Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 10
Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan
Lepas Sapih New Zealand White (NZW)
Syamsu Bahar, N. Risris Sudolar dan Erna P. Astuti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta
Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta Selatan - 12540
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pakan menjadi faktor penunjang
optimalisasi produksi ternak kelinci yang
perlu diperhitungkan dalam agribisnis
ternak kelinci yang efisien dan
menguntungkan. Kajian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian pakan
hijauan terhadap pertambahan bobot
kelinci jantan lepas sapih New Zealand
White (NZW). Pengkajian dilakukan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jakarta. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan
pemberian empat jenis pakan hijauan dan
lima ulangan. Sebanyak 20 ekor ternak
kelinci jantan lepas sapih ditempatkan
pada kandang individu dan diberikan
pakan sesuai perlakuan. Pemberian
perlakuan pakan hijauan yang dikaji yaitu
T1= daun katuk, T2= daun trichantera,
T3= daun nangka dan T4= daun lamtoro.
Pakan hijauan yang diberikan masing-
masing sesuai perlakuan sebanyak 100
g/ekor/hari pada sore hari, sedangkan
pada pagi hari diberikan pakan pellet
tetapi bukan sebagai perlakuan. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa
pertambahan bobot kelinci dalam periode
60 hari pada perlakuan pemberian daun
trichantera dan daun lamtoro
menunjukkan perbedaan nyata dibanding
perlakuan pemberian daun katuk dan
daun nangka. Pada perlakuan pemberian
daun trichantera pertambahan bobot
kelinci sebesar 1.019 ± 12,2 g/ekor, pada
pemberian daun lamtoro sebesar 1.031 ±
13,4 g/ekor, pemberian daun katuk
sebesar 847 ± 11,0 g/ekor dan pada
perlakuan pemberian daun nangka
sebesar 551 ± 14,3 g/ekor. Pakan hijauan
daun lamtoro dan daun trichantera sangat
disukai ternak kelinci dan nilai gizinya
yang tinggi dapat memperbaiki
performans kelinci.
Kata kunci: Pakan hijauan, Kelinci,
Pertambahan bobot
ABSTRACT
Feed become a supporting factors to
optimize rabbit production that need to be
taken into account for efficient and
profitable rabbit agribusiness. The study
was aimed to determine the effect of
forage to the weaning weight gain of
young male New Zealand White rabbits
(NZW). The study was conducted at
Jakarta Assessment Institute for
Agricultural Technology. The
experimental design used was a
Completely Randomized Design (CRD)
with the treatment of four types of forage
and five replications. A total of 20 rabbits
after weaning were placed on individual
cage and feed was given according to the
treatment. Forage feeding was tried
namely T1 = Katuk leaves, T2 =
Trichantera leaves, T3 = Jackfruit leaves
and T4 = Lamtoro leaves. Each forages
feed were given as tretament as much as
100 g/head/day in the afternoon, while in
the morning, the rabbit was given pellet
feed but not as the treatment. The results
of the study showed that the weight gain
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 11
of rabbits over a 60 day period on the
treatment of trichantera leaves and
lamtoro leaves showed significant
differences compared to the treatment of
katuk leaves and jackfruit leaves. On the
treatment of Ttrichantera leaves, the
weight gain of rabbits was 1,019 ± 12.2
g/head, on the lamtoro leaf treatment was
1,031 ± 13.4 g/head, on the katuk leaves
treatment was 847 ± 11.0 g/head,
whereas on the jackfruit leaves treatment
was 551 ± 14.3 g/head. The forage feed
of Lamtoro and Trichantera leaves were
highly favored by rabbits and their high
nutritional value may improve rabbit
performance.
Keywords: Forage feed, Rabbit, Weight
gain
PENDAHULUAN
udidaya kelinci dapat
dilakukan di wilayah
perdesaan maupun di wilayah
perkotaan seperti di DKI Jakarta.
Menurut Kartadisastra (2001) produk
yang dihasilkan dari pemeliharaan kelinci
adalah hewan hias dan hewan pedaging.
