaat Bank Sampah PokLiLi
Berikut ini beberapa manfaat dari kegiatan yang
dilakukan Bank Sampah PokLiLi :
1. Manfaat Sosial
a. Menjalin kerja sama dan hubungan kekerabatan yang
lebih erat antara warga di perumahan Griya Lembah
Depok.
41Profil Bank Sampah PokLiLi.
47
b. Saling mengenal satu sama lain antar anggota/ nasabah
Bank Sampah PokLiLi yang berasal dari luar daerah
perumahan Griya Lembah Depok.
c. Menciptakan suasana gotong royong dalam hal
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
2. Manfaat Ekonomi
a. Masyarakat dapat menciptakan produk yang berdaya
guna dan bernilai ekonomis tinggi dari kegiatan daur
ulang sampah organik maupun anorganik.
b. Mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan,
memilah-milah dan menabung sampah di Bank
Sampah PokLiLi.
c. Mendapat keuntungan dari hasil penjualan produk
kerajinan daur ulang sampah.
3. Manfaat Lingkungan
a. Lingkungan menjadi bersih, asri dan nyaman.
b. Masyarakat terbiasa melakukan daur ulang sampah
dalam mengatasi sampah dan kesadaran kebersihan
lingkungan.
c. Menjadikan warga perumahan Griya Lembah Depok
sebagai masyarakat peduli lingkungan dan wilayah
bebas sampah.42
42Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Selasa
31 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.
48
F. Struktur Kepengurusan Bank Sampah PokLiLi
Gambar 1.1
Struktur Bank Sampah PokLiLi
Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi
Sebagaimana terlihat pada gambar tersebut, struktur
yang digunakan pada Bank Sampah PokLiLi cukup
sederhana. Walaupun pada prakteknya, struktur tersebut
tidak bersifat kaku melainkan fleksibel dan gotong royong
akan tetapi pada prinsipnya pembagian tugas berdasarkan
strukutr tersebut cukup jelas.
Djuniawan Wanitarti
(Ketua)
Yenny
(Bendahara)
Ririn
(Sekretaris)
Iswati
(Pemasaran)
Rumsinah
(Penimbang)
Nunik
(Transportasi)
Muswarini
(Kerajinan)
Yuli
(Humas)
Iis
(Penimbang)
49
G. Mekanisme Kerja Bank Sampah PokLiLi
Untuk menarik partisipasi masyarakat bank sampah
PokLiLi melakukan sosialisasi yang dilakukan oleh semua
pengurus bank sampah yang seringkali dibarengi dengan
kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah
anorganik dan juga pembuatan kompos dari sampah organik.
Untuk menjadi anggota, tidak sulit, cukup mengisi formulir
dan memberikan fotokopi KTP serta membawa sampah yang
sudah dipilah-pilah untuk ditimbang oleh pengurus kemudian
dijadikan tabungan sampah lalu ditukarkan dengan uang oleh
anggota/nasabah yang bersangkutan.
Badan pengurus ada 9 orang yaitu Ibu Djuniawan
Wanitarti selaku ketua Bank Sampah PokLiLi, Ibu Yenny
sebagai bendahara, Ibu Ririn sebagai Sekretaris, 2 orang di
bagian penimbangan adalah Ibu Rumsinah dan Ibu Iis, 1
orang bagian pemasaran adalah Ibu Iswati, 1 orang bagian
transportasi yaitu Ibu Nunik dan 1 orang bagian humas yaitu
Ibu Yuli. Adapun untuk pengurus dari PokLiLi, semuanya
bekerja dengan sukarela, sesuai dengan tujuan awal PokLiLi
didirikan adalah kepedulian terhadap lingkungan.
Kegiatan yang dilakukan bank sampah PokLiLi
bersifat fleksibel dan tidak ada rapat rutin atau evaluasi yang
dilaksanakan. Namun, pengurus biasanya berkumpul di hari
Jumat jam 13.00-15.00 setiap minggunya. Dengan demikian,
maka menabung sampah juga dilakukan seminggu sekali.
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh pengurus
bank sampah PokLiLi pada setiap pertemuan hanya seputar
50
sosialisasi dan pelatihan, penimbangan sampah, membuat
kerajinan. Pada tingkat anggota bank sampah hanya pada
pengelolaan sampah mulai dari rumah mereka yaitu
pemilahan sampah, pembuatan kompos takakura, pembuatan
kerajinan tangan dan menabung sampah ke Bank Sampah
PokLiLi.
Produk hasil recycle dijualkan hanya dengan
pemasaran mulut ke mulut, dan ketika ada pameran yang
mengundang PokLiLi untuk ikut serta. Tidak ada target
khusus dalam penjualan barang-barang. Hal ini karena
landasan Pok lili adalah mengurangi sampah, dan ekonomi
benefit hanyalah sebagai sampingan saja. Ketika ada tamu
yang berkunjung, maka biasanya akan membeli barang-
barang hasil recycle di PokLiLi tersebut, begitu juga ketika
ada pameran.
Biasanya yang menjadi konsumennya adalah Ibu-ibu
rumah tangga dan juga ibu-ibu kantoran, produk yang
menjadi favorit adalah yang berbahan plastik dan produknya
berupa tas yang bisa digunakan untuk membawa barang-
barang dan dokumen tertentu. Selain itu, bank sampah
PokLiLi juga berkoordinasi dengan BLH Kota Depok,
misalnya dengan pendataan perkembangan bank sampah dan
menjadi narasumber dalam sosialisasi dan seminar.43
43Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Selasa
31 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.
51
H. Pembiayaan Operasional Bank Sampah PokLiLi
Modal awal dalam kegiatan daur ulang sampah ini
berasal dari uang pribadi Ibu Djuni, namun setelah dirasa
kinerja dalam berkegiatan mendapatkan respon positif dari
warga sekitar maka Bank Sampah PokLiLi mendapat
bantuan dari kas RT dan juga dari tiap kepala keluarga di
perumahan Griya Lembah Depok khususnya RT 003/ RW 24
yang secara kolektif mengumpulkan uang sebesar Rp.
10.000.
Setelah beberapa lama Bank Sampah PokLiLi
melakukan kegiatan daur ulang sampah secara rutin sehingga
mulai berkembang pesat dan dikenal oleh masyarakat luas
maka untuk pembiayaaan operasional, pendanaan Bank
Sampah PokLiLi berasal dari hasil penjualan kerajinan
produk recycle dan juga pengurangan jumlah timbangan
sampah dari anggota/nasabah sebesar 2 ons. Untuk
pengurangan jumlah timbangan ini dari awal sudah
dijelaskan kepada anggota/nasabah, dan digunakan untuk kas
Bank Sampah PokLiLi. Untuk produk hasil recycle: 10%
kas, 10 % operasional, 80% untuk yang membuat produk.
I. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Sampah PokLiLi
Bank Sampah PokLiLi bergerak fokus pada bidang
lingkungan karena dasar terbentuknya Bank Sampah ini
bermula dari kegiatan ibu-ibu arisan yang kemudian
membentuk suatu kelompok peduli lingkungan. Kelompok
tersebut menjadi pelopor kegiatan pemilahan sampah yang
kemudian dijadikan pupuk kompos dan produk kerajinan
52
tangan. Tujuan utama dan akhir dari kegiatan tersebut adalah
untuk menyelamatkan lingkungan sekitar tempat tinggal
mereka dari permasalahan sampah.
Adapun ruang lingkup atau program-program kegiatan
yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi antara lain:
1. Menggiatkan anggota/nasabahnya untuk melakukan
pemilahan sampah (organik dan anorganik) sejak atau
mulai dari sumber sampah yaitu dari rumah tangga
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.
2. Pengolahan sampah, yang terdiri dari:
a. Sampah Organik
Mengolah sampah organik menjadi kompos cair,
biasanya dari sampah buah-buahan (kompos takakura).
Kompos kemudian digunakan oleh ibu-ibu sekitar
perumahan Griya Lembah Depok terutama yang
terdekat dengan basecamp Bank Sampah PokLiLi yang
digunakan untuk tanaman.
b. Sampah Anorganik
Daur ulang sampah anorganik seperti plastik menjadi
tas, taplak meja, tutup gallon, tikar, hiasan bunga.
Harga untuk produk recycle ini mulai dari Rp 5.000
sampai Rp 250.000. Dalam proses pemisahan, Bank
Sampah PokLiLi memilih plastik yang bagus sehingga
bisa dijadikan sebagai bahan untuk membuat produk
kerajinan tersebut, sisanya dijual kepada instansi atau
lembaga terkait yang bekerja sama dengan Bank
Sampah PokLiLi untuk mengambil sampahnya
53
3. Memberikan pelatihan-pelatihan (pada umumnya
mengenai recycle) terutama pada jenis sampah anorganik
menjadi barang kerajinan yang bermanfaat dan bernilai
ekonomis misalnya: tas dari bungkus kopi/susu, tas/taplak
meja/tutup galon dari sedotan bekas air mineral, tikar dari
bungkus mie instant, kerajinan bunga dari bekas kantong
plastik, dan produk kerajinan lainnya.
4. Memberikan penyuluhan seputar sampah dan lingkungan
serta pelatihan-pelatihan daur ulang sampah kepada
kelompok masyarakat atau perorangan yang berminat
untuk belajar mengolah sampah secara baik dan modern.
5. Menabung sampah. Perkembangannya, uang yang
didapatkan nasabah dari menjual sampah ini bisa
digunakan untuk membayar listrik, seperti yang tertulis di
depan bank sampah ‘Membayar listrik dengan sampah’.
Kerjasama dengan PLN, setiap rumah mempunyai ID,
sehingga cukup dengan mengetikkan ID rumah nasabah
melalui program khusus dari PLN di komputer yang sudah
terkoneksi internet, biaya listriknya bisa terbayarkan.
Selain itu, uang yang dimiliki nasabah juga bisa diambil
secara cash.
6. Koperasi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan di Bank
Sampah PokLiLi yang terlihat dari semakin banyaknya
masyarakat dari berbagai kalangan yang tertarik dan ikut
serta dalam semua pelaksanaan kegiatan Bank Sampah.
Maka ketua dan para pengurus berinisiatif mengadakan
54
program dalam bidang sosial berupa pemberian pinjaman
dalam bentuk modal uang berwirausaha yang
diperuntukkan bagi anggota atau nasabah Bank Sampah
PokLiLi yang memiliki usaha dalam berbagai jenis
kegiatan kewiraswastaannya.44
44Profil Bank Sampah PokLiLi.
55
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menguraikan hasil wawancara penulis
dengan sejumlah informan. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh gambaran umum dan data-data penelitian yang
dibutuhkan. Selain itu, peneliti juga mewawancarai para pengurus
Bank Sampah PokLiLi yang terdiri dari beberapa unsur informan
yaitu :
Unsur pertama yang penulis wawancarai adalah bagian
penimbangan agar peneliti mendapatkan informasi mengenai
mekanisme dari pelaksanaan Bank Sampah PokLiLi. Proses
keseluruhan kegiatan pokok yang dilakukan pada setiap
pertemuan adalah penimbangan sampah dan daur ulang sampah.
Kemudian penulis wawancarai Bidang Kerajinan, pada bidang
kerajinan diperoleh data berupa penjelasan dan data yang
berkaitan dengan sampah yang dipakai sebagai proses kerajinan
tangan serta bagaimana proses kelanjutan dari hasil produk
kerajinan sampah yang telah dibuat.
Setelah itu peneliti mewawancarai Bendahara untuk
mengetahui seberapa besar keuntungan dari segi ekonomi yang
diperoleh dari kegiatan Bank Sampah PokLiLi ini serta omset
perbulan dari setiap pertemuan rutin dan keseluruhan jenis-jenis
kegiatan yang dilakukan. Setelah peneliti mendapatkan data dan
hasil wawancara dari ketua dan para pengurus, maka peneliti
melakukan wawancara kembali kepada sepuluh (10) informan
56
berupa masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Bank Sampah
atau perumahan Griya Lembah Depok.
Kemudian, peneliti melakukan pengumpulan data terhadap
nasabah untuk mendapatkan data keuangan yang diperoleh oleh
para nasabah dari hasil kegiatan yang dilakukan di Bank Sampah
PokLiLi. Wawancara kepada masyarakat dilakukan agar peneliti
mengetahui hasil dari kegiatan tersebut melibatkan partisipasi
dari banyak masyarakat khususnya masyarakat di perumahan
Griya Lembah Depok.
A. Pelaksanaan Bank Sampah PokLiLi
1. Awal Mula Proses Kegiatan
Awal mula kegiatan Bank Sampah ini merupakan ide
dari Ibu Djuniawan Wanitarti selaku istri dari ketua RT 3
RW 24 di perumahan Griya Lembah Depok. Pada tahun
2008 diadakan arisan RT, Ibu Djuni yang juga merupakan
ketua PKK mengajak para masyarakat yang tinggal di daerah
perumahan Griya Lembah Depok untuk melakukan daur
ulang sampah secara gotong royong. Ibu Djuni sudah
melakukan terlebih dahulu daur ulang sampah secara
individu di rumahnya, mulai dari pemilahan sampah organik
dan anorganik yang selanjutnya dijadikan pupuk kompos dan
barang kerajinan daur ulang untuk sampah anorganik yang
sulit untuk diuraikan.
Ibu Djuniawan Wanitarti selalu melakukan sosialisasi
melalui perkumpulan RT dan juga door to door atau dari
rumah ke rumah dengan cara mengunjungi para tetangganya
secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang
57
telah dilakukan oleh masyarakat di perumahan Griya
Lembah Depok dalam mengelola sampah. Ibu Yenny
mengatakan :
“Awal mula proses kegiatan Bank Sampah PokLiLi
adalah Ibu Djuni sebagai ketua RT mengajak ibu-ibu di
perumahan Griya Lembah Depok untuk mengelola sampah
yang sulit diuraikan untuk di daur ulang menjadi sesuatu
yang produk yang bernilai, karena adanya kesadaran dari
adanya sampah-sampah yang berserakan sehingga membuat
lingkungan menjadi kotor. Pada mulanya Ibu Djuni
mengajak atau mensosialisasikannya melalui arisan-arisan
RT kemudian ibu Djuni terus mengajak dan
mensosialisasikan masyarakat untuk melakukan pemilahan
sampah dan daur ulang sampah yang dilakukan dari tingkat
rumah tangga”.45
Pada saat itu hanya beberapa orang saja yang
menyetujui dan melakukan kegiatan daur ulang sampah
tersebut. Setelah melakukan rapat rutin dan pembicaraan
serius mengenai kegiatan daur ulang sampah, maka akhirnya
masyarakat daerah sekitar perumahan Griya Lembah Depok
tertarik dan mengikuti kegiatan daur ulang sampah yang
telah dilakukan oleh ibu Djuni dan beberapa tetangganya
dimulai dari tahun 2008. Hingga pada tahun 2010 kegiatan
pengelolaan sampah dimulai pada kegiatan pengendalian
lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat hanya seputar
pemilahan sampah oleh masyarakat dan daur ulang sampah
yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK namun pada saat itu belum
terbentuk Bank Sampah.
45Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
58
Setelah beberapa lama kegiatan yang dilakukan
berjalan dengan baik dan berdampak positif bagi masyarakat
di perumahan Griya Lembah Depok. Melalui musyawarah
pada arisan RT diajukanlah gagasan membentuk sebuah
organisasi yang berorientasi pada pelestarian lingkungan
yaitu kegiatan daur ulang sampah. Agar kegiatan yang telah
berjalan ini lebih terstruktur dan terorganisir maka pada
tanggal 1 Maret 2010 dibentuklah Bank Sampah PokLiLi
(Kelompok Peduli Lingkungan). Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Ibu Muswarini (pengrajin daur ulang
sampah) menjelaskan bahwa :
“Awalnya dari perkumpulan arisan RT kemudian Ibu
Djuni mengajak untuk mengelola sampah bersama
masyarakat sekitar karena prihatin dengan sampah-sampah
yang selalu berserakan dimana-mana membuat lingkungan
menjadi kotor dan tidak menarik. Awalnya masyarakat
sekitar perumahan khususnya para ibu-ibu melakukan
pemilahan sampah dan membuat kerajinan tangan dari
sampah yang susah diuraikan. Dari awal kegiatan itu dimulai
pada tahun 2008 sampai tahun 2010 belum terbentuk bank
sampah baru kemudian pada tanggal 1 Maret 2010 dibentuk
Bank Sampah PokLiLi.”46
Tukang sampah yang biasa mengambil sampah di
lingkungan perumahan dilarang mengambil sampah dari tiap
rumah. Hal ini dilakukan agar masyarakat membiasakan diri
dan konsisten terhadap pemilahan sampah rumah tangga.
Selain itu, Ibu Djuniawan Wanitarti melakukan sosialisasi
melalui perkumpulan RT dan juga face to face dengan cara
46Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
59
mengunjungi para tetangganya secara berkala untuk
mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam mengelola sampah. Ibu Djuniawan
Wanitarti selaku ketua pelaksana mengatakan bahwa :
“Awalnya itu masyarakat sekitar melakukan
musyawarah untuk mengatasi masalah tersebut pada saat
pertemuan RT kemudian diajukanlah gagasan mengenai
penanganan sampah dengan cara dipilah dan di daur ulang
agar tidak ada sampah yang terabaikan. Kemudian saya
rutin mensosialisasikannya ke rumah-rumah untuk
mengetahui sejauh mana pemilahan sampah yang telah
dilakukan”.47
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui
bahwa awal mula proses kegiatan Bank Sampah tersebut
adalah dari kesadaran akan lingkungan yang kotor dan tidak
terawat. Melalui perkumpulan arisan RT yang dilakukan
secara rutin, masyarakat mulai melakukan musyawarah
terkait masalah sampah yang sedang dialami di lingkungan
tempat tinggal. Melalui musyawarah tersebut didapatkan
gagasan awal dari Ketua RT setempat mengenai pengelolaan
sampah dengan cara pemilahan dan daur ulang sampah.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama oleh
setiap rumah tangga di perumahan Griya Lembah Depok.
