i
PENGARUH KESEHATAN MENTAL TERHADAP KONSENTRASI
BELAJAR MURID KELAS V DI SD NEGERI BONTOCINDE
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Seminar Skripsi
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidilkan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
NUR FAHMI SAAD
105401119116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASAR
2020
v
vi
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur Fahmin Saad
Nim : 10540 1119116
Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi :Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Konsentrasi Belajar
Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh
orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 15 Januari 2021
Yang Membuat Permohonan
Nur Fahmi Saad
NIM : 10540 1119116
viii
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur Fahmi Saad
Nim : 10540 1119116
Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Konsentrasi Belajar
Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 15 Januari 2021
Yang Membuat Perjanjian
Nur Fahmi Saad
NIM : 10540 1119116
ix
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Tetaplah bercita-cita hingga kegagalan lelah mengikutimu”
(Nur Fahmi Saad)
Kupersembahkan karya ini buat :
Kedua orang tua, kedua saudara
Karena tanpa doa dan dukungan mereka
saya mampu mewujudkan harapan menjadi kenyataan
x
ABSTRAK
NUR FAHMI SAAD, 202.Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Konsentrasi
Belajar Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Dr. Hidayah Quraisy M.Pd
dan Dr. H Muhammad Basri M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana pengaruh
Kesehatan Mental Terhadap Konsentrasi Belajar murid Kelas V SD Negeri
Bontocinde Kabupaten Gowa.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan deduktif kuantitatif yang berangkat dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli ataupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-
permasalahan beserta pemecahan-pemecahan yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris dilapangan.
Hasil analisis yang diperoleh secara perhitungan menggunakan persamaan
koefisien korelasi produk moment yaitu sebesar 0,594 lebih besar dari nilai
koefisien korelasi produk moment pada tabel 0,590 pada tarafsignifikan 1% dan
0,468 pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 20-2 = 18 atau rhitung>
rtabel
Dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid SD Negeri Bontocinde dengan
kategori kuat terhadap konsentrasi belajar murid dan semakin baik kesehatan
mental murid maka makin tinggi pula konsentrasi belajar murid dan sebaliknya
makin rendah kesehatan mental murid maka makin rendah pula konsentrasi belajar
murid.
Kata Kunci : Kesehatan Mental, Konsentrasi Belajar
xi
KATA PENGANTAR
.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji dan syukur ke hadirat Allah Swt atas
segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan kepada penulis,
salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad saw, keluarga, sahabat dan
seluruh ummat muslim yang tetap istiqamah pada ajarannya. Pada kesempatan ini
penulis mendapat nikmat yang luar biasa karena dapat menyelesaikan skripsi ini
untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan
tetapi atas berkat pertolongan sang Khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya
dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya baik berupa tenaga maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini mulai
dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga dan teristimewa
untuk yang penulis cintai dan mencintai penulis dengan sepenuh hati kepada orang
tua tercinta , “Ibunda Hasmah” atas pengorbanannya yang tak akan pernah bisa
penulis balas walaupun sampai titik peluh yang terakhir. Ucapan terima kasih yang
xii
sebesar-besarnya dan penghargaan terkhusus kepada Dr. Hidayah Quraisy M.Pd
Pembimbing I dan Dr. H Muhammad Basri M.Si,yang ditengah kesibukannya
masih dapat meluangkan waktunya membantu dan membimbing penulis.
Demikian juga penulis sampaikan terimaksih tidak terhingga kepada
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
Erwin Akib S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Aliem Bahri S.Pd.,M.Pd. dan Ernawati, S.Pd.,M.Pd. Ketua Jurusan dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan
ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan. Pihak-pihak lain yang telah
banyak membantu penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tiada imbalan yang dapat diberikan, hanya kepada Allah Swt penulis
menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai
ibadah di sisi-Nya Aamiin.
Makassar, 2020
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
xiii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii
LEMBAR PERJANJIAN ......................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................. x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ xi
KATA PENGANTAR ............................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 6
2. Manfaat Praktis ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ................................................................................ 8
1. Penelitian Relevan ..................................................................... 8
2. Pembahasan tentang kesehatan mental ..................................... 10
3. Indikator Kesehatan Mental ...................................................... 13
4. Konsentrasi Belajar ................................................................... 20
5. Ciri-ciri Anak ............................................................................ 25
6. Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar .................................. 27
B. Kerangka Pikir ................................................................................ 29
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 31
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 32
C. Sumber Data Variabel Penilaian ..................................................... 33
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 36
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 38
F. Prosedur Penelitian.......................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 45
xiv
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xv
Tabel 3.1 Tabel Frekuensi Hasil Angket………... ……………………………47
Tabel 3.2 Tabel Frekuensi Hasil Belajar murid …………..………………….48
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan SPSS……………………………………...….......50
Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi…….51
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ................................................................................. 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xvii
1. Surat Pengantar Penelitian .............................................................................
2. Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................................
3. Kartu Kontrol Penelitian .................................................................................
4. Hasil Angket Penelitian...................................................................................
5. Lembar Persetujuan Pembimbing ...................................................................
6. Dokumentasi ...................................................................................................
7. Hasil Turnitin ..................................................................................................
xviii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
(Abu Ahmadi 1985:18) Keberadaan murid merupakan salah satu faktor
pendidikan karena faktor pendidikan itu ada lima macam, yang faktor satu dengan
lainnya mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Kelima faktor
tersebut ialah: “(1) tujuan pendidikan, (2) pendidik, (3) anak didik, (4) alat
pendidikan dan (5) lingkungan”.Dengan demikian tanpa adanya murid,
pelaksanaan pendidikan tidak dapat berlangsung. Namun dalam pelaksanaan
pendidikan tidak cukup dengan adanya murid saja. Di samping adanya kelima
faktor pendidikan tersebut, khusus murid dalam kondisi “siap” melaksanakan
kegiatan belajar dalam pendidikan tersebut. Siap dalam arti mampu menyesuaikan
diri baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya dimana
penyesuaian tersebut dapat didukung oleh faktor kesehatan yang dimiliki murid.
Murid yang mampu mengadakan penyesuaian berarti mempunyai jasmani
dan rohani yang sehat. Kesehatan murid tersebut sebaiknya didukung oleh
lingkungan sekitarnya seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Walaupun sarana dan prasarana pendidikan sudah
terpenuhi, namun jika kesehatan jasmani dan rohani murid terganggu, maka akan
terganggu pula konsentrasi belajarnya. Segala perlengkapan yang sempurna pada
sekolah tidak berguna apabila tidak memperlihatkan kesejahteraan
murid,pendidikan yang memimpin murid untuk mencapai keseimbangan lahir dan
2
batin yang mendasari kesejahteraan dan suksesnya di dalam kehidupan yang
kompleks ini (Arafat M 2010).
Keadaan jasmani dan rohani yang kurang sehat merupakan hambatan bagi
kemajuan akhirnya, karena setiap aktifitas membutuhkan tenaga dan mental yang
sehat agar aktifitasnya berhasil dengan baik sesuai dengan harapan termasuk
didalamnya untuk mencapai konsentrasi yang maksimal dalam kegiatan belajar.
Karena kondisi fisik pada umumnya sangat mempengaruhi terhadap proses dan
hasil belajar seseorang/siswa. Anisatul Mufarokah (2009:29) berpendapat bahwa
Orang yang dalam keadaan sehat dan segar akan berbeda belajarnya dengan orang
yang sakit atau lelah. Murid yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya
di bawah murid yang tidak kekurangan gizi, karena lekas lelah, mudah mengantuk
dan sulit menerima pelajaran.
Kesehatan bukan kebutuhan sementara bagi seseorang dalam arti berguna
dalam waktu tertentu, tetapi merupakan kebutuhan sepanjang masa selama hayat
dikandung badan. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan dalam dunia pendidikan
kesehatan telah menjadi perhatian para ahli pendidikan, sehingga ada upaya dari
para ahli untuk memasukkan masalah kesehatan tersebut ke dalam kurikulum
pendidikan dan menjadi bidang studi tersendiri, yakni di bidang studi olahraga dan
kesehatan. Dalam hal ini pemerintah menyetujuinya melalui Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang tertuang di Pasal 37 Ayat 1 yang menjelaskan bahwa Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat: a) Pendidikan Agama; b) Pendidikan
Kewarganegaraan; c) Bahasa; d) Matematika; e) Ilmu Pengetahuan Alam; f) Ilmu
3
Pengetahuan Sosial; g) Seni dan Budaya; h) Pendidikan Jasmani dan Olahraga; i)
Keterampilan/Kejuruan; dan j) Muatan Lokal (UUD RI 2003:26).
Ketetapan MPR No.11 / MPR /1983 tentang GBHN yang menjelaskan
bahwa Pendidkan jasmani dan olah raga perlu makin ditingkatkan dan
dimasyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap
anggota masyarakat. Selanjutnya perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan dan
peningkatan prestasi dalam berbagai cabang olah raga. Untuk itu perlu ditingkatkan
kemampuan prasarana dan sarana pendidikan jasmani dan olahraga , termasuk para
pendidik, pelatih dan penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk
memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat (Garis-Garis Besar
Haluan Negara 1983).
