PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
PERENCANAAN PAJAK, DAN BONUS PLAN TERHADAP PRAKTIK
MANAJEMEN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
ARFAN ZUHDI
NIM : 1110046100128
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
ABSTRAK
Arfan Zuhdi NIM 1110046100128 “PENGARUH PENERAPAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE, PERENCANAAN PAJAK, DAN BONUS PLAN
TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA”. Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
1438/2017.
Permasalahan kepentingan dalam pelaporan tentang keuangan suatu
perusahaan menyebabkan permasalahan kepentingan yang disebut agency theory.
Yaitu perbedaan kepentingan antara stake holder dan manajemen perusahan.
Perbedaan kepentingan inilah yang memicu terjadinya manajemen laba pada suatu
perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan manajemen. Good
corporate governance ada sebagai kontrol untuk manjamin kualitas dari laporan
keuangan bank. Selain itu, perencanaan pajak dan bonus plan juga memengaruhi
praktik manajemen laba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh penerapan GCG, penerapan pajak, dan bonus plan terhadap manajemen
laba pada perbankan syariah di Indonesia tahun 2011-2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Jenis penelitian adalah
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
Hasil penelitian ini adalah penerapan pajak tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan Good Corporate
Governance dan bonus plan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik
manajemen laba. Tetapi ketiga variabel tersebut secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap praktik manajemen laba di Indonesia tahun
2011-2015
Kata Kunci : Manajemen Laba, Good Corporate Governance, Pajak, Bonus Plan
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada segenap umat manusia dan semoga kita selalu
dalam lindungan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Besar Muhammad SAW, semoga kita dilimpahkan syafaat darinya di Hari Akhir
nanti. Alhamdulillah, penelitian yang berjudul PENGARUH PENERAPAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERENCANAAN PAJAK, DAN
BONUS PLAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA telah dapat penulis selesaikan.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater, dan pihak-
pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Sebagai bentuk
penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasi kepada :
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A selaku Ketua Program Studi Muamalat yang telah
memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE. Selaku Ketua Program Studi Perbankan
Syariah yang telah memberikan arahan dalam peelitian skripsi penulis.
5. Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang
telah banyak membantu dalam hal akademik terkait penyelesaian studi
penulis.
6. Ibu Rr. Tini Anggraini, S.T., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang tak hanya
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini
vi
terselesaikan dengan baik, tapi juga kepedulian yang tinggi kepada penulis.
7. Segenap dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis.
8. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas
penyediaan literatur dalam penulisan skripsi ini.
9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Drs. H. A. Marzuki, Ibunda Hj.
Chodidjah serta kakak-kakak dan adik tersayang yang tak lelah memberikan
motivasi, dukungan, dan doa yang tak henti bagi penulis.
10. Shafi Mawaddah, yang tak lelah membeikan motivasi, semangat, kasih
sayang, dan cintanya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.
11. Keluarga Besar Perbankan Syariah 2010, khususnya teman-teman
seperjuangan Fadli, Abell, Fahmi, Abdan, Robi, Nur Ali, Fajry, Nadi dan
masih banyak yang lainnya yang tidak mampu penulis sebutkan satu per satu,
terimakasih atas persahabatan yang berharga ini dan semoga persahabatan ini
tetap terjaga selamanya, juga terimakasih atas canda tawa yang hadir selama
ini, dan terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya.
12. Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan
pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kekurangan, besar harapan penulis
agar skripsi ini mampu memberikan manfaat serta pengetahuan bagi penulis
pribadi dan para pembaca lainnya. Semoga Allah senantiasa membimbing dan
memberikan petunjuk dalam setiap langkah.
Jakarta, 7 Juni 2017
Penulis
Arfan Zuhdi
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHLUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12
A. Kerangka konseptual .............................................................................. 12
1. Teori Keagenan (Agency Theory).................................................... 12
2. Manajemen Laba ............................................................................. 14
3. Good Corporate Govewrnance ....................................................... 19
4. Perencanaan Pajak ........................................................................... 26
5. Bonus Plan ....................................................................................... 28
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 31
C. Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 32
D. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 34
E. Hipotesis ................................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 37
viii
B. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 37
C. Jenis Penelitian ....................................................................................... 37
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 38
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 39
G. Variabel Penelitian ................................................................................ 52
1. Variabel Independen (X) ................................................................. 52
2. Variabel Dependen (Y) .................................................................... 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 58
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 58
B. Praktik Manajemen Laba pada Bank Umum Syariah di Indonesia ........ 60
C. Uji Stasioner ........................................................................................... 65
D. Pengujian Model Regresi Data Panel .................................................... 66
1. Uji Chow ............................................................................................ 66
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel ...................... 67
F. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 78
A. Kesimpulan ............................................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
ix
DAFTAR TABEL
TABEL NILAI KOMPOSIT GCG .................................................................... 54
TABEL MANAJEMEN LABA TAHUN 2011 .................................................. 60
TABEL MANAJEMEN LABA TAHUN 2012 .................................................. 61
TABEL MANAJEMEN LABA TAHUN 2013 .................................................. 62
TABEL MANAJEMEN LABA TAHUN 2014 .................................................. 63
TABEL MANAJEMEN LABA TAHUN 2015 .................................................. 64
TABEL HASIL UJI STASIONER ..................................................................... 65
TABEL HASIL UJI CHOW ............................................................................... 67
TABEL HASIL UJI T .......................................................................................... 68
TABEL HASIL F ................................................................................................. 70
TABEL HASIL KOEFISIEN DETERMINASI ................................................ 72
TABEL MODEL REGRESI ............................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Investasi atau yang sering disebut menanamkan modal adalah
kegiatan para penanam modal atau investor untuk mendapatkan akumulasi
keuntungan di masa yang akan datang. Kegiatan investasi merupakan
kegiatan yang penuh dengan risiko. Jika salah dalam memilih perusahaan,
bukan tidak mungkin bukan keuntungan yang kita dapatkan, malah rugi.
Oleh sebab itu, Investor harus teliti dan cermat dalam menganalisis track
record dari perusahaan yang akan dijadikan tempat untuk menanam
modal. Laba merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tindakan
para calon investor dalam memilih tempat di mana ia akan
menginvestasikan modal. Tentunya semua berpikir jika perusahaan
menghasilkan laba yang selalu naik dari satu periode ke periode
selanjutnya adalah perusahaan yang layak dijadikan tempat untuk
menanamkan modal.
Untuk dapat menarik para calon investor, diperlukan sebuah usaha
yang dapat menarik. Salah satunya dengan cara pencitraan. Namun
terkadang pencitraan berkonotasi dengan hal-hal yang negatif. Contohnya
dengan memutar balikkan fakta yang terjadi di lapangan. Tidak jarang,
perusahaan melakukan segala cara bahkan menghalalkan segala cara agar
hal tersebut tercapai, salah satunya dengan memanipulasi informasi laba
yang ada pada laporan keuangan.
2
Menurut Nuryaman, informasi laba sering menjadi target rekayasa
melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimalkan
kepuasannya. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih
kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau
diturunkan sesuai keinginannya. Untuk mengatur informasi tentang laba
tersebut, laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan
keuangan yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi
laba yang bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan untuk
mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan.1
Dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan, pihak manajemen
bukan merupakan pemilik dari perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini
akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan
pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak
sesuai dengan keinginan para pemilik.
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut
dengan konflik keagenan yang dapat menimbulkan agency problems
antara pemilik dan manajer. Pemilik perusahaan memberikan kewenangan
pada manajer untuk mengelola perusahaan seperti mengelola dana dan
mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik.
Hal ini yang dapet menyebabkan pengelola tidak bertindak yang terbaik
untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan. Hal ini
terjadi karena manajer sebagai pengelola perusahaan lebih superior dalam
1 R. Edianto, Wahidahwati, Agus Sunaryo, Pengaruh Corporate Governance pada Praktik
Manajemen Laba: Studi pada Industri Perbankan Indonesia ( Surabaya: Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2013)
3
menguasai informasi dan lebih banyak mengetahui informasi internal serta
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik dan
pemegang saham.2 Kecenderungan tersebut membuat praktek manajemen
laba lebih sering dilakukan oleh pihak manajemen. Di mana manajemen
laba merupakan bagian dari creative accounting yang memberikan
kesempatan pada manajer untuk bertindak oportunis yaitu memperoleh
keuntungan pribadi.3
Dunia perbankan merupakan sebuah perusahaan bisnis yang
bergerak di bidang perbankan. Perbankan juga merupakan sebuah
perusahaan yang berorientasi pada keuntungan. Oleh sebab itu, tidak
menutup kemungkinan, perusahaan perbankan juga menerapkan praktik
manajemen laba agar track record perusahaan terlihat bagus. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Yana (2014) yaitu ada
beberapa perbankan yang melakukan praktik manajemen laba. Penelitian
ini mengambil sampel pada lima perbankan konvensional dan lima bank
umum syariah.
Hasil penelitian tersebut semua sampel penelitian melakukan
praktik manajemen laba. Di tahun 2010 bank konvensional, Bank Mandiri
dengan nilai akrual diskresioner sebesar -0.099116, BRI dengan nilai
akrual diskresioner -0.166626, Bank Mega dengan nilai akrual
2 Arief Ujiyantho dan Bambang Agus pramuka, Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur), (Jurnal dan Prosiding SNA – Simposium Nasional Akuntansi, 2007)
3 Etty Murwaningsari, Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ), (Media Riset Akuntansi dan Informasi 8, 2008)
4
diskresioner sebesar -0.052644, Bank Bukopin dengan nilai akrual
diskresioner sebesar -0.144882 dan Bank Panin dengan nilai akrual
diskresioner sebesar -0.137831
Sedangkan pada bank umum syariah manajemen laba juga
dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nilai akrual diskresioner
sebesar 0.363075, Bank Syariah Bukopin dengan nilai akrual diskresioner
sebesar 0.245890, Bank Mega Syariah dengan nilai akrual diskresioner -
0.193406, Bank Panin Syariah dengan nilai akrual diskresioner 2.864898,
dan Bank Muamalat Indonesia dengan nilai akrual diskresioner sebesar
0.336407.
Ada beberapa kerugian yang terpaksa harus ditanggung oleh
berbagai pihak akibat manajemen laba. Pertama, perusahaan apabila hal ini
dilakukan dalam waktu jangka panjang maka perusahaan dapat mengalami
kesulitan keuangan, bahkan bisa mengalami kebangkrutan. Kedua,
sstakeholders yang menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk
mengambil kebijakan di masa yang akan datang akan keliru. Kekeliruan
ini tentunya tidak hanya merugikan stakeholder tetapi juga harus
ditanggung oleh publik yang tidak memiliki hubungan langsung dengan
perusahaan. Praktik manajemen laba dapat mengganggu perekonomian
suatu negara. Inilah yang membuat mengapa manajemen laba menjadi
salah satu penyebab krisi ekonomi di Indonesia.
