PENGELOLAAN PERTANIAN SECARA CERMATPADA BUDIDAYA PADI SAWAH UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI
EKA LESNIAWATI
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBERINFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengelolaan Pertanian secaraCermat pada Budidaya Padi Sawah untuk Meningkatkan Produktivitas Padiadalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukandalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasiyang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkandari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2013
Eka LesniawatiNRP A152090021
ABSTRACT
EKA LESNIAWATI. Precision Farming of Rice Cultivation to Increase RiceProductivity (GUNAWAN DJAJAKIRANA as Chairman, ATANG SUTANDIand DARMAWAN as Members of the Advisory Committee).
To increase rice productivity with precision farming was begun with anunderstanding of problems, resources development and local environmentalconditions. The purpose of this study was to see the difference between howfarmers farming, the government PTT or Field School of Integrated PlantManagement (SLPTT) and PTTC (Precise Integrated Plant Management), qualityof rice, and increasing the economic value of paddy fields by comparing theefficiency of the three kinds of rice cultivation, developing opportunities in aneffort to increase paddy field productivity through improved nutrient status. Thestudy was conducted on paddy field of Babakti farmer groups located in theMekarjaya Village, Ciomas District. Parameters observed were results and yieldcomponents, soil (before and after harvest) and plant analysis (leaf and straw),organoleptic test of rice, rice resistance test against rice spoiled, climate dataduring the rice gowing, daily rainfall during the planting. The result showed thatproductivity on the management of PTTC was higher (6,57 t/ha GKG) thanSLPTT (4,60 t/ha GKG) and farmers (3,08 t/ha GKG) management, as well as theincrease of percentage was indicated that PTTC have a capability to increase yieldfrom farmers management even from SLPTT. PTTC have good level ofresistance to the rice from spoiled than SLPTT and farmers. The overallorganoleptic test of farmers rice was preferred to PTTC and SLPTT. Neverthelessorganoleptic test was not done optimally because of the way the rice was cookedhave a same condition between of three management, while that the quality of therice were differents. Analysis of the PTTC farming was more profitable with thehighest B/C ratio (1,44) compared to SLPTT (1,38) and farmers management(1,20). So that PTTC have a good capability to increase the economic value fromfarmers even from SLPTT. PTTC have a capability to increase the profits of Rp.6.959.119,81 (118,57%) from farmers management and Rp. 4.016.119,81(45,57%) from SLPTT, while the increase of farmers management to SLPTT wasRp. 2,943,000.00 (50.14%). In terms of time, the PTTC was more efficiently andeffectively, because the harvest was earlier than the other management to 118days after planting, whereas the farmers and SLPTT harvested at 125 days afterplanting.
Keyword: rice productivity, precision farming, Mekarjaya Village.
RINGKASAN
EKA LESNIAWATI. Pengelolaan Pertanian secara Cermat pada Budidaya PadiSawah untuk Meningkatkan Produktivitas Padi (GUNAWAN DJAJAKIRANAsebagai Ketua Komisi Pembimbing, ATANG SUTANDI dan DARMAWANsebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas padi sawah yaitudengan pengelolaan pertanian secara cermat (precision farming), yang salahsatunya yaitu dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan budidaya antara cara petani, PTTpemerintah, dan PTT cermat; melihat kualitas hasil panen dari ketiga pengelolaanpetani, PTT pemerintah dan PTT cermat; dan meningkatkan nilaiekonomi/keuntungan usaha tani padi sawah dengan membandingkan efisiensiinput dari ketiga budidaya padi sawah. Penelitian dilakukan di lahan KelompokTani Babakti Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Perlakuanpada ketiga pengelolaan petani, PTTC dan SLPTT yaitu menggunakan varietasCiherang berlabel biru, bibit muda kurang dari 21 hari setelah semai (HSS), danpenambahan bahan organik saat pengolahan tanah. Adapun perbedaan perlakuanpada ketiga pengelolaan yaitu jumlah pupuk yang digunakan untuk SLPTTberdasarkan rekomendasi umum 100 kg urea/ha dan 300 kg phonska/ha; PTTC257 kg urea/ha, 182 kg SP36/ha, 220 kg KCl/ha, dan 1,5 kg GDP (pupuklengkap)/ha; dan pada pengelolaan petani menggunakan urea 80 kg/ha danphonska 80 kg/ha. Selain pada PTTC dilakukan; pemeliharaan yang intensif,pada PTTC dan SLPTT dilakukan penanaman dengan sistem jajar legowo denganjumlah bibit 1-3 bibit/rumpun. Lain halnya pada petani penanaman dilakukantanpa caplak dan jumlah bibit 3-6 bibit/ rumpun.
Produktivitas padi dengan PTTC lebih tinggi dibandingkan denganpengelolaan lainya, yaitu mencapai 6,57 ton GKG/ha, sedangkan SLPTT 4,60 tonGKG/ha dan pengelolaan petani 3,08 ton GKG/ha. Kualitas nasi menunjukkanbahwa tingkat ketahanan nasi terhadap basi pada PTTC lebih baik dibandingkanSLPTT dan petani, dan secara keseluruhan pada uji organoleptik menunjukkanbahwa nasi pengelolaan petani lebih disukai dibandingkan PTTC dan SLPTT.Walaupun pengujian ini masih belum optimal karena dilakukan pemasakan nasidengan perbandingan air dan beras yang sama pada ketiga pengelolaan, sementarakadar air pada gabah kering giling di ketiga pengelolaan berbeda. Hasil analisisusaha tani menunjukkan bahwa PTTC dengan B/C rasio sebesar 1,44, lebihmenguntungkan dibandingkan pengelolaan SLPTT dengan B/C rasio 1,38 danpengelolaan petani 1,20. PTTC mampu meningkatkan keuntungan sebesar Rp.6.959.119,81 (118,57%) dari pengelolaan petani dan Rp. 4.016.119,81 (45,57%)dari SLPTT, sedangkan peningkatan dari pengelolaan petani ke SLPTT yaitu Rp.2.943.000,00 (50,14%). Dilihat dari segi waktu, pada PTTC lebih efisien danefektif, karena pemanenan dilakukan lebih awal dibandingkan denganpengelolaan lainnya yaitu 118 HST, sedangkan pada petani dan SLPTT panenpada 125 HST.
Kata kunci : produktivitas padi, pertanian secara cermat, Desa Mekarjaya.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atautinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentinganyang wajar IPB.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisdalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGELOLAAN PERTANIAN SECARA CERMATPADA BUDIDAYA PADI SAWAH UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI
EKA LESNIAWATI
TesisSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sainspada Program Studi Agroteknologi Tanah
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2013
Penguji Luar Komisi Pembimbing:
Dr Ir Iskandar
Judul Tesis : Pengelolaan Pertanian secara Cermat pada Budidaya Padi Sawah untuk Meningkatkan Produktivitas Padi
Nama : Eka LesniawatiNRP : A152090021
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr Ir Gunawan Djajakirana, M.Sc.Ketua
Ir Atang Sutandi, M.Si., Ph.D. Dr Ir Darmawan, M.Sc. Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPBAgroteknologi Tanah
Dr Ir Suwardi, M.Sc. Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
Tanggal Ujian : 28 Januari 2013 Tanggal Lulus :
PERSEMBAHAN
Secara khusus dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis mengucapkanterimakasih yang tulus kepada Ibunda Lilis Marlina dan Ayahanda Misbah sertaadikku (Nugraha) yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penulis, kepadasuami tercinta (Nana Mulyana) dan ananda terkasih (M. Fadil Maulana Akbar)yang dengan cinta kasihnya dan segudang pengertian sehingga penulis dapatmenyelesaikan studi ini.
PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telahmemberikan rahmat dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikanpenulisan tesis ini yang berjudul “Pengelolaan Pertanian secara Cermat padaBudidaya Padi Sawah untuk Meningkatkan Produktivitas Padi”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada KetuaKomisi Pembimbing Dr Ir Gunawan Djajakirana, M.Sc. sebagai ketua komisipembimbing, Ir Atang Sutandi, M.Si., Ph.D. dan Dr Ir Darmawan, M.Sc. sebagaiAnggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mengarahkanpenulis dengan memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang sangatmembantu selama penulisan tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikankepada Dr Ir Iskandar selaku penguji luar komisi pembimbing yang telahmemberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. Ucapan terimakasih jugapenulis sampaikan kepada :1. Dr Ir Suwardi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Tanah dan
seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan prosespembelajaran selama penulis kuliah di Program Studi Agroteknologi Tanah.
2. Petani di Desa Mekarjaya yaitu H. Jaenal, Aming dan Arif yang telahbersedia lahannya untuk dijadikan penelitian, serta kepada ibu-ibu pengepakyang telah membantu penelitian di lapang.
3. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatunamun telah banyak turut memberikan sumbang saran dan bantuan serta doaselama penulis kuliah di IPB.
Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagaipengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihakyang membutuhkannya.
Bogor, Maret 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1975 di kota CianjurKabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah puteri pertama dari duabersaudara dari Bapak Misbah dan Ibu Lilis Marlina. Pada tahun 1994 penulislulus SMA Negeri 1 Cianjur, dan pada tahun 2000 penulis lulus S1 dari ProgramStudi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) denganpengalaman pernah menyampaikan hasil penelitian pada Seminar KongresNasional HITI VII tahun 1999 di Bandung dan Seminar Nasional PERSADA VIIpada tahun yang sama, dan keduanya telah dipublikasikan. Selain itu selamamenjadi mahasiswa S1 penulis aktif dalam organisasi Badan PerwakilanMahasiswa (BPM) dan Biro Lingkungan Hidup Azimuth – HMIT serta pernahmenjadi asisten praktikum pada mata ajaran Dasar-dasar Ilmu Tanah,Geomorfologi dan Analisis Landscape, Biologi Tanah, dan Kartografi.
Pada tahun 2001 penulis menikah dengan Nana Mulyana dan pada saat inipenulis sudah mempunyai seorang putra bernama Muhammad Fadil MaulanaAkbar yang lahir pada tahun 2002. Pada tahun 2004 penulis mengikutipendidikan dan pelatihan selama tiga bulan untuk Mekanisasi Pertanian diVEDCA –PPPG Cianjur, dan pada tahun 2007 penulis mengikuti pendidikanAKTA IV Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Ibnu Khaldundan lulus pada tahun 2008.
Kegiatan penulis saat ini adalah sebagai Tenaga Harian Lepas TenagaBantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Balai Penyuluhan PertanianPeternakan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Dramaga semenjak tahun 2008, dansebelumnya kegiatan penulis sebagai wiraswasta dan juga pernah bekerja diperusahaan swasta sebagai Merchandiser. Dan pada tahun 2008 penulis selainbekerja juga mendapat ijin untuk melanjutkan sekolah dengan biaya sendiri danAlhamdulillah diterima di Program Studi Agroteknologi Tanah (ATT) SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Hipotesis............................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Konsep Pertanian Cermat .................................................................. 3
2.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu .......................................................... 3
2.3 Karakteristik Padi Varietas Ciherang ................................................. 4
2.4 Pengelolaan Hara .............................................................................. 6
2.4.1 Nitrogen .................................................................................. 8
2.4.2 Fosfor ..................................................................................... 8
2.4.3 Kalium .................................................................................... 9
2.4.4 Magnesium ............................................................................. 9
2.4.5 Kalsium................................................................................... 9
2.4.6 Unsur Mikro............................................................................ 10
2.4.7 Bahan Organik ........................................................................ 10
2.5 Efisiensi Pupuk ................................................................................. 11
III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN.......................................... 12
3.1 Lokasi ............................................................................................... 12
3.2 Geologi dan Bahan Induk .................................................................. 13
3.3 Iklim ................................................................................................. 15
3.4 Pengelolaan Padi Sawah di Desa Mekarjaya dari Tahun 2008 - 2011 ....................................................................................... 16
IV. BAHAN DAN METODE ......................................................................... 19
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 19
4.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 19
4.3 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 19
4.4 Parameter yang Diamati .................................................................... 22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 25
5.1 Karakteristik Tanah Sebelum dan Sesudah Panen .............................. 25
5.2 Tinggi Tanaman Padi ........................................................................ 27
5.3 Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan ...................................... 28
5.4 Kadar Hara pada Daun Padi .............................................................. 32
5.5 Kadar Hara pada Jerami Padi............................................................. 33
5.6 Efisiensi Pupuk ................................................................................. 36
5.7 Tingkat Ketahanan Nasi terhadap Basi .............................................. 36
5.8 Organoleptik Nasi ............................................................................ 37
5.9 Analisis Usaha Tani ......................................................................... 39
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 42
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 42
6.2 Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44
LAMPIRAN .................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data Curah Hujan Tahun 2002 - 2011 ....................................................... 15
2. Perbedaan Perlakuan pada Ketiga Pengelolaan .......................................... 22
3. Metode Analisis pada Parameter Tanah dan Tanaman ............................... 23
4. Data Analisis Tanah pada Lahan LL-SLPTT (±1 ha) ................................. 26
5. Data Analisis Tanah pada Tiga Pengelolaan (Blok C) ............................... 26
6. Uji ANOVA Tinggi Tanaman 78 HST dan 96 HST pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) ....................................... 27
7. Uji ANOVA Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) ...................................................................... 28
8. Uji ANOVA pada Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) ....................................... 30
9. Data Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) ...................................................................... 31
10. Uji ANOVA Kadar Hara pada Daun Padi 78 HST pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) .................................................. 32
11. Kadar Hara pada Daun Padi 78 HST ......................................................... 33
12. Uji ANOVA Kadar Hara pada Jerami pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC) ...................................................................... 34
13. Kadar Hara pada Jerami Padi .................................................................... 35
14. Efisiensi Pupuk pada Ketiga Pengelolaan yang Berbeda ............................ 36
15. Data Organoleptik dengan Uji Hedonik pada Nasi .................................... 38
16. Analisis Usaha Tani pada Pengelolaan Petani, SLPTT dan PTTC ............. 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Lokasi Penelitian di Lahan Sawah Desa Mekarjaya .................................. 13
2. Peta Penggunaan Lahan di Desa Mekarjaya ............................................. 14
3. Curah Hujan Harian selama Penelitian ..................................................... 16
4. Rata-rata Produktivitas Padi Sawah di Desa Mekarjaya Tahun 2008 – 2011 ............................................................................................. 18
5. Skema Pengambilan Contoh pada Ketiga Pengelolaan ............................. 20
6. Penanaman Padi Jajar Legowo ................................................................. 21
7. Tinggi Tanaman Padi pada 78 HST dan 96 HST ...................................... 27
8. Produktivitas Padi pada Tiga Pengelolaan yang Berbeda .......................... 29
9. Persentase Peningkatan Produktivitas Padi ............................................... 29
10. Tingkat Ketahanan Nasi terhadap Basi ..................................................... 37
11. Kadar Air pada Gabah Kering Giling pada Ketiga Pengelolaan yang Berbeda ........................................................................................... 38
12. Peningkatan Persentase Dilihat dari Keuntungan antara Ketiga Pengelolaan .................................................................................. 39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Curah Hujan Harian selama Penelitian Dilakukan ............................. 47
2. Produktivitas Padi pada Beberapa Petani di Desa Mekarjaya sejak tahun 2008 s.d 2011 ......................................................................... 48
3. Produksi Petani di Desa Mekarjaya Tanpa Diberi Pupuk ........................... 50
4. Tingkat Kebasian Nasi dalam Keadaan Terbuka ........................................ 50
5. Kisaran Optimal dan Batas Kritis Kadar Unsur Hara pada Tanaman Padi Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000) ................. 51
6. Uji Friedman dengan Uji lanjut Wilcoxon (SPSS) pada Organoleptik Nasi ..................................................................................... 52
7. Uji ANOVA untuk Tinggi Tanaman pada 78 HST dan 96 HST (SPSS) ......................................................................................... 58
8. Uji ANOVA untuk Daun (SPSS) .............................................................. 59
9. Uji ANOVA untuk Jerami (SPSS)............................................................. 62
10. Uji ANOVA untuk Komponen Produksi per Rumpun (SPSS) ................... 65
11. Uji ANOVA untuk Komponen Produksi (SPSS) ....................................... 67
12. Dokumentasi Penelitian............................................................................. 70
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (BPS, 2010), jumlah
penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 orang dengan laju pertumbuhan
penduduk per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen, dan
90% penduduk di Indonesia masih mengandalkan beras sebagai sumber energi
utamanya. Oleh karena itu target nasional pemerintah adalah produksi padi
sebesar 70,60 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) dengan peningkatan produksi
sekitar 7% dibanding tahun 2010 untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan
penduduk di Indonesia.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai swasembada
berkelanjutan yaitu dengan meningkatkan produktivitas padi sawah dengan
pengelolaan pertanian secara cermat (precision farming), yang salah satunya yaitu
dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman
Terpadu sudah diperkenalkan kepada petani melalui SLPTT (Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Kelompok Tani di Indonesia sejak tahun 2007.
Hal ini diperlukan karena lahan pertanian yang semakin terbatas sejalan dengan
laju pertumbuhan penduduk yang bertambah setiap tahunnya dan rata-rata
kepemilikan lahan kurang dari setengah hektar. Selain itu PTT juga
diperlukankarena pengelolaan pertanian budidaya padi sawah yang masih kurang
tepat, seperti penggunaan pupuk yang tidak tepat baik, dalam jumlah maupun
waktu pemupukannya, belum menggunakan bibit unggul, sistem penanaman yang
tidak sesuai, kurangnya pengembalian bahan organik ke dalam lahan pertanian,
pemakaian pestisida yang tidak tepat, dan kehilangan pasca panen.