Kesehatan yang dimiliki murid dalam hubungannya dengan kegiatan
belajar, perlu dijaga dengan seksama baik kesehatan jasmani maupun rohaninya
karena keduanya saling mempengaruhi dalam hubungannya dengan konsentrasi
belajar sehingga wajib bagi mereka untuk selalu peduli akan kesehatannya.
Sebagaimana jika “terlalu terobsesi menjadi pelajar yang terbaik dengan melupakan
arti penting kesehatan sehingga belajar tanpa memperdulikan kesehatan merupakan
bentuk ketidakpedulian terhadap diri sendiri” (Ngainun Naim 2009:242).
Kenyataannya menunjukkan bahwa prestasi belajar bagi setiap individu tidaklah
sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor kesehatan anak.
Diketahui bahwa masing-masing individu memiliki tingkat kesehatan yang berbeda
pula, hal ini tergantung pada anak itu sendiri dan lingkungannya.
4
Membatasi lingkup persoalan, di sini peneliti akan membahas kesehatan
murid yang memengaruhi konsentrasi belajarnya yaitu kesehatan mental.
Kesehatan mental dapat diartikan sebagai “kemampuan dalam menyesuaikan diri
baik dengan diri sendiri , dengan orang lain ,serta dengan masyarakat maupun
dengan lingkungan dimana seseorang itu berada”(Kartini Kartono 1983:1).
Berbagai bentuk gangguan mental seperti rendah diri, cemas, badan terasa lesu
tanpa diketahui sebab – sebabnya dan sebagainya merupakan gangguan mental
yang sering dihadapi oleh murid sehingga berpengaruh pula terhadap proses
belajarnya. Untuk itulah mental yang sehat adalah jika seseorang mampu mengenal
dirinya sendiri dan menerima kekurangan yang ada pada dirinya. Sebagaimana
pendapat Zakiyah Darodjat (1989:13) bahwa Kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi – fungsi jiwa serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem – problem yang biasa terjadi dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Maka dari itu orang yang dikatakan sehat mentalnya yaitu orang mampu
menghadapi, menerima dan sanggup memecahkan masalah atau problem yang
dihadapinya tanpa menimbulkan kegelisahan ataupun kecemasan yang berlarut –
larut dengan begitu dalam menghadapi kehidupan haruslah mempunyai semangat
yang tinggi sehingga dirinya akan mampu mengenal, mengetahui, dan
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada pada dirinya sendiri sehingga
mampu mengambil keputusan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
jiwanya.
5
Dalam observasi pertama yang dilakukan, peneliti melihat masih ada
beberapa murid yang konsentrasi belajarnya kurang khususnya dikelas V SD
Negeri Bontocinde, contohnya seperti ketika guru sedang menjelaskan sesuatu
masih ada beberapa murid yang kurang berkonsentrasi untuk mendengarkan
gurunya, dan adapula yang kadang bercerita dengan teman disampingnya.
Mengetahui hal ini maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh
kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid, khususnya siswa pada masa
anak-anak. Apakah murid yang demikian ini jika menghadapi suatu permasalahan
akan lari dari permasalahan itu, ataukah akan menghadapinya sendiri yang belum
tentu mampu menyelesaikannya ataukah minta tolong kepada orang tua/guru yang
lebih dewasa untuk membantu menyelesaikan masalahnya terhadap problema yang
terjadi pada dirinya itu.
Adapun alasan peneliti memilih SD Negeri Bontocinde adalah keinginan
peneliti untuk lebih mengetahuai seberapa besar pengaruh kesehatan mental
terhadap konsentrasi belajar murid selama belajar di sana, selain hal tersebut
peneliti mempertimbangkan serta mengambil kelas V karena di umur itulah kadang
murid-murid banyak yang mengalami kesehatan mental yang membuat fokus
belajar atau konsentrasi belajarnya berkurang . Maka peneliti dalam skripsi ini
mengambil judul “pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid
kelas 5 SD Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh kesehatan
mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas 5 SD Negeri Bontocinde
Kabupaten Gowa?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi
belajar murid kelas 5 SD Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan serta sebagai sumbangan ilmiah dalam pengembangan
khazanah keilmuan yang berkaitan dengan hubungan kesehatan dengan
konsentrasi belajar murid.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengukur sejauh mana penulis
mengadakan pendekatan praktis sebagaimana mengadakan pendekatan
dalam menyusun, menganalisa, menyimpulkan dan melaporkan karya
ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat pelaksanaan pencapaian
7
Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Bagi sekolah SD Negeri Bontocinde
Sebagai masukan guru di SD Negeri Bontocinde dalam rangka
mencapai keberhasilan pendidikan terutama dalam meningkatkan
konsentrasi belajar murid.
c. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar
Menambah referensi perpustakaan sehingga dapat digunakan
sebagai bahan-bahan bagi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
khususnya dan pihak yang berkepentingan untuk bahan penelitian
sejenis.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Relevan
a. Berdasarkan hasil penelitian relevan yang dilakukan peneliti di SMP PIRI
tanggal 17 Januari 2019, dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan
data sementara terkait masalah yang akan diteliti. Berdasarkan penelitian di
dalam kelas, peneliti melihat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Terdapat kondisi atau suasana yang kurang kondusif, Siswa masih suka
mengobrol dengan teman sebangkunya, dan ada yang tidak bersemangat.
Dan cara guru PAI menyampaikan masih berpacu pada buku dan papan
tulis, kurang tegas dalam penyampaian. Sehingga jika murid yang tidak bisa
diatur, guru PAI hanya membiarkan saja dengan alasan jika diberi
peringatan keras, maka akan dilaporkan kepada orang tua oleh peserta didik
tersebut (Fatimah F 2019).
b. skripsi milik Nanik Cahyati, yang berjudul “Korelasi Antara Pengelolaan
Kelas dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas XI MA
Miftahussalam Kambeng Slahung Tahun Ajaran 2014/2015. Dari hasil
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) Pengelolaan kelas siswa kelas
XI MA Miftahussalam Kambeng Slahung Tahun Ajaran 2014/2015 dalam
kategori cukup sebanyak 13 siswa (65%), (2) Motivasi belajar siswa kelas
XIMA Miftahussalam Kambeng Slahung Tahun Ajaran 2014/2015 dalam
kategori cukup sebanyak 13 siswa (65%), (3) Hasil belajar Fiqih siswa kelas
9
XI MA Miftahussalam Kambeng Slahung Tahun Ajaran 2014/2015 dalam
kategori cukup sebanyak 10 siswa (50%), (4) Pada taraf signifikasi 5%
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak sehingga ada hubungan yang signifikan
antara pengelolaan kelas dan motivasi belajar dengan hasil belajar Fiqih
siswa kelas XI MA Miftahussalam KambengSlahung Tahun Ajaran
2014/2015 dengan koefisien korelasi sebesar 0,5991468935077761= 0,60.
c. Hanifah Anggraini, STAIN Ponorogo 2016 yang berjudul “Pengaruh
Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan: (1) lingkungan keluarga siswa
dalam kategori cukup dengan presentase sebesar 73% sebanyak 73 siswa.
(2) Motivasi belajar siswa dalam kategori cukup dengan presentase 71%
sebanyak 71 siswa. (3) Prestasi belajar kelas VII mata pelajaran fiqih dalam
kategori cukup dengan presentase sebesar 71% sebanyak 71 siswa. (4)
Variabel lingkugan keluarga dan motivasi belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas
VII MtsN Sidorejo Wungu Madiun. Hal ini dibuktikan dengan
Fhitung>Ftabel, maka tolak H0 yang artinya lingkungan keluarga (X1) dan
motivasi belajar (X2) berpengaruh pada prestasi belajar (Y) dengan
presentase sebesar 34, 87% dan sisanya dengan presentase sebesar 65,13%
dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Pembahasan Tentang Kesehatan Mental
10
A. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan salah satu macam kesehatan yang dibutuhkan
manusia dalam mencapai tujuan hidupnya secara etimologis kata mental berasal
dari kata latin, yaitu mens atau mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh dan
semangat. Dan secara Etimologis juga, disebut mental hygene yaitu nama dewi
kesehatan yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan
manusia di dunia. Dan munculnya kata hygene untuk menunjukkan suatu kegiatan
yang bertujuan mencapai kesehatan (Syamsu Yusuf 2018:10).
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud diatas
ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus
dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain
keperasaan ragu dan bimbang (Zakiyah Daradjad 2016:13). Dalam kehidupannya
ada orang yang terlihat selalu gembira dan bahagia, walau apapun keadaan yang
dihadapi. dan sebaliknya ada orang yang sering mengeluh bersedih hati, tidak
bersemangat, serta tidak dapat memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi
kegelisahan, kecemasan dan ketidak puasan. Kesehatan mental seseorang setiap
saat bisa berubah karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Agar
kesehatan mental tetap terjaga dengan baik hendaknya, memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhinya misalnya seorang murid terlihat murung, kurang
11
bergairah untuk belajar, cemas, merasa rendah hati, badan terasa lesu, tidak
bersemangat dan gangguan psikologis lainnya.