Raharjo (2012) mengemukakan bahwa
kelinci adalah ternak herbivora yang
mengkonsumsi pakan berupa hijauan dan
dapat tumbuh serta berkembang biak
cukup cepat. Produktivitas kelinci
pedaging ditentukan oleh beberapa
faktor, salah satu yang dominan adalah
faktor pakan.
Optimalisasi produksi ternak kelinci
dapat menunjang agribisnis ternak kelinci
yang efisien dan menguntungkan.
Komponen teknologi pakan merupakan
salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha pemeliharaan ternak
kelinci, sebab pakan menjadi unsur yang
mendukung keberlangsungan hidup
ternak. Pakan ternak kelinci dapat berupa
pakan komplit berbentuk pellet dan
berupa pakan hijauan dari berbagai
sumber hijauan khusus untuk pakan.
Sampai saat ini perkembangan
ternak kelinci terkendala oleh rendahnya
ketersediaan dan mutu bibit yang
berakibat pada menurunnya produktivitas
dan mutu produk, mortalitas anak saat
laktasi dan saat lepas sapih yang tinggi,
dan harga pakan yang tinggi untuk
pemeliharaan intensif (Brahmantiyo dan
Raharjo, 2011). Berbagai jenis kelinci
dapat dikembangkan termasuk Kelinci
New Zealand White yang telah
beradaptasi di Indonesia (Brahmantiyo,
et al. 2017). Adanya pengaruh rumpun
pada produktivitas karkas kelinci terdapat
pada rumpun kelinci New Zealand White
(NZW) dan Californian (Baiomy and
Hassanien, 2011; Wang et al., 2016).
Menurut Maertens dan Gidenne
(2016) pakan memegang peran terbesar
dalam produksi ternak, karena hampir
70% dari total biaya investasi adalah
pakan. Menurut Murtisari (2005), 72,6 %
dari biaya produksi adalah untuk biaya
pakan. Oleh karena itu efisiensi pakan
menjadi kunci keberlangsungan usaha
peternakan yang dijabarkan dalam rasio
konversi pakan (feed conversion ratio).
Beberapa hasil penelitian tentang
pengaruh pakan terhadap produktivitas
kelinci telah dilaporkan oleh Raharjo
(2005), Muslih et al. (2005), Sri Lestari
et al. (2005), dan Setiadi et al. (2014).
Dari aspek finansial, Widagdho
(2008) mengemukakan bahwa usaha
ternak kelinci yang prospektif adalah
usaha budidaya anakan kelinci dan
penjualan kelinci pedaging sebagai
B
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 12
pengembangan usaha peternakan kelinci.
Usaha ternak kelinci sangat prospektif
dan menguntungkan dengan parameter
kelayakan B/C rasio 2,36 (Prasetyo dan
Herawati, 2006).
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jakarta melakukan pengkajian
pengaruh empat jenis pakan hijauan
terhadap pertambahan bobot kelinci lepas
sapih New Zealand White (NZW).
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di kandang
kelinci Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jakarta mulai Mei sampai
dengan Juli 2019. Ternak kelinci
ditempatkan pada kandang individu dan
diberikan pakan sesuai perlakuan. Dua
puluh ternak kelinci dibagi ke dalam
empat perlakuan pakan hijauan yang
dicobakan yaitu pemberian daun katuk,
daun trichantera, daun nangka, dan daun
lamtoro. Perlakuan pakan hijauan
diberikan pada sore hari sebanyak 100
g/ekor/hari, sedangkan pada pagi hari
semua ternak kelinci diberikan pakan
pellet, tetapi pemberian pakan pellet
bukan sebagai perlakuan, namun sebagai
pakan penguat untuk penambah tenaga
dan gizi, sebagaimana dikemukakan oleh
Raharjo (2012) bahwa pakan hijauan
perlu ditambah dengan pakan penguat.
Semua pakan hijauan yang akan
diberikan dalam keadaan yang sudah layu
agar tidak memberikan efek kembung
pada kelinci. Masing-masing pakan
dicacah menggunakan pisau tajam
dengan hasil cacahan sekitar 2-3 cm.