Berdasarkan peta produksi dan kebutuhan beras di Kabupaten Bogor
Tahun 2010, Kecamatan Ciomas dengan jumlah penduduk 148.553 jiwa
(berdasarkan sensus penduduk BPS tahun 2010), produksi GKG 3.925 ton,
ketersediaan beras 2.480,60 ton, kebutuhan beras 15.724,34 ton, dan perimbangan
minus 13.243,74 ton, sehingga menghasilkan ratio 0,16. Hal ini menunjukkan
bahwa di Kecamatan Ciomas khususnya Desa Mekarjaya pada tahun 2010
2
mengalami kekurangan produksi (disampaikan pada pertemuan dua mingguan
BP3K Wilayah Dramaga pada tahun 2011 oleh Dewan Ketahanan Pangan
Kabupaten Bogor)1.
Secara umum Desa Mekarjaya yang walaupun terletak di dekat perkotaan
namun penggunaan lahan padi sawah masih terletak pada manajemen transisi dari
manajemen low input menuju ke manajemen perbaikan (intermediate input). Hal
ini berarti bahwa petani sudah dikenalkan dengan PTT untuk meningkatkan hasil
padi di tingkat petani, namun dalam adopsi teknologi masih terdapat kesulitan
dikarenakan faktor penghambat seperti kebiasaan petani, tingkat pendidikan serta
kondisi ekonomi dan sosial di desa tersebut.
Pemupukan dalam PTT pemerintah (SLPTT) yang dilaksanakan di Desa
Mekarjaya semenjak tahun 2008 masih mengikuti rekomendasi pemupukan secara
umum di Kabupaten Bogor yaitu 100 kg Urea/ ha dan 300 kg Phonska/ ha. Oleh
karena itu untuk dapat meningkatkan produktivitas padi serta kualitas hasil panen,
perlu dilakukan perbaikan yang salah satunya yaitu dengan pemupukan secara
spesifik lokasi melalui PTTC (Pengelolaan Tanaman Terpadu secara Cermat).
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Melihat perbedaan budidaya antara cara petani, PTT pemerintah, dan
PTT cermat,
2. Melihat kualitas hasil panen dari ketiga pengelolaan petani, PTT
pemerintah dan PTT cermat,
3. Meningkatkan nilai ekonomi/keuntungan usahatani padi sawah dengan
membandingkan efisiensi input dari ketiga budidaya padi sawah.
1.3 Hipotesis
Pengelolaan secara cermat pada budidaya padi sawah melalui efisiensi
input (pengelolaan tanaman terpadu, dan perbaikan status hara tanah) dapat
meningkatkan produktivitas serta menguntungkan secara ekonomis.
1disampaikan pada pertemuan dua mingguan BP3K Wil Dramaga pada tahun 2011 olehDewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertanian Cermat
Konsep baru pertanian cermat yang berbasis masyarakat merupakan
pertanian yang mempertimbangkan kearifan petani yang terorganisir dengan baik
disertai platform teknologi. Kearifan dari suatu kelompok petani dapat
memperbaiki sistem pertanian konvensional melalui pengelolaan keragaman
secara hirarkis: keragaman antara petani dalam hal motivasi dan jenis tanaman
sebagaimana dengan keragaman di dalam lahan (within-field) dan antar lahan
(between-field). Keragaman ini harus dikelola dengan baik agar dapat
meningkatkan ekonomi secara menyeluruh disertai pertimbangan untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan. Platform teknologi yang terorganisasi
melalui inovasi dari pengembangan perusahaan dengan tiga kunci teknologi yaitu:
teknik pemetaan, teknik variable–rate dan sistem pendukung keputusan yang
mempertimbangkan kondisi pedesaan. Pertanian cermat di dalam usaha tani skala
kecil dapat dipahami sebagai suatu strategi dalam pengelolaan variabilitas antar
lahan. Keterkaitan yang baik antara kearifan petani dan platform teknologi akan
menghasilkan informasi yang berorientasi pada bidang informasi dan produk
tambah yang mendorong multifungsi pertanian untuk menciptakan suatu rantai
bernilai yang baru dalam sistem agro-produksi-konsumsi (Shibusawa, 2003).
Rains dan Thomas (2009) menyatakanbahwa pertanian cermat muncul
sebagai suatu praktek pengelolaan dengan potensi untuk meningkatkan
keuntungan dengan memanfaatkan informasi yang lebih akurat tentang sumber
daya pertanian. Sementara itu Sutono (2009) menyatakan bahwa tujuan dari
pertanian cermat adalah memperoleh keuntungan yang optimal. Keuntungan
tersebut dapat dicapai dari pertanian cermat yang menggunakan peralatan serba
otomatis dan dapat juga dicapai oleh pertanian cermat yang belum memasang
peralatan serba otomatis.
2.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu
Di Indonesia salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat
meningkatkan produktivitas padi sawah yaitu dengan pendekatan Pengelolaan
4
Tanaman Terpadu (PTT). Menurut tim penyusun Petunjuk Teknis Lapang PTT
Padi Sawah Irigasi (Abdulrachmanet al., 2007), PTT pada dasarnya merupakan
pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu dan bukan merupakan suatu paket
teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan filosofi
bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur
hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu menurut Zaini et al. (2010) adalah suatu
pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif
bersama petani. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT
bersifat: (1) partisipatif, (2) dinamis, (3) spesifik lokasi, (4) keterpaduan, dan (5)
sinergis antar komponen.
Ishaq (2011), menyatakan pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan
produktivitas padi telah menggulirkan progam P2BN (Peningkatan Produksi
Beras Nasional) yang salah satunya melalui SLPTT. Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu dilakukan dengan cara membagi setiap satuan unit SLPTT
seluas 25 ha ke dalam Laboratorium Lapangan (LL) seluas ± 1 ha dan wilayah
hamparan SLPTT seluas ± 24 ha.
Menurut Pramono et al. (2005), pendekatan PTT pada padi sawah dengan
menerapkan komponen-komponen teknologi budidaya sinergis mampu
meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen GKG
(Gabah Kering Giling) yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola petani. Selain
itu juga mampu meningkatkan keuntungan usaha tani berkisar antara 25 –
58%.Begitu pula menurut Haryani (2009), sebagian besar petani progam PTT
telah mencapai efisiensi teknis dan lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan
progam PTT.
2.3 Karakteristik Padi Varietas Ciherang
Menurut Ismunadji dan Roechan (1988) padi adalah tanaman unik karena
dapat tumbuh dalam keadaan tergenang maupun pada tanah kering. Dinamika
hara pada kedua ekosistem tersebut berbeda. Ketersediaan air yang cukup
merupakan keuntungan padi sawah. Produksi yang tidak stabil pada padi sawah
tadah hujan dan gogo seringkali disebabkan oleh masalah kekurangan air.
5
Padi varietas Ciherang adalah hasil persilangan antara varietas IR64
dengan varietas/galur lain. Sebagian sifat IR64 juga dimiliki oleh Ciherang,
termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi, sehingga varietas Ciherang lebih
disukai oleh banyak orang (Hermanto, 2006).Menurut Ruskandar et al. (2008)
pada preferensi uji varietas ditunjukkan bahwa selain varietas Ciherang lebih
dikenal oleh petani dibandingkan varietas lainnya juga disukai mulai dari tampilan
tanaman saat vegetatif, jumlah anakan dan panjang malai, bentuk dan warna
gabah serta beras, dan penerimaan umum terhadap organoleptik nasi.
Berdasarkan uji organoleptik yang telah dilakukan untuk mengevaluasi
mutu rasa nasi Ciherang menurut Dewi (2011) dengan melibatkan 30 panelis,
maka berdasarkan uji hedonik, jumlah panelis yang menyatakan suka dan sangat
suka pada beras varietas Ciherang berdasarkan atributwarna, kilap, aroma,
kepulenan, dan rasa nasinya masing-masing 90%, 70,5%, 40,5%, 65%, dan 64%.
Berdasarkan uji peringkat,yang menempatkannasi Ciherang pada urutan pertama
dari empat macam nasi dari beras yang banyak beredar di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Selatan berdasarkan atribut warna, kilap, aroma, kepulenan, dan rasa
masing-masing adalah 74,3%, 53%, 46,2%, 53,8%, dan 57,6%.Oleh karena itu
mutu beras varietas Ciherang tidak diragukan dan kebanyakan konsumen
menyukai rasanya.
Deskripsi Varietas Ciherang (Padi Modern) menurut Suprihatno et
al.(2010) adalah sebagai berikut :
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/2*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Cere
Umur tanaman : 116-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
6
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Bobot 1.000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6.0 ton/ha GKG
Potensi hasil : 8.5 ton/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama : Tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan
biotipe 3
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
2.4 Pengelolaan Hara
Pengelolaan hara pada sistem sawah yang baik terjadi jika antara masukan
dan keluaran seimbang. Keseimbangan hara dapat terganggu dengan adanya
faktor-faktor seperti pencucian, penguapan, denitrifikasi, dan fiksasi. Pada
budidaya sawah pengelolaan hara yang baik dapat dilakukan dengan pemupukan
yang tepat cara, tepat dosis, tepat waktu, tepat posisi, dan tepat mutu. Pemupukan
pada padi sawah dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK (pupuk
majemuk) ataupun pupuk tunggal.
Serapan hara oleh tanaman padi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain varietas, keadaan fisik tanah, iklim, status air tanah, ketersediaan unsur hara,
pH, suhu, adanya ion kompetitif dan sifat fiksasi tanah (Ismunadji dan Roechan,
1988). Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), untuk setiap ton padi yang
dihasilkan dibutuhkan sekitar 14,7 kg N/ha; 2,6 kg P/ha; dan 14,5 kg K/ha yang
dapat diperoleh tanaman dari tanah, air irigasi, sisa tanaman atau dari pupuk
7
(organik dan/atau anorganik) yang ditambahkan. Makin tinggi hasil yang
diperoleh makin besar hara yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
Abdulrachman et al. (2009) menyatakan bahwa penggunaan pupuk pada
padi sawah seyogyanya memenuhi persyaratan antara lain: 1) memenuhi
keperluan hara tanaman dengan mempertimbangkan ketersediaan dalam tanah dan
suplai dari luar untuk menjamin perolehan hasil gabah yang tinggi, baik kuantitas
maupun kualitas, 2) menekan kehilangan hara dari tanah, tanaman dan air untuk
pelestarian lingkungan, 3) mudah digunakan, baik oleh petani kecil maupun petani
berskala besar, dan 4) teknologi baru pengelolaan pupuk yang dianjurkan lebih
mudah diterapkan dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada.
Menurut Dobermanndan Fairhust (2000), dengan pengelolaan hara yang
tidak berimbang akan menyebabkan kehilangan hasil padi hingga 40%, dan
apabila ditambah dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik maka kehilangan
hasil dapat mencapai 60% dari potensi hasil.
De Datta (1981) menyatakan bahwa terdapat dua kemungkinan hasil
produksi yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, yaitu: 1) hara yang berasal
dari pupuk tidak dapat diambil oleh tanaman karena waktu pemupukan dan atau
penempatan pupuk yang salah, atau karena adanya perubahan bentuk hara,
sehingga pupuk yang diberikan tidak tersedia bagi tanaman; 2) meskipun hara
dapat diambil tanaman, tetapi hara tidak digunakan untuk memproduksi bulir padi
akibat adanya faktor pembatas seperti kekurangan air atau cahaya, atau karena
kekurangan salah satu unsur hara tertentu.
Abdulrachman et al. (2009) menyatakan beberapa faktor yang akan
menentukan efisiensi penggunaan pupuk antara lain: a) macam tanah, b)
pengelolaan hama dan penyakit, c) varietas padi, d) waktu pemberian pupuk, e)
musim dan waktu tanam, f) sumber/macam pupuk, g) tataguna air, h) rotasi
tanaman, dan i) pengendalian gulma.
Menurut Witt et al. (2007), potensi terbesar perbaikan pengelolaan hara
hanya dapat dicapai melalui pengelolaan tanaman yang baik, yang manacara
pengelolaan tanaman mempengaruhi besarnya respon tanaman terhadap perbaikan
pengelolaan hara dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
I. Menggunakan benih bermutu serta varietas unggul yang sesuai
8
II. Menanam bibit muda (misal : 10 – 20 hari setelah semai)
III. Meratakan permukaan tanah dan menjaga kedalaman air pada seluruh
bidang lahan untuk mendapat pertanaman yang seragam. Cara ini
mengurangi kebutuhan air secara keseluruhan.
IV. Memilih jarak tanam yang cocok untuk efisiensi tajuk daun (misal: 20-
40 rumpun/m2, dengan 1-3 tanaman/rumpun bagi padi yang ditanam
pindah atau 80-120 kg benih per hektar bila benih disebar langsung).
V. Tidak membiarkan gulma bersaing dengan tanaman padi dalam hal
ruang, air, cahaya, dan hara.
2.4.1 Nitrogen
Menurut Fairhurstet al. (2007), Nitrogen mempercepat pertumbuhan
tanaman, memperbesar ukuran daun, dan meningkatkan jumlah bulir per malai. N
mempengaruhi semua parameter yang mendukung hasil. Ketika N dalam jumlah
cukup diberikan kepada tanaman, kebutuhan akan hara-hara lain seperti P dan K
meningkat.
Kirk (1996) dalam Abdulrachman et al. (2009) menyatakan bahwa di
daerah-daerah yang menanam padi secara intensif, masukan nitrogen semakin
banyak diperlukan, karena laju kehilangan N pada tanah yang sering ditanami
padi sangat tinggi.
2.4.2 Fosfor
Fairhurstet al. (2007), menyatakan bahwa unsurFosfordiperlukan pada
awal tahap pertumbuhan, penyimpanan cadangan makanan dan pengangkutan
energi dalam tanaman. Fosfor bersifat mobil (mudah berpindah) dalam tanaman
dan mendorong pembentukan anakan, pertumbuhan akar, pembungaan awal, dan
pemasakan.
Menurut Abdulrachman et al. (2009), hara P sangat diperlukan tanaman
padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan tanaman
tersebut, P berfungsi memacu pembentukan akar dan penambahan jumlah anakan.
Selain itu, P juga berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah.
Tanaman dengan kahat P menyebabkan jumlah anakan berkurang dan
pertumbuhan tanaman terhambat.Jumlah daun, malai, dan bulir/malai juga
9
berkurang. Daun muda tampak sehat, tetapi daun tua menjadi coklat lalu mati.
Pemasakan buah tertunda (sering hingga 1 minggu atau lebih). Kahat P tingkat
sedang sulit dikenali di lapang. Kahat P sering berhubungan dengan masalah
hara-hara lain seperti keracunan Fe pada pH rendah, kahat Zn, kahat Fe, dan
salinitas di tanah alkalin (Fairhurstet al., 2007)
2.4.3 Kalium
MenurutFairhurstet al. (2007) K mempunyai fungsi sangat penting dalam
sel tanaman dan diperlukan untuk memindahkan produk fotosintesis dalam
tanaman. Selain memperkuat dinding sel, K juga mendukung fotosintesis dan
pertumbuhan tanaman. Kalium juga dapat meningkatkan jumlah bulir per malai,
persentase gabah isi, dan bobot 1.000 butir gabah.
Abdulrachman et al.(2009), menyatakan bahwa meskipun pada
kenyataannya total K yang diserap oleh tanaman lebih besar daripada N maupun
P, namun demikian perhatian mengenai kalium sampai saat ini masih kurang
dibandingkan dengan kedua unsur tersebut.
2.4.4 Magnesium
Fairhurst et al. (2007), menyatakan bahwa Mg merupakan salah satu
elemen klorofil (hijau daun) dan terlibat dalam fotosintesis. Magnesium sangat
mobil dan selalu siap pindah dari daun tua ke daun muda,sehingga gejala kahat
Mg terlihat pertama kali pada daun tua. Gejala-gejala dan pengaruh lain kahat Mg
adalah: 1) jumlah bulir dan bobot 1.000 butir gabah berkurang, 2) mutu gabah (%
beras giling, protein, dan kandungan pati) menurun, 3) keracunan Fe bisa lebih
nyata bila Mg merupakan bagian dari stress kahat sejumlah hara (K, P, Ca, dan
Mg). Tanaman yang kahat Mg harus diperlakukan dengan: 1) pemberian pupuk
yang mengandung Mg, 2) penyemprotan daun dengan pupuk cair yang
mengandung Mg, 3) pemberian dolomit pada lahan kering masam.
2.4.5 Kalsium
Kalsium menurut Fairhurst et al. (2007) berperan dalam memperkuat
fungsi akar dan membuat tanaman tidak mudah keracunan Fe. Kalsium juga
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, seperti hawar daun bakteri.
10
Pada tanaman padi Ca lebih immobil dibandingkan dengan K dan Mg, karena Ca
tidak dapat ditranslokasikan kembali ke bagian tanaman yang baru tumbuh, maka
gejala kahat umumnya muncul pada daun muda pertama. Kahat Ca bisa
menyerupai kahat B, hanya sedikit perubahan dalam penampilan umum tanaman
kecuali bila kahat Ca parah, yaitu tanaman tumbuh kerdil dan akhirnya mati.
Kahat Ca pada tanaman dapat diperbaiki dengan: pemberian pupuk daun yang
mengandung Ca, CaCl2 (padat atau larutan), pemberian gypsum, kapur pada tanah
masam, pemberian Mg atau K bersama Ca, dan pemberian pirit untuk mengatasi
pengaruh pada air yang kaya NaHCO3 yang dapat menghambat penyerapan Ca.
