-
1
PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS
KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU
KARYA TULIS ILMIAH
ROMAULI MEGAWATI MANALU
P01031116087
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2019
-
2
PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS
KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Menyelesaikan Program Studi Diploma III di Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan
ROMAULI MEGAWATI MANALU
P01031116087
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2019
-
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar
Berbasis Kulit Pisang Terhadap Mutu Fisik
Tahu
Nama Mahasiswa : Romauli Megawati Manalu
Nomor Induk Mahasiswa : P01031116087
Program Studi : Diploma III
Menyetujui :
Dr. Oslida Martony, SKM, M. Kes
Pembimbing Utama
Mincu Manalu S. Gz, M. Kes Erlina Nasution, S. Pd, M. Kes
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi
Dr. Oslida Martony, SKM, M. Kes
NIP : 196403121987031003
Tanggal Lulus : 26 Juli 2019
-
4
RINGKASAN
ROMAULI MEGAWATI MANALU “PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU” (DIBAWAH BIMBINGAN OSLIDA MARTONY)
Tahu merupakan makanan yang populer dan sangat digemari
masyarakat karena rasanya yang enak dan harganya nya yang terjangkau. Namun Tahu juga memiliki kandungan air yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba sehingga kebanyakan industri tahu yang ada di indonesia menambahkan bahan pengawet yang dilarang yaitu formalin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi. Penelitian ini dilaksanakan sejak April 2019, pengumpulan data tanggal 19 Mei 2019. Jenis penelitian bersifat eksperimental dengan konsentrasi vinegar 2%, 2.5%, dan 3% dan dilakukan dengan 2 kali pengulangan. Parameter penelitian meliputi Lapisan Lendir pada permukaan, aroma, tekstur, dan warna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan mutu fisik Tahu dengan skor tertinggi yaitu dengan nilai skor rata-rata Lapisan Lendir pada Permukaan Tahu adalah 8, nilai skor rata-rata Aroma adalah 8, nilai skor rata-rata Tekstur adalah 8, nilai skor rata-rata Warna adalah 8. Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang kepok terhadap mutu fisik Tahu.
Kata Kunci : Vinegar Kulit Pisang Kepok, Tahu, Mutu Fisik
-
5
-
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Perendaman
Tahu dalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Terhadap Mutu Fisik
Tahu”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini dengan ketulusan hati maka penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan sekaligus sebagai pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Mincu Manalu, S. Gz, M. Kes, selaku penguji I yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan Karya Tulis
Imiah ini.
3. Erlina Nasution, S. Pd, M. Kes selaku penguji II yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Orang Tua tercinta Koster Manalu dan Rusniati Tambunan, Ibu
Sambung Rut Sinaga, abang tercinta Lambok Manalu dan Marolop
Manalu yang senantiasa memberikan dukungan, dan doa yang
tulus.
5. Saudara Terkasih Raja Sihombing, Vina, teman-teman Mahasiswa
Jurusan Gizi yang turut membantu dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan sumbang saran dari semua
pihak dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
-
7
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
RINGKASAN ........................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………vii
DAFTAR TABELviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.Latar Belakang ............................................................................ 1 B.Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C.Tujuan Penelitian......................................................................... 3 1. Tujuan Umum .......................................................................... 3 2. Tujuan Khusus ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4 1.Bagi Masyarakat ....................................................................... 4 2. Bagi Peneliti ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
A. Vinegar ....................................................................................... 5 1.Pengertian ................................................................................ 5 2. Syarat Mutu Vinegar ................................................................ 8 3.Fungsi Vinegar .......................................................................... 9 4.Jenis-Jenis Vinegar ................................................................... 9
B.Tahu…………………………………………………………………...11 1.Pengertian………………………………………………………….11 2.Macam-macam Tahu……………………………………………...12 3.Kriteria Mutu Tahu…………………………………………………13 4.Metode Pengawetan Tahu dengan Perendaman……………...14
C.Uji Mutu Fisik…………………………………………………………14 D.Kerangka Konsep……………………………………………………16 E.Defenisi Operasional………………………………………………...16 F.Hipotesa……………………………………………………………….17
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………..18
A.Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….18 B.Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………..18 C.Prosedur Pengenceran Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok…19 D.Pembuatan Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok……………….19
-
8
E.Prosedur Perendaman Tahu kedalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok………………………………………………………...20 F.Jenis Panelis…………………………………………………………21 G.Cara Pengumpulan Data…………………………………………...21 H.Pengolahan dan Analisis Data……………………………………..22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………23 A.Lendir Pada Permukaan Tahu……………………………………..23 B.Aroma…………………………………………………………………24 C.Tekstur………………………………………………………………...25 D.Warna…………………………………………………………………26
BAB V Kesimpulan dan Saran……………………………………………...28 A.Kesimpulan…………………………………………………………...28 B.Saran…………………………………………………………………..28
Daftar Pustaka………………………………………………………………...29 Lampiran………………………………………………………………………31
-
9
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Syarat Mutu Vinegar ………………………………………………8
2. Komposisi Tahu……………………………………………………11
3. Kriteria Mutu Tahu…………………………………………………13
-
10
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu
Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Lapisan Lendir Pada
Permukaan Tahu…………………………………………………….31
2. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu
Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Lapisan
Lendir Pada PermukaanTahu………………………………………32
3. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu
Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Aroma Tahu………………..33
4. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu
Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Aroma Tahu…..34
5. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu
Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Tekstur Tahu………………35
6. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu
Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Tekstur Tahu…36
7. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu
Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Warna Tahu……………….37
8. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu
Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Warna Tahu…..38
9. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Panelis (informant consent)39
10. Skema Pembuatan Vinegar Hingga Proses Pencelupan Tahu
Kedalam Vinegar /cuka…………………………………………….40
11.Lembar Penilaian Organoleptik Tahu……………………………..41
12. Dokumentasi ………………………………………………………..43
13. Surat Pernyataan……………………………………………………45
14. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………….46
15. Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah……………………………….47
-
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahu merupakan pangan yang populer di Indonesia. Selain karna
rasa yang enak dan harga nya yang murah, tahu merupakan salah satu
makanan yang menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi
serta mutu nya setara dengan mutu protein hewani. Hai ini bisa dilihat dari
nilai NPU ( Net Protein Utiliy) tahu yang mencerminkan banyaknya protein
yang dapat dimanfaatkan tubuh, yaitu sekitar 65 persen. Di samping itu,
tahu mempunyai daya cerna tinggi sekitar 85-98 persen (Sudirman, 2012).
Namun Tahu mempunyai kandungan air yang tinggi sehingga mudah
rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa
simpan, kebanyakan industri tahu yang ada di indonesia menambahkan
bahan pengawet. Bahan pengawet yang dapat ditambahkan tidak terbatas
pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang curang
dengan menambahkan formalin. Formalin merupakan bahan tambahan
pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut
peraturan menteri kesehatan (MenKes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
Selain itu, dasar hukum yang melarang penggunaan formaldehid
adalah UU No 7/1996 tentang Pangan. Kedua, UU No 8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Ketiga, Peraturan Pemerintah RI Nomor 28
Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
Namun Ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan karena
harganya yang murah, sehingga sering digunakan oleh produsen dan
pedagang Tahu dan makanan lainnya untuk mengawetkan produknya. Hal
ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat mengingat
efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan (Eddy
S. M, 2014.)
Hasil penelitian BPOM dari 290 sampel tahu yang diteliti dari kota
Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Mataram dan Makassar Berdasarkan hasil pengujian laboratorium
-
12
diperoleh temuan bahwa 33,45% dari sampel tahu mengandung formalin.
