Download - PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Risma Cahyani
NIM : 1112082000077
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Risma Cahyani
NIM : 1112082000077
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Rini, Ak.,CA
NIP. 19760315 200501 2 002
Husnul Khotimah, SE, M.S.Ak.
NIP. -
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin Tanggal Sembilan Bulan Mei Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Risma Cahyani
2. NIM : 1112082000077
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Social
Responsibility terhadap Agresivitas Pajak”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Mei 2016
1. Wilda Farah, SE.,M.Si.,Ak.,CPA.,CA.
NIP.19830326 200912 2 005
( __________________________ )
Penguji I
2. Masrul Huda, SE., M.Si
NIP.19630506 201411 1 001
( __________________________ )
Penguji I
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 26 Mei 2016 telah dikalsanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Risma Cahyani
2. NIM : 1112082000077
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Social
Responsibility terhadap Agresivitas Pajak”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut
di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Mei 2016
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak.
NIP. 19760924 200604 2 002
( __________________________ )
Ketua
2. Dr. Rini, Ak., CA.
NIP. 19760315 200501 2 002
( __________________________ )
Sekretaris
3. Ismawati Haribowo, SE., M.Si
NIP. 19800909 201411 2 003
( __________________________ )
Penguji Ahli
4. Dr. Rini, Ak., CA.
NIP. 19760315 200501 2 002
( __________________________ )
Pembimbing I
5. Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak
NIP. -
( __________________________ )
Pembimbing II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Risma Cahyani
NIM : 1112082000077
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab
atas karya ini.
Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 Mei 2016
Yang Menyatakan
(Risma Cahyani)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Risma Cahyani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 05 September 1994
3. Alamat : Jl. Cabe IV RT. 001 RW. 003 No. 7A,
Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten 15418
4. Telepon : 085782918739
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
No. Nama Sekolah Tahun Ajaran
1. TK Islam Santhosa 1999-2000
2. SD Negeri Pondok Pinang 12 Pagi 2000-2006
3. SMP Negeri 87 Jakarta 2006-2009
4. SMK Negeri 20 Jakarta 2009-2012
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2012-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
2. Bendahara Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
IV. DATA KELUARGA
No. Keterangan Nama Tempat, Tanggal Lahir
1. Ayah Sumarni Ponorogo, 09 Oktober 1967
2. Ibu Tinem Magetan, 25 September 1971
3. Adik Devi Safitri Magetan, 26 Desember 1998
vii
THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT AND CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY ON TAX AGGRESSIVENESS
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of earnings management and
corporate social responsibility on tax aggressiveness. Earnings management was
measured by discretionary accruals (DA), corporate social responsibility was
measured by corporate social responsibility index (CSRI) and tax aggessiveness
was masured by cash effective tax rate (CETR). This study used sample of
manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)
during the period of 2010-2014. The number of manufacturing companies in this
study were 42 companies with 5 years observation that acquired by using
purposive sampling method. Hypothesis in this study were tested by multiple
regression model. The results of this study showed that earnings management had
not influenced on tax aggressiveness while corporate social responsibility had
negatively influenced on tax aggessiveness.
Keywords : earnings management, corporate social responsibility and tax
agressiveness
viii
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba dan
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak. Manajemen laba diukur
dengan discretionary accruals (DA), corporate social responsibility diukur
dengan corporate social responsibility index (CSRI) dan agresivitas pajak diukur
dengan cash effective tax rate (CETR). Penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2010-2014. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini
adalah 42 perusahaan selama 5 tahun dengan menggunakan metode purposive
sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen laba tidak memiliki
pengaruh terhadap agesivitas pajak sedangkan corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.
Kata kunci : manajemen laba, corporate social responsibility dan agresivitas
pajak
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran,
beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan,
masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala
macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran
dalam menjalani perkuliahan.
5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak., selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
x
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan Bapak
berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
9. Keluarga tercinta Ayahanda Sumarni dan Ibunda Tinem yang tak hentinya
mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril
dan materil. Adik Devi Safitri yang selalu mendoakan dan mendorong penulis
untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Semoga kita selalu
berada dalam lindungan-Nya.
10. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan untuk kesuksesan penulis.
11. Ghufron Kamil, S.Pd yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a
selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi. Terimakasih atas waktu
dan perhatiannya.
12. Sahabatku tersayang Sista Choiriyah, Tria Melani, Liska Damiati dan Fadillah
Rahmatun S. yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi
dan menjadi tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita
diberi kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara
kita.
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012,
terkhusus teman-teman kelas C. Terimakasih untuk semangat dan
kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik
diantara kita.
14. Teman-teman KKN Lentera 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin
hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
15. Senior-senior jurusan akuntansi yang telah memberikan arahan dan nasihat
selama proses perkuliahan. Terimakasih atas dukungannya.
xi
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan
kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha
untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 10 Mei 2016
Penulis
Risma Cahyani
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 11
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11
1. Manfaat Akademis ........................................................................ 12
2. Manfaat Praktis ............................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 13
A. Landasan Teori .................................................................................. 13
1. Teori Agensi .................................................................................. 13
2. Teori Stakeholders ......................................................................... 14
3. Teori Legitimasi ............................................................................ 15
xiii
4. Pajak ............................................................................................. 16
a. Definisi dan Unsur Pajak .......................................................... 16
b. Fungsi Pajak ............................................................................. 18
c. Sistem Pemungutan Pajak ......................................................... 18
5. Manajemen Laba (Earnings Management) .................................... 19
a. Manajemen Laba Riil ................................................................ 20
b. Manajemen Laba Akrual ........................................................... 21
6. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................... 22
7. Agresivitas Pajak (Tax Aggressiveness) ......................................... 23
B. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 25
1. Penelitian Relevan ......................................................................... 25
2. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 31
a. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap
Agresivitas Pajak ...................................................................... 31
b. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Agresivitas Pajak ...................................................................... 32
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 35
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 35
1. Variabel Dependen ........................................................................ 35
2. Variabel Independen ...................................................................... 35
a. Manajemen Laba (Earnings Management) ................................ 36
b. Corporate Social Responsibility (CSR) ..................................... 38
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 45
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 46
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 47
E. Metode Analisis Data ......................................................................... 47
1. Analisis Deskriptif ......................................................................... 47
2. Analisis Inferensial ........................................................................ 48
a. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 48
xiv
1) Uji Normalitas ............................................................................... 48
2) Uji Multikolonieritas .................................................................... 49
3) Uji Autokorelasi ............................................................................ 50
4) Uji Heterokedastisitas .................................................................... 50
b. Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 51
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 52
d. Pengujian Hipotesis .................................................................. 52
1) Uji Statistik F ................................................................................ 52
2) Uji Statistik t ................................................................................. 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 55
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ...................................................... 56
1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 56
2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 60
a. Uji Normalitas .......................................................................... 60
b. Uji Multikolonieritas ................................................................. 63
c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 65
d. Uji Heterokedastisitas ............................................................... 66
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 68
4. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 69
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................. 70
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............... 71
C. Pembahasan ....................................................................................... 73
1. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) terhadap
Agresivitas Pajak ........................................................................... 73
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
Agresivitas Pajak ........................................................................... 76
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 81
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran.................................................................................................. 82
xv
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pengaruh
Manajemen Laba (X1) dan Corporate Social Responsibility (X2)
Terhadap Agresivitas Pajak (Y) ....................................................... 26
Tabel 3.1 : Operasional Variabel ....................................................................... 54
Tabel 4.1 : Tahapan Seleksi Sampel Penelitian .................................................. 56
Tabel 4.2 : Hasil Uji Statistik Deskiptif ............................................................. 57
Tabel 4.3 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................ 61
Tabel 4.4 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Trans-
formasi dan Pengurangan Data Outlier ............................................ 62
Tabel 4.5 : Hasil UjiMultikolonieritas Berdasarkan Nilai Korelasi Variabel In-
dependen ......................................................................................... 64
Tabel 4.6 : Hasil UjiMultikolonieritas Berdasarkan Nilai VIF dan Tolerance .... 64
Tabel 4.7 : Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 65
Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser .............................. 67
Tabel 4.9 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 69
Tabel 4.10 : Hasil Uji Statistik F ........................................................................ 70
Tabel 4.11 : Hasil Uji Statistik t ......................................................................... 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran ..................................................................... 34
Gambar 4.1 : Grafik Histogram .......................................................................... 63
Gambar 4.2 : Grafik Normal P-Plot .................................................................... 63
Gambar 4.3 : Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 66
Gambar 4.4 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot ................. 67
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Sampel ............................................................. 86
Lampiran 2 : Manajemen Laba (Earnings Management) .................................... 88
Lampiran 3 : Corporate Social Responsibility (CSR) ......................................... 90
Lampiran 4 : Agresivitas Pajak .......................................................................... 92
Lampiran 5 : Hasil Output SPSS ........................................................................ 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam
menjalankan pemerintahan. Setiap tahunnya 70 sampai 80 persen pengeluaran
negara dibiayai dari pajak. Pemungutan pajak sudah ada sejak lama dari
adanya upeti wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan,
masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing-masing.
Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa atau raja tanpa
melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar pajak
melalui aturan yang dibuat penyelenggara pemerintah dengan rakyat melalui
perwakilannya (Bouty, 2010). Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontrapestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
Bagi negara, pajak merupakan unsur penting untuk menopang anggaran
pengeluaran negara yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar, pajak merupakan
hal yang krusial baik dari segi pelaksanaan, pemungutan, maupun peraturan
perundang-undangannya. Oleh karenanya, pemerintah menaruh perhatian
yang begitu besar terhadap sektor pajak dengan melakukan berbagai reformasi
di bidang perpajakan, antara lain penggunaan metode self assesment system
2
dalam pemungutan pajak dan penggunaan sistem e-filing untuk pelaporan
pajak. Namun ternyata usaha-usaha tersebut masih belum cukup untuk
memenuhi target penerimaan pajak dalam beberapa tahun terakhir ini.
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodojonegoro dalam konferensi pers
mengatakan bahwa realisasi pendapatan negara tercatat mencapai Rp.1.537,2
triliun atau 94 persen dari rencana dalam APBN-P 2014 yang sebesar
Rp1.635,4 triliun. Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi
penerimaan perpajakan mencapai Rp1.143,3 triliun, atau 91,7 persen dari
target yang ditetapkan sebesar Rp1.246,1 triliun (Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, 2015).
Pernyataan tersebut didukung oleh Haryanto, pegawai Badan Kebijakan
Fiskal Kementerian Keuangan RI yang menuliskan dalam artikelnya bahwa
jika ditengok ke belakang, dalam kurun 6 tahun terakhir penerimaan
perpajakan sudah mengalami permasalahan, yaitu tidak tercapainya target
penerimaan pajak. Tahun 2009 misalnya, realisasi penerimaan pajak hanya
mencapai 94,3% dari target, sedikit meningkat di tahun 2011 menjadi 97,2%,
namun kembali mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 94,4% dan
kembali mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 92,4% (Haryanto,
2015).
Sebagai salah satu Wajib Pajak, perusahaan mempunyai kewajiban
untuk melakukan pembayaran pajak sebagaimana yang telah diatur dalam
undang-undang. Namun, setiap perusahaan mempunyai kepentingannya
sendiri-sendiri terutama perusahaan yang berorientasi pada laba. Perusahaan
3
jenis ini mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan guna
meningkatkan kekayaan perusahaan. Sedangkan negara Indonesia juga
mempunyai kepentingannya sendiri, yaitu memaksimalkan pendapatan negara
atas pajak, yang mana kepentingan ini bertentangan dengan kepentingan
perusahaan.
Berbeda dengan negara, bagi perusahaan pajak bukanlah sumber
pendapatan melainkan merupakan sumber beban yang harus dibayar karena
pajak dapat mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan sehingga
perusahaan akan melakukan segala cara untuk mengefisiensikan pajak yang
harus dibayarkannya (Mangoting, 1999). Banyak perusahaan yang akan
mencari cara untuk meminimalkan biaya pajak yang harus dibayar, karena
mereka menganggap pajak sebagai faktor pengurang laba bersih. Oleh karena
itu, tidak akan menutup kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif
terhadap perpajakan (Chen et al.,2010).
Mangoting (1999) menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan tax
planing yang bertujuan untuk meminimalkan pajak terutang dan untuk
memaksimalkan laba perusahaan sebelum pajak yang optimal. Sedangkan
menurut Rahman (2012) dalam Purwanggono (2015) tax planning adalah
bagian dari fungsi manajemen pajak yang meliputi proses pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan sehingga dapat diseleksi untuk
menentukan tindakan dan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Beberapa peneliti dan literatur mendefinisikan agresvitas pajak dalam
berbagai persepsi. Chen (2008) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai
4
“downward management of taxable income trough tax planning activities”.
Sementara Rego, et.al. (2009), menyatakan agresivitas pajak sebagai
“downward manipulation of taxable income trough tax planning thay may or
may not be considered fraudulent tax evation”. Definisi dari berbagai peneliti
ini menimbulkan pemahaman bahwa tindakan agresivitas dapat dilakukan
melalui cara yang legal maupun illegal (Purwanggono, 2015). Beberapa
peneliti lain seperti Mangunsong (2002), Mangoting (2009) dan Harari, dkk.,
(2012) juga menjelaskan bahwa tindakan agresivitas pajak dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu, tax avoidance (legal) dan tax evasion (illegal)
(Purwanggono, 2015).