2.4.6 Unsur Mikro
Tanggapan tanaman padi terhadap pemberian Zn berkaitan erat dengan
nisbah kadar unsur (N + P + K)/Zn dan (Cu + Fe + Mn)/Zn tanah, yang mana
semakin besar nisbah kadar unsur-unsur tersebut maka tanaman semakin tanggap
terhadap pemberian Zn (Subadiyasa, 1988).
Menurut Fairhurst et al. (2007) secara umum unsur mikro segera tersedia
setelah penggenangan. Mangan dan Fe diperlukan untuk fotosintesis dan
kekurangan Fe dapat menghambat absorpsi K oleh tanaman. Peran Cu dalam
mengatur proses: N, protein, dan metabolisme hormon; serta fotosintesis dan
respirasi. Boron sangat penting pada dinding sel. Pengelolaan unsur hara mikro
yaitu dengan mengelola air, menambah bahan organik, serta dengan pemupukan
hara mikro.
2.4.7 Bahan Organik
Peranan bahan organikterhadap sifat fisik tanahyaitu meningkatkan
dayamenahan air (water holding capacity),memperbaiki struktur tanah
menjadiremah, mencegah pengerasan tanah,serta menyangga reaksi tanahdari
kemasaman,kebasaan, dan salinitas.
Peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah yaitu meningkatkan
kapasitas tukarkation tanah, berfungsi sebagai cadangansekaligus sumber hara
makro dan mikro,mengikat kation yang mudah tersedia bagitanaman tetapi
menahan kehilangan haraakibat pencucian (leaching), dan berfungsidalam
11
pembentukan chelate(ikatan organik)terhadap unsur mikro Fe, Zn, Mn sehingga
tetap tersedia bagi tanaman.
Peranan bahanorganik terhadap terhadap sifat biologi tanah yaitu
mendorong pertumbuhan mikrobasecara cepat sehingga dapat memperbaikiaerasi
tanah, menyediakan energi bagikehidupan mikroba tanah, meningkatkanaktivitas
jasad renik (mikroba tanah), danmeningkatkan kesehatan biologis
tanah(Dobermann dan Fairhurstet al., 2000).
2.5 Efisiensi Pupuk
Abdulrachman et al. (2009), menyatakan bahwa efisiensi penggunaan
pupuk adalah tambahan hasil yang diperoleh dari suatu pertanaman untuk tiap unit
hara yang berasal dari pupuk yang digunakan dalam suatu kondisi tanah dan iklim
tertentu. Pemupukan yang efisien akanmenghemat penggunaan pupuk, karena
dengan jumlah pupuk yang lebih sedikit akan diperoleh hasil yang sama atau lebih
tinggi.
Witt et al. (2007), menyatakan bahwa penggunaan pupuk menjadi efisien
apabila sebagian besar pupuk yang diberikan diserap oleh tanaman. Efisiensi
pupuk pada tanaman dapat ditingkatkan bila:
· Jumlah pupuk yang diberikan memperhitungkan jumlah hara yang telah
tersedia dalam tanah,
· Pertanaman diberi pasokan hara yang dibutuhkan secara seimbang,
· Pupuk ditempatkan sedemikian sehingga dapat diserap sebanyak mungkin
(misal: urea tablet dibenamkan),
· Pupuk N diberikan sesuai perubahan status N tanaman sepanjang pertumbuhan
daun dengan Bagan Warna daun,
· Menggunakan benih bermutu tinggi dari varietas yang sesuai,
· Pemeliharaan tanaman (misal: pengendalian gulma, jarak tanam, pengelolaan
persemaian, dan pengelolaan air) dilaksanakan pada standar tinggi, dan
· Hama dan penyakit dikendalikan secara terpadu.
12
III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1 Lokasi
Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di
Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa
Mekarjaya pada sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda
Kotamadya Bogor, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kotabatu Kecamatan
Ciomas, sebelah selatan berbatasan dengan Desa ParakanKecamatan Ciomas, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciomas Kecamatan CiomasKabupaten
Bogor.
Desa Mekarjaya memiliki luas wilayah sekitar 86,5 ha denganlahan
pertanian padi sawah kurang lebih 28 hektar dan terbagi ke dalam dua blok yang
dipisahkan oleh jalan utama dan pemukiman. Kedua blok itu adalah Kelompok
Tani Sauyunan di Kampung Sawah Ilir dan blok Kelompok Tani Babakti di
Kampung Sawah Kaum, dengan rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 0,2 ha.
Lahan sawah di Desa Mekarjaya dari tahun ke tahun semakin berkurang karena
adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, dan diperkirakan
peluang terjadinya konversi lahan akan semakin besar pada tahun-tahun
berikutnya (Yasin, 2010).
Lahan sawah di Desa Mekarjaya merupakan lahan sawah yang mendapat
pengairan dari dua bagian hulu sungai Ciomas yang mengalir dari Desa Parakan
dan Desa Kota Batu.Secara geografis daerah penelitian ini terletak pada
6⁰36’42,15’’ LS dan 106⁰46’46,16’’ BT. Peta situasi lokasi penelitian yang
ditandai oleh lingkaran yang berwarna merah yang diambil dari Google Earth
(2012) disajikan pada Gambar 1.
13
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Lahan Sawah Desa Mekarjaya
3.2 Geologi dan Bahan Induk
Lokasi penelitian termasuk pada zone fisiografi Bogor yang berasal dari
Salak – Prabakti – Endut. Zone fisiografi Bogor mempunyai ciri daerah
antiklinorium karena zone ini pernah mengalami pelipatan yang kuat.
Berdasarkan peta geologi bersistem, Indonesia (Effendiet al., 1998),
dibentuk terutama oleh formasi-formasi volkanik yang dihasilkan oleh dua gugus
volkan yaitu gugus Salak, Prabakti dan gugus Pangrango, Gede, Limo-Kencana.
Lokasi penelitian di Desa Mekarjaya termasuk formasi volkanik batuan gunung
api gunung Salak yaitu Qvsb yang merupakan lahar, breksi tuffan dan lapili,
bersusunan andesit basal umumnya lapuk sekali.
Berdasarkan peta tanah semi detil skala 1 : 50.000 (LPT, 1979), Desa
Mekarjayamerupakan wilayah yang berombak dengan jenis tanah Regosol coklat
kekelabuan dengan tekstur agak kasar dan drainase cepat serta berbahan
indukvolkanik (lahar) yang terletak pada dataran sedang ketinggian ± 269 m dpl.
Berdasarkan peta penggunaan di Desa Mekarjaya pada Gambar
2ditunjukkan penggunaan lahan didominasi oleh pemukiman, walaupun demikian
padi sawah merupakan tanaman utama di Desa Mekarjaya. Hampir semua lahan
Klp Babakti
Klp Sauyunan
Kodya Bogor
Desa Mekarjaya
Lokasi penelitian
14
basah di desa ini selalu ditanami padi sawah kecuali pada beberapa tempat yang
pada musim kering air tidak sampai, maka ditanami palawija.
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Desa Mekarjaya
15
3.3 Iklim
Berdasarkan peta agroklimat (Oldeman, 1975), Desa Mekarjaya termasuk
zone agroklimat tipe A1, dengan bulan basah lebih dari 9 bulan secara berurutan
dan bulan kering kurang atau samadengan 1 bulan. Bulan basah adalah bulan yang
mempunyai curah hujan lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan
yang mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm (Tabel 1). Tipe iklim A1
merupakan tipe iklim yang sesuai untuk penanaman padi secara terus menerus,
tetapi produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah
sepanjang tahun.
Tabel 1. Data Curah Hujan Tahun 2002 - 2011
BulanTahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Rata-rataJan 629 212 404 537 352 374 251 361 252 179 3551 355Feb 475 636 327 580 538 438 377 305 461 91 4228 423Mar 414 271 432 568 504 276 673 261 414 140 3953 395Apr 578 309 643 308 596 473 527 260 43 295 4032 403Mei 247 501 374 429 523 198 277 571 331 300 3751 375Jun 345 180 169 682 138 274 172 338 303 143 2744 274Jul 312 25 209 215 243 134 172 131 270 256 1967 197Ags 128 91 166 163 403 248 162 33 478 28 1900 190Sep 118 270 392 320 342 206 343 157 601 343 3092 309Okt 298 552 277 351 425 230 311 416 436 204 3500 350Nop 416 326 401 423 355 444 509 407 284 378 3943 394Des 365 398 432 252 30 476 255 258 422 185 3073 307
Jumlah 4325 3771 4226 4828 4449 3771 4029 3498 4295 2542 45521 4552Sumber : Stasiun Klimatologi dan Geofisika Dramaga Bogor
Berdasarkan curah hujan harian selama penelitian (Gambar 3) diketahui
bahwa curah hujan terendah pada bulan Agustus sebesar 28.1 mm termasuk ke
dalam bulan kering, sedangkan bulan Juli, September, Oktober dan Nopember
jumlah curah hujan bulanan termasuk dalam bulan basah yaitu lebih dari 200
mm/bulan. Adanya bulan kering yang ekstrim terutama pada awal pertumbuhan
tanaman, mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dikarenakan
kekurangan air.
16
Gambar 3. Curah Hujan Harian selama Penelitian
3.4 Pengelolaan Padi Sawah di Desa Mekarjaya dari Tahun 2008-2011
Pengelolaan padi sawah biasanya dilakukan oleh para penggarap dan atau
petani yang menyewa lahan orang lain, sedangkan petani pemilik sawah yang
terjun langsung untuk mengelola sawahnya hanya sedikit, sehingga intensitas
modal rata-rata petani di desa ini rendah. Selain itu rata-rata para petani di desa ini
usianyasudah lanjut dengan sebagian besar tingkat pendidikannya hanya lulus
Sekolah Dasar (SD). Sedikit sekali pemuda yang mau menanam padi, walaupun
ada yang bergerak di bidang pertanian hanya sebagai pekerjaan sampingan. Hal
ini dikarenakan mata pencaharian utama rata-rata penduduk di desa ini adalah di
bidanghome industryberupa bengkel sandal sepatu, karena Desa Mekarjaya
merupakan salah satu sentra sandal sepatu di Kecamatan Ciomas.
Petani di Desa Mekarjaya pada waktu pengolahan tanah lebih memilih
menggunakan tenaga kerja hewan (kerbau) dan atau manusia dengan alasan
beberapa bagian lahan lumpurnya relatif dalam. Walaupun demikian pada lahan
sawah yang relatif datar dengan petakan yang luas dan akses jalanserta lumpur
yang tidak terlalu dalam, maka penggunaan traktor masih menguntungkan bagi
petani.
Sistem bagi hasil pada budidaya padi sawah di desa ini disebut dengan
sistem “ngepak” yaitu pengolahan lahan dan pemupukan dilakukan oleh pemilik
atau penggarap, tetapi mulai dari menanam (tandur), pemeliharaan
0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0
100.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
mm
Curah Hujan Harian
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
17
(pembersihangulma), dan pemanenan dilakukan oleh ibu-ibu yang disebut
“pengepak”. Pengepak biasanya lebih berkuasa dalam hal penanaman dan
pemeliharaan tanaman dibandingkan pemilik atau penggarap lahan, dan rata-rata
sudah berusia lanjut. Hasil panen yang diperoleh “pengepak” adalah 1 kg dari
setiap 5 kg gabah yang telah dipanen, dan untuk penggarap hasil panen dibagi rata
dengan pemilik sawah yang biasa disebut sistem “paro”.
Pola tanam pada lahan sawah dengan pengairan yang cukup sepanjang
tahun ialah dengan menanam padi terus menerus sepanjang tahun. Lain halnya
pada lahan sawah yang tersedia airhanya pada waktu musim hujan, maka pada
musim kemarau ditanami oleh tanaman palawija atau sayuran seperti jagung
manis, talas, ubi jalar, ubi kayu, mentimun, dan kacang panjang. Terjadinya
kekurangan air ini lebih disebabkan oleh tidak adanya pengelolaan air yang baik
pada saluran irigasi, yaitu tidak adanya“ulu-ulu” (orang yang mengatur
pembagian air dan memelihara saluran air untuk lahan sawah), maka pembagian
air kurang merata pada setiap lahan sawah.Selain itu adanya keramba ikan dan
kolam di bagian hulu serta banyaknya sampah pada saluran air juga menghambat
kelancaran aliran air pada lahan-lahan sawah.
Petani di desa Mekarjaya lebih memilih menjual hasil panen berupa Gabah
Kering Panen (GKP) kepenggilingan dengan harga sekitar Rp. 2.600,00
(berdasarkan penjualan petani pada tahun 2010 sampai 2011) dibandingkan dengan
menjual hasil panen berupa beras kepada konsumen. Walaupun demikian masih
banyak petani yang memilih untuk mengkonsumsi sendiri (subsisten) sebagai
bahan persediaan makanan, sehingga rata-rata tingkat pendapatan petani pun masih
rendah.
Secara umum teknologi pertanian yang telah diterapkan oleh petani di
DesaMekarjayabelum sepenuhnya sesuai anjuran, banyak faktor penyebabnya,
diantaranya tingkat pendidikan formal masih rendah (rata-rata lulusan SD), sudah
lanjut usia, kemampuan ekonomi yang lemah, dan adanya budaya“ngepak”, serta
kelembagaan Kelompok Tani yang masih lemah. Walaupun pada saat ini
pengetahuan petani sedikit berkembang,yaitupetani sudah dapat mengetahui
varietas unggul yang cocok untuk ditanam di wilayahnya dan mengembalikan
jerami ke lahan pertanian dengan tidak membakarnya, namun penerapan teknologi
18
pada usaha tani padi sawah di Desa Mekarjaya masih terbatas dan masih
memerlukan pembinaan yang intensif dari instansi yang terkait.
Gambar 4. Rata-rata Produktivitas Padi Sawah di Desa Mekarjaya Tahun 2008 -2011
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari 19 orang petani dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 di Desa Mekarjaya dari Kelompok Tani Babakti
maupun Kelompok Tani Sauyunan(Gambar 4) ditunjukkan bahwa rata-rata
produktivitas padi ton/ha di Desa Mekarjaya yaitu GKP, GKG, dan beras pada
tingkat petani adalah 4,46, 3,82, dan 2,41 ton/ha, sedangkan GKP, GKG, dan
beras pada tingkat SLPTT adalah 7,88, 6,74, dan 4,26 ton/ha.Hasil ini diperoleh
dengan mengacu pada rendemen beras sebesar 0,632 , GKG = 0,856 x GKP, dan
hasil ubinan dengan alat ubin ukuran 2,5 x 2,5 m2. Hal ini menunjukkan bahwa
selama SLPTT dilaksanakan dari tahun 2009 sampai dengan 2011 telah terjadi
peningkatan produktivitas sebesar 76,70%.
7,88
4,46
6,74
3,824,26
2,41
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
SLPTT Petani
ton/
ha GKP
GKG
Beras
19
IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Babakti Desa Mekarjaya
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor pada LL-SLPTT (Lahan Laboratorium-
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) seluas satu hektaryang dibagi
kedalam 4 blok berdasarkan lokasi untuk keperluan analisis tanah, yaitu blok A,
B, C, dan D, dan petak PTTC (Pengelolaan Tanaman Terpadu secara Cermat)serta
petani yang terdapat pada blok C. Lahan Laboratorium-SLPTT seluas 1 hektar
yang dilakukan di lahan kelompok Babakti merupakan lahan sawah yang dimiliki
oleh beberapa orang petani yang terdiri dari 24 petak yang dibagi ke dalam
beberapa orang pengepak dan satu pengepak dapat memegang lebih dari satu
petakan sawah.
Kegiatan di lapang dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Nopember
2011, meliputi: 1. pengambilan contoh tanah sebelum tanam dan sesudah panen,
2. Penanaman padi sawah dengan tiga perlakuan pengelolaan yang berbeda.
Analisis contoh tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB dan laboratorium BPT Bogor sampai dengan
bulan Mei 2012, dan pengujian organoleptik dilakukan di Laboratorium
SEAFAST Center IPB.
4.2 Bahan dan Alat
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan meliputi: benih padi varietas
Ciherang berlabel biru, pupuk kandang, pupuk Urea, SP36, KCl, Phonska (pupuk
majemuk), pupuk cair lengkap GDP, serta pestisida jika diperlukan untuk
mengantisipasi kemungkinan timbulnya hama dan penyakit.
Alat yang digunakan adalah: alat-alat pertanian untuk di sawah, dan
berbagai alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan uji variansi satu arah atau One Way ANOVA
dengan asumsi contoh yang diambil acak dan tidak berhubungan satu dengan yang
lainnya, populasi darimana contoh diambil memiliki sebaran normal, dan varians
20
dari populasi-populasi memiliki ragam yang sama dan diuji lanjut dengan uji
Duncan untuk membandingkan tiga pengelolaan yang berbeda yaitu petak
pengelolaan PTTC, pengelolaan menurut petani, dan petak SLPTT. Pada setiap
pengelolaan diambil 5 ubinan yang masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 m2dari
petak seluas ± 500 m2 (Gambar 5).
PTTC Petani SLPTT
Keterangan : U = ubinan ukuran 2,5 x 2,5 m = pengambilan 5 rumpun contoh
Gambar 5. Skema Pengambilan Contoh pada Ketiga Pengelolaan
Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT menurut Zaini et al.
(2010) dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen dasar
sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi sawah, sedangkan untuk
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani
setempat.
Komponen dasar :
1. Varietas unggul.
2. Benih bermutu dan berlabel.
Pada penelitian dipilih varietas Ciherang berlabel biru karena lebih banyak
petani yang menyukai varietas ini dari rasa nasinya. Menurut Sumarno dan
Sutisna (2010) tanaman padi varietas Ciherang cocok pada musim kering
dengan hasil 6,6 t/ha, sedangkan pada musim hujan menghasilkan 4,41 t/ha.