Tjiptaningdyah (2010) juga melakukan penelitian mengenai studi
keamanan pangan pada tahu putih yang beredar di Pasar Sidoarjo
menggunakan FMR (Formalin Mean Reagen). Hasil penelitian nya
menunjukkan 62,85% tahu yang dijual di pasar tradisional dan 65,9 %
yang dijual pasar modern Kota Sidoarjo positif mengandung formalin.
Selain tahu, makanan lain yang biasa ditambahkan formalin adalah
Camilan anak-anak yang dijual oleh pedagang kaki lima. Menurut
penelitian Martony, O (2017) persentase camilan positif mengandung
formalin adalah 25% (6 dari 24 sampel).
Tahu yang direndam di dalam air yang diganti setiap hari pada suhu
kamar telah menjadi busuk selama 1.5 hari (Ponte carvo dan Bourne,1978
dalam Setyadi 2008). Sedangkan tahu yang dibiarkan pada udara terbuka
tanpa perendaman di dalam air pada suhu kamar hanya tahan sekitar 10
jam. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam, lalu
berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak di konsumsi lagi
Hal tersebut disebabkan oleh kadar air dalam tahu mencapai 86%
dan protein tahu yang relatif tinggi yaitu 8-12%. Dengan komposisi seperti
itu, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk (Cholifah, 2017). Sehingga perlu dilakukan
pengawetan dengan cara yang aman. Salah satu cara pengawetan bahan
makanan yang aman adalah menurunkan PH bahan makanan dengan
penambahan asam seperti cuka.
Cuka adalah salah satu produk fermentasi yang dibuat
menggunakan bahan baku yang bergula atau berpati. Cuka dapat dibuat
dari aneka buah-buahan yang diambil sari buahnya. Cuka yang dijual atau
ditawarkan kepada konsumen harus mengandung kadar asam minimal
4% dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI
(Desrosier, 1988 dalam Nurismanto, dkk 2014)
Pembuatan cuka dari kulit pisang sangat berpotensi karena hasil
pertanian pisang di Indonesia sangat melimpah..Limbah kulit pisangini
-
13
dapat diperoleh dari tempat penjual gorengan atau dari tempat
pengolahan kripik pisang.
Menurut penelitian Setyadi (2008) menunjukkan bahwa formula
larutan pengawet asam asetat glasial 2% dan 2.5% dapat memperpanjang
umur simpan sampai 2 hari. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mikroba yang
sudah melebihi batas SNI dan sudah mulai timbul lendir pada tahu pada
hari ke-2. Perlakuan formulasi terbaik untuk mempertahankan umur
simpan tahu adalah tahu dengan asetat 3% Tahu dengan perlakuan
formulasi tersebut dapat mempertahankan umur simpan sampai 3 hari.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vinegar kulit
pisang kepok dengan kadar asam asetat yang sesuai dengan ketentuan
yaitu minimal 4% (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005) dan mampu
mengawetkan tahu
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh perendaman tahu dalam vinegar organik
berbasis kulit pisang terhadap mutu fisik Tahu
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar Berbasis
Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu
2. Tujuan Khusus
a. Menilai kondisi penampakan lendir pada permukaan tahu
dengan dan tanpa penambahan vinegar berbasis kulit pisang
kepok
b. Menilai kondisi Aroma pada tahu dengan dan tanpa
penambahan vinegar berbasis kulit pisang kepok
c. Menilai tekstur tahu dengan dan tanpa penambahan vinegar
berbasis kulit pisang kepok
d. Menilai warna pada tahu dengan dan tanpa
penambahan vinegar berbasis kulit pisang kepok
-
14
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan vinegar
berbasis kulit pisang kepok untuk menggantikan formalin
untuk meningkatkan mutu fisik tahu
b. Bagi penjual Tahu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif
lain untuk menambah mutu fisik dan umur simpan tahu
sehingga menjadi nilai tambah tersendiri bagi para penjual
tahu
c. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat sehingga dapat dimanfaatkannya vinegar
alami berbasis kulit pisang kepok sebagai bahan untuk
meningkatkan mutu fisik dan daya simpan pada tahu
-
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vinegar
1. Pengertian
Vinegar atau cuka adalah suatu kodimen yang dibuat dari berbagai
bahan yang bergula atau berpati melalui fermentasi asetat. Produk ini
merupakan suatu larutan asam asetat dalam air yang mengandung cita
rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam buah, ester-ester,
garam-garam organik dari buah, yang berbeda-beda sesuai dengan
asalnya (Desrosier, 1988 dalam Nurismanto, dkk 2014)
Pembuatan cuka dilakukan dengan fermentasi, yaitu perubahan
kimia pada substrat organik melalui aktivitas enzim suatu mikroba yang
prosesnya dapat berlangsung secara aerob atau anaerob. Dalam proses
fermentasi , terdapat dua proses yaitu:
a. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan proses yang pertama dimana gula
(fruktosa, glukosa) difermentasi menggunakan ragi (Sacharomyces
cereviseae ) menghasilkan alkohol dan asam organik serta terbentuk gas
karbondioksida. Proses fermentasi ini terjadi dalam kondisi anaerob,
karena tidak membutuhkan oksigen sebagai oksidator. Menurut Waluyo
1984 dalam Priasty 2013, Kadar alkohol yang diperlukan adalah 10-13%.
Jika Alkohol yang terbentuk selama proses fermentasi kadarnya terlalu
banyak (lebih dari 14%-15%) justru akan menghambat pertumbuhan
bakteri dan sebaliknya jika kadar alkohol yang dihasilkan terlalu sedikit,
maka asam asetat yang terbentuk akan sedikit dan sebagian akan hilang
sebagai ester atau teroksidasi menjadi CO2.
Secara ringkas seluruh rangkaian reaksi yang terjadi adalah
hidrolisis pati atau polisakarida menjadi maltose (disakarida) kemudian
hidrolisis menjadi glukosa dan selanjutnya diubah menjadi alcohol dan
gas karbondioksida oleh Saccharomyyces cereviceae untuk pembuatan
vinegar
-
16
Reaksi perubahan patimenjadi alkohol fermentasi
(C6H10O5)n n(C12H22O11)
pati maltosa
C12H22O11 +H2O 2 C6H12O6
maltosa air glukosa
C12H22O11 2C2H5OH+2CO2 +2ATP
glukosa Etanol
Menurut Setiawati (2013), Variabel yang berpengaruh pada proses
fermentasi adalah bahan baku, suhu, pH, konsentrasi ragi, lama
fermentasi, kadar gula, dan nutrisi ragi.
1) Bahan Baku
Pada umumnya bahan baku yang mengandung senyawa organik
terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam
proses fermentasi bioetanol. Pada penelitian kali digunakan kulit pisang
kepok sebagai bahan baku.
2) Suhu
Suhu berpengaruh terhadap proses fermentasi melalui dua hal secara
langsung mempengaruhi aktivitas enzim khamir dan secara langsung
mempengaruhi hasil alkohol karena adanya penguapan, seperti proses
biologis (enzimatik) yang lain, kecepatan fermentasi akan bertambah
sesuai dengan suhu yang optimum umumnya 27 – 32˚C. ragi roti
mempunyai temperatur maksimal sekitar 40 – 50oC dengan temperatur
minimum 0˚C. Pada interval 15 – 30˚C fermentasi mengikuti pola bahwa
semakin tinggi suhu, fermentasi makin cepat berlangsung. Suhu optimum
untuk ragi roti adalah 19 – 32˚C dan suhu optimum untuk ragi tape adalah
35 – 47˚C. Oleh karena itu, pengaturan suhu dibuat dalam range tersebut.
