PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH
MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF
DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA TARUNA JAYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial (S.sos)
Oleh
ABIDIN
NIM: 1113054000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
A`` W
i
ABSTRAK
Abidin
Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Melalui Pelatihan Keterampilan
Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang mempunyai
tujuan untuk membuat seorang individu atau sekolompok orang menjadi lebih
berdaya dan mandiri dari kehidupan yang sebelumnya. Pemberdayaan masyarakat
sudah banyak dilakukan oleh instansi pemerintahan maupun lembaga – lembaga
swasta tertentu untuk mensejahterahkan masyarakat dalam kehidupan sehari –
hari. Pemberdayaan masyarakat memiliki sifat membangun dan memandirikan
masyarakat serta memberikan akses yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia yang lebih baik dalam berbagai aspek, terutama pada aspek
ekonomi dan kesejahterahan sosial.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya adalah sebuah lembaga
masyarakat (remaja) yang dinaungi oleh Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.
Kegiatan PSBR Taruna Jaya fokus pada pemberdayaan masyarakat (remaja)
melalui pendidikan non formal berupa pemberian pelatihan keterampilan dalam
berbagai bidang. Selain memberikan pelatihan skill, PSBR Taruna Jaya juga
memberikan pembinaan mental dan sosial serta memberikan arahan dan motivasi
untuk hidup mandiri secara kondusif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam bagaimana proses atau
tahapan pelaksanaan dan hasil/output yang telah dicapai dari program
pemberdayaan masyarakat (remaja) melalui pelatihan keterampilan Otomotif oleh
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Jakarta. Mulai dari bagaimana memulai
proses dalam program pemberdayaan tersebut sampai bagaimana tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh PSBR Taruna Jaya terhadap para pesertanya yang
telah selesai mengikuti program pelatihan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Melalui observasi dan wawancara, data – data yang diperoleh dari
lembaga diolah secara sistematis baik berupa kata – kata, tulisan, arsip, dan lisan
serta prilaku yang diamati. Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh PSBR Taruna Jaya melalui pelatihan Keterampilan Otomotif cukup berhasil
dalam memberikan perubahan terhadap para pesertanya. Sebelum para peserta
mengikuti program pemberdayaan, yang tadinya tidak bekerja sekarang bisa
bekerja, yang awalanya tidak berdaya sekarang berdaya, terdapat perubahan sikap
pada diri mereka setelah mengikuti program pelatihan dan rehabilitasi di PSBR
Taruna Jaya.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikian rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabat, hingga sampai kepada umatnya.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini dibuat dengan judul “Pemberdayaan
Remaja Putus Sekolah Melalui Pelatihan Keterampilan Otomotif Di Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya”.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan
dalam mencari dan menghimpun berbagai macam data yang telah didapat.
Namun, berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari
berbagai pihak, khususnya dosen pembimbing, segala hambatan dan kesulitan
tersebut dapat terlewati dan dapat diatasi dengan baik.
Penulis menyampaikan ucapaan terima kasih dan penghargaan kepada
Bapak Yusran Kilun, M.pd selaku pembimbing yang dengan sabar, tekun, tulus
dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini sampai selesai.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini penulis bersyukur dan mengucapkan
terima kasih dengan penuh sadar dan ketulusan hati kepada:
iii
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A , selaku Rektor UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A. , selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Raoudhonah, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Keuangan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi.
7. Drs. Yusra Kilun, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu literatur
dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya dosen
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang senantiasa memberikan ilmu,
membimbing dan memberikan pengarahan selama perkuliahan.
9. Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat, dan karunia-Nya selama
proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai dengan baik.
10. Ibunda dan Ayahanda saya tercinta yang selalu tulus ikhlas tanpa henti
mendoakan penulis sehingga lancar dan diberikan kemudahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga setiap doa dan pengorbanan
mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amin.
iv
11. Kakak – kakak saya semuanya yang telah memberikan saya saran dan
masukan dalam penulisan skripsi ini, terutama untuk abang saya yang selalu
mengingatkan dan memberikan semangat sertta motivasi kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini supaya dapat selesai dengan cepat dan tepat.
12. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi fasilitas berupa buku-buku dan
referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
13. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya yang telah memberi izin dan
membolehkan saya melakukan penelitian skripsi ini hingga selesai.
14. Bapak Irwan Santoso, SH dan Ibu Indah Sylvani, S.psi dari pengurus Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya yang telah membimbing dan
memberikan banyak informasi kepada penulis. Semoga kebaikan Bapak
senantiasa selalu diberkahi Allah SWT.
15. Bapak Khadir dan Bapak Cecep selaku Instruktur Program Pelatihan
Keterampilan otomotif di PSBR Taruna Jaya penulis ucapkan terima kasih
karena sudah membantu dalam memberikan informasi dan saran terkait
penelitian skripsi yang penulis lakukan.
16. Para Alumni anak – anak warga binaan sosial yang telah selesai mengikuti
pelatihan keterampilan dan rehabilitasi. Terimakasih atas semua pelayanan
dan partisipasinya kepada penulis selama melakukan penelitian. Semoga
semua amal kebaikan dilipat gandakan Allah SWT.
17. Kawan-kawan Seperjuangan saya, Ahmad Ali N, Dauatus Saidah, Nur
Syamsiah, Irsyadi Fahran, Vikron Fahreza, Fauzia Nurul Khotimah, Ade
Fauzan, M. Fahmi Nurdin dan semua kawan-kawan Pengembangan
v
Masyarakat Islam angkatan 2013 yang telah memberikan banyak dukungan
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
18. Riyantiana Aulia, terima kasih atas pengertian, support, bantuan, dan doa yang
selama ini dipanjatkan untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Semoga semua amal kebaikan dilipatgandakan Allah SWT.
Terakhir semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang
yang membacanya dan dapat memberikan serta menambah wawasan pengetahuan
dalam ilmu pemberdayaan masyarakat (remaja) serta bisa menjadi sumber
referensi bagi skripsi selanjutnya.
Jakarta, 26 Oktober 2017
Abidin
1113054000005
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Fokus Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................ 6
C. Tujuan Penelitan .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ............................................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 15
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 20
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ............................................... 23
3. Tahapan – tahapan Pemberdayaan Masyarakat ............................ 24
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 29
5. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan.......................................... 31
B. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan Otomotif ............................................... 32
2. Jenis Keterampilan ........................................................................ 34
C. Remaja Putus Sekolah
1. Pengertian Remaja Putus Sekolah ................................................. 34
D. Klasifikasi Taksonomi Bloom
1. Klasifikasi Taksonomi Bloom ....................................................... 38
vii
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya ..................... 40
B. Program Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 52
C. Program Pelatihan Keterampilan Otomotif ......................................... 55
D. Hasil atau Output Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pelatihan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
jaya ....................................................................................................... 63
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN
A. Proses atau Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Keterampilan Otomotif di Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya ................................................................... 67
B. Hasil atau Output yang Telah Dicapai Dari Program
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan
Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya ........................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 82
B. Saran ...................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Rancangan Penelitan ........................................................... 25
Tabel 2 : Tahapan Pengembangan Masyarakat .................................. 31
Tabel 3 : Struktur Organisasi PSBR Taruna Jaya .............................. 45
Tabel 4 : Sarana dan Prasarana PSBR Taruna Jaya ........................... 51
Tabel 5 : Daya Tampung Setiap Pelatihan Keterampilan .................. 58
Tabel 6 : Jadwal Kegiatan Sehari-hari PSBR Taruna Jaya ................ 63
Tabel 7 : Hasil Setelah Selesai Mengikuti Program Pelatihan ........... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat
berpengaruh terhadap keperibadian, keluarga, kelompok, dalam berbangsa dan
bernegara. Pendidikan menjadi salah satu hal yang menjadi penentu dalam
pembangunan suatu bangsa dan negara. Semakin tinggi kualitas pendidikan
seseorang maka semakin tinggi pula kualitas yang dimiliki oleh seseorang itu.
Kualitas yang dimaksudkan di sini adalah pribadi yang memiliki keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek – aspeknya yaitu intelektual,
moral, sosial, spiritual, fisik dan sebagainya. Dari hal tersebut dapat dikatakan
bahwa tujuan inti dari pendidikan yakni meningkatkan keperibadian secara
optimal dari setiap individu.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia khususnya pada
kelompok masyarakat yang berusia remaja. Pendidikan merupakan hak setiap
warga Negara. Akan tetapi, tidak setiap orang dapat merasakan pendidikan itu.
Pemerintah dalam hal ini telah merumuskan dalam Undang – undang Republik
Indonesia No 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional yang
menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang
diharapkan bersama yaitu:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
2
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003)”.
Selain itu dalam pasal 9 ayat 1 Undang – Undang No. 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa, “Setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasaanya sesuai dengan minat dan bakatnya.”
Namun seiring dengan berjalannya waktu banyak masyarakat yang
berusia remaja putus sekolah di tengah jalan dan tidak sampai selesai masa
pendidikannya di bangku sekolah. Putus sekolah bukan merupakan salah satu
permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar
dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi,
sarana dan prasarana pendidikan yang kurang, ada juga yang disebabkan oleh
kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain sebagainya.
Pada usia remaja seperti ini, biasanya anak banyak mengalami
perubahan perilaku dan sikap yang cenderung tidak dapat dikendalikan oleh
anak tersebut sehingga dapat berdampak pada sikap anak yang selalu ingin
bebas dan melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, sedangkan jika
mereka terikat oleh suatu sekolah dan harus berskolah, maka mereka
menganggap tidak bebas karena terikat dengan aturan yang ada di sekolah
tersebut. Untuk itu banyak anak remaja yang melakukan tindakan yang buruk
dengan cara berhenti dari sekolah karena hanya ingin memperoleh suatu
kebebasan.
3
Melihat kondisi dan permasalahan yang ada tersebut, maka perlu
adanya penanggulangan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya hal – hal
negatif yang terjadi pada remaja yang putus sekolah salah satunya yaitu
dengan cara memberikan pembinaan sosial dan melakukan pemberdayaan
terhadap remaja putus sekolah melaui pendidikan non formal.
Pembinaan remaja merupakan salah satu bagian dari upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya
manusia ini merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat, pemerintah
serta anak itu sendiri sebagai generasi muda dan harapan penerus bangsa.
Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan produktivitas daya saing,
maka upaya peningkatan kemampuan dalam pengembangan potensi bagi
remaja harus lebih di kembangkan.
Salah satu usaha pemberdayaan yang bisa meningkatkan sumberdaya
manusia dan membangun remaja dalam mengembangkan potensi diri dalam
diri mereka yakni dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan non formal
seperti memberikan pelatihan dan keterampilan. Mereka diberikan pelatihan
dan keterampilan agar bisa mandiri dan membangun kemampuan dalam
dirinya masing – masing.
Berbagai macam pelatihan dalam upaya peningkatan kapasitas dan
kualitas sumberdaya manusia dalam rangka penanggulangan kemiskinan serta
upaya pemberdayaan masyarakat baik oleh pemerintah maupun lembaga-
lembaga tertentu. Hal ini dianggap memiliki dampak positif terhadap
masyarakat untuk dapat memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Ini
4
merupakan adanya suatu upaya agar masyarakat menjadi lebih terampil dalam
berbagai hal.
Konsep pemberdayaan yang terkait dengan permasalahan di atas adalah
sebagaimana pernyataan Ife yang telah dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi
dalam bukunya, yakni:1
“pemberdayaan sebagai sarana untuk memberikan orang dengan
sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa
depannya dan berpartisipasi dalam kehidupannya komunitas mereka”
Dari pernyataan Ife diatas dapat diketahui bahwa pemberdayaan
masyarakat lebih mengacu pada sumberdaya manusia, dimana perlunya
peningkatan kapasitas diri (Capasity Building) dalam upaya pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. Disisi lain, pemberdayaan dalam konsep Capasity
Building seperti yang dijelaskan oleh Ife diatas, tentu perlu adanya agen
perubahan (agent of change) yakni mereka yang memang mau dan mampu
untuk mendampingi masyarakat.
Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara meningkatkan sumberdaya
manusia dan kapasitas diri serta membangun potensi dalam dirinya, maka
diharapkan nantinya remaja menjadi masyarakat yang bersifat rasional dan
turut berperan serta dalam pembangunan nasional dan menjadi mandiri secara
kondusif sehingga menjadi suatu kekuatan yang besar.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
berupaya untuk menanggulangi permasalahan remaja putus sekolah dalam
1 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan sosial,
(Jakarta: LP FEUI, 2002), h 50.
5
mengembangkan potensi di usia produktif dan dapat dikembangkan melalui
melalui pendidikan non formal dengan memberikan sebuah pelatihan dan
keterampilan di suatu bidang yang bertempat di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Taruna Jaya Tebet Jakarta Selatan.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet, Jakarta Selatan
ini, bergerak di bidang pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah. Pada awal
panti ini berdiri di bawah naungan Departemen Sosial, kemudian sejak tanggal
13 November 2002 menjadi salah satu lembaga atau Unit Pelaksanaan Teknis
(UPT) dari Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta yang memberikan keterampilan
dan pelatihan kepada remaja putus sekolah dan salah satunya terdapat
pelatihan keterampilan otomotif.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji apakah
pemberian pelatihan keterampilan otomotif dapat menanggulangi masalah
remaja yang putus sekolah dan dapat bersaing di dunia kerja nantinya.
Kemudian hasil penelitian ini peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul “Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah Melalui Pelatihan
Keterampilan Otomotif Di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya”
6
B. Fokus Pembatasan dan Rumusan Masalah
Panti Sosial Bina Remaja Jakarta Selatan merupakan salah satu panti di
bawah naungan Departemen Sosial melalui Dinas Provinsi DKI Jakarta yang
memberikan pelatihan keterampilan bagi remaja yang putus sekolah.
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada
pelatihan keterampilan otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna
Jaya” Jakarta Selatan supaya bisa menghadapi persaingan di dunia kerja.
Kemudian dalam penulisan skripsi ini supaya menjadi lebih fokus dan
terarah serta pembahasannya tidak melebar, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan melalui
pelatihan keterampilan otomotif ?
2. Bagaimana hasil yang dicapai setelah mengikuti pelatihan
keterampilan otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna
Jaya Tebet Jakarta Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses pelatihan keterampilan dari program pemberdayaan yang di lakukan
beserta hasil/output yang telah dicapai. Berikut ini adalah tujuan penelitian:
1. Mengetahui dan mengkaji proses pemberdayaan yang dilakukan Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya melalui pelatihan
keterampilan otomotif.
7
2. Mengetahui dan mengkaji hasil yang dicapai setelah melaksanakan
kegiatan keterampilan pelatihan otomotif dalam menghadapi
persaingan dunia kerja di PSBR “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Segi akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sebagai bahan studi
atau penelitian selanjutnya dan dapat memperkaya kajian-kajian dalam
pemberdayaan masyarakat. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah
pengetahuan tentang pendidikan non formal melalui pelatihan
keterampilan otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya.
2. Segi Praktis
Diharapkan dapat bermanfaat dalam sebuah pertimbangan untuk
mengambil kebijakan terkait menangani masalah remaja putus sekolah
dengan memberikan pendidikan non formal melalui pelatihan
keterampilan.
3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat khususnya mengenai pemberdayaan remaja putus sekolah
yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar konsep metodologi penelitian yang terdiri
dari VI (enam) kategori, yakni sebagai berikut:
8
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian pemberdayaan remaja putus sekolah yang dilakukan
oleh PSBR Taruna Jaya menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu
pengamatan, wawancara, atau penelahan dokumen.2 Penelitian yang
dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan
ketajaman analisis, objektifitas, sistematis, dan sistemik sehingga
diperoleh ketepatan dalam interpretasi, sebab hakikat dari suatu
fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas
atau Gestalt.3
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khususnya alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.4
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini, penulis berupaya
mendeskripsikan atau melihat fenomena yang terjadi tentang
pemberdayaan remaja putus sekolah yang dilakukan oleh Panti Sosial
Bina Remaja melalui pelatihan keterampilan yang diberikan. Penelitian
2 LexyJ. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), Cet. Ke-25 h. 9-10. 3 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007) Cetakan Kedua, h. 92. 4 Lexy J Moleong, Metedologi penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 6.
9
yang penulis lakukan ini berusaha menggambarkan dengan pengumpulan
data melalui wawancara secara mendalam, tinjauan pustaka, dan
pengamatan yang dilakukan di lapangan yang berkaitan dengan objek
yang di teliti.
Penulis ingin melihat bagaimana proses dan hasil yang telah
dicapai dalam melakukan pemberdayaan remaja putus sekolah melalui
pelatihan keterampilan otomotif yang diberikan dan dilakukan oleh Panti
Sosial Bina Remaja.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
objek penelitian. Data primer ini dapat diperoleh melalui wawancara dan
observasi terhadap para peserta yang telah selesai mengikuti Pelatihan
Keterampilan Otomotif di PSBR Taruna Jaya dan beserta kepada pihak
pengurus, instruktur dan pimpinan.
b. Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
objek yang diteliti. Data sekunder bisa disebut juga data tambahan. Data
sekunder didapatkan dari buku, tinjauan pustaka, internet dan brosur-
brosur serta arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan di PSBR Taruna Jaya Tebet Jakarta Selatan.
10
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data akan dilakukan dengan 4
cara, yakni:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh
panca indra (melihat, mendengar, dan merasakan)5 dan pencacatan
secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian,
yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pelatihan keterampilan
otomotif yang dilakukan di PSBR Taruna Jaya.
Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria yaitu:
pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan
secara serius, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan, serta pengamatan dicatat secara sistematik dan
dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai
suatu yang hanya menarik perhatian.6
Dalam teknik observasi ini, penulis memperoleh data penelitian
dengan mengunjungi dan meninjau langsung lokasi penelitian yaitu di
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya yang beralamat di jalan Tebet
Barat Raya No. 100 Jakarta Selatan 12810. Penulis mengamati dan
mencatat secara langsung mengenai proses pelatihan yang dilakukan
dari awal sampai akhir dan hasil yang telah dicapai setelah selesai
melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif.
5 Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitan Lapangan (Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI,2001), h. 16. 6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2008), H. 115.
11
Untuk validitas hasil pengamatan peneliti menggunakan
beberapa alat bantu, antara lain handphone yang sudah dilengkapi
kamera, buku tulis dan pulpen. Alat bantu kamera digunakan oleh
peneliti untuk merekam kejadian dalam bentuk gambar dan
membantu mengingat apa yang dilihat pada saat observasi. Sehingga
peneliti hanya terfokus pada pengamatan yang membutuhkan
penglihatan. Buku tulis dan pulpen membantu peneliti dalam
mencatat kejadian pada objek penelitian.
b. Wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung
tentang beberapa jenis data.7 Wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlihat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian
kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam
kehidupan informan.8
Dalam hal ini penulis mewancarai satuan pelaksana pembinaan
dan pelayanan sosial beserta para instruktur pelatihan otomotif.
Penulis juga mewancarai beberapa orang yang telah selesai mengikuti
kegiatan program pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan
otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Tauruna Jaya.
7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49. 8 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, H. 108
12
c. Studi dokumen, Studi dokumen mencari data yang tertulis, baik
berupa buku, jurnal atau tulisan.9 Dokumentasi adalah pengumpulan
bahan tertulis ataupun film yang memiliki sifat alamiah, sesuai dalam
konteks dan berada dalam konteks sehingga dapat digunakan sebagai
bukti untuk pengujian.10 Dalam hal ini penulis memperoleh
kelengkapan data penelitian dengan cara meminta langsung kepada
pengurus Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya.
d. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sampling. Teknik bertujuan dimana
informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan peneliti. Peneliti menggali dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat (remaja) yang
dilakukan oleh Panti Sosial Bina Remaja di Jalan Tebet Barat Raya
No. 100 Jakarta Selatan 121810.
9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 34. 10 Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosadakarya,
2007). h. 216-217
13
Tabel 1.1
Rancangan Penelitian
No Informan Informasi yang
dicari Jumlah
Metode
Pengumpulan
Data
1
Satuan
Pelaksana
Pelayanan dan
Pembinanan
Sosial
(Irwan Santoso,
SH dan Indah
Sylvani, S.psi)
Gambaran umum
mengenai Panti
Sosial Bina
Remaja Taruna
Jaya, proses serta
tahapan
pemberdayaan.
2 Wawancara
bebas, terstruktur
2
Instruktur
Pelatihan
Otomotif
(Muhamad
Dulkadir dan
Cecep Irwandi)
Gambaran umum
mengenai Panti
Sosial Bina
Remaja Taruna
Jaya, proses serta
tahapan
pemberdayaan
yang dilakukan
dalam pemberian
pelatihan
ketermapilan
otomotif.
2 Wawancara
bebas, terstruktur
3
Alumni anak –
anak Warga
Binaan Sosial
Panti Sosial
Bina Remaja
Taruna Jaya
(Nurhadi
Muhamad,
Raihan
Taufiqurohman,
M. Sandi
Akbar, Kevin
Alviananda)
4
Wawancara
bebas, terstruktur
dan dokumentasi
14
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Analisis data bermaksud mengorganisasikan data,
diantaranya mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode
dan mengkatagorikannya.11
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif yakni menelaah seluruh data yang sudah dikumpulkan
dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh melalui pengamatan
peneliti secara langsung di lapangan.
5. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).12
Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kali kunjungan
ke Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Jalan Tebet Barat Raya No.
100 Jakarta Selatan untuk melakukan wawancara, observasi dan
mendatangi langsung tempat tinggal alumni yang telah selesai mengikuti
pelatihan keterampilan di PSBR Taruna Jaya.
11 Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV. Tumaristis,
2003), edisi 3, h. 55. 12 Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 324-331
15
Kedua, triangulasi yakni teknik keabsahan data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data. Hal itu dapat dicapai dengan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
membandingkan apa yang dikaitkan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu, membandingkan hasil wawacara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bimbingan Remaja (PSBR)
“Taruna Jaya”. Jln. Tebet Barat Raya No. 100 Telp. (021) 8291582
Jakarta Selatan 12810. Penelitan dilakukan terhitung dari bulan Mei -
Agustus 2017.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya
ilmiah yang membahas tentang program pelatihan keterampilan otomotif yang
peneliti temukan, yang pembahasannya kurang lebih hampir sama atau hampir
menyerupai dengan judul penelitian yang peneliti angkat. Oleh karena itu, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ‘menduplikat’ hasil karya orang
lain, maka peneliti mempertegas perbedaan antara skipsi yang penulis buat dengan
skripsi yang telah dibuat oleh dan telah dibahas oleh peneliti sebelumnya. Setelah
melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun judul skripsi berikut ini yaitu:
16
Judul Skripsi : Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat PT Mercedes
Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan
Keterampilan Otomotif.