Oleh karena itu, perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu
5
mekanisme yang dapat digunakan adalah praktik Good Corporate
Governance. Good corporate governance memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan
sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Praktik good
corporate governance adalah suatu cara untuk menjamin bahwa
manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders.4
Berdasarkan pemaparan yang ada, ada persoalan mendasar tentang
praktik manajemen laba di Indonesia, khususnya di dunia perbankan
syariah di Inodonesia. Persoalan yang mendasar tersebut berkaitan dengan
keberadaan informasi objektif tentang pelaporan keuangan perbankan.
Dalam pelaporan keuangan tersebut adanya tindakan untuk memanipulasi
laba untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu laporan
keuangan menjadi tidak objektif karena apa yang terjadi sesungguhnya
berbeda dengan apa yang ditulis di laporan keuangan. Untuk itu penelitian
ini juga akan mengungkap fakta-fakta yang terjadi di dunia perbankan
mengenai manajemen laba.
Permasalahan tentang manipulasi laporan keuangan tersebut
membuat nasabah, investor, dan calon investor bisa saja dirugikan. Oleh
sebab itu, agar para pengguna laporan keuangan terpenuhi haknya untuk
mendapatkan sebuah laporan keuangan yang objektif, maka masalah ini
harus dibahas.
4 Vinola Herawaty, Peran Praktik Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari
Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan, (Universitas Trisakti, 2008)
6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wijaya dan
Martani (2011) ada faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya praktik
manajemen laba yaitu perencanaan pajak. Perencanaan pajak dilakukan
untuk menghindari besarnya tingkat nominal pajak yang harus dibayarkan
oleh pihak perusahaan kepada pemerintah.
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Yana Zuhrina
(2014), bonus plan juga dapat memengaruhi timbulnya praktik manajemen
laba. Hal ini terjadi karena keinginan pihak pengelola untuk mendapatkan
bonus yang dijanjikan oleh pemilik perusahaan apabila perusahaan
mengalami peningkatan membuat pengelola melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Salah satunya yaitu dengan cara
memilih prosedur akuntansi dalam pembuatan laporan keuangan.
Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu penulis
mengangkat judul ”Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance,
Perencanaan Pajak, dan Bonus Plan terhadap praktik Manajemen
Laba (Studi pada Perbankan Syariah di Indonesia)”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, berikut identifikasi
masalah yang dapat diuuraikan, diantaranya:
1. Adanya konflik perbedaan kepentingan antara manajemen bank
dengan stake holder yang disebut dengan konflik keagenan atau
7
agency problem. Hal ini dikarenakan pihak manajemen lebih tau
kondisi riil yang ada di lapangan sehingga manajemen bisa
menggunakan kelebihan itu untuk mencapai kepentingan pribadinya.
2. Ada gap antara teori yang menganggap bahwa konsep Good Corporate
Governance adalah konsep yang efektif untuk menghilangkan segala
fraud yang terjadi, salah satunya adalah manajemen laba. Karena
menurut Beasly (1996) Penerapan Good Corporate Goernance bisa
mengurangi penyimpangan pada pelaporan keuangan dan dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Hal ini diperkuat oleh
Sulistiyanto yang beranggapan bahwa pengawasan dan pengendalian
pengelolaan perusahaan akan menjadi penghambat bagi manajer
sebuah perusahaan untuk membuat kebijakan yang hanya
mementingkan kepentingan pribadi. Tetapi yang terjadi di lapangan
adalah meskipun perusahaan telah menerapkan Good Corporate
Governance, tetap saja masih terjadi praktik manajemen laba.
3. Kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba adalah untuk
mendapatkan bonus yang besar.
4. Selain bonus, faktor lain yang menjadi kecenderungan manajemen
melakukan praktik manajemen laba adalah untuk menghindari besaran
pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
8
C. PEMBATASAN MASALAH
Penulis membatasi penelitian ini agar lebih spesifik dan tidak
keluar dari apa yang dimaksudkan oleh penulis. Peneliti membatasi
permasalahan pada:
1. Fokus penelitian ini merupakan pengaruh penerapan Good
Corporate Governance, perencanaan pajak, dan bonus plan
terhadap praktik manajemen laba.
2. Objek penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang
ada di Indonesia
3. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan tahunan
(annual report) bank umm syariah yang termasuk di dalamnya
laporan keuangan dan laporan tata kelola perusahaan bedalam
rentang tahun 2011-2015.
D. PERUMUSAN MASALAH
Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah
penulisan penelitian ini, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah penerapan good corporate governance, perencanaan
pajak, dan bonus plan berpengaruh secara parsial terhadap praktik
manajemen laba?
9
2. Apakah penerapan good corporate governance, perencanaan
pajak, dan bonus plan berpengaruh secara simultan terhadap
praktik manajemen laba?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari penerapan good corporate
governance, perencanaan pajak, dan bonus plan terhadap praktik
manajemen laba?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan good corporate
governance, perencanaan pajak dan bonus plan berpengaruh secara
parsial terhadap praktik manajemen laba.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan good corporate
governance, perencanaan pajak, dan bonus plan berpengaruh
secara simultan terhadap praktik manajemen laba.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak yang ditimbulkan
akibat penerapan good corporate goernance, perencanaan pajak,
dan bonus plan terhadap praktik manajemen laba.
2. Manfaat Penelitian
a. Konribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah, penelitian ini
bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
10
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang good corporate
governnce dan manajemen laba dan memberikan bukti empiris
tentang pengaruh good corporate governance, perencanaan
pajak dan bonus plan terhadap manajemen laba.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai good
corporate governance, penerapan pajak, bonus plan, dan
manajemen laba.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai manajemen laba dan dan
mekanisme tata kelola perusahaan yang baik sehingga
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan
datang.
b. Kontribusi Praktif
1) Perusahaan, diharapkan dapat bermanfaaat dalam
meningkatkan mekanisme good corporate governance yang
diterapkan oleh perusahan untuk menjadi clean corporate
governance.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan skripsi ini mengacu pada “Pedoman penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta”.
11
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang
menghubungkan antara Good Corporate Governance, perencanaan pajak,
dan bonus plan terhadap Manajemen laba. Selain itu akan diuraikan pula
tentang Good Corporate Governance, pajak, bonus, Teori keagenan,
(Agency Theory), dan Manajemen laba.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, data
penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan penentuan sampel
penelitian, teknik analisis data, dan metode analisis data yang digunakan.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian,
analisis data dan hasil analisis data yang dilakukan sesuai dengan alat
analisis yang digunakan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya berikut saran.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajan
adalah hubungan atau kontak antara Principal dan agent. Principal
mempekerjakan agent untuk melakukan tugas demi kepentingan
Principal, termasuk di dalamnya pendelegasian otoritas untuk
pengambilan keputusan Principal kepada Agent.. Pada perusahaan
perbankan, Principal merupakan pemilik perusahaan, sedangkan agent
adalah CEO (Chief Excecutive Officer). Pemilik perusahaan
mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan kepentingan
Principal.5
Sedangkan Ujiyantho dan Pramuka menyatakan bahwa
teori keagenan adalah sebuah kontak antara pengelola dengan investor.
Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa konflik kepentingan antara
pengelola dan investor terjadi karena pengelola tidak selalu berbuat
sesuai dengan kepentingan investor, sehingga memicu biaya keagenan
(agency cost).6
5 Anthony dan govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen (Jakarta: Salemba Empat,
2002) 6 M. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur).(Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X, 2007)
13
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara investor
dengan pengelola menunjukkan bahwa investor sebagai pihak
penyedia fasilitas dan dana bagi perusahaan memiliki wewenang untuk
melakukan penilaian kinerja kepada pengelola perusahaan. Sedangkan
di sisi lain, pihak pengelola mempunyai kewajiban untuk mengelola
perusahaan sesuai dengan kepentingan investor dan memberikan
laporan periodik atas usaha yang dijalankannya.
Teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia
yaitu manusia pada umumnya mementingkan kepentingan diri sendiri
(self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu
menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar
manusia tersebut, pengelola sebagai manusia akan bertindak oportunis,
yaitu mengambil kesempatan yang ada untuk mendapatkan
keuntungan pribadi.
Adanya keinginan untuk memenuhi kepentingan masing-
masing dapat menimbulkan asimetri informasi di antara investor dan
pengelola. Asimetri informasi yang terjadi karena di antara pemodal
dan pengelola mendorong pengelola untuk memberikan informasi
yang tidak sebenarnya kepada pemodal.
Pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang disbanding
14
pemodal. Pengelola berkewajiban memberikan sinyal yang diberikan
dapat dilakukan melalui pengungkapan laporan keuangan.
Penilaian kinerja yang dilihat dari pembuatan laporan
keuangan akan memotivasi pengelola untuk memberikan informasi
dan melakukan rekayasa dalam laporan keuangan yang tidak
semestinya kepada pemodal. Dari hal inilah dapat menimbulkan
praktik manajemen laba karena pengelola ingin dipandang bekerja
dengan baik di hadapan pemodal.
2. Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang
disengaja dalam batas General Accepted Accounting Principle
(GAAP). Istilah manajemen laba merupakan salah satu isu yang
penting dan tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan
akuntansi, baik praktisi maupun akademisi dan menjadi salah satu
penyebab timbulnya kecurigaan terhadap integritas akuntan dan
manajer perusahaan.
Topik manajemen laba dikatakan menarik karena sering
dihubungkan dengan perilaku manajer dan para pembuat laporan
keuangan. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh
manajer atau pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan
15
keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu
manfaat dari tindakan yang dilakukan7
Menurut sugiri (1998), Definisi manajemen laba dibagi
menjadi dua, yaitu definisi sempit dan definisi luas. Dalam definisi
sempit, manajemen laba hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi dan didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain”
dengan komponen disrectionary accruals dalam menentukan besarnya
laba. Sedangkan dalam definisi luas, manajemen laba diartikan sebagai
tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang
dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
dalam jangka panjang unit tersebut8.
Menurut Fisher dan Rosenzweig dalam Sri Sulistyanto,
manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan
atau menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang
dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan keuntungan
ekonomi perusahaan jangka panjang.9
7 Luhgianto, Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corporate
Governance, (Jurnal Fokus Ekonomi, 2008). 8 Luhgianto, Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corporate
Governance, (Jurnal Fokus Ekonomi, 2008). 9 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris (Jakarta: Grasindo, 2008), h.
49
16
Sedangkan menurut Schipper, manajemen laba adalah adalah
campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan
eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.10
Dalam manajemen laba, manajer dapat mengintervensi secara
oportunistik proses pelaporan keuangan dengan memanfaatkan diskresi
dalam pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang digunakan serta
usaha-usaha untuk merekayasa suatu transaksi sehingga menyimpang
dari transaksi normal yang sesungguhnya dalam rangka mencapai
tujuan dari earning yang diinginkan11
.
Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang
disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang
diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk
memberikan informasi yang menyesatkan pengguna laporan keuangan
bagi keuntungan pihak manajemen. Manajemen laba juga dapat terjadi
karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi
yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi
keuangan privat yang dimilikinya12
.
Ada beberapa faktor yang mendorong tindakan manajer dalam
melakukan kegiatan manajemen laba. Faktor-faktor tersebut adalah
10
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 49
11 Setiadi Alim, Manajemen Laba dengan Motivasi Pajak pada Badan Usaha Manufaktur
di Indonesia, (Surabaya: Jurnal Keuangan dan Perbankan, 2009) 12
Luhgianto, Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corporate Governance, (Jurnal Fokus Ekonomi, 2008).
17
kontrak bonus, stock price effect, politik, pajak, dan penawaran saham
perdana (IPO)13
.
a. Kontrak Bonus
Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi
manajer perusaahaan. Oleh karena itu, jika manajer perusahaan
yang memperoleh laba di bawah target laba, maka akan
memanipulasi laba agar memperoleh bonus yang maksimal di
periode mendatang.
b. Stock Price Effect
Manajer melakukan manajemen laba dalam laporan
keuangan bertujuan untuk memengaruhi pasar.
c. Politik
Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari
pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan laba, untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya,
dilakukan dengan cara menurunkan laba untuk meminimalkan
tuntutan serikat buruh.
d. Pajak
Pada perioda terjadi kenaikan harga (inflasi),
penggunaan LIFO akan menghasilkan laba yang dilaporkan
lebih rendah dan pajak yang dibayarkan juga menjadi lebih
rendah. Jadi manajer perusahaan berusaha menurunkan laba
13
R. W. Scott, Financial Accounting Theory ,(Toronto: Pearson Education Canada Inc, 2003).
18
dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak yang dikenakan
perusahaan.
e. Penawaran Saham Perdana
Pada umumnya, perusahaan yang akan melakukan
penawaran saham perdana (IPO) melakukan aktifitas
manajemen laba pada periode terakhir sebelum IPO. Saat
perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam
prospektus merupakan sumber informasi yang penting dan
utama. Informasi ini dapat dipakai dengan sinyal kepada calon
investor tentang nilai perusahaan. Untuk memengaruhi calon
investor, maka manajer berusaha untuk menaikkan laba yang
dilaporkan, agar harga saham tinggi pada saat IPO.
Ada beberapa teknik-teknik dalam manajemen laba14
.
Teknik-teknik tersebut adalah:
a. Memanfaatkan peluang atau memainkan kebijakan untuk
membuat estimasi akuntansi.
Manajemen memengaruhi laporan keuangan dengan
cara manajemen memengaruhi laba melalui judgement
(perkiraan) estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat
piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva
tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya
garansi, dan lain-lain.
14
L. Setiawati dan A. Naim, Bank health Evaluation by Bank Indonesia and Earnings Management in Banking Industry, (Gajahmada International Journal of Business Vol. 3, 2001)
19
b. Mengubah metode akuntansi.
Untuk dapat menaikkan dan menurunkan angka laba
yaitu dengan mengubah metode akuntansi yang berbeda
dengan metode yang sebelumnya. Perubahan metode
akuntansi tersebut yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap,
dan metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi
garis lurus, merubah metode perhitungan persediaan dari
metode LIFO ke metode FIFO atau sebaliknya.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Banyak hal yang menggeser periode biaya atau
pendapatan, sebagai contoh merekayasa periode biaya atau
pendapatan, seperti mempercepat atau menunda
pengeluaran untuk meneliti dan mengembangkan sampai
pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau
menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya,
mempercepat atau menunda pengiriman produk ke
pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah
tidak dipakai.
3. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu mekanisme
yang digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan,
20
misalnya shareholders dan bondholders, dari perusahaan
memperoleh pengembalian dari kegiatan yang dijalankan oleh
manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan
perusahaan melakukan kontrol terhadap manajer15
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI), corporate governance diartikan sebagai perangkat
peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Sedangkan menurut Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD), corporate governance
merupakan cara-cara manajemen perusahaan (para direktur)
bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan atau pemegang
saham.16
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana atau capital yang telah
15
Angraheni Niken Susanti, Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening, (Surakarta: Simposium Nasional keuangan I, 2010).
16 Etty Murwaningsari, Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Manajemen Laba sebagai ariabel Intervening, (Jakarta: 2008)
21
ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengontrol para manajer.17
Corporate governance muncul karena terjadi antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali
dikenal dengan istilah konflik keagenan18
. Permsaalahan keagenan
dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah
bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang
ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek
yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Menurut Barragato, mekanisme corporate governance dibagi
menjadi dua kelompok yaitu berupa mekanisme internal seperti
komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial
dan kompensasi eksekutif mekanisme eksternal seperti
pengendalian oleh pasar dan level debt financing.
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good
corporate governance19
, yaitu:
a. Transparency
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materil dan relevan mengenai perusahan.
17
Freddy Kawatu, Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening, (Manado: Jurnal Keuangan dan Perbankan, 2009).
18 Muh. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur). (Makassar: Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X, 2007)
19 Thomas kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, (Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 8 No. 1, 2006)
22
b. Accountability
Kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggung
jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif
c. Responsibility
Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
peusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Independency
Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan dengan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
e. Fairness
Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-
hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip-prinsip mengenai good corporate governance yang
dikembangkan oleh the Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan terhadap Hak-Hak Pemegang Saham
23
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance
harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham. Hak-
hak tersebut meliputi hak-hak dasar pemegang saham, yaitu
hak untuk menjamin keamanan metode pendaftaran
kepemilikan, mengalihkan atau memindahkan saham yang
dimilikinya, memperoleh informasi yang relevan mengenai
perusahaan secara berkala dan teratur, dapat ikut berperan dan
memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), memilih anggota dewan komisaris dan direksi, dan
memperoleh pembagian keuntungan perusahaan atau dividen.
b. Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham
Kerangka corporate governance harus dapat menjamin
adanya perlakuan sama terhadap seluruh pemegang saham,
termasuk para pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh
pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari
hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya
perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam
satu kelas, melarang praktik-praktik insider trading dan self
dealing serta mengharuskan anggota dewan komisaris untuk
melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi
yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).
24
c. Peranan Stakebolders yang Terkait dengan Perusahaan
Kerangka corporate governance harus memberikan
pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti yang telah
ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong kerja sama
yang aktif antara perusahaan dengan stakeholders tersebut
dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan
masyarakat dan kesinambungan usaha.
d. Keterbukaan dan Transparansi
Kerangka Corporate Governance harus dapat
memberikan jaminan adanya pengungkapan yang tepat waktu
dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan
perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi tentang
keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
pengelolaan perusahaan. Selain itu, informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai
dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga harus
meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat
independen atas laporan keuangan perusahaan.
e. Akuuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors)
Kerangka corporate governance harus dapat menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif
terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris
serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan
25
para pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-
kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris serta
kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada para pemegang
saham dan stakeholders lainnya.
Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
dapat menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran operasi
bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya saing mereka.
Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa setiap perusahaan
yang menerapkan good corporate governance akan terhindar dari
kesalahan dan kegagalan, karena perbedaan faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan. Prinsip-prinsip good corporate
governance diterapkan secara berhasil di suatu perusahaan belum
tentu dapat berhasil jika diterapkan di perusahaan lain, hal ini
tergantng dari faktor-faktor yang memengaruhinya.20
Manfaat penerapan corporate governance menurut Forum
for Corporate Governance in Indonesia adalah21
:
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya
proses pengambilan keputusan yang lebih baik,
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
20
Lestariningsih, Peranan Penerapan Good Corporate Governance dalam Pengembangan Perusahaan Publik, (Surakarta: 2008)
21 Luhgiatno, Mencegah Tindakan Manajemen laba dengan Mekanisme Corporate
Governance, (Jurnal Fokus Ekonomi Vol. 3 No. 2. 2008)
26
b. Mempermudah perolehan dana pembiayaan yang lebih
murah dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang
pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja
perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders
value. Khususnya bagi BUMN akan dapat membantu
penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.
4. Perencanaan Pajak
a. Pengertian Perencanaan Pajak
Menurut Achmad Tjahyono dan Muhammad F Husein
dalam Chairil Anwar Pohan, perencanaan pajak adalah proses
mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak
sedemikain rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak
penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi
yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-
undang.22
Sedangkan menurut Lyson Susan M, perencanaan Pajak
adalah pengaturan yang dilakukan oleh barang siapa yang
22
Chairil Anwar Pohan, Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.17.
27
melakukan usaha perorangan atau bisnis, yang tujuannya
unutuk meminimalisasi kewajiban pajaknya.23
Secara umum tujuam pokok yang ingin dicapai dari
perencanaan pajak adalah sebagai berikut24
:
1) Meminimalisasi beban pajak terutang
2) Memaksimalkan laba setelah pajak.
3) Meminimalkan terhadinya kejutan pajak jika terjadi
pemeriksaan pajak oleh fiskus.
4) Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisien,
dan efektif sesuai dengan ketentuan perpajakan.
b. Motivasi Perencanaan Pajak
Beberapa hal yang memengaruhi perilaku wajib pajak
untuk meminimalkan kewajiban pembayaran pajak mereka
adalah sebagai berikut25
:
1) Tingkat kerumitan suatu perusahaan, semakin rumit
peraturan perpajakan, maka semakin besar
kecenderungan wajib pajak untuk menghindarinya
karena biaya untuk mematuhinya menjadi tinggi.
2) Besarnya pajak yang dibayar, semakin besar jmlah
pajak yang harus dibayar, semakin besar pula
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
23
Ibid, h.16. 24
Ibid, h.21. 25
Ibid, h. 18.
28
kecurangan dengan cara memperkecil jumlah
pembayaran pajaknya.
3) Biaya untuk negosiasi, semakin tinggi uang suap
yang dibayarkan kepada fiskus perpajakan, maka
akan semakin kecil pula kecenderungan wajib pajak
untuk melakukan pelanggaran.
4) Risiko deteksi, semakin rendah risiko yang dihadapi
wajib pajak terhadap tingkat profitabilitasnya, maka
semakin besar kecenderungan wajib pajak akan
melakukan pelanggaran.
5) Besarnya denda, semakin besar sanksi perpajakan
yang dikenakan, semakin kecil pula kecenderungan
wajib pajak melakukan pelanggaran perpajakan.
