PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA TUDANG
SIPULUNG (BTS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MURID PADA MATERI IPA KONSEP ADAPTASI MAKHLUK
HIDUP KELAS V SD INPRES BONTOMANAI
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sala Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
DARNIATI
10540919114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
JANUARI,2019
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan,
Melainkan untuk menguji kekuatan akarnya”.
(Ali Bin Abi Thalib)
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku tercinta, saudaraku, keluargaku,
Guru, dan teman-teman atas keikhlasan dan doanya dalam
Mendukung penulis mewujududkan harapan menjadi kenyataan.
ABSTRAK
Darniati. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Budaya Tudang
Sipulung Terhadap kemampuan berpikir kritis murid pada materi IPA konsep
adaptasi mahkluk hidup kelas V SD Inpres bontomanai kota makassar. Skripsi,
Program Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitam Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Dr. Evi
Ristiana sebagai Pembimbing I dan Nurlina sebagai Pembimbing II.
Masalah utama dalam penelitian yaitu apakah ada pengaruh pelaksanaan
model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung terhadap kemampuan
berpikir kritis IPA pada materi konsep adaptasi mahkluk hidup murid kelas V SD
Inpres Bontomanai Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari pelaksanaan model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung
terhadap kemampuan berpikir kritis murid IPA pada materi konsep adaptasi
mahkluk hidup murid kelas V SD Inpres Bontomanai kota Makassar. Jenis
penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu menggunakan desain
penelitian posttest-Only Control Design. Prosedur penelitian tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan menganalisis data kemampuan berpikir kritis. Subjek
dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Bontomanai kota Makassar
sebanyak 25 orang untuk kelas kontol dan 24 orang untuk kelas eksperimen .Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kemampuan berpikir kritis Pretest terdiri dari
6 murid yang tuntas dari 24 atau 25% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) atau berada kategori sangat rendah. Secara klasikal belum terpenuhi
karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 65,4. Sedangkan pada hasil Posttest terdiri
dari 20 murid atau 85 telah memenuhi KKM dan secara klasikal telah terpenuhi
yaitu dengan nilai rata-rata 76 pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis murid kelas V SD Inpres
Bontomanai Kota Makassar terdapat pengaruh dengan penggunaan model
pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung.
Kata kunci : model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung, kemampuan
berpikir kritis
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadiran Allah swt., karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga proposal yang sederhana ini dapat diselesaikan sebagai
tugas dalam rangka penyelesaian studi pada Jurusan Pendidikan Guru Sekoah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, dengan judul “ pengaruh model pembelajaran berbasis budaya tudang
sipulung Terhadap kemampuan berpikir kritis murid pada materi IPA
konsep adaptasi mahkluk hidup kelas V SD Inpres Botomanai kota
Makassar “
Selama penulisan proposal ini, penulis banak mendapatkan bantuan dan
motivasi. Oleh karena itu, disampaikan terima kasih kepada Dr.Evi Ristiana
S.Pd.,M.Pd dan Dr Nurlina S.Si.,S.Pd masing-masing pembimbing pertama dan
kedua atas bimbingan dan motivasinya pada penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih dan penghargaan disampaikan pula kepada:
1. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar atas dukungannya dalam perkuliahan.
3. Aliem Bahri, S.Pd.,M,Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
4. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
5. Kedua orang tuanku tercinta dan keluarga besarku yang telah memberikan
motivasi, kasih sayang, disertai oleh doa yang tulus untuk mendukung
penulisan dalam penyelesaian studi.
6. Rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar atas
Kerjasamanya dalam perkuliahan maupun dalam penulisan proposal ini.
7. Sahabat-sahabat saya “Mbok Jamu Squad” yang selalu membantu penulis
ketika mendapat hambatan dan kepada seluruh rekan mahasiswa
seperjuangan di PGSD angkatan 2014 khususnya kelas 14 F yang telah
memberi warna, kebersamaan, dan bantuan dalam perjalanan penulis menuju
sarjana.
Semoga bantuan, petunjuk, dorongan, dan penghargaan yang telah
diberikan kepada penulis, bernilai ibadah dan memperoleh imbalan berlipat ganda
di sisi Allah swt. Amin.
Makassar, januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. iii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………….. iv
SURAT PERJANJIAN…………………………………………………….. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………… vi
ABSTRAK………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS ............... 8
A. Kajian Pustaka ................................................................................. 8
1. Kemampuan berpikir kritis.......................................................... 6
2. Model Budaya Tudang Sipung .................................................... 10
3. Pembelajaran IPA ........................................................................ 19
4. Materi Ajar .................................................................................. 22
5. Penelitian yang releven………………………………………… 33
B. Kerangka Pikir ................................................................................. 34
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 37
A. Jenis Penelitian................................................................................. 37
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 37
C. Populasi dan sampel ......................................................................... 39
D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 40
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 41
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 45
a. Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis (Pretest) .................. 45
b. Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis (Posttest)................. 50
c. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Pretest) .......................... 55
d. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Posttest) ......................... 57
e. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis………………………….. 50
f. Uji Hipotesis “Uji-t”.................................................................... 60
B. Pembahasan ........................................................................................ 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 66
B. Saran ................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Posttest-Online Control Design …………………………………………37
4.1 Nilai statistik Kemampuan Berpikir Kritis kelas kontrol…………………..45
4.2 Nilai Rata-rata Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol………..46
4.3 Perhitungan Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretest Kelas Kontrol……….47
4.4 Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kelas Eksperimen…………………...48
4.5 Nilai Rata-rata Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Keala Eksperimen…...48
4.6 Perhitungan Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretest Kelas Eksperimen…...49
4.7 Distribusi Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol……..50
4.8 Nilai rata-rata Posttest kemampuan Berpikir kritis kelas Kontrol…………51
4.9 Perhitungan Mencari Mean (rata-rata) Nilai Posttst Kelas Kontrol………..51
4.10 Distribusi Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen..52
4.11 Nilai Rata-rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen…53
4.12 Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata)
Nilai Posttest Kelas Eksperimen…………………………………………53
4.13 Distribusi dan Frekuensi Kategori Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol……………………………………………54
4.14 Distribusi dan Frekuensi Kategori Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Eksperimen………………………………………...55
4.15 Distribusi Dan Frekuensi Kategori Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol……………………………………………..56
4.16 Distribusi dan Frekuensi Kategori Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Eksperimen………………………………………...57
4.17 Distribusi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis (Pretest)………………58
4.18 Distribusi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis (Posttest)………………59
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Silabus
LAMPIRAN 2. Perangkat Pembelajaran (RPP dan LKPD)
LAMPIRAN 3. Validasi Soal
LAMPIRAN 4. Kisi-kisi Soal
LAMPIRAN 5. Lembar Observasi Penelitian
LAMPIRAN 6. Analisis Kategori Kemampuan Berpikir Kritis
LAMPIRAN 7. Analisis Uji-t
LAMPIRAN 8. Hasil Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
LAMPIRAN 9. Hasil Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
LAMPIRAN 10. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik
memiliki rasa ingin tahu tentang konsep kealaman beserta kejadian-kejadian yang
ada di lingkungan sekitar secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan sebagai
produk.
Menurut Kamaruddin (1990: 16) menyatakan bahwa: “IPA adalah bidang
studi yang sifatnya faktual. Oleh karena itu mempelajari IPA harus dengan
pengalaman, artinya siswa hendaknya secara langsung mengalami sendiri proses-
proses yang terjadi di alam sekitar dan proses ilmiah seperti pengamatan,
pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan”.
Pendidikan IPA adalah bidang studi yang mempunyai konsep-konsep
pelajaran yang dinamis dan selalu berkembang setiap saat karena itu pengetahuan
alam sering diartikan sebagai proses. Dikatakan sebagai proses karena IPA
merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara
tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. IPA
juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri serta prospek pengembangan lebih lanjut dapat diterapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berbagai upaya telah dan akan dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, namun kenyataannya
belum menuju ke arah yang diinginkan, hal ini disebabkan oleh adanya anggapan
bahwa pendidikan IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh
sebagian besar peserta didik.
Berpikir kritis adalah seni menganalisis gagasan berdasarkan
penalaran logis. Berpikir kritis bukanlah berpikir keras, melainkan berpikir lebih
baik. Seseorang yang mengasah kemampuan berpikir kritisnya biasanya memiliki
tingkat keingintahuan intelektual (intelellectual curiosity) yang tinggi.
Langkah pemecahan masalah tersebut berkaitan erat dengan
pembelajaran yang menghubungkan pemahaman awal atau pemahaman yang
sudah dimiliki siswa kemudian dihubungkan dengan pembelajaran yang akan di
sampaikan. Menciptakan pembelajaran yang bermakna dapat dilakukan dengan
pembelajaran secara kontekstual yang merupakan sistem pembelajaran yang
cocok dengan kinerja otak, untuk menyususn pola-pola yang mewujudkan makna,
dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-
hari peserta didik. Pendekatan kontekstual digunakan karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakata.
Informasi yang diperoleh setelah peneliti melakukan wawancara
dengan kepala sekolah, guru dan mengadakan tes awal di kelas V, menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa Sekolah Dasar Inpres Bontomanai pada mata pelajaran
IPA masih rendah, untuk itu peneliti memfokuskan penelitiannya pada mata
pelajaran IPA. Masalah rendahnya hasil belajar siswa diasumsikan karena
kurangnya penggunaan metode tanya jawab dan kurang variatif dalam
penggunaan media pembelajaran. Olehnya itu, salah satu alternatif yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran, dan khususnya pada mata pelajaran IPA,
dapat dilakukan melalui penggunaan model pembelajaran BTS dalam belajar.
Dalam mengemas pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar, akan dapat
meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar memberikan kontribusi yang
positif terhadap hasil belajar belajar siswa (Uno, 2006), sehingga diperlukan suatu
pendekatan yang menekankan pada pengoptimalisasian potensi dan saran belajar
yang ada pada siswa. Untuk itu penulis memberikan sebuah solusi untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu melalui model pembelajaran BTS.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada mata pelajaran IPA
terahadap beberapa permasalahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar
yaitu: (1) masih menggunakan paradigma yang lama yaitu, guru memberikan
pengetahuan kepada siswa dengan metode konvesional yaitu metode ceramah dan
pemberian tugas, hasilnya adalah murid yang duduk, diam, dengar, cacat dan hafal
(3DCH) sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi menonton. Kondisi seperti
ini tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran (2)
Siswa kurang berminat dengan pembelajaran IPA karena menganggap pelajaran
tersebut hanya berisi kata-kata dan kurangnya gambar-gambar yang dapat
meningkatkan semangat belajar siswa. (3) Motivasi belajar siswa yang masih
rendah (4) Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan hanya dua atau
tiga orang siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru. (5) Sering
kali proses pembelajaran didominasi oleh anak-anak yang memiliki kemampuan
lebih di mata pelajaran IPA oleh karena itu, diperlukan agar seluruh siswa merasa
menjadi bagian dalam proses belajar mengajar. Mengingat pentingnya
pembelajaran IPA untuk siswa, maka perlu dicari jalan penyelesaian yaitu suatu
cara mengelola proses belajar mengajar IPA sehingga pembelajaran IPA dapat
dicerna dengan baik oleh siswa. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kelemahan dalam pembelajaran IPA adalah pemilihan model
pembelajaran yang tepat sehingga mampu melibatkan siswa secara aktif. Salah
satu model yang melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran
berbasis budaya tudang sipulung
Teknik model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung adalah
salah satu teknik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa karena pada
sintaks model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung ada kegiatan
kelompok untuk melakukan kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah.
Langkah-langkah penerapan model berbasis budaya tudang sipulung:
a. Guru menyampaikan tujian pembelajaran dan memberikan motivasi
b. Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari
c. Guru membagi 4 kelompok setiap klompok dipimpin oleh seorang ketua
kelompok ketua kelompok di tentukan sendiri oleh anggota kelompok
d. Guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan tujuan pembelajaran
dan pengetahuan peserta didik.
e. Setiap kelompok memaparkan hasil rekonstruksi pemikiran antara
kelompok
f. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materipelajaran
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan
budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya
lokal berlandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang
mendasar dan penting bagi pendidikan dan perkembangan
Berdasarkan permasalahan yang di identifikasi pada proses belajar
mengajar mata pelajaran IPA pada murid kelas V SD Inpres Bontomanai
makassar di atas, maka salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh
guru adalah dengan merubah metode pembelajaran yang digunakan kearah
metode yang dapat memberikan peluang kepada murid untuk terlibat secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah memberikan
sugesti positif kepada siswa untuk memberikan efek motivasi dan semangat dalam
belajar di kelas. Sehingga hal ini memacu peningkatan hasil belajar di SD Inpres
Bontomanaimakassar
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengangkat masalah ini
kedalam penelitiannya untuk mengetahui “pengaruh model Pembelajaran
berbasis Budaya Tudang Sipulung(BTS) terhadap kemampuan berpikir kritis
murid padamateri IPA konsep adaptasi mahkluk hidupkelas V SD Inpres
Bontomanai kota makassar.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: Apakah
ada pengaruh model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi IPA konsep adaptasi mahkluk hidup
SD inpres bontomanaikota makassar
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis
budaya tudang sipulung terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
konsep adaptasi mahkluk hidup SD inpres bontomanaikota makassar
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh,
baik manfaat secara praktis maupun teoritis.
1. Manfaat secara teoritis yaitu :
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi ilmu pendidikan khususnya
mata pelajaran IPA tentang model pembelajaran yang mampu
mengembangkan berpikir kritis seta menanamkan nilai-nilai budaya lokal
bagi siswa melalui pengaplikasian model pembelajaran yang
dikembangkan berbasis budaya dan kearifan lokal
2. Manfaat secara praktis yaitu :
a) Bagi penulis, sebagai referensi dan dapat lebih mengembangkan
model pembelajaran di sekolah.
b) Bagi sekolah dan dewan guru dapat meningkatkan pembelajaran
dengan menggunakan model yang efektif yang salah satunya metode
pemberian model BTS yang berguna meningkatkan aktivitas belajar
siswa .
c) Bagi siswa, secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis serta mengembangkan karakter siswa (sikap saling
berkerjasama, jujur, dan menghargai keberagaman di kalangan siswa).
