ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
26 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN INFLASI
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN KABUPATEN MAROS
PERIODE 2010-2017
Oleh :
Silviana Retu Daton
Email: [email protected]
Pembimbing I:
Haeruddin Saleh
Email: [email protected]
Pembimbing II:
Herminawaty
Email: [email protected]
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Bosowa Makassar
ABSTRACT
SILVIANA RETU DATON.2019.Scription. The Effect of the Human
Development Index (HDI) and Inflation on the Poverty Rate of Maros Regency was
guided by Dr. Haeruddin Saleh, SE., M.Si. and Dr. Hj. Herminawaty A, SE., M.Si.
This study aims to analyze the effect of the Human Development Index
(HDI) and Inflation Against Poverty Rate in Maros Regency for the Period of
2010-2017. The data used in this study are secondary data in the form of financial
statements in Maros Regency in 2010-2017.The data analysis technique used is
descriptive analysis and multiple linear regression and hypothesis testing using t-
statistics to test the significance of the effect with a significance level of 5%. It also
carried out a simultaneous test (F test) to determine the effect together the
influence of independent variables on the dependent variable. While the
determination test is done to measure how far the ability of the model in explaining
the variation of the dependent variable.
The results of this study indicate that partially the HDI variable has a
significant negative effect on the poverty level variable in Maros district in 2010-
2017. Inflation variable has a positive and significant effect on the poverty level
variable in Maros district in 2010-2017. Simultaneously the HDI variable and
inflation significantly influence the poverty level in Maros district in 2010-2017.
Based on the test of determination of independent variables have the ability of the
model in explaining the variation of the dependent variable by 95.2% while the
remaining 4.8% is influenced by other factors not included in this study.
--------------- Keywords: HDI, Inflation and Poverty Rate
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
27 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan permasalahan umum yang terjadi di Negara
berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Kemiskinan yang terjadi dalam
suatu Negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius,
karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami
kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Indonesia adalah Negara
yang tergolong masih berkembang dan kemiskinan merupakan masalah yang
masih menjadi perhatian. Kondisi kemiskinan suatu Negara atau daerah juga
merupakan cerminan dari tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggal pada
Negara/daerah tersebut (Christianto, 2013). Indonesia adalah Negara yang
tergolong masih berkembang dan kemiskinan merupakan masalah yang masih
menarik perhatian. Bappenas (2010) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu
kondisi dimana seseorang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
sampai taraf tertentu yang dianggap manusiawi.
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi kemiskinan tinggi
disaat terjadi krisis ekonomi di Asia. Faktor utama yang memicu kemiskinan
di Indonesia adalah inflasi Indonesia yang relatief tinggi dibandingkan dengan
Negara lain dan cendrung berfluktuasi. Bangsa Indonesia perlu mewaspadai
kondisi kemiskinan yang terjadi saat ini. Walaupun secara statistik tahun 2012
terjadi penurunan kemiskinan menjadi 28,59 juta orang atau 11,6 persen secara
kualitas kemiskinan justru mengalami involusi dan cendrung semakin kronis.
Badan Pusat Statistik mencatat, indeks keparahan pada Maret 2012 sebesar
0,36. Padahal, pada semptember 2012 menjadi 0,61. Kenaikan indeks ini
menunjukan dua hal, yaitu semakin melebarnya kesenjangan antar penduduk
miskin dan juga semakin rendahnya daya beli dari masyarakat kelompok
miskin karena ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup sampai dengan batas pengeluaran garis kemiskinan yang hanya sebesar
Rp 259.520 perbulan. (BPS, 2016).
Salah satu tujuan utama Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sejatera bebas dari belenggu
kemiskinan. Hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
28 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
1945 alinea ke empat, mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah
Republik Indonesia adalah “memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dalam menyusun
rencana pembangunan menjadikan penurunan tingkat kemiskinan sebagai
indikator utama untuk mengukur keberhasilan pembangunan.
Masalah lainya yang terus-menerus mendapat perhatian dari
pemerintahan adalah inflasi. Inflasi menjadi salah satu indikator makro
ekonomi yang sangat mempengaruhi aktivitas perekonomian. Inflasi yang
terlalu tinggi akan mengganggu kestabilan perekonomian dan akan
menurunkan nilai mata uang yang pada akhirnya menekan daya beli
masyarakat. Sebaliknya, inflasi yang terlalu rendah merupakan indikator
melemahnya daya beli masyarakat yang akan menekan laju pertumbuhan
ekonomi. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebjiakan pemerintah, karena sukar untuk dicapai.
