Download - PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED …
PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED BEHAVIORAL
CONTROL DAN KONFORMITAS TERHADAP INTENSI MEMATUHI
PERATURAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA MOTOR
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Naufal Nurramadhan
NIM: 11140700000108
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED
BEHAVIORAL CONTROL DAN KONFORMITAS TERHADAP INTENSI
MEMATUHI PERATURAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA
MOTOR DI KOTA TANGERANG SELATAN telah diajukan dalam sidang
munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Sidang Munaqasah
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si
NIP: 196207241989032001
Wakil Dekan/
Sekretaris Merangkap Anggota
Bambang Suryadi, Ph.D
NIP: 197005292003121002
Anggota
Dr. Rachmat Mulyono, M.Si, Psikolog
NIP: 196502201999031003
Dr. Achmad Syahid, M.Ag.
NIP: 196811071994031005
Ikhwan Lutfi, M.Psi
NIP: 197307102005011006
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Naufal Nurramadhan
NIM : 11140700000108
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap, Norma
Subjektif, Perceived Behavioral Control dan Konformitas terhadap Intensi
Mematuhi Peraturan Lalu Lintas pada Pengendara Motor Di Kota Tangerang
Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Agustus 2019
Naufal Nurramadhan
NIM: 11140700000108
v
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu” (QS. An-Nisa: 59)
MOTTO
“Karya ini saya persembahkan untuk Ayahanda Bambang Nurbianto S.Pd dan
Ibunda Dwi Elwiyani S.Pd, orang tua terbaik dalam hidup saya. Terima kasih
selalu mendukung secara moril dan materiil.”
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Agustus 2019
(C) Naufal Nurramadhan
(D) Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control dan
Konformitas terhadap Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas pada
Pengendara Motor di Kota Tangerang Selatan
(E) xiii + 80 + 12 Lampiran
(F) Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan intensi sebagai kemungkinan
subjektif seseorang sebelum memunculkan perilaku yang dalam penelitian
ini adalah perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. Intensi tersebut bisa
dalam jumlah yang kecil atau besar sehingga dianggap sebagai probabilitas.
Menurut Ajzen intensi merupakan prediktor terbaik perilaku. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan
lalu lintas pada pengendara motor di kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel
pengendara motor yang berdomisili di Kota Tangerang Selatan berjumlah
198 orang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik non-
probability sampling yaitu accidental sampling. Alat ukur yang digunakan
terdiri dari alat ukur yang dikonstruk dari hasil elisitas yaitu mencari salient
belief dari sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control
(Ramadhani, 2011), dimensi intensi (Ajzen, 1985) dan dimensi konformitas
(Akert. dkk., 2016). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan teknik analisis data yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan sikap dan perceived behavioral control terhadap intensi
mematuhi peraturan lalu lintas dengan R-Square 24.7%. Berdasarkan hasil
uji hipotesis minor terdapat dua variabel yang signifikan yaitu sikap dan
perceived behavioral control dengan pengaruh positif terhadap intensi
mematuhi peraturan lalu lintas.
(G) Daftar Bacaan: 27: 9 Buku + 14 Jurnal + 4 Artikel
Kata kunci: sikap, norma subjektif, perceived behavioral control,
konformitas, intensi, kepatuhan
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University,
Jakarta
(B) August, 2019
(C) Naufal Nurramadhan
(D) The Effect of Attitude, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control and
Conformity on the Intention to Comply with Traffic Regulations on Motor
Riders in South Tangerang City
(E) xiii + 80 + 12 Attachment
(F) Fishbein and Ajzen (1975) describe intentions as a subjective possibility of
someone before giving rise to behavior which in this study is behavior to
obey traffic rules. The intention can be in small or large numbers so that it
is considered as a probability. According to Ajzen, intention is the best
predictor of behavior. This study aims to determine the effect of attitudes,
subjective norms, perceived behavioral control and conformity to the
intention to comply with traffic regulations on motorists in the city of South
Tangerang.
This study uses a quantitative approach with a sample of 198 riders who live
in South Tangerang City. Sampling was carried out using a non-probability
sampling technique, namely accidental sampling. The measuring instrument
used consists of measuring instruments that are constructed from the results
of elicitation that is looking for salient beliefs from attitudes, subjective
norms and perceived behavioral control (Ramadhani, 2011), dimensions of
intention (Ajzen, 1985) and dimensions of conformity (Akert. Et al., 2016).
CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of
measuring instruments and data analysis techniques used to answer research
questions is multiple regression analysis.
Based on the results of the major hypothesis test, it was concluded that there
was a significant influence of attitudes and perceived behavioral control on
the intention to comply with traffic rules with R-Square 24.7%. Based on
the results of the minor hypothesis test there are two significant variables
namely attitudes and perceived behavioral control with a positive influence
on the intention to comply with traffic rules.
(G) Reading List: 27: 9 Books + 14 Journals + 4 Articles
Keywords: attitudes, subjective norms, perceived behavioral control,
conformity, intention, compliance
viii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat dan karunia
Allah SWT, karena-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam dilimpahkan dan dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul penutup
dan pemberi syafaat yang mulia.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini:
1) Dr. Zahrotun Nihayah M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, Bambang
Suryadi, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Yufi Andriani
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Dr. Yunita Faela Nisa
selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
2) Ikhwan Lutfi M,Psi, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan yang
diberikan.
3) Dr. Rachmat Mulyono M.Si, Psikolog. selaku dosen pembimbing akademik
4) Dosen dan pegawai yang telah memberikan ilmu yang berlimpah dan
membantu proses administrasi.
5) Kedua orang tua atas segala dukungannya baik moril maupun materiil, dan
6) Seluruh teman-teman yang mendukung baik secara langsung maupun tidak.
7) Kepada saudara Syahid Izharuddin Lubis karena telah meluangkan waktunya
untuk membantu penulis dalam penelitian ini.
8) Responden yang telah berkontribusi dalam berjalannya skripsi ini
Akhirnya, penulis ucapkan terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf pula atas
segala kekurangan. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis, dan
umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin.
Waassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Ciputat, Oktober 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Pembatasan & Perumusan Masalah ............................................................ 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................................... 8
1.2.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
2.1 Intensi ........................................................................................................ 12
2.1.1 Teori-teori tentang intensi ......................................................................... 12
2.1.2 Definisi Intensi .......................................................................................... 15
2.2 Definisi Kepatuhan .................................................................................... 16
2.3 Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ................................................... 16
2.3.1 Pengertian Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ................................. 16
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas ...... 18
2.3.3 Determinan Intensi .................................................................................... 18
2.3.4 Pengukuran Intensi .................................................................................... 18
2.4 Sikap .......................................................................................................... 19
2.4.1 Pengertian Sikap ........................................................................................ 19
x
2.4.2 Aspek-aspek Sikap .................................................................................... 22
2.4.3 Beliefs (keyakinan) .................................................................................... 22
2.4.4 Pengukuran Sikap ...................................................................................... 22
2.5 Norma Subjektif (Subjective norm) ........................................................... 23
2.5.1 Pengertian Norma Subjektif ...................................................................... 23
2.5.2 Aspek – aspek Norma subjektif ................................................................ 24
2.5.3 Pengukuran Norma Subjektif .................................................................... 24
2.6 Perceived Behavioral Control ................................................................... 24
2.6.1 Pengertian Perceived Behavioral Control ................................................. 24
2.6.2 Aspek - aspek Perceived Behavioral Control ........................................... 25
2.6.3 Pengukuran Perceived Behavioral Control ............................................... 25
2.7 Conformity (konformitas) .......................................................................... 26
2.7.1 Pengertian Konformitas ............................................................................. 26
2.7.2 Aspek-Aspek Konformitas ........................................................................ 27
2.7.3 Pengukuran Konformitas ........................................................................... 29
2.8 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 29
Hipotesis ................................................................................................................ 35
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 37
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 37
3.1.1 Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel ............................................. 37
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 38
3.2.1 Variabel Penelitian .................................................................................... 38
3.3 Pengumpulan Data .................................................................................... 40
3.4 Instrumen dan Cara Skoring ...................................................................... 44
3.5 Uji Validitas Konstruk .............................................................................. 48
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Attitude Towards Behavior .................................. 49
3.5.2 Uji Validitas Konstruk Subjective Norms ................................................. 51
3.5.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control ............................. 53
3.5.4 Uji Validitas Konstruk Conformity ........................................................... 54
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 57
3.7 Prosedur penelitian .................................................................................... 59
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 61
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ......................................................... 61
4.2 Analisi Deskriptif ...................................................................................... 63
xi
4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian .................................................................... 64
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................................. 65
4.4.1 Uji Regresi Berganda ................................................................................ 65
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians ....................................................................... 70
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................... 72
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 72
5.2 Diskusi ....................................................................................................... 72
5.3 Saran .......................................................................................................... 76
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................................ 76
5.3.2 Saran Praktis .............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78
LAMPIRAN .......................................................................................................... 81
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil riset pendahuluan ...................................................................... 42 Tabel 3.2 Hasil sortir studi pendahuluan ........................................................... 43 Tabel 3.3 Proporsi Nilai Skala ........................................................................... 45
Tabel 3.4 Blueprint Skala Sikap......................................................................... 45 Tabel 3.5 Blueprint Skala Norma Subjektif ....................................................... 46 Tabel 3.6 Blueprint Skala Perceived Behavioral Control .................................. 46 Tabel 3.7 Blueprint Skala konformitas .............................................................. 47 Tabel 3.8 Blueprint Skala Intensi ....................................................................... 47
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Behavioral Belief .............................................. 50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Evaluation of Behavioral Belief ........................ 51 Tabel 3.11 Muatan Faktor Normatives Belief...................................................... 52
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Motivation to Comply ....................................... 53 Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control ........................... 54 Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Informational Social Influence.......................... 55 Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Normatives Social Influence ............................. 56
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .............................................................. 61 Tabel 4.2 Sebaran kepemilikan SIM .................................................................. 62
Tabel 4.3 Pengalaman ditilang ........................................................................... 62 Tabel 4.4 Pengalaman Kecelakaan .................................................................... 63 Tabel 4.5 Pengalaman Melanggar Peraturan Lalu lintas ................................... 63
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif ............................................................................. 64
Tabel 4.7 Norma Skor Kategorisasi ................................................................... 64 Tabel 4.8 Skor Kategorisasi ............................................................................... 65 Tabel 4.9 Tabel R square ................................................................................... 66
Tabel 4.10 Anova Keseluruhan IV terhadap DV ................................................. 66 Tabel 4.11 Koefisien Regresi ............................................................................... 67
Tabel 4.12 Proporsi Varians untuk Masing-Masing Variabel Independen .......... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Reasoned Action................................................................... 13 Gambar 2.2 Teori Planned Behavior ............................................................... 14 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .......................................................................... 82 Lampiran 2 Path Diagram ..................................................................................... 88
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepatuhan merupakan suatu perilaku yang patut dimiliki oleh setiap
pengendara kendaraan bermotor, khususnya pengendara sepeda motor. Pada
dasarnya pengendara tidak dapat terlepas dari sistem lalu lintas sebagai satu
kesatuan yang tertera dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan. Pada akhirnya, adanya suatu regulasi yang telah disepakati dan
ditetapkan secara legal formal dalam bentuk hukum namun realitanya tidak mampu
dijalankan dengan baik. Hal ini menjadi permasalahan psikologis kepatuhan para
pengendara kendaraan bermotor (Chrisharyanto, 2011).
Tidak baiknya pelaksanaan dari regulasi yang telah disusun dan disepakati
tergambar dari persentase pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara
kendaraan bermotor dalam data statistik dalam website POLRI. Pelanggaran yang
dilakukan pada rentang tahun 2016 – 2017 antara lain tidak memiliki SIM sebanyak
8,595 kasus, melanggar aturan batas kecepatan maksimum dan minimum sebanyak
2,054 kasus, mengemudi dengan tidak wajar /tanpa konsentrasi penuh sebanyak
1,724 kasus dan tidak membawa SIM sebanyak 1,525 kasus. Di kota Tangerang
Selatan, saat operasi zebra sedang dilakukan pada tahun 2017, polisi menilang 316
pengendara kendaraan bermotor, dengan pelanggaran tidak mematuhi rambu lalu
lintas, melawan arus dan muatan berlebih (detik.com, 2017).
2
Ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas dapat menyebabkan
terjadinya masalah fatal yakni terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dijelaskan bahwa
faktor manusia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu
lintas. Penyebabnya karena pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas (Enggarsasi
& Sa’diyah, 2017). Menurut Lum & Reagen (dalam Tondok, Ficky & Ayuni, 2012)
kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena salah satu dari keempat faktor tersebut
ataupun karena kombinasi dari dua faktor atau lebih. Menurut Ajun Komisaris
Besar Polisi Aldo Siahaan (tempo.co, 2017) menjelaskan secara lebih detail
tentang faktor kecelakaan karena kelalaian pengguna jalan. Setidaknya ada 10
penyebab utama kecelakaan lalu lintas karena kelalaian pengguna jalan khususnya
bagi pengemudi. a) distracted driving atau mengendarai dengan terganggu hal
lain, b) berkendara terlalu cepat, c) menerobos lampu lalu lintas, d) emosi tidak
stabil, e) perilaku melawan arus, f) berbelok tanpa melihat kondisi jalan, g)
berkendara dibawah pengaruh alkohol, h) balapan liar, i) memodifikasi kendaraan
tidak sesuai dengan aturan.
Data DEPHUB pada tahun 2016 menunjukan penyebab kecelakaan paling
tinggi dari tahun 2010 hingga 2016 adalah karena manusia yaitu sebesar 69,70%
diikuti dengan masalah pada sarana sebesar 21,21% dan Prasarana sebesar 9,09%.
Hasil penelitian yang dilakukan Lum & Reagen (dalam Tondok, Ficky & Ayuni,
2012) menunjukkan bahwa faktor kesalahan manusia secara mandiri menjadi faktor
penyebab 57% dari kecelakaan lalu-lintas yang terjadi.
Indonesia menempati peringkat ke 5 dunia sebagai negara dengan tingkat
kecelakaan lalu lintas tertinggi yaitu sebanyak 42,434 orang (WHO, 2013).
Berdasarkan data terakhir dari korlantas POLRI bulan Oktober sampai akhir bulan
3
Desember 2017 total kecelakaan mencapai 25,361 kasus dan korban meninggal
sebanyak 6,243. Kendaraan yang mengalami kecelakaan terbanyak pada periode
tahun 2016 sampai 2017 adalah sepeda motor yaitu sebanyak 32,613 kasus.
Didalam data yang di rilis oleh KORLANTAS POLRI (2019) kecelakaan
yang terjadi didominasi oleh kendaraan bermotor sebanyak 35,998 kasus. Angka
ini adalah yang paling tinggi dibandingkan jenis kendaraan lainnya yaitu sepeda
sebanya 907 kasus, mobil sebanyak 6,813 kasus, bis 495 kasus, dan truk sebanyak
3,701 kasus.