-
17
3) pH
Pada umumnya pH untuk fermentasi dibutuhkan keasaman 3,4 – 4,
ini didasari lingkungan hidup dari starter yang dapat tumbuh dan
melakukan metabolisme pada pH tersebut.
4) Konsentrasi Ragi
Konsentrasi ragi yang diberikan pada larutan yang akan
difermentasikan optimalnya adalah 2 – 4% dari volume larutan. Jika
konsentrasi ragi yang diberikan kurang dari kadar optimal yang disarankan
akan menurunkan kecepatan fermentasi karena sedikitnya massa yang
akan menguraikan glukosa menjadi etanol, maka akan dibutuhkan
substrat yang lebih banyak karena substrat yang ada tidak cukup
sehingga menurunkan kecepatan fermentasi.
5) Lama Fermentasi
Lama fermentasi biasanya ditentukan pada jenis bahan dan jenis
yeast serta gula. Fermentasi berhenti ditandai dengan tidak
terproduksinya lagi CO2. Kadar etanol yang dihasilkan akan semakin
tinggi sampai waktu optimal dan setelah itu kadar etanol yang dihasilkan
menurun (Prescott and Dunn, 1959 dalam Setiawati (2013). Pada
penelitian ini dipakai waktu yang dipakai adalah 1 minggu
6) Kadar Gula
Kadar gula yang optimum untuk aktivitas pertumbuhan starter
adalah 10-18%. Gula disini sebagai substrat, yaitu sumber karbon bagi
nutrient ragi tape dan ragi roti yang mempercepat pertumbuhan untuk
selanjutnya menguraikan karbohidrat menjadi etanol. Apabila terlalu
pekat, aktivitas enzim akan terhambat sehingga waktu fermentasi menjadi
lambat disamping itu terdapat sisa gula yang tidak dapat terpakai dan jika
terlalu encer maka hasilnya berkadar alkohol rendah. Jika kadar gula di
bawah 10% fermentasi dapat berjalan tetapi etanol yang dihasilkan terlalu
encer sehingga tidak efisien untuk didestilasi dan biayanya mahal. Jika
-
18
kadar gula di atas 18 % fermentasi akan menurun dan alkohol yang
terbentuk akan menghambat aktivitas ragi, sehingga waktu fermentasi
bertambah lama dan ada sebagian gula yang tidak ter fermentasi.
7) Nutrisi Ragi
Nutrisi diperlukan sebagai tambahan makanan bagi pertumbuhan
ragi. Nutrisi yang diperlukan misalnya: garam ammonium (NH 4 CL) dan
garam phosphate (pupuk TSP). (Winarno & Fardiaz,1992 dalam Setiawati
(2013).
b. Fermentasi Asam Asetat.
Proses yang kedua yaitu alkohol yang dihasilkan akan di fermentasi
oleh Acetobacter aceti dan menghasilkan asam asetat. Proses fermentasi
kedua ini terjadi dalam kondisi aerob, karena membutuhkan oksigen
sebagai oksidator ( Wartini, 2015), Menurut SNI 01-3711-1995 mengenai
syarat mutu Vinegar, bahwa kadar asam asetat dalam Vinegar minimal
4%,
2. Syarat Mutu Vinegar
Tabel 1. Syarat mutu Vinegar
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Cuka dapur Cuka meja
1 Keadaan
2 Bentuk - Cairan encer,
jernih, tidak
berwarna
Cairan encer,
jernih, tidak
berwarna
3 Bau - Khas asam
cuka
Khas asam
cuka
4 Kadar asam cuka %b/b Min 12,5 Min 4-12,5
5 Cemaran logam
Seng (Zn) mg/kg Maks 2 Maks 1
Besi (Fe) mg/kg Maks 0,5 Maks 0,3
Sumber : (SNI 01-3142-1998)
-
19
3. Fungsi Vinegar
Menurut Setyadi (2008), asam cuka juga berperan sebagai pengawet
dimana asam akan menurun kan pH bahan pangan sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jumlah asam yang
cukup akan menyebabkan denaturasi protein bakteri. Asam cuka juga
berfungsi untuk menambah cita rasa, mengurangi rasa manis dan
dapat pula memperbaiki tekstur
Vinegar dapat digunakan sebagai bahan penyedap (untuk
memperbaiki flavor) pada berbagai masakan, atau sebagai minuman
setelah dilakukan proses aging/penuaan, yang memberikan keistimewaan
tersendiri karena flavor (perpaduan antara rasa dan bau) yang baik
(Kwartiningsih dan Mulyati, 2005)
4. Jenis jenis vinegar
a. Vinegar air kelapa
Bahan yang digunakan dalam pembuatan vinegar air kelapa meliputi
air kelapa segar, gula pasir, ammonium sulfate, ammonium phospate,
starter Saccharomyces cerevisiae atau ragi roti, serta bakteri asam asetat
yakni Acetobacter acetii. Secara mikrobiologis karkas ayam yang
direndam dalam vinegar ini mampu menurunkan bakteri patogen (E.coli,
Salmonella, S. aureus, L. Monocytogenes) sehingga dapat
memperpanjang umur simpan baik pada suhu ruang maupun suhu dingin.
Tetapi uji aplikasi vinegar ini menghasilkan karkas ayam dengan tekstur
yang agak keras dan warna yang lebih pucat (Miskiyah, 2017).
b. Vinegar kulit nanas
Kulit nanas (Ananas comosus) mengandung karbohidrat sebanyak
17,53%. Adanya kandungan karbohidrat ini dapat diolah menjadi cuka.
Proses pembuatan cuka dilakukan melalui 2 tahap fermentasi yaitu,
secara anaerob dengan Saccharomyces cerevisiae dan fermentasi aerob
dengan bakteri Acetobacter aceti. Menurut SNI 01-3711-1995 mengenai
syarat mutu cuka, bahwa kadar asam asetat dalam cuka minimal 4%,
-
20
sedangkan kadar asam asetat yang dihasilkan dari vinegar kulit nanas
tidak sesuai dengan syarat mutu cuka yaitu sebesar 3,29% (Wahyuni,
2015).
c. Vinegar bonggol pisang
Bonggol pisang merupakan pangkal batang yang berbentuk
bulat dan besar yang mengandung kira-kira 11% pati dan dapat
menghasilkan alkohol. Menurut waluyo dalam Priasty, dkk. (2013)
bahwa kadar alkohol yang diperlukan untuk pembuatan cuka
berkisar antara 11-13%. Pada penelitian pendahuluan yang telah
dilakukan, didapatkan kadar alkohol yaitu 11%, sehingga bonggol
pisang berpotensi dijadikan menjadi cuka.
d. Vinegar kulit pisang kepok
Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian yang
belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Kandungan karbohidrat
pada kulit pisang kepok cukup tinggi (yaitu 18,5%). Limbah kulit
pisang kepok mengandung monosakarida terutama glukosa sebesar
8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang kepok berpotensiuntuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol
melalui proses fermentasi (Munadjim, 1988).