Dan secara langsung dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
dalam dunia nyata yang dihadapi dengan mengembangkan karakter
kerja sama dan tanggung jawab.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian pustaka
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Ennis (1985 dalam Dwiyanti dan Darsati, Tanpa Tahun)
Mengklasifikasiakan keterampilan berpikir kritis menjadi 5 kelompok
yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2)
membangun keterampilan dasar (basic support), (3) menyimpulkan
(interfence), (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification),
(5) serta strategi dan teknik (strategy and tactics).
Berpikir kritis adalah berpikir rasional yang sangat penting dari abad ke-21
merupakan era informasi dan teknilogi.Seseorang harus merespon perubahan
dengan cepat dan efektif, kemampuan menganalisis informasi, dan
mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan. Berpikir kritis juga dapat
meningkatkan keterampilan verbal, analitik, dan meningkatkan kreativitas
seseorang dalam menyesuikan permasalahan (Paul:1993 dalam Astutik). Sehingga
kecakapan abad 21 ini perlu dimiliki oleh peserta didik agar dapat mengikuti
perkembangan zaman dan dapat bersaing secara global.
Kemampuan berpikir kritis siswa perlu dilatihkan dalam setiap proses
pembelajaran. Pembelajaran harus di desainkan agar membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses berpikir dalam pembelajaran
selalu dimulai dari yang sederhana menuju ke kompleks. Tahapan pencapaian
kognitif menurut Bloom (1979) dimulai dari yang terendah yaitu mengingat
sampai tertinggi yaitu mencipta.Proses Berpikir komplek di kelompokan menjadi
empat yaitu pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif.
Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis sangat di perlukan untuk
keberhasilan seseorang dalam hidupnya.John Dewey dalam Arends (2008)
menyatakan bahwa sekolah semestinya mengajarkan siswa untuk
berpikir.Berpikir adalah aktifitas mental untuk memformulasikan atau
memecahkan masalah, membuat keputusan, usaha untuk memahami sesuatu,
mencari jawaban atas permasalahan, dan mencari sesuatu hal.
Weussinger (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah kesadaran
berpikir sendiri (self reflection), dan kemampuan (keterampilan dasar) serta
kemampuan (kemauan untuk bertanya) untuk mengklarifisikan dan meningkatkan
pemahaman yang membantu dalam menarik kesimpulan yang tepat dan membuat
keputusan terbaik dalam konteks (basis pengetahuan).
Cotter (2005) menyatakan juga bahwa berpikir kritis adalah sebuah
kegiatan kognitif yang berhubungan dengan penggunaan pikiran. Belajar berpikir
dengan cara analisis kritis dan evaluative berarti menggunakan proses-proses
mental seperti perhatian, kategorisasi, seleksi, dan keputisan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses pertimbangan kompleks yang mencangkup
skala yang luas pada keterampilan dan sikap yaitu:
1. Mengidentifikasi posisi orang lain, argument dan kesimpilan,
2. Mengevaluasi bukti dalam sudut pandang alternative
3. Mempertimbangkan argument yang menantang dan bukti yang agak baik
4. Mampu membaca antara permukaan dasar, tampak dan terlindung untuk
mengidentifikasi asumsi yang salah atau tidak adil
5. Mengenali teknik yang di gunakan untuk membuat posisi tertentu lebih
menarik dari pada yang lain seperti logika palsu dan perangkat persuasive
6. Merefleksikan pada masalah dengan terstruktur, logika dan wawasan
menyakinkan untuk bertahan
7. Menarik kesimpulan tentang apakah masih dan dapat dibenarkan,
berdasarkan bukti dan asumsi yang baik dan masuk akal
8. Menyajikan sudut pandang dengan cara terstruktur, jelas, well-reasoned
yang menyakinkan orang lain. Selanjutnya disebutkan pula bahwa berpikir
kritis termaksut mengembangkan keterampilan tambahan seperti
observasi, analisis, penalaran pengambilan keputusan, keputusan, dan
persuasi
2. Model Budaya Tudang Sipulung (BTS)
Model pembelajaran BTS adalah untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa karena pada sintaks model pembelajaran BTS ada kegiatan
kelompok untuk melakuakan kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah.
Kemudian di lanjutkan dengan berbagai informasi dengan tutor sebaya kepada
sesama anggota kelompok. Aktifitas siswa pada sintaks ketika menuju adanya
learning by doing dan learning together. Dengan demikian informasi yang di
terima siswa bukan hanya penyampaian dari guru, tetapi berasal dari kegiatan
belajar sendiri dan diskusi dengan teman kelompok.Hal ini sejalan dengan Arends
(2008) bahwa kerja kooperatif yang terjadi dalam kelompok mendorong
mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Budaya Bugis-Makassar.
Menurut Akib (2008) adalah totalitas hasil pemikiran dan tingkah laku
yang dimiliki oleh masyarakata Bugis-Makassar tentang sistem atau tantanan
yang berlaku pada interaksi sosial pada masyarakat Bugis-Makassar dan
diteruskan dari generasi kegenarasi berikutnya melalui belajar budaya yang
umumnya digunakan dalam proses penyelesaian masalah adalah tudang sipulung
Tudang sipulung yang dilaksanakan merupakan ruang publik yang berjalan secara
demokratis.Pimpinan tudangsipulung yakni orang matoa berkewajiban meminta
pendapat kepada peserta tudang sipulung.Peserta yang di minta pendapat
berkewajiban mengemukakan pendapat walaupun pendapatnya sam dengan peseta
lain atau kemungkinan terlebih dahulu oleh peserta sebelumnya. Apabila seorang
peserta tidak setuju atas suatu hal, maka ia harus mengungkapkan secara langsung
dalam pembelajaran tersebut ketidaksetujuannya dengan mengemukakan alasan
yang dapat diterima (rasional) (faisal, 2008).
Tudang sipulung (tudang=duduk, sipulung=berkumpul), istiahtudang
sipulung yang secara harafiah berarti duduk bersama, namun secara konseptual
merupakan ruang bagi publik untuk menyuarakan kepentingan-kepentingannya
dalam rangka mencari solusi atau permasalahan yang mereka hadapi (faisal,2008).
Seorang pollontara(penafsir lontara), Baharudin A. (2006) menjelaskan dengan
bahasa bugis bahwa “naiya riasenge tudang sipulung, iyanritu mallari ade-e
napogau toriolota’ tudang madeppu-deppungeng, tudang mallewo –lewaong
nasibawai akkatta maelo sipatanggareng nenniya maelo mala ada
assimaturuseng”, yang dimaksut dengan tudang sipulung yaitu tradisi yang sering
dilakukan orang dahulu.Duduk bersama-sama, berkumpul dengan tujuan hendak
bermusyawara untuk mufakat.
Togeng nilai kejujuran dan kesungguhan nilai dasar ini mencerminkan
kondisi seseorang dalam suatu ruang publik harus berlandaskan pada nilai-nilai
kejujuran dan kesungguhan.Misalnya seseorang yang mengungkapkan suatu
pendapat harus dilandasi argumentasi yang benar, bukan karena ingin dipuji,
namun untuk mencapai kepentingan bersama. Lempuk (perbuatan lurus), nilai
dasar ini berhubungan dengan sikap atau nilai dasar ini berhubungan dengan sikap
atau perbuatan seseorang dalam proses belajar harus berperilaku jujur dan benar,
tidak berbuat curang sehingga tercipta kondisi fair/adil dalam suatu tudang
sipulung. Abbulo sibattang mengandung makna rasa solidaritas untuk membantu
sesame juga disertai semangat saling menghargai yang dalam ungkapan bugis-
makassar disebut sipakatau (Mattulada, 1998). Sipakataumerupakan kesadaran
kualitas dari apa yang disebut manusia hanya mungkin mengaktualisasi dirinya
karena ada manusia lain. Muttalada (1998) mengemukakan bahwa dalam nilai
siapakatau tertanam makna, nilai, dan segala sesuatu yang bersifat kepatutan,
norma-norma kualitatif yang amat dijunjung. Sipakatau merupakan segala
perilaku nyata seseorang atau sekelompok orang berinteraksi dalam masyarakat.
Pelaksanaan tudang sipulung sebagai suatu proses pemecahan masalah,
harus dilandasi oleh kondisi-kondisi komunikasi yang benar-benar mencerminkan
keputusan bersama dan bermanfaat bagi semua pihak. Konsep tudang
sipulungsejalan dengan teori Vygotski yang memandang bahwa peserta didik
yang belajar melakukan pengorganisasian yang aktif akan pengalamanya dan
pentingnysa pengaruh social. Vygotski mengemukakan bahwa setiap pelejaran
akan melewati dua level, yaitu permulaan sebagai level sosial dalam melakukan
kolaborasi dengan orang lain, dan level individual dengan melakukan
internalisasi.
Menurut Ibrahim dalam Mattulada (2015), semua persoalan kehidupan
masyarakat dapat di-tudang sipulung-kan. Pelaksanaan suatu tudang sipulung-
dapat bersifat resmi maupun tidak resmi. Nilai-nilai budaya masyarakat Bugis-
Makassar yang telah diwujudkan dalam pola tingkah laku masyarakat dalam
kehidupan keseharian antara lain nilai kejujuran, nilai keadilan, nilai kepatutan,
abbulosibattang, sipakatau, siri na pacce. Dari beberapa nilai-nilai budaya
Bugis-Makassar tersebut, kemudian akan dihubungkan dengan konsepsi tudang
sipulung(Pelras, 2006).
Siri’ dalam arti siri’ massiri’ mengandung motivasi untuk mengubah,
memperbaiki dan mengembangkan nasib perorangan dan kelompok. Siri’ bekerja
sebagai motivasi karena membangkitkan keinginan untuk berhasil, dengan
keinginan akan memperoleh nilai dan martabat yang terhormat di mata atasan dan
bawahan. Perwujudan konsep siri’merupakan suatu kewajiban setiap individu
maupun kelompok, karena kehilangan sirisama dengan kehilangan diri bagi
mayarakat Bugis-Makassar (Hamid, dkk. 2014).
Menurut Ristiana, secara umum digambarkan urutan model BTS pada
skema sebagai berikut:
1. Tahap pertama siri na pacce.
Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi. Motivasi berupa upaya meningkatkan semangatpeserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran, dan sebagai wujud „siri‟. Pada tahap ini juga
guru memberikan apersepsi dengan usaha untuk membangkitkan kembali ingatan
mahasiswa terhadap pembelajaran sebelumnya yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari.
2. Tahap kedua sipakatau.
Peserta didik mulai menkonstruksi konsep dan melalui prinsip kerja
kelompok dan setiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua kelompok sebagai
wujud „abbulo sibattang’.Ketua kelompok ditentukan sendiri oleh anggota
kelompok.Kerjasama antar anggota kelompok dan ketua kelompok merupakan
perwujudan pacce dan sipakatau. Setiap kelompok harus mampu
mempertanggung jawabkan tugasnya dalam kelompoknya sebagai wujud siri’.
Peserta didik merekonstruksi pengetahuannya melalui kerjasama dalam
kelompok sebagai perwujudan nilai abbulo sibattang.Ketua kelompok ditentukan
oleh anggota kelompok. Ketua kelompok harus mampu memimpin kelompoknya
dan memberi tugas tiap masing-masing anggota kelompok.Setiap anggota
kelompok harus saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang
mereka hadapi
Gambar 2.1. Pola kerja kelompok ade‟
Keterangan:
K : Ketua kelompok
S1, S2, S3,S4 : Siswa / anggota kelompok
3. Tahap ketiga tahap abbulosibattang.
Aspek yang dilibatkan siri’, tongeng, lempuk, abbulosibattang, dan
sipakatau. Pada tahap ini diskusi kelompok kecil serta fasilitasi oleh guru
pengajar dengan memberikan pertanyaan yang terkait dengan tujuan
pembelajaran dan pengetahuan peserta didik, hal ini sejalan dengan teori
Vygotsky, Thorndike, dan Gagne.Pada tahap ini peserta didik diberi soal untuk
diselesaikan secara bersama-sama. Peran guru memperhatikan proses diskusi
yang memperlihatkan integrasi nilai sipakatau dan abbulosibattang.
4. Tahap keempat tahap tudang sipulung.
Tahap ini adalah tahap pemaparan hasil rekontruksi pemikiran antar
kelompok. Pad a tahap ini merupakan inti perjwujudan budaya tudang sipulung,
K
S1 S2 S3 S4
Guru
substitusi nilai siri’, abbulosibattang, sipakatau dan pacce. Proses diskusi kelas,
dimana satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru sebagai
moderator dan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan kelompok lain diberi
kesempatan untuk menanggapi dan memberikan motivasi akan nilai sipakatau
(saling menghargai) pendapat orang lain.
Gambar 2.2. Pola kelompok diskusi kelas
5. Tahap kelima tongeng dan lempuk. Tahap ini merupakan tahap
evaluasi. Pada tahap ini guru mengarahkan untuk memberikan
kesimpulan terhadap pokok bahasan yang dipelajari dan memberikan
penghargaan terhadap hasil kerja kelompok, serta mengarahkan
mahasiswa untuk membuat laporan hasil kegiatan pembelajaran.