Penulis : Afrieda Marthatilla, mahasiswa program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2010.
Isi Pokok : Skripsi tersebut menjelaskan tentang pemberdayaan yang
dilakukan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia
Ciputat terhadap masyarakat sekitar Ciputat dengan memberikan
program pelatihan dan keterampilan otomotif untuk masyarakat
agar lebih mandiri dan bisa bergabung dalam PT Mercedes-
Benz Distribution Indonesia.
Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pelatihan IT/
Komputer Hardware dan Software di Institut Kemandirian
Dompet Dhuafa Kota Tangerang.
Penulis : Diqu Zarobi Alfadia, mahasiswa program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.
Isi Pokok : Skripsi tersebut menjelaskan tentang pemberdayaan yang
dilakukan oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa untuk
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran, khususnya kaum
dhuafa di kota Tanggerang dengan melakukan pelatihan
IT/komputer hardware dan software yang ditujukan agar mereka
17
memiliki keterampilan yang nantinya dapat diterapkan didunia
kerja.
Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pelatihan Desain
Grafis Di Rumah Gemilang Indonesia Sawangan Depok.
Penulis : Ayu Triana, mahasiswi program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.
Isi Pokok : Skripsi tersebut menjelaskan tentang pemberdayaan yang
dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia Sawangan Depok
yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat khususnya
remaja untuk membangun keterampilan dan memandirikan
masyarakat (remaja) serta memberikan akses yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas hidup lebih baik dalam berbagai
aspek terutama aspek kesejahteraan sosial. Di samping itu
program pemberdayaan yang dilakukan mengarahkan membina
dan memberikan akses serta kesempatan dalam berwirausaha
atau berkarir dan menanamkan prinsip-prinsip hidup mandiri,
berkepribadian islami sesuai tujuan Rumah Gemilang Indonesia.
Judul Skripsi : Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Urban
Farming Yayasan Bunga Melati Indonesia (YBMI) Di Perigi
Baru.
18
Penulis : Budi Baihakki, mahasiswi program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2016.
Isi Pokok : Skripsi tersebut menjelaskan tentang pemberdayaan yang
dilakukan oleh Yayasan Bunga Melati Indonesia (YBMI)
banyak hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya
dan hasil atau output yang dicapai belum sesuai target yang
diinginkan yang bisa mengolah sampah kompos organik secara
mandiri dari sampah rumah tangga mereka.
Skripsi yang penulis bahas ini adalah mengenai pemberdayaan Remaja
Putus Sekolah yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya melalui
Pelatihan Keterampilan Otomotif di Jalan Tebet Barat Raya No. 100 Jakarta
Selatan, dengan fokus penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat (remaja)
menjadi pribadi yang hidup mandiri secara kondusif.
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang di terbitkan
oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah jakarta tahun 2010.
19
G. Sistematika Penulisan
BAB I Bab ini merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang
masalah; pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian yang digunakan, tinjauan pustaka
dan sistematika penulisan.
BAB II Bab ini merupakan penjelasan dan pemaparan tentang peninjauan
teori, yang meliputi definisi, tujuan, tahapan, strategi
pemberdayaan, dan indikator keberhasilan pemberdayaan, beserta
definisi dan jenis ketermpilan, dan definisi Remaja Putus Sekolah.
BAB III Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum dan profil
lembaga, yang meliputi gambaran umum Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan. Beserta dengan hasil
atau output yang telah dicapai oleh PSBR Taruna Jaya setelah
selesai melakukan pendidikan pelatihan ketermpilan.
BAB IV Bab ini merupakan pembahasan tentang analisis data dan temuan
lapangan, yang meliputi pelatihan keterampilan otomotif, dan hasil
yang telah dicapai setelah selesai mengikuti pelatihan keterampilan
otomotif di PSBR Taruna Jaya.
BAB V Bab ini merupakan penutup yang berisi saran dan kesimpulan dari
hasil penelitian yang diperoleh yang dijelaskan secara konkrit dan
diharapkan dapat menjadi perbandingan oleh penelitan selanjutnya
dan sebagai evaluasi untuk Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya.
20
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
yang menjadi “berdaya” dan memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi
awalan pe- dengan mendapat sisipan -m- dan akhiran –an menjadi
“pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
kekuatan. 13
Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memperluas
perubahan bagi masyarakat dengan upaya pendayagunaan potensi sebaik–
baiknya sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan – pilihan.
Pemberdaayaan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh
lingkungan atau organisasi yang memberdayakan (empowerment
organization). Organisasi atau lingkungan yang menyediakan peluang secara
luas serta merangsang para pelakunya (manusia) untuk mengembangkan diri
dan mengeluarkan seluruh potensinya secara maksimal.
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki
13 Roesmidi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Aqaprint
Jatinagor, 2006), h. 1.
21
kekuatan atau kemampuan dalam; a. memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga
mereka memiliki kebebasan (Freedom), dalam arti bukan bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, dan bebas dari kesakitan, b. menjangkau sumber-sumber produktif
yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan c.
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.14
Menurut Parsons, seperti dikutip oleh Edi Suharto, pemberdayaan
merupakan proses dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi
dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian –
kejadian serta lembaga – lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,
pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya
dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.15
Selain itu, menurut Gunawan Sumodiningrat, seperti dikutip oleh Moh
Aziz, pemberdayaan dilihat dari tiga sisi. Pertama, pemberdayaan
menciptakan suasana atau iklim yang berkembang. Kedua, pemberdayaan
untuk memperkuat potensi ekonomi atau daya yang dimiliki masyarakat.
Ketiga, pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi rakyat dengan cara
melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2005),
h. 58. 15 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 58 – 59.
22
menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang
belum berkembang.16
Menurut Shardlow, seperti dikutip Isbandi Rukminto, pada intinya
pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.17
Payne, seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto, menjelaskan
pemberdayaan (empowerment) adalah membantu klien dalam memperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan
daya yang dimiliki antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.18
Istilah masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat diartikan
sebagai sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis
tertentu dan satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
hidupnya.19
Pada intinya pemberdayaan fokus pada tiga hal, yaitu :
Pemberkuasaan, Penguatan kapasitas diri, dan Memandirikan.
Pemberkuasaan merupakan fase untuk menguatkan diri seseorang khususnya
mereka yang rentan dan lemah serta mereka masih termaginalkan dalam
16 Moh. Aziz, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi,
(Yogjakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 136. 17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 54. 18 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan sosial,
(Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 162. 19 Nanih Machendrawaty dan Agus A. Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam : Dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: Rosda Karya, 2001), Cet ke 1, h. 44.
23
kehidupan bermasyarakat, melalui partisipasi masyarakat yang bersangkutan
agar tercipta kemampuan dan kekuasaan pada dirinya untuk aktif dan ikut
andil dalam kehidupan sosial melalui kekuatan kapasitas diri dengan
memanfaatkan skill atau kemampuan yang ada sehingga tercipta
kemandirian.20
Pemberdayaan masyarakat yang terjadi pada masyarakat bukanlah
suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu, tetapi merupakan suatu
upaya berkesinambungan yang dilakukan secara terus menerus untuk
meningkatkan daya yang ada dan menuju kearah yang lebih baik.
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan dari pemberdayaan yaitu meliputi :
a. Mendorong, motivasi, meningkatkan kesadaran terhadap potensi yang
dimiliki, dan menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang.
b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah
positif dalam perkembangannya.
Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai
tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya, memliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
20 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h.59.
24
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.21
Menurut Agus Ahmad Syafi’i tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri
ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang.22 Karenanya pemberdayaan
masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti
masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya.
Agar tujuan pemberdayaan dapat tercapai, maka dalam prosesnya
diperlukan adanya partisipasi aktif terhadap masyarakat yang diberdayakan. Hal
ini dilakukan untuk menumbuhkan inisiatif, kreatifitas dan jiwa kemandirian
dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kesejahteraan.
3. Tahapan Pemberdayaan
Beberapa tahapan yang seharusnya dilalui dalam melakukan
pemberdayaan yang telah disebutkan oleh Rr. Suhartini, dkk diantaranya
sebagai berikut:
a. Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.
b. Melakukan analisis (kajian) terhadap permasalahan tersebut secara mandiri
(partisipatif).
c. Menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih
setiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.
21 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 60. 22 Agus Ahmad Syafi’i, Manajemen Masyarakat Islam, (Bandung : Gerbang Masyarakat
Baru, 2001), hlm. 60
25
d. Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain
dengan cara sosio kultural yang ada di masyarakat.
e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi.
f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.23
Menurut Chabib Sholeh mekanisme kegiatan pemberdayaan
masyarakat terdiri atas beberapa tahapan kegiatan yang pada dasarnya
merupakan suatu siklus yang senantiasa berulang tetap. Tahapan – tahapan
yang dimaksud yaitu:
a. Penumbuhan hasrat atau keinginan untuk mau berubah
Langkah awal proses pemberdayaan adalah bagaimana menumbuhkan
untuk mau berubah. Tanpa keinginan dari yang bersangkutan proses
pemberdayaan apapun akan menemui jalan buntu. Menumbukan keinginan
untuk berubah atau memperbaiki diri dapat dibiarkan seperti
menghidupkan mesin mobil, maka selanjutnya akan berjalan dengan
kekuatannya sendiri tanpa harus di dorong-dorong lagi.
b. Menumbuhkan kemauan dan keberanian
Menumbuhkan minat, kemauan untuk menahan diri dari kesenangan sesaat
dengan keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dan hambatan
untuk selanjutnya mengambil keputusan untuk keluar dari belenggu
kemiskinan merupakan tahapan yang sangat penting
23 Rr. Suhartini, dkk. Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2005), h. 135.
26
c. Mengembangkan kemauan dan ambil bagian
Tumbuhnya kemampuan, minat dan keberanian secara sadar melakukan
perubahan nasib memperbaiki mutu kehidupannya akan mendorong yang
bersangkutan untuk secara sadar tanpa adanya paksaan untuk ikut serta
mengambil bagian dalam setiap kesempatan yang memungkinkan akan
memperbaiki nasib hidupnya.
d. Peningkatan peran dalam setiap kegiatan
Keterlibatan secara sadar terhadap suatu kegiatan dalam proses perubahan
menuju kehidupan yang lebih baik, akan meningkat dengan sendirinya
apabila mereka telah merasakan manfaat (ekonomi dan sosial). Ada
baiknya bagi para pemberdaya untuk mempertemukan mereka dengan
orang yang telah berhasil dan mandiri untuk saling berbagi pengalaman
tentang suka dan duka mereka dalam pemberdayaan.
e. Peningkatan efesiensi dan efektifitas
Sebagaimana kita ketahui setiap manusia memiliki tujuan yang tidak
terbatas, sementara sumberdaya untuk mewujudkan tujuan tersebut
terbatas adanya. Oleh karena itu, penggunaan sumberdaya yang terbatas itu
harus dilakukan dengan seefesien dan seefektif mungkin. Hal ini
mengisyaratkan akan pentingnya suatu metode atau teknologi yang tepat
agar sumberdaya yang ada dapat dihemat sebaik mungkin.
f. Peningkatan kompetensi diri secara otomatis
Pada akhirnya pemberdayaan harus mampu meningkatkan kapasitas diri
secara otomatis pada pihak yang diberdayakan. Hal ini dapat terjadi
apabila mereka sudah merasakan manfaat langsung maupun manfaat tidak
27
langsung yaitu berupa peningkatan kapasitas diri yang diperoleh secara
otomatis baik dari belajar pada pengalaman yang telah mereka rasakan.24
Menurut Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya, terdapat 7 bagian tahapan
pemberdayaan masyarakat yaitu antara lain sebagai berikut:25
a. Tahap persiapan (Engagement)
Tahap ini meliputi: Tahap penyiapan petugas (community worker)
untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (change
agent) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat. Tahap penyiapan lapangan dimana petugas
awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan
sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.
b. Tahap Pengkajian (Assessment)
Tahap ini dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh
masyarakat. Dapat dilakukan juga terhadap kelompok-kelompok
masyarakat. Pada tahap ini, petugas berusaha mengidentifikasi masalah
(kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing).
Petugas sebagai agen perubah (change agent) secara parsipatif
mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Hal ini diharapkan dapat
memikirkan alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.
24 Chabib Sholeh, Dialektika Pembangunan dan Pemberdayaan, (Bandung: FokusMedia,
2014), h. 83. 25 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta : Fakultas Ekonomi UI,
2001) Cet. Ke-1, h. 173-178.
28
d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi
Dalam tahapan ini pengembang masyarakat menjadi fasilitator
untuk membantu kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan
mereka dalam bentuk tertulis.
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)
Tahap ini merupakan tahap penting dalam pemberdayaan
masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama
antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.
f. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan.
Evaluasi dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga
pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas
untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka
panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam
masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfatkan sumber daya yang
ada
g. Tahap Terminasi (Disengagement)
Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak
jarang dilakukan bukan karena proyek sudah harus dihentikan karena
sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, tahap ini bisa
juga sebagai ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran.
29
Tabel 2.1
Tahapan Pengembangan Masyarakat
Sumber:Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, 2001
Jadi kesimpulan dari tahapan atau proses yang dikemukakan beberapa ahli
atau tokoh ini merupakan berbagai macam tahapan – tahapan atau proses yang
harus dilalui ketika melakukan sebuah pemberdayaan. Tetapi penulis fokus pada
satu teori saja yang digunakan yaitu teori tapahan pemberdayaan masyarakat
menurut Isbandi Rukminto Adi yang di dalamnya terdapat tujuh tahapan proses
pemberdayaan.
4. Strategi Pemberdayaan
Strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk
menjamin agar terjadi perubahan-perubahan yang dapat diterima oleh
Persiapan
Assesment
Perencanaan Alternatif Program Atau
Kegiatan
Performulasian Rencana Aksi
Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Evaluasi
Terminasi
30
partisipan atau berbagai kalangan yang akan terlibat dan dilibatkan dalam
proses perubahan.26
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan
secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sistem
lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial, pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (Empowerment setting);
mikro, mezzo dan makro.27
1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, strees management, crisis intervetion.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).
2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large system strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
26 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 135. 27 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 66-67.
31
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan sistem ini. Strategi
Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kopetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Sejalan dengan tahapan pemberdayaan yang ada dalam teori diatas, maka
dalam penelitian ini penulis ingin melihat proses dan hasil dari pemberdayaan
remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”. Pemberdayaan
terhadap remaja tersebut, dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas
pengetahuan dan skill/kemampuan remaja agar mampu bersaing dan hidup
mandiri secara kondusif.
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien sebagai media
intervensi sehingga menjadi lebih efektif dan efesien. Selain itu, dengan
pembinaan secara kelompok akan menjadi sebuah wadah paguyuban,
menumbuhkan rasa kekeluargaan dan solidaritas dalam kelompok.
5. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan
Menurut Kieffer, seperti dikutip dalam buku Edi Suharto,
pemberdayaan mencangkup tiga dimensi yang meliputi kompetensi
kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kopetensi partisipatif.28 Parson juga
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk kepada :
28 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,h. 63.
32
Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual
yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang
lebih besar
Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna
dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
Pembebasaan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai
dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian
melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk
memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih
menekan.
Secara operasional, untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan,
maka perlu diketahui berbagai indikator pemberdayaan yang dapat
menunjukan seorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program
pemberdayaan sosial diberikan, segala upaya dapat dikonsentralisasi pada
aspek – aspek apa saja dari sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan
mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses
manfaat kesejaterahan, dan kemampuan kultural dan politis.
B. Keterampilan Otomotif
1. Pengertian Keterampilan
Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang dengan
ditambahkan awalan ke- dan akhiran an- menjadi keterampilan yang
berarti kecakapan.
33
Jadi keterampilan itu adalah kecakapan seseorang dalam membuat
sesuatu misalnya kecakapan dalam menjahit pakaian, kecakapan dalam
membuat kerajinan tangan dan lain sebagainya.29 Dari hasil pekerjaannya
dapat dilihat : kerapihannya, penyelesaiannya cepat atau tidak, teliti atau
tidak, bagaimana halus kasarnya dan sebagainya.
Keterampilan adalah pelajaran yang berisi kemampuan konseptual,
apresiatif dan kreatif produksi dalam menghasilkan benda produk
kerajinan dan atau produk teknologi yang memberikan penekanan pada
penciptaan benda-benda fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi
sederhana, yang bertumpu pada keterampilan tangan.30 Untuk
memperoleh keberhasilan peserta didik yang optimal dalam pembelajaran
maka salah satu upaya penting adalah melatih keterampilan proses.
Dengan melatih keterampilan proses peserta didik akan lebih menguasai
dan menghayati materi pelajaran, karena peserta didik secara langsung
mengalami peristiwa pembelajaran tersebut.
Whitherington, menyatakan bahwa keterampilan merupakan hasil
dari latihan yang berulang – ulang yang dapat disebut perubahan
meningkat atau progresif atau pertumbuhan yang di alami oleh orang
yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktifitas tertentu.31
29 Minarti, Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Keterampilan Menjahitoleh
Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahterah Di Bulak Timur-Depok, (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 37. 30 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui
Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara,
(Skirpsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h.
52. 31 Whitherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 104.
34
2. Jenis Keterampilan
Keterampilan dapat dikelompokan kedalam 4 jenis, diantaranya:
a. Keterampilan personal (personal skill) yang mencangkup keterampilan
mengenai diri sendiri, keterampilan berpikir rasional dan percaya diri.
b. Keterampilan sosial (social skiil) seperti keterampilan melakukan
kerjasama, bertenggang rasa dan tanggung jawab sosial.
c. Keterampilan akademik (academic skill) adalah keterampilan yang
berkaitan dengan melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan
pendekatan ilmiah
d. Keterampilan vokasional (vocacional skill) adalah keterampilan yang
berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan tertentu seperti
bidang pembengkelan, menjahit, peternakan, pertanian, produksi
barang tertentu.32
C. Remaja Putus sekolah
1. Pengertian Remaja Putus Sekolah
Remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa
perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan
merupakan masa diletakannya dasar-dasar menuju taraf kematangan.
Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologis, psikologis, dan
sosiologis yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Secara
biologis ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara
psikologis ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan
32 Sarifudin, Strategi Panti Sosial Development Center for Childern (SDC) dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pelatihan Keterampilan, (Skripsi S1Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeru Jakarta, 2010), h. 50
35
kepribadian, sedangkan secara sosiologi ditandai dengan intensifnya
persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa
muda.33
Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap
“gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang mencari indentitasnya.34
Hal ini terjadi karena remaja cenderung berenergi tinggi, tidak stabil,
senantiasa berubah-ubah, mengukur segala dengan ukuran sendiri, tidak
logis, dan umumnya mempunyai sikap berontak.35
Masa remaja disebut masa peralihan dari anak-anak menjadi
dewasa, dimana anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang,
mereka bukan lagi anak-anak. Baik berupa bentuk badan, sikap, cara
berpikir dan cara bertindak, tapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Untuk memahami remaja secara lebih baik perlu juga di
kemukakan mengenai batasan usia remaja.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang rentang usia
remaja, sebagaimana yang telah dirangkum oleh Nuryoto S. Adalah:36
a) Menurut Elizabeth Hurlock = 13 tahun – 18 tahun
b) Menurut Jersild = 12 tahun – 21 tahun
c) Menurut Cole = 13 tahun – 21 tahun
d) Menurut Siti Rahayu Haditomo = 13 tahun – 21 tahun.
33 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 21 34 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 495 35 James E. Gardner, Memahami Gejolak Masa Remaja, (Jakarta : Mitra Utama, 2002), h.
1 36 Nuryoto S., Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University, 1995)
36
Remaja dalam masa peralihan jika diamati dengan seksama maka
akan diperoleh berbagai catatan khas, sebagai berikut:
a) Mula-mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik
yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
b) Perkembangan inteleknya lebih mengarah kepemikiran tentang dirinya
(refleksi diri).
c) Perubahan-perubahan dalam hubungan antara anak, orang tua, dan
orang lain dalam lingkungan dekatnya.
d) Timbulnya perubahan dalam perilaku, pergaulan, dan kebutuhan
seksual.
e) Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja.
f) Banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan
masalah dalam penyesuaian dan sulit memadukannya.37
Menurut Baharudin M. ada beberapa faktor penyebab mengapa
orang menjadi putus sekolah, yaitu karena faktor kependudukan,
kemiskinan, sarana prasarana, guru, sistem pendidikan, intelegensia, dan
mentalitas.38 Selain itu putus sekolah juga dapat ditinjau dari jenjang
pendidikan dan latar belakanngnya, berikut Baharudin membaginya
menjadi :
a) Putus sekolah menurut jenjang pendidikan:
1) Putus sekolah tingkat SD
2) Putus sekolah tingkat SMP
37 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, h. 204 38 Baharuddin, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya, (Jakarta: Yayasan
Kesejahteraan Pemuda “66”, 1982), h. 252
37
3) Putus sekolah tingkat SMA
4) Putus sekolah tingkat perguruan tinggi
b) Putus sekolah menurut tingkat latar belakang :
1) Putus sekolah karena kecacatan dan tingkat kecerdasan yang
rendah, yaitu ketidakmampuan untuk sekolah karena IQ-nya
rendah dan tidak ada sekolah bagi remaja yang mempunyai
kecacatan mental, rungu wicara dan netra
2) Putus sekolah karena kekurangan sarana pendidikan, yaitu daya
tampung sekolah yang lebih rendah di daerah pedesaaan
3) Putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi orang tua
sehingga tidak mampu membiayai anaknya sekolah atau tidak
dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
4) Putus sekolah karena mentalitas anak didik, yaitu anak-anak yang
tidak berkeinginan sekolah atau yang dikeluarkan dari sekolah
karena nakal dan melakukan tindak kejahatan.39
Kebanyakan remaja putus sekolah disebabkan tidak mampu
memenuhi tuntutan sistem sekolah karena keharusan untuk bekerja. Anak-
anak lainnya menjadi pekerja anak karena ketidaktersediannya sekolah,
tidak mampu membayar biaya sekolah, maupun pendidikan yang
ditawarkan dianggap rendah atau dipandang tidak relevan karena
lingkungan tidak bersahabat.40
39 Baharuddin, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya, h.205 40 Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, (Unicef : 2006), h. 128
38
D. Klasifikasi Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti
pengaturan dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Konsep
Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 Benjamin S.
