1
PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE
CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA
MATERI ATOM DAN TABEL PERIODIK
Desmaria Lumbantoruan1*, Eka Putra Ramdhani2, Inelda Yulita2, Ermiyati
Sibagariang, S.Pd. Kim3
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
2Dosen Program Studi Pendidikan Kimia
3Guru Kimia SMAN 3 Tanjungpinang
*Keperluan Korespondensi, email: [email protected]
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Tujuan penelitian yaitu mengembangkan suatu instrumen e-diagnostic test two
tier multiple choice untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi atom
dan tabel periodik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D).
Penelitian ini menggunakan model 4D, yaitu Define (pendefinisian), Design
(perancangan), Development (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran).
Dalam penelitian ini hanya digunakan sampai tahap Development. Pengumpulan
data dilakukan di SMAN 3 Tanjungpinang. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas X MIPA 2 yang berjumlah 27 orang. Teknik analisis data menggunakan
metode uji validitas dan reliabilitas. Hasil validitas konstruk oleh ahli diperoleh
rata-rata 95,88% dan hasil uji reliabilitas sebesar 0,98 menunjukkan bahwa soal
tes reliable dan layak digunakan. Hasil pengembangan instrumen e-diagnostic test
two tier multiple choice dengan rata-rata persentase hasil validasi pakar evaluasi
pada tahap 1 dan tahap 2 mencapai 85,71% dan 97,61%. Hasil penelitian juga
diketahui miskonsepsi pada subkonsep partikel penyusun atom sebesar 43%,
subkonsep perkembangan model atom sebesar 80%, subkonsep nomor atom dan
nomor massa sebesar 67%, subkonsep isotop, isoton, dan isobar sebesar 51%,
subkonsep konfigurasi elektron sebesar 56%, subkonsep bilangan kuantum dan
orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel periodik sebesar
46%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk e-diagnostic test two tier
multiple choice telah layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Kata kunci : e-diagnostic, miskonsepsi, atom dan tabel periodik, two tier,
multiple choice
2
PENDAHULUAN
Kimia adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari mengenai materi dan
perubahan yang terjadi di dalamnya. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam
pembelajaran kimia adalah siswa mampu menguasai konsep-konsep kimia yang
dipelajarinya, kemudian siswa diharapkan mampu mengaitkan konsep-konsep yang
telah diketahui sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran kimia
terkadang membuat penafsiran sendiri terhadap konsep yang dipelajari sebagai
suatu upaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Namun, hasil tafsiran siswa
terhadap konsep terkadang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang disampaikan
oleh para ahli (Yunitasari dkk., 2013). Hal inilah yang akan berdampak pada
munculnya miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu
pernyataan yang tidak dapat diterima (Perwitasari, 2015). Miskonsepsi pada suatu
materi akan berdampak pada kesulitan belajar pada materi selanjutnya (Mentari
dkk., 2014). Miskonsepsi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya
berasal dari siswa, yang dapat terjadi akibat beberapa hal seperti prakonsepsi awal,
tahap perkembangan dan pengetahuan awal siswa. Oleh sebab itu, miskonsepsi
yang terjadi pada siswa harus dapat diketahui sedini mungkin oleh guru agar tidak
tejadi miskonsepsi secara terus menerus yang dapat mengakibatkan prestasi belajar
menurun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan siswa
di salah satu SMA Negeri Tanjungpinang bahwa ketuntasan siswa pada materi
struktur atom dan tabel periodik berkisar 65% terbilang cukup memuaskan namun
3
belum tergolong tinggi dengan rata-rata nilai 72. Beliau mengatakan bahwa hasil
tersebut diperoleh selama proses mengajar dan tanya jawab yang dilakukan dengan
siswa. Beberapa konsep yang dimiliki sesuai namun ada juga yang tidak sesuai, hal
tersebut dapat menyebabkan miskonsepsi. Pembentukan pengetahuan siswa yang
tidak utuh dapat terjadi dalam proses konstruksi, karena kemampuan yang terbatas,
atau dalam mengonstruksi bercampur dengan gagasan lain (Suparno, 2013).