IPA Memiliki kajian tentang sistem hidup pada makhluk hidup dan
interaksinya dengan lingkungan dimana berada, lingkungan yang dimaksut berupa
lingkungan sosial, maupun lingkungan kultural, dengan demikian faktor budaya
merupakan salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan dalam proses
S
4
S
3
S
2
S1
k
k k k k
S
3
S1 S
4
S
2 S
4
S
3
S
2
S1 S
4
S
3
S
2
S1 S1 S
2
S
3 S
4
pembelajaran pengaruh budaya, dalam proses pembelajaran di dukung oleh
penelitian lintas budaya yang dilakukan Bloom dalam siregar (2011)
Mengemukakan ada 3 kawasan belajar yaitu:
a. Kawasan kognitif, perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku
yang termaksut hasil kerja otak, contohnya menyebutkan definisi dan
membedakan
b. Kawasan afektif, perilaku yang di munculkan pelajar sebagai tanda
kecenderungannya untuk membuat pilihan atau keputusan yang beraksi di
dalam lingkungan tertentu seperti bersikap jujur kemandirian
c. Kawasan psikomotor, perilaku yang memunculkan oleh hasil kerja tubuh
manusia yang mengikuti pengarahan dengan memberikan respon.
d. Kawasan belajar dari Bloom yang digunakan dalam model pembelajaran
budaya tudang sipulung (BTS) adalah kawasan kognitif ketika siswa
membangun pengetahuan, Mengidentifikasikan masalah, mwnganalisis,
dan membuat kesimpulan dalam LKS maka berperan kawasan kognitif
ketika siswa berdiskusi dan memberikan tanggapan, saran, dan
mengintegrasikanbudaya tudang sipulung yang berperan adalah kawasan
aktif.
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi di proses dalam pikiran siswa. Berdasarkan
teori belajar di harapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan
siswa sebagai hasil belajar.
Paham Kontruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri
oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar
bermakna.Menurut Slavin dalam Al-Tabany (2014: 29), Teori kontruktivis
adalah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentranformasikan informasi kompleks mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya, apabila aturan itu tidak lagi sesuai, sedangkan
menurut sehmidi dalam Rusma (2014: 231), dari segi pedagogis, pembelajaran
berbasis masalah di dasarkan pada teori belajar kontivisme dengan ciri:
a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan
lingkungan belajar. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah
menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar
b. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi
terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme adalah suatu
teori yang didasarkan pada pemberian masalah.Permasalahan yang disajikan
berdasarkan skenario yang telah dibuat oleh guru, kemudian siswa bertugas
untuk mentransformasikan informasi kompleks yang disajikan dengan berbagai
aturan.Hal ini menjadikan siswa untuk dapat membangun pengetahuannya
sendiri melalui pengalaman belajar yang dialami.
Perkembangan kognitif anak akan maju apabila melalui beberapa tahapan,
perkembangkan kognitif bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini mengidentifikasi bahwa
lingkungan dimana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan
kognitif anak. Menurut Piaget dalam Komalasari (2015: 19), menyebutkan bahwa
bagaiamana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya
akanberhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia
rasakan dan ketahuan pada satu sisi dengan apa yang dilihat sebagai satu
fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif berhubungan dengan
proses usaha untuk mencari keseimbangan pola berpikir melalui fenomena,
pengalaman, dan persoalan yang dihadapi yang didasarkan pada pada kondisi
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Proses perubahan tersebut dapat
terjadi setelah mengalami beberapa tahapan perkembangan kognitif. Tiap-tiap
tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual beru yang
memungkinkan seorang anak memahami dunia dengan cara yang semakin
kompleks.
3. Pembelajaran IPA
Konsep pembelajaran menutut Corey (Sagala, 2014: 61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut beserta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus
atau menghasilkan respont terhadap situasi tertentu. Pembelajaran menurut
Dimyanti dan Mudjiono (Sagala, 2014: 62) adalah kegiatan guru secara terpogram
dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar. Sedangkan dalam
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
(Sagala, 2014: 62).
Kenyataan pembelajaran IPA di lapangan juga di tentukan Depdiknas
(2008) menyatakan bahwa kecenderungan pembelajarab IPA di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran hanya bereriontasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar
yang di peroleh di kelas tidak utuh dan tidak bereriontasi pada tercapainya
standar kompetensi dasar
2. Pembelajaran bersifat teacher cenrtered, guru hanya menyampaikan IPA
sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual
3. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah,
peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi pikiranya,
cara berpikir yang di kembangkan dalam kegiatan belajar belum
menyentuh domain afektif dan psikomotorik, alasan yang sering
dikemukakan guru adalahketerampilan waktu, sarana, lingkungan belajar
dan jumlah peserta didik disetiap kelas terlalu banyak
4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk yang berkaitan
dengan domain kognitifOleh karena itu, seseorang guru perlu dibekali
kemampuan pedagogi, kompetensi mengenai hakikat dan nilai-nilai IPA,
serta pengetahuan intrgrasi IPA dalam tataran disiplin itu sendiri maupun
relasinya dengan berbagai disiplin ilmu.
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu
tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang di amati. Secara
umum IPA di pahami sebagai ilmu yanglahir dan berkembang lewat langkah-
langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujia hipotesis
melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Dapat pula di katakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala yang melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah yang di bangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
Merujuk pada hakikat IPA bagaimana di jelaskan di atas, maka nilai-nilai
IPA yang dapat di tanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai
berikut:
a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilmiah
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang di perlukan dalam memecahkan masalah
baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan
(prihantoro laksmi, 1986)
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan
maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
a. Memberi pengetahuan kepada sisiwa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah
c. Memberikan keterampilan untuk memberikan pengamatan
d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuan penemuannya
e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dan memecahkan
permasalahan. (Prihantro laksmi, 1986)
Melihat model demikian menurut kardi dan Nur (1994: 1) bahwa hakikat
IPA mesti tercermin dalam tujuan pendidikan dan model mengajar dan di gunakan
dengan demikian, pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus di
kembangkan dengan memahami dengan berbagai pandangan tentang makna IPA
yang dalam konteks pandangan hidup di pandang sebagai suatu instrumen untuk
mencapai kesejatraan dan kebahagian sosial manusia.
4. Materi Ajar
Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh 3 hal, yakni adaptasi,
seleksi alam serta perkembangbiakan. Dengan beradaptasi, makhluk hidup yang
mampu bertahan akan berlangsung hidupnya , yang tidak mampu bertahan akan
punah, dalam peristiwa inilah alam akan berperan sebagai penyeleksi. Sedangkan
perkembangbiakan untuk melestarikan jenisnya, sehingga kelangsungan
hidupnya terjaga.
A. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidupnya. Berdasarkan bentuknya, adaptasi diklasifikasikan
menjadi 3, yakni: adaptasi Morfologi (bentuk tubuh), adaptasi Fisiologi ( fungsi
kerja tubuh), serta adaptasi tingkah laku (behavioral).
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi Morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui
perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan
hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali dan mudah diamati karena tampak
dari luar.Contoh: aneka jenis paruh dan kaki burung, beragam tipe mulut
serangga, aneka ragam jenis akar, batang dan daun pada tanaman.
Adaptasi morfologi pada hewan
a. Burung
Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda disesuaikan dengan tempat
hidupnya dan jenis mangsa yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis
makanan yang dimakannya, bentuk kaki burung dikelompokkan menjadi lima,
Bentuk paruh burung juga beraneka ragam.Keanekaragaman bentuk paruh
burung sesuai dengan jenis makanannya. Perhatikan keanekaragaman bentuk
paruh burung pada tabel 3.2
b. Serangga
Untuk memperoleh makanannya, serangga memiliki cara tersendiri. Salah
satu bentuk penyesuaian dirinya adalah bentuk mulut yang bebedabeda sesuai
dengan jenis makanannya.Bedasarkan jenis makanan yang dimakannya, jenis
mulut serangga dibedakan menjadi empat, yaitu mulutpengisap, mulut penusuk,
mulut penjilat, dan mulut penyerap.
1) Mulut pengisap
Mulut pengisap pada serangga bentuknya seperti belalai yang dapat
digulung dan dijulurkan.Contoh serangga yang memiliki mulut pengisap adalah
kupu-kupu.Kupu-kupu menggunakan mulut pengisap untuk mengisap madu dari
bunga.
2) Mulut penusuk dan penghisap
Mulut penusuk dan penghisap pada serangga memiliki ciri bentuk yang
tajam dan panjang.Contoh serangga yang memiliki mulut penusuk dan penghisap
adalah nyamuk.Nyamuk menggunakan mulutnya untuk menusuk kulit manusia
kemudian menghisap darah. Jadi, selain mulutnya berfungsi sebagai penusuk juga
berfungsi sebagai pengisap. Mulut penjilat pada serangga memiliki ciri
terdapatnya lidah yang panjang dan berguna untuk menjilat makanan berupa
nektar dari bunga, contoh serangga yang memiliki mulut penjilat adalah lebah.
4) Mulut penyerap
Mulut penyerap pada serangga memiliki ciri terdapatnya alat penyerap yang mirip
spons (gabus). Alat ini digunakan untuk menyerap makanan terutama yang
berbentuk cair. Contoh serangga yang memiliki mulut penyerap adalah lalat.
c. Unta
Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan gersang. Oleh karena
itu bentuk tubuhnya disesuaikan dengan keadaan lingkungan padang pasir. Bentuk
penyesuaian diri unta adalah adanya tempat penyimpanan air di dalam tubuhnya
dan memiliki punuk sebagai penyimpan lemak.Hal inilah yang menyebabkan unta
dapat bertahan hidup tanpa minum air dalam waktu yang lama.
d. Bentuk Gigi secara khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat
gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham
dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.
e. Bentuk Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba
Amerika Tengah dan Selatan.
Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap.
Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi
dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya.
Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh
keluar mulut untuk menangkap serangga
B. Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dibedakan menjadi sebagai
berikut:
Xerofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering,
contohnya kaktus.Cara adaptasi xerofit.antara lain mempunyai daun berukuran
kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang
dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan
sangat luas.
Hidrofit.yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan
berair, contohnya teratai. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan
tipis, serta mempunyai banyak stomata. Batangnya berongga berisi udara
sehingga bias mengapung.
Higrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan
lembap, contohnya tumbuhan paku dan lumut.
Daun; Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya
kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam
yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.
Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan
dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan
Bunga; Bentuk bunga tumbuhan juga dapat dianggap sebagai adaptasi
morfologi. Bentuk bunga ini berkaitan dengan cara penyerbukannya. Tumbuhan
yang penyerbukannya dibantu serangga umumnya memiliki warna perhiasan
bunga yang menarik.
Akar; Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap
air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau
untuk bernapas.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi Fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi
kerja organ bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh,
sehingga sulit untuk diamati.Beberapa contoh adaptasi fisiologi
a. Adaptasi Fisiologi pada Manusia
Jumlah sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak
jika dibandingkan dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah.Ukuran
jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang
kebanyakan.Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan
urin (air seni).
b. Adaptasi Fisiologi pada Hewan
Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor
(pemakan daging).herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging
dan turnbuhan). Penyesuaian hewan-hewan tersebut terhadap jenis
makanannya.antara lain terdapat pada ukuran (panjang) usus dan enzim
pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang umumnya mempunyai
sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus
karnivor:
1. Sistem Pencernaan Khusus pada hewan Ruminansia
Hewan Ruminansia (pemakan rumput), memiliki tipe pencernaan khusus
untuk mencerna rumput-rumputan yang memiliki dinding sel. Hewan ini bisa
mencerna makanan di lambung.
2. Sistem Kerja Tubuh pada Ikan Air Laut
Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan
ikan sungai. Hal ini disebabkan kadar garam air laut lebih tinggi daripada kadara
garam air tawar,sehingga menyebabkan ikan air laut kek Akibatnya, kadar garam
dalam darahnya menjadi tinggi sehingga mengurangi kepekatan cairan dalam
tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.Kecepatan Metabolisme. Ketika
berada di daerah dingin , kecepatan metabolism hewan berdarah panas akan
meningkat
c. Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan
Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang
berbau khas.
Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi diri terhadap herbivor.
Misalnya.semak azalea di Jepang menghasilkan bahan kimia beracun sehingga
rusa tidak memakan daunnya.( zat alelopati )
d. Adaptasi Tingkah Laku
Penyesuaian Tingkah Laku terhadap Lingkungan Beberapa jenis hewan
ada yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara mengubah tingkah
laku. Cara ini selain untuk mendapatkan makanan juga untuk melindungi diri dari
musuh atau pemangsa. Perhatikan beberapa contoh hewan yang menyesuaikan
diri dengan tingkah laku berikut ini!
a. Bunglon
Kalian tentu pernah melihat bagaimana bunglon dapat merubah warna
kulitnya sesuai dengan warna tempat ia berada. Ketika berada di pohon yang
berwarna coklat maka tubuh bunglon akan berrwarna coklat. Begitu juga ketika ia
berada di pohon yang berwarna hijau maka tubuhnya akan berwarna hijau.
Perubahan warna tubuh pada bunglon merupakan bentuk penyesuaian diri agar ia
terlindung dari musuhnya. Perubahan warna kulit sesuai dengan warna
lingkunagannya seperti yang dilakukan olehBunglon dinamakan mimikri.
b. Kalajengking
Kalajengking melindungi dirinya dari musuh dengan menggunakan
sengatnya.Sengatnya ini mengandung racun yang dapat membunuh musuhnya.
Selain kelajengking, hewan lain yang menggunakan zat racun untuk melindungi
dirinya dari serangan musuh adalah, kelabang, lebah, dan ular.
c. Cumi-Cumi
Cumi-cumi melindungi diri dari musuhnya dengan cara menyemburkan
cairan, seperti tinta ke dalam air. Hal ini menyebabkan musuh yang
menyerangnya tidak dapat melihatnya dan ia dapat berenang dengan cepat untuk
menghindari musuhnya tersebut.
d. Siput
Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat yang disebut
cangkang.Hewan jenis ini melindungi diri dari musuhnya dengan
caramemasukkan tubuhnya kedalam cangkang.Selain siput, kura-kura, dan penyu
juga memiliki cangkang yang digunakan untuk melindungi diri dari musuhnya.
e. Cecak
Cicak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam
keadaan bahaya, cicak mengelabuhi musuhnya dengan cara memutuskan ekornya.