Pakan hijauan diberikan setiap hari
selama 60 hari. Untuk mendapatkan data
bobot kelinci, maka sebelum perlakuan
pemberian pakan, kelinci ditimbang
terlebih dahulu untuk mendapatkan bobot
awal, kemudian ditimbang pada hari ke-
10, hari ke-20, hari ke-30 dan hari ke-60.
Nilai pertambahan bobot kelinci adalah
nilai dari pengurangan antara bobot akhir
dikurangi dengan bobot awal.
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) pola searah dengan empat
perlakuan, setiap perlakuan diulang
sebanyak lima kali dan setiap ulangan
terdiri dari satu kelinci sehingga jumlah
total kelinci yang digunakan sebanyak 20
ekor. Susunan perlakuan pemberian
pakan hijauan masing-masing 100
g/ekor/hari adalah :
T1 : daun katuk
T2 : daun trichantera
T3 : daun nangka
T4 : daun lamtoro
Peubah yang diukur adalah
konsumsi pakan (feed intake),
pertambahan bobot (weight gain) dan
rasio konversi pakan (feed conversion
ratio). Data dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam
(analysis of variance). Bila terdapat
perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut
menggunakan uji jarak berganda
Duncan’s (Duncan’s multiple range test)
atau disingkat DMRT (Steel dan Torrie,
1991; La Daha, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan gizi pakan hijauan
Sebelum aplikasi perlakuan, semua
bahan pakan hijauan dianalisa kandungan
gizinya. Kandungan gizi ke empat jenis
pakan hijauan yang digunakan sebagai
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 13
perlakuan yang merupakan hasil analisa
proksimat disajikan pada Tabel 1. Sampel
yang dianalisa dalam kondisi kering
dengan kadar air sampel yang dianalisa
berkisar 5,18 – 8,48%. Hasil analisa
menunjukkan kandungan protein berkisar
15,75 – 30,55%. Pemberian pakan
dengan kandungan protein tinggi mutlak
dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas kelinci, sebaliknya jika
serat kasarnya terlalu tinggi maka tidak
meningkatkan produktivitas (Ghafur,
2009).
Tabel 1. Hasil analisa proksimat kandungan gizi pakan hijauan
Pakan hijauan K. Air
g/100g
Protein
g/100g
Lemak
g/100g
GE
Kcal/kg
SK
g/100g
Abu
g/100g
Ca
g/100g
P
g/100g
Daun katuk 6,56 24,73 7,51 4181 12,84 11,86 1,47 0,68
Daun trichantera 5,18 21,96 4,54 3619 12,39 22,88 8,10 0,25
Daun nangka 7,87 15,75 5,44 4079 16,95 12,18 1,27 0,15
Daun lamtoro 8,48 30,55 5,03 4285 14,97 6,59 1,00 0,19
Keterangan: Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dikirim ke Lab. Balitnak Ciawi-Bogor
GE= Gross Energi, SK= Serat kasar, Ca= Calcium, P= Phosphor
Pertambahan bobot kelinci
Pertumbuhan kelinci diamati
dengan mengukur pertambahan bobot
hidup atau pertambahan bobot badan.
Pada perlakuan daun trichantera dan
daun lamtoro menunjukkan perbedaan
yang nyata dibanding perlakuan daun
katuk dan daun nangka. Pada perlakuan
daun trichantera, pertambahan bobot
badan kelinci sebesar 1.019 ± 12,2
g/ekor, pada perlakuan daun lamtoro
sebesar 1.031 ± 13,4 g/ekor, pada
perlakuan daun katuk sebesar 847 ± 11,0
g/ekor, dan pada perlakuan daun nangka
sebesar 551 ± 14,3 g/ekor dalam periode
pengamatan yang sama yaitu 60 hari atau
sekitar dua bulan (Tabel 2).