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
21
3. Penambahan bahan organik saat pengolahan tanah.
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum.
Pada penelitian ini penanaman padi dilakukan dengan sistem legowo 2:1 yang
ditunjukkan pada Gambar 6, yaitu dengan caplak ukuran 25 cm dan 50 cm
digunakan untuk jarak barisan tanaman dan ukuran 12,5 cm untuk jarak dalam
barisan tanaman. Jarak tanam yang digunakan pada sistem legowo adalah 12,5
cm x 25 cm x 50 cm. Berdasarkan hasil penelitian Pahruddinet al. (2004)
ditunjukkan bahwa cara tanam legowo mampu menghasilkan gabah kering
panen lebih tinggi dan pemeliharaan tanaman lebih mudah dibanding cara
tanam tegel.
Gambar 6. Penanaman Padi Jajar Legowo
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Pada penelitian jumlah pupuk yang digunakan untuk SLPTT berdasarkan
rekomendasi umum yaitu 100 kg urea/ha dan 300 kg phonska/ha, sedangkan
untuk PTTC digunakan pupuk urea 257 kg/ha, SP36 182 kg/ha, KCl 220
kg/ha, dan pupuk GDP (pupuk lengkap) 1,5kg/ha dengan komposisi: N 13%;
P2O5 6%; K2O 11%; MgO 0,5%; B 0,1%; Fe 2%; Mn 0,7%; Cu 0,8%; Zn
1,9%yang dilakukan tiga kali penyemprotan yaitu 2 kali sebelum pembungaan
dan 1 kali setelahnya.
6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan
pengendalianhamaterpadu (PHT).
Komponen pilihan:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
2. Penggunaan bibit muda umur kurang dari 21 hari setelah semai (HSS) dengan
1-3 bibit/rumpun.
3. Pengairan secara efektif dan efisien.
4. Penyiangan dengan landak atau gasrok.
5. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
12,5 cm
25 cm 50 cm 25 cm 50 cm 25 cm 50 cm 25 cm
22
Adapun perbedaan perlakuan pada ketiga pengelolaan yaitu SLPTT,
pengelolaan petani, dan PTTC terdapat pada Tabel 2. Pada penelitian ini terutama
untuk PTTC berusaha untuk mengadopsi komponen dasar dan pilihan pada PTT
tetapi tetap menyesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani
setempat.
Tabel 2. Perbedaan Perlakuan pada Ketiga Pengelolaan
Komponen teknologi Petani SLPTT PTTCVarietas padi ungguldan bersertifikat Ciherang Ciherang Ciherang
Jarak tanam Tanpa caplak ±20 x 20 cm
Jajar legowo 2 :112,5 cm x 25cm x 50 cm
Jajar legowo 2 : 112,5 cm x 25 cm x 50 cm
Umur bibit ≤ 21 hari ≤ 21 hari ≤ 21 hariJumlah bibit / lubang 3 – 6 bibit 2 - 3 bibit 2 - 3 bibit
Pemupukan
Pupuk kandang(1 ton/ha)Urea 80 kg/haPhonska 80kg/ha
Pupuk kandang(1 ton/ha)Urea 100 kg/haPhonska 300kg/ha
Pupuk kandang (1 ton/ha)Urea 257 kg/haSP36 182 kg/haKCl 220 kg/haPupuk GDP 1,5kg/ha
Penyianganberdasarkan kepadatangulma denganlandak/gasrok
Tidak dilakukankarenakekeringan
Tidak dilakukankarenakekeringan
Dilakukan secara manualtanpa menggunakanlandak/gasrok karenakekeringan
Panen tepat waktu dangabah segera dirontok
Panen padawaktu yangtepat 125 HST
Panen padawaktu yangtepat 125 HST
Panen pada waktu yangtepat 118 HST
4.4 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati adalah :
a. Hasil dan komponen hasil
Hasil panen dilakukan dengan ubinan berukuran 2,5 x 2,5 m. Menurut
Ishaq (2009), ubinan merupakan cara pengambilan data hasil panen yang
dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen
tertentu untuk mewakili seluruh hamparan lahan yang diusahakan.
Jumlah malai per-rumpun, persentase butir hampa dan berat 1.000 butir
diambil dari 5 rumpun contoh pada setiap ubin setelah panen. Hasil gabah
ditimbang dalam bentuk GKP, GKG, dan beras dari setiap ubinan, yang
kemudian dikonversikan ke dalam ton/ha.
23
b. Analisis tanah dan tanaman
Pengambilan contoh tanah dilakukan sebelum penanaman dan sesudah
pemanenan pada kedalaman lapisan olah tanah (0-20 cm). Sifat tanah yang
ditetapkan adalah pH, N-total, NH4+, NO3
-, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe, Mn,
dan C organik dalam tanah.
Tabel 3. Metode Analisis pada Parameter Tanah dan Tanaman
No Parameter Metode AnalisisTanah
1 pH pH meter2 NH4
+, NO3- KCl 2 N
3 P (%) Bray 14 K, Ca, Mg (me/100g) NH4OAc pH 7.05 Cu, Zn, Mn, Fe HCl 0,05 N6 C org (%) Walkey and Black7 N-total Kjeldahl
Tanaman1 N-total pada jaringan tanaman Kjeldahl2 K, Ca, Mg Pengabuan basah3 P Pengabuan basah4 Cu, Zn, Mn, Fe Pengabuan basah
Pengambilan contoh daun dilakukan sebelum pembungaan, diambil 1 daun
dari 3 teratas sebanyak 15 daun dari setiap perlakuan dan contoh jerami
diambil dari setiap ubinan pada tiga perlakuan. Analisis yang dilakukan
adalah N, P, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe, dan Mn. Metode analisis tanah dan
tanaman disajikan pada Tabel 3.
c. Efisiensi Pupuk
Efisiensi pupuk secara agronomis (EA) dilakukan untuk mengetahui
berapa produksi yang dihasilkan pada setiap 1 kg pupuk yang
ditambahkan, dengan rumus:
EA(kg/kg) =Hasil (yangdiberipupuk− tidakdiberipupuk)
Dosispupuk
d. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji rangking hedonik dengan Uji
Friedman dan uji hedonik (uji penerimaan konsumen denganmenggunakan
24
panelis terlatih yang berjumlah 35 panelis untuk mengevaluasi dan
menentukan kesukaan terhadap nasi.
Uji hedonik atau uji penerimaan konsumen dilakukan untuk
mengungkapkan tanggapan panelis terhadap parameter rasa, aroma,
tekstur, warna, penampakan, kepulenan dan keseluruhan produk yang
terpilih. Skala hedonik yang digunakan adalah 1-7 yaitu 1=sangat tidak
suka, 2=tidak suka, 3=agak tidak suka, 4=netral, 5=agak suka, 6=suka,
dan 7=sangat suka (Soekarto, 1985; Lees, 1975). Uji ini dilakukan pada
nasi untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap produk yang
dihasilkan.
e. Uji ketahanan nasi terhadap basi
Uji ini dilakukan untuk melihat kualitas nasi yang dihasilkan pada tiga
pengelolaan yang berbeda terutama pada ketahan nasi terhadap basi.
Pemasakan nasi dilakukan dengan menggunakan rice cooker yang sama
secara bergantian dengan perbandingan 1 liter beras ditambah 1.5 liter air.
Uji ketahanan nasi terhadap basi dilakukan dengan menggunakan cup dari
plastik secara terbuka dan diamati setiap tiga jam sekali dengan
memperhatikan parameter bau (nilai bau= 1), rasa (nilai rasa basi=2), dan
nilai 0 untuk nasi yang tidak berbau dan rasa basi. Untuk menentukan
penilaian terhadap ketahanan basi yaitu lamanya waktu sampai pada saat
rasa basi pertama kali muncul.
Uji ketahanan basi dilakukan oleh dua orang dengan masing-masing dua
ulangan cup yang berisi nasi.
f. Data yang dikumpulkan adalah data iklim selama masa penanaman padi
yaitu curah hujan harian selama penanaman dan curah hujan selama
sepuluh tahun terakhir, serta data hasil panen SLPTT dan beberapa petani
di Desa Mekarjaya selama 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai
dengan 2011.
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Tanah Sebelum dan Sesudah Panen
Karakteristik tanah pada LL-SLPTT seluas 1 ha (Tabel 4) menunjukkan
bahwa pada lahan satu hektar yang dibagi dalam 4 blok berdasarkan kondisi lahan
yang ada, sebelum tanam maupun sesudah panen terdapat perbedaan karakteristik
tanah. Perbedaan karakteristik tanah sebelum tanam kemungkinan disebabkan
oleh perbedaan dalam pemberian pupuk oleh petani pada setiap petak sawah. Hal
ini dikarenakan kepemilikan lahan dalam 1 ha dimiliki oleh beberapa petani
dengan pemberian pupuk yang tergantung dari kebiasaan petaninya itu sendiri
dalam jenis pupuk yang diberikan, cara, waktu maupun jumlahnya. Walaupun
demikian rata-rata karakteristik tanah setelah panen pada blok A, B, dan D dengan
perlakuan pemupukan yang sama yaitu 100 kg Urea/ha dan 300 kg Phonska/ha,
menunjukkan peningkatan hara N, P, dan K pada tanah.
Karakteristik tanah sebelum dan sesudah panen pada ketiga pengelolaan
yang berbeda yaitu pada blok C (Tabel 5)menunjukkan bahwa pada kondisi
setelah panen terjadi peningkatan pada pH, C-org, bahan organik, K terutama
pada PTTC, Mg, Zn, N kecuali pada pengelolaan petani yang relatif tetap, P
kecuali pada PTTC yang cenderung menurun, Ca kecuali PTTC, dan Mn kecuali
pada pengelolaan petani yang relatif tetap. Terjadinya peningkatan K yang tinggi
pada kondisi setelah panen di PTTC disebabkan pemupukan K yang tinggi.
Penelitian di daerah tropika menunjukkan bahwa pertanaman padi musim
kemarau dengan produksi yang lebih tinggi memerlukan hara termasuk K lebih
banyak dibandingkan pada musim hujan (De Datta, 1981). Kemmler (1971)
menyatakan bahwa untuk menghasilkan 5 ton padi per ha tanaman memerlukan
100 kg N, 22 kg P dan 166 kg K.
Pada kondisi setelah panenditunjukkan bahwa yang mengalami penurunan
yaitu Cu kecuali pada SLPTT yang relatif tetap, NO3-, NH4
+kecuali pada
pengelolaan petani yang relatif tetap, dan Fe kecuali pada SLPTT yang sedikit
meningkat pada kondisi setelah panen.
26
Tabel 4. Data Analisis Tanah pada Lahan LL-SLPTT (±1 ha)
Kode Sampel pH tanah1:2.5
C-org(%)
BO(%)
N(%) NH4
+(%) NO3-
(%)P-Bray
ppmme/100g ppm Contoh
K Ca Mg Zn Fe Mn Cu
ASebelum Tanam 5,30 3,52 6,08 0,29 0,01 0,01 61,1 0,57 10,53 2,88 24 4 61 1Setelah panen 5,30 4,81 8,32 0,29 0,02 0,08 69,4 0,60 13,41 2,80 19 25 112 0
BSebelum Tanam 5,25 2,90 5,01 0,17 0,01 0,03 18,9 0,20 7,92 2,12 14 56 319 2Setelah Panen 5,40 4,22 7,29 0,22 0,02 0,12 20,4 0,39 9,22 1,89 17 169 403 1
CSebelum Tanam 5,20 3,18 5,49 0,30 0,03 0,05 20,4 0,32 8,63 2,27 18 38 186 2Setelah Panen 5,50 4,51 7,80 0,23 0,02 0,06 28,1 0,63 10,74 2,38 15 118 337 1
DSebelum Tanam 5,40 2,58 4,46 0,26 0,01 0,08 25,1 0,63 9,44 3,69 12 10 61 1Setelah Panen 5,40 2,19 3,79 0,27 0,01 0,11 30,2 0,85 11,04 3,69 11 44 70 1
Keterangan: blok yang terdapat ketiga pengelolaan Petani, PTTC, dan SLPTT
Tabel 5. Data Analisis Tanah pada Tiga Pengelolaan (Blok C)
Kode SampelpH
tanah1:2,5
C-org(%)
BO(%)
N(%)
NH4+(
%)NO3
-
(%)
P-Brayppm
-------me/100g------ -------ppm Contoh-------
K Ca Mg Zn Fe Mn Cu
PetaniSebelum Tanam 5,40 4,89 8,45 0,23 0,02 0,10 21 0,50 6,85 2,17 15 121 180 2Setelah Panen 5,70 5,39 9,32 0,23 0,02 0,08 23 0,58 10,64 2,69 17 45 180 1
SLPTTSebelum Tanam 5,40 4,23 7,31 0,21 0,03 0,12 20 0,45 10,24 2,22 15 65 178 1Setelah Panen 5,50 4,91 8,49 0,24 0,02 0,11 41 0,72 10,89 2,44 17 69 269 1
PTTCSebelum Tanam 5,40 4,04 6,99 0,20 0,09 0,34 23 0,29 10,81 2,17 12 106 226 2Setelah Panen 5,60 5,04 8,72 0,22 0,02 0,12 14 1,15 10,36 2,26 16 62 252 1
27
5.2 Tinggi Tanaman Padi
Berdasarkan tinggi tanaman padi menurut hasil uji ANOVA (Tabel 6),
bahwa pada tanaman padi berumur 78 HST (Sig 0,000) dan 96 HST (Sig 0,000)
pada ketiga pengelolaan yaitu petani, SLPTT maupun PTTC secara signifikan
berbeda nyata dengan nilai signifikan < 0,05.
Tabel 6. Uji ANOVA Tinggi Tanaman 78 HST dan 96 HST pada KetigaPengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC)
Jumlah Kuadrat db KuadratTengah F Sig.
Tinggi tanaman78 HST
Antar pengelolaan 12.868,844 2 6434,422 167,466 ,000Dalam pengelolaan 1.613,733 42 38,422Total 14.482,578 44
Tinggi tanaman96 HST
Antar pengelolaan 9.986,363 2 4993,181 87,580 ,000Dalam pengelolaan 2.337,524 41 57,013Total 12.323,886 43
Gambar 7. Tinggi Tanaman Padi pada 78 HST dan 96 HST
Berdasarkan uji Duncan 5% pada tinggi tanaman di ketiga pengelolaan
petani, SLPTT dan PTTC terlihat berbeda nyata (Gambar 7). Tinggi tanaman pada
pengelolaan PTTC lebih tinggi dibandingkan pengelolaan lainnya disebabkan
karena pada pengelolaan petani dan SLPTT tidak dilakukan
53.359.8
92.0
69.1
79.5
105.3
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
Petani SLPTT PTTC
Ting
gi T
anam
an (c
m)
78 HST
96 HST
28
penyiangan/pemeliharaan tanaman dikarenakan kekeringan. Dalam hal ini gulma
dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman padi itu sendiri. Oleh karena itu
pada PTTC walaupun pada pertumbuhan awal terhambat, tetapi tinggi tanaman
setelah 96 HST mendekati tinggi tanaman varietas Ciherang secara umum seperti
yang dinyatakan oleh Suprihatno et al. (2010) bahwa tinggi tanaman varietas
Ciherang berkisar antara 107 – 115 cm.
5.3 Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan
Berdasarkan uji ANOVA produktivitas padi (Tabel 7), GKP (Sig
0,000),GKG (Sig 0,000), dan beras (Sig 0,000) pada ketiga pengelolaan yaitu
petani, SLPTT maupun PTTC secara signifikan berbeda nyata dengan nilai
signifikan < 0,05.
Tabel 7. Uji ANOVA Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan (Petani,SLPTT, dan PTTC)
Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Sig.
GKP (ton) Antar pengelolaan 45,182 2 22,591 50,024 ,000Dalam pengelolaan 5,419 12 ,452Total 50,602 14
GKG (ton) Antar pengelolaan 30,480 2 15,240 58,397 ,000Dalam pengelolaan 3,132 12 ,261Total 33,611 14
Beras (ton) Antar pengelolaan 8,339 2 4,169 47,581 ,000Dalam pengelolaan 1,052 12 ,088Total 9,390 14
Berdasarkan uji Duncan GKP, GKG, dan beras pada ketiga pengelolaan
berbeda nyata, yang mana produktivitas padi pada PTTC lebih tinggi dan pada
petani lebih rendah yang disajikan pada Gambar 8.Pada PTTC produktivitas padi
mencapai 6,57 ton GKG/ha hampir mendekati target hasil yaitu 7 ton GKG/ha,
SLPTT menghasilkan 4,60 ton GKG/ha, dan pengelolaan petani 3,08 ton GKG/ha.
Hal ini disebabkan karena adanya bulan kering pada awal penanaman yaitu pada
bulan Agustus yang hanya mencapai 28,1 mm (Gambar 3), sehingga pada awal
pertumbuhan tanaman terhambat akibat kekurangan air.
29
Gambar 8. Produktivitas Padi pada Tiga Pengelolaan yang Berbeda
Berdasarkan produktivitas pada tiga pengelolaan (Gambar 8), diperoleh
persentase peningkatan produktivitas di antara ketiga pengelolaan (Gambar 9),
yang manaPTTC mampu untuk meningkatkan produktivitas dari pengelolaan
petani maupun dari SLPTT pada GKP, GKG, dan beras.