Bloom, seorang psikologi bidang pendidikan beserta dengan rekan –
rekannya. Taksonomi ini mengklarifikasikan sasaran atau tujuan
pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Yaitu sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognnitif ini meupakan segi kemampuan yang
berkaitan dengan aspek – aspek pengetahuan, penalaran, atau
pikiran.41 Salah satunya adalah: Pengetahuan (knowledge)
mencangkup ingatan akan hal – hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya.42
b. Ranah Afektif (afektive domain)
Merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,
emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran.43
41 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
298. 42 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 27. 43 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, h. 298.
39
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Salah satunya adalah: penilai atau
penentuan sikap mencangkup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri seseuai dengan
penilaian itu. Mulai di bentuk suatu sikap: menerima, menolak
atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang
sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Kemampuan itu
dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.44
c. Ranah Psikomotorik (psychomotor domain)
Ranah psikomotorik ini kebanyakan menghubungkan
aktifitas motor dengan pendidikan fisik atau atletik, tetapi banyak
subjek lain. Seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata
juga membutuhkan gerakan.45 Kawasan psikomotorik yaitu
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani.46 Kreatifitas
mencangkup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-
gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif diri sendiri.
Hanya sosok orang yang berketerampilan tinggi dan berani berfikir
kreatif.47
44 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 277. 45 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo, (Jakarta: Kencana, 2007), h.
469. 46 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
298. 47 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran Cet. Kesepuluh, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009),
h. 279.
40
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Lembaga
1. Pengertian Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Panti Sosial Bina Remaja "Taruna Jaya" Jakarta adalah salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang
berlokasi di Jln. Tebet Barat Raya No. 100 Jakarta Selatan 12810
berdekatan dengan rumah susun Tebet.
Panti sosial ini merupakan bentuk upaya dalam mengatasi masalah
anak putus sekolah dan anak telantar. Melalui Unit Pelaksana Teknis
Dinas Sosial (UPT DINSOS), Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Jakarta menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak putus
sekolah dan memiliki latar belakang masalah sosial. Pelayanan di
fokuskan pada keterampilan pelatihan atau skill seperti keterampilan
menjahit, salon, otomotif, las, teknik pendingin, service HP, komputer,
furniture, dan tata boga.
2. Sejarah Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya pada awal mulanya didirikan
berdasarkan surat keputusan (SK) Menteri Sosial RI NO: HUK/7/2/57
tanggal 02 November 1959. Departemen Sosial RI bekerja sama dengan
UNICEF mengadakan penelitian dengan nama “Asessment Planning
Comunnity of Indonesia Childern Needs Survey” (APS) di wilayah Tebet
41
sebagai daerah padat penduduk dengan tingkat perekonomian yang rendah
pada saat itu.
Dari penelitian yang dilakukan tersebut, ditemukan banyak sekali
masyarakat di usia remaja yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya
ketingkat yang lebih tinggi. Maka dari itu, pada tahun 1962 di daerah
Tebet Jakarta Selatan, didirikanlah Pusat Kursus Serba Guna (PKS)
sebagai tindak lanjut hasil penelitian tersebut. Pusat Kursus Serba Guna
(PKS) merupakan lembaga kesejahteraan sosial untuk menangani remaja
putus sekolah melalui pemberian pelatihan keterampilan.
Selanjutnya, pada tanggal 20 Mei 1970 Pusat Kursus Serba Guna
(PKS) berubah nama menjadi karang taruna yaitu Karang Taruna pertama
di Indonesia sebagai proyek Laboratories Departemen Sosial RI tahun
1974. Kemudian Karang Taruna dirubah menjadi sebuah panti yaitu Panti
Karya Taruna. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Sosial RI No.
41/HUK/KEP/IX/1979, Panti Karya Taruna berubah nama menjadi
Sasana Penyantunan Anak (SPA) Tebet. Setelah perubahan nama tersebut,
pada tahun 1980 Sasana Penyantunan Anak (SPA) Tebet yang berada di
bawah naungan langsung Departemen Sosial RI, maka diserahkan kepada
Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta di bawah koordinasi
Kepala Bidang Bina Kesejahterahan Sosial.
Setelah perubahan nama yang dilakukan tersebut, berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Menteri Sosial RI No. 14 tahun 1994 tanggal 23 April
1994 yaitu tentang standarisasi penamaan panti atau sasana di bawah
42
naungan Departemen Sosial RI, maka Sasana Penyantunan Anak (SPA)
Tebet berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja Tebet.
Pada tahun 1995, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Sosial
Nomor : 22/HUK/95 tanggal 24 April 1995, tentang Organisasi dan Tata
Kerja, Panti Sosial Bina Remaja Tebet mengalami perubahan tentang
adanya perampingan Jabatan Struktural dan adanya kelompok Fungsional
Jabatan Pekerja Sosial. Kemudian setelah itu, pada tahun 1998 dan 1999
Gedung Panti Sosial Binat Remaja Tebet melalui dana pinjaman (Loan
Jepang) dipugar dan didirikan bangunan baru.
Pada tanggal 28 Maret 2000 bertempat di lapangan IRTI Jakarta
Pusat, dilakukan serah terima seluruh aset Kantor Wilayah Departemen
Sosial DKI Jakarta meliputi, personil, saran prasarana dan operasional dari
Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta kepada Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta. Sejak saat itu, maka Panti Sosial Bina Remaja
‘Taruna Jaya’ Tebet tidak lagi dibawah naungan Departemen Sosial RI
tetapi beralih di bawah naungan Pemeritah Daerah DKI Jakarta yaitu
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Bersamaan dengan perubahan nama dari Dinas Sosial menjadi
Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI
Jakarta, sesuai Keputusan Gubenur Provinsi DKI Jakarta No.163 Tahun
2002, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan
Teknis di Lingkungan Dinas Bina Mental dan Spiritual dan Kesejahteraan
Sosial Provinsi DKI Jakara, Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Tebet
43
ditetapkan menjadi Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet hingga
sekarang.48
3. Visi dan Misi Panti Sosial Bina Remaja
Sebagai lembaga yang menanggulangi remaja putus sekolah serta
berada dibawah naungan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, PSBR
“Taruna Jaya” memiliki Visi dan Misi yang ingin dicapai yaitu
diantaranya sebagai berikut :49
a. Visi
Visi dari PSBR “Taruna Jaya” yaitu Menyelamatkan Remaja dari
ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar hidup mandiri
yang kondusif.
b. Misi
Misi dari PSBR “Taruna Jaya” yaitu menyelenggarakan pelayanan
dan rehabilitasi sosial terhadap anak putus sekolah atau anak jalanan
dan terlantar yang ada dilingkungan masyarakat DKI Jakarta.
- Membentuk Remaja berkepribadian, berdedikasi, percaya diri, dan
memiliki keterampilan untuk dapat mandiri.
- Memberikan pembinaan meliputi : Fisik, mental, sosial, spiritual
dan keterampilan kerja.
- Meresosialisasi remaja menuju perilaku normatif.
48 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya. 49 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya.
44
4. Dasar Hukum
Dasar hukum berdirinya PSBR “Taruna Jaya” yaitu berdasarkan :50
1. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 240 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 293 Tahun 2014
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya.
5. Struktur Organisasi51
Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya
50 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya. 51 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya
Kepala Panti
H. Ahmad Dumyani, SE, MM
NIP 196106011987031004/157394
Satuan Pelaksana Pembinaan Sosial
Indah Sylvani, S.Psi
NIP 198611112011012018/181278
Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial
Irwan Santoso, SH
NIP 196302291991031004/126120
Ka. Sub Bag Tata Usaha
Dra. Rita Winarti
NIP 196701031999012001/126255
45
Pengurus Utama atau tetap ( Jumlah : 17 Orang )
Terdiri :
a. Kepala Panti / Eselon III
b. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha /Eselon IV
c. Satuan pelaksana Pelayan Sosial
d. Satuan pelaksana Pembinaan Sosial
e. Jabatan Fungsional/Peksos tingkat lanjutan : 1 Orang
f. Staf Administrasi dll : 12 Orang
Bukan Pengurus Utama atau Tetap ( Jumlah : 27 Orang )
Terdiri :
a. Tenaga Pelayanan Sosial : 16 Orang
b. Cleaning Service : 4 Orang
c. Security : 6 Orang
d. ME : 1 Orang
6. Tugas Pokok dan Fungsi PSBR “Taruna Jaya”
1. Tugas pokok PSBR Taruna Jaya adalah sebagai berikut :
Melaksanakan pelayanan pembinaan dan Rehabilitasi serta
pemberdayaan remaja yang bermasalah sosial (putus sekolah, Anak
Terlantar, Anak Jalanan, Keluarga Miskin).
2. Fungsi PSBR Taruna Jaya adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Panti.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Panti
46
c. Penyusunan rencara strategis Panti.
d. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi dan seleksi.
e. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan
administrasi, penempatan dalam Panti.
f. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta asuhan dan
perlindungan sosial.
g. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
h. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan
mental, sosial dan pelatihan keterampilan kerja usaha kemandirian.
i. Pelaksanaan resosialisasi meliputi praktek belajar kerja, reintegrasi
dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, persiapan dan
pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian.
j. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi pemantapan dan terminasi.
k. Pelaksanaan kegiatan dalam ketata-usahaan .
l. Pelaksanaan pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.
m. Pengelolaan teknologi informasi Panti.
n. Penyiapan bahan laporan Dinas yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi Panti, dan
o. Pelaporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi
47
7. Sasaran Pelayanan atau Garapan
Sasaran Pelayanan PSBR Taruna Jaya adalah remaja putus sekolah
tingkat SLTP/SLTA laki-laki maupun perempuan berusia antara 16 s/d 21
tahun, terlantar dari keluarga kurang mampu dan anak jalanan yang datang
langsung maupun berdomisili di wilayah DKI Jakarta, berbadan sehat,
bebas narkoba dan belum pernah menikah serta dikirim melalui Suku
Dinas Sosial Lima Wilayah Kota Administrasi, SSK, PSM, Tokoh
Masyarakat dan Hasil penertiban (Rujukan dari PSBI Bangun Daya 1
Cengkareng dan PSBI Bangun Daya 2 Ceger )
8. Persyaratan Menjadi Warga Binan Sosial (WBS) di PSBR “Taruna
Jaya” Jakarta
Untuk menjadi warga binaan di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna
Jaya” Jakarta, harus mengikuti persyaratan yang telah di tetapkan sebagai
berikut :52
a. Laki-laki atau perempuan berusia 16 tahun sampai dengan 21
tahun.
b. Sehat jasmani dan rohani, bebas narkoba yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Setempat.
c. Foto copy ijazah yang dimiliki, foto copy KTP/KK DKI Jakarta
d. Belum pernah menikah.
e. Belum bekerja atau menganggur.
f. Surat keterangan RT/RW (tidak mampu dan domisili)
g. Pas Foto ukutan 2x3=2 lembar, 4x6= 2 lembar.
52 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya.
48
h. Bersedia menaati Tata Tertib Panti.
i. Bersedia di asramakan selama 1 tahun.
9. Proses Pelayanan di PSBR “Taruna Jaya” Jakarta
Proses pelayanan dalam penerimaan sebagai Warga Binaan Sosial
(WBS) di PSBR “Taruna Jaya” adalah sebagai berikut :53
1. Pelaksanaan Pendekatan awal meliputi :
a. Penjangkauan
b. Observasi
c. Identifikasi
d. Motivasi dan seleksi
2. Pelaksanaan Penerimaan meliputi :
a. Registrasi
b. Persyaratan Administrasi
c. Penempatan dalam Panti
3. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta asuhan dan perlindungan
sosial
4. Pelaksanaan Assesmen meliputi :
a. Penelahan
b. Pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi
5. Pelaksanaan pemberian pembinaan meliputi :
a. Fisik dan kesehatan
b. Mental
c. Sosial
53 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya.
49
d. Pelatihan keterampilan kerja usaha kemandirian
6. Pelaksanaan resosialisasi meliputi :
a. Praktek belajar kerja
b. Reintergasi dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat
c. Persiapan dan pelaksanaan penyaluran
d. Bantuan kemandirian
7. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi :
a. Monitoring d. Pemantapan
b. Konsultasi e. Terminasi
c. Asistensi
10. Bimbingan dan Keterampilan Kerja
Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” memiliki berbagai macam
jenis keterampilan yang di berikan, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Bimbingan dan Keterampilan Otomotif
2. Bimbingan dan Keterampilan Las
3. Bimbingan dan Keterampilan Service Handphone
4. Bimbingan dan Keterampilan AC
5. Bimbingan dan Keterampilan Komputer
6. Bimbingan dan Keterampilan Salon
7. Bimbingan dan Keterampilan Menjahit
8. Bimbingan dan Keterampilan Tataboga
9. Bimbingan dan Keterampilan Furniture
50
11. Sarana dan Prasarana
Dalam mendukung terlaksana program pelayanan pemberdayaan di
PSBR “Taruna Jaya” maka diperlukan sarana dan prasana yang memadai
dan mendukung. PSBR “Taruna Jaya” memiliki luas lahan tanah sebesar
11.178 M² dengan luas bangunan yang terdiri dari Bangunan Gedung
Kantor dan Asrama sebesar 5.300 M² dan Rumah Dinas Kantor sebesar
700 M².
Berikut ini merupakan tabel sarana dan prasarana yang terdapat di
PSBR “Taruna Jaya” Tebet Jakarta :
Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana yang terdapat di PSBR Taruna Jaya
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Lokal) Keterangan
1 Kantor 1
2 Aula 1
3
Ruang Teori Keterampilan
dan Ruang Praktek
Keterampilan
9
4 Ruang Bimbingan Sosial 1
5 Tempat Ibadah (Mushola) 1
6 Ruang dapur 1
7 Perpustakaan 1
8 Ruang Case Corference 1
9 Ruang Poliklinik 1
10 Kamar mandi Asrama
Putra dan Putri 2 10 Kamar Mandi
11 Asrama Putri 3
12 Asrama Putra 4
13 Ruang Konseling 1
14 Workshop 1
15 Ruang Data 1
16 Lapangan Upacara 1
17 Lapangan Olahraga 1
18 Mobil Operasional 2
51
12. Mitra Kerjasama Lokasi Praktek Belajar Kerja
Selain melakukan bimbingan dan memberikan pelatihan
keterampilan terhadap remaja putus sekolah, PSBR “Taruna Jaya” Jakarta
juga mempunyai mitra kerjasama untuk penyaluran tenaga kerja dari
PSBR “Taruna Jaya” yang sebelumnya telah melakukan pelatihan
keterampilan selama paling lama 1 tahun.
Berikut ini adalah mitra kerjasama lokasi praktek belajar kerja :
1. Tata Rias/Salon : Tewink Salon Muslimah, Wulan Guritno
Salon, One Pieces, Salon Sari, dan Joni Andrean
2. LAS : PT Mega Lestari Mobilindo, PT Palapa Teknik, Bajaj,
Krakatau Steel Serang, PT Farita Steel Serang
3. Otomotif : PT Citra Sarana Jaya, PT Exelindo Candra, PT Mega
Lestari Mobilindo, PT. Tuna Ridean , Bengkel Mobil Rahmat,
Jaya Makmur Motor dan PT Yamaha Indonesia
4. Pendingin/AC : PT. Ruslam Cempaka, Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih, dan PT Brian Adi Jaya
5. Tata Busana/Menjahit : PT. Rocomoro, PT. Yung Yang, dan
Butik Muslimah
6. Service HP : Natasha Cell, Gerai Service Center Samsung
Condet
7. Komputer : PT. Global Sistem, PT. Mobilindo, Kel.Tebet Barat,
Polsek Kec. Tebet, AFJ Motor, Snapy dan Kantor Kec. Tebet
52
PENERIMAAN ASESMENT PEMBINAAN &
BIMBINGAN
B. Program Pemberdayaan Masyarakat (Remaja) di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya
Bagan
Alur Proses Pelatihan
1. Pelaksanaan pendekatan awal
Sosialisasi pendekatan awal dilakukan semaksimal mungkin sehingga
dapat diakses dan dijangkau oleh masyarakat luas seluruh wilayah DKI
Jakarta. Selain sosialisai secara reguler ke wilayah DKI Jakarta, PSBR juga
menjalin kemitraan dengan lembaga – lembaga yang lainnya dalam
penerimaan serta perekrutan peserta anak – anak warga binaan sosial. Guna
menghasilkan generasi muda yang berusia produktif, maka hal tersebut diatas
dilakukan agar sebaran penerima manfaat PSBR semakin luas dan merata.
Di awal berjalannya pendidikan dan pelatihan, pendekatan sosialisasi
PSBR yaitu melalui Kelurahan, Kecamatan, RT (Rukun Tetangga), RW
(Rukun Warga), beserta masyarakat sekitar yang peduli dengan keadaan anak
– anak remaja putus sekolah, anak terlantar dan anak yang tidak mampu
(miskin).
PENJANGKAUAN & PENDEKATAN
AWAL
TERMINSASI RESOLIASI &
REINTERGRASI PENYALURAN &
BINA LANJUT
HIDUP LAYAK,
NORMAIF DAN
BERFUNGSI
SOSIAL
53
2. Penerimaan Peserta Calon Anak-anak Warga Binaan Sosial (WBS)
A. Pendaftaran
Calon peserta anak – anak warga binaan sosial sebelumnya harus
mengisi formulir pendaftaran yang telah di sediakan oleh PSBR. Di dalam
formulir tersebut terdapat beberapa point yang mencakup data pribadi,
data keluarga, peminatan dan pemilihan program keterampilan. Selain itu,
ada beberapa lampiran yang harus di lengkapi yaitu diantaranya foto copy
Kartu Tanda Penduduk (KTP), foto copy Kartu Keluarga (KK), surat
keterangan tidak mampu beserta domisili dan foto ukuran 2x3 dan 4x6
yang masing – masing berjumlah 2 lembar foto setiap ukurannya.
B. Persyaratan dan penempatan dalam panti
Setelah selesai mengisi formulir pendaftaran, PSBR juga
mempunyai persyaratan yang harus di penuhi oleh calon anak – anak
Warga Binaan Sosial (WBS) agar bisa masuk dan bergabung dalam
lingkungan kegiatan PSBR. Persyaratan ini dilakukan mengingat hampir
dari seluruh calon anak – anak Warga Binaan Sosial (WBS) ini berasal
dari anak jalanan yang mempunyai latar belakang kehidupan yang bebas.
Setelah persyaratan semuanya terpenuhi, kemudian calon anak –
anak Warga Binaan Sosial (WBS) diajak untuk sosialisasi lingkungan
PSBR dan lingkungan keterampilan serta sambil diberikan arahan dan
peraturan selama tinggal di PSBR. Setelah itu baru di tempatkan dalam
panti dan di berikan tempat tinggal berupa asrama dan juga kelengkapan
untuk kehidupan sehari – hari selama kurang lebih satu tahun.
54
3. Assesment
Assesment ini merupakan tes minat bakat yang dilakukan oleh
psikolog. Di PSBR terdapat dua psikolog yaitu psikolog untuk bakat dan
psikolog concealer permasalahan. Penggalian permasalahan disini dilakukan
secara wawancara langsung terhadap calon anggota anak – anak Warga
Binaan Sosial (WBS) untuk menghetahui permasalahan apa saja yang sedang
terjadi terhadap anak – anak warga binaan sosial. Setelah melakukan tes ini,
baru nanti hasilnya bisa dilihat dan tempatkan sesuai dengan potensi bakat
yang dimiliki oleh anak – anak warga binaan sosial.
4. Pembinaan dan Bimbingan
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat (remaja), PSBR juga
memberikan bimbingan kepada anak – anak warga binaan sosial (WBS) agar
nantinya setelah selesai mengikuti program pelatihan keterampilan mereka
bisa hidup terarah dan mandiri di lingkungan masyarakat. Bimbingan yang di
berikan oleh PSBR yaitu bimbingan sosial (BIMSOS), bimbingan fisik,
bimbingan mental, bimbingan rohani, kesenian, dan bimbingan keterampilan
yang diikuti oleh anak – anak Warga Binaan Sosial (WBS).
5. Resosialisasi dan Reintegrasi
Dalam proses ini anak – anak Warga Binaan Sosial (WBS) yang telah
mengikuti pelatihan selama kurang lebih tujuh bulan di salurkan untuk
mengikuti Praktek Belajar Kerja (PBK) di tempat – tempat yang sudah di
tentukan oleh intruktur pelatihan. Selain melakukan resosialisasi di tempat
Praktek Belajar Kerja (PBK), reintegrasi juga dilakukan dengan
55
menghubungan kehidupan dalam kelurga dan masyarakat untuk persiapan dan
penyaluran tenaga kerja.
6. Penyaluran dan bina lanjut
Penyaluran dan bina lanjut ini merupakan proses dimana anak – anak
warga binaan sosial yang siap dan mampu serta sudah mulai mandiri
mempunyai pilihan apakah peserta anak – anak warga binaan sosial tersebut
dapat di salurkan ke tempat kerja, kembali keluarga, dan berwirausaha sendiri
dengan di berikan bantuan berupa alat – alat untuk digunakan dalam
membuka usaha sendiri.
7. Terminasi
Terminasi merupakan proses pemutusan atau selesainya pelayanan
yang di lakukan oleh PSBR terhadap anak – anak warga binaan sosial yang
sudah diberikan pelatihan keterampilan. Biasanya proses terminasi ini
dilakukan selama 2-3 bulan setelah selesai pelatihan.54
C. Program Pelatihan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya
1. Peserta program pelatihan otomotif
Peserta program pelatihan otomotif merupakan anak – anak putus
sekolah yang berusia remaja karena ketidakmampuan dalam financial dan
akses pendidikan yang kurang memadai serta anak – anak yang memiliki
latar belakang masalah sosial.
Namun anak – anak ini memiliki semangat motivasi untuk maju
dan berubah lebih baik dari sebelumya. Di PSBR ini anak - anak putus
sekolah diberikan pendidikan non formal melalui keterampilan/skil, ilmu
54 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya
56
pengetahuan dan juga berupa bimbingan sosial/pembinaan untuk modal
masa depannya.