Setelah itu sampah yang telah dipilah dikumpulkan secara
kolektif untuk selanjutnya didaur ulang melalui kegiatan
kerajinan tangan. Pembuatan pupuk kompos berasal dari
47Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua
Pelaksana pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
60
sampah organik yang hasilnya digunakan untuk tanaman di
halaman rumah mereka masing-masing.
2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Bank Sampah PokLiLi
a. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi Bank Sampah PokLiLi dilakukan
secara individu, dimulai dari lingkungan di perumahan
Griya Lembah Depok. Setelah itu, para pengurus
melakukan pemberitahuan atau sosialisasi kepada masing-
masing RT melalui ketua RT setiap pertemuan atau
kegiatan rutin yang telah mendapat persetujuan dari ketua
RT setempat. Kemudian disosialisasikan kepada para
ketua RW setempat sehingga informasi mengenai kegiatan
daur ulang sampah yang dilakukan Bank Sampah Poklili
ini menyebar di masyarakat luas hingga ke berbagai
wilayah di luar lingkungan perumahan Griya Lembah
Depok. Ibu Djuniawan Wanitarti menjelaskan bahwa :
“Sosialisasi dilakukan secara per orang atau
individu, setelah itu melakukan sosialisasi ke masing-
masing RT untuk selanjutnya meminta izin pelaksanaan
kegiatan. Karena dampak dari kegiatan Bank Sampah
PokLiLi dinilai baik dan bagus maka kemudian
melanjutkan ke tingkat RW untuk sosialisasi yang lebih
luas ke masyarakat”.48
Proses sosialisasi yang paling sering dilakukan yaitu
melalui perkumpulan arisan RT. Pada pertemuan tersebut
biasanya membicarakan tentang kemajuan dari kegiatan
yang telah dilakukan dan perencanaan dari pelaksanaan
48Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua
Pelaksana, pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
61
kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Selain dari ketua dan
para pengurus, Bank Sampah PokLiLi juga menampung
aspirasi dari masyarakat sekitar terkait pengembangan dari
pelaksanaan kegiatan yang ada.
Adapun sosialisasi rutin dilakukan oleh ketua
dengan cara mengunjungi rumah-rumah warga di
lingkungan perumahan Griya Lembah Depok dibantu oleh
para pengurus Bank Sampah setelah sosialisasi terus
dilakukan dari individu ke individu. Ibu Rumsinah selaku
bagian Penimbangan mengatakan bahwa :
“Melalui arisan RT dan perkumpulan Ibu-ibu PKK
terus menerus disosialisasikan. Pada awalnya rutin ke
rumah-rumah melalui satu persatu atau per individu
kemudian seiring berjalannya waktu karena sudah
mengetahui dan menyebar yang dari satu orang ke orang
lain dan begitu seterusnya dari mulut ke mulut sehingga
Bank Sampah PokLiLi memiliki anggota atau nasabah
dengan jumlah yang banyak”.49
Kemudian setelah selesai melakukan sosialisasi di
lingkungan sekitar, maka para pengurus melakukan
sosialisasi dari mulut ke mulut ke berbagai wilayah di luar
perumahan Griya Lembah Depok. Selain itu sosialisasi
juga dilakukan bila ada acara kegiatan. Sosialisasi
diumumkan melalui pengeras suara. Wawan Setiawan
mengatakan :
“Sebenarnya saya sudah mengetahui kegiatan Bank
Sampah PokLiLi ini sejak dari dulu sekali. Ya
disosialisasikan melalui arisan RT dan kadang waktu itu
49Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-
da tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
62
menggunakan pengeras suara saat ada kegiatan pelatihan
daur ulang sampah bersama”.50
Berdasarkan dari hasil wawancara mengenai
sosialisasi, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang
dilakukan pada masyarakat di wilayah lingkungan sekitar
perumahan yang biasa dilakukan melalui perkumpulan
arisan RT 3 RW 4. Sosialisasi dilakukan para pengurus ke
rumah-rumah di daerah lingkungan sekitar perumahan
Griya Lembah Depok. Adapun sosialisasi untuk
masyarakat di luar wilayah perumahan Griya Lembah
Depok dari mulut ke mulut melalui proses penyebaran
informasi yang dilakukan oleh para pengurus Bank
Sampah PokLiLi beserta masyarakat di daerah sekitar
perumahan Griya Lembah Depok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan merupakan awal dari
dimulainya kegiatan Bank Sampah PokLiLi yang
dilakukan oleh ketua dan para pengurus. Seperti diketahui
bahwa proses sosialisasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum memulai kegiatan. Pada saat pertemuan
pelaksaaan kegiatan dilakukan sosialisasi mengenai
pemilahan sampah-sampah yang harus dikelompokkan
karena setiap sampah memiliki nilai jual yang berbeda dan
ada juga sampah yang memiliki harga jual yang berubah-
50Wawancara pribadi dengan Wawan Setiawan selaku Masyarakat,
pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB.
63
ubah. Ibu Muswarini (pengrajin daur ulang sampah)
menjelaskan bahwa :
“Tentu ada perencanaan kegiatannya, mulai dari
sosialisasi ke warga seperti untuk mengetahui sudah
sampai sejauh mana pemilahan sampah yang dilakukan.
Kemudian menginformasikan bagaimana cara pemilahan
sampah yang baik dan benar karena sampah yang harus
dipilah memiliki proses yang berbeda-beda, contohnya
seperti buku tulis itu harus dipisah antara cover dengan
isinya karena jika dipisah maka harga pada saat penjualan
sampah menjadi tinggi harganya”.51
Para nasabah atau anggota Bank Sampah
diberitahukan terlebih dahulu jadwal pertemuan kegiatan
agar masyarakat lebih giat dan antusias mempersiapkan
diri dalam hal pemilahan sampah. Proses perencanaan
kegiatan dilakukan oleh ketua dan para pengurus Bank
Sampah PokLiLi terkadang juga dilakukan melalui
pertemuan RT 3 untuk sekaligus sosialisasi kegiatan yang
biasanya diskusi tersebut berisi tentang penyusunan
jadwal pelaksanaan kegiatan. Untuk mengetahui jenis
sampah apa saja yang paling banyak ditimbang dan mahal
harganya, kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada saat
pertemuan, Ibu Rumsinah selaku bagian penimbangan
mengatakan bahwa :
“Perencanaan kegiatan dilakukan oleh pengurus dan
ketua secara bersama-sama dengan mengadakan rapat atau
pertemuan untuk menyusun jadwal kegiatan.”52
51Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 52Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-
da tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
64
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses perencanaan kegiatan yang
dilakukan biasanya hanya melibatkan ketua dan para
pengurus saja. Pihak RT dan RW hanya sebagai
pelengkap dan izin penyelenggaraan kegiatan sekaligus
sarana sosialisasi mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan. Perencanaan kegiatan dilakukan agar
memudahkan ketua beserta para pengurus pada saat
proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada setiap
pertemuan. Berikut ini peneliti sajikan data berupa jadwal
kegiatan penimbangan sampah beserta hasilnya :
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,
kemudian peneliti kembangkan menjadi data indikator
pemberdayaan ekonomi dari pelaksanaan Bank Sampah
PokLiLi. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka
peneliti menggunakan purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Dimana perkembangan tertentu ini misalnya
orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita
harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi
yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel
diambil berdasarkan kebutuhan penelitian.
Selain itu, untuk mendapatkan kelengkapan dan
kesimpulan data dari proses pengumpulan data tersebut
maka peneliti menggunakan snowball sampling yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data yang pada
65
awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka harus mencari
orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan
selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan
akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
sampel sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel
lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data
lebih lengkap.53
Pada proses awal pengumpulan data, peneliti
melihat dari populasi dan sampel yang didapatkan dari
pihak tempat penelitian terkait. Dimana populasi tersebut
terbagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari: pertama,
populasi umum yaitu seluruh peserta atau anggota Bank
Sampah PokLiLi yang berjumlah 118 orang
anggota/nasabah.
Kemudian dari populasi umum tersebut agar mudah
untuk didapatkan lagi data yang lebih akurat maka peneliti
membaginya menjadi kedua, populasi khusus yaitu
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi yang hanya
mengikuti kegiatan pengumpulan sampah saja dan ketiga,
populasi umum yaitu anggota/nasabah yang mengikuti
53Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Ban-
dung: Alfabeta, 2008), h. 300-301.
66
keseluruhan pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi
mulai dari proses mengumpulkan sampah dan mengikuti
kegiatan mendaur ulang sampah.
Setelah mendapatkan populasi penelitian dan
kemudian membaginya menjadi dua bagian maka
selanjutnya dengan menggunakan teknik purposive
sampling untuk mencari sampel penelitian yaitu
mengambil 10% dari jumlah populasi yaitu 18 orang
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi. Berdasarkan
jumlah sampel yang didapat, maka peneliti melakukan
teknik snowball sampling untuk memperoleh data
penghasilan dari pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan melalui proses pelaksanaan kegiatan di Bank
Sampah PokLiLi.
Tabel 4.1
Anggota Keseluruhan Bank Sampah PokLiLi54
Alamat Jumlah Nasabah
RT. 1 20
RT. 2 22
RT. 3 37
RT. 4 21
RT. 5 22
RT. 6 10
Luar Daerah GLD 95
Jumlah 227
Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi
Dari awal berdiri pada tahun 2010 hingga sekarang
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi berjumlah 227.
Namun, seiring dengan perkembangan Bank Sampah di
Kota Depok maka banyak anggota/nasabah yang
54Profil Bank Sampah PokLiLi
67
membuka Bank Sampah sendiri. Selain itu, karena
kesibukan masing-masing anggota dan para pengurus
sehingga menyebabkan aktivitas pelaksanaan kegiatan
Bank Sampah PokLiLi mengalami penurunan. Sehingga
pada tahun 2017 hingga 2018 ini banyak anggota/nasabah
yang tidak aktif menjadi bagian dari keanggotaan
pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi.
Tabel 4.2
Anggota Mengumpulkan Sampah55
Alamat Jumlah Nasabah
RT. 1 1
RT. 2 4
RT. 3 15
RT. 4 4
RT. 5 4
RT. 6 -
Luar Daerah GLD 7
Jumlah 35
Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap sebagian besar masyarakat yang mengikuti
kegiatan pelaksanaan hanya mengumpulkan sampah
kemudian langsung menyerahkannya ke Bank Sampah
tanpa melakukan proses penimbangan sampah dan
pencatatan di buku tabungan. Hal tersebut dikarenakan
masyarakat yang ada di perumahan Griya Lembah Depok
termasuk golongan ekonomi menengah keatas sehingga
mereka berpendapat bahwa penghasilan dari
mengumpulkan sampah tidak seberapa.
55Profil Bank Sampah PokLiLi
68
Sehingga akan lebih baik jika hasil keuangannya
dipakai untuk pembiayaan operasional pelaksanaan Bank
Sampah PokLiLi tersebut. Adapun jika masyarakat di
perumahan Griya Lembah Depok tersebut terlalu sibuk
untuk berpartisipasi melakukan kegiatan maka yang
menggantikannya adalah asisten tumah tangganya (ART)
untuk mengumpulkan sampah dan melakukan
penimbangan sampah setelah itu uang yang dihasilkan
dapat mereka ambil sehingga banyak ART yang rutin
menggantikan masyarakat di perumahan Griya Lembah
Depok dalam berpartisipasi mengikuti kegiatan tersebut
dikarenakan termotivasi oleh adanya penghasilan ekonomi
dari hasil mengikuti kegiatan di Bank Sampah PokLiLi.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Eni sebagai berikut :
“Bank Sampah merupakan tempat untuk
menghimpun sampah dan mendaur ulang sampah. Jika
ada sampah seperti kardus, kertas-kertas lalu duplek
biasanya akan saya berikan saja langsung ke Bank
Sampah. Saya tidak pernah mengambil uang hasil dari
pemberian sampah karena uangnya tidak seberapa jadi
lebih baik digunakan untuk biaya operasional Bank
Sampah PokLiLi saja.”
69
Tabel 4.3
Anggota Mengumpulkan Sampah dan Menghitung56
Alamat Jumlah Nasabah
RT. 1 2
RT. 2 3
RT. 3 22
RT. 4 5
RT. 5 4
RT. 6 2
Luar Daerah GLD 8
Jumlah 46
Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi
Adapun anggota/nasabah yang mengumpulkan
sampah dan menghitungnya kemudian diambil uang hasil
tabungan sampahnya berjumlah 46 orang. Rata-rata
penghasilan yang dihasilkan tidak menentu, bila
diperkirakan berkisar Rp. 25.000,00 - Rp.85.000,00
bahkan bisa lebih tergantung besar kecilnya jumlah
tabungan sampah. Pengambilan tabungan uang oleh
anggota/nasabah tidak bisa langsung diambil begitu saja
saat menyerahkan sampah ke Bank Sampah. Setelah
melakukan penimbangan sampah beberapa minggu
setelahnya baru uangnya bisa diambil karena harus
menunggu agar sampah terkumpul dan bisa dijual ke
pengepul sampah. Ibu Iis selaku penimbangan
mengatakan :
“Para anggota/nasabah tidak bisa langsung
mengambil tabungan uang hasil penimbangan sampah.
Setelah itu, para pengurus harus menghitung dan memilah
kembali sampah-sampah yang sejenis ke suatu tempat
atau wadah hingga sampah terkumpul. Kemudian setelah
sampah selesai dipilah dan dikumpulkan menjadi satu
56Profil Bank Sampah PokLiLi
70
maka selanjutnya sampah tersebut dijual kepada pengepul
sampah untuk ditukarkan dengan uang. Beberapa minggu
kemudian barulah uang hasil penimbangan sampah dapat
diambil oleh para anggota/nasabah”. Tabel 4.4
Anggota Mengumpulkan, Menghitung
dan Mendaur Ulang Sampah57
Alamat Jumlah Nasabah
RT. 1 -
RT. 2 -
RT. 3 12
RT. 4 2
RT. 5 1
RT. 6 -
Luar Daerah GLD 2
Jumlah 17
Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi
Berdasarkan jumlah sampel dari populasi penelitian
didapatkan bahwa anggota/nasabah yang rutin mengikuti
kegiatan mengumpulkan sampah dan ikut mendaur ulang
sampah berjumlah 17 orang dan sisanya hanya mengikuti
kegiatan mengumpulkan sampah saja. Adapun rata-rata
penghasilan per-bulannya dari hasil mengikuti kegiatan di
Bank Sampah PokLiLi ini tidak menentu tergantung dari
seberapa banyak dan rutinnya anggota/nasabah tersebut
melakukan kegiatan.
Untuk penghasilan kegiatan mendaur ulang sampah
tersebut tergantung dari hasil penjualan produk kerajinan
daur ulang sampah. Untuk sistem penjualannya, Bank
Sampah PokLiLi bersifat fleksibel dan tidak berstruktur
yang biasanya hanya dipajang di basecamp Bank Sampah
PokLiLi atau acara-acara seperti seminar, bazar dan lain-
57Profil Bank Sampah PokLiLi
71
lain. Umumnya penjualan produk kerajinan hasil daur
ulang sampah dilakukan berdasarkan pemesanan seperti
souvenir pernikahan, ulang tahun maupun acara-acara
tertentu seperti 17 Agustus-an dan lain-lain.
Untuk pembagian hasil penjualan produk kerajinan
daur ulang sampah yaitu sebesar 10% untuk kas, 10 %
untuk dana operasional, dan 80% untuk yang membuat
produk. Begitupun sebaliknya jika produk kerajinan daur
ulang sampah yang terjual merupakan hasil dari
pembuatan secara individu atau perorangan. Sedangkan
untuk rata-rata penghasilan dari hasil mengumpulkan
sampah yaitu sebesar Rp. 30.000,00 – Rp. 50.000,00
setiap anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi melakukan
kegiatan penimbangan sampah.
Tabel 4.5
Data Bank Sampah PokLiLi
Jadwal Penimbangan dan Hasil Tahun 201758
No Bln Tgl Hasil
1 Jan 6,
20
Kardus 57,4 Kg X 1300 :Rp 74.620,.
Aki 1 Kg X 6000 :Rp 6.000,.
B. Timbang 5,1 Kg X 100 :Rp 510,.
Duplek 28,7 Kg X 400 :Rp 11.480,.
Plastik Putih 6,4 Kg X 1800 :Rp 11.520,.
Plastik 23,3 Kg X 1000 :Rp 23.300,.
Kaleng 1,7 Kg X 700 :Rp 1.190,.
Koran 4 Kg X 1200 :Rp 4.800,.
Kabin 7 Kg X 1200 :Rp 8.400,.
Besi 2 Kg X 1800 :Rp 3.600,.
HVS 4 Kg X 1400 :Rp 5.600,.
Majalah 6 Kg X 700 :Rp 4.200,.
:Rp 155.220,.
Feb 3,
17,
24
Plastik Putih 12,5 Kg X 1800 :Rp 22.500,.
Duplek 22,5 Kg X 400 :Rp 9.000,.
Plastik 35,2 Kg X 1000 :Rp 32.200,.
Gelas A 1,4 Kg X 2300 :Rp 3.220,.
58Profil Bank Sampah PokLiLi
72
No Bln Tgl Hasil
Kardus 58,1 Kg X 1400 :Rp 81.340,.
B. Timbang 7,5 Kg X 100 :Rp 750,.
HVS 13,5 Kg X 1400 :Rp 18.900,.
Kaleng 3,2 Kg X 600 :Rp 1.920,.
Besi 4,5 Kg X 1800 :Rp 8.100,.
Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.
:Rp 187.930,.
3 Mar 3,
17,
31
Besi 36,9 Kg X 1800 :Rp 66.420,.
Kardus 97 Kg X 1600 :Rp155.200,.
Plastik 36,7 Kg X 1000 :Rp 36.700,.
