PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN FIRM
SIZE TERHADAP PERINGKAT SUKUK DENGAN MANAJEMEN LABA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Study Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012- 2018)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh:
Abdul Rahman
11140820000040
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN FIRMS
SIZE TERHADAP PERINGKAT SUKUK DENGAN MANAJEMEN LABA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ABDUL RAHMAN
NIM: 11140820000040
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Rini, SE., Ak., M.Si., CA.
NIP. 197603152005012002
Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak
NIDN. 2005078501
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2019
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 07 May 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. 1. Nama : Abdul Rahman
2. 2. NIM : 11140820000040
3. 3. Jurusan : Akuntansi
4. 4. Judul Skripsi : Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Firm
Size Terhadap Peringkat Sukuk Dengan Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 May 2018
1. Wilda Farah, SE.,M.Si.,CPA.,CA ( )
NIP. 198303262009122005 Penguji 1
2. Hepi Prayudiawan SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 197205162009011006 Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 25 Januari 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Abdul Rahman
2. NIM : 11140820000040
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Firm
Size Terhadap Peringkat Sukuk Dengan Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 28 Januari 2020
1. Yessi Fitri, SE., M.Si.Ak
NIP. 197609242006042002
( )
Ketua Penguji
2. Zuwesty Eka Putri SE,. M.Ak
NIP. 198004162009012006
( )
Penguji Ahli
3. Dr. Rini, SE., Ak., M.Si., CA.
NIP. 197603152005012002
( )
Pembimbing 1
4. Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak
NIDN. 2005078501
( )
Pembimbing 2
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Rahman
NIM : 11140820000040
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 01 Agustus 2018
(Abdul Rahman)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Abdul Rahman
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 April 1996
3. Alamat : Jalan Karet Karya IV No. 08 RT/RW: 07/05
Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan. 12920
4. Nomor Handphone : 082210445454
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Karet 05 Pagi Jakarta selatan Tahun 2002-2008
2. SMP Negeri 58 Jakarta Tahun 2008-2011
3. SMA Negeri 35 Jakarta Tahun 2011-2014
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2020
vii
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LIQUIDITY, LEVERAGE, AND
FIRM SIZE ON SUKUK RATINGS WITH EARNING MANAGEMENT AS
AN INTERVENING VARIABLE
Abstract
This research aims to know the effect of Profitability, Liquidity, Leverage,
And Firm Size On Sukuk Ratings With Earning Management As An Intervening
Variable that publishes financial statements on companies in the Indonesian Stock
Exchange (IDX) And Ranked by PT PEFINDO. Research design was a causative
research, which were published in financial report and registered on Proper from
2012-2018. Sampling method used in this research is purposive sampling. There
were 5 companies that fulfilled the sample criterias. So, the data sample in this
research were 35. Analysis techniques consisted of multiple regression analysis and
path analysis.
The result of this research showed that (1) Profitability does not
effects on Earning Management, (2) Likuidity effects on Earning Management, (3)
Leverage does not effects on Earning Management, (3) Leverage does not effects
on Earning Management, (4) Firm Sizeeffects on Earning Management, (5)
Profitability effects on Sukuk Rating, (6) Likuidity effects on Sukuk Rating, (7)
Leverage does not effects on Sukuk Rating, (8) Firm Size effects on Sukuk Rating,
(9) Earning Management does not effects on Sukuk Rating, (10) Profitability,
Liquidity, Leverage, And Firm Size does not indirectly effects on Sukuk Rating with
Earning Management as an intervening variable.
Keywords: Profitability, Liquidity, Leverage, Firm Size, Sukuk Rating, Earnings
Management
viii
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN FIRM
SIZE TERHADAP PERINGKAT SUKUK DENGAN MANAJEMEN LABA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas likuiditas,
leverage, dan firm size terhadap peringkat sukuk dengan manajemen laba sebagai
variabel intervening yang mempublikasikan laporan keuangan di perusahaan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di peringkat oleh PT PEFINDO. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kausatif. Data populasi diambil dari perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mempublikasikan laporan
keuangan dan terdaftar di Proper dari 2012-2018. Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Ada 5 perusahaan
yang memenuhi kriteria sampel. Jadi, sampel data dalam penelitian ini adalah 35.
Teknik analisis terdiri dari analisis regresi berganda dan analisis jalur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, (2) Likuiditas berpengaruh terhadap manajemen laba, (3)
Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, (4) Firm size berpengaruh
terhadap manajemen laba, (5) Profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat sukuk,
(6) Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat sukuk, (7) Leverage tidak
berpengaruh terhadap peringkat sukuk, (8) Firm size berpengaruh terhadap
peringkat sukuk, (9) Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk,
(10) Manajemen laba secara tidak langsung tidak dapat memediasi pengaruh
profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Firm Size terhadap peringkat sukuk
Kata Kunci: profitabilitas, likuiditas, leverage, firm size, peringkat sukuk,
manajemen laba
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena taufik dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Firm Size Terhadap Peringkat
Sukuk Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening”. Shalawat
serta salam tak lupa untuk selalu diucapkan dan disampaikan kepada junjungan
baginda Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, sahabatnya, dan
seluruh pengikut setianya hingga akhir zaman nanti.
Adapun penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat-syarat
guna meraih gelar sarjana. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca dan menambah wawasan ilmu yang
dimiliki. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Dan juga penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Keluarga, Bapak Leman dan Ibu Supiyah dan kak Siti Aminah yang selalu
memberikan saran dan dukungan serta do’a motivasi dan inspirasi yang
sangat berarti kepada penulis.
2. Ibu Dr. Rini, S.E., M.Si., Ak., CA dan Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE.,
MS., Ak selaku dosen Pembimbing penelitian yang memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan tugas akhir ini.
x
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian yang memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan tugas akhir ini
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Zuwesty Eka putri, M.AK selaku dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan pengarahan dan motivasi dalam penulisan tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Sahabat tercinta alias “Sekawanan”
8. Seluruh teman-teman di Jurusan Akuntansi angkatan 2014.
9. Semua pihak yang terkait di mana penulis tidak dapat menyebutkannya
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai ajang evaluasi bagi diri
penulis sendiri dan demi kesempurnaan untuk penelitian-penelitian yang
berikutnya.
Jakarta, April 2018
Abdul Rahman
xi
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABDSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 13
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 13
1) Agency Theory ..................................................................................... 13
2) Signalling Theory ................................................................................. 15
3) Sukuk ................................................................................................... 17
xii
4) Profitabilitas ......................................................................................... 22
5) Likuiditas ............................................................................................. 25
6) Leverage ............................................................................................... 26
7) Firms Size ............................................................................................. 29
8) Manajemen Laba .................................................................................. 31
9) Peringkat Sukuk ................................................................................... 35
B. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 41
C. Hipotesis ..................................................................................................... 50
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 61
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 61
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 61
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 62
D. Operasionalisasi Variabel........................................................................... 63
E. Metode Analisi Data .................................................................................. 70
1. Statistik Deskriptif ............................................................................... 70
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 70
3. Uji Goodnes of Fit ................................................................................ 73
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 76
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 84
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 84
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 85
1. Statistik Deskriptif ............................................................................... 85
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 88
xiii
3. Uji Goodnes of Fit .............................................................................. 100
4. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 104
C. Pembahasan .............................................................................................. 117
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 129
A. Kesimpulan .............................................................................................. 129
B. Implikasi ................................................................................................... 131
C. Saran ......................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 140
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Standar Peringkat Sukuk Menurut Pefindo .................................... 37
Tabel 2. 2 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 42
Tabel 3.1 Peringkat Sukuk .................................................................................. 69
Tabel 3. 2 Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 70
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ............................................... 85
Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian ....................................................................... 85
Tabel 4.3 Statistik Dekriptif ................................................................................ 86
Tabel 4.4 Substruktur 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................. 90
Tabel 4.5 Casewise Diagnosticsa ........................................................................................................... 90
Tabel 4.6 Substruktur 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................ 91
Tabel 4.7 Substruktur 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................ 93
Tabel 4.8 Substruktur 1 Multikolinearitas ........................................................ 95
Tabel 4.9 Substruktur 2 Multikolinearitas ........................................................ 96
Tabel 4.10 Substruktur 1 Hasil Uji Autokorelasi ............................................. 97
Tabel 4.11 Substruktur 2 Hasil Uji Autokorelasi ............................................. 97
Tabel 4.12 Substruktur 1 Hasil Uji Glejser .................................................... 100
Tabel 4.13 Substruktur 2 Hasil Uji Glejser .................................................... 100
Tabel 4.14 Substruktur 1 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................... 101
Tabel 4.15 Substruktur 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................... 102
Tabel 4.16 Substruktur 1 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............... 103
Tabel 4.17 Substruktur 2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ................ 104
Tabel 4.18 Substruktur 1 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ..................... 106
xv
Tabel 4.19 Substruktur 1 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ..................... 106
Tabel 4.20 Tabel Nilai beta dan Nilai Sigh ...................................................... 110
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan sukuk Korporasi .................................................... 3
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 61
Gambar 4.1 Substruktur 1 Hasil Uji Histogram ............................................... 91
Gambar 4.2 Substruktur 1 Hasil Uji Grafik Normal P-Plot ............................ 92
Gambar 4.3 Substruktur 2 Hasil Uji Histogram ............................................... 91
Gambar 4.4 Substruktur 2 Hasil Uji Grafik Normal P-Plot ............................ 92
Gambar 4.5 Substruktur 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................ 98
Gambar 4.6 Substruktur 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................... 99
Gambar 4.7 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 11 Dengan WIMP .......................... 116
Gambar 4.8 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 13 Dengan WIMP .......................... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar yang memperdagangkan efek dalam
bentuk instrumen keuangan dalam bentuk modal dan utang. Efek yang
diperdagangkan oleh perusahaan yang ada di pasar modal nantinya akan di
pergunakan sebagai penambahan dana dan memperkuat modal perusahaan
dalam bentuk uang. Investasi obligasi merupakan investasi yang sangat di
minati oleh investor karena mempunyai tingkat resiko yang kecil dan
memiliki pendapatan yang bersifat tetap.
Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang memiliki
karakteristik khusus. Prinsip syariah yang harus dipenuhi antara lain
terhindarnya aktivitas pasar modal syariah dari unsur perjudian (maysir),
ketidakpastian (gharar), sistem bunga (riba) dan ketidakadilan. Pasar modal
syariah telah berkembang di berbagai negara, baik di negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam seperti negara kawasan Timur tengah,
Indonesia, Malaysia, maupun negara yang mayoritas penduduknya non
muslim seperti Inggris dan Jerman (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, dengan
dukungan yang berkesinambungan dan insiatif terpuji dari pemerintah
untuk mengembangkan pasar modal syariah, maka potensi untuk
mengembangkan produk-produk syariah sangat besar. Pasar modal syariah
2
di Indonesia telah berkembang selama dua dekade, yaitu dimulai sejak
pertama kali diluncurkannya reksadana syariah pada tahun 1997. Sejak saat
itu, pasar modal syariah Indonesia terus tumbuh dan berkembang yang
ditandai dengan semakin banyaknya produk syariah, diterbitkannya regulasi
terkait pasar modal syariah, dan semakin bertambahnya masyarakat yang
mengenal dan peduli pasar modal syariah (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).
Menurut (Islamic Finance Country Index, 2019), Indonesia berada
di peringkat nomor satu, dengan skor 81.93, menyalip Malaysia yang
mendominasi indeks sejak 2011. Pemegang posisi teratas sebelumnya
termasuk Iran dan Malaysia. Pada tahun sebelumnya, Malaysia berada di
peringkat nomor satu selama tiga tahun berturut-turut, mengambil alih dari
Iran pada tahun 2016. kemudian pada tahun ini Indonesia telah melonjak 5
peringkat untuk meraih slot teratas. Ada 5 faktor yang menyebabkan
indoensia berada di posisi pertama yaitu adanya Komite Nasional Keuangan
Syariah (KNKS), Popuasi muslim yang besar, PDB yang besar, dan
Perkembangan Islamic Bank and Finance.
Adanya tuntutan pasar akan investasi yang sesuai prinsip syariah
menyebabkan terjadinya perkembangan kegiatan investasi berbasis syariah.
Salah satu insrtumen investasi yang mengalami perkembangan adalah
sukuk atau (obligasi syariah). Sukuk, berasal dari kata Arab "Sakk," secara
harfiah berarti cek. Itu juga berarti apa saja akta yang melambangkan
kontrak atau pemindahan hak, hutang atau uang (Borhan & Ahmad, 2018).
Obligasi syariah merupakan jenis obligasi pasar modal syariah yang
merupakan sebuah produk inovatif para pemikir Islam kontemporer dalam
3
mengakomodir tuntutan zaman. Obligasi dikeluarkan ketika perusahaan
memerlukan modal, yang digunakan untuk ekspansi maupun digunakan saat
perusahaan akan mengisi keuangan untuk jangka pendek atau jangka
Panjang (Zuhri, Mardani, & Wahono, 2019).
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, obligasi syariah memiliki
arti sebagai suatu surat berharga jangka panjang yang berdasarkan prinsip
syariah, yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa hasil atau margin fee, serta membayar kembali dana
obligasi syariah pada saat jatuh tempo. Hal ini berbeda dengan obligasi
konvensional yang merupakan surat utang jangka panjang dengan
kewajiban membayar berdasarkan bunga. Obligasi syariah berbeda dengan
obligasi konvensional, perbedaan ini dapat dilihat dari tidak digunakannya
suku bunga tetap sebagai imbalan bagi para investor seperti halnya dalam
obligasi. Selain itu, obligasi syariah hanya beredar pada bisnis perusahaan
yang sesuai dengan syariat islam atau perusahaan yang tidak melanggar
syariat islam.
Obligasi syariah di Indonesia sendiri berkembang begitu pesat.
Dimulai oleh PT. Indosat Tbk. yang menerbitkan obligasi syariah pertama
kali pada tahun 2002 dengan akad Mudharabah dan dari penerbitan tersebut,
PT. Indosat Tbk. memperoleh dana 175 M. Setelah itu, penerbitan obligasi
syariah juga diikuti oleh perusahaan lain sepeti PT. Adhi Karya, PLN, dan
perusahaan lainnya. Perkembangan obligasi syariah sejak tahun 2013
sampai dengan September 2018 dapat dilihat pada Grafik 1.1 berikut ini:
4
Gambar 1.1
Perkembangan sukuk Korporasi
Sumber: Statistik sukuk menurut otoritas jasa keuangan
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang tercermin pada
grafik di atas menunjukan bahwa penerbitkan sukuk korporasi di Indonesia
terus meningkat dari tahun 2013 sampai dengan desember 2018. Nilai
akumulasi penerbitan sukuk korporasi per desember 2018 tercatat sebanyak
Rp 36.545,40 miliar tumbuh Rp 10.150,50 miliar atau sebesar 38,45%
dibandingkan dengan perolehan akhir tahun 2017 yang hanya sekitar Rp
26.394,90 miliar. Adapun akumulasi jumlah penerbitan sukuk hingga
September 2018 mencapai 79 sukuk. Total nilai outstanding sukuk
korporasi senilai Rp 22.023 miliar naik sebesar Rp 6.282,5 atau 39,91% dari
tahun 2017 yang mencatatkan Rp 15.740,5 miliar. Hingga September 2018
jumlah sukuk korporasi yang outstanding di Bursa Efek Indonesia mencapai
104 sukuk.
Berdasarkan Islamic Commercial Law Report 2017 yang di
terbitkan oleh international shari’ah research academy for islamic finance,
Indonesia masuk posisi lima besar nilai obligasi syariah outstanding
5
terbesar. Indonesia berada di posisi ke empat negara degan nilai obligasi
Syariah outstanding terbesar yaitu senilai USD 24,741 juta. Negara yang
memiliki nilai obligasi syariah terbesar yaitu Malaysia dengan USD
188,700 juta. Penerbitan sukuk korporasi di Indonesia sebesar USD 640 ribu
dan berada di urutan ke lima setelah Qatar.
Sebelum menerbitkan obligasi syariah sebuah perusahaan pasti
sudah memikirkan dengan matang tentang dana segar beserta keuntungan
yang akan diperoleh perusahaan tersebut. Penerbitan obligasi syariah
merupakan salah satu alternatif perusahaan dalam rangka mendapatkan
modal untuk kebutuhan usahanya. Apabila perusahaan melakukan
penerbitan maka akan meningkatkan hutang jangka panjang perusahaan dan
struktur modal pun akan mengalami perubahan. Di satu sisi peningkatan
leverage akan membawa keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield
dimana perusahaan dapat mengurangi bagian earning yang dibayarkan
untuk pajak sehinga perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan
dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham (Melzatia, Doktoralina,
& Mahroji, 2018). Nilai penerbitan obligasi syariah patut diperhitungkan
dalam pengambilan suatu keputusan investasi karena nilainya akan
senantiasa berubah dari waktu ke waktu dan diprediksi akan semakin
berkembang di masa yang akan datang.
Sesuatu yang patut diperhatikan oleh para investor sebelum
memutuskan untuk memilih investasi dalam surat utang maupun obligasi
syariah adalah rating. Rating menjadi suatu bagian yang penting, karena
investor dapat melihat risiko dan return dari investasi yang telah disertakan.
6
Hal yang harus diketahui investor salah satunya adalah peringkat obligasi
syariah yang diterbitkan oleh perusahaan termasuk ke dalam investmen
grade atau non-invesment grade. Peringkat sukuk penting, karena
membantu investor untuk membuat keputusan investasi yang benar dan
terinformasi. Tujuan utama peringkat Sukuk adalah untuk mengurangi
asimetri informasi antara penerbit Sukuk dan investor (Borhan & Ahmad,
2018). Agen pemeringkat di Indonesia biasa melakukan pemeringkatan
berdasarkan beberapa kejadian yang ada (Zuhri et al., 2019). Lembaga
pemeringkat PEFINDO menurunkan peringkat PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk (AISA) dan obligasi I tahun 2013 menjadi CCC dari sebelumnya
BB+ karena likuiditas yang lemah dan tidak memiliki kapasitas untuk
melunasi kewajiban keuangannya (Investasi.Kontan.co.id, 2018).
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama satu periode waktu tertentu. Semakin tinggi
profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan juga meningkat (Agustia & Suryani,
2018). Profitabilitas yang tinggi menggambarkan bahwa kinerja perusahaan
baik, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan mengalami penurunan. Kenaikan dan penurunan inilah
yang dihindari manajer terkait penilaian kinerja karena investor lebih
menyukai kestabilan maupun peningkatan pendapatan dari pada pendapatan
yang fluktuatif (Widianingrum & Sunarto, 2018).
Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendek, diukur dengan current ratio. jika
7
perusahaan memiliki aktiva lancar yang tinggi maka kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek dikatakan baik dan
tepat waktu yang mengidikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid
(Kurniawan & Suwarti, 2017). Likuiditas yang tinggi akan menunjukkan
kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan
memengaruhi peringkat obligasi (Sari & Yasa, 2016).
Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan untuk menilai
seberapa besar asset perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang
(Agustia & Suryani, 2018). Semakin tinggi rasio leverage maka semakin
besar risiko yang didapatkan, karena menunjukkan proporsi modal yang
rendah untuk membiayai aktiva dan aktiva lebih besar didanai oleh hutang
(Melinda & Wardani, 2018). Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori
extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang (A. Y. Astuti,
Nuraina, & Wijaya, 2018).
firm Size merupakan mengklasifikasikan suatu perusahaan kedalam
bentuk, perusahaan yang berukuran besar dan perusahaan berukuran kecil
(A. Y. Astuti et al., 2018). Ukuran perusahaan ditunjukkan oleh total aktiva,
jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Perusahaan yang tergolong besar
pada umumnya akan lebih transparan dalam melakukan kegiatan
operasionalnya karena perusahaan akan lebih diperhatikan oleh pihak-pihak
eksternal, seperti pemerintah; investor; dan kreditor (Agustia & Suryani,
2018). Perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang lebih besar
8
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil (Widianingrum &
Sunarto, 2018).
Selain itu terdapat manajemen laba yang dapat mempengaruhi
pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, firm Size terhadap Perinngkat
sukuk. Tujuan adanya kegiatan manajemen laba ialah supaya agen
pemeringkat mengeluarkan peringkat agar bisa masuk ke kategori
perusahaan yang mampu menjadikan sebagai tempat investasi untuk para
penanam modal. Tempat yang mampu dijadikan investasi bagi Peringkat
perusahaan yaitu “investment grade, Dengan adanya peringkat perusahaan
yang baik maka dapat memberikan kepercayaan kepada investor dan modal
yang masuk ke dalam perusahaan bisa menjadi maksimal (Zuhri et al.,
2019). Pihak manajemen tidak berusaha memanipulasi data tetapi lebih
cenderung dengan pemilihan metode akuntansi untuk mendapatkan
keuntungan yang memang diperkenankan menurut accounting regulations
(Prastiani, 2018).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menghasilkan
kesimpulan dan ketidak konsistenan hasil yang berbeda mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi syariah. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji variabel-variabel yang telah diteliti
sebelumnya atas dasar fenomena gap dan research gap yang terjadi.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN FIRM SIZE
9
TERHADAP PERINGKAT SUKUK DENGAN MANAJEMEN LABA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini terkait dengan hal-hal yang
berhubungan dengan peringkat sukuk, yaitu:
1. Adanya investor yang tidak tahu faktor apa saja yang mempengaruhi
Peringkat Sukuk
2. Adanya investor yang tidak tau fungsi dari lembaga peringkat sukuk
3. Adanya masyarakat yang masih takut dalam berinvestasi karena tidak
mengetahui faktor yang mempengaruhi peringkat sukuk
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Manajeman Laba?
2. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Manajeman Laba?
3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Manajeman Laba?
4. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Manajeman Laba?
5. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk?
6. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk?
7. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk?
8. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk?
10
9. Apakah Manajeman Laba berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk?
10. Apakah Profitabilitas berpengaruh Terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba?
11. Apakah Likuiditas berpengaruh Terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba?
12. Apakah Leverage berpengaruh Terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba?
13. Apakah Firm Size berpengaruh Terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
2. Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
3. Pengaruh Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba
4. Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
5. Pengaruh Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
6. Pengaruh Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
7. Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
8. Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
9. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
11
10. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Peringkat Sukuk melalui Manajemen
Laba
11. Pengaruh Likuiditas Terhadap Peringkat Sukuk melalui Manajemen
Laba
12. Pengaruh Leverage Terhadap Peringkat Sukuk melalui Manajemen
Laba
13. Pengaruh Firm Size Terhadap Peringkat Sukuk melalui Manajemen
Laba
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah
pengetahuan di bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh
Likuiditas, Leverage dan Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variabel Intervening, serta dapat dijadikan
bahan bacaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menggunakan informasi dalam penelitian ini
sebagai bukti empiris untuk mengkaji dampak kebijakan perusahaan
dalam penerbitan sukuk.
3. Bagi Investor
Dapat memberikan gambaran mengenai sukuk koporasi di
Indonesia sehingga investor dapat menggunakannya untuk
12
meningkatkan penyusunan rencana investasi dan pendanaan
perusahaan secara optimal.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory
Agency Theory merupakan teori yang menjelaskan tentang pihak
yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan antara
agen dan prinsipal ini didasari oleh kontrak dimana agen diberikan
wewenang oleh prinsipal untuk membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal. Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian dari
suatu entitas/perusahaan yang di kemukakan oleh Jensen & Meckling,
(1976).
Hubungan keagenan adalah sebuah hubungan kontrak antara
pengelola dengan pemilik (Jensen & Meckling, 1976). Jika kedua belah
pihak tersebut berupaya untuk memaksimalkan kebutuhannya sendiri,
maka munculah alasan yang kuat bahwa pengelola bertindak
bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan, sehingga
memicuadanya biaya keagenan (Agency cost). Menurut Jensen &
Meckling, (1976) biaya keagenan meliputi:
1. Monitoring cost oleh pemilik. Jadi biaya ini dikeluarkan oleh
pemilik perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap
perilaku pengelola antara lain usaha untuk menendalikan
pengelola dengan cara pembatasan anggaran dan kebijakan
kompensasi.
14
2. Bonding Cost oleh pengelola. Biaya ini dikeluarkan oleh
pengelola untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme
kebijakan yang menjamin bahwa pengelola akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kepentingan pemilik.
3. Residual cost adalah biaya yang terjadi akibat dari perbedaan
keputusan antara pemilik dan pengelola yang menyebabkan
penurunan tingkat kesejahteraan pemilik maupun pengelola.
Dalam proses untuk menjalankan tugas dan untuk memenuhi
kepentingan pemilik tersebut, sering terjadi konflik keagenan antara
pemilik perusahaan dengan manajer selaku agen yang terutama
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara agen dengan
principal. Konflik juga terjadi terutama karena pemilik tidak dapat
selalu memonitor setiap aktivitas manajer sehari-hari dalam
menjalankan operasional bisnis perusahaan untuk memastikan bahwa
pihak manajemen telah bekerja sesuai dengan keinginan pemilik atau
principal.
Jensen & Meckling, (1976) menjelaskan adanya agency cost yang
timbul karena adanya konflik antara pemilik dengan agen. Dalam
konsep teori akuntansi, manajemen sebagai agen seharusnya
melakukan tindakan yang selaras dengan kepentingan prinsipal, namun
manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang hanya
memaksimalkan kepentingan sendiri (Purnama, 2017). Perilaku
manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat
15
dimimalkan melalui mekanisme monitoring yang bertujuan untuk
menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan. Tiga asumsi sifat
dalam teori agensi, yaitu manusia selalu mementingkan diri sendiri (self
interest), mempunyai daya pikir yang terbatas mengenai pandangan
masa depan (bounded rationaly), serta menghindari risiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yakni lebih mengutamakan kepentingan pribadinya
(Melinda & Wardani, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa agency theory adanya perbedaan
kepentingan antara principal dan agen dimana principal berperan
sebagai pemilik modal dan agen berperan sebagai manajer yang
menjalankan perusahaan. Pada penelitian ini terdapat perbedaan
kepentingan dimana agen membutuhkan modal sehingga menerbitkan
sukuk sedangkan principal tidak menyetujui karena akan mengurangi
deviden yang akan diterima oleh pemilik modal.
2. Signalling Theory
Teori signal merupakan pengembangan dari teori keagenan dimana
teori ini berkaitan dengan hubungan antara manajemen dan penerima
informasi yang menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak
manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan,
berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan tersebut (Prastiani, 2018).
Terkadang pihak manajemen memberikan infomasi kondisi perusahaan
yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sehingga para
16
investor kesulitan dalam membedakan antara perusahaan yang
mempunyai kualitas tinggi dan perusahaan yang mempunyai kualitas
rendah (Melinda & Wardani, 2018).
pihak eksternal yang tidak memiliki informasi akan berpersepsi
sama tentang nilai semua perusahaan akan merugikan perusahaan yang
memiliki kondisi yang lebih baik karena pihak eksternal akan menilai
perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya akan
menguntungkan bagi perusahaan yang kondisinya buruk karena pihak
eksternal menilai lebih tinggi dari yang seharusnya (Widiastuty, 2017).
Sinyal ini dapat berupa promosi atau informasi yang menyatakan
bahwa perusahaan mana yang lebih baik. Informasi yang diberikan
berupa pemberian peringkat obligasi yang akan dipublikasikan dan
diharapkan dapat menjadi sinyal bagaimana kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait
dengan utang yang dimiliki (R. P. Astuti, 2017). laporan keuangan yang
diperiksa oleh KAP yang memiliki reputasi baik (the big four)
cenderung akan lebih dipercaya karena dianggap memiliki kredibilitas
tinggi. Sehingga menyebabkan meningkatnya peringkat sukuk (Melinda
& Wardani, 2018).
Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan
yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan
perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi
terkait dengan utang yang dimiliki. Kualitas informasi tersebut pada
17
obligasi diharapkan menjadi sinyal yang menyatakan kondisi keuangan
dan sinyal mengenai kinerja manajemen perusahaan terkait oleh karena
manajer turut memberikan informasi yang berkualitas dalam peringkat
obligasi sehingga dapat mengurangi risiko gagal bayar (default risk)
akibat asimetri informasi.
3. Sukuk
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17
tentang Investment Sukuk (sukuk investasi) dalam , Sukuk didefinisikan
sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti atas bagian
kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu aset, hak manfaat, dan jasa-
jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk
(jamak) yang dalam bahasa arab berarti sertifikat atau bukti kepemilikan
(R. P. Astuti, 2017). Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM) No. KEP-130/BL/2006 tahun
2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk adalah efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas
kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset
proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. Sukuk menurut
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi
18
syariah (sukuk) adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Dasar Hukum Sukuk, Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Majelis Ulama Indonesia No. 09/DSN-MUI/IV/2000, yaitu: Hukum
pelarangan bermuamalah dengan sukuk : Sukuk merupakan istilah dari
surat berharga bagi penetapan utang dari pemilik atau pihak yang
mengeluarkan sukuk atas suatu proyek dan memberikan kepada
pemegangnya hak hasil yang telah disepakati disamping nilai nominal
sukuk tersebut pada saat habisnya masa utang. Jadi pemegang sukuk
menikmati beberapa hak berikut: Hak mendapatkan hasil yang tetap
sesuai dengan kesepakatan, Hak pengembalian nilai atau harga sukuk
pada saat habis massanya, Hak untuk mengedarkan sukuk dengan
menjualnya kepada orang lain.
Pemegang sukuk tidak ikut serta dalam pengelolaan proyek yang
dibiayainya, ia juga tidak berhak untuk mendapatkan keuntungan asli
perusahaan pada waktu likuidasi atau bubar. Ia hanya sekedar pemberi
utang kepada proyek tersebut. Terlihat disini bahwa obligasi adalah riba
yang diharamkan secara jelas oleh ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim, .
Firman Allah SWT:
19
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba)
maka ketahuilah bahwa Allah dan rasulnya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertobat, maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya.”(QS. AlBaqarah 278-279)
Sebagai salah satu efek syariah sukuk memiliki karakteristik yang
berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang,
melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek. Setiap
sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk
didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk
harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil,
atau marjin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan
sukuk, Sedangkan dalam literatur lain disebutkan bahwa karakteristik
sukuk adalah: (Depkeu:2010) merupakan bukti kepemilikan suatu aset
berwujud atau hak manfaat; pendapatan berupa imbalan, marjin, dan
bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan; terbebas dari unsur
riba, gharar, dan maisir; penerbitannya melalui Special Purpose
Vehicle (SPV) memerlukan underlying asset; dan penggunaan proceds
(hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.
20
Aset yang dijadikan dasar sukuk dapat berwujud aset tetap, aset
yang beredar, atau hak-hak maknawiyah, dan sebagainya. Peredaran
sukuk harus melalui perantaraan sistem dan proses yang diperbolehkan
secara syar’i dan juga undang-undang. Di mana investor (pemegang
sukuk) mempunyai hak untuk memindahkan kepemilikan,
menggadaikan, menghibahkan, dan transaksi keuangan melalui
perusahaan perantara atau badan lainnya yang mendapatkan izin sesuai
undang-undang yang berlaku. Sukuk Islami mempunyai sifat dasar
keterlibatan yang sama dalam keuntungan dan kerugian, sebagaimana
dalam saham.
Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan
telah mendapatkan endorsement dari The Acounting and Auditing
Organisation for Islamic Financial Institusions (AAOIFI) dan diadopsi
dalam UU No.19 Tahun 2008 tentang SBSN , antara lain:
1) Sukuk ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad ijarah, yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui
wakilnya menjual atau menyewakan hak guna (manfaat) suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang
disepakati tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu
sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah al-Muntahiyah
Bittamlik (Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and
Sublease.
21
2) Sukuk mudarabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad mudarabah yang merupakan satu bentuk
kerjasama, yang satu pihak menyediakan modal (rabb al-mal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan
dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang
telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal.
3) Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah yang merupakan suatu bentuk
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal
yang digunakan untuk membangun proyek baru, mengembangkan
proyek yang telah ada atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
atau kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan
jumlah partisipasi modal masing-masing.
4) Sukuk istishna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad istishna’ yang merupakan suatu bentuk
perjanjian jual beli antara para pihak untuk pembiayaan suatu
proyek. Adapun cara, jangka waktu, dan harga ditentukan oleh
berdasarkan kesepakatan para pihak.
Sudarsono (2008) mengemukakan paling tidak terdapat enam akad
penting yang dapat menjadi basis pengembangan obligasi syariah.
Empat di antaranya telah disebutkan di atas (yaitu akad ijarah,
mudarabah, musyarakah, dan istishna’), dua yang lainnya adalah.
22
1) Murabahah yaitu akad jual beli barang yang pembeli dapat
membayar harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu
yang telah disepakati, penjual dapat menambah marjin pada harga
pokok barang yang dijual tersebut.
2) Salam yang merupakan kontrak jual beli barang dengan cara
pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat
tertentu.
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri (Malia, 2015). Profitabilitas memiliki informasi yang penting
bagi pihak eksternal karena apabila profitabilitas tinggi maka kinerja
perusahaan dapat dikatakan baik dan apabila profitabilitas rendah maka
kinerja perusahaan dapat dikatakan buruk. Profitabilitas dapat
mempengaruhi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba
(Purnama, 2017). Profitabilitas berguna sebagai pelengkap analisis
risiko, karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
yang mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas
masuk. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan memeperoleh
aliran kas masuk yang baik, dengan demikian mencerminkan risiko
yang lebih kecil sehingga peringkat obligasi lebih baik (Prastiani, 2018).
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan yang menghasilkan profit pada tingkat
23
penjualan, aktiva atau modal tertentu serta untuk mengetahui efektifitas
suatu perusahaan dalam mengelola sumber-sumber dana milik
perusahaan. Perusahaan dengan profit yang tinggi akan menghasilkan
peringkat yang tinggi (Nurakhiroh et al., 2014). Rasio profitabilitas
dapat tidak mempengaruhi peringkat sukuk apabila investor cenderung
tidak memperhatikan profitabilitas dengan proksi Return On Asset
dalam keputusannya berinvestasi. Hal tersebut karena Return On Asset
memiliki kelemahan yaitu cenderung untuk berfokus pada jangka
pendek dan bukan tujuan jangka panjang. Return On Asset tidak
menunjukkan prospek ke depan atas perusahaan sehingga investor tidak
dapat memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh di masa depan
(Malia, 2015).
Menurut Fahmi, (2013), rasio profitabilitas secara umum terbagi
menjadi 4 jenis rasio, yaitu antara lain:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio Gross Profit Margin merupakan margin laba kotor.
Gross Profit Margin memperlihatkan hubungan antara penjualan
dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah
perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya
operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat
penjualan kepada pelanggan.
b. Net Profit Margin (NPM)
24
Rasio Net Profit Margin disebut juga dengan rasio
pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini,
margin laba bersih dengan laba bersih dibagi dengan penjualan
bersih. Hal ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk
menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan
memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan
pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi
dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri tersebut.
c. Return on Asset (ROA)
Return on Total Asset (ROA) dalam beberapa referensi
lainnya rasio ini juga ditulis dengan Return on Investment (ROI).
Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan
mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan
asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
d. Return on Equity (ROE)
Rasio Return on Equity (ROE) disebut juga dengan laba
atas ekuitas. Dalam beberapa referensi disebut juga dengan rasio
total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji
sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
25
5. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban financial jangka pendeknya secara tepat waktu
(Kustiyaningrum et al., 2017). Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh
besar kecilnya aset lancar. Aset lancar yaitu aset yang mudah untuk
diubah menjadi kas, seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan
(Malia, 2015). Rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan semakin baik
posisi keuangan perusahaan dan dana pelunasan terhadap obligasi akan
berjalan secara sistematis. Dampak dari likuiditas tinggi terdapat pada
laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang diperoleh tidak hanya
digunakan sebagai kegiatan operasional, melainkan sebagai
pembayaran dividen dan pembiayaan hutang (Kustiyaningrum et al.,
2017).
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya berarti bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan
likuid dan perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat
pada waktunya apabila perusahaan memiliki alat pembayaran ataupun
aktiva lancar yang lebih besar. dari pada hutang lancarnya atau hutang
pendeknya (Kurniawan & Suwarti, 2017). Likuiditas berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat-
alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh perusahan pada
suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan
26
bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan
membayar” belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya
(Prastiani, 2018).
Rasio yang dapat digunakan sebagai pengukur tingkat likuiditas
suatu perusahaan sebagai berikut cash ratio, current ratio, dan acid test
ratio. Cash ratio sebagai alat ukur perusahaan untuk membandingkan
total kas (tunai) dan setara kas perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Acid Test Ratio sebagai alat ukur perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dengan aktiva lancar quick ratio dapat dirumuskan dengan
menjumlahkan kas, efek dan utang selanjutnya dibagi kewajiban lancar
(Zuhri et al., 2019). Current Ratio digunakan karena untuk mengukur
kemampuan perusahaan atau bank dalam memenuhi kewajiban terhadap
utang jangka pendek saat jatuh tempo (R. P. Astuti, 2017).
6. Leverage
Leverage merupakan rasio pebandingan antara total kewajiban
dengan total modal (Nurakhiroh et al., 2014). Rasio leverage berguna
untuk mengukur suatu perusahaan menggunakan utang dalam
membiayai investasi. Perusahaan yang membutuhkan dana dalam
menjalankan aktivitas usahanya dapat berasal dari pemilik perusahaan,
pemegang saham, maupun berupa dana pinjaman atau hutang.
Keputusan dalam hal pendanaan perlu diperhatikan oleh setiap
perusahaan agar penggunaan dana tersebut dapat menghasilkan profit
yang diharapkan (Mediantanto, 2016).
27
Menurut Fahmi, (2013), rasio leverage secara umum ada 8
(delapan) yaitu
1. Debt to Total Assets
Debt to total assets merupakan perbandingan total hutang dibagi
dengan total asset. Rasio ini bertujuan sebagai rasio yang mampu
melihat perbandingan hutang perusahaan.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total utang
perusahaan dengan total modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan
untuk mengetahui total dana yang disediakan oleh peminjam dengan
pemilik perusahaan.
3. Time Interest Earned
Time interest earned merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa
depan. Rasio ini dapat diperoleh dari membagi laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan biaya atau beban bunga.
4. Cash Flow Coverage
Rasio ini bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
menutupi utang dengan surplus keuangan yang dihasilkan. Analisis
rasio ini terutama dibenarkan ketika peningkatan utang hasil dari
peningkatan kewajiban menghasilkan bunga.
28
5. Long-Term Debt to Total Capitalization
Long-term debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber
dari hutang jangka panjang.
6. Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage merupakan ukuran yang lebih luas dari
kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap dibandingkan
dengan rasio kelipatan pembayaran bunga.
7. Cash Flow Adequancy
Cash flow adequacy merupakan rasio perbandingan antara arus kas
dari operasi dengan pembayaran utang jangka panjang, pembelian
aset dan pembayaran dividen.
8. Cash Return on Sales
Cash return on sales merupakan cara untuk mengukur seberapa
efisien perusahaan menghasilkan laba dari pendapatan
penjualannya. Rasio ini dapat diperoleh dengan menganalisis
persentase dari total pendapatan perusahaan yang dapat
dikonversikan menjadi keuntungan atau laba perusahaan.
Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya
sebagian kecil aktiva didanai dengan utang dan semakin kecil risiko
kegagalan perusahaan. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan
tingginya penggunaan utang (Prastiani, 2018). Menurut Henny (2016),
penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang
29
ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan
sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
7. Firms Size
Firm size (ukuran perusahaan) merupakan skala yang dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Pada umumnya perusahaan
yang besar akan memberikan peringkat yang baik. Firm size juga bisa
mempunyai korelasi terhadap tingkat risiko kebangkrutan atau
kegagalan sehingga dapat mempengaruhi peringkat obligasi. (Rukmana,
2016). Firm size dapat dihitung dengan Logaritma natural total asset
(Pranoto et al., 2017). Firm size dapat tercermin dari total aset,
penjualan ataupun ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Utami
& Khairunnisa, 2015).
Firm size berguna untuk investor dapat mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga obligasi secara periodik dan
melunasi pokok pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi
perusahaan. Firm size yang semakin besar menunjukkan semakin kecil
potensi ketidakbangkrutan yang dialami perusahaan. Perusahaan yang
besar dianggap mempunyai resiko yang lebih kecil, sehingga
perusahaan besar pada umumnya diberikan penilaian peringkat obligasi
dalam kategori investasi (investment garde) (Utami & Khairunnisa,
2015).
30
Firm size dapat tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Alasan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap peringkat
sukuk karena jumlah aset besar belum tentu menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sehingga peringkat
sukuknya baik. Pada asset tidak lancar khususnya tidak dapat untuk
segera diperjual-belikan untuk membayar kewajiban perusahaan. Selain
itu, dalam penjualan aset ketika penerbit sukuk mengalami default,
masih terdapat risiko underlying asset yang berarti investor akan
memiliki risiko kerugian jika aset perusahaan yang dijual berada
dibawah harga pasar atau harga saat dijaminkan pada akad (Pranoto et
al., 2017).
Menurut (Susanti, 2013) Firms size yang biasa dipakai untuk
menentukan tingkatan perusahaan adalah :
1) Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang
terdaftat atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu
2) Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan
pada suatu periode terntentu
3) Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada periode
tertentu
4) Total asset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan
pada saat tertentu.
