PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN
STRUKTUR AKTIVA PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
DI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Manajemen Keuangan
Oleh:
ISTIQOMAH
2012210550
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2016
1
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN
STRUKTUR AKTIVA PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
DI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ISTIQOMAH
2012210550
STIE Perbanas Surabaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of the liquidity ratio (cash ratio),
leverage (debt to equity ratio), profitability (return on investment) and the structure of assets
to the dividend policy (payout ratio) in listed manufacturing company in Indonesian Stock
Exchange during the period 2010-2014. The sampling technique in this study using purposive
sampling so as to obtain the 21 companies that meet the criteria of the sample. The analysis
technique used in this research is multiple linear regression analysis. Results of this study
showed that variables of CR, DER, ROI and structure of asset simultaneously have
significant effectto the DPR. the variables of CR and ROI in partially have positive effect not
significant to the DPR, variable of structure of asset in partially have negative effect not
significant to the DPR, but variable of DER in partially have negative and significant effect
to the DPR.
Keyword :Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Investment (ROI), and Structure of Asset
PENDAHULUAN
Salah satu motif investor menanamkan
dananya pada sekuritas di pasar modal
adalah dengan harapan memperoleh
capital gain dan dividen. Kebijakan
dividen memiliki pengaruh yang sangat
penting bagi para investor. Para pemegang
saham umumnya menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil
karena hal tersebut akan mengurangi
ketidakpastian akan hasil yang diharapkan
dari investasi yang mereka lakukan dan
juga dapat meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap perusahaan
sehingga nilai saham juga dapat
meningkat. Sedangkan pengaruhnya bagi
perusahaan itu sendiri pilihan untuk
membagikan laba dalam bentuk deviden
akan mengurangi sumber dana internalnya,
sebaliknya jika perusahaan menahan
labanya dalam bentuk laba ditahan maka
kemampuan pembentukan dana
internalnya akan semakin besar yang dapat
digunakan untuk membiayai aktivitas
perusahaan sehingga mengurangi
ketergantungan perusahaan terhadap dana
eksternal dan sekaligus akan memperkecil
resiko perusahaan.
Kebijakan dividen perusahaan
tergambar pada dividend payout ratio yaitu
persentase laba yang dibagikan dalam
bentuk deviden tunai, artinya besar
kecilnya dividend payout ratio akan
mempengaruhi keputusan investasi para
pemegang saham dan disisi lain
berpengaruh pada kondisi keuangan
perusahaan.
Likuiditas ialah kemampuan
perusahaan memenuhi semua
kewajibannya yang jatuh tempo.
Kemampuan itu dapat diwujudkan bila
2
jumlah harta lancar lebih besar
dibandingkan dengan utang
lancarnya.perusahaan yang likuid adalah
perusahaan yang mampu memenuhi semua
kewajibannya yang jatuh tempo,
sedangkan perusahaan yang tidak likuid
adalah perusahaan yang tidak mampu
memenuhi semua kewajibannya yang jatuh
tempo (Dewi Utari, dkk, 2014). Likuiditas
perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan cash ratio. Cash ratio
merupakan salah satu ukuran rasio
likuiditas yang merupakan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui sejumlah kas dan setara
kas yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi rasio CR maka semakin tinggi pula
dividen yang dibagikan, dan sebaliknya.
Debt to equity ratio merupakan salah
satu alat ukur yang digunakan untuk
melihat besar kecilnya rasio leverage
perusahaan. Rasio DER digunakan untuk
mengukur besar kecilnya penggunaan
utang terhadap modal perusahaan. Rasio
ini mencerminkan risiko keuangan yang
dihadapi perusahaan. Semakin tinggi rasio
DER maka risiko keuangan perusahaan
juga tinggi, dan semakin kecil rasio DER
maka semakin kecil risiko keuangan
perusahaan (I Made Sudana, 2011) .
Sehingga semakin tinggi DER maka
dividen yang dibagikan semakin rendah,
dan semakin rendah DER maka dividen
yang dibagikan semakin tinggi.
Profitabilitas adalah kemampuan
manajemen untuk memperoleh laba. Untuk
memperoleh laba manajemen harus
mampu meningkatkan pendapatan dan
mengurangi semua beban atas pendapatan
(Dewi Utari dkk, 2014). Profitabilitas
dapat diukur dengan alat ukur return on
investment. Rasio ROI merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan oleh
perusahaan. Semakin besar nilai ROI maka
dividen yang dibagikan perusahaan juga
semakin besar, dan sebaliknya.
Struktur aktiva merupakan jumlah
alokasi dari masing-masing komponen
aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva
tetap (Lukman Syamsuddin, 2007). Sangat
penting bagi manajer dan perusahaan
untuk mengetahui besar komponen serta
jenis aktiva yang dimiliki, karena dengan
mengetahui komponen dan besar dari
masing-masing aktiva perusahaan dapat
melihat penggunaan dana internal atau
eksternal untuk mendanai investasi
perusahaan.