Gambar 9. Persentase Peningkatan Produktivitas Padi
4,14
5,84
8,37
3,08
4,60
6,57
1,872,70
3,70
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Petani SLPTT PTTC
Prod
uktiv
itas
(ton
/ha) GKP
GKG
Beras
41.06
102.17
43.3249.35
113.31
42.8344.39
97.33
36.67
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Petani ke SLPTT Petani ke PTTC SLPTT ke PTTC
pers
en (%
)
GKP
GKG
Beras
30
Hal ini juga dapat dilihat dari uji ANOVA pada komponen produksi padi
(Tabel 8), bahwa pada semua komponen kecuali pada rendemen (sig 0,320 >
0,05) dan berat hampa/rumpun (sig 0,06 > 0,05) adalah berbeda nyata pada ketiga
pengelolaan yaitu petani, SLPTT maupun PTTC dengan nilai signifikan < 0,05,
sehingga dapat diuji lanjut dengan uji Duncan.
Tabel 8. Uji ANOVA pada Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan(Petani, SLPTT, dan PTTC)
JumlahKuadrat db Kuadrat
Tengah F Sig.
Jumlah Antar pengelolaan 2.649.088.000,000 2 1.324.544.000,000 8,730 ,005rumpun/ ha Dalam pengelolaan 1.820.672.000,000 12 151.722.666,667
Total 4.469.760.000,000 14Berat seribu Antar pengelolaan 20,016 2 10,008 9,670 ,003butir Dalam pengelolaan 12,420 12 1,035
Total 32,436 14Rendemen Antar pengelolaan 71,905 2 35,953 1,253 ,320
Dalam pengelolaan 344,211 12 28,684Total 416,116 14
Persentase Antar pengelolaan 52,703 2 26,352 8,739 ,005GKP ke GKG Dalam pengelolaan 36,184 12 3,015
Total 88,887 14Persentase Antar pengelolaan 52,703 2 26,352 8,739 ,005bobot susut Dalam pengelolaan 36,184 12 3,015
Total 88,887 14GKG/ rumpun Antar pengelolaan 954.410 2 477.205 48.420 .000
Dalam pengelolaan 118.265 12 9.855Total 1072.675 14
GKP/rumpun Antar pengelolaan 1220.134 2 610.067 42.170 .000Dalam pengelolaan 173.602 12 14.467Total 1393.737 14
Berathampa/ Antar pengelolaan 72.822 2 36.411 3.588 .060rumpun Dalam pengelolaan 121.765 12 10.147
Total 194.587 14Jumlahmalai/ Antar pengelolaan 52.069 2 26.035 8.398 .005rumpun Dalam pengelolaan 37.200 12 3.100
Total 89.269 14Persentase Antar pengelolaan 857.638 2 428.819 7.504 .008hampa/ rumpun Dalam pengelolaan 685.740 12 57.145
Total 1543.378 14
Berdasarkan Tabel 9, walaupun jumlah rumpun per hektar pada
pengelolaan petani berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan SLPTT dan PTTC,
namun pada komponen produksi lainnya menunjukkan bahwa pada PTTC lebih
tinggi dibandingkan yang lainnya.Jumlah rumpun yang banyak pada petani
menunjukkan kurangnya efisiensi, karena jarak tanam yang tidak teratur dan
31
terlalu rapat dapat menyulitkan dalam pemeliharaan tanaman dan dapat memicu
timbulnya hama dan penyakit.
Persentase GKP ke GKG (Tabel 9) pada pengelolaan petani berbeda nyata
lebih rendah daripada SLPTT dan PTTC, sehingga bobot susut pada pengelolaan
petani berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pada berat 1.000
butir gabah pada PTTC berbeda nyata lebih berat dibandingkan petani maupun
SLPTT.Jumlah malai per rumpun pada SLPTT berbeda nyata lebih banyak
dibandingkan pengelolaan petani dan PTTC. Produksi GKG per rumpun dan
gabah berisi per rumpun pada PTTC berbeda nyata lebih tinggi dari yang lainnya,
sedangkan pada produksi gabah berisi menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata antara petani dan SLPTT.Pada berat hampa per rumpun pada ketiga
pengelolaan tidak berbeda nyata, namun demikian nilai persentase hampa per
rumpun pada PTTC lebih kecil dibandingkan pengelolaan petani dan SLPTT.
Tabel 9. Data Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan (Petani, SLPTT,dan PTTC)
Pengelolaan
Petani SLPTT PTTC
Jumlah rumpun/ha 241.280a 208.960b 221.760b
Rendemen beras (%) 61,63 58,80 56,27
GKP ke GKG (%) 74,64b 78,74a 78,47a
Bobot susut (%) 25,36a 21,26b 21,53b
1.000 butir (g) 25,34b 26,18b 28,10a
Jumlah malai/rumpun 16b 21a 18b
Produksi/rumpun (g)GKG 20,51c 29,24b 42,45a
Gabah Berisi 13,84b 17,27b 32,22a
Hampa/rumpun (g) 6,67 11,97 10,23
Persentase hampa/rumpun 34,46a 42.25a 23,81b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti perbedaan huruf dalam satu baris menunjukkanperbedaan nyata pada uji Duncan 5%
Secara keseluruhan dilihat dari komponen produksi, PTTC merupakan
pengelolaan yang baik dibandingkan dengan pengelolaan petani dan SLPTT pada
budidaya padi sawah di Desa Mekarjaya untuk mendapatkan produktivitas yang
32
tinggi.Dalam hal ini PTTC merupakan perbaikan dari SLPTT di mana pemupukan
dilakukan berdasarkan target hasil dengan menyesuaikan kondisi dan lingkungan
setempat, dan juga waktu panen yang lebih awal dibandingkan dengan
pengelolaan lainnya.
5.4 Kadar Hara pada Daun Padi
Karakteristik tanaman padi berdasarkan kandungan hara yang terdapat
pada daun yang ditunjukkan pada Tabel 10, memperlihatkan bahwa secara uji
ANOVA pada Ca (Sig 0,009) dan Mn (Sig 0,000) pada ketiga pengelolaan yaitu
petani, SLPTT maupun PTTC secara signifikan berbeda nyata yaitu dengan nilai
signifikan < 0,05.
Tabel 10. Uji ANOVA Kadar Hara pada Daun Padi78 HST pada KetigaPengelolaan (Petani, SLPTT, dan PTTC)
Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Sig.
N Antar pengelolaan ,046 2 ,023 ,234 ,798Dalam pengelolaan ,591 6 ,098Total ,637 8
P Antar pengelolaan ,000 2 ,000 ,273 ,770Dalam pengelolaan ,001 6 ,000Total ,001 8
K Antar pengelolaan 1,014 2 ,507 4,179 ,073Dalam pengelolaan ,728 6 ,121Total 1,742 8
Ca Antar pengelolaan ,031 2 ,015 11,385 ,009Dalam pengelolaan ,008 6 ,001Total ,039 8
Mg Antar pengelolaan ,002 2 ,001 3,613 ,093Dalam pengelolaan ,002 6 ,000Total ,005 8
Cu Antar pengelolaan 36,222 2 18,111 ,560 ,598Dalam pengelolaan 194,000 6 32,333Total 230,222 8
Zn Antar pengelolaan 5,556 2 2,778 ,026 ,974Dalam pengelolaan 635,333 6 105,889Total 640,889 8
Mn Antar pengelolaan 341.293,556 2 170.646,778 147,562 ,000Dalam pengelolaan 6.938,667 6 1.156,444Total 348.232,222 8
Fe Antar pengelolaan 6.588,667 2 3.294,333 3,388 ,104Dalam pengelolaan 5.833,333 6 972,222Total 12.422,000 8
33
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan uji Duncan (Tabel 11), Ca dan Mn pada
PTTC berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan petani maupun
SLPTT. Kalsium pada petani dan SLPTT tidak berbeda nyata, sedangkan Mn pada
petani berbeda nyata lebih rendah dibandingkan pengelolaan lainnya.
Tabel 11. Kadar Hara pada Daun Padi78 HST
PengelolaanN P K Ca Mg Cu Zn Mn Fe
------------------------%--------------------- ----------------ppm-------------
Petani 2,80 0,17 1,14 0,15b 0,12 14 28 159c 51
SLPTT 2,83 0,17 1,87 0,22b 0,15 10 28 252b 113
PTTC 2,67 0,18 1,17 0,30a 0,16 11 30 611a 102Keterangan : Angka-angka yang diikuti perbedaan huruf dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata
pada uji Duncan 5%
Berdasarkan kisaran optimal dan batas kritis kadar unsur hara pada
tanaman padi menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), diketahui bahwa pada
pengelolaan petani dan SLPTT untuk P terdapat pada batas kritis kahat yaitu <
0,18%. Demikian pula pada pengelolaan petani dan PTTC untuk K terdapat pada
batas kritis kahat yaitu < 1,2%.
Walaupun pada awal kadar hara K pada PTTC di daun terdapat pada batas
kritis kahat, namun sebenarnya penyerapan kadar haraK pada daun di PTTC lebih
besar apabila dibandingkan dengan pengelolaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya dilution effect (efek pengenceran) oleh bobot kering pada pertumbuhan
tanaman PTTC lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan lainnya, sehingga
kadar hara (jumlah hara / bobot kering) lebih rendah pada PTTC. Hal ini di
dukung dengan tinggi tanaman pada 78 HST (Gambar 7) dan produksi pada
PTTC lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan lainnya.
5.5 Kadar Hara pada Jerami Padi
Karakteristik tanaman padi pada jeramiberdasarkan uji ANOVA(Tabel 12)
ditunjukkan bahwa pada N (Sig 0,013), Ca (Sig 0,015), Mg (Sig 0,016), dan Mn
(Sig 0,008) pada ketiga pengelolaan yaitu petani, SLPTT maupun PTTC secara
signifikan berbeda nyata yaitu dengan nilai signifikan < 0,05.
34
Tabel 12. Uji ANOVA Kadar Hara pada Jerami pada Ketiga Pengelolaan (Petani,SLPTT, dan PTTC)
Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Sig.N Antar pengelolaan ,214 2 ,107 6,412 ,013
Dalam pengelolaan ,200 12 ,017Total ,414 14
P Antar pengelolaan ,000 2 ,000 ,681 ,525Dalam pengelolaan ,002 12 ,000Total ,002 14
K Antar pengelolaan ,528 2 ,264 1,109 ,362Dalam pengelolaan 2,860 12 ,238Total 3,388 14
Ca Antar pengelolaan ,027 2 ,014 6,125 ,015Dalam pengelolaan ,027 12 ,002Total ,054 14
Mg Antar pengelolaan ,010 2 ,005 5,934 ,016Dalam pengelolaan ,010 12 ,001Total ,019 14
Cu Antar pengelolaan 470,933 2 235,467 ,563 ,584Dalam pengelolaan 5.014,800 12 417,900Total 5.485,733 14
Zn Antar pengelolaan 1.268,400 2 634,200 ,456 ,645Dalam pengelolaan 16.703,600 12 1.391,967Total 17.972,000 14
Mn Antar pengelolaan 222.302,429 2 111.151,214 7,728 ,008Dalam pengelolaan 158.215,000 11 14.383,182Total 380.517,429 13
Fe Antar pengelolaan 550,533 2 275,267 ,067 ,936Dalam pengelolaan 49.390,800 12 4.115,900Total 49.941,333 14
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan uji Duncan (Tabel 13), bahwa N pada
SLPTTberbeda nyata lebih tinggi dibandingkan pengelolaan petani dan PTTC,
tetapi N pada pengelolaan petani tidak berbeda nyata dengan PTTC. Kalsium, Mg
dan Mn pada jerami berbeda nyata yang manaPTTC lebih tinggi dibandingkan
pengelolaan petani dan SLPTT. Kalsium dan Mn pada pengelolaan petani tidak
berbeda nyata dengan SLPTT, tetapi Mg pada petani berbeda nyata lebih rendah
dibandingkan dengan pengelolaan lainnya.
35
Tabel 13. Kadar Hara pada Jerami Padi
Pengelolaan N P K Ca Mg Cu Zn Mn Fe
------------------------%----------------------- --------------ppm-----------------
Petani 0,55b 0,15 2,02 0,18b 0,11b 20 56 534b 240
SLPTT 0,79a 0,16 2,07 0,17b 0,13ab 11 37 637b 225
PTTC 0,53b 0,16 2,44 0,27a 0,17a 6 57 891a 231
Keterangan : Angka-angka yang diikuti perbedaan huruf dalam satu kolom menunjukkanperbedaan nyata pada uji Duncan 5%
Berdasarkan kisaran optimal dan batas kritis kadar unsur hara pada
tanaman padi menurut Dobermann dan Fairhurst (2000),maka kisaran optimal
hara N pada jerami adalah 0,60 – 0,80%, sehingga pada pengelolaan petani dan
PTTC hara N tidak optimal. Untuk hara P pada ketiga pengelolaan dapat diserap
secara optimal oleh tanaman terutama pada pengelolaan SLPTT dan PTTC yang
berada diatas kisaran optimal 0,1 – 0,15%. Begitu pula pada kadar hara K pada
ketiga pengelolaan berada diatas kisaran optimal 1,5 – 2,0%, terutama pada PTTC
terlihat lebih signifikan perbedaannya dengan pengelolaan lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya pemupukan K pada PTTC lebih efisien, yaitu
hara K lebih banyak yang terserap pada tanaman.
Kalsium pada jerami di pengelolaan petani maupun di SLPTT mendekati
batas kahat yaitu < 0,15%, sedangkan Ca pada PTTC berbeda nyata lebih
mendekati ke kisaran optimal yaitu 0,3%. Begitu pula pada kadar hara Mg pada
PTTC berbeda nyata lebih mendekati ke kisaran optimal yaitu 0,2%, sedangkan
pengelolaan petani kadar hara Mg berbeda nyata lebih rendah dan mendekati
batas kahat < 0,1%. Untuk kadar hara Cu pada PTTC lebih mendekati kahat yaitu
< 0,6%, walaupun pada ketiga pengelolaan sebenarnya kadar hara Cu tidaklah
berbeda nyata.Namun demikian, walaupun pada PTTC untuk N dan Cu berada
pada batas kritis, namun karena adanya efek pengenceran, maka sebenarnya kadar
hara N dan Cu yang diserap oleh tanaman baik pada daun maupun pada jerami
lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
data komponen produksi padi (Tabel 9) yang rata-rata pada PTTC lebih tinggi
dibandingkan dengan pengelolaan lainnya.
36
5.6 Efisiensi Pupuk
Pupuk dikatakan efisiensi apabila terjadi peningkatan hasil panen yang
tinggi pada setiap kg pupuk yang ditambahkan yang disebut Efisiensi Agronomis
(EA) (kg/kg) (Witt et al., 2007).
EA(kg/kg) =Hasil (yangdiberipupuk− tidakdiberipupuk)
Dosispupuk
Efisiensi Pupuk pada ketiga pengelolaan yang berbeda(Tabel
14)menunjukkan bahwa efisiensi pupuk secara agronomis yang tertinggi untuk N
dan P terletak pada pengelolaan PTTC yaitu N sebesar 33,77 dan P sebesar
139,77. Akan tetapi untuk K pada PTTC lebih rendah dibandingkan dengan
pengelolaan lainnya. Efisien K yang tertinggi terdapat pada pengelolaan SLPTT
yaitu sebesar 36,45.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk N dan P pada PTTC
dianggap lebih baik dibandingkan pada SLPTT dan Petani, sedangkan untuk K
pada PTTC walaupun dengan penambahan pupuk yang tinggi serta produksi yang
tinggi tetapi tidak lebih efisien dibandingkan SLPTT maupun petani. Walaupun
demikian K yang ditambahkan pada PTTC lebih banyak diserap oleh tanaman
dibandingkan dengan pengelolaan lainnya, hal ini ditunjukkan pada Tabel 13
yaitu sebesar 2,44% pada jerami PTTC.
Tabel 14. Efisiensi Pupuk pada Ketiga Pengelolaan yang Berbeda
Pengelolaankg/ha pupuk yg
ditambahkan (GKG)t/ha
Efisiensi pupuk (EA)(kg/kg)
N P K N P KPetani 48,8 5,23 9,96 3,08 10,43 97,28 51,08SLPTT 91 19,62 37,35 4,60 22,29 103,40 54,32PTTC 118,42 28,61 109,7 6,57 33,77 139,77 36,45
Keterangan: produksi tanpa pupuk = 2,57 GKG t/ha (berdasarkan Lampiran 3)
5.7 Tingkat Ketahanan Nasi terhadap Basi
Berdasarkan tingkat ketahanan terhadap basi yang disajikan pada Gambar
10 ditunjukkan bahwa pada PTTC waktu yang dibutuhkan untuk menjadi basi
yaitu 37 jam, sedangkan pada pengelolaan petani hanya 31 jam selisih satu jam
37
dari SLPTT yaitu 32 jam. Hal ini membuktikan bahwa kualitas nasi dari PTTC
lebih baik dari SLPTT dan pengelolaan petani.
Kualitas nasi di PTTC lebih tahan dibandingkan dengan pengelolaan
lainnya kemungkinan disebabkan karena pemupukan yang berbeda dibandingkan
dengan pengelolaan lainnya, yaitu selain jumlah pupuk N, P, dan K yang berbeda
juga adanya penambahan pupuk mikro. Walaupun demikian belum bisa dipastikan
unsur mana yang lebih berpengaruh terhadap ketahanan basi dalam nasi.