Terdapat banyak kasus di Indonesia yang melibatkan Wajib Pajak
Badan, terutama berkaitan dengan usaha-usahanya dalam meminimalkan
beban pajak yang harus dibayarkan melalui berbagai cara. Beberapa
perusahaan besar yang terbukti melakukan tindakan agresif terhadap pajak
diantaranya adalah PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, BCA dan PT
Asian Agri Group. Salah satu cara perusahaan menghindar dari membayar
pajak adalah dengan menyuap pegawai pajak. Gayus Tambunan adalah nama
yang sudah tidak asing lagi. Ia dipidana karena telah terbukti menerima suap
sebesar Rp.925 juta rupiah dari Roberto Santonius terkait kepengurusan
gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart dan menerima 3,5 juta
dollar Amerika dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan
Grup Bakrie, yakni PT Arutmin, PT Kaltim Prima Coal dan PT Bumi
Resource. Gayus Tambunan dinilai telah terbukti menerima suap dan
5
melakukan tindak pencucian uang dari tiga perusahaan Bakrie Group senilai 7
juta dollar AS, lalu membagikannya ke Alif Kuncoro, Imam Cahyo Maliki,
Maruli Pandapotan Manurung dan pejabat-pejabat di Ditjen Pajak lain
(Siregar, 2014).
Kasus yang serupa dengan kasus Gayus Tambunan terjadi di tubuh Bank
BCA. Hadi Poernomo selaku pegawai Dirjen Pajak diduga memanipulasi
telaah direktorat PPH mengenai keberatan SKPN PPH BCA. BCA
mengajukan surat keberatan wajib pajak dengan nilai yang cukup fantastis
yakni sebesar Rp.5,7 triliun terkait kredit bermasalah-nya atau non-
performance loan (NLP) kepada direktorat PPH Ditjen Pajak pada 17 Juli
2003. Setelah ditelaah oleh Direktorat PPH, permohonan keberatan wajib
pajak yang diajukan BCA ditolak, namun oleh Hadi Poernomo selaku Dirjen
Pajak mengintruksikan Direktur PPH yang semula menolak menjadi
menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak yang dilayangkan pihak
BCA sehari sebelum masa jatuh tempo pemberian keputusan final. Oleh
putusan Hadi Poernomo tersebut, diyakini BCA telah merugikan negara
dengan tidak membayar pajak sebesar Rp.375 miliar (Siregar, 2014).
Selain dua kasus tersebut, kasus lain juga menimpa PT Asian Agri
Group. Menurut Direktorat Jenderal Pajak kerugian negara akibat manipulasi
pajak yang dilakukannya mencapai Rp.786 miliar. Jumlah tersebut merupakan
yang terbesar dalam sejarah Indonesia. PT Asian Agri Group terbukti kurang
membayar pajak sejumlah Rp.1,259 triliun selama periode 2002-2005.
Berdasarkan hasil penyelidikan (14 perusahaan diperiksa), ditemukan bukti
6
terjadinya tindakan penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Mahkamah Agung
telah menyatakan terdakwa Suwir Laut alias Liu Che Sui alias Atak terbukti
secara sah bersalah melakukan tindak pidana menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
secara berlanjut. Adapun indikasi penyelewengan pajak Asian Agri Group
yang dibongkar oleh Vincentius Amin Sutanto (whistle blower) yaitu melalui
tindakan penggelembungan biaya, praktek manipulasi harga melalui skema
transfer pricing dan transaksi lindung nilai alias hedging fiktif (Riau
Corruption Trial).
Sehubungan dengan kasus tersebut, denda pidana dengan total Rp.2,5
triliun sudah dilunasi perusahaan dengan mencicil dan lunas pada Oktober
2014. Selain berurusan dengan Mahkamah Agung, Asian Agri Group juga
berurusan dengan Direktorat Jenderal Pajak yang menagih piutang pajak dan
denda terhadap 14 anak usaha Asian Agri sebesar Rp.1,959 triliun. Dalam
perkembangannya, perusahaan mengajukan keberatan dan banding ke
pengadilan pajak. Hingga kini tercatat ada tujuh anak perusahaan lain yang
belum diputus oleh pengadilan pajak yang meliputi: PT Dasa Anugerah Sejati,
PT Hari Sawit Jaya, dan PT Inti Indosawit Subur. Empat perusahaan lainnya
adalah PT Indo Sepadan Jaya, PT Nusa Pusaka Kencana, PT Rantau Sinar
Karsa, dan PT Tunggal Yunus (Putri, 2015).
Kasus PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, PT BCA dan PT
Asian Agri Group merupakan bentuk agresivitas pajak perusahaan yang
7
terjadi di Indonesia. Dari kasus-kasus tersebut, kita dapat melihat beberapa
cara yang dilakukan Wajib Pajak Badan untuk mengurangi besarnya pajak
yang harus mereka bayarkan, diantaranya adalah melalui perencanaan dan
penggelapan pajak seperti PT Asian Agri Group dan bahkan sampai menyuap
petugas pajak seperti yang dilakukan Bakrie Group dan PT BCA. Selain kasus
PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, PT BCA dan PT Asian Agri
Group masih banyak lagi kasus yang menunjukan agresivitas pajak
perusahaan dan telah menimbulkan banyak kerugian bagi negara karena usaha
mereka untuk menekan biaya pajak yang merupakan sumber pendapatan bagi
negara.
Besarnya pajak bagi perusahaan dihitung melalui perolehan laba bersih
perusahaan sebagaimana tercantum dalam laporan laba-rugi. Semakin besar
laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin besar pula kewajiban
pajak yang harus dibayarkan, begitu pun sebaliknya. Semakin kecil laba yang
dihasilkan maka akan semakin kecil kewajiban pajak yang harus dibayarkan.
Menurut Scott (2009) dalam Putri (2014), salah satu motivasi manajemen laba
adalah motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan metode
yang dipilih dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang telah
disesuaikan dengan kepentingan dari pihak manajer itu sendiri untuk
menguntungkan perusahaan dengan cara menaikkan ataupun menurunkan laba
perusahaan.
Perusahaan menggunakan manajemen laba untuk melakukan income
decreasing yang akan mengurangi penghasilan kena pajak. Semakin agresif
8
perusahaan melakukan manajemen laba, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
agresivitas pajak perusahaan juga tinggi karena beban pajak semakin kecil.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan Supramono (2012)
menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap agresivitas
pajak perusahaan manufaktur. Oleh karenanya, peneliti merasa tertarik untuk
meneliti mengenai pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
Faktor lain yang dianggap dapat memengaruhi agresivitas pajak
perusahaan adalah corporate social responsibility. Meskipun agresivitas pajak
dapat dilakukan melalui cara yang legal maupun illegal, tetapi tetap saja
tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab karena
dapat merugikan negara dan menurunkan kemampuan negara dalam
menjalankan kewajibannya untuk menyejahterakan warga negaranya. Lanis
dan Richadson (2012) menjelaskan bahwa tindakan agresivitas pajak yang
dilakukan perusahaan dianggap sebagai tindakan yang tidak
bertanggungjawab secara sosial atau yang disebut juga dengan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Berdasarkan konsep CSR, perusahaan perlu memperhatikan tiga aspek
triple bottom line yaitu aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi.
Selain aspek lingkungan dan aspek sosial, aspek ekonomi juga harus
diperhatikan. Selain harus menjaga kondisi keuangannya dengan baik,
perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi dari laba yang
diperolehnya, misalkan dengan memberikan donasi terhadap masyarakat,
9
memberikan kompensasi terhadap karyawannya dan membayar pajak untuk
negara. Setiap rupiah jumlah pajak yang dibayarkan, dapat memberikan
kontribusi terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Kontribusi pajak bagi
masyarakat dapat berupa pembangunan infrastruktur, fasilitas publik, ataupun
subsidi pendidikan dan kesehatan.
Watson (2012) dalam Purwanggono (2015) menjelaskan bahwa
perusahaan dengan tingkat CSR yang rendah merupakan perusahaan yang
tidak bertanggungjawab secara sosial sehingga akan melakukan tindakan
perencanaan pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar
sosial atau memiliki tingkat CSR yang lebih tinggi. Sebagaimana yang telah
dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor apa saja yang memengaruhi tindakan agresif perusahaan terhadap pajak
yang harus dibayarkannya. Untuk itu peneliti mengambil dua variabel
independen, yaitu manajemen laba dan corporate social responsibility yang
dianggap dapat memengaruhi agresivitas pajak perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Amril, dkk. (2015) dengan
mengganti variabel yang berkaitan dengan corporate governance yaitu
komisaris independen dan kepemilikan institusional dengan variabel
corporate social responsibility. Penelitian sama-sama dilakukan terhadap
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun
dengan rentang waktu yang berbeda. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya ditunjukkan dengan penggunaan proksi yang berbeda
dalam perhitungan agresivitas pajak perusahaan. Penelitian sebelumnya
10
menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk menghitung agresivitas
pajak perusahaan sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi Cash
Effective Tax Rate (CETR) untuk menghitung agresivitas pajak perusahaan.
Alasan lain dipilihnya manajemen laba sebagai salah satu variabel
independen adalah karena adanya perbedaan hasil antara beberapa penelitian
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014)
dan Suryanto dan Supramono (2012) hasil penelitiannya membuktikan bahwa
manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang
dilakukan Amril, dkk. (2015) dan Putri (2014) yang menunjukan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
Demikian pula alasan dipilihnya corporate social responsibility adalah
karena adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan Lanis dan Richardson (2012) dan
Zhang et.al. (2013) diperoleh hasil bahwa corporate social responsibility
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian Jessica dan Toly
(2014), Winarsih, Prasetyo dan Kusufi (2014) dan Landry et.al. (2013) yang
menunjukan tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan dari corporate
social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan.
11
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah ”Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang penulis jabarkan, maka
dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah manajemen laba memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak
perusahaan?
2. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh
terhadap agresivitas pajak perusahaan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba
terhadap agresivitas pajak pada perusahaan.
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
12
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai pengaruh manajemen laba dan corporate social
responsibility terhadap agresivitas pajak.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
penelitian selanjutnya dan memperkaya penelitian yang terkait
pengaruh manajemen laba dan corporate social responsibility
terhadap agresivitas pajak.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahun penulis terutama yang berkaitan dengan manajemen laba,
corporate social responsibility dan ilmu perpajakan.
2. Manfaat Praktis
Menjadi bahan referensi untuk pengambilan kebijakan oleh
perusahaan, yaitu terkait pengaruh pelaksanaan manajemen laba dan
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori agensi merupakan teori yang membahas hubungan antara
principal dan agent. Pemilik perusahaan atau pemilik saham dalam
perusahaan merupakan principal dan manajer atau karyawan merupakan
agent. Scott (2012) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut:
“Agency theory is a branch of game theory that studies the design of
contracts to motive a rational agent to act on behalf of a principal
when the agent interests would otherwise conflict with those of
principal”
Kim, Nofsinger dan Kohr (2010) dalam Hidayanti (2013)
berpendapat bahwa pada umumnya terdapat pemisahan antara pemilik
perusahaan dengan manajemen perusahaan. Pemisahan ini diharapkan
akan berdampak pada pertumbuhan bisnis perusahaan. Adanya pemisahan
tersebut tentu akan menimbulkan resiko, yaitu adanya konflik antara
pemilik perusahaan dengan manajemen dan hal ini juga disebut dengan
Agency Confllict.
Agency Confllict dapat berupa adanya tindakan individualism antara
kedua pihak, untuk saling menguntungkan dirinya sendiri dan
menomorduakan kepentingan perusahaan. Pemilik perusahaan sebagai
principal akan lebih fokus pada peningkatan nilai saham perusahaan
sedangkan manajemen akan lebih fokus pada kepentingan mereka sendiri
14
yang cenderung akan mengambil kebijakan secara sepihak yang dapat
merugikan perusahaan (Hidayanti, 2013).
Konflik antara perusahaan dan manajemen juga dapat berdampak
kepada permasalahan yang melibatkan pemerintah, salah satunya adalah
penghindaran pajak. Manajemen yang cenderung ingin meningkatkan
keuntungan perusahaan atau laba bersihnya akan menggunakan banyak
cara, salah satunya agresivitas pajak dan hal ini terjadi karena pemisahan
antara kepemilikan dan manajemen. Hal ini belum tentu disetujui
perusahaan, karena pemilik cenderung tidak ingin perusahaan mendapat
akibat fatal ketika melakukan agresivitas pajak.
2. Teori Stakeholders
Teori stakeholders telah merubah pandangan manajemen bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan
sendiri namun juga harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholder-
nya. Hal ini bertolak belakang dengan teori keagenan (agency theory)
yang menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan hanya sebatas pada
pengelola (agent) dan pemilik (principal). Jensen (2001) dalam
Purwanggono (2015) menjelaskan bahwa dalam teori stakeholder
manajemen perlu membuat keputusan yang mempertimbangkan
kepentingan pihak selain shareholder, seperti karyawan, pelanggan dan
pejabat pemerintah.
15
Teori stakeholder dianggap sebagai tanggung jawab perusahaan
kepada pihak-pihak yang terkena dampak dari tindakan perusahaan.