Semua itu bisa dilakukan dan didapatkan oleh anak – anak putus
sekolah apabila mampu memenuhi kriteria atau persyaratan untuk
bergabung dan menjadi warga binaan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya.
Persyaratan yang harus dipenuhi dan ditetapkan oleh PSBR Taruna
Jaya untuk calon anak – anak warga binaan sosial adalah seperti berikut
ini:55
a. Laki-laki atau perempuan berusia 16 tahun sampai dengan 21 tahun.
b. Sehat jasmani dan rohani, bebas narkoba yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Setempat.
c. Foto copy ijazah yang dimiliki, foto copy KTP/KK DKI Jakarta
d. Belum pernah menikah.
e. Belum bekerja atau menganggur.
f. Surat keterangan RT/RW (tidak mampu dan domisili)
g. Pas Foto ukutan 2x3=2 lembar, 4x6= 2 lembar.
h. Bersedia menaati Tata Tertib Panti.
i. Bersedia di asramakan selama 1 tahun.
Untuk daya tampung setiap program pelatihan keterampilan di
PSBR Taruna Jaya setiap tahunnya berubah – ubah sesuai dengan
banyaknya yang mengikuti program pelatihan keterampilan tersebut. Akan
55 Arsip Lembaga PSBR Taruna Jaya.
57
tetapi, PSBR Taruna Jaya memiliki batas maksimal daya tampung calon
anak – anak warga binaan sosial.
Jumlah batas maksimal daya tampung setiap program pelatihan
keterampilan yaitu :56
Tabel 3.2 Daya Tampung di Setiap Kelas Pelatihan
No Jenis Keterampilan Daya Tampung
1 Keterampilan Otomotif 20 orang
2 Keterampilan Las 15 orang
3 Keterampilan Menjahit 10 orang
4 Keterampilan Salon 10 orang
5 Keterampilan AC 15 orang
6 Keterampilan Komputer 25 orang
7 Keterampilan Service HP 5 orang
8 Keterampilan Tata Boga 5 orang
9 Keterampilan Furniture 5 orang
2. Proses program keterampilan Otomotif
Program pelatihan di PSBR Taruna Jaya dimulai dari bulan Febuari
sampai bulan November. Selama periode kurang lebih satu tahun itu, anak
– anak warga binaan sosial di berikan pelatihan/skill, ilmu pengetahuan,
dan bimbingan sosial. Selama mengikuti program pelatihan di PSBR
Taruna Jaya, anak – anak warga binaan sosial wajib mengikuti semua
proses pelatihan dari tahap awal sampai dengan tahap akhir.
56 Arisp Lembaga PSBR Taruna Jaya
58
A. Teori dan Praktek
Materi yang diberikan dan diterapkan oleh PSBR Taruna Jaya
dalam pemberdayaan masyarakat (remaja) dengan cara memberikan
pelatihan keterampilan melalui materi teori dan praktek. Selain materi
teori dan praktek, ada juga pemberian ujian materi teori dan praktek
setelah selesai dilakukannya magang/praktek belajar kerja (PBK).
Pelajaran teori dan praktek otomotif sebelumnya sudah
dipersiapkan dan disusun oleh instruktur PSBR Taruna Jaya untuk
kurang lebih 1 tahun pendidikan. Selama masa pendidikan berlangsung
anak – anak warga binaan sosial di berikan bekal dan pengetahuan
ilmu otomotif.
Untuk pembagian pelajaran antara teori dan praktek, biasanya
para instruktur lebih banyak memberikan pelajaran praktek
dibandingkan dengan pelajaran teori. Ini dikarenakan kebanyakan anak
– anak warga binaan sosial cenderung lebih cepat menangkap pelajaran
praktek karena secara langsung mengerjakannya dengan alat – alat
peraga dibandingkan dengan teori yang hanya dengan tulisan saja.
Seperti yang dituturkan oleh instruktur otomotif Bapak Khadir.57
“...Jadi yang diutamain disini paling teori disini 20 % praktek
80 %. Jadi dibanyakin praktek biar apal. Bongkar pasang bongkar
pasang. Kalo teori kan hanya sekilas pengetahuan. Jadi sebelum
praktek dikasih pengetahuan dulu. Jadi 1 kali pengetahuan 4 kali
praktek . harus diulang – ulang terus.”
57 Wawancara pribadi dengan Bapak Khadir selaku intsruktur otomotif pada tanggal 10
Agustus 2017 pukul 12.30 WIB
59
B. Ujian pelatihan keterampilan otomotif
Ujian yang dilaksanakan untuk pelatihan otomotif terdapat 2
macam yaitu meliputi:
a. Ujian berkala, ujian ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
instruktur otomotif. Ujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh
mana daya tangkap anak – anak warga binaan sosial dalam
mengikuti program pelatihan otomotif. Hal ini juga dilakukan
untuk melihat apakah anak – anak warga binaan sosial tersebut
mampu berkembang baik atau tidak dan juga melihat dari nilai
keefektifan metode belajar mengajar yang di berlakukan oleh
instruktur. Untuk soal disusun dan telah disiapkan sepenuhnya oleh
instruktur. Waktu dalam ujian ini tidak mengikat dalam
pelaksanaannya tetapi fleksibel.
b. Ujian akhir, ujian akhir ini dilaksanakan setelah anak – anak warga
binaan sosial telah selesai mengikuti semua proses pelatihan dari
awal sampai tahap akhir yang diberikan oleh instruktur. Waktu
pelaksanaan ujian ini ditentukan oleh manajemen PSBR Taruna
Jaya setelah di diskusikan dan disepakati bersama instruktur. Ujian
ini memuat soal teori dan praktek. Hasil ujian ini memiliki porsi
penilaian akhir yang besar dan akan di tampilkan dalam sertifikat
kelulusan peserta.
C. Praktek Belajar Kerja (PBK)
Pada bulan ke enam atau bulan ke tujuh, anak – anak warga
binaan sosial diberikan kesempatan untuk Praktek Belajar Kerja (PBK)
60
di bengkel, perusahaan ataupun di tempat yang berhubungan dengan
pelatihan otomotif. Dalam praktek kerja ini anak – anak warga binaan
sosial diberikan waktu selama satu bulan. Semua anak – anak warga
binaan sosial mendapatkan kesempatan praktek belajar kerja (PBK).
Biasanya dalam praktek belajar kerja yang dilaksanakan tidak secara
keseluruhan. Ini dikarenakan anak – anak warga binaan sosial yang
masuk untuk mengikuti pelatihan keterampilan tidak secara bersama –
sama, sehingga banyak materi yang belum selesai sampai pada waktu
enam bulan.
D. Penyaluran tenaga kerja
Di PSBR Taruna Jaya terdapat Penyaluran tenaga kerja untuk
anak – anak warga binaan sosial yang sudah selesai mengikuti masa
pendidikan selama kurang lebih satu tahun. Penyaluran tenaga kerja ini
di rekomendasikan dari pihak PSBR Taruna Jaya, akan tetapi tidak
semua dapat di salurkan karena melihat dari kondisi anak – anak warga
binaan sosial apakah mampu atau tidak untuk mulai bekerja, apakah
sudah mempunyai pengetahuan yang cukup dan akhlak atau etika
selama dalam mengikuti pelatihan berlangsung serta standarisasi dari
perusahaan yang ingin disalurkan tenaga kerja. Seperti yang dituturkan
oleh Ibu Indah Sylvani.58
“...untuk penyaluran tenaga kerja ada tetapi ga semuanya
disalurin Karena kita juga kan ngeliat kondisi anak nya juga, kira –
kira mampu gak dia untuk bisa kerja disitu gitu terus mentalnya
gimana sanggup atau tidak serta dilihat juga akhlaknya yang selama ini
dinilai bagus atau engganya. Karena kan perusahaan juga pasti minta
standar nya ini saya minta nya yang begini begini, ya kita carikan.”
58 Wawancara pribadi dengan Ibu Indah Sylvani selaku satuan pelaksana pembinaan sosial
pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB
61
3. Jadwal Pelatihan Otomotif
Jadwal pembelajaran keterampilan pelatihan otomotif dilakukan
mulai dari hari Senin sampai hari Sabtu yang di mulai dari pagi hari
hingga sore hari.
Aktifitas setiap harinya dimulai dengan melakukan sholat subuh
berjamaah dengan di dampingi oleh petugas piket panti. Kemudian setelah
itu dilanjutkan dengan kebersihan lingkungan dan makan pagi. Evaluasi
kebersihan lingkungan asrama dan lingkungan panti juga dilakukan untuk
melihat apakah semuanya sudah dibersikan dan di rapikan oleh anak –
anak warga binaan sosial.
Setelah selesai melakukan kegiatan kebersihan di lingkungan panti,
anak – anak warga binaan sosial kemudian di berikan bimbingan sosial
yang terdiri dari bimbingan mental, bimbingan rohani, bimbingan
konseling, dan bimbingan moral pada setiap harinya.
Setelah pemberian bimbingan sosial, selanjutnya anak – anak
warga binaan sosial diberikan waktu untuk beristirahat untuk berganti
pakaian yang dipakai dalam pelatihan keterampilan yang dilakukan.
Selanjutnya pemberian pelatihan keterampilan baru diberikan pada pukul
delapan pagi sampai waktu empat sore yang diselingi ishoma pada waktu
siang harinya.
Pada hari jum’at pemberian pelatihan keterampilan dilakukan
setelah sholat jumat karena pada pagi harinya dilakukan kegiatan senam
SKJ bersama di lapangan. Pada hari jumat terdapat pemeriksaan kesehatan
anak-anak warga binaan sosial dan juga kelas bahasa Inggris.
62
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan di PSBR TARUNA JAYA
Waktu Kegiatan Tempat Petugas
04:30 – 05:00 Sholat Subuh
Berjamaah Musholla Petugas Piket
05:00 – 06:00 Kebersihan
Lingkungan Lingkungan Panti Petugas Piket
06:00 – 07:00 Makan Pagi Ruang Makan Petugas Piket /
Dapur
07:00 – 08:00
Evaluasi Kebersihan
Asrama dan
Lingkungan Panti
Asrama
Pendamping /
Penanggung
Jawab Asrama
08:00 – 09:45 Bimbingan Sosial Ruang Bimbingan
Sosial Narasumber
09:45 – 10:00 Istirahat -
10:00 – 12:00
Bimbingan
Keterampilan
(Otomotif, Las,
Pendingin/AC, Service
HP, Menjahit, Salon,
Komputer, Tata Boga
Ruang
Keterampilan
Instruktur
Keterampilan
12:00 – 14:00 ISOMA -
14:00 – 16:00
Bimbingan
Keterampilan
(Otomotif, Las,
Pendingin/AC, Service
HP, Menjahit, Salon,
Komputer, Tata Boga
Ruang
Keterampilan
Instruktur
Keterampilan
16:00 – 16:15 Sholat Ashar
Berjamaah Musholla
Semua Pramu
dan Pegawai
16:30 – 17:30 Kelas Moral Ruang Kelas Moral ADRF Green
Center
17:30 – 18:00 Mandi, Persiapan
Sholat Maghrib Asrama Petugas Piket
18:00 – 19:30
Sholat Maghrib dan
Bimbingan Agama
Islam
Musholla Pembimbing
Agama
19:30 – 20:00 Makan Malam Ruang Makan Petugas Piket /
Dapur
20:00 – 21:00
Absen Malam dan
Evaluasi Kegiatan
Harian
Asrama Petugas Piket
21:00 – 04:30 Istirahat / Tidur Asrama Petugas Piket
63
D. Hasil atau Ouput Program Pemberdayaan Masyarakat (remaja) Melalui
Program Pelatihan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Taruna Jaya
Tabel 3.4
Hasil / Output Setelah Selesai Melakukan Pelatihan keterampilan
Tujuan atau Output program pelatihan Otomotif di PSBR Taruna Jaya
tidak hanya dirasakan oleh PSBR Taruna Jaya selaku lembaga, tetapi juga
dirasakan oleh para alumni pelatihan otomotif. Sesuai dengan Visi PSBR Taruna
Jaya yaitu menyelamatkan remaja dari ketelantaran agar dapat berkembang secara
wajar hidup mandiri yang kondusif maka para alumni merasakan manfaat dari
pelatihan yang dilakukan selama kurang lebih satu tahun di PSBR.
No Nama Angkatan Pendidikan
Akhir
Daerah
Asal Rujukan
Pekerjaan
setelah
pelatihan
di PSBR
1 Nurhadi Muhamad 2016 SMP
Cikoko,
Pancoran
Jakarta
Selatan
PSM Ojek
Online
2 Raihan
Taufiqurrahman 2016 SMP
Cikoko,
pancoran
Jakarta
Selatan
Tokoh
Masyarakat
Ojek
Online
3 M. Sandi Akbar 2016 SMP
Kayu putih,
pulogadung,
Jakarta
Timur
Keluarga
Operator
peralatan
Jantung di
Rs Gatot
Subroto
4 Kevin Alfiananda 2016 SMK
Jelambar,
Jakarta
Barat
PSBI
Bangun
Daya 1
Cengkareng
Teknisi
pendingin
Udara
(AC)
64
Bagaimana hasil yang diperoleh dari program pemberdayaan masyarakat
(remaja) melalui keterampilan Otomotif yang telah selesai dilakukan oleh para
alumninya. Untuk menghetahui hasil tersebut, penulis mewancarai beberapa
alumni program pelatihan Otomotif dengan beberapa indikator kompetensi
sebagai berikut:
1. Bertambahnya ilmu pengetahuan dan pengalaman
Setelah mengikuti pendidikan non formal yang diberikan oleh PSBR
Taruna Jaya, para alumni mengakui mendapatkan manfaat dari mengikuti
pelatihan di PSBR Taruna Jaya. Manfaat yang dirasakan yaitu mendapatkan
ilmu pengetahuan serta pelatihan keterampilan/skill. Khususnya ilmu
pengetahuan otomotif seperti mempelajari mesin, kelistrikan dan yang lainnya
juga. Berikut ini dituturkan oleh alumni M. Sandi Akbar.59
“...Alhamdulillah mas dapat pengetahuan dan ilmu tentang pembelajaran
otomotif. Ilmu buat disiplin sama buat tanggung jawab dapat juga mas.
Sama motivasi buat kedepannya.”
“...Materi yang dia ajarkan banyak juga mas, setiap harinya belajar tentang
mobil dan motor mas, tentang cara kerja mobil sama motor terus materi
tentang mesin kelistrikan dan yang lainnya mas. Pokoknya banyak mas. Ada
teori sama praktiknya juga mas.”
2. Perubahan sikap
Selain mendapatkan keterampilan pelatihan di PSBR Taruna Jaya, para
alumni juga mengalami perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan sikap yang dirasakan oleh para alumni setelah tinggal dan
mengikuti rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya sangat berpengaruh dalam
59 Wawancara pribadi dengan saudara M. Sandi Akbar (Alumni), Jakarta pada tanggal 19
Agustus 2017 pukul 10.30.
65
menjalankan kehidupan sehari – harinnya. Seperti yang dituturkan oleh alumni
Nurhadi Muhammad dan Raihan Tafiqurahman.60
“Perubahan sikap, ada mas, banyak. Saya jadi engga bergaul sembarangan
mas, jadi milih – milih temen mana yang baik mana yang ga baik buat saya
mas dan saya jadi punya motivasi jadi yang lebih baik buat kedepannya.”
“Ada mas beberapa yang berubah dari saya. Saya bisa sedikit mandiri mas
terus malesnya saya juga agak kurang mas. Saya juga udah ga bergaul
sembarangan mas jadi milih – milih temen yang baik yang mana.”
3. Di salurkan tenaga kerja
Sebagian dari alumni PSBR Tarunan Jaya yang telah mengikuti
program kegiatan pelatihan keterampilan otomotif, mereka yang mendapatkan
penilaian yang bagus dari instruktur dan mampu serta memenuhi kriteria
untuk bekerja maka mereka siap untuk disalurkan tenaga kerja ke perusahaan
atau ke bengkel – bengkel yang telah menjalin kemitraan dengan PSBR
Taruna Jaya. Hal ini juga dituturkan oleh M. Sandi Akbar.61
“sebelum saya disalurkan tenaga kerja sama instruktur PSBR, saya PKL
dulu mas selama satu bulan di PT Excelindo. Alhamdulillah mas abis saya
selesai PKL saya langsung ditawarin kerja mas di situ di tempat PKL saya.”
4. Bisa bekerja
Para alumni anak – anak warga binaan sosial di PSBR Taruna Jaya
setelah mengikuti program pelatihan selama kurang lebih satu tahun menjadi
lebih mandiri dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari – hari. Ini terlihat
dari beberapa alumni PSBR Taruna Jaya dapat mencari pekerjaan dan dapat
60 Wawancara pribadi dengan saudara Nurhadi Muhamad (Alumni) dan Raihan
Taufiqurahman (Alumni), Jakarta pada tanggal 30 Juli 2017 pukul 10.30 dan 11.00. 61 Wawancara pribadi dengan saudara M. Sandi Akbar (Alumni), Jakarta pada tanggal 19
Agustus 2017 pukul 10.30.
66
bekerja di perusahaan secara mandiri. Seperti yang dituturkan oleh Kevin
Alfiananda dan M. Sandi Akbar.62
“....alhamdulillah mas saya sekarang sudah kerja di AC bagian teknisi di PT
Excellindo di Galur mas utan panjang.”
“....Alhamdulillah mas sekarang saya udah kerja di rumah sakit Gatot
Subroto bagian peralatan mesin operator jantung mas. Kurang lebih saya
udah berjalan 7 bulan kerja di rumah sakit mas.”
5. Berpenghasilan
Para alumni yang sudah diberikan pelatihan keterampilan dengan
mengikuti program yang berada di PSBR serta sudah dibekali ilmu
pengetahuan dan bimbingan sosial. Beberapa alumni sudah bisa hidup dengan
mandiri dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya dengan cara
bekerja dan mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
– hari. Seperti yang dituturkan oleh alumni M. Sandi Akbar yang mempunyai
penghasilan dari bekerja sebagai operator jantung di Rumah sakit.63
“....sekarang saya kerja di rumah sakit gatot subroto mas, penghasilan saya
alhamdulillah lebih meningkat mas daripada sebelumnya. Penghasilan saya
di rumah sakit udah UMR sekarang mas ditambah juga sama uang jasa dan
lemburan juga mas.”
62 Wawancara pribadi dengan saudara M. Sandi Akbar (Alumni) dan Kevin Alfiananda
(Alumni), Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2017 dan 09 September 2017 pukul 10.30 dan 16.25. 63 Wawancara pribadi dengan saudara M. Sandi Akbar (Alumni), Jakarta pada tanggal 19
Agustus 2017 pukul 10.30.
67
BAB IV
ANALISIS TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menganalisa berbagai temuan di lapangan yaitu
tahapan atau proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan keterampilan otomotif dan hasil yang dicapai dari program
pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan otomotif di Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya.
A. Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya
Program pemberdayaan masyarakat sudah pasti memiliki beberapa proses
atau tahapan – tahapan yang harus dilakukan dan dikerjakan demi tercapainya
sebuah tujuan dari program pemberdayaan masyarakat yaitu supaya dapat hidup
dengan mandiri secara kondusif serta memiliki fungsi sosial dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat.
Dari penelitian yang penulis lakukan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya dapat diketahui bahwa program pemberdayaan masyarakat (remaja) yang
dilakukan melalui pelatihan keterampilan otomotif ini memfokuskan pada
pendidikan non formal yaitu dalam bentuk pemberian pelatihan keterampilan serta
memberikan berbagai macam bimbingan sosial dan mental untuk membentuk
karakter agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut
dapat terlihat dari tugas pokok PSBR Taruna Jaya yaitu melaksanakan pelayanan
pembinaan dan rehabilitasi serta pemberdayaan remaja yang bermasalah sosial
(putus sekolah, anak terlantar, anak jalanan, dan keluarga miskin) untuk
menyelamatkan remaja dari ketelantaran agar dapat berkembang secara wajar dan
68
dapat hidup mandiri yang kondusif. Menurut penulis, pelaksanaan program yang
dilakukan tidak hanya memberikan dan menyerap ilmu pengetahuan dan
keterampilan saja tetapi juga mempunyai landasan yang kuat untuk masa depan
mereka.
Untuk melihat secara keseluruhan dan lebih jauh dalam pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat (remaja) melalui pelatihan keterampilan
otomotif di PSBR Taruna Jaya dalam peningkatan kualitas remaja putus sekolah,
penulis memaparkan tahapan pelaksanaan program tersebut melalui prinsip dan
unsur dalam sebuah program. Tahapan yang penulis gunakan dalam proses
pemberdayaan masyarakat ini menggunakan acuan dari teori menurut pandangan
Isbandi Rukminto Adi yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan (Engagement)
2. Tahapan Pengkajian (Assestment)
3. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan
4. Tahapan performulasian rencana aksi
5. Tahapan pelaksaanan program atau kegiatan
6. Tahapan evaluasi
7. Tahapan terminasi
Dapat diketahui bahwa penelitian yang penulis lakukan di PSBR Taruna
Jaya secara umum pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat sudah berjalan
dengan baik dan menurut penulis sudah sesuai dengan prinsip dan unsur dalam
sebuah program. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa program pemberdayaan masyarakat (remaja) melalui pelatihan
69
keterampilan otomotif di PSBR Taruna Jaya meliputi beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Tahapan persiapan (Engagement)
Dalam tahapan persiapan pertama ini, Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Taruna Jaya melakukan beberapa hal untuk mempersiapkan
kedatangan calon anggota warga binaan sosial yang akan di rehabilitasi dan
ikut serta dalam program pemberdayaan yang diberikan oleh PSBR Taruna
Jaya. Beberapa persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan tenaga pelatih
atau intrukstur, mempersiapkan peserta pelatihan dan mempersiapkan segala
sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak – anak warga binaan sosial
selama mengikuti program pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan
dalam waktu kurang lebih satu tahun di PSBR Taruna Jaya.
Selain mempersiapkan tenaga pelatih atau instruktur dan pengurus
PSBR Taruna Jaya juga mempersiapkan kedatangan dan penerimaan calon
peserta anak – anak warga binaan sosial. Dalam penerimaan dan kedatangan
calon peserta anak – anak warga binaan sosial ini tidak mengandalkan sebuah
status jenjang pendidikan yang dibuktikan dengan sebuah ijazah, akan tetapi
anak – anak yang mau dan ingin berubah dari kehidupan sebelumnya menjadi
lebih baik lagi dan menjadi pribadi yang bisa hidup mandiri secara kondusif.