Bukti empiris terkait dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen, baru-baru ini dilakukan oleh Lisa
Marlina dan Clara Danica (2009)
menunjukkan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh negatif
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori yang ada, semakin tinggi
Debt to Equity Ratio semakin berkurang
kemampuan perusahaan membayar
dividen, dan sebaliknya. Berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Komrattanapanya (2013), dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel Debt to Equity Ratio mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
Variabel lainnya yang diteliti oleh
Made Wiradharma Swastyastu, dkk (2014)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel Cash Ratio tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio. Sedangkan Penelitian yang
dilakukan oleh Sumiadji (2011)
menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio
memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio. Ini
berarti bahwa peningkatan jumlah kas
perusahaan akan meningkatkan
pembayaran dividen. Semakin tinggi
tingkat likuiditas perusahaan, artinya
jumlah kas yang dimiliki sudah memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, maka
perusahaan dapat meningkatkan
pembayaran dividen.
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sri Dwi Ari Ambarwati (2014) yaitu
Return On Investment, menunjukkan
bahwa variabel Return On Investment
memiliki pengaruh positif signifikan
3
terhadap Dividend Payout Ratio, namun
tidak dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nining Dwi Rahmawati, dkk (2014)
yang menjelaskan bahwa Return On
Investment tidak memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Sedangkan variabel lainnya seperti
Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Berdasarkan beberapa kesimpulan
yang berbeda diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen pada
periode sampel dan beberapa variabel yang
berbeda. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen secara simultan maupun parsial
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada periode 2010-2014.
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah bagian yang
tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan (Van Horne &
Wachowicz, 2013:206). Kebijakan dividen
akan mempengaruhi sumber dana internal
perusahaan karena perusahaan harus
membagikan laba yang diperoleh dalam
bentuk dividen tunai kepada para
pemegang saham. Pembayaran dividen
oleh perusahaan akan mengurangi dana
internal perusahaan untuk melakukan
aktivitas operasional maupun investasi,
dan memperbesar ketergantungan
perusahaan terhadap dana eksternal.
Namun ketika perusahaan membuat
keputusan untuk menahan laba dalam
bentuk laba ditahan, maka perusahaan
akan pembagikan dividen dalam jumlah
yang kecil atau tidak membagikan dividen.
hal ini akan mempengaruhi persepsi para
investor terhadap kinerja dan nilai
perusahaan. Pada umumnya investor lebih
menyukai pembagian dividen yang stabil,
karena meraka beranggapan bahwa kinerja
perusahaan tersebut baik dan
meningkatkan kepercayaan investor
terhadap perusahaan.
Analisis Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah “
kegiatan membandingkan kinerja
perusahaan dalam bentuk angka-angka
keuangan dengan perusahaan sejenis atau
dengan angka-angka keuangan periode
sebelumnya, atau dengan angka-angka
anggaran” (Dwi Utari dkk, 2014:53).
Rasio keuangan merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur kesehatan
keuangan suatu perusahaan. Penulis akan
menjelaskan tiga rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu rasio
likuiditas, leverage, dan profitabilitas.
Likuiditas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek atau hutang jatuh tempo.
Pada penelitian ini rasio likuiditas diukur
dengan menggunakan Cash Rati, rasio ini
mengukur kemampuan kas dan surat
berharga yang dimiliki perusahaan untuk
menutupi utang lancar. Rasio ini paling
akurat untuk menilai likuiditas perusahaan
karena hanya memperhitungkan komponen
aktiva lancar yang paling likuid.
Leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar
penggunaan hutang oleh perusahaan dalam
membiayai aktivitas perusahaan. Pada
penelitian ini rasio leverage diukur dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio, yaitu
rasio yang mengukur besar kecilnya
hutang dibandingkan dengan modal yang
dimiliki perusahaan.
Profitabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan atau
menghasilkan laba. Pada penelitian ini
rasio profitabilitas diukur dengan
menggunakan Return On Investmen, yaitu
rasio yang menunjukkan kemampuan
seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan laba setelah pajak.
4
Struktur Aktiva
Struktur aktiva merupakan “berapa jumlah
rupiah” yang harus dialokasikan untuk
masing-masing komponen aktiva baik
dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap
(Lukman Syamsuddin, 2007:9). Sangat
penting bagi perusahaan untuk mengetahui
dan menentukan seberapa besar alokasi
untuk masing-masing aktiva serta bentuk-
bentuk aktiva yang harus dimiliki. Setelah
menentukan alokasi untuk kedua macam
aktiva tersebut maka biasanya seorang
manajer harus menentukan alokasi optimal
untuk masing-masing komponen aktiva
lancar. Disamping itu seorang manajer
keuangan juga harus menentukan alokasi
untuk setiap komponen aktiva tetap serta
umur dari masing-masing komponen
tersebut, kapan harus diadakan perbaikan,
pergantian, dan sebagainya.
Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap
Kebijakan Dividen
Rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi liabilitas jangka pendeknya.
Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan Cash Ratio/CR (Van Horne
dan Wachowicz, 2012:167).