Manajemen diminta untuk tidak hanya mempertimbangkan kepentingan
pemegang saham dalam melakukan keputusan bisnis melainkan juga
harus mempertimbangkan kepentingan pihak lain yang terkena dampak
atas keputusan tersebut. Kaitan CSR dengan teori stakeholder adalah
bahwa CSR yang dilakukan perusahaan akan lebih menarik konsumen
dan pihak lain. Oleh karena itu, CSR harus dilakukan oleh perusahaan jika
ingin meningkatkan minat dari konsumen (Yoehana, 2013).
3. Teori Legitimasi
Teori legitimasi merupakan teori yang banyak digunakan dalam
bidang akuntansi sosial dan lingkungan. Suchman (1995) dalam Tilling
(2004) menyatakan:
“Legitimacy is generalized perception or assumption that the
actions of entity are desirable, paper, or apppropriate withing
some socially constructed system of norms, value, beliefs and
definitions.”
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan perlu memperhatikan
lingkungan sosial dan sekitarnya dalam menjalankan usahanya agar
tercipta hubungan yang baik antar keduanya. Perusahaan harus
menyadari bahwa keberlangsungan hidup perusahaan juga bergantung
pada hubungan mereka dengan lingkungan sekitar. Mekanisme
Corporate Social Responsibility atau CSR adalah mekanisme yang dalam
praktiknya bertanggung jawab terhadap masyarakat secara sosial. Hal ini
16
sesuai dengan teori legitimasi yang menjelaskan bahwa perusahaan
memiliki kontak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya
berdasarkan nilai-nilai justice dan bagaimana perusahaan menanggapi
kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan.
Hidayanti dan Murni (2009) dalam Purwanggono (2015)
menyatakan bahwa untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya,
perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari
investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar.
Untuk meningkatkan legitimasi dari investor, perusahaan senantiasa
meningkatkan return saham bagi investor. Untuk memperoleh legitimasi
dari kreditor, perusahaan meningkatkan kemampuannya untuk
mengembalikan utang. Untuk memperoleh legitimasi dari konsumen,
perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan layanan. Untuk
mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk
memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan aktivitas
pertanggungjawaban sosial. Teori legitimasi menyatakan, bahwa
perusahaan besar akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dari
perusahaan kecil.
4. Pajak
a. Definisi dan Unsur Pajak
Ada beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut.
17
Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam
Mardiasmo (2011) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontrapestasi) yang langsung dapat
ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
Definisi pajak menurut Prof. Dr. PJA Andriani dalam Bouty (2010) :
“Pajak adalah iuran kepada Negara, yang dapat dipaksakan
dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Definisi pajak menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki beberapa unsur (Mardiasmo, 2011), yaitu:
1) Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut
berupa uang (bukan barang).
2) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya
kontraprestasi individual secara langsung oleh pemerintah.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeuaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
18
b. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011), yaitu fungsi
budgetair dan fungsi regulerend.
1) Fungsi budgetair. Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend). Pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011) sistem pemungutan pajak
diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu official assessment system,
self assessment system dan with holding system.
1) Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2) Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak terutang.
3) With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
19
5. Manajemen Laba (Earnings Management)
Heally dan Wahlen (1999) dalam Riahi dan Belkaoui (2006)
menyatakan bahwa Manajemen Laba (Earnings Management) terjadi
ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam
pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemangku kepentingan
mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi
hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi
yang dilaporkan.
Pihak manajemen memiliki wewenang untuk memilih opsi dan
aturan-aturan yang diterapkan dalam perlakuan akuntansi. Melalui
wewenang tersebut memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam
mengelola laba perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan
sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh insentif dari hasil
kinerjanya yang diukur dari besarnya laba yang dicapai.
Praktik manajemen laba memiliki kaitan yang erat dengan
motivasi-motivasi pihak manajemen dalam memenuhi sasaran yang ingin
dicapai maupun penggunaan judgement dalam penyusunan laporan
keuangan. Tingkat praktik manajemen laba dalam perusahaan
mencerminkan seberapa baik kualitas laba yang dilaporkan oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat manajemen laba akan meningkatkan
asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agen.
20
Penelitian Rahman dan Hutagol (2008) dalam Setyamurti (2015)
menyebutkan praktik manajemen laba dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Manajemen Laba Riil
Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan dengan
tujuan pencapaian target laba dan menghindari terjadinya kerugian
dalam aktivitas operasional perusahaan yang dapat dicapai dengan
cara:
1) Manipulasi penjualan, bertujuan meningkatkan penjualan pada
periode tertentu sehingga memberikan kesan bahwa pencapaian
target penjualan dan laba terpenuhi. Pada umumnya, praktik
manipulasi penjualan ini dilakukan dengan memberikan diskon
penjualan yang lebih besar maupun dengan memberikan
kemudahan kredit penjualan. Praktik ini dapat memberikan
dampak pada penurunan aliran kas perusahaan.
2) Pengurangan beban-beban diskresionari atau meminimalkan
beban-beban yang tidak secara langsung berkaitan dengan
produksi barang/jasa. Hal ini dimaksudkan untuk mencantumkan
beban dengan jumlah yang minimal sehingga didapatkan laba
yang cenderung lebih besar.
3) Produksi yang berlebihan. Manajemen berupaya meningkatkan
penjualan dengan harga yang rendah. Untuk menekan harga jual
tersebut manajemen memproduksi barang dalam jumlah yang
21
berlebihan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan serta
laba perusahaan.
b. Manajemen Laba Akrual
Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan melalui
proses akrual dimana laporan keuangan dihasilkan. Angka-angka
dalan laporan keuangan mengandung komponen akrual, baik
diskresioner maupun non-diskresioner.
Pendekatan lain yang digunakan untuk merekayasa dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Memanfatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara
ini merupakan cara manajer untuk memengaruhi judgement
terhadap estimasi akuntansi seperti: estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau
amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, estimasi biaya garansi
dan lain-lain.
2) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang
digunakan untuk menncatat suatu transaksi, contoh: mengubah
metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Hal ini sering disebut
keputusan operasional, misalnya: rekayasa periode biaya atau
pendapatan dengan mempercepat atau menunda pengeluaran
untuk biaya penelitian dan pengembangan sampai periode
22
akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran
biaya promosi sampai periode akuntansi berikutnya mengatur
saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
6. Corporate Social Responsibility (CSR)
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
yang merupakan organisasi internasional dan memiliki perhatian dalam
pembangunan berkelanjutan, mendefinisikan pertanggungjawaban sosial
atau yang dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai komitmen dari dunia bisnis atau usaha untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya,
komunitas lokal dan masyarakat luas (Putra, 2014).
Fauziah (2013) dalam Putra (2014) menjelaskan bahwa CSR
merupakan wujud dari aktivitas dan kegiatan operasional perusahaan
yang memperhatikan aspek ekonomi (profit), sosial (people) dan
lingkungan (planet) atau yang disebut dengan Triple Bottom Lines
(TBL). Ketiga faktor ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung
pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan perusahaan tergantung pada
masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di Indonesia
diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: UU
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), UU Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba),
23
UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan UU Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).
Berkaitan dengan biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),
UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang merupakan
perubahan keempat atas UU No.7 Tahun 1983 telah mengakomodirnya
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai m yang mengatur jenis-jenis
sumbangan sehubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan yang
dapat dibiayakan oleh perusahan yaitu: sumbangan dalam rangka
penanggulangan bencana nasional, penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia, pembangunan infrastruktur sosial, fasilitas
pendidikan serta pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Hal ini berarti semakin banyak biaya terkait CSR
yang boleh menjadi pengurang penghasilan bruto yang diatur dalam UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008 (Suhaidi et.al., 2014:140).
7. Agresivitas Pajak (Tax Aggressiveness)
Tindakan agresivitas pajak, yang mana tindakan tersebut dilakukan
dengan cara meminimalisasi jumlah kena pajak yang diperoleh
perusahaan, merupakan hal yang sering terjadi pada perusahaan-
perusahaan besar saat ini. Hal ini tidak sesuai dengan aturan yang telah
berlaku baik di masyarakat maupun dalam pemerintahan. Pemerintah,
sebagai penerima pajak, akan dirugikan dengan tindakan tersebut karena
dapat mengurangi pendapatan pemerintah untuk pembangunan negara.
24
Bagi masyarakat, dampak yang akan didapatkan adalah mereka tidak
mendapatkan fasilitas yang memadai dan menunjang pembangunan yang
didapat dari pemerintah atas tindakan tersebut.
Hlaing (2012) menjelaskan bahwa agresivitas pajak adalah
tindakan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha
mengurangi tingkat pajak yang efektif. Sedangkan menurut Steijvers dan
Niskanen (2011) dalam Purwanggono (2015:31) mendefinisikan
agresivitas pajak sebagai tindakan merendahkan tingkat pajak
penghasilan yang tertagih melalui kegiatan manajemen pajak baik secara
legal maupun illegal maupun keduanya.
Cara mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak
dengan cara menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) ataupun Cash
Effective Tax Rate (CETR). Lanis dan Richadson (2012) menjelaskan
bahwa ETR merupakan proksi yang banyak digunakan pada penelitian
terdahulu. Proksi ETR dinilai menjadi indikator tingkat agresivitas pajak
jika nilainya mendekati nol. Semakin rendah ETR yang dimiliki
perusahaan, maka semakin tinggi agresivitas pajak dari perusahaan
tersebut. ETR yang rendah menunjukan beban pajak penghasilan lebih
kecil nominalnya dibandingkan penghasilan sebelum pajak.
25
B. Perumusan Hipotesis
1. Penelitian Relevan
Dalam sub-bab ini dijelaskan mengenai penelitian-penelitian
terdahulu yang digunakan sebagai poin penting dan dijadikan dasar dalam
perumusan hipotesis dalam penelitian ini. Berikut merupakan ringkasan
penelitian yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba dan corporate
social responsibility tehadap agresivitas pajak.
26
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pengaruh Manajemen Laba (X1) dan Corporate Social Responsibility
(X2) terhadap Agresivitas Pajak (Y1)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1. Amril, dkk. (2015)
“Pengaruh Manajemen
Laba dan Corporate
Governance terhadap
Agresivitas Pajak
Perusahaan Manufaktur
yang Listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Periode 2011-2013”.
Sampel : 60 perusahaan, tahun
2011-2013
Variabel Lain : Komisaris
independen dan kepemilikan
institusional
Variabel : Manajemen laba
dan agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : perusahaan
manufaktur, purposive
sampling
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Manajemen laba berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan
terhadap agresivitas pajak.
Sedangkan komisaris independen
dan kepemilikan institusional
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap agresivitas pajak.
2. Issam, dkk.
(2015)
“Does Corporate Social
Responsibility Affect
Corporate Tax
Aggressiveness?”
Sampel : 24 perusahaan, tahun
2003-2011
Metode analisis : Partial Least
Square (PLS) regression
Variabel Lain : CSR dibagi
menjadi 4 dimensi, yaitu
social, ecomonics,
governance dan
environmental.
Lokasi : Perancis
Variabel : Corporate social
responsibility dan
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : purposive sampling
CSR Social Dimension memiliki
hubungan positif dan signifikan
dengan Agresivitas Pajak. CSR
Economic Dimension memiliki
hubungan negatif dan signifikan
dengan Agresivitas Pajak.
Sedangkan CSR Governance
Dimension dan CSR Enviromental
Dimension tidak memiliki
hubungan yang sigifikan dengan
agresivitas pajak.
Bersambung ke halaman berikutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
3. Putri (2014)
“Pengaruh Likuiditas,
Manajemen Laba dan
Corporate Governance
terhadap Agresivitas
Pajak Perusahaan”
Sampel : tahun 2008-2012
Variabel Lain : Likuiditas,
Corporate Governance.
Variabel : Manajemen laba
dan agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sample : Perusahaan
manufaktur dari tahun,
purposive sampling
Analisis Data : Multiple
regression
Lokasi : Jakarta, Indonesia
Likuiditas berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap
terhadap agresivitas pajak.
Manajemen laba berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap agresivitas pajak.
Corporate Governance
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap agresifitas
pajak perusahaan.
4. Jessica dan Toly (2014)
“Pengaruh Pengung-
kapan Corporate Social
Responsibilty terhadap
Agresivitas Pajak”
Sampel : 56 perusahaan, tahun
2012-2013
Variabel Lain : ukuran
perusahaan, leverage,
capital intensity, research &
development intensity,
return on assets (kontrol).
Variabel : Corporate social
responsibility dan
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : perusahaan
manufaktur, purposive
sampling.
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Tidak adanya pengaruh signifikan
antara pengungkapan CSR
terhadap agresivitas pajak.
Namun, jika pengungkapan CSR
diuji bersamaan dengan variabel
kontrol lain terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap
agresivitas pajak.
Bersambung ke halaman berikutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
5. Winarsih, dkk. (2014)
“Pengaruh Good
Corporate Governance
dan Corporate Social
Responsibility terhadap
Tindakan Pajak Agresif”
Sampel : 20 perusahaan, tahun
2009-2012
Variabel Lain : Ukuran dewan
komisaris, ukuran dewan
direksi dan ukuran komite
audit.
Variabel : Corporate social
responsibility dan
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : perusahaan
manufaktur, purposive
sampling.
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Ukuran dewan komisaris
berpengaruh terhadap agresivitas
pajak. Sedangkan ukuran dewan
direksi, ukuran komite audit dan
CSR tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan.