-
21
B. Tahu
1. Pengertian
Bagi orang Indonesia nama tahu tidak asing lagi untuk didengar,
karena tahu adalah salah satu makanan yang paling favorit bagi orang
Indonesia. Merupakan makanan yang selalu hadir disetiap harinya baik itu
merupakan lauk pendamping nasi maupun sebagai camilan, baik itu tanpa
olahan maupun dengan dimodifikasi menjadi bentuk panganan lainnya
yang berbasis tahu
Tahu dibuat dari kedelai yang diambil sari nya, yang kemudian
diendapkan menggunakan bahan penggumpal (Murdiati, 2013). Tahu
merupakan salah satu makanan sumber protein yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat. Kandungan protein nabati yang tinggi pada tahu
dianggap dapat menggantikan protein hewani (Iftriani, 2016)
Alasan mengapa tahu sangat digemari adalah selain harga nya yang
murah, Tahu merupakan makanan yang menyehatkan dan mengandung
zat-zat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi. Kedelai mengandung
protein, karbohidrat, lemak, dan zat-zat mineral (Sikanna, 2016).
Tabel 2 komposisi tahu
Energi 80 kkal
Protein 10,9 gr
Karbohidrat 0,8 gr
Lemak 4,7 gr
Serat 0,8 gr
Kalsium 223 mg
Fosfor 183 mg
Air 82 gr
Tabel komposisi Pangan Indonesia, 2009
Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan hanya selama 1-2
hari saja tanpa pengawet dengan suhu kamar. Setelah lebih dari batas
tersebut rasanya menjadi asam, lalu berangsur angsur busuk, sehingga
tidak layak dikonsumsi lagi. Tahu yang direndam didalam air yang diganti
-
22
setiap hari pada suhu kamar telah menjadi busuk selama1.5 hari (Ponte
carvo dan Bourne,1978 dalam Setyadi 2008). Sedangkan tahu yang
dibiarkan pada udara terbuka tanpa perendaman didalam air pada suhu
kamar hanya tahan sekitar 10 jam.
2. Macam- Macam Tahu
a. Tahu Putih
Tahu ini teksturnya padat dengan pori pori agak besar. Dipasaran
dijumpai dengan beragam bentuk dan ukuran. Tahu putih hanya bisa
bertahan selama 1-2 hari.
b. Tahu kuning
Tahu Kuning atau dikenal dengan sebutan Tahu Takwa adalah
tahu yang berwarna kuning, yang disebabkan karena air rendaman tahu
diberi kunyit atau pewarna sintesis. Tahu kuning merupakan makanan
khas Kota Kediri, karena sentral (pusat) pembuatannya banyak dijumpai di
Kediri. Tahu kuning memiliki bentuk kotak persegi empat dan agak pipih.
Tahu ini juga memiliki kepadatan yang lebih baik dibandingkan tahu putih,
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kunyithttps://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kedirihttps://id.wikipedia.org/wiki/Tahu
-
23
sehingga ketika dipotong tahu tidak mudah hancur. Selain itu, tahu kuning
memiliki tekstur kenyal, berpori halus, dan lembut.Dari segi rasanya, tahu
kuning memiliki rasa yang gurih tanpa rasa asam sama sekali. Jika
digoreng, bagian luarnya akan berubah menjadi kering dan renyah,
sedangkan bagian dalam tetap lembut dan kenyal.
c. Tahu Sutera atau Tofu
Disebut tahu sutera karena teksturnya sangat halus. Pada
umumnya tofu berwarna putih. Dipasaran dijual dalam keadaan segar dan
di kemas dengan plastik kedap udara. Tofu ada yang berbentuk silinder
dan segi empat
3. Kriteria Mutu Tahu
Tahu yang masih segar harus memenuhi kriteria sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh SNI seperti terlihat padaTabel 2.
Tabel 3.Kriteria mutu tahu
Parameter Satuan Persyaratan
Bau - Normal tahu
Rasa - Normal tahu
Warna
-
Putih normal atau kuning
normal Penampakan
-
normal tidak berlendir dan
tidak berjamur
dan tidak berjamur
cemaran Mikroba:
-
24
Angka lempeng total Koloni/g 1.0 x106
escherichia coli Angka paling
mungkin/g
maks. 10
Salmonella koloni/g Negatif
Sumber: (SNI01-3142-1998)
4. Metode Pengawetan Tahu dengan Perendaman
Pengawetan produk pangan ditujukan untuk memperpanjang umur
simpan suatu makanan dan dalam hal ini dengan jalan menghambat
pertumbuhan mikroba. Salah satu metode untuk mengawetkan produk
pangan yaitu perendaman ke dalam larutan pengawet. Metode
perendaman sangat umum dilakukan pada produk pangan khusus nya
produk yang memiliki permukaan yang lebih luas. Hal ini ditujukan agar
bahan pengawet dapat membunuh sejumlah besar mikroba yang
tumbuh pada permukaan produk pangan selain itu juga memudahkan
bahan pengawet untuk berdifusi ke dalam produk pangan. Hal yang harus
diperhatikan dalam mengawetkan produk pangan dengan metode
perendaman adalah waktu pencelupan yang optimal. Penentuan waktu
pencelupan didasarkan pada karakteristik masing-masing produk pangan.
(Setyadi.2008).
Waktu perendaman optimum untuk mengawetkan tahu dalam larutan
organik adalah 1 menit. Menurut Hasil Penelitian Setyadi, 2008,
perendaman tahu ke dalam larutan asam organik selama lebih dari 1
menit akan menyebabkan perubahan tekstur tahu, dimana tahu akan
menjadi semakin lunak karena konsistensi tekstur tahu semakin
berkurang, selain itu rasa dan aroma asam timbul sangat menyengat
C. Uji Mutu Fisik
Mutu Fisik tahu putih yang dapat dikatakan baik adalah tahu yang
memiliki penampakan halus tanpa lendir, tekstur yang kompak dan kenyal,
berwarna putih cerah, serta memiliki rasa dan aroma khas tahu segar.
Sedangkan mutu sensori tahu yang buruk yaitu timbul lendir di permukaan
-
25
tahu, tekstur tidak kompak dan lunak, adanya kapang, serta memiliki bau
dan rasa yang masam. (Setyadi, 2008)
Uji mutu fisik dilakukan untuk mengetahui nilai dari ketampakan yang
meliputi lendir dipermukaan, bau, tekstur, dan warna. Prosedur penilaian
dilakukan oleh 15 panelis tidak terlatih dengan memberikan penilaian
secara rinci terhadap tahu pada rentang nilai 1 sampai 9.
Uji mutu fisik ini menggunakan uji skor (scoring test) dalam
menentukan tingkatan mutu berdasarkan skala angka 1 (satu) sebagai
nilai terendah dan angka 9 (sembilan) sebagai nilai tertinggi yang
tercantum dalam lembar penilaian. Penilaian contoh yang diuji dilakukan
dengan cara memberikan nilai pada lembar penilaian sesuai dengan
tingkatan mutu produk.
Menurut Nurqaderianie (2016), pada pengujian ikan yang dijual
eceran di kota Makassar memperoleh nilai berkisar antara 7,08-8,42 yang
berarti ikan masih memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat yang
ditetapkan SNI (2006) yaitu standar ikan segar yaitu minimal 7.
Menurut Puri (2016), kesegaran ikan dapat dilihat dengan kriteria
sesuai dengan SNI (2006) yaitu nilai 7-9 menunjukkan ikan masih segar,
4-6 menunjukan ikan dalam keadaan agak segar, dan 1-3 menunjukan
ikan dalam kondisi sudah tidak segar.
Sedangkan menurut Santhi (2017), bahwa nilai organoleptik 9
menunjukan ikan dalam kondisi sangat segar. Kondisi ikan segar
ditunjukkan dengan nilai 7-8. Nilai 5-6 merupakan ambang batas antara
kondisi ikan jelek. Dan ikan dikatakan busuk dan tidak layak untuk
dikonsumsi lagi yaitu pada nilai organoleptik 1-4.