Kaleng 6,2 Kg X 600 :Rp 3.720,.
HVS 40,7 Kg X 1500 :Rp 61.050,.
Duplek 38,1 Kg X 400 :Rp 15.240,.
Plastik Putih 9,5 Kg X 1800 :Rp 17.100,.
B. Timbang 12,7 Kg X 100 :Rp 1.270,.
Aluminium 1,8 Kg X 2500 :Rp 4.500,.
Tutup Galon 0,9 Kg X 1000 :Rp 900,.
:Rp 362.100,.
4 Apr 7,
21
Plastik 24,5 Kg X 1000 :Rp 24.500,.
Duplek 17,1 Kg X 400 :Rp 6.840,.
Plastik Putih 12,1 Kg X 1800 :Rp 21.780,.
Kardus 6 5,6 Kg X 1600 :Rp 104.960,.
Kaleng 7,1 Kg X 700 :Rp 4.970,.
Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.
Majalah 12 Kg X 700 :Rp 8.400,.
B. Timbang 15,9 Kg X 100 :Rp 1.590,.
Gelas A 1,6 Kg X 2800 :Rp 4.480,.
Besi 9 Kg X 2200 :Rp 19.800,.
Tutup Aqua 0,8 Kg X 1800 :Rp 1.440,.
HVS 22,5 Kg X 1400 :Rp 31.500,.
:Rp 237.260,.
5 Mei 5,
12,
19
Plastik Putih 12,3 Kg X 1800 :Rp 22.140,.
Kardus 101,2 Kg X 1300 :Rp131.560,.
Plastik 41,6 Kg X 1000 :Rp 41.600,.
Duplek 22,2 Kg X 400 :Rp 8.880,.
Kaleng 9,6 Kg X 600 :Rp 5.760,.
Gelas A 1 Kg X 3500 :Rp 3.500,.
B. Timbang 14,8 Kg X 100 :Rp 1.480,.
Koran 1,8 Kg X 1200 :Rp 2.160,.
Besi 6 Kg X 2200 :Rp 13.200,.
HVS 5 Kg X 1300 :Rp 6.500,.
:Rp 236.780,.
6 Jul 14,
21,
28,
29
Duplek 24,4 Kg X 400 :Rp 9.760,.
Plastik 33,4 Kg X 1000 :Rp 33.400,.
Plastik Putih 19,8 Kg X 1800 :Rp 35.640,.
Kardus 43,8 Kg X 1500 :Rp 65.700,.
Aluminium 5 Kg X 9000 :Rp 45.000,.
73
No Bln Tgl Hasil
B. Timbang 36,3 Kg X 100 :Rp 3.630,.
Majalah 13 Kg X 900 :Rp 11.700,.
Besi 11,5 Kg X 2200 :Rp 25.300,.
Kaleng 6,8 Kg X 600 :Rp 4.080,.
Gelas A 1 Kg X 3700 :Rp 3.700,.
Tutup Galon 0,4 Kg X 1800 :Rp 720,.
Buku 3,2 Kg X 900 :Rp 2.880,.
HVS 19,1 Kg X 1400 :Rp 26.740,.
:Rp 268.250,.
7 Ags 11,
25
Kardus 98,9 Kg X 1500 :Rp 148.350,.
Plastik Putih 8,3 Kg X 1800 :Rp 14.940,.
Plastik 35,2 Kg X 1000 :Rp 35.200,.
Duplek 28 Kg X 400 :Rp 11.200,.
Kaleng 21,1 Kg X 600 :Rp 12.660,.
B. Timbang 16,2 Kg X 100 :Rp 1.620,.
Yakul 1 Kg X 400 :Rp 400,.
HVS 11 Kg X 1500 :Rp 16.500,.
Gelas A 0,5 Kg X 2000 :Rp 2.000,.
Koran 13,5 Kg X 1500 :Rp 20.250,.
:Rp 263.120,.
8 Sept 8,
15,
29
Plastik Putih 22,2 Kg X 1600 :Rp 35.520,.
Plastik 55,1 Kg X 1000 :Rp 55.100,.
Duplek 40,8 Kg X 400 :Rp 16.320,.
Besi 40 Kg X 1800 :Rp 72.000,.
B. Timbang 35 Kg X 100 :Rp 3.500,.
Kardus 158,7 Kg X 1100 :Rp174.570,.
Koran 20 Kg X 1200 :Rp 24.000,.
HVS 18,5 Kg X 1500 :Rp 27.750,.
Kaleng 18,5 Kg X 600 :Rp 11.100,.
Gelas A 1,5 Kg X 1800 :Rp 2.700,.
Buku 2 Kg X 700 :Rp 1.400,.
:Rp 423.960,.
9 Okt 13,
27
Plastik Putih 17,7 Kg X 1800 :Rp 31.860,.
Plastik 65 Kg X 1000 :Rp 65.000,.
Duplek 55,3 Kg X 400 :Rp 22.120,.
B. Timbang 26,7 Kg X 100 :Rp 2.670,.
Rongsok 1 Kg X 6000 :Rp 6.000,.
Kardus 85 Kg X 1100 :Rp 93.500,.
HVS 14,4 Kg X 1600 :Rp 23.040,.
Koran 17 Kg X 1200 :Rp 20.400,.
B. Sirup 4 Kg X 50 :Rp 200,.
Kaleng 7 Kg X 600 :Rp 4.200,.
Besi 11 Kg X 1800 :Rp 19.800,.
:Rp 288.790,.
10 Nov 3,
17,
24
Plastik Putih 22,8 Kg X 1800 :Rp 41.040,.
Plastik 40,3 Kg X 1000 :Rp 40.300,.
Duplek 38,6 Kg X 400 :Rp 15.440,.
74
No Bln Tgl Hasil
Kardus 122,2 Kg X 1200 :Rp 146.640,.
B. Timbang 16,8 Kg X 100 :Rp 1.680,.
Kaleng 10,2 Kg X 600 :Rp 6.120,.
Gelas A 0,5 Kg X 3500 :Rp 1.750,.
Kaleng 9 Kg X 600 :Rp 5.400,.
HVS 19,2 Kg X 1500 :Rp 28.800,.
Besi 10,5 Kg X 1800 :Rp 18.900,.
Aki 5,9 Kg X 5500 :Rp 32.450,.
Plastik 1,4 Kg X 1000 :Rp 1.400,.
Majalah 0,2 Kg X 1000 :Rp 200,.
:Rp 340.120,.
11 Des 8,
15,
29
Plastik 18,6 Kg X 1000 :Rp 18.600,.
Duplek 25,4 Kg X 400 :Rp 10.160,.
B. Timbang 5,5 Kg X 100 :Rp 550,.
Kardus 44 Kg X 1500 :Rp 66.000,.
Plastik Putih 4,9 Kg X 1800 :Rp 8.820,.
HVS 39,5 Kg X 1400 :Rp 55.300,.
Majalah 95 Kg X 800 :Rp 76.000,.
Kaleng 4 Kg X 700 :Rp 2.800,.
Aki 3,5 Kg X 5000 :Rp 17.500,.
Aluminium 2 Kg X 2500 :Rp 5.000,.
Besi 3,5 Kg X 2500 :Rp 8.750,.
Gelas A 1,2 Kg X 4000 :Rp 4.800,.
Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.
:Rp 281.280,.
Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi
Dari tabel 4.5 di atas didapatkan bahwa penghasilan
dari hasil penimbangan sampah pada tahun 2017 yang
dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi sebesar Rp.
3.044.810,00 yaitu dengan rata-rata penghasilan per-
bulannya sebesar Rp. 260.000,00 dari total keseluruhan
hasil penimbangan sampah pada tahun 2017. Dari total
tersebut diketahui bahwa dari keseluruhan jumlah
populasi yang ada tidak semua mengikuti kegiatan di
Bank Sampah PokLiLi pada tahun 2017 yang berarti
terjadinya penurunan keaktifan anggota/nasabah Bank
Sampah PokLiLi. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor
75
yaitu banyaknya anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi
yang mendirikan Bank Sampah secara mandiri dan keluar
dari aktivitas keanggotaan.
Selain itu sudah banyak dan menjamurnya Bank
Sampah di Kota Depok yang merupakan percontohan dari
Bank Sampah PokLiLi sebagai Bank Sampah pertama
yang berdiri di Kota Depok. Sehingga Bank Sampah
PokLiLi sering disebut sebagai pilot project dari
berdirinya Bank Sampah yang ada di Kota Depok.
Sedangkan untuk saat ini Bank Sampah PokLiLi lebih
aktif di penyuluhan seperti di acara-acara seminar maupun
memberikan pelatihan ke berbagai lembaga maupun
instansi. Hal tersebut didapatkan dari hasil wawancara
dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku ketua pelaksana
yaitu :
“Pada saat ini karena sudah banyaknya Bank
Sampah yang ada di Kota Depok maka Bank Sampah
PokLiLi jadi agak berkurang kegiatannya. Karena Bank
Sampah PokLiLi merupakan yang pertama kalinya berdiri
di Kota Depok sehingga menjadi pilot project dari
berdirinya Bank Sampah lain yang ada di Kota Depok.
Umumnya anggota/nasabah yang telah mengikuti kegiatan
dan mengetahui sistem kerja Bank Sampah maka
kemudian ia mendirikan Bank Sampah sendiri. Untuk
sekarang, Bank Sampah PokLiLi masih aktif di bidang
penyuluhan lingkungan hidup mendapat panggilan dari
berbagai institusi maupun lembaga seperti PemKot Depok
dan sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.”
Dari hasil penjabaran diatas maka diketahui bahwa
jika dilihat keberhasilan indikator ekonomi dari
76
pemberdayaan masyarakat melalui Bank Sampah PokLiLi
belum sepenuhnya tercapai. Itu disebabkan karena belum
tercapainya pemuasan akan terpenuhinya kebutuhan yang
diperoleh dari penghasilan ekonomi yang didapat selama
mengikuti pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah
PokLiLi.
Mayoritas masyarakat di perumahan Griya Lembah
Depok hanya ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian
lingkungan tempat tinggal saja. Belum adanya
ketergantungan dari hasil melakukan kegiatan
penimbangan sampah maupun mendaur ulang sampah.
Namun ada juga anggota/nasabah yang berasal dari luar
daerah perumahan Griya Lembah Depok yang mengikuti
kegiatan penimbangan sampah yang bertujuan agar
mendapat uang dan keuntungan segi materi atau ekonomi
dari hasil penimbangan sampah melalui Bank Sampah
PokLiLi.
b. Penimbangan
Pada dasarnya kegiatan utama yang dilakukan oleh
Bank Sampah PokLiLi dalam setiap pertemuan atau setiap
seminggu umumnya kegiatan penimbangan dan daur
ulang sampah. Kegiatan seperti pemilahan sampah dan
pembuatan kompos menggunakan keranjang takakura
sudah dilakukan para anggota/nasabah secara individu
yang dikerjakan di rumah tangga mereka masing-masing.
Pada saat pertemuan di basecamp para anggota/nasabah
yang membawa sampah bersama-sama dengan ketua dan
77
pengurus melakukan penimbangan sampah yang
sebelumnya telah dipilah-pilah terlebih dahulu.
Setelah melakukan penimbangan, anggota/nasabah
Bank Sampah menghitung hasil timbangan. Kemudian
para pengurus khususnya bendahara mencatat dan
menjumlah harga jenis-jenis sampah yang telah ditimbang
tadi sehingga diperoleh dalam bentuk saldo di dalam buku
tabungan. Kemudian buku tabungan ditukarkan dengan
uang yang sistimnya bisa langsung diambil atau ditabung.
Ibu Iis selaku bagian penimbangan menjelaskan :
“Umumnya kegiatan yang dilakukan adalah
penimbangan sampah. Sebelum sampah ditimbang
terlebih dahulu dilakukan pemilahan secara individu oleh
masing-masing anggota/nasabah. Setelah melakukan
penimbangan, kemudian sampah ditotal dan
dikumpulkan berdasarkan jenis sampahnya. Setelah itu,
bendahara mencatat total harga sampah yang ditimbang di
buku tabungan anggota/nasabah. Uang dalam buku
tabungan tersebut dapat langsung diambil atau ditabung”.59
Hal tersebut diberlakukan agar waktu yang terpakai
lebih efisien karena anggota/nasabah Bank Sampah
PokLiLi cukup banyak. Ibu Djuniawan Wanitarti selaku
ketua pelaksana menjelaskan :
“Bank Sampah PokLiLi melakukan kegiatan setiap
seminggu sekali pada hari Jumat. Kegiatan yang
dilakukan adalah penimbangan dan daur ulang sampah.
Pengurus mewajibkan para anggota/nasabah melakukan
pemilahan sampah terlebih dahulu di tingkat rumah
tangga mereka masing-masing sebelum sampah ditimbang
59Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-
gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
78
di Bank Sampah. Hal tersebut bertujuan agar waktu yang
digunakan lebih efisien dan memudahkan pengurus dalam
pelaksanaannya”.60
Adapun proses perekrutan masyarakat agar bisa
mengikuti kegiatan dan menjadi nasabah atau anggota
yang terdaftar di Bank Sampah PokLiLi sangatlah mudah
dan fleksibel bagi masyarakat atau setiap orang yang
memiliki sampah terutama sampah anorganik. Masyarakat
yang memiliki sampah anorganik harus memilah sampah
terlebih dahulu sebelum diserahkan ke Bank Sampah,
setelah itu sampah yang telah dipilah dibawa ke Bank
Sampah PokLiLi untuk ditimbang.
Setelah calon nasabah atau anggota selesai
melakukan penimbangan maka kemudian calon
anggota/nasabah mengisi formulir atau data untuk
mendapatkan buku tabungan nasabah sebagai bentuk
keanggotaan dan pencatatan keuangan hasil dari proses
penimbangan yang telah dilakukan pada setiap
perkumpulannya. Ibu Rumsinah mengatakan :
“Bank Sampah PokLiLi bersifat fleksibel dan umum
karena tidak ada prosedur atau persyaratan khusus bagi
masyarakat yang ingin bergabung. Adapun prosedurnya
yaitu masyarakat harus membawa sampah yang telah
dipilah untuk ditimbang kemudian mengisi data diri agar
diberi buku tabungan untuk mencatat hasil
penimbangan”.61
60Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua
Pelaksana, pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 61Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan,pada
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
79
Informasi berikutnya diperkuat oleh pendapat dari
Ibu Iis yaitu :
“Sangat mudah menjadi anggota/nasabah di Bank
Sampah PokLiLi. Calon anggota/nasabah datang
membawa sampah yang sudah dipilah kemudian oleh
parapengurus ditimbang. Setelah itu, calon
anggota/nasabah mengisi formulir pendaftaran berupa
nama, alamat dan nomor telepon untuk selanjutnya diberi
buku tabungan yang dibawa setiap melakukan
penimbangan di Bank Sampah PokLiLi”.62
Berdasarkan pengamatan peneliti dari hasil
wawancara mengenai pelaksanaan kegiatan penimbangan
Bank Sampah PokLiLi, dapat disimpulkan bahwa ketua
dan para pengurus Bank Sampah mengharuskan memilah
sampah secara individu di rumah tangga masing-masing
sebelum sampah dibawa untuk ditimbang pada saat
pertemuan. Kegiatan memilah sampah rumah tangga,
terlebih dahulu dilakukan secara individu untuk
meningkatkan jiwa disiplin dan konsisten mengikuti
kegiatan pengelolaan sampah.
Proses perekrutan atau pendafataran calon
anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi sangatlah
mudah dan tidak memerlukan persyaratan atau
prosedur yang rumit. Calon anggota atau nasabah
hanya diwajibkan membawa sampah yang telah dipilah
untuk kemudian melakukan penimbangan.
62Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-
gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
80
Bukti bahwa masyarakat telah resmi bergabung
menjadi anggota atau nasabah yaitu memiliki buku
tabungan nasabah yang selalu dibawa guna mencatat saldo
keuangan. Hasil dari proses penimbangan sampah, bisa
digunakan para nasabah dengan ditabung atau pun di
kemudian hari dapat diambil secara langsung sesuai
keperluan mereka masing-masing pada setiap
perkumpulan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi.
c. Penjualan Sampah
Hasil dari sampah yang telah dipilah oleh
anggota/nasabah dikumpulkan menjadi satu dalam suatu
wadah atau tempat. Setelah itu, sampah yang telah
ditimbang dan dikumpulkan tersebut selanjutnya dibawa
ke pengepul sampah atau pengadah sampah yang sudah
merupakan langganan dan telah bekerjasama yang dibantu
oleh Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok). Waktu
dari penjualan sampah bersifat fleksibel dilihat dari
kondisi dan situasi dari lamanya proses pemilahan dan
pengumpulan sampah tersebut.
Biasanya pengambilan sampah dilakukan bila
pengepul atau pengadah sampah datang secara berkala ke
tempat basecamp di perumahan Griya Lembah Depok.
Hasil timbangan sampah dibawa menggunakan gerobak
atau truk, tergantung pada situasi atau kondisi dan jumlah
sampah yang akan diangkut. Transaksi penjualan sampah
atau pertukaran sampah dengan uang dilakukan secara
81
langsung oleh ketua dan para pengurus dengan pengepul.
Ibu Yenny mengatakan :
“Hasil dari penimbangan sampah dikumpulkan
menjadi satu dan ditempatkan ke masing-masing jenis
sampahnya dalam suatu wadah atau tempat hingga banyak
kemudian dijual kepada pengepul atau pengadah sampah.
Pengepul datang ke perumahan Griya Lembah Depok
dengan gerobak namun jika sampah yang dikumpulkan
oleh para pengurus Bank Sampah berjumlah sangat
banyak maka pengepul datang mengangkut dengan truk.