5. Bonus Plan
Dalam Sulistiyanto, bonus atau kompensasi manajerial
merupakan bukti empiris bahwa kontrak bisnis manajer dengan
pihak lain merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
manajemen laba.26
Dalam kompensasi manajerial ini, pemilik
perusahaan menyampaikan bahwa manajer akan menerima bonus
jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Hal inilah yang
dapat menyebabkan terjadinya praktik manajemen laba karena
26
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris, h. 68.
29
manajer ingin mendapatkan bonus sehingga melakukan tindakan
untuk mengendalikan laba perusahaan.
Hipotesis rencana bonus plan menyatakan bahwa manajer
perusahaan dengan kompensasi lebih cenderung memilih prosedur
akuntansi yang memindah laba untuk periode mendatang menjadi
laba periode sekarang.27
Menurut Rivai, kompensasi terbagi menjadi dua yaitu
kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.28
a. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri atas dua yaitu kompensasi
langsung dan tidak langsung.
1) Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran
pokok (gaji), pembayaran prestasi, pembayaran insentif,
komisi, bonus, bagian keuntungan, opsi saham, dan
pembayaran tertangguh seperti tabungan hari tua dan saham
kumulatif.
2) Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi
yang meliputi asuransi, pesangon, sekolah anak, pension.
Kompensasi luar jam kerja meliputi lembur, hari besar, cuti
sakit, cuti hamil. Sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi
rumah, biaya pindah, dan kendaraan.
27
Tatang Ary Gumanti, “pilihan-pilihan Akntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi Postitif”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. VI, No 5 (Juni 2002): h.90.
28 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke
Praktik (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 358.
30
b. Kompensasi non finansial
Kompensasi non finansial terdiri atas karir yang meliputi
keamanan dalam jabatan, peluang promosi, pengakuan karya,
temuan baru, dan prestasi istimewa. Sedangkan lingkungan kerja
meliputi pujian, bersahabat, nayam bertugas, menyenangkan dan
kondusif.
31
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel Independen (x) : GCG
Perencanaan Pajak Bonus Plan
Variabel Dependen (y):
Manajemen Laba
Root Test Unit
Data Stasioner
Data tidak Stasioner Pemilihan Model Estimasi Data Panel
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Uji Chow Uji Hausman
Model Estimasi Terpilih
Uji R Uji t Uji F
Interpretasi
Kesimpulan
Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Penerapan Pajak, dan
Bonus Plan terhadap praktik Manajemen Laba pada Perbankan Syariah
di Indonesia
32
C. HUBUNGAN PENGARUH ANTAR VARIABEL
1. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba
Menurut Sulistiyanto, Good Corporate Governance merupakan
upaya untuk mengeliminasi manajemen laba dalam pengelolaan dunia
usaha. Kunci utama keberhasilan GCG adalah membangun sistem
pengawasan dan pengendalian yang baik. Terwujudnya keseimbangan
pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan akan menjadi
penghambat bagi manajer untuk membuat kebijakan sesuai kepentingan
pribadi.29
Selain itu, menurut Beasly (1996) ada hubungan antara penerapan
Good Corporate Governance dengan berkurangnya penyimpangan pada
pelaporan keuangan dan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.30
2. Pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba
Adanya penurunan tariff pajak badan dari 28% di tahun 2009
menjadi 25% di tahun 2010 yang berlaku hingga saat in, hal ini dapat
memberikan insentif dan peluang kepada perusahaan untuk melakukan
manajemen laba, dengan cara memperkecil nilai laba kena pajak.
Adanya keinginan untuk memperkecil nilai pajak inilah yang sering
disebut dengan perencanaan pajak.31
29
Sulistiyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Grasindo, 2008) 30
Beasley, An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud, (Accounting Review Vol. 71)
31 Yana, Praktik Manajemen Laba pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2014)
33
Penelitian terdahulu telah membahas pengaruh perencanaan pajak
terhadap manajemen laba diantaranya yaitu Wijaya dan Martani (2011)
membuktikan bahwa perencanaan pajak, kewajiban pajak tangguhan
bersih, earning pressure berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Selanjutnya Sumomba (2010) membuktikan bahwa perencenaan pajak
yang diukur dengan retensi pajak berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba.
3. Pengaruh Bonus Plan terhadap manajemen laba
Hipotesis Bonus Plan menyatakan bahwa manajer
perusahaan dengan kompensasi lebih cenderung memilih prosedur
akuntansi yang memindah laba untuk periode mendatang menjadi
laba periode sekarang (Walts dan Zimmerman (1986) dalam
Tatang (2002).
Elfira (2009) melakukan penelitian dengan data perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta menemukan bahwa perusahaan
dengan adanya kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, serta penelitian yang dilakukan oleh Halima
(2010) yang melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia
menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.32
32
Yana, Praktik Manajemen Laba pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2014)
34
D. REVIEW STUDI TERDAHULU
Peneliti telah membandingkan dengan penelitian-penelitian yang
telah ada mengenai manajemen laba untuk mendukung materi yang akan
dibahas. Berikut adalah beberapa penelitian yang membahas tentang
manajemen laba:
1. Werner R. Murhadi (2009) dengan judul “Studi Pengaruh
Good Corporate Governance terhadap praktik Earning
Management. (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan vol. 11)
Hasil dari penelitian ini adalah komite audit, komisaris
independen, CEO Duality, Top Share dan koalisi pemegang saham
berpengaruh terhadap manajemen laba. Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada faktor-faktor
yang digunakan pada penelitian.
2. R. Erdianto Setyo Wahyono, Wahidahwati, dan Agus Sunaryo
(2013) dengan judul ”Pengaruh Corporate Governance pada
praktik manajemen laba: Studi pada Industri Perbankan
Indonesia. (Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 1)
Hasil dari penelitian ini adalah mekanisme corporate
governance mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
manajemen laba di perusahaan go public. Perbedaan dengan
penelitian yang akan diteliti adalah subjek penelitian. Pada
penelitian ini yang diteliti adalah perbankan konvensional,
sedangkan yang akan diteliti adalah perbankan syariah.
35
3. Etty Murwaningsari (2008) dengan judul “Pengaruh Corporate
Governance terhadap Nilai perusahaan dengan Manajemen
Laba sebagai Variabel Intervening”. (Media Riset Akuntansi
dan Informasi 8)
Hasil penelitian ini adaslah dewan direksi, kepemilikan
institusional, komite audit, berpengaruh signifikan ke arah positif
terhadap manajemen laba. Hasil pengujian manajemen laba masih
terdapat inkonsistensi.
4. Angraheni Niken Susanti (2010) dengan judul “Analisis
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel
Intervening. (Simposium Nasional Keuangan I)
Hasil penelitian ini adalah kualitas laba berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Komite audit dan komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
E. HIPOTESIS
Penyusunan Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-
variabel independennya terdiri dari:
X1 : Good Corporate Governance
36
X2 : Perencanaan Pajak
X3 : Bonus Plan
Variabel-variabel tersebut dapat memengaruhi variabel dependen, yaitu:
Y : Manajemen Laba
Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
1. Variabel Good Corporate Governance
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Good Corporate
Governance terhadap manajemen laba
Ha : terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel good
corporate governance terhadap manajemen laba.
2. Variabel Perencanaan Pajak
H0 : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel perencanaan
pajak dengan manajemen laba.
Ha : terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel perencanaan
pajak terhadap manajemen laba.
3. Variabel Bonus Plan
H0 : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel bonus plan
dengan manajemen laba.
Ha : terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel bonus plan
terhadap manajemen laba.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data berupa laporan
keuangan tahunan Bank Umum Syariah pada tahun 2011-2015. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
penerapan Good Corporate Governance, perencanaan pajak, dan bonus
plan terhadap manajemen laba pada periode 2011-2015.
B. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Berdasarkan data statistik Bank Indonesia terdapat 11 Bank Umum
Syariah. Peneliti mengambil sampel yaitu semua Bank Umum Syariah
yang ada di Indonesia.
1. Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan tahunan untuk
periode 2011-2015 yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan periode
2011-2015 yang merupakan indikator perhitungan manajemen laba.
3. Variabel independen adalah Good Corporate Governance,
perencanaan pajak, dan bonus plan.
C. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
pendekatan kuantitatif. Karena data yang digunakan dalam penelitian ini
38
berupa angka-angka dan diolah secara statistik. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bertujuan untuk
mencari jawaban atas pertanyaan tentang apa, siapa, bilamana, di mana,
dan mendefinisikan suatu subyek atau menciptakan profil dari satu
peristiwa, orang dan masalah33
. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian
yang dinyatakan dengan satuan angka atau numerik, bersifat diskrit atau
kontinyu (pecahan/interval)34
.
D. JENIS DAN SUMBER DATA
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu mengumpulkan data dari bahan-bahan atau sumber-sumber
bacaan atau kepustakaan. Data sekunder yang digunakan pada penelitian
ini yaitu laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah periode 2011-
2015 yang diakses dari website masing-masing bank.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam
pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library research), peneliti mengumpulkan data sekunder
yang terkait dengan masalah penelitian yaitu berupa buku-buku pedoman,
skripsi, jurnal, makalah, artikel, dan sumber tertulis lainnya untuk
33 Tony Wijaya, Metodologi Penelitian ekonomi dan Bisnis : Teori dan Praktek, Cet. I,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 1. 34 Tony Wijaya, Metodologi Penelitian ekonomi dan Bisnis : Teori dan Praktek, Cet. I,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.20
39
mendapatkan data-data atau informasi tentang praktik manajemen laba.
Selain itu, peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan dari bank
terkait yaitu laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi data panel. Data panel adalah
kumpulan data yang terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel) dan
data runtut waktu (berdasarkan waktu).35
Peneliti menggunakan metode
regresi data panel karena penelitian ini menggabungkan antara data yang
berdasarkan waktu atau time series dengan banyak entitas yg diuji atau
cross section. Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan software pengolah data statistik Eviews 8 dan
SPSS.
1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Dalam statistic dan ekonometrik, uji akar unit digunakan
untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series
tidak stasioner. Uji yang biasa digunakan adalah uji augmented
fuller test (ADF-test).36
Data yang dikatakan stasioner adalah data yang bersifat
flat, tidak mengandung komponen tren, dengan keragaman yang
35
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan percerakan STIM YKPN, 2011, Edisi ketiga), h. 102.
36 Abdul hamid, Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi dan Sosial Daerah Provinsi
Sumatera Selatan periode 1980-2013 Sebuah Kajian dengan Pendekatan ECM dan VECM, (Jurnal Bisnis dan Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), Vol. 4 No. 1
40
konstan, serta tidak terdapat fluktuasi yang periodic. Artinya
dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan
stabil. Apabila hasil pengujian menunjukkan data tidak stasioner,
maka dilakukan modifikasi untuk memperoleh data yang stasioner.