Selain kecelakaan, ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas juga
dapat menimbulkan problem lain, yaitu problem psikologis. Problem psikologis
yang terjadi akibat ketidakpatuhan pengendara terhadap peraturan lalu lintas
antaranya adalah stress, timbunya kecemasan, kemerosotan moral hingga depresi.
Hal ini dapat megurangi performa dalam diri pengemudi. Menurut Hartley dan
Hassani (1994) Stres pengemudi merupakan kumpulan dari kedua perasaan
spesifik penggerak agresi, iritasi, kecemasan, kekhawatiran, ketidaksabaran,
kekhawatiran tentang perilaku pengemudi lain, dan kekhawatiran terhadap
pengguna jalan lain yang tidak berkendara. terkait dengan kesehatan, stres
kehidupan, faktor domestik dan pekerjaan.
Menurut teori mengenai kepatuhan, definisi kepatuhan oleh Kelman (dalam
Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) adalah sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas
meskipun secara personal tidak setuju dengan permintaan tersebut. Perilaku
mematuhi peraturan lalu lintas adalah perilaku mengikuti peraturan marka dan
rambu lalu lintas, meskipun secara personal tidak setuju dengan peraturan tersebut.
4
Kepatuhan pada peraturan lalu lintas sudah menjadi bahan penelitian yang menarik
beberapa tahun terakhir seperti Penelitian kepatuhan tidak melebihi batas
kecepatan para pengendara mobil diteliti oleh (Corner dkk., 2007; Plesmacker &
Janssens, 2007; Elliot Armitage dan Baughan, 2003; Letirand & Delhomme, 2005;
Warner & Aberg, 2006), kepatuhan tidak minum-minuman keras (Armitage,
Norman & Conner, 2002) dan kepatuhan menggunakan helm (Tondok, Ficky &
Ayuni, 2012).
Penting untuk mengetahui faktor yang menyebabkan mengapa seseorang
menampilkan perilaku, salah satu teori yang popular untuk mengetahui mengapa
seseorang memunculkan suatu perilaku adalah teori planned behavior yang
dikemukakan oleh Ajzen (1985). Menurut teori planned behavior, perilaku
ditentukan oleh intensi. Intensi mengacu pada motivasi untuk melakukan suatu
perilaku dan dianggap sebagai penentu paling nyata dari perilaku (Ajzen, 1991).
Dalam model teoritik yang dikemukakan oleh Ajzen (2001) dijelaskan
bahwa intensi kepatuhan memiliki peran penting dalam menampilkan perilaku
patuh atau tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. menurut Theory of planned
behavior (TPB), perilaku adalah pilihan bebas (volutional behavior) yang
dipegaruhi oleh intensi, dan kontrol individu untuk menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku tersebut. Dalam kaitannya dengan kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas, intensi mematuhi peraturan lalu lintas merupakan motivasi
individu untuk mematuhi peraturan lalu lintas (Ajzen, 2005). Intensi dijadikan
dependent variabel karena intensi dapat mendorong seseorang untuk melakukan
suatu perilaku. Menurut Tabibi dan Pfeffer (2014) Hasil korelasi sederhana
menunjukkan bahwa intensi untuk mematuhi aturan lalu lintas secara signifikan
5
terkait dengan semua konstruksi TPB yang diperluas. Studi tentang niat untuk
melakukan perilaku mengemudi tertentu seperti melebihi batas kecepatan,
menyalip berbahaya, menerobos lampu lalu lintas atau mengemudi dalam keadaan
meminum alkohol. melaporkan bahwa antara 23% dan 47% dari varian dijelaskan
oleh model TPB yaitu, sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan perceived
behavioral control.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas dan Santoso (2007)
menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara intensi mematuhi tanda-tanda
lalu lintas dan tingkah laku melanggar tanda - tanda lalu lintas. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Elliot, Armitge dan Baughan (2003) sikap, norma subyektif,
dan kontrol yang dirasakan secara positif terkait dengan niat perilaku. Lebih penting
lagi, hasil menunjukkan bahwa TPB mampu memberikan akun yang baik dari
perilaku ngebut yang diukur secara prospektif selama periode waktu 3 bulan.
Menurut Parker dkk. (1992) pengukuran berdasarkan dari keyakinan dari sikap,
norma subjektif dan perceived behavioral control bersama menjelaskan 42.3% dari
variasi intensi untuk minum dan berkendara, 47.2 % dalam hal berkendara dengan
kecepatan tinggi, 23.4% dalam hal mengikuti orang terdekat dan 31.7 % dalam hal
mengambil hal yang berbahaya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tondok, Ficky & Ayuni, (2012)
intensi subjek untuk menampilkan perilaku patuh ataupun tidak patuh dipengaruhi
oleh tiga antesenden yaitu sikap terhadap perilaku yaitu evaluasi positif atau negatif
dari pengendara motor terhadap perilaku yang akan ditampilkan yaitu patuh
terhadap peraturan (apakah mereka berpikir tindakan itu akan menimbulkan
konsekuensi positif atau negatif). Selanjutnya adalah norma subjektif yaitu persepsi
6
pengendara sepeda motor tentang apakah orang lain terutama mereka yang
dianggap penting atau significant others akan menyetujui atau menolak jika ia patuh
ataupun tidak patuh terhadap peraturan. Dan yang terakhir adalah kontrol perilaku
yang dipersepsi (perceived behavioral control) mengarah kepada kemudahan dan
kesulitan yang dipersepsi oleh individu pengendara sepeda motor untuk
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku patuh.
Konformitas merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi perilaku.
Peneliti menemukan bahwa ada hubungan antara konformitas dan intensi. Deifinisi
konformitas dikemukakan oleh Aronson, Wilson, Akert dan Sommers (2016),
bahwa konformitas merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh
orang lain yang nyata atau dibayangkan.
Dari penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa konformitas
memiliki pengaruh terhadap ketaatan seseorang.Pada penelitian sebelumnya hanya
meneliti hubungan konformitas dengan intensi seperti penelitian Pranata dan
Indrawati (2017) yang meneliti mengenai hubungan antara konformitas teman
sebaya dengan intensi seksual pranikah pada remaja. Penelitian lain yang meneliti
hubungan konformitas dengan intensi membeli tablet PC (Putri dan Indrawati,
2012). Menurut Zhou, dkk. (2009) Secara keseluruhan, responden melaporkan
bahwa mereka akan jauh lebih mungkin untuk menyeberang jalan ketika beberapa
pejalan kaki lain menyeberang daripada ketika semua pejalan kaki lain menunggu
"Manusia Hijau". Bersama-sama, atribut sifat konformitas, yang didefinisikan
sebagai intensi seseorang (atau kemauan) untuk dipengaruhi atau dikendalikan oleh
orang lain, ditemukan memiliki pengaruh kuat pada intensi berperilaku orang.
7
Jika diambil dari kesimpulan pernyataan Zhou, dkk. (2009) yang
dihubungkan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang akan
lebih mungkin untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas apabila ada beberapa
orang yang tidak patuh, daripada ketika semua pengguna jalan mematuhi peraturan
lalu lintas.
Selain itu peneliti juga menemukan bahwa umur pengguna kendaraan
bermotor dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang. Hal ini dapat dilihat dari data
KORLANTAS POLRI mengenai kecelakaan lalu lintas pada pengguna jalan.
Peneliti mengambil data fatalitas kecelakaan dengan rentan umur 15 – 19 tahun, 20
-20 – 24 dan 25 – 29. Pada data tersebut rentang usia 15 – 19 tahun memiliki tingkat
fatalitas kecelakaan tertinggi dengan total kasus 4817 kasus dengan spesifikasi
Korban meninggal dunia sebanyak 667 kasus, korban luka berat sebanyak 314
kasus dan luka ringan sebanyak 3826 kasus. Dilanjutkan dengan rentan usia 20 –
24 tahun dengan jumlah kasus 3782 dan rentan usia 25 – 29 dengan jumlah kasus
2355. Dari data tersebut peneliti berhipotesis bahwa kepatuhan pengendara
dipengaruhi oleh umur.
Peneliti memilih pengendara motor karena kecelakaan pada pengendara
motor adalah yang tertinggi dibandingkan kendaraan lain (35.990 Kasus)
(KORLANTAS POLRI, 2019). Peneliti memilih domisili kota Tangerang Selatan
dengan alasan domisili tinggal peneliti yang berada di Kota Tangerang Selatan dan
peneliti melihat banyak pelanggaran yang terjadi di Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, peneliti meneliti lebih jauh
tentang pengaruh konformitas dan bagaimana teori planned behavior terhadap
intensi kepatuhan pengendara sepeda motor, melalui penelitian berjudul “ Pengaruh
8
Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, dan Konformitas Terhadap
Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas Pada Pengendara Motor Di Kota
Tangerang Selatan”.
1.2 Pembatasan & Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel independen, yaitu
sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, informative influence dan
normative influence terhadap intensi kepatuhan peraturan lalu lintas. adapun
pengertian tentang konsep variabel yang digunakan yaitu:
1. Intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai posisi seseorang
pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan
antara dirinya dan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas, oleh karena itu,
mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu
perilaku. (Ajzen, 1975)
2. Sikap yaitu evaluasi positif atau negatif terhadap perilaku yang akan
ditampilkan yaitu patuh terhadap peraturan lalu lintas (apakah tindakan itu
menimbulkan konsekuensi positif atau negatif). (Ajzen, 2005)
3. Norma Subjektif yaitu persepsi pengendara motor tentang orang lain terutama
mereka yang dianggap penting (significant others), akan menyetujui atau
menolak jika ia patuh ataupun tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas
(Fishbein & Ajzen, 1975)
4. Perceived behavioral control, yaitu kemudahan dan kesulitan yang dipersepsi
oleh individu pengendara sepeda motor untuk menampilkan atau tidak
9
menampilkan perilaku kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas ynag tergantuk
pada control belief dan perceived power dibawah kontrol individu itu sendiri.
(Ajzen, 2005)
5. Konformitas adalah perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain
yang nyata atau dibayangkan (Elliot, Wilson, Akert & Sommers, 2016).
6. Subjek pada penelitian ini adalah pengendara bermotor di area Tangerang
Selatan.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control dan konformitas terhadap intensi peraturan lalu lintas?
2. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi sikap terhadap kepatuhan
peraturan lalu lintas?
3. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi norma subjektif terhadap
kepatuhan peraturan lalu lintas?
4. Apakah ada pengaruh signifikan dimensi kontrol perilaku yang dipersepsi
terhadap perilaku terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas?
5. Apakah ada pengaruh informational influence terhadap kepatuhan peraturan
lalu lintas?
6. Apakah ada pengaruh normative influence terhadap kepatuhan peraturan
lalu lintas?
10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Menguji pengaruh yang signifikan sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu
lintas?Apakah ada pengaruh signifikan dimensi sikap terhadap kepatuhan
peraturan lalu lintas.
2. Menguji pengaruh signifikan dimensi norma subjektif terhadap kepatuhan
peraturan lalu lintas.
3. Menguji pengaruh signifikan dimensi kontrol perilaku yang dipersepsi
terhadap perilaku terhadap kepatuhan peraturan lalu lintas.
4. Menguji pengaruh informational influence terhadap kepatuhan peraturan lalu
lintas.
5. Menguji pengaruh normative influence terhadap kepatuhan peraturan lalu
lintas.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat bermanfaat bagi dunia psikologi untuk penelitian-
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan kepatuhan pengguna sepeda
motor terhadap peraturan lalu lintas.
11
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah
informasi mengenai pentingnya intensi kepatuhan terhadap peraturan lalu
lintas sehingga pengguna jalan dapat merasa aman dan nyaman ketika berada
dalam perjalanan atau sebagai pengguna jalan.
12
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intensi
2.1.1 Teori-teori tentang intensi
2.1.1.1 Theory of Reasoned Action
Dalam teori ini intensi dapat memprediksi perilaku, yang mana perilaku ini dibawah
kontrol kemauan. Teori reasoned action merupakan teori yang membahas tentang
anteseden penyebab dari perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri. Teori ini
berdasarkan asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk
akal, mempertimbangkan semua informasi yang ada dan secara eksplisit maupun
implisit manusia mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka. Dengan
demikian, teori ini menyebutkan bahwa intensi seseorang untuk menampilkan
perilaku atau tidak tergantung dari determinan (faktor yang menentukan) tindakan
tersebut (Ajzen, 1991).
Menurut teori ini, intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu
faktor personal dan faktor pengaruh lingkungan. Faktor personal ini merupakan
sikap dan faktor pengaruh lingkungan adalah norma subjektif. Menurut Fishbein &
Ajzen (1975) secara simbolis, rumus utama dari teori ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
B – I = (AB)w1 + (SN)w2
Pada rumus di atas , B (behavior) adalah perilaku yang akan di tampilkan. I
adalah intensi untuk terwujudnya perilaku BI, AB (Attitude) adalah sikap terhadap
13
terwujudnya perilaku B, SN (Subjective Norm) norma subjektif, dan w1 dan w2
adalah pertimbangan yang menentukan secara empiris.
Gambar 2.1
Teori Reasoned Action
2.1.1.2 Theory of Planned Behavior
Theory of planned behavior merupakan pengembangan dari teori reasoned
action. Ajzen (1991) menganggap bahwa teori sebelumnya tidak menjelaskan
mengenai perilaku yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh individu,
melainkan juga dipengaruhi oleh faktor non-motivasional yang dianggap sebagai
kesempatan atau sumber daya yang dibutuhkan agar perilaku dapat dilakukan.
Sehingga dalam teorinya, Ajzen (1985) menambahkan satu faktor penentu
(determinan) lagi, yaitu kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control), yaitu
persepsi mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku dilakukan. Oleh karena itu,
menurut theory of planned behavior, intensi dipengaruhi oleh tiga faktor penentu
yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Banyak variabel yang mungkin
Sikap
terhadap
perilaku
Norma
Subjektif
Intensi Perilaku
14
memengaruhi kepercayaan yang dipegang seseorang, seperti: umur, jenis kelamin,
etnis status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, keanggotaan,
kepribadian, suasana hati, emosi, sikap, dan nilai secara umum, intelegensi, anggota
kelompok tertentu, pengalaman masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial,
kemampuan coping dan lainnya. Seseorang tumbuh dalam lingkungan sosial yang
berbeda dan membutuhkan informasi tentang beberapa hal, informasi yang
diperoleh mendasari keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang
harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatan-
hambatan yang dapat mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan
intensi yang dimilikinya.
Gambar 2.2
Teori Planned Behavior
Sikap
terhadap
perilaku
Norma
subjektif
Percieved
behavioral
control
Intensi Perilaku
15
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori planned behavior. hal ini karena
teori planned behavior merupakan penyempurnaan dari teori sebelumnya yaitu
teori reasoned action.
2.1.2 Definisi Intensi
Pengertian intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), adalah sebagai posisi
seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup
hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan, oleh karena itu, mengarah pada
probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku.
Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional yang
memiliki dampak terhadap perilaku, merupakan indikasi seberapa keras seseorang
berusaha, seberapa banyak usaha yang dipersiapkan untuk menampilkan perilaku.