Hal-hal ini dapat disebabkan oleh adanya masalah yang sedang dihadapi
murid tersebut sehingga berpangaruh terhadap mental kejiwaan. Untuk itu
kesehatan mental murid sebaiknya diupayakan dengan dukungan berbagai pihak,
baik itu pihak sekolah, masyarakat maupun keluarga sehingga gangguan
kesehatan mental murid dapat segera teratasi. Kelebihan unsur-unsur mental anak
seperti perasaan, minat dan pikiran sangat rentan terhadap pengaruh positif
ataupun dari luar dirinya sehingga perlu adanya bimbingan, perhatian dan kasih
sayang orang tua secara berlanjut. Kedekatan orang tua dengan anak memberikan
pengaruh yang paling besar dalam proses pembentukan kepribadian dibanding
pengaruh yang berikan oleh komponen pendidikan lainnya. Orang tua yang
membiarkan anaknya tumbuh dan mengerjakan dan mengerjakan apapun
sekehendaknya, merupakan perlakuan yang kurang adil, dan kurang pada
tempatnya. Perlakuan yang seperti itu sangatlah kurang bijaksana, demikian pula
perlakuan yang serba ketat dan keras akan membentuk mental anak yang selalu
ragu-ragu dan penuh kecemasan.
Beberapa pengertian kesehatan mental menurut para ahli psikologi
sebagaimana pendapat Zakiyah Darojad (2016:13) berpendapat bahwa
“Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya”.
12
Kartini Kartono (1983:2) berpendapat bahwa “Orang yang memiliki mental
yang sehat ialah orang yang ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain: Memiliki
kemampuan untuk bertindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup, memiliki
koordinasi antara segenap potensi diri dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi
dan integrasi kepribadian dan selalu tenang hatinya”. Seorang Psikolog, HB.
English (Syamsu yusuf 2006:27), menyatakan sehat mental merupakan keadaan
yang secara relatif menetap dimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
baik, memiliki semangat hidup yang tinggi, dan terpelihara, serta berusaha
mencapai aktualisasi diri yang optimal. Keadaan yang positif dan bukan sekedar
tidak adanya gangguan mental.
Jalaluddin (2004:154) mendefinisikan “Orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan
tentram”. Berbeda dengan pendapat yang telah dipaparkan, pendapat dari sikun
pribadi menyatakan bahwa sikun tidak menggunakan istilah mental hygiene
karena menurutnya “mental” hanya menitikberatkan pada kerohanian manusia,
sedangkan istilah psiko-hygiene memandang manusia sebagai keseluruhan psiko
fisik atau psiko-somatis, yaitu kesatuan jiwa raga. Istilah psiko-somatis
menunjukkan bahwa kesehatan jiwa tidak bisa dipisahkan dari kondisi kesehatan
jasmani. Apabila pendapat sikun dibandingkan dengan pendapat-pendapat para
ahli, ternyata kajiannya sama dan tidak ada perbedaan yang mendasar antara
penggunaan istilah mental hygiene dan psiko-hygiene dalam pembahasan
kesehatan mental.
13
Jadi berpijak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kesehatan mental ialah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram dan terhindar dari berbagai penyakit mental seperti
rendah diri, cemas, ketakutan, gelisah, dan ketegangan batin lainnya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Diantara cara menjaga kesehatan mental khususnya pada anak remaja
adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental itu ada dua macam.
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari
luar diri (ekternal).
1. Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) meliputi: sikap independent
(berdiri sendiri), rasa harga diri, rasa bebas, rasa kekurangan, terlepas dari
rasa ingin menyendiri, bebas dari segala neuroses (gangguan jiwa).
2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) meliputi: faktor keluarga,
pendidikan di sekolah.
3. Tolak Ukur Dan Indikator-indikator Kesehatan Mental
a. Tolak Ukur Kesehatan Mental
Dalam menentukan sehat atau tidaknya dalam perspektif kesehatan mental,
terdapat kriteria-kriteria yang digunakan. Menurut Hasan Langgulung ada
empat kriteria yang biasa digunakan dalam menentukan sehat atau normal
(Achmad Mubarok 2014:15-17). Pertama, kaidah statistik. Dalam kaidah ini
sehat tidaknya sehat tidaknya mental sesorang diukur dengan angka-angka
statistik yang berdasarkan pada fakta dari sifat yang menyatakan seseorang baik
14
dari segi jasmani atau dari segi intelektual atau dari segi emosi yang kemudian
fakta-fakta itu dituangkan dalam table statistik. Kedua, kriteria norma sosial.
Kriteria ini menyatakan orang normal atau sehat mental adalah orang yang
mengikuti pola-pola tingkah laku. Sikap-sikap sosial dan nilai-nilai lain yang
telah disepakati oleh masyarakat. Ketiga, tingkah laku ikut-ikutan. Menurut
kriteria ini orang yang sehat mental tidak diukur dengan kepatuhannya pada
norma sosial melainkan pada keseimbangannya menentukan pilihan untuk
mengikuti, atau pura-pura mengikuti bahkan menentang dengan alasan bahwa
sikap-sikap itu menumbuhkan potensi-potensi dirinya dan potensi
masyarakatnya. Seseorang mengikuti atau menentang norma-norma sosial
bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kepribadiannya tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor interaksi antar individu, individu dengan kelompok dan interaksi
dengan masalah yang menjadi tumpuan dimana iya mengikuti atau menentang.
Keempat, kriteria lain. Terdapat sifat-sifat yang dapat digunakan untuk
mengukur kesehatan mental seseorang, antara lain:
1. Seseorang menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya
2. Jarak antara aspirasi dan potensi dimiliki oleh orang itu sesuai
3. Seseorang memiliki keluwesan dalam hubungannya dengan orang lain
4. Seseorang memiliki keseimbangan emosi
5. Seseorang memiliki sifat spontanitas yang sesuai
6. Seseorang berhasil menciptakan hubungan sosial yang dinamis dengan
orang lain.
15
Pertarungan psikologis tidak bisa dihindari pada orang yang tidak memiliki
kemampuan penyesuaian diri, dan kegagalan seseorang itu dapat berakibat pada
timbulnya rasa kecewa dan risau. Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh
pada perasaan, pikiran atau kecerdasan dan juga kepada kelakuan bahkan pada
kesehatan badan, tetapi akarnya adalah pada perasaan kecewa dan kerisauan.
Sangatlah sulit menentukan ukuran kesehatan mental. Menurut Alexander A.
Schneiders dalam bukunya yang berjudul Personality Dinamic And Mental Health
kriteria yang sangat penting untuk menilai kesehatan mental yaitu pengendalian,
integrasi fikiran dan tingkah laku, pengendalian konflik atau frustasi, perasaan-
perasaan emosi yang positif dan sehat, ketenangan atau kedamaian fikiran dan
sikap-sikap yang sehat
b. Indikator Kesehatan Mental
Dikutip dalam buku karya Ramayulis (2013:162), ada beberapa pendapat
indikator-indikator dalam kesehatan mental antara lain
1) Indikator Kesehatan Mental Menurut WHO
a) Bebas dari kecemasan
b) Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari
c) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif meski kenyataan itu
pahit
d) Dapat tolong menolong
e) Merasa lebih puas memberi daripada menerima
f) Memiliki rasa kasih sayang dan butuh disayangi
g) Memiliki spiritual atau agama
16
2) Indikator kesehatan mental menurut Al-gazali
a) Keseimbangan yang terus menerus antara Jasmani dan Rohani dalam
kehidupan manusia
b) Memiliki kemuliaan akhlak atau memiliki kualitas iman dan taqwa
c) Memiliki makrifat tauhid kepada allah
d) Selalu mengingat dan dekat dengan tuhannya
3) Indikator kesehatan mental menurut said hawa
a) Melaksanakan habl min allah dan habl min al-nas
b) Tidak memiliki penyakit hati, yang bertentangan dengan keesaan
Allah SWT.
c) Jiwanya suci, hatinya menjadi suci, dan pandangannya menjadi
jernih
d) Seluruh anggota tubuh senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT
4) Indikator kesehatan mental menurut Zakiyah Daradjat
a) Terhindar dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa
Perbedaan gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psikose)
yaitu neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam
alam kenyataan. Orang yang terkena neurose mengetahui kerusakan yang
dirasakan tetapi ia tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Gejala-
gejala gangguan penyakit mental dilihat dari segi perasaan tanda-tandanya
yaitu rasa gelisah, cemas, iri, dengki, sombong, takut kehilangan harta rasa
putus asa, murung, dan sebagainya. Sedangkan psikose kepribadiannya dari
17
segala segi meliputi tanggapan, perasaan atau emosi, dorongan-dorongan
yang sangat terganggu dan akan berdampak pada diri sendiri serta orang
lain.