31
8. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa
memberikan infrormasi mengenai keuntungan ekonomis (economic
advantage), yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan yang dalam
jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan (Agustia
& Suryani, 2018). Sedangkan menurut Zuhri et al. (2019) manajemen
laba dapat di definisikan sebagai berikut:
a) Definisi sempit
Manajemen laba hanya menggunakan metode akuntansi. Dalam
pendefinisian manajemen laba mempunyai peran sebagai pimpinan
discretionary accruals dalam menjalankan suatu komponen
penentuan pendapatan.
b) Definisi luas
Manajemen laba ialah perlakuan yang di gunakan untuk
meningkatkan keuntungan yang akan dilaporkan pada saat
pemimpin perusahaan melakukan tanggung jawab atas risiko
penurunan rasio dalam perekonomian perusahaan dalam waktu
jangka panjang.
Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba menurut Agustia &
Suryani (2018)yang sering kali digunakan oleh manajer untuk mencapai
tujuan manajemen laba jangka panjang.
a) Manajer meningkatkan laba (income increasing) periode kini.
32
b) Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui
pengurangan laba periode ini.
c) Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba
(income smoothing).
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan
keputusan tertentu dalam melaporkan keuangan dan mengubah
transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan
stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan
angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu (Prastiani, 2018).
Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba
(earnings) atau kinerja usaha suatu organisasi karena tingkat keuntungan
atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen.
Besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari
besar kecilnya laba yang diperoleh (A. Y. Astuti et al., 2018).
Model-model Pengukuran Earnings Management menurut Suyono
(2017).
a) Model Healy
Healy Model (1985) menguji manajemen laba dengan
membandingkan rata-rata total akrual di seluruh variabel
pembagian manajemen laba. Studi Healy berbeda dengan
kebanyakan studi manajemen laba lainnya karena ia
33
memprediksi bahwa manajemen laba sistematis terjadi dalam
setiap periode.
b) Model DeAngelo
DeAngelo (1986) menguji manajemen laba dengan
menghitung perbedaan pertama dalam total akrual, dan dengan
mengasumsikan bahwa perbedaan pertama memiliki nilai nol
yang diharapkan berdasarkan hipotesis nol yang menyatakan
tidak ada manajemen laba.
c) Model Jones
Jones (1991) mengusulkan sebuah model yang
menyederhanakan anggapan bahwa akrual nondiskretioner
bersifat konstan. Modelnya mencoba mengendalikan efek
perubahan pada lingkungan ekonomi perusahaan terhadap
akrual nondiskritioner.
d) Model Industri
Dechow dan Sloan (1991) menyusun model pengukuran
manajemen laba yang dikenal dengan Model Industry. Serupa
dengan Model Jones, Model Industri menyederhanakan
anggapan bahwa akrual nondiskretioner konstan sepanjang
waktu. Namun, alih-alih mencoba secara langsung memodelkan
faktor penentu akrual nondiskritioner, Model Industri
mengasumsikan bahwa variasi dalam faktor penentu akrual
34
nondiskresioner adalah umum di seluruh perusahaan di industri
yang sama.
e) Model Modifikasi Jones
Modifikasi ini dirancang untuk menghilangkan
kemungkinan dugaan Model Jones untuk mengukur akrual
diskresioner dengan kesalahan ketika diskresi manajemen
dilakukan terhadap pendapatan. Dalam model yang
dimodifikasi, akrual nondiskretioner diperkirakan selama
periode peristiwa (yaitu, selama periode di mana manajemen
laba dihipotesakan.
f) Model Dechow-Dichev
Dechow dan Dichev (2002) mengajukan sebuah model yang
bisa digunakan untuk mengukur kualitas akrual dalam laba yang
tersaji di laporan keuangan. Pengukuran didasari pada sebuah
observasi yang menemukan bahwa akrual akan mampu
menyesuaikan perubahan arus kas dari waktu ke waktu.
g) Model Kothari
Kothari et al. (2005) berupaya menyempurnakan Model
Jones, dengan menambahkan perubahan return on assets (ROA)
untuk mengontrol kinerja. Dengan kata lain, model ini hanya
menambahkan perubahan ROA dalam penghitungan akrual
diskresioner.
35
h) Model Stubben
Stubben (2010) menjelaskan bahwa model discretionary
revenue (pendapatan diskresioner) lebih mampu mengatasi bias
dalam pengukuran manajemen laba jika dibandingkan dengan
akrual diskresioner. Hal ini karena model akraul diskresioner
banyak menerima kritik akibat adanya bias dari gangguan
kesalahan dalam melakukan estimasi atas diskresi manajer.
i) Model Pendekatan Baru
Dechow et al. (2011) mengusulkan sebuah pendekatan baru
untuk mendeteksi manajemen laba yang sekaligus
meningkatkan daya uji dan spesifikasi untuk meminimalkan
besaran kesalahan estimasi dari model akrual diskresioner yang
sebelumnya. Pendekatan ini mengeksploitasi karakteristik
inheren manajemen laba berbasis akrual yang telah banyak
diabaikan dalam penelitian sebelumnya. Secara khusus,
penelitian ini menjelaskan bahwa setiap pengelolaan laba
berbasis akrual dalam satu periode harus berbalik dalam periode
lain (reversal).
9. Peringkat Sukuk
Peringkat sukuk merupakan indikator ketepatwaktuan
pembayaran pokok hutang dan bagi hasil obligasi syariah, yaitu
mencerminkan skala risiko dari semua obligasi syariah yang
diperdagangkan (Melinda & Wardani, 2018). Sedangkan menurut
36
Pranoto et al., (2017) peringkat obligasi merupakan alat untuk
memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis
industri perseroan yang menerbitkan surat utang (obligasi) dalam bentuk
peringkat kepada calon investor. Sebelum ditawarkan obligasi dianalisis
dengan menggunakan peringkat obligasi oleh agen pemeringkat obligasi
(rating agency). Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen
yang memberikan informasi peringkatan skala risiko yang dapat
menunjukkan keamanan suatu obligasi bagi investor. Adanya
pemeringkatan obligasi oleh agen pemeringkat maka investor dapat
memperhitungkan return yang akan diperoleh dan risiko yang
ditanggung (Utami & Khairunnisa, 2015).
Lembaga pemeringkat obligasi melakukan proses
pemeringkatan untuk dapat menerbitkan peringkat obligasi bagi
perusahaan penerbit obligasi (Utami & Khairunnisa, 2015). Beberapa
lembaga pemeringkat (rating agency) yang ada di Indonesia seperti PT
Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), PT Kasnic atau Moody’s dan
Fitch Rating. Peringkat obligasi menjadi penting karena
menginformasikan dan memberikan sinyal tentang probabilitas default
hutang perusahaan (Situmorang, 2017). Lembaga pemeringkat dapat
menentukan peringkat sukuk dengan menyebutkan berbagai faktor yang
mendasari pemeringkatan salah satunya yaitu rasio keuangan tetapi agen
pemeringkat tidak menyebutkan lebih lanjut laporan keuangan dapat
digunakan dalam menetukan peringkat sukuk (Winanti et al., 2017).
37
Peringkat tersebut menggambarkan pada credible dan prospek layaknya
obligasi tersebut dibeli untuk dijadikan sebagai salah satu current asset
perusahaan (Situmorang, 2017).
Terdapat dua peringkat obligasi yaitu investement grade dan
non-investement grade. Investement grade adalah kategori dimana suatu
perusahaan dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi
hutangnya dan yang termasuk investment grade adalah AAA, AA dan
A. Non-investement grade adalah kategori dimana suatu perusahaan
dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam melunasi
hutangnya dan yang termasuk non-investement grade BBB, BB dan B
(Utami & Khairunnisa, 2015). Peringkat obligasi syariah memberikan
pernyataan informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas
default hutang perusahaan. Peringkat juga berfungsi untuk membantu
kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para investor
(Meirinaldi & Astuti, 2017).
Peringkat Sukuk yang di terbitkan PEFINDO jika peringkat
memliki Tanda Tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang
diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
Sedangkan Tanda Kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang
diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang
38
bersangkutan. Berikut adalah standar peringkat menurut (PEFINDO,
2018):
a) IdAAA(sy)
Instrumen pembiayaan berbasis syariah yang memiliki
peringkat idAAA(sy) memiliki peringkat tertinggi yang
diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan emiten dalam
memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas kontrak
pendaanaan syariah relative dibanding emiten Indonesia lainya
adalah superior.
b) idAA(sy)
Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat
idAA(sy) hanya berbeda sedikit dengan peringkat tertinggi.
Kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan
jangka panjang atas kontrak pendanaan syariah relatif
dibanding emiten Indonesia lainnya adalah sangat kuat.
c) idA(sy)
Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat
idA(sy) mengindikasikan bahwa kemampuan emiten untuk
memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dalam
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding emiten
Indonesia lainnya adalah kuat. Namun demikian, mungkin
akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi
39
ekonomi dibandingkan instrumen yang peringkatnya lebih
tinggi.
d) idBBB(sy)
Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat
idBBB(sy) mengindikasikan parameter proteksi yang
memadai. Namun demikian, kondisi ekonomi yang
memburuk atau perubahan keadaan akan lebih mungkin
memperlemah kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang kontrak pendanaan
syariah, relatif terhadap emiten Indonesia lainnya.
e) idBB(sy)
Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat
idBB(sy) mengindikasikan parameter proteksi yang sedikit
lemah. Kemampuan untuk memenuhi komitmen keuangan
jangka panjangnya berdasarkan kontrak pendanaan syariah
relatif dibanding emiten Indonesia lainnya, akan sangat
terpengaruh oleh keadaan yang merugikan karena
ketidakpastian bisnis, keuangan atau perekonomian.
f) idB(sy)
Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat
idB(sy) mengindikasikan parameter proteksi yang lemah.
Kemampuan untuk memenuhi komitmen keuangan jangka
panjang berdasarkan kontrak pendanaan syariah, relatif
40
dibanding emiten Indonesia lainnya, akan sangat mungkin
diperlemah oleh adanya kondisi buruk bisnis, keuangan atau
perekonomian.
g) idCCC(sy)
Instrumen pendanaan syariah berperingkat
idCCC(sy) adalah rentan untuk gagal bayar, dan tergantung
terhadap perbaikan kondisi bisnis dan keuangan emiten
untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka
panjangnya dalam kontrak pendanaan syariah.
h) idD(sy)
Instrumen pendanaan syariah mendapat peringkat
idD(sy) manakala mengalami gagal bayar pada saat
pertama kali atas komitmen keuangan jangka panjangnya
dalam kontrak pendanaan
41
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah dari hasil-hasil penelitian terdahulu dengan topik yang berkaitan dengan penelitian ini yang dapat
dilihat pada tabel 2. 2
Tabel 2. 3
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1.
M. Syaifudin Zuhri,
Ronny Malavia
Mardani, & Budi
Wahono, (2019)
Pengaruh Manajemen Laba
Dan Rasio Keuangan
Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bei
Manajemen laba,
Likuiditas dan
Peringkat obligasi
Rasio Aktivitas,
dan Rasio Nilai
Pasar
Menambah
variabel
Profitabilitas,
Leverage, Firm
Size
Variabel manajemen laba tidak
berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi
Variabel rasio likuiditas yang
diproksikan dengan current ratio
tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
2.
Reina Widianingrum
& Sunarto, (2018) Deteksi Manajemen Laba:
Leverage, Free Cash Flow,
Profitabilitas Dan Ukuran
Perusahaan (Studi Kasus
Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bei
Periode 2013-2016)
Manajemen Laba,
Leverage,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan
Free Cash
Flow
Menambah
variabel
Likuiditas,
peringkat
Sukuk
Deteksi manajemen laba dapat
dilakukan dengan melakukan analisis
perkembangan free cash flows dan
profitabilitas.
Leverage dan asset pada periode
2013-2016 belum dapat digunakan
alat untuk mendeteksi manajemen
laba
42
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3.
Prastiani (2018)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Peringkat Obligasi
Dengan Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI
Manajemen Laba,
Leverage,
Profitabilitas,
likuiditas
Rasio Total Aset
Turn Over
Menambah
Variabel Firm
Size
variable ROCE secara parsial
tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Manajemen
Laba.
Variabel CR, DER secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Manajemen Laba.
Variable ROCE dan Manajemen
Laba secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap
Rating Obligasi.
Variabel Likuiditas dan DER
secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap rating
obligasi.
Manajemen Laba tidak
memediasi variabel ROCE dan
CR
variabel Manajemen Laba
Intervening atau memediasi
variabel DER.
4.
Dita Melinda &
Marita Kusuma
Wardani, (2018)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Sukuk Pada Perusahaan
Penerbit Sukuk Di Bursa Efek
Indonesia
Peringkat sukuk,
leverage
Kepemilikan
Institutional,
Kepemilikan
Manajerial,
Komisaris
Hasil pengujian dari penelitian ini
menunjukkan bahwa leverage dan
memiliki efek negatif pada
peringkat sukuk.
43
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Independent,
Reputasi Audit
Menambah
variabel
Profitabilitas,
Likuiditas, Firm
Size dan
Manajemen Laba
5.
Ayu Yuni Astuti,
Elva Nuraina,
&Anggita Langgeng
Wijaya (2018)
Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba
ukuran perusahaan
dan leverage,
manajemen laba,
Menambah
variabel
profitabilitas,
likuiditas, dan
peringkat sukuk
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba perusahaan-
perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2015. Leverage
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba perusahaan-
perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2015
6.
Yovi Prima Agustina
& Elly Suryani
(2018)
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Leverage,
dan Profitabilitas Terhadap
Manajemen Laba (Studi Pada
Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2016)
Leverage,
manajemen laba,
profitabilitas, dan
ukuran perusahaan
Umur
Perusahaan
Menambah
Variabel
Likuiditas &
peringkat sukuk,
Secara parsial, Ukuran Perusahaan
dan Profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Manajemen
Laba, sedangkan Umur Perusahaan
dan Leverage berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Manajemen
Laba.
7.
Tri Widiastuty
(2017)
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
umur perusahaan, Leverage,
dan Umur Sukuk Terhadap
Ukuran
perusahaan,
Umur
Perusahaan
Hasil penelitian ini adalah ukuran
perusahaan berpengaruh positif
terhadap peringkat sukuk, umur
44
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Peringkat Sukuk (Studi pada
Perusahaan yang Menerbitkan
Sukuk di Bursa Efek Indonesia)
Leverage, dan
peringkat sukuk
Menambah
variabel
provitabilitas,
Likuiditas, dan
manajemen Laba
perusahaan tidak memiliki pengaruh
positif terhadap peringkat sukuk,
leverage tidak berpengaruh negatif
terhadap peringkat sukuk, dan usia
sukuk berpengaruh negatif terhadap
peringkat sukuk.
8.
Ratna Puji Astuti
(2017)
Pengaruh Likuiditas,
Produktivitas, profitabilitas,
Terhadap Peringkat Sukuk
Likuiditas,
profitabilitas, dan
peringkat sukuk
Menambah
variabel ukuran
perusahaan,
Leverage, dan
manajemen laba
Likuiditas, Produktivitas dan
Profitabilitas mempengaruhi
peringkat sukuk
9.
Putri Kinanti Azani,
Khairunnisa, & Vaya
Juliana Dillak (2017)
Pengaruh Likuiditas, Leverage
dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi
(Studi Empiris Pada
Perusahaan Non Keuangan dan
Non Perbankan yang
Diperingkat oleh PT.
PEFINDO Tahun 2011 –
2015)
Peringkat obligasi,
likuiditas, dan
leverage
Pertumbuhan
Perusahaan
Menambah
variabel
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, dan
manajemen laba
varabel likuiditas dan leverage
berpengaruh positif signifikan
terhadap peringkat obligasi
sedangkan pertumbuhan
perusahaan berpengarug negatif
signifikan terhadap peringkat
obligasi.
10.
Dendi Purnama
(2017) Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Ukuran
perusahaan, Kepemilikan
Institusional Dan
Kepemilikan Manajerial
Terhadap Manajemen Laba
Profitabilitas,
Leverage, Ukuran
perusahaan, dan
Manajemen laba
Kepemilikan
Institusional
dan
Kepemilikan
Manajerial
Profitabilitas berpengaruh positif
signifikan untuk manajemen laba,
ukuran perusahaan dan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif
terhadap pendapatan
manajemen, sementara leverage dan
kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap pendapatan
45
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Menambah
Likuiditas dan
peringkat sukuk
pengelolaan. Sedangkan secara
bersama-sama menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas, ukuran
perusahaan, leverage,
kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan
pengelolaan.
11.
Galih Estu Pranoto, Ratna Anggraini,
Erika Takidah
(2017)
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Produktivitas, Dan
Reputasi Auditor Terhadap
Peringkat Sukuk
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan, dan
Peringkat Sukuk
reputasi auditor
Menambah
variabel
Likuiditas,
Leverage, dan
manajemen laba
profitabilitas dan perusahaan
Ukuran tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat sukuk.
12.
Meirinaldi dan Pudji
Astuti (2017)
Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Sukuk (Studi Kasus Pada
Perusahaan Penerbit Sukuk
Non Keuangan)
likuiditas,
leverage,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
dan tingkat sukuk.
Rasio aktivitas
Menambah
variabel
manajemen laba
likuiditas dan ukuran perusahaan
secara parsial mempengaruhi tingkat
sukuk dan rasio profitabilitas, rasio
leverage tidak secara parsial
mempengaruhi tingkat sukuk.
13.
M. Siddiq Al Haraqi
& 1, Endang
Surasetyo Ningsih
(2017)
Pengaruh Return On Asset,
Secure Dan Maturity Terhadap
Rating Sukuk
Profitabilitas dan
peringkat sukuk
Maturity
Secure
Menambah
variabel
Likuiditas,
Leverage, ukuran
perusahaan, dan
manajemen laba
Profitabilitas (ROA) berpengaruh
secara positif dan secara signifikan
memberi peringkat sukuk, dan
memastikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap peringkat sukuk
46
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
14.
Leily Hamida (2017) Pengaruh Likuiditas Dan
Leverage Terhadap Yield
Sukuk Dengan Peringkat
Sukuk Sebagai Variabel
Intervening (Study Pada
Perusahaan Non Keuangan Di
Bursa Efek Indonesia )
Likuiditas,
Leverage, dan
peringkat sukuk
Yield sukuk
Maturiy
Menambah
variabel
Profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
manajemen laba
Likuiditas (rasio saat ini) membawa
dampak negatif yang signifikan
terhadap peringkat sukuk dan
leverage (rasio hutang terhadap
ekuitas) tidak memberikan dampak
pada peringkat sukuk
15.
Endah Winanti, Siti
Nurlaela, & Kartika
Hendra Titisari
(2017)
Pengaruh Rasio likuiditas,
Rasio Produktivitas, Rasio Profitabilitas, Dan Rasio
Solvabilitas Terhadap Peringkat
Sukuk
likuiditas,
Profitabilitas,
leverage
Peringkat Sukuk
Produktivitas,
Menambah
variabel ukuran
perusahaan dan
manajemen laba
Rasio likuiditas tidak mempengaruhi
peringkat sukuk.
Rasio profitabilitas tidak
mempengaruhi peringkat sukuk.
Rasio solvabilitas berpengaruh pada
peringkat sukuk.
16.
Adeka Titis
Kurniawan, Titiek
Suwarti (2017)
Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas Dan
Produktifitas Terhadap
Peringkat Obligasi
Profitabilitas,
Leverage,
Likuiditas Dan
Peringkat
Obligasi
Produktifitas
Menambah
variabel
manajemen laba
dan ukuran
perusahaan
Profitabilitas memiliki positif
signifikan terhadap peringkat
obligasi
Leverage memiliki negatif signifikan
terhadap peringkat obligasi
Likuiditas tidak signifikan terhadap
peringkat obligasi
17.
Silviana Pebruary
(2016)
Pengaruh Rasio Profitabilitas,
Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage Dan Pendapatan
Bunga Terhadap Rating Sukuk
Korporasi Periode 2010-2013
Profitabilitas,
Likuiditas,
Leverage Dan
Peningkat
Sukuk
Pendapatan
bunga
Menambah
variabel
manajemen laba
dan ukuran
perusahaan
profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Peringkat sukuk. Secara
serempak variabel berpengaruh
signifikan terhadap prediksi
Peringkat sukuk.
47
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
18.
Pria Juni Prasetya &
Gayatri (2016)
Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba
Dengan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Intervening
Ukuran
Perusahaan
Manajemen
Laba
Corporate Social
Responsibility
Menambah
variabel
Profitabilitas,
Likuiditas,
Leverage Dan
Peningkat
Sukuk
Ukuran
perusahaan secara signifikan
berpengaruh negatif pada
manajemen laba
19.
Nur Latiffah
Rukmana (2016)
Pengaruh Rasio Keuangan Dan
Ukuran Perusahaan (Size)
Terhadap Peringkat Obligasi
Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015
likuiditas,
solvabilitas,
ukuran perusahaan
peningkat sukuk
rentabilitas, rasio
keuangan
Menambah
variabel
manajemen laba
Likuiditas tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi
solvabilitas berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi
ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap peringkat obligasi
20.