Tujuan kebijakan menjaga tingkat inflasi tetap rendah karena adakalahnya
tingkat inflasi sangat tinggi atau meningkat secara tiba-tiba. Meningkatnya
inflasi diluar ekspektasi pemerintah akibat suatu peristiwa tertentu, misalnya
ketidakstabilan politik, Sukirno (2006).
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten
Maros.
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang di anggap
sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam kemiskinan
dapat didefinisikan sebagai sesuatu kondisi yang dialami seseorang atau
kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
29 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
taraf yang dianggap manusawi (Bappenas, 2010). Secara garis besar definisi
miskin dapat dipilih menjadi dua aspek yaitu aspek primer dan aspek
sekunder. Aspek primer yaitu berupa miskin asset (harta), organisasi politik,
pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin
terhadap jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Menurut
BPS secara konseptual kemiskinan dapat dibagi menjadi dua yaitu kemiskinan
relatif dan absolute :
a. Kemiskinan Relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.
b. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk
bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum dimaksudkan sebagai
ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan
dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang
pendapatannya dibawah garis kemiskinan inilah yang digolongkan sebagai
penduduk miskin.
Letak perbedaan antara kemiskinan relatif dan kemiskinan absolute
terletak pada standar penilaiannya. Standar penilaian kemiskinan relatif
merupakan standar kehidupan yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif
oleh masyarakat setempat dan bersifat lokal serta mereka yang berada di
bawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin
secara relatif. Sedangkan standar penilaian kemiskinan secara absolute
merupakan standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhui
kebutuhan dasar yang diperlukan baik makanan maupun non makanan.
Standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini sebagai
garis kemiskinan
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
30 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Garis Kemiskinan
Besar kecilnnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi
garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk
miskin. Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap Negara ternyata
berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar
kebutuhan hidup. Menurut Kuncoro (2013:195-199), terdapat dua garis
kemiskinan yang digunakan untuk mengukur kemiskinan absolute. Garis
kemiskinan versi Badan Pusat Statistik dan versi Bank Dunia.
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan dapat dilihat sebagai keadaan masyarakat dengan tingkat
ekonominya masih lemah, dan ditambah dengan kebijakan pemerintah yang
umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Oleh
karena itu, kemiskinan dapat disebabkan karena sifat alamiah/cultural, yaitu
masalah yang muncul di masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor
produksi, produktivitas dan tingkat perkembangan masyarakat itu sendiri.
Shrap, et.al dalam Kuncoro (2003:131) mengidentifikasikan ada tiga penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu : (1) Secara mikro, kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya sehingga
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang; (2) Kemiskinan timbul
akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia ; (3) Kemiskinan muncul
akibat perbedaan akses dalam modal.
Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan manusia atau IPM merupakan kinerja
pembangunan manusia secara keseluruhan dari tingkat pencapaian
pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah mendapatkan posisi
kinerja pembangunan (output pembangunan) yang dicapai oleh suatu daerah.
Makin tinggi nilai Indeks Pembangunan Manusia suatu daerah, maka makin
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
31 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
tinggi pula tingkat kinerja pembangunan yang dicapai wilayah tersebut. Suatu
ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilaya, dalam hal harapan
hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Indeks pembangunan manusia
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan untuk
memperoleh pendapatan yang cukup, kesehatan dan pendidikan yang
memadai. Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang
banyak digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan
secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai
gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa
tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam
suatu periode dapat diukur dan ditunjukan oleh besaran IPM pada awal dan
akhir periode tersebut.
Komponen Indeks Pembanguna Manusia
Indeks Pembangunan Manusia diperkenalkan pertama kali oleh UNDP
(United National Development Program) pada tahun 1994, Indeks
Pembangunan Manusia mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar
bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan
suatu ukuran yang merefleksikanupaya pembangunan manusia. Ketiga
komponen tersebut adalah peluang hidup (longevity), pengetahuan
(knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang hidup dihitung
berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir, pengetahuan diukur berdasarkan
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, hidup layak diukur dengan
indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap jumlah kebutuhan pokok
yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk mengukur hidup
layak.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
32 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan kecendrungan kenaikan harga-harga umum secara
terus menerus. Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa kenaikan suatu atau
beberapa pada suatu saat tertentu dan hanya “sementara” belum tentu
menimbulkan inflasi (Wahyu, 2007). Kenaikan dari suatu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi
timbul karena adanya tekanan dari sisi permintaan demand-pull inflation dan
cost-push inflation. Cost-push inflation disebabkan oleh turunya produksi
karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena
tidak efisiensinya perusahaan, nilai kurs mata uang Negara yang bersangkutan
jatuh, kenaikan harga bahan baku industry, adanya tuntutan kenaikan upah dari
serikat buruh yang kuat, dan sebagainya. Demand-pull inflation dapat
disebabkan oleh adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar
pesat dibandingkan dengan penawaran produksi agregat.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode analisis yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan software
SPSS 16.