Pemberian pakan hijauan tidak
hanya dalam bentuk segar namun dapat
pula diberikan dalam bentuk kering atau
tepung. Menurut Marhaeniyanto dan
Susanti (2017) bahwa penggunaan tepung
daun sebanyak 10 sampai 30% dalam
pakan konsentrat hijau terbukti
menghasilkan PBB dan PBBH lebih
tinggi dibandingkan pakan konsentrat
tanpa penggunaan tepung daun.
Marhaeniyanto et al (2015)
menambahkan bahwa hijauan daun kelor
juga dapat dijadikan sebagai pakan
hijauan untuk kelinci. Menurut Qisthon
(2017) bahwa faktor imbangan hijauan-
konsentrat berpengaruh pada konsumsi
ransum kelinci jantan lokal.
Pengamatan visual tampak bahwa
pakan hijauan daun trichantera dan daun
lamtoro paling disukai, sedangkan dua
jenis pakan hijauan lainnya kurang
disukai. Kesukaan kelinci terhadap daun
trichantera dan daun lamtoro berdampak
pada pertambahan bobot kelinci yang
nyata (P < 0,05), dibanding perlakuan
daun katuk dan daun nangka.
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 14
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pemberian pakan hijauan terhadap pertambahan bobot
kelinci jantan lepas sapih NZW dalam 60 hari Perlakuan pakan
hijauan
Bobot awal
(g/ekor)
Bobot akhir
(g/ekor)
Pertambahan bobot
(g/ekor)
Daun katuk
Daun trichantera
Daun nangka
Daun lamtoro
775 ± 26,9
514 ± 30,2
856 ± 31,0
414 ± 21,1
1.622 ± 23,2
1.532 ± 16,2
1.407 ± 16,7
1.445 ± 18,3
847 ± 11,0 b
1.019 ± 12,2 c
551 ± 14,3 a
1.031 ± 13,4 c
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti superscrift huruf berbeda, menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05) Uji DMRT
Pengaruh masing-masing jenis
pakan hijauan terhadap pertambahan
bobot kelinci ditunjukkan dalam bentuk
grafik dan persamaan regresi linier serta
nilai koefisien R2
(Gambar 1, 2, 3, dan 4).
Pada persamaan regresi yang nilai
koefisien R2 mendekati nilai 1
menunjukkan pengaruh yang lebih nyata.
Gambar 1. Grafik pengaruh pakan daun katuk
terhadap pertambahan bobot kelinci
jantan lepas sapih per 2 minggu
dalam pengamatan selama 60 hari
Gambar 2. Grafik pengaruh pakan daun
trichantera terhadap pertambahan
bobot kelinci jantan lepas sapih per
2 minggu selama pengamatan dalam
60 hari
Gambar 3. Grafik pengaruh pakan daun nangka
terhadap pertambahan bobot kelinci
jantan lepas sapih per 2 minggu
selama pengamatan dalam 60 hari
Gambar 4. Grafik pengaruh pakan daun lamtoro
terhadap pertambahan bobot kelinci
jantan lepas sapih per 2 minggu
selama pengamatan dalam 60 hari
y = 287.8x + 357 R² = 0.8718
0
500
1000
1500
2000
0 1 2 3 4 5
Bo
bo
t ke
linci
(g)
Umur per 2 minggu
Pakan daun katuk
y = 345.5x + 19 R² = 0.8813
0
500
1000
1500
2000
0 2 4 6
Bo
bo
t ke
linci
(g)
Umur per 2 minggu
Pakan daun trichantera
y = 187.5x + 562 R² = 0.8099
0
500
1000
1500
0 2 4 6 Bo
bo
t ke
linci
(g)
Umur per 2 minggu
Pakan daun nangka
y = 332.8x + 22 R² = 0.9517
0
500
1000
1500
2000
-1 1 3 5 Bo
bo
t ke
linci
(g)
Umur per 2 minggu
Pakan daun lamtoro
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 15
Koversi pakan
Konversi pakan atau rasio koversi
pakan (feed conversion ratio) adalah
perbandingan antara jumlah konsumsi
pakan harian (feed intake) dengan
pertambahan bobot hidup harian. Nilai
konversi pakan merupakan suatu
indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi penggunaan
pakan oleh ternak. Semakin kecil nilai
konversi pakan, berarti semakin efisien
ternak tersebut menggunakan pakan
untuk pertumbuhannya.