Ni Putu Tresna
Widiastuti &
Henny Rahyuda
(2016)
Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan , Rasio Likuiditas,
Maturity, Dan Rasio Aktivitas
Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Jasa
Likuiditas dan
peringkat obligasi
Rasio aktivitas
Maturity
Menambah
variabel
Profitabilitas,
Leverage, ukuran
perusahaan Dan
manajemen laba
Rasio likuiditas berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap peringkat
obligasi,
21.
Indah Kusuma Sari
&
GeriantaWirawan
Yasa (2016)
Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance,
Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Peringkat Obligasi
Profitabilitas
Likuiditas
Peringkat obligasi
Good Corporate
Governance
Menambah
variabel ukuran
perusahaan,
likuiditas positif dan dampak
signifikan pada peringkat obligasi.
Sementara profitabilitas tidak
mempengaruhi peringkat obligasi.
48
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
leverage dan
manajemen laba
22.
Henny (2016) Pengaruh Faktor Akuntansi
Terhadap Prediksi Peringkat
Obligasi
Profitabilitas
Peringkat obligasi
productivity
Menambah
variabel ukuran
perusahaan,
likuiditas,
leverage, dan
manajemen laba
ariabel profitability memiliki
pengaruh terhadap prediksi
peringkat obligasi perusahaan non
keuangan
23.
Dinik
Kustiyaningrum,
Elva Nuraina, dan
Anggita Langgeng
Wijaya (2016)
Pengaruh Leverage, Likuiditas,
Profitabilitas, Dan Umur
Bligasi Terhadap Peringkat
Obligasi (Studi Pada
Perusahaan Terbuka Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)
Leverage,
Likuiditas,
Profitabilitas,
Peringkat obligasi
Umur obligasi
Menambah
variabel ukuran
perusahaan dan
manajemen laba
Leverage secara parsial tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi,
Likuiditas secara parsial berpengaruh
terhadap peringkat obligasi
Profitabilitas secara parsial tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi
24.
Lidiya Malia & Andayani (2015)
Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Peringkat Sukuk
Sukuk, Likuiditas,
Profitabilitas,
Solvabilitas
Produktivitas,
Menambah
variabel ukuran
perusahaan dan
manajemen laba
likuiditas dan rasio solvabilitas
berpengaruh positif terhadap
peringkat sukuk
rasio profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk
25.
Cory Triduta Utami
dan Khairunnisa
(2015)
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage,
Likuiditas Dan Jaminan
Obligasi Terhadap Peringkat
Obligasi (Studi Pada
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage,
Likuiditas, dan
Peringkat Obligasi
Jaminan Obligasi
Menambah
variabel
manajemen laba
ukuran perusahaan, leverage dan
jaminan obligasi berpengaruh
signifikan terhadap peringkat
obligasi, sedangkan profitabilitas dan
likuiditas tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Secara simultan
49
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Perusahaan Yang Terdaftar Di
Pt. Pefindo Tahun 2010 – 2013)
diperoleh hasil ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, likuiditas dan
jaminan obligasi berpengaruh secara
signifikan terhadap peringkat
obligasi
26.
Mohamed
Abulgasem .A.
Elhaj, Nurul Aini
Muhamed, Nathasa
Mazna Ramli (2018)
The Influence of Corporate
Governance, Financial Ratios,
and Sukuk Structure on Sukuk
Rating
Peringkat sukuk
Corporate
Governance
Sukuk Structure
Leverage berpengaruh terhadap
peringkat sukuk
27.
Tsalatsah
Nurakhiroh
Fachrurrozie &
Prabowo Yudo
Jayanto (2014)
Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Rating Sukuk
Dengan Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
Likuiditas
Profitabilitas
Manajemen laba
Leverage
Tingkat sukuk
Menambah
variabel ukuran
perusahaan
profitabilitas berpengaruh terhadap
manajemen laba sedangkan likuiditas
dan leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Profitabilitas dan leverage
berpengaruh terhadap rating sukuk,
sedangkan likuiditas dan manajemen
laba tidak berpengaruh terhadap
rating sukuk. Uji hipotesis
menggunakan uji sobel menunjukan
bahwa secara tidak langsung
manajemen laba tidak dapat
memediasi hubungan antara
profitabilitas dengan rating
sukuk .
50
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Salah satu tujuan perusahaan beroperasi adalah untuk
memperoleh laba. Jika profitabilitas yang didapat perusahaan rendah,
maka bonus yang diterima oleh manajemen perusahaan pun ikut rendah.
Oleh karena itu umumnya pihak manajemen cenderung akan melakukan
tindakan manajemen laba agar pihak manajemen perusahaan
mendapatkan bonus atau kompensasi (Purnama, 2017).
Profitabilitas yang tinggi menggambarkan bahwa kinerja
perusahaan baik, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan.
Kenaikan dan penurunan inilah yang dihindari manajer terkait penilaian
kinerja karena investor lebih menyukai kestabilan maupun peningkatan
pendapatan dari pada pendapatan yang fluktuatif.
Manajemen melakukan smoothing laba mempunyai harapan bahwa
kompensasi (reward) yang diterima dapat memuaskan dan adanya
jaminan kompensasi dalam jangka panjang. Sesuai dengan literatur
income smoothing, manajemen lebih banyak menggunakan metode
akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba daripada memaksimalkan
atau meminimalkan laba. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga
stabilitas laporan laba dari waktu ke waktu dengan harapan kinerja
perusahaan dipandang sustainable (Widianingrum & Sunarto, 2018).
Widianingrum & Sunarto (2018) menemukan bahwa profitabiitas
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal serupa juga terjadi pada
51
penelitian yang dilakukan Purnama (2017) dan Nurakhiroh et al (2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis peneliian
sebagai berikut:
H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Manajemen Laba
2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Manajemen Laba
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban finansial jangka pendek tepat waktu. Likuiditas menunjukkan
hubungan antara kas dengan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Likuiditas perusahaan
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah
untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Jika rasio likuiditas rendah maka manajer cenderung
melakukan manajemen laba agar perusahaan tersebut dinilai baik karena
dapat mengembalikan hutangnya dengan aktiva lancarnya (Nurakhiroh
et al., 2014).
Prastiani, (2018) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh
terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis peneliian sebagai berikut:
H2: Likuiditas berpengaruh terhadap Manajemen Laba
3. Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan untuk menilai
seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan
hutang (Agustia & Suryani, 2018). Menurut Widianingrum & Sunarto
52
(2018) Jika suatu perusahaan memiliki leverage yang tinggi, maka
kemungkinan untuk melakukan manajemen laba sangat besar, dan
perusahaan memiliki kewajiban yang lebih besar dalam pengungkapan
terhadap publik. Ketika manajemen termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya, maka diperlukan tambahan modal kerja dari pihak luar
(pinjaman) yang lebih besar pula.
Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi risiko
perusahaan dalam membayar kewajibannya sehingga hal ini akan
berdampak pada kepercayaan kreditur. Nilai rasio leverage yang tinggi
dianggap mempunyai banyak utang kepada pihak eksternal. Akibatnya
kondisi tersebut mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan
praktik income smoothing (Purnama, 2017).
Menurut A. Y. Astuti et al. (2018) leverage keuangan harus
dianalisis untuk melihat sebaik apa dana ditangani, bauran dana jangka
pendek dan jangka panjang yang diperoleh dari luar harus sesuai dengan
tujuan dan kebijakan perusahaan. Jika penanganan dana tersebut tidak
dilakukan dengan baik, maka leverage keuangan perusahaan dapat
memicu pihak manajemen melakukan manajemen laba.
Prastiani (2018) menemukan bahwa leverage berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan
A. Y. Astuti et al (2018) dan Nurakhiroh et al (2014). Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis peneliian sebagai
berikut:
53
H3: Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba
4. Pengaruh Firm Size Terhadap Manajemen Laba
Menurut (A. Y. Astuti et al., 2018) ukuran perusahaan disini sangat
mempengaruhi terjadinya manajemen laba karena semakin besar suatu
perusahaan harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau
pemegang sahamnya. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur
pendanaan perusahaan.
Perusahaan besar pada umumnya akan lebih transparan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya karena perusahaan akan lebih
diperhatikan oleh pihak-pihak eksternal, seperti pemerintah; investor;
dan kreditor, sehingga dapat meminimalkan tindakan manajemen laba
(Agustia & Suryani, 2018).
Menurut Widianingrum & Sunarto (2018) manajemen melalui
kebijakan akrual dapat meningkatkan nilai asset perusahaan (terutama
assets operasi). Peningkatan nilai asset merupakan sinyal terhadap
ukuran perusahaan (size). Jika size meningkat, diharapkan laba
perusahaan juga meningkat. Selanjutnya, peningkatan laba perusahaan
akan meningkatkan kinerja manajemen.
Prasetya & Gayatri (2016) menemukan bahwa firm size berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan Purnama (2017). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis peneliian sebagai berikut:
H4: Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen Laba
54
5. Pengaruh Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
Menurut Prastiani (2018) Profitabilitas bisa digunakan sebagai
pelengkap analisis risiko, karena kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran
kas masuk. Rasio profitabilitas akan mengukur efektivitas manajemen
secara keseluruhan sebagaimana ditunjukan dalam keuntungan yang
diperoleh dari penjualan dan investasi. Semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka semakin rendah resiko ketidak mampuan membayar
(default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap
perusahaan tersebut (R. P. Astuti, 2017).
Prastiani (2018) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan R. P. Astuti (2017) dan Al Haraqi & Ningsih, (2017).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis peneliian
sebagai berikut:
H5: Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
6. Pengaruh Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
Tingkat likuiditas dalam penelitian ini diukur menggunakan
current ratio. Current Ratio digunakan karena untuk mengukur
kemampuan perusahaan atau bank dalam memenuhi kewajiban terhadap
utang jangka pendek saat jatuh tempo. semakin tinggi likuiditas maka
semakin baik peringkat perusahaan tersebut (R. P. Astuti, 2017).
Investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada obligasi
yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi meskipun harga yang
55
ditawarkan untuk obligasi tersebut tinggi, karena dengan tingkat
likuiditas yang tinggi investor menilai perusahaan akan mampu
memenuhi kawajiban dalam membayar bunga obligasi maupun
pokoknya pada waktu jatuh tempo (Azani et al., 2017).
R. P. Astuti (2017) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan Azani et al (2017), dan Meirinaldi & Astuti (2017).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis peneliian
sebagai berikut:
H6: Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
7. Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
Rasio leverage dalam penelitian ini diukur Debt to Equity Ratio
(DER). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan
menggunakan utang dalam membiayai investasinya (Melinda &
Wardani, 2018). Jika rasio leverage cukup tinggi, maka hal tersebut
menujukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat
membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dan biasanya
memiliki resiko kebangkrutan yang cukup besar (Prastiani, 2018).
Dengan demikian dapat disimpulkan semakin rendah leverage maka
akan semakin baik peringkat obligasi.
semakin tinggi rasio leverage maka akan besar risiko yang
didapatkannya, karena semakin besar aset yang didanai oleh utang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi leverage
56
maka risiko ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya semakin besar dan berarti bahwa peringkat sukuknya pun
akan semakin rendah (Widiastuty, 2017).
Melinda & Wardani (2018) menemukan bahwa leverage
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hal serupa juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan Azani et al (2017) dan Winanti et al (2017).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis peneliian
sebagai berikut:
H7: Leverage berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
8. Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
Ukuran perusahaan bisa dilihat berdasarkan jumlah aset yang
dimiliki perusahaan, jumlah modal, atau jumlah total produksi. Semakin
besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil risiko perusahaan
mengalami gagal bayar. Perusahaan yang besar biasanya cenderung
memiliki risiko yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan yang
lebih kecil (Pranoto et al., 2017).
Semakin tinggi total aset yang dimiliki sebuah perusahaan
menunjukkan kemampuan menguasai pasar dan kredibilitas yang lebih
baik sehingga meningkatkan peringkat obligasi. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset maka
akan semakin tinggi pula peringkat sukuk. Ukuran perusahaan dapat
menjadi parameter untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
melunasi pokok pinjaman dan meningkatkan peringkat obligasi
57
perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi pula peringkat sukuk
(Widiastuty, 2017).
Widiastuty (2017) menemukan bahwa Firm Size berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan Rukmana (2016). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis peneliian sebagai berikut:
H8: Firm Size berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
9. Manajemen Laba berpengaruh terhadap Pringkat Sukuk
Manajemen laba dapat membuat kinerja perusahaan terlihat baik
oleh investor dengan menaikkan laba yang diperoleh perusahaan (Zuhri
et al., 2019). Menurut Prastiani (2018) Peringkat obligasi suatu
perusahaan dapat dipengaruhi oleh manajemen laba dengan cara yang
sama dengan emisi obligasi yaitu menaikkan laba sebuah perusahaan
sehingga kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor, dan investor
pada akhirnya mempercayakan memberikan utang kepada perusahaan.
Manajemen sebuah perusahaan diduga cenderung melakukan
manajemen laba atau rekayasa laba pada periode di sekitar emisi
obligasi agar kinerja perusahaan terlihat baik karena akan berdampak
pada perolehan peringkat obligasi sehingga akan meningkatkan daya
tarik perusahaan di mata para kreditur.
Prastiani (2018) menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang
58
dilakukan Rukmana (2016). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis peneliian sebagai berikut:
H5: Manajemen Laba berpengaruh terhadap Peeringkat Sukuk
10. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Firm Size
Terhadap Peringkat Sukuk Melalui Manajemen Laba
Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta
sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang
diperdagangkan (Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga
keuangan Kep-46 151/BL/2009). Profitabilitas, Likuiditas, Leverage,
dan ukuran perusahaan merupakan instrumen keuangan yang ada pada
laporan keuangan sebuah perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek
Indonesia sehingga para investor dapat mempertimbangkan investasi
mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Prastiani (2018)
menunjukan manajemen laba tidak dapat menjadi pemediasi antara
variable profitabilitas, likuiditas, leverage terhadap peringkat sukuk.
Sedangkan menurut Nurakhiroh et al. (2014) manajemen laba hanya
dapat memediasi hubungan leverage terhadap peringkat sukuk.
Dengan Mengacu kepada penelitian Sebelumnya di harapkan dapat
mengungkapkan bahwa profitabilitas, likuiditas, size perusahaan dan
leverage berpengaruh terhadap yield Sukuk melalui peringkat Sukuk.
59
Profitailitas, Likuiditas, Leverage dan Firm size dapat dikatakan
sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Dalam pengaplikasian manajemen laba untuk meningkatkan laporan
keuangan yang baik seingga perusahaan terlihat memiliki resiko
kegagalan bisnis perusahaan yang kecil. Sehingga para investor merasa
aman dalam meminjamkan atau menanamkan modalnya kepada
perusahaan karena perusahaan dapat melunasi imbal hasil sukuknya dan
meningkatnya ketertarikan investor yang menyebabkan naiknya
peringkat sukuk oleh lembaga pemeringkat.
H10: Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
H11: Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
H12: Leverage berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
H13: Firm Size berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
60
“Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Firm Size Terhadap
Peringkat Sukuk Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening”
Metode analisis: Regresi Berganda dan Analisis Jalur
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1.
Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran
Basis Teori: Teori Agency dan Teori Signaling
Hasil Penelitian
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Leverage dan Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen laba sebagai variabel Intervening. Berdasarkan jenisnya,
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menekankan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data sekunder dengan prosedur statistik, di mana data
yang digunakan berupa angka-angka yang diperoleh dengan mengakses
website Bursa Efek Indonesia dan website Pemeringkatan Efek Indonesia
atau dikenal juga dengan PEFINDO. Objek penelitian ini adalah semua
sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2012-2018.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI
dan PEFINDO. Menurut Sekaran dan Bougie (2016) yang dimaksud dengan
populasi adalah keseluruhan kelompok orang kejadian atau hal dan minat
yang ingin peneliti investigasi. Sedangkan sampel adalah subkelompok atau
sebagian dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu
menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi
penelitan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
62
Dilihat dari dimensi waktu yang digunakan, penelitian ini termasuk ke
dalam kelompok data time series dengan periode penelitian selama 7 tahun
yaitu 2012-2018. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
menentukan sampel adalah purposive sampling, mengandung arti bahwa
sampel yang diambil didasarkan kriteria. Adapun kriteria yang digunakan
dalam memilih sampel adalah:
1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-
2018 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.
2. Perusahaan yang memiliki sukuk dan di peringkat PT. PEFINDO dalam
tempo waktu pengamatan.
3. Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait dengan variabel yang
digunakan selama periode penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008) bila dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misalnya melalui
orang lain atau melihat dokumen. Sesuai dengan variabel yang digunakan
maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik dokumentasi yang berdasarkan laporan keuangan dan
laporan tahunan periode 2012-2018 yang dipublikasikan oleh BEI melalui
unduhan di internet (www.idx.co.id) dan melalui sebsite resmi PEFINDO
63
terkait variabel peringkat sukuk (www.pefindo.com), mengambil dari
artikel, jurnal, penelitian terdahulu, mempelajari buku-buku pustaka yang
mendukung penelitian terdahulu dan proses penelitian, serta sumber-sumber
lain yang relevan dengan variabel yang diteliti.
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Profitabilitas (X1)
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya
nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator
untuk mengukur kinerja suatu perusahaan (Widianingrum & Sunarto,
2018). Rasio profitabilitas diukur menggunakan Return of Asset untuk
mengukur kemampuan perusahaan atau bank dalam mengelola sember
daya yang ada untuk memperoleh laba (R. P. Astuti, 2017). Perusahaan
yang profitabilitasnya tinggi akan memeperoleh aliran kas masuk yang
baik, dengan demikian mencerminkan risiko yang lebih kecil sehingga
peringkat obligasi lebih baik (Prastiani, 2018). Dalam penelitian ini,
rasio profitabilitas diukur menggunakan Return of Asset.
𝑅𝑂𝐴 =Pendapatan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑋100%
2. Likuiditas (X2)
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek (R. P. Astuti, 2017). Rasio likuiditas adalah rasio yang
memberikan nilai positif perusahaan sebagai tugas keuangan yang bisa
segera terpenuhi ataupun kelebihan perusahaan sebagai tugas keuangan
64
pada saat ditagih. Rasio yang bisa di pakai sebagai pengukur tingkat
likuiditas suatu perusahaan sebagai berikut cash ratio, current ratio, dan
acid test ratio (Zuhri et al., 2019).
Adapun yang digunakan dalam rasio likuiditas adalah Current
ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dan hutang lancar.
rasio likuiditas diukur menggunakan Current Ratio (rasio lancar).
Current Ratio digunakan karena untuk mengukur kemampuan
perusahaan atau bank dalam memenuhi kewajiban terhadap utang
jangka pendek saat jatuh tempo (R. P. Astuti, 2017). Current ratio
dihitung sebagai berikut :
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Aktiva Lancar
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑋100%
3. Leverage (X3)
Leverage merupakan jumlah utang yang digunakan untuk
membiayai atau membeli aset-aset perusahaan (Widianingrum &
Sunarto, 2018). Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa
hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan utang dan semakin kecil
risiko kegagalan perusahaan (Prastiani, 2018). Leverage yang tinggi
dalam sebuah perusahaan menunjukkan bahwa tingginya default risk
keuangan perusahaan, sehingga akan menurunkan nilai perusahaan dan
peringkat sukuk. leverage yang diukur melalui (Debt Equity Ratio) yaitu
total hutang dengan total modal (Melinda & Wardani, 2018).
𝐷𝐸𝑅Total Hutang
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑋100%
65
4. Firm Size (X4)
Firm Size menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata-rata jumlah
penjualan, dan rata-rata jumlah aset. Perusahaan besar cenderung akan
memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
yang lebih kecil (Widianingrum & Sunarto, 2018). marketabilitas
obligasi dapat dilihat berdasarkan derajat akses emiten di pasar
keuangan dunia. Fungsi dari ukuran perusahaan atau ukuran besarnya
nilai obligasi yang diterbitkan merupakan derajat akses yang dianggap
oleh sebagian besar peneliti (Pranoto et al., 2017). Proksi dari variabel
ukuran perusahaan (size) ini menggunakan total asset dengan log
natural.
5. Manajemen Laba (Y1)
Manajemen laba adalah upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan
dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan (Purnama, 2017). Manajemen laba
terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan tertentu dalam
melaporkan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan
keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang
dilaporkan itu. Manajemen laba pada dasarnya dilakukan dengan
menggeser biaya sekarang menjadi biaya periode masa depan dan
66
pendapatan periode masa depan menjadi menjadi pendapatan sekarang
agar laba yang dilaporkan lebih tinggi dari laba sesungguhnya (A. Y.