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Sumiadji, 2011), bahwa
CR berpengaruh terhadap DPR. Semakin
tinggi tingkat likuiditas perusahaan,
artinya jumlah kas yang dimiliki sudah
memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
maka perusahaan dapat meningkatkan
pemabyaran dividen.Namun bukti
penelitian yang dilakukan oleh (Made
Wiradharma Swastyastu dkk, 2014)
menunjukkan bahwa CR tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap DPR. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa posisi CR tidak
terlalu kuat untuk pembayaran dividen, kas
yang dimiliki perusahaan diperhitungkan
untuk membayar utang jangka pendek
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Likuiditas secara parsial
berpengaruh positif pada
Kebijakan Dividen di
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Pengaruh Rasio Leverage terhadap
Kebijakan Dividen
Rasio leverage digunakan untuk menguji
sejauh mana perusahaan menggunakan
utang yang dipinjam. Rasio ini dapat
diukur dengan menggunakan Debt to
Equity Ratio/DER (Van Horne dan
Wachowicz, 2012:169).
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Komrattanapanya, 2013)
bahwa DER memiliki pengaruh negative
signifikan terhadap DPR. Semakin besar
DER maka dividen yang akan dibagikan
kecil. Untuk bisa tumbuh, perusahaan
perlu melakukan perluasan investasi
dengan menggunakan dana yang cukup
besar. Dana tersebut bisa diperoleh dari
sumber internal atau eksternal. Jika dana
diambil dari utang, maka kas bebas yang
akan dibagikan sebagai dividen berkurang.
Namun berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Lisa Marlina dan
Clara Danica, 2009) menunjukkan bahwa
DER tidak berpengaruh negatif signifikan
terhadap DPR. Berdasarkan uraian tersebut
maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2 : Leverage secara parsial
berpengaruh negatif pada
Kebijakan Dividen di
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap
Kebijakan Dividen
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menghubungkan laba dengan penjualan
dan investasi. Rasio ini dapat diukur
dengan menggunakan Return On
Investment/ROI (Van Horne dan
Wachowicz, 2012:180).
5
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Sri Dwi Ari Ambarwati,
2014) bahwa ROI memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap DPR. Semakin
tinggi nilai profitabilitas maka
menandakan perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan pada
para pemegang saham dengan memberikan
dividen yang tinggi. Namun bukti
penelitian yang dilakukan oleh (Nining
Dwi Rahmawati dkk, 2014) mengatakan
bahwa setiap kenaikkan Return On
Investment maka akan meningkatkan
Dividend Payout Ratio namun peningkatan
tersebut tidak bermakna artinya bahwa
kenaikkan tersebut hanya sedikit.
Walaupun meningkat ROI yang
berdampak pada peningkatan laba bersih
namun devidend payout ratio meningkat
tidak signifikan. Berdasarkan uraian
tersebut maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3 : Profitabilitas secara
parsial berpengaruh positif
pada Kebijakan Dividen di
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Pengaruh Struktur Aktiva terhadap
Kebijakan Dividen
Struktur aktiva digunakan untuk
menghitung perbandingan antara aktiva
tetap dengan total aktiva. Struktur aktiva
digunakan untuk mengetahui berapa besar
alokasi masing-masing aktiva. .
Menurut I Made Sudana (2011: 163),
perusahaan dengan komposisi aktiva
lancar yang lebih besar daripada komposisi
aktiva tetap terhadap total aktiva dapat
menggunakan utang yang lebih besar
untuk mendanai investasinya dibandingkan
dengan perusahaan yang komposisi aktiva
tetapnya lebih besar dibandingkan dengan
aktiva lancarnya. Jika perusahaan ingin
melakukan ekspansi atau investasi pada
aset tetap (tanah, bangunan, kendaraan,
dll), maka laba bersih setelah pajak harus
disisihkan dalam bentuk laba ditahan.
Artinya pembayaran dividen harus kecil,
atau tidak ada pembayaran dividen.
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis 4 : Struktur Aktiva secara
parsial berpengaruh negatif
pada Kebijakan Dividen di
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar
pada penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka pemikiran
Likuiditas (CR)
Leverage (DER)
Profitabilitas (ROI)
Struktur Aktiva
Kebijakan Dividen
(DPR)
(+)
(−)
(+)
(−)
6
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2010 sampai 2014. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling
dengan tujuan untuk memperoleh sampel
yang sesuai dengan kriteria –kriteria
sebagai berikut:
(1) Perusahaan yang melakukan
pembayaran dividen tunai selama
periode penelitian
(2) Perusahaan yang memiliki laporan
keuangan yang lengkap selama
periode penelitian.
(3) Perusahaan yang memiliki ekuitas
positif.
(4) Perusahaan yang memiliki laba positif
Dari 141 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
maka diperoleh sampel sebanyak 21
perusahaan manufaktur yang sesuai
dengan kriteria.
Data Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI yang sudah dikategorikan
dengan ciri-ciri khusus yang telah
tercantum sebelumnya selama periode
2010-2014. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif.
Teknik pengumpulan data untuk keperluan
penelitian ini dilakukan dengan
dokumentasi. Dokumentasi yang
dilakukan adalah mengumpulkan semua
data laporan keuangan tahunan dan
laporan ringkasan perusahaan. Data-data
tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan
ICMD (Indonesian Capital Market
Directory).
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen yaitu Kebijakan Dividen (DPR)
dan variabel independen yaitu terdiri dari
Likuiditas (CR), Leverage (DER),
Profitabilitas (ROI), dan Struktur Aktiva.