Transaksi dilakukan secara langsung di tempat, pengepul
membayar sesuai dengan harga-harga dari setiap jenis
sampah yang dijual”.63
Dari hasil wawancara tersebut didapatkan informasi
data berupa kelanjutan dari hasil kegiatan penimbangan
sampah yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi. Sampah
yang telah dipilah dan ditimbang kemudian diteruskan
untuk dijual ke pengepul atau pengadah sampah agar
dapat ditukarkan dengan uang sesuai dengan harga-harga
jenis sampah. Kegiatan transaksi jual beli tersebut secara
langsung di tempat, ketika pengepul atau pengadah
sampah tersebut datang ke basecamp. Sampah dibayar
tunai sesuai dengan harga dari jenis-jenisnya.
Hal tersebut harus rutin dilakukan oleh para
pengurus Bank Sampah PokLiLi agar sampah yang telah
dipilah, ditimbang dan dikumpulkan tidak akan
menumpuk dan dibiarkan begitu saja terlalu lama.
63Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
82
Walaupun jenis sampah yang dijual adalah sampah
anorganik yang tidak mudah terurai.
Sampah yang terlalu lama ditumpuk lama kelamaan
akan menjadi rusak dan berkurang kualitas dari nilai harga
jual sampah. Dari segi nilai estetika sangatlah tidak enak
untuk dipandang mata dan mempersempit lingkungan
terutama di basecamp Bank Sampah PokLiLi. Sehingga
mengganggu aktivitas anggota/nasabah serta para
pengurus dalam pelaksanaan kegiatan.
d. Daur Ulang Sampah
Kegiatan utama yang dilakukan Bank Sampah
PokLiLi adalah penimbangan dan daur ulang sampah.
Kegiatan daur ulang sampah telah dilakukan oleh
masyarakat di wilayah perumahan Griya Lembah Depok
sebelum terbentuknya Bank Sampah. Awal kegiatan daur
ulang yang paling pertama dilakukan sekitar tahun 2008
adalah daur ulang sampah organik dengan mengubahnya
menjadi pupuk yang dilakukan di masing-masing rumah
tangga.
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) juga ikut
berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bank Sampah
dengan membeli pupuk organik yang diproduksi oleh
Bank Sampah PokLiLi yang dipakai untuk keperluan
taman yang ada di kantor pemerintahan Walikota Depok.
Daur ulang sampah anorganik menjadi produk kerajinan
tangan dimulai sejak tahun 2010 pada saat itu belum
terbentuk Bank Sampah.
83
Karena semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan
sehingga semakin banyak pula masyarakat yang tertarik
dan mengikuti kegiatan daur ulang sampah anorganik
maka Ibu Djuniawan Wanitarti beserta para Ibu-ibu PKK
mencetuskan berdirinya Bank Sampah PokLiLi atas dasar
kepedulian mereka terhadap lingkungan atau daerah
sekitar tempat mereka tinggal.
Pada awal sebelum dan terbentuknya Bank Sampah,
kegiatan yang dilakukan seputar pemilahan sampah dan
daur ulang sampah secara individu di tingkat rumah
tangga. Daur ulang sampah anorganik merupakan salah
satu daya tarik untuk menarik minat masyarakat agar ikut
berpartisipasi. Pemilahan sampah dilakukan untuk
memisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Sampah organik di daur ulang menjadi pupuk dengan
menggunakan keranjang takakura.
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) sangat
berperan dalam pelaksanaan kegiatan seperti pemberian
keranjang takakura dan peralatan untuk kegiatan
penimbangan sampah. Pada waktu itu Pemkot Depok
memberikan keranjang takakura kepada Bank Sampah
PokLiLi untuk dibagikan kepada masyarakat.
Selanjutnya masyarakat melakukan daur ulang
sampah organik menjadi pupuk. Pupuk organik yang telah
dibuat sebagian dipakai untuk tanaman di halaman rumah
mereka masing-masing atau dikumpulkan secara kolektif
84
dan disetor kepada Bank Sampah agar dijual ke pedagang
tanaman yang ada di Kota Depok dan sekitarnya.
Kemudian kegiatan utama yang sering dilakukan
adalah daur ulang sampah anorganik untuk dijadikan ke
berbagai bentuk produk kerajinan tangan yang bernilai
tinggi. Jenis-jenis produk kerajinan tangan dari kegiatan
daur ulang antara lain seperti tas dari bungkus kopi, taplak
dari sedotan, bunga perca, sajadah dan lain sebagainya.
Ibu Muswarini selaku kerajinan mengatakan :
“Pada awalnya kegiatan yang dilakukan hanya
seputar pemilahan dan daur ulang sampah yang dilakukan
Ibu-ibu PKK, pada waktu itu sekitar tahun 2008 belum
terbentuk Bank Sampah. Daur ulang sampah organik
menjadi pupuk dari sayuran yang berasal dari sampah
rumah tangga sehari-hari digunakan untuk tanaman di
halaman rumah, hal tersebut meningkatkan minat
bercocok tanam. Sedangkan sampah anorganik di daur
ulang dimulai pada tahun 2010 menjadi produk kerajinan
tangan seperti taplak dari sedotan, bunga perca dari plastik
dan masih banyak lagi”.64
Berdasarkan hasil wawancara mengenai daur ulang
sampah yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa
kegiatan yang paling awal dari proses berdirinya Bank
Sampah PokLiLi adalah kegiatan daur ulang sampah.
Kegiatan tersebut menjadi daya tarik, karena dari situlah
ciri utama terbentuknya Bank Sampah PokLiLi di
perumahan Griya Lembah Depok. Kegiatan daur ulang
sampah melalui Bank Sampah dilakukan secara bergotong
royong.
64Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
85
Hasil dari kegiatan daur ulang sampah tersebut
memiliki banyak manfaat yang beragam seperti
meningkatkan keinginan dalam melestarikan lingkungan
dengan bercocok tanam menggunakan pupuk yang telah
dibuat dari sampah organik. Dari segi ekonomi hasil daur
ulang sampah dapat dijual ke berbagai lapisan masyarakat.
Seperti produk kerajinan tangan dari sampah anorganik
yang memiliki nilai ekonomis dan juga memiliki nilai
estetis dari segi keindahan produk ramah lingkungan.
e. Pemasaran
Pemasaran merupakan hasil dari keseluruhan
kegiatan yang telah dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi. Hasil dari pemberdayaan masyarakat juga
merupakan bukti bahwa nilai keberhasilan dan kelayakan
dari haril produk pemberdayaan dapat bernilai tinggi.
Pemasaran yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi
bersifat fleksibel dapat dilakukan melalui berbagai cara
seperti pameran, bazar, seminar-seminar dan lain
sebagainya.
Pameran yang dilakukan berupa acara-acara formal
yang diadakan oleh organisasi atau lembaga tertentu
seperti BLH atau pemerintah Kota Depok (PemKot
Depok). Untuk pemasaran produk daur ulang sampah
melalui bazar-bazar yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi dengan cara mendirikan sebuah stand atau tempat
untuk mempromosikan serta mengenalkan produk-produk
kerajinan daur ulang sampah ke masyarakat pada waktu-
86
waktu tertentu seperti adanya hari-hari nasional dimana
penyelenggaraannya diadakan di sebuah tempat khusus
yaitu JCC, BSD, Balai Kartini, SMESCO dan lain
sebagainya.
Sedangkan untuk seminar biasanya dilakukan
melalui panggilan untuk melakukan penyuluhan mengenai
kelestarian dan juga seputar bagaimana menjaga
lingkungan agar tetap bersih melalui pengenalan produk
daur ulang sampah. Pada saat seminar selain untuk
melakukan penyuluhan lingkungan, disela-sela Bank
Sampah PokLiLi melakukan pemasaran kepada para
peserta seminar yang ingin membeli produk-produk daur
ulang sampah. Ibu Yenny mengatakan :
“Untuk pemasaran tidak dilakukan secara spesifik
tetapi lebih bersifat fleksibel. Kegiatan pemasaran yang
dilakukan Bank Sampah PokLiLi seperti pada pameran,
bazar, seminar dan lain sebagainya. Pada waktu itu Bank
Sampah PokLiLi sering diundang oleh BLH dan PemKot
Depok. Biasanya karena adanya perayaan seperti hari-hari
nasional yang penyelenggaraannya diadakan di sebuah
tempat seperti JCC, Gedung SMESCO, BSD, Balai
Kartini dan masih banyak lagi. Umumnya pemasaran
dilakukan dengan meletakkan produk kerajinan tersebut di
depan Basecamp Bank Sampah PokLiLi”.65
Selain berbagai cara pemasaran yang dilakukan
tersebut, Bank Sampah PokLiLi juga menerima pesanan
berupa pembuatan souvenir untuk pernikahan atau acara-
acara tertentu lainnya. Pemasaran melalui panggilan
65Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada
tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
87
dipromosikan dari mulut ke mulut. Para pengurus maupun
anggota/nasabah ikut melakukan pemasaran dan ada
saudara dan ada juga kerabat maupun anggota/nasabah
yang melakukan pemesanan. Untuk pembuatan pesanan
souvenir dari produk daur ulang sampah dilakukan secara
gotong-royong oleh anggota/nasabah maupun para
pengurus Bank Sampah PokLiLi. Ibu Muswarini
menjelaskan :
“Konsumen biasanya berasal dari para pelajar dan
mahasiswa yang datang berkunjung untuk tugas sekolah.
Untuk pemasarannya hanya ditaruh dan dipajang di depan
basecamp Bank Sampah PokLiLi, jadi ketika ada orang
yang datang berkunjung merasa tertarik dan akhirnya
membeli. Pemasaran juga dilakukan dengan menerima
pesanan berupa pembuatan souvenir dari daur ulang
sampah yang biasanya dipakai untuk acara-acara tertentu
seperti penikahan dan ulang tahun. Adapun produk yang
biasa dipesan yaitu gantungan kunci, bunga perca, bros,
tempat pensil dan lain sebagainya”.66
Untuk sistem bagi hasil Bank Sampah PokLiLi
menyerahkan semua hasil dari penjualan produk daur
ulang sampah yang telah laku terjual kepada para
pengrajin yang telah membuatnya. Hal itu dilakukan
karena pada proses pembuatan produk daur ulang sampah
tersebut menggunakan modal uang terlebih dahulu.
Contohnya tas dari daur ulang sampah anorganik
membutuhkan tambahan assesoris seperti serotan, furing
dan gagang tasnya tersebut agar terlihat lebih menarik dan
66Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
88
memiliki harga nilai jual yang lebih tinggi serta layak
dipakai untuk para konsumen. Ibu Yenny mengatakan :
“Biasanya dijual dengan cara dipajang di tempat
Bank Sampah PokLiLi. Namun sering juga melalui
pameran, bazar dan seminar-seminar yang pada waktu itu
mendapat panggilan dari BLH untuk memperingati hari
lingkungan hidup. Untuk hasil penjualan produk kerajinan
yang dibuat secara bersama upahnya berdasarkan sistem
bagi hasil. Sedangkan untuk pembuatan secara individu
maka hasil penjualan diserahkan semuanya, hanya sekitar
beberapa persen untuk kas, karena dalam pembuatan
produk tersebut membutuhkan tenaga, waktu serta modal
agar produk yang dihasilkan memiliki nilai jual dan layak
pakai bagi masyarakat luas yang membelinya”.67
Berdasarkan kesimpulan mengenai sistem
pemasaran di Bank Sampah PokLiLi ini dilakukan secara
fleksibel dan tidak terstruktur maupun formal. Karena
kegiatan yang bersifat kekeluargaan maka pembuatan
produk hasil kerajinan daur ulang sampah berdasarkan
sistem bagi hasil sesuai dengan proses pengerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing anggota/nasabah dan para
pengurus.
Adapun jika produk kerajinan daur ulang sampah
yang terjual merupakan hasil pembuatan anggota/nasabah
maupun para pengurus secara individu maka hasil
penjualan akan diserahkan semuanya kepada para
pengrajin. Karena pada dasarnya Bank Sampah PokLiLi
hanya sebagai media sarana sosial dari segi lingkungan
67Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
89
dan juga dapat membantu segi ekonomi masyarakat yang
menjadi anggota/nasabah.
f. Evaluasi
Evaluasi dalam setiap kegiatan merupakan hal
penting dalam setiap melakukan suatu kegiatan terutama
yang melibatkan masyarakat banyak. Selain itu juga
evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari suatu pelaksanaan kegiatan yang telah
dilakukan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
meningkatkan mutu dan kualitas dari suatu kegiatan yang
telah dilakukan oleh lembaga atau organisasi tersebut.
Seperti halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh
Bank Sampah PokLiLi ini setelah melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat utamanya Bank Sampah
PokLiLi ini melakukan evaluasi kegiatan mengenai apa
saja kegiatan yang paling utama dilakukan maupun
kegiatan yang perlu di evaluasi pelaksanaannya. Evaluasi
kegiatan yang dilakukan yaitu dari segi kegiatan
penimbangan dan daur ulang sampah hingga evaluasi
mengenai pemasaran.
Pada evaluasi kegiatan penimbangan sampah
dilakukan seperti bagaimana proses pemilahan sampah
yang wajib dilakukan oleh anggota/nasabah. Lalu sampah
dari yang paling banyak ditimbang dengan harga dari
yang paling rendah sampai harga sampah yang paling
tinggi. Kemudian disortir dan ditingkatkan, untuk harga
90
sampah yang mengalami perubahan harga secara naik
maupun turun.
Adapun evaluasi yang dilakukan seperti berapa
tingkat penjualan yang dihasilkan serta jenis produk daur
ulang sampah seperti apa yang paling banyak mengalami
penjualan setiap kali melakukan pemasaran. Evaluasi pada
kegiatan daur ulang sampah seperti apa saja jenis kegiatan
kerajinan tangan dari daur ulang sampah yang akan
dilakukan. Evaluasi bertujuan agar para anggota/nasabah
lebih banyak mengetahui ilmu dan jenis-jenis kreativitas
lainnya yang diajarkan agar anggota/nasabah tidak bosan
dengan kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang
bersifat monoton. Ibu Muswarini mengatakan :
“Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui kegiatan apa yang efektif dilakukan pada
setiap pertemuan. Evaluasi juga dilakukan terhadap
produksi sampah yang bernilai paling tinggi harganya
serta produk kerajinan apa saja yang paling banyak
diminati oleh konsumen”.68
Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan
kesimpulan mengenai evaluasi kegiatan yang dilakukan
secara terencana dan terarah. Tujuannya agar pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi dapat
berjalan lancar dan efektif. Selain itu juga untuk
meningkatkan kualitas dan mutu yang bermanfaat dari
68Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
91
hasil kegiatan yang telah dilakukan baik itu bagi
masyarakat, anggota/nasabah maupun para pengurus.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
mengenai evaluasi atau monitoring dari pelaksanaan
kegiatan Bank Sampah PokLiLi, yaitu:
Pelaksanaan
Bank Sampah Evaluasi Monitoring Yang Dilakukan
Kegiatan Terlebih dahulu para pengurus
melakukan rapat atau pertemuan untuk
merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan. Setelah pelaksanaan dari
perencanaan kegiatan tersebut, bila
dirasa hasil dari kegiatan kurang
maksimal. Maka para pengurus kembali
melakukan trategi dalam perencanaan
kegiatan yang akan datang.
Partisipasi Para pengurus Bank Sampah melihat
tingkat partisipasi dan respon
masyarakat. Jika partisipasi masyarakat
rendah, maka para pengurus akan
melakukan rapat atau pertemuan kembali
untuk merencanakan strategi
pelaksanaan kegiatan selanjutnya agar
lebih menarik dan melakukan sosialisasi
lebih gencar lagi di masyarakat.
92
Penimbangan
Sampah
Evaluasi yang dilakukan pada tahap ini
dibedakan dan dibagi menjadi dua
bagian yaitu dari banyaknya jumlah tiap
jenis sampah yang ditimbang dalam
setiap pertemuan dan harga-harga
sampah dari yang paling tinggi sampai
harga paling rendah dijual di pasaran
atau oleh pengepul sampah.
Kerajinan
Daur Ulang
Sampah
Evaluasi atau monitoring dilihat dari
produk kerajinan daur ulang sampah
yang paling banyak dipesan dan diminati
di pasaran. Jika ada produk kerajinan
daur ulang sampah yang tinggi tingkat
penjualannya maka intensitas pelatihan
atau pembuatan kerajinan daur ulang
sampah tersebut akan ditingkatkan pada
setiap pertemuan pelaksanaan kegiatan
di Bank Sampah PokLiLi.
B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah Pok-
LiLi
1. Hambatan atau Kendala Bank Sampah PokLiLi
Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan
beberapa narasumber yaitu para anggota/nasabah,
pengurus, ketua Bank Sampah PokLiLi dan masyarakat
sekitar perumahan Griya Lembah Depok. Dari hasil
wawancara didapatkan hasil mengenai hambatan-
93
hambatan yang dialami oleh Bank Sampah PokLiLi.
Pertama, dari segi tempat belum ada sukarelawan yang
mau menyediakan tempat khusus untuk pelaksanaan
kegiatan. Tempat yang selama ini dipakai merupakan hasil
dari swadaya para pengurus yang bersedia memberikan
tempat untuk dijadikan basecamp. Bank Sampah PokLiLi
sulit untuk menyimpan barang-barang hasil kegiatan daur
ulang sampah dan pemilahan sampah yang berjumlah
sangat banyak.