Astuti et al., 2018). Manajemen laba dalam penelitian ni diukur dengan
menggunakan model modifikasi Jones :
1. menghitung total accrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t
dikurangi arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut:
TAC = NIit – CFOit
2. total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least Square
sebagai berikut:
𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1=
1
𝐴𝑖𝑡 − 1+
𝑅𝑒𝑣𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1+
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1+ 𝑒
3. Dengan koefisien regresi seperti pada rumus di atas, maka
nondiscretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula
sebagai berikut:
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 =1
𝐴𝑖𝑡 − 1+ (
𝑅𝑒𝑣𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1−
𝑅𝑒𝑐𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1) +
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1+ 𝑒
4. Discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen laba
ditentukan dengan formula berikut :
DAit =𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1𝑋 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t
NDAit = Nondiscretionary Accruals perusahaan i dalam periode
tahun t
TAit = Total acrual perusahaan i dalam periode tahun t
NIit = Laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t
67
CFOit= arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i dalam periode
tahun t
Ait-1 = total assets perusahaan i dalam periode tahun t-1
∆Revit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi dengan
pendapatan perusahaan I pada tahun t-1
PPEit = property, pabrik, dan peralatan perusahaan i dalam periode
tahun t
∆Recit = piutang usaha perusahaan I pada tahun t dikurangi piutang
usaha perusahaan I pada tahun t-1.
e = error
6. Peringkat Sukuk (Y2)
Peringkat sukuk merupakan ketepatan waktu pembayaran bagi
hasil, fee/kupon yang mencerminkan resiko dari semua sukuk yang
diperdagangkan (R. P. Astuti, 2017). Peringkat obligasi disarakan atas
faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif rasio keuangan, ketentuan
hipotik, ketentuan subordinasi, ketentuan, dana, jatuh tempo, stabilitas,
regulasi, antitrust, faktor lingkungan, kewajiban atas produk, kewajiban
pensiun, masalah ketenagakerjaan, dan kebijakan akuntansi (Prastiani,
2018).
Peringkat yang diberikan oleh rating agency akan menyatakan
apakah obligasi syariah berada pada peringkat investment grade
(AAA,AA,A, dan BBB) atau non investment grade (BB,B,CCC,D)
(Widiastuty, 2017). Sumber data peringkat sukuk di dapat dari PT
PEFINDO karena website mudah di pergunakan. Sedangkan Moody’s
68
mengharuskan pengguna data mempunyai akun di dalam website dan
Fitch Rating mempunyai website yang sulit di gunakan. Proksi dari
variabel peringkat sukuk ini tidak hanya memisahkan investment grade
dan non investment grade tetapi menjadi 8 tingkat dengan peringkat
AAA mendapatkan skor tertinggi.
Tabel 3.1
Peringkat Sukuk
Peringkat Skor
AAA 8
AA 7
A 6
BBB 5
BB 4
B 3
CCC 2
D 1
Sumber : (Widiastuty, 2017)
69
Tabel 3. 2
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Skala
1 Profitablilitas
(Widianingrum &
Sunarto, 2018)
𝑅𝑂𝐴 =Pendapatan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑋100% Rasio
2 Likuiditas
(Zuhri et al., 2019) 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Rasio
3 Leverage
(Prastiani, 2018) 𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 Rasio
4 Firm Size
(Widianingrum &
Sunarto, 2018)
LN Total Aktiva Rasio
5 Manajemen Laba
(Suyono, 2017) DAit =
𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1𝑋 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 Rasio
6 Peringkat Sukuk
(Widiastuty, 2017)
Variabel Kategorikal ; 8 untuk
sukuk dengan peringkat AAA, 7
untuk AA, 6 untuk A, 5 untuk
BBB, 4 untuk BB, 3 untuk B, 2
untuk CCC, dan 1 untuk D
Ordinal
70
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis kuantitatif dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak Microsoft Excel 2016 dan SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 25.0 sebagai alat untuk menguji data. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang
terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk
memecahkan suatu masalah.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum
dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2018).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel dependen, variabel independen, ataupun
keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Salah satu
71
cara untuk melihat data yang telah memenuhi uji normalitas adalah
dengan menggunakan normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk menguji apakah model
regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah bila distribusi erornya normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2018).
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Ghozali (2018)) menyatakan bahwa uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan
melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari
hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai
tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil
dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
72
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
(problem auto korelasi). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas autokorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu run test. Jika nilai run test memiliki tingkat
signifikan diatas a > 0,05 berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
2018).
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk
menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini
digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen
(ZPRED) dengan residual (SRESID). Uji heteroskedastisitas
digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi
penyimpangan variabel bersifat konstan atau tidak. Uji
heteroskedastisitas juga merupakan salah satu cara untuk
mengetahui apakah model regresi penyimpangan variabel bersifat
konstan atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel dependen
(terikat) dengan residualnya. Apabila grafik yang ditunjukkan
dengan titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka
telah terjadi heteroskedastisitas dan apabila polanya acak serta
73
tersebar, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2016)
deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat kurva
heteroskedastisitas atau diagram pencar (chart), dengan dasar
pemekiran seperti berikut:
1) Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola
tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian
menyempit maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik
dibawah atau datas 0 ada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Goodnes of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini
dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan
nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara
statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila
nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima.
a. Analisis Regresi
Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi
berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen ke
semua variabel independen. Tujuan analisis regresi berganda
ialah menggunakan nilai-nilai variabel independen yang
diketahui untuk meramalkan nilai variabel independen.
74
b. Uji Koefsien Determinasi (Uji R2)
Menurut Ghozali (2018) menyatakan uji koefisien
determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui
adjusted R2. Adjusted R2 ini digunakan karena variabel bebas
dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan
1, jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan
dianggap cukup andal dalam membuat estimasi.
Semakin besar angka adjusted R2 maka semakin baik
model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Jika adjusted R2 semakin
kecil, berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan
variabilitas dari variabel terikatnya.
Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan
nilai adjusted R-Square dari model regresi digunakan untuk
mengetahui besarnya rating obligasi yang dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel independennya.
c. Hasil Uji Fit
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah
variabel-variabel independen (X) secara simultan (bersama-
sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel independen (Y)
(Ghozali, 2016). Apabila Fhitung ˃ Ftabel maka H0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen dengan
75
menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai Fhitung ˃
Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan
melihat probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada
0,05 (untuk tingkat signifikansi = 5%), maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada
0,05 maka variabel independen secara serentak tidak
terpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1) H0 : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2) Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel individu independen dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2016). Apabila thitung ˃ ttabel maka H0
ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%,
jika nilai thitung ˃ ttabel maka secara satu persatu variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih
76
kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi= 5%), maka
variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
daripada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu
tidak terpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1) H0 : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2) Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikansi dua
arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua
daerah penolakan H0 yaitu terletak diujung sebelah kanan dan
kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda
sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan
(≠) pada hipotesis alternatif.
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Jalur
Analisis Jalur merupakan perluasan dari analisis regresi
linier bergnda atau analisis jalur adalah penggunaan analisis
regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel
(model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
teori (Ghozali, 2018). Teknik analisis jalur ini akan digunakan
dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
77
ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap digram jalur dari
hubungan kausal antar variabel X1 dan X2 terhadap Y1 serta
dampaknya kepada Y2. Persamaan dalam model ini terdiri dari
dua tahap, yaitu
Persamaan Model 1: Y1 = b1 X1 + b2 X2+ b3 X3+ b4 X4+ ε
Persamaan Model 2: Y2 = b1 Y1 + b1 X1+ b2 X2+ b3 X3+ b4
X4 + ε
Keterangan:
Y1 = Manajemen Laba
Y2 = Peringkat Sukuk
ε = Faktor Eror
X1 = Profitabilitas
X2 = Likuiditas
X3 = Leverage
X4 = Firm Size
Setelah mendapatakan 2 model langkah selanjutnya adalah
menghitung persamaan regresi dengan bantuan aplikasi SPSS dan
menggunakan menu analisis. Setelah diperoleh perhitungan
(output) dalam bentuk ringkasan, ANOVA, dan koefisien
(Widarjono, 2015: 216)
78
interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis jalur untuk
persamaan substruktur 1 dan 2:
1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
2) Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
3) Pengaruh Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba
4) Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
5) Pengaruh Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
6) Pengaruh Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk
7) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
8) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
9) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independent
terhadap dependen pengujian yang dilakukan adalah uji t yang
digunakan secara parsial. Sementara untuk melihat besarnya
pengaruh menggunakan jumlah beta atau koefisien standar. Maka
langkah pengujian hipotesisnya adalah:
1) Menentukan hipotesis yang H0 dan H1
2) Hitung besarnya thitung, besarnya thitung dapat dilihat dalam
perhitungan SPSS (tabel koefisien)
3) Hitung besarnya ttabel dengan tarif tingkat 0,05 dan Degrees of
Freedom (DF) dengan kondisi berikut:
DF = n ─ k (Widarjono, 2015: 23)
4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
79
Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
5) Membuat keputusan mengenai apakah ada pengaruh dari
masing-masing variabel X1, X2, X3 dan X4 pada Y1 dan Y2
Menghitung pengaruh atau efek langsung dan tidak langsung
dari persamaan model 1 dan 2:
1) Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Dalam pengaruh efek langsung menjelaskan bahwa
untuk mengetahui efek langsung menggunakan rumus sebagai
berikut:
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
X1 → Y1 (PY1X1)
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
X2 → Y1 (PY1X2)
c) Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
X3 → Y1 (PY1X3)
d) Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
X4 → Y1 (PY1X4)
e) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
X1 → Y2 (PY2X1)
f) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk
X2 → Y2 (PY2X2)
g) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
X3 → Y2 (PY2X3)
h) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
80
X4 → Y2 (PY2X4)
i) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
Y1 → Y2 (PY2Y1)
2) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung dalam hal ini menjelaskan
bahwa untuk mengetahui efek tidak langsung menggunakan
rumus sebagai berikut:
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
melalui Manajemen Laba
X1 → Y1 → Y2 (PY1X1 × PY1Y2)
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X2 → Y1 → Y2 (PY1X2 × PY1Y2)
c) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X3 → Y1 → Y2 (PY1X3 × PY1Y2)
d) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X4 → Y1 → Y2 (PY1X4 × PY1Y2)
3) Total pengaruh
Total pengaruh menjelaskan bahwa untuk mengetahui total
pengaruh atau efek menggunakan rumus sebagai berikut:
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
melalui Manajemen Laba
81
X1 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X1 × PY2X1)
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X2 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X2 × PY2X2)
c) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X3 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X3 × PY2X3)
d) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk melalui
Manajemen Laba
X4 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X4 × PY2X3)
b. Uji Sobel
Uji sobel digunakan untuk menguji hipotesis 8, hipotesis 9,
dan hipotesis 10, yaitu pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan, pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan,
dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
melalui kinerja keuangan. Uji sobel dilakukan untuk menguji
kekuatan pengaruh tidak langsung dari variabel X1, X2, X3 dan X4
pada variabel Y2 melalui Y1. Uji sobel dalam bentuk rumus sebagai
berikut:
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
Dimana:
82
𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients B X1 atau X2 atau X3 atau
X4 ke Y1
𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients B Y1 ke Y2
𝑆𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error X1 atau X2
atau X3 atau X3 ke Y1
𝑆𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error Y1 ke Y2
t = 𝑡hitung mediasi
Nilai yang digunakan dalam uji sobel ini adalah nilai
Unstandardized Coefficients untuk membuktikan apakah nilai
pengaruh tidak langsung pada Standardized Coefficients benar
terbukti dan signifikan (Ghozali, 2018: 250). Uji sobel ini dilakukan
untuk melihat apakah pengaruh mediasi hasil dari perkalian
koefisien yang berasal dari output SPSS adalah signifikan atau tidak.
Pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai t yang dihasilkan
dari uji sobel dengan ttabel. Apabila nilai thitung dari uji sobel lebih
besar dibandingkan ttabel dengan tingkat signifikan di bawah 5%
maka ada pengaruh mediasi.
Selain menggunakan rumus uji sobel di atas, hasil mediasi
yang signifikan di uji dengan program WIMP. Pada program
tersebut dapat dilihat juga nilai two tailed probability yang dimana
jika dibawah 5% maka Y1 dapat menjadi variabel mediasi.
84
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan tahunan perusahaan periode tahun 2012 hingga
tahun 2018 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada
alamat www.idx.co.id, website Resmi Perusahaan, pemeringkat Efek
Indonesia (PEFINDO) pada alamat https://www.pefindo.com , mengambil
dari artikel, jurnal, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber lain yang
relevan. Data yang digunakan yaitu terkait dengan manajemen laba,
profitabilitas, likuiditas, leverage, ukuran perusahaan serta peringkat sukuk.
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk
menentukan sampel. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan representasi
dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel
2016 dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 25.0 sebagai
alat untuk menguji data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan
menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Berikut Tabel
85
4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan
sesuai dengan kebutuhan penelitian:
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Semua perusahaan yang menerbitkan obligasi dan
terdaftar di BEI selama periode penelitian 2012-
2018 dan tidak delisting dalam periode
135
Perusahaan yang tidak menerbitkan sukuk dan tidak
di peringkat oleh PT Pefindo tahun 2012-2018
(126)
bank dan lembaga keuangan lain (4)
Perusahaan yang memenuhi kriteria untuk penelitian 5
Total Sampel penelitian selama 7 tahun 35
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 35 perusahaan. Sampel tersebut
dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan dan sesuai dengan
kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 4.2 dengan nama perusahaan
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
No Kode Perusahaan
1 ADHI PT ADHI KARYA (PERSERO)
2 ISAT PT Indosat Tbk
3 PPLN PT Perusahaan Listrik Negara
4 SSMM PT Sumberdaya Sewatama
5 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
Sumber: Data sekunder yang diolah
86
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif merupakan metode dimana semua data
yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan
untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar
Deviasi dari sampel. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Manajemen Laba, profitabilitas, Likuiditas,
Leverage, Firmsize, dan Peringkat Sukuk.
Tabel 4.3
Statistik Dekriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen
Laba
35 -.04528 1.14552 .2431362 .22036476
Profitabilitas 35 -.10210 .10190 .0067629 .04660597
Likuiditas 35 .24141 2.05442 1.0409831 .49345862
Leverage 35 -44.96694 25.01155 1.2426734 9.77590151
Firmsize 35 28.6553 34.9392 31.145943 1.9305439
Peringkat
Sukuk
35 4.00 8.00 6.5714 1.21959
Valid N
(listwise)
35
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Hasil uji statistik pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa
Manajemen Laba melalui perhitungan model modifikasi Jones dengan
jumlah sampel (N) 35 memiliki nilai minimum sebesar -0,04528,
sedangkan nilai maksimum yang diperoleh sebesar 1,14552. Nilai rata-
rata (mean) dari Manajemen Laba sebesar 0,2165956 dan standar
87
deviasi yang diperoleh 0,15694258. Perusahaan yang mendapatkan
nilai minimum pada variable ini yaitu PT Summarecon Raya Agung
tahun 2012, Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai maximum
pada variable ini yaitu PT Perusahaan Listrik Negara tahun 2015.
Profitabilitas melalui perhitungan Return on Asset memiliki
nilai minimum sebesar -0,10210 dan nilai maksimum yang diperoleh
sebesar 0,10190 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0068265 dan
standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,04730531. Perusahaan yang
mendapatkan nilai minimum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya
Sewatama tahun 2018, Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai
maximum pada variable ini yaitu PT Summarecon Raya Agung tahun
2014.
Likuiditas melalui perhitungan Current Ratio memiliki nilai
minimum sebesar 0,24141 dan nilai maksimum yang diperoleh sebesar
2,05442 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 1,0521756 dan standar
deviasi yang diperoleh sebesar 0,49634957. Perusahaan yang
mendapatkan nilai minimum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya
Sewatama tahun 2016, Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai
maximum pada variable ini yaitu PT Summarecon Raya Agung tahun
2016.
Leverage melalui perhitungan Debt to Equity Ratio memiliki
nilai minimum sebesar -44,96694 dan nilai maksimum sebesar
88
25,01155 dengan rata-rata (mean) sebesar 1,2605997 dan standar
deviasi yang diperoleh sebesar 9,92233187. Perusahaan yang
mendapatkan nilai minimum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya
Sewatama tahun 2017, Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai
maximum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya Sewatama tahun
2016.
Ukuran Perusahaan melalui perhitungan logaritma natura total
aset memiliki nilai minimum sebesar 28,6553 dan nilai maksimum
sebesar 34,9392 dengan rata-rata (mean) sebesar 31,038114 dan standar
deviasi yang diperoleh sebesar 1,8495024. Perusahaan yang
mendapatkan nilai minimum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya
Sewatama tahun 2018, Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai
maximum pada variable ini yaitu PT Summarecon Raya Agung tahun
2014.
Peringkat sukuk melalui jenis perhitungan Peringkat tertinggai
mendapatkan 8 poin dan terendah 1 poin dengan jumlah sampel (N) 35
memiliki nilai minimum sebesar 4, sedangkan nilai maksimum yang
diperoleh sebesar 8. Nilai rata-rata (mean) dari peringkat sukuk sebesar
6,5294 dan standar deviasi yang diperoleh 1,21194. Perusahaan yang
mendapatkan nilai minimum pada variable ini yaitu PT Sumberdaya
Sewatama tahun 2016, 2017 dan 2018, Sedangkan perusahaan yang
mendapatkan nilai maximum pada variable ini yaitu PT Perusahaan
89
Listrik Negara 2012 hingga tahun 2018 dan PT Indosat tahun 2013
Hingga tahun 2018.
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk
persamaan yakni;
Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + P Y1X4
+Ɛ1
Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2X4 +
P Y2Y1 +Ɛ2
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas substrukturar 1 dilakukan untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan
model regresi yang baik harus memiliki data yang berdistribusi
normal. Ada banyak cara untuk menguji atau mendeteksi apakah
data residual berdistribusi normal ataukah tidak, yaitu dengan
melihat grafik histogram, grafik Normal Probability Plot, Analisis
statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skewness, dan terakhir
dengan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(Ghozali, 2018).
Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
digunakan analisis uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik
histogram, serta menggunakan grafik normal plot. Berikut ini
90
merupakan tabel uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik
histogram, dan grafik normal plot yang disajikan dalam penelitian:
Berdasarkan Tabel 4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada
Asymp. Sig. (2-tailed) mendapatkan nilai sebesar 0,001 yang
artinya nilai tersebut lebih kecil dari nilai signifikansinya yaitu 0,05
sehingga dapat di simpulkan data tidak normal. Karena terdapat
casewase berdasarkan Tabel 4.5 pada data nomer 18 yaitu PT
Perusahaan Listrik Negara tahun 2015.
Tabel 4.5
Casewise Diagnosticsa
Case
Number Std. Residual Manajemen Laba
Predicted
Value Residual
18 3.775 1.14552 .5618081 .58370798
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Tabel 4.4
Substruktur 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .14524806
Most Extreme Differences Absolute .202
Positive .202
Negative -.154
Test Statistic .202
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
91
Setelah dilakukan casewase pada data nomer 18 dilakukan
pengujian ulang dan didapatkan hasi uji normalitas model
substrukturar 1 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Substruktur 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .09859580
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.083
Test Statistic .118
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Gambar 4.1
Substruktur 1
Hasil Uji Histogram
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
92
Gambar 4.2
Substruktur 1
Hasil Uji Grafik Normal P-Plot
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Setelah melakukan casewase pada pengujian berikutnya
menghasilkan Tabel 4.6 Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada
Asymp. Sig. (2-tailed) mendapatkan nilai sebesar 0,200 yang
artinya nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansinya yaitu
0,05. Selanjutnya, berdasarkan grafik yang disajikan di atas dapat
dilihat baik grafik histogram maupun grafik normal P-Plot
memberikan pola data yang berdistribusi normal. Pada Gambar 4.1
dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara normal dan
berbentuk simestris tidak melenceng ke kanan atau ke kiri.
Selanjutnya pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar dan berhimpit di sekitar garis diagonal.
93
Tabel 4.7
Substruktur 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .47969237
Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .053
Negative -.098
Test Statistic .098
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Gambar 4.3
Substruktur 2
Hasil Uji Grafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
94
Gambar 4.4
Substruktur 2
Hasil Uji Histogram
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Karena model substrukturar 1 terdapat case wasr sehingga
model substrukturar 2 dilakukan casewase agar jumlah data yang
seimbang kemudian menghasilkan Tabel 4.7 Uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S) pada Asymp. Sig. (2-tailed) mendapatkan nilai
sebesar 0,200 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari nilai
signifikansinya yaitu 0,05. Selanjutnya, berdasarkan grafik yang
disajikan di atas dapat dilihat baik grafik histogram maupun grafik
normal P-Plot memberikan pola data yang berdistribusi normal.
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara
normal dan berbentuk simestris tidak melenceng ke kanan atau ke
kiri. Selanjutnya pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar dan berhimpit di sekitar garis diagonal.