Deskriptif Data
Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi atas
variabel-variabel penelitian secara statistik berupa nilai minimal, maksimal,
nilai rata-rata (mean), dan standard deviation (simpangan baku). Hasil analisis
deskriptif dapat di lihat pada tabel berikut ini:
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
33 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Tabel 1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
IPM 8 64.07 68.42 66.3175 1.46033
Inflasi 8 .60 3.37 2.3963 1.14976
Tingkat kemiskinan 8 11.14 14.61 12.4525 1.12546
Valid N (listwise) 8
Sumber: Hasil Olah Data 2019
Berdasarkan output hasil olah data di atas, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 data yang ada, variabel
IPM mempunyai nilai minimum sebesar 64,07 dan nilai maksimum sebesar
68,42. Nilai rata-rata atau mean sebesar 66,3175 dan standar deviasi sebesar
1,46033. Nilai mean/rata-rata lebih besar dari standar deviasi yaitu 66,3175 >
1,46033 menandakan bahwa sebaran nilai IPM baik.
b. Inflasi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 8 data yang ada, variabel
Inflasi mempunyai nilai minimum sebesar 0,60 dan nilai maksimum sebesar
3,37. Nilai rata-rata atau mean sebesar 2,3963 dan standar deviasi sebesar
1,14976. Nilai mean/rata-rata lebih besar dari standar deviasi yaitu 2,3963 >
1,14976 menandakan bahwa sebaran nilai Inflasi adalah baik.
Analisi Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan apabila ingin meramalkan
pengaruh dua variabel atau lebih variabel bebas (X) terhadap sebuah variabel
terikat (Y) atau untuk membuktikan bahwa terdapat atau tidak terdapatnya
hubungan antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan sebuah variabel
terikat. Analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel berikut.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
34 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Tabel 2
Analisis Regresi Linear Ganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 72.523 5.852
IPM -.918 .091 -1.191
Inflasi .326 .116 .333
Dependent Variable: Tingkat kemiskinan Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Tabel di atas menunjukkan hasil olah data regresi atas IPM dan Inflasi
sebagai variabel bebas dan Tingkat Kemiskinan sebagai variabel terikat. Hasil
persamaan regresi linear berganda dari model penelitian ini yaitu :
Y = 72,523 – 0,918 X1 + 0,326X2
Berdasarkan hasil persamaan regresi linear berganda tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. Konstanta bo = 72,523. Nilai konstanta 72,523 menunjukkan bahwa jika
variabel independen IPM dan Inflasi konstan, maka tingkat kemiskinan
sebesar Y = 72,523.
2. b1 = -0,918. Koefisien konstanta IPM = -0,918, artinya jika variabel IPM
(X1) ditingkatkan, maka Tingkat kemiskinan di Kabupaten Maros akan turun
sebesar 0,918 dengan asumsi variabel Inflasi konstan. Tanda negatif
menunjukkan hubungan yang tidak searah antara IPM dengan tingkat
kemiskinan.