Definisi Operasional Variabel
1. Variabel dependen (Y):
Kebijakan dividen adalah keputusan
manajemen perusahaan untuk
membagikan laba dalam bentuk
dividen kepada pemegang saham atau
menahan laba dalam bentuk laba
ditahan untuk ditanam kembali di
dalam perusahaan. Kebijakan dividen
diukur dengan menggunakan dividend
payout ratio, yang diformulasikan pada
rumus :
2. Variabel independen (X)
1) Rasio Likuiditas (X1)
Rasio likuiditas merupakan rasio
keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas pada
penelitian ini diukur dengan
menggunakan cash ratio, yang
diformulasikan pada rumus :
2) Rasio Leverage (X2)
Rasio leverage merupakan rasio
keuangan yang digunakan untuk
mengukur berapa besar
penggunaan utang dalam
pembelanjaan perusahaan. Pada
penelitian ini rasio utang diukur
dengan menggunakan debt to
equity ratio, yang diformulasikan
pada rumus :
7
3) Rasio Profitabilitas (X3)
Rasio profitabilitas merupakan
rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan
sumber-sumber yang dimiliki
oleh perusahaan. Pada penelitian
ini, rasio profitabilitas diukur
dengan menggunakan return on
investment, yang diformulasikan
pada rumus :
4) Struktur Aktiva (X4)
Struktur aktiva merupakan
perbandingan antara aktiva tetap
dan aktiva lancar. Pada penelitian
ini struktur aktiva dihitung
dengan menggunakan formulasi
pada rumus :
Alat Analisis
Untuk menguji pengaruh antara
likuiditas, leverage, profitabilitas dan
struktur aktiva pada kebijakan dividen di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2010-2014 digunakan model
regresi linear berganda (multiple
regression analysis).
Analisis MRA digunakan untuk
menguji pengaruh beberapa variabel bebas
terhadap satu variabel terikat. Untuk
mengetahui hubungan tersebut, maka
berikut adalah persamaan regresinya:
Keterangan:
Y = Variabel Kebijakan
Dividen
α = konstanta / intercept
β1, β2, β3, β4= koefisien regresi yang
akan diuji
X1 = Variabel Likuiditas
X2 = Variabel Leverage
X3 = Variabel Profitabilitas
X4 = Variabel Struktur Aktiva
e = error
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan
untuk menjelaskan hubungan variabel
independen, yaitu Likuiditas (Cash Ratio),
Leverage (Debt to Equity Ratio),
Profitabilitas (Return On Investment), dan
srtuktur aktiva pada variabel dependen
yaitu kebijakan dividen (Dividend Payout
Ratio). Analisis deskriptif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang
variabel yang diteliti. Berikut ini adalah
hasil perhitungan deskriptif yang diolah
menggunakan SPSS 22 for windows :
Tabel 1
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 0,0128 4,6489 0,861253 1,1151572
DER
ROI
0,1041 2,4926 0,706295
0,175222
0,5693072
0,1156658 0,0078 0,6572
SA
DPR
0,0884 0,8303 0,338508 0,1552931
0,2388687 0,0007 0,9808 0,395100
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
nilai minimum untuk variabel Dividend
Payout Ratio (DPR) adalah 0, 0007, dan
nilai maksimum adalah 0,9808. Dari hasil
analisis statistik deskriptif menghasilkan
nilai rata-rata untuk DPR dari seluruh
perusahaan yang menjadi sampel
penelitian pada periode 2010 sampai 2014
8
yaitu sebesar 0,861253 dengan standar
deviasi sebesar 1,1151572. Hal ini berarti
dari 21 perusahaan yang menjadi sampel
penelitian, terlihat bahwa perusahaan yang
memiliki DPR terbesar adalah perusahaan
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
yaitu sebesar 98,08 persen pada tahun
2014, dengan munculnya angka tersebut
dapat diartikan bahwa pada saat tahun
2014 perusahaan memiliki laba yang besar
sehingga perusahaan mampu untuk
membagikan dividen yang besar juga
kepada para pemegang saham. DPR
terendah dari 21 perusahaan yang menjadi
sampel penelitian adalah perusahaan
Merck Tbk yaitu sebesar 0,07 persen pada
tahun 2012, hal ini berarti perusahaan
tersebut tidak memiliki laba yang cukup
untuk membayarkan dividen atau
perusahaan memilih untuk menyisihkan
laba yang diperolah dalam bentuk laba
ditahan untuk keperluan investasi.
Nilai minimum untuk variabel CR
sebesar 0,0128 dan nilai maksimum
sebesar 4,6489. Rata-rata untuk variabel
CR dari seluruh perusahaan yang menjadi
sampel penelitian pada periode 2010
sampai 2014 yaitu sebesar 0,861253
dengan standar deviasi sebesar 1,1151572.
Hal ini berarti, dari 21 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian terlihat bahwa
CR tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Indocement Tunggal Prakasa Tbk dengan
nilai 464,89 persen pada tahun 2011.