95
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal atau konsisten dengan uji grafik histogram dan
grafik normal P-Plot pada model substrukturar 1 dan 2, maka
model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai
Tolerance > 0,1 dan VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka
dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Berikut Tabel 4.8 yang menunjukkan hasil dari uji
multikolinearitas pada model substruktur 1:
Tabel 4.8
Substruktur 1
Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .707 1.413
Likuiditas .550 1.820
Leverage .650 1.537
Firmsize .893 1.120
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas model substruktur 1
di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak
saling berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF
< 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas
96
antar variabel. Kemudian Tabel 4.8 yang menunjukkan hasil dari
uji multikolinearitas pada model substruktur 2:
Tabel 4.9
Substruktur 2
Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .705 1.419
Likuiditas .445 2.247
Leverage .572 1.749
Firmsize .483 2.071
Manajemen Laba .395 2.534
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas model substrukturar
2 di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini
tidak saling berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan
VIF < 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala
multikolinearitas antar variabel.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2018), uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu (problem auto korelasi). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas autokorelasi. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu run test. Jika nilai run test
memiliki tingkat signifikan diatas a > 0,05 berarti tidak terjadi
97
autokorelasi. Berikut Tabel 4.6 yang menunjukkan hasil dari uji
autokorelasi:
Tabel 4.10
Substruktur 1 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.01415
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 17
Total Cases 34
Number of Runs 15
Z -.871
Asymp. Sig. (2-tailed) .384
a. Median
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Hasil uji autokorelasi dengan run test menunjukkan bahwa
autokorelasi tidak terjadi karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang
diperoleh sebesar 0,384 pada table 4.10 yang berarti memiliki
tingkat signifikansi di atas > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi.
Tabel 4.11
Substruktur 2 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.00136
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 17
Total Cases 34
Number of Runs 22
Z 1.219
Asymp. Sig. (2-tailed) .223
a. Median
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
98
Hasil uji autokorelasi dengan run test menunjukkan bahwa
autokorelasi tidak terjadi karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang
diperoleh sebesar 0,223 pada table 4.11 yang berarti memiliki
tingkat signifikansi di atas > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Berikut ini adalah hasil
uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot:
Gambar 4.5
Substruktur 1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
99
Dari Gambar 4.5 uji heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada suambu Y. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk
pengujian berikutnya.
Gambar 4.6
Substruktur 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Sedangkan pada gambar 4.6 terlihat bahwa titik-titik tidak
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada suambu Y dan membentuk pola berbaris sehingga
ada kemungkinan terjadinya terjadinya heteroskedasitas.
Untuk membuktikan dan meyakinkan bahwa gambar
scatterplot substruktur 1 dan 2 tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji glejser. Berikut
adalah tabel hasil uji glejser:
100
Tabel 4.12
Substruktur 1
Hasil Uji Glejser
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Berdasarkan hasil uji glejser pada Tabel 4.12 dan Tabel
menunjukkan bahwa nilai signifikasi dari setiap variabel
independen lebih besar dari 0,05. Artinya model persamaan
substruktur 1 benar bebas dari masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.13
Substruktur 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
Berdasarkan hasil uji glejser pada Tabel Tabel 4.13
menunjukkan bahwa nilai signifikasi dari setiap variabel
101
independen lebih besar dari 0,05. Artinya model persamaan
substruktur 2 benar bebas dari masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Goodness of Fit
Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk
persamaan yakni;
Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + P Y1X4
+Ɛ1
Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2X4 +
P Y2Y1 +Ɛ2
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi
Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (R2)
substrukturar 1 dilakukan untuk mengukur variabel independen
yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Firm size dalam
menerangkan variabel dependen Manajeman Laba perusahaan yang
diukur dengan model modifikasi jones. Adapun hasil uji koefisien
determinasi dapat dilihat dalam Tabel 4.14 dan berikut:
Tabel 4.14
Substruktur 1
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .778a .605 .551 .10517594
a. Predictors: (Constant), Firmsize, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
102
Dari Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R Square adalah sebesar 0,551. Hal ini berarti bahwa
sebesar 55,1% variabel dependen atau Manajeman Laba
perusahaan yang diukur dengan model modifikasi jones
dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Profitabilitas,
Likuiditas, Leverage, dan Firm size. Sedangkan sisanya 54,9%
dijelaskan oleh factor factor lain diluar model seperti Free Cash
Flow (Widianingrum & Sunarto, 2018), Rasio Produktivitas
(Prastiani, 2018), umur perusahaan (Agustia & Suryani, 2018),
kepemilikan institusional (Purnama, 2017), kepemilikan
manajerial (Purnama, 2017) dan sebagainya.
Kemudian pada substrukturar 2 untuk mengukur variabel
independen yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Firm size dan
Manajeman Laba dalam menerangkan variabel dependen Peringkat
Sukuk perusahaan yang diukur dengan skala 1 sampai 8 point.
Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dalam Tabel
4.15 dan berikut:
Tabel 4.15
Substruktur 2
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .918a .843 .815 .52076
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Profitabilitas, Firmsize,
Likuiditas
b. Dependent Variable: PERINGKAT SUKUK
Sumber: Output SPSS yang diolah
103
Dari Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R Square adalah sebesar 0,815. Hal ini berarti bahwa
sebesar 81,5% variabel dependen atau Peringkat Sukuk perusahaan
yang diukur dengan skala 1 sampai 8 poin dipengaruhi oleh
variabel independen yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan
Firm size. Sedangkan sisanya 18,5% dijelaskan oleh factor factor
lain diluar model seperti, Rasio Produktivitas (Prastiani, 2018),
Rasio nilai pasar (Zuhri et al., 2019), kepemilikan institusional
(Melinda & Wardani, 2018), kepemilikan manajerial (Melinda &
Wardani, 2018), komisaris independent (Melinda & Wardani,
2018), reputasi auditor (Melinda & Wardani, 2018), Umur
perusahaan (Widiastuty, 2017), Pertumbuhan Perusahaan (Azani et
al., 2017) dan sebagainya.
2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menguji
apakah semua variabel independen dalam model persamaan regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama atas variabel dependen.
Uji signifikansi simultan (uji F) dilakukan pada tingkat signifikansi
0,05. Apabila nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika nilai probabilitas F lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berikut ini
merupakan hasil uji signifikansi simultan (uji F):
104
Tabel 4.16
Substruktur 1
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .492 4 .123 11.120 .000b
Residual .321 29 .011
Total .813 33
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
b. Predictors: (Constant), Firmsize, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.16 mengenai tabel uji signifikansi
simultan (uji F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa nilai F
hitung sebesar 11,120 dengan probabilitas 0,000. Maka dari itu,
dikarenakan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka model
persamaan regresi ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Firm size
berpengaruh secara simultan terhadap Manajeman Laba perusahaan
yang diukur dengan model modifikasi jones.
Tabel 4.17
Substruktur 2
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 40.877 5 8.175 30.146 .000b
Residual 7.593 28 .271
Total 48.471 33
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
b. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Profitabilitas,
Firmsize, Likuiditas
Sumber: Output SPSS yang diolah
105
Berdasarkan Tabel 4.17 mengenai tabel uji signifikansi
simultan (uji F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa nilai F
hitung sebesar 30,146 dengan probabilitas 0,000. Maka dari itu,
dikarenakan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka model
persamaan regresi ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Firm size dan
Manajeman Laba berpengaruh secara simultan terhadap Peringkat
Sukuk perusahaan yang diukur dengan skala 1 sampai 8 poin.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis dari kedua persamaan diperlukan uji
secara empiris. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan:
a. Analisis Jalur
Analisis jalur adalah teknik pengujian untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang terjadi dalam regresi berganda jika
variabel independen mempengaruhi variabel dependen tidak hanya
secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Hasil pengujian
uji hipotesis dapat dilihat dari hal berikut:
1) Melihat besarnya nilai thitung dan membandingkan dengan
besarnya nilai ttabel dan dengan melihat tingkat signifikan yang
telah ditentukan yaitu 5% atau 0,05. Jika thitung > ttabel atau
nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis dapat diterima, akan tetapi
jika thitung < ttabel atau nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis
di tolak.
106
2) Jumlah ttabel dapat dihitung dengan melihat derajat kebebasan
(DF) oleh DF n-2 atau DF 34-2 = 32, ttabel yang didapatkan
sebesar 2,036933 dan nilai signifikan dari 5% menunjukkan
bahwa tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan dalam
penelitian ini adalah 5%.
Pengujian pertama yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage,
dan Firm size berpengaruh secara parsial terhadap Manajeman Laba.
Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis untuk persamaan
substruktur 1:
Tabel 4.18
Substruktur 1
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pengujian kedua yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Leverage,
Firm size dan Manajeman Laba berpengaruh secara parsial terhadap
Peringkat Sukuk. Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis
untuk persamaan substruktur 2:
107
Tabel 4.19
Subtruktur 2
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berikut adalah interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis
jalur untuk persamaan substruktur 1 dan 2:
1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 nilai thitung untuk hubungan
Profitabilitas terhadap Manajemen Laba sebesar 0,325 dan nilai
signifikan sebesar 0,748. Hasilnya thitung < ttabel (0,325 >
2,036933) dan signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,748 > 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas Tidak berpengaruh
terhadap Manajemen Laba.
2) Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 nilai thitung untuk hubungan Likuiditas
terhadap Manajemen Laba sebesar -2,610 dan nilai signifikan
sebesar 0,014. Hasilnya thitung < ttabel (-2,610 < 2,036933) dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,014 < 0,05). Dapat
108
disimpulkan bahwa Likuiditas berpengaruh terhadap
Manajemen Laba.
3) Pengaruh Leverage berpengaruh terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan tabel 4.18 nilai thitung untuk hubungan Leverage
terhadap Manajemen Laba sebesar -1,997 dan nilai signifikan
sebesar 0,055. Hasilnya thitung < ttabel (-1,997 < 2,036933) dan
signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,055 > 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa Leverage Tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba.
4) Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 nilai thitung untuk hubungan Firm Size
terhadap Manajemen Laba sebesar 4,963 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Hasilnya thitung > ttabel (4,963 > 2,036933) dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
5) Pengaruh Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat
Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 nilai thitung untuk hubungan
Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk sebesar 3,306 dan nilai
signifikan sebesar 0,003. Hasilnya thitung > ttabel (3,306 >
2,036933) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05).
109
Dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap
Peringkat Sukuk.
6) Pengaruh Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat
Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 nilai thitung untuk hubungan Likuiditas
terhadap Peringkat Sukuk sebesar -4,458 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Hasilnya thitung < ttabel (-4,458 < 2,036933) dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa Likuiditas berpengaruh terhadap Peringkat
Sukuk.
7) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 nilai thitung untuk hubungan Leverage
terhadap Peringkat Sukuk sebesar -0,985 dan nilai signifikan
sebesar 0,333. Hasilnya thitung < ttabel (-0,985 < 2,036933) dan
signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,333 < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap
Peringkat Sukuk.
8) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 nilai thitung untuk hubungan Firm Size
terhadap Peringkat Sukuk sebesar 6,436 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Hasilnya thitung > ttabel (6,436 > 2,036933) dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat
110
disimpulkan bahwa Firm Size berpengaruh terhadap Peringkat
Sukuk.
9) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 nilai thitung untuk hubungan
Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk sebesar -0,171 dan
nilai signifikan sebesar 0,865. Hasilnya thitung < ttabel (-0,171 <
2,036933) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,865 < 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Laba tidak berpengaruh
terhadap Peringkat Sukuk.
Berdasarkan hasil output SPSS untuk persamaan
substruktur 1 dan persamaan substruktur 2, didapatkan tabel
nilai Beta dan nilai Sigh sebagai berikut:
Tabel 4.20
Tabel Nilai beta dan Nilai Sigh
No Uji Hipotesis Nilai
Beta
Nilai
Sigh
1 Pengaruh Profitabilitas terhadap
Manajemen Laba
0,045 0,748
2 Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen
Laba
-0,411 0,014
3 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen
Laba
-0,289 0,055
4 Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen
Laba
0,613 0,000
5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat
Sukuk
0,295 0,003
6 Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat
Sukuk
-0,500 0,000
111
No Uji Hipotesis Nilai
Beta
Nilai
Sigh
7 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat
Sukuk
-0,097 0,333
8 Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat
Sukuk
0,693 0,000
9 Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Peringkat Sukuk
-0,020 0,865
Sumber data diolah
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dihitung jumlah pengaruh sebagai
berikut:
Pengaruh Langsung
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
= 0,045
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
= -0,411
c) Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
= -0,289
d) Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
= 0,613
e) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
= 0,295
f) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk
= -0,500
g) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
= -0,097
112
h) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
= 0,693
i) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
= -0,020
Pengaruh tidak Langsung
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
0,295 × -0,020 = -0,006
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
-0,500 × -0,020 = 0,010
c) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
-0,097 × -0,020 = 0,002
d) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
0,693 × -0,020 = -0,014
Total Pengaruh
a) Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
0,045 + (0,295 × -0,020) = 0,045 + (-0,006) = 0,039
113
b) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
-0,411 + (-0,500 × -0,020) = -0,411 + (0,010) = -0.401
c) Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
-0,289 + (-0,097 × -0,020) = -0,289 + (0,002) = -0,287
d) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
0,613 + (0,693 × -0,020) = 0,613 + (-0,014) = 0,599
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan persamaan
struktural adalah sebagai berikut:
1) Subtrukrur 1: Y1 = –1,256 + 0,045X1 – 0,411X2 – 0,289X3 +
0,613X4 + 0,62489
Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika
profitabilitas meningkat 1 poin, maka manajemen laba
meningkat sebesar 0,045 poin dengan asumsi bahwa variabel X2,
X3 dan X4 konstan. Selanjutnya, jika likuiditas meningkat 1 poin,
maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,411 poin dengan
asumsi bahwa X1, X3 dan X4 adalah konstan. Jika leverage
meningkat 1 point, maka manajemen laba akan menurun sebesar
0,289 poin dengan asumsi bahwa variabel X1, X2 dan X4 adalah
konstan. Jika firm size meningkat 1 point, maka manajemen laba
akan meningkat sebesar 0,613 poin dengan asumsi bahwa
114
variabel X1, X2 dan X3 adalah konstan. Empat variabel
independen (profitabilitas, likuiditas, leverage, dan firm size)
dapat menjelaskan variabel manajemen laba sebesar 30,15%
sedangkan sisanya pada 0.62849 atau 62,85% dijelaskan oleh
variabel lainnya.
2) Substruktur 2: Y2 =-6,281 + 0,295X1 – 0,500X2 – 0,097X3 +
0,693X4 – 0,020Y1 + 0,39623
Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika
profitabilitas meningkat 1 poin, maka peringkat sukuk
meningkat sebesar 0,295 poin dengan asumsi bahwa variabel X2,
X3, X4 dan Y1 konstan. Selanjutnya, jika likuiditas meningkat 1
poin, maka peringkat sukuk akan menurun sebesar 0,500 poin
dengan asumsi bahwa X1, X3, X4 dan Y1 adalah konstan. Jika
leverage meningkat 1 point, maka peringkat sukuk akan
menurun sebesar 0,097 poin dengan asumsi bahwa variabel X1,
X2, X4 dan Y1 adalah konstan. Jika firm size meningkat 1 point,
maka peringkat sukuk akan meningkat sebesar 0,693 poin
dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 dan Y1 adalah konstan.
Jika manajemen laba meningkat 1 point, maka peringkat sukuk
akan menurun sebesar 0,020 poin dengan asumsi bahwa variabel
X1, X2, X3 dan X4 adalah konstan. Empat variabel independen
(profitabilitas, likuiditas, leverage, firm size dan manajemen
laba) dapat menjelaskan variabel manajemen laba sebesar
115
60,37% sedangkan sisanya pada 0.39623 atau 39,62% dijelaskan
oleh variabel lainnya.
b. Uji Sobel
Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien
hubungan variabel independen terhadap variabel mediasi dan
variabel mediasi terhadap variabel dependen akan dilihat apakah
signifikan atau tidak dengan dilakukan uji Sobel Test. Karena
profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajeman
laba sehingga hipotesis di tolak dan tidak dilakukan uji sobel.
Berikut uji sobel variabel likuiditas dan firm size:
1) Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh
perkalian koefisien -0,500 × -0,020 sebesar 0,010 signifikan atau
tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:
Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2
Sab =√(−0,1580)2(0,050)2 + (−0,130)2(0,919)2
Sab =√(0,0250 × 0,0025) + (0.169 × 0,8446)
Sab =√0,000 + 0,1427
Sab =√0,1434
Sab = 0,11973
Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
116
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
t= −0,130×−0,158
0,11973
t= 0,205
0,11973
t= 0,17155
Signifikansi atas pengaruh likuiditas terhadap peringkat
sukuk melalui manajemen laba dapat dilihat melalui P Value
Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:
Gambar 4.7
Hasil Uji Efek Intervening Hipotesis 11 Dengan WIMP
Karena thitung = 0,17155 lebih kecil dari ttabel yaitu sebesar
2,036933 dengan tingkat signifikan di atas 0,05 yaitu sebesar
0,86 (0,17155 < 2,036933) dan (0,86 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara
likuiditas dan peringkat sukuk tidak signifikan. Sehingga
manajemen laba tidak dapat menjadi variabel intervening pada
likuiditas terhadap peringkat sukuk.
117
2) Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh
perkalian koefisien 0,693 × -0,020 sebesar -0,014 signifikan
atau tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:
Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2
Sab =√(−0,1580)2(0,010)2 + (0,520)2(0,919)2
Sab =√(0,0250 × 0,0001) + (0.0027 × 0,8446)
Sab =√0,0000 + 0,0023
Sab =√0,0023
Sab = 0,0478
Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
t= 0,0520×−0,1580
0,0478
t= −0,0082
0,0478
t= -0,1718
Signifikansi atas pengaruh likuiditas terhadap peringkat
sukuk melalui manajemen laba dapat dilihat melalui P Value
Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:
118
Gambar 4.8
Hasil Uji Efek Intervening Hipotesis 13 Dengan WIMP
Karena thitung = -0,171832 lebih kecil dari ttabel yaitu
sebesar 2,036933 dengan tingkat signifikan di atas 0,05 yaitu
sebesar 0,86 (-0,171832 < 2,036933) dan (0,86 > 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan
antara firm size dan peringkat sukuk tidak signifikan. Sehingga
manajemen laba tidak dapat menjadi variabel intervening pada
firm size terhadap peringkat sukuk.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas memiliki nilai t sebesar 0,325 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,748. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
di atas 0,05. Dengan demikian maka H1 ditolak. Yang mengartikan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Prastiani (2018).
Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aktiva dan pasiva
119
dalam suatu periode (Prastiani, 2018). Dapat disimpulkan semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka nilai perusahaan semakin
tinggi sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan
tersebut. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tidak
akan melakukan manajemen laba.
Namun bertentangan dengan penelitian Widianingrum & Sunarto
(2018), Purnama (2017) dan Nurakhiroh et al (2014). Jika dalam suatu
peridoe terdapat peningkatan laba, dalam periode berikutnya dapat
terjadi penurunan laba. Pada saat terjadinya penurunan laba, manajemen
dapat menggunakan kebijakan akrual sehingga profitabilitas menjadi
naik atau tetap stabil.
2. Pengaruh Likuiditas terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
likuiditas memiliki nilai t sebesar -2,610 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,014. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah negatif
dengan nilai standardized coefficient beta sebesar -0,411. Berdasarkan
hasil tersebut, maka H2 diterima. Artinya bahwa likuiditas berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prastiani (2018). Rasio
likuiditas dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan suatu perusahaan. Perusahaan mengaplikasikan manajemen
laba dengan menaikan aktiva lancar atau menurunkan hutang lancar
120
yang dilakukan tidak secara bersama sama di dalam laporan keuangan
(Prastiani, 2018). Dalam pengaplikasian manajemen laba untuk
meningkatkan likuiditas sehingga para investor merasa aman dalam
meminjamkan atau menanamkan modalnya kepada perusahaan karena
kemampuan perusahaan yang tinggi dalam melunasi hutang jatuh
temponya.
Namun bertentangan dengan penelitian Nurakhiroh et al (2014).
semakin rendah nilai likuiditas yang juga menunjukkan rendahnya
penghasilan yang akan memotivasi perusahaan untuk melakukan
manajemen laba dengan cara meningkatkan laba (Nurakhiroh et al.,
2014). Perusahaan tidak menggunakan manajemen laba untuk
memperbesar likuiditas dan lebih memilih untuk mempertahankan
keaslian kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agen dimana manajemen
menerapkan manajemen laba yang menyebabkan ketidaksesuaian
laporan keuangan terhadap keadaan perusahaan yang menyebabkan
kerugian pada para investor. Sedangkan dalam teori signaling likuiditas
merupakan alat yang digunakan para investor untuk mengambil
keputusan dalam berinvestasi. Dalam praktek manajemen laba yang
dilakukan oleh agen mengisyaratkan bahwa perusahaan dalam kondisi
yang baik sehingga mengundang para investor untuk menanamkan
modalnya.