Setelah itu, PSBR Taruna Jaya melakukan persiapan wawancara secara
mendalam dengan calon peserta yang bersedia mengikuti program
pemberdayaan. Wawancara yang dilakukan yaitu tentang latar belakang
peserta (background), status keluarga, pendidikan, dan motivasi serta
kesungguhan untuk calon peserta dalam mengikuti program pemberdayaan.
70
Kemudian setelah melewati tahapan persiapan wawancara, persiapan
yang dilakukan selanjutnya yaitu memberikan sosialisasi lingkungan dan
kegiatan yang berada di dalam PSBR Taruna Jaya. Tidak lupa juga dilakukan
persiapan proses identifikasi (assesment) untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang ada pada calon peserta anak – anak warga binaan sosial dengan
menggunakan tes psikolog untuk melihat minat bakat yang dimiliki oleh calon
peserta anak – anak warga binaan sosial.
Setelah semuanya selesai, baru nantinya peserta anak – anak warga
binaan sosial ini bisa mengikuti program pemberdayaan dan di tempatkan di
asrama selama kurang lebih satu tahun untuk menjalani program rehabilitasi
dan pemberdayaan yang dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya. Seperti yang
dituturkan oleh Bapak Irwan Santoso64
“Persiapan yang di lakukan dimulai dari penerimaan dari yayasan
PSBI (Panti sosial Bina Ihsan). PSBI itu panti transit mas selama kurang
lebih 14 hari, hasil penjaringan dari satpol PP, ada juga dari unsur
masyarakat, ketua RT/RW. Dari semua itu masuk lah ke sini, dari sini kita
proses penerimaan, kemudian kita identifikasi asalnya dari mana, riwayat
tempat tinggal, susunan keluarganya. Kemudian setelah itu mas kita ajak
keliling sosialisasi lingkungan keteterampilan terus kita beri arahan dan
peraturan selama nanti berada disini, setelah itu kita masukan ke
wisma/asrama, sudah bisa mulai bergabung kegiatan yang berada di dalam
panti, setelah itu kita tes minat bakat dengan psikolog, nanti hasilnya akan
keliatan ditempatkan di bidang apa nanti ketauan. Setelah kurang lebih 7
bulan belajar di keterampilan anak ini kemudian PBK/ Magang di luar
selama 1 bulan di perusahaan, di bengkel, di konveksi. Selesai 1 bulan kalau
dia memang mampu bisa di pekerjakan di perusahan itu kalau tidak
dikembalikan ke panti di tambahin ilmunya diperdalam.”
2. Tahapan Pengkajian (Assesment)
Pada tahapan Pengkajian (Assesment) ini, Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya melakukan proses ini dengan cara mengidentifikasi kekuatan dan
64 Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan Santoso selaku satuan pelaksana pelayanan sosial pada
tanggal 03 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB.
71
kelemahan para peserta anak – anak warga binaan sosial dengan cara menilai
minat dan bakat yang hendak mengikuti program pemberdayaan masyarakat
melalui pelatihan keterampilan otomotif.
Identifikasi untuk kelebihan dan kelemahan yang dimiliki peserta ini
dilakukan menggunakan tes psikologi yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya
sebelum dimulainya pelatihan keterampilan. Sehingga nantinya bisa terlihat
minat dan bakat anak – anak warga binaan sosial lebih cocok kemana untuk
mulai melakukan pelatihan serta dalam pelaksanaannya PSBR Taruna Jaya
mampu memberikan kegiatan dan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan
oleh peserta. Maka para peserta akan mampu mengikuti sesuai dengan potensi
yang mereka miliki masing – masing. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Indah
Sylvani dan Bapak Irwan Santoso.65
“... untuk assesment kita pake psikolog. Kita ada dua psikolog,
psikolog untuk bakat sama psikolog concealer permasalahan atau
penggalian permasalahan disitu mencakup ke permasalahan keluarganya
dia, latar belakangnya, kira-kira dia nanti kedepannya harus bagaimana.”
“pertama dari awal kita melakukan intervensi (wawancara),
kemudian kita identifikasi masalah melalui tes psikolog, terus kemudian tes
penentuan minat dan bakat untuk pelatihannya lebih cocok kemana.”
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan dan Tahapan
Formulasi Perencanaan Aksi
Pada tahap ini, PSBR Taruna Jaya merencanakan dan membuat sebuah
program pemberdayaan selama kurang lebih satu tahun yang telah tertulis
dalam buku agenda kegiatan untuk anak – anak terlantar, anak – anak putus
sekolah, dan anak – anak kurang mampu atau miskin sebagai solusi untuk
berbagai macam masalah yang di hadapi oleh anak – anak remaja tersebut.
65 Wawancara pribadi dengan Ibu Indah Sylvani selaku satuan pelaksana pembinaan sosial
pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB
72
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dialami oleh para remaja
tersebut, maka pendidikan non formal yang dilakukan dan diberikan yaitu
dengan cara memberikan pelatihan keterampilan dalam suatu bidang tertentu
dan diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan mensejahterahkan masyarakat (remaja) menjadi lebih baik lagi dan bisa
hidup mandiri. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Irwan Santoso.66
“...pihak panti berharap setelah selesai melakukan pelatihan disini
dan anak–anak sudah mempunyai pengetahuan, keahlian dan bimbingan
yang cukup maka semoga bisa sukses kedepannya di dunia kerja, sukses
buat keluarganya dan sukses di masyarakat serta dapat hidup mandiri.”
Dalam pemberian pendidikan non formal melalui pelatihan
keterampilan ini, maka harus dibuatkannya sebuah program yang terstruktur
dengan baik dan tertulis agar nantinnya dapat terealisasikan dengan baik.
4. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Dalam tahapan pelaksanaan program, hampir sama dengan tahapan
persiapan yang sebelumnya telah dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya. Proses
yang dilakukan pada pelaksanaan program ini di mulai dari penerimaan atau
rekuitmen calon peserta anak – anak warga binaan sosial dari seluruh wilayah
DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu yang terdiri dari anak – anak jalanan, anak
– anak putus sekolah, anak – anak kurang mampu dari segi ekonominya dan
anak – anak yang terlantar. Proses ini dilakukan dengan cara sosialisasi dan
pendekatan kepada masyarakat. Setelah proses rekuitmen peserta calon anak –
anak warga binaan sosial telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan proses
66 Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan Santoso selaku satuan pelaksana pelayanan
sosial pada tanggal 03 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB.
73
identifikasi untuk menentukkan dan menghetahui minat dan bakat para peserta
calon anak–anak warga binaan sosial dengan cara menggunakan tes psikologi.
Setelah tes psikologi dilakukan, kemudian calon peserta anak – anak
warga binaan sosial ini di wawancarai secara mendalam mengenai latar
belakang peserta, status keluarga dan yang lainnya. Kemudian setelah itu para
calon anak – anak peserta ini diberikan sosisalisasi lingkungan PSBR Taruna
Jaya. Setelah semuanya sudah selesai baru kemudian calon anak – anak warga
binaan sosial ini di asramakan di dalam lingkungan panti PSBR Taruna Jaya
dan selanjutnya diberikan program pelatihan keterampilan.
Program pelatihan keterampilan yang diberikan oleh PSBR Taruna
Jaya ini terhadap anak – anak warga binaan sosial berupa pelatihan mengasah
kemampuan/life skill pada suatu bidang tertentu yang dimiliki oleh para
peserta anak –anak warga binaan sosial seperti misalnya pada bidang otomotif.
Mereka disini diajarkan oleh para instruktur atau pelatih di bidangnya masing
– masing sampai mereka mengerti dan menguasai pada pelatiahan
keterampilan yang telah diberkan tersebut. Pemberian program pelatihan
keterampilan ini dimulai dari teori dan kemudian dilanjutkan dengan praktek
langsung. Dan kemudian diakhiri dengan diberikannya soal ujian mengenai
teori dan praktek yang sudah di pelajari.
Selain program pelatihan keterampilan yang diberikan, PSBR Taruna
Jaya juga mempunyai program Bimbingan sosial, bimbingan mental,
bimbingan agama, dan bimbingan moral yang diberikan untuk anak – anak
warga binaan sosial. Selain itu juga terdapat program belajar Bahasa Inggris
dan Korea yang diberikan serta program ekstrakulikuler yang diberikan untuk
74
mengasah kemampuan kreatifitas anak – anak warga binaan sosial. Seperti
yang dituturkan oleh Bapak Irwan Santoso.67
“...semuanya udah direncanakan sebelumnya. Karena ini kan
programnya setiap tahun berlangsung, jadi ya kita sudah punya perencanaan
sebelumnya yang sudah dibuat. Caranya ya itu mas, kita memberikan ilmu
penghetahuan dan pelatihan keterampilan serta bimbingan kepada anak –
anak warga binaan sosial (WBS) yang berada di dalam panti agar bisa
menjadi lebih mandiri.”
5. Tahapan Evaluasi
Pada tahapan evaluasi ini, PSBR Taruna Jaya melakukan pengawasan
dan pengontrolan secara langsung terhadap program yang sedang
dilaksanakan dengan cara memberikan penilaian terhadap anak – anak warga
binaan sosial. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat dari
keberhasilan program yang telah dilaksanakan apakah ada kesalahan,
kekurangan atau ketidakmampuan dalam mengelola dan memberikan
pelayanan terhadap anak – anak warga binaan sosial.
Dari evaluasi yang dilakukan PSBR Taruna Jaya, maka bisa dilihat
sejauh mana peserta anak – anak warga binaan sosial dapat mengerti dan
memahami berbagai macam kegiatan dalam program pelatihan keterampilan.
Sehingga pada akhirnya para peserta anak – anak warga binaan sosial setelah
mengikuti pelatihan bisa terlihat dari hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh
PSBR Taruna Jaya apakah menjadi lebih berdaya dan bisa mandiri atau tidak
berdaya. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Irwan Santoso.68
67 Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan Santoso selaku satuan pelaksana pelayanan
sosial pada tanggal 03 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB. 68 Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan Santoso selaku satuan pelaksana pelayanan
sosial pada tanggal 03 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB
75
“...kita disini di tuntut keberhasihan anak – anak disini, kalau
misalnya belum 100% kita evaluasi dimana kesalahan dimana kelemahan,
dimana kemampuan SDM kita, instrukturnya kurang tepat, termasuk sarana,
apakah sarananya belum layak apakah sarana disini belum tepat atau
kurang.”
6. Tahapan Terminasi
Di tahapan atau proses yang terakhir ini, PSBR Taruna Jaya melakukan
pemutusan hubungan secara formal dengan peserta yang dilakukan pada tahap
akhir atau pada selesai dilakukannya pelatihan keterampilan dengan di
buatkannya berita acara dari PSBR Taruna Jaya. Dalam tahapan terminasi ini,
PSBR Taruna Jaya tidak memutuskan begitu saja para peserta melainkan
melakukan hubungan komunikasi dan juga tetap melakukan monitoring secara
berkala untuk mengetahui para alumni yang sudah bekerja atau belum bekerja.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Irwan santoso.69
“...kita tetep ada monitoring secara berkala dan terus menerus
walaupun sudah lama selesai mengikuti pelatihan disini, baik yang sudah
bekerja juga kita tetep melakukan monitoring.”
B. Hasil atau Output yang Dicapai dari Program Pemberdayaan melalui
Pelatihan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang
menjadi “berdaya” dan memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan,
berdaya artinya memliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe-
dengan mendapat sisipan -m- dan akhiran –an menjadi “pemberdayaan” artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.70
69 Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan Santoso selaku satuan pelaksana pelayanan
sosial pada tanggal 03 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB. 70 Roesmidi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Aqaprint
Jatinagor, 2006), h. 1.
76
Pemberdaayaan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh
lingkungan atau organisasi yang memberdayakan (empowerment organization).
Organisasi atau lingkungan yang menyediakan peluang secara luas serta
merangsang para pelakunya (manusia) untuk mengembangkan diri dan
mengeluarkan seluruh potensinya secara maksimal.
Pemberdayaan penting dilakukan mengingat pertumbuhan ekonomi dan
teknologi yang demikian pesatnya belakangan ini sangat mempengaruhi
kemampuan setiap indvidu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Program
pemberdayaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya
melalui pemberian pelatihan keterampilan oleh lembaga pemerintahan.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang mempunyai program pemberdayaan selama kurang
lebih satu tahun yang ditujukan untuk anak – anak usia remaja yang putus
sekolah, anak – anak terlantar, dan anak – anak yang kurang mampu dalam segi
ekonomi. Selama masa program pemberdayaan berlangsung, PSBR Taruna Jaya
sudah banyak menghasilkan individu yang mempunyai keterampilan sesuai
dengan bidangnya.
Beberapa hasil telah dicapai dari program pemberdayaan yang dilakukan
oleh PSBR Taruna Jaya. Banyak manfaat yang dirasakan oleh para alumni setelah
mengikuti program pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan selama kurang
lebih satu tahun. Yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Peserta atau alumni dari program pelatihan keterampilan bisa mendapatkan
ilmu pengetahuan tentang ilmu otomotif secara luas dan mendalam. Selain itu
para peserta diberikan arahan dan motivasi tentang bagaimana merubah
77
kehidupan yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan dalam pelatihan keterampilan otomotif yaitu mulai dari
pengetahuan bagian mobil dan motor seperti mesin mobil dan motor,
kelistrikan, cara merakit motor, cara mengatasi bila ada kerusakan, dan yang
lainnya. Pada mulanya mereka hanya bisa memakai kendaraannya saja tanpa
mengehetahui bagian – bagian apa saja yang terdapat pada kendaraan tersebut.
Setelah mereka mengikuti pelatihan keterampilan mereka sekarang menjadi
mengerti dan paham tentang bagian – bagian dari kendaraan tersebut.
2. Selain mendapatkan ilmu pengetahuan dunia otomotif secara luas dan
mendalam, alumni atau anak – anak warga binaan sosial yang telah selesai
mengikuti pelatihan keterampilan ini juga mempunyai perubahan sikap dan
pola pikir yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan sikap yang terjadi ini
juga mempengaruhi pola pikir mereka dalam menjalani kehidupan sehari –
hari. Mereka jadi lebih memikirkan masa depan mereka dan bagaimana cara
agar mereka bisa hidup mandiri.
3. Para alumni yang memiliki keterampilan, sifat dan sikap yang memadai, maka
instruktur menyalurkan mereka ke perusahaan atau ke bengkel – bengkel yang
sebelumnya sudah menjalin kemitraan dengan PSBR Taruna Jaya. Para
alumni ini sebelum disalurkan telah mengikuti program Praktek Belajar Kerja
(PBK) selama satu bulan. Apabila selama masa Praktek Belajar Kerja (PBK)
mereka berperilaku baik serta mengikuti aturan yang berada di tempat praktek
belajar kerja tersebut, maka bisa langsung disalurkan dan bisa bekerja di
tempat tersebut setelah selesai melakukan pelatihan dan Praktek Belajar Kerja
(PBK).
78
4. Para alumni yang tidak memiliki kesempatan untuk mulai bekerja bisa
mencari pekerjaan sendiri dengan bantuan dari para instruktur mengenai
tempat mana yang mereka bisa melamar pekerjaan dengan bermodalkan
pelatihan keterampilan yang dimiliki serta ilmu pengetahuan yang mereka
dapati dan sertifikasi kelulusan pelatihan keterampilan selama masa pelatihan
dalam kurun waktu satu tahun.
5. Setelah selesai mengikuti program pemberdayaan yang dilakukan PSBR
Taruna Jaya, para alumni sudah bisa mulai mandiri dan lebih terarah dalam
kehidupan sehari – hari dan bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini
terlihat dari alumni PSBR Taruna Jaya yang sudah bekerja dan mempunyai
penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari. Pekerjaan yang mereka
tekuni memang kebanyakan tidak sesuai dengan pelatihan keterampilan
otomotif yang mereka ikuti dan pelajari akan tetapi ilmu pengetahuan yang
didapat serta motivasi yang kuat dan juga pembinaan yang dilakukan oleh
PSBR Taruna Jaya untuk merubah mereka menjadi lebih baik serta bisa hidup
mandiri secara kondusif di masyarakat.
Dari uraian di atas dapat diketahui dan dilihat bahwa para alumni setelah
selesai mengikuti pelatihan keterampilan dan direhabilitasi di PSBR Taruna Jaya
dapat mengalami perubahan kehidupan yang baik dan berdaya dari kehidupan
sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta yang penulis temukan.
Menurut penulis sesuai dengan data yang penulis dapati, masih terdapat
beberapa kekurangan terhadap program pemberdayaan yang dilaksanakan PSBR
Taruna Jaya. Kekurangan yang didapati yaitu terlihat dari output atau hasil yang
79
diperoleh setelah selesai menjalani kegiatan pelatihan keterampilan dan setelah
direhabilitasi.
Dari data output atau hasil penulis dapati di lapangan ada beberapa alumni
yang belum bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa
yang didapat dari pelatihan keterampilan dan pembinaan selama di PSBR Taruna
Jaya. Alumni yang belum mendapatkan pekerjaan ini sekarang menjadi ojek
online. Alumni yang bekerja sebagai ojek online tidak memiliki kesempatan
dalam penyaluran tenaga kerja karena PSBR Taruna Jaya melihat kondisi dari
alumni ini belum siap dan mampu untuk mulai bekerja. Dalam penyaluran tenaga
kerja, PSBR Taruna Jaya melihat dari kondisi dari setiap anak – anak warga
binaan sosial tersebut apakah mampu atau tidak untuk mulai bekerja, sudah
mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dan akhlak atau etika selama mengikuti
pelatihan keterampilan serta di sebuah perusahaan juga mempunyai standarisasi
dalam penerimaan pegawai atau tenaga kerja. Selain tidak mendapat kesempatan
dalam penyaluran tenaga kerja, alumni ini juga mempunyai masalah dalam latar
belakang pendidikan yang dimiliki. Sehingga menjadi sebuah kesulitan dalam
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dalam bidangnya.
Selama kegiatan program pemberdayaan masyarakat (remaja) yang
berlangsung di tahun 2016 kemarin, dari data yang penulis temukan beberapa dari
anak – anak warga binaan sosial yang mengikuti kegiatan pemberdayaan di PSBR
Taruna jaya ini tidak sampai selesai masa pendidikan pelatihan keterampilannya.
Selain tidak sampai selesai mengikuti kegiatan pendidikan pelatihan, anak – anak
warga binaan sosial ini ada juga yang pindah ke keterampilan yang lainnya
sebelum selesai pelatihan keterampilan yang dipilih dan diikuti lebih dahulu.
80
Ada beberapa faktor mengapa para peserta anak – anak warga binaan sosial
tidak sampai selesai dalam mengikuti program pemberdayaan melalui pendidikan
pelatihan keterampilan. Beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:
1. Peserta anak – anak warga binaan sosial rata – rata berasal dari jalanan yang
mempunyai latar belakang kehidupan bebas, tidak terarah/teratur dalam
kehidupannya dan tidak disiplin. Tetapi setelah masuk dan ikut dalam kegiatan
pemberdayaan yang mempunyai aturan dan disiplin, mereka menjadi terikat
dengan peraturan yang berlaku di PSBR Taruna Jaya. Sehingga mereka
menjadi tidak betah dan menyebabkan mereka tidak selesai mengikuti
pendidikan pelatihan keterampilan yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya.
2. Mereka yang tidak selesai mengikuti pembinaan dan pendidikan pelatihan
keterampilan, tidak mau mengikuti kembali pendidikan pelatihan keterampilan
karena mereka merasa tidak bebas, kehidupan mereka diatur dan disiplin oleh
PSBR Tarunan Jaya.
3. Minat para peserta anak – anak warga binaan sosial sangat rendah dalam
mengikuti pendidikan pelatihan keterampilan dan kurangnya semangat serta
motivasi dalam menuju perubahan kehidupan yang lebih baik dan mandiri
secara kondusif.
4. Para peserta mendapat pengaruh dari luar panti dan dari peserta lainya yang
tidak mau mengikuti pelatihan keterampilan dan di rehabilitasi sehingga
membuat para peserta yang mau berubah dan mengikuti pelatihan
keterampilan ini menjadi terpengaruh.
81
5. Peserta anak – anak warga binaan sosial yang mengikuti pelatihan
keterampilan tidak mempunyai konsistensi terhadap program pelatihan
keterampilan yang telah dipilih sebelumnya.
PSBR Taruna Jaya dalam melakukan program kegiatan pemberdayaan
masyarakat (remaja) tidak memaksa peserta yang mengikuti program
pemberdayaan. Pihak PSBR Taruna Jaya memberikan pelayanan program
pemberdayaan masyarakat untuk yang mau berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan mempunyai kehidupan yang mandiri secara kondusif dan tidak
ada pemaksaan dalam pemberian pembelajaran pelatihan keterampilan ini.
Apabila program ini diberikan kepada peserta secara terpaksa maka output/
hasilnya tidak akan maksimal.
Apabila kekurangan dari PSBR Taruna Jaya dibiarkan begitu saja dan tidak
segera diatasi, maka akan berdampak pada output / hasil yang dicapai pada tahun
– tahun berikutnya dari program pemberdayaan masyarakat (remaja) yang
dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya terhadap peserta anak – anak warga binaan
social dan tidak akan sesuai dari tujuan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
yaitu dapat mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.71
71 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,h. 60.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan
mengenai proses atau tahapan dan output/hasil dari program pemberdayaan
masyarakat (remaja) melalui pelatihan keterampilan Otomotif di Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet Jakarta, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis dan temuan lapangan yang penulis lakukan dipangan,
program pemberdayaan masyarakat (remaja) yang dilakukan oleh PSBR
Taruna Jaya melalui pemberian pelatihan keterampilan otomotif sesuai
dengan konsep pemberdayaan masyarakat pada umumnya.
2. Berdasarkan analisis dan temuan lapangan yang penulis lakukan, program
pemberdayaan masyarakat (remaja) di PSBR Taruna Jaya telah
memberikan banyak manfaat untuk anak putus sekolah, anak terlantar, dan
anak kurang mampu dari segi ekonomi dalam bersaing di dunia kerja dan
dapat hidup mandiri secara kondusif.
3. Berdasarkan analisis dan temuan lapangan yang penulis lakukan, program
pemberdayaan masyarakat (remaja) di PSBR Taruna Jaya masih terdapat
beberapa kekurangan dari program pemberdayaan yang dilakukan
terutama dari output/hasil yang telah dicapai setelah selesai melakukan
pelatihan keterampilan dan pembinaan di PSBR Taruna Jaya belum
maksimal sepenuhnya.