Dengan diperoleh angka tersebut dapat
diartikan bahwa perusahaan tersebut
memiliki tingkat likuiditas yang baik. Kas
yang dimiliki perusahaan mampu
digunakan untuk membiayai utang jangka
pendek sehingga resiko gagal bayar
perusahaan sangat rendah. CR terendah
dari 21 perusahaan sampel yaitu
perusahaan Sepatu Bata Tbk dengan nilai
1,28 persen pada tahun 2013, hal ini
berarti perusahaan tersebut memiliki
likuditas yang kurang baik dikarenakan
kas yang dimiliki perusahaan tidak
mencukupi untuk membiayai utang jangka
pendek sehingga perusahaan beresiko
gagal bayar.
Nilai minimum untuk variabel DER
sebesar 0,1041 dan nilai maksimum
sebesar 2,4926. Rata-rata untuk variabel
DER dari seluruh perusahaan yang
menjadi sampel penelitian pada periode
2010 sampai 2014 yaitu sebesar 0,706295
dengan standar deviasi 0,5693072. Hal ini
berarti DER tertinggi dari 21 perusahaan
yang menjadi sampel yaitu perusahaan
Multi Bintang Indonesia Tbk dengan nilai
sebesar 249,26 persen pada tahun 2012.
Dengan diperoleh angka tersebut dapat
diartikan bahwa perusahaan lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan
dengan ekuitas untuk kegiatan operasional
maupun investasi perusahaan. Sedangkan
DER terendah adalah perusahaan Mandom
Indonesia Tbk yaitu sebesar 10,41 persen
pada tahun 2010. Hal ini dapat diartikan
bahwa peruahaan tersebut memilih untuk
tidak mengandalkan hutang untuk
mendanai kegiatan operasioal maupun
investasi perusahaan, hal ini dikarenakan
perusahaan menghindari resiko hutang
yang besar sehingga memperkecil resiko
gagal bayar.
Nilai minimum untuk variabel ROI
sebesar 0,0078 dan nilai mkasimum
sebesar 0,6572. Rata-rata untuk variabel
ROI dari seluruh perusahaan yang menjadi
sampel penelitian pada periode 2010
sampai 2014 yaitu sebesar 0,175222
dengan standar deviasi sebesar 0,1156658.
Hal ini dapat diartikan, ROI tertinggi dari
21 perusahaan yang menjadi sampel
penelitian adalah perusahaan Multi
Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 65,72
persen pada tahun 2013. Dengan diperoleh
angka tersebut dapat diartikan bahwa
kemampuan perusahaan tersebut dalam
menghasilkan laba dan mengelola total
aset lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan sampel lainnya. Sedangkan
ROI terendah dari 21 perusahaan yang
menjadi sampel adalah perusahaan Gajah
Tunggal Tbk yaitu sebesar 0,78 persen
pada tahun 2013. Hal ini dapat diartikan
9
bahwa dibandingkan perusahaan yang lain,
perusahaan Gajah tunggal kurang mampu
dalam menjalankan manajemen
perusahaan dengan baik, atau manajemen
yang diterapkan pada perusahaan ini
kurang tepat.
Dapat dilihat nilai minimum dari
variabel struktur aktiva sebesar 0,0884 dan
nilai maksimum sebesar 0,8303. Rata-rata
untuk variabel struktur aktiva dari seluruh
perusahaan yang menjadi sampel
penelitian selama periode 2010 sampai
2014 yaitu sebesar 0,338508 dengan
standar deviasi sebesar 0,1552931. Hal ini
berarti struktur aktiva tertinggi dari 21
perusahaan yang menjadi sampel adalah
perusahaan Holcim Indonesia Tbk dengan
nilai sebesar 83,03 persen pada tahun
2013. Dengan diperoleh angka tersebut
dapat diartikan bahwa kemampuan
perusahaan dalam melakukan ekspansi
pada aset tetap cukup tinggi. Sedangkan
struktur aktiva terendah adalah perusahaan
Merck Tbk yaitu sebesar 8,84 persen pada
tahun 2013. Hal ini berarti bahwa manajer
jumlah alokasi aktiva lebih banyak
dialokasikan pada aset lancar
dibandingkan aset tetap.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh
likuiditas, leverage, profitabilitas, dan
struktur aktiva pada kebijakan dividen.
Berikut adalah hasil analisis regresi linier
berganda berdasarkan output SPSS 22 :
Tabel 2
HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Model Koefisien
regresi Std. Error
(Constant)
CR
DER
ROI
SA
0,463
0,015
-0,145
0,150
-0,014
0,084
0,025
0,049
0,222
0,163
Sumber: data diolah
Tabel 2 menunjukkan hasil
dari regresi linier berganda yang dapat
disusun menjadi sebuah persamaan regresi
sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan regresi linier
berganda tersebut dapat dijelaskan masing-
masing koefisien sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 0,463
menunjukkan apabila cash ratio, debt
to equity ratio, return on investment
dan struktur aktiva bersifat konstan,
maka dividend payout ratio sebesar
0,463.
2. Nilai koefisien CR sebesar 0,015
menunjukkan bahwa apabila cash
ratio naik sebesar satu-satuan maka
akan menyebabkan kenaikan dividend
payout ratio sebesar 0,015 dengan
asumsi debt to equity ratio, return on
investment dan struktur aktiva
konstan.
3. Nilai koesisien DER sebesar -0,145
menunjukkan bahwa apabila debt to
equity ratio naik sebesar satu-satuan
maka akan menyebabkan penurunan
dividend payout ratio sebesar 0,145
dengan asumsi cash ratio, return on
investment dan struktur aktiva
konstan.