Intensi tetap menjadi sebuah disposisi sampai (pada waktu dan kesempatan yang
tepat) sebuah usaha dibuat untuk mewujudkan intensi kedalam perilaku. (Ajzen,
1991). Chaplin (1999) berpendapat bahwa intensi merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Corsini (2002) intensi adalah keputusan
bertindak dengan cara tertentu, atau doronga untuk melakukan suatu tindakan, baik
itu secara sadar atau tidak sadar.
Dalam penelitian ini, definisi atau Batasan dari intensi sesuai dengan
pendapat Fishbein dan Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa intensi adalah
sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang
mencakup hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan, oleh karena itu,
mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu
perilaku.
16
Sehingga intensi dapat diartikan sebagai kemungkinan subjektif seseorang
untuk melakukan suatu tingkah laku tertentu. Pertimbangan tingkah laku dan
konsekuensi serta kemampuan untuk mengontrol suatu perilaku di evaluasi dan
dibuat suatu keputusan apakah seseorang akan bertindak atau tidak.
2.2 Definisi Kepatuhan
Menurut Kelman (Tondok, Ficky & Ayuni, 2012) kepatuhan didefinisikan sebagai
perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara personal individu
tidak setuju dengan permintaan tersebut. Sears dan Freedman (1985) menyatakan
bahwa kepatuhan (obedience) atau ketaatan sebagai berikut: bila orang
menampilkan perilaku-perilaku tertentu karena adanya tuntutan, meskipun mereka
lebih tidak suka menampilkannya.
Patuh juga dapat diartikan sebagai disiplin. Menurut Lembaga Ketahanan
Nasional disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau
peraturan yang berlaku (Ahmadi, 2002).
2.3 Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas
2.3.1 Pengertian Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas
Intensi mematuhi peraturan lalu lintas berkaitan erat dengan keputusan mematuhi
pengguna jalan, karena digunakan untuk memprediksi kecenderungan seseorang
akan melakukan atau tidak melakukan perilaku patuh. Fishbein dan Ajzen (1975)
menjelaskan intensi sebagai kemungkinan subjektif seseorang sebelum
memunculkan perilaku, dalam penelitian ini adalah perilaku mematuhi peraturan
lalu lintas. Intensi tersebut bisa dalam jumlah yang kecil atau besar sehingga
17
dianggap sebagai probabilitas. Ajzen (1991) mengasumsikan intensi untuk
mengetahui faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku yang dalam penelitian
ini merupakan perilaku mematuhi lalu lintas peraturan lalu lintas. Intensi
merupakan indikator bagaimana seseorang ingin menampilkan perilaku patuh dan
seberapa besar usaha yang digunakan untuk menampilkan perilaku patuh terhadap
peraturan lalu lintas. Selanjutnya Ajzen (2005) menjelaskan intensi adalah
kemungkinann subjektif yang akan dilakukan oleh seseorang dan dimungkinkan
untuk terbentuknya perilaku mematuhi peraturan lalu lintas.
Di bawah kerangka kerja Theory of Planned Behavior, ditemukan bahwa
Intensi mengebut secara signifikan terkait dengan perilaku mengebut yang dinilai
oleh kecepatan yang diamati di jalan. Setelah mengendalikan variabel demografis
dan terkait mengemudi, sekitar 22% dari varians dalam kecepatan diamati
dijelaskan oleh niat (Dinh & Kubota, 2013). Intensi merefleksikan kesediaan
individu untuk mencoba melakukan suatu perilaku mematuhi peraturan lalu lintas
(Ajzen, 2006). Menurut Marselius (2012) kepatuhan merupakan bentuk perilaku
yang dilakukan secara sadar serta sepenuhnya berada dalam kontrol atau kemauan
pelaku (volutional behavior). peneliti menggunakan teori dari Ajzen karena sesuai
dengan apa yang ingin peneliti teliti yaitu intensi mematuhi peraturan lalu lintas.
Sehingga intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai
kemungkinan subjektif seseorang untuk patuh atau tidak patuh terhadap peraturan
lalu lintas. Pertimbangan tingkah laku dan konsekuensi serta kemampuan untuk
mengontrol suatu perilaku di evaluasi dan dibuat suatu keputusan apakah seseorang
akan bertindak atau tidak.
18
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Intensi Mematuhi Peraturan Lalu Lintas
Ada tiga faktor yang memengaruhi intensi menurut teori planned behavior yaitu
sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control dan konformitas. Sikap
merupakan reaksi evaluatif baik itu menguntungkan atau tidak menguntungkan
terhadap sesuatu atau seseorang (Meyrs, 2009). Norma subjektif menurut Fishbein
dan Ajzen (1975) merupakan keyakinan individu mengenai harapan orang-orang
disekitarnya yang berpengaruh (significant others) baik perorangan ataupun
kelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak. perceived behavioral
control merupakan persepsi individu terhadap kemudahan atau kesulitan
melaksanakan perilaku. Sedangkan konformitas Menurut Aronson, Wilson, Akert
& Sommers (2016), merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh
orang lain yang nyata atau dibayangkan.
2.3.3 Determinan Intensi
Determinan intensi adalah sebagai berikut menurut Ajzen (1985) adalah sebagai
berikut.
1. Sikap
2. Norma Subjektif
3. Perceived Behavioral Control
2.3.4 Pengukuran Intensi
Dalam melakukan penelitian yang menggunakan model TPB, Ajzen (dalam
Ramdhani, 2011) mengemukakan bahwa ada dua kelompok variabel yang akan
diukur, yaitu variabel perilaku dan variabel predictor. Jika kedua jenis variabel ini
masih dalam konstruk laten, maka harus didefinisikan terlebih dahulu secara
19
operasional. Definisi operasional akan memudahkan penyusuan alat pengukur
sehingga variabel laten tersebut dapat diubah menjadi variabel observasi
(Ramdhani, 2012).
Menurut Ancok (dalam Ramdhani, 2011) definisi operasional dapat disusun
paling tidak melalui tiga cara, yaitu berdasarkan teori yang diperoleh dari berbagai
literatur, mendefinisikan sendiri kemudian didiskusikan dengan para ahli dan
megumpulkan pendapat para responden mengenai variabel yang akan diukur.
Riset pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jawaban langsung dari
sampel penelitian mengenai keyakinan akan manfaat perilaku yang akan diprediksi
bagi individu, orang – orang berpengaruh dalam diri individu berkaitan dengan
perilaku tersebut, dan faktor yang memungkinkan atau tidak memungkinkan bagi
terwujudnya perilaku yang akan diprediksi. Responden riset pendahuluan ini adalah
sampel yang diambil dari populasi yang akan diteliti. (Ramdhani, 2011). Pada
penelitian ini riset pendahuluan dilakukan pada 30 pengendara sepeda motor di
Kota Tangerang Selatan. Peneliti menggunakan alat ukur tersebut dikarenakan
lebih sesuai untuk penelitian ini.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Menurut Meyrs (2009) sikap adalah reaksi yang bersifat evaluasi baik itu
menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap sesuatu atau seseorang. Ajzen
(2005) mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif
atau negatif terhadap suatu objek, orang, institusi atau peristiwa. Eagly dan Chaiken
(1993) berpendapat bahwa sikap adalah kecenderungan psikologis yang
20
diekspresikan dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan beberapa derajat
mendukung atau tidak mendukung.
Allport (1935) berpandangan bahwa sikap adalah kondisi mental dan
pikiran yang diperoleh dari pengalaman yang mengarahkan seseorang untuk
berperilaku dan secara dinamis memengaruhi respon-respon individu terhadap
semua objek dan situasi yang terkait. Hal yang sama dikemukakan oleh Dobb
(1947) bahwa sikap adalah sebuah respon implicit yang dianggap sosial yang
signifikan dalam masyarakat.
Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah kecenderungan yang
dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
objek, situasi, konsep atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah
lebih aktif dan operasional, baik dalam mekanisme terjadinya maupun intensitas
dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari
proses belajar.
Definisi diatas konsisten menempatkan sikap sebagai kecenderungan yang
menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini
diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda,
situasi dan orang.
Pendapat berbeda diajukan oleh Triandis (1971) yang menyatakan bahwa
sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya
tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi. Bila Aiken menyatakan bahwa
predisposisi itu diperoleh dari proses belajar. Triandis menyatakan bahwa ide yang
merupakan predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi.
21
Sikap yang disimpulkan berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan
dalam bentuk respon kognitif, afektif (emosi) maupun perilaku. (Katz & Stoland,
1959; Triandis, 1971). Respon evaluatif dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang
dimiliki individu terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya (Fishbein &
Ajzen, 1975).
Proses Kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi
mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman
langsung misalnya pada saat individu minum soft drink kemudian merasakan
kesegarannya atau pengalaman tidak langsung yang diperoleh dengan cara
menonton iklan soft drink yang memperlihatkan bintang iklan soft drink yang
memperlihatkan bintang iklan tersebut berubah penampilan menjadi lebih segar
setelah minum soft drink tersebut di televisi (Eagly & Chaiken, 1993).
Menurut Pelsmacker dan Janssens (2007) Sikap memiliki komponen
kognitif dan afektif, yang masing-masing memainkan peran dalam pembentukan
intensi perilaku. Selain efek yang diharapkan pada niat perilaku dari sikap umum
yang berorientasi kognitif terhadap ngebut, juga komponen sikap 'sikap afektif
terhadap batas kecepatan' memainkan peran penting, meskipun kecil.
Menjelajahi secara mendalam faktor-faktor penentu sikap, tiga keyakinan
perilaku ditemukan untuk memprediksi sikap secara signifikan, termasuk: percaya
bahwa mematuhi batas kecepatan 30 km / jam akan mengurangi risiko kecelakaan;
percaya bahwa mematuhi batas kecepatan 30 km / jam akan membuat pengemudi
merasa tidak nyaman; dan percaya bahwa melanggar batas kecepatan 30 km / jam
akan menghemat waktu pengemudi dan memungkinkan mereka untuk tiba di tujuan
22
lebih cepat. Keyakinan perilaku ini juga memiliki dampak yang signifikan dan
langsung pada niat melaju (Dinh & Kuboha, 2013)
Jadi, sikap dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Ajzen (2005) yaitu
sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif terhadap
suatu objek, orang, institusi atau peristiwa.
2.4.2 Aspek-aspek Sikap
Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat bahwa ada dua aspek dalam pembentukan
sikap yaitu:
1. Behavioral Belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang
terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan mendorong
terbentuknya sikap.
2. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif
individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang
dimilikinya.
2.4.3 Beliefs (keyakinan)
Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat bahwa dalam kerangka konseptual teori ini,
belief tentang suatu objek memberikan dasar pembentukan sikap terhadap objek,
dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fishbein dan Ajzen sikap biasanya diukur
dengan menilai belief seseorang. Oleh karena itu, belief dianggap penting dalam
pembentukan sikap.
2.4.4 Pengukuran Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) proses terbentuknya sikap terhadap perilaku
dijelaskan melalui expentancy value model. Model ini merupakan model deskriptif
23
yang menggambarkan bagaimana keyakinan yang berbeda dan evaluasi terhafap
atribut – atributnya dikombinasikan dan diintegrasikan sehingga menjadi suatu
evaluasi tentang objek.
Dalam penelitian ini peneliti membuat sendiri alat ukur dengan mengacu
pada cara pembuatan alat ukur yang dikemukakan oleh Ramdhani (2011). Peneliti
membuat sendiri alat ukur supaya lebih sesuai dengan apa yang sedang diteliti.
2.5 Norma Subjektif (Subjective norm)
2.5.1 Pengertian Norma Subjektif
Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa norma subjektif merupakan
keyakinan individu mengenai harapan orang-orang disekitarnya yang berpengaruh
(significant others) baik perorangan ataupun kelompok untuk menampilkan
perilaku tertentu atau tidak. Data mendukung dikotomisasi norma subjektif dan
norma deskriptif sehubungan dengan jenis rujukan sosial. Sejalan dengan
penelitian sebelumnya, norma subyektif yang mewakili tekanan sosial dari orang-
orang yang penting bagi pengemudi secara signifikan memprediksi niat
mempercepat (Dinh & Kubota, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas dan Santoso (2007)
menerangkan bahwa keluarga merupakan significant others paling berpengaruh
terhadap intensi mematuhi tanda-tanda lalu lintas. Feldman (1995) mendefinisikan
norma subjektif merupakan persepsi tekanan sosial yang membentuk perilaku
individu. Hogg dan Vaughan (2002) menjelaskan norma subjektif sebagai produk
dari apa yang dipersepsikan oleh individu yang menjadi keyakinan orang lain dan
orang yang signifikan menjadi papnutan tentang apa yang pantas dilakukan.
24
2.5.2 Aspek – aspek Norma subjektif
Menurut Fishbein & Ajzen (1975), norma subjektif secara umum mempunyai dua
komponen berikut:
1. Normatives beliefs. Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain
terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau
tidak. Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh atau orang lain
yang penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh panutan tersebut
apakah subjek harus melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu.
2. Motivation to Comply. Motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut.
Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongan-dorongan
yang dipersepsikan individu dari orang-orang disekitarnya (significant
others) dengan motivasi untuk mengikuti pandangan mereka (motivation to
comply) dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tersebut.
2.5.3 Pengukuran Norma Subjektif
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur norma subjektif adalah yang
dikembangan oleh Ajzen (1991) dengan menggunakan skala model Likert rentang
7 point. Dalam penelitian ini, peneliti membuat sendiri alat ukur norma subjektif
yang mengadaptasi penyusunan alat ukur dari Ramdhani (2011).
2.6 Perceived Behavioral Control
2.6.1 Pengertian Perceived Behavioral Control
Perceived Behavioral Control menurut Ajzen (2005) kemudahan atau kesulitan
melaksanakan perilaku. PBC tidak berkaitan secara langsung dengan kontrol yang
25
sebenarnya dimiliki individu tetapi lebih pada persepsi tentang pengaruh-pengaruh
yang mungkin dimiliki atau kontrol tingkah laku yang dipersepsi (perceived
behavioral control) oleh individu terhadap perilaku. Dalam mengendarai kendaraan
intensi mematuhi peraturan lalu lintas pada pengendara akan muncul ketika
membawa penumpang agar penumpang selamat (Ayuningtyas & Santoso, 2007).
Feldman (1995) mendefinisikan perceived behavioral control memiliki
kemungkinan menjadi manifestasi sebuah ide bahwa perilaku bisa menjadi sulit
untuk dilakukan dan banyak hambatan untuk menjalani perilaku tersebut. Peneliti
menggunakan definisi dari Ajzen (2005) yaitu kemudahan atau kesulitan
melaksanakan perilaku.
2.6.2 Aspek - aspek Perceived Behavioral Control
1. Control beliefs, adalah beliefs-beliefs mengenai sumber-sumber dan
kesempatan-kesempatan yang dibutuhkan (requisite resources and
opportunitties) untuk memunculkan tingkah laku.