Hal tersebut merupakan bagian dari hambatan
karena pada saat penimbangan sampah tidak langsung
dijual ke pengepul melainkan dikumpulkan untuk dipisah
kemudian ditimbang sesuai dengan harga jenis
sampahnya. Karena banyaknya barang-barang hasil dari
kegiatan pada setiap perkumpulan, tempat pelaksanaan
kegiatan menjadi penuh dan sempit. Sehingga untuk
melakukan setiap kegiatan atau aktivitas Bank Sampah
PokLiLi menjadi terhambat dan sulit. Seperti kegiatan
yang dilakukan setiap minggu pada hari Jumat maupun
kegiatan yang bersifat pertemuan atau rapat yang
diadakan para pengurus baik itu yang melibatkan
masyarakat sekitar ataupun tidak. Ibu Rumsinah
menjelaskan :
“Hambatan atau kendala terletak pada tempat,
karena tidak ada tempat khusus bagi pelaksanaan
kegiatan. Tempat yang dipakai sekarang merupakan hasil
swadaya dari pengurus yang bersedia rumahnya dijadikan
basecamp Bank Sampah PokLiLi. Belum adanya
94
sukarelawan yang memberikan tempat khusus untuk
pelaksanaan kegiatan Bank Sampah. Sehingga untuk
menyimpan barang hasil penimbangan sampah tidak
cukup dan membuat tempat menjadi sempit. Pada saat
melakukan pertemuan rapat atau kegiatan seperti daur
ulang dan penimbangan sampah juga jadi terbatas”.69
Hambatan atau kendala yang dialami oleh Bank
Sampah PokLiLi selanjutnya segi partisipasi. Hambatan
yang kedua adalah ketika para pengurus melakukan
pertemuan atau rapat yang membahas seputar pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi,
namun masih banyak warga yang tidak hadir pada
pertemuan yang telah direncanakan tersebut.
Upaya yang dilakukan ketua dan para pengurus
untuk menghadapi hambatan tersebut yaitu terus
melakukan penyuluhan dan memberikan kegiatan positif
serta menarik. Hasil dari kegiatan dapat dirasakan serta
dilihat oleh masyarakat sekitar maupun luar daerah. Ibu
Muswarini mengatakan :
“Kendalanya dalam masyarakat sulit untuk diajak
perkumpulan atau pertemuan rapat yang diadakan Bank
Sampah PokLiLi terutama para ibu-ibu muda. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas masyarakat di perumahan Griya
Lembah Depok sangat sibuk bekerja sedangkan pada hari
libur masyarakat sekitar juga pergi untuk berlibur. Oleh
karena itu, sosialisasi terus dilakukan oleh para pengurus
dengan memberikan undangan-undangan bagi warga
sekitar walaupun tetap masih banyak yang tidak datang
karena kesibukannya. Tetapi para pengurus Bank Sampah
69Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-
da tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
95
PokLiLi terus menggiatkan sosialisasi dengan melakukan
penarikan atau partisipasi bagi masyarakat.”70
Berdasarkan hasil wawancara dan kajian dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa tidak banyak
hambatan berarti yang dialami dalam pelaksanaan
kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Ibu Iis mengatakan :
“Menurut saya tidak ada hambatan yang terlalu sulit
untuk pelaksanaannya. Semua kegiatan yang dilakukan
selama ini dapat berjalan dengan lancar karena para
pengurus bekerja sama aktif dan rajin dalam
melaksanakan semua kegiatan yang ada di Bank
Sampah.”71
Ketua dan para pengurus mampu mengatasi segala
permasalahan baik itu berupa hambatan maupun kendala
yaitu dari segi penyediaan dan lahan diselesaikan melalui
swadaya tempat yang disediakan oleh ketua dan para
pengurus Bank Sampah PokLiLi. Selain itu, untuk
hambatan dan kendala yang berasal dari masyarakat,
pengurus secara terus menerus melakukan kegiatan yang
memberikan hasil yang baik bagi semua pihak mulai dari
masyarakat, lingkungan maupun bagi ketua dan para
pengurus Bank Sampah PokLiLi.
2. Faktor Pendukung Bank Sampah PokLiLi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat
dijelaskan bahwa faktor pendukung pelaksanaan kegiatan
70Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 71Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-
gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.
96
Bank Sampah PokLiLi yang terbesar adalah dukungan
dari pihak internal. Adanya dukungan serta partisipasi
aktif dari para pengurus maupun anggota/nasabah dalam
setiap pelaksanaan kegiatan yang ada di Bank Sampah
PokLiLi.
Dukungan dan support dari para pengurus serta
anggota/nasabah dalam segi kerja sama, gotong royong
dan keaktifan mereka, mampu mendorong setiap
pelaksanaan kegiatan. Sehingga tingkat keberhasilan dari
hasil kegiatan yang dilakukan mendapat nilai yang positif
dari berbagai pihak khususnya RT, RW dan lingkungan
perumahan Griya Lembah Depok. Adapun faktor
pendukung lain adalah dukungan dari pihak RT dan RW.
RT dan RW berfungsi sebagai media sosialisasi dan izin
dalam setiap penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan
yang ada di Bank Sampah PokLiLi. Ibu Yenny
mengatakan :
“Salah satu yang menjadi faktor pendukung yaitu
mendapat dukungan dari para pengurus yang sangat aktif
dan kooperatif dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang
akan maupun telah diselenggarakan oleh Bank Sampah
PokLiLi. Kemudian dari pihak RT dan RW sangat
mendukung kegiatan Bank Sampah. Selain itu juga
adanya peran serta aktif masyarakat dalam berpartisipasi
melalui kegiatan mengolah sampah”.72
Selain dukungan dari pihak RT dan RW, selanjutnya
support dan dukungan juga didapat dari Kelurahan
72Wawancara probadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
97
melalui kegiatan pada setiap pertemuan di Kelurahan pada
tiap-tiap RT maupun RW. Pada tingkat kelurahan, para
pengurus melakukan kegiatan sosialisasi sebagai bentuk
penyampaian aspirasi terhadap proses maupun hasil yang
didapat. Pada pertemuan tersebut ketua dan pengurus
tidak hanya menyampaikan pendapat tetapi juga meminta
aspirasi dan masukan dari adanya pelaksanaan kegiatan di
Bank Sampah PokLiLi pada perkumpulan di tingkat
Kelurahan tersebut.
Dukungan dan support berikutnya adalah adanya
pertukaran ilmu dan pikiran atau pendapat dari berbagai
pihak untuk mendapatkan suatu pencapaian kegiatan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung. Selain itu,
agar mengetahui bahwa kegiatan Bank Sampah PokLiLi
merupakan sesuatu hal yang baik dan menarik sehingga
didapatkan suatu kegiatan bermanfaat dan memberikan
dampak positif untuk berbagai pihak maupun kalangan di
masyarakat. Ibu Muswarini mengatakan :
“Faktor pendukung Bank Sampah PokLiLi didapat
dari berbagai pihak mulai dari RT, RW dan Kelurahan.
Kita sering mengadakan pertemuan baik itu di tingkat
Kelurahan, RT maupun RW. Pada pertemuan tersebut
saling bertukar ilmu dan pikiran mengenai apa saja
kegiatan positif seputar Bank Sampah. Setelah melakukan
sosialisasi dan membuktikan dengan hasil yang
berdampak sangat baik bagi masyarakat maupun
lingkungan sekitar. Sehingga Bank Sampah PokLiLi
98
mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak”.73
Selain faktor pendukung yang berasal dari dalam
atau internal kegiatan. Bank Sampah PokLiLi juga
mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Depok
(PemKot Depok) dan BLH. Faktor pendukung yang
didapat dari PemKot Depok berupa bantuan alat dan
fasilitas yang diperlukan bagi telaksananya kegiatan
seperti pemberian alat penimbangan sampah, keranjang
takakura dan tong sampah besar untuk pemilahan sampah
yang diperuntukkan bagi masyarakat untuk rajin
mengolah sampah di tingkat rumah tangga.
Sedangkan faktor pendukung yang didapat dari
BLH yaitu berupa seminar dan pelatihan-pelatihan untuk
melaksanakan suatu kegiatan pemberdayaan yang
melibatkan masyarakat luas terutama penyuluhan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup. Ibu Djuniawan
Wanitarti menjelaskan :
“Kalau untuk faktor pendukung pelaksanaan
kegiatan di Bank Sampah PokLiLi mulai dari tingkat RT
sampai ke tingkat pemerintah Kota Depok. Untuk tingkat
RT dan RW itu tentu kita mendapat dukungan seperti izin
penyelenggaraan kegiatan serta partisipasidari masyarakat
sekitar perumahan Griya Lembah Depok. Kalau dari
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) dukungan yang
diberikan itu berupa kita mendapatkan timbangan sampah,
keranjang takakura pada waktu itu dikirim dengan truk
dan juga kita dapat tong sampah besar untuk pemilahan-
73Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada
tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
99
milahan sampah berdasarkan jenis sampah. Jadi warga
sini kalau buang sampah itu tidak langsung buang tetapi
dibuang atau dikelompokkan berdasarkan jenis sampah
tersebut kemudian dimasukkan sesuai dengan jenis tong
sampahnya itu sendiri”. Terus kita juga sering dapet
panggilan dari BLH untuk diberikan pelatihan-pelatihan
bagaimana melaksanakan suatu kegiatan terutama
penyuluhan yang berkaitan mengenai lingkungan”.74
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
penabungan sampah di Bank Sampah Poklili dapat
berjalan dengan baik karena adanya faktor pendukung,
yaitu :
a. Sambutan positif dari masyarakat tentang adanya
program Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya
Lembah Depok;
b. Adanya dukungan dari Perangkat daerah seperti
Kelurahan, RT dan RW terhadap pelaksanaan kegiatan
di Bank Sampah PokLiLi;
c. Semangat dan kesadaran serta keaktifan dan sikap
kooperatif anggota/nasabah maupun ketua dan para
pengurus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengelolaan sampah melalui Bank Sampah PokLiLi;
d. Adanya kesadaran pribadi dari masyarakat sekitar dan
dukungan dari berbagai pihak mulai dari faktor internal
hingga dari faktor eksternal yaitu Pemerintah Kota
74Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua
Pelaksana, pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.
100
Depok (PemKot Depok) dan BLH dalam kegiatan
mengelola sampah melalui Bank Sampah PokLiLi.
C. Dampak Positif Bank Sampah PokLiLi
Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan bank
sampah di perumahan Griya Lembah Depok telah
memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
lingkungan. Lingkungan menjadi bersih dan asri. Dari segi
ekonomi, masyarakat juga mendapat tambahan pendapatan
dari hasil tabungan sampah dan hasil penjualan produk kreasi
sampah yang telah mereka buat.
Program kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi telah
memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat
secara langsung. Yaitu dapat mengurangi jumlah sampah di
lingkungan tempat tinggal mereka, meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan
lingkungan, memberikan pengetahuan kepada masyarakat
cara pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga dan cara
pemilahan sampah. Bagi masyarakat khususnya
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi dapat menambah
pemasukan warga dengan cara kegiatan daur ulang dan
pemanfaatan sampah menjadi berbagai bentuk produk
kerajinan daur ulang sampah. Ibu Sumono mengatakan :
”Dari segi kesehatan lingkungan menjadi lebih bersih
dan sehat daripada sebelumnya. Segi sosial masyarakat
menjadi sering berkumpul bersama para pengurus atau
pengelola, masyarakat sering bertemu sehingga selalu terjalin
silahturahmi antar warga, Untuk ekonomi bisa menambah
101
penghasilan dari menabung sampah dan dari penjualan kreasi
sampah khususnya bagi masyarakat yang menjadi
anggota/nasabah. Sedangkan dari bidang pendidikan
masyarakat bisa memiliki wawasan dan pengetahuan
tentang bagaimana cara mengelola dan memilah sampah.
Masyarakat bisa mengetahui pengelolaan sampah secara baik
dan benar”.75
Selanjutnya dampak Bank Sampah PokLiLi yang
didapat dari segi Lingkungan, ekonomi, aspek skill dan
pengetahuan atau keilmuan. Data yang didapatkan peneliti
dari hasil wawancara dengan masyarakat semuanya hampir
sama yaitu masyarakat melihat dan merasakan dampak
positif hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Wawan
Setiawan :
“Dampaknya kalau dari segi lingkungan bersih dan
perekonomian cukup membantu keuangan seperti untuk
membayar keperluan listrik, membayar pam dan lain
sebagainya. Kalau dari segi sosial membantu pemulung-
pemulung mengumpulkan sampah sehingga memberikan
rezeki juga kepada para pemulung, dari aspek skill mendapat
keterampilan membuat produk kerajinan tangan dari daur
ulang sampah seperti sedotan plastik menjadi taplak. Dari
segi pengetahuan yang didapat itu juga banyak, seperti yang
kita ketahui bahwa ketua Bank Sampah sempat diundang
oleh pemerintah Jepang tentang sosialisasi mengenai
bagaimana pelaksanaan dan sistem Bank Sampah di
Indonesia. Selain itu, Bank Sampah PokLiLi mendapat
pembelajaran tentang sistem pengelolaan sampah dan
lingkungan di Jepang”.76
75Wawancara pribadi dengan Ibu Sumono selaku Masyarakat, pada
tanggal 21 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 76Wawancara pribadi dengan Bapak Wawan Setiawan selaku
Masyarakat, pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB.
102
Begitu pula didapat hasil wawancara dengan Ibu Eny
sebagai berikut :
“Dampaknya dari segi ekonomi memiliki nilai tambah
karena jika menabung sampah ditukar dengan uang, dari segi
sosial adalah komunikasi yang terjalin antara warga yang
satu dengan warga lain menjadi saling mengenal dan
mengetahui tentang Bank Sampah. Dari segi skill atau
keterampilan seperti kardus yang tadinya dibuang begitu saja
ternyata bisa menjadi berbagai macam barang-barang
kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Untuk segi
pengetahuan mendapat ilmu mengenai sampah basah dan
sampah yang harus dipilah terlebih dahulu, kemudian
mengetahui bahwa sampah organik yang sulit diuraikan
dijadikan barang daur ulang yang dapat terpakai lagi”.77
Pernyatan tersebut diperkuat dengan pernyataan dari
Ibu Yayuk menjelaskan :
“Segi lingkungan menjadi bersih karena sampahnya
dipilah dan didaur ulang, dari sosial adanya interaksi antara
masyarakat, pengurus dan anggota/nasabah. Untuk ekonomi
bisa untuk tambahan pemasukan para ibu-ibu khususnya.
Dari segi skill mendapat pelajaran membuat kreasi sampah.
Pengetahuannya dimana sampah yang bermanfaat dapat
dijadikan pupuk dan barang daur ulang”.78
Namun dari segi ekonomi belum berdampak besar
secara signifikan, itu dapat dilihat berdasarkan pernyataan
dari bapak Herman mengatakan :
“Dampaknya dari segi lingkungan yang ada di sekitar
perumahan Griya Lembah Depok sudah tidak ada bak
sampah. Mayarakat sekitar selalu memilah sampah dan dijual
ke Bank Sampah. Pengetahuan yang didapat tentang sampah
77Wawancara pribadi dengan Ibu Eny selaku Masyarakat, pada tang-
gal 21 Agustus 2018, pukul 10.30 WIB. 78Wawancara pribadi dengan Ibu Yayuk selaku Masyarakat, pada
tanggal 21 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB.
103
harus dipilah untuk kepentingan kelestarian lingkungan,
sedangkan dari segi ekonomi belum terlihat secara
signifikan. Sedangkan dari skill itu adanya pelatihan
kerajinan daur ulang sampah jadi barang yang bisa dipakai
kembali”.79
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa dampak positif dari adanya pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi sangatlah baik karena dapat dirasakan dan dilihat
manfaatnya oleh masyarakat secara langsung dan
keseluruhan. Dampak positif yang dirasakan masyarakat
sesudah adanya Bank Sampah PokLiLi dari segi lingkungan
yaitu lingkungan jadi lebih bersih daripada sebelumnya serta
masyarakat yang tinggal di perumahan Griya Lembah Depok
sekarang tidak memiliki tempat sampah di rumahnya
melainkan sampah dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya
dijual ke Bank Sampah PokLiLi.
Dalam aspek sosial yaitu pengurus atau pengelola Bank
Sampah PokLiLi menjadi sering berkumpul dan saling
berinteraksi antara masyarakat di perumahan Griya Lembah
Depok maupun masyarakat yang berasal dari luar daerah.
Selain itu, para pemulung diperbolehkan mengambil sampah
yang telah dipilah oleh Bank Sampah PokLiLi sehingga
memberikan sumber rezeki bagi para pemulung tersebut atau
biasa disebut dengan berderma sampah. Ada juga program
79Wawancara pribadi dengan Bapak Herman selaku Masyarakat, pada
tanggal 21 Agustus 2018, pukul 15.00 WIB.
104
yang membantu anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi
yang memiliki usaha berupa bantuan pinjaman modal.
Sedangkan pada aspek ekonomi masyarakat
memperoleh tambahan penghasilan dari menabung sampah
serta penjualan kreasi sampah. Pada aspek pendidikan warga
menjadi memiliki wawasan bahwa sampah memiliki nilai
jual serta pengetahuan tentang cara mengelola dan memilah
sampah. Selain itu, masyarakat mempunyai keterampilan
membuat kreasi dari daur ulang sampah. Dampak positif
yang didapat terutama bagi masyarakat tak terkecuali
anak-anak diajarkan sejak dini untuk selalu menjaga
lingkungan tetap bersih.
Sedangkan untuk dampak negatif yaitu karena tidak
adanya warga yang menggunakan jasa tukang sampah
sehingga banyak pengangkut sampah mengeluh rugi karena
tidak mengangkut sampah dan mendapatkan uang. Dari
penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
adanya pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi mambawa dampak
positif dibandingkan negatif karena dapat dirasakan dan
dilihat manfaatnya oleh masyarakat secara langsung dan
keseluruhan. Dampak positif yang dirasakan masyarakat
sesudah adanya Bank Sampah PokLiLi dari segi lingkungan
yaitu lingkungan jadi lebih bersih daripada sebelumnya serta
masyarakat yang tinggal di perumahan Griya Lembah Depok
sekarang tidak memiliki tempat sampah di rumahnya
melainkan sampah dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya
105
dijual ke Bank Sampah. Dengan kondisi lingkungan yang
semakin bersih membuat pemandangan mata menjadi indah.