Salah satu cara yang umum dipakai adalah metode differencing,
yaitu mengurangi nilai pada suatu periode sebelumnya. Apabila
tetap tidak stasioner, maka dilakukan pembedaan lagi. Dalam uji
akar unit digunakan model sebagai berikut.37
Yt = ρYt-1 + Ut
Apabila Koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 yang artinya terdapat
masalah, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-
stasioner. Untuk mengubah tren yang bersifat non-stasioner
menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first difference):
ΔYt = (ρ-1) Yt – Yt-1
Koefisien ρ akan bernilai 0 dan hipotesis akan ditolak
sehingga model menjadi stasioner. Hipotesis yang digunakan pada
pengujian ADF adalah:
H0 : ρ = 0 (terdapat Unit Roots, variabel tidak stasioner
H1 : ρ ≠ 0 (tidak terdapat unit roots, variabel stasioner)
Dasar pengambilan keputusan adalah:
a. Jika nilai ADF t-statistic < nilai kritis pada derajat kepercayaan
tertentu maka H0 ditolak dan H1 diterima.
37
Ibid
41
b. Jika nilai ADF t-statistic > nilai kritis pada derajat kepercayaan
tertentu, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Atau:
a. Jika nilai Probability < α = 5% maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b. Jika nilai Probability < = 5% maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan
nilai thitung dengan ttabel pada tabel Dickey-Fuller.38
2. Model Regresi Data Panel
Dalam membuat regresi data panel, kita dapat
menggunakan tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Common Effect (Pooling Least Square)
Pada model ini digabungkan data cross section dan
data time series. Kemudian digunakan metode OLS
terhadap data panel tersebut. Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang paling sederhana dibandingkan dengan
kedua pendekatan lainnya. Dengan pendekatan ini kita
tidak bisa melihat perbedaan antar individu dan perbedaan
antar waktu karena intercept maupun slope dari model
sama. Terlihat bahwa baik intercept maupun slope tidak
38
Abdul Hamid, Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi dan Sosial Daerah Provinsi Sumatera Selatan Periode 1980-2013 sebuah Kajian dengan Pendekatan ECM dan VECM. Vol. 4, No. 1
42
berubah baik antara individu maupun antar waktu.39
Persamaan untuk Pooling Least Square ditulis dengan
persamaan sebagai berikut:
β0 + βXit + εit
Dengan :
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-I dan
waktu ke-t
Xit = variabel independen pada unit observasi ke-I
dan waktu ke-t
β = koefisien slope atau koefisien arah
β0 = intersep model regresi
εit = komponen error pada unit observasi ke-I dan
waktu ke-t
b. Pendekatan Efek Tetap
Teknik yang paling sederhana mengasumsikan
bahwa data gabungan yang ada, menunjukkan kondisi yang
sesungguhnya. Hasil analisis regresi yang dianggap berlaku
pada semua objek pada semua waktu. Metode ini sering
disebut dengan common effect.
39
Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Utsman, Ekonometrika, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 312.
43
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksuesuaian
model dengan keadaaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap
objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu
akan sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada
waktu yang lain. oleh karena itu diperlukan suatu model
yang dapat menunjukkan perbedaan konstanta antarobjek,
meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model ini
dikenal dengan model regresi fixed effect. Efek tetap di sini
maksudnya adalah bahwa suatu objek, memiliki konstanta
yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu.
Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya
dari waktu ke waktu (time invariant).40
Untuk membedakan suatu objek dengan objek
lainnya, digunakan variable semu (dummy). Oleh karena
itu, model ini sering juga disebut dengan Least Squares
Dummy Variables dan disingkat dengan LSDV. Persamaan
model ini adalah sebagai berikut:
Yit = β0i + βXit + εit
Dengan :
Yit = variabel dependen pada unit obserasi ke-i dan
waktu ke-t
40
Wing Wahyu Winarno, analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews, h. 9.14-9.15
44
Xit = variabel independen pada unit observasi ke-i
dan waktu ke-t
β = koefisien slope atau koefisien arah
β0i = intersep model regresi pada unit observasi ke-i
εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan
waktu ke-t
Perhatikan bahwa konstanta β0i sekarang
diberi subskrip 0i. i menunjukkan objeknya. Dengan
demikian masing-masing objek memiliki konstanta
yang berbeda. Variabel semu d1i=1 untuk objek
pertama dan 0 untuk objek lainnya. Variabel d2i=1
untuk objek kedua dan 0 untuk objek lainnya.
Variabel semu d3i=1 untuk objek ketiga dan 0 untuk
objek lainnya.41
c. Pendekatan Efek Random (Random Effect)
Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan
model efek tetap yang menggunakan variabel semu,
sehinggga model mengalami ketidakpastian. Tanpa
menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan
antarwaktu dan antarobjek.
41
Ibid, h. 9.15
45
Tidak seperti pada model efek tetap (β0 dianggap
tetap), pada model ini β0 diasumsikan bersifat random,
sehingga dapat dituliskan dalam persamaan:
β0 = β0i + Ui , I = 1,…,…n
sehingga persamaan model yang digunakan adalah:
Yit = β0i + βX+i,t + ui + εit
Dengan:
Yit = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan
waktu ke-t
Xit = variabel independen pada unit observasi ke-i
dan waktu ke-t
β = koefisien slope atau koefisien arah
β0i = intersep model regresi
ui = komponen error pada unit observasi ke-t
εi = komponen error pada unit observasi ke-i dan
waktu ke-t
46
Namun untuk menganalisis dengan metodek efek
random ini ada satu syarat, yaitu objek data silang harus
lebih besar dari pada banyaknya koefisien.42
3. Pengujian Model
Untuk menentukan model regresi data panel yang
tepat untuk digunakan dalam analisis regresi data panel,
maka kita dapat melakukan dua pengujian model, yaitu:
a. Uji Chow
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan
adalah common effect atau fixed effect.43
Rumus yang
digunakan dalam tes ini adalah:
Di mana:
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
42
Ibid , h.9.17 43
Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi, (Bogor: IPB Press, 2012), h. 193.
47
K = Jumlah variablel penjelas
Pengujian Uji Chow dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : Model menggunakan pendekatan common
effect
H1 : Model menggunakan pendekatan fixed effect
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, di
mana jika F statistik lebih besar dari F tabel maka H0
ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F statistik di mana
bila nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F tabel
yang digunakan berarti kita menggunakan model fixed
effect.44
Atau kita dapat melihat kepada nilai probabilitas
cross section F dan Chi Square, dengan ketentuan:
- Jika probabilitas < 0,05, berarti H0 ditolak, dan
menggunakan Hi.
Jika probabilitas > 0,05, berarti H0 diterima.
b. Uji Hausmann
Haussman digunakan untuk menentukan apakah
menggunakan model fixed effect atau model random effect
44
Ibid, h. 195
48
yang paling tepat.45
Pengujian uji Haussman dilakukan
dengan hipotesis berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik uji Haussman ini mengikuti distribusi
statistik chi square dengan degree of freedom sebanyak k,
di mana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai
statistik Haussman lebih besar dari nilai kritisnya maka H0
ditolak dan model yang tepat adalah model fixed effect,
sedangkan sebaliknya bila nilai statistik haussman lebih
kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah
model random effect. Atau dapat melihat kepada nilai
probabilitas cross section random, dengan ketentuan46
:
- Jika Probabilitas < 0,05, maka tolak H0 dan terima
Hi
- Jika probabilitas > 0,05, maka terima H0
4. Pengujian Statistik
Untuk menganalisis pengaruh variable-variabel
independen (X) kepada variable-variabel dependen (Y),
maka dilakukan uji regresi data panel yang terdiri dari:
a. Uji t
45
Ibid, h.195. 46
Ibid, h. 197
49
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas / independen secara
parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen.47
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 = bi = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh
signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
H1 = bi = 0, artinya secara parsial ada pengaruh
signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
Nilai statistit t dapat dicari dengan rumus:
Kriteria penerimaan H0 adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan perbandingan t-statistik dengan ttabel
Untuk menentukan nilai statistik ttabel ditentukan
tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df
= (n-k), di mana n adalah jumlah observasi (elemen
sampel), dan k adalah banyaknya perkiraan yang
harus dibuat atau banyaknya variabel yang tercakup,
dengan kriteria uji adalah:
- Jika thitung > ttabel (a /2, n-k), maka H0 ditolak
47
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009, Edisi keempat), h.99.
50
- Jika thitung < ttabel (a / 2, n-k), maka H0
diterima
2) Berdasarkan Probabilitas
- Jika probabilitas (p-value) > 0,05, maka H0
diterima
- Jika probabilitas (p-value) < 0,05, maka H0
ditolak.
b. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji pengaruh
dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.48
Hipotesis untuk uji F
yaitu:
H0 = b1 b2 b3 b4 b5 = 0, artinya secara bersama-
sama tidak ada pegaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 = b1 b2 b3 b4 b5 ≠ 0, artinya secara bersama-sama
ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Untuk menentukan nilai F tabel dengan
tingkat signifikansi sebesar 5%, dengan derajat
kebebasan (degree of freedom) df = (k-1) dan (n-k),
di mana n adalah jumlah observasi, k adalah
48
Ibid., h.98
51
jumlah variable dengan kriteria uji yang digunakan
adalah:
Jika Fhitung > Ftabel (k-1; n-k), maka H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel (k-1; n-k), maka H0 diterima
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat
kontribusi menjelaskan dari variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel terikat, di mana
koefisiennya terletak antara 0 ≤ x ≤ 1. Nilai R2
yang
semakin besar mendekati nilai 1 merupakan indikator
yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan
variabel independen menjelaskan perubahan variabel
dependen.49
Nilai Adjusted R Square adalah suatu
indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu
persamaan regresi. Nilai adjusted R square telah
dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan (degree of
freedom).
d. Persamaan Model Regresi Data Panel
Penelitian dengan regresi data panel ini digunakan
untuk melihat pengaruh antara variable independen
terhadap variable dependen. Pengaruh penerapan Good
49
Ibid., h. 100
52
Corporate Governance terhadap praktik Manajemen
Laba dapat diformulasikan sebagai berikut:
Yit = β0i + β1 X1it + β2 X2it + β3 X1it + β4 X4it + β5 X5it + εit
G. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi variabel
terikat, baik secara positif maupun negatif. Jika terdapat variabel
dependen, maka variabel independen juga harus ada, dan di setiap
unit kenaikan dalam variabel independen maka akan terdapat pula
kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen (terikat)
a. Good corporate governance
Good Corporate Governance penelitian ini diproksikan
dengan nilai komposit dari hasil self assessment yang dilakukan
oleh masing-masing bank untuk mengukur sejauh mana GCG
diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS dilakukan
terhadap sebelas faktor sebagai berikut:
1) Pelaksanaan tugas dan tanggung Dewan Komisaris.