Gambar 10.Tingkat Ketahanan Nasi terhadap Basi
5.8 Organoleptik Nasi
Berdasarkan data organoleptik dengan uji hedonik pada nasi (Tabel 15),
bahwa nilai rata-rata untuk tekstur pada pengelolaan petani lebih tinggi daripada
PTTC dan SLPTT, dan secara ranking berbeda nyata. Nilai rata-rata dan secara
ranking untuk aroma berbeda nyata, yaitu pada pengelolaan petani lebih tinggi
daripada SLPTT, tetapi PTTC tidak berbeda nyata dengan keduanya. Nilai rata-
rata dan secara ranking pada penampakan dan warna tidak berbeda nyata. Pada
kepulenan nilai rata-rata dan secara ranking berbeda nyata, yaitu pengelolaan
petani dan PTTC lebih tinggi daripada SLPTT. Pada rasa nilai rata-rata dan
secara ranking berbeda nyata, yaitu pada pengelolaan petani lebih disukai
dibandingkan PTTC dan SLPTT.Secara keseluruhan, nilai rata-rata dan secara
31 32
37
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Petani SLPTT PTTC
lam
a w
aktu
(jam
)
38
ranking berbeda nyata, yaitu pada pengelolaan petani lebih tinggi daripada
SLPTT, tetapi PTTC tidak berbeda nyata dengan keduanya.
Tabel 15. Data Organoleptik dengan Uji Hedonik pada Nasi
Parameter Nilai rata-rata RankingPETANI SLPTT PTTC PETANI SLPTT PTTC
Tekstur 6,03 4,89 5,49 2,49a 1,49c 2,03b
Aroma 5,46 4,94 5,31 2,24a 1,69b 2,07ab
Penampakan 5,77 5,43 5,43 2,21a 1,86a 1,93a
Kepulenan 5,80 4,94 5,43 2,43a 1,53b 2,04a
Warna 5,86 5,80 5,77 2,11a 1,94a 1,94a
Rasa 5,89 5,03 5,46 2,43a 1,54b 2,03b
Keseluruhan 5,91 5,29 5,40 2,39a 1,64b 1,97b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti perbedaan huruf dalam satu baris menunjukkanperbedaan nyataPerbedaan secara nyata pada level 0,05 (Tes Friedman) diuji lanjut dengan Wilcoxon(SPSS)
Walaupun demikian uji organoleptik yang dilakukan masih belum optimal,
karena beras dimasak dengan perbandingan beras dan air yang sama pada ketiga
pengelolaan yaitu 1 : 1,5. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 11 yaitu kadar air
GKG pada ketiga pengelolaan adalah berbeda, yang mana pada PTTC kadar air
lebih tinggi dibandingkan SLPTT dan pengelolaan petani.
Gambar 11. Kadar Air pada Gabah Kering Giling pada Ketiga Pengelolaan yangBerbeda
10.43 10.4611.19
0
2
4
6
8
10
12
Petani SLPTT PTTC
kada
r air
(%)
39
5.9 Analisis Usaha Tani
Berdasarkan analisis usaha tani (Tabel 16), bahwa tingkat penerimaan
usaha tani pada pengelolaanpetani sebesar Rp. 10.764.000,00 dengan total biaya
pengeluaran sebesar Rp. 4.894.800,00 dengan keuntungan hasil usaha tani sebesar
Rp. 5.869.200,00 atau diperoleh B/C ratio sebesar 1,20. Pada SLPTT penerimaan
usaha tani sebesar Rp. 15.184.000,00 dengan total biaya pengeluaran sebesar
Rp.6,371,800,00 dengankeuntungan hasil usaha sebesar Rp. 8.812.200,00 atau
diperoleh B/C ratio sebesar 1,38. Pada PTTC penerimaan usaha tani sebesar Rp.
21.762.000,00 dengan total biaya pengeluaran sebesar Rp.8.933.680,19 dengan
keuntungan sebesar Rp. 12.828.319,81 atau diperoleh B/C ratio usaha tani sebesar
1,44.
Berdasarkan nilai B/C rasio pada ketiga pengelolaan diperoleh nilai B/C
rasio pada PTTC lebih tinggi dibandingkan nilai B/C rasio pada pengelolaan
SLPTT dan pengelolaan petani, sehingga hal ini menunjukkan bahwa usaha tani
PTTC lebih menguntungkandibandingkan pengelolaan SLPTT dan pengelolaan
petani. Hal ini juga dapat dilihat daripeningkatan persentase padakeuntungan
antara ketiga pengelolaan (Gambar 12),yang mana PTTC mampu meningkatkan
keuntungan sebesar Rp. 6.959.119,81 (118,57%) dari pengelolaan petani dan Rp.
4.016.119,81 (45,57%) dari SLPTT, lebih besar apabila dibandingkan dengan
peningkatan dari pengelolaan petani ke SLPTT yaitu Rp. 2.943.000,00 (50,14%).
Gambar 12. Peningkatan Persentase Dilihat dari Keuntunganantara KetigaPengelolaan
50.14
118.57
45.57
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
Petani ke SLPTT Petani ke PTTC SLPTT ke PTTC
Rp. 2.943.000 Rp. 6.959.119,81 Rp. 4.016.119,81
Pers
en (%
)
40
Selain lebih menguntungkan secara analisa usaha tani, pada PTTC dilihat
dari segi waktu juga lebih efisien dan efektif, karena pemanenan dilakukan lebih
awal dibandingkan dengan pengelolaan lainnya yaitu 118 HST, sedangkan pada
petani dan SLPTT panen pada 125 HST.
41
Tabel 16. Analisis Usaha Tani pada Pengelolaan Petani, SLPTT dan PTTC
PengelolaanSLPTT Petani PTTC
JumlahFisik Harga(Rp/ satuan) Nilai (Rp/ha) Jumlah
Fisik Harga(Rp/ satuan) Nilai (Rp/ha) JumlahFisik Harga(Rp/ satuan) Nilai (Rp/ha)
A. Penerimaan(ton/ha) 5,84 Rp 2.600,00 Rp 15.184.000,00 4,14 Rp 2.600,00 Rp 10.764.000,00 8,37 Rp 2.600,00 Rp 21.762.000,00
B. Biaya ProduksiTenaga Kerja
1 Persemaian 3 Rp 50.000,00 Rp 150.000,00 3 Rp 50.000,00 Rp 150.000,00 3 Rp 50.000,00 Rp 150.000,002 Pengolahan tanah
Manusia 15 Rp 50.000,00 Rp 750.000,00 15 Rp 50.000,00 Rp 750.000,00 15 Rp 50.000,00 Rp 750.000,00Traktor (hari) 6 Rp 200.000,00 Rp 1.200.000,00 6 Rp 200.000,00 Rp 1.200.000,00 6 Rp 200.000,00 Rp 1.200.000,00
3 Menanam/tandur
Pengepak 20% dari hasil(berupa GKP) Rp 3.036.800,00 Pengepak 20% dari hasil
(berupa GKP) Rp 2.152.800,00 Pengepak 20% dari hasil(berupa GKP) Rp 4.352.400,00
Memanen/pascapanenMenyiangiPemeliharaan
4 Memupuk 4 30.000,00 120.000,00 4 30.000,00 120.000,00 7 30.000,00 210.000,00C. Sarana Produksi1 Bibit 25 Rp 7.000,00 Rp 175.000,00 40 Rp 7.000,00 Rp 280.000,00 25 Rp 7.000,00 Rp 175.000,002 Pupuk Buatan
Urea (kg) 100 Rp 1.900,00 Rp 190.000,00 80 Rp 1.900,00 Rp 152.000,00 257 Rp 1.900,00 Rp 487.391,30SP 36 (kg) 182 Rp 2.000,00 Rp 363.888,89KCl kg 220 Rp 6.000,00 Rp 1.320.000,00NPK (Phonska)(kg) 300 Rp 3.000,00 Rp 900.000,00 80 Rp 3.000,00 Rp 240.000,00
Pupuk Mikro (gr) 1500 Rp 75.000,00C. Total Biaya Rp 6.371.800,00 Rp 4.894.800,00 Rp 8.933.680,19
D. Keuntungan Rp 8.812.200,00 Rp 5.869.200,00 Rp 12.828.319,81
E. B/C rasio 1,38 1,20 1,44
42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Produktivitas padi denganpengelolaan tanaman terpadu secara cermat
(PTTC)lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan lainya, yaitu
mencapai 6,57 ton GKG/ha, sedangkan SLPTT 4,60 ton GKG/ha dan
pengelolaan petani 3,08 ton GKG/ha.
2. Kualitas nasi menunjukkan bahwa tingkat ketahanan nasi terhadap basipada
PTTC lebih baik dibandingkan SLPTT dan petani, dan secara keseluruhan
pada uji organoleptik menunjukkan bahwa nasi pengelolaan petani lebih
disukai dibandingkan PTTC dan SLPTT. Walaupun pengujian ini masih
belum optimal karena dilakukan pemasakan nasi dengan perbandingan air
dan beras yang sama pada ketiga pengelolaan, sementara kadar air pada
gabah kering giling di ketiga pengelolaan berbeda.
3. Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa PTTC dengan B/C rasio
sebesar 1,44, lebih menguntungkan dibandingkan SLPTT dengan B/C rasio
1,38 dan pengelolaan petani 1,20. PTTC mampu meningkatkan keuntungan
sebesar Rp. 6.959.119,81 (118,57%) dari pengelolaan petani dan Rp.
4.016.119,81 (45,57%) dari SLPTT, sedangkan peningkatan dari
pengelolaan petani ke SLPTT yaitu Rp. 2.943.000,00 (50,14%).
4. Dilihat dari segi waktu, PTTC lebih efisien dan efektif, karena pemanenan
dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pengelolaan lainnya yaitu 118
HST, sedangkan pada petani dan SLPTT panen pada 125 HST.
6.2 Saran
1. Perlu penelitian lanjutan yang sejenis dengan metode penelitian yang lebih
disempurnakan dalam hal perbaikan komponen-komponen teknologi pada
pengelolaan tanaman terpadu secara cermat.Selain itu diharapkan
menggunakan pengambilan contoh yang lebih banyak dari luasan yang
mewakili suatu unit manajemen lahan, serta memperhatikan pengairan dan
musim tanam yang berbeda.
43
2. Perlu kajian lanjut pada kualitas nasi terutama analisis hara serta kadar pati
pada beras, sehingga dapat diketahui unsur yang dapat mempengaruhi
ketahanan nasi terhadap basi. Selain ituuntuk penetapan organoleptik
diperlukan penanakan nasi yang sesuai dengan kadar air gabah atau beras.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman S, Sembiring H, Suyamto. 2009. “Pemupukan Tanaman Padi”. DiDalam: Buku 2/Daradjat AA, Setyono A, Makarim AK, Hasanuddin A.Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: LIPI Press.Hlm:123-166.
Abdulrachman S,Wardana IP, Sembiring H, Widiarta IN. 2007. “PengelolaanTanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi”. Jakarta: Badan Litbang Pertanian.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. http:// www. bps. go. id/download_file/sp2010_ agegat_data_ perprovinsi.pdf.
De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley &Sons, Inc. Canada. 618 p.
Dewi SI. 2011. Mutu Gizi dan Mutu Rasa Beras Varietas Unggul Ciherang.WartaPenelitian dan Pengembangan Pertanian 33(2):8-10.
Dobermann Aand Fairhurst T. 2000. Rice: Nutrient Disorders and NutrientManagement. Makati: International Rice Research Institute. 191 p.
Effendi AC, Kusnama, Hermanto. 1998. Peta Geologi Bersistem IndonesiaLembar Bogor, 1209-1. skala 1: 100000 Edisi 2. Bogor: Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi.
Fairhurst T, Dobermann A, Quijano-Guerta C, Balasubramanian V. 2007. MineralDeficiencies and Toxicities. In: Fairhurst TH et al., eds. Rice: A practicalguide to nutrient management. Los Baños (Philippines) and Singapore:International Rice Research Institute (IRRI), International Plant NutritionInstitute (IPNI), and International Potash Institute (IPI). p 1–45.
Google earth. 2012. © 2012 Tele Atlas. Image © 2012 geoEye. Image © 2012DigitalGlobe.
Haryani D. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah pada ProgamPengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Kabupaten SerangProvinsi Banten [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hermanto. 2006. Padi Ciherang Makin Populer. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian 28(2):14-15.
Ishaq I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
45
Ishaq I. 2011. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) PadiSawah. Balai Pengkajian Teknologi Jawa Barat. BBPPTP. BalitbangPertanian. Kementan. Disajikan pada PL-III SLPTT. Bogor. 23 Mei 2011.
Ismunadji M dan Roechan S. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi. Dalam Padi.Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Kemmler G. 1971. Response of High Yielding Paddy Varieties to Potassium,Experimental result from various rice gowing countries. Proc. Int. Symp.Soil Pert. Eval. 1 : 391-406.
Kirk GJD. 1996. dalamAbdulrachman S, Sembiring H, Suyamto. 2009.“Pemupukan Tanaman Padi”. Di Dalam: Buku 2/Daradjat AA, Setyono A,Makarim AK, Hasanuddin A. Padi: Inovasi Teknologi Produksi. BalaiBesar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta: LIPI Press. Hlm:123-166.
Lees R. 1975. Food Analysis: Analytical and Quality Control Methods for theFood Manufacturer and Buyer. Leonard Hill Books, London.
[LPT] Lembaga Penelitian Tanah. 1979. Peta Tanah Semi Detil Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi Skala1 : 50.000.
Oldeman LR. 1975. Agro Climatic Map of Java and Madura Scala 1 : 1.000.000.Central Research Institute of Agriculture Bogor, Indonesia.
Pahruddin A, Maripul, Dida. 2004. Cara Tanam Padi Sistem LegowoMendukung Usaha Tani di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. BuletinTeknik Pertanian Vol. 9. No: 1.
Pramono J, Basuki S, dan Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas PadiSawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan SumberdayaTerpadu. Agosains 7(1): 1-6.
Rains GCdan Thomas DL. 2009. Precision Farming an Introduction. TheUniversity of Georgia and Ft. Valley State University, the U.S.Department of Agriculture and countries of the state cooperating. Bulletin1186 Reviewed March.
Ruskandar A, Wahyuni S, Nugraha US, Widyantoro. 2008. Preferensi Petaniterhadap Beberapa Varietas Unggul Padi (Studi Kasus di KecamatanKedung Tuban, Kabupaten Blora). http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2008_prosb401.pdf.
Shibusawa S. 2003. Precision Farming Japan Model. Agicultural InformationResearch 12(2), 125-133.
46
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan HasilPertanian. Bharata Karya Aksara: Jakarta.
Subadiyasa INN. 1988. Disertasi : Evaluasi Ketersediaan dan PengaruhPemberian Seng Terhadap Produksi Padi dan Kacang Tanah pada TanahSawah di Bali[Tesis].Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sumarno and Sutisna, E. 2010. Identification of Rice (Oryza sativa L.) VarietiesSuitable for Dry Season and Wet Season Planting Indonesian. Journal ofAgicultural Science 11(1),: 24-31.
Suprihatno B, Daradjat A, Baehaki S. 2010. “Deskripsi Varietas Padi”. Subang:Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian.Kementrian Pertanian.
SutonoS. 2009. Dari Primatani ke Pertanian Cermat. Warta Sumberdaya Lahan.Vol 3. No 5.
Witt C, Buresh RJ, Peng S, Balasubramanian V, Dobermann A. 2007. Nutrientmanagement. In: Fairhurst TH et al., eds. Rice: A practical guide tonutrient management. Los Baños (Philippines) and Singapore:International Rice Research Institute (IRRI), International Plant NutritionInstitute (IPNI), and International Potash Institute (IPI). p 1–45.
Yasin. 2010. Monografi Desa Mekarjaya.