106
BAB IV
ANALISA
Permasalahan sampah di Indonesia merupakan
permasalahan yang tidak kunjung berakhir atau tidak dapat
terselesaikan dengan baik. Bahkan pemerintah hingga saat ini
belum menemukan solusi yang tepat dalam hal penanganan
sampah yang baik serta efisien untuk penerapannya bagi
masyarakat di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara
Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar urutan kedua
di dunia bahkan rara-rata jumlah sampah yang dibuang setiap
harinya oleh masyarakat di Indonesia adalah sampah anorganik
dimana sampah anorganik tersebut merupakan sampah yang
sangat sulit untuk diuraikan oleh lingkungan karena
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses
penguraiannya.
Salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan
sampah di Indonesia yaitu dari segi faktor manusia. Kurangnya
kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar merupakan
penyebab utama dari adanya permasalahan sampah yang terjadi
di muka bumi ini. Masyarakat membuang sampah sembarangan
dan kurangnya pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan
akibat membuang sampah secara tidak benar dan tidakpeduli
terhadap lingkungan.
Hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi pemeliharaan
lingkungan dan penerapan sanksi yang tegas oleh pemerintah.
Kurangnya campur tangan dan penanganannya dari pemerintah
107
juga merupakan salah satu penyebab utama dari adanya
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah.
Pembuangan sampah yang banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia selama ini adalah dengan menumpuk sampah di depan
rumah atau di pinggir jalan lalu kemudian di diamkan begitu saja
menunggu diangkut oleh pengangkut sampah yang datang secara
rutin.
Namun ada juga masyarakat di suatu wilayah yang tidak
mau membayar pengangkut sampah atau jauh jangkauannya dari
para pengangkut sampah sehingga mereka mengambil cara atau
langkah membuang sampah secara tidak benar dan buruk. Seperti
membuang sampah ke sungai-sungai terdekat, atau hanya
ditumpuk begitu saja dan kemudian dibakar. Perilaku seperti ini
menyebabkan pencemaran air dan udara yang mengakibatkan
banjir karena aliran sungai yang terhambat selain itu polusi udara
akibat asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat
menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan lain
sebagainya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat di wilayah
perumahan juga membuang sampah secara sembarangan karena
masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan sekitar tempat
tinggal mereka. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan hidup khususnya masalah sampah belum optimal
bahkan cenderung masih banyak masyarakat yang mengabaikan
permasalahan sampah dan penanganannya.
Permasalahan sampah tersebut berlanjut ke tahap
pencemaran udara, air, sungai dan tanah yang berdampak pada
108
makhluk hidup di sekitarnya. Seperti timbul berbagai macam
penyakit yang menyerang manusia di wilayah kota-kota
metropolitan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi disertai
dengan pencemaran yang tinggi dan kompleks. Bank Sampah
PokLiLi berdiri dengan tujuan membantu masyarakat dalam hal
pengelolaan sampah khususnya sampah rumah tangga melalui
pemahaman ilmu disertai keterampilan yang berwawasan
lingkungan. Agar masyarakat mengetahui dan paham serta peduli
terhadap lingkungan hidup terutama pengelolaan sampah secara
baik dan benar.
Bank Sampah PokLiLi berlokasi di perumahan Griya
Lembah Depok RT 3 RW 24 Kelurahan Abadijaya Kecamatan
Sukmajaya Kota Depok. Bank Sampah ini dilatar belakangi oleh
permasalahan sampah yang terjadi di lingkungan sekitar
perumahan Griya Lembah Depok. Pembentukan Bank Sampah
bertujuan agar masyarakat memilah-milah sampah organik dan
anorganik mulai dari tingkat rumah tangga secara individu.
Adapun masyarakat yang telah memilah sampah agar
diberikan ke Bank Sampah untuk selanjutnya ditukarkan dengan
uang sesuai dengan harga dan banyaknya sampah. Selain
menerapkan kebiasaan dalam hal memilah-milah sampah, Bank
Sampah PokLiLi juga memberikan edukasi bahwa sampah yang
sulit diuraikan seperti sampah anorganik dapat dijadikan produk
kerajinan tangan yang bernilai ekonomis dan estetis sehingga
dapat dipergunakan kembali menjadi benda pakai ramah
lingkungan.
109
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum
melaksanakan program kegiatan, terlebih dahulu pengurus
membuat sebuah perencanaan kerja yang menjadi target dalam
mencapai suatu tujuan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan Bank
Sampah PokLiLi adalah pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan pengelolaan sampah untuk mengubah paradigma
masyarakat terhadap sampah dan mengubah pola pikir dan
kebiasaan/perilaku masyarakat yang tadinya mengelola sampah
dengan menggunakan metode ‘kumpul-angkut-buang’ menjadi
‘kumpul-olah-manfaat’.
A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Peduli Lingkungan
Yang Dilakukan Oleh Bank Sampah PokLiLi
Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi
sesuai dengan teori pemberdayaan masyarakat sebagai suatu
proses yaitu suatu kegiatan yang berkesinambungan (on-
going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan
perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu
program saja. Bank Sampah PokLiLi terus melakukan
kegiatan pengelolaan sampah dan melestarikan lingkungan
secara berkesinambungan dan terus melakukan perubahan
dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatannya yang bersifat
fleksibel tidak hanya terpaku pada suatu program saja.
Hogan dalam “Intervensi Komunitas & Pengembangan
Masyarakat : Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat”
yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi menggambarkan
proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu
siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :
110
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang
memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall
depowering/empowering experiences). Berdasarkan
pengalaman dan latar belakang yang telah dialami oleh
para pengurus Bank Sampah PokLiLi sehingga dibentuk
sebuah organisasi yang mengubah suatu permasalahan
yang ada di masyarakat perumahan Griya Lembah
Depok.
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan
dan penidakberdayaan (discuss reasons for
depowerment/empowerment). Sebelum terbentuk Bank
Sampah PokLiLi, masyarakat mendiskusikan terlebih
dahulu bagaimana solusi dan cara mengatasi
permasalahan lingkungan yang terjadi di perumahan
Griya Lembah Depok.
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (Identify
one problem or project). Masyarakat di perumahan
Griya Lembah Depok mendiskusikannya dengan tokoh
masyarakat setempat untuk mendapatkan kesimpulan
akan hasil diskusi dan izin untuk melaksanakan suatu
kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan.
4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk
melakukan perubahan (Identify useful power bases).
Mengidentifikasikan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan dan proses atau cara yang diterapkan dalam
melakukan suatu perubahan maupun kebiasaan di
111
masyarakat terkait mengenai permasalahan pengelolaan
sampah di perumahan Griya Lembah Depok tersebut.
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
mengimplementasikannya (develop and implement
action plans). Ketua beserta para pengurus
mengembangkan rencana-rencana aksi dengan
melakukan sosialisasi terus menerus melalui kegiatan
pengelolaan sampah dan mengimplementasikannya
dengan mendirikan Lembaga Bank Sampah PokLiLi
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti
pemilahan sampah dan daur ulang sampah secara rutin.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa kegiatan Bank Sampah PokLiLi sesuai dengan
pandangan pembangunan sosial. Kegiatan dapat dilakukan
dengan baik oleh rakyat sendiri, masyarakat membentuk
kerjasama secara harmonis dan membentuk dasar apa yang
disebut dengan pendekatan kemasyarakatan pembangunan
sosial. Dengan cara ini, mereka mampu memiliki kontrol
pada sumber dan urusan lokal. Mereka juga menjaga sumber
eksternal untuk melaksanakan pembangunan sosial pada
tingkat lokal. Pendekatan kemasyarakatan ini sangat
dipengaruhi oleh paham ‘populis’. Pendukung strategi
pembangunan sosial yang berbasis masyarakat mengadopsi
strategi pembangunan sosial yang berusaha untuk
menciptakan kesejahteraan rakyat dalam konteks kehidupan
masyarakat.
112
Komunitarisme atau kemasyarakatan tidak
membutuhkan kepemilikan umum tetapi lebih mendorong
rakyat untuk berkolaborasi dengan yang lain untuk
merealisasikan kepentingan mereka di dalam lingkungan
masyarakat. Para penganut komunitarisme atau
kemasyarakatan ini menentang ide bahwa pemerintah yang
seharusnya bertanggungjawab akan pembangunan, tetapi
masyarakat lebih percaya bahwa program pembangunan
yang paling efektif dan bertahan lama adalah yang diciptakan
oleh masyarakat sendiri. Adapun tahapan atau langkah
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Bank
Sampah PokLiLi ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan (Engagement)
Pada tahap persiapan ini Bank Sampah PokLiLi
melakukan dua tahapan, yaitu:
a. Penyiapan Petugas. Pada penyiapan petugas yang
dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi melakukan
melalui diskusi mulai dari arisan RT maupun
perkumpulan ibu-ibu PKK. Pada penyiapan petugas ini
ketua Bank Sampah merekrut atau mengajak Ibu-ibu
PKK terlebih dahulu karena ketua Bank Sampah
PokLiLi merupakan istri dari ketua RT dan Ketua PKK
di wilayah perumahan Griya Lembah Depok. Setelah
berdiskusi dengan ibu-ibu PKK didapatkan susunan
keanggotaan atau kepengurusan Bank Sampah
PokLiLi.
113
b. Penyiapan Lapangan. Suksesnya suatu program
pemberdayaan masyarakat pada dasarnya dilakukan
secara non-direktif. Adapun penyiapan lapangan atau
basecamp yang dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan
Bank Sampah PokLiLi ini bersifat swadaya dan
fleksibel tidak ada perjanjian secara resmi untuk
penempatan tempat pelaksanaan kegiatan Bank
Sampah PokLiLi. Biasanya tempat yang dipakai untuk
basecamp PokLiLi berasal dari kesediaan para
pengurus untuk dijadikan tempat berkegiatan. Selama
ini basecamp Bank Sampah PokLiLi yang paling lama
dan tetap dipakai untuk pengelolaan sampah adalah
rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu
Djuniawan Wanitarti. Hal ini dapat dilakukan karena
beliau memiliki dua buah rumah yang terletak di
wilayah yang sama yaitu di RT 3 RW 24 Kelurahan
Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok, Jawa
Barat.
2. Tahap Pengkajian (Assessment)
Proses Assessment. Proses assessment dapat
dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh
masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini,
petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga
sumber daya yang dimiliki klien. Proses assessment yang
dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi ini dlakukan secara
114
individual melalui tokoh-tokoh masyarakat seperti Ketua
RT, RW dan Kelurahan. Pertemuan antar masyarakat di
lingkungan perumahan Griya Lembah Depok. Bank
Sampah PokLiLi juga melakukan proses assessment
melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti
perkumpulan ibu-ibu PKK dan arisan yang ada di RT 3
yang diikuti oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal
di wilayah perumahan Griya Lembah Depok.
Melalui pertemuan dan diskusi yang dilakukan
ketua beserta para pengurus Bank Sampah PokLiLi
berusaha mengidentifikasi masalah yang ada di
lingkungan. Diantara masalah tersebut adalah masyarakat
membuang sampah sembarangan serta proses pengelolaan
sampah yang tidak benar menyebabkan lingkungan
menjadi kotor dan semrawut. Kurangnya kepedulian dan
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Pada tahap ini
ketua beserta para pengurus mempresentasikan kegiatan
apa saja yang akan dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi
dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing)
Tahap Perencanaan Alternatif Program. Pada tahap
ini, petugas sebagai agen perubahan (change agent) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya. Pada tahap ini, ketua dan para pengurus
Bank Sampah PokLiLi melakukan pengelolaan sampah
115
melalui pemilahan sampah dan daur ulang sampah.
Setelah dirasa cukup ahli maka ketua dan para pengurus
Bank Sampah PokLiLi mengajak dan mengikutsertakan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi melakukan
pemilahan sampah rumah tangga secara individu yang
dilaksanakan di rumah mereka masing-masing. Setelah itu
para pengurus Bank Sampah bersama anggota/nasabah
melakukan kegiatan daur ulang sampah menjadi produk
kerajinan daur ulang sampah menjadi barang bernilai
ekonomis dan estetis.
4. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Tahap Pemformulasian Rencana Aksi. Pada tahap
ini petugas membantu masing-masing kelompok
masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka
dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan
pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana. Pada
tahap ini struktur kepengurusan dan pembagian tugas
mempermudah setiap pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi. Adapun sebelum
melakukan kegiatan rutin di Bank Sampah PokLiLi maka
ketua dan para pengurus melakukan perencanaan terlebih
dahulu tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan
pada perkumpulan selanjutnya di Bank Sampah PokLiLI.
Pada saat itulah dikumpulkan aspirasi dan pendapat
tentang kegiatan yang akan dilakukan agar para
anggota/nasabah tidak merasa bosan atau monoton dengan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah
116
PokLiLi. Bank Sampah PokLiLi bekerjasama dengan
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok), BLH dan lain
sebagainya. Untuk mendapat bantuan berupa barang-
barang yang mendukung aktivitas pengelolaan sampah
seperti keranjang, timbangan sampah, bak sampah dan
tempat atau wadah hasil dari penimbangan sampah.
5. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)
Tahap Pelaksanaan Program. Tahap pelaksanaan
ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam
program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng
dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama
antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama
antar warga. Adapun tahapan yang dilakukan oleh Bank
Sampah PokLiLi yaitu sebagai berikut ini :
a. Melakukan perencanaan kegiatan melalui perkumpulan
ketua dan para pengurus Bank Sampah PokLiLi yang
biasanya dilakukan setiap beberapa bulan sekali.
b. Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan Bank Sampah
PokLiLi yang rutin dilakukan dan diikuti oleh seluruh
anggota/nasabah dan para pengurus selama seminggu
sekali pada setiap hari Jumat kecuali hari libur atau
tanggal merah pada kalender.
c. Mensosialisasikan pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan Bank Sampah PokLiLi melalui arisan RT
dan RW, pertemuan antar masyarakatdi perumahan
Griya Lembah Depok, dan sosialisasi dari mulut ke
117
mulut (face to face) secara individu kepada masyarakat
luas yang dilakukan oleh para pengurus Bank Sampah
PokLiLi.
d. Para Pengurus mengingatkan masyarakat agar
melakukan pemilahan sampah di rumah mereka
masing-masing. Setelah mendapat sosialisasi maka
masyarakat melakukan pemilahan sampah yang
selanjutnya diserahkan untuk ditimbang di Bank
Sampah PokLiLi agar bisa dijual dan ditukarkan
dengan sejumlah uang sesuai dengan harga dan jumlah
sampah yang telah ditimbang.
e. Setelah melakukan penimbangan sampah, para
pengurus dan anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi
melakukan pemilahan lagi terhadap sampah yang akan
dijadikan produk kerajinan daur ulang dan mana
sampah yang akan dijual kepada pengepul atau
pengadah sampah. Kegiatan penimbangan Bank
Sampah PokLiLi ini dilakukan setiap dua minggu
sekali pada setiap hari Jumat.
f. Para pengurus dan anggota/nasabah bersama-sama
melakukan pembuatan kerajinan daur ulang sampah
dan terkadang membuat terobosan baru dengan
memberikan sumbangan ide-ide maupun kreativitas
yang baru terhadap produk kerajinan pembuatan daur
ulang sampah yang akan dibuat di pertemuan
selanjutnya. Biasanya pelaksanaan kegiatan pembuatan
118
produk daur ulang sampah ini dilakukan setiap dua
minggu sekali pada hari Jumat.
g. Para pengurus melakukan penjualan sampah kepada
pengepul atau pengadah sampah yang datang secara
berkala ke basecamp Bank Sampah PokLiLi di
perumahan Griya Lembah Depok dan melakukan
transaksi jual beli secara langsung di tempat.
h. Setelah selesai melakukan semua kegiatan rutin maka
para pengurus maupun anggota/nasabah melaksanakan
kegiatan pemasaran hasil dari produk kerajinan daur
ulang sampah. Pemasaran merupakan hasil dari
keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan oleh Bank
Sampah PokLiLi. Selain itu hasil dari pemberdayaan
masyarakat juga merupakan bukti bahwa nilai
keberhasilan dan kelayakan dari hasil produk daur
ulang sampah menjadi barang-barang yang bernilai
tinggi dari segi estetis dan ekonomis. Pemasaran dapat
dilakukan melalui berbagai cara dan jenis pemasaran
seperti pameran, bazar, seminar-seminar, workshop
dan lain sebagainya.
119
Gambar 5.1
Proses Penimbangan dan Penjualan Sampah
Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi
Data diatas menjelaskan bahwa awalnya semua
sampah organik maupun anorganik yang berasal dari para nasa-
bah disetor ke Bank Sampah. Kemudian oleh Bank Sampah Pok-
LiLi dipilah kembali untuk melakukan penjualan Bank kepada
konsumen internal yaitu para nasabah berupa sampah sebagai ba-
han baku untuk pembuatan kerajinan tangan. Setelah nasabah
selesai membuat benda kerajinan kemudian disetorkan ke Bank
Sampah dilakukan pembelian oleh Bank berupa kerajinan dengan
sistem konsinyasi.
Setelah semua selesai diolah dan diatur maka Bank Sam-
pah melakukan penjualan Bank berupa kerajinan kepada kon-
sumen tidak tetap yaitu pasar. Sedangkan untuk penjualan Bank
berupa sampah yang telah dipilah disetorkan ke konsumen tetap
atau pelanggan yaitu lapak dan pengepul sampah. Untuk hasil
dari penjualan kerajinan produk recycle dan juga pengurangan
jumlah timbangan sampah dari anggota/nasabah sebesar 2 ons.
120
Untuk pengurangan jumlah timbangan ini dari awal sudah
dijelaskan kepada anggota/nasabah, dan digunakan untuk kas
Bank Sampah PokLiLi. Untuk produk hasil recycle: 10% kas, 10
% operasional, 80% untuk yang membuat produk.
Gambar 5.2
Proses Pemilahan Sampah
Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi
Kegiatan seperti pemilahan sampah dan pembuatan
kompos menggunakan keranjang takakura sudah dilakukan para
anggota/nasabah secara individu yang dikerjakan di rumah tangga
mereka masing-masing. Pada saat pertemuan di basecamp para
anggota/nasabah yang membawa sampah bersama-sama dengan
121
ketua dan pengurus melakukan penimbangan sampah yang
sebelumnya telah dipilah-pilah terlebih dahulu.