2. Perceived power, adalah persepsi individu mengenai seberapa kuat kontrol
tersebut untuk memengaruhi dirinya dalam memunculkan tingkah laku
sehingga memudahkan atau menyulitkan pemunculan tingkah laku tersebut
2.6.3 Pengukuran Perceived Behavioral Control
Pengukuran perceived behavioral control dalam penelitian sebelumnya
dikembangkan oleh Cheng, Fu dan TU (2011). Sedangkan dalam penelitian ini alat
ukurnya dibuat sendiri oleh peneliti yang mengadaptasi cara penyusunan alat ukur
dari Ramdhani (2011)
26
2.7 Conformity (konformitas)
2.7.1 Pengertian Konformitas
Definisi konformitas menurut (Freedman, dkk, 1978) adalah perilaku seseorang
yang disebabkan karena mengikuti orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh
Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat
norma dari orang lain. Maksudnya adalah perilaku akan muncul ketika ada orang
lain yang melakukannya. Dan biasanya orang lain tersebut adalah significant other.
Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai
suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku
sesuai dengan norma sosial yang ada. Lain halnya dengan Santrock (2003),
menambahkan bahwa konformitas adalah individu meniru sikap atau tingkah laku
orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata
akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006)
dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari
individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.
Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial) berubah, maka ia
akan mengubah pola tingkah lakunya.
Konformitas dilakukan secara sukarela untuk melakukan tindakan karena
orang lain juga melakukannya (Taylor, Sears & Peplau, 2005). Sebab konformitas
bisa membawa perilaku individu dalam sebuah kelompok tanpa adanya tekanan
27
langsung, karena suka atau tidak hidup penuh dengan berbagai macam contoh
konformitas (Coon & Mitterer, 2008).
Baron & Byrne (2003) juga menjelaskan jika kecenderungan untuk
melakukan konformitas terhadap norma sosial hanya sebagian saja pada keinginan
untuk disukai dan diterima orang lain, maka akan dapat meningkatkan rasa takut
akan penolakkan. Ketika itu terjadi, maka berharaplah agar dapat menghindari dari
penolakkan, dan berpegang kuat pada apa yang dianggap dapat diterima atau pantas
dalam kelompok dengan lebih menyesuaikan diri pada norma sosial yang ada.
Menurut Aronson, Wilson, Akert & Sommers (2016), bahwa konformitas
merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata
atau dibayangkan. Konformitas bagi psikologi social dapat diartikan sebagai
perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain yang nyata atau
dibayangkan (Aarts & Dijksterhuis, 2003; Kiesler & Kiesler, 1969 dalam Aronson,
Wislon, Akert, & Sommers, 2016).
Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa konformitas kelompok adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan
sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan berusaha
memenuhi harapan dari kelompok agar diterima atau menghindari penolakan oleh
kelompoknya yang sesuai dengan norma sosial kelompoknya. Peneliti
menggunakan definisi teori dari Aronson, Wislon, Akert, & Sommers (2016) untuk
penelitian ini.
2.7.2 Aspek-Aspek Konformitas
Sears, Taylor, & Peplau (2005) dan membagi aspek konformitas menjadi dua, yaitu
28
1. Informational Social Influence (Keinginan Untuk Bertindak Benar)
Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh informasi ini
bergantung pada dua aspek situasi: sebesar-besar keyakinan pada kelompok dan
seberapa yakinkah pada penilaian sendiri. Semakin besar kepercayaan kepada
informasi dan opini kelompok, semakin mungkin untuk menyesuaikan diri dengan
kelompok itu. Ternyata memang adanya motif kepastian mengenai kebenaran akan
perilaku yang hendak ditampilkan (Sarwono & Meinarno, 2009).
Menurut Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, (2016) informational social
influence adalah mengandalkan orang lain sebagai sumber informasi untuk
membimbing perilaku. Seseorang taat karena percaya bahwa penjelasan orang lain
dari sebuah situasi yang ambigu adalah benar dan dapat membantu dalam memilih
perilaku yang sesuai.
Menurut Baron & Byrne (2003), menggunakan opini dan tindakan orang
lain sebagai panduan opini dan tindakan sendiri. Ketergantungan semacam ini, pada
nantinya, seringkali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk
melakukan konformitas. Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan
sosial dan menggunakannya sebagai pedoman bagi tindakan dan opini sendiri.
Karena hal itu didasarkan pada kecenderungan untuk bergantung pada orang lain
sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.
Pengaruh informasi sosial juga dapat diartikan mengandalkan orang lain
sebagai sumber informasi untuk mengarahkan perilaku kita. Kita menyesuaikan
karwna kita percaya bahwa interpretasi orang lain pada sebuah situasi yang ambigu
adalah benar dan bias menolong kita memilih sebuah tindakan yang sesuai.
29
2. Normative Social Influence (Keinginan Agar Disukai)
Aspek kedua konformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial, agar orang
lain bisa menerima, disukai dan memperlakukannya dengan baik. Pengaruh
normatif terjadi ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan norma
kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial.
Menurut Aronson, Wislon, Akert, & Sommers, (2016) normative social
influence adalah mengikuti apa yang dilakukan orang lain agar disukai dan
diterima; seseorang secara publik menyesuaikan diri dengan keyakinan dan
perilaku kelompok tetapi tidak selalu menerimanya secara pribadi.
2.7.3 Pengukuran Konformitas
Pengukuran konformitas dilakukan dengan cara mengkonstruk item dari dimensi
konformitas yaitu informational social influence dan normative social influence.
Dimensi informational social influence memiliki tiga aspek yaitu, ketika situasi
ambigu, ketika situasi krisis dan ketika orang lain lebih ahli (Aronson, Wislon,
Akert, & Sommers, 2016). Untuk dimensi normative social influence memiliki tiga
dimensi yaitu, ukuran kelompok, kebulatan suara kelompok dan komitmen terhadap
kelompok (Sears, Taylor, & Peplau 2009). Peneliti membuat alat ukur sendiri agar
sesuai dengan apa yang sedang diteliti.
2.8 Kerangka Berpikir
Pelanggaran lalu lintas sampai saat ini merupakan suatu fenomena sosial yang dapat
dilihat di mana pun dan kapan pun ketika sedang berada di jalan raya. Pelanggaran
lalu lintas seperti hal yang lumrah terjadi dan orang yang melanggar pun sekarang
ini seperti tidak merasa melanggar peraturan. Sebagai contoh seseorang yang
30
melanggar lampu lalu lintas atau seseorang yang belok namun tidak menggunakan
perangkat yang telah disediakan (lampu sein). Hal ini terjadi karena individu yang
melakukan merasa mendapatkan dampak yang positif seperti lebih cepat sampai
tujuan.
Bahkan hal ini dapat memengaruhi orang lain disekitarnya karena merasa
memiliki partner in-crime atau memang merasa dia terburu-buru namun merasa
insecure ketika hanya melakukan pelanggaran tersebut sendiri. Pelanggaran juga
terjadi karenna memang dorongan dari significant other, seperti ketika seseorang
sedang mengendarai motor bersama ibunya, namun ibunya menuntut untuk terburu-
buru dan tidak terlalu paham tentang peraturan lalu lintas. dan ketika lampu lalu
lintas berwarna merah dan melihat jalanan sepi, sang ibu memberikan arahan untuk
tetap melaju yang akhirnya menjadi pelanggaran lalu lintas.
Perilaku mematuhi peraturan lalu lintas diawali dengan intensi. Pada
umumnya seseorang yang memiliki intensi untuk melakukan tindakan tertentu,
maka akan lahir perilaku tertentu. Dalam hal ini munculnya perilaku mematuhi atau
tidak mematuhi peraturan lalu lintas diawali dengan sikap. Sikap yang meliputi
behavioral belief dan evaluation of behavioral belief, dapat menentukan perilaku
seseorang untuk berperilaku.
Selain sikap, norma subjektif juga memiliki hubungan dalam menentukan
intensi berperilaku. Norma subjektif yang meliputi normative belief mengenai
keyakinan individu terhadap orang lain (significant others) baik perorangan
maupun kelompok kepada individu untuk menampilkan perilaku. Yang kemudian
31
memengaruhi individu untuk menerima atau menolak menampilkan perilaku serta
seberapa keinginan untuk mengikuti pendapat tersebut (motivation to comply)
Faktor yang berpengaruh dalam membentuk intensi yaitu perceived
behavioral control. Persepsi individu mengenai kemudahan atau kesulitan yang
dihadapi oleh individu dalam menampilkan suatu perilaku, dalam hal ini adalah
menampilkan perilaku mematuhi atau tidak mematuh peraturan lau lintas. Perilaku
tersebut diasumsikan merupakan refleksi dari pengalam-pengalaman yang telah
terjadi sebelumnya serta hambatan-hambatan yang diantisipasi (control belief) dan
seberapa kuat untuk memangaruhi diri individu dalam memunculkan tingkah laku
sehingga memudahkan atau menyulitkan pemunculan tingkah laku tersebut
(perceived power).
Peran PBC dalam intensi adalah apakah orang tersebut dapat mengkontrol
perilaku yang akan dikeluarkan atau tidak, apabila menurut orang tersebut perilaku
yang akan tampilkan dapat dikontrol maka intensinya cenderung tinggi dan tinggi
pula kemungkinan untuk menampilkan perilaku tersebut. Begitupun sebaliknya,
apabila menurut orang tersebut
Selanjutnya faktor yang dapat memunculkan intensi adalah konformitas.
Konformitas dapat diartikan seseorang memunculkan sebuah perilaku karena
individu tersebut melihat orang lain melakukan perilaku tersebut. Hubungannya
dengan intensi adalah ketika seseorang yang awalnya tidka ingin melakukan
pelanggaran lalu lintas, namun ketika ada seseorang yang melanggar akhirnya
orang tersebut berniat untuk melanggar juga. Konformitas dipengaruhi dua aspek,
yaitu informational influence dan normative influence.
32
informative influence yaitu ketika seseorang ingin melakukan sesuatu
didasarkan oleh informasi-informasi yang diterima sebelumnya (stimulus). Sebagai
contoh ketika seseorang berada di keadaan terlambat masuk kuliah karena bangun
terlalu siang, lalu dihadapkan dengan lampu lalu lintas yang cukup lama, lalu orang
tersebut melihat orang lain menerobos lampu lalu lintas, maka orang tersebut
mendapat informasi bahwa menerobos merupakan jalan tercepat agar sampai
ketujuan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika seseorang yang semula
tidak ingin melakukan hal yang melanggar lalu lintas (menerobos lampu lalu lintas)
namun karena keadaanya terdesak dan ada informasi yang mengafirmasi perilaku
melanggar, maka orang tersebut akan melanggar.
Normative influence yaitu ketika seseorang ingin diterima pada suatu
kelompok tertentu. Sebagai contoh ketika seseorang mengendarai sepeda motor
Bersama sahabat dekatnya dan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Lalu
sahabatnya menyarankan untuk menerobos lampu lalu lintas. Agar dapat diterima
oleh sahabatnya maka akhirnya orang tersebut melanggar. Dari contoh ini dapat
diambil kesimpulan bahwa ketika normative social influence tinggi maka intensi
pun tinggi untuk menampilkan suatu perilaku.
Semua faktor diatas diasumsikan dapat memengaruhi psikologis seseorang,
mulai dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, konformitas, jenis
kelamin dan usia terhadap perilaku mematuhi peraturan lalu lintas. semua variabel
itu kemudian akan menjadi pertimbangan dalam diri seseorang dan akan
memengaruhi intensinya untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku
mematuhi peraturan lalu lintas.
33
Penelitian ini menjadikan pengendara sepeda motor di Kota Tangerang
Selatan sebagai subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas terhadap
intensi mematuhi peraturan lalu lintas. perilaku manusia diarahkan oleh lima
perimbangan, yaitu behavioral belief, normatives belief, control belief,
informational influence dan normative influence.
Dalam petimbangan behavioral belief menghasilkan sikap yang positif atau
negatif terhadap suatu perilaku; normatives belief menghasilkan norma subjektif;
control belief memicu keyakinan individu untuk menampilkan perilaku yang
disebut perceived behavioral control; serta informational influence dan normative
influence yang menampilkan perilaku konformitas.
34
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
1.1. Hipotesis Penelitian
behavioral belief
Evaluation of behavioral
belief
Normatives belief
Motivation to comply
Control belief
Percieved power
Informational
influence
Normatives
influence
Intensi
kepatuhan
terhadap
peraturan
lalu lintas
Sikap
Norma Subjektif
Percieved Behavioral
control
Konformitas
35
Hipotesis
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral
control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas.
H2: Ada pengaruh variabel behavioral belief terhadap intensi kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas
H3: Ada pengaruh variabel evaluation of behavioral belief terhadap intensi
kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas
H4: Ada pengaruh variabel normative beliefs terhadap intensi kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas
H5: Ada pengaruh variabel motivation to comply terhadap intensi kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas
H6: Ada pengaruh variabel control beliefs terhadap intensi kepatuhan terhadap
peraturan lintas
H7: Ada pengaruh variabel perceived power terhadap intensi kepatuhn terhadap
peraturan lalu lintas.
H8: Ada pengaruh variabel informational influence terhadap intensi kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas
H9: Ada pengaruh variabel normatives influence terhadap intensi kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas
36
HO1: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu
lintas.
H02: Tidak ada pengaruh variabel behavioral belief terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
H03: Tidak ada pengaruh variabel evaluation of behavioral belief terhadap intensi
mematuhi peraturan lalu lintas.
H04: Tidak ada pengaruh variabel normatives belief terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
H05: Tidak ada pengaruh variabel motivation to comply terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
H06: Tidak ada pengaruh variabel control belief terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
H07: Tidak ada pengaruh variabel perceived power terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
H08: Tidak ada Pengaruh variabel informational influence terhadap intensi
mematuhi peraturan lalu lintas.
H09: Tidak ada pengaruh variabel normatives influence terhadap intensi mematuhi
peraturan lalu lintas.
37
3 BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dan penjelasan mengenai
pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, variabel
penelitian, definisi konseptual dan operasional, pengumpulan data, tahap
penyusunan instrumen, tahap pengujian instrumen, prosedur penelitian teknik
analisis data. Penjelasan masing masing sub bab sebagai berikut:
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang akan
dihasilkan adalah data kuantitatif yaitu berupa angka-angka yang akan dianalisis
dan hasilnya dijelaskan secara deskriptif mengenai hubungan antar variabel yang
akan diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan tujuan peneliti pada penelitian ini, yaitu
untuk mendapat informasi mengenai pengaruh sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control dan konformitas terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas.
3.1.1 Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah masyarakat di Kota Tangerang Selatan
yang mengendarai sepeda motor. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
sampel sebanyak 198 orang.
