i
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (PKn) DI SMP NEGERI 2
JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nurjani
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2013
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (PKn) DI SMP NEGERI 2
JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA
Skripsi
Oleh:
Nama : Nurjani
NIM : 1006101130023
Jurusan/Program Studi : PPKn
disetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II
Drs. M. Nasir Basyah, M.Si Drs. M. Yusuf Nafi, M.Pd
NIP. 195608121984031003 NIP. 194504021964101001
iii
iv
v
ABSTRAK
Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Minat Belajar Siswa.
Penelitian ini mengkaji tentang: Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
Rumusan masalah: (1) Bagaimana penerapan metode demonstrasi oleh guru
dalam proses pembelajaran, (2) Bagaimana dampak penerapan metode
demonstrasi terhadap minat belajar siswa, dan (3) Apa kendala guru dalam
menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian:
(1) Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi oleh guru dalam proses
pembelajaran, (2) Untuk mengetahui dampak penerapan metode demonstrasi
terhadap minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui kendala guru dalam
menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran. Metode penelitian:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten
Aceh Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan
instrumen wawancara, dan setelah data terkumpul melalui wawancara langsung
dengan informan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Metode demonstrasi sangat efektif diterapkan dalam
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), (2) Penerapan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan (3) Guru
mengalami kendala dalam menerapkan metode demonstrasi seperti terbatasnya
waktu dan sumber belajar. Simpulan: (1) Penerapan metode demonstrasi oleh guru
dalam proses pembelajaran sudah sangat efektif karena dapat memotivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, (2) Dampak penerapan metode
demonstrasi terhadap minat belajar siswa adalah sangat positif, dimana siswa
menjadi lebih semangat dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan
(3) Kendala guru dalam menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran adalah terbatasnya waktu dan sulitnya menemukan bahan-bahan
pelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan. Saran: (1) Diharapkan kepada
pihak sekolah agar dapat melengkapi fasilitas belajar yang lebih lengkap untuk
mendukung proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara lebih efektif dan
(2) Diharapkan kepada guru agar dapat lebih meningkatkan kualitas mengajar
mereka, sehingga dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar kepada
siswa dalam proses pembelajaran.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadhirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan taufik dan hidayahNya, sehingga telah dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Suami Bani Amin dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Kualifikasi Guru
dalam Jabatan ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala,
Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan
para dosen yang telah mengasuh penulis selama dalam pendidikan.
3. Bapak Drs. M. Nasir Basyah, M.Si sebagai Pembimbing I dan bapak Drs. M.
Yusuf Nafi, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah mencurahkan tenaga dan
pikirannya untuk mengarahkan penulis.
4. Teman- teman mahasiswa Kualifikasi Guru dalam Jabatan Kelas Lhokseumawe
yang telah memberi dorongan moril kepada penulis.
vii
Akhirnya, penulis mengharapkan saran dan sumbangsih dari para pembaca
sekalian yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penulisan skripsi ini di
masa yang akan datang.
Baktiya, 01 Juli 2013
Penulis
Nurjani
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………… iv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN ………………………………. 1
1. 1.Latar Belakang Masalah ………………………… 1
1. 2. Rumusan Masalah ………………………… 4
1. 3. Tujuan Penelitian ………………………… 5
1. 4. Manfaat Penelitian ………………………… 5
1. 5. Pertanyaan Penelitian ……………………….... 6
1. 6. Defenisi Istilah ………………………… 6
BAB II LANDASAN TEORETIS ……………………….... 8
2. 1. Hakekat Metode dalam Proses Pembelajaran … 8
2. 2. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Pemb
belajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) … 10
2. 3. Minat Belajar Siswa ………………………… 21
2. 4. Fungsi Minat Belajar dalam Proses Pembelajaran ... 25
2. 5. Beberapa Keunggulan Metode Demonstrasi dalam
Meningkatkan Minat Belajar ……………………... 33
BAB III METODE PENELITIAN ………………….. 37
3. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………. 37
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………. 38
3. 3. Subjek Penelitian ………………….. 39
3. 4. Teknik Pengumpulan Data ………………….. 39
3. 5. Teknik Analisis Data ………………………… 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …... 41
4.1. Prosedur Penelitian ………………………………. 41
4.2. Hasil Penelitian ………………………………. 41
4.3. Pembahasan …………………………………….. 47
BAB V PENUTUP …………………………………….. 53
5. 1. Simpulan …………………………………….. 53
5. 2. Saran …………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 55
LAMPIRAN …………………………………………… 57
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara …………………………………… 57
Lampiran 2. Daftar Informan …………………………………………. 58
Lampiran 3. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing Skripsi ……….. 59
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala …………………………………… 60
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Aceh Utara …………………………………… 61
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari Kepala
SMP Negeri 2 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara………. 62
Lampiran 7. Biodata Penulis ……………………………………………. 63
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran antara lain ditentukan oleh metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi ajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun demikian, perlu diperhatikan
oleh guru bahwa penerapan metode mengajar tertentu harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, untuk mencapai
keberhasilan proses pembelajaran oleh guru, guru harus memahami
karakteristik setiap metode pembelajaran yang akan diterapkan.
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelegensi peserta didik, dalam
menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru daya serap
peserta didik cenderung variatif. Oleh karena itu, Rostiyah (1989:1)
mengatakan bahwa: “Guru harus memiliki strategi agar peserta didik dapat
belajar secara efektif dan efisien yang mengena pada tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh guru adalah
dengan menguasai berbagai teknik penyajian materi pembelajaran yang
sering disebut dengan metode mengajar”. Dengan demikian, metode
mengajar merupakan strategi pembelajaran yang digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
xi
Sebelum guru menerapkan suatu metode dalam proses pembelajaran,
terlebih dahulu guru harus sudah memahami karakteristik dari setiap metode
pembelajaran yang diterapkan tersebut. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
Sagala (2003:201) bahwa: “Setiap metode pembelajaran yang digunakan
bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai”. Oleh karena itu, dalam
rangka mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar guru
seharusnya mengerti akan fungsi dan langkah- langkah penerapan metode
pembelajaran tersebut. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya
dengan jelas dan terukur.
Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam setiap kali
pertemuan setelah melalui seleksi sesuai dengan kompetensi pembelajarran.
Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka
meningkatkan minat belajar siswa adalah metode demonstrasi. Metode
demonstrasi menurut Sagala (2003:210) adalah: “Pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata dan tiruannya”.
Pada kegiatan proses belajar mengajar (PBM) menunjukkan aktivitas
siswa dalam proses belajar-mengajar rendah dan bersifat pasif yaitu
cenderung hanya sebagai penerima saja. Siswa kelihatan tidak bersemangat
banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang disampaikan
guru. Siswa kurang berminat selama mengikuti proses pembelajaran, siswa
kurang berani mengemukakan pendapatnya bila diberi pertanyaan oleh guru.
xii
Proses kegiatan belajar mengajar didominasi dengan kegiatan mencatat di
papan tulis dan ceramah.