Sampah yang telah dipilah dan ditimbang kemudian
diteruskan untuk dijual ke pengepul atau pengadah sampah agar
dapat ditukarkan dengan uang sesuai dengan harga-harga jenis
sampah. Kegiatan transaksi jual beli tersebut secara langsung di
tempat, ketika pengepul atau pengadah sampah tersebut datang ke
basecamp. Sampah dibayar tunai sesuai dengan harga dari jenis-
jenisnya.
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) juga ikut
berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bank Sampah dengan
membeli pupuk organik yang diproduksi oleh Bank Sampah
PokLiLi yang dipakai untuk keperluan taman yang ada di kantor
pemerintahan Walikota Depok. Daur ulang sampah anorganik
menjadi produk kerajinan tangan dimulai sejak tahun 2010 pada
saat itu belum terbentuk Bank Sampah. Jenis-jenis produk
kerajinan tangan dari kegiatan daur ulang antara lain seperti tas
dari bungkus kopi, taplak dari sedotan, bunga perca, sajadah dan
lain sebagainya.
122
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang
sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini
diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas
untuk melakukan pengawasan secara internal. Evaluasi
kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi ini
seperti kegiatan penimbangan dan daur ulang sampah
bahkan hingga evaluasi mengenai pemasaran. Evaluasi
penimbangan sampah dilakukan seperti bagaimana proses
pemilahan sampah yang dilakukan oleh anggota/nasabah
Bank Sampah dan harga-harga sampah yang ditimbang,
harga yang paling rendah dan harga sampah yang paling
tinggi.
Cara daur ulang sampah dan kegiatan pemasaran,
evaluasi dilakukan untuk memahami berapa tingkat
penjualan yang dilakukan oleh Bank dan jenis produk
daur ulang sampah seperti apa yang paling banyak
mengalami penjualan setiap kali dalam pemasaran.
Evaluasi kegiatan daur ulang sampah, jenis kegiatan
kerajinan tangan dari daur ulang sampah dilakukan agar
para anggota/nasabah lebih banyak mengetahui ilmu dan
jenis-jenis kreativitas lainnya yang diajarkan supaya para
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi tidak bosan
dengan kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang
bersifat monoton.
123
7. Tahap Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam
suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang
dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap
‘mandiri’ tetapi lebih karena proyek sudah harus
dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan
mau meneruskan. Pada tahap ini dapat dilihat bahwa Bank
Sampah PokLiLi merupakan pelopor Bank Sampah lain
yang berdiri di kota Depok bisa disebut sebagai pilot
project Bank Sampah di Kota Depok, Jawa Barat. Bahkan
banyak anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi yang
membuat atau membentuk beberapa Bank Sampah sendiri
di Kota Depok yang merupakan hasil dari pelatihan dan
pembelajaran di Bank Sampah PokLiLi ini.
Adapun tahap terminasi yang ada pada pelaksanaan
kegiatan di Bank Sampah ini merupakan suatu
keberhasilan dan kesuksesan dari hasil pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi
melalui kegiatan pengelolaan sampah berbasis
masyarakat.
124
B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah Pok-
LiLi Ketika Melakukan Pemberdayaan Masyarakat
1. Hambatan atau Kendala Bank Sampah PokLiLi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kendala berarti halangan, rintangan, faktor atau keadaan yang
membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran,
kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan.
Sedangkan hambatan adalah keadaan yang membuat sesuatu
(perjalanan, pekerjaan, dsb) menjadi lambat atau tidak lancar.
Oleh karena itu, perbedaan dari keduanya ialah bahwa
kendala itu keadaan yang menghalangi untuk melakukan
sesuatu perjalanan, pekerjaan, dsb). Sedangkan hambatan
yakni keadaan yang menghambat ketika melakukan sesuatu
(perjalanan, pekerjaan, dsb).80
Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hambatan
atau kendala kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Pertama,
terutama dari segi tempat karena belum adanya sukarelawan
yang mau menyediakan tempat khusus untuk pelaksanaan
Bank Sampah PokLiLi. Tempat yang selama ini dipakai
merupakan hasil dari swadaya para pengurus yang tempat
tinggalnya dijadikan basecamp Bank Sampah PokLiLi
terutama untuk menyimpan barang-barang hasil kegiatan
daur ulang sampah dan pemilahan sampah dari hasil proses
penimbangan sampah.
80Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada
8 September 2018 dari https://kbbi.web.id/hambatan
125
Hal tersebut merupakan bagian dari hambatan karena
pada saat penimbangan sampah tidak langsung dijual ke
pengepul melainkan dikumpulkan untuk dipisah lagi untuk
dikilokan satu persatu sesuai dengan harga pada jenis-jenis
sampah yang berlaku untuk selanjutnya dijual ke pengepul
atau pengadah sampah. Selain itu juga karena banyaknya
barang-barang hasil dari kegiatan pada setiap perkumpulan,
membuat tempat yang dijadikan basecamp Bank Sampah
PokLiLi tersebut menjadi penuh dan sempit. Aktivitas Bank
Sampah menjadi terhambat dan sulit. Seperti kegiatan yang
dilakukan setiap hari Jumat maupun kegiatan yang bersifat
pertemuan atau rapat yang diadakan para pengurus.
Hambatan atau kendala lain ketika para pengurus
melakukan pertemuan atau rapat yang membahas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah
PokLiLi, masih banyak warga yang tidak hadir pada
pertemuan yang telah direncanakan tersebut. Meski adanya
hambatan atau kendala dalam proses sosialisasi dan
partisipasi, pengurus terus melakukan penyuluhan dan
memberikan kegiatan positif serta menarik yang hasilnya
dapat dirasakan serta dilihat oleh masyarakat sekitar maupun
luar daerah perumahan Griya Lembah Depok.
2. Faktor Pendukung Bank Sampah PokLiLi
Arti Kata faktor pendorong menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) adalah hal atau kondisi yang dapat
mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau
126
produksi.81 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
peneliti lakukan mengenai faktor pendukung dari
pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi yang terbesar
datang dari pihak internalnya yaitu adanya support atau
dukungan aktif dari para pengurus maupun anggota/nasabah
dalam setiap kegiatan.
Karena adanya dukungan dan support dari para
pengurus serta anggota/nasabah dalam segi kerja sama,
gotong royong dan keaktifannya dalam setiap kegiatan
mendapat nilai yang positif dari berbagai pihak khususnya
RT, RW dan lingkungan perumahan Griya Lembah Depok.
Adapun faktor pendukung dari pihak RT dan RW adalah
mereka berfungsi sebagai media sosialisasi dan izin dalam
setiap penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan yang ada di
Bank Sampah PokLiLi.
Selain faktor pendukung dari pihak RT dan RW,
selanjutnya support dan dukungan juga didapat dari tingkat
Kelurahan melalui kegiatan pada setiap pertemuan di
Kelurahan pada tiap-tiap RT maupun RW. Pada tingkat
kelurahan khususnya para pengurus Bank Sampah PokLiLi
melakukan kegiatan sosialisasi sebagai bentuk penyampaian
aspirasi terhadap proses maupun hasil yang didapat dari
adanya pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Pada
pertemuan tersebut ketua dan para pengurus Bank Sampah
tidak hanya menyampaikan pendapat hanya dari satu sisi
81Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada
8 September 2018 dari https://kbbi.web.id/faktor
127
tetapi Bank Sampah PokLiLi juga mendapatkan aspirasi dan
masukan dari kegiatan pada perkumpulan di tingkat
Kelurahan tersebut.
Adanya dukungan dan support karena adanya
pertukaran ilmu dan pikiran atau pendapat dari berbagai
pihak untuk mendapatkan suatu pencapaian kegiatan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung. Selain itu,
mengetahui kegiatan Bank Sampah PokLiLi merupakan
sesuatu hal yang baik dan menarik sehingga didapatkan suatu
kegiatan bermanfaat dan memberikan dampak positif untuk
berbagai pihak maupun kalangan di masyarakat.
Selain faktor pendukung yang berasal dari dalam atau
internal, Bank Sampah PokLiLi juga mendapat faktor
pendukung dari luar yaitu Pemerintah Kota Depok (PemKot
Depok) dan BLH. Faktor pendukung yang didapat dari
Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) berupa bantuan
alat dan fasilitas yang mendukung telaksananya kegiatan di
Bank Sampah PokLiLi seperti alat penimbangan sampah,
keranjang takakura dan tong sampah besar untuk pemilahan
sampah yang diperuntukkan bagi masyarakat di perumahan
Griya Lembah Depok agar membuang sampah sesuai jenis
sampahnya. Sedangkan faktor pendukung yang didapat dari
BLH yaitu berupa seminar dan pelatihan-pelatihan untuk
melaksanakan suatu kegiatan pemberdayaan yang melibatkan
masyarakat luas terutama penyuluhan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup.
128
Dari hasil penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui penabungan
sampah di Bank Sampah PokLiLi dapat berjalan dengan baik
karena adanya faktor pendukung, yaitu sebagai berikut :
a. Sambutan positif dari masyarakat tentang adanya program
Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah
Depok;
b. Adanya dukungan dari Perangkat daerah seperti
Kelurahan, RW dan RW terhadap pelaksanaan kegiatan di
Bank Sampah PokLiLi;
c. Semangat dan kesadaran serta keaktifan dan sikap
kooperatif anggota/nasabah maupun ketua dan para
pengurus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengelolaan sampah melalui Bank Sampah PokLiLi;
d. Adanya kesadaran pribadi dari masyarakat sekitar dan
dukungan dari berbagai pihak mulai dari faktor internal
hingga dari faktor eksternal yaitu Pemerintah Kota Depok
(PemKot Depok) dan BLH dalam kegiatan mengelola
sampah melalui Bank Sampah PokLiLi.
C. Dampak Positif Dari Pemberdayaan Yang Dilakukan
Oleh Bank Sampah PokLiLi
Pengertian dampak adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh
adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang/ benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada
hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa
129
yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.82
Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan
nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal
yang baik. Positif adalah suasana jiwa yang mengutamakan
kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada
pesimisme. Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak
positif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang baik.
Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa
kegiatan bank sampah PokLiLi di perumhan Griya Lembah
Depok telah memberikan dampak positif bagi masyarakat
dan lingkungan. Lingkungan perumahan Griya Lembah
Depok menjadi terlihat bersih dan asri, warga masyarakat
juga mendapat tambahan pendapatan dari hasil tabungan
sampah di bank sampah PokLiLi dan hasil penjualan produk
kreasi sampah yang telah mereka buat.
Program kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi di perumahan
Griya Lembah Depok telah memberikan manfaat yang dapat
82Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada
10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak
130
dirasakan oleh masyarakat yaitu dapat mengurangi jumlah
sampah di lingkungan tempat tinggal mereka, meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan
kesehatan lingkungan, memberikan pengetahuan kepada
masyarakat cara pengelolaan sampah mulai dari rumah
tangga dan cara pemilahan sampah. Selain itu bagi
masyarakat, khususnya yang menjadi anggota/nasabah dapat
menambah pemasukan warga dengan cara kegiatan daur
ulang dan pemanfaatan sampah menjadi berbagai bentuk
produk kerajinan daur ulang sampah.
Dalam aspek sosial yaitu pengurus atau pengelola bank
sampah PokLiLi sering berkumpul dan sering berinteraksi
dengan sesama antar masyarakat dan saling mengenal serta
bersosialisasi dengan masyarakat yang berada bertempat
tinggal di luar daerah perumahan Griya Lembah Depok.
Sehingga terjalin silaturahmi dengan masyarakat satu sama
lain baik yang dari lingkungan perumahan Griya Lembah
Depok maupun masyarakat yang berasal dari luar daerah.
Selain itu, setiap pengambilan sampah pengurus sering
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, para pemulung
diperbolehkan mengambil sampah yang telah dipilah oleh.
Sehingga memberikan sumber rezeki bagi para pemulung
tersebut atau mereka biasa sebut berderma sampah dan ada
juga program yang membantu anggota/nasabah Bank
Sampah PokLiLi yang memiliki usaha berupa bantuan
pinjaman modal.
131
Pada aspek ekonomi masyarakat memperoleh
tambahan penghasilan dari menabung sampah dan dari
penjualan kreasi sampah dan pada aspek pendidikan warga
menjadi memiliki wawasan dan pengetahuan tentang cara
mengelola dan memilah sampah. Masyarakat juga menjadi
mempunyai keterampilan membuat kreasi daur ulang
sampah, dan warga sekitar perumahan Griya Lembah Depok
terutama masyarakat tak terkecuali anak-anak diajarkan sejak
dini untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Sedangkan untuk dampak negatif yaitu karena tidak
adanya warga yang menggunakan jasa tukang sampah
sehingga banyak pengangkut sampah mengeluh rugi karena
tidak mengangkut sampah dan mendapatkan uang. Dari
penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak
positif dari adanya pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah
yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi sangatlah baik
karena dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya oleh
masyarakat secara langsung dan keseluruhan. Dampak positif
yang dirasakan masyarakat sesudah adanya Bank Sampah
PokLiLi dari segi lingkungan yaitu lingkungan jadi lebih
bersih dan sehat daripada sebelumnya serta masyarakat yang
tinggal di perumahan Griya Lembah Depok sekarang tidak
memiliki tempat sampah di rumahnya melainkan sampah
dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya dijual ke Bank
Sampah. Dengan kondisi lingkungan yang semakin bersih
membuat pemandangan mata menjadi indah serta dapat
menjaga kesehatan bagi masyarakat.
132
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan analisis
data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
salah satu upaya pemberdayaan masyarakat peduli
lingkungan melalui pengelolaan sampah secara efektif dan
efisien dengan mendirikan Bank Sampah PokLiLi. Dalam
penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif,
yaitu peneliti mengumpulkan data dengan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan
oleh Bank Sampah PokLiLi meliputi tahap persiapan, tahap
pengkajian, tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap
pelaksanaan program atau kegiatan, tahap evaluasi dan tahap
terminasi. Hambatan atau faktor pendukung Bank Sampah
PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan berasal dari
internal maupun eksternal. Dampak positif dan negatif dari
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Bank Sampah
PokLiLi dilihat dari segi lingkungan, ekonomi, sosial atau
aspek skill dan pengetahuan/keilmuan.
133
B. Saran
1. Pemerintah dan lembaga atau instansi terkait turut andil
dalam upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat
melalui Bank Sampah.
2. Para pengurus maupun anggota Bank Sampah PokLiLi
terus melakukan sosialisasi dan penyuluhan ke berbagai
wilayah agar masyarakat luas mengetahui mekanisme
kerja Bank Sampah dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan melalui pengelolaan sampah secara baik dan
benar.
3. Diharapkan Bank Sampah PokLiLi membangun relasi
atau jaringan dengan pihak terkait dan membuat suatu
kegiatan yang tepat agar membidik masyarakat tidak
hanya lingkungan sekitar namun mencakup seluruh
wilayah yaitu masyarakat luas supaya tertarik dalam usaha
pelestarian lingkungan dengan menggunakan sistem Bank
Sampah.
4. Membangun jejaring antar Bank Sampah untuk
bekerjasama dalam upaya meningkatkan kegiatan pengel-
olaan sampah dan penjualan hasil kerajinan produk daur
ulang sampah.
134
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku dan Skripsi
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas &
Pengembangan Masyarakat: Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE-UI, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Bina Aksara, 1985.
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya:
Al-A’raf ayat 56. Jakarta: CV Darus Sunnah.
Ghazali, M. Bahri. Lingkungan Hidup dalam Pemahaman
Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktek. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Hadi, Sudharto P. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan
Metode. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2009.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: PT Prasetia Widia
Pratama, 2000.
Midgley, James, Pembangunan Sosial: Perspektif
Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial, terj.
Dorita Setiawan, Sirojuddin Abbas. Jakarta: Ditperta,
2005.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
135
Naja, H.R. Daeng. Bank Hijau: Kebijakan Kredit yang
Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007.
Nazir, Mohamad. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia,
2013.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Soerjani, Mohammad. dkk. Lingkungan: Sumberdaya alam
dan Kependudukan dalam Pembangunan. Depok: UI-
Press, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta, 2014.
Suharto, Edi. Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Usman, Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik.
Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.
Anggraini, Jean. “Dampak Bank Sampah Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan Studi
Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok
Petir RW 09 Bojongsari Kota Depok.” Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2013.
Garindra. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan
Bank Sampah Kartini di Dusun Randugunting RW 02
Desa Tamanmartani Kecamatan Kalasan Kabupaten
136
Sleman.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.
MS, Mahbuban. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank
Sampah Studi pada Bank Sampah Sinar Lestari RW 09
Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo,
Yogyakarta.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Yogyakarta,
2016.
Nur Mawaddah Nasution, Bunga. “Pemberdayaan Masyarakat:
Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan
Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang
Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.
Salamah, Umu. “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu
Rumah Tangga dalam Pemberdayaan Lingkungan
Melalui Kegiatan Daur Ulang Sampah Anorganik Studi
Kasus: di Villa Inti Persada RT 06, Pamulang Timur,
Tangerang Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2014.