b) Dapat menyesuaikan diri (self adjustment) dan mengatasi kesulitan
Penyesuaian diri adalah suatu proses untuk memperoleh atau
memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), mengatasi stress, konflik,
frustasi, dan masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang
dikatakan dapat menyesuaikan diri yang normal manakala ia mampu
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar dan sesuai
dengan norma agama, tidak merugikan dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Contoh seorang peserta didik tidak lulus dalam ulangan tengah
semester, maka cara merespon yang wajar terhadap masalah tersebut adalah
dengan melakukan intropeksi dan mengidentifikasi hal-hal yang
menyebabkan tidak lulus. Faktor yang menyebabkan mungkin sering
begadang malam hari, Menggunakan belajar dengan sistem kebut semalam
ataupun jarang membaca materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh
guru. Apabila latar masalahnya telah ditemukan, maka hal yang terjadi
tersebut, dapat dijadikan pelajaran untuk tidak mengulang kembali aktivitas
yang kurang baik tersebut.
c) Mengembangkan potensi semaksimal mungkin
18
Potensi diri atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik dapat diketahui melalui test psikologis, prestasi belajar, ataupun
kecenderungan minatnya. Seorang anak yang memiliki mental sehat mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam kegiatan-kegiatan positif.
d) Tercapainya kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku yang
memberikan dampak positif bagi dirinya dan orang lain. Memiliki prinsip
bahwa tidaklah baik mengorbankan hak orang lain demi kepentingan
dirinya sendiri, ataupun
mencari keuntungan diri sendiri di atas kerugian orang lain.Dengan
demikian, segala aktivitas untuk mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan
bersama selalu jadi penanaman.
Dari beberapa pendapat mengenai indikator dalam kesehatan mental
yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terhindar dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa
2. Dapat menyesuaikan diri (self adjustment) dan mengatasi kesulitan
3. Mengembangkan potensi semaksimal mungkin
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
5. Terhindar dari al-akhlaq al-mazmumah
5) Kesehatan Mental Dalam Agama Islam
19
Di dalam fungsi agama fitrah manusia adalah makhluk beragama, yaitu
makhluk yang memiliki rasa keagamaan dan kemampuan untuk bagaimana
memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Manusia yang mengamalkan
ajaran agama, berarti manusia tersebut telah mewujudkan jati dirinya, identitas
dirinya (self identity) yang hakiki yaitu sebagai Abdullah (hamba Allah) dan
khalifatullah (khalifah Allah di muka bumi). Agama sebagai pedoman hidup
manusia telah berikan hudan (petunjuk) tentang pembinaan atau pengembangan
mental yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai
mentalnya yang sehat agama juga berfungsi sebagai:
a) Memelihara fitrah
Fitrah manusia saat lahir bersih dari dosa dan noda. Namun karena manusia
memiliki hawa nafsu dan banyak yang menggoda atau menyelewengkan manusia
dari kebenaran. Maka untuk terhindar dari hal tersebut maka manusia harus
beragama atau bertaqwa kepada Allah.
b) Memelihara jiwa
Kemuliaan jiwa manusia perlu dipelihara, oleh sebab itu agama melarang atau
mengharamkan melakukan penganiyaan, penyiksaan atau pembunuhan baik
terhadap diri sendiri ataupun orang lain.
c) Memelihara akal
Manusia diberi oleh Allah pembeda dengan makhluk lain, yaitu akal. Dengan
akal manusia mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk, atau
memahami dan menerima nilai-nilai agama, mengembangkan ilmu dan tekhnologi,
dan sebagainya. Karena pentingnya peran akal, maka agama memberi petunjuk
20
kepada manusia untuk mengembangkan dan memelihara dengan mensyukuri
nikmat akal tersebut dengan memanfaatkan seoptimal mungkin untuk berfikir.
4. Konsentrasi Belajar
a. Konsentrasi
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti
memusatkan, dan dalam bentuk kata bentuk kata benda, concentration artinya
pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada suatu hal dengan cara
menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Murid yang
berkonsentrasi belajar dapat diamati dari beberapa tingkah lakunya ketika
proses belajar mengajar (Slameto 2010:86).
Menurut pendapat lain konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan
perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi
memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu
ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada
kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika
menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai
arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan
tidak terarah (Siswanto 2007:65).
Secara garis besar, sebagian besar orang memahami pengertian konsentrasi
sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu. Dengan
adanya pengertian tersebut, timbullah suatu pengertian lain bahwa di dalam
melakukan konsentrasi, orang harus berusaha keras agar segenap perhatian
panca indera dan pikirannya hanya boleh focus pada satu objek saja. Panca
21
indera, khususnya mata dan telinga tidak boleh terfokus kepada hal-hal lain,
pikiran tidak boleh memikirkan dan teringat masalah-masalah lain (2003:1).
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa secara umum
konsentrasi merupakan suatu proses pemusatan pikiran terhadap suatu objek
tertentu. Berarti tindakan atau pekerjaan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh
dengan memusatkan seluruh panca indra yang kita miliki bahkan yang bersifat
abstrak sekalipun seperti perasaan. Konsentrasi ketika mendengarkan guru
menyampaikan materi saat proses pembelajaran berlangsung yang harus kita
lihat, dengar dan simak dengan sungguh-sungguh, bertanyanya bila diperlukan,
mencatat bila terdapat pembahasan yang sangat penting agar maksud maupun
tujuan yang disampaikan dapat kita terima dengan baik.
b. Pengertian belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman,
yang artinya belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Belajar tidak
hanya mengingat akan tetapi mengalami (Oemar Hamalik 2007:27).
Menurut Arthur J.Gates (2013:226) belajar adalah perubahan tingkah laku
melalui pengalaman dan latihan.Sedangkan menurut Clifford T. Morgan
(2001:33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap yang
merupakan hasil pengalaman yang lalu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa belajar mengacu
pada berubahnya perilaku seseorang yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, penilaian mengenaik sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi
22
dalam aspek kehidupan dan pengalaman. Belajar selalu menunjukkan suatu
proses perubahan tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
pengalaman yang dialaminya.
c. Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar adalah terpusatnya perhatian murid pada proses
pembelajaran yang berlangsung tanpa melakukan hal-hal lain. Menurut Dimyati
dan Mudjiono, “Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
belajar maupun proses memperolehnya” (Dimyati 2009:239).
Jika seorang murid tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, bisa jadi ia
tidak dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya. Hal ini bisa saja
dikarenakan mata pelajaran yang dipelajari dianggap sulit sehingga tidak dapat
menyukai pelajaran tersebut, guru yang menyampaikan tidak disukai karena
beberapa alasan, suasana dan tempat tidak menyenangkan, atau bahkan cara
penyampaiannya membosankan (Thursan Hakim 2003:5). Gangguan
konsentrasi pada saat belajar banyak dialami oleh para siswa terutama dalam
mempelajari mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi
misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti dan mata pelajaran yang
termasuk kelompok ilmu social.
Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktif atau dikenal dengan attention
deficit disorder / hiperactivity disoder, yang disingkat ADHD merupakan salah
satu bentuk gangguan eksternalisasi. Anak yang mengetukkan jari, selalu
bergerak, menggoyang-goyangkan kaki, mendorong tubuh orang lain tanpa ada
23
alasan yang jelas, berbicara tanpa henti, dan selalu bergerak gelisah seringkali
disebut hiperaktivitas. Di samping itu, anak dengan simtom-simtom seperti itu
juga sulit untuk berkonsentrasi (Sunawan 2009:42).
Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar seorang murid. Jika
seorang siswa mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, jelas belajarnya akan
sia-sia, karena hanya akan membuang tenaga, waktu, pikiran maupun biaya.
Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat
berkonsentrasi dengan baik.
d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam konsentrasi belajar
Faktor-faktor pendukung konsentrasi belajar seorang murid dipengaruhi oleh 2
faktor yakni: (Sunawan 2009:6)
1. Faktor internal
Faktor internal adalah sesuatu hal yang berada dalam diri seseorang.
Beberapa factor internal pendukung konsestrasi belajar adalah.
a) Jasmani : (a) kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau
bebas dari penyakit yang serius, (b) kondisi badan di atas normal atau fit
akan lebih menunjang konsentrasi, (c) cukup tidur dan istirahat, (d) cukup
makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi
untuk hidup sehat, (e) seluruh panca indera berfungsi dengan baik, (f) detak
jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi ketenangan dan sangat
mempengaruhi konsentrasi efektif, dan (g) irama nafas berjalan baik. Sama
halnya dengan jantung, irama nafas juga sangat mempengaruhi ketenangan.