4. Nilai koefisien ROI sebesar 0,150
menunjukkan bahwa apabila return on
10
investment naik sebesar satu-satuan
maka akan menyebabkan kenaikan
dividend payout ratio sebesar 0,150
dengan asumsi cash ratio, debt to
equity ratio dan struktur aktiva
konstan.
5. Nilai koefisien SA sebesar -0,014
menunjukkan bahwa apabila struktur
aktiva naik sebesar satu-satuan maka
akan menyebabkan penurunan
dividend payout ratio sebesar 0,014
dengan asumsi cash ratio, debt to
equity ratio dan return on investment
konstan.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan
untuk mengetahui pengaruh rasio
likuiditas, leverage, profitabilitas dan
struktur aktiva pada kebijakan dividen,
baik secara simultan maupun parsial. Uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 22 untuk memudahkan
dalam melakukan perhitungan. Berikut ini
adalah hasil dari pengujian hipotesis
dengan menggunakan SPSS 22 :
Tabel 3
HASIL UJI HIPOTESIS
Model thit ttabel Sig. Correlations
Partial
CR
DER
ROI
SA
0,606
-2,961
0,678
-0,087
1,664
-1,664
1,664
-1,664
0,546
0,004
0,500
0,930
0,068
-0,316
0,076
-0,010
F tabel : 2,490 Sig : 0,006
F hitung : 3,884 R Square : 0,164
Sumber : data diolah
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
hasil perhitungan Fhitung sebesar 3,884 >
Ftabel sebesar 2.490 dengan signifikan
sebesar 0,006 lebih kecil daripada α
sebesar 0,05. Berdasarkan dari hasil data
tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak
yang berarti Cash Ratio, Debt to Equity
Ratio, Return On Investment dan Struktur
Aktiva secara simultan berpengaruh
signifikan pada Dividend Payout Ratio.
Pengaruh Likuiditas terhadap
Kebijakan Dividen
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa thitung <
ttabel yaitu sebesar 0,606 < 1,664, dengan
tingkat signifikan sebesar 0,546 lebih
besar daripada α sebesar 0,05. Berdasarkan
dari hasil data tersebut dapat diketahui
bahwa H0 diterima yang berarti variabel
Cash ratio secara parsial berpengaruh
positif tidak signifikan pada Dividend
Payout ratio. Nilai positif pada variabel
CR menunjukkan bahwa adanya
peningkatan jumlah kas dan setara kas
dalam perusahaan, akan tetapi peningkatan
tersebut tidak berpengaruh terhadap
pembayaran dividen perusahaan. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan kas dan
setara kas tidak menyebabkan pembayaran
dividen juga ikut naik. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa posisi cash ratio dalam
penelitian ini tidak terlalu kuat untuk
pembayaran dividen dimana kas dan setara
kas yang dimiliki perusahaan lebih banyak
dipergunakan untuk membayar utang
jangka pendek perusahaan. Hasil dari
penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sumiadji
(2011) dimana pada penelitiannya
Sumiadji menyatakan bahwa variabel CR
berpengaruh terhadap DPR. Namun
penelitian lainnya yang mendukung
penelitian ini dilakukan oleh Made
Wiradharma swastyastu dkk (2014) yang
menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh
terhadap DPR.
11
Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan
Dividen
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa thitung <
ttabel yaitu sebesar -2,961 < -1,664, dengan
tingkat signifikan sebesar 0,004 lebih kecil
daripada α sebesar 0,05. Berdasarkan dari
hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
H0 ditolak yang berarti variabel Debt to
Equity Ratio secara parsial berpengaruh
negatif signifikan pada Dividend Payout
ratio. Hal ini berarti semakin rendah nilai
DER maka semakin tinggi dividen yang
akan dibagikan dimana setiap penurunan
satu rupiah nilai DER akan menaikkan
nilai DPR. Ketika hutang yang dimiliki
perusahaan tersebut tinggi, maka beban
bunga yang harus dibayar perusahaan juga
tinggi. Sehingga laba perusahaan rendah
dan mengakibatkan pembagian dividen
juga ikut rendah. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Komrattanapanya (2013) dan Nining Dwi
Rahmawati dkk (2014). Namun penelitian
ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumiadji (2011) dan Lisa
Marlina dan Clara Danica (2009) dimana
dalam penelitian menyatakan bahwa
variabel DER tidal mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap DPR. Hal ini
dikarenakan komitmen perusahaan
disektor manufaktur untuk melakukan
pembayaran dividen sacara teratur
menyebabkan kemampuan pembayaran
dividen tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya hutang perusahaan bahkan
kenaikan hutang dapat meningkatkan
kemampuan perusahaan membayar
dividen selama penggunaan hutang diiringi
dengan peningkatan laba perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas terhadap
Kebijakan Dividen
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa thitung <
ttabel yaitu sebesar 0,678 < 1,664, dengan
tingkat signifikan sebesar 0,500 lebih
besar daripada α sebesar 0,05. Berdasarkan
dari hasil data tersebut dapat diketahui
bahwa H0 diterima yang berarti variabel
Return On Investment secara parsial
berpengaruh positif tidak signifikan pada
Dividend Payout ratio. Hal ini berarti
bahwa setiap kenaikan nilai ROI akan
meningkatkan DPR namun peningkatan
tersebut tidak bermakna, artinya bahwa
kenaikkan tersebut hanya sedikit.