Kejadian ini dinamakn autotomi. Jika seekor cicak dikejar pemangsa,ekornya
secara mendadak putus dan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa akan
tertuju pada ekor yang bergerak-gerak tersebut. Kesempatan itulah yang
digunakan cicak untuk menghindarkan diri dari kejaran predator.
f. Ikan paus
Paus adalah mamalia yang hidup di air. Seperti hewan mamalia yang lain,
walaupun hidup di air paus bernapas menggunakan paru-paru. Padahal paru-paru
tidak dapat mengambil oksigen dari air.Paus dan semua mamalia yang hidup di
air, kurang lebih tiap tiga puluh menit muncul ke permukaan air untuk menghirup
oksigen.Mungkin kalian pernah melihat bagaimana perilaku paus lewat siaran
televisi.Ketika muncul ke permukaan air laut, paus mengeluarkan sisa pernapasan
berupa karbondioksida dan uap air yang sudah jenuh dengan air sehingga terlihat
seperti air mancur.Setelah itu paus menghirup udara sebanyak-banyaknya
sehingga paru-parunya penuh dengan udara.
5. Penelitian yang relavan
Penelitian yang diajukan pada dasarnya berpatokan pada beberapa
penelitian sebelumnya yang menghasilkan stemuan bahwa pengguna model
pembelajaran bermasis budaya tudang sipulung memiliki banyak atau pengaruh
yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa PGSD
Universitas Muhammadiyah Makassar. Hasil penelitian menunjukan bahwa
berdasarkan nilai-nilai rata-rata kemampuan kognitif mahasiswa setelah
menggunakan model BTS adalah 85 dengan kualitas sangat baik.
B. Kerangka Pikir
Adapun krangka piker dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pembelajaran IPA di sekolah dasar membuka kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu anak didik secara ilmiah hal ini dapat membantu mengembangkan
kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berpikir ilmiah karena terbatasnya pemahaman guru akan
pengetahuan tentang model-model pengetahuan yang inovatif.
Strategi pembelajaran model BTS merupakan sala satutahap persiapan
guru untuk membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif, mengenai
pengalaman belajar yang akan datang dan menetapkan siswa dalam situasi
optimal, kemudian menyampaikan pada tahap siswa menemukan materi belajar
yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, releven, melibatkan manca
indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Dan melatih siswa
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan
berbagai cara kemudian menampilkan hasil siswa menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau keterampilan baru pada pekerjaan sehingga hasil belajar siswa
dapa melekat dan menampilkan hasil dapat terus meningkat.
Harapan dengan adanya model BTS dari dalam diri murid mendorong
meningkatkan kemampuan dan hasil belajar murid.
Model BTS
Model pembelajaran BTS
adalah untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman
siswa karena dalam sintaks
model pembelajaran BTS ada
kegiatan kelompok untuk
melakukan kerja sama untuk
mencari penyelesaian masalah
Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir
siswa perlu dilatihkan
dalam setiap proses
pembelajaran harus
didesainkan agar
membantu siswa
mengembangkan
kemampuan berpikirnya
Hasil penelitian menujukan bahwa berdasarkan nilai-nilai rata-rata kemampuan
kognitif peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran BTS adalah 85
dengan kualitas yang baik
Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian
Sumber: Adaptasi Sugiyono, 2017 : 94
Pengaruh model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung
(BTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi IPA
konsep adaptasi mahkluk hidup SD inpres bontomanai
C. Hipotesis penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 = Tidak ada pengaruh model BTSterhadap hasil belajar murid kelas V
SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.
H1 = Ada pengaruh model BTS terhadap hasil belajar murid kelas V SD
Inpres Bontomanai Kota makassar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termaksud rancangan penelitian eksperimen semu karena
perilaku yang diberikan pada variable bebas dimaksudkan untuk menentukan
pengaruhnya terhadap variabel terikat tetapi variabel-variabel luar yang
berpengaruh tidak dapat dikontrol dengan ketat.Penelitian ini dilakukan dengan
mengujicobakan kedalam kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan dengan berpikir kritis
sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak mendapat perlakuan. Pada
penelitian ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest dan posttest
dengan menggunakan instrumen tes yang sama.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam Penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu model Budaya
tudang sipulung, serta variable tidak bebas yaitu berpikir kritis.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test dan post-test group desain.
Tabel 3.1 Postest-Only Control Design
Group Variabel terikat Postest
Eksperimen X O2
Kontrol - O4
Keterangan :
X =Menggunakan pembelajaran Budaya Tudang Sipulung sebagai variabel
Eksperimen
Y =Tidak menggunakan menerapan pembelajaran Budaya tudang Sipung
Sebagai variabel kontrol
O2 = Hasil Posttes kelompok eksperimen
O4 =Hasil Posttes kelompok kontrol
2. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara operasional, variabel-variabel yang diselidiki didefinisikan sebagai
berikut :
1. Model BTS adalah menyebabkan intensitas kerja sama tinggi dan
tanggung jawab individu terbentuk pola kerja sama dan diskusi ketika
mencari solusi tentang permasalahan dalam penyelesaian LKM,
menyebabkan tanggung jawab individu terbentuk untuk menguasai materi
pembelajaran.
2. Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki oleh
siswa, berpikir kritis mengandung makna proses penilaian atau
pengambilan keputusan penuh pertimbangan yang dilakukan secara
mandiri, proses, proses perumusan alasan, pertimbangan, fakta, keadaan,
konsep, metode, dan kriteria
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Menurut Sugiyono (2000: 57) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik
kesimpulannya”.Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid
kelas V SD Inpres Bontomanai kota makassar laki-laki berjumalah 10
murid dan perempuan berjumlah 14 murid jumlah keseluruhan murid
adalah 24 murid kelas V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar
2. Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai
suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.
Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
keseluruhan gejala yang diamati. Arikunto (2006) mengemukakan bahwa
jika populasinya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya adalah penelitian populasi, namun jika populasinya besar
maka dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 %. Jadi sampel dalam
penelitian ini adalah jumlah seluruh siswa kelas V SD Inpres Bontomanai
yang berjumlah 24 murid terdiri dari 10 murid laki-laki dan 14 murid
perempuan.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Konsultasi dengan guru
b. Melakukan observasi awal
c. Membuat perangkat pembelajaran seperti RPP dan media pembelajaran.
d. Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa.
e. Membuat lembar tes hasil belajar yang berupa soal essai.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Memberikan pretest diawal pembelajaran (pertemuan pertama)
b. Melaksanakan pembelajaran model BTS
c. Melaksanakanobservasi terhadap aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Memberikan tes hasil belajar dalam bentuk essay untuk melakukan
evaluasi (posttest).
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil penelitian,
b. Menganalisis dan membahas data hasil penelitian,
c. Membuat kesimpulan.
E. Instrumen Penelitian
Hasil atau data penelitian itu tergantung pada jenis alat atau instrumen
pengumpul datanya. Kualitas data selanjutnya menentukan kualitas penelitian itu
sendiri. Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring
data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan
saran yang dapat diwjudkan dalam benda. Adapun instrumen pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Tes Berpikir Kritis
Menurut Johnson(1992) yang dikutip dalam Hendratno dkk,
menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan berpikir
kritis.Pertama berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif. Kedua,
berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan.Ketiga, Berpikir
kritis mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan
secara berbeda-beda.
2. Lembar observasi
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data aktivitas siswa
dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang dilakukan oleh
seorang observer.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Adapun langkah-langkah
(prosedur) pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Tes awal (pretest)
Tes awal dilakukan sebelum treatment.Pretest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum di laksanakannya pengelolaan kelas
2. Treatment (pemberian perlakuan)
Dalam hal ini penelitimelaksanakan model Budaya tudang sipulung
3. Tes akhir (posttest)
Setelah treatment,tindakan selanjutnya adalah postest untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah adanya tindakan.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis teknik analisis data, yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan logika
untuk menarik kesimpulan yang logis mengenai data-data yang dianalisis.
Analisis ini membahas item penelitian dalam kriterianya dengan identitas
responden (karakteristik) dan variabel-variabel penelitian. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk melakukan analisis
data yang sesuai dengan klasifikasi responden ke dalam persentase.
2. Analisis Inferensial
Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik
statistik t (uji t).Dengan tahapan sebagai berikut :
t =
√∑
(Ari kunto, 2006)
Keterangan:
Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest
X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
d = deviasi masing-masing subjek ∑ = Jumlah kuadrat
N = subjek pada sampel
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
Md = ∑
(Ari kunto, 2006)
Keterangan:
Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest
= jumlah dari gain (posttest – pretest)
N = subjek pada sampel.
b) Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus:
∑ = ∑ ∑
(Sugiyono, 2010)
Keterangan :
∑ = jumlah kuadrat deviasi
= jumlah dari gain (post test – pre test)
N= subjek pada sampel.
c) Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:
t =
√∑
(Ari kunto, 2006)
Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest
X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
D = deviasi masing-masing subjek
∑ = Jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang
signifikan Kaidah pengujian signifikan :
Jika t Hitung> t Tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, berarti ada pengaruh
model BTS terhadap hasil belajar murid kelas V SD Inpres Bontomanai kota
makassar.
Jika t Hitung< t Tabel maka H o diterima, berarti tidak aada pengaruh model
BTS terhadap hasil belajar murid kelas V SD Negeri Inpres Bontomanai.
e) .Menentukan harga t Tabel dengan Mencari t Tabel menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan
f) Membuat kesimpulan model BTS berpengaruh terhadap hasil belajar
murid kelas V SD Inpres Bontomanai kota makassar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai
pretest dan posttes dari siswa eksperimen (kelas V B) dan kontrol ( Kelas V A)
.yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres Bontomanai Kecamatan Kota Makassar
maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes sehingga dapat
diketahui kemampuan berpikir kritismurid berupa nilai dari kelas V SD Inpres
Bontomanai Kota Makassar.
a. Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis (Pretest)
Adapun skor kemampuan berpikir kritis Pre-Test sebelum diberikan
perlakuan (treatmeant) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Nilai Statistik Kemampuan Berpikir kelas Kontrol
No Kategori Nilai Statistik Nilai
1. Nilai tertinggi 85
2. Nilai terendah 50
3. Nilai rata-rata 66
4. Standar deviasi 70
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis murid
pada kelas kontrol adalah 72.Kemudian skor tertinggi di capai murid adalah 85
dan skor terendah 50. Jika skor hasil kemampuan berpikir kritis kelas kontrol
tanpa perlakuan (pretest).
Tabel. 4.2 Nilai rata-rata Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Kontrol
No Indikator Presentase Kategori
1. Memberikan penjelasan
sederhana
4,2 % Tidak baik
2. Membangun keterampilan
dasar
8,4% Tidak baik
3. Menyimpulkan 13,2% Baik
4. Membuat penjelasan lebih
lanjut
7,8% Tidak baik
5. Strategi dan teknik 2,6% Tidak baik
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis murid pada tahap kelas kontrol
pretest dengan menggunakan instrumen test dikategorikan rendah yaitu 4,2%,
8,4% , 13,2%,7,8% di katakan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis murid
dalam ilmu pengetahuan alam sebelum diterapkan model pembelajaran berbasis
budaya tudang sipulung (BTS) tergolong rendah
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest dari murid kelas V A SD Inpres
Bontomanai Kota Makassar.
Tabel 4.3 Perhitungan mencari mean (rata-rata) nilai pretest kelas kontrol
X F X.F
50 4 200
55 6 330
65 3 190
70 5 350
75 4 300
80 3 240
Jumlah 25 1,610
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑fx = 1,610 sedangkan
nilai N adalah 25, Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai
berikut:
X =∑
Dan hasil perhitungan di atas maka diperoleh rata-rata dari kemampuan
berpikir kritis murid kelas V A SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum
penerapan model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung adalah 64,4
Tabel 4.4 Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
No Kategori Nilai Statistik Nilai
1. Nilai tertinggi 85
2. Nilai terendah 50
3. Nilai rata-rata 70
4. Standar deviasi 70
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
kelas ekperimen adalah 70. Kemudian skor teringgi 85 dan skor terendah 50.Jika
skor hasil kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen tanpa perlakuan (pretest).
Tabel 4.5 Nilai rata-rata posttest kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen
No Indikator Presentase Kategori
1. Memberikan penjelasan
sederhana
10,62% Baik
2. Membangun keterampilan
dasar
13,3% Baik
3. Menyimpulkan 9,16% Tidak Baik
4. Membuat penjelasan lebih
lanjut
9,79% Tidak baik
5. Strategi dan teknik 6,25% Tidak baik
Tabel 4.6 Perhitungan mencari mean (rata-rata) nilai pretest kelas
eksperimen
X F X.F
50 5 250
60 4 240
65 4 260
70 2 140
75 4 300
80 5 400
Jumlah 24 1,590
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑fx = 1,610 sedangkan
nilai N adalah 24, Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai
berikut:
X =∑
Dan hasil perhitungan di atas maka diperoleh rata-rata dari kemampuan
berpikir kritis murid kelas V B SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum
penerapan model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung adalah 66
b. Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis (Posttest)
Nilai Statistik kemampuan berpikir kritis murid terkait pembelajaran IPA
materi konsep adaptasi mahkluk hidup dengan menggunakan model pembelajaran
barbasis budaya tudang sipulung. Skor hasil kemampuan berpikir kritis
menggunakan soal essay yang terdiri dari 5 nomor soal.Dalam hal ini tes di
lakukan dengan memberikan soal posttest pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.Pada kelas eksperimen tes diberikan setelah menggunakan model
pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung. Berikut skor hasil kemampuan
berpikir kritis murid dari posttes.