24
b) Rohani : (a) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat
baik, (c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya
pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu
berat, (e) tidak emosional, (f) memiliki rasa percaya diri yang cukup, (g)
tidak mudah putus asa, (h) memiliki kemauan keras yang tidak mudah
padam, dan (i) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-
was, dan gelisah.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal berarti hal-hal yang berada di luar diri seseorang
atau dapat dikatakan hal-hal yang berada di sekitar lingkungan. Beberapa
factor eksternal yang mempengaruhi belajar adalah:
a.) Lingkungan : terbebas dari berbagai suara yang keras dan bising sehingga
mengganggu ketenangan. Udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari
polusi dan bau yang mengganggu.
b.) Penerangan harus cukup agar tidak mengganggu penglihatan.
c.) Orang-orang di sekitar harus mendukung suasana tenang apalagi
lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar.
Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat konsentrasi belajar.
Faktor penghambat tersebut menjadi penyebab terjadinya gangguan konsentrasi
belajar. Ada dua faktor penyebab gangguan konsentrasi yakni faktor internal
dan eksternal, adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: (Sunawan
2009:14)
1. Faktor internal
25
a.) Faktor jasmaniah, yang bersumber dari kondisi jasmani seseorang yang
tidak berada di dalam kondisi normal atau mengalami gangguan
kesehatan, misalnya mengantuk, lapar, haus, gangguan panca indra,
gangguan pencernaan, gangguan jantung, gangguan pernapasan, dan
sejenisnya.
b.) Faktor rohaniah, berasal dari mental seseorang yang dapat menimbulkan
gangguan konsentrasi seseorang, misalnya tidak tenang, mudah gugup,
emosional, tidak sabar, mudah cemas, stres, depresi, dan sejenisnya.
2. Faktor eksternal
Gangguan yang sering dialami adalah adanya rasa tidak nyaman dalam
melakukan berbagai kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya
ruang belajar yang sempit, kotor, udara yang berpolusi, dan suhu udara yang
panas.
5. Ciri-ciri Anak yang dapat Berkonsentrasi Belajar
Ciri-ciri murid yang dapat berkonsentrasi belajar berkaitan dengan perilaku
belajar yang meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor.
Karena belajar merupakan aktivitas yang berbeda-beda pada berbagai bahan
pelajaran, maka perilaku konsentrasi belajar tidak sama pada perilaku belajar
tersebut. Klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-
ciri murid yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai berikut: (Tabrani Rusyan
1989:10)
a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,
informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini,
26
murid yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan kesiapan
pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, komprehensif
dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,
dan mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada
perilaku ini, murid yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai
dengan adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, respon yang
berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan
suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide
dan sikap seseorang.
c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, murid yang memiliki konsentrasi
belajar dapat ditengarai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat
atau sesuai dengan petunjuk guru, serta komunikasi non verbal seperti
ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.
d. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, murid yang memiliki konsentrasi
belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi
dengan baik dan benar.
Dari penjabaran diatas, maka indikator konsentrasi belajar murid yakni
dapat diamati dari beberapa tingkah lakunya saat proses belajar mengajar
berlangsung, antara lain:
a. Memperhatikan secara aktif setiap materi yang disampaikan guru dengan
cara mencatat hal-hal yang perlu, menyimak dengan seksama, bertanya saat
ada yang tidak dipahami dll.
27
b. Dapat merespon dan memahami setiap materi pelajaran yang diberikan
seperti menerapkan pembelajaran yang disampaikan.
c. Selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi
mengenai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
d. Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru
e. Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran, tidak
mudah terganggu oleh rangsangan dari luar dan minat belajar murid.
6. Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Ada beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar, yaitu: (Setiyo
Purwanto dan Aryati Nuryani 2010:90)
a. Memberikan kerangka waktu yang jelas.
b. Mencegah murid agar tidak terlalu cepat berganti dari satu tugas ke tugas
lain.
c. Mengurangi jumlah gangguan dalam ruangan kelas.
d. Memberikan umpan balik dengan segera.
e. Merencanakan tugas yang lebih sedikit daripada memberikan satu sesi yang
banyak.
f. Menetapkan tujuan dengan menawarkan hadiah untuk memotivasinya agar
terus bekerja.
Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain sehingga menuntut guru
untuk merancang model pembelajaran yang bermuatan permainan (Deddy Indra
Hermawan 2014:6). Permainan disini diartikan sebagai kegiatan yang
menyenangkan dan juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi murid.
28
Tujuan utamanya adalah memudahkan murid dalam menerima pembelajaran di
kelas dengan cara yang menarik sehingga menarik perhatian murid.
B. Kerangka Pikir
1. Konsentrasi belajar murid yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian
secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi
memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang
mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang
dihadapi.
29
2. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang
dimaksud diatas ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan
keyakinan hidup, harus dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat
menjauhkan orang lain keperasaan ragu dan bimbang (Zakiyah Daradjad
2016:13).Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat skema kerangka
pemikiran seperti gambar berikut.
GAMBAR 2.1
30
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2016:96) adalah “jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Sementara itu, Sanjaya
mengemukakan bahwa hipotesisi penelitian adalah jawaban sementara dari masalah
dalam penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian melalui pengumpulan data dan
analisis data. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diperoleh
berdasarkan teori-teori yang relevan, belum teruji kebenarannya. Ditinjau dari
operasinya dikenal dua rumusan hipotesis, yaitu:
yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel. Jadi hipotesis
kerja dalam penelitian ini adalah:
Ho: tidak ada pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas
V SD Negeribontocinde
Ha: ada pengaruh Kesehatan Mental terhadap Konsentrasi belajar murid kelas V
SD Negeri Bontocinde”
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pola dan Jenis Penelitian
1. Pola Penelitian
Dilihat dari sudut prosedur yang ditempuh dalam kegiatan penelitian
untuk menjawab permasalahan yang ada, maka pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu “suatu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan deduktif induktif yang berangkat
dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti
berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi
permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan
untuk memperoleh pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris di
lapangan” (Arsyad Syafi’I 2007:27). Sedangkan dilihat dari sudut variabelnya,
penelitian ini termasuk penelitian korelasional, yakni “penelitian untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan
variasi – variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi”
(Sumadi Suryabrata 1991:26). Karena itu penulis berusaha mencari korelasi
dalam bentuk sebab akibat yaitu sebab variabel satu (kesehatan mental)
mengakibatkan variabel lain (konsentrasi belajar murid).
2. Jenis Penelitian
a. Penelitian ex post facto
Menurut Donald Ary (1982:382) nama ex post facto berasal dari
bahasa latin yang artinya “Dari sesudah fakta, yang menunjukkan bahwa
32
penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas
itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami”. Sedangkan
menurut pendapat Nana Sudjana mendefinisikan “penelitian ex post facto
sebagai metode penelitian yang menunjukkan kepada perlakuan atau
manipulasi variabel bebas (X) telah terjadi sebelumnya, sehingga peneliti
tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efek yang
ditimbulkannya pada variabel terikat (Y)” (Nana Sudjana 1996:56). Dari
pendapat para ahli ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ex post
facto adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu kejadian yang
terjadi pada waktu yang lalu yang akibatnya dirasakan pada masa sekarang.
Kejadian yang dimaksud adalah kesehatan mental sebagai variabel bebas
(X) yang dialami murid selama proses belajar di sekolah yang
mempengaruhi konsentrasi dari proses belajar murid sebagai variabel terikat
(Y).
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Sutrisno Hadi (1989:89) menjelaskan bahwa populasi adalah
“Sebagai obyek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh obyek
atau gejala yang diselidiki di sebut populasi atau universe”. Suharsimi
Arikunto berpendapat bahwa populasi adalah “ keseluruhan subyek
penelitian” (Suharsimi Arikunto 2002:108). Dari pengertian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian atau individu yang memiliki karakteristik
33
tertentu yang hendak diteliti. Berdasarkan data di atas, maka sebagai
populasi dalam penelitian ini adalah murid SD Negeri Bontocinde yang
berjumlah 20 murid.
b. Sample
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”(Nazar
Bakry 1995:109). Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-25% atau 20-25% atau lebih
(Suharsimi Arikunto 2002:120). Jadi jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 20 murid kelas V SD Negeri Bontocinde yang terdiri dari 10 laki-
laki dan 10 perempuan .
C. Sumber Data, Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Sumber data
Sumber data adalah “subyek darimana data dapat diperoleh”
(Suharsimi Arikunto (2002:107). Adapun sumber data dalam penelitian ini
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian dalam skripsi ini adalah
murid SD Negeri Bontocinde. Hal ini penulis lakukan karena masih banyak
murid yang kurang konsentrasi ketika proses pembelajaran dimulai. Untuk
itu peneliti ingin meneliti kesehatan mental para murid selama mereka diajar
di sekolah.