Perusahaan tidak membayarkan semua
laba bersih yang diterima untuk dividen,
namun hanya menggunakan laba bersih
tersebut untuk diputarkan kembali dalam
bentuk laba ditahan dan hanya
membagikan sedikit untuk pemegang
saham. Perusahaan lebih memilih untuk
melakukan investasi agar prospek
perusahaan kedepannya bagus. Penelitian
ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nining Dwi Rahmawati
(2014). Namun pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Sri Dwi Ari Ambarwati
(2014) menyatakan bahwa variabel ROI
memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap DPR. Hal ini dikarenakan, pada
umumnya investor lebih menyukai dividen
daripada capital gain. Investor akan
mengharapakan manfaat dari investasi
yang dilakukan dalam bentuk laba per
lembar saham, karena ROI
menggambarkan jumlah keuntungan yang
diperoleh untuk setiap investasi yang
dilakukan. ROI yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan dalam
mengahasilkan laba dan menyejahterakan
pemegang saham baik.
Pengaruh Struktur Aktiva terhadap
Kebijakan Dividen
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa thitung <
ttabel yaitu sebesar -0,087 < -1,664, dengan
tingkat signifikan sebesar 0,930 lebih
besar daripada α sebesar 0,05. Berdasarkan
dari hasil data tersebut dapat diketahui
bahwa H0 diterima yang berarti variabel
Struktur Aktiva secara parsial berpengaruh
negatif tidak signifikan pada Dividend
Payout ratio. Hal ini berarti bahwa setiap
penurunan nilai SA akan menaikkan nilai
12
DPR namun kenaikkan tersebut tidak
bermakna, artinya kenaikkan tersebut
hanya sedikit. Meskipun tidak signifikan,
nilai negatif pada variabel struktur aktiva
menandakan bahwa terdapat
kecenderungan kurang prioritasnya
kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan
perusahaan memilih untuk melakukan
ekspansi terhadap aset perusahaan yaitu
berupa aset tetap (tanah, mesin, kendaraan,
dll). Sehingga hal ini berpengaruh
terhadap laba yang diterima perusahaan.
Ketika perusahaan lebih memilih untuk
menahan labanya untuk keperluan
investasi, makan dividen yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham
akan rendah. Penelitian ini sesuai dengan
teori “Dividen Residual”. Dimana
perusahaan membayarkan dividen hanya
jika tersedia sisa laba dalam jumlah yang
besar daripada yang dibutuhkan untuk
mendukung anggaran modal optimal.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi variabel
likuiditas, leverage, profitabilitas dan
struktur aktiva secara simultan dalam
mempengaruhi kebijakan dividen. Pada
tabel 4.5 menunjukkan hasil R Square
sebesar 0,164. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa variabel likuiditas,
leverage, profitabilitas dan struktur aktiva
berkontribusi secara simultan pada
kebijakan dividen sebesar 16,4 persen,
sisanya sebesar 83,6 persen dipengaruhi
oleh variabel lain diluar penelitian.
Uji Koefisien Determinasi parsial (r2)
Uji r2 digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi variabel
likuiditas, leverage, profitabilitas dan
struktur aktiva secara parsial dalam
mempengaruhi
kebijakan dividen. berdasarkan tabel 4.5
diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada tabel 3 dapat dilihat nilai dari
correlations partial untuk Cash Ratio
sebesar 0,068, sehingga diperoleh nilai r2
sebesar 0,004624. Berdasarkan data
tersebut dapat diartikan bahwa variabel
Cash Ratio memiliki kontribusi sebesar
0,4624 persen dalam mempengaruhi
Dividend Payout Ratio. Nilai dari
correlations partial untuk Debt to Equity
Ratio sebesar -0,316, sehingga diperoleh
nilai r2 sebesar 0,099856. Berdasarkan data
tersebut dapat diartikan bahwa variabel
Debt to Equity Ratio memiliki kontribusi
sebesar 9,9856 persen dalam
mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
Nilai ari correlations partial untuk Return
On Investment sebesar 0,076, sehingga
diperoleh nilai r2 sebesar 0,005776.
Berdasarkan data tersebut dapat diartikan
bahwa variabel Return On Investment
memiliki kontribusi sebesar 0,5776 persen
dalam mempengaruhi Dividend Payout
Ratio. Nilai dari correlations partial untuk
Struktur Aktiva sebesar -0,010, sehingga
diperoleh nilai r2 sebesar 0,0001.
Berdasarkan data tersebut dapat diartikan
bahwa variabel Struktur Aktiva memiliki
kontribusi sebesar 0,01 persen dalam
mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan uji F maka dapat
disimpulkan bahwa rasio likuiditas,
leverage, profitabiltas dan struktur aktiva
secara simultan berpengaruh signifikan
pada kebijakan dividen.