83
B. Saran
Dari kesimpulan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis
mempunyai beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Hendaknya PSBR Taruna Jaya dalam penyaluran tenaga kerja seharusnya
tidak memilih secara spesifik karena hal ini dapat berakibat kepada para
alumni yang belum bisa mencari kerja sendiri dan bisa menjadi
pengangguran.
2. Selama proses pemberdayaan berlangsung, hendaknya PSBR Taruna Jaya
lebih peduli dalam memperhatikan kondisi anak – anak warga binaan
sosial dalam pemberian pelatihan keterampilan supaya anak – anak warga
binaan sosial menjadi betah tinggal di PSBR.
3. Output/hasil yang telah dicapai oleh PSBR Taruna Jaya sebaiknya segera
dibenahi agar hasilnya bisa maksimal dan sesuai dengan tujuan
pemberdayaan supaya nantinya para alumni dapat berdaya dan hidup
mandiri secara kondusif.
84
Daftar Pustaka
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
2003.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, 2001. Cet. Ke-1.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan
sosial. Jakarta: LP FEUI, 2002.
Aziz, Moh. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi.
Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005.
Baharuddin. Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan
Kesejahteraan Pemuda “66”, 1982.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Jakarta: Kencana, 2008. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
E. Gardner, James. Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta : Mitra Utama,
2002.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke 4.
Machendrawaty, Nanih dan Agus A. Syafei. Pengembangan Masyarakat Islam :
Dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi. Bandung: Rosda Karya, 2001. Cet
ke 1.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Mr. Dan O’Donnell. Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, (Unicef : 2006).
Nuryoto S. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University,
1995.
Roesmidi dkk. Pemberdayaan Masyarakat.Sumedang: Aqaprint Jatinagor, 2006.
Rukhiyat, Adang dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: CV. Tumaristis,
2003.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. Jakarta: Kencana,
2007.
Sholeh, Chabib. Dialektika Pembangunan dan Pemberdayaan. Bandung:
FokusMedia, 2014..
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001.
Sugiarto, Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
85
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Bandung : PT.
Refika Aditama, 2005.
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan, Bandung: Refika Aditama, 2007.
Syafi’i, Agus Ahmad. Manajemen Masyarakat Islam. Bandung : Gerbang
Masyarakat Baru, 2001.
Whitherington. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru, 1985.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran Cet. Kesepuluh. Yogyakarta: Media Abadi,
2009.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2009.
Wirawan Sarwono, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Yulistiani, Indriati. Ragam Penelitian Kualitatif. Penelitan Lapangan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Sumber Skripsi
Kurniawan, Ari. Peran Yayasan Kumala dalam Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara
Kecamatan Koja Jakarta Utara. Skirpsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Minarti. Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Keterampilan Menjahitoleh
Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahterah Di Bulak Timur-Depok.
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2010.
Sarifudin. Strategi Panti Sosial Development Center for Childern (SDC) dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pelatihan Keterampilan. Skripsi
S1Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeru
Jakarta, 2010.
Sumber Web
http://pendis.kemenag.go.id. (Diakses pada tanggal 31 Januari 2017, pukul 15.00
WIB).
86
Sumber Wawancara
1. Wawancara Pak Irwan Santoso Pelaksana Pelayanan Sosial, Jakarta tanggal 03
Agustus 2017 pukul 10.30 WIB
2. Wawancara Bu Indah Sylvani Pelaksana Pembinaan Sosial, Jakarta tanggal 10
Agustus 2017 pukul 11.00 WIB
3. Wawancara Pak Khadir instruktur Otomotif, Jakarta tanggal 10 Agustus 2017
pukul !2.30 WIB
4. Wawancara Pak Cecep Instruktur Otomotif, Jakarta tanggal 08 Agustus 2017
pukul 15.00 WIB
5. Wawancara Hadi Alumni Warga Binaan Sosial (WBS), Jakarta tanggal 30 Juli
2017 pukul 11.00 WIB
6. Wawancara Raihan Taufiqqurahman alumni Warga Binaan Sosial (WBS),
Jakarta tanggal 30 Juli pukul 12.30 WIB
7. Wawancara M. Sandi Akbar Alumni Warga Binaan Sosial (WBS), Jakarta
tanggal 19 Agustus 2017 pukul 10.30 WIB
8. Waeancara Kefin Alfiando alumni Warga Binaan Sosial (WBS), Jakarta
tanggal 09 September 2017 pukul 16.25 WIB.
Kegiatan Observasi
Tanggal Kegiatan Observasi Output
21 Maret 2017
Peneliti mendatangi kantor Panti
Sosial Bina Remaja dan bertemu
dengan Bapak Irwan untuk
menyampaikan maksud dan tujuan
untuk melakukan penelitian atau
tugas akhir skripsi di Panti Sosial
Bina Remaja Taruna Jaya.
Dari pertemuan ini peneliti
mendapatkan izin dan kemudian
diminta untuk membuat surat izin
dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) serta melengkapi dokumen
– dokumen yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian di PSBR
Taruna Jaya.
28 Maret 2017
Kemudian peneliti mendatangi
kembali PSBR Taruna Jaya dan
bertemu Bapak Irwan kembali
untuk membemberikan surat izin
dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dan dokumen – dokumen
yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian di PSBR Taruna jaya
Dari pertemuan ini, peneliti
mendapatkan izin secara formal
dari PSBR Taruna Jaya untuk
melakukan penelitian tugas akhir
skripsi di PSBR Taruna Jaya
12 April 2017
Setelah mendapatkan izin secara
formal dari PSBR Taruna Jaya,
peneliti kemudian diajak untuk
melihat kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya
setiap harinya dan diajak melihat
masing – masing kelas program
pelatihan keterampilan.
Hasil yang di dapatkan dari
observasi ini yaitu peneliti bisa
menghetahui kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya
dalam memberdayakan remaja
putus sekolah
20 April 2017
dan 04 Mei 2017
Setelah itu peneliti kemudian
mendatangi kembali PSBR Taruna
Jaya dan bertemu Bapak Irwan
untuk meminta data PSBR Taruna
Jaya dan data alumni yang telah
selesai mengikuti pelatihan
keterampilan
Peneliti mendapatkan informasi
tentang sejarah PSBR Taruna Jaya,
visi misi dan latar belakang
berdirinya PSBR Taruna Jaya.
Peneliti juga mendapatkan alamat
tempat tinggal para alumni yang
telah selesai mengikuti pelatihan
keterampilan
15 Mei 2017 dan
25 Mei 2017
Setelah itu peneliti datang kembali
ke PSBR Taruna Jaya untuk
meminta arahan dan izin kepada
instruktur otomotif mengenai
alumni mana saja yang bisa
didatangi dan dikunjungi untuk di
wawancarai.
Peneliti mendapatkan hasil dan
informasi mengenai alumni mana
saja yang bisa di kunjungi dan bisa
di wawancari untuk keperluan data
penelitian.
30 Juli 2017
Setelah mendapatkan arahan dan
izin, Peneliti mulai melakukan
observasi dan wawancara kerumah
alumni yang telah selesai
melakukan pelatihan keterampilan
di PSBR Taruna Jaya di daerah
Cikoko, Jakarta Selatan yaitu yang
bernama Nurhadi Muhammad dan
Raihan Taufiqqurahman
Hasil yang di dapat dari wawancara
dan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap alumni PSBR
Taruna Jaya ini ternyata tidak
sesuai dengan apa yang di harapkan
oleh peneliti. Dari kedua alumni
ini, setelah melakukan pelatihan
keterampilan di PSBR Taruna jaya
ternyata tidak sesuai pekerjaannya
terhadap pelatihan yang diberikan
oleh PSBR Taruna jaya. Mereka
sekarang bekerja sebagai ojek
online
03 Agustus 2017
Peneiliti kemudian kembali ke
PSBR Taruna Jaya untuk
melakukan wawancara dengan
pengurus PSBR Taruna Jaya yaitu
Bapak Irwan Santoso sebagai
satuan pelaksana pelayaan sosial
Dari hasil wawancara tersebut,
peneliti mendapatkan informasi
mengenai proses pelaksanaan
pemberdayaan remaja serta hasil
yang di dapati setelah selesai
melakukan pelatihan keterampilan
dan bagaimana pemberian
pelayanan yang dilakukan oleh
PSBR Taruna Jaya terhadap remaja
yang mengikuti kegiatan
pemberdayaan melalui pelatihan
keterampilan di PSBR Taruna Jaya
08 Agustus 2017
Setelah itu, peneliti melakukan
observasi dan wawancara kembali
dengan instruktur otomotif yang
bernama Cecep Erwandi di PSBR
Taruna Jaya
Dari hasil observasi dan wawancara
tersebut, peneliti mendapatkan
informasi lebih jelas dan detail
mengenai proses pembelajaran
pelatihan keterampilan otomotif
khususnya kendaraan roda empat
atau mobil dan hasil yang di
dapatkan setelah melakukan
pelatihan keterampilan di PSBR
Taruna Jaya
10 Agustus 2017
Peneliti melakukan wawancara
kembali dengan pengurus PSBR
Taruna Jaya yaitu Ibu Indah
Sylvani sebagai satuan pelaksana
pembinaan sosial
Dari hasil wawancara yang peneliti
lakukan, peneliti mendapatkan
informasi mengenai pembinaan
sosial yang dilakukan PSBR Taruna
Jaya terhadap remaja yang
mengikuti kegiatan pemberdayaan
melalui pelatihan keterampilan di
PSBR Taruna Jaya, serta proses dan
hasil yang di dapatkan setelah
melakukan kegiatan pelatihan
keterampilan
10 Agustus 2017
Setelah itu peneliti melakukan
observasi dan wawancara kembali
di PSBR Taruna Jaya dengan
Instruktur otomotif yang bernama
Bapak Muhamad Dulkadir
Dari hasil observasi dan wawancara
tersebut, peneliti mendapatkan
informasi lebih jelas dan detail
mengenai proses pembelajaran
pelatihan keterampilan otomotif
khususnya kendaraan roda dua atau
motor dan hasil yang di dapatkan
setelah melakukan pelatihan
keterampilan di PSBR Taruna Jaya
19 Agustus 2017
Peneliti melakukan observasi dan
wawancara kembali dengan alumni
PSBR Taruna Jaya secara langsung
dengan mendatangi rumahnya yang
beralamat di kayu putih jakarta
timur yaitu yang bernama M. Sandi
Akbar.
Hasil yang di dapat dari wawancara
dan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap alumni PSBR
Taruna Jaya ini ternyata tidak
sesuai juga dengan apa yang di
harapkan oleh peneliti. Dari alumni
ini, setelah melakukan pelatihan
keterampilan di PSBR Taruna jaya
ternyata tidak sesuai pekerjaannya
terhadap pelatihan yang diberikan
oleh PSBR Taruna jaya. Akan
tetapi alumni ini sekarang bekerja
di Rumah Sakit Gatot Subroto
sebagai bagian operetor mesin
peralatan jantung.
09 September
2017
Peneliti melakukan observasi dan
wawancara kembali dengan alumni
PSBR Taruna Jaya secara langsung
dengan mendatangi rumahnya yang
beralamat di Jelambar Jakarta Barat
yaitu yang bernama Kefin
Alfiando.
Hasil yang di dapat dari wawancara
dan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap alumni PSBR
Taruna Jaya ini ternyata tidak
sesuai dengan apa yang di harapkan
oleh peneliti. Dari alumni ini,
setelah melakukan pelatihan
keterampilan di PSBR Taruna jaya
ternyata tidak sesuai pekerjaannya
terhadap pelatihan yang diberikan
oleh PSBR Taruna jaya. Akan
tetapi alumni ini sekarang bekerja
di PT Excellindo sebagai teknisi
Pendingin Ruangan / AC
PEDOMAN WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : .
Jabatan :
Umur :
Pertanyaan informan (Supervisor/Satuan Pelaksana)
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan PSBR sebelum dimulainya program?
2. Bagaimana cara PSBR mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang di rasakan
oleh anak – anak warga binaan sosial?
3. Apakah ada cara untuk mewujudkan perencanaan program pemberdayaan?
4. Bagaimana cara pendekatan yang dilakukan pihak PSBR terhadap anak – anak
warga binaan sosial?
5. Dalam proses pendekatan apakah pihak PSBR bekerja sama dengan pihak lainnya
seperti masyarakat atau lembaga-lembaga yang lainnya?
6. Apakah ada keterhambatan atau masalah selama program berlangsung?
7. Fasilitas apa yang di dapat oleh anak – anak warga binaan sosial selama tinggal di
PSBR?
8. Apakah ada bentuk bimbingan yang diberikan oleh PSBR kepada anak – anak
warga binaan sosial?
.
9. Pembelajaran atau ilmu apa saja yang di dapat oleh anak anak warga binaan
sosial?
10. Bagaimana cara PSBR menciptakan susasana agar anak – anak warga binaan
sosial dapat bekembang dengan baik?
11. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah dijalankan?
12. Setelah selesai mengikuti pelatihan, apakah ada penyaluran tenaga kerja dari
PSBR?
13. Setelah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan di PSBR, adakah tindakan atau
pengawasan yang lakukan oleh PSBR?
14. Apakah ada yang diharapkan PSBR dari peserta yang telah mengikuti pendidikan
di lembaga ini?
PEDOMAN WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama :
Jabatan :
Umur :
Pertanyaan Informan (Instruktur Pelatihan Program Otomotif) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam memberikan program pelatihan?
2. Bagaimana mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh anak –
anak warga binaan sosial?
3. Bagaimana cara menumbuhkan rasa kepercayaan diri kepada anak –anak warga
binaan sosial?
4. Bagaimana metode ajar yang di berikan untuk anak – anak warga binaan PSBR?
“Metode ajar yang diberikan modelnya ceramah, presentaasi pake laptop di kasih
liat videonya cara kerja mesin gimana pake power point.”
5. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap anak – anak warga binaan sosial?
6. Pembelajaran atau penghetahuan apa saja yang diberikan kepada anak – anak
warga binaan sosial selama mengikuti pelatihan?
7. Bagaimana cara pembimbing atau instruktur menciptakan suasana/kondisi
lingkungan agar menciptakan anak lebih berkembang?
8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah berjalan?
9. Bagaimana cara menghadapi anak yang memliki daya tangkap yang kurang dalam
pembelajaran?
10. Selama proses pembelajaran berlangsung adakah faktor penghambat dalam
pembelajaran yang diberikan?
11. Bagaimana cara menjalin kerja sama antara pembimbing dengan anak – anak
warga binaan sosial dan juga dengan anak – anak binaaan sosial yang lainnya?
12. Apakah ada penyaluran tenaga kerja untuk anak – anak wbs setelah melakukan
pelatihan?
13. Apa ada yang diharapkan instruktur dari peserta yang telah mengikuti pendidikan
latihan?
PEDOMAN WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama :
Status :
Umur :
Pertanyaan Informan Alumni (Warga Binaan Sosial (WBS))
1. Bagaimana awal mulainya bisa bergabung di PSBR Taruna Jaya?
2. Apa alasan yang mendorong ikut pelatihan di PSBR?
3. Sudah berapa lama tinggal di PSBR?
4. Fasilitas apa saja yang di dapatkan ketika melakukan pelatihan di PSBR?
5. Selama mengikuti pelatihan di PSBR pembelajaran atau ilmu penghetahuan
apa saja yang sudah di dapat?
6. Apa alasan kamu memilih pelatihan keterampilan otomotif di PSBR?
7. Apakah ada perubahan perilaku atau sikap kamu selama menjalankan
pembelajaran di PSBR?
8. Selain di berikan keterampilan dan pelatihan, apakah anda juga diberikan
materi bimbingan, seperti bimbingan akhlak, moral dan yang lainnya?
9. Materi apa saja yang terkait dalam keterampilan otomotif yang diberikan oleh
instruktur PSBR setelah mengikuti pelatihan?
10. Apakah ilmu yang sudah di dapatkan di PSBR di terapkan untuk kehidupan
sehari – hari?
11. Setelah selesai melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif di
PSBR apakah langsung di salurkan ke tempat kerja oleh pihak panti?
12. Apa yang kamu harapkan setelah mengikuti pelatihan keterampilan di PSBR
ini?
13. Pekerjaan apakah yang sekarang di tekuni setelah mengikuti pelatihan? apakah
sesuai atau tidak sama apa yang sudah kamu latih di pelatihan keterampilan
otomotif ?
14. Berapa penghasilan yang di dapatkan selama bekerja mencukupi tidak buat
kehidupan sehari – hari ?
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Irwan Santoso, SH.
Jabatan : Sstuan pelaksana pelayanan sosial
Umur : 54 Tahun
Pertanyaan informan (Supervisor/Satuan Pelaksana)
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan PSBR sebelum dimulainya program?
“Persiapan yang di lakukan dimulai dari penerimaan dari yayasan PSBI (Panti
sosial Bina Ihsan). PSBI itu panti transit mas selama kurang lebih 14 hari, hasil
penjaringan dari satpol PP, ada juga dari unsur masyarakat, ketua RT/RW. Dari
semua itu masuk lah ke sini, dari sini kita proses penerimaan, kemudian kita
identifikasi asalnya dari mana, riwayat tempat tinggal, susunan keluarganya.
Kemudian setelah itu mas kita ajak keliling sosialisasi lingkungan keteterampilan
terus kita beri arahan dan peraturan selama nanti berada disini, setelah itu kita
masukan ke wisma/asrama, sudah bisa mulai bergabung kegiatan yang berada di
dalam panti, setelah itu kita tes minat bakat dengan psikolog, nanti hasilnya akan
keliatan ditempatkan di bidang apa nanti ketauan. Setelah kurang lebih 7 bulan
belajar di keterampilan anak ini kemudian PBK/ Magang di luar selama 1 bulan di
perusahaan, di bengkel, di konveksi. Selesai 1 bulan kalau dia memang mampu
bisa di pekerjakan di perusahan itu kalau tidak dikembalikan ke panti di tambahin
ilmunya diperdalam. Masuklah sampe program 1 tahun ke bulan desember sambil
kita carikan dia untuk penempatan. Kalau yang memang rejekinya bagus
kemampuannya bagus bisa diserap tenaga kerja. Tapi kalau memang ga bisa kan
jadi masalah juga tetap di dalam panti. Nah dari panti masih ada dua pilihan, kalau
punya keluarga kita kembalikan lagi ke kelurga tapi kalau yang tidak mempunyai
kelurga dari anak jalanan murni tetap aja disini mengikuti pelatihan keterampilan
lagi yang lain atau memperdalam ilmu yang sebelumnya sampai anak – anak itu
bener - bener mampu menguasai ilmunya seperti itu. Setelah itu mereka bekerja
tetap dalam pantauan monitor karena kalau sudah bekerja kan dasarnya anak
jalanan perilaku mentalnya harus bener – bener bagus. Kalau misalnya belum
bagus dikhawatirkan dia ditempat kerja tidak ikut aturan. Artinya bisa juga tidak
disiplin , bisa juga hasil kerjanya kurang bahkan kejujuran rata – rata yang
menentukan pekerjaan.”
2. Bagaimana cara PSBR mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang di rasakan
oleh anak – anak warga binaan sosial?
“pertama dari awal kita melakukan intervensi (wawancara), kemudian kita
identifikasi masalah melalui tes psikolog, terus kemudian tes penentuan minat dan
bakat untuk pelatihannya lebih cocok kemana.”
3. Apakah ada cara untuk mewujudkan perencanaan program pemberdayaan?
“ooh itu ada mas, semuanya udah direncanakan sebelumnya. Karena ini kan
programnya setiap tahun berlangsung, jadi ya kita sudah punya perencanaan
sebelumnya yang sudah dibuat. Caranya ya itu mas, kita memberikan ilmu
penghetahuan dan pelatihan keterampilan serta bimbingan kepada anak – anak
warga binaan sosial (WBS) yang berada di dalam panti agar bisa menjadi lebih
mandiri.”
4. Bagaimana cara pendekatan yang dilakukan pihak PSBR terhadap anak – anak
warga binaan sosial?
“pendekatan yang dilakukan dengan cara berdialog serta memberikan solusi mas,
tentang masalah yang mereka sedang hadapi langsung mas dengan para anak –
anak panti”.
5. Dalam proses pendekatan apakah pihak PSBR bekerja sama dengan pihak lainnya
seperti masyarakat atau lembaga-lembaga yang lainnya?
“iya mas, kami dari pihak panti bekerja sama dengan yayasan PSBI (Panti Sosial
Bina Insan), tokoh masyarakat, pak RT, dan sosialisasi langsung dengan warga
masyarakat mas”.
6. Apakah ada keterhambatan atau masalah selama program berlangsung?
“ada mas, banyak banget. Dari PBSI backgroundnya menampung anak jalanan
yang tidak mempunyai pendidikan, tidak lulus dari sekolah SD, dan SMP, ada yg
lulus tapi memliki keterbasan dari segi bicaranya pun masih tidak pas , dari segi
fisik ada anak yang punya tatto dan tindik itu susah nanti untuk penyaluran tenaga
kerja, untuk pendidikan ada daftar Paket B dan Paket C sudah didaftar kemudian
kabur dan tidak ada kabarnya. Soal identitas terutama dalam mempunyai KTP
karena untuk penyaluran tenaga kerja membutuhkan identitas. Anak – anak disini
juga ada yang kabur – kaburan.
7. Fasilitas apa yang di dapat oleh anak – anak warga binaan sosial selama tinggal di
PSBR?
“Fasilitas yang diberikan disini ada sandang (pakaian), pangan (makan) selama 3x
sehari pagi siang malam, papan (tempat tingal yang berupa asrama/wisma) dan
fasilitas kesehatan”
8. Apakah ada bentuk bimbingan yang diberikan oleh PSBR kepada anak – anak
warga binaan sosial?
“Bentuk bimbingan yang diberikan ada beberapa mas, bimbingan konseling,
bimbingan kelas moral, bimbingan mental, termasuk ada majelis – majelis,
pengajian malam jumat”
.
9. Pembelajaran atau ilmu apa saja yang di dapat oleh anak anak warga binaan
sosial?
“pembelajaran yang diberikan banyak selain bimbingan anak – anak disini juga
diajarkan dari BIMASPOL (pembina masyarakat kepolisian), BABINSA (Badan
Pembina Masyarakat) dari Koramil, Kewanegaraan dari dosen widuri, dan juga
dari KUA (Kantor Urusan Agama) tentang ilmu Tauhid, Tafidz, dan Syiar.