-
26
D. Kerangka Konsep
E. Defenisi Operasional
Variabel Definisi Skala
pengukuran
1 Vinegar kulit
pisang
Vinegar berbasis kulit pisang kepok
merupakan salah satu produk pengawet
bahan pangan yang berasal dari limbah
organik kulit pisang kepok yang
diperoleh dari pasar Lubuk Pakam.
Dibuat melalui dua proses yaitu pertama
merebus 1 kg kulit pisang kepok dengan
menambahkan 1500 ml air, kemudian
disaring dan tampung filtratnya,
tambahkan 170 gr gula pasir
dan 1,2 gr ammonium sulfat, setelah
dingin tambahkan ragi roti sebanyak 30
gr kemudian dimasukkan kedalam
toples dan di tutup rapat dalam suhu
ruang selama 7 hari. Selanjutnya
-
Tahu
Tanpa penambahan
Vinegar Kulit Pisang
Kepok ( Sebagai
Pembanding)
Dengan penambahan
Vinegar kulit pisang
kepok
Uji Mutu Fisik :
Lendir
Permukaan
tahu, Aroma,
tekstur, warna.
-
27
ditambah dengan acetobacter acetii
sebanyak 15%, kemudian di biarkan
dalam suhu ruang selama 10 hari.
Untuk membuat vinegar dengan
berbagai konsentrasi maka digunakan
metode pengenceran.
2 Tahu Tahu yang digunakan merupakan tahu
dengan kualitas yang baik sesuai
dengan kriteria SNI dan langsung di
ambil dari pabrik tahu saat tahu baru
saja selesai di produksi. Lalu tahu di
simpan di wadah tertutup sebelum di
berikan vinegar.
-
3 Uji Mutu Fisik Uji mutu fisik merupakan pengujian fisik
yang dilakukan oleh 15 orang panelis
tidak terlatih dengan memberikan
penilaian terhadap mutu fisik tahu
dengan rentang penilaian 1 sampai 9.
Penilaian 1 sampai 9 dimana penilaian
terendah pada skor 1 dan penilaian
tertinggi pada skor 9 dengan
persyaratan minimal skor 7 dan
spesifikasi penilaian tertera pada
lampiran 3 (SNI 2729:2013)
Ordinal
F. Hipotesa
H0 : Tidak ada pengaruh penambahan vinegar kulit pisang
kepok terhadap mutu fisik tahu
Ha : Ada pengaruh penambahan vinegar kulit pisang kepok
terhadap mutu fisik tahu
-
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi. Penelitian ini
dilaksanakan sejak April 2019, pengumpulan data tanggal 19 Mei
2019.
B. Jenis dan rancangan penelitan
Jenis penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan
percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor
tunggal yaitu konsentrasi vinegar berbasis kulit pisang kepok 2%,
2.5%, dan 3% dan dilakukan dengan 2 kali pengulangan. Parameter
penelitian meliputi pengujian organoleptik yang meliputi ketampakan
Lapisan Lendir pada permukaan, aroma, tekstur, dan warna.
Pengujian dilakukan oleh 15 orang panelis terlatih meliputi skor 1
sampai 9 dengan nilai terendah ada pada skor 1 dan nilai tertinggi
ada pada skor 9 dengan persyaratan minimal skor 7 (SNI
2729:2013).
B322 = Tanpa penambahan vinegar berbasis kulit pisang
kepok
B231. = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 2%
B432 = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 2.5%
B132 = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3%
-
29
C. Prosedur Pengenceran Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok
Pengenceran vinegar dihitung berdasarkan rumus :
Keterangan :
V1 = Volume vinegar pekat yang dibutuhkan (a ml)
N1 = Konsentrasi vinegar yang tersedia (4,08 %)
V2 = Volume vinegar yang diinginkan (500 ml)
N2 = Konsentrasi vinegar yang diinginkan (1%, 2%, 3%)
1. Bahan
a. Larutan vinegar pekat (a ml)
b. 1500 ml air
2. Alat
a. 1 buah Labu ukur ukuran 500 ml
b. 1 buah pipet ukur
c. Kertas parafim
3. Prosedur Pengenceran vinegar
a. Pipet a ml larutan vinegar kulit pisang kepok pekat kemudian
b. masukkan kedalam labu ukur ukuran 500 ml
c. Tambahkan air hingga mencapai titik batas, tutup dengan
kertas parafilm kemudian kocok 25-30 kali
d. Lakukan dengan cara yang sama untuk pembuatan larutan
dengan konsentrasi 2%, 2,5% dan 3%
D. Pembuatan vinegar berbasis kulit pisang kepok (Setiawati,
dkk, 2013)
1. Bahan pembuatan Vinegar
a. Limbah kulit pisang kepok 1 kg
b. Acetobacter aceti 10%
c. Gula pasir 170 gr
d. Ammonium sulfat 1.2 gr
-
30
e. Saccharomyces cerevisiae 5gr
2. Alat yang digunakan dalam pembuatan Vinegar
a. Timbangan 1 buah
b. Gelas ukur 1 buah
c. Pisau
d. Saringan 1 buah
e. Panci
f. Sendok
g. Waskom
h. Kompor gas
i. Piring
3. Cara Pembuatan Cuka Berbahan dasar kulit pisang kepok
a. Timbang kulit pisang kepok sebanyak 1 kg
b. Tambahkan 1,5 liter air
c. Rebus sampai mendidih
d. Saring lalu masukkan ke dalam toples, tambahkan 1.2 gr
ammonium sulfat dan 170 gr gula pasir.
e. Dinginkan, lalu tambahkan 30 gr ragi (Sacharomyces cereviseae)
f. Biarkan fermentasi berlangsung selama 7 hari dalam keadaan
anaerob. Setelah itu Lakukan analisis kadar alkohol.
g. Hasil Fermentasi pertama kemudian disaring lagi dan
ditambahkan induk cuka (Acetobacter aceti) sebanyak 10%
h. Biarkan fermentasi berlangsung 10 hari
i. Lakukan analisa kandungan asam asetat
E. Prosedur Perendaman Tahu kedalam Vinegar Berbasis Kulit
Pisang Kepok
1. Bahan
a. 4 potong Tahu Putih ukuran 4x4x2 cm dan berat 70g
b. 500 ml vinegar/cuka masing-masing 2%, 2.5%, dan 3%
-
31
2. Alat
a. 1 buah timbangan digital
b. 1 buah baskom pencelupan
c. 4 buah piring
d. 1 buah pencepit
3. Prosedur Pencelupan Tahu kedalam vinegar/cuka
a. Bersihkan tahu dengan hati hati
b. Timbang tahu per potong dan catat hasil penimbangan
c. Rendam tahu selama 1 menit kedalam larutan vinegar/cuka 2%,
2.5%, dan 3% serta tanpa pencelupan sebagai pembanding
d. Setelah itu amati tahu dari 10 jam setelah perendaman
F. Jenis Panelis
Jenis panelis adalah panelis tidak terlatih. Jumlah panelis
sebanyak 15 orang yang diambil dari Mahasiswa/i Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam dengan
kriteria lulus matakuliah Ilmu Teknologi Pangan (ITP), tidak sakit,
tidak merokok, dan bersedia mengikuti uji organoleptik.
G. Cara Pengumpulan Data
Data hasil uji mutu fisik diperoleh secara langsung yang
dilakukan oleh 15 panelis yang terdiri dari mahasiswa Poltekkes
Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam di Laboratorium Teknologi Pangan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi.