121
3. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
leverage memiliki nilai t sebesar -1,997 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,055. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
di atas 0,05. Dengan demikian maka H3 ditolak. Yang mengartikan
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widianingrum &
Sunarto (2018). Hal ini menunjukkan bahwa manajemen dalam
mengembangkan usahanya lebih mengutamakan modal sendiri daripada
pinjaman (Widianingrum & Sunarto, 2018). Dengan demikian
perusahaan menggunakan laba yang di dapatkan langsung menjadi
aktiva sehingga mengurangi pinjaman dari pihak kreditur. Sehingga
perusahaan tidak perlu menggunakan manajemen laba untuk menarik
investor.
Namun bertentangan dengan penelitian Prastiani, (2018), Astuti et
al (2018) dan (Nurakhiroh et al., 2014). Semakin besar rasio leverage
menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya
hutang (biaya Bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan (Prastiani,
2018). Dengan besarnya bunga yang dibayar oleh perusahaan
menyebabkan pendapatan perusahaan yang menjadi lebih kecil
sehingga kurang menarik minat para investor. Dengan menggunakan
122
manajemen laba perusahaan memanipulasi laba untuk meningkatkan
citra perusahaan.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa firm
size memiliki nilai t sebesar 4,963 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,613. Berdasarkan hasil
tersebut, maka H4 diterima. Artinya bahwa firm size berpengaruh
positif terhadap manajemen laba.
Firm size berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Prasetya & Gayatri (2016) dan Purnama
(2017). semakin besar perusahaan maka semakin ketat pengawasan
terhadap pihak internal perusahaan. pemegang saham dan pihak luar di
perusahaan besar dianggap lebih kritis dibandingkan dengan
perusahaan kecil (Prasetya & Gayatri, 2018). Pada penelitian ini dimana
semakin besar perusahaan maka praktek manajemen laba semakin
tinggi terjadi karena perusahaan sampel memiliki tata kelola
perusahaan yang buruk.
Ukuran perusahaan belum tentu dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya manajemen laba, karena perusahaan besar lebih banyak
memiliki aset dan memungkinkan banyak aset yang tidak dikelola
dengan baik sehingga kemungkinan kesalahan dalam mengungkapan
123
total aset dalam perusahaan tersebut (Astuti et al., 2018). Agustia &
Suryani (2018) menyatakan faktor-faktor lain yang lebih penting selain
ukuran perusahaan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan investasi seperti tingkat keuntungan, prospek usaha
perusahaan di masa yang akan datang dan lain sebagainya.
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas memiliki nilai t sebesar 3,306 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,003. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,295. Berdasarkan hasil
tersebut, maka H5 diterima. Artinya bahwa profitabilitas berpengaruh
positif terhadap peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Astuti, (2017), Prastiani
(2018), dan Al Haraqi & Ningsih, (2017), namun bertentangan dengan
penelitian Meirinaldi & Astuti (2017) dan Winanti et al (2017). Laba
merupakan salah satu pertimbangan paling penting bagi investor untuk
menentukan investasinya, sehingga investor cenderung tertarik pada
perusahaan-perusahaan yang profitable karena dengan adanya laba yang
dihasilkan perusahaan, maka perusahaan tersebut (obligor) memiliki
sumber keuangan untuk menjamin sukuk tersebut, baik itu jaminan
pembayaran imbalan atas sukuk ataupun nilai nominal sukuk.
124
6. Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
likuiditas memiliki nilai t sebesar -4,458 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah negatif
dengan nilai standardized coefficient beta sebesar -0,500. Berdasarkan
hasil tersebut, maka H6 diterima. Artinya bahwa likuiditas berpengaruh
negatif terhadap peringkat sukuk.
Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Astuti (2017), Azani et al (2017), Meirinaldi
& Astuti (2017), namun bertentangan dengan penelitian Prastiani (2018)
dan Winanti et al (2017). Peringkat sukuk menunjukkan risiko sukuk itu
sendiri sedangkan rasio lancar ini juga berhubungan langsung dengan
bagaimana suatu perusahaan dapat memenuhi kewajibannya (Astuti,
2017). Perusahaan yang membayarkan imbal hasil secara tepat waktu
tanpa terjadinya kegagalan bayar akan menyebabkan peringkatnya
meningkat karena meningkatkan kepercayaan investor untuk membeli
sukuk tersebut.
7. Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
leverage memiliki nilai t sebesar -0,985 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,333. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
125
di atas 0,05. Dengan demikian maka H7 ditolak. Yang mengartikan
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Prastiani (2018), Widiastuty
(2017) dan Meirinaldi & Astuti (2017), namun bertentangan dengan
penelitian Melinda & Wardani (2018), Azani et al (2017) dan Winanti
et al (2017). Leverage yang di ukur dengan menggunakan hutang di bagi
modal sendiri dianggap tidak dapat mewakilkan rating obligasi,
dikarenakan keseluruhan hutang yang besar merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh perusahaan tepat pada waktunya (Prastiani, 2018).
Sedangkan Melinda & Wardani (2018) menyatakan Jika proporsi
hutang yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dari ekuitas maka
perusahaan cenderung mempunyai kemampuan yang rendah dalam
memenuhi kewajibannya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
menggunakan modal sendiri atau pun dari luar jika perusahaan dapat
melunasi kewajibannya secara tepat waktu maka peringkat sukuk
perusahaan tidak akan berpengaruh.
8. Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa firm
size memiliki nilai t sebesar 6,436 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,693. Berdasarkan hasil
126
tersebut, maka H8 diterima. Artinya bahwa firm size berpengaruh
positif terhadap peringkat sukuk.
Firm size berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Widiastuty (2017) dan Rukmana (2016),
namun bertentangan dengan penelitian Pranoto et al (2017). Semakin
tinggi ukuran perusahaan yang ditandai dengan semakin besarnya aset
perusahaan maka semakin tinggi pula peringkat sukuk karena
banyaknya aset menandakan kemampuan perusahaan untuk dapat
melunasi kewajibannya menggunakan aset yang ada sehingga dapat
meningkatkan peringkat sukuk (Widiastuty, 2017). Sedangkan menurut
(Pranoto et al., 2017) dalam penjualan aset ketika penerbit sukuk
mengalami risiko underlying asset yang berarti investor akan memiliki
risiko kerugian jika aset perusahaan yang dijual berada dibawah harga
pasar atau harga saat dijaminkan pada akad.
9. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.19 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
manajemen laba memiliki nilai t sebesar -0,171 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,865. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansinya di atas 0,05. Dengan demikian maka H9 ditolak. Yang
mengartikan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
peringkat sukuk.
Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian (Zuhri et al (2019) dan
127
Nurakhiroh et al (2014), Tujuan utama manajer untuk melakukan
manajemen laba seperti tujuan bonus dan penghematan pajak jika
dibandingkan dengan tujuan memperoleh peringkat obligasi
(Nurakhiroh et al., 2014). Sedangkan menurut Zuhri et al (2019)
menaikkan laba sebuah perusahaan sehingga kinerja perusahaan terlihat
baik di mata kreditur, akhirnya banyak kreditur yang percaya dan
memberikan utang kepada perusahaan maka lembaga pemeringkat akan
memberikan peringkan obligasi yang baik pula terhadap perusahaan
tersebut
10. Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan table table 4.18 Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba sehingga tidak dilakukan uji sobel. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H10 ditolak. Artinya manajemen
laba tidak mampu menjadi variabel intervening pada hubungan
profitabilitas terhadap peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurakhiroh et al (2014)
dan Prastiani (2018). Rasio profitabilitas dapat dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Dalam
pengaplikasian manajemen laba untuk meningkatkan profitabilitas
sehingga para investor merasa aman dalam meminjamkan atau
menanamkan modalnya kepada perusahaan karena laba perusahaan
yang tinggi sehingga perusahaan dapat melunasi imbal hasil sukuknya
128
dan meningkatnya ketertarikan investor yang menyebabkan naiknya
peringkat sukuk oleh lembaga pemeringkat.
11. Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan table table 4.19 likuiditas berpengaruh terhadap
manajemen laba sehingga dilakukan uji sobel. uji sobel manual dan
dengan uji sobel dengan program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk
hipotesis 11 mengenai pengaruh likuiditas terhadap peringkat sukuk
dengan manajemen laba sebagai variabel intervening sebesar 0,1716
dengan tingkat signifikansi 0,86 artinya nilai t lebih kecil dari nilai thitung
dan nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H11
ditolak. Artinya manajemen laba tidak mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan likuiditas terhadap peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurakhiroh et al (2014)
dan Prastiani (2018). Rasio likuiditas dapat dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan karena
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka
pendeknya. Dalam pengaplikasian manajemen laba untuk
meningkatkan likuiditas sehingga para investor merasa aman dalam
meminjamkan atau menanamkan modalnya kepada perusahaan karena
perusahaan dapat melunasi imbal hasil sukuknya dan meningkatnya
ketertarikan investor yang menyebabkan naiknya peringkat sukuk oleh
lembaga pemeringkat.
129
12. Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Sukuk dengan
Manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan table table 4.18 leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba sehingga tidak dilakukan uji sobel. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H12 ditolak. Artinya manajemen laba tidak
mampu menjadi variabel intervening pada hubungan leverage terhadap
peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prastiani (2018) dan
bertentangan dengan penelitian Nurakhiroh et al (2014). Rasio leverage
dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu
perusahaan karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang jangka panjang. Dalam pengaplikasian manajemen
laba untuk meningkatkan leverage sehingga para investor merasa aman
dalam meminjamkan atau menanamkan modalnya kepada perusahaan
karena perusahaan dapat melunasi imbal hasil sukuknya dan
meningkatnya ketertarikan investor yang menyebabkan naiknya
peringkat sukuk oleh lembaga pemeringkat.
13. Pengaruh Firm Size terhadap Peringkat Sukuk dengan
manajemen Laba sebagai variable Intervening
Berdasarkan table tabel 4.18 firm size berpengaruh terhadap
manajemen laba sehingga dilakukan uji sobel. uji sobel manual dan
dengan uji sobel dengan program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk
hipotesis 13 mengenai pengaruh firm size terhadap peringkat sukuk
130
dengan manajemen laba sebagai variabel intervening sebesar -0,1718
dengan tingkat signifikansi 0,86 artinya nilai t lebih kecil dari nilai thitung
dan nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H13
ditolak. Artinya manajemen laba tidak mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan firm size terhadap peringkat sukuk.
Firm size dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan suatu perusahaan karena menunjukkan besar atau kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dengan total aset perusahaan. Dalam
pengaplikasian manajemen laba untuk meningkatkan total aset karena
semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil resiko kegagalan bisnis
perusahaan. Sehingga para investor merasa aman dalam meminjamkan
atau menanamkan modalnya kepada perusahaan karena perusahaan
dapat melunasi imbal hasil sukuknya dan meningkatnya ketertarikan
investor yang menyebabkan naiknya peringkat sukuk oleh lembaga
pemeringkat.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Prastiani (2018) dan Agustia & Suryani,
(2018), namun bertentangan dengan penelitian Widianingrum & Sunarto
(2018), Purnama (2017) dan Nurakhiroh et al (2014).
2. Likuiditas berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Prastiani (2018), namun bertentangan dengan
penelitian Nurakhiroh et al (2014).
3. Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Widianingrum & Sunarto (2018), namun
bertentangan dengan penelitian Prastiani, (2018), Astuti et al (2018) dan
(Nurakhiroh et al., 2014).
4. Firm size berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Prasetya & Gayatri (2016) dan Purnama (2017), namun
bertentangan dengan penelitian Agustia & Suryani (2018) dan Astuti et al
(2018).
132
5. Profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Astuti, (2017), Prastiani (2018), dan Al Haraqi &
Ningsih, (2017), namun bertentangan dengan penelitian Meirinaldi &
Astuti (2017) dan Winanti et al (2017).
6. Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Astuti (2017), Azani et al (2017), Meirinaldi &
Astuti (2017), namun bertentangan dengan penelitian Prastiani (2018) dan
Winanti et al (2017).
7. Leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Prastiani (2018), Widiastuty (2017) dan
Meirinaldi & Astuti (2017), namun bertentangan dengan penelitian
Melinda & Wardani (2018), Azani et al (2017) dan Winanti et al (2017).
8. Firm size berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Widiastuty (2017) dan Rukmana (2016), namun
bertentangan dengan penelitian Pranoto et al (2017).
9. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Tsalatsah Nurakhiroh et al (2014),
namun bertentangan dengan penelitian Prastiani (2018).
10. Manajemen laba secara tidak langsung tidak dapat memediasi pengaruh
profitabilitas terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Nurakhiroh et al (2014) dan Prastiani (2018).
133
11. Manajemen laba secara tidak langsung tidak dapat memediasi pengaruh
likuiditas terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Nurakhiroh et al (2014) dan Prastiani (2018).
12. Manajemen laba secara tidak langsung tidak dapat memediasi pengaruh
leverage terhadap peringkat sukuk. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Nurakhiroh et al (2014), Namun bertentangan dengan penilitan
Prastiani (2018).
13. Manajemen laba secara tidak langsung tidak dapat memediasi pengaruh
firm size terhadap peringkat sukuk.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi mengenai profitabilitas, likuiditas, leverage, dan
firm size terhadap peringkat sukuk dengan manajemen laba sebagai variabel
intervening. Penulis mengaharpkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai dampak profitabilitas, likuiditas, leverage, dan firm size terhadap
manajemen laba dan peringkat sukuk.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
memberikan informasi sebagai dasar bahan pertimbangan membuat keputusan
dalam upaya memaksimalkan peringkat sukuk yang di keluarkan oleh PT
PEFINDO mengingat hal tersebut adalah penting untuk perusahaan dalam
menarik investor. Selain itu, perusahaan juga harus berupaya untuk
meningkatkan usahanya agar dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. karena
134
laba yang meningkat akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya kepada perusahaan.
Praktek manajemen laba pada perusahaan bertujuan untuk mengelabui
stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Pihak
perusahaan menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai
kecurangan. Alasannya, karena masih menggunakan metode dan prosedur
akuntansi yang diterima dan diakui secara umum. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pengembangan penelitian
baru, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen laba dan peringkat sukuk.
C. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengaruh kinerja lingkungan, dan struktur kepemilikan yang diproksikan
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Berikut
adalah saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan dapatng,
yaitu:
1. Penelitian selanjutnya dapat memilih sampel yang lebih beragam seperti
memfokuskan sampel penelitian pada perusahaan-perusahaan sektor
tertentu.
2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 7
tahun dari tahun 2012-2018. Untuk penelitian selanjutnya dapat
135
menambahkan periode penelitian agar lebih terlihat konsistensi dari
variabel-variabel penelitian yang digunakan.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen lain yang
dapat dikaitkan dengan akuntansi atau non-akuntansi, ataupun variabel
yang berkaitan dengan Coporate Social Responsibility (CSR). Penelitian
selanjutnya dapat mengubah proksi-proksi pengukuran yang terdapat pada
penelitian ini.
136
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim. (n.d.).
Agustia, Y. P., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi
Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016). Jurnal Akuntansi Riset, 10(Universitas Telkom), 63–74.
Al Haraqi, M. S., & Ningsih, E. S. (2017). Pengaruh Return on Asset, Secure Dan
Maturity Terhadap Rating Sukuk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,
2(Universitas Syiah Kuala), 116–124.
Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions (AAOIFI). Shari’a
Standard No. 17. Investment Sukuk.
Astuti, A. Y., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba. Pendidikan Akuntansi, 5(Universitas
PGRI Madiun), 501–515.
Astuti, R. P. (2017). Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, Terhadap
Peringkat Sukuk. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Terapan (JIMAT),
8(STIE Darmaputra Semarang), 80–94.
Azani, putri kinanti, Khairunnisa, & Dillak, vaya juliana. (2017). Pengaruh
Likuiditas , Leverage Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat
Obligasi ( Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Dan Non Perbankan
Yang Diperingkat Oleh Pt . Pefindo Tahun 2011. E-Proceeding of Management,
4(Universitas Telkom), 387–394.
BAPEPAM. (2003). Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Bapepam
dan JICA.
Borhan, N. A., & Ahmad, N. (2018). Identifying the determinants of Malaysian
corporate Sukuk rating. International Journal of Islamic and Middle Eastern
Finance and Management, 11, 432–448.
Elhaj, M. A., Muhamed, N. A., & Ramli, N. M. (2018). The effects of board
attributes on Sukuk rating. International Journal of Islamic and Middle Eastern
Finance and Management, 11(2), 312–330.
Fahmi, I. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan. bandung : Alfabet.
137
Fatwa Dewan Syariah Nasional. (n.d.). No.32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi
Syariah.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (9th ed.).
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamida, L. (2017). Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Yield Sukuk
Dengan Peringkat Sukuk Sebagai Variabel Intervening. Ekobis, 18(Universitas
Islam Sultan Agung Semarang), 71–86.
Henny. (2016). Pengaruh Faktor Akuntansi Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi.
Jurnal Akuntansi, 20(Universitas Tarumanagara Jakarta), 52–69.
Henny, H. (2017). Pengaruh Faktor Akuntansi Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi.
Jurnal Akuntansi, 20(1), 52.
Investasi.Kontan.co.id. (2018). https://investasi.kontan.co.id/news/pefindo-
menggunting-peringkat-tiga-pilar-sejahtera-menjadi-ccc diakses pada 16
november 2019.
Islamic Finance Country Index. (2019). GLOBAL ISLAMIC FINANCE REPORT.
GLOBAL ISLAMIC FINANCE REPORT.
ISRA. (2017). Islamic Commercial Law Report 2017. ISRA and Thomson Reuters, 7–9.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. 2016 Value Summit: The Power of VE.
Kurniawan, A. T., & Suwarti, T. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
Dan Produktifitas Terhadap Peringkat Obligasi. Prosiding Seminar Nasional
Multi Disiplin Ilmu &Call for Papers Unisbank Ke-3, 3(Universitas Stikubank
Semarang), 435–443.
Kustiyaningrum, D., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2016). Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas, Dan Umur Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi
(Studi Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
Assets: Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 5(IKIP PGRI Madiun), 25.
Kustiyaningrum, D., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017). Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas, Dan Umur Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi
(Studi Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
Assets: Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 5(1), 25.
Malia, L. (2015). Pengaruh rasio keuangan dan umur sukuk terhadap peringkat
sukuk. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia), 1–15.
138
Meirinaldi, & Astuti, P. (2017). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Peringkat Sukuk (Studi Kasus Pada Perusahaan Penerbit Sukuk Non Keuangan).
Jurnal Ekonomi, 19(Universitas Borobudur), 198–209.
Melinda, D., & Wardani, M. K. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat
sukuk pada perushaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, 17(IAIN Surakarta), 69–90.
Melzatia, S., Doktoralina, C. M., & Mahroji, M. (2018). Yield Sukuk: Maturity,
Rating and Value of Emission. Research Journal of Finance and Accounting,
9(Mercu Buana University), 105–112.
Nurakhiroh, T., Fachrurrozie, , & Jayanto, P. Y. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Rating Sukuk Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.
Accounting Analysis Journal, 3(Universitas Negeri Semarang), 109–117.
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Roadmap Pasar Modal Syariah 2015 -2019.
Pebruary, S. (2016). Leverage dan Pendapatan Bunga terhadap Rating Sukuk
Korporasi Periode 2010-2013. Dinamika Ekonomi & Bisnis, 13(Universitas
Islam Nahdlatul Ulama Jepara), 94–112.
PEFINDO. (2018). Rating Definitions.
Permerintah Indonesia. (n.d.). Undang-undang no 19 tahun 2008 tentang SBSN.
Pranoto, G. E., Anggraini, R., & Takidah, E. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Produktivitas, Dan Reputasi Auditor Terhadap Peringkat Sukuk.
Jurnal Wahana Akuntansi, 12(Universitas Negeri Jakarta), 13–27.
Prasetya, P. juni, & Gayatri, G. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Akuntansi, 14(Universitas Udayana),
511–538.
Prastiani, S. C. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi
Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei. 1(Universitas Esa Unggul), 1–23.
Purnama, D. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi, 3(Universitas Kuningan), 1–14.
Rukmana, N. L. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan (Size)
Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Akuntansi, (Universitas Negeri
139
Yogyakarta), 485–494.
Sari, I. K., & Yasa, G. (2016). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance,
Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 17(Universitas Udayana), 2198–2224.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business A Skill-Building
Approach (7th ed.). United Kingdom: Wiley.
Situmorang, B. (2017). Pengaruh Peringkat Obligasi, Debt to Equity Ratio dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi dengan
Tingkat Suku Bunga SBI Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Terapan
Manajemen Dan Bisnis, 3(1), 42–58.
Sudarsono, H. (2008). Bank & Lembaga Keuangan Syari’ahNo Title. Yogyaarta :
Ekonosia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Susanti, A. (2013). Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.
Economics, Riau University, 66, 37–39.
Suyono, E. (2017). Bebagai Model Pengukuran Earnings Management : Mana Yang
Paling Akurat. Sustainable Competitive Advantage-7 (Sca-7) F, 7(Universitas
Jenderal Soedirman), 303–324.