Tabel 4.7 Distribusi Nilai Statistik Kemampuan Brpikir Kritis Kelas kontrol
No Kategori Nilai Statistik Nilai
1. Nilai tertinggi 95
2. Nilai terendah 60
3. Nilai rata-rata 76
4. Standar deviasi 70
Berdasarkan tabel 4.7 bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
murid kelas kontrol adalah .kemudsian skor tertinggi di capai murid adalah 95
dan skor terendah 60
Tabel 4.8 Nilai rata-rata posttest kemampuan berpikir kritis kela kontrol
NO Indikator Persentase Kategori
1. Memberikan penjelasaan
sederhana
10,8 % Baik
2. Membangun keterampilan
dasar
16,6 % Sangat baik
3. Menyempulkan 11,2 % Baik
4. Membuat penjelasan lanjut 10,8 % Baik
5. Strategi dan teknik 11,4 % Baik
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis murid pada tahap kelas kontrol
pretest dengan menggunakan instrumen test dikategorikan rendah yaitu 10,8%,
16,6% , 11,2%,10,8% dan 11,4.
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest dari murid kelas V A SD Inpres
Bontomanai Kota Makassar.
Tabel 4.9 Perhitungan mencari mean (rata-rata) nilai posttest kelas kontol
X F F.X
60 7 420
70 5 350
75 4 300
80 3 240
90 2 180
95 4 380
Jumlah 25 1,870
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑fx = 1,870 sedangkan
nilai N adalah 25, Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai
berikut:
X =∑
Dan hasil perhitungan di atas maka diperoleh rata-rata dari kemampuan
berpikir kritis murid kelas V A SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum
penerapan model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung adalah 74
Tabel 4.10 Distribusi Nilai Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen
No Kategori Nilai Statistik Nilai
1. Nilai tertinggi 95
2. Nilai terendah 65
3. Nilai rata-rata 76
4. Standar deviasi 70
Berdasarkan tabel 4.10 bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis
murid kelas eksperimen adalah kemudian skor tertinggi di capai siswa adalah 95
dan skor terendah 65.
Tabel 4.11 Nilai rata-rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis kelas
eksperimen
NO Indikator Persentase Kategori
1. Memberikan penjelasaan
sederhana
18,60 % Sangat baik
2. Membangun keterampilan
dasar
19,375 % Sangat baik
3. Menyempulkan 13,123 % Baik
4. Membuat penjelasan lanjut 12,2916 % Baik
5. Strategi dan teknik 11,25 % Baik
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas di berikan
perlakuan perubahan tersebut berupa kemampuan berpikir kritis yang dapat
diperoleh setelah diberikan posttest perubahan tersebut dapat dilihat dari data
berikut.
Data kemampuan berpikir kritis Ilmu Pengetahuan Alam murid kelas V B
SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah penerapan model membelajaran
berbasis budaya tudang sipulung (BTS)
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest dari siswa kelas V SD Inpres
Bontomanai Kota Makassar
Tabel 4.12 Perhitungan untuk mencari meam (rata-rata) nilai posttest kelas
eksperimen
X F F.X
65 3 195
70 4 280
75 4 300
80 5 400
85 4 340
95 4 380
Jumlah 24 1890
Dari data di atas dapat diketahui bahwa ∑fx = 1875 sedangkan nilai dari N
adalah 24, Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata, (mean) sebagai berikut
X = ∑
= 78
Dari hasil perhitungan di atas maka di peroleh nilai rata-rata dari kemampuan
berpikir kritis murid kela V B SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah
penerapan model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung yaitu 78 dari
skor ideal 100.
c. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Pretest)
Tabel 4.13 Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas kontrol
No Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1. 50-56 Sangat rendah 4 16%
2. 57-63 Rendah 5 20%
3. 64-70 Sedang 6 24%
4. 71-77 Tinggi 3 12%
5. 78-84 Sangat tinggi 7 28%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.13 dapat di gambarkan bahwa dari 25 murid kelas V
A. Pada kelas kontrol ini terdapat 4 murid mendapatkan nilai sangat rendah atau
16%, kemudian 5 murid mendapat nilai rendah atau 20%, dan terdapat 6 murid
yang dapat nilai sedang atau 24%, sedangkan 3 murid yang mendapat nilai tinggi
atau 12%. Selanjutnya terdapat 7 murid yang mendapat nilai sangat tinggi atau
28%. Hal ini menunjukan bahwa, hasil kemampuan berpikir kritis IPA pada murid
kelas V A termaksut kategori sangat tinggi yaitu 28% atau 7 murid dari 25 murid
dengan skor rata-rata 66.
Tabel 4.14 Distribusi dan Frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas eksperimen
No Interval Nilai Kategori Frejuensi Persentase (%)
1. 50-56 Sangat rendah 6 25%
2. 57-63 Rendah 5 20.8%
3. 64-70 Sedang 4 16.6%
4. 71-77 Tinggi 4 16.6%
5. 78-84 Sangat tinggi 5 20.8%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel 4.14 dapat di gambarkan bahwa dari 24 murid kelas V B.
pada kelas eksperimen terdapat 6 murid mendapat nilai sangat rendah atau 25%,
kemudian 5 murid mendapat nilai rendah atau 20.8%, dan terdapat 4 murid yang
mendapat nilai sedang atau 16.6%, sedangkan 4 murid yang mendapat nilai tinggi
atau 16.6%. Hal ini menunjukan bahwa, hasil kemampuan berpikir IPA pada
murid kelas V B termaksut kategori sangat rendah yaitu 25% atau 6 murid dari 24
murid dengan skor rata-rata 76.
d. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Posttest)
Tabel 4.15 Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas kontrol
No Interval Nilai Kategori Frejuensi Persentase (%)
1. 60-66 Sangat rendah 3 12%
2. 67-73 Rendah 8 32%
3. 74-80 Sedang 5 20%
4. 81-87 Tinggi 3 12%
5. 88-94 Sangat tinggi 6 24%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.15 dapat di gambarkan bahwa dari 25 murid kelas V A
pada kelas kontrol terdapat 8 murid mendapatkan nilai sangat rendah atau 12%,
kemudian 3 murid mendapat nilai rendah atau 32%, dan terdapat 5 murid yang
mendapatkan nilai sedang atau 20%, sedangkan 3 murid yang mendapat nilai
tinggi atau 12%, selanjutnya terdapat 6 murid yang mendapat nilai sangat tinggi
atau 24%. Hal ini menunjukan bahwa, hasil penguasaan konsep IPA pada murid
kelas V A termaksuk kategori rendah yaitu 32% atau 3 murid dari 25 murid
dengan skor rata-rata 76.
Tabel 4.16 Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas eksperimen
No IntervalNilai Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1. 65-70 Sangat
rendah
4 16.6%
2. 71-76 Rendah 5 20.8%
3. 77-82 Sedang 5 20.8%
4. 83-88 Tinggi 6 25%
5. 89-94 Sangat
tinggi
4 16.6%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel 4.16 dapat di gambarkan bahwa dari 24 murid kelas V B
pada kelas eksperimen terdapat 4 murid mendapatkan nilai sangat rendah atau
16.6%, kemudian 5 murid mendapat nilai rendah atau 20.8%, dan terdapat 5
murid yang mendapat nilai sedang atau 20.8%, sedangkan 6 murid yang dapat
nilai tinggi atau 25%, selanjutnya terdapat murid yang mendapatkan niali sangat
tinggi atau 16.6%.Hal ini menunjukan bahwa, hasul kemampuan berpikir kritis
IPA pada murid kelas V B termaksuk kategori tinggi yaitu 25% atau 6 murid dari
24 murid dengan skor rata-rata76
e. Tingkat Kemampuan berpikir kritis
Tingkat kemampuan berpikir kritis pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat di lihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.17 Distribusi tingkat kemampuan berpikir kritis (pretest)
No Kategori Ketuntasan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
F % F %
1. Tidak tuntas 17 68 % 7 29.16%
2. Tuntas 8 32% 17 70.83%
Jumlah 25 100% 24 100%
Berdasarkan tabel di atas di gambarkan bahwa pada kelas kontrol hasil pretest
menunjukan siswa dalam kategori tuntas berjumlah 17 murid dengan presentase
ketuntasan mencapai 68%, sedangkan murid yang termaksuk kategori tidak tuntas
sebesar 32% atau 8 murid dari 25 murid.Sedangkan presentase ketuntasan
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen menunjukan bahwa, murid yang
termaksuk kategori tuntas berjumlah 7 murid atau 29.16%.kategori siswa yang
tidak tuntas berjumlah 17 murid atau 70.83% dari jumlah siswa 24.
Tabel.4.18 Distribusi tingkat kemampuan berpikir kritis (posttest)
No
Kategori Ketuntasan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
F % F %
1. Tidak tuntas 6 24% 3 12.5%
2. Tuntas 19 74% 21 87.5%
Jumlah 25 100% 24 100%
Berdasarkan tabel di atas digambarkan bahwa pada kelas kontrol hasil posttest
menunjukan murid dalam kategori tuntas berjumlah 19 murid dengan persentase
ketuntasan mencapai 74%, sedangkan murid yang termaksuk kategori tidak tuntas
sebesar 24% atau 6 murid dari jumlah murid 25 murid. Sedangkan persentase
ketuntasan kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen menunjukan bahwa,
murid yang termaksuk kategori tuntas berjumlah 21 murid atau 87%, kategori
murid yang tidak tuntas berjumlah 3 murid atau 12.5%, dari jumlah murid 24
murid. Apabila tabel 4.4 di kaitkan dengan indikator kemampuan berpikir kritis
IPA pada materi adaptasi mahkluk hidup pada kelas V B setelah di lakukanmodel
pembelajaran budaya tudang sipulungpada kelas eksperimen telah memenuhi
indikator secara klasikal.
f. Uji Hipotesis”Uji-t”
Data hasil belajar statistika murid melalui metode X di kelas eksperimen
(A) dan hasil belajar statistika murid melalui metode Y di kelas kontrol (B) di uji
dengan α = 5%.
Berdasarkan hasil penelitianmaka dilakukan pengujian normalitas dari
hipotesis dengan memperhitungkan diperolehtHitung=32,062 dan tTabel = 2, 064
maka diperoleh tHitung > tTabel atau 32,062 > 2,064. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh dalam model
pembelajaran Budaya tudang sipulung terhadap kemampuan berpikir kritis murid
kelas V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar
B. Pembahasan
Proses pendidikan harus mampu mengembangkan disiplin diri,
spontanitas dan kreativitas sekaligus. Seorang anak yang dibebani oleh aturan
akan sulit berkembang, mereka akan mengalami hambatan dalam melakukan
kemajuan. Apalagi dalam mempelajari IPA dibutuhkan kacakapan yang jeli
dari guru untuk memilih metode yang dapat mengetahui keinginan dari para
siswanya, karena upaya peningkatan mutu kemampuan berpikir kritis IPA tidak
terlepas dari pemahaman seorang guru akan kondisi psikologis para siswanya
ketika proses belajar berlangsung ataupun di luar sekolah, karena belajar
bukanlah semata-mata berorientasi pada hasil, namun juga berorientasi pada
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan
mengefektifkan pembelajaran yang berlangsung.
Guru sebagai fasilitator yang ramah dan penuh pengertian akan
menimbulkan rasa aman, menciptakan suasana yang gembira dan
menyenangkan bagi proses pembelajaran IPA di kelas. Suasana kelas yang
kaku, seorang guru yang otoriter, penggunaan metode yang kurang tepat dan
mata pelajaran IPA yang sulit tidak akan menambah pengetahuan IPA yang
diinginkan. Inilah letak kesalahan yang terjadi pada pendidikan di Indonesia,
kurang selarasnya hubungan antara guru dan murid, hal inilah dipandang
sebagai “kurang manusiawi” sehingga timbullah pembahasan untuk
memanusiakan proses pembelajaran melalui pengelolaannya Pembelajaran IPA
di V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar belum terlalu maksimal, hal ini
dipengaruhi oleh jam pelajaran untuk IPA model pengajaran yang digunakan
masih bersifat kaku dan kurang memahami kebutuhan siswa, selain itu
pembelajaran IPA masih berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya dipandang
pasif dan penurut, apabila mereka membuat kesalahan maka, mereka akan
mendapat hukuman yang membuat siswa takut dan tegang dalam proses
pembelajaran IPA. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tentunya dibutuhkan
model yang melahirkan metode yang mampu membuat siswa merasa tertarik
dan tertantang untuk mempelajari IPA dan membuat mereka merasa termotivasi.
Sehingga pelajaran IPA akan mudah diserap, karena itulah peneliti tertarik
untuk mencoba menerapkan model pembelajaran Budaya tudang sipulung dalam
pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.
Suatu hal yang menarik dari model ini adalah adanya usaha murid
untuk bermusyarah memecahkan suatu masalah dan menyibukkan dirinya secara
ikhlas bukan dengan paksaan sampai ia mampu mencapai hasil belajar yang
maksimal, sehingga pembelajaran IPA semakin komunikatif dan selalu terjadi
interaksi antara siswa dengan siswa lainnya.Model pembelajaran Budaya
tudang sipulung ini dirancang agar dapat melatih kemampuan berpikir dan
berbicara peserta didik. Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam
kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan
seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah
khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan
tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran Budaya tudang sipulung
merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam agar siswa dapat bermusyarah dengan
temannya dalam memecahkan atau menyelesaikan tugas yang diberikan.Salah
satu kebaikan dari model pembelajaran Budaya tudang sipulungadalah dengan
berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan murid secara aktif
dalam belajar. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman,
guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.Dengan cara seperti itu dapat
mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual.Setelah melakukan interview
dengan guru kelas V SD Inpres Bontomanai Makassar ternyata kemampuan
pemecahan masalah IPA belum mencapai standar yang ditetapkan sekolah.