Melihat kondisi siswa ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa
masih rendah. Minat belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perasaan
senang, perhatian dan adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa
senang dan perhatian. Banyak hal yang menyebabkan kondisi di atas terjadi,
misalnya berasal dari diri pribadi siswa sendiri dan dari luar pribadi siswa
sendiri yang kemudian dapat mempengaruhi minat belajar siswa ketika
kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Beberapa contoh yang berasal
dari dalam pribadi siswa misalnya: siswa mengalami masalah pribadi yang
bisa menurunkan minat belajarnya, atau yang berasal dari luar pribadi siswa
misalnya: metode pembelajaran hanya ceramah dan mencatat di papan tulis
atau bahkan bisa berasal dari guru sendiri sebagai pemberi materi pelajaran.
Minat belajar siswa penting untuk ditingkatkan karena mempermudah
proses belajar serta untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Minat merupakan alat motivasi yang pokok karena proses
belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat. Menurut Sardiman
(2006:95) minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
“Menggunakan berbagai macam metode mengajar, membangkitkan adanya
suatu kebutuhan, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik”.
Selanjutnya, menurut Soekidjo (2003:59) bahwa: “Dalam proses
penyampaian materi pendidikan kepada sasaran pendidikan, di samping
xiii
kurikulum, maka metode dan alat pendidikan turut memegang peranan
penting karena bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya
mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan
yang digunakan”. Metode dan alat bantu pendidikan yang baik akan
mempermudah proses belajar dan mengajar.
Dalam proses pembelajaran, guru pada umumnya hanya menerapkan
metode ceramah yang menyebabkan siswa menjadi malas dalam belajar.
Demikian halnya kondisi pembelajaran pada SMP Negeri 2 Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara, dimana guru pada umumnya hanya menerapkan
metode pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi oleh guru dalam proses
pembelajaran di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ?
2. Bagaimana dampak penerapan metode demonstrasi terhadap minat belajar
siswa di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ?
3. Apa kendala guru dalam menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ?
xiv
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi oleh guru dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
2. Untuk mengetahui dampak penerapan metode demonstrasi terhadap minat
belajar siswa di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
3. Untuk mengetahui kendala guru dalam menerapkan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP
Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran terhadap penerapan metode demonstrasi oleh guru
dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Bagi guru hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menerapankan
metode demonstrasi untuk meningkatkan minat belajar siswa.
b. Bagi siswa
Bagi siswa hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan minat belajar mereka.
xv
c. Bagi peneliti
Bagi peneliti lainnya hasil penelitian ini nantinya dapat menambah
pengetahuan dalam rangka penerapan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran.
1.5. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah guru pernah menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran PKn di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ?
2. Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMP
Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ?
3. Apakah guru mengalami kendala dalam menerapkan metode demonstrasi
di dalam proses pembelajaran PKn di SMP Negeri 2 Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara ?
1.6. Defenisi Istilah
1. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi menurut Djamarah dan Aswan (2006:90) adalah:
“Cara penyajian materi pembelajaran dengan memperagakan atau
menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai
denganpenjelasan lisan”. Metode demonstrasi dalam penelitian ini
dimaksudkan adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
xvi
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata dan tiruannya.
2. Minat belajar siswa
Al-Mighwar (2006:113) mengatakan bahwa: “Minat adalah perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang
mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Cita- cita merupakan
perwujudan dari minat yang berkaitan dengan masa depan yang
direncanakan oleh seseorang dalam menentukan pilihannya”. Minat
belajar dalam penelitian ini dimaksudkan adalah keinginan siswa untuk
belajar dalam rangka meningkatkan prestasi belajar mereka.
xvii
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1. Hakekat Metode dalam Proses Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani metos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Oleh karena itu, Wahab (2007:36) mengatakan bahwa:
“Metode dianggap sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya terlihat
dalam belajar atau sebagai alat yang menjadikan mengajar menjadi efektif”.
Selanjutnya, Surachmad dalam Djamarah dan Aswan (2006:53) mengatakan
bahwa:
Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah proses pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik apabila tidak menguasai satupun
metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para
ahli psikologi dan ahli pendidikan.
Ditambahkan Surachmad dalam Djamarah dan Aswan (2006:89) bahwa:
“Penentuan dan pemilihan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru”. Menurut Wahab (2007:36)
metode yang baik memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Harus teliti atau cermat dan sungguh- sungguh.
2. Adanya kejujuran siswa, guru, dan penulis.
3. Artistik, guru dituntut untuk memiliki rasa kesesuaian dan ketidak
sesuaian.
4. Bersifat pribadi, dimana metode tersebut harus merupakan sesuatu
yang sudah disusun dan dikembangkan guru yang jauh dari basa basi
atau sekedar kegiatan rutin.
5. Metode harus berhubungan dengan pengalaman siswa.
6. Metode yang berhasil tidak nampak dan sulit digambarkan meliputi
guru dan siswa karena metode adalah suatu proses bukan tindakan.
xviii
Menurut Sudjana (1989:76) metode adalah: “Cara yang digunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran”. Dalam hal ini, metode ditetapkan oleh guru dengan
berpedoman pada tujuan pembelajaran dan bahan ajar yang akan diajarkan.
Oleh karena itu, metode pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian
dari strategi pembelajaran yang berfungsi untuk membantu efesiensi dalam
proses belajar mengajar. Lebih lanjut, Rusman (2011:6) mengatakan bahwa:
“Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi
dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
adalah suatu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang diinginkan serta dalam pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti anak didik, tujuan, situasi,
fasilitas, dan guru. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran di kelas, kemampuan
yang dimiliki peserta didik akan sangat ditentukan salah satunya oleh
penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dalam proses belajar mengajar
guru sebaiknya tidak hanya menguasai satu metode saja, akan tetapi perlu
xix
menguasai metode lainnya karena dalam proses pembelajaran diperlukan
metode bervariasi agar suasana belajar yang efektif.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar banyak menggunakan jenis metode
yang bisa digunakan oleh pendidik dalam menerangkan materi ajar kepada
siswa. Masing- masing jenis metode memiliki kemampuan sendiri- sendiri
dalam mengungkapkan dan menggambarkan bahan ajar yang disampaikan
guru. Begitu pula kualitas efeknya terhadap pemahaman siswa yang
ditimbulkan. Menurut Edgar Dale dalam Wibawa (1993:16) bahwa:
“Pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami,
mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak”. Kegiatan belajar akan
terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi
siswa ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya.
2.2. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Dalam rangka upaya meningkatkan minat belajar siswa, guru sedapat
mungkin dalam proses pembelajarannya menerapkan sejumlah metode untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kedudukan metode dalam
proses pembelajaran menurut Djamarah dan Aswan (2006:73) sebagai: “Alat
motivasi ekstrinsik, strategi pembelajaran, dan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. Dalam hal ini, motivasi ekstrinsik menurut Sardiman
(1988:90) adalah: “Motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar untuk membangkitkan gairah belajar seseorang”. Namun
xx
demikian, dalam penerapan metode oleh guru dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan kondisi dan suasana kelas serta tujuan pembelajaran.