34
b. Responden
Responden adalah “orang yang dimintai keterangan tentang suatu fakta
atau pendapat” (Suharsimi Arikunto 2002:122. Responden dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah dan wali kelas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu semua dokumen atau catatan yang ada sehingga
dapat digunakan sebagai sumber data yang berupa data-data tentang struktur
organisasi sekolah, keadaan guru, daftar nilai siswa dan sebagainya.
d. Data
Data adalah “ hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun
angka” (Suharsimi Arikunto 2002:96). Data yang dikumpulkan harus relevan
dengan persoalan yang dihadapi. Data dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.) Data primer yaitu berupa data yang diperoleh (bersumber) dari
responden seperti data dari observasi, angket, dan wawancara.
Sedangkan sebagai responden ini adalah :
- Subyek penelitian adalah murid-murid SD Negeri Bontocinde yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
- Informan yaitu kepala sekolah dan wali kelas disebut juga responden.
Responden adalah “orang yang dimintai keterangan tentang suatu
fakta atau pendapat” (Suharsimi Arikunto 2002:122).
35
2.) Data sekunder yaitu berupa data yang diperoleh (bersumber) dari
dokumentasi, seperti : catatan, arsip –arsip, buku dan dokumen –
dokumen lainnya khususnya berkaitan dengan penelitian.
C. Variabel
Sugiyono (2000:20) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
variabel penelitian adalah “suatu atribut atau sifat (nilai) dari objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.Variabel penelitian ini ada dua
variabel yang perlu dikaji yaitu Variabel adalah “obyek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian” (Sugiyono 2000:99).
Dalam keterangan yang lebih lengkap seperti diungkapkan Sudjana
menjelaskan bahwa:
Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama,
yakni variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi
untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas, oleh
sebab itu variabel terikat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan
variabel bebas (Nana Sudjana 1995:24).
Dari penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1.) Variabel terikat (dependent) : Merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi atribut karena adanya variabel bebas atau variabel
yang timbul akibat respon dari variabel bebas. Oleh karena itu variabel
36
terikat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas
(Sugiyono :33). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
konsentrasi belajar pada saat proses belajar mengajar murid kelas V SD
Negeri Bontocinde tahun ajaran 2020/2021 yang diberi simbol (Y)
2.) Variabel bebas (independent) : Merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat atau dengan kata lain sebagai variabel perlakuan atau
sengaja dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya
terhadap variabel terikat (Sugiyono :33). dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah Kesehatan mental murid kelas V SD
Negeri Bontocinde tahun ajaran 2020/2021 yang diberi simbol (X)
Pengukuran variabel dalam penelitian ini, baik variabel dependent /
terikat dengan variabel independent / bebas, diukur menggunakan angket
berskala ordinat dengan kriteria : semakin tinggi skor diperoleh berarti
semakin baik nilainya. Sejumlah item pertanyaan diajukan kepada
responden (siswa) menggunakan skor terendah 1 dan tertinggi 4.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar-benar atentik dan valid maka
diperlukan metode pengumpulan data yang efektif dalam penelitian, maka
dibutuhkan beberapa metode pengumpulan data agar informasi data yang
diperoleh nanti berfungsi sebagai data yang obyektif dan tidak terjadi
penyimpangan – penyimpangan dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat metode, yaitu
37
observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Jadi sebuah informasi pertama
kali diperoleh dengan observasi, lalu penyebaran angket, setelah itu baru
melakukan wawancara sebagai penunjang informasi dari nilai angket yang
diperoleh dari responden. Dan untuk selanjutnya mencari dokumen – dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. Adapun penjelasan dari keempat metode
pengumpulan data tersebut di atas sebagai berikut:
a. Metode Observasi.
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip Marzuki (1989:55)
berpendapat bahwa “metode observasi diartikan “sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang
diselidiki”. Dengan demikian observasi merupakan suatu penyelidikan yang
dilakukan dengan jalan mengamati kejadian yang dapat ditangkap
kemudian diadakan pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang:
1. Lokasi penelitian / Letak gegrafis SD Negeri Bontocinde
2. Kondisi fisik fasilitas sarana prasarana sekolah
3. Aktifitas belajar mengajar murid dengan guru
4. Jumlah murid SD Negeri Bontocinde
b. Metode Angket
Metode angket atau kuesioner adalah “ sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui” (Suharsimi
Arikunto 2002:128). Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini
38
berbentuk angket tertutup yakni angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilihnya.
E. Tehnik Analisis Data
Setelah data empiris terkumpul, proses selanjutnya adalah pengolahan
dan penganalisaan data. Pengertian analisis menurut Lexy J. Moleong
(2000:103) adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data”. Terhadap data-data
yang berhasil dikumpulkan dari lokasi penelitian, maka langkah selanjutnya
adalah mengkoordinasikan data-data berdasarkan masing-masing fokus
penelitian dan menganalisisnya kemudian menyajikan secara tertulis dalam
laporan penelitian. Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat
kritis dalam penelitian. Analisa data penelitian bertujuan menyempitkan dan
membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur dan
tersusun serta lebih berarti. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis
deskriptif kuantitatif.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2002:86) adalah “penelitian
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebanyak banyaknya untuk
mengetahui suatu gejala yang ada”. Sedangkan menurut Yatim Rianto
mendefinisikan penelitian deskriptif (2001:24) adalah “penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta ataupun kejadian secara
sistematis dan akurat, mengenai populasi atau daerah tertentu”.
39
Untuk melakukan penjabaran dalam penelitian ini, penulis
menggunakan dua macam metode, yaitu:
a. Metode Induktif
Metode berfikir induktif adalah “berangkat dari fakta-fakta yang
bersifat khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian fakta-
fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus dan konkrit itu
ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum” (Hadi S 1990:42).
Jadi yang dimaksud dengan metode deskriptif induktif adalah suatu cara
berfikir yang berdasarkan fakta yang khusus kemudian diakhiri dengan
suatu pernyataan yang bersifat umum sebagai kesimpulan.
b. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah “berangkat dari pengetahuan umum, yang
bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai
suatu kejadian yang khusus” (Hadi S 1990:42).
2. Analisis Data Kuantitatif
Tehnik ini digunakan untuk menghitung data-data yang bersifat
kuantitatif atau data yang diwujudkan dengan angka. Untuk menganalisa
data, peneliti menggunakan analisa statistik, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Nana Sudjana bahwa “alat yang digunakan untuk menganalisa data
adalah statistik” (Nana Sudjana 1996:76).
Adapun kegiatan-kegiatan dalam mengolah data dengan statistik
adalah sebagai berikut:
40
a. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya untuk mengoreksi dan
mengecek terhadap data yang masuk.
b. Koding
Koding adalah memeriksa tanda atau kode data yang dicari (data
variabel dan sub variabel). Dalam penelitian ini, koding disini adalah
pengaruh kesehatan mental yang diberi kode X terhadap konsentrasi
belajar murid yang diberi kode Y.
c. Skoring
Skoring adalah pemberian angka pada lembar jawaban angket
tiap subyek. Tiap skor angket ditentukan sesuai dengan option sebagai
berikut:
1. Alternatif jawaban A diberi skor angka 4
2. Alternatif jawaban B diberi skor angka 3
3. Alternatif jawaban C diberi skor angka 2
4. Alternatif jawaban D diberi skor angka 1
Sebelum angket penelitian ini dianalisis menggunakan alat analisis
statistika yang relevan, terlebih dahulu akan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Validitas menunjukkan seberapa cermat suatu alat tes
melakukan fungsi ukurnya atau suatu alat ukur yang dapat mengukur apa
yang ingin diukur. Selanjutnya disebutkan bahwa validitas bertujuan untuk
menguji apakah tiap item atau instrumen (bisa pertanyaan maupun
41
pernyataan) benar-benar mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau
konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur suatu faktor.
Selanjutnya disebutkan bahwa item pernyataan atau pertanyaan dinyatakan
valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3
(Agus Eko Sujianto 2007:81).
Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai
dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s. Selanjutnya
disebutkan bahwa reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Alpha Cronbach’s > dari 0.60 (Agus Eko Sujianto 2007:82).
Penelitian ini adalah penelitian tentang pengaruh kesehatan mental
terhadap konsentrasi belajar murid SD Negeri Bontocinde. Untuk
menganalisis pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y),
penulis menggunakan rumus regresi sederhana atau regresi tunggal, yaitu
“bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan
antara dua variabel, yakni variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat)” (Yulianto Kadji 2009:54).
Dalam melakukan perhitungan statistik ini penulis menggunakan
bantuan program SPSS 16.0. Secara umum, tujuan analisis regresi adalah:
a. Menentukan persamaan garis regresi berdasarkan nilai konstanta dan
koefisien regresi yang dihasilkan.
42
b. Mencari korelasi bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel
terikat (nilai R).
c. Menguji signifikasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
melalui uji F. (Singgih Santoro 1995:265)
Adapun rumus regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: (Hartono 2010:94)
Y = a + bX
Keterangan:
Y = variabel terikat / dipengaruhi (konsentrasi belajar murid)
X = variabel bebas / mempengaruhi (kesehatan mental)
a = konstanta regresi
b = intersep atau kemiringan garis regresi (koefisien regresi yang
dihasilkan)
Rumus uji korelasi sederhana
Keterangan:
rxy : koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : nilai dari instrument
Setelah pengujian menggunakan regresi sederhana, selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Dasar pengambilan kesimpulan
43
adalah dengan membandingkan nilai probabilitas (tingkat signifikasi) atau sig.