Berdasarkan uji t maka dapat
disimpulkan bahwa rasio likuiditas (cash
ratio) dan Profitabilitas (return on
investment) secara parsial berpengaruh
positif tidak signifikan pada kebijakan
dividen (dividend payout ratio). Varibel
leverage (debt to equity ratio)
menunjukkan bahwa secara parsial
berpengaruh negatif signifikan pada
kebijakan dividen (dividend payout ratio),
sedangkan variabel struktur aktiva secara
13
parsial berpengaruh negatif tidak
signifikan pada kebijakan dividen
(dividend payout ratio).
Berdasarkan uji koefisien determinasi
(R2) dapat disimpulkan bahwa variabel
likuiditas, leverage, profitabilitas dan
struktur aktiva memiliki kontribusi sebesar
16,4 persen. Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 83,6 persen dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian.
Dari hasil uji koefisien determinasi
parsial (r2) dapat disimpulkan bahwa
variabel CR memiliki kontribusi sebesar
0,4624 persen, DER memiliki kontribusi
sebesar 9,9856 persen, ROI memiliki
kontribusi sebesar 0,5776 persen, dan SA
memiliki kontribusi sebesar 0,01 persen
dalam mempengaruhi DPR.
Penelitian ini memiliki keterbatasan
sebagai berikut, (1) Kontribusi variabel
independen secara simultan sangat kecil
yaitu sebesar 16,4% dalam mempengaruhi
variabel dependen. (2) Sampel perusahaan
yang digunakan dalam penelitian ini
selama periode 2010 sampai 2014 hanya
21 perusahaan manufaktur yang sesuai
dengan kriteria. (3) Variabel yang
digunakan dalam penelitian hanya
mengambil faktor dari internal perusahaan.
Berikut beberapa saran yang dapat
diberikan kepada beberapa pihak yang
terkait dalam penelitian ini, Bagi
Manajemen Perusahaan hendaknya
memperhatikan dan lebih hati-hati dalam
membuat keputusan terkait peminjaman
(hutang) dikarenakan dalam penelitian ini
menunjukkan hasil yang signifikan dalam
mempengaruhi besar kecilnya pembayaran
dividen.
Bagi investor jika ingin melakukan
investasi pada suatu perusahaan
hendaknya memperhatikan kinerja
keuangan perusahaan tersebut, khususnya
terkait dengan pinjaman (hutang) yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal ini
dikarenakan hutang memiliki pengaruh
yang signifikan pada kebijakan pembagian
dividen. perusahaan yang baik adalah
perusahaan yang mampu mengelola
hutangnya sehingga hutang yang besar
diimbangi dengan perolehan keuntungan
yang besar pula.
Bagi Peneliti Selanjutnya disarankan
untuk menambah variabel lain seperti
faktor-faktor eksternal (nilai tukar, suku
bunga, inflasi dll) dan juga menambah
variabel internal perusahaan lainnya yang
dapat mempengaruhi kebijakan dividen.
Hal ini dikarenakan pengaruh variabel
independen pada kebijakan dividen sangat
kecil yaitu sebesar 16,4%. Dikarenakan
sampel pada penelitian ini sangat kecil,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kebijakan
dividen perusahaan non-manufaktur atau
perusahaan yang memiliki karakter
berbeda. Selain menambah variabel,
diharapkan peneliti selanjutnya untuk
menambah periode penelitian dan
menambah sampel penelitian agar
memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Dewi Utari, Ari Purwanti, dan Darsono
Prawironegoro. 2014.
Manajemen Keuangan.
Jakarta. Mitra Wacana Media
I Made Sudana. 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan Teori
& Praktik. Jakarta. Erlangga.
Komrattanapanya, Pornumpai. 2013.
Factors Influencing Dividend
Payout in Thailand: A Tobit
Regression Analysis.
International Journal of
Accounting and Financial
Reporting. Vol 3(2).
Lisa Marlina dan Clara Danica. 2009.
Analisis Pengaruh Cash
Position, Debt to Equity Ratio,
dan Return On Assets
Terhadap Dividen Payout
Ratio. Jurnal Manajemen
Bisnis. Vol 2(1). Hal 1 – 6.
14
Lukman Syamsuddin. 2007. Manajemen
Keuangan Perusahaan
(Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan,
dan Pengambilan Keputusan).
Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada.
Made Wiradharma Swastyastu, Gede Adi
Yuniarta, dan Anantawikrama
Tungga Atmadja. 2014.
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). e-Journal S1
Ak Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol 2(1).
Nining Dwi Rahmawati, Ivonne S.
Saerang, dan Paulina Van
Rate. 2014. Kinerja Keuangan
Pengaruhnya Terhadap
Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan BUMN di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal EMBA.
Vol 2(2). Hal 1306-1317.
Sri Dwi Ambarwati . 2014. Perspektif
Bird In The Han: Penentu
Dividen Payout Ratio
Perusahaan Manufaktur.
Jurnal keuangan dan
perbankan.Vol 18(3). Hal 345-
357.
Sumiadji. 2011. Analisis Variabel
Keuangan yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividen. Jurnal Dinamika
Akuntansi. Vol 3(2). Hal 129-
138.
Van Horne, James C; John M. Wachowicz,
Jr . 2013 . Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan (Buku
1). Edisi 13. Jakarta. Salemba
Empat.
, 2013. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan (Buku
2). Edisi 13. Jakarta. Salemba
Empat.