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelegensi peserta didik, dalam
menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru daya serap
peserta didik cenderung variatif. Oleh karena itu, Rostiyah (1989:1)
mengatakan bahwa: “Guru harus memiliki strategi agar peserta didik dapat
belajar secara efektif dan efisien yang mengena pada tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh guru adalah
dengan menguasai berbagai teknik penyajian materi pembelajaran yang
sering disebut dengan metode mengajar”. Dengan demikian, metode
mengajar merupakan strategi pembelajaran yang digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran akan menjadi sulit dicapai oleh guru tanpa adanya
penerapan metode pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran harus
dapat menunjang upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru
harus memperhatikan nilai strategis, efektifitas, pemilihan, dan kegunaan
metode pembelajaran, serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Surachmad (1990:97) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
penerapan suatu metode dalam proses pembelajaran, yaitu: “(1) Peserta didik,
(2) Tujuan pembelajaran,(3) Situasi belajar,(4) Fasilitas belajar, dan(5)
Kompetensi guru”. Dari sekian banyak metode yang dapat diterapkan oleh
guru dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah metode demonstrasi.
xxi
Efektif tidaknya suatu penerapan metode dalam proses pembelajaran
harus menjadi perhatian utama dari seorang guru agar dapat mencapai tujuan.
Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:284) kata efektif mempunyai arti: “Ada efek, pengaruh atau
akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau
berhasil guna”. Menurut Hani Handoko (2003:7) efektivitas merupakan:
“Kemampuan untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.
Keefektifan bisa diartikan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari
suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu konsep yang lebih luas untuk
mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam pembelajaran, yaitu
kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Dimana metode
pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, siswa, situasi, fasilitas, dan
pengajar itu sendiri.
Menurut Sadiman dalam Trianto (2009:20) keefektifan pembelajaran
adalah: “Hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar”. Untuk mengetahui keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan
memberikan tes, karena dengan hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi
berbagai aspek proses pengajaran. Menurut Soemosasmito dalam Trianto
(2009:20) menyatakan bahwa:
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi
beberapa persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu:
xxii
1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap
KBM.
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa.
3. Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,
mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir(b), tanpa
mengabaikan butir (d).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keefektifan pembelajaran
adalah tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Keefektifan dari penggunaan metode pembelajaran resitasi dalam
pembelajaran ekonomi dapat dilihat dari tingkat kemandirian belajar dan hasil
belajar ekonomi. Jika tingkat kemandirian belajar dan hasil belajar ekonomi
yang menggunakan metode pembelajaran resitasi lebih tinggi dari yang tidak
menggunakan metode pembelajaran resitasi, maka metode pembelajaran
resitasi dikatakan efektif.
Menurut Sanjaya (2006:26) metode demonstrasi adalah: “Metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada
siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau
hanya sekadar tiruan”. Djamarah (2005:25) mengatakan metode demonstrasi
adalah: “Suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.
Roestiyah (2008:28) mengatakan metode demonstrasi adalah: “Cara mengajar
dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu
proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati
mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan guru tersebut”.
xxiii
Selanjutnya menurut Sagala (2006) bahwa metode demonstrasi adalah:
“Pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai
pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar,
dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu
proses atau cara kerja suatu benda secara nyata ataupun tiruan untuk
mencapai tujuan pengajaran dan dengan harapan siswa dapat
memahamibahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Dalam strategi pembelajaran, metode demonstrasi dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi menurut
Sagala (2006:26) adalah: “Untuk memperlihatkan suatu proses suatu
peristiwa sesuai meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk
dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas. Dengan penerapan metode
demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan
pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat
mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam metode
demostrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal-hal yang
didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui
prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang diajarkan.
xxiv
Menurut Daradjat dalam Martiningsih (2005:25) manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi adalah : “(1) Perhatian siswa dapat lebih
dipusatkan, (2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari, dan (3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa”. Langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi menurut Martiningsih (2005:25) adalah sebagai berikut:
1. Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya:
a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan.
b. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2. Langkah pelaksanaan demonstrasi:
a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsng
siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan
yang mengandung teka-teki, sehingga mendorong siswa untuk
tertarik memperhatikan demonstrasi.
b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana
yang menegangkan.
c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
itu.
3. Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan:
a. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami
proses demonstrasi tersebut.
xxv
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan,
demikian juga dengan metode demonstrasi. Menurut Sagala (2006:26)
metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain:
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
2. Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam
satu saluran pikiran yang sama.
3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam
waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan
waktu yang pendek.
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau menerangkan karena murid mendapatkan
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan, maka tidak merupakan
keterangan-keterangan yang banyak.
6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau
keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Menurut Sanjaya (2006:26) sebagai suatu metode pembelajaran
demostrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang diajarkan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tidak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pelajaran.
Kelemahan metode demonstrasi menurut Sagala (2006;26), antara lain:
1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan,
kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.
2. Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu sukar didapat.
xxvi
3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang
didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini
banyak diabaikan oleh siswa.
4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
5. Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang
sangat minimum.
6. Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan
berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau
yang sebenarnya.
7. Memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.
Menurut Sanjaya (2006:28) metode demonstrasi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal, sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan metode
ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi
guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Menurut Sagala (2006:28) ada berbagai cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi, antara lain:
1. Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai.
2. Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa, sehingga siswa
memperoleh pengertian dari gambaran yang benar, pembentukan
sikap dan kecakapan yang kritis.
3. Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan.
4. Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan
demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman
yang sama.
5. Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari
yang didemonstrasikan.
6. Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-
hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
xxvii
7. Menetapkan garis-garis besar/langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan.
Metode demonstrasi menurut Djamarah dan Aswan (2006:90) adalah:
“Cara penyajian materi pembelajaran dengan memperagakan atau
menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai
denganpenjelasan lisan”. Diharapkan, dengan penerapan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran proses penerimaan siswa terhadap materi
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga dapat membentuk
pengertian siswa dengan baik dan sempurna. Selanjutnya, Djamarah dan
Aswan (2006:91) menambahkan bahwa: “Metode demonstrasi baik
digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang hal- hal yang
berhubungan dengan proses mengatur, sesuatu, bekerjanya, mengerjakan atau
menggunakan, komponen- komponen pembentuk, membandingkan, dan
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu”.
Menurut Syah (2002:208) bahwa: “Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan”. Selanjutnya, Djamarah dan Aswan (2006:102) mengatakan
bahwa: “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran”.
xxviii
Namun demikian, metode demonstrasi memiliki kelebihan dan
kelemahan seperti metode- metode pembelajaran lainnya. Menurut Djamarah
dan Aswan (2006:91) kelebihan dan kelemahan dari metode demonstrasi
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan metode demonstrasi
1. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret, sehingga akan dapat emnghindari verbalisme (pemahaman
secara kata- kata atau kalimat).
2. Menjadikan siswa lebih mudah memahami tentang materi
pembelajaran yang diajarkan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
b. Kelemahan metode demonstrasi
1. Penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
memerlukan keterampilan khusus dari guru karena tanpa
pemahaman yang maksimal dari guru dapat menyebabkan
pelaksanaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
menjadi tidak efektif.
2. Fasilitas pembelajaran seperti peralatan, tempat, dan biaya yang
memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3. Penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang, disamping
memerlukan waktu yang cukup panjang dan terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
Metode demonstrasi sebagai salah satu metode pembelajaran digunakan
oleh guru untuk mempermudah penyampaian materi ajar kepada siswanya.
Menurut Sagala (2003:210) metode demonstrasi bertujuan untuk: “Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses pembelajaran
serta dapat mengambil kesimpulan- kesimpulan yang diharapkan”. Oleh
karena itu, setiap langkah pembelajaran yang didemonstrasikan tersebut dapat
xxix
dilihat dengan mudah oleh siswa dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
yang benar dan mudah dimengerti materi ajarnya.