(2-tiled) jika hasilnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Ini berarti ada
korelasi yang signifikan begitu juga sebaliknya.
F. Prosedur Penelitian
Sebelum prosedur penelitian ini dibahas terlebih dahulu perlu
dikemukakan tiga persyaratan penting dalam kegiatan penelitian yaitu
sistematis, terencana dan mengetahui konsep ilmiah. Dalam hal ini Arikunto
menjelaskan sebagaimana dikutip Nana Sudjana sebagai berikut:
Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling
sederhana sampai yang kompleks, sehingga tercipta tujuan secara efektif dan
efisien. Terencana artinya dilaksanakan dengan unsur kesengajaan dan
sebelumnya sudah dilaksanakan langkah-langkah pelaksanaannya. Mengikuti
konsep ilmiah artinya menilai awal sampai akhir kegiatan penelitian dengan
mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan yaitu prinsip yang digunakan untuk
memperoleh penetahuan (Nana Sudjana 1996:245).
Berdasarkan pada persyaratan tersebut di atas akan dikemukakan
prosedur penelitian atau langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Mendalami masalah sesuai dengan judul yang telah disetujui biro
skripsi. Dalam mendalami masalah ini melalui studi kepustakaan, mengisi
teori-teori yang ada dari buku-buku maupun sumber lain yang berkaitan
dengan skripsi untuk selanjutnya dilakukan penelitian.
44
2. Tahap penyelesaian administrasi
Tahap ini meliputi penyelesaian surat-surat yang diperlukan dalam
penelitian baik surat kepada pembimbing skripsi maupun surat ijin
penelitian yang ditujukan kepada kepala sekolah SD Negeri Bontocinde.
3. Tahap pengumpulan data
Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data yang ada di
lapangan, yakni data dari SD Negeri Bontocinde yang berupa angket,
interview, observasi dan dokumen. Setelah mendapatkan data-data tersebut
kemudian data-data itu diolah dan dianalisis. Dengan demikian data tersebut
semua dapat dibaca dan dipakai untuk menguji hipotesis yang dipegang
selama penelitian, hasil dari penelitian ini selanjutnya disusun dalam bentuk
skripsi.
45
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Konsentrasi
Belajar Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa.
Setalah melalui beberapa tahap penelitian guna pengumpulan data, maka
langkah selanjutnya adalah paparan data atau penyajian data hasil penelitian. Pada
tahapan ini dimaksudkan untuk memaparkan data dari variabel X ( kesehatan
mental ) dan variabel Y ( konsentrasi belajar murid ) dengan terlebih dahulu
membuat tabel pemaparan yang peneliti dapatkan dari penyebaran angket. Dari 20
angket yang peneliti sebarkan kepada murid SD Negeri Bontocinde sebagai obyek
penelitian keseluruhannya dikembalikan kepada peneliti. Proses pelaksanaan
penelitian ini dilakukan terhadap satu kelas yang menjadi sampel dengan
mengedarkan angket tersebut. Selain itu, diawal pertemuan peneliti memberikan
informasi mengenai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran sebelum membagikan
angket dan menyampaikan bahwa proses pengisian yang diberikan pada tanggal 2
November 2020, diharapkan mampu menyelesaikan pengisian angket dengan benar
yaitu murid memilih satu option saja dari empat option yang telah disediakan oleh
peneliti dalam angket serta menyampaikan bahwa hasil dari angket berindikator
pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas V di SD
Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa.
46
Tabel 3.1
Tabel Frekuensi Hasil Angket Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap
Konsentrasi Belajar Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde .
Berdasarkan isi tabel di atas merupakan variable hasil angket kesehatan
mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas V di SD Negeri Bontocinde
yang menunjukkan bahwa dari 20 sampel murid mendapatkan rata-rata nilai 91-
100.
2. Deskripsi Konsentrasi Belajar Murid Kelas V SD Negeri Bontocinde yang
dilihat dari hasil belajar.
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaitu konsentrasi Belajar
yang dilihat dari hasil belajar murid. Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari pengalaman
belajarnya melalui usaha pendidikan yang dapat berupa kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik yang diukur menggunakan tes. Proses pelaksanaan
terhadap hasil belajar murid ini dilakukan dengan menggunakan tes tertulis
Interval Nilai Frekuensi
51-60 0
61-70 0
71-80 0
81-90 0
91-100 20
47
pada setiap mata pelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 2 November 2020
sampai 6 November 2020 oleh guru kelas V kepada murid.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 20 murid yang telah dilakukan di SD
Negeri Bontocinde yang diperoleh dengan teknik observasi yang berupa
pemberian angket. Berikut skor konsentrasi belajar dari hasil belajar murid
kelas V yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2
Tabel Frekuensi Hasil Belajar Murid Kelas V SDN Bontocinde Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa
Berdasarkan isi tabel diatas menunjukkan bahwa variabel hasil hasil belajar
murid kelas V SD Negeri Bontocinde Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
murid yang mendapatkan nilai 8,1-9 berjumlah 20 murid.
Untuk menghitung korelasi dengan product moment dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara manual dan di bantu dengan program SPSS 22.0 for Windows.
Adapun dengan cara manual, peneliti membuat tabel-tabel penolong untuk
memudahkan dalam menghitung nilai rhitung yang telah diperoleh, kemudian
Interval Nilai Frekuensi
5,1-6 0
6,1-7 0
7,1-8 0
8,1-9 20
9,1-10 0
48
dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment. Apabila rhitung yang diperoleh
lebih besar atau sama dengan rtabel maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan
atau hubungan yang positif. Begitu pula sebaliknya, apabila rhitung lebih kecil dari
rtabel maka tidak terdapat hubungan atau hubungan positif.
Berdasarkan hasil penelitian maka selanjutnya hasil tersebut dimasukkan ke
dalam korelasi product moment dengan rumus angka kasar berikut ini :
Diketahui :
∑X =1682 ∑Y =167,8
∑X2 =141590 ∑Y2 =1408,42
∑XY =14117,2 ∑N = 20
Hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukan ke dalam rumus sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
√{𝑛 ∑ 𝑥2
− (∑ 𝑥)2}{𝑛 ∑ 𝑦2
− (∑ 𝑦)2}
𝑟𝑥𝑦 =20 𝑋 14117,2 − (1682) (167,8)
√{20 𝑋 141590 − (1682)2}{20 𝑋 1408,42 − (167,8)2}
𝑟𝑥𝑦 =282344 − 282239,6
√{2831800 − 2829124}{28168,4 − 28156,84}
𝑟𝑥𝑦 =104,4
√{2676}{11,56}
𝑟𝑥𝑦 =104,4
√30934,56
𝑟𝑥𝑦 =104,4
175,882233
𝑟𝑥𝑦 = 0,594579
𝑟𝑥𝑦 = 0,594 (dibulatkan tiga angka dibelakang koma)
49
Adapun perhitungan manual tersebut di atas yang menggunakan rumus korelasi
product moment, peneliti juga menggunakan bantuan program SPSS 22.0 for
windows. Dari hasil analisis SPSS 22.0 for windows dengan diperoleh nilai rhitung
yang sama dengan hasil perhitungan manual yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan SPSS 22.0 for windows.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitung antara pengaruh kesehatan
mental (X) dengan konsentrasi belajar dengan menggunakan hasil belajar murid (Y)
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,594. Nilai koefisien rtable dengan taraf
signifikansi 5% dan N = 20-2 = 18 sebesar 0,468. Hasil ini menunjukkan bahwa
rhitung lebih besar daripada rtabel sehingga hipotesis diterima, ini berarti ada pengaruh
yang positif dan signifikan antara variabel pola pengaruh kesehatan mental terhadap
konsentrasi belajar dengan menggunakan hasil belajar murid. Berikut pedoman
interpretasi koefisien korelasi:
Tabel 3.4
Correlations
Kesehatan mental konsentrasibelajar
kesehatanmental
Pearson
Correlation
1 ,594**
Sig. (2-tailed) ,006
N 20 20
konsentrasibelajar
Pearson
Correlation
,594** 1
Sig. (2-tailed) ,006
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
50
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Berdasarkan tabel 3.3 tersebut, maka koefisien korelasi yang ditemukan
sebesar 0,594 termasuk pada kategori kuat. Jadi terdapat pengaruh kesehatan
mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas V SD Negeri Bontocinde
Kabupaten Gowa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas V SD Negeri
Bontocinde Kabupaten Gowa.