6. Kamila dan Martani
(2014)
“Analisis Hubungan
Agresivitas Pelaporan
Keuangan dan Agresivitas
Pajak”
Sampel : 113 perusahaan,
tahun 2008-2011
Variabel Lain : -
Variabel : Manajemen laba
dan agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : perusahaan
manufaktur, purposive
sampling
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Terdapat hubungan positif antara
manajemen laba dengan
manajemen pajak dan sebaliknya.
Terdapat pula hubungan
resiprokal yang kuat antara kedua
variabel.
7. Landry, dkk. (2013) Sample : 168 perusahaan,
tahun 2004-2008
Variabel : Corporate social
responsibility dan
Perilaku perpajakan perusahaan
tidak dipengaruhi oleh kegiatan
Bersambung ke halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
“Tax Agggressiveness,
Corporate Social
Responsibility, and
Ownership Structure”
Variabel Lain : Struktur
kepemilikan
Lokasi : Kanada
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Metode analisis : Multiple
regression
CSR-nya dan struktur
kepemilikan dapat memoderasi
hubungan antara CSR dan
agresivitas pajak.
8. Zhang et.al. (2013)
“Is Corporate Social
Responsibility (CSR)
Associated with Tax
Avoidance? Evidence
from Irresponsible CSR
Activities”
Sampel : 2.620 perusahaan
tahun 2003-2009
Variabel Lain : -
Lokasi : Amerika
Variabel : Corporate social
responsibility dan
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Metode analisis : Multiple
regression
Perusahaan yang lebih tidak
bertanggung jawab terhadap
aktivitas CSR, lebih agresif dalam
penghindaran pajak.
9. Suryanto dan Supramono
(2012)
“Likuiditas, Leverage,
Komisaris Independen
dan Manajemen Laba
terhadap Agresivitas
Pajak Perusahaan”
Sampel : 39 perusahaan, tahun
2006-2010
Variabel Lain : Likuiditas,
Leverage
Variabel : Manajemen laba
dan agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Sampel : perusahaan
manufaktur, purposive
sampling
Metode analisis: Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Likuiditas memiliki pengaruh
negatif namun tidak signifikan
terhadap agresivitas pajak.
Komisaris independen
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap agresivitas
pajak.
Manajemen laba berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
manajemen laba.
Bersambung ke halaman berikutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
10. Lanis dan Richardson
(2012)
“Corporate Social
Responsibility and Tax
Aggressiveness”
Sample : 408 perusahaan,
tahun 2008-2009
Analisis Data: Ordinary Least
Square (OLS) regression
Variabel Lain : -
Lokasi : Australia
Variabel : Corporate social
responsibility dan
agresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Memberikan bukti empiris bahwa
semakin tinggi tingkat
pengungkapan CSR suatu
perusahaan, semakin rendah
tingkat agresivitas pajak yang
dilakukan.
Sumber : (diolah dari berbagai sumber referensi penelitian)
31
2. Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) terhadap
Agresivitas Pajak
Menurut Scott (2009) dalam Putri (2014) salah satu alasan
adanya manajemen laba adalah motivasi pajak. Pajak menjadi masalah
bagi perusahaan karena membayar pajak berkaitan langsung dengan
besarnya laba bersih perusahaan. Laba selama ini dijadikan indikator
utama keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh
karena itu, manajemen perusahaan akan melaporkan laba yang telah
disesuaikan dengan tujuannya baik melalui income increasing maupun
income decreasing.
Apabila tujuannya adalah untuk mengurangi beban pajak
terutang, manajemen perusahaan lebih mungkin untuk mengurangi
jumlah laba yang dilaporkan (income decreasing) untuk menurunkan
pendapatan kena pajak, sehingga perusahaan dapat melakukan
penghematan atas beban pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Badertscher et. al. (2009) dalam Putri (2014) menunjukan bukti bahwa
manajemen laba dijadikan alat bagi perusahaan untuk melakukan
penghindaran pajak.
Frank et.al. (2009) juga mengemukakan adanya hubungan
positif antara aggressiveness financial reporting dan tax reporting
aggressiveness. Jadi, apabila melakukan pelaporan keuangan secara
agresif, maka juga dilakukan rekayasa atas laporan pajaknya,
32
begitupun sebaliknya. Berdasarkan uraian berikut, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
b. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
Agresivitas Pajak
Perusahaan yang beroperasi di Indonesia maupun yang dimiliki
oleh warga negara Indonesia disebut sebagai Wajib Pajak Badan.
Mereka diharuskan untuk menyetor sebagian laba bersihnya untuk
membayar pajak. Dengan membayar pajak sesuai dengan yang tertagih
dan tepat waktu, berarti perusahaan ikut serta dalam pembangunan
nasional untuk kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan
kaidah teori legitimasi, dimana perusahaan berusaha meyakinkan
bahwa perusahaan beroperasi sesuai dengan aturan-aturan dan norma-
norma yang berlaku.
Oleh karena itu, jika perusahaan berusaha untuk melakukan
penghindaran pajak, walaupun tidak melanggar hukum, tetapi hal
tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh perusahaan dan juga hal
tersebut dapat mengancam keberadaan perusahaan karena dianggap
tidak memberikan kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat dan
hanya mengambil keuntungan darinya. Selain masyarakat, hubungan
baik juga harus diciptakan dengan pemerintah. Hal tersebut juga dapat
33
dilakukan salah satunya adalah dengan cara membayar pajak sesuai
dengan nominal yang tertagih dan tepat waktu.
Sesuai dengan teori stakeholder, bahwa perusahaan harus
menerapkan dengan baik tanggung jawab sosialnya agar mendapat
manfaat yang baik dari konsumen, karyawan, pejabat pemerintah dan
pihak lain yang terkena dampak dari keputusan bisnis perusahaan.
Sebagai wujud perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab
sosialnya kepada masyarakat, seharusnya perusahaan tidak akan
melakukan tindakan agresivitas pajak baik secara legal maupun illegal.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan yang
dilakukan perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut tidak
melakukan tindakan agresivitas pajak. Karena apabila perusahaan yang
menerapkan CSR melakukan tindakan agresivitas pajak, maka
perusahaan tersebut akan kehilangan nama baik di mata stakeholder,
masyarakat dan pemerintah, serta menurunkan nilai dan dampak positif
dari CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, dirumuskanlah hipotesis kedua sebagai berikut.
H2 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan.
34
Persepsi Pemerintah
(Pemungut Pajak)
Persepsi Perusahaan
(Wajib Pajak)
Pajak
Beban yang harus dikurangi
Pendapatan yang harus ditambah
Gap
Metode Penelitian : Model Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Masalah : Perusahaan berusaha mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkannya melalui berbagai cara.
Agresivitas Pajak (Y)
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
Manajemen Laba (X1)
Corporate Social
Responsibility (X2)
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian landasan teori dan penelitian terdahulu, gambaran
menyeluruh mengenai penelitian ini tergambar dalam alur penelitian sebagai
berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
agresivitas pajak. Agresivitas pajak merupakan keinginan Wajib Pajak
(WP) untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang
legal, illegal maupun kedua-duanya. Adapun proksi utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Cash Effective Tax Rate (CETR) yang dihitung
dari:
CETR menggambarkan persentase total pajak penghasilan yang
sesungguhnya dibayarkan perusahaan dari total pendapatan sebelum pajak
yang diperoleh, dilihat dari laporan arus kas perusahaan. Semakin rendah
ETR yang dimiliki perusahaan (mendekati 0), maka semakin agresif suatu
perusahaan terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkan.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi penyebab
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan Corporate Social
Responsibility (CSR).
36
a. Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba merupakan metode yang digunakan manajemen
untuk memodifikasi laba perusahaan sesuai dengan keinginannya.
Ukuran manajemen laba dalam penelitian ini adalah menggunakan
nilai Discretionary Accruals (DA) dengan menggunakan model
Modified Jones (1991) dalam Dechow (1995). Laba dengan
menggunakan Modified Jones membagi total akrual menjadi dua, yaitu
komponen non-discretionary accruals dan komponen discretionary
accruals. Discretionary accruals mencerminkan komponen yang dapat
dimanipulasi oleh manajer yang meliputi empat tahapan, yaitu:
1) Mengukur total accruals yang dihitung dengan rumus:
Keterangan :
TAit : total accruals perusahaan i pada periode ke t
Nit : laba bersih perusahaan i pada keriode ke t
CFOit : aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
2) Menghitung nilai accruals diestimasi dengan persamaan regresi
OLS (Ordinary Least Square)
1Ait 1
it it 1 Ait 1
PP it
Ait 1
37
Keterangan :
TAit : total accruals perusahaan i pada periode t
Ait-1 : total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1
REVit : pendapatan perusahaan i tahun t
REVit-1 : pendapatan perusahaan i tahun t-1
PPEit : jumlah aktiva tetap (property, plant and equipment)
perusahaan i pada akhir tahun t
3) Menghitung non-discretionary accruals dengan rumus sebagai
berikut:
1
Ait 1
it it 1 it it 1 Ait 1
PP it
Ait 1
Keterangan :
NDAit : non-discretionary acrrual perusahaan i pada tahun t
Δ it : piutang perusahaan i pada tahun t
Δ it-1 : piutang perusahaan i pada tahun t-1
4) Menghitung nilai discretionary accruals dengan rumus:
Nilai discretionary accruals yang semakin mendekati nol
mengindikasikan bahwa semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan
melakukan manajemen laba. Apabila discretionary accruals
38
menunjukan nilai yang positif hal tersebut berarti bahwa manajemen
laba dilakukan dengan meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan bila
discretionary accruals menunjukan nilai yang negatif berarti bahwa
manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba perusahaan.
b. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility diproksikan dalam
pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan check list yang
mengacu pada indikator pengungkapan yang digunakan oleh
Sembiring (2005) dalam Yintayani (2011) yang telah disesuaikan
dengan peraturan BAPEPAM No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan.
Item-item indikator pengungkapan tersebut digunakan karena lebih
sesuai dengan keadaan perusahaan Indonesia, dimana pengungkapan
CSR-nya masih bersifat umum dan belum rinci.
Item-item tersebut dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain
tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Jumlah item
yang diharapkan diungkapkan perusahaan manufaktur adalah sebanyak
78 item yang terdiri atas kategori lingkungan (13 item), kategori
energi (7 item), kategori kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (8
item), kategori lain-lain tenaga kerja (29 item), kategori produk (10
item), kategori keterlibatan masyarakat (9 item) dan kategori umum (2
item). Adapun item-item indikator tersebut yaitu:
39
1) Lingkungan
a) Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan
pengembangan untuk pengendalian polusi.
b) Pernyataan yang menunjukan bahwa operasi perusahaan tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan
peraturan polusi.
c) Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi telah/akan
dikurangi.
d) Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat
pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau
reboisasi.
e) Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi,
minyak, air dan kertas.
f) Penggunaan material daur ulang.
g) Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan
yang dibuat perusahaan.
h) Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
i) Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah
lingkungan.
j) Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
k) Pengolahan limah.
l) Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak
lingkungan perusahaan.
40
m) Perlindungan lingkungan hidup.
2) Energi
a) Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan
operasi.
b) Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
c) Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur
ulang.
d) Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi
energi.
e) Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.
f) Riset yang mengarah pada efisiensi energi dari produk.
g) Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.
3) Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
a) Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja.
b) Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik
atau mental.
c) Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.
d) Menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.
e) Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
f) Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
g) Melakukan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
h) Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
41
4) Lain-Lain Tentang Tenaga Kerja
a) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang
cacat.
b) Mengungkapkan presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang
cacat dalam tingkat managerial.
c) Mengungkapkan tujuan pengggunaan tenaga kerja
wanita/orang cacat dalam pekerjaan.
d) Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.
e) Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
f) Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang
pendidikan.
g) Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
h) Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja
yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah
membuat kesalahan.
i) Mengungkapkan perencanaan pemilikan rumah karyawan.
j) Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
k) Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun.
l) Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.
m) Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
n) Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.
o) Mengungkapkan disposisi staf – dimana staf ditempatkan.
42
p) Mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia
mereka.
q) Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalkan penjualan per
tenaga kerja.
r) Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
s) Mengungkapkan rencana pemilikan saham oleh tenaga kerja.
t) Mengngkapkan rencana pembbagian keuntungan lain.
u) Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan
tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.
v) Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan
masa depan perusahaan.
w) Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
x) Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
y) Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.
z) Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja
dinegosiasikan.
aa) Peningkatan kondisi kerja secara umum.
bb) Informasi re-organisasi perusahaan yang memengaruhi tenaga
kerja.
cc) Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
5) Produk
a) Pengungkapan informasi pengambangan produk perusahaan,
termasuk pengemasannya.
43
b) Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
c) Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk
memperbaiki produk.
d) Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.
e) Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
f) Melakukan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
g) Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam
pengolahan dan penyiapan produk.
h) Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
i) Pengungkapan informasi mutu prduk yang dicerminkan dalam
penerimaan penghargaan.
j) Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah
meningkat (misalnya ISO 9000).
6) Keterlibatan Masyarakat
a) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk pendukung
aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni.
b) Tenaga kerja paruh waktu (part-time employement) dari
mahasiswa/pelajar.
c) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
d) Membbantu riset medis.
e) Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau
pameran seni.
f) Membiayai program beasiswa.
44
g) Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
h) Mensopnsori kampanye nasional,
i) Mendukung pengembangan indstri lokal.