10. Bagaimana cara PSBR menciptakan susasana agar anak – anak warga binaan
sosial dapat bekembang dengan baik?
“pemberian motivasi secara terus menerus dan tidak henti henti secara konsisten
mas, kita kasih contoh siapa yang ingin maju, ingin berkembang, ingin sukses
untuk kedepannya dan siap untuk bekerja yang lebih layak, anak – anak yang
sudah berhasil sudah bekerja dan sudah mandiri kita tampilin dalam moment –
moment tertentu biar bisa tergali dan semangat.
11. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah dijalankan? “ ada
mas, kita disini di tuntut keberhasihan anak – anak disini, kalau misalnya belum
100% kita evaluasi dimana kesalahan dimana kelemahan, dimana kemampuan
SDM kita, instrukturnya kurang tepat, termasuk sarana, apakah sarananya belum
layak apakah sarana disini belum tepat atau kurang.”
12. Setelah selesai mengikuti pelatihan, apakah ada penyaluran tenaga kerja dari
PSBR?
“Ada mas, tapi instruktur yang tau baru kemudian laporan ke kantor, instruktur
yang tau kemampuan anak itu untuk bekerja, mental untuk masuk ke dunia kerja.”
13. Setelah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan di PSBR, adakah tindakan atau
pengawasan yang lakukan oleh PSBR?
“tetep ada monitoring secara berkala dan terus menerus walaupun sudah lama
tidak mengikuti pelatihan disini, baik yang sudah bekerja juga kita tetep
melakukan monitoring.”
14. Apakah ada yang diharapkan PSBR dari peserta yang telah mengikuti pendidikan
di lembaga ini?
“Ada mas, pihak panti berharap setelah selesai melakukan pelatihan disini dan
anak – anak sudah mempunyai pengetahuan, keahlian dan bimbingan yang cukup
maka semoga bisa sukses kedepannya di dunia kerja, sukses buat keluarganya dan
sukses di masyarakat serta dapat hidup mandiri.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Indah Sylvani, S.Psi
Jabatan : Satuan Pelaksana Pembinaan Sosial
Umur : 31 Tahun
Pertanyaan informan (Supervisor/Satuan Pelaksana)
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan PSBR sebelum program dimulai?
“Kalau untuk anaknya sendiri kan mereka tinggal masuk ke kelas doang nih,
habis tes bakat, dapat hasil nya, cocok nya kemana, baru mereka masuk. Udah
persiapannya itu aja. Kalau kita kan memang kalau dari panti sendiri kan
memang sudah baku nya kegiatan nya itu pada satu tahun itu kecuali dia nanti
ada tambahan dari pemerintah untuk nambah kelas, gitu.”
2. Bagaimana cara PSBR mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang di
rasakan oleh anak – anak warga binaan sosial?
“Untuk assesment kita pake psikolog. Kita ada dua psikolog, psikolog untuk
bakat sama psikolog concealer permasalahan penggalian permasalahan disitu
mencakup ke permasalahan keluarga nya dia, latar belakang nya, kira-kira dia
nanti kedepannya harus bagaimana, itu sih.”
3. Apakah ada cara untuk mewujudkan perencanaan program pemberdayaan?
“Ohh itu ada mas, semuanya udah di rencanakan semuanya. Udah tertulis mas
semuanya dalam buku agenda kegiatan. Yaa caranya itu balik lagi mas ke
persiapan yang kita mau lakukan apa nih sebelumnya. Gitu mas.”
4. Bagaimana cara pendekatan yang dilakukan pihak PSBR terhadap anak – anak
warga binaan sosial?
“Dari kita nya ya biasa aja, pendekatan apa ya istilah nya kalau di psikolog tuh
pendekatan.. Ya pendekatan aja mas kalau dia lagi makan kita ajak ngobrol
tapi di luar dari jam kegiatan nya mereka sih. Ya dialog aja, face to face ya
mas.”
5. Dalam proses pendekatan apakah pihak PSBR bekerja sama dengan pihak
lainnya seperti masyarakat atau lembaga-lembaga yang lainnya?
“Ada. Kalau dengan panti lain jelas ada, pasti. Tapi kalau antar panti sendiri
bukan bekerja sama dalam hal dia mendapat pekerjaan ya.. Kaya kalau
misalnya dia disini bermasalah misalnya, ada sedikit gangguan kejiwaan nya
dia, kita rujuk ke panti waras, seperti itu. Kalau untuk menyalurkan pekerjaan
dari panti ke panti sih tidak, gitu. Kalau untuk kerja sama dengan perusahaan
kita ada. Kita juga ada MOU nya juga gitu, jadi dari segi dia disini misalnya
dia bisa las kita punya rekanan kita, bekerja sama dengan perusahaan apa
biasanya dari instruktur nya yang cariin, gitu. Kaya ini, kaya tata boga, kerja
sama nya sama perusahaan Korea, dia kerja di Branch In Stole, itu sih.”
6. Apakah ada keterhambatan atau masalah selama program berlangsung?
“Kalau secara personal kendala sih pasti ada ya.. Karena karakter anak-anak
tuh bermacam-macam, dari latar belakang nya yang broken home, bahkan dari
yang tidak punya keluarga sama sekali, kalau untuk kendala kita yaitu
menyatukan visi supaya gimana ni anak kedepan nya bisa mandiri gitu,
gimana cara nya mereka keluar nanti jadi disiplin, karakter nya agak berubah
gitu. Gitu aja sih kendala nya paling ngadepin anak-anak. Ya kenakalan-
kenakalan remaja gitu lah.”
7. Fasilitas apa yang di dapat oleh anak – anak warga binaan sosial selama
tinggal di PSBR?
“Fasilitas disini ya pertama, kebutuhan pokok ya pasti dapat lah ya, makan,
tempat tinggal, terus pakaian, itu kan pasti ada. Terus terjamin sih kalo kaya
gitu, terus kelas-kelas juga kan di lengkapi dengan fasilitas – fasilias yang
memadai untuk penunjangan pendidikan mereka kan. Kaya computer ada,
hardware sama software mereka belajar kan. Mesin jahit ada di kelas tata
busana, untuk kelas tata boga lengkap juga kitchen set nya full gitu, terus las
juga, otomotif juga, furniture apa lagi kan. Jadi kalo untuk fasilitas sebenarnya
sudah sangat memadai, dari segi kamar mereka juga yang putri AC kan, terus
tempat tidur juga dapat sprei masing – masing, kan mereka jadi tinggal bawa
badan udah, sama baju juga disini seragam mereka dikasih.”
8. Apakah ada bentuk bimbingan yang diberikan oleh PSBR kepada anak – anak
warga binaan sosial?
“Selain bimbingan keterampilan itu bimbingan sosial kan kita ada, bimbingan
sosial, bimbingan kewarganegaraan, sama bina mental, agama juga kita kan
ngajarin juga, kalau untuk secara personal kita sih enggak pegang satu – satu
cuma kalau ada satu kasus gitu misalnya mereka bermasalah, mereka pengen
curhat baru kita ngebimbing mereka.”
9. Pembelajaran atau ilmu apa saja yang di dapat oleh anak anak warga binaan
Sosial?
“Kalau disini sejak tahun 2015 atau 2016 ya kan mereka di ajarkan Bahasa
Inggris, Bahasa Korea, terus Matematika. Itu sih yang mereka dapatkan dari
selain bimbingan keterampilan itu sendiri.”
10. Bagaimana cara PSBR menciptakan susasana agar anak – anak warga binaan
sosial dapat bekembang dengan baik?
“Kalau untuk berkembang itu sih sebenernya tergantung dari WBS nya
masing – masing ya.. Kalau kita sudah membimbing mereka tidak bisa
menerima jadi output nya juga yaaa apa ya sebenernya output kita
menghasilkan anak yang mandiri, yang bisa bekerja dengan mandiri,
berkarakter baik, itu sih yang mau kita targetkan. Cuma kan dari apa yang kita
upayakan itu kan anak – anak gak semua bisa menerima bimbingan dari kita
kan, ya kan. Tergantung dari anak – anak itu sendiri cuman kita akan selalu
berupaya supaya mereka bisa sesuai apa yang kita mau, gitu.”
11. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah dijalankan?
“Kalau kita mah gak tau ya, kalau evaluasi dari internal kita sih gak ada paling
ya rapat – rapat pimpinan gitu, gimana cara untuk membina WBS. Kalau
untuk evaluasi dari luar itu dari dinas sosial dan itu pun tidak tercontinue
paling mereka kaya sesekali aja kalau untuk evaluasi setiap setahun. Kalau
kita sih ada evaluasi buat anak – anak, itu ujian, seperti PKL juga kita akan
terus memonitoring mereka, mengevaluasi mereka juga ke tempat mereka
bekerja, gimana mereka disana, perilaku mereka bagaimana, apakah sudah
sesuai dengan standar dan prosedur yang ada di perusahaan itu, gitu. Dan
kalau untuk panti sendiri sih yang mengevaluasi ya pemerintah. “
12. Setelah selesai mengikuti pelatihan, apakah ada penyaluran tenaga kerja dari
PSBR?
“Ada, dan gak semua di salurkan. Karena kita juga kan ngeliat kondisi anak
nya juga, kira – kira mampu gak dia untuk bisa kerja disitu gitu. Kan
perusahaan juga kan pasti minta standar nya ini saya minta nya yang begini
begini, ya kita carikan.”
13. Setelah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan di PSBR, adakah tindakan
atau pengawasan yang lakukan oleh PSBR?
“Enggak, paling kita Cuma beberapa bulan aja kaya satu bulan dua bulan aja
setelah nya enggak. Karena kalau sudah secara itu kita sudah buatkan berita
acara, di kembalikan ke keluarga, ya sudah seperti itu aja prosedurnya, udah
gak ada ikatan lagi sama kita. Jadi yang terjadi sama dia, bukan tanggung
jawab panti lagi gitu.”
14. Apakah ada yang diharapkan PSBR dari peserta yang telah mengikuti
pendidikan di lembaga ini?
“Harapan nya ya kalau bisa mereka kerja gitu, mandiri, berkarakter baik,
berpenghasilan sendiri dan jadi manusia yang bermanfaat ya kalau mereka
sebelumnya orientasi nya main, hidupnya di jalanan, kita sih pinginnya
mereka bisa punya uang sendiri, bisa punya kehidupan yang lebih baik
kedepannya.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Muhammad Dulkadir
Jabatan : Instruktur Otomotif
Umur : 43 Tahun
Pertanyaan Informan (Instruktur Program) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam memberikan program pelatihan?
“Kurikulum kita siapin, silabus, modul, sama perencanaan pembelajaran dari
bulan satu sampai bulan berikutnya, dari satu bab ke bab yang lainnya. Satu bab
dipelajari sampai satu bulan baru pematangan berikutnya. Pengarahan dan
briefing sebentar sebelum melakukan pelatihan teori dan praktek.”
2. Bagaimana mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh anak –
anak warga binaan sosial?
“Identifikasi kebutuhan anak – anak memang jadi agak beda dari masuk kan, ada
yang baru masuk ada yang masuk udah lama mangkannya tekhnik pembelajaran
dibikin kaya rotasi pemutaran aja, misalkan sekarang bulan agustus materinya apa
aja nanti pelajari yang bulan agustus nah semua anak yang baru masuk maupun
yang udah lama mengikuti materi di bulan agustus.”
3. Bagaimana cara menumbuhkan rasa kepercayaan diri kepada anak –anak warga
binaan sosial?
“Pertama kan kita kasih penghatuan terus saya demonstrasiin saya bongkar
caranya begini, terus dia bongkar udah bongkar dipantau dulu dong setelah itu
udah ok baru dia bongkar nanti hasilnya dicek lagi terus dibilangin nih kamu
kekurangnnya gini-gini gitu. Kalo memang dia kira-kira bisa mampu dipanggil
terus dikasih kerjaan sampai selesai .”
4. Bagaimana metode ajar yang di berikan untuk anak – anak warga binaan PSBR?
“Metode pembelajarannya jadi gini, jadi saya udah perencanaan sebelumnya, pas
saya uji coba di anak-anak ini ternyata kemampuan anak-anak ini di luar
bayangan saya, bayangan saya 6 bulan selesai, ternyata anak – anak ini agak-agak
inget lupa inget lupa berarti bisa 1 tahun nah aturan bab 1 ini bisa 1 bulan jadi
bisa 2 bulan gtu. Jadi yang diutamain disini paling teori disini 20 % praktek 80
%. Jadi dibanyakin praktek biar apal. Bongkar pasang bongkar pasang. Kalo teori
kan hanya sekilas penghetahuan. Jadi sebelum praktek dikasih penghatuan dulu.
Jadi 1 kali penghetahuan 4 kali praktek . harus diulang – ulang terus. Soalnya
anak-anak begini juga kalo ga dikasih juga membahayakan dikasih teori juga ada
yang nangkep juga engga.”
5. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap anak – anak warga binaan sosial?
“Kalo saya kan gini, saya sebatas instruktur saya mengarahkan gini, dan saya juga
kan bukan bekerja sendiri, saya juga harus ngurusin anak – anak yang lain, paling
saya ajuin ke pekerja sosialnya saya ajuinn nama anak ke peksosnya (pekerja
sosial) biar nanti di ajuin dan nyari solusinya ke psikiater, sama psikiater nanti
ditangani, ditanya dikasih solusi ada apa masalalah apa buat membuka pencerahan
dia (anak).”
6. Pembelajaran atau penghetahuan apa saja yang diberikan kepada anak – anak
warga binaan sosial selama mengikuti pelatihan?
“Penghetauan disini juga belajar tekhnologi dari internet tapi ga semuanya di
terapin, ada juga beberapa dari internet ada yang salah. Selain itu juga pelajaran
disini juga diberikan secara teori dan praktik tentang mesin – mesin rangka dan
kelistrikan seputar otomotif.”
7. Bagaimana cara pembimbing atau instruktur menciptakan suasana/kondisi
lingkungan agar menciptakan anak lebih berkembang?
“Memberikan motivasi buat anak-anak dengan cara kita bicara anak anak tentang
pengalaman cerita kisah – kisah orang yang mudanya gimana tuanya gimana
orang yang bisa memanfaatkan waktu gimana tuanya hasilnya begini gitu, kisah
kita sendiri perjalanan hidup walapun ini bukan tujuan kita tetapi manusia ini
udah punya jalannya masing-masing dan sudah ada yang mengatur. Sehingga
terjadi kehidupan yang bersosiali yang saling membutuhkan biar nantinya mereka
juga ga kecewa.”
8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah berjalan?
“Untuk evaluasinya ada pengetesan . kita pake tes tertulis kaya ulangan gitu terus
pake langsung juga tes praktek. Tapi kebanyakan kalau tes tertulis kemampuan
anak anak itu kurang gitu dia dari otaknya tuh tidak bisa disampaikan ke pena
nyusun kata-katanya itu apa. Tapi dari otaknya buat langsung ke gerakan bisa tapi
buat nyusun tulisan agak sulit.”
9. Bagaimana cara menghadapi anak yang memliki daya tangkap yang kurang dalam
pembelajaran?
“Waduhh cara menghadapinyaa jadi dia kekuranganya di apa. Ada dia itu cara
menghafalnya kenapa dia tidak bisa menghafal. Kalau dia memang ga bisa cara
menghafal yang modelnya cara tulisan kita langsung praktek kita ulangi-ulangi
lagi sampe bisa dan nguasain satu materi. Ibarat kata juga mata merem tangan
udah gerak sendiri.”
10. Selama proses pembelajaran berlangsung adakah faktor penghambat dalam
pembelajaran yang diberikan?
“Kalau hambatan sih kayanya selama ini kalau saya ga berasa karena saya udah
sering ngalamin anak anak model-model begitu udah paham. Jadi hambatan mah
udah gada. Kalo misalnya ada juga kaya terabaikan aja gitu karena udah gak kaget
udah terbiasa aja.”
11. Bagaimana cara menjalin kerja sama antara pembimbing dengan anak – anak
warga binaan sosial dan juga dengan anak – anak binaaan sosial yang lainnya?
“Biasanya dilakukan dengan memberikan tugas ke anak – anak langsug terutama
tugas praktik. Kalo anak – anak ga bisa atau kesulitan bisa langsung ditanyakan ke
instruktur.”
12. Apakah ada penyaluran tenaga kerja untuk anak – anak wbs setelah melakukan
pelatihan?
“Nah, untuk penyaluran tenaga kerja kita rekomendasiin kita dari PSBR pake
nama dan alamat PSBR yang tanggung jawab orang PSBR kita ajuin dan
rekomendasiin ke bengkel – bengkel. Disana biasa kan training juga satu bulan
dua bulan tiga bulan. kalau anak yang bener training misalnya 3 bulan dia bener
dia diperpanjang lagi kaya training 6 bulan. Dia bener baru ada pengangkatan
karyawan. Tapi kadang - kadang anak – anak baru training 1 bulan udah ga betah
pada ilang pikirannya masih labil. Yang berani direkomendasiin paling ngga ya
anak – anak yang sudah mempunyai pengehetahuan dan kemampuan yang cukup
ada dan akhlaknya selama ini dinilai bagus.”
13. Apa yang diharapkan instruktur dari peserta yang telah mengikuti pendidikan
latihan?
“Kalau namanya guru atau orang tua itu ya pengennya anaknya bisa bekerja bisa
mempunyai moral dan akhlak yang bagus punya penghetahuan, keterampilan
pengen anak anaknya mandiri di masyarakat nantinya.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Cecep Erwandi
Jabatan : Instruktur Otomotif
Umur : 38 Tahun
Pertanyaan Informan (Instruktur Program) :
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam memberikan program pelatihan?
“Pertama sebelum pelatihan, berdoa, menyiapkan bahan apa yang mau dikasih ke
anak – anak, ngasih ceramah kalau teori, nyatet di papan tulis, setelah itu langsung
ke praktek pake alat peraga mesin mobil biar lebih cepat dan jelas komponen yang
udah diterangkan di teori.”
2. Bagaimana mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh anak –
anak warga binaan sosial?
“Kalau saya cara identifikasi masalah anak – anak kalo misalnya ada anak yang
kurang paham kalo saya diberikan secara berulang ulang materinya. Kalau
identifikasi kebutuhan sendiri udah di siapin sama kantor kaya misalnya buku
tulis, pulpen, sama alat – alat buat pratek udah disapin semua sama kantor.”
3. Bagaimana cara menumbuhkan rasa kepercayaan diri kepada anak –anak warga
binaan sosial?
“Kalau cara menumbuhkan rasa percaya diri saya coba kasih praktek langsung ke
motor atau mobil yang mati di coba sendiri sampai dia bisa menghidupkanya
kembali sampai bener bener hidup kan sebelumnya udah dikasih tahu cara caranya
dari awal. Kalau udah berhasil dia punya rasa percaya diri sendiri gitu mas.”
4. Bagaimana metode ajar yang di berikan untuk anak – anak warga binaan PSBR?
“Metode ajar yang diberikan modelnya ceramah, presentaasi pake laptop di kasih
liat videonya cara kerja mesin gimana pake power point.”
5. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap anak – anak warga binaan sosial?
“Kalo pendekatan kalo ada masalah aja mas, misalnya kalo anak males belajar
saya ingin tahu nih masalahnya kenapa. Kadang masalahnya ga dari sini biasanya
mas. Masalahnya biasanya dari luar mas dari keluarrga jadi ngaruhnya ke anak.
Kalau dari internal selama pelatihan ini setau saya engga ada mas.”
6. Pembelajaran atau penghetahuan apa saja yang diberikan kepada anak – anak
warga binaan sosial selama mengikuti pelatihan?
“Kalau untuk pembelajarannya kita udah punya jadwal sendiri mas dari bulan
januari sampai desember udah semuanya ada mas. Dari mulai pengenalan alat –
alatnya, cara kerja mesin, nama – nama komponen, perawatan berkala (tune up),
kelengkapan mesin, sistem pelumasan, sistem pendinginan, sistem pembakaran,
sampai selanjutnya sampai selesai mas di jadwalnya.”
7. Bagaimana cara pembimbing atau instruktur menciptakan suasana/kondisi
lingkungan agar menciptakan anak lebih berkembang?
“Kalau saya, suka dikasih modelnya kaya psikotes gtu mas setelah abis pelajaran.
kaya contohnya gini mas modelnya seperti permainan gitu bikin segitiga sama
kaki sebanyak – banyaknya tanpa harus mengangkat pulpen mas gitu mas.
Supaya anak – anak ga bosen aja gtu mas.”
8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan dari program yang sudah berjalan?
“Ada mas, Kalau saya evalusinya ada evaluasi lisan dan evaluasi tulisan modelnya
ujian gitu, ada juga evaluasi buat prakteknya mas. Biasanya evaluasi buat anak –
anak ga serentak mas karena ada anak – anak juga yang baru masuk atau ada yang
terlambat masuk. Jadi evaluasinya paling yang udah mau seleseai pelatihan aja
mas yang kurang lebih mau satu tahun pelatihan.”
9. Bagaimana cara menghadapi anak yang memliki daya tangkap yang kurang dalam
pembelajaran?
“Model cara belajarnya diulang ulang aja mas. Sampe paham dulu mas satu – satu
materinya. Kalau ga kaya gitu pasti ketinggalan mas nanti materinya.”
10. Selama proses pembelajaran berlangsung adakah faktor penghambat dalam
pembelajaran yang diberikan?
“Selama ini alhamdulillah engga ada masalah atu hambatan mas. Lancar – lancar
aja selama saja ngajar disini.”
11. Bagaimana cara menjalin kerja sama antara pembimbing dengan anak – anak
warga binaan sosial dan juga dengan anak – anak binaaan sosial yang lainnya?
“Kalau saya mas kerja samannya saya biasanya bentuk kelompok mas buat anak –
anaknya terus saya suruh ngerjain apa gtu kaya misalnya bonkar mesin atau
kelistrikan gitu. Nah disitu saya liatin dulu mas kerjanya bisa apa engga, kalo
misalnya mereka ga bisa baru saya ikut bantuin mas ngerjain bareng – bareng
gitu.”
12. Apakah ada penyaluran tenaga kerja untuk anak – anak wbs setelah melakukan
pelatihan?
“Nah itu mas. Untuk penyaluran tenaga kerja ada mas, tapi ga semuanya bisa mas.