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan subjek yang akan diikutsertakan
adalah subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Masyarakat di Kota Tangerang Selatan yang mengendarai motor
38
2. Umur 17 – 65 . Alasan peneliti memilih umur tersebut karena di umur tersebut
adalah umur yang peneliti lihat sudah mulai menggunakan sepeda motor
dengan intens.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling. Pada
teknik ini tidak semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Anggota populasi yang terpilih menjadi sampel disebabkan
karena kebetulan bertemu dan bersedia. Dalam penelitian ini responden dipilih
berdasarkan domisili tinggal dan harus memiliki atau mengendarai motor. data
diambil dengan menggunakan aplikasi google form. untuk sampel yang didapat dan
diolah sebanyak 198 responden
3.2 Variabel Penelitian
Dependent variabel dalam penelitian ini adalah intensi kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas. sedangkan independent variabel dari penelitian ini ada empat
yaitu sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan konformitas.
3.2.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel
bebas.
Variabel-variabel yang akan diteliti yaitu:
1. Dependent Variabel (DV): Intensi
2. Independent Variabel (IV): sikap (behavioral belief dan evaluation of
behavioral belief), norma subjektif (normative belief dan motivation to
comply), perceived behavioral control (control belief dan perceived
39
power) dan konformitas (informational social influence dan normative
social influence).
Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Intensi mematuhi peraturan lalu lintas dapat diartikan sebagai posisi seseorang
pada sebuah dimensi probabilitas yang subjektif yang mencakup hubungan
antara dirinya dan perilaku mematuhi peraturan lalu lintas, oleh karena itu,
mengarah pada probabilitas subjektif seseorang yang akan membentuk suatu
perilaku. (Ajzen, 1975). Intensi diukur dengan skala intensi yang dibuat sendiri
oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju,
tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju). Dalam hal ini dimensi yang
diukur adalah sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control.
2. Sikap sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif
terhadap suatu objek, orang. Sikap diukur dengan skala sikap yang didapat dari
hasil elisitas oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat
tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju). Dalam hal ini
dimensi yang diukur adalah behavioral belief dan evaluation of behavioral
belief.
3. norma subjektif merupakan keyakinan individu mengenai harapan orang-orang
disekitarnya yang berpengaruh (significant others) baik perorangan ataupun
kelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak. Norma subjektif
diukur dengan skala norma subjektif yang didapat dari hasil elisitas oleh
peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak
setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju) dalam hal ini diimensi yang diukur
dalam penelitian ini adalah normatives belief dan motivation to comply.
40
4. Perceived Behavioral Control adalah kemudahan atau kesulitan melaksanakan
perilaku. PBC tidak berkaitan secara langsung dengan kontrol yang sebenarnya
dimiliki individu tetapi lebih pada persepsi tentang pengaruh-pengaruh yang
mungkin dimiliki atau kontrol tingkah laku yang dipersepsi (perceived
behavioral control) oleh individu terhadap perilaku. Perceived Behavioral
Control diukur dengan skala Perceived Behavioral Control yang didapat dari
hasil elisitas oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat
tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju). Dalam
penelitian ini dimensi yang diukur adalah control belief dan perceived power.
5. konformitas merupakan Perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang
lain yang nyata atau dibayangkan. Konformitas bagi psikologi social dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku seseorang karena pengaruh orang lain
yang nyata atau dibayangkan. komformitas diukur dengan skala konformitas
yang dibuat sendiri oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert
(sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju).
Dimensi yang diukur dalam penelitian ini adalah informational social influence
dan normatives social influence
3.3 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, sebelum membuat item peneliti terlebih dahulu melakukan
riset pendahuluan. Riset pendahuuan tersebut dimaksudkan untuk membuat item
TPB. Responden riset pendahuluan ini adalah sampel yang diambil dari populasi
yang akan diteliti. Misalnya, pada saat peneliti melakukan riset mengenai faktor
psikologis yang memengaruhi intensi pengendara motor dalam menampilkan
41
perilaku mematuhi peraturan lalu lintas di Kota Tangerang Selatan, responden
untuk studi pendahuluan adalah 30 pengendara motor di Kota Tangerang Selatan.
Dalam riset pendahuluan, peneliti membuat masing masing tiga soal yang
berkaitan dengan belief, norma subjektif dan perceived behavioral control lalu
menyebarkan kepada 30 responden dengan cara random sampling. Setelah
mendapatkan 30 responden peneliti mencari salient belief. Mencari sailent belief
bertujuan untuk menemukan sekelompok keyakinan yang menonjol berkaitan
dengan perilaku yang akan diprediksi (Ramadhani, 2011). Dari studi pendahuluan
ini akan menemukan beberapa kata yang akan dijadikan acuan untuk membuat item
untuk determinan intensi, yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Untuk
variabel intensi akan menggunakan indikator yang mengacu pada determinannya
yaitu sikap, norma subjektif dan control perilaku itu sendiri.
Setelah menentukan sailent belief dari masing-masing variabel, peneliti
menentukan dari jawaban-jawaban responden pada riset pendahuluan. Jawaban
yang sekiranya sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Hasil dari riset pendahuluan
dapat dilihat pada tabel 3.1
42
Tabel 3.1
Hasil riset pendahuluan
Attitude Towards Behavior Normatives
Belief
Perceived Behavioral Belief
Behavior
Belief
Evaluation of
BB Keuntungan Kerugian
Taat Diri Sendiri Keselamatan Sukar
Disiplin Orang tua
Kelancaran
jalan
Membuang
waktu
wajib Adik Tertib
baik
pengguna
jalan
Tidak di
tilang
tilang teman
peraturan polisi
rambu-
rambu
macet
tertib
wajar
Dalam studi pendahuluan ini peneliti mendapatkan beberapa kata dari pernyataan
responden yang menggambarkan apa yang responden ketahui mengenai penelitian
ini. Hasilnya terlihat pada tabel 3.1. Langkah selanjutnya peneliti mensortir dari
beberapa kata diatas, mana yang paling sesuai untuk mengukur kepatuhan pada
peraturan lalu lintas.setelah mensortir hasil studi pendahuluan hasilnya akan seperti
di Tabel 3.2 di bawah ini:
43
Tabel 3.2
Hasil sortir studi pendahuluan
Attitude Towards Behavior Normatives
Belief
Perceived Behavioral Belief
Behavior
Belief
Evaluation of
BB Keuntungan Kerugian
Taat Diri Sendiri Keselamatan Sukar
Disiplin Orang tua
Kelancaran
jalan
Membuang
waktu
wajib Adik Tertib
baik
pengguna
jalan
Tidak di
tilang
tilang teman
macet polisi
tertib
wajar
Selanjutnya peneliti melakukan langkah berikutnya yaitu sebagai berikut:
1. Untuk skala sikap dalam mengkonstruk item peneliti memperhatikan kata
apa saja yang keluar dari responden yang telah mengisi pertanyaan singkat.
Jawaban tersebut mewakili dimensi behavioral belief.
2. Setelah peneliti membuat item untuk behavioral belief peneliti
mengevaluasi respon responden pada behavioral belief dan hasil evaluasi
tersebut mewakili dimensi evaluation of behavioral belief.
3. Langkah selanjutnya melihat respon dari responden mengenai norma
subjektif. Dari hal ini peneliti akan mengetahui siapa saja yang menjadi
significant others dan mengkonstuk item dari hal tersebut. Item ini akan
mewakili dimensi normative belief.
4. Setelah itu kami membuat item lagi untuk melihat kecenderungan menurut
pada significant others. Item ini mewakili dimensi motivation to comply.
44
5. Setelah itu peneliti melihat respon untuk kontrol perilaku dimana peneliti
melihat respon dari responden. Lalu mengelompokan apakah itu termasuk
kemudahan dalam berperilaku atau kerugian dalam berperilaku.
6. Setelah peneliti mengelompokan barulah peneliti membuat item untuk
TPB
Untuk item intensi peneliti membuat item dari 3 pwngukur intensi yaitu sikap,
norma subjektif dan control perilaku, sedangkan konformitas peneliti membuat
item dari mengkonstruk faktor-faktor yang ada pada penelitian sebelumnya.
3.4 Instrumen dan Cara Skoring
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa skala likert dan memiliki
9 skala yakni dua skala sikap, dua skala norma subjetif, dua skala perceived
behavioral control, dua skala konformitas dan satu skala intensi mematuhi
peraturan lalu lintas yang digabung menjadi sebuah kuesioner. Untuk model skala
peneliti menggunakan model skala likert, dimana variabel penelitian dijadikan
sebagai titik tolak penyusunan item-item instrument. Jawaban dari setiap
instrument ini terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, “Sangat Setuju” (SS),
“Setuju” (S), “Agak Setuju” (AS), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju”
(STS). Model ini terdiri dari pernyataan yang mendukung aspek (favourable) dan
pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Adapun penskoran dapat dilihat
di tabel 3.3
45
Tabel 3.3
Proporsi Nilai Skala
Pilihan Pernyataan
Favourable Unfavourable
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Agak Setuju 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari Sembilan alat ukur
tersebut adalah:
1. Skala Sikap
Tabel 3.4
Blueprint Skala Sikap
No. Dimensi Indikator No. item
Favourable Unfavourable
1 Behavioral
Belief
1. Taat pada peraturan
lalulintas
2. Disiplin
3. Wajib
4. Tertib & Tidak Macet
5. Wajar
9, 10, 11,
12, 13
2 Evaluation
of
Behavioral
Belief
1. Pentingnya Berkendara
dengan aman adalah hal
yang penting
2. Pentingnya Terhindar
dari bahaya dan tilang
3. Pentingnya Berkendara
sesuai kewajiban
4. Pentingnya Jalan tertib
dan tidak macet
5. Pentingnya
Mengendarai motor
dengan wajar
14, 15, 16,
17, 18
46
2. Skala Norma Subjektif
Tabel 3.5
Blueprint Skala Norma Subjektif
No. Dimensi Indikator No. item
Favourable Unfavourable
1 Normatives
Belief
1. Teman
2. Orang Tua
3. Pengguna jalan lain
4. Saudara
5. Polisi
19, 20, 21,
22, 23
2 Motivation
to comply
1. Memperhatikan
perkataan teman
2. Memperhatikan
perkataan orang tua
3. Memeperhatikan
perkataan\
4. Memperhatikan
perkataan/ perilaku
pengguna jalan lain
5. Memperhatikan
keberadaan polisi
24, 25, 26,
27, 28
3. Skala Perceived Behavioral Control
Tabel 3.6
Blueprint Skala Perceived Behavioral Control
No. Dimensi Indikator No. item
Favourable Unfavourable
1 Control
Belief
1. Peraturan lalu lintas
nembuat lebih lama
ke tujuan
2. Kesulitan dalam
mengikuti aturan
lalulintas 6,7,8 4,5
2 Perceived
power
1. Keselamatan dijalan
2. Ketertiban yang
memicu kelancaran
3. tilang
47
4. Skala Konformitas
Tabel 3.7
Blueprint Skala konformitas
No. Dimensi Indikator No. item
Favourable Unfavourable
1 Informative
social
influence
1. Situasi
Ambigu
2. Situasi Gawat
3. Orang yang
lebih ahli
29,31,32,33,35,36 30,34,37
2 Normative
social
influence
1. Besar
kelompok
2. Kebulatan
suara
kelompok
3. Komitmen
4. Keinginan
untuk tidak
bergantung
38,39,41,42,44,45,
46,47,48 40,43,49
5. Skala intensi
Tabel 3.8
Blueprint Skala Intensi
No. Dimensi Indikator No. item
Favourable Unfavourable
1 Attitude
Toward
Behavior
1. Keinginan untuk
menggunakan
1,2 3 2 Subjective
Norms
1. Merasa aman ketika
patuh
3
Perceived
Behavioral
Control
1. Memeriksa
kelengkapan dan
kondisi
48
3.5 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan CFA
(Confirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan software LISREL (Linear
Structural Relationship). Adapun logika dari CFA (Umar, 2011):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma ( ∑ ), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau
bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chisquare. Jika hasil chisquare tidak signifikan p > 0,05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika
hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
49
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian dikeluarkan
dan sebaliknya.
6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif,
maka item tersebut harus dikeluarkan. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat
item, yang bersifat positif (favorable)
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Attitude Towards Behavior
3.5.1.1 Uji Validitas Konstruk Behavioral Belief
Peneliti menguji 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut
benar-benar hanya mengukur behavioral belief. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan modifikasi
sebanyak 2 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara
item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 2.31, df = 3, P-value =
0.50986, RMSEA = 0.000. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu behavioral belief .
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran behavioral belief
disajikan dalam Tabel 3.9
50
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Behavioral Belief
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.96 0.06 15.46 Valid
Item 2 0.80 0.06 12.82 Valid
Item 3 0.76 0.06 12.06 Valid
Item 4 0.59 0.07 8.64 Valid
Item 5 0.47 0.07 6.59 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score.
3.5.1.2 Uji Validitas Konstruk Evaluation Of Behavioral Belief
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar benar hanya mengukur evaluation of behavioral belief. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali dengan membebaskan korelasi
kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square
= 4.34, df = 3, P-value = 0.22690, RMSEA = 0.048. artinya, model satu faktor dapat
diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
evaluation of behavioral belief .
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran evaluation of
behavioral belief disajikan dalam Tabel 3.10
51
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Evaluation of Behavioral Belief
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.77 0.06 12.04 Valid
Item 2 0.71 0.07 10.74 Valid
Item 3 0.87 0.06 14.24 Valid
Item 4 0.70 0.07 10.61 Valid
Item 5 0.73 0.07 10.95 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96).
artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score.
3.5.2 Uji Validitas Konstruk Subjective Norms
3.5.2.1 Uji Validitas Konstruk Normatives belief
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar benar hanya mengukur normatives belief. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 5.34, df = 4, P-value
= 0.25384, RMSEA = 0.041. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Normatives belief .
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran normatives belief
disajikan dalam Tabel 3.11
52
Tabel 3.11
Muatan Faktor Normatives Belief
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.78 0.06 12.59 Valid
Item 2 0.77 0.06 11.93 Valid
Item 3 0.77 0.06 12.02 Valid
Item 4 0.87 0.06 14.76 Valid
Item 5 0.32 0.07 4.46 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score.
3.5.2.2 Uji Validitas Konstruk motivation to comply
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar benar hanya mengukur motivation to comply. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 6.04, df = 4, P-value
= 0.19603, RMSEA = 0.051. artinya, model satu faktor dapat diterima, bahwasanya
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu motivation to comply.
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran motivation to
comply disajikan dalam Tabel 3.12
53
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Motivation to Comply
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.80 0.06 13.05 Valid
Item 2 0.82 0.06 13.40 Valid
Item 3 0.88 0.06 14.87 Valid
Item 4 0.62 0.07 8.92 Valid
Item 5 0.52 0.07 7.52 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96). artinya, seluruh item tersebut akan masuk kedalam analisis factor score.
3.5.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar benar hanya mengukur perceived behavioral control. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali dengan membebaskan korelasi kesalahan
pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square = 9.24, df
= 4, P-value = 0.05531, RMSEA = 0.082. artinya, model satu faktor dapat diterima,
bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived
behavioral control.