7) Umum
a) Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum
berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
masyarakat.
b) Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan
selain yang disebutkan di atas.
Pengukuran dilakukan dengan mencocokan item pada check list
dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y
diungkapkan maka diberikan nilai 1, sebaliknya jika item y tidak
diungkapkan perusahaan oleh perusahaan maka diberikan nilai 0 pada
check list. Setelah mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh
perusahaan di dalam laporan keuangan tahunan, serta
mencocokkannya dengan check list, hasil pengungkapan perusahaan
dihitung indeksnya dengan proksi Corporate Social Responsibility
Index (CSRI). Adapun rumus untuk menghitung CSRI adalah sebagai
berikut:
45
Keterangan :
CSRIit : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan i.
ΣXyit : nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak
diungkapkan.
Nit : jumlah item untuk perusahan i, nit ≤ 78.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima periode,
yaitu tahun 2010-2014. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai
populasi perusahaan adalah karena:
1. Permasalahan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks, sehingga
diharapkan akan lebih mampu menggambarkan keadaan perusahaan di
Indonesia.
2. Sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbanyak dibandingkan
dengan sektor yang lainnya.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjek peneliti sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian (Sukandarrumidi, 2006). Sampel dipilih
berdasarkan pada kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel yang
ditentukan agar diperoleh sampel yang representatif. Kriteria dalam
46
pengambilan sampel secara purposive sampling dalam penelitian ini mengacu
pada penelitian Yoehana (2013) yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan
selama tahun 2010-2014.
2. Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
5. Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian.
6. Perusahaan yang memiliki CETR antara 0 dan 1 untuk memudahkan
proses perhitungan.
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data merupakan semua informasi baik yang merupakan suatu
benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif
maupun kualitatif (Sukandarrumidi, 2006). Dalam penelitian ini, jenis data
yang digunakan merupakan data kuantitatif yaitu data yang disuguhkan dalam
bentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan merupakan jenis
sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun
2010-2014 yang didokumentasikan dalam www.idx.co.id ataupun alamat
website lainnya.
47
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sukandarrumidi (2006), ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi, kuesioner, interview
dan dokumentasi. Pemilihan metode pengumpulan data ditentukan oleh
masalah, waktu, tenaga dan biaya yang tersedia. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan mencatat dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini, terutama yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti.
2. Metode studi pustaka
Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji
berbagai literatur pustaka seperti buku-buku, jurnal, majalah dan sumber-
sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013). Statistik
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi
dan perilaku data sampel tersebut.
48
2. Analisis Inferensial
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan ada 4, yaitu:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Walaupun
normalitas suatu data tidak selalu diperlukan dalam analisis akan
tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel
berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal
maka hasil uji statistik akan terdegradasi (Ghozali, 2013).
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji grafik histogram dan grafik p-plot serta uji
statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas menggunakan grafik
histogram dilakukan dengan melihat bentuk grafiknya. Apabila
grafik histogram berbentuk simetris, tidak condong ke kiri atau ke
kanan, maka dapat dikatakan bahwa data telah terdistribusi secara
normal. Sebaliknya, jika grafik histogram condong ke kiri atau ke
kanan maka data tidak tersebar dengan normal. Pada grafik p-plot,
data dikatakan normal apabila titik-titik residual tersebar dan
berhimpit disekitar garis diagonal. Sedangkan uji Kolmogorov-
Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis:
49
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Level signifikan yang digunakan adalah 0,05. Data
berdistribusi normal jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) hasil
perhitungan dalam komputer lebih dari 0,05 (Ghozali, 2013).
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2013). Multikolonieritas adalah situasi adanya variabel-
variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013) :
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak
banyak variabel independen yang memengaruhi variabel
dependen secara signifikan).
b) Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup
tinggi (di atas 0,95) maka merupakan indikasi adanya
multikolineraritas.
c) Melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk melihat multikolinearitas
adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai IF ≥ 10.
50
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji asumsi
autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson
(DW). Kriteria yang harus dipenuhi untuk membuktikan bahwa
tidak terjadi autokorelasi adalah dU< DW< (4-dU).
4) Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
terdapat ketidaksamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali,
2013). Data yang ideal adalah yang tidak menyalahi asumsi
heteroskedastisitas, yaitu tidak terdapat ketidaksamaan varian antar
nilai residual (error). Untuk menguji asumsi heteroskedastisitas
digunakan grafik scatterplot dan uji Glejser.
Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas akan
membentuk grafik scatterplot yang menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu. Titik-titik residual pada grafik
scatterplot akan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Dalam uji Glejser data yang memenuhi asumsi
heteroskedastisitas akan menunjukan probabilitas signifikansi
51
masing-masing variabel independen di atas 0,05 , begitu pula
sebaliknya (Ghozali, 2013).
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda merupakan analisis statistik
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel
terikat) (Ghozali, 2013). Penelitian ini menguji pengaruh manajemen
laba (dengan proksi discretionary accruals) dan corporate social
responsibility (dengan proksi corporate social responsibility index)
terhadap agresivitas pajak perusahaan (dengan proksi cash effective
tax rate). Persamaan regresi penelitian ini adalah:
AGPit = α0 + β1 MLit + β2 CSRit + e ...7
Keterangan :
AGPit = agresivitas pajak perusahaan i tahun ke-t yang diukur
menggunakan proksi CETR
α0 = konstanta
β1, β2 = koefisien regresi
CSRit = Pengungkapan item CSR perusahaan i tahun ke-t
MLit = Manajemen laba perusahaan i tahun ke-t
e = error (kesalahan pengganggu)
52
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan ke dalam
model (Ghozali, 2013).
d. Pengujian Hipotesis
1) Uji Statistik F
Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Uji Statistik F dapat ditentukan dengan
melihat nilai F hitung atau signifikansinya (sig.) yang terdapat
pada tabel ANOVA. Kriteria yang digunakan untuk Uji Statistik F
yaitu:
a) Ho ditolak, Ha diterima yaitu bila nilai sig.-F kurang dari
tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau
53
b) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai sig.-F lebih dari
tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Uji Statistik t
Uji Statistik t bertujuan untuk menguji seberapa besar
pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Uji statistik t dapat ketahui dengan
melihat nilai t hitung atau nilai signifikansi (sig.) masing-masing
variabel independen yang terdapat dalam tabel coefficient. Kriteria
yang digunakan untuk Uji Statistik t yaitu:
a) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu bila nilai signifikan kurang
dari tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen atau,
b) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai signifikan lebih dari
tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
54
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Jenis
Variabel Perhitungan
Skala
Pengukuran
Manajemen
Laba
Independen
Rasio
Corporate
Social Responsibility
Independen
Rasio
Agresivitas
Pajak
Dependen T
Pajak yang dibayar
Pendapatan sebelum pajak
Rasio
55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor
manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2010 sampai 2014. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih
sampel, yaitu :
1. Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan
selama tahun 2010-2014.
2. Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
5. Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian.
6. Perusahaan yang memiliki CETR antara 0 dan 1 untuk memudahkan
proses perhitungan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut, didapatkan sampel
sebanyak 42 perusahaan dengan total data observasi sebanyak 210 sampel
(42 5). Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tampak pada tabel 4.1. sebagai berikut.
56
Tabel 4. 1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2010-2014 123
Laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing 20
Jumlah perusahaan yang mengalami kerugian 42
Jumlah perusahaan dengan CETR yang bernilai negatif 6
Jumlah perusahaan dengan CETR yang bernilai lebih
dari 1 9
Peneliti tidak dapat memperoleh annual report
perusahaan 4
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 42
Jumlah pengamatan (tahun) 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian 210
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (manajemen laba dan corporate
social responsibility) terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak.
1. Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen (Y) yaitu agresivitas pajak serta variabel independen yaitu
manajemen laba (X1) dan corporate social responsibility (X2). Hasil
pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif seperti yang terlihat
dalam tabel 4.2.
57
Tabel 4. 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ML 210 -0,2636 0,3072 0,019689 0,081358
CSR 210 0,0641 0,8974 0,400549 0,205463
AGP 210 0,0156 0,9753 0,291944 0,146263
Valid N
(listwise) 210
Variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan nilai
Discretionary Accruals (DA), semakin mendekati nol nilai yang didapat
maka semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan melakukan
manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel independen manajemen
laba menunjukan nilai DA minimum sebesar -0,2636 , nilai DA
maksimum sebesar 0,3072 , nilai rata-rata DA sebesar 0,019689 dan
standar deviasi DA sebesar 0,081358.
Nilai DA minimum sebesar -0,2636 yang dimiliki oleh HM
Sampoerna Tbk pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa HM Sampoerna
Tbk melakukan penurunan laba, yaitu sebesar 26,36% dari total aset tahun
2009. Nilai DA maksimum sebesar 0,3072 yang dimiliki oleh Lionmesh
Prima Tbk pada tahun 2012 mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba, yaitu sebesar
30,72% dari total aset tahun 2011. Sedangkan rata-rata DA sebesar
0,019689 mengindikasikan bahwa rata-rata sampel secara umum
melakukan manajemen laba melalui kebijakan akrual yang meningkatkan
laba sebesar 1,97% dari total aset t-1.
58
Variabel corporate social responsibility diukur dengan
menggunakan Corporate Social Responsibility Index (CSRI), semakin
besar nilai yang dihasilkan semakin baik tanggungjawab sosial suatu
perusahaan. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap variabel independen corporate social
responsibility menunjukan nilai CSRI minimum sebesar 0,0641 , nilai
CSRI maksimum sebesar 0,8974 , nilai rata-rata CSRI sebesar 0,400549
dan standar deviasi CSRI sebesar 0,205463.
Nilai CSRI minimum sebesar 0,0641 dimiliki oleh Champion Pasific
Indonesia Tbk tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2010, 2011 dan
2012. Hal ini menunjukan bahwa Champion Pasific Indonesia Tbk
merupakan yang paling sedikit melaksanakan dan mengungkapkan
kegiatan CSR, yaitu sebanyak 6,41% dari total item yang telah ditetapkan
sebagai kriteria. Nilai CSRI maksimum sebesar 0,8974 dimiliki oleh Astra
Internasional Tbk pada tahun 2013 dan 2014. Hal ini menunjukan Astra
Internasional Tbk merupakan yang paling banyak melaksanakan dan
mengungkapkan kegiatan CSR, yaitu sebanyak 89,74% dari total item
yang telah ditetapkan sebagai kriteria. Sedangkan rata-rata CSRI sebesar
0,400549 yang menunjukan bahwa rata-rata sampel melaksanakan dan
mengungkapkan kegiatan CSR sebanyak 40,06% dari total item yang
ditetapkan sebagai kriteria. Hal ini masih belum cukup baik, mengingat
nilai rata-ratanya tidak mencapai setengah dari kriteria yang telah
ditetapkan.
59
Variabel agresivitas pajak diukur dengan menggunakan Cash
Effective Tax Rate (CETR), semakin mendekati nol nilai yang dihasilkan
maka semakin agresif suatu perusahaan terhadap pajak penghasilan yang
harus dibayarkan. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel dependen agresivitas
pajak menunjukan nilai CETR minimum sebesar 0,0156 , nilai CETR
maksimum sebesar 0,9753 , nilai rata-rata CETR sebesar 0,291944 dan
standar deviasi CETR sebesar 0,146263.
Nilai CETR minimum sebesar 0,0156 atau 1,56% yang dimiliki oleh
Prima Alloy Steel Universal Tbk pada tahun 2012 menunjukan bahwa
Prima Alloy Steel Universal Tbk membayar pajak penghasilan badan pada
tahun 2012 sebanyak 1,56% dari jumlah laba sebelum pajak. Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa Prima Alloy Steel Universal Tbk sangat agresif
terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkannya pada tahun tersebut
dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang bergerak di sektor
manufaktur. Nilai CETR maksimum sebesar 0,9753 atau 97,53% yang
dimiliki oleh Indospring Tbk pada tahun 2010 menunjukan bahwa
Indospring Tbk membayar pajak penghasilan badan tahun 2010 sebanyak
97,53% dari jumlah laba sebelum pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa
Indospring Tbk tidak cukup agresif terhadap pajak penghasilan yang harus
dibayarkan pada tahun tersebut. Sedangkan rata-rata CETR sebesar
0,291944 atau 29,19% mengindikasikan bahwa rata-rata sampel secara
60
umum membayar pajak penghasilan badannya sebesar 29,19% dari laba
sebelum pajak.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan alat uji grafik histogram,
grafik normal p-plot dan non-parametic Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Dasar pengambilan keputusan pada uji grafik histogram dan
grafik normal p-plot adalah dengan melihat bentuk grafik dan
persebaran titik-titik residual. Sedangkan pengambilan keputusan
dalam uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi
data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel
tidak terdistribusi secara nornal dan menolak H0. Sebaliknya jika
angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti data terdistribusi secara
normal dan menolak HA. Adapun hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel 4.3.
61
Tabel 4. 3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 210
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,14527415
Most Extreme
Differences
Absolute ,153
Positive ,153
Negative -,099
Test Statistic ,153
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa ketiga variabel memiliki
probabilitas signifikansi 0,000 dan nilainya jauh dibawah 0,05. Hal ini
berarti hipotesis nol ditolak atau variabel manajemen laba (ML),
corporate social responsibility (CSR) dan agresivitas pajak (AGP)
tidak terdistribusi secara normal. Untuk mendapatkan hasil pengujian
yang lebih baik dan valid maka dilakukan transformasi variabel
penelitian yang tidak terdistribusi secara normal ke dalam bentuk akar
kuadrat (sqrt).