Konversi pakan menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05) antara
perlakuan pemberian pakan daun
trichantera dan daun lamtoro terhadap
perlakuan pemberian pakan daun katuk
dan daun nangka. Pada perlakuan pakan
daun trichantera menunjukkan konversi
pakan sebesar 5,88 dan pakan daun
Lamtoro sebesar 5,81. Nilai konversi
pakan daun trichantera dan lamtoro jauh
lebih kecil dibandingkan perlakuan pakan
daun katuk dan daun nangka. Hal ini
berarti bahwa perlakuan pakan daun
trichantera dan daun lamtoro lebih efisien
dibanding pakan daun katuk dan daun
nangka dalam hal pemanfaatan pakan.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan pemberian pakan hijauan terhadap pertambahan bobot
kelinci jantan lepas sapih dan konversi pakan
Perlakuan pakan
hijauan
Rataan konsumsi
pakan (g/ekor)
Rataan PBBH*
(g/ekor/hari)
Nilai konversi
pakan
Daun katuk
Daun trichantera
Daun nangka
Daun lamtoro
100
100
100
100
14,1 ± 1,69
17,0 ± 1,88
9,2 ± 1,25
17,2 ± 1,78
7,09 b
5,88 c
10,87 a
5,81 c
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti superscrift huruf berbeda, menunjukkan perbedaan yang
nyata (P < 0,05) Uji DMRT
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian dapat
disimpulkan bahwa pemberian pakan
hijauan daun trichantera dan daun
lamtoro secara nyata meningkatkan bobot
kelinci jantan lepas sapih New Zealand
White (NZW).
DAFTAR PUSTAKA
Baiomy, A.A and H.H.M. Hassanien.
2011. Effect of breed and sex on
carcass characteristics and meat
chemical composition of new zealand
white and californian rabbits under
upper Egyptian environment. Egypt
Poult Sci. 31:275-284.
Brahmantiyo B, H. Nuraini, D,
Rahmadiansyah D. 2017.
Produktivitas Karkas Kelinci Hyla,
Hycole dan New Zealand White.
Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. DOI:
http://dx.doi.org/10.14334/Pros.Semn
as.TPV-2017-p.616-626
Brahmantiyo, B. dan Y.C. Raharjo. 2011.
Peningkatan Produktivitas Kelinci
Rex, Satin dan Persilangannya
melalui Seleksi. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner. Pusat Penelitian dan
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 16
Pengembangan Peternakan.Vol. 16
No.4 Hal. 243-252.
Ghafur, M. A. 2009. Nilai Kecernaan In
Vitro Ransum Kelinci New Zealand
White Jantan yang menggunakan
Bagasse Fermentasi. Skripsi. Program
Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kartadisastra, H.R. 2001. Beternak
Kelinci Unggul. Kanisius.
Yogyakarta.
La Daha. 2011. Rancangan Percobaan
untuk Bidang Biologi dan Pertanian.
Teori dan Aplikasinya. Masagena
Press. Makassar.
Maertens, L. and T. Gidenne (2016).
Feed efficiency in rabbit production:
Nutritional, technico-economical and
environmental aspects. Proceedings
of the 11th
World Rabbits Congress.
Qingdao China, June 15-18, 2016.
Organized by World Rabbits Science
Association and Chinese Association
of Animal Science and Veterinary
Medicine. Chaoyang district Beijing.
p. 131-151.
Marhaeniyanto, E dan S. Susanti. 2017.
Penggunaan Konsentrat hijau untuk
Meningkatkan Produksi Ternak
Kelinci New Zealand White. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1): 28-39
ISSN: 0852-3681 E-ISSN: 2443-0765
Available online at http://jiip.ub.ac.id/
DOI:
10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 28
Marhaeniyanto, E., S. Rusmiwari, dan S.