Zaini Z, Abdurrahman S, Widiarta IN, WardanaIP, Setyorini D, Kartaatmadja S,Yamin M. 2010. “Pedoman umum PTT Padi sawah”. Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
47
Lampiran 1. Data Curah Hujan Harian selama Penelitian Dilakukan
Tanggal Juli Agustus September Oktober Nopember1 37,0 0,0 23,0 0,0 85,02 0,0 0,0 32,0 0,0 0,03 0,0 0,0 0,0 0,0 0,04 56,0 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,2 0,0 0,0 0,06 0,0 0,0 0,0 12,0 0,07 0,0 0,0 0,0 0,0 0,08 0,0 0,0 72,0 23,0 0,09 0,5 0,0 19,0 0,0 0,0
10 0,0 0,0 0,0 17,0 0,011 0,0 0,0 0,0 35,0 0,012 0,0 0,0 0,0 0,0 37,013 0,0 0,0 0,0 13,0 0,014 59,0 0,0 0,0 0,9 38,015 0,0 0,9 0,0 0,0 27,016 0,0 0,0 25,0 0,0 0,017 0,0 0,0 0,9 0,0 0,918 27,0 0,0 27,0 0,0 50,019 0,7 0,0 0,0 0,0 14,020 76,0 0,0 57,0 0,0 0,021 0,0 27,0 0,0 0,0 0,022 0,4 0,0 0,0 15,0 0,023 0,0 0,0 0,0 0,9 15,024 0,0 0,0 0,0 0,0 27,025 0,0 0,0 0,0 0,0 85,026 0,0 0,0 54,0 87,0 0,027 0,0 0,0 0,0 0,0 0,028 0,0 0,0 0,0 0,5 0,029 0,0 0,0 34,0 0,0 0,030 0,0 0,0 0,0 0,0 0,031 0,0 0,0 0,0
Jumlah 256,6 28,1 343,9 204,3 378,9Rata-rata 8,3 0,9 11,5 6,6 12,2Keterangan : Stasiun Klimatologi dan Geofisika Dramaga Bogor
Satuan curah hujan (mm)Tidak ada data
48
Lampiran 2.Produktivitas Padi pada Beberapa Petani di Desa Mekarjaya Sejak Tahun 2008 s.d 2011
No NamaWaktu panen SL-
PTTluasha
Produksi (t) Produktivitas t/ha Input (Pupuk kg/ha)Tahun Bulan GKP Beras GKP GKG Beras Urea SP-36 KCl NPK Org
1 H. Rohim 2008 Nop 4,00 8,44* 7,22 4,572009 Apr 4,00 5,82* 4,99 3,15
2 Salim 2009 Apr 0,60 5,44* 4,66 2,942011 Jan 0,60 2,60 4,33 3,71 2,34 1172011 Juni 0,05 0,31 6,14 5,26 3,322011 Okt 0,05 0,33 6,66 5,70 3,60 140 2402011 Okt V 0,10 0,62 6,20 5,31 3,35 100 300 1,000
3 H. Jaenal 2009 Maret 0,40 5,62* 4,81 3,042010 Sep 0,40 1,30 3,25 2,78 1,76 250 2502011 Jan 0,25 2,00 8,00 6,85 4,33 600 2002011 Okt V 0,40 10,8* 9,24 5,84 100 300 1,000
4 Arif 2010 Agt V 0,10 9,76* 8,35 5,28 100 300 1,0002011 Jan 0,30 2,00 6,67 5,71 3,61 500 1672011 Okt V 8,8* 7,53 4,76 100 300 1,000
5 Oma 2010 Nop 0,05 0,15 3,00 2,57 1,62 140 120 1402011 Jan 0,05 0,15 3,00 2,57 1,62 400 1202011 Juni 0,15 0,29 1,93 1,65 1,05 67 33 332011 Okt 0,15 0,33 2,22 1,90 1,20 67 33 33
6 Adi 2009 Des 0,10 0,85 8,50 7,28 4,60 350 100 150 2002010 Apr 0,12 0,30 4,62 3,96 2,50
7 Hasan 2011 Okt V 0,15 0,64 4,27 3,65 2,31 100 300 1,0008 Arsip 2011 Jan 0,30 1,00 6,16 5,27 3,33 3339 Mamad 2010 Nop 0,30 1,10 3,67 3,14 1,98 100 133
49
10 Anda 2011 Feb 0,20 1,20 6,00 5,14 3,2511 H. A. Rosid 2010 Feb V 0,30 6,88* 5,89 3,72 100 300 1,000
2010 Juni 0,30 1,00 6,16 5,27 3,33 1332010 Okt 0,30 0,40 2,46 2,11 1,33 832011 Apr 0,30 6,72* 5,75 3,64
12 H. Rodi 2010 Agt 0,10 0,10 1,85 1,58 1,00 250 25013 H. Goni 2010 Nop 1,50 2,60 1,73 1,48 0,94 167 33
2010 sblmnya 1,50 3,70 2,47 2,11 1,33 167 6714 Uhi 2010 Agt 0,08 0,23 5,20 4,45 2,81 125 12515 H. Mamad 2010 Sep 0,20 0,15 1,39 1,19 0,75
biasanya 0,20 0,30 2,77 2,37 1,50 125 12516 Anim 2011 Okt 0,30 0,50 1,67 1,43 0,90 167 167
biasanya 0,30 1,00 3,33 2,85 1,80 167 16717 Enjay 2010 Agt 0,15 0,45 3,00 2,57 1,62 333 16718 Aming 2010 Agt V 0,25 8,8* 7,53 4,76 100 300 1,000
2011 Okt V 0,05 9,76* 8,35 5,2819 Anong S 2009 Feb V 1,00 5,63* 4,82 3,05 100 300 1,000
Nilai Rata-rata petani secara umum 4,46 3,82 2,41Nilai Rata-rata pada saat SLPTT 7,88 6,74 4,26
Keterangan : * hasil ubinan dengan alat ubin ukuran 2,5 x 2,5 m2Rendemen beras = 0,632 (thn 2010 )GKG = 0,856 X GKP
50
Lampiran 3. Produksi Petani di Desa Mekarjaya Tanpa Diberi Pupuk
No NamaWaktu panen
luas haProduksi (t) Produktivitas t/ha
Tahun Bulan GKP Beras GKP GKG Beras
1 Adi 2010 Apr 0,12 0,30 4,62 3,96 2,50
2 H. Mamad 2010 Sep 0,20 0,15 1,39 1,19 0,75
Nilai Rata-rata petani tanpa pupuk 3,00 2,57 1,63Keterangan : Rendemen beras = 0,632 (thn 2010 )
GKG = 0,856 X GKP
Lampiran 4. Tingkat Kebasian Nasi dalam Keadaan TerbukaPTTC Petani SLPTT
WaktuPanelis 1 Panelis 2
WaktuPanelis 1 Panelis 2
WaktuPanelis 1 Panelis 2
Ulangan Ulangan Ulangan
Lama Jam ke 1 ke 2 ke 1 ke 2 Lama Jam ke 1 ke 2 ke 1 ke 2 Lama Jam ke 1 ke 2 ke 1 ke 2
0 16:30 0 0 0 0 0 0:00 0 0 0 0 0 23:30 0 0 0 0
3 19:30 0 0 0 0 3 3:00 0 0 0 0 3 2:30 0 0 0 0
6 22:30 0 0 0 0 6 6:00 0 0 0 0 6 5:30 0 0 0 0
9 1:30 0 0 0 0 9 9:00 0 0 0 0 9 8:30 0 0 0 0
12 4:30 0 0 0 0 11.3 11:30 0 0 0 0 12 11:300
0 0 0
15 7:30 0 0 0 0 16.3 16:30 0 0 17 16:30 0 1
18 10:30 0 0 0 0 17.3 17:30 0 0 18 17:30 0 0
19 11:30 0 0 0 0 20.3 20:30 0 1 21 20:30 0 0
21 13:30 0 0 0 0 22.3 22:30 0 23 22:30 0
24 16:30 0 0 0 0 23.3 23:30 0 27 2:30 0 0
25 17:30 0 0 0 0 25.3 2:30 0 0 29 5:30 0 1
28 20:30 0 0 28.3 5:30 0 1 31 7:30 1
30 22:30 0 30.3 7:30 1 32 8:30 2
31 23:30 0 31.3 8:30 2 35 11:30 2
34 2:30 1 1 34.3 11:30 2 37 13:30 2 2
37 5:30 2 1 2 36.3 13:30 2 2 2 38 14:30 2
39 7:30 1 1 37.3 14:30 2
40 8:30 2
43 11:30 2
45 13:30 2 2
46 14:30 2
Keterangan : 0= tidak berbau dan tidak basi1= berbau tapi blm basi2 = ber98bau dan basi
51
Lampiran 5. Kisaran Optimal dan Batas Kritis Kadar Unsur Harapada TanamanPadi Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000)
Unsur Tahappertumbuhan
Bagiantanaman
Bagiantanaman
Batas kritiskahat
Batas kritiskeracunan
N
Pertumbuhan awal-anakan aktif Daun 2,90-4,20% <2,50% >4,50%
Pembungaan Daun bendera 2,20-2,50% <2,00%Matang Jerami 0,60-0,80%
P
Pertumbuhan awal-anakan aktif Daun 0,20-0,40% <0,10% >0,5%
Pembungaan Daun bendera 0,20-0,30% <0,18%Matang Jerami 0,10-0,15% <0,06%
K
Pertumbuhan awal-anakan aktif Daun 1,8-2,6% <1,5% >3%
Pembungaan Daun bendera 1,4-2,0% <1,2%Matang Jerami 1,5-2,0% <1,2%
ZnPertumbuhan awal-anakan aktif Daun 25-50 mg/kg <20 mg/kg >500 mg/kg
Anakan aktif Pucuk 25-50 mg/kg <10 mg/kg >500 mg/kg
S
Anakan aktif Daun <0,16%Anakan aktif pucuk 0,15-0,30% <0,11%Pembungaan Daun bendera 0,1-0,15% <0,10%Pembungaan Pucuk <0,07%Matang Jerami <0,06%
Si Anakan aktif Daun bendera <5%Matang Jerami 8-10% <5%
Mg
Pertumbuhan awal-anakan aktif Daun bendera 0,15-0,30% <0,12% >0,5%
Pertumbuhan awal-anakan aktif Pucuk 0,15-0,30% <0,13%
Matang Jerami 0,20-0,30% <0,10%
Ca
Pertumbuhan awal Daun bendera 0,2-0,6% <0,15% >0,7%Pertumbuhan awal-anakan aktif pucuk 0,3-0,6% <0,15%
Matang Jerami 0,3-0,5% <0,15%
Fe Pertumbuhan awal Daun bendera 75-150 mg/kg <70 mg/kg >300 mg/kgPertumbuhan awal pucuk 60-100 mg/kg <50 mg/kg
Mn Pertumbuhan awal Daun bendera 40-700 mg/kg <40 mg/kg >800 mg/kgPertumbuhan awal pucuk 50-150 mg/kg <20 mg/kg
Cu Pertumbuhan awal Daun bendera 7-15 mg/kg <5 mg/kg >25 mg/kgMatang Jerami <6 mg/kg >30 mg/kg
B Pertumbuhan awal Daun bendera 6-15 mg/kg <5 mg/kg >100 mg/kgMatang Jerami <3 mg/kg >100 mg/kg
Al Pertumbuhan awal Pucuk 15-18 mg/kg <5 mg/kg >100 mg/kg
52
Lampiran 6. Uji Friedman dengan Uji Lanjut Wilcoxon (SPSS) pada OrganoleptikNasi
Warna Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationSLPTT 35 3,00 7,00 5,8000 ,71948PETANI 35 3,00 7,00 5,8571 ,80961PTTC 35 4,00 6,00 5,7714 ,49024Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 1,920db 2Asymp, Sig, ,383
Tekstur Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 2,00 7,00 4,8857 1,18251PETANI 35 4,00 7,00 6,0286 ,78537PTTC 35 2,00 7,00 5,4857 1,17251Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 23,170db 2Asymp, Sig, ,000
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 5(a) 10,50 52,50
Positive Ranks 27(b) 17,61 475,50Ties 3(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 5(d) 11,20 56,00Positive Ranks 19(e) 12,84 244,00Ties 11(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 15(g) 9,40 141,00Positive Ranks 3(h) 10,00 30,00Ties 17(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTT
Mean RankSLPTT 1,94PETANI 2,11PTTC 1,94
Mean RankSLPTT 1,49PETANI 2,49PTTC 2,03
53
c PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANIh PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -4,083(a) -2,808(a) -2,559(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,000 ,005 ,010
a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Rasa Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 3,00 7,00 5,0286 ,98476PETANI 35 4,00 7,00 5,8857 ,75815PTTC 35 3,00 7,00 5,4571 1,12047Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 20,083db 2Asymp, Sig, ,000
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 3(a) 13,67 41,00
Positive Ranks 24(b) 14,04 337,00Ties 8(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 6(d) 12,75 76,50Positive Ranks 17(e) 11,74 199,50Ties 12(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 13(g) 9,62 125,00Positive Ranks 4(h) 7,00 28,00Ties 18(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTTc PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANI
Mean RankSLPTT 1,54PETANI 2,43PTTC 2,03
54
h PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -3,695(a) -1,930(a) -2,423(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,000 ,054 ,015a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Penampakan Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 4,00 7,00 5,4286 ,69814PETANI 35 5,00 7,00 5,7714 ,59832PTTC 35 2,00 6,00 5,4286 ,91670Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 6,250db 2Asymp, Sig, ,044
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 4(a) 7,50 30,00
Positive Ranks 13(b) 9,46 123,00Ties 18(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 5(d) 6,70 33,50Positive Ranks 6(e) 5,42 32,50Ties 24(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 8(g) 5,88 47,00Positive Ranks 2(h) 4,00 8,00Ties 25(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTTc PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANIh PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Mean RankSLPTT 1,86PETANI 2,21PTTC 1,93
55
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -2,358(a) -,047(b) -2,064(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,018 ,963 ,039
a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Aroma Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 3,00 7,00 4,9429 ,96841PETANI 35 3,00 7,00 5,4571 1,09391PTTC 35 2,00 7,00 5,3143 1,02244Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a)Ranks
N 35Chi-Square 8,769db 2Asymp, Sig, ,012
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 5(a) 11,00 55,00
Positive Ranks 18(b) 12,28 221,00Ties 12(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 7(d) 11,29 79,00Positive Ranks 16(e) 12,31 197,00Ties 12(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 11(g) 9,09 100,00Positive Ranks 7(h) 10,14 71,00Ties 17(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTTc PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANIh PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Mean RankSLPTT 1,69PETANI 2,24PTTC 2,07
56
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -2,619(a) -1,865(a) -,656(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,009 ,062 ,512a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Kepulenan Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 3,00 7,00 4,9429 1,10992PETANI 35 4,00 7,00 5,8000 ,71948PTTC 35 3,00 7,00 5,4286 ,97877Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 17,839db 2Asymp, Sig, ,000
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 5(a) 13,70 68,50
Positive Ranks 25(b) 15,86 396,50Ties 5(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 8(d) 14,06 112,50Positive Ranks 21(e) 15,36 322,50Ties 6(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 14(g) 9,36 131,00Positive Ranks 4(h) 10,00 40,00Ties 17(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTTc PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANIh PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Mean RankSLPTT 1,53PETANI 2,43PTTC 2,04
57
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -3,524(a) -2,419(a) -2,128(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,000 ,016 ,033
a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Keseluruhan Nasi (SPSS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std, DeviationSLPTT 35 3,00 7,00 5,2857 ,82503PETANI 35 5,00 7,00 5,9143 ,56211PTTC 35 2,00 7,00 5,4000 1,19312Valid N (listwise) 35
Test Statistics(a) RanksN 35Chi-Square 13,184db 2Asymp, Sig, ,001
a Friedman Test
Wilcoxon TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPETANI - SLPTT Negative Ranks 4(a) 11,50 46,00
Positive Ranks 22(b) 13,86 305,00Ties 9(c)Total 35
PTTC - SLPTT Negative Ranks 10(d) 16,90 169,00Positive Ranks 17(e) 12,29 209,00Ties 8(f)Total 35
PTTC - PETANI Negative Ranks 13(g) 9,62 125,00Positive Ranks 4(h) 7,00 28,00Ties 18(i)Total 35
a PETANI < SLPTTb PETANI > SLPTTc PETANI = SLPTTd PTTC < SLPTTe PTTC > SLPTTf PTTC = SLPTTg PTTC < PETANIh PTTC > PETANIi PTTC = PETANI
Mean RankSLPTT 1,64PETANI 2,39PTTC 1,97
58
Test Statistics(c)PETANI - SLPTT PTTC - SLPTT PTTC - PETANI
Z -3,554(a) -,515(a) -2,423(b)Asymp, Sig, (2-tailed) ,000 ,607 ,015a Based on negative ranks,b Based on positive ranks,c Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 7. Uji ANOVA untuk Tinggi Tanaman pada 78 HST dan 96 HST(SPSS)
Descriptives
N MeanStd,
DeviationStd,
Error95% ConfidenceInterval for Mean Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
tinggi78hst SLPTT 15 59,8000 5,96657 1,54056 56,4958 63,1042 54,00 75,00Petani 15 53,3333 5,70296 1,47250 50,1751 56,4915 45,00 65,00PTTC 15 92,0000 6,86607 1,77281 88,1977 95,8023 81,00 101,00Total 45 68,3778 18,14248 2,70452 62,9272 73,8284 45,00 101,00
tinggi96hst SLPTT 15 79,5333 8,45042 2,18189 74,8536 84,2130 67,00 103,00Petani 15 69,0667 7,43031 1,91850 64,9519 73,1814 58,00 81,00PTTC 14 105,2857 6,59170 1,76171 101,4798 109,0917 93,00 114,00Total 44 84,1591 16,92932 2,55219 79,0121 89,3061 58,00 114,00
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic db1 db2 Sig,tinggi78hst ,898 2 42 ,415tinggi96hst ,293 2 41 ,747
Homogeneous Subsetstinggi78hst
Pengelolaan
N Subset for alpha = ,05
1 2 3 1Duncan(a) Petani 15 53,3333
SLPTT 15 59,8000PTTC 15 92,0000Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000,
tinggi96hst
Pengelolaan
N Subset for alpha = ,05
1 2 3 1
Duncan(a,b)
Petani 15 69,0667SLPTT 15 79,5333PTTC 14 105,2857Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 14,651,b The group sizes are unequal, The harmonic mean of the group sizes is used, Type I error levels are notguaranteed,
59
Lampiran 8. Uji ANOVA untuk Daun (SPSS)
Descriptives