Atom dan tabel periodik merupakan materi yang perlu dipahami
dengan baik karena menjadi dasar untuk penguasaan konsep pada pokok
bahasan ikatan kimia, rumus kimia, persamaan reaksi serta stoikiometri. Pada
saat proses pembelajaran kimia, masih ada beberapa siswa yang bermain dan
bercerita dibelakang ketika pelajaran dimulai. Hal ini mengakibatkan kurang
fokusnya siswa dalam memahami konsep yang disampaikan guru sehingga
dapat menimbulkan perbedaan konsep dari yang seharusnya dipelajari. Siswa
masih kesulitan menghubungkan antara struktur atom yang meliputi kulit, sub
kulit, dan orbital yang dikaitkan dengan tingkat energi terhadap bilangan
kuantum. Hubungan submateri tersebut digunakan untuk menentukan
konfigurasi elektron yang akhirnya mereka harus menentukan periode dan
golongan berdasarkan bilangan kuantum dan konfigurasi elektron.
Secara umum, ada beberapa cara untuk mendiagnosis miskonsepsi
siswa yaitu tes diagnostik, peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning
terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan tanya
jawab. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendiagnosis miskonsepsi
siswa adalah dengan tes diagnostik. Tes diagnostik terdiri atas two tier multiple
choice, three tier, four tier, dan sebagainya. Tes diagnostik yang akan
4
digunakan adalah two tier multiple choice. Pertanyaan tes diagnostik two-tier
multiple-choice pada tingkat pertama mempunyai kemiripan dengan soal
objektif biasa yaitu memilih jawaban yang benar dari soal yang diberikan,
sedangkan pada tingkat kedua siswa diminta untuk memilih alasan dari
jawaban yang dipilih ditingkat pertama. Melalui tes two-tier multiple-choice,
guru dapat mengukur kemampuan siswa dengan lebih akurat dibandingkan soal
objektif biasa, karena terdapat dua tingkat jawaban yang harus dipilih siswa.
Tes diagnostik akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kesulitan belajar
siswa dan merupakan langkah awal perbaikan proses belajar mengajar
(Suwarto, 2010).
Tes diagnostik yang umum digunakan adalah berbentuk paper pencil
test (PPT). Inovasi yang akan dikembangkan peneliti kali ini yaitu
pengembangan tes diagnostik two tier multiple choice berbasis komputer
dengan menggunakan aplikasi adobe flash professional CS6. Melalui aplikasi
adobe flash professional CS6 dengan berbagai fitur yang mudah digunakan
yang membantu dalam pembuatan e-diagnostic test two tier multiple choice
sehingga tes ditampilkan dengan lebih menarik.
Pemanfaatan komputer sebagai media dalam pelaksanaan tes
merupakan upaya untuk membiasakan siswa berinteraksi dengan teknologi dan
memanfaatkan TIK. Tes semacam ini lebih memudahkan guru dalam
persiapan, pengolahan, dan pengambilan kebijakan akademik bagi siswa yang
nilainya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Setelah diketahui konsep-
konsep yang kurang dikuasai, maka dapat dilaksanakan proses perbaikan
sebagai langkah lanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
5
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan E-
Diagnostic Test Two Tier Multiple Choice untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Siswa pada Materi Atom dan Tabel Periodik”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research
and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
validasi produk tersebut (Sugiyono, 2010). Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pengembangan 4D. Desain 4D terdiri atas 4
tahapan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (disseminate). Namun pada penelitian ini hanya
sampai pada tahap pengembangan (develop). Penelitian pengembangan ini
bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik berbasis komputer (e-
diagnostic test two tier multiple choice) pada mata pelajaran kimia untuk siswa
SMA/MA berdasarkan kurikulum 2013. Subjek penelitian dan pengembangan
ini adalah siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 3 Tanjungpinang.