Langkah – langkah pengumpulan data dari panelis adalah
sebagai berikut :
a. Tahu disajikan di piring hidang dan masing – masing
perlakuan diberikan kode
b. Panelis memberikan penilaian uji mutu fisik meliputi
ketampakan lendir, bau, dan tekstur (Lampiran 8).
Uji mutu fisik ini menggunakan uji skor (scoring test) dalam menentukan
tingkatan mutu berdasarkan skala angka 1 (satu) sebagai nilai terendah
-
32
dan angka sembilan sebagai nilai tertinggi yang tercantum dalam lembar
penilaian yang telah dimodifikasi.
H. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dihasilkan dari uji mutu fisik diuji dengan mencari nilai
rata-rata dari setiap perlakuan kemudian dibandingkan dengan syarat
mutu Tahu dengan modifikasi uji organoleptik Ikan segar menurut SNI
2729:2013. Apabila hasil rata-rata dari setiap perlakuan memperoleh nilai
7-9 maka Tahu dikatakan Segar. Nilai 5-6 merupakan ambang batas
antara kondisi tahu tidak layak konsumsi, dan tahu dikatakan tidak layak
dikonsumsi lagi yaitu pada nilai organoleptik 1-4. Kemudian data diolah
dengan menggunakan uji annova pada α 5%. Jika P hitung ≤ 0.05 maka
H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan diantara jenis
perlakuan. Untuk itu analisa dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
mengetahui jenis perlakuan mana yang paling berbeda.
-
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Lendir Pada Permukaan Tahu
Salah satu indikator yang diuji dalam menilai mutu Tahu yaitu
dengan mengamati kondisi lendir pada permukaan tahu.
Penentuan mutu kondisi lendir pada permukaan tahu bergantung
pada kondisi Lendir pada permukaan yang semestinya dan tidak
menyimpang dari spesifikasi mutu Tahu.
Tabel rata-rata penilaian mutu permukaan tahu
No Sampel Rata-
rata Keterangan
Nilai P
1 B322 6 Lapisan lendir mulai keruh
0.000
2 B231 7 Lapisan lendir mulai agak
keruh
3 B432 8 Lapisan lendir jernih,
transparan, cukup cerah
4 B132 8 Lapisan lendir jernih,
transparan, cukup cerah
Penilaian panelis terhadap Lapisan lendir pada permukaan
tahu pada perlakuan B322 yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan
(tanpa perendaman dengan vinegar) mempunyai nilai rata-rata 6
(Lapisan Lendir Mulai Keruh) . Perlakuan B231 yaitu perendaman
Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2%
mempunyai nilai rata-rata 7 (Lapisan lendir mulai agak keruh).
Perlakuan B432 dan B132 yaitu perendaman tahu ke dalam
vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2.5% dan 3%
mempunyai nilai rata-rata 8 (Lapisan lendir jernih, transparan,
cukup cerah)
-
34
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
panelis terhadap kondisi Lapisan Lendir Tahu antara perlakuan
B322, B231, B432, B132 saling signifikan.
Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan kondisi
Lapisan lendir yang masih tampak segar dengan kriteria Lapisan
lendir jernih yang transparan, dan cukup cerah. Hal tersebut
disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di dalam vinegar
kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu menghambat
bakteri pembusuk di dalam tahu.
2. Aroma
Aroma menjadi salah satu indikator dalam penilaian mutu fisik
Tahu dengan memperhatikan perubahan pada aroma tahu.
Penilaian mutu aroma tahu dilakukan dengan indra penciuman
Tahu normal nya memiliki aroma khas Tahu (aroma khas kedelai)
dan tidak terdeteksi adanya aroma asam maupun aroma busuk.
Tabel rata-rata penilaian aroma tahu
No Sampel Rata-
rata Keterangan
Nilai P
1 B322 6 Netral
0.000
2 B231 6 Netral
3 B432 7 Beraroma khas tahu
4 B132 8 Sangat beraroma khas tahu
Penilaian panelis terhadap aroma tahu pada perlakuan B322
yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan (tanpa perendaman dengan
vinegar) mempunyai nilai rata-rata 6 (Netral). Perlakuan B231 yaitu
perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan
konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6 (Netral). Perlakuan
B432 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok
dengan konsentrasi 2.5% mempunyai nilai rata-rata 7 (Beraroma
-
35
khas tahu). Sedangkan perlakuan B132 tahu ke dalam vinegar kulit
pisang kapok dengan konsentrasi 3% mempunyai nilai rata-rata 8
(Sangat beraroma khas tahu)
Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di
dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0
ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang
kepok terhadap mutu fisik Tahu. Uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian panelis terhadap kondisi aroma pada
tahu antara perlakuan B322, B231, B432, B132 saling signifikan.
Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan aroma yang
sesuai dengan kriteria SNI dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di
dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu
menghambat bakteri pembusuk di dalam Tahu
3. Tekstur
Tekstur Tahu juga dijadikan indkator dalam penilaian mutu
tahu. Tekstur dinilai dengan menggunakan indra peraba. Biasanya
tahu masih bertekstur padat dan kompak
Tabel rata-rata penilaian mutu tekstur tahu
No Sampel Rata-
rata Keterangan
Nilai P
1 B322 5 Lunak
0.000
2 B231 6 Agak lunak
3 B432 7 Agak sedikit lunak
4 B132 8 Sangat padat, kompak
Penilaian panelis terhadap tekstur tahu pada perlakuan B322
yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan (tanpa perendaman dengan
vinegar) mempunyai nilai rata-rata 5 (Lunak). Perlakuan B231 yaitu
perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan
-
36
konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6 (agak Lunak).
Perlakuan B432 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 2.5% mempunyai nilai rata-rata 7
(agak sedikit lunak). Sedangkan perlakuan B132 tahu ke dalam
vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mempunyai nilai
rata-rata 8 (sangat padat, kompak)
Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di
dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0
ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang
kepok terhadap mutu fisik Tahu. Uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian panelis terhadap kondisi tekstur tahu
antara perlakuan B322, B231, B432, B132 saling signifikan.
Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan tekstur yang
sesuai dengan kriteria SNI dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di
dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu
menghambat bakteri pembusuk di dalam Tahu
4. Warna
Warna tahu juga merupakan salah satu indikator dalam
penentuan penilaian mutu fisik tahu. Tahu normalnya memiliki
warna putih,
Tabel rata-rata nilai mutu Tahu
No Sampel Rata-
rata Keterangan
Nilai P
1 B322 4 Berwarna sedikit kekuningan
0.000
2 B231 6 Berwarna Agak putih cerah
3 B432 7 Agak sedikit berwarna putih
cerah
4 B132 8 Berwarna sangat putih cerah
-
37
Penilaian panelis terhadap warna tahu pada perlakuan B322
yaitu tanpa perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok
mempunyai nilai rata-rata 4 (Berwarna sedikit kekuningan).
Perlakuan B231 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6
(berwarna agak putih cerah). Perlakuan B432 yaitu perendaman
tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2.5%
mempunyai nilai rata-rata 7 (agak sedikit berwarna putih cerah).
Sedangkan perlakuan B132 yaitu tahu dengan perendaman 3%
vinegar mempunyai nilai rata-rata 8 (berwarna sangat putih cerah)
Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan kondisi Warna
yang masih tampak segar dengan kriteria tahu berwarna sangat
putih cerah. Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang
terkandung di dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi
3% mampu menghambat bakteri pembusuk di dalam tahu.