Susanti. 2015. Pemanfaatan Daun
Kelor Untuk Meningkatkan Produksi
Ternak Kelinci New Zealand White.
Buana Sains Vol. 15 No. 2: 119-126.
Murtisari, T. 2005. Pemanfaatan limbah
pertanian sebagai pakan untuk
menunjang agribisnis kelinci.
Prosiding Seminar Lokakarya
Nasional Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Kelinci.
Bandung, 30 September 2005.
Puslitbang Peternakan Badan Litbang
Pertanian dan Fapet Universitas
Padjadjaran. Hal. 41-54. ISBN: 979-
8308-53-0.
Muslih, D., I. W. Pasek, Rossuartini dan
B. Brahmantiyo. 2005. Tatalaksana
pemberian pakan untuk menunjang
agribisnis ternak kelinci. Prosiding
Lokakarya Nasional Potensi dan
Peluang Pengembangan Usaha
Kelinci. Bandung 30 September
2005. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor dan
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Hal.61-65. ISBN: 979-
8308-53-0.
Prasetyo, A dan T. Herawati. 2006.
Pengaruh Komposisi Pakan terhadap
Pertambahan Bobot pada Kelinci
Bunting (New Zealand) di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang.
Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner
2006. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Qisthon, A. 2012. Pengaruh Imbangan
Hijauan-Konsentrat dan Waktu
Pemberian Ransum terhadap
Produktivitas Kelinci Lokal Jantan.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
Vol. 12 (2): 69-74. ISSN 1410-5020.
e-ISSN 2407-1781
Raharjo, Y. C. 2012. Agribisnis Kelinci
Skala Mikro, Kecil dan Menengah
dalam Integrasi dengan Hortikultura
untuk Penanggulangan Gizi
Buruk/Ketahanan Pangan, Tambahan
Pendapatan dan Pemberdayaan
Tenaga Kerja. Balai Penelitian
Ternak, Ciawi – Bogor.
Raharjo, Y. C. 2005. Prospek, peluang
dan tantangan agribisnis ternak
kelinci.Prosiding Lokakarya Nasional
Potensi dan Peluang Pengembangan
Usaha Kelinci. Bandung 30
September 2005. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor dan
Fakultas Peternakan Universitas
Syamsu Bahar et al.: Pengaruh Pemberian Pakan Hijauan terhadap Pertambahan Bobot Kelinci Jantan Lepas
Sapih New Zealand White (NZW)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 17
Padjadjaran. Hal. 6-15. ISBN: 979-
8308-53-0.
Setiadi, M. A., L. Khotijah., D. Marina.,
D. M. Hersade, L. Abdullah. 2014.
Peran Indigofera terhadap kualitas
spermatozoa kelinci dan domba.
Bunga Rampai Hasil Riset dan
Pengembangan Indigofera
zollingeriana. h.126-131. Makaira
Printing Plus. Bogor. v+148 hlm.
Cetakan pertama Oktober 2014.
ISBN.978-602-18963-8-9.
Sri Lestari, C. M., H. I. Wahyuni, L.
Susandari. 2005. Budidaya Kelinci
Menggunakan Pakan Limbah Industri
Pertanian dan Bahan Pakan
Inkonvensional. Lokakarya Nasional
Potensi dan Peluang Pengembangan
Usaha Agribisnis Kelinci. Prosiding
Seminar Lokakarya Nasional Potensi
dan Peluang Pengembangan Usaha
Kelinci. Bandung, 30 September
2005. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor dan
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Hal. 55-60. ISBN: 979-
8308-53-0.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991.
Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. (terjemahan
oleh B. Sumantri). PT Gramedia
Jakarta.
Wang J, Su Y, Mauricio A, Elzo, Jia X,
Chen S, Lai S. 2016. Comparison of
carcass and meat quality traits among
three rabbit breeds. Korean J Food
Sci An. 36:84-89.
Widagdho, N. D. 2008. Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci
Asep’s Rabbit Project, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.