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran perceived
behavioral control disajikan dalam Tabel 3.13
54
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.12 0.08 1.60 Tidak Valid
Item 2 0.49 0.07 6.72 Valid
Item 3 0.75 0.07 10.13 Valid
Item 4 0.91 0.07 12.18 Valid
Item 5 0.23 0.08 3.02 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 4 item signifikan (t > 1.96) dan
1 item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 1. Dengan begitu item
nomor 1 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk kedalam analisis
dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang signifikan seluruhnya
sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah bersifat favourable.
Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop.
3.5.4 Uji Validitas Konstruk Conformity
3.5.4.1 Uji Validitas Konstruk Informational social influence
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar benar hanya mengukur informational social influence. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 7 kali dengan membebaskan korelasi
kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square
= 29.72, df = 20, P-value = 0.07457, RMSEA = 0.050. artinya, model satu faktor
dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
informational social influence.
55
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran informational
social influence disajikan dalam Tabel 3.14
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Informational Social Influence
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.44 0.08 5.69 Valid
Item 2 -0.07 0.08 -0.86 Tidak Valid
Item 3 0.77 0.08 10.16 Valid
Item 4 0.72 0.08 9.54 Valid
Item 5 0.57 0.08 7.10 Valid
Item 6 -0.10 0.08 -1.22 Tidak Valid
Item 7 0.49 0.08 6.38 Valid
Item 8 0.41 0.08 5.32 Valid
Item 9 0.24 0.08 2.92 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 7 item signifikan (t > 1.96) dan
2 item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 2 dan 6. Dengan begitu
item nomor 2 dan 6 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk
kedalam analisis dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang
signifikan seluruhnya sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya
koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah
bersifat favourable. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop.
56
3.5.4.2 Uji Validitas Konstruk normatives social influence
Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar benar hanya mengukur normatives social influencel. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan denga model satu faktor, model tersebut fit
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 20 kali dengan membebaskan korelasi
kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, dengan nilai Chi-square
= 46.05, df = 33, P-value = 0.06522, RMSEA = 0.045. artinya, model satu faktor
dapat diterima, bahwasanya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
normatives social influencel.
Selanjutnya , melihat signifikan atau tidak nya item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang atau
tidak. Di sini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t> 1.96 artinya item tersebut signifikan (valid) dan begitu
juga sebaliknya. Koefisen muatan faktor untuk item pengukuran normatives social
influencel disajikan dalam Tabel 3.15
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Normatives Social Influence
No. Item Koefisien Std. Error Nilai-t Keterangan
Item 1 0.44 0.08 5.69 Valid
Item 2 -0.07 0.08 -0.86 Tidak Valid
Item 3 0.77 0.08 10.16 Valid
Item 4 0.72 0.08 9.54 Valid
Item 5 0.57 0.08 7.10 Valid
Item 6 -0.10 0.08 -1.22 Tidak Valid
Item 7 0.49 0.08 6.38 Valid
Item 8 0.41 0.08 5.32 Valid
Item 9 0.24 0.08 2.92 Valid
Keterangan: valid = signifikan (t >1.96); tidak valid – tidak signifikan ( t < 1.96)
57
Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat 7 item signifikan (t > 1.96) dan 2 item
yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 2 dan 6. Dengan begitu item
nomor 2 dan 6 akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk kedalam
analisis dalam perhitungan factor score. Sedangkan item-item yang signifikan
seluruhnya sudah memiliki koefisien yang bermuatan positif. Artinya koefisien
muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya sudah bersifat
favourable. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di-drop
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh dari sekumpulan variabel independent terhadap variabel dependen.
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Keterangan:
Y = Intensi
a = konstanta / intercept
b = koefisien regresi
X1 = behavioural belief dari intensi
X2 = evaluation of behavioural belief dari Intensi
X3 = normatives belief dari Intensi
X4 = motivation to comply dari Intensi
X5 = perceived behavioural control dari Intensi
X6 = informational social influence dari Intensi
X7 = normative social influence dari Intensi
e = residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan di atas adalah hasil dari pengukuran
yang sudah ditransformasikan kedalam true score. Dalam hal ini, true score adalah
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e
58
faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS menggunakan item yang
valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien regresi tidak mengalami atenuasi
atau underestimate (koefisien regresi yang terhitung lebih rendah dari yang
seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians intensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh dependent variabel yang bias diukur dengan
rumus R2, dimana:
𝑅2 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=
𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
Adapun jika R2 signifikan (P<0.05) maka proporsi varians Y yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor (sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan konformitas) secara
keseluruhan adalah signifikan.
Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji bariabel mana dari
ke 4 variabel independent tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti menguji
signifikan atau tidaknya koeifisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki skor t >
1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan, sebaliknya
apabila t < 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam taraf
signifikan 0,05 atau 5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi
yaitu:
1. R² yang menunjukkan proporsi varians dari variabel dependen yang bisa
diterangkan oleh variabel independen.
59
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing
koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang
signifikan dari variabel independen yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel independen
diketahui.
4. Sumbangan varian dari masing-masing dimensi variabel independen
yaitu sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan konformitas dalam
mempengaruhi penerimaan diri.
3.7 Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berikut :
1. Peneliti melihat apa saja fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat yang
sekiranya menarik untuk dijadikan latar belakang penelitian.
2. Peneliti mulai merumuskan masalah yang akan diteliti dari fenomena yang
sudah dipilih untuk menjadi topik penelitian.
3. Kemudian peneliti melakukan studi pustaka untuk menentukan konstruk apa
yang sesuai dengan fenomena yang dipilih sebagai topik penelitian, serta
melihat masalah yang telah dirumuskan dari sudut pandang teoritis agar dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
4. Menentukan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian dengan
memperluas studi pustaka mengenai apa saja faktor-faktor pembentuk
variabel utama.
5. Menentukan judul, rumusan penelitian, menentukan teori apa yang akan
digunakan dalam penelitian.
60
6. Setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan untuk landasan teori, peneliti
menyiapkan instrumen penelitian yang sejalan dengan teori yang digunakan.
Selanjutnya, peneliti menentukan populasi dan sampel, teknik pengambilan
sampel, dan pengumpulan data yang akan digunakan.
7. Mengajukan persetujuan kepada pembimbing mengenai alat ukur yang akan
digunakan.
8. Mengajukan proposal penelitian dan surat izin penelitian.
9. Membuat salinan instrumen penelitian yang sudah disetujui pembimbing dan
menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan data seperti
pulpen dan reward untuk responden.
10. Mengambil data di lapangan setelah sebelumnya memperoleh izin penelitian
dari fakultas.
11. Setelah data yang dibutuhkan telah didapat, peneliti melakukan pengolahan data
dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas.
12. Membahas secara tertulis hasil dari uji validitas dan reliabilitas yang telah
dilakukan sebelumnya lalu membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian.
61
4 BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut
meliputi gambaran umum subjek penelitian, deskriptif statistic variabel penelitian,
kategorisasi skor variabel penelitian dan hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini merupakan 198 orang yang mengendarai sepeda motor di
kota Tangerang Selatan. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Kategori Frekuensi Persentase
Jenis kelamin :
Laki-laki 144 72,7 %
Perempuan 54 27,3 %
Usia :
15 – 25 155 78.28 %
26 – 35 23 11.62 %
36 – 45 16 8.08 %
46 – 55 4 2.02%
Tingkat pendidikan :
SMP/MTs 3 1.52 %
SMA/SMK 97 48.99 %
D3 7 3.54 %
S1/D4 87 43.94 %
S2 3 1.52 %
S3 1 0.51 %
Domisili tempat tinggal:
Setu 79 39.90 %
Serpong 39 19.70 %
Serpong Utara 5 2.53 %
Pamulang 33 16.67 %
Ciputat 13 6.57 %
Ciputat Timur 22 11.11 %
Pondok Aren 7 3.54 %
62
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran subjek penelitian terdiri dari pria sebanyak
144 orang (72,7%) dan wanita sebanyak 54 orang (27.3%). Frekuensi umur
responden antara 15 – 55 tahun. Untuk tingkat Pendidikan responden juga
berangam dari tingkat SMP hingga S3.
Selain itu peneliti juga menanyakan beberapa hal mengenai kepemilikan SIM dan
pengalaman berkendara. Jawabannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Sebaran kepemilikan SIM
Kepemilikan SIM Jumlah Responden Persentase
Memiliki SIM 156 78.8%
Tidak Memiliki SIM 42 21.2%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 198 responden, responden yang memiliki
SIM sebanyak 156 orang (78.8%) dan yang tidak memiliki SIM 42 orang (21.2%).
Tabel 4.3
Pengalaman ditilang
Pengalaman ditilang Jumlah Responden Persentase
<3 kali 93 47 %
4 – 9 Kali 16 8.1 %
>9 kali 1 0.5 %
Tidak Pernah 88 44.4 %
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang ditilang < 3 kali
sebanyak 93 orang (47%), ditilang 4 – 9 kali sebanyak 16 orang (8.1%), > 9 kali
sebanyak 1 orang (0.5%) dan yang tidak pernah ditilang sebanyak 88 orang
(44.4%).
63
Tabel 4.4
Pengalaman Kecelakaan
Pengalaman Kecelakaan Jumlah Responden Persentase
Pernah kecelakaan 79 39.9%
Tidak pernah kecelakaan 119 60.1%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah mengalami
kecelakaan sebanyak 79 orang atau 39.9% dari keseluruhan responden. Sedangkan
responden yang tidak pernah mengalami kecelakaan sebanyak 119 orang atau
60.2% dari total responden.
Tabel 4.5
Pengalaman Melanggar Peraturan Lalu lintas
Pengalaman Melanggar Jumlah Responden Persentase
Pernah Melanggar 125 63.1 %
Tidak Pernah Melanggar 73 36.9 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah melanggar
peraturan lalu lintas sebanyak 125 orang atau 63.1% dari keseluruhan responden.
Sedangkan responden yang tidak pernah melanggar peraturan lalu lintas sebanyak
73 orang atau 36.9% dari total responden.
4.2 Analisi Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum, mean
dan standar deviasi dari setiap variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada Tabel
4.6
64
Tabel 4.6
Analisis Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
intensi 198 18.33 66.85 50.0000 10.00000
Perceived behavioral control 198 18.37 67.54 50.0000 10.00000
behavioral belief 198 -3.56 64.07 50.0000 10.00000
Evaluation of behavioral belief 198 -13.74 62.34 50.0000 10.00000
Normatives belief 198 18.71 66.31 50.0000 10.00000
Motivation to comply 198 13.29 69.97 50.0000 10.00000
Informational influence 198 21.49 77.61 50.0000 10.00000
Normatives influence 198 14.76 76.66 50.0000 10.00000
Valid N (listwise) 198
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat dari kolom minimum diketahui variabel
evaluation of behavioral belief memiliki nilai terendah dengan nilai -13.74.
sementara itu berdasarkan kolom maksimum diketahui variabel informational
social influence memiliki nilai tertinggi dengan nilai 69.86.
4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Adapun norma kategoriasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.
Tabel 4.7
Norma Skor Kategorisasi
Setelah norma kategorisasi didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan perolehan nilai
persentase kategorisasi untuk variabel intensi, behavioral belief, evaluation of
behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, PBC, informational
social influence, normatives social influence. Perolehan nilai persentase
kategorisasi akan dijelaskan pada tabel 4.4 berikut:
Norma Interpretasi
X > Mean Tinggi
X < Mean Rendah
65
Tabel 4.8
Skor Kategorisasi
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Uji Regresi Berganda
Pada tahapan ini menguji hipotesis penelitian dengan Teknik analisis regresi
berganda yang perhitungannya menggunakan software SPSS 25. Ada tiga hal yang
perlu diperhatian dalam analisis regresi, pertama adalah besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians pada Dependent Variabel yang dijelaskan
oleh Independent Variabel, kedua adalah apakah Independent Variabel
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variabel, dan yang ketiga adalah
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent
variabel. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis besaran R- square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada Dependent Variabel yang
dijelaskan oleh Independent Variabel. Untuk tabel R square bias dilihat sebagai
berikut.
Frekuensi
Variabel Rendah Tinggi
Intensi 87 (43.9 %) 111 (56.1 %)
PBC 115 (58.1 %) 83 (41.9 %)
Behavioral belief 95 (48.0 %) 103 (52.0 %)
Evaluation of behavioural belief 85 (42.9 %) 113 (57.1 %)
Normative belief 106 (53.5 %) 92 (46.5 %)
Motivation to comply 76 (38.4 %) 122 (61.6 %)
Informational social influnce 100 (50.5 %) 98 (49.5 %)
Normatives social influence 100 (50.5 %) 98 (49.5 %)
66
Tabel 4.9
Tabel R square
a. Predictors: (constant), normative social influence, pbc, motivation to comply, evaluation of
behavioral belief, informational social influence, normatives belief, behavioural belief
Berdasarkan tabel R square, dapat dilihat R square yang didapat sebesar
0.274 atau 27.4 %. Artinya 27.4% bervariasinya variabel dependen yaitu intensi
disebabkan oleh normative social influence, pbc, motivation to comply. Evaluation
of behavioral belief,informational social influence, normatives belief, dan
behavioral belief. Sedangkan sisanya yaitu 72.6% bervariasinya variabel dependen
intensi disebabkan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah ke dua menganalisis dampak dari seluruh variabel independent
terhadap intensi. Adapun hasil uji F dapat dilkihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Anova Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5394.973 7 770.710 10.237 .000b
Residual 14305.027 190 75.290
Total 19700.000 197
a. Dependent Variabel: Intensi
b. Predictors: (Constant), Perceived behavioral control, behavioural belief,
evaluation of behavioural belief, normatives belief, motivation to comply,
informational social influence, normatives social influence
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom paling
kanan adalah 0.000 atau p = 0.000 dengan nilai p kurang dari 0.05 (p < 0.05).
Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .523a .274 .247 8.67696
67
signifikan seluruh variabel independen (behavioral belief, evaluation of behavioral
belief, normatives belief, motivation to comply, perceived behavioral control,
informational social influence dan normatives social influence ditolak. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan variabel behavioral belief, evaluation of
behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, perceived behavioral
control, informational social influence dan normatives social influence terhadap
intensi.
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independen variabel. Jika Sig. kurang dari 0.05 (Sig. < 0.05) atau nilai t lebih besar
dari 1.96 (t > 1.96) maka koefisien tersebut signifikan yang berarti bahwa variabel
independen tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap penerimaan diri.
Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 28.332 5.344 5.302 .000
Perceived
behavioural
control
.266 .080 .266 3.330 .001
Behavioural
belief
.208 .104 .208 2.004 .046
Evaluation of
behavioral
belief
.040 .095 .040 .416 .678
Normatives
belief
.100 .083 .100 1.212 .227
Motivation to
comply
.002 .073 .002 .025 .980
Inform inf -.108 .073 -.108 -1.469 .144
Norms inf -.074 .069 -.074 -1.083 .280
a. Dependent Variabel: intensi
68
Dalam kolom sig pada tabel koefisien regresi diatas, terlihat bahwa hanya variabel
perceived behavioral control dan behavioral belief yang memiliki nilai Sig. < 0.05
(t > 1.96). Artinya dua variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel intensi. Sedangkan variabel lainnya memiliki Sig. > 0.05 (t < 1.96) yang
artinya variabel-variabel lainnya tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
intensi. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
independent variabel sebagai berikut:
1. Perceived behavioral control
Variabel perceived behavioral control memiliki koefisien regresi sebesar 0.266
dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 (Sig. < 0.05). hasil ini menunjukan
bahwa perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intensi.
Koefisien tersebut menunjukan tanda positif, artinya semakin tinggi dalam
meyakini perilaku maka akan semakin tinggi pula intensinya. Begitu juga
sebaliknya apabila koefisien menunjukan tanda negatif, artinya semakin rendah
perceived behavioral control, maka semakin rendah intensinya.
2. Behavioral belief
Variabel behavioral belief memiliki koefisien regresi sebesar 0.208 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.046 (Sig. < 0.05). hasil ini menunjukan bahwa
behavioral belief berpengaruh signifikan terhadap intensi. Koefisien tersebut
menunjukan tanda positif, artinya semakin tinggi dalam meyakini perilaku
maka akan semakin tinggi pula intensinya. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah dalam meyakini perilaku maka akan semakin rendah pula intensinya.
69
3. Evaluation of behavioral belief
Variabel evaluation of behavioral belief memiliki koefisien regresi sebesar
0.040 dengan nilai signifikansi sebesar 0.678 (Sig. > 0.05). hasil ini
menunjukan bahwa evaluation of behavioral belief tidak berpengaruh
signifikan terhadap intensi. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai signifikansi
ada di < 0.05 maka evaluation of behavioral belief berpengaruh terhadap
intensi.
4. Normatives belief
Variabel normatives belief memiliki koefisien regresi sebesar 0.100 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.227 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa
normatives belief tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi. Begitu juga
sebaliknya, apabila nilai signifikansi ada di < 0.05 maka normatives belief
berpengaruh terhadap intensi.
5. Motivation to comply
Variabel motivation to comply memiliki koefisien regresi sebesar 0.002 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.980 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan bahwa
motivation to comply tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi.
6. Informational social influence
Variabel informational social influence memiliki koefisien regresi sebesar -
0.108 dengan nilai signifikansi sebesar 0.144 (Sig. > 0.05). hasil ini
menunjukan bahwa informational social influence tidak berpengaruh
signifikan terhadap intensi.
7. Normatives social influence
70
Variabel normatives social influence memiliki koefisien regresi sebesar -0.074
dengan nilai signifikansi sebesar 0.280 (Sig. > 0.05). hasil ini menunjukan
bahwa normatives social influence tidak berpengaruh signifikan terhadap
intensi.
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians
Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-
masing variabel independen terhadap intensi. Secara keseluruhan dapat dilihat
proporsi varians seluruh (R square) variabel independen terhadap intensi adalah
sebesar 0.247, yang artinya 24.7% dari bervariasinya intensi dapat dijelaskan oleh
7 variabel independen. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proporsi varians
untuk masing-masing variabel independen terhadap penerimaan diri dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12
Proporsi Varians untuk Masing-Masing Variabel Independen
a. Predictors: (Constant), perceived behavioral control, behavioral belief, evaluation of behavioral
belief, normatives belief, motivation to comply, informational social influence, normatives social
influence.
Pada Tabel 4.12 kolom pertaman adalah variabel independent (bebas) yang
dianalisis scara satu persatu. Kolom kedua merupakan penambahan varians variabel
dependen (terikat) dari tiap variabel independent yang dianalisis satu persatu
tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians variabel dependen dari setiap
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .449a .201 .197 1.662 .201 49.440 1 196 .000
2 .497b .247 .239 1.618 .045 11.700 1 195 .001
3 .500c .250 .238 1.619 .003 .753 1 194 .386
4 .502d .252 .236 1.621 .002 .555 1 193 .457
5 .504e .254 .235 1.623 .003 .668 1 192 .415
6 .519f .269 .246 1.610 .015 3.941 1 191 .049
7 .523g .274 .247 1.610 .004 1.174 1 190 .280
71
variabel independent yang dimasukan secara satu persatu. Kolom keempat adalah
nilai F hitung bagi variabel independent yang bersangkutan. Kolom df adalah
derajat bebas bagi variabel independent yang bersangkutan pula yang terdiri dari
numerator dan denumerator. Kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai variabel
independent pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom
inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung
lebih besar dari F tabel, maka klom selanjutnya yaitu klom signifikansi yang akan
dituliskan signifikan atau tidak signifikan. Dari tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan
informasi berikut ini:
1. Variabel perceived behavioral control memberikan sumbangan 0.201 atau
20.1% dalam varians intensi.
2. Variabel behavioral belief memberikan sumbangan 0.045 atau 4.5% dalam
varians intensi.
3. Variabel evaluation of behavioral belief memberikan sumbangan 0.003
atau 0.3% dalam varians intensi.
4. Variabel normatives belief memberikan sumbangan 0.002 atau 0.2% dalam
varians intensi.
5. Variabel motivation to comply memberikan sumbangan 0.003 atau 0.3%
dalam varians intensi.
6. Variabel informatioanl social influence memberikan sumbangan 0.015 atau
1.5% dalam varians intensi.
7. Variabel normatives social influence memberikan sumbangan 0.004 atau
0.4% dalam varians intensi.
72
5 BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah: “ada pengaruh signifikan dari sikap (behavioral belief) dan
perceived behavioral control terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas”.
Kemudian hasil uji hipotesis yang menguji signifikan masing-masing koefisien
regresi terhadap variabel dependen diperoleh dua variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap intensi mematuhi peraturan lalu lintas yaitu behavioral belief
dan perceived behavioral control.
Secara keseluruhan dapat dilihat proporsi varians seluruh (R square) variabel
independen terhadap intensi adalah sebesar 0.247, yang artinya 24.7% dari
bervariasinya intensi dapat dijelaskan oleh variabel independen dan selebihnya
74.3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan di atas, secara teoritis diketahui bahwa hasil penelitian ini
sedikit bertolak belakang dengan teori planned behavior yang dikemukakan oleh
Ajzen (1985), yang mengemukakan bahwa intensi dipengaruhi oleh sikap, norma
subjektif dan perceived behavioral control. Sedangkan menurut penelitian ini, yang
berpengaruh terhadap intensi adalah sikap (behavioral belief) dan perceived
behavioral control. sedangkan norma subjektif tidak mempengaruhi intensi.
73
Dalam penelitian sebelumnya banyak penelitian mengenai kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas menggunakan TPB. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Elliot (2003) yang menyatakan bahwa sikap, norma subjektif dan perceived
bvehavioral control secara signifikan berhubungan secara positif dengan intensi
perilaku. Lebih penting lagi bahwa hasil dari penelitian ini berhasil
menggambarkan TPB sebagai hasil yang baik untuk memprediksi perilaku
berkendara dengan kecepatan tinggi, seperti yang telah diukur dalam periode 3
bulan. Elliot (2003) juga berpendapat bahwa TPB secara umum menjadi predictor
perilaku terbaik dari pada variabel demografis.
Selain itu terdapat perceived behavioral control dimana hal ini merupakan
persepsi terhadap kemudahan atau kesulitan akses menampilkan perilaku. Dalam
hal ini perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intensi. Hal
ini dapat menggambarkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan
mempengaruhi intensi dikarenakan kemungkinan kemungkinan yang akan dilalui
responden seperti kemudahan untuk mengontrol perilaku melanggar apakah mudah
atau sulit. Atau bahkan lebih sulit untuk melakukan perilaku mematuhi peraturan
lalu lintas karena terdesak dengan hal – hal tertentu namun persepsi responden
menganggap masih bias mengontrol perilaku yang dikeluarkan.
Dalam penelitian lain tentang intensi menyebrang jalan dengan aman juga
ditemukan bahwa sikap untuk menyebrang dengan aman dan kontrol perilaku
adalah determinan dari intensi perilaku menyebrang dengan aman. Dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi dari penelitian ini data yang signifikan adalah Sikap (B =
0.146, Sig = 0.000) dan perceived behavioral control (B = 0.294, Sig = 0.026)
(Jalilian, Mostafavi, Mahaki, Delpisheh, Rad, 2015).
74
Variabel yang ada diluar teori planned behavior namun memengaruhi
adalah konformitas (informational social influence) dimana pada teori ini ketika
seseorang berada pada situasi yang ambigu, gawat dan ada orang yang dianggap
lebih ahli dari mereka. Orang ini akan memunculkan konformitas. Diduga
penyebab adanya pengaruh konformitas terhadap intensi adalah seseorang yang
terdesak akan memunculkan intensi untuk patuh atau tidak patuh, sehingga ketika
merasa memiliki informasi yang cukup dan menurut orang tersebut sesuai dengan
apa yang dibutuhkan, orangtersebut akan memunculkan perilaku konformitas,entah
itu dalam keadaan yang patuh atau tidak patuh pada peraturan lalu lintas.
Dalam proses penyusunan item, peneliti melakukan elisitas terhadap 30
orang untuk mendapatkan salient belief atau keyakinan yang menonjol, dari hasil
elisitas tersebut terdapat 3 item dengan jawaban terbuka. Dari elisitas ini muncul
lah keyakinan keyakinan responden terhadap sikap, norma subjektif dan perceived
behavioral control yang diambil beberapa kata yang menurut peneliti dapat
berhubungan dengan penelitian ini. Lalu dari keyakinan yang meonjol tersebut
dibuat lah item item dimana untuk sikap ada beberapa keyakinan keyakinan
perilaku, dan perilaku tersebut dievaluasi hal ini untuk membuat item evaluation of
behavioral belief. Untuk norma subjektif untuk mencari tau siapakah significant
others yang menurut responden paling berpengaruh falam hidupnya. Perceived
behavioral control yang dicari adalah bagaimana orang menaggap perilaku
mematuhi peraturan lalu lintas dari kmudahan dan kerugiannya. Setelah itu peneliti
membuat item item dari sailent belief 30 responden yang telah mengisinya.
Dalam penelitian ini terdapat 198 responden dimana laki- laki sebanyak 144
orang dan perempuan sebanyak 54 orang. Sebaran usia masing masing responden
75
beragam. Responden dengan umur 15 – 25 tahun sebanyak 155 orang, usia 26 – 35
tahun sebanyak 23 orang, usia 36 – 45 tahun sebanyak 16 orang, dan usia 46 – 55
tahun sebanyak 4 orang. Untuk tingkat Pendidikan responden SMP/ MTs sebanyak
3 orang, SMA/ SMK sebanyak 97 orang, D3 sebanyak 7 orang, S1/ D4 sebanyak
87 orang, S2 sebanyak 3 orang dan S3 sebanyak 1 orang. Sedangkan domisili
responden untuk Kecamatan Setu sebanyak 79 orang, Kecamatan Serpong
sebanyak 39 orang, Kecamatan Serpon Utara sebanyak 5 orang, Kecamatan
Pamulang sebanyak 33 orang, Kecamatan Ciputat sebanyak 13 orang, Kecamatan
Ciputat Timur sebanyak 22 orang dan Kecamatan Pondok Aren sebanyak 7 orang.
Untuk hal-hal yang berhubungan dengan mengendarai sepeda motor seperti
mimiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), lama berkendara menggunakan motor,
berapa banyak ditilang, seberapa sering kecelakaan dan seberapa sering melanggar
rambu-rambu adalah sebagai berikut: untuk responden yang memiliki SIM
sebanyak 156 orang dan yang tidak memiliki SIM sebanyak 42 orang. Lalu untuk
pertanyaan frekuensi mengendarai motor dalam sehari untuk < 3 jam sebanyak 147
orang, 4 – 5 jam sebanyak 36 orang dan > 5 jam sebanyak 15 orang.
Untuk seberapa sering terkena tilang, sebanyak 93 orang ditilang < 3 kali,
sebanyak 16 orang ditilang sebanyak 4 – 9 kali sebanyak 1 orang ditilang > 9, dan
sisanya sebanyak 88 orang yang tidak pernah ditilang. Alasan mengapa ditilang
juga beragam, ada yang tidak punya sim, tidak menggunakan helm, berboncengan
lebih dari tiga orang, lupa membayar pajak, lewat jalur cepat (khusus mobil) dan
lain-lain .
76
Peneliti juga menanyakan apakah responden pernah mengalami kecelakaan
ketika mengendarai motor. 79 orang menjawab tidak dan sisanya sebanyak 119
orang menjawab ya. Alasannya pun beragam. Ada yang karena mengantuk, karena
terserempet kendaraan lain, ditabrak oleh kendaraan lain, jalanan yang licin, rem
blong dan lain sebagainya.
Selain bertanya mengenai pengalaman tertilang dan kecelakaan, peneliti
juga menanyakan tentang pernah melanggar atau tidak. Dari 198 responden,
sebanyak 73 orang berkata tidak dan sisanya sebanyak 125 orang pernah
melanggar. Pelanggaran yang dilakukan juga beragam seperti melawan arus,
menerobos lampu merah, melanggar rambu putar balik, tidak memakai helm,
melewati marka jalan, dan lain-lain.
5.3 Saran
Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak
kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya
5.3.1 Saran Teoritis
1. Mengangkat salah satu faktor yang melatarbelakangi intensi seperti faktor
demografi, kepribadian, faktor lingkungan dan coba menggunakan teori lain
seperti teori
2. Menggunakan sampel penelitian yang mewakili populasi untuk mendapat
validitas eksternal penelitian.
77
3. Menambah jumlah sampel dan item elisitas sesuai kebutuhan agar lebih
terperinci dalam membentuk item.
5.3.2 Saran Praktis
1. Bagi aparat penegak hukum hendaknya memperketat pembuatan SIM, agar
penerima SIM adalah orang yang memang tepat dan siap dalam
mengendarai kendaraan dengan aman dan nyaman.
2. Bagi para pengendara kendaraan bermotor untuk selalu memperhatikan
rambu-rambu, lampu, dan peraturan lalu lintas. Hal ini agar membuat
keadaan di jalan menjadi aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan.
3. Bagi para orang tua, pahamilah bahwa penggunaan kendaraan bermotor
pada anak usia dibawah 17 tahun merupakan pelanggaran dan pemberian
kendaraan bermotor pada anak usia dibawah 17 tahun bukan merupakan
rasa sayang karena dapat membahayakan diri si anak.
78
6 DAFTAR PUSTAKA
Ajzen I. (1985) From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior. In:
Kuhl J., Beckmann J. (eds) Action Control. SSSP Springer Series in Social
Psychology. Springer, Berlin, Heidelberg
Ajzen, I. (1991.) The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and
Human Decision Processes. 50 (2). 179 – 211.doi:
https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-T
Ajzen, I. (2001). Nature and Operation of Attitudes. Annual review of psychology.