B. Media Elektronik
Beta Dwi Utami, dkk., “Pengelolaan Sampah Rumahtangga
Berbasis Komunitas,” artikel diakses pada 27 Juni
2018 dari http://journal.ipb.ac.id/index.php
Buletin Cipta Karya, “HPSN 2017 Kelola Sampah dari
Sumbernya”, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari
http://ciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/2017/pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses
pada 10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak
137
Kementerian Lingkungan Hidup, “Rangkaian HLH 2015-
Dialog Penanganan Sampah Plastik.” Artikel diakses
pada 28 Juni 2018 dari http://www.menlh.go.id
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, “Inovasi
Pengembangan Bank Sampah Sistem On-Line,” artikel
diakses pada 29 Juni 2018 dari www.menlhk.go.id
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional,” artikel
diakses pada 28 Juni 2018 dari http://sipsn.menlhk.com
Masalah Sampah Plastik di Indonesia dan Dunia, artikel
diakses pada 28 Juni 2018 dari
https://lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-
dunia/
Mengelola Sampah ala Bank Sampah Poklili, artikel diakses
pada 1 Januari 2018 dari
https://klasika.kompas.id/mengelola-sampah-ala-bank-
sampah
Musim Hujan, Volume Sampah ke TPA Cipayung Depok
Meningkat, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http:/
/wartakota.tribunnews.com/2018/02/09/
Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kota Depok) Tahun
2015.
Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008
(Paket 4), artikel diakses pada 26 Juni 2018 dari
http://perpustakaan.bappenas.go.id/
Pertambahan Jumlah Bank Sampah di Kota Depok, artikel
diakses pada 1 Januari 2018 dari
https://www.depok.go.id/26/02/2015/01-berita-depok
138
TPA Cipayung Depok Overload, Sampah Akan Dikirim ke
TPA Nambo, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari
http://m.akurat.co/id-243049-read-tpa-cipayung-depok-
overload-sampah-akan-dikirim-ke-tpa-nambo
UU RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,
artikel diakses pada 27 Juni 2018 dari
www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan I
Hari/ Tanggal : Jum’at, 8 Desember 2018
Waktu : 15.00-14.30 WIB
Narasumber : Bagian Penimbangan
Kegiatan : Observasi awal
Pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2018 pada pukul
15.00-14.30 WIB. Peneliti mendatangi tempat pelaksanaan
kegiatan Bank Sampah PokLiLi atau yang biasa disebut dengan
basecamp. Maksud dan tujuan peneliti datang adalah untuk
keperluan mengadakan observasi awal terhadap tempat penelitian
yang akan penulis kaji. Adapun peneliti melakukan pengamatan
terhadap lingkungan sekitar yaitu di perumahan Griya Lembah
Depok beserta para warganya. Barulah setelah itu, tidak lama
kemudian peneliti langsung mendatangi tempat penelitian. Ketika
sampai di sana, peneliti disambut oleh Ibu Rumsinah selaku
bagian penimbangan di Bank Sampah PokLiLi.
Peneliti mengucapkan terima kasih karena sudah disambut
dengan baik. Setelah itu, peneliti menjelaskan bahwa akan
mengadakan penelitian di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti
bertanya dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan apa saja
yang dibutuhkan untuk proses pembuatan penulisan skripsi. Ibu
Rumsinah menyambut dengan senang dan antusias menjelaskan
program-program yang sudah dan sedang berjalan di Bank
Sampah PokLiLi, salah satunya adalah penabungan sampah yang
rutin dilaksanakan setiap seminggu sekali pada hari Jum’at.
Setelah mendapatkan izin dan beberapa informasi yang
dibutuhkan, kemudian peneliti menyampaikan niat untuk kembali
melakukan kunjungan penelitian ke Bank Sampah PokLiLi.
Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti
mendapatkan informasi bahwa pelaksanaan kegiatan Bank
Sampah PokLiLi sedang diliburkan atau tidak adanya aktivitas
kegiatan yang sedang berlangsung (0ff). Dikarenakan waktu yang
peneliti ambil saat melakukan observasi adalah di bulan
Ramadhan. Sehingga peneliti melakukan perjanjian pertemuan
kembali pada perkiraan satu bulan yang akan datang untuk
bertemu pengurus Bank Sampah PokLiLi yang lain dengan tujuan
agar mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan.
Pertemuan II
Hari/ Tanggal : Jum’at, 6 Juli 2018
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Ketua pelaksana dan Bagian Penimbangan
Kegiatan : Penyerahan surat izin penelitian
Pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018 peneliti datang ke
basecamp Bank Sampah PokLiLi untuk menyerahkan surat ijin
resmi yang dikeluarkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
proposal penelitian. Peneliti bertemu dengan Ibu Djuniawan
Wanitarti selaku ketua pelaksana dan Ibu Rumsinah selaku
penimbangan di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti menyampaikan
terima kasih karena sebelumnya pengelola Bank PokLiLi telah
bersedia memberikan sebagian informasi dan data meskipun para
pengurus memiliki jadwal dan kesibukan mereka masing-masing.
Kemudian peneliti menyampaikan bahwa judul penelitian
yang telah disetujui dosen adalah “Pemberdayaan Masyarakat
Peduli Lingkungan Melalui Bank Sampah PokLiLi”. Sehingga
sangat dibutuhkan kerjasama dan partisipasi dari para pengurus
maupun anggota Bank Sampah PokLiLi agar bersedia ikut
partisipasi dalam membantu memberikan informasi dan data-data
yang dibutuhkan agar dapat digunakan untuk proses pembuatan
skripsi. Selain itu peneliti melakukan pengamatan atau observasi
tentang kondisi fisik Bank Sampah PokLiLi, sarana prasarana
yang ada di Bank Sampah PokLiLi serta meminta rekomendasi
pengurus, pengelola dan nasabah yang bisa dimintai informasi
seputar kegiatan pengelolaan sampah melalui bank sampah yang
dilakukan oleh pengelola maupun nasabah.
Hasil observasi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh Bank Sampah PokLiLi merupakan bantuan
dari Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) dan BLH pada
tahun 2012. Sedangkan sekretariat atau basecamp yang ditempati
merupakan salah satu rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu
Ibu Djuniawan Wanitarti yang juga pada waktu itu menjabat
sebagai ketua RT 3 RW 24 di lingkungan perumahan Griya
Lembah Depok tempat berdirinya Bank Sampah PokLiLi.
Selanjutnya peneliti berbincang sebentar dan melakukan
wawancara singkat dengan kedua pengurus yaitu Ibu Rumsinah
dan Ibu Djuni.
Kemudian Ibu Djuni merekomendasikan beberapa nama
nasabah yaitu Ibu “YA”, Ibu “S” dan bapak “WS”. Sedangkan
untuk pengurus bank sampah yang akan diwawancarai yaitu Ibu
Yenny selaku Bendahara karena dirasa semua data konkrit dan
lengkapnya ada di bagian Bendahara Bank Sampah PokLiLi.
Serta untuk mendapatkan data lengkap mengenai kegiatan
kerajinan daur ulang sampah maka peneliti direkomendasikan
untuk mewawancarai Ibu Muswarini selaku bagian di bidang
kerajinan Bank Sampah PokLiLi. Dari kunjungan hari ini,
peneliti kemudian membuat janji dengan pengurus dan nasabah
Bank Sampah Tri Guyub Rukun untuk akan menjadi informan
yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti menghaturkan
terima kasih dan mohon pamit untuk pulang ke rumah.
Pertemuan III
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 Juli 2018
Waktu : 15.00-14.30 WIB
Narasumber : Ketua Pelaksana dan Bagian Penimbangan
Kegiatan : Wawancara dengan Pengelola Bank Sampah
Pada hari Jum’at tanggal 20 Juli 2018, peneliti datang ke
basecamp Bank Sampah PokLiLi dan mengutarakan maksud
kedatangannya untuk melakukan wawancara dengan Ibu Djuni
selaku ketua pelaksana dan Ibu Rumsinah selaku bagian
penimbangan yang berperan sebagai pengurus dalam setiap
kegiatan di Bank Sampah PokLiLi. Wawancara tersebut
dilakukan guna memperoleh profil dan gambaran umum lengkap
mengenai Bank Sampah PokLiLi. Wawancara pertama yaitu
dengan Ibu Djuni, bertempat di kediaman rumah beliau. Dalam
proses wawancara Ibu Djuni menjawab setiap pertanyaan dengan
sangat ramah dan antusias dalam menjelaskan kegiatan
persampahan yang dilaksanakan di perumahan Griya Lembah
Depok, khususnya kegiatan bank sampah. Sekitar 1,5 jam
wawancara berlangsung, peneliti mendapatkan banyak informasi
terkait kegiatan yang dilaksanakan di Bank Sampah PokLiLi.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Rumsinah yang
bertempat di basecamp Bank Sampah PokLiLi untuk mengetahui
informasi lengkap mengenai kegiatan penabungan sampah yang
dilakukan oleh para pengurus dan anggota/nasabah Bank Sampah
PokLiLi. Kemudian peneliti diajak dan dipersilahkan untuk
melihat-lihat proses kegiatan penabungan sampah beserta
fasilitasnya, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu
Rumsinah terkait kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan penabungan sampah yang dilakukan oleh pengelola
Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah Depok.
Narasumber menjawab pertanyaan dari peneliti dengan jelas dan
rinci. Setelah 1 jam melakukan wawancara, peneliti mendapatkan
banyak informasi yang dibutuhkan mengenai profil dan gambaran
umum Bank Sampah PokLiLi untuk selanjutnya peneliti
tuangkan menjadi kajian tulisan penelitian skripsi di BAB 3.
Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan melihat
proses pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah PokLiLi, penulis
mengucapkan terima kasih dan berpamitan untuk pulang.
Pertemuan IV
Hari/ Tanggal : Minggu, 12 Agustus 2018
Waktu : 10.00-13.30 WIB
Narasumber : Bagian Penimbangan dan anggota Bank Sampah
Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank
Sampah PokLiLi
Pada hari minggu tanggal 12 Agustus 2018, peneliti
melakukan observasi lapangan serta wawancara kepada
masyarakat di perumahan Griya Lembah Depok selaku
anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi. Sesampainya di
wilayah perumahan Griya Lembah Depok kemudian peneliti
melakukan door to door dengan beberapa anggota/nasabah Bank
Sampah PokLiLi karena sebelumnya telah membuat janji dan
meminta izin kepada ketua pelaksana Bank Sampah yaitu Ibu
Djuni. Pada hari ini peneliti berkesempatan mewawancarai Ibu Iis
selaku pengurus Bank Sampah di bagian penimbangan dan Bapak
Wawan Setiawan selaku masyarakat setempat. Dimana
wawancara dilakukan di rumah masing-masing narasumber.
Peneliti disambut dengan sangat baik ketika sampai di masing-
masing rumah narasumber yang merupakan anggota/nasabah di
Bank Sampah PokLiLi.
Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
kedatangannya, yaitu meminta Ibu Iis dan Bapak Wawan
Setiawan untuk memberikan informasi selama menjadi
anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti mulai
wawancara dengan pertanyaan seputar proses pelaksanaan
kegiatan yang diikuti hingga faktor pendukung dan faktor
penghambat yang dialami serta dampak positif yang dirasakan
selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.
Kemudian kedua narasumber menjawab dengan lengkap dan apa
adanya sehingga peneliti bisa memahami apa yang disampaikan
oleh Ibu Iis dan Bapak Wawan Setiawan. Setelah data dan
informasi dirasa cukup, kemudian peneliti memohon pamit dan
menghaturkan terima kasih untuk bantuan yang diberikan.
Pertemuan V
Hari/ Tanggal : Senin, 13 Agustus 2018
Waktu : 10.00-13.30 WIB
Narasumber : Bendahara dan Bagian Penimbangan
Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank
Sampah PokLiLi
Pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2018, peneliti datang
ke rumah salah satu pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu
Yenny selaku bagian bendahara untuk melakukan wawancara
seputar proses pelaksanan kegiatan dan meminta data-data
administrasi dari hasil pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah.
Namun sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu.
Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta informasi
tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor penghambat
serta dampak positif yang dihadapi oleh Bank Sampah PokLiLi.
Sekitar 1,5 jam wawancara berlangsung, peneliti mendapatkan
banyak informasi seputar kegiatan terutama dari segi administrasi
dan sistem pengelolaan keuangan di Bank Sampah.
Setelah dirasa cukup memperoleh data yang dibutuhkan,
kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas bantuannya
hari ini dan memohon pamit untuk melanjutkan wawancara di
rumah salah satu anggota/nasabah. Kunjungan berikutnya adalah
rumah ibu Yayuk. Peneliti disambut dengan baik oleh Ibu Yayuk
dan peneliti menyampaikan maksud kedatangannya untuk
melakukan wawancara. Ibu Yayuk mempersilahkan dengan baik
dan sangat antusias dalam menjelaskan kegiatan yang diikutinya
selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi. Peneliti
mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan anggota/nasabah
dari Ibu Yayuk. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan,
peneliti mengucapkan terima kasih atas informasi yang sudah
diberikan dan berpamitan untuk pulang.
Pertemuan VI
Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2018
Waktu : 10.00-12.30 WIB
Narasumber : Bagian Kerajinan Bank Sampah PokLiLi
Kegiatan : Wawancara dengan pengelola Bank Sampah
PokLiLi
Pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2018, peneliti datang
salah satu rumah pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu
Muswarini selaku bagian di bidang kerajinan. Sebelumnya
peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan beliau untuk
datang bertemu di rumahnya pada jam 10.00 WIB dan
menyambut kedatangan peneliti dengan ramah. Karena Ibu
Muswarini sudah mengetahui maksud kedatangan peneliti pada
hari itu, peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta
informasi seputar kegiatan kerajinan produk daur ulang sampah
yang dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi. Ibu Muswarini
sangat antusias dalam menjelaskan berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di Bank Sampah. Ibu Muswarini menjelaskan
dengan rinci kegiatan yang dilaksanakan di Bank Sampah
PokLiLi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga diperlihatkan
cara pembuatan kerajinan produk daur ulang sampah dan
dokumentasi kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang
dilakukan oleh para pengurus serta anggota/nasabah Bank
Sampah. Setelah data yang dibutuhkan sudah cukup dan
mengambil beberapa dokumentasi kegiatan kerajinan daur ulang
sampah. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Muswarini atas informasi yang telah diberikan dan peneliti
berpamitan untuk pulang.
Pertemuan VII
Hari/ Tanggal : Kamis, 16 Agustus 2018
Waktu : 10.00-13.30 WIB
Narasumber : Bagian Penimbangan dan anggota Bank Sampah
Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank
Sampah PokLiLi
Pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2018, peneliti datang
ke rumah salah satu pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu
Rumsinah selaku bagian penimbangan untuk melakukan
wawancara seputar proses pelaksanaan kegiatan dan meminta
data-data administrasi dari hasil pelaksanaan kegiatan di Bank
Sampah. Namun sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih
dahulu. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta
informasi tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor
penghambat serta dampak positif yang dihadapi oleh Bank
Sampah PokLiLi. Sekitar 1,5 jam wawancara berlangsung,
peneliti mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan terutama
dari segi administrasi dan sistem pengelolaan keuangan di Bank
Sampah.
Setelah dirasa cukup memperoleh data yang dibutuhkan,
kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas bantuannya
hari ini dan memohon pamit untuk melanjutkan wawancara di
rumah salah satu anggota/nasabah. Kunjungan berikutnya adalah
rumah Bapak Husen. Peneliti disambut dengan baik oleh Bapak
Husen dan peneliti menyampaikan maksud kedatangannya untuk
melakukan wawancara. Bapak Husen mempersilahkan dengan
baik dan sangat antusias dalam menjelaskan kegiatan yang
diikutinya selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah
PokLiLi. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta
informasi tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor
penghambat serta dampak positif yang dirasakan selama
mengikuti kegiatan di Bank Sampah. Setelah dirasa peneliti
cukup mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan
anggota/nasabah dari Bapak Husen. Setelah mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, peneliti mengucapkan terima kasih
atas informasi yang sudah diberikan dan berpamitan untuk
pulang.
Pertemuan VIII
Hari/ Tanggal : Selasa, 21 Agustus 2018
Waktu : 09.00-14.00 WIB
Narasumber : Anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi
Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank
Sampah PokLiLi
Hari ini peneliti datang ke tiga rumah masing-masing
anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi sekaligus karena dirasa
data yang dibutuhkan masih kurang dan agar lebih akurat.
Anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi untuk melakukan
wawancara yaitu dengan Ibu Sumono, Ibu Yayuk dan Bapak
Herman. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta
informasi tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh pengurus Bank Sampah hingga faktor pendukung
dan faktor penghambat yang dihadapi serta dampak positif yang
dirasakan oleh masing-masing anggota/nasabah Bank Sampah
PokLiLi. Masing-masing wawancara berlangsung sekitar 1-1,5
jam, peneliti mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan
yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi dari para narasumber yang
peneliti wawancarai. Setelah dirasa cukup memperoleh data yang
dibutuhkan, kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas
bantuannya hari ini dan memohon pamit untuk pulang.
Pertemuan IX
Hari/ Tanggal : Senin, 3 September 2018
Waktu : 09.00-13.30 WIB
Narasumber : Ketua Pelaksana dan Bendahara
Kegiatan : Melengkapi data dan dokumen mengenai Bank
Sampah PokLiLi
Pada tanggal 3 September 2018, peneliti kembali
berkunjung ke rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu
Djuniawan Wanitarti yang sebelumnya sudah membuat janji
terlebih dahulu. Data yang dibutuhkan oleh peneliti berupa
dokumen maupun data-data yang berkaitan dengan kegiatan
anggota/nasabah dan mengambil beberapa dokumentasi kegiatan
Bank Sampah PokLiLi. Ibu Djuni dengan senang hati
memberikan informasi dan data yang cukup lengkap kepada
peneliti. Setelah data yang dibutuhkan sudah cukup lengkap.
Kemudian peneliti pamit untuk berkunjung ke rumah salah
satu pengurus bank sampah, yaitu ibu Yenny selaku Bendahara.
Kunjungan berikutnya yaitu ke rumah ibu Yenny dan peneliti
dipersilahkan dengan ramah. Kemudian peneliti mengungkapkan
maksud kedatangan peneliti hari ini, yaitu untuk meminta
dokumen maupun data-data keuangan yaitu tabungan masing-
masing para anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi dan juga
daftar harga sampah. Setelah selesai berbincang dan dirasa cukup
mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti mengucapkan terima
kasih dan berpamitan untuk pulang.