Pada bagian ini, dibahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan meliputi
pengaruh kesehatan mental sebagai variabel X dan konsentrasi belajar murid
sebagai variabel Y secara keseluruhan maupun hasil dari setiap murid. Berdasarkan
tabel mengenai skor angket dan nilai rata-rata hasil belajar murid kelas V dapat
dilihat bahwa skor angket terendah yang diperoleh adalah 80 sedangkan skor
tertinggi adalah 88 dengan jumlah skor angket secara keseluruhan 1682. Selain itu,
dapat juga dilihat nilai rata-rata hasil belajar murid yang terendah adalah 8.2 dan
51
nilai rata-rata hasil belajar murid yang tertinggi adalah 8,8 dengan jumlah sampel
20 siswa dari satu kelas.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif
inferensial yaitu menghitung nilai koefisien korelasi produk moment sebagai nilai
dari penunjukan adanya pengaruh kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar
murid dilihat dari hasil belajar murid. Nilai koefisien korelasi produk moment
secara teori berkisar diantara -1 ≤ r ≤ +1, nilai koefisien korelasi produk moment
hitung diperoleh dengan menggunakan persamaan koefisien korelasi produk
moment. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung> rtabel yang berarti bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan “Ada pengaruh yang kuat terkait
kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid kelas V SD Negeri Bontocinde
dinyatakan diterima dengan kategori kuat.
Hasil penelitian yang dilakukan telah tergambar bahwa ada pengaruh yang
kuat terkait kesehatan mental terlihat dari hasil belajar murid kelas V SD Negeri
Bontocinde Adapun skor nilai variabel X dan Y dapat dilihat melalui lampiran.
Tabulasi angket dari kedua komponen tersebut yang diperoleh dari 20 responden
akan digabungkan menjadi satu sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan skor
nilai dari komponen yang ada pada setiap itemnya.
Dalam melakukan uji korelasi peneliti menggunakan rumus korelasi
product moment seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu tujuan
penggunaan rumus ini untuk mengetahui seberapa tingkat besar atau kekuatan
korelasi anatara variabel (X) dan variabel (Y). Berdasarkan perhitungan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,594. Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa nilai
52
koefisien korelasi yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh
kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid dilihat dari hasil belajar murid
adalah 0,594. Untuk mengetahui koefisien ini signifikansi, maka perlu
dikonsultasikan pada rtabel dengan (n=20) sehingga diperoleh rtabel 0,468 taraf
signifikan 5% dengan ketentuan bila rhitunglebih besar dari rtabel maka terdapat
korelasi yang signifikan. Sehingga dari perhitungan dinyatakan rhitung lebih besar
dari rtabel 0,594 > 0,468. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif
dan signifikan antara kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid dilihat
dari hasil belajar murid SD Negeri Bontocinde.
Hipotesis yang berbunyi ada pengaruh Kesehatan Mental terhadap
Konsentrasi belajar murid kelas V SD Negeri Bontocinde Kabupaten Gowa. Data
yang dikorelasikan adalah data variabel kesehatan mental (X) dan konsentrasi
belajar murid (Y), kemudian data kedua variabel tersebut dikorelasikan dengan
rumus rxy. Hasil perhitungan penelitian diperoleh korelasi antara pengaruh
kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid di SD Negeri Bontocinde
Kabupaten Gowa 0,594. Untuk mengetahui hipotesis ini diterima maka perlu
dikonsultasikan pada rtabel dengan (n=20), sehingga diperoleh rtabel0,468 taraf
signifikan 0,05 dan 0,594 taraf signifikan 0,01 dengan ketentuan bila rhitung lebih
besardari rtabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
antara kesehatan mental terhadap konsentrasi belajar murid. Hal ini ditunjukkan
dengan koefisien korelasi rxy sebesar 0,594 dan rhitung = 0,594 yang lebih besar dari
rtabel pada α = 0,05 yaitu 0,468.
53
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud diatas
ialah seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus
dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain keperasaan
ragu dan bimbang (Zakiyah Daradjad 2016:13). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin baik kesehatan mental murid maka semakin baik pula
konsentrasi belajarnya, begitupula sebaliknya jika kesehatan mental murid kurang
baik maka konsentrasi belajarnya pula akan menurun hal itu dapat dilihat dari hasil
belajar murid.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada pembahasan sebelumnya, hasil
pengujian secara parsial menunjukkan variabel pengaruh kesehatan mental
berhubungan positif dan signifikan terhadap konsentrasi belajar murid di SD Negeri
Bontocinde Kabupaten Gowa, artinya semakin diperhatikannya kesehatan mental
murid maka konsentrasi belajar murid cenderung meningkat. Hasil analisis yang
diperoleh secara perhitungan menggunakan persamaan koefisien korelasi produk
moment yaitu sebesar 0,594 lebih besar dari nilai koefisien korelasi produk moment
pada tabel 0,590 pada tarafsignifikan 1% dan 0,468 pada taraf signifikan 5% dengan
derajat kebebasan 20-2 = 18 atau rhitung> rtabel dapat disimpulkan bahwa “Ada
pengaruh yang positif dan signifikan antara kesehatan mental terhadap konsentrasi
belajar murid SD Negeri Bontocinde dengan kategori kuat terhadap konsentrasi
belajar murid dan semakin baik kesehatan mental murid maka makin tinggi pula
konsentrasi belajar murid dan sebaliknya makin rendah kesehatan mental murid
maka makin rendah pula konsentrasi belajar murid.
56
56
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian ini
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi sekolah sebaiknya selalu memperhatikan kesehatan mental
setiap murid agar meraih hasil yang memuaskan yang diwujudkan
dalam nilai rapor sekolah.
2. Bagi orang tua murid sebaiknya memberikan perhatian dan kasih
sayang serta selalu memberikan motivasi belajar agar meraih
prestasi yang baik disekolahnya , serta menghindari hal-hal yang
dapat menggangu kesehatan mental anaknya.
3. Bagi guru/wali kelas untuk selalu membantu murid yang bermasalah
untuk mencapai hasil yang maksimal.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Armico,
1985.hal 6 lihat pula Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004.
Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur'an Jakarta: Paramadina, 2014.
Cet.Ke--8.
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik Dengan SPSS Untuk Pemula, Jakarta:
Penerbit Prestasi Pustaka, 2007.
Arafat, M. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Ngantru Tulungagung,
2010.
Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta 2002.
Ary Donald, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Terjemahan oleh
Arief Furchan ,Surabaya : Usaha Nasional,1982.
Asyrop Syafi’i ,Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: eLKAF,
2007.
Daradjat Z, Kesehatan Mental Jakarta: PT Gunung Agung, 2016.
Deddy Indra Hermawan, Teknik Permainan Edukatif Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas VI SDN 2 Tugu Jumantono Tahun
Pelajaran 2014/2015, E-Journal Surakarta: FKIP Universitas
Sebelas Maret, 2014.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta,
2009.
Fatimah, F. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam di SMP Piri Jati Agung, Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung, 2019.
Garis-Garis Besar Haluan Negara, Ketetapan MPR No II / MPR /1983
Hadi S, Metodologi Research, Bandung, Andi Ofset, 1989, Metodologi
Riset I, Yogyakarta: Andi offset, 1990.
58
Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Hanifah Anggraini, “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsN Sidorejo Wungu
Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016,” (Skripsi, STAIN Ponorogo,
Ponorogo, 2016).
Hartono, SPSS 16.0 Analisis Data Statistik dan Penelitian, Yogyakarta:
LSFK2P bekerja sama dengan Pustaka Pelajar xi, 2010.
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dan
pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1999.
Jalaluddin, Psikologi Agama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Kartini Kartono, Mental Hygiene Bandung : Alumni,1983.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, Bandung: Remaja
Rosda karya, 2000.
Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE-VII, 1989
Mufarokah, Anisatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo &Pustaka Belajar Jogjakarta.2001.
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru
Algensisdo, 1996.
Nanik Cahyati, “Korelasi Antara Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar
dengan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas XI MA Miftahussalam
Kambeng Slahung Tahun Ajaran 2014/2015,” (Skripsi, STAIN
Ponorogo, Ponorogo, 2015).
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1995.
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013.
Rusyan T, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya: 1989.
59
Setiyo Purwanto dan Aryati Nuryani, Efektivitas Brain Gym dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar pada Anak , E-Journal
Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, 2010.
Singgih Santoro, SPSS: Statistical Product and Service Solution, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 1999.
Siswanto, Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya,
Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2000.,Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ,Bandung: 2005
Sunawan, Diagnosa Kesulitan Belajar, Semarang : UNNES, 2009.
Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian ,Jakarta:Rajawali, 1991.
Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.
Thursan Hakim, Mengatasi Gangguan Konsentrasi, Jakarta : Puspa Swara,
2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2003.
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, 2001.
Yulianto Kadji, Agus Eko Sudjianto, SPSS for Windows Step by Step,
Tulungagung: Cahaya Abadi, 2009.
60
LAMPIRAN
61
SURAT PENGANTAR PENELITIAN
62
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
63
KARTU KONTROL PENELITIAN
64
PERSETUJUAN PEMBIMBING
65