52. 27-58. 10.1146/annurev.psych.52.1.27.
Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior second edition England: Mc
Graw-Hill
Aronson, E., Wilson, T. D., Akert, Robin M., Sommers, S. R. (2016). Social
Psychology Ninth Edition. USA: Pearson Education, Inc
Baron, R. A. & Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial. Jilid 1 Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah : Kartini Kartono.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Chris, H. (2011). Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas para pengendara di
perkotaan. 4. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/323934853_Kepatuhan_terhadap_
peraturan_lalu_lintas_para_pengendara_di_perkotaan
Corsini, Raymond J. (2002). Dictionary of Psychology. Great Britain: Brunner-
Routledge
De Pelsmacker, P. & Janssens, W. (2007). The effect of norms, attitudes and habits
on speeding behavior: Scale development and model building and estimation.
Accident; analysis and prevention. 39. 6-15. Doi: 10.1016/j.aap.2006.05.011.
Dinh, D & Kubota, H. (2013). Speeding behavior on urban residential streets with
a 30km/h speed limit under the framework of the theory of planned behavior.
Transport Policy. 29. 199-208. Doi: 10.1016/j.tranpol.2013.06.003.
Eagly, A.H & Chaiken. (1993). The psychology of attitude. Forth Worth: Harcout
Brace Jovannovich College Publishers
79
Elliot, A. J., & Reis, H. T. (2003). Attachment and exploration in
adulthood. Journal of Personality and Social Psychology, 85(2), 317-331.
Doi: http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.85.2.317
Enggarsasi, U & Sa’diyah N.K. (2017). Kajian Terhadap Faktor-Faktor Penyebab
Kecelakaan Lalu Lintas Dalam Upaya Perbaikan Pencegahan Kecelakaan
Lalu Lintas. Kajian Masalah Hukun dan Pembangunan Perspektif. 22 (3).
228 – 237.doi: http://dx.doi.org/10.30742/perspektif.v22i3.632
Feldman, R.S. (1995). Social Psychology.New Jersey: Prentice Hall
Fishbein, M & Icek Ajzen. (1975). Belief, attitude, intention and behavior an
introduction to theory and research. England: Addison-Wesley Publishing
Company
Freedman, Jonathan L, Sears, David O., Carlsmith., J. (1978). Social psychology.
Library of Congress Cataloging In Publication Data. Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs
Hartley L.R. & El Hassani. J. (1994). Stress, Violation and Accident.Applied
Ergonomics. 25(4).221-30. Doi:10.1016/0003-6870(94)90003-
Hogg, M.A., & Vaughan, G.M. (2002). Social Psychology: Third edition.
London: Pearson Education
http://korlantas-irsms.info/graph/accidentData. Data Kecelakaan KORLANTAS
POLRI. di akses pada tanggal 16 Agustus 2019. Jam 15:16
https://news.detik.com/berita/d-3710592/2-hari-operasi-zebra-di-tangsel-polisi-
tilang-316-kendaraan 11/05/18 10.24 diakses pada tanggal 25 Agustus 2019
pukul 23.00
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death.
Top 10 Cause of Death. Diakses pada tanggal 03 Agustus 2019 Jam 22.10
knkt.dephub.go.id › ntsc_home › Media Release 2016 - IK LLAJ 20161130 di akses
pada tanggal 04 September 2019 Pukul 1.38
Parker, D., Manstead, A. S. R., Stradling, S. G., Reason, J. T., & Baxter, J. S.
(1992). Intention to commit driving violations: An application of the theory
of planned behavior. Journal of Applied Psychology, 77(1), 94-101. Doi:
http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.77.1.94
Penyebab Utama Kecelakaan. (2018). https://otomotif.tempo.co/read/1022850/10-
penyebab-utama-kecelakaan-lalu-lintas-me6n ?mnurut-korlantas-polri.
diakses tanggal 11 Mei 2018 pukul 20.00
Pranata, R.A., Indrawati E.S (2017). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya
Dengan Intensi Seksual Pranikah Pada Remaja. Jurnal Empati. 6(1). 352 –
356. Retrieved from https://www.neliti.com/id/publications/62524/hubungan-
antara-konformitas-teman-sebaya-dengan-intensi-seksual-pranikah-pada-re
80
Pusrikasari, D. (2010). Kontribusi Sikap, Norma Subjektif dan Perceived
Behavioral Control Terhadap Intensi berselingkuh. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Putri, P.D.A., Indrawati, E.S. (2013). Hubungan Antara Konformitas Dengan
Intensi Membeli Tablet PC Pada Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi
Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.
Jurnal Empati. 2 (4). Retrieved from
ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7422
Ramdhani, N. (2011). Penyusunan Alat Ukur Berbasis Theory of Planned behavior.
Buletin Psikologi. 19 (2). 55 – 69. Doi: 10.22146/bpsi.11557
Tabibi, Zahra & Pfeffer, Karen. (2014). Predicting intentions to comply with traffic
rules among Iranian drivers. Advances in Transportation Studies an
international Journal. 35. 89-102. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/281446349_Predicting_intentions
_to_comply_with_traffic_rules_among_Iranian_drivers
Taylor, . E., Peplau, L A., Sears, D. O. (2006). Social Psychology Twelft Edition.
USA: Pearson Education, Inc
Tondok, M. & Ardiansyah, F. & Ayuni,. (2012). Intensi kepatuhan menggunakan
helm pada pengendara sepeda motor: aplikasi teori perilaku terencana..
Jurnal Sains Psikologi. 2. 96-112. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/309010067_Intensi_kepatuhan_m
enggunakan_helm_pada_pengendara_sepeda_motor_aplikasi_teori_perilaku
_terencana
Yogadhita, Gde Yulian (2013). Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia
Tenggara Tahun 2013. Retrieved from www.searo.who.int › entity ›
documents › roadsafety-factsheetino
Zhou, R. & Horrey, W. & Yu, R. (2009). The effect of conformity tendency on
pedestrians' road-crossing intentions in China: An application of the theory
of planned behavior. Accident; analysis and prevention. 41. 491-7. Doi:
10.1016/j.aap.2009.01.007.
81
7 LAMPIRAN
82
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Kepada
Yth Responden Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Naufal Nurramadhan mahasiswa Program Strata-I (SI) Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai bagian dari
pemenuhan tugas akhir. Saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
penelitian ini. Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian
yang telah diberikan. Adapun data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan, hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya. Kesediaan Bapak/Ibu
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini merupakan bantuan yang amat
besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Hormat
Saya
Naufal
Nurrammadhan
[email protected] / 082213047959 (WA/Telp)
I. Identitas Responden
a. Nama / Inisial :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Domisili :
o Setu
o Serpong
o Serpong Utara
o Pamulang
o Ciputat Timur
o Ciputat
o Pondok Aren
e. Pendidikan terakhir :
f. No.Hp :
II. Tentang Mengemudi
a. Memiliki SIM? : Ya / Tidak
b. Lama Mengendara : < 3 Jam / 4-5 Jam / > 5 Jam
c. Kena Tilang? : < 3Kali / 4-9 Kali / > 9 Kali / Tidak Pernah
d. Kenapa di Tilang? : ___________________________________
83
e. Kecelakaan? : Ya / Tidak
f. Kenapa Kecelakaan? : ___________________________________
g. Melanggar Rambu : Ya / Tidak
h. Kenapa Melanggar : ___________________________________
III. Petunjuk Pengisian
a. Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan
dan Anda diminta untuk memberikan pendapat tentang pernyataan
rersebut dengan cara memilih salah satu dari jawaban yang tersedia.
b. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih, mohon
benar-benar jujur. Jawaban Anda sepenuhnya rahasia dan akan dapat
digunakan hanya jika Anda menjawab secara akurat.
c. Tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu, pilihlah
satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai atau yang paling
menggambarkan diri Anda.
d. Disetiap pernyataan terdapat 5 pilihan jawaban yang menyatakan :
STS = Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan sangat tidak sesuai
dengan diri Anda
TS = Tidak Setuju, jika pernyataan tidak sesuai dengan diri Anda
AS = Agak Setuju, jika pernyataan agak sesuai dengan diri Anda
S = Setuju, jika pernyataan sesuai atau menggambarkan diri
Anda
SS = Sangat Setuju, jika pernyataan sangat sesuai atau paling
menggambarkan diri Anda
Skala 1
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
1 Saya akan menggunakan atribut keselamatan
ketika mengendarai sepeda motor
2 Saya akan mematuhi peraturan lalu lintas
3 Memeriksa kelengkapan dan kondisi motor
tidak akan saya lakukan (memeriksa lampu,
fungsi klakson dll)
Skala 2
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
4 Mematuhi peraturan lalu lintas membuat saya
sampai ke tujuan dengan waktu yang lebih
lama
5 Saya merasa kesulitan jika harus mengikuti
peraturan lalu lintas
84
Skala 3
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
6 Keselamatan di jalan adalah hal yang
mendorong saya untuk mematuhi peraturan lalu
lintas
7 Ketertiban yang memicu Kelancaran di jalan
merupakan hal yang mendorong saya untuk
mematuhi peraturan lalu lintas
8 Tilang merupakan hal yang mendorong saya
untuk mematuhi peraturan lalulintas
Skala 4
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
9 Menaati peraturan lalu lintas membuat saya
merasa aman dan nyaman ketika berkendara
10 Disiplin berlalulintas membuat saya terhindar
dari bahaya dan tilang
11 Menurut saya mengikuti rambu-rambu lalu lintas
adalah hal yang wajib dilakukan
12 Apabila orang mematuhi rambu lalu lintas
jalanan akan lebih tertib dan terhindar dari macet
13 Seseorang yang mematuhi peraturan lalulintas
adalah sesuatu yang wajar
Skala 5
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
14 berkendara dengan aman adalah hal yang penting
15 terhindar dari bahaya dan tilang adalah hal yang
baik/penting
16 berkendara sesuai kewajiban adalah hal yang
penting
17 Jalan yang tertib dan tidak macet adalah sesuatu
yang saya harapkan
18 Mengendarai sepeda motor dengan wajar adalah
hal yang baik/penting
85
Skala 6
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
19 Teman Saya berpendapat bahwa mematuhi
peraturan lalu lintas merupakan hal yang
penting
20 Orangtua saya berpendapat bahwa mematuhi
peraturan lalu lintas merupakan hal yang
penting
21 Saya melihat pengguna jalan lain menganggap
bahwa mematuhi peraturan lalu lintas
merupakan hal yang penting
22 Saudara saya berangapan bahwa mematuhi
peraturan lalu lintas merupakan hal yang
penting
23 Ketika ada polisi saya beranggapan bahwa
peraturan lalu lintas merupakan hal yang
penting
Skala 7
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
24 Secara umum saya akan memperhatikan
pendapat teman saya dari pada yang lain tentang
berkendara
25 Secara umum saya akan memperhatikan
pendapat orangtua saya tentang berkendara
26 Secara umum saya akan memperhatikan
pendapat saudara saya tentang berkendara
27 Secara umum saya akan memperhatikan
perilaku pengguna jalan lain tentang berkendara
28 Secara umum saya akan memperhatikan posisi
polisi dalam berkendara
86
Skala 8
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
29 Saya melakukan apa yang orang lakukan ketika
sesuai dengan apa yang saya inginkan
30 Saya dapat memutuskan suatu tindakan dalam
situasi yang tak tentu tanpa andil orang lain
31 Saya sering mengikuti saran orang lain ketika
berada di dua pilihan sulit
32 saya melakukan hal yang dilakukan orang lain
ketika terdesak
33 dalam kondisi kritis saya selalu melakukan apa
yang orang lain katakan.
34 ketika terjadi bencana saya berusaha berpikir
mencara jalan keluar terbaik agar bisa selamat
35 saya meniru seseorang ketika saya menganggap
orang tersebut lebih ahli dibanding saya
36 Saya sering mengikuti perilaku yang dilakukan
oleh teman yang lebih pintar dari saya
37 Saya selalu berperilaku tanpa mengikuti orang
lain
Skala 9
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
38 Saya melakukan tindakan karena saya merasa
takut terhadap suatu kelompok
39 Saya merasa nyaman dan percaya diri ketika
mengikuti suatu kelompok dengan banyak
anggota kelompok
40 Menurut saya besar atau kecilnya kelompok
tidak memengaruhi perilaku saya
41 Saya melakukan suatu perilaku apabila banyak
orang yang melakukannya
42 Saya lebih senang mengikuti pemilih
terbanyak apabila harus memutuskan suatu
persoalan dalam kelompok
43 Saya tidak akan terpengaruh dengan
banyaknya pemilih ketika memilih suatu
keputusan
44 saya melakukan sesuatu karena saya merasa
terikat terhadap sesuatu
87
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
45 ketika saya terikat dengan suatu kelompok
maka perilaku saya tergantung dengan
keputusan kelompok
46 Ketika saya senang dengan suatu kelompok
maka saya akan melakukan apa yang
dilakukan oleh kelmpok tersebut
47 Saat melakukan sesuatu dikarenakan ingin
diakui oleh orang terdekat
48 Perilaku saya tergantung dengan bagaimana
orang akan memandang saya
49 Saya melakukan sesuatu karena keinginan
sendiri
88
Lampiran 2 Path Diagram
1. Hasil CFA Behavioral Belief
UJI VALIDITAS SIKAP BELIEF DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=BELIEF.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SIKAP BELIEF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 4 TD 5 2 PD OU TV SS MI
2. Hasil CFA Evaluation of Behavioral Belief
89
UJI VALIDITAS SIKAP EVAL DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=EVAL.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SIKAP EVAL FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 4 TD 5 3 PD OU TV SS MI
3. Hasil CFA Normatives Belief
UJI VALIDITAS SN PANUTAN DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SNPANUTAN.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SNPANUTAN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 3 2 PD OU TV SS MI
90
4. Hasil CFA Motivation to Comply
UJI VALIDITAS SN MOTIV DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SNMOTIV.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY AD=OFF LK SN MOTIV FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 4 2 PD OU TV SS MI
5. Hasil CFA Perceived Behavioral Control
91
UJI VALIDITAS PBC DA NI=5 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=PBC.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK PBC FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 2 1 PD OU TV SS MI
6. Hasil CFA Informational Social Influence
UJI VALIDITAS CONFINF DA NI=9 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=CONFINF.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK CONFINF FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 8 7 TD 7 6 TD 2 1 TD 5 4 TD 8 5 TD 8 2 TD 9 8 PD OU TV SS MI
92
7. Hasil CFA Normatives Social Influence
UJI VALIDITAS CONNORM DA NI=12 NO=198 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 PM SY FI=CONNORM.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK CONNORM FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 FR TD 11 10 TD 11 9 TD 9 8 TD 7 5 TD 12 11 TD 6 3 TD 10 7 TD 8 7 TD 10 5 TD 8 6 TD 3 2
TD 5 3 TD 2 1 TD 11 8 TD 11 7 TD 4 3 TD 5 1 TD 12 10 TD 12 3 TD 12 6 TD 10 3 PD OU TV SS MI