Prosedur penelitian dan pengembangan ini terdiri atas 4 tahapan yaitu
(1) Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap define memiliki tujuan
untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mencakup
analisis masalah dan analisis materi. (2) Tahap design adalah tahap untuk
merancang prototype produk yang dibuat (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap
6
design memiliki tujuan untuk mendesain instrumen-instrumen yang
diperlukan selama penelitian dan mendesain rancangan produk yang hendak
dikembangkan. Pada tahap design dilakukan tahapan desain soal yaitu
menyusun kisi-kisi soal dan mengembangkan kisi-kisi soal menjadi soal
pilihan ganda bertingkat (two tier multiple choice), dalam tahapan desain soal
juga dilakukan validasi konstruk oleh ahli dan validasi empiris untuk
mengetahui apakah soal valid dan layak digunakan untuk uji coba pada subjek
penelitian. Setelah soal valid langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk
mengetahui apakah soal reliabel.
(3) Tahap develop adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dibuat (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap develop memiliki
tujuan untuk menghasilkan produk yaitu instrumen tes yang telah direvisi
berdasarkan masukan para pakar. Tahap develop dibagi menjadi tiga yaitu
pembuatan e-diagnostic test two tier multiple choice, validasi produk oleh
pakar evaluasi, dan uji coba produk. Pembuatan produk e-diagnostic test two
tier multiple choice dengan menggunakan aplikasi adobe flash CS6 yang
dibuat menarik dan menggunakan komputer. Kemudian pada tahap design
juga dilakukan validasi produk oleh pakar evaluasi yaitu untuk mengetahui
apakah e-diagnostic test yang dikembangkan telah layak digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Setelah produk dinyatakan layak oleh pakar evaluasi maka dapat
dilakukan uji coba soal pada subjek penelitian yaitu siswa. Uji coba soal
bertujuan untuk mengetahui karakteristik soal e- diagnostic test two tier
multiple choice yang telah dikembangkan. Hasil uji coba soal e-diagnostic test
7
meliputi validitas, reliabilitas soal. Setelah diketahui hasil uji coba, tahapan
dilanjutkan dengan analisis hasil uji coba soal. Hasil analisis ini yaitu
identifikasi pemahaman konsep siswa pada materi atom dan tabel periodik.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar wawancara,
lembar tes objektif beralasan terbuka, lembar validasi konstruk oleh ahli, dan
angket uji kelayakan produk oleh ahli evaluasi dengan teknik analisis data
yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah
jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa
informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk
angka (Sugiyono, 2010). Data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi
dengan akumulasi skor yang diperoleh dari setiap butir soal dari validasi ahli
serta lembar validasi pakar evaluasi. data-data yang diperoleh dalam penelitian
akan dianalisis dengan menggunakab beberapa metode dan rumus hitung
sebagai berikut.
1. Uji Validasi
Validasi merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen tes.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Uji validasi dilakukan pada penelitian
ini adalah validasi isi dan validasi empiris.
a. Validasi Isi
Validasi isi dilakukan oleh para ahli evaluasi dan materi yaitu satu
orang dosen kimia. Butir soal akan divalidasi dari segi: substansi,
konstruksi, dan bahasa. Skor yang diperoleh akan menjadi nilai yang
8
dikategorikan sesuai dengan kriteria evaluasi yang tertera pada tabel
berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Hasil Evaluasi Validator
b. Validasi Empiris
Validasi empiris dapat diketahui dengan menghitung hasil uji coba
soal dengan rumus korelasi poin biserial yang dapat dihitung
melalui rumus berikut.
𝑟𝑝bis =𝑀𝑝−𝑀𝑡
𝑆𝑡 √
𝑝
𝑞 (Persamaan 3.1)
Keterangan:
𝑟𝑝bis = koefisien korelasi poin biserial
Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab
benar item yang dicari korelasi
Mt = Mean skor total
St = Simpangan baku
p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q = 1- p
Kaidah keputusan: Jika t Hitung > dari t Tabel berarti valid dan t
Hitung < dari t Tabel berarti tidak valid (Yusup, 2018).