Terutama pada adaptasi mahkluk hidup rata-rata hanya mencapai nilai 59,80
sementara standar yang ditetapkan adalah 70. Melihat fenomena ini, calon
peneliti mengadakan interview lebih lanjut mengenai proses belajar mengajar
materi permasalahan sosial. Dari hasil interview tersebut diperoleh data bahwa
dalam proses pembelajaran masalah sosial; 1) pembelajaran berlangsung secara
klasikal, sehingga siswa mengalami kesulitan mengidentifikasi semua
permasalahan sosial di daerahnya, 2) guru tidak melakukan kegiatan
pembelajaran yang merilekskan murid sehingga merangsang otak murid untuk
belajar dengan kondisi yang tenang dan menyenangkan membuka pengetahuan
yang dapat mengungkapkan kesulitan yang dialami, 3) hasil pekerjaan siswa
belum langsung diberi nilai sehingga siswa tidak mengetahui hasil pekerjaannya
yang mengakibatkan siswa menjadi jenuh mengikuti pelajaran, dan 4) guru
hanya menugasi siswa membaca buku sumber kemudian menjawab soal dari
buku tersebut siswa mengalami kesulitan memahami dan menyelesaikan soal
yang diberikan tanpa menjelaskan materi masalah sosial dan mengkondisikan
murid dalam situasi yang rileks sehingga dapat mencairkan kondisi otak mereka
yang tegang dan suasana belajar pun juga ikut menjadi santai dan menikmati
setiap proses pembelajaran. Ke-4 hal inilah yang menyebabkan hasil belajar
siswa pada konsep masalah sosial masih sangat rendah atau belum mencapai
standar ketuntasan yang ditetapkan. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja,
bukan suatu hal yang mustahil kemampuan pemecahan masalah siswa akan
semakin menurun bahkan siswa tidak dapat mengidentifikasi masalah dan tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut.Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan suatu proses pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan enjoy dalam belajar,
dapat mengungkapkan kesulitannya, dan bekerjasama dengan teman lainnya
secara cooperativ. Sehingga dengan begitu akan memacu motivasi dan
meningkatkan hasil belajar peserta didik.Dalam proses pembelajaran mata
pelajaran IPA dikenal beragam teknik pendekatan, strategi pembelajaran, dan
model pembelajaran yang tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna yang
dapat diterapkan secara aplikatif kapada siswa di kelas. Salah satu model
pembelajaran yang dianggap peneliti mampu meningkatkan keaktifan dan
kerjasama dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Budaya tudang
sipulung. Melalui penerapan model ini siswa akanbekerjasama dengan siswa
lainnya untuk berpikir kritis.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kemampuan berpikir kritis murid kelas
kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan perbedaan yang signifikan.Hal ini
berarti nilai posttest siswa pada kelas kontrol dan kelas ekperimen terdapat
perbedaan yang signifikan.Nilai siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi dari pada
nilai kelas kontrol dengan tingkat perbedaan yang signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan model
pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung terhadap kemampuan berpikir
kritis IPA pada adaptasi mahkluk hidup kelas V SDInpres Bontomanai Kota
Makassar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Inpres Bontomanai
Kota Makassarkelas V pada mata pelajaran IPA materi konsep adaptasi makhluk
hidup tentang pengaruh model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung,
dapat di simpulkan bahwamodel pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar murid kelas V pada mata
pelajaran IPA. Hal ini berdasar pada data-data yang diperoleh setelah diadakan
penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil pretest, diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar siswa yaitu 65,4 yang tergolong dalam kategori sangat
rendah. Sedangkan nilai rata-rata hasil posttest adalah 85 dalam kategori tinggi
hal ini menandakan bahwa hasil setelah diberi perlakuan meningkat dengan
rentang yang begitu besar.
B. Saran
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis
menyarankan bebarapa hal yaitu :
1. Guru di SD Inpres Bntomanai Makassar selalu menggunakan model
pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung untuk memotivasi,memacu
diri dan terus menggunakan model pembelajaran yang efektif, sesuai dan
serasi dengan bidang studi yang diajarkan baik itu secara individu maupun
organisasi.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA Kelas V SD
Inpres Bontomanai Kota Makassar sebaiknya menjdai acuan guru dalam
mendesain pembelajaran yang inovatif.
3. Pengaruh model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung terhadap
penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA Kelas V SD Inpres
Bontomanai Makassar telah terbukti berdasarkan penelitian sehingga
diharapkan penggunaan model model pembelajaran berbasis budaya
tudang sipulung dipertahankan jika perlu terus dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, 2008. Analis kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam
learning 7E berdasarkan gaya belajar. Stikip singkawang
Indonesia
Astutik 1993. Meningk atkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
pendekatan metacognitive. Garut:sikip
Bloom 1979. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP
melalui pembelajaran Berbasis masalah dengan strategi konflik
kognitif. Sains Humanika
Baharudin A. 2006,Latoa; Suatu Lukisan analisis terhadap antropologi
poliyik orang bugis, Makassar hassanudinUniversity Press.
Cetter 2005, Upaya meningkatkan berpikir kritis siswa melalui metode the
power of two dalam pembelajaran sejarah. Jakarta : Universitas
Pendidikan Indonesia
Faisal, 2008 Ruang publik poenam Sebagai Bagian Budaya Politik
Kontemponer Makassar, Suatu Pertarungan Ideplogis Menuju
Hagemoni, Tesis tidak diterbitkan PPS fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya. Depok, Universitas Indonesia
Hamid 2014. Model Pembelajaran Matematika Berbasis budaya bugis-
Makassar, Disertai tidak di terbitkan Surabaya PPS Universitas
Negeri Surabaya
Jhonson, 1992. Model-Model Pembelajaran
Kamarudin, 1990. Model Pembelajaran terpadu, Jakarta: Bumi Aksara
Piaget. 2015, Teori dan teknik konseling
Pelras,2006. Latoa-Antropologi Politik Orang Bugis, Yokyakarta Penerbit
Ombak
Ristiana, Evi. 2017 Pengembangan Model Pembelajaran Biologi Berbasis
Budaya Tudang Sipulung dalam memberdayakan kemampuan
pemecahan masalah, Berpikir kritis dan kognitif mahasiswa
jurusan Biologi Universitas Muhammadiyah Makassar. Disertasi
tidak Diterbitkan , Malang : PPS Universitas Negri Malang.
Sagala, 2914. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung Sinar baru
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan. Bnadung: Alfabeta
Sirager 2011. Teori belajar dan Pembelajaran.Universal teacher Uprading
Weussinger, 2004. Mengangkat kemampuan berpikir kritis dalam
peembelajaran matematika untuk membangun karakter bangsa.
Universitas negeri medan
KAKTUS
ECENG GONDOK
Taukah kalian? Tanaman kakus
tempat hidup aslinya sebenarnya
adalah tanah yang kering seperti
gurun. Oleh karena itu tanaman ini
menyesuaikan diri oleh kondisi
lingkungannya yang kering dan
panas.
Kalau di rumahmu ada tanaman
kaktus coba perhatikan tenaman
tersebut!
Taukah tumbuhan eceng
gondok hidup mengampung
tumbuhan ini memiliki batang
yang mengembang berisi
rongga udara seperti spons.
Eceng gondong dapat
membantu membuat tubuh
lebih baik.
LKPD 1
TERATAI
Burung memiliki bentuk kaki yang
berbeda-beda di sesuaikan dengan
tempat hidupnya dan jenis mangsa
yang dimakannya berdasarkan
lingkungan dan jenis makanan yang
dimakannya
Mafaat burung bagi manusia adalah
untuk penjaga rumah dari orang
jahat
Teratai tempat hidupnya di air tumbuhan
ini menyesuaikan diri dengan memiliki
daun yang berpentuk lebar dan tipis
bentuk daun sperti ini mengakibatkan
penguapan air terjadi dengan mudah .
Keindahan dari gunung dimanfaatkan
sebagai tempat wisata.
l
Alat dan Bahan
Gambar hewan
Gambar Tumbuhan
Langkah kegiatan
1. Bergabunglah bersama teman kelompok untuk
menyusun komponen hewan dan tumbuhan
2. Setiap Mengerjakan soal yang di berikan guru
3. Catatlah hasil yang telah kamu susun, kemudian
bacakan di depan kelas tentang hasil Kerja
kelompok
KEGIATAN 1
Lengkapilah Tabel berikuut bersama teman kelompokmu, Tumbuhan yang hidup di tempat
yang berbeda-beda ada yang hidup di daerah kering dan ada pula yang hidupnya di air? Tulis hasilnya dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
No Nama Tumbuhan Lingkungannya
Kering Air
1. 2. 3. 4. 5. 6.
KakTus Eceng gondong Teratai Pohon jati Buah belimbing Buah duriang
-
Pertanyaan: 1. Jelaskan cirri khusus pada beberapa tumbuhan untuk melindungi dirinya, misalnya
memiliki racun, duri atau daun yang tajam 2. Sebutkan pengelompokan hewan menurut jenis makanannya
KEGIATAN 2
Jenis kaki burung
Cirri-ciri contoh
Perenang Jari kaki berselapu Itik dan ansa
Pejalan kaki
Pemangsa
Pemanjat
Pelenjer
Ayo teman-teman !!!
Bantu saya,menggolongkan
burung dengan tempat dan
hidupnya dan jenis mangsa
yang dimakannya kedalam
tabel dibawah ini.
KEGIATAN 3
SK: 3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya
KD: 3.1 Mengedintifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungannya tertentu untuk
mempertahankan hidup
1. Peserta didik dapat menjelaskan mahkluk hidup
terhadap lingkungannya
2. Peserta didik dapat menyebutkan masing-masing
tumbuhan terhadap penyesuaiannya
3. Peserta didik dapat membedakan stiap mahkluk
hidup terhadap lingkungannya
Mau tau hari ini akan belajar apa ???
Yaa…. Kali ini kita akan belajar tentamg Penyesuaian
makhluk hidup terhadap lingkungannya
Tumbuhan yang kita jumpai sehari-hari seperti bunga dan tanaman pohon yang membuat lingkungan yang indah ? Dan juga hewan yang yang sering kita jumpai seprti burung ikan dan hewan lainnya yang dapat Menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Tanaman adalah organisme eukariota multiseluler yang tergolong
kedalam kerajaan plantae di dalam terdiri atas beberapa klad
yakni, tanaman berbunga, Gymnospermae atau tumbuhan berbiji
terbuka, Lycopodiopsida, paku-pakuan, lumut, serta sejumlah alga
hijau. Tanaman hijau memiliki dinding sel yang kokoh mengandung
selulosa. Hampir semua anggota tumbuhanbersifat autotrof, yakni
memproduksi energi sendiri dengan mengubah energi cahaya
matahari melalui proses yang disebut fotosintesis dalam organel.
Hewan atau disebut juga binatang adalah kelompok organisme
yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia atau metazoa,
adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup di bumisebutannya
adalah fauna danmarga
Hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya,
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SD Inpres Bontomanai
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Program : V / SEKOLAH DASAR
Semester : 1 (satu)
Standar Kompetensi : 3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri
dengan lingkungannya
Kompete
nsi Dasar
Materi
poko dan
uraian
materi
Pengalaman
belajar
Indikator
pencapaia
n
kompeten
si
Penilaian
Alokasi
waktiu
Sumber
bahan/
alam Jenis
tagihan
Bentuk
instrumen
Conto
h
instru
men Mengidentifik
asi
penyesuaian
diri hewan
dengan
lingkungan
tertentu untuk
mempertahan
kan hidup
Penyesuaian
makhluk
hidup dengan
lingkunganny
a
Penyesuaian
dengan
lingkunganny
a
Memahami peta
konsep hewan yang
menyesuaikan dengan
lingkungannya
Mememahami
penyesuaian diri
hewan-hewan dalam
memperoleh makanan
Kupu-kupu → alat
penghisap nektar yang
panjang (probosis)
Lebah→ mempunyai
bentuk mulut penjilat
Melakukan tugas
Mememahami hewan-
hewan dalam
melindungi diri dari
musuhnya
Bunglon →
mengubah warna
tubuhnya
Walang sangit →
mengeluarkan bau
yang sangat
menyengat
Walang daun →
bentuk dan warna
tubuh yang
menterupai daun
Kala jengking,
kelabang, dan lebah
→ mempunyai sengat
tubuh ke tubuh
musuhnya
Melakukan tugas 3.2
(Hl.64)
Memberikan
contoh cara
hewan
menyesuaikan
diri dengan
lingkunganny
a untuk
memperoleh
makanan dan
melindungi
diri dari
musuhnya.
Tugas
individ
u
Laporan
Uraian
objek
tugas
tugas
Sumber
buku sains
SD
Kelas V
Alat
Mengidentifik
asi
penyesuaian
diri tumbuhan
dengan
lingkungan
tertentu untuk
mempertahan
kan hidup
Penyesuaian
makhluk
hidup dengan
lingkunganny
a
Penyesuaian
tumbuhan
dengan
lingkunganny
a
Memahami peta
konsep tumbuhan
yang menyesuaikan
dengan
lingkungannya
Memahami bahwa
tumbuhan ada yang
hidup di tanah, gurun
yuang kering dan
panas dan di air.
Memahami bahwa
bentuk penyesuaian
diri tumbuhan
berbeda-beda
Pohon jati →
merontokkan atau
menggugurkan
daunnya
Kaktus → bentuk
daun duri untuk
mengurangi
penguapan, batang
kaktus menyimpan
air.
Teratai → Daun
berbentuk lebar dan
tipis, batangnya
memiliki rongga
udara
Tumbuhan kantong
semar→ Daun
berbentuk kantong
Memahami bahwa
tumbuhan
menyesuaikan diri
dari musuhnya
Bunga mawar →
Batang bunga mawar
memiliki duri-duri
kecil
Bunga bugenvi →
memiliki duri-duri
panjang-panjang
Pohon mangga,
kamboja, alamanda →
Mengeluarkan getah
Buah durian →
Memiliki kulit berduri
Mendeskripsi
kan ciri
khusus pada
beberapa
tumbuhan
untuk
melindungi
dirinya
- Uraian
Objek - Sumber
Buku
Sains SD
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SD Inpres Bontomanai
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : V/ 1
Materi Pokok : Penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya
Waktu : 2 x 45 menit
Metode : Ceramah
A. Standar Kompetensi :
3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan hidup
C. Indikator
o Mendeskripsikan ciri khusus pada beberapa tumbuhan untuk melindungi
dirinya, misalnya memiliki racun, duri, atau daun yang tajam.
D. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tumbuhan yang menyesuaikan
dengan lingkungannya
o Siswa dapat Memahami bahwa tumbuhan ada yang hidup di tanah, gurun
yuang kering dan panas dan di air.
o Siswa dapat Memahami bahwa bentuk penyesuaian diri tumbuhan
berbeda-beda
o Siswa dapat Memahami bahwa tumbuhan menyesuaikan diri dari
musuhnya
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat
dan perhatian ( respect ), Tekun (
diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Dan Ketelitian (
carefulness)
E. Materi Essensial
Penyesuaian tumbuhan dengan lingkungannya
o Tumbuhan menyesuaikan diri untuk kelangsungan hidupnya
o Tumbuhan melindungi diri dari musuhnya
F. Media Belajar
o Buku SAINS SD Releven kelas
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan awal 10 menit
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Memberi salam, berdoa,
dan absensi
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Melakukan apersepsi
Menjawab salam,
berdoa bersama
Menyimak tujuan
pembelajaran
Mengikuti apersepsi
Religious
Rasa ingin
tahu
motivasi
Kegiatan Inti
Eksplorasi 20 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Menjelaskan cara
penyesuaian diri
tumbuhan terhadap
lingkungannya, contoh
tumbuhan
- Daun kaktus
- Teratai
- Eceng gondok
Menjelaskan tumbuhan
melindungi diri dari
musuhnya
Memperhatikan
penjelasan guru
Menyimak
penjelasan guru
Disiplin
Disiplin
Elaborasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Guru membagi peserta
didik 4-5 orang dalam
satu lelompok.
Meminta siswa
melalukan tudang
sipulung bersama teman
kelompoknya
mendiskusikan kegiatan
1 (LKPD I) dengan
Siswa bergabung
dengan kelompok
yang telah ditentukan
oleh guru.
Terlibat aktif dalam
kegiatan tudang
sipulung sebagai
perwujudan nilai
sipakatau dan abbulo
Inovatif
Tekun
Ketelitian
teman kelompoknya
Memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok
mengemukakan hasil
diskusi sebagai
perwujudan nilai abbulo
sibattang. Aspek yang
dilibatkan ialah siri,
tongeng, lempuk, dan
sipakatau.
sibattang.
Kofirmasi 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menanyakan hal-hal
yang belum diketahui
peserta didik
Memberikan
penguatan dan
kesimpulan.
Menanyakan hal-hal
yang belum
diketahui
Ikut menyimpulkan
materi
Rasa ingn
tahu
kemitraan
Kegiatan penutup 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menjelaskan kembali
Penyesuaian
tumbuhan dengan
lingkungannya
Meminta siswa berdoa
bersama
Menyimak
Berdoa
Inovatif
Religious
H. Penilaian
Indikator
pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen /
Soal
o Mendeskripsikan
cirri khusus pada
beberapa
tumbuhan untuk
melindungi
dirinya misalnya
memiliki racun,
Tugas Individu Laporan
Uraian
Objektif
o Jelaskan cirri
khusus pada
beberapa
tumbuhan
untuk
melindungi
dirinya
duru, atau daun
yang tajam
misalnya
memiliki
racun, duri
atau daun
yang tajam
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK (HASIL DISKUSI)
NO Aspek Kriteria Skor
1. Konsep *Semua benar
*Sebagian besar benar
*Sebagian kecil benar
*Semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
NO Aspek Kriteria Skor
1
2
3
Pengetahuan
Praktek
Sikap
*Pengetahuan
*Kadang-kadang pengetahuan
*Tidak Pengetahuan
*Aktif praktek
*Kadang-kadang aktif
*Tidak aktif
*Sikap
*Kadang-kadang sikap
*Tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama
siswa
Performan Produk Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Makassar, Agustus 2018
Guru kelas Penulis
Hj. Faridah Darniati
NIP :196012311982062085 NIM. 10540919114
Mengetahui
Kepala SD Inpres Bontomanai Makassar
ALIMUDDIN. S.
NIP: 19650317
Pre test
Essay
Nama :
Kelas :
Nama Sekolah :
1. Bentuk kaki cicak yang berperakat adalah bentuk adaptasi untuk
2. Hewan cumi-cumi melindungi diri dengan cara..
3. Elang termaksud dalam hewan karnivora, sehingga elang mempunyai..
4. Fungsi kaki burung pelatuk yang ramping dan berkuku panjang
melengkung yaitu..
5. Burung kalibri mempunyai paruh runcing dan panjang yang berguna
untuk..
KUNCI JAWABAN
1. Menempel dan merayap di dinding
2. Tinta hitam
3. Cakar dan paruh tajam
4. Memanjat pohon
5. Menghisap nektar bunga
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SD INPRES BONTOMANAI
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : V/ 1
Materi Pokok : Penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya
Waktu : 4 x 45 menit (2 X pertemuan)
Metode : Ceramah
Model : Budaya Tudang Sipulung
A. Standar Kompetensi :
3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
B. Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan hidup
C. Indikator
o Memberikan contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuhnya.
D. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep hewan yang menyesuaikan dengan
lingkungannya
o Siswa dapat Mememahami penyesuaian diri hewan-hewan dalam
memperoleh makanan
o Siswa dapat Mememahami hewan-hewan dalam melindungi diri dari
musuhnya
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat
dan perhatian ( respect ), Tekun (
diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Dan Ketelitian (
carefulness)
E. Materi Essensial
Penyesuaian dengan lingkungannya
o Hewan menyesuaikan diri untuk memperoleh makanan
o Hewan melindungi diri dari musuhnya
F. Media Belajar
o Buku SAINS SD kelas V
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Memberi salam, berdoa,
dan absensi
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Melakukan apersepsi
Menjawab salam,
berdoa bersama
Menyimak tujuan
pembelajaran
Mengikuti apersepsi
Religious
Rasa ingin
tahu
motivasi
Kegiatan Inti
Eksplorasi 20 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Menjelaskan tentang
penyesuaian diri hewan
dengan lingkungannya,
contoh hewan
- Burung elang
- Burung pelatuk
- Burung rajawali
Menjelaskan hewan
menyesuaikan diri untuk
memperoleh makanannya
Memperhatikan
penjelasan guru
Menyimak
penjelasan guru
Disiplin
Disiplin
Elaborasi 30 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Guru membagi peserta
didik 4-5 orang dalam
satu lelompok.
Meminta siswa
melalukan tudang
sipulung bersama teman
kelompoknya
mendiskusikan kegiatan
1 (LKPD I) dengan
teman kelompoknya
Memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok
mengemukakan hasil
diskusi sebagai
perwujudan nilai abbulo
sibattang. Aspek yang
dilibatkan ialah siri,
tongeng, lempuk, dan
sipakatau.
Siswa bergabung
dengan kelompok
yang telah ditentukan
oleh guru.
Terlibat aktif dalam
kegiatan tudang
sipulung sebagai
perwujudan nilai
sipakatau dan abbulo
sibattang.
Inovatif
Tekun
Ketelitian
Konfirmasi 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menanyakan hal-hal
yang belum diketahui
peserta didik
Memberikan
penguatan dan
kesimpulan.
Menanyakan hal-hal
yang belum
diketahui
Ikut menyimpulkan
materi
Rasa ingn
tahu
kemitraan
Kegiatan penutup 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menjelaskan kembali
kegunaan batang dan
jenis batang.
Meminta siswa berdoa
bersama
Menyimak
Berdoa
Inovatif
Religious
PERTEMUAN KE 2
Kegiatan awal 10 menit
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Memberi salam, berdoa,
dan absensi
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Melakukan apersepsi
Menjawab salam,
berdoa bersama
Menyimak tujuan
pembelajaran
Mengikuti apersepsi
Religious
Rasa ingin
tahu
motivasi
Kegiatan Inti
Eksplorasi 20 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Menjelaskan tentang
hewan melindungi diri
dari musuhnya, contoh
hewan
- Burung elang
- Burung pelatuk
- Burung rajawali
Memperhatikan
penjelasan guru
Menyimak
penjelasan guru
Disiplin
Disiplin
Menjelaskan hewan
melindungi diri dari
musuhnya
Elaborasi 30 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Guru membagi peserta
didik 4-5 orang dalam
satu lelompok.
Meminta siswa
melalukan tudang
sipulung bersama teman
kelompoknya
mendiskusikan kegiatan
1 (LKPD I) dengan
teman kelompoknya
Memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok
mengemukakan hasil
diskusi sebagai
perwujudan nilai abbulo
sibattang. Aspek yang
dilibatkan ialah siri,
tongeng, lempuk, dan
sipakatau.
Siswa bergabung
dengan kelompok
yang telah ditentukan
oleh guru.
Terlibat aktif dalam
kegiatan tudang
sipulung sebagai
perwujudan nilai
sipakatau dan abbulo
sibattang.
Inovatif
Tekun
Ketelitian
Konfirmasi 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menanyakan hal-hal
yang belum diketahui
peserta didik
Memberikan
penguatan dan
kesimpulan.
Menanyakan hal-hal
yang belum
diketahui
Ikut menyimpulkan
materi
Rasa ingn
tahu
kemitraan
Kegiatan penutup 15 menit
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nialai
Karakter
Menjelaskan kembali
kegunaan batang dan
jenis batang.
Meminta siswa berdoa
bersama
Menyimak
Berdoa
Inovatif
Religious
H. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penialaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen/ Soal
o Memberikan
contoh cara
hewan
menyesuaikan
diri dengan
lingkungannya
untuk
memperoleh
makanan dan
melindungi diri
dari musuhnya.
Tugas Individu Laporan
Uraian Objek o Sebutkanlah
contoh cara
hewan
menyesuaikan
diri dengan
lingkungannya
untuk
memperoleh
makanan dan
melindungi diri
dari musuhnya.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No Aspek Kriteria Skor
Konsep *Semua benar
*Sebagian besar benar
*Sebagian kecil benar
*Semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
NO Aspek Kriteria Skor
Pengetahuan
Praktek
Sikap
*Pengetahaun
*Kadang-kadang
pengetahuan
*Tidak Pengetahuan
*Aktif Praktek
*Kadang-Kadang Aktif
*Tidak Aktif
4
2
1
4
2
1
4
*Sikap
*Kadang-Kadang Sikap
*Tidak Sikap
2
1
LEMBAR PENILAIAN
N
O
Nam
a
Siswa
Performan Produ
k
Jumla
h
Skor
Nila
i Pengetahua
n
Prakte
k
Sika
p
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Makassar, Agustus
2018
Mengetahui
Wali kelas Penulis
Hj. Faridah Darniati
NIP :196012311982062085 NIM: 10540919114
Mengetahui
Kepala SD Inpres Bontomanai Makassar
ALIMUDIN, S.Pd
NIP. 196503171992111002
Post test
Essay
Nama :
Kelas :
Nama sekolah :
1. Tumbuhan kaktus mempunyai alat pertahanan diri berupa…
2. Teratai dan enceng gondok merupakan jenis tumbuhanyang hidup di…
3. Pohon bambu melindungi diri dengan …….. dan…..
4. Pohon nangka melakukan adaptasi berupa…..
5. Pohon jati dan kedondong melakukan adaptasi dengan…
KUNCI JAWABAN
ESSAY
1. Duri yang tanjam
2. Air
3. Duri dan bulu halus
4. Getah yang lengket
5. Menggugurkan daunnya saat musim kemarau
SOAL VALIDASI
1. Teratai dan enceng gondok merupakan jenis tumbuhan yang hidup di…
2. Pohon bambu melindungi diri dengan ……dan….
3. Ponon nangka melakukan adaptasi berupa….
4. Bentuk kaki cicak yang berperangkat adalah bentuk adaptasi untuk…
5. Kemampuan cicak memutuskan ekornya di sebut….
6. Hewan cumi-cumi melindungi diri dengan cara….
7. Elang termaksud dalam hewan karnivora, sehingga elang mempunyai….
8. Fungsi kaki burung pelatukyang ramping dan berkuku panjang dan
melengkung yaitu…
9. Burung kalibri mempunyai paru runcing dan panjang yang berguna
untuk…
10. Tumbuhan kaktus mempunyai alat pertahanan diri berupa…
11. Sebutkan fungsi adaptasi begi hewan!
12. Berikan 3 contoh adaptasi yang di lakukan tumbuhan
13. Tuliskan 5 bentuk paruh burung dan fungsinya
14. Contoh tumbuhan yang beradaptasi untuk memperoleh makanan adalah…
15. Sebutkan 3 pembagian hewan berdasarkan makananya
16. Duri yang ada pada tanaman kaktus mempunyai fungsi…
17. Pohon yang melindungi diri dengan bulu yaitu…
18. Unta mempunyai punuk di punggungya yang berguna untuk ……
19. Kemampuan bunglon merubah warna tubuhnya untuk…
20. Hewan yang melumpuhkan mangsa dengan racun yang di milikinya
adalah…
KISI-KISI SOAL
Jawaban benar dan lengkap 4
Jawaban benar dan kurang lengkap 3
Jawaban benar dan tidak lengkap 2
Jawaban benar dan sangat tidak
lengkap
1
Jawaban salah / tidak ada 0
No Pertanyaan Kunci jawaban Skor
1. Tumbuhan kaktus
mempunyai alat pertahanan
diri berupa….
Duri yang tajam 4
2. Teratai dan eceng gondok
merupakan jenis tumbuhan
yang hidup di…
Air 4
3. Pohon bambu melindungi
diri dengan….dan…
Duri dan bulu halus 3
4. Pohon nangka melakukan
adaptasi berupa….
Getah yang lengket 3
5. Pohon jati dan kedondong
melakukan adaptasi berupa..
Menggurkan daunnya
saat musim kemarau
4
6. Bentuk kaki cecak yang
berperangkat adalah bentuk
adaptasi untuk
Menempel dan
menyerap di dinding
4
7. Hewan cumi-cumi
melindungi diri dengan
cara..
Tintah hitam 4
8. Elang termaksud dalam
huewan karnivora, sehingga
elang mempunyai ..