N MeanStd,
DeviationStd,
Error95% ConfidenceInterval for Mean Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
N SLPTT 3 2,8333 ,12662 ,07311 2,5188 3,1479 2,69 2,93Petani 3 2,7967 ,48583 ,28050 1,5898 4,0035 2,36 3,32PTTC 3 2,6667 ,20817 ,12019 2,1496 3,1838 2,50 2,90Total 9 2,7656 ,28214 ,09405 2,5487 2,9824 2,36 3,32
P SLPTT 3 ,1733 ,01155 ,00667 ,1446 ,2020 ,16 ,18Petani 3 ,1700 ,01000 ,00577 ,1452 ,1948 ,16 ,18PTTC 3 ,1767 ,01155 ,00667 ,1480 ,2054 ,17 ,19Total 9 ,1733 ,01000 ,00333 ,1656 ,1810 ,16 ,19
K SLPTT 3 1,8667 ,04041 ,02333 1,7663 1,9671 1,82 1,89Petani 3 1,1433 ,21939 ,12667 ,5983 1,6883 ,97 1,39PTTC 3 1,1667 ,56048 ,32359 -,2256 2,5590 ,62 1,74Total 9 1,3922 ,46658 ,15553 1,0336 1,7509 ,62 1,89
Ca SLPTT 3 ,2167 ,02309 ,01333 ,1593 ,2740 ,19 ,23Petani 3 ,1500 ,04583 ,02646 ,0362 ,2638 ,11 ,20PTTC 3 ,2933 ,03786 ,02186 ,1993 ,3874 ,25 ,32Total 9 ,2200 ,06982 ,02327 ,1663 ,2737 ,11 ,32
Mg SLPTT 3 ,1467 ,00577 ,00333 ,1323 ,1610 ,14 ,15Petani 3 ,1200 ,03000 ,01732 ,0455 ,1945 ,09 ,15PTTC 3 ,1600 ,01000 ,00577 ,1352 ,1848 ,15 ,17Total 9 ,1422 ,02386 ,00795 ,1239 ,1606 ,09 ,17
Cu SLPTT 3 9,6667 3,21455 1,85592 1,6813 17,6521 6,00 12,00Petani 3 14,3333 9,07377 5,23874 -8,2072 36,8738 6,00 24,00PTTC 3 10,6667 2,08167 1,20185 5,4955 15,8378 9,00 13,00Total 9 11,5556 5,36449 1,78816 7,4320 15,6791 6,00 24,00
Zn SLPTT 3 28,3333 8,08290 4,66667 8,2543 48,4124 21,00 37,00Petani 3 28,3333 14,97776 8,64741 -8,8735 65,5402 16,00 45,00PTTC 3 30,0000 5,29150 3,05505 16,8552 43,1448 26,00 36,00Total 9 28,8889 8,95048 2,98349 22,0089 35,7688 16,00 45,00
Mn SLPTT 3 252,0000 49,50758 28,58321 129,0164 374,9836 211,00 307,00Petani 3 159,0000 31,32092 18,08314 81,1945 236,8055 138,00 195,00PTTC 3 610,6667 6,11010 3,52767 595,4883 625,8450 604,00 616,00Total 9 340,5556 208,63611 69,54537 180,1836 500,9275 138,00 616,00
Fe SLPTT 3 113,6667 49,33896 28,48586 -8,8981 236,2314 68,00 166,00Petani 3 51,3333 12,58306 7,26483 20,0753 82,5914 38,00 63,00PTTC 3 102,0000 18,00000 10,39230 57,2855 146,7145 84,00 120,00Total 9 89,0000 39,40495 13,13498 58,7107 119,2893 38,00 166,00
60
Test of Homogeneity of VariancesLevene Statistic db1 db2 Sig,
N 2,511 2 6 ,161P ,235 2 6 ,797K 2,752 2 6 ,142Ca ,857 2 6 ,471Mg 1,890 2 6 ,231Cu 2,760 2 6 ,141Zn 2,110 2 6 ,202Mn 4,242 2 6 ,071Fe 2,399 2 6 ,172
Homogeneous SubsetsN
daunN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a) PTTC 3 2,6667Petani 3 2,7967SLPTT 3 2,8333Sig, ,552
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
P
daunN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a) Petani 3 ,1700SLPTT 3 ,1733PTTC 3 ,1767Sig, ,501
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
K
daun
N Subset for alpha = ,05
1 2 1Duncan(a) Petani 3 1,1433
PTTC 3 1,1667SLPTT 3 1,8667Sig, ,937 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
Ca
daun
N Subset for alpha = ,05
1 2 1Duncan(a) Petani 3 ,1500
SLPTT 3 ,2167PTTC 3 ,2933Sig, ,068 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
61
Mg
daun
N Subset for alpha = ,05
1 2 1Duncan(a) Petani 3 ,1200
SLPTT 3 ,1467 ,1467PTTC 3 ,1600Sig, ,129 ,413
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
Cu
daunN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a) SLPTT 3 9,6667PTTC 3 10,6667Petani 3 14,3333Sig, ,368
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
Zn
daunN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a) SLPTT 3 28,3333Petani 3 28,3333PTTC 3 30,0000Sig, ,854
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
Mn
daun
N Subset for alpha = ,05
1 2 3 1Duncan(a) Petani 3 159,0000
SLPTT 3 252,0000PTTC 3 610,6667Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
Fe
daunN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a) Petani 3 51,3333PTTC 3 102,0000SLPTT 3 113,6667Sig, ,056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000,
62
Lampiran 9.Uji ANOVA untuk Jerami (SPSS)
Descriptives
N Mean Std,Deviation Std, Error 95% Confidence
Interval for Mean Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
N SLPTT 5 ,7940 ,17501 ,07827 ,5767 1,0113 ,58 1,06Petani 5 ,5480 ,11212 ,05014 ,4088 ,6872 ,36 ,66PTTC 5 ,5340 ,08264 ,03696 ,4314 ,6366 ,44 ,64Total 15 ,6253 ,17196 ,04440 ,5301 ,7206 ,36 1,06
P SLPTT 5 ,1600 ,01581 ,00707 ,1404 ,1796 ,14 ,18Petani 5 ,1520 ,00837 ,00374 ,1416 ,1624 ,14 ,16PTTC 5 ,1600 ,01225 ,00548 ,1448 ,1752 ,15 ,18Total 15 ,1573 ,01223 ,00316 ,1506 ,1641 ,14 ,18
K SLPTT 5 2,0720 ,59302 ,26521 1,3357 2,8083 1,42 2,94Petani 5 2,0240 ,49918 ,22324 1,4042 2,6438 1,37 2,61PTTC 5 2,4440 ,33776 ,15105 2,0246 2,8634 2,09 2,99Total 15 2,1800 ,49195 ,12702 1,9076 2,4524 1,37 2,99
Ca SLPTT 5 ,1700 ,03742 ,01673 ,1235 ,2165 ,14 ,22Petani 5 ,1820 ,01483 ,00663 ,1636 ,2004 ,16 ,20PTTC 5 ,2660 ,07127 ,03187 ,1775 ,3545 ,19 ,35Total 15 ,2060 ,06220 ,01606 ,1716 ,2404 ,14 ,35
Mg SLPTT 5 ,1360 ,02608 ,01166 ,1036 ,1684 ,10 ,16Petani 5 ,1060 ,01517 ,00678 ,0872 ,1248 ,09 ,13PTTC 5 ,1680 ,03899 ,01744 ,1196 ,2164 ,13 ,21Total 15 ,1367 ,03716 ,00959 ,1161 ,1572 ,09 ,21
Cu SLPTT 5 11,4000 7,89303 3,52987 1,5995 21,2005 5,00 25,00Petani 5 19,8000 34,23010 15,30817 -22,7023 62,3023 3,00 81,00PTTC 5 6,2000 4,43847 1,98494 ,6889 11,7111 3,00 14,00Total 15 12,4667 19,79490 5,11102 1,5046 23,4287 3,00 81,00
Zn SLPTT 5 37,0000 13,01922 5,82237 20,8345 53,1655 23,00 56,00Petani 5 56,2000 62,23102 27,83056 -21,0700 133,4700 22,00 167,00PTTC 5 56,8000 11,56287 5,17107 42,4428 71,1572 44,00 69,00Total 15 50,0000 35,82896 9,25100 30,1586 69,8414 22,00 167,00
Mn SLPTT 5 637,4000 166,77920 74,58592 430,3163 844,4837 389,00 822,00Petani 5 534,2000 81,91276 36,63250 432,4919 635,9081 439,00 645,00PTTC 4 847,5000 81,88406 40,94203 717,2042 977,7958 756,00 928,00Total 14 660,5714 171,08644 45,72478 561,7891 759,3538 389,00 928,00
Fe SLPTT 5 225,8000 39,13694 17,50257 177,2051 274,3949 188,00 281,00Petani 5 240,4000 77,83508 34,80891 143,7550 337,0450 163,00 350,00PTTC 5 230,8000 68,97608 30,84704 145,1549 316,4451 171,00 346,00Total 15 232,3333 59,72636 15,42128 199,2580 265,4087 163,00 350,00
63
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic db1 db2 Sig,
N ,683 2 12 ,523P ,786 2 12 ,478K 1,058 2 12 ,377Ca 9,922 2 12 ,003Mg 5,898 2 12 ,016Cu 4,524 2 12 ,034Zn 4,021 2 12 ,046Mn 1,061 2 11 ,379Fe 1,376 2 12 ,290
Homogeneous SubsetsN
jeramiN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
PTTC 5 ,5340Petani 5 ,5480SLPTT 5 ,7940
Sig, ,867 1,000Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
P
jeramiN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a)
Petani 5 ,1520SLPTT 5 ,1600PTTC 5 ,1600Sig, ,355
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
K
jeramiN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a)
Petani 5 2,0240SLPTT 5 2,0720PTTC 5 2,4440Sig, ,220
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
64
Ca
jeramiN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
SLPTT 5 ,1700Petani 5 ,1820PTTC 5 ,2660Sig, ,695 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
Mg
jeramiN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
Petani 5 ,1060SLPTT 5 ,1360 ,1360PTTC 5 ,1680Sig, ,121 ,101
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
Cu
jeramiN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a)
PTTC 5 6,2000SLPTT 5 11,4000Petani 5 19,8000Sig, ,337
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
Zn
jeramiN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a)
SLPTT 5 37,0000Petani 5 56,2000PTTC 5 56,8000Sig, ,440
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
Mn
jeramiN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a,b)
Petani 5 534,2000SLPTT 5 637,4000PTTC 4 847,5000Sig, ,218 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,615,b The group sizes are unequal, The harmonic mean of the group sizes is used, Type I error levels are notguaranteed,
65
Fe
jeramiN Subset for alpha = ,051 1
Duncan(a)
SLPTT 5 225,8000PTTC 5 230,8000Petani 5 240,4000Sig, ,738
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
Lampiran 10.Uji ANOVA untuk Komponen Produksi per Rumpun (SPSS)
Descriptives
N Mean Std.Deviation
Std.Error
95% ConfidenceInterval for Mean Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
GKG 1.00 5 13.8460 2.93545 1.31277 10.2012 17.4908 10.16 18.322.00 5 17.2780 2.36895 1.05943 14.3366 20.2194 14.74 21.063.00 5 32.2200 3.91632 1.75143 27.3572 37.0828 27.46 37.21Total 15 21.1147 8.75327 2.26008 16.2673 25.9621 10.16 37.21
Berathampa 1.00 5 6.6720 2.17372 .97212 3.9730 9.3710 4.51 9.68
2.00 5 11.9640 2.42444 1.08424 8.9537 14.9743 9.57 15.583.00 5 10.2360 4.45401 1.99190 4.7056 15.7664 5.08 15.83Total 15 9.6240 3.72815 .96260 7.5594 11.6886 4.51 15.83
GKP 1.00 5 20.5140 4.18836 1.87309 15.3135 25.7145 14.67 24.622.00 5 29.2440 2.48623 1.11187 26.1569 32.3311 26.45 32.863.00 5 42.4540 4.43587 1.98378 36.9461 47.9619 37.07 47.36Total 15 30.7373 9.97761 2.57621 25.2119 36.2627 14.67 47.36
Jumlahmalai 1.00 5 16.2000 1.54919 .69282 14.2764 18.1236 14.80 18.40
2.00 5 20.7600 1.43108 .64000 18.9831 22.5369 18.80 22.403.00 5 18.3200 2.20273 .98509 15.5850 21.0550 15.00 20.40Total 15 18.4267 2.52515 .65199 17.0283 19.8250 14.80 22.40
Persentasehampa 1.00 5 34.4600 5.98867 2.67821 27.0241 41.8959 27.58 42.02
2.00 5 42.2540 6.94072 3.10399 33.6360 50.8720 36.33 53.053.00 5 23.8060 9.34864 4.18084 12.1981 35.4139 11.52 35.21Total 15 33.5067 10.49958 2.71098 27.6922 39.3211 11.52 53.05
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic db1 db2 Sig.GKG 1.112 2 12 .361
Berat_hampa 2.816 2 12 .099GKP 1.431 2 12 .277
Jumlah_malai .427 2 12 .662persentase_hampa .739 2 12 .498
66
Homogeneous SubsetsGKG
Duncan
per_rumpun
N Subset for alpha = .05
1 2 11.00 5 13.84602.00 5 17.27803.00 5 32.2200Sig. .110 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Berat_hampaDuncan
per_rumpun
N Subset for alpha = .05
1 2 11.00 5 6.67203.00 5 10.2360 10.23602.00 5 11.9640Sig. .102 .408
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
GKPDuncan
per_rumpun
N Subset for alpha = .05
1 2 3 11.00 5 20.51402.00 5 29.24403.00 5 42.4540Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Jumlah_malaiDuncan
per_rumpun
N Subset for alpha = .05
1 2 11.00 5 16.20003.00 5 18.32002.00 5 20.7600Sig. .081 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
67
Persentase_hampaDuncan
per_rumpun
N Subset for alpha = .05
1 2 13.00 5 23.80601.00 5 34.46002.00 5 42.2540Sig. 1.000 .129
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 11.Uji ANOVA untuk Komponen Produksi (SPSS)
DescriptivesN Mean Std,
DeviationStd,Error
95% ConfidenceInterval for Mean
Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
LowerBound
UpperBound
GKP_ton SLPTT 5 5,84 0,74 0,33 4,92 6,75 5,03 6,71Petani 5 4,14 0,81 0,36 3,14 5,15 2,96 5,11PTTC 5 8,37 0,40 0,18 7,87 8,86 7,99 8,79Total 15 6,12 1,90 0,49 5,06 7,17 2,96 8,79
GKG_ton SLPTT 5 4,60 0,60 0,27 3,86 5,34 3,93 5,35Petani 5 3,08 0,58 0,26 2,36 3,81 2,25 3,76PTTC 5 6,57 0,29 0,13 6,20 6,93 6,10 6,82Total 15 4,75 1,55 0,40 3,89 5,61 2,25 6,82
Beras_ton SLPTT 5 2,70 0,38 0,17 2,23 3,17 2,40 3,32Petani 5 1,87 0,25 0,11 1,57 2,18 1,64 2,16PTTC 5 3,70 0,24 0,11 3,39 4,00 3,28 3,84Total 15 2,76 0,82 0,21 2,30 3,21 1,64 3,84
Jumlahrumpun
_ha
SLPTT 5 208960,00 8734,30 3906,10 198114,93 219805,07 193600,00 214400,00Petani 5 241280,00 17938,56 8022,37 219006,33 263553,67 214400,00 256000,00PTTC 5 221760,00 7555,66 3378,99 212378,41 231141,59 209600,00 230400,00Total 15 224000,00 17868,09 4613,52 214104,98 233895,02 193600,00 256000,00
seribu_butir
SLPTT 5 26,18 1,20 0,54 24,68 27,68 24,20 27,50Petani 5 25,34 0,86 0,39 24,27 26,41 24,10 26,30PTTC 5 28,10 0,95 0,43 26,92 29,28 27,00 29,40Total 15 26,54 1,52 0,39 25,70 27,38 24,10 29,40
rendemen SLPTT 5 58,80 2,87 1,28 55,23 62,36 55,87 62,05Petani 5 61,63 8,70 3,89 50,83 72,43 54,44 76,38PTTC 5 56,27 1,47 0,66 54,44 58,10 53,79 57,68Total 15 58,90 5,45 1,41 55,88 61,92 53,79 76,38
persentase_gkg_gkp
SLPTT 5 78,74 1,32 0,59 77,10 80,39 76,76 79,83Petani 5 74,64 1,43 0,64 72,87 76,41 72,84 76,16PTTC 5 78,47 2,29 1,03 75,62 81,31 75,92 80,92Total 15 77,28 2,52 0,65 75,89 78,68 72,84 80,92
persentasebobot_susut
SLPTT 5 21,26 1,32 0,59 19,61 22,90 20,17 23,24Petani 5 25,36 1,43 0,64 23,59 27,13 23,84 27,16PTTC 5 21,53 2,29 1,03 18,69 24,38 19,08 24,08Total 15 22,72 2,52 0,65 21,32 24,11 19,08 27,16
68
Test of Homogeneity of VariancesLeveneStatistic db1 db2 Sig,
GKP_ton 1,112 2 12 ,360GKG_ton 1,466 2 12 ,269Beras_ton ,447 2 12 ,650jumlah_rumpun_ha 3,486 2 12 ,064seribu_butir ,068 2 12 ,935Rendemen 2,969 2 12 ,090persentase_gkg_gkp 3,109 2 12 ,082persentase_bobot_susut 3,109 2 12 ,082
Homogeneous SubsetsGKP_ton
Pengelolaan N Subset for alpha = ,051 2 3 1
Duncan(a)
Petani 5 4,1420SLPTT 5 5,8380PTTC 5 8,3660Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
GKG_ton
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 2 3 1
Duncan(a)
Petani 5 3,0840SLPTT 5 4,6000PTTC 5 6,5660Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
beras_ton
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 2 3 1
Duncan(a)
Petani 5 1,8720SLPTT 5 2,7040PTTC 5 3,6960Sig, 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
jumlah_rumpun_haPengelolaan N Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a) SLPTT 5 208960,0000PTTC 5 221760,0000Petani 5 241280,0000Sig, ,126 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
69
seribu_butir
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
Petani 5 25,3400SLPTT 5 26,1800PTTC 5 28,1000Sig, ,216 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
rendemen
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 1
Duncan(a)
PTTC 5 56,2740SLPTT 5 58,7980Petani 5 61,6340Sig, ,158
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
persentase_gkg_gkp
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
Petani 5 74,6360PTTC 5 78,4660SLPTT 5 78,7440
Sig, 1,000 ,804Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
persentase_bobot_susut
PengelolaanN Subset for alpha = ,05
1 2 1
Duncan(a)
SLPTT 5 21,2560PTTC 5 21,5340Petani 5 25,3640Sig, ,804 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000,
70
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Petakan PTTC
Petakan Petani
Petakan SLPTT
71
Alat Ubinan
Pengujian Ketahanan Nasi Terhadap Basi