Persentase Kategori
81,26% - 100,00% Sangat valid atau dapat digunakan tanpa revisi
62,51% - 81,25% Valid atau dapat digunakan namun perlu revisi
kecil
43,76% - 62,50% Tidak valid, disarankan tidak dipergunakan
karena perlu revisi besar
25,00% - 43,75% Sangat tidak valid, tidak boleh dipergunakan
9
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes tersebut memiliki
tetapan. Reliabilitas skor tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2006).
Uji reabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha :
𝑟11 = (n
n−1) (
s2+ ∑ pq
s2 ) (Persamaan 3.2)
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi Subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi Subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑ pq = Hasil kali p dan q
n = banyaknya item
S = Standar devIasi dari tes
Kaidah Keputusan: Jika r11 > dari r tabel berarti reliabel dan r11 < dari r
tabel berarti tidak reliable.
Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Soal
(Arikunto, 2012)
Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal
bukan dalam bentuk angka (Basuki, 2010). Data kualitatif diperoleh dari saran
dari validator untuk perbaikan produk yang tidak sesuai. Data kualiatatif adalah
data yang berbentuk kata, kalimat, gambar yang berasal dari kritik, saran, dan
Batasan Kategori
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 1,00 Tinggi
0,40 < r11 ≤ 1,00 Cukup
0,20 < r11 ≤ 1,00 Rendah
0r11 ≤ 1,00 Sangat Rendah
10
komentar para ahli terhadap produk e-diagnostic test two tier multiple choice
materi atom dan tabel periodik sedangkan pada uji coba lapangan data kualitatif
diperoleh dari hasil wawancara. Instrumen pengumpulan data disusun dengan
menggunakan skala likert dengan empat variasi respon. Setiapa jawaban yang
analisis kevalidan oleh responden kemudian dikonversikan ke dalam bentuk
angka untuk dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Instrumen tes e-diagnostic test two tier multiple choice sebelum diujikan
pada siswa dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validasi konstruk oleh ahli
adalah valid dengan hasil dari aspek isi 94%, konstruksi 98%, dan bahasa 100%
sedangkan pada uji validasi empiris dengan menggunakan rumus poin biserial
diperoleh data bahwa 18 soal valid dari 20 butir soal yang diuji coba pada siswa.
Setelah memperoleh hasil validitas tersebut kemudian dilakukan uji reliabilitas
dari 18 soal valid sehingga diperoleh hasil sebesar 0,98 yaitu reliabel.
E-diagnostic test two tier multiple choice diujikan pada siswa untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi atom dan tabel periodik.
Berdasarkan hasil uji e-diagnostic test two tier multiple choice kemudian
dilakukan identifikasi untuk mengetahui persentase miskonsepsi siswa.
Identifikasi hasil jawaban siswa diklasifikasikan menjadi tiga yaitu paham
konsep apabila jawaban kedua tier benar, miskonsepsi apabila tier pertama benar
dan tier kedua salah atau tier pertama benar dan tier kedua salah serta tidak
paham konsep apabila kedua tier salah. Berikut grafik yang menunjukkan
perbandingan rata-rata hasil tiap kelompok.