Setelah dilakukan transformasi hanya variabel corporate social
responsibilities (CSRsqrt) yang terdistribusi secara normal, sedangkan
variabel manajemen laba (ML) dan agresivitas pajak (AGP) masih
tidak terdistribusi secara normal. Untuk itu dilakukan pengurangan
data yang dianggap outlier. Outlier adalah kasus atau data yang
memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim
baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali,
2013). Terdapat 2 data outlier dari variabel manajemen laba (ML) dan
62
44 data outlier dari variabel agresivitas pajak (AGP) yang
dikurangkan. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian berkurang menjadi 164 (210-46) sampel. Hasil uji
normalitas setelah transformasi variabel dan pengurangan data outlier
dapat dilihat dalam tabel 4.4.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah
Transformasi dan Pengurangan Data Outlier
Unstandardized
Residual
N 164
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,06113207
Most Extreme
Differences
Absolute ,056
Positive ,056
Negative -,047
Test Statistic ,056
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa setelah dilakukannya
transformasi variabel corporate social responsibility ke dalam bentuk
akar kuadrat serta setelah dilakukan pengurangan data yang dianggap
outlier pada variabel manajemen laba (ML) dan agresivitas pajak
(AGP) diperoleh nilai probabilitas signifikansi residual sebesar 0,200.
Nilai probabilitas signifikansi variabel-variabel tersebut lebih besar
dari 0,05 sehingga H0 diterima dan HA ditolak atau dapat dinyatakan
bahwa variabel manajemen laba, corporate social responsibility dan
agresivitas pajak telah terdistribusi secara nornal.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengujian dengan
menggunakan grafik histogram pada gambar 4.1 dan grafik normal p-
63
plot pada gambar 4.2. Grafik histogram menunjukan bentuk yang
simetris tidak condong ke kiri atau ke kanan, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal. Begitu
pula dengan grafik normal p-plot, titik-titik menyebar berhimpit di
sekitar diagonal dan hal ini juga menunjukan bahwa residual telah
terdistribusi secara normal.
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Gambar 4. 2
Grafik Normal P-Plot
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji multikolonieritas
dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi, nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Suatu model regresi yang bebas
dari multikolonieritas memiliki nilai korelasi antar variabel
independennya kurang dari 0,95 serta nilai VIF yang tidak melebihi 10
64
dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10. Hasil uji multikolonieritas
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4. 5
Hasil Uji Multikolonieritas Berdasarkan Nilai Korelasi
Variabel Independen
Coefficient Correlationsa
Model CSRsqrt ML
1 Correlations CSRsqrt 1,000 ,013
ML ,013 1,000
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolonieritas Berdasarkan Nilai VIF dan Tolerance
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Keterangan Tolerance VIF
1 ML 1,000 1,000 Tidak ada multikolonieritas
CSRsqrt 1,000 1,000 Tidak ada multikolonieritas
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
Pada tabel 4.5 terlihat hasil pengujian multikolonieritas
berdasarkan nilai korelasi antara variabel manajemen laba (ML) dan
corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar 0,013 atau sekitar
1,3%. Korelasi ini jauh dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak
terdapat multikolonieritas antar variabel independen.
Pada tabel 4.6 dapat terlihat hasil perhitungan nilai Tolerance
kedua variabel independen yaitu sebesar 1,000 atau tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,1. Tabel 4.6
juga menunjukan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) antar kedua variabel independen yaitu sebesar 1,000 atau tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
65
Bedasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan
dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Sebuah data dikatakan
tidak memiliki masalah autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson
(DW) berada diantara nilai dU (upper bound) dan 4-dU. Hasil pengujian
autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel Durbin-
Watson
Lower
Bound
Upper
Bound Keterangan
AGP 1,959 1,748 1,789 Tidak ada
autokorelasi
AGP: Agresivitas Pajak
Pada gambar 4.3 di bawah ini merupakan hasil uji autokorelasi
Durbin-Watson penelitian ini dengan menggunakan sebanyak 168
sampel dan 2 variabel independen.
66
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa hasil perhitungan nilai
Durbin-Watson sebesar 1,959 , nilai ini dibandingkan dengan nilai
tabel yang menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 200 (N)
dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka dari tabel didapatkan
nilai dL sebesar 1,748 dan dU sebesar 1,789. Gambar 4.3 menunjukan
bahwa nilai DW berada diantara nilai dU sebesar 1,789 dan 4-dU
sebesar 2,211. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terdapat masalah autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual (error) satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Data yang ideal adalah yang
tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas, yaitu tidak terdapat
kesamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali, 2013). Untuk
menguji asumsi heteroskedastisitas digunakan grafik scatterplot dan
uji Glejser. Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas titik-
titik yang terdapat pada grafik scatterplot akan terlihat menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sedangkan dalam uji
Glejser data yang memenuhi asumsi heteroskedastisitas akan
Tidak ada
autokorelasi Daerah
ketidakpastian
Daerah
ketidakpastian
Ada
autokorelasi
Ada
autokorelasi
dL
1,748
dU
1,789
1,959 4-dU
2,211
4-dL
2,252
Gambar 4. 3
Hasil Uji Autokorelasi
67
menunjukan probabilitas signifikansi masing-masing variabel
independen di atas 0,05 , begitu pula sebaliknya. Hasil uji
heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot dapat dilihat
pada gambar 4.4.
Gambar 4. 4
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Hasil uji heterokedastisitas dengan Uji Glejser dapat dilihat
pada tabel 4.8.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,049 ,012 4,149 ,000
ML ,023 ,042 ,043 ,547 ,585
CSRsqrt -,006 ,018 -,024 -,299 ,765
a. Dependent Variable: AbsUt
68
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa dalam grafik scatterplot titik-
titik residual menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak untuk dipakai untuk memprediksi agresivitas pajak
berdasarkan masukan variabel independen manajemen laba (ML) dan
corporate social responsibility (CSRsqrt).
Tabel 4.8 menunjukan hasil uji Glejser dengan probabilitas
signifikansi variabel manajemen laba (ML) sebesar 0,585 dan
corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar 0,765. Kedua
variabel ini memperoleh nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahawa model regresi dalam
penelitian ini tidak mengandung heterokedastisitas.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen manajemen laba
69
dan corporate social responsibility. Hasil uji koefisien Adjusted R Square
dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4. 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,208a ,043 ,031 ,061510598
a. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
b. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
Pada tabel 4.9 memperlihatkan R Square dan Adjusted R Square
masing-masing sebesar 0,043 dan 0,031. Hal ini berarti variabel
agresivitas pajak dapat dijelaskan sebanyak 3,1% oleh variabel manajemen
laba dan corporate social responsibility. Sedangkan mayoritas sisanya,
yaitu sebesar 96,9% 100%−3,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini seperti jumlah
komisaris independen, kepemilikan institusional (Amril, dkk.), ukuran
dewan direksi, ukuran komite audit (Winarsih, dkk.), struktur kepemilikan
(Landry, dkk.), likuiditas (Putri, 2014); (Suryanto dan Supramono, 2012)
serta leverage (Suryanto dan Supramono, 2012).
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi linier berganda (multiple regression
analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik F
dan uji statistik t.
70
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0,05. Uji Statistik F dapat ditentukan dengan melihat nilai F hitung
atau signifikansinya (sig.) yang terdapat pada tabel ANOVA. Jika nilai
probabilitas F lebih kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak
H0. Sedangkan jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak HA. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel
4.9.
Tabel 4. 10
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,027 2 ,014 3,627 ,029b
Residual ,609 161 ,004
Total ,637 163
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
b. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
Dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa hasil uji statistik F memiliki
nilai probabilitas sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
HA diterima dan menolak H0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel independen yaitu manajemen laba dan corporate
social responsibility secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu agresivitas pajak.
71
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji Statistik t bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Uji statistik t dapat ketahui dengan
melihat nilai t hitung atau nilai signifikansi (sig.) masing-masing
variabel independen yang terdapat dalam tabel coefficient (Ghozali,
2013). Sama dengan uji signifikansi F, jika nilai probabilitas t lebih
kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak H0. Sedangkan jika
nilai probabilitas t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
HA. Hasil uji statistik t variabel manajemen laba dan corporate social
responsibility terhadap agresivitas pajak dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4. 11
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,306 ,018 16,702 ,000
ML ,015 ,065 ,018 ,232 ,817
CSRsqrt -,076 ,028 -,207 -2,680 ,008
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa variabel independen
manajemen laba (ML) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,817
lebih besar dari 0,05 dengan koefisien beta sebesar 0,015. Tingkat
signifikansi 0,817 lebih besar dari 0,05 berarti H1 ditolak dan H2
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
72
Sedangkan koefisien beta menunjukan nilai yang positif, hal
tersebut berarti bahwa variabel manajemen laba memiliki pengaruh
yang positif terhadap agresivitas pajak. Semakin banyak perusahaan
melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba, semakin sedikit
pajak penghasilan yang harus dibayarkan atau dengan kata lain
semakin agresif perusahaan terhadap pajak. Koefisien beta untuk
variabel independen manajemen laba (ML) sebesar 0,015 juga
menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan manajemen laba
akan meningkatkan agresivitas pajak sebesar 0,015 atau 1,5%.
Berdasarkan beberapa hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
independen manajemen laba berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap variabel agresivitas pajak.
Pada tabel 4.11 juga dapat dilihat bahwa variabel independen
corporate social responsibility (CSRsqrt) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,008 lebih besar dari 0,05 dengan koefisien beta
sebesar -0,076. Tingkat signifikansi 0,05 lebih kecil dari 0,05
sehingga hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh secara
signifikan terhadap agresivitas pajak.
Sedangkan koefisien beta menunjukan nilai yang negatif yaitu
sebesar -0,076, hal tersebut berarti bahwa variabel corporate social
responsibility memiliki pengaruh yang negatif terhadap agresivitas
pajak. Semakin banyak perusahaan melakukan dan melaporkan
73
kegiatan corporate social responsibility, semakin rendah agresivitas
perusahaan terhadap pajak. Koefisien beta untuk variabel independen
corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar -0,076 menunjukan
bahwa, apabila variabel corporate social responsibility (CSRsqrt)
bertambah 1 satuan maka akan menurunkan agresivitas pajak sebesar
0,076 atau 7,6%. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel independen corporate social responsibility
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel agresivitas pajak.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap
Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.11
dapat dikatakan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap agresivitas pajak. Ini menunjukan bahwa
manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat meminimalkan beban
pajak yang harus dibayarkan. Namun manajemen laba tidak berdampak
besar bagi tujuan meminimalisasi biaya pajak. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amril, dkk.
(2015) dan Putri (2014). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014) serta Suryanto dan
Supramono (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara variabel manajemen laba terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
74
Putri (2014) menyatakan bahwa pengaruh positif manajemen laba
terhadap agresivitas pajak perusahaan dapat dijelaskan karena angka laba
menjadi acuan untuk menghitung besarnya beban pajak terutang
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan melaporkan laba sesuai
dengan keinginannya untuk memperkecil beban pajak perusahaan.
Walaupun demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen
laba yang dilakukan tidak signifikan memengaruhi agresivitas perusahaan
yang diukur dengan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR), pengaruh
yang tidak signifikan dapat diilustrasikan dalam aktivitas manajemen laba
dengan objek aktiva tetap.
Pada manajemen laba yang objeknya adalah estimasi ekonomis
umur aktiva tetap, perusahaan dapat melakukan income decreasing dengan
membuat biaya depresiasi aktiva tetap periode berjalan lebih besar
dibandingkan depresiasi periode sebelumnya dengan mengganti umur
ekonomisnya menjadi lebih pendek. Perubahan ini secara langsung akan
membuat laba periode bersangkutan menjadi lebih kecil dibandingkan laba
sesungguhnya (Sulistyanto, 2008 dalam Putri, 2014).
Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan pendapatan
dan beban tidak sama, karena memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan
antara pajak dan akuntansi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perbedaan permanen (tetap) dan perbedaan temporer (sementara/waktu)
(Martani, 2012). Perbedaan permanen adalah perbedaan yang disebabkan
oleh adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar
75
akuntansi dan peraturan perpajakan. Sedangkan perbedaan temporer
adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode
pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi
dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan timbulnya pajak
tangguhan, baik itu berupa aset pajak tangguhan ataupun kewajiban pajak
tangguhan. Apabila terdapat kemungkinan pembayaran pajak yang lebih
kecil di tahun berikutnya, maka hal ini disebut aset pajak tangguhan.
Sedangkan jika terdapat kemungkinan pembayaran pajak yang lebih besar,
maka hal ini disebut kewajiban pajak tangguhan (Suandy, 2014).