2) Pelaksanaa tugas dan tanggung jawab direksi dan pelaksanaan
tugas Komite
3) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
53
4) Pelaksanaan Priinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa.
5) Penanganan benturan kepentingan.
6) Penerapan fungsi kepatuhan.
7) Penerapan fungsi audit internal.
8) Penerapan fungsi audit eksternal.
9) Batas maksimum penyaluran dana, dan
10) Transparansi kondisi keuangan dan keuangan BUS, laporan
pelaksanaan GCG serta pelaporan internal.
Menurut peraturan OJK, bank wajib melakukan self
assessment atas pelaksanaan GCG sekurang-kurangnya dilakukan
satu kali dalam satu tahun. Self assessment dilakukan dengan
menggunakan kertas kerja self assessment. Nilai dari masing-
masing faktor, bank mengalikan peringkat dari masing-masing
faktor dengan bobot yang telah ditentukan. Dari hasil faktor
tersebut, bank menjumlahkan nilai dari seluruh faktor untuk
mendapatkan nilai komposit. Predikat nilai komposit yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut.
54
Tabel 3.1
Tabel Nilai Komposit Penilaian Good Corporate
Governance
Nilai Komposit Predikat komposit
Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik
1.5 < Nilai komposit < 2.5 Baik
2,5 < Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik
3.5 < Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik
4.5 < Nilai Komposit < 5 Tidak Baik
b. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak merupakan pengaturan usaha
perorangan atau bisnis, yang tujuannya untuk meminimalisir
kewajiban pajaknya. Variabel perencanaan pajak diukur
dengan nilai pajak tangguhan dibagi dengan total aktivat-1
yang tersedia di laporan keuangan.50
c. Bonus Plan
Kompensasi merupakan semua pendapatan yang berbentuk
uang. Barang langsung atau tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
50
Indah Rahmawaty, “Pengaruh Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini terhadap Manajemen Laba,” (Skripsi S1 Fak. Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). H.45
55
perusahan. Variabel bonus plan diukur dengan menggunakan
logaritma natural dari total biaya gaji.51
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terkait yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba pada
penelitian dapat diukur dengan proksi akrual diskresioner
menggunakan Modified Jones Model. Model modifikasi Jones
merupakan perkembangan dari model Jones yang dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibanding dengan model-model
lainnya, perhitungannya dilakukan dengan cara berikut:
a. Menghitung Total Akrual
Akrual adalahh suatu metode akuntansi di mana
penerimaan dan pengeluaran diakui dan dicatat ketika transaksi
terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi
tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan
dalam metode ini bebas dari pengaruh waktu kapan kas
diterima dan kapan pengeluaran dilakukan.
Akrual secara terknis merupakan perbedaan antara kas
dan laba. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba
dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu.
51
Ida Ayu Gayatri dan Made Gede Wirakusuma, “Faktor-faktor yang Memengaruhi Perataan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, h.11.
56
Caranya dengan mengurangkan laba bersih dalam satu
tahun dengan arus kas dari operasi dalam periode yang sama.
Persamaan rumusnya sebagai berikut:
TACCit = EBXTit - OCFit
Keterangan:
TACCit = Total Accrual perusahaan i
periode t
EBXTit = Earning Before Extraordinary
Item perusahaan i periode t
OCFit = Operating Cash Flow perusahaan i
periode t
t = Menunjukkan suatu tahun dalam
periode berjalan
b. Menghitung non Discretionary Accruals (NDACCit)
NDACC adalah pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk
pada suatu standar/prinsip akuntansi yang berlaku secara
umum. Cara menghitung NDACC adalah sebagai berikut:
(
) (( ) ) ( )
Keterangan:
NDACCit = Non Discretionary Accrual
perusahaan
57
TAit-1 = Total aktiva perusahaan i pada
periode t-1
REVit = Pendapatan bersih perusahaan i
pada periode t
RECit = Piutang usaha perusahaan i pada
periode t
PPEit = Nilai aktiva tetap perusahaan I
pada periode t
c. Menghitung Discretionary Accruals (DACCit)
DACC adalah akrual laba/beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen.
Cara menghitung DACC adalah dengan mengurangkan total
akrual yang telah dibagi dengan total aset periode sebelumnya
dengan non discretionary accruals.
(
)
Keterangan:
DACCit = Discretionary Accrual
TACCit = Total akrual perusahaan i pada periode t
TAit-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
NDACCit = Non Discretionary Accrual perusahaan i.
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Perbankan Syariah
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.52
Sedangkan Bank Syariah menurut Undang-Undang Perbankan Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Sedangkan menurut jenisnya, bank syariah dibagi menjadi dua
jenis, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Selain Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
ada juga dikenal dengan Unit Usaha Syariah (UUS). Unit Usaha
Syariah ini adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
52
Otoritas Jasa Keuangan, “Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008”, diakses pada 2 juni 2017 dari www.ojk.go.id
59
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.53
Landasan hukum yang memayungi seluruh penyelenggaraan
kegiatan perbankan syariah di Indonesia adalah Undang-Undang No.
21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Menurut BI, hingga tahun 2017 ada sebelas (11) Bank Umum
Syariah yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah daftar Bank Umum
Syariah yang juga dijadikan sampel dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bank Muamalat Indonesia
2. Bank BJB Syariah
3. Bank Mandiri Syariah
4. Bank BRI Syariah
5. Bank BCA Syariah
6. Bank BNI Syariah
7. Bank Mega Syariah
8. Bank Panin Syariah
9. Bank Syariah Bukopin
10. Bank Victoria Syariah
53 Otoritas Jasa Keuangan, “Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008”,
diakses pada 2 juni 2017 dari www.ojk.go.id
60
11. Bank Maybank Syariah Indonesia
B. PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA
Praktik manajemen laba pada Bank Umum Syariah dalam
penelitian ini diukur dengan nilai nilai akrual diskresioner yang
diperoleh menggunakan rumus model Jones dimodifikasi. Dalam model
ini, apabila hasil dari nilai akrual diskresioner bernilai positif atau
negative, maka bank tersebut diindikasikan melakukan praktik
manajemen laba. Berikut adalah hasil penghitungan nilai akrual
diskresioner setiap bank.
Tabel 4.1
Tabel Manajemen Laba tahun 2011
Bank Umum Syariah Nilai akrual Diskresioner
Bank BCA Syariah 0.25487
Bank BJB Syariah -0.44487
Bank Syariah Mandiri 0.47032
Bank Syariah Bukopin 0.71284
Bank BNI Syariah 0.80399
Bank Muamalat Indonesia 0.35163
Bank Maybank Indonesia 0.65195
Bank Panin Syariah 0.73879
Bank Victoria Syariah -0.74311
Bank BRI Syariah 0.60106
61
Bank Mega Syariah 0.51063
Sumber: data diolah kembali
Dari tabel di atas, perhitungan manajemen laba yang ditunjukkan
oleh nilai akrual diskresioner hampir semua bank bernilai positif, hanya
Bank BJB Syariah dan Bank Victoria Syariah yang bernilai negatif.
Nilai tertinggi akrual diskresioner pada tahun 2011 yaitu Bank BNI
Syariah dengan nilai 0.80399, sedangkan yang terendah adalah Bank
Victoria Syariah dengan nilai -0.74311.
Tabel 4.2
Tabel Manajemen Laba 2012
Bank Umum Syariah Nilai akrual Diskresioner
Bank BCA Syariah 0.21431
Bank BJB Syariah -1.56362
Bank Syariah Mandiri 0.51602
Bank Syariah Bukopin 0.76446
Bank BNI Syariah 1.00355
Bank Muamalat Indonesia 0.42321
Bank Maybank Indonesia 0.76221
Bank Panin Syariah 0.49489
Bank Victoria Syariah -0.27715
Bank BRI Syariah 0.46715
Bank Mega Syariah 0.67775
Sumber: data diolah kembali
62
Dari tabel di atas, perhitungan manajemen laba yang ditunjukkan
oleh nilai akrual diskresioner hampir semua bank bernilai positif, hanya
Bank BJB Syariah dan Bank Victoria Syariah yang bernilai negatif.
Nilai tertinggi akrual diskresioner pada tahun 2012 yaitu Bank Syariah
Bukopin dengan nilai 0.76446, sedangkan yang terendah adalah Bank
BJB Syariah dengan nilai -1.56362
Tabel 4.3
Tabel Manajemen Laba 2013
Bank Umum Syariah Nilai akrual Diskresioner
Bank BCA Syariah 0.27309
Bank BJB Syariah 0.70596
Bank Syariah Mandiri 0.44081
Bank Syariah Bukopin 0.47112
Bank BNI Syariah 1.13181
Bank Muamalat Indonesia 0.38332
Bank Maybank Indonesia 0.57476
Bank Panin Syariah 0.05587
Bank Victoria Syariah 0. 96641
Bank BRI Syariah 0. 51447
Bank Mega Syariah 0.67564
Sumber: data diolah kembali
Dari tabel di atas, perhitungan manajemen laba yang ditunjukkan
oleh nilai akrual diskresioner semua bank bernilai positif. Nilai tertinggi
63
akrual diskresioner pada tahun 2013 yaitu Bank BNI Syariah dengan
nilai 1.13181, sedangkan yang terendah adalah Bank Panin Syariah
dengan nilai 0.05587.
Tabel 4.4
Tabel Manajemen Laba 2014
Bank Umum Syariah Nilai akrual Diskresioner
Bank BCA Syariah 0.54966
Bank BJB Syariah 0.84089
Bank Syariah Mandiri 0.39930
Bank Syariah Bukopin 0.24196
Bank BNI Syariah 1.15763
Bank Muamalat Indonesia 0.12340
Bank Maybank Indonesia 0.56253
Bank Panin Syariah 0.07610
Bank Victoria Syariah -0.66975
Bank BRI Syariah 0.44001
Bank Mega Syariah 0.41880
Sumber: data diolah kembali
Dari tabel di atas, perhitungan manajemen laba yang ditunjukkan
oleh nilai akrual diskresioner hampir semua bank bernilai positif, hanya
Bank Victoria Syariah yang bernilai negatif. Nilai tertinggi akrual
diskresioner pada tahun 2014 yaitu Bank BNI Syariah dengan nilai
64
1.15763, sedangkan yang terendah adalah Bank BJB Syariah dengan
nilai -0.66975.
Tabel 4.5
Bank Umum Syariah Nilai akrual Diskresioner
Bank BCA Syariah 0.38633
Bank BJB Syariah 1.03313
Bank Syariah Mandiri 0.39298
Bank Syariah Bukopin 0.22917
Bank BNI Syariah 1.04787
Bank Muamalat Indonesia 0.20932
Bank Maybank Indonesia 0.24499
Bank Panin Syariah -0.02219
Bank Victoria Syariah -1.53841
Bank BRI Syariah 0.36159
Bank Mega Syariah 0.45008
Sumber: data diolah kembali
Dari tabel di atas, perhitungan manajemen laba yang ditunjukkan
oleh nilai akrual diskresioner ada dua bank yang bernilai negative yaitu
Bank Victoria Syariah, dan Bank Panin Syariah. Nilai tertinggi akrual
diskresioner pada tahun 2015 yaitu Bank BNI Syariah dengan nilai
1.04787, sedangkan yang terendah adalah Bank Victoria Syariah
dengan nilai -1.53841.