11
Gambar 1 Grafik Persentase Rata-Rata Tiap Kelompok
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa hasil persentase rata-rata tes e-
diagnostic test two tier multiple choice kategori tiap kelompok yaitu paham
konsep dengan persentase 20%, miskonsepsi 47% dan tidak paham konsep 31%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari rata-rata persentase kategori tiap
kelompok, miskonsepsi siswa terhadap materi atom dan tabel periodik cukup
tinggi yaitu sebesar 47%. Hasil jawaban siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Persentase Tingkat Miskonsepsi Siswa
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Paham Konsep Miskonsepsi Tidak paham
Konsep
20%
47%
31%
Persentase Rata- Rata Tiap Kelompok
Sub Konsep No
Soal
Klasifikasi Jawaban Siswa
Paham
Konsep (B-B)
Miskonsepsi
(B-S & S-B)
Tidak Paham
Konsep (S-S)
N % n % n %
Partikel penyusun
atom
1 14 52% 12 44% 1 4%
2 16 59% 11 41%
0 0% Rata-rata = 43%
Perkembangan
model atom
4 1 4% 21 78% 5 22%
5 1 4%
22 81%
4
15%
Rata-rata = 80%
Nomor atom dan
nomor massa 6 4 15%
18 67% 5 19%
Rata-rata = 67%
Isotop, Isoton,
Isobar
8 5 19% 17 63% 5 19%
9 10 37% 11 41% 6 22%
10 8 30% 13 48%
6 22% Rata-rata = 51%
Konfigurasi
elektron unsur 12 5 19%
15 56% 7 26%
Rata-rata = 56%
13 2 7% 14 52% 11 41%
12
Identifikasi miskonsepsi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen
tes e-diagnostic test two tier multiple choice bertujuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa mengenai suatu konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan
hasil yang diperoleh menggunakan e-diagnostic test two tier multiple choice
menggunakan komputer di SMAN 3 Tanjungpinang terdapat persentase
miskonsepsi siswa yang bervariasi pada setiap subkonsep materi. Persentase
miskonsepsi yang diperoleh dari setiap subkonsep soal yaitu pada konsep
partikel penyusun atom sebesar 43%, konsep perkembangan model atom sebesar
80%, konsep nomor atom dan nomor massa sebesar 67%, konsep isotop, isoton,
dan isobar sebesar 51%, konsep konfigurasi elektron 56%, konsep bilangan
kuantum dan orbital sebesar 52%, konsep sifat-sifat unsur dalam tabel periodik
sebesar 46%. Terdapat miskonsepsi hampir di semua subkonsep materi atom dan
tabel periodik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil validasi konstruk dan empiris e-diagnostic test two tier multiple choice
diperoleh rata-rata 95,88% dengan keterangan sangat valid dan sangat baik
digunakan serta nilai reliabilitas sebesar 0,98 menunjukkan kategori sangat
tinggi maka instrumen tes ini reliable dan layak digunakan.
Bilangan kuantum
dan bentuk orbital Rata-rata = 52%
Sifat-sifat unsur
dalam tabel
periodik
16 2 7% 12 44% 13 48%
17 0 0% 13 48%
14 52% Rata-rat = 46%
Total Rata-rata Miskonsepsi Setiap Sub Konsep = 56%
13
2. Miskonsepsi siswa yang terjadi pada setiap subkonsep materi yaitu pada
konsep partikel penyusun atom sebesar 43%, konsep perkembangan model
atom sebesar 80%, konsep nomor atom dan nomor massa sebesar 67%, konsep
isotop, isoton, dan isobar sebesar 51%, konsep konfigurasi elektron 56%,
konsep bilangan kuantum dan orbital sebesar 52%, konsep sifat-sifat unsur
dalam tabel periodik sebesar 46%.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Basuki, S. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Mentari, L., Suardana, I. N., & Subagia, I. W. (2014). Analisis Miskonsepsi
Siswa SMA pada Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga.
Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 76–87.
Perwitasari, A. D. (2015). Pengembangan Tes Diagnostik Berbasis Web pada
Materi Termodinami. Skripsi.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suwarto. (2010). the Development of the Two-Tier Diagnostic Test Apply on
Biology Computerized. Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 14(2), 206–
224.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional
development for training teacher of exceptional children. Bloomington
Indiana: Indiana University.
Yunitasari, W., Susilowati, E., & Nurhayati, D. (2013). Pembelajaran Direct
Instruction Disertai Hierarki Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Pada Materi Larutan Penyangga Kelas Xi Ipa Semester Genap Sma Negeri
2 Sragen Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2(3).
Yusup, F. (2018). Uji Validasi Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif. Jurnal Ilmiah Pendidikan, (7) 1, 17–23.