Ya karena itu mas PSBR punya standarnya sendiri mas, jadi ga bisa semua anak –
anak mas yang disalurin. Terus juga permintaan tenaga kerja dari luar biasanya
minta ijazah SMK mas. Nah sedangkan kalo disini kan ga semuanya lulusan SMK
mas. Jadinya ya terhambat aja gitu mas kalo ada anak yang lulusanya masih SMP
sama SD mas.”
13. Apa ada yang diharapkan instruktur dari peserta yang telah mengikuti pendidikan
latihan?
“Kalau saya harapanya bisa bekerja di luaran abis beres pelatihan pengennya pada
bisa bekerja. Cuman kan pertama ijazahnya kepentok mas. Rata – rata pada minta
minimal SMA/SMK untuk bekerja mas.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Nurhadi Muhammad (Hadi)
Status : Tamat dari PSBR
Umur : 19 Tahun
Pertanyaan Informan (Alumni Warga Binaan Sosial (WBS))
1. Bagaimana awal mulainya mas Hadi bisa bergabung di PSBR Taruna Jaya?
“Awalnya saya diinformasikan sama Pak RT buat ikut asrama di Tebet, terus
dijelasin ikut asrama buat pelatihan. Yaudah setelah saya pikir-pikir saya mau
buat ikut.”
2. Apa alasan yang mendorong ikut pelatihan ?
“Ya daripada saya dirumah dan engga kerja juga luntang-lantung di jalan dan
main pulang malem terus yaudah saya jadinya ikut”
3. Sudah berapa lama tinggal di PSBR?
“1 t ahun mas.”
4. Fasilitas apa saja yang di dapatkan ketika melakukan pelatihan di PSBR?
“Banyak mas fasilitasnya mulai dari makan kenyang, enak – enak juga
makanannya tapi engga enak kalo pas lagi tidur mas, kasurnya banyak
bangsatnya (kutu kasur) jadi engga enak mas kalo pas lagi mau tidur. Tempat
gym juga ada mas sama tempat buat latihan main band juga ada.
5. Selama mengikuti pelatihan di PSBR pembelajaran atau ilmu apa saja yang
sudah di dapat?
“Selama saya ikut pelatihan engga semua saya bisa mas, karena saya juga
kurang begitu ngerti sama pelajarannya. Paling cuma beberapa aja yang bisa
saya terapin itu juga ke motor saya sendiri mas.”
6. Apa alasan kamu memilih pelatihan keterampilan otomotif di PSBR?
“Ya engga papa mas mau pilih otomotif aja.”
7. Apakah ada perubahan perilaku atau sikap kamu selama menjalankan
pembelajaran di PSBR?
“Ada mas, banyak. Saya jadi engga bergaul sembarangan mas, jadi milih –
milih temen mana yang baik mana yang ga baik buat saya mas dan saya jadi
punya motivasi jadi yang lebih baik buat kedepannya.”
8. Selain di berikan keterampilan dan pelatihan, apakah anda juga diberikan
materi bimbingan, seperti bimbingan akhlak, moral dan yang lainnya?
“Ada mas, dapat bimbingan mental juga, setiap pagi apel bareng sama TNI
mas, kaya latihan fisik, baris-berbaris, lari, pokoknya banyak mas.”
9. Materi apa saja yang terkait dalam keterampilan otomotif yang diberikan oleh
instruktur PSBR setelah mengikuti pelatihan?
“Banyak mas materinya. tentang mobil sama motor, ada materi teori dan
praktek juga mas. Mulai dari awal perakitan mobil atau motor, bagian mesin,
kelisstrikan, rangka pokoknya bagian – bagian mobil sama motor mas.”
10. Apakah ilmu yang sudah di dapatkan di PSBR di terapkan untuk kehidupan
sehari – hari?
“Iya mas, saya kalo ada motor rusak saya coba buat perbaikin mas. Terus
masalah bergaul juga saya bisa ngejaga mas engga bergaul yang macem –
macem lagi mas.”
11. Setelah selesai melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif di
PSBR apakah langsung di salurkan ke tempat kerja oleh pihak panti?
“Engga mas, disana engga di salurin mas kalo buat kerja, tapi kalo buat PKL
(praktek kerja lapangan) disalurin mas selama 1 - 2 bulan. Lagipula disana
yang disalurin kerja itu dipilih-pilih, yang sekiranya punya kelakuan baik baru
disalurin kerja yang kaya kita gini mah boro-boro mas.”
12. Apa yang kamu harapkan setelah mengikuti pelatihan keterampilan di PSBR
ini?
“Engga ada mas, pelatihan dari sana engga bisa diharapin soalnya nyari
kerjanya suruh sendiri, yang di salurin kerja cuma orang yang kelakuan baik
aja mas. Orang disana juga milih – milih mas.”
13. Pekerjaan apakah yang sekarang di tekuni setelah mengikuti pelatihan? apakah
sesuai atau tidak sama apa yang sudah kamu latih di pelatihan keterampilan
otomotif ?
“Engga mas, engga sesuai sama apa yang saya pelajari disana terutama
pelatihan keterampilan otomotifnya. Sekarang saya kerja jadi gojek mas. Tapi
kalo ilmu dari pelatihan otomotifnya saya terapin buat di motor saya mas kalo
misalnya ada kerusakan.”
14. Berapa penghasilan yang di dapatkan selama bekerja mencukupi tidak buat
kehidupan sehari – hari ?
“Iya cukup mas alhamdulillah, buat kebutuhan sehari – hari mas. Biasanya
yang saya dapat kisaran 50 – 100 ribu mas per harinya . sama tergantung juga
sih mas dari banyaknya orderan yang saya terima. Tapi alhamdulillah mas
semuanya cukup mas.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Raihan Taufiqurrahman
Status : Alumni WBS (Warga binaan sosial )
Umur : 17 tahun
Pertanyaan Informan (Alumni Warga Binaan Sosial (WBS))
1. Bagaimana awal mulainya bisa bergabung di PSBR Taruna Jaya?
“awal mulainya sih saya masuk bareng Hadi mas, masuk PSBR juga dapat
informasi dari Pak RT. Katanya dijelasin ada pelatihan buat kerja disana terus
disana ada asramanyaa juga yaudah karena ada barengannya sama hadi yaa
jadinya saya ikut aja.”
2. Apa alasan yang mendorong ikut pelatihan di PSBR?
“yaa itu mas, daripada saya dirumah main kemana – kemana terus kalo itu saya ga
punya duit buat main dan ngabisin duit mulu kalo main, yaudah mas jadinya saya
ikut pelatihan aja itung itung juga buat cari pengalaman mas terus juga kan saya
ada barengannya sama hadi.”
3. Sudah berapa lama tinggal di PSBR?
“satu tahun mas barengan juga selesainya sama Hadi”.
4. Fasilitas apa saja yang di dapatkan ketika melakukan pelatihan di PSBR?
“banyak mas. Makan dapet dari pagi sampe malem, makanannya juga enak – enak
mas disana. Pakaian juga dapet disana buat gantian. Terus juga buat tidur disana
juga dapet mas. Tapi kalo buat tidur kurang enak mas soalnya di tempat saya sama
hadi kasurnya banyak bangsatnya (kutu kasur) mas. Tempat olahraga sama tempat
buat main band juga ada mas disana.”
5. Selama mengikuti pelatihan di PSBR pembelajaran atau ilmu penghetahuan apa
saja yang sudah di dapat?
“banyak mas ilmu yang saya dapet. Saya dapai ilmu buat belajar jadi mandiri mas,
ilmu tentang punya rasa tanggung jawab mas.”
6. Apa alasan kamu memilih pelatihan keterampilan otomotif di PSBR?
“Ya engga papa mas, milih otomotif aja. Karna emang saya mau belajar otomotif
jadi saya pilih otomotif. Saya milih otomotif juga ada barengan sama hadi juga
mas.
7. Apakah ada perubahan perilaku atau sikap kamu selama menjalankan
pembelajaran di PSBR?
“Ada mas beberapa yang berubah dari saya. Saya bisa sedikit mandiri mas terus
malesnya saya juga agak kurang mas. Saya juga udah ga bergaul sembarangan
mas jadi milih – milih temen yang baik yang mana.”
8. Selain di berikan keterampilan dan pelatihan, apakah anda juga diberikan materi
bimbingan, seperti bimbingan akhlak, moral dan yang lainnya?
“Iya mas ada. Saya juga dapat bimbingan mental, bimbingan bahasa inggris terus
juga bimbingan motivasi buat kedepannya nanti mau gimana.”
9. Materi apa saja yang terkait dalam keterampilan otomotif yang diberikan oleh
instruktur PSBR setelah mengikuti pelatihan?
“ banyak mas materinya. Ada teori sama praktek juga mas terus juga dapet materi
tentang mobil sama motor. Materi bagian – bagian dari mobil sama motor juga
mas. Materi tentang mesin, cara kerja mesin gimana, kopling, cara ngecek motor
gimana rusak apa enggaknya terus yaa banyak mas pokonya.”
10. Apakah ilmu yang sudah di dapatkan di PSBR di terapkan untuk kehidupan sehari
– hari?
“Iya mas udah. Paling ya mas ga semuanya sih saya terapin. Paling buat lebih ke
pergaulan aja mas biar ga salah lagi gitu buat milih temen yang baik. Sama ilmu
dari pelatihan otomotifnya mas saya terapin buat di motor saya aja”
11. Setelah selesai melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif di PSBR
apakah langsung di salurkan ke tempat kerja oleh pihak panti?
“kalo saya engga mas. Tapi kalo untuk PKL di cariin semuanya mas terus sama di
salurin juga mas selama 1 – 2 bulan buat PKL. Disana yang disalurin kerja yang
dipilih sama pihak panti doang mas, yang memenuhi kriteria dari panti sama buat
di tempat kerjanya mas”.
12. Apa yang kamu harapkan setelah mengikuti pelatihan keterampilan di PSBR ini?
“saya berharap sih mas setelah dari panti saya bisa langsung kerja mas, tapi
ternyata engga mas. Saya malah nyari kerja sendiri mas.di panti yang di salurin
buat kerja di pilih - pilih mas anaknya. Engga semuanya di cariin tempat kerja”
13. Pekerjaan apakah yang sekarang di tekuni setelah mengikuti pelatihan? apakah
sesuai atau tidak sama apa yang sudah kamu latih di pelatihan keterampilan
otomotif ?
“kalo sekarang saya kerja jadi Gojek (Ojek online) mas bareng sama hadi juga.
Emang ga sesuai mas sama apa yang saya dapet disana. Tapi ilmu otomotifnya
bisa saya pake mas buat di motor saya.”
14. Berapa penghasilan yang di dapatkan selama bekerja mencukupi tidak buat
kehidupan sehari – hari ?
“penghasilan buat sehari-hari cukup mas, alhamdulillah. Buat makan sama buat
kehidupan sehari – hari cukup mas. Biasanya uang yang saya dapat dari banyak
anteran barang sama banyaknya penumpang mas. Itu sekitar 50 ribu – 90 ribuan
mas yang saya bawa ke rumah selama seharian mas.”
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : M. Sandi Akbar
Status : Alumni Warga Binaan Sosial (WBS) PSBR
Umur : 18 Tahun
Pertanyaan Informan (Alumni Warga Binaan Sosial (WBS))
1. Bagaimana awal mulainya bisa bergabung di PSBR Taruna Jaya?
“Awalnya saya pertama kali ditawarin sama om saya mas, om saya itu kerja di
Dinas Sosial. Kata om saya “udah di daripada kamu dirumah ga ngapa ngapain
terus sekolah juga udah ga mau mendingan ikut om yuk di. Ikut pelatihan di Tebet
di sana juga ada asrama jadi kamu bisa tinggal disana. Nanti kamu disana bisa
milih pelatihan yang kamu mau. Nanti setelah selesai kamu bisa langsung
disalurin kerja”. Gitu mas, kata om saya. Yaudah daripada saya ga ngapai-ngapain
akhirnya saya langsung ikut aja mas pelatihan di PSBR Tebet.
2. Apa alasan yang mendorong ikut pelatihan di PSBR?
Pengen nyoba aja mas, namanya ditawarin sama om, jadi ya saya masuk aja. Itung
– itung buat cari pengalaman aja mas sama ikut pelatihannya juga.
3. Sudah berapa lama tinggal di PSBR?
Sudah 1 tahun lebih mas, itu juga masuknya 2 kali pertama udah dapet 6 bulan
saya kabur mas ga betah padahal sedikit lagi saya mau PKL mas, eh akhirnya om
saya kesini (kerumah) nyamperin saya, yaudah saya akhirnya masuk lagi ulang
dari awal mas. Saya kabur juga gara – gara temen – temen dari sana yang
pungutan dari jalanan sempet konflik juga sama anak – anak yang pungutan dari
jalanan itu.
4. Fasilitas apa saja yang di dapatkan ketika melakukan pelatihan di PSBR?
Banyak mas macem – macem. Ada baju, sepatu, makan sehari tiga kali, tempat
tidur, fasilitas disana udah cukup mas buat anak – anak WBS nya. Lapangan buat
main juga ada mas disana.
5. Selama mengikuti pelatihan di PSBR pembelajaran atau ilmu penghetahuan apa
saja yang sudah di dapat?
Alhamdulillah mas dapat penghetahuan dan ilmu ilmu tentang pembelajaran
otomotif. Ilmu buat disiplin sama buat tanggung jawab dapat juga mas. Sama
motivasi buat kedepannya.
6. Apa alasan kamu memilih pelatihan keterampilan otomotif di PSBR?
Karena kepinginan orang tua juga sih, temen ayah saya banyak yang kerja di
otomotif kaya di astra, yamaha. Siapa tau nanti dapat sertifikat bisa masuk tempat
kerja temen ayah, dan bisa kerja juga di tempat temen ayah nanti.
7. Apakah ada perubahan perilaku atau sikap kamu selama menjalankan
pembelajaran di PSBR?
“Alhamdulillah bisa dapet temen – temen yang banyak sama baru mas, bisa
belajar hidup mandiri karena disana jauh dari orang tua. Pulang kerumah soalnya
saya 1 bulan sekali mas. Perilaku saya juga lebih baik mas daripada sebelumnya
yang tadinya males sekarang bisa rajin terus punya sikap tanggung jawab juga
mas karena saya sekarang sudah bekerja.”
8. Selain di berikan keterampilan dan pelatihan, apakah anda juga diberikan materi
bimbingan, seperti bimbingan akhlak, moral dan yang lainnya?
Ada mas. Kalau hari senin – kamis ada apel bersama tuh sama anak – anak WBS
lainnya. Terus abis apel Bimsos (Bimbingan Sosial) terus abis itu langsung belajar
pelatihan. Disana juga ada khursus bahasa inggris, bahasa korea, cuman aku ga
ikut karena saya males mas ikutnya.
9. Materi apa saja yang terkait dalam keterampilan otomotif yang diberikan oleh
instruktur PSBR setelah mengikuti pelatihan?
Materi yang dia ajakarkan banyak, setiap harinya belajar tentang mobil dan motor
mas, tentang cara kerja mobil sama motor terus materi tentang mesin kelistrikan
dan yang lainnya mas. Pokoknya banyak mas. Ada teori sama praktiknya juga
mas.
10. Apakah ilmu yang sudah di dapatkan di PSBR di terapkan untuk kehidupan sehari
– hari?
Udah mas saya udah terapin sehar-hari mas. Kaya misalnya saya lebih tanggung
jawab mas terus saya bisa lebih mandiri dari sebelumnya. Terus untuk ilmu
pelatihan saya juga terapin mas buat ke motor saya kalau misalnya ada kerusakan
ringan.
11. Setelah selesai melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif di PSBR
apakah langsung di salurkan ke tempat kerja oleh pihak panti?
Ada mas, waktu PKL saya sempet berenti karena saya ga betah mas di tempat
PKL saya, terus saya dibilangin sama instruktur saya kenapa berenti PKL, abis itu
saya terus di carikan tempat PKL yang baru lagi selama 1 bulan. Nah
alhamdulillah mas abis selesai PKL saya langsung ditawarin kerja mas di tempat
PKL saya .
12. Apa yang kamu harapkan setelah mengikuti pelatihan keterampilan di PSBR ini?
Alhamdulillah mas saya bisa berpenghasilan dan bisa hidup mandiri dan
alhamdulillah semuanya sesuai dengan harapan yang saya mau mas.
13. Pekerjaan apakah yang sekarang di tekuni setelah mengikuti pelatihan? apakah
sesuai atau tidak sama apa yang sudah kamu latih di pelatihan keterampilan
otomotif ?
Engga sesuai mas sama pelatihan otomotif, sebelumnya saya pernah kerja di PT
Excelindo mas itu tempat saya PKL. Di situ saya bagian service AC selama
kurang lebih 5 bulan mas. Sebelumnya saya juga pernah ikut pelatihan AC juga
mas di PSBR. Jadi disalurinnya di pelatihan AC mas bukan di Otomotif. Tapi
setelah saya kerja di situ terus saya ikut Paket C mas di PSBR. Alhamdulillah mas
sekarang saya udah kerja di rumah sakit Gatot Subroto bagian operator jantung
mas. Kurang lebih saya udah berjalan 7 bulan kerja di rumah sakit mas.
14. Berapa penghasilan yang di dapatkan selama bekerja mencukupi tidak buat
kehidupan sehari – hari ?
Kalo waktu di PT Excelindo penghasilan saya 1,7 juta mas perbulannya.
Alhamdulillah mas cukup untuk kebutuhan sehari – hari. Kalo sekarang saya kerja
di rumah sakit penghasilan saya alhamdulillah lebih meningkat mas daripada
sebelumnya. Penghasilan saya di rumah sakit udah UMR mas ditambah juga sama
uang jasa dan lemburan juga mas.
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI
KETERAMPILAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA”
Identitas Informan
Nama : Kefin Alfiananda
Status : Alumni PSBR Taruna Jaya
Umur : 19 Tahun
Pertanyaan Informan (Warga Binaan Sosial (WBS))
1. Bagaimana awal mulainya bisa bergabung di PSBR Taruna Jaya?
“Dari panti cengkareng, dari tangkepan satpol PP dalam keadaan lagi markir abis
itu ditangkap abis itu dibawa ke cengkareng baru di oper ke PSBR.”
2. Apa alasan yang mendorong ikut pelatihan di PSBR?
“Karena itu sih kalau ngikut – ngikut di situ juga banyak perubahannya juga ga
kaya diluar – luar markir ga jelas gitu. Kalo disitu bisa ikut latihan keterampilan
gitu. Bisa menjadi lebih baik. Udah ga kaya dulu lagi tinggal dijalanan.”
3. Sudah berapa lama tinggal di PSBR?
“Minimal sih satu tahun, tapi karena kemaren itu orang tua lagi pulang kampung
jadi gada siapa - siapa, jadi setengah tahun lagi tinggal di PSBR. Jadi 1,5 tahun
tinggal di PSBR.”
4. Fasilitas apa saja yang di dapatkan ketika melakukan pelatihan di PSBR?
“Kalau disana sih dapat tempat tidur, makan teratur mandi segala macem sabun
dapet dari situ pakaian juga dapet, makan disana tiga kali sehari. Tempatnya
nyaman disana”
5. Selama mengikuti pelatihan di PSBR pembelajaran atau ilmu penghetahuan apa
saja yang sudah di dapat?
“Ilmu pelatihan otomotif, ilmu pelatihan ac, ilmu disipiln, tanggung jawab,
bimbingan agama juga bimbingan sosial juga, pendidiakn PBB, upacara, fisik.”
6. Apa alasan kamu memilih pelatihan keterampilan otomotif di PSBR?
“Karena dari dulunya emang mau pilih otomotif.”
7. Apakah ada perubahan perilaku atau sikap kamu selama menjalankan
pembelajaran di PSBR?
“Ada mas, yang tadinya bangunnya telat sekarang udah mulai teratur udah inget –
inget waktu, lebih disipilin, tentang agama gitu juga, dulunya males – malesan
sekarang udah mendingan masih inget buat ibadah.”
8. Selain di berikan keterampilan dan pelatihan, apakah anda juga diberikan materi
“bimbingan, seperti bimbingan akhlak, moral dan yang lainnya?
Bimbingan pembinaan, keagaamaan, fisik, mental, baris berbaris PBB, bimbingan
sosial. Disana ikut kelas moral bahasa inggris juga.”
9. Materi apa saja yang terkait dalam keterampilan otomotif yang diberikan oleh
instruktur PSBR setelah mengikuti pelatihan?
“Banyak Mas, dari mesin motor, mobil, rangka motor, bagian-bagian mobil
motor, pokoknya macam – macam mas dikasih tentang otomotif.”
10. Apakah ilmu yang sudah di dapatkan di PSBR di terapkan untuk kehidupan sehari
– hari? “Sudah mas, biasanya kalo saya bangun selalu bangun siang mas sekarang
bangunnya udah pagi mas, terus juga disiplin mas teratur gtu mas ga kaya dulu
lagi males – malesan. Ibadahnya juga udah lumayan mas”
11. Setelah selesai melakukan pendidikan pelatihan keterampilan otomotif di PSBR
apakah langsung di salurkan ke tempat kerja oleh pihak panti?
“Untuk angkatan saya engga mas, cuman di PKL in doang di Rawamangun sama
di Cawang. Kalo angkatan sekrang baru mas di salurin kerja.”
12. Apa yang kamu harapkan setelah mengikuti pelatihan keterampilan di PSBR ini?
“Supaya bisa cepat – cepat kerja mas, biar ga parkir parkir ga jelas lagi kaya dulu
gtu .”
13. Pekerjaan apakah yang sekarang di tekuni setelah mengikuti pelatihan? apakah
sesuai atau tidak sama apa yang sudah kamu latih di pelatihan keterampilan
otomotif ?
“Sekarang saya kerja di AC bagian teknisi baru 2 bulan. Sebelumnya saya di panti
setelah ikut kegiatan otomotif terus saya pindah ke AC. Terus baru mas disarkan
kerja di PT Excellindo.”
14. Berapa penghasilan yang di dapatkan selama bekerja mencukupi tidak buat
kehidupan sehari – hari ?
“Penghasilan perhari, perminggu, perbulan juga ada mas, kalo perbulannya Rp
1.200.00,- kalo perminggu tegantung juga mas biasanya dapat sekitar Rp
500.000,- tergantung ada lemburannya juga apa engga mas. Keseringan saya
dibayar perminggu sama perbulan mas. Uangnya cukup buat kebutuhan sehari –
hari kadang juga buat bantu orang tua juga mas.”