65
Adanya nilai akral diskresioner yang bernilai negative bisa
disebabkan dengan adanya beberapa kemungkinan. Salah satu
kemungkinan tersebut adalah untuk menurunkan beban pajak
perusahaan.
Sedangkan akrual diskresioner yang bersifat positif juga bisa
dikarenakan keinginan manajemen untuk mendapatkan kompensasi
bonus. Selain bonus, hal ini juga bisa terjadi untuk menciptakan image
yang bagus untuk menarik para investor untuk berinvestasi di dalam
bank tersebut. Oleh karena itu, manajemen bersikap optimis dalam
melaporkan kinerjanya, salah satu caranya dengan mengakui
pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang sehingga kinerja
perusahaan lebih tinggi.
C. UJI STASIONER
Seluruh data yang digunakan dalam data panel dilakukan uji akar
unit. Hasil uji akar unit dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai
kritis Agmented Dickey-Fuller adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Tabel Hasil Uji Stasioner
Variabel
Tingkat Stasioneritas ADF
Level First Difference
t-stat Prob. Keterangan t-stat Prob. Keterangan
GCG -5.8905 0.0000 stasioner - - -
Man. Laba -3.2028 0.0951 Tidak
stasioner -8.7662 0.0000 Stasioner
Pajak -7.1840 0.0000 Stasioner - - -
66
Bonus -2.5865 0.2879 Tidak
stasioner -7.4834 0.0000 Stasioner
Sumber: Output Eiews 8 (telah diolah kembali)
Dari tabel 4.6 dapat hasil uji akar di tingkat level pada variabel
GCG dan Pajak adalah stasioner, sedangkan variabel manajemen laba dan
bonus tidak stasioner. Oleh karena itu pada kedua variabel yang tidak
stasioner diuji kembali dengan uji diferesniasi pertama (first difference).
Setelah diuji, hasilnya adalah kedua variabel tersebut bersifat stasioner,
maka tidak perlu dilanjutkan ke uji stasioner diferensiasi kedua (secomd
difference).
D. PENGUJIAN MODEL REGRESI DATA PANEL
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data
panel, untuk menguji spesifikasi model dan kesesuaian teori-teori
dengan kenyataan. Pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi
Microsoft Excel 2010 dan E-views 8.
1. Uji Chow
Uji chow dilakukan untuk menentukan model yang digunakan
antara common effect (pooled least square) atau fixed effect. Uji chow
dilakukan dalam pengujian data panel dengan memilih fixed effect pada
cross section panel option. Pengujian menggunakan uji chow dengan
ketentuan sebagai berikut:
H0: model mengikuti PLS
H1: model mengikuti fixed effect
67
Tabel 4.6
Uji Chow
Sumber: output E-views
Hasil pengujian tabel di atas dapat terlihat bahwa nilai probabilitas
cross section adalah > 0.05, maka H0 diterima, dan menolak H1, yaitu
menggunakan pendekatan PLS atau common effect. Oleh karena itu
tidak perlu dilakukan uji hausman.
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
1. Pengaruh variabel Good Corporate Governance, Perencanaan
Pajak dan Bonus Plan terhadap Manajemen Laba
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel Good Corporate
Governance, Perencanaan Pajak dan Bonus plan secara parsial
terhadap manajemen laba digunakan uji t. pengujian parsial atau uji t
digunakan untuk menguji pengaruh setiap variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ketentuan perhitungan uji t adalah apabila t hitung > t tabel,
maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen
tidak memengaruhi variabel dependennya secara nyata. Selain itu
68
dapat dengan indikator lain yaitu apabila probabilitas lebih kecil dari
0.05 maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Uji hipotesis
secara parsial menggunakan uji t, ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Uji t
a. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel
menunjukkan bahwa hasil t hitung untuk variabel independen GCG
adalah sebesar -3.999774, sedangkan nilai t tabel dengan α = 5% dan
df = (n-k), df = 51, di mana nilai t tabel adalah sebesar 2.00758 (uji
dua arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t
tabel (-3.99974 < 2.007) dan nilai probabilitas sebesar 0.0002 yang
lebih kecil dari 0.05. sehingga dengan memperhitungkan nilai
probabilitas yang lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak yaitu GCG
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba.
69
b. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel
menunjukkan bahwa hasil t hitung untuk variabel independen
perencanaan Pajak adalah sebesar -0.361796 sedangkan nilai t tabel
dengan α = 5% dan df = (n-k), df = 51 adalah sebesar 2.007 (uji dua
arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-
0.361796 < 2.007), selain itu jika dilihat dari nilai signifikansi yaitu
sebesar 0.7190 yang berarti lebih besar dari 0.05, dengan demikian
berarti variabel perencaanaan pajak tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba
c. Pengaruh Bonus Plan terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel
menunjukkan bahwa hasil t hitung untuk variabel independen bonus
plan adalah sebesar 3.021230 sedangkan nilai t tabel dengan α = 5%
dan df = (n-k), df = 51 adalah sebesar 2.007 (uji dua arah), yang
berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t tabel
(3.021230 > 2.007). selain itu, jika dilihat dari nilai signifikansi yaitu
sebesar 0.0039 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga H0 ditolak yang
berarti bahwa bonus plan memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
70
2. Pengaruh variabel Good Corporate Governance, Perencanaan
Pajak, dan Bonus Plan terhadap Manajemen Laba secara
Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen atau untuk mengetahi apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel independen
yang mmengaruhi variabel dependennya. Tabel berikut adalah hasil
Uji F yang telah dilakukan:
Tabel 4.9 Uji F
Sumber: Output Eviews
71
Dengan hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Good Corporate
Governance, perencanaan pajak, dan bonus plan secara simultan
terhadap manajemen laba.
H1 = ada pengaruh signifikan antara variabel Good Corporate
Governance, perencanaan pajak, dan bonus plan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan hasil Output Eviews pada tabel di atas, nilai F
hitung yaitu sebesar 7.922856 dengan F tabel dengan tingkat α = 5%
dan df1 (k-1) = 3 dan df2 (n-k) = 51, dapat F tabel sebesar 2.79.
Dengan demikian F hitung > F tabel ( 7.922856 > 2.79). Jika dilihat
dari nilai probabilitas dari tabel di atas yaitu sebesar 0.000196 yang
berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga H0 ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel Good Corporate Governance,
Perencaanaan Pajak, dan Bonus Plan secara bersama-sama (simultan)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba,
sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen.
3. Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi dalam regresi data panel digunakan
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan pengaruh variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen. Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar persentase variabel independen yang
72
digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variabel dependen.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan nilai koefisien determinasi
pada penelitian ini:
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel di atas dapat ditentukan bahwa nilai
Adjusted R-Squared sebesar 0.277771. Angka tersebut menunjukkan
bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebesar 27.77%. Dengan kata lain, variabel
independen yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan
sebesar 27.77% terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya
73
sebesar 73.23% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar model regresi
tersebut.
4. Persamaan Model Regresi
Penelitian dengan metode regresi data panel ini digunakan
untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Hubungan GCG, perencanaa Pajak, dan Bonus plan dapat
diformulasikan berdasarkan tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Model Regresi
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel hasil output Eviews di atas, maka dapat
diperoleh persamaan model regresi antara variabel manajemen laba,
Good Corporate Governance, perencanaa Pajak, dan Bonus plan
sebagai berikut:
Manajemen Labait = -0.135033 - 0.657087 GCGit – 0.750591
Perncanaan Pajakit + 0.136184 Bonus Planit + εit
74
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
1) Konstanta -0.135033 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (GCG, perencanaan Pajak, dan Bonus plan) pada
observasi ke-i dan periode ke-t adalah 0 (nol), maka nilai akrual
diskresioner sebesar -0.135033
2) Variabel Good Corporate Governance memiliki nilai -0.657087.
artinya jika variabel independen lain bernilai tetap sedangkan
Good Corporate Governance mengalami kenaikan 100%, maka
manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 65.7%.
Koefisien regresi bernilai negatif artinya terjadi hubungan terbalik
antara Good Corporate Governance dan manajemen laba,
semakin meningkat Good corporate governance, maka nilai
manajemen laba akan semakin menurun, begitu juga sebaliknya.
3) Variabel perencanaan pajak memiliki nilai -0.750591. artinya jika
variabel independen lain bernilai tetap dan perenceanaan pajak
mengalami kenaikan 100%, maka manajemen laba mengalami
penurunan sebesar 75.05%. Koefisien regresi bernilai negatif
artinya terjadi hubungan terbalik antara perencanaan pajak dan
manajemen laba, semakin meningkat besaran perencanaan pajak,
maka nilai manajemen laba akan semakin menurun, begitu juga
sebaliknya.
4) Variabel bonus plan memiliki konstanta sebesar 0.136184 yang
berarti jika variabel independen lain bernilai tetap dan bonus
75
mengalami kenaikan 100%, maka manajemen laba akan
mengalami kenaikan sebesar 13.61 %. Koefisien regresi bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara bonus plan dengan
manajemen laba, semakin meningkat nilai bonus plan maka nilai
manajemen laba akan meningkat pula, begitu juga sebaliknya.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneiliti akan membahas hasil pengujian statistic mengenai
pengaruh Good Corporate Governance, perencanaan Pajak, dan Bonus
plan terhadap praktik manajemen laba sebagai berikut:
1. Good Corporate Governance
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial
variabel Good Corporate Governance tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yana Zuhrina
(2014) dan Dinda Dwi Wahyuni (2010).
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa ada hubungan pengaruh yang positif dan
signifikan antara Good Corporate Governance terhadap
manajemen laba, yaitu semakin tinggi nilai GCG, maka nilai
manajemen laba juga akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena
semakin kecil nilai komposit GGC, maka akan semakin bagus
76
kualitas GCG. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi nilai
komposit GCG, maka semakin buruk pula kualitas GCG.
Perbedaan hasil penetian ini terjadi disebabkan adanya
perbedaan proksi pengambilan data mengenai GCG yang dijadikan
sebagai alat analisis. Jika dalam penelitian terdahulu proksi GCG
yang digunakan adalah komite audit dan komisaris independen
sedangkan dalam penelitian ini proksi yang digunakan adalah nilai
assessment pengukuran GCG masing-masing bank.