Dalam demonstrasi, terutama dalam rangka mengembangkan sikap-
sikap guru perlu merencanakan pendekatan secara lebih berhati- hati dan
memerlukan kompetensi untuk membelajarkan siswa. Hal ini diperlukan
karena setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
demikian juga halnya dengan metode demonstrasi. Kelebihan metode
demonstrasi menurut Sagala (2003:211) adalah sebagai berikut:
1. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal- hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting tersebut
dapat diamati secara teliti.
2. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam
satu saluran pikiran yang sama.
3. Ekonomis dalam penggunaan waktu pembelajaran.
4. Dapat mengurangi kesalahan- kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan karena peserta didik
mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
5. Ekonomis dalam penjelasan guru, sehingga tidak harus menjelaskan
materi pembelajaran secara detail.
6. Dapat menjelaskan karagu- raguan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Sementara itu, kelemahan metode demonstrasi menurut Sagala (2003:212)
adalah sebagai berikut:
1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati secara keseluruhan benda atau peristiwa yang
didemonstrasikan, dan kadang- kadang terjadi perubahan yang tidak
terkontrol.
2. Sulitnya memperoleh alat- alat khusus yang diperlukan dalam
demonstrasi.
3. Peserta didik terkadang kurang memperhatikan hal- hal yang
didemonstrasikan.
4. Terkadang tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
5. Demonstrasi memerlukan waktu yang banyak, sedangkan hasil yang
diperoleh tidak maksimal.
xxx
6. Terkadang proses yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan hal
yang sebenarnya.
7. Kurang adanya ketelitian dan kesabaran pada saat demonstrasi
berlangsung.
Namun demikian, menurut Sagala (2003:212) ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan- kelemahan dari metode
demonstrasi, yaitu:
1. Guru harus menentukan terlebih dahulu kompetensi yang ingin
dicapai dari proses pembelajaran.
2. Guru harus mengarahkan proses demonstrasi, sehingga peserta didik
memperoleh pengertian dan gambaran yang benar serta
pembentukan sikap dan kecakapan praktis.
3. Pilih dan kumpulkan alat- alat demonstrasi yang akan dilaksanakan.
4. Usahakan agar seluruh peserta didik dapat mengikuti pelaksanaan
demonstrasi, sehingga dapat memperoleh pengertian dan
pemahaman yang sama.
5. Berikan pengertian yang jelas tentang landasan teori dari hal- hal
yang didemonstrasikan dan hindari pemakaian istilah yang tidak
dipahami oleh peserta didik.
6. Sedapat mungkin materi pelajaran yang didemonstrasikan merupakan
hal- hal yang bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Tetapkan garis- garis besar langkah- langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
2.3. Minat Belajar Siswa
Secara bahasa (1990:583) minat berarti: “Kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu”. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang
sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya,
tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan
pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di
antaranya yang dikemukakan Sardiman (2006:76) bahwa minat diartikan
xxxi
sebagai: “Suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhankebutuhannya sendiri”. Sedangkan menurut Pasaribu dan
Simanjuntak (1983:13) mengartikan minat sebagai: “Suatu motif yang
menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang
menariknya”. Selanjutnya menurut Daradjat, dkk (1995:15) mengartikan
minat adalah: “Kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang
berharga bagi orang”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang
dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan
seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Setiap siswa mempunyai minat dan kebutuhan masing- masing,
misalnya siswa di perkotaan berbeda minat dan kebutuhannya dengan siswa
yang tinggal di pedesaan. Oleh karena itu, menurut Sagala (2003:152) bahwa:
“Materi ajar dan cara penyajiannya sedapat mungkin disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan siswa tersebut karena sesuatu yang menarik minat dan
memenuhi kebutuhan siswa akan dapat menarik perhatian mereka, sehingga
menjadi bersungguh- sungguh dalam belajarnya”. Memang guru menyadari
bahwa tidak semua tindakannya dapat memenuhi minat dan kebutuhan siswa.
Dalam hal ini, minat dan cita- cita sangat berbeda dalam
implementasinya. Al-Mighwar (2006:113) mengatakan bahwa: “Minat adalah
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain
xxxii
yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Cita- cita merupakan
perwujudan dari minat yang berkaitan dengan masa depan yang direncanakan
oleh seseorang dalam menentukan pilihannya”. Dengan demikian, hal- hal
yang bukan menjadi objek minat dan cita- cita dari seseorang cenderung
dikesampingkan.
Minat atau cita- cita siswa sekolah menengah yang memasuki usia masa
remaja awal tentang sekolah banyak sipengaruhi oleh minat orang tua dan
kelompoknya. Ane Rose dalam Al-Mighwar (2006:116) menyatakan bahwa:
“Pola pendidikan orang tua yang dialami anak sejak masa kanak- kanak akan
mempengaruhi pola kebutuhannya, kemudian berpengaruh pula terhadap
jenis jabatan yang akan dipilihnya kelak”. Hal yang dikeluhkan oleh siswa
sekolah menengah pada umumnya adalah masalah sekolah sekolah, pekerjaan
rumah, kursus- kursus wajib, makan di kantin, dan manajemen sekolah.
Mereka bersikap kritis terhadap guru- guru dan cara mengajarnya.
Pada umumnya, siswa sekolah menengah menurut Al-Mighwar
(2006:104) bahwa: “Siswa lebih menaruh minat pada pelajaran- pelajaran
yang nantinya akan bermanfaat dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya”.
Di antara siswa ada yang tidak berminat terhadap pendidikan, bahkan
membenci sekolah. Hal ini menurut Al-Mighwar (2006:104) terdapat pada:
“(1) Siswa yang orang tuanya memiliki cita- cita tinggi yang tidak realistis
terhadap prestasi akademiknya, (2) Siswa yang kurang diterima oleh teman-
teman sekelasnya, dan (3) Siswa yang matang lebih awal fisiknya jauh lebih
xxxiii
besar dibandingkan teman- teman sekelasnya dan selalu dijadikan contoh
oleh gurunya”.
Selanjutnya, Al-Mighwar (2006:105) menunjukkan ciri- ciri siswa
yang kurang menyenangi pendidikan ini adalah sebagai berikut:
“Berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata
pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukainya, membolos dan
berusaha memperoleh izin dari orang tuanya untuk berhenti sekolah
sebelum waktunya, dan berhenti sekolah di kelas terakhir tanpa merasa
perlunya ijazah”.
Menurut Dalyono (2001:56) bahwa: “Minat dapat timbul karena daya
tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari”. Minat yang besar
terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau
memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Menurut Djamarah dan
Aswan (2006:167) bahwa: “Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas
belajar, dimana anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran
akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik
baginya”.
Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai minat. Minat
merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan
belajar anak didik dalam kurun waktu tertentu. Melihat dari pendapat di
atas, maka minat penting untuk ditingkatkan karena mempermudah proses
belajar siswa dan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi dari
xxxiv
sebelumnya. Minat merupakan variabel penting yang berpengaruh terhadap
tercapainya prestasi atau cita- cita yang diharapkan seperti yang
dikemukakan Effendi (1995:15) bahwa: “Belajar dengan minat akan lebih
baik dari pada belajar tanpa minat”.
Dengan demikian, aktivitas belajar siswa perlu disertai dengan minat
belajar yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Minat belajar yang tinggi akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
2.4. Fungsi Minat Belajar dalam Proses Pembelajaran
Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai
perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang
dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Minat terdiri dari banyak unsur, yaitu perhatian, perasaan, dan
motif .
1. Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan
hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar.
Menurut Suryabrata (2002:14) perhatian adalah: “Banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. Kemudian
Sumanto (1984:32) berpendapat bahwa: “Perhatian adalah pemusatan
tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau
pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas”.
xxxv
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan
prestasinya pun akan lebih tinggi. Oleh karena itu, sebagai seorang guru
harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya, sehingga
mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya. Orang
yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang
besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas
tersebut. Oleh karena itu, seorang siswa yang mempunyai perhatian
terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh
nilai yang bagus yaitu dengan belajar.
2. Perasaan
Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap
pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Menurut Suryabrata (2002:66)
perasaan didefinisikan sebagai: “Gejala psikis yang bersifat subjektif yang
umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam
kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf”. Setiap aktivitas dan
pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik
perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya
bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul
karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan
sesuatu.
Selanjutnya, menurut Winkel (1983:30) perasaan merupakan: “Aktivitas
psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek”.
Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus berpengaruh
xxxvi
terhadap semangat belajar. Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang
agak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar di sekolah,
dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul
perasaan senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif maka
timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan minat,
yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak
senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang
positif, sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
3. Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut Sardiman (2006:73) motif dapat dikatakan
sebagai: “Daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan”. Selanjutnya,
menurut Suryabrata (2002:32) motif adalah: “Keadaan dalam pribadi
orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas- aktivitas
tertentu guna mencari suatu tujuan”.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Dalam hal ini, motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong
seseorang untuk belajar dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan
waktu tertentu. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi
pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-
xxxvii
apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak
didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu, guru harus bisa membangkitkan minat anak didik,
sehingga anak didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar,
tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan karena seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang
menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya.
Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan
minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang
mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap
sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang
gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika
seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, maka ia akan cepat dapat mengerti
dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Wahid (1998:109) sebagai
berikut:
xxxviii
1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita- cita.
Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga, maka cita-
citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedangkan
anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya
menjadi dokter.
2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk
belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang
hujan.
3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi
pelajaran, akan tetapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan
jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya
daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas
minat mereka.
4. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak- kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal
akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini
terwujud, maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa
karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela dan apabila
minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa
sampai mati.
Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, menurut Gie
(2004:57) minat mempunyai peranan dalam: “Melahirkan perhatian yang
serta merta memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah
gangguan perhatian dari luar”. Oleh karena itu, minat mempunyai pengaruh
yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan
sebaik- baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan apabila
bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan
disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force, yaitu
sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat
xxxix
kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar berbeda
dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya
tergerak untuk mau belajar, tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada
pendorongnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam
belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran, sehingga
akan mendorong ia untuk terus belajar.
Proses interaksi antara siswa dengan gurunya akan menghasilkan
persepsi siswa mengenai sosok guru yang di kenalnya. Siswa menganggap
guru sebagai figur yang menarik dan menyenangkan, sehingga hal ini akan
meningkatkan minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran yang diampunya.
Dalam hal ini, Djamarah dan Aswan (2006:166) mengatakan bahwa: “Minat
merupakan rasa senang dan ketertarikan pada suatu hal yang ditimbulkan dari
hasil interaksi yang diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu
kegiatan, seperti memberikan perhatian yang lebih besar terhadap gurunya
terutama ketika mengikuti pelajaran”. Siswa akan lebih termotivasi jika
dalam dirinya tumbuh minat yang kuat.
Lebih lanjut, Baharuddin (2007:138) mengatakan bahwa: “Suatu
kegiatan akan menghasilkan sesuatu yang positif jika disertai oleh perasaan
positif”. Menurut Djamarah dan Aswan (2006:166) minat berarti:
“Kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas”.
Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu
secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Sujanto (2004:92) minat
sebagai: “Sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir
xl
dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan
perhatian.
Witherington dalam Buchori (1991:135) berpendapat bahwa: “Minat
merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal, atau
situasi yang bersangkutan dengan dirinya”. Selanjutnya, minat harus
dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul
dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Hal ini menunjukkan
adanya unsur perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu. Menurut
Djaali (2007:121) minat adalah: “Rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”.
Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat
akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa
senang pada sesuatu. Slameto (1995:57) berpendapat bahwa: “Minat sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai
rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perasaan
senang yang menyertai minat seseorang.
Melihat beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-
ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya
perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat
dari rasa senang, dan perhatian.
1. Perasaan senang.
xli
Menurut Ahmadi (1991:36) perasaan adalah: “Peryataan jiwa yang sedikit
banyak bersifat subyektif dalam merasakan senang atau tidak senang.
Sementara itu, menurut Suryabrata (2002:66) perasaan adalah: “Gejala
psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-
gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang
dalam berbagai taraf. Penilaian subjek terhadap sesuatu objek membentuk
perasaan subjek yang bersangkutan. Oleh karena itu, perasaan pada
umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenai, artinya perasaan dapat
timbul karena mengamati, menanggap, membayangkan, mengingat atau
memikirkan sesuatu.
2. Perhatian.
Menurut Suryabrata (2002:14) bahwa perhatian adalah: “Pemusatan tenaga
psikis tertuju kepada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. Selanjutnya, menurut
Baharudin (2007:178) bahwa perhatian merupakan: “Pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu
sekumpulan objek”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perhatian merupakan pemusatan yang ditujukan kepada suatu objek.
3. Aktivitas.
Menurut Ali (1996:26) bahwa aktivitas adalah: “Keaktifan atau kegiatan”.
Aktivitas yang dimaksud adalah keaktifan atau partisipasi langsung dalam
suatu kegiatan. Pendapat ini didukung oleh Suryabrata (2002:72) bahwa
aktivitas adalah: banyak sedikitnya orang menyatakan diri dan
xlii
menjelmakan perasaan dan pikiran- pikirannya dalam tindakan yang
spontan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
merupakan perilaku yang aktif dalam melakukan tindakan yang
merupakan penjelmaan dari perasaan.
2.5. Beberapa Keunggulan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat
Belajar
Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
meningkatkan minat belajar siswa, sehingga guru diharapkan dapat
menerapkannya sedemikian rupa agar efektif diterapkan dalam proses belajar
mengajar. Demikian halnya dengan penerapan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran. Menurut Muhibbin Syah (2002:208) metode
demonstrasi adalah: “Metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan”.
Menurut Djamarah (2002:102), metode demonstrasi adalah: “Metode
yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Darwin Syah
(2007:152), metode demonstrasi adalah: “Cara yang digunakan dalam
penyajian pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat,
mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun
tiruan atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang
mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan”.
xliii
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun tiruan. Sebagai metode
penyajian, metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar
memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkret. Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah menurut
Muhibin Syah (2002:209) adalah sebagai berikut: “(1) Perhatian siswa dapat
lebih dipusatkan pada materi pelajaran, (2) Proses belajar siswa lebih terarah
pada materi yang sedang dipelajari, dan (3) Pengalaman dan kesan sebagai
hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa”.
Menurut Darwin Syah (2007:152) ada beberapa dasar pertimbangan
dalam pemilihan metode demonstrasi sebagai berikut: “(1) Mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu
proses pembelajaran, membuat sesuatu, atau menggunakan komponen-
komponen sesuatu, (2) Membandingkan suatu cara mengajar dengan cara
lain, (3) Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu, dan (4) Ingin
menunjukkan suatu keterampilan”.