Cakar dan paruh tajam
4
9. Fungsi kaki burung pelatuk
yang ramping dan berkuku
panjang melengkung yaitu?
Memanjat pohon
3
10 Burung kalibri mempunyai
paruh rancing dan panjang
yang berguna untuk..
Menghisap nektar
bunga
3
Menentukan Mean dans impangan baku
Test uji beda sampel Independen
Sampel
kelaseksperimen
(Xb) (Xi –X)2
kelaskontol
(XA) (Xi- X)2
1 85 7,3350694 80 64
2 80 5,2517361 70 4
3 90 5,2517361 65 9
4 75 53,168403 75 64
5 70 299,00174 70 4
6 95 161,50174 60 144
7 95 161,50174 65 49
8 65 299,00174 60 144
9 75 53,168403 60 144
10 95 161,50174 65 529
11 65 299,00174 95 529
12 95 161,50174 80 64
13 70 151,08507 70 4
14 80 5,2517361 80 64
15 85 7,3350694 75 9
16 80 53,168403 90 324
17 95 151,08507 70 324
18 70 151,08507 70 529
19 85 151,08507 75 9
20 95 5,2517361 60 144
21 80 5,2517361 95 529
22 75 53,168403 60 144
23 80 5,2517361 75 9
24 95 5,2517361 75 9
25 60 144
JUMLAH 1975 1800
Rata-rata 82,29166667 100,47743 72 159,6
S2
A=∑
= 6.65
S2
A= ∑
=
= 4.355
Uji Homogenitas
F =
= 6548
=
Ftabel (a:0,05) Ftabel (2,064)
Karena F hitung = 6.548 lebih besar dari F tabel = 2,064 maka dapat di simpulkan
bahwa kedua sampel berada dari populasi yang homogen.
Menentukan nilait-test
t =
√
Kategori kemampuan berpikir kritis
A. Kemampuan berpikir kritis Pretest (kelompok kontrol)
Rentang Nilai (R) = Nilai Maksimum – Nilai Minimum
= 85 – 50
= 35
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 25
= 1+ 3,3 (1,39)
= 1+ 4,5
= 5,5
Panjang kelas (l) =
=
= 6,3
Tabel 4.5. Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas kontrol
No Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1. 50-56 Sangat
rendah
4 16%
2. 57-63 Rendah 5 20%
3. 64-70 Sedang 6 24%
4. 71-77 Tinggi 3 12%
5. 78-84 Sangat
tinggi
7 28%
Jumlah 25 100%
B. Kemampuan berpikir kritis Pretest (kelompok eksperimen)
Rentang Nilai (R) = Nilai Maksimum – Nilai Minimum
= 85 – 50
= 35
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 24
= 1+ 3,3 (1,38)
= 1+ 4,5
= 5,5
Panjang kelas (l) =
=
= 6,3
Tabel 4.6. Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berikir kritis
kelas eksperimen
No Interval
Nilai
Kategori Frejuensi Persentase
(%)
1. 50-56 Sangat
rendah
6 25%
2. 57-63 Rendah 5 20.8%
3. 64-70 Sedang 4 16.6%
4. 71-77 Tinggi 4 16.6%
5. 78-84 Sangat
tinggi
5 20.8%
Jumlah 24 100%
C. Kemampuan berpikir kritis Posttest (kelompok Kontrol)
Rentang Nilai (R) = Nilai Maksimum – Nilai Minimum
= 95 – 60
= 35
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 25
= 1+ 3,3 (1,39)
= 1+ 4,5
= 5,5
Panjang kelas (l) =
=
= 5,4
Tabel 4.7. Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas kontrol
No Interval
Nilai
Kategori Frejuensi Persentase
(%)
1. 60-66 Sangat
rendah
3 12%
2. 67-73 Rendah 8 32%
3. 74-80 Sedang 5 20%
4. 81-87 Tinggi 3 12%
5. 88-94 Sangat
tinggi
6 24%
Jumlah 25 100%
D. Penguasaan Konsep Posttest (kelompok eksperimen)
Rentang Nilai (R) = Nilai Maksimum – Nilai Minimum
= 95 – 65
= 30
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 24
= 1+ 3,3 (1,38)
= 1+ 4,5
= 5,5
Panjang kelas (l) =
=
= 5,4
Tabel 4.8. Distribusi dan frekuensi kategori kemampuan berpikir kritis
kelas eksperimen
No Interval
Nilai
Kategori Frejuensi Persentase
(%)
1. 65-70 Sangat
rendah
4 16.6%
2. 71-76 Rendah 5 20.8%
3. 77-82 Sedang 5 20.8%
4. 83-88 Tinggi 6 25%
5. 89-94 Sangat
tinggi
4 16.6%
Jumlah 24 100%
NILAI PRETEST KELAS KONTROL
No RESPONDEN KE
LAS
SOAL JUMLAH NILAI KETUNTASAN
1 2 3 4 5
1 AF VA 1 3 1 2 1 8 70 TIDAK TUNTAS
2 AMH VA 1 2 1 1 1 6 55 TIDAK TUNTAS
3 AH VA 1 2 1 1 1 6 55 TIDAK TUNTAS
4 AB VA 1 1 1 1 1 5 50 TIDAK TUNTAS
5 AFR VA 1 2 2 1 1 7 65 TIDAK TUNTAS
6 AD VA 1 2 1 2 1 7 65 TIDAK TUNTAS
7 HKS VA 1 1 1 1 1 5 50 TIDAK TUNTAS
8 IS VA 1 1 1 1 1 5 50 TIDAK TUNTAS
9 IR VA 2 1 1 1 1 6 55 TIDAK TUNTAS
10 ISA VA 1 3 2 1 1 8 70 TIDAK TUNTAS
11 JAK VA 2 3 2 2 1 10 80 TUNTAS
12 MRA VA 2 1 1 1 1 6 55 TIDAK TUNTAS
13 MY VA 1 4 2 1 1 9 75 TUNTAS
14 MH VA 1 4 2 2 1 10 80 TUNTAS
15 MS VA 2 4 2 2 1 10 80 TUNTAS
16 NA VA 3 1 1 1 1 8 70 TIDAK TUNTAS
17 NH VA 3 3 1 1 1 9 75 TUNTAS
18 NS VA 1 3 2 1 1 8 70 TIDAK TUNTAS
19 NAF VA 4 3 1 4 1 13 85 TUNTAS
20 RNI VA 1 2 1 1 1 6 55 TIDAK TUNTAS
21 TAR VA 1 2 1 3 1 9 75 TUNTAS
22 SM VA 1 2 1 3 1 8 70 TIDAK TUNTAS
23 SF VA 1 4 1 1 1 8 70 TIDAK TUNTAS
24 SA VA 2 4 2 1 1 9 75 TUNTAS
25 WN VA 3 2 1 2 1 9 75 TUNTAS
JUMLAH 1.56 2.4
8
1.36 1.4 1 7.8 66.6
RATA-RATA 1.56 2.4
8
1.36 1.4 1 7.8 66.6
NILAI PRE-TEST KELAS EKSPERIMEN
NO RESPONDEN KELAS NO.SOAL JUMLAH NILA
I
KETUNTASAN
1 2 3 4 5
1 AD VB 2 1 3 3 1 10 80 TUNTAS
2 ASS VB 1 1 1 2 4 9 75 TUNTAS
3 ARTP VB 3 3 3 1 1 11 80 TUNTAS
4 AR VB 2 4 3 1 1 11 80 TUNTAS
5 DP VB 3 3 3 1 1 11 80 TUNTUS
6 ETL VB 1 2 2 1 1 7 50 TIDAK TUNTAS
7 MR VB 2 2 3 1 1 9 75 TUNTAS
8 MD VB 1 1 1 2 4 9 75 TUNTAS
9 MR VB 1 1 1 1 4 8 60 TIDAK TUNTAS
10 MA VB 1 1 1 3 1 7 50 TIDAK TUNTAS
11 NA VB 3 4 3 4 1 15 85 TUNTAS
12 NK VB 3 4 3 3 1 14 85 TUNTAS
13 NAR VB 1 2 2 1 1 7 50 TIDAK TUNTAS
14 NARZ VB 3 4 3 3 1 14 85 TUNTAS
15 NAT VB 3 4 3 4 1 15 85 TUNTAS
16 PR VB 3 3 3 1 1 11 80 TUNTAS
17 RS VB 1 2 3 1 1 8 60 TIDAK TUNTAS
18 RR VB 2 1 1 1 4 9 75 TUNTAS
19 SN VB 2 2 3 1 1 9 75 TUNTAS
20 SRN VB 1 2 2 1 1 7 50 TIDAK TUNTAS
21 SH VB 1 1 2 2 1 7 50 TIDAK TUNTAS
22 SY VB 2 2 3 1 1 9 75 TUNTAS
23 ST VB 2 4 3 1 1 11 80 TUNTAS
24 IAS VB 1 3 2 1 1 8 60 TIDAK TUNTAS
JUMLAH 33 43 42 32 27 2.36 1700
RATA-RATA 1.8
8
2.3
8
2.38 1.71 1.5 9.83 70.83
NILAI POSTTEST KELAS KONTROL
No RESPONDEN KEL
AS
SOAL JUMLAH NILA
I
KETUNTASAN
1 2 3 4 5
1 AF VA 4 4 4 2 1 15 80 TUNTAS
2 AMH VA 4 4 2 2 1 13 70 TUNTAS
3 AH VA 4 4 4 2 2 14 75 TUNTAS
4 AB VA 4 4 2 1 4 15 80 TUNTAS
5 AFR VA 4 4 1 1 2 12 60 TIDAK TUNTAS
6 AD VA 4 1 4 1 1 10 65 TIDAK TUNTAS
7 HKS VA 4 1 4 1 1 11 65 TIDAK TUNTAS
8 IS VA 1 4 1 1 3 10 60 TIDAK TUNTAS
9 IR VA 4 4 1 1 1 11 60 TIDAK TUNTAS
10 ISA VA 4 4 3 2 4 17 95 TUNTAS
11 JAK VA 4 4 1 3 4 16 95 TUNTAS
12 MRA VA 4 4 3 3 1 15 80 TUNTAS
13 MY VA 4 4 1 2 1 12 70 TUNTAS
14 MH VA 4 4 3 2 2 15 80 TUNTAS
15 MS VA 4 4 1 2 2 13 75 TUNTAS
16 NA VA 4 4 3 3 1 15 90 TUNTAS
17 NH VA 4 4 1 3 3 15 90 TUNTAS
18 NS VA 4 4 1 3 4 16 95 TUNTAS
19 NAF VA 4 4 1 3 2 14 75 TUNTAS
20 RNI VA 4 1 1 2 2 10 60 TIDAK TUNTAS
21 TAR VA 4 4 1 1 2 12 70 TUNTAS
22 SM VA 4 4 4 2 2 16 95 TUNTAS
23 SF VA 4 4 1 1 1 11 60 TIDAK TUNTAS
24 SA VA 4 4 1 3 2 14 75 TUNTAS
25 WN VA 4 4 4 2 2 16 95 TUNTAS
JUMLAH 3.8
8
3.64 1.92 2 2.0
8
13.52 76.8
RATA-RATA 3.8
8
3.64 1.92 2 2`0
8
13.52 76.8
NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
NO RESPONDEN KELAS NO.SOAL JUMLAH NILA
I
KETUNTASAN
1 2 3 4 5
1 AD VB 3 4 1 3 3 14 85 TUNTAS
2 ASS VB 4 4 1 3 1 13 80 TUNTAS
3 ARTP VB 1 4 1 3 4 13 80 TUNTAS
4 AR VB 4 4 4 1 1 14 75 TUNTAS
5 DP VB 1 3 1 2 2 11 65 TIDAK TUNTUS
6 ETL VB 4 4 4 4 3 19 95 TUNTAS
7 MR VB 4 4 4 3 3 18 95 TUNTAS
8 MD VB 4 4 1 1 1 11 65 TIDAK TUNTAS
9 MR VB 4 4 4 1 1 14 75 TUNTAS
10 MA VB 4 4 4 4 3 19 95 TUNTAS
11 NA VB 2 4 1 1 3 11 65 TIDAK TUNTAS
12 NK VB 4 4 3 4 4 19 95 TUNTAS
13 NAR VB 4 3 2 2 1 12 70 TUNTAS
14 NARZ VB 1 4 1 3 4 13 80 TUNTAS
15 NAT VB 4 4 1 4 4 17 85 TUNTAS
16 PR VB 2 3 1 4 14 75 TUNTAS
17 RS VB 4 3 1 1 3 12 70 TUNTAS
18 RR VB 1 4 2 2 3 12 70 TUNTAS
19 SN VB 3 2 2 3 3 13 70 TUNTAS
20 SRN VB 3 4 1 3 4 15 80 TUNTAS
21 SH VB 1 4 2 4 3 15 80 TUNTAS
22 SY VB 1 4 2 4 3 14 75 TUNTAS
23 ST VB 4 4 1 3 3 15 80 TUNTAS
24 IAS VB 3 3 2 1 4 13 80 TUNTAS
JUMLAH 3.0
4
3.7
1
1.96 2.54 2.9
6
14.2083 78.54
167
RATA-RATA 3.0
4
3.7
1
1.96 2.54 2.9
6
14.2083 78.54
167
RIWAYAT HIDUP
DARNIATI, lahir di Bapenu Kabupaten Pulau
Taliabu tanggal 27 Juli 1997 yang merupakan anak ke
tiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan La
adu dan Amria. Pendidikan formal di mulai dari SD
Negeri 1 Bapenu tahun 2002 dan tamat tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP
Negeri 3 Taliabu Selatan dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Taliabu Utara dan tamat pada tahun
2014. Pada tahun 2014 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar dan terdaftar pada jurusan
Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Sastra 1 (S1) kependidikan. Pada tahun 2019, penulis menyelesaikan studi
dengan menyusun karya ilmia yang berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Budaya Tudang Sipulung Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Murid Pada
Materi IPA Konsep Adaptasi Makhluk Hidup Kelas V SD Inpres Bontomanai
Kota Makassar .”