2. Perencanaan Pajak
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel
perencanaan pajak yang diproksikan dengan nilai pajak tangguhan
tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang dapat
dilihat dari hasil uji t yaitu sebesar 1.078716 sedangkan t tabel
sebesar 2.007. lalu dikatakan tidak signifikan dengan melihat dari
hasil tingkat signifikansi 0.2870 yang lebih besar dari 0.05. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ferry Aditama dan Anna Purwaningsih (2014)
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yusrianti (2014) dan Yana (2014). Dalam
penelitiannya, perencanaan pajak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba. Perbedaan hasil penelitian ini
disebabkan adanya perbedaan sampel yang digunakan dalam
menganalisis sehingga memungkinkan adanya sampel yang tidak
77
memperhitungkan perencanaan pajak dalam manajemen labanya,
sehingga hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang tidak
signifikan terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.
3. Bonus Plan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel bonus plan
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba yang
dilihat dari tingkat signifikansi 0.0022 < 0.05. dikatakan
berpoengaruh negatif karena variabel bonus memiliki nilai
koefisien regresi negatif sebesar -6.236935. hal ini berarti bahwa
jika semakin besar nilai bonus, maka tindakan manajemen laba
akan semakin menurun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Yana (2014) dan Annisa (2014). Menurut Annisa (2014) jika
kompensasi bonus mengalami kenaikan, maka tindakan
manajemen juga akan meningkat, begitupun sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan asumsi semula bahwa bonus akan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Besarnya bonus yang
diberikan kepada manajer akan membuat manajer berusaha untuk
mendapatkan bonus yang telah dijanjikan oleh pihak perusahaan
apabila menjalankan dengan baik tugas yang diberikan. Keinginan
untuk mendapatkan bonus inilah yang membuat manajer
cenderung menampilkan laba yang bagus karena pengukuran kabar
yang bagus akan menunjukkan kinerja manajer juga bagus.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil uji t, dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi
manajemen laba yaitu good corporate governance, dan perencanaan
pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik
manajemen laba. Sedangkan bonus plan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
2. Dari hasil uji F dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi praktik manajemen laba yaitu good corporate
governance, perencanaan pajak, dan bonus plan secara bersama sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik manajemen laba.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa secara teoritis penerapan GCG, perencanaan pajak dan bonus
plan memiliki dampak yang signifikan terhadap manajemen laba,
namun setelah diuji terhadap praktik manajemen laba di 11 bank
syariah di Indonesia menunjukkan bahwa praktik manajemen laba di
bank syariah belum dilakukan secara optimal dan tanpa
memperhitungkan praktik penerapan GCG dan perencanaan pajak
yang menyebabkan pengaruh dua variabel tersebut memiliki korelasi
79
terbalik atau negatif, sedangkan penerapan bonus plan telah dilakukan
secara optimal oleh bank syariah sehingga hasil yang didapatkan
adalah pengaruh positif.
B. SARAN
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, penelitian ini pasti memiliki
keterbatasan keterbatasan. Oleh karena itu penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Kepada akademisi yang ingin menganalisis manajemen laba
diharapkan penelitian dilakukan dengan rentang waktu yang berbeda
dan dilakukan terus-menerus agar informasi yang didapat selalu
berkembang dengan kenyataan terbaru serta mengembangkan variabel-
variabel lain yang dapat memengaruhi praktik manajemen laba pada
perbankan syariah. Selanjutnya penelitian diharapkan dilakukan
menggunakan metode pengukuran manajemen laba yang berbeda agar
dapat dijadikan sebagai perbandingan mengenai model mana yang
lebih akurat guna menunjukkan praktik manajemen laba pada
perbankan syariah.
2. Kepada praktisi perbankan, khususnya perbankan syariah diharapkan
mampu memperhitungkan variabel-variabel yang dapat memengaruhi
praktik manajemen laba sehingga dapat meminimalisir upaya
manipulasi dalam praktik manajemen laba yang akhirnya akan
80
berdampak pada peningkatkan kepercayaan share holders dan stake
holders kepada instansi terkait, khususnya perbankan syariah di
Indonesia.
81
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Setiadi. Manajemen Laba dengan Motivasi Pajak dan Badan Usaha
Manufaktur di Indonesia. Surabaya: Juarnal Keuangan dan
Perbankan, 2009.
Edianto. R, Wahidahwati, Agus Sunaryo. Pengaruh Corporate Governance pada
Praktik Manajemen Laba; Studi pada Industri Perbankan Indonesia.
Surabaya: Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2013.
Gayatri, Ida Ayu dan Made Gede Wirakusuma. Faktor-faktor yang Memengaruhi
perataan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek
Indonesia. 2011
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Universiras Diponegoro Edisi keempat. 2009
Gumanti, Tatang Ary. Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi
Positif. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol VI No. 5. 2002
Herawati, Vinola. Peran Praktik Corporate Governance sebagai Moderating
Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai
Perusahaan. Jakarta: Universitas Trisakti. 2008.
Juanda, Bambang dan Junaidi. Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi.
Bogor.\: IPB Press. 2012
Kaihatu, Thomas. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 8. 2006
Kawatu, Freddy. Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening. Manado: Jurnal
Keuangan dan Perbankan. 2009
Lestariningsih. Penerapan Good Corporate Governance dalam pengembangan
Perusahaan Publik. Sruakarta: 2008.
Luhgianto. Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corporate
Governance. Jurnal Fokus Ekonomi, 2008.
Murwaningsari, Etty. Pengaruh Corporrate Governance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening.
Jakarta: 2008
82
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Utsman. Ekonometrika. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006
Pohan, Chairil Anwar. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013
Rahmawaty, Indah. Pengaruh Pajak Tangguhan dan Bebas Pajak Kini terhadap
Manajemen Laba. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012
Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta:
Rajawali Press. 2004
Scott, R.W. Financial Accounting Theory. Toronto: Pearson Education Canada
Inc. 2003
Setiawati, L dan A. Naim. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and
Earnings Management in Banking Industry. Gajahmada International
Journal of Business Vol. 3. 2011
Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.
2008
Susanti, Angraheni Niken. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel
Intervening. Surakarta: Simposium Nasional Keuangan I. 2010
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi pada
Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur). Makassar: Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X. 2007
Wijaya, Tony. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis: Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN Edisi Ketiga.
2011
www.ojk.go.id
www.bi.go.id
www.bcasyariah.co.id
83
www.bjbsyariah.co.id
www.syariahmandiri.co.id
www.bankmuamalat.co.id
www.brisyariah.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.maybanksyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
84
LAMPIRAN
A. Daftar Nilai Good Corporate Governance, Perencanaan Pajak, dan Bonus
Plan Tahun 2011 – 2015
perusahaan tahun gcg manlaba Pajak bonus
bca 2011 1.9 0.2549 0.002299258 10.39678037
bca 2012 1.8 0.2143 0.00018158 10.57229081
bca 2013 1.55 0.2731 -0.00015042 10.61356559
bca 2014 1.36 0.5497 -0.00030518 10.85118005
bca 2015 1.3 0.3863 0.000529313 11.08300372
bjb 2011 2.32 -0.4449 -0.003819797 11.07313285
bjb 2012 2.53 -1.5636 -0.001584165 11.22388247
bjb 2013 1.78 0.7060 0.000461744 11.59653105
bjb 2014 1.89 0.8409 -0.000280293 11.73995745
bjb 2015 2.5 1.0331 0.000282597 11.80902204
bsm 2011 1.6 0.4703 0.00034139 13.77976109
bsm 2012 1.67 0.5160 0.000599092 13.78830276
bsm 2013 1.85 0.4408 0.000430929 13.99148032
bsm 2014 2.1 0.3993 0.000485325 14.17688862
bsm 2015 1.4 0.3930 -0.000220891 14.13047749
bukopins 2011 1.6 0.7128 0.000422525 10.65400701
bukopins 2012 1.5 0.7645 0.000170694 10.79949394
bukopins 2013 1.5 0.4711 0.000100661 10.99770687
bukopins 2014 1.6 0.2420 3.13143E-05 11.1016133
bukopins 2015 1.5 0.2292 0.000388081 11.20018538
bnis 2011 1.67 0.8034 0.000205319 12.1214076
bnis 2012 1.25 1.0036 0.000185428 12.66688731
bnis 2013 1.3 1.1318 0.000190158 13.04226333
bnis 2014 1.88 1.1576 0.000775334 13.37616493
bnis 2015 1.76 1.0479 0.00051508 13.4144134
85
muamalat 2011 1.3 0.3516 0.000847726 12.92477792
muamalat 2012 1.15 0.4232 0.00139177 13.21197371
muamalat 2013 1.15 0.3833 2.60453E-05 13.53322457
muamalat 2014 2.55 0.1234 -0.000736096 13.66243746
muamalat 2015 2.6 0.2093 -0.000551437 13.73703104
maybanks 2011 1.22 0.6520 -0.222768925 9.840867191
maybanks 2012 1.11 0.7622 0.00092737 10.08142451
maybanks 2013 1.12 0.5748 0.000687983 10.21946549
maybanks 2014 1.18 0.5625 0.000165654 10.33429547
maybanks 2015 1.53 0.2450 0.039579577 10.31480219
panins 2011 1.95 0.7388 0.006925899 9.612867836
panins 2012 1.35 0.4949 0.011596278 9.898776473
panins 2013 1.35 0.0559 0.001140142 10.47373237
panins 2014 1.4 0.0761 -0.000164096 10.91025864
panins 2015 1.78 -0.0222 0.003511478 11.24708316
victorias 2011 1.69 -0.7431 -0.018572752 9.148677712
victorias 2012 2.07 -0.2772 -0.000358241 10.08938604
victorias 2013 1.66 0.9664 -0.000906892 10.33211565
victorias 2014 1.93 -0.6698 0.004279176 10.3606592
victorias 2015 2.55 -1.5384 0.005545167 10.17477344
bris 2011 1.55 0.6011 0.000418296 12.61975391
bris 2012 1.38 0.4672 -0.003228691 12.68659266
bris 2013 1.35 0.5145 -0.00385963 12.8998871
bris 2014 1.74 0.4400 -0.000434236 13.02152153
bris 2015 1.61 0.3616 -0.002282677 13.14039581
megas 2011 1.82 0.5106 0.000308125 12.62925979
megas 2012 1.6 0.6778 0.000330119 12.67703831
megas 2013 1.87 0.6756 0.000460332 12.79243329
megas 2014 1.76 0.4188 0.000369892 12.7418962
megas 2015 1.54 0.4501 -0.000403146 12.48940402
86
B. Output Eviews (Regresi Data Panel)
1. Uji Stasioner variabel
a. Good Corporate Governance
87
b. Manajemen Laba
88
89
c. Perencanaan Pajak
90
d. Bonus Plan
91
2. Common Effect
92
3. Fixed Effect
93
4. Random Effect
5. Uji Chow