Misalnya perbedaan masa manfaat aset tetap antara ketentuan
perpajakan dan kebijakan entitas dalam melakukan penyusutan. Akibat
perbedaan masa manfaat dan nilai penyusutan yang berbeda menyebabkan
perbedaan nilai buku aset dalam laporan posisi keuangan dengan dasar
pengenaan pajaknya. Setiap akhir pelaporan entitas melakukan rekonsiliasi
fiskal atau koreksi fiskal atas laba sebelum pajak untuk menghitung
jumlah penghasilan kena pajak (PhKP). Sehingga meskipun perusahaan
melakukan manajemen laba dengan income decreasing tidak akan
berdampak terhadap tujuan meminimalkan pajak karena ada perbedaan
ketentuan terkait pengakuan pendapatan dan beban antara komersial dan
laba fiskal tersebut. Oleh karena hal tersebut, menyebabkan laba komersial
yang disajikan perusahaan tidak dapat memengaruhi tingkat agresivitas
pajak perusahaan secara signifikan.
76
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.11
dapat dikatakan bahwa variabel corporate social responsibility
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Jessica dan Toly (2014), Winarsih dkk., (2014) dan Landry et.al.
(2013). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa apabila nilai
pengungkapan CSR besar, maka belum tentu perusahaan akan semakin
tidak agresif terhadap pajak.
Menurut Winarsih, dkk. (2014), pelaporan CSR tidak dapat menjadi
ukuran terhadap kinerja CSR yang dilakukan perusahaan karena infomasi
CSR yang diungkapkan dalam laporan belum tentu sesuai dengan kondisi
yang sebenanya. Pengukuran CSR dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang terdapat dalam laporan
tahunan perusahaan. Sedangkan kontrol dari pihak yang diberi wewenang
terhadap laporan CSR juga belum tentu ada sehingga kebenaran dari yang
dilaporkan perusahaan mengenai kegiatan CSR-nya belum dapat
dipertanggungjawabkan. Maka tingkat pengungkapan kegiatan
tanggungjawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan tidak dapat
dijadikan jaminan akan rendahnya tindakan pajak agresif yang dilakukan
oleh perusahaan.
77
Berbeda dengan hasil penelitian Winarsih, dkk. (2014), hasil
penelitian ini menunjukan hal yang sebalikya, yaitu CSR mempunyai
hubungan negatif yang signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil
penelitian ini sama dengan dengan hasil penelitian Issam, dkk. (2015)
untuk CSR dimensi ekonomi, Zhang et.al. (2013) dan Lanis dan
Richardson (2012). Hasil penelitian Lanis dan Richardson (2012)
menyatakan bahwa semakin perusahaan bertanggungjawab terhadap sosial
maka semakin besar kemungkinannya untuk mencegah aktivitas
agresivitas pajak. Hasil analisis tambahan juga menunjukan bahwa
komitmen investasi sosial dan strategi CSR perusahaan (termasuk etika
dan aturan bisnis) dari elemen dasar kegiatan CSR memiliki dampak
negatif terhadap agresivitas pajak.
Zhang et.al (2013) juga menguji hubungan antara CSR dan
agresivitas pajak. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa perusahaan yang
lebih tidak bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR memiliki hubungan
yang lebih erat dengan aktivitas penghindaran pajak dan memiliki lebih
besar perbedaan dikresioner/perbedaan tetap perpajakan. Hal ini
disebabkan mungkin karena adanya gagasan bahwa selama ini CSR dilihat
sebagai budaya perusahaan yang dapat mempengaruhi penghindaran
pajaknya. Penemuan dalam penelitian ini menunjukan secara garis besar
perusahaan yang kurang bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR-nya
cenderung lebih agresif dalam penghindaran pajak, sementara pada
78
perusahaan lainnya yang lebih bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR-
nya cenderung tidak terlalu agresif dalam penghindaran pajak.
Hasil yang signifikan ini juga membuktikan hipotesis sebelumnya
yang erat kaitannya dengan teori legitimasi, bahwa untuk mencapai
keuntungan yang lebih baik dan untuk mempertahankan keberlanjutan
usahanya, perusahaan akan berusaha menjaga kepercayaan para
stakeholders-nya dengan melakukan dan melaporkan kegiatan CSR,
termasuk menjaga kepercayaan pihak pemerintah dengan tidak melakukan
tindakan agresif terhadap pembayaran pajak penghasilan.
Tentu saja agar perusahaan mau melaksanakan dan mengungkapkan
ketgiatan tanggungjawab sosialnya serta menjadi tidak agresif terhadap
pajak yang harus dibayarkannya, peran serta pemerintah sangat
dibutuhkan. Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal yang mengatur mengenai pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan CSR dikeluarkan untuk mendorong perusahaan agar
mau melakukan dan melaporkan kegiatan tanggungjawab sosialnya.
Namun dengan penerbitan peraturan-peraturan tersebut saja tidak cukup,
pemerintah kembali menerbitkan PP 93 Tahun 2010 tentang sumbangan
dan biaya terkait kegiatan CSR yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk mendorong perusahaan melakukan kegiatan tanggungjawab
sosial. Harseno (2014) mengemukakan bahwa berdasarkan Pasal 1 PP 93
Tahun 2010 terdapat biaya CSR yang dapat dikurangkan sampai jumlah
79
tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka perhitungan penghasilan
kena pajak yang terdiri atas :
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
c. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
d. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
e. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pengeluaran CSR berupa sumbangan dan/atau biaya dalam bentuk
sebagaimana disebutkan di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
dengan syarat :
a. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya.
b. Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada
Tahun Pajak sumbangan diberikan.
c. Didukung oleh bukti yang sah.
80
d. Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biayamemiliki NPWP,
kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
e. Penerima sumbangan dan/atau biaya CSR bukan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-
Undang tentang Pajak Penghasilan dengan Wajib Pajak pemberi.
Dengan adanya PP 93 Tahun 2010 jenis sumbangan dan biaya terkait
kegiatan CSR tersebut telah dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sehingga dengan adanya biaya-biaya tersebut pajak penghasilan (PPh)
yang harus dibayarkan perusahaan akan berkurang. Oleh karena itu
perusahaan akan mendapat keuntungan dari sisi pajak apabila perusahaan
melaksanakan kegiatan CSR. Hal ini menyebabkan perusahaan yang
melakukan kegiatan CSR lebih tidak agresif terhadap pajak penghasilan
yang harus dibayarkannya, sehingga menghasilkan pengaruh yang negatif
dan signifikan.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh manajemen laba dan corporate
social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak. Perusahaan yang
termasuk dalam populasi pemelitian adalah perusahaan yang bergerak di
sektor manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima
periode berturut-turut tahun 2010-2014. Data sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 210 (42 5) pengamatan. Analisis menggunakan model
regresi berganda dengan program IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 22. Berdasarkan data yang dikumpulkan, hasil pengujian yang
telah dilakukan dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen laba yang diukur dengan menggunakan Discretionary
Accruals (DA) tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak
perusahaan yang diukur dengan Cash Effective Tax Rate (CETR). Hasil
yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Amril,
dkk (2015) dan Putri (2014).
2. Corporate Social Responsibility (CSR) yang diukur dengan menggunakan
Corporate Social Responsibility Index (CSRI) memiliki pengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan yang diukur dengan Cash Effective Tax Rate
(CETR). Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan
82
oleh Issam, dkk. (2015) untuk CSR dimensi ekonomi, Zhang et.al. (2013)
dan Lanis dan Richardson (2012).
B. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan perusahaan yang
bergerak di sektor selain sektor manufaktur sebagai objek penelitian.
Dengan demikian dapat diketahui pengaruh manajemen laba dan
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan dari
masing-masing sektor yang ada serta dari semua industri secara
keseluruhan.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain sebagai vaiabel
independen ataupun variabel kontrol seperti likuiditas, leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, komisaris
independen dan jumlah auditor internal.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi selain Cash
Effective Tax Rate (CETR) untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan
seperti Effective Tax Rate (CETR) atau Book Tax Difference (BTD).
Dapat pula dilakukan perbandingan hasil antara dua proksi pengukuran
agresivitas pajak yang berbeda untuk melihat proksi mana yang lebih baik
untuk menggambarkan hasil penelitian.
83
DAFTAR PUSTAKA
Amril, Alfred, dkk. “Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Governance
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”. Jurnal Akuntansi Universitas
Bung Hatta, 2015.
Anonim, 2013. “Bisnis Kotor Korporasi Raja Garuda Mas di Sektor Sumber Daya
Alam”. Riau Corruption Trial. Artikel diakses dari
http://rct.or.id/index.php/berita/opini/78-made-ali, pada tanggal 02
Desember 2015.
Bouty, Henny. “Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak”. Jakarta : PT Putra Zet
Es, 2010.
Chen, et.al. “Are Firms More Tax Aggressive Than Non-Family Firms?” Journal
of Financial Economics. Vol. 95. Hal. 41-61, 2010.
Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. “Detecting Earnings
Management”. The Accounting Review 70 (2): 193‐225, 1995.
Frank, M., L.J. Lynch dan S.O. ego. “Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation To Aggressive Financial Reporting”. The Accounting Review
Vol.84, No.2, pp. 467-496, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Harseno, Gery. 2014. “Perhitungan dan Kewajiban Biaya S dengan Pajak”.
Diakses dari http://gharseno.blogspot.co.id/2014/05/perhitungan-dan-
kewajiban-biaya-csr.html?m=1, pada tanggal 11 Maret 2016.
Haryanto, Joko Tri. “ evolusi Fungsi Perpajakan”. Diakses dari
http://www.kemenkeu.go.id/en/node/44642, pada tanggal 20 Juni 2015.
Hidayanti, Alfiani Nur. “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate
Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Semarang : Universitas
Diponegoro, 2013.
Issam, Laguir, Raffaele Stagliano dan Elbaz Jamal. “Does Corporate Social
Responsibility Affect Corporate Tax Aggressiveness?”. Journal of Cleaner
Production Vol.107: 662-675, 2015.
84
Jessica dan Agus Arianto Toly. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibilty Terhadap Agresivitas Pajak”. Tax & Accounting Review,
Vol.4, No.1, 2014.
Kamila, Putri Almainda dan Dwi Martani. “Analisis Hubungan Agresivitas
Pelaporan Keuangan dan Agresivitas Pajak”. Simposium Nasional
Akuntansi 17 Mataram, Lombok, 2014.
Kementrian Keuangan republik Indonesia. “Realisasi Pendapatan Negara Tahun
2014 apai p1.537,2 Triliun”. Artikel diakses dari
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/realisasi-pendapatan-negara-tahun-2014-
capai-rp15372-triliun, pada tanggal 20 Juni 2015.
Lanis, R. dan G. ichardson. “Corporate Social Responsibility and Tax
Aggressiveness : An empirical analysis”. Journal of Accounting and Public
Policy pp.86-108. 2012.
Mardiasmo. “Perpajakan”. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. 2011.
Martani, Dwi. 2012. “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Artikel diakses dari
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/artikel/akuntansi-PPh, pada
tanggal 10 Maret 2016
Purwanggono, rlang Anugrahendra. “Pengaruh Corporate Social Rresponsibility
dan Kepemilikan Mayoritas Terhadap Agresivits Pajak”. Universitas
Diponegoro : Semarang. Skripsi. Tidak dipublikasikan, 2015.
Putra, Haris Fitra. “Analisis Pelaksanaan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada Perbankan Syariah Indonesia Berdasarkan
Indeks Islamic Social Reporting IS ”. Malang: Universitas Brawijaya,
2014.
Putri, Lucy Y.P. “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba dan Corporate
Governance Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Akuntansi
Universitas Negeri Padang Vol.2 No.1, 2014.
Putri, Tri Artining . “Banding Anak Usaha Asian Agri Kembali Ditolak”. Artikel
diakses dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/03/28/087653560/
banding-anak-usaha-asian-agri-kembali-ditolak, pada tanggal 02 Desember
2015.
Riahi, Ahmed dan Belkoui. “Teori Akuntansi, edisi 5 buku 1”. Jakarta : Salemba
Empat, 2006.
Scott, William . “Financial Accounting Theory sixth edition”. Toronto : Pearson
Canada Inc., 2012.
85
Setyamurti, ita atna. “Analisis Pengaruh Corporate Governance dan
Manajemen Laba Terhadap Likuiditas”. Universitas Diponegoro: Semarang,
2015.
Siregar, Bagja. “Kasus Manipulasi Pajak, Dari Bakrie Hingga B A”. Artikel
diakses dari http://www.kompasiana.com/bagjasiregar/kasus-manipulasi-
pajak-dari-bakrie-hingga-bca_54f97f04a333111a648b4784, pada tanggal 02
Desember 2015.
Suandy, rly. “Perencanaan Pajak disi 5”. Jakarta: Salemba mpat, 2014.
Suhaidi, dkk. “Sinkronisasi Antara Hukum Pajak dengan Undang-Unndang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan S ”. USU Law Journal, 2014.
Sukandarrumidi. “Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula”. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2006.
Suyanto, Krisnata Dwi dan Supramono. Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.2 Mei 2012, hlm. 167–177,
2012.
Tilling, Matthew . “Revinements to Legitimacy Theory in Social and
Enviromental Accounting”. Commers Research Papper Series No.04-6.
ISSN: 1441-3906. South Australia: Flinders University, 2004.
Winarsih, Rina, dkk. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Simposium
Nasional Akuntansi 17 Mataram, Lombok, 2014.
Yintayani, Ni Nyoman. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Social Corporate
Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009 ”. Denpasar : Tesis. Tidak dipublikasikan, 2011.
Zhang, et.al. “Is CorporateSocial Responsibility (CSR) Associated with Tax
Avoidance? Evidence from Irresponsible CSR Activities”. The Accounting
Review Vol.88, No.6, pp.2025-2059, 2013.