-
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Pada indikator Lapisan lendir yang memiliki nilai rata-rata
tertinggi adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit
pisang kepok dengan konsentrasi 3% yaitu dengan nilai rata-rata
8
b. Pada indikator Aroma yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi
adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok
dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8
c. Pada indikator Tekstur yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi
adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok
dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8
d. Pada indikator warna yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi
adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok
dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8
B. Saran
a. Untuk uji organoleptik yang dilakukan selama ini kurang stabil
karena hanya diuji oleh mahasiswa saja, sebaiknya mengikuti
sertakan dosen agar lebih stabil dan valid.
b. Cuka yang telah dihasilkan sebaiknya dapat dilihat nilai jual nya
dan dipasarkan ke pabrik tahu maupun ke penjual-penjual tahu
untuk dapat menambah daya simpan dan mutu fisik tahu,
sehingga produsen maupun pedagang tidak menggunakan
pengawet yang dilarang seperti formalin untuk mengawetkan
tahu.
-
39
DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan, Teori Praktis, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Cholifah, Nur. 2017. Pemanfaatan Bawang Putih dan daun Pandan
sebagai Pengawet Alami Tahu Ditinjau dari Masa Simpan dan
Tingkat Kesukaan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta
Iftriani, Indah, Sri Wahyuni, Haidir Amin. 2016. Analisis Kandungan Bahan
Pengawet Formalin Pada Tahu Yang Diperdagangkan Dipasar
Tradisional Kota Kendari (Pasar Panjang, Pasar Anduonohu, Pasar
Basah Dan Pasar Baruga. Fakultas Teknologi dan Industri
Pertanian, Universitas Halu Oleo
Martony, O, J. Silalahi, Z. Lubis, H. Santosa, R. Siburian. 2017. Analysis
Of Harmful Ingredients In Student Snacks At Lubuk Pakam, Deli
Serdang District, Indonesia. Rasayan Journal Of Chemistry, Vol 10,
No 4
Nurismanto, Rudi.2014. Pembuatan Asam Cuka Pisang Kepok
(Musaparadisiaca L.) Dengan Kajian Lama Fermentasi dan
Konsentrasi Inokulum (Acetobacteracetii). J. Perkapangan, Vol. 8,
No. 2
Nurqaderianie, A.S., Metusalach, dan Fahrul. 2016. Tingkat Kesegaran
Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Dijual Eceran
Keliling di Kota Makassar. Jurnal IPTEKS PSP. Vol. 3, No. 6
Priasty, E. W., Hasanuddin, dan Kurnia H. D. 2013. Kualitas Asam Cuka
Kelapa (Cocos nucifera L.) dengan Metode Lambat (Slow Methods).
Jurnal Agroindustri, Vol. 3, No. 1.
Puri, Anitsa Asrining. 2016. Uji Bakteriologis dan Organoleptik Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis) di Pasar Tradisional, Modern, dan
Gudang Lelang Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Setiawati. D. R. 2013. Proses Pembuatan Bioethanol dari Kulit Pisang
Kepok. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 19, No. 1
Setyadi, Dodi. 2008. Pengaruh Pencelupan Tahu Dalam Pengawet Asam
-
40
Organik Terhadap Mutu Sensori Dan Umur Simpan. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sikanna, R. 2016. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu yang
dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu. Jurnal Riset Kimia 2(2):85-
90. Jurusan Kimia Fakultas MIPA : Universitas Tadulako.
Sudirman, Nurlinda, 2012. Gambaran Penggunaan Pengawet Formalin
Pada Tahu Di Pasar Tradisional Pa’baeng-Baeng Kota Makassar.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar
Tjiptaningdyah, Restu. 2010. Studi Keamanan Pangan Pada Tahu Putih
yang Beredar di Pasar Sidoarjo (Kajian dari Kandungan Formalin).
Fakultas Pertanian Universitas DR. Soetomo Surabaya
Wahyuni, Sri. 2015. Pemanfaatan Kulit Nanas (Ananas Comosus)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka Dengan Penambahan
Acetobacter Acetii. Naskah Publikasi. Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Widaningrum, Miskiyah, Juniawati. 2015. Efikasi Cuka Kulit Pisang dan Air
Kelapa Sebagai Penghambat Listeria monocytogenes Pada Daging
Ayam.
Wikipedia. “Tahu Kuning.” Wikipedia, The Free Encylopedia. Wikipedia,
The Free Encyclopedia, 15 Desember 2018. http.// id. wikipedia.
Org/wiki/tahu kuning
-
41
Lampiran 1
Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi
Penilaian Lendir Pada Permukaan Tahu
Komponen Panelis Perlakuan
A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X
Lendir
Pada
Permukaan
Tahu
P1 6 8 7 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5
P1 6 7 6.5 7 7 7 8 9 8.5 8 8 8
P3 5 6 5.5 5 6 5.5 8 8 8 8 8 8
P4 6 6 6 7 6 6.5 9 8 8.5 8 7 7.5
P5 7 5 6.5 6 8 7 8 7 7.5 9 8 8.5
P6 5 6 5.5 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5
P7 5 6 5.5 6 6 6 8 9 8.5 8 8 8
P8 5 6 5.5 7 6 6.5 7 8 7.5 7 7 7
P9 6 6 6 7 7 7 7 8 7.5 8 7 7.5
P10 6 6 6 8 8 8 9 8 8.5 8 8 8
P11 6 5 5.5 7 8 7.5 8 8 8 9 8 8.5
P12 5 6 5.5 7 5 6 9 8 8.5 7 8 9
P13 7 7 7 7 9 8 7 8 7.5 7 7 7
P14 5 5 5.5 8 7 7.5 8 8 8 8 8 8
P15 6 6 6 8 8 8 7 8 7.5 8 8 8
TOTAL 6 7 8 8
-
42
Lampiran 2.
Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap
Mutu Fisik Tahu meliputi Lapisan Lendir Pada Permukaan Tahu
ANOVA
Hasil Uji
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 42.767 3 14.256 41.009 .000
Within Groups 19.467 56 .348
Total 62.233 59
Hasil Uji Lapisan Lendir Pada Permukaan Tahu
Duncan
Konsentrasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tanpa Perlakuan 15 5.9667
Konsentrasi 2% 15 6.9667
Konsentrasi 2.5% 15 8.0000
Konsentrasi 3% 15 8.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
-
43
Lampiran 4
Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi
Penilaian Aroma
Komponen Panelis Perlakuan
A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X
Bau
P1 7 6 6.5 5 7 6 7 7 7 9 8 8.5
P1 5 6 5.5 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5
P3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 6 6.5 8 8 8
P4 6 7 6.5 6 6 6 7 7 7 7 7 7
P5 6 6 6 5 5 5 8 7 7.5 7 8 7.5
P6 6 8 7 5 7 6 7 7 7 8 8 8
P7 6 5 5.5 6 6 6 8 7 7.5 7 7 7
P8 6 6 6 5 6 5.5 7 8 7.5 8 8 8
P9 7 5 6 6 6 6 7 8 7.5 8 8 8
P10 6 5 5.5 5 6 5.5 7 6 6.5 9 8 8.5
P11 6 6 6 6 5 5.5 8 8 8 8 8 8
P12 5 6 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 8 8
P13 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 7 7.5
P14 5 6
5
.5 6 6 6 5 6
5
.5 8 9
8
.5
P15 6 6 6 7 7 7 6 6 6 7 8 9
TOTAL 6 6 7 8
-
44
Lampiran 4.
Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap
Mutu Fisik Tahu meliputi Aroma
ANOVA
Hasil Uji
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 41.250 3 13.750 37.561 .000
Within Groups 20.500 56 .366
Total 61.750 59
Hasil Uji Bau
Duncan
Konsentrasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tanpa Perlakuan 15 6.0000
Konsentrasi 2% 15 6.0000
Konsentrasi 2.5% 15 7.0000
Konsentrasi 3% 15 8.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
-
45
Lampiran 5
Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi
Penilaian Tekstur
Komponen Panelis Perlakuan
A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X
Tekstur
P1 5 6 5.5 6 7 6.5 8 8 8 9 8 8.5
P1 5 5 5 6 6 6 8 7 7.5 8 8 8
P3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 8 7.5 7 7 7
P4 6 6 6 6 6 6 7 8 7.5 8 8 8
P5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 9 8 8.5
P6 6 5 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5
P7 3 3 3 7 7 7 8 8 8 7 8 9
P8 5 5 5 5 6 5.5 7 6 6.5 8 8 8
P9 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 8 7.5
P10 3 3 3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 8 7.5
P11 5 5 5 6 5 5.5 6 6 6 7 7 7
P12 5 6 5.5 6 6 6 8 7 7.5 8 8 8
P13 6 5 5.5 5 6 5.5 7 7 7 8 7 7.5
P14 5 6 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5
P15 5 5 5 5 5 5 7 7 7 8 9 8.5
TOTAL 5 6 7 8
-
46
Lampiran 6
Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap
Mutu Fisik Tahu meliputi Tekstur
ANOVA
Hasil Uji
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 75.000 3 25.000 50.000 .000
Within Groups 28.000 56 .500
Total 103.000 59
Hasil Uji Tekstur
Duncan
Konsentrasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Tanpa Perlakuan 15 5.0000
Konsentrasi 2% 15 6.0000
Konsentrasi 2.5% 15 7.0000
Konsentrasi 3% 15 8.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
-
47
Lampiran 7
Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi
Penilaian Warna
Komponen Panelis Perlakuan
A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X
Warna
P1 4 6 4 7 7 7 8 7 7.5 7 8 7.5
P1 5 5 5 6 5 5.5 7 7 7 7 7 7
P3 4 5 4.5 6 6 6 7 6 6.5 8 8 8
P4 5 5 5 5 6 5.5 8 8 8 8 8 8
P5 5 5 5 6 7 6.5 8 7 7.5 9 8 8.5
P6 2 4 3 6 6 6 7 8 7.5 8 9 8.5
P7 3 3 3 5 6 5.5 8 8 8 8 7 7.5
P8 4 5 4.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5
P9 5 3 4 6 6 6 7 8 7.5 8 9 8.5
P10 3 3 3 5 6 5.5 7 7 7 7 8 9
P11 2 4 3 6 6 6 7 7 7 8 8 8
P12 4 3 3,5 5 5 5 7 6 6.5 7 8 7.5
P13 4 4 4 7 7 7 7 7 7 9 8 8.5
P14 5 5 5 5 6 5.5 5 6 5.5 8 8 8
P15 5 5 5 7 7 7 6 6 6 7 7 7
TOTAL 4 6 7 8
-
38
Lampiran 8
Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap
Mutu Fisik Tahu meliputi Warna
ANOVA
Hasil Uji
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 75.000 3 25.000 50.000 .000
Within Groups 28.000 56 .500
Total 103.000 59
Hasil Uji
Duncan
Konsentrasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Tanpa Perlakuan 15 4.0667
Konsentrasi 2% 15 6.0000
Konsentrasi 2.5% 15 7.0000
Konsentrasi 3% 15 8.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
-
39
Lampiran 9
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI PANELIS
(INFORMED CONSET)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Semester :
Alamat :
Telp/Hp :
Dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut
berpartisipasi menjadi panelis penelitian “ Pengaruh Perendaman Tahu dalam
Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu” yang akan
dilakukan oleh Romauli Megawati Manalu dari program studi Diploma III
Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Medan.
Lubuk Pakam, Mei 2019
Mengetahui
Peneliti
Romauli Megawati Manalu
-
40
Lampiran 10
Skema Pembuatan Vinegar hingga Proses Pencelupan Tahu kedalam
vinegar/cuka
Pengenceran
Kulit pisang kepok ditimbang sebanyak 1 kg,
kemudian di cuci hingga bersih
Kulit pisang kepok di rebus dengan air
sebanyak 1500 ml, biarkan selama 30 menit,
kemudian saring dan tampung filtratnya
Dalam keadaan panas, filtrat dicampur
dengan 170 gram gula pasir dan 1,2 gram
ammonium sulfat, aduk hingga rata
Setelah dingin, tambahkan dengan 30 gram
ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), masukkan
kedalam toples kaca, tutup rapat dan biarkan
selama 7 hari simpan dalam suhu kamar
Kemudian tambahkan Acetobacter acetii
sebanyak 15% lalu tutup rapat lagi dan biarkan
selama 10 hari
Larutan
cuka
Larutan
Bioetanol
Tahu di rendam 1 menit kedalam
vinegar/cuka dengan masing-masing konsentrasi
2%, 2.5%, 3% dan dengan tanpa pencelupan
-
41
Lampiran 11
Lembar penilaian organoleptik Tahu (Modifikasi dari lembar
penilaian organoleptik Ikan Segar)
Nama Panelis : ……………………………..
Tanggal : …………………….............
Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum
melakukan pengujian.
Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai perlakuan yang diuji.
Bagian Spesifikasi Nilai Perlakuan
B322 B231 B432 B132
Penampakan
Lendir
permukaan
Tahu
Lapisan lendir jernih,
transparan, mengkilap cerah 9
Lapisan lendir jernih,
transparan, cukup cerah 8
Lapisan lendir mulai agak keruh 7
Lapisan lendir mulai keruh 6
Lendir agak tebal, mulai
berubah warna 5
Lendir tebal sedikit
menggumpal, berubah warna 3
Lendir tebal menggumpal,
berubah warna 1
Keadaan
Aroma Amat sangat Beraroma Khas
tahu, spesifik jenis kuat 9
Sangat beraroma khas tahu 8
Beraroma khas tahu 7
-
42
Netral 6
Tidak beraroma khas tahu 5
Sangat tidak beraroma khas
tahu 3
Amat sangat tidak beraroma
khas tahu 1
Tekstur Amat sangat Padat, kompak 9
Sangat Padat, kompak 8
Agak sedikit lunak 7
Agak lunak 6
Lunak 5
Lunak, agak hancur ketika di
sentuh 3
Sangat lunak, hancur ketika di
sentuh 1
Warna Berwarna Amat sangat Putih
cerah 9
Berwarna Sangat putih cerah 8
Agak sedikit berwarna putih
cerah 7
Berwarna Agak putih cerah 6
Berwarna agak Kekuningan 5
Berwarna sedikit kekuningan 4
Berwarna kekuningan 3
Berwarna sangat kekuningan 2
Berwarna amat sangat
kekuningan 1
-
43
Lampiran 12
Dokumentasi
-
44
-
45
-
46
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Romauli Megawati Manalu
Tempat/tanggal lahir : Sidikalang, 30 September 1998
Jumlah bersaudara : 3 Orang
Alamat Rumah : Jl. Dalihan Natolu No 47, Sidikalang
No. Hp : 085275567714
Riwayat Pendidikan : 1. SD HKBP Sidikalang
2. SMPN 1 Sidikalang
3. SMAN 2 Sidikalang
Hobby : Membaca, menonton.
Motto : Bersyukurlah
-
47
-
48
-
49