Sementara itu, Menurut S. Nasution dalam Muhibbin Syah (2002:210)
yang secara khusus menyoroti manfaat metode demonstrasi dengan
menggunakan alat peraga berpendapat, bahwa metode ini dapat: (1)
Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan
peragaan pembelajaran, (2) Menghemat waktu belajar di kelas, (3)
xliv
Menjadikan hasil yang mantap dan permanen, (4) Membangkitkan minat dan
aktivitas belajar siswa, dan (5) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan
jelas”.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa meningkat dengan indikasi
kegiatan pembelajaran membuat siswa merasa senang, perhatian siswa juga
menjadi terpusat pada kegiatan pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran, karena proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan sehingga penyampaian materi dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Minat belajar siswa meningkat maka diharapkan prestasi belajar
siswa juga akan mengalami peningkatan.
Selain itu, pembelajaran dengan metode demonstrasi terbukti mampu
meningkatkan perhatian, perasaan senang dan aktivitas siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran perbaikan sistem kopling. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan
pembelajaran pemeliharaan sistem kopling memberikan kesan yang
mendalam bagi siswa. Perhatian siswa tertuju pada kegiatan pembelajaran
dan mampu memberikan gambaran langsung tentang sistem kopling.
Kemampuan guru dalam penggunaan metode pembelajaran khususnya
metode demonstrasi hendaknya ditingkatkan agar siswa lebih berminat dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Selanjutnya, kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah dan Tanya jawab belum mampu memberikan peningkatan minat
xlv
belajar yang signifikan. Siswa kurang berminat dalam mengikuti proses
pembelajaran sistem kopling. Perhatian siswa hanya tertuju pada guru dan
papan tulis. Aktivitas siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan.
Siswa hanya sebagai penerima dan seringkali penjelasan guru kurang dapat
diserap dengan baik oleh siswa. Masih banyak siswa yang bermain HP,
berbicara sendiri dan membuat gaduh suasana pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga perlu variasi dalam proses pembelajaran salah satunya
dengan penggunaan metode pembelajaran demonstrasi.
xlvi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu pendekatan penelitian
untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan prosedur penelitian. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Arikunto (2003:23) yang mengatakan bahwa:
“Pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian, juga
menunjukkan jenis dan tipe penelitian”. Pendekatan dalam penelitian ini
adalah kualitatif untuk menentukan variabel yang akan diteliti. Menurut
Moleong (2006:6) penelitian kualitatif adalah: “Penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
Selanjutnya, menurut Syaodih (2006:13) bahwa: “Penelitian kualitatif
merupakan jenis pendekatan yang menghasilkan penemuan- penemuan yang
tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur- prosedur statistik
atau cara- cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif karena hanya ingin mendeskripsikan
tentang: Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP
Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Hal ini sebagaimana dikatakan
xlvii
oleh Arikunto (2003:310) bahwa: “Penelitian deskripsi tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi hanya menggambarkan suatu
variabel, gejala, atau keadaan”. Juga, Sudjana (2005:52) mengatakan bahwa:
“Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian suatu kondisi, suatu pemikiran,
atau suatu peristiwa pada masa sekarang ini yang bertujuan untuk membuat
deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta,
sifat, dan hubungan antara fenomena yang diselidiki”. Dalam hal ini, peneliti
ingin menggambarkan secara lebih jelas tentang Penerapan Metode
Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh
Utara dan yang menjadi sumber datanya adalah dua orang guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh
Utara.
SMP Negeri 2 Jambo Aye terletak di Jalan Tgk. Chik Ditunong
Gampong Tanjong Ara Pantonlabu Kabupaten Aceh Utara dinegerikan pada
20 November 1984 yang terdiri dari 15 ruang dengan jumlah guru tetap 17
orang terdiri dari 6 orang pria dan 11 orang wanita dan guru tidak tetap 18
orang terdiri dari 5 orang pria dan 13 orang wanita serta pegawai tetap 4
orang yang terdiri dari 3 orang pria dan 1 orang wanita dan pegawai tidak
tetap 4 orang terdiri dari 2 orang pria dan 2 orang wanita. Saat ini SMP
xlviii
Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara memiliki jumlah siswa sebanyak
422 orang siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2. Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Jambo Aye Aceh Utara
Kelas Kelas Paralel Laki-laki Perempuan Jlh Siswa
VII 5 78 72 150
VIII 5 52 60 112
IX 5 82 78 160
Total: 15 212 210 422
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, yaitu mulai tanggal 5 Februari
2013 sampai 5 Maret 2013.
3.3. Subjek Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki subjek yang akan diteliti. Subjek dalam
penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada SMP
Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 2 orang.
Sementara itu, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah: Penerapan
Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2 Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen
wawancara. Menurut Moleong (2006:186) wawancara adalah: “Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-
keterangan lisan melalui bercakap- cakap dengan maksud tertentu yang
xlix
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban/keterangan pada peneliti”.
Oleh karena itu, wawancara secara mendalam dilakukan dengan kedua
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada SMP Negeri 2 Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara untuk memperoleh informasi tentang: Penerapan
Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2 Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara.
3.5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui wawancara langsung dengan
informan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Menurut Miles dan
Huberman dalam Salim (2006:20) menyebutkan ada tiga langkah analisis
data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi data.
Reduksi, yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti pada proses dan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalamnya.
2. Penyajian data.
Penyajian data dimaksudkan, dimana peneliti mengembangkan
sebuah informasi deskripsi untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi.
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisis
data.
l
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan surat pengantar dari pihak
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala,
kemudian peneliti meneruskan surat dari fakultas tersebut ke Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara untuk meminta izin
penelitian ke SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan
permasalahan penelitian ini.
Setelah keluarnya surat izin dari dinas ini peneliti selanjutnya menemui
kepala sekolah untuk mendapatkan izin pengumpulan data dari sekolah
tersebut. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan (tanggal 05 Februari-05
Maret 2013) melalui wawancara langsung yang dilakukan secara mendalam
dengan 2 orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menjadi
informan dalam penelitian ini.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Pembelajaran
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian pertama, yaitu apakah guru
selalu menerapkan metode mengajar dalam setiap proses pembelajaran PKn
di SMP Negeri 2 Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara ? Dari dua orang guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini
li
diperoleh jawaban sebagai berikut: LN dan Zul menjawab bahwa: “Ya, guru
selalu menerapkan metode mengajar dalam proses pembelajaran”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kedua, yaitu metode
mengajar apakah yang sering digunakan oleh guru dalam setiap proses
pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai
berikut: LN menjawab bahwa: “Bentuk metode mengajar yang sering
diterapkan guru dalam proses pembelajaran adalah diskusi, kelompok, dan
demonstrasi” dan Zul menjawab bahwa: “Bentuk metode mengajar yang
sering diterapkan guru dalam proses pembelajaran adalah bentuk teori,
pembentukan kelompok, dan demonstrasi”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian ketiga, yaitu apakah guru
menguasai semua metode mengajar yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai
berikut: LN menjawab bahwa: “Ya, menguasai metode mengajar dalam
proses pembelajaran” dan Zul menjawab bahwa: “Tidak semua menguasai
metode mengajar dalam proses pembelajaran”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian keempat, yaitu apakah guru
pernah menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ?
Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai
dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut: LN dan Zul
menjawab bahwa: “Ya, pernah menerapkan metode demonstrasi dalam proses
lii
pembelajaran dan dapat menyenangkan siswa”. Dengan demikian, terlihat
bahwa guru pernah menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk meningkatkan minat
belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kelima, yaitu bagaimana
guru menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ? Dari
dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai
dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut: LN menjawab bahwa:
“Strategi penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran adalah
dengan membagi siswa dalam kelompok” dan Zul menjawab bahwa:
“Strategi penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran adalah
dengan memperlihatkan suatu gambar dari suatu kejadian”. Menurut peneliti
sebaiknya penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran harus
memperhatikan materi dan kompetensi yang hendak dicapai dari pelajaran
tersebut.
4.2.2. Dampak Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Minat Belajar Siswa
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian pertama, yaitu bagaimana
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn ? Dari dua orang guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini
diperoleh jawaban sebagai berikut: LN menjawab bahwa: “Minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat
menyenangkan” dan Zul menjawab bahwa: “Penerapan metode demonstrasi
liii
dalam proses pembelajaran dapat menarik minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kedua, yaitu apa upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran
PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut: LN
menjawab bahwa: LN menjawab bahwa: “Membuat diskusi kelompok,
selanjutnya perkelompok mempresentasikan ke depan” dan Zul menjawab
bahwa: “Praktek dalam melakukan sebuah permasalahan. Contoh:
Menerapkan hukum atau memutuskan suatu perkara pada pengadilan”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian ketiga, yaitu apakah melalui
penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai
berikut: LN menjawab bahwa: “Minat belajar siswa semakin kreatif, efektif,
dan menyenangkan” dan Zul menjawab bahwa: “Ya, minat belajar siswa
meningkat dengan penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian keempat, yaitu bagaimana
peningkatan minat belajara siswa pada mata pelajaran PKn setelah guru
menerapkan metode demonstrasi dalam setiap proses pembelajaran ? Dari dua
orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam
penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut: LN menjawab bahwa:
liv
“Peningkatan minat belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) amat
menarik” dan Zul menjawab bahwa: “Peningkatan minat belajar siswa
melalui penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tertarik”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kelima, yaitu apakah
menurut guru penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
efektif digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata
pelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut:
LN dan Zul menjawab bahwa: “Ya, efektif penerapan metode demonstrasi
untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)”.
4.2.3. Kendala Guru Menerapkan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian pertama, yaitu apakah guru
pernah mengalami kendala menerapkan metode domonstrasi dalam proses
pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh jawaban sebagai
berikut: LN dan Zul menjawab bahwa: “Pernah mengalami kendala dalam
menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)”.
lv
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kedua, yaitu kendala seperti
apakah yang pernah bapak/ibu alami menerapkan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh
jawaban sebagai berikut: LN menjawab bahwa: “Bentuk kendala yang
dialami guru menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah waktunya terbatas” dan Zul
menjawab bahwa: “Bentuk kendala yang dialami guru menerapkan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
adalah banyak menghabiskan waktu”. Hal ini berarti bahwa penerapan
metode demonstrasi dalam proses pembelajaran memerlukan waktu yang
banyak.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian ketiga, yaitu apakah bentuk
kendala yang dialami guru menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran PKn tersebut bersifat internal atau eksternal ? Dari dua orang
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam
penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut: LN dan Zul menjawab
bahwa: “Kendala yang dialami dalam menerapkan metode demonstrasi secara
internal adalah suasana tidak tenang dalam belajar, sedangkan secara
eksternal adalah sukar dalam mencari bahan”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian keempat, yaitu bagaimana
upaya guru untuk mengatasi kendala penerapan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan
lvi
Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh
jawaban sebagai berikut: LN dan Zul menjawab bahwa: “Membuat anak lebih
kreatif untuk mencari bahan-bahan tambahan dalam materi pelajaran”.
Sehubungan dengan pertanyaan penelitian kelima, yaitu apakah upaya
tersebut efektif untuk mengatasi kendala penerapan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran PKn ? Dari dua orang guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang diwawancarai dalam penelitian ini diperoleh
jawaban sebagai berikut: LN menjawab bahwa: “Upaya guru untuk mengatasi
kendala penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) efektif” dan Zul menjawab bahwa:
“Upaya guru untuk mengatasi kendala penerapan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak begitu
efektif”. Hal ini berarti bahwa di antara kedua guru Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut terjadinya pertentangan pendapat tentang upaya
mengatasi kendala penerapan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Pembelajaran
Dari hasil penelitian pertanyaan pertama sampai kelima ditemukan
bahwa guru selalu menerapkan metode mengajar dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, ditemukan bahwa bentuk metode mengajar yang sering
diterapkan guru dalam proses pembelajaran adalah teori, diskusi, kelompok,
lvii
dan demonstrasi. Guru menguasai metode mengajar dalam proses
pembelajaran, tetapi tidak semuanya. Guru pernah menerapkan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran dan dapat menyenangkan siswa.
Strategi penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran adalah
dengan membagi siswa dalam kelompok dan memperlihatkan suatu gambar
dari suatu kejadian.
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran di kelas, kemampuan
yang dimiliki peserta didik akan sangat ditentukan salah satunya oleh
penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dalam proses belajar mengajar
guru sebaiknya tidak hanya menguasai satu metode saja, akan tetapi perlu
menguasai metode lainnya karena dalam proses pembelajaran diperlukan
metode bervariasi agar suasana belajar yang efektif.
Metode demonstrasi menurut Djamarah dan Aswan (2006:90) adalah:
“Cara penyajian materi pembelajaran dengan memperagakan atau
menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai
denganpenjelasan lisan”. Diharapkan, dengan penerapan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran proses penerimaan siswa terhadap materi
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga dapat membentuk
pengertian siswa dengan baik dan sempurna. Selanjutnya, Djamarah dan
Aswan (2006:91) menambahkan bahwa: “Metode demonstrasi baik
lviii
digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang hal- hal yang
berhubungan dengan proses mengatur, sesuatu, bekerjanya, mengerjakan atau
menggunakan, komponen- komponen pembentuk, membandingkan, dan
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu”. Dengan demikian, hasil
wawancara peneliti dengan informan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
dapat terjawab.
4.3.2. Dampak Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Minat Belajar Siswa
Dari hasil penelitian pertanyaan pertama sampai kelima ditemukan
bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) melalui penerapan metode demonstrasi sangat
menyenangkan dan menarik. Upaya guru untuk meningkatkan minat belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
dengan membuat diskusi kelompok dan perkelompok mempresentasikan ke
depan. Selanjutnya dengan praktek dalam melakukan sebuah permasalahan.
Contoh: Menerapkan hukum atau memutuskan suatu perkara pada
pengadilan.
Minat belajar siswa meningkat, semakin kreatif, efektif, dan
menyenangkan dengan penerapan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Peningkatan minat belajar
siswa melalui penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) amat menarik. Penerapan metode
lix
demonstrasi untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat efektif.
Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab
dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian
minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya
yang dikemukakan Sardiman (2006:76) bahwa minat diartikan sebagai:
“Suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat lixymbo-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhankebutuhannya sendiri”. Sedangkan menurut Pasaribu dan
Simanjuntak (1983:13) mengartikan minat sebagai: “Suatu motif yang
menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang
menariknya”. Selanjutnya menurut Daradjat, dkk (1995:15) mengartikan
minat adalah: “Kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang
berharga bagi orang”.
Proses belajar akan berjalan apabila disertai minat. Minat
merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan
kegairahan belajar anak didik dalam kurun waktu tertentu. Melihat dari
pendapat di atas, maka minat penting untuk ditingkatkan karena
mempermudah proses belajar siswa dan untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi dari sebelumnya. Minat merupakan variabel penting yang
berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita- cita yang diharapkan
seperti yang dikemukakan Effendi (1995:15) bahwa: “Belajar dengan
lx
minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat”. Oleh karena itu,
guru dalam proses pembelajaran harus mampu meningkatkan minat
belajar siswa secara optimal.
4.3.3. Kendala Guru Menerapkan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
Dari hasil penelitian pertanyaan pertama sampai kelima ditemukan
bahwa guru pernah mengalami kendala menerapkan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Bentuk
kendala yang dialami guru menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah waktunya terbatas
karena banyak menghabiskan waktu. Kendala yang dialami dalam
menerapkan metode demonstrasi secara internal adalah suasana tidak tenang
dalam belajar, sedangkan secara eksternal adalah sukar dalam mencari bahan.
Upaya guru untuk mengatasi kendala penerapan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
dengan membuat anak lebih kreatif untuk mencari bahan-bahan tambahan
dalam materi pelajaran. Upaya guru untuk mengatasi kendala penerapan
metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) efektif walaupun kadang tidak begitu efektif.
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran di kelas, kemampuan
yang dimiliki peserta didik akan sangat ditentukan salah satunya oleh
penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Agar tujuan
lxi
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dalam proses belajar mengajar
guru sebaiknya tidak hanya menguasai satu metode saja, akan tetapi perlu
menguasai metode lainnya karena dalam proses pembelajaran diperlukan
metode bervariasi agar suasana belajar yang efektif.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar banyak menggunakan jenis metode
yang bisa digunakan oleh pendidik dalam menerangkan materi ajar kepada
siswa. Masing- masing jenis metode memiliki kemampuan sendiri- sendiri
dalam mengungkapkan dan menggambarkan bahan ajar yang disampaikan
guru. Begitu pula kualitas efeknya terhadap pemahaman siswa yang
ditimbulkan. Menurut Edgar Dale dalam Wibawa (1993:16) bahwa:
“Pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami,
mengingat, dan menerapkan berbagai abstrak”. Kegiatan belajar akan terasa
lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa
ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya. Pada akhirnya,
penerapan suatu metode dalam proses pembelajaran harus disesuai dengan
materi dan tujuan pembelajaran itu sendiri agar tidak mengalami kendala
dalam penerapannya. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan
sebelumnya dalam penelitian ini terjawab dengan adnya hasil penelitian ini,
sehingga penelitian ini dapat diterima.
lxii
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode demonstrasi oleh guru dalam proses pembelajaran sudah
sangat efektif karena dapat memotivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2. Dampak penerapan metode demonstrasi terhadap minat belajar siswa
adalah sangat positif, dimana siswa menjadi lebih semangat dalam belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
3. Kendala guru dalam menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran adalah terbatasnya waktu dan sulitnya menemukan bahan-
bahan pelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
5.2. Saran
Atas dasar simpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat melengkapi fasilitas belajar
yang lebih lengkap untuk mendukung proses belajar mengajar agar dapat
berjalan secara lebih efektif.
lxiii
2. Diharapkan kepada guru agar dapat lebih meningkatkan kualitas mengajar
mereka, sehingga dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar
kepada siswa dalam proses pembelajaran.
lxiv
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. (Suatu pendekatan praktis).
Jakarta: Rineka Cipta.
Al- Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Petunjuk bagi orang tua dan
guru. Bandung: Pustaka Setia.
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Buchori. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Aksara Baru.
Balai Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi II). Jakarta: Balai
Pustaka.
Daradjat, Zakiah, dkk. 1995. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Efendi. 1995. Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gie, The Liang. 2004. Cara Belajar yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Moleong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pasaribu dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Rostiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
lxv
Rusman. 2011. Model Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet.2. Jakarta:
Rajawali Press.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Asdi Mahasatya.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Balai
Pustaka.
Surachmad, Winarno. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Dasar dan
teknik metodologi pengajaran. Bandung: Tarsito.
Suyabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sumanto, Wasty. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model Model Mengajar IPS. Bandung:
Alfabeta.
Wibawa, Basuki. 1993. Media Pengajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.
Gramedia.
Wahid, Abdul. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
lxvi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
Nama : Nurjani
NIM : 1006101130023
Tempat/Tanggal Lahir : Meunasah Bujok, 1 Juni 1965
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Seuneudon, Desa Meunasah Bujok, Baktiya, A.
Utara
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Abdul Gani
Nama Ibu : Ainsyah
3. Identitas Keluarga
Nama Suami : Bani Amin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Seuneudon, Desa Meunasah Bujok, Baktiya, A.
Utara
4. Riwayat Pendidikan
SD Negeri Pantee Breuh, tamat tahun 1978
SMP Negeri 1 Tanah Jambo Aye, tamat tahun 1982
SMA Negeri 1 Tanah Jambo Aye, tamat tahun 1985
D-II PKK FKIP Unsyiah, tamat tahun 1988
S1 PPKn FKIP Unsyiah, masuk tahun 2010
Demikianlah DAFTAR RIWAYAT HIDUP ini saya buat dengan sebenar-
benarnya agar dapat dipergunakan di mana perlu.
Baktiya, 01 Juli 2013
Nurjani
lxvii
PEDOMAN WAWANCARA
A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Pembelajaran
1. Apakah bapak/ibu guru selalu menerapkan metode mengajar dalam proses
pembelajaran PKn ?
2. Metode mengajar apakah yang sering bapak gunakan dalam proses
pembelajaran PKn ?
3. Apakah bapak/ibu guru menguasai semua metode mengajar yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran PKn ?
4. Apakah bapak/ibu guru pernah menerapkan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran PKn ?
5. Bagaimana bapak/ibu menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran PKn ?
B. Dampak Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Minat Belajar Siswa
1. Bagaimana minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn ?
2. Apa upaya yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa
pada mata pelajaran PKn ?
3. Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat
belajar siswa pada mata pelajaran PKn ?
4. Bagaimana peningkatan minat belajaran siswa pada mata pelajaran PKn
setelah bapak/ibu guru menerapkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran ?
5. Apakah menurut bapak/ibu guru penerapan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran efektif digunakan untuk meningkatkan minat belajar
siswa pada mata pelajaran PKn ?
C. Kendala Guru Menerapkan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
1. Apakah bapak/ibu guru pernah mengalami kendala menerapkan metode
domonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ?
2. Kendala seperti apakah yang pernah bapak/ibu alami menerapkan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ?
3. Apakah kendala yang bapak/ibu alami menerapkan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran PKn tersebut bersifat internal atau eksternal ?
4. Bagaimana upaya bapak/ibu untuk mengatasi kendala penerapan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ?
5. Apakah upaya tersebut efektif untuk mengatasi kendala penerapan metode
demonstrasi dalam proses pembelajaran PKn ?