86
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
3 APLI Asiaplast Industries Tbk
4 ARNA Arwana Citramulia Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 AUTO Astra Otoparts Tbk
7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
9 DLTA Delta Djakarta Tbk
10 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
11 EKAD Ekadharma International Tbk
12 GGRM Gudang Garam Tbk
13 HMSP HM Sampoerna Tbk
14 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
16 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
17 INDS Indospring Tbk
18 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
19 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
20 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
21 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
22 KLBF Kalbe Farma Tbk
23 LION Lion Metal Works Tbk
24 LMSH Lionmesh Prima Tbk
25 MERK Merck Tbk
26 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
27 NIPS Nipress Tbk
28 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
29 PYFA Pyridam Farma Tbk
30 SKLT Sekar Laut Tbk
31 SMCB Holcim Indonesia Tbk
32 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
87
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
33 SMSM Selamat Sempurna Tbk
34 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
35 SRSN Indo Acidatama Tbk
36 STTP Siantar Top Tbk
37 TCID Mandom Indonesia Tbk
38 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
39 TRST Trias Sentosa Tbk
40 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
41 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
42 UNVR Unilever Indonesia Tbk
88
Lampiran 2
Manajemen Laba (Earnings Management)
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
1 AISA 0,099340 0,099163 0,062522 0,090723 0,034080
2 AMFG (0,058901) 0,025309 0,001162 (0,045820) (0,011296)
3 APLI 0,007615 0,021552 0,079720 (0,147825) (0,014017)
4 ARNA (0,011144) (0,025618) (0,066478) (0,014279) 0,050548
5 ASII 0,185372 0,131927 0,121679 0,043516 0,068011
6 AUTO 0,072785 0,200295 0,106902 0,086022 0,089280
7 BTON (0,172932) (0,161240) (0,003203) 0,125182 0,012437
8 CPIN (0,017573) 0,205776 0,127423 0,053673 0,125389
9 DLTA 0,176702 (0,029613) (0,055504) (0,111853) 0,155068
10 DVLA (0,015610) 0,071981 0,039551 0,029196 (0,007660)
11 EKAD 0,080526 0,057809 0,037855 0,073746 0,105410
12 GGRM 0,054121 0,172815 0,010449 0,060552 0,084459
13 HMSP (0,263588) (0,158699) 0,281954 (0,002697) (0,006388)
14 IGAR (0,105674) 0,088637 0,034676 0,004160 0,084651
15 INAI 0,230341 0,029541 0,239409 (0,101741) (0,076966)
16 INDF (0,037441) 0,025759 (0,019614) 0,003931 (0,031438)
17 INDS 0,102774 0,203580 0,053093 (0,033826) 0,057113
18 INTP 0,018999 0,002266 (0,033614) 0,002625 (0,016014)
19 KAEF 0,008216 0,051151 0,008016 (0,014343) (0,004184)
20 KBLI (0,075605) (0,049399) 0,109506 0,098858 (0,048987)
21 KDSI (0,009244) (0,024543) (0,015074) (0,059232) 0,094006
22 KLBF 0,022042 0,021687 0,052892 0,122005 (0,001724)
23 LION 0,021849 0,033576 0,047314 0,034725 (0,018585)
24 LMSH (0,054780) 0,050654 0,307237 (0,009069) (0,012808)
25 MERK (0,102047) 0,168873 0,036502 0,101014 (0,070550)
26 MLBI 0,149983 (0,119506) (0,032538) (0,039718) (0,005325)
27 NIPS (0,030909) (0,076107) 0,038010 0,222187 0,118815
28 PRAS (0,211937) 0,028865 (0,023622) 0,047736 0,041561
29 PYFA (0,039940) 0,049132 0,060966 0,027531 0,023212
30 SKLT (0,001709) (0,003127) (0,020568) (0,063770) (0,015200)
31 SMCB 0,030234 (0,060745) 0,012582 (0,052221) (0,017531)
32 SMGR 0,063290 0,003175 0,010783 0,008316 (0,000087)
33 SMSM 0,028463 0,002781 (0,044321) (0,046944) (0,004704)
34 SQBB (0,129727) 0,013160 (0,002946) (0,004849) 0,013224
35 SRSN 0,018537 (0,005677) 0,040742 (0,039622) 0,016930
36 STTP 0,126391 (0,042566) 0,083029 0,062831 (0,033123)
89
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID (0,006469) 0,079768 (0,072686) (0,050203) 0,061789
38 TOTO 0,052007 (0,000371) 0,052099 (0,035396) 0,012503
39 TRST 0,034114 0,033748 0,029582 0,016502 (0,036035)
40 TSPC (0,019067) 0,008246 0,007348 0,055726 0,026146
41 ULTJ (0,065053) (0,066118) (0,048841) 0,068965 0,071913
42 UNVR (0,002189) (0,130324) (0,013615) (0,053637) (0,036762)
90
Lampiran 3
Corporate Social Responsibility (CSR)
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
1 AISA 0,435897 0,461538 0,538462 0,538462 0,653846
2 AMFG 0,410256 0,487179 0,602564 0,602564 0,602564
3 APLI 0,320513 0,320513 0,333333 0,333333 0,346154
4 ARNA 0,500000 0,512821 0,551282 0,551282 0,576923
5 ASII 0,820513 0,833333 0,884615 0,897436 0,897436
6 AUTO 0,525641 0,551282 0,589744 0,628205 0,692308
7 BTON 0,269231 0,269231 0,269231 0,269231 0,269231
8 CPIN 0,205128 0,205128 0,230769 0,230769 0,256410
9 DLTA 0,384615 0,384615 0,410256 0,410256 0,448718
10 DVLA 0,320513 0,320513 0,410256 0,410256 0,423077
11 EKAD 0,230769 0,230769 0,282051 0,282051 0,282051
12 GGRM 0,230769 0,230769 0,230769 0,243590 0,243590
13 HMSP 0,333333 0,333333 0,474359 0,474359 0,474359
14 IGAR 0,064103 0,064103 0,064103 0,256410 0,358974
15 INAI 0,115385 0,115385 0,141026 0,141026 0,166667
16 INDF 0,641026 0,641026 0,717949 0,717949 0,769231
17 INDS 0,256410 0,256410 0,256410 0,269231 0,294872
18 INTP 0,705128 0,705128 0,769231 0,820513 0,833333
19 KAEF 0,346154 0,346154 0,358974 0,371795 0,371795
20 KBLI 0,307692 0,307692 0,333333 0,333333 0,384615
21 KDSI 0,205128 0,217949 0,217949 0,217949 0,230769
22 KLBF 0,538462 0,538462 0,538462 0,551282 0,576923
23 LION 0,410256 0,410256 0,410256 0,474359 0,474359
24 LMSH 0,243590 0,243590 0,307692 0,333333 0,384615
25 MERK 0,448718 0,448718 0,461538 0,461538 0,500000
26 MLBI 0,282051 0,128205 0,115385 0,333333 0,782051
27 NIPS 0,153846 0,153846 0,166667 0,166667 0,166667
28 PRAS 0,141026 0,102564 0,115385 0,166667 0,166667
29 PYFA 0,410256 0,410256 0,410256 0,423077 0,435897
30 SKLT 0,076923 0,089744 0,141026 0,153846 0,153846
31 SMCB 0,653846 0,653846 0,705128 0,705128 0,794872
32 SMGR 0,807692 0,833333 0,871795 0,871795 0,871795
33 SMSM 0,474359 0,474359 0,487179 0,487179 0,487179
34 SQBB 0,089744 0,089744 0,089744 0,089744 0,166667
35 SRSN 0,294872 0,294872 0,333333 0,333333 0,333333
36 STTP 0,205128 0,205128 0,205128 0,205128 0,205128
91
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID 0,384615 0,448718 0,461538 0,461538 0,512821
38 TOTO 0,397436 0,397436 0,551282 0,576923 0,602564
39 TRST 0,230769 0,256410 0,256410 0,256410 0,256410
40 TSPC 0,282051 0,282051 0,320513 0,333333 0,333333
41 ULTJ 0,384615 0,397436 0,435897 0,448718 0,474359
42 UNVR 0,641026 0,641026 0,743590 0,743590 0,769231
92
Lampiran 4
Agresivitas Pajak
NO. KODE 2010 2011 2012 2013 2014
1 AISA 0,039827 0,064376 0,075586 0,027560 0,023481
2 AMFG 0,189536 0,319894 0,246371 0,228782 0,270497
3 APLI 0,177142 0,610297 0,966775 0,669076 0,093807
4 ARNA 0,279991 0,266718 0,176448 0,234890 0,285913
5 ASII 0,229471 0,162063 0,203886 0,231879 0,204300
6 AUTO 0,130551 0,153600 0,140187 0,179876 0,198605
7 BTON 0,284095 0,131583 0,223381 0,200711 0,539089
8 CPIN 0,270127 0,265448 0,224789 0,192786 0,178051
9 DLTA 0,453099 0,253986 0,398277 0,279235 0,266149
10 DVLA 0,049271 0,272526 0,284318 0,332113 0,463672
11 EKAD 0,283595 0,216861 0,194546 0,233376 0,315350
12 GGRM 0,264046 0,277629 0,278238 0,256509 0,229148
13 HMSP 0,241562 0,228731 0,259574 0,251759 0,291788
14 IGAR 0,217573 0,348474 0,346152 0,369272 0,169355
15 INAI 0,351919 0,245615 0,164659 0,598133 0,325671
16 INDF 0,357058 0,288255 0,355938 0,492936 0,385059
17 INDS 0,946118 0,711001 0,265877 0,205157 0,349559
18 INTP 0,522835 0,221690 0,203586 0,250895 0,219986
19 KAEF 0,244144 0,238830 0,268790 0,348519 0,158999
20 KBLI 0,515744 0,261260 0,207394 0,616633 0,471063
21 KDSI 0,637608 0,264816 0,238111 0,049197 0,270394
22 KLBF 0,245833 0,210930 0,219044 0,250955 0,362714
23 LION 0,287766 0,218935 0,196429 0,294129 0,255919
24 LMSH 0,167276 0,290198 0,109241 0,198528 0,417642
25 MERK 0,362012 0,168705 0,400853 0,290516 0,350960
26 MLBI 0,255865 0,249734 0,313598 0,219134 0,315184
27 NIPS 0,130739 0,339251 0,268356 0,318703 0,351340
28 PRAS 0,072752 0,037146 0,015572 0,332129 0,235888
29 PYFA 0,244122 0,322192 0,343249 0,206899 0,441083
30 SKLT 0,216830 0,254478 0,360462 0,352906 0,277840
31 SMCB 0,377365 0,243692 0,314974 0,357890 0,452226
32 SMGR 0,285388 0,208343 0,198855 0,232795 0,234344
33 SMSM 0,214759 0,181113 0,246100 0,201675 0,251378
34 SQBB 0,377046 0,247931 0,207696 0,256145 0,261194
35 SRSN 0,965793 0,155730 0,461265 0,256045 0,263160
36 STTP 0,170029 0,174846 0,185014 0,218961 0,256019
93
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID 0,331147 0,269943 0,270474 0,281111 0,279297
38 TOTO 0,442792 0,287627 0,247873 0,274248 0,259838
39 TRST 0,279940 0,326759 0,311278 0,395634 0,616272
40 TSPC 0,469701 0,466420 0,489266 0,544249 0,574214
41 ULTJ 0,147535 0,465322 0,154850 0,390265 0,334868
42 UNVR 0,271652 0,233995 0,229578 0,252291 0,242172
94
Lampiran 5
Hasil Output SPSS
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ML 210 -,263588 ,307237 ,01968877 ,081358372
CSR 210 ,064103 ,897436 ,40054942 ,205462639
AGP 210 ,015572 ,975310 ,29194408 ,146262894
Valid N (listwise) 210
2. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Sebelum Transformasi
dan Pengurangan Data Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 210
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,14527415
Most Extreme Differences Absolute ,153
Positive ,153
Negative -,099
Test Statistic ,153
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
95
3. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Setelah Transformasi dan
Pengurangan Data Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 164
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,06113207
Most Extreme Differences Absolute ,056
Positive ,056
Negative -,047
Test Statistic ,056
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi dan Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,208a ,043 ,031 ,061510598 1,959
a. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
b. Dependent Variable: AGP
5. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,027 2 ,014 3,627 ,029b
Residual ,609 161 ,004
Total ,637 163
a. Dependent Variable: AGP
b. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
96
6. Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t) dan Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,306 ,018 16,702 ,000
ML ,015 ,065 ,018 ,232 ,817 1,000 1,000
CSRsqrt -,076 ,028 -,207 -2,680 ,008 1,000 1,000
a. Dependent Variable: AGP
7. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficient Correlationsa
Model CSRsqrt ML
1 Correlations CSRsqrt 1,000 ,013
ML ,013 1,000
Covariances CSRsqrt ,001 2,476E-5
ML 2,476E-5 ,004
a. Dependent Variable: AGP
8. Hasil Uji Heterokedastisitas Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,049 ,012 4,149 ,000
ML ,023 ,042 ,043 ,547 ,585
CSRsqrt -,006 ,018 -,024 -,299 ,765
a. Dependent Variable: AbsUt
97
9. Grafik Histogram
10. Grafik Normal P-Plot
98
11. Grafik Scatterplot