Utami, C. T., & Khairunnisa. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas Dan Jaminan Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi (Studi
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Pt. Pefindo Tahun 2010 – 2013). E-
Proceeding of Management, 2(Universitas Telkom), 3475–3482.
Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS,
dana SMARTPLS (2nd ed.). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widianingrum, R., & Sunarto. (2018). Deteksi Manajemen Laba : Leverage , Free
Cash Flow , Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan ( Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2016 ). Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis, (Universitas Stikubank), 663–669.
Widiastuti, N. P. T., & Rahyuda, H. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan ,
Rasio Likuiditas, Maturity, Dan Rasio Aktivitas Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Jasa. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(Universitas
Udayana), 6964–6993.
140
Widiastuty, T. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage
Dan Umur Sukuk Terhadap Peringkat Sukuk. Jurnal Riset Akuntansi,
9(Universitas Komputer Indonesia), 21–33.
Winanti, E., Nurlaela, S., & Titisari, K. H. (2017). Pengaruh Rasiolikuiditas, Rasio
Produktivitas, Rasio Profitabilitas, Dan Rasio Solvabilitas Terhadap Peringkat
Sukuk. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 18(UNIBA Surakarta), 130–139.
Zuhri, M. S., Mardani, R. M., & Wahono, B. (2019). Pengaruh Manajemen Laba Dan
Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bei. E–Jurnal Riset Manajemen, (Fakultas Ekonomi Unisma), 79–92.
141
Lampiran -Lampiran
142
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel No Kode Perusahaan Keterangan
1 ADHI PT ADHI KARYA (PERSERO)
2 ISAT PT Indosat Tbk
3 PPLN PT Perusahaan Listrik Negara
4 SSMM PT Sumberdaya Sewatama
5 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
143
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Variabel Manajemen Laba
No Tahun Kode
Perusahaan
TAit/=Total
acrual NDAit Dait
1 2012 ADHI 0.02978942 - 0.00318497228 0.03297439455
2 2012 ISAT - 0.12262757 - 0.44353097305 0.32090340128
3 2012 PPLN - 0.06291926 - 0.55574057417 0.49282131678
4 2012 SSMM - 0.06365700 -0.42447197921 0.36081498372
5 2012 SMRA - 0.03989465 0.00538435678 - 0.04527900355
6 2013 ADHI 0.01823246 0.03098982973 - 0.01275737387
7 2013 ISAT - 0.21233052 - 0.43037016906 0.21803964760
8 2013 PPLN - 0.13279465 - 0.43332462393 0.30052997549
9 2013 SSMM - 0.15724442 - 0.51381659396 0.35657217632
10 2013 SMRA 0.12137689 - 0.00838290202 0.12975979199
11 2014 ADHI 0.16230777 - 0.06155584758 0.22386361850
12 2014 ISAT - 0.17063397 - 0.42372672550 0.25309275653
13 2014 PPLN - 0.03501632 - 0.50584946581 0.47083315007
14 2014 SSMM - 0.17625744 - 0.40627787565 0.23002043856
15 2014 SMRA 0.12663668 0.00986924782 0.11676742945
16 2015 ADHI 0.04828803 - 0.05113942933 0.09942745579
17 2015 ISAT - 0.19696951 - 0.43911583595 0.24214632813
18 2015 PPLN - 0.09861062 - 1.24412671963 1.14551610158
19 2015 SSMM - 0.29462605 - 0.39227043396 0.09764438155
20 2015 SMRA 0.08838261 - 0.01759411860 0.10597672374
21 2016 ADHI 0.14746057 - 0.03775469892 0.18521527009
22 2016 ISAT - 0.14364443 - 0.39272930364 0.24908487279
23 2016 PPLN - 0.01218061 - 0.49536539522 0.48318478909
24 2016 SSMM - 0.22568422 - 0.31039808369 0.08471386100
25 2016 SMRA 0.04492930 - 0.02022214603 0.06515144737
26 2017 ADHI 0.18601688 - 0.00290838761 0.18892526879
27 2017 ISAT - 0.13809380 - 0.40325634627 0.26516254277
28 2017 PPLN - 0.03796606 - 0.53382420012 0.49585814195
29 2017 SSMM - 0.20656130 - 0.36197337581 0.15541207294
30 2017 SMRA 0.05661526 - 0.01022839949 0.06684366121
31 2018 ADHI 0.02042152 - 0.03112405013 0.05154556831
32 2018 ISAT - 0.13472850 - 0.43736413240 0.30263563097
33 2018 PPLN - 0.01134207 - 0.56723545362 0.55589338077
34 2018 SSMM - 0.17556339 - 0.33926474116 0.16370135088
35 2018 SMRA 0.04936224 - 0.00740766118 0.05676989816
144
Lampiran 3
Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas
No Kode Tahun Laba Tahun Berjalan Aset Persentase ROA
1 ADHI 2012 213.317.532.467 7.872.073.635.468 100% 2,71%
2 ISAT 2012 487.416.000.000 55.225.061.000.000 100% 0,88%
3 PPLN 2012 6.541.939.000.000 549.375.964.000.000 100% 1,19%
4 SSMM 2012 131.129.000.000 2.785.110.000.000 100% 4,71%
5 SMRA 2012 792.085.965.000 10.876.386.685.000 100% 7,28%
6 ADHI 2013 408.437.913.454 9.720.961.764.422 100% 4,20%
7 ISAT 2013 - 2.666.459.000.000 54.566.046.000.000 100% -4,89%
8 PPLN 2013 - 26.235.615.000.000 523.652.492.000.000 100% -5,01%
9 SSMM 2013 79.775.000.000 3.519.182.000.000 100% 2,27%
10 SMRA 2013 1.095.888.248.000 14.255.000.367.000 100% 7,69%
11 ADHI 2014 331.660.506.417 10.458.881.684.274 100% 3,17%
12 ISAT 2014 - 1.878.229.000.000 53.269.697.000.000 100% -3,53%
13 PPLN 2014 14.004.000.000.000 539.521.190.000.000 100% 2,60%
14 SSMM 2014 15.647.000.000 3.675.622.000.000 100% 0,43%
15 SMRA 2014 1.617.479.556.000 15.872.671.877.000 100% 10,19%
16 ADHI 2015 465.025.548.006 16.761.063.514.879 100% 2,77%
17 ISAT 2015 - 1.163.478.000.000 55.388.517.000.000 100% -2,10%
18 PPLN 2015 6.026.507.000.000 1.314.370.881.000.000 100% 0,46%
19 SSMM 2015 - 282.930.000.000 3.946.851.000.000 100% -7,17%
20 SMRA 2015 1.064.079.939.000 18.758.262.022.000 100% 5,67%
21 ADHI 2016 315.107.783.135 20.037.690.162.169 100% 1,57%
22 ISAT 2016 1.275.655.000.000 50.838.704.000.000 100% 2,51%
23 PPLN 2016 8.150.383.000.000 1.272.177.975.000.000 100% 0,64%
24 SSMM 2016 - 317.636.000.000 3.120.996.000.000 100% -10,18%
25 SMRA 2016 605.050.858.000 20.810.319.657.000 100% 2,91%
26 ADHI 2017 517.059.848.207 28.332.948.012.950 100% 1,82%
27 ISAT 2017 1.301.929.000.000 50.661.040.000.000 100% 2,57%
28 PPLN 2017 4.428.117.000.000 1.334.957.657.000.000 100% 0,33%
29 SSMM 2017 - 185.899.000.000 2.984.432.000.000 100% -6,23%
30 SMRA 2017 532.437.613.000 21.662.950.720.000 100% 2,46%
31 ADHI 2018 645.029.449.105 30.118.614.769.882 100% 2,14%
32 ISAT 2018 - 2.085.059.000.000 53.139.587.000.000 100% -3,92%
33 PPLN 2018 11.575.756.000.000 1.492.487.745.000.000 100% 0,78%
34 SSMM 2018 - 295.050.000.000 2.889.808.000.000 100% -10,21%
35 SMRA 2018 690.623.630.000 23.299.242.068.000 100% 2,96%
145
Lampiran 4
Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas
No Kode Tahun Aset Lancar Utang Lancar Persentase Likuiditas
1 ADHI 2012 7.283.097.472.884 5.852.574.120.387 100% 124,44%
2 ISAT 2012 8.308.810.000.000 11.015.751.000.000 100% 75,43%
3 PPLN 2012 77.310.156.000.000 74.602.903.000.000 100% 103,63%
4 SSMM 2012 641.348.000.000 523.844.000.000 100% 122,43%
5 SMRA 2012 5.845.928.150.000 5.197.489.997.000 100% 112,48%
6 ADHI 2013 8.677.752.222.556 6.535.857.147.336 100% 132,77%
7 ISAT 2013 7.168.980.000.000 13.494.097.000.000 100% 53,13%
8 PPLN 2013 84.837.180.000.000 87.574.270.000.000 100% 96,87%
9 SSMM 2013 664.555.000.000 1.089.011.000.000 100% 61,02%
10 SMRA 2013 7.003.421.528.000 5.103.775.772.000 100% 137,22%
11 ADHI 2014 9.165.894.377.221 7.040.618.956.132 100% 130,19%
12 ISAT 2014 8.590.976.000.000 21.147.814.000.000 100% 40,62%
13 PPLN 2014 85.423.738.000.000 85.529.427.000.000 100% 99,88%
14 SSMM 2014 810.540.000.000 1.559.530.000.000 100% 51,97%
15 SMRA 2014 5.855.016.609.000 3.694.271.295.000 100% 158,49%
16 ADHI 2015 14.691.152.497.441 9.414.462.014.334 100% 156,05%
17 ISAT 2015 9.918.677.000.000 20.052.600.000.000 100% 49,46%
18 PPLN 2015 79.344.793.000.000 120.138.893.000.000 100% 66,04%
19 SSMM 2015 1.118.357.000.000 2.342.947.000.000 100% 47,73%
20 SMRA 2015 7.289.681.520.000 4.409.686.044.000 100% 165,31%
21 ADHI 2016 16.792.278.617.059 12.986.623.750.004 100% 129,30%
22 ISAT 2016 8.073.481.000.000 19.086.592.000.000 100% 42,30%
23 PPLN 2016 98.569.077.000.000 121.623.355.000.000 100% 81,04%
24 SSMM 2016 716.915.000.000 2.969.688.000.000 100% 24,14%
25 SMRA 2016 8.664.233.108.000 4.217.371.528.000 100% 205,44%
26 ADHI 2017 24.817.671.201.079 17.633.289.239.294 100% 140,74%
27 ISAT 2017 9.479.271.000.000 16.200.457.000.000 100% 58,51%
28 PPLN 2017 93.797.251.000.000 139.074.658.000.000 100% 67,44%
29 SSMM 2017 771.047.000.000 437.286.000.000 100% 176,33%
30 SMRA 2017 9.187.859.758.000 6.275.827.667.000 100% 146,40%
31 ADHI 2018 25.429.544.167.566 18.964.304.189.855 100% 134,09%
32 ISAT 2018 7.906.525.000.000 21.040.365.000.000 100% 37,58%
33 PPLN 2018 113.415.251.000.000 157.895.954.000.000 100% 71,83%
34 SSMM 2018 858.738.000.000 434.165.000.000 100% 197,79%
35 SMRA 2018 10.507.809.126.000 7.230.613.430.000 100% 145,32%
146
Lampiran 5
Hasil Perhitungan Variabel Leverage
No Kode Tahun Hutang Modal Persentase Leverage
1 ADHI 2012 6.691.154.665.776 1.180.918.969.692 100% 566,61%
2 ISAT 2012 35.829.677.000.000 19.395.384.000.000 100% 184,73%
3 PPLN 2012 390.106.094.000.000 159.269.870.000.000 100% 244,93%
4 SSMM 2012 2.105.349.000.000 679.761.000.000 100% 309,72%
5 SMRA 2012 7.060.986.827.000 3.815.399.858.000 100% 185,07%
6 ADHI 2013 8.260.956.452.543 1.460.005.311.878 100% 565,82%
7 ISAT 2013 37.794.901.000.000 16.771.145.000.000 100% 225,36%
8 PPLN 2013 349.427.363.000.000 174.225.129.000.000 100% 200,56%
9 SSMM 2013 2.792.893.000.000 726.289.000.000 100% 384,54%
10 SMRA 2013 9.257.325.214.000 4.997.675.153.000 100% 185,23%
11 ADHI 2014 8.818.101.139.073 1.640.780.545.201 100% 537,43%
12 ISAT 2014 38.971.142.000.000 14.298.555.000.000 100% 272,55%
13 PPLN 2014 352.347.652.000.000 187.174.000.000.000 100% 188,25%
14 SSMM 2014 2.950.389.000.000 725.233.000.000 100% 406,82%
15 SMRA 2014 9.456.215.921.000 6.416.455.956.000 100% 147,37%
16 ADHI 2015 11.598.931.718.043 5.162.131.796.836 100% 224,69%
17 ISAT 2015 42.124.676.000.000 13.263.841.000.000 100% 317,59%
18 PPLN 2015 509.580.264.000.000 804.790.617.000.000 100% 63,32%
19 SSMM 2015 3.204.437.000.000 742.414.000.000 100% 431,62%
20 SMRA 2015 11.228.512.108.000 7.529.749.914.000 100% 149,12%
21 ADHI 2016 14.594.910.199.271 5.442.779.962.898 100% 268,15%
22 ISAT 2016 36.661.585.000.000 14.177.119.000.000 100% 258,60%
23 PPLN 2016 393.778.518.000.000 878.399.457.000.000 100% 44,83%
24 SSMM 2016 3.001.011.000.000 119.985.000.000 100% 2501,16%
25 SMRA 2016 12.644.764.172.000 8.165.555.485.000 100% 154,85%
26 ADHI 2017 22.463.030.586.953 5.869.917.425.997 100% 382,68%
27 ISAT 2017 35.845.506.000.000 14.815.534.000.000 100% 241,95%
28 PPLN 2017 465.541.053.000.000 869.416.604.000.000 100% 53,55%
29 SSMM 2017 3.052.311.000.000 - 67.879.000.000 100% -4496,69%
30 SMRA 2017 13.309.208.657.000 8.353.742.063.000 100% 159,32%
31 ADHI 2018 23.833.342.873.624 6.285.271.896.258 100% 379,19%
32 ISAT 2018 41.003.340.000.000 12.136.247.000.000 100% 337,86%
33 PPLN 2018 565.073.888.000.000 927.413.857.000.000 100% 60,93%
34 SSMM 2018 3.046.395.000.000 - 156.587.000.000 100% -1945,50%
35 SMRA 2018 14.238.537.503.000 9.060.704.565.000 100% 157,15%
147
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Variabel Firm Size
No Tahun Kode
Perusahaan Total Aset LN Totaal Aset
1 2012 ADHI 7,872,073,635,468 29.694
2 2012 ISAT 55,225,061,000,000 31.642
3 2012 PPLN 549,375,964,000,000 33.940
4 2012 SSMM 2,785,110,000,000 28.655
5 2012 SMRA 10,876,386,685,000 30.018
6 2013 ADHI 9,720,961,764,422 29.905
7 2013 ISAT 54,566,046,000,000 31.630
8 2013 PPLN 523,652,492,000,000 33.892
9 2013 SSMM 3,519,182,000,000 28.889
10 2013 SMRA 14,255,000,367,000 30.288
11 2014 ADHI 10,458,881,684,274 29.978
12 2014 ISAT 53,269,697,000,000 31.606
13 2014 PPLN 539,521,190,000,000 33.922
14 2014 SSMM 3,675,622,000,000 28.933
15 2014 SMRA 15,872,671,877,000 30.396
16 2015 ADHI 16,761,063,514,879 30.450
17 2015 ISAT 55,388,517,000,000 31.645
18 2015 PPLN 1,314,370,881,000,000 34.812
19 2015 SSMM 3,946,851,000,000 29.004
20 2015 SMRA 18,758,262,022,000 30.563
21 2016 ADHI 20,037,690,162,169 30.629
22 2016 ISAT 50,838,704,000,000 31.560
23 2016 PPLN 1,272,177,975,000,000 34.780
24 2016 SSMM 3,120,996,000,000 28.769
25 2016 SMRA 20,810,319,657,000 30.666
26 2017 ADHI 28,332,948,012,950 30.975
27 2017 ISAT 50,661,040,000,000 31.556
28 2017 PPLN 1,334,957,657,000,000 34.828
29 2017 SSMM 2,984,432,000,000 28.724
30 2017 SMRA 21,662,950,720,000 30.707
31 2018 ADHI 30,118,614,769,882 31.036
32 2018 ISAT 53,139,587,000,000 31.604
33 2018 PPLN 1,492,487,745,000,000 34.939
34 2018 SSMM 2,889,808,000,000 28.692
35 2018 SMRA 23,299,242,068,000 30.779
148
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Variabel Peringkat Sukuk
No Tahun Kode
Perusahaan Peringkat Skor
1 2012 ADHI idA 6
2 2012 ISAT idAA+ 7
3 2012 PPLN idAA+ 8
4 2012 SSMM idA 6
5 2012 SMRA idA 6
6 2013 ADHI idA 6
7 2013 ISAT idAA+ 7
8 2013 PPLN idAAA 8
9 2013 SSMM idA 6
10 2013 SMRA idA+ 6
11 2014 ADHI idA 6
12 2014 ISAT idAAA 8
13 2014 PPLN idAAA 8
14 2014 SSMM idA 6
15 2014 SMRA idA+ 6
16 2015 ADHI idA 6
17 2015 ISAT idAAA 8
18 2015 PPLN idAAA 8
19 2015 SSMM idA 6
20 2015 SMRA idA 6
21 2016 ADHI idA 6
22 2016 ISAT idAAA 8
23 2016 PPLN idAAA 8
24 2016 SSMM idA 4
25 2016 SMRA idA+ 6
26 2017 ADHI idA- 6
27 2017 ISAT idAAA 8
28 2017 PPLN idAAA 8
29 2017 SSMM idBB+ 4
30 2017 SMRA idA+ 6
31 2018 ADHI idA- 6
32 2018 ISAT idAAA 8
33 2018 PPLN idAAA 8
34 2018 SSMM idBB 4
35 2018 SMRA idA 6
149
Output SPSS 25
150
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen
Laba 35 -.04528 1.14552 .2431362 .22036476
Profitabilitas 35 -.10210 .10190 .0067629 .04660597
Likuiditas 35 .24141 2.05442 1.0409831 .49345862
Leverage 35 -44.96694 25.01155 1.2426734 9.77590151
Firmsize 35 28.6553 34.9392 31.145943 1.9305439
Peringkat
Sukuk 35 4.00 8.00 6.5714 1.21959
Valid N
(listwise) 35
Substruktur 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .14524806
Most Extreme Differences Absolute .202
Positive .202
Negative -.154
Test Statistic .202
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Casewise Diagnosticsa
Case Number Std. Residual
Manajemen
Laba Predicted Value Residual
18 3.801 1.14552 .5597662 .58574986
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
151
Substruktur 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .09859580
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.083
Test Statistic .118
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Substruktur 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .47969237
Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .053
Negative -.098
Test Statistic .098
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
152
Substruktur 1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Substruktur 2
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
153
Substruktur 1
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot
Substruktur 2
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot
154
Substruktur 1
Colinearity Statistics
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .707 1.413
Likuiditas .550 1.820
Leverage .650 1.537
Firmsize .893 1.120
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Substruktur 2
Colinearity Statistics
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .705 1.419
Likuiditas .445 2.247
Leverage .572 1.749
Firmsize .483 2.071
Manajemen Laba .395 2.534
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
155
Hasil Uji Autokorelasi
Substruktur 1
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.01415
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 17
Total Cases 34
Number of Runs 15
Z -.871
Asymp. Sig. (2-tailed) .384
a. Median
Hasil Uji Autokorelasi
Substruktur 2
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.00136
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 17
Total Cases 34
Number of Runs 22
Z 1.219
Asymp. Sig. (2-tailed) .223
a. Median
156
Substruktur 1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Substruktur 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
157
Substruktur 1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Substruktur 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Substruktur 1
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .778a .605 .551 .10517594
a. Predictors: (Constant), Firmsize, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
158
Substruktur 2
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .918a .843 .815 .52076
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Profitabilitas, Firmsize,
Likuiditas
b. Dependent Variable: PERINGKAT SUKUK
Substruktur 1
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .492 4 .123 11.120 .000b
Residual .321 29 .011
Total .813 33
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
b. Predictors: (Constant), Firmsize, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
Substruktur 2
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 40.877 5 8.175 30.146 .000b
Residual 7.593 28 .271
Total 48.471 33
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
b. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Profitabilitas,
Firmsize, Likuiditas
159
Substruktur 1
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Subtruktur 2
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
160
Hasil Uji Efek Intervening Hipotesis 11 Dengan WIMP
Hasil Uji Mediasi Hipotesis 13 Dengan WIMP