3. b2 = 0,326. Koefisien konstanta Inflasi = 0,326, artinya jika variabel Inflasi
(X2) ditingkatkan, maka tingkat kemiskinan akan naik sebesar 0,326 dengan
asumsi variabel IPM konstan.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
35 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara simultan dengan menggunakan Uji
koefisien determinasi dan secara simultan Uji–F serta Uji-t. Untuk lebih
jelasnya diuraikan sebagai berikut :
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menerangkan seberapa
besar pengaruh dari seluruh variabel independen IPM (X1) dan Inflasi (X2)
terhadap variabel dependen Tingkat Kemiskinan (Y). Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian
determinasi (R2) adalah 0,952. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh
variabel independen yaitu IPM dan Inflasi terhadap variabel dependen yaitu
Tingkat Kemiskinan di kabupaten Maros adalah sebesar 95,2 persen,
sedangkan sisanya 4,8% persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji-F)
Pengujian hipotesis secara simultan bertujuan untuk melihat pengaruh
secara bersama-sama variabel independen IPM (X1) dan Inflasi (X2) terhadap
variabel dependen Tingkat Kemiskinan (Y). Hasil pengujian hipotesis secara
simultan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig. Squares Square
1 Regression 8.559 2 4.280 69.676 .000b
Residual .307 5 .061
Total 8.867 7
a. Dependent Variable: Tingkat kemiskinan
b. Predictors: (Constant), Inflasi, IPM
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
36 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah F
hitung 69,676 > F tabel 5,79 dengan tingkat signifikan 0,000 yang lebih kecil
dari tingkat signifikan α 0,05 atau (0,000 < α 0,05). Nilai F hitung lebih besar
dari nilai F tabel maka disimpulkan bahwa secara bersama-sama IPM (X1) dan
Inflasi (X2) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Maros.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial digunakan untuk melihat variabel independen
dalam hal ini IPM (X1) dan Inflasi (X2) secara parsial mempengaruhi variabel
dependen Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Maros. Hasil pengujian secara
parsial dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 72.523 5.852 12.392 .000
IPM -.918 .091 -1.191 -10.065 .000
Inflasi .326 .116 .333 2.812 .037
a. Dependent Variable: Tingkat kemiskinan
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen (X1, X2) terhadap variabel dependen (tingkat kemiskinan) secara
parsial, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung > t-tabel (2,57)
dan α < 0,05 sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.10 Untuk mengetahui
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Hasil pengujian terhadap variabel IPM (X1) menunjukkan bahwa nilai nilai
t-hitung -10,065 < t-tabel -2,57; dan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel IPM (X1) berpengaruh negatif
signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di kabupaten Maros.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
37 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
b. Hasil pengujian terhadap variabel Inflasi (X2) menunjukkan bahwa nilai
nilai t-hitung 2,812 > t-tabel 2,57; dan tingkat signifikan sebesar 0,037. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Maros.
PEMBAHASAN
Pengaruh IPM terhadap Tingkat Kemiskinan
Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan dikabupaten Maros. Tanda negative menunjukkan adanya
hubungan tidak searah antara indeks pembangunan manusia (IPM) dengan
tingkat kemiskinan dikabupaten Maros. Artinya jika indeks pembangunan
manusia (IPM) meningkat maka tingkat kemiskinan akan turun, demikian pula
sebaliknya jika indeks pembangunan manusia (IPM) turun maka tingkat
kemiskinan akan meningkat.
Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel Inflasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan dikabupaten
Maros. Tanda positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara
inflasi dengan tingkat kemiskinan di kabupaten Maros. Artinya jika tingkat
inflasi meningkat, maka tingkat kemiskinan dikabupaten Maros juga akan
meningkat, demikian pula sebaliknya jika inflasi turun maka tingkat
kemiskinan juga akan turun.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
38 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Secara parsial Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif
signifikan terhadap tingkat kemiskinan dikabupaten Maros tahun 2010 – tahun
2017
2. Secara parsial Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan dikabupaten Maros tahun 2010 – tahun 2017.
ECONOMICS BOSOWA JOURNAL
EDISI XXXIV APRIL S/D JUNI 2020
39 Vol 6, No. 002 (2020) Silviana Retu Daton
DAFTAR PUSTAKA
Arysad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP SYIM
YKPN
Agus Tri Basuki Nano Prawoto, Cetakan Kedua 2017, Analisis Regresi:
Penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta
Ahmad Zuber, 2014 Kemiskinan Dalam Pembangunan. Jurnal Analisis
Sosiologi
Badan Pusat Statistik Indonesia (2016), “Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia tahun 2010-2015”, Badan Pusat Statistika Indonesia, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2014 Indeks Pembangunan Manusia. Diterbitkan oleh:
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2018. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota
2017. BPS:2018
Boediono, 2008. Ekonomi Makro Yogyakarta: BPFE
Badan Pusat Statistik. 2010. Berita Resmi Statistik Indonesia. Makassar. 2011.
Maros Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik, Maros.
Fenti Hikmawati, 2017. Metodelogi Penelitian: Penerbit PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta
Khairur Rizki, 2016. Pengaruh inflasi dan tingkat pengangguran terhadap
pertumbuhan ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Kuncoro Mudrajad, Cetakan Kedua.Indikator ekonomi,penerbit: UPP STIM
YKPN Yogyakarta
Todaro, Michael P. 2002, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Kedua, Terjemahaan
Sukmaraga, Prima (2011), “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,
PDRB Perkapita dan Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk
Miskin di Provinsi Jawa Tengah”, Skripsi Sarjana (Dipublikasikan) Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang
Suryawati, Criswardan. 2005. Memahami Kemiskinan Secara
Multidimensional
.http://www.jmpk.online.net/Volume_8/Vol